pengaruh waktu total dan jangka waktu … · dari hidrolisis pati menjadi glukosa yang kemudian...
TRANSCRIPT
PENGARUH WAKTU TOTAL DAN JANGKA WAKTU
PEMBERIAN RAGI TERHADAP PEMBUATAN BIOETANOL DARI
SINGKONG KARET DENGAN METODE HIDROLISIS ASAM DAN
FERMENTASI TERMODIFIKASI
Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata I
pada JurusanTeknik Kimia Fakultas Teknik
Oleh:
VERNANDA PUTRI AGNESIA
D500130144
PROGRAM STUDI TEKNIK KIMIA
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2017
1
PENGARUH VARIASI WAKTU TOTAL DAN JANGKA WAKTU PEMBERIAN
RAGI TERHADAP PRODUKSI BIOETANOL DARI PATI SINGKONG
KARET DENGAN METODE FERMENTASI TERMODIFIKASI
Abstrak
Singkong karet (manihot glaziovii) merupakan jenis umbi-umbian yang
mempunyai kandungan karbohidrat sebesar 98,5%. sehingga berpotensi sebagai
bahan baku untuk pembuatan bioetanol. Bioetanol merupakan energi alternatif hasil
dari hidrolisis pati menjadi glukosa yang kemudian difermentasi menggunakan ragi
tape dan saccaromycer cerevisiae untuk menjadi bioetanol. Penelitian ini bertujuan
untuk mengetahui pengaruh waktu total fermentasi dan jangka waktu pemberian ragi
terhadap kadar etanol yang dihasilkan,dengan tahapan meliputi hidrolisis asam pati
singkong karet dan dilanjutkan fermentasi glukosa menjadi etanol secara co-cultur.
Penggunaan teknik penggabungan ragi dalam proses fermentasi memberikan hasil
yang lebih baik dibandingkan dengan single culture. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa pada variasi waktu total fermentasi 1,3,5,7 dan 14 hari didapatkan kondisi
optimum yang dihasilkan pada konsentrasi substat 5,0% selama 3 hari sebesar
23,4747 % (v/v). Sedangkan untuk variabel jangka waktu pemberian ragi kondisi
optimum yang dihasilkan pada P3 sebesar 32,0109 v/v(%). Pemurnian bioetenaol
dilakukan dengan proses distilasi sedangkan pengukuran kadar etanol dengan
alkoholmeter.
Kata Kunci: Pati singkong karet, ragi tape, Saccharomyces cerevisiae,
fermentasi termodifikasi, bioethanol
Abstracts
Cassava Rubber(Manihot glaziovii) is a type of tubers that has carbohydrate
content of 98,5%, which is potential as raw material for bioethanol production.
Bioethanol is an alternative energyyielded from hydrolysis of starch in to glucose
which is then fermented using yeast “tape”and saccaromyces cerevisiae to yield
bioethanol. The purpose of this study is to find the optimum total time and yeast
time period on the ethanol with produced. The research was carried out in several
stages, including the acid hydrolysis of cassava starch to glukosa and continued
fermentation of glukosa to ethanol. Using co-culture technique in prosess of
fermentation to produce bioethanol gives better results than the use of a single
culture.The results showed that the fermentation total time variable 1, 3, 5, 7, and
14 days earned the highest ethanol content is 23,4747% at 3 days fermentation
time. While, for the yeast period variable, the optimum conditions yielded
32,0109% on volume concentration of 5,0%. Bioethanol purification was by
distillation process. while the ethanol concentration measurements with
alcoholmeter.
Keywords: Rubber cassava starch, yeast“tape”, saccharomyces cerevisiae,
modified fermentation, bioethanol.
2
1. PENDAHULUAN
Bioetanol merupakan bahan bakar alternatif ramah lingkungan yang dibuat
secara biologis melalui proses fermentasi dari berbagai sumber biomassa berupa
pati, glukosa maupun selulosa pada tanaman singkong, umbi-umbian, nira, sorgum,
tebu, jagung, biji-bijian, dan limbah organik (Susana, 1989). Salah satu jenis sumber
alam berpotensi untuk dikembangkan sebagai bioetanol adalah umbi-umbian
(Kusmiyati, 2010).Singkong karet merupakan salah satu jenis umbi-umbian yang
mengandung pati yang cukup tinggi, tetapi memiliki kandungan senyawa yang
beracun yaitu asam sianida (HCN), Sehingga kurang dimanfaatkan oleh masyarakat
(Mira dan Alice, 2013).
Ubi karet adalah jenis tanaman yang mempunyai berat empat kali lipat
dibandingkan singkong biasa.Hal ini dikarenakan daun yang dimiliki berukuran
lebar dan lebat, sehingga berpotensi untuk berfotosintesis lebih besar dibandingkan
singkong biasa (Ariwan dkk, 2016). Singkong karet mempunyai kandungan pati
dalam ubi mencapai 98,5%.Dilihat dari kandungan pati yang cukup tinggi maka
singkong karet berpotensi sebagai bahan baku untuk pembuatan bioetanol. Berbagai
teknologi telah dikembangkan dalam produksi bioetanol. Saat ini terdapat beberapa
teknologi produksi bioetanol seperti proses hidrolisis dan fermentasi secara simultan
dan proses hidrolisis ko-fermentasi (Taherzadeh dan Karimi, 2007). Salah satu
metode yang dilakukan untuk pembuatan bioetanol yaitu proses simultaneous
sacharification and fermentation (SSF). Metode ini sebenarnya hampir sama dengan
proses yang terpisah antara hidrolisis dengan enzim dan proses fermentasi (Effendi,
2012).
Metode SSF menjadi sangat penting untuk dikembangkan karena dapat
mempersingkat proses pembuatan bioetanol (Marques, 2007). Keuntungan dari
proses ini adalah polisakarida yang terkonversi menjadi monosakarida tidak kembali
menjadi poliskarida karena monosakarida langsung difermentasi menjadi etanol.
Selain itu ragi tape dapat menjadi alternatif starter. Ragi tape mengandung sekitar
8x107- 3x10
8 sel/g kapang, 3x10
6-3x10
7 sel/g ragi dan 10
3 sel/g bakteri (Merican
dan Queeland, 2004). Keuntungan penggunaan ragi tape selain mempunyai
kemampuan sebagai amilolitik, ragi tape sangat mudah di dapat, harganya murah,
3
serta dapat diaplikasikan dimasyarakat (Rosita, 2008). Adanya potensi amilolitik
dari ragi memungkinkan dilakukan proses hidrolisis pati tanpa menggunakan enzim.
Berdasarkan penelitian Arnata (2013) waktu pencampuran merupakan salah
satu faktor kritis yang mempengaruhi sinergisme konsorsium mikroba dalam teknik
ko-kultur.Faktor tersebut berpengaruh langsung terhadap laju hidrolisis dan
pertumbuhan mikroorganisme. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui
pengaruh waktu total dan jangka waktu pemberian ragi terhadap pembuatan
bioetanol dari singkong karet dengan hidrolisis asam dan fermentasi termodifikasi
yang mampu meningkatkan konsentrasi etanol lebih tinggi dibandingkan dengan
teknik bioproses secara mono kultur.Diharapkan dengan adanya metode pembuatan
etanol yang lebih singkat memungkinkan peningkatan usaha produksi bioetanol
dalam skala kecil maupun industri besar. Dengan demikian banyak singkong yang
akan terserap sehingga harganya akan lebih kompetitif dan petani singkong akan
lebih sejahtera serta indonesia akan mempunyai solusi energi alternatif yang
terbaharukan.
2. METODOLOGI PENELITIAN
Penelitian ini untuk mengetahui pengaruh waktu total dan jangka waktu
pemberian ragi pada proses fermentasi dari pati singkong karet. Penelitian ini
dilakukan di Laboratorium Teknik Kimia Fakultas Teknik Univesitas
Muhammadiyah Surakarta. Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah
metode hidrolisis asam dilanjutkan dengan fermentasi ko-kultur
2.1 Penetapan Variabel
2.1.1 Variabel tetap adalah massa bahan baku tepung pati singkong karet
sebesar 25g konsentrasi ragi tape, Saccharomyces c, temperatur
hidrolisis , jenis ragi dan berat ragi.
2.1.2 Variabel bebas terdiri dari :
1) Jangka waktu pemberian ragi tape dan Saccharomyces
cerevisiae
2) Waktu total fermentasi
Jenis penelitian ini adalah penelitian dengan desain semu (Time series Quasi
eksperiment).
4
2.2 Bahan dan Alat
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah tepung pati singkong
karet, ragi tape, asam klorida (HCL), natrium hidroksida (NaOH),
SaccaromycesCerevisiae, indikator methylen blue, Fehling A Fehling B,
aquadest. Alat utama yang digunakan antara lain labu ukur 50 mL , 5 mL dan
100 mL mikropipet, rangkaian alat distilasi, oven, timbangan, cawan porselin,
ayakan (40 mesh) hot plate, stirrer, jerigen, termometer, erlenmeyer, pH meter,
alumunium foil dan gelas beker 500 mL.
2.3 Hidrolisis
Prosedur penelitian yang dilakukan yaiu proses hidrolisis pati singkong
karet yaitu pati singkong karet sebanyak 25 g dicampur dengan 225 mL aquades.
Kemudian diatur Ph antara 4-5 menggunakan konsentrasi HCl 2,5% dan 5,0%
dari total substrat. Campuran tepung pati singkong karet dipanaskan dengan hot
plate pada suhu 80-90oC sambil diaduk dengan stirrer pada kecepatan 60 rpm
selama 120 menit dan selanjutnya diambil filtratnya didinginkan hingga suhu
35oC . Sampel dengan kadar gula reduksi yang paling tinggi hasil dari hidrolisis
asam dengan HCl digunakan sebagai bahan baku pada proses fermentasi dan
distilasi.
2.4 Fermentasi
Proses selanjutnya yaitu proses fermentasi dilakukan dengan cara
menyiapkan gelas erlenmeyer 500 mL dengan volume substrat 250 mL yang
mengandung kandungan glukosa optimum difermentasi dengan menggunakan
bantuan ragi tape dan Saccaromyces cerevisiae sesuai dengan variasi yang telah
ditentukan ( 2,0% , 5,0%, 8,0% ) yang dicampurkan secara serentak dalam 250
mL substrat. Fermentasi dilakukan pada suhu lingkungan yaitu pada suhu 28oC
dengan variasi Waktu total 1, 3, 5, 7, dan 9 hari hasil dari variasi waktu total
optimum digunakan sebagai acuan pada variasi jangka waktu pemberian starter.
Pada proses ini ragi tape dan S.cerevisiae ditambahkan dalam media masing-
masing 5,0%. Pada setiap sampel dan dilakukan 6 taraf perlakuan yaitu : S1 (
250 mL larutan substrat + 5,0% Saccaromyces c) ; S2 ( 250 ml sampel + 5,0%
Ragi Tape) ; S3( 250 mL larutan Substrat + 5,0% Saccaromyces + 5,0% Ragi
5
Tape) ; S4 (250 mL larutan substrat + 5,0% Saccaromyces pada hari pertama,
5,0% ragi tape pada 2 hari berikutnya) ; S5 (250 mL larutan substrat + 5,0%
ragi tape pada hari pertama, 5,0% Saccaromyces c pada 2 hari berikutnya) ; S6 (
250 mL larutan substrat +5,0% saccaromyces pada hari pertama, 5,0% ragi tape
pada 1 hari berikutnya). Dimana proses fermentasi berlangsung selama kurun
waktu 3 hari.
2.5 Distilasi
Larutan Hasil fermentasi dengan kadar etanol tertinggi kemudian
dilanjutkan proses distilasi dengan cara memanaskan larutan tersebut dengan
menjaga suhu pemanasan pada range 78oC. Etanol cair yang telah dihasilkan
dari proses distilasi kemudian diukur kadar etanol.
2.6 Pengukuran kadar bioetanol
Pengukuran kadar etanol dilakukan dengan menggunakan alkohol meter.
Prinsip kerja dari alkohol meter berdasarkan berat jenis campuran antara alkohol
dan air. Langkah awal yang dilakukan adalah memasukkan alkohol meter dalam
gelas ukur yang telah terisi cairan etanol. Didiamkan selama 5-10 menit, alkohol
meter akan tenggelam dan batas cairannya akan menunjukkan berapa kandungan
etanol dalam larutan.
6
Gambar 1. Skema pembuatan bioetanol dari pati singkong karet
3. HASIL DAN PEMBAHASAN
Bioetanol dihasilkan dari kadar glukosa hasil aktivasi fermentasi sel
khamir. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Kusmiyati (2010) Proses
fermentasi dilakukan secara anaerob, pada saat proses fermentasi ada udara yang
masuk maka proses pembentukan etanol akan terhambat. Untuk itu pada tabung
fermentator dibuat rapat dan diberikan selang kecil yang berfungsi
mengeluarkan CO2 yang terbentuk. Kriteria pemilihan khamir untuk produksi
bioetanol adalah mempunyai laju pertumbuhan cepat, tahan terhadap
konsentrasi asam (Nasrun,dkk 2015). Saccaromyces cerevisiae dan ragi tape
7
merupakan jenis khamir yang baik. Saccaromyces c dan ragi tape menghasilkan
enzim zimase dan invertase. Enzim inilah yang berfungsi memecah sukrosa
menjadi monosakarida yang kemudia mengubah glukosa menjadi bioetanaol.
Hasil variasi waktu total fermentasi dan jangka waktu pemberian ragi dapat
dilihat dalam tabel 1.
Tabel 1. Hasil fermentasi dari komposisi 250 mL larutan substrat + 5,0%
saccaromyces c + 5,0% ragi tape dengan variasi waktu total fermentasi
Tabel 2. Hasil fermentasi dari komposisi 250mL larutan substrat + 2,5%
saccaromyces c + 2,5% ragi tape dengan variasi waktu total fermentasi
Hasil penelitian menunjukkan bahwa waktu fermentasi berpengaruh
secara nyata terhadap kadar etanol yang dihasilkan. Proses fermentasi pati
No Kode
Sampel
Volume
fermentasi
(mL)
Kadar
Etanol v/v
(%)
Massa
etanol
(gram)
1 25.0.5 37 13,160036 0,675626
2 25.1.5 41 14,582742 0,748667
3 25.3.5 66 23,474659 1,205172
4 25.5.5 68 24,186012 1,241692
5 25.7.5 68 24,186012 1,241692
6 25.9.5 69 24,197365 1,268212
No Kode
Sampel
Volume
fermentasi
(mL)
Kadar
Etanol
v/v(%)
Massa
etanol
(gram)
1 25.0.2,5 25 8,891916 0,456505
2 25.1.2,5 28 9,958946 0,511285
3 25.3.2,5 33 11,73733 0,602586
4 25.5.2,5 35 11,87139 0,712147
5 25.7.2,5 39 13,7168 0,858229
6 25.9.2,5 42 14,42816 0,894749
8
singkong karet dengan konsentrasi 5,0% menghasilkan etanol dengan kadar
paling tinggi pada hari ke 3 yaitu sebesar 23,4747 v/v(%) dan cenderung konstan
secara signifikan sampai hari ke 9 sebesar 24,197365 v/v(%). Hal ini ditandai
dengan pertumbuhan bakteri dari ragi, pertumbuhan bakteri dapat diamati dari
meningkatnya kadar etanol yang menunjukkan produktifitas saccaromyces
cerevisiae. Pertumbuhan dan aktivitas saccaromyces cerevisiae berada pada fase
pembiakan bakteri berlangsung secara
3.1 Pengaruh Waktu Total Fermentasi Terhadap volume etanol ( mL ) pada
berbagai variasi konsentrasi substrat
Gula hasil hidrolisis pati singkong karet diubah oleh saccaromyces c dan
ragi tape menjadi bioetanol Dalam penelitian ini variasi konsentrasi asam yang
diberikan adalah 2,5% dan 5,0%, sedangkan waktu total fermentasi divariasikan
1, 3, 5, 7, dan 9 hari. Hasil penelitian didapatkan bioetanol yang baik pada hari
ketiga karena mikroorganisme telah beradaptasi dengan lingkungan dan nutisi
yang tersedia. Berdasarkan tabel 1 dapat dilihat pengaruh waktu total fermentasi
terhadap volume etanol.
cepat dan jumlahnya meningkat seiring dengan penambahan waktu
fermentasi. Hal ini dikarenakan pertumbuhan dan aktivitas bakteri
Sacharomyces cereviceae selalu berubah.
Gambar 2. Hubungan Waktu total fermentasi terhadap kadar etanol
9
Dari Gambar 2 diketahui waktu fermentasi pada hari ke 5, 7, dan 9 hari
cenderung konstan. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor yang mempengaruhi
dalam proses fermentasi salah satunya disebabkan karena tidak homogennya
reaksi sintesis etanol baik dari proses delignifikasi, hidrolisis maupun fermentasi
selain itu etanol sudah mengalami oksidasi berubah menjadi asam asetat
sehingga mulai terjadi penurunan pH yang mengakibatkan bakteri saccaromyces
cerevisiae menjadi terhambat. Ph yang optimum untuk pertumbuhan khamir
adalah 4-4,5 (Budiyanto, 2003). Menurut Astawan dan Mita (1991) lama
fermentasi yang dibutuhkan adalah 2-3 hari atau 48-72 jam. Hal ini disebabkan
karena sudah terbentuknya produk yang bisa menjadi inhibitor.
Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Sari (2008)
menyatakan bahwa lama fermentasi yang paling optimal untuk proses
pembuatan bioetanol adalah 3 hari. Jika fermentasi dilakukan lebih dari 3 hari,
kadar alkoholnya dapat berkurang. Berkurangnya kadar alkoholnya disebabkan
telah dikonversi menjadi senyawa lain misalnya ester.
3.2 Pengaruh Jangka waktu pemberian ragi tape dan saccaromyces c
terhadap kadar etanol
Selama proses fermentasi terjadi proses biokonversi glukosa menjadi
etanol. Tinggi rendahnya etanol yang dihasilkan dipengarui oleh beberapa faktor
seperti Ph, tinggi rendahnya konsentrasi glukosa, konsentrasi kultur starter dan
suhu fermentasi. Pada penelitian ini dicoba mengembangkan teknik SSF
termodifikasi dalam proses fermentasi untuk menghasilkan etanol. Taraf
pemberlakuan selama proses fermentasi disajikan dalam tabel 3.
10
Tabel 3. Hasil fermentasi dari komposisi 250mL larutan substrat + 5,0%
saccaromyces c + 5,0% ragi tape dengan variasi jangka waktu
pemberian starter selama 3 hari
Gambar 3. Hubungan antara variasi jangka waktu pemberian starterterhadap
kadaretanol
0
5
10
15
20
25
30
35
Kad
ar E
tan
ol (
%)
Waktu Pemberlakuan
Hubungan Antara variasi Jangka Waktu Pemberian starter Terhadap Kadar Etanol
P1=3 Hari Saccaromyces C
P2=3 Hari Ragi Tape
P3=1 hari Saccaromyces + 2 hrRagi Tape
P4= 2 Hari Ragi Tape + 1 Hrsaccaromyces c
P5= 1 hari Ragi Tape + 2 HrSaccaromyces C
Kode Sampel Waktu
(Hari)
Volume
(mL)
Volume
etanol
Kadar
Etanol
v/v(%)
Massa
Etanol
(gram)
Perlakuan 1 1 S 31 27,5649 11,0260 0,5661
Perlakuan 2 1 R 11 9,7811 3,9124 0,2009
Perlakuan 3 1 S + 2 R 90 80,0272 32,0109 1,6434
Perlakuan 4 2 R + 1 S 26 23,1190 9,2476 0,4748
Perlakuan 5 1 R + 2 S 34 30,2325 12,0930 0,6208
Perlakuan 6 1 SR 25 22,2298 8,8919 0,4565
11
Gambar 3 menunjukkan bahwa konsentrasi tertinggi pada pemberlakuan
ke-3 (P3) dengan jangka waktu pemberian saccaromyces pada hari 1 dan diikuti
penambahan ragi tape pada 2 hari berikutnya. perbedaan pada setiap perlakuan
ini menghasilkan perbedaan yang signifikan terhadap kadar etanol. Perlakuan P1
dan P2 merupakan proses fermentasi menggunakan kultur tunggal, sedangkan
pada perlakuan (P3, P4, P5) menggunakan co-culture yang menunjukkan hasil
konsentrasi etanol yang lebih tinggi dibandingkan dengan menggunkan kultur
tunggal. Pada pemberlakuan P3 mampu menghasilkan kadar etanol tertinggi
sebesar 32,0109 v/v(%) dengan massa etanol sebesar 1,6434 g, sedangkan kadar
etanol terendah di dapatkan pada pemberlakuan P2 sebesar 3,9124 v/v(%).
Adanya perbedaan konsentrasi yang dihasilkan ini menunjukkan bahwa antara
ragi tape dan Saccaromyces mampu bersinergi untuk menghasilkan etanol
dengan konsentrasi yang lebih tinggi dibandingkan dengan kultur tunggal.
4. PENUTUP
Pati singkong karet memiliki kadar karbohidrat (pati) mencapai 98,5%.
Kadar pati yang tinggi menunjukkan bahwa pati singkong karet dapat dijadikan
bahan baku untuk pembuatan bioetanol. Kadar glukosa pada fermentasi
mempengaruhi kadaretanol yang dihasilkan. Pada penelitian ini lama
waktufermentasi juga mempengaruhi volume dan kadar etanol yang dihasilkan.
Kondisi optimum yang dihasilkan pada konsentrasi substat 5,0% selama 3 hari
sebesar 23,4747% (v/v) dengan variasi waktu total yang diberikan yaitu 1, 3, 5,
7, dan 9 hari. Untuk variasi pemberlakuan proses fermentasi terbaik didapatkan
pada proses fermentasi dengan pemberian saccaromyces untuk 1 hari pertama
dan dilanjutkan ragi tape pada 2 hari berikutnya. Pada perlakuan ini
menghasilkan etanol dengan konsentrasi 32,0109% (v/v) dengan massa etanol
sebesar 1,6434 g.
DAFTAR PUSTAKA
Arnata I W., Dwi S., Richana N. 2009. Bioprocess Technology to produce
bioethanol from cassava by co-culyure Trichoderma viride,
Aspergillus niger and Saccaromyces cerevisiae.
12
Prosinding.internasional conferece on bioetechnology for sustainable
future
Arnata, 2013.Rekayasa Bioproses Produksi Bioetanol dari Ubi Kayu dengan
Teknik Ko-Kultur Ragi Tape dan Saccaromyces Cerevisiae.Teknologi
industri pertanian .Universitas Unud.
Budiyanto A,Martosuyono P,Richana N. 2005. Optimasi proses produksi
tepung cassava dari pati ubi kayu skala laboratorium .buletin balai
besar pascapanen,1-16.
Hapsari, Mira Amalia dan Alice Pramashinta.2013. Pembuatan Bioetanol dari
Singkong Karet (Manihot glaziovii) untuk Bahan Bakar Kompor Rumah
Tangga sebagai Upaya Mempercepat Konversi Minyak Tanah ke
Bahan Bakar Nabati.Jurnal Teknologi Kimia dan Industri Vol. 2, No 2.
Semarang: Universitas Diponegoro.
Kusmiyati, 2010.Comparasion of iles-iles and cassava tubers as a
Saccaromyces cerevisiae substrate fermentation for bioetanol
production.bioscience 2 : 7-13.
Merican Z,Queeland Y. 2004. tapi processing in malaysia:A Technology in
Transition Industrialization of indigeneous fermented foods,pp.247-
270.Marcel Dekker Inc,New York
Marques, S, Alves L, Roseiro, J.C.,Girio, F.M. 2006. Conversion of recycled
paper sludge to ethanol by SHF and SSF using Pichia stipitis.
Departamento de Biotecnologia, INETI, Estrada do Paço do Lumiar 22,
1649-038 Lisboa, Portugal.
Nasrun, Jalaluddin, Mahfuddhah. 2015. Pengaruh jumlah Ragi dan Waktu
Fermentasi terhadap Kadar Bioetanol yang Dihasilkan dari fermentasi
Kulit Pepaya.Jurnal Teknologi Kimia Unimal 4 : 2 .Universitas
Malikussaleh.
Rosita, 2008.Produksi etanol dari onggok menggunakan ekstrak kasar enzim
alfa amilase,glukoamilase dan saccaromyces cerevisiae. Tesis Program
studi magister bioteknologi SITH
Susana, 1989. Biokonversi Edisi I cetakan I. Rajawali Pustaka,Jakarta.
Taherzadeh MJ, Karimi K. 2007. Enzyme-Based Hydrolysis Process for
Ethanol from Lignocellulosic Material Review:J BioResources 2 ( 4)
: 707-738.
Wawan W Effendi, 2012. “Bioetanol Kulit Buah Kakao; Menuju Indonesia
Mandiri Bahan Bakar Nabati”. Artikel Bioetanol Kulit Buah Kakao.
Diakses Pada 26 September 2017