pengaruh volume molase dan lama fermentasi …repository.ub.ac.id/5748/1/luqi yuliawan .pdf ·...

92
PENGARUH VOLUME MOLASE DAN LAMA FERMENTASI HIDROLISAT PROTEIN TANAMAN AZOLLA (Azolla pinnata) REBUS DENGAN STARTER KHAMIR LAUT SKRIPSI PROGRAM STUDI TEKNOLOGI INDUSTRI HASIL PERIKANAN JURUSAN MANAJEMEN SUMBERDAYA PERIKANAN Oleh : LUQI YULIAWAN NIM. 115080301111008 FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG 2017

Upload: others

Post on 08-Dec-2020

13 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: PENGARUH VOLUME MOLASE DAN LAMA FERMENTASI …repository.ub.ac.id/5748/1/LUQI YULIAWAN .pdf · dalam penelitian saya. 3. Dr. Ir. Yahya, MP selaku Dosen Pembimbing II yang telah memberikan

PENGARUH VOLUME MOLASE DAN LAMA FERMENTASI HIDROLISAT PROTEIN TANAMAN AZOLLA (Azolla pinnata) REBUS DENGAN STARTER

KHAMIR LAUT

SKRIPSI PROGRAM STUDI TEKNOLOGI INDUSTRI HASIL PERIKANAN

JURUSAN MANAJEMEN SUMBERDAYA PERIKANAN

Oleh : LUQI YULIAWAN

NIM. 115080301111008

FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA

MALANG 2017

Page 2: PENGARUH VOLUME MOLASE DAN LAMA FERMENTASI …repository.ub.ac.id/5748/1/LUQI YULIAWAN .pdf · dalam penelitian saya. 3. Dr. Ir. Yahya, MP selaku Dosen Pembimbing II yang telah memberikan

PENGARUH VOLUME MOLASE DAN LAMA FERMENTASI HIDROLISAT PROTEIN TANAMAN AZOLLA (Azolla pinnata) REBUS DENGAN STARTER

KHAMIR LAUT

SKRIPSI PROGRAM STUDI TEKNOLOGI INDUSTRI HASIL PERIKANAN

JURUSAN MANAJEMEN SUMBERDAYA PERIKANAN

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Meraih Gelar Sarjana Perikanan Di Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan

Universitas Brawijaya

Oleh : LUQI YULIAWAN

NIM. 115080301111008

FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA

MALANG 2017

Page 3: PENGARUH VOLUME MOLASE DAN LAMA FERMENTASI …repository.ub.ac.id/5748/1/LUQI YULIAWAN .pdf · dalam penelitian saya. 3. Dr. Ir. Yahya, MP selaku Dosen Pembimbing II yang telah memberikan
Page 4: PENGARUH VOLUME MOLASE DAN LAMA FERMENTASI …repository.ub.ac.id/5748/1/LUQI YULIAWAN .pdf · dalam penelitian saya. 3. Dr. Ir. Yahya, MP selaku Dosen Pembimbing II yang telah memberikan

PERNYATAAN ORISINILITAS

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam skripsi yang saya tulis ini

benar-benar merupakan hasil karya sendiri, dan sepanjang pengetahuan saya

juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh

orang lain kecuali yang tertulis oleh naskah ini dan disebut dengan daftar

pustaka.

Apabila kemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan skripsi ini hasil

penjiplakan (plagiasi), maka saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan

tersebut, sesuai hukum yang berlaku di Indonesia.

Malang, 8 Mei 2017

Mahasiswa

Luqi Yuliawan

NIM. 115080301111008

Page 5: PENGARUH VOLUME MOLASE DAN LAMA FERMENTASI …repository.ub.ac.id/5748/1/LUQI YULIAWAN .pdf · dalam penelitian saya. 3. Dr. Ir. Yahya, MP selaku Dosen Pembimbing II yang telah memberikan

UCAPAN TERIMA KASIH

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat

dan ridho-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini

dengan segala kelebihan dan keterbatasannya. Penulis menyampaikan ucapan

terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Mashudy (Ayah), Sumiati (Ibunda), dan Novan Avandi (Adik), serta

Keluarga Besar yang telah memberikan dukungan, semangat, dan do’a.

2. Prof. Ir. Sukoso, M.Sc. Ph. D selaku Dosen Pembimbing I yang telah

banyak memberikan bimbingan selama penyusunan skripsi ini,

memberikan kultur khamir laut serta molase yang sangat membantu

dalam penelitian saya.

3. Dr. Ir. Yahya, MP selaku Dosen Pembimbing II yang telah memberikan

pengetahuan dan membimbing saya dengan sabar hingga saya dapat

memahami materi penelitian saya.

4. Dr. Ir. Hartati Kartikaningsih, MS dan Hefti Salis Yufidasari, S.Pi, MP

selaku Dosen Penguji yang telah banyak memberikan ilmu, kritik, dan

saran yang membangun dalam penyusunan skripsi ini.

5. Teman-teman THP 2011 yang telah memberikan masukan, semangat,

dukungan, tukar pikiran dan pengalaman.

6. Semua pihak yang telah membantu dan memberikan dorongan dalam

menyelesaikan penyusunan skripsi ini.

Malang, 8 Mei 2017

Page 6: PENGARUH VOLUME MOLASE DAN LAMA FERMENTASI …repository.ub.ac.id/5748/1/LUQI YULIAWAN .pdf · dalam penelitian saya. 3. Dr. Ir. Yahya, MP selaku Dosen Pembimbing II yang telah memberikan

RINGKASAN

LUQI YULIAWAN, (115080301111008). Pengaruh Volume Molase dan Lama Fermentasi Hidrolisat Protein Tanaman Azolla (Azolla Pinnata) Rebus dengan Starter Khamir Laut (di bawah bimbingan Prof. Ir. Sukoso, M.Sc. Ph.D dan Dr. Ir. Yahya, MP).

Azolla pinnata adalah sejenis tanaman paku air yang tumbuh di sawah atau kolam di daerah tropis yang bernilai gizi tinggi. Tanaman azolla potensial digunakan sebagai pakan karena banyak terdapat di perairan tenang seperti danau, kolam, rawa dan persawahan. Azolla pinnata rebus memiliki kadar air 94,91%, kadar abu 0,50%, kadar lemak 2,51%, kadar protein 1,39%, kadar karbohidrat 0,69%. Azolla pinnata dapat dimanfaatkan sebagai bahan baku dalam pembuatan hidrolisat protein. Pembuatan hidrolisat protein dapat dilakukan dengan proses hidrolisis menggunakan mikroorganisme atau enzim, yaitu dengan cara fermentasi. Mikroorganisme yang dapat digunakan dalam proses fermentasi yaitu mikroorganisme non patogenik, tidak membutuhkan nutrisi secara spesifik, mudah untuk dikultur, dan dominan dalam pertumbuhannya, seperti khamir laut. Khamir laut merupakan salah satu jenis khamir yang diisolasi langsung dari laut. Merupakan organisme uniseluler dari golongan jamur, bersifat kemoorganotrof. Khamir laut membutuhkan nutrisi untuk kebutuhan hidupnya seperti sumber karbon dan sumber nitrogen. Sumber karbon yang digunakan sebagai media pertumbuhan khamir laut selama ini dilakukan dengan penambahan gula pasir dan masih relative sedikit yang menggunakan alternatif lain sebagai pengganti gula yakni molase. Molase merupakan limbah cair hasil samping yang berasal dari pembuatan gula tebu yang berupa cairan kental. Molase mengandung gula cukup tinggi yaitu 50-60%, sehingga molase dapat digunakan sebagai media fermentasi yang baik.

Metode penelitian yang digunakan yaitu metode eksperimen. Penelitian ini dilakukan dalam tiga tahap yaitu pembuatan kultur khamir laut, penentuan volume molase dan khamir laut, dan penelitian utama. Penelitian utama dilakukan pembuatan hidrolisat protein Azolla pinnata rebus dengan starter khamir laut yang selanjutnya dianalisis kimia berupa analisis proksimat (kadar air, abu, lemak, protein, dan karbohidrat), pH, kapasitas emulsi, dan daya buih pada perlakuan terbaik. Penelitian ini dirancang dengan Rancangan Acak Lengkap (RAL) yaitu dengan volume molase yang digunakan yaitu 100 ml, 150 ml dan 200 ml dan lama fermentasi yang digunakan yaitu 3, 6, 9, dan 12 hari serta dilakukan 3 kali pengulangan.

Pada penelitian ini didapatkan hasil bahwa pasta hidrolisat protein Azolla pinnata rebus terbaik yaitu pada perlakuan volume molase 200 ml dan lama fermentasi 12 hari dengan kandungan protein 23,83%, kadar air 16,96%, kadar abu 14,05%, kadar lemak 2,18%, kadar karbohidrat 42,96%, pH 4,35, daya buih 0,12%, dan emulsi 49,60%.

Page 7: PENGARUH VOLUME MOLASE DAN LAMA FERMENTASI …repository.ub.ac.id/5748/1/LUQI YULIAWAN .pdf · dalam penelitian saya. 3. Dr. Ir. Yahya, MP selaku Dosen Pembimbing II yang telah memberikan

KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan puji syukur ke hadirat Allah SWT, atas limpahan

rahmat dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan laporan skripsi yang

berjudul “Pengaruh Volume Molase dan Lama Fermentasi Hidrolisat Protein

Tanaman Azolla (Azolla Pinnata) Rebus dengan Starter Khamir Laut”. Di dalam

tulisan ini, disajikan pokok-pokok bahasan yang meliputi pertumbuhan khamir

laut, volume molase, dan lama fermentasi, serta kualitas hidrolisat protein Azolla

pinnata rebus yang dihasilkan dari proses hidrolisis khamir laut dengan

menggunakan volume molase dan lama fermentasi yang berbeda.

Penulis menyadari adanya keterbatasan kemampuan dan pengetahuan

dalam menyusun laporan skripsi ini, walaupun telah dikerahkan segala

kemampuan untuk lebih teliti, tetapi masih dirasakan banyak kekurangtepatan.

Oleh karena itu, penulis mengharapkan saran dan kritik yang bersifat

membangun agar tulisan ini bermanfaat bagi yang membutuhkan.

Malang, 8 Mei 2017

Penulis

Page 8: PENGARUH VOLUME MOLASE DAN LAMA FERMENTASI …repository.ub.ac.id/5748/1/LUQI YULIAWAN .pdf · dalam penelitian saya. 3. Dr. Ir. Yahya, MP selaku Dosen Pembimbing II yang telah memberikan

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ........................................................................................ i

LEMBAR PENGESAHAN .............................................................................. ii

RINGKASAN ................................................................................................. iii

UCAPAN TERIMAKASIH ............................................................................. iv

KATA PENGANTAR ..................................................................................... v

DAFTAR ISI ................................................................................................... vi

DAFTAR GAMBAR........................................................................................ viii

DAFTAR TABEL ............................................................................................ ix

DAFTAR LAMPIRAN ..................................................................................... x

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ..................................................................................... 1 1.2 Rumusan Masalah ............................................................................... 3 1.3 Tujuan Penelitian ................................................................................. 4 1.4 Hipotesis .............................................................................................. 4 1.5 Kegunaan Penelitian ............................................................................ 5 1.6 Tempat dan Waktu Penelitian ............................................................. 5

2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Azolla pinnata ...................................................................................... 6 2.2 Fermentasi ........................................................................................... 8 2.3 Khamir Laut ......................................................................................... 9 2.4 Molase ................................................................................................. 13 2.5 Perebusan .......................................................................................... 15

2.6 Hidrolisat Protein Ikan ......................................................................... 16

3. METODE 3.1 Materi Penelitian ................................................................................. 19

3.1.1 Bahan Penelitian ....................................................................... 19 3.1.2 Alat Penelitian ........................................................................... 19

3.2 Metode Penelitian ............................................................................... 20 3.2.1 Metode ...................................................................................... 20 3.2.2 Variabel ..................................................................................... 21 3.3 Prosedur Penelitian ............................................................................ 22

3.3.1 Prosedur Pembuatan Kultur Khamir ......................................... 22 3.3.2 Prosedur Penentuan Fase Log Khamir Laut ............................. 23 3.3.3 Prosedur Pembuatan Hidrolisat Protein Azolla pinnata ............. 25

3.4 Pengamatan dan Parameter Uji .......................................................... 28 3.4.1 Pengamatan ............................................................................. 28

Page 9: PENGARUH VOLUME MOLASE DAN LAMA FERMENTASI …repository.ub.ac.id/5748/1/LUQI YULIAWAN .pdf · dalam penelitian saya. 3. Dr. Ir. Yahya, MP selaku Dosen Pembimbing II yang telah memberikan

3.4.2 Rendemen ................................................................................ 28 3.4.3 Analisa Proksimat ..................................................................... 28 3.4.3.1 Analisis Kadar Air ............................................................ 28 3.4.3.2 Analisis Kadar Lemak ..................................................... 29 3.4.3.3 Analisis Kadar Protein ..................................................... 31 3.4.3.4 Analisis Kadar Abu .......................................................... 31 3.4.3.5 Analisis Karbohidrat ........................................................ 32 3.4.4 Nilai pH ..................................................................................... 32 3.4.5 Kapasitas Emulsi ...................................................................... 33 3.4.6 Daya Buih ................................................................................. 33

4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Penelitian Pendahuluan ...................................................................... 35

4.1.1 Penentuan Fase Logaritmik ....................................................... 35 4.1.2 Penentuan Volume Molase dan Lama Fermentasi .................... 38 4.1.3 Komposisi Kimia Azolla pinnata Rebus ..................................... 40

4.2 Penelitian Utama ................................................................................ 40 4.2.1 Rendemen Hidrolisat Protein Azolla pinnata Rebus ................... 41

4.2.1.1 Rendemen Cairan ........................................................... 41 4.2.1.2 Rendemen Pasta ............................................................ 42

4.2.2 Analisis Proksimat Hidrolisat Protein Azolla pinnata Rebus ...... 43 4.2.2.1 Kadar Air ........................................................................ 43 4.2.2.2 Kadar Abu ....................................................................... 44 4.2.2.3 Kadar Lemak ................................................................... 46 4.2.2.4 Kadar Protein ................................................................. 47 4.2.2.5 Kadar Karbohidrat .......................................................... 49

4.2.3 Analisis pH ................................................................................ 50 4.2.4 Analisis Daya Buih ..................................................................... 51 4.2.5 Analisis Kapasitas Emulsi ........................................................ 53

4.3 Perlakuan Terbaik ............................................................................... 54

5. PENUTUP 5.1 Kesimpulan ......................................................................................... 56 5.2 Saran .................................................................................................. 56

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... 57 LAMPIRAN .................................................................................................. 63

Page 10: PENGARUH VOLUME MOLASE DAN LAMA FERMENTASI …repository.ub.ac.id/5748/1/LUQI YULIAWAN .pdf · dalam penelitian saya. 3. Dr. Ir. Yahya, MP selaku Dosen Pembimbing II yang telah memberikan

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Paku Air (Azolla pinnata) ......................................................................... 7 2. Khamir Laut ............................................................................................ 10 3. Proses Pengenceran Bertingkat Khamir Laut ........................................ 24 4. Skema Pembuatan Hidrolisat Azolla pinnata ......................................... 27 5. Foto pengamatan sel khamir laut dengan perbesaran 1000X ................ 35 6. Pertumbuhan sel khamir laut dengan pengamatan

setiap 12 jam sekali selama 108 jam ...................................................... 36 7. Rata-rata Rendemen Cairan Hidrolisat Protein Azolla pinnata Rebus .... 41 8. Rata-rata Rendemen Pasta Hidrolisat Protein Azolla pinnata Rebus ..... 42 9. Rata-rata Kadar Air Pasta Hidrolisat Protein Azolla pinnata Rebus ........ 43 10. Rata-rata Kadar Abu Pasta Hidrolisat Protein Azolla pinnata Rebus ...... 45 11. Rata-rata Kadar Lemak Pasta Hidrolisat Protein

Azolla pinnata Rebus .............................................................................. 46 12. Rata-rata Kadar Protein Pasta Hidrolisat Protein

Azolla pinnata Rebus .............................................................................. 48 13. Rata-rata Kadar Kabohidrat Pasta Hidrolisat Protein

Azolla pinnata Rebus .............................................................................. 49 14. Rata-rata pH Pasta Hidrolisat Protein Azolla pinnata Rebus .................. 50 15. Rata-rata Daya Buih Pasta Hidrolisat Protein Azolla pinnata Rebus ...... 52 16. Rata-rata Kapasitas Emulsi Pasta Hidrolisat Protein Azolla pinnata

Rebus ..................................................................................................... 53

Page 11: PENGARUH VOLUME MOLASE DAN LAMA FERMENTASI …repository.ub.ac.id/5748/1/LUQI YULIAWAN .pdf · dalam penelitian saya. 3. Dr. Ir. Yahya, MP selaku Dosen Pembimbing II yang telah memberikan

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Komposisi Kimia Azolla ............................................................................. 8 2. Kandungan Nutrisi Khamir Laut ................................................................ 10 3. Komposisi Kimia Molase ........................................................................... 13 4. Rancangan Percobaan Penelitian ............................................................. 21 5. Berbagai Perlakuan Pada Penelitian ........................................................ 25 6. Komposisi Kimia Azolla pinnata Rebus .................................................... 40 7. Selisih Kadar Air Pasta Hidrolisat Protein Azolla pinnata Rebus

dibandingkan Kontrol Awal Fermentasi ..................................................... 44 8. Selisih Kadar Abu Pasta Hidrolisat Protein Azolla pinnata Rebus

dibandingkan Kontrol Awal Fermentasi ..................................................... 45 9. Selisih Kadar Lemak Pasta Hidrolisat Protein Azolla pinnata Rebus

dibandingkan Kontrol Awal Fermentasi ..................................................... 46 10. Selisih Kadar Protein Pasta Hidrolisat Protein Azolla pinnata Rebus

dibandingkan Kontrol Awal Fermentasi ..................................................... 48 11. Selisih Kadar Karbohidrat Pasta Hidrolisat Protein Azolla pinnata

Rebus dibandingkan Kontrol Awal Fermentasi .......................................... 49 12. Selisih pH Pasta Hidrolisat Protein Azolla pinnata Rebus

dibandingkan Kontrol Awal Fermentasi ..................................................... 51 13. Selisih Daya Buih Pasta Hidrolisat Protein Azolla pinnata Rebus

dibandingkan Kontrol Awal Fermentasi ..................................................... 52 14. Selisih Kapasitas Emulsi Pasta Hidrolisat Protein Azolla pinnata

Rebus dibandingkan Kontrol Awal Fermentasi .......................................... 54 15. Komposisi Kimia Pasta Hidrolisat Protein Azolla pinnata Rebus .............. 55

Page 12: PENGARUH VOLUME MOLASE DAN LAMA FERMENTASI …repository.ub.ac.id/5748/1/LUQI YULIAWAN .pdf · dalam penelitian saya. 3. Dr. Ir. Yahya, MP selaku Dosen Pembimbing II yang telah memberikan

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

1. Perhitungan dalam Kultur Khamir Laut ................................................... 63 2. Perhitungan Diagram Alir Pembuatan Kultur Khamir Laut ...................... 64 3. Perhitungan Pembuatan Media Pengenceran Khamir Laut .................... 65 4. Data Kepadatan Sel Khamir Laut ........................................................... 66 5. Perhitungan Kepadatan Sel Khamir Laut ............................................... 67 6. Data Pengamatan Volume Molase dan Lama Fermentasi

pada Penelitian Pendahuluan ................................................................. 69 7. Hasil Analisis Nilai Rendemen dan Kandungan Nutrisi kontrol

dan Hidrolisat Protein Azolla pinnata Rebus .......................................... 72 8. Data Pengamatan dan Analisis Data Rendemen Cairan

Hidrolisat Protein Azolla pinnata Rebus ................................................. 73 9. Data Pengamatan dan Analisis Data Rendemen Pasta

dan Pasta Hidrolisat Protein Azolla pinnata Rebus ................................ 75 10. Data Pengamatan dan Analisis Data Kadar Air Kontrol

dan Pasta Hidrolisat Protein Azolla pinnata Rebus ................................ 77 11. Data Pengamatan dan Analisis Data Kadar Abu Kontrol

dan Pasta Hidrolisat Protein Azolla pinnata Rebus ................................ 79 12. Data Pengamatan dan Analisis Data Kadar Lemak Kontrol

dan Pasta Hidrolisat Protein Azolla pinnata Rebus ................................ 81 13. Data Pengamatan dan Analisis Data Kadar Protein Kontrol

dan Pasta Hidrolisat Protein Azolla pinnata Rebus ................................. 83 14. Data Pengamatan dan Analisis Data Kadar Karbohdirat Kontrol

dan Pasta Hidrolisat Protein Azolla pinnata Rebus ................................ 85 15. Data Pengamatan dan Analisis Data pH Kontrol

dan Pasta Hidrolisat Protein Azolla pinnata Rebus ................................ 87 16. Data Pengamatan dan Analisis Data Daya Buih Kontrol

dan Pasta Hidrolisat Protein Azolla pinnata Rebus ................................. 89 17. Data Pengamatan dan Analisis Data Kapasitas Emulsi Kontrol

dan Pasta Hidrolisat Protein Azolla pinnata Rebus ................................ 91 18. Dokumentasi Pembuatan Kultur Khamir Laut ........................................ 93 19. Dokumentasi Pembuatan Pasta Hidrolisat Protein

Azolla pinnata Rebus .............................................................................. 95 20. Dokumentasi Analisis Kadar Air Pasta Hidrolisat Protein

Azolla pinnata Rebus .............................................................................. 97 21. Dokumentasi Analisis Kadar Abu Pasta Hidrolisat Protein

Azolla pinnata Rebus .............................................................................. 98 22. Dokumentasi Analisis Kadar Lemak Pasta Hidrolisat Protein

Azolla pinnata Rebus .............................................................................. 99 23. Dokumentasi Analisis Kadar Protein Pasta Hidrolisat Protein

Azolla pinnata Rebus .............................................................................. 100 24. Dokumentasi Analisis pH Pasta Hidrolisat Protein

Azolla pinnata Rebus .............................................................................. 101 25. Dokumentasi Analisis Daya Buih Pasta Hidrolisat Protein

Azolla pinnata Rebus .............................................................................. 102 26. Dokumentasi Analisis Kapasitas Emulsi Pasta Hidrolisat Protein

Azolla pinnata Rebus .............................................................................. 103 27. Hasil Analisis Proksimat Azolla pinnata Rebus ...................................... 104

Page 13: PENGARUH VOLUME MOLASE DAN LAMA FERMENTASI …repository.ub.ac.id/5748/1/LUQI YULIAWAN .pdf · dalam penelitian saya. 3. Dr. Ir. Yahya, MP selaku Dosen Pembimbing II yang telah memberikan

28. Hasil Analisis Protein Azolla pinnata Rebus Hari ke-12 ..................... 105

Page 14: PENGARUH VOLUME MOLASE DAN LAMA FERMENTASI …repository.ub.ac.id/5748/1/LUQI YULIAWAN .pdf · dalam penelitian saya. 3. Dr. Ir. Yahya, MP selaku Dosen Pembimbing II yang telah memberikan

1

1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Tanaman Azolla atau paku air merupakan tanaman yang biasa hidup di

atas permukaan air, Azolla mudah ditemukan di seluruh wilayah Indonesia

(Hidayat et al., 2011). tanaman Azolla pinnata merupakan tanaman air yang

dapat ditemukan dari daratan rendah sampai ketinggian 2200 m di atas

permukaan laut. Azolla banyak terdapat diperairan tenang seperti danau, kolam,

rawa dan persawahan. Selama ini Azolla dianggap sebagai gulma air karena

dalam waktu 3-4 hari dapat memperbanyak diri menjadi dua kali lipat dari berat

segarnya, sehingga dapat menutupi permukaan perairan yang mengakibatkan

mengurangi aktifitas fotosintesis mikroorganisme yang ada di dalam kolam

(Utami, 2013).

Hidrolisat protein merupakan hasil hidrolisis protein secara enzimatis atau

kimiawi yang mengandung peptida yang berat molekulnya lebih rendah dan

asam amino bebas. Pembuatan hidrolisat protein merupakan salah satu usaha

dalam menambah sumber protein yang kaya dengan asam amino (Purbasari,

2008). Hidrolisis secara enzimatis lebih dipilih karena efisien, murah,

menghasilkan hidrolisat protein ikan tanpa kehilangan asam amino esensial.

Reaksi hidrolisis ini akan menghasilkan hidrolisat protein yang berkualitas karena

pH, kondisi suhu, dan waktu hidrolisis yang dapat terkontrol. Penggunaan enzim

didalam menghidrolisis protein dianggap paling aman dan menguntungkan

karena dapat berlangsung secara spesifik sehingga dimungkinkan dapat

mempengaruhi pembentukan peptida dan asam-asam amino (Nurhayati et al.,

2014). Pembuatan hidrolisat protein dengan menggunakan enzim

mikroorganisme dapat dilakukan dengan cara fermentasi.

Page 15: PENGARUH VOLUME MOLASE DAN LAMA FERMENTASI …repository.ub.ac.id/5748/1/LUQI YULIAWAN .pdf · dalam penelitian saya. 3. Dr. Ir. Yahya, MP selaku Dosen Pembimbing II yang telah memberikan

2

Fermentasi mempunyai pengertian aplikasi metabolisme mikroba untuk

mengubah bahan baku menjadi produk yang bernilai tinggi, seperti asam–asam

organik, protein sel tunggal, antibiotika, dan biopolymer (Juwita, 2012).

Fermentasi adalah proses perubahan substrat organik yang kompleks menjadi

komponen yang lebih sederhana dengan adanya aktivitas enzim dan mikroba

dalam keadaan terkontrol, dimana bahan-bahan atau komponen yang dihasilkan

dapat menghambat kegiatan mikroba pembusuk (Sastra, 2008). Lama fermentasi

yang berbeda dapat menghasilkan hasil hidrolisat yang berbeda karena dalam

selang waktu tersebut terjadi penguraian senyawa komplek menjadi sederhana.

Pada proses fermentasi tentunya terdapat mikroorganisme yang berperan

didalamnya. Pemilihan mikroorganisme harus disesuaikan dengan kebutuhan

yang akan dihasilkan yakni pembuatan hidrolisat protein. Mikroorganisme yang

akan digunakan dalam fermentasi adalah organisme yang non patogenik, tidak

membutuhkan nutrisi secara spesifik, mudah untuk dikultur, dan dominan dalam

pertumbuhannya, seperti khamir laut.

Khamir laut membutuhkan nutrisi untuk kebutuhan hidupnya seperti

sumber karbon dan sumber nitrogen. Khamir dapat hidup dalam gula sederhana

seperti glukosa, atau gula kompleks disakarida yaitu sukrosa. Khamir mempunyai

reaksi positif terhadap gula rafinosa, trehalosa, maltosa, galaktosa, galaktosa,

sukrosa, dan negatif pada gula laktosa (Ahmad, 2005). Sumber karbon yang

biasa digunakan sebagai media pertumbuhan khamir laut adalah gula pasir.

Molase banyak mengandung gula sehingga dapat digunakan sebagai energi dan

sumber karbon (Febriani, 2008).

Molase (tetes tebu) merupakan hasil samping dari industri pengolahan

gula yang masih mengandung gula cukup tinggi. Kandungan gula molase

terutama sukrosa berkisar 48 – 55%, sehingga merupakan bahan baku yang

cukup potensial untuk pembuatan etanol (Sebayang, 2006). Kandungan gula

Page 16: PENGARUH VOLUME MOLASE DAN LAMA FERMENTASI …repository.ub.ac.id/5748/1/LUQI YULIAWAN .pdf · dalam penelitian saya. 3. Dr. Ir. Yahya, MP selaku Dosen Pembimbing II yang telah memberikan

3

yang tinggi pada molase merupakan sumber karbon untuk metabolisme dan

pertumbuhan mikroba, sehingga dapat ditambahkan pada proses fermentasi.

Salah satu sumber karbohidrat yang dapat digunakan sebagai prebiotik yaitu

molase yang merupakan limbah dari hasil produksi gula tebu. Molase yang

merupakan sumber nutrisi bagi bakteri probiotik diharapkan dapat meningkatan

populasi bakteri probiotik sehingga dapat memaksimalkan kerja dari bakteri

probiotik sebagai agen bioremediasi (Sartika et al., 2012).

Sejauh ini belum ada penelitian mengenai khamir laut sebagai starter dalam

pembuatan hidrolisat protein dari tanaman azolla rebus dengan fermentasi dan

penambahan sumber karbon berupa molase, maka perlu adanya penelitian

mengenai hal tersebut. Dari paparan yang telah dijelaskan maka diperlukan

kajian yang membahas tentang pemanfaatan khamir laut sebagai biokatalisator

dalam pembuatan hidrolisat protein azolla rebus.

1.2 Rumusan Masalah

Tanaman azolla memiliki kandungan protein yang cukup besar, namun

pemanfaatan tanaman azolla selama ini kurang optimal sehingga diperlukan

adanya diversifikasi dalam pengolahan tanaman azolla, misalnya hidrolisat

protein tanaman azolla. Adanya pengolahan tanaman azolla menjadi hidrolisat

protein dengan menggunakan fermentasi berpeluang dalam penyediaan pangan

yang memiliki nilai nutrisi yang tinggi. Pemanfaatan khamir laut yang

mengandung berbagai enzim (protease) dalam fermentasi berpotensi untuk

meningkatkan kandungan protein dalam pembuatan hidrolisat protein tanaman

azolla. Penggunaan volume molase dan lama fermentasi yang tepat sangat

menentukan kualitas hidrolisat protein tanaman azolla yang akan didapatkan.

Dari uraian diatas dapat diambil rumusan masalah sebagai berikut:

Page 17: PENGARUH VOLUME MOLASE DAN LAMA FERMENTASI …repository.ub.ac.id/5748/1/LUQI YULIAWAN .pdf · dalam penelitian saya. 3. Dr. Ir. Yahya, MP selaku Dosen Pembimbing II yang telah memberikan

4

Bagaimana pengaruh penambahan volume molase yang berbeda

terhadap karakteristik hidrolisat protein tanaman azolla rebus?

Bagaimana pengaruh lama fermentasi yang berbeda terhadap

karakteristik hidrolisat protein tanaman azolla rebus?

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian tentang pengaruh penambahan volume molase

yang berbeda terhadap karakteristik hidrolisat protein tanaman azolla (Azolla

pinnata) rebus selama masa fermentasi dengan starter khamir laut adalah:

Untuk mendapatkan volume molase yang tepat terhadap karakteristik

hidrolisat protein tanaman azolla rebus.

Untuk mendapatkan lama fermentasi yang tepat terhadap karakteristik

hidrolisat protein tanaman azolla rebus.

1.4 Hipotesis

Hipotesis yang mendasari penelitian ini adalah:

Diduga volume molase berpengaruh terhadap kualitas hidrolisat protein

tanaman azolla rebus.

Diduga lama fermentasi berpengaruh terhadap kualitas hidrolisat protein

tanaman azolla rebus.

Page 18: PENGARUH VOLUME MOLASE DAN LAMA FERMENTASI …repository.ub.ac.id/5748/1/LUQI YULIAWAN .pdf · dalam penelitian saya. 3. Dr. Ir. Yahya, MP selaku Dosen Pembimbing II yang telah memberikan

5

1.5 Kegunaan penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai acuan dalam

penggunaan volume molase dan lama fermentasi yang berbeda dengan starter

khamir laut terhadap kualitas hidolisat protein tanaman azolla (Azolla pinnata)

rebus.

1.6 Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Keamanan Hasil Perikanan,

Laboratorium Perekayasaan Hasil Perikanan, dan Laboratorium Biokimia dan

Nutrisi Ikan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Laboratorium Pengujian

Mutu dan Keamanan Pangan, dan Laboratorium Sentral Ilmu Hayati, Universitas

Brawijaya, Malang, pada bulan Januari - September 2016.

Page 19: PENGARUH VOLUME MOLASE DAN LAMA FERMENTASI …repository.ub.ac.id/5748/1/LUQI YULIAWAN .pdf · dalam penelitian saya. 3. Dr. Ir. Yahya, MP selaku Dosen Pembimbing II yang telah memberikan

6

2. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Azolla pinnata

Azolla merupakan jenis tanaman pakuan air yang hidup di lingkungan

perairan dan mempunyai sebaran yang cukup luas. Tumbuhan ini tumbuh di

selokan dan air yang menggenang. Azolla berkembang biak secara vegetatif dan

tumbuh banyak sekali. Reproduksi seksual tidak biasa dilakukan sebagai

perkembangbiakan. Paku-pakuan biasanya berbentuk hijau kusut pada air yang

berlebih dapat menjadi kemerahan merupakan akumulasi dari pigmen antosianin

(Rao, 1993)

Menurut Sudjana (2014), para ahli taksonomi menggolongkan Azolla pinnata

sebagai berikut :

Regnum : Plantae

Divisio : Pteridophyta

Classis : Pteridopsida

Ordo : Salviniales

Familia : Salviniaceae

Genus : Azolla

Species : Azolla pinnata

Tanaman Azolla memiliki ciri-ciri: batang dan cabang mengapung di air dan

bercabang yang susunannya saling tumpang tindih. Akar terdapat pada ruas

cabang permukaan batang dan memiliki rambut-rambut akar dan tudung ruas

berselubung yang dapat gugur karena usia tua, akar memberi sambungan besar

terhadap berat basah total tanaman. Setiap daun Azolla terdiri dari helai daun

bawah dan helai daun atas merupakan daun yang bilobus (bagian atas tebal)

dan warna hijau mengandung klorofil atas dan bawah yang kontak dengan

bagian air tipis warna merah muda karena tidak mengandung klorofil. Daun

azolla selalu bergerombol yang menutupi seluruh permukaan tanaman, helaian

Page 20: PENGARUH VOLUME MOLASE DAN LAMA FERMENTASI …repository.ub.ac.id/5748/1/LUQI YULIAWAN .pdf · dalam penelitian saya. 3. Dr. Ir. Yahya, MP selaku Dosen Pembimbing II yang telah memberikan

7

daun bawah sebagian tenggelam dalam air dan sedikit klorofil sedangkan helaian

daun atas di atas permukaan air mengandung klorofil yang tebal (Hasbi, 2005).

Gambar 1. Paku Air (Azolla pinnata)

Kelebihan yang dimiliki oleh tanaman mata lele A. pinnata ialah kemampuannya

bersimbiosis dengan alga hijau-biru Anabaena azollae STRASSB. Mekanisme

simbiotik dari proses fiksasi nitrogen yang terjadi, dapat membuat tanah yang

ditumbuhi menjadi subur dan kaya akan nutrisi, khususnya

senyawa golongan nitrogen. Selain itu, tanaman ini memiliki berbagai kelebihan,

diantaranya menyerap limbah cair, bahan uji ekotoksikologi, dan salah satu

bahan pakan ternak yang mempunyai nilai nutrisi tinggi (Husna, 2008).

Alasan mengapa menggunakan tanaman Azolla sebagai bahan baku

pembuatan hidrolisat protein adalah karena memiliki kandungan nutrisi yang

tinggi terutama kandungan protein yang tinggi. Lumpkin (1984) dan Pannaker

(1988) menyatakan bahwa Azolla kaya dengan protein, total protein kasarnya

mencapai 25 – 30%, Basak et al. (2002) menyatakan hal serupa bahwa

kandungan protein kasar Azolla adalah 25,78 %. Komposisi kimia tanaman

Azolla utuh dapat dilihat pada Tabel 1.

Page 21: PENGARUH VOLUME MOLASE DAN LAMA FERMENTASI …repository.ub.ac.id/5748/1/LUQI YULIAWAN .pdf · dalam penelitian saya. 3. Dr. Ir. Yahya, MP selaku Dosen Pembimbing II yang telah memberikan

8

Tabel 1. Komposisi kimia tanaman Azolla Komposisi %

Protein Kasar 21,58

Serat Kasar 17,86

Lemak Kasar 2,22

Abu

Kalsium

Posfor

23,94

1,63

0,56

Sumber: Askar, (2001)

Dari data diatas tanaman Azolla dapat digunakan sebagai produk yang dapat

dikonsumsi oleh manusia karena kandungan nutrisinya yang tinggi, salah

satunya yaitu diolah menjadi produk Hidrolisat Protein.

2.2 Fermentasi

Fermentasi adalah proses produksi energi dalam sel dalam keadaan

anaerobik (tanpa oksigen). Secara umum, fermentasi adalah salah satu bentuk

respirasi anaerobik, Fermentasi juga dapat diartikan sebagai proses dimana

komponen - komponen kimiawi dihasilkan sebagai akibat adanya pertumbuhan

maupun metabolisme mikroba. (Apriwinda, 2013). Fermentasi merupakan salah

satu upaya untuk mengubah senyawa karbohidrat menjadi etanol dengan

bantuan mikroorganisme, fermentasi juga dapat dikatakan sebagai sutu proses

perubahan kimia yang disebabkan oleh aktivitas mikroba ataupun oleh aktivitas

enzim yang dihasilkan mikroba (Sebayang, 2006).

Pada proses fermentasi selalu berhubungan dengan lama waktu atau

lama waktu fermentasi, perbedaan waktu fermentasi dapat menghasilkan

perbedaan pada pertumbuhan mikroorganisme. Semakin lama waktu fermentasi

maka akan semakin banyak pula mikroorganisme yang tumbuh sampai nutrisi

Page 22: PENGARUH VOLUME MOLASE DAN LAMA FERMENTASI …repository.ub.ac.id/5748/1/LUQI YULIAWAN .pdf · dalam penelitian saya. 3. Dr. Ir. Yahya, MP selaku Dosen Pembimbing II yang telah memberikan

9

pada media tersebut habis. Proses pemecahan karbohidrat dipengaruhi oleh

aktivitas mikroorganisme yang digunakan pada fermentasi (Hidayati et al., 2013).

Fermentasi hidrolisat protein kepala udang rebus dengan penambahan

khamir laut dan molase sebagai substrat dilakukan selama 12 hari (Budy, 2014).

Pada penelitian hidrolisat protein tanaman Azolla rebus dengan volume molase

rebus difermentasi dengan menggunakan waktu 12 hari.

Pada proses fermentasi terjadi penguraian senyawa dari bahan-bahan

protein kompleks. Proses fermentasi yang terjadi pada ikan merupakan proses

penguraian secara biologis atau semibiologis terhadap senyawa-senyawa

kompleks terutama protein menjadi senyawa-senyawa yang lebih sederhana,

dimana protein ikan akan terhidrolisis menjadi asam-asam amino dan peptida

yang akan diurai lanjut menjadi komponen-komponen lain yang berperan dalam

pembentukan cita rasa (Adawyah, 2007).

2.3 Khamir Laut

Khamir adalah organisme seluler dari golongan jamur, bersifat kemoorganotrof,

bereproduksi seksual dengan spora dan aseksual dengan pertunasan atau

pembelahan. Kultur khamir merupakan produk uniseluler yang dikeringkan

beserta dengan substratnya yang dapat digunakan sebagai pakan. Setelah

sampai pada alat pencernaan, khamir dapat hidup dan aktif kembali apabila

kondisi sesuai dengan kehidupannya. Dalam saluran pencernaan khamir mampu

memproduksi berbagai enzim protease (Febriani, 2006).

Khamir laut termasuk dalam salah satu jenis khamir yang diisolasi langsung dari

laut, yang merupakan organisme uniseluler dari golongan jamur, yang memiliki

sifat kemoorganotrof, bereproduksi seksual dengan spora dan aseksual dengan

pertunasan atau pembelahan (Febriani, 2010). Khamir laut juga termasuk dalam

golongan fungi dan dibedakan bentuknya uniseluler sebagai sel tunggal. Khamir

Page 23: PENGARUH VOLUME MOLASE DAN LAMA FERMENTASI …repository.ub.ac.id/5748/1/LUQI YULIAWAN .pdf · dalam penelitian saya. 3. Dr. Ir. Yahya, MP selaku Dosen Pembimbing II yang telah memberikan

10

dapat tumbuh didalam larutan yang pekat, seperti gula dan garam serta lebih

menyukai suasana asam, serta adanya oksigen dilingkungan hidupnya (Baila,

2004). Gambar khamir laut dapat dilihat pada Gambar 2.

Khamir laut dapat menghasilkan berbagai enzim seperti proteinase, amilase,

deaminase, sukrose, maltose, fosfolipase, dan fosfatase, sehingga dapat

berperan dalam pembuatan hidrolisat protein (Sukoso, 2012). Adapun

kandungan nutrisi, asam amino, asam lemak, dan mineral kultur khamir laut

dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Komposisi Kimia Khamir Laut Kandungan Presentase (%) mg/100gr

Analisa Proksimat Bahan kering 71,85 -

Protein 28,29 -

Lemak 0,34 -

BETN 4,33 -

Abu 66,09 -

Asam amino essensial Arginin 0,206 -

Histidin 0,262 -

Isoleucin 0,310 -

Leucin 0,318 -

Lisin 0,463 -

Threonin 0,187 -

Gambar 2. Khamir Laut

Page 24: PENGARUH VOLUME MOLASE DAN LAMA FERMENTASI …repository.ub.ac.id/5748/1/LUQI YULIAWAN .pdf · dalam penelitian saya. 3. Dr. Ir. Yahya, MP selaku Dosen Pembimbing II yang telah memberikan

11

Metionin+sistin 0,773 -

Valin 0,342 -

Phenylananin 0,274 -

Asam lemak Oleat 14,447 -

Linoleat 7,469 -

Linolenat 0,875 -

Stearat 28,726 -

Laurat 1,842 -

Palmitat 17,437 -

P 2,276

Cl 7,452,459

Zn 266,241

Mg 0,09 -

Sumber: Febriani, 2010

Didalam dinding sel khamir terdapat komponen-komponen seperti glukan

khamir, mannan, protein, kitin, dan lipid. Protein pada dinding sel khamir tersebut

jumlahnya relatif konstan yaitu: 6% - *% dari berat kering dinding sel. Protein ini

juga termasuk dalam enzim protease yang dapat memecah substrat (Fardiaz,

1989).

Peningkatan jumlah massa mikroba pada proses fermentasi dapat

menyebabkan meningkatnya kandungan protein pada produk fermentasi yang

merupakan refleksi dari jumlah massas sel. Mikroka dapat menghasilkan enzim

yang mendegradasis senyawa-senyawa komplek menjadi lebih sederhana serta

mensintesis protein. Jenis khamir laut dapat meningkatkan kandungan protein

yang ada didalam bahan dengan adanya aktifitas enzimatis dari enzim protease,

serta dengan lamanya waktu fermentasi memberikan kesempatan pada khamir

untuk tumbuh dan berkembang sehingga mampu meningkatkan massa mikrobial

protein (Anggorowati et al., 2012).

Page 25: PENGARUH VOLUME MOLASE DAN LAMA FERMENTASI …repository.ub.ac.id/5748/1/LUQI YULIAWAN .pdf · dalam penelitian saya. 3. Dr. Ir. Yahya, MP selaku Dosen Pembimbing II yang telah memberikan

12

Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi pertumbuhan khamir laut

meliputi Faktor intrinsik yaitu pH, aktivitas air, kamampuan mengoksidasi-reduksi,

kandungan nutrien, dan bahan karbon. Sedangkan faktor ekstrinsiknya yaitu

suhu penyimpanan, kelembapan, dan tekanan gas (Rustan 2003).

Mikroorganisme yang digunakan dalam proses fermentasi akan

memberikan hasil optimum apabila ditambahkan pada substrat ketika memasuki

fase log. Fase log yaitu fase dimana mikroba membelah dengan cepat dan

konstan dan pada fase ini kecepatan pertumbuhan sangat dipengaruhi oleh

media tempat tumbuhnya seperti pH dan kandungan nutrien, juga kondisi

lingkungan termasuk suhu dan kelembapan udara (Yuliana, 2008). Pada waktu

pembiakan 72 jam ke-72 khamir laut menunjukkan pertumbuhan jumlah sel

terbanyak (Purwitasari et al., 2004). Sedangkan pada hari ke-3 khamir laut telah

memasuki fase stationer yaitu tidak melakukan pembiakan sel lagi (Kusmiati,

2011).

Khamir laut memerlukan substrat dan lingkungan yang sesuai untuk

pertumbuhan hidupnya dan perkembangbiakannnya. Salah satunya yaitu unsur

dasar yang dibutuhkan khamir yaitu sumber karbon dan karbon yang berasal dari

gula pereduksi, selain itu sumber karbon yang digunakan harus memiliki

kandungan yang cukup tinggi dan sesuai (Sari et al., 2014). Selain itu, khamir

laut juga dapat berkembang biak dalam gula sederhana seperti glukosa ataupun

gula kompleks disakarida yaitu sukrosa (Ahmad, 2005).

Page 26: PENGARUH VOLUME MOLASE DAN LAMA FERMENTASI …repository.ub.ac.id/5748/1/LUQI YULIAWAN .pdf · dalam penelitian saya. 3. Dr. Ir. Yahya, MP selaku Dosen Pembimbing II yang telah memberikan

13

2.4 Molase

Molase merupakan limbah yang berasal dari pengolahan tebu yang

berbentuk cairan yang kental, dan berwarna coklat tua kehitaman, memiliki

aroma yang berbau manis atau harum khas. Molase termasuk medium

pertumbuhan kompleks yang kaya akan sukrosa, gula yang umumnya dapat

difermentasi oleh khamir laut adalah glukosa, galaktosa, maltosa, sukrosa,

laktosa, trehalosa, melibiosa, dan rafinosa (Noviati, 2007). Pemanfaatan molase

selain digunakan untuk memperoleh etanol juga akan meningkatkan nilai

ekonomis molase. Molase mengandung antara lain : Sukrosa 55%, Gula

mereduksi 18,27%, Abu sulfat 12,74%, Pol 29,25%, Brick 81,27% (Yusma,

1999). Komposisi kimia molase dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3. Komposisi kimia molase

Komposisi Kimia

Kandungan (%)

Molase Molase Rebus

Air 66,20 64,63

Protein 23,23 24,64

Karbohidrat 6,36 5,73

Abu 4,13 4,95

Kandungan Gula

Lemak

Fruktosa

Gula reduksi

Sukrosa

0,08

4,5652

1,5602

0,5299

0,05

3,9174

2,1615

0,3962

Asam Amino L-Asam Glutamat 2,912 3,594

L-Prolin 0,640 0,350

L-Alanin 0,610 0,512

L-Asam Aspartat 0,405 0,669

L-Serin 0,069 0,234

L-Glisin 0,051 0,187

L-Valin 0,046 0,124

Page 27: PENGARUH VOLUME MOLASE DAN LAMA FERMENTASI …repository.ub.ac.id/5748/1/LUQI YULIAWAN .pdf · dalam penelitian saya. 3. Dr. Ir. Yahya, MP selaku Dosen Pembimbing II yang telah memberikan

14

L-Lisin 0,035 0,966

L-Leusin 0,027 0,121

L-Isoleusin 0,024 0,084

L-Treonin 0,021 0,112

L-Tirosin 0,015 0,060

L-Histidin 0,014 0,074

L-Fenilalanin 0,009 0,073

L-Metionin 0,008 0,034

L-Arginin 0,007 0,107

L-Sistein - 0,081

Sumber: (Rohim, 2014)

Molase dapat digunakan sebagai sumber karbon yang paling disukai oleh khamir

laut dibandingkan dengan glukosa, sukroso dan air beras. Molase (jumlah total

gula 9 mg/mL) yang ditambah dengan jumlah pepton (0,75%), ekstrak yeast

(0,5%), dan MgSO4 (0,25%), yang dapat mendukung pertumbuhan maksimum

dari strain jenis Debaryomyces hansenii (S8), Debaryomyces hansenii (S100),

Candida sake (S165), dan Candida tropicalis (S186) (Budy, 2014).

Molase lebih umum digunakan sebagai bahan baku industri etanol karena tidak

memerlukan proses awal terlebih dahulu seperti bahan berpati atau berselulosa.

Namun, penggunaan konsentrasi gula reduksi dalam molase sebagai sumber

karbon dan nutrisi tambahan berupa urea sebagai sumber nitrogen sangat

bervariasi pada tiap industri yang memanfaatkannya, jadi manfaat dari molase

terhadap pertumbuhan khamir yaitu sebagai sumber nutrisi dan sumber karbon

(Wiratno et al., 2008).

Pada proses pembuatan hidrolisat protein kepala udang vannamei secara

enzimatis dengan teknik fermentasi volume molase yang digunakan sebanyak 3

kali perlakuan yaitu 100 mL, 200 mL, dan 300 mL. Penggunaan volume molase

Page 28: PENGARUH VOLUME MOLASE DAN LAMA FERMENTASI …repository.ub.ac.id/5748/1/LUQI YULIAWAN .pdf · dalam penelitian saya. 3. Dr. Ir. Yahya, MP selaku Dosen Pembimbing II yang telah memberikan

15

ini telah digandakan dua kali lipat dari volume 50 mL, 100 mL dan 150 mL

(Fathony, 2014).

Penambahan sumber karbohidrat seperti molase ini dimaksudkan untuk

mempercepat terbentuknya asam laktat serta menyediakan sumber energi yang

cepat terbentuk dan cepat tersedia bagi mikroba tersebut. Komposisi nutrisi

molase dalam 100% bahan kering adalah 0,3% lemak kasar, 0,4% serat kasar,

3,94% protein kasar dan 11% abu (Sutardi,1981).

2.5 Perebusan

Perebusan adalah proses pemasakan dengan menggunakan suhu panas (±

100ºC), dan termasuk dalam kategori pemanasan basah karena menggunakan

media air. Pemanasan dan air merupakan cara pengolahan yang dapat

menurunkan sifat sianogenik karena HCN dapat menguap dengan pemanasan

dan HCN juga luruh dengan adanya air. Melalui pemanasan enzim yang

bertanggung jawab terhadap pemecahan linamarin menjadi inaktif dan hidrogen

sianida tidak terbentuk (Ardiansari, 2012).

Pemasakan dengan melibatkan panas merupakan salah satu proses pengolahan

pangan yang banyak dilakukan baik pada skala rumah tangga atau skala

industri. Beberapa cara pemasakan yang umum dilakukan adalah perebusan,

pengukusan dan penumisan. Perebusan adalah proses pemasakan dalam air

mendidih sekitar 1000C, yang dimana air sebagai media penghantar panas.

Pengukusan merupakan proses pemasakan dengan medium uap air panas yang

dihasilkan oleh air mendidih, sedangkan penumisan merupakan proses

pemasakan dengan menggunakan sedikit minyak dan air (Aisyah, 2014).

Bahan makanan mengandung molekul-molekul berbagai senyawa yang terikat

satu sama lain melalui ikatan hidrogen. Proses perebusan atau pemanasan

dengan media air dapat mengurangi daya tarik-menarik antara molekul-molekul

Page 29: PENGARUH VOLUME MOLASE DAN LAMA FERMENTASI …repository.ub.ac.id/5748/1/LUQI YULIAWAN .pdf · dalam penelitian saya. 3. Dr. Ir. Yahya, MP selaku Dosen Pembimbing II yang telah memberikan

16

air dan memberikan cukup energi kepada molekul-molekul air tersebut sehingga

dapat mengatasi daya tarik menarik antar molekul bahan pangan tersebut.

Perebusan juga dapat memberikan pengaruh dalam perubahan komponen kimia

dari molase, dimana molase merupakan hasil samping dari pembuatan gula

sehingga tinggi akan kandungan sukrosa. Pada saat perebusan molase, setiap

molekul sukrosa akan dipecah menjadi glukosa dan fruktosa yang disebut

dengan gula invert (Winarno, 2004).

2.6 Hidrolisat Protein Ikan

Hidrolisat protein ikan (HPI) adalah protein ikan yang telah terurai menjadi

turunan-turunan protein karena adanya proses hidrolisis oleh enzim asam

ataupun basa (Haslina, 2004). Hidrolisis protein mengalami degradasi hidrolitik

dengan asam, basa, atau dengan enzim proteolitik yang menghasilkan produk

berupa asam amino dan peptida. Pengunaan enzim dalam menghidrolisis protein

dianggap paling aman dan menguntungkan. Hal ini disebabkan kemampuan

enzim proteolitik dalam menghidrolisis protein dapat menghasilkan produk

hidrolisat yang terhindar dari perubahan dan kerusakan produk (Kurniawan,

2012).

Hidrolisat protein ikan merupakan produk yang dihasilkan dari penguraian

protein ikan menjadi senyawa-senyawa berantai pendek karena adanya proses

hidrolisis baik oleh enzim, asam maupun basa (Bernadetta et al., 2012) Pada

umumnya hidrolisat protein digunakan untuk memperbaiki karakteristik berbagai

produk pangan. Manfaat hidrolisat protein yaitu sebagai penyedap rasa, sebagai

lanjutan untuk isolasi asam amino, serta untuk pengobatan (Purbasari, 2008).

Faktor yang mempengaruhi terhadap kecepatan hidrolisis dan kekhasan

produk pada proses pembuatan hidrolisat protein yaitu, suhu, waktu hidrolisis,

dan konsentrasi enzim yang ditambahkan, sedangkan tingkat kerusakan asam

Page 30: PENGARUH VOLUME MOLASE DAN LAMA FERMENTASI …repository.ub.ac.id/5748/1/LUQI YULIAWAN .pdf · dalam penelitian saya. 3. Dr. Ir. Yahya, MP selaku Dosen Pembimbing II yang telah memberikan

17

amino dipengaruhi oleh kemurnian protein dari bahan awal, serta kondisi dan

jenis bahan penghidrolisis yang digunakan. Lama proses hidrolisis merupakan

faktor yang paling berpengaruh terhadap mutu hidrolisat yang dihasilkan

(Haslina, 2004).

Hidrolisat protein dapat berbentuk cair, pasta, atau tepung yang bersifat

higroskopis. Produk hidrolisat mempunyai kelarutan tinggi pada air, kapasitas

emulsinya baik, serta kemampuan mengembang besar (Purbasari, 2008). Produk

hidrolisat protein memikiki rasa pahit yang merupakan ciri khas produk HPI yang

disebabkan oleh peptida berantai pendek sebagai produk hasil dari pemecahan

protein. Sedangkan rasa manis pada HPI disebabkan oleh asam amino glisin

selama hidrolisis, sedangkan rasa gurih yang dihasilkan disebabkan oleh

pembentukan oligipeptida yang tinggi dari asam glutamat selama proses

hidrolisis (Budy, 2014).

Semakin lama fermentasi maka semakin banyak gula yang dapat digunakan oleh

Saccharomyces cerevisiae. Penurunan total gula ini terjadi karena adanya

penggunaan glukosa oleh Saccharomyces cerevisiae untuk metabolisme.

Saccharomyces cerevisiae mampu menggunakan sejumlah gula diantaranya

adalah glukosa. Glukosa digunakan sebagai sumber nutrisi untuk pertumbuhan

khamir. Pengurangan kadar total gula di dalam medium fermentasi terjadi akibat

adanya penggunaan sumber karbon oleh Saccharomyces cerevisiae. Untuk

mempertahankan hidup, S. cerevisiae memerlukan energi diantaranya ATP

(Adenosin Triphosphat) dan untuk mendapatkannya maka S. cerevisiae

mengkonsumsi gula yang dapat berupa glukosa dan fruktosa serta gula

sederhana lainnya (Utami dan kindriari, 2008).

Pembentukan dan stabilitas busa dapat dipengaruhi oleh pH, suhu,

garam, gula, lemak dan sumber protein. Pada volume dan stabilitas busa akan

menjadi semakin bertambah dengan meningkatnya konsentrasi protein yang

Page 31: PENGARUH VOLUME MOLASE DAN LAMA FERMENTASI …repository.ub.ac.id/5748/1/LUQI YULIAWAN .pdf · dalam penelitian saya. 3. Dr. Ir. Yahya, MP selaku Dosen Pembimbing II yang telah memberikan

18

diuji. Daya buih yang terbentuk pada konsentrasi bersifat padat dan stabil karena

lapisan permukaan lebih tebal. (Nurhayati et al., 2014). Didalam produk hidrolisat

protein daya buih sangat dipengaruhi oleh jumlah protein yang terhidrolisis

selama proses, tetapi tidak dapat untuk menentukan stabilitas buih atau

sebaliknya (Koesoemawardhani, 2011). Pada produk hidrolisat protein selain

daya buih karakteristik pada hidrolisat protein yaitu kapasitas emulsi.

Kapasitas emulsi pada dasarnya adalah suatu sistem yang tidak stabil,

karena masing-masing partikel mempunyai kecenderungan untuk bergabung

dengan partikel sesama lainnya membentuk suatu agregat yang akhirnya dapat

mengakibatkan emulsi tersebut pecah (Rita, 2011). Kestabilan emulsi akan lebih

baik pada derajat hidrolisis yang rendah. Hal ini karena peptida panjang yang

terserap dalam lapisan minyak dan memicu terbentuknya tetesan minyak yang

kecil, akibatnya kestabilan emulsi lebih tinggi. Perbedaan stabilitas emulsi pada

hidrolisat yang dihasilkan oleh masing-masing enzim yang digunakan bergantung

pada sifat spesifik enzim didalam memecah protein dan gugus aktifnya (Gbogouri

et al., 2004).

Page 32: PENGARUH VOLUME MOLASE DAN LAMA FERMENTASI …repository.ub.ac.id/5748/1/LUQI YULIAWAN .pdf · dalam penelitian saya. 3. Dr. Ir. Yahya, MP selaku Dosen Pembimbing II yang telah memberikan

6

2. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Azolla pinnata

Azolla merupakan jenis tanaman pakuan air yang hidup di lingkungan

perairan dan mempunyai sebaran yang cukup luas. Tumbuhan ini tumbuh di

selokan dan air yang menggenang. Azolla berkembang biak secara vegetatif dan

tumbuh banyak sekali. Reproduksi seksual tidak biasa dilakukan sebagai

perkembangbiakan. Paku-pakuan biasanya berbentuk hijau kusut pada air yang

berlebih dapat menjadi kemerahan merupakan akumulasi dari pigmen antosianin

(Rao, 1993)

Menurut Sudjana (2014), para ahli taksonomi menggolongkan Azolla pinnata

sebagai berikut :

Regnum : Plantae

Divisio : Pteridophyta

Classis : Pteridopsida

Ordo : Salviniales

Familia : Salviniaceae

Genus : Azolla

Species : Azolla pinnata

Tanaman Azolla memiliki ciri-ciri: batang dan cabang mengapung di air dan

bercabang yang susunannya saling tumpang tindih. Akar terdapat pada ruas

cabang permukaan batang dan memiliki rambut-rambut akar dan tudung ruas

berselubung yang dapat gugur karena usia tua, akar memberi sambungan besar

terhadap berat basah total tanaman. Setiap daun Azolla terdiri dari helai daun

bawah dan helai daun atas merupakan daun yang bilobus (bagian atas tebal)

dan warna hijau mengandung klorofil atas dan bawah yang kontak dengan

bagian air tipis warna merah muda karena tidak mengandung klorofil. Daun

azolla selalu bergerombol yang menutupi seluruh permukaan tanaman, helaian

Page 33: PENGARUH VOLUME MOLASE DAN LAMA FERMENTASI …repository.ub.ac.id/5748/1/LUQI YULIAWAN .pdf · dalam penelitian saya. 3. Dr. Ir. Yahya, MP selaku Dosen Pembimbing II yang telah memberikan

7

daun bawah sebagian tenggelam dalam air dan sedikit klorofil sedangkan helaian

daun atas di atas permukaan air mengandung klorofil yang tebal (Hasbi, 2005).

Gambar 1. Paku Air (Azolla pinnata)

Kelebihan yang dimiliki oleh tanaman mata lele A. pinnata ialah kemampuannya

bersimbiosis dengan alga hijau-biru Anabaena azollae STRASSB. Mekanisme

simbiotik dari proses fiksasi nitrogen yang terjadi, dapat membuat tanah yang

ditumbuhi menjadi subur dan kaya akan nutrisi, khususnya

senyawa golongan nitrogen. Selain itu, tanaman ini memiliki berbagai kelebihan,

diantaranya menyerap limbah cair, bahan uji ekotoksikologi, dan salah satu

bahan pakan ternak yang mempunyai nilai nutrisi tinggi (Husna, 2008).

Alasan mengapa menggunakan tanaman Azolla sebagai bahan baku

pembuatan hidrolisat protein adalah karena memiliki kandungan nutrisi yang

tinggi terutama kandungan protein yang tinggi. Lumpkin (1984) dan Pannaker

(1988) menyatakan bahwa Azolla kaya dengan protein, total protein kasarnya

mencapai 25 – 30%, Basak et al. (2002) menyatakan hal serupa bahwa

kandungan protein kasar Azolla adalah 25,78 %. Komposisi kimia tanaman

Azolla utuh dapat dilihat pada Tabel 1.

Page 34: PENGARUH VOLUME MOLASE DAN LAMA FERMENTASI …repository.ub.ac.id/5748/1/LUQI YULIAWAN .pdf · dalam penelitian saya. 3. Dr. Ir. Yahya, MP selaku Dosen Pembimbing II yang telah memberikan

8

Tabel 1. Komposisi kimia tanaman Azolla Komposisi %

Protein Kasar 21,58

Serat Kasar 17,86

Lemak Kasar 2,22

Abu

Kalsium

Posfor

23,94

1,63

0,56

Sumber: Askar, (2001)

Dari data diatas tanaman Azolla dapat digunakan sebagai produk yang dapat

dikonsumsi oleh manusia karena kandungan nutrisinya yang tinggi, salah

satunya yaitu diolah menjadi produk Hidrolisat Protein.

2.2 Fermentasi

Fermentasi adalah proses produksi energi dalam sel dalam keadaan

anaerobik (tanpa oksigen). Secara umum, fermentasi adalah salah satu bentuk

respirasi anaerobik, Fermentasi juga dapat diartikan sebagai proses dimana

komponen - komponen kimiawi dihasilkan sebagai akibat adanya pertumbuhan

maupun metabolisme mikroba. (Apriwinda, 2013). Fermentasi merupakan salah

satu upaya untuk mengubah senyawa karbohidrat menjadi etanol dengan

bantuan mikroorganisme, fermentasi juga dapat dikatakan sebagai sutu proses

perubahan kimia yang disebabkan oleh aktivitas mikroba ataupun oleh aktivitas

enzim yang dihasilkan mikroba (Sebayang, 2006).

Pada proses fermentasi selalu berhubungan dengan lama waktu atau

lama waktu fermentasi, perbedaan waktu fermentasi dapat menghasilkan

perbedaan pada pertumbuhan mikroorganisme. Semakin lama waktu fermentasi

maka akan semakin banyak pula mikroorganisme yang tumbuh sampai nutrisi

Page 35: PENGARUH VOLUME MOLASE DAN LAMA FERMENTASI …repository.ub.ac.id/5748/1/LUQI YULIAWAN .pdf · dalam penelitian saya. 3. Dr. Ir. Yahya, MP selaku Dosen Pembimbing II yang telah memberikan

9

pada media tersebut habis. Proses pemecahan karbohidrat dipengaruhi oleh

aktivitas mikroorganisme yang digunakan pada fermentasi (Hidayati et al., 2013).

Fermentasi hidrolisat protein kepala udang rebus dengan penambahan

khamir laut dan molase sebagai substrat dilakukan selama 12 hari (Budy, 2014).

Pada penelitian hidrolisat protein tanaman Azolla rebus dengan volume molase

rebus difermentasi dengan menggunakan waktu 12 hari.

Pada proses fermentasi terjadi penguraian senyawa dari bahan-bahan

protein kompleks. Proses fermentasi yang terjadi pada ikan merupakan proses

penguraian secara biologis atau semibiologis terhadap senyawa-senyawa

kompleks terutama protein menjadi senyawa-senyawa yang lebih sederhana,

dimana protein ikan akan terhidrolisis menjadi asam-asam amino dan peptida

yang akan diurai lanjut menjadi komponen-komponen lain yang berperan dalam

pembentukan cita rasa (Adawyah, 2007).

2.3 Khamir Laut

Khamir adalah organisme seluler dari golongan jamur, bersifat kemoorganotrof,

bereproduksi seksual dengan spora dan aseksual dengan pertunasan atau

pembelahan. Kultur khamir merupakan produk uniseluler yang dikeringkan

beserta dengan substratnya yang dapat digunakan sebagai pakan. Setelah

sampai pada alat pencernaan, khamir dapat hidup dan aktif kembali apabila

kondisi sesuai dengan kehidupannya. Dalam saluran pencernaan khamir mampu

memproduksi berbagai enzim protease (Febriani, 2006).

Khamir laut termasuk dalam salah satu jenis khamir yang diisolasi langsung dari

laut, yang merupakan organisme uniseluler dari golongan jamur, yang memiliki

sifat kemoorganotrof, bereproduksi seksual dengan spora dan aseksual dengan

pertunasan atau pembelahan (Febriani, 2010). Khamir laut juga termasuk dalam

golongan fungi dan dibedakan bentuknya uniseluler sebagai sel tunggal. Khamir

Page 36: PENGARUH VOLUME MOLASE DAN LAMA FERMENTASI …repository.ub.ac.id/5748/1/LUQI YULIAWAN .pdf · dalam penelitian saya. 3. Dr. Ir. Yahya, MP selaku Dosen Pembimbing II yang telah memberikan

10

dapat tumbuh didalam larutan yang pekat, seperti gula dan garam serta lebih

menyukai suasana asam, serta adanya oksigen dilingkungan hidupnya (Baila,

2004). Gambar khamir laut dapat dilihat pada Gambar 2.

Khamir laut dapat menghasilkan berbagai enzim seperti proteinase, amilase,

deaminase, sukrose, maltose, fosfolipase, dan fosfatase, sehingga dapat

berperan dalam pembuatan hidrolisat protein (Sukoso, 2012). Adapun

kandungan nutrisi, asam amino, asam lemak, dan mineral kultur khamir laut

dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Komposisi Kimia Khamir Laut Kandungan Presentase (%) mg/100gr

Analisa Proksimat Bahan kering 71,85 -

Protein 28,29 -

Lemak 0,34 -

BETN 4,33 -

Abu 66,09 -

Asam amino essensial Arginin 0,206 -

Histidin 0,262 -

Isoleucin 0,310 -

Leucin 0,318 -

Lisin 0,463 -

Threonin 0,187 -

Gambar 2. Khamir Laut

Page 37: PENGARUH VOLUME MOLASE DAN LAMA FERMENTASI …repository.ub.ac.id/5748/1/LUQI YULIAWAN .pdf · dalam penelitian saya. 3. Dr. Ir. Yahya, MP selaku Dosen Pembimbing II yang telah memberikan

11

Metionin+sistin 0,773 -

Valin 0,342 -

Phenylananin 0,274 -

Asam lemak Oleat 14,447 -

Linoleat 7,469 -

Linolenat 0,875 -

Stearat 28,726 -

Laurat 1,842 -

Palmitat 17,437 -

P 2,276

Cl 7,452,459

Zn 266,241

Mg 0,09 -

Sumber: Febriani, 2010

Didalam dinding sel khamir terdapat komponen-komponen seperti glukan

khamir, mannan, protein, kitin, dan lipid. Protein pada dinding sel khamir tersebut

jumlahnya relatif konstan yaitu: 6% - *% dari berat kering dinding sel. Protein ini

juga termasuk dalam enzim protease yang dapat memecah substrat (Fardiaz,

1989).

Peningkatan jumlah massa mikroba pada proses fermentasi dapat

menyebabkan meningkatnya kandungan protein pada produk fermentasi yang

merupakan refleksi dari jumlah massas sel. Mikroka dapat menghasilkan enzim

yang mendegradasis senyawa-senyawa komplek menjadi lebih sederhana serta

mensintesis protein. Jenis khamir laut dapat meningkatkan kandungan protein

yang ada didalam bahan dengan adanya aktifitas enzimatis dari enzim protease,

serta dengan lamanya waktu fermentasi memberikan kesempatan pada khamir

untuk tumbuh dan berkembang sehingga mampu meningkatkan massa mikrobial

protein (Anggorowati et al., 2012).

Page 38: PENGARUH VOLUME MOLASE DAN LAMA FERMENTASI …repository.ub.ac.id/5748/1/LUQI YULIAWAN .pdf · dalam penelitian saya. 3. Dr. Ir. Yahya, MP selaku Dosen Pembimbing II yang telah memberikan

12

Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi pertumbuhan khamir laut

meliputi Faktor intrinsik yaitu pH, aktivitas air, kamampuan mengoksidasi-reduksi,

kandungan nutrien, dan bahan karbon. Sedangkan faktor ekstrinsiknya yaitu

suhu penyimpanan, kelembapan, dan tekanan gas (Rustan 2003).

Mikroorganisme yang digunakan dalam proses fermentasi akan

memberikan hasil optimum apabila ditambahkan pada substrat ketika memasuki

fase log. Fase log yaitu fase dimana mikroba membelah dengan cepat dan

konstan dan pada fase ini kecepatan pertumbuhan sangat dipengaruhi oleh

media tempat tumbuhnya seperti pH dan kandungan nutrien, juga kondisi

lingkungan termasuk suhu dan kelembapan udara (Yuliana, 2008). Pada waktu

pembiakan 72 jam ke-72 khamir laut menunjukkan pertumbuhan jumlah sel

terbanyak (Purwitasari et al., 2004). Sedangkan pada hari ke-3 khamir laut telah

memasuki fase stationer yaitu tidak melakukan pembiakan sel lagi (Kusmiati,

2011).

Khamir laut memerlukan substrat dan lingkungan yang sesuai untuk

pertumbuhan hidupnya dan perkembangbiakannnya. Salah satunya yaitu unsur

dasar yang dibutuhkan khamir yaitu sumber karbon dan karbon yang berasal dari

gula pereduksi, selain itu sumber karbon yang digunakan harus memiliki

kandungan yang cukup tinggi dan sesuai (Sari et al., 2014). Selain itu, khamir

laut juga dapat berkembang biak dalam gula sederhana seperti glukosa ataupun

gula kompleks disakarida yaitu sukrosa (Ahmad, 2005).

Page 39: PENGARUH VOLUME MOLASE DAN LAMA FERMENTASI …repository.ub.ac.id/5748/1/LUQI YULIAWAN .pdf · dalam penelitian saya. 3. Dr. Ir. Yahya, MP selaku Dosen Pembimbing II yang telah memberikan

13

2.4 Molase

Molase merupakan limbah yang berasal dari pengolahan tebu yang

berbentuk cairan yang kental, dan berwarna coklat tua kehitaman, memiliki

aroma yang berbau manis atau harum khas. Molase termasuk medium

pertumbuhan kompleks yang kaya akan sukrosa, gula yang umumnya dapat

difermentasi oleh khamir laut adalah glukosa, galaktosa, maltosa, sukrosa,

laktosa, trehalosa, melibiosa, dan rafinosa (Noviati, 2007). Pemanfaatan molase

selain digunakan untuk memperoleh etanol juga akan meningkatkan nilai

ekonomis molase. Molase mengandung antara lain : Sukrosa 55%, Gula

mereduksi 18,27%, Abu sulfat 12,74%, Pol 29,25%, Brick 81,27% (Yusma,

1999). Komposisi kimia molase dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3. Komposisi kimia molase

Komposisi Kimia

Kandungan (%)

Molase Molase Rebus

Air 66,20 64,63

Protein 23,23 24,64

Karbohidrat 6,36 5,73

Abu 4,13 4,95

Kandungan Gula

Lemak

Fruktosa

Gula reduksi

Sukrosa

0,08

4,5652

1,5602

0,5299

0,05

3,9174

2,1615

0,3962

Asam Amino L-Asam Glutamat 2,912 3,594

L-Prolin 0,640 0,350

L-Alanin 0,610 0,512

L-Asam Aspartat 0,405 0,669

L-Serin 0,069 0,234

L-Glisin 0,051 0,187

L-Valin 0,046 0,124

Page 40: PENGARUH VOLUME MOLASE DAN LAMA FERMENTASI …repository.ub.ac.id/5748/1/LUQI YULIAWAN .pdf · dalam penelitian saya. 3. Dr. Ir. Yahya, MP selaku Dosen Pembimbing II yang telah memberikan

14

L-Lisin 0,035 0,966

L-Leusin 0,027 0,121

L-Isoleusin 0,024 0,084

L-Treonin 0,021 0,112

L-Tirosin 0,015 0,060

L-Histidin 0,014 0,074

L-Fenilalanin 0,009 0,073

L-Metionin 0,008 0,034

L-Arginin 0,007 0,107

L-Sistein - 0,081

Sumber: (Rohim, 2014)

Molase dapat digunakan sebagai sumber karbon yang paling disukai oleh khamir

laut dibandingkan dengan glukosa, sukroso dan air beras. Molase (jumlah total

gula 9 mg/mL) yang ditambah dengan jumlah pepton (0,75%), ekstrak yeast

(0,5%), dan MgSO4 (0,25%), yang dapat mendukung pertumbuhan maksimum

dari strain jenis Debaryomyces hansenii (S8), Debaryomyces hansenii (S100),

Candida sake (S165), dan Candida tropicalis (S186) (Budy, 2014).

Molase lebih umum digunakan sebagai bahan baku industri etanol karena tidak

memerlukan proses awal terlebih dahulu seperti bahan berpati atau berselulosa.

Namun, penggunaan konsentrasi gula reduksi dalam molase sebagai sumber

karbon dan nutrisi tambahan berupa urea sebagai sumber nitrogen sangat

bervariasi pada tiap industri yang memanfaatkannya, jadi manfaat dari molase

terhadap pertumbuhan khamir yaitu sebagai sumber nutrisi dan sumber karbon

(Wiratno et al., 2008).

Pada proses pembuatan hidrolisat protein kepala udang vannamei secara

enzimatis dengan teknik fermentasi volume molase yang digunakan sebanyak 3

kali perlakuan yaitu 100 mL, 200 mL, dan 300 mL. Penggunaan volume molase

Page 41: PENGARUH VOLUME MOLASE DAN LAMA FERMENTASI …repository.ub.ac.id/5748/1/LUQI YULIAWAN .pdf · dalam penelitian saya. 3. Dr. Ir. Yahya, MP selaku Dosen Pembimbing II yang telah memberikan

15

ini telah digandakan dua kali lipat dari volume 50 mL, 100 mL dan 150 mL

(Fathony, 2014).

Penambahan sumber karbohidrat seperti molase ini dimaksudkan untuk

mempercepat terbentuknya asam laktat serta menyediakan sumber energi yang

cepat terbentuk dan cepat tersedia bagi mikroba tersebut. Komposisi nutrisi

molase dalam 100% bahan kering adalah 0,3% lemak kasar, 0,4% serat kasar,

3,94% protein kasar dan 11% abu (Sutardi,1981).

2.5 Perebusan

Perebusan adalah proses pemasakan dengan menggunakan suhu panas (±

100ºC), dan termasuk dalam kategori pemanasan basah karena menggunakan

media air. Pemanasan dan air merupakan cara pengolahan yang dapat

menurunkan sifat sianogenik karena HCN dapat menguap dengan pemanasan

dan HCN juga luruh dengan adanya air. Melalui pemanasan enzim yang

bertanggung jawab terhadap pemecahan linamarin menjadi inaktif dan hidrogen

sianida tidak terbentuk (Ardiansari, 2012).

Pemasakan dengan melibatkan panas merupakan salah satu proses pengolahan

pangan yang banyak dilakukan baik pada skala rumah tangga atau skala

industri. Beberapa cara pemasakan yang umum dilakukan adalah perebusan,

pengukusan dan penumisan. Perebusan adalah proses pemasakan dalam air

mendidih sekitar 1000C, yang dimana air sebagai media penghantar panas.

Pengukusan merupakan proses pemasakan dengan medium uap air panas yang

dihasilkan oleh air mendidih, sedangkan penumisan merupakan proses

pemasakan dengan menggunakan sedikit minyak dan air (Aisyah, 2014).

Bahan makanan mengandung molekul-molekul berbagai senyawa yang terikat

satu sama lain melalui ikatan hidrogen. Proses perebusan atau pemanasan

dengan media air dapat mengurangi daya tarik-menarik antara molekul-molekul

Page 42: PENGARUH VOLUME MOLASE DAN LAMA FERMENTASI …repository.ub.ac.id/5748/1/LUQI YULIAWAN .pdf · dalam penelitian saya. 3. Dr. Ir. Yahya, MP selaku Dosen Pembimbing II yang telah memberikan

16

air dan memberikan cukup energi kepada molekul-molekul air tersebut sehingga

dapat mengatasi daya tarik menarik antar molekul bahan pangan tersebut.

Perebusan juga dapat memberikan pengaruh dalam perubahan komponen kimia

dari molase, dimana molase merupakan hasil samping dari pembuatan gula

sehingga tinggi akan kandungan sukrosa. Pada saat perebusan molase, setiap

molekul sukrosa akan dipecah menjadi glukosa dan fruktosa yang disebut

dengan gula invert (Winarno, 2004).

2.6 Hidrolisat Protein Ikan

Hidrolisat protein ikan (HPI) adalah protein ikan yang telah terurai menjadi

turunan-turunan protein karena adanya proses hidrolisis oleh enzim asam

ataupun basa (Haslina, 2004). Hidrolisis protein mengalami degradasi hidrolitik

dengan asam, basa, atau dengan enzim proteolitik yang menghasilkan produk

berupa asam amino dan peptida. Pengunaan enzim dalam menghidrolisis protein

dianggap paling aman dan menguntungkan. Hal ini disebabkan kemampuan

enzim proteolitik dalam menghidrolisis protein dapat menghasilkan produk

hidrolisat yang terhindar dari perubahan dan kerusakan produk (Kurniawan,

2012).

Hidrolisat protein ikan merupakan produk yang dihasilkan dari penguraian

protein ikan menjadi senyawa-senyawa berantai pendek karena adanya proses

hidrolisis baik oleh enzim, asam maupun basa (Bernadetta et al., 2012) Pada

umumnya hidrolisat protein digunakan untuk memperbaiki karakteristik berbagai

produk pangan. Manfaat hidrolisat protein yaitu sebagai penyedap rasa, sebagai

lanjutan untuk isolasi asam amino, serta untuk pengobatan (Purbasari, 2008).

Faktor yang mempengaruhi terhadap kecepatan hidrolisis dan kekhasan

produk pada proses pembuatan hidrolisat protein yaitu, suhu, waktu hidrolisis,

dan konsentrasi enzim yang ditambahkan, sedangkan tingkat kerusakan asam

Page 43: PENGARUH VOLUME MOLASE DAN LAMA FERMENTASI …repository.ub.ac.id/5748/1/LUQI YULIAWAN .pdf · dalam penelitian saya. 3. Dr. Ir. Yahya, MP selaku Dosen Pembimbing II yang telah memberikan

17

amino dipengaruhi oleh kemurnian protein dari bahan awal, serta kondisi dan

jenis bahan penghidrolisis yang digunakan. Lama proses hidrolisis merupakan

faktor yang paling berpengaruh terhadap mutu hidrolisat yang dihasilkan

(Haslina, 2004).

Hidrolisat protein dapat berbentuk cair, pasta, atau tepung yang bersifat

higroskopis. Produk hidrolisat mempunyai kelarutan tinggi pada air, kapasitas

emulsinya baik, serta kemampuan mengembang besar (Purbasari, 2008). Produk

hidrolisat protein memikiki rasa pahit yang merupakan ciri khas produk HPI yang

disebabkan oleh peptida berantai pendek sebagai produk hasil dari pemecahan

protein. Sedangkan rasa manis pada HPI disebabkan oleh asam amino glisin

selama hidrolisis, sedangkan rasa gurih yang dihasilkan disebabkan oleh

pembentukan oligipeptida yang tinggi dari asam glutamat selama proses

hidrolisis (Budy, 2014).

Semakin lama fermentasi maka semakin banyak gula yang dapat digunakan oleh

Saccharomyces cerevisiae. Penurunan total gula ini terjadi karena adanya

penggunaan glukosa oleh Saccharomyces cerevisiae untuk metabolisme.

Saccharomyces cerevisiae mampu menggunakan sejumlah gula diantaranya

adalah glukosa. Glukosa digunakan sebagai sumber nutrisi untuk pertumbuhan

khamir. Pengurangan kadar total gula di dalam medium fermentasi terjadi akibat

adanya penggunaan sumber karbon oleh Saccharomyces cerevisiae. Untuk

mempertahankan hidup, S. cerevisiae memerlukan energi diantaranya ATP

(Adenosin Triphosphat) dan untuk mendapatkannya maka S. cerevisiae

mengkonsumsi gula yang dapat berupa glukosa dan fruktosa serta gula

sederhana lainnya (Utami dan kindriari, 2008).

Pembentukan dan stabilitas busa dapat dipengaruhi oleh pH, suhu,

garam, gula, lemak dan sumber protein. Pada volume dan stabilitas busa akan

menjadi semakin bertambah dengan meningkatnya konsentrasi protein yang

Page 44: PENGARUH VOLUME MOLASE DAN LAMA FERMENTASI …repository.ub.ac.id/5748/1/LUQI YULIAWAN .pdf · dalam penelitian saya. 3. Dr. Ir. Yahya, MP selaku Dosen Pembimbing II yang telah memberikan

18

diuji. Daya buih yang terbentuk pada konsentrasi bersifat padat dan stabil karena

lapisan permukaan lebih tebal. (Nurhayati et al., 2014). Didalam produk hidrolisat

protein daya buih sangat dipengaruhi oleh jumlah protein yang terhidrolisis

selama proses, tetapi tidak dapat untuk menentukan stabilitas buih atau

sebaliknya (Koesoemawardhani, 2011). Pada produk hidrolisat protein selain

daya buih karakteristik pada hidrolisat protein yaitu kapasitas emulsi.

Kapasitas emulsi pada dasarnya adalah suatu sistem yang tidak stabil,

karena masing-masing partikel mempunyai kecenderungan untuk bergabung

dengan partikel sesama lainnya membentuk suatu agregat yang akhirnya dapat

mengakibatkan emulsi tersebut pecah (Rita, 2011). Kestabilan emulsi akan lebih

baik pada derajat hidrolisis yang rendah. Hal ini karena peptida panjang yang

terserap dalam lapisan minyak dan memicu terbentuknya tetesan minyak yang

kecil, akibatnya kestabilan emulsi lebih tinggi. Perbedaan stabilitas emulsi pada

hidrolisat yang dihasilkan oleh masing-masing enzim yang digunakan bergantung

pada sifat spesifik enzim didalam memecah protein dan gugus aktifnya (Gbogouri

et al., 2004).

Page 45: PENGARUH VOLUME MOLASE DAN LAMA FERMENTASI …repository.ub.ac.id/5748/1/LUQI YULIAWAN .pdf · dalam penelitian saya. 3. Dr. Ir. Yahya, MP selaku Dosen Pembimbing II yang telah memberikan

19

METODE PENELITIAN

3.1 Materi Penelitian

3.1.1 Bahan Penelitian

Bahan-bahan yang digunakan untuk kultur khamir laut terdiri dari air laut,

gula pasir, pupuk daun (hortigro), starter khamir laut, kapas, plastik wrap, dan

plastik. Bahan-bahan yang digunakan untuk perhitungan kepadatan sel khamir

laut terdiri dari stok khamir laut, gula pasir, pupuk daun (hortigro), kapas, alkohol

dan tissue. Bahan-bahan yang digunakan untuk pembuatan hidrolisat protein

terdiri dari tanaman azolla (Azolla pinnata) yang didapatkan dari sawah-sawah

masyarakat yang terletak di Desa Tegalgondo Kecamatan Karangploso

Kabupaten Malang Jawa Timur, sebagian bahan dasar pembuatan hidrolisat

protein, bahan dasar lain yang digunakan yaitu molase, akuades dan inokulum

khamir laut.

Bahan-bahan yang digunakan analisis kimia terdiri dari silika gel, benang

kasur, kertas saring, PE, H2SO4 anhidrous, larutan OPA (O-Phtaldehyde), tablet

kjeldahl, akuades, H3BO3, NaOH, HCl, indikator metil orange, biuret, kertas label,

dan minyak jagung.

3.1.2 Alat Penelitian

Alat-alat yang digunakan dalam pembuatan kultur khamir laut terdiri dari

botol kaca, kompor, panci perebusan, spatula, pipet volume, bola hisap,

timbangan digital, aerator, selang, corong, dan beaker glass. Peralatan yang

digunakan untuk perhitungan kepadatan sel khamir laut terdiri dari mikroskop,

mikropipet, cover glass, rak tabung reaksi, tabung reaksi, vortex mixer, bola

hisap, pipet volume, erlenmeyer 250 mL, gelas ukur, timbangan digital, spatula,

sprayer, dan corong. Peralatan yang digunakan untuk pembuatan hidrolisat

protein Azolla rebus terdiri dari kompor, panci, waterbath, beaker glass,

Page 46: PENGARUH VOLUME MOLASE DAN LAMA FERMENTASI …repository.ub.ac.id/5748/1/LUQI YULIAWAN .pdf · dalam penelitian saya. 3. Dr. Ir. Yahya, MP selaku Dosen Pembimbing II yang telah memberikan

20

timbangan digital, bola hisap, pipet volume, piring, , spatula, nampan, baskom,

sentrifuge, selang, aerator, botol, cuvet, blender, dan food processor.

Alat-alat yang digunakan untuk analisis kimia terdiri dari pH meter, oven,

desikator, botol timbang, loyang, crushable tang, gold fisch, sampel tube, gelas

piala, gelas ukur, corong, timbangan digital, cuvet, sentrifuge, pipet tetes, pipet

volume, bola hisap, cawan petri, spatula, tabung reaksi, rak tabung reaksi,

beaker glass, cawan porselin, destruksi, destilasi, statif, biuret, hot plate, mufflle,

dan High Performance Liquid Cromathography.

3.2 Metode Penelitian

3.2.1 Metode

Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu metode eksperimen.

metode penelitian eksperimen adalah metode sistematis guna membangun

hubungan yang mengandung fenomena dari sebab-akibat. Hal ini dilakukan

untuk memperoleh informasi tentang variabel mana yang menyebabkan sesuatu

terjadi dan variabel akibat dari terjadinya perubahan dalam suatu kondisi

eksperimen (Azizah, 2013)

Penelitian ini dilakukan dalam beberapa tahap yaitu pembuatan kultur

khamir laut untuk mendapatkan inokulum khamir laut yang dipanen pada fase

pertumbuhan atau log. Setelah itu, inokulum yang didapat digunakan sebagai

biokatalisator dengan tujuan untuk mengetahui hidrolisat protein Azolla rebus

berdasarkan analisis proksimat, pH kapasitas emulsi, dan daya buih.

Page 47: PENGARUH VOLUME MOLASE DAN LAMA FERMENTASI …repository.ub.ac.id/5748/1/LUQI YULIAWAN .pdf · dalam penelitian saya. 3. Dr. Ir. Yahya, MP selaku Dosen Pembimbing II yang telah memberikan

21

3.2.2 Variabel

Variabel adalah segala faktor yang berperan atau berpengaruh terhadap

suatu percobaan. Menurut Brink dan Wood (2000), variabel adalah faktor yang

mengandung lebih dari satu nilai di dalam metode statik. Variabel terdiri dari

variabel bebas yang artinya variabel penyebab atau variabel yang

mempengaruhi dimana variabel dalam kelompok sampel dibedakan. Dalam kata

lain peneliti harus dappat memisahkan sampel dalam kelompok alternatif

didasarkan pada variabel. Sedangkan variabel terikat yaitu faktor yang

diakibatkan oleh pengaruh tersebut.

Penelitian ini terdapat dua variabel yaitu variabel bebas dan variabel

terikat. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah volume molase segar dan

lama fermentasi, sedangkan variabel terikat dalam penelitian ini adalah analisis

proksimat meliputi kadar air, kadar lemak, kadar protein, kadar abu, dan kadar

karbohidrat, pH, daya buih, kapasitas emulsi.

Penelitian ini di rancang dengan menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL),

dengan tiga perlakuan dan tiga kali ulangan. Dengan perlakuan molase segar

100 mL, 150 mL dan 200mL dan lama fermentasi pada hari ke-0, hari ke-3,hari

ke-6, hari ke-9 dan hari ke-12. Model rancangan percobaan ini penelitian ini

dapat dilihat pada Tabel 4.

Tabel 4 . Rancangan Percobaan Penelitian Perlakuan Lama fermentasi Rerata Total

Volume 0 3 6 9 12

molase

100 mL

150 mL

200 mL

Page 48: PENGARUH VOLUME MOLASE DAN LAMA FERMENTASI …repository.ub.ac.id/5748/1/LUQI YULIAWAN .pdf · dalam penelitian saya. 3. Dr. Ir. Yahya, MP selaku Dosen Pembimbing II yang telah memberikan

22

Data yang diperoleh akan dilakukan analisa dengan menggunakan ANOVA

(Analysis of Variance) menggunakan uji F dengan membandingkan antara F

hitung dengan F tabel.

Jika F hitung < F tabel 5%, maka perlakuan tidak berbeda nyata.

Jika F hitung > F tabel 1%, maka perlakuan menyebabkan hasil sangat

berbeda nyata.

Jika F tabel 5% < F hitung < F tabel 1%, maka perlakuan menyebabkan hasil

berbeda nyata.

3.3 Prosedur Penelitian

3.3.1 Prosedur Pembuatan Kultur Khamir

Prosedur yang dilakukan untuk menetukan fase log yaitu dapat dilakukan

dengan menggunakan haemocytometer dan mikroskop. pengamatan dilakukan

dengan mengamati setiap 12 jam sekali kultur khamir untuk diukur kepadatannya

dengan menggunakan haemocytometer dan mikroskop. Prosedur pertama yang

dilakukan dalam penentuan fase log yaitu mengkultur khamir laut. Tahapan

dalam mengkultur khamir laut menurut Sukoso (2012) yaitu menyiapkan bahan-

bahan seperti air laut, gula pasir, pupuk daun, dan biakan khamir laut. air laut

yang digunakan sebanyak 1000 mL disterilkan dengan pemanasan sampai

mendidih kemudian didinginkan pada suhu kamar. air laut steril yang sudah

dingin kemudian dimasukkan ke dalam botol gelas kaca, lalu ditambahkan gula

pasir 0,5% sebagai sumber nutrisi dan pupuk daun 0,2% sebagai sumber

nitrogen (v:b) serta dihomogenkan sehingga diperoleh media khamir laut. Lalu

ditambah starter khamir laut sebanyak 0,2% dari air laut yang digunakan (v:v)

dan dihomogenkan. Kultur khamir laut yang telah siap kemudian ditutup dengan

kapas dan dilapisi plastik wrap untuk menghindari kontaminasi yang tidak

diinginkan, lalu diberi aerasi yang cukup untuk menambah suplai oksigen dalam

Page 49: PENGARUH VOLUME MOLASE DAN LAMA FERMENTASI …repository.ub.ac.id/5748/1/LUQI YULIAWAN .pdf · dalam penelitian saya. 3. Dr. Ir. Yahya, MP selaku Dosen Pembimbing II yang telah memberikan

23

pertumbuhan khamir laut. Aerasi dilakukan selama empat hari untuk dilakukan

pengamatan tingkat kepadatan sel khamir laut. Prosedur skema kerja pembuatan

khamir laut dapat dilihat pada lampiran 2.

3.3.2 Prosedur Penentuan Fase Log Khamir Laut

Penentuan fase log dilakukan dengan pengamatan melalui haemocytometer dan

mikroskop. Pengamatan dilakukan dengan mengamati setiap 12 jam sekali kultur

khamir laut untuk diukur kepadatannya dengan menggunakan haemocytometer

dan mikroskop.

Prosedur perhitungan kepadatan sel khamir laut yaitu pada hari pertama

sampai hari ke-empat kultur khamir laut yang telah diaerasi diambil sebanyak 1

mL untuk dilakukan penganceran dari 10-1 sampai 10-4. Namun terlebih dahulu

disiapkan media yang akan digunakan. prosedur pembuatan khamir laut menurut

Alkili (2012) yaitu air laut sebanyak 100 mL disterilkan dengan pemanasan

sampai mendidih kemudian didinginkan pada suhu kamar, kemudian diambil air

laut steril sebanyak 50 mL dan dimasukkan ke dalam enlemeyer, kemudian

ditambahin gula pasir sebanyak 0,25% (b/v) kemudian pupuk daun sebanyak

0,1% (b/v) serta dihomogenkan. perhitungan dan diagram alir pembuatan media

pengenceran khamir laut.

Setelah media yang akan digunakan sudah siap, langkah selanjutnya adalah

perhitungan kepadatan sel khamir laut dengan menggunakan haemocytomete.

Prosedur kerja yang digunakan yaitu diambil 9 mL media khamir laut kemudian

dimasukkan pada masing-masing lima tabung reaksi untuk diberi perlakuan

tingkat pengenceran 10-1 sampai 10-4 dan sebagai blanko. Tabung reaksi 10-1

yang telah berisi media diberi dengan kultur khamir laut sebanyak 1 mL yang

telah diaerasi, lalu dihomogenkan dengan menggunakan vortex mixer. Setelah

itu, dari tabung reaksi 10-1 yang telah dihomogenkan diambil sebanyak 1 mL.

untuk dimasukkan ke dalam tabung reaksi 10-2 dan dihomogenkan, serta

Page 50: PENGARUH VOLUME MOLASE DAN LAMA FERMENTASI …repository.ub.ac.id/5748/1/LUQI YULIAWAN .pdf · dalam penelitian saya. 3. Dr. Ir. Yahya, MP selaku Dosen Pembimbing II yang telah memberikan

24

dilakukan dengan cara yang sama sampai tabung reaksi 10-4. Selanjutnya, dari

hasil pengenceran 10-4 diuji kepadatan khamir laut dengan haemocytometer.

Kultur khamir yang

telah diaerasi

Gambar 3. Proses Pengenceran Bertingkat Khamir Laut

Pengamatan kepadatan khamir laut juga dilakukan setiap hari dengan

menggunakan pengamatan mikroskop, yaitu dengan mengambil kultur khamir

laut yang telah diaerasi dengan menggunakan pipet tetes lalu diteteskan di objek

glass dan ditutup dengan cover glass. Preparate kultur khamir laut selanjutnya

diamati di bawah mikroskop.Pada pengamatan tingkat kepadatan khamir laut,

ada fase log yang ditandai dengan pertumbuhan sel yang paling tinggi

dibandingkan dengan fase lainnya. Fase log sendiri yakni fase dimana

mikroorganisme mengalami pertumbuhan yang sangat cepat dan dapat

dikatakan sebagai pertumbuhan eksponensial. Pada fase log ini kebutuhan

energi lebih tinggi dan sel menjadi lebih sensitif terhadap lingkungannya. Oleh

karena itu pada fase ini mikroba termasuk didalamnya khamir laut banyak

memproduksi zat-zat metabolit yang dibutuhkan dalam memenuhi kebutuhan

nutrisinya (Waluyo, 2007)

Page 51: PENGARUH VOLUME MOLASE DAN LAMA FERMENTASI …repository.ub.ac.id/5748/1/LUQI YULIAWAN .pdf · dalam penelitian saya. 3. Dr. Ir. Yahya, MP selaku Dosen Pembimbing II yang telah memberikan

25

3.3.3 Prosedur Pembuatan Hidrolisat Protein Azolla pinnata Rebus

Pada pembuatan hidrolisat protein Azolla pinnata Rebus, prosedur

pertama yang dilakukan yaitu membersihkan tanaman Azolla. Prosedur

penelitian disini mengacu pada penelitian Febriany (2011) adalah Pertama

Persiapan tepung azola yaitu tumbuhan azola yang masih segar dicuci terlebih

dahulu agar bersih dari lumpur, Setelah bersih kemudian azola

digiling/dihaluskan. Komposisi gizi suatu bahan pangan terdiri dari empat

komponen utama antara lain air, protein, karbohidrat dan lemak. Jumlah masing-

masing komponen berbeda tergantung dari sifat ilmiah bahan contohnya,

kekerasan, warna, dan citarasa (Winarno, 2007).

Pada penelitian ini juga menggunakan molase (tetes tebu). Pada

penelitian ini menggunakan penambahan molase segar dan lama fermentasi

yang berbeda. Perlakuan penelitian dengan variabel dapat dilihat pada Tabel 5.

Tabel 5. Tabel berbagai perlakuan pada penelitian Perlakuan Molase segar

LamaFermentasi

1 2 3

A A1 A2 A3

B B1 B2 B3

C C1 C2 C3

D D1 D2 D3

E E1 E2 E3

Keterangan : A = lama Fermentasi 0 hari 1 = volume molase 100 mL B = lama Fermentasi 3 hari 2 = volume molase 150 mL C = lama Fermentasi 6 Hari 3 = volume molase 200 mL D = lama Fermentasi 9 hari E = lama Fermentasi 12 hari

Pada penelitian ini molase yang digunakan menggunakan konsentrasi yang

berbeda-beda yaitu 100 mL, 150 mL dan 200 mL, tujuan diberikan konsentrasi

Page 52: PENGARUH VOLUME MOLASE DAN LAMA FERMENTASI …repository.ub.ac.id/5748/1/LUQI YULIAWAN .pdf · dalam penelitian saya. 3. Dr. Ir. Yahya, MP selaku Dosen Pembimbing II yang telah memberikan

26

yang berbeda-beda adalah untuk mengetahui efektifitas molase terhadap proses

pembuatan hidrolisat protein azolla rebus. Kemudian ditambahkan inokulum

khamir laut sebanyak 20 mL. Khamir laut yang digunakan adalah khamir yang

mengalami fase logaritmik karena itu adalah fase pertumbuhan khamir laut

menuju pertumbuhan tertinggi. Tujuan dari penambahan khamir laut yaitu

sebagai starter dalam proses hidrolisis azolla rebus. Kemudian dilakukan proses

fermentasi dilakukan pengamatan pada hari ke 0, 3, 6, 9 dan 12 tujuan dari lama

fermentasi yang berbeda yaitu untuk mengetahui tingkat efektifitas fermentasi

dalam proses pembuatan hidrolisat protein azolla rebus. Langkah selanjutnya

yaitu dilakukan analisis terhadap hasil fermentasi hari ke 0, 3, 6, 9 dan hari ke-

12. Sebelum dilakukan analisis kandungan nilai gizi hidrolisat protein azolla

diperas terlebih dahulu menggunaan kain blancu. Tujuan dari dilakukan

pemerasan yaitu untuk memisahkan antara cairan dan endapan pada sampel

hidrolisat protein tersebut. Setelah itu cairan hidrolisat protein dioven vakum

selama ±8 jam dengan suhu 55oC, tujuan dari dilakukan pengovenan vakum

menggunakan suhu 55oC adalah supaya tidak merusak pada kadar protein

dalam hidrolisat protein. Selain itu, kadar air hidrolisat protein akan turun dan

menjadi bentuk pasta. Hal tersebut terjadi dikarenakan adanya proses evaporasi,

dimana pada prinsipnya adalah menguapkan air yang terdapat pada bahan

(larutan pekat) menggunakan vakum (tanpa ada udara) dengan tekanan tinggi.

Selanjutnya dilakukan analisi kimia antara lain analisis proksimat. Selain itu

dilakukan analisis pH, emulsi dan daya buih. Analisis tersebut adalah

karakteristik fisik dari hidrolisat protein. Prosedur skema kerja pembuatan

hidrolisat protein azolla rebus dapat dilihat pada Gambar 4.

Page 53: PENGARUH VOLUME MOLASE DAN LAMA FERMENTASI …repository.ub.ac.id/5748/1/LUQI YULIAWAN .pdf · dalam penelitian saya. 3. Dr. Ir. Yahya, MP selaku Dosen Pembimbing II yang telah memberikan

27

Gambar 4. Diagram Alir Pembuatan Hidrolisat Protein Tanaman Azolla

Dicuci hingga bersih

Azolla yang sudah dihaluskan kemudian direbus dengan

menggunakan aquades 1:2 (b:v) suhu 60 0C selama 15 menit

Penghalusan dengan menggunakan blender

Ditimbang sebanyak 100 g

Penuangan ke dalam beaker glass

Penghomogenan

Substrat

Penghomogenan lalu dimasukkan ke dalam botol

Fermentasi selama 0, 3, 6, 9, 12 hari pada suhu ruang

Penyaringan dengan kain blancu

Cairan hidrolisat protein tanaman Azolla

Pengeringan dalam oven vakum pada suhu 550C

Penambahan molase

100 mL, 150 mL, 200

mL

Analisis :

1. Proksimat 2. pH 3. Daya buih 4. Kapasitas

emulsi

Penambahan inokulan khamir laut

sebanyak 10 mL

Pemberian aerasi

Pasta hidrolisat protein tanaman Azolla

Azolla pinnata

Molase

Padatan

Page 54: PENGARUH VOLUME MOLASE DAN LAMA FERMENTASI …repository.ub.ac.id/5748/1/LUQI YULIAWAN .pdf · dalam penelitian saya. 3. Dr. Ir. Yahya, MP selaku Dosen Pembimbing II yang telah memberikan

28

3.4 Pengamatan dan Parameter

3.4.1 Pengamatan

Pengamatan yang dilakukan meliputi rendemen, analisa proksimat (kadar

air, kadar abu, kadar protein, kadar lemak, dan kadar karbohidrat by difference),

pH, daya buih, kapasitas emulsi.

3.4.2 Rendemen

Menurut Yunita (2009), rendemen merupakan persentase perbandingan

antara produk yang dihasilkan terhadap bahan bakunya. Purbasari (2008),

mengatakan bahwa rendemen adalah jumlah persentase sampel akhir setelah

proses dan dinyatakan dalam % (persen). Rendemen produk hidrolisat protein

merupakan persentase banyaknnya produk hidrolisat yang dihasilkan terhadap

bahan baku yang digunakan sebelum hidrolisis. Persamaan yang dapat

digunakan untuk menghitung rendemen adalah:

Rendemen (%) = x 100%

Keterangan : A = Berat akhir hidrolisat (setelah diperas dan dikeringkan) (g)

B = Berat awal sampel setelah pencampuran (g)

3.4.3 Analisis Proksimat

3.4.3.1 Analisis Kadar Air

Menurut Legowo et al., (2007), analisis yang digunakan adalah dengan

cara pengeringan. Metode pengeringan dengan oven didasarkan atas prinsip

perhitungan selisih bobot bahan (sampel) sebelum dan sesudah pengeringan.

Selisih bobot tersebut merupakan air yang teruapkan dan dihitung sebagai kadar

air bahan. Prinsip metode ini adalah mengeringkan sampel dalam oven dengan

suhu 100-1050C sampai bobot konstan dan selisih bobot awal dengan bobot

Page 55: PENGARUH VOLUME MOLASE DAN LAMA FERMENTASI …repository.ub.ac.id/5748/1/LUQI YULIAWAN .pdf · dalam penelitian saya. 3. Dr. Ir. Yahya, MP selaku Dosen Pembimbing II yang telah memberikan

29

akhir dihitung sebagai kadar air. Prosedur dan perhitungan kadar air metode

pengeringan oven adalah sebagai berikut:

Siapkan cawan porselin yang telah diberi kode sesuai kode sampel,

kemudian panaskan dalam oven dengan suhu 100-1050C selama ± 1 jam.

Ambil cawan porselin, masukkan dalam desikator ± 15 menit, kemudian

cawan ditimbang.

Timbang sampel sebanyak 1-2 g dalam cawan porselin yang telah diketahui

beratnya.

Keringkan dalam oven pada suhu 100-1050C selama 4-6 jam. Ditimbang,

dioven kembali dan ditimbang hingga konstan. Bobot dianggap konstan

apabila selisih penimbangan tidak melebihi 0,2 mg.

Masukkan dalam desikator ± 15 menit, dilanjutkan dengan penimbangan

Kadar air dapat dihitung dengan rumus:

Dimana : A : berat botol timbang B : berat sampel C : berat akhir (botol timbang+sampel) yang telah dikeringkan.

3.4.3.2 Analisis Kadar Lemak

Menurut Sudarmadji et al., (1989), analisis kadar lemak meggunakan

metode goldfisch. Metode goldfisch adalah metode yang digunakan untuk

ekstraksi lemak, dimana labu ekstraksi dirancang supaya pelarut melewati

sampel tanpa merendam sampel. Prinsip metode goldfisch adalah sampel yang

telah dihaluskan, dimasukkan ke dalam thimble kemudian dipasang dalam

tabung penyangga yang berlubang pada bagian bawah. Pelarut diletakkan dalam

gelas piala yang terdapat di bawah tabung penyangga. Saat dipanaskan, pelarut

naik dan dinginkan oleh kondensor sehingga terdapat embun dan menetes pada

Page 56: PENGARUH VOLUME MOLASE DAN LAMA FERMENTASI …repository.ub.ac.id/5748/1/LUQI YULIAWAN .pdf · dalam penelitian saya. 3. Dr. Ir. Yahya, MP selaku Dosen Pembimbing II yang telah memberikan

30

sampel, sehingga bahan dibasahi oleh pelarut dan lemak terekstraksi yang

kemudian akan tertampung dalam gelas piala kembali. Prosedur dan perhitungan

analisis kadar abu adalah sebagai berikut:

Ditimbang ± 5 g sampel kering dan halus serta dipindahkan ke dalam kertas

saring kemudian dibungkus sampai sampel terbungkus.

Pasanglah sampel pada sampel tube, yakni gelas penyangga yang bagian

bawahnya terbuka tepat di bawah kondensor alat destilasi Goldfisch.

Dimasukkan pelarut (petroleum-eter) secukupnya ke dalam gelas piala.

Pasanglah gelas piala berisi pelarut pada kondensor sampai tepat, dan tak

dapat diputar lagi.

Hidupkan aliran air pendingin dan kondensor.

Naikkan pemanas listrik sampai menyentuh bagian bawah gelas piala dan

nyalakan pemanas listriknya.

Proses ekstraksi 3-4 jam.

Setelah selesai ekstraksi, pemanas dimatikan dan diturunkan. Setelah

sekiranya tidak ada tetesan pelarut, diambil thimble dan sisa dalam gelas

penyangga.

Kemudian residu yang ada dalam beaker glass yang dipasang dikeringkan

dalam oven 1000C sampai berat konstan. Berat residu ini dinyatakan

sebagai minyak atau lemak yang ada pada bahan.

Kadar emak dapat dihitung dengan rumus:

Kadar Lemak(%)=berat sampel + berat kertas saring berat akhir

berat awal sampelx100%

Page 57: PENGARUH VOLUME MOLASE DAN LAMA FERMENTASI …repository.ub.ac.id/5748/1/LUQI YULIAWAN .pdf · dalam penelitian saya. 3. Dr. Ir. Yahya, MP selaku Dosen Pembimbing II yang telah memberikan

31

3.4.3.3 Analisis Kadar Protein

Menurut Sudarmaji et al., (2003), pada prinsipnya penentuan kadar

protein dilakukan dengan metode Kjeldahl. Dimana dengan cara menghitung

presentase Nitrogen (N) terlarut yang terkandung oleh suatu bahan pangan.

Prosedur penentuan kadar protein dengan metode Kjedahl sebagai berikut:

Diambil bahan yang telah dihaluskan sebanyak 0,2-0,5 g dan dimasukkan

kedalam labu kjedahl.

Ditambah 15 mL H2SO4 pekat dan 2 g tablet kjedahl sebagai katalisator.

Dipanaskan dalam ruang asam selama 2-3 jam pada suhu 3700C sampai

jernih kehijauan.

Setelah dingin ditambahkan akuades 100 mL dan 50 mL NaOH.

Dilakukan destilasi dan menampung destilasi dalam enlemeyer yang telah

diberi 50 mL H3BO3 dan 1 tetes indikator MO (Metyl Orange).

Destilasi berakhir dan dilakukan titrasi dengan larutan H2SO4 N hingga

warna merah muda tidak pudar.

Kadar protein dapat dihitung dengan rumus:

3.4.3.4 Analisis Kadar Abu

Menurut Sudarmadji et al., (1989) analisis kadar abu adalah zat anorganik

sisa hasil pembakaran suatu bahan organik. Prinsip analisis kadar abu adalah

mengoksidasi zat organik pada suhu tinggi sekitas suhu 500-600oC kemudian

melakukan penimbangan zat yang masih tertinggal setelah proses pembakaran.

Prosedur dan perhitungan analisis kadar abu adalah sebagai berikut:

Page 58: PENGARUH VOLUME MOLASE DAN LAMA FERMENTASI …repository.ub.ac.id/5748/1/LUQI YULIAWAN .pdf · dalam penelitian saya. 3. Dr. Ir. Yahya, MP selaku Dosen Pembimbing II yang telah memberikan

32

Ambil cawan yang digunakan terlebih dahulu dioven selama 30 menit pada

suhu 100-1050C, kemudian didinginkan dalam desikator untuk

menghilangkan uap air dan ditimbang sebagai beratnya.

Sampel ditimbang sebanyak 2 g dalam cawan yang sudah dioven.

Sampel dibakar diatas hot plate sampai tidak berasap.

Dilakukan pengabuan sampel didalam muffle bersuhu 550-6000C sampai

pengabuan sempurna. Lama pengabuan berbeda-beda dan berkisar antara

2-8 jam.

Sampel yang sudah diabukan didinginkan dalam desikator dan ditimbang.

Kadar abu dapat dihitung dengan menggunakan rumus:

3.4.3.5 Analisis Karbohidrat

Menurut Winarno (2004), prinsip penentuan kadar karbohidrat dapat

diketahui dengan cara menghitung selisih % total kadar air, kadar lemak, kadar

abu dan kadar protein atau dengan cara perhitungan Carbohydrate by

Difference.

3.4.4 Nilai pH

` Menurut Sudarmadji et al., (1989), penetapan nilai pH dilakukan setelah pH

meter dikalibrasi terlebih dahulu. Sampel sebanyak 1 mL ditambahkan dengan

aquades perbandingan 1:10 (v:v), lalu dihomogenkan. Setelah itu, elektroda

dibilas dengan menggunakan aquades dan dikeringkan. Elektroda dicelupkan ke

dalam larutan sampel dan pengukuran pH dapat di set. Elektroda dibiarkan

Page 59: PENGARUH VOLUME MOLASE DAN LAMA FERMENTASI …repository.ub.ac.id/5748/1/LUQI YULIAWAN .pdf · dalam penelitian saya. 3. Dr. Ir. Yahya, MP selaku Dosen Pembimbing II yang telah memberikan

33

tercelup beberapa saat sampai diperoleh nilai pH yang stabil dan kemudian

dicatat nilai pH sampel yang didapat.

3.4.5 Kapasitas Emulsi

Menurut Rieuwpassa et al., (2013), kapasitas emulsi yang baik bila bahan

dapat menyerap air dan minyak secara seimbang. Prinsip dari kapasitas emulsi

protein bergantung pada keseimbangan ikatan hidrofilik dan lipofilik. Kapasitas

emulsi diukur dengan cara 5 g sampel ditambahkan dengan 20 mL aquades dan

20 mL minyak jagung, kemudian dihomogenkan selama 1 menit. Lalu disentrifus

dengan kecepatan 7500 rpm selama 5 menit.

Prosedur pengujian kapasitas emulsi adalah sebagai berikut:

Timbang sampel sebanyak 1 g.

Tambahkan 5 mL air dan 5 mL minyak jagung.

Homogenkan selama 1 menit dan disentrifus dengan 7500 rpm selama 5

menit.

Rumus kapasitas emulsi dapat dihitung dengan menggunakan rumus:

Kapasitas emulsi = (volume emulsi setelah disentrifus/volume awal) x 100 %

3.4.6 Daya Buih

Buih merupakan bentuk dispersi koloida gas dalam cairan. Prinsip dari

daya buih yaitu kekuatan protein dalam memerangkap gas, dimana kapasitas

buih bergantung pada fleksibilitas molekul dan sifat fisiko kimia protein. Sampel

sebanyak 1 g ditambahkan dengan 10 mL akuades dan dihomogenkan selama 1

menit. Kapasitas busa dilihat dari busa yang terbentuk dibandingkan dengan

kapasitas volume awal. Stabilitas busa merupakan rasio dari kapasitas busa

selama waktu observasi dibandingkan dengan kapasitas busa awal.

Page 60: PENGARUH VOLUME MOLASE DAN LAMA FERMENTASI …repository.ub.ac.id/5748/1/LUQI YULIAWAN .pdf · dalam penelitian saya. 3. Dr. Ir. Yahya, MP selaku Dosen Pembimbing II yang telah memberikan

34

Prosedur Pengujian daya buih adalah sebagai berikut:

Timbang sampel sebanyak 1 gram

Tambahkan 10 mL air dan dihomogenisasi selama 1 menit.

Campuran larutan sampel dipindahkan ke dalam 25 mL beaker glass.

Kapasitas busa dilihat dari busa yang terbentuk dibandingkan dengan

kapasitas volume awal. Stabilitas busa merupakan rasio dari kapasitas busa

selama waktu observasi dibandingkan dengan kapasitas busa awal.

Page 61: PENGARUH VOLUME MOLASE DAN LAMA FERMENTASI …repository.ub.ac.id/5748/1/LUQI YULIAWAN .pdf · dalam penelitian saya. 3. Dr. Ir. Yahya, MP selaku Dosen Pembimbing II yang telah memberikan

35

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Penelitian Pendahuluan

4.1.1 Penentuan Fase Logaritmik

Fase logaritmik adalah fase peningkatan aktivitas pertumbuhan sel khamir

laut, sehingga pada fase ini sel khamir laut mengalami peningkatan populasi

yang maksimum. Peningkatan aktivitas ini biasanya dipengaruhi oleh beberapa

faktor, antara lain: sifat mikoorganisme, kandungan hara pada media kultur,

kadar oksigen, suhu, dan lain – lain. Penentuan fase logaritmik dilakukan dengan

cara melakukan pengamatan terhadap tingkat kepadatan sel khamir laut dengan

menggunakan hemocytometer dan mikroskop. Hasil pengamatan dari

pertumbuhan sel khamir laut dapat dilihat pada Gambar 5.

Gambar 5. Pertumbuhan sel khamir laut dengan pengamatan setiap 12 jam sekali selama 108 jam

Pada Gambar 5 menunjukkan pertumbuhan khamir laut mulai dari fase

lag sampai fase menuju kematian. Fase lag terjadi pada jam ke-0 sampai jam ke-

12 ditandai dengan pertumbuhan yang berjalan secara lambat. Fase logaritmik

y = -0.0314x2 + 0.3958x + 9.8425R² = 0.8511

10

10.2

10.4

10.6

10.8

11

11.2

11.4

11.6

11.8

12

0 12 24 36 48 60 72 84 96 108

Jum

lah

sel/

ml

Waktu (Jam)

Page 62: PENGARUH VOLUME MOLASE DAN LAMA FERMENTASI …repository.ub.ac.id/5748/1/LUQI YULIAWAN .pdf · dalam penelitian saya. 3. Dr. Ir. Yahya, MP selaku Dosen Pembimbing II yang telah memberikan

36

terjadi jam ke-72, ditandai dengan tingkat kepadatan sel khamir laut yang

semakin tinggi dikarenakan banyakanya sel khamir laut yang tumbuh dan

melakukan pembelahan diri secara cepat.

Tingkat pertumbuhan sel khamir laut tertinggi terjadi pada jam ke-72,

dibuktikan dengan hasil pengamatan hemocytometer melalui mikroskop. Berikut

ini adalah sel-sel khamir laut yang telah mengalami pertumbuhan dan

pembelahan selama masa pengamatan yang telah dilakukan setiap 12 jam

sekali. Sel-sel khamir laut ini dapat dilihat pada Gambar 6.

(a) (b) (c)

(d) (e) (f)

(g) (h) (i)

Gambar 6. Mikrograf kepadatan Khamir Laut pada Berbagai Lama Waktu Kultur denganPembesaran 1000x pada Jam ke 0 (a), Jam ke 12 (b), Jam ke 24 (c), Jam ke36 (d), Jam ke 48 (e), Jam ke 60 (f), Jam ke 72 (g), Jam ke 84 (h), Jam ke 96(i), dan Jam ke 108 (j).

Page 63: PENGARUH VOLUME MOLASE DAN LAMA FERMENTASI …repository.ub.ac.id/5748/1/LUQI YULIAWAN .pdf · dalam penelitian saya. 3. Dr. Ir. Yahya, MP selaku Dosen Pembimbing II yang telah memberikan

37

Gambar 6 menunjukkan bahwa sel khamir laut telah mengalami

pertumbuhan serta pembelahan selama masa pengamatan yang dilakukan

setiap 12 jam. Gambar juga menunjukkan bahwa bentuk dari sel khamir laut yaitu

bulat ovale dan terdapat tonjolan berukuran kecil yang menempel disampingnya.

Hal tersebut menunjukkan bahwa sedang terjadi pertunasan. Flahuddin (2008)

mengatakan bahwa khamir merupakan mikroorganisme bersel satu yang

berukuran 5-20 mikron, bentuknya oval, atau bulat tak beraturan. Khamir dapat

diisolasi dari manusia atau hewan berdarah panas, namun yang utama diisolasi

dari tanah, air laut, produk fermentasi, hewan berdarah dingin dan sebagainya.

Sel khamir memiliki beberapa organel seperti badan golgi, inti sel, mitokondria,

dan vakuola sebagai tempat menyimpan cadangan nutrisi, sitoplasma, dinding

sel yang mengandung glukan dan manan yang terdiri atas lipid dan protein.

Fase pertumbuhan dari khamir laut dapat dilihat pada Gambar a. Pada

Gambar (a) jam ke-0 dan Gambar (b) jam ke-12 mengalami peningkatan pada

pertumbuhan sel khamir laut. Hal tersebut menunjukkan bahwa sel khamir laut

menuju fase log pada jam ke 12. Sel khamir laut tidak mengalami fase adaptasi

tetapi langsung mengalami pada fase log karena sel khamir laut mampu secara

optimal dan efisien memanfaatkan pupuk yang ditambahkan pada kultur khamir

laut sebagai sumber nitrogen sehingga tidak membutuhkan waktu yang lama

untuk mengalami pertumbuhan (Sugoro, 2006).

Pertumbuhan pada sel khamir laut terus mengalami peningkatan, hal ini

dapat dilihat pada Gambar (b) jam ke-12 sampai jam ke-72 Gambar (g) terus

mengalami peningkatan. Hal ini dapat dilihat dari perubahan pada sel khamir laut

yang jumlah dan bentuknya semakin besar. Kemudian didukung juga dengan

perhitungan kepadatan sel khamir laut dengan menggunakan haemocytometer

pada mikroskop. Fase pada pertumbuhan sel khamir ini disebut dengan fase

logaritmik, Fase logaritmik adalah fase dimana mikroba membelah dengan cepat

Page 64: PENGARUH VOLUME MOLASE DAN LAMA FERMENTASI …repository.ub.ac.id/5748/1/LUQI YULIAWAN .pdf · dalam penelitian saya. 3. Dr. Ir. Yahya, MP selaku Dosen Pembimbing II yang telah memberikan

38

dan konstan dan pada fase ini kecepatan pertumbuhan sangat dipengaruhi oleh

media tempat tumbuhnya seperti pH dan kandungan nutrien, juga kondisi

lingkungan termasuk suhu dan kelembapan udara (Yuliana, 2008). Fase

pertumbuhan inilah yang digunakan pada penelitian utama di dalam proses

pembutan hidrolisat protein tanaman azolla.

4.1.2 Penentuan Volume Molase, Khamir Laut, dan Lama Fermentasi

Penentuan volume molase dan lama fermentasi bertujuan untuk

mengetahui konsentrasi terbaik yang selanjutnya digunakan sebagai acuan

untuk melakukan penelitian utama. Pada penentuan volume molase segar dan

lama fermentasi dilakukan dalam tiga kali percobaan dengan bahan baku Azolla

pinnata rebus sebanyak 50 g. Pada percobaan pertama (volume molase

sebanyak 50 dengan khamir laut sebanyak 2,5 ml). Pada percobaan kedua

(volume molase sebanyak 50 ml, 100 ml, dan 150 ml dengan khamir laut

sebanyak 2,5 ml). Pada percobaan ketiga (volume molase sebanyak 100 ml, 150

ml, dan 200 ml dengan khamir laut sebanyak 2,5 ml).

Pada percobaan pertama yaitu menggunakan volume molase sebanyak

50 ml dengan khamir laut sebanyak 2,5 ml didapatkan hasil sampel mengalami

pembusukan setelah proses fermentasi selama 5 hari dengan ciri-ciri warna

coklat pekat dan aroma agak busuk. Hal tersebut dikarenakan kurangnya volume

molase yang digunakan sebagai media substrat khamir laut untuk tumbuh dan

berkembang biak sehingga sampel yang dihasilkan terlalu padat dan sulit untuk

dilakukannya proses aerasi yang menyebabkan suplai oksigen tidak dapat

tersebar secara sempurna dan proses agitasi tidak berjalan secara baik. Machfud

et al., (1989) menjelaskan sebagian besar fermentasi berlangsung secara

aerobik yang memerlukan suplai oksigen yang dapat dipacu dengan

penambahan pengadukan atau agitasi.

Page 65: PENGARUH VOLUME MOLASE DAN LAMA FERMENTASI …repository.ub.ac.id/5748/1/LUQI YULIAWAN .pdf · dalam penelitian saya. 3. Dr. Ir. Yahya, MP selaku Dosen Pembimbing II yang telah memberikan

39

Pada percobaan kedua yaitu menggunakan volume molase sebanyak 50

ml, 100 ml, dan 150 ml dengan khamir laut sebanyak 2,5 ml didapatkan hasil

pada sampel dengan volume molase sebanyak 50 ml mengalami penurunan

kadar cairan sehingga menjadi agak kering setelah megalami proses fermentasi

selama 6 hari dengan ciri-ciri warna coklat pekat dan bau agak busuk. Hal ini

dikarenakan volume molase yang digunakan terlalu sedikit sehingga proses

fermentasi tidak berlangsung hingga waktu yang ditentukan. Pada sampel

dengan volume molase sebanyak 100 ml dapat bertahan sampai 12 hari setelah

mengalami proses fermentasi dengan ciri-ciri bau khas fermentasi, dan warna

coklat segar namun cairan yang terdapat pada sampel sudah mulai habis.

Menurut Budy (2014), Hal ini dimungkinkan selama fermentasi berlangsung akan

menghasilkan asam-asam dan CO2 yang bersifat mudah menguap sehingga

dapat keluar melalui selang pembuangan dan cairan yang terdapat pada

sampelakan berkurang.

Pada percobaan ketiga yaitu menggunakan volume molase sebanyak 100

ml, 150 ml, dan 200 ml dengan khamir laut sebanyak 2,5 ml berjalan dengan

baik, ditandai dengan proses fermentasi dapat bertahan sampai hari ke-12

dengan ciri-ciri produk yang dihasilkan berwujud cair agak kental, berbau khas

fermentasi, dan berwarna coklat segar. Oleh karena itu, pada penelitian utama

bahan baku Azolla pinnata rebus yang digunakan sebanyak 50 g dengan volume

molase 100 ml, 150 ml, dan 200 ml. Sedangkan lama fermentasi yang digunakan

dalam penelitian utama yaitu 3, 6, 9, dan 12 hari.

4.1.3 Komposisi Kimia Azolla pinnata Rebus

Bahan baku yang digunakan dalam penelitian ini adalah Azolla pinnata.

Bahan baku berasal dari area persawahan Kelurahan Karangploso, Malang,

Jawa Timur. Selanjutnya Azolla pinnata yang telah direbus dilakukan analisis

Page 66: PENGARUH VOLUME MOLASE DAN LAMA FERMENTASI …repository.ub.ac.id/5748/1/LUQI YULIAWAN .pdf · dalam penelitian saya. 3. Dr. Ir. Yahya, MP selaku Dosen Pembimbing II yang telah memberikan

40

proksimat di Laboratorium Pengujian Mutu dan Keamanan Pangan, Universitas

Brawijaya, Malang. Hasil analisis proksimat Azolla pinnata rebus dapat dilihat

pada Lampiran 27. Tujuan dari analisis kimia ini adalah untuk mengetahui

kandungan gizi Azolla pinnata rebus. Hasil analisis kimia Azolla pinnata rebus

dapat dilihat pada Tabel 6.

Tabel 6. Komposisi Kimia Azolla pinnata Rebus

4.2 Penelitian Utama

Berdasarkan peneilitian pendahuluan yang telah dilakukan didapatkan

hasil bahwa pada proses pembuatan hidrolisat protein Azolla pinnata rebus

dilakukan penambahan volume molase sebanyak 100 ml, 150 ml, 200 ml dan

lama fermentasi yang digunakan yaitu 3, hari, 6 hari, 9 hari, dan 12 hari.

Inokulum khamir laut pada fase logaritmik yang ditambahkan yaitu sebanyak 2,5

ml. Produk hidrolisat protein Azolla pinnata rebus pada penelitian ini yaitu

berbentuk pasta yang bertujuan untuk mempermudah proses analisis dan

penyimpanan produk. Melihat kemungkinan pemakaian hidrolisat protein Azolla

pinnata rebus sebagai suplemen pakan maka hasil dari penelitian utama akan

dilakukan analisis yang meliputi rendemen, analisis proksimat, pH, daya buih

serta kapasitas emulsi.

4.2.1 Rendemen Hidrolisat Protein Azolla pinnata Rebus

4.2.1.1 Rendemen Cairan

Data pengamatan dan analisis data rendemen cairan hidrolisat protein

Azolla pinnata rebus dengan volume molase dan lama fermentasi berbeda dapat

Parameter Azolla pinnata RebusKadar Air (%) 94,91 Kadar Abu (%) 0,5 Kadar Lemak Kasar (%) 2,51 Kadar Protein Kasar (%) 1,39 Kadar Karbohidrat (%) 0,69

Page 67: PENGARUH VOLUME MOLASE DAN LAMA FERMENTASI …repository.ub.ac.id/5748/1/LUQI YULIAWAN .pdf · dalam penelitian saya. 3. Dr. Ir. Yahya, MP selaku Dosen Pembimbing II yang telah memberikan

41

dilihat pada Lampiran 8. Rata-rata Rendemen cairan hidrolisat protein Azolla

pinnata rebus dengan volume dan lama fermentasi yang berbeda dapat dilihat

pada Gambar 7.

Gambar 7. Rata-rata Rendemen Cairan Hidrolisat Protein Azolla pinnata Rebus

Gambar 7 menunjukkan semakin lama proses fermentasi akan

mengakibatkan rendemen cairan hidrolisat protein Azolla pinnata rebus menjadi

semakin rendah. Hal ini dimungkinkan semakin lama proses metabolisme khamir

laut dalam fermentasi maka semakin banyak kandungan air dan nutrisi lainnya

yang digunakan khamir laut untuk menghasilkan enzim-enzim yang dapat

menghidrolisis protein dan lemak pada substrat. Aktivitas hidrolisis yang tinggi

menyebabkan terurainya protein menjadi asam amino yang kemudian berubah

menjadi H2O, CO2, dan senyawa-senyawa yang mengandung nitrogen (NH3,

skatol, indol, kadaverin, dan putresin). Semakin lama fermentasi akan berpotensi

terjadinya penguapan senyawa-senyawa volatil sehingga nilai rendemen cairan

akan mengalami penurunan (Liawati, 1992). Selama proses hidrolisis akan

menyebabkan terlarutnya komponen gizi seperti protein, lemak, dan mineral yang

dapat mempengaruhi besarnya rendemen produk hidrolisat yang dihasilkan

(Shahidi et al., 1994).

90.5

28

82.3

43

73.0

76

67.6

64

91.2

61

85.7

58

77.1

56

73.6

7091.6

73

89.6

38

83.0

24

75.9

76

0102030405060708090

100

3 Hari 6 Hari 9 Hari 12 Hari

Ren

dem

en C

aira

n (%

)

Lama Fermentasi (Hari)

Molase 100 ml

Molase 150 ml

Molase 200 ml

Page 68: PENGARUH VOLUME MOLASE DAN LAMA FERMENTASI …repository.ub.ac.id/5748/1/LUQI YULIAWAN .pdf · dalam penelitian saya. 3. Dr. Ir. Yahya, MP selaku Dosen Pembimbing II yang telah memberikan

42

Pada perhitungan statistik didapatkan hasil sebagai berikut, untuk

perlakuan volume molase 100 ml berbeda nyata dengan perlakuan volume

molase 150 ml, perlakuan 150 ml tidak berbeda nyata dengan perlakuan 200 ml.

Pada penggunaan lama fermentasi yang berbeda berpengaruh nyata terhadap

nilai rendemen cairan hidrolisat protein azolla rebus. Data hasil perhitungan

rendemen cairan hidrolisat protein azolla rebus dapat dilihat pada lampiran 8.

4.2.1.2 Rendemen Pasta

Data pengamatan dan analisis data rendemen pasta hidrolisat protein

Azolla pinnata rebus dengan volume molase dan lama fermentasi berbeda dapat

dilihat pada Lampiran 9. Rata-rata Rendemen pasta hidrolisat protein Azolla

pinnata rebus dengan volume dan lama fermentasi yang berbeda dapat dilihat

pada Gambar 8.

Gambar 8. Rendemen Pasta Hidrolisat Protein Azolla pinnata Rebus

Gambar 8 menunjukkan semakin lama proses fermentasi akan

mengakibatkan rendemen pasta hidrolisat protein Azolla pinnata rebus menjadi

semakin rendah. Hal ini berkaitan dengan besarnya persentase rendemen cairan

yang dihasilkan sebelumnya, dimana rendemen pasta berbanding lurus dengan

rendemen cairan. Pada saat proses pengeringan untuk mendapatkan rendemen

42.1

53

41.1

87

38.6

08

38.1

02

41.9

02

41.1

10

39.8

75

38.9

84

45.1

87

44.2

47

41.3

01

40.7

11

34

36

38

40

42

44

46

3 Hari 6 Hari 9 Hari 12 Hari

Ren

dem

en P

asta

(%)

Lama Fermentasi (Hari)

Molase 100 ml

Molase 150 ml

Molase 200 ml

Page 69: PENGARUH VOLUME MOLASE DAN LAMA FERMENTASI …repository.ub.ac.id/5748/1/LUQI YULIAWAN .pdf · dalam penelitian saya. 3. Dr. Ir. Yahya, MP selaku Dosen Pembimbing II yang telah memberikan

43

pasta dilakukan akan mengakibatkan komponen air dalam produk berkurang dan

meningkatkan komponen lain seperti abu, lemak, dan protein (Masduqi et al.,

2014). Pengeringan pada produk hidrolisat hanya bertujuan untuk

menghilangkan kandungan air pada sampel (Hidayat, 2005). Hal inilah yang

menyebabkan rendemen pasta lebih rendah dibanding rendemen cairan

hidrolisat protein Azolla pinnata rebus.

Pada perhitungan statistik didapatkan hasil sebagai berikut, untuk

perlakuan volume molase 100 ml tidak berbeda nyata dengan perlakuan volume

molase 150 ml, perlakuan 150 ml berbeda nyata dengan perlakuan 200 ml. Pada

penggunaan lama fermentasi yang berbeda berpengaruh nyata terhadap nilai

rendemen pasta hidrolisat protein azolla rebus. Data hasil perhitungan rendemen

pasta hidrolisat protein azolla rebus dapat dilihat pada lampiran 9.

4.2.2 Analisis Proksimat Hidrolisat Protein Azolla pinnata Rebus

4.2.2.1 Kadar Air

Data pengamatan dan analisis data kadar air kontrol dan hidrolisat protein

Azolla pinnata rebus dengan volume molase dan lama fermentasi yang berbeda

dapat dilihat pada Lampiran 10. Rata-rata kadar air kontrol dan pasta hidrolisat

protein Azolla pinnata rebus dengan volume molase dan lama fermentasi yang

berbeda dapat dilihat pada Gambar 9.

Page 70: PENGARUH VOLUME MOLASE DAN LAMA FERMENTASI …repository.ub.ac.id/5748/1/LUQI YULIAWAN .pdf · dalam penelitian saya. 3. Dr. Ir. Yahya, MP selaku Dosen Pembimbing II yang telah memberikan

44

Gambar 9. Rata-rata Kadar Air Pasta Hidrolisat Protein Azolla pinnata Rebus

Tabel 7. Selisih Kadar Air Pasta Hidrolisat Protein Azolla pinnata Rebus dibandingkan Kontrol Awal Fermentasi

Volume Molase

Lama Fermentasi (Hari) 3 6 9 12

100 ml 2,0944 2,1822 2,3961 2,8170 150 ml 0,5444 0,9221 0,6344 1,4842 200 ml 1,1041 1,4432 2,2251 3,0516

Gambar 9 menunjukkan semakin lama proses fermentasi akan

mengakibatkan kadar air hidrolisat protein Azolla pinnata rebus menjadi semakin

rendah. Bila dilihat pada Tabel 7 terjadi penurunan kadar air dengan selisih

sebesar 0,5-3%. Hal ini dimungkinkan selama fermentasi terjadi hidrolisis

sehingga menyebabkan molekul-molekul air menjadi bebas. Pada fermentasi

lebih dari 24 jam terjadi penguraian senyawa-senyawa organik oleh adanya

aktivitas enzim yang menghasilkan senyawa sederhana juga hasil lain dari

proses metabolisme yaitu H2O, energi dalam bentuk panas dan bahan-bahan

lainnya. Hal ini menunujukkan proses fermentasi pada hidrolisat protein Azolla

pinnata rebus dapat menurunkan kadar air dan akan meningkatkan kandungan

nutrisi lainnya (Setiavani, 2010).

Pada perhitungan statistik didapatkan hasil sebagai berikut, untuk

perlakuan volume molase 100 ml, 150 ml, dan 200 ml tidak berpengaruh nyata

terhadap nilai kadar air hidrolisat protein azolla rebus. Pada penggunaan lama

20.4

83

18.3

89

18.3

01

18.0

87

17.6

66

18.6

53

18.1

09

17.7

31

18.0

19

17.1

69

19.1

07

18.0

03

17.6

64

17.8

82

16.0

56

0

5

10

15

20

25

0 Hari (Kontrol)

3 Hari 6 Hari 9 Hari 12 Hari

Kad

ar A

ir (%

)

Lama Fermentasi (Hari)

Molase 100 ml

Molase 150 ml

Molase 200 ml

Page 71: PENGARUH VOLUME MOLASE DAN LAMA FERMENTASI …repository.ub.ac.id/5748/1/LUQI YULIAWAN .pdf · dalam penelitian saya. 3. Dr. Ir. Yahya, MP selaku Dosen Pembimbing II yang telah memberikan

45

fermentasi yang berbeda, untuk nilai sampel dengan lama fermentasi 0 hari

berpengaruh nyata terhadap nilai pada sampel dengan lama fermentasi 3, 6, 9

dan 12 hari. Data hasil perhitungan kadar air hidrolisat protein azolla rebus dapat

dilihat pada lampiran 10.

4.2.2.2 Kadar Abu

Data pengamatan dan analisis data kadar abu kontrol dari hidrolisat

protein Azolla pinnata rebus dengan volume molase dan lama fermentasi yang

berbeda dapat dilihat pada Lampiran 11. Rata-rata kadar abu kontrol dari

hidrolisat protein Azolla pinnata rebus dengan volume molase dan lama

fermentasi yang berbeda dapat dilihat pada Gambar 10.

Gambar 10.Rata-rata Kadar Abu Pasta Hidrolisat Protein Azolla pinnata Rebus

Tabel 8. Selisih Kadar Abu Pasta Hidrolisat Protein Azolla pinnata Rebus dibandingkan Kontrol Awal Fermentasi

Volume Molase

Lama Fermentasi (Hari) 3 6 9 12

150 ml 2,0944 2,1822 2,3961 2,817 200 ml 0,5444 0,9221 0,0656 0,4842 250 ml 1,1041 1,4432 1,2251 2,1516

Gambar 10 menunjukkan semakin lama proses fermentasi akan

mengakibatkan kadar abu hidrolisat protein Azolla pinnata rebus menjadi

semakin rendah. Bila dilihat pada Tabel 8 terjadi penurunan kadar abu dengan

15.8

54

15.4

67

14.9

31 15.5

53

14.2

49

15.1

61

14.8

56

15.0

83

14.0

77

14.0

77

15.4

86

13.9

05

14.0

06

13.8

00

14.0

59

12.513

13.514

14.515

15.516

16.5

0 Hari (Kontrol)

3 Hari 6 Hari 9 Hari 12 Hari

Kad

ar A

bu (%

)

Lama Fermentasi (Hari)

Molase 100 ml

Molase 150 ml

Molase 200 ml

Page 72: PENGARUH VOLUME MOLASE DAN LAMA FERMENTASI …repository.ub.ac.id/5748/1/LUQI YULIAWAN .pdf · dalam penelitian saya. 3. Dr. Ir. Yahya, MP selaku Dosen Pembimbing II yang telah memberikan

46

selisih sebesar 0,5-2%. Hal ini dimungkinkan pertumbuhan khamir laut semakin

meningkat sehingga membutuhkan banyak mineral sebagai nutrisinya.

Penurunan kadar abu ini dipengaruhi oleh penggunaan mineral untuk

mempertahankan hidup mikroorganisme. Karena mikroorganisme membutuhkan

mineral untuk mempertahankan hidupnya meskipun dalam jumlah yang sedikit

(Nisa dan Wardani, 2015). Zat makanan utama bagi pertumbuhan

mikroorganisme adalah sumber karbon, nitrogen, dan komponen mineral

terutama fosfat (Budiman dan Setyawan, 2009). Mineral dibutuhkan

mikroorganisme sebagai akseptor elektron dalam metabolisme glukosa dan gula

lainnya. Mikroba membutuhkan zat-zat nutrisi untuk sintesa komponen sel dan

menghasilkan energi (Malaka et al., 2006).

Pada perhitungan statistik didapatkan hasil sebagai berikut, untuk

perlakuan volume molase 100 ml, 150 ml, dan 200 ml tidak berpengaruh nyata

terhadap nilai kadar abu hidrolisat protein azolla rebus. Pada penggunaan lama

fermentasi yang berbeda, untuk nilai sampel dengan lama fermentasi 0 hari

berpengaruh nyata terhadap nilai pada sampel dengan lama fermentasi 3, 6, 9

dan 12 hari. Data hasil perhitungan kadar abu hidrolisat protein azolla rebus

dapat dilihat pada lampiran 11.

4.2.2.3 Kadar Lemak

Data pengamatan dan analisis data kadar lemak kontrol dan hidrolisat

protein Azolla pinnata rebus dengan volume molase dan lama fermentasi yang

berbeda dapat dilihat pada Lampiran 12. Rata-rata kadar lemak kontrol dan

hidrolisat protein Azolla pinnata rebus dengan volume molase dan lama

fermentasi yang berbeda dapat dilihat pada Gambar 11.

Page 73: PENGARUH VOLUME MOLASE DAN LAMA FERMENTASI …repository.ub.ac.id/5748/1/LUQI YULIAWAN .pdf · dalam penelitian saya. 3. Dr. Ir. Yahya, MP selaku Dosen Pembimbing II yang telah memberikan

47

Gambar 11. Rata-rata Kadar Lemak Pasta Hidrolisat Protein Azolla pinnataRebus

Tabel 9. Selisih Kadar Lemak Hidrolisat Protein Azolla pinnata Rebus dibandingkan Kontrol Awal Fermentasi

Volume Molase

Lama Fermentasi (Hari) 3 6 9 12

150 ml 0,6842 1,0615 1,1202 1,3707 200 ml 0,0104 0,4932 0,761 0,924 250 ml 0,5123 0,8443 1,0134 1,0053

Gambar 11 menunjukkan semakin lama proses fermentasi akan

mengakibatkan kadar lemak hidrolisat protein Azolla pinnata rebus menjadi

semakin rendah. Bila dilihat pada Tabel 9 terjadi penurunan kadar lemak dengan

selisih sebesar 0,01-1,3%. Hal ini dimungkinkan hidrolisat protein Azolla pinnata

rebus yang diberi perlakuan mengalami hidrolisis sehingga semakin banyak

lemak yang terdegradasi menjadi asam lemak dan gliserol. Selama fermentasi

terjadi hidrolisis lemak kira-kira 35% (Deliani, 2008). Penurunan kandungan

lemak pada proses fermentasi disebabkan oleh waktu inkubasi yang cukup lama

sehingga dapat meningkatkan aktivitas enzim lipase yang dihasilkan oleh khamir

untuk merombak kandungan lemak substrat sebagai sumber energi bagi

pertumbuhannya (Umiyasih dan Anggiraeny, 2008). Penguraian bahan organik

oleh khamir disebabkan aktivitas enzim lipase dan amilase yang bekerja dalam

pemecahan lemak dan amilum dari substrat sehingga kandungan bahan organik

3.57

9

2.89

5

2.51

8

2.45

9

2.20

93.06

3

3.05

3

2.57

0

2.30

2

2.13

9

3.19

4

2.68

1

2.34

9

2.18

0

2.18

8

00.5

11.5

22.5

33.5

4

0 Hari (Kontrol)

3 Hari 6 Hari 9 Hari 12 Hari

Kad

ar L

emak

(%)

Lama Fermentasi (Hari)

Molase 100 ml

Molase 150 ml

Molase 200 ml

Page 74: PENGARUH VOLUME MOLASE DAN LAMA FERMENTASI …repository.ub.ac.id/5748/1/LUQI YULIAWAN .pdf · dalam penelitian saya. 3. Dr. Ir. Yahya, MP selaku Dosen Pembimbing II yang telah memberikan

48

selama fermentasi mengalami penurunan. Bahan organik yang mengalami

penurunan selama fermentasi tersebut adalah pati dan lemak kasar karena

digunakan untuk memenuhi kebutuhan energi sebagai pertumbuhan (Umiyasih

dan Anggiraeny, 2008).

Pada perhitungan statistik didapatkan hasil sebagai berikut, untuk

perlakuan volume molase 100 ml, 150 ml, dan 200 ml tidak berpengaruh nyata

terhadap nilai kadar lemak hidrolisat protein azolla rebus. Pada penggunaan

lama fermentasi yang berbeda, untuk nilai sampel dengan lama fermentasi 0 hari

berpengaruh nyata terhadap nilai pada sampel dengan lama fermentasi 3 hari,

untuk sampel dengan lama fermentasi 3 hari berpengaruh nyata terhadap nilai

pada sampel dengan lama fermentasi 6, 9, dan 12 hari. Data hasil perhitungan

kadar lemak hidrolisat protein azolla rebus dapat dilihat pada lampiran 12.

4.2.2.4 Kadar Protein

Data pengamatan dan analisis data kadar protein kontrol dan hidrolisat

protein Azolla pinnata rebus dengan volume molase dan lama fermentasi yang

berbeda dapat dilihat pada Lampiran 13. Rata-rata kadar protein kontrol dan

hidrolisat protein Azolla pinnata rebus dengan volume molase dan lama

fermentasi yang berbeda dapat dilihat pada Gambar 12.

Page 75: PENGARUH VOLUME MOLASE DAN LAMA FERMENTASI …repository.ub.ac.id/5748/1/LUQI YULIAWAN .pdf · dalam penelitian saya. 3. Dr. Ir. Yahya, MP selaku Dosen Pembimbing II yang telah memberikan

49

Gambar 12. Rata-rata Kadar Protein Pasta Hidrolisat Protein Azolla pinnataRebus

Tabel 10. Selisih Kadar Protein Pasta Hidrolisat Protein Azolla pinnata Rebus dibandingkan Kontrol Awal Fermentasi

Volume Molase

Lama Fermentasi (Hari) 3 6 9 12

150 ml 1,4561 4,3946 5,4701 6,0151 200 ml 0,9042 3,8409 6,5299 7,3753 250 ml 2,8799 4,0009 6,2839 8,8607

Gambar 12 menunjukkan semakin lama proses fermentasi akan

mengakibatkan kadar protein hidrolisat protein Azolla pinnata rebus menjadi

semakin tinggi. Bila dilihat pada Tabel 10 terjadi peningkatan kadar protein

dengan selisih sebesar 0,9-8,8%. Hal ini dimungkinkan terjadi proses hidrolisis

pada substrat Azolla pinnata rebus oleh enzim protease hasil dari metabolit

khamir laut. Selain itu, selama proses hidrolisis dapat meningkatkan protein

karena terjadi pemecahan protein menjadi senyawa yang lebih sederhana yaitu

asam amino. Proses hidrolisis dapat meningkatkan kadar protein karena terjadi

pemecahan protein menjadi asam amino dan ikut terdeteksinya enzim karena

enzim adalah protein (Savitri, 2011). Kandungan protein pada khamir laut yaitu

sebesar 28,29% (Febriani, 2010). Semakin tinggi volume molase dan lama

fermentasi akan memberikan kesempatan pada khamir laut untuk tumbuh dan

berkembang sehingga meningkatkan jumlah sel khamir laut, dimana khamir laut

14.9

28

16.3

84

19.3

23

20.3

98

20.9

43

15.6

61

16.5

65

19.5

02

22.1

91

23.0

36

14.9

74

17.8

54

18.9

75

21.2

58

23.8

35

0

5

10

15

20

25

30

0 Hari (Kontrol)

3 Hari 6 Hari 9 Hari 12 Hari

Kad

ar P

rote

in (%

)

Lama Fermentasi (Hari)

Molase 100 ml

Molase 150 ml

Molase 200 ml

Page 76: PENGARUH VOLUME MOLASE DAN LAMA FERMENTASI …repository.ub.ac.id/5748/1/LUQI YULIAWAN .pdf · dalam penelitian saya. 3. Dr. Ir. Yahya, MP selaku Dosen Pembimbing II yang telah memberikan

50

merupakan penghasil protein sel tunggal. Peningkatan jumlah sel–sel khamir laut

setiap harinya secara signifikan juga dapat meningkatkan kadar protein pada

hidrolisat protein Azolla pinnata (Anggraeny dan Umiyasih, 2009).

Pada perhitungan statistik didapatkan hasil sebagai berikut, untuk

perlakuan volume molase 100 ml berbeda nyata dengan perlakuan volume

molase 150 ml, perlakuan 150 ml tidak berbeda nyata dengan perlakuan 200 ml.

Pada penggunaan lama fermentasi yang berbeda berpengaruh nyata terhadap

kadar protein pasta hidrolisat protein azolla rebus. Data hasil perhitungan kadar

protein hidrolisat protein azolla rebus dapat dilihat pada lampiran 13.

4.2.2.5 Kadar Karbohidrat

Data pengamatan dan analisis data kadar karbohidrat kontrol dan

hidrolisat protein Azolla pinnata rebus dengan volume molase dan lama

fermentasi yang berbeda dapat dilihat pada Lampiran 14. Rata-rata kadar

karbohidrat kontrol dan hidrolisat protein Azolla pinnata rebus dengan volume

molase dan lama fermentasi yang berbeda dapat dilihat pada Gambar 13.

Gambar 13. Rata-rata Kadar Karbohidrat Pasta Hidrolisat Protein Azolla pinnataRebus

45.1

58 46.8

65

44.9

28

43.5

02 44.9

32

47.4

65

46.4

18

45.1

14

42.5

79

42.5

79

47.2

39

46.0

56 47.0

06

42.9

63

42.9

63

404142434445464748

0 Hari (Kontrol)

3 Hari 6 Hari 9 Hari 12 Hari

Kad

ar K

arbo

hidr

at (%

)

Lama Fermentasi (Hari)

Molase 100 ml

Molase 150 ml

Molase 200 ml

Page 77: PENGARUH VOLUME MOLASE DAN LAMA FERMENTASI …repository.ub.ac.id/5748/1/LUQI YULIAWAN .pdf · dalam penelitian saya. 3. Dr. Ir. Yahya, MP selaku Dosen Pembimbing II yang telah memberikan

51

Tabel 11. Selisih Kadar Karbohidrat Pasta Hidrolisat Protein Azolla pinnataRebus dibandingkan Kontrol Awal Fermentasi

Volume Molase

Lama Fermentasi (Hari) 3 6 9 12

150 ml 1,7063 0,2307 1,6563 0,2259 200 ml 1,0472 2,3504 5,203 4,8861 250 ml 1,1826 0,2332 1,3595 4,2761

Gambar 13 menunjukkan semakin lama proses fermentasi akan

mengakibatkan kadar karbohidrat hidrolisat protein Azolla pinnata rebus menjadi

semakin rendah. Bila dilihat pada Tabel 11 terjadi penurunan kadar karbohidrat

dengan selisih sebesar 0,2-5,2%. Hal ini dimungkinkan sumber utama khamir

laut untuk pertumbuhannya yaitu karbohidrat. Nutrient yang paling dibutuhkan

oleh mikroba baik untuk tumbuh maupun untuk menghasilkan produk fermentasi

adalah karbohidrat. Karbohidrat merupakan sumber karbon yang berfungsi

sebagai penghasil energi bagi mikroba (Azizah et al., 2012). Khamir laut memiliki

berbagai enzim, salah satunya enzim amilase. Aktivitas enzim amilase inilah

yang berperan dalam memecah karbohidrat menjadi senyawa lebih sederhana

sehingga kadar karbohidrat akan mengalami penurunan (Bharathi, 2011).

Pada perhitungan statistik didapatkan hasil sebagai berikut, untuk

perlakuan volume molase 100 ml, 150 ml, dan 200 ml tidak berpengaruh nyata

terhadap kadar karbohidrat pasta hidrolisat protein azolla rebus. Pada

penggunaan lama fermentasi yang berbeda, untuk nilai sampel dengan lama

fermentasi 0 hari berpengaruh nyata terhadap nilai pada sampel dengan lama

fermentasi 3 hari, untuk sampel dengan lama fermentasi 3 hari berpengaruh

nyata terhadap nilai pada sampel dengan lama fermentasi 6, 9, dan 12 hari. Data

hasil perhitungan kadar karbohidrat hidrolisat protein azolla rebus dapat dilihat

pada lampiran 14.

Page 78: PENGARUH VOLUME MOLASE DAN LAMA FERMENTASI …repository.ub.ac.id/5748/1/LUQI YULIAWAN .pdf · dalam penelitian saya. 3. Dr. Ir. Yahya, MP selaku Dosen Pembimbing II yang telah memberikan

52

4.2.3 Analisis pH

Data pengamatan dan analisis data pH kontrol dan hidrolisat protein

Azolla pinnata rebus dengan volume molase dan lama fermentasi yang berbeda

dapat dilihat pada Lampiran 15. Rata-rata nilai pH kontrol dan hidrolisat protein

Azolla pinnata rebus dengan volume molase dan lama fermentasi yang berbeda

dapat dilihat pada Gambar 14.

Gambar 14. Rata-rata pH Pasta Hidrolisat Protein Azolla pinnata Rebus

Tabel 12. Selisih pH Pasta Hidrolisat Protein Azolla pinnata Rebus dibandingkan Kontrol Awal Fermentasi

Volume Molase

Lama Fermentasi (Hari) 3 6 9 12

150 ml 0,02 0,07 0,12 0,13 200 ml 0,07 0,08 0,15 0,19 250 ml 0,02 0,08 0,1 0,14

Gambar 14 menunjukkan semakin lama proses fermentasi akan

mengakibatkan pH hidrolisat protein Azolla pinnata rebus menjadi semakin

rendah. Bila dilihat pada Tabel 12 terjadi penurunan kadar abu dengan selisih

sebesar 0,02-0,2%. Hal ini dimungkinkan hasil dari produk fermentasi yaitu

asam. Semakin lama fermentasi maka semakin rendah pH yang dihasilkan. Hal

ini menunjukkan bahwa aktivitas khamir laut semakin meningkat seiring lama

fermentasi dan memicu mengeluarkan enzim yang banyak (Savitri, 2011).

Penurunan pH selama proses fermentasi diakibatkan terbentuknya asam-asam

4.51

4.49

4.44

4.39

4.38

4.53

4.46

4.45

4.38

4.34

4.49

4.47

4.41

4.39

4.35

4.2

4.25

4.3

4.35

4.4

4.45

4.5

4.55

0 Hari (Kontrol)

3 Hari 6 Hari 9 Hari 12 Hari

pH

Lama Fermentasi (Hari)

Molase 100 ml

Molase 150 ml

Molase 200 ml

Page 79: PENGARUH VOLUME MOLASE DAN LAMA FERMENTASI …repository.ub.ac.id/5748/1/LUQI YULIAWAN .pdf · dalam penelitian saya. 3. Dr. Ir. Yahya, MP selaku Dosen Pembimbing II yang telah memberikan

53

selama proses fermentasi berlangsung. Asam-asam yang terbentuk seperti asam

asetat, asam piruvat, dan asam laktat dapat menurunkan pH (Nurul et al., 2013).

Enzim yang lebih banyak akan meningkatkan proses hidrolisis protein pada

substrat menjadi peptida dan asam-asam amino sehingga pH semakin menurun

(Simanjarong et al., 2012). Karbohidrat dapat mempercepat penurunan pH,

karena karbohidrat merupakan energi bagi pertumbuhan mikroba pembentuk

asam laktat dan asam laktat yang dihasilkan bereaksi dengan NH3. Selain itu

mikroba juga dapat memfiksasi NH3 sebagai sumber N untuk

perkembangbiakannya, sehingga mengurangi jumlah amonia (NH3) yang

terlepas ke atmosfer Nurul et al., (2013).

Pada perhitungan statistik didapatkan hasil sebagai berikut, untuk

perlakuan volume molase 100 ml, 150 ml, dan 200 ml tidak berpengaruh nyata

terhadap nilai pH pasta hidrolisat protein azolla rebus. Pada penggunaan lama

fermentasi yang berbeda, untuk nilai sampel dengan lama fermentasi 0 hari

berpengaruh nyata terhadap nilai pada sampel dengan lama fermentasi 3 hari,

untuk sampel dengan lama fermentasi 3 hari berpengaruh nyata terhadap nilai

pada sampel dengan lama fermentasi 6, 9, dan 12 hari. Data hasil perhitungan

nilai pH hidrolisat protein azolla rebus dapat dilihat pada lampiran 15.

4.2.4 Analisis Daya Buih

Data pengamatan dan analisis daya buih kontrol dan hidrolisat protein

Azolla pinnata rebus dengan volume molase dan lama fermentasi yang berbeda

dapat dilihat pada Lampiran 16. Rata-rata daya buih kontrol dan hidrolisat protein

Azolla pinnata rebus dengan volume molase dan lama fermentasi yang berbeda

dapat dilihat pada Gambar 15.

Page 80: PENGARUH VOLUME MOLASE DAN LAMA FERMENTASI …repository.ub.ac.id/5748/1/LUQI YULIAWAN .pdf · dalam penelitian saya. 3. Dr. Ir. Yahya, MP selaku Dosen Pembimbing II yang telah memberikan

54

Gambar 15. Rata-rata Daya Buih Pasta Hidrolisat Protein Azolla pinnata Rebus

Tabel 13. Selisih Daya Buih Pasta Hidrolisat Protein Azolla pinnata Rebus dibandingkan Kontrol Awal Fermentasi

Volume Molase

Lama Fermentasi (Hari) 3 6 9 12

150 ml 0,0142 0,0287 0,0426 0,0601 200 ml 0,0008 0,0128 0,0252 0,0485 250 ml 0,0003 0,0148 0,0215 0,036

Gambar 15 menunjukkan semakin lama proses fermentasi akan

mengakibatkan daya buih hidrolisat protein Azolla pinnata Rebus menjadi

semakin tinggi. Bila dilihat pada Tabel 13 terjadi peningkatan nilai daya buih

dengan selisih sebesar 0,01-0,06%. Hal ini dimungkinkan selama proses

fermentasi terjadi hidrolisis protein yang membentuk asam-asam amino. Semakin

banyak jumlah protein yang terhidrolisis maka asam amino hidrofobik akan

terbentuk yang kemudian mengabsorbsi fase udara dan air sehingga terbentuk

buih yang banyak. Daya buih dipengaruhi oleh jumlah protein yang terhidrolisis

selama proses fermentasi (Koesoemawardani et al., 2011). Protein yang

terhidrolisis semakin banyak menyebabkan banyaknya asam amino hidrofobik

yang terbentuk dan berpengaruh pada semakin banyaknya daya buih. Asam

amino hidrofobik akan mengabsorbsi fase udara dan air sehingga terbentuk buih

yang banyak (Budy, 2014).

0.04

8

0.06

2

0.07

6

0.09

0 0.10

8

0.06

5

0.06

4

0.07

8

0.09

0 0.11

3

0.07

9

0.07

9 0.09

4

0.10

1

0.11

5

0

0.02

0.04

0.06

0.08

0.1

0.12

0.14

0 Hari (Kontrol)

3 Hari 6 Hari 9 Hari 12 Hari

Day

a B

uih

(%)

Lama Fermentasi (Hari)

Molase 100 ml

Molase 150 ml

Molase 200 ml

Page 81: PENGARUH VOLUME MOLASE DAN LAMA FERMENTASI …repository.ub.ac.id/5748/1/LUQI YULIAWAN .pdf · dalam penelitian saya. 3. Dr. Ir. Yahya, MP selaku Dosen Pembimbing II yang telah memberikan

55

Pada perhitungan statistik didapatkan hasil sebagai berikut, untuk

perlakuan volume molase 100 ml tidak berbeda nyata dengan perlakuan volume

molase 150 ml, perlakuan 150 ml berbeda nyata dengan perlakuan 200 ml. Pada

penggunaan lama fermentasi yang berbeda, untuk nilai sampel dengan lama

fermentasi 0 hari tidak berbeda nyata terhadap nilai pada sampel dengan lama

fermentasi 3 hari, untuk sampel dengan lama fermentasi 3 hari berpengaruh

nyata terhadap nilai pada sampel dengan lama fermentasi 6, 9, dan 12 hari. Data

hasil perhitungan daya buih hidrolisat protein azolla rebus dapat dilihat pada

lampiran 16.

4.2.5 Analisis Kapasitas Emulsi

Data pengamatan dan analisis kapasitas emulsi kontrol dan hidrolisat

protein Azolla pinnata rebus dengan volume molase dan lama fermentasi yang

berbeda dapat dilihat pada Lampiran 17. Rata-rata kapasitas emulsi kontrol dan

hidrolisat protein Azolla pinnata rebus dengan volume molase dan lama

fermentasi yang berbeda dapat dilihat pada Gambar 16.

Gambar 16. Rata-rata Kapasitas Emulsi Pasta Hidrolisat Protein Azolla pinnataRebus

50.7

57

50.2

04

50.1

53

50.1

00

49.8

07

52.4

98

51.6

15

51.1

79

49.9

72

49.1

60

53.7

33

52.9

79

51.6

88

50.9

38

49.6

03

46474849505152535455

0 Hari (Kontrol)

3 Hari 6 Hari 9 Hari 12 Hari

Kap

siat

Em

ulsi

(%)

Lama Fermentasi (Hari)

Molase 100 ml

Molase 150 ml

Molase 200 ml

Page 82: PENGARUH VOLUME MOLASE DAN LAMA FERMENTASI …repository.ub.ac.id/5748/1/LUQI YULIAWAN .pdf · dalam penelitian saya. 3. Dr. Ir. Yahya, MP selaku Dosen Pembimbing II yang telah memberikan

56

Tabel 14. Selisih Kapasitas Emulsi Pasta Hidrolisat Protein Azolla pinnata Rebus dibandingkan Kontrol Awal Fermentasi

Volume Molase

Lama Fermentasi (Hari) 3 6 9 12

150 ml 0,5526 0,6035 0,6573 0,95 200 ml 0,8829 1,3191 2,5258 3,338 250 ml 0,7535 2,0445 2,7949 4,1293

Gambar 16 menunjukkan semakin lama proses fermentasi akan

mengakibatkan kapasitas emulsi hidrolisat protein Azolla pinnata rebus menjadi

semakin rendah. Bila dilihat pada Tabel 14 terjadi penurunan kapasitas emulsi

dengan selisih sebesar 0,5-4%. Hal ini sesuai dengan penelitian Fathony (2014)

yang melaporkan bahwa semakin lama fermentasi maka kapasitas emulsi

semakin menurun. Kapasitas emulsi disebabkan karena kemampuan bahan

dalam menyerap air dan minyak yang berkaitan dengan keseimbangan asam

amino hidrofobik (yang dapat berinteraksi dengan minyak) dan asam amino

hidrofilik (yang dapat berinteraksi dengan air) (McCarthy et al., 2013). Asam

amino memiliki gugus polar (hidrofilik) dan gugus non polar (hidrofobik). Oleh

karena itu, gugus polar pada asam amino akan berikatan dengan gugus polar

pada air dan gugus non polar pada asam amino akan berikatan dengan gugus

non polar pada minyak sehingga terbentuklah emulsi. Asam amino hasil hidrolisis

sebagian akan diserap oleh minyak yang memicu terbentuklah emulsi pada

hidrolisat protein (Koesoemawardani et al., 2011).

Pada perhitungan statistik didapatkan hasil sebagai berikut, untuk

perlakuan volume molase 100 ml tidak berbeda nyata dengan perlakuan volume

molase 150 ml, perlakuan 150 ml berbeda nyata dengan perlakuan 200 ml. Pada

penggunaan lama fermentasi yang berbeda, untuk nilai sampel dengan lama

fermentasi 0 hari berbeda nyata terhadap nilai pada sampel dengan lama

fermentasi 3, 6, 9, dan 12 hari. Data hasil perhitungan kapasitas emulsi hidrolisat

protein azolla rebus dapat dilihat pada lampiran 17.

Page 83: PENGARUH VOLUME MOLASE DAN LAMA FERMENTASI …repository.ub.ac.id/5748/1/LUQI YULIAWAN .pdf · dalam penelitian saya. 3. Dr. Ir. Yahya, MP selaku Dosen Pembimbing II yang telah memberikan

57

4.3 Perlakuan Terbaik

Berdasarkan hasil analisis proksimat dan parameter hidrolisat protein

Azolla pinnata rebus diperoleh hasil tertinggi yaitu pada lama fermentasi 12 hari

dengan volume molase 200 ml. Hal ini ditinjau dari kandungan protein tertinggi

yang diperoleh dari pasta hidrolisat protein Azolla pinnata rebus dengan berbagai

perlakuan. Protein merupakan salah satu unsur yang paling penting dalam

produk hidrolisat karena tujuan memproduksi produk hidrolisat adalah untuk

memenuhi kebutuhan protein hewani. Tingkat mutu dari produk hidrolisat sangat

ditentukan dari kadar protein yang dikandung pada produk (Amalia, 2007).

Komposisi kimia pasta hidrolisat protein Azolla pinnata rebus dapat dilihat pada

Tabel 15.

Tabel 15. Komposisi Kimia Pasta Hidrolisat Protein Azolla pinnata rebus

Tabel 15 menunjukkan kadar air Azolla pinnata rebus sebesar 94,91%

dan kadar protein sebesar 1,39%, kadar air Azolla pinnata rebus mengalami

penurunan yaitu menjadi 16,96%. Tabel 14 juga menunjukkan kadar air pasta

hidrolisat protein Azolla pinnata rebus sebesar 16,96% dan kadar protein

sebesar 19,92%. ketika sudah menjadi pasta hidrolisat protein Azolla pinnata

rebus kadar protein mengalami peningkatan dari 1,39% ke 23,83. Hal ini

menunjukkan terjadinya hidrolisis protein Azolla pinnata rebus oleh enzim

protease khamir laut. Konsentrasi enzim proteolitik semakin meningkat dalam

proses hidrolisis akan menyebabkan peningkatan kandungan nitrogen terlarut

Parameter Pasta Hidrolidsat Protein Azolla pinnata Rebus Azolla pinnata rebus

Kadar Air (%) 16,96 94,91 Kadar Abu (%) 14,05 0,5 Kadar Lemak Kasar (%) 2,18 2,51 Kadar Protein Kasar (%) 23,83 1,39 Kadar Karbohidrat (%) 42,96 0,69 pH 4,35 - Daya Buih (%) 0,12 - Emulsi (%) 49,60 -

Page 84: PENGARUH VOLUME MOLASE DAN LAMA FERMENTASI …repository.ub.ac.id/5748/1/LUQI YULIAWAN .pdf · dalam penelitian saya. 3. Dr. Ir. Yahya, MP selaku Dosen Pembimbing II yang telah memberikan

58

dalam produk hidrolisat protein (Kurniawan et al., 2012). Semakin lama waktu

hidrolisis menyebabkan konsentrasi protein hasil hidrolisis dapat meningkat

(Maulana et al., 2012). Pada penelitian ini, hasil kandungan protein yang didapat

masih relatif rendah karena dilakukan perebusan pada sampel sehingga

kandungan protein hidrolisat protein azolla menjadi turun. Perbedaan kadar

protein pada sampel dikarenakan protein yang terdapat dalam sampel yang

sudah direbus mengalami denaturasi protein. Denaturasi protein dapat

disebabkan oleh : pH, suhu tinggi, ion logam berat, gerakan mekanik, alkohol,

aseton, eter. Perbedaan protein disebabkan karena proses perebusan pada suhu

yang terlalu tinggi sehingga pada sampel yang belum direbus kadar proteinnya

lebih tinggi (Agustina dan Rahmawati, 2016).

Page 85: PENGARUH VOLUME MOLASE DAN LAMA FERMENTASI …repository.ub.ac.id/5748/1/LUQI YULIAWAN .pdf · dalam penelitian saya. 3. Dr. Ir. Yahya, MP selaku Dosen Pembimbing II yang telah memberikan

59

5. PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Kesimpulan yang didapat dari penelitian tentang pengaruh penambahan

volume molase dan lama fermentasi yang berbeda terhadap kualitas hidrolisat

protein Azolla pinnata rebus dengan starter khamir laut adalah sebagai berikut:

- Kualitas pasta hidrolisat protein Azolla pinnata rebus terbaik yaitu pada

volume molase 200 ml dan lama fermentasi 12 hari dengan kandungan

protein 23,83%, kadar air 16,96%, kadar abu 14,05%, kadar lemak 2,18%,

kadar karbohidrat 42,96%, pH 4,35, daya buih 0,12%, dan emulsi 49,60%.

5.2 Saran

Saran yang dapat diberikan dari penelitian ini adalah untuk hidrolisat

protein Azolla pinnata rebus dengan hasil terbaik yaitu dengan penambahan

volume molase segar 200 mL dan lama fermentasi 12 hari perlu dilakukan

penelitian lanjutan dan pengujian tingkat keamanan produk yang selanjutnya

dapat dimanfaatkan sebagai pakan ataupun pangan.

Page 86: PENGARUH VOLUME MOLASE DAN LAMA FERMENTASI …repository.ub.ac.id/5748/1/LUQI YULIAWAN .pdf · dalam penelitian saya. 3. Dr. Ir. Yahya, MP selaku Dosen Pembimbing II yang telah memberikan

60

DAFTAR PUSTAKA

Adawyah, R. 2007. Pengolahan dan Pengawetan Ikan. PT. Bumi Aksara: Jakarta. 159 hlm.

Agustina, A dan Rahmawati, D. 2016. Pengaruh Proses Perebusan terhadap Kadar Protein yang Terkandung dalam Tauge Biji Kacang Hijau (Phaseolus Radiatus). Jurnal Ilmiah Manuntung, 2(1), 44-50.

Ahmad, R. Z. 2005. Pemanfaatan Khamir Saccaromyces cerevisiae untuk Ternak. Balai Penelitian Veteriner. Bogor. Hlm 49-53.

Aisyah, Y., Rasdiansyah, dan Muhaimin. 2014. Pengaruh Pemanasan Terhadap Aktivitas pada Beberapa Jenis Sayuran. Program Studi Teknologi Hasil Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Syiah Kuala: Darussalam Banda Aceh. Hlm 6-7.

Alkili, Y. R. R. 2012. Karakteristik Ekstrakseluler Khamir Laut yang dipanen pada Fase Log dan Aktivitas Hidrolisisnya Terhadap Kualitas Protein Ikan Peperek (Leiognathus sp.). Skripsi. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Universitas Brawijaya: Malang. 97 hlm.

Amalia, E. 2007. Pemanfaatan Kerang Hijau (Mytilus viridis) dalam Pembuatan Hidrolisat Protein Menggunakan Enzim Papain. Jurnal Sumberdaya Perairan. 5(1): 32-33.

Anggorowati, D. A., Setyawati H., dan Purba, A. B. P. 2012. Peningkatan Kandungan Protein Abon Nangka Muda. Jurnal Teknik Kimia. 7(1):17-21.

Apriwinda. 2013. Studi Fermentasi Nira Batang Sorgum Manis (Sorghum bicolor (L) Moench)Untuk Produksi Etanol. Fakultas Pertanian. Universitas Hasanudin: Semarang. 94 hlm.

Ardiansari, Y. M. 2012. Pengaruh Jenis Gadung dan Lama Perebusan Terhadap Kadar Sianida Gadung. Skripsi. Fakultas Kesehatan Masyarakat. Universitas Jember: Jember. Hlm:20-21.

Askar, S. 2001. Potensi Hijauan Air Azolla pinnata Sebagai Pakan Sumber Protein. Teknis Fungsional. Balai Penelitian Ternak, Bogor. hlm: 11-12.

Azizah, N. 2013. Pengaruh Metode Pembelajaran Terhadap Hasil Belajar Mata Pelajaran Dasar Kompetensi Kejujuran Di SMK Wongsorejo Gombong. Skripsi. Fakultas Teknik. Universitas Negeri Yogyakarta. Hlm: 5-6.

Baila, R, L. 2004. Potensi dan Prospek Yeast (Khamir) dalam Meningkatkan Diversifikasi Pangan di Indonesia. Depdiknas. Universitas Padjajaran: Bandung. Hlm:21-25.

Bharathi, S., D. Saravanan, M. Radhakrishnan, dan R. Balagurunathan. 2011. Bioprospecting of Marine Yeast with Special Reference to Inulinase Production. International Journal of ChemTech Research. 3 (3): 1514-1519.

Page 87: PENGARUH VOLUME MOLASE DAN LAMA FERMENTASI …repository.ub.ac.id/5748/1/LUQI YULIAWAN .pdf · dalam penelitian saya. 3. Dr. Ir. Yahya, MP selaku Dosen Pembimbing II yang telah memberikan

61

Basak, B., A.H. Pramanik, M.S. Rahmnan, S., Taradar dan B.C. Roy. 2002. Azolla (Azolla pinnata) as a feed ingredient in broiler ration. Int. J. Poult. Sci. 1(1): 29 – 24.

Bernadeta, P. A. dan Imelda, H. S. 2012. Penentuan Kondisi Optimum Hidrolisat Protein dari Limbah Ikan Ekor Kuning (Caesio cuning) Berdasarkan Karakteristik Organoleptik. Jurnal Kimia Khatulistiwa. UNTAN. 1(1): 26-30.

Brink, P. J dan M. J. Wood. 2000. Langkah Dasar dalam Perencanaan Riset Keperawatan. Penerbit Buku Kedokteran: Jakarta. 391 hlm.

Budiman, A., dan S. Setyawan. 2009. Pengaruh Konsentrasi Substrat, Lama Inkubasi dan pH dalam Proses Isolasi Enzim Xylanase dengan Menggunakan Media Jerami Padi. Jurusan Teknik Kimia. Fakultas Teknik. Universitas Diponegoro: Semarang. hlm: 19-22.

Budy, D. 2014. Pengaruh Volume Molase Rebus dan Lama Fermentasi yang Berbeda dengan Starter Khamir Laut Terhadap Kualitas Hidrolisat Protein Kepala Udang Vaname (Litopenaeus vannamei) Rebus. Skripsi. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Universitas Brawijaya: Malang. 174 hlm.

Deliani. 2008. Pengaruh Lama Fermentasi terhadap Kadar Protein, Lemak, Komposisi Asam Lemak dan Asam Fitat pada Pembuatan Tempe. Tesis. Sekolah Pasca Sarjana. Universitas Sumatera Utara: Medan

Falahudin, Dede. 2008. Penghambatan Peroksidasi Lipid Sel Khamir Candida sp. Y390. Oleh Ekstrak Daging Buah Salak Bongkok (Salacca edulis Reinew). Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Institut Pertanian Bogor: Bogor. 104 hlm.

Fardiaz, S. 1989. Mikrobiologi Pangan. Pusat Antar Universitas Pangan dan Gizi. Institut Pertanian Bogor: Bogor. 308 hlm.

Fathoni, A. 2014. Pengaruh Volume Molase Rebus dan Lama Fermentasi yang Berbeda dengan Starter Khamir Laut Terhadap Kualitas Hidrolisat Protein Kepala Udang vannamei (Litopenaeus vannamei). Skripsi. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Universitas Brawijaya: Malang. hlm: 5-6.

Febriani, M. 2006. Substitusi Protein Hewani dengan Tepung Kedelai dan Khamir Laut untuk Pakan Ikan Patin (Pangasius sp) dan Kerapu Tikus (Cromileptes altivelis). Jurnal Perikanan Indonesia. 8(2): 169-176. ISSN: 0853-6384.

Febriani, M. 2008. Penggunaan Khamir Laut sebagai Biokatalisator dalam Pembuatan Silase Ikan Peperek (Leiognathus splendens) dan Silase Tanaman Azolla (Pomaceae sp.). Prosiding Bidang Pengolahan Produk dan Bioteknologi Kelautan. Seminar Nasional Perikanan dan Kelautan: Malang. hlm 532-525.

Febriani, M. 2010. Penggunaan Khamir Laut sebagai Biokatalisator dalam Pembuatan Silase Daun Mengkudu (Morinda citrifolia) sebagai Salah

Page 88: PENGARUH VOLUME MOLASE DAN LAMA FERMENTASI …repository.ub.ac.id/5748/1/LUQI YULIAWAN .pdf · dalam penelitian saya. 3. Dr. Ir. Yahya, MP selaku Dosen Pembimbing II yang telah memberikan

62

Satu Bahan Alternatif Pakan Ikan. Jurusan Perikanan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Universitas Hang Tuah: Surabaya. hlm 775-780.

Gbogouri, G. A., M. Linder, J. Fanni, dan M. Parmentier. 2004. Influence of Hydrolysis Degree on the Functional Properties of Salmon Byproducts Hydrolysates. Journal of Food Science. 69(8): 615-622.

Haslina. 2004. Nilai Gizi Daya Cerna Protein dan Daya Terima Patilo Sebagai Makanan Jajanan yang Diperkaya dengan Hidrolisat Protein Ikan Mujair (Oreochromis mosambicus). Tesis. Program Pasca Sarjana. Universitas Diponegoro: Semarang.

Hidayat, T. 2005. Pembuatan Hidrolisat Protein dari Ikan Selar Kuning (Caranxleptolepis) dengan Menggunakan Enzim Papain. Skripsi. Institut Pertanian Bogor: Bogor

Hidayat, C., Fanindi, S., Sopiyana Dan Komarudin. 2011. Peluang Pemanfaatan Tepung Azolla Sebagai Bahan Pakan Sumber Protein Untuk Ternak Ayam. Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2011.

Hidayati, D., Baido, D. dan Hastuti, S. 2013. Pola Pertumbuhan Ragi Tape pada Fermentasi Kulit Singkong. Jurnal Agrointek. Teknologi Industri Pertanian, Universitas Trunojoyo Madura. Jurnal Agrointek. 7(1): 6-10.

Hasbi, H. 2005. Pemanfaatan Azolla pada Sistem Pertanian Terpadu. Jurusan Budidaya Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Muhammadiah Jember. hlm 7-8.

Husna, N. 2008. Pertumbuhan Tanaman Air Azolla pinnata R. Br. (Mata Lele) pada Medium Pertumbuhan Berbeda. Skripsi. Program Studi Sarjana Biologi SITH. Bandung. 98 hlm.

Juwita, R. 2012. Studi Produksi Alkohol dari Tetes Tebu (Saccharum officinarum L) Selama Proses Fermentasi. Skripsi. Jurusan Teknologi Pertanian. Fakultas Pertanian. Universitas Hasanuddin: Makassar. hlm :16.

Koesoemawardhani, D., Fibra N. dan Hidayati, S. 2011. Proses Pembuatan Hidrolisat Protein Ikan Rucah. Jurusan Teknologi Hasil Pertanian. Universitas Lampung: Lampung. Jurnal Natur Indonesia. 13(3): 256-261.

Kurniawan, S. L., Hanggita S. R. J. 2012. Hidrolisat Protein Tinta Cumi (Loligo sp) dengan Enzim Papain. Program Studi Teknologi Hasil Perikanan. Universitas Sriwijaya. Fistech. 1(1): 41-54.

Kusmiati, Thontowi, A., dan Nuswantara S. 2010. Efek Sumber Karbon Berbeda terhadap Produksi â-Glukan oleh Saccharomyces Cerevisiae pada Fermentor Air Lift. Jurnal Natur Indonesia 13(2), Februari 2011: 138-145. ISSN 1410-9379. Pusat Penelitian Bioteknologi–LIPI.

Legowo, A. M., Nurwantoro, dan Sutaryo. 2007. Analisis Pangan. Buku Ajar Fakultas Peternakan Universitas Diponegoro: Semarang. 48 hlm.

Liawati. 1992. Mempelajari Pengaruh Perbedaan Perendaman dengan Mumbuekstrak dan Larutan Garam Terhadap daya Awet Cumi-Cumi

Page 89: PENGARUH VOLUME MOLASE DAN LAMA FERMENTASI …repository.ub.ac.id/5748/1/LUQI YULIAWAN .pdf · dalam penelitian saya. 3. Dr. Ir. Yahya, MP selaku Dosen Pembimbing II yang telah memberikan

63

(Loligo edulis) Asap. Skripsi. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Institut Pertanian Bogor: Bogor. hlm 67-68.

Lumpkin, T. A. and D. L. Plucknet. 1982. Azolla a Green Manure: Use abd Management in Crop Production. Westview Tropical Agriculture Series.230 hlm. ISBN: 978-0891584513.

Machfud, E., S. Gembira, dan Krisnani. 1989. Petunjuk Laboratorium Fermentor. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi. Pusat Antar Universitas Pangan dan Gizi. Institut Pertanian Bogor: Bogor

McCarthy, A. L., C. O. Yvonne, dan M. O. Nora. 2013. Protein Hydrolysates from Agricultural Crops-Bioactivity and Potential for Functional Food Development. Journal Agriculture. 3(1): 112-130.

Malaka, R., Metusalach, dan E. Abustam. 2006. Pengaruh Jenis Mineral terhadap Produksi Eksopolisakarida dan Karakteristik Pertumbuhan Lactobacillus bulgaricus Strain Ropy dalam Media Susu. Fakultas Peternakan dan Fakultas Perikanan. Universitas Hasanuddin: Makasar. Hlm 65-66.

Masduqi, A. F., M. Izzati, dan E. Prihastanti. 2014. Efek Metode Pengeringan terhadap Kandungan Bahan Kimia dalam Rumput Laut Sargassum polycystum. Buletin Anatomi dan Fisiologi. 12(1): 1-9.

Maulana, N. P., N. Sari, dan C. S. Budiyati. 2012. Pembuatan Kecap dari Ikan Gabus secara Hidrolisis Enzimatis Menggunakan Sari Nanas. Jurnal Teknologi Kimia dan Industri. 1(1): 270-276.

Nisa, A. N., dan A. K. Wardani. 2015. Pengaruh Lama Pengasapan dan Lama Fermentasi terhadap Sosis Fermentasi Ikan Lele (Clarias gariepinus).Jurnal Pangan Dan Agroindustri. 4(1): 367-376

Noviati. 2007. Optimasi Kadar Molase dalam Medium Ekstrak Ubi Jalar untuk Pertumbuhan Isolat Khamir R1 dan R2 Pada Fermentor Air Lift 18 Liter. Universitas Sains dan Bioteknologi. Universitas Islam Syarif Hidayatullah: Jakarta. 69 hlm.

Nurhayati, T., Ella, S., Cholifah, dan Roni, N. 2014. Optimasi Proses Pembuatan Hidrolisat Jeroan Ikan Kakap Putih. Jurnal Pengolahan Hasil Perikanan Indonesia (JPHPI). 17(1): 43-44.

Nurul, A. F., M. Junus, dan M. Nasich. 2013. The Effects of Molasses Addition on Crude Protein and Crude Fibre Content of Biogas Sludge Solids. Fakultas Kedokteran Hewan. Universitas Brawijaya: Malang. 8 hlm.

Purbasari, D. 2008. Produk dan Karakterisasi Hidrolisat Protein dari Kerang Mas Ngur (Atactodea striata). Program Studi Teknologi Hasil Perikanan . Institut Pertanian Bogor: Bogor. 77 hlm.

Purwitasari, E., Pangastuti, A., dan Ratna S. 2004. Pengaruh Media Tumbuh Terhadap Kadar Protein Saccharomyces cerevisiae dalam Pembuatan Protein Sel Tunggal. Jurnal Bioteknologi 1(2): 37-42, Nopember 2004. ISSN: 0216-6887, DOI: 10.13057/biotek/c010202.

Page 90: PENGARUH VOLUME MOLASE DAN LAMA FERMENTASI …repository.ub.ac.id/5748/1/LUQI YULIAWAN .pdf · dalam penelitian saya. 3. Dr. Ir. Yahya, MP selaku Dosen Pembimbing II yang telah memberikan

64

Rao, N. S. 1993. Biofertilizers in Agriculture and Forestry: Third Revised Edition. Science Publisher, Inc. USA. hlm 152-159 .

Rieuwpassa, F. J., J. Santoso, dan Trilaksani, W. 2013. Karakterisasi Sifat Fungsional Konsentrat Protein Telur Ikan Cakalang (Katsuwonus pelamis). Jurnal Ilmu dan Teknologi Kelautan.

Rita, I. 2011. Proses Emulsifikasi dan Analisis Biaya Produksi Minuman Emulsi Minyak Sawit Merah. Sekolah Pascasarjana. Institut Pertanian Bogor: Bogor. 25(2):136-142.

Rohim, A. 2014. Pengaruh Perbedaan Penambahan Kadar Molase Rebus pada Medium Gula Terhadap Biomassa Sel Khamir Laut. Skripsi. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Universitas Brawijaya: Malang. 116 hlm.

Rustan, I. R. 2013. Studi Isolasi dan Identifikasi Asam Laktat dari Fermentasi Cabai Rawit (Capsium frutencens L). Skripsi. Jurusan Teknologi Pertanian. Fakultas Pertanian. Universitas Hasanuddin Makassar: Makassar. hlm 31-32.

Sari, S. P. 2014. Substitusi Molase Rebus dengan Kadar yang Berbeda pada Medium Fermentasi Khamir Laut. Laporan Skripsi. Fakultas Perikanan Universitas Brawijaya: Malang. 96 hlm.

Sartika, D., Esti, H., Rara, D. 2012. Pemberian Molase Pada Aplikasi Probiotik Terhadap kualitas Air, Pertumbuhan Dan Tingkat Kelangsungan hidup Benih Ikan Mas (Cyprinus carpio). Jurnal Rekayasa dan Teknologi Budidaya Perairan. 1(1):125-127.

Sastra, W. 2008. Fermentasi Rusip. Program Studi Teknologi Hasil Perikanan. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Institut Pertanian Bogor: Bogor.

Savitri, R. D. 2011. Aplikasi Proses Hidrolisis Enzimatis dan Fermentasi dalam Pengolahan Condiment Kupang Putih (Corbula faba H.). Skripsi. Fakultas Perikanan Dan Ilmu Kelautan. Institut Pertanian Bogor: Bogor. 101 hlm.

Sebayang, F. 2006. Pembuatan Etanol dari Molase Secara Fermentasi Menggunakan Sel Saccaromyces serevisiae yang Terimobilisasi pada Kalsium Alginat. Jurnal Teknologi Proses. 5(2): 68-74.

Setiawan, B. dan Purnomo, D. 2011. Validasi HPLC untuk Analisis Anion Fosfat dan Sulfat dalam Proses Pemurnian Torium dari Pasir Monasit. Pusat Teknologi Akselerator dan Proses Bahan – BATAN. Babarsari: Yogyakarta.

Setiavani, G. 2010. Kajian Pembuatan Tepung Cassava Modifika. STTP Medan: Medan. 56 hlm.

Shahidi, F. B. J. R. 1994. Seafood: Chemistry, Processing Technology and Quality. Blackie Academic And Professional: Glasgow. 115 hlm.

Page 91: PENGARUH VOLUME MOLASE DAN LAMA FERMENTASI …repository.ub.ac.id/5748/1/LUQI YULIAWAN .pdf · dalam penelitian saya. 3. Dr. Ir. Yahya, MP selaku Dosen Pembimbing II yang telah memberikan

65

Simanjarong, E., K. Nia, dan H. Zahidah. 2012. Pengaruh Penggunaan Enzim Papain dengan Konsentrasi yang Berbeda terhadap Karakteristik Kimia Kecap Tutut. Jurnal Perikanan dan Kelautan. 3(4): 209-220.

Sudarmadji, S., B. Haryono dan Suhardi, 1989. Analisa Bahan Makanan dan dan Pertanian. Liberty Yogyakarta. Universitas Gadjah Mada: Yogyakarta.

Sudarmadji, S., B. Haryono dan Suhardi. 2003. Prosedur Analisa untuk Bahan Makanan dan Pertanian. Liberty Yogyakarta. Universitas Gadjah Mada: Yogyakarta.

Sudjana, B. 2014. Pengunaan Azolla untuk Pertanian Berkelanjutan. Jurnal Ilmiah Solusi, 1(2) April-Juni 2014. Agroteknologi Fakultas Pertanian Unsika. Universitas Singaperbangsa Karawang.

Sugoro, I. 2006. Optimasi Sumber Nitrogen Probiotik Khamir R1 dan R110 dalam Medium Ekstrak Singkong. Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner. 38 hlm.

Sukoso. 2012. Eksplorasi Potensi Khamir Laut. PPSUB. Malang. 72 hlm.

Sutardi, T. 1981. Sapi Perah dan Pemberian Makanannya. Departemen Ilmu Makanan Ternak. Fakultas Peternakan. Institut Pertanian Bogor: Bogor.

Umiyasih, U., dan Y.N. Anggraeny. 2008. Pengaruh Fermentasi Saccharomyces Cerevisiae terhadap Kandungan Nutrisi dan Kecernaan Ampas Pati Aren (Arenga pinnata Merr.). Seminar Nasional Teknologi Peternakan Dan Veteriner. hlm 241-247.

Utami, D., Yuniarti, A., Sinung, P. 2013. Variasi Kombinasi Tepung Labu Kuning (Cucurbita moschata D.) dan Tepung Azolla (Azolla pinnata R.Br.) Pada Kecerahan Warna Ikan Koi (Cyprinus carpio L.). Universitas Atma Jaya Yogyakarta.

Utami, I. dan Kindari. 2008. Pembuatan Ethanol dan Biji Kapas dengan Proses Hidrolisa dan Fermentasi. Jurnal Penelitian Ilmu Teknik. 1(2):136-138.

Waluyo, L. 2007. Mikrobiologi Umum. UMM Press: Malang. 372 hlm.

Winarno, F. G. 2004.Kimia Pangan dan Gizi. PT. Gramedia Pustaka Utama: Jakarta. 239 hlm.

Winarno, F. G. 2007.Kimia Pangan dan Gizi. PT Gramedia Pustaka Utama: Jakarta. 253 hlm.

Wiratno, E N., T Ardyanti., A K Wardani. 2008. Pengaruh Gula Reduksi dan Total Nigrogen Terhadap Densitas dan Viabilitas Sel Saccaromyces serevixiae dalam Fermentasi Etanol dan Molase. Laboratorium Mikrobiologi FMIPA. Universitas Brawijaya: Malang. 115 hlm.

Yuliana, N. 2008. Kinetika Pertumbuhan Bakteri Asam Laktat Isolat T5 yang Berasal dari Tempoyak. Jurusan Teknologi Hasil Pertanian. Fakultas Pertanian. Universitas Lampung: Lampung.

Page 92: PENGARUH VOLUME MOLASE DAN LAMA FERMENTASI …repository.ub.ac.id/5748/1/LUQI YULIAWAN .pdf · dalam penelitian saya. 3. Dr. Ir. Yahya, MP selaku Dosen Pembimbing II yang telah memberikan

66

Yunita, A. 2009. Analisis Konsistensi Mutu dan Rendemen CPO (Crude palm oil)di Pabrik Kelapa Sawit Adolina. PT Perkebunan Nusantara IV (Persero). Fakultas Pertanian. Universitas Sumatra Utara. Hlm 4-5.

Yusma. 1999. Pemanfaatan Limbah Molase dalam Pembuatan Etanol Secara Fermentasi. Puslitbang Farmasi, Badan Litbangkes, DepKes RI: Jakarta.