pengaruh terapi aktifitas kelompok

16

Click here to load reader

Upload: missing-man

Post on 19-Jun-2015

2.040 views

Category:

Documents


5 download

TRANSCRIPT

Page 1: Pengaruh Terapi Aktifitas Kelompok

PENGARUH TERAPI AKTIFITAS KELOMPOK (TAK): LATIHAN ASERTIF TERHADAP EKSPRESI KEMARAHAN PADA KLIEN DENGAN RIWAYAT PERILAKU KEKERASANMarah merupakan perasaan jengkel yang timbul sebagai respons kecemasan dan kebutuhan yang tidak terpenuhi yang dirasakan sebagai ancaman (Stuart & Sundeen, 1995:569). Bila perasaan marah diekspresikan dengan perilaku agresif dan menentang, biasanya dilakukan individu karena ia merasa kuat. Cara demikian dapat menimbulkan kemarahan yang berkepanjangan dan dapat menimbulkan tingkah laku yang destruktif, sehingga terjadi perilaku kekerasan yang ditujukan pada orang lain, lingkungan dan diri sendiri.

Penatalaksanaan klien dengan riwayat kekerasan dapat dilakukan salah satunya dengan pemberian intervensi terapi aktivitas kelompok latihan asertif. Terapi aktivitas kelompok latihan  asertif  merupakan salah satu terapi modalitas terapi keperawatan jiwa dalambentuk terapi kelompok dimana klien belajar mengkomunikasikan perasaan positif dan negatif secara terbuka, jujur dan tidak menyakiti orang lain. Namun demikian terapi ini belum dijalankan oleh perawat secara teratur. Menurut hasil penelitian yang dilakukan Budi Anna Keliat, dkk tahun 1997 tentang pelaksanaan TAK, hal ini karena kemampuan perawat dalam menjalankan kegiatan TAK belum memadai, pedoman pelaksanaan dan perawatan yang mewajibkan pelaksanaan TAK latihan asertif di Rumah Sakit belum ada. Selain itu referensi yang menjelaskan model TAK latihan asertif, faktor-faktor yang mempengaruhi dan dampak TAK latihan asertif terhadap klien dengan riwayat kekerasan belum diketahui secara jelas di Indonesia (Keliat, 1997). Dari uraian di atas, maka dipandang perlu untuk dilakukan penelitian untuk mengetahui sejauh mana pengaruh terapi aktifitas kelompok (TAK) latihan asertif terhadap klien dengan riwayat perilaku kekerasan dan dapat membuktikan bahwa terapi ini bermanfaat bagi klien.

Terapi aktivitas kelompok secara Signifikan memberikan perubahan terhadap ekspresi kemarahan ke arah yang lebih baik pada klien dengan riwayat perilaku kekerasan. Pernyataan ini dapat dibuktikan dcngan adanya penurunan gangguan ekspresi kemarahan kelompok perlakuan setelah dilakukan terapi aktivitas kclompok sebesar 60,4%. Hal ini berbeda dengan penurunan gangguan ekspresi kemarahan kelompok kontrol yang setelah dilakukan terapi aktifitas kelompok hanya 2% saja.Tampilan tabel 3 mengenai keadaan ekspresi kemarahan pada kedua kelompok baik kelompok perlakuan maupun kelompok kontrol dapat dijelaskan adanya penurunan gangguan ekspresi kemarahan sangat bermakna yaitu p=0,00. Dari data tersebut menunjukkan bahwa ada pengaruh yang bermakna dari pemberian terapi aktivitas kelompok latihan asertif terhadap ekspresi kemarahan pada klien dengan riwayat perilaku kekerasan. Hal tersebut di atas sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Stuart dan Sundeen, 1995:563 bahwa kemarahan merupakan perasaan jengkel yang timbul sebagai respons kecemasan yang dirasakan sebagai ancaman terhadap individu. Mengekspresikan marah dengan perilaku konstruktif dengan menggunakan kata-kata yang dapat dimengerti dan diterima tanpa menyakiti hati orang lain, akan memberikan perasaan lega, ketegangan pun menurun dan

Page 2: Pengaruh Terapi Aktifitas Kelompok

perasaan marah dapat teratasi. Bila perasaan marah diekspresikan dengan perilaku agresif dan menentang, biasanya dilakukan individu karena ia merasa kuat. Cara demikian tentunya tidak akan menyelesaikan masalah, bahkan dapat menimbulkan kemarahan yang berkepanjangan dan dapat menimbulkan tingkah laku destruktif, kekerasan yang ditujukan ke orang lain, lingkungan dan diri sendiri.

Terapi Aktifitas Kelompok Perilaku   Kekerasan.

TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK

Topik    : Mengembangkan Sosialisasi Melalui Kegiatan Menggambar

Terapis : Enam orang mahasiswa

Sasaran : Enam orang klien 

Tempat : Aula Cadika

Waktu : 1 X 45 menit

I. LATAR BELAKANG

Umumnya klien dengan Perilaku Kekerasan dibawa dengan paksa ke Rumah sakit Jiwa. Sering tampak klien diikat secara tidak manusiawi disertai bentakan dan pengawalan oleh sejumlah anggota keluarga bahkan polisi.Perilaku Kekerasan seperti memukul anggota keluarga/orang lain, merusak alat rumah tangga dan marah-marah merupakan alasan utama yang paling banyak dikemukakan oleh keluarga. Penanganan oleh keluarga belum memadai, keluarga seharusnya mendapat pendidikan kesehatan tentang cara merawat klien (manajemen perilaku kekerasan).

II. PENGERTIAN

Perilaku kekerasan adalah suatu keadaan dimana seseorang melakukan tindakan yang dapat membahayakan secara fisik baik terhadap diri sendiri, orang lain maupun lingkungan. Hal tersebut dilakukan untuk mengungkapkan perasaan kesal atau marah yang tidak konstruktif. (Stuart dan Sundeen, 1995).

Sedangkan menurut Depkes RI, Asuhan keperawatan pada pasien dengan gangguan penyakit jiwa, Jilid III Edisi I, hlm 52 tahun 1996 : “Marah adalah pengalaman emosi yang kuat dari individu dimana hasil/tujuan yang harus dicapai terhambat”. Kemarahan yang ditekan atau pura-pura tidak marah akan mempersulit sendiri dan mengganggu hubungan interpersonal. Pengungkapan kemarahan dengan langsung dan konstruktif pada waktu terjadi akan melegakan individu dan membantu orang lain untuk mengerti perasaan yang sebenarnya. Untuk itu perawat harus pula mengetahui tentang respons kemarahan sesorang dan fungsi positif marah.

III. METODE TAK

A.        TAK Stimulasi Kognitif / Persepsi

Page 3: Pengaruh Terapi Aktifitas Kelompok

Klien dilatih mempersepsikan stimulus, yang disediakan atau yang pernah dialami. Kemampuan persepsi klien dievaluasi dan ditingkatkan pada tiap sesi. Dengan proses ini diharapkan respon klien terhadap berbagai stimulus dalam kehidupan menjadi adaptif.

a. Stimulasi Sensoris

Aktivitas digunakan sebagai stimulus pada sensori klien, kemudian diobservasi reaksi sensori klien terhadap stimulus yang disediakan berupa ekspresi perasaan secar non-verbal.

b. TAK Orientasi Realitas

Klien diorientasikan kepada kenyataan yang ada disekitarnya (diri sendiri, orang lain disekelilingnya, orang yang dekat dengan klien, dan lingkunan yang mempunyai hubungan dengan klien).

Demikian pula dengan orientasi waktu saat ini, waktu yang lalu dan rencana kedepan, aktivitas dapat berupa orientasi orang, waktu, tempat, benda yang ada disekitar dan semua kondisi nyata.

c. TAK Sosialisasi

Merupakan suatu upaya untuk memfasilitasi kemampuan sosialisasi sejumlah klien dengan masalah hubungan sosial. Tujuan umum dari terapi ini ialah klien dapat meningkatkan hubungan sosial dalam kelompok secara bertahap. Sosialisasi dapat juga dilakukan secara bertahap dari interpersonal, kelompok dan massa. Aktifitas dapat berupa latihan sosialisasi dalam kelompok

B. METODE : Diskusi

Dalam menggambar terdapat aspek-aspek antara lain :

keterampilan motorik halus, ( menggunakan alat tulis ).  kemampuan koordinasi.  konsentrasi, termasuk kemampuan mengekspresikan perasaan, pikiran dan menceritakan 

arti dari suatu gambar.

Ini sangat baik untuk terapi dengan klien yang memerlukan fasilitas dalam mengembangkan kemampuan mengingat, meningkatkan ketenangan dan mengontrol emosi.

Kegiatan ini dinamakan shering perasaan dimana anggota akan belajar untuk saling berkomunikasi yang memiliki tujuan mengutarakan perasaan dan persepsi dalam memperjelas sesuatu masalah yang diungkapkan, sehingga secara bertahap klien akan melakukan hubungan sosial dengan orang lain.

Setiap anggota kelompok diberi kesempatan memperkenalkan diri dan yang lain mendengarkan 

Anggota kelompok bebas menentukan gambarnya  Setiap anggota kelompok diberi kesempatan untuk mengekspresikan perasaannya dan 

pikirannya melalui gambar 

Page 4: Pengaruh Terapi Aktifitas Kelompok

Setiap anggota kelompok diminta memberikan tanggapan terhadap gambar yang dibuatnya, maupun yang dibuat orang lain.

IV. TUJUAN

Terapi Aktifitas Kelompok :

Diharapkan dapat membantu klien dengan kasus tindak kekerasan untuk mempunyai suatu respon yang lebih adaptif dalam berinteraksi dengan lingkungan sosialnya.

A. Tujuan Umum

Klien tidak mencederai diri sendiri, orang lain dan lingkungannya  Klien dapat mengontrol perilaku kekerasan pada saat berhubungan dengan orang lain. 

B. Tujuan khusus :

Klien mampu memperkenalkan diri  Klien dapat membina hubungan saling percaya.  Klien dapat mengidentifikasi kemampuan dan aspek yang positif yang dimiliki.  Klien dapat menilai kemampuan yang digunakan.  Klien dapat menetapkan dan merencanakan kegiatan sesuai kemampuan yang dimiliki.  Klien dapat melakukan kegiatan sesuai kondisi sakit dan kemampuannya.  Indikasi klien adalah klien dengan hubungan social : Tindak kekerasan  Klien tindak kekerasan yang telah mulai melakukan interaksi interpersonal

C. Tujuan hari ini

Klien mampu menyebutkan jati dirinya antara lain :

Menyebutkan nama lengkap  Membina hubungan saling percaya.  Dapat mewarnai gambar  Dapat menyebutkan apa yang digambarkan  Dapat memberi pendapat terhadap gambar klien yang lain  Dapat memberi umpan balik terhadap  kegiatan tersebut

V. KRITERIA PESRTA

Persyaratan Umum

Klien yang tidak terlalu gelisah.  klien yang bisa kooperatif dan tidak mengganggu berlangsungnya Terapi Aktifitas Kelompok  Klien tindak kekerasan yang sudah sampai tahap mampu berinteraksi dalam kelompok kecil  Klien  tenang dan kooperatif  Kondisi fisik dalam keadaan baik  Mau mengikuti kegiatan terapi aktivitas  Klien yang dapat memegang alat tulis  Klien yang panca inderanya masih memungkinkan

Persyaratan Khusus

Page 5: Pengaruh Terapi Aktifitas Kelompok

VI.      WAKTU PELAKSANAAN

Hari / Tanggal      : Rabu/13 Mei 2009  Waktu                      : Pukul 08.30 s/d 09.30  Perkenalan            : 5   menit  Menggambar        :  15 menit  Diskusi                     :  15 menit  Observer                 :  10 menit

VII.     NAMA PESERTA DAN RUANGAN

Jumlah dan Nama Pasien

1. Tn. A 2. Tn. B 3. Tn. C 4. Tn. D 5. Tn. E

Cadangan :

1. Tn. F 2. Tn.G

Ruangan : Aula Cadika

VIII. MEDIA DAN ALAT

Lembaran kertas bergambar  Krayon / pensil untuk mewarnai

IX.      SUSUNAN PELAKSANAAN

1. Kegiatan berlangsung satu season : 60 menit 2. Pembukaan dan perkenalan 3. Diawali dengan do’a 4. Penjelasan aturan kegiatan 5. Proses kegiatan 6. Shering perasaan

X.       URAIAN TUGAS PELAKSANA

Peran Leader : Hasanuddin

Katalisator, yaitu mempermudah komunikasi dan interaksi dengan jalan menciptakan situasi dan suasana yang memungkinkan klien termotivasi untuk mengekspresikan perasaannya 

Auxilery Ego, sebagai penopang bagi anggota yang terlalu lemah atau mendominasi  Koordinator, Mengarahkan proses kegiatan kearah pencapaian tujuan dengan cara memberi 

motivasi kepada anggota untuk terlibat dalam kegiatan

Peran Observer : Dewi Ratih

Page 6: Pengaruh Terapi Aktifitas Kelompok

Mengidentifikasi isue penting dalam proses  Mengidentifikasi strategi yang digunakan Leader  Mengamati dan mencatat :

1. Jumlah anggota yang hadir 2. Siapa yang terlambat 3. Daftar hadir 4. Siapa yang memberi pendapat atau ide 5. Topik diskusi

Mencatat modifikasi strategi untuk kelompok pada sesion atau kelompok yang akan datang  Memprediksi respon anggota kelompok pada sesion berikutnya

Peran Fasilitator :

1.  Zulkifi W.J

2. Azwar Cheiruddin

3. Fatimasam,

4. Hadawiah

Mempertahankan kehadiran peserta  Mempertahankan dan meningkatkan motivasi peserta  Mencegah gangguan atau hambatan terhadap kelompok baik dari luar maupun dari dalam 

kelompok

XI.      MEKANISME KEGIATAN

Proses Evaluasi Anggota dan Kelompok

Pelasanaan pada hari Selasa tanggal 13 Mei 2009 pukul 08.30 – 09.30

Anggota kelompok maksimal 6 orang klien

1. Anggota kelompok yang terlambat maksimal 30 % dari keseluruhan jumlah pasien 2. Anggota kelompok yang memberikan pendapat minimal 5 orang atau 50 % dari yang hadir 3. Anggota kelompok yang dapat mengekspresikan perasaan atau pendapat dan tingkah laku 

minimal 50 % 4. Anggota kelompok yang dapat mengungkapkan perasaannya terhadap kegiatan yanbg 

dilakukan diakhir kegiatan minimal 50 % dari yang hadir

XII.     Pengaturan Tempat

Klien         Fasilitator          klien          fasilitator          klien

Page 7: Pengaruh Terapi Aktifitas Kelompok

Leader                                                                                                                             observer

Klien         Fasilitator          klien          fasilitator          klien

Keterangan :  Posisi Klien saling berhadapan

XIII.    Tata Tertib dan Antisipasi

a.   Tata Tertib :

1.  Peserta bersedia mengikuti kegiatan TAK

2.  Berpakaian rapi dan bersih

3.  Peserta tidak diperkenankan makan, minum dan merokok selama kegiatan TAK

4.  Peserta boleh meninggalkan ruangan sebelum tata tertib dibacakan selama 5 menit, dan bila peserta tidak kembali ke ruangan  maka peserta tersebut diganti peserta cadangan

5.  Peserta tidak diperkenankan meninggalkan ruangan setelah tata tertib dibacakan. Bila peserta meninggalkan ruangan dan tidak bisa mengikuti kegiatan lain setelah dibujuk oleh fasilitator, maka peserta tersebut tidak dapat diganti oleh peserta cadangan.

6.  Peserta hadir 5 menit sebelum kegiatan dimulai

7.  Peserta yang ingin mengajukan pertanyaan, mengangkat tangan terlebih dulu dan berbicara setelah dipersilahkan.

8.  TAK berlangsung selama 45 menit dari pukul 08.30 sampai 09.15.

b.   Program Antisipasi

1. Usahakan dalam keadaan terapeutik 2. Anjurkan kepada terafis agar dapat menjaga perasaan anggota kelompok, menahan diri 

untuk tertawa atau sikap yang menyinggung 3. Bila ada peserta yang direncanakan tidak bisa hadir, maka diganti oleh cadangan yang telah 

disiapkan dengan cara ditawarkan terlebih dahulu kepada peserta. 4. Bila ada peserta yang tidak menaati tata tertib, diperingatkan dan jika tidak bisa 

diperingatkan, dikeluarkan dari kegiatan setelah dilakukan penawaran. 5. Bila ada anggota yang ingin keluar, dibicarakan dan diminta persetujuan dari peserta TAK 

yang lain 6. Bila ada peserta TAK yang melakukan kegiatan tidak sesuai dengan tujuan, leader 

memperingatkan dan mengarahkan kembali bila tidak bisa, dikeluarkan dari kelompok 7. Bila peserta pasif, leader memotivasi dibantu oleh fasilitator

Isi MATERI

Page 8: Pengaruh Terapi Aktifitas Kelompok

Perilaku Kekerasan

1. Proses Terjadinya Perilaku Kekerasan

Perilaku kekerasan bisa disebabkan adanya gangguan harga diri: harga diri rendah. Harga diri adalah penilaian individu tentang pencapaian diri dengan menganalisa seberapa jauh perilaku sesuai dengan ideal diri. Dimana gangguan harga diri dapat digambarkan sebagai perasaan negatif terhadap diri sendiri, hilang kepercayaan diri, merasa gagal mencapai keinginan.

2. Penyebab Perilaku Kekerasan

Menurut Stearen kemarahan adalah kombinasi dari segala sesuatu yang tidak enak, cemas, tegang, dendam, sakit hati, dan frustasi. Beberapa faktor yang mempengaruhi terjadinya kemarahan yaitu frustasi, hilangnya harga diri, kebutuhan akan status dan prestise yang tidak terpenuhi.

1. Frustasi, sesorang yang mengalami hambatan dalam mencapai tujuan/ keinginan yang diharapkannya menyebabkan ia menjadi frustasi. Ia merasa terancam dan cemas. Jika ia tidak mampu menghadapi rasa frustasi itu dengan cara lain tanpa mengendalikan orang lain dan keadaan sekitarnya misalnya dengan kekerasan. 

2. Hilangnya harga diri ; pada dasarnya manusia itu mempunyai kebutuhan yang sama untuk dihargai. Jika kebutuhan ini tidak terpenuhi akibatnya individu tersebut mungkin akan merasa rendah diri, tidak berani bertindak, lekas tersinggung, lekas marah, dan sebagainya. 

3. Kebutuhan akan status dan prestise ; Manusia pada umumnya mempunyai keinginan untuk mengaktualisasikan dirinya, ingin dihargai dan diakui statusnya.

3. Tanda  dan Gejala Orang yang Menarik Diri

1. Muka merah 2. Pandangan tajam 3. Otot tegang 4. Nada suara tinggi 5. Berdebat dan sering pula tampak klien memaksakan kehendak 6. Memukul jika tidak senang

4. Tindakan keperawatan pada klien perilaku kekerasan

Keliat dkk. (2002) mengemukakan cara khusus yang dapat dilakukankeluarga dalam mengatasi marah klien yaitu :

a. Tindakan Keperawatan

1. Berteriak, menjerit, dan memukul.

Terima marah klien, diam sebentar, arahkan klien untuk memukul barang yang tidak mudah rusak seperti bantal, kasur

1. Cari gara-gara.

Page 9: Pengaruh Terapi Aktifitas Kelompok

Bantu klien latihan relaksasi misalnya latihan fisik maupun olahraga, Latihan pernafasan 2X/ hari, tiap kali 10 kali tarikan dan hembusan nafas.

1. Bantu melalui humor.

Jaga humor tidak menyakiti orang, observasi ekspresi muka orang yangmenjadi sasaran dan diskusi cara umum yang sesuai.

b.      Terapi Medis

Psikofarmaka adalah terapi menggunakan obat dengan tujuan untukmengurangi atau menghilangkan gejala gangguan jiwa.

DAFTAR PUSTAKA

1. Yosep, Iyus (2007). Keperawatan Jiwa, Bandung. Refika Aditama 2. Stuar, Gail W, (2007). Buku Saku Keperawatan Jiwa. Jakarta,EGC, Edisi 5 3. Keliat anna budi, (2005) Keperawatan Jiwa TAK, Jakarta:EGC 4. http://www.   harnawatiaj.wordpress.com   /ASKEP-PERILAKU-KEKERASAN« ..WELCOME TO    

HARNA’S WORLD.htm 5. http://www.panji.wordpress.com/askep-perilaku-kekerasan.html    

PROGRAM TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK Diposkan oleh LOEBIS QOA di Sabtu, Agustus 01, 2009 01 Agustus 2009

Label: ASKEP JIWA

1. Dasar Pemikiran

Klien yang dirawat di rumah sakit jiwa atau ruang jiwa umumnya dengan keluhan tidak dapat diatur di

rumah, misalnya amuk, diam saja, tidak mandi, keluyuran, mengganggu orang lain dan sebagainya.

Setelah berada dan dirawat di rumah sakit, hal yang sama sering terjadi banyak klien diam,

menyendiri tanpa ada kegiatan. Hari – hari perawatan dilalui dengan makan, minum obat dan tidur.

Ada di antara klien yang dengan inisiatif sendiri mencari perubahan situasi dengan jalan – jalan di

rumah sakit namun ada diantara mereka yang tidak tahu jalan pulang sehingga jika tertangkap ia

dicap sebagai klien yang melarikan diri kemudian dimasukan lagi ke dalam ruang isolasi. Apa

sebenarnya yang dilakukan klien??

Terapi aktivitas kelompok merupakan salah satu tindakan keperawatan untuk klien gangguan jiwa.

Terapi ini adalah terapi yang pelaksanaannya merupakan tanggung jawab penuh dari seorang

perawat. Oleh karena itu seorang perawat khususnya perawaat jiwa haruslah mampu melakukan

terapi aktivitas kelompok secara tepat dan benar.

Untuk mencapai hal tersebut di atas perlu dibuat suatu pedoman pelaksanaan terapi aktivitas

kelompok seperti terapi aktivitas kelompok sosialisasi, penyaluran energi, stimulasi sensori dan

orientasi realitas.

Page 10: Pengaruh Terapi Aktifitas Kelompok

2. Tujuan

Terapi aktivitas kelompok adalah suatu upaya untuk memfasilitasi psikoterapis terhadap sejumlah

klien pada waktu yang sama untuk memantau dan meningkatkan hubungan interpersonal antar

anggota.

Secara umum tujuan terapi aktivitas kelompok adalah meningkatkan kemampuan uji realitas melalui

komunikasi dan umpan balik dengan atau dari orang lain, melakukan sosialisasi, meningkatkan

kesadaran terhadap hubungan reaksi emosi dengan tindakan atau perilaku denfensif, dan

meningkatkan motivasi untuk kemajuan fungsi kognitif dan afektif. Secara khusus tujuannya adalah

meningkatkan identitas diri, menyalurkan emosi secara konstruktif, meningkatkan ketrampilan

hubungan interpersonal atau social.

Di samping itu tujuan rehabilitasinya adalah meningkatkan ketrampilan ekspresi diri, social,

meningkatkan kepercayaan diri, empati, meningkatkan pengetahuan dan kemampuan pemecahan

masalah.

3. Karakteristik Pasien

Berdasarkan pengamatan dan kajian status klien maka karakteristik klien yang dilibatkan dalam terapi

aktivitas kelompok ini adalah klien dengan masalah keperawatan seperti resiko mencederai diri

sendiri, orang lain dan lingkungan, perilaku kekerasan, defisit perawatan diri, isolasi social : menarik

diri, dan perubahan persepsi sensori.

4. Landasan Teori

a. Model Terapi Aktivitas Kelompok

- Focal conflic model

Dikembangkan berdasarkan konflik yang tidak disadari dan berfokus pada kelompok individu. Tugas

leader adalah membantu kelompok memahami konflik dan membantu penyelesaian masalah. Misal ;

adanya perbedaan pendapat antar anggota, bagaimana masalah ditanggapi anggotadan leader

mengarahkan alternatif penyelesaian masalah.

- Model komunikasi

Dikembangkan berdasarkan teori dan prinsip komunikasi, bahwa tidak efektifnya komunikasi akan

membawa kelompok menjadi tidak puas. Tujuan membantu meningkatkan ketrampilan interpersonal

dan social anggota kelompok. Tugas leader adalah memfasilitasi komunikasi yang efektif antar

anggota dan mengajarkan pada kelompok bahwa perlu adanya komunikasi dalam kelompok, anggota

bertanggung jawab terhadap apa yang diucapkan, komunikasi pada semua jenis : verbal, non verbal,

terbuka dan tertutup, serta pesan yang disampaikan harus dipahami orang lain.

- Model interpersonal

Tingkah laku (pikiran, perasaan dan tindakan) digambarkan melalui hubungan interpersonal dalam

kelompok. Pada model ini juga menggambarkan sebab akibat tingkah laku anggota merupakan akibat

dari tingkah laku anggota yang lain. Terapist bekerja dengan individu dan kelompok, anggota belajar

dari interaksi antar anggota dan terapist. Melalui proses ini, tingkah laku atau kesalahan dapat

dikoreksi dan dipelajari.

Page 11: Pengaruh Terapi Aktifitas Kelompok

- Model psikodrama

Dengan model ini dapat memotivasi anggota kelompok untuk berakting sesuai dengan peristiwa yang

baru terjadi atau peristiwa yang lalu, sesuai peran yang diperagakan. Anggota diharapkan dapat

memainkan peran sesuai peristiwa yang pernah dialami.

b. Metoda

- Kelompok didaktik

- Kelompok social terapeutik

- Kelompok insipirasi represif

- Psikodrama

- Kelompok interaksi bebas

c. Fokus Terapi Aktivitas Kelompok

- Orientasi realitas

Maksudnya adalah memberikan terapi aktivitas kelompok yang mengalami gangguan orientasi

terhadap orang, waktu dan tempat. Tujuan adalah klien mampu mengidentifikasi stimulus internal

(pikiran, perasaan, sensasi somatic) dan stimulus eksternal (iklim, bunyi, situasi alam sekitar), klien

dapat membedakan antara lamunan dan kenyataan, pembicaraan klien sesuai realitas, klien mampu

mengenal diri sendiri dan klien mampu mengenal orang lain, waktu dan tempat. Karakteristik klien :

gangguan orientasi realita (GOR), halusinasi, waham, ilusi dan depersonalisasi yang sudah dapat

berinteraksi dengan orang lain, klien kooperatif, dapat berkomunikasi verbal dengan baik, dan kondisi

fisik dalam keadaan sehat.

- Sosialisasi

Maksudnya adalah memfasilitasi psikoterapist untuk memantau dan meningkatkan hubungan

interpersonal, memberi tanggapan terhadap orang lain, mengekspresikan iden dan tukar persepsi dan

menerima stimulus eksternal yang berasal dari lingkungan. Tujuan meningkatkan hubungan

interpersonal antar anggota kelompok, berkomunikasi, saling memperhatikan, memberikan

tanggapan terhadap orang lain, mengekspresikan ide serta menerima stimulus eksternal.

Karakteritistik klien : kurang berminat atau tidak ada inisiatif untuk mengikuti kegiatan ruangan, sering

berada di tempat tidur, menarik diri, kontak social kurang, harga diri rendah, gelisah ,curiga, takut dan

cemas, tidak ada inisiatif memulai pembicaraan, menjawab seperlunya, jawaban sesuai pertanyaan,

dan dapat membina trust, mau berinteraksi dan sehat fisik.

- Stimulasi persepsi

Maksudnya adalah membantu klien yang mengalami kemunduran orientasi, stimulasi persepsi dalam

upaya memotivasi proses berpikir dan afektif serta mengurangi perilaku mal adaptif. Tujuan

meningkatkan kemampuan orientasi realita, memusatkan perhatian, intelektual, mengemukakan

pendapat dan menerima pendapat orang lain dan mengemukakan perasaannya. Karakteristik klien :

gangguan persepsi yang berhubungan dengan nilai – nilai, menarik diri dari realita, inisiati atau ide –

ide yang negatif, kondisi fisik sehat, dapat berkomunikasi verbal, kooperatif dan mengikuti kegiatan.

- Stimulasi sensori

Maksudnya adalah menstimulasi sensori pada klien yang mengalami kemunduran sensoris. Tujuan

Page 12: Pengaruh Terapi Aktifitas Kelompok

meningkatkan kemampuan sensori, memusatkan perhatian, kesegaran jasmani, dan

mengekspresikan perasaan.

- Penyaluran energi

Maksudnya adalah untuk menyalurkan energi secara konstruktif. Tujuan menyalurkan energi dari

destruktif menjadi konstruktif, mengekspresikan perasaan dan meningkatkan hubungan interpersonal.

d. Tahap – tahap dalam terapi aktivitas kelompok.

Menurut Yalom yang dikutip oleh Stuart dan Sundeen, 1995, fase – fase dalam terapi aktivitas

kelompok adalah sebagai berikut :

1. Pre kelompok

Dimulai dengan membuat tujuan, merencanakan, siapa yang menjadi leader, anggota, dimana, kapan

kegiatan kelompok tersebut dilaksanakan, proses evaluasi pada anggota dan kelompok, menjelaskan

sumber – sumber yang diperlukan kelompok seperti proyektor dan jika memungkian biaya dan

keuangan.

2. Fase awal

Pada fase ini terdapat 3 kemungkinan tahapan yang terjadi yaitu orientasi, konflik atau kebersamaan.

- Orientasi.

Anggota mulai mengembangkan system social masing – masing, dan leader mulai menunjukkan

rencana terapi dan mengambil kontrak dengan anggota.

- Konflik

Merupakan masa sulit dalam proses kelompok, anggota mulai memikirkan siapa yang berkuasa

dalam kelompok, bagaimana peran anggota, tugasnya dan saling ketergantungan yang akan terjadi.

- Kebersamaan

Anggota mulai bekerja sama untuk mengatasi masalah, anggota mulai menemukan siapa dirinya.

3. Fase kerja

Pada tahap ini kelompok sudah menjadi tim. Perasaan positif dan engatif dikoreksi dengan hubungan

saling percaya yang telah dibina, bekerjasama untuk mencapai tujuan yang telah disepakati,

kecemasan menurun, kelompok lebih stabil dan realistic, mengeksplorasikan lebih jauh sesuai

dengan tujuan dan tugas kelompok, dan penyelesaian masalah yang kreatif.

4. Fase terminasi

Ada dua jenis terminasi (akhir dan sementara). Anggota kelompok mungkin mengalami terminasi

premature, tidak sukses atau sukses.

e. Peran Perawat dalam terapi aktivitas kelompok.

1. Mempersiapkan program terapi aktivitas kelompok.

2. Sebagai leader dan co leader

3. Sebagai fasilitator

4. Sebagai observer

5. Mengatasi masalah yang timbul pada saat pelaksanaan

5. Pelaksanaan

Page 13: Pengaruh Terapi Aktifitas Kelompok

Pelaksanaan dan uraian kegiatan sesuai macam terapi aktivitas kelompok dapat dilihat pada lampiran

– lampiran.