pengaruh ukuran perusahaan, pertumbuhan …eprints.perbanas.ac.id/2601/1/artikel ilmiah.pdf · 1...
TRANSCRIPT
PENGARUH UKURAN PERUSAHAAN, PERTUMBUHAN
PERUSAHAAN DAN LEVERAGE TERHADAP
EARNING RESPONSE COEFFICIENT
ARTIKEL ILMIAH
Oleh :
RIZQY DWI PRASTOWO
NIM : 2013310920
SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI PERBANAS
S U R A B A Y A
2017
1
PENGARUH UKURAN PERUSAHAAN, PERTUMBUHAN PERUSAHAAN DAN
LEVERAGE TERHADAP EARNING RESPONSE COEFFICIENT
Rizqy Dwi Prastowo STIE Perbanas Surabaya
Email : [email protected]
ABSTRACT
One of source which is used to assess good or bad performances of a company is
camefromprofit information. Profit information given by the management to the investors
are used fora decision making. Reactions shown by the investors for the information which
provided by the market can be different. Based on this difference investor reaction,
thisresearchintended to verify if there is an affect occurred from firm size, firm growth and
leverage to the earnings response coefficients.This research is by using a secondary data,
such as: company's annual report Trasnportation sector which listed on the Indonesia Stock
Exchange during 2013-2015. The sampling method used in this research is a purposive
sampling, 33 samples of data observations for a three years of period. The analytical
method used is a multiple regression analysis. Based on the results of thisresearch analys is
indicated that firm size and firm growth have a negative to earnings response coefficient.
Other variabel that also leverages have a significant positive effect to earnings response
coefficient (ERC).
Keywords: Earnings Response Coefficient, Firm Growth, Firm Size, Leverage
PENDAHULUAN
Laporan keuangan yang berasal dari
perusahaan go public atau perusahaan
yang terdaftar di bursa efek merupakan
salah satu dari kinerja keuangan yang
harus dipublikasikan setiap tahunnya.
Menurut Standar Akuntansi Keuangan
(PSAK), laporan keuangan terdiri dari lima
laporan yaitu laporan laba rugi, laporan
perubahan ekuitas, laporan posisi
keuangan, laporan arus kas, dan yang
terakhir catatan atas laporan keuangan.
Laporan keuangan yang dihasilkan dan
dipublikasikan ditujukan untuk
memberikan informasi bagi masyarakat,
khususnya bagi pihak eksternal, investor,
dan stakeholder dalam hal pengambilan
keputusan.
Ukuran perusahaan merupakan salah
satu informasi yang dapat digunakan oleh
investor untuk menilai laba yang
dihasilkan perusahaan guna mengambil
keputusan investasi. Hal ini terbukti oleh
penelitian sebelumnya seperti yang
dilakukan oleh Diantimala (2008) serta
Ratnawati dan Basri (2014) yang
menyatakan bahwa ukuran perusahaan
berpengaruh pada koefisien respon laba.
Pertumbuhan Perusahaan menurut Porter
(1980) dalam Fijrijanti dan Hartono (2001)
menyatakan bahwa perusahaan bertumbuh
memiliki pertumbuhan margin, laba, dan
penjualan yang tinggi. Perusahaan
bertumbuh cendrung memiliki leverage
dan kebijakan deviden yang lebih rendah
dibandingkan dengan perusahaan tidak
bertumbuh, dan kelompok perusahaan
yang bertumbuh secara signifikan
merupakan perusahaan yang lebih besar
2
(Gaver & Gaver, 1993 dalam Fijrijanti dan
Hartono, 2001).
Perusahaan dengan leverage (tingkat
hutang) yang tinggi akan menghadapi
risiko yang lebih tinggi, tetapi juga bisa
meningkatkan pengembalian. Jika
perusahaan dengan rasio hutangnya rendah
maka perusahaan tersebut tidak berisiko
tinggi, tetapi juga bisa mengecilkan
peluang dalam melipat gandakan
pengembaliannya. Hal itu disebabkan oleh
reakis investor dalam melihat atau
menerima berita baik (good news) yang
diberikan perusahaan akan rendah jika
leverage perusahaan tersebut tinggi.
Sebaliknya reaksi investor dalam melihat
atau menerima berita baik (good news)
yang diberikan perusahaan akan tinggi jika
leverage perusahaan tersebut rendah.
Maka earnings response coefficient akan
menurun jika tingkat leverage (rasio
hutang) perusahaan tersebut tinggi.
Latar belakang peneliti menggunakan
sektor Transportasi karena beberapa
alasan, yaitu bisa dilihat pada pemberitaan
beritasatu.com pada tanggal 29 desember
2015 sektor transportasi diprediksi akan
melesat dikarenakan Hal ini bisa
diprediksi pada perusahaan Garuda
Indonesia Tbk (GIAA). Alasannya,
Valuasi saham maskapai penerbangan
kebanggan Indonesia itu masih murah dan
diyakini terjadi perbaikan fundamental
2016 yang signifikan di tubuh Garuda.
“Ekspektasi masih rendahnya harga
minyak mentah akan menguntungkan bagi
bisnis GIAA, ditambah dengan
peningkatkan porsi pasar GIAA , ter
khusus untuk segmen LCC,”
RERANGKA TEORITIS YANG
DIPAKAI DAN HIPOTESIS
Teori Keagenan
Scott (2015 : 358) mendefinisikan teori
keagenan sebagai pengembangan dari teori
yang mempelajari desain kontrak untuk
memotivasi agen bertindak atau bekerja
atas nama prinsipal namun akan terjadi
konflik ketika kepentingan agen bertolak
belakang dengan prinsipal. Kedua belah
pihak baik prinsipal maupun agen
memiliki tujuan yang sama yaitu
memaksimumkan nilai perusahaan. Pihak
agen dikontrak oleh prinsipal agar dapat
bekerja sesuai dengan kepentingan
prinsipal dan pekerjaan tersebut wajib
dipertanggungjawabkan,
Teori Sinyal
Teori sinyal menurut Godfrey, et al.
(2010:374) merupakan tindakan manajer
dalam memberikan sinyal harapan kepada
investor melalui akun-akun dalam laporan
keuangan dengan tujuan dari sinyal yang
diberikan dapat menjadikan tingkat
pertumbuhan perusahaan lebih tinggi di
masa depan. Teori sinyal menjelaskan
bahwa sinyal yang diberikan kepada para
investor dapat berupa informasi tentang
apa yang sudah dilakukan oleh manajemen
untuk merealisasikan keinginan pemilik.
Keputusan investor dipengaruhi oleh
kualitas informasi yang diungkapkan
perusahaan dalam laporan keuangan.
Pengaruh Ukuran Perusahaan
Terhadap Earnings Response Coefficient
Ukuran perusahaan merupakan salah satu
informasi yang dapat digunakan oleh
investor untuk menilai laba yang
dihasilkan perusahaan guna mengambil
keputusan investasi. Hal ini terbukti oleh
penelitian sebelumnya seperti yang
dilakukan oleh Diantimala (2008) serta
Ratnawati dan Basri (2014) yang
menyatakan bahwa ukuran perusahaan
berpengaruh pada koefisien respon laba.
H1 : Ukuran Perusahaan berpengaruh
terhadap Earning Response
Coefficient
Pengaruh Pertumbuhan Perusahaan
Terhadap Earnings Response Coefficient
Pertumbuhan Perusahaan menurut Porter
(1980) dalam Fijrijanti dan Hartono (2001)
menyatakan bahwa perusahaan bertumbuh
memiliki pertumbuhan margin, laba, dan
penjualan yang tinggi. Perusahaan
bertumbuh cendrung memiliki leverage
3
dan kebijakan deviden yang lebih rendah
dibandingkan dengan perusahaan tidak
bertumbuh, dan kelompok perusahaan
yang bertumbuh secara signifikan
merupakan perusahaan yang lebih besar
(Gaver & Gaver, 1993 dalam Fijrijanti dan
Hartono, 2001). Perusahaan yang
pertumbuhannya tinggi dengan
mempunyai kesempatan yang besar
memungkinkan untuk membayar deviden
yang rendah karena mereka mempunyai
kesempatan profitable dalam mendanai
investasinya secara internal, sehingga
perusahaan tidak tergoda untuk membayar
bagian yang lebih besar labanya dalam
bentuk deviden (Barclay 1998, dalam
Subekti dan Kusuma, 2001).
Pengujian hipotesis pertama pada
penelitian ini adalah untuk membuktikan
apakah Pertumbuhan perusahaan
berpengaruh signifikan terhadap Earnings
Response Coeffiient (ERC). Hasil hipotesis
pertama menyatakan bahwa Pertumbuhan
Perusahaan tidak berpengaruh terhadap
earnings response coefficient (ERC).
H2 : Pertumbuhan Perusahaan
berpengaruh terhadap Earning
Response Coefficient.
Pengaruh Leverage Terhadap Earnings
Response Coefficient
Leverage adalah proporsi hutang yang
digunakan untuk membiayai asetnya.
Perusahaan yang menggunakan utang yang
tinggi untuk mendanai asetnya dianggap
berisiko tinggi, karena akan memberikan
beban bunga yang tinggi pula kepada
perusahaan, tetapi didalam kondisi
ekonomi yang baik tingginya hutang yang
digunakan untuk mendanai asetnya dapat
juga menghasilkan laba yang baik. Hasil
dari hipotesis ketiga menyatakan bahwa
leverage berpengaruh signifikan terhadap
Earnings Response Coefficient
H3 : Leverage berpengaruh terhadap
Earning Response Coefficient
Kerangka pemikiran yang mendasari
penelitian ini digambarkan sebagai berikut:
Gambar 1
Kerangka Pemikiran
METODE PENELITIAN
Rancangan Penelitian
Menurut pernyataan Jogiyanto (2013: 69)
menyatakan bahwa rancangan penelitian
adalah suatu rencana atau susunan
penelitian yang mengarah pada suatu
proses dan juga hasil sehingga output yang
didapatkan menjadi valid, objektif, efisien,
dan efektif. Metode penelitian yang
digunakan oleh peneliti yaitu
menggunakan metode kuantitatif.
Data yang digunakan dalam penelitian
ini adalah data kuantitatif yang bersifat
sekunder.Sumber data yang digunakan
adalah sumber data sekunder yang
diperoleh/diambil dari Bursa Efek
Indonesia (BEI), Yahoo Finance, dan
dunia investasi (www.duniainvestasi.com).
Batasan Penelitian
Disini dapat dijelaskan beberapa batasan
pada penelitian yang tujuannya untuk
Ukuran Perusahaan (X1)
Earning Response
Coefficient (Y) Pertumbuhan Perusahaan (X2)
Leverage (X3)
4
mengarahkan kejelasan di dalam
pembahasan, dan sesuai tujuan yang
diinginkan sejak awal, sehingga dapat
terhindar dari Pembahasan yang terlalu
luas.
1. Untuk mengetahui pengaruh Ukuran
Perusahaan, Pertumbuhan Perusahaan,
Leverage terhadap Earning Response
Coefficient
2. Perusahaan yang diteliti di Bidang
Transportasi
3. Penelitian yang digunakan Selama 3
Periode Yaitu 2013-2015
4. Perusahaan yang mengungkapkan
informasi lingkungannya saja yang
dilihat sampelnya
Identifikasi Variabel
Pada penelitian ini terdiri dari 2 (dua)
variabel yaitu variabel independen dan
dependen. variabel independennya dalam
penelitian ini yaitu Ukuran Perusahaan,
Pertumbuhan Perusahaan, leverage
sedangkan untuk variabel dependen sendiri
yaitu Earnings Response Coefficient
untuk penelitiannya sendiri pada
perusahaan transportasi yang tercatat di
Bursa Efek Indonesia.
Definisi Operasional dan Pengukuran
Variabel
Pada sub bab bagian ini akan diterangkan
terkait definisi operasional dan pengukuran
yang ada pada setiap variabel yang
digunakan. Hal ini mempunyai tujuan
yaitu guna dapat memahami setiap
variabel yang teridentifikasi dan cara
pengukuran yang akan digunakan.
Earnings Response Coefficient (ERC)
Variabel dependen ialah variabel terikat
yang dipengaruhi oleh variabel
independen.Variabel dependen penelitian
ini adalah Earnings Response Coefficient
(ERC). ERC merupakan koefisien yang
diperoleh dari regresi antara proksi harga
saham dengan laba akuntansi.Proksi harga
saham yang digunakan adalah
Cummulative Abnormal Return (CAR),
sedangkan proksi laba akuntansi yang
digunakan adalah Unexpected Earnings
(UE). Pengukuran Cummulative Abnormal
Return CAR diproksikan sebagai berikut:
a. Cumulative Abnormal Return (CAR)
Mengacu pada penelitian Delvira dan
Nelvirita (2013), CAR pada saat laba
akuntansi dipublikasikan dapat dihitung
dalam jendela peristiwa selama 11 hari (5
hari sebelum peristiwa, 1 hari peristiwa,
dan 5 hari sesudah peristiwa) karena harga
saham cenderung berfluktuasi pada
beberapa hari sebelum dan sesudah
publikasi laba.
…………(1)
Keterangan :
ARit = Abnormal return
perusahaan i pada hari t
CARit(-5,+5) = Cumulative abnormal
return pada perusahaan i
pada waktu jendela
peristiwa pada hari t-5
sampai +5
Untuk mencari Abnormal return maka
dihitung dengan rumus sebagai berikut
(Delvira dan Nelvirita, 2013) :
ARit = Rit - Rmt ………………...(2)
Keterangan :
ARit = Abnormal return perusahaan i
pada periode ke t
Rit = Return saham perusahaan pada
periode ke t
Rmt = Return pasar pada periode ke t
Return saham dan return pasar harian
dapat dihitung menggunakan rumus
berikut:
a) Return saham harian
Rit = (Pit - Pit-1)…………..…(3)
Pit-1 Dimana :
Rit = return saham perusahaan i
pada hari ke t
Pit = harga penutupan saham i
pada hari ke t
Pit-1 = harga penutupan saham i
pada hari ke t-1
5
b) Return pasar harian
Rmt = (IHSGt - IHSGt-1)...(4)
IHSGt-1
Dimana :
Rmt = return pasar harian
IHSGt = indeks harga saham
gabungan pada hari t
IHSGt-1 = indeks harga saham
gabungan pada hari t-1
b. Unexpected Earnings (UE)
Unexpected Earnings (UE) adalah proksi
laba yang menunjukkan kinerja intern
perusahaan, untuk menghitung besarnya
Unexpected Earnings (UE) maka rumus
yang dapat digunakan adalah sebagai
berikut (Delvira dan Nelvirita, 2013):
UEit = (EPSit – EPSit-1) ....(5)
EPSit-1
Keterangan :
UEit = Unexpected Earnings
perusahaan i pada periode t
EPSit = laba per lembar saham
perusahaan i pada periode t
EPSit-1 = laba per lembar saham
perusahaan i pada periode
sebelumnya
c. Earning Response Coefficient (ERC)
Setelah menghitung CAR dan UE, maka
ERC ditunjukkan melalui persamaan
berikut : (Delvira dan Nelvirita, 2013)
CAR = + β(UE) + e ……(6)
Keterangan :
CAR = Cumulative Abnormal Return
= konstanta
UE = Unexpected Earnings
β = koefisien hasil regresi
e = komponen error
Ukuran Perusahaan
Erkasi (2009) Menjelaskan bagaimana
Ukuran perusahaan (size) adalah variabel
yang diproksikan dengan total aset
perusahaan. Total aset dipilih sebagai
proksi ukuran perusahaan karena tujuan
penelitian mengukur ukuran ekonomi
perusahaan. Untuk perhitungannya
menggunakan logaritma natural dari total
aset perusahaan, agar tidak terjadi
ketimpangan nilai yang terlalu besar
dengan variabel lainnya yang bisa
mengakibatkan kebiasan nilainya,
sehingga secara matematis:
Size = Ln (Asset)
Keterangan :
Size = Ukuran perusahaan
Ln = Logaritna natural
Asset = Total asset perusahaan
Firm Growth
Salah satu faktor yang menentukan
struktur modal perusahaan adalah
pertumbuhan perusahaan (Pandey, 2001).
Hal ini dilihat bahwa perusahaan yang
tumbuh membutuhkan dana didalam
menjalankan aktivitas operasinya.
Pertumbuhan Perusahaan ini mencakup
Pertumbuhan Penjualan, Laba, dan Aktiva.
Pertumbuhan Perusahaan ini dilihat
dengan semakin tinggi tingkat
pertumbuhan suatu perusahaan maka
semakin baik juga perusahaan
tersebut. Berikut merupakan sistematis
perhitungan dari Pertumbuhan Perusahaan
Leverage
Leverage adalah proporsi hutang yang
digunakan untuk membiayai asetnya.
Leverage merupakan faktor yang penting
bagi kelangsungan perusahaan karena
tinggi rendahnya leverage akan
mempunyai efek langsung terhadap respon
investor dalam menilai perusahaan.
Leverage ini akan dihitung dengan rumus :
Populasi Sampel dan Teknik
Pengambilan Sampel
Populasi yang digunakan untuk penelitian
ini yaitu seluruh perusahaan transportasi
yang terdaftar Pada Bursa Efek Indonesia
(BEI) Pada Periode 2013-2015. Sampel
DER = Total Utang
Total Ekuitas
6
yang digunakan pada penelitian ini dengan
menggunakan metode purposive
sampling,. Berikut beberapa kriteria yang
harus dipenuhi agar sampel yang
digunakan dapat dipertanggung jawabkan,
yaitu :
1. Perusahaan transportasi yang terdaftar
harus menerbitkan laporan tahunannya
di BEI secara berturut-turut selama
2013-2015.
2. Perusahaan harus jelas
mengungkapkan Ukuran perusahaan,
Pertumbuhan Perusahaan, Leverage
selama tiga tahun berturut turut
selama 2013-2015
3. Perusahaan yang sahamnya masih
aktif diperdagangkan selama tahun
2013-2015.
4. Laporan tahunan yang
mengungkapkan data secara lengkap.
5. Perusahaan yang mencantumkan
tanggal publikasi
Teknik Analisis Data
Teknik analisis data akan menguji validitas
dari data. Selanjutnya, ketika semua data
sudah terkumpul maka peneliti akan
melakukan analisis deskriptif menghitung
variabel bebas dan variabel terikat, analisis
regresi berganda, uji asumsi klasik,
koefisien determinasi , dan uji hipotesis
simultan (F) dan parsial (T). Perhitungan
Statistik akan menggunakan SPSS
Analisis Regresi Linier Berganda
Teknik analisis yang digunakan dalam
penelitian ini ialah analisis regresi linier
berganda.Dalam pengolahan datanya,
peneliti menggunakan SPSS for windows.
Analisis regresi pada dasarnya adalah studi
mengenai ketergangtungan variabel
dependen (terikat) dengan satu atau lebih
variabel independen (variabel
penjelas/bebas), dengan tujuan untuk
mengestimasi dan/atau memprediksi rata-
rata populasi atau nilai rata-rata variabel
dependen berdasarkan nilai variabel
independen yang diketahui (Gujarati, 2003
dalam Imam, 2013).
ANALISIS DATA DAN
PEMBAHASAN
Analisis Statistik Deskriptif
Analisis statistik deskriptif bertujuan untuk
memberikan gambaran atau deskripsi agar
data mudah dipahami. Menurut Imam
(2012:19) statistik deskriptif memberikan
gambaran dan penjelasan mengenai nilai
rata-rata (mean), standar deviasi, varian,
maksimum, minimum, sum, range.
Tabel 1
Analisis Statistik Deskriptif
N Min Max Mean
Std.
Deviation
LEV 43 ,0113 7,4035
1,9625
0 1,82538
GRO
WTH 43 -,5721 ,6660 -,02376 ,26182
SIZE 43
21,05
5
30,381
2
27,338
95 2,33092
ERC 43 -,094 ,113 -,00777 ,044908
7
1. Earnings Response Coefficient (ERC)
ERC merupakan koefisien yang diperoleh
dari regresi antara proksi harga saham
dengan laba akuntansi.Proksi harga saham
yang digunakan adalah Cummulative
Abnormal Return (CAR), sedangkan
proksi laba akuntansi yang digunakan
adalah Unexpected Earnings (UE).
Cummulative Abnormal Return (CAR)
yang digunakan dalam penelitian ini
diperoleh dari closing price (harga saham
penutupan) dan juga IHSG (Indeks Harga
Saham Gabungan) yang dilihat dari 5 hari
sebelum tanggal publikasi, tanggal
publikasi, dan 5 hari setelah tanggal
publikasi. Sedangkan Unexpected
Earnings diperoleh dari laba setelah pajak
per periode.Nilai Earnings Response
Coefficient (ERC) pada penelitian ini
dijadikan menjadi satu periode selama
2013-2015.
Berdasarkan tabel 1 dapat ditunjukkan
bahwa sampel penelitian ini ialah
sebanyak 43 sampel. Nilai minimum ERC
sebesar -0,094 dari 43 sampel tersebut
dimiliki oleh perusahaan BULL (Buana
Listya Tama Tbk), hal ini disebabkan
karena tersebut diindikasikan bahwa
kandungan informasi yang diberikan oleh
kedua perusahaan kepada investor kurang
baik sehingga kurang relevan dan handal
dalam hal pengambilan keputusan untuk
berinvestasi.. Nilai maksimum ERC
sebesar 0,113 dimiliki oleh perusahaan
MBSS (Mitra Bantera Segara Sejati Tbk).
Nilai maksimum ERC sebesar 0,113
dimiliki oleh perusahaan MBSS (Mitra
Bantera Segara Sejati Tbk). Hal tersebut
disebabkan karena perusahaan tersebut
diindikasikan memiliki laba yang yang
lebih direspon oleh investor dibanding
dengan perusahaan Transportasi lainnya.
Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat
bahwa nilai standar deviasi ERC ialah
sebesar 0,044908 yang menunjukkan
besarnya variasi atau rentang jarak data
satu dengan data yang lain pada nilai ERC
ialah sebesar 0,044908. Sedangkan untuk
nilai rata-rata ERC pada penelitian ini
ialah sebesar -0,00777,
2. Pertumbuhan Perusahaan
Berdasarkan tabel 1 dapat ditunjukkan
bahwa sampel penelitian ini ialah
sebanyak 43 sampel. Nilai minimum
Pertumbuhan sebesar -0,5721 dari 43
sampel tersebut dimiliki oleh perusahaan
INDX (Tanah Laut Tbk) pada tahun 2013,
hal ini dapat diindikasikan bahwa
kandungan informasi yang diberikan oleh
kedua perusahaan kepada investor kurang
baik sehingga kurang relevan dan handal
dalam hal pengambilan keputusan untuk
berinvestasi. Indikasi dalam Pertumbuhan
Perusahaan yang makin lama makin
menurun yang berakibat pada kurangnya
kepercayaan dari investor. Nilai
maksimum Pertumbuhan sebesar 0,6660
dimiliki oleh perusahaan INDX (Tanah
Laut Tbk) pada tahun 2014. Hal ini
disebabkan karena perusahaan tersebut
diindikasikan memiliki laba yang yang
lebih direspon oleh investor dibanding
dengan perusahaan Transportasi lainnya.
Perusahaan ini memiliki nilai
Pertumbuhan perusahaan positif yang
dapat diartikan bahwa perusahaan ini
memiliki keunggulan dari perusahaan
lainnya dari segi pertumbuhan yang
menimbulkan reaksi investor, sehingga
investor menjadi yakin untuk menanamkan
sahamnya pada perusahaan tersebut.
Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat
bahwa nilai standar deviasi Pertumbuhan
Perusahaan ialah sebesar 0,261824 yang
menunjukkan besarnya variasi atau
rentang jarak data satu dengan data yang
lain pada nilai Pertumbuhan Perusahaan
ialah sebesar 0,261824. Sedangkan untuk
nilai rata-rata Pertumbuhan Perusahaan
pada penelitian ini ialah sebesar -
0,023763. Perbandingan antara nilai
8
standar deviasi dengan nilai rata-rata
menujukkan bahwa nilai standar deviasi
lebih besar atau berada diatas nilai rata-
rata yang berarti tingkat variasi data dari
pertumbuhan perusahaan terbilang besar
atau bersifat heterogen.
3. Ukuran Perusahaan
Berdasarkan tabel 4.2 dapat ditunjukkan
bahwa sampel penelitian ini ialah
sebanyak 43 sampel. Nilai minimum
Ukuran perusahaan sebesar 21,0559 dari
43 sampel tersebut dimiliki oleh
perusahaan BLTA (Berlian Laju Tanker
Tbk), hal ini dapat diiIndikasikan dalam
Ukuran Perusahaan yang dilihat
berdasarkan total aset yang makin lama
makin menurun yang berakibat pada
kurangnya kepercayaan dari investor. Nilai
maksimum Ukuran sebesar 30,3812
dimiliki oleh perusahaan BBRM
(Pelayaran Nasional Bina Buana Raya
Tbk), karena perusahaan tersebut memiliki
nilai Ukuran perusahaan positif yang dapat
diartikan bahwa perusahaan ini memiliki
keunggulan dari perusahaan lainnya dari
Ukuran Perusahaan yang menimbulkan
reaksi investor, sehingga investor menjadi
yakin untuk menanamkan sahamnya pada
perusahaan tersebut.
Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat
bahwa nilai standar deviasi Ukuran
Perusahaan ialah sebesar 2,33092 yang
menunjukkan besarnya variasi atau
rentang jarak data satu dengan data yang
lain pada nilai Ukuran Perusahaan ialah
sebesar 2,33092. Sedangkan untuk nilai
rata-rata Ukuran Perusahaan pada
penelitian ini ialah sebesar 27,33895.
4. Leverage
Berdasarkan tabel 4.2 dapat ditunjukkan
bahwa sampel penelitian ini ialah
sebanyak 33 sampel. Pada penelitian ini
diperoleh nilai minimum Leverage sebesar
0,01133 yang dimiliki oleh perusahaan
INDX (Tanah Laut Tbk.). Hal ini
disebabkan karena perusahaan tersebut
diindikasikan memiliki risiko yang rendah.
Leverage perusahaan tersebut menurun
dikarenakan total aset perusahaan tersebut
meningkat setiap tahunnya. Nilai
maksimum dari Leverage ialah sebesar
7,4035 yang diperoleh oleh perusahaan
BULL (Buana Listya Tama Tbk.). Hal ini
dapat diindikasikan bahwa perusahaan
tersebut memiliki risiko yang tinggi.
Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat
bahwa nilai standar deviasi leverage ialah
sebesar 1,82538 yang menunjukkan
besarnya variasi atau rentang jarak data
1,82538. untuk nilai rata-rata leverage
pada penelitian ini ialah sebesar 1,96250,
Uji Asumsi Klasik
Uji asumsi klasik bertujuan untuk
memastikan bahwa persamaan regresi
yang didapatkan memiliki ketepatan dalam
estimasi, tidak bias dan konsisten.
Pengujian hipotesis dapat dilakukan
apabila model regresi lolos dari uji asumsi
klasik, yaitu data terdistribusi secara
normal.Uji asumsi klasik yang digunakan
dalam penelitian ini ialah uji normalitas.
1. Uji Normalitas
Uji normalitas ialah pengujian yang
bertujuan untuk menguji apakah dalam
model regresi variabel telah terdistribusi
normal.Pada uji normalitas penelitian ini
menggunakan uji statistik non parametrik
Kolmogorov Smirnov (K-S). Jika nilai
signifikan ≥ 0,05 maka data yang
ditunjukkan telah terdistribusi normal.
Tabel 2
Hasil Uji Normalitas Sektor
Transportasi
Unstandardized
Residual
N 43
Asymp. Sig. (2-
tailed) ,200
c,d
Hasil uji normalitas nilai Asymp.Sig.
(2-tailed) sektor Transportasi sebesar
0,200.Sig. yang dihasilkan tersebut lebih
besar dari 0,05. Jadi berdasarkan hasil
tersebut maka H0 diterima yang artinya
data telah terdistribusi normal.
9
2. Uji Multikolonieritas
Ghazali (2013: 105) mengatakan bahwa
tujuan dilakukannya uji multikolonieritas
yaitu guna menguji apakah dalam model
regresi ditemukan adanya korelasi antar
variabel independen.
Tabel 3
Hasil Uji Multikolonieritas Sektor
Transportasi
Collinearity
Statistics
Model Tolerance VIF
(Constant)
LEV ,971 1,030
GROWTH ,977 1,023
SIZE ,990 1,011
berdasarkan tabel 3 dari hasil uji
multikolonieritas variabel independen
penelitian yaitu leverage (LEV),
pertumbuhan (GROWTH), Ukuran (SIZE)
mempunyai nilai tolerance lebih dari 0,10
dan nilai VIF kurang dari 10 (sepuluh),
sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak
ada multikolonieritas antar variabel
independen penelitian dalam model regresi
3. Uji Heterokedastisitas Menurut Ghazali (2013: 139) mengatakan
bahwa pengujian heterokedastisitas
digunakan untuk menguji apakah dalam
model regresi terjadi ketidaksamaan
variance dari residual satu pengamatan ke
pengamatan yang lain. Penelitian yang
baik yaitu penelitian yang tidak terjadi
asumsi heterokedastisitas.
Tabel 4
Hasil Uji Heterokedastisitas
Model Sig.
(Constant) ,873
LEV ,626
GROWTH ,630
SIZE ,395
Pada tabel 4 hasil dari uji
heterokedastisitas menunjukkan bahwa
tingkat signifikan yang dimiliki yaitu
leverage (LEV), pertumbuhan
(GROWTH), Ukuran (SIZE) mempunyai
nilai lebih dari 0,05 sehingga dapat
disimpulkan bahwa model regresi terbebas
dari asumsi heterokedastisitas.
4. Uji Auto Korelasi
Uji autokorelasi adalah salah satu uji
asumsi klasik yang memiliki tujuan untuk
menguji apakah persamaan regresi yang
ada terbebas dari korelasi antara kesalahan
pengganggu periode t dan periode
sebelumnya (t-1). Persamaan regresi yang
baik adalah persamaan yang bebas dari
gejala autokorelasi. Pada penelitian ini,
peneliti menggunakan Run Test dalam
mendeteksi autokorelasi. Ketika nilai
residual diuji menggunakan Run Test dan
tingkat signifikan yang tertera > 0,05 maka
dapat dikatakan residual random atau
terbebas dari asumsi autokorelasi.
Tabel 5
Hasil Auto Korelasi
Model R
Durbin-
Watson
1 ,493a 2,099
Pada tabel 5 hasil dari uji Auto
Korelasi menunjukkan bahwa tingkat
signifikan yang dimiliki yaitu leverage
(LEV), pertumbuhan (GROWTH), Ukuran
(SIZE) mempunyai nilai Hasil pengolahan
data diperoleh nilai Durbin-Watson hitung
sebesar 0,185. Nilai tersebut selanjutnya
akan dibandingkan dengan nilai Durbin-
Watson tabel untukn=43 dan k=3
diperoleh dL = 1,3663 dandU = 1,663.
Dan menurut kriteria (dU < dw< 4- dU)
nilai d’hitung terletak antara 1,663
<0,10495 < 4 – 1,663 maka dapat
disimpulkan dalam model tidak terdapat
gejala autokorelasi.
Analisis Regresi Linier Berganda
Analisis regresi linier berganda ini
merupakan studi mengenai
ketergangtungan variabel dependen
(terikat) dengan satu atau lebih variabel
10
independen (variabel penjelas/bebas),
dengan tujuan untuk mengestimasi
dan/atau memprediksi rata-rata populasi
atau nilai rata-rata variabel dependen
berdasarkan nilai variabel independen
yang diketahui (Gujarati, 2003 dalam
Imam, 2013). Persamaan regresi
bergandanya ialah sebagai berikut :
Y = -0,004 + -,009LEV+-
0,045GROWTH+0,000SIZE+e
Dimana :
Y = Koefisien respon laba akuntansi
perusahaan.
A = Konstanta
b1,b2 = Koefisien regresi linier yang
dapat ditaksir adalah n buah
pasang data
X1 = Leverage
X2 = Pertumbuhan Perusahaan
X3 = Ukuran Perusahaan
e = Error
Uji Hipotesis
Uji Signifikansi Simultan (Statistik F)
Uji statistik F bertujuan untuk
menunjukkan apakah semua variabel
independen (Ukuran, Pertumbuhan dan
leverage) yang dimasukkan dalam model
mempunyai pengaruh secara bersama-
sama terhadap variabel dependen
(Earnings Response Coefficient).
Pengujian dengan menggunakan uji
statistik F ini digunakan untuk mengetahui
apakah model regresi fit atau tidak fit.
Tabel 6
Hasil Uji F
Model F Sig.
Regression 4,174 ,012b
Residual
Total
Berdasarkan tabel diatas diperoleh
nilai F sebesar 4,174 dengan tingkat
signifikan 0,012 dan nilai probabilitas
lebih kecil dari 0,05. Hal ini menunjukkan
bahwa model yang fit, maka H0 ditolak
Uji Koefisien Determinasi (R2)
Koefisien determinasi (R2) pada intinya
mengukur seberapa jauh kemampuan
model (pengaruh variabel independen)
dalam menerangkan variasi variabel
dependen.Nilai koefisien determinasi
adalah antara nol dan satu.
Tabel 7
Hasil Uji R2
Model R R Square
1 ,493a ,243
Berdasarkan tabel diatas nilai R atau
koefisien korelasi ialah sebesar 0,493 atau
49,3%. Nilai Adjusted R Square digunakan
untuk melihat kemampuan variabel
independen (bebas) dalam menjelaskan
variabel dependennya (terikat). Tabel
diatas menunjukkan bahwa Adjusted R
Square yang dihasilkan sebesar 0,185 atau
18,5% yang berarti Konservatisme Laba
dan Levergae mampu mempengaruhi
Earnings Response Coefficient sebesar
18,5% sedangkan 81,5% sisanya
dijelaskan oleh variabel lain diluar variabel
bebas yang diteliti.
Uji Signifikansi Parameter Individual
(Uji Statistik T)
Uji statistik t bertujuan untuk
menunjukkan seberapa jauh pengaruh satu
(setiap) variabel independen (Ukuran
Perusahaan, pertumbuhan dan Leverage)
secara individual dalam menjelaskan
variasi variabel dependen (Earnings
Response Coefficient). Jika tingkat
signifikansi yang dihasilkan lebih kecil
sama dengan 0,05 maka terdapat pengaruh
antara variabel independen dengan
dependennya.
Tabel 8
Hasil Uji t
Model T Sig.
(Constant) -,048 ,962
LEV -2,695 ,010
GROWTH -1,845 ,073
SIZE ,179 ,859
11
Hipotesis pertama dilakukan untuk
menguji pengaruh Ukuran perusahaan
terhadap earnings response coefficient.
Berdasarkan tabel diatas nilai t sebesar
0,179 dengan signifikansi 0,859. Tingkat
signifikansi sebesar 0,073 lebih besar dari
0,05 yang berarti Ukuran Perusahaan
berpengaruh negatif terhadap earnings
response coefficient, sehingga H0
diterima.
Hipotesis kedua dilakukan untuk
menguji pengaruh Pertumbuhan
perusahaan terhadap earnings response
coefficient. Berdasarkan tabel diatas nilai t
sebesar -1,845 dengan signifikansi 0,073.
Tingkat signifikansi sebesar 0,073 lebih
besar dari 0,05 yang berarti Pertumbuhan
Perusahaan berpengaruh negatif terhadap
earnings response coefficient, sehingga H0
diterima.
Hipotesis ketiga dilakukan untuk
menguji pengaruh leverage terhadap
earnings response coefficient. Berdasarkan
tabel diatas nilai t sebesar -2,695 dengan
signifikansi 0,010. Tingkat signifikansi
sebesar 0,010 lebih kecil dari 0,05 yang
berarti leverage berpengaruh Positif
terhadap earnings response coefficient,
sehingga H0 ditolak.
Pembahasan
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
apakah Ukuran Perusahaan,Pertumbuhan
Perusahaan dan leverage berpengaruh
terhadap earnings response coefficient
(ERC). Sampel yang digunakan ialah
perusahaan di sektor Transportasi yang
tercatat di BEI dengan jumlah 43
perusahaan. . Berdasar hasil dari uji F
menunjukkan bahwa model regresi fit serta
hasil dari uji parsial t menunjukkan bahwa
Ukuran dan Pertumbuhan Perusahaan
tidak berpengaruh berpengaruh terhadap
earnings response coefficient (ERC),
sedangkan leverage berpengaruh terhadap
Earnings response coefficient (ERC).
Pembahasan lebih lanjut dijelaskan dalam
uraian berikut ini:
Pengaruh Ukuran Perusahaan
Terhadap Earnings Response Coefficient
Ukuran perusahaan merupakan salah satu
informasi yang dapat digunakan oleh
investor untuk menilai laba yang
dihasilkan perusahaan guna mengambil
keputusan investasi. Perusahaan besar
dapat ditunjukkan dengan aktiva yang
besar pula. Banyaknya inovasi baru yang
dilakukan perusahaan nantinya akan
berpengaruh pada kemampuan perusahaan
untuk menghasilkan laba. Investor
tentunya akan lebih merespon perusahaan
yang memiliki laba lebih besar, yang
dilihat dari koefisien respon laba yang
tinggi.
Hal ini mengindikasikan bahwa laba
perusahaan semakin berkualitas. Pengujian
hipotesis pertama pada penelitian ini
adalah untuk membuktikan apakah ukuran
perusahaan berpengaruh signifikan
terhadap Earnings Response Coeffiient
(ERC). Hasil hipotesis pertama
menyatakan bahwa Ukuran Perusahaan
tidak berpengaruh terhadap earnings
response coefficient (ERC). Hal tersebut
terlihat pada tabel 4.12 yang menyatakan
bahwa hasil dari uji t lebih besar dari nilai
signifikannya (0,000<0,05).
Berdasarkan dengan teori Signalling
dimana sinyal berupa kabar baik atau
kabar buruk yang diberikan perusahaan
kepada investor. Sinyal tersebut berupa
informasi laba perusahaan, karena laba
yang dihasilkan dari perusahaan yang
memiliki tingkat leverage tinggi akan
menurunkan respon investor dalam
menerima sinyal berupa good news.
Namun bertolak belakang dengan hasil uji
analisis yang dilakukan, diketahui bahwa
variabel Ukuran Perusahaan tidak
memiliki pengaruh terhadap Earnings
Response Coefficient, hal ini dapat
diartikan bahwa rendahnya nilai ukuran
Perusahaan yang tidak akan
mempengaruhi tingginya ERC, karena
investor menganggap laba yang dihasilkan
dari prinsip Ukuran Perusahaan belum
tentu baik. Laba yang baik akan direspon
baik pula oleh investor, sehingga secara
12
tidak langsung juga akan meningkatkan
harga saham perusahaan.
Hasil penelitian ini sesuai dengan
penelitian Easton dan Zmijewski (1989)
dalam Syafrudin (2004) menemukan
bahwa ukuran perusahaan tidak
berpengaruh signifikan dalam menjelaskan
ERC. Begitu juga dengan penelitian Collin
dan Kothari (1989), dan Martini (2007)
yang menunjukkan bahwa tidak ada
pengaruh yang signifikan antara ukuran
perusahaan dan ERC. Sedangkan Baginski
(1999) menyatakan ukuran perusahaan
berhubungan negatif dengan ERC
sehingga semakin besar ukuran perusahaan
maka ERC akan semakin rendah.
Pengaruh Pertumbuhan Perusahaan
Terhadap Earnings Response Coefficient
Pertumbuhan Perusahaan menurut Porter
(1980) dalam Fijrijanti dan Hartono (2001)
menyatakan bahwa perusahaan bertumbuh
memiliki pertumbuhan margin, laba, dan
penjualan yang tinggi. Perusahaan
bertumbuh cendrung memiliki leverage
dan kebijakan deviden yang lebih rendah
dibandingkan dengan perusahaan tidak
bertumbuh, dan kelompok perusahaan
yang bertumbuh secara signifikan
merupakan perusahaan yang lebih besar
(Gaver & Gaver, 1993 dalam Fijrijanti dan
Hartono, 2001).
Berdasarkan teori signaling bahwa
sinyal berupa kabar baik atau kabar buruk
yang diberikan perusahaan kepada
investor. Sinyal tersebut berupa informasi
laba perusahaan, karena laba yang
dihasilkan dari perusahaan yang memiliki
tingkat leverage tinggi akan menurunkan
respon investor dalam menerima sinyal
berupa good news dari perusahaan, begitu
juga sebaliknya jika perusahaan tersebut
memiliki tingkat leverage yang rendah
maka akan meningkatkan respon investor
dalam menerima sinyal berupa good news
dari perusahaan. Laba yang baik
mencerminkan kinerja perusahaan yang
baik. Maka dengan rendahnya leverage
(rasio hutang) dapat meningkatkan ERC.
Berdasarkan hasil uji analisis yang
dilakukan, diketahui bahwa variabel
Pertumbuhan Perusahaan tidak memiliki
pengaruh terhadap Earnings Response
Coefficient. Tidak berpengaruhnya
Pertumbuhan Perusahaan terhadap ERC
dapat diartikan bahwa rendahnya nilai
Pertumbuhan Perusahaan yang tidak akan
mempengaruhi tingginya ERC, Namun
hasil penelitian ini bertolak belakang
dengan teori signaling, yang menyatakan
bahwa sinyal berupa kabar baik atau kabar
buruk yang diberikan perusahaan kepada
investor. Hasil dari penelitian ini sejalan
dengan penelitian Freeman, et al., (2002),
yang menunjukkan bahwa penelitian pada
perusahaan dengan karakteristik tertentu
akan menunjukkan hasil yang lebih
spesifik daripada penelitian yang
dilakukan pada objek yang memiliki
karakteristik yang berbeda. Penelitian
Freeman, et al., (2002) menemukan bahwa
penelitian tentang ERC yang dilakukan
pada perusahaan dengan karakteristik yang
berbeda menunjukkan R2 yang lebih
rendah daripada perusahaan yang memiliki
karakteristik yang sama.
Pengaruh Leverage Terhadap Earnings
Response Coefficient
Leverage adalah proporsi hutang yang
digunakan untuk membiayai asetnya.
Perusahaan yang menggunakan utang yang
tinggi untuk mendanai asetnya dianggap
berisiko tinggi, karena akan memberikan
beban bunga yang tinggi pula kepada
perusahaan, tetapi didalam kondisi
ekonomi yang baik tingginya hutang yang
digunakan untuk mendanai asetnya dapat
juga menghasilkan laba yang baik.
Pengujian hipotesis kedua pada penelitian
ini bertujuan untuk membuktikan apakah
leverage berpengaruh terhadap Earnings
Response Coeffiient (ERC).
Sesuai dengan teori Agency, yang
menyatakan bahwa hubungan dari investor
dengan manajemen dimana manajemen
berusaha sebaik mungkin agar respon
terhadap laba perusahaan tetap baik. Selain
itu juga investor beranggapkan bahwa
13
yang diuntungkan dengan tingginya
tingkat leverage ini tidak hanya
debtholders saja melainkan juga
KESIMPULAN, KETERBATASAN
DAN SARAN
Kesimpulan
Penelitian ini dilakukan untuk menguji
pengaruh Ukuran Perusahaan,
Pertumbuhan Laba dan leverage terhadap
earnings response coefficient (ERC).
Penelitian menggunakan variabel sekunder
yang didapat dari Indonesian Stock
Exchange atau www.idx.co.id. Sampel
penelitian didapat dengan menggunakan
metode purposive sampling dan dilakukan
pembuangan data (outlier). Jumlah data
dari penelitian ini ialah sebanyak 43 data
perusahaan sektor Transportasi yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI).
Alat uji yang digunakan dalam penelitian
ini ialah SPSS 23.Pengujian dalam
penelitian ini menggunakan uji analisis
deskriptif, uji normalitas, uji
Multikolonieritas, uji Heterokedastisitas,
analisis regresi linier berganda, dan uji
hipotesis. Berdasarkan pengujian terhadap
hipotesis penelitian dan pembahasan hasil,
maka dapat disimpulkan sebagai berikut :
1. Ukuran perusahaan tidak berpengaruh
terhadap Earning Response Efficient.
Hal ini disebabkan karena ukuran
perusahaan tidak menjadi acuan
investor untuk berinvestasi.
2. Pertumbuhan perusahaan tidak
berpengaruh terhadap Earning
Response Efficient. Hal ini disebabkan
karena investor tidak hanya melihat dari
segi pertumbuhan perusahaan saja
melainkan konsistensi perusahaan
tersebut dari tahun ke tahun.
3. Leverage berpengaruh negatif terhadap
Earning Response Efficient. Hal ini
disebabkan karena jika tingkat hutang
sebuah perusahaan itu tinggi maka
investor akan berpikir ulang untuk
berinvestasi di perusahaan tersebut.
Keterbatasan
Peneliti telah berusaha untuk sebaik
mungkin dalam melakukan penelitian ini,
tetapi masih banyak terdapat keterbatasan-
keterbatasan yang ada dalam penelitian ini,
antara lain :
1. Penelitian ini hanya menggunakan 3
tahun penelitian, tahun penelitian ini
masih relatif pendek.
2. Variabel dalam penelitian ini dikatakan
kurang untuk mengetahui faktor-faktor
yang dapat mempengaruhi earnings
response coefficient.
3. Terdapat data outlier didalam penelitian
ini sehingga hasil yang dicapai kurang
maksimal untuk melihat hasil yang
diharapkan oleh peneliti.
4. Beberapa Laporan Keuangan
Perusahaan Transportasi rata rata
menggunakan mata uang asing (USD).
Saran
Berdasarkan kesimpulan dan keterbatasan
yang telah dijelaskan oleh peneliti, adapun
saran yang dapat dipertimbangkan untuk
peneliti selanjutnya antara lain:
1. Peneliti selanjutnya diharapkan untuk
mempertimbangkan menambah variabel
independen dalam penelitian seperti:
Struktur Modal, Risiko.
2. Peneliti selanjutnya dapat menambah
sampel penelitian tidak hanya
perusahaan Transportasi seperti
perusahaan real estate, mengingat
banyaknya perusahaan yang tidak
melaporkan laporan keuangan dalam
mata uang rupiah.
DAFTAR RUJUKAN
Agnes Sawir. 2003. Analisis Kinerja
Keuangan dan Perencanaan
Keuangan Perusahaan. Jakarta : PT.
Gramedia Pustaka Utama
Cahyani, N. (2009). Pengungkapan
pelaporan keuangan dalam
perspektif signalling theory. Jurnal
Ilmiah Kajian Akuntansi, 1(1).
14
Chen, S. P., Lin, Y. C., & Fu, C. J. (2015).
The Effects of Unrecorded Assets
and Information Disclosure on
Future Earnings Response
Coefficients. Journal of Global
Business Management, 11(1), 27-35.
Dewi, D. M. (2015). The Role of CSRD
on Company's Financial
Performance and Earnings Response
Coefficient (ERC). Procedia-Social
and Behavioral Sciences, 211, 541-
549.
Dewi, U.,Ari, P., dan Darsono, P. 2014.
Manajemen Keuangan Kajian
Praktik dan Teori dalam Mengelola
Keuangan Organisasi Perusahaan.
Edisi Revisi, Jakarta : Mitra Wacana
Media
Dini, M., & Syafruddin, S. (2012).
Analisis Pengaruh Kandungan
Informasi Komponen Laba dan Rugi
terhadap Koefisien Respon Laba
(ERC)(Doctoral dissertation,
Fakultas Ekonomika dan Bisnis).
Diantimala, Yossi. "Pengaruh Akuntansi
Konservatif, Ukuran Perusahaan,
dan Default Risk Terhadap Koefisien
Respon laba (ERC)." Jurnal Telaah
dan Riset Akuntansi 1.1 (2008): 102-
122.
Dwitayanti, Y. (2015). Analisis Pengaruh
Kualitas Auditor terhadap Earnings
Response Coefficient (ERC) Pada
Perusahaan Manufaktur yang
Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia
(BEI). Jurnal Manajemen dan
Keuangan, 9(1), 52-63
Haryono Subiyakto. 2001. Statistika 2.
Jakarta : Universitas Gunadarma.
Huda, M. E. (2016). The Comparative
Analysis Of Ifrs Adoption Through
Earnings Response Coefficient And
Conservative Principle: Case Study
In Asean Countries. Jurnal Ilmiah
Mahasiswa FEB, 4(1).
Imam Ghozali. 2013. Aplikasi Analisis
Multivariate dengan Program IBM
SPSS 21. Edisi Keenam.
Semarang:Badan Penerbit
Universitas Diponegoro.
Imroatussolihah, E. (2013). Pengaruh
Risiko, Leverage, Peluang
Pertumbuhan Persistensi Laba Dan
Kualitas Tanggungjawab Sosial
Perusahaan Terhadap Earning
Response Coefficient Pada
Perusahaan High Profile. Jurnal
Ilmiah Manajemen, 1(1), 75-87.
Kasmir. 2014. Analisis Laporan
Keuangan. Jakarta : Rajawali Pres.
Keown, et al. 2015. Financial
Management : Principles and
Applications. Eleventh Edition. New
Jersey : Pearson Prentice Hall.
Murwaningsari, Etty. "Pengujian Simultan:
Beberapa Faktor yang
mempengaruhi Earning Response
Coefficient (ERC)." Simposium
Nasional Akuntansi 11 (2008).
Paramita, R. W. D., & Hidayanti, E.
(2013). Pengaruh Earnings Response
Coefficient (ERC) Terhadap Harga
Saham (Studi Pada Perusahaan
Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa
Efek Indonesia). Jurnal Penelitian
Ilmu Ekonomi WIGA, 3(1), 13-20.
Paramita, R. W. D. (2014). Pengaruh
Ketepatwaktuan Penyampaian
Laporan Keuangan Terhadap Respon
Laba Akuntansi. Jurnal Penelitian
Ilmu Ekonomi Wiga, 4(2), 39-44.
Pujiati, L. (2016). Pengaruh
Konservatisme Dalam Laporan
Keuangan Terhadap Earnings
Response Coefficient. Jurnal Ilmu &
Riset Akuntansi, 2(11), 1-19
15
Sayekti, Y., & Wondabio, L. S. (2007).
Pengaruh CSR disclosure terhadap
earning response
coefficient. Simposium Nasional
Akuntansi X, 1-35.
Triastuti, F. (2014). Pengaruh
Pengungkapan Informasi Corporate
Social Responsibility Terhadap
Earnings Response Coefficient Pada
Perusahaan High Profile Yang
Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia
2010-2012. CALYPTRA: Jurnal
Ilmiah Mahasiswa Universitas
Surabaya, 3(1), 1-20.
Sugiarto. 2009. Struktur Modal, Struktur
Kepemilikan Perusahaan,
Permasalahan Keagenan dan
Informasi Asimetri. Edisi Pertama,
Yogyakarta : Graha Ilmu.
Suwardjono. 2005. Teori Akuntansi:
Perekayasaan Pelaporan Keuangan.
Edisi Ketiga, Yogyakarta : BPFE.
www.idx.co.id
www.Sahamok.com
www.Yahoofinance.com