pengaruh traffic-locus of control...
TRANSCRIPT
PENGARUH TRAFFIC-LOCUS OF CONTROL, KEPRIBADIAN
TIPE B, DAN SABAR TERHADAP PERILAKU BERKENDARA
AMAN PADA PENGENDARA SEPEDA MOTOR DI
JABODETABEK
Skripsi
Diajukan untuk memenuhi persyaratan memperoleh gelar Sarjana Psikologi
(S.Psi)
Disusun Oleh:
ROBBY CAHYADI
1112070000090
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1440 H / 2019 M
v
“Be not afraid of growing slowly,
be afraid only of standing still.”
Chinese Proverb as been Told by Ms. Rena, Undergraduate Program
Chair, Faculty of Psychology
Skripsi ini dipersembahkan untuk Mama, Ayah, Umi, Abah, keluarga,
para sahabat, teman-teman, dan semua yang telah memberikan dukungan
dalam menyelesaikannya.
Terima kasih, semuanya.
vi
ABSTRAK
A) Fakultas Psikologi
B) Juli 2019
C) Robby Cahyadi
D) Pengaruh traffic-locus of control, kepribadian tipe B, dan sabar terhadap
perilaku berkendara aman pada pengendara sepeda motor di Jabodetabek
E) XIV + 71 halaman + lampiran
F) Sepeda motor menyumbangkan angka paling tinggi dalam jumlah unit dan
angka kecelakaan di Indonesia. Angka kecelakaan, termasuk di wilayah
Jabodetabek mengalami penurunan pada periode terakhir (Januari - Maret
2019), bahkan termasuk yang melibatkan sepeda motor. Perilaku berkendara
aman dianggap sebagai salah satu faktor penting untuk diterapkan pengendara
sepeda motor guna mengurangi risiko kecelakaan. Penelitian ini bertujuan
untuk menguji pengaruh dari beberapa variabel yang dihipotesiskan menjadi
prediktor perilaku berkendara aman, yaitu traffic-locus of control, kepribadian
tipe B, dan sabar.
Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif dengan uji hipotesis regresi
berganda. Sebanyak 253 orang pengendara sepeda motor di Jabodetabek yang
diperoleh dengan teknik accidental sampling dilibatkan sebagai subjek
penelitian. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini yaitu The Motorcycle
Rider Behavioral Questionnaire (MRBQ), Traffic-Locus of Control Scale (T-
LOC, The Bortner Rating Scale, dan alat ukur sabar yang dibuat oleh Rusydi.
Hasil uji hipotesis mayor menunjukkan bahwa ada pengaruh yang signifikan
traffic-locus of control, kepribadian tipe B, dan sabar terhadap perilaku
berkendara aman. Pada uji hipotesis minor diperoleh empat dimensi yang
berpengaruh secara signifikan terhadap perilaku berkendara aman, yaitu self
pada traffic-locus of control, kerpibadian tipe B, patience to doing obedience
dan patience to avoiding prohibited pada sabar.
Diharapkan penelitian terkait perilaku berkendara aman dapat lebih banyak
dilakukan dan menggunakan variabel-variabel yang lebih bervariatif. Bagi
pengendara sepeda motor diharapkan dapat meningkatkan perilaku berkendara
yang aman melalui pengimplementasian indikator-indikator perilaku
berkendara aman, traffic-locus of control self, dan kesabaran ketika berkendara.
G) Bahan bacaan: 39; buku: 7 + jurnal: 30 + disertasi: 1 + skripsi: 1
vii
ABSTRACT
A) Faculty of Psychology
B) July 2019
C) Robby Cahyadi
D) The influence of traffic-locus of control, type B personality, and patience on safe
riding behavior among motorcyclists in Greater Jakarta region
E) XIV + 71 pages + attachments
F) Motorcycle contributes the highest amount of units and accident rates in
Indonesia. However, accident rates including in Greater Jakarta region have
decreased in the last period (January - March 2019), even for motorcycles. Safe
riding behavior is considered as one of important factors to be applied by
motorcyclists in order to reduce accident risks. This study aims to examine the
influence of several variables hypothesized to be predictors of safe riding
behavior, including traffic-locus of control, type B personality, and patience.
This study used quantitative method with multiple regression analysis to
examine the hypotheses. Samples are 253 motorcyclists in Greater Jakarta
obtained by accidental sampling technique. The Motorcycle Rider Behavioral
Questionnaire (MRBQ), Traffic-Locus of Control Scale (T-LOC), The Bortner
Rating Scale, and Rusydi’s patience scale were used for measurements.
Major analysis showed there is a significant influence of traffic-locus of control,
type B personality, and patience on safe riding behavior. Minor analysis resulted
four dimensions that significantly influence safe riding behavior: self in traffic-
locus of control, type B personality, patience to doing obedience and patience to
avoiding prohibited.
It is suggested that safe riding behavior could be more frequently used in related
studies including addition of more variables. For motorcyclists, implementing
the indicators of safe riding behavior, traffic-locus of control self, and patience
are suggested to raise the positivity of riding behavior on road.
G) Reading materials: 39; books: 7 + journals 30 + disertation: 1 + theses: 1
viii
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahiim
Segala puji bagi Allah SWT atas segala rahmat dan karunia-Nya sehingga
skripsi dengan judul “Pengaruh Traffic-Locus of Control¸ Kepribadian Tipe B, dan
Sabar terhadap Perilaku Berkendara Aman pada Pengendara Sepeda Motor di
Jabodetabek” dapat diselesaikan. Shalawat serta salam juga senantiasa tersanjung
kepada Nabi Muhammad SAW beserta keluarga dan sahabat.
Penyusunan skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Psikologi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Dalam
penyusunan skripsi ini tentunya penulis dibantu oleh berbagai pihak sehingga
skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik. Oleh karena itu, penulis mengucapkan
terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Ibu Dr. Zahrotun Nihayah M.Si selaku Dekan Fakultas Psikologi Universitas
Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta beserta jajarannya yang telah
memberi kesempatan penulis untuk menyelesaikan skripsi ini.
2. Bapak Ikhwan Lutfi, M.Psi selaku dosen pembimbing skripsi. Penulis ucapkan
terima kasih atas segala bimbingan, masukan, kritikan, dan nasehat selama
penulisan skripsi ini. Mohon maaf jika banyak hal dari penulis yang kurang
berkenan selama menjadi mahasiswa bimbingan Bapak.
3. Ibu Layyinah, M.Si selaku Dosen Pembimbing Akademik Kelas C 2012.
Penulis ucapkan terima kasih atas segala bimbingan dan arahan selama
perkuliahan.
ix
4. Seluruh dosen, staf pegawai perpustakaan, bidang akademik, bidang umum,
dan bidang keuangan Fakultas Psikologi Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan ilmu juga pembelajaran bagi
penulis, serta memberikan pelayanan administratif yang baik.
5. Para responden penelitian yang secara suka rela telah bersedia menjadi subjek.
6. Kedua orang tua dan keluarga, para sahabat, teman-teman PSP UIN Jakarta
dan Infinito Singers yang telah memberikan dukungan di segala aspek.
7. Teman-teman seperjuangan angkatan 2012 yang telah saling membantu satu
sama lain, membagikan pengetahuan, pengalaman, semangat, dan
kebersamaan selama perkuliahan dan penyelesaian skripsi ini.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini memiliki segala
keterbatasan dan jauh dari kata sempurna, maka penulis memohon maaf apabila ada
kekurangan. Akhir kata penulis berharap agar skripsi ini dapat bermanfaat.
Jakarta, Juli 2019
Penulis
Robby Cahyadi
x
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ......................................................................................... i
HALAMAN PERSETUJUAN ......................................................................... ii
HALAMAN PENGESAHAN ........................................................................... iii
HALAMAN PERNYATAAN ........................................................................... iv
MOTTO DAN PERSEMBAHAN .................................................................... v
ABSTRAK ......................................................................................................... vi
KATA PENGANTAR ....................................................................................... viii
DAFTAR ISI ...................................................................................................... x
DAFTAR TABEL ............................................................................................. xii
DAFTAR GAMBAR ......................................................................................... xiii
DAFTAR LAMPIRAN ..................................................................................... xiv
BAB 1 PENDAHULUAN ................................................................................. 1 1.1 Latar Belakang Masalah .......................................................................... 1
1.2 Pembatasan dan Perumusan Masalah...................................................... 7
1.2.1 Pembatasan Masalah ...................................................................... 7
1.2.2 Perumusan Masalah ....................................................................... 8
1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian ............................................................... 9
1.3.1 Tujuan Penelitian ........................................................................... 9
1.3.2 Manfaat Penelitian ......................................................................... 9
BAB 2 LANDASAN TEORI ............................................................................ 10
2.1 Perilaku Berkendara Aman ..................................................................... 10
2.1.1 Definisi Perilaku Berkendara Aman .............................................. 10
2.1.2 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perilaku Berkendara Aman .... 11
2.1.3 Dimensi Perilaku Berkendara Aman .............................................. 13
2.1.4 Pengukuran Perilaku Berkendara Aman ........................................ 15
2.2 Traffic-Locus of Control ......................................................................... 16
2.2.1 Definisi Traffic-Locus of Control................................................... 16
2.2.2 Dimensi Traffic-Locus of Control .................................................. 17
2.2.3 Pengukuran Traffic-Locus of Control ............................................ 19
2.3 Kepribadian Tipe B ................................................................................. 19
2.3.1 Definisi Kepribadian Tipe B .......................................................... 19
2.3.2 Dimensi Kepribadian Tipe B ......................................................... 20
2.3.3 Pengukuran Pengukuran Kepribadian Tipe B ................................ 22
2.4 Sabar ........................................................................................................ 22
2.4.1 Definisi Sabar ................................................................................ 22
2.4.2 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Sabar ...................................... 24
2.4.3 Dimensi Sabar ................................................................................ 25
2.4.4 Pengukuran Sabar .......................................................................... 26
2.5 Kerangka Berpikir ................................................................................. 27
2.6 Hipotesis Penelitian ............................................................................... 29
xi
BAB 3 METODE PENELITIAN ..................................................................... 31
3.1 Populasi, Sampel, dan Teknik Pengambilan Sampel .............................. 31
3.1.1 Populasi Penelitian ......................................................................... 31
3.2.1 Sampel Penelitian .......................................................................... 31
3.3.1 Teknik Pengambilan Sampel ......................................................... 31
3.2 Variabel Penelitian dan Derfinisi Operasional Variabel Penelitian ........ 32
3.2.1 Variabel Penelitian ......................................................................... 32
3.2.2 Definisi Operasional Variabel Penelitian ....................................... 32
3.3 Instrumen Pengumpulan Data ................................................................. 33
3.3.1 Skala Perilaku Berkendara Aman .................................................. 33
3.3.2 Skala Traffic-Locus of Control ...................................................... 34
3.3.3 Skala Kepribadian Tipe B .............................................................. 35
3.3.4 Skala Sabar ..................................................................................... 36
3.4 Uji Validitas Konstruk Instrumen Pengumpulan Data............................ 37
3.4.1 Uji Validitas Konstruk Skala Perilaku Berkendara Aman ............. 39
3.4.2 Uji Validitas Konstruk Skala Traffic-Locus ic Control ................. 40
3.4.3 Uji Validitas Konstruk Skala Kepribadian Tipe B ......................... 43
3.4.4 Uji Validitas Konstruk Skala Sabar ............................................... 44
3.5 Teknik Analisis Data ............................................................................... 47
3.6 Prosedur Penelitian.................................................................................. 49
BAB 4 HASIL PENELITIAN .......................................................................... 50
4.1 Gambaran Umum Subjek Penelitian ....................................................... 50
4.2 Analisis Deskriptif .................................................................................. 51
4.3 Kategorisasi Skor .................................................................................... 53
4.4 Uji Hipotesis ........................................................................................... 54
4.4.1 Analisis Regresi ............................................................................. 55
4.4.2 Analisis Proporsi Varians ............................................................... 59
BAB 5 KESIMPULAN, DISKUSI, DAN SARAN ......................................... 61 5.1 Kesimpulan ............................................................................................. 61
5.2 Diskusi .................................................................................................... 62
5.3 Saran ........................................................................................................ 65
5.3.1 Saran Teoritis ................................................................................. 65
5.3.2 Saran Praktis .................................................................................. 66
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 67
LAMPIRAN ....................................................................................................... 71
xii
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1 Data kecelakaan lalu lintas per periode di Indonesia .......................... 2
Tabel 3.1 Perhitungan skor pilihan jawaban instrumen penelitian ..................... 33
Tabel 3.2 Cetak biru skala perilaku berkendara aman ........................................ 34
Tabel 3.3 Cetak biru skala traffic-locus of control ............................................. 35
Tabel 3.4 Cetak biru skala kepribadian tipe B .................................................... 36
Tabel 3.5 Cetak biru skala sabar ......................................................................... 37
Tabel 3.6 Muatan faktor item perilaku berkendara aman ................................... 40
Tabel 3.7 Muatan faktor item self ....................................................................... 41
Tabel 3.8 Muatan faktor item other drivers ........................................................ 42
Tabel 3.9 Muatan faktor item vehicle and environment ..................................... 43
Tabel 3.10 Muatan faktor item fate ..................................................................... 43
Tabel 3.11 Muatan faktor item kepribadian tipe B ............................................. 44
Tabel 3.12 Muatan faktor item patience to doing obedience .............................. 45
Tabel 3.13 Muatan faktor item patience to avoiding prohibited ........................ 46
Tabel 3.14 Muatan faktor item patience from suffering ..................................... 47
Tabel 4.1 Gambaran umum subjek penelitian..................................................... 51
Tabel 4.2 Hasil analisis deskriptif skor pada setiap variabel .............................. 52
Tabel 4.3 Norma pengkategorisasian skor .......................................................... 53
Tabel 4.4 Kategorisasi skor ................................................................................. 53
Tabel 4.5 R-Square.............................................................................................. 55
Tabel 4.6 Uji F .................................................................................................... 56
Tabel 4.7 Koefisien regresi masing-masing variabel .......................................... 57
Tabel 4.8 Hasil analisis proporsi varians ............................................................ 59
xiii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Bagan Kerangka Berpikir ................................................................ 28
xiv
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1: Kuesioner Penelitian ....................................................................... 71
Lampiran 2: Syntax Lisrel dan Path Diagram Uji Validitas Konstruk .............. 79
Lampiran 3: Tabel Hasil Analisis Data dan Uji Hipotesis .................................. 85
1
BAB 1
PENDAHULUAN
Pada bab ini dipaparkan hal-hal yang melatarbelakangi dilakukannya penelitian,
pembatasan dan perumusan masalah penelitian, tujuan dan manfaat dari penelitian,
serta sistematika penulisan laporan penelitian.
1.1. Latar Belakang Masalah
Jabodetabek sebagai wilayah tersibuk dan terpadat di Indonesia menghadapi salah
satu masalah lalu lintas yang rumit, yaitu kemacetan. Kemacetan disebabkan oleh
banyaknya jumlah kendaraan bermotor di jalan. Untuk menanggulangi hal tersebut,
masyarakat lebih memilih menggunakan sepeda motor, karena lebih ringkas dan
dapat menembus kemacetan dengan lebih leluasa. Di wilayah Jakarta, dilihat dari
data yang disajikan Badan Pusat Statistik DKI Jakarta, terdapat 13.3 juta unit sepeda
motor dari total 18 juta unit kendaraan bermotor yang berlalu lalang di tahun 2016.
Berdasarkan temuan TomTom Traffic Index (dalam KataData.com, 2019),
kini Jakarta turun peringkat dari peringkat ke empat menjadi peringkat ke tujuh
sebagai kota termacet di dunia, dengan penurunan skala kemacetan sebesar 7%. Hal
ini menurut pemerintah DKI Jakarta disebabkan masifnya perbaikan sarana-
prasarana lalu lintas di wilayah DKI Jakarta dan sekitarnya. Perbaikan sarana-
prasarana juga berdampak pada nyamannya aktivitas berkendara.
Padatnya lalu lintas juga menimbulkan risiko kecelakaan. Polda Metro Jaya
(dalam Korlantas Polri, 2019) mencatat pada periode terakhir (1 Januari 2019 – 31
Maret 2019) sebanyak 1.431 kasus kecelakaan telah terjadi, dengan kerugian
2
material mencapai Rp. 3.210.770.500. Secara nasional dan regional, sepeda motor
adalah penyumbang angka terbesar dalam kecelakaan.
Dalam skala nasional, angka kecelakaan terus meningkat dari tahun ke
tahun. Pada periode 8 Oktober 2017 hingga 5 Januari 2018, angka kecelakaan
sebesar 24.866 kasus naik menjadi 25.058 kasus pada periode 6 Januari 2018 2018
hingga 5 April 2018, kemudian naik kembali menjadi 26.502 kasus pada periode 6
April 2018 hingga 4 Juli 2018, 27.939 kasus pada periode 5 Juli 2018 hingga 2
Oktober 2018, terus naik menjadi 28.245 kasus pada periode 3 Oktober 2018 hingga
31 Desember 2018 dan pada periode terakhir (1 Januari 2019 – 31 Maret 2019)
untuk pertama kalinya angka kacelakaan mengalami penurunan. Dalam situs
Korlantas Polri (2019) terlihat angka kecelakaan pada periode sebelumnya (3
Oktober 2018 – 31 Desember 2018) sebesar 28.245. Pada periode terakhir (1
Januari 2019 – 31 Maret 2019) turun menjadi 27.873.
Diketahui bahwa pada periode terkini angka kecelakaan berkurang
dibandingkan periode sebelumnya. Sepeda motor sebagai penyumbang angka
kecelakaan tertinggi juga mengalami penurunan angka kecelakaan, dari 36.261
kasus pada periode sebelumnya menjadi 25.716 kasus. Untuk rentang usia
terbanyak yang mengalami kecelakaan adalah rentang usia 15-19 tahun (6.101
orang), rentang usia 20-24 tahun (4.974 orang), dan rentang usia 25-29 tahun (3.106
orang) (Korlantas Polri, 2019).
Pemaparan tersebut menunjukkan bahwa memang angka kecelakaan,
termasuk yang melibatkan sepeda motor, mulai mengalami penurunan. Hal ini bisa
diakibatkan karena pengelolaan fasilitas sarana dan prasarana jalan yang semakin
3
memadai, berkurangnya jumlah sepeda motor yang berada di jalan karena peralihan
preferensi masyarakat ke moda transportasi umum, dan mungkin perilaku
berkendara pengendara sepeda motor yang semakin baik, karena peraturan lalu
lintas yang semakin baik dan jelas serta tumbuhnya kesadaran para pengendara
akan keamanan berkendara.
Melihat fakta bahwa angka kecelakaan menurun menimbulkan ketertarikan
dalam meneliti perilaku berkendara yang aman, melihat bahwa hingga saat ini
masih terlalu banyak peneliti yang berfokus pada penelitian mengenai perilaku
berkendara yang tidak aman. Banyak sekali konstruk psikologis yang
mempengaruhi performa berkendara seseorang yang telah dibuktikan pada
penelitian terdahulu, seperti sensation seeking (pencarian sensasi), emosi ketika
berkendara, pola asuh orang tua, kontrol diri, persepsi terhadap kecelakaan,
penyimpangan moral, kepuasan hidup, kecerdasan emosional, hingga jenis kelamin
dan tipe kepribadian. Namun, hampir semuanya berfokus pada perilaku berkendara
yang tidak aman, seperti agresi berkendara, perilaku berkendara yang berisiko,
pelanggaran lalu lintas, dan sebagainya.
Perilaku berkendara yang aman merupakan kemampuan yang kompleks,
yang melibatkan berbagai proses kognitif seperti persepsi, atensi, dan kontrol
motorik (Elander, West, dan French, 1995). Vallet (2001) mengemukakan bahwa
pada dasarnya perilaku atau performa individu dalam berkendara dipengaruhi oleh
dua kelompok faktor, yaitu:
4
1. Faktor-faktor internal, meliputi potensi individual dalam jangka panjang
seperti usia, kepribadian, dan pengalaman, dan potensi individual dalam jangka
pendek seperti stres dan kelelahan.
2. Faktor-faktor eksternal, meliputi segala hal yang ada di luar individu selama
berkendara, yang mempengaruhi kinerja potensi individual dalam
menuntaskan driving task, yaitu polusi, kebisingan, cuaca, kemacetan, dan lain
sebagainya.
Putranto et al (2014) menjelaskan aspek-aspek penentu perilaku berkendara
(dalam hal ini dijelaskan dalam konteks perilaku berknedara aman) yaitu traffic
errors atau kemampuan mempersepsikan kondisi lalu lintas di sekitar, control
errors atau kemampuan mengontrol laju kendaraan pada kondisi tertentu, speed
violations atau kemampuan menjaga batas kecepatan maksimum kendaraan, traffic
violations atau kemampuan menaati rambu dan peraturan lalu lintas, safety
violations atau kemampuan menjaga kondisi diri dan penumpang agar aman selama
berkendara, serta stunts atau perilaku agresif yang merusak dan membahayakan.
Untuk dapat mengontrol semua faktor tersebut ketika berkendara, tentu
dibutuhkan kemampuan kontrol yang baik pada pengendara. Salah satu konstruk
yang mampu menjelaskan hal tersebut yaitu locus of control. Individu dengan locus
of control internal dinilai cenderung mempersepsikan dampak positif dan negatif
yang mungkin akan muncul sebagai hasil dari perilaku mereka, dan memiliki rasa
tanggung jawab terhadap dampak tersebut. Sedangkan individu dengan locus of
control eksternal cenderung beranggapan bahwa dampak dari perilaku mereka
merupakan hasil dari faktor-faktor eksternal yang tidak dapat dipengaruhi, sehingga
5
mereka tidak memiliki rasa tanggung jawab terhadap apa yang telah dilakukan
(Mischel, 1981 dan Rotter, 1966 dalam Taris, 1997).
Penelitian yang melibatkan locus of control pada konteks berkendara sudah
banyak dilaksanakan. Beberapa peneliti mengembangkan konstruk locus of control
dalam konteks berkendara, dimulai dari Montag dan Comrey (dalam Warner,
Özkan, dan Lajunen, 2010) yang mengembangkan konsep Driving Internality (DI)
dan Driving Externality (DE), hingga traffic-locus of control (Özkan dan Lajunen,
2004). Sejalan dengan konsep locus of control yang umum, individu dengan traffic-
locus of control internal terbukti lebih dapat bertanggung jawab terhadap perilaku
berkendaranya. Hal ini terbukti pada penelitian-penelitian yang melihat adanya
pengaruh dari traffic-locus of control internal terhadap rendahnya risiko kecelakaan
(Özkan dan Lajunen, 2004; Warner et al, 2010). Dalam konteks lalu lintas, traffic-
locus of control internal diwakili oleh self, dan traffic-locus of control eksternal
diwakili oleh other drivers, vehicle and environment, dan fate.
Tipe kepribadian juga banyak dilibatkan dalam penelitian mengenai
perilaku berkendara, seperti kepribadian Big Five Personality, dan pola kepribadian
tipe A dan B. Tipe kepribadian A digambarkan sebagai gambaran kepribadian
individu yang memiliki hasrat bersaing yang tinggi, perasaan diburu waktu, dan
kecenderungan merespon tekanan dengan kekerasan dan kebencian (Glass, dalam
Watson, 2006). Pada penelitian sebelumnya, terbukti bahwa individu dengan
kepribadian tipe A memiliki keterlibatan dalam perilaku berkendara yang agresif
(Perry, 1986; Dilla, 2008), dan kecelakaan lalu lintas (Nabi, Consoli, Chastang,
Chiron, Lafont, & Lagarde, 2005). Beberapa penelitian juga membedakan perilaku
6
berkendara antara individu dengan kepribadian tipe A dan B, dan diperoleh bahwa
individu dengan kepribadian tipe B lebih memiliki kecenderungan perilaku
berkendara yang lebih tidak berisiko.
Dalam Islam, terdapat beberapa hal yang dianggap sebagai pengontrol diri
dalam berperilaku, agar senantiasa berperilaku baik dan menjauhi perilaku buruk,
seperti taqwa, religiusitas, dan sabar. Ketika berkendara, banyak sekali faktor-
faktor yang membuat pengendara harus memilih untuk tetap berperilaku berkendara
yang baik atau tidak, seperti kondisi jalan yang macet, pengguna jalan lain yang
dirasa mengganggu dan menyebalkan, atau kondisi psikis internal seperti sedang
mengalami emosi tertentu. Kemampuan menahan segala hal tersebut menjadi
penting, dan sabar adalah kuncinya.
Sabar merupakan kemampuan menahan diri dari perilaku-perilaku buruk
yang merupakan kepanjangan dari hawa nafsu dan rasa ketidakpuasan akan hidup,
yang membawa pada hilangnya pengendalian diri (Supriatna, 2008). Al-Jauziyah
(1997) menjelaskan sabar sebagai kondisi individu yang memiliki kekuatan dalam
menjaga ketaatan dalam beribadah dan mengikuti ajaran Tuhan, kekuatan dalam
menahan diri dari melakukan perilaku-perilaku yang meyalahi aturan agama, dan
kekuatan dalam menerima ketentuan atau takdir Tuhan yang dialaminya.Sabar telah
terbukti dapat memperkuat daya tahan individu terhadap stresor (Nugraha, 2016).
Maka dapat diprediksi bahwa individu yang memiliki kesabaran yang baik
secara umum juga dapat menerapkannya dalam perilaku berkendara, yaitu
mematuhi peraturan lalu lintas, mengontrol diri dari perilaku berkendara yang
7
melanggar peraturan lalu lintas, dan dapat menahan berbagai kondisi tidak
menyenangkan selama berkendara.
Berdasarkan pemaparan berbagai fenomena mengenai perilaku berkendara
dan hasil penelitian terkait terdahulu, maka penelitian ini dilakukan dengan
menjadikan perilaku berkendara aman sebagai variabel terikat penelitian dengan
variabel bebas atau hal-hal yang diprediksi dapat mempengaruhi perilaku
berkendara aman yaitu traffic-locus of control, kepribadian tipe B, dan sabar, yang
dirumuskan dengan judul ”Pengaruh Traffic-Locus of Control, Kepribadian
Tipe B, dan Sabar terhadap Perilaku Berkendara Aman pada Pengendara
Sepeda Motor di Jabodetabek.”
1.2. Pembatasan dan Perumusan Masalah
1.2.1. Pembatasan Masalah
Agar pembahasan masing-masing variabel dalam penelitian ini terfokus pada satu
konsep, maka dibuat batasan masalah penelitian sebagai berikut:
1. Perilaku berkendara aman adalah perilaku berkendara aman dengan
memperhatikan kondisi lalu lintas, peraturan lalu lintas, keamanan berkendara,
serta kontrol terhadap kendaraan dan perilaku berkendara, yang dijabarkan
melalui rendahnya traffic errors, control errors, speed violations, traffic
violations, safety violations, dan stunts (Putranto et al, 2014).
2. Traffic-locus of control adalah locus atau tempat individu menempatkan sosok
atau hal yang bertanggung jawab terhadap perilaku berkendaranya beserta hasil
dari perilaku berkendaranya. Sosok atau hal yang dijadikan penanggung jawab
dalam hal ini yaitu diri sendiri (self), pengendara lain (other drivers), kendaraan
8
pribadi dan lingkungan (vehicle and environment), dan takdir (fate) (Özkan dan
Lajunen, 2004).
3. Kepribadian tipe B adalah pola kepribadian yang bercirikan ketidakterburuan,
daya tahan terhadap tekanan, rendahnya agesivitas, dan hasrat persaingan,
ditandai dengan time urgency, competitiveness, dan aggression and hostility
yang rendah (Bortner, 1969).
4. Sabar adalah kondisi individu yang memiliki kekuatan dalam menjaga ketaatan
dalam beribadah dan mengikuti ajaran Tuhan (patience to doing obedience),
kekuatan dalam menahan diri dari melakukan perilaku-perilaku yang meyalahi
aturan agama (patience to avoiding prohibited), dan kekuatan dalam menerima
ketentuan atau takdir Tuhan yang dialaminya (patience from suffering)
(Rusydi, 2016).
1.2.2. Perumusan Masalah
Berdasarkan penjabaran mengenai latar belakang dilakukannya penelitian serta
pembatasan masalah penelitian, maka dirumuskan masalah penelitian berupa
pertanyaan mayor yang akan dicari jawabannya pada penelitian ini sebagai berikut:
1. Apakah ada pengaruh yang signifikan variabel traffic-locus of control,
kepribadian tipe B, dan sabar terhadap perilaku berkendara aman pengendara
sepeda motor di Jabodetabek?
2. Apakah ada pengaruh yang signifikan masing-masing dimensi pada variabel
bebas penelitian (self, other drivers, vehicle and environment, fate, kepribadian
tipe B, patience to doing obedience, patience to avoiding prohibited, dan
patience from suffering) terhadap perilaku berkendara aman?
9
1.3. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1.3.1. Tujuan Penelitian
Penelitian ini memiliki tujuan yang didasarkan pada perumusan masalah yang telah
dibuat, yaitu untuk menguji keberadaan pengaruh yang signifikan dari traffic-locus
of control, kepribadian tipe B, dan sabar terhadap perilaku berkendara aman
pengendara sepeda motor di Jabodetabek. Penelitian ini juga bertujuan menguji
signifikansi pengaruh masing-masing dimensi pada variabel bebas terhadap
perilaku berkendara aman. Selain itu penelitian ini juga bertujuan menemukan
besaran pengaruh masing-masing variabel tersebut dalam mempengaruhi perilaku
berkendara aman.
1.3.2. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan mannfaat teoretis dan praktis. Secara
teoretis, penelitian ini diharapkan mampu menyumbangkan perkembangan
penelitian dalam ilmu psikologi, khususnya dalam ranah psikologi sosial, serta
dapat dijadikan referensi bagi penelitian selanjutnya yang berkenaan dengan konsep
perilaku berkendara aman pada pengendara sepeda motor. Secara praktis, penelitian
ini diharapkan dapat memberikan gambaran mengenai perilaku berkendara aman,
serta menjadi acuan bagi masyarakat khususnya pengendara sepeda motor agar
dapat mengendarai kendaraannya secara aman, baik melalui gambaran yang telah
dijelaskan mengenai perilaku berkendara aman, maupun berdasarkan penjelasan
pada masing-masing variabel bebas yang terbukti berpengaruh secara signifikan
terhadap perilaku berkendara aman.
10
BAB 2
LANDASAN TEORI
Pada bab ini akan dijelaskan mengenai berbagai pengertian tiap variabel penelitian,
faktor-faktor yang memengaruhinya, dimensi-dimensi serta alat ukur yang
digunakan pada tiap variabel penelitian.
2.1. Perilaku Berkendara Aman
2.1.1. Definisi Perilaku Berkendara Aman
Gibson & Crooks (dalam Cavallo & Cohen, 2001) menjelaskan perilaku berkendara
merupakan pergerakan melalui sarana jalan dengan prasarana berupa kendaraan,
dengan maksud untuk mencapai suatu tempat yang ingin dituju. Mengenai perilaku
berkendara yang aman, sebagian besar penelitian yang mengukur perilaku
berkendara aman tidak menggunakan landasan teoretis yang kuat. Perilaku
berkendara aman diukur dengan cara masing-masing dan menggunakan istilah yang
berbeda-beda seperti menciptakan sendiri indikatornya, melihat dari
kecenderungan melanggar lalu lintas, atau diukur performa berkendaranya melalui
simulator berkendara. Beberapa istilah yang berkaitan dengan perilaku berkendara
yang aman misalnya safe riding behavior (Rutter, Quine, dan Shesham, 1995),
prosocial driving behavior (Harris, Houston, Vazquez, SMither, Harms, Dahlke,
dan Sachau, 2014), safe driving behavior (Classen, Winter, Velozo, Bedard,
Lanford, Brumback, dan Lutz, 2010).
Elliot, Baughan, dan Sexton (2007) menjelaskan perilaku berkendara sebagai
perilaku kompleks. Berkendara melibatkan persepsi terhadap kondisi lalu lintas,
kontrol terhadap laju dan kecepatan kendaraan, pematuhan terhadap peraturan lalu
11
lintas, memastikan kondisi diri dan penumpang aman, serta kecenderungan
melakukan perilaku membahayakan. Perilaku berkendara yang aman merupakan
kemampuan yang kompleks, yang melibatkan berbagai proses kognitif seperti
persepsi, atensi, dan kontrol motorik (Elander et al, 1995).
Dalam penelitian ini dapat didefinisikan mengenai perilaku berkendara aman
adalah perilaku berkendara yang aman ditandai dengan memperhatikan kondisi lalu
lintas, peraturan lalu lintas, keamanan berkendara, serta kontrol terhadap kendaraan
dan perilaku berkendara, yang dijabarkan melalui rendahnya traffic errors, control
errors, speed violations, traffic violations, safety violations, dan stunts.
2.1.2. Faktor-faktor yang Memengaruhi Perilaku Berkendara Aman
Vallet (2001) membagi faktor-faktor yang memengaruhi kemampuan fungsional
pengendara yang berdampak pada performa berkendara menjadi dua kelompok
faktor, yaitu:
1. Faktor internal, yaitu segala hal yang berasal dari dalam diri individu baik yang
bersifat berkepanjangan atau long term seperti usia dan pengalaman
berkendara, maupun yang bersifat sementara seperti kewaspadaan, stres,
kelelahan, dan penggunaan obat tertentu.
2. Faktor eksternal, yaitu segala hal yang berasal dari luar diri pengendara, seperti
kebisingan, polusi, kondisi jalan, dan sebagainya.
Persepsi juga dapat menjadi faktor penentu keamanan dalam berkendara, karena
menjadi dasar dari pemilihan keputusan dan tindakan pengendara (Cavallo &
Cohen, 2001).
12
Åberg (2001) menemukan bahwa sikap, yang dijelaskan oleh Eagly &
Chaiken sebagai kecenderungan individu untuk mengevaluasi sesuatu sebagai hal
positif atau negatif, yang melibatkan fungsi kognitif, afektif, dan repon perilaku,
dapat memengaruhi perilaku berkendara. Pengaruh ini membuat perilaku
berkendara menjadi perilaku yang positif atau negatif. Sikap yang mempengaruhi
mencakup sikap terhadap pengendara lain, pejalan kaki, kendaraan, peralatan
keamanan, peraturan lalu lintas, hukuman, juga terhadap perilaku berkendara
mereka sendiri.
Traffic-locus of control, yang merupakan locus of control dalam konteks
berkendara juga merupakan faktor penentu perilaku berkendara. Individu dengan
traffic-locus of control internal lebih mampu mengontrol dan bertanggung jawab
atas perilaku berkendaranya, dibandingkan dengan individu dengan traffic-locus of
control eksternal (Warner et al, 2010). Perbedaan tipe kepribadian dapat menjadi
prediktor perilaku berkendara. Ditemukan bahwa individu dengan kepribadian tipe
A menunjukkan catatan pelanggaran yang lebih banyak, dan perilaku berkendara
yang lebih berisiko dibandingkan dengan individu dengan kepribadian B (Bella,
2008).
Kemampuan menahan diri atau sabar juga diasumsikan dapat
mempengaruhi perilaku berkendara aman. Kesabaran dalam ranah agama, yaitu
kesabaran dalam menjalani kewajiban kepada Tuhan, menjauhi larangan Tuhan,
dan dalam menjalani cobaan atau kesulitan diasumsikan dapat mempengaruhi
kesabaran secara lebih luas. Mengingat ketika berkendara banyak sekali stressor
yang ada, kesabaran tentu dibutuhkan untuk memastikan perilaku berkendara tetap
13
aman dan tidak agresif atau membahayakan individu pengendara maupun pengguna
jalan lain.
2.1.3. Dimensi Perilaku Berkendara Aman
Elliot et al (2007) menjelaskan perilaku berkendara bagi pengendara sepeda motor
melalui lima faktor, yaitu traffic errors, control errors, speed violations, stunts, dan
safety equipment. Putranto et al (2014), yang menyesuaikan pengukuran perilaku
berkendara dengan kondisi sosial-budaya Indonesia, mengubah istilah safety
equipment menjadi safety violations, dan melengkapi kelima faktor tersebut dengan
satu faktor, yakni traffic violations, dengan penjelasan masing-masing sebagai
berikut:
a. Traffic Errors, berkaitan dengan segala perilaku pengendara yang tidak
memiliki persepsi yang baik atau kemampuan observasi yang baik terhadap
kondisi lalu lintas di sekitarnya ketika sedang berkendara. Dalam hal ini, fungsi
visual dan sensori lainnya seperti pendengaran sangat dibutuhkan. Dalam
konteks perilaku berkendara yang aman, pengendara mampu memfungsikan
persepsi dan kemampuan observasinya dengan baik selama berkendara, yang
mempengaruhi kewaspadaan dan penyesuaian aktivitas berkendaranya agar
aman dan tercapainya keselamatan bagi dirinya maupun pengendara jalan yang
lain.
b. Control Errors, merupakan ketidakmampuan pengendara mengendalikan laju
kendaraannya ketika sedang berkendara, melalui fungsi-fungsi motorik.
Perilaku berkendara yang aman dapat dicapai melalui kemampuan pengendara
secara penuh mengontrol kendaraan dan perilaku berkendaranya dengan baik
14
dalam keadaan apapun. Kontrol yang baik dapat diperoleh melalui latihan
sebelumnya, atau kemampuan dan keahlian berkendara yang memang telah
dimiliki oleh pengendara.
c. Speed Violations, yaitu perilaku pengendara yang memacu kendaraan dengan
kecepatan yang tinggi hingga melewati batas kecepatan maksimum yang telah
ditentukan oleh pemerintah. Jika pengendara mampu menjaga kecepatan laju
kendaraannya dalam batas kecepatan yang aman, atau menyesuaikan kecepatan
laju kendaraannya dengan kondisi lingkungan sekitar, maka pengendara dinilai
berperilaku berkendara dengan aman.
d. Traffic Violations, yaitu perilaku pengendara yang dengan sengaja melanggar
rambu-rambu atau peraturan-peraturan lalu lintas. Berbagai rambu dan
peraturan lalu lintas yang dibuat tentu saja bermaksud agar kondisi lalu lintas
berjalan dengan aman. Perilaku berkendara aman diwujudkan melalui
pematuhan rambu dan peraturan lalu lintas secara konsisten, terlepas dari rasa
takut terhadap hukuman yang akan didapatkan ketika melanggar.
e. Safety Violations, mengenai perilaku pengendara yang tidak mengindahkan
penggunaan fasilitas atau peralatan keamanan ketika berkendara. Pengendara
yang berperilaku berkendara dengan aman akan selalu menggunakan atau
memanfaatkan fasilitas dan peraltan keamanan selama berkendara, termasuk
memastikan penumpang yang mereka bawa mendapatkan dan menggunakan
atau memanfaatkan fasilitas atau peralatan keamanan juga.
f. Stunts, berkaitan dengan perilaku pengendara yang berisiko menimbulkan
bahaya dan kerusakan kendaraan atau fasilitas jalan, yang dilakukan secara
15
sengaja, baik yang berdampak pada kendaraan pengendara sendiri maupun
kendaraan lain. Perilaku berkendara aman diwujudkan dengan ketiadaan
perilaku-perilaku tersebut, karena pengendara yang mengutamakan
keselamatan diri sendiri dan pengguna jalan lain, juga keterpeliharaan kondisi
kendaraandirinya sendiri, kendaraan orang lain, dan fasilitas serta sarana dan
prasarana jalan.
2.1.4. Pengukuran Perilaku Berkendara Aman
Pengukuran terhadap perilaku berkendara telah banyak dibuat, seperti Driving
Behavior Inventory yang dibuat oleh Gulian et al. pada 1988, Driving Style
Questionnaire buatan French et al. pada 1993, The Attitudes to Driving Violations
oleh West dan Hall pada 1997, dan Driver Behavior Questionnaire buatan Furnham
dan Saipe pada 1993 (dalam Taubman-Ben-Ari, et al., 2002) yang dikembangkan
pula oleh Ӧzkan dan Lajunen pada 2004. Selain itu ada juga The Motorcycle Rider
Behavior Questionnaire (MRBQ) yang dinilai sensitif terhadap budaya lokal dan
sistem sosial di setiap wilayah, oleh karena itu beberapa peneliti mencoba
mengadaptasinya dengan kondisi sosio-kultural di mana penelitian itu di buat,
seperti dibuat versi Inggris, Iran, Hong Kong, Australia, Turki, dan Persia (Putranto
et al., 2014).
Di Indonesia, Putranto dan Anjaya (2004) memulai upaya penyesuaian
MRBQ dengan kondisi sosiso-kultural di Indonesia, hingga diperoleh MRBQ
dengan jumlah 38 item (Putranto et. al., 2014). MRBQ yang disesuaikan oleh
Putranto adalah MRBQ versi Persia (Motevalian, 2011). Penelitian ini
menggunakan skala pengukuran perilaku berkendara Motorcycle Rider Behavior
16
Questionnaire (MRBQ) yang telah dimodifikasi oleh Putranto et. al. (2014) untuk
mengukur perilaku berkendara aman karena telah disesuaikan dengan konteks
berkendara di Indonesia, telah diujikan pada sampel warga Jakarta, serta berdasar
pada teori perilaku berkendara yang dipilih dalam penelitian ini.
2.2. Traffic-Locus of Control
2.2.1. Definisi Traffic-Locus of Control
Locus of control merupakan locus atau pusat incividu menempatkan hal-hal yang
bertanggung jawab terhadap peristiwa-peristiwa yang terjadi dalam kehidupan.
Pusat tanggung jawab ini berada dalam kontrol diri individu atau segala hal yang
terkontrol di luar dari diri individu (Rotter, 1966). Konseptualisasi ini menghasilkan
dua kategori locus of control, yaitu locus of control internal dan locus of control
eksternal.
Individu dengan locus of control internal yang kuat meyakini bahwa
peristiwa-peristiwa yang terjadi dalam kehidupan adalah hasil dari perbuatan
individu itu sendiri. Hal ini membuat individu dengan locus of control internal
menjadi individu yang penuh tanggung jawab terhadap yang mereka lakukan, dan
cenderung melakukan introspeksi ketika mengevaluasi suatu hasil yang didapatkan.
Sedangkan individu dengan locus of control eksternal meyakini bahwa segala hal
yang terjadi adalah hasil dari kekuatan atau pihak-pihak di luar dari diri mereka
sendiri, sehingga ketika terjadi sesuatu atau mereka mendapatkan suatu hasil yang
merupakan buah dari perbuatan mereka sendiri, mereka akan menganggap orang
lain lah yang bertanggung jawab atas itu semua.
17
Digunakannya konstruk locus of control secara luas di berbagai penelitian
dengan konteks yang berbeda, maka dikembangkanlah konstruk-konstruk baru
yang dikhususkan pada konteks tertentu, seperti health-locus of control, dan traffic-
locus of control. Traffic-locus of control didefinisikan sebagai penempatan sosok
atau hal yang bertanggung jawab terhadap perilaku berkendara individu beserta
hasil dari perilakunya tersebut. Dalam penelitian ini, traffic-locus of control
diartikan sebagai locus atau tempat individu menempatkan sosok atau hal yang
bertanggung jawab terhadap perilaku berkendaranya beserta hasil dari perilakunya
tersebut. Sosok atau hal yang dijadikan penanggung jawab dalam hal ini yaitu diri
sendiri (self), pengendara lain (other drivers), kondisi kendaraan pribadi dan
lingkungan sekitar (vehicle and environment), dan takdir (fate) (Ӧzkan dan
Lajunen, 2005).
2.2.2. Dimensi Traffic-Locus of Control
Pada awalnya, traffic-locus of conrol dianggap sebagai konstruk unidimensional
dengan dua kategori seperti konstruk locus of control yang umum, traffic-locus of
control internal dan traffic-locus of control eksternal. Kemudian berbagai penelitian
mengembangkan konstruk ini hingga memiliki empat faktor sehingga menjadi
multidimensional (Ӧzkan dan Lajunen, 2005), yaitu:
1. Self, merupakan indikasi bahwa pengendara memusatkan dirinya sebagai
pemegang kontrol penuh terhadap kendaraannya dan perilaku berkendaranya,
sehingga kejadian atau hasil dari perilaku berkendaranya (positif maupun
negatif) adalah murni diakibakan oleh pengendara, melingkupi kontrol
terhadap kemampuan dan perilaku berkendara. Sebagai contoh, jika seorang
18
pengendara mngalami kecelakaan, maka disadari betul bahwa kecelakaan yang
dialami adalah hasil dari perilaku berkendaranya dan kemampuan
berkendaranya yang masih belum baik, bukan karena individu lain atau faktor
lainnya di luar dari dirinya.
2. Other drivers, menjelaskan pengendara yang menganggap faktor penyebab
segala hal yang terjadi selama berkendara, misalnya kecelakaan yang dialami,
adalah perilaku berkendara pengendara lain, seperti perilaku berkendara
pengendara lain yang mengebut dan membahayakan, atau pengendara lain
yang berkendara di bawah pengaruh alkohol atau obat-obatan tertentu.
3. Vehicle and environment, atau kondisi kendaraan pengendara dan lingkungan,
merupakan obyek yang dijadikan faktor utama penyebab sesuatu hal yang
dialami atau diperoleh selama berkendara oleh seorang pengendara. Individu
yang menjadikan vehicle and environment sebagai faktor utama, akan
menganggap bahwa kondisi kendaraannya dan kondisi lingkungan sekitar,
seperti cuaca, kondisi jalan dan penerangan, adalah satu-satunya yang menjadi
faktor kelancaran atau penghambat ketika sedang berkendara.
4. Fate atau takdir, menggambarkan pengendara yang menganggap bahwa segala
hal yang terjadi selama berkendara dipengaruhi oleh takdir atau ketetapan
Tuhan terhadap diri pengendara. Misalnya, ketika pengendara berhasil selamat
dari suatu kondisi yang membahayakan ketika berkendara, itu diakibatkan oleh
takdir, bukan karena kemampuan atau keahlian berkendara, kondisi
kendaraannya, atau hal lainnya.
19
Jika merujuk pada pembagian locus of control ke dalam internal-eksternal,
maka dalam traffic-locus of control, dimensi self mewakili traffic-locus of control
internal. Traffic-locus of control eksternal diwakili oleh other drivers, vehicle and
environment, dan fate. Konsep traffic-locus of control dalam penelitian ini berfokus
pada multidimensionalitas, tidak terlalu mengarah pada istilah internal-eksternal.
2.2.3. Pengukuran Traffic-Locus of Control
Multidimensional Traffic-Locus of Control Scale (T-LOC) buatan Ӧzkan dan
Lajunen (2005) dipilih dalam penelitian ini untuk mengukur variabel traffic-locus
of control. Hal ini karena skala tersebut merupakan satu-satunya skala yang hingga
saat ini khusus dibuat untuk mengukur konstruk tersebut secara multidimensional.
Skala ini mengukur traffic-locus of control melalui dimensi self, other drivers,
vehicle and environment, dan fate.
2.3. Kepribadian Tipe B
2.3.1. Definisi Kepribadian Tipe B
Kepribadian tipe B adalah pola kepribadian yang dicirikan dengan sifat tenang,
lebih toleran terhadap stresor, serta santai. Kepribadian tipe B merupakan kebalikan
dari kepirbadian tipe A, yang merupakan pola kepribadian pada individu ditandai
dengan sifat agresif, terburu-buru, ambisius, dan memiliki hasrat bersaing yang
tinggi. Penggolongan kepribadian ke dalam tipe A dan B ditemukan oleh Friedman
dan Rosenman (dalam Rice, 1992), diawali ketika meneliti pola kumpulan perilaku
yang menunjukkan risiko terhadap serangan jantung.
20
2.3.2. Dimensi Kepribadian Tipe B
Friedman dan Rosenman (dalam Mischel, 2003) dan Glass (dalam Watson, 2006)
mengidentifikasi kepribadian tipe A dan kepribadian tipe B sebagai kebalikannya
mencakup tiga karakteristik kepribadian utama, yaitu:
1. Competitive Achievement Striving / Competitiveness. Individu dengan
kepribadian tipe A memiliki dorongan yang kuat dalam berkompetisi atau
bersaing terhadap suatu pencapaian. Hal ini membuat individu melibatkan diri
di banyak aktivitas, komunitas, dan berbagai kompetisi. Ciri lain yaitu suka
bekerja dengan lebih keras, berorientasi pada kuantitas, dan tidak ingin
tersaingi oleh orang lain. Individu dengan kepribadian tipe A tidak mampu
mengakomodir tekanan dan stressor yang ada namun tetap gemar bekerja
dalam hal-hal yang tdak menyenangkan tersebut atas dasar persaingan dan
peraihan prestasi.
Kebalikannya, individu dengan kepribadian tipe B memiliki hasrat
bersaing yang rendah. Individu cenderung santai dalam penyelesaian pekerjaan
atau tugas yang diberikan, serta lebih mengutamakan kepuasan dari apa yang
dikerjakan dibandingkan dengan prestasi atau pujian yang diberikan orang lain
terhadap karyanya.
2. Exaggerated Sense of Time Urgency / Time Urgency. Individu dengan
kepribadian tipe A menunjukkan ketidaksabaran dan respon negatif yang
sangat besar terhadap keterlambatan. Terdapat perasaan diburu dan sangat
menghargai waktu, sehingga melakukan segala hal dengan cepat dan
cenderung tergesa-gesa, pun melakukan banyak hal dalam satu waktu. Bahkan
21
memungkinkan munculnya reaksi negatif dalam situasi sosial ketika merasa
orang-orang di sekitar membuat waktu terbuang sia-sia. Hal ini membuat
individu dengan kepribadian tipe A lebih berorientasi pada kuantitas atau
banyakanya pekerjaan yang dapat diselesaikan, meskipun sebenarnya terdapat
target mengenai kualitas hasil pekerjaan, namun individu cenderung tidak
memanfaatkan waktu yang cukup untuk berpikir lebih jernih dan kreatif dalam
penyelesaian pekerjaan atau tugas yang diberikan.
Individu dengan kepribadian tipe B memiliki karakteristik
sebaliknya. Terdapat juga penghargaan terhadap waktu, tetapi tidak lantas
menjadikan individu berperilaku seperti diburu waktu, melainkan
memanfaatkan waktu yang ada dengan sebaik-baiknya dalam menyelesaikan
segala hal agar diperoleh kualitas yang maksimal. Hal ini juga tercermin dalam
perilaku umumnya yang terkesan santai dan teratur.
3. Agression dan Hostility. Individu dengan kepribadian tipe A tidak
menunjukkan perilaku agresi dan permusuhan pada setiap waktu, namun hanya
pada kondisi atau situasi tertentu. Kondisi individu dengan kepribadian tipe A
yang ambisius dan merasa diburu waktu membuat rentan terhadap stres,
bahkan seringkali stres yang dialami adalah hasil dari pemikiran individu itu
sendiri. Ketika mengalami hal tersebut, individu dengan kepribadian tipe A
akan merespon melalui tindakan atau perilaku agresif dan permusuhan sosial.
Selain itu, sifat individu kepribadian tipe A yang overt membuat leluasa
mengungkapkan apa yang dipikirkan atau dirasakan, dan seringkali dengan
energi pengekspresian yang berlebih berupa kekerasan fisik atau verbal,
22
perilaku-perilaku yang mengganggu, hingga membangun hubungan
permusuhan dengan orang-orang yang membuat stres.
Berbeda halnya dengan individu dengan kepribadian tipe B, yang
lebih dapat menjaga stabilitas emosi dan mengontrol perilakunya dalam hal
merespon tekanan atau stressor. Individu dengan kepribadian tipe B merupakan
individu yang tidak mudah mengungkapkan perasaan kepada orang lain. Hal
ini disebabkan individu lebih memilih untuk menghindari permusuhan.
2.3.3. Pengukuran Kepribadian Tipe B
Bortner (1969) mengembangkan alat ukur yang ditujukan untuk mengukur
kecenderungan individu kepada kepribadian tipe A dan B, yaitu The Bortner Rating
Scale. Pengukuran didasari pada aspek-aspek penyusun kepribadian tipe A, yaitu
time urgency, competitiveness, dan aggression and hostility. Skala yang disusun
oleh Edwards (2003) dipilih untuk mengukur kepribadian tipe B. Skala ini
diadaptasi dari instrumen yang dibuat oleh Bortner (1969) yang didasari pada teori
kepribadian tipe A dan B oleh Friedman dan Rosenman.
2.4. Sabar
2.4.1. Definisi Sabar
Sabar adalah keadaan tahan menghadapi cobaan, ditandai dengan tidak lekas
marah, tidak lekas putus asa, dan tidak lekas patah hati, atau bisa juga disebut tabah.
Sabar juga didefinisikan sebagai keadaan tenang, tidak tergesa-gesa, dan tidak
terburu nafsu. Dua definisi di atas terdapat dalam Kamus Besar Bahsa Indonesia.
Tidak ada konstruk sabar dalam psikologi barat. Variabel yang dianggap
mirip dengan sabar yaitu resiliensi, yang didefinisikan sebagai kemampuan
23
menjalani fungsi-fungsi psikologis dengan baik di tengah kondisi yang menekan,
kemampuan bangkit dari kegagalan, dan kemampuan menyesuaikan diri dengan
kondisi yang menuntut untuk adanya peningkatan kualitas diri (Cutuli dan Masten
dalam Lopez, 2013). Konstruk lain yang dianggap serupa yaitu kontrol diri.
Kesabaran dalam kontrol diri menjelaskan kemampuan menahan pemuasan
keinginan fisik maupun psikis, seperti kepuasan seksual, makan, juga
melampiaskan amarah, juga kemampuan bertahan pada situasi yang menyedihkan
atau menekan.
Sabar juga dapat dijelaskan melalui peran dua konsep psikologis yang
dimiliki oleh setiap individu, yaitu “driving force” atau kekuatan untuk melakukan
suatu perilaku dan ”restraining force” atau kekuatan untuk mencegah atau menarik
diri dari suatu perilaku. Melalui penjelasan tersebut, sabar didefinisikan sebagai
keadaan di mana pada individu driving force mendorong individu dalam melakukan
perilaku-perilaku yang baik, dan resdtraining force mencegah individu dalam
melakukan perilaku-perilaku yang menimbulkan dampak buruk bagi diri sendiri
atau pun orang lain.
Dalam psikologi Islam, konsep sabar (al-Ṣabr) telah dijabarkan oleh
beberapa tokoh. Al-Jauziyah (1997) menjelaskan sabar sebagai kondisi individu
yang memiliki kekuatan dalam menjaga ketaatan dalam beribadah dan mengikuti
ajaran Tuhan, kekuatan dalam menahan diri dari melakukan perilaku-perilaku yang
meyalahi aturan agama, dan kekuatan dalam menerima ketentuan atau takdir Tuhan
yang dialaminya. Penelitian ini mengambil definisi dan penjabaran sabar menurut
Al-Jauziyah.
24
2.4.2. Faktor-faktor yang Memengaruhi Sabar
Dalam lingkup psikologi Islam, beberapa hal yang dapat menjadi faktor
keberhasilan individu dalam berlaku sabar adalah sebagai berikut:
1. Keimanan. Tingkat keimanan atau kepercayaan individu terhadap Tuhan
berpengaruh terhadap kesadarannya akan kehadiran Tuhan yang mengawasi
segala tingkah lakunya, sehingga individu secara internal akan mengontrol
perilakunya agar sesuai dengan ketentuan Tuhan.
2. Keberharapan terhadap Tuhan. Individu yang putus asa akan kasih sayang dan
kemurahan hati Tuhan akan memiliki kontrol diri maupun daya tahan yang
rendah ketika berada dalam kesulitan, atau menahan diri dari godaan. Individu
yang selalu menaruh harapan positif kepada Tuhan akan selalu optimis dan
kuat dalam menjalani kehidupannya.
3. Pengetahuan agama. Hal-hal yang dijelaskan dalam ajaran agama mengenai
manfaat dari berlaku sabar, penghargaan yang akan diperoleh setelah bersabar,
konsekuensi dari pelanggaran yang dilakukan, dan lain sebagainya, akan
memengaruhi motivasi individu dalam berperilaku sabar.
4. Motivasi. Meskipun pengetahuan akan manfaat sabar, penghargaan yang
dijanjikan Tuhan, serta hukuman jika melakukan larangan Tuhan dimiliki oleh
individu, tetapi tidak memiliki motivasi atau dorongan yang kuat untuk
menempatkan dirinya dalam usaha bersabar, maka tidak ada gunanya.
Subandi (dalam al-Jaujizzah, 1997) menjelaskan kesabaran dipengaruhi oleh
kontrol diri, resiliensi, persistensi, keikhlasan, dan kemampuan bersikap tenang.
25
2.4.3. Dimensi Sabar
Al-Jauziyyah (1997) menjelaskan bahwa sabar memerlukan tiga unsur, yaitu:
1. Patience to Doing Obedience (Sabar dalam beribadah dan menaati perintah
Tuhan). Perilaku individu dalam beribadah dan menaati perintah Tuhan dapat
dikategorikan sebagai unsur dari kesabaran jika perilaku tersebut dilakukan
secara rutin, dan sesuai dengan tata cara beribadah dan perintah Tuhan lainnya
yang benar. Individu harus menjaga ibadahnya agar terlaksana secara rutin,
sebagai perwujudan dari motivasinya beribadah, yaitu hanya untuk Tuhan
semata. Ibadah yang dilakukan juga harus dipastikan sesuai dengan ajarah
agama, sebagai wujud ketaatan.
2. Patience to Avoiding Prohibited (Sabar dalam menjauhi larangan Tuhan).
Terdapat dua hal yang mendasari individu dalam memperoleh unsur kesabaran
ini, yaitu rasa takut terhadap hukuman Tuhan, atau rasa malu di hadapan
Tuhan. Individu yang mampu menjauhi larangan Tuhan didasari oleh rasa malu
terhadap Tuhan dianggap lebih baik, karena berfokus pada penghargaan dan
pengagungan kepada Tuhan, bukan pada mencegah dirinya terkena hukuman
Tuhan, sehingga dianggap lebih kuat dalam mengontrol dirinya dari godaan
hal-hal atau perilaku buruk.
3. Patience from Suffering (Kesabaran dalam cobaan dan kesulitan). Individu
dapat memperoleh kesabaran ini melalui pemikiran bahwa akan ada imbalan
yang akan didapat jika berhasil melalui kondisi tersebut dengan sabar,
mengharapkan kemudahan yang akan datang selepas kesulitan yang sedang
dihadapi, ada pembelajaran yang dapat diperoleh dari cobaan aatau kesulitan
26
tersebut, dan mengingat bahwa Tuhan memiliki kasih sayang dan kemurahan
hati yang tak terhingga.
2.4.4. Pengukuran Sabar
Terdapat beberapa skala untuk mengukur sabar yang didasari nilai keislaman. El
Hafiz (dalam Rusydi, 2013) telah mengembangkan skala untuk mengukur sabar
yang didasari perspektif al-Quran melalui kajian Tafsīr al-Miṣbāḥ. Skala tersebut
mengukur enam dimensi sabar, yaitu optimis dalam menghadapi masalah, pantang
menyerah dalam menyelesaikan masalah, bersemangat dalam meningkatkan
pengetahuan dan informasi, bersemangat dalam mencari solusi dan jalan alternatif,
tidak goyah selama berjuang menyelesaikan masalah, dan tidak mengeluh terhadap
masalah yang ada.
Santoso (dalam Rusydi, 2016) telah mengembangkan skala pengukuran
sabar berisi 30 item yang mengukur tiga dimensi, yaitu kontrol diri dalam
menghadapi masalah, kekuatan dalam menjalani perintah Tuhan, dan kemampuan
menjauhi apa yang dibenci oleh Tuhan. Rusydi (2016) menyusun alat ukur sabar
yang didasari penjelasan konsep sabar oleh Al-Jauziyyah, yang mengukur tiga
aspek sabar berisi 20 item pernyataan. Ketiga aspek tersebut yaitu kesabaran dalam
menjalani kewajiban terhadap Tuhan, kesabaran dalam menjauhi larangan Tuhan,
dan kesabaran dalam kesulitan. Alat ukur ini dipilih untuk digunakan dalam
penelitian ini karena sejalan dengan dasar teori mengenai sabar yang telah dipilih
sebelumnya.
27
2.5. Kerangka Berpikir
Perilaku berkendara merupakan perilaku yang kompleks untuk dilakukan, karena
melibatkan banyak proses, seperti persepsi, atensi, kontrol emosi, dan kontrol
motorik. Persepsi terhadap pemegang kontrol ini juga penting, apakah pengendara
menganggap dirinya mengontrol perilaku berkendara yang dilakukannya secara
penuh, atau hal lain di luar dirinya. Hal ini dijelaskan oleh traffic-locus of control,
yang membagi penempatan tanggung jawab pada perilaku berkendara menjadi
empat, yaitu diri sendiri (self), pengendara lain (other drivers), kendaraannya
sendiri dan kondisi lingkungan di sekitar (vehicle and environment), dan takdir
(fate). Selain traffic-locus of control, perbedaan tipe kepribadian pada pengendara
juga ditemukan berpengaruh dalam memprediksi perilaku berkendara. Pengendara
dengan kepribadian tipe A didapati berhubungan dengan perilaku berkendara yang
berisiko, dan pengendara dengan kepribadian tipe B menunjukkan perilaku
berkendara yang cenderung lebih positif.
Kesabaran yang dijelaskan dalam Islam sebagai kekuatan dalam menjaga
ketaatan dalam beribadah dan mengikuti ajaran, kekuatan dalam menahan diri dari
melakukan perilaku-perilaku yang meyalahi aturan, dan kekuatan dalam menerima
ketentuan atau takdir Tuhan yang kurang menyenangkan, dianggap mampu
diimpelentasikan pada konteks yang lebih luas dalam kehidupan sehari-hari,
termasuk ketika berkendara. Diharapkan pengendara dengan kesabaran yang tinggi
dapat menunjukkan perilaku berkendara yang patuh terhadap peraturan lalu lintas,
dan lebih resisten terhadap berbagai stresor yang muncul selama berada di
perjalanan.
28
Traffic-
Locus
of Control
Self
Other Drivers
Kepribadian
Tipe B
Sabar
Patience to Doing
Obedience
Patience to
Avoiding
Prohibited
Patience from
Suffering
Perilaku
Berkendara
Aman
Vehicle and
Environment
Fate
Gambar 1.1
Bagan kerangka berpikir
29
2.6. Hipotesis Penelitian
Berdasarkan kerangka berpikir yang telah dibuat, maka hipotesis penelitian ini
adalah sebagai berikut.
1. Hipotesis mayor
Ha : Ada pengaruh yang siginifikan self, other drivers, vehicle and
environment, fate, kepribadian tipe B, patience to doing obedience,
patience to avoiding prohibited, dan patience from suffering terhadap
perilaku berkendara aman.
2. Hipotesis minor
Ha1 : Ada pengaruh yang signifikan self pada variabel traffic-locus of control
terhadap perilaku berkendara aman.
Ha2 : Ada pengaruh yang signifikan other drivers pada variabel traffic-locus of
control terhadap perilaku berkendara aman.
Ha3 : Ada pengaruh yang signifikan vehicle and environment pada variabel
traffic-locus of control terhadap perilaku berkendara aman.
Ha4 : Ada pengaruh yang signifikan fate pada variabel traffic-locus of control
terhadap perilaku berkendara aman.
Ha5 : Ada pengaruh yang signifikan kepribadian tipe B terhadap perilaku
berkendara aman.
Ha6 : Ada pengaruh yang signifikan patience to doing obedience pada variabel
sabar terhadap perilaku berkendara aman.
30
Ha7 : Ada pengaruh yang signifikan patience to avdoing prohibited pada
variabel sabar terhadap perilaku berkendara aman.
Ha8 : Ada pengaruh yang signifikan patience from suffering pada variabel
sabar terhadap perilaku berkendara aman.
31
BAB 3
METODE PENELITIAN
Bab ini menjelaskan populasi dan sampel penelitian beserta teknik pengambilan
sampel, variabel penelitian, dan alat ukur yang digunakan dalam penelitian.
3.1. Populasi, Sampel, dan Teknik Pengambilan Sampel
3.1.1. Populasi Penelitian
Populasi pada penelitian ini adalah pengendara sepeda motor yang berdomisili di
wilayah Jabodetabek. Jumlah populais tidak terdefinisikan karena tidak tersedia
data pasti jumlah pengendara sepeda motor di Jabodetabek. Kriteria lain populasi
penelitian ini yaitu berusia 18 hingga 30 tahun dan aktif menggunakan sepeda motor
pribadi dalam beraktivitas sehari-hari.
3.1.2. Sampel Penelitian
Sampel pada penelitian ini didapati berjumlah 253 orang pengendara sepeda motor.
Diperoleh 142 orang laki-laki dan 112 orang perempuan. Sampel tersebar di seluruh
wilayah Jabodetabek, kecuali Kepulauan Seribu dan Kabupaten Bekasi.
3.1.3. Teknik Pengambilan Sampel
Sampel penelitian diperoleh dengan teknik non probability sampling di mana besar
peluang untuk terpilihnya anggota populasi sebagai sampel tidak sama disebabkan
tidak adanya data pasti jumlah populasi pengendara sepeda motor yang masuk ke
dalam kategori sampel penelitian.. Metode pengambilan sampel yang digunakan
yaitu accidental sampling karena sampel ditemukan atas dasar kebetulan tanpa
direncanakan secara sistematis. Data dalam penelitian ini diperoleh melalui
32
pengisian kuesioner penelitian yang diberikan kepada responden secara daring dan
luring.
3.2. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Variabel Penelitian
3.2.1. Variabel Penelitian
Variabel dalam penelitian ini dikelompokkan menjadi dua, yaitu variabel terikat
(dependent variable) dan variabel bebas (independent variable). Variabel terikat
dalam penelitian ini adalah perilaku berkendara aman. Variabel bebas penelitian ini
adalah trafiic-locus of control, tipe kepribadian, dan sabar.
3.2.2. Definisi Operasional Variabel Penelitian
1. Perilaku berkendara aman adalah perilaku berkendara yang aman ditandai
dengan rendahnya traffic errors, control errors, speed violations, traffic
violations, safety violations, dan stunts.
2. Traffic-locus of control adalah locus atau pusat individu menempatkan sosok
atau hal yang bertanggung jawab terhadap kontrol perilaku berkendara serta
hasil yang diperoleh dari perilaku berkendara individu. Variabel ini dijelaskan
melalui dimensi self, other drivers, vehicle and environment, dan fate.
3. Kepribadian tipe B adalah pola kepribadian yang ditandai dengan sifat tenang,
toleran terhadap stresor, dan santai. Variabel ini dijelaskan melalui rendahnya
dimensi time urgency, competitiveness, dan agression and hostility.
4. Sabar adalah kemampuan individu dalam menjaga ketaatan dalam beribadah
dan mengikuti ajaran Tuhan, kekuatan dalam menahan diri dari melakukan
perilaku-perilaku yang menyalahi aturan agama, dan kekuatan dalam
menerima ketentuan atau takdir Tuhan yang dialaminya. Variabel ini
33
dijelaskan melalui dimensi patience to doing obedience, patience to avoiding
prohibited, dan patience from suffering.
3.3. Instrumen Pengumpulan Data
Penelitian ini menggunakan instrumen pengumpulan data berupa kuesioner yang
menggunakan skala model likert. Kuesioner terdiri dari empat pilihan jawaban yang
berbeda di setiap skala guna menyesuaikan dengan item yang disajikan, yaitu tidak
pernah (TP) / sangat tidak berpengaruh (STB) / sangat tidak sesuai (STS), jarang
(JR) / tidak berpengaruh (TB) / tidak sesuai (TS), sering (SR) / berpengaruh (B) /
sesuai (S), dan selalu (SL) / sangat berpengaruh (SB) / sangat sesuai (SS). Subjek
diminta menilai kesesuaian pernyataan-pernyataan pada item yang disediakan
dengan perilaku atau pemikiran subjek ke dalam empat kategori pilihan jawaban
tersebut. Perhitungan skor atau pemberian nilai dari tiap pilihan jawaban adalah
sebagai berikut:
Tabel 3.1
Perhitungan skor pilihan jawaban instrumen penelitian
Jawaban Skor
Favorable Unfavorable
TP / STB / STS 1 4
J / TB / TS 2 3
SR / B / S 3 2
SL / SB / SS 4 1
3.3.1. Skala Perilaku Berkendara Aman
Pengukuran perilaku berkendara aman menggunakan The Motorcycle Rider
Behavior Questionnaire (MRBQ) yang telah dimodifikasi oleh Putranto et. al.
(2014). Skala ini berisi 38 item pernyataan yang mengukur enam dimensi perilaku
berkendara, yaitu traffic errors, control errors, speed violatoins, traffic violations,
safety violations, dan stunts. Seluruh item pada skala ini berisi pernyataan yang
34
mengukur perilaku berkendara tidak aman, untuk menyesuaikan dengan variabel
yang digunakan dalam penelitian (perilaku berkendara aman), maka skor seluruh
item dibalik atau bersifat unfavorable. Kemudian beberapa item diubah menjadi
pernyataan yang mengukur perilaku berkendara aman sehingga menjadi item
favorable.
Tabel 3.2
Cetak biru skala perilaku berkendara aman
Dimensi Indikator Item
Jumlah Favorable Unfavorable
Traffic Errors Memperhatikan kondisi lalu lintas
sekitar
3, 9 1, 2, 7 5
Mampu mengantisipasi kondisi
lalu lintas mendadak
6, 8, 10 4, 5 5
Control Errors Mampu mengontrol kendaraan
dengan baik pada berbagai situasi
11, 15 12 3
Menjaga laju kendaraan aman
bagi pengguna jalan
14 13 2
Speed Violations Tidak berkendara dalam
kecepatan tinggi
18 16, 17, 19,
20, 21, 24
7
Tidak melibatkan diri dalam
balapan atau arus lalu lintas yang
kencang
- 22, 23 2
Traffic Violations Melanggar peraturan lalu lintas 25, 26, 27 3
Mengerjakan hal lain ketika
berkendara
28, 29 - 2
Safety Violations Memastikan keamanan kendaraan - 33 1
Memastikan keamanan diri dan
penumpang
32, 34, 35 30, 31 5
Stunts Melakukan wheelie - 36, 37 2
Menabrak kendaraan lain - 38 1
Jumlah 38
3.3.2. Skala Traffic Locus of Control
Pengukuran Traffic Locus of Control menggunakan Multidimensional Traffic Locus
of Control Scale (T-LOC) yang dibuat oleh Özkan dan Lajunen (2005). Skala ini
berisi 17 item yang mengukur self, other drivers, vehicle and environment, dan fate.
Seluruh item dalam skala ini bersifat favorable.
35
Tabel 3.3
Cetak biru skala Traffic-Locus of Control
Dimensi Indikator Item Jumlah
Self Perilaku berkendara diri sendiri 1, 2, 3, 5 4
Keahlian berkendara diri sendiri 4 1
Other
Drivers
Perilaku berkendara pengendara lain 6, 8, 9, 10 4
Kehalian dan kondisi pengendara
lain
7, 11 2
Vehicle and
Environment
Kondisi kendaraan 12 1
Kondisi lingkungan 13, 14 2
Fate Ketidakberuntungan 15 1
Takdir 16 1
Kebetulan 17 1
Jumlah 17
3.3.3. Skala Kepribadian Tipe B
Kepribadian tipe B diukur menggunakan skala The Bortner Rating Scale yang
disusun oleh Edwards (2003) berdasarkan instrumen yang dibuat oleh Bortner
(1969). Pengukuran didasari pada tiga aspek pembentuk kepribadian tipe A (dan
B), yaitu time urgency, competitiveness, dan aggression and hostility. Skalai ini
terdiri dari 14 item.
Pada bentuk aslinya, skala pengukuran ini berisi item berbentuk semantic
differential. Terdapat 14 pasang frasa di kiri dan kanan pada setiap itemnya, dengan
masing-masing satu frasa yang mengacu pada kepribadian tipe A dan satu frasa
yang mengacu pada kepribadian tipe B, dan tersedia deretan angka 5-4-3-2-1-0-1-
2-3-4-5 di tengahnya sebagai penentu kecenderungan responden terhadap masing-
masing frasa berdasarkan besar skor yang dilingkari dan arah skor tersebut berada.
Karena sifatnya tersebut, maka skala ini dapat mengukur baik kepribadian tipe A
maupun kepribadian tipe B sekaligus.
36
Untuk menyesuaikan maksud penelitian dan pengukuran pada alat ukur
yang lain, skala Bortner tersebut dimodifikasi dengan mengubahnya ke dalam
bentuk likert. Seluruh frasa yang bertujuan mengukur kepribadian tipe B saja yang
digunakan dalam penelitian ini. Berikut penjelasan mengenai item pada skala
pengukuran pola kepribadian tipe B.
Tabel 3.4
Cetak biru skala kepribadian tipe B
Aspek Indikator Item
Favorable Unfavorable
Time Urgency Casual about appoinment - 1
Never feel rushed, even under
pressure 4 -
Can wait patiently 5 -
Casual 6 -
Thinks about what to do next 7 -
Slow doing things - 10
Competitiveness Not competitive 2 -
Satisfied of work, instead other’s
think - 9
Few interests outside 13 -
No ambitious - 14
Aggressiveness &
Hostility
Good listeners, hears others out 3 -
Slow, deliberate talker 8 -
Easy going 11 -
Express feelings - 12
Jumlah 14
3.3.4. Skala Sabar
Pengukuran sabar menggunakan skala yang dibuat oleh Rusydi (2016). Skala ini
mengukur tiga dimensi sabar. Terdapat 20 item dengan rincian tujuh item mengukur
dimensi kesabaran dalam menjalani kewajiban terhadap Tuhan (patience to doing
obedience), enam item mengukur dimensi kesabaran dalam menjauhi larangan
Tuhan (patience to avoiding prohibited), dan tujuh item mengukur dimensi
kesabaran ketika dalam kesulitan (patience from suffering).
37
Tabel 3.5
Cetak biru skala sabar
Dimensi Indikator Item
Jumlah Favorable Unfavorable
Patience to Doing
Obedience
Meninggalkan kewajiban
karena hal internal
1 3, 5, 6 4
Meninggalkan kewajiban
karena hal eksternal
2 4, 7 3
Patience to Avoiding
Prohibited
Sulit meninggalkan larangan
karena hal internal
11 8, 10, 12, 13 5
Sulit meninggalkan larangan
karena hal eksternal
9 - 1
Patience from
Suffering
Kuat secara emosi 17 14, 18 3
Kuat secara kognisi 19 15, 16, 20 4
Jumlah 20
3.4. Uji Validitas Konstruk Instrumen Pengumpulan Data
Uji validitas konstruk masing-masing instrumen atau skala pengumpulan data
dalam penelitian ini dilakukan untuk mengetahui apakah setiap item pada skala
yang digunakan mengukur dimensi atau variabel yang hendak diukur secara valid
atau tidak. Jika diketahui ada item yang tidak valid, maka item tersebut tidak
diikutsertakan dalam perhitungan lebih lanjut. Pengujian validitas konstruk
instrumen penelitian dilakukan menggunakan CFA (Confirmatory Factor Analysis)
dengan peranti lunak LISREL 8.7. Adapun langkah-langkah yang dilakukan adalah
sebagai berikut :
1. Menguji bahwa hanya satu faktor saja yang menyebabkan item-item saling
berkorelasi (hipotesis uni-dimensional item). Hipotesis ini diuji dengan Chi-
Square, untuk memutuskan tidak ada perbedaan antara matriks korelasi yang
diperoleh dari data dengan matriks korelasi yang dihitung menurut teori atau
model. Jika hasil Chi-Square tidak signifikan (p>0.05) berarti hipotesis nihil
yang menyatakan bahwa tidak ada perbedaan antara matriks korelasi yang
diperoleh dari data dan model tidak ditolak yang artinya item yang diuji
38
mengukur satu faktor saja (uni-dimensional). Namun jika nilai Chi-Square
signifikan (p < 0.05), maka diperlukan modifikasi terhadap model dengan cara
memperbolehkan kesalahan pengukuran pada item-item yang saling
berkorelasi tetapi dengan tetap menjaga bahwa item tersebut hanya mengukur
satu faktor (uni-dimensional). Jika sudah diperoleh model yang fit, maka
dilakukan langkah selanjutnya.
2. Menganalisis item yang menjadi sumber tidak fit. Terdapat beberapa hal yang
perlu diperhatikan untuk mengetahui item mana yang menjadi sumber tidak fit,
yaitu:
1) Menggunakan uji signifikansi terhadap koefisien muatan faktor dari
masing-masing item dengan menggunakan t-test. Jika nilai t yang diperoleh
pada sebuah item tidak signifikan (t < 1.96) maka item tersebut akan
dibuang karena dianggap tidak signifikan sumbangannya terhadap
pengukuran yang sedang dilakukan.
2) Melihat arah dari koefisien muatan faktor (factor loading). Jika suatu item
memiliki muatan faktor negatif, yaitu semakin tinggi nilai pada item tersebut
semakin rendah nilai pada faktor yang diukur, maka item tersebut dibuang
karena tidak sesuai dengan pengukuran.
3) Sebagai kriteria tambahan (optional) dapat dilihat juga banyaknya korelasi
parsial antara kesalahan pengukuran pada suatu item yang berkorelasi
dengan kesalahan pengukuran pada item lain. Jika pada suatu item terdapat
terlalu banyak korelasi terhadap item lainnya, maka item tersebut akan
39
dibuang, karena item yang demikian selain mengukur apa yang ingin diukur
juga mengukur hal lain (multi-dimensional item).
Jika langkah-langkah di atas telah dilakukan, maka dapat diperoleh item-item yang
valid untuk mengukur apa yang ingin diukur, dan akan diikutsertakan dalam
perhitungan lanjutan.
3.4.1. Uji Validitas Konstruk Skala Berkendara Aman
Skala pengukuran perilaku berkendara aman dilakukan pengujian terhadap 38 item
yang ada, untuk mengetahui apakah kesemuanya benar hanya mengukur perilaku
berkendara aman atau bersifat unidimensional terhadap pengukuran perilaku
berkendara aman. Dari hasil analisis CFA yang dilakukan dengan model satu faktor,
diperoleh bahwa model tidak fit, dengan nilai Chi-Square = 2196.46, P-value =
0.00000, dan RMSEA = 0.096. Setelah dilakukan modifikasi terhadap model,
diperoleh model yang fit dengan nilai Chi-Square = 566.94, P-value = 0.05976, dan
RMSEA = 0.020. Model dapat dikatakan fit karena P-value > 0.05 dan RMSEA <
0.05.
Langkah selanjutnya dilakukan pengujian nilai t pada setiap item. Langkah
ini bertujuan untuk mengetahui apakah setiap item diikutsertakan pada perhitungan
selanjutnya atau dibuang. Dari hasil uji t diperoleh tujuh item yang harus dibuang,
karena memiliki nilai t < 1.96 atau > -1.96. Item-item yang dibuang yaitu item 4 (t
= 0.83), item 11 (t = 0.33), item 14 (t = -3.88), item 18 (t = 1.69), item 22 (t = -
0.19), item 23 (t = 0.63), dan item 38 (t = 1.79). Dari hasil pengujian tersebut, maka
hanya 31 item yang akan diikutsertakan dalam perhitungan lebih lanjut.
40
Tabel 3.6
Muatan faktor item perilaku berkendara aman
No. Item Lambda Error T-Value Signifikan
1 0.25 0.09 2.75 v
2 0.58 0.09 6.50 v
3 0.59 0.09 6.95 v
4 0.08 0.09 0.83 x
5 0.50 0.09 5.78 v
6 0.50 0.09 5.43 v
7 0.45 0.09 5.06 v
8 0.38 0.09 4.38 v
9 0.53 0.09 5.91 v
10 0.37 0.09 4.23 v
11 -0.03 0.09 -0.33 x
12 0.58 0.09 6.36 v
13 0.62 0.09 7.10 v
14 -0.34 0.09 -3.88 x
15 0.70 0.09 7.78 v
16 0.38 0.09 4.15 v
17 0.37 0.09 4.29 v
18 0.15 0.09 1.69 x
19 0.52 0.09 6.04 v
20 0.25 0.09 2.75 v
21 0.75 0.09 8.60 v
22 -0.02 0.09 -0.19 x
23 0.05 0.09 0.63 x
24 0.62 0.08 7.27 v
25 0.36 0.09 4.08 v
26 0.75 0.09 8.30 v
27 0.55 0.09 6.29 v
28 0.33 0.09 3.71 v
29 0.30 0.09 3.41 v
30 0.55 0.09 6.27 v
31 0.41 0.09 4.46 v
32 0.20 0.09 2.23 v
33 0.63 0.09 7.02 v
34 0.52 0.09 5.67 v
35 0.37 0.09 4.09 v
36 0.41 0.09 4.75 v
37 0.35 0.09 3.98 v
38 0.17 0.09 1.79 x
3.4.2. Uji Validitas Konstruk Skala Traffic Locus of Control
1. Uji Validitas Konstruk Self
Lima item pada konstruk self diuji untuk mengetahui apakah bersifat
unidimensional atau benar-benar hanya mengukur self. Pada percobaan analisis
CFA pertama diperoleh Chi-Square = 124.77, P-value = 0.000 (p < 0.05), dan
41
RMSEA = 0.308 (RMSEA>0.05), yang berarti model tersebut belum fit.
Berdasarkan hal tersebut, dilakukan modifikasi terhadap model sehingga diperoleh
model yang fit dengan Chi-Square = 2.71, P-value = 0.25827 (p > 0.05), dan
RMSEA = 0.037 (RMSEA < 0.05).
Selanjutnya dilakukan uji t terhadap kelima item untuk memutuskan item-
item tersebut akan dipertahankan dalam analisis selanjutnya atau dibuang. Hasil uji
t menunjukkan bahwa item 1 memiliki nilai t sebesar 8.90 (t>1.96), item 2 memiliki
nilai t sebesar 7.07 (t>1.96), item 3 memiliki nilai t sebesar 13.05 (t>1.96), item 4
memiliki nilai t sebesar 11.50 (t>1.96), dan item 5 memiliki nilai t sebesar 16.58
(t>1.96). Hal tersebut menunjukkan bahwa kelima item dalam konstruk self tidak
ada yang dibuang dan akan diikutsertakan dalam analisis selanjutnya.
Tabel 3.7
Muatan faktor item self
No. Item Lambda Error T-Value Signifikan
1 0.55 0.06 8.90 v
2 0.43 0.06 7.07 v
3 0.85 0.07 13.05 v
4 0.72 0.06 11.50 v
5 1.03 0.06 16.58 v
2. Uji Validitas Konstruk Other Drivers
Konstruk other drivers mengandung enam item yang diuji validitasnya untuk
mengetahui apakah keenam item bersifat unidimensional atau hanya mengukur
other drivers. Pada percobaan anlisis CFA awal diperoleh model yang tidak fit
dengan nilai Chi-Square = 120.03, P-value = 0.000 (p < 0.05), dan RMSEA = 0.221
(RMSEA > 0.05). Berdasarkan hasil tersebut dilakukan modifikasi terhadap model
sehingga diperoleh model yang fit dengan nilai Chi-Square = 7.47, P-value =
42
0.18802 (p > 0.05), dan RMSEA = 0.044 (RMSEA < 0.05). Untuk melihat ke-valid-
an keenam item dilakukan uji t dengan hasil sebagai berikut.
Tabel 3.8
Muatan faktor item other drivers
No. Item Lambda Error T-Value Signifikan
6 0.67 0.06 11.38 v
7 0.98 0.05 17.87 v
8 1.04 0.05 21.58 v
9 0.91 0.05 17.20 v
10 0.96 0.05 18.90 v
11 0.82 0.06 14.82 v
Keenam item pada konstruk other drivers memiliki nilai t > 1.96 yaitu item
6 dengan t = 11.38, item 7 dengan t = 17.87, item 8 dengan t = 21.58, item 9 dengan
t = 17.20, item 10 dengan t = 18.90, dan item 11 dengan t = 14.82, yang
menunjukkan bahwa seluruh item valid hanya mengukur other drivers dan akan
diikutsertakan dalam analisis selanjtnya.
3. Uji Validitas Konstruk Vehicle and Environment
Pengukuran konstruk vehicle and environment diwakili oleh tiga buah item. Uji
validitas menggunakan CFA pada percobaan pertama menghasilkan model yang fit,
dengan nilai Chi-Square = 0.00, P-value = 1.000 (p > 0.05), dan RMSEA = 0.000
(RMSEA < 0.05). Untuk validitas tiap item melalui uji t, diperoleh hasil item 12
memiliki nilai t sebesar 17.21 (t > 1.96), item 13 memiliki nilai t sebesar 24.13 (t >
1.96), dan item 14 memiliki nilai t sebesar 20.57 ( t> 1.96) yang berarti tidak ada
item yang dibuang dan ketiga item tersebut tetap dipertahankan dalam analisis
selanjutnya.
43
Tabel 3.9
Muatan faktor item vehicle and environment
No. Item Lambda Error T-Value Signifikan
12 0.86 0.05 17.21 v
13 1.04 0.04 24.13 v
14 0.96 0.05 20.57 v
4. Uji Validitas Konstruk Fate
Analisis CFA dilakukan untuk mengetahui apakah ketiga item dalam konstruk fate
bersifat unidimensional atau benar hanya mengukur fate. Hasil analisis
menunjukkan nilai Chi-Square = 0.00, P-value = 1.000, dan RMSEA = 0.000, yang
berarti model sudah fit dan ketiga item memang hanya mengukur fate.
Kemudian dilakukan uji t untuk mengetahui validitas tiap item terhadap
pengukuran fate dengan hasil yang diperoleh sebagai berikut.
Tabel 3.10
Muatan faktor item fate
No. Item Lambda Error T-Value Signifikan
15 0.95 0.05 20.35 v
16 0.90 0.05 18.49 v
17 0.97 0.05 21.12 v
Diketahui bahwa item 15 memiliki nilai t sebesar 20.35 (t > 1.96), item 16 memiliki
nilai t sebesar 18.49 (t > 1.96), dan item 17 sebesar 21.12 (t > 1.96) yang berarti
tidak ada item yang dibuang dan ketiga item dipertahankan pada analisis
selanjutnya. Dari hasil uji validitas terhadap skala traffic-locus of control diketahui
bahwa seluruh 17 item yang ada tetap dipertahankan dan akan diikutsertakan dalam
analisis selanjutnya.
3.4.3. Uji Validitas Konstruk Skala Kepribadian Tipe B
Pengujian validitas skala kepribadian tipe B yang dilakukan menghasilkan model
yang tidak fit, dengan nilai Chi-Square = 589.49, P-value = 0.0000, dan RMSEA =
44
0.166. Setelah dilakukan modifikasi terhadap model, diperoleh nilai Chi-Square =
645.80, P-value = 0.17631 (p > 0.05), dan RMSEA = 0.0000 (RMSEA < 0.05).
Setelah mendapatkan model yang fit, dilihat nilai t pada masing-masing
item, dan didapati bahwa seluruh item memiliki nilai t > 1.96, sehingga tidak ada
item yang dibuang pada skala kepribadian tipe B. Artinya, seluruh item akan
diikutsertakan pada analisis selanjutnya. Berikut tabel berisi penjelasan
signnifikansi nilai t pada tiap item.
Tabel 3.11
Muatan faktor item skala Kepribadian Tipe B
No. Item Lambda Error T-Value Signifikan
1 0.53 0.07 7.66 v
2 1.02 0.13 8.17 v
3 0.54 0.15 3.63 v
4 0.63 0.07 8.64 v
5 1.02 0.09 11.93 v
6 0.34 0.07 5.17 v
7 0.45 0.07 6.64 v
8 1.09 0.28 3.90 v
9 0.28 0.07 4.06 v
10 0.27 0.07 3.82 v
11 0.20 0.06 3.80 v
12 0.17 0.06 2.25 v
13 0.12 0.06 1.98 v
14 0.67 0.10 7.08 v
3.4.4. Uji Validitas Konstruk Skala Sabar
Pengujian validitas konstruk skala sabar dilakukan secara terpisah pada masing-
masing dimensi dari sabar, yaitu patience to doing obedience, patience to avoiding
prohibited, dan patience from suffering. Hal ini dilakukan untuk memastikan
masing-masing item pada dimensi tersebut benar hanya mengukur dimensi terkait.
Skala sabar terdiri dari 20 item yang terpecah menjadi tujuh item untuk mengukur
patience to doing obedience, enam item untuk mengukur patience to avoiding
prohibited, dan tujuh item untuk mengukur patience from suffering.
45
1. Uji Validitas Konstruk Patience to Doing Obedience
Dilakukan uji validitas konstruk patience to doing obedience yang melibatkan enam
buah item. Dari hasil pengujian melalui CFA dengan model satu faktor, diperoleh
bahwa model tidak fit, dengan nilai Chi-Square = 611.14, P-value = 0.0000, dan
RMSEA = 0.411. Untuk itu dilakukan modifikasi terhadap model sehingga
diperoleh model yang fit, dengan nilai Chi-Square = 0.57, P-value = 0.96635 (P-
value > 0.05), dan RMSEA = 0.000.
Langkah selanjutnya dilakukan pengujian nilai t pada setiap item, untuk
mengetahui apakah setiap item diikutsertakan pada perhitungan selanjutnya atau
dibuang. Berikut tabel penjabaran hasil pengujian nilai t pada setiap item dalam
pengukuran patience to ding obedience.
Tabel 3.12
Muatan faktor item patience to doing obedience
No. Item Lambda Error T-Value Signifikan
1 0.86 0.06 14.39 v
2 0.85 0.05 18.25 v
3 0.75 0.05 15.78 v
4 0.52 0.08 6.31 v
5 0.77 0.05 15.62 v
6 0.95 0.05 20.86 v
7 0.52 0.04 11.69 v
Hasil dari uji t menunjukkan bahwa seluruh item pada pengukuran patience to doing
obedience valid karena memiliki nilai t > 1.96, sehingga tidak ada item yang
dibuang.
2. Uji Validitas Konstruk Patience to Avoiding Prohibited
Enam item pada pengukuran patience to avoiding prohibited diuji validitas
konstruknya secara bersama-sama menggunakan CFA dengan model satu faktor.
Dari hasil pengujian diperoleh model yang tidak fit, dengan nilai Chi-Square =
46
181.63, P-value = 0.00000, dan RMSEA = 0.276. Agar memperoleh model yang
fit, dilakukan modifikasi sehingga diperoleh nilai Chi-Square = 1.14, P-value =
0.76750 (P-value > 0.05), dan RMSEA = 0.000.
Pengujian terhadap nilai t kemudian dilakukan untuk melihat apakah ada
item yang dibuang atau tidak. Berikut adalah tabel berisi hasil pengujian nilai t pada
patience to avoiding prohibited.
Tabel 3.13
Muatan faktor item patience to avoiding prohibited
No. Item Lambda Error T-Value Signifikan
8 0.57 0.08 7.10 v
9 0.48 0.08 5.82 v
10 0.60 0.07 8.31 v
11 0.55 0.06 9.54 v
12 0.78 0.09 9.12 v
13 0.14 0.08 1.80 x
Hasil uji t menunjukkan terdapat satu buah item yang memiliki nilai t < 1.96, yaitu
item nomor 13 (t = 1.80), sehingga item tersebut harus dibuang.
3. Uji Validitas Konstruk Patience from Suffering
Pengujian CFA satu model terhadap pengukuran patience from suffering
menghasilkan model yang tidak fit, dengan nilai Chi-Square = 239.09, P-value =
0.00000, dan RMSEA = 0.253. Untuk itu dilakukan modifikasi terhadap model,
sehingga diperoleh model yang fit dengan nilai Chi-Square = 7.68, P-value =
0.17503 (P-value > 0.05), dan RMSEA = 0.046.
Pengujian nilai t dilakukan untuk mengetahui apakah ketujuh item dalam
pengukuran patience from suffering diikutsertakan dalam perhitungan selanjutnya
atau ada yang harus dibuang. Berikut hasil pengujian nilai t.
47
Tabel 3.14
Muatan faktor item patience from suffering
No. Item Lambda Error T-Value Signifikan
14 0.80 0.06 14.42 v
15 0.84 0.05 15.34 v
16 0.68 0.06 11.61 v
17 0.61 0.07 9.23 v
18 0.43 0.07 6.53 v
19 0.36 0.06 6.02 v
20 0.95 0.12 7.70 v
Diketahui bahwa seluruh nilai t pada item tidak ada yang <1.96, sehingga seluruh
item tidak dibuang.
3.5 Teknik Analisis Data
Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif. Analisis data yang digunakan
dalam menguji hipotesis pada penelitian ini adalah analisis regresi berganda dengan
bantuan perangkat lunak SPSS 16. Analisis regresi dilakukan untuk mengetahui
besaran dan arah pengaruh seluruh maupun masing-masing variabel bebas terhadap
variabel terikat penelitian.
Sebelum analisis regresi dilakukan, seluruh skor mentah penelitian diubah
terlebih dahulu ke dalam skor murni (t-score) guna menyetarakan dengan skor pada
seluruh instrumen penelitian dan memudahkan dalam dilakukannya analisis.
Berikut merupakan persamaan regresi berganda untuk penelitian ini.
Y’ = a + b1X1 + b2X2 + b3X + b4X4 + b5X5 + b6X6 + b7X7 + b8X8 + e
Keterangan:
Y’ = variabel terikat (Perilaku Berkendara Aman)
a = intercept (konstan)
b = koefisien regresi tersandar masing-masing X (variabel terikat)
X1 = Self
X2 = Other Drivers
X3 = Vehicle and Environment
X4 = Fate
48
X5 = Kepribadian Tipe B
X6 = Patience to Doing Obedience
X7 = Patience to Avoiding Prohibited
X8 = Patience from Suffering
e = residual
Melalui analisis regresi berganda ini akan diperoleh nilai R2. Nilai R2 yaitu
koefisien yang menunjukan besarnya proporsi varians dari variabel terikat yang bisa
dijelaskan oleh variabel bebas secara keseluruhan dalam bentuk persentase. Adapun
untuk mendapatkan nilai R2, digunakan rumus sebagai berikut.
Keterangan:
R2 = Proporsi varians
SSreg = Jumlah kuadrat regresi yang dapat dihitung jika koefisien regresi telah
diperoleh.
SSy = Jumlah kuadrat dari variabel terikat (Y)
Selanjutnya R2 dapat diuji signifikansinya dengan Uji F dengan rumus
sebagai berikut.
Di mana k adalah banyaknya variabel bebas dan N adalah besarnya sampel. Apabila
nilai F itu siginifikan (p < 0,05), maka berarti seluruh variabel bebas secara
bersama-sama memiliki pengaruh yang signifikan terhadap variabel terikat.
49
3.6 Prosedur Penelitian
Penelitian ini dilakukan melalui beberapa tahapan prosedural sebagai berikut:
1. Membuat perumusan masalah yang akan diteliti melalui penentuan fenomena
dan masalah penelitian. Dilanjutkan dengan kajian toeri sehingga ditentukan
variabel-variabel penelitian beserta alat ukur yang digunakan. Selain itu juga
ditentukan populasi dan sampel penelitian.
2. Pengumpulan data pada sampel penelitian dilakukan melalui penyebaran
kuesioner daring dan luring. Kuesioner daring dibuka sejak 14 Mei 2019
hingga 1 Juli 2019 dan diperoleh 201 sampel. Kuesioner luring disebar di sela-
sela waktu di atas dan diperoleh sampel sebanyak 52 orang.
3. Data yang telah diperoleh kemudian dianalisis untuk menguji validitas
konstruk seluruh alat ukur penelitian dan untuk menguji hipotesis penelitian.
50
BAB 4
HASIL PENELITIAN
Pada bab ini akan dijelaskan gambaran umum subjek penelitian serta analisis data
yang digunakan beserta hasilnya. Semua informasi terkait disajikan dalam bentuk
tabel yang telah diberi nomor dan judul agar lebih jelas.
4.1. Gambaran Umum Subjek Penelitian
Penelitian ini melibatkan 253 orang responden. Data diperoleh melalui gabungan
sebaran kuesioner penelitian daring dan luring. Data demografis yang diperoleh
berupa jenis kelamin, usia, tingkat pendidikan terakhir, lama pengalaman
mengendarai sepeda motor (dalam tahun), serta frekuensi pengalaman mengalami
kecelakaan lalu lintas, baik kecelakaan tunggal maupun yang melibatkan pengguna
jalan lain.
Dari 253 orang responden penelitian, diperoleh responden dengan jenis
kelamin laki-laki sebanyak 142 orang (56.12%) dan responden berjenis kelamin
perempuan sebanyak 111 orang (43.87%). Paling banyak responden yang terlibat
berusia 24 tahun (25.12%). Terkait tingkat pendidikan terakhir, 50.98% responden
telah menyelesaikan tingkat SMA dan 49.02% telah menyelesaikan tingkat strata
satu atau S1. Sebagian besar responden penelitian telah mengendarai sepeda motor
selama lebih dari 5 tahun (80.64%) dan tidak pernah mengalami kecelakaan
(49.40%). Berikut ini tabel berisi penjelasan lebih detil terkait gambaran umum
subjek penelitian.
51
Tabel 4.1
Gambaran umum subjek penelitian (N=253)
Kategori Jumlah Subjek Persentase
Jenis Kelamin
Laki-laki 142 56.12%
Perempuan 111 43.87%
Usia
18 Tahun 30 11.85%
19 Tahun 25 9.88%
20 Tahun 16 6.32%
22 Tahun 2 0.79%
23 Tahun 14 5.53%
24 Tahun 64 25.2%
25 Tahun 37 14.62%
26 Tahun 45 17.7%
27 Tahun 2 0.79%
28 Tahun 7 2.76%
29 Tahun 7 2.76%
30 Tahun 4 1.58%
Tingkat Pendidikan Terakhir
SMA 129 50.98%
S1 124 49.02%
Pengalaman Mengendarai
Sepeda Motor
< 1 Tahun 19 7.51%
≥ 1 Tahun dan ≤ 5 Tahun 30 11.85%
> 5 Tahun 204 80.64%
Pengalaman Mengalami
Kecelakaan
Sering (setiap bulan) 0 0%
Jarang 30 11.85%
Pernah (satu kali) 98 38.7%
Tidak Pernah 125 49.40%
4.2. Analisis Deskriptif
Penelitian ini melibatkan sembilan variabel, terdiri dari satu variabel terikat, dan
delapan variabel bebas, di mana skor masing-masing variabel akan dianalisis secara
bersamaan. Agar skor setiap variabel dapat dibandingkan dengan variabel lainnya
secara terstandar, skor mentah (raw score) dikonversi terlebih dahulu ke dalam
bentuk skor murni (true score). Sebelum itu, skor mentah diubah terlebih dahulu ke
dalam skor faktor (factor score) yang kemudian dikonversi menjadi true score
dengan rumus t-score = 50 + (10*Factor Score). Seluruh tahapan analisis data dan
52
uji hipotesis dalam penelitian ini dilakukan menggunakan perangkat lunak SPSS
versi 16.0.
Langkah pertama setelah diperolehnya skor murni, dilakukan analisis
deskriptif terhadap skor seluruh variabel penelitian. Langkah ini bertujuan
mengetahui skor minimum atau total skor yang paling rendah yang disumbangkan
oleh seorang responden dan skor maksimum atau total skor paling tinggi yang
disumbangkan oleh seorang responden pada setiap variabel, nilai rata-rata skor pada
setiap variabel, dan standar deviasi masing-masing variabel. Berikut ini disajikan
tabel berisi informasi hasil analisis deskriptif tersebut.
Tabel 4.2
Hasil Analisis deskriptif skor pada setiap variabel
Variabel N Min. Max. Mean. Std.
Dev.
Perilaku Berkendara Aman 253 29.20 73.09 50.00 9.33866
Self 253 31.44 64.27 50.00 9.19121
Other Drivers 253 22.22 62.93 50.00 9.69625
Vehicle and Environment 253 18.19 63.45 50.00 9.66218
Fate 253 31.00 64.41 50.00 9.62669
Kepribadian Tipe B 253 12.05 68.24 50.00 9.05155
Patience to Doing Obedience 253 21.83 68.62 50.00 9.69039
Patience to Avoiding Prohibited 253 25.20 72.03 50.00 8.87359
Patience from Suffering 253 20.74 74.61 50.00 9.19168
Berdasarkan tabel tersebut diketahui bahwa variabel perilaku berkendara
memiliki skor minimum 29.20 dan skor maksimum 73.09. Variabel self memiliki
skor minimum 31.44 dan skor maksimum 64.27. Skor minimum pada variabel other
drivers adalah 22.22 dan skor maksimum 62.93. Vehicle and Environment memiliki
skor minimum 18.19 dan skor maksimum 63.45. Fate memiliki skor minimum
31.00 dan skor maksimum 64.41. Kepribadian tipe B memiliki skor minimum 12.05
dan skor maksimum 68.24. Skor minimum 21.83 dan skor maksimum 68.62
53
dimiliki oleh variabel patience to doing obedience. Skor minimum 25.20 dan skor
maksimum 72.03 dimiliki oleh patience to avoiding prohibited. Sedangkan variabel
patience from suffering memiliki skor minimum 20.74 dan skor maksimum 74.61
4.3. Kategorisasi Skor
Setelah diperoleh skor terendah dan skor tertinggi pada masing-masing variabel,
langkah selanjutnya adalah melakukan pengkategorisasian jumlah beserta
persentase skor dari seluruh responden penelitian yang memiliki nilai di bawah rata-
rata dan di atas rata-rata skor pada variabel tersebut. Kategorisasi digolongkan ke
dalam dua kategori, yaitu skor rendah dan skor tinggi. Untuk lebih jelasnya berikut
adalah tabel mengenai norma pengkategorisasian skor yang akan dilakukan.
Tabel 4.3
Norma pengkategorisasian skor
Kategori Norma
Rendah Skor<Rata-rata
Tinggi Skor>Rata-rata
Hasil pengkategorisasian skor pada tiap variabel berupa nominal jumpah responden
dari total 253 orang beserta besaran persentasenya kemudian disajikan pada tabel
berikut.
Tabel 4.4
Kategorisasi skor
Variabel Rendah (n / %) Tinggi (n / %)
Perilaku Berkendara Aman 142 (56.1%) 111 (43.9%)
Self 143 (56.5%) 110 (43.5%)
Other Drivers 137 (54.2%) 116 (45.8%)
Vehicle & Environment 157 (62.1%) 96 (37.9%)
Fate 107 (42.3%) 146 (57.7%)
Kepribadian Tipe B 49 (19.4%) 204 (80.6%)
Patience to Doing Obedience 173 (68.4%) 80 (31.6%)
Patience to Avoiding Prohibited 93 (36.8%) 160 (63.2%)
Patience from Suffering 112 (44.3%) 141 (55.7%)
54
Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa dari 253 responden
penelitian, 56.1% skor yang diperoleh pada variabel perilaku berkendara aman
masuk ke dalam kategori skor rendah dan 43.9% masuk ke dalam kategori skor
tinggi. Pada variabel self, 56.5% dikategorikan pada skor rendah dan 43.5%
dikategorikan pada skor tinggi. Pada variabel other drivers, 54.2% skor masuk ke
dalam kategori skor rendah dan 45.8% masuk ke dalam kategori skor tinggi. Untuk
variabel vehicle and environment, 62.1% dikategorikan skor rendah dan 37.9%
dikategorikan skor tinggi. Fate memiliki skor rendah sebanyak 42.3% dan skor
tinggi sebanyak 57.7%. Sebanyak 80.6% responden memilikii skor kepribadian B
yang tinggi dan 19.4% sisanya memiliki skor kepribadian B yang rendah atau
kecenderungan memiliki kepribadian tipe A. Pada variabel patience to doing
obedience terdapat 68.4% skor yang tergolong skor rendah dan 31.6% skor yang
tergolong skor tinggi. Pada variabel patience to avoiding prohibited terdapat 36.8%
skor masuk ke dalam kategori skor rendah dan 63.2% skor masuk ke dalam kategori
skor tinggi. Sedangkan pada variabel patience to suffering terdapat 44.3% skor
tergolong skor rendah dan 55.7% skor tergolong skor tinggi.
4.4. Uji Hipotesis
Untuk mengetahui pengaruh masing-masing maupun seluruh variabel bebas
terhadap variabel terikat yang ada dalam penelitian ini, dilakukan uji hipotesis yang
terbagi ke dalam dua jenis, yaitu analisis regresi dan analisis proporsi varians.
Analisis regresi dilakukan untuk melihat besaran pengaruh seluruh variabel bebas
secara bersamaan terhadap variabel bebas, maupun besaran pengaruh masing-
masing variabel bebas terhadap variabel terikat secara individual. Sedangkan
55
analisis proporsi varians dilakukan untuk mengetahui besaran proporsi dalam
bentuk persentase masing-masing variabel bebas dalam menyumbangkan
pengaruhnya terhadap variabel terikat secara bertingkat.
4.4.1. Analisis Regresi
Uji hipotesis melalui analisis regresi dilakukan dengan melihat nilai R2 (R-Square)
untuk mengetahui besaran persentase varians pada variabel terikat yang dijelaskan
oleh variabel bebas. Selain itu, dilihat nilai uji F untuk mengetahui signifikansi
pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat secara keseluruhan. Selanjutnya,
melihat koefisien regresi dan nilai signifikansi masing-masing variabel bebas
terhadap variabel terikat.
Langkah pertama dilihat nilai R-Square untuk mengetahui besaran
persentase varians variabel terikat yang dijelaskan oleh variabel bebas. Berikut ini
adalah tabel yang menunjukkan hasil uji regresi keseluruhan variabel bebas
terhadap perilaku berkendara aman.
Tabel 4.5
R-Square
R R-
Square
Adjusted
R-
Square
Change Statistics
Std.
Error of
the
Estimate
R2
Change
F
Change df1 df2
Sig. F
Change
0.616 0.380 0.359 7.47394 0.380 18.679 8 244 0.000
Dari tabel tersebut diketahui nilai R-Square sebesar 0.380, yang berarti
besaran varians dari variabel perilaku berkendara aman yang dijelaskan oleh
variabel self, other drivers, vehicle and environment, fate, kepribadian tipe B,
patience to doing obedience, patience to avoiding prohibited, dan patience from
56
suffering adalah sebesar 38%, sedangkan sebesar 62% sisanya dijelaskan oleh
variabel-variabel lain yang tidak diikutsertakan dalam penelitian ini.
Langkah kedua dilakukan uji F untuk mengetahui signifikansi pengaruh
seluruh variabel bebas terhadap variabel terikat penelitian yaitu perilaku berkendara
aman. Signifikansi dilihat dari nilai sig. atau p, dan dikatakan bahwa seluruh
variabel bebas berpengaruh secaa signifikan terhadap variabel terikat jika p<0.05.
Tabel 4.6
Uji F
Model Sum of
Squares
df Mean
Squares
F Sig.
Regression 8347.281 8 1043.410 18.679 0.000
Residual 13629.769 244 55.860
Total 21977.050 252
Dari tabel tersebut diketahui bahwa dari uji F yang telah dilakukan
diperoleh nilai F = 18.679 dengan signifikansi (p) sebesar 0.000, di mana
0.000<0.05 atau nilai p<0.05. Hal ini menunjukkan bahwa hipotesis nihil yang
menyatakan tidak ada pengaruh yang signifikan dari seluruh variabel bebas
terhadap perilaku berkendara aman ditolak. Dengan kata lain, ada pengaruh yang
signifikan dari variabel self, other drivers, vehicle and environment, fate,
kepribadian tipe B, patience to doing obedience, patience to avoiding prohibited,
dan patience from suffering secara bersama-sama terhadap perilaku berkendara
aman pada pengendara sepeda motor di Jabodetabek.
Setelah melakukan uji F, langkah selanjutnya adalah melihat nilai
koefisien regresi masing-masing variabel bebas terhadap perilaku berkendara aman.
Koefisien regresi dinyatakan signifikan jika memiliki nilai sig<0.05, yang berarti
variabel bebas tersebut memiliki pengaruh yang signifikan terhadap perilaku
berkendara aman. Nilai koefisien regresi yang positif menunjukkan pengaruh yang
57
searah, yaitu semakin besar vkor pada variabel bebas tersbut, maka semakin besar
skor pada variabel terikat. Sebaliknya, nilai koefisien regresi yang negatif
menunjukkan arah yang berlawnan, artinya semakin kecil skor pada variabel bebas
tersebut, maka semakin besar skor pada variabel terikat. Berikut ini tersaji tabel
mengenai informasi koefisien regresi masing-masing variabel bebas terhadap
perilaku berkendara aman.
Tabel 4.7
Koefisien Regresi Masing-masing Variabel Bebas
Unstandardized
Coefficients
Standardized Coefficient
Model B Std.
Error
Beta t Sig.
(Constant) 7.766 5.334 1.456 0.147
Self 0.268 0.054 0.263 4.991 0.000
Other Drivers 0.000 0.071 0.000 0.004 0.997
Vehicle and Environment 0.049 0.067 0.050 0.725 0.469
Fate -0.005 0.056 -0.005 -0.081 0.936
Kepribadian Tipe B 0.266 0.058 0.258 4.581 0.000
Patience to Doing Obedience -0.219 0.057 -0.227 -3.824 0.000
Patience to Avoiding
Prohibited
0.493 0.071 0.469 6.986 0.000
Patience from Suffering -0.007 0.071 -0.007 -0.104 0.917
Koefisien regresi (B) masing-masing variabel bebas kemudian dimasukkan
ke dalam persamaan regresi sebagai berikut:
Perilaku berkendara aman = 7.766 + 0.268 (self) + 0.000 (other drivers) + 0.049
(vehicle and environment) – 0.005 (fate) + 0.266 (kepribadian tipe B) – 0.219
(patience to doing obedience) + 0.493 (patience to avoiding prohibited) – 0.007
(patience from suffering).
Berikut ini penjelasan lebih rinci terkait signifikasni koefisien regresi dari
masing-masing variabel bebas:
58
1. Self yang memiliki koefisien regresi sebesar 0.268 memiliki nilai sig. sebesar
0.000 (sig.<0.05). Artinya, self pada traffic-locus of control berpengaruh secara
signifikan terhadap perilaku berkendara aman.
2. Other drivers dengan koefisien regresi sebesar 0.000 memiliki nilai sig. sebesar
0.997 (sig.>0.05). Artinya, other drivers pada traffic-locus of control tidak
berpengaruh secara signifikan terhadap perilaku berkendara aman.
3. Vehicle and environment dengan koefisien regresi sebesar 0.049 memiliki nilai
sig. sebesar 0.469 (sig.>0.05). Artinya, vehicle and envrionment pada traffic-
locus of control tidak berpengaruh secara signifikan terhadap perilaku
berkendara aman.
4. Fate dengan koefisien regresi sebesar -0.005 memiliki nilai sig. sebesar 0.936
(sig.>0.05). Artinya, fate pada traffic-locus of control tidak berpengaruh secara
signifikan terhadap perilaku berkendara aman.
5. Kepribadian tipe B dengan koefisian regresi sebesar 0.266 memiliki nilai sig.
sebesar 0.000 (sig.<0.05). Artinya, Kepribadian tipe berpengaruh secara
signifikan terhadap perilaku berkendara aman.
6. Patience to doing obedience dengan koefisien regresi sebesar -0.219 memiliki
nilai sig. sebesar 0.000 (sig.<0.05). Artinya, patience to doing obedience pada
sabar berpengaruh secara signifikan terhadap perilaku berkendara aman.
7. Patience to avoiding prohibited dengan koefisien regresi sebesar 0.493
memiliki nilai sig. sebesar 0.000 (sig.<0.05). Artinya, patience to avoiding
obedience pada sabar berpengaruh secara signifikan terhadap perilaku
berkendara aman.
59
8. Patience from suffering dengan koefisien regresi seberas -0.007 memiliki nilai
sig. sebesar 0.917 (sig.>0.05). Artinya, from suffering pada sabar tidak
berpengaruh secara signifikan terhadap perilaku berkendara aman.
4.4.2. Analisis Proporsi Varians
Pengujian terhadap proporsi varians dilakukan untuk mengetahui penambahan
proporsi varians dari masing-masing variabel bebas terhadap perilaku berkendara
aman secara bertingkat. Pengujian dilakukan dengan melihat nilai R-Square
Change untuk mengetahui besaran persentase sumbangan variabel bebas tersebut,
besaran perubahan nilai F yang ditimbulkan serta signifikansinya (Sig. F Change).
Berikut tabel hasil uji F.
Tabel 4.8
Hasil analisis proporsi varians
Mo
del
R
R S
qu
are
Ad
justed
R
Sq
ua
re
Std
. Err
or o
f
the E
stima
te
Change Statistics
R-S
qu
are
Ch
an
ge
F C
ha
ng
e
df1 df2
Sig
. F
Ch
an
ge
1 0.294 0.087 0.083 8.94272 0.087 23.809 1 251 0.000
2 0.297 0.088 0.081 8.95311 0.002 0.418 1 250 0.519
3 0.299 0.089 0.078 8.96641 0.001 0.259 1 249 0.611
4 0.300 0.090 0.076 8.97915 0.001 0.294 1 248 0.588
5 0.457 0.209 0.193 8.39015 0.119 37.042 1 247 0.000
6 0.460 0.212 0.192 8.39278 0.003 0.845 1 246 0.359
7 0.554 0.307 0.287 7.88397 0.096 33.777 1 245 0.000
8 0.557 0.311 0.288 7.88008 0.004 1.242 1 244 0.266
Dari tabel di atas dapat dijabarkan mengenai proporsi varians masing-
masing variabel bebas terhadap perilaku berkendara aman secara bertingkat sebagai
berikut:
1. Variabel self menyumbangkan penambahan varians pada perilaku berkendara
aman sebesar 8.7% yang secara statistik signifikan dengan nilai F Change =
23.809 dan signifikansi sebesar 0.000 (sig. < 0.05).
60
2. Variabel other drivers menyumbangkan penambahan varians pada perilaku
berkendara aman sebesar 0.2% yang secara statistik tidak signifikan dengan
nilai F Change = 0.418 dan signifikansi sebesar 0.519 (sig. > 0.05).
3. Variabel vehicle and environment menyumbangkan penambahan varians pada
perilaku berkendara aman sebesar 0.1% yang secara statistik tidak signifikan
dengan nilai F Change = 0.259 dan signifikansi sebesar 0.611 (sig. > 0.05).
4. Variabel fate menyumbangkan penambahan varians pada perilaku berkendara
aman sebesar 0.1% yang secara statistik tidak signifikan dengan nilai F Change
= 0.294 dan signifikansi sebesar 0.588 (sig. > 0.05).
5. Variabel kepribadian tipe B menyumbangkan penambahan varians pada
perilaku berkendara aman sebesar 11.9% yang secara statistik signifikan
dengan nilai F Change = 37.042 dan signifikansi sebesar 0.000 (sig. < 0.05).
6. Variabel patience to doing obedience menyumbangkan penambahan varians
pada perilaku berkendara aman sebesar 0.3% yang secara statistik tidak
signifikan dengan nilai F Change = 0.845 dan signifikansi sebesar 0.359 (sig.
> 0.05).
7. Variabel patience to avoiding prohibited menyumbangkan penambahan
varians pada perilaku berkendara aman sebesar 9.6% yang secara statistik
signifikan dengan nilai F Change = 33.777 dan signifikansi sebesar 0.000 (sig.
< 0.05).
8. Variabel patience from suffering menyumbangkan penambahan varians pada
perilaku berkendara aman sebesar 0.4% yang secara statistik tidak signifikan
dengan nilai F Change = 1.242 dan signifikansi sebesar 0.266 (sig. > 0.05).
61
BAB 5
KESIMPULAN, DISKUSI, DAN SARAN
Pada bab ini akan dijabarkan kesimpulan hasil penelitian, diskusi mengenai
perbandingan hasil penelitian ini terhadap hasil penelitian-penelitian lain yang
terdahulu, serta saran teoretis dan praktis terkait penelitian ini.
5.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis data dan uji hipotesis penelitian yang telah dilakukan,
diperoleh hasil bahwa terdapat pengaruh yang signifikan dari traffic-locus of
control (self, other drivers, vehicle and environment, dan fate), kepribadian tipe B,
dan sabar (patience to doing obedience, patience to avoiding prohibited, dan
patience from suffering) terhadap perilaku berkendara aman pada pengendara
sepeda motor di Jabodetabek. Besar pengaruh seluruh variabel bebas tersebut
terhadap perilaku berkendara aman yaitu sebesar 38%. Temuan ini membuktikan
bahwa hipotesis Ha diterima.
Pada uji hipotesis minor, diperoleh hasil bahwa terdapat empat variabel
bebas yang berpengaruh signifikan terhadap perilaku berkendara aman, yaitu self,
kepribadian tipe B, patience to doing obedience, dan patience to avoiding
prohibited. Sedangkan empat variabel bebas yang lain tidak mempengaruhi
perilaku berkendara aman secara signifikan, yaitu other drivers, vehicle and
environment, fate, dan patience from suffering. Temuan ini membuktikan bahwa
hipotesis Ha1, Ha5, Ha6, Ha7 diterima, sedangkan hipotesis Ha2, Ha3, Ha4, dan Ha8
ditolak.
62
5.2. Diskusi
Penelitian ini bertujuan mengetahui pengaruh traffic-locus of control, kepribadian
tipe B, dan sabar terhadap perilaku berkendara aman pada pengendara sepeda motor
di kawasan Jabodetabek. Hasil penelitian menunjukkan bahwa 56.1% responden
penelitian tergolong memiliki skor perilaku berkendara aman yang rendah,
sedangkan responden penelitian yang memiliki skor perilaku berkendara yang
tinggi jumlahnya lebih rendah, yaitu 43.9%. Hal ini menggambarkan bahwa
sebagian besar responden kurang berperilaku berkendara aman.
Didapati bahwa empat variabel dan dimensi variabel berpengaruh signifikan
terhadap perilaku berkendara aman, yaitu self dalam traffic-locus of control (B =
0.268; sig = 0.000), kepribadian tipe B (B = 0.266; sig = 0.000), serta patience to
doing obedience (B = -0.219; sig = 0.000) dan patience to avoiding prohibited (B
= 0.493; sig = 0.000) dalam variabel sabar.
Berpengaruh signifikannya self pada perilaku berkendara aman sejalan
dengan penelitian sebelumnya (Özkan dan Lajunen, 2005; Warner et al, 2010) yang
mendapati bahwa individu dengan traffic-locus of control internal atau dalam hal
ini self dapat menunjukkan pengaruhnya terhadap kecenderungan pengendara
dalam memacu kendaraannya di atas 90 km/jam, dan berkolerasi negatif dengan
jumlah kecelakaan yang pernah dialami, dan perilaku berkendara yang agresif.
Sedangkan ketiga aspek yang lain, yang mewakili traffic-locus of control eksternal,
yaitu other drivers, vehicle and environment, dan fate tidak berpengaruh secara
signifikan terhadap perilaku berkendara aman. Hal ini karena individu yang
menjadikan faktor di luar dirinya sebagai pemegang kontrol dan penanggung jawab
63
atas segala hasil dari aktivitas berkendara cenderung bersikap lepas kontrol,
menyalahkan pihak lain, tanpa memperbaiki atau bahkan menyadari bahwa
perilaku dan kemampuan berkendaranya sendiri justru menjadi pemicu
ketidakamanan dalam berkendara.
Tipe kepribadian, dalam hal ini kepribadian tipe B, juga didapati
berpengaruh secara signifikan terhadap perilaku berkendara aman. Hal ini sejalan
dengan penelitian terdahulu, seperti yang ditemukan oleh Perry (1986), West,
Elander, dan French (1993), Nabi et al (2005), dan Widyanti dan Sutanto (2017)
yang menemukan bahwa kepribadian tipe A berkorelasi dengan perilaku mengebut,
perilaku berkendara yang berisiko meningkatkan kecelakaan, dan terlibat
pelanggaran lalu lintas, sedangkan tidak berkorelasi pada kepribadian tipe B
(responden yang memiliki skor kepribadian A rendah). Meski begitu, ada penelitian
yang tidak menunjukkan perbedaan tipe kepribadian A dan B dalam perilaku
berkendara yang berisiko (Fatima, Munawar, dan Arshad, 2006). Hal itu disebutkan
kemungkinan karena pada berkaitan dengan budaya berkendara pada populasi
penelitian, yaitu pengendara di kota Karachi, Pakistan, yang kebanyakan mampu
mengendarai kendaraan dengan kecepatan tinggi dengan kemampuan
mempersepsikan bahaya yang ada dengan baik.
Pada variabel sabar, dimensi kesabaran dalam menjalani kewajiban
terhadap Tuhan (patience to doing obedience) dan kesabaran dalam menjauhi
larangan Tuhan (patience to avoiding prohibited) berpengaruh signifikan terhadap
perilaku berkendara aman. Patience to doing obedience mempengaruhi perilaku
berkendara aman secara berlawanan (B = -0.219), dalam artian bahwa jika individu
64
memiliki kesabaran yang baik dalam menjalani kewajiban terhadap Tuhan, perilaku
berkendaranya justru menjadi kurang aman. Sedangkan patience to avoiding
prohibited berpengaruh secara searah (B = 0.493) terhadap perilaku berkendara
aman. Hal ini mungkin diakibatkan responden penelitian pada patience to doing
obedience sebagian besar memiliki skor yang rendah (68.4%), berbanding terbalik
pada patience to avoiding prohibited bahwa 63.2% responden penelitian
mendapatkan skor yang tinggi. Namun, bisa juga dijelaskan secara konseptual
bahwa menjalani kewajiban itu jauh lebih sulit daripada menjauhi larangan. Hal ini
karena manusia lebih menaruh perhatian pada larangan daripada perintah atau
anjuran. Dalam islam, sangat sering dijelaskan bahwa menjalani kewajiban kepada
Tuhan dengan baik akan diberikan ganjaran pahala dan surga, sedangkan menjalani
apa yang dilarang Tuhan akan mendapat dosa dan ancaman siksa neraka. Secara
naluriah, manusia lebih mudah merespon pada ketakuan akan konsekuensi atau
hukuman yang didapatkan daripada hadiah yang dijanjikan.
Terkait hubungannya dengan perilaku berkendara aman, pengendara yang
memiliki patience to doing obedience yang tinggi mungkin cenderung memiliki
kepercayaan diri dan keikhlasan yang tinggi dalam menghadapi segala risiko yang
mungkin timbul ketika berkendara, sehingga tidak terlalu mengindahkan perilaku
berkendara yang aman. Sejalan dengan dimensi fate yang memperoleh nilai
koefisien regresi negatif (B = -0.219), bahwa semakin individu menyandarkan
kemungkinan terjadinya kecelakaan pada takdir dan ketetapan Tuhan, semakin
tidak aman perilaku berkendaranya. Sebaliknya, individu dengan patience to
65
avoiding prohibited yang baik juga menerapkan konsep yang sama, yaitu sabar
dalam menaati peraturan lalu lintas yang berlaku.
5.3. Saran
5.3.1. Saran Teoretis
1. Hasil penelitian menunjukkan adanya pengaruh self pada traffic-locus of
control terhadap perilaku berkendara aman. Diharapkan variabel traffic-locus
of control dapat terus dipergunakan dalam penelitian terkait perilaku
berkendara.
2. Kerpibadian tipe B ditemukan berpengaruh secara signifikan terhadap perilaku
berkendara aman. Diharapkan pembagian kepribadian A dan B lebih banyak
dipergunakan dalam penelitian ke depannya, termasuk dalam meneliti perilaku
berkendara.
3. Variabel sabar menyumbangkan dua dimensi yang signifikan terhadap perilaku
berkendara aman, yaitu patience to doing obedience dan patience from
suffering. Diharapkan variabel sabar ini juga terus dipergunakan dalam
berbeagai penelitian, karena memiliki nilai lebih yaitu berlandaskan teori dari
nilai keislaman.
4. Penelitian mengenai perilaku berkendara yang aman masih sedikit dan belum
memiliki teori yang adekuat, terlebih lagi dalam konteks mengendarai sepeda
motor. Untuk itu, diharapkan penelitian mengenai perilaku berkendara aman
dapat lebih banyak dilakukan ke depannya. Pembuatan skala pengukuran
perilaku berkendara aman yang bersinggungan dengan aturan lalu lintas
66
setempat serta norma dan budaya yang berlaku juga diharapkan terus
dikembangkan.
5.3.2. Saran Praktis
1. Melalui penelitian ini, diharapkan para pengendara sepeda motor dapat
memperoleh gambaran mengenai perilaku-perilaku berkendara yang aman,
sehingga mampu melatih diri agar senantiasa menerapkannya ketika sedang
berkendara demi terciptanya ketertiban dan keamanan dalam berlalu intas.
2. Hasil penelitian yang menunjukkan bahwa self dalam traffic-locus of control
berpengaruh terhadap perilaku berkendara aman, diharapkan dapat
memberikan gambaran kepada para pengendara sepeda motor bahwa
menjadikan diri sendiri sebagai pemegang kontrol secara penuh aktivitas
berkendara dan sebagai penentu keamanan berkendara akan membawa pada
perilaku dan pengalaman berkendara yang aman pula. Hal ini dapat dilakukan
dengan menumbuhkan kesadaran diri, memperhatikan dan mematuhi segala
aturan berlalu lintas, dan melatih kemampuan berkendara yang baik.
67
DAFTAR PUSTAKA
Åberg, L. (2001). Chapter seven: Attitudes. Dalam Pierre-Emmanuel Barjonet (ed).
Traffic psychology today. (119-135). New York: Springer
Science+Business Media.
al-Jawjizzah, I. Q. ‘Uddat as-sâbireen wa dhâkirat ash-dhâkireen, Patience and
gratitude. Nasiruddin al-Khattab (terj.) 1997. TA-HA.
Allport, G. W. (1927). Concepts of trait and personality. Psychological Bulletin. 24.
284-293.
Bañuls, R., & Montoro, L. (2001). Chapter eight: Motivational and emotional
aspects involved in drivinig. Dalam Pierre-Emmanuel Barjonet (ed). Traffic
psychology today. (137-162). New York: Springer Science+Business
Media.
Bortner, R. W. (1969). A short rating scale as a potential measure of pattern A
behavior. Journal of Chronic Diseases. 22. 87-91.
Cavallo, V. E., & Cohen, A. S. (2001). Chapter four: Perception. Dalam Pierre-
Emmanuel Barjonet (ed). Traffic psychology today. (63-89). New York:
Springer Science+Business Media.
Classen, S., Winter, S. M., Velozo, C. A., Bédard, M., Lanford, D. N., Brumback,
B., & Lutz, B. J. Item development and validity testing for a self- and proxy
report: The safe driving behavior measure. (2010). Am J Occup Ther. 64(2).
296-305.
Dilla, B. (2008). Perbedaan Perilaku Agresif Mengemudi pada Pengendara Sepeda
Motor dengan Kepribadian Tipe A dan B. Skripsi. Fakultas Psikologi
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Elander, J., West, R., & French, D. (1995). Behavioral correlates of individual
differences in road-traffic crash risk: An examination of methods and
findings. Psychological Bulletin (2) 113, 279-294.
Elvik, R., Høye, A., Vaa, T., & Sørensen, M. (2009). The handbook of road safety
measures – 2nd Ed. Bingley: Emerald Group Publishing, Ltd.
Elliot, M. A., Armitage, C. J., & Baughan, C. J. (2007). Using the theory planned
behaviour to predict observed driving behaviour. British Journal of Social
Psychology. 46(1). 69-90. doi: 10.1348/014466605x90801.
Elliot, M. A., Baughan, C. J., & Sexton, B. F. (2007). Errors and violations in
relation to motorcyclists’ crash risk. Accident Analysis and Prevention. 39.
491-499. doi: 10.1016/j.aap.2006.08.012.
Fatima, B., Munawar, N., & arshad, S. (2006). Type-A behavior and traffic
accidents. Institute of Clinical Psychology, University of Karachi.
68
Friedman, M., & Rosenman, R. H. (1959). Association of specific overt behavior
pattern with blood and cardiovascular findings. JAMA. 169(12). 1286-1296.
Houston, D. J. (2011). Chapter 27: Motorcyclists. Dalam Bryan E. Porter (ed).
Handbook of Traffic Psychology. (367-374). Virginia: Elsevier
Korlantas Polri. (2019). Dipetik pada April, 11, 2019. http://www.korlantas-
irsms.info/graph/accidentData
Lopez, S.J. (2013). The encyclopedia of positive psychology. West Sussex:
Blackwell Publishing Ltd
Măirean, C., Havârneanu, G. M., Popușoi, S. A., & Havârneanu, C. E. (2017).
Traffic locus of control scale – Romanian version: Psychometric properties
and relations to the driver’s personality, risk percception, and driving
behavior. Transportation Research Part F. 45. 131-146. doi:
10.1016/j.trf.2016.12.008.
Mesken, J., Hagenzieker, M. P., & Rothengatter, T. (2005). Chapter 17: Efects of
emotions on optimism bias and illusion of control in traffic. Dalam Geoffrey
Underwood (ed). Traffic and transport Psychology: Theory and application.
(203-214). Oxford: Elsevier, Ltd.
Motevalian, S. A., Asadi-Lari, M., Rahimi, H., & Eftekhar, M. (2011). Validation
of a Persian version of motorcycle rider behavior questionnaire. Annals of
Advances in Automotive Medicines. 55. 91-98.
Nabi, H., Consoli, S. M., Chastang, J-F., Chiron, M., Lafont, S., & Lagarde, E.
(2005). Type A behavior pattern, risky driving behaviors, and serious road
traffic accidents: A prospective study of the GAZEL cohort. American
Journal of Epidemiology. 161(9). 864-870. doi: 10.1093/aje/kwi110.
Nugraha, F. A. (2016). Pengaruh Teamwork, Sabar, dan Disiplin Menjalanjan
Shalat Wajib terhadap Stres Kerja. Skripsi. Fakultas Psikologi, Universitas
Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta
Ӧzkan, T., & Lajunen, T. (2004). A new addition to DBQ: Positive driver
behaviours scale. Transportation Research Part F. 8. 355-368.
doi:10.1016/j.trf.2005.04.018
________________________ (2005). Multidimensional traffic locus of control
scale (T-LOC): factor structure and relationship to risky driving. Personality
and Individual Differences. 38. 533-545. doi: 10.1016/j.paid.2004.05.007.
Ӧzkan, T., Lajunen, T., Doğruyol, Yıldırım, Z., & Çoymak, A. (2012). Motorcycle
accidents, rider behaviour, and psychological models. Accident Analysis
and Prevention. 49. 124-132. doi:10.1016/j.aap.2011.03.00.
Perry, A. R. (1986). Type A behavior pattern and motor vehicle drivers behavior.
Perceptual and Motor Skills. 63. 875-878.
69
Putranto, L. S., Setyarini, N. L. P. S. E., Rostiana, & Bunawan, R. (2014).
Motorcycle rider behaviour of Tarumanagara University lecturer and
employee. The 17th FSTPT International Symposium, Jember University.
Retrieved from http://repository.untar.ac.id/1833/.
Rice, L. P. (1999). Stress and Health. California: Brooks Cole Publishing
Company.
Rusydi, A. (2016). Patience in psychology and its measurement. Paper submission
for The 3rd Inter-Islamic University Conference on Psychology. Retrieved
from
https://www.researchgate.net/publication/317063350_Patience_in_Islamic
_Psychology_and_Its_Measurement.
Rutter, D. R., Quine, L., & Chesham, D. J. (1995). Predicting safe riding behaviour
and accidents: Demography, beliefs, and behaviour in motorcycling safety.
Psychology and Health. 10. 369-386.
Sakashita, C., et al. (2014). The motorcycle rider behavior questionnaire:
Psychometric properties and applicaion amongst novice riders in Australia.
Transportation Research Part F. 22. 126-139. doi:
10.1016/j.trf.2013.10.005.
Santoso, K. (2009). Pengaruh sabar dan motivasi berprestasi terhadap kinerja (Studi
pada kepala sekolah dasar Islam di Banten barat). Tesis. Program Studi
Timur Tengah dan Islam Universitas Indonesia.
Sexton, B., Baughan, C., Elliot, M., & Maycock., G. (2004). The accident risk of
motorcyclists. TRL Limited: Report TRL607. Retrieved from
https://trl.co.uk/reports/TRL607.
Siegrist, S., & Roskova, E. (2001). Chapter ten: The effect of safety regulations and
law enforcement. Dalam Pierre-Emmanuel Barjonet (ed). Traffic
psychology today. (181-206). New York: Springer Science+Business
Media.
Sümer, N., Lajunen, T., & Özkan, T. (2005). Chapter 18: Big five personality traits
as the distal predictors of road accident involvement. Dalam Geoffrey
Underwood (ed). Traffic and transport Psychology: Theory and application.
(215-227). Oxford: Elsevier, Ltd.
Supriatna, A. (2008). Sabar dalam al-Quran (Analisis Perbandingan Fi Zhilal al-
Quran dan Tafsir al-Azhar. Skripsi. Fakultas Ushuluddin dan Filsafat,
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta
Taris, T. W. (1997). Reckless driving behaviour of youth: Does locus of control
influence perceptions of situational characteristics and driving behaviour?
Elsevier: Person. individ. Diff. 23(6). 987-995
70
Taubman-Ben-Ari, O., Mikulincer, & M., Gillath, O. (2004). The multidimensional
driving style inventory – Scale construct and validation. Accident Analysis
and Prevention. 36. 323-332.
The Darden Graduate Business School Foundation (2003). Dipetik pada Februari,
12, 2019.
https://faculty.darden.virginia.edu/clawsonj/General/SELF_ASSESSMEN
T_TOOLS/OB-360_Type-A-Behavior.pdf
Tim Redaksi KataData.com. (2019). Dipetik pada Desember, 12, 2018.
https://katadata.co.id/infografik/2019/06/22/tingkat-kemacetan-di-jakarta-
berkurang
Totzke, I., Hofmann, M., & Krüger, H-P. (2005). Chapter 23: Age, previous
knowledge, and learnability of driver information systems. Dalam Geoffrey
Underwood (ed). Traffic and transport Psychology: Theory and application.
(279-292). Oxford: Elsevier, Ltd.
Tunnicliff, D. J., Watson, B. C., White, K. M., & Hyde, M. K. (2012).
Understanding the factors influencing safe and unsafe motorcycle rider.
Accident Analysis and Prevention. 49. 133-141. doi:
10.1016/j.aap.2011.03.012.
Underwood, G. (2005). Traffic and transport psychology: Theory and application.
Oxford: Elsevier, Ltd.
VandenBos, G., R. (2015). APA dictionary of psychology – 2nd Ed. Washington DC:
American Psychological Association. doi: 10.1037/14646-000.
Vallet, M. (2001). Chapter five: Factors influencing driving performance. Dalam
Pierre-Emmanuel Barjonet (ed). Traffic psychology today. (91-103). New
York: Springer Science+Business Media.
Warner, Henriette, M., Özkan, T., & Lajunen, T. (2010). Can the traffic locus of
control (T-LOC) scale be successfully used to predict Swedish drivers’
speeding behaviour? Accident Analysis and Prevention. 42. 1113-1117.
Watson, W. E., Minzenmayer, T., & Bowler, M. (2006). Type A personality
characteristics and the effect on individual and team academic performance.
Journal of Applied Social Psychology. 36(5). 1110-1128. doi:
10.1111/j.0021-9029.2006.00033.x.
West, R., ELander, J., & French, D. (1993). Mild social deviance, type-A behaviour
pattern, and decision-making style as predictors of self-reported driving
style and traffic accident risk. British Journal of Psychology. 84. 207-219.
Widyanti, A., & Sutanto, F. (2017). Correlation between type-A personality and
risky driving behavior. Journal of Engineering and Applied Sciences.
12(13). 3362-3366.
71
Lampiran 1: Kuesioner Penelitian
Assalamu’alaium wr.wb.
Salam sejahtera.
Saya adalah mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Islam Negeri (UIN)
Syarif Hidayatullah Jakarta, dan saat ini sedang melakukan penelitian dalam rangka
penyusunan skripsi untuk memperoleh gelar sarjana psikologi. Penelitian ini
melibatkan pengendara sepeda motor di wilayah Jabodetabek berusia 18-30
tahun, yang menggunakan sepeda motor untuk menunjang aktivitas sehari-hari.
Jika Anda termasuk dalam kriteria tersebut, saya mengharapkan kesediaan Anda
berpartisipasi dalam penelitian ini dengan menjadi subjek penelitian, melalui
pemberian jawaban pada kuesioner penelitian yang akan diberikan.
Tidak ada jawaban yang benar ataupun salah dalam pengisian kuesioner
penelitian ini. Anda hanya perlu menilai kesesuaian pernyataan-pernyataan yang
diberikan dengan keadaan Anda. Data identitas dan jawaban Anda pada penelitian
ini hanya akan dipergunakan untuk kepentingan penelitian dan terjamin
kerahasiaannya. Mohon membaca petunjuk pengisian terlebih dahulu dan pastikan
tidak ada jawaban yang kosong atau terjawab ganda.
Terima kasih atas kesediaan Anda.
Wassalamu’alaikum wr.wb.
Hormat saya,
Robby Cahyadi
72
Data Subjek Penelitian
*lingkari yang sesuai
Nama lengkap / Inisial :
Jenis kelamin : Pria / Wanita
Usia : tahun
Pendidikan terakhir (telah lulus) : SD / SMP/ SMA atau SMK / S1 / S2
/ S3
Tempat tinggal (kota / kabupaten) :
Tempat beraktivitas (kota / kabupaten) :
Jenis sepeda motor : Sport / Standard / Chopper / Trail /
Bebek / Matik
Kepemilikan STNK : Punya / Tidak Punya
Kepemilikan Surat Izin Mengemudi (SIM) : Punya / Tidak Punya
Pengalaman mengendarai sepeda motor : < 1 tahun / > 1 tahun dan < 5 tahun /
> 5 tahun
Pengalaman terlibat kecelakaan : Sering / Jarang / Pernah / Tidak
Pernah
Pengalaman ditilang Polisi Lalu Lintas : Sering / Jarang / Pernah / Tidak
Pernah
Petunjuk Pengisian Kuesioner
Kuesioner penelitian ini terdiri dari kumpulan pernyataan yang terbagi ke dalam
empat rangkaian skala pengukuran. Baca dan pahami terlebih dahulu deskripsi
pendahuluan di setiap skala, kemudian Anda diminta untuk menilai tingkat
kesesuaian setiap pernyataan yang diberikan ke dalam pilihan jawaban yang
tersedia dengan memberikan tanda centang () pada kategori jawaban yang sesuai.
Terdapat empat pilihan jawaban yang disediakan untuk Anda tentukan tingkat
kesesuaiannya, yang berbeda penyebutannya di setiap skala. Hal tersebut akan
dijelaskan di bagian deskripsi pendahuluan pada setiap skala.
Berikut contoh pengisian jawaban:
Pernyataan STS TS S SS
Saya bisa mengendarai sepeda motor dengan baik
73
Skala I
Berikut ini terdapat beberapa pernyataan mengenai perilaku berkendara. Anda
diminta untuk menentukan seberapa sesuai masing-masng pernyataan tersebut
dengan perilaku Anda ketika sedang berkendara melalui pilihan jawaban yang
tersedia, yaitu:
TP : Tidak Pernah SR : Sering
J : Jarang SL : Selalu
Pernyataan TP J SR SL
Tidak menyadari ada pejalan kaki yang
menyeberang ketika hendak berkendara ke pinggir
jalan.
Tidak menyadari ada pejalan kaki yang muncul
dari balik kendaraan yang terparkir (seperti mobil
atau bus).
Ketika memulai perjalanan, saya melihat dulu ke
arah belakang, memastikan aman untuk memasuki
jalan.
Tidak menyadari atau tidak dapat mengantisipasi
kendaraan lain yang masuk ke jalan secara tiba-
tiba di depan saya.
Hampir menabrak kendaraan di depan ketika
sedang mengantre untuk berbelok.
Segera menyadari bahwa kendaraan di depan
memperlambat lajunya sehingga saya dapat
mengerem dengan tidak mendadak.
Mendahului kendaraan lain melalui sisi yang dia
hendak berbelok. Kendaraan tersebut telah
menyalakan lampu tanda berbelok namun saya
tidak menyadarinya (misal kendaraan tersebut
hendak berbelok ke kiri dan saya mendahuluinya
dari sisi kiri).
Dapat berhenti dengan mulus ketika lampu lalu
lintas di depan saya beranjak merah.
Menjaga jarak aman dengan kendaraan di depan
agar dapat mengantisipasi jika harus berhenti
mendadak.
Tidak mengendarai hingga ke tengah jalur (bahkan
ke jalur lawan) ketika melewati tikungan.
74
Tidak mengalami kesulitan mengontrol kendaraan
saya ketika berkendara dalam kecepatan tinggi.
Tergelincir ketika melewati jalan yang basah atau
tidak rata.
Pengendara lain mengungkapkan kekesalannya
terhadap perlaku berkendara saya.
Tidak membawa barang muatan yang berlebihan
(terlalu besar atau terlalu banyak).
Segera menyadari bahwa mobil di depan saya
membuka pintunya.
Mengendarai dengan sangat cepat ketika hendak
melewati tikungan, sehingga saya merasa akan
kesulitan mengontrol laju kendaraan saya.
Melebihi batas kecepatan maksimum di jalan arteri
(dengan >2 lajur, 60 km/j).
Meski berkendara di tengah malam atau subuh hari
yang sepi, saya memacu kendaraan di kecepatan
yang aman (tidak mengebut).
Melebihi batas kecepatan maksimum di jalan raya
(50 km/j).
Melebihi batas kecepatan maksimum di jalan
lokal/kawasan permukiman (30km/j).
Menerobos lampu merah dengan maksud
mengalahkan kendaraan lain di sebelah saya.
Tidak mengendarai ke tengah arus yang kencang
(misal menyelinap ke antara rombongan motor
sport atau iringan pejabat).
Tidak pernah terlibat dalam balapan (yang tidak
direncanakan sebelumnya) dengan pengendara
lain.
Mengendarai dengan begitu cepat ketika hendak
menuju tikungan sehingga saya merasa takut.
Meski akan membuat saya terlambat, saya tidak
menerobos lampu merah.
Mengendarai di jalur lawan (melawan arus).
Mengendarai di trotoar.
Menepi dahulu ketika hendak mengakses
handphone.
75
Tidak merokok atau makan dan minum ketika
sedang berkendara.
Mengendarai selepas mengonsumsi obat yang
mungkin menimbulkan efek samping yang
berpengaruh (mengantuk, dsb).
Menggunakan helm yang tidak memiliki pengait
dagu, atau ada tetapi tidak mengaitkannya.
Tidak membawa lebih dari satu orang penumpang.
Sepeda motor saya tidak lengkap bagiannya (tidak
ada kaca spion/lampu tidak menyala/tidak ada
klakson, dsb).
Menggunakan helm ketika berkendara.
Memastikan penumpang saya menggunakan helm.
Secara sengaja melakukan wheelie (memutar roda
belakang dengan cepat dalam keadaan diam).
Secara tidak sengaja melakukan wheelie (memutar
roda belakang dengan cepat dalam keadaan diam).
Menabrak kendaraan lain di area parkir hingga
menimbulkan kerusakan dan melarikan diri.
Skala II
Berikut ini terdapat beberapa pernyataan yang dapat menjadi faktor terjadinya
kecelakaan lalu lintas yang mungkin Anda alami ketika berkendara. Anda diminta
untuk menilai seberapa berpengaruh masing-masing pernyataan tersebut dalam
menimbulkan kecelakaan melalui pilihan jawaban yang disediakan, yaitu:
STB : Sangat Tidak Berpengaruh B : Berpengaruh
TB : Tidak Berpengaruh SB : Sangat Berpengaruh
Pernyataan STB TB B SB
Saya sering berkendara dengan kecepatan yang
terlalu tinggi.
Saya mengendarai kendaraan saya dengan jarak yang
terlalu dekat dengan kendaraan di depan saya.
Perilaku berkendara saya yang suka mendahului
kendaraan lain dengan berbahaya.
Keahlian berkendara saya yang kurang baik.
76
Perilaku berkendara saya yang berani mengambil
risiko.
Pengendara lain yang berkendara dengan berani
mengambil risiko.
Keahlian berkendara pengendara lain yang kurang
baik.
Pengendara lain yang berkendara terlalu dekat
dengan kendaraan saya.
Perilaku pengendara lain yang sering berkendara
dengan kecepatan yang terlalu tinggi.
Perilaku berkendara pengendara lain yang
mendahului kendaraan lain secara berbahaya.
Perilaku pengendara lain yang berkendara dalam
pengaruh alkohol.
Kesalahan mekanis pada kendaraan saya.
Kondisi cuaca atau penerangan yang kurang baik.
Kondisi jalan yang berbahaya.
Ketidakberuntungan.
Takdir.
Kebetulan.
Skala III
Berikut ini adalah beberapa pernyataan berkaitan dengan karakteristik diri. Anda
diminta untuk menentukan seberapa sesuai masing-masing pernyataan tersebut
dengan karakteristik diri yang Anda miliki melalui pilihan jawaban yang tersedia,
yaitu:
STS : Sangat Tidak Sesuai S : Sesuai
TS : Tidak Sesuai SS : Sangat Sesuai
Pernyataan STS TS S SS
Saya tidak pernah terlambat ketika menghadiri
suatu pertemuan atau acara.
Saya tidak memiliki hasrat yang tinggi untuk
bersaing dalam suatu pencapaian.
77
Saya memberikan kesempatan bagi orang lain
untuk menyelesaikan pembicaraannya terlebih
dahulu baru kemudian saya menanggapinya.
Saya tidak pernah merasa terburu-buru, bahkan
ketika berada di bawah tekanan.
Saya dapat menunggu dengan sabar.
Saya mengerjakan segala halnya dengan santai,
menghemat energi, dan lebih mementingkan
kualitas dibandingkan kuantitas.
Ketika mendapatkan beberapa pekerjaan sekaligus,
saya menyelesaikannya satu per satu.
Saya dapat mengontrol ekspresi emosi saya.
Terkait hasil pekerjaan, mendapatkan perhatian dan
kritik dari orang lain adalah lebih penting daripada
merasa puas akan apa yang saya hasilkan.
Saya melakukan segala hal dengan cepat, seperti
berbicara, makan, dan berjalan.
Saya adalah orang yang easy going.
Saya selalu mengungkapkan perasaan saya pada
orang lain.
Saya hanya mengikiuti sedikit kegiatan di luar
pekerjaan inti saya (misal mengikuti komunitas
berdasarkan hobi, dsb).
Saya adalah orang yang ambisius.
Skala IV
Berikut ini adalah beberapa pernyataan berkaitan dengan bagaimana Anda
menghadapi berbagai situasi dalam hidup. Anda diminta utnuk menentukan
seberapa sesuai masing-masing pernyataan tersebut dengan diri Anda melalui
pilihan jawaban yang tersedia, yaitu:
STS : Sangat Tidak Sesuai S : Sesuai
TS : Tidak Sesuai SS : Sangat Sesuai
Pernyataan STS TS S SS
Walaupun lelah, saya tetap menjalankan kewajiban
saya kepada Tuhan.
78
Walaupun sulit, saya tetap menjalankan kewajiban
saya kepada Tuhan.
Terkadang saya merasa lelah dalam beribadah
kepada Tuhan.
Terkadang saya meninggalkan kewajiban saya
kepada Tuhan karena hal kecil.
Terkadang saya meninggalkan kewajiban saya
kepada Tuhan karena malas.
Saya mengalami penurunan kualitas ibadah kepada
Tuhan.
Terkadang saya meninggalkan kewajiban saya
kepada Tuhan karena ajakan orang lain.
Saya sulit mengendalikan diri saya dari melakukan
perbuatan buruk.
Mudah bagi saya menolak ajakan orang lain untuk
melakukan perbuatan buruk.
Saya sulit meninggalkan tempat yang buruk.
Mudah bagi saya meninggalkan kebiasaan buruk.
Keburukan dan dosa yang saya sesali terkadang
sering saya ulangi.
Beberapa kebiasaan buruk yang saya lakukan bagi
saya adalah hal yang wajar.
Saya mudah bersedih ketika musibah atau kesulitan
menimpa saya.
Saya merasa semua musibah atau kesulitan yang
menimpa saya amat berat.
Saya sulit menghilangkan kecemasan atau kesedihan
setelah ditimpa musibah atau kesulitan.
Ketika datang musibah atau kesulitan, saya tetap
tenang.
Saya merasa lelah dalam mengatasi kesulitan hidup.
Saya memiliki kekuatan untuk menghadapi berbagai
kesulitan hidup.
Saya kehabisan cara untuk mengatasi kesulitan
hidup.
79
Lampiran 2: Syntax Lisrel dan Path Diagram Uji Validitas Konstruk
1. Uji Validitas Konstruk Perilaku Berkendara Aman
UJI VALIDITAS KONSTRUK SDB
DA NI=38 NO=253 MA=PM
LA
X1 X2 X3 X4 X5 X6 X7 X8 X9 X10 X11 X12 X13 X14 X15 X16 X17 X18 X19 X20
X21 X22 X23 X24 X25 X26 X27 X28 X29 X30 X31 X32 X33 X34 X35 X36 X37 X38
PM SY FI=SDB.COR
MO NX=38 NK=1 LX=FR PH=ST TD=SY
LK
SDB
FR LX 1 1 LX 2 1 LX 3 1 LX 4 1 LX 5 1 LX 6 1 LX 7 1 LX 8 1 LX 9 1 LX 10 1 LX 11
1 LX 12 1 LX 13 1 LX 14 1 LX 15 1 LX 16 1 LX 17 1 LX 18 1 LX 19 1 LX 20 1 LX 21
1 LX 22 1 LX 23 1 LX 24 1 LX 25 1 LX 26 1 LX 27 1 LX 28 1 LX 29 1 LX 30 1 LX 31
1 LX 32 1 LX 33 1 LX 34 1 LX 35 1 LX 36 1 LX 37 1 LX 38 1
FR TD 19 17 TD 29 23 TD 23 14 TD 37 36 TD 32 25 TD 33 27 TD 12 11 TD 35 34 TD
36 28 TD 21 20 TD 21 1 TD 18 17 TD 35 27 TD 4 2 TD 38 10 TD 29 9 TD 36 13 TD 23
16 TD 38 34 TD 37 7 TD 19 3 TD 23 22 TD 22 14 TD 33 16 TD 32 29 TD 34 21 TD 37
18 TD 19 18 TD 21 2 TD 6 4 TD 20 7 TD 9 7 TD 37 15 TD 33 24 TD 31 1 TD 31 21 TD
38 31 TD 10 8 TD 35 30 TD 37 35 TD 36 16 TD 38 28 TD 37 28 TD 26 12 TD 5 4 TD
22 5 TD 29 22 TD 28 22 TD 29 16 TD 25 12 TD 12 6 TD 33 21 TD 33 9 TD 33 20 TD
14 4 TD 38 14 TD 26 9 TD 33 6 TD 30 10 TD 38 23 TD 36 3 TD 37 9 TD 27 6 TD 26 21
TD 15 2 TD 35 21 TD 13 12 TD 27 13 TD 13 11 TD 33 7 TD 30 7 TD 20 19 TD 20 17
TD 20 18 TD 33 1 TD 38 36 TD 33 8 TD 38 18 TD 20 8 TD 20 10 TD 37 1 TD 30 29 TD
29 6 TD 23 6 TD 31 29 TD 31 14 TD 9 6 TD 30 23 TD 34 9 TD 16 12 TD 20 16 TD 25 2
TD 31 4 TD 4 1 TD 4 3 TD 24 14 TD 29 15 TD 31 9 TD 2 1 TD 32 22 TD 26 3 TD 38 1
TD 28 1 TD 34 13 TD 35 13 TD 34 30 TD 16 7 TD 34 15 TD 30 15 TD 19 15 TD 35 5
TD 37 19 TD 38 37 TD 32 14 TD 32 23 TD 38 32 TD 31 17 TD 27 17 TD 27 15
FR TD 16 15 TD 26 15 TD 33 13 TD 13 3 TD 26 22 TD 36 23 TD 25 23 TD 25 14 TD
25 22 TD 29 25 TD 35 19 TD 17 1 TD 38 35 TD 20 6 TD 37 29 TD 29 28 TD 37 32 TD
24 3 TD 25 11 TD 17 7 TD 27 4 TD 9 4 TD 35 28 TD 18 8 TD 14 9 TD 21 12 TD 21 6
TD 12 4 TD 11 4 TD 36 4
PD
OU TV AD=OFF SS MI
80
2. Uji Validitas Self
UJI VALIDITAS KONSTRUK 2SE
DA NI=5 NO=253 MA=PM
LA
X1 X2 X3 X4 X5
PM SY FI=2SE.COR
MO NX=5 NK=1 LX=FR PH=ST TD=SY
LK
2SE
FR LX 1 1 LX 2 1 LX 3 1 LX 4 1 LX 5 1
FR TD 2 1 TD 3 1 TD 5 3
PD
OU TV SS MI
81
3. Uji Validitas Other Drivers
UJI VALIDITAS KONSTRUK 2OD
DA NI=6 NO=253 MA=PM
LA
X1 X2 X3 X4 X5 X6
PM SY FI=2OD.COR
MO NX=6 NK=1 LX=FR PH=ST TD=SY
LK
2OD
FR LX 1 1 LX 2 1 LX 3 1 LX 4 1 LX 5 1 LX 6 1
FR TD 5 4 TD 4 2 TD 5 2 TD 3 2
PD
OU TV SS MI
4. Uji Validitas Vehicle and Environment
UJI VALIDITAS KONSTRUK 2VE
DA NI=3 NO=253 MA=PM
LA
X1 X2 X3
PM SY FI=2VE.COR
MO NX=3 NK=1 LX=FR PH=ST TD=SY
LK
2VE
FR LX 1 1 LX 2 1 LX 3 1
PD
OU TV SS MI
5. Uji Validitas Fate
UJI VALIDITAS KONSTRUK 2FT
DA NI=3 NO=253 MA=PM
LA
X1 X2 X3
PM SY FI=2FT.COR
MO NX=3 NK=1 LX=FR PH=ST TD=SY
LK
2FT
FR LX 1 1 LX 2 1 LX 3 1
PD
OU TV SS MI
82
6. Uji Validitas Kepribadian Tipe B UJI VALIDITAS KONSTRUK KTB
DA NI=14 NO=253 MA=PM
LA
X1 X4 X5 X6 X7 X10 X2 X9 X13 X14 X3 X8 X11 X12
PM SY FI=KTB.COR
MO NY=14 NE=3 NK=1 TE=SY ME=UL
LE
TU CO AH
LK
KTB
FR LY 1 1 LY 2 1 LY 3 1 LY 4 1 LY 5 1 LY 6 1 LY 7 2 LY 8 2 LY 9 2 LY 10 2 LY 11 3 LY 12 3
LY 13 3 LY 14 3
FR TE 10 7
PD
OU TV SS MI AD=OFF IT=OFF
83
7. Uji Validitas Patience to Doing Obedience
UJI VALIDITAS KONSTRUK 4PO
DA NI=7 NO=253 MA=PM
LA
X1 X2 X3 X4 X5 X6 X7
PM SY FI=4PO.COR
MO NX=7 NK=1 LX=FR PH=ST TD=SY ME=UL
LK
4PO
FR LX 1 1 LX 2 1 LX 3 1 LX 4 1 LX 5 1 LX 6 1 LX 7 1
FR TD 2 1 TD 5 4 TD 4 3 TD 5 3 TD 7 3 TD 7 4 TD 6 4 TD 7 1 TD 4 2 TD 5 1
PD
OU TV SS MI
8. Uji Validitas Patience to Avoiding Prohibited
UJI VALIDITAS KONSTRUK 4PP
DA NI=6 NO=253 MA=PM
LA
X1 X2 X3 X4 X5 X6
PM SY FI=4PP.COR
MO NX=6 NK=1 LX=FR PH=ST TD=SY ME=UL
LK
4PP
FR LX 1 1 LX 2 1 LX 3 1 LX 4 1 LX 5 1 LX 6 1
FR TD 5 2 TD 3 1 TD 6 1 TD 2 1 TD 6 4 TD 6 5
PD
OU TV SS MI
84
9. Uji Validitas Patience from Suffering
UJI VALIDITAS KONSTRUK 4PS
DA NI=7 NO=253 MA=PM
LA
X1 X2 X3 X4 X5 X6 X7
PM SY FI=4PS.COR
MO NX=7 NK=1 LX=FR PH=ST TD=SY
LK
4PS
FR LX 1 1 LX 2 1 LX 3 1 LX 4 1 LX 5 1 LX 6 1 LX 7 1
FR TD 4 2 TD 7 1 TD 5 2 TD 7 4 TD 6 5 TD 5 1 TD 6 4 TD 7 2 TD 7 3
PD
OU TV SS MI
85
Lampiran 3: Tabel Hasil Analisis Data dan Uji Hipotesis
1. Tabel Analisis Deskriptif
Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
T_SDB 253 29.20 73.09 50.0000 9.33866
T_SE 253 31.44 64.27 50.0000 9.19121
T_OD 253 22.22 62.93 50.0000 9.69625
T_VE 253 18.19 63.45 50.0000 9.66218
T_FT 253 31.00 64.41 50.0000 9.62669
T_KPR 253 12.05 68.24 50.0000 9.05155
T_PO 253 21.83 68.62 50.0000 9.69039
T_PP 253 25.20 72.03 50.0000 8.87359
T_PS 253 20.74 74.61 50.0000 9.19168
Valid N (listwise) 253
2. Tabel R-Square
Model Summary
Model R R Square
Adjusted R
Square
Std. Error of
the Estimate
Change Statistics
R Square
Change F Change df1 df2 Sig. F Change
1 .616a .380 .359 7.47394 .380 18.679 8 244 .000
a. Predictors: (Constant), T_PS, T_SE, T_FT, T_KPR, T_VE, T_PO, T_PP, T_OD
3. Tabel Uji F
ANOVAb
Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.
1 Regression 8347.281 8 1043.410 18.679 .000a
Residual 13629.769 244 55.860
Total 21977.050 252
a. Predictors: (Constant), T_PS, T_SE, T_FT, T_KPR, T_VE, T_PO, T_PP, T_OD
b. Dependent Variable: T_SDB
86
4. Tabel Koefisien Regresi Masing-masing Variabel
Coefficientsa
Model
Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients
t Sig. B Std. Error Beta
1 (Constant) 7.766 5.334 1.456 .147
T_SE .268 .054 .263 4.991 .000
T_OD .000 .071 .000 .004 .997
T_VE .049 .067 .050 .725 .469
T_FT -.005 .056 -.005 -.081 .936
T_KPR .266 .058 .258 4.581 .000
T_PO -.219 .057 -.227 -3.824 .000
T_PP .493 .071 .469 6.986 .000
T_PS -.007 .071 -.007 -.104 .917
a. Dependent Variable: T_SDB
5. Tabel Analsis Proporsi Varians
Model Summary
Model R R Square Adjusted R
Square Std. Error of the Estimate
Change Statistics
R Square Change F Change df1 df2 Sig. F Change
1 .294a .087 .083 8.94272 .087 23.809 1 251 .000
2 .297b .088 .081 8.95311 .002 .418 1 250 .519
3 .299c .089 .078 8.96641 .001 .259 1 249 .611
4 .300d .090 .076 8.97915 .001 .294 1 248 .588
5 .457e .209 .193 8.39015 .119 37.042 1 247 .000
6 .460f .212 .192 8.39278 .003 .845 1 246 .359
7 .554g .307 .287 7.88397 .096 33.777 1 245 .000
8 .557h .311 .288 7.88008 .004 1.242 1 244 .266
a. Predictors: (Constant), T_SE b. Predictors: (Constant), T_SE, T_OD c. Predictors: (Constant), T_SE, T_OD, T_VE d. Predictors: (Constant), T_SE, T_OD, T_VE, T_FT e. Predictors: (Constant), T_SE, T_OD, T_VE, T_FT, T_KPR f. Predictors: (Constant), T_SE, T_OD, T_VE, T_FT, T_KPR, KAT_PO g. Predictors: (Constant), T_SE, T_OD, T_VE, T_FT, T_KPR, KAT_PO, KAT_PP