pengaturan pertambangan di indonesia saat ini diatur dalam 3.docx

3
Kegiatan usaha pertambangan memiliki cirri-ciri, yaitu non-renewable (tidak dapat diperbarui), mempunyai resiko relatif lebih tinggi, dan pengusahaannya mempunyai dampak lingkungan baik fisik maupun sosial yang relatif lebih tinggi dibandingkan pengusahaan komoditi ekonomi lain pada umumnya. Karena salah satu cirinya tidak dapat diperbaharui maka pengusaha pertambangan selalu mencari proven reserves (cadangan terbukti) baru. Cadangan terbukti berkurang dengan produksi dan bertambah dengan adanya penemuan (Poerwanto, 2007). Cadangan Pasti atau Cadangan Terbukti ( proved reserves ) adalah cadangan yang sudah dibuktikan dengan uji produksi atau bahkan reservoir sedang diproduksikan dan dapat diperkirakan dengan cukup teliti untuk dapat diambil atas dasar ekonomi saat itu ( current economic conditions ). Kondisi ekonomi tersebut termasuk harga dan biaya pada saat dilakukan perkiraan (perhitungan) reserves . Salah satu bentuk usaha pertambangan di Indonesia adalah pertambangan batubara yang diatur dalam Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral dan Batubara. Undang-undang tersebut dibuat berdasarkan pertimbangan agar bidang pertambangan mineral dan batubara dapat mengelola dan mengusahakan potensi mineral dan batubara secara mandiri, andal, transparan, berdaya saing, efisien, dan benvawasan lingkungan, guna menjamin pernbangunan nasional secara berkelanjutan; Dalam Undang-undang tersebut, diesebutkan bahwa salah satu asas pertambangan mineral dan batubara adalah berkelanjutan dan berwawasan lingkungan dengan salah satu tujuan menjamin nlanfaat pertambangan mineral dan batubara secars berkelanjutan dan benvawasan lingkungan hidup; Mineral dan batubara sebagai sumber daya darn yang tak terbarukan rnerupakan kekayaan nasional yang dikuasai oleh negara untuk sebesar-besar kesejahteraan rakyat mengacu pada Pasal 33 Ayat 3 UUD 1945 yang berbunyi “ Bumi dan air dan kekayaan alam yang terkandung didalamnya dikuasai oleh Negara dan dipergunakan sebesar- besarnya untuk kemakmuran rakyat yang diselenggarakan oleh Pemerintah dan/atau pemerintah daerah. Konsep pembangunan berkelanjutan dalam kegiatan pertambangan dapat dilihat dari kriteria penetapan wilayah usaha pertambangan yang diatur dalam undang-undang yaitu dengan memerhatikan letak geografis, kaidah konservasi, daya dukung lingkungan, optimalisasi sumberdaya mineral dan/atau batubara, dan kepadatan penduduk. Setiap pemegang ijin usaha juga diwajibkan menyerahkan rencana reklamasi dan rencana paskatambang pada saat pengajuan ijin usaha. Apabila rencana tersebut tidak dilaksanakan, Menteri, gubernur, atau bupati/ walikota sssuai derigan kewenangai~nya dapat menetapkan pihak ketiga untuk melakukan reklamasi dan pascatambang dengan dana jaminan sebagaimana dimaksud pada ayat (1). Kegiatan Pertambangan merupakan Pertambangan tergolong pada kegiatan yang memerlukan hard engineering (rekayasa keras) yang sangat berisiko menganggu lingkungan. Sehingga kegiatan

Upload: giska-manikasari

Post on 13-Sep-2015

220 views

Category:

Documents


4 download

TRANSCRIPT

Kegiatan usaha pertambangan memiliki cirri-ciri, yaitu non-renewable (tidak dapat diperbarui), mempunyai resiko relatif lebih tinggi, dan pengusahaannya mempunyai dampak lingkungan baik fisik maupun sosial yang relatif lebih tinggi dibandingkan pengusahaan komoditi ekonomi lain pada umumnya. Karena salah satu cirinya tidak dapat diperbaharui maka pengusaha pertambangan selalu mencariproven reserves(cadangan terbukti) baru. Cadangan terbukti berkurang dengan produksi dan bertambah dengan adanya penemuan (Poerwanto, 2007). Cadangan Pasti atau Cadangan Terbukti (proved reserves) adalah cadangan yang sudah dibuktikan dengan uji produksi atau bahkan reservoir sedang diproduksikan dan dapat diperkirakan dengan cukup teliti untuk dapat diambil atas dasar ekonomi saat itu (current economic conditions). Kondisi ekonomi tersebut termasuk harga dan biaya pada saat dilakukan perkiraan (perhitungan)reserves. Salah satu bentuk usaha pertambangan di Indonesia adalah pertambangan batubara yang diatur dalam Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral dan Batubara. Undang-undang tersebut dibuat berdasarkan pertimbangan agar bidang pertambangan mineral dan batubara dapat mengelola dan mengusahakan potensi mineral dan batubara secara mandiri, andal, transparan, berdaya saing, efisien, dan benvawasan lingkungan, guna menjamin pernbangunan nasional secara berkelanjutan; Dalam Undang-undang tersebut, diesebutkan bahwa salah satu asas pertambangan mineral dan batubara adalah berkelanjutan dan berwawasan lingkungan dengan salah satu tujuan menjamin nlanfaat pertambangan mineral dan batubara secars berkelanjutan dan benvawasan lingkungan hidup; Mineral dan batubara sebagai sumber daya darn yang tak terbarukan rnerupakan kekayaan nasional yang dikuasai oleh negara untuk sebesar-besar kesejahteraan rakyat mengacu pada Pasal 33 Ayat 3 UUD 1945 yang berbunyi Bumi dan air dan kekayaan alam yang terkandung didalamnya dikuasai oleh Negara dan dipergunakan sebesar-besarnya untuk kemakmuran rakyat yang diselenggarakan oleh Pemerintah dan/atau pemerintah daerah.Konsep pembangunan berkelanjutan dalam kegiatan pertambangan dapat dilihat dari kriteria penetapan wilayah usaha pertambangan yang diatur dalam undang-undang yaitu dengan memerhatikan letak geografis, kaidah konservasi, daya dukung lingkungan, optimalisasi sumberdaya mineral dan/atau batubara, dan kepadatan penduduk. Setiap pemegang ijin usaha juga diwajibkan menyerahkan rencana reklamasi dan rencana paskatambang pada saat pengajuan ijin usaha. Apabila rencana tersebut tidak dilaksanakan, Menteri, gubernur, atau bupati/ walikota sssuai derigan kewenangai~nya dapat menetapkan pihak ketiga untuk melakukan reklamasi dan pascatambang dengan dana jaminan sebagaimana dimaksud pada ayat (1).

Kegiatan Pertambangan merupakan Pertambangan tergolong pada kegiatan yang memerlukan hard engineering (rekayasa keras) yang sangat berisiko menganggu lingkungan. Sehingga kegiatan penambangan seharusnya dilakukan secara arif dengan mempertimbangkan kemampuan lingkungan, tidak berlebihan dan tidak merusak lingkungan. Hal yang perlu diingat karena setiap lingkungan memiliki keterbatasan.Hasil tambang termasuk sumber daya alam yang tidak dapat diperbaharui sehingga dalam mengelolaannya harus sehemat dan sebaik mungkin. Upaya dalam mengatasi hal tersebut dengan melakukan strategi pertambangan berwawasan lingkungan sampai dengan proses pengolahannya sampai terus mencari sumber daya pengganti.Beberapa cara dalam mengelola bahan tambang secara berkelanjutan :a)Penghematan dalam pemakaiannya dengan selalu mengingat generasi penerusb)Melakukan ekspor tambang bukan sebagai bahan mentah, tetapi sudah menjadi bahan baku atau jadic)Mengadakan penyelidikan dan penelitian untuk menemukan lokasi pertambangan yang barud)Apabila dimungkinkan diusahakan bahan pengganti yang sifatnya dapat diperbaharui

Pengaturan pertambangan di Indonesia saat ini diatur dalam 3 (tiga) jenis, antara lain Pertambangan Minyak Bumi dan Gas Bumi, Pertambangan Panas Bumi dan Pertambangan Mineral dan Batubara. Ketiga jenis pertambangan ini diatur pula dengan undang-undang tersendiri, yaitu Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001 tentang Minyak Bumi dan Gas Bumi, Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2003 tentang Panas Bumi dan Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral dan Batubara.

Mengingat sifat tidak terbarukan yang terkandung dalam sumberdaya mineral, maka eksploitasi sumberdaya mineral harus mampu menciptakan prakondisi dan kemampuankemampuan agar masyarakat dapat melanjutkan pembangunan setelah sumberdaya mineral habis di eksploitasi. Proses untuk menciptakan prakondisi dan proses peningkatan kemampuankemampuan masyarakat secara berkelanjutan inilah yang dimaksud sebagai proses transformasi sosial. Dengan kata lain, penerapan azas pembangunan manusia berkelanjutan dalam eksploitasi sumberdaya mineral adalah untuk menciptakan proses transformasi sosial secara berkelanjutan.Deinisi mengenai pembangunan berkelanjutan bagi sektor pertambangan dan logam dari International Council on Mining and Metals (ICMM) mengatakan bahwa investasi tersebut harus layak secara teknis, baik terhadap lingkungan, menguntungkan secara keuangan dan bertanggung jawab secara sosial.