pengaruh terapi aktivitas

19
 Pengaruh Terapi Aktivitas; Stimulasi Persepsi Terhadap Ekspresi Kemarahan Pada Klien Dengan Riwayat Perilaku Kekerasan di Rumah Sakit Jiwa Mahoni Meda BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Gangguan kesehatan jiwa bukan hanya gejala kejiwaan saja tetapi sangat luas dari mulai yang ringan seperti kecemasan dan depresi, malas bekerja, sering tidak bisa kerja sama dengan teman sekerja, sering marah-marah,ketagihan napza sampai yang berat seperti skizoprenia(Administrator, 2008). Setiap saat dapat terjadi 450 juta orang diseluruh dunia terkena dampak permasalahan jiwa, syaraf maupun perilaku dan jumlahnya terus meningkat. Pada study terbaru WHO di 14 negara menunjukkan bahwa pada negara-negara berkembang, sekitar 76-85% kasus gangguan jiwa parah tidak dapat pengobatan apapun pada tahun utama(Hardian, 2008). Masalah kesehatan jiwa merupakan masalah kesehatan masyarakat yang demikian tinggi dibandingkan dengan masalah kesehatan lain yang ada dimasyarakat (Azrul,2001). Krisis ekonomi dunia yang semakin berat mendorong jumlah penderita gangguan jiwa di dunia, dan Indonesia khususnya kian meningkat, diperkirakan sekitar 50 juta atau 25% dari juta penduduk Indonesia mengalami gangguan jiwa (Nurdwiyanti, 2008). Umumnya klien dengan perilaku kekerasan dibawa dengan paksa kerumah sakit jiwa. Sering tampak klien didikat secara tidak manusiawi disertai bentakan dan “pengawalan” oleh sejumlah anggota keluarga bahkan polisi. Perilaku kekerasan seperti memukul anggota keluarga/orang lain, merusak alat rumah tangga dan marah-marah merupakan alasan utama yang paling banyak dikemukakan oleh keluarga(Tim jiwa UI, 1999). Factor yang menimbulkan perilaku destruktif-diri adalah kejadian kehidupan yang memalukan,masalah interpersonal (perkembangan ego yang terlambat, hubungan orangtua yang tidak memuaskan, ras takut penolakan, ketidak mampuan mengungkapkan perasaan), dipermalukan didepan umum, kehilangan pekerjaan, ancaman pengangguran(Stuart, 2008). Bila perasaan marah diekspresikan dengan perilaku agresif dan menentang, biasanya dilakukan individu karena ia merasa kuat. Cara demikian dapat menimbulkan kemarahan yang berkepanjangan dan dapat menimbulkan tingkah laku yang destruktif, sehingga terjadi perilaku kekerasan yang ditujukan pada orang lain, lingkungan dan diri sendiri(Jiwa kelompok9.2008). Perilaku destruktif-diri yaitu setiap aktivitas yang tidak dicegah, dapat mengarah kepada kematian, dan perilaku destruktif-diri ini langsung mencakup setiap bentuk aktivitas bunuh diri(Stuart, 2005). WHO menunjukkan bahwa diperkirakan sebanyak 873.000 orang melakukan bunuh diri tiap tahun di dunia. Oleh karna itu perlu diketahui apa saja yang yang dibutuhkan dalam rangka,membangun kesadaran dan mengurangi risiko kejadian bunuh diri(Hardian, 2008). Begitu juga kasus bunuh diri di Amerika mencapai 30.000 orang pertahun. Angka ini menunjukkan  jumlah orang yang mencoba bunuh diri jauh lebih besar lagi, diperkirakan 8-10 kali lebih besar dari  jumlah tersebut(Mustikasari, 2008). Tragisnya, lebih dari 80% penderita skizoprenia di Indonesia tidak diobati. Mereka dibiarkan berkeliaran di jalanan, atau bahkan dipasung. Padahal, jika diobati 1/3 dari mereka bisa sembuh total. Tetapi bila tidak diobati, akan terus kambuh , dan 25-30% dari mereka resisten(Febriani, 2008).

Upload: hewrytelmy5199

Post on 08-Jul-2015

294 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

5/10/2018 Pengaruh Terapi Aktivitas - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/pengaruh-terapi-aktivitas 1/19

 

Pengaruh Terapi Aktivitas; Stimulasi PersepsiTerhadap Ekspresi Kemarahan Pada KlienDengan Riwayat Perilaku Kekerasan di RumahSakit Jiwa Mahoni MedaBAB IPENDAHULUAN

A. Latar BelakangGangguan kesehatan jiwa bukan hanya gejala kejiwaan saja tetapi sangat luas dari mulai yangringan seperti kecemasan dan depresi, malas bekerja, sering tidak bisa kerja sama dengan temansekerja, sering marah-marah,ketagihan napza sampai yang berat seperti skizoprenia(Administrator,2008).Setiap saat dapat terjadi 450 juta orang diseluruh dunia terkena dampak permasalahan jiwa, syaraf maupun perilaku dan jumlahnya terus meningkat.

Pada study terbaru WHO di 14 negara menunjukkan bahwa pada negara-negara berkembang,sekitar 76-85% kasus gangguan jiwa parah tidak dapat pengobatan apapun pada tahunutama(Hardian, 2008).Masalah kesehatan jiwa merupakan masalah kesehatan masyarakat yang demikian tinggidibandingkan dengan masalah kesehatan lain yang ada dimasyarakat (Azrul,2001).Krisis ekonomi dunia yang semakin berat mendorong jumlah penderita gangguan jiwa di dunia, danIndonesia khususnya kian meningkat, diperkirakan sekitar 50 juta atau 25% dari juta pendudukIndonesia mengalami gangguan jiwa (Nurdwiyanti, 2008).Umumnya klien dengan perilaku kekerasan dibawa dengan paksa kerumah sakit jiwa. Seringtampak klien didikat secara tidak manusiawi disertai bentakan dan “pengawalan” oleh sejumlahanggota keluarga bahkan polisi. Perilaku kekerasan seperti memukul anggota keluarga/orang lain,merusak alat rumah tangga dan marah-marah merupakan alasan utama yang paling banyakdikemukakan oleh keluarga(Tim jiwa UI, 1999).

Factor yang menimbulkan perilaku destruktif-diri adalah kejadian kehidupan yangmemalukan,masalah interpersonal (perkembangan ego yang terlambat, hubungan orangtua yangtidak memuaskan, ras takut penolakan, ketidak mampuan mengungkapkan perasaan),dipermalukan didepan umum, kehilangan pekerjaan, ancaman pengangguran(Stuart, 2008).Bila perasaan marah diekspresikan dengan perilaku agresif dan menentang, biasanya dilakukanindividu karena ia merasa kuat. Cara demikian dapat menimbulkan kemarahan yangberkepanjangan dan dapat menimbulkan tingkah laku yang destruktif,sehingga terjadi perilaku kekerasan yang ditujukan pada orang lain, lingkungan dan diri sendiri(Jiwakelompok9.2008).Perilaku destruktif-diri yaitu setiap aktivitas yang tidak dicegah, dapat mengarah kepada kematian,dan perilaku destruktif-diri ini langsung mencakup setiap bentuk aktivitas bunuh diri(Stuart, 2005).

WHO menunjukkan bahwa diperkirakan sebanyak 873.000 orang melakukan bunuh diri tiap tahun didunia. Oleh karna itu perlu diketahui apa saja yang yang dibutuhkan dalam rangka,membangunkesadaran dan mengurangi risiko kejadian bunuh diri(Hardian, 2008).Begitu juga kasus bunuh diri di Amerika mencapai 30.000 orang pertahun. Angka ini menunjukkan

 jumlah orang yang mencoba bunuh diri jauh lebih besar lagi, diperkirakan 8-10 kali lebih besar dari jumlah tersebut(Mustikasari, 2008).Tragisnya, lebih dari 80% penderita skizoprenia di Indonesia tidak diobati. Mereka dibiarkanberkeliaran di jalanan, atau bahkan dipasung. Padahal, jika diobati 1/3 dari mereka bisa sembuhtotal. Tetapi bila tidak diobati, akan terus kambuh ,dan 25-30% dari mereka resisten(Febriani, 2008).

5/10/2018 Pengaruh Terapi Aktivitas - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/pengaruh-terapi-aktivitas 2/19

 

Dilema yang dialami oleh Indonesia mengacu pada data WHO, prevalensi (angka kesakitan)penderita skizoprenia sekitar 0,2-2%, sedangkan insidensi atau kasus baru yang muncultiap tahun sekitar 0,01%(Febriani, 2009).Pemerintah tidak boleh lagi menutup mata, jika tidak ingin tingkat depresi yang akan membuat orangmengambil jalan pintas seperti bunuh diri dan menjadi penderita skizoprenia di masyarakat semakinbesar. Terhadap para penderita gangguan jiwa itu, hanya 30-40% gangguan jiwa bisa sembuh total,

30% harus tetap berobat jalan, dan 30% lainnya harus menjalani perawatan instruksional, ataudirawat inapkan dipanti-panti rehabilitasi(Nurdwiyanti, 2008).Menurut Keliat, bunuh diri adalah tindakan agresif yang merusak diri sendiri dan dapat mengakhirikehidupan dan merupakan keadaan darurat psikiatri karena individu berada dalam keadaan stressyang tinggi dan menggunakan koping yang maladptif(Wangmubo, 2009).Penyebab bunuh diri pada individu gangguan jiwa karena stress yang tinggi dan kegagalanmekanisme koping yang digunakandalam mengatasi masalah (Mustikasari, 2008).Situasi mental yang tidak stabil merupakan salah satu penyebab mudahnya seseorang terkenapsikosomatis, yaitu rentannya kondisi tubuh terhadap berbagai penyakit karena factor psikis(kejiwaan). Untuk itu perlu coping stress yang sederhana dan mudah dilakukan dengan solutionfocus group therapy (terapi aktivitas kelompok)(Jiwakelompok9, 2008).Linda Metcalf juga berkata, bahwa Solution Focused Group Therapy dapat menjdi satu alternatif 

yang luar biasa bagi seseorang untuk sembuh dan keluar dari masalahnya sertamenemukan satu solusi yang baik(Fefendi, 2008).Terapi Aktivitas Kelompok adalah salah satu terapi modalitas yang dilakukan perawat padasekelompok klien yang mempunyai masalah keperawatan yang sama.Didalam kelompok terjadi dinamika interaksi yang saling bergantug,saling membutuhkan danmenjadi laboratorium tempat klien berlatih perilaku baru yang adaptif untuk memprbaiki perilakuyang lamayang maladaptif(Keliat, 2005).Sebaiknya mengekspresikan kemarahan dengan prilaku kontruksi dengan menggunakan kata-katayang dapat dimengerti dan diterima tanpa menyakiti hati orang lain, memberi perasaan lega,keteganganpun menurun dan perasaan marah dapat teratasi. Bila perasaan marah diekspresikandenga prilaku menantang,

biasanya dilakukan individu karena merasa kuat(Fefendi, 2008).Terapi Aktivitas Kelompok Stimilasi Persepsi adalah terapi yang menggunakan aktivitas sebagaistimulasi dan terkait dengan pengalaman dan/atau kehidupan untuk didiskusikan dalam kelompok.Hasil diskusi kelompok dapat berupa kesepakatan persepsi atau altrnatif(Keliat, 2005).Terapi aktivitas kelompok ini secara signifikan memberi perubahan terhadap ekspresi kemarahankearah yang lebih baik pada klien dengan riwayat kekerasan. Pernyataan ini dapat dibuktikandengan adanya penurunan ekspresi kemarahan setelah dilakukan terapi aktivitas kelompok sebesar 60,4%(Fefendi, 2008).Pada terapi aktivitas stimulasi persepsi ini klien dilatih mempersepsikan stimulus yang disediakanatau stimulus yang pernah dialami. Kemampuan persepsi klien dievaluasi dan ditingkatkan pada tiapsesi. Dengan proses ini diharapkan respon klien terhadap berbagai stimulus dalam kehidupanmenjadi adaptif(Keliat, 2005).Terapi aktivitas kelompok ini memberi hasil : kelompok menunjukkan loyalitas dan tanggung jawab

bersama, menunjukkan partisipasi aktif semua anggotanya, mencapai tujuan kelompok,menunjukkan teerjadinya komunikasi antaranggota dan bukan hanya antara ketuadan anggota(Ann, 2005).Oleh karena itu, WHO meminta perhatian para praktisi kesehatan dan pihak terkait lainnya untukmemandang bunuh diri sebagai penyebab utama kematian dini yang dapat dicegah. Seseuai dengatema kesehatan jiwa se-dunia : Membangun Kesadaran Mengurangi Risiko: Gangguan Jiwa danBunuh Diri(Depkes, 2006).Bedasarkan pengalaman penelitian di lapangan khususnya RS Jiwa Provinsi Lampung untukpelaksaan terapi aktivitas kelompok jarang atau tidak rutin dilakukanoleh perawat ruangan rawat

5/10/2018 Pengaruh Terapi Aktivitas - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/pengaruh-terapi-aktivitas 3/19

 

inap walaupun ada tetapi tidak didokumentasikan(Jiwakelompok9, 2008).Dari data Rumah Sakit Jiwa Mahoni tahun 2008 (januari-desember), jumlah pasien sebanyak 252orang : Bunuh diri 7 orang, perilaku kekerasan 26 orang. Pada tahun 2009 (januari-maret) jumlahpasien sebanyak 82 0rang : yang menarik diri 6 orang dan perilaku kekerasan 12 orang dan yangpenyalahgunaan napza 20 orang. Di rumah sakit inilah peneliti ingin meneliti di rumah sakit jiwamahoni karena selain angka kejadian perilaku kekerasan yang tinggi juga tidak pernah dilakkan

terapi aktivitas kelompok kepada klien maka peneliti melakukan penelitian dengan judul: PengaruhTerapi Aktivitas Kelompok; Stimulasi Persepsi Terhadap Ekspresi Kemarahan Pada Klien DenganRiwayat Perilaku Kekerasan.B. Rumusan MasalahBagaimana Pengaruh Terapi Aktivitas Kelompok; Stimulasi Persepsi Terhadap Ekspresi KemarahanPada Klien Dengan Riwayat Perilaku Kekerasan di rumah sakit jiwa mahoni medan tahun 2009?.C. Tujuan Penelitian1. Tujuan UmumMengetahui adanya Pengaruh Terapi Aktivitas; Stimulasi Persepsi Terhadap Ekspresi KemarahanPada Klien Dengan Riwayat Perilaku Kekerasan di Rumah Sakit Jiwa Mahoni Medan Tahun 2009.2. Tujuan Khusus1. Mengidentifikasi Ekspresi Kemarahan Pada Klien Dengan Riwayat Perilaku Kekerasan di RumahSakit Jiwa Mahoni Medan di Rumah Sakit Jiwa Mahoni Medan Tahun 2009.

2. Mengidentifikasi Terapi Aktivitas Kelompok; Stimulasi Persepsi Terhadap Ekspresi KemarahanPada Klien Dengan Riwayat Perilaku Kekerasan di Rumah Sakit Jiwa Mahoni Medan Tahun 2009.3. Menganalisis Pengaruh Terapi Aktivitas; Stimulasi Persepsi Terhadap Ekspresi Kemarahan PadaKlien Dengan Riwayat Perilaku Kekerasan di Rumah Sakit Jiwa Mahoni Medan Tahun 2009.D. Manfaat Penelitian1. Bagi Profesi KeperawatanDiharapkan penelitian ini memberikan masukan bagi profesi dalam mengembangkan perencanaankeperawatan profesi yang akan dilakukan tentang Terapi Aktifitas Kelompok terhadap pasiengangguan jiwa.2. Bagi IptekHasil penelitian ini dapat menambah wawasan ilmu pengetahuan kesehatan khususnya bagi paraperawat jiwa.

3. Bagi Rumah Sakit Jiwa MahoniDiharapkan penelitian ini dapat memberikan masukan kepada Rumah Sakit Jiwa Mahoni Medan dansebagai dokumentasi praktek Terapi Aktivitas Kelompok Rumah Sakit serta sebagai penuntun bagiperawat jiwa dalam melanjutkan praktek asuhan keperawatan jiwa.4. Bagi Keluarga Dan PasienHasil penelitian ini dapat menambah wawasan ilmu pengetahuan kesehatan khususnya bagi paraperawat jiwa agar dapat menjalankan askep pada keluarga dan pasien gangguan jiwa.

BAB IITINJAUAN TEORITIS

A. KONSEP KELOMPOK/GROUP1. Defenisi Kelompok

Kelompok adalah kumpulan individu yang memiliki hubungan satu dengan yang lain, salingbergantung dan mempunyai norma yang sama. Anggota kelompok mungkin datang dari berbagailatar belakang yang harus ditangani sesuai dengan keadaannya. Seperti agresif, takut, kebencian,kompotetif, kesamaan, ketidak samaan, kesukaan, dan menarik (Yalom, 1995 dalam stuart danlaraia, 2001). Semua kondisi ini akan mempengaruhi dinamika kelompok, ketika anggota kelompokmemberi dan menerima umpan balik yang berarti dalam berbagai interaksi yang terjadi dalamkelompok.2. Tujuan dan Fungsi Kelompoka. Tujuan Kelompok

5/10/2018 Pengaruh Terapi Aktivitas - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/pengaruh-terapi-aktivitas 4/19

 

Tujuan kelompok adalah membantu anggotanya berhubungan dengan orang lain serta mengubahperilaku yang destruktif dan mal adaptif.b. Fungsi KelompokFungsi kelompok sebagai tempat berbagai pengalaman dan saling membantu satu sama lain, untukmenemukan cara menyelesaikan masalah.

Kelompok merupakan laboratorium tempat mencoba dan menemukan hubungan interpersonal yangbaik, serta mengembangkan perilaku yang adaptif. Anggota kelompok merasa dimiliki, diakui, dandihargai eksistensinya oleh anggota kelompok yang lain.3. Komponen Kelompoka. Struktur KelompokMenjelaskan batasan, komunnikasi, proses pengambilan keputusan, dan hubungan otoritas dalamkelompok. Struktur kelompok menjaga stabilitas dan membantu pengaturan pola perilaku daninteraksi. Struktur dalam kelompok diatur dengan adanya pimpinan dan anggota, arah komunikasidipandu oleh pemimpin, sedangkan keputusan diambil secara bersama.b. Besar KelompokJumlah anggota kelompok yang nyaman adalah kelompok kecil yang anggotanya berkisar antara 5-12 orang. Jumlah anggota kelompok kecil menurut stuart dan laraia (2001) adalah 7-10 orang,menurut lancester (1980) adalah 10-12 orang, sedangkan menurut rawlins-williams, dan beck (1993)

adalah 5-12 orang. Jika anggota kelompok terlalu besar akibatnya tidak semua anggota mendatkesempatan mengungkapkan perasaan, pendapat, dan pengalamannya. Jika terlalu kecil, tidakcukup variasi informasi dan interaksi yang terjadi.c. Lamanya SesiWaktu optimal untuk 1 sesi adalah 24-40 menit bagi fungsi kelompok yang rendah dan 60-120 menitbagi fungsi kelompok yang tinggi(stuart dan laraia, 2001). Biasanya dimulai dengan pemanasan berupa orientasi, kemudian tahapkerja, dan finishing berupa terminasi. Banyaknya sesi bergantung pada tujuan kelopok, dapat satukali/dua kali perminggu atau dapat direncanakan sesuai dengan kebutuhan.d. KomunikasiSalah satu tugas pemimpin kelompok yang terpenting adalah mengobservasi dan menganalisis polakomunikasi dalam kelompok pemimpin menggunakan umpan balik untuk memberi kesadaran pada

anggota kelompok terhadap dinamika yang terjadi.Pemimpin kelompok dapat mengkaji hambatan dalam kelompok, konflik interpersonal, tingkatkompetis, dan seberapa jauh anggota kelompok mengerti serta melaksanakan kegiatan yangdilaksanakan.Elemen penting observasi komunikasi perbal dan non verbal(Stuart dan laraia, 2001); Komunikasi setiap anggota kelompok, rancangan tempat duduk(setting),tema umum yang diekspresikan, frekuensi komunikasi dan orang yang dituju selama komunikasi,kemampuan anggota kelompok sebagai pandangan terhadap kelompok, proses penyelesaianmasalah terjadi.e. Peran KelompokPemimpin perlu mengobserpasi peran yang terjadi dalam kelompok. Ada tiga peran dan fungsikelompok yang ditampilkan anggota kelompok dalam kerja kelompok, yaitu maintenance roles,terapi aktivitas kelompok roles, dan individual roles. Maintenace roles, yaitu peran serta aktif dalam

proses kelompok dan fungsi kelompok. Terapi aktivitas kelompok roles, yaitu pokus padapenyelesaian tugas. Individual roles, adalah self-centered dan distraksi pada kelompok.Peran dan Fungsi Kelompoka. peran kelompok1. Peran kelompok sebagai mempertahankanPendorong (encouraqer), Penyelaras (Harmonizer), Pemusyawara (kompromiser)Penjaga (gatekeeper), Pengikut (polower), Pembuat Peraturan (rule maker)Penyelesaian masalah (Problem solver).2. Peran kelompok dalam menyelesaikan tugas

5/10/2018 Pengaruh Terapi Aktivitas - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/pengaruh-terapi-aktivitas 5/19

 

Pemimpin (leadera), Penanya (guestioner), Pasilitator (facilitator)Penyimpul (sumarizer), Evaluator (evaluator), Pemberi inisiatip (initiator).3. Peran kelompok sebagai individuKorban, Monopoli, Seduser, Diam, Tukang komplain, Negatif , Moralis.b. Fungsi kelompok1. Fungsi Kelompok sebagai mempertahankan

Memberi pengaruh positif pada kelompok, Menjaga tetap damai, Meminimalkan konflik denganmencari alternatif, Menetapkan tingkat penerimaan kelompok terhadap anggota secara individual,Berperan sebagai peserta yang menarik, Membuat standar perilaku kelompok mis: waktu danpakaian, Menyelesaikan masalah angar kelompok agar kelompok dapat terus bekerja.2. fungsi kelompok dalam menyelesaikan tugasMemberi arahan, Mengklarifikasi isu dan informasi, Menjaga kelompok tetap fokus, Menyimpulkanposisi kelompok, Mengklaji kinerja kelompok, Memulai diskusi kelompok.3. fungsi kelompok sebagai individuDipandang negatif oleh kelompok, Berperan aktif mengontrol kelompok Menjaga jarak dan memintadiperhatikan, Mengontrol secara pasif degar diam, Mengeluh dan marah pada kerja kelompok,Mengecilkan kerja kelompok, Berperan sebagai penilai benar dan salahf. Kekuatan KelompokKekuatan (power) adalah kemampuan anggota kelompok dalam mempengaruhi berjalannya

kegiatan kelompok untuk menetapkan kekuatan anggota kelompok yang bervariasi diperlukan kajiansiapa yang paling banyak mendengar dan siapa yang membuat keputusan dalam kelompok( Stuart dan laraia, 2001).g. Norma KelompokNorma adalah standar perilaku yang ada dalam kelompok. Pengharapan terhadap perilakukelompok pada masa yang akan datang berdasarkan pengalaman masalalu dan saat ini.Pemahaman tentang norma kelompok berguna untuk mengetahui pengaruhnya terhadapkomunikasi dan interaksi dalam kelompok.Kesesuaian perilaku anggota kelompok dengan norma kelompok penting dalam menerima anggotakelompok. Anggota kelompok yang tidak mengikuti norma dianggap pemberontak dan ditolakanggota kelompok lain.h. Kekohesifan

Kekohesifan adalah kekuatan anggota kelompok bekerja sama dalam mencapai tujuan. Hal inimempengaruhi anggota kelompok untuk tetap betah dalam kelompok. Apa yang membuat anggotakelompok untuk tetap betah dalam kelompok, perlu diindentifikasi agar kehidupan kelompok dapatdipertahankan.Pemimpin kelompok (terapis) perlu melakukan upaya agar kekohesifan kelompok dapat terwujud,seperti mendorong anggota kelompok bicara satu sama lain, diskusi dalam kata-kata ”kita”menyampaikan kesamaan anggota kelompok, membantu anggota kelompok untuk mendengarkanketika yang lain bicara kekohesifan perlu diukur melalui seberapa sering antar anggota memberipijuan dan mengungkapkan kekaguman satu sama lain.4. Perkembangan Kelompoka. pase pra kelompokHal penting yang harus diperhatikan ketika memulai kelompok adalah tujuan dari kelompok.Ketercapaian tujuan sangat dipengaruhi oleh perilaku pimpinan dan pelaksanaan kegiatan kelompok

untuk mencapai tujuan tersebut. Untuk itu, perlu disusun proposal atau panduan pelaksanaankegiatan kelompok. Proposal dapat pula berupa pendoman atau panduan menjalankan kegiatankelompok.b. Pase awal KelompokPase ini ditandai dengan ansietas karna masuknya kelompok baru, dan peran yang baru.1. Tahap OrientasiPada tahap ini pemimpin kelompok lebih aktif dalam memberi pengarahan. Pemimpin kelompokmengorentasikan anggota pada tugas utama dan melakukan kontrak yang terdiri dari tujuankerahasiaan, waktu pertemuan, struktus, kejujuran dan aturan komunikasi, misalnya hanya satu

5/10/2018 Pengaruh Terapi Aktivitas - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/pengaruh-terapi-aktivitas 6/19

 

orang yang bicara pada suatu waktu, norma perilaku, rasa memiliki, atau kohesif antara anggotakelompok di upayakan terbentuk pada fase orientasi.2. Tahap KonflikPeran dependen dan independen terjadi pada tahap ini. Sebagian ingin pemimpin yangmemutuskan dan sebagian ingin pemimpin lebih mengarahkan, atau sebaliknya anggota inginberperan sebagai pemimpin. Ada pula anggota yang netral dan dapat membantu menyelesaikan

konfik peran yang terjadi. Perasaan bermusuhan yang ditampilkan, baik antara anggota kelompokmaupun anggota dengan pemimpin dapat terjadi pada tahap ini. Pemimpin perlu memfasilitasiungkapan perasaan, baik negatif maupun positif dan membantu kelompok mengenai penyebabkonflik. Serta menjega perilaku yang tidak produktif, seperti menuduh anggota tertentu sebagaipenyebab konflik.3. Tahap Kohesif Setelah tahap konflik, anggota kelompok merasakan ikatan yang kuat satu sama lain. Perasaanpositif akan sering diungkapkan. Pada tahap ini, anggota kelompok merasa bebas membuka diritentang informasi dan lebih intim satu sama lain.Pada tahap akhir fase ini tiap anggota kelompok belajar bahwa perbedaan tidak perlu ditakutkan.Merka belajar persamaan dan perbedaan, anggota kelompok akan membantu pencapaian tujuanyang menjadu suatu realitas.c. Fase Kerja Kelompok

Pada fase ini, kelompok sudah menjadi tim, walaupun mereka walaupun mereka bekerja kerastetapi menyenangkan bagi anggota dan pemimpin kelompok. Kelompok menajdi stabil dan realitis.Tugas pemimpin adalah membantu kelompok mencapai tujuan dan tetap menjaga kelompok kearahpencapaian tujuan. Serta mengurangi dampak dari faktor apa saja yang dapat mengurangiproduktitivitas kelompok. Selain itu, pemimpin juga bertindak sebagai konsultan. Pada akhir fase inianggota kelompok menyadari produktivitas dan kemampuan yang bertambah disertai percaya diridan kemandirian.d. Fase TerminasiTerminasi dapat sementara (temporal) atau akhir. Terminasi dapat pula terjadi karna anggotakelompok atau pemimpin kelompok keluar dari kelompok.Evaluasi umumnya difokuskan pada jumlah pencapaian baik kelompok maupun individu. Pada tiapsisi dapat pula dikembangkan instrumen evaluasi kemampuan individual dari anggota kelompok.

Terminasi dapat dilakukan pada akhir tiap sesi atau beberapa sesi yang merupakan paket denganmemperhatikan pencapaian tertentu.terminasi yang sukses ditandai oleh perasaan puas danpengalaman kelompok akan digunakan secara individual pada kehidupan zaherí-hari pada akhir sesi ini, perlu dicatat atau didokumen tasikan proses yang terjadi berupa notulen. Jugadidokumentasikan pada catatan inplementasi tindakan keperawatan tentang pencapaian danperilaku yang perlu dilatih pada kelien diluar sesi (keliat, 2005).B. Terapi KelompokTerapi kelompok adalah metode pengobatan ketika klien ditemui dalam rancangan waktu tertentudengan tenaga yang memenuhi persyaratan tertentu fokus terapi adalah membuat sadar diri (self-awareness). Peningkatan hubungan interpersonal, membuat perubahan, atau ketiganya.

1. Jenis terapi kelompok

a. Kelompok terapeutikKelompok terapeutik membantu mengatasi stress emosi, penyakit fisik krisis, tumbuh kembang, ataupenyesuaian social.Tujuan Kelompok terapeutik:1. Mencegah masalah kesehatan2. Mendidik dan mengembangkan potensi anggota kelompok3. Meningkatkan kualitas kelompok, antara anggota kelompok saling membantu dalammenyelesaikan masalah.b. Terapi aktivitas kelompok

5/10/2018 Pengaruh Terapi Aktivitas - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/pengaruh-terapi-aktivitas 7/19

 

Kelompok dibagi sesuai dengan kebutuhan yaitu, stimulasi presepsi, stimulasi sensoris, orientasirealita,dan sosialisasi(keliat, 2005).Pada terapi ini, seorang perawat spesialis yang menjadi tropis dan enam sampai delapan orangbertemu secara teratur dengan tujuan untuk meningkatkan kesadaran diri, meningkatkan hubunganinterpersonal dan mengubah pola perilaku yang mal adaptif. Kemudian klien mempelajari

bagaimana membuat ekspresi perasaan yang sesuai dan menggali cara-cara untuk meningkatkanpertumbuhan dan perubahan pribadi(Copel, 2007).

Proses kelompok adalah makna interaksi perval dan non verbal di dalam kelompok yang meliputi:isikomunikasi, Hubungan antara anggota, Pengaturan tempat duduk, Pola atau nada bicara, bahasadan sikap tubuh, Tema kelompok yang dapat diekspresikan baik secara terbuka atau tertutup.Kelompok terapi berfokus pada hubungan kelompok, interaksi antar anggota, dan masalah dalamhidup dan perilaku yang terjadi disana dan saat ini(Ann, 2005).2. Bentuk terapi kelompoka. Kelompok eksplorasi interpersonalTujuannya adalah mengembangkan kesadaran diri tentang gaya hubungan interpersonal melaluiumpan balik korektif dari anggota kelompok yang lain. Pasien diterima dan didukung oleh kerena itu,

utuk meningkatkan harga diri, tipe ini yang paling umum dilakukan.b. Kelompok Bimbingan-InspirasiKelompok yang sangat terstruktur, kosesif, mendukung, yang meminimalkan pentingnya tilikan, danmemaksimalkan nilai diskusi didalam kelompok dan persahabatan. Kelompoknya mungkin sajabesar, anggota kelompok dipilih sering kali kerena mereka”mempunyai problem yang sama”.c. Terapi Berorientasi PsikoanalitikSuatu tehnik kelompok dengan struktur yang longgar, terapis melakukan interprestasi tentang konfliknirsadar pasien dan memprosesnya dari obserpasi interaksi antar anggota kelompok.Sebagian besar terapi kelompok yang sukses tampaknya bergantung lebih pada pengalaman,sensitivitas, kehangatan, dan kharisma pemimpin kelompok dari pada orientasi teori yangdianut(tomb, 2004).Berbagai masalah dalam kelompok untuk mengembangkan insinght, kepercayaan diri, sensitifitas,

dan keterampilan sosial. Terdapat penekanan pada hubungan timbal balik antar anggota kelompokyang dipasilitasi oleh ahli terapi. Terapi kelompok dapat berlangsung terus menerus atau terbataswaktu(Hibbert, 2009:157).C. Terapi Aktivitas Kelompok1. Defenisi Terapi Aktifitas KelompokTerapi aktivitas kelompok adalah salah satu terapi modalitas yang dilakukan perawat kepadasekelompok klien yang mempunyai masalah keperawatan yang sama(keliat, 2005).Terapi aktivitas kelompok dibagi empat, yaitu terapi aktivitas kelompok stimulasi kognitif/persepsi,terapi aktivitas kelompok stimulasi sensori, terapi aktipitas kelompok stimulasi realita, dan terapiaktivitas kelompok sosialisasi.2. Jenis Terapi Aktivitas Kelompoka. Terapi Aktifitas Kelompok Stimulasi Kognitif / PersepsiKlien dilatih mempersepsikan stimulus yang disediakan atau stimulus yang pernah dialami.

Kemampuan persepsi klien dievaluasi dan ditingkatkan pada tiap sesi.Dengan proses ini, diharapkan respon klien terhadap berbagai stimulus dalam kehidupan menjadiadaptif.Stimulus yang disediakan baca artikel / majalah / buku / puisi, menonton acara TV, stimulus daripengalaman masa lalu yang menghasilkan proses persepsi klien yang mel adaptif atau distruktif,mis: kemarahan, kebencian, putus hubungan, pandangan negatif pada orang lain, dan halusinasi.1. Defenisi Terapi Aktifitas Kelompok Stimulasi Kognitif / PersepsiTerapi aktivitas kelompok stimulasi persepsi adalah terapi yang menggunakan aktivitas sebagaistimulus dan terkait dengan pengalaman dan / atau kehidupan untuk didiskusikan dalam kelompok.

5/10/2018 Pengaruh Terapi Aktivitas - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/pengaruh-terapi-aktivitas 8/19

 

Hasil diskusi kelompok dapat berupa kesepakatan persepsi atau alternatif penyelesaian masalah.2. Tujuan TAK Stimulasi Persepsia. Tujuan UmumTujuan Umum adalah klien mempunyai kemampuan untuk menyelesaikan masalah yangdiakibatkan oleh paparan stimulus kepadanya.b. Tujuan Khusus

1. Klien dapat mempersepsikan stimulus yang dipaparkan kepadanya dengan tepat.2. Klien dapat menyelesaikan masalah yang timbul dari stimulus yang dialami.3. Aktifitas dan Indikasia. Aktivitas mempersepsikan stimulus nyata sehari-hari.1.Terapi aktivitas kelompok stimulasi persepsi: Menonton Televisi2.Terapi aktivitas kelompok stimulasi persepsi: Membaca majalah/Koran/Artikel.3.Terpai aktivitas kelompok stimulasi persepsi: Melihat Gambar.Klien yang mempunyai Indikasi TAK ini adalah klien perubahan sensiris persepsi dan klien menarikdiri yang telah mengikuti TAKS.4. Aktivitas Mempersepsikan stimulus Nyata dan Respons yang dialami dalam kehidupan.Aktivitas khususnya untuk klien perilaku kekerasan. Aktivitas ini dibagi dalam beberapa sesi yangtidak dapat dipisahkan, yaitu :a. Terapi aktivitas kelompok stimulasi persepsi: Mengenal Perilaku kekerasan yang biasa dilakukan

(penyebab: tanda dan gejala: perilaku kekerasan: akibat perilaku kekerasan)b. Terapi aktivitas kelompok stimulasi persepsi: Mencegahperilaku kekerasan malalui kegiatan:Fisik.c. Terapi aktivitas kelompok stimulasi persepsi: mencegah perilaku kekerasan melalui interaksiasertif.d. Terapi aktivitas kelompok stimulasi persepsi: Mencegah perilaku kekerasan melalui kepatuhanminum obat.e. Terapi aktivitas kelompok stimulasi persepsi: Mencegah perilaku kekerasan melalui kegiatanibadah.Klien yang mempunyai indikasi TAK ini adalah klien perilaku kekerasan yang telah kooperatif.5. Aktivitas Mempersepsikan Stimulus tidak nyata dan Respon yang dialami dalam kehidupan.Aktivitas dibagi kedalam beberapa sesi yang tidak dapat dipisahkan, yaitu:

a. Terapi Aktivitas kelompok stimulasi persepsi: Mencegah halusinasi.b. Terapi aktivitas kelompok stimulasi persepsi : Mengusir/menghardik halusinasi.c. Terapi aktivitas kelompok stimulasi persepsi : Mengontrol halusinasi melakukan kegiatan.d. Terapi aktivitas kelompok stimulasi persepsi : Menontrol halusinasi dengan bercakap-cakap.e. Terapi aktivitas kelompok stimulasi persepsi : Mengontrol halusinasi dengan patuh minum obat.Klien yang mempunyai indikasi TAK ini adalah klien halusinasi.6. Aktivitas Mempersepsikan Stimulasi Nyata yang menyebankan Harga diri Rendah.Aktivitas ini dapat dibagi dalam sesi yang tidak dapat dipisahkan, yaitu:a. Terapi Aktivitas Kelompok Stimulasi Persepsi: Mengidentifikasi aspek yang dapat membuat hargadiri rendah dan aspek positif kemampuan yang dimiliki selama hidup (dirumah dan dirumah sakit)b. Terapi Aktivitas Kelompok Stimulasi Persepsi: Melatih kemampuan yang dapat dirumah sakit dandirumah.Klien yang mempunyai indikasi terapi aktivitas kelompok adalah klien gangguan konsep diri: harga

diri rendah.b. Terapi Aktifitas Kelompok Stimulasi SensorisAktivitas digunakan sebagai stimulus pada sensori klien. Kemudian diobservasi reaksi sensoris klienterhadap stimulus yang disediakan, berupa ekspresi perasaan secara non Verbal (ekspresi wajah,gerakan tubuh).Biasanya klien tidak mau menggungkapkan komunikasi verbal akan terstimulasi omosi danperasaannya, serta menampilkan respon. Aktifitas yang digunakan sebagai stimulus adalah : musik,seni, menyanyi, menari, jika hobi klien diketahui sebelumnya, dapat dipakai sebagai stimulus,misalnya lagi kesukaan klien, dapat digunakan sebagai stimulus.

5/10/2018 Pengaruh Terapi Aktivitas - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/pengaruh-terapi-aktivitas 9/19

 

c. Terapi Aktifitas Kelompok orientasi RealitasKlien diorientasikan pada kenyataan yang ada disekitar, yaitu diri sendiri, orang lain yang disekeliling klien atau orang yang dekat dengan klien dan lingkungan yang mempunyai hubungandengan klien.Aktifitas berupa: orientasi orang, waktu, tempat, benda yang ada disekitar, dan semua kondisi nyata.d. Terapi Aktivitas Kelompok Sosialisasi

Klien dibantu untuk melakukan sosialisasi dengan individu yang ada disekitar klien. Sosialisasi dapatpula dilakukan secara bertahap dari inter personal (satu dan satu), kelompok, dan massa. Aktivitasdapat berupa latihan sosialisasi dalam kelompok.Terapi aktivitas kelompok sosialisasi pernahditeliti dan memberi dampak pada kemampuan kliendalam bersosialisasi. Terapi aktivitas yang lain telah digunakan dibeberapa Rumah Sakit Jiwa.Dengan evaluasi dan penelitian tentang manfaat terapi aktivitas kelompok yang akan memberikontribusi peningkatan kemampuan perawat dalam melaksanakan terapi aktivitas kelompok dapatdiperoleh melalui pendidikan keperawatan berkelanjutan diharapkan perawat yang melaksanakanterapi aktivitas kelompok telah mengikuti pendidikan khusus.Rawlins, willians, dan beck mengidentifikasi tiga area yang perlu dipersiapkan untuk memjadi terpaiatau pemimpin terapi kelompok, yaitu persiapan teoritis melalui pendidikan formal, literatur, bacaan,dan lokakarya. Pengalaman mengikuti terapi kelompok.D. Gangguan Jiwa

1. pengertian gangguan jiwaSalah satu persyaratan dasar bagi kesehatanjiwa Individu adalah bahwa ia mampu mengevaluasidiri dengan nilai-nilai serta kebiasaaan mesyarakatnya.sementara berkembang kita mendapatkanbahwa kita perlu mengikuti pola tradisi sosial yang adabila kita ingin diterima oleh anggota-anggotayang lain. Sebenarnya kita mempelajati tata cara sosial tentang apa yang boleh dan tidak bolehdilakukan yang membimbing perilaku kita. Tradisi sosial semacam ini mendasari tidak hanya standar moral kita tetapi juga penilaian kita terhadap perilaku normal dan abnormal(Mcghie, 1991, 335).Seseorang yang masuk kerumah sakit jiwa bertujuan untuk mendapat perawatanbaik atas dasar sukarela (voluntar)maupun dibawa orang lain(dipaksa). Semua negara bagian memperbolehkanindividu dirawat di rumah sakit secara paksa jika prasayarat komitmensipil terpenuhi. Klien dapatdirawat tampa persetujuan (secara paksa) jika mereka melakukan tindakan bunuh diri,pembunuhan, memiliki perilaku psikotik, kekerasn, atau paranoid(Copel, 2007).

Status kesehatan jiwa individu sangat menentukan kualitas hidup, maka sudah saatnya mendapatperhatian khususnya karena status kesehatan jiwa yang buruk akan mengakibatkan kerugian yangbesar dan menurunkan indeks pembangunan manusia indonesia. Kesehatan jiwa harus terintegrasikedalam sebuah aspek kesehatan, kebijakan publik, perencanaan, sistem kesehatan sertapelayanan kesehatan dasar dan rujukan(Administrator, 2008).Kesehatan jiwa merupakan bagian dari kesehatan secara menyeluruh. Bukan sekedar terbebas darigangguan jiwa, tetapi pemenuhan kebutuhan prsaan bahagia, sehat, serta mampu menanganitantangan hidup, (Febriani, 2009).Gangguan Jiwa adalah gangguan fikiran, perasaan atau tingkah laku sehingga menimbulkanpenderitaan, dan terganggu fungsi sehari-hari sedangkan sakit jiwa adalah gangguan jiwa beratyang memerlukan pengobatan dan perawatan khusus. Gangguan jiwa, walaupun tidak langsungmenyebabkan ketidak matian, tapi menimbulkan penderiataan yang mendalam bagi individu sertabeban berat bagi keluarga. Masyarakat menyebut sakit jiwa bagi mereka yang mengalami gangguan

 jiwa berat(Febrida, 2007).Gangguan kesehatan jiwa bukan hanya gejala kejiwaan saja tetapi sangat luas dari mulai yangringan seperti kecemasan dan depresi, malas bekerja, sering tidak bisa kerja sama dengan temansekerja, sering marah-marah, ketagihan napza sampai yang berat seperti skizoprenia(Administrator,2008).2. jenis gangguan jiwa1. Gangguan Isolasi Sosial.Isolasi Sosial adalah keadaan kesepian yang dialami oleh seseorang karena orang lain dianggapmenyatakan sikap negatif dan mengancam.

5/10/2018 Pengaruh Terapi Aktivitas - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/pengaruh-terapi-aktivitas 10/19

 

a. Penyebab Isolasi SosialKurangnya rasa percaya pada orang lain, Panik, Regoesi ketahap perkembangan sebelumnya,Waham, Sukar berinteraksi dengan orang lain pada masa lampau, Perkembangan ego yang lemah,Presepsi rasa takut.b. Batasan karakteristik.a. Menyendiri dalam ruangan.

b. Tidak berkomunikasi, menarik diri, tidak melakukan kontak mata.c. Sedih, apek datar.d. Meringkuk ditempat tidur dengan punggung menghadap kepintu.e. Adanya perhatian dan tindakan yang tidak sesuai atau imatur dengan perkembanga usianya.f. Berfikir menurut fikirannya sendiri, tindakan berulang-ulang dengan tidak bermakna.g. Mengekspresikan perasaan menolak atau kesepian kepada orang lain (Townsend, 1991).2. Gangguan Alam PerasaanAlam peresaan adalah perpanjangan keadaan emosional yang mempengruhi seluruh kepribadiandan Fx kehidupan seseorang. Alam perasaan ini meliputi emosi seseorang yang kuat dan menyebar dan mempunyai arti yang sama dengan afek, keadaan perasaan, dan emosi respon mal adaptifnyaadalah mania dan depresi.Mania adalah ditandai dengan adanya alam perasaan yang meningkat, bersemangat, atau mudahterganggu.

Depresi adalah suatu kesedihan dan perasaan duka yang berkepanjangan atau abnormal(stuart,2007).3. Perilaku Kekerasan.Perilaku destruktif-diri yaitu setiap aktifitas yang jika tidak dicegah dapat mengarah kepadakematian. Perilaku destruktip-diri langsung mencakup setiap bentuk aktifitas bunuh diri(stuart,2007).Perilaku kekerasan adalah perilaku individu yang dapat membahayakan orang, diri sendiri baiksecara fisik, emosional dan atau seksualitas. Perilaku kekerasan atau agresif meupakan suatubentuk perilaku yang bertujuan untuk melukai seseorang secara fisik maupun psikologis.E. Perilaku Kekerasan.1. Defenisi Perilaku KekerasanPerilaku destruktif- diri yaitu setiap aktivitas yang jika tidak dicegah dapat mengarah kepada

kematian. Perilaku destruktif- diri langsung mencakup setiap aktivitas bunuh diri(stuart, 2007).Perilaku kekerasan adalah suatu bentuk ekspresi kemarahan yang tidak sesuai dimana seseorangmelakukan tindakan- tindakan yang dapat membahayakan/ mencederai diri sendiri, orang lainbahkan dapat merusak lingkungan. Seseorang yang mengalami masalah ini harus diberikanrencana dan tindakan yanng sesuai sehingga pola ekspresi kemarahannya dapat diubah menjadibentuk yang bisa diterima yaitu perilaku yang sesui, yaitu ekspresi kemarahan langsung kepadasumber kemarahan dengan tetap menghargai orang yang menjadi sumber kemarahan tersebut.2. Faktor Yang Melatar BelakangiFaktor yang melatar belakangni terjadinya perilaku kekerasan merupakan dampak dari berbagaipengalaman yang dialami tiap orang, artinya mungkin terjadi/ mungkin tidak terjadi perilakukekerasan jika faktor berikut dialami oleh individu.a. psikologis(kejiwaan), kegagalan yang dialami dapat menimbulkan frustasi yang kemudian dapattimbul aggresif atau amuk. Masa kanak- kanak yang tidak menyenangkan yaitu perasaan ditolak,

dihina, dianiaya, atau saksi penganiayaan.b. Perilaku reinforcement(penguatan/ dukungan), yang diterima pada saat melakukan kekerasansering mengobservasi kekerasan di rumah atau di luar rumah, semua aspek ini menstimulasiindividu mengadopsi perilaku kekerasan.c. Sosial budaya, budaya tertutup dan membalas secara diam (pasif agresif) dan kontrol sosial yangtidak pasti terhadap perilaku kekerasan akan menciptakan seolah- olah perilaku kekerasanditerima.d. Bioneurologis, banyak pendapat bahwa kerusakan sistem persarafan ditolak turut berperan dalamterjadinya perilaku kekerasan(harnawatiaj, 2008).

5/10/2018 Pengaruh Terapi Aktivitas - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/pengaruh-terapi-aktivitas 11/19

 

3. Faktor Penyebaba. Faktor PredisposisiBerbagai pengalaman yang dialami, tiap orang yang merupakan faktor predisposisi artinya mungkinterjadi / mungkin tidak terjadi perilakukekerasan jika faktor berikut dialami olehindividu:1. Psikologis, kegagalan yang dialami dapat menimbulkan frustasi yang kemudian dapat timgulagresif atau amuk.

2. Perilaku, reinforcement yang diterima pada saat melakukan kekerasan sering mengobserpasikekerasan dirumah atau diluar rumah, semua aspek ini menstimulasi individu mengadopsi perilakukekerasan.3. Sosial budaya, budaya tertutup dan membahas secara diam (pasif agresif) dan kontrol sosialyang tidak pasti terhadap perilaku kekerasan akan menciptakan seolah-olah perilaku kekerasanditerima.4. Bioneorologis, banyak pendapat bahwa kerusakan sistem limbik, lobus prontal, lobus temporal,dan ketidak seimbangan neurotransmiter turut berperan dalam terjadinya kekerasan.b. Faktor PresipitasiFaktor presipitas dapat bersumber dari klien, lingkungan atau interaksi dengan orang lain, kondisiklien dengan kelemahan fisik, keputus asaan, ketidak berdayaan, percaya diri kurang jadi penyebabperilaku kekerasan. Demikian juga dengan situasi lingkungan yang ribut, padat, kritikan yangberakhir pada hinaan, kehilangan orang yang dicintai, atau pekerjaan, dan kekerasan merupakan

faktor penyebaba yang lain(Mas danang, 2008).Perilaku destruktif-diri tidak langsung meliputi: Merokok, Menyabu, Berjudi, Tindakan kriminal,terlibat dalam aktivitas rekreasi beresiko tinggi, Penyalagunaan zat, Perilaku yang menyimpangsecara sosial. Prilaku yang menimbulkan stress, Gangguan makan, Ketidak patuhan terhadappengobatan Medis(stuart, 2007).4. tanda dan gejalaMuka merah, pandaangan tajam, otot tegang, nada suara tinggi, berdebat. Sering pula klienmemksakan kehendak, merampas makanan, memukul bila tidak senang. Wawancara diarahakanpada penyebab marah,perasaan marah, tanda-tanda marah yang dirasakan olehsesorang(harnawatiaj, 2008).5. Rentang Respon Perilaku Kekerasan.a. Marah merupakan perasaan jengkel yang timbul sebagai respon terhadap kecemasan, kebutuhan

yang tidak terpenuhi yang dirasakan sebagai ancaman. Kemarahan atau rasa tidak setuju yangdinyatakan atau diungkapkan tampa menyakiti orang lain akan memberikan kelegaan dan tidakmenimbulkan masalah. Kegagalan yang menimbulkan frustasi dapat menimbulkan respon pasif danmelarikan diri atau respon melawan dan menentang.b. Frustasi adalah respon yang terjadi akibat gagal mencapai tujuan.c. Pasif adalah suatu keadaan dimana individu tidak mampu untuk mengungkapkan perasaan yangsedang dialami untuk menghindari, suatu tuntutan nyata.d. Agresif adalah perilaku yang menyertai marah dan merupakan dorongan untuk bertindak dalambentuk destruktif dan masih terkontrol.e. Amuk atau kekerasan adalah perasaan marah dan bermusuhan yang kuat disertai kehilangankontrol diri. Individu dapat merusak diri sendiri, orang lain dan lingkungan.f. Bunuh diri.6. Tanda Ancaman Kekerasan.

a. Tindakan kekerasan belum lama, termasuk kekerasan terhadap barang milikb. Ancaman verbal atau fisikc. Membawa benda atau senjata lain yang dapat digunakan sebagai senjatad. Agitasi psikomotor progresif e. Intoksikasi alkohol atau zat lainf. Ciri paranoid pada pasien psikotikg. Halusinasi pendengaran dengan prilakukekerasan tetapi tidak semua pasien berada pada resikotinggih. Penyakit otak

5/10/2018 Pengaruh Terapi Aktivitas - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/pengaruh-terapi-aktivitas 12/19

 

i. Kata tonik j. Episode masih tertentuk. Episod depresif l. Gangguan keperibadian(mas danang, 2008).7. perilaku unuh diriDalam pengkajian bunuh diri, lebih ditekankan pada letalitas dari metode yang mengancam atau

digunakan. Orang yang siap bunuh diri adalah orang yang merencanakan kematian dengan tindakkekerasan, mempunyai rencana spesifik dan mempunyai alat untuk melakukan bunuh diri.Perilaku bunuh diri biasanya dibagi tiga:1. Ancaman bunuh diri: Pernyataan verbal dan non verbal bila seseorang mempertimbangkan untukbunuh diri.2. Upaya bunuh diri: semua tindakan terhadap diri sendiri yang dilakukan oleh individu yang dapatmemyebabkan kematian, jika tidak di cegah.3. Bunuh diri mungkin terjadi setelah tanda peringatan terlewatkan atau diabaikan(stuart, 2007).Seperlima dari percobaan bunuh diri tidak dapat di antisipasi sekalipun dengan kemajuanpengetahuan saat ini, presiksi yang akurat masih sulit diperoleh, kemungkinan bunuh diri dapatterjadi apabila:1. Pasien pernah mencobah bunuh diri (terlihat di ruang gawat darurat, bangsal perawatan.2. Keinginan bunuh diri dinyatakan secara terang-terangan. Maupun tidak atau berupa ancaman”

kamu tidak saya ganggu lebih lama lagi” terhadap keluarga.3. Secara objektif terlihat adanya mood yang depresi atau cemas.4. baru mengalami kehilangan yang bermakna5. Perubahan Perilaku yang tidak terduga: menyampaikan pesan-pesan, berbicara serius danmendalam.6. Perubahan sikap yang mendadak: tiba-tiba gembira, marah atau menarik diri (Tamb, 2009).Tetapi tidak semua percobaan bunuh diri menjadi bunuh diri. Mungkin sulit membedakan antaratindakan yang bertujuan agar mati dan yang merupakan tindakan segaja menyakiti dirisendiri(Hibbert, 2009).

F. Kerangka KonsepKerangka konseptual adalah suatu hubungan atau kaitan antara konsep satu terhadap kosep yanglainnya dari masalah yang ingin diteliti (setiadi, 2007).

G. Hipotesis penelitianJenis hipotesis yang digunakan dalam penelitian ini adalah hipotesis komperatif.Ha : µ < µ , dimana jika eksperimen lebbih kecil pembandingH0 :µ ≥ µ , dimana jika eksperimen lebih besar dari pada pembanding

BAB IIIMETODE PENELITIAN

A. Jenis dan Rancangan Penelitian

Jenis penelitian berdasarkan metode adalah eksperimen.Desain yang dipakai dalam penelitian ini adalah Quasi Eksperimen desain dengan pendekatan NonEquivalen Kontrol. Yaitu mengobserpasi pengamatan pada kelompok perlakuan terhadap kelompokkontrol.B. Lokasi dan Tempat Penelitian1. Tempat PenelitianPenelitian ini akan dilakukan di Rumah Sakit Jiwa Mahoni Medan. Adapun alasan ini memelilihtempat penelitian ini adalah karena di tempat ini pasien dengan perilaku kekerasan peningkatannyatinggi tiap tahunnya dan tidak pernah dilakukan terapi aktivitas kelompok.

5/10/2018 Pengaruh Terapi Aktivitas - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/pengaruh-terapi-aktivitas 13/19

 

2. Waktu PenelitianPenelitian ini akan dilaksanakan oleh peneliti pada bulan juni 2009 sampai dengan bulan juli 2009.C. Populasi dan Sampel1. PopulasiPopulasi adalah keseluruhan objek penelitian atau objek yang diteliti(Notoatmojo, 2005).Populasi dalam penelitian ini adalah semua klien dengan riwayat perilaku kekerasan di Rumah Sakit

Jiwa Mahoni Medan, sebanyak 12 orang.2. SampelSampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah” non-Probability Sampling” dengan tehnik”sampling jenuh” yaitu tehnik penentuan sampel bila semua populasi digunakan sampel (Setiadi,2007).Jadi sampel penelitian ini adalah semua klien dengan Riwayat Perilaku Kekerasan di Rumah SakitJiwa Mahoni Medan sebanyak 12 orang.D. Metode Pengumpulan dataPengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sumber sekunder yaitu sumber yangtidak langsung memeberikan data kepada pengumpul data(lewat orang lain atau dokumen). Tehnikpengumpulan data dilakukan dengan interviw dan observasi (observasi terstruktur ) yaitupengumpulan data melalui tatap muka dan dalam melakukan pengamatan peneliti menggunakaninstrumen peneliti yang telah teruji validitas dan reliabilitasnya, dengan Rating Scale.

Diawali peneliti mengobservasi, dengan instrumen peneliti klien sebelum dilakukan treatment, danmengobservasi dengan instrumen yang sama setelah dilakukan treatment pada klien pembandingdan klien pengontrol.E. Variabel dan Defenisi Operasional1. variabel penelitianVariabel dalam penelitian ini terdiri dari Varibel Independen(variabel bebes) dan Varibel Dependen(variabel terikat).Varibel Independen(variabel bebes) dalam penelitian ini adalah Terapi Aktivitas Kelompok; StimulasiPersepsi.Varibel Dependen (variabel terikat) dalam penelitian ini adalah Ekspresi Kemarahan Pada KlienRiwayat Perilaku Kekerasan.2. Defenisi Operasional

Variabel independen: Terapi Aktivitas Kelompok; Stimulasi Persepsi adalah terapi/aktivitas yangdiberikan pada klien merangasang stimulus untuk didiskusikan.Varibel Dependen : Ekspresi Kemarahan Pada Klien Riwayat Perilaku Kekerasan adalah responklien terhadap sesuatu stimulus yang biberikan.F. Metode Pengukuran DataPada penelitian ini menggunakan lembar observasi yang sudah vallid dengan 30 pernyataantentang ekspresi kemarahan pada klien perilaku kekerasan dengan menggunakan skala ordinaldimana :0 = Tidak ada atau tidak pernah1 = sesuai dngan yang dialami sampai tingkat tertentu, kadang- kadang2 = sering3 = sangat sesuai dengan yang dialami, atau hampir setiap saat.Dengaan ekspresi kemarahan dikelompokkan menjadi:

0-30 = rendah31-60 = sedang61-90 = tinggiUntuk mempermudah menentukan interval kelas dari jawaban yang masuk melalui lembar observasimaka digunakan.RumusKeterangan:R = nilai tertinngi – nilai terendahI = lebar interval kelas.

5/10/2018 Pengaruh Terapi Aktivitas - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/pengaruh-terapi-aktivitas 14/19

 

G. Metode Analisa DataAnalisa data dilakukan dengan menggunakan uji statistik t = test polled varian, yaituX +X = Perbedaan Dua RerataSx -x = kesalahn standartDimana jika nilai μ < μ berarti ho ditolak, dengan demikian ada Pengaruh Terapi Aktivitas Kelompok;Stimulasi Persepsi Terhadap Ekspresi Kemarahan Pada Klien Dengan Riwayat Perilaku

Kekerasan.

BAB IVHASIL PENELTIAN

A. Deskripsi Lokasi PenelitianPeneliti mengambil rumah sakit jiwa mahoni medan menjadi tempat penelitian karena di rumah sakitini pasien perilaku kekerasan tiap tahunnya meningkat dan tidak pernah dilakukan terapi aktivitaskelompok dalam asuhan keperawatan jiwa. Maka peneliti ingin meneliti dan membuktikan seberapabesar Pengaruh Terapi Aktivitas Kelompok; stimulasi Persepsi Terhadap Ekspresi Kemarahan PadaKlien Dengan Riwayat Perilaku Kekerasan di Rumah Sakit Jiwa Mahoni Medan.

B. kelompok

Kelompok adalah kumpulan individu yang memiliki hubungan satu dengan yang lain, salingbergantung dan mempunyai norma yang sama. Anggota kelompok mungkin datang dari berbagailatar belakang yang harus ditangani sesuai dengan keadaannya. Seperti agresif, takut, kebencian,kompotetif, kesamaan, ketidak samaan, kesukaan, dan menarik (Yalom, 1995 dalam stuart danlaraia, 2001). Semua kondisi ini akan mempengaruhi dinamika kelompok, ketika anggota kelompokmemberi dan menerima umpan balik yang berarti dalam berbagai interaksi yang terjadi dalamkelompok. Peneliti membagi responden dalam 2 kelompok yaitu kelompok eksperimen dankelompok pembanding, yuang nantinya hasil kedua kelompok ini dibandingkan untuk mengetahuibesar penaruh terapi aktivitas kelompok terhadap ekspresi kemarahan pada klien dngan riwayatperilaku kekerasan.C. Terapi kelompokTerapi kelompok adalah metode pengobatan ketika klien ditemui dalam rancangan waktu tertentu

dengan tenaga yang memenuhi persyaratan tertentu fokus terapi adalah membuat sadar diri (self-awareness). Peningkatan hubungan interpersonal, membuat perubahan, atau ketiganya.D. Terapi Aktifitas KelompokTerapi aktivitas kelompok adalah salah satu terapi modalitas yang dilakukan perawat kepadasekelompok klien yang mempunyai masalah keperawatan yang sama(keliat, 2005).Terapi aktivitas kelompok dibagi empat, yaitu terapi aktivitas kelompok stimulasi kognitif/persepsi,terapi aktivitas kelompok stimulasi sensori, terapi aktipitas kelompok stimulasi realita, dan terapiaktivitas kelompok sosialisasi. dan pada penelitian ini terapi dilakukan sesudah klien diobservasiterlebih dahulu dengan lembar obsevasi kemudian diberi terapi aktivitas kelompok, dan sesudahresponden diobservasi maka terapi aktivitas kelompok dilakukan kemudian responden dionservasikembali dengan lembar observasi yang sama.

E. Perilaku KekerasanPerilaku kekerasan adalah suatu bentuk ekspresi kemarahan yang tidak sesuai dimana seseorangmelakukan tindakan- tindakan yang dapat membahayakan/ mencederai diri sendiri, orang lainbahkan dapat merusak lingkungan. Seseorang yang mengalami masalah ini harus diberikanrencana dan tindakan yanng sesuai sehingga pola ekspresi kemarahannya dapat diubah menjadibentuk yang bisa diterima yaitu perilaku yang sesui, yaitu ekspresi kemarahan langsung kepadasumber kemarahan dengan tetap menghargai orang yang menjadi sumber kemarahan tersebut.Terapi yang dilakukan pada pasien gangguan jiwa dengan perilaku kekerasan yang ekspresikemarahannya belum terarah dengan baik(perilaku yanng mal-adaptif), menjadi terarah(perilaku

5/10/2018 Pengaruh Terapi Aktivitas - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/pengaruh-terapi-aktivitas 15/19

 

adaptif).

F. Hasil Analisa Dari PenelitianPada peneltian ini dilakukan pada tanggal 7 juli sampai 13 juli dengan Pengaruh Terapi AktivitasKelompok; stimulasi Persepsi Terhadap Ekspresi Kemarahan Pada Klien Dengan Riwayat PerilakuKekerasan di Rumah Sakit Jiwa Mahoni Medan.

Adapun data- data yang diperoleh adalah sebagai berikut:

1. Karakteristik RespondenTabel 1.1 karakteristik data demografi berdasarkan usiaa. pada eksperimenno Usia frekuensi presentase1.2.3. 20-3031-40

41-50 24- 33,3%66,7%-b. pada pembandingno Usia frekuensi presentase1.2.3. 20-3031-4041-50 1

5- 16,7%83,3%-Hasil penelitian tentang data demografi pada klien perilaku kekerasan di rumah sakit jiwa mahhonimedan, yang dilakkukan pada tanggal 7 juli sampai 13 juli 2009 berdasarkan usia sebanyak 10orang responden.Tabel 1.2 karakteristik data demografi berdasarkanjenis kelamina. pada kelompok eksperimenno Jenis Kelamin frekuensi presentase1.2.Laki- laki

perempuan 33 50%50%b. pada kontrolno Jenis Kelamin frekuensi presentase1.2.Laki- lakiperempuan 3

5/10/2018 Pengaruh Terapi Aktivitas - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/pengaruh-terapi-aktivitas 16/19

 

3 50%50%Hasil penelitian tentang data demografi pada klien dengan riwayat perilaku kekerasan di rumah sakit

 jiwa mahoni medan, yang dilakukan pada tanggal 7 juli sampai tanggal 13 juli tahun 2009berdasarkan jenis kelamin sebanyak 6 0rang perempuan dan 6 orang laki- laki.2. Karakteristik Ekspresi Kemarahan Pada Klien Dengan Riwayat Perilaku Kekerasan

Tabel 2.1 distribusi frekuensi ekspresi kemarahan pada eksperimena. pre-test pada eksperimenno karakteristik frekuensi presentase1.2.3. TinggiSedangRendah 15- 16,7%83,3%-

b. post-test pada eksperimenno karakteristik frekuensi presentase1.2.3. TinggiSedangRendah -24 -

33,3%66,7%

c. pre-test pada pembandingno karakteristik frekuensi presentase1.2.3. TinggiSedangRendah -6- -100%

-d. post-test pada pembandingno karakteristik frekuensi presentase1.2.3. TinggiSedangRendah 15

5/10/2018 Pengaruh Terapi Aktivitas - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/pengaruh-terapi-aktivitas 17/19

 

- 16,7%83,3%-Karakteristik ekspresi kemarahan pada pre-test yang dikaji pada kelompok eksperimen yang dikajidengan menggunakan lembar observasi dimana setiap pernyataan diberi kesempatan nilai: 0-3yang mana 0= tidak ada atau tidak pernah, 1= sesuai yang dialami sampai tingkat tertentu atau

kadang- kadang, 2= sering, 3= sangat sesuai dengan yang dialami, atau hampir setiap saat.Kemudian hasil akhir discoring berdasarkan tingkat ekspresi kemarahan yaitu: tinggi= 61-90,sedang= 31-60, rendah= 0-30. hasil data yang diperoleh sebelum diberi perlakuan responden yangekspresinya tinggi sebanyak pada kelompok eksperimen 1 orang(16,7%) dan sedang sebanyak 5orang(83,3%) dan ssesudah dilakukan teratment tinggi -, sedang 2 orang(33,3%), rendah(66,7%).3. Karakteristik Nilai Tingkat Ekspresi Kemarahan, Sebelum Dan Sesudah Treatment Dilakukan.a. Pada Kolompok EksperimenHasil penelitian kemudian diuji statistik dengan uji statistik uji t-test polled varian, dan didapat hasilpenelitian sebelum perlakuan pada kelompok eksperimen mean= 50,83 dan sesudah perlakuanmean =29,33.b. Pada Kelompok PembandingHasil penelitian kemudian diuji statistik dengan uji statistik uji t-test polled varian, dan didapat hasilpenelitian sebelum perlakuan mean= 48,33 dan post test mean= 50,33.

4. Perbedaan Ekspresi Kemarahan Sebelum Dan Sesudah Treatment DilakukanUntuk mengetahui seberapa besar Pengaruh Terapi Aktivitas Kelompok; Stimulasi PersepsiTerhadap Ekspresi Kemarahan Pada Klien Dengan Riwayat Perilaku Kekerasan, digunakan ujistatistik t- test polled varian. Dari uji statistik didapat bahwa terapi aktivitas; stimulasi persepsiterhadap ekspresi kemarahan pada klien dengan riwayat perilaku kekerasan pada eksperimenadalah μ < μ , (μ =346,04 < μ =1076,4) dan pada kelompok pembanding tidak terdapat PengaruhTerapi Aktivitas Kelompok; Stimulasi Persepsi Terhadap Ekspresi Kemarahan Pada Klien DenganRiwayat Perilaku Kekerasan adalah μ ≥ μ (μ =346,04 dan μ =1076,4).

BAB IVPEMBAHASAN DAN KETERBASAN

A. PembahasanPada penelitian ini, peneliti membandingkan ekspresi kemarahan pada kelompok pembanding dankelompok eksperimen.Jumlah responden pada penelitian ini sebanyak 12 orang, dengan Quasi Eksperimen desain denganpendekatan Non Equivalen Kontrol., kemudian responden dikaji dengan lembar observasi yangsama sebelum dan sesudah.Berdasarkan karakteristik data demografi usia dan jenis kelamin dari 12 responden : pada kelompokeksperimen responden yang berusia 20-30 tahun 33,3%(2 orang), 31-40 tahun 66,6%(4 orang),41-50= -, pada kelompok pembanding responden yang berusia 20-30 tahun 16,6%(1 orang), 31-40tahun 83,3%(5 orang), 41-50 = -. Dan jenis kelamin pada kelompok eksperimen: laki- laki sebanyak3 orang, perempuan sebanyak 3 orang. Dan pada kelompok pembanding: laki- laki sebanyak 3oarang, perempuan sebanyak 3 orang.Berdasarkan hasil skoring diperoleh hasil data pada kelompok eksperimen pre-test responden yang

ekspresi kemarahannya tinggi= 16,6%(1 orang), sedang= 83,3%(5 orang), dan post-test bahwapada kelompok eksperimen responden yang ekspresi kemarahannya tinggi= 33,3%(2 orang),sedang= 66,7%(4 orang). Dan pada kelompok pembanding responden yang ekspresikemarahannya pre-test tinggi=-, sedang=100 %(6 orang), dan post-test bahwa pada kelompokpembanding responden yang ekspresi kemarahannya tinggi=16,7 %( 1orang), sedang 83,3%(5orang), rendah = -.Menurut Dr. Budi anna keliat, bahwa terapi aktivitas kelompok merupakan tempat klien berlatihperilaku yang adaptif untuk memperbaiki perilaku yang lama yang adaptif. Berdasarkan pengalamandan survey di rumah sakit jiwa, masalah keperawatan yang paling banyak ditemukan adalah

5/10/2018 Pengaruh Terapi Aktivitas - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/pengaruh-terapi-aktivitas 18/19

 

perilaku kekerasan, halusinasi, menarik diri, dan harga diri yang rendah. Oleh karena itu terapiaktivitas kelompok diarahkan pada ke empat masalah tersebut.Menurut linda metcalf bahwa solution focused group therpi menjadi alternatif yang luar biasa bagiseseorang untuk sembuh dn keluar masalahnya serta mudah menemukan satu solusi yang baik.Sebaiknya mengekspresikan kemarahan dengan perilaku konstruksi dengan menggunakan kata-kata yang dapat dimengerti dan diterima tanpa menyakiti hati orang lain, memeberi perasaan lega,

ketegangan menurun dan perasaan marah dapat teratasi. Bila perasaan marah diekspresikandengan perilaku menantang, biasanya dilakukan individu karena merasa kuat.Berdasarkan hasil penelitian terapi aktivitas kelompok secara signifikan memberi perubahanterhadap ekspresi kemarahan kearah yang lebih baik pada klien pada riwayat perilaku kekerasan dirumah sakit jiwa mahoni. Hal ini dapat dilihat dari hasil uji statistik bahwa nilai eksperimen lebih kecildari nilai pembanding yaitu μ =346,04 < μ =1076,4. H0 ditolak. Berati ada pengaruh terapi aktivitaskelompok; stimulasi persepsi terhadap ekspresi kemarahan pada klien dengan riwayat perilakukekerasan di rumah sakit jiwa mahoni medan tahun 2009.

B. Keterbatasan PenelitianDalam penelitian ini peneliti mempunyai keterbatasan dalam pelaksanaan penelitian yaitu:1. keterbatasan dalam melakukan terapi aktivitas kelompok, karena peneliti perlu bantuan dalammenjalankan terapi berhubungan pasien gangguan jiwa.

2. keterbasan dalam dalam tehnik pengumpulan data berhubung pola pikir pasien gangguan jiwayang tidak menentu.

BAB VKESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULANBerdasarkan hasil penelitian terhadap 12 orang responden dengann Quasi Eksperimen desaindengan pendekatan Non Equivalen Kontrol dengan uji t-test polled varian diproleh hasil μ =346,04 <μ =1076,4, jadi kesimpulan ada pengaruh terapi aktivitas; stimulasi persepsi terhadap ekspresikemarahan pada klien dengan riwayat perilaku kekerasan di rumah sakit jiwa mahoni medan tahun2009.

B. SARAN1. Bagi Lokasi PenelitianTerapi aktivitas kelompok mempengaruhi tingkat perubahan perilaku mal- adaptif menjadi adaptif,maka disarankan bagi tenaga kesehatan dan pihak rumah sakit jiwa mahoni menerapkan terapiaktivitas kelompok menjadi intervensi dalam asuhan keperawatan jiwa.2. Bagi Peneliti SelanjutnyaPeneliti ini membandingkan kelompok eksperimen dengan kelompok kontrol, sebaiknya penelitiselanjutnya melakukan penelitian tentang perbandingan terapi aktivitas kelompok dengan 2 jenisterhadap gangguan jiwa yang sama untuk membandingkan terapi aktivitas yang lebih efektif.DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, suharsimi. (2007). Management penelitian. Jakarta: pt. Rineka cipta.

Alimul, a. (2007). Metode penelitian keperawatan dan tehnik analisa data. Jakarta: salemba medica.Ani durwiyanti.(2008). Internet. Penderita gangguan jiwa di indonesia semakin meningkat. Jakarta:http://www.Swaberita.com.Bany hardian.(2008). Internet. 90% kasus bunuh diri terkait gangguan jiwa. Jakarta:http://www.banner-store.blogspot.com.Copel,lc. (2007). Kesehatan jiwa dan psikiati pedoman klinik perawat, edisi: 2. jakarta: egcFebriani,rn. (2009). Internet. Laporan akhir tahun bidang kesehatan penderita. Jakarta:http://www.pikiran-rakyat.com.Fefendy. (2008). Internet. Pengaruh tarapi aktivitas kelompok; latihan asertif. Jakarta:

5/10/2018 Pengaruh Terapi Aktivitas - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/pengaruh-terapi-aktivitas 19/19

 

http://www.indonesiannursing.com.Kel.9. (1999). Kumpulan proses keperawatan masalah keperawatan jiwa. Jakarta: fikui.Harnawatiaj. (2008). Internet. Perilaku kekerasan. Jakarta: http://www.ronawajah.wordpress.com.Hilbbert,alison et al. (2009). Rujukan cepat psikiatri. Jakarta: egc.Keliat,budi et al. (2005). Keperawatan kesehatan jiwa, edisi: 2. jakarta: egc.Mcghie, andrew. (1996). Penerapan psikologi daalam perawatan, edisi: 1. yogyakarta: andi dan

yayasan essentic medica.Mas danang. (2008). Internet. Gambaran umum pasien dengan perilaku kekerasan. Batam:http://www.masdanang.com.Mustika sari. (2006). Internet. Faktor- faktor perilaku mencederai diri. Tembolok:http://www.mustikanurse.blogspot.com.Notoatmodjo. (2005). Metodologi penelitian kesehatan. Jakarta: rineka cipta.Nursalam. (2008). Konsep dan penerapan metodologi penelitian ilmu keperawatan. Jakarta:salemba medica.Setiadi. (2007). Konsep dan penulisan riset keperawatan, edisi: 1. yogyakarta: graha ilmu.Sugiyono,DR,PROF. (2004). Metode penelitian bisnis. Bandung: CV.ALFABETA.Stuart,GW.(2207). Buku saku keperawatan jiwa, edisi: 6. jakarta: EGC.Tomb,DA. (2004). Buku saku diagnosa keperawatan psikiati pedoman untuk pemuat rencanaperawatan, edisi: 3. jakarta;EGC