pengaruh sumber stem sel mesenkimal terhadap proliferasi

9
Pengaruh Sumber Stem Sel Mesenkimal terhadap Proliferasi, Diferensiasi, Immunomodulasi dan Kemanjuran terapi Pendahuluan Stem Sel mesemkimal (MSC) pertama kali diisolasi pada tahun 1968 oleh Friedenstein et al, dari sumsum tulang. Kemudian ditemukan baha MSC merupakan sel progenitor !ang memiliki ban!ak turunan dengan kemampuan untuk proli"erasi dan di"erensiasi in #itro. $he %nternational So&iet! "or Celluler therap! (%SC$) mempublikasikan kriteria minimum untuk menentapkan MCS, seperti melekat dengan plastik, mor"ologi seperti 'broblast, di"erensiasi untuk osteoblast, adiposit dan kondroblas, ekspresi positi" untuk C 1 *, C + dan C 9 , ekspresi negati" untuk C -*, C -, C 1- atau C 11b, C +9 al"a atau C 19 dan molekul permukaan /0 2. MSC memiliki si"at immunomodulator !ang mempengaruhi berbagai populasi sel imun. Mereka memperlihatkan potensial besar untuk perkembangan ilmu kedokteran regenerati", transplantasi dan autoimunitas, dan lain lain. MCS ada pada setiap 3aringan. Contohn!a, telah diisolasi dari sumsum tulang, 3aringan adiposa, ligamen periodontal, membran sino#ial dan otot, 3uga 3aringan 3anin seperti plasenta, &airan amniotik, tali pusat dan 3ell 4harton. Sedangkan %SC$ menentukan karakteristik diharuskan ada, si"at in#itro dan ekspresi molekular permukaan kelihatan berbeda diantara MSC dari si"t asal. al ini menegaskan baha asal MSC dapat mempengaruhi nasib seluler in #i#o dan pola mereka bila diberikan in #i#o sebagai agen terapi. Meskipun penelitian mengenai MSC berkembang, pmeriksaan sisematik mengenai bagiaman sumbe MSC mempengaruhi perilaku mereka kurang. 5ada tulisan saat ini, kami menin3au literatur !ang melaporkan perbandingan MSC !ang diambil dari asaal berbeda, agar dapat membantu mengenali MSC dengan si"at khusus untuk penggunaan klinik khusus. an!akn!a literatur dalam bidang ini, tulisan ini terbatas han!a pada tulisan terbaru dan tidak bermaksud untuk mendalam. 5ada seluruh tulisan ini, MSC berasal dari 3aringan manusia, meskipun spesi'k, MSC akan dikenali dengan daerah asal seperti 7 0F MSC (tali pusat), C5 MSC (bidang &horioni& plasenta), MSC (3antung), % MSC (berasal dari islet), MSC (paru), : MSC (ektomesenkimal ol"aktorius), 5 MSC (darah peri"eral), 5/ MSC (plasenta), SM MSC (otot skeletal), S; MSC (membran sino#ial), <C MSC (umbilikal &ord) dan 4= MSC (=ell! 4harton di dalam tal pusat). Si"at umum seperti isolasi dan proli"erasi e> #i#o. 5ersentase MSC sangat berbeda pada 3aringan berbeda. Sebagai &ontoh, "rekuensi MSC did alam sumsum tulang dalam 3umlah rendah ( , 1? , 1? dalam mononuklear), sedangkan 3aringan adiposa berisi sekitar * kali lipat lebih tinggi 3umlah 0$ MSC. 5ersentase MSC di dalam &airan amniotik berkisar dari ,9? sampai 1,*?. @amun, isolasi berhasil MSC dari sumsum tulang dan 3aringan adiposa sekitar 1 ? tetapi berkisar dari 1 ? sampai 6 ? dari tali pusat. %solasi berikut, kultur 0$ MSC, men&apai sekitar 1* hari, tetapi men&apai AA hari untuk M MSC untuk men&apai keadaan !ang sama. <ntuk C MSC, menetapkan kultur primer

Upload: edwin

Post on 01-Nov-2015

227 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

Pengaruh Sumber Stem Sel Mesenkimal Terhadap Proliferasi

TRANSCRIPT

Pengaruh Sumber Stem Sel Mesenkimal terhadap Proliferasi, Diferensiasi, Immunomodulasi dan Kemanjuran terapiPendahuluan

Stem Sel mesemkimal (MSC) pertama kali diisolasi pada tahun 1968 oleh Friedenstein et al, dari sumsum tulang. Kemudian ditemukan bahwa MSC merupakan sel progenitor yang memiliki banyak turunan dengan kemampuan untuk proliferasi dan diferensiasi in vitro. The International Society for Celluler therapy (ISCT) mempublikasikan kriteria minimum untuk menentapkan MCS, seperti melekat dengan plastik, morfologi seperti fibroblast, diferensiasi untuk osteoblast, adiposit dan kondroblas, ekspresi positif untuk CD105, CD73 dan CD 90, ekspresi negatif untuk CD45, CD34, CD14 atau CD11b, CD79 alfa atau CD19 dan molekul permukaan HLA-DR. MSC memiliki sifat immunomodulator yang mempengaruhi berbagai populasi sel imun. Mereka memperlihatkan potensial besar untuk perkembangan ilmu kedokteran regeneratif, transplantasi dan autoimunitas, dan lain-lain. MCS ada pada setiap jaringan. Contohnya, telah diisolasi dari sumsum tulang, jaringan adiposa, ligamen periodontal, membran sinovial dan otot, juga jaringan janin seperti plasenta, cairan amniotik, tali pusat dan jelly Wharton. Sedangkan ISCT menentukan karakteristik diharuskan ada, sifat invitro dan ekspresi molekular permukaan kelihatan berbeda diantara MSC dari sift asal. Hal ini menegaskan bahwa asal MSC dapat mempengaruhi nasib seluler in vivo dan pola mereka bila diberikan in vivo sebagai agen terapi. Meskipun penelitian mengenai MSC berkembang, pmeriksaan sisematik mengenai bagiaman sumbe MSC mempengaruhi perilaku mereka kurang. Pada tulisan saat ini, kami meninjau literatur yang melaporkan perbandingan MSC yang diambil dari asaal berbeda, agar dapat membantu mengenali MSC dengan sifat khusus untuk penggunaan klinik khusus. Banyaknya literatur dalam bidang ini, tulisan ini terbatas hanya pada tulisan terbaru dan tidak bermaksud untuk mendalam. Pada seluruh tulisan ini, MSC berasal dari jaringan manusia, meskipun spesifik, MSC akan dikenali dengan daerah asal seperti : AF-MSC (tali pusat), CP MSC (bidang chorionic plasenta), H-MSC (jantung), I-MSC (berasal dari islet), L-MSC (paru), OE-MSC (ektomesenkimal olfaktorius), PB-MSC (darah periferal), PL-MSC (plasenta), SM-MSC (otot skeletal), SY- MSC (membran sinovial), UC-MSC (umbilikal cord) dan WJ-MSC (Jelly Wharton di dalam tali pusat).

Sifat umum seperti isolasi dan proliferasi ex vivo.

Persentase MSC sangat berbeda pada jaringan berbeda. Sebagai contoh, frekuensi MSC did alam sumsum tulang dalam jumlah rendah (0,001%-0,01% dalam mononuklear), sedangkan jaringan adiposa berisi sekitar 500 kali lipat lebih tinggi jumlah AT-MSC. Persentase MSC di dalam cairan amniotik berkisar dari 0,9% sampai 1,5%. Namun, isolasi berhasil MSC dari sumsum tulang dan jaringan adiposa sekitar 100% tetapi berkisar dari 10% sampai 63% dari tali pusat. Isolasi berikut, kultur AT-MSC, mencapai sekitar 15 hari, tetapi mencapai 22 hari untuk BM-MSC untuk mencapai keadaan yang sama. Untuk CB-MSC, menetapkan kultur primer mencapai 30 hari. AT Abstrak MSC juga kelihatan lebih panjang daripada rata-rata aktivitas metabolik dibandingkan dengan BM-MSC.

MSC yang dilaporkan dari jaringan janin (cairan amniotik, membran amniotik, tali pusat) dilaporkan berproliferasi lebih cepat daripada jaringan orang dewasa (sumsum tulang dan jaringan adiposa). Waktu rata-rata dua kali AF-MSC dan BM-MSC adalah 1,6 dan 3,75 hari, secara berurutan. Menariknya, CB-MSC kelihatan mengalami peningkatan lebih dari dua kali lipat pada proliferase pada tiap subkultivasi mencapai 14, sedangkan proliferase BM-MSC dikenali menurun khusus nya setelah pass ke 10. Usia donor kelihatan mempengaruhi kecepatan pertumbuhan MSC, karena sel dari kulit bayi baru lahir bertumbuh lebih cepat daripada isolai dari kulit orang dewasa. Namun, AT-MSC isolasi dari tikus 8 minggu kelihatan mengalami pemendekkan waktu lebih beasr daripada tikus berusia 4 minggu. Menariknya, kecenderungan ini berlawan dengan apa yang ditemukan untuk BM-MSC. MSC yang diperbaharui sendiri pada in vitro bukannya tidak terbatas. AF-MSC, contohnya, dapat dipertahankan untuk 29 pass tanpa ditemukan perubahan mofologi sedangkan BMMSC dapat melebar pada hampir 12 passage sebelum memperlihatkan perubahan morfologi yang sama dengan usia sel. Stem sel yang berasal dari jaringan janin juga berbeda dengan yang lain. Zhu et al memperlihatkan bahwa UC-MSC memperlihatkan kapasitas proliferasi yang tinggi, pemendekkan waktu dua kali, angka rendah apoptosis dan aktivitas mitotik yang lebih besar daripada MSC dari plasenta (PL-MSC). Transmisi mikroskop elektron menyatakan bahwa PL-MSC memliki kemampuan lebih baik daripada UC-MSC. Sama halnya, AF-MSC dan WJ-MSC ditemukan mencapai 2,7 1,6 dan 6,5 1,8 hari, secara berurutan. WJ-MSC memperlihatkan potensial proliferasi yang lebih baik dan memerlukan lebih sedikit hingga dua kali pada populasi dibandingkan untuk AT-MSC. Pemeriksaan mikroskopik kekuatan atom memperlihatkan bahwa UC-MSC memiliki transport massa lebih baik dan kemampuan migrasi sel lebih baik daripada PL-MSC. Pemeriksaan profil ekspresi gen memperlihatkan bahwa MSC kelihatan khusus, sekurangnya sebagian, berdasarkan permukaannya. Hsieh et al melaporkan bahwa WJ-MSC kelihatan lebih angiogenesis dan gen pertumbuhan, sedangkn pola ekspresi gen dari BM-MSC sangat dekat dengan potensial osteogenik yang lebih baik dari BM-MSC. Berbeda dengan H-MSC (dari jantung) memperlihatkan level lebih tinggi marker kardiovaskular seperti miosin rantai-2a, miR-126 dan miR-146a. Diferensiasi

Selain kemampuan MSC untuk berdiferensiasi ke turunan sel mesenkimal lain, kemampuan in vitro dari MSC untuk transdiferensiasi dengan endo/ ektodermal sangat penting dalam ilmu kedokteran regeneratif. Meskipun kemampuan untuk difrensiasi osteoblast, adiposit dan kondroblas menentukan gambaran MSC yang diketahui bahwa MSC dari sumber jaringan kelihatna pada pola diferensiasi nya. Sebagai contoh, AT-MSC memiliki osteogenik dan potensial kondrogenik lebih rendah dibandingkan dengan BM-MSC. Sintesis kolagen II dan proteoglikan hanya ditemukan pada faktor pertumbuhan yang diberikan BMMSC tetapi tidak AT-MSC. MSC dari darah perifer kelihatan kurang osteogenik dan kurang diferensiasi adipogenik, selin untuk keampuan lebih kondrogenik daripada BM-MSC. CB-MSC dan PLMSC memiliki kemampuan kurang adipogenik dan menghasilkan lebih sedikit dan lebih kecil vakuola lipid daripada BM-MSC dan AT-MSC. Beberapa laporan menegaskan bahwa CB-MSC kurang potensial diferensiasi adipogenik. Menariknya, meskipun CB-MSC kelihatna potensial kondrogenik, mereka berdiferensiasi untuk fibrokartilago dengan perbedaan morfologi dengan berdiferensiasi dengan BM-MSC dan PL-MSC. Lebih lanjut, MSC dari paru dan plasenta janin memperlihatkan lebih rendah potensial kondrogenik dibandingkan dengan MSC yang berasal dari sumsum tulang orang dewasa atau janin. Diekman et al memperlihatkan bahwa BMMSC dan AT-MSC diproses dengan kondrogenesis berbeda dalam respon terhadap parameter kultur berbeda, seperti serum, faktor pertumbuhan atau komposisi scaffold. Dalam hal ostegenesis, MSC janin menghasilkan lebih banyak kalsium dan memperlihatkan level lebih tinggi ekspresi gen spesifik osteogenik daripada BM-MSC orang dewasa. Menariknya, hirarki dalam potensial osteogenesis ditemukan pada MSC janin dengan perbedaan sumber seperti : sumsum tulang > darah > hati.

MSC memperlihatkan kegunaan dalam diferensiasi banyak turunan, sangat besar dipakai dalam klinik untuk MSC dalam menggantikan/ regenerasi penyakit jaringan/ sel. sebagai contoh, AT-MSC dan BMMSC memiliki potensial sebanding untuk diferensiasi menuju hepatosit fungsional yang memperlihatkan enzim metabolik yang penting seperti sitokrom P450. Tambahan, Zheng et al melaporkan bahwa AF-MSC memiliki potensial diferensiasi lebih besar pada hepatosit daripada BM-MSC. Di sisi lain, PL-MSC menghasilkan lebih banyak sitokin hepatogenik, seperti HGF, daripada BM-MSC dan AT-MSC.

Untuk menghasilkan sel islet pankreatik in vitro, BM-MSC dibandingkan dengan islet yang berasal dari stem sel (I-MSC). I-MSC dapat dipertimbangkan secara khusus dan memperlihatkan potensial diferensiasi adipogenik yang sangat rendah. BM-MSC dan IMSC dapat berdiferensiasi dengan sel islet (ILC), meskipun glukosa yang menginduksi insulin dihasilkan oleh BM-MSC sangat rendah daripada I-MSC. AT-MSC dapat juga berdiferensiasi dengan ILC, tetapi dengan kapasitas rendah dibandingkan dengan BM-MSC. Di sisi lain, sel stromal primitif dari tali pusat (UC-PSC) membentuk kelompok ILC besar dan menghasilkn sekitar 2,5 kali lebih banyak insulin daripada BM-MSC pada diferensiasi. Saat ini, lebih banyak sel yang bertahan dan kurang apoptosis ditemukan pada kultur UC-PSC. MSC dapat mengindksi stem sel neural (membentuk neuropheres, NS, pada kultur) jadi dapat berpotensial terapi untuk menangani cedera saraf atau penyakit degeneratif neuronal. NS yang berasal dari AF-MSC (AF-NS) sangat besar dan proliferasi pada kecepatan tinggi daripada dari BM-MSC, selain itu untuk ekspresi lebih banyak marker stemness neuronal. Lebih lanjut, AF-NS berdiferensiasi untuk neuron dan sl glial pada diferensiasi terminal. WJ-MSC (dari jelly wharton) juga dilaporkan menginduksi progenitor neural dengan kemanjuran lebih baik daripada BM-MSC atau AT-MSC. Namun, Datta et al memperlihatkan bahwa WJ-MSC dan BM-MSC mmemiliki potensial untuk diferensiasi sebanding dengan neuron dopaminergik. Pada penelitian terhadap hewan, Zhang et al memperlihatkan NS berasal dari AT-MSC memiliki ekspansi besar dan kemampuan diferensiasi lebih besar daripada BM-MSC.

Sumber MSC kelihatan mempengaruhi potensial diferensiasi dengan turunan mereka. UC-MSC memiliki panjang tuble lebih tinggi, diameter dan daerah daripada BM-MSC setelah diferensiasi endotelial. AT-MSC memiliki kapasitas diferensiasi lebih baik dengan sel sinus daripada BM-MSC dari donor yang sama. MSC dari otot skeletal tikus (SM-MSC) memperlihatkan potensial miogenesis dan ekspresi lebih tinggi marker mioblast daripada AT-MSC dan BM-MSC. Menariknya, pilihan media kultur sel juga dipengaruhi level marker otot skeletal desmin yang diperlihatkan oleh diferensiasi AT-MSC. Di sisi lain, MSC janin dari tali pusat, sumsum tulng dan membran amniotik memperlihatkan potensial diferensiasi untuk kardiomiosit fungsional, meskipun orang dewasa dari sumsum tulang dan jaringan adiposit tidak.

Immunomodulasi

Gambaran yang jelas dari MSC adalah kemampuan mereka untuk immunomodulasi berbagai sel imun, seperti sel T, sel B, sel dendritik, sel NK dan makrofag. Penelitian dalam bidang ini telah ditinjau secara luas; hanya laporan yang berfokus pada perbandingan MSC dari daerah berbeda yang dimasukkan dalam bagian ini.

Melief et al secara sistematik membandingkan AT-MSC dan BM-MSC dari donor yang sama usia. Ditemukan bahwa ATMSC memiliki pengaruh immunosupresif lebih kuat daripada BM-MSC terhadap anti CD3/CD28-menginduksi proliferasi PBMC periferal. Pengaruh supresif yang sama diinduksi oleh BM-MSC dapat dicapai hanya sepertiga dari jumlah AT-MSC. Sama halnya, AT-MSC lebih supresif daripada bM-MSC terhadap diferensiasi monosit untuk sl dendritik. Perbedaan sperti itu berhubungan dengan profil sitokin. Adanya AT-MSC kurang produksi IFN- dan level tinggi IL-10 pada anti-CD3/ CD28-menstimulus PBMC dan menstimulus kultur monosit. MSC juga melemahkan ekspresi molekul CD86 dalam menstimulus kultur monosit. Lebih lanjut, mitogen menstimulus produksi immunoglobulin pada PBMC ditekan lebih banyak oleh AT-MSC daripada BM-MSC. MSC dari jaringan dewasa lain, seperti ektomesenkimal olfaktorius (OEMSC), jantung (H-MSC) dan paru (L-MSC) memperlihatkan memiliki fungsi immunosupresif in vitro. Dibandingkan dengan BM-MSC, H-MSC dan L-MSC secara khusus menekan prolliferasi sel T, dimana OE-MSC memiliki pengaruh lebih kuat terahdap proliferase sel T dan sel NK. Menariknya, penekanan pada proliferasi sel B lebih terbukti bila MSC dilengkapi dengan sitokin inflamasi IFN- dan TNF-. OE-MSC dan L-MSC kelihatan memperkuat supresi sel B daripada BM-MSC. Fungsi immunomodulato ini ditemukan dipertahankan untuk BM-MSC dan AT-MSC, bahkan dengan diferensiasi.

MSC janin memiliki fungsi immunosupresi yang sama dengan MSC orang dewasa. Mitogen menstimulus proliferasi PBMC dan dapat ditekan oleh CB-MSC dan WJ-MSC untuk level sebanding dengan BM-MSC dewasa. Anti CD3/CD28 menstimulus CD4+ dan CD8+ proliferase sel T juga ditekan oleh BM-MSC dan CB-MSC dengan level yang sama, yang lebih rendah daripada yang dicapai dengan PL-MSC. Pengaruh seperti itu berhubungan dengan peningkatan level IL-10, IFN- dan menghasilkan sel dengan CD4+CD25+CTLA-4+ fenotipe regulator. Lee et al memperlihatkan bahwa meskpun MSC berasal dari plasenta korionik (CP-MSC) memperlihatkan kapasitas yang sama dalam supresi proliferasi sel T untuk BM-MSC, ekspresi lebih tinggi level HLA-G juga dengan sitokin anti inflamasi seperti IL-4 dan IL-13 dapat memberikan CP-MSC dengan keuntungan immunomodulasi tambahan. Meskipun bahwa fungsi immunomodulator dari MSC dapat secara langsung berhubungan dengan level prostaglandin-2 (PGE2). Sebagai contoh, MSC berasal dari membran cairan amniotik janin memperlihatkan penekanan proliferasi limfosit T dan level lebih tinggi PGE-2 daripada dari korion. Tambahan, WJ-MSC ditemukan oleh Najar et al memperlihatkan pengaruh supresif terhadap mitogenstimulasi proliferase sel T bila jumlah sel adalah 1/40 sel T. Namun, supresi besar dicapai pada 1/20 dan 1/8 sel T untuk AT-MSC dan BM-MSC. Peningkatan ekspresi faktor inhibitor leukemia (LIF) dapat memiliki hubungan sebab akibat dengan supresi proliferase sel T, karena penambahan antibodi LIF menghilangkan pengaruh.

Pengaruh anti inflamasi dinilai dengan kultur MSC dengan LPS yang diberikan makrofag alveolar. Ditemukan CB-MSC memperlihatkan level rendah sitokin proinflamasi IL-1, IL-6 dan IL-8 daripada BM-MSC dan AT-MSC. Ekspresi lebih tinggi dari angiopoietin-1 pada CB-MSC kelihatan sangat penting.

Chan et al menggunakan analisis mikroarray untuk membandingkan ekspresi gen MSC janin dibandingkan dewasa. Analisis jaringan fungsional 950 dari 31099 gen memperlihatkan delapan jalur respon imun yang berbeda regulasi, seperti diferensiasi Th17, signal CD40, faktor inhibitor migrasi makrofag dan signal reseptor H1 histamin. Karena IL-6 berpartisipasi pda delapan jalur, level IL-6 dimonitor untuk MSC in vitro dan phytohemaglutinin (PHA) sitmulasi PBMC. Peningkatan beasr level IL-6 setelah stimulasi PHA ditemukan pada mSC janin dibandingkan dengan MSC dewasa sesuai dengan potensial supresif pada proliferase PBMC stimulasi PHA. Penjelasan penting peranan IL-6 dalam regulasi fungsi immunosupresi dari MSC.

PHA menginduksi perubahan fenotipik pada sel imun pada PBMC selain untuk mempengaruhi proliferasi. Kelihatan bahwa ATMSC memiliki pengaruh kuat pada akivasi sel T daripada WJ-MSC dan BMMSC, karena kebanyakan sel T masih tidak aktif bila kultur dengan AT-MSC bahkan dnegan stimulasi PHA. Untuk sel B, tambahan fenotipe limfoblast dimulai dengan BM-MSC dan AT-MSC dimana WJ-MSC tidak ada pengaruh. Lebih lanjut, aktivasi sel NK sangate kuat dihambat oleh ketiga dari MSC ini. oleh karena itu jelas bahwa MSC berasal dari jaringan berbeda yang dapat mengakibatkan fungsi berbeda pada tipe sel spesifik.

Terapi sel

MSC kelihattan dipakai sebagai terapi sel untuk penyakit berbeda seperti reaksi penolakan host terhadap pencangkokan, kerusakan tulang dan infark miokard. Sumber MSC ditemukan berhubungan dengan kemanjuran terapi. Sebagai contoh, Zhou et al memperlihatkan xenotransplantasi AT-MSC manusia ke tikus dengan cedera spinal cord meningkatkan lebih banyak angiogenesis dan regenerasi aksonal selain untuk fungsi penyembuhan lebih baik daripada BM-MSC. Level tinggi faktor neurotropik induksi ATMSC, termasuk BDNF, VEGF dan HGF dapat memiliki peranan. Anjing yang diberikan MSC pada 1 minggu setelah cedera spinal cord memperlihatkan perbaikan lebih beasr pada fungsi penyembuhan, meskipun tidak ada perbedaan yang ditemukan pada AT-MSC, BM-MSC, WJ-MSC dan CB-MSC. Hasil dari model tikus yang stroke in vivo memperlihatkan bahwa AT-MSC sangat besar menurunkan volume infark, selain itu perbaikan fungsi neurologis dibandingkan dengan BM-MSC. MSC dikaji sebagai pendekatan terapi untuk kanker untuk prognosis buruk, seperti glioblastoma multiforme (GBM). Pada model xenotransplantasi tikus, transplantasi CB-MSC menghambat pertumbuhan GBM, dimana AT-MSC mendukung faktor pertumbuhan. AT-MSC meningkatkan pembentukan pembuluh darah dan menekan apoptosis dibandingkan dengan CBMC. Sedangkan ekspresi lebih tinggi CXCL12 pada AT-MSC kelihatan mmiliki peranan penting, ekspresi lebih tinggi faktor angiogenik seperti VEGF, angiopoietin-1, PDFG, IGF-1 pada AT-MSC.

MSC kelihatan mendukung penyembuhan luka juga. Dibandingkan dengan AT-MSC, BM-MSC dan AM-MSC dalam perbaikan luka tikus kelihatan bahwa AT-MSC memiliki pengaruh jelas pada penyembuhan luka. Lebih banyak migrasi fibroblast dermal dan ekspresi lebih tinggi faktor pertumbuhan yang diinduksi oleh ATMSC. Potensial osteogenesis in vivo pada MSC manusia dinilai pada tikus yang mengalami kerusakan femoral dan ditemukan bahwa UC-MSC janin dan CB-MSC, dan AT-MSC dan BM-MSC pada orang dewasa memperlihatkan potensial osteogensis yang sebanding. Potensial yang sama untuk osteogenesis in vivo juga ditemukan untuk canine AT-MSC, BM-MSC, CBMSC dan WJ-MSC.

Infus MSC pada model dengan cedera/ penyakit in vivo tidak diperlukan untuk memperbaiki kerusakan dengan regenerasi. De Coppi et al menilai miogenesis setelah cedera kantung kemih dan menemukan bahwa BM- dan AF-MSC dipakai dalam jumlah beasr dalam mencegah cedera cryo yang menginduksi hipertrofi untuk kelangsungan hidup sel otot. Hal ini didukung oleh data yang mmperlihatkan bahwa AT-MSC dan BM-MSC melindungi kardiomioblast dari kematian sel yang diinduksi oleh reperfusi iskemia untuk derajat yang sama in vitro. Selain itu, MSC dari jaringan kjantung terbukti untuk memperlihatkan diferensiasi kardiomiogenik lbih tinggi in vivo daripada BM-MSC setelah injeksi pada infark ventrikel kiri. BM-MSC kelihatna untuk diferensiasi ke sel otot halus, berbeda dengan AT-MSC yang berdiferensiasi untuk sel endotelial dan kariomiosit pada tikus yang mengalami cedera. Sebaliknya, AT- MSC pada manusia kelihatan memiliki potensial mioregenerasi lebih baik daripada BM- dan SY bila terapi kerusakan kariotoksin otot anterior tibialis. Hasil ini menegaskan bahwa sifat intrinsik MSC berinteraksi dengan lingkungan mikro in vivo dan menyebabkan perbedaan luaran setelah terpi sel. Pemasanan secara tepat MSC pada tempat yang dipikir sangat penting untuk pemberian. Perbandingan langsung antara WJ-MSC dan BMMSC memperlihatkan bahwa WJ-MSC kelihatan lvel lebih tinggi kemokine angiogenik seperti CXCL1, CXCL, CXCL5, CXCL6 dan CXCL8, dan faktor pertumbuhan angiogenik VEGF-D, PDGF-AA, TGF-2, bFGF dan HGF. Penjelasan mengenai penemuan ini, WJ-MSC dapat merupakan pilihan lebih baik untuk mencegah atau menurunkan fibrosis dan jaringan parut pada cedera jaringan.

MSC kelihatan memperlama kelangsungan hidup allograft pada keadaan transplantasi organ pada. Lebih lanjut, bila allograft berisi banyak tipe jaringan, istilah vaskularisasi terdiri dari allotransplantasi (VCA seperti transplantasi atau transplantasi tubuh), ditransplantasi, MSC kelihatan menginduksi toleransi spesifik donor dan pernapnangan kelangsungan hidup VCA. BM-MSC dan AT-MSC adalah dua tipe yang paling sering dipakai, meskipun belum dibandingkan dalam hal pengaruh kelangsungan hidup VCA. Menariknya, Saka et al memperlihatkan bahwa AT-MSC khususnya bila diberikan intravena, menginduksi level rendah antibodi IgG melawan xenoantigen dibandingkan BM-MSC in vivo.

Sumber Allogenik dibandingkan autolog dari MSC

kelihatan berpotensial untuk MSC allogenik (allo-MSC) diberikan sebagai pilihan terapi, karena sel ini dapat diisolasi dari donor sehat. Hal ini berbeda dengan MSC autolog (auto-MSC) yng perlu dipersiapkan per individu dan tidak sesuai atau tidak tersedia untuk keadaan akut. Lebih lanjut, MSC dengan asal tertentu, seperti jaringan janin sepeti cairan amniotik dan tali pusat paling sering dipakai sebagai allogenik. Sebelumnya, setiap MSC dianggap seagai immunogenitas rendah, karena mereka memperlihatkan level rendah MHC klas I dan II, dan menggunakan fungsi immunosupresif in vitro dan in vivo. namun, penelitian terbaru menegaskan bahwa allo-MSC tidak dapat dianggap memiliki pengaruh immunologis karena sebelumnya telah ditegaskan oleh Schu et al yang menjelaskan pada tikus bahwa allo-MSC mengindukai alloatibodi dengan potensial aktivasi komplement yang dimediasi oleh lisis in vivo. pemberian intra striatal allo-MSC menghasilkan respon imun seluler; namun, tidak cukup kuat untuk menjelaskan pemberian sel. diferensiasi dapat memperoleh immunogenitas dengan meningkatkan ekspresi MHC I dan MHC II, dan merangsang proliferasi limfosit. Allo-MSC tidak juga dapat mengedukasi CD8+ T sel dengan sitotoksik. Menariknya, BM-MSC didapatkan level tinggi lisis daripada AT-MSC. Kelihatan bahwa faktor berbeda seperti penyakit, rute pemberian dan pengalaman spesies memiliki pengaruh terhadap allo MSC in vivo. menariknya, percobaan klinik acak membandingkan allo MSC dan auto MSC untuk terapi kardiomiopati iskemik memperlihatkan immunogenitas allo-MCS memiliki kemanjuran yang sama pada kedua populasi sel.

MSC kelihatan merupakan tumor metastatik dan primer. Hung et al, memperlihatkan transplantasi subkutan tikus SC1D dengan sel kanker kolon manusia yang diinfus secara intravena migrasi MSC dan untuk lesi tumor mikroskopik. Dengan menggunakan keuntungan dari gambaran unik selain immunogenitas relatif rendah, allogenik MSC oleh karena itu dapat dipakai sebagai terapi baru, pemberian universal gen sitokin seperti IFN- atau obat untuk menginduksi tumor atau pengaruh terapi anti tumor lain. Di sisi lain, BM-MSC ditemukan memiliki kemanjuran lebih baik dalam memperbaiki cedera ginjal akut. Allo dan auto MSC dipakai dalam penelitian transplantasi dengan hasil memuaskan. Kami menggunakan singenik (sama dengan autolog dari sejenis hewan) AT MSC dipadukan dengan serum anti limfosit dan cyclosporin singkat pada tikus osteomiokutaneus VCA dan berhasil menginduksi toleransi spesifik donor. Perbandingan dengan model hewan yang sama dan rejimen immunosupresan memperihatkan singenik atau resipien AT-MSC memiliki kemanjuran lebih baik dengan angka toleransi 66% dibandingkan dengan allgnik dengan 33% (gambar 1). Auto MSC telah dipakai dalam kasus VCA klinik dan dapat mempertahankan level minimal immunosupran tanpa penolakan akut pada dua puluh bulan setelah transplantasi. Diberikan pada berbagai penyakit tidak dapat mempengaruhi kemanjuran MSC, penggunaan klinik dengan MSC autolog tidak diragukan.

Kesimpulan dan Pandangan

MSC memiliki potensial klinik yang besar dalam terapi berbagai penyakit. Meskipun MSC berasal dari jaringan berbeda, kelihatan mendapatkan karakteristik spesifik karena interaksi dengan lingkungan mikro berbagai jaringan. Artikel ini membahas pengetahuan saat ini mengenai pengaruh sumber MSC berdasarkan sifatnya pada proliferasi, diferensiasi, immunomodulasi dan kemanjuran terapi sel. MSC dan sifatnya dapat diringkaskan sebagai berikut :

MSC janin umumnya memiliki kemampuan proliferasi lebih baik daripada MSC dewasa.

MSC yang berasal dari jaringan spesifik lebih sesuai untuk diferensiasi dengan sel jaringan. Sebagai contoh, BM-MSC memiliki kemampuan osteogenesis lebih baik daripada MSC lain yang sebanding. Kecenderungan yang sama ditemukan pada I-MSC untuk diferensiasi islet dan SM-MSC untuk miogenesis.

MSC janin atau AT-MSC merupakan pilihan lebih baik daripada BM-MSC jika fungsi immunomodulator sangat penting.

AT-MSC kelihatan memiliki potensi besar sebagai agen terapi sel in vivo pada umumnya. Penelitian lebih lanjut diharuskan untuk menganalisis kemungkinan AT-MSC sebagai pilihan terapi untuk karsinoma.

Lebih lanjut, membandingkan MSC yang berasal dari allogenik atau autolog memperlihatkan bahwa allo MSC dapat immunogenik dan kemanjuran terapi sel dapat dipengaruhi. Hal ini digambarkan oleh hasil kami bahwa singeneik AT-MSC memiliki kemanjuran lebih baik daripada AT-MSC allogenik dalam menginduksi toleransi donor spesifik utnuk VCA pada tikus. Kisaran luas sifat biologis MSC memperlihatkan potensial klinik yang beasr, namun, sifatnya dapat dipengarui oleh faktor-faktor seperti asalnya. Penelitian lengkap kejadian molekular mengatur perbedaan pada sifat MSC yang diperlukan untuk menguraikan bagaimana petunjuk lingkungan mempengaruhi pola MSC, termasuk lingkungan fisiologis dan patologis yang menjadi tempat MSC, stress fisik dan kimia dan keadaan kultur in vitro. Tinjauan kami memperlihatkan bahwa MSC yang berasal dari berbagai jaringan memiliki keuntungan dan kerugian dari aspek berbeda. Pertimbangan secara hati-hati mengenai sumber MSC dengan mempertimbangkan penggunaan khusus diharuskan.