pengaruh variabel sosial kemanusiaan, kesehatan...
TRANSCRIPT
PENGARUH VARIABEL SOSIAL KEMANUSIAAN, KESEHATAN,
PENDIDIKAN, DAN RELIGIUSITAS TERHADAP EKONOMI
MUSTAHIK
(STUDI KASUS: ZAKAT COMMUNITY DEVELOPMENT DI DESA
KADUAGUNG TENGAH KABUPATEN LEBAK)
SKRIPSI
Diajukan Kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi
(S.E)
Diajukan oleh:
Hamadah Azzam
NIM: 1113086000019
JURUSAN EKONOMI SYARIAH
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1439 H/2018
PENGARUH VARIABEL SOSIAL KEMANUSIAAN, KESEHATAN,
PENDIDIKAN, DAN RELIGIUSITAS TERHADAP EKONOMI
MUSTAHIK
(STUDI KASUS: ZAKAT COMMUNITY DEVELOPMENT DI DESA
KADUAGUNG TENGAH KABUPATEN LEBAK)
SKRIPSI
Diajukan Kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi
(S.E)
oleh:
Hamadah Azzam
NIM: 1113086000019
Di Bawah Bimbingan
Dr. Ir. H. Roikhan Mochamad Aziz, MM.Hah.Slm
NIDN. 2025067001
JURUSAN EKONOMI SYARIAH
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1439 H/2018 M
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF
Hari ini, Selasa 9 Mei 2017 telah dilakukan uji komprehensif atas mahasiswa:
Nama : Hamadah Azzam
No. Induk Mahasiswa : 1113086000019
Jurusan : Ekonomi Syariah
Judul Skripsi : Pengaruh Variabel Sosial Kemanusiaan,
Kesehatan, Pendidikan, Dan Religiusitas
Terhadap Ekonomi Mustahik (Studi Kasus:
Zakat Community Development Di Desa
Kaduagung Tengah Kabupaten Lebak)
Setelah mencermati dan memperhatikan penampilan dan kemampuan yang
bersangkutan selama proses ujian komprehensif, maka diputuskan bahwa
mahasiswa tersebut dinyatakan LULUS dan diberi kesempatan untuk melanjutkan
ke tahap ujian skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana
Ekonomi pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, Selasa 9 Mei 2017
1. Adi Cahyadi M.Si (..............................)
NIDN. 2015038202 Penguji I
2. Nurul Ichsan, MA (..............................)
NIDN. 2028117301 Penguji II
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI
Hari ini, Kamis 26 April 2018 telah dilakukan Ujian Skripsi atas mahasiswa:
Nama : Hamadah Azzam
NIM : 1113086000019
Jurusan : Ekonomi Syariah
Judul Skripsi : Pengaruh Variabel Sosial Kemanusiaan, Kesehatan,
Pendidikan, Dan Religiusitas Terhadap Ekonomi
Mustahik (Studi Kasus: Zakat Community Development
Di Desa Kaduagung Tengah Kabupaten Lebak)
Setelah mencermati dan memperhatikan penampilan serta kemampuan
yang bersangkutan selama proses Ujian Skripsi, maka diputuskan bahwa
mahasiswa tersebut di atas dinyatakan LULUS dan Skripsi ini diterima sebagai
salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Fakultas
Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta. 26 April 2018
1. Yoghi Citra Pratama, M.Si ( )
NIP 198307172011011011 Ketua
2. Dr. Ir. H. Roikhan Mochamad Aziz, MM ( )
NIDN. 2025067001 Sekretaris
3. Nur Hidayah, P.hD ( )
NIDN. 2031107602 Penguji Ahli
4. Dr. Ir. H. Roikhan Mochamad Aziz, MM ( )
NIDN. 2025067001 Pembimbing 1
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Data Pribadi :
Nama : Hamadah Azzam
Tempat, Tanggal lahir : Bekasi, 31 Januari 1995
Jenis kelamin : Laki-Laki
Agama : Islam
Kewarganegaraan : Indonesia
No. HP : 0813-1559-0733
Email : [email protected]
Riwayat Pendidikan Formal :
1. Taman Pendidikan Anak-Anak IQRO
2. SDIT IQRO
3. SMPIT Rafah Bogor
4. SMAIT Rafah Bogor
5. Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, Jurusan Ekonomi
Syariah Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Riwayat Pendidikan Non Formal :
1. Pendidikan Dasar Perkoperasian
2. Pendidikan Menengah Perkoperasian
3. Pendidikan Lanjutan Perkoperasian
Seminar dan Workshop :
1. Seminar Internasional Ekonomi IslamIAEI dengan tema “Building
Strategic Alliance in Islamic Economic, Finance, and Business Policies”
pada 30 April 2015.
2. Company Visit “Peran Bank Indonesia di Bidang Moneter” di Bank
Indonesia pada 03 April 2014.
Riwayat kerja :
1. Telemarketing di PT. ACA Pacific
2. Fundriser di Event Ramadhan Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS)
Riwayat Organisasi :
1. Staff Humas Koperasi Mahasiswa UIN Syahid Jakarta 2014-2015
2. Wakil Ketua Pondok Pesantren Rafah Bogor
3. Bagian Bahasa Pondok Pesantren Rafah Bogor
Pengalaman Kepanitiaan :
1. Bagian Humas “Pekan Koperasi 2015” KOPMA UIN SYAHID Jakarta
2. Bagian Acara “Pendidikan Dasar Koperasi” (DIKSARKOP26) KOPMA
UIN SYAHID Jakarta
i
ABSTRACT
This study aims to examine the influence of social human being variabel as
internal factor, health and education variables as external factor, and religiosity
variable as reflexivity factor to the economic growth mustahik through Zakat
Community Development (ZCD) BAZNAS in Kaduagung Tengah Village, Lebak
Regency of Banten.
The sample in this study amounted to 110 mustahik who received the
benefits of the ZCD program. The sampling technique used is purposive sampling
of 110 respondents. This study uses primary data obtained through the
distribution of questionnaires and nterview to respondents. The hypothesis of this
study was tested using Ordinary Least Square (OLS). The results showed that the
social variables of humanity, education and health have a significant influence on
the economic growth mustahik through ZCD program. While the variable
religiosity has no significant effect on the economic growth mustahik through
ZCD program.
The results of this study will assist the Central BAZNAS in improving the
ZCD program implemented in Kampung Pasir Kaloncing in improving the
mustahik welfare based on education, health, social, humanity, da'wah and
economy aspects. So there is an improvement in the quality of program
implementation that will be implemented in the future.
Keywords: social humanitarian, education, health, economic growth, Zakat
Community Development.
ii
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk menguji variabel sosial kemanusiaan
sebagai faktor internal, variabel kesehatan dan pendidikan sebagai faktor
eksternal, dan variabel religiusitas sebagai faktor reflektivitas terhadap ekonomi
mustahik melalui program Zakat Community Development (ZCD) BAZNAS di
Desa Kaduagung Tengah, Kabupaten Lebak Banten.
Sampel dalam penelitian ini berjumlah 110 mustahik yang menerima
manfaat program ZCD BAZNAS. Teknik pengambilan sampel yang digunakan
adalah purposive sampling sebanyak 110 responden. Penelitian ini menggunakan
data primer yang di peroleh melalui penyebaran kuesioner dan wawancara
terhadap responden. Hipotesis penelitian ini diuji dengan menggunakan Ordinary
Least Square (OLS). Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel sosial
kemanusiaan, pendidikan dan kesehatan memiliki pengaruh yang signifikan
terhadap ekonomi mustahik melalui program ZCD. Sedangkan variabel
religiusitas tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap pertumbuhan
ekonomi mustahik melalui program ZCD.
Hasil penelitian dapat membantu pihak BAZNAS Pusat dalam
memperbaiki program ZCD yang dilaksanakan di Kampung Pasir Kaloncing
dalam meningkatkan kesejahteraan mustahik berdasarkan aspek pendidikan,
kesehatan, sosial kemanusiaan, dakwah dan ekonomi. Sehingga terdapat
peningkatan kualitas pelaksanaan program yang akan dilaksanakan di kemudian
hari.
Kata kunci: sosial kemanusiaan, pendidikan, kesehatan, religiusitas, ekonomi,
Zakat Community Development.
iii
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum wa rahmatullahi wa barakatuh
Segala puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan
rahmat dan karunianya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan
baik. Sholawat serta salam semoga selalu tercurahkan kepada junjungan kita Nabi
besar Muhammad SAW yang telah menuntun kita dari jaman jahiliyyah tanpa
ilmu menuju jaman yang terang benderang penuh dengan ilmu seperti saat ini.
Alhamdulillah dengan usaha, doa dan tawakkal penulis akhirnya dapat
menyelesaikan skripsi ini dengan judul “Pengaruh Variabel Sosial Kemanusiaan,
Kesehatan, Pendidikan, Dan Religiusitas Terhadap Ekonomi Mustahik (Studi
Kasus: Zakat Community Development Di Desa Kaduagung Tengah Kabupaten
Lebak)” sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan Program Sarjana (S1)
untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi (SE) dari Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Selama peneliti berproses untuk menyelesaikan penelitian ini, penulis
menyadari bahwa banyak pihak-pihak yang telah memberikan doa dan dukungan
kepada penulis untuk terus berusaha dalam menyelesaikan penelitian ini. Maka
dari itu penulis ingin memberikan ucapan terimakasih untuk pihak-pihak yang
telah membantu dalam penulisan skripsi ini, terutama kepada :
1. Terimakasih kepada Allah SWT yang telah memberikan saya beribu-ribu
nikmat, salah satu diantaranya yaitu nikmat dapat kuliah di Universitas
Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, nikmat dapat menjalani proses
pembelajaran hingga menyelesaikan tugas akhir ini serta segala nikmat
lainnya yang harus kita syukuri. Tanpa ridho dan pertolongan-Nya, penulis
sangat tidak mungkin dapat menyelesaikan skripsi ini.
2. Kedua, teruntuk orangtua saya serta saudara-saudari saya. Terimakasih
aku ucapkan untuk Bapak dan Ibu yang telah sabar dan ikhlas mendidikku
hingga saat ini. Terimakasih atas segala doa serta dukungan baik berupa
iv
moril maupun materil yang telah diberikan dengan tulus sehingga aku
dapat menjalankan proses belajar hingga saat ini.
3. Bapak Dr. Arief Mufraini selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan banyak ilmu dan
pengetahuan baru yang menarik kepada mahasiswanya. Semoga dapat
membawa FEB menjadi fakultas yang lebih baik lagi.
4. Bapak Yoghi Citra Pratama, M.Si selaku ketua Jurusan Ekonomi Syariah
dan Ibu RR. Tini Anggaraini, M.Si selaku Sekretaris Jurusan Ekonomi
Syariah yang telah membantu dan memberikan banyak ilmu yang
bermanfaat selama masa perkuliahan.
5. Bapak Dr. Ir. H. Roikhan MA. MM. HAH. SLM sebagai penemu teori H
bahwa petunjuk jalan lurus manusia ke Allah dengan ibadah dan paramater
H=a+h+S+L+M dalam dynivity serta dosen pembimbing skripsi yang
telah meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan serta arahan dan
memotivasi penulis agar skripsi ini bisa terselesaikan dengan baik.
6. Terimakasih untuk seluruh jajaran dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis
yang tidak bisa saya sebutkan satu persatu, terimakasih telah mengajari
saya dan memberikan ilmu sehingga sangat membantu saya dalam
memahami materi kuliah.
7. Sahabat-sahabat seperjuangan saya di Ekonomi Syariah baik kelas A
maupun kelas B serta teman seperjuangan kelas moneter saya.
8. Sahabat saya, Ida dan Dita. Saya memang tidak bisa membalasnya
sekarang, namun saya akan balas di masa yang akan datang. Semoga Allah
SWT membalas semua jasa kalian.
9. Sahabat-sahabat saya di Kopma, terutama Niken Pratiwi yang telah
banyak membantu dalam menginput data-data penelitian. Serta sahabat
Kopma Charity, Angel, Receh, Bangcat, Kuntet, dan Lesban yang telah
menghibur keseharian saya selama berada di Kopma.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kata sempurna
dikarenakan terbatasnya pengetahuan dan kemampuan yang dimiliki penulis,
v
maka dari itu penulis mengharapkan segala bentuk kritik dan saran yang
membangun dari berbagai pihak.
Wassalamualaikum wa rahmatullahi wa barakaatuh.
Jakarta, 23 Maret 2018
Hamadah Azzam
NIM. 1113086000019
vi
DAFTAR ISI
COVER
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
ABSTRACT ............................................................................................ i
ABSTRAK .............................................................................................. ii
KATA PENGANTAR ............................................................................. iii
DAFTAR ISI ........................................................................................... vi
DAFTAR TABEL ................................................................................... ix
DAFTAR GAMBAR ............................................................................... x
DAFTAR LAMPIRAN............................................................................ xi
BAB I PENDAHULUAN ........................................................................ 1
A. Latar Belakang ........................................................................ 1
B. Rumusan Masalah ................................................................... 10
C. Tujuan Penelitian ..................................................................... 11
D. Manfaat Penelitian ................................................................... 11
BAB II TINJAUAN PUSTAKA .............................................................. 13
A. Landasan Teori ....................................................................... 13
1. Filosofi Ekonomi Islam ........................................................ 13
2. Pemberdayaan Masyarakat ................................................... 19
3. Zakat .................................................................................... 33
vii
4. Kemiskinan .......................................................................... 44
5. Sosial kemanusiaan .............................................................. 48
6. Pendidikan ........................................................................... 52
7. Kesehatan ............................................................................ 56
8. Religiusitas .......................................................................... 58
B. Keterkaitan Antar Variabel ..................................................... 62
C. Penelitian Terdahulu ............................................................... 69
D. Kerangka Penelitian ................................................................ 74
E. Hipotesis ................................................................................. 75
BAB III TINJAUAN PUSTAKA .............................................................. 76
A. Ruang Lingkup Penelitian ....................................................... 76
B. Teknik Penentuan Sampel ....................................................... 77
C. Teknik Pengumpulan Data ...................................................... 78
D. Metode Analisis Data ............................................................. 79
E. Operasional Variabel Penelitian .............................................. 84
BAB IV TINJAUAN PUSTAKA .............................................................. 89
A. Gambaran Umum Objek Penelitian ......................................... 89
B. Hasil Analisis Dan Pembahasan Penelitian .............................. 104
C. Uji Hipotesis ........................................................................... 118
BAB V PENUTUP ................................................................................... 150
A. Kesimpulan ............................................................................ 150
B. Saran ...................................................................................... 151
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................. 153
viii
LAMPIRAN-LAMPIRAN ..................................................................... 158
ix
DAFTAR TABEL
1.1. Jumlah Penduduk Miskin Indonesia Di Wilayah Perkotaan ....................... 2
1.2. Jumlah Penduduk Miskin Indonesia Di Wilayah Perkotaan ....................... 2
1.3. Penerima Manfaat ZCD Tahun 2016 ......................................................... 5
1.4. Kemiskinan Provinsi Banten ..................................................................... 7
2.1. Perbedaan Pandangan Dalam Pemberdayaan ............................................. 20
3.1. Tabel Operasional Variabel ....................................................................... 85
4.3. Hasil Uji Desktriptif Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ..................... 105
4.4. Hasil Uji Desktriptif Responden Berdasarkan Rentan Usia ........................ 106
4.5. Hasil Uji Desktriptif Responden Berdasarkan Pendidikan ......................... 107
4.6. Hasil Uji Desktriptif Responden Berdasarkan Pekerjaan ............................ 108
4.7. Hasil Uji Desktriptif Responden Berdasarkan Pendapatan ......................... 109
4.8. Hasil Uji Desktriptif Responden Berdasarkan Status Perkawinan .............. 110
4.9. Hasil Uji Validitas ..................................................................................... 111
4.10. Hasil Uji Realibilitas ............................................................................... 114
4.13. Hasil Uji Autokorelitas ............................................................................. 117
4.14. Hasil Uji Multikolinearitas ....................................................................... 117
4.15. Hasil Uji Koefisien Determinasi ............................................................... 119
4.16. Hasil Uji Statistik F .................................................................................. 120
4.17. Hasil Uji Statistik T .................................................................................. 121
x
DAFTAR GAMBAR
2.2. Kerangka Penelitian ............................................................................... 74
4.1. Peta Kecamatan Cibadak ......................................................................... 92
4.2. Jumlah Penduduk Desa............................................................................ 94
4.11. Hasil Uji Normalitas .............................................................................. 114
4.12. Hasil Uji Heterokedastisitas.................................................................... 116
xi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1: Data Diolah .................................................................................. 158
Lampiran 2: Kuesioner...................................................................................... 167
Lampiran 3: Data Mustahik ............................................................................... 174
Lampiran 4: Wawancara ................................................................................... 179
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Perkembangan ekonomi Indonesia sedang mengalami kenaikan
beberapa tahun terakhir, tercatat bahwa PDB tahun 2016 mengalami kenaikan
sebesar 5.02% dari tahun sebelumnya sebesar 4.9%. sehingga Bank Dunia
memproyeksikan bahwa pertumbuhan ekonomi Indonesia pada tahun 2017
akan bertambah menjadi sebesar 5.2%, yang dimana salah satu faktor
pendorong utamanya ialah harga komoditas yang tinggi serta pertumbuhan
ekonomi yang kuat.
Namun, pertumbuhan ekonomi yang relatif tinggi tidak menjadikan
masalah kemiskinan yang masih menjadi tugas negara dapat terselesaikan.
Menurut Badan Pusat Statistik (BPS) penduduk miskin adalah penduduk yang
memiliki rata-rata pengeluaran perkapita perbulan dibawah Rp. 387.160, lebih
lanjutnya dijelaskan bahwa garis kemiskinan adalah hasil dari penjumlahan
garis kemiskinan makanan (GKM) dan garis kemiskinan non-makanan
(GKNM). Dapat ditunjukkan dari tabel berikut yang menyatakan bahwa
jumlah masyarakat Indonesia yang berada di bawah garis kemiskinan di
wilayah perkotaan dan pedesaan mengalami kenaikan.
2
Tabel 1.1.
Jumlah Penduduk Miskin Indonesia Di Wilayah Perkotaan
Jumlah Penduduk Miskin Indonesia Di Wilayah Perkotaan
(Ribu Jiwa)
2013 2014 2015 2016 2017
INDONESIA
10.634.47
10.356.69
10.652.64
10.485.64
10.272.55
Sumber: Data BPS 2018
Tabel 1.2.
Jumlah Penduduk Miskin Indonesia Di Wilayah Pedesaan
Jumlah Penduduk Miskin Indonesia Di Wilayah Perkotaan
(Ribu Jiwa)
2013 2014 2015 2016 2017
INDONESIA
17.741.05
17.371.09
17.893.71
17.278.68
16.310.44
Sumber: Data BPS 2018
Dari data tabel di atas, pertumbuhan ekonomi harus memiliki beberapa
faktor pendukung agar cenderung naik serta dapat mempertahankan kondisi
perekonomian sebelumnya dan mengurangi resiko kenaikan tingkat
3
kemiskinan. Tenaga kerja merupakan faktor tradisional pertumbuhan
ekonomi, faktor ini merupakan salah satu yang dipertimbangkan sebagai
faktor penting dalam produksi dan pertumbuhan ekonomi. Ukuran terhadap
tenaga kerja pada suatu perekonomian biasanya didasarkan pada tingkat
angkatan kerja (labour force) atau tingkat pekerja yang diserap lapangan kerja
(employed) ( Suyanto dan Widiana, 2007).
Pendapat tersebut menyatakan bahwa tenaga kerja yang terdiri dari
para masyarakat dapat membuat perubahan yang besar bagi perekonomian,
namun diperlukan adanya pelatihan khusus bagi para tenaga kerja agar dapat
mencapai kualifikasi tertentu serta menjadi produktif dan dapat tergabung ke
dalam angkatan kerja. Sedangkan penduduk bukan angkatan kerja yang
jumlahnya cukup besar cenderung dapat membawa dampak negatif terhadap
pertumbuhan ekonomi (Ma’ruf dan Wihastuti, 2008). Sehingga dalam upaya
mencegah pertumbuhan masyarakat kurang produktif, diperlukan adanya
pemberdayaan masyarakat yang mengacu pada kemandirian serta keahlian
masyarakat tersebut. khususnya di daerah pedesaan yang selama ini jauh dari
kehidupan perkotaan sehingga dapat menjadikan masyarakat desa cenderung
tertinggal.
Pemberdayaan masyarakat desa menurut UU Desa No.6 Tahun 2014
ialah upaya mengembangkan kemandirian dan kesejahteraan masyarakat
dengan meningkatkan pengetahuan, sikap, keterampilan, perilaku,
kemampuan, kesadaran, serta memanfaatkan sumber daya melalui penetapan
kebijakan, program, kegiatan, dan pendampingan yang sesuai dengan esensi
4
masalah dan prioritas kebutuhan masyarakat desa. Dari pengertian tersebut,
secara umum dapat digambarkan oleh beberapa indikator kesuksesan suatu
pemberdayaan masyarakat di suatu desa tertentu.
Fungsi pemberdayaan masyarakat desa ialah mengentaskan
kemiskinan, sehingga masyarakat desa dapat menikmati hasil kekayaan
alamnya secara adil dan merata. Salah satu kebutuhan yang sangat diperlukan
bagi masyarakat miskin salah satunya dengan cara menggerakkan serta
menghidupkan kembali usaha mereka dengan cara penyediaan modal bagi
mereka (Anwar, 2017). Pendapat tersebut sejalan dengan UU diatas, sehingga
pemberdayaan masyarakat yang ada dituntut agar lebih memiliki program
yang bervariasi agar masyarakat mampu memenuhi kualifikasi/indikator
kesuksesan yang telah ditentukan.
Islam memandang pemberdayaan masyarakat menjadi suatu hal yang
perlu diperhatikan. Upaya pengerahan sumber daya untuk mengembangkan
potensi ekonomi umat/masyarakat akan meningkatkan produktivitas. Dengan
demikian masyarakat dengan lingkungannya mampu secara partisipasif
menghasilkan dan menumbuhkan nilai tambah yang meningkatkan
kemakmuran dan kesejahteraan mereka. Masyarakat miskin atau yang belum
termanfaatkan secara penuh potensinya akan meningkat bukan hanya secara
ekonomi, tetapi juga harkat, martabat, rasa percaya diri, dan harga diri
(Jaelani, 2014).
Hal ini sejalan dengan pendapat Umar Chapra (2000) yang
menjelaskan bahwa memaksimumkan output total semata-mata tidak menjadi
5
tujuan dari sebuah masyarakat muslim. Memaksimumkan output, harus
dibarengi dengan menjamin usaha-usaha yang ditujukkan kepada kesehatan
rohani yang terletak pada batin manusia, keadilan, serta permainan yang fair
pada semua peringkat interaksi manusia. Untuk memenuhi tujuan itulah
banyak dari lembaga-lembaga islam yang melakukan kegiatan pembedayaan
masyarakat. Salah satunya ialah pemberdayaan masyarakat yang dikelola oleh
Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS) bernama Zakat Community
Development (ZCD).
ZCD yang dikelola oleh BAZNAS berasal dari inisiatif BAZNAS
dalam membantu masyarakat yang kurang mampu agar dapat memenuhi
kehidupannya berdasarkan caturdaya masyarakat1. Biaya untuk pendanaan
ZCD didapatkan dari perhimpunan zakat masyarakat yang terkumpul. Hingga
saat ini terdapat setidaknya 72 desa binaan yang terdiri dari 10.797 kepala
keluarga dengan jumlah total sebesar 40.348 jiwa telah menerima manfaat
program ZCD dari BAZNAS di akhir tahun 2016.
Tabel 1.3.
Penerima Manfaat ZCD Tahun 2016
No
Provinsi
Kabupaten
Kecamatan
Desa
Jumlah Penerima
Manfaat
KK Jiwa
1. Sumatera Barat 5 5 8 928 2.930
2. Sumatera 2 2 2 1.445 3.650
1 Pusat BAZNAS.go.id.
6
Selatan
3. Banten 3 9 23 1.427 5.712
4. Jawa Barat 3 3 3 879 3.642
5. Kalimantan
Timur
7 11 13 2.326 9.290
6. Kalimantan
Barat
6 6 6 783 3.131
7. Sumatera Utara 1 1 4 266 1.097
8. Sulawesi
Tengah
3 7 7 1.666 6.714
9. Sulawesi
Selatan
1 1 1 158 510
10. Jambi 1 1 1 50 200
11. Kalimantan
Utara
2 2 2 600 2.400
12. Nusa Tenggara
Timur
1 1 1 19 82
13. Papua Barat 1 1 1 250 1.000
Total 36 50 72 10.797 40.348
Sumber: BAZNAS Pusat, 2016
Target pemberdayaan masyarakat/ZCD yang dikelola oleh BAZNAS
ditentukan dengan cara mengukur indikator yang berasal dari Indeks Desa
Zakat (IDZ). Indeks Desa Zakat merupakan sebuah alat mekanisme yang
digunakan untuk mengukur (assessment) kondisi sebuah desa sehingga dapat
7
dikatakan layak atau tidak kayak dibantu oleh dana zakat. Adapun IDZ sendiri
juga dapat digunakan sebagai alat monitoring dan evaluasi atas proses
pengelolaan zakat di suatu desa serta melihat perkembangan program yang
sedang berlangsung.
Salah satu wilayah yang menerima manfaat ZCD BAZNAS ialah
Provinsi Banten. Terdapat 2 wilayah yang menjadi fokus ZCD dalam
memberdayakan masyarakatnya, yaitu wilayah Kabupaten Lebak dan
Kabupaten Pandeglang. Berikut data jumlah garis kemiskinan wilayah yang
berada di Provinsi Banten:
Tabel 1.4.
Tabel Kemiskinan Provinsi Banten
Kabupaten/Kota Garis Kemiskinan Menurut Kabupaten/Kota
(rupiah/kapita/bulan)
2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015
Kab Pandeglang 190256 202483 209655 219592 230364 237111 247073
Kab Lebak 174367 185573 197985 205787 214047 219177 228146
Kab Tangerang 241607 258155 290423 311141 335291 351789 372431
Kab Serang 180526 192128 204788 211846 218862 223190 232856
Kota Tangerang 284093 303551 337543 365205 398513 421554 455228
Kota Cilegon 230354 246662 261962 277875 295100 306253 323935
8
Kota Serang 185597 197525 213617 224964 236039 242977 255614
Kota Tangerang
Selatan
- 275643 317887 344681 378303 401696 433967
Provinsi Banten 222292 233214 236521 251161 288733 315819 336483
Sumber: BPS Provinsi Banten, 2018
Jika melihat data di atas, dapat dilihat bahwa semua daerah mengalami
tren kenaikan pada tingkat garis kemiskinan. Namun menurut kepala BPS
provinsi Banten, angka kemiskinan di Provinsi Banten mengalami kenaikan
terutama di Kabupaten Pandeglang dan Lebak. Hal ini disebabkan adanya
inflasi terutama dalam kenaikan harga kebutuhan pokok seperti harga beras
dan harga rokok. Lebih lanjut, Kepala Bidang Statistik Sosial Banten Gandari
Adianti mengungkapkan bahwa penyumbang kemiskinan terbanyak yakni
Kabupaten Lebak dan Pandeglang yang mencapai 9%. Sehingga
pemberdayaan masyarakat yang dilakukan BAZNAS dapat dikatakan sangat
perlu untuk kedua wilayah tersebut.
Salah satu fokus ZCD BAZNAS di Kabupaten Lebak berada di Desa
Kaduagung Tengah, tepatnya di Kampung Pasir Kaloncing. Sudah 4 tahun
progam ZCD dilakukan di kampung tersebut terhitung sejak tahun 2014
hingga akhir tahun 2017. Berdasarkan lamanya waktu tersebut, diperlukan
penilaian tingkat keberhasilan program ZCD yang terdiri dari beberapa faktor
determinan. Sehingga dapat diperoleh hasil yang dapat menjadi pembelajaran
bagi pelaksanaan ZCD kedepannya.
9
Beberapa faktor determinan yang berpengaruh terhadap ekonomi
mustahik ialah pendidikan. Pendidikan merupakan bagian terpenting dari
proses pembangunan nasional, selain itu pendidikan juga merupakan penentu
ekonomi dari suatu negara (Hardianto: 2017). Faktor kedua ialah kesehatan,
dimana kesehatan dapat mempengaruhi pertumbuhan ekonomi melalui
beberapa cara, seperti perbaikan kesehatan seseorang akan menyebabkan
pertambahan dalam partisipasi tenaga kerja. Perbaikan kesehatan seseorang
akan menyebabkan pertambahan dalam partisipasi dalam tingkat pendidikan
yang kemudian menyumbang terhadap pertumbuhan ekonomi, ataupun
perbaikan kesehatan yang menyebabkan bertambahnya penduduk yang akan
membawa tiingkat partisipasi angkatan kerja (Tjiptoherijanto: 1993).
Faktor berikutnya yang mempengaruhi ekonomi ialah sosial
kemanusiaan mustahik, yang dimana hubungan sosial merupakan kunci dari
suatu budaya yang mempengaruhi kinerja ekonomi suatu kelompok (Adji
Partikto: 2012). Dari pendapat tersebut, tingkat hubungan sosial dapat
merubah, membentuk ataupun menyatukan beberapa budaya tergantung
dengan siapa dan apa tujuan dari hubungan sosial tersebut.
Faktor terakhir yang berpengaruh terhadap ekonomi ialah religiusitas,
islam memiliki etika yang mengajarkan kepada umatnya untuk bekerja keras,
tidak malas, berlaku hemat, tidak foya-foya dan tidak menggantungkan
hidupnya semata dari sedekah orang. Islam telah mengajarkan kepada manusia
akan etika serta etos yang harus dipraktikkan dalam menjalankan aktivitas
pekerjaan (Nadjib:2013). Sehingga dengan adanya dorongan motivasi dari
10
pihak tokoh agama dapat menjadikan masyarakat lebih semangat dalam
mencari rezeki.
Dari permasalahan di atas, maka penulis terdorong dalam melakukan
penelitian guna mengukur suatu determinan dari program ZCD dengan judul
“Pengaruh Variabel Sosial Kemanusiaan, Kesehatan, Pendidikan, Dan
Religiusitas Terhadap Ekonomi Mustahik (Studi Kasus: Zakat
Community Development Di Desa Kaduagung Tengah Kabupaten
Lebak)”.
B. Rumusan Masalah
BAZNAS merupakan salah satu badan amil zakat yang menjalankan
program berbasis zakat produktif berupa ZCD (Zakat Community
Development). Guna melihat sejauh mana determinan yang mempengaruhi
keberhasilan ZCD di Desa Kaduagung Tengah di bidang ekonomi mustahik,
sehingga peneliti merumuskan masalah sebagai berikut:
1. Apakah variabel kesehatan sebagai faktor internal memiliki pengaruh
terhadap ekonomi mustahik?
2. Apakah variabel pendidikan sebagai faktor internal memiliki pengaruh
terhadap ekonomi mustahik?
3. Apakah variabel sosial kemanusiaan sebagai faktor eksternal memiliki
pengaruh terhadap ekonomi mustahik?
4. Apakah faktor religiusitas memiliki pengaruh terhadap ekonomi
mustahik?
11
C. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini ialah:
1. Menganalisis adanya pengaruh antara variabel kesehatan sebagai faktor
internal terhadap ekonomi mustahik.
2. Menganalisis adanya pengaruh antara variabel pendidikan sebagai faktor
internal terhadap ekonomi mustahik.
3. Menganalisis adanya pengaruh antara variabel sosial kemanusiaan
sebagai faktor eksternal terhadap ekonomi mustahik.
4. Menganalisis adanya pengaruh antara variabel religiusitas sebagai faktor
reflektivitas terhadap ekonomi mustahik.
5. Menganalisis secara bersama-sama antara variabel kesehatan,
pendidikan, sosial kemanusiaan, dan religiusitas terhadap ekonomi
mustahik.
D. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat dilakukannya penelitian ini ialah :
1. Bagi Kalangan Akademik
a) Menambah referensi serta khazanah ilmu pengetahuan, khususnya di
bidang pendayagunaan dana zakat.
b) Menjadikan sumber tambahan pemikiran dalam bidang keilmuan
ekonomi syariah.
2. Bagi Pihak BAZNAS
a) Sebagai bahan referensi maupun rujukan dalam evaluasi di bidang
program ZCD.
12
b) Sebagai sumber referensi ilmu di bidang zakat produktif.
3. Bagi Kalangan Umum dan Muzakki
a) Sebagai bahan tambahan ilmu di bidang zakat.
b) Menjadikan referensi bagi masyarakat dalam menjalankan kewajiban
berzakat dan membantu sesama muslim.
13
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Landasan Teori
1. Filosofi Ekonomi Islam
a. Filosofi Ekonomi Islam Dalam Pemberdayaan Masyarakat
Makna kata rahmatan lil’alamin di dalam Islam merupakan
bagian integral dari perwujudan sistem kehidupan yang ada pada diri
manusia, di lingkungan sekitar, dan alam semesta yang bermakna
bahwa semua kehidupan berawal dari konsep besar islam. Banyak
pendapat yang mengartikan Islam sebagai “keselamatan maupun
kedamaian”. Meskipun pada akhirnya tujuan akhir dari Islam tersebut
ialah beribadah kepada Allah SWT. Menurut Aziz (2017), kata
“Islam” berasal dari Bahasa Arab yang terdiri dari 3 akar kata yaitu
“sin” yang berarti “akam”, “lam” yang berarti “Allah”, dan mim”
yang berarti “Ibadah”.
Adapun kata ekonomi berasal dari bahasa Yunani yaitu
“oikos” dan “nomos”, yang berarti peraturan hukum dan aturan rumah
tangga. Sehingga jika digabungkan maka kata “Ekonomi Islam”
secara harfiah berari “aturan rumah tangga untuk keselamatan” yang
di dalam filosofinya terdapat 3 (tiga) hal yaitu Ontologi Ekonomi
Islam, Epistimologi Ekonomi Islam, serta Aksologi Ekonomi Islam
(Aziz, 2009).
14
Latar belakang keilmuan Ekonomi Islam disebut sebagai
Ontologi Ekonomi islam yaitu berupa alasan mendasar adanya
Ekonomi Islam. Sesuai dengan sistem kehidupan yang ada ada diri
manusia, keluarga, lingkungan , dan alam semseta maka elemen dasar
penciptaan terdiri dari 3 unsur yaitu manusia, Allah, dan ibadah.
Kemudian perpaduan 3 hal ini membentuk alasan besar penciptaan
yaitu Islam, sehingga ontology dari Ekonomi Islam ialah Islam itu
sendiri.
Ekonomi Islam merupakan konsep besar sebagai suatu sistem
yang menyeluruh. Kemudian Islam yang menyeluruh inilah menjadi
epistemology dari keilmuan Ekonomi Islam yang sedang berkembang
yaitu kafah. Ekonomi Islam yang kafah muncul sebagai konsep dasar
ekonomi dengan batasan Islam sebagai suatu sistem. Allah SWT
bersabda yang berarti:“wahai orang-orang beriman masuklah kalian ke
dalam islam secara kafah (Al-Baqarah, 2: 208)”
Artian ayat diatas menjelaskan bahwa tujuan dari Ekonomi
Islam dapat dijalankan oleh porang-orang yang beriman dan dilakukan
secara sistematis dan menyeluruh atau kafah yang berarti dimulai dari
Islam sebagai kerangka dasar kehidupan yang di dalamnya
mengandung makna bahwa manusia diciptakan Allah untuk ibadah.
Kemudian dikembangkan ke berbagai aspek termasuk ekonomi (Aziz,
2010).
15
Dengan demikian, konsep kafah di dalam Ekonomi Islam
maupun agama Islam sendiri haruslah dilaksanakan pada setiap
aspek kehidupan, karena setiap hal yang dilakukan haruslah
berdasarkan pada ibadah kepada Allah SWT, demikian juga
dengan pelaksanaan program pemberdayaan masyarakat.
Pemberdayaan masyarakat yang dijalankan harus memiliki
Kaffah Thinking, yaitu berikir holistic dengan pendekatan akar kata
islam yang berupa makna sinlamim (Roikhan, 2009). Berfikir
kaffah berarti bahwa sebuah sitem yang menyeluruh pastilah
bernilai islam, sehingga sebuah sistem yang kaffah akan terdiri dari
tiga bagian utama, yaitu Tuhan, Alam, dan Ibadah. Tiga variabel
tersebut bermetamorfosis sesuai dengan parameter yang sedang
diteliti. Variabel utama ini disebut sebagai super variabel yang
terdiri dari variabel s,I,m yang merupakan akar kata dari islam itu
sendiri (Mochamad, 2016). Adapun variabel tersebut ialah:
1) God (Tuhan)
Allah merupakan pencipta alam semesta, semua kekayaan,
hak milik dan sumber-sumber pemasukan merupakan kepunyaan
Allah. Allah mengatur semua hal sesuai dengan cara yang
dihendakinya. Allah menegaskan bahwa diantara kaum muslimin
dilarang saling memakan harta sesama muslimin degan jalan yang
batil kecuali dengan jalan perniagaan.
16
Batil yang dimaksud disini adalah yang tidak sesuai dengan
prinsip-prinsip syariah seperti riba, maisyir, gharar. Begitu juga
dengan implementasi pemberdayaan masyarakat, masyarakat
sebagai aktor utama diharapkan tidak melanggar perintah dasar
keagamaan yang dapat merugikan orang lain serta diri sendiri.
Pemberdayaan masyarakat harus bersifat menyeluruh dan
jelas larangannya sehingga masyarakat memiliki wawasan dini
tentang hal yang dilarang selama program pemberdayaan
masyarakat berlangsung. Dalam pengembangan pemberdayaan
masyarakat disini memasukkan unsur tauhid yang diparameterkan
dengan variabel L atau Lam yang berarti Lillah atau ke Allah,
bahwa pencipta tunggal dari kehidupan ini serta segala sesuatu di
muka bumi ini hanyalah milik Allah SWT. Adapun di dalam
penelitian ini variabel Tuhan merupakan faktor eksternal yang
terdiri dari variabel kesehatan dan pendidikan.
2) Human (manusia)
Kehidupan yang lebih baik bagi manusia dan alam, bentuk
kehidupan yang berpandu pada ketentuan-ketentuan pencipta yaitu
keberangkatan dari kepercayaan akan adanya pencipta sebagai
sebab keterciptaanya sesuatu yang ada di dunia. Tuhan
semestaalam dan menempatkan diri sebagai pelayan tuhan
maksudnya hidup karena mencari keridhaan Allah dan tidak lagi
17
hidup untuk kepentingan sendiri, karena hanya dengan demikian
pemeluh Islam dianggap kaffah dalam beragama.
Sementara itu manusia sebaga khalifah Allah tidak
memiliki apapun, hak manusia terbatas pada hak pemanfaatan dan
pengurusan sesuai dengan ketentuan yang telah digariskan Allah
(Rozalinda, 2014). Makna khalifah manusia pada umumnya yang
diindikasikan sebagai wakil Allah di bumi dalam menjalankan
amanah dan menegakkan hukum-hukum Allah secara kolektif
(Rahim, 2012). Masyarakat yang tergabung dalam program
masyarakat diwajibkan untuk memberikan keuntungan satu sama
lain dan tidak merugikan.
Sehingga program pemberdayaan menjadi suatu program
berkelanjutan yang dapat memberikan manfaat pada semua orang.
Seperti kaitannya dengan pemberdayaan masyarakat dengna
memasukan unsur kemanusiaan yang diparameterkan sebagai
variabel S atau sin. Adapun dalam penelitian ini, variabel manusia
merupakan variabel internal yang merupakan variabel sosial
kemanusiaan.
3) Pray (Ibadah)
Ibadah merupakan umpan balik dimana ibadah kita akan
dikembalikan lagi kepada Allah SWT yang telah memberikan
kemaslahatan atau manfaat kepada manusia. Tidak hanya
diarahkan untuk dunia dan akhirat saja melainkan berkaitan dengan
18
kepentingan perorangan dan kepentingan umum serta
keseimbangan hak dan kewajiban (Rozalinda, 2014).
Dalam program pemberdayaan masyarakat haruslah
memiliki unsur ibadah, dimana selain berfungsi dalam membantu
para mustahik lepas dari belenggu kemiskinan harta, namun juga
melepas belenggu kemiskinan spiritual mustahik sehingga tercipta
kembali mustahik yang cukup akan materi dan kaya akan spiritual.
Faktor ibadah merupakan dimensi ketiga berupa parameter M atau
mim sebagai feedback dari tuhan dan manusia sebagai
penyeimbang berupa nilai ibadah atau imbal hasil yang dicapai.
Dengan peluang yang akan dihasilkan dari sistem ekonomi yang
terjadi. Adapun dalam penelitian ini, variabel ibadah merupakan
faktor refleksivitas yang berupa variabel religiusitas.
Landasan teori yang mengandung 3 aspek internal, eksternal,
dan refleksivitas dideskripsikan dalam Teori H menurut Roikhan (2015)
adalah:
1) Secara sempit teori H diartikan sebagai teori pola dasar tiga dominan
dengan konteks tertentu dalam lima dimensi susunan invarian.
2) Secara luas untuk penggunaan paling umum, Teori H dapat diartikan
sebagai teori konsep dasar pola penciptaan dengan hubungan
tertentu. H berasal dari rumus Hahslm, qur’an surat Al-hijr, juga
singkatan dari huda atau hidup.sedangkan makna teori H antara lain:
19
a) Sebuah himpunan utuh/ sistem menyeluruh/ bagian terintegrasi
akan terdiri dari 3 unsur utama yaitu primer
(pencipta/internediari), sekunder (ciptaan/penerima), tersier
(ibadah/pemancar) yang bisa bermuatan positif atau negatif.
b) Tiga unsur tersebut akan memenuhi pernyataan bahwa sekunder
di bawah primer akan melakukan tertier. (Manusia diciptakan
Tuhan untuk ibadah).
2. Pemberdayaan Masyarakat
a. Definisi Pemberdayaan Masyarakat
Menurut KBBI, pemberdayaan berasal dari kata daya yang
berarti kemampuan melakukan sesuatu atau kemampuan bertindak.
Sedangkan pemberdayaan itu sendiri berarti suatu proses maupun cara
yang digunakan untuk melakukan sesuatu tersebut. sehingga dapat
diartikan bahwa pemberdayaan masyarakat ialah suatu proses tindakan
yang ditunjukan kepada masyarakat dalam melakukan sesuatu sesuai
dengan tujuan yang telah ditentukan sebelumnya.
Menurut Blanchard (2001) mendefinisikan bahwa
pemberdayaan sebagai upaya untuk menguraikan belenggu yang
membelit masyarakat terutama yang berkaitan dengna pengetahuan,
pengalaman, dan motivasi. Sedangkan secara garis besar, berbagai
pandangan dan definisi mengenai pemberdayaan dapat dikelompokkkan
kedalam dua aliran (Sri Widayanti, 2012).
20
Pertama, ialah pandangan yang berkembang dikalangan para
aktivis sosial pada tahun 1970an, yang pada waktu tersebut sebagian
besar menganut kerangka kerja developmentalis.
Kedua, ialah pandangan anti-developmentalisme yang
mulai berkembang pada tahun 1980an, yang mempertanyakan
gagasa dasar dari diskursus pembangunan. Secara umum dapat
dilihat perbedaan pandang mengenai definisi pemberdayaan
masyarakat yang diusung oleh kelompok pendukung
Developmentalisme dan kelompok pendukung Anti-
Developmentalis.
Tabel 2.1.
Perbedaan Pandangan Dalam Pemberdayaan
Konsep
Pemberdayaan
Developmentalisme Anti-Developmentalisme
Definisi 1. Dekonsentrasi
kekuatan.
2. Kesadaran politis.
3. Memperbesar
akses terhadap
proses dan hasil-
hasil pembangunan
(partisipasi).
1. Upaya pembebasan
dari determinisme
dan kekuasaan
absolut (liberasi).
21
Sasaran 1. Merubah korban
(victim) menjadi
pelaku (actor)
pembangunan.
2. Meningkatkan
partisipasi
masyarakat.
1. Menciptakan sistem
dan struktur politik.
2. Ekonomi dan budaya
yang lebih adil.
Strategi 1. People Centered
Development.
2. Communit Based
Development.
3. Community Driven
Development.
1. Conscientization.
2. Popular Education.
Program 1. Inpres Desa
Tertinggal (IDT).
2. Bantuan Langsung
Tunai (BLT).
1. Pendidikan
penyadaran.
2. Menciptakan sistem
ekonomi alternatif.
22
3. Program
kemitraan.
4. Jaringan Pengaman
Sosial (JPS), dll
3. Serikat buruh, dll.
Indikator 1. Kemandirian.
2. Partisipasi.
1. Terbangunnya
kesadaran kritis.
2. Terciptanya struktur
politik tanpa represi.
3. Ekonomi tanpa
eksploitasi dan
budaya tanpa
hegemoni.
Sumber: Jurnal Ilmu Kesejahteraan Sosial, Vol. 1, No.1
Pemberdayaan merupakan proses rekonstruksi hubungan
antara subyek dan obyek. Proses ini mensyaratkan adanya
pengakuan subyek atas kemampuan atau power yang dimiliki
obyek. Secara garis besar, proses ini melihat pentingnya flow of
power (transfer kekuasaan) dari subyek ke obyek. Pemberian
kekuasaan, kebebasan dan pengakuan dari subyek ke obyek dengan
23
memberinya kesempatan untuk meningkatkan hidupnya dengan
memakai sumber daya tersebut. pada akhirnya, kemampuan
individu miskin untuk dapat mewujudkan harapannya dengan
pemberian pengakuan oleh subyek merupakan bukti bahwa
individu tersebut memiliki kekuasaan/daya.
Dengan kata lain, mengalirnya daya ini dapat terwujud
suatu upaya aktualisasi diri dari obyek untuk meningkatkan
hidupnya dengan memakai daya yang ada padanya serta dibantu
juga dengan daya yang dimiliki subyek. Dalam pengertian yang
lebih luas, hasil akhir dari proses pemberdayaan adalah beralihnya
fungsi individu yan semula obyek menjadi subyek (yang baru),
sehingga relasi sosial yang ada nantunya hanya akan ditandai
dengna relasi antar subyek (lama) dengan subyek (baru) yang lain
atau proses pemberdayaan adalah mengubah pola relasi lama
subyek-obyek menjadi relasi subyek-subyek (Syaiful Bahri, 2005).
Upaya pemberdayaan dapat juga dilakukan melalui 3 (tiga)
jurusan (Kartasasmita, 1995) yaitu:
1) Menciptakan iklim yang memungkinkan potensi masyarakat
berkembang. Titik toalknya adalah pengenalan bahwa setiap
manusia dan masyarakat memiliki potensi (daya) yang dapat
dikembangkan. Pemberdayaan adalah upaya untuk membangun
daya itu dengan mendorong, emberikan motivasi, dan
24
membangkitkan kesadaran akan potensi yang dimilikinya serta
berupaya untuk mengembangkan.
2) Memperkuat potensi atau daya yang dimiliki masyarakat
(empowering). Dalam rangka ini diperlukan langkah-langkah yang
lebih positif dan nyata, penyediaan berbagai masukan (input), serta
pembukaan akses ke berbagai peluang yang akan membuat
masyarakat menjadi makin berdaya dalam memanfaatkan peluang.
3) Memberdayakan mengandung arti melindungi. Dalam proses
pemberdayaan harus dicegah yang lemah menjadi semakin lemah,
dan menciptakan kebersamaan serta kemitraan antara yang sudah
maju dan yang belum maju/berkembang. Secara khusus perhatian
harus diberikan dengan keberpihakan melalui pembangunan
ekonomi rakyat, yaitu ekonomi usaha kecil termasuk koperasi, agar
tidak makin tertinggal jauh, melainkan justru dapat memanfaatkan
momentum globalisasi bagi pertumbuhannya.
b. Ukuran Kesejahteraan Masyarakat Desa
Menurut Kementrian Dalam Negeri Indoonesia, di tahun 2015
tercatat 74.754 desa di Indonsia. Bahkan jumlah ini naik dari tahun
sebelumnya yaitu sebanyak 74.093. pertumbuhan jumlah desa ini
diakibatkan dari pertumbuhan penduduk Indonesia yang tinggi, dan
ditunjang dengan luas wilayah yang sangat besar sehingga membuat
Indonesia semenjak berdiri memang berasal dari pedesaan. Pemerintah
dalam hal ini menyadari betul bahwa desa harus dibangun dan
25
diberdayakan, atas dasar ini pemerintah mengeluarkan Undang-Undang
No. 6 Tahun 2014 tentang Desa. Dalam undang-undang ini diatur
segala peraturan mengenai desa, dan juga mengesahkan desa untuk
mendapatkan anggaran dari pemerintah atau yang bisa disebut dengan
Dana Desa. UU ini juga mengatur kewenangan desa sehingga warga
desa bisa memanfaatkan sumber daya di desa dengan seluas-luasnya
tetapi tetap dalam koridor aturan yang berlaku dan diatur di dalam
Undang-Undang.
Akan tetapi, dalam membangun dan memberdayakan desa tentu
diperlukan adanya suatu pengukuran standar sebagai acuan bagi
stakeholder seperti pemerintah guna perencanaan pengembangan desa
dengan tepat. Hal ini juga penting bagi lemabaga zakat dalam
menyalurkan dana zakat untuk desa agar perencanaan program zakat
lebih presisi sesuai dengan sumber daya yang dimiliki desa. Baik
sumber daya alam maupun manusia. Terlebih, indeks ini dapat menjadi
bahan evaluasi program pemberdayaan atau pengembangan yang
dilakukan di desa. Oleh karena itu, indeks ini dapat mencakup dimensi
serta variabel yang tepat untuk mengukur perkembangan desa secara
komprehensif.
The Organisation for Economic Co-operation and Development
(OECD), organisasi ekonomi yang terdiri dari 35 negara anggota,
mengukur perkembangan desa pada 4 elemen utama. Yaitu :
26
1) Populasi dan migrasi : kepadatan penduduk, perubahan lahan yang
digunakan, struktur, rumah tangga, dan komunitas.
2) Kesejahteraan sosial dan keadilan: pendapatan, rumah, pendidikan,
kesehatan, dan keamanan.
3) Struktur ekonomi dan kinerja: tenaga kerja, penyerapan tenaga kerja,
sektor, produktifitas, dan investasi.
4) lingkungan dan keberlanjutan: topografi dan ikliim, perubahan
penggunaaan lahan, habitat dan spesies, tanah dan air, kualitas air.
Bryden (2002) membagi isu perkembangan desa ke dalam 3
bidangn, bidang pertama yaitu kualitas hidup dan kesejahteraan
sosial yang terdiri dari kesehatan, pendidikan, pemerintah lokal,
rumah, keamanan, dan pendapatan. Kemudian bidang selanjutnya
yaitu struktur ekonomi dan kinerja yang mencakupi usaha,
agrikultur, diversifikasi dan produktifitas, infrastruktur,
ketenagakerjaan. Bidang terakhir yaitu demografi yang meliputi
kepadatan penduduk, budaya, migrasi, perubahan struktur.
Huggins (2004) membuat European Competitiveness Index
yang terdiri dari 5 variabel, yaitu kreatifitas, kinerja ekonomi,
infrastruktur dan aksesibilitas, tingkat pengetahuan tenaga kerja,
dan pendidikan. Indeks ini dapat digunakan untuk mengukur
tingkat daya saing daerah yang tergabung dengan eropa. Menurut
Huggins dan Davies, mengidentifikasi, memahami, dan mengukur
27
daya saing dapat menjadi masukan untuk membuat kebijakan-
kebijakan yang dapat meningkatkan perekonomian daerah.
Kemudian Agarwal, dkk (2009) mengukur perkembangan
desa secara spesifik dari perekonomiannya. Kinerja perekonomian
desa dapat diukur dari faktor produktifitas (SDM) yang meliputi
keahlian, investasi, dan usaha. Kemudian dapat diukur dari faktor
aksesibilitas, dan faktor-faktor lain seperti struktru ekonomi,
infrastruktur pemerintah, jalan, dan ketersediaan lapangan kerja.
Irawati, dkk (2012) dalam penelitiannya mengukur tingkat
daya saing daerah dengan melihat dari 3 variabel yaitu ekonomi
(NIlai tambah, tabungan, kinerja sektoral), SDM (tenaga kerja,
pendidikan, tingkat pengangguran), infrastruktur dan SDA (modal
alamiah, modal fisik) dengan tujuan untuk melihat sejauh mana
daerah-daerah tersebut memiliki kemampuan untuk mengatasi
permasalahan-permasalahan yang ada di daerahnya dan
kemampuan untuk berkembang.
Komisi eropa membuat indikator perkembangan daerah
yang disebut dengan Regional Competitiveness Index (2013)
dengan membagi ke dalam 3 dimensi besar.
1) Grup dasar: institusi, stabilitas makroekonomi, infrastruktur,
kesehatan, dan pendidikan dasar.
2) Grup efisiensi: pendidikan tinggi, efisiensi tenaga kerja, ukuran
pasar.
28
3) Grup inovasi: kesiapan teknologi, bisnis yang terkini, dan inovasi.
Studi yang dilakukan oleh Abdullah (2002)
mengungkapkan bahwa indikator dalam mengukur daya saing
daerah dapat dilihat dari 9 indikator yaitu perekonomian daerah,
keterbukaan, sistem keuangan, ilmu pengetahuan dan teknologi,
infrastruktur dan sumber daya alam, manajemen dan ekonomi
makro, sumber daya manusia, kelembagaan, governance dan
kebijakan pemerintah. Sementara itu, indikator ekonomi makro
adalah indikator yang saling berhubungan dengan indikator-
indikator lainnya sehingga pada implementasinya memerlukan
pengelolaan yag terintegrasi dan berkesinambungan.
Sementara itu pemerintah Indonesia telah mengeluarkan 2
indeks desa. Yaitu Indeks Pembangunan Desa tahun 2014 yang
dibyuat oleh Bappenas dan BPS, kemudia tahun 2015 Kementrian
Desa membuat Indes Desa Membangun. Tentunya dengan adanya
kedua indeks ini dapat memberikan gambaran kondisi
perkembangan desa di Indonesia. akan tetapi, walau kedua indeks
ini mengukur perkembangan desa di Indonesia. akan tetapi, walau
kedua indeks ini mengukur perkembangan desa tetap mereka
mempunyai perbedaan metodologi, dan klasifikasi desa.
Indeks Pembangunan Desa (2014) yang dibuat oleh
Bappenas dan BPS mengukur tingkat perkembangan desa dari 5
dimensi:
29
1) Pelayanan dasar: pendidikan, kesehatan.
2) Kondisi Infrastruktur: sarana, prasarana, pengembangan ekonomi
lokal, dll.
3) Aksesibilitas angkutan umum, jarak daerah, dan waktu tempuh, dll.
4) Pelayanan umum: lingkungan, dan pemberdayaan masyarakat
(mengacu pada data potensi desa BPS).
5) Penyelenggaraan pemerintah: kelengkapan pemerintahan desa,
otonomi desa asset/kekayaan desa, dan kualitas SDM.
Kemudian Indeks Desa Membangun (2015) yang dikeluarkan
oleh Kementrian Desa, mengukur tingkat perkembangan desa dari 3
dimensi:
1) Sosial: kesehatan, pedidikan, modal sosial, dan pemukiman.
2) Ketahanan ekonomi: keragaman produksi masyarakat, tersedia pusat
perdagangan, akses disribusi, akses ke lembaga keuangan, lembaga
ekonomi, keterbukaan wilayah.
3) Ekologi: kualitas lingkungan, potensi/rawan bencana alam.
Kemudian di dalam Indeks Desa Zakat ialah terdapat
indikator religiusitas sebagai tambahan indikator, hal ini karena
tingkat religKemudian di dalam Indeks Desa Zakat ialah terdapat
indikator religiusitas sebagai tambahan indikator, hal ini karena
tingkat religiusitas menjadi pembeda dengan indeks perkembangan
desa yang telah ada sebelumnya.
30
Penelitian terdahulu yang pernah dibuat salah satunya adalah
El Menoauar dan Stiftung (2014) dalam mengukur tingkat
religiusitas muslim di Jerman menggunakan multidimensional model
Glock. Dimensi Glock terbagi ke dalam 5 dimensi yaitu keyakinan
dan ketaatan, ritual, pengalaman spritual, pengetahuan agam, dan
konsekuensi agama.
Beik dan Arsiyanti (2014) dalam risetnya mengeluarkan
Indeks CIBEST yang berfungsi untuk mengukur tingkat kemiskinan
materian dan spiritual mustahik. Dari aspek spiritual yang dilihat
dari 3 dimensi yaitu ibadah, keluarga, dan kebijakan pemerintah.
Pada dimnesi ibadah, terdapat variabel solat dan puasa yang masing-
masing mempunyai indikator penilaian. Aspek spiritual ini berperan
penting untuk mengukur tingkat spiritualitas yang mana jika secara
materi mustahik sudah diatas garis kemiskinan tetapi tingkat spritiual
dibawah standar maka akan dianggap miskin spiritual.
c. Hubungan Pemberdayaan Masyarakat Terhadap Pertumbuhan
Ekonomi
Tujuan pemberdayaan masyarakat dapat dilihat dari kebijakan
pemerintah tentang pemberdayaan masyarakat di dalam UU. Nomor
25 Tahun 2000 tentang Program Pembangunan Nasional
(PROPENAS) Tahun 2000 – 2004 dan Program Pembangunan Daerah
(BAPPEDA), yang menyatakan bahwa tujuan pemberdayaan
masyarakat adalah meningkatkan keberdayaan masyarakat melalui
31
penguatan lembaga dan organisasi masyarakat setempat,
penanggulangan kemiskinan dan perlindungan sosial masyarakat,
peningkatan keswadayaan masyarakat luas guna membantu
masyarakat untuk meningkatkan kehidupan ekonomi, sosial dan
politik.
Sedangkan tujuan Zakat Community Development (ZCD) yang
telah dijalankan oleh BAZNAS di daerah – daerah di Indonesia ialah :
1) Menumbuhkan kesadaran dan kepedulian mustahik/penerima
manfaat tentang kehidupan yang berkualitas.
2) Menumbuhkan partisipasi menuju kemandirian masyarakat.
3) Menumbuhkan jaringan sosial ekonomi kemasyarakatan.
4) Menciptakan program pemberdayaan yang berkelanjutan dalam
mewujudkan kesejahteraan dan kemandirian masyarakat.
Dari 2 sumber diatas, dapat diketahui bahwa beberapa tujuan
masing-masing dari pemberdayaan masyarakat berbeda tergantung
tujuan dari lembaga tersebut, namun tetap memiliki tujuan yang
sama yaitu dalam membangun kesejahteraan masyarakat. proses
pembangunan sendiri mau tidak mau merupakan proses yang
melibatkan perubahan dalam lembaga-lembaga dan perlembagaan
tradisionil sebelumnya, kadang-kadang mengubah fungsinya,
kadang-kadang menghentikan fungsi semulanya sama sekali (Phil
dkk, 1979), sehingga tujuan masing-masing program pemberdayaan
disusun berdasarkan lembaga yang menjalankan program tersebut.
32
Salah satu dari bentuk kesejahteraan masyarakat ialah dengan
peningkatan pendapatan. Hal ini sebagaimana pendapat BPS bahwa
indikator yang digunakan untuk mengetahui tingkat kesejahteraan
seseorang ada 8 (delapan), yaitu: 1. pendapatan, 2. Konsumsi atau
pengeluaran keluarga, 3. Keadaan tempat tinggal, 4. Fasilitas
tempat tinggal, 5. Kesehatan anggota keluarga, 6. Kemudahan
mendapatkan pelayanan kesehatan, 7. Kemudahan memasukkan
anak kejenjang pendidikan, 8. Kemudahan mendapatkan fasilitas
transportasi.
Pemberdayaan masyarakat dapat diarahkan pada enabling
yaitu terciptanya iklim yang mampu mendorong berkembangnya
potensi masyarakat, empowering yaitu potensi yang dimiliki oleh
masyarakat lebih yang diperkuat kembali serta protecting yaitu
potensi masyarakat yang lembah dalam segala hal perlu adanya
perlindungan secara seimbang agar persaingan yang terbentuk
berjalan secara sehat sebagai upaya menjadikan masyarakat memiliki
kemampuan dalam menjalankan usaha sehingga dapat meningkatkan
pendapatan masyarakat (Femy M. G. & Very Y Londa, 2014).
Pemberdayaan usaha kecil menengah sebagai salah satu bukti
upaya pemberdayaan masyarakat dalam meningkatkan pendapatan.
Modal usaha yang diberikan kepada masyarakat mampu
meningkatkan pendapatan usaha kecil, karena tingginya tingkat
pemberian kredit yang ada akan mampu menambah modal kerja dari
33
suatu usaha sehingga berpengaruh pada pendapatan usahanya
(Simorangkir, 2005 dalam Feiby dkk, 2015: 12).
Dengan demikian, pemberdayaan masyarakat yang berjalan
harus dapat menangani tingkat kesulitan pada masyarakat dalam hal
pendapatan. Sehingga pihak penyelenggara dapat menyusun setiap
langkah proses guna membantu para masyarakat mengatasi
masalahnya. Salah satunya dengan cara menguatkan faktor penentu
dominan yang berada di tengah-tengah masyarakat guna
meningkatkan pendapatan mereka.
3. Zakat
a. Pengertian Dan Peran Zakat
Zakat merupakan rukun Islam ketiga yang diwajibkan kepada
seluruh kaum Nabi Muhammad SAW untuk menjalankannya. Kata
zakat merupakan kata dasar dari zaka yang berarti berkah, tumbuh dan
berkembang. Menurut Basri (2001) Secara etimologi, zakat memiliki
beberapa makna yang diantaranya adalah suci. Maksudnya adalah suci
dari dosa dan kemaksiatan. Selain itu, zakat bisa bermakna tumbuh dan
berkah, adapun secara syar’I zkaat adalah sedekah tertentu yang
diwajibkan dalam syariah terhadap harta orang kaya dan diberikan
kepada orang yang berhak menerimanya. Dari segi fikih, zakat berarti
“sejumlah harta tertentu yang diwajibkan oleh Allah SWT untuk
diserahkan kepada orang-orang yang berhak” (Yusuf Qardawi, 2004).
34
Perintah zakat sudah tertulis di dalam Al-Qur’an, sebagaimana
Allah SWT bersabda yang artinya “pungutlah sedekah dari kekayaan
mereka: kau bersihkan dan sucikan mereka dengan zakat itu”(Q.S
9:110).
Nash Al-quran tentang zakat diturunkan dalam dua periode,
yaitu periode Makkah sebanyak 8 ayat, sedangkan periode Madinah
sebanyak 24 ayat. Perintah zakat yang diturunkan pada periode
Makkah, baru merupakan anjuran untuk berbuat baik kepada fakir
miskin dan orang-orang yang membutuhkan bantuan. Sedangkan yang
diturunkan pada periode Madinah, merupakan perintah yang telah
menjadi kewajiban mutlak (Pusat Pengkajian dan Pembangunan
Ekonomi Islam: 2008).
Allah SWT menyuruh umat Islam agar mengeluarkan sebagian
harta dari kekayaannya untuk dibagikan kepada orang-orang yang
berhak dengan tujuan agar membersihkan serta mensucikan diri
mereka dari harta yang telah didapatkannya. Allah SWT juga telah
menjelaskan siapa-siapa saja golongan yang berhak menerima zakat.
Disebutkan di dalam Al-Qur’an surat At-Taubah ayat 58-60 yang
berarti :
“sesungguhnya zakat-zakat itu hanyalah bagi fakirmiskin, para
amil, para muallaf yang dibujuk hatinya, mereka yang diperhamba
(budak), orang-orang yang berhutang, yang berjuang di jalan Allah
SWT, dan orang yang sedang dalam perjalanan, sebagai suatu
35
ketetapan yang diwajibkan Allah SWT dan Allah SWT maha
mengetahui lagi maha bijaksana”
Penetapan terhadap kedelapan golongan tersebut bukan berarti
harta zakat wajib dibagikan kepada mereka. Dana zakat boleh
dialokasikan kepada delapan golongan tersebut jika dimungkinkan dan
memadai. Namun, zakat boleh saja hanya diberikan kepada salaah satu
dari golongan tersebut (Basri, 2001). Hal ini serupa dengan apa yang
diriwayatkan dari An-Nasa’i “jika harta zakat banyak dan cukup untuk
dibagikan kepada delapan golongan, maka harus dibagikan. Namun,
jika tidak memadai boleh diberikan hanya pada satu golongan”.
Adapun golongan 8 tersebut menurut Basri (2008) ialah :
1) Fakir dan Miskin
Fakir dan miskin merupakan elemen masyarakat yang sangat
membutuhkan uluran tangan orang lain. Tujuan utama adanya zakat
adalah untuk menghilangkan kefakiran dan memenuhi kebutuhan
manusia. Karena itu, fakir dan miskin merupakan prioritas utama
atas dana zakat. Sebenarnya terdapat perbedaan antara fakir dan
miskin. Al-Mawardi menjelaskan bahwa fakir adalah orang yang
tidak mempunyai sesuatu, sedangkan miskin adalah orang yang
mempunyai sesuatu tapi tidak mencukupi kebutuhan hidupnya.
Kondisi fakir lebih buruk dari kondisi miskin.
2) Amil
36
Merupakan orang yang bertugas untuk menarik, menyimpan,
dan mendistribusikan dana zakat ataupun sebuah lembaga yang
bertugas dalam mengelola dana zakat. Amil berhak mendapatkan
zakat atas jerih payah yang dilakukan sebagai kompensasi
walaupun tergolong mampu. Ulama fiqh mensyaratkan bahwa amil
harus seorang muslim, mempunyai kecakapan, berpengetahuan,
dan amanah.
3) Muallaf
Diriwayatkan oleh Ah-Thabari dari Qathadah bahwa
muallaf adalah orang yang hatinya memiliki kecondongan terhadap
islam. Oleh karena itu, diperlukan dorongan dan bantuan agar
keimanan dan kecondongannya semakin kuat terhadap islam.
Perlindungan dan bantuan tersebut dimaksudkan untk menjaga dan
menguatkan keyakinan yang dimiliki seseorang.
4) Hamba Sahaya
Budak merupakan salah satu pilar penopang kehidupan
ekonomi dan masyarakat pada zaman dulu. Dan Islam datang
untuk menghapus sistem tersebut dari kehidupan. Namun,
penghapusan tersebut tidak mungkin dilakukan dengan sekali
langkah, karena akan menimbulkan kerusakan bagi kehidupan
ekonomi dan sosial masyarakat. Islam mengupayakan langkah
bertahap untuk menghapus sistem budak tersebut, diantarana
konsep mukatabah. Dengna konsep tersebut, seorang budak bisa
37
membeli dirinya sendiri dari tuannya. Dan budak mukatabah
berhak mendapatkan bagian dari dana zakat untuk membantu
dirinya guna melepaskan dirinya dari status budak
5) Gharimin
Merupakan orang yang terlilit utang dan tidak digunakan
untuk bermaksiat kepada Allah. Kebangkruan tersebut muncul dari
hasil usahanya dalam menghidupi diri dan menafkahi keluarga.
Konsep ini merupakan bagian dari jaminan sosial diantara individu
masyarakat. utang yang diderita oleh gharim bisa saja merupakan
akibat dari usaha untuk membangun sebuah fasilitas demi
kemashlahatan bersama, seperti rumah sakit, madrasah dan
lainnya.
6) Fi Sabilillah
Adalah seorang mujahid yang berangkat perang untuk
menegakkan agama Allah. Dalam hal ini termasuk orang-orang
yang menuntut ilmu di jalan Allah. Mereka berhak mendapatkan
zakat untuk memenuhi kebutuhan mereka seperti makanan,
peralatan perang, atau kebutuhan lainnya.
7) Ibnu Sabil
Merupakan orang yang bepergian dan kehabisan bekal
dalam perjalanannya serta bukan untuk bermaksiat kepada Allah.
Zakat yang diberkan meurpakan bentuk dari kepedulian dan
jaminan sosial kemasyarakatan. Pada masa Umar bin Khattab Ra
38
telah didirikan rumah khusus untuk membantu para musafir yang
kehabisan bekal, rumah tersebut bernama “Dar ad-Daqiq” begitu
juga pada masa kekhalifahan Umar bin Abdul Aziz.
Zakat wajib dikeluarkan atas setiap muslim yang merdeka, yang
memiliki satu nishab dari salah satu jenis harta yang wajib dikeluarkan
zakatnya. Mengenai nishab yang disyaratkan ialah:
1) Hendaklah berlebih dari kebutuhan-kebutuhan penting atau vital bagi
seseorang, seperti untuk memenuhi kebutuhan papan, sandang dan
pangan maupun sarana untuk mencari nafkah.
2) Berlangsung selama satu tahun masa (tahun hijrah), permulaannya
dihitung dari saat memiliki nishab, dan harus cukup selama satu
tahun penuh. Seandainya terjadi kekurangan di tengah tahun, lalu
kembali cukup, maka permulaan tahun dihitung saat cukupnya itu
(Sayying Sabiq, 1982)
Chapra (2000) mengatakan bahwa “zakat mempunyai dampak
positif di negara-negara muslim. Ia akan meningkatkan ketersediaan
dana bagi investasi. Pembayaran zakat pada kekayaan termasuk emas,
perak, dan harta yang tersimpan, akan mendorong para pembayar zakat
untuk mencari pendapatan dari kekayaan mereka, sehingga mampu
membayar zakat, tanpa mengurangi kekayaan”.
Dari pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa peran zakat
sangat berguna bagi negara yang mengadopsi serta menjalankan sistem
zakat. Sehingga negara-negara tersebut dapat terbantu secara keuangan
39
publik maupun secara kebijakan fiskal dalam membangun negaranya.
Seperti yang disampaikan oleh Nasution dkk (2006: 208) bahwa “zakat
merupakan komponen utama dalam sistem keuangan publik sekaligus
kebijakan fisakal yang utama dalam sistem ekonomi islam”.
b. Zakat Produktif
Secara artian KBBI, produktif berarti bersifat atau mampu
menghasilkan, mendatangkan manfaat serta menguntungkan, mampu
menghasilkan terus dan dipakai secara teratur untuk membentuk unsur-
unsur baru. Dari pengertian tersebut, dapat disimpulkan bahwa zakat
produktif ialah zakat yang dapat mendatangkan efek menguntungkan
bagi penerimanya (mustahiq) serta menjadikan penerimanya mampu
menghasilkan suatu manfaat dari zakat yang diberikan.
Zakat yang diberikan kepada mustahiq akan berperan sebagai
pendukung peningkatan ekonomi mereka apabila dikonsumsikan pada
kegiatan produktif. Pendayagunaan zakat produktif sesungguhnya
mempunyai konsep perencanaan yang cermat seperti mengkaji
penyebab kemiskinan, ketidakadaan modal kerja, dan kekurangan
lapangan kerja, dengan adanya masalah tersebut maka perlu adanya
perencaan yang dapat mengembangkan zakat bersifat produktif
tersebut (Mila Sartika, 2008).
Secara umum, pendistribusian zakat yang sering dilakukan
berupa zakat konsumtif kepada para mustahiq. Zakat konsumtif
merupakan zakat yang diberikan kepada 8 asnaf untuk memenuhi
40
kebutuhan sehari-hari. Akan tetapi zakat konsumtif kurang membantu
jika terus dilakukan dalam jangka panjang karena sifatnya yang
memenuhi kebutuhan harian dan akan habis tanpa menghasilkan. Maka
dari itu, diperlukan juga pola pendistribusian zakat yang bersifat zakat
produktif kepada para mustahiq (Achsan, Kroos, dan Fitriana, 2016).
Dalam Nafiah (2015) menurut A. Qodri Azizy (2004) bahwa
zakat hendaknya tidak sekedar konsumtif, maka idealnya zakat
dijadikan sumber dana umat. Penggunaan zakat untuk konsumtif
hanyalah untuk hal-hal yang bersifat darurat. Artinya, ketika ada
mustahik yang tidak mungkin dibimbing untuk mempunyai usaha
mandiri atau memang untuk kepentingan mendesak, maka penggunaan
konsumtif dapat dilakukan.
Tindakan pengelolaan zakat memberikan sebuah arahan bahwa
dana zakat yang telah dihimpun seharusnya bisa di distribusikan
kepada penerima (Mustahik) yang layak di dalam bentuk program
yang berbasis konsumtif maupun produktif. Ketentuan penggunaan
dalam pelaksanaan program zakat konsumtif adalah dengan
mendistribusikannya ketika program zakat produktif berjalan, dimana
kegiatan tersebut menggunakan utilitas program zakat produktif
sebagai syarat.
Tujuannya ialah untuk menyediakan sumber daya yang dapat
memenuhi kebutuhan jangka pendek Mustahik, sementara fokus
selanjutnya ialah menciptakan sumber daya berkelanjutan yang
41
memenuhi kebutuhan jangka panjang Mustahik dan meningkatkan
tingkatan mereka menjadi Muzakki. Perencanaan kedua program ini
diharapkan dapat mewujudkan dua tujuan dasar pengelolaan zakat
sbeagimana tercantum pada UU tentang fungsi zakat. Yaitu: 1). Untuk
meningkatkan efektivitas dan efisiensi pelayanan pada manajemen
zakat dan 2). Untuk meningkatkan manfaat zakat dalam mewujudkan
kesejahteraan masyarakat dan pengentasan kemiskinan (Beik dan
Arsyianti, 2015).
Dari pernyataan tersebut, dapat disimpulkan bahwa
pengelolaan dana zakat akan lebih baik jika dapat berdampak jangka
panjang dan berkelanjutan dalam membangun masyarakat yang
membutuhkan (mustahiq), dalam hal ini ialah zakat produktif
sebaiknya lebih di prioritas utamakan ketimbang zakat konsumtif jika
tidak dalam keadaan mendesak.
Hal ini dipertegas dalam Anwar (2017) menurut Ridwan (2005)
Pemberdayaan zakat harus mempunyai nilai positif terhadap yang
menerimanya (mustahiq) secara ekonomi maupun sosial. Dari sisi
ekonomi, mustahiq diminta harus memiliki kehidupan yang lebih baik
dan mandiri. Sedangkan dalam sisi sosial, mustahik diwajibkan untuk
hidup di dalam kesetaran komunitas satu sama lain.
Dengan demikian, pada tahap pertama dalam pelaksanaan
zakat produktif, harus bisa melatih mustahiq untuk merubah kebiasaan
mereka. Hanya dengan perubahan perilaku , kemiskinan dapat diatasi
42
dan inilah fungsi pemberdayaan tersebut. Zakat yang bisa diterapkan
secara jangka waktu yang lama seharusnya dapat menguatkan
mustahiq dalam mencapai tahap pembangunan ekonomi. Dimana
program yang bersifat konsumtif hanya sebagai sebuah awalan dan
bersifat sementara, sedangkan program yang bersifat membangun
seharusnya menjadi sebuah prioritas. Sehingga terciptalah
pembentukan karakter mandiri (mustahiq) yang tidak selalu
bergantung pada amil.
c. Pemberdayaaan Masyarakat Menggunakan Dana Zakat Produktif.
Salah satu tujuan penggunaan dana zakat produktif ialah untuk
mensejahterakan golongan mustahik, beberapa wujud bentuknya ialah
dengan cara memberdayakan mustahik. Pemberdayaan mustahik
dengan menggunakan dana zakat haruslah sesuai dan tepat sasaran
sesuai dengan perintah Allah SWT dalam firmannya yang berarti :
“ sesungguhnya zakat-zakat itu, hanyalah untuk orang-orang
fakir, orang miskin, amilin, para mu’allaf yang dibujuk hatinya, untuk
memerdekakan budak, orang-orang yang berhutang untuk jalan Allah
dan orang-orang yang sedang dalam perjalanan sebagai sesuatu
ketetapan yang diwajibkan Allah, dan Allah maha mengetahui lagi
maha bijaksana” (QS: At-Taubah : 60)”
Dari ayat diatas, dapat diambil kesimpulan pendistribusian
dana zakat wajib diberikan kepada yang berhak. Zakat sendiri
43
memiliki potensi untuk memberdayakan masyarakat miskin melalui
beberapa saluran(Mukhlisin 2009), antara lain:
1) Pengentasan kemiskinan, yang dimana alokasi zakat secara spesifik
telah ditentukan oleh syariat islam didalam Al-Quran surah At-
Taubah ayat 60.
2) Perbaikan distribusi pendapatan, zakat yang diambil dari orang kaya
dan diberikan kepada gologan tertentu. Dengan demikian zakat
mendistribusikan kekayaan dari orang kaya ke golongan yang tidak
mampu di dalam perekonomian, sehingga memperbaiki distribusi
pendapatan.
3) Penciptaan lapangan kerja dengan cara memfasilitasi kerjasama
bisnis melalui pelarangan riba dan penerapan zakat. Sumber
keuangan dilarang menerima fixed rent dan sumber keuangan yang
menganggur akan terkena penalti zakat
4) Jaring pengaman sosial, yaitu perlindungan sosial kepada golongan
yang kurang mampu secara berlapis.
Dalam Mukhlisin (2009), menurut Dr. Abdul A-Hamid
Mahmud Al-Ba’ly, pemberdayaan dalam kaitannnya dengan
penyampaian kepemilikan harta zakat kepada mereka yang berhak
terbagi dalam empat bagian, yaitu sebagai berikut:
1) Pemberdayaan sebagian dari kelompok yang berhak akan harta
zakat, misalnya fakir miskin, yaitu dengan memberikan harta zakat
kepada mereka sehingga dapat mencukupi dan memenuhi kebutuhan
44
mereka. Selain itu, dengan memberikan modal kepada mereka yang
memiliki keahlian tetapi menghadapi kendala berupa keterbatasan
modal. Baik fakir maupun miskin maupun mereka yang memiliki
keahlian, kepada mereka diberikan harta zakat untuk
memberdayakan mereka sehingga mereka dapat memenuhi
kebutuhan mereka sendiri.
2) Memberdayakan kaum fakir, yakni dengan memberikan sejumlah
harta untuk memenuhi kebutuhan hidup serta memberdayakan
mereka yang tidak memiliki keahlian apapun.
3) Pemberdayaan sebagian kelompok yang berhak akan harta zakat,
yang memiliki penghasilan baru dengan ketidakmampuan mereka.
Mereka itu adlaah pegawai zakat dan para muallaf.
4) Pemberdayaan sebagian kelompok yang berhak akan harta zakat
untuk mewujudkan arti dan maksud zakat sebenarnya selain yang
telah disebutkan diatas. Diantaranya adalah hamba sahaya, mereka
yang di jalan Allah swt.
4. Kemiskinan
a. Definisi dan Macam-Macam Kemiskinan
Kesenjangan merupakan salah satu persoalan dalam paradigma
pembangunan ekonomi di berbagai negara khususnya Indonesia sebagai
negara berkembang. Muculnya kesenjangan ekonomi akan
menimbulkan banyak masalah lain yang bermunculan, seperti penduduk
miskin bertambah, pengangguran meningkat, tingkat kejahatan
45
meningkat, kualitas pendidikan menurun, kemampuan daya beli
masyarakat menurun (Nurul Huda, 2015).
Menurut Shirazi (1994) dan Pramanik (1993) dalam Beik dan
Arsyianti (2016: 68) “kemiskinan dapat didefinisikan sebagai suatu
situasi yang dihadapi oleh seorang individu dimana mereka tidak
memiliki kecukupan sumber daya untuk memenuhi kebutuhan hidup
yang nyaman, baik ditinjau dari sisi ekonomi, sosial, psikologis,
maupun dimensi spiritual”. Definisi ini memfokuskan kemiskinan pada
ketidakmampuan seseoang dalam memenuhi kebutuhan hidupnya
Pendapat di atas menjelaskan bahwa kesenjangan dapat
menimbiulkan adanya kemiskinan di antara masyarakat. Kemiskinan
yang tinggi dapat berarti juga dengan adanya kesenjangan yang tinggi
antara si miskin dan si kaya. Sehingga menjadi masalah bagi
pembangunan ekonomi. Lebih lanjut dijelaskan dalam Beik dan
Arsyanti (2016)
Dalam mengukur kemiskinan, BPS menggunakan konsep
kemampuan memenuhi kebutuhan dasar ( basic need approach ).
Dengan pendekatan ini, kemiskinan dipandang sebagai
ketidakmampuan dari sisi ekonomi untuk memenuhi kebutuhan dasar
makanan dan bukan makanan yang diukur dari sisi pengeluaran.
Pendekatan ini dapat dihitung dengan Headcount Ratio Index, yaitu
persentase penduduk miskin terhadap total penduduk. Sedangkan
Bappenas menggunakan beberapa pendekatan utama untuk
46
mewujudkan hak dasar masyarakat miskin (terpenuhinya kebutuhan
pangan, kesehatan, pendidikan, pekerjaan, perumahan, air bersih,
pertahanan, sumber daya alam dan lingkungan hidup, rasa ama dari
perlakuan atau ancaman tindak kekerasan dan hak untuk berpartisipasi
dalam kehidupan sosial politik), yaitu pendekatan kebutuhan dasar,
pendekatan pendapatan, pendekatan kemampuan dasar, dan pendekatan
objektf dan subjektif (BAPPENAS: 2004)
Adapun kemiskinan dibagi menjadi empat bentuk, yaitu:
1) Kemiskinan absolut, kondisi dimana seseorang memiliki pendapatan
dibawah garis kemiskinan atau tidak cukup untuk memenuhi
kebutuhan pangan, sandang, papan, kesehatan, perumahan dan
pendidikan yang dibutuhkan untuk bisa hidup dan bekerja.
2) Kemiskinan relatif, kondisi kemiskinan karena pengaruh kebijakan
pembangunan yang belum menjangkau seluruh masyarakat, sehingga
menyebabkan ketimpangan pada pendapatan.
3) Kemiskinan kultural, mengacu pada persoalan sikap seseorang atau
masyarakat yang disebabkan oleh faktor budaya, seperti tidak mau
berusaha memperbaiki tingkat kehidupan, malas, pemboros, tidak
kreatif meskipun ada bantuan dari pihak luar.
4) Kemiskinan struktural, situasi miskin yang disebabkan oleh
rendahnya akses terhadap sumber daya yang terjadi dalam suatu
sistem sosial politik yang tidak mendukung pembebasan kemiskinan,
tetapi seringkali menyebabkan suburnya kemiskinan.
47
Kemiskinan juga dapat dibedakan menjadi dua jenis, yaitu:
1) Kemiskinan alamiah, berkaitan dengan kelangkaan sumber daya
alam dan prasarana umum, serta keadaan tanah yang tandus.
2) Kemiskinan buatan, lebih banyak diakibatkan oleh sistem
moderniasasi atau pembangunan yang membuat masyarakat tidak
dapat menguasai sumber daya, sarana dan fasilitas ekonomi yang ada
secara merata.
Dalam Hani (2017) terdapat empat strategi dasar yang telah
ditetapkan dalam melakukan percepatan penanggulangan
kemiskinan, yaitu:
1) Menyempurnakan program perlindungan sosial.
2) Peringatan akses masyarakat miskin terhadap pelayanan dasar.
3) Pemberdayaan masyarakat.
4) Pembangunan yang inklusif.
b. Pandangan Islam Terhadap Kemiskinan
Pandangan ajaran islam mengenai kemiskinan teralin erat dalam
suatu sistem ajaran dengan berbagai aspeknya tentang tatanan
kehidupan islami yang digariskan dalam Al-Quran dan Hadits serta
inspirasi atau tauladan dari sejarah kehidupan para Nabi dan Rasul serta
para Khulafaur Rasyidin dan penerusnya. Dalam beberapa literatur,
pada umumnya uraian kemiskinan merupakan bagian tak terpisahkan
dalam Islam yang meliputi uraian tentang harta, pedangangan, jual beli,
48
keadilan, kekayaan dan kemiskinan beserta sebab dan akibatnya serta
cara-cara penanggulangan.
Penyebab kemiskinan juga dapat disimpulkan dari beberapa
anjuran, peringatan dan larangan Allah dal Al-Quran dan sabda
Rasulallah dalam kehidupan bermasyarakat. Di antaranya adalah seperti
yang disimpulkan oleh Jalaludin Rahmat (1983) dalam Ahmad Sanusi
(1999) bahwa Allah SWT menyebutkan penyebab kemiskinan adalah
karena kecenderungan untuk menggunakan sumber-sumber daya secara
rakus dan kecintaannya berlebih-lebihan kepada harta benda.
Lebih tegas Jalaludin mengatakan bahwa Islam memandang
kemiskinan sebagai akibat dari sistem sosial yang timpang dan
kekurangan solidaritas sosial dan dari sunnah sayyiah (kebiasaan buruk)
di masyarakat. Sunnah hasanah ialah memandang kemiskinan sebagai
masalah sosial yang pemecahannya harus dilakukan lewat aksi sosial,
sedangkan Sunnah Sayyiah ialah memperlakukan kemiskinan sebagai
masalah individu-individu yang bersangkutan.
5. Sosial kemanusiaan
a. Pengertian Sosial Kemanusiaan
Menurut KBBI, sosial berarti sesuatu yang berkenaan dengan
masyarakat atau seseorang yang suka memperhatikan kepentingan
umum. Sedangkan kemanusiaan ialah ialah sifat-sifat kemanusiaan.
Dari pengertian tersebut, dapat ditarik kesimpulan bahwa sosial
kemanusiaan ialah sifat-sifat seseorang yang berkenaan dengan
49
lingkungan masyarakat disekitarnya. Masyarakat ialah sekumpulan
manusia yang secara relatif mandiri, yang hidup bersama-sama, cukup
lama, yang mendiami suatu wilayah mandiri, memiliki kebudayaan
yang sama, dan melakukan sebagian besar kegiatannya dalam
kelompok (Horton & Hunt, 1987).
Adapun masyarakat merupakan peleburan dari kelompok-
kelompok sosial, kebiasaan dan tata kelakuan merupakan petunjuk
bagaimana seharusnya memperlakukan warga-warga kelompok
maupun warga-warga dari kelompok lainnya (Soekanto, 2001).
Masyarakat juga merupakana suatu kebulatan dimana masing-masing
unsur saling mempengaruhi. Dasar semua unsur sosial ialah ikatan
emosional, tad ada konflik antara individual dengan kelompok, oleh
karena individu tunduk kepada tujuan kelompoknya.
Hubungan sosial manusia mencakup suatu interaksi antara
manusia dengan manusia lainnya, interaksi sosial terjadi saat manusia
bertindak terhadap sesuatu atas dasar makna yang dimiliki sesuatu
tersebut bagi manusia. Kemudian makna yang dimiliki sesuatu itu
berasal dari interaksi antara seseorang dengan sesamanya. Interaksi
sosial dapat terkadi bila antara dua individu atau kelompok terdapat
kontak sosial dan komunikasi. Kontak sosial merupakan tahap pertama
dari terjadinya hubungan sosial.
Sehingga dari penjelasan di atas, dapat diketahui bahwa semua
tingkah laku manusia yang berkaitan dengan sosialisasi memerlukan
50
suatu interaksi serta hubungan antar setiap manusia. Begitu halnya
dengan pemberdayaan masyarakat yang dimana faktor utama dari
setiap kegiatan ialah masyarakat yang saling berhubungan.
b. Sosial Kemanusiaan Sebagai Faktor Internal Pemberdayaan
Masyarakat
Hubungan antar masyarakat tidak dapat terpisahkan dari
terselenggaranya program pemberdayaan masyarakat karena
masyarakat merupakan aktor utama dalam pelaksanaan program
tersebut. keterlibatan masyarakat terhadap proses pemberdayaan
masyarakat dapat menjadi faktor pendukung tingkat keberhasilan.
Mengikutsertakan seluruh golongan masyarakat dalam perencanaan,
pengambilan keputusan, dan pelaksanaan program dapat membuat
pengaruh yang baik bagi jalannya proses program pemberdayaan.
Memberdayakan masyarakat adalah upaya untuk meningkatkan
harkat dan martabat lapisan masyarakat dimana kondisi sekarang tidak
mampu untuk melepaskan diri dari perangkap kemiskinan dan
keterbelangakan. Dengan kata lain, memberdayakan adalah
meningkatkan kemandirian masyarakat (Syaiful Bahri, 2005). Dimana
tingkat partisipasi masyarakat sangat dibutuhkan dan mendukung
kegiatan pemberdayaan masyarakat. partisipasi juga membantu
golongan yang tidak mampu dalam melihat realitas sosial ekonomi dan
proses desentralisasi yang dilakukan dengan memperkuat “delivery
system” (sistem distribusi di tingkat bawah).
51
Menurut Soetrisno (1995), ada dua definisi partisipasi yang
beredar di masyarakat, yaitu:
1) Partisipasi rakyat dalam pembangunan sebagai dukungan rakyat
terhadap rencana proyek pembangunan yang dirancang dan
ditentukan tujuannya oleh perencana. Ukuran tinggi rendahnya
partisipasi masyarakat dalam definisi inipun disamakan dengan
kemauan rakyat untuk ikut menanggung biaya pembangunan baik
berupa uang maupun tenaga dalam melaksanakan proyek
pembangunan pemerintah. Dipandang dari sudut sosiologis, definisi
ini tidak dapat dikatakan sebagai partisipasi rakyat dalam
pembangunan melainkan mobilisasi rakyat dalam pembangunan.
2) Partisipasi dalam pembangunan merupakan kerjasama yang erat
antara perencana dan rakyat dalam merencanakan, melaksanakan,
melestarikan dan mengembangkan hasil pembangunan yang telah
dicapai. Ukuran tinggi rendahnya partisipasi rakyat dalam
pembangunan tidak hanya diukur dengan kemauan rakyat untuk
menanggung biaya pembangunan, tetapi juga dengan ada tidaknya
hak rakyat untuk ikut menentukan arah dan tujuan proyek yang
dibangun diwilayah mereka serta ada tidaknya kemauan rakyat untuk
secara mandiri melestarikan hasil proyek itu.
Curtis dkk (1978) menyatakan bahwa partisipasi adalah bentuk
kepedulian akan distribusi kekuasaan di masyarakat, karena itu
merupakan kekuatan yang memungkinkan masyarakat dalam
52
menentukan kebutuhan mana dan kebutuhan siapa yang akan dipenuhi
melalui pendistribusian sumber daya.
Adapun upaya masyarakat miskin melibatkan diri dalam proses
pembangunan melalui kekuatan yang dimilikinya merupakan bagian
dari pembangunan manusia. Pembangunan manusia merupakan proses
kemandirian (self-reliance), kesediaan bekerjasama dan toleran
terhadap sesamanya dengan menyadari potensi yang dimilikinya. Hal
ini dapat terwujud dengan menimba ilmu dan keterampilan baru, serta
aktif berpartisipasi dalam pembangunan ekonomi, sosial, dan politik
dalam komunitas mereka (Syaiful Bahri, 2005).
6. Pendidikan
a. Definisi Serta Jenjang Pendidikan
Menurut UU No. 20 Tahun 2003, pendidikan adalah usaha
sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses
pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi
dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian
diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang
diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Sedangkan
menurut Ahmad Tafsir (2005), pendidikan adalah bimbingan atau
didikan secara sadar yang dilakukan oleh pendidik terhadap
perkembangan anak didik, baik jasmani maupun rohani, menuju
terbentuknya kepribadian yang utama.
53
Dari definisi yang telah disebutkan, dapat disimpulkan secara
singkat bahwa pendidikan ialah suatu proses pembentukan individu
menjadi individu yang berkembang baik dalam sisi rohani maupun
jasmani. Hal ini sependapat dengan Djumransjah (2004) yang
mengatakan bahwa pendidikan adalah usaha manusia untuk
menumbuhkan dan mengembangkan potensi-potensi pembawaan, baik
jasmani maupun rohani.
Adapun jenjang pendidikan yang ada di Indonesia sebagaimana
yang ada di dalam UU No. 20 Tahun 2003 ialah sebagai berikut:
1) Pendidikan Dasar
Pendidikan dasar merupakan jenjang paling dasar. Pendidikan
dasar yang ada di Indonesia diperuntukkan bagi anak usia 7 – 15
tahun yang wajib dalam mengikuti pendidikan dasar. Bentuk
pendidikan dasar ialah Sekolah Dasar/Madrasah Ibtidaiyah
(SD/MI) dan SMP/MTs
2) Pendidikan menengah
Pendidikan menengah merupakan lanjutan dari jenjang
pendidikan dasar. Pendidikan menengah diselenggarakan selama 3
tahun dan terdiri atas Sekolah Menengah Umum (SMU) dan
Sekolah Menengah Kejuruan (SMK).
3) Pendidikan Tinggi
Pendidikan tinggi merupakan jenjang pendidikan setelah
pendidikan menengah yang mencakup program pendidikan
54
diploma, sarjana, magister, spesialis, dan doktor yang
diselenggarakan untuk menyiapkan peserta didik menjadi anggota
masyarakat yang memiliki kemampuan akademik atau profesional
yang dapat menerapkan, mengembangkan, atau menciptakan ilmu
pengetahuan, teknologi atau kesenian.
b. Fungsi Dan Tujuan Pendidikan
Pada Pasal 3 UU No. 20 Tahun 2003 disebutkan bahwa
“pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemapuan dan
membentuk watak serta peradapan bangsa yang bermartabat dalam
rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk
berkembangnya potensi peserta agar menjadi manusia yang beriman
dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat,
berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang
demokratis serta bertanggung jawab.
Pendidikan juga berfungsi sebagai sebuah sistem terbuka yang
dimana tidak dapat berjalan dengan sendirinya tanpa berhubungan
dengan sistem-sistem lain di luar sistem pendidikan. Menurut Endang
Hangestinignsih (2015), ciri-ciri pendidikan sebagai sebuah sistem
terbuka antara lain:
1) Mengimpor energi, materi, dan informasi dari luar. Pendidikan
mendatangkan pengajar, uang, alat-alat belajar, para peserta didik,
dan sebagainya dari luar lembaga pendidikan.
55
2) Memiliki pemroses. Pendidikan memproses peserta didik dalam
aktivitas belajar dan pembelajaran.
3) Menghasilkan output atau mengekspor energi, materi, dan informasi.
4) Merupakan kejadian yang berantai. Memproses peserta didik (input
pendidikan) merupakan kegiatan yang berulang-ulang dan saling
berkaitan.
5) Memiliki negative entroppy , yaitu suatu usaha untuk menahan
kepunahan dengan cara membuat impor lebih besar daripada ekspor.
Dalam pendidikan hal ini dilakukan dengan cara mengantisipasi
perubahan lingkungan dan memperbaiki kerusakan.
6) Memiliki alur informasi sebagai umpan balik untuk memperbaiki
diri segala informasi yang terkait dengan pendidikan dimanfaatkan
oleh penyelenggara pendidikan untuk mengambil keputusan dalam
rangka mempertahankan dan memperbaiki pendidikan.
7) Ada kestabilan yang dinamis. Pendidikan selalu dinamis mencari
yang baru, memperbaiki diri, memajukan diri agar tidak ketinggalan
zaman, bahkan berusaha mengantisipasi dan menyongsong masa
depan.
8) Memiliki deferensiasi, yakni spesialisasi-spesialisasi. Dalam
organisasi pendidikan ada bagian pengajaran, keuangan,
kepegawaian, kesiswaan/kemahasiswaan dan sebagainya. Masing-
masing bagian ini masih dapat dipilah-pilah menjadi bagian-bagian
yang lebih kecil lagi.
56
9) Ada prinsip equifinalty, yaitu banyak jalan untuk mencapai tujuan
yang sama. Para pendidik boleh berkreasi menciptakan cara-cara
baru yang lebih baik dalam usaha memajukan pendidikan.
7. Kesehatan
a. Definisi Kesehatan
Kesehatan menurut WHO (1947) adalah suatu keadaan
sempurna baik secara fisik, mental dan sosial serta tidak hanya bebas
dari penyakit atau kelemahan. Adapun menurut UU No. 23 Tahun
1992 tentang kesehatan menyatakan bahwa kesehatan adalah keadaan
sejahtera dari badan, jiwa dan sosial yang mungkin hidup produktif
secara sosial dan ekonomis.
Kesehatan mustahik menjadi faktor pendukung dalam
pemberdayaan masyarakat, dimana mustahik yang bertubuh sehat
dapat lebih aktif serta produktif bekerja dibandingkan mereka yang
sedang dalam kondisi sakit. Sebagai contoh, jika ada dua orang
mustahik memiliki sebidang tanah dan bekerja sebagai petani yang
sedang membajak sawahnya untuk penanaman padi. Mustahik pertama
dalam kondisi yang sehat, sedangkan mustahik yang kedua dalam
kondisi tidak sehat. Maka akan dapat disimpulkan jika mustahik yang
sehat dapat mengerjakan pembajakan tersebut secara cepat
dibandingkan mustahik yang sakit.
b. Faktor-Faktor Penentu Peningkatan Derajat Kesehatan
57
Menurut Biro Analisa Anggaran dan Pelaksanaan APBN,
terdapat 4 faktor determinan yang dikaji dalam penentuan peningkatan
derajat kesehatan, yaitu:
1) Perilaku masyarakat
Perilaku masyarakat dalam menjaga kesehatan sangat
memegang peranan penting karena budaya hidup bersih dan sehat
harus dapat dimunculkan dari dalam diri masyarakat untuk
menjaga kesehatannya. Masyarakat yang berperilaku hidup bersih
dan sehat akan menghasilkan budaya menjaga lingkungan yang
bersih dan sehat. Pembinaan dapat dimulai dari lingkungan
keluarga, sekolah, dan masyarakat. tokoh-tokoh masyarakat
sebagai role model harus diajak turut serta dalam menyukseskan
program-program kesehatan.
2) Lingkungan
Lingkungan yang dimaksud adalah lingkungan fisik dan
sosial. Lingkungan fisik yang memiliki kondisi sanitasi buruk,
penumpukan sampah yang tidak dapat dikelola dengan baik, polusi
udara, air dan tanah dapat menjadi sumber berkembangnya
penyakit. Kondisi lingkungan sosial yang buruk dapat
menimbulkan masalah kejiwaan. Upaya menjaga lingkungan
menjadi tanggung jawab semua pihak untuk itulah perlu kesadaran
semua pihak.
3) Pelayanan kesehatan
58
Pelayanan kesehatan yang berkualitas sangat dibutuhkan.
Masyarakat membutuhkan posyandu, puskesmas, rumah sakit dan
pelayanan kesehatan lainnya untuk membantu dalam mendapatkan
pengobatan dan perawatan kesehatan. Terutama untuk pelayanan
kesehatan dasar yang memang banyak dibutuhkan masyarakat.
kualitas dan kuantitas sumber daya manusia di bidang kesehatan
juga mesti ditingkatkan.
4) Genetik
Nasib suatu bangsa ditentukan oleh kualitas generasi
mudanya. Dalam hal ini kita harus memperhatikan status gizi balita
sebab pada masa inilah perkembangan otak anak yang menjadi aset
kita dimasa mendatang. Bagaimana kualitas generasi mendatang
sangat menentukan kualitas bangsa Indonesia mendatang.
8. Religiusitas
a) Definisi Religiusitas
Menurut KKBI, religius ialah sesuatu yang bersifat keagamaan
atau yang bersangkut paut dengan agama. Agama berasal dari kata Al-
Din, religi (relegere, religare) dan agama. Al-Din dalam undang-
undang atau hukum. Kemudian dalam bahasa Arab, kata itu
mengandung arti menguasai, menundukkan, patuh, utang, balasan,
kebiasaan. Kata religi dalam bahasa latin ialah mengumpulkan dan
membaca. Kemudian religare berarti mengikat. Adapun kata agama
59
terdiri dari artian tidak pergi, tetap di tempat atau diwarisi turun
temurun (Harun Nasution, 1974).
Definisi lain mengatakan bahwa religi atau agama sebagai
kecendrungan rohani manusia, yang berhubungan dengan alam
semesta, nilai yang leiputi segalanya, makna yang terakhir, hakikat
dari semuanya itu. Religi ialah mencari nilai dan makna dalam sesuatu,
yang berbeda sama sekali dari segala sesuatu yang dikenal, karena
itulah dikatakan bahwa religi itu berhubungan dengan kudus (tuhan).
Manusia mengakui adanya dan bergantung mutlak pada yang
kudus(tuhan), yang dihayati sebagai tenaga di atas manusia dan di luar
kontrolnya, untuk mendapatkan pertolongan daripadanya, manusia
dengan cara bersama-sama menjalankan ajaran upacara, dan tindakan
dalam usahanya tersebut (Jalaludin, 2012).
b) Dimensi-Dimensi Religiusitas
Menurut Glock dan Stark dalam Fuad Nashori, dkk (2002),
terdapat lima macam dimensi keagamaan, yaitu:
1) Dimensi keyakinan (ideologi)
Dimensi ini berisikan pengharapan-pengharapan dimana
orang yang religius berpegang teguh pada pandangan teologi
tertentu, mengakui kebenaran-kebenaran doktrin tersebut. setiap
agama mempertahankan seperangkat kepercayaan dimana para
penganut diharapkan akan taat. Dimensi ini mencakup seperti
60
keyakinan terhadap rukun iman, akhirat, serta percaya terhadap
maslah gaib yang diajarkan agama.
2) Dimensi peribadatan atau praktek agama (ritualistik)
Dimensi ibadah ini dapat diketahui dari sejauh mana tingkat
kepatuhan seseorang dalam mengerjakan kegiatan-kegiatan ibadah
sebagaimana yang diperintahkan oleh agamanya. Dimensi ibadah
juga berkaitan dengan frekuensi, intensitas dan pelaksanaan ibadah
seseorang.
3) Dimensi pengamalan
Aspek ini berkaitan dengan kegiatan pemeluk agama untuk
merealisasikan ajaran-ajaran agama yang dianutnya dalam
kehidupan sehari-hari yang berlandaskan pada etika dan
spiritualitas agama. Dimensi ini menyangkut hubungan manusia
dengan manusia yang lain dan hubungan manusia dengan
lingkungan alamnya.
4) Dimensi ihsan (penghayatan)
Dimensi ini mencakup pengalaman dan perasaan dekat
dengna Allah, perasaan nikmat dalam melaksanakan ibadah,
perasaan bahwa doanya didengan, tersentuh atau tergetar ketika
mendengar asma-asma Allah dan perasaan syukur atas nikmat yang
dikaruniakan oleh Allah dalam kehidupan mereka.
5) Dimensi pengetahuan
61
Aspek ini berkaitan dengna pengetahuan dan pemahaman
seseorang terhadap ajaran-ajaran agamanya. Orang-orang yang
beragama paling tidak harus mengetahui hal-hal pokok yang mengenai
dasar-dasar keyakinan, dan tradisi-tradisi. Sehingga sumber ajaran
islam tidak sekedar atribut dan hanya sampai dataran simbolisme
eksoterik.
c) Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tingkat Religiusitas
Beberapa faktor yang mempengaruhi perkembangan sikap
keagamaan adalah:
1) Pengaruh pendidikan atau pengajaran dan berbagai tekanan sosial
(faktor sosial)
2) Berbagai pengalaman yang membantu sikap keagamaan, terutama
pengalaman-pengalaman mengenai:
a) Keindahan, keselarasan, dan kebaikan di dunia lain.
b) Konflik moral (faktor moral)
c) Pengalaman emosional keagamaan (faktor afektif)
3) Faktor-faktor yang seluruhnya atau sebagian timbul dari kebutuhan-
kebutuhan yang tidak terpenuhi, terutama kebutuhan-kebutuhan
terhadap:
a) Keamanan : jenis kebutuhan ini berhubungan dengan jaminan
keamanan, stabilitas, perlindungan, struktur, keteraturan, situasi
yang bisa diperkirakan, bebas dari rasa tahuk dan cemas dan
sebagainya.
62
b) Cinta kasih : kebutuhan untuk memiliki dan dimiliki, memberi
dan menerima kasih sayang, kehangatan, persahabatan, dan
kekeluargaan.
c) Harga diri: perasaan dihargai oleh orang lain serta pengakuan dari
orang lain.
d) Ancaman kematian.
e) Berbagai proses pemikiran verbal (faktor intelektual)
B. Keterkaitan Antar Variabel
1. Hubungan Sosial Kemanusiaan Terhadap Ekonomi Mustahik
Suatu individu yang berkumpul dengan individu lain dapat
membuat sebuah kelompok, dimana kelompok tersebut memiliki budaya
khas masing-masing. Manusia sebagai makhluk sosial dapat
mengekspresikan maupun mengetahui tingkah laku masing-masing dari
setiap individu dari kelompok tersebut.
Pelaksanaan sosialisasi untuk menciptakan kesepahaman dan
kesamaan persepsi terhadap program dan tujuan program harus dilakukan
secara terus menerus pada seluruh proses pemberdayaan dengan lebih
mendorong dan mengedepankan peranan masyarakat secara lebih aktif
dan seluas-luasnya dalam penyebarluasan informasi serta indentifikasi dan
penyelesaian masalah secara konfrehensif dalam rangka kesinambungan,
pengembangan, dan penyempurnaan program pemberdayaan masyarakat
di masa depan (Abu Bakar dkk, 2015).
63
Adji Pratikto (2012) kunci dari suatu budaya yang mempengaruhi
kinerja ekonomi suatu kelompok ialah science dan moral. Di dalam
masyarakat yang lebih maju, moralitas dikaitkan dengan legitimasi dari
tujuan, sedangkan science menjelaskan pilihan dari sarana-sarana yang
dapat digunakan untuk mencapai tujuan tersebut. perbedaan antara science
dan moral akan menyebabkan pembangunan ekonomi melalui
perkembangan teknologi sehingga memungkinkan masyarakat berproduksi
tidak sekedar hanya untuk memenuhi kebutuhan sendiri (subsistence
level). Hal itu berarti bahwa pada saat kepemilikan material lebih tinggi,
maka standar kehidupan masyarakat akan semakin meningkat. Dengan
demikian dari kacamata moralitas, kebutuhan untuk mencuri atau
melakukan korupsi agar tetap hidup akan semakin menurun.
Dari pendapat diatas, dapat diketahui bahwa tingkat hubungan
sosial seseorang akan mempengaruhi budaya masing-masing seseorang
bergantung faktor-faktor sosial tersebut. jika seorang warga desa bersosial
dengan warga desa lainnya dengan waktu yang lama, maka akan terbentuk
budaya berbeda dengan warga dari kota, begitupun sebaliknya. Dalam
memperbaiki kondisi perekonomian mustahik melalui program
pemberdayaan ZCD. Pihak penyelenggara wajib membangun suatu sosial
antara mustahik dengan mustahik lainnya dengan baik sehingga budaya
yang terbentuk akan menjadikan para masyarakat produktif dalam bekerja
sehingga dapat membantu menaikkan tingkat perekonomian mereka.
2. Hubungan Pendidikan Terhadap Ekonomi Mustahik
64
Menurut Hardianto (2017) pendidikan merupakan bagian
terpenting dari proses pembangunan nasional, selain itu pendidikan juga
merupakan penentu ekonomi dari suatu negara. Para ekonom juga
sependapat bahwa sumber daya manusia (human resources) dari suatu
bangsa bukan berbentuk modal fisik ataupun berbentuk material,
melainkan merupakan faktor yang akan menentukan karakter dan
kecepatan pembangunan sosial dan ekonomi suatu bangsa.
Nugroho (2014) menyatakan bahwa ada 3 (tiga) teori tentang
pengaruh pendidikan terhadap pertumbuhan ekonomi, yaitu:
a) Teori modal manusia, teori ini menjelaskan proses dimana pendidikan
memiliki pengaruh positif pada pertumbuhan ekonomi. argumensi
yang disampaikan oleh pendukung teori ini adalah manusia yang
memiliki tingkat pendidikan lebih tinggi yang diukur juga dengan
lamanya waktu sekolah, akan memiliki pekerjaan dan upah yang lebih
baik dibandingkan dengan yang lebih rendah. Apabila upah
mencerminkan produktivitas, maka semakin banyak orang yang
memiliki pendidkan tinggi, maka akan semakin tinggi produktivitas,
sehingga hasilnya ekonomi nasional akan bertumbuh lebih tinggi.
b) Teori alokasi atau reproduksi status, teori ini menyatakan bahwa
tingkat pendidikan tidak selalu sesuai dengan kualitas pekerjaannya,
sehingga orang yang berpendidikan tinggi ataupun rendah tidak
berbeda produktivitasnya dalam menangani pekerjaan yang sama.
Teori ini juga menekankan bahwa dalam ekonomi modern sekarang
65
ini, angkatan kerja yang berkeahlian tinggi tidak begitu dibutuhkan
lagi karena perkembangan teknologi yang sangat cepat dan proses
produksi yang semakin dapat disederhanakan. Teori ini
memperlakukan pendidikan sebagai suatu lembaga sosial yang salah
satu fungsinya mengalokasikan personil secara sosial menurut strata
pendidikan. Keinginan mendapatkan status lebih tinggi mendorong
orang untuk mengambil pendidikan lebih tinggi. walaupun orang yang
berpendidikan tinggi memiliki proporsi lebih tinggi dalam pendapatan
nasional, akan tetapi peningkatan proporsi orang yang berpendidikan
lebih tinggi dalam suatu bangsa tidak akan secara otomatis
meningkatkan ekspansi ataupun pertumbuhan ekonomi.
c) Teori pertumbuhan kelas, teori ini menjelaskan bahwa fungsi utama
pendidikan adalah menumbuhkan struktur kelas dan
ketidakseimbangan sosial. Pendidikan pada kelompok elit lebih
menekankan pada studi-studi tentang hal bersifat klasik, kemanusiaan
dan pengetahuan lain yang tidak relevan dalam pembangunan ekonomi
masyarakat. sementara pendidikan bagi rakyat kebanyakan dibuat
sedemikian rupa untuk melayani kepentingan kelas yang dominan.
Sebagai hasilnya, proses pertumbuhan kelas menghambat kontribusi
pendidikan terhadap pertumbuhan ekonomi.
3. Hubungan Kesehatan Terhadap Ekonomi Mustahik
Menurut Tjiptoherijanto (1993), kesehatan dapat mempengaruhi
pertumbuhan ekonomi melalui beberapa cara, seperti perbaikan kesehatan
66
seseorang akan menyebabkan pertambahan dalam partisipasi tenaga kerja,
perbaikan kesehatan seseorang akan menyebabkan pertambahan dalam
partisipasi dalam tingkat pendidikan yang kemudian menyumbang
terhadap pertumbuhan ekonomi, ataupun perbaikan kesehatan
menyebabkan bertambahnya penduduk yang akan membawa tingkat
partisipasi angkatan kerja.
Cesario dkk (1980) dalam Tjiptoherijanto (1993) menjelaskan
hubungan antara program gizi dan pertumbuhan ekonomi. beliau
menyatakan bahwa:
a) Perbaikan di dalam status gizi akan menurunkan tingkat kematian dan
kesakitan, khususnya bagi penduduk usia kerja, sehingga dapat
meningkatkan hari kerja bagi yang sedang melakukan kegiatan kerja.
b) Perbaikan dalam status gizi dan kesehatan tenaga kerja akan
meningkatkan efisiensi kerja melalui peningkatan kemampuan
individualnya. Pengaruh dari program kesehatan serta gizi terhadap
penduduk usia muda akan terlihat pada peningkatan GNP melalui
pertumbuhan ekonomi, yakni dengan bertambahnya tingkat partisipasi
angkatan kerja dan seara tidak langsung melalui tingkat partisipasi
dalam dunia pendidikan.
Adapun menurut WHO (2002) menyebutkan bahwa hubungan
antara kesehatan dan pembangunan ekonomi adalah sebagai berikut:
a) Kesehatan dan pembangunan
67
Pada tingkat mikro yaitu pada tingkat individual dan
keluarga. Kesehatan adalah dasar bagi produktivias kerja dan
kapasitas untuk belajar di sekolah. Tenaga kerja yang sehat
secara fisik dan mental akan lebih enerjik dan kuat, lebih
produktif, dan mendapatkan penghasilan yang tinggi. Keadaan
ini terutama terjadi di negara-negara berkembang, dimana
proporsi terbesar dari angkatan kerja masih bekerja secara
manual.
b) Kesehatan dan kemiskinan
Berbagai indikator kesehatan di negara-negara
berpendapatan rendah dan menegah jika dibandingkan dengna
negara-negara berpendapatan tinggi, memperlihatkan bahwa
angka kesakitan dan kematian secara kuat berkorelasi terbalik
dengan pendapatan. Sebagai contoh, tingkat kematian anak pada
quantil termiskin di Bolivia dan Turki diperkirakan empat kali
lebih besar dibandingkan dengan tingkat kematian pada quantil
terkaya.
c) Kesehatan dan aspek demografis
Hal yang paling merugikan, namun kurang diperhatikan
adalah biaya yang tinggi dari kematian bayi dan anak ditinjau
dari aspek demografi. Keluarga miskin akan berusaha mengganti
anak yang meninggal dengan cara memiliki jumlah anak yang
lebih banyak. Jika keluarga miskin mempunyai banyak anak
68
maka keluarga tersebut tidak akan mampu melalukan investasi
yang cukup untuk pendidikan dan kesehatan untuk setiap
anaknya. Dengan demikian, tingginya beban penyakit pada
keluarga yang memiliki banyak anak akan menyebabkan
rendahnya investasi untuk kesehatan dan pendidikan untuk setiap
anaknya.
4. Hubungan Religiusitas Terhadap Ekonomi Mustahik
Menurut Glock dan Stark (1968) dalam Mega (2017) merumuskan
religiusitas sebagai komitmen religius (yang berhubungan dengan agama
atau keyakinan iman) yang dapat dilihat melalui aktivitas atau perilaku
individu yang bersangkutan dengan agama atau keyakinan iman yang
dianut. Religiusitas seringkali diidentikan dengan keberagaman.
Religiusitas diartikan sebagai seberapa jauh pengetahuan, seberapa kokoh
keyakinan, seberapa pelaksanaan ibadah dan kaidah serta seberapa dalam
individu dalam menghayati agama yang dianutnya dalam kehidupan
perilaku sehari-hari.
Adapun menurut Mochammad Nadjib (2013), menurut Max
Weber (1987) meyakini bahwa agama Protestan di Eropa barat telah
membantu melahirkan dan melembagakan nilai-nilai universalitas akan
kebutuhan untuk berprestasi. Peran agama merupakan faktor penentu yang
menyebabkan munculnya kapitalisme di Eropa Barat dan Amerika Serikat.
Weber menyimpulkan bahwa munculnya kapitalisme di Eropa Barat
disebabkan oleh adanya Etika Protestan yang diajarkan John Calvin.
69
Ajaran tersebut menjelaskan bahwa seseorang dalam hidupnya
memiliki tanggung jawab yang penting, bahkan ajaran tersebut sangat
tidak menganjurkan manusia hanya mengabdikan diri sepenuhnya untuk
Tuhan. Weber juga berpendapat bahwa ajaran tersebut memiliki implikasi
positif untuk berprestasi, karena senantiasa kerja keras dan menjauhi
kemalasan sehingga penganut agama Protestan tersebut selalu melakukan
segala sesuatu secara optimal, mereka menjadi pekerja keras dengan
tujuan bukan hanya mencari kekayaan, namun agar mengatasi kecemasan
agar nantinya dapat menjadi orang terpilih yang akan masuk surga.
Syed Anwar Husain (2004) dalam Mochammad Nadjib (2013),
Islam memiliki etika yang mengajarkan kepada ummatnya untuk bekerja
keras, tidak malas, berlaku hemat, tidak foya-foya dan tidak
menggantungkan hidupnya semata dari sedakah orang. Islam telah
mengajarkan kepada manusia suatu etika dan etos yang harus dipraktikkan
dalam menjalankan aktivitas pekerjaan. Hal ini sebagaimana tercantum
pada QS. Az-Zumar: 39 yang dimana terdapat perintah bagi manusia untuk
bekerja yang wajib hukumnya untuk dilaksanakan sebagai bentuk dari
ibadah.
C. Penelitian terdahulu
Beberapa penelitian tentang perkembangan ekonomi dalam mengentaskan
kemiskinan maupun telah dilakukan oleh sejumlah peneliti, berikut
diantaranya:
70
1) Mirah Titimiranti,Lutfi Aris Sasongko & Aniya Widiyani (2016).
Jurnalnya melakukan penelitian: “Analisis Faktor Yang Mempengaruhi
Tingkat Pendapatan Rumah Tangga Petani Did Aerah Program PNPM
Mandiri Pedesaan (Studi Kasus Desa Balerejo Kecamatan Dempet
Kabupaten Demak Tahun Pelaksanaan 2012)”, menggunakan regresi
linear berganda. Hasil analisa menunjukkan bahwa tingkat pendidikan
serta keikutsertaan petani penerima manfaat program PNPM Mandiri
Pedesaan berpengaruh positif terhadap peningkatan pendapatan. Namun
tingkat perbedaan umur antara petani penerima manfaat maupun tidak
menerima manfaat program PNPM Mandiri Pedesaan tidak
menunjukkan pengaruh yang signifikan dengan kenaikan tingkat
pendapatannya.
2) Nuskhiya Asfi & Holi Bina Wijaya (2015). Jurnalnya melakukan
penelitian tentang “ Efektivitas Pemberdayaan Masyarakat Dalam
Pengentasan Kemiskinan Pada Program Gerdu Kempling Di Kelurahan
Kemijen”. Penelitian ini menyimpulkan bahwa faktor utama dalam
tingkat efektivitas pemberdayaan masyarakat untuk mengatasi
kemiskinan ialah tingkat kesadaran, kseempatan menentukan pilihan
serta kemampuan dalam bertindak masyarakat di Kelurahan Kemijen.
hal ini dinilai berdasarkan peningkatan kondisi masyarakat setelah
mendapatkan bantuan dengan pendekatan Tribina dan dihubungkan
dengan karakteristik masyarakat serta proses pemberdayaannya.
71
3) Masruri & Imam Muazansyah (2010). Jurnalnya melakukan penelitian
tentang “Analisis Efektifitas Program Nasional Pemberdayaan
Masyarakat Mandiri Perkotaaan (PNPM-MP)”, menggunakan teknik
pengumpulan data melalui wawancara dan dokumentasi. Hasil penelitian
menunjukan bahwa program PNPM-MP terbilang efektif meskipun
masih banyak kekurangan. Diantaranya ialah faktor tenaga kerja serta
waktu pelaksanaan yang tidak sesuai dengan aturan dan standar yang
harus dipenuhi sehingga berimbas pada seluruh rangkaian jadwal
kegiatan yang harus dilaksanakan. Selain faktor penghambat, terdapat
faktor pendukung yang diantaranya ialah informasi dan fasilitas yang
diberikan.
4) Feiby Pisga J, Hanny P, & Salmin D. (2015). Jurnalnya melakukan
penelitian tentang “Pengaruh Pemberdayaan Usaha Kecil Terhadap
Peningkatan Pendapatan Usaha Di Kecamatan Singkil Kota
Manado”menggunakan analisis regresi sederhana. Pemberdayaan
masyarakat yang berfokus melalui usaha kecil masyarakat kecil dinilai
berhasil dan efektif walaupun masih relative rendah. Hal ini dinyatakan
dengan faktor-faktor penguatan SDM melalui pemberian pelatihan dan
penguatan modal usaha melalui pemberian bantuan/kredit modal usaha
secara parsial memberikan kontribusi positif dan signifikan terhadap
pendapatan/profit usaha kecil. Namun, rata-rata penguatan SDM dan
modal usaha sebagai bagian dari pemberdayaan usaha kecil masih relatif
72
rendah sehingga berakibat pada pencapaian pendapatan usaha yang
masih rendah.
5) Femy M. G. Tulusan & very Y. Londa (2014). Jurnalnya yang
berjudul “Peningkatan Pendapatan Masyarakat Melalui Program
Pemberdayaan Di Desa Lolah II Kecamatan Tombariri Kabupaten
Minahasa” menggunakan analisis kualitatif yang berdasarkan analisis
lapangan yang kemudian di verifikasi dengan tahap kesahihan data
melalui triangulasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pelatihan yang
berhubungan dengan kegiatan peningkatan pengembangan usaha yang
telah dilakukan oleh pemerintah melalui kegiatan pemberdayaan
masyrakat desa. Keikutsertaan masyrakat dalam program pelatihan
dinilai oleh pemerintah dan lembaga keswadayaan masyarakat berhasil
karena diikuti oleh masyarakat yang diundang. Peningkatan pendapatan
masyarakat baik meningkat maupun menurun secara nyata berhubungan
era dengan kebutuhan hidup dalam pemenuhannya. Adapun peningkatan
pendapatan masyarakat melalui Program Pemberdayaan Di Desa Lolah
II Kecamatan Tombariri Kabupaten Minahasa dilakukan melalui
berbagai program pemberdayaan yaitu kegiatan bantuan pinjaman modal
usaha melalui program nasional pemberdayaan masyarakat pedesaan,
pengembangan motivasi bekerja dan berusaha, serta pelatihan
keterampilan usaha ekonomi.
6) Andi abu bakar (2015). Jurnalnya yang berjudul “analisis determinan
dalam program pemberdayaan masyarakat tanete riattang timur,
73
kabupaten bone” menggunakan pendekatan analisis deskriptif kualitatif.
Hasi penelitian menyatakan bahwa faktor-faktor pendukung dari
pemberdayaan masyarakat di Kecamatan Tanete Riattang Timur
Kabupaten Bone ialah keterlibatan masyarakat secara aktif dalam proses
indentifikasi dan penetapan masalah, efektifitas pencapaian dari manfaat
kegiatan, manfaat partisipasi RTM, dan manfaat evaluasi. Sedangkan
faktor-faktor penghambat yaitu: tidak terlibatnya masyarakat dalam
perencanaan dan penetapan pelatihan, perencanaan dan penetapan
sosialisasi, perencanaan kebutuhan, dan perencanaan evaluasi.
7) Syaiful Bahri (2005). Tesisnya yang berjudul “Faktor-Faktor
Determinan Yang Mempengaruhi Pemberdayaan Ekonomi Keluarga
Pada Program Gerdu Taskin Di Kabupaten Jombang” menggunakan
analisis regresi linier berganda. Hasil penelitian menujukkan bahwa
variabel persepsi penerima program, intervensi perangkat desa dan
kinerja tenaga pendamping masyarakat berpengaruh secara signifikan
terhadap program pemberdayaan ekonomi keluarga di Kabupaten
Jombang.
74
D. Kerangka Penelitian
Gambar 2.2.
Kerangka pemikiran
Sosial
kemanusiaan
Pendidikan
Kesehata
n
Religius
ekonomi mustahik Pengentasan
kemiskinan
Judul :
Determinan Pemberdayaaan Masyarakat Dalam
Pengentasan Kemiskinan (Study Kasus: Zakat
Community Development Di Desa Kaduagung Tengah
kabupaten Lebak Banten)
Basis teori: pemberdayaan masyarakat, kemiskinan,
ekonomi mustahik
Uji Ordinary Least Square
Pembahasan
Kesimpulan
H
1
H
2
H
3
H
4
75
E. Hipotesis
Penulis mencoba merumuskan hipotesis yang akan di uji kebenarannya
apakah hasil penelitian akan menerima atau menolak hipotesis tersebut.
hipotesis itu adalah sebagai berikut:
1. Hipotesis 1 : Sosial kemanusiaan sebagai faktor internal pemberdayaan
masyarakat berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi mustahik dalam
mengentaskan kemiskinan.
2. Hipotesis 2 : Kesehatan sebagai faktor eksternal pemberdayaan
masyarakat berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi mustahik dalam
mengentaskan kemiskinan.
3. Hipotesis 3 : Pendidikan sebagai faktor eksternal pemberdayaan
masyarakat berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi mustahik dalam
mengentaskan kemiskinan.
4. Hipotesis 4 : religiusitas sebagai faktor religius pemberdayaan masyarakat
berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi mustahik dalam
mengentaskan kemiskinan.
76
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini dilakukan di salah satu tempat pengembangan zakat
produktif BAZNAS pusat yang berada di Desa Pasir Kaloncing, Kabupaten
Lebak, Banten. Penelitian ini termasuk jenis penelitian yang menggunakan
pendekatan kuantitatif, yaitu penelitian yang berdasarkan pada filsafat
positivisme, digunakan untuk meneliti pada populasi atau sampel tertentu.
Pengumpulan data menggunakan instrumen penelitian analisis data yang
bersifat kuantitatif/statistik dengan tujuan menguji hipotesis yang ditetapkan
(Sugiyono, 2014)
Menurut Sugiyono (2014) dalam Fitriya (2017), metode kuantitatif
terbagi menjadi dua macam, yaitu:
1. Metode eksperimen, yaitu metode penelitian yang digunakan untuk
mencari pengaruh treathment tertentu (perlakuan) dalam kondisi yang
terkontrol (laboratorium).
2. Metode survei, yaitu metode yang dilakukan pada populasi besar maupun
kecil, tetapi data yang dipelajari adalah data dari sampel yang diambil dari
populasi tersebut, sehingga ditemukan kejadian-kejadian yang relatif,
distribusi dan hubungan-hubungan antar variabel sosiologi maupun
psikologis. Penelitian survei pada umumnya dilakukan untuk mengambil
suatu generalisasi dari pengamatan yang tidak mendalam. Walauun
metode survei ini tidak mendalam. Walaupun metode survei ini tidak
77
memerlukan kelompok kontrol seperti halnya pada metode eksperimen,
namun generalisasi yang dilakukan bisa lebih akurat bila digunakan
sampel representatif.
B. Teknik Penetuan Sampel
1. Populasi dan sampel
a) Populasi
Populasi adalah kumpulan dari semua kemungkinan oran-
orang, benda-benda, dan ukuran lain, yang menjadi objek perhatian
atau kumpulan seluruh objek yang menjadi perhatian (Suharyadi &
Purwanto, 2013). Dari pendapat tersebut, dapat dikatakan populasi
adalah suatu objek yang digunakan peneliti untuk mengumpulkan
suatu data tertentu. Adapun populasi yang akan digunakan sebagai
penelitian ini adalah mustahik BAZNAS di Desa Pasir Kaloncing
Kabupaten Lebak.
b) Sampel
Menurut Sugiyono (2011), sampel adalah bagian dari jumlah
dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. Sehingga
sampel merupakan bagian dari populasi yang ada, sehingga untuk
pengambilan sampel harus menggunakan cara tertentu yang
didasarkan oleh pertimbangan-pertimbangan yang ada.
Dari beberapa yang ada, peneliti menggunakan Purposive
Sampling sebagai metode penentuan sampel. Menurut Sugiyono
78
(2011), “Purposive Sampling adalah teknik penentuan sampel dengan
penentuan tertentu”.
Dari pengertian tersebut, peneliti menentukan sifat-sifat dan
karateristik yang sesuai untuk digunakan dalam penelitian. Adapun
sampel yang digunakan oleh peneliti adalah mustahik BAZNAS pusat
yang menerima bantuan program ZCD di Desa Pasir Kaloncing
Kabupaten Lebak.
Menurut Arikunto (2006) dalam fitriyah (2017) mengatakan
“apabila subjeknya kurang dari seratus, lebih baik diambil semua
sehingga penelitiannya merupakan populasi. Tetapi, jik ajumlah subjek
besar, dapat diambil antara 10-15% atau 15-25% atau lebih” pendapat
tersebut sesuati dengan apa yang disampaikan Roscoe dalam Sugiyono
(2011), “ukuran sampel yang layak dalam penelitian adalah 30 sampai
dengan 500”.
Dari keseluruhan populasi penelitian, semuanya berjumlah total
353 mustahik yang menempati wilayah Desa Pasir Kaloncing. Maka
sesuai dengan pendapat diatas, jumlah sampel dalam penelitian ini
dapat diambil 25% atau lebih dari keseluruhan jumlah populasi.
Sehingga didapat sampel untuk penelitian ini berjumlah 110 mustahik.
C. Teknik Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
kuesioner/angket. Menurut Purwoastuti dan Walyani (2014) dalam Gessy
(2017), “kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan
79
dengan cara memberikan seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis
kepada para responden untuk di jawab”.
Berdasarkan pendapat di atas, untuk memenuhi data yang dibutuhkan.
Peneliti memberikan beberapa pertanyaan tertulis yang telah disusun dalam
sebuah angket kepada para mustahik yang telah menerima manfaat program
ZCD dari BAZNAS.
D. Metode Analisis Data
1) Uji Kualitas Data
Sebelum menguji hipotesis, diperlukan tahapan awal dalam
pengujian terhadap validitas dan reabilitas data. Uji validitas dimaksudkan
untuk mengukur kualitas data. Pengujian ini dilakukan dengan analisis
faktor, dengan tujuan memastikan bahwa masing-masing pertanyaan akan
terklasifikasi pada variabel-variabel yang telah ditentukan (construct
validity).
Menurut Kaiser dan Rice dalam Narsa dan Rani (2001) untuk
menunjukan construct validity dari masing-masing variabel, maka nilai
Kaiser Mayer Olkin Measur of Sampling Adequacy (Kaiser’s MSA) harus
di atas 0.05, dimana butir pertanyaan dapat dikatakan valid.
Sedangkan uji realibitas dilakukan dengan menghitung besarnya
cronbach alpha coefficient untuk masing-masing data yang di uji. Nilai
kritis cronbach alpha adalah 0.50, dimana suatu variabel dikatakan reliable
jika memberikan cronbach alpha > 0.60 (Nunnaly, 1967 dalam Ghozali
2001).
80
2) Uji Asumsi Klasik
Adapun pengujian yang dilakukan sebagai berikut:
a) Normalitas
Menurut Narsa dan Rani (2001) dalam Ceni (2009) bahwa
dalam pengujian regresi syarat yang harus dipenuhi pertama kali
adalah uji normalitas, apakah data yang diperoleh berdistribusi normal
atau tidak. Peneliti melihat kenormalan data pada grafik normalplot,
dimana bila data menyebar di sekitar garis regresi diasumsikan
mendeteksi kenormalan.
b) Uji Multikolonearitas
Uji multikolonieritas bertujuan untuk menguji apakah model
regresi ditemukan adnaya korelasi antar variabel bebas (indepnde).
Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi di abtara
variabel independen. Jika variabel independen saling berkorelasi, maka
variabel-variabel ini tidak ortogonal. Variabel ortogonal adalah
variabel independen yang nilai korelasi antar sesama variabel
independen sama dengan nol (Ghozali, 2001).
Lebih lanjutnya Ghozali menyatakan bahwa multikolonearitas
dapat dilihat dari nilai tolerance dan lawannya serta variance inflation
variabel (VIF). Nilai cutoff yang umum dipakai untuk menunjukkan
adanya multikolonieritas adalah dengan nilai tolerance < 0.10 atau
sama dengan nilai VIF > 10.
c) Uji Autokorelasi
81
Uji autokorelasi bertujuan menguji apakah dalam model regresi
linear ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengna
kesalahan pengganggu pada periode t-1 (sebelumnya). Jika terjadi
korelasi, maka dinamakan ada problem autokorelasi. Autokorelasi
muncul karena observas yang berurutan sepanjang waktu berkaitan satu
sama lainnya. Masalah ini timbul karena residual (kesalahan
pengganggu) tidak bebas dari satu observasi ke observasi lainnya
(Ghozali, 2001).
Menurut Oramahi (2007) untuk mendeteksi terjadi autokorelasi
atau tidak, dapat dilihat melalui nilai Durbin-Watson (DW) yang bisa
dijadikan patokan untuk mengali keputusan adalah:
1) Bila nilai D-W < -2, berarti ada autokorelasi positif.
2) Bila nilai D-W diantara -2 dengan 2, berarti tidak terjadi
autokorelasi.
3) Bila nilai D-W > 2 berarti ada autokorelasi negatif.
d) Uji Heterokedastisitas
Uji heterokedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam
model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu
pengamatan ke pengamatan lain.
3) Uji Hipotesis
Teknik analisis data untuk pengujian hipotesis menggunakan
regresi linier sederhan. Untuk menguji hipotesis pengaruh kesehatan,
pendidikan, sosial kemanusiaan serta religiusitas terhadap pertumbuhan
82
ekonomi mustahik, alat uji yang digunakan regresi linier sederhana (simple
linear regression), dimana persamaannya adalah sebagai berikut:
Y = a + e + a1Xi + a2Xii + a3Xiii + a4Xiv
H = a + h = a1Si + a2Sii + a3L + a4M
Keterangan :
Si = Xi = kesehatan
Sii = Xii = pendidikan
L = Xiii = sosial kemanusiaan
M = Xiv = religiusitas
H = Y = ekonomi mustahik
a = konstanta
e = Exogennous Variable
a1,a2,a3,a4 = koefisien variabel
Dalam pengujian regresi ini terdapat beberapa analisis yang
digunakan, yaitu:
a) Uji R2 (koefisien determinasi)
Koefisien determinasi bertujuan untuk mengukur seberapa jauh
kemampuan model dapat menjelaskan variasi variabel dependen
(Ghazali, 2001). Dalam pengujian hipotesis dilihat dari besarnya nilai
R2 atau R square.
b) Uji signifikansi simultan (uji statistika F)
83
Uji statistik F pada dasarnya menunjukkan apakah semua
variabel independen atau bebas yang dimasukkan dalam model
mempunyai pengaruh secara bersama-sama terhadap variabel
dependen/terikat. Untuk menguji hipotesis ini digunakan statistik F
dengan kriteria pengambilan keputusan sebagai berikut:
1) Quick look : bila nilai F lebih besar daripada 4 maka H0 dapat ditolak
pada derajat kepercayaan 5%. Dengan kata lain kita menerima
hipotesis alternatif, yang menyatakan bahwa semua variabel
independen secara serentak dan signifikan mempengaruhi variabel
dependen.
2) Membandingkan nilai F hasil perhitungan dengan nilai F menurut
tabel. Bila nilai Fhitung lebih besar daripada nilai F tabel, maka H0
ditolak dan menerima Ha.
c) Uji signifikan parameter individual (uji statistik t)
Uji statistik t pada dasarnya menunjukkan seberapa jauh pengaruh
satu variabel independen secara individual dalam menerangkan variasi
variabel dependen. Cara melakukan uji t pada penelitian ini ialah dengan
melihat jumlah defree of freedom (df) adalah 20 atau lebih, dan derajat
kepercayaan sebesar 5%, maka H0 yang menyatakan bi= 0 dapat ditolak
bila nilai t lebih besar dari 2 (dalam nilai absolut). Dengan kata lain kita
menerima hipotesis alternatif, yang menyatakan bahwa suatu variabel
independen secara individual mempengaruhi variabel dependen.
84
E. Batasan Operasional Variabel
Definisi operasional variabel adalah bagaimana menemukan dan
mengukur variabel-variabel tersebut di lapangan dengna merumusan secara
singkat dan jelas serta tidak menimbulkan berbagai tafsiran, pertanyaan atau
pernyataan dalam kuesioner untuk masing-masing variabel. Dalam penelitian
ini di ukur dengan menggunakan skala likert yaitu merupakan metode yang
mengukur sikap dengan menyatakan setuju atau ketidak setujuannya terhadap
subjek, objek atau kejadian tertentu (Indirantoro & Supomo, 1999). Dimana
jawaban diberi skor dengan menggunakan lima (5) point skala liker, yaitu :
nilai 1 sangat tidak setuju (STS), 2 tidak setuju (TS), 3 cukup setuju (CS), 4
setuju (S), dan 5 sangat setuju (SS).
1. Perubah terikat (variabel dependen)
Pertumbuhan ekonomi mustahik merupakan hasil dari determinan
ZCD yang telah dilakukan kepada masyarakat Kampung Pasir Kaloncing Desa
Kaduagung tengah. Pendapat responden berasal dari opini responden tentang
2. Perubah bebas (variabel independen)
a) Kesehatan
b) Pendidikan
c) Sosial kemanusiaan
d) Religiusitas
85
Tabel 3.1.
Tabel Operasional Variabel
Variabel Sub Variabel Indikator Pengukura
n skala
likert
Kesehatan
(X1)
1. kesehatan
masyarakat.
2. pelayanan
kesehatan.
3. Jaminan
kesehatan.
1. ketersediaan
fasilitas air bersi
untuk mandi dan
cuci di setiap
rumah.
2. Ketersediaan
fasilitas kamar
mandi dan jamban
di dalam rumah.
3. Sumber air minum.
4. Tersedia sarana
Puskesmas/Poskesd
es.
5. Tersedia sarana
Polindes.
6. Tersedia sarana
Posyandu.
7. Ketersediaan
dokter/bidan
bersertifikat.
8. Tingkat kepesertaan
BPJS di masyarakat.
Interval
Pendidikan 1. Tingkat 1. Tingkat pendidikan Interval
86
(X2) pendidikan dan
literasi.
2. Fasilitas
pendidikan
penduduk desa.
2. Masyarakat dapat
membaca dan
berhitung.
3. Tersedia sarana dan
prasarana belajar.
4. Akses ke sekolah
terjangkau dan
mudah.
5. Ketersediaan jumlah
guru memadai.
sosial
kemanusiaa
n
(X3)
1. Sarana ruang
interaksi
terbuka
masyarakat.
2. Infrastruktur
listrik,
komunikasi
dan informasi.
3. Mitigasi
bencana alam.
1. Ketersediaan sarana
olahraga.
2. Terdapat kelompok
kegiatan warga.
3. Ketersediaan aliran
listrik.
4. Terdapat akses
komunikasi
(handphone).
5. Terdapat akses
internet.
6. Terdapat siaran
televisi atau radio.
7. Penanggulangan
bencana.
Interval
Religiusitas
(X4)
1. Tersedianya
sarana dan
pendamping
keagamaan.
1. Tersedianya masjid
di lingkungan
masyarakat.
2. Akses ke masjid.
Interval
87
2. Tingkat
pengetahuan
agama
masyarakat.
3. Tingkat
aktivitas
keagamaan dan
partisipasi
masyarakat.
3. Terdapat
pendamping
keagamaan.
4. Tingkat literasi Al-
quran masyarakat.
5. Kesadaran
masyarakat untuk
zakat dan infak.
6. Terselenggaranya
kegiatan rutin
keagamaan.
7. Tingkat partisipasi
masyarakat untuk
sholat 5 waktu
berjamaah.
Ekonomi
Mustahik
(Y)
1. Kegiatan
ekonomi
produktif.
2. Pusat
perdangangan
desa.
3. Akses
transporatasi
dan jasa
logistik/pengiri
man.
4. Akses lembaga
1. Memiliki
diversifikasi produk
unggulan/sentra
produksi.
2. Tingkat partisipasi
angkatan kerja.
3. Terdapat komunitas
penggiat industri
kreatif.
4. Terdapat pasr
sebagai sarana
perdagangan dan
Interval
88
keuangan. penyedia kebutuhan
masyarakat baik
tradisional dan
online.
5. Terdapat tempat
berdagang.
6. Aksesibilitas jalan
desa.
7. Terdapat moda
transportasi umum.
8. Terdapat jasa
logistik.
9. Tersedianya dan
teraksesnya lembaga
keuangan syariah
dan konvensional.
10. Keterlibatan
masyarakat
terhadapa rentenir.
11. Tingkat pengguna
jasa/layanan
lembaga keuangan.
89
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Objek Penelitian
1. Sejarah Singkat Serta Visi Dan Misi Badan Amil Zakat Nasional
(BAZNAS)
Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS) merupakan badan resmi
dan satu-satunya yang dibentuk oleh pemerintah berdasarkan Keputusan
Presiden RI No. 8 Tahun 2001 yang memiliki tugas dan fungsi
menghimpun dan menyalurkan zakat, infaq, dan sedekah (ZIS) pada
tingkat nasional.Lahirnya Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2011 tentang
Pengelolaan Zakat semakin mengukuhkan peran BAZNAS
sebagailembaga yang berwenang melakukan pengelolaan zakat secara
nasional.
Dalam undang-undang tersebut, BAZNAS dinyatakan sebagai
lembaga pemerintah non-struktural yang bersifat mandiri dan bertanggung
jawab kepada Presiden melalui Menteri Agama.Dengan demikian,
BAZNAS bersama Pemerintah bertanggung jawab untuk mengawal
pengelolaan zakat yang berasaskan: syariat Islam, amanah, kemanfaatan,
keadilan, kepastian hukum, terintegrasi dan akuntabilitas.
2. Visi Dan Misi BAZNAS
Sebagai lembaga yang memiliki sertifikasi ISO 9001:2014 serta
menjadi badan amil yang membantu tugas pemerintah sesuai dengan
undang-undang, BAZNAS memiliki visi “Menjadi Pengelola Zakat
90
Terbaik dan Terpercaya di Dunia”. Adapun misi untuk mencapai visi
tersebut ialah:
a) Mengkoordinasikan BAZNAS provinsi, BAZNAS kabupaten/kota, dan
LAZ dalam mencapai target-target nasional.
b) Mengoptimalkan secara terukur pengumpulan zakat nasional.
c) Mengoptimalkan pendistribusian dan pendayagunaan zakat untuk
pengentasan kemiskinan, peningkatan kesejahteraan masyarakat, dan
pemoderasian kesenjangan sosial.
d) Menerapkan sistem manajemen keuangan yang transparan dan
akuntabel berbasis teknologi informasi dan komunikasi terkini.
e) Menerapkan sistem pelayanan prima kepada seluruh pemangku
kepentingan zakat nasional.
f) Menggerakkan dakwah Islam untuk kebangkitan zakat nasional melalui
sinergi ummat.
g) Terlibat aktif dan memimpin gerakan zakat dunia.
h) Mengarus utamakan zakat sebagai instrumen pembangunan menuju
masyarakat yang adil dan makmur, baldatun thayyibatun warabbun
ghafur.
i) Mengembangkan kompetensi amil zakat yang unggul dan menjadi
rujukan dunia.
3. Zakat Community Development (ZCD)
ZCD adalah program pengembangan komunitas dengan
mengintegrasikan aspek sosial (pendidikan, kesehatan, agama, lingkungan,
91
dan aspek sosial lainnya) dan aspek ekonomi secara komprehensif yang
pendanaan utamanya bersumber dari zakat, infak dan sedekah sehingga
terwujud masyarakat sejahtera dan mandiri.
Tujuan adanya program ZCD yang utama adalah “Terwujudnya
Masyarakat Sejahtera dan Mandiri”. Adapun tujuan khusus program ZCD
adalah :
a) Menumbuhkan kesadaran dan kepedulian Mustahik/penerima manfaat
tentang kehidupan yang berkualitas.
b) Menumbuhkan partisipasi menuju kemandirian masyarakat.
c) Menumbuhkan jaringan sosial ekonomi kemasyarakatan.
d) Menciptakan program pemberdayaan yang berkelanjutan dalam
mewujudkan dan kemandirian masyarakat.
Program ZCD meliputi kegiatan pembangunan masyarakat dalam
berbagai aspek kehidupan sehingga terwujud masyarakat yang memiliki
keberdayaan dalam pendidikan, kesehatan, ekonomi dan kehidupan
beragama yang disebut dengan “Caturdaya Masyarakat”. Caturdaya
Masyarakat dalam program ZCD merupakan unsur utama dan saling
terkait satu dengan yang lain. Dengan demikian, masyarakat dapat
dikategorikan sebagai masyarakat yang sejahtera dan mandiri apabila telah
memenuhi empat daya tersebut.
ZCD sendiri ditujukan bagi masyarakat desa yang membutuhkan
sesuai dengan indikator yang telah dirumuskan oleh BAZNAS
sebelumnya. Sehingga bantuan yang diberikan tepat sasaran dan
92
mempunyai efek jangka panjang bagi para mustahik. Hingga akhir tahun
2016, sudah tercatat 25 desa penerima manfaat program ZCD. Salah
satunya ialah Desa Kaduagung Tengah yang berada di Provinsi Banten.
4. Kondisi Demografis Desa Kaduagung Tengah
Desa Kaduagung Tengah merupakan salah satu desa yang terletak
di Kecamatan Cibadak, kecamatan ini memiliki beberapa batas desa yang
mengelilingi Desa Kaduangung Tengah, berikut ialah peta demografi
Kecamatan Cibadak:
Gambar 4.1.
Peta Kecamatan Cibadak
Sumber: Badan Pusat Statistik 2014
Desa Kaduagung Tengah berasal dari sebagian wilayah kerja Desa
Kaduagung Timur Kecamatan Cibadak yang terdiri dari:
a) Kampung Cibodas
93
b) Kampung Pasir dengung
c) Terminal mandala
d) Kompleks BTN Mandala
e) Kampng pasir kaloncing
f) Kampung kebon cau
g) Kampung sumur buang
h) Kompleks BTN Griya Kaduagung Indah
Luas wilayah Desa Kaduagung Tengah Kecamatan Cibadak kurang
lebih 198 Ha (seratus sembilan puluh delapan hektar). Desa Kaduagung
dikelilingi oleh batas-batas desa, meliputi:
a) Sebelah utara berbatasan dengan Desa Pasarkeong dan Desa Malabar
Kecamatan Cibadak.
b) Sebelah barat berbatasan dengan Desa Kaduagung Barat Kecamatan
Cibadak.
c) Sebelah selatan berbatasan dengan Kaduagung Timur dan Bojog Leles
Kecamatan Cibadak.
d) Sebelah Timur berbatasan dengan Desa Kaduagung Timur Kecamatan
Cibadak.
94
Adapun jumlah penduduk di setiap desa dapat diterangkan di tabel
berikut:
Gambar 4.2.
Jumlah Penduduk Desa
sumber: Proyeksi Sp’10 Desa
5. Masyarakat Kampung Pasir Kaloncing Desa Kaduagung Tengah
Desa Kaduagaung Tengah merupakan desa yang terdapat di
Provinsi Banten, Kabupaten Lebak. Desa ini merupakan desa pemekaran
95
dari desa induk yang sebelumnya, yaitu Desa Kaduagung Timur Desa
Kaduagung Tengah memiliki sekitar 1105 keluarga yang tersebar di
berbagai kampung, salah satunya ialah Kampung Pasir Kaloncing.
Pasir Kaloncing merupakan kampung yang berada dekat dengan
akses jalan menuju daerah perkotaan. Dengan adanya 6 RT yang
tersebar,menjadi tidak menjadikan masyarakat kampung ini mendapatkan
kehidupan yang layak. Banyak dari beberapa masyarakat yang tinggal di
kampung tersebut menjadi mustahik dan memerlukan bantuan baik secara
materil maupun immateril.
Terlihat dari data program ZCD yang dijalankan BAZNAS pada
tahun 2014 hingga tahun 2016, sudah tercatat sekitar 357 keluarga dengan
total 1428 jiwa yang menerima manfaat program tersebut.
Beberapa mustahik yang terdaftar, telah mendapatkan bantuan
program yang dapat membantu para mustahik dalam mengurangi tingkat
kemiskinan. Adapun beberapa program yang telah dijalankan oleh pihak
BAZNAS berpacu terhadap fungsi juga efek jangka panjang bagi para
mustahik. Beberapa program yang telah berjalan hingga saat ini ialah:
a) Bedah Rumah
Program ini ditujukan bagi mustahik dengan tingkat kerusakan
rumah yang sangat parah/hampir roboh. Bantuan ini dilakukan secara
gratis oleh BAZNAS bagi mustahik. Tidak ada pemungutan biaya sama
sekali hingga saat penyerahan kunci kepada para mustahik.
b) Pembangunan Toren/Tangki
96
Program ini bertujuan agar masyarakat dapat mencukupi
kegiatan sehari-hari yang berhubungan dengan air bersih. Pembuatan
toren/tangki air di pusatkan di beberapa titik yang kesulitan air dan
terjangkau oleh mustahik.
c) Pembentukan Kelompok Industri Ekonomi Kreatif
Program ini dibuat oleh BAZNAS sebagai fungsi ekonomi di
dalam program ZCD. Pembentukan kelompok industri ekonomi kreatif
ini dirumuskan dengan kemampuan mustahik dalam mengelola kegiatan
tersebut secara jangka panjang. Dalam program ini, mustahik diberikan
pembelajaran mengenai cara kerja serta diberikan modal bagi
kelompoknya. Salah satu bentuk dari program ini yang telah berjalan di
Kampung Pasir Kaloncing ialah pembentukan kelompok industri
ekonomi kreatif berbasis jamur. Dimana para mustahik diajarkan dan
diberikan bantuan berupa tempat serta bibit jamur tersebut.
d) Kunjungan Dokter Gratis
Kunjungan yang dilakukan oleh BAZNAS Pusat berkejasama
dengan BAZNAS Provinsi Banten dalam memberikan pelayanan gratis
bagi mustahik.
e) Bantuan Sembako
Bantuan yang diberikan kepada setiap kepala keluarga mustahik,
bantuan berupa kebutuhan pokok untuk mencukupi konsumsi mustahik.
f) Bantuan Kurban
97
Bantuan yang diberikan ialah berupa kambing yang masih hidup,
sehingga mustahik dapat memotongnya sendiri dengan pembagian jatah
daging yang sudah diperhitungkan sebelumnya.
g) Pemberian Bantuan Pinjaman Tanpa Bunga
Bantuan ini ditujukan bagi mustahik yang mampu dalam
melakukan hal bisnis namun mempunyai kendala dalam keuangan.
Sehingga BAZNAS memberikan bantuan berupa pinjaman tanpa bunga
kepada mustahik tersebut. pemberian dana bantuan tersebut dilakukan
secara bergilir kepada para mustahik dalam jangka waktu tertentu.
h) Penambahan Watt Listrik
Bantuan yang diberikan berupa subsidi listrik beberapa watt
yang akan dipergunakan sebagai kepentingan masyarakat maupun bagi
masyarakat yang kurang mampu dalam memenuhi kebutuhan listriknya.
i) Pengobatan Gratis
BAZNAS Pusat memberikan bantuan pengobatan gratis
bekerjasama dengan rumah sakit daerah. Program ini ditujukan agar
mustahik dapat melaksanakan program ZCD dengan keadaan yang
sehat.
6. Kisah Inspiratif Mustahik
Dalam keberlangsungan program ZCD di Kampung Pasir
Kaloncing, terdapat testimoni maupun kisah masyarakat yang
mendeskripsikan bagaimana program ZCD yang telah berjalan di Desa
98
Kaduagung Tengah. Berikut adalah beberapa kisah inspiratif mustahik
yang telah penulis rangkum:
a) Kisah Inspiratif Ibu Jumiyati (Salah Satu Mustahik Penerima
Program Bedah Rumah)
Di tengah kondisi masyarakat Kampung Pasir Kaloncing, terdapat
beberapa rumah yang memiliki kondisi kurang baik. Salah satunya ialah
rumah Ibu Jumiyati, rumah beliau hanya beralaskan tanah dan bertembok
rotan. Beliau harus rela untuk menerima tumpahan air akibat genteng
rumah yang hampir bocor oleh hujan, dan hampir setiap saat beliau harus
siap siaga dengan ember agar tumpahan air hujan tidak membanjiri
rumah.
Keadaan tersebut pun berimbas kepada perginya semua anak Ibu
Jumiyati dari rumah tersebut dengan alasan tidak betah untuk tidur
disana, padahal beliau merupakan seorang yang sudah berumur dan
memerlukan perhatian lebih. Ibu Jumiyati sendiri hanya sebagai
pengangguran yang dimana hidupnya sering menggantungkan kepada
hidup orang lain. Dalam hal makanan, banyak dari tetangga yang datang
untuk sekedar membawakan makanan untuk Ibu Jumiyati. Namun tak
ada tindakan lebih lanjut dari masyarakat terkait rumah Ibu Jumiyati
yang hampir roboh karena memang kondisi perekonomian masyarakat
yang hanya bisa mengurusi rumah tangganya masing-masing.
Hingga saat BAZNAS Pusat datang membawa program bedah
rumah ZCD ke Kampung Pasir Kaloncing, Pak Gunadi selaku ketua RW
99
dengan sigap mendaftarkan rumah Ibu Jumiyati kedalam daftar
rehabilitasi rumah. Hal ini tentunya dengan persyaratan bahwa kondisi
rumah mustahik dalam kondisi yang sangat perlu dibantu dengan kata
lain hampir roboh sehingga bisa mengancam keselamatan mustahik.
Laporan tersebut akhirnya membawa kabar baik, Ibu Jumiyati
merupakan mustahik pertama yang mendapatkan program bedah rumah
dari BAZNAS. Ibu Jumiyati sangat senang ketika tim BAZNAS Pusat
datang kerumahnya untuk melakukan survey lapangan. Beliau
menjelaskan bahwa beliau sangat berterimakasih kepada BAZNAS
karena saat program bedah rumah akan dilaksanakan dan tidak ada
pungutan biaya apapun.
Beliau menambahkan bahwa hingga sampai saat terakhir rumah
dibangun dan pemberian kunci, beliau tidak pernah dipungut biaya
sepeser pun. Perbaikan yang diterima Ibu Jumiyati hampir keseluruhan
rumah, beliau menyatakan bahwa hampir 3 bulan lebih rumahnya
direnovasi hingga jadi secara sempurna. Hingga akhirnya anaknya
kembali untuk tinggal disana bersama dengan Ibu Jumiyati.
Selain program bedah rumah, Ibu Jumiyati juga mengaku pernah
mendapatkan bantuan sembako, bantuan kurban serta bantuan
pengobatan gratis. Ibu Jumiyati menjelaskan bahwa selama ada program
sembako, beliau merasa sangat terbantu karena beliau merasa tidak
membebani orang lain untuk membantunya. Beliau juga merasa sangat
berterimakasih ketika ada program pengobatan gratis dari BAZNAS.
100
Karena secara kebetulan ketika program pengobatan gratis dilakukan
kondisi Ibu Jumiyati sedang tidak baik. Beliau menjelaskan ketika
pengobatan gratis, Ibu Jumiyati sempat ditawarkan untuk rawat inap
secara gratis, namun beliau bersikukuh untuk tetap diberikan obat saja
ketimbang harus rawat inap. Alasannya ialah saat itu beliau takut kalau
nanti terjadi hal yang tidak mengenakkan saat di rawat, padahal kondisi
ekonomi beliau sedang buruk.
Akan tetapi, Ibu jumiyati menyesalkan karena program
pengobatan gratis hanya terjadi sekali dan pembagian sembako hanya
tiga kali. Beliau juga menyarankan agar ketika pembagian sembako,
pihak BAZNAS turut ikut hadir agar tidak terjadi kesalahpahaman dalam
pembagian sembako.
Dari seluruh cerita yang Ibu Jumiyati paparkan, beliau
menyatakan bahwa beliau bingung dengan keberlangsungan program
ZCD BAZNAS pada tahun ini karena sama sekali tidak ada bantuan yang
datang sejak awal tahun 2018 hingga terakhir penulis mewawancarai Ibu
Jumiyati. Harapan terakhir Ibu Jumiyati terhadap BAZNAS ialah agar
program pemberdayaan di Kampung Pasir Kaloncing terus berjalan,
karena masih banyak mustahik yang mengalami kekurangan dan perlu
dibantu.
b) Kisah Inspiratif Ibu Arsonah (Salah Satu Mustahik Penerima
Program Pinjaman Bebas Bunga)
101
Kala itu, Ibu Arsonah merupakan seorang yang sering
menggantungkan kehidupannya dengan cara berjualan bakwan maupun
gorengan lainnya dengan berkeliling desa. Ibu Arsonah mulai membawa
gorengannya dari waktu matahari terbit hingga siang hari mengelilingi
kampung. Namun, tak jarang Ibu Arsonah harus pulang lebih lama ketika
jajanan gorengannya tidak terjual habis. Untung rugi sudah menjadi
resiko setiap hari Ibu Arsonah, bahkan jika gorengan tidak laku terjual,
Ibu Arsonah membagikannya kepada tetangga.
Kehidupan Ibu Arsonah dapat dibilang lumayan tercukupi
walaupun hanya untuk kebutuhan pangan keluarga sehari-hari. Suaminya
yang hanya kerja sebagai kuli panggilan tentu saja membuat Ibu Arsonah
terbantu walaupun hanya sedikit. Ibu Arsonah memiliki 2 orang anak
laki-laki yang masih bersekolah di jenjang pendidikan SD, kedua anak
Ibu Arsonah tidak mempunyai kesempatan untuk memiliki uang jajan
setiap hari karena uang tersebut harus digunakan untuk ongkos menuju
sekolah. Tak jarang kedua anak tersebut mengeluh kepada Ibu Arsonah
agar diberikan uang jajan, namun karena memang pendapatan Ibu
Arsonah dengan suami hanya cukup untuk biaya kebutuhan hidup
sehingga tidak bisa memberikan anak mereka uang jajan setiap hari.
Ibu Arsonah juga tidak jarang untuk meminjam uang modal
kepada para rentenir agar terus bisa berjualan, namun beliau
mengeluhkan bahwa pinjaman tersebut sering tidak masuk akal karena
bunga pengembalian yang sangat besar. Di satu sisi lain, Ibu Arsonah
102
tidak dapat menolak penawaran dari rentenir karena saat itu Ibu Arsonah
tidak memiliki akses ke lembaga keuangan serta dalam kondisi harus
terus berjualan.
Oleh karena itu, Ibu Arsonah memiliki mimpi untuk membangun
usaha keci-kecilan yang mampu menopang kehidupannya agar lebih baik
dan terhindar dari rentenir. Sehingga ketika Tim BAZNAS Pusat datang
dan memiliki rencana untuk membiayai para mustahik yang memang
memiliki niat baik dalam berusaha di bidang bisnis. Kesempatan tersebut
tidak Ibu Arsonah sia-siakan, berbekal informasi bahwa untuk
mendapatkan sejumlah pembiayaan harus melalui proposal. Maka Ibu
Arsonah menyiapkan semua persyaratan termasuk proposal tersebut
untuk mengajukan pembiayaan.
Perjuangan Ibu Arsonah akhirnya tidak sia-sia, beliau
mendapatkan bantuan pembiayaan tahap pertama sebesar Rp. 500.0000,
modal tersebut Ibu Arsonah gunakan untuk membeli bahan gorengan
serta untuk membeli barang kebutuhan dagang lainnya. Ibu Arsonah
akhirnya dapat menambah produk jualannya yang sebelumnya hanya
bakwan, kini bisa bertambah hingga pisang coklat, ketupat sayur dan
beberapa manisan seperti gemblong.
Berawal dari pinjaman tersebut, Ibu Arsonah kembali melakukan
permohonan pembiayaan kepada BAZNAS hingga akhirnya Ibu Arsonah
mendapatkan modal pada tahap kedua sebesar Rp. 1.000.000, dari
bantuan tersebut Ibu Arsonah juga mulai menyicil untuk membeli alat-
103
alat memasak yang membantu dalam berjualan seperti panggangan untuk
membuat kue kering.
Ibu Arsonah menceritakan bahwa selama ini beliau lancar dalam
hal membayar balik pembiayaan tersebut, sehingg dipercaya oleh
BAZNAS untuk mendapatkan pembiayaan tahap ketiga sebesar Rp.
1.500.000, dari sanalah ide untuk membangun warung sendiri terbentuk.
Dengan tekad dan semangat, Ibu Arsonah dibantu dengan suaminya
mulai membeli peralatan seperti kayu, paku dan lainnya untuk
membangun warung kecil dari modal tersebut. tak lupa Ibu Arsonah juga
menggunakan modal tersebut untuk membeli jajanan snack ringan agar
makin bervariasi barang di warungnya nanti.
Hingga pada saat akhirnya warung tersebut terbentuk, Ibu
Arsonah melakukan permohonan kembali kepada BAZNAS Pusat agar
dibantu secara modal untuk berjualan di warung barunya. Permohonan
itupun diterima dan akhirnya Ibu Arsonah mendapatkan bantuan tahap
keempat sebesar Rp. 2.000.000 . dari modal besar itupun beliau
menambah produk jualan warungnya dan membenahi warungnya.
Hingga saat ini, total produk yang ia jual bukan hanya sebatas gorengan,
namun bertambah menjadi makanan berat dan snack ringan maupun
minuman beraneka rasa. Dari keuntungannya berjualan hingga saat ini
beliau dapat memenuhi kebutuhan hidupnya yang lebih baik, dan dapat
memberikan uang jajan kepada anaknya setiap hari. Beliau juga
104
bersyukur utangnya di rentenir dapat tertutupi oleh keuntungan dari
pembiayaan tersebut.
Dari pengalaman tersebut, Ibu Arsonah sangat bersyukur bahwa
ia mendapatkan kesempatan pembiayaan dari BAZNAS. Dengan niatan
kuatnya lagi, ia berharap akan membuka toko klontong yang dapat
memenuhi kebutuhan harian di kampungnya. Namun niat tersebut harus
beliau sampingkan karena ketika Ibu Arsonah memohon pengajuan
pembiayaan, ia ditolak oleh pihak BAZNAS dengan alasan Ibu Arsonah
sudah bisa mandiri secara modal dan bisnis, sehingga harus digilir
kepada mustahik yang lain dan belum mendapatkan pembiayaan.
Besar harapan beliau jika masih bisa mendapatkan program
pembiayaan dari BAZNAS, sehingga ia bisa mengembangkan bisnisnya
lebih luas lagi dan terhindar dari rentenir yang setiap hari datang
menawarkan hutangnya. Ibu Arsonah juga menyampaikan sarannya
kepada BAZNAS agar setiap program pembiayaan diberikan kepastian di
awal tentang batas maksimal berapa pembiayaan yang bisa diberikan
kepada mustahik sehingga Ibu Arsonah dapat menetapkan target di setiap
proses pembiayaan tersebut agar bisa menjadi lebih benefit.
B. Hasil Analisis Dan Pembahasan Penelitian
1. Hasil Deskriptrif Karakteristik Profil Responden
Responden yang diambil untuk penelitan ini adalah para mustahik
yang menerima manfaat program ZCD di Kampung Pasir Kaloncing.
Mustahik tersebut mendapatkan bantuan berupa kebutuhan mustahik
105
dalam mengubah mereka lepas dari kemiskinan. Berikut adalah deskriptif
statistik mengenai identitas responden penelitian yang berasal dari jenis
kelamin, rentan usia, pendidikan terakhir, pekerjaan, pendapatan, dan
status perkawinan.
a) Deskripsi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin
Banyaknya responden dalam penelitian ini berdasarkan jenis
kelamin dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 4.3.
Hasil Uji Deskriptif Responden Berdasarkan Jenis Kelamin
kelamin
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Valid
laki-laki 36 32.7 32.7 32.7
Perempuan 74 67.3 67.3 100.0
Total 110 100.0 100.0
Sumber: Data diolah, 2018
Dapat disimpulkan bahwa mustahik penerima zakat produktif
di Kampung Pasir Kaloncing secara mayoritas berkelamin perempuan
dengan nilai frekuensi sebesar 74 orang dari 110 responden.
b) Deskripsi Responden Berdasarkan Rentan Usia
Gambaran responden berdasarkan rentan usia akan dijelaskan
pada tabel di bawah ini.
106
Tabel 4.4.
Hasil Uji Deskriptif Responden Berdasarkan Rentan Usia
Umur
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Valid
>50 th 27 24.5 24.5 24.5
20 - <25 th 3 2.7 2.7 27.3
25 - <35 th 21 19.1 19.1 46.4
25- < 35 th 1 .9 .9 47.3
35 - 50 th 57 51.8 51.8 99.1
35 - 50 th 1 .9 .9 100.0
Total 110 100.0 100.0
Sumber: Data diolah, 2018
Berdasarkan tabel diatas, dapat diperoleh informasi bahwa
sebanyak 57 orang atau 51.8% adalah responden yang berusia dengan
rentan 35-50 tahun. Sebanyak 27 orang atau 24.5% responden yang
berusia >50 tahun. Sebanyak 21 orang atau 19.1% responden yang
berusia dengan rentan 25 - <35 tahun. Sebanyak 3 orang atau 2.7%
responden berusia dengan rentan 20 - <25 tahun. Sebanyak 1 orang
atau 0.9% responden berusia dengan rentan 25 - <35 tahun dan 35 - 50
tahun.
107
c) Deskripsi Responden Berdasarkan Pendidikan Terakhir
Tabel 4.5.
Hasil Uji Deskriptif Responden Berdasarkan Pendidikan Terakhir
pendidikan_terakhir
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Valid
S1 1 .9 .9 .9
SD 72 65.5 65.5 66.4
SMA 15 13.6 13.6 80.0
SMP 22 20.0 20.0 100.0
Total 110 100.0 100.0
Sumber: Data diolah, 2018
Dari data yang berasal diatas, sebanyak 72 orang atau 65.5%
responden mendapatkan pendidikan terakhir SD. Sebanyak 22 orang
atau 20% responden mendapatkan pendidikan terakhir SMP.
Sebanyak 15 orang atau 13.6% responden mendapatkan pendidikan
terakhir SMA. Sedankangkan sebanyak 1 orang atau 0.9% responden
mendapatkan pendidikan terakhir S1.
108
d) Deskripsi Responden Berdasarkan Pekerjaan
Tabel 4.6.
Hasil Uji Deskriptif Responden Berdasarkan Pekerjaan
Pekerjaan
Frequency Percent Valid
Percent
Cumulative
Percent
Valid
Buruh 25 22.7 22.7 22.7
Guru 2 1.8 1.8 24.5
Ibu Rumah
Tangga
55 50.0 50.0 74.5
Karyawan Swasta 2 1.8 1.8 76.4
Pensiunan 2 1.8 1.8 78.2
Petani 3 2.7 2.7 80.9
PNS 1 .9 .9 81.8
supir truk 1 .9 .9 82.7
Wiraswasta 19 17.3 17.3 100.0
Total 110 100.0 100.0
Sumber: Data diolah, 2018
Berdasarkan tabel diatas, mayoritas pekerjaan responden
ialah ibu rumah tangga, yaitu sebesar 55 orang atau 50% dari total
responden. Kemudian disusul oleh buruh sebagai responden
terbanyak kedua sebesar 22.7% atau sebanyak 25 responden.
109
e) Deskripsi Responden Berdasarkan Pendapatan
Tabel 4.7.
Hasil Uji Deskriptif Responden Berdasarkan Pendapatan
Sumber: Data diolah, 2018
Dari data diatas, rata-rata mayoritas pendapatan terbesar oleh
responden ialah sebesar kurang dari Rp. 1.000.000, yang dimana
ditunjukan sebesar 62.7% dari total responden atau sebanyak 69
orang. Adapun gaji minoritas dimiliki hanya oleh 1 responden dari
total responden yaitu sebesar antara Rp. 4.000.000 < Rp. 5.000.000.
Pendapatan
Frequency Percent Valid
Percent
Cumulative
Percent
Valid
Antara Rp 1jt - < Rp.
2 jt
36 32.7 32.7 32.7
Antara Rp 3jt - < Rp.
4 jt
4 3.6 3.6 36.4
Antara Rp 4jt - <Rp.
5jt
1 .9 .9 37.3
kurang dari Rp.1jt 69 62.7 62.7 100.0
Total 110 100.0 100.0
110
f) Deskripsi Responden Berdasarkan Status Perkawinan
Tabel 4.8.
Hasil Uji Deskriptif Responden Berdasarkan Status Perkawinan
Sumber: Data diolah, 2018
Berdasarkan tabel diatas, dapat dilihat bahwa mayoritas
responden memiliki status perkawinan menikah sebanyak 95.5% atau
105 responden.
2. Hasil Uji Kualitas Data
a) Uji Validitas
Pengujian ini dilakukan dengan menggunakan nilai Sig (2-
tailed). Menurut Santoso (2004) dalam Ceni (2009) pedoman suatu
model dikatakan valid jika tingkat signifikansi dibawah 0,05 maka
butir pertanyaan tersebut dapat dikatakan valid.
Berdasarkan hasil pengujian validitas yang telah
dilakukan, seluruh pertanyaan tersebut valid. Hal tersebut dapat dilihat
dari tabel berikut:
status_perkawinan
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Valid
Duda/Janda 5 4.5 4.5 4.5
Nikah 105 95.5 95.5 100.0
Total 110 100.0 100.0
111
Tabel 4.9.
Hasil Uji Validitas
Butir pertanyaan Person
Correlation
Sig(2-tailed) Keterangan
Ekonomi_1 0.293 0.002 Valid
Ekonomi_2 0.331 0.000 Valid
Ekonomi_3 0.353 0.000 Valid
Ekonomi_4 0.400 0.000 Valid
Ekonomi_5 0.230 0.015 Valid
Ekonomi_6 0.290 0.002 Valid
Ekonomi_7 0.469 0.000 Valid
Ekonomi_8 0.314 0.001 Valid
Ekonomi_9 0.295 0.002 Valid
Ekonomi_10 0.308 0.001 Valid
Ekonomi_11 0.270 0.004 Valid
Kesehatan_1 0.312 0.001 Valid
Kesehatan_2 0.332 0.000 Valid
Kesehatan_3 0.336 0.000 Valid
Kesehatan_4 0.413 0.000 Valid
Kesehatan_5 0.418 0.000 Valid
Kesehatan_6 0.399 0.000 Valid
112
Kesehatan_7 0.242 0.011 Valid
Kesehatan_8 0.330 0.000 Valid
Pendidikan_1 0.252 0.008 Valid
Pendidikan_2 0.323 0.001 Valid
Pendidikan_3 0.366 0.000 Valid
Pendidikan_4 0.210 0.027 Valid
Pendidikan_5 0.401 0.000 Valid
Sosial
kemanusiaan_1
0.301 0.000 Valid
Sosial
kemanusiaan_2
0.261 0.006 Valid
Sosial
kemanusiaan_3
0.322 0.001 Valid
Sosial
kemanusiaan_4
0.323 0.001 Valid
Sosial
kemanusiaan_5
0.214 0.024 Valid
Sosial
kemanusiaan_6
0.392 0.000 Valid
Sosial
kemanusiaan_7
0.249 0.009 Valid
Religiusitas_1 0.257 0.007 Valid
Religiusitas_2 0.355 0.000 Valid
Religiusitas_3 0.390 0.000 Valid
113
Religiusitas_4 0.300 0.001 Valid
Religiusitas_5 0.257 0.007 Valid
Religiusitas_6 0.276 0.004 Valid
Religiusitas_7 0.301 0.001 Valid
Sumber: Data diolah, 2018
b) Uji Realibilitas
Realibitas menunjukan pada suatu pengertian bahwa sesuatu
instrumen cukup dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpul
data karena instrumen tersebut sudah baik. Instrumen yang baik tidak
akan bersifat tendensius mengarahkan responden untuk memilih
jawaban-jawaban tertentu.
Salah satu metode pengujian realibitas adalah dengan
menggunakan metode Alpha Cronbach yang digunakan dalam
menentukan reliabel. Tingkat realibilitas dengan metode Alpha
Cronbach diukur berdasarkan skala 0 sampai 100, jika nilai Alpha
Cronbach diatas 70% maka dikatakan reliabel atau jika Alpha
Cronbach > 0,70 (Supryadi, 2014 dalam Fitria 2017).
Adapun nilai Alpha Cronbach untuk penelitian ini ialah sebesar
0.72 yang dimana lebih besar dari 0.70. sehingga dapat dikatakan
bahwa semua variabel telah realibel atau konsisten.
114
Tabel 4.10.
Hasil Uji Realibilitas
Reliability Statistics
Cronbach's Alpha N of Items
.762 39
Sumber: Data diolah, 2018
3. Hasil Uji Asumsi Klasik
a) Hasil Uji Normalitas
Uji ini dilakukan untuk menguji apakah suatu data
berdistribusi secara normal, maka dapat dilihat melalui histogram
ataupun Normal Probability Plots.
Gambar 4.11.
Hasil Uji Normalitas
Sumber: Data diolah, 2018
115
Dari gambar histogram diatas, dapat dikatakan bahwa data
berdistribusi normal. Hal ini dibuktikan dengan terbentuknya garis
melengkung yang membentuk gunuk dan terlihat sempurna dengan
kaki yang simetris.
Sumber: Data diolah, 2018
Adapun pada hasil uji Normal Probability Plots, titik-titik
mengikuti garis diagnal titik 0 dan tidak melebar terlalu jauh, maka
dapat disimpulkan data berdistribusi normal
b) Hasil Uji Heterokedastisitas
Uji ini dilakukan untuk menguji apakah terdapat homogenitas
pada data atau tidak. Adapun hasil uji dapat dilihat di tabel berikut:
116
Gambar 4.12.
Hasil Uji Heterokedastisitas
Sumber: Data diolah, 2018
Dari data diatas, dapat diketahui bahwa penyebaran data berada
di atas dan di bawah titik 0 (nol) pada sumbu Y dan X serta tidak
membentuk pola tertentu. Sehingga dapat disimpulkan bahwa data
tidak terjadi gejala heterokedastisitas
c) Hasil Uji Autokorelasi
Adapun hasil dari uji Autokorelasi ialah sebagai berikut:
117
Tabel 4.13.
Hasil Uji Autokorelasi
Model Summaryb
Model R R Square Adjusted R
Square
Std. Error of
the Estimate
Durbin-
Watson
1 .559a .313 .287 3.324 1.403
a. Predictors: (Constant), religiusitas, pendidikan, sosial_kemanusiaan, kesehatan
b. Dependent Variable: ekonomi
Sumber: Data diolah, 2018
Berdasarkan tabel DW diatas, dapat disimpulkan bahwa tidak
terdapat gejala autokorelasi hal ini dijelaskan dengan nilai D-W yang
berada di antara -2 dan 2 yaitu sebesar 1.403, sehingga dapat
dikatakan bahwa data layak untuk dipakai.
d) Hasil Uji Multikolinearitas
Tabel 4.14.
Hasil Uji Multikolinearitas
Coefficientsa
Model
Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients t Sig.
Collinearity
Statistics
B
Std.
Error Beta Tolerance VIF
1 (Constant) 9.987 3.986 2.505 .014
118
kesehatan .429 .130 .317 3.311 .001 .713 1.402
pendidikan .403 .159 .224 2.538 .013 .841 1.189
sosial_kemanusiaan .298 .141 .192 2.118 .037 .794 1.259
religiusitas .038 .122 .030 .315 .753 .732 1.366
Sumber: Data diolah, 2018
Dari data diatas, nilai tolerance lebih besar dari 0,1 serta nilai VIF
lebih kecil dari 10. Sehingga dapat dikatakan bahwa tidak terjadi korelasi
yang sangat kuat antara setiap variabel bebas/multikolinearitas dalam
model regresi.
C. Uji Hipotesis
1) Hasil Uji Hipotesis
Hipotesis penelitian menguji pengaruh variabel kesehatan,
pendidikan, sosial kemanusiaan dan religiusitas terhadap ekonomi
mustahik setelah adanya program ZCD. Pengujian ini dilakukan dengan
menggunakan regresi linier sederhana yaitu dengan melihat uji koefisien
determinasi untuk melihat pengaruh variabel independen terhadap variabel
dependen secara individual. Hasil pengujia hipotesis dapat dilihat pada
tabel berikut:
a) Hasil Uji Koefisien Determinasi
Adapun hasil dari uji Koefisien Determinasi ialah sebagai berikut:
119
Tabel 4.15.
Hasil uji koefisien determinasi
Model Summary
Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of the
Estimate
1 .559a .313 .287 3.324
a. Predictors: (Constant), religiusitas, pendidikan, sosial_kemanusiaan, kesehatan
Sumber: Data diolah, 2018
Dari tampilan output SPSS model summary besarnya adjusted
R adalah 0.287, hal ini berarti 28.7% variasi income dapat dijelaskan
oleh variasi dari ke empat variabel independen Kesehatan, Pendidikan,
Sosial Kemanusiaan, dan Religiusitas. Sedangkan sisanya dijelaskan
oleh sebab-sebab yang lain di luar model. Standard Error of Estimate
(SEE) sebesar 3.324, dimana semakin kecil nilai SEE akan membuat
model regresi semakin tepat dalam memprediksi variabel dependen
((Ghozali, 2001: 100)
120
b) Hasil Uji Signifikansi Simultan (Uji Statistik F)
Adapun hasil dari uji Statistik F ialah sebagai berikut:
Tabel 4.16.
Hasil Uji Statistik f
ANOVAa
Model Sum of
Squares
df Mean
Square
F Sig.
1
Regression 528.339 4 132.085 11.951 .000b
Residual 1160.434 105 11.052
Total 1688.773 109
a. Dependent Variable: ekonomi
b. Predictors: (Constant), religiusitas, pendidikan, sosial_kemanusiaan,
kesehatan
Sumber: Data diolah, 2018
Dari uji ANOVA atau F test didapat nilai F hitung sebesar
11.951 dengan probabilitas 0.000. karena nilai probabilitas jauh lebih
kecil dari 0.05 maka model regresi dapat digunakan untuk
memperediksi Ekonomi atau dapat dikatakah bahwa Kesehatan,
Pendidikan, Sosial Kemanusiaan, dan Religiusitas. Secara bersama-
sama berpengaruh terhadap Ekonomi Mustahik.
121
c) Hasil Uji Signifikansi Parameter Individual (Uji Statistik T)
Adapun hasil dari uji Statistik T ialah sebagai berikut:
Tabel 4.17.
Hasil Uji t
Coefficientsa
Model Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients
t Sig.
B Std. Error Beta
1
(Constant) 9.987 3.986 2.505 .014
kesehatan .429 .130 .317 3.311 .001
pendidikan .403 .159 .224 2.538 .013
sosial_kemanusiaan .298 .141 .192 2.118 .037
religiusitas .038 .122 .030 .315 .753
a. Dependent Variable: ekonomi
Sumber: Data diolah, 2018
Dari ke empat variabel independen yang dimasukkan
kedalam model regresi. Variabel kesehatan, pendidikan, dan sosial
kemanusiaan mengalami signifikansi sedangkan variabel
religiusitas tidak signifikan. Hal tersebut dapat dilihat dari nilai
variabel kesehatan sebesar 0.001, variabel pendidikan sebesar
0.013 dan variabel sosial kemanusiaan sebesar 0.035. sedangkan
variabel religiusitas sebesar 0.753.
H = 9.987 + 0.429 Si + 0.403 Sii + 0.298 L + 0.038 M.
122
Ekonomi = 9.987 + 0.429 Kesehatan + 0.403 Pendidikan +
0.298 Sosial kemanusiaan + 0.038 religiusitas.
2) Hasil Uji Analisis DataWawancara
Hasil penelitian menguji pengaruh variabel pendidikan, kesehatan,
sosial kemanusiaan, serta religiusitas terhadap ekonomi mustahik setelah
adanya program ZCD. Pengujian ini dilakukan dengan cara wawancara
dan studi lapangan terkait program yang telah dilakukan oleh BAZNAS
Pusat terhadap mustahik Kampung Pasir Kaloncing. Hasil wawancara
dapat dilihat pada penjelasan berikut:
a) Hasil Deskriptif Program ZCD
Program ZCD (Zakat Community Development) oleh BAZNAS
Pusat yang bekerjasama dengan BAZNAS Provinsi Banten dan
BAZNAS Kabupaten Lebak resmi diluncurkan pada 18 Juni 20142,
program ini menjadi salah satu program andalan BAZNAS yang
dimana menurut ketua program ZCD Eka Budhi, mengatakan bahwa
pelaksaan ZCD bertujuan kepada bagaiaman melakukan kegiatan
pemberdayaan terhadap komunitas atau masyarakat untuk bisa
melakukan perubahan melalui aspek pendidikan, dakwah, ekonomi,
kesehatan dan kemanusiaan.
Pak Eka Budhi menyatakan bahwa dalam proses perencanaan
dan pembuatan program ZCD BAZNAS telah melalui beberapa kali
kegiatan yang dimana salah satunya ialah kegiatan PRA (Partisipatori
2 Pusat.baznas.go.id.
123
Rural Aprisial), dimana BAZNAS melakukan proses bersama dengan
masyarakat dalam mengidentifikasi potensi kekuatan desa, kemudian
mengurai atau mendapatkan permasalahan yang ada di desa tersebut.
BAZNAS juga menggali tentang bagaimana melaksanakan dan
berperan dalam kegiatan ZCD yang mencakup bidang pendidikan,
dakwah, ekonomi, kesehatan dan kemanusiaan. Lalu hal lain yang
BAZNAS lakukan ialah dengan melakukan survey IDZ (Indeks Desa
Zakat) yang mencakup 5 bidang (pendidikan, kesehatan, ekonomi,
dakwah dan kemanusiaan) pada desa tersebut sehingga masalah
masyarakat dapat teridentifikasi dan dapat disinggungkan dengan
potensi masyarakat.
Sebelum memulai proses tahap pemberdayaan di desa tertentu,
berdasarkan wawancara dengan Pak Eka, BAZNAS melakukan
kegiatan pengidentifikasian lapangan terlebih dahulu. Ada lima (5)
tahap yang dilakukan oleh BAZNAS dalam proses indentifikasi, yaitu:
1) BAZNAS Pusat menerima usulan dari BAZNAS Provinsi
atau Kabupaten Kota yang memberikan masukan terhadap BAZNAS
Pusat apakah desa tersebut layak menerima program ZCD.
2) Kerjasama dengan LAZ (Lembaga Amil Zakat) yang sudah
terdaftar di BAZNAS, LAZ melakukan indentifikasi sendiri terhadap
lokasi atau titik ZCD kemudian menyarankan ke pihak BAZNAS Pusat.
124
3) Kerjsama melalui yayasan, masjid atau pondok pesantren.
Dimana biasanya mereka memiliki lingkkungan atau wilayah yang
komunitasnya dapat diberdayakan menjadi titik program ZCD.
4) Bekerjasama melalui lembaga, lembaga ini bisa NGO (Non
Government Organisation) maupun lembaga masyarakat lainnya yang
memberikan ususlan dan juga pengidentifikasian suatu desa yang bisa
menjadi titik ZCD dan patut untuk BAZNAS Pusat introvensi.
5) Tim BAZNAS melakukan secara mandiri indentifikasi
kemudian memetakan kegiatan serta menyiapkan lokasi yang patut
untuk diintervensi dengna program-program BAZNAS.
Beliau juga menjelaskan bahwa semua pendanaan untuk
kegiatan pemberdayaan berasal dari penghimpunan zakat, infak,
shodaqoh serta dana sosial lainnya yang mencakup wakaf, nazar dan
sebagainya. Adapun keberlangsungan program ZCD yang dilaksanakan
pada setiap desa diharapkan dapat selesai dalam 3 tahun yang dimana
terbagi menjadi beberapa tahap proses di setiap tahunnya, yaitu: 1).
Tahap perkenalan atau tahap proses pengidentifikasian, 2). Tahap
penguatan, dan 3) Tahap kemandirian.
Pak Eka Budhi selaku ketua program ZCD tahun 2017,
menyatakan bahwa dalam mengawasi keberlangsungan setiap program
yang dijalankan oleh mustahik terdapat beberapa tingkat pengawasan.
1). Pihak ZCD sendiri melakukan kegiatan atau pengawasan terhadap
kepelaksanaan ZCD. Yang pada awalnya ZCD akan didampingi oleh
125
satu orang atau kelompok yang bernama Sahabat ZCD. Tugas mereka
adalah bertanggung jawab atau melakukan aktifitas operasional di
lapangan dalam merealisasikan rencana-rencana dan misi yang diemban
dalam kegiatan yang terdapat ada di komunitas tersebut. 2). Terdapat
divisi monitoring dan evaluasi, yang dimana mereka melakukan
monitoring dan evaluasi secara keseluruhan kegiatan program sehingga
kegiatan ini bisa ternilai dan terukur. 3). BAZNAS Pusat melibatkan
auditor internal, tugas mereka ialah melakukan audit kepada program
ZCD secara terencana sehingga kegiatan tersebut dapat terhitung dan
dihitung nilai perubahannya terhadap kehidupan manusia.
b) Hasil Deskriptif Program ZCD Di Kampung Pasir
Kaloncing
Dalam melaksanakan program ZCD di Desa
Kaduagung Tengah Kampung Pasir Kaloncing, BAZNAS telah
melaksanakan beberapa program yang mencakup ke 5 dimensi
(pendidikan, kesehatan, kemanusiaan, ekonomi, dan dakwah).
Berikut adalah beberapa hasil program pemberdayaan yang
telah dirasakan dan berdasarkan oleh mustahik di Desa
Kaduagung Tengah:
1) Pembagian Buku Agama
Ibu Hafsah ialah salah satu mustahik yang
mendapatkan amanah untuk mengajar ngaji kepada anak-
anak kampung setiap sore. Berdasarkan wawancara penulis
126
dengan beliau, BAZNAS memberikan sejumlah buku
agama sebanyak 100 buku pandai membaca Al-Qur’an.
Selain Al-Quran, Ibu Hafsah juga menerima sejumlah
peralatan pendukung lainnya seperti tikar dan meja untuk
mengaji. Selain Ibu Hafsah, Ibu Kokom merupakan
mustahik yang menerima bantuan buku agama gratis.
Beliau merupakan istri dari pemilik pesantren kalong di
Kampung Pasir Kaloncing. Ibu Kokom mengaku bahwa
BAZNAS memberikan beberapa kitab bacaan berbahasa
arab, Al-Qur’an, dan juga qiroati.
Dari hasil wawancara penulis dengan kedua
narasumber, baik Ibu Hafsah maupun Ibu Kokom
menceritakan alasan bahwa BAZNAS memberikan bantuan
pemberian buku agama kepada tokoh atau seseorang yang
mempunyai tugas untuk mengajar masyarakat tentang ilmu
agama di Kampung Pasir Kaloncing. Hingga saat ini, Ibu
Kokom dan Ibu Hafsah masih mengajarkan pengajian bagi
anak-anak maupun masyarakat lainnya di hari-hari tertentu.
Implikasi dari program ini ialah antusiasme
masyarakat yang ingin belajar mengaji dan belajar
membaca buku berbahasa arab makin bertambah Karena
ketersediaan sarana dan prasarana yang sudah didukung
oleh program BAZNAS. Sehingga berdasarkan wawancara
127
tersebut, dapat dikatakan bahwa program pembagian buku
agama gratis dalam rangka menambah intelektual mustahik
terbilang berhasil.
Berdasarkan hasil wawancara dengan mustahik
penerima bantuan, faktor kegagalan dari program ini ialah
kurangnya informasi terkait buku apa saja yang akan
diberikan, jika saja ada informasi maka ada kemungkinan
mustahik akan meminta buku khusus yang mudah dibaca
bagi masyarakat. Sedangkan faktor keberhasilan dari
program ini ialah tenaga pengajar yang tesedia dan tingkat
partisipasi masyarakat yang tinggi untuk mengenyam
edukasi di luar jam sekolah.
2) Bedah Rumah
Salah satu mustahik penerima program bedah
rumah ialah Ibu Anih, berdasarkan hasil wawancara
penulis. Rumah Ibu Anik sebelum mendapatkan program
bedah rumah sangat lah buruk. Kondisi genteng yang
bocor dan tembok yang sudah hampir roboh.
Ibu Ani menceritakan bahwa pada selama proses
bedah rumah, tidak ada sama sekali pungutan yang
diambil hingga saat penyerahan kunci. Ibu Anih juga
menceritakan bahwa BAZNAS hanya merehabilitasi
seluas rumah dahulunya saja, tidak ada penambahan tanah
128
dalam proses bedah tersebut. Adapun proses selama
bedah rumah hingga selesai memakan waktu kurang dari 3
bulan. Dari bedah rumah tersebut, Ibu Anih akhirnya dapat
tinggal dirumah yang lebih layak, Ibu Anih ,menjelaskan
bahwa untuk sebelum dilakukannya bedah rumah, terdapat
tim dari BAZNAS Pusat dan Provinsi yang dateng untuk
menemui untuk survey keadaan dan kondisi rumah Ibu
Anih.
Selain Ibu Anih, terdapat Ibu Jumiyati sebagai
salah satu penerima bedah rumah. Ibu Jumiyati
mempunyai rumah dengan kondisi genteng yang bocor
dan tembok yang sudah roboh karena termakan usia. Ibu
Anih menceritakan bahwa saat itu ia diberitahu oleh ketua
RW bahwa rumahnya akan di renovasi ketika bantuan
BAZNAS datang, dan hingga selesai penyerahan kunci
rumah yang baru di bedah, Ibu Jumiyati menyatakan
bahwa tidak ada pungutan biaya sama sekali dalam
keberlangsungan program tersebut. Selama berlangsung
Ibu Jumiyati juga merasa senang karena semua bahan
bangunan maupun tenaga tukang langsung datang dari
BAZNAS dan tidak ada pungli liar.
Baik Ibu Jumiyati maupun Ibu Anih menyetujui
bahwa program tersebut sangat berhasil dan membantu
129
mereka dalam menjalani hidup yang lebih baik. Mereka
bahkan menyatakan bahwa sejak rumah mereka layak
ditempati, mereka dapat memulai berdagang kecil-kecilan
dengan menggunakan bagian depan rumah mereka.
Tidak ada faktor kegagalan dari program ini
berdasarkan wawancara dengan mustahik, adapun faktor
keberhasilan dari program ini ialah pihak BAZNAS yang
cepat tanggap dalam menentukan serta memperbaiki
rumah mustahik hingga menjadi rumah siap huni kembali.
3) Bantuan Sembako
Bantuan sembako merupakan salah satu bantuan
untuk mustahik agar mustahik mempunyai tenaga untuk
mengikuti rentetan program ZCD. Ibu Elah salah satu
penerima bantuan sembako menyatakan bahwa selama ini
beliau baru mendapatkan bantuan berupa sembako
sebanyak 3 kali sejak pertama kali BAZNAS menjalankan
program ZCD di Kampung Pasir Kaloncing. Ibu Elah
menjelaskan bahwa sembako yang diberikan biasanya
berisi teh, kopi, gula pasir, minyak, beras, kacang hijau,
serta bahan pokok lainnya.
Ibu Elah menjelaskan bahwa selama
keberlangsungan bantuan sembako, Ibu Elah dan mustahik
yang terdaftar selalu datang ke rumah pak RW untuk
130
mengambil jatah sembako. Dampak langsung yang
dirasakan Ibu Elah oleh bantuan sembako ialah bahwa ia
dapat mencukupi kebutuhan pangan yang saat itu sedang
kekurangan.
Selain Ibu Elah, terdapat Pak Asmali sebagai salah
satu penerima bantuan sembako. Pernyataan Pak Asmali
sama dengan pernyataan Ibu Ela. Beliau mendapatkan
bantuan sembako dengan cara datang ke rumah pak RW,
karena beliau termasuk ke dalam daftar mustahik yang
menerima bantuan sembako. Dari keterangan Pak Asmali,
bantuan sembako sebenarnya sangat cukup membantu,
namun keberlangsungan program hanya terjadi 3 kali saja
selama program ZCD.
Adapun terkait pembagian sembako yang hanya
berjumlah 3 kali, Pak Eka Budhi selaku penanggung jawab
program ZCD tahun 2017 menjelaskan bahwa pembagian
tersebut sudah diperhitungkan sebelumnya dan sudah
berkordinasi dengan BAZNAS kabupaten sehingga bantuan
sembako selama 3 kali dalam masa program ZCD yang
diharapkan selama 3 tahun selesai di desa tersebut akan
cukup. Pak Eka juga menjelaskan bahwa selama ini titik
ZCD di Kampung Pasir Kaloncing juga masih menerima
bantuan sembako bukan hanya dari program ZCD, namun
131
dari lembaga kepemerintahan juga memberikan bantuan
sembako.
Berdasarkan wawancara dengan mustahik, terdapat
beberapa faktor kegagalan dari program bantuan sembako,
salah satunya ialah pemberian sembako yang tidak
terjadwal dan pembagian sembako yang tidak diawasi oleh
pihak BAZNAS. Adapun faktor keberhasilan dari program
ini ialah kebutuhan yang terdapat di dalam sembako sudah
sesuai dengan kebutuhan masyarakat.
4) Bantuan Kurban
Bantuan kurban bertujuan agar mustahik dapat
merasakan perayaan Idul Adha, menurut Pak Gunadi selaku
ketua RW. Bantuan kurban yang diberikan hanya sekali
saja tepatnya pada Bulan Idul Adha tahun 2017. Pak
Gunadi menceritakan bahwa saat itu ia mendapatkan kabar
dari BAZNAS Kabupaten terkait konfirmasi bahwa akan
dikirimkan 10 ekor kambing ke Kampung Pasir Kaloncing.
Setelah pengiriman dari BAZNAS, Pak Gunadi bersama
dengan masyarakat kampung lainnya melaksanakan lebaran
Idul Adha dengan memotong 10 ekor kambing pemberian
BAZNAS.
Pak Gunadi menyatakan bahwa bantuan kurban
tersebut sangat membantu masyarakat, karena tidak semua
132
masyarakat kampung dapat menikmati pangan daging
kambing di saat Idul Adha karena keterbatasan mereka
hingga sampai bantuan kurban BAZNAS datang.
Faktor kegagalan dari program ini ialah tidak
adanya pengawasan dan partisipasi dari BAZNAS dalam
mengedarkan daging kurban. Sedangkan faktor
keberhasilan program ini ialah inisiatif BAZNAS yang
terbilang cukup bagus agar masyarakat yang kurang
mampu atau mustahik dapat merasakan kurban.
5) Pemberian Bantuan Pinjaman Tanpa Bunga
Pemberian pinjaman dimaksudkan bagi para
mustahik yang mempunyai niat untuk memiliki atau
membentuk suatu usaha agar hidupnya menjadi lebih baik.
Berdasarkan wawancara penulis dengan Pak Eka Budhi
selaku ketua program ZCD 2017, menyatakan bahwa
bantuan pinjaman tanpa bunga bukan merupakan program
ZCD, akan tetapi merupakan program lembaga baru dari
BAZNAS yang bernama BAZNAS Micro Finance, dimana
lembaga tersebut dibentuk untuk bisa mengatasi masalah
permodalan di tingkat mustahik yang sebelumnya atau
mustahik tersebut sudah mendapatkan program ZCD
maupun dari Lembaga Pemberdayaan Ekonomi Mustahik.
133
BAZNAS memberikan bantuan secara pinjaman, dimana
mustahik yang meminta bantuan pembiayaan harus
mengembalikkan sebesar bantuan yang diberikan, namun
tanpa ada tambahan biaya lainnya. Dengan kata lain hanya
sebesar pembiayaan yang diberikan saja. Beliau juga
menjelaskan bahwa dana dari program BAZNAS Micro
Finance menggunakan dana infaq yang memang bertujuan
untuk membantu ekonomi mustahik.
Salah satu penerima pinjaman modal ialah Ibu Lela,
dahulu beliau merupakan seorang pengagguran yang hanya
menggantungkan hidupnya dari gaji suaminya. Namun
ketika program pinjaman yang dibawa oleh BAZNAS
sampai ke kampung Ibu Lela, beliau tidak menyiakannya.
Ibu Lela bercerita bahwa ia mempunyai tekad untuk
membentuk usaha kerajinan rajut kain ketimbang hanya
duduk diam di rumah. Dengan bermodalkan tekad,
akhirnya Ibu Lela mendapatkan pinjaman modal tersebut.
Ibu Lela menyatakan bahwa selama ini ia mendapatkan 4
tahap pembiayaan.
Pada tahap pertama, ia mendapatkan modal sebesar
Rp.500.000, pada tahap kedua kemudian menjadi Rp.
1.000.000, tahap ketiga sebesar Rp. 1.500.000 dan tahap
terakhir sebesar Rp. 2.000.000. Namun beliau menyesalkan
134
bahwa BAZNAS hanya memberikan modal hinga batas
maksimal Rp. 2.000.000 padahal menurut penuturan beliau,
pihak BAZNAS menyanggupi jika mustahik yang
membayar pinjaman dengan lancar, bisa meminta pinjaman
hingg Rp. 10.000.000. Akan tetapi, pihak BAZNAS
berkilah bahwa Ibu Lela sudah menjadi mandiri secara
ekonomi dan tidak perlu bantuan modal kembali.
Adapun terkait pinjaman yang tidak sampai Rp.
10.000.000, Pak Eka selaku ketua ZCD 2017 menjelaskan
bahwa terjadi miskomunikasi antara BAZNAS Pusat
dengna BAZNAS Provinsi serta BAZNAS kabupaten
Lebak, sehinga akhirnya BAZNAS Kabupaten lebak
menyatakan kepada BAZNAS pusat hawa mereka tidak
lagi melanjutkan program keigatan di Lebak.
Implikasi yang dihasilkan dari Program ini ialah
kehidupan Ibu Lela yang lebih mandiri secara ekonomi,
ketimbang menjadi pengangguran. Ibu Lela juga bisa
membuka usaha lain selain usaha rajut kain dengan
membuka dagangan sayur sendiri.
Selama proses berlangsung, Ibu Lela hanya bekerja
sendiri. Tidak ada pemantauan maupun pengawasan akan
berjalannya proses Ibu Lela dalam menjalankan bisnisnya,
hal ini menjadi salah satu faktor kegagalan program
135
tersebut. Adapun faktor keberhasilan program ini ialah,
pinjaman yang diberikan bebas bunga dan beban lainnya,
mustahik hanya membayar pinjaman sesuai yang diberikan.
6) Penambahan Watt Listrik
Penambahan watt listrik diberikan kepada mustahik
yang memang kegunaan listriknya digunakan secara
bersama-sama selain keluarga. Salah satu mustahik yang
menerima program ini ialah Ibu Kokom, beliau memiliki
pesantren kecil yang setiap hari memerlukan listrik serta air
yang banyak. Sebelum ada bantuan dari BAZNAS, Ibu
Kokom selalu meminta air kepada masyarakat sekitar agar
tercukupi, karena ketika malam hari aliran listrik selalu
turun yang menyebabkan kegiatan mengaji dan membaca
kitab para santri menjadi terganggu. Oleh karena itu tim
BAZNAS pun melakukan survey lapangan ke lokasi Ibu
Kokom.
Ibu Kokom menjelaskan bahwa selama ia
mendapatkan bantuan penambahan watt sebanyak 2 paket,
dimana setiap paket terdiri atas 450 watt. Beliau juga
menjelaskan bahwa pihak BAZNAS memberikan bantuan
tersebut dengan cara menemani suami Ibu Kokom ke PLN
terdekat agar ditambahkan kebutuhan watt listrinya.
136
Dampak yang ditimbulkan setelah watt listrik
ditambah ialah para santri tidak perlu lagi meminta air dari
rumah masyarakat, listrik yang stabil dan proses mengaji
maupun membaca kitab-kitab yang lebih kondusif dan
nyaman.
Tidak ada kegagalan dari program ini berdasarkan
pendapat Ibu Kokom, adapun keberhasilan program ini
ialah tanggapan BAZNAS yang cepat dalam membantu
masyarakat yang membutuhkan.
7) Pengobatan Gratis
Bantuan program pengobatan gratis diberikan
kepada mustahik agar mustahik dapat menjalankan
program ZCD dengan keadaan yang sehat. Salah satu
penerima manfaat program pengobatan gratis ialah Ibu
Heriyah. Beliau menderita penyakit ringan di kaki nya,
setiap hari beliau mengeluh sakit namun tidak berani
berobat ke rumah sakit karena beban biaya yang mahal.
Setelah program pengobatan gratis, kaki Ibu Heriyah
mendapatkan perawatan yang intensif.
Beliau menceritakan bahwa saat pengobatan
gratis dari BAZNAS datang, ia sama sekali tidak
menerima pungutan biaya obat maupun dokter.
Berdasarkan pernyataan beliau, program pengobatan
137
gratis berdampak pada masyarakat yang lebih sehat,
karena saat itu bukan hanya Ibu Heriyah saja yang
menerima pengobatan, melainkan mustahik lainnya.
Beliau juga menyatakan bahwa BAZNAS menawarkan
perawatan inap gratis bagi masyarakat yang memang
dalam kondisi kesehatan khusus.
Faktor kegagalan dari program ini ialah waktu
pengobatan yang hanya terlaksana sekali selama program
ZCD dilaksanakan. Adapun faktor keberhasilannya ialah
layanan dan perawatan yang diberikan oleh BAZNAS
secara gratis kepada para mustahik.
8) Pembuatan Toren Air
Dalam membantu masalah kesehataan, BAZNAS
meluncurkan program pembuatan toren air. Hal ini
bertujuan agar masyarakat Kampung Pasir Kaloncing
dapat melaksanakan kegiatan yang berhubungan dengan
air lebih mudah.Toren air dibangun didaerah yang padat
masyarakat namun kekurangan akses air. Salah satu
mustahik yang menerima manfaat ialah Pak Bisri, beliau
merupakan ketua RT 03 yang merasakan manfaat
pembangunan toren air.
Dahulu, beliau sangat kesulitan dalam
mendapatkan air. Beliau harus mengalirkan air yang
138
dipakai sehari-hari dari masjid melalui selang panjang.
Setiap hari beliau mengeluhkan kondisi air yang tidak
menentu, karena air masjid selalu habis terpakai dengan
kegiatan ibadah masyarakat kampung. Hingga bantuan
BAZNAS datang dan pembangunan toren air pun
terselesaikan, Pak Bisri mendapatkan manfaat berupa
akses air yang lebih mudah.
Beliau menceritakan bahwa sebelum proses
pembangunan toren air, tim BAZNAS datang untuk
melakukan survey kondisi lapangan. Adapun selama
torren air didirikan bersama dengan beberapa keran bagi
masyarakat agar mudah mengambil air. Sehingga
setelah didirkan toren air, masyarakat maupun Pak
Ahmad sendiri memiliki akses yang mudah terhadap
sarana air untuk kebutuhan sehari-hari. Dampak yang
dirasakan ialah meningkatnya taraf hidup beberapa
masyarakat di sekitar toren air, karena mereka dapat
memenuhi kegiatan mereka yang berhubungan dengan
air.
Pak Bisri menyatakan bahwa tidak ada faktor
kegagalan dari program pembuatan toren air, sedangkan
faktor keberhasilannya ialah tim BAZNAS yang sangat
tepat dalam penentuan tempat toren dipasang, sehingga
139
menjangkau masyarakat dan dapat diakses secara
bersama.
9) Pembudidayaan Jamur Tiram
Salah satu program unggulan ZCD di kampung
Pasir Kaloncing ialah pembudidayaan Jamur Tiram. Hal
ini bertujuan agar masyarakat memiliki ruang produksi
yang produktif dan menghasilkan. Penanggung jawab
program ini ialah Pak Gunadi selaku ketua RW di
Kampung Pasir Kaloncing. Beliau berperan sebagai
ketua yang membawahi beberapa tim untuk mengurus
pembudidayaan jamur tiram.
Selama keberlangsungan program
pembudidayaan jamur tiran, Pak Gunadi bercerita bahwa
BAZNAS memberikan sebuah bibit disertai dengan
bangunan tertutup untuk budidaya jamur tiram.
Kemudian untuk mendapatkan hasil dari budidaya jamur
tersebut, Pak Gunadi bersama masyarakat yang
tergabung menjualnya kepada penadah maupun untuk
konsumsi pribadi.
Berdasarkan hasil wawancara Pak Gunadi,
pembudidayaan jamur tiram yang berasal dari BAZNAS
sangat berdampak positif. Salah satu contohnya ialah
masyarakat mempunyai penghasilan tambahan dari
140
budidaya tersebut. namun, faktor kegagalan dari program
tersebut ialah tidak adanya pengawasan berkala dari
BAZNAS mengenai pengembangan budidaya jamur
tiram. Pak Gunadi menjelaskan bahwa ia sempat
kesulitan mengatur siapa yang mengatur budidaya jamur
tiram tersebut, karena dengan wilayah budidaya yang
kecil, sangat susah untuk mengajak semua masyarakat
berpartisipasi dan membagi hasil dari budidaya jamur
tiram. Sehingga diperlukan tanah maupun lahan yang
besar untuk menampung budidaya jamur tiram.
Adapun faktor keberhasilan tersebut ialah,
BAZNAS menyediakan bibit hingga bangunan bagi
masyarakat Kampung Pasir Kaloncing sehingga
masyarakat hanya perlu melakukan tahap penanaman
berikutnya.
c) Hasil Deskriptif Pengaruh Variabel Pendidikan,
Kesehatan, Sosial kemanusiaan, Dan Religiusitas Terhadap
Ekonomi Mustahik.
Pada sub bab ini, penulis mendeksripsikan pengaruh semua
variabel terhadap ekonomi mustahik. Hasil data didapatkan
berdasarkan wawancara terhadap mustahik yang menerima
program ZCD. Berikut adalah hasil deksriptif pengaruh
141
variabel pendidkan, kesehatan, sosial kemanusiaan dan
religiusitas terhadap ekonomi mustahik:
1) Pengaruh Pendidikan Terhadap Ekonomi Mustahik.
Berdasarkan hasil wawancara penulis dengan
beberapa mustahik, terdapat hubungan yang berpengaruh
antara pendidikan terhadap ekonomi mustahik. Mustahik
berpendapat bahwa pendidikan memiliki pengaruh yang
cukup signifikan. Salah satu mustahik yang menyetujuinya
ialah Ibu Arsonah, beliau menjelaskan walaupun belum
ada masyarakat Kampung Pasir Kaloncing yang
mendapatkan beasiswa pendidikan gratis, namun ia setuju
bahwa pendidikan merupakan faktor yang berpengaruh
bagi ekonomi mustahik.
Pak Gunadi selaku ketua RW juga menyayangkan
sikap masyarakat muda yang lebih memilih bekerja
sehabis sekolah di tingkat SMA ketimbang melanjutkan
kuliah. Beliau menceritakan bahwa tenaga kerja kuli
maupun supir di daerah Kampung Pasir Kaloncing masih
terbilang tinggi peminat karena bergaji besar. Hal ini
didukung dengan data kuesioner yang penulis dapatkan,
bahwa rata-rata jumlah pendidikan responden terletak di
tingkat SD, sedangkan hanya 1 orang responden yang
mendapatkan pendidikan tertinggi yaitu di tingkat Strata 1.
142
Berdasarkan wawancara penulis, beberapa mustahik
merasakan manfaat yang lebih tinggi ketika mereka
mendapatkan pendidikan yang lebih tinggi. Salah satunya
ialah Ibu Sumarti yang merupakan lulusan SMA dan
bekerja sebagai pedagang klontongan. Meskipun dirinya
hanya berjualan barang yang tidak seberapa, beliau
bersyukur dapat membaca serta menghitung dengan lancar
sehingga tidak mudah tertipu. Beliau juga mengetahui
kerugian dari seorang rentenir yang selalu memberikan
uang pinjaman.
Beda halnya dengan Ibu Sutinah, salah satu
mustahik yang hanya mengenyam pendidikan SD saja
merasa merugi. Dirinya merupakan seseorang dari
keluarga kurang mampu, sehingga hanya mendapatkan
pendidikan sebatas SD saja. Hingga kini, ia hanya bekerja
sebagai ibu rumah tangga dan hanya mempunyai
penghasilan dari suaminya yang bekerja kuli. Ibu Sutinah
juga tidak berdagang karena beliau mengaku tidak bisa
berhitung dengan lancar.
Walaupun dalam program ZCD dalam dimensi pendidikan
hanya memberikan bantuan berupa buku agama yang
diberikan, Ibu Arsonah yakin bahwa sebelum menempuh
pendidikan umum, diperlukan pendidikan karakter
143
sehingga dapat memimpin masyarakat secara bijak dan
bukan hanya untuk mencari keuntungan
semata.pendidikan yang dirasakan masyarakat Kampung
Pasir Kaloncing juga masih belum terasa terhadap
ekonomi masyarkat. Hal ini dikarenakan proses belajar
yang lumayan memakan waktu panjang dan tidak sebentar.
Untuk menempuh pendidikan strata 1, diperlukan
waktu 4 tahun sebelumnya. Hal itu tidak sejalan dengan
program ZCD yang diharapkan dapat selesai selama 3
tahun di suatu tempat. Sehingga menurut Pak Eka Budhi
selaku ketua ZCD 2017, menyatakan bahwa program
beasiswa merupakan program khusus bagi anak mustahik
yang memiliki kemampuan dibidang akademis, namun
tidak semua anak mustahik mendapatkan kesempatan
beasiswa. Diperlukan nilai-nilai moral disamping nilai
akademis untuk mendapatkannya. Alasan lain tidak ada
intensifitas di bidang pendidikan ialah karena rata-rata
masyarakat Kampung Pasir Kaloncing merupakan seorang
yang sudah berumur 35-50 tahun sehingga sangat sulit
untuk melakukan kegiatan yang berfokus di dimensi
pendidikan untuk mensejahterakan masyarakat. Namun,
salah satu kegiatan yang diberikan BAZNAS agar
masyarakat dapat memperbaiki taraf hidupnya ialah
144
dengan memberikan pelatihan-pelatihan yang
menguntungkan, seperti pelatihan penanaman jamur tiram.
Dari hal tersebut, diharapkan masyarakat dapat
meningkatkan pengetahuannya dibidang budidaya jamur
tiram hingga menghasilkan sesuatu yang bermanfaat bagi
masyarakat itu sendiri.
Sehingga dari hasil pembahasan diatas, program
ZCD BAZNAS yang berada di dimensi pendidikan masih
belum berpengaruh secara signifikan terhadap ekonomi
mustahik secara lapangan. Hal ini dikarenakan butuh
waktu yang panjang untuk mengukur efek dari pendidikan
terhadap ekonomi mustahik melalui program ZCD di
Kampung Pasir Kaloncing.
2) Pengaruh Kesehatan Terhadap Ekonomi Mustahik.
Sebelum adanya program kesehatan dari BAZNAS,
masyarakat Kampung Pasir Kaloncing banyak yang
mengalami kesusahan akan air yang mengakibatkan
kehidupan mereka yang tidak sehat. Kondisi kampung
yang sangat berdebu jika musim kemarau menjadikan
masyarakat dapat dengan mudah terjangkit penyakit flu.
Kesulitan air bagi masyarakat berimbas kepada rumah
tetangga maupun masjid yang memiliki akses air sering
dimintai air oleh para masyarakat yang kekurangan.
145
Sehingga hal tersebut berdampat ketidaknyamanan kepada
pihak pemilik rumah.
Salah satu program ZCD yang mendukung
kesehatan masyarakat ialah pembangunan toren air, serta
pengobatan gratis. Pengobatan gratis maupun
pembangunan toren air dimaksudkan agar mustahik
menjalankan rentetan kegiatan ZCD dengan keadaan yang
sehat, sehingga produktivias masyarakat lebih tinggi
ketimbang ketika mustahik dalam kondisi sakit.
Pernyataan diatas juga disetujui oleh Ibu Kokom
selaku mustahik yang berada dekat dengan pembangunan
torren air. Beliau merupakan seorang ustadzah yang
mengajarkan anak-anak mengaji, beliau juga memiliki
pesantren kecil yang dibinanya bersama dengan sang
suami. Beliau menceritakan bahwa saat torren air sudah
dibangun oleh BAZNAS, masyarakat sudah tidak lagi
mengantri atau meminta air dari rumah tetangga.
Masyarakat juga lebih pagi untuk berangkat bekerja
karena ketersediaan air yang cukup untuk kegiatan
mencuci maupun mandi.
Ibu Suhartini selaku mustahik yang menerima
program pengobatan gratis juga menceritakan bahwa
dengan adanya program tersebut, kesehatan beliau yang
146
sempat turun mengakibatkan beliau tidak bisa berjualan
lagi dikarenakan kondisi kesehatan yang terus kambuh dan
memburuk. Hingga akhirnya Ibu Suhartini mendapatkan
perawatan yang intensif dari program ZCD, Ibu Suhartini
akhirnya dapat berjualan kembali.
Dari hasil kesimpulan wawancara diatas, dapat
dikatakan bahwa program kesehatan ZCD BAZNAS
berpengaruh signifikan secara lapangan terhadap ekonomi
mustahik di Kampung Pasir Kaloncing.
3) Pengaruh Sosial Kemanusiaan Terhadap Ekonomi
Mustahik.
Kondisi sosial suatu masyarakat dapat membentuk
suatu budaya, jika sosial masyarakat baik dengan banyak
motivasi kerja yang baik, maka akan tercipta suatu budaya
yang baik pula. Demikian dengan kondisi sosial
masyarakat Kampung Pasir Kaloncing. Sebelum adanya
program ZCD, menurut Pak Gunadi selaku ketua Rw
menyatakan bahwa dahulu kampung hanya sebatas
kampung biasa. Tidak ada aktivitas rutin selain aktivitas
keagamaan dan aktivitas perayaan tertentu.
Namun semenjak program ZCD dilaksanakan,
sosial masyarakat Kampung Pasir Kaloncing menjadi lebih
intensif, terutama dalam hal usaha. Ibu Aay dan Teh Lela
147
menjadi salah satu dari para mustahik yang menerima
program pinjaman tanpa bunga dari BAZNAS. Semenjak
adanya program tersebut, sosialisasi mereka berdua
menjadi lebih baik. Karena mereka terbentuk dalam tim
kreasi yang sama yaitu kreasi rajut benang, tingkat
hubungan mereka juga menjadi lebih baik sehingga
memunculkan ide-ide baru untuk membuat design yang
tidak ketinggalan zaman.
Baik Ibu Aay maupun Teh Aay menyatakan setuju
bahwa pengaruh sosial berpengeruh terhadap ekonomi
mereka, terutama dalam hal inovasi dan kreasi di bidang
bisnis. Ditambah dengan adanya program ZCD, hubungan
sosial masyarakat sering dilakukan agar terjadinya
komunikasi satu arah. Sebagaimana yang Pak Trianto
katakan, sebagai ketua RT 01 Kampung Pasir Kaloncing.
Adanya bantuan dari BAZNAS membuat masyarakat
sering berkumpul, apalagi ketika sedang acara besar
seperti pengobatan gratis, pembudidayaan jamur tiram
maupun program lainnya.
Pak Trianto menambahkan bahwa setelah adanya
program ZCD, masyarakat banyak yang saling bertukar
pikiran dalam mencari maupun membentuk usaha kreasi
bersama agar bisa meminta bantuan modal. Sehingga
148
masyarakat menjadi lebih produktif dan kehidupan
kampung menjadi lebih hidup.
Berdasarkan pendapat mustahik diatas, dapat
dikatakan bahwa sosial kemanusiaan memiliki pengaruh
secara lapangan terhadap ekonomi mustahik di Kampung
Pasir Kaloncing.
4) Pengaruh ReligiusitasTerhadap Ekonomi Mustahik.
Agama memiliki pengaruh dalam memotivasi para
mustahik agar giat dalam bekerja. Menurut Pak Eka selaku
ketua ZCD tahun 2017 menyatakan bahwa selama
program ZCD, BAZNAS sering mengirimkan ustadz
maupun tokoh agama dalam memberikan motivasi kepada
mustahik.
Hal itu disetujui oleh Ibu Darsi bahwa BAZNAS
pernah mendatangkan tokoh agama untuk memberikan
materi terkait program ZCD. Namun, menurut pendapat
Ibu Darsi, ceramah tersebut hanya bersifat temporer dan
tidak berkelanjutan dampaknya. Masyarakat masih sering
menyepelekan masalah motivasi termasuk juga Ibu Darsi.
Hal ini karena bagi Ibu Darsi motivasi agama masih
kurang jika tidak disertai dengan adanya bantuan fisik.
Ibu Endah selaku mustahik yang menerima program ZCD
juga beranggapan sama, bahwa fungsi agama sebagai
149
motivasi maupun penggerak produktivitas tidak lah
berpengaruh. Menurut Ibu Endah, dirinya hanya bekerja
berdasarkan jumlah pendapatan yang diterima. Ia juga
berpendapat bahwa agama hanya sebatas ibadah saja.
Menanggapi hal tersebut, Ustadz Syatibi selaku tokoh
agama di Kampung Pasir Kaloncing menjelaskan bahwa
baik sebelum maupun sesudah program ZCD
dilaksanakan. Beliau sering memotivavsi para masyarakat
melalui ceramahnya agar lebih produktif bekerja. Namun
hal tersebut kembali kepada masyarakat itu sendiri. Jika
memang ada kemauan dan didasarkan dengan kewajiban
agama, maka akan terjadi produktifitas. Namun, hal itu
sangat jarang sekali ditemukan pad a masyarakat.
Dari pendapat diatas, dapat diketahui bahwa
religiusitas tidak memiliki pengaruh terhadap ekonomi
mustahik di Kampung Pasir Kaloncing.
150
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah terdapat pengaruh
terhadap pertumbuhan ekonomi mustahik melalui program ZCD BAZNAS
dengan menggunakan variabel pendidikan, kesehatan, sosial kemanusiaan
serta religiusitas. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan maka dapat
disimpulkan sebagai berikut:
1. Berdasarkan hasil penelitian, dapat diketahui variabel kesehatan sebagai
faktor eksternal mempengaruhi ekonomi mustahik yang menerima
manfaat program ZCD BAZNAS. Dalam artian tingkat kesehatan para
mustahik selama program ZCD berjalan dalam kondisi yang baik dan
sehat. Hal ini juga dijelaskan dengan nilai uji signifikan yang dimana nilai
signifikan pada variabel kesehatan adalah sebesar 0.001.
2. Berdasarkan hasil penelitian, dapat diketahui bahwa variabel pendidikan
sebagai faktor eksternal mempengaruhi ekonomi mustahik yang
menerima manfaat program ZCD BAZNAS. Hasil ini berarti selama masa
program ZCD, mustahik dapat menerima informasi dan pengetahuan
secara baik. Mustahik juga mampu membaca serta menghitung dengan
lancar baik sebelum maupun selama program ZCD berjalan sehingga tidak
terjadi kesalahan informasi baik dari pihak penyelenggara maupun pihak
penerima manfaat. Hal ini juga dijelaskan dengan nilai uji signifikan yang
dimana nilai signifikan pada variabel kesehatan adalah sebesar 0.013.
151
3. Variabel sosial kemanusiaan sebagai faktor internal program ZCD
BAZNAS memiliki pengaruh secara signifikan terhadap ekonomi
mustahik melalui program ZCD. Hal ini berarti mustahik mampu
menciptakan kondisi yang kondusif dan situasi kekeluargaan diantara para
mustahik. Hal ini juga dijelaskan dengan nilai uji signifikan yang dimana
nilai signifikan pada variabel sosial kemanusiaan adalah sebesar 0.037.
4. Variabel religiusitas tidak memiliki hubungan signifikan terhadap
ekonomi mustahik melalui program ZCD. Ini berarti bahwa komitmen
beragama mustahik yang dilihat dari adat maupun praktek agama dan
pengetahuan agama yang rendah dalam melakukan kegiatan yang dapat
menumbuhkan perekonomian mustahik. Hal ini juga dijelaskan dengan
nilai uji signifikan yang dimana nilai signifikan pada variabel religiusitas
adalah sebesar 0.753.
B. Saran
Berdasarkan uraian dari analisis dan kesimpulan serta keterbatasan
dalam penelitian ini, maka berikut beberapa saran yang dapat penulis
sampaikan:
1. Bagi akademisi diharapkan menambah jumlah sampel dan wilayah agar
menambah jumlah data sehingga mendapatkan hasil yang lebih baik serta
dapat memberikan manfaat berupa pengetahuan dan rujukan mengenai
faktor internal (S), faktor eksternal (L) dan faktor religiusitas (M) dari
variabel-variabel penelitian yang ada.
152
2. Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS) agar lebih memperhatikan
mustahik penerima manfaat program ZCD sehingga menjadi program
yang lebih baik. BAZNAS juga harus terfokus kepada bidang religius di
dalam program ZCD agar masyarakat lebih termotivasi untuk terlepas dari
belenggu kemiskinan secara materi maupun spiritual.
3. Agar realisasi dari potensi pendayagunaan zakat produktif secara optimal,
diharapkan bagi masyarakat yang tergolong dalam kelompok muzakki
agar menzakatkan hartanya kepada lembaga-lembaga yang sudah diakui
oleh negara maupun BAZNAS dan tidak menyalurkan dana zakat secara
pribadi. Hal ini bertujuan agar lembaga-lembaga penghimpun zakat dapat
menyalurka dana zakat produktif secara efektif dan efisien serta mencegah
terjadinya resiko penyelewengan dana zakat.
153
DAFTAR PUSTAKA
A’asyari, Musa. Etos Kerja Dan Pemberdayaan Ekonomi Umat, Lesfi Institusi
Aziz, Roikhan Mochamad. 2009. New Paradigm on Sinlammim Kaffah In Islamic
Economics. Jurnal Ilmu Ekonomi, Fakultas Ekonomi Bisnis, Universitas
Islam Negeri Syarif Hidayatullah, Jakarta.
Aziz, Roikhan Mochamad. 2010. New Paradigm in On Sinlammim Kaffah In
Islamic Economics. Jurnal Signifikan, Vol. 9, No.2, Mei-Agustus, Jakarta.
Aziz, Roikhan Mochamad. 2011. New Paradigm on System Thinking. Jurnal
Ekonotika. Fakultas Ekonomi Bisnis, Jurusan Ilmu Ekonomi Studi
Pembangunan (IESP), Jakarta.
Aziz, Roikhan Mochamad. 2012. New Paradigm on Islamic Kafah in Islamic
Economics. Jurnal Signifikan Vol. 1 No. 2. Fakultas Ekonomi Bisnis, Uin
Syarif Hidayatullah Jakarta.
Aziz, Roikhan Mochamad. 2015. Teori H dalam Islam Sebagai Wahyu dan
Turats. Jurnal UIN Syarif Hidayatullah.
Aziz, Roikhan Mochamad. Agustus 2015. Rumus Tuhan Hahslm Dalam Berpikir
Menyeluruh Sebagai Metedologi Ekonomi Islam. Procedding ICIEF15:
Strengthning Islamic Economics and Financial Institution for Financial
Institution for the Welfare of Ummah. Universitas Mataram, Lombok.
Aziz, Roikhan M. Islam dan Pengetahuan. Salemba Diniyah, Jakarta. 2018.
Ahmad, Tafsir. Ilmu Pendidikan Dalam Perspektif Islam. Rosda Karya, Bandung.
2005.
154
Adji, Pratikto. Pengaruh Budaya Terhadap Kinerja Perekonomian. Buletin Studi
Ekonomi volume 17. 2012
Asfi, Nuskhiya & Holi Bina W. Efektivitas Pemberdayaan Masyarakat Dalam
Pengentasan Kemiskinan Pada Program Gerdu Kempling Di Kelurahan
Kemijen. 2015
Beik, Irfan Syauqi & Laily Dwi A. Ekonomi Pembangunan Syariah.
RajaGrafindo Persada, Jakarta. 2016.
Bahri, Syaiful. Faktor-Faktor Determinan Yang Mempengaruhi Pemberdayaan
Ekonomi Keluarga Pada Program Gerdu Taskin Di Kabupaten Jombang.
Surabaya. 2005.
BAPPENAS. Masterplan Arsitektur Keuangan Syariah Indonesia. BAPPENAS,
Jakarta. 2016.
BAZNAS. Kompilasi peraturan Perundang-Undangan Pengelolaan Zakat.
BAZNAS, Jakarta. 2016.
Bachrun, Saifuddin. Manajemen SDM-Human Capital Syariah. Sinar Media
Abadi, Jakarta. 2014.
BPS. Indikator Kesejahteraan Rakyat 2015. Jakarta. 2015.
Bakar, A Abu. Murtir Jeddawi, dkk. Policy Evaluation Of The Community
Empowerment, A Case Study At Riattang Tumur Bone. 2015.
Beik, I. S., & Arsyianti, L. D. (2016). Measuring Zakat Impact On Poverty And
Walfare Using Cibest Model. Journal of islamic monetary economics and
finance. 2016
155
Chapra, M Umer. Islam dan Pembangunan Ekonomi. Gema Insani Press, Jakarta.
2000.
Damsar dan Indrayani. Pengantar Sosiologi Ekonomi, cetakan ke-3. Kencana
Prenadamedia Group, Jakarta. 2013.
Djumransjah, M. Filsafat Pendidikan. Bayumedia Publishing, Malang, 2004.
European commission directorate-general for agriculture and rural development.
Rural Development In The European Union Statistical And Economic
Information Report. 2013.
Ghozali, Imam. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program IBS SPSS 19.
Universitas Diponegoro, Semarang. 2011.
Hangestiningsih, Endang. dkk. Diktat Pengantar Ilmu Pendidikan. Universitas
Sarjanawiyata Tamansiswa Yogyakarta. 2015.
Hardianto. Pengaruh Ekonomi Terhadap Pendidikan Dan Peran Pendidikan
Membangun Ekonomi. Jurnal Pendidikan Islam Volume 6. 2017.
Jacobs, F. P, dkk. Pengaruh Pemberdayaan Usaha Kecil Terhadap Peningkatan
Usaha Di Kecamatan Singkil Kota Manado. 2015.
Kementrian Desa. Pembangunan Daerah Tertinggal Dan Transmigrasi (Indeks
Desa Membangun). 2015.
Mankiw, N. Gregory & Euston Kuah, Peter W. Ekonomi Makro. Salemba Empat.
2012.
Mukhlisin. Pendistribusian Dana Zakat Untuk Pemberdayaan Ekonomi
Masyarakat Pada Badan Amil Zakat Daerah (BAZDA) Kabupaten
Karawang. Jakarta. 2009.
156
Mulyanto. Indikator Dan Karakteristik Pembangunan Desa Sebagai Basis
Implementasi Atas Undang-Undang Desa. 2014.
Nasution, Harun. Islam Ditinjau Dari Berbagai Aspeknya: Jilid 1. Universitas
Indonesia, Jakarta. 2013.
Nadjib, Mochammad. Agama, Etika Dan Etos Kerja Dalam Aktivitas Ekonomi
Masyarakat Nelayan Jawa. Jurnal Ekonomi Dan Pembangunan Volume 21.
2013.
Nashori, Fuad & Muchrama, R. D. Mengembangkan Kreativitas Dalam Perspektif
Psikologi Islam., Menara Kudus, Yogyakarta. 2002
Noor, Faizal Henry. Ekonomi Publik. Akademia Permata, Padang. 2013.
Nughroho, SBM. Pengaruh Pendidikan Terhadap Pertumbuhan Ekonomi.. Media
Ekonomi Dan Manajemen Volume 29. 2014.
Priadana, M. Sidik & Saludin, Muis. Metodologi Penelitian Ekonomi dan Bisnis.
GRAHA ILMU, Yogyakarta. 2009.
Pitma, Pertiwi. Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pendapatan Tenaga
Kerja Di Daerah Istimewa Yogyakarta. Yogyakarta. 2015.
Rakhmat, Jalaluddin. Psikologi Agama. RajaGrafindo Persada, Jakarta. 1997
Robert, Huggins. European Competitiveness Index: Measuring The Performance
And Capacity Of Europe’s Nations And Regions. 2004.
Subramanyam, K. R. & Wild, J. John. Analisis Laporan Keuangan Edisi 10.
Salemba Empat, Jakarta. 2010.
Sabiq, Sayid. Fikih Sunnah. ALMA’ARIF, Bandung. 1982.
157
Supranto, J. “Metode Riset dan Aplikasinya di dalam Riset Pemasaran”,
N.V.MASA BARU BANDUNG, Jakarta, 1971.
Sri Widayanti. Pemberdayaan Masyarakat: Pendekatan Teoritis. 2012.
Tjiptoherijanto, Prijono. & Budhhi, Soesetyo. Ekonomi Kesehatan. Rineka. 2008
The organisation for economic co-operation and development. Territorial
Indicators Of Employment: Focusing On Rural Development Paperback.
1996.
Titimiranti, mirah. dkk. Analisis Faktor Yang Mempengaruhi Tingkat Pendapatan
Rumah Tangga Petani Di Daerah Program Pnpm Mandiri Pedesaan (Studi
Kasus Desa Balerejo Kecamatan Dempet Kabupaten Demak Tahun 2012.
2016.
Tri, kurniasih. Analisis Faktor Resiko Kejadian Tuberkulosis Paru Pada
Angkatan Kerja Di Indonesia Tahun 2007. 2009.
Qardawi, Yusuf. Hukum Zakat. Mitra Kerjaya Indonesia, Cetakan ke 7, Jakarta.
2004.
158
LAMPIRAN-LAMPIRAN
Lampiran 1: Data Diolah
H1 H2 H3 H4 H5 H6 H7 H8 H9 H10 H11
2 4 2 4 1 4 4 4 2 1 2
4 4 4 4 4 4 4 4 4 1 4
2 4 2 4 2 5 4 4 2 2 2
2 4 2 4 2 4 5 4 2 1 2
2 4 4 4 2 5 5 4 2 1 4
2 4 2 4 2 4 5 4 2 1 2
2 4 2 4 2 4 4 4 2 1 2
4 4 4 4 4 5 5 4 4 2 4
2 4 2 5 2 5 5 4 1 2 2
4 4 2 4 2 4 4 4 1 2 2
4 4 2 5 4 4 5 4 2 2 2
4 4 2 4 4 5 5 4 1 4 2
2 4 2 4 2 4 4 4 2 2 4
2 4 2 4 2 4 4 4 2 2 2
2 4 2 4 2 4 4 4 2 2 2
4 4 2 4 2 4 4 4 2 2 2
4 4 2 4 2 4 4 4 2 4 4
2 4 2 4 2 4 4 2 2 2 4
4 4 2 4 4 4 4 4 2 4 2
2 2 4 4 4 5 4 4 2 2 4
2 2 4 4 4 4 4 3 2 2 2
2 4 2 4 2 4 4 4 2 2 4
4 4 2 4 4 4 4 5 4 1 2
2 5 2 4 2 4 4 4 4 1 4
2 5 2 2 2 4 4 4 4 2 4
2 4 2 4 2 4 4 4 4 2 2
5 4 2 4 5 4 4 4 2 1 2
2 4 2 4 2 4 4 4 2 1 2
2 4 2 4 2 4 4 4 2 2 2
2 2 2 4 2 5 4 4 2 2 2
2 4 2 4 2 5 4 4 2 2 2
2 4 2 4 2 4 4 4 2 2 2
2 4 2 4 2 4 4 2 2 2 2
2 4 2 4 2 4 2 2 2 2 4
2 4 2 4 2 4 4 2 2 2 2
159
2 4 2 4 2 4 4 2 1 2 2
5 4 2 4 5 4 4 4 2 2 4
2 2 2 4 2 5 4 4 2 2 2
2 2 2 4 2 4 4 2 2 2 2
5 4 2 4 5 4 2 4 2 2 4
2 4 2 4 2 4 4 4 2 1 4
4 4 2 4 2 4 4 2 2 1 2
2 4 2 3 1 4 4 3 4 1 3
2 4 2 4 1 4 2 2 4 1 4
2 4 2 4 2 4 4 4 2 2 2
2 4 2 4 2 5 4 4 2 2 2
2 4 2 2 2 5 4 4 2 2 2
2 4 2 5 2 5 5 4 2 1 1
2 4 2 5 2 5 4 4 2 1 2
2 4 2 4 2 5 4 4 2 1 2
2 4 2 4 2 4 4 4 2 2 2
5 4 4 4 5 4 4 4 2 2 2
2 4 2 2 2 5 4 4 4 1 4
2 4 2 4 2 5 4 4 4 2 4
2 4 2 4 2 5 4 4 2 3 4
3 4 2 4 4 5 4 4 2 3 4
2 4 2 4 2 5 4 4 2 1 2
2 4 2 4 2 5 4 4 2 2 2
2 4 4 4 2 4 4 4 4 2 4
4 4 4 4 5 4 4 4 3 3 3
2 4 2 4 2 4 4 4 1 2 2
4 4 2 4 4 5 5 5 1 2 2
2 4 2 4 2 5 4 4 1 4 2
4 4 2 5 4 5 4 4 2 2 4
2 4 2 4 2 5 5 4 1 2 2
2 2 2 4 2 5 4 4 1 2 2
2 4 2 4 2 4 5 5 1 2 2
2 4 2 4 2 4 4 4 1 2 2
2 2 2 5 2 4 4 4 1 2 2
2 4 2 4 4 4 5 4 1 4 2
2 4 2 5 2 5 4 4 1 2 4
2 4 2 4 2 5 5 4 1 2 2
2 4 2 5 2 4 4 3 2 2 2
2 4 2 4 2 4 5 4 1 2 2
2 4 2 5 2 5 5 4 1 4 2
2 4 2 4 2 4 4 4 2 4 2
160
2 4 2 4 2 4 4 4 2 2 2
2 4 2 4 2 4 4 4 2 2 4
2 4 2 4 2 5 4 5 2 2 4
2 4 2 5 2 4 4 4 2 2 2
4 4 2 4 4 5 4 5 2 2 2
4 4 2 4 2 4 4 4 2 2 2
2 2 2 5 2 4 4 4 2 2 2
2 4 2 4 2 4 4 4 2 2 4
4 4 2 5 4 4 5 4 2 2 2
2 2 2 5 2 4 5 4 2 2 2
2 2 2 5 2 4 5 4 2 2 2
2 4 2 5 2 5 5 4 2 4 2
2 2 2 4 4 4 5 4 2 2 2
4 4 2 4 4 5 5 4 2 2 4
2 4 2 4 2 5 4 4 1 2 2
2 4 2 4 2 5 4 4 2 2 2
4 4 2 4 4 5 5 4 1 2 4
4 4 2 5 4 5 4 4 1 2 4
2 4 2 4 2 5 4 5 2 2 2
2 4 2 5 2 4 4 4 1 2 2
2 4 2 4 2 4 4 5 1 4 2
4 4 4 4 4 5 4 4 2 1 4
4 4 2 4 2 5 5 5 1 2 4
4 4 2 4 2 4 4 4 2 2 4
4 4 2 4 2 4 5 4 2 2 4
4 4 4 4 4 5 4 4 4 1 2
4 4 2 4 4 4 5 4 2 1 4
2 4 2 4 5 4 4 4 2 1 2
2 2 2 4 2 4 4 4 2 1 2
4 4 2 4 4 5 4 4 4 1 2
2 2 2 4 2 5 4 4 2 2 2
2 4 2 4 2 4 4 4 4 2 4
2 4 2 4 2 4 4 4 2 1 2
2 4 2 4 2 4 4 4 2 2 2
S11 S12 S13 S14 S15 S16 S17 S18 S21 S22 S23 S24 S25 S26
4 2 4 4 2 4 4 4 2 4 2 4 4 2
5 4 4 4 2 5 4 4 4 4 2 4 4 4
4 2 4 4 2 4 4 2 2 4 2 4 4 2
4 4 2 4 2 4 4 4 1 4 2 4 4 1
161
2 3 4 4 2 4 4 2 2 2 2 4 4 2
2 4 4 5 2 4 4 2 2 4 2 4 4 2
2 4 4 4 2 4 4 2 1 4 2 4 4 1
4 4 4 4 1 4 4 4 2 4 2 4 4 2
4 4 4 5 1 5 4 2 2 4 2 5 4 2
4 4 4 4 2 4 4 4 2 4 2 4 4 2
4 4 4 5 2 4 4 2 2 4 2 4 4 2
4 4 4 4 1 4 4 2 2 4 1 4 3 2
4 4 4 5 4 2 4 4 4 4 2 4 4 4
4 4 4 4 2 4 4 2 2 4 2 4 4 2
4 4 4 4 2 4 4 2 2 4 2 4 4 2
4 2 4 4 2 4 4 2 2 4 2 4 4 2
4 4 4 4 1 4 3 2 2 4 2 4 4 2
4 4 4 4 2 4 3 4 4 4 2 4 4 4
4 4 4 4 2 4 4 4 2 4 1 4 4 2
4 4 4 4 1 4 4 4 2 4 2 4 4 2
4 4 4 4 2 4 4 4 2 4 2 4 4 2
4 4 4 4 2 4 4 2 2 4 2 4 4 2
4 2 4 4 2 4 4 1 4 4 2 4 4 4
5 4 4 4 2 4 4 5 2 4 2 3 4 2
5 5 5 4 1 4 4 5 2 5 2 4 4 2
4 5 4 4 2 4 4 1 2 4 2 3 4 2
5 4 4 4 2 4 4 2 4 5 2 4 4 4
5 4 4 4 1 4 4 4 2 4 2 4 4 2
4 4 4 4 2 4 4 4 2 4 2 4 4 2
5 5 4 4 1 4 4 4 2 4 2 4 4 2
4 5 4 4 1 4 3 4 2 4 1 4 4 2
4 5 4 4 2 4 4 4 2 4 2 4 4 2
5 5 5 4 2 4 4 4 2 4 2 4 4 2
5 4 5 4 2 3 4 4 2 5 1 4 4 2
5 4 4 2 2 4 3 4 2 4 2 4 4 2
5 4 4 4 2 4 4 4 2 4 2 4 3 2
4 4 5 4 2 4 4 4 2 4 2 4 2 2
4 4 4 4 2 4 4 2 1 4 2 4 4 1
4 4 4 4 2 4 4 2 1 2 2 4 4 1
4 4 5 4 2 4 4 4 2 4 2 4 2 2
4 4 4 4 2 4 3 4 1 1 2 4 4 1
4 4 4 4 2 4 4 4 2 3 2 4 4 2
4 4 4 2 2 2 3 4 2 4 2 4 4 2
4 4 4 2 2 2 4 4 4 4 2 2 2 4
4 4 4 4 2 4 4 5 2 4 2 4 4 2
162
4 4 4 4 2 4 4 5 2 4 2 4 4 2
4 4 4 4 2 4 4 4 2 4 2 4 4 2
4 4 4 4 2 5 4 4 2 4 2 4 4 2
4 4 4 4 2 5 4 5 2 4 2 4 4 2
4 4 4 5 2 5 4 4 2 4 2 4 4 2
5 2 5 4 2 4 4 5 4 5 2 4 4 4
5 2 5 4 2 4 4 5 2 4 2 4 4 2
4 4 4 5 2 4 4 4 2 4 2 4 4 2
4 4 4 4 2 4 5 4 2 4 2 4 4 2
4 4 4 5 2 4 4 4 2 4 2 5 4 2
4 4 4 4 2 4 5 4 2 4 2 4 4 2
4 5 4 4 1 4 4 2 1 4 1 4 4 1
4 4 4 4 2 5 4 2 2 4 2 4 4 2
4 4 4 4 2 4 4 2 2 4 2 4 4 2
4 4 4 4 2 4 4 2 2 4 2 4 2 2
4 4 4 5 1 4 4 4 2 4 2 4 4 2
4 4 4 4 2 4 4 4 2 4 1 3 3 2
4 2 4 5 1 4 4 4 2 4 1 4 3 2
4 4 4 4 2 4 4 4 2 4 2 4 3 2
4 4 4 4 1 5 4 4 2 4 1 4 3 2
4 4 4 5 1 4 4 4 2 4 1 4 4 2
4 4 4 5 1 4 5 4 2 4 1 3 4 2
4 4 4 4 2 4 4 4 2 4 2 4 4 2
4 4 4 5 2 4 4 4 2 2 2 3 4 2
4 4 4 5 2 4 4 2 2 4 1 4 4 2
4 4 4 5 1 4 4 4 2 4 2 5 4 2
4 4 4 4 1 4 4 2 2 4 1 4 4 2
4 4 4 5 1 4 4 4 2 4 2 4 4 2
4 4 4 5 2 4 4 4 2 4 1 4 4 2
2 4 2 5 1 4 4 4 2 4 1 4 4 2
2 4 2 5 2 4 4 4 2 4 1 4 4 2
4 4 4 5 1 4 4 4 2 4 1 4 4 2
4 4 4 4 2 4 4 4 4 4 1 4 2 4
4 4 4 5 1 4 4 4 2 4 1 4 4 2
4 4 4 5 1 4 4 4 2 2 1 4 4 2
4 4 4 4 2 4 4 4 2 4 2 4 4 2
4 4 4 4 2 4 4 2 4 4 1 4 4 4
4 4 4 4 2 4 4 2 2 2 1 4 4 2
4 4 4 5 2 4 4 2 2 4 1 4 3 2
4 4 4 5 2 4 4 4 2 4 2 4 4 2
4 4 4 5 2 4 4 4 2 2 1 4 4 2
163
4 4 4 5 1 4 4 4 2 4 2 5 4 2
4 4 4 5 1 4 4 2 2 4 1 4 4 2
4 4 4 4 2 4 4 2 1 4 2 4 4 1
4 4 4 4 2 4 4 4 2 4 1 4 4 2
4 4 4 5 2 4 4 4 2 4 1 3 3 2
4 4 4 4 2 4 4 4 4 4 1 4 3 4
4 4 4 5 2 4 4 2 2 4 1 4 3 2
4 4 4 5 2 4 4 4 4 4 1 4 3 4
4 4 4 5 2 4 4 4 2 4 1 4 4 2
4 4 4 4 1 4 5 4 2 4 1 4 4 2
4 4 4 4 2 4 5 4 2 4 2 4 3 2
4 4 4 4 2 4 4 2 2 4 2 4 2 2
4 4 4 5 1 4 4 2 2 4 2 5 4 2
4 4 4 5 2 5 4 2 2 4 1 5 4 2
4 4 4 5 2 4 4 2 4 4 1 4 3 4
4 4 4 4 2 4 4 2 2 4 2 4 4 2
4 4 4 4 2 4 4 4 2 4 2 4 4 2
4 2 4 4 2 4 4 2 1 4 2 4 4 1
4 2 4 4 2 4 4 2 1 2 2 4 4 1
4 4 4 4 2 4 4 2 2 4 2 4 4 2
4 2 4 4 2 4 4 2 1 2 2 4 4 1
4 4 4 4 2 4 4 2 4 5 2 4 4 4
4 4 4 4 2 4 4 2 1 4 2 4 4 1
4 2 4 4 2 4 4 2 2 4 2 4 4 2
L1 L2 L3 L4 L5 L6 L7 M1 M2 M3 M4 M5 M6 M7 M8
2 4 4 4 2 4 2 4 4 4 2 5 3 2 2
2 4 5 4 4 5 2 5 4 4 4 5 4 2 4
2 4 4 4 4 4 2 4 5 4 4 5 4 2 2
1 4 4 4 2 4 2 5 4 4 2 5 4 2 2
2 4 2 4 2 4 2 5 4 4 2 5 4 2 2
2 4 4 4 2 4 2 4 4 4 3 4 4 2 4
2 4 3 2 2 4 2 4 5 4 2 4 4 2 2
2 4 4 4 4 4 2 4 4 4 4 5 4 2 2
2 4 4 4 2 4 2 5 5 5 2 4 4 1 4
2 4 4 4 2 4 2 5 4 4 4 4 4 2 4
1 4 4 4 4 4 1 4 5 4 4 4 4 2 4
2 4 4 4 2 4 2 5 4 4 4 4 4 4 4
1 2 4 4 4 4 2 4 4 4 4 4 4 2 4
2 4 4 4 2 4 2 4 4 4 4 4 4 2 4
164
2 4 4 4 2 4 2 4 4 4 4 4 4 2 4
2 2 4 4 4 4 1 4 4 2 4 4 4 4 4
2 2 4 2 2 4 2 4 4 2 4 4 2 2 4
2 4 4 4 4 4 2 4 4 2 4 4 2 2 4
2 4 4 4 2 4 2 4 4 2 4 4 2 2 4
2 4 4 2 2 4 2 4 4 2 4 4 2 4 4
2 2 4 2 2 4 2 4 4 3 4 4 2 2 4
2 4 4 2 2 4 2 4 4 3 4 4 4 2 4
2 2 4 2 2 4 2 4 4 4 2 4 4 2 2
2 2 5 5 2 4 2 4 5 2 4 5 3 2 4
2 2 2 5 2 5 1 4 5 4 5 5 3 4 4
2 2 4 4 3 4 2 4 4 4 4 5 3 2 2
2 2 5 5 4 4 2 4 4 4 4 5 4 1 2
2 2 4 2 2 4 2 4 4 3 4 5 4 2 2
2 4 5 4 2 4 2 4 4 2 4 5 3 1 3
2 4 4 4 2 4 2 4 4 2 5 5 2 2 3
2 4 4 4 2 4 2 4 4 4 2 4 2 2 4
2 4 4 4 2 4 2 4 4 2 2 4 4 4 4
2 4 4 4 2 4 1 4 4 2 4 5 3 4 4
2 4 4 2 4 5 2 4 4 2 5 5 3 2 4
2 4 5 4 4 5 1 4 4 2 4 4 4 4 4
2 4 5 4 4 5 2 4 4 2 5 4 4 2 4
2 4 4 4 2 4 2 4 4 4 4 4 3 2 4
2 4 4 2 2 4 2 4 4 2 2 4 4 2 2
2 4 4 4 2 4 2 4 4 4 3 4 2 2 2
2 4 4 4 2 4 2 4 4 4 4 4 2 2 4
2 4 4 4 2 4 2 4 4 4 3 4 4 2 3
2 1 4 4 2 4 2 4 4 4 4 4 4 3 3
2 3 4 4 3 4 2 4 4 3 4 4 3 2 3
2 2 4 4 3 4 2 3 4 2 4 4 2 4 4
2 3 4 2 2 4 2 4 4 3 4 4 4 2 4
2 3 4 4 3 4 2 4 4 4 4 4 4 2 4
2 2 4 2 2 4 2 4 4 4 4 4 4 4 3
2 3 4 3 1 4 2 5 4 4 4 4 4 4 4
4 3 4 1 1 4 2 4 4 4 4 4 4 2 3
2 3 4 4 2 4 2 4 4 4 4 4 4 3 3
2 2 4 2 2 4 2 4 4 4 4 4 4 3 3
4 3 4 2 2 4 2 5 4 4 4 4 4 2 3
4 2 4 4 4 4 2 5 4 4 4 4 4 2 4
2 2 4 4 4 4 2 5 4 4 4 4 4 4 4
2 4 4 4 4 4 2 5 4 4 4 4 4 4 4
165
1 4 4 4 2 4 2 5 4 4 4 4 4 4 4
2 5 4 4 2 4 1 5 5 4 4 5 4 2 3
1 4 4 4 2 4 1 5 5 4 4 5 4 2 4
2 4 4 4 4 4 1 5 4 4 4 4 4 2 2
2 4 4 4 2 4 2 4 4 4 4 4 4 2 4
2 2 4 2 2 4 2 4 5 4 4 4 4 1 4
2 2 4 4 2 4 2 5 5 4 4 4 4 2 4
2 4 4 2 2 4 2 5 5 4 2 4 4 2 4
1 2 4 4 2 4 2 4 4 4 4 4 3 2 4
1 4 4 4 2 4 2 5 4 4 4 4 4 2 4
2 4 4 4 2 4 1 5 5 4 4 4 4 2 4
1 2 4 4 2 4 1 5 5 4 4 4 4 1 4
1 2 4 4 2 4 2 4 4 4 4 4 4 2 4
2 4 4 2 2 4 2 4 5 4 4 4 4 2 4
1 4 2 4 2 4 2 4 4 4 4 5 4 2 4
1 4 2 4 4 4 1 4 4 4 4 5 4 2 4
1 2 4 4 2 4 1 5 5 4 4 4 4 1 2
2 4 4 4 2 4 1 5 5 4 4 4 4 1 2
2 4 4 4 2 4 2 4 4 4 4 4 4 1 4
2 4 4 4 2 4 2 4 4 3 4 4 4 4 4
2 4 4 4 2 4 2 4 4 4 4 4 4 2 4
2 2 4 4 2 4 2 4 4 3 4 5 4 2 2
2 4 4 4 4 4 1 4 4 4 4 4 4 2 4
1 4 4 4 4 4 1 4 5 4 4 4 4 2 4
2 2 4 4 2 4 2 4 4 3 4 4 4 2 2
2 4 4 2 2 4 2 4 4 3 4 4 4 2 4
2 4 4 4 2 4 2 4 4 4 4 5 4 4 4
2 2 4 2 2 4 2 4 5 4 4 4 4 2 2
2 4 4 2 2 4 2 4 4 3 4 5 4 2 4
2 4 4 4 2 4 2 4 4 3 4 4 4 4 4
2 4 4 2 2 4 2 5 4 4 2 4 4 2 4
2 4 4 2 2 4 2 5 5 4 2 4 4 4 4
2 2 4 2 2 4 2 5 5 4 4 4 4 2 2
2 2 4 2 2 4 2 4 5 4 4 4 4 4 4
2 4 4 2 2 4 2 5 5 4 4 4 4 2 2
2 2 4 4 2 4 2 5 4 4 4 4 4 2 2
1 4 4 4 2 4 2 4 4 3 4 4 4 2 4
2 4 4 4 4 4 2 5 4 4 4 4 4 2 4
2 2 4 4 4 4 1 5 5 4 2 4 4 2 2
2 2 4 4 2 4 2 5 5 4 4 4 4 2 2
2 4 4 4 2 4 1 4 5 4 4 4 4 1 4
166
1 4 4 4 2 4 2 5 4 4 4 4 4 2 4
2 4 4 4 2 4 2 4 4 4 2 4 4 4 4
2 4 4 4 2 4 2 5 5 4 4 4 4 2 4
1 4 4 4 2 4 2 4 5 4 4 4 4 2 2
2 4 4 4 4 4 2 4 5 4 4 5 4 2 4
1 4 4 4 2 4 2 5 4 4 4 5 4 2 2
2 4 4 4 2 4 2 4 5 4 2 5 4 2 2
2 4 2 2 2 2 2 5 4 4 4 4 4 2 2
2 4 4 2 2 4 1 4 4 4 4 5 4 1 2
2 4 4 4 2 4 2 5 4 4 2 4 4 2 2
2 4 2 2 2 4 2 5 5 4 4 4 4 2 2
2 2 4 4 4 4 2 4 4 4 2 4 4 2 2
2 4 4 2 2 4 2 4 4 4 2 4 4 2 2
2 4 4 4 2 4 2 4 4 4 4 4 4 2 2
167
Lampiran 2: Kuesioner
Kuisioner Penelitian
ANALISIS EFKETIVITAS PENDAYAGUNAAN ZAKAT PRODUKTIF DALAM
MENGENTASKAN KEMISKINAN DI DESA KADUANGUNG TENGAH KECAMATAN
CIBADAK KABUPATEN LEBAK (STUDI KASUS: PROGRAM ZAKAT COMMUNITY
DEVELOPMENT BAZNAS)
Assalamualaikum Wr. Wb
Teriring Do’a semoga kita semua selalu dalam rahmat dan lindungan
Allah SWT dalam menjalankan aktivitas sehari-hari. Pada kesempatan ini
perkenankan saya mahasiswa program S1 Ekonomi Syariah, UinSyarif
Hidayatullah sedang melakukan penelitian dengan pendekatan jawaban hahslm
untuk skripsi dengan judul “Analisis Efektivitas Pendayagunaan Zakat Produktif Dalam Mengentaskan Kemiskinan di Desa Kaduagung Tengah Kecamatan Cibadak Kabupaten Lebak (Studi Kasus: Program Zakat Community Development BAZNAS)”dengan parameter hahslm yang terdiri dari:
1. Variabel Independen adalah Ekonomi (H)
2. Variabel Dependen antara lain:
a. Faktor Eksternal yaitu Kesehatan (S1) dan Pendidikan (S2)
b. Faktor Internal yaitu Sosial Kemanusiaan(L)
c. Faktor Religiusitas yaitu Dakwah (M)
Dalam rangka mengumpulkan data, saya memohon kesediaan Bapak/Ibu
meluangkan waktu untuk menjawab kuisioner berikut ini. Data ini sangat
bergantung pada jawaban yang sesuai dengan keadaan diri Bapak/Ibu yang
sebenarnya. Saya akan menjamin kerahasiaan identitas dan jawaban yang
diberikan. Bantuan Bapak/Ibu sangat berharga untuk penelitian yang sedang saya
lakukan. Untuk itu sudilah kiranya Bapak/Ibu sekali lagi memeriksa kelengkapan
jawaban pada kuisioner ini. Semoga Allah SWT membalas segala kebaikan yang
Bapak/Ibu berikan.
Atas segala bantuan dan kerjasama yang telah diberikan, saya ucapkan
terimakasih.
Wassalamualaikum Wr.Wb
Jakarta, Januari 2018
Hormat Saya,
Hamadah Azzam
168
==========================================================
========
DEMOGRAFI
1. Jenis Kelamin :
a. Laki-Laki b. Perempuan
2. Usia :
a. 20-<25 th c. 35-50 th
b. 25-<35 th d. >50 th
3. Pendidikan Terakhir :
a. SD c. SMA e. S1 g. S3
b. SMP d. Diploma f. S2
4. Pekerjaan :
a. Dosen d. PNS g. Wiraswasta
b. Guru e. Karyawan BUMN h. Pensiunan
c. Dokter f. Karyawan Swasta i. Lainnya (sebutkan)..............
5. Gaji Perbulan :
a. Kurang dari Rp. 1 juta c. Antara Rp. 3 juta -< Rp. 4
Juta
b. Antara Rp. 1 Juta - <Rp. 2 Juta d. Antara Rp. 4 - Rp. 5 Juta
e. Diatas Rp. 5 Juta
6. Status Perkawinan :
a . Nikah c. Belum Nikah d. Duda/Janda
Berilah Jawaban dari pertanyaan berikut sesuai dengan pendapat anda dengan cara
memberi tanda (√) pada kolom yang tersedia.
Keterangan :
STS : Sangat Tidak Setuju / Sangat Tidak Hahslm (diberi nilai 1)
TS : Tidak Setuju / Tidak Hahslm (diberi nilai 2)
CS : Cukup Setuju / Belum Hahslm (diberi nilai 3)
S : Setuju / Hahslm (diberi nilai 4)
SS : Sangat Setuju / Kaffah (diberi nilai 5)
169
VARIABEL INDEPENDEN EKONOMI (H)
NO
Pernyataan Sikap responden
EKONOMI (H) STS
(1)
TS
(2)
CS
(3)
S
(4)
SS
(5)
H1 Mustahik memiliki produk unggulan yang
bernilai ekonomis
H2 Mustahik berada dalam umur produktif dalam
mengikuti kegiatan ZCD
H3 Mustahik mempunyai komunitas penggiat
industri kreatif
H4 Kelompok Mustahik memiliki tempat untuk
berdagang dan penyedia kebutuhan sehari-hari
(pasar)
H5 Mustahik mempunyai tempat usaha pribadi di
daerahnya
H6 Kelompok Mustahik mempunyai akses jalan
menuju desa
H7 Kelompok Mustahik dapat memenuhi
kebutuhan transportasi umum
H8 Kelompok Mustahik mampu menggunakan jasa
logistik maupun pengiriman barang
H9 Kelompok mustahik memiliki akses terhadap
lembaga
170
keuangan syariah dan konvensional
H10 Mustahik mempunyai keterlibatan terhadap
rentenir
H11 Mustahik menggunakan jasa layanan keuangan
VARIABEL DEPENDEN EKSTERNAL (S1)
NO
Pernyataan Sikap responden
KESEHATAN (S1) STS
(1)
TS
(2)
CS
(3)
S
(4)
SS
(5)
S11 Mustahik mampu menyediakan fasilitas air
bersih setiap hari
S12 Mustahik memiliki fasilitas kamar mandi dan
jamban di dalam rumah
S13 Mustahik memiliki sumber air minum
S14 Kelompok mustahik memiliki akses menuju
puskesmas/poskesdes
S15 Kelompok mustahik memiliki sarana polindes
S16 Kelompok mustahik memiliki sarana posyandu
S17 Kelompok mustahik mempunyai fasilitas dokter
171
yang berada di puskesmas/polindes
S18 Mustahik memiliki kartu kepesertaan BPJS
kesehatan
VARIABEL DEPENDEN EKSTERNAL (S2)
NO
Pernyataan Sikap responden
PENDIDIKAN(S2) STS
(1)
TS
(2)
CS
(3)
S
(4)
SS
(5)
S21 Mustahik mampu menempuh pendidikan
formal (minimal 12 tahun)
S22 Mustahik mampu membaca serta menghitung
dengan lancar
S23 Kelompok mustahik memiliki sarana dan
prasarana belajar
S24 Kelompok mustahik memiliki akses ke sekolah
yang terjangkau dan mudah
S25 Kelompok mustahik mempunyai fasilitas guru
di setiap kelas
S26 Mustahik mampu menempuh pendidikan
formal (minimal 12 tahun)
172
VARIABEL DEPENDEN INTERNAL (L)
NO
Pernyataan Sikap responden
SOSIAL DAN KEMANUSIAAN (L) STS
(1)
TS
(2)
CS
(3)
S
(4)
SS
(5)
L1 Kelompok mustahik mempunyai fasilitas sarana
olahraga
L2 Mustahik mempunyai kelompok kegiatan
warga (arisan, pengajian, dll)
L3 Mustahik memiliki fasilitas aliran listrik untuk
kegiatan sehari-hari
L4 Mustahik memiliki akses komunikasi
(handphone)
L5 Mustahik memiliki akses terhadap internet
L6 Mustahik memiliki akses untuk menonton
siaran televisi/radio
L7 Kelompok mustahik memiliki perencanaan
penanggulangan bencana
VARIABEL DEPENDEN RELIGIUSITAS (M)
NO
Pernyataan Sikap responden
DAKWAH (M) STS TS CS S SS
173
(1) (2) (3) (4) (5)
M1 Kelompok mustahik memiliki masjid di
lingkungan masyarakat
M2 Mustahik memiliki akses menuju ke masjid
M3 Kelompok mustahik memiliki fasilitas
pendamping keagamaan (ustadz/ustadzah,
dll)
M4 Mustahik mampu dalam membaca Al-qur’an
M5 Mustahik mempunyai kesadaran dalam
membayar zakat, infak dan sedekah.
M6 Kelompok mustahik memiliki kegiatan rutin
keagamaan
M7 Mustahik mampu menunaikan sholat 5 waktu
di masjid secara berjamaah
M8 Mustahik mampu dalam menghadiri setiap
kegiatan rutin keagamaan
-Terima Kasih
174
Lampiran 3 : Data Mustahik
Responden
Jenis Kelamin
Pendidikan Terakhir
Pekerjaan Gaji/Pendapata
n Per Bulan
Status Perkawina
n Usia
1 laki-laki SMP Buruh kurang dari
Rp.1jt Nikah
25- <35 th
2 laki-laki SMA Buruh Antara Rp 1jt - <
Rp. 2 jt Nikah
35 - 50 th
3 laki-laki SMA Petani kurang dari
Rp.1jt Nikah
35 - 50 th
4 laki-laki SD Buruh Antara Rp 1jt - <
Rp. 2 jt Nikah
35 - 50 th
5 Peremp
uan SD
Ibu Rumah Tangga
kurang dari Rp.1jt
Nikah 35 -
50 th
6 Peremp
uan SD
Ibu Rumah Tangga
kurang dari Rp.1jt
Nikah 35 -
50 th
7 Peremp
uan SD
Ibu Rumah Tangga
kurang dari Rp.1jt
Nikah 25 -
<35 th
8 Peremp
uan SD
Wiraswasta
Antara Rp 1jt - < Rp. 2 jt
Nikah 35 -
50 th
9 Peremp
uan SD
Ibu Rumah Tangga
kurang dari Rp.1jt
Nikah 25 -
<35 th
10 Peremp
uan SD
Ibu Rumah Tangga
kurang dari Rp.1jt
Nikah 35 -
50 th
11 Peremp
uan SD
Ibu Rumah Tangga
kurang dari Rp.1jt
Nikah >50 th
12 laki-laki SD Buruh kurang dari
Rp.1jt Nikah
25 - <35 th
13 Peremp
uan SMA
Ibu Rumah Tangga
Antara Rp 1jt - < Rp. 2 jt
Nikah 25 -
<35 th
14 Peremp
uan SD
Ibu Rumah Tangga
kurang dari Rp.1jt
Nikah 35 -
50 th
15 Peremp
uan SD
Ibu Rumah Tangga
kurang dari Rp.1jt
Nikah 35 -
50 th
16 laki-laki SD Buruh Antara Rp 1jt - <
Rp. 2 jt Nikah
35 - 50 th
17 Peremp
uan SD
Wiraswasta
Antara Rp 1jt - < Rp. 2 jt
Nikah 35 -
50 th
18 Peremp
uan S1 PNS
Antara Rp 3jt - < Rp. 4 jt
Nikah >50 th
19 Peremp
uan SD
Wiraswasta
Antara Rp 1jt - < Rp. 2 jt
Nikah 35 -
50 TH
20 laki-laki SD Buruh kurang dari
Rp.1jt Nikah >50 th
21 Peremp SMP Ibu Rumah kurang dari Nikah 35 -
175
uan Tangga Rp.1jt 50 th
22 Peremp
uan SD
Ibu Rumah Tangga
Antara Rp 1jt - < Rp. 2 jt
Nikah 35 -
50 th
23 laki-laki SMA Buruh Antara Rp 1jt - <
Rp. 2 jt Nikah
25 - <35 th
24 Peremp
uan SD
Ibu Rumah Tangga
kurang dari Rp.1jt
Nikah 35 -
50 th
25 laki-laki SD Buruh kurang dari
Rp.1jt Nikah
35 - 50 th
26 Peremp
uan SD
Ibu Rumah Tangga
kurang dari Rp.1jt
Nikah 35 -
50 th
27 laki-laki SMA Wiraswast
a Antara Rp 1jt - <
Rp. 2 jt Nikah
35 - 50 th
28 laki-laki SD Buruh kurang dari
Rp.1jt Nikah >50 th
29 Peremp
uan SMP
Ibu Rumah Tangga
kurang dari Rp.1jt
Nikah 35 -
50 th
30 Peremp
uan SMP
Ibu Rumah Tangga
kurang dari Rp.1jt
Duda/Janda
>50 th
31 Peremp
uan SD
Ibu Rumah Tangga
kurang dari Rp.1jt
Nikah 35 -
50 th
32 laki-laki SMA Buruh kurang dari
Rp.1jt Nikah
35 - 50 th
33 Peremp
uan SD
Ibu Rumah Tangga
kurang dari Rp.1jt
Nikah >50 th
34 laki-laki SD Wiraswast
a kurang dari
Rp.1jt Nikah >50 th
35 laki-laki SD Guru kurang dari
Rp.1jt Nikah >50 th
36 Peremp
uan SD Guru
kurang dari Rp.1jt
Nikah >50 th
37 Peremp
uan SMP
Wiraswasta
Antara Rp 1jt - < Rp. 2 jt
Nikah 35 -
50 th
38 Peremp
uan SD
Ibu Rumah Tangga
kurang dari Rp.1jt
Nikah 35 -
50 th
39 Peremp
uan SD
Ibu Rumah Tangga
kurang dari Rp.1jt
Nikah >50 th
40 laki-laki SMA Wiraswast
a Antara Rp 1jt - <
Rp. 2 jt Nikah
35 - 50 th
41 Peremp
uan SD
Ibu Rumah Tangga
kurang dari Rp.1jt
Nikah >50 th
42 laki-laki SD Buruh kurang dari
Rp.1jt Nikah >50 th
43 Peremp
uan SMP
Ibu Rumah Tangga
kurang dari Rp.1jt
Nikah 25 -
<35 th
44 laki-laki SMA Karyawan Antara Rp 1jt - < Nikah 35 -
176
Swasta Rp. 2 jt 50 th
45 Peremp
uan SMP
Ibu Rumah Tangga
kurang dari Rp.1jt
Nikah 35 -
50 th
46 Peremp
uan SD
Ibu Rumah Tangga
kurang dari Rp.1jt
Nikah 25 -
<35 th
47 laki-laki SD Buruh kurang dari
Rp.1jt Nikah
25 - <35 th
48 laki-laki SD Buruh kurang dari
Rp.1jt Nikah
35 - 50 th
49 Peremp
uan SD Buruh
kurang dari Rp.1jt
Nikah 35 -
50 th
50 laki-laki SD Buruh kurang dari
Rp.1jt Nikah >50 th
51 laki-laki SMA Buruh kurang dari
Rp.1jt Nikah >50 th
52 Peremp
uan SD
Wiraswasta
kurang dari Rp.1jt
Nikah 35 -
50 th
53 Peremp
uan SMP
Ibu Rumah Tangga
Antara Rp 3jt - < Rp. 4 jt
Nikah 20 -
<25 th
54 laki-laki SMP Karyawan
Swasta Antara Rp 4jt -
<Rp. 5jt Nikah
20 - <25 th
55 laki-laki SMP Buruh Antara Rp 1jt - <
Rp. 2 jt Nikah
35 - 50 th
56 Peremp
uan SMP
Wiraswasta
kurang dari Rp.1jt
Nikah 35 -
50 th
57 laki-laki SMP Buruh Antara Rp 1jt - <
Rp. 2 jt Nikah
35 - 50 th
58 Peremp
uan SD
Ibu Rumah Tangga
kurang dari Rp.1jt
Nikah 35 -
50 th
59 Peremp
uan SMP
Ibu Rumah Tangga
Antara Rp 1jt - < Rp. 2 jt
Nikah 25 -
<35 th
60 Peremp
uan SD
Wiraswasta
Antara Rp 1jt - < Rp. 2 jt
Nikah 35 -
50 th
61 Peremp
uan SD
Ibu Rumah Tangga
kurang dari Rp.1jt
Nikah 35 -
50 th
62 Peremp
uan SD
Ibu Rumah Tangga
kurang dari Rp.1jt
Nikah 25 -
<35 th
63 Peremp
uan SD
Ibu Rumah Tangga
kurang dari Rp.1jt
Nikah 25 -
<35 th
64 Peremp
uan SD
Ibu Rumah Tangga
kurang dari Rp.1jt
Nikah 35 -
50 th
65 laki-laki SD Buruh kurang dari
Rp.1jt Nikah
35 - 50 th
66 Peremp
uan SD Buruh
kurang dari Rp.1jt
Nikah >50 th
67 Peremp SD Ibu Rumah kurang dari Nikah 25 -
177
uan Tangga Rp.1jt <35 th
68 Peremp
uan SD
Ibu Rumah Tangga
kurang dari Rp.1jt
Nikah 35 -
50 th
69 Peremp
uan SD
Ibu Rumah Tangga
kurang dari Rp.1jt
Nikah >50 th
70 Peremp
uan SD
Ibu Rumah Tangga
kurang dari Rp.1jt
Nikah 35 -
50 th
71 Peremp
uan SD
Ibu Rumah Tangga
Antara Rp 1jt - < Rp. 2 jt
Nikah 25 -
<35 th
72 Peremp
uan SMP
Ibu Rumah Tangga
Antara Rp 1jt - < Rp. 2 jt
Nikah 20 -
<25 th
73 Peremp
uan SD
Ibu Rumah Tangga
Antara Rp 1jt - < Rp. 2 jt
Nikah 35 -
50 th
74 Peremp
uan SD
Ibu Rumah Tangga
Antara Rp 1jt - < Rp. 2 jt
Nikah 35 -
50 th
75 laki-laki SD Buruh kurang dari
Rp.1jt Nikah >50 th
76 Peremp
uan SD Buruh
kurang dari Rp.1jt
Nikah 35 -
50 th
77 Peremp
uan SD
Ibu Rumah Tangga
kurang dari Rp.1jt
Nikah 25 -
<35 th
78 laki-laki SMA Wiraswast
a Antara Rp 3jt - <
Rp. 4 jt Nikah
25 - <35 th
79 Peremp
uan SMP
Ibu Rumah Tangga
kurang dari Rp.1jt
Nikah 25 -
<35 th
80 Peremp
uan SD
Ibu Rumah Tangga
Antara Rp 1jt - < Rp. 2 jt
Nikah 35 -
50 th
81 Peremp
uan SD
Wiraswasta
kurang dari Rp.1jt
Nikah >50 th
82 laki-laki SMA Buruh kurang dari
Rp.1jt Nikah >50 th
83 laki-laki SD Pensiunan kurang dari
Rp.1jt Nikah >50 th
84 Peremp
uan SD
Ibu Rumah Tangga
kurang dari Rp.1jt
Nikah >50 th
85 laki-laki SD Buruh Antara Rp 1jt - <
Rp. 2 jt Duda/Jand
a >50 th
86 Peremp
uan SD Petani
Antara Rp 1jt - < Rp. 2 jt
Nikah 35 -
50 th
87 laki-laki SD Petani Antara Rp 1jt - <
Rp. 2 jt Nikah >50 th
88 Peremp
uan SD
Ibu Rumah Tangga
kurang dari Rp.1jt
Duda/Janda
35 - 50 th
89 laki-laki SD Pensiunan kurang dari
Rp.1jt Duda/Jand
a >50 th
90 Peremp SMP Wiraswast Antara Rp 1jt - < Nikah 35 -
178
uan a Rp. 2 jt 50 th
91 Peremp
uan SD
Ibu Rumah Tangga
Antara Rp 1jt - < Rp. 2 jt
Nikah 35 -
50 th
92 Peremp
uan SMA
Ibu Rumah Tangga
Antara Rp 1jt - < Rp. 2 jt
Nikah 25 -
<35 th
93 Peremp
uan SMP
Wiraswasta
Antara Rp 1jt - < Rp. 2 jt
Nikah 25 -
<35 th
94 laki-laki SMA Wiraswast
a Antara Rp 1jt - <
Rp. 2 jt Nikah
25 - <35 th
95 Peremp
uan SD
Ibu Rumah Tangga
Antara Rp 1jt - < Rp. 2 jt
Nikah 25 -
<35 th
96 Peremp
uan SD
Ibu Rumah Tangga
kurang dari Rp.1jt
Nikah 35 -
50 th
97 Peremp
uan SMP
Ibu Rumah Tangga
kurang dari Rp.1jt
Nikah 35 -
50 th
98 laki-laki SMP Wiraswast
a Antara Rp 1jt - <
Rp. 2 jt Nikah >50 th
99 Peremp
uan SD
Ibu Rumah Tangga
kurang dari Rp.1jt
Nikah 35 -
50 th
100 Peremp
uan SD
Wiraswasta
kurang dari Rp.1jt
Nikah 35 -
50 th
101 Peremp
uan SMA
Ibu Rumah Tangga
kurang dari Rp.1jt
Nikah 25 -
<35 th
102 Peremp
uan SMP
Wiraswasta
Antara Rp 1jt - < Rp. 2 jt
Nikah 35 -
50 th
103 Peremp
uan SD
Ibu Rumah Tangga
Antara Rp 1jt - < Rp. 2 jt
Nikah 35 -
50 th
104 Peremp
uan SD
Ibu Rumah Tangga
kurang dari Rp.1jt
Nikah 35 -
50 th
105 Peremp
uan SD
Ibu Rumah Tangga
kurang dari Rp.1jt
Duda/Janda
>50 th
106 Peremp
uan SMP
Wiraswasta
Antara Rp 1jt - < Rp. 2 jt
Nikah 35 -
50 th
107 Peremp
uan SD
Ibu Rumah Tangga
kurang dari Rp.1jt
Nikah >50 th
108 laki-laki SMA supir truk Antara Rp 3jt - <
Rp. 4 jt Nikah
35 - 50 th
109 Perempuan
SD Ibu Rumah
Tangga kurang dari
Rp.1jt Nikah
35 - 50 th
110 laki-laki SMP Buruh Antara Rp 1jt - <
Rp. 2 jt Nikah
35 - 50 th
179
Lampiran 4 : Wawancara
HASIL WAWANCARA BERSAMA PAK GUNADI, SELAKU KETUA RW
04 KAMPUNG PASIR KALONCING DESA KADUAGUNG TENGAH
Pewawancara: Kapan program ZCD BAZNAS dilaksanakan
di kampung ini?
o Kami mendapat bantuan pelaksanaan program ini
sudah dari tahun 2015, tapi bantuan terakhir yang kami terima itu
saat tahun kemarin (2017) berupa bantuan sembako dan kurban
kambing yang berjumlah 10 ekor.
Pewawancara: Apakah bapak tahu kenapa ZCD dilaksanakan
di kampung ini?
o Wah, saya sih kurang tahu yah, hanya tahu ada yang
mengabarkan dari pihak BAZDA Baten bahwa kampung ini akan
mendapatkan program ZCD. Disitu saya sangat senang karena
memang kampung kami memerlukan bantuan secara fisik maupun
non fisik.
Pewawancara: Berapa jumlah total mustahik penerima
manfaat di kampung Pasir Kaloncing?
o Total penerima manfaat ZCD di kampung kami
sekitar 150 mustahik yang terdaftar.
Pewawancara: Bantuan apa saja yang kampung ini telah
terima dari program ZCD BAZNAS pak?
180
o Untuk bantuan kami telah menerima sembako,
bantuan kurban 10 ekor kambing, bedah rumah, pembagian buku
agama gratis, pengobatan gratis , bantuan listrik, pembangunan
toren air, pinjaman modal tanpa bunga serta rumah industri jamur.
Pewawancara: Bagaimana kondisi ekonomi masyarakat
setelah menerima program bantuan ZCD dari BAZNAS?
o Kalo dalam bidang ekonomi, pertolongan dari
BAZNAS yaitu simpan pinjam tanpa bunga. Itu simpan pinjam
tanpa bunga itu membantu gairah ekonomi masyarakat. karena
pinjaman tersebut tidak memiliki bunga sehingga masyarakat dapat
aman dari rentenir. Kehidupan masyarakat sebelum ada bantuan
dari BAZNAS juga mengalami banyak godaan dari rentenir, karena
disini banyak masyarakat lemah, jadi mau tidak mau kami harus
meminjam dari mereka. Dan mereka yang sudah meminjam dari
rentenir bagai sudah jatuh tertimpa tangga pula. Karena beban
rentenir lebih besar sehingga masyarakat tidak bisa melunasi
hutangnya. Pokoknya setelah bantuan BAZNAS sudah datang,
masyarakat sini sudah gak di datengin lagi, yang penting
masyarakat lancar membayar.
Pewawancara: Bagaimana kondisi kesehatan masyarakat
setelah menerima program bantuan ZCD dari BAZNAS?
o Hanya sekali saja bantuan dari BAZNAS, dan itu
serentak. Tidak ada bentuk fisik berupa kartu kesehatan, hanya
181
bantuan serta kepedulian dalam menindak lanjuti masyarakat yang
memerlukan tindakan khusus. Namun tidak ada efek jangka
panjang yang diberikan oleh BAZNAS.
Pewawancara: Bagaimana kondisi sosial masyarakat setelah
menerima program bantuan ZCD dari BAZNAS?
o Sosial masyarakat sebeneranya sama sih seperti
biasa, gitu-gitu aja. Cuma paling setelah ada bantuan dari
BAZNAS, masyarakat menjadi lebih aktif satu sama lain.
Contohnya kayak pengelola ekonomi kreatif (salah satu bantuan
dari BAZNAS) rumah jamur. Kan mereka yang tadinya ngobrol
biasa ngalur ngidul, sekarang lumayan rada ke bisnis.
Pewawancara: Bagaimana kondisi pendidikan masyarakat
setelah menerima program bantuan ZCD dari BAZNAS?
o Saya rasa masih kurang BAZNAS untuk
pendidikan, sehingga tidak terlihat jelas. Cuma emang dasarnya
anak-anak di sini alhamdulillahnya bisa sekolah walaupun sebatas
sampe SD. Cuma banyak yang abis lulus, langsung kerja jadi buruh
kasar atau pegawai pabrik gitu. Dari BAZNAS pernah kasih kabar
kalo bakal ada beasiswa, tapi saya belum ketemu yang dapet siapa
dari kampung sini.
Pewawancara: Bagaimana kondisi religiusitas masyarakat
setelah menerima program bantuan ZCD dari BAZNAS?
182
o Biasa saja dan tidak ada yang berubah meskipun
BAZNAS sudah datang. Karena memang masyarakat yang hanya
bisa seperti itu. Fokus kerja kuli saja, agama hanya sekedar
kewajiban berzakat maupun sholat. Palingan anak-anak yang
sering pengajian setiap malam, kalo orang tua biasanya seminggu
sekali di hari tertentu.
Pewawancara: Bagaimana BAZNAS mengetahui tentang
keberlangsungan program ZCD di kampung ini?
o Biasanya ada yang survey zam, kemarin (tahun
2017) kami kedatangan tim dari BAZNAS yang melakukan
wawancara. Masyarakat dikumpulkan di sekitar masjid dan di
tanya oleh pihak BAZNAS terkait yang sudah dijalankan, kayak
berapa jumlah orang yang mendapat dana pinjaman, dll.
Pewawancara: Berpengaruhkah semua program ZCD
BAZNAS terhadap perekonomian kampung?
o Alhamdulillah sangat membantu, karena memang
kami sangat membutuhkannya, termaksud bantuan modal yang
sangat membantu. Namun akan lebih bagus jika BAZNAS lebih
sering mengirim orang untuk mengawasi setiap kegiatan agar tidak
terjadi kesalahpahaman informasi.
Pewawancara: Bagaimana keberlangsungan program
BAZNAS yang berjalan hingga saat ini?
183
o Saya sempat menyesalkan hal ini, karena bantuan
yang kami terima terakhir kali yaitu pada saat bulan Idul Adha
kemarin. Dan hingga saat ini masih belum ada bantuan maupun
program ZCD yang berjalan lagi. Paling-paling hanya rumah
industri jamur, itupun saya mengalami kesulitan dalam
mengembangkan luas tanah dan bangunan.
Pewawancara: Apa saja faktor penghambat dalam program
ZCD yang selama ini dijalankan?
o Menurut saya yang menjadi penghambat program
ini mungkin dari BAZNAS nya sendiri, kami sudah siap menerima
apapun bentuk program ZCD. Namun kami juga memerlukan
pengawasan serta seseorang yang memantau kegiatan kami agar
menjadi lebih baik. Coba lihat saja program rumah industri jamur
yang sangat kurang pengawasan dan pengajaran seputar
pemasaran. Kan sayang, barang dan tenaga sudah ada, namun tidak
ada yang mengajarkan bagaimana cara memasarkannya.
Pewawancara: Bisa bapak ceritakan kesuksesan program ZCD
di kampung ini?
o Sebelumnya saya mengucapkan terimakasih kepada
pihak BAZNAS yang telah memberikan warga saya bantuan
berupa program ZCD. Jujur, disini saya sangat terharu ketika
kampung kami menerima bantuan program dari BAZNAS.
Terutama saya tekankan di program simpan pinjam tanpa bunga.
184
Karena yang demikian dapat mencegah para rentenir atau lintah
darat memeras warga. Saya juga berterimakasih atas segala
bantuannya dalam memajukan kampung kami, karenanya kami
dapat hidup menjadi lebih baik dari sebelumnya. Banyak dari
warga saya yang sangat terbantu baik secara materi maupun non-
materi. Saya sangat terharu ketika warga saya mendapatkan
bantuan pembangunan rumah, dimana saat itu salah satu warga
saya rumahnya hampir roboh dan selalu kebocoran ketika hujan
tiba. Namun hal itu sudah tidak terjadi lagi hari ini. Harapan saya
agar BAZNAS dapat terus membantu kampung kami, karena bagi
kami waktu 3 tahun merupakan waktu yang sangat singkat dan
sebentar bagi kami agar menjadi sebuah kampung yang sukses
serta melahirkan para muzakki.
185
WAWANCARA DENGAN BAPAK EKA BUDHI SELAKU KETUA
PROGRAM ZCD BAZNAS TAHUN 2017
Pewawancara: Kapan ZCD mulai diberlakukan sebagai salah
satu program unggulan BAZNAS?
o ZCD mulai berjalan sejak tahun 2013, proses perjalanan kegiatan
ZCD ini mengalami beberapa perubahan sesuai dengan kendala
yang ada, jadi kegiatan yang berlangsung sejak tahun 2013
mengeluh kepada bagaimana kita melakukan kegiatan
pemberdayaan terhadap komunitas atau masyarakat untuk bisa
melakukan perubahan melalui aspek pendidikan, dakwah,
ekonomi, kesehatan dan kemanusiaan.
Pewawancara: Bagaimana cara BAZNAS dalam
megnidentifikasi desa yang akan mendapatkan program ZCD?
o Ada lima hal yang kita lakukan dalam melakukan proses
identifikasi lokasi, yang pertama, kita melakukan melalui usulan
BAZNAS Provinsi atau Kabupaten Kota yang memberikan
masukan terhadap kita apakah desa tersebut layak menerima
program ZCD. Kemudian yang kedua, kerjasama dengan LAZ
(Lembaga Amil Zakat) Nasional yang sudah terdaftar yang mereka
melakukan identifikasi sendiri terhadap lokasi atau titik ZCD
tersebut. yang ketiga, kita kerjasama melalui yayasan, masjid atau
pondok pesantren, dimana biasanya mereka memiliki lingkungan
atau wilayah yang komunitasnya dapat kita berdayakan menjadi
186
titik Zakat Community Development. Yang keempat, kita bisa
melalui lembaga, lembaga ini bisa NGO maupun lembaga sosial
masyarakat lainnya yang memberikan usulan dan juga
pengidentifikasian sehingga desa tersebut bisa menjadi titik ZCD
yang patut kita introvensi. Kemudian yang kelima, dibuat sendiri
oleh BAZNAS atau oleh tim BAZNAS sendiri yang melakukan
secara mandiri identifikasi dan kemudian memetakan kegiatan
serta menyiapkan menjadi lokasi yang patut buat kita intervensi
dengan program-program dari BAZNAS.
Pewawancara: Darimana asal sumber pendanaan untuk kegiatan
program ZCD?
o Dana berasal dari zakat, infaq, shodaqoh, dan dana sosial lainnya.
Jadi bisa ada wakaf, nazar atau lainnya.
Pewawancara: Berdasarkan wawancara saya dengan mustahik
penerima manfat ZCD, bahwa BAZNAS pernah memberikan
bantuan sembako dan kurban. Apakah program ZCD tidak hanya
berfokus pada zakat produktif? jika iya, apakah ada pembagian
proporsinya?
o Program dari ZCD tidak hanya pada zakat produktif merupakan
zakat pemberdayaan, tetapi juga ada zakat konsumtif kalau
masyarakat teridentifikasi sebagai masyarakat yang memang
memerlukan pemberian zakat konsumtif di awal untuk bisa
memberikan stimulus atau rangsangan sehingga mereka mampu
187
dan cukup kuat untuk melakukan kegiatan-kegiatan yang
berhubungan dengan pemberdayaan. Zakat konsumtif yang
diberikan bisa yang pertama adalah biaya hidup, yang kedua
beasiswa, yang ketiga perbaikan rumah atau rutilahu atau juga
penyediaan air bersih atau proses jambanisasi atau proses
sosialisasi oleh hidup bersih dan sehat. Kemudian ada juga
kegiatan pemberian support kesehatan, misalnya dengan
melakukan kegiatan bakti sosial kesehatan atau kegiatan lain yang
membuat masyarakat tidak ada permasalahan dengan basicness
atau kebutuhan dasar manusia karena mereka sudah bisa merawat
oleh kegiatan yang kita support dan mereka siap secara mandiri
melakukan kegiatan Zakat Community Development melalui
program yang sudah diterapkan oleh BAZNAS. Untuk proporsinya
tergantung dari kebutuhan, jadi kalo emang kebutuhan zakat
konsumtifnya lebih banyak berarti kita akan berikan lebih banyak.
Pewawancara: Bagaimana BAZNAS mengawasi keberlangsungan
setiap program yang dijalankan oleh mustahik?
o Ada beberapa tingkatan kita dalam melakukan pengawasan, yang
pertama ialah dari pihak ZCD sendiri melakukan kegiatan atau
pengawasan terhadap keplaksanaan Zakat Community
Development. Yang pada awalnya Zakat Community Development
akan didampingi oleh salah satu orang atau kelompok yang
bernama sahabat ZCD. Sahabat ZCD adalah meraka yang
188
bertanggung jawab atau yang melakukan aktifitas operasional di
lapangan dalam merealisasikan rencana-rencana dan misi yang
diemban dalam kegiatan yang ada di titik atau komunitas tersebut.
kemudian BAZNAS ataupun ZCD akan melakukan proses
supervisi atau proses mengetahui dan mengevaluasi terhadap
kegiatan yang berjalan. Kemudian di second layer of defense nya
itu ada sebuah divisi yang namanya divisi monitoring dan evaluasi,
tugasnya melakukan monitoring dan evaluasi secara keseluruhan
kegiatan program sehingga kegiatan ini bisa ternilai atau terukur
perubahan atau dampak dari atau yang telah dilakukan. Kemudian
yang berikutnya adalah kita melakukan kegiatan yang ketiga
dengan melibatkan auditor internal, mereka adalah orang-orang
yang melakukan audit kepada program ZCD secara terencana
sehingga kegiatan tersebut dapat terhitung atau dapat dihitung nilai
perubahan terhadap kehidupan manusia.
Pewawancara: Apakah BAZNAS memiliki kriteria mustahik
tertentu untuk mendapatkan program khusus ZCD?
o Mustahik ada 8 asnaf, itu yang menjadi kriteria dalam BAZNAS.
Pewawancara: Apakah program pinjaman tanpa bunga termasuk
salah satu program ZCD? Apakah bapak bisa jelaskan mengapa
berbentuk pinjaman?
o Sebenernya itu bukan program ZCD, tapi itu program yang saat ini
ada lembaga baru di BAZNAS namanya BAZNAS micro finance.
189
Jadi BAZNAS micro finance adalah sebuah lembaga baru yang
dibentuk untuk bisa mengatasi permodalan di tingkat mustahik
yang sebelumnya atau dia sudah memilki dan sudah mendapatkan
program ZCD atau program dari lembaga yang bernama lembaga
pemberdayaan ekonomi mustahik. Nah mereka yang sudah mandiri
atau sudah memiliki pangsa pasar yang baik, sudah memiliki
tempat yang strategis. Dia hanya perlu mendapatkan support dari
pemberdayaan atau pembiayaan secara mikro, maka BAZNAS
Micro Finance akan turun di dalamnya dan akan memberikan
support modal secara gratis. Nah, permasalahannya adalah zakat
yang digunakan untuk kegiatan yg diberikan secara langsung
kepada masayarakat adalah dana yg digunakan untuk membiayai
program di ZCD. Nah untuk kegiatan yang berhubungan dengan
kegiatan pembiayaan atau permodalan itu digunakan dengan dana
infak.
Pewawancara: Apa tanggapan bapak terkait janji BAZNAS
kepada mustahik di kampung Pasir Kaloncing, yang mengatakan
bahwa salah satu oknum penanggung jawab ZCD dari BAZNAS
berjanji akan menambah jumlah pinjaman jika mustahik lancar
dalam membayar, namun pada akhirnya hanya sebatas janji saja?
o Yang itu sempat ada miskomunikasi antara BAZNAS Pusat dengan
BAZNAS Provinsi dan juga BAZNAS Kabupaten Lebak, sehingga
akhirnya BAZNAS Kabupaten Lebak menyatakan kepada
190
BAZNAS pusat bahwa mereka tidak lagi melanjutkan program
kegiatan di lebak. Nah ini proses ini ada di BAZNAS Lebak
kenapa kok mereka tidak mau melanjutkan kegiatan yang ada
disana. Tapi insya allah untuk pemberian modal atau pemberiaan
pembiayaan tidak pernah ada penolakan selama mereka memenuhi
kriteria sebagai seorang mustahik yang kita berdayakan untuk
menjadi pengusaha dan memliki kemampuan atau niat yang baik
dalam melakukan usaha yang nanti akan kita biayakan. Kemudian
tambahan lagi, selain kegiatan yg berupa pembiayaan non profit,
juga akan dilakukan penambahan atau peningkatan kualitas
pendampinga bagi para penerima manfaat melalui Bussiness
Development Services dimana bagian yg ada dilembaga bertugas
untuk mendampingi, membina, dan juga memberikan masukan
kepada mustahik yang sedang melakukan pengembangan usaha.
Pewawancara: Kapan batas maksimal dilakukannya suatu
program ZCD di suatu desa tertentu?
o Kalo ZCD sendiri itu saat ini diharapkan selama 3 tahun sudah
selesai, cuma tahap pertama adalah tahap perkenalan atau tahap
proses pengidentifikasian, tahap kedua ialah tahap penguatan yang
ketiga adalah tahap kemandirian.
Pewawancara: Adakah indikator yang dapat menyatakan bahwa
program ZCD tersebut berhasil?
191
o Indikator dimulai sejak awal kegiatan, dimana kita melakukan
proses pengidentfikasian laporan, kemudian kita melakukan
evaluasi setiap enam bulan dan 1 tahun. serta Kemudian ada
dukungan dari lembaga baznas lainnya bernama pusat kajian
strategis baznas (PUSKAS) yang melakukan kegiatan kaji data
terhadap program2 zcd di lapangan.
Pewawancara: Apa ada landasan teori atau pengalaman dalam
membuat program ZCD BAZNAS?
o Untuk yang pembuatan program di zcd bznas kita melakukan
beberapa kegiatan, salah satunya adalah kita melakukan kegiatan
partisipatori rural aprisial atau PRA, dimana kita melakukan proses
bersama dengan masyarakat dalam mengidentifikasi potensi dalam
mengindentifikasi kekuatan desa atau kabupaten tersebut kemudian
mengurai atau mendapatkan permasalahan yang ada di zcd
tersebut, kemudian yang kelima kita menggali tentang bagaimana
melaksanakan dan berperan dalam kegiatan di ZCD di bidang
pendidkan, dakwah, ekonomi, kesehatan dna kemanusiaan. Lalu
hal yg lain yg kita lakukan, kita melakukan kegiatan yang namanya
survei IDZ (indeks desa zakat), dimana survey ini adalah survey
yang mencakup pada 5 bidang tersebut, dan ita akan urai terhadap
masing2 kegiatan yang ada di desa tersebut. sehingga masalah
yang da di masyarakat tersebut dapat teridentifikasi kemudia yg
kedua dapat kita singgungkan dengan potensi masyarkaat,
192
kemudian yg ketiga dapat kita kerjasama dengna masyarakat.
Kemudian yang keempat masyarkaat melakukan secara aktif dalam
pelaksanaan kegiaatan ZCD.
Yang kedua, kita juga melakukan logical framework analysis ,
dimana kita melakukan pengidentifikasian melalui analisa terhadap
keigata2 yang kita bisa kita logiskan maka masuk akal sehingg
akegiatan tersebut atau yg kita lakuakna dapat kita pertanggung
jawabkan.
Kemudian yang ketiga kita akan membuat matik pelaksanaan
program, dimana mpp ini adalah sebuah rentetan program yg akan
kita siapkan untuk desa atau program tersebut yang dipandu atau
dipadu dengna sebuah kegiatan perencaan aanggaran. Dimana kita
bisa ketahui sejumlah besar dana yang akan kita inisiasi dalam
kegiatan tersebut. lalu setelah itu ada lagi kegiatan bernama seroy,
dimana kegiatan ini sebuah kegiatan dimana kita melakukan
pengukuran terhadap semua hal yg dikelauarkan oleh desa menjaid
sebuah kegiatau atau aktiviatas yang sama2 kita sudah rencanakan
diawal.
Pewawancara: Apa pendapat bapak terkait program yang tidak
lagi berjalan? Seperti pengobatan gratis yang hanya sekali dalam
3 tahun masa ZCD.
o Ini sebenarnya kembali lagi ke masalah komunikasi, jadi untuk
ZCD sendiri sebenarnya sanagat punya kepentingan untuk
193
melakukan kegiatan pengobatan secara berkala biasanya. Namun
biasanya ada kesalahan komunikasi dengan penanggung jawab
pelaksana sehingga program tersebut tidak dapat terealisasi. Asal
komunikasi bagus, jadwal pelaksanaan program bukan hanya
pengobatan masal, namun seperti operasi katarak maupun sunatan
masal akan terencana.
Pewawancara: Kedepannya, apakah BAZNAS akan meluncurkan
inovasi program baru dalam mengentaskan kemiskinan?
o Jadi utk zcd sendiri kita punya target di tahun 2018 utk
membentuk 121 titik baru dimana 81 titik berasal dari baznas dan
40 titiknya berasal dari LAZ. Nah program ini insyaallah akan kita
coba terapkan di tahun 2018 sehingga pada akhir tahun 2018 akan
terbentuk 219 titik pemberdayaan masyarakat. lalu selain dari zcd
kita akan membuat program zakat micro finance dan lembaga
pemberdaya ekonomi mustahik.
194
WAWANCARA DENGAN IBU AAY SELAKU PENERIMA MANFAAT
ZCD BERUPA PINJAMAN TANPA BUNGA UNTUK KELOMPOK
EKONOMI KREATIF
Pewawancara: Bagaimana kondisi ibu sebelum maupun
sesudah ada bantuan dari BAZNAS?
o Awalnya mah usahanya kecil gitu, gak banyak berkembang
emang karena lagi butuh modal. Alhamdulillah pas BAZNAS
dateng mulai lah nyoba pinjem, dan sampai sekarang jadi nih
warung alhamdulillah banyak jajanannya sekarang.
Pewawancara: Manfaat apa yang ibu dapat dari program
ZCD?
o Selain pinjeman, pernah dikasih sembako, pengobatan gratis
sama daging kurban sih.
Pewawancara: Berapa kisaran dana yang dipinjamkan oleh
BAZNAS?
o Ada 4 tahap yang udah dikasih ama BAZNAS, tahap pertama
kan dikasih 500rb, tahap kedua 1 juta, tahap ketiga 1,5 juta, sampe
terakhir tahap terakhir 2 juta.
Pewawancara: Apakah ibu merasa keberatan dengan
pengembalian pinjaman tersebut?
o Gak kok gak masalah, kan emang dana pinjeman juga.
Pewawancara: Bagaimana keberlangsungan program
pinjaman tersebut?
195
o Ibu juga bingung de, kenapa cuma dapet sampe 2 juta doang
ya? Padahal lancar bayar. Kan yang gak dilanjutin mah. Kalo
keberatan sih gak ya, cuma kenapa berhenti aja gitu
Pewawancara: Jenis usaha apa yang ibu lakukan dari
pinjaman tersebut?
o Ini mah buat usaha nambahin jajanan warung aja, tadinya kan
sedikit cuma bisa bakwan doang, sekarang alhamdulillah yah
bisa nambah jajanan kayak snack kecil-kecil gitu.
Pewawancara: Adakah faktor penghambat dari program
pinjaman ringan ini?
o Informasi tentang pinjaman aja sih kayaknya yang kurang
ngena.
Pewawancara: Adakah faktor penghambat dari program
pinjaman ringan ini?
o Gak ada ah soalnya ngebantu banget lah, tadinya juga yang
cuma kelililng bisa buat warung sendiri sekarang mah lumayan.
196
WAWANCARA DENGAN IBU ARSONAH SELAKU PENERIMA
MANFAAT ZCD BERUPA BANTUAN PINJAMAN TANPA BUNGA.
Pewawancara: Bagaimana kondisi ibu sebelum maupun sesudah
ada bantuan dari BAZNAS?
o Itu buat dagang kurang ya, modalnya kurang. Pas BAZNAS dateng
kasih modal dan alhamdulillah bisa jalan. Ya kan tadinya juga
sebelum BAZNAS saya sering minjem ke rentenir kan ya, yang
kayak bank harian. Terus pas ada BAZNAS udah gak lagi ikut
pinjeman-pinjeman harian (rentenir). Tadinya juga beli makan gak
enak, sekarang beli makan enakan. Ongkos sekolah juga ada, anak
jajan juga udah ada. Jadi udah gak minjem ke orang lain lagi lah.
Pewawancara: Berapa kisaran dana yang dipinjamkan oleh
BAZNAS?
o Pas pertama lima ratus ribu, pas lunas kan minta lagi. Terus dikasih
sejuta, pas ketiga sejuta setengah dan pas keempat dua juta. Udah
abis itu gak dikasih lagi.
Pewawancara: Bagaimana keberlangsungan program tersebut?
o Sekarang kan udah enggak ya. Emang kalo dulu pas dikasih
pinjeman mah lancar yah untuk bisnis. Cuma sampe tahap empat
doang abis itu udah gak lagi sampe sekarang.
Pewawancara: Apakah ibu tau alasan pemberhentian program
tersebut?
197
o Gak tau tuh, Cuma katanya sih katanya udah bisa gitu bayar dua
juta jadi udah mandiri.
Pewawancara: Adakah faktor penghambat dari program
pinjaman ringan ini?
o Kayaknya sih gak ada, cuman kalo emang ada pinjaman lagi saya
sih mau ikut lagi.
Pewawancara: Apakah ibu setuju terkait pinjaman tersebut?
o Sangat setuju, karena kita sebagai yang pinjem gitu harus bisa
balikin lagi. Biar bisa dikasih banyak lagi.
Pewawancara: Apakah menurut ibu program ZCD sangat
membantu dalam meningkatkan ekonomi ibu?
o Setuju banget lah mas, jadi saya bisa ngebantu keluarga saya gitu.
Kalo bisa sih bantuannya jangan cuma sedikit.
198
WAWANCARA DENGAN IBU ELAH SELAKU PENERIMA MANFAAT
ZCD BERUPA BANTUAN SEMBAKO DAN KURBAN
Pewawancara: Bagaimana kondisi ibu sebelum maupun sesudah
ada bantuan dari BAZNAS?
o Ya sebelum dateng mah masih bisa ya kalo makan mah, cuma
memang setelah ada bantuan BAZNAS datang alhamdulillah
makin terbantu.
Pewawancara: Apa saja bantuan program yang ibu dapat dari
BAZNAS?
o Saya mah cuma dapat program kayak pembagian sembako sama
daging kurban saja. Gak ada tuh saya dapet program peminjaman
tanpa bunga maupun bedah rumah.
Pewawancara: Apakah ibu tau alasan ibu tidak mendapatkan
bantuan program tertentu ZCD?
o Saya sih gak mau ribut juga ya ama pihak RW, jadi saya gak
terlalu ambil pusing emang. Saya juga sih sadar masih
berkecukupan kalo untuk makan mah, tapi kan yang namanya
pengen maju tuh kudu di support ya kayak bantuan pinjaman gitu.
Pewawancara: Apa saja yang telah BAZNAS berikan di dalam
bantuan sembako?
o Ya gitu, beras, kacang hijau, minyak, gula , teh, kopi, ama mie aja.
Untuk daging kurban juga ya paling berapa kilo sih itu aja.
Pewawancara: Kapan BAZNAS membagikan bantuan tersebut?
199
o Ya kalo itu sih kemaren pas bulan Idul Adha pembagian daging
kurban sekali aja, cuma kalo sembako adalah 3 kali tiap beberapa
bulan.
Pewawancara: Adakah faktor penghambat dari program bantuan
ini?
o Hmmmm….gak ada ya mas, cuma emang karena dibaginya cuma
sekali setahun dan itu kan gak pasti juga ya kapan bulannya, jadi
mungkin itu aja kali ya yang kurangnya.
Pewawancara: Apakah menurut ibu program ZCD sangat
membantu dalam meningkatkan ekonomi ibu?
o Saya sih kurang setuju mas, soalnya kan ini cuma sekali pake aja
abis itu gak bisa dipake lagi, kayak udah dapet abis itu ilang gak
berbekas. Beda sama orang yg dapet dana pinjaman mas, masih
bisa usaha ketimbang yang cuma dikasih bantuan sembako sama
kurban aja sih mas.
200
WAWANCARA DENGAN IBU HAFSAH SELAKU PENERIMA
MANFAAT ZCD BERUPA BANTUAN PINJAMAN DAN BANTUAN
MENGAJAR NGAJI
Pewawancara: Bagaimana kondisi ibu sebelum maupun sesudah
ada bantuan dari BAZNAS?
o Atuh saya mah kalo belum datang, belum ada yang bantu. Terus
kalo BAZNAS udah datang mah alhamdulillah udah ada yang
bantu sedikit-sedikit bisa maju alhamdulillah.
Pewawancara: Manfaat apa yang ibu dapat dari program ZCD?
o Ibu mah alhamdulillah dapet pinjaman tanpa bunga sama bantuan
bacaan Qiroati buat ngajar ngaji. Selain dapet sembako sama
bantuan kurban mah. Sama satu lagi mah pengobatan gratis.
Pewawancara: Bagaimana perasaan ibu selama keberlangsungan
program tersebut?
o Alhamdulillah mah ada ya, buat emam separo, buat jajan anak
separo. Jadi alhamdulillah lah kebantu banget. BAZNAS kan kasih
mah segitu, balikin nya juga mah segitu-segitu aja. Gak perlu ada
tambahan atuh. Jadi kalo ada penghasilan, separo disimpen separo
lagi buat jajan anak.
Pewawancara: Berapa kisaran dana yang dipinjamkan oleh
BAZNAS?
o Atuh mah dikasihnya 4 tahap, tahap pertama dikasih yah lima ratus
ribu. Tahap kedua yah satu juta. Tahap ketiga satu setengah juta,
201
sama yang terakhir dua juta. Pas mau dua juta setengah mah pas
ibu mau majuin lagi udah gak usah dikasih lagi. Katanya mah ibu
udah bisa mandiri, udah gak dikasih lagi ibu.
Pewawancara: Apakah ibu merasa keberatan dengan
pengembalian pinjaman tersebut?
o Gak lah, namanya pinjama mah harus dibalikin. Kan itu juga
dananya berputar buat siapa lagi kan putarannya. Mau kemana kan
ya itu yang belom dapet giliran empat kali. Kan ibu mah udah
dapet giliran empat kali, jadi nanti diputar lagi.
Pewawancara: Apakah menurut ibu program pinjaman tanpa
bunga dapat dibilang berhasil?
o Alhamdulillah lah ya berhasil atuh. Atuh kan ibunya dulunya gak
punya warung, nah sekarang ibu udah bisa bikin warung. Atuh
coba ibu dikasih pinjaman lagi, ibu mah mau beli kain telasik buat
jualan pulsa. Atuh gak dikasih yaudah cuma bisa beli telasik aja.
Atumah warung masih berjalan padahal.
Pewawancara: Adakah faktor penghambat dari program
pinjaman ringan ini?
o Gak adalah, gak ada kegagalan. Alhamdulillah lancar-lancar gitu.
Palingan kalo BAZNAS ada lagi ibu mah pengen pinjem lagi buat
bantuan modal warung.
Pewawancara: Bantuan apa yang ibu dapat untuk mengajar
mengaji anak-anak?
202
o Alhamdulillah ibu mah dikasih buku bacaan Al-Quran, Iqro sama
tiker buat anak-anak.
Pewawancara: Bagaimana keberlangsungan program mengaji
tersebut?
o Alhamdulillah masih jalan sampe sekarang. Atuh mah tiap malem
anak-anak pada ke rumah ibu duduk buat ngaji.
Pewawancara: Berapa jumlah anak-anak yang mengikuti
pengajian?
o Sekitar 40-an lah ya atuh. Umurnya mah juga variasi antara 6
sampai 15 tahun.
Pewawancara: Apakah menurut ibu program ZCD sangat
membantu dalam meningkatkan ekonomi ibu?
o Iya alhamdulillah, atuh mah sangat membantu banget. Kan udah
ibu bilang juga tadi. Ngebantu banget tapi mah sayang harus
berhenti ya.
203
WAWANCARA DENGAN IBU HERIYAH SELAKU PENERIMA
MANFAAT ZCD BERUPA BANTUAN SEMBAKO, PENGOBATAN
GRATIS DAN KURBAN
Pewawancara: Bagaimana kondisi ibu sebelum maupun sesudah
ada bantuan dari BAZNAS?
o Pas sebelum BAZNAS kesini mah ibu waktu itu lagi kesulitan
banget, ibu lagi ketiban sial kayaknya. Soalnya ibu ama keluarga
cuma bisa makan sehari sekali, kebetulan geh ya bapak kerjaan lagi
kurang panggilan. Eh atuh apa, pas BAZNAS dateng ngasih
sembako udah lumayan lah akhirnya bisa makan lebih enak cuma
ya gitu, tahan 3 hari doang abis itu mah balik ke dulu lagi.
Pewawancara: Apa saja bantuan program yang ibu dapat dari
BAZNAS?
o Ibu mah cuma dapet bantuan sembako sama kayak orang-orang,
ama pengobatan terus bantuan kurban apa kalo gak salah.
Pewawancara: Apa saja yang telah BAZNAS berikan di dalam
bantuan sembako maupun pengobatan gratis?
o Yah sembako mah sembako atuh, kalo pengobatan mah kaki ibu
pas itu sakit banget terus diperiksa sama
Pewawancara: Kapan BAZNAS membagikan bantuan tersebut?
o Awal-awal kedatangan BAZNAS mulai tuh dikasih ama
pengobatan gratis. Cuma tahun ini mah kayaknya udah gak ada
204
atau belum ya. Setau ibu sih kemaren pas Idul Adha dapet lagi
bantuan sembako sama kurban 10 ekor kambing.
Pewawancara: Adakah faktor penghambat dari program bantuan
ini?
o Kayaknya gak ada sih mas.
Pewawancara: Apakah menurut ibu program ZCD sangat
membantu dalam meningkatkan ekonomi ibu?
o Iya meningkat dan sangat bagus sekali.
205
WAWANCARA DENGAN IBU KHODIJAH SELAKU PENERIMA
MANFAAT ZCD BERUPA BANTUAN SEMBAKO, PENGOBATAN
GRATIS DAN KURBAN
Pewawancara: Bagaimana kondisi ibu sebelum maupun sesudah
ada bantuan dari BAZNAS?
o Masih bisa nyukupin kehidupan sehari-hari sih walaupun kurang
ya, cuma ya itu pas ada bantuan dari BAZNAS alhamdulillah
kebantu banget.
Pewawancara: Apa saja bantuan program yang ibu dapat dari
BAZNAS?
o Sembako, daging kurban sama pengobatan gratis aja, gak ada yang
lain.
Pewawancara: Apa saja yang telah BAZNAS berikan di dalam
bantuan sembako maupun pengobatan gratis?
o Kalo untuk sembako tuh ada beras, minyak, kacang ijo, dll. Kalo
daging kurban mah se-plastik kayak biasa, terus kalo pengobatan
gratis ibu dikasih obat sama diperiksa sama dokternya.
Pewawancara: Kapan BAZNAS membagikan bantuan tersebut?
o Tahun pertama untuk pengobatan sama BAZNAS, kalo sembako
baru 3 kali dibagiin. Kalo buat daging kurban tuh ya tahun
kemaren pas Idul Adha.
Pewawancara: Adakah faktor penghambat dari program bantuan
ini?
206
o Mungkin dari pembagian program kayak pinjamannya kurang
merata kali ya, soalnya kan juga saya perlu untuk kebutuhan
tambahan. Cuma gak tau kenapa gak kedaftar padahal juga udah
bilang ke pak RW.
Pewawancara: Apakah menurut ibu program ZCD sangat
membantu dalam meningkatkan ekonomi ibu?
o Gak sih, soalnya saya cuma dapet buat dimakan aja. Gak dapet
bantuan dana pinjaman, jadi gak kerasa kalo ekonomi meningkat.
207
WAWANCARA DENGAN IBU KOKOM SELAKU PENERIMA
BANTUAN LISTRIK DAN TORREN AIR
Pewawancara: Bagaimana kondisi ibu sebelum maupun sesudah
ada bantuan dari BAZNAS?
o Sebelumnya ini mah kan ya pesantren kalong aja ya, jadi setiap
malem doang santrinya ada, kalo siang paling 1 sampai 2 orang
aja. Nah sebelumnya tuh santri kalo mau sholat geh pada bawa
ember buat minta air ke tetangga yang make jet pam, buat
keperluan wudhu ama mandi, gak enak sih ama tetangga tapi ya
gimana lagi namanya udah keperluan. Nah sekarang pas udah di
bangun torren air alhamdulillah udah gak pernah minta air lagi,
mandi juga tinggal ngantri kamar mandi aja. Sholat ama pengajian
juga jadi tepat waktu.
o Oh iya, untuk yang listrik ya mah, waktu itu pesantren lumayan
berat geh dana buat listriknya. Tau sendiri kan a kalo santri
pengajian malem-malem harus make lampu banyak. Nah pas itu
masih kebatas lampunya, cuma cukup 1 untuk 1 ruangan jadi kalo
make lebih dari itu bisa nge jepret dan sering mati, karena emang
pas itu bapak sama ibu juga kurang bisa bayar buat nambah watt
listriknya. Lah wong pesantren kan biayanya seikhlasnya, jadi kalo
dapet alhamdulillah kalo gak ya bersyukur aja. Sempet kemaren
minta bantuan ama BAZNAS dan alhamdulillah disanggupi ama
mereka.
208
Pewawancara: Bagaimana proses keberlangsungan program
tersebut?
o Pas awal mah kayak ada orang tuh dateng buat nge cek kondisi
pesantren ya, dicek tuh kuatnya berapa watt aja karena emang kalo
dulu mah pas toren nyala sekaligus ama lampu langsung ngejepret.
Pas itu langsung dikasih tau ama bapak kalo misalkan mau
dibangun toren air ama bantuan penambahan watt listrik. Yaudah
atuh ibu ama bapak mah alhamdulillah. Langsung pas itu bapak
ditemenin ama pihak BAZNAS untuk penambahan watt dan
alhamdulillah gak ada penarikan uang dari kita, semuanya full dari
BAZNAS. Cuma emang kalo biaya listrik tetep dari kita, BAZNAS
cuma ngasih biaya beban penambahan watt aja. Ini juga kita
dikasihnya 2 paket, 1 paket tuh 450 watt, jadi totalnya 900 watt kan
yah. Lumayan lah sampe sekarang kecukupan emang buat
pesantren kecil juga ya a. Untuk toren air mah BAZNAS langsung
kasih tukang ama semuanya a, jadi bener-bener sampe jadi. Cuma
emang ada pesen dari BAZNAS kalo air nya boleh untuk semua
warga jadi sok aja, atuh toren ama kerannya juga ada diluar jadi
warga bisa ambil bebas sampe sekarang.
Pewawancara: Adakah faktor penghambat dari program
tersebut?
o Alhamdulillah mah gak ada, lancar aja sampe semuanya selesai
209
Pewawancara: Apakah menurut ibu program ZCD sangat
membantu dalam meningkatkan ekonomi ibu?
o Kalo ekonomi mah gak kerasa ya, kan lagi juga cuma bantuan itu
aja. Tapi palingan untuk belajar anak-anak jadi makin nyaman
sama untuk kegiatan ibadah juga jadi lancar gak kendala air lagi.
Lagi pula mah pesantren juga bukan dibangun untuk komersil a
kayak sekolah swasta lain, jadi ya alhamdulillah aja udah bisa
bantu banyak orang.
210
WAWANCARA DENGAN IBU LELA SELAKU PENERIMA MANFAAT
ZCD BERUPA PINJAMAN TANPA BUNGA UNTUK KELOMPOK
EKONOMI KREATIF
Pewawancara: Bagaimana kondisi ibu sebelum maupun sesudah
ada bantuan dari BAZNAS?
o Waktu sebelum ibu dapet bantuan mah ibu cuma jadi
pengangguran doang kerjaannya, tapi pas BAZNAS dateng kan
yah dan ada info bakal ngasih anggaran pinjaman buat usaha.
Yaudah ibu ama saudari ibu langsung daftar aja atuh. Abis udah
dapet mah Alhamdulillah ya kehidupan jadi lebih baik.
Pewawancara: Manfaat apa yang ibu dapat dari program ZCD?
o Ya itu tadi, selain dikasih sembako dikasih juga bantuan pinjaman
gitu.
Pewawancara: Berapa kisaran dana yang dipinjamkan oleh
BAZNAS?
o Dikasih mah pertama 500 ribu, kedua 1 juta, ketiga 1,5 juta sampe
terakhir kemaren tuh 2 juta aja. Terus katanya sih mau dipinjemin
sampe 10 juta tapi gak ada tuh. Sampe terakhir dapet cuma 2 juta
aja.
Pewawancara: Apakah ibu merasa keberatan dengan
pengembalian pinjaman tersebut?
o Gak lah, namanya juga pinjeman. Masih mending gak make bunga
daripada ke rentenir.
211
Pewawancara: Bagaimana keberlangsungan program pinjaman
tersebut?
o Atuh udah gak ada lagi, stop di 2 juta. Katanya udah mampu dan
mandiri jadi gak usah dipinjemin lagi. Digilir lagi gitu ke yang
lain. Sampe sekarang mah ibu juga udah gak usaha lagi atuh, gak
ada yang ngebeli soalnya gak ada yang masarin dan gak diajarin
juga.
Pewawancara: Ada berapa orang yang tergabung dalam
kelompok ekonomi kreatif ini?
o Ada 3 orang kalo dari keluarga saya mah, saya, teh Aay, sama teh
Neni.
Pewawancara: Adakah faktor penghambat dari program
pinjaman ringan ini?
o Palingan pinajaman yang terhenti di angkat 2 juta aja. Sama satu
lagi gak ada orang yang ngajarin cara masarinnya.
Pewawancara: Apakah menurut ibu program ZCD sangat
membantu dalam meningkatkan ekonomi ibu?
o Ngaruh banget kalo untuk program ini lah ya, cuma kita bingung
aja masarinnya gimana. Coba ada pihak BAZNAS geh ya yang
ajarin, mungkin cepet laku.
212
WAWANCARA DENGAN IBU NENI SELAKU PENERIMA MANFAAT
ZCD BERUPA PINJAMAN TANPA BUNGA UNTUK KELOMPOK
EKONOMI KREATIF
Pewawancara: Bagaimana kondisi ibu sebelum maupun sesudah
ada bantuan dari BAZNAS?
o Sama kayak Ibu Lela, biasa aja cuma emang kebantu setelah dapet
programnya.
Pewawancara: Manfaat apa yang ibu dapat dari program ZCD?
o Daging kurban, sembako sama pinjaman ringan aja.
Pewawancara: Berapa kisaran dana yang dipinjamkan oleh
BAZNAS?
o Ya sama kayak Ibu Lela, dibaginya 4 tahap. Yang penting sampe 2
juta aja udah berhenti.
Pewawancara: Apakah ibu merasa keberatan dengan
pengembalian pinjaman tersebut?
o Malah semangat a, jadi ada kerjaan dan gak bikin nganggur terus
kalo di rumah.
Pewawancara: Bagaimana keberlangsungan program pinjaman
tersebut?
o Udah selesai ya kayaknya, udah gak dapet pinjeman lagi. Jadi
cuma sebatas 2 juta aja. Ibu juga mah sekarang iseng doang kalo
ada benangnya mah ngerajut gitu.
213
Pewawancara: Jenis usaha apa yang ibu lakukan dari pinjaman
tersebut?
o Sama kayak Ibu Lela saya mah, ngerajut sama bikin manik-manik.
Pewawancara: Adakah faktor penghambat dari program
pinjaman ringan ini?
o Kurang banyak aja pinjamannya dari BAZNAS.
Pewawancara: Apakah menurut ibu program ZCD sangat
membantu dalam meningkatkan ekonomi ibu?
o Membantu, cukup lah buat jajan anak sama keperluan rumah
lainnya.
214
WAWANCARA DENGAN IBU SAMIYATI SELAKU PENERIMA
MANFAAT ZCD BERUPA BANTUAN SEMBAKO, PENGOBATAN
GRATIS DAN KURBAN
Pewawancara: Bagaimana kondisi ibu sebelum maupun sesudah
ada bantuan dari BAZNAS?
o Dulu geh biasa aja, pas ada BAZNAS emang alhamdulillah sedikit
terbantu.
Pewawancara Apa saja bantuan program yang ibu dapat dari
BAZNAS?
o Ya sama kayak yg lain dikasih sembako, kurban sama pengobatan
gratis.
Pewawancara Apa saja yang telah BAZNAS berikan di dalam
bantuan program tersebut?
o Sama juga kayak yang lain a, kayak teh, beras, kopi, banyak deh.
Daging kambing ama obat aja selebihnya.
Pewawancara Kapan BAZNAS membagikan bantuan tersebut?
o Atuh semuanya mah sama aja kayak yang lain, awal tahun tapi
sekarang udah gak lagi.
Pewawancara Adakah faktor penghambat dari program bantuan
ini?
o Gak ada tuh, berjalan aja.
Pewawancara Apakah menurut ibu program ZCD sangat
membantu dalam meningkatkan ekonomi ibu?
215
o Iya setuju, karena dapat lebih produktif semisal dikasih bantuan
kayak gitu.
216
WAWANCARA DENGAN IBU SUNAYAH SELAKU PENERIMA
MANFAAT ZCD BERUPA BANTUAN SEMBAKO, PENGOBATAN
GRATIS DAN KURBAN
Pewawancara: Bagaimana kondisi ibu sebelum maupun sesudah
ada bantuan dari BAZNAS?
o Biasa aja atuh ibu mah, ada gak ada alhamdulillah masih kebeli
makan geh barang tempe doang lauknya.
Pewawancara: Apa saja bantuan program yang ibu dapat dari
BAZNAS?
o Bantuan yang ibu dapat mah cuma sembako ama bantuan kurban
doang itu juga sekali, ama palingan berobat gratis atuh yang pernah
diadain ama BAZNAS. Kan juga itu sekali doang di awal tahun.
Pewawancara: Apa saja yang telah BAZNAS berikan di dalam
bantuan sembako maupun pengobatan gratis?
o Ya gitu kayak sembako lainnya aja a, kalo pengobatan gratis mah
pas itu ibu diperiksa tensi darah, gula darah sama kolesterol. Terus
ditanya punya riwayat penyakit apa aja gitu.
Pewawancara: Kapan BAZNAS membagikan bantuan tersebut?
o Kalo sembako sepengetahuan ibu udah tiga kali ya a, pertama pas
awal tahun BAZNAS kesini sampe terakhir tahun kemaren.
Pengobatan gratis juga geh cuma diawal tahun aja gak lanjut lagi.
Pewawancara: Adakah faktor penghambat dari program bantuan
ini?
217
o Kurang konsisten kali ya a, soalnya cuma sekali aja datengnya abis
itu besok gak ada bantuannya lagi.
Pewawancara: Apakah menurut ibu program ZCD sangat
membantu dalam meningkatkan ekonomi ibu?
o Kurang setuju sih a, itu aja.
218
WAWANCARA DENGAN PAK ASMALI SELAKU PENERIMA
MANFAAT ZCD BERUPA BANTUAN SEMBAKO DAN KURBAN
Pewawancara: Bagaimana kondisi bapak sebelum maupun
sesudah ada bantuan dari BAZNAS?
o Ya biasa sih dek, tapi lumayan terbantu abis ada BAZNAS. Jadi
yang tadinya jarang makan daging jadi bisa makan gitu.
Pewawancara: Apa saja bantuan program yang ibu dapat dari
BAZNAS?
o Hanya sebatas bantuan sembako ama kurban daging kambing
sekali aja.
Pewawancara: Apa saja yang telah BAZNAS berikan di dalam
bantuan sembako?
o Macem beras, kacang ijo, minyak ama kebutuhan lainnya aja dek.
Pewawancara: Kapan BAZNAS membagikan bantuan tersebut?
o Kalo sembako sih saya dikasihnya cuma 3 kali kalo gak salah dari
BAZNAS.
Pewawancara: Bagaimana keberlangsungan program tersebut?
o Terakhir tahun kemaren kayaknya, tahun ini gak ada dek.
Pewawancara: Adakah faktor penghambat dari program bantuan
ini?
o Gak ada alhamdulillah.
Pewawancara: Apakah menurut ibu program ZCD sangat
membantu dalam meningkatkan ekonomi bapak?
219
o Wah kalo itu mah cuma bantu secara konsumsi aja ya de, gak bisa
ningkatin ekonomi. cuma emang kalo pengobatan gratis dari
BAZNAS bisa bantu warga yang tadinya sakit jadi sehat terus bisa
kerja lagi.
220
WAWANCARA DENGAN IBU ANIH, SALAH SATU MUSTAHIK
PENERIMA PROGRAM BEDAH RUMAH
Pewawancara: Bagaimana kondisi ibu sebelum maupun sesudah
ada bantuan dari BAZNAS?
o Apasih ya rumah tuh gubug ya, dulu mah kecil banget rumah
mamah mah. Sampe anak juga gak dateng ke rumah, soalnya
emang kamar mamah kecil dan cuma cukup 2 orang aja. Mamah
juga kemaren mah gak ada dapur, jadi masak juga susah. Nah abis
BAZNAS dateng kan ya, rumah jadi bagus. Temboknya jadi kokoh
gak lembek kayak kemaren lagi. Bagus lah pas ada bantuan dari
BAZNAS. Mamah kebantu banget, apalagi sekarang tiap ujan gak
mesti sediain ember buat nadahin genteng bocor. Sekarang juga
mah mamah punya dapur, jadi enak tinggal masak di dalem, gak
diluar lagi.
Pewawancara: Bagaimana proses keberlangsungan program
bedah rumah?
o Mamah mah taunya pas dibilangin ama pak RW aja ya, udah gitu
tim BAZNAS dateng tuh ngecek-ngecek rumah. Udah gitu aja abis
itu mamah diungsiin ke rumah tetangga sebentar buat direnovasi
dulu rumahnya.
Pewawancara: Apakah ada biaya yang dipungut dari program
bedah rumah?
221
o Gak atuh a, mamah tuh malah dapet semuanya gratis. Dari semen,
kayunya, pasirnya juga gratis semua. Palingan mamah difoto aja
pas lagi penyerahan kunci sama orang-orang, pihak RW juga
dateng gitu.
Pewawancara: Adakah faktor penghambat dari program bedah
rumah?
o Gak ada a, jalan lancar-lancar aja.
Pewawancara: Apakah menurut ibu program ZCD sangat
membantu dalam meningkatkan ekonomi ibu?
o Oh membantu sekali, mamah abis itu udah bisa masak didalem
rumah. Anak-anak juga kadang bantuin mamah. Cuma yah mamah
emang gak bakat dagang jadi biasa-biasa aja keuntungannya.
222
WAWANCARA DENGANIBU JUMIYATI, SALAH SATU MUSTAHIK
PENERIMA PROGRAM BEDAH RUMAH
Pewawancara: Bagaimana kondisi ibu sebelum maupun sesudah
ada bantuan dari BAZNAS?
o Yah pertama rumahnya gubug dan hampir roboh, tiap hari juga
mah kalo hujan sering netes tuh air dari atap. Temboknya juga dulu
mah udah pada meletok roboh gitu a. Tapi semenjak ada bantuan
geh ya mah, alhamdullillah bisa hidup lebih baik. Sekarang anak-
anak juga pada bisa nginep dirumah, kan kalo dulu mah pada gak
mau tidur di sini, takut gitu katanya.
Pewawancara: Bagaimana proses keberlangsungan program
bedah rumah?
o Dari awal mah udah dikasih tau pak RW kalo ada bantuan dari
BAZNAS, dari BAZNAS nya juga geh udah meriksa dan katanya
mau di perbaikin karena ngeliat rumah emak udah bobrok.
Alhamdullillah selama kurang lebih 3 bulan rumah emak jadi lagi
sampe sekarang dan bisa ditempatin. Udah gitu aja, abis rumah
udah kelar program nya geh juga udah gak lagi, digilir gitu buat
rumah lainnya yang kondisinya buruk gitu mah.
Pewawancara: Apakah ada biaya yang dipungut dari program
bedah rumah?
223
o Gak ada a, alhamdulillah dikasih aja semuanya sampe terima
kunci. Dari tukang, batu, pasir ama semennya juga gratis.
Istilahnya ibu mah cuma tinggal nunggu jadi aja alhamdulillah.
Pewawancara: Adakah faktor penghambat dari program bedah
rumah?
o Alhamdulillah a gak ada, semuanya lancar.
Pewawancara: Apakah menurut ibu program ZCD sangat
membantu dalam meningkatkan ekonomi ibu?
o Iya a membantu banget, emak jadi punya tempat tinggal
seenggaknya. Anak-anak geh ya bisa tinggal sama ibu lagi. Jadi
kan pada ngumpul bareng. Terus geh gegara ada dapur jadi emak
mah bisa usaha kecil-kecilan juga ,palingan jualan bala-bala di SD