pengelolaan lahan

12
PENGELOLAAN LAHAN KRITIS Pengertian Lahan Kritis Lahan kritis dapat didefinisikan sebagai lahan yang telah mengalami kerusakan sehingga berkurang fungsinya sampai pada batas yang ditentukan atau diharapkan. Fungsi yang dimaksud pada defenisi tersebut adalah fungsi produksi dan fungsi tata airnya. Fungsi produksi berkaitan dengan fungsi tanah sebagai sumber unsur hara bagi tumbuhan dan fungsi tata air berkaitan dengan fungsi tanah sebagai tempat berjangkarnya akar dan menyimpan air tanah. Penyebab Lahan Kritis Adapun faktor–faktor yang menyebabkan terjadinya lahan kritis adalah : Terjadinya longsor dan letusan gunung berapi. Penebangan liar (illegal logging). Kebakaran hutan. Pemanfaatan sumber daya hutan yang tidak berasaskan kelestarian. Penataan zonasi kawasan belum berjalan. Pola pengelolaan lahan tidak konservatif. Pengalihan status lahan (berbagai kepentingan). Persebaran Lahan Kritis Lahan kritis di Indonesia pada akhir Pelita VI (awal tahun 1999/2000) cukup luas yaitu sekitar 23,2 juta ha, yang terdapat dalam kawasan hutan 8,1 juta ha dan di luar kawasan hutan 15,1 juta ha. Lahan kritis umumnya terdapat di daerah pegunungan atau di daerah aliran sungai (DAS) bagian hulu, dengan ciri utama antara lain lahan berlereng terjal, tanpa atau sedikit vegetasi penutup tanah (gundul), adanya tanda-tanda lahan telah tererosi, dan tanah berwarna merah karena lapisan atasnya telah tererosi. Reklamasi Lahan Kritis

Upload: juniar-johansyah-s

Post on 27-Dec-2015

16 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

PL

TRANSCRIPT

Page 1: PENGELOLAAN LAHAN

PENGELOLAAN LAHAN KRITIS

Pengertian Lahan Kritis

Lahan kritis dapat didefinisikan sebagai lahan yang telah mengalami kerusakan sehingga berkurang fungsinya sampai pada batas yang ditentukan atau diharapkan. Fungsi yang dimaksud pada  defenisi tersebut adalah fungsi produksi dan fungsi tata airnya. Fungsi produksi berkaitan dengan fungsi tanah sebagai sumber unsur hara bagi tumbuhan dan fungsi tata air berkaitan dengan fungsi tanah sebagai tempat berjangkarnya akar dan menyimpan air tanah.

Penyebab Lahan Kritis

Adapun faktor–faktor yang menyebabkan terjadinya lahan kritis adalah :

Terjadinya longsor dan letusan gunung berapi. Penebangan liar (illegal logging). Kebakaran hutan. Pemanfaatan sumber daya hutan yang tidak berasaskan kelestarian. Penataan zonasi kawasan belum berjalan. Pola pengelolaan lahan tidak konservatif. Pengalihan status lahan (berbagai kepentingan).

Persebaran Lahan Kritis

Lahan kritis di Indonesia pada akhir Pelita VI (awal tahun 1999/2000) cukup luas yaitu sekitar 23,2 juta ha, yang terdapat dalam kawasan hutan 8,1 juta ha dan di luar kawasan hutan 15,1 juta ha. Lahan kritis umumnya terdapat di daerah pegunungan atau di daerah aliran sungai (DAS) bagian hulu, dengan ciri utama antara lain lahan berlereng terjal, tanpa atau sedikit vegetasi penutup tanah (gundul), adanya tanda-tanda lahan telah tererosi, dan tanah berwarna merah karena lapisan atasnya telah tererosi.

Reklamasi Lahan Kritis

Upaya untuk mereklamasi atau mengelola lahan – lahan kritis harus dipertimbangkan dahulu tingkat kerusakan yang terjadi pada lahan tersebut. Reklamasi lahan–lahan kritis dapat dilakukan dengan penanaman tanaman penghijauan, yaitu secara teknis lahan kritis tidak dapat diolah untuk tujuan usaha pertanian tanaman semusim dan harus dikelola dengan melakukan penghijauan dengan menanam tanaman tahunan.  Lahan kritis digunakan sebagai lahan tangkapan air dan digunakan sebagai perlindungan mata air.

Upaya reklamasi lainnya yang dapat dilakukan dengan sistem penanaman jalur penyekat yaitu guna mempersiapkan suatu kondisi awal dalam usaha pengembangan pertanian ataupun usaha perkebunan di lahan yang bervegatasi alang – alang. Areal ini kelak akan dapat dimanfaatkan untuk perkebunan yang bebas dari erosi dan kerusakan lainnya.

Sistem reklamasi lainnya dengan pembuatan teras. Tujuan dari pembuatan teras untuk mengurangi kecepatan aliran air permukaan sehingga mengurangi terjadinya erosi.

Page 2: PENGELOLAAN LAHAN

Solusi alternatif  lain untuk mencegah terjadinya lahan kritis

1. Mengurangi dilakukannya eksploitasi hutan. 2. Tindakan yang tegas terhadap pembukaan area untuk kegiatan apapun  di kawasan

hutan lindung. 3. Melakukan penghijauan yang intensif pada kawasan hutan maupun di luar kawasan

hutan yang teridentifikasi sebagai lahan kritis. 4. Menghindari meluasnya alih fungsi lahan untuk perkebunan kelapa sawit. 5. Mengambil tindakan yang tegas terhadap perusahaan tambang batubara yang 

mengabaikan reklamasi dan revegetasi. 6. Tidak memberikan perijinan kuasa penambangan batubara yang baru. 7. Harus ada sanksi tegas bagi masyarakat yang membuang sampah di sungai-sungai. 8. Melakukan kampanye besar-besaran pelestarian lingkungan. 9. Penyebaran leaflet himbauan untuk tidak membakar hutan dan lahan, serta pelestarian

hutan tropis. 10. Penyebaran VCD dampak kerusakan lingkungan terhadap manusi dan lingkungannya.

Kesimpulan

Faktor-faktor penyebab terjadinya banjir dan kekeringan/ kebakaran  di masing–masing daerah berdasarkan analisis data perubahan penutupan lahan dan iklim disebabkan oleh semakin luasnya lahan kritis akibat pembalakan hutan secara besar-besaran dan pembukaan lahan  untuk perkebunan dan pertambangan, yang berakibat semakin luasnya padang alang-alang dan semak belukar. Lahan  seperti ini sangat kecil resistensinya dalam menahan air pada musim hujan dan kekeringan pada saat musim kemarau panjang yang berdampak pada kebakaran hutan.

Terjadinya lahan kritis dapat menyebabkan kerusakan fisik, kimia, dan biologi tanah. Perlu adanya upaya dan solusi untuk mengurangi lahan kritis pada masing–masing daerah

yaitu melakukan reklamasi dengan membuat tanaman penghijauan, penanaman tanaman semusim, dan pembuatan teras.

Page 3: PENGELOLAAN LAHAN

Reklamasi Lahan Pegunungan menjadi Lahan Pertanian

Kamis, 20 Mei 2010 23:37 | Oleh : Aristarkhus Umbar Kritianto

Pewarta-Indonesia,  Perubahan tanah pegunungan yang penuh dengan pebatuan padas (Reklamasi) menjadi lahan sawah yang subur sangat dinantikan oleh warga Wangunrejo, Kecamatan Margorejo, Kabupaten Pati.

Kini Warga desa Wangunrejo boleh bersenang hati, dengan mengandeng pengusaha dari Solo menjadikan lahan pegunungan tersebut menjadi lahan sawah yang subur sehingga bisa ditanami padi.

Warga membongkar pebatuan padas hingga lahan pegunungan

menjadi datar, kemudian tanah diolah sehingga bisa ditanami. Seperti yang sudah dirasakan oleh pak Supani yang tanahnya sudah menjadi datar kini merasakan bisa panen padi.

Sebelum tanahnya direklamasi yang masih pebatuan padas pak Supani merasa memiliki tanah tetapi tidak bisa menghasilkan, apalagi kalau musim kemarau tanahnya menjadi gersang. Setelah selesai direklamasi menjadi lahan sawah yang subur, kini merasakan panen padi pertama kalinya.

Apa yang dirasakan oleh pak Supani kini ditunggu – tunggu juga oleh warga lainnya yang tidak sabar menunggu giliran ingin merasakan panen padi. Kini semua warga mendukung reklamasi tersebut karena benar – benar bisa merubah perekonomian warga desa Wangunrejo, dulu tidak bisa tanam padi sekarang sudah dirasakannya.

Dukungan tersebut dibuktikan dengan ikut terlibat di lokasi untuk mengamankan supaya reklamasi segera selesai dan warga bisa ramai–ramai bercocok tanam padi. (*)

Page 4: PENGELOLAAN LAHAN

Dampak Negatif Reklamasi Lahan Gambut

Lahan gambut di Indonesia sebagian besar telah direklamasi. Reklamasi adalah pengalihfungsian lahan agar lebih bernilai ekonomis misalnya menjadi pemukiman, sawah dan lain-lain. Pada tanggal 8 Juni 2009, kami melakukan observasi langsung lahan gambut yang telah direklamasi berlokasi di lahan gambut Km 17, Banjarmasin, Kalimantan Selatan. Dilokasi observasi flora yang hdup tampak sangat minim dengan variasi yang terbatas.Berdasarkan hasil observasi, tanaman obat yang teridentifikasi antara lain: Kelakai antioksidan dan penambah darah, kangkung untuk anti insomnia, karamunting untuk antidiabetes, teratai untuk menurunkan tekanan darah dan peluruh kencing dan lain-lain. Tanaman tanaman ini dapat digunakan sebagai tanaman obat. Akan tetapi, reklamasi lahan gambut banyak membawa perubahan pada air, kandungan tanah maupun langsung pada tanaman-tanaman tersebut.

Reklamasi lahan gambut selain berdampak negatif pada lingkungan juga berdampak negatif pada kesehatan diantaranya:Reklamasi biasanya diawali dengan pembakaran lahan gambutAsap pada pembakaran dapat menyebabkan berbagai gangguan pernapasan seperti ISPA, sesak napas, dan lain-lain.

Pengalihfungsian lahan menjadi pemukimanPengalihfungsian ini dapat menganggu habitat nyamuk. Akibatnya, nyamuk bermigrasi ke pemukiman penduduk sehingga wabah penyakit seperti malaria, demam berdarah, dan penyakit dengan perantara nyamuk lainnya akan menjangkiti penduduk. Sebenarnya secara alami perkembangbiakan nyamuk dikontrol oleh keberadaan ikan khas lahan gambut yang memakan jentik-jentik naymuk. Akan tetapi perubahan ekosistem juga mengganggu populasi ikan tersebut sehingga populasi nyamuk semakin meningkat.Kondisi seperti ini arus segera diatasi karena selain membahayakan kesehatan dan lingkungan juga membahayakan flora dan fauna yang hidup pada lahan tersebut. Perlu kerja sama dari berbagi pihak diantaranya:Pemerintah agar lebih bersikap tegas dan arif dalam mengelola lahan gambutKesadaran Masyarakat SekitarPara pengusaha agar lebih bertanggung jawab pada lingkunganRehabilitasi lahan gambutMengadakan eksplorasi dan budidaya flora dan fauna

Page 5: PENGELOLAAN LAHAN

Reklamasi Tanah Boksit Dengan Tanaman JabonREKLAMASI / REBOISASI LAHAN JENIS BOKSIT

DENGAN TANAMAN  JABON   (Anthocephalus cadamba)

Oleh : Dr. Ir. Listyanto, MSc *)

A.     Reklamasi Lahan Jenis Tanah Boksit.

Lahan yang dirombak

keadaanyanya biasanya mengalami

kerusakan yang cukup parah.

Misalnya: lahan bekas tambang

merupakan lahan sisa hasil proses

pertambangan Dampak negatif

pada lahan tersebut  diantaranya:

1.      Pada lahan yang dibongkar

misalnya: pada lahan bekas

pertambangan terbuka menimbulkan kerusakan lahan yang berupa:

a.       Isi / kandungan flora dan fauna  di atasnya.

Kegiatan petambangan jelas meghilangkan kehidupan di atasnya yang selama ini telah tertata

sinergis oleh alam. Dengan hilangnya kandungan flora dan fauna tersebut maka siklus makanan

dan unsur hara juga terputus.

b.      Kontruksi lahan sifat fisik lahan.

Kontruksi lahan berubah total, seperti lobang besar, tanah sudah tercampur aduk antara top soil,

sub soil, dan bahan batuan atau bahan tambang. Bentuk permukaan lahanpun berubah dratis,

terdapat lahan menjadi datar, cekung, cembung dengan tingkatan kemiringan yang berbeda-beda.

Sifat fisik lahan juga mengalami perubahan yang sangat dratis. Ikatan tanah (tekstur tanah),

susunan tanah (struktur), ikatan antara senyawa tanah labil dan tidak homogen sehingga

kemantapan tanah labil, porositas tidak menentu dam tanah menjadi padat (bulk density).

c.       Kandungan mineral dan sifat tanah dan air tanah.

Pada lahan yang sudah mengalami perombakan  misalnya lahan bekas tambang mineral sebagian

besar mengandung zat yang digunakan proses penambangan, yang tidak sesuai dengan kebutuhan

tanaman. Bahkan  banyak mengandung racun bagi tanaman, hewan maupun manusia. Bahan-

bahan yang berasal dari  tempat  dibongkar atau mengalami explorasi ke luar. Pada umumnya

bahan tersebut masih banyak berupa bahan yang belum lapuk, bahan-bahan logam yang ada di

batuan pun ikut terbongkar keluar.

Page 6: PENGELOLAAN LAHAN

Pada proses pembongkaran materi yang terekplorasi ke permukaan sebagian mengalami suatu

perubahan persenyawaan yang dapat dilihat dari proses terurai tanah, penggumpal, perubahan

warna, dan jika ditelili maka  terbukti adanya perubahan persenyawaan tersebut.

Adanya proses tersebut berakibat tanah pada umumnya menjadi masam,  jasat renik dan tanaman

tidak dapat hidup karena tanah kekurangan unsur kebutuhan tanaman, tanah mengandung racun

bagi tanaman.

Untuk pertambangan dengan cara penggalian yang berupa terowongan., berpengaruh terhadap

kandungan air tanah, namun jika galian yang dalam tidak banyak pengaruhnya.

 

d.      Sifaf biologi tanah

Unsur hara yang digunakan oleh makluk renik dan tumbuhan berasal dari olahan mikroba dan

fungsi yang mengubah zat kimia alam menjadi zat organik. Jika tidak ada mikroba maka hal yang

mustahil suatu tanaman dapat tumbuh. Mikroba ini jumlah dan jenisnya beribu-ribu, ada yang

bersifat merusak (dekomposer), membangun, bersimbiosis dengan tanaman, patogen terhadap

tanaman/ hewan/manusia. Tempat pertumbuhan dan perkembangan mikroba paling banyak di

lapisan top soil, kemudian menurun pada lapiran sub soil, dan semakin sedikit di lapisan semakin

ke bawah. 

Pada proses pembongkaran terjadi perombakan yang membuat mikroba yang ada di permukaan

banyak yang mati oleh pembongkaran tersebut, dan sewaktu pengembalian tanah terjadi

pencampuran tanah maka sebagian besar mikroba yang semula ada menjadi tidak ada.

Dampak yang terjadi tidak ada mikroba yang seharusnya berfungsi sebagai mengubah, penyedia

unsur hara untuk jasat renik dan tanaman.

 

 

B. Budidaya Tanaman Jabon di Lahan Bosit Untuk Reklamasi.

Tanah boksit merupakan tanah kurus dengan unsur hara yang minim untuk tanaman. Beberapa kandungan yang menonjol untuk tanah bosit  adalah kalsium, besi den mangan.

Berdasarkan kondisi lahan reklamasi dengan jenis tanah boksit pada umumnya sangat miskin akan unsure hara. Untuk

Page 7: PENGELOLAAN LAHAN

melakukan reklamasi lahan pada lahan bersangkutan perlu dilakukan  teknik yang tepat agar tanaman yang ditanam  menjadi hidup  dan tanah disekitarnya menjadi subur. Beberapa cara yang dilakukan adalah sebagai berikut:

 

1.      Tanaman Jabon (Anthocephalus cadamba)mempunyai sifat cepat tumbuh, dengan kecepatan tumbuh, sepadan dengan sengon Dapat tumbuh tinggi hingga 45 m dengan panjang bebas cabang 30 m dan diameter dapat mencapai 160 cm Batang secara alami cenderung lurus, silindris, tinggi bebas cabang tinggi (cabang gugur secara alami).

Ciri dan karakteristik batang jabon adalah : Permukaan kayu licin serta arah tegak lurus, berwarna putih kekuningan mirip meranti kuning, batang mudah dikupas, dikeringkan, direkatkan, bebas dari cacat mata kayu dan susutnya rendah.

 

Pertumbuhan sangat cepat dibandingkan dengan kayu keras lainnya termasuk bila dibandingkan dengan sengon (albasia), Jabon tergolong tumbuhan pionir sebagaimana sengon. Ia dapat tumbuh di tanah liat, tanah lempung podsolik cokelat, atau tanah berbatu. dari tanah kering sampai tanah-tanah yang kadang-kadang tergenang. Jabon tumbuh di dataran rendah sampai ketinggian 1000 m dari permukaan laut

Penyebaran Sumatera, Jawa Barat, Jawa Timur, Kalimantan Selatan, Kalimantan Timur, seluruh Sulawesi, Nusa Tenggara Barat, dan Papua.

Saat ini Jabon menjadi andalan industri perkayuan, terma-suk kayu lapis, karena Jabon memiliki beberapa keunggulan dibandingkan dengan tanaman kayu lainnya termasuk sengon/ albasia. Dari hasil uji coba yang telah dilakukan, keunggulan tanaman jabon dapat diuraikan dari beberapa sisi, diantaranya adalah:

 

o    diameter batang dapat tumbuh berkisar 10 cm/th

o    Masa produksi jabon yang singkat – hanya 4 – 5 tahun

o    Berbatang silinder dengan tingkat kelurusan yang sangat bagus

o    Tidak memerlukan pemangkasan karena pada masa pertumbuhan cabang akan rontok sendiri (self purning)