pengelolaan sistem persampahan pasar sehat cileunyi

83
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Mengelola sampah khususnya di perkotaan sangat sulit dan kompleks karena berbagai tantangan yang harus dihadapi, khususnya di kota-kota di Indonesia karena jumlahnya yang selalu meningkat dari tahun ke tahun. Selain itu, jenis sampah meningkat seiring dengan kemajuan teknologi dan mengalami diversifikasi yang cepat. Persyaratan dan standar lingkungan juga meningkat. Oleh karena meluasnya areal perkotaan dan meningkatnya sektor-sektor informal maka timbulan sampah menyebar lebih luas sehingga pengelolaannya lebih sukar, padahal dana yang dimiliki dan dapat disediakan oleh pemerintah kota sangat terbatas. Oleh karenanya pengelola sampah kota harus menyediakan teknologi yang tepat untuk menangani elemen-elemen pengelolaan persampahan. Kendala beratnya adalah kondisi masyarakat yang meminjam istilah Miller (1988), telah memasuki era throwaway society, yaitu sebuah perilaku masyarakat yang tidak peduli kebersihan (Miller, 1988). Pada zaman pemerintahan orde baru di awal tahun 1969 merupakan tonggak sejarah peradaban modern bangsa Indonesia. Tahun 1969 merupakan awal diluncurkannya Rencana Pembangunan Lima Tahun (Repelita 1). Ketika itu pemerintah mulai menyiapkan cetak biru perencanaan sektor air bersih jangka panjang, yang kemudian diikuti dengan subsektor sanitasi lainnya seperti persampahan dan air limbah. 1

Upload: liani-berta

Post on 14-Nov-2015

57 views

Category:

Documents


26 download

DESCRIPTION

Lingkungan

TRANSCRIPT

BAB IPENDAHULUAN

1.1 Latar BelakangMengelola sampah khususnya di perkotaan sangat sulit dan kompleks karena berbagai tantangan yang harus dihadapi, khususnya di kota-kota di Indonesia karena jumlahnya yang selalu meningkat dari tahun ke tahun. Selain itu, jenis sampah meningkat seiring dengan kemajuan teknologi dan mengalami diversifikasi yang cepat. Persyaratan dan standar lingkungan juga meningkat. Oleh karena meluasnya areal perkotaan dan meningkatnya sektor-sektor informal maka timbulan sampah menyebar lebih luas sehingga pengelolaannya lebih sukar, padahal dana yang dimiliki dan dapat disediakan oleh pemerintah kota sangat terbatas. Oleh karenanya pengelola sampah kota harus menyediakan teknologi yang tepat untuk menangani elemen-elemen pengelolaan persampahan. Kendala beratnya adalah kondisi masyarakat yang meminjam istilah Miller (1988), telah memasuki era throwaway society, yaitu sebuah perilaku masyarakat yang tidak peduli kebersihan (Miller, 1988).Pada zaman pemerintahan orde baru di awal tahun 1969 merupakan tonggak sejarah peradaban modern bangsa Indonesia. Tahun 1969 merupakan awal diluncurkannya Rencana Pembangunan Lima Tahun (Repelita 1). Ketika itu pemerintah mulai menyiapkan cetak biru perencanaan sektor air bersih jangka panjang, yang kemudian diikuti dengan subsektor sanitasi lainnya seperti persampahan dan air limbah. Departemen Pekerjaan Umum sebagai eksekutor pembangunan bidang sanitasi khususnya subsektor persampahan, telah berhasil memperkenalkan Rencana Induk Persampahan di Sebagin besar kota-kota di Indonesia. Cakupan pelayanan pengelolaan persampahan baik kualitatif maupun kuantitaif meningkat dari waktu ke waktu (World Bank Report, 1992).Upaya pemeritah pusat dan daerah untuk meningkatkan pencapaian layanan berdasarkan Millenium Development Goals (MDGs) pada tahun 2015 mencapai 70 %, menghadapi berbagai tantangan berat khususnya ketika Repelita terhenti seiring dengan jatuhnya pemerintahan Orde baru tahun 1997. Hal ini dibuktikan dengan data yang dikeluarkan BPS (2000) dan Studi National Action Plan bidang persampahan oleh Departemen Umum (2004) yang menunjukkan bahwa tingkat pelayanan persampahan kota sejak berakhirnya rezim Orde Baru yaitu tahun 1997 menunjukkan penurunan cukup tajam hingga mencapai angka 41%.Penurunan cakupan pelayanan persampahan post Orde Baru tersebut diatas ditengarai oleh tingginya pertumbuhan penduduk perkotaan yaitu berkisar 3-7% per tahun, padahal kuantitas dan kualitas pelayanan tidak mengalami peningkatan. Jumlah penduduk perkotaan berdasarkan laporan Badan Pusat Statistik (2003) sudah mencapai 154 juta jiwa atau lebih dari 50% penduduk Indonesia. Dengan demikian maka jumlah penduduk yang harus dilayani saat ini telah meningkat lebih dari dua kali lipat hanya dalam bilangan satu dekade. Peningkatan penduduk pada kenyataannya merupakan kendala terbesar upaya peningkatan pelayanan persampahan kota karena memiliki korelasi posotif terhadap peningkatan timbulan sampah per kapita. Hal ini diperburuk dengan semakin meluasnya paket-paket makanan-minuman skala kecil dalam kemasan plastik (disposable) yang dijajakan di seluruh penjuru kota dengan harga terjangkau.Selain masalah kependudukan, kendala penting lainnya adalah minimnya dukungan keuangan negara yang berasal dari APBN, APBD, bantuan, pinjaman dalam dan luar negeri, dana BUMN, yang diperkirakan hanya mampu membiayai kurang dari 20% kebutuhan sarana dan prasarana perkotaan (Departemen Permukiman dan Prasarana Wilayah, 2002). Kendala berikutnya adalah terkait dengan penempatan sumber daya manusia yang mampu melaksanakan tugas secara profesional sesuai dengan kompetensinya. Dengan diberikannya otonomi daerah yang lebih luas kepada pemerintah Kabupaten/Kota kerap kali kepala daerah kurang tepat menempatkan personal yang akan ditugaskan pada satu unit kerja. Sehingga kegiatan operasional dan pemeliharaan infrastruktur tersebut tidak berjalan secara optimal, baik dari segi pembiayaan, teknis dan lingkungan.Selain kendala diatas, kendala lainnya adalah belum meratanya pemahaman masyarakat tentang standar kebersihan dan kesehatan serta kurangnya pengetahuan masyarakat bahwa biaya penanganan sampah perkotaan sangat mahal dapat diindikasikan dari kotornya kota-kota di Indonesia, sehingga pengelolaan sampah tidak mungkin dilaksanakan secara optimal. Lokasi-alokasi depo (transfer station) sampah yang tersedia ditempatkan berdasarkan ketersediaan lahan (Zulkifli, 2005).Pengelolaan sampah merupakan sebuah upaya komprehensif menangani sampah-sampah yang dihasilkan dari berbagai aktivitas manusia, dikelompokkan menjadi enam elemen terpisah yaitu pertama pengendalian timbulan (control of generation). Kedua, penyimpanan (storage). Ketiga, pengumpulan (collection). Keempat, pemindahan dan pengangkutan (transfer dan transport). Kelima, pemrosesan (processing). Dan keenam, yaitu pembuangan (disposal) (Tchobanoglous, 1977).Pengelolaan sampah dengan keenam elemen tersebut harus dilaksanakan dengan prinsip-prinsip yang dapat menjamin kesehatan masyarakat serta dilaksanakan menurut kaidah ekonomi, teknis, konservasi, estetika, dan pertimbangan lainnya. Tugas-tugas pengelolaan sampah didalam sebuah wilayah administratif, misalnya Kota Bandung, meliputi seluruh fungsi-fungsi administratif, pembiayaan, teknis, dan legalitas dalam rangka penyelesaian masalah tersebut.Pertumbuhan jumlah sampah di kota-kota di Indonesia setiap tahun meningkat secara tajam. Sebagai contoh di Kota Bandung. Di kota ini, pada tahun 2005 volume sampahnya sebanyak 7.400 m3 per hari; dan pada tahun 2006 telah mencapai 7.900 m3 per hari (Suganda dalam Kompas, 30 Nopember 2006).Kemampuan Pemerintah untuk mengelola sampah hanya mencapai 40,09% di perkotaan dan 1,02% di perdesaan (Tuti Kustiah, 2005). Sehingga diperlukan kebijakan yang tepat agar sampah yang di perkotaan khususnya, tidak menjadi bom waktu di masa mendatang. Saat ini hampir seluruh pengelolaan sampah berakhir di TPA sehingga menyebabkan beban TPA menjadi sangat berat, selain diperlukan lahan yang cukup luas, juga diperlukan fasilitas perlindungan lingkungan yang sangat mahal. Semakin banyaknya jumlah sampah yang dibuang ke TPA salah satunya disebabkan belum dilakukannya upaya pengurangan volume sampah secara sungguh-sunguh sejak dari sumber (Tuti Kustiah, 2005).Dengan adanya Undang-undang nomor 18 tahun 2008 tentang pengelolaan sampah, seharusnya pemerintah dan pemerintah daerah khususnya Kota Bandung dapat melakukan pengelolaan sampah yang baik sehingga dapat mencapai visi kotanya yaitu sebagai kota jasa yang BERMARTABAT (Bersih, Makmur, Taat, dan Bersahabat) yang salah satu maknanya adalah harus bersih dari sampah. Akan tetapi pada kenyataannya Kota Bandung belum mampu melakukan pengelolaan sampah dengan baik ditandai dengan semakin meningkatnya volume sampah rata-rata yang dihasilkan tiap harinya dan masih banyak sampah yang tidak terangkut di beberapa TPSnya.Pasar tradisional Cileunyi merupakan pasar yang dibangun dan dikelola oleh swasta. Pasar Cileunyi merupakan pasar tradisional yang beroperasi setiap senin-minggu mulai dari jam 2 subuh hingga jam 1 siang. Pasar ini berlokasi di Jalan Cileunyi, sampah yang ditimbulkan akibat aktifitas pasar tersebut jumlahnya cukup besar terutama sampah organik. Pasar ini mengusung konsep Pasar Sehat dengan alasan untuk menanamkan jiwa yang sehat yang dimulai dari pedagang, dengan membiasakan mereka untuk membuang sampah pada tempatnya. Sehingga baru tercipta kebersihan pasar yang sebenarnya. Hal ini berbanding terbalik pada keadaan di lapangan, dimana masih terjadi tumpukan sampah di TPS Pasar Sehat Cileunyi. Fasilitas pewadahan pada setiap sudut pasar yang tidak memadai, hingga masalah kurangnya kesadaran masyarakat untuk menerapkan 3R dalam upaya minimasi sampah.Sampai saat ini paradigma pengelolaan sampah yang digunakan Pasar Sehat Cileunyi adalah langsung dan tidak langsung. Secara langsung dengan cara petugas kebersihan pasar memindahkan timbulan sampah untuk kemudian di kumpulkan di TPS Pasar. Sedangkan secara tidak langsung, petugas kebersihan mengumpulkan sampah dari setiap sumber timbulan kemudian di pindahkan ke TPS Pasar. Upaya strategis pengelola kebersihan pasar dalam mengatasi timbulan sampah pasar adalah dengan menyediakan armada truk pengangkut sampah yang beroperasi selama 4-5 kali dalam 1 minggu. Selain itu pengelola pasar juga menyediakan jasa kebersihan pasar yang berjumlah 13 orang dan dibagi berdasarkan lokasi/blok dan bekerja mulai dari jam 5 pagi hingga jam 1 siang.Tujuan diadakannya transportasi berupa armada yang berasal dari Dinas pertamanan dan kebersihan (Dispertasi) Kabupaten Bandung Timur serta adanya jasa kebersihan adalah untuk mengurangi jumlah timbulan sampah yang menumpuk di TPS Pasar Cileunyi, dan kemudian diangkut ke Tempat Pemrosesan Akhir (TPA) di Arjasari.Pada saat ini kondisi TPS Pasar Cileunyi jauh dari kondisi layak sebagai tempat penampungan sementara pasar. Oleh karena volume sampah tidak hanya menampung timbulan sampah yang berasal dari pasar, namun TPS tersebut juga menampung sampah yang berasal dari domestik. Hal ini menimbulkan permasalahan terkait sumber timbulan sampah yang semakin tidak terkendali, oleh karena faktor kesadaran warga dan lemahnya regulasi pasar yang mengatur tentang kebersihan pasar.Pengkajian mengenai pengelolaan sampah Pasar Sehat Cileunyi dilakukan sebagai bahan evaluasi pihak pengelola kebersihan pasar, sebagai upaya mengatasi permasalahan timbulan sampah yang semakin meningkat. Hasil dari kajian ini diharapkan dapat menjadi referensi dalam rangka menemukan model yang paling tepat tentang pengelolaan sampah pasar tradisional yang dapat diterapkan di pasar tradisional lain pada umumnya, Kabupaten Bandung dan Kota Bandung pada khususnya.

1.2 Rumusan MasalahAdapun rumusan masalah pada penelitian ini adalah :1. Bagaimana pengelolaan sampah di Pasar Tradisional khususnya Pasar Sehat Cileunyi Kabupaten Bandung ?2. Bagaimana problematika yang dihadapi pada pengelolaan Sampah Pasar Sehat Cileunyi ?3. Bagaimana rekomendasi yang diberikan untuk pengelolaan sampah Pasar Sehat Cileunyi sehingga dapat meningkatkan kebersihan Pasar tersebut ?

1.3 Tujuan PenelitianTujuan penelitian ini dimaksudkan untuk menjawab pertanyaan penelitian (research question) yang muncul dengan latar belakang seperti yang diuraikan di atas. Adapun tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Mengetahui informasi pengelolaan sampah di Pasar Tradisional khususnya Pasar Sehat Cileunyi Kabupaten Bandung Timur.2. Mengetahui problematika yang dihadapi pada pengelolaan Sampah Pasar Sehat Cileunyi.3. Memberikan rekomendasi pengelolaan sampah Pasar Sehat Cileunyi sehingga dapat meningkatkan kebersihan Pasar tersebut.

1.4 Manfaat PenelitianBerdasarkan tujuan penelitian diatas, adapun manfaat penelitian yang diperoleh tidak hanya bagi pengelola Pasar Sehat Cileunyi namun manfaat penelitian ini akan dirasakan keberadaannya bagi pedagang dan pelanggan pasar. 1. Bagi pihak pengelola Pasar Sehat Cileunyi, dengan informasi yang diperoleh dari hasil penelitian ini akan memperoleh informasi dan rekomendasai evaluasi yang berkaitan dengan pengelolaan sampah yang baik dan benar sesuai dengan UU No. 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah.2. Bagi Pedagang Pasar, dengan membayar retribusi setiap hari yang diakumulasikan pembayaran pada tiap bulannya, akan merasakan kondisi dan situasi nyaman dan kondusif dan bebas dari sumber penyakit bawaan binatang dari tumpukan sampah di TPS.3. Bagi Pelanggan, dengan situasi dan kondisi pasar yang kondusif, bersih dan nyaman, tidak akan segan untuk berbelanja dan khawatir akibat penyakit yang datang.

1.5 Ruang Lingkup PenelitianPembatasan ruang lingkup dilakukan untuk membahas permasalahan penelitian, sehingga permasalahan tersebut dapat terfokus untuk dianalisa lebih baik. Adapun ruang lingkup pada penelitian ini adalah : Pengamatan pengelolaan sampah sehari-hari oleh sumber timbulan sampah. Pengamatan siklus kegiatan pengumpulan sampah mulai dari sumber timbulan sampah hingga ke TPS : Jenis dan jumlah sampah yang dikumpulkan oleh petugas untuk dibawa ke TPS atau yang dikumpulkan untuk dijual, atau cara lain (tampilkan dalam persentase). waktu yang digunakan (dalam menit) untuk mengambil sampah dari wadah sampah di sumber sampah, atau waktu untuk penyapuan sampah untuk setiap jarak tertentu, lalu waktu untuk menuang ke gerobak atau sarana lain, dan waktu perjalanan menuju titik transfer (TPS). rata-rata unit sumber (rumah, ruko, meter jalan, dsb,) yang dapat diangkut sampahnya oleh sebuah gerobak dalam sebuah siklus pengumpulan. Manajemen pengelola kebersihan di pasar tradisonal Pasar Sehat Cileunyi.

BAB IITINJAUAN PUSTAKA

2.1. Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2008 Tentang Pengelolaan SampahUndang-undang ini disusun sebagai hasil pemikiran yang didasarkan bahwa dengan tingginya pertambahan penduduk dan perubahan pola konsumsi masyarakat menimbulkan bertambahnya volume, jenis dan karakteristik sampah yang semakin beragam. Selama ini pengelolaan sampah belum sesuai dengan dengan metode dan teknik pengelolaan sampah yang berwawasan lingkungan sehingga menimbulkan dampak negatif terhadap kesehatan masyarakat dan lingkungan. Saat ini sampah menjadi permasalahan nasional sehingga pengelolaannya perlu dilakukan secara komprehensif dan terpadu dari huku ke hilir agar memberikan manfaat secara ekonomi, sehat bagi masyarakat dan aman bagi lingkungan serta dapat mengubah perilaku masyarakat. Karena merupakan permasalahan nasional maka pengelolaan sampah harus memiliki kepastian hukum, kejelasan tanggunga jawab dan kewenangan antara pemerintah pusat, pemerintah daerah serta peran serta masyarakat dan dunia usaha sehingga pengelolaan sampah dapat berjalan secara proporsional, efektif dan efisien.Dalam undang-undang ini, sampah merupakan sisa kegiatans ehari-hari manusia dan/atau proses alam yang berbentuk padat. Pengelolaan sampah sendiri merupakan kegiatan yang sistematis, menyeluruh dan berkesinambungan yang meliputi pengurangan dan penanganan sampah. Sampah dalam peraturan ini terdiri dari tiga jenis yaitu sampah rumah tangga, sampah sejenis sampah rumah tangga dan sampah spesifik.Pengelolaan sampah diselenggarakan berdasarkan asas tanggung jawab, asas berkelanjutan, asas manfaat, asas keadilan, asas kesadaran, asas kebersamaan, asas keselamatan, asas keamanan, dan asas nilai ekonomi. Pengelolaan sampah bertujuan untuk meningkatkan kesehatan masyarakat dan kualitas lingkungan serta menjadikan sampah sebagai sumber daya. Untuk tugas dan wewenang pemerintah adalah menjamin terselenggaranya pengelolaan sampah yang baik dan berwawasan lingkungan sesuai dengan tujuan dalam undang-undang ini.Pengelolaan sampah rumah tangga dan sampah sejenis sampah rumah tangga terdiri atas pengurangan sampah dan penanganan sampah. Pengurangan sampah meliputi pembatasan timbulan sampah, pendauran ulang sampah dan pemanfaatan kembali sampah. Penanganan sampah meliputi pemilahan dalam bentuk : pengelompokkan dan pemisahan sampah sesuai dengan jenis, jumlah dan sifat sampah pengumpulan dalam bentuk pengambilan dan pemindahan sampah dari sumber sampah ke tempat penampungan sementara atau tempat pengolahan sampah terpadu pengangkutan dalam bentuk membawa sampah sementara atau dari tempat pengolahan sampah terpadu menuju tempat pemrosesan akhir pengolahan dalam bentuk mengubah karakteristik, komposisi, dan jumlah sampah pemrosesan akhir sampah dalam bentuk pengambilan sampah dan/atau residu hasil pengolahan sebelumnya ke media lingkungan secara aman.Untuk pembiayaan, pemerintah dan pemerintah daerah wajib membiayai penyelenggaraan pengelolaan sampah yang bersumber dari APBN dan APBD. Selain pemerintah dan pemerintah daerah, peran serta masyarakat juga menjadi bagian dalam pengelolaan sampah. Perasn serta yang dapat dilakukan oleh masyarakat adalah memberi usul, pertimbangan dan saran kepada pemerintah atau pemerintah daerah, merumuskan kebijakan pengelolaan sampah dan memberikan saran dan pendapat dalam penyelesaian sengketa persampahan.Dalam undang-undang setiap orang dilarang untuk :a. memasukkan sampah ke dalam wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia;b. mengimpor sampah;c. mencampur sampah dengan limbah berbahaya dan beracun;d. mengelola sampah yang menyebabkan pencemaran dan/atau perusakan lingkungan;e. membuang sampah tidak pada tempat yang telah ditentukan dan disediakan;f. melakukan penanganan sampah dengan pembuangan terbuka di tempat pemrosesan akhir; dan/ataug. membakar sampah yang tidak sesuai dengan persyaratan teknis pengelolaan sampah.Setelah bagian ini, dalam undang-undang juga diatur mengenai pengawasan, sanksi administratif, penyelesaian sengketa, penyidikan, ketentuan pidana, ketentuan peralihan, ketentuan lain-lain dan penutup.

2.2. Peraturan Pemerintah Nomor 81 Tahun 2012 Tentang Pengelolaan Sampah Rumah Tangga dan Sampah Sejenis Sampah Rumah TanggaPeraturan pemerintah ini merupakan turunan dari Undang-undang Nomor 18 Tahun 2008 sebagai peraturan pelaksana tentang pengelolaan sampah. Kebijakan dan strategi nasional dalam pengelolaan sampah ditetapkan dengan peraturan presiden. Kebijakan dan strategi provinsi dalam pengelolaan sampah ditetapkan dengan peraturan gubernur. Kebijakan dan strategi kabupaten/kota dalam pengelolaan sampah ditetapkan dengan peraturan bupati/walikota. Selain itu ditingkat peraturan bupati/walikota juga diarahkan untuk menyusun dokumen rencana induk ( jangka waktu sepuluh tahun ) dan studi kelayakan pengelolaan sampah rumah tangga dan sejenis sampah rumah tangga. Rencana induk sebagaimana dimaksud paling sedikit memuat : Pembatasan timbulan sampah Pendauran ulang sampah Pemanfaatan kembali sampah Pemilahan sampah Pengumpulan sampah Pengangkutan sampah Pengolahan sampah Pemrosesan akhir sampah PendanaanPenyelenggaraan pengelolaan sampah meliputi pengurangan sampah dan penanganan sampah dimana setiap orang wajib melakukannya. Pengurangan sampah meliputi pembatasan timbulan sampah, pendauran ulang sampah dan pemanfaatan kembali sampah. Produsen wajib melakukan pembatasan timbulan sampah dengan menyusun rencana program pembatasan timbulan sampah dan menghasilkan produk dengan menggunakan kemasan yang mudah diurai oleh proses alam dan yang menimbulkan sampah sedikit mungkin. Untuk penanganan sampah meliputi kegiatan ; pemilahan, pengumpulan, pengangkutan, pengolahan dan pemrosesan akhir sampah. Pemilahan dilakukan oleh setiap orang pada sumbernya yang terdiri dari kawasan permukiman, kawasan komersial, kawasan industri, kawasan khusus, fasilitas umum, fasilitas sosial dan fasilitas lainnya dan pemerintah kabupaten/kota. Sampah yang dipilah paling sedikit terdiri dari lima (5) jenis yaitu : Sampah yang mengandung bahan berbahaya dan beracun serta limbah bahan berbahaya dna beracun Sampah yang mudah terurai Sampah yang dapat digunakan kembali Sampah yang dapat didaur ulang Sampah lainnyaDalam hal ini pemerintah kabupaten/kota wajib menyediakan sarana pemilahan sampah skala kota/kabupaten. Untuk pengumpulan sampah, kawasan-kawasan tersebut diatas wajib menyediakan TPS, TPS 3R atau alat pengumpul untuk sampah terpilah. TPS atau TPS 3R tersebut harus memnuhi persyaratan : Tersedia sarana untuk mengelompokkan sampah menjadi paling sedikit 5 jenis sampah Luas lokasi dan kapasitas sesuai kebutuhan Lokasinya mudah diakses Tidak mencemari lingkungan Memiliki jadwal pengumpulan dan pengangkutanPengangkutan sampah yang dimaksud dilakukan oleh pemerintah kabupaten/kota dengan menyediakan alat angkut sampah termasuk untuk sampah terpilah yang tidka mencemari lingkungan dan melakukan pengangkutan sampah dari TPS atau TPS 3R ke TPA atau TPST.Pengolahan sampah dalam peraturan ini memuat kegiatan pemadatan, pengomposan, daur ulang materi dan daur ulang energi. Pemerintah kabupaten/kota wajib menyediakan fasilitas pengolahan sampah pada wilayah permukiman yang berupa ; TPS 3R, stasiun peralihan antara, TPA dan TPST.Pemrosesan akhir sampah yang dimaksud menggunakan metode lahan urug terkendali, metode lahan urug saniter dan teknologi ramah lingkungan. Dalam melaukan pemrosesan akhir sampah, pemerintah kabupaten/kota wajib menyediakan dan mengoperasikan TPA. Untuk menyediakan TPA pemerintah kabupaten/kota wajib : Melakukan pemilihan lokasi sesuai dnegan rencana tata ruang wilayah provinsi dan/atau kabupaten/kota Menyusun analisis biaya dna teknologi Menyusun rancangan teknisLokasi TPA harus memenuhi aspek : Geologi Hidrogeologi Kemiringan zona Jarak dari lapangan terbang Jarak dari permukiman Tidak berada di kawasan lindung/cagar alam Bukan merupakan daerah banjir periode ulang 25 tahunTPA yang disediakan oleh pemerintah kabupaten/kota harus dilengkapi dengan fasilitas dasar, fasilitas perlindungan lingkungan, fasilitas operasi dan fasilitas penunjang. Dalam bab berikutnya juga dibahas mengenai kompensasi, pengembangan dan penerapan teknologi, sistem informasi, peran masyarakat, pembinaan, ketentuan peralihan dan ketentuan penutup.2.3. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 03 Tahun 2013 Tentang Penyelenggaraan Prasarana dan Sarana Persampahan Dalam Penanganan Sampah Rumah Tangga dan Sampah Sejenis Sampah Rumah TanggaPeraturan Menteri ini dibuat untuk melaksanakan Peraturan Pemerintah Nomor 81 Tahun 2012. Perencanaan umum penyelenggaraan Prasarana Sarana Persampahan (PSP) meliputi rencana induk, studi kelayakan dan perencanaan teknis dan manajemen persampahan. Perencanaan umum penyelenggaraan PSP untuk kota besar dan metropolitan terdiri dari rencana induk dan studi kelayakan. Rencana induk dapat berupa rencana induk di dalam satu wilayah adminitrasi kota, lintas kabupaten/kota dan lintas provinsi. Rencana induk memuat rencana : Daerah pelayanan Kebutuhan dan tingkat pelayanan Penyelenggara PSP yang meliputi aspek teknis, kelembagaan, pengaturan, pembiayaan dan peran serta masyarakat.

Tabel 2.1 Tahapan PelaksanaanAspek TeknisDasar Penyusunan Rencana IndukPenyusunan Rencana Induk harus memperhatikan

a. pembatasan timbulan sampah;b. pendauran ulang sampahc. pemanfaatan kembali sampah;d. pemilahan sampah;e. pengumpulan sampah;f. pengangkutan sampah;g. pengolahan sampah; danh. pemrosesan akhir sampah.a. kondisi kota;b. rencana pengembangan kota;c. kondisi penyelenggaraan PSP; dand. permasalahan penyelenggaraan PSP.a. kebijakan dan strategi penyelenggaraan PSP;b. norma, standar, prosedur, dan kriteria yang ditetapkan oleh pemerintah;c. Rencana Tata Ruang Wilayah; dand. keterpaduan dengan pengembangan sistem penyediaan air minum,sistem pembuangan air limbah, dan sistem drainase perkotaan.

Studi kelayakan yang dimaksud diperlukan utnuk kegiatan penyediaan prasarana dan sarana persampahan yang menggunakan teknologi pengolahan dan pemrosesan akhir berupa proses biologi, termal atau teknologi lain dengan kapasitas lebih besar dari 100 ton/hari.Kelayakan teknis yang dimaksud antara lain memuat :a. rencana teknik operasional;b. kebutuhan lahan;c. kebutuhan air dan energi;d. kebutuhan prasarana dan sarana;e. gambaran umum pengoperasian dan pemeliharaan;f. masa layanan sistem; dang. kebutuhan sumber daya manusia.Setelah kelayakan teknis kemudian ada juga yang disebut kelayakan ekonomi yang diukur berdasarkan nisbah hasil biaya ekonomi (Benefit Cost Ratio) dan nilai ekonomi kini bersih (Net Present Value). Kelayakan ekonomi memperhitungkan manfaat yang dapat diukur dengan nilai uang (tangible) berupa manfaat langsung dan manfaat tidak langsung dan manfaat yang tidak dapat diukur dengan nilai uang (intangible). Kegiatan dinyatakan layak ekonomi, jika manfaat ekonomi lebih besar dari biaya yang ditimbulkan, baik berupa biaya operasi, pemeliharaan maupun biaya pengembalian modal.Kelayakan keuangan juga merupakan salah satu studi yang dilakukan yang diukur berdasarkan periode pengembalian pembayaran (Pay Back Period), nilai keuangan kini bersih (Financial Net Present Value) dan laju pengembalian keuangan internal (Financial Internal Rate of Return). Kelayakan keuangan memperhitungankan antara lain :a. tingkat inflasi;b. jangka waktu proyek;c. biaya investasi;d. biaya operasi dan pemeliharaan;e. biaya umum dan administrasi;f. biaya penyusutan;g. tarif retribusi; danh. pendapatan retribusi.Kelayakan keuangan dilakukan dnegan membandingkan pendapatan dari tarif atau retribusi dengan biaya yang ditimbulkan, baik berupa biaya operasional maupun biaya pengembalian modal. Kegiatan ini dinyatakan layak keuangan jika pendapatan dari tarif atau retribusi lebih besar dari biaya yang ditimbulkan baik berupa biaya operasi, pemeliharaan maupun biaya pengembalian modal. Kegiatan dinyatakan layak keuangan jika pendapatan dari tarif atau retribusi lebih besar dari biaya yang ditimbulkan baik berupa biaya operasi, pemeliharaan maupun biaya pengembalian modal.Kajian lingkungan didasarkan atas studi Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL) atau Upaya Pengelolaan Lingkungan (UKL) dan Upaya Pemantauan Lingkungan (UPL) dan dilaksanakan sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Kajian sosial sebagaimana dimaksud harus mempertimbangkan aspirasi masyarakat untuk menerima rencana penyelenggaraan PSP. Kajian hukum sebagaimana dimaksud antara lain ketentuan peraturan perundang-undangan, kebijakan dan perijinan yang diperlukan. Kajian kelembagaan sebagaimana dimaksud meliputi sumber daya manusia, struktur dan tugas pokok institusi penyelenggara dan alternatif kelembagaan kerjasama pemerintah dan swasta.

Penanganan SampahPenanganan sampah meliputi kegiatan :1. pemilahan dilakukan melalui kegiatan pengelompokkan sampah menjadi paling sedikit 5 jenis sampah dilakukan setiap orang pada sumbernya memenuhi persyaratan sarana pemilahan dan pewadahan2. pengumpulan pengumpulan sampah tidak boleh dicampur kembali setelah dilakukan pemilahan dan pewadahan pengumpulan meliputi pola ; individual langsung, individual tidak langsung, komunal langsung, komunal tidak langsung dan penyapuan jalan pengumpulan sampah melalui jadwal pengumpulan, penyediaan sarana pengumpul sampah terpilah dalam pengumpulan sampah diwajibkan menyediakan TPS, TPS 3R atau alat pengumpul untuk sampah terpilah TPS yang dimaksud harus memenuhi kriteria : luas TPS sampai dengan 200 m2; tersedia sarana untuk mengelompokkan sampah menjadi paling sedikit 5 (lima) jenis sampah; jenis pembangunan penampung sampah sementara bukan merupakan wadah permanen; luas lokasi dan kapasitas sesuai kebutuhan; lokasinya mudah diakses; tidak mencemari lingkungan; penempatan tidak mengganggu estetika dan lalu lintas; dan memiliki jadwal pengumpulan dan pengangkutan.3. Pengangkutan Pengangkutan sampah dari TPS dan/atau TPS 3R ke TPA atau TPST tidak boleh dicampur setelah dilakukan pemilahan Pengangkutan sampah dilaksanakan dengan ketentuan: Memaksimalkan kapasitas kendaraan angkut yang digunakan Rute pengangkutan sependek mungkin dengan hambatan sekecil mungkin Frekuensi pengangkutan dari TPS dan/atau TPS 3R ke TPA atau TPST dilakukan sesuai dengan jumlah sampah yang ada Ritasi dilakukan dengan mempertimbangkan efisiensi dan efektifitas pengangkutan Operasional pengangkutan sampah harus memperhatikan pola pengangkutan, sarana pengangkutan dan rute pengangkutan Sarana pengangkutan sampah sebagaimana dimaksud dapat berupa : Dump truck/tipper truck Armroll truck Compactor truck Street sweeper vehicle Trailer Pemilihan sarana pengangkutan sampah harus mempertimbangkan: Umur teknis peralatan Kondisi jalan daerah operasi Jarak tempuh Karakteristik sampah Daya dukung fasilitas pemeliharaan Pengangkutan dilakukan oleh pemerintah kabupaten/kota dengan menyediakan alat angkut sampah termasuk sampah PS dan/atau TPS 3R ke TPA atau TPST.

4. Pengolahan sampah Pengolahan sampah meliputi kegiatan pemadatan, pengomposan, daur ulang materi dan mengubah sampah menjadi sumber energi Pengolahan sampah mempertimbangkan karakteristik sampah, teknologi pengolahan yang ramah lingkungan, keselamatan kerja dan kondisi sosial masyarakat Pengolahan sampah dilakukan di sumber nya dan setiap orang wajib melakukannya5. pemrosesan akhir sampah sampah yang boleh masuk ke TPA adalah sampah rumah tangga, sampah sejenis sampah rumah tangga dan residu limbah cair, limbah beracun dan limbah medis dilarang masuk ke TPA penentuan luas lahan dan kapasitas TPA harus mempertimbangkan timbulan sampah, tingkat pelayanan dna kegiatan yang akan dilakukan di dlaam TPA umur teknis TPA paling sedikit 10 tahun

Tabel 2.2 Penyediaan Fasilitas Pengolahan dan Pemrosesan Akhir Sampah Perencanaan TeknisPelaksanaan PembangunanOperasional dan PemeliharaanPemantauan dan Evaluasi

a. gambar teknis;b. spesifikasi teknis;c. memo disain;d. volume pekerjaan;e. standar operasi dan prosedur;f. rencana anggaran biaya; dang. jadwal pelaksanaan.a. persiapan pembangunan;b. pelaksanaan pembangunan, pengawasan dan uji material;c. uji coba laboratorium dan uji coba lapangan (trial run);d. uji coba sistem (Commisioning Test);e. masa pemeliharaan; danf. serah terima pekerjaan.a. Pengolahan berupa pengoperasian TPS 3R, SPA dan TPSTb. Pemrosesan akhir berupa operasi TPA, pengolahan lindi dan penanganan gasc. Kegiatan pemeliharaan ditujukan agar PSP dapat diandalkand. Pemeliharaan meliputi pemeliharaan rutin dan berkala Pemantauan dilakukan untuk mendapatkan data/informasi kinerja teknis dna non teknis PSP Evaluasi bertujuan untuk mengukur keberhasilan dan mengidentifikasi hambatan pelaksanaan penyelenggaraan PSP

2.4. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 33 Tahun 2010 Tentang Pedoman Pengelolaan SampahPedoman pengelolaan sampah yang diatur dalam peraturan ini dimulai dari bagian pertama yaitu perencanaan dimana pemerintah daerah setempat menyusun rencana pengurangan dan penanganan sampah yang dituangkan dalam rencana strategis dan rencana kerja tahunan SKPD. Rencana pengurangan dan penanganan sampah paling tidak memuat :a. target pengurangan sampah;b. target penyediaan sarana dan prasarana pengurangan dan penanganan sampah mulai dari sumber sampah sampai dengan TPA;c. pola pengembangan kerjasama daerah, kemitraan, dan partisipasi masyarakat;d. kebutuhan penyediaan pembiayaan yang ditanggung oleh pemerintah daerah dan masyarakat; dane. rencana pengembangan dan pemanfaatan teknologi yang ramah lingkungan dalam memenuhi kebutuhan mengguna ulang, mendaur ulang, dan penanganan akhir sampah.Bagian kedua memuat pelaksanaan pengelolaan sampah bahwa dalam rangka pengurangan sampah, pemerintah daerah melakukan langkah pembatasan timbulan sampah, pendauran ulang sampah dan pemanfaatan kembali. Penanganan sampah dapat dilakukan dengan cara :a. pemilahan; Pemilahan sebagaimana dimaksud dilakukan melalui memilah sampah rumah tangga sesuai dengan jenis sampah. Pemilahan sampah dilakukan dengan menyediakan fasilitas tempat sampah organik dan anorganik di setiap rumah tangga, kawasan permukiman, kawasan komersial, kawasan industri, kawasan khusus, fasilitas umum, fasilitas sosial, dan fasilitas lainnya.b. pengumpulan; Pengumpulan sebagaimana dimaksud dilakukan sejak pemindahan sampah dari tempat sampah rumah tangga ke TPS/TPST sampai ke TPA dengan tetap menjamin terpisahnya sampah sesuai dengan jenis sampah.c. pengangkutan;Pengangkutan sebagaimana dimaksud dilaksanakan dengan cara: sampah rumah tangga ke TPS/TPST menjadi tanggung jawab lembaga pengelola sampah yang dibentuk oleh RT/RW; sampah dari TPS/TPST ke TPA, menjadi tanggung jawab pemerintah daerah; sampah kawasan permukiman, kawasan komersial, kawasan industri, dan kawasan khusus, dari sumber sampah sampai ke TPS/TPST dan/atau TPA, menjadi tanggung jawab pengelola kawasan; dan sampah dari fasilitas umum, fasilitas sosial, dan fasilitas lainnya dari sumber sampah dan/atau dari TPS/TPST sampai ke TPA, menjadi tanggung jawab pemerintah daerah. Pelaksanaan pengangkutan sampah tetap menjamin terpisahnya sampah sesuai dengan jenis sampah. Alat pengangkutan sampah harus memenuhi persyaratan keamanan, kesehatan lingkungan, kenyamanan, dan kebersihan. d. pengolahan;Pengolahan sebagaimana dilakukan dengan mengubah karakteristik, komposisi, dan jumlah sampah yang dilaksanakan di TPS/TPST dan di TPA. Pengolahan sampah memanfaatkan kemajuan teknologi yang ramah lingkungan. e. pemrosesan akhir sampah.Pemrosesan akhir sampah dilakukan dengan pengembalian sampah dan/atau residu hasil pengolahan ke media lingkungan secara aman.

2.5. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 519 Tahun 2008 Tentang Pedoman Penyelenggaraan Pasar SehatSebagai tambahan referensi dikarenakan lokasi yang kelompok amati adalah Pengelolaan Sampah di Pasar Tradisional, maka kelompok juga mengacu kepada peraturan ini dan yang kelompok garis bawahi adalah mengenai masalah persampahan di pasar sehat dalam peraturan ini. Peraturan ini dibuat untuk menindaklanjuti pengembangan Program Kabupaten/Kota Sehat untuk mengantisipasi terjadinya penyebaran dan penularan penyakit berpotensial wabah untuk mewujudkan pasar yang bersih, aman, nyaman dan sehat khususnya tradisional. Pengelolaan sampah dalam pasar sehat harus memenuhi persyaratan :a. Setiap kios/los/lorong terseia tempat sampah basah dan keringb. Terbuat dari bahan kedap air, tidak mudah berkarat, kuat, tertutup, dan mudah dibersihkanc. Tersedia alat angkut sampah yg kuat, mudah dibersihkan dan mudah dipindahkand. Tersedia tempat pembuangan sampah sementara (TPS), kedap air, kuat, kedap airatau kontainer, mudah dibersihkan dan mudah dijangkau petugas pengangkutsampahe. TPS tidak menjadi tempat perindukan binatang (vektor) penular penyakitf. Lokasi TPS tidak berada di jalur utama pasar dan berjarak minimal 10 m dari bangunan pasarg. Sampah diangkut minimal 1 x 24 jam

BAB IIIGAMBARAN UMUM LOKASI

3.1. Gambaran Umum Kecamatan CileunyiKabupaten Bandung secara geografis terletak pada 6, 41 7, 19 Lintang Selatan dan diantara 107,22 - 108,5 Bujur Timur. Dengan batas batas wilayahnya:a. Sebelah utara berbatasan dengan Kabupaten Bandung Barat, Kota Bandung dan Kabupaten Sumedangb. Sebelah timur berbatasan dengan Kabupaten Sumedang dan Kabupaten Garutc. Sebelah selatan berbatasan dengan Kabupaten Garut dan Kabupaten Cianjurd. Sebelah barat berbatasan dengan Kabupaten Bandung Barat, Kota Bandungdan Kota Cimahi.Luas wilayah keseluruhan Kabupaten Bandung 16.658,344 Ha diluar kawasan hutan dan tepi/sekitar kawasan hutan yang terdiri dari 31 Kecamatan 267 Desa dan 9 Kelurahan. Dengan morfologi wilayah pegunungan dengan rata-rata kemiringan lereng antara 0 - 8%, 8 - 15% hingga diatas 45 %. Salah satu Kecamatan yang ada di Kabupaten Bandung adalah Kecamatan Cileunyi, kecamatan ini merupakan salah satu alernatif menuju Kota Bandung dan merupakan salah satu kawasan penyangga Kota Bandung.Wilayah Kecamatan Cileunyi terletak pada posisi sangat strategis baik dilihat dari lingkup Regional Jawa Barat, maupun secara publik karena letaknya berbatasan langsung dengan pusat pendidikan, fasilitas tingkat I ( Kota Bandung). Wilayah Kecamatan Cileunyi juga merupakan wilayah penyangga ( buffer Zone) bagi kota Bandung. Wilayah Kecamatan Cileunyi merupakan pintu keluar dan masuk dari kota Bandung, sekaligus merupakan tempat bertemunya arus lalu lintas dari arah selatan (Tasikmalaya dan Garut), dari arah Timur (Sumedang-Cirebon), disisi lain wilayah Kecamatan Cileunyi berbatasan langsung dengan Kecamatan Jatinangor yang menjadi pusat pendidikan Jawa Barat. Kondisi ini berpengaruh pada tingginya akses wilayah lain, sehingga akibatnya Wilayah Kecamatan Cileunyi merupakan tujuan utama migrasi penduduk yang berakibat bukan saja terjadi lonjakan kebutuhan akan pasilitas hunian, juga terjadi kenaikan angka laju pertumbuhan penduduk. Kecamatan Cileunyi memiliki luas wilayah 2.844,574 Ha, yang terdiri atas dataran tinggi dan dataran rendah dengan ketinggian 500-1500 M diatas permukaan laut (DPL) suhu udara berkisar antara 18 C sampai dengan 25 C yang terdiri dari 6 (enam) desa antara lain :1. Desa Cileunyi Wetan2. Desa Cileunyi Kulon3. Desa Cimekar4. Desa Cinunuk5, Desa Cibiru Wetan6. Desa Cibiru Hilir.Adapun batas-batas wilayah Kecamatan Cileunyi adalah sebagaiberikut :a. Sebelah Utara Berbatasan Dengan Kecamatan Cilengkrangb. Sebelah Timur Berbatasan Dengan Kecamatan Jatinangor Kab. Sumedangc. Sebelah Selatan Berbatasan Dengan Kecamatan Rancaekekd. Sebelah Barat Berbatasan Dengan Kecamatan Cibiru Kota BandungLuas wilayah Cileunyi 2. 844,574 Ha terbagi atas beberapa desa, dengan pembagian luas sebagai berikut;

Gambar 3.1. Pembagian Luas Wilayah Kecamatan Cileunyi

Pada tahun 2013 Kecamatan Cileunyi memiliki jumlah penduduk sebanyak 157.247 jiwa dengan perincian seperti pada tabel berikut ini :

Tabel 3.1. Jumlah Penduduk Kecamatan Cileunyi Tahun 2012

Luas wilayah Kecamatan Cileunyi berdasarkan penggunaan lahan dapat dilihat pada tabel berikut ini :

Tabel 3.2. Luas Wilayah Menurut Penggunaan Lahan Kecamatan Cileunyi

Sebagai salah satu tujuan utama migrasi penduduk, maka Kecamatan Cileunyi harus menyediakan infrastruktur untuk menunjang kegiatan masyarakatnya. Salah satu infrastruktur yang harus disediakan adalah pasar, karena keberadaan pasar mempunyai peran atau fungsi yang sangat penting bagi masyarakat baik itu masyarakat sebagai konsumen/pembeli maupun masyarakat sebagai produsen/penjual. Pada umumnya masyarakat Indonesia memperoleh kebutuhan pokok mereka dari pasar secara langsung maupun melalui penjual perantara yang mendapatkan barang dagangannya dari pasar yang selanjutnya dijual kepada masyarakat, demikian pula masyarakat Cileunyi dalam memenuhi kebutuhan pokoknya oleh karena itu pasar merupakan salah satu infrastruktur yang sangat fital dan dibutuhkan oleh masyarakat. Saat ini di kawasan Kecamatan Cileunyi telah didirikan satu pasar dengan konsep pasar sehat yang moderen di Desa Cilenyi Wetan dan diberi nama Pasar sehat Cileunyi, pasar tersebut dikelola olah pihak swasta. PT. Biladi Karya Abadi adalah pihak swasta yang mendirikan dan mengelola pasar tersebut.

3.2. Gambaran Umum Pasar Sehat CileunyiPemerintah Kabupaten (Pemkab) Bandung mengelola sebelas pasar tradisional, tetapi kini tinggal sembilan pasar karena Pasar Pangalengan diserahkan kepada Desa Pangalengan dan Pasar Dangdeur menjadi pasar milik swasta (H.Bambang Budiraharjo, Kepala Diskoperindag Kab. Bandung/2010). Pada perkembangannya, saat ini (2015) pasar tradisional yang dikelola Pemkab Bandung tinggal enam pasar selebihnya dikelola oleh swasta. Salah satu pasar tradisional yang sekarang dikelola oleh swasta adalah Pasar Cileunyi. Pasar Cileunyi mengalami musibah kebakaran tahun 1997 dan terbakar kembali beberapa tahun kemudian, sehingga para pedagang menempati pasar darurat mungkin hal tersebut yang menjadi salah satu alasan Pemkab Bandung untuk mengundang investor guna memperbaiki Pasar Cileunyi. Saat ini Pasar Cileunyi dikelola oleh PT. Biladi Karya Abadi dengan konsep pasar sehat, sehingga berubah namanya menjadi Pasar Sehat Cileunyi selain itu Pasar Cileunyi yang awalnya berupa pasar lingkungan sekarang dirubah menjadi pasar wilayah.Pasar Sehat Cileunyi yang diresmikan pada tahun 2011 karena dibangun dengan konsep pasar sehat yang moderen maka PT. Biladi Karya Abadi selaku pengembang dan Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Bandung mengharapkan akan tercipta pasar yang lebih nyaman, bersih dan sehat. Menurut Juherman (Kepala Seksi Bina Usaha Perdagangan Diskoperindag Kab. Bandung/2009) jika Pasar Sehat Cileunyi berhasil menjelma menjadi pasar sehat sesuai definisi yang ada dalam permenkes, maka pasar tradisional lain yang ada di Kabupaten Bandung bisa mencontoh model standar yang telah ada.Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan No. 519 Tahun 2008 tentang Pedoman Penyelenggaraan Pasar Sehat, persyaratan pasar sehat yang mesti dipenuhi cukup banyak, diantaranya sanitasi, ventilasi, dan kebersihan tempat penjualan yang harus baik dan memenuhi standar kebersihan. Meskipun sulit memenuhi semua kriteria yang disyaratkan tersebut, akan diupayakan agar bisa mendekati standar yang ditetapkan.

Gambar 3.2. Peta Lokasi Pasar Sehat Cileunyi Kabupaten Bandung

Meskipun dikelola oleh swasta, di Pasar Sehat Cileunyi juga terdapat UPT Pasar namun mereka tidak bertanggung jawab terhadap pengelolaan pasar. Tugas pengelolaan pasar ini sepenuhnya di lakukan olehPT. Biladi Karya Abadi selaku pengembang, sementara pihak UPT Pasar hanya bertugas mengontrol kegiatan pengelola pasar atau sebagai pengawas pasar dan menerima laporan atau keluhan pedagang terhadap kinerja PT. Biladi Karya Abadi selaku pengelola pasar. Saat ini di Pasar Sehat Cileunyi terdapat 757 lapak/kios dan yang aktif berkisar 60% sementara sisanya tidak aktif. Selain lapak/kios resmi, di area luar pasar juga tepatnya di area perkir terdapat lapak pedagang kaki lima(PKL) yang ikut berjualan di Pasar Sehat Cileunyi, para pedagang ini disebut sebagai PKL krena tidak memiliki atau tidak membeli lapak/kios yang disediakan oleh pengelola pasar. Pasar Sehat Cileunyi didirikan di area seluas 28.267 m2, sedangkan area terbangun hanya sekitar 7.295,4 m2 sisanya adalah lahan terbuka dengan perkerasan baik itu aspal yang digunakan untuk jalan dan tempat parkir maupun perkerasan menggunakan blok paping yang digunakan sebagai sarana jalan kaki bagi pembeli yang terdapat diantara pembatas kios. Tanah yang digunakan untuk pembangunan Pasar Sehat Cileunyi merupakan tanah yang dimiliki oleh beberapa pihak diantaranya, PT. Biladi Karya Abadi seluas 22.000 m2, tanah milik Pemkab. Bandung seluas 4.497 m2 dan tanah milik Desa Cileunyi wetan seluas 1.770 m2.

BAB IVMETODOLOGI PENELITIAN

4.1. Waktu dan Tempat Pengamatan cara penanganan sampah pasar telah dilaksanakan sejak tanggal 16 s/d 23 Pebruari 2015. Pengamatan tersebut dilaksanakan di Pasar Sehat Cileunyi, Kecamatan Cileunyi Kabupaten Bandung.

4.2. Metode Pengumpulan Data4.2.1. Observasi Metode observasi merupakan peroses pencatatan pola perilaku subjek (orang), objek (benda) atau kejadian yang sistematik tanpa adanya pertanyaan ataupun komunikasi dengan individu-individu yang diteliti. Kelebihan dari metode observasi dibandingkan metode survei adalah data yang dikumpulkan umumnya tidak terdistorsi, lebih akurat dan bebas dari response bias. Metode ini menghasilkan data yang lebih rinci mengenai perilaku (subjek), benda atau kejadian (objek).Metode observasi biasanya dilakukan dengan bantuan peralatan mekanik seperti kamera foto, video, dan mesin penghitung sehingga disebut observasi mekanik (mechanical observation). Observasi mekanik umumnya diterapkan pada penelitian terhadap perilaku atau kejadian yang bersifat rutin, berulang-ulang dan telah terprogram sebelumnya. Observasi terhadap cara penanganan sampah pasar di Pasar Sehat Cileunyi dilakukan dengan cara mendokumentasikan kondisi existing menggunakan foto maupun rekaman.

4.2.2. WawancaraMetode wawancara merupakan metode pengumpulan data primer menggunakan pertanyaan lisan dan tertulis. Metode ini memerlukan adanya kontak atau hubungan antara pewawancara dengan subjek (responden) yang diwawancarai untuk memperoleh data yang diperlukan. Data yang diperoleh sebagian besar merupakan data deskriptif, akan tetapi pengumpulan data dapat dirancang untuk menjelaskan sebab akibat atau mengungkapkan ide-ide. Wawancara dilakukan dengan sistem wawancara terstruktur. Dalam wawancara terstruktur, setiap pertanyaan yang diajukan merupakan pertanyaan yang telah dipersiapkan sebelumnya dalam bentuk daftar pertanyaan (kuesioner). Daftar pertanyaan tersebut kemudian dijadikan pedoman dalam melakukan wawancara dengan pengelola pasar, Kepala PT. Biladi maupun dengan para pedagang di Pasar Sehat Cileunyi.

4.2.3. Jenis DataAda 2 (dua) jenis data yang diperoleh yakni data primer dan data sekunder. Data primer merupakan data yang diperoleh langsung melalui observasi dan wawancara sedangkan data sekunder merupakan data pelengkap dari sumber dan/atau referensi yang memiliki keterkaitan dengan cara penanganan sampah. Data PrimerData primer yang diperoleh langsung melalui pengamatan di Pasar Sehat Cileunyi bersumber dari hasil observasi dan wawancara. Data hasil observasi antara lain meliputi aktifitas satu siklus penanganan sampah mulai dari sumber sampah, kebiasaan memilah, mengumpulkan dan membuang sampah baik oleh penghasil sampah maupun oleh petugas kebersihan Pasar Sehat Cileunyi. Data hasil wawancara dengan pengelola pasar dan Kepala PT. Biladi antara lain meliputi tugas dan wewenang PT. Biladi dalam pengelolaan Pasar Sehat Cileunyi, jumlah dan jenis kios/los, jumlah dan jenis pedagang, jumlah tong sampah, jumlah petugas kebersihan pasar serta besaran penarikan retribusi pasar. Selain itu materi wawancara juga meliputi sistem pengelolaan pasar serta evaluasi kebersihan pasar oleh pihak pengelola pasar.Data hasil wawancara dengan pedagang antara lain meliputi penyediaan tempat sampah (jumlah dan jenis tempat sampah), aktifitas pembuangan sampah (volume dan jenis sampah yang dihasilkan dan dibuang). Selanjutnya untuk kepentingan kros chek dengan kesesuaian jawaban dari pengelola pasar maka dilakukan wawancara juga mengenai besaran retribusi serta pemahaman dasar pedagang dalam pengelolaan sampah dan kebersihan pasar.

Data SekunderData-data sekunder yang diperlukan sebagai acuan antara lain meliputi Undang-undang Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 2008 Tentang Pengelolaan Sampah, Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 81 Tahun 2012 Tentang Pengelolaan Sampah Rumah Tangga dan Sampah Sejenis Sampah Rumah Tangga, Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Republik Indonesia Nomor 03/PRT/M/2013 Tentang Penyelenggaraan Prasarana dan Sarana Persampahan Dalam Penanganan Sampah Rumah Tangga dan Sampah Sejenis Sampah Rumah Tangga, Peraturan Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia Nomor 33 Tahun 2010 Tentang Pedoman Pengelolaan Sampah.Selain beberapa regulasi pemerintah, bahan referensi juga berasal dari panduan teknis yang digunakan oleh Direktorat PPLP Direktorat Jenderal Cipta Karya, PU serta diktat kuliah pengelolaan sampah.

4.3. Proses PengamatanProses pengamatan cara penanganan sampah Pasar Sehat Cileunyi dibagi dalam beberapa tahap mulai dari tahap persiapan, tahap pelaksanaan dan tahap akhir serta pelaporan. Tahap PersiapanPada tahap persiapan ini dilakukan identifikasi masalah dan studi literatur yang berkaitan dengan penanganan sampah. Tahap PelaksanaanPada tahap pelaksanaan dilakukan identifikasi kondisi eksisting melalui pengumpulan data primer dan data sekunder serta pengolahan data. Tahap Akhir dan PelaporanTahap akhir dan pelaporan merupakan rangkaian yang tidak terpisahkan dari keutuhan kegiatan pengamatan. Pada tahap ini, data yang telah diolah sebelumnya akan dibahas sesuai kebutuhannya, kemudian berdasarkan hasil pengolahan data tersebut dilakukan penarikan kesimpulan serta rekomendasi-rekomendasi yang di perlukan untuk perbaikan-perbaikan pengelolaan sampah Pasar Sehat Cileunyi di masa mendatang.BAB VANALISA DAN PEMBAHASAN

5.1. Sumber, Karakteristik dan Timbulan Sampah 5.1.1. Sumber dan Timbulan SampahMenurut Profesor Enri Damanhuri dan DR. Tri Padmi (2010) dalam diktat pengelolaan sampah dijelaskan bahwa sumber sampah dibagi menjadi 2 (dua) kelompok besar yaitu sampah dari permukiman atau sampah rumah tangga dan sampah dari non permukiman yang sejenis sampah rumah tangga seperti dari pasar, daerah komersial dan sebagainya. Berdasarkan klasifikasi tersebut, maka pengelompokan pada pengamatan ini dilakukan pada salah satu pusat kegiatan komersil yang ada di Wilayah Kabupaten Bandung yakni Pasar Sehat Cileunyi, Kecamatan Cileunyi Kabupaten Bandung. Pasar ini telah beroperasi mulai dari tahun 2012 hingga tahun 2015 dengan membuka 837 kios dengan akte pengikatan jual beli. Namun keberadaan kios tersebut hanya 45% saja yang telah terisi oleh pedagang dan sisanya masih kosong, bahkan ditinggalkan oleh pemiliknya. Selain itu menurut Pimpinan PT Biladi Karya Abadi keberadaan pedagang kaki lima yang berkisar 155 orang, turut meramaikan Pasar Sehat Cileunyi mulai dari pukul 02.00 dini hari hingga pukul 13.00 siang.Pasar ini terdiri dari 178 kios, 8 toko, dan 140 los (los ikan, daging ayam, daging sapi, sayuran), dengan berbagai jenis dagangan yang diperdagangkan. Mulai dari dagangan pakaian, sembako, peralatan rumah tangga, perhiasan, fashion, buah-buahan, warung makan, alat tulis kantor (ATK), alat pertanian, souvenir, sayuran, dan bahan makanan.

Gambar 3.3. Grafik Jumlah Pedagang

Setiap aktivitas dari pedagang pasar yang dimulai dari pukul 02.00 dini hari hingga pukul 13.00 siang akan menimbulkan sampah. Berdasarkan pengamatan yang dilakukan di lapangan diperoleh bahwa aktivitas pasar menghasilkan timbulan sampah basah dan sampah kering. Timbulan sampah basah 80% dihasilkan oleh pedagang sayuran, yang membuang potongan-potongan sayur. Selain itu timbulan sampah kering dihasilkan oleh pedagang pasar sebanyak 20% adalah jenis plastik. Dikarenakan setiap aktivitas jual-beli barang dagangan, pedagang menggunakan plastik sebagai bungkusan untuk pembeli. Berdasarkan kegiatan dan aktivitas yang telah di sebutkan diatas, pengelolaan sampah sangat perlu dilakukan. Dan hal tersebut dapat dimulai dari sumber timbulan sampah sendiri. Hasil wawancara yang dilakukan kepada pedagang, menjelaskan bahwa pedagang menghasilkan sampah setiap terjadi transaksi antara penjual dan pembeli. Sampah yang dihasilkan akan ditampung pada kantong plastik, untuk kemudian diletakkan di tepi selokan maupun di depan meja dagangan. Sampah tersebut nantinya akan diambil oleh petugas kebersihan pasar dan dibuang ke TPS. Selain itu para pedagang juga kerap kali membuang sendiri sampah mereka yang telah terbungkus plastik langsung ke TPS (Tempat Pengumpulan Sementara), apabila meja dagangan mereka lebih dekat dengan lokasi TPS.Dari hasil wawancara dengan Pimpinan PT. Biladi Karya Abadi, diperoleh penjelasan bahwa jumlah timbulan sampah yang dihasilkan dari Pasar Sehat Cileunyi yaitu 7 ton/hari. Dari jumlah tersebut, hanya sekitar 40 % atau 2 3 ton saja yang benar-benar berasal dari para pedagang pasar. Sisanya merupakan sampah yang berasal dari domestik di sekitar Pasar Sehat Cileunyi, dan secara sembunyi-sembunyi dibuang ke TPS oleh warga.

Gambar 3.4 Timbulan Sampah di TPS Pasar Sehat Cileunyi

5.1.2. Komposisi SampahKomposisi sampah yang terdapat di Pasar Sehat Cileunyi terdiri atas 20 % sampah anorganik dan 80 % sampah organik. Presentase komposisi sampah Pasar Sehat Cileunyi dapat dilihat pada tabel 1 berikut ini :Tabel 3.3 Komposisi Sampah Pasar Sehat Cileunyi (% berat basah)Komposisi SampahPresentase

Organik Sisa makanan Sayuran Kulit buah-buahan Jeroan ikan156041

Anorganik Kardus Plastik Kertas Kaleng Botol Bekas28244

Sumber: Hasil AnalisaAdapun komposisi sampah pasar sehat Cileunyi, lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar dibawah ini :

Gambar 3.5.Grafik presentase komposisi sampah Pasar Sehat Cileunyi (% berat basah)Menurut Damanhuri dan Tri Padmi (2010), Komposisi sampah seperti pada penelitian ini juga dipengaruhi oleh beberapa faktor: Cuaca: di daerah yang kandungan airnya tinggi, kelembaban sampah juga akan cukup tinggi Frekuensi pengumpulan: semakin sering sampah dikumpulkan maka semakin tinggi tumpukan sampah terbentuk. Tetapi sampah organik akan berkurang karena membusuk, dan yang akan terus bertambah adalah kertas dan dan sampah kering lainnya yang sulit terdegradasi Musim: jenis sampah akan ditentukan oleh musim buah-buahan yang sedang berlangsung Tingkat sosial ekonomi: Daerah ekonomi tinggi pada umumnya menghasilkan sampah yang terdiri atas bahan kaleng, kertas, dan sebagainya. Pendapatan per kapita: masyarakat dari tingkat ekonomi rendah akan menghasilkan total sampah yang lebih sedikit dan homogen dibanding tingkat ekonomi lebih tinggi. Kemasan produk: kemasan produk bahan kebutuhan sehari-hari juga akan mempengaruhi. Negara maju cenderung tambah banyak yang menggunakan kertas sebagai pengemas, sedangkan negara berkembang seperti Indonesia banyak menggunakan plastik sebagai pengemas.Dengan mengetahui komposisi sampah dapat ditentukan cara pengolahan yang tepat dan yang paling efisien sehingga dapat diterapkan proses pengolahannya.

5.2. Pewadahan, Pengumpulan dan Transfer5.2.1. Pewadahan SampahPewadahan sampah adalah suatu cara penampungan sampah sebelum dikumpulkan, dipindahkan, diangkut dan dibuang ke tempat pembuangan akhir. Tujuan utama dari pewadahan adalah :1. Untuk menghindari terjadinya sampah yang berserakan sehingga mengganggu lingkungan dari kesehatan, kebersihan dan estetika.2. Memudahkan proses pengumpulan sampah dan tidak membahayakan petugas pengumpulan sampah, baik petugas kota maupun dari lingkungan setempat.Sementara menurut Damanhuri dan Padmi, Pewadahan sampah merupakan cara penampungan sampah sementara di sumbernya baik individual maupun komunal. Wadah sampah individual umumnya ditempatkan di muka rumah atau bangunan lainnya. Sedangkan wadah sampah komunal ditempatkan di tempat terbuka yang mudah diakses. Sampah diwadahi sehingga memudahkan dalam pengangkutannya.Pengelola Pasar Sehat Cileunyi telah menyediakan tempat sampah untuk para pedagang. Untuk pedagang los, tempat sampah disediakan di beberapa yang mudah di jangkau oleh para pedagang sementara di bagian kios disediakan satu tempat sampah untuk dua kios namun saat ini tempat sampah yang disediakan pengelola tersebut tinggal beberapa buah saja karena dicuri oleh orang tidak bertanggung jawab. Tempat sampah yang terdapat dipasar berasal dari beberapa pihak diantaranya, di sediakan oleh pengelola pasar, bantuan pemerintah dan Corporate Social Responsibility (CSR). Untuk jenis tempat sampah yang digunakan di area Pasar sehat Cileunyi ada tiga yaitu tempat sampah berbahan plastik, tempat sampah dari drum dan tempat sampah keranjang dari anyaman bambu bekas sayur atau buah.

Gambar 3.6. Jenis Tempat SampahUkuran tempat sampah tersebut berbeda-beda sehingga memiliki volume yang berbeda pula, tempat sampah berbahan plastik memiliki ukuran Lebar 0,29 m, Panjang 0,35 m dan Tinggi 0,55 m sehingga Volumenya 0,06 m3. Tempat sampah dari drum Lebar 0,5 m, Tinggi 0,5 m dan Volumenya 0,1 m3, sementara tempat sampah Keranjang dari anyaman bambu memiliki Lebar 0,55 m, Tinggi 0,55 m dan Volume 0,13 m3. Semua tempat sampah yang berada di pasar tidak dilengkapi dengan penutup sehingga dibiarkan dalam keadaan terbuka.Tempat sampah yang terdapat di Pasar Sehat Cileunyi tidak semuanya memenuhi persyaratan tempah sampah yang baik, karena tempat sampah yang baik seharusnya memenuhibeberapa persyaratandiantaranya;1. Konstruksi yang harus kuat.2. Mudah diisi, dikosongkan dan dibersihkan.3. Berukuran sedemikian rupa sehingga mudah diangkut.4. kedap air dan tidak mudah berkarat.5. Mempunyai penutup yang rapat sehingga tidak menarik serangga ataupun binatang lainnya.Jika menilik kriteria tempat sampah di atas maka tempat sampah di Pasar Sehat Cileunyi tergolong tempat sampah yang tidak baik karena terbuat dari anyaman bambu tentu saja tidak kedap air dan yang terbuat dari drum akan mudah berkarat, hanya tempat sampah yang berbahan plastik yang memenuhi syarat dari segi bahan. Namun jika dilihat secara keseluruhan maka tidak ada tempat sampah di Pasar sehat Cileunyi yang memenuhi standar yang bagus karena semua tempat sampah tidak dilengkapi dengan penutup.Seharusnya, jika mengingat sampah yang dihasilkan pasar terdiri dari dua jenis yaitu sampah basah (organik) dan sampah kering (anorganik), tentunya idealnya harus mempunyai tempat sampah yang harus sesuai dengan jenis sampahnya dan sampah tersebut terpilah. Namun yang terjadi di lapangan semua sampah tercampur menjadi satu, bahkan tempat sampah yang jumlahnya terbataspun seolah hanya menjadi pajangan karena lebih banyak pedagang yang membuang sampah yang dihasilkan tidak pada tempat sampah yang disediakan. Kebanyakan pedagang membuang sampahnya di lorong pasar sehingga kesan kumuh dan kotor terlihat di Pasar Sehat Cileunyi terutama dibagian Los karena di bagian Los ini didominasi oleh penjual sembako, sayur, ikan dan daging. Ketidaktertiban terutama dilakukan oleh para pedagang sayur, mereka sering membuang sayuran sisa maupun sayuran kotor di lorong dalam Los. Para pedagang juga tidak menyediakan tempat sampah di masing-masing tempat berjualan mereka sehigga mereka membuang sampah di lorong-lorong los, hal ini tentu saja menyulitkan bagi para petugas pengumpul sampah kerena mereka harus menyapu sampah-sampah tersebut sebelum dimasukkan ke dalam tempat sampah terlebih sampah di bagian Los yang berjenis sampah basah sehingga lebih sulit untuk disapu. Perilaku pedagang yang membuang sampah sembarangan ini dikeranakan anggapan mereka yang telah membayar servis charge sehingga segala permasalahan sampah mereka anggap adalah tanggung jawab pengelola dan mereka tidak punya tanggung jawab atas hal tersebut.Bukan hanya sampah basah yang berserakan, lantai lorong yang terbuat dari keramik berwarna putihpun sangat kotor sehingga menambah kesan kumuh di pasar tersebut. Kotoran pada lantai disebabkan oleh bercampurnya tanah dengan air akibat aktifitas pasar sehingga meninggalkan noda di lantai pasar bagian Los. Kotor pada lantai selain disebabkan oleh kotoran yang terbawa selama proses pengangkutan juga disebabkan oleh keadaan lahan parkir yang sebagian aspalnya rusak sehingga ketika terjadi hujan maka akan menjadi kubangan air yang bercampur lumpur.

5.2.2. Pengumpulan SampahPengelola Pasar sehat Cileunyi mempekerjakan 14 orang dalam pengelolaan kebersihan pasar yang terdiri dari 1 orang koordinator dan 13 orang petugas lapangan, dari 13 orang petugas lapangan terdiri dari 4 wanita dan 9 pria. Dalam melakukan tugasnya mereka telah dibagi-bagi perwilayah kerja masing-masing. Para petugas lapangan mulai bekerja mengumpulkan sampah dari sumber sampah pasar untuk dibuang ke TPS Pasar dari jam 05.00 WIB sampai 13.00 WIB. Jam kerja petugas kebersihan yang berlaku sekarang merupakan kebijakan baru dari pimpinan PT.Biladi Karya Abadi yang baru dan sejak Pasar sehat cileunyi ini didirikanpimpinannyatelah berganti sebanyak tujuh kali. Sebelumnya para petugas kebersihan mulai bekerja ketika kegiatan jual beli sudah mulai berkurang yaitu pagi sekitar jam 09.00 WIB, namun kebijakan yang sekarang para petugas kebersihan memmulai pekerjaan sejak jam 05.00 WIB. Menurut Bapak Oscar selaku pimpinan di PT. Biladi Karya Abadi, salah satu alasan mengapa dibuat kebijakan petugas kebersihan bekerja mulai jam 05.00 WIB agar setiap saat kebersihan pasar selalu terjaga karena ketika kegiatan jual beli dilakukan dan menghasilkan sampah disaat itu pula sampah-sampah tersebut akan dibersihkan oleh petugas pengumpul sampah.Dalam menjalankan tugas pengumpulan sampah, pengelola pasar menyediakan perlengkapan bagi pekerjanya berupa seragam, sepatu, gerobak sampah, tempat sampah, sapu, skop dan cangkul.Dengan perlengkapan tersebut diharapkan kerja para petugas kebersihan ini optimal, meskipun dari beberapa item perlengkapan tersebut sudah dalam kondisi tidak baik misalnya tempat sampah yang hilang sehingga petugas menggantinya dengan keranjang anyaman bambu bekas tempat sayur atau buah, gerobak yang mulai rusak sehingga daya angkut tidak optimal dan banyak yang lain. Tentusaja hal tersebut sedikit banyak berpengaruh terhadap kinerja petugas kebersihan di lapangan.Proses pengumpulan sampah dari sumber sampah menuju ke TPS Pasar dilakukan dengan dua metode oleh para petugas kebersihan, metode pertama sampah di sumber sampah dikumpulkan dalam wadah atau tempat sampah ketika wadah tersebut sudah penuh kemudian diangkut langsung ke TPS Pasar dengan cara menarik tempat sampah tersebut. Sebelum digunakan untuk mengangkut sampah, pada salahsatu sisi wadah tersebut di beri tali sebagai sarana menarik wadah sampah yang sudah penuh. Metode kedua, sampah dari sumber sampah dikumpulkan dalam sebuah wadah ketika penuh sampah tersebut dipindah ke dalam gerobak dan ketika gerobak penuh maka sampah-sampah tersebut baru dibuang ke TPS Pasar.Dalam menjalankan tugasnya petugas kebersihan Pasar Sehat Cileunyi dibagi menjadi 5 area dan masing-masing petugas kebersihan memiliki tugas untuk membersihakan area tertentu. Untuk area 1 dan 5 merupakan area jalan yang berada di dalam pasar dan di badan jalan digunakan para PKL untuk berjualan. Penanganan sampah di area tersebut dilakukan dengan cara mengumpulkan sampah dari sumber sampah ke dalam wadah berupa keranjang yang terbut dari anyaman bambu setelah itu sampah akan dimasukkan dalam gerobak sampah. Setelah gerobak penuh maka sampah dibuang ke TPS Pasar, menurut para petugas kebersihan di perlukan lima keranjang sampah untuk memenuhi gerobak tersebut. Penuh disini tidak berarti sampah memenuhi gerobak sampai di batas atas gerobak, karena gerobak sampah sendiri sudah mulai mengalami kerusakan di bagian pembatas belakang sehingga daya angkut sampah tidak optimal. Untuk area ini, dalam sekali ritasi diperlukan waktu 1 jam untuk mengumpulkan sampah, membuang sampah ke TPS Pasar dan kembali ke tempat semula.

5

TDD = 55 cmT = 55 cmV = 0,13 m3P = 35 cmL = 29 cmT = 55 cmV = 0,06 m3LPTP = 127 cmL = 60 cmT = 100 cmV = 0,76 m3PLLT

1

3

2

4

Gambar 3.7. Area Pasar dan Alat Bantu Pengumpulan Sampah

Area 2, area 3 dan area 4 menggunakan metode yang sama dalam melakukan pengumpulan sampah. Metode yang dilakukan petugas kebersihan di area ini adalah dengan mengumpulkan sampah dari sumber ke wadah keranjang anyaman bambu dengan diameter 55 cm dan tinggi 55 cm, kemudian setelah terisi penuh maka keranjang tersebut akan ditarik menuju ke TPS Pasar dan sampah pasarnya akan di buang di TPS tersebut. Area 2 adalah area para PKL yang memanfaatkan lahan parkir sebagai tempat berjualan, di area ini ada satu petugas yang bertanggung jawab atas kebersihannya. Waktu yang diperlukan untuk melakukan satu kali ritasi sampah dari sumber sampai ke TPS adalah satu jam. Area 3 adalah area kios, kompisisi sampah di area ini berbeda dengan arean lain karena di area ini sampah didominasi oleh sampah kering berupa plastik dan kardus bekas dengan jumlah timbulan sampah yang tidak terlalu banyak oleh karena itu meskipun areanya paling luas namun di area ini hanya ditugaskan seorang petugas kebersihan. Di area ini petugas kebersihan juga menggunakan wadah keranjang anyaman bambu untuk mengangkut sampah dari sumber ke TPS Pasar. Dengan komposisi sampah kering sehingga lebih memudahkan petugas dalam proses pengumpulan sampah, satu kali ritasi hanya dibutuhkan waktu sekitar 30 menit. Area 4 merupakan area Los, penjual disini merupakan penjual kebutuhan pokok berupa daging, ikan, sembako dan didominasi oleh penjual sayur. Komposisi sampah di area ini sebagian besar adalah sampah basah dan lebih banyak berupa sayur-sayuran yang dibuang pedagang. Para petugas disini dalam proses pengumpulan sampah menggunakan sarana wadah keranjang anyaman bambu dan tempat sampah plastik berbentuk kotak dengan panjang 35 cm, lebar 29 cm dan tinggi 50 cm. Di area ini petugas juga menggunakan tempat sampah plastik untuk ditarik hal ini karena posisi area ini merupakan area yang paling dekat lokasinya dengan TPS dan tempat sampah yang ditarik melewati lorong yang terbuat dari keramik sehingga meskipun terbuat dari plastik tempat sampah tersebut tidak mudah pecah. Timbulan sampah yang dihasilkan di area ini juga sangat banyak, untuk melakukan satu kali ritasi kurang lebih dibutuhkan waktu 20 menit.Setelah sampah terkumpul di TPS maka sampah-sampah tersebut akan dipindahkan ke truk sampah, proses pemindahan sampah ini dilakukan secara manual oleh dua orang petugas kebersihan. Waktu yang dibutuhkan oleh dua orang petugas kebersihan untuk memenuhi bak truk yang berukuran Panjang 3,5 m, Lebar 1,8 m dan Tinggi 1,5 m (Volume 9,45 m3) adalah 1 2 jam. Dalam memindah sampah dari TPS ke truk sampah petugas menggunakan alat bantu berupa tempat sampah, cangkul dan garuk sampah. Cangkul dan garuk digunakan untuk mengurai sampah yang menumpuk di TPS kemudian di tempatkan ke tempat sampah dan selanjutnya di pindah ke dalam bak truk sampah.Dalam proses pemindahan sampah, sampah yang dipindahkan bukan hanya sampah yang sudah tertumpuk lama di TPS namun sampah baru juga mereka letakkan di dalam bak truk sampah. Ketika petugas pemindah sampah melakukan kegiatannya dan petugas pengumpul sampah datang menyeret sampah dalam keranjang atau tempat sampah maka sampah tersebut langsung dimasukkan ke dalam truk. Pemindahan sampah baru tidak terlalu memerlukan tenaga yang besar seperti memindahkan sampah lama, selain sampah lama mulai agak mengeras dan butuh di cangkul/garuk terlebih dahulu, kandungan airnya juga tinggi sehingga diperlukan tenaga yang besar untuk menanganinya belum lagi ditambah bau sampah yang tidak sedap sangat menyengat di hidung. Sementara jika sampah baru kondisinya belum berbau, tanpa perlu mencangkul dan tersedia di dekat truk sehingga tinggal memasukkan ke dalam truk dan kandungan airnya masih belum banyak.

Gambar 3.8. Kegiatan Pemindahan SampahKondisi di TPS saat ini terjadi penumpukan yang sangat banyak, menurut pengelola setiap 6 Bulan sekali atau jika tumpukan sampah sudah sangat banyak maka akan dilakukan OPSI. OPSI adalah kepanjangan dari Operasi Bersih, dimana semua sampah yang berada di TPS akan diangkut ke TPA Arjasari. Dalam proses ini pemindahan sampah dari TPS ke truk sampah tidak dilakukan secara manual akan tetapi dilakukan dengan bantuan loader sehingga waktu pemindahan lebih cepat. Selain itu sebelum di lakukan OPSI perwakilan pihak Dispertasi Kabupaten Bandung terlebih dahulu memperkirakan jumlah sampah di TPS, hal ini dilakukan untuk mengetahui kebutuhan truk untuk melakukan OPSI.

5.3. Pengangkutan SampahSetelah proses pemindahan sampah selesai dilakukan selanjutnya sampah tersebut diangkut ke TPA yang berada di Arjasari, pengangkutan dilakukan dengan menggunakan truk sampah dari Dispertasi Kabupaten Bandung. Pengangkutan sampah ini merupakan salah satubentuk kerjasama pengelola pasar dengan Pemkab. Bandung, Pasar Sehat Cileunyi mendapat jatah pengangkutan sampah hingga 16 - 18 kali dalam sebulan atau biasa dilakukan 4 kali/minggu dengan biaya angkut Rp. 300.000/truk dengan asumsi satu kali angkut sampah yang terangkut seberat 7 ton.Untuk membiayai pengelolaan kebersihan di Pasar Sehat Cileunyi, PT. Biladi Karya Abadi selaku pengelola pasar memberlakukan biaya servis charge kepada semua pedagang yang besarannya tergantung pada tipe tempat jualan mereka, kios Rp. 3.000/hari, los Rp. 3.500/hari dan pedagang kaki lima (PKL) Rp. 4.000/hari pembayaran harus dilakukan oleh pedagang per bulan dan dibayar di awal bulan.Pengelola pasar memperkirakan jumlah timbulan sampah yang dihasilkan adalah 7 ton sampah per hari atau sekitar satu truk sampah. Jika setiap hari timbulan sampah 7 ton atau satu truk sampah, sedangkan pengangkutan dilakukan maksimal 18 kali/bulan maka sisa sampah di TPS Pasar adalah 84.000 ton/bulan sehingga jika kita lihat TPS Pasar akan terlihat tumpukan sampah yang sangat banyak. Untuk menanggulangi hal tersebut pihak PT. Biladi Karya Abadi membuat kebijakan bahwa setiap enam bulan sekali atau jika tumpukan sampah di TPS sudah terlalu banyak akan dilakukan OPSIH dan semua sampah di TPS akan diangkut ke TPA Arjasari sehingga TPS Pasar akan bersih dari sampah.Penumpukan sampah di TPS Pasar yang tidak terangkutterlebih dengan komposisi sampah yang didominasi oleh sampah organik makaakan menimbulkanbau yang tidak sedap dan sangat menyengat karena proses degradasi bahan organik oleh bakteri anaerob dan bau yang ditimbulkan ini tentu saja mengurangi kenyamanan para pedagang maupun pembeli di Pasar, terlebih lagi letak TPS sangat berdekatan dengan los penjual daging. Aroma daging bisa mengundang lalat yang berasal dari TPS untuk hinggap di daging dan hal ini tentu saja tidak sehat dan bisa menjadi sarana penyebaran penyakit. Sementara tumpukan sampah yang berada di dekat pintu masuk pasar dianggap sebagai tempat pembuangan sampah liar sehingga PT. Biladi Karya Abadi selaku pengelola pasar tidak mau bertanggung jawab atas pengangkutan sampah tersebut.Untuk menanggulangi penumpukan sampah di TPS tersebut pihak pengelola pasar sedang berusaha untuk melakukan negoisasi dengan pihak Pemkab Bandung dalam hal ini pihak Dispertasi agar jadwal pengangkutan sampah dapat diperbanyak. Jika selama ini hanya dilakukan 16 18 kali dalam satu bulan, pihak pengelola pasar berharap agar pengangkutan sampah dari TPS ke TPA Arjasari dapat dilakukan setiap hari sehingga tidak akan terjadi penumpukan sampah lagi di TPS sehingga tidak tercium bau sampah yang menyengat dan mengurangi kenyamanan para dan tidak perlu dilakukan kegiatan OPSIH.

5.4. Pengelolaan Sampah di Pasar Sehat Cileunyi Karena pengelolaan sampah adalah sebuah sistem, maka untuk melihat tinjauan berikutnya kemudian dibagi menjadi 5 subsistem yaitu: Subsistem RegulasiAspek pengaturan didasarkan atas kenyataan bahwa negara Indonesia adalah negara hukum, dimana sendi-sendi kehidupan bertumpu pada hukum yang berlaku. Manajemen persampahan kota di Indonesia membutuhkan kekuatan dan dasar hukum, seperti dalam pembentukan organisasi, pemungutan retribusi, ketertiban masyarakat, dan sebagainya. Peraturan yang diperlukan dalam penyelenggaraan sistem pengelolaan sampah di perkotaan antara lain adalah yang mengatur tentang: Ketertiban umum yang terkait dengan penanganan sampah Rencana induk pengelolaan sampah kota Bentuk lembaga dan organisasi pengelola Tata-cara penyelenggaraan pengelolaan Besaran tarif jasa pelayanan atau retribusi Kerjasama dengan berbagai pihak terkait, diantaranya kerjasama antar daerah, atau kerjasama dengan pihak swasta.Untuk melihat kesesuaian pengelolaan sampah di lokasi studi yang jenis sampahnya merupakan sampah sejenis sampah domestik, maka kami melihat apakah regulasi yang terkait sesuai dengan aplikasi di Pasar Sehat Cileunyi dalam tabel berikut.

34

Tabel 3.4 Regulasi Terkait Sistem PersampahanNo.RegulasiPenjelasan

1.Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2008 Tentang Pengelolaan Sampah

Dalam UU ini, terdapat tiga jenis sampah yang diatur, sampah rumah tangga, sampah sejenis sampah rumah tangga dan sampah spesifik. Dalam tugas kali ini, lokasi studi kami yaitu Pasar Sehat Cileunyi menghasilkan sampah sejenis sampah rumah tangga seperti sampah organik dan sampah anorganik dengan perkiraan komposisi 80% untuk sampah organik yang berasal dari sayur sisa penjualan yang telah busuk, sisa daging dan bahan organik lainnya dan 20% untuk sampah anorganik yang terdiri dari kantong plastik dan sejenisnya. Sesuai dengan arahan undang-undang, sampah dengan jenis ini memiliki pengelolaan yang terdiri dari pengurangan sampah dan penanganan sampah. Pengurangan sampah meliputi pembatasan timbulan sampah, pendauran ulang sampah dan pemanfaatan kembali sampah. Di Pasar Sehat Cileunyi, kegiatan pengurangan sampah cukup berjalan di aspek pemanfaatan kembali sampah. Sampah yang dirasa masih memiliki nilai ekonomis kemudian dikumpulkan oleh pemulung untuk kemudian dijual. Untuk aspek pembatasan timbulan sampah tidak terjadi di Pasar Sehat Cileunyi sedangkan untuk aspek pendauran ulang pernah dilakukan dengan melakukan kompos yang dibantu oleh pihak luar namun sudah lama tidak berjalan karena adanya keluhan dari petugas pengomposan yang tidak tahan akan bau sampah yang menumpuk sehingga mengganggu kesehatan.pekerja.Penanganan sampah meliputi pengelompokkan, pengumpulan, pengangkutan, pengolahan bentuk dan pemrosesan akhir. Sampah yang berasal dari Pasar Sehat Cileunyi langsung melalui proses pengumpulan dan tidak melalui proses pengelompokkan dan pemisahan sampah sesuai dengan jenis, jumlah dan sifat sampah.

2.Peraturan Pemerintah Nomor 81 Tahun 2012 Tentang Pengelolaan Sampah Rumah Tangga dan Sampah Sejenis Sampah Rumah Tangga

Dalam peraturan ini daerah tingkat II diarahkan untuk menyusun Rencana Induk Persampahan dan Studi Kelayakan pengelolaan sampah rumah tangga. Dalma peraturan ini disebutkan bahwa sampah paling tidak dipilah menjadi 5 jenis sampah seperti sampah mengandung bahan berbahaya, sampah mudah terurai, sampah yang digunakan kembali, sampah yang didaur ulang dan sampah lainnya. Di Pasar Sehat Cileunyi tidak terjadi pemilahan terhadap 5 jenis sampah di atas.

3.Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 03 Tahun 2013 Tentang Penyelenggaraan Prasarana dan Sarana Persampahan Dalam Penanganan Sampah Rumah Tangga dan Sampah Sejenis Sampah Rumah Tangga

Peraturan ini merupakan turunan dari peraturan sebelumnya yang menekankan penyelenggaraan sarana dan prasarana dalam penanganan sampah. Dalam peraturan ini penanganan sampah terdiri dari dari pemilahan, pengumpulan, pengangkutan, pengolahan sampah dan pemrosesan. Dalam tugas kali ini kelompok diminya untuk mengamati perjalanan sampah hanya sampai TPS (proses 1,2 dan 3). Pasar Sehat Cileunyi belum sepenuhnya melakukan pemilahan menjadi 5 jenis sampah, tidak dilakukan setiap penghasil sampah dalam hal ini pedagang dan tidak memenuhi persyaratan sarana pemilahan dan pewadahan. Untuk aspek pengumpulan, di Pasar Sehat Cileunyi tidak dilakukan pemilahan dan pola pengumpulan berupa campuran antara individual langsung dan individual tidak langsung. Pola individual langsung terjadi pada saat pedagang mengumpulkan sampah mereka dan langsung membawa ke TPS pasar. Pola indivudual tidak langsung terjadi pada saat pedagang mengumpulkan sampah mereka di depan kios/los mereka ( tanpa wadah ) dan nantinya ada petugas yang mengambil sampah untuk dibawa ke TPS pasar. Tinjauan kelompok untuk TPS pasar berdasarkan kriteria yang dimaksud adalah seperti berikut :NoKriteriaKesesuaian

1Luas TPS sampai dengan 200 m2S

2Tersedia Sarana Pengelompokkan 5 jenis sampahTS

3Jenis pembangunan penampung sampah sementara bukan wadah permanenS

4Luas lokasi dan kapasitas sesuai kebutuhanTS

5Lokasi mudah diaksesS

6Tidak mencemari lingkunganTS

7Penempatan tidak menganggu estetika dan lalu lintasTS

8Memiliki jadwal pengumpulan dan pengangkutanS

Poin 2 : TPS tidak memiliki sarana pemilahan 5 jenis sampah karena sampah yang ada langsung dicampur ke TPS. Poin 4 : Luas TPS yang ada sesuai siteplan awalnya mencukupi kebutuhan sampah pasar, namun karena masuknya sampah dari luar pasar yang berasal dari sampah domestik rumah tangga maka TPS mengalami over kapasitas. Poin 6 : Akibat poin 4, sampah yang meluber memenuhi pinggiran TPS dan tidak terangkut sehingga menimbulkan bau busuk yang terciun sampai ke dalam pasar. Poin 7 : Penempatan lokasi sebenarnya tidak mengganggu estetika namun karena adanya over kapasitas timbulan sampah yang tidak terangkut maka sampah tersebut memenuhi jalan sehingga mengganghu lalu lintas ditambah lagi adanya licid yang membuat jalan menjadi berair ( becek ).

4.Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 33 Tahun 2010 Tentang Pedoman Pengelolaan Sampah

Pengelolaan sampah dalam peraturan menteri ini disusun oleh pemerintah daerah dan dituangkan dalam rencana strategis dan rencana kerja tahunan SKPD. Pemerintah daerah memfasilitasi pembentukan lembaga pengelola sampah di desa/kelurahan, kawasan komersial, kawasan industri, fasilitas umum, fasilitas sosial dan fasilitas lainnya. Pemerintah daerah dalam menangani sampah dengan 5 cara yang telah disebutkan sebelumnya. Untuk lembaga pengelola sampah, pemerintah daerah dapat membentuk BLUD Persampahan setingkat kerja SKPD. Dalam hal ini Pasar Sehat Cileunyi bisa dikatakan merupakan kawasan komersial karena terjadi kegiatan bisnis jual beli di dalamnya dan bisa juga disebut fasilitas sosial yang disediakan pemerintah sebagai tempat bertemunya penjual dan pembeli. Pengelola Pasar Sehat Cileunyi sudah memiliki bagian sendiri di bawah pengelola pasar yang bertugas untuk mengkoordinasikan kegiatan persampahan di dalam pasar di bawah koordinator kebersihan. Di bawah koordinasi kebersihan ini, masalah sampah dikelola mulai dari pengumpulan, pengangkutan, transfer dan retribusi.

5.Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 519 Tahun 2008 Tentang Pedoman Penyelenggaraan Pasar Sehat

Secara umum baik jenis kios/los/lorong masing-masing tersedia tempat basah dan kering dan wadah terbuat dari bahan kedap air, tidak mudah berkarat, kuat, tertutup dan mudah dibersihkan. Di Pasar Sehat Cileunyi sendiri kios dan los tidak memiliki wadah sampah tersendiri, pedagang membuang sampah mereka di lorong atau depan kios/los mereka untuk diangkut petugas kebersihan. Sedangkan di lorong,hanya terdapat beberapa tempat sampah namun tidak sesuai dengan kriteria yang dimaksud, seperti mudah berkarat dan terbuka. Namun hasil pengamatan, tempat sampah yang berada di tiap lorong tidak digunakan dengan baik, pedagang tidak membuang sampah di tempat sampah lorong namun dibuang di depan kios/los.

Aspek KelembagaanPengelolaan sampah di Pasar Sehat Cileunyi dikelola langsung oleh PT Biladi Karya Abadi dibawah koordinasi kebersihan. Dalam sistem kerbersihan di Pasar Sehat Cileunyi dibantu oleh 14 petugas kebersihan yang terdiri dari 13 petugas kebersihan dan 1 petugas kebersihan toilet. Pada umumnya petugas kebersihan bekerja setiap hari sepanjang dengan adanya aktivitas. Waktu kerja mereka dimulai dari pukul 05.00 hingga pukul 13.00 sedangkan aktivitas pasar pada umumnya berjalan dari pukul 02.00 hingga pukul 10.00. Dalam menunjang kegiatan mereka dalam membersihkan pasar, petugas kebersihan dibekali seragam ( rompi ) dan sepatu boot anti air, namun banyak ditemui petugas yang tidak menggunakan seragam dan memakai kaos atau kemeja saja.

Gambar 3.9 Kondisi Pengumpulan Sampah di Pasar CileunyiSeluruh petugas kebersihan adalah pekerja outsourcing yang sistem pembayaran honornya dibayarkan seminggu sekali dengan alokasi Rp 30.000,00 per hari. Dengan kata lain dalam satu bulan setiap petugas kebersihan mendapatkan honor sebesar Rp 900.000,00 dalam sebulan dengan catatan tidak ada libur atau berkerja penuh sebulan. Setiap petugas kebersihan mendapatkan tunjangan kesehatan dari Badan Penyelenggaran Jaminan Kesehatan ( BPJS ) kelas 2. Jika mengacu kepada Peraturan Gubernur Jawa Barat nomor 561/Kep 1746-Bangsos/2014 tanggal 24 Desember 2014 tentang Upah Minimum Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Barat Tahun 2015 menyebutkan UMK Kabupaten Bandung tercatat sebesar Rp. 2.001.195,00 dengan kenaikan dari tahun sebelumnya sebesar 15,3 %. Jika mengacu dengan keputusan ini dan melihat kenyataan yang ada, honor atau gaji dari petugas kebersihan di Pasar Sehat Cileunyi jauh dari upah minimum yang ada. Namun berdasarkan wawancara kami kepada beberapa petugas, mereka mengaku bahwa yang terpenting adalah bekerja dan pasar selalu bersih sehabis digunakan beraktivitas.

Aspek OperasionalAspek operasional yang membatasi pembahasan dalam poin ini hanya pada operasional pewadahan, pengumpulan dan pemindahan karena tugas kajian ini hanya berhenti sampai kepada sampah yang dikumpulkan di TPS.Pewadahan di Pasar Sehat Cileunyi dapat berupa tong sampah berbahan plastik, tong sampah yang mudah berkarat dan keranjang anyaman bambu. Jika mengacu kepada peraturan yang telah dibahas sebelumnya khususnya Peraturan Menteri Kesehatan, kondisi pewadahan di Pasar Sehat Cileunyi tidak memenuhi kriteria karena bak tidak tertutup, kedap air dan mudah berkarat. Hal ini menjadi masalah yaitu menghasilkan bau sampah yang dapat mengganggu aktivitas belanja pedagang dan pembeli. Untuk ukuran dan volume juga beraneka ragam dan secara detail telah dibahas di bagian sebelumnya. Untuk jumlah dari wadah tidak diketahui pasti karena menurut pengelola pasar, sejak pasar dibangun sudah disediakan wadah sampah di los dan lorong namun semakin hari semakin berkurang. Hal ini salah satunya disebabkan oleh adanya pihak lain yang mengambil beberapa wadah sampah di pasar.Pengumpulan sampah dilakukan oleh petugas kebersihan dimulai dari pukul 05.00 WIB sampai pukul 13.00 WIB saat aktivitas pasar berjalan. Teknis pengumpulan dimulai saat petugas kebersihan yang seudah mendapatkan wilayah bagian kerjanya masing-masing menyapu dan mengambil sampah-sampah yang berserakan di dalam pasar karena pedagang tidak memiliki wadah untuk menampung sampah dan lagsung membuang ke TPS dan banyak yang membuangnya ke depan los mereka kemudian disapu oleh petugas kebersihan.Untuk pemindahan sampah dari sumber sampah ke tempat pengumpulan sementara

Aspek PembiayaanAspek pembiayaan dalam hal ini mengacu kepada berapa biaya dikeluarkan oleh pedagang dalam hal ini yang merasakan jasa dari petugas kebersihan untuk membersihkan sampah yang berada di lokasi masing-masing pedagang. Pembiayaan untuk jasa kebersihan dalam pengelolaan Pasar Sehat Cileunyi disebut dengan service charge. Service charge meliputi jasa kebersihan, listrik dan keamanan. Masing-masing tipe tempat berjualan memiliki harga service charge yang berbeda-beda. Untuk kios service charge sebesar Rp 3.000,00/hari, los sebesar Rp 3.500,00/hari dan PKL sebesar Rp 4.000,00/hari. Sebelumnya, penarikan service charge dilakukan setiap hari, namun sekarang ini sudah banyak dari pedagang yang dipungut per bulan.

Gambar 3.10 Slip Pembayaran Service Charge

Aspek Peran Serta MasyarakatPeran serta masyarakat dalam hal ini pedagang sebenarnya sangat dibutuhkan dalam pengelolaan sampah. Peran serta pedagang yang diharapkan adalah bagaimana memperlakukan sampah untuk membantu tujuan dari sistem pengelolaan sampah.

Gambar 3.11 Suasana di dalam Pasar Sehat Cileunyi

Hal yang kami amati dari peran serta pedagang adalah bagaimana persepsi pedagang tentang sampah yang mereka hasilkan, bagaimana perilaku mereka dalam membuang sampah dan bagaimana mereka mengaplikasikan budaya bersih. Secara umum dan keseluruhan pedagang melihat samaph yang mereka hasikan adalah hasil buangan kegiatan mereka yang tidak bernilai. Karena tidak bernilai mereka sejauh membuang sampah tersebut secara sembarangan dan tidak pada tempatnya. Kenyataannya pedagang tidak memiliki tempat sampah masing-masing di kios/los mereka dan membuang di depan los mereka dengan alasan ada petugas kebersihan yang membersihkan setiap hari ketika sampah di tempat tersebut sudah memenuhi jalan. Pedagang seharusnya tetap menyediakan tempat sampah masing-masing di los/kios mereka meskipun sudah ada petugas kebersihan yang membersihkan atau mengangkut sampah ke TPS agar tidak mengganggu jalan atau lorong sebagai akses pembeli yang berlalu lalang.Selain itu terdapat peran serta masyarakat yang sebenarnya tidak sesuai yaitu masyarakat di luar pasar membuang sampah mereka ke dalam TPS pasar bahkan di depan pasar. Biasanya cara yang mereka lakukan ketika mereka pergi ke pasar mereka sudah membawa kantong-kantong sampah untuk dibuang, ada juga masyarakat yang langsung membuang sampah ke TPS melalui batas tembok yang tidak terlalu tinggi sehingga masyarakat mampu melempar sampah ke dalam TPS, serta ada pula yang menyewa ojek untuk membuang sampah ke TPS. Menurut Bapak Kurnia, koordinator Kebersihan Pasar Sehat Cileunyi, mereka lebih sering membuang sampah di pagi hari sekali atau di saat belum banyak aktivitas. Akibat dari hal ini, pengelola pasar harus menanggung sampah dari masyarakat untuk dibuang ke TPA. Normalnya setiap hari, aktivitas pasar mengahsilkan 2 sampai dengan 3 ton sampah, namun akibat adanya aktivitas pembuangan ilegal dari masyarakat maka dalam satu hari TPS bisa menampung sampai dengan 7 ton. Biaya pengangkutan sepenuhnya ditanggung oleh pengelola pasar dan menurut Bapak Oscar sebagai salah satu pimpinan pengelola, perusahaan mengalami kerugian untuk hal pengangkutan sampah. Hal ini dapat menjadi masukan untuk pemerintah setempat untuk mengevaluasi sistem persampahan dan mungkin dapat menyediakan sarana dan prasarana persampahan yang memadai untuk wilayah Kecamatan Cileunyi.

BAB VIKESIMPULAN DAN SARAN

6.1. KesimpulanDari hasil studi yang kami lakukan, dapat ditarik beberapa kesimpulan diantaranya;1. Pasar Sehat Cileunyi diresmikan pada tahun 2011 dan merupakan salah satu pasar tradisonal di Kabupaten Bandung yang pengelolaannya ditangani oleh swasta. Pihak swasta yang mengelola Pasar Sehat Cileunyi adalah PT. Biladi Karya Abadi, sebagai pengelola pasar mereka juga mengelola sampah pasar. Pengelola Pasar sehat Cileunyi mempekerjakan 14 orang dalam pengelolaan kebersihan pasar yang terdiri dari 1 orang koordinator dan 13 orang petugas lapangan, dari 13 orang petugas lapangan terdiri dari 4 wanita dan 9 pria. Para petugas lapangan mulai bekerja mengumpulkan sampah dari sumber dari jam 05.00 WIB sampai 13.00 WIB, mereka mendapatkan upah Rp. 30.000/hari dan dibayarkan setiap minggu.Dalam menjalankan tugas pengumpulan sampah, pengelola pasar menyediakan perlengkapan bagi pekerjanya berupa seragam, sepatu, gerobak sampah, tempat sampah, sapu, skop, garuk dan cangkul.Para petugas kebersihan mengumpulkan sampah dari sumber sampah menuju ke TPS Pasar dilakukan dengan dua metode; Metode pertama sampah di sumber sampah dikumpulkan dalam wadah ketika wadah tersebut sudah penuh kemudian diangkut langsung ke TPS Pasar. Metode kedua, sampah dari sumber sampah dikumpulkan dalam sebuah wadah ketika penuh sampah tersebut dipindah ke dalam gerobak dan ketika gerobak penuh maka sampah-sampah tersebut baru dibuang ke TPS Pasar.Komposisi sampah di TPS Pasar sekitar 80% sampah organik dan 20% sisanya adalah sampah anorganik. Setelah sampah terkumpul di TPS maka sampah-sampah tersebut akan diangkut ke TPA yang berada di Arjasari, pengangkutan dilakukan dengan menggunakan truk sampah dari Dispertasi Kabupaten Bandung. Pasar Sehat Cileunyi mendapat jatah pengangkutan sampah hingga 16-18 kali/bulan atau biasa dilakukan 4 kali/minggu dengan biaya angkut Rp. 300.000/truk dengan asumsi satu kali angkut sampah yang terangkut seberat 7 ton. Untuk membiayai pengelolaan kebersihan di Pasar Sehat Cileunyi, pengelola pasar memberlakukan biaya servis charge kepada semua pedagang yang besarannya kios Rp. 3.000/hari, los Rp. 3.500/hari dan pedagang kaki lima (PKL) Rp. 4.000/hari pembayaran harus dilakukan oleh pedagang per bulan dan dibayar di awal bulan.Setiap 6 Bulan sekali atau jika tumpukan sampah sudah sangat banyak maka akan dilakukan OPSI (Oprasi Bersih), dimana semua sampah yang berada di TPS akan diangkut ke TPA Arjasari. Dalam proses ini pemindahan sampah dari TPS ke truk sampah tidak dilakukan secara manual akan tetapi dilakukan dengan bantuan loader sehingga waktu pemindahan lebih cepat. Selain itu sebelum di lakukan OPSI perwakilan pihak Dispertasi Kabupaten Bandung terlebih dahulu memperkirakan jumlah sampah di TPS, hal ini dilakukan untuk mengetahui kebutuhan truk untuk melakukan OPSI.2. Dalam mengelola sampah terdapat beberapa kendala yang dihadapi oleh pengelola diantaranya; Banyak warga sekitar pasar yang membuang sampah ke TPS, bahkan diperkirakan jumlah sampah mereka lebih dari sampah pasar itu sendiri Terjadinya penumpukan sampah yang sangat banyak di TPS dikarenakan jumlah pengangkutan yang dilakukan hanya 16 18 kali/bulan Kebanyakan pedagang membuang sampah di lorong-lorong pasar dan tidak membuang di tempat sampah yang disediakan Karena banyak yang hilang sehingga tempat sampah terlalu sedikit dan tidak memenuhi kriteria tentang tempat sampah yang baik Gerobak sampah sudah mengalami kerusakan dibagian-bagian tertentu sehingga daya angkutnya tidak maksimal.

6.2. RekomendasiRekomendasi yang dapat kami berikan agar pengelolaan sampah Pasar Sehat Cileunyi lebih baik sehingga dapat meningkatkan kebersihan Pasar tersebut diantaranya; Pengelola pasar mengajukan rekomendasi kepada Pemkab. Bandung agar membangun TPS di sekitar pemukiman sehingga warga tidak membuang sampah ke TPS Pasar. Atau pengelola meminta bantuan kongkrit kepada Pemkab. Bandung untuk bersama-sama mengatasi permasalahan sampah di TPS karena sebagian besar sampah di TPS dihasilkan oleh warga sekitar bukan oleh kegiatan pasar. Menambah jadwal pengangkutan dengan cara mengajukan permintaan penambahan jadawal pengangkutan ke Dispertasi Pemkab. Bandung, jika selama ini Pasar Sehat Cileunyi mendapat jatah 16 -18 kali/bulan ditambah menjadi setiap hari pengangkutan sehingga tidak terjadi lagi penumpukan sampah di TPS Pasar. Memberikan penyuluhan kepada pedagang tentang pentingnya menjaga kebersihan di pasar dan bisa bekerjasama dengan pihak terkait. Bisa juga pengelola menetapkan aturan yang tegas tentang pembuangan sampah oleh pedagang dan mewajibkan di setiap kios/los untuk menyediakan tempat sampah. Menambah jumlah tempat sampah dan meletakkan di area yang mudah terjangkau oleh penjual maupun pembeli agar mereka mau membuang sampah di tempat yang telah disediakan. Selain itu tempat sampah yang disediakan harus sesuai dengan persyaratan, misalnya terbuat dari bahan yang kokoh dan tidak mudah karatan serta dilengkapi dengan penutup yang mudah untuk dibuka tutup. Memperbaiki gerobak yang sudah mulai rusak agar daya tampungnya maksimal dan dapat menghemat waktu para pengumpul sampah.

5.5 Hasil wawancara terhadap pedagang