pengaruh strategi i-think terhadap kemampuan...
TRANSCRIPT
PENGARUH STRATEGI I-THINK TERHADAP
KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS MATEMATIS SISWA
Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan
Oleh:
NADIA RAUDHI SYIFA
NIM. 11140170000027
JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2019
i
ABSTRAK
NADIA RAUDHI SYIFA (11140170000027). “Pengaruh Strategi I-THINK
terhadap Kemampuan Berpikir Kritis Matematis Siswa”. Skripsi Jurusan
Pendidikan Matematika, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, Oktober 2019.
Penelitian ini dilaksanakan di salah satu MTs di Jakarta pada tahun ajaran
2019/2020. Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis pengaruh strategi I-
THINK terhadap kemampuan berpikir kritis matematis siswa. Indikator kemampuan
berpikir kritis matematis yang diukur dalam penelitian ini adalah klarifikasi, analisis,
evaluasi, inferensi, dan eksplanasi. Metode penelitian yang digunakan adalah quasi
eksperimen dengan desain penelitian Randomize Control Group Post Test Only
Design. Pengambilan sampel menggunakan teknik cluster random sampling dengan
mengambil dua dari empat kelas, yaitu kelas VIII-1 sebagai kelas eksperimen dan
kelas VIII-2 sebagai kelas kontrol. Teknik analisis data yang digunakan adalah uji
perbedaan dua rata-rata populasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: 1)
kemampuan berpikir kritis matematis siswa pada pembelajaran I-THINK
memperoleh pencapaian paling tinggi pada aspek klarifikasi, sedangkan pencapaian
paling rendah terdapat pada aspek inferensi, 2) kemampuan berpikir kritis matematis
siswa pada pembelajaran konvensional memperoleh pencapaian paling tinggi pada
aspek klarifikasi, sedangkan pencapaian paling rendah pada aspek inferensi, 3)
kemampuan berpikir kritis matematis siswa yang menggunakan strategi I-THINK
lebih tinggi dibandingkan siswa yang menggunakan pembelajaran konvensional.
Kata kunci: Strategi I-THINK, Berpikir Kritis Matematis, Quasi Eksperimen
ii
ABSTRACT
NADIA RAUDHI SYIFA (11140170000027). “The Effect of I-THINK Strategy
toward Students’ Mathematical Critical Thinking Skills”. The Thesis of
Mathematics Education Department, Faculty of Educational Science, Syarif
Hidayatullah State Islamic University of Jakarta, October 2019.
This research was conducted at one of Islamic Junior High School in
Jakarta on academic year 2019/2020. The purpose of this research is to analyze
the effect of I-THINK strategy towards students’ mathematical critical thinking
skills. The measured indicators of mathematical critical thinking skills in this
research are aspects of clarification, analysis, evaluation, inference, and
explanation. The used research method is quasi experiment with Randomize
Control Group Post Test Only Design. The sampling used cluster random sampling
technique by taking two of four classes, class VIII-1 as experiment class and class
VIII-2 as control class. The used data analysis technique used is differencial test of
two population averages. The result of the research shows that: 1) students’
mathematical critical thinking skills in I-THINK learning obtains the highest score
on aspect of clarification, meanwhile, the lowest is on aspect of inference, 2)
students’ mathematical critical thinking skills in conventional learning obtains the
highest score on aspect of clarification, meanwhile, the lowest is on aspect of
inference, 3) students’ mathematical critical thinking skills used I-THINK strategy
were higher than students who used conventional learning.
Keywords: I-THINK Strategy, Mathematical Critical Thinking, Quasi
Experiment
iii
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah
SWT yang telah memberikan kesehatan, kenikmatan, kemudahan, dan kekuatan
sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan sebaik-baiknya. Shalawat
serta salam senantiasa tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW beserta
keluarga, sahabat, dan pengikutnya hingga akhir zaman.
Selama penulisan skripsi ini, penulis menyadari sepenuhnya bahwa
kemampuan dan pengetahuan penulis sangat terbatas, namun berkat dorongan dan
masukan yang positif dari berbagai pihak sangat membantu penulis dalam
menyelesaikan skrispi ini. Oleh karena itu, ucapan terima kasih penulis ucapkan
kepada:
1. Ibu Dr. Sururin, M.Ag., selaku Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Ibu Gelar Dwirahayu, M.Pd., selaku Ketua Jurusan Pendidikan Matematika
Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan Ibu
Gusni Satriawati, M.Pd., selaku Sekretaris Jurusan Pendidikan Matematika
Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Bapak Dr. Abdul Muin, S.Si., M.Pd., selaku Dosen Pembimbing I dan Bapak
Firdausi, S. Si., M. Pd., selaku Dosen Pembimbing II yang selalu memberikan
bimbingan, arahan, dan motivasi tiada henti dalam membimbing penulis
selama ini.
4. Bapak Firdausi, S.Si., M.Pd., selaku Dosen Penasihat Akademik yang telah
memberikan bimbingan, arahan, serta nasihat kepada penulis beserta teman-
teman dalam menyelesaikan studi di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
5. Ibu Dr. Tita Khalis Maryati. M.Kom., selaku Dosen Pembimbing PPKT yang
telah memberikan bimbingan dan arahan.
6. Seluruh Dosen dan Staff Jurusan Pendidikan Matematika yang telah
memberikan ilmu pengetahuan kepada penulis selama mengikuti perkuliahan,
semoga ilmu yang Bapak dan Ibu berikan dapat bermanfaat serta menjadi
pahala yang senantiasa mengalir.
7. Keluarga tercinta, Ayah, Mamah, Ami, Ka Acha, Alfi, Putri, Umi, Cing Are,
Cing Nanin yang tiada henti-hentinya mendoakan, mencurahkan kasih sayang,
serta memberikan motivasi dan dukungan baik moril maupun materi selama
ini.
8. Sepupu tersayang, Fahri, Nayif, dan Adji yang selalu dapat menaikkan level
semangat penulis dalam menyusun skripsi ini.
9. Kepala MTs Al-Islamiyah Jakarta, Bapak Fadli, S.Kom., yang telah
memberikan izin kepada penulis untuk melakukan penelitian.
10. Ibu Nopitasari, S.Pd. Selaku guru matematika kelas VIII MTs Al-Islamiyah
Jakarta, seluruh dewan guru, staff MTs Al-Islamiyah Jakarta, serta siswa-siswi
MTs Al-Islamiyah Jakarta khususnya kelas VIII-1 dan VIII-2 yang telah
membantu penulis dalam melaksanakan penelitian.
11. Teman-teman tersayang, Awi, Shela, Mahmudah, Mutia, dan Suta yang selalu
mendoakan, menjadi tempat berbagi, memberikan motivasi, dan sama-sama
berjuang dalam menyusun skripsi. Terima kasih telah menemani seluruh proses
perjuangan penulisan skripsi ini.
12. Sahabat tersayang, Awi yang selalu menjadi tempat bercerita dan berkeluh
kesah, selalu memberikan semangat, memberikan solusi atas masalah yang
penulis hadapi, dan selalu mendoakan penulis dalam menyelesaikan
penyusunan skripsi.
13. Teman-teman tercinta, Zety, Yuni, Oday, Simau, dan Sarah yang selalu
mendoakan dan memberikan motivasi kepada penulis agar segera
menyelesaikan penyusunan skripsi ini.
14. Teman-teman seperjuangan satu bimbingan, yaitu Novi, Muti, dan Atun.
Terima kasih telah berbagi ilmu dan menjadi penyemangat dalam
menyelesaikan skripsi.
15. Teman-teman seperjuangan Jurusan Pendidikan Matematika angkatan 2014,
khususnya kelas A yang banyak memberikan bantuan baik langsung maupun
tidak langsung, serta Sari Juniatun Nikmah, S. Pd. dan Hania Rahmah, S. Pd.
yang banyak membantu penulis dalam memahami materi perkuliahan.
Ucapan terima kasih juga ditujukan kepada semua pihak yang namanya tidak
dapat penulis sebutkan satu per satu. Penulis hanya dapat memohon dan berdoa
semoga bantuan, bimbingan, dukungan, semangat, masukan, dan doa yang telah
diberikan menjadi pintu datangnya ridho dan kasih sayang Allah SWT di dunia dan
akhirat. Aamiin yaa robbal ‘alamin.
Penulis telah berusaha dengan segenap kemampuan yang ada untuk menyusun
karya tulis yang sebaik-baiknya, namun di atas lembaran-lembaran skripsi ini masih
ditemukan berbagai macam kekurangan dan kelemahan. Oleh karena itu, kritik dan
saran dari siapa pun yang membaca skripsi ini akan penulis terima dengan hati
terbuka. Penulis berharap semoga skripsi ini dapat membawa manfaat yang sebesar-
besarnya bagi penulis khususnya dan bagi pembaca pada umumnya.
Jakarta, Oktober 2019
Penulis
Nadia Raudhi Syifa
vi
DAFTAR ISI
BAB I .................................................................................................................. 1
PENDAHULUAN .............................................................................................. 1
A. Latar Belakang Masalah ........................................................................... 1
B. Identifikasi Masalah ................................................................................. 5
C. Pembatasan Masalah ................................................................................ 5
D. Perumusan Masalah .................................................................................. 5
E. Tujuan Penelitian ...................................................................................... 6
F. Manfaat Penelitian .................................................................................... 6
BAB II ................................................................................................................ 7
KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS PENELITIAN ........................................ 7
A. Deskripsi Teoretis..................................................................................... 7
1. Berpikir Kritis Matematis ...................................................................... 7
2. Pemecahan Masalah ............................................................................. 11
3. Strategi Pembelajaran I, Talk, How, Identify, Notice, and Keep thinking
(I-THINK) .................................................................................................. 12
4. Pembelajaran Konvensional ................................................................. 16
B. Hasil Penelitian Relevan ......................................................................... 17
C. Kerangka Berpikir .................................................................................. 19
D. Hipotesis Penelitian ................................................................................ 22
BAB III ............................................................................................................. 23
METODE PENELITIAN ................................................................................ 23
A. Tempat dan Waktu Penelitian ................................................................. 23
B. Desain Penelitian .................................................................................... 23
C. Populasi dan Sampel ............................................................................... 24
D. Variabel Penelitian ................................................................................. 24
E. Teknik Pengumpulan Data ...................................................................... 25
F. Instrumen Penelitian ............................................................................... 25
1. Uji Validitas ........................................................................................ 27
2. Taraf Kesukaran .................................................................................. 28
3. Daya Pembeda ..................................................................................... 29
4. Uji Reliabilitas ..................................................................................... 31
G. Teknik Analisis Data .............................................................................. 32
1. Uji Prasayarat ...................................................................................... 33
2. Uji Hipotesis ........................................................................................ 34
BAB IV ............................................................................................................. 36
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ................................................ 36
A. Deskripsi Data ........................................................................................ 36
1. Kemampuan Berpikir Kritis Matematis ................................................ 36
2. Kemampuan Berpikir Kritis Matematis Siswa Per Indikator................. 37
3. Proses Pembelajaran Kelas I-THINK dan Kelas Konvensional ............ 40
4. Analisis Hasil Tes Kemampuan Berpikir Kritis Matematis ................... 48
B. Analisis Data .......................................................................................... 58
1. Uji Prasyarat Analisis .......................................................................... 58
2. Uji Hipotesis ........................................................................................ 60
C. Pembahasan Hasil Penelitian .................................................................. 61
D. Keterbatasan Penelitian .......................................................................... 66
BAB V ............................................................................................................... 68
KESIMPULAN DAN SARAN ......................................................................... 68
A. Kesimpulan ............................................................................................ 68
B. Saran ...................................................................................................... 69
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 70
LAMPIRAN-LAMPIRAN ............................................................................... 74
viii
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Jadwal Kegiatan Penelitian....................................................... 23
Tabel 3.2 Desain Penelitian ..................................................................... 24
Tabel 3.3 Kisi-kisi Instrumen Tes Kemampuan Berpikir Kritis Matematis ..
................................................................................................. 26
Tabel 3.4 Hasil Rekapitulasi Uji Validitas Instrumen Tes Kemampuan
Berpikir Kritis Matematis ........................................................ 28
Tabel 3.5 Klasifikasi Indeks Kesukaran Instrumen ................................. 29
Tabel 3.6 Hasil Rekapitulasi Uji Taraf Kesukaran Instrumen Tes
Kemampuan Berpikir Kritis Matematis ................................... 29
Tabel 3.7 Klasifikasi Indeks Daya Pembeda............................................. 30
Tabel 3.8 Hasil Rekapitulasi Uji Daya Pembeda Instrumen Tes Kemampuan
Berpikir Kritis Matematis ......................................................... 30
Tabel 3.9 Klasifikasi Derajat Reliabilitas Instrumen................................. 31
Tabel 3.10 Hasil Uji Reliabilitas Instrumen Tes Kemampuan Berpikir Kritis
Matematis ................................................................................ 32
Tabel 3.11 Hasil Rekapitulasi Perhitungan Uji Coba Instrumen Tes
Kemampuan Berpikir Kritis Matematis .................................... 32
Tabel 4.1 Statistik Deskriptif Data Penelitian ........................................... 36
Tabel 4.2 Perbandingan Rata-rata Kemampuan Berpikir Kritis Matematis
Kelas I-THINK dan Kelas Konvensional Berdasarkan Indikator...
................................................................................................. 38
Tabel 4.3 Hasil Uji Normalitas Tes Kemampuan Berpikir Kritis Matematis
Kelas I-THINK dan Kelas Konvensional .................................. 59
Tabel 4.4 Hasil Uji Homogenitas Tes Kemampuan Berpikir Kritis Matematis
Kelas I-THINK dan Kelas Konvensional .................................. 60
Tabel 4.5 Hasil Uji Hipotesis Kemampuan Berpikir Kritis Matematis Kelas I-
THINK dan Kelas Konvensional ............................................. 61
ix
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Kerangka Berpikir ....................................................... 22
Gambar 4.1 Diagram Batang Persentase Kemampuan Berpikir Kritis
Matematis .................................................................... 40
Gambar 4.2 Contoh LKS dan Penyelesaian Siswa pada Tahap I ...... 43
Gambar 4.3 Contoh LKS dan Penyelesaian Siswa pada Tahap Talk .....
..................................................................................... 44
Gambar 4.4 Contoh LKS dan Penyelesaian Siswa pada Tahap How ....
..................................................................................... 45
Gambar 4.5 Contoh LKS dan Penyelesaian Siswa pada Tahap Identify
..................................................................................... 45
Gambar 4.6 Contoh LKS dan Penyelesaian Siswa pada Tahap Notice ..
..................................................................................... 47
Gambar 4.7 Contoh LKS dan Penyelesaian Siswa pada Tahap Keep
thinking ........................................................................ 47
Gambar 4.8 Contoh Soal Indikator Klarifikasi ................................ 48
Gambar 4.9 Contoh Jawaban Post Test No. 1 Indikator Klarifikasi . 49
Gambar 4.10 Contoh Soal Indikator Analisis ..................................... 50
Gambar 4.11 Contoh Jawaban Post Test No. 2 Indikator Analisis ..... 51
Gambar 4.12 Contoh Soal Indikator Evaluasi .................................... 52
Gambar 4.13 Contoh Jawaban Post Test No. 3 Indikator Evaluasi ..... 53
Gambar 4.14 Contoh Soal Indikator Inferensi .................................... 54
Gambar 4.15 Contoh Jawaban Post Test No. 4 Indikator Inferensi ..... 55
Gambar 4.16 Contoh Soal Indikator Eksplanasi ................................. 56
Gambar 4.17 Contoh Jawaban Post Test No. 5 Indikator Eksplanasi .. 57
x
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Kelas I-THINK .... 75
Lampiran 2 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Kelas Konvensional .
..................................................................................... 99
Lampiran 3 Lembar Kerja Siswa (LKS) Kelas I-THINK ................118
Lampiran 4 Kisi-kisi Instrumen Tes Kemampuan Berpikir Kritis
Matematis ...................................................................146
Lampiran 5 Hasil Uji Validitas Instrumen Tes Kemampuan Berpikir
Kritis Matematis ..........................................................147
Lampiran 6 Hasil Uji Taraf Kesukaran Instrumen Tes Kemampuan
Berpikir Kritis Matematis ............................................148
Lampiran 7 Hasil Uji Daya Pembeda Instrumen Tes Kemampuan
Berpikir Kritis Matematis ...........................................150
Lampiran 8 Hasil Uji Reliabilitas Instrumen Tes Kemampuan Berpikir
Kritis Matematis .........................................................152
Lampiran 9 Rekapitulasi Hasil Uji Validitas, Taraf Kesukaran, Daya
Pembeda, dan Reliabilitas ...........................................153
Lampiran 10 Instrumen Tes Kemampuan Berpikir Kritis Matematis ....
....................................................................................154
Lampiran 11 Pedoman Penskoran Tes Kemampuan Berpikir Kritis
Matematis ..................................................................156
Lampiran 12 Kunci Jawaban Instrumen Tes Kemampuan Berpikir Kritis
Matematis ...................................................................159
Lampiran 13 Hasil Post Test Kelas I-THINK ...................................165
Lampiran 14 Hasil Post Test Kelas Konvensional ............................166
Lampiran 15 Hasil Uji Normalitas Kelas I-THINK dan Kelas
Konvensional ..............................................................167
Lampiran 16 Hasil Uji Homogenitas Kelas I-THINK dan Kelas
Konvensional ..............................................................168
Lampiran 17 Hasil Uji Hipotesis ......................................................169
xi
Lampiran 18 Surat Bimbingan Skripsi ..............................................170
Lampiran 19 Surat Permohonan Izin Penelitian ................................172
Lampiran 20 Surat Keterangan Penelitian ........................................173
Lampiran 21 Lembar Uji Referensi ..................................................174
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Matematika merupakan mata pelajaran yang sangat penting untuk dipelajari.
Matematika dapat menjadi salah satu alat untuk mengarahkan peserta didik dalam
meningkatkan kemampuan berpikir yang telah dimilikinya ke level yang lebih
tinggi atau yang dikenal dengan High Order Thinking Skill (HOTS). Kemampuan
berpikir tingkat tinggi ini perlu dimiliki oleh peserta didik agar dapat menjawab
tantangan global yang semakin berkembang pesat. Menurut Thompson,
kemampuan berpikir tingkat tinggi melibatkan penyelesaian masalah non rutin atau
menggunakan pengetahuan yang telah dimiliki untuk menyelesaikan masalah
dalam konteks atau situasi yang tidak familiar.1 Hal tersebut akan memotivasi
peserta didik untuk dapat berpikir secara logis, cermat, dan kritis dalam
menyelesaikan permasalahan.
Salah satu kemampuan berpikir tingkat tinggi yang perlu dilatih dan
ditingkatkan adalah berpikir kritis. Kemampuan berpikir kritis merupakan salah
satu target dalam pembelajaran matematika yang tertulis dalam Permendikbud No.
21 Tahun 2016 tentang Standar Isi Pendidikan Dasar dan Menengah. Dalam
Permendikbud tersebut dikatakan bahwa salah satu kompetensi inti dalam pelajaran
matematika adalah peserta didik dapat menunjukkan keterampilan menalar,
mengolah, dan menyaji secara kritis dalam ranah konkret dan ranah abstrak sesuai
dengan yang dipelajari di sekolah dan sumber lain yang sama dalam sudut pandang
teori.2
Kemampuan berpikir kritis sangat penting dikuasai oleh peserta didik agar
peserta didik lebih terampil dalam menyusun argumen, memeriksa kredibilitas
1 Tony Thompson, Mathematics Teachers’ Interpretation of Higher Order Thinking in Bloom’s
Taxonomy, International Electronic Journal of Mathematics Education, 2008, p. 97. 2 Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia no. 21 tahun 2016 tentang
Standar Isi Pendidikan Dasar dan Menengah, h. 8-9.
2
sumber, atau membuat keputusan dalam menyelesaikan suatu masalah.3 Adeyemi
mengungkapkan bahwa dengan memiliki kemampuan berpikir kritis, seseorang
dapat mengurangi resiko adopsi, bertindak, atau berpikir dengan keyakinan yang
salah karena memiliki kemampuan dalam menganalisis, mengevaluasi,
menjelaskan, dan merestrukturisasi pemikirannya.4 Dengan demikian, seorang
pemikir kritis pasti akan terlebih dahulu menganalisis dan memeriksa kebenaran
suatu data atau informasi sebelum membuat suatu keputusan dalam menyelesaikan
suatu permasalahan.
Akan tetapi, fakta menunjukkan bahwa kemampuan berpikir kritis matematis
siswa Indonesia belum memperlihatkan hasil yang diharapkan. Hal tersebut dapat
dilihat dari hasil Ujian Nasional (UN). Telah diketahui bahwa pada UN tahun 2014
mulai diperkenalkan soal-soal penalaran tataran tingkat tinggi (High Order
Thinking Skills atau HOTS) dan memiliki porsi sebesar 10-15%.5 Dari persentase
soal-soal HOTS tersebut, terdapat sekitar kurang lebih 2,5-10% soal-soal yang
memuat indikator berpikir kritis. Data tersebut diperoleh berdasarkan analisis hasil
yang dilakukan peneliti pada soal-soal UN dalam tiga tahun terakhir, mulai dari
tahun 2016 hingga tahun 2018. Pada UN tahun 2018, rerata siswa pada pelajaran
matematika sebesar 43,34%.6 Hasil UN tahun 2018 ini mengalami penurunan
sebesar 6,97% jika dibandingkan dengan hasil UN tahun 2017 yang mencapai rerata
50,31%.7 Berdasarkan data tersebut, dapat dikatakan bahwa kemampuan berpikir
matematis siswa tergolong rendah dan masih harus ditingkatkan.
Selain hasil UN, fakta secara internasional dapat dilihat dari hasil PISA
(Programme for International Students Assessment). Terdapat beberapa level
penilaian pada PISA, yang dimulai dari level 1 hingga level 6. Beberapa indikator
3 Eny Sulistiani dan Masrukan, “Pentingnya Berpikir Kritis dalam Pembelajaran Matematika
untuk Menghadapi Tantangan MEA”, Makalah disampaikan pada Seminar Nasional Matematika X
Universitas Negeri Semarang, 2016, h. 606. 4 Sunday Bankole Adeyemi, Developing Critical Thinking Skills in Students: A Mandate for
Higher Education in Nigeria, European Journal of Education Research, vol. 1, no. 2, 2012, p. 158. 5 Buletin BSNP Penerapan Soal Model Penalaran dalam Ujian Nasional: Apa dan Mengapa?
(Jakarta: Badan Standar Nasional Pendidikan, 2018) vol. 13, no. 2, h. 5. 6 Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Laporan Hasil Ujian Nasional, 2018,
(https://puspendik.kemdikbud.go.id/hasil-un/). 7 Konferensi Pers UN 2017 Jenjang SMP, (Jakarta: Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan,
2017), h. 9.
3
kemampuan berpikir kritis termuat dalam level 5 dan level 6. Pada penilaian PISA
level 5, disebutkan bahwa siswa dapat mengidentifikasi kendala; memilih,
membandingkan, dan mengevaluasi strategi penyelesaian masalah; merefleksikan
hasil pekerjaan; serta mengomunikasikan interpretasi dan penalaran.8 Pada
penilaian PISA level 6, disebutkan bahwa siswa dapat mengomunikasikan
kesimpulan serta mempertimbangkan interpretasi dan argumen.9 Beberapa
kemampuan yang terdapat pada level 5 dan 6 tersebut merupakan indikator
kemampuan berpikir kritis matematis sehingga penilaian pada level 5 dan 6 dapat
menjadi salah satu informasi mengenai kemampuan berpikir kritis matematis siswa.
Hasil PISA tahun 2015 memperlihatkan bahwa pencapaian siswa Indonesia pada
level 5 dan 6 tersebut hanya mencapai kurang lebih 5%.10 Persentase tersebut
menunjukkan bahwa kemampuan berpikir kritis siswa masih rendah.
Selain berdasarkan hasil PISA, rendahnya kemampuan berpikir kritis
matematis siswa juga ditunjukkan oleh beberapa hasil penelitian terdahulu.
Penelitian yang dilakukan oleh Kholifah11, penelitian oleh Sari, dkk.,12 serta
penelitian oleh Fithriyah, dkk.,13 menyatakan bahwa kemampuan berpikir kritis
matematis siswa masih rendah. Pada penelitian-penelitian tersebut, terdapat lebih
dari 50% siswa dari kelompok sampel terpilih yang memiliki kemampuan berpikir
kritis rendah.
Rendahnya kemampuan berpikir kritis matematis siswa disebabkan oleh
beberapa faktor. Berdasarkan hasil observasi yang telah dilakukan oleh Fauziah,
rendahnya kemampuan berpikir kritis disebabkan oleh kurangnya pengembangan
8 OECD, PISA 2015 Results Excellence and Equity in Education Volume 1, (PISA: OECD
Publishing, 2016), p. 191. 9 Ibid. 10 Ibid., p. 192. 11 Kholifah, “Analisis Kemampuan Berpikir Kritis Matematis pada Siswa SMP Kelas IX”,
Skripsi pada UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Jakarta, 2017, h. 39. 12 Muliana Sari, dkk., “Analisis Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Kelas VIII-D SMP Negeri
1 Gambut”, Prosiding disampaikan pada Seminar Matematika dan Pendidikan Matematika, FKIP
UNS, 16 November 2016, h. 262. 13 Inayatul Fithriyah, dkk., “Analisis Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Kelas IX-D SMPN 17
Malang”, Makalah disampaikan pada Konferensi Nasional Penelitian Matematika dan
Pembelajarannya (KNPMP I) Universitas Muhammadiyah Surakarta, 12 Maret 2016, h. 588.
4
pembelajaran yang dilakukan oleh guru.14 Pembelajaran yang diterapkan masih
bersifat teacher centered dan aktivitas siswa cenderung hanya mendengarkan,
mencatat, dan menghapal rumus bukan memahami konsep mengenai materi yang
diajarkan. Selain itu, soal-soal latihan yang diberikan oleh guru merupakan soal-
soal yang hanya melatih pengetahuan mengenai rumus yang telah diberikan dan
bukan soal-soal yang menuntut kemampuan berpikir kritis siswa.15
Berdasarkan permasalahan-permasalahan yang telah disebutkan, maka
diperlukan suatu strategi pembelajaran yang dapat melatih dan meningkatkan
kemampuan berpikir kritis matematis siswa. Salah satu strategi pembelajaran yang
dapat diterapkan oleh guru adalah strategi I-THINK. Setiap huruf dari I-THINK
merupakan tahapan pembelajaran yang harus dilakukan, yaitu dimulai dari tahap I,
T-Talk, H-How, I-Identify, N-Notice, sampai tahap K-Keep thinking.16
Strategi I-THINK dapat memotivasi peserta didik untuk menganalisis masalah
secara individu dan kooperatif, mempertimbangkan strategi penyelesaian,
memantau upaya, dan membenarkan solusi yang telah diperoleh.17 Sararose
mengatakan bahwa strategi I-THINK merupakan penggabungan antara
pembelajaran kooperatif dan instruksi metakognitif.18 Menurut Wilson dan Clarke,
berpikir metakognitif dapat membantu peserta didik dalam menyadari,
mengevaluasi, dan mengatur pemikiran matematika mereka.19 Strategi I-THINK ini
juga dapat mendukung siswa untuk mendengarkan dan memeriksa ide-ide orang
lain.20 Beberapa proses pembelajaran yang terdapat pada strategi I-THINK seperti
proses menganalisis masalah, mempertimbangkan strategi penyelesaian,
mengevaluasi, dan memeriksa pemikiran orang lain merupakan indikator yang
14 Widayati Lutfi Fauziah, “Penerapan Model Pencapaian Konsep dalam Mengembangkan
Kemampuan Berpikir Kritis Matematis Siswa pada Materi Lingkaran”, Skripsi pada UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Jakarta, 2017, h. 4.
15 Ibid. 16 Sararose D. Lynch, et al., I-THINK I Can Problem Solve, Mathematics Teaching in the
Middle School, 2013, p. 11. 17 Ibid., p. 10. 18 Ibid., p. 11. 19 Jeni Wilson and David Clarke, Towards the Modelling of Mathematical
Metacognition, Mathematics Education Research Journal, vol. 16, no. 2, 2004, p. 27. 20 Kelli R. Thomas, Students THINK: A Framework for Improving Problem Solving, National
Council of Teachers of Mathematics, vol. 13, no. 2, 2006, p. 86.
5
terdapat pada kemampuan berpikir kritis matematis. Oleh karena itu, penerapan
strategi I-THINK diharapkan dapat melatih dan meningkatkan kemampuan berpikir
kritis matematis siswa karena terdapat kerelevanan antara tahapan belajar pada
strategi I-THINK dengan indikator kemampuan berpikir kritis matematis.
Berdasarkan uraian yang telah dijabarkan, peneliti tertarik untuk melakukan
penelitian dengan judul “Pengaruh Strategi I-THINK terhadap Kemampuan
Berpikir Kritis Matematis Siswa”.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dijabarkan, dapat diidentifikasikan
beberapa masalah sebagai berikut:
1. Kemampuan berpikir kritis matematis siswa tergolong rendah.
2. Guru kurang mengembangkan pembelajaran yang dapat meningkatkan
kemampuan berpikir kritis matematis siswa.
3. Siswa tidak terbiasa menyelesaikan soal-soal yang menuntut kemampuan
berpikir kritis matematis.
C. Pembatasan Masalah
Pembatasan masalah yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah:
1. Kemampuan berpikir kritis matematis yang digunakan dalam penelitian ini
dibatasi pada 5 indikator, yaitu klarifikasi, analisis, inferensi, evaluasi, dan
eksplanasi.
D. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang, identifikasi masalah dan pembatasan masalah yang
telah dijabarkan, maka rumusan masalah dalam penelitian ini sebagai berikut:
1. Bagaimana kemampuan berpikir kritis matematis siswa yang memperoleh
pembelajaran dengan strategi I-THINK?
2. Bagaimana kemampuan berpikir kritis matematis siswa yang memperoleh
pembelajaran konvensional?
3. Apakah kemampuan berpikir kritis matematis siswa yang memperoleh
pembelajaran dengan strategi I-THINK lebih tinggi dari siswa yang
memperoleh pembelajaran konvensional?
6
E. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah yang telah dijabarkan, maka tujuan dalam
penelitian ini yaitu:
1. Menganalisis kemampuan berpikir kritis matematis siswa yang memperoleh
pembelajaran dengan strategi I-THINK.
2. Menganalisis kemampuan berpikir kritis matematis siswa yang memperoleh
pembelajaran konvensional.
3. Membandingkan kemampuan berpikir kritis matematis siswa yang
memperoleh pembelajaran I-THINK dengan siswa yang memperoleh
pembelajaran konvensional.
F. Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Manfaat Teoritis
a. Memberikan informasi bahwa strategi I-THINK memberikan pengaruh
yang positif terhadap kemampuan berpikir kritis matematis siswa.
b. Sebagai referensi yang relevan untuk penelitian lain.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi guru, hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai alternatif
pembelajaran yang dapat diterapkan untuk meningkatkan kemampuan
berpikir kritis matematis siswa.
b. Bagi sekolah, hasil penelitian ini dapat menambah referensi strategi
pembelajaran yang dapat diterapkan untuk meningkatkan kualitas
pembelajaran matematika di sekolah.
c. Bagi peneliti selanjutnya, hasil penelitian ini dapat menjadi referensi
mengenai strategi I-THINK.
7
BAB II
KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS PENELITIAN
A. Deskripsi Teoretis
1. Berpikir Kritis Matematis
Berpikir didefinisikan oleh Presseisen sebagai proses kognitif dan suatu
tindakan mental untuk memperoleh pengetahuan.1 Kuswana mendefinisikan
berpikir secara umum dilandasi oleh aktivitas mental atau intelektual yang
melibatkan kesadaran dan merujuk kepada ide-ide.2 Menurut Kristiawan, berpikir
adalah suatu kegiatan untuk menemukan pengetahuan yang benar.3 Dari beberapa
pendapat tersebut, dapat disimpulkan bahwa berpikir adalah suatu aktivitas mental
yang bertujuan untuk memperoleh pengetahuan dan menghasilkan gagasan.
Berpikir kritis menurut Ennis merupakan berpikir secara reflektif dan beralasan
yang difokuskan untuk membuat suatu keputusan terhadap apa yang harus
dipercaya atau dilakukan.4 Selain itu, Hitchcock mengatakan bahwa berpikir kritis
merupakan jenis berpikir yang berorientasi kepada penilaian suatu pertanyaan atau
masalah dan dilakukan dengan melihat kembali secara wajar pada bukti-bukti yang
relevan dengan pertanyaan atau masalah tersebut.5 Menurut Nelson, etc., berpikir
kritis merupakan suatu proses berharga dalam memeriksa serta mengevaluasi
masalah-masalah yang kritis dan kontroversial.6 Berdasarkan definisi yang telah
dijabarkan, dapat disimpulkan bahwa berpikir kritis merupakan proses berpikir
yang dilakukan dengan cara menganalisis dan mengevaluasi informasi serta
membuat keputusan yang bertujuan untuk menyelesaikan permasalahan.
1 Barbara Z. Presseisen, Thinking Skills: Meanings, Models and Materials, Educational
Resources Information Center, 1984, p. 5. 2 Wowo Sunaryo Kuswana, Taksonomi Berpikir, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2011), h.
2. 3 Muhammad Kristiawan, Filsafat Pendidikan The Choice is Yours, (Jogjakarta: Valia Pustaka
Jogjakarta, 2016), h. 42. 4 Robert H. Ennis, Critical Thinking Dispotitions: Their Nature and Assessability, Informal
Logic, vol. 18, no. 2&3, 1966, p. 166. 5 David Hitchcock, On Reasoning and Argument Essays in Informal Logic and on Critical
Thinking, (Canada: Springer International Publishing AG, 2016), p. 495. 6 Jack L. Nelson, etc., Critical Issues in Education, (New York: McGraw-Hill, 2007), p. 1.
8
Indikator kemampuan berpikir kritis menurut Ennis yaitu FRISCO (Focus,
Reason, Inference, Situation, Clarity, and Overview):7
a. Focus: mengidentifikasi fokus atau perhatian utama dalam masalah.
b. Reason: mengidentifikasi dan menilai penerimaan alasan.
c. Inference: menilai kualitas kesimpulan dengan asumsi alasan dapat diterima.
d. Situation: memerhatikan situasi masalah dengan cermat.
e. Clarity: memeriksa dan memastikan kejelasan bahasa yang digunakan.
f. Overview: memeriksa kembali kebenaran dari keputusan yang diambil secara
keseluruhan.
Bullen mendaftarkan kemampuan berpikir kritis ke dalam empat kategori
sebagai berikut:8
a. Clarification (klarifikasi). Upaya untuk menilai serta memahami sifat dan
sudut pandang dari suatu masalah atau isu. Indikator clarification meliputi:
memfokuskan pertanyaan, menganalisis argumen, bertanya dan menjawab
pertanyaan klarifikasi, mendefinisikan istilah dan menilai definisi.
b. Assesing Evidence (menilai bukti). Upaya untuk menilai bukti-bukti yang
digunakan untuk menetapkan dasar yang kuat dalam membuat kesimpulan.
Upaya ini melibatkan proses menilai kredibilitas sumber informasi serta
membuat dan menilai kredibilitas observasi. Indikator dari assesing evidence
meliputi: menilai kredibilitas sumber, mengobservasi dan menilai hasil
observasi.
c. Making and Judging Inference (membuat dan menilai inferensi). Upaya yang
melibatkan kemampuan untuk menilai kekuatan kesimpulan dan membuat
kesimpulan yang baik dengan menggunakan bukti yang mendukung argumen.
Indikator dari making and judging inference meliputi: mendeduksi dan menilai
hasil deduksi, menginduksi dan menilai hasil induksi, membuat dan menilai
hasil keputusan.
7 Robert Ennis, Critical Thinking: A Streamlined Conception, Teaching Philosophy, 1991, p.
20. 8 Mark Bullen, “A Case Study of Participation and Critical Thinking in a University-Level
Course Delivered by Computer Conferencing”, Thesis of Department of Educational Studies (Adult
Education), the University of British Columbia, 1997, p. 107-110.
9
d. Using Appropriate Strategies and Tactics (menggunakan strategi dan taktik
yang tepat). Berpikir kritis bukan hanya mengikuti langkah-langkah atau
prosedur, tetapi juga harus menggunakan strategi yang dapat membimbing
pemikiran seseorang. Indikator dari using appropriate strategies and tactics
meliputi: membuat daftar alasan untuk mendukung dan menentang suatu
posisi; menggunakan algoritma matematika; melihat dan mencermati kembali
situasi masalah untuk mendapatkan gambaran keseluruhan, menyelesaikan
masalah bersama dengan orang lain, memeriksa kembali solusi yang diperoleh
sebelum tugas tersebut selesai; menggunakan model, metafora, gambar, dan
simbol untuk menyederhanakan masalah, bertanya kepada orang lain tentang
perasaan atau tindakan mereka dalam menyelesaikan masalah.
Selain itu, terdapat keterampilan berpikir kritis menurut Facione yang meliputi
interpretasi, analisis, evaluasi, inferensi, eksplanasi, dan regulasi diri.9
a. Interpretasi, yaitu memahami dan mengekspresikan arti atau makna dari
berbagai pengalaman, situasi, data, peristiwa, penilaian, konvensi, keyakinan,
aturan, prosedur, atau kriteria yang luas. Sub keterampilan interpretasi
meliputi: mengategorikan, menguraikan arti, dan menglarifikasi arti.
b. Analisis, yaitu mengidentifikasi hubungan inferensial yang dimaksudkan dan
aktual antara pernyataan, pertanyaan, konsep, deskripsi, atau bentuk lain dari
representasi yang dimaksudkan untuk mengekspresikan keyakinan, penilaian,
pengalaman, alasan, informasi, atau pendapat. Sub keterampilan analisis
meliputi: memeriksa gagasan, mengidentifikasi argumen, serta
mengidentifikasi penalaran dan klaim.
c. Evaluasi, yaitu menilai kredibilitas pernyataan atau representasi lain yang
memberi penjelasan atau deksripsi dari persepsi, pengalaman, situasi,
penilaian, keyakinan, atau pendapat seseorang dan menilai kekuatan logika dari
hubungan inferensial yang aktual atau yang dimaksudkan termasuk
pernyataan, deskripsi, pertanyaan, atau bentuk representasi lainnya. Sub
9 Peter A Facione, Critical Thinking: What It Is and Why It Counts, Measured Reasons LLC,
2015, p. 9-10.
10
keterampilan evaluasi meliputi: menilai kredibilitas klaim, menilai kualitas
argumen yang dibuat dengan menggunakan penalaran induktif atau deduktif.
d. Inferensi, yaitu mengidentifikasi dan menetapkan unsur-unsur yang
dibutuhkan untuk menarik kesimpulan yang masuk akal; merumuskan dugaan
dan hipotesis; mempertimbangkan informasi yang relevan dan memetik
konsekuensi yang bersumber dari data, pernyataan, prinsip, bukti, penilaian,
keyakinan, pendapat, konsep, deskripsi, pertanyaan, atau bentuk representasi
lainnya. Sub keterampilan inferensi meliputi: mempertanyakan bukti, menduga
alternatif, dan menarik kesimpulan.
e. Eksplanasi, yaitu menyatakan hasil penalaran, membenarkan penalaran
tersebut berdasarkan pertimbangan-pertimbangan bukti, konsep, metodologi,
kriteria, dan konteks; menyajikan penalaran dalam bentuk argumen yang
meyakinkan. Sub keterampilan eksplanasi meliputi: menyatakan hasil,
membenarkan prosedur, dan memberikan argumen.
f. Regulasi diri, yaitu sadar memonitor kegiatan kognitif diri sendiri, unsur-unsur
yang terlibat dalam kegiatan tersebut, hasil-hasil yang diperoleh, terutama
dengan menerapkan keterampilan analisis dan evaluasi dalam menilai diri
sendiri. Sub keterampilan regulasi diri meliputi: memonitor diri dan
mengoreksi diri.
Berdasarkan penjabaran yang telah dipaparkan, dapat dirumuskan definisi
operasional berpikir kritis matematis yaitu kemampuan dalam menjelaskan situasi
masalah, menganalisis pernyataan, menjelaskan prosedur penyelesaian,
mengevaluasi, serta membuat kesimpulan yang dijadikan sebagai dasar dalam
memecahkan masalah matematika. Indikator kemampuan berpikir kritis yang
digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
a. Klarifikasi, menjelaskan situasi yang terjadi dalam masalah.
b. Analisis, yaitu memberikan argumen berdasarkan informasi yang tersedia.
c. Evaluasi, yaitu menilai kredibilitas argumen berdasarkan informasi yang
tersedia.
11
d. Inferensi, yaitu membuat kesimpulan secara umum berdasarkan informasi yang
tersedia.
e. Eksplanasi, yaitu menjelaskan prosedur penyelesaian masalah dengan
menggunakan konsep yang sesuai.
2. Pemecahan Masalah
Masalah didefinisikan oleh Nissa sebagai suatu persoalan yang tidak langsung
diketahui bagaimana cara menyelesaikannya.10 Menurut Posamentier dan Krulik,
masalah merupakan situasi yang menghadang seseorang, membutuhkan resolusi,
serta tidak segera diketahui bagaimana jalan menemukan suatu solusi.11
Berdasarkan beberapa definisi yang telah disebutkan, dapat disimpulkan bahwa
masalah adalah persoalan yang harus diselesaikan melalui prosedur yang tidak
rutin.
Pemecahan masalah menurut Hamdayama merupakan cara melatih peserta
didik dalam menghadapi berbagai masalah, baik masalah perorangan maupun
masalah kelompok untuk dipecahkan sendiri atau secara bersama-sama.12 Said dan
Budimanjaya mengatakan bahwa pemecahan masalah merupakan aktivitas mencari
solusi dengan cara mengidentifikasi, mengeksplorasi, menginvestigasi, membuat
praduga sampai akhirnya menemukan solusi.13 Menurut Wena, pemecahan masalah
merupakan proses untuk menemukan kombinasi dari sejumlah aturan yang dapat
diterapkan dalam upaya mengatasi situasi yang baru.14 Berdasarkan beberapa
definisi yang telah diuraikan, dapat disimpulkan bahwa pemecahan masalah
kegiatan mencari solusi dari permasalahan serta memperoleh pengetahuan baru
untuk digunakan dalam memecahkan masalah dengan situasi yang berbeda.
10 Ita Chairun Nissa, Pemecahan Masalah Matematika Teori dan Contoh Praktik, (Mataram:
Duta Pustaka Ilmu, 2015), h. 1. 11 Alfred S. Posamentier and Stephen Krulik, Problem Solving in Mathematics Grades 3-6
Powerful Strategies to Deepen Understanding, (California: Corwin, 2009), p. 2. 12 Jumanta Hamdayama, Metodologi Pengajaran, (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2017), h. 115. 13 Alamsyah Said dan Andi Budimanjaya, 95 Strategi Mengajar Active Learning Multiple
Intelligences Mengejar sesuai Kerja Otak dan Gaya Belajar Siswa, (Jakarta: Kencana, 2015), h.
120. 14 Made Wena, Strategi Pembelajaran Inovatif Kontemporer Suatu Tinjauan Konseptual
Operasional, (Jakarta: Bumi Aksara, 2014), h. 52.
12
Pemecahan masalah dapat menjadi kendaraan yang digunakan untuk mengikat
pengalaman-pengalaman matematika siswa menjadi keseluruhan yang bermakna.15
Posamentier dan Krulik mengatakan bahwa peserta didik secara alami
menggunakan strategi pemecahan masalah tidak hanya untuk memecahkan masalah
matematika tetapi juga untuk menyelesaikan masalah dalam kehidupan sehari-
hari.16 Transfer pembelajaran dapat direalisasikan dengan memperkenalkan strategi
pemecahan masalah di kedua situasi matematika dan kehidupan nyata secara
bersamaan.17 Selain itu, dalam mengajar pemecahan masalah matematika, guru
harus dapat memberikan sumber pertanyaan dan konteks yang menarik dan "baru"
bagi peserta didik dengan tujuan untuk mengembangkan minat peserta didik dalam
memecahkan permasalahan.18
3. Strategi Pembelajaran I, Talk, How, Identify, Notice, and Keep thinking
(I-THINK)
Strategi sangat dibutuhkan dalam pembelajaran matematika untuk mencapai
tujuan yang diharapkan. Uno mendefinisikan strategi pembelajaran sebagai cara-
cara yang akan digunakan oleh pengajar untuk memilih kegiatan belajar dalam
rangka mencapai tujuan pembelajaran tertentu.19 Menurut Majid, strategi
pembelajaran merupakan suatu rencana kegiatan termasuk penggunaan metode dan
pemanfaatan berbagai sumber daya yang diarahkan untuk mencapai tujuan
pembelajaran.20 Pendapat lain dikemukakan oleh Hamzah, strategi pembelajaran
adalah pola kegiatan pembelajaran yang dipilih dan digunakan guru secara
kontekstual sesuai dengan karakteristik siswa, kondisi sekolah, lingkungan sekitar,
15 Alfred S. Posamentier and Stephen Krulik, Problem-Solving Strategies for Efficient and Elegant Solutions Grades 6-12 A Resource for the Mathematics Teacher, (California: Corwin Press,
2008), p. 2. 16 Ibid., p. 2-3. 17 Ibid., p. 3. 18 Toh Tin Lam, Arousing Students’ Curiosity and Mathematical Problem Solving, (Singapore:
National University of Singapore, 2017), p. 244. 19 Hamzah B. Uno, Model Pembelajaran Menciptakan Proses Belajar Mengajar yang Kreatif
dan Efektif, (Jakarta: Bumi Aksara, 2016), h. 3. 20 Abdul Majid, Pembelajaran Tematik Terpadu, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2014), h.
141.
13
serta tujuan khusus pembelajaran yang dirumuskan.21 Berdasarkan beberapa
definisi yang telah dikemukakan, maka dapat disimpulkan bahwa strategi
pembelajaran adalah serangkaian kegiatan yang harus dilakukan oleh guru dan
siswa pada setiap tahapan pembelajaran untuk mencapai tujuan pembelajaran yang
telah ditetapkan.
Strategi pembelajaran I-THINK merupakan strategi kooperatif yang
mendorong siswa untuk berinteraksi memecahkan masalah secara berkelompok.22
Strategi I-THINK dapat memotivasi peserta didik untuk menganalisis masalah
secara individu dan kooperatif, mempertimbangkan strategi penyelesaian,
memantau upaya, dan membenarkan solusi yang telah diperoleh.23 Sararose
mengatakan bahwa strategi I-THINK merupakan penggabungan antara
pembelajaran kooperatif dan instruksi metakognitif.24 Menurut Wilson dan Clarke,
berpikir metakognitif dapat membantu peserta didik dalam menyadari,
mengevaluasi, dan mengatur pemikiran matematika mereka.25 Strategi I-THINK
juga dapat mendukung siswa untuk mendengarkan dan memeriksa ide-ide orang
lain.26
Masing-masing huruf dalam I-THINK melambangkan tahapan dalam proses
pembelajaran, yaitu:
I : I (Memikirkan masalah secara individu)
T : T-Talk (Membicarakan masalah)
H : H-How (Membuat strategi pemecahan masalah)
I : I-Identify (Mengidentifikasi strategi pemecahan masalah)
N : N-Notice (Memberitahukan strategi pemecahan masalah yang dipilih)
K : K-Keep thinking (Memikirkan kembali solusi masalah)
21 M. Ali Hamzah dan Muhlisrarini, Perencanaan dan Strategi Pembelajaran Matematika,
(Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2014), h. 141. 22 Sararose D. Lynch, et al., I-THINK I Can Problem Solve, Mathematics Teaching in the
Middle School, 2013, p. 10. 23 Ibid. 24 Ibid., p. 11. 25 Jeni Wilson and David Clarke, Towards the Modelling of Mathematical
Metacognition, Mathematics Education Research Journal, vol. 16, no. 2, 2004, p. 27. 26 Kelli R. Thomas, Students THINK: A Framework for Improving Problem Solving, National
Council of Teachers of Mathematics, vol. 13, no. 2, 2006, p. 86.
14
Setiap tahapan strategi I-THINK bertujuan untuk memandu siswa dalam
menyelesaikan masalah yang diberikan. Penjelasan lebih rinci dalam setiap tahapan
strategi I-THINK sebagai berikut:
a. I (Memikirkan masalah secara individu)
Tahap awal dimulai dengan meminta setiap siswa untuk memikirkan masalah
yang telah diberikan oleh guru sebelum mereka melakukan diskusi
kelompok.27
b. T-Talk (Membicarakan masalah)
Pada tahap ini, guru meminta siswa untuk membicarakan masalah dengan
teman yang lain dalam kelompok. Siswa diminta untuk mendeskripsikan
situasi yang terjadi dalam masalah, menjelaskan apa yang ditanyakan, serta
mengidentifikasi informasi penting dalam masalah.
c. H-How (Membuat strategi pemecahan masalah)
Tahapan ini difokuskan pada bagaimana masalah dapat diselesaikan. Dengan
berbagi ide atau bertukar pikiran dalam kelompok tentang rencana atau strategi
yang akan digunakan dalam menyelesaikan masalah, siswa juga diminta untuk
menjelaskan tentang bagaimana dan mengapa rencana tersebut akan dapat
menyelesaikan masalah.
d. I-Identify (Mengidentifikasi strategi pemecahan masalah)
Pada tahap ini, siswa mengidentifikasi strategi atau rencana pemecahan
masalah. Aspek penting dari tahap ini adalah dapat mendorong siswa untuk
memikirkan dan mengevaluasi efektivitas rencana atau strategi yang telah
dipilih. Pendekatan ini juga dapat membantu siswa dalam bernalar tentang
pemikiran yang mereka gunakan sehingga dapat menghasilkan kesadaran yang
lebih kuat untuk melakukan proses pemecahan masalah.
e. N-Notice (Memberitahukan strategi pemecahan masalah)
Untuk menambah pemahaman siswa, mereka diminta untuk memberitahukan
bagaimana strategi atau rencana yang digunakan dapat membantu mereka
dalam memecahkan masalah.
27 Lynch et al., op. cit., p. 10.
15
f. K-Keep thinking (Memikirkan kembali solusi masalah)
Pada tahap ini, siswa diminta untuk memeriksa kembali solusi masalah dan
memastikan apakah solusi yang telah diperoleh masuk akal.28
Setelah itu, dilakukan diskusi kelas dengan cara meminta siswa untuk
menyajikan solusi yang telah diperoleh serta menjelaskan bagaimana mereka
menemukan suatu kesimpulan.29
Untuk mengefektifkan penerapan strategi I-THINK, terdapat beberapa saran
yang dapat membantu dan memudahkan guru dalam menerapkan strategi I-THINK
pada pembelajaran matematika di kelas, yaitu:30
a. Merencanakan seberapa sering menggunakan tugas yang menerapkan strategi
I-THINK
b. Mempertimbangkan kelompok belajar siswa
c. Mengidentifikasi pendukung visual yang akan disediakan
d. Mengembangkan rutinitas mengenalkan masalah
e. Menentukan cara berdiskusi dan menilai penyelesaian masalah yang dilakukan
oleh siswa.
Berikut ini adalah langkah-langkah pembelajaran matematika dengan
strategi I-THINK yang akan diterapkan dalam penelitian ini.
Guru membimbing siswa untuk bergabung dengan kelompok yang telah ditentukan.
Selanjutnya, guru memberikan permasalahan kepada siswa yang disajikan dalam
bentuk Lembar Kerja Siswa (LKS).
a. I
Pada tahap ini, siswa dibimbing secara individu untuk menjelaskan situasi yang
terjadi pada masalah.
b. T-Talk
Pada tahap ini, siswa mulai mendiskusikan masalah yang diberikan. Siswa
bersama-sama menjelaskan situasi yang terjadi pada masalah.
28 Thomas, op. cit., p. 88-89. 29 Lynch, et al., op. cit., p. 14. 30 Ibid., p. 13.
16
c. H-How
Pada tahap ini, tiap anggota kelompok menyampaikan pendapat mereka
masing-masing mengenai strategi pemecahan masalah yang akan digunakan.
Para siswa berdiskusi dan saling menanggapi pendapat satu sama lain.
d. I-Identify
Pada tahap ini, siswa dibimbing untuk mengidentifikasi strategi pemecahan
masalah yang akan digunakan untuk memecahkan masalah.
e. N-Notice
Pada tahap ini, siswa dibimbing untuk memberitahukan bahwa strategi yang
digunakan dapat membantu mereka dalam memecahkan masalah dengan cara
menjelaskan prosedur penyelesaian masalah.
f. K-Keep thinking
Pada tahap ini, siswa dibimbing untuk memeriksa kembali solusi yang telah
diperoleh dan membuat suatu kesimpulan.
Selanjutnya, perwakilan tiap kelompok mempresentasikan hasil diskusi
kelompok di depan kelas. Kelompok lain diminta untuk menanggapi,
melengkapi, atau memberikan kritik kepada kelompok yang sedang
mempresentasikan hasil diskusinya. Setelah itu, guru dan siswa bersama-sama
merefleksikan hasil pembelajaran.
4. Strategi Pembelajaran Konvensional
Pembelajaran konvensional yang diterapkan pada penelitian ini adalah
pembelajaran dengan menggunakan pendekatan saintifik dengan strategi 5M.
Pendekatan saintifik merupakan pendekatan pembelajaran yang bertujuan untuk
mengarahkan siswa agar dapat berpartisipasi aktif dalam mengonstruksi
pengetahuannya.31 Berikut ini adalah tahapan pembelajaran konvensional
menggunakan pendekatan saintifik dengan strategi 5M.32
31 R. Rusnilawati, “Pengembangan Perangkat Pembelajaran Matematika Bercirikan Active
Knowledge Sharing dengan Pendekatan Saintifik Kelas VIII”, Jurnal Riset Pendidikan Matematika,
vol. 3, no. 2, 2016. 32 Musfiqon dan Nurdyansyah, Pendekatan Pembelajaran Saintifik, (Sidoarjo: Nizamia
Learning Center, 2015), h. 38-40.
17
a. Mengamati, Siswa melakukan pengamatan terhadap suatu objek yang
dilakukan dengan cara membaca, mendengar, menyimak, melihat (dengan atau
tanpa alat).
b. Menanya, Siswa mengajukan pertanyaan tentang informasi yang belum
dipahami dari kegiatan mengamati atau membuat pertanyaan untuk
memperoleh informasi tambahan. Pertanyaan yang siswa ajukan seharusnya
pertanyaan-pertanyaan yang bersifat faktual hingga mengarah kepada
pertanyaan-pertanyaan yang bersifat hipotetik (dugaan).
c. Mengumpulkan informasi, Siswa mengumpulkan data atau informasi dari
berbagai sumber dengan cara melakukan eksperimen, membaca beragam
sumber selain yang terdapat pada buku teks, mengamati objek, mengamati
kejadian, hingga melakukan wawancara dengan narasumber.
d. Mengasosiasi, Siswa mengolah informasi yang telah diperoleh dengan
menerapkan suatu prosedur dalam berpikir secara deduktif atau induktif untuk
menarik suatu kesimpulan.
e. Mengomunikasikan, Siswa menyampaikan hasil pengamatan yang telah
dilakukan dan kesimpulan yang telah diperoleh berdasarkan hasil analisis, baik
secara lisan, tertulis, atau cara-cara dan media lainnya.
B. Hasil Penelitian Relevan
1. Penelitian yang dilakukan oleh Thomas dengan judul “Students THINK: A
Framework for Improving Problem Solving”. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa penggunaan strategi THINK dapat melatih metakognitif siswa serta
dapat membimbing interaksi siswa saat mereka menyelesaikan masalah dalam
kelompok sehingga memberikan kesempatan kepada siswa untuk
mengembangkan keterampilan pemecahan masalah. Strategi THINK juga
dapat meningkatkan penalaran matematis siswa.33 Persamaan antara penelitian
yang dilakukan oleh Thomas dengan penelitian ini adalah menerapkan strategi
THINK, sedangkan perbedaannya terletak pada kemampuan yang diukur.
Penelitian oleh Thomas mengukur kemampuan penalaran dan pemecahan
33 Thomas, op. cit., p. 93.
18
masalah, sedangkan penelitian ini mengukur kemampuan berpikir kritis
matematis.
2. Penelitian yang dilakukan oleh Lynch, et al., dengan judul “I-THINK I Can
Problem Solve”. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa penggunaan
strategi I-THINK dapat memberikan peluang kepada siswa untuk
mengembangkan kemampuan pemecahan masalah dan keterampilan
metakognitif yang lebih baik serta memberi peluang kepada siswa untuk
membuat koneksi matematika saat mereka bertanya, berbagi, dan menganalisis
ide dalam kelompok kooperatif.34 Persamaan antara penelitian yang dilakukan
oleh Thomas dengan penelitian ini adalah menerapkan strategi I-THINK,
sedangkan perbedaannya terletak pada kemampuan yang diukur. Penelitian
oleh Lynch mengukur kemampuan pemecahan masalah dan metakognitif,
sedangkan penelitian ini mengukur kemampuan berpikir kritis matematis.
3. Penelitian yang dilakukan oleh Masruro dengan judul “Meningkatkan
Kemampuan Berpikir Kritis Matematis Siswa melalui Pendekatan Diskursus
Matematik”. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa kemampuan
berpikir kritis matematis siswa yang menggunakan strategi pembelajaran
ECIRR lebih tinggi daripada kemampuan berpikir kritis matematis
siswa yang menggunakan strategi pembelajaran konvensional.35 Persamaan
antara penelitian yang dilakukan oleh Rahmawati dengan penelitian ini adalah
mengukur kemampuan berpikir kritis matematis, sedangkan perbedaannya
terletak pada strategi pembelajaran yang diterapkan. Penelitian oleh Masruro
menerapkan strategi pembelajaran ECIRR, sedangkan penelitian ini
menerapkan strategi pembelajaran I-THINK.
34 Lynch, et al., op. cit., p. 14. 35 Umi Masruro, “Pengaruh Strategi Pembelajaran ECIRR terhadap Kemampuan Berpikir
Kritis Matematis Siswa (Penelitian Kuasi Eksperimen di Kelas VIII MTs Pembangunan UIN)”,
Skripsi pada UIN Syarif Hidayatullah Jakata, Jakarta, 2017, h. 57.
19
C. Kerangka Berpikir
Berpikir kritis menjadi salah satu tujuan pembelajaran matematika yang
tercantum dalam Permendikbud.36 Berdasarkan kajian teori sebelumnya, diketahui
bahwa berpikir kritis matematis merupakan kemampuan dalam menjelaskan situasi
masalah, menganalisis pernyataan, menjelaskan prosedur penyelesaian,
mengevaluasi, serta membuat kesimpulan yang dijadikan sebagai dasar dalam
memecahkan masalah matematika. Berpikir kritis juga merupakan salah satu
kemampuan yang penting untuk dibekali kepada peserta didik dalam menghadapi
masalah, baik masalah dalam pelajaran matematika maupun masalah dalam
kehidupan sehari-hari.
Akan tetapi, fakta menunjukkan bahwa kemampuan berpikir kritis siswa
Indonesia masih rendah. Berdasarkan beberapa penelitian yang telah dilakukan oleh
Kholifah37, penelitian oleh Sari, dkk.,38 serta penelitian oleh Fithriyah, dkk.,39
menyatakan bahwa kemampuan berpikir kritis matematis kebanyakan siswa masih
rendah. Hal tersebut disebabkan oleh beberapa faktor. Menurut hasil observasi yang
dilakukan oleh Fauziah, salah satu penyebab rendahnya kemampuan berpikir kritis
matematis siswa adalah kurangnya pengembangan pembelajaran yang dilakukan
oleh guru dalam melatih kemampuan berpikir kritis matematis siswa.40 Oleh karena
itu, diperlukan suatu strategi pembelajaran yang dapat melatih dan meningkatkan
kemampuan berpikir kritis matematis siswa.
Salah satu strategi pembelajaran yang dapat diterapkan oleh guru dalam
melatih dan meningkatkan kemampuan berpikir kritis matematis siswa adalah
strategi I-THINK. Strategi I-THINK dapat memotivasi peserta didik untuk
36 Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia no. 21 tahun 2016
tentang Standar Isi Pendidikan Dasar dan Menengah, h. 8. 37 Kholifah, “Analisis Kemampuan Berpikir Kritis Matematis pada Siswa SMP Kelas IX”,
Skripsi pada UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Jakarta, 2017, h. 39. 38 Muliana Sari, dkk., “Analisis Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Kelas VIII-D SMP Negeri
1 Gambut”, Prosiding disampaikan pada Seminar Matematika dan Pendidikan Matematika, FKIP
UNS, 16 November 2016, h. 262. 39 Inayatul Fithriyah, dkk., “Analisis Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Kelas IX-D SMPN 17
Malang”, Makalah disampaikan pada Konferensi Nasional Penelitian Matematika dan
Pembelajarannya (KNPMP I) Universitas Muhammadiyah Surakarta, 12 Maret 2016, h. 588. 40 Widayati Lutfi Fauziah, “Penerapan Model Pencapaian Konsep dalam Mengembangkan
Kemampuan Berpikir Kritis Matematis Siswa pada Materi Lingkaran”, Skripsi pada UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta, Jakarta, 2017, h. 4.
20
menganalisis masalah secara individu dan kooperatif, mempertimbangkan strategi
penyelesaian, memantau upaya, dan membenarkan solusi yang telah diperoleh.41
Beberapa proses pembelajaran yang terdapat pada strategi I-THINK seperti proses
menganalisis masalah, mempertimbangkan strategi penyelesaian, mengevaluasi,
dan memeriksa pemikiran orang lain merupakan indikator yang terdapat pada
kemampuan berpikir kritis matematis. Oleh karena itu, penerapan strategi I-THINK
diharapkan dapat melatih dan meningkatkan kemampuan berpikir kritis matematis
siswa karena terdapat kesesuaian antara strategi I-THINK dengan indikator
kemampuan berpikir kritis matematis. Setiap huruf dari I-THINK merupakan
tahapan pembelajaran yang harus dilakukan, yaitu dimulai dari tahap I, T-Talk, H-
How, I-Identify, N-Notice,sampai tahap K-Keep thinking.42
Pembelajaran diawali dengan membagi siswa menjadi beberapa kelompok
yang terdiri dari 2-4 orang. Kemudian guru memberikan permasalahan kepada
siswa. Tahapan pertama adalah I. Pada tahap ini, siswa dibimbing untuk
menjelaskan situasi masalah dengan menentukan apa yang diketahui dan apa yang
ditanyakan pada masalah secara individu. Selain itu, pendekatan saintifik yang
berkontribusi pada tahapan ini adalah kegiatan mengamati. Proses ini dapat melatih
kemampuan siswa dalam menjelaskan situasi yang terjadi dalam masalah.
Tahapan kedua adalah T-Talk. Pada tahap ini, siswa mulai mendiskusikan
masalah yang diberikan. Siswa bersama-sama menjelaskan situasi masalah dengan
menentukan apa yang diketahui dan apa yang ditanyakan pada masalah. Selain itu,
pendekatan saintifik yang berkontribusi pada tahapan ini adalah kegiatan
mengamati dan menanya. Proses ini dapat melatih kemampuan siswa dalam
menjelaskan situasi yang terjadi dalam masalah melalui proses diskusi.
Tahapan ketiga adalah H-How. Pada tahap ini, siswa difokuskan pada
bagaimana masalah dapat diselesaikan. Tiap anggota kelompok menyampaikan
pendapat mereka masing-masing mengenai strategi pemecahan masalah yang akan
digunakan. Para siswa berdiskusi dan saling menanggapi pendapat satu sama lain.
Pendekatan saintifik yang berkontribusi pada tahapan ini adalah kegiatan
41 Lynch, et al., op. cit., p. 10. 42 Ibid.
21
mengamati, menanya, dan mengumpulkan informasi. Proses ini dapat melatih
kemampuan siswa dalam memberikan argumen berdasarkan informasi yang
tersedia.
Tahapan keempat adalah I-Identify. Pada tahap ini, siswa dibimbing untuk
mengidentifikasi strategi pemecahan masalah yang akan digunakan untuk
memecahkan masalah. Pendekatan saintifik yang berkontribusi pada tahapan ini
adalah kegiatan menanya dan mengumpulkan informasi. Proses ini dapat melatih
kemampuan siswa dalam memberikan argumen berdasarkan informasi yang
tersedia serta menjelaskan prosedur penyelesaian masalah dengan menggunakan
konsep yang sesuai.
Tahapan kelima adalah N-Notice. Pada tahap ini, siswa dibimbing untuk
memberitahukan bahwa strategi yang digunakan dapat membantu mereka dalam
memecahkan masalah dengan cara menjelaskan prosedur atau langkah-langkah
penyelesaian masalah. Selain itu, pendekatan saintifik yang berkontribusi pada
tahapan ini adalah kegiatan mengumpulkan informasi dan mengasosiasi. Proses ini
dapat melatih kemampuan siswa dalam menjelaskan prosedur penyelesaian
masalah dengan menggunakan konsep yang sesuai.
Tahapan keenam adalah K-Keep thinking. Pada tahap ini, siswa dibimbing
untuk memeriksa kembali solusi yang telah diperoleh dan membuat suatu
kesimpulan. Pendekatan saintifik yang berkontribusi pada tahapan ini adalah
kegiatan mengamati, mengasosiasi, dan mengomunikasikan. Proses ini dapat
melatih kemampuan siswa dalam menjelaskan situasi yang terjadi dalam masalah,
memberikan argumen berdasarkan informasi yang tersedia, menilai kredibilitas
argumen, menjelaskan prosedur penyelesaian masalah dengan menggunakan
konsep yang sesuai, serta membuat kesimpulan secara umum berdasarkan
informasi yang tersedia.
Selanjutnya, perwakilan tiap kelompok mempresentasikan hasil diskusi
kelompok di depan kelas. Kelompok lain diminta untuk menanggapi, melengkapi,
atau memberikan kritik kepada kelompok yang sedang mempresentasikan hasil
diskusinya. Setelah itu, guru dan siswa bersama-sama merefleksikan hasil
pembelajaran.
22
Keterkaitan antara tahapan strategi I-THINK dengan kemampuan berpikir
kritis matematis siswa disajikan pada bagan berikut.
Gambar 2.1
Kerangka Berpikir
D. Hipotesis Penelitian
Kemampuan berpikir kritis matematis siswa yang memperoleh pembelajaran
dengan strategi I-THINK lebih tinggi dari kemampuan berpikir kritis matematis
siswa yang memperoleh pembelajaran konvensional.
.
23
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di salah satu MTs di Jakarta. Penelitian ini
dilaksanakan pada semester ganjil tahun ajaran 2019/2020. Secara keseluruhan,
berikut jadwal kegiatan penelitian.
Tabel 3.1
Jadwal Kegiatan Penelitian
No. Jenis Kegiatan Mei Jun Jul Ags Sep Okt
1. Persiapan dan
pelaksanaan
2. Observasi (studi
lapangan)
3. Pelaksanaan di
lapangan
4. Analisis data
5. Laporan penelitian
B. Desain Penelitian
Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah quasi eksperimen. Quasi
eksperimen ini digunakan karena peneliti tidak dapat mengontrol secara penuh
variabel-variabel luar yang mempengaruhi proses penelitian. Pada penelitian ini,
peneliti membagi kelompok sampel menjadi dua kelompok, yaitu kelompok
eksperimen dan kelompok kontrol. Kelompok eksperimen adalah kelompok yang
diberikan perlakuan strategi I, Talk, How, Identify, Notice, and Keep thinking (I-
THINK) sedangkan kelompok kontrol diberi perlakuan pembelajaran
konvensional.
Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah Randomized
Control Group Post Test Only yang pengontrolannya dilakukan hanya pada tes
akhir (post test) karena peneliti hanya ingin menganalisis kemampuan berpikir
24
kritis matematis siswa setelah diberikan perlakuan. Berikut ini adalah tabel yang
menunjukkan desain penelitian ini.1
Tabel 3.2
Desain Penelitian
Kelompok Perlakuan Post Test
E 𝑋𝐸 Y
K 𝑋𝐾 Y
Keterangan:
E : kelas eksperimen
K : kelas kontrol
𝑋𝐸 : perlakuan terhadap kelas eksperimen, yaitu pembelajaran dengan strategi
I-THINK
𝑋𝐾 : perlakuan terhadap kelas kontrol, yaitu pembelajaran dengan strategi 5M
Y : tes akhir berpikir kritis
C. Populasi dan Sampel
Populasi pada penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VIII di salah satu MTs
di Jakarta tahun ajaran 2019/2020 yang terdiri dari empat kelas. Sampel pada
penelitian ini diambil dari populasi dengan menggunakan teknik Cluster Random
Sampling. Sampling dilakukan pada seluruh siswa kelas VIII di salah satu MTs di
Jakarta dengan mengambil dua kelas secara acak yang terdiri dari satu kelas
eksperimen dan satu kelas kontrol. Setelah dilakukan pengocokan, sampel yang
terpilih sebanyak 60 siswa. Sampel tersebut terdiri dari 32 siswa kelas VIII-1 yang
terpilih menjadi kelas eksperimen dan 28 siswa kelas VIII-2 yang terpilih menjadi
kelas kontrol.
D. Variabel Penelitian
Terdapat dua variabel pada penelitian ini, yaitu variabel bebas (independent)
dan variabel terikat (dependent). Variabel bebas pada penelitian ini adalah
pembelajaran dengan strategi I, Talk, How, Identify, Notice, and Keep thinking (I-
1 Karunia Eka Lestari dan Mokhammad Ridwan Yudhanegara, Penelitian Pendidikan
Matematika, (Bandung: PT Refika Aditama, 2015), h. 126.
25
THINK) dan variabel terikatnya adalah kemampuan berpikir kritis matematis
siswa.
E. Teknik Pengumpulan Data
Pengumpulan data dilakukan dengan beberapa tahap. Tahapan-tahapan
tersebut adalah sebagai berikut.
1. Peneliti melakukan observasi untuk menentukan sekolah yang akan dijadikan
objek penelitian serta menentukan kelas yang akan dijadikan kelas eksperimen
dan kelas kontrol.
2. Memberikan perlakuan (treatment) yang berbeda pada kelas eksperimen dan
kelas kontrol. Kelas eksperimen memperoleh pembelajaran dengan strategi I,
Talk, How, Identify, Notice, and Keep thinking (I-THINK) dan kelas kontrol
memperoleh pembelajaran konvensional.
3. Memberikan tes akhir (post test) berupa tes kemampuan berpikir kritis
matematis yang disusun dalam bentuk uraian (essay) dengan materi Sistem
Persamaan Linear Dua Variabel (SPLDV) pada kedua kelas penelitian.
F. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian yang digunakan adalah soal uraian yang dibuat untuk
mengukur kemampuan berpikir kritis matematis siswa pada kelompok eksperimen
dan kelompok kontrol. Dua kelompok tersebut diberikan instrumen yang sama.
Instrumen tes tersebut terdiri dari 5 soal uraian pada materi sistem persamaan linear
dua variabel. Instrumen tes disusun berdasarkan indikator kemampuan berpikir
kritis matematis yang akan dicapai, yaitu indikator klarifikasi, analisis, evaluasi,
inferensi, dan eksplanasi. Pemberian skor penilaian kemampuan berpikir kritis
matematis untuk setiap indikator dimulai dari 0-4. Kisi-kisi instrumen kemampuan
berpikir kritis matematis disajikan pada Tabel 3.3 sebagai berikut.
26
Tabel 3.3
Kisi-kisi Instrumen Tes Kemampuan Berpikir Kritis Matematis
Kompetensi Dasar : Mengembangkan kemampuan berpikir kritis matematis terkait
dengan materi sistem persamaan linear dua variabel.
Sub Materi
SPLDV
Indikator
Berpikir
Kritis
Indikator Kompetensi No.
Soal
Nilai variabel Klarifikasi
Menjelaskan situasi masalah yang
terkait dengan sistem persamaan
linear dua variabel
1
Nilai variabel Analisis
Memberikan argumen mengenai
penyelesaian masalah sistem
persamaan linear dua variabel
berdasarkan informasi yang tersedia
2
Nilai variabel Evaluasi
Menilai kredibilitas argumen
mengenai penyelesaian masalah
sistem persamaan linear dua variabel
berdasarkan informasi yang tersedia
3
Nilai variabel Inferensi
Membuat kesimpulan secara umum
mengenai penyelesaian masalah
sistem persamaan linear dua variabel
berdasarkan informasi yang tersedia
4
Nilai variabel Eksplanasi
Menjelaskan prosedur penyelesaian
masalah yang melibatkan konsep
sistem persamaan linear dua variabel
5
Sebelum instrumen penelitian diberikan, terlebih dahulu dilakukan pengujian
terhadap instrumen tersebut berupa uji validitas, uji taraf kesukaran, uji daya
pembeda, serta uji reliabilitas.
27
1. Uji Validitas
Validitas suatu instrumen merupakan tingkat ketepatan suatu instrumen untuk
mengkur sesuatu yang harus diukur.2 Uji validitas pada penelitian ini dilakukan
untuk mengetahui apakah instrumen yang diuat dapat mengukur kemampuan
berpikir kritis matematis siswa. Uji validitas menggunakan koefisien korelasi
Product Moment yang dikembangkan oleh Karl Pearson sebagai berikut.3
𝑟𝑥𝑦 =𝑁(∑ 𝑋𝑌) − (∑ 𝑋) . (∑ 𝑌)
√[𝑁 ∑ 𝑋2 − (∑ 𝑋)2] − [𝑁 ∑ 𝑌2 − (∑ 𝑌)2]
Keterangan :
𝑟𝑥𝑦 : koefisien korelasi antara skor butir soal (X) dan total skor (Y)
N : banyak subjek
𝑋 : skor butir soal atau skor item pertanyaan
𝑌 : total skor
Perhitungan validitas pada penelitian ini menggunakan perangkat lunak SPSS
(Statistical Package for Social Sciences). Uji validitas instrumen dilakukan dengan
cara membandingkan hasil perhitungan Pearson Correlation (𝑟ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔) dengan
𝑟𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 pada taraf signifikansi 5% dengan terlebih dahulu menentukan derajat
kebebasan atau degrees of freedom, yaitu 𝑑𝑓 = 𝑛 − 2. Soal dikatakan valid jika
nilai 𝑟ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 > 𝑟𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 . Sebaliknya, soal dikatakan tidak valid jika nilai 𝑟ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 ≤
𝑟𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙. Pada penelitian ini, instrumen diujicobakan pada 31 siswa sehingga 𝑛 = 31,
dan 𝑑𝑓 = 29 dengan 𝛼 = 0,05 dan 𝑟𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 = 0,355.
Peneliti membuat 5 butir soal kemampuan berpikir kritis matematis. Hasil uji
validitas instrumen menunjukkan bahwa semua butir soal valid. Hasil rekapitulasi
uji validitas instrumen tes kemampuan berpikir kritis matematis disajikan pada
Tabel 3.4 berikut.
2 Ibid., h. 190. 3 Ibid., h. 193.
28
Tabel 3.4
Hasil Rekapitulasi Uji Validitas Instrumen Tes Kemampuan Berpikir
Kritis Matematis
No.
Soal
Indikator Kemampuan
Berpikir Kritis Matematis 𝒓𝒉𝒊𝒕𝒖𝒏𝒈 Keterangan
1 Klarifikasi 0,704 Valid
2 Analisis 0,454 Valid
3 Evaluasi 0,753 Valid
4 Inferensi 0,640 Valid
5 Eksplanasi 0,819 Valid
2. Taraf Kesukaran
Taraf kesukaran suatu instrumen dinyatakan dalam bentuk indeks kesukaran.
Indeks kesukaran adalah suatu bilangan yang menyatakan derajat kesukaran suatu
butir soal.4 Penentuan indeks kesukaran dilakukan untuk mengklasifikasikan
tingkat kesulitan tiap butir soal, apakah soal tergolong sulit, sedang, atau mudah.
Berikut ini adalah rumus yang digunakan untuk menentukan indeks atau tingkat
kesukaran tiap butir instrumen.5
𝑃 =∑ 𝐵
𝑁
Keterangan :
𝑃 : indeks atau tingkat kesukaran
𝐵 : jumlah siswa yang menjawab benar
𝑁 : jumlah seluruh siswa
Kriteria yang digunakan untuk menginterpretasikan indeks kesukaran disajikan
pada tabel berikut.6
4 Ibid., h. 223. 5 Zainal Arifin, Evaluasi Pembelajaran, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2009), h. 272. 6 Lestari dan Yudhanegara, op. cit., h. 224.
29
Tabel 3.5
Klasifikasi Indeks Kesukaran Instrumen
Nilai Interpretasi
𝑃 = 0,00 Sangat sukar
0,00 < 𝑃 ≤ 0,30 Sukar
0,30 < 𝑃 ≤ 0,70 Sedang
0,70 < 𝑃 < 1,00 Mudah
𝑃 = 1,00 Sangat mudah
Hasil rekapitulasi uji taraf kesukaran instrumen tes kemampuan berpikir kritis
matematis siswa dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 3.6
Hasil Rekapitulasi Uji Taraf Kesukaran Instrumen Tes Kemampuan
Berpikir Kritis Matematis
No.
Soal
Indikator Kemampuan Berpikir
Kritis Matematis
Taraf Kesukaran
𝑷 Kriteria
1 Klarifikasi 0,726 Mudah
2 Analisis 0,500 Sedang
3 Evaluasi 0,258 Sukar
4 Inferensi 0,298 Sukar
5 Eksplanasi 0,323 Sedang
3. Daya Pembeda
Uji daya pembeda dilakukan untuk mengetahui apakah butir soal tersebut
mampu membedakan siswa yang memiliki kemampuan tinggi, kemampuan sedang,
dan siswa yang berkemampuan rendah.7 Rumus yang digunakan untuk mengetahui
indeks daya pembeda tiap butir instrumen adalah sebagai berikut.8
𝐷𝑃 =𝐵𝐴
𝐽𝐴−
𝐵𝐵
𝐽𝐵
7 Ibid., h. 217. 8 Asrul, dkk., Evaluasi Pembelajaran, (Bandung: Citapustaka Media, 2015), h. 153.
30
Keterangan:
𝐷𝑝 : daya pembeda butir soal
𝐽𝐴 : banyaknya siswa kelas atas
𝐽𝐵 : banyaknya siswa kelas bawah
𝐵𝐴 : banyaknya siswa kelas atas yang menjawab benar
𝐵𝐵 : banyaknya siswa bawah yang menjawab benar
Kriteria yang digunakan untuk menginterpretasikan indeks daya pembeda
disajikan pada tabel berikut.9
Tabel 3.7
Klasifikasi Indeks Daya Pembeda
Nilai Interpretasi
0,70 < 𝐷𝑃 ≤ 1,00 Sangat baik
0,40 < 𝐷𝑃 ≤ 0,70 Baik
0,20 < 𝐷𝑃 ≤ 0,40 Cukup
0,00 < 𝐷𝑃 ≤ 0,20 Buruk
𝐷𝑃 ≤ 0,00 Sangat buruk
Hasil rekapitulasi uji daya pembeda instrumen tes kemampuan berpikir kritis
matematis siswa disajika n pada tabel berikut.
Tabel 3.8
Hasil Rekapitulasi Uji Daya Pembeda Instrumen Tes Kemampuan Berpikir
Kritis Matematis
No.
Soal
Indikator Kemampuan Berpikir
Kritis Matematis
Daya Pembeda
𝑫𝒑 Kriteria
1 Klarifikasi 0,211 Cukup
2 Analisis 0,065 Buruk
3 Evaluasi 0,145 Buruk
4 Inferensi 0,288 Cukup
5 Eksplanasi 0,560 Baik
9 Lestari dan Yudhanegara, op. cit., h. 217.
31
4. Uji Reliabilitas
Reliabilitas suatu instrumen adalah keajegan atau kekonsistenan instrumen
tersebut bila diberikan pada subjek yang sama meskipun oleh orang yang berbeda,
waktu yang berbeda, atau tempat yang berbeda, maka akan memberikan hasil yang
sama atau relatif sama (tidak berbeda secara signifikan).10 Uji reliabilitas dilakukan
untuk menguji sejauh mana hasil dari suatu pengukuran dapat dipercaya. Rumus
yang digunakan untuk menentukan reliabilitas instrumen adalah rumus Alpa
Chronbach sebagai berikut.11
𝑟 = (𝑛
𝑛 − 1) (1 −
∑ 𝑠𝑖2
𝑠𝑡2
)
Keterangan :
𝑟 : koefisien reliabilitas
𝑠𝑖2 : variansi skor butir soal ke-i
𝑠𝑡2 : variansi skor total
𝑛 : banyak butir soal
Tolak ukur untuk menginterpretasikan derajat reliabilitas instrumen ditentukan
berdasarkan kriteria menurut Guildford yang disajikan pada tabel di bawah ini.12
Tabel 3.9
Klasifikasi Derajat Realibilitas Instrumen
Koefisien korelasi Korelasi Interpretasi
0,90 ≤ 𝑟 ≤ 1,00 Sangat tinggi Sangat baik
0,70 ≤ 𝑟 < 0,90 Tinggi Baik
0,40 ≤ 𝑟 < 0,70 Sedang Cukup
0,20 ≤ 𝑟 < 0,40 Rendah Buruk
𝑟 < 0,20 Sangat rendah Sangat buruk
10 Ibid., h. 206. 11 Ibid. 12 Ibid.
32
Hasil uji reliabilitas instrumen tes kemampuan berpikir kritis matematis dapat
dilihat pada tabel berikut.
Tabel 3.10
Hasil Uji Reliabilitas Instrumen Tes Kemampuan Berpikir Kritis Matematis
Variabel Alpa Cronbach Keterangan
Kemampuan Berpikir
Kritis Matematis 0,680 Cukup
Secara keseluruhan, hasil rekapitulasi perhitungan uji coba instrumen tes
kemampuan berpikir kritis matematis disajikan pada tabel berikut.
Tabel 3.11
Hasil Rekapitulasi Perhitungan Uji Coba Instrumen Tes Kemampuan
Berpikir Kritis Matematis
No.
Soal Validitas Reliabilitas
Tingkat
Kesukaran
Daya
Pembeda Keterangan
1 Valid
Cukup
Mudah Cukup Digunakan
2 Valid Sedang Buruk Digunakan
3 Valid Sukar Buruk Digunakan
4 Valid Sukar Cukup Digunakan
5 Valid Sedang Baik Digunakan
G. Teknik Analisis Data
Teknik analisis data pada penelitian ini menggunakan statistik deskriptif dan
statistik inferensial. Statistik deskriptif berkenaan dengan pengumpulan,
pengolahan, penganalisisan, dan penyajian sebagian atau seluruh data
(pengamatan) tanpa melakukan pengambilan kesimpulan.13 Statistik inferensial
berkenaan dengan pengambilan kesimpulan mengenai populasi berdasarkan sampel
yang lebih sedikit.14
13 Kadir, Statistika Terapan Konsep, Contoh, dan Analisis Data dengan Program SPSS/Lisrel
dalam Penelitian, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2016), ed. 2, cet. 3, h. 6. 14 Ibid., h. 7.
33
Penelitian ini menggunakan analisis kuantitatif, yaitu suatu teknik analisis yang
dilakukan dengan perhitungan matematis karena data yang diperoleh berupa angka
dari tes kemampuan berpikir kritis matematis yang diberikan kepada siswa. Data
yang telah terkumpul baik dari kelas eksperimen maupun kelas kontrol diolah dan
dianalisis untuk memperoleh kesimpulan mengenai ada atau tidaknya perbedaan
kemampuan berpikir kritis matematis siswa yang memperoleh pembelajaran
dengan strategi I, Talk, How, Identify, Notice, and Keep thinking (I-THINK) dan
pembelajaran konvensional. Oleh karena itu, analisis data pada penelitian ini
menggunakan uji perbedaan dua rata-rata populasi dengan teknik uji 𝑡.
1. Uji Prasayarat
Sebelum melakukan pengujian hipotesis mengenai perbedaan dua rata-rata
populasi dengan teknik uji 𝑡, terlebih dahulu dilakukan uji prasyarat analisis berupa
uji normalitas dan uji homogenitas.
a. Uji Normalitas
Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah sampel berasal dari
populasi yang berdistribusi normal atau tidak.15 Perumusan hipotesis untuk uji
normalitas adalah sebagai berikut.
𝐻0: Sampel berasal dari populasi berdistribusi normal.
𝐻1: Sampel berasal dari populasi berdistribusi tidak normal.
Perhitungan uji normalitas menggunakan perangkat lunak SPSS pada taraf
signifikansi sebesar 5%. Kriteria pengambilan keputusan yang digunakan adalah
sebagai berikut.16
a. Jika nilai signifikansi > 0,05, 𝐻0 diterima maka sampel berasal dari populasi
berdistribusi normal.
b. Jika nilai signifikansi ≤ 0,05, 𝐻0 ditolak maka sampel berasal dari populasi
berdistribusi tidak normal.
15 Ibid., h. 143. 16 Ibid., h. 157.
34
b. Uji Homogenitas
Uji homogenitas dilakukan untuk mengetahui apakah data sampel berasal dari
populasi yang variansnya homogen atau tidak. Perumusan hipotesis untuk uji
homogenitas adalah sebagai berikut.
𝐻0 ∶ 𝜎12 = 𝜎2
2
𝐻1 ∶ 𝜎12 ≠ 𝜎2
2
Perhitungan uji homogenitas menggunakan perangkat lunak SPSS pada taraf
signifikansi sebesar 5%. Kriteria pengambilan keputusan yang digunakan adalah
sebagai berikut.17
a. Jika nilai signifikansi > 0,05, 𝐻0 diterima maka varians kedua kelompok sama
atau homogen.
b. Jika nilai signifikansi ≤ 0,05, 𝐻0 ditolak maka varians kedua kelompok berbeda
atau tidak homogen.
2. Uji Hipotesis
Setelah dilakukan uji prasyarat analisis, selanjutnya dilakukan uji hipotesis. Uji
hipotesis pada penelitian ini dilakukan dengan analisis Independent Sample T-Test
pada perangkat lunak SPSS.
Perumusan hipotesis untuk penelitian ini adalah kemampuan berpikir kritis
matematis siswa yang memperoleh pembelajaran dengan strategi I, Talk, How,
Identify, Notice, and Keep thinking (I-THINK) lebih tinggi dari kemampuan
berpikir kritis matematis siswa yang memperoleh pembelajaran konvensional.
Hipotesis statistik yang diajukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
𝐻0 ∶ 𝜇1 = 𝜇2
𝐻1 ∶ 𝜇1 > 𝜇2
Keterangan:
𝜇1 : rata-rata kemampuan berpikir kritis matematis siswa kelas I-THINK
𝜇2 : rata-rata kemampuan berpikir kritis matematis siswa kelas konvensional
17 Ibid., h. 170.
35
Kriteria untuk menentukan hipotesis yang akan dipilih mengacu pada nilai
signifikansi dengan ketentuan sebagai berikut.
a. Jika signifikansi > 0,05 maka 𝐻0 diterima
b. Jika signifikansi ≤ 0,05 maka 𝐻0 ditolak
36
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Data
Penelitian tentang kemampuan berpikir kritis matematis ini dilaksanakan di
salah satu MTs di Jakarta. Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis
pengaruh penerapan strategi pembelajaran I-THINK (I, Talk, How, Identify, Notice,
and Keep thinking) terhadap kemampuan berpikir kritis matematis siswa. Penelitian
ini dilakukan di kelas VIII, yaitu kelas VIII-1 sebagai kelas eksperimen dengan
jumlah siswa sebanyak 32 orang yang memperoleh pembelajaran I-THINK dan
kelas VIII-2 sebagai kelas kontrol dengan jumlah siswa sebanyak 28 orang yang
memperoleh pembelajaran konvensional.
Materi yang diajarkan pada penelitian ini yaitu materi sistem persamaan linear
dua variabel. Penelitian dilakukan sebanyak tujuh pertemuan. Pada pertemuan
akhir, siswa pada kelas I-THINK dan kelas konvensional diberikan post test berupa
soal uraian yang mengukur kemampuan berpikir kritis matematis siswa selama 2
jam pelajaran atau 80 menit. Tes tersebut terdiri dari 5 soal uraian yang mengukur
5 indikator berpikir kritis matematis, yaitu klarifikasi, analisis, evaluasi, inferensi,
dan eksplanasi. Berikut ini disajikan data hasil post test kemampuan berpikir kritis
matematis siswa pada kelas I-THINK dan kelas konvensional.
1. Kemampuan Berpikir Kritis Matematis
Tabel 4.1
Statistik Deskriptif Data Penelitian
Statistik I-THINK Konvensional
𝑁 32 28
Skor ideal 100 100
Rata-rata 67,50 57,14
Varians 156,45 171,16
Standar Deviasi 12,50 13,08
37
Berdasarkan Tabel 4.1 terlihat bahwa jumlah siswa pada kelas I-THINK
sebanyak 32 orang dan jumlah siswa pada kelas konvensional sebanyak 28 orang.
Skor maksimum yang diperoleh siswa jika menjawab seluruh soal dengan benar
yaitu 100. Hasil post test menunjukkan bahwa nilai rata-rata kelas I-THINK, yaitu
67,50 lebih tinggi daripada nilai rata-rata kelas konvensional, yaitu 57,14. Hal ini
memperlihatkan bahwa secara deskriptif, strategi pembelajaran I-THINK
memberikan kontribusi yang lebih besar terhadap pengembangan kemampuan
berpikir kritis matematis siswa dibandingkan dengan pembelajaran konvensional.
Tabel 4.1 juga menunjukkan bahwa nilai standar deviasi yang diperoleh pada
kelas I-THINK sebesar 12,50 dan nilai standar deviasi yang diperoleh pada kelas
konvensional sebesar 13,08. Semakin kecil nilai standar deviasi, maka semakin
kecil rentang atau jarak rata-rata setiap unit data terhadap rata-rata hitungnya. Dapat
dikatakan bahwa rentang atau jarak rata-rata setiap unit data kelas I-THINK
terhadap rata-rata hitungnya lebih kecil dibandingkan rentang atau jarak rata-rata
setiap unit data kelas konvensional terhadap rata-rata hitungnya.
Perbedaan lainnya juga ditunjukkan pada penyebaran data. Pada Tabel 4.1,
dapat dilihat bahwa nilai varians kelas I-THINK sebesar 156,45 dan nilai varians
kelas konvensional sebesar 171,16. Varians kelas I-THINK lebih rendah
dibandingkan dengan varians kelas konvensional dengan selisih 14,71. Semakin
kecil nilai varians, maka semakin homogen data tersebut. Artinya, dapat dikatakan
bahwa sebaran data pada kelas I-THINK lebih homogen dibandingkan dengan
sebaran data pada kelas konvensional.
2. Kemampuan Berpikir Kritis Matematis Siswa Per Indikator
Pada penelitian ini, peneliti menganalisis kemampuan berpikir kritis matematis
siswa berdasarkan lima indikator yang terdiri dari klarifikasi, analisis, evaluasi,
inferensi, dan eksplanasi. Berikut ini tabel perbandingan skor rata-rata kemampuan
berpikir kritis matematis siswa kelas I-THINK dan kelas konvensional.
38
Tabel 4.2
Perbandingan Rata-Rata Kemampuan Berpikir Kritis Matematis Kelas
I-THINK dan Kelas Konvensional Berdasarkan Indikator
No. Indikator Kelas I-THINK Kelas Konvensional
�̅� % �̅� %
1. Klarifikasi 3,56 89,06 3,39 84,82
2. Analisis 3,38 84,38 2,86 71,43
3. Evaluasi 1,97 49,22 1,89 47,32
4. Inferensi 1,66 41,41 1,11 27,68
5. Eksplanasi 2,94 73,44 2,18 54,46
Dari Tabel 4.2, terlihat bahwa persentase skor rata-rata kemampuan berpikir
kritis matematis siswa pada indikator klarifikasi yang diperoleh kelas I-THINK dan
kelas konvensional merupakan skor tertinggi dibandingkan dengan skor rata-rata
kemampuan berpikir kritis matematis lainnya. Pada indikator klarifikasi, skor rata-
rata kelas I-THINK sebesar 89,42 lebih tinggi dibandingkan dengan skor rata-rata
kelas konvensional, yaitu sebesar 84,42. Selisih rata-rata yang diperoleh antara
kelas I-THINK dan kelas konvensional pada indikator klarifikasi ini yaitu 4,42.
Selisih skor rata-rata yang tergolong kecil tersebut memiliki arti bahwa
pembelajaran pada kelas eksperimen yang menerapkan strategi I-THINK belum
dapat memberikan hasil yang signifikan pada indikator klarifikasi.
Pada indikator analisis, persentase skor rata-rata kemampuan berpikir kritis
matematis siswa pada kelas I-THINK sebesar 84,38 lebih tinggi dibandingkan
dengan kelas konvensional, yaitu 71,43 dengan selisih 12,95. Selisih rata-rata yang
diperoleh antara kelas I-THINK dan kelas konvensional pada indikator analisis ini
lebih tinggi dibandingkan dengan selisih indikator sebelumnya, yaitu indikator
klarifikasi. Dapat dikatakan bahwa pembelajaran I-THINK memberikan pengaruh
yang lebih besar terhadap indikator analisis dibandingkan dengan pembelajaran
konvensional.
Selanjutnya, pada indikator evaluasi, persentase skor rata-rata kemampuan
berpikir kritis matematis siswa pada kelas I-THINK sebesar 49,22 lebih tinggi
39
dibandingkan dengan kelas konvensional, yaitu 47,32 dan memiliki selisih 1,9.
Selisih rata-rata yang diperoleh kelas I-THINK pada indikator evaluasi ini
merupakan selisih yang paling kecil dibandingkan dengan selisih skor rata-rata
kemampuan berpikir kritis lainnya. Hal ini menunjukkan bahwa pembelajaran I-
THINK pada kelas eksperimen belum dapat mengembangkan kemampuan berpikir
kritis matematis siswa pada aspek evaluasi.
Persentase skor rata-rata kemampuan berpikir kritis matematis siswa pada
indikator inferensi yang diperoleh kelas I-THINK dan kelas konvensional
merupakan skor terendah dibandingkan dengan skor rata-rata kemampuan berpikir
kritis matematis lainnya. Skor rata-rata kemampuan berpikir kritis matematis siswa
indikator inferensi pada kelas I-THINK sebesar 41,41 lebih tinggi dibandingkan
dengan kelas konvensional, yaitu 27,68 dan memperoleh selisih 13,73. Selisih rata-
rata yang diperoleh kelas I-THINK pada indikator inferensi ini lebih tinggi
dibandingkan dengan tiga indikator sebelumnya, yaitu indikator klarifikasi,
analisis, dan inferensi. Artinya, strategi pembelajaran I-THINK memberikan
pengaruh yang lebih besar terhadap indikator inferensi dibandingkan dengan
pembelajaran konvensional walaupun skor rata-rata yang diperoleh pada kedua
kelas merupakan indikator terendah dibandingkan dengan indikator lainnya.
Pada indikator eksplanasi, persentase skor rata-rata kemampuan berpikir kritis
matematis siswa pada kelas I-THINK sebesar 73,44 lebih tinggi dibandingkan
dengan kelas konvensional, yaitu 54,46. Selisih skor rata-rata antara kelas I-THINK
dan kelas konvensional pada indikator eksplanasi merupakan selisih yang paling
tinggi jika dibandingkan dengan indikator kemampuan berpikir kritis lainnya, yaitu
sebesar 18,98. Dapat disimpulkan bahwa strategi pembelajaran I-THINK
memberikan pengaruh yang besar terhadap indikator eksplanasi dibandingkan
dengan pembelajaran konvensional.
Secara visual, skor rata-rata siswa berdasarkan indikator kemampuan berpikir
kritis matematis pada kelas I-THINK dan kelas konvensional disajikan pada
diagram batang sebagai berikut.
40
Gambar 4.1
Diagram Batang Persentase Skor Kemampuan Berpikir Kritis Matematis
Berdasarkan diagram batang pada Gambar 4.1, dapat dilihat bahwa rata-rata
capaian secara keseluruhan pada setiap indikator kemampuan berpikir kritis
matematis kelas I-THINK lebih tinggi dibandingkan dengan kelas konvensional.
Selisih rata-rata capaian yang cukup signifikan antara kedua kelas tersebut terdapat
pada indikator analisis, inferensi, dan eksplanasi.
3. Proses Pembelajaran Kelas I-THINK dan Kelas Konvensional
Hasil post test kemampuan berpikir kritis matematis yang disajikan pada Tabel
4.1 menunjukkan bahwa siswa yang memperoleh pembelajaran I-THINK memiliki
nilai yang lebih tinggi dibandingkan dengan siswa yang memperoleh pembelajaran
konvensional. Hal tersebut dapat dilihat dari rata-rata pencapaian kemampuan
berpikir kritis matematis kelas I-THINK sebesar 67,50 dan rata-rata pencapaian
kemampuan berpikir kritis matematis kelas konvensional sebesar 57,14.
Berdasarkan hasil penelitian tersebut, menunjukkan bahwa strategi
pembelajaran I-THINK dapat memberikan kontribusi terhadap pengembangan
kemampuan berpikir kritis matematis. Pembelajaran I-THINK menekankan proses
pembelajaran melalui beberapa tahapan. Situasi yang diberikan dalam proses
pembelajaran diselesaikan melalui tahapan I, Talk, How, Identify, Notice, and Keep
thinking.
89,0684,38
49,22
41,41
73,44
84,82
71,43
47,32
27,68
54,46
0
10
20
30
40
50
60
70
80
90
100
Klarifikasi Analisis Evaluasi Inferensi Eksplanasi
I-THINK
Konvensional
41
Pembelajaran I-THINK diawali dengan memberikan situasi masalah yang
disajikan dalam bentuk LKS kepada siswa. Pada tahap I, siswa menuliskan
informasi yang terdapat pada masalah secara individu. Dilanjutkan dengan tahap
Talk, yaitu siswa mulai mendiskusikan informasi yang terdapat pada masalah
dengan teman sekelompok. Kemudian pada tahap How, tiap kelompok
mendiskusikan cara atau strategi yang akan digunakan dalam menyelesaikan
masalah. Berikutnya tahap Identify, siswa mengidentifikasi cara atau strategi
pemecahan masalah. Selanjutnya tahap Notice, siswa menjelaskan prosedur
penyelesaian masalah. Terakhir tahap Keep thinking, siswa memeriksa kembali
penyelesaian yang telah diperoleh dan membuat suatu kesimpulan.
Pada kelas konvensional, pembelajaran dilakukan dengan menggunakan model
pembelajaran saintifik yang mengacu pada kurikulum 2013. Langkah-langkah
pembelajarannya terdiri dari kegiatan mengamati, menanya, mengumpulkan
informasi, mengasosiasi, dan mengomunikasikan. Siswa memperoleh konsep
berdasarkan arahan dan bimbingan yang diberikan oleh guru selama proses
pembelajaran.
Pada kegiatan mengamati, siswa melakukan pengamatan terhadap situasi yang
diberikan oleh guru. Guru juga memberikan petunjuk dan penjelasan agar siswa
dapat memahami apa yang disampaikan. Pada kegiatan menanya, siswa diberi
kesempatan untuk bertanya mengenai hal yang belum dipahami. Kemudian pada
kegiatan mengumpulkan informasi, siswa diarahkan untuk menemukan konsep
mengenai materi yang dipelajari. Selanjutnya tahap mengasosiasi, siswa
menerapkan konsep yang telah diperoleh sebelumnya dengan mencari solusi atas
permasalahan yang diberikan oleh guru. Terakhir tahap mengomunikasikan, siswa
mengomunikasikan hasil asosiasi yang yang telah dilakukannya. Siswa bersama
guru menyimpulkan dan menyamakan persepsi mengenai materi yang dipelajari
agar konsep yang dipelajari tidak keliru dan dalam jalur yang benar.
Pada kelas eksperimen, pembelajaran dilakukan dengan memberikan lembar
kerja siswa (LKS) yang berisi tahapan-tahapan strategi pembelajaran I-THINK
pada setiap pertemuan. Tahapan-tahapan tersebut dirancang untuk dapat melatih
dan memotivasi siswa untuk mengembangkan kemampuan berpikir kritis
42
matematis. Tahapan demi tahapan dari pembelajaran I-THINK yang dilakukan,
diharapkan dapat mengembangkan kemampuan berpikir kritis matematis pada
setiap indikatornya.
Pada pembelajaran I-THINK pertemuan pertama, penelitian belum dapat
berjalan seperti yang diharapkan. Hal tersebut disebabkan oleh keadaan siswa yang
belum terbiasa melakukan setiap tahapan pada pembelajaran I-THINK sehingga
siswa masih perlu beradaptasi dengan kondisi pembelajaran yang diterapkan.
Peneliti memberikan arahan mengenai cara menyelesaikan lembar kerja siswa
(LKS), namun sebagian siswa merasa belum mengerti tentang apa yang dimaksud
dan apa yang diperintahkan dalam LKS. Kebanyakan siswa selalu langsung
bertanya kepada peneliti tanpa mencoba untuk memahami terlebih dahulu
mengenai apa yang dimaksud dalam LKS sehingga peneliti harus tepat dan cepat
dalam menanggapi pertanyaan-pertanyaan dari para siswa. Hal ini juga banyak
menyita waktu pembelajaran yang menyebabkan proses pada setiap tahapannya
sedikit terhambat. Penguasaan kelas dan pengelolaan waktu yang baik memang
menjadi hal terpenting untuk proses pembelajaran yang lebih baik pada pertemuan
selanjutnya.
Pada beberapa pertemuan berikutnya, siswa mulai terbiasa melakukan setiap
tahapan pada pembelajaran I-THINK. Siswa mulai memahami dan menyelesaikan
LKS sesuai dengan apa yang diperintahkan dalam LKS. Siswa berdiskusi mengenai
masalah yang diberikan LKS dan menyelesaikannya dengan sebaik mungkin.
Kendala yang ditemukan adalah kondisi kelas yang kurang kondusif serta tingkat
konsenterasi siswa yang terkadang menurun. Hal ini menyebabkan proses
pembelajaram kurang optimal sehingga peneliti harus lebih banyak mengontrol dan
mengondisikan kelas agar penyelesaian LKS dapat berjalan efektif.
Berikut ini penjelasan secara rinci dari strategi pembelajaran I-THINK yang
disertai dengan contoh masalah dan penyelesaian yang dilakukan oleh siswa pada
LKS ke-5. Pada pertemuan ke-5, materi yang dipelajari adalah penyelesaian sistem
persamaan linear dua variabel menggunakan metode gabungan.
43
a. Tahap I
Pada tahap I, siswa diperintahkan untuk menuliskan informasi mengenai apa
yang diketahui dan apa yang menjadi permasalahan secara individu. Peneliti
mendesain situasi masalah yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari dan
mengandung unsur kegiatan yang menuntun siswa agar mampu menjelaskan
informasi yang terdapat pada masalah. Contoh LKS dan penyelesaian siswa pada
tahap I disajikan pada gambar berikut.
Gambar 4.2
Contoh LKS dan Penyelesaian Siswa pada Tahap I
44
b. Tahap Talk
Pada tahap Talk, siswa diperintahkan untuk mendiskusikan masalah dengan
teman sekelompok. Siswa menuliskan informasi pada masalah berdasarkan
kesepakatan kelompok. Tahapan ini mengandung unsur kegiatan yang menuntun
siswa agar mampu menjelaskan situasi yang terdapat pada masalah. Contoh LKS
dan penyelesaian siswa pada tahap Talk disajikan pada gambar berikut.
Gambar 4.3
Contoh LKS dan Penyelesaian Siswa pada Tahap Talk
c. Tahap How
Pada tahap How, siswa diperinta’hkan untuk menentukan cara yang dapat
digunakan untuk menyelesaikan masalah. Tahapan ini mengandung unsur kegiatan
yang menuntun siswa agar mampu menganalisis situasi agar siswa dapat
menentukan cara penyelesaian berdasarkan pendapat dari anggota kelompok.
Contoh LKS dan penyelesaian siswa pada tahap How disajikan pada gambar
berikut.
45
Gambar 4.4
Contoh LKS dan Penyelesaian Siswa pada Tahap How
d. Tahap Identify
Pada tahap Identify, siswa diperintahkan untuk mengidentifikasi cara
penyelesaian yang telah disepakati oleh anggota kelompok. Tahapan ini
mengandung unsur kegiatan yang menuntun siswa agar mampu menganalisis
situasi masalah dan mengidentifikasi cara yang sebelumnya didiskusikan pada
tahap How. Contoh LKS dan penyelesaian siswa pada tahap Talk disajikan pada
gambar berikut.
Gambar 4.5
Contoh LKS dan Penyelesaian Siswa pada Tahap Identify
46
e. Tahap Notice
Pada tahap Notice, siswa diperintahkan untuk menjelaskan prosedur
penyelesaian masalah sesuai dengan petunjuk yang terdapat pada LKS. Tahapan ini
mengandung unsur kegiatan yang menuntun siswa agar mampu menjelaskan
prosedur penyelesaian dari masalah yang diberikan. Contoh LKS dan penyelesaian
siswa pada tahap Notice disajikan pada gambar berikut.
47
Gambar 4.6
Contoh LKS dan Penyelesaian Siswa pada Tahap Notice
f. Tahap Keep thinking
Pada tahap Keep thinking, siswa diperintahkan untuk memeriksa kembali
penyelesaian yang telah diperoleh dan membuat kesimpulan. Tahapan ini
mengandung unsur kegiatan yang menuntun siswa agar mampu mengevaluasi dan
membuat kesimpulan dari penyelesaian masalah. Contoh LKS dan penyelesaian
siswa pada tahap Keep thinking disajikan pada gambar berikut.
Gambar 4.7
Contoh LKS dan Penyelesaian Siswa pada Tahap Keep thinking
48
4. Analisis Hasil Tes Kemampuan Berpikir Kritis Matematis
Hasil tes kemampuan berpikir kritis matematis pada penelitian ini
menunjukkan adanya pengaruh positif dari penerapan strategi I-THINK pada kelas
eksperimen dibandingkan dengan hasil tes kemampuan bepikir kritis matematis
pada kelas kontrol yang menerapkan pembelajaran konvensional. Berikut
pembahasan hasil post test kemampuan berpikir kritis matematis siswa pada
masing-masing yang meliputi lima indikator.
a. Indikator Klarifikasi
Kemampuan yang diukur pada indikator klarifikasi adalah kemampuan siswa
dalam menjelaskan situasi yang terjadi pada masalah. Soal post test yang mengukur
indikator klarifikasi ini terdapat pada soal nomor 1. Pada soal tersebut, diberikan
ilustrasi mengenai harga kaus kaki dan sarung tangan dalam jumlah tertentu. Iqbal
yang sebelumnya telah membeli dua pasang kaus kaki dan tiga pasang sarung
tangan menukarkan sepasang sarung tangan dengan sepasang kaus kaki dan
membayar dengan harga tertentu. Berdasarkan ilustrasi tersebut, siswa diminta
untuk membuat penjelasan atau klarifikasi mengenai pernyataan penjual yang
mengatakan bahwa uang yang Iqbal berikan masih kurang. Untuk lebih jelasnya,
berikut disajikan soal post test yang mengukur indikator klarifikasi.
Gambar 4.8
Contoh Soal Indikator Klarifikasi
Berikut ini merupakan contoh jawaban siswa dari kelas I-THINK dan kelas
konvensional pada indikator klarifikasi.
49
(a)
(b)
Gambar 4.9
Contoh Jawaban Post Test No. 1 Indikator Klarifikasi
(a) Kelas I-THINK (b) Kelas Konvensional
Pada Gambar 4.9, siswa sudah dapat menjelaskan situasi yang terjadi dalam
masalah dengan benar. Perbedaan jawaban siswa terletak pada kelengkapan dalam
menuliskan informasi yang terdapat pada masalah dan kalimat penjelasan yang
diberikan. Jawaban siswa dari kelas I-THINK lebih lengkap dalam menuliskan
50
informasi dan menjelaskan situasi masalah dibandingkan jawaban dari siswa
konvensional.
b. Indikator Analisis
Kemampuan yang diukur pada indikator analisis adalah kemampuan siswa
dalam memberikan argumen berdasarkan informasi yang tersedia pada masalah.
Soal post test yang mengukur indikator analisis ini terdapat pada soal nomor 2. Pada
soal tersebut, diberikan ilustrasi mengenai harga roti cokelat dan roti keju dalam
jumlah tertentu. Lalu, disediakan dua pilihan kantong, yaitu kantong A dan kantong
B, masing-masing berisi beberapa roti cokelat dan roti keju. Berdasarkan ilustrasi
tersebut, siswa diminta untuk menentukan kantong roti manakah yang dapat dibeli
oleh Hesti dengan sejumlah uang yang dimilikinya. Kemudian siswa diminta untuk
memberikan argumen atas jawabannya tersebut. Untuk lebih jelasnya, berikut ini
disajikan soal post test yang mengukur indikator analisis.
Gambar 4.10
Contoh Soal Indikator Analisis
Berikut ini merupakan contoh jawaban siswa dari kelas I-THINK dan kelas
konvensional pada indikator analisis.
51
(a)
(b)
Gambar 4.11
Contoh Jawaban Post Test No. 2 Indikator Analisis
(a) Kelas I-THINK (b) Kelas Konvensional
52
Pada Gambar 4.11, terdapat perbedaan antara jawaban yang diberikan oleh
siswa kelas I-THINK dengan jawaban siswa kelas konvensional. Perbedaan
jawaban siswa terletak pada kelengkapan dalam menuliskan informasi yang
terdapat pada masalah, ketepatan dalam melakukan perhitungan, serta kerincian
dalam memberikan argumen. Jawaban siswa dari kelas I-THINK sudah lengkap
dalam menuliskan informasi yang terdapat pada masalah, tepat dalam melakukan
perhitungan, dan sudah rinci dalam memberikan argumen. Hal tersebut berbeda
dengan jawaban siswa dari kelas konvensional. Siswa dari kelas konvensional tidak
menuliskan informasi yang terdapat pada masalah dan terdapat kesalahan dalam
melakukan perhitungan sehingga siswa dari kelas konvensional ini tidak dapat
memberikan argumen mengenai penyelesaian masalah tersebut.
c. Indikator Evaluasi
Kemampuan yang diukur pada indikator evaluasi adalah kemampuan siswa
dalam menilai kredibilitas sumber berdasarkan informasi yang tersedia. Soal post
test yang mengukur indikator evaluasi ini terdapat pada soal nomor 2. Berikut ini
disajikan soal post test yang mengukur indikator evaluasi.
Gambar 4.12
Contoh Soal Indikator Evaluasi
Berikut ini merupakan contoh jawaban siswa dari kelas I-THINK dan kelas
konvensional pada indikator evaluasi.
53
(a)
(b)
Gambar 4.13
Contoh Jawaban Post Test No. 3 Indikator Evaluasi
(a) Kelas I-THINK (b) Kelas Konvensional
54
Pada Gambar 4.13, siswa sudah dapat menilai kredibilitas argumen
berdasarkan informasi yang tersedia dengan benar. Perbedaan jawaban siswa
terletak pada penulisan informasi yang terdapat pada masalah dan ketepatan dalam
melakukan perhitungan. Jawaban siswa dari kelas I-THINK sudah menuliskan
informasi yang terdapat pada masalah, tepat dalam melakukan perhitungan, dan
dapat menilai kredibilitas argumen dengan benar. Berbeda halnya dengan jawaban
siswa dari kelas konvensional. Siswa dari kelas konvensional tidak menuliskan
informasi dan terdapat kesalahan dalam melakukan perhitungan walaupun
penilaian kredibilitas argumen yang diberikan sudah benar.
d. Indikator Inferensi
Kemampuan yang diukur pada indikator inferensi adalah kemampuan siswa
dalam membuat kesimpulan berdasarkan informasi yang tersedia pada masalah.
Soal post test yang mengukur indikator inferensi ini terdapat pada soal nomor 4.
Pada soal ini, diberikan ilustrasi mengenai dua keponakan Tante Nida yang
diberikan tantangan untuk menjawab soal matematika dan bahasa Inggris. Lalu,
siswa diminta untuk membuat kesimpulan mengenai siapa yang mendapatkan
hadiah dari Tante Nida berdasarkan masing-masing skor yang telah diperoleh oleh
kedua keponakannya. Berikut disajikan soal yang mengukur indikator inferensi.
Gambar 4.14
Contoh Soal Indikator Inferensi
Berikut ini merupakan contoh jawaban siswa dari kelas I-THINK dan kelas
konvensional pada indikator inferensi.
55
(a)
(b)
Gambar 4.15
Contoh Jawaban Post Test No. 4 Indikator Inferensi
(a) Kelas I-THINK (b) Kelas Konvensional
56
Pada Gambar 4.15, terdapat perbedaan antara jawaban yang diberikan oleh
siswa kelas I-THINK dengan jawaban siswa kelas konvensional. Perbedaan
jawaban siswa terletak pada penulisan informasi yang terdapat pada masalah,
ketepatan dalam melakukan perhitungan, serta ketepatan dalam membuat
kesimpulan. Jawaban siswa dari kelas I-THINK sudah lengkap dalam menuliskan
informasi yang terdapat pada masalah, tepat dalam melakukan perhitungan, dan
tepat dalam membuat kesimpulan dari penyelesaian masalah. Hal tersebut berbeda
dengan jawaban siswa dari kelas konvensional. Siswa dari kelas konvensional tidak
menuliskan informasi dan terdapat kesalahan dalam melakukan perhitungan
sehingga siswa tersebut tidak dapat menyelesaikan permasalahan dan membuat
kesimpulan dari penyelesaian masalah.
e. Indikator Eksplanasi
Kemampuan yang diukur pada indikator eksplanasi adalah kemampuan siswa
dalam menjelaskan prosedur penyelesaian berdasarkan konsep yang sesuai. Soal
post test yang mengukur indikator eksplanasi ini terdapat pada soal nomor 5. Pada
soal tersebut, diberikan ilustrasi mengenai dua kotak yang berisi bola-bola kecil
dengan jumlah yang berbeda pada masing-masing kotaknya. Berdasarkan ilustrasi
tersebut, siswa diminta untuk menjelaskan prosedur atau langkah-langkah dalam
menentukan jumlah bola pada masing-masing kotak tersebut. Untuk lebih jelasnya,
berikut ini disajikan soal post test yang mengukur indikator eksplanasi.
Gambar 4.16
Contoh Soal Indikator Eksplanasi
Berikut ini merupakan contoh jawaban siswa dari kelas I-THINK dan kelas
konvensional pada indikator eksplanasi.
57
(a)
(b)
Gambar 4.17
Contoh Jawaban Post Test No. 5 Indikator Eksplanasi
(a) Kelas I-THINK (b) Kelas Konvensional
58
Pada Gambar 4.17, terdapat perbedaan antara jawaban yang diberikan oleh
siswa kelas I-THINK dengan jawaban siswa kelas konvensional. Perbedaan
jawaban siswa terletak pada penulisan informasi yang terdapat pada masalah,
ketepatan dalam melakukan perhitungan, dan penjelasan prosedur penyelesaian dari
masalah yang diberikan. Jawaban siswa dari kelas I-THINK sudah lengkap
menuliskan informasi yang terdapat pada masalah, tepat dalam melakukan
perhitungan, serta dapat menjelaskan prosedur penyelesaian masalah menggunakan
konsep yang sesuai. Berbeda halnya dengan jawaban siswa dari kelas konvensional.
Siswa dari kelas konvensional tidak menuliskan informasi masalah dan langsung
menyelesaikan masalah tanpa ada penjelasan prosedur, serta terdapat kesalahan
dalam melakukan perhitungan.
B. Analisis Data
Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis kuantitatif,
yaitu suatu teknik analisis yang dilakukan dengan perhitungan matematis. Data
yang akan dianalisis pada penelitian ini adalah hasil post test kemampuan berpikir
kritis matematis siswa kelas I-THINK dan siswa kelas konvensional. Proses analisis
data ini menggunakan uji perbedaan dua rata-rata populasi dengan teknik uji t.
Sebelum melakukan uji t, terlebih dahulu dilakukan uji prasayarat yang terdiri dari
uji normalitas dan uji homogenitas. Jika data yang diteliti telah normal dan
homogen maka dilanjutkan dengan proses pengujian hipotesis. Proses pengolahan
data dilakukan dengan menggunakan perangkat lunak SPSS. Berikut ini adalah
hasil uji normalitas dan hasil uji homogenitas kemampuan berpikir kritis matematis
kelas I-THINK dan kelas konvensional.
1. Uji Prasyarat Analisis
a. Uji Normalitas
Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah sampel yang digunakan
pada penelitian berasal dari populasi yang berdistribusi normal atau tidak. Uji
normalitas yang digunakan pada penelitian ini adalah uji Shapiro-Wilk yang
terdapat pada perangkat lunak SPSS. Penggunaan uji Shapiro-Wilk ini berdasarkan
59
pada jumlah sampel yang kurang dari 50. Hasil uji normalitas disajikan pada Tabel
4.3 berikut.
Tabel 4.3
Hasil Uji Normalitas Tes Kemampuan Berpikir Kritis Matematis Kelas I-
THINK dan Kelas Konvensional
Kelas Shapiro-Wilk
Statistic Df Sig.
I-THINK ,960 32 ,272
Konvensional ,964 28 ,436
Perumusan hipotesis sebagai berikut:
𝐻0 : sampel berasal dari populasi normal
𝐻1 : sampel berasal dari populasi tidak normal
Hasil uji normalitas pada taraf signifikansi α = 0,05 menunjukkan bahwa
data skor hasil tes kemampuan berpikir kritis matematis dari kelas I-THINK
maupun kelas konvensional berdistribusi normal. Hal tersebut dapat diketahui
dengan cara membandingkan nilai signifikansi hasil perhitungan pada kolom
Saphiro-Wilk dengan α = 0,05 yang telah ditetapkan. Nilai signifikansi skor
kemampuan berpikir kritis matematis kelas I-THINK sebesar 0,272 dan kelas
konvensional sebesar 0,436. Kedua nilai signifikansi tersebut lebih besar dari 0,05
sehingga 𝐻0 diterima. Dapat disimpulkan bahwa sampel pada kelas I-THINK dan
kelas konvensional berasal dari populasi yang berdistribusi normal.
b. Uji Homogenitas
Uji homogenitas dilakukan untuk mengetahui apakah data sampel berasal dari
populasi yang homogen (memiliki varians sama) atau tidak. Uji homogenitas yang
digunakan pada penelitian ini adalah uji One Way Anova yang terdapat pada
perangkat lunak SPSS. Hasil uji homogenitas disajikan pada Tabel 4.4 berikut.
60
Tabel 4.4
Hasil Uji Homogenitas Tes Kemampuan Berpikir Kritis Matematis Kelas I-
THINK dan Kelas Konvensional
Levene Statistic df1 df2 Sig.
,052 1 58 ,821
Perumusan hipotesis sebagai berikut:
𝐻0 ∶ 𝜎12 = 𝜎2
2
𝐻1 ∶ 𝜎12 ≠ 𝜎2
2
Hasil uji homogenitas pada taraf signifikansi α = 0,05 menunjukkan bahwa
variansi data skor hasil tes kemampuan berpikir kritis matematis pada kelas
I-THINK dan kelas konvensional sama (homogen). Hal tersebut dapat diketahui
dengan cara membandingkan nilai signifikansi hasil perhitungan dengan α = 0,05
yang telah ditetapkan. Nilai signifikansi hasil uji homogenitas sebesar 0,821. Nilai
tersebut lebih besar dari 0,05 sehingga 𝐻0 diterima. Dapat disimpulkan bahwa skor
hasil tes kemampuan berpikir kritis matematis pada kelas I-THINK dan kelas
konvensional mempunyai varians yang sama (homogen).
Berdasarkan uji prasyarat analisis yang telah dilakukan, diperoleh hasil
data skor kemampuan berpikir kritis matematis siswa pada kelompok
I-THINK dan kelompok konvensional berasal dari populasi yang berdistribusi
normal dan berasal dari populasi homogen.
2. Uji Hipotesis
Hasil uji prasyarat analisis menunjukkan bahwa skor kemampuan berpikir
kritis matematis siswa kelas I-THINK dan kelas konvensional berdistribusi normal
dan homogen (mempunyai varians yang sama). Oleh karena itu, pengujian hipotesis
pada penelitian ini menggunakan statistik parametrik. Statistik parametrik yang
digunakan adalah pengujian perbedaan dua rata-rata menggunakan analisis
Independent Sample T Test yang terdapat pada perangkat lunak SPSS. Berikut
disajikan hasil uji perbedaan dua rata-rata post test kelas I-THINK dan kelas
konvensional.
61
Tabel 4.5
Hasil Uji Hipotesis Kemampuan Berpikir Kritis Matematis Kelas I-THINK
dan Kelas Konvensional
Levene’s
Test for
Equality of
Variances
t-test for Equality of Means
F Sig. T df Sig. (2
tailed)
Mean
Difference
Std. Error
Difference
Equal
variances
assumed
,052 ,821 3,132 58 ,003 10,357 3,307
Equal
variances
not
assumed
3,122 56,167 ,003 10,357 3,317
Hipotesis statistik pada penelitian ini sebagai berikut.
𝐻0 ∶ 𝜇1 = 𝜇2
𝐻1 ∶ 𝜇1 > 𝜇2
Berdasarkan Tabel 4.5, terlihat bahwa hasil uji perbedaan dua rata-rata
kemampuan berpikir kritis matematis kelas I-THINK dan kelas konvensional
memperoleh nilai Sig. (2-tailed) = 0,003 < 0,05. Hal tersebut menunjukkan
penolakan 𝐻0 dan penerimaan 𝐻1. 𝐻1 menyatakan bahwa rata-rata kemampuan
berpikir kritis matematis siswa kelas eksperimen yang memperoleh pembelajaran
I-THINK lebih tinggi daripada rata-rata kemampuan berpikir kritis matematis siswa
kelas kontrol yang memperoleh pembelajaran konvensional.
C. Pembahasan Hasil Penelitian
Berdasarkan pengujian hipotesis yang telah dilakukan, hasil penelitian
menunjukkan bahwa pembelajaran matematika pada materi sistem persamaan
62
linear dua variabel dengan strategi I-THINK memberikan kontribusi yang lebih
besar terhadap kemampuan berpikir kritis matematis siswa dibandingkan dengan
kelas konvensional. Hal tersebut dapat dilihat dari rata-rata kemampuan berpikir
kritis matematis siswa kelas I-THINK yang lebih tinggi daripada rata-rata
kemampuan berpikir kritis matematis siswa kelas konvensional. Pembelajaran I-
THINK merupakan pembelajaran yang membantu siswa dalam menyelesaikan
masalah matematika melalui enam tahapan kegiatan, yaitu I, Talk, How, Identify,
Notice, Keep thinking.
Kerangka pembelajaran I-THINK dapat mendukung siswa dalam membuat
pertimbangan yang matang dari konteks masalah, mengajukan pertanyaan eksplisit
tentang proses matematika, dan bernalar melalui kelompok kooperatif.1 Aktivitas
tersebut dapat dijadikan upaya dalam mengembangkan kemampuan berpikir kritis.
Artz dan Thomas juga mengemukakan bahwa setting kelompok kecil dapat
memunculkan pengungkapan kata-kata secara spontan dari siswa dan
memungkinkan mereka untuk meningkatkan idenya melalui pengujian yang
bersifat kritis.2
Pada tahap I, siswa secara individu menjelaskan situasi yang terjadi pada
masalah. Pada tahap Talk, siswa mendiskusikan masalah bersama dengan teman
sekelompok yang telah ditentukan. Tahapan berikutnya adalah How. Pada tahap
How, siswa berdiskusi mengenai cara atau strategi yang mereka akan gunakan
dalam menyelesaikan masalah. Selanjutnya adalah tahap Identify. Pada tahap
Identify, siswa mengidentifikasi cara atau strategi penyelesaian masalah secara
berkelompok. Selanjutnya adalah tahap Notice, siswa menjelaskan prosedur
penyelesaian masalah yang digunakan. Tahapan yang terakhir adalah Keep
thinking, siswa memeriksa kembali solusi yang telah diperoleh dan membuat
kesimpulan. Setelah itu, perwakilan kelompok melakukan presentasi hasil diskusi
dan tanya jawab.
1 Sararose D. Lynch, et al., I-THINK I Can Problem Solve, Mathematics Teaching in the
Middle School, 2013, p. 11. 2 Alice F. Artz and Eleanor Armour Thomas, Developement of a Cognitive-Metacognitive
Framework for Protocol Analysis of Mathematical Problem Solving in Small Groups, Cognition and
Intruction, 1992, p. 164.
63
Hasil analisis yang dilakukan oleh peneliti terhadap proses pembelajaran pada
kelas I-THINK pada tahap I dan Talk menunjukkan adanya kesamaan diantara
hampir seluruh jawaban siswa dalam proses menuliskan informasi apa yang
terdapat pada masalah. Pada tahapan How dan Identify, siswa dapat berdiskusi dan
saling mengungkapkan gagasan yang dimiliki mengenai cara atau strategi
penyelesaian masalah dengan baik, lalu menentukan cara penyelesaian berdasarkan
kesepakatan kelompok. Pada tahap Notice, siswa telihat dapat merespon petunjuk-
petunjuk yang terdapat pada LKS yang berkaitan dengan prosedur penyelesaian
masalah. Tahapan terakhir yaitu Keep thinking, siswa memeriksa kembali hasil
jawaban yang diperoleh dan dapat membuat kesimpulan dengan baik. Selanjutnya,
masing-masing perwakilan kelompok mempresentasikan hasil diskusi. Pada proses
ini terlihat bahwa siswa dapat menjelaskan hasil diskusi dengan jelas.
Hasil post test menunjukkan bahwa pencapaian kemampuan berpikir kritis
pada indikator klarifikasi merupakan pencapaian tertinggi dibandingkan dengan
indikator kemampuan berpikir kritis lainnya, baik pada kelas I-THINK maupun
pada kelas konvensional. Hal tersebut sejalan dengan penelitian yang telah
dilakukan oleh Sulthoniyah3 dan Munazilla4 yang menunjukkan bahwa indikator
klarifikasi merupakan indikator tertinggi dari indikator kemampuan berpikir kritis
lainnya yang diteliti. Hal itu terlihat ketika siswa dapat menemukan dan
menjelaskan pokok-pokok permasalahan pada situasi masalah yang diberikan.
Akan tetapi, selisih rata-rata antara kelas I-THINK dan kelas konvensional
pada indikator klarifikasi ini tergolong kecil. Selisih rata-rata yang tergolong kecil
dipengaruhi oleh tingkat kesukaran soal yang tergolong mudah sehingga banyak
siswa dari kedua kelas dapat menjawab soal yang diberikan dengan benar.
Berdasarkan hal tersebut, dapat dikatakan bahwa tidak terdapat perbedaan yang
signifikan antara pencapaian aspek klarifikasi pada kelas I-THINK dan pencapaian
aspek kelarifikasi pada kelas konvensional.
3 Anni Sulthoniyah, “Analisis Kemampuan Berpikir Kritis dalam Menyelesaikan Soal Cerita
pada Materi Aritmetika Sosial”, Skripsi pada Universitas Muhammadiyah Purworejo, Purworejo,
2017, h. 79. 4 Nina Munazilla, ”Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Kelas VIII dalam Menyelesaikan Soal
Sistem Persamaan Linier Dua Variabel”, Skripsi pada Universitas Muhammadiyah Surakarta,
Surakarta, 2019, h. 4.
64
Selanjutnya, nilai rata-rata indikator klarifikasi pada kelas I-THINK
menunjukkan hasil yang lebih tinggi dibandingkan dengan kelas konvensional.
Artinya, pembelajaran I-THINK pada kelas eksperimen menunjukkan hasil yang
lebih baik dibandingkan dengan pembelajaran konvensional pada kelas kontrol.
Faktor yang mendukung pencapaian indikator klarifikasi pada kelas I-THINK lebih
tinggi dibandingkan dengan kelas konvensional adalah treatment pembelajaran I-
THINK saat proses menjelaskan informasi yang terdapat pada masalah secara
individu dan kelompok pada tahap I, Talk, dan Keep thinking. Selain itu, Thomas
juga mengatakan bahwa berpartisipasi dalam pemecahan masalah kelompok
kooperatif dengan penekanan masalah yang berkaitan dengan penalaran
matematika dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam mengenali aspek penting
dari masalah.5
Pada indikator analisis, nilai rata-rata kelas I-THINK memperlihatkan hasil
yang lebih tinggi dibandingkan dengan kelas konvensional. Artinya, pembelajaran
I-THINK pada kelas eksperimen menunjukkan hasil yang lebih baik dibandingkan
dengan pembelajaran konvensional pada kelas kontrol. Faktor yang mendukung
pencapaian indikator analisis pada kelas I-THINK lebih tinggi dibandingkan
dengan kelas konvensional adalah treatment pembelajaran I-THINK saat
pemberian lks pada tahapan How, Identify, dan Keep thinking. Pada tahap tersebut,
siswa berdiskusi untuk melakukan proses menganalisis dan mengidentifikasi
strategi penyelesaian masalah. Menurut Thomas, berpartisipasi dalam pemecahan
masalah kelompok kooperatif dengan penekanan masalah yang berkaitan dengan
penalaran matematika dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam
mengidentifikasi strategi solusi yang efektif dan menjustifikasi solusi
menggunakan bahasa matematika.6
Berikutnya adalah indikator evaluasi. Pada indikator evaluasi, pencapaian skor
yang diperoleh pada kedua kelas tergolong rendah. Faktor yang menyebabkan
rendahnya rata-rata pencapaian indikator evaluasi adalah siswa kurang kurang teliti
5 Kelli R. Thomas, Students THINK: A Framework for Improving Problem Solving, National
Council of Teachers of Mathematics, vol. 13, no. 2, 2006, p. 93. 6 Ibid.
65
untuk memeriksa kembali solusi yang telah mereka peroleh sebelumnya. Hal ini
ditunjukkan dengan adanya kesalahan dalam melakukan perhitungan yang
dilakukan oleh siswa. Selain itu, selisih rata-rata pencapaian indikator evaluasi
antara kelas I-THINK dan kelas konvensional merupakan selisih rata-rata paling
kecil dibandingkan dengan selisih rata-rata pada indikator kemampuan berpikir
kritis lainnya. Hal ini disebabkan oleh tingkat kesukaran soal yang tergolong sukar
dan daya pembeda yang buruk sehingga kebanyakan siswa dari kedua kelas tersebut
tidak dapat menjawab soal dengan benar.
Selanjutnya adalah indikator inferensi. Indikator inferensi merupakan indikator
yang memiliki pencapaian rata-rata paling rendah dibandingkan dengan pencapaian
rata-rata kemampuan berpikir kritis lainnya. Faktor yang menyebabkan rendahnya
rata-rata pencapaian pada indikator inferensi adalah siswa kurang fokus dalam
proses pembuatan kesimpulan. Bahkan, terdapat beberapa siswa yang tidak
membuat kesimpulan di akhir penyelesaian. Namun, ada juga beberapa siswa yang
sudah membuat kesimpulan walaupun kesimpulan tersebut belum dapat menjawab
permasalahan yang diberikan.
Rendahnya pencapaian pada indikator inferensi ini juga sejalan dengan
penelitian yang dilakukan oleh Afifah dan Nurfalah7, Solliala8, serta Pritananda9
yang menunjukkan bahwa indikator inferensi atau menarik kesimpulan menjadi
indikator paling rendah dibandingkan dengan indikator kemampuan berpikir kritis
lainnya yang diteliti. Menurut hasil wawancara yang dilakukan oleh Pritananda,
siswa yang tidak menuliskan kesimpulan mengatakan bahwa mereka lupa untuk
menuliskan kesimpulan di akhir penyelesaian soal karena menganggap bahwa
perhitungan yang mereka kerjakan sudah dapat dijadikan kesimpulan dari
7 Yuni Afifah dan Edy Nurfalah, “Kemampuan Berpikir Kritis Siswa SMP Negeri 1 Jenu
Berdasarkan Langkah Facione pada Pokok Bahasan Jajargenjang dan Trapesium”, Jurnal Riset
Pembelajaran Matematika, vol. 1, no. 1, 2019, h. 39. 8 Solliala, “Kemampuan Berpikir Kritis Siswa dalam Menjawab Soal pada Mata Pelajaran
Matematika Kelas VII SMP Negeri 2 Suela Tahun Pelajaran 2016/2017”, Skripsi pada UIN
Matatam, Mataram, 2017, h. 59. 9 Rizka Pritananda, dkk., “Kemampuan Berpikir Kritis Siswa pada Aspek Inference dalam
Menyelesaikan Soal Cerita Teorema Phytagoras”, Jurnal Pendidikan dan Pembelajaran
Khatulistiwa, vol. 6, no. 9, 2017, h. 4.
66
penyelesaian yang dilakukan.10 Pada penelitian ini, peneliti menyadari bahwa
pembelajaran I-THINK belum memberikan kontribusi yang besar dalam
mengembangkan indikator inferensi.
Pada indikator eksplanasi, nilai rata-rata kelas I-THINK menunjukkan hasil
yang lebih tinggi dibandingkan dengan kelas konvensional. Faktor yang
mempengaruhi pencapaian pada kelas I-THINK lebih tinggi dibandingkan dengan
pencapaian pada kelas konvensional adalah treatment pada tahapan Identify, Notice,
dan Keep thinking. Pada tahapan tersebut, siswa dibimbing untuk menjelaskan
prosedur penyelesaian dari masalah yang diberikan. Selain itu, selisih rata-rata
antara kelas I-THINK dan kelas konvensional pada indikator eksplanasi ini
merupakan selisih rata-rata terbesar dibandingkan dengan selisih rata-rata
kemampuan berpikir kritis lainnya. Hal ini dipengaruhi oleh tingkat kesukaran soal
yang ideal, yaitu tergolong sedang serta daya pembeda yang tergolong baik
sehingga terdapat perbedaan yang signifikan pada pencapaian yang diperoleh oleh
kedua kelas. Pada penelitian ini, pembelajaran I-THINK memberikan pengaruh
yang cukup besar terhadap indikator eksplanasi.
D. Keterbatasan Penelitian
Peneliti telah melakukan berbagai upaya agar penelitian dapat berjalan efektif
dan memperoleh hasil yang optimal, namun peneliti menyadari bahwa penelitian
ini belum sepenuhnya terlaksana dengan baik. Beberapa faktor kendala yang
peneliti hadapi, diantaranya:
1. Pada awal pertemuan, siswa belum terbiasa dengan pembelajaran
menggunakan strategi I-THINK sehingga peneliti harus lebih membimbing
dan mengontrol siswa dalam melakukan setiap tahapan pembelajaran I-THINK
agar pembelajaran dapat berjalan dengan lancar.
2. Penelitian hanya berlangsung 7 kali pertemuan. Dengan waktu yang relatif
singkat, peneliti menyadari bahwa pengaruh strategi I-THINK terhadap
kemampuan berpikir kritis matematis dirasa kurang maksimal.
10 Ibid., h. 7.
67
3. Penelitian ini hanya dilakukan pada pokok bahasan sistem persamaan linear
dua variabel sehingga hasil penelitian ini belum dapat digeneralisasikan pada
pokok bahasan lain.
4. Peneliti tidak sepenuhnya mampu menjaga homogenitas kelompok-kelompok
eksperimen dan kontrol, karena kelas konvensional diberikan pembelajaran
menggunakan pendekatan saintifik dengan strategi 5M sebagai kebijakan
pemerintah dalam kurikulum 2013.
68
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan mengenai pengaruh strategi I-
THINK terhadap kemampuan berpikir kritis matematis di salah satu MTs di Jakarta,
diperoleh beberapa kesimpulan sebagai berikut:
1. Kemampuan berpikir kritis matematis siswa yang menggunakan pembelajaran
I, Talk, How, Identify, Notice, and Keep thinking (I-THINK) memperoleh
pencapaian paling tinggi pada aspek klarifikasi, sedangkan pencapaian paling
rendah pada aspek inferensi. Urutan perolehan pencapaian indikator dari yang
paling tinggi sampai yang paling rendah pada kelas I-THINK adalah indikator
klarifikasi, analisis, eksplanasi, evaluasi, dan inferensi.
2. Kemampuan berpikir kritis matematis siswa yang menggunakan pembelajaran
konvensional memperoleh pencapaian paling tinggi pada aspek klarifikasi,
sedangkan pencapaian paling rendah pada aspek inferensi. Urutan perolehan
pencapaian indikator dari yang paling tinggi sampai yang paling rendah pada
kelas konvensional adalah indikator klarifikasi, analisis, eksplanasi, evaluasi,
dan inferensi.
3. Pembelajaran I, Talk, How, Identify, Notice, and Keep thinking (I-THINK)
memberikan perbedaan yang signifikan terhadap kemampuan berpikir kritis
matematis siswa dibandingkan dengan pembelajaran konvensional. Secara
keseluruhan, kemampuan berpikir kritis matematis siswa yang menggunakan
strategi I, Talk, How, Identify, Notice, and Keep thinking (I-THINK) lebih
tinggi dibandingkan kemampuan berpikir kritis matematis siswa yang
menggunakan pembelajaran konvensional.
69
B. Saran
Berdasarkan hasil penelitian yang telah diperoleh, terdapat beberapa saran
yang dapat peneliti berikan sebagai berikut:
1. Untuk peneliti selanjutnya, penelitian ini hanya melihat pengaruh strategi
pembelajaran I, Talk, How, Identify, Notice, and Keep thinking (I-THINK)
terhadap kemampuan berpikir kritis matematis pada pokok bahasan sistem
persamaan linear dua variabel. Oleh sebab itu, penelitian sebaiknya juga
dilakukan pada pokok bahasan materi matematika yang lain serta mengukur
kemampuan matematika yang lain.
2. Untuk sekolah, hendaknya dapat memfasilitasi pembelajaran dengan strategi I-
THINK.
3. Untuk guru, strategi pembelajaran I-THINK dapat menjadi salah satu alternatif
strategi yang disarankan dalam pembelajaran matematika untuk
mengembangkan kemampuan berpikir kritis matematis siswa.
4. Untuk guru, sebelum menggunakan strategi I-THINK sebaiknya terlebih
dahulu mendesain Lembar Kerja Siswa (LKS) yang baik sehingga akan
memberikan hasil yang optimal.
70
DAFTAR PUSTAKA
Adeyemi, Sunday Bankole. Developing Critical Thinking Skills in Students: A
Mandate for Higher Education in Nigeria. European Journal of Education
Research. Vol. 1, no. 2, 2012.
Afifah, Yuni., dan Edy Nurfalah. Kemampuan Berpikir Kritis Siswa SMP Negeri 1
Jenu Berdasarkan Langkah Facione pada Pokok Bahasan Jajargenjang dan
Trapesium. Jurnal Riset Pembelajaran Matematika. Vol. 1, no. 1, 2019.
Arifin, Zainal. Evaluasi Pembelajaran. Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2009.
Artz, Alice F., and Eleanor Armour Thomas. Developement of a Cognitive-
Metacognitive Framework for Protocol Analysis of Mathematical Problem
Solving in Small Groups. Cognition and Intruction. 1992.
Asrul, dkk. Evaluasi Pembelajaran. Bandung: Citapustaka Media, 2015.
Buletin BSNP Penerapan Soal Model Penalaran dalam Ujian Nasional: Apa dan
Mengapa?. Jakarta: Badan Standar Nasional Pendidikan, vol. 13, no. 2,
2018.
Bullen, Mark. “A Case Study of Participation and Critical Thinking in a University-
Level Course Delivered by Computer Conferencing”. Thesis of Department
of Educational Studies (Adult Education), the University of British
Columbia: 1997.
Ennis, Robert. Critical Thinking: A Streamlined Conception. Teaching Philosophy.
1991.
Ennis, Robert H. Critical Thinking Dispotitions: Their Nature and Assessability.
Informal Logic. Vol. 18, no. 2&3, 1966.
Facione, Peter A. Critical Thinking: What It Is and Why It Counts. Measured
Reasons LLC, 2015.
Fauziah, Widayati Lutfi. “Penerapan Model Pencapaian Konsep dalam
Mengembangkan Kemampuan Berpikir Kritis Matematis Siswa pada
Materi Lingkaran”. Skripsi pada UIN Syarif Hidayatullah Jakarta: 2017.
Fithriyah, Inayatul, dkk. “Analisis Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Kelas IX-D
SMPN 17 Malang”. Makalah disampaikan pada Konferensi Nasional
71
Penelitian Matematika dan Pembelajarannya (KNPMP I) Universitas
Muhammadiyah Surakarta, 12 Maret 2016.
Hamdayama, Jumanta. Metodologi Pengajaran. Jakarta: PT Bumi Aksara, 2017.
Hamzah, M. Ali., dan Muhlisrarini. Perencanaan dan Strategi Pembelajaran
Matematika. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2014.
Hitchcock, David. On Reasoning and Argument Essays in Informal Logic and on
Critical Thinking. Canada: Springer International Publishing AG, 2016.
Kadir, Statistika Terapan Konsep, Contoh, dan Analisis Data dengan Program
SPSS/Lisrel dalam Penelitian. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, ed. 2, cet.
3, 2016.
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan “K.onferensi Pers UN 2017 Jenjang
SMP”, 2017.
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. “Laporan Hasil Ujian Nasional”.
https://puspendik.kemdikbud.go.id/hasil-un/, 2018.
Kholifah. ”Analisis Kemampuan Berpikir Kritis Matematis pada Siswa SMP Kelas
IX”. Skripsi pada UIN Syarif Hidayatullah Jakarta: 2017.
Kristiawan, Muhammad. Filsafat Pendidikan The Choice is Yours. Jogjakarta:
Valia Pustaka Jogjakarta, 2016.
Kuswana, Wowo Sunaryo. Taksonomi Berpikir. Bandung: PT Remaja Rosdakarya,
2011.
Lam, Toh Tin. Arousing Students’ Curiosity and Mathematical Problem Solving.
National University of Singapore 2017.
Lestari, Karunia Eka., dan Mokhammad Ridwan Yudhanegara, Penelitian
Pendidikan Matematika, (Bandung: PT Refika Aditama, 2015).
Lynch, Sararose D. et al. I-THINK I Can Problem Solve. Mathematics Teaching in
the Middle School. 2013.
Majid, Abdul. Pembelajaran Tematik Terpadu. Bandung: PT Remaja Rosdakarya,
2014.
Masruro, Umi. “Pengaruh Strategi Pembelajaran ECIRR terhadap Kemampuan
Berpikir Kritis Matematis Siswa (Penelitian Kuasi Eksperimen di Kelas
72
VIII MTs Pembangunan UIN)”. Skripsi pada UIN Syarif Hidayatullah
Jakata: 2017.
Munazilla, Nina. “Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Kelas VIII dalam
Menyelesaikan Soal Sistem Persamaan Linier Dua Variabel”. Skripsi pada
Universitas Muhammadiyah Surakarta: 2019.
Musfiqon dan Nurdyansyah. Pendekatan Pembelajaran Saintifik. Sidoarjo:
Nizamia Learning Center, 2015.
Nelson, Jack L., etc. Critical Issues in Education. New York: McGraw-Hill, 2007.
Nissa, Ita Chairun. Pemecahan Masalah Matematika Teori dan Contoh Praktik.
Mataram: Duta Pustaka Ilmu, 2015.
OECD. PISA 2015 Results Excellence and Equity in Education Volume 1. Paris:
OECD Publishing, 2016.
Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia no. 21 tahun
2016 tentang Standar Isi Pendidikan Dasar dan Menengah.
Posamentier, Alfred S., and Stephen Krulik. Problem Solving in Mathematics
Grades 3-6 Powerful Strategies to Deepen Understanding. California:
Corwin, 2009.
Posamentier, Alfred S., and Stephen Krulik. Problem-Solving Strategies for
Efficient and Elegant Solutions Grades 6-12 A Resource for the
Mathematics Teacher. California: Corwin Press, 2008.
Presseisen, Barbara Z. Thinking Skills: Meanings, Models and Materials.
Educational Resources Information Center. 1984.
Pritananda, Rizka., dkk. Kemampuan Berpikir Kritis Siswa pada Aspek Inference
dalam Menyelesaikan Soal Cerita Teorema Phytagoras. Jurnal Pendidikan
dan Pembelajaran Khatulistiwa. Vol. 6, no. 9, 2017.
Rusnilawati, R. Pengembangan Perangkat Pembelajaran Matematika Bercirikan
Active Knowledge Sharing dengan Pendekatan Saintifik Kelas VIII. Jurnal
Riset Pendidikan Matematika. Vol. 3, no. 2, 2016.
Said, Alamsyah., dan Andi Budimanjaya. 95 Strategi Mengajar Active Learning
Multiple Intelligences Mengejar sesuai Kerja Otak dan Gaya Belajar Siswa.
Jakarta: Kencana, 2015.
73
Sari, Muliana., dkk. “Analisis Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Kelas VIII-D
SMP Negeri 1 Gambut”. Prosiding disampaikan pada Seminar Matematika
dan Pendidikan Matematika, 16 November, FKIP UNS, 2016.
Solliala. “Kemampuan Berpikir Kritis Siswa dalam Menjawab Soal pada Mata
Pelajaran Matematika Kelas VII SMP Negeri 2 Suela Tahun Pelajaran
2016/2017”. Skripsi pada UIN Matatam: 2017.
Sulistiani, Eny., dan Masrukan. “Pentingnya Berpikir Kritis dalam Pembelajaran
Matematika untuk Menghadapi Tantangan MEA”, Makalah disampaikan
pada Seminar Nasional Matematika X Universitas Negeri Semarang, 2016.
Sulthoniyah, Anni. “Analisis Kemampuan Berpikir Kritis dalam Menyelesaikan
Soal Cerita pada Materi Aritmetika Sosisal”, Skripsi pada Universitas
Muhammadiyah Purworejo: 2017.
Thomas, Kelli R. Students THINK: A Framework for Improving Problem Solving.
National Council of Teachers of Mathematics, vol. 13, no. 2, 2006.
Thompson, Tony. Mathematics Teachers’ Interpretation of Higher Order Thinking
in Bloom’s Taxonomy. International Electronic Journal of Mathematics
Education. 2008.
Uno, Hamzah B. Model Pembelajaran Menciptakan Proses Belajar Mengajar yang
Kreatif dan Efektif. Jakarta: Bumi Aksara, 2016.
Wena, Made. Strategi Pembelajaran Inovatif Kontemporer Suatu Tinjauan
Konseptual Operasional. Jakarta: Bumi Aksara, 2014.
Wilson, Jeni., and David Clarke. Towards the Modelling of Mathematical
Metacognition. Mathematics Education Research Journal. vol. 16, no. 2,
2004.
74
LAMPIRAN-LAMPIRAN
Lampiran 1 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Kelas I-THINK
Lampiran 2 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Kelas Konvensional
Lampiran 3 Lembar Kerja Siswa (LKS) Kelas I-THINK
Lampiran 4 Kisi-kisi Instrumen Tes Kemampuan Berpikir Kritis
Matematis
Lampiran 5 Hasil Uji Validitas Instrumen Tes Kemampuan Berpikir
Kritis Matematis
Lampiran 6 Hasil Uji Taraf Kesukaran Instrumen Tes Kemampuan
Berpikir Kritis Matematis
Lampiran 7 Hasil Uji Daya Pembeda Instrumen Tes Kemampuan
Berpikir Kritis Matematis
Lampiran 8 Hasil Uji Reliabilitas Instrumen Tes Kemampuan Berpikir
Kritis Matematis
Lampiran 9 Rekapitulasi Hasil Uji Validitas, Taraf Kesukaran, Daya
Pembeda, dan Reliabilitas
Lampiran 10 Instrumen Tes Kemampuan Berpikir Kritis Matematis
Lampiran 11 Pedoman Penskoran Tes Kemampuan Berpikir Kritis
Matematis
Lampiran 12 Kunci Jawaban Instrumen Tes Kemampuan Berpikir Kritis
Matematis
Lampiran 13 Hasil Post Test Kelas I-THINK
Lampiran 14 Hasil Post Test Kelas Konvensional
Lampiran 15 Hasil Uji Normalitas Kelas I-THINK dan Kelas
Konvensional
Lampiran 16 Hasil Uji Homogenitas Kelas I-THINK dan Kelas
Konvensional
Lampiran 17 Hasil Uji Hipotesis
Lampiran 18 Surat Bimbingan Skripsi
Lampiran 19 Surat Permohonan Izin Penelitian
Lampiran 20 Surat Keterangan Penelitian
Lampiran 21 Lembar Uji Referensi
75
Lampiran 1
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)
KELAS EKSPERIMEN
Sekolah : MTs Al-Islamiyah Jakarta
Mata Pelajaran : Matematika
Kelas/Semester : VIII/Ganjil
Tahun Ajaran : 2019/2020
Waktu : 6 x 2 JP (6 pertemuan)
Materi : Sistem Persamaan Linear Dua Variabel
A. Kompetensi Inti
Kompetensi Inti 3
Memahami pengetahuan (faktual, konseptual, dan prosedural) berdasarkan
rasa ingin tahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya, terkait
fenomena dan kejadian tampak mata.
Kompetensi Inti 4
Mencoba, mengolah, dan menyaji dalam ranah konkret (menggunakan,
mengurai, merangkai, memodifikasi, dan membuat) dan ranah abstrak
(menulis, membaca, menghitung, menggambar, dan mengarang) sesuai dengan
yang dipelajari di sekolah dan sumber lain yang sama dalam sudut
pandang/teori.
B. Kompetensi Dasar
Mengembangkan kemampuan berpikir kritis matematis pada materi sistem
persamaan linear dua variabel.
C. Indikator Pencapaian Kompetensi
Pertemuan 1
- Menjelaskan situasi masalah yang terkait dengan bentuk persamaan linear
dua variabel.
76
Pertemuan 2
- Memberikan argumen mengenai penyelesaian masalah sistem persamaan
linear dua variabel dengan metode grafik.
Pertemuan 3
- Membuat kesimpulan mengenai penyelesaian masalah sistem persamaan
linear dua variabel dengan metode substitusi.
Pertemuan 4
- Menilai kredibilitas argumen mengenai penyelesaian masalah sistem
persamaan linear dua variabel dengan metode eliminasi.
Pertemuan 5
- Membuat kesimpulan mengenai penyelesaian masalah sistem persamaan
linear dua variabel dengan metode gabungan.
Pertemuan 6
- Menjelaskan prosedur penyelesaian masalah sistem persamaan linear dua
variabel yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari.
D. Tujuan Pembelajaran
Setelah proses pembelajaran pada materi sistem persamaan linear dua variabel,
diharapkan:
- Siswa dapat menjelaskan situasi masalah yang terkait dengan bentuk
persamaan linear dua variabel.
- Siswa dapat memberikan argumen mengenai penyelesaian masalah sistem
persamaan linear dua variabel dengan metode grafik.
- Siswa dapat membuat kesimpulan mengenai penyelesaian masalah sistem
persamaan linear dua variabel dengan metode substitusi.
- Siswa dapat menilai kredibilitas argumen mengenai penyelesaian masalah
sistem persamaan linear dua variabel dengan metode eliminasi.
- Siswa dapat membuat kesimpulan mengenai penyelesaian masalah sistem
persamaan linear dua variabel dengan metode gabungan.
- Siswa dapat menjelaskan prosedur penyelesaian masalah sistem persamaan
linear dua variabel yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari.
77
E. Materi Pembelajaran
Pertemuan 1 (Pengertian dan Bentuk Umum Persamaan Linear Dua
Variabel)
- Persamaan linear dua variabel (PLDV) adalah suatu persamaan yang
memiliki dua variabel dan tiap variabelnya berpangkat satu. Dinamakan
persamaan linear karena jika digambarkan dalam sebuah grafik akan
membentuk garis lurus.
- Persamaan linear dua variabel dapat dinyatakan dalam bentuk
𝑎𝑥 + 𝑏𝑦 = 𝑐 𝑑𝑒𝑛𝑔𝑎𝑛 𝑎, 𝑏 ∈ 𝑅 𝑑𝑎𝑛 𝑎, 𝑏 ≠ 0
𝑥 , 𝑦 = variabel
𝑎 = koefisien dari variabel 𝑥
𝑏 = koefisien dari variabel 𝑦
𝑐 = konstanta
- Ciri-ciri PLDV yaitu: menggunakan tanda sama dengan (=), memiliki dua
variabel, dan kedua variabel memiliki derajat satu (berpangkat satu).
Pertemuan 2 (Menyelesaikan SPLDV dengan Metode Grafik)
- Sistem persamaan linear dua variabel (SPLDV) merupakan suatu sistem
yang terdiri atas dua buah persamaan linear dua variabel.
- Terdapat 4 cara dalam menyelesaikan masalah sistem persamaan linear dua
variabel, yaitu: metode grafik, metode substitusi, metode eliminasi, dan
metode gabungan (eliminasi dan substitusi).
- METODE GRAFIK
Metode grafik adalah metode penyelesaian sistem persamaan linear dua
variabel dengan menggambarkan persamaan ke dalam bentuk grafik.
Contoh: Keliling sebuah kebun yang berbentuk persegi panjang adalah
44 𝑚. Selisih panjang dan lebar kebun adalah 6 𝑚. Tentukan
panjang dan lebar kebun tersebut!
Penyelesaian:
Misal panjang kebun = 𝑥 dan lebar kebun = 𝑦
78
Membuat model matematika
Keliling kebun adalah 42 𝑚, dapat dibentuk persamaan
2(𝑥 + 𝑦) = 44 2𝑥 + 2𝑦 = 44
Lebar kebun kurang 6𝑚 dari panjangnya, dapat dibentuk persamaan
𝑥 − 𝑦 = 6
Menentukan titik potong dengan sumbu 𝒙 dan sumbu 𝒚
Selesaian dari 2𝑥 + 2𝑦 = 44
𝒙 0 2 4 6 8 10 12 14 16
𝒚 22 20 18 16 14 12 10 8 6
Selesaian dari 𝑥 − 𝑦 = 6
𝒙 0 2 4 6 8 10 12 14 16
𝒚 -6 -4 -2 0 2 4 6 8 10
Menggambar grafik dari masing-masing persamaan pada sebuah
bidang cartesius
79
Dilihat dari grafik di atas, titik potong dari kedua grafik adalah di titik
(14 , 8).
Memeriksa titik potong
Persamaan 1 Persamaan 2
2𝑥 + 2𝑦 = 44 𝑥 − 𝑦 = 6
2(14) + 2(8) = 44 14 − 8 = 6
44 = 44 (benar) 6 = 6 (benar)
Jadi, selesaian dari sistem persamaan linear dua variabel di atas adalah
(14 , 8).
Pertemuan 3 (Menyelesaikan SPLDV dengan Metode Substitusi)
- METODE SUBSTITUSI
Metode substitusi adalah metode penyelesaian sistem persamaan linear dua
variabel dengan mengganti salah satu variabel dari suatu persamaan ke
persamaan lain.
Contoh: Selisih umur seorang ayah dan anak perempuannya adalah 26
tahun. Lima tahun yang lalu, jumlah umur keduanya adalah 34
tahun. Tentukan umur ayah dan anak perempuannya dua tahun
yang akan datang!
Penyelesaian:
Misal umur ayah = 𝑥 dan umur anak perempuan = 𝑦
Membuat model matematika
Selisih umur ayah dan anak perempuannya adalah 26 tahun, dapat dibentuk
persamaan 𝑥 − 𝑦 = 26
Lima tahun lalu, jumlah umur mereka adalah 34, dapat dibentuk persamaan
(𝑥 − 5) + (𝑦 − 5) = 34
𝑥 + 𝑦 − 10 = 34
𝑥 + 𝑦 = 34 + 10
80
𝑥 + 𝑦 = 44
Dengan demikian, diperoleh model matematika sebagai berikut.
𝑥 − 𝑦 = 26 ..... pers. 1
𝑥 + 𝑦 = 44 ..... pers. 2
Mengubah salah satu bentuk persamaan
Persamaan 𝑥 − 𝑦 = 26 dapat ditulis 𝑦 = 𝑥 − 26
Mengganti atau mensubstitusi persamaan 𝒚 = 𝒙 − 𝟐𝟔 ke persamaan
lain
𝑥 + (𝑥 − 26) = 44
2𝑥 − 26 = 44
2𝑥 = 44 + 26
2𝑥 = 70
𝑥 = 35
Mengganti atau mensubstitusi nilai 𝒙 = 𝟑𝟓 ke salah satu persamaan
(persamaan 1 atau persamaan 2)
𝑥 + 𝑦 = 44
35 + 𝑦 = 44
𝑦 = 9
Memeriksa nilai 𝒙 dan 𝒚 ke dalam kedua persamaan
Persamaan 1 35 − 9 = 26 (benar)
Persamaan 2 35 + 9 = 44 (benar)
Umur ayah sekarang adalah 35 tahun dan umur anak perempuannya 9 tahun.
Jadi, umur ayah dan umur anak perempuannya dua tahun yang akan datang
37 tahun dan 11 tahun.
81
Pertemuan 4 (Menyelesaikan SPLDV dengan Metode Eliminasi)
- METODE ELIMINASI
Metode eliminasi yaitu metode penyelesaian sistem persamaan linear dua
variabel yang mengeliminasi atau menghilangkan salah satu variabel
dengan menyamakan koefisien dari kedua persamaan.
Contoh: Di dalam kandang terdapat kambing dan ayam sebanyak 13 ekor.
Jumlah kaki hewan ada 32. Tentukan jumlah kambing dan ayam masing-
masing?
Penyelesaian:
Misal kambing = 𝑥 dan ayam = 𝑦
Jumlah kaki kambing = 4 dan kaki ayam = 2
Membuat model matematika
𝑥 + 𝑦 = 13 .... persamaan 1
4𝑥 + 2𝑦 = 32 .... persamaan 2
Mengeliminasi atau menghilangkan variabel 𝒚 dengan menyamakan
koefisien variabel 𝒚
𝑥 + 𝑦 = 13 |x 4|
4𝑥 + 2𝑦 = 32 |x 1|
4𝑥 + 4𝑦 = 52
4𝑥 + 2𝑦 = 32
_____________ -
2𝑦 = 20
𝑦 =20
2
𝑦 = 10
82
Mengeliminasi atau menghilangkan variabel 𝒙 dengan menyamakan
koefisien variabel 𝒙
𝑥 + 𝑦 = 13 |x 2|
4𝑥 + 2𝑦 = 32 |x 1|
2𝑥 + 2𝑦 = 26
4𝑥 + 2𝑦 = 32
_____________ -
−2𝑥 = −6
𝑥 =−6
−2
𝑥 = 3
Memeriksa nilai 𝒙 dan 𝒚 ke dalam kedua persamaan
Persamaan 1 10 + 3 = 13 (benar)
Persamaan 2 4(3) + 2(10) = 32 (benar)
Jadi, jumlah kambing ada 3 ekor dan ayam ada 10 ekor.
Pertemuan 5 (Menyelesaikan SPLDV dengan Metode Gabungan)
- METODE GABUNGAN (ELIMINASI DAN SUBSTITUSI)
Metode gabungan adalah metode penyelesaian sistem persamaan linear dua
variabel dengan mengunakan dua metode yaitu metode eliminasi dan
substitusi.
Contoh: Harga 2 celana panjang dan 5 kemeja 𝑅𝑝 410.000,00 sedangkan
harga 3 celana panjang dan 2 kemeja adalah 𝑅𝑝 340.000,00. Berapa harga
1 celana panjang dan 2 kemeja?
Penyelesaian:
Misal harga 1 celana panjang = 𝑥 dan harga 1 kemeja = 𝑦
Membuat model matematika
2𝑥 + 5𝑦 = 410.000 ..... persamaan 1
83
3𝑥 + 2𝑦 = 340.000 ..... persamaan 2
Mengeliminasi variabel 𝒚, maka koefisien variabel 𝒚 harus sama
2𝑥 + 5𝑦 = 410.000 |x 2|
3𝑥 + 2𝑦 = 340.000 |x 5|
4𝑥 + 10𝑦 = 820.000
15𝑥 + 10𝑦 = 1.700.000
_____________________ -
−11𝑥 = −880.000
𝑥 =−880.000
−11
𝑥 = 80.000
Mengganti atau mensubstitusi nilai 𝒙 = 𝟖𝟎. 𝟎𝟎𝟎 ke salah satu
persamaan (persamaan 1 atau persamaan 2)
2𝑥 + 5𝑦 = 410.000
2(80.000) + 5𝑦 = 410.000
160.000 + 5𝑦 = 410.000
5𝑦 = 410.000 − 160.000
𝑦 =250.000
5
𝑦 = 50.000
Memeriksa nilai 𝒙 dan 𝒚 ke dalam kedua persamaan
Persamaan 1 2(80.000) + 5(50.000) = 410.000 (benar)
Persamaan 2 3(80.000) + 2(50.000) = 340.000 (benar)
Jadi, harga 1 celana panjang dan dua kemeja adalah
𝑥 + 2𝑦 = 80.000 + 2(50.000)
= 𝑅𝑝 180.000,00
Pertemuan 6 (Menyelesaikan SPLDV yang Berkaitan dengan
Kehidupan Sehari-hari)
84
- Bu Lia membeli 3 kg alpukat dan 1 kg belimbing dengan harga
𝑅𝑝 110.000,00. Bu Wardah membeli 2 kg alpukat dan 3 kg belimbing
dengan harga 𝑅𝑝 120.000,00. Tentukan harga 1 kg alpukat dan 5 kg
belimbing!
Penyelesaian:
Misal harga 1 kg alpukat = 𝑥 dan harga 1 kg belimbing = 𝑦
Membuat model matematika
3𝑥 + 𝑦 = 110.000 ..... persamaan 1
2𝑥 + 3𝑦 = 120.000 ..... persamaan 2
Mengeliminasi variabel 𝒙, maka koefisien variabel 𝒙 harus sama
3𝑥 + 𝑦 = 110.000 |x 2|
2𝑥 + 3𝑦 = 120.000 |x 3|
6𝑥 + 2𝑦 = 220.000
6𝑥 + 9𝑦 = 360.000
_____________________ -
−7𝑦 = −140.000
𝑦 =−140.000
−7
𝑦 = 20.000
Mengganti atau mensubstitusi nilai 𝒚 = 𝟐𝟎. 𝟎𝟎𝟎 ke salah satu
persamaan (persamaan 1 atau persamaan 2)
3𝑥 + 𝑦 = 110.000
3𝑥 + 20.000 = 110.000
3𝑥 = 110.000 − 20.000
3𝑥 = 90.000
𝑥 =90.000
3
𝑥 = 30.000
85
Memeriksa nilai 𝒙 dan 𝒚 ke dalam kedua persamaan
Persamaan 1 3(30.000) + 20.000 = 110.000 (benar)
Persamaan 2 2(30.000) + 3(20.000) = 120.000 (benar)
Jadi, harga 1 kg alpukat dan 5 kg belimbing adalah
𝑥 + 5𝑦 = 30.000 + 5(20.000)
= 𝑅𝑝 130.000,00
F. Strategi dan Metode Pembelajaran
- Strategi : I, Talk, How, Identify, Notice, Keep thinking (I-THINK).
- Metode : Diskusi kelompok, tanya jawab, dan penggunaan LKS.
G. Media dan Sumber Pembelajaran
1. Alat/Media Pembelajaran
Whiteboard, spidol, dan alat atau media lainnya yang terkait dengan
penunjang pembelajaran di setiap pertemuan.
2. Sumber/Bahan Pembelajaran
Lembar Kerja Siswa (terlampir) dan buku paket Matematika SMP kelas
VIII.
H. Langkah-langkah Pembelajaran
Pertemuan 1
Pendahuluan (10 menit) Fase/tahapan
- Guru membuka pelajaran dengan mengucap
salam, mengecek kehadiran siswa, dan
menyiapkan siswa untuk mengikuti
pembelajaran.
- Guru menginformasikan tujuan pembelajaran dan
indikator yang akan dicapai.
- Guru melakukan apersepsi mengenai materi
persamaan linear satu variabel.
86
Kegiatan Inti (65 menit) Fase/tahapan
- Guru membimbing siswa untuk bergabung
dengan teman sekelompok yang telah ditentukan.
- Guru menyajikan permasalahan dengan
memberikan Lembar Kerja Siswa (LKS).
- Guru membimbing siswa cara menyelesaikan
masalah yang terdapat pada LKS berdasarkan
strategi I-THINK dengan menggunakan poster.
- Siswa secara individu menjelaskan situasi
masalah dengan menentukan apa yang diketahui
dan apa yang ditanyakan pada masalah.
I
- Siswa secara berkelompok menjelaskan situasi
dengan menentukan apa yang diketahui dan apa
yang ditanyakan pada masalah.
Talk
- Siswa secara berkelompok melakukan diskusi
mengenai strategi pemecahan masalah dalam
menentukan bentuk persamaan linear dua
variabel.
How
- Siswa secara berkelompok mengidentifikasi
strategi pemecahan masalah yang telah
didiskusikan sebelumnya.
Identify
- Siswa secara berkelompok memberitahukan
strategi pemecahan masalah dengan menjelaskan
langkah-langkah penyelesaian dalam
menentukan bentuk persamaan linear dua
variabel beserta syaratnya.
Notice
- Siswa secara berkelompok memeriksa kembali
solusi penyelesaian yang telah diperoleh.
- Siswa secara berkelompok membuat kesimpulan
mengenai bentuk persamaan linear dua variabel.
Keep thinking
87
- Siswa secara berkelompok menyelesaikan soal
latihan yang terdapat pada LKS agar lebih
memahami bagaimana penerapan materi yang
telah dipelajarinya.
- Guru membimbing perwakilan kelompok untuk
mempresentasikan hasil diskusinya.
- Siswa diberi kesempatan untuk memberikan
tanggapan hasil diskusi.
Penutup (5 menit) Fase/tahapan
- Guru bersama siswa menyimpulkan poin-poin
penting pada materi yang telah dipelajari.
- Guru menyampaikan materi yang akan dibahas
pada pertemuan selanjutnya.
- Guru mengakhiri pembelajaran dengan
mengucap salam.
Pertemuan 2
Pendahuluan (10 menit) Fase/tahapan
- Guru membuka pelajaran dengan mengucap
salam, mengecek kehadiran siswa, dan
menyiapkan siswa untuk mengikuti
pembelajaran.
- Guru menginformasikan tujuan pembelajaran dan
indikator yang akan dicapai.
- Guru melakukan apersepsi mengenai bentuk
persamaan linear dua variabel dan sistem
persamaan linear dua variabel.
Kegiatan Inti (65 menit) Fase/tahapan
88
- Guru membimbing siswa untuk bergabung
dengan teman sekelompok yang telah ditentukan.
- Guru menyajikan permasalahan dengan
memberikan Lembar Kerja Siswa (LKS).
- Guru membimbing siswa cara menyelesaikan
masalah yang terdapat pada LKS berdasarkan
strategi I-THINK dengan menggunakan poster.
- Siswa secara individu menjelaskan situasi dengan
menentukan apa yang diketahui dan apa yang
ditanyakan pada masalah.
I
- Siswa secara berkelompok menjelaskan situasi
dengan menentukan apa yang diketahui dan apa
yang ditanyakan pada masalah.
Talk
- Siswa secara berkelompok melakukan diskusi
mengenai strategi pemecahan masalah dalam
menyelesaikan masalah sistem persamaan linear
dua variabel.
How
- Siswa secara berkelompok mengidentifikasi
strategi pemecahan masalah yang telah
didiskusikan sebelumnya.
Identify
- Siswa secara berkelompok memberitahukan
strategi pemecahan masalah dengan menjelaskan
langkah-langkah penyelesaian masalah sistem
persamaan linear dua variabel dengan
menggunakan metode grafik.
Notice
- Siswa secara berkelompok memeriksa kembali
solusi penyelesaian yang telah diperoleh.
- Siswa secara berkelompok membuat kesimpulan
mengenai penyelesaian masalah sistem
Keep thinking
89
persamaan linear dua variabel menggunakan
metode grafik.
- Siswa secara berkelompok menyelesaikan soal
latihan yang terdapat pada LKS agar lebih
memahami bagaimana penerapan materi yang
telah dipelajarinya.
- Guru membimbing perwakilan kelompok untuk
mempresentasikan hasil diskusinya.
- Siswa diberi kesempatan untuk memberikan
tanggapan hasil diskusi.
Penutup (5 menit) Fase/tahapan
- Guru bersama siswa menyimpulkan poin-poin
penting pada materi yang telah dipelajari.
- Guru menyampaikan materi yang akan dibahas
pada pertemuan selanjutnya.
- Guru mengakhiri pembelajaran dengan
mengucap salam.
Pertemuan 3
Pendahuluan (10 menit) Fase/tahapan
- Guru membuka pelajaran dengan mengucap
salam, mengecek kehadiran siswa, dan
menyiapkan siswa untuk mengikuti
pembelajaran.
- Guru menginformasikan tujuan pembelajaran dan
indikator yang akan dicapai.
- Guru melakukan apersepsi mengenai
penyelesaian masalah sistem persamaan linear
dua variabel dengan metode grafik.
90
Kegiatan Inti (65 menit) Fase/tahapan
- Guru membimbing siswa untuk bergabung
dengan teman sekelompok yang telah ditentukan.
- Guru menyajikan permasalahan dengan
memberikan Lembar Kerja Siswa (LKS).
- Guru membimbing siswa cara menyelesaikan
masalah yang terdapat pada LKS berdasarkan
strategi I-THINK dengan menggunakan poster.
- Siswa secara individu menjelaskan situasi dengan
menentukan apa yang diketahui dan apa yang
ditanyakan pada masalah.
I
- Siswa secara berkelompok menjelaskan situasi
dengan menentukan apa yang diketahui dan apa
yang ditanyakan pada masalah.
Talk
- Siswa secara berkelompok melakukan diskusi
mengenai strategi pemecahan masalah dalam
menyelesaikan masalah sistem persamaan linear
dua variabel.
How
- Siswa secara berkelompok mengidentifikasi
strategi pemecahan masalah yang telah
didiskusikan sebelumnya.
Identify
- Siswa memberitahukan strategi pemecahan
masalah dengan menjelaskan langkah-langkah
penyelesaian masalah sistem persamaan linear
dua variabel dengan menggunakan metode
substitusi.
Notice
- Siswa secara berkelompok memeriksa kembali
solusi penyelesaian yang telah diperoleh.
- Siswa secara berkelompok membuat kesimpulan
mengenai penyelesaian masalah sistem
Keep thinking
91
persamaan linear dua variabel menggunakan
metode substitusi.
- Siswa secara berkelompok menyelesaikan soal
latihan yang terdapat pada LKS agar lebih
memahami bagaimana penerapan materi yang
telah dipelajarinya.
- Guru membimbing perwakilan kelompok untuk
mempresentasikan hasil diskusinya.
- Siswa diberi kesempatan untuk memberikan
tanggapan hasil diskusi.
Penutup (5 menit) Fase/tahapan
- Guru bersama siswa menyimpulkan poin-poin
penting pada materi yang telah dipelajari.
- Guru menyampaikan materi yang akan dibahas
pada pertemuan selanjutnya.
- Guru mengakhiri pembelajaran dengan
mengucap salam.
Pertemuan 4
Pendahuluan (10 menit) Fase/tahapan
- Guru membuka pelajaran dengan mengucap
salam, mengecek kehadiran siswa, dan
menyiapkan siswa untuk mengikuti
pembelajaran.
- Guru menginformasikan tujuan pembelajaran dan
indikator yang akan dicapai.
- Guru melakukan apersepsi mengenai
penyelesaian masalah sistem persamaan linear
dua variabel dengan metode substitusi.
92
Kegiatan Inti (65 menit) Fase/tahapan
- Guru membimbing siswa untuk bergabung
dengan teman sekelompok yang telah ditentukan.
- Guru menyajikan permasalahan dengan
memberikan Lembar Kerja Siswa (LKS).
- Guru membimbing siswa cara menyelesaikan
masalah yang terdapat pada LKS berdasarkan
strategi I-THINK dengan menggunakan poster.
- Siswa secara individu menjelaskan situasi dengan
menentukan apa yang diketahui dan apa yang
ditanyakan pada masalah.
I
- Siswa secara berkelompok menjelaskan situasi
dengan menentukan apa yang diketahui dan apa
yang ditanyakan pada masalah.
Talk
- Siswa secara berkelompok melakukan diskusi
mengenai strategi pemecahan masalah dalam
menyelesaikan masalah sistem persamaan linear
dua variabel.
How
- Siswa secara berkelompok mengidentifikasi
strategi pemecahan masalah yang telah
didiskusikan sebelumnya.
Identify
- Siswa secara berkelompok memberitahukan
strategi pemecahan masalah dengan menjelaskan
langkah-langkah penyelesaian masalah sistem
persamaan linear dua variabel dengan
menggunakan metode eliminasi.
Notice
- Siswa secara berkelompok memeriksa kembali
solusi penyelesaian yang telah diperoleh.
- Siswa secara berkelompok membuat kesimpulan
mengenai penyelesaian masalah sistem
Keep thinking
93
persamaan linear dua variabel menggunakan
metode eliminasi.
- Siswa secara berkelompok menyelesaikan soal
latihan yang terdapat pada LKS agar lebih
memahami bagaimana penerapan materi yang
telah dipelajarinya.
- Guru membimbing perwakilan kelompok untuk
mempresentasikan hasil diskusinya.
- Siswa diberi kesempatan untuk memberikan
tanggapan hasil diskusi.
Penutup (5 menit) Fase/tahapan
- Guru bersama siswa menyimpulkan poin-poin
penting pada materi yang telah dipelajari.
- Guru menyampaikan materi yang akan dibahas
pada pertemuan selanjutnya.
- Guru mengakhiri pembelajaran dengan
mengucap salam.
Pertemuan 5
Pendahuluan (10 menit) Fase/tahapan
- Guru membuka pelajaran dengan mengucap
salam, mengecek kehadiran siswa, dan
menyiapkan siswa untuk mengikuti
pembelajaran.
- Guru menginformasikan tujuan pembelajaran dan
indikator yang akan dicapai.
- Guru melakukan apersepsi mengenai
penyelesaian masalah sistem persamaan linear
dua variabel dengan metode eliminasi.
94
Kegiatan Inti (65 menit) Fase/tahapan
- Guru membimbing siswa untuk bergabung
dengan teman sekelompok yang telah ditentukan.
- Guru menyajikan permasalahan dengan
memberikan Lembar Kerja Siswa (LKS).
- Guru membimbing siswa cara menyelesaikan
masalah yang terdapat pada LKS berdasarkan
strategi I-THINK dengan menggunakan poster.
- Siswa secara individu menjelaskan situasi dengan
menentukan apa yang diketahui dan apa yang
ditanyakan pada masalah.
I
- Siswa secara berkelompok melakukan diskusi
mengenai strategi pemecahan masalah dalam
menyelesaikan masalah sistem persamaan linear
dua variabel.
Talk
- Siswa secara berkelompok mengidentifikasi
strategi pemecahan masalah yang telah
didiskusikan sebelumnya.
How
- Siswa secara berkelompok mengidentifikasi
strategi pemecahan masalah yang akan dijadikan
solusi akhir.
Identify
- Siswa secara berkelompok memberitahukan
strategi pemecahan masalah dengan menjelaskan
langkah-langkah penyelesaian masalah sistem
persamaan linear dua variabel dengan
menggunakan metode gabungan, yaitu metode
eliminasi dan substitusi.
Notice
- Siswa secara berkelompok memeriksa kembali
solusi penyelesaian yang telah diperoleh.
Keep thinking
95
- Siswa secara berkelompok membuat kesimpulan
mengenai penyelesaian masalah sistem
persamaan linear dua variabel menggunakan
metode gabungan.
- Siswa secara berkelompok menyelesaikan soal
latihan yang terdapat pada LKS agar lebih
memahami bagaimana penerapan materi yang
telah dipelajarinya.
- Guru membimbing perwakilan kelompok untuk
mempresentasikan hasil diskusinya.
- Siswa diberi kesempatan untuk memberikan
tanggapan hasil diskusi.
Penutup (5 menit) Fase/tahapan
- Guru bersama siswa menyimpulkan poin-poin
penting pada materi yang telah dipelajari.
- Guru menyampaikan materi yang akan dibahas
pada pertemuan selanjutnya.
- Guru mengakhiri pembelajaran dengan
mengucap salam.
Pertemuan 6
Pendahuluan (10 menit) Fase/tahapan
- Guru membuka pelajaran dengan mengucap
salam, mengecek kehadiran siswa, dan
menyiapkan siswa untuk mengikuti
pembelajaran.
- Guru menginformasikan tujuan pembelajaran dan
indikator yang akan dicapai.
96
- Guru melakukan apersepsi mengenai
penyelesaian masalah sistem persamaan linear
dua variabel dengan metode gabungan
Kegiatan Inti (65 menit) Fase/tahapan
- Guru membimbing siswa untuk bergabung
dengan teman sekelompok yang telah ditentukan.
- Guru menyajikan permasalahan dengan
memberikan Lembar Kerja Siswa (LKS).
- Guru membimbing siswa cara menyelesaikan
masalah yang terdapat pada LKS berdasarkan
strategi I-THINK dengan menggunakan poster.
- Siswa secara individu menjelaskan situasi dengan
menentukan apa yang diketahui dan apa yang
ditanyakan pada masalah.
I
- Siswa secara berkelompok menjelaskan situasi
dengan menentukan apa yang diketahui dan apa
yang ditanyakan pada masalah.
Talk
- Siswa secara berkelompok melakukan diskusi
mengenai strategi pemecahan masalah dalam
menyelesaikan masalah sistem persamaan linear
dua variabel.
How
- Siswa secara berkelompok mengidentifikasi
strategi pemecahan masalah yang telah
didiskusikan sebelumnya.
Identify
- Siswa secara berkelompok memberitahukan
strategi pemecahan masalah dengan menjelaskan
langkah-langkah penyelesaian masalah sistem
persamaan linear dua variabel yang berkaitan
dengan kehidupan sehari-hari.
Notice
97
- Siswa secara berkelompok memeriksa kembali
solusi penyelesaian yang telah diperoleh.
- Siswa secara berkelompok membuat kesimpulan
mengenai penyelesaian masalah sistem
persamaan linear dua variabel yang berkaitan
dengan kehidupan sehari-hari.
Keep thinking
- Siswa secara berkelompok menyelesaikan soal
latihan yang terdapat pada LKS agar lebih
memahami bagaimana penerapan materi yang
telah dipelajarinya.
- Guru membimbing perwakilan kelompok untuk
mempresentasikan hasil diskusinya.
- Siswa diberi kesempatan untuk memberikan
tanggapan hasil diskusi.
Penutup (5 menit) Fase/tahapan
- Guru bersama siswa menyimpulkan poin-poin
penting pada materi yang telah dipelajari.
- Guru menyampaikan materi yang akan dibahas
pada pertemuan selanjutnya.
- Guru mengakhiri pembelajaran dengan
mengucap salam.
I. Penilaian Hasil Belajar
1. Teknik penilaian : tes tertulis
2. Bentuk penilaian : tes uraian
3. Instrumen : terlampir
98
Jakarta, Juli 2019
Peneliti
Nadia Raudhi Syifa
NIM. 11140170000027
99
Lampiran 2
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)
KELAS KONTROL
Sekolah : MTs Al-Islamiyah Jakarta
Mata Pelajaran : Matematika
Kelas/Semester : VIII/Ganjil
Tahun Ajaran : 2019/2020
Waktu : 6 x 2 JP (6 pertemuan)
Materi : Sistem Persamaan Linear Dua Variabel
A. Kompetensi Inti
Kompetensi Inti 3
Memahami pengetahuan (faktual, konseptual, dan prosedural) berdasarkan
rasa ingin tahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya, terkait
fenomena dan kejadian tampak mata.
Kompetensi Inti 4
Mencoba, mengolah, dan menyaji dalam ranah konkret (menggunakan,
mengurai, merangkai, memodifikasi, dan membuat) dan ranah abstrak
(menulis, membaca, menghitung, menggambar, dan mengarang) sesuai dengan
yang dipelajari di sekolah dan sumber lain yang sama dalam sudut
pandang/teori.
B. Kompetensi Dasar
Mengembangkan kemampuan berpikir kritis matematis pada materi sistem
persamaan linear dua variabel.
C. Indikator Pencapaian Kompetensi
Pertemuan 1
- Menjelaskan situasi masalah yang terkait dengan bentuk persamaan linear
dua variabel.
100
Pertemuan 2
- Memberikan argumen mengenai penyelesaian masalah sistem persamaan
linear dua variabel dengan metode grafik.
Pertemuan 3
- Membuat kesimpulan mengenai penyelesaian masalah sistem persamaan
linear dua variabel dengan metode substitusi.
Pertemuan 4
- Menilai kredibilitas argumen mengenai penyelesaian masalah sistem
persamaan linear dua variabel dengan metode eliminasi.
Pertemuan 5
- Membuat kesimpulan mengenai penyelesaian masalah sistem persamaan
linear dua variabel dengan metode gabungan.
Pertemuan 6
- Menjelaskan prosedur penyelesaian masalah sistem persamaan linear dua
variabel yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari.
D. Tujuan Pembelajaran
Setelah proses pembelajaran pada materi sistem persamaan linear dua variabel,
diharapkan:
- Siswa dapat menjelaskan situasi masalah yang terkait dengan bentuk
persamaan linear dua variabel.
- Siswa dapat memberikan argumen mengenai penyelesaian masalah sistem
persamaan linear dua variabel dengan metode grafik.
- Siswa dapat membuat kesimpulan mengenai penyelesaian masalah sistem
persamaan linear dua variabel dengan metode substitusi.
- Siswa dapat menilai kredibilitas argumen mengenai penyelesaian masalah
sistem persamaan linear dua variabel dengan metode eliminasi.
- Siswa dapat membuat kesimpulan mengenai penyelesaian masalah sistem
persamaan linear dua variabel dengan metode gabungan.
- Siswa dapat menjelaskan prosedur penyelesaian masalah sistem persamaan
linear dua variabel yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari.
101
E. Materi Pembelajaran
Pertemuan 1 (Pengertian dan Bentuk Umum Persamaan Linear Dua
Variabel)
- Persamaan linear dua variabel (PLDV) adalah suatu persamaan yang
memiliki dua variabel dan tiap variabelnya berpangkat satu. Dinamakan
persamaan linear karena jika digambarkan dalam sebuah grafik akan
membentuk garis lurus.
- Persamaan linear dua variabel dapat dinyatakan dalam bentuk
𝑎𝑥 + 𝑏𝑦 = 𝑐 𝑑𝑒𝑛𝑔𝑎𝑛 𝑎, 𝑏 ∈ 𝑅 𝑑𝑎𝑛 𝑎, 𝑏 ≠ 0
𝑥 , 𝑦 = variabel
𝑎 = koefisien dari variabel 𝑥
𝑏 = koefisien dari variabel 𝑦
𝑐 = konstanta
- Ciri-ciri PLDV yaitu: menggunakan tanda sama dengan (=), memiliki dua
variabel, dan kedua variabel memiliki derajat satu (berpangkat satu).
Pertemuan 2 (Menyelesaikan SPLDV dengan Metode Grafik)
- Sistem persamaan linear dua variabel (SPLDV) merupakan suatu sistem
yang terdiri atas dua buah persamaan linear dua variabel.
- Terdapat 4 cara dalam menyelesaikan masalah sistem persamaan linear dua
variabel, yaitu: metode grafik, metode substitusi, metode eliminasi, dan
metode gabungan (eliminasi dan substitusi).
- METODE GRAFIK
Metode grafik adalah metode penyelesaian sistem persamaan linear dua
variabel dengan menggambarkan persamaan ke dalam bentuk grafik.
Contoh: Keliling sebuah kebun yang berbentuk persegi panjang adalah
44 𝑚. Selisih panjang dan lebar kebun adalah 6 𝑚. Tentukan
panjang dan lebar kebun tersebut!
Penyelesaian:
Misal panjang kebun = 𝑥 dan lebar kebun = 𝑦
102
Membuat model matematika
Keliling kebun adalah 42 𝑚, dapat dibentuk persamaan
2(𝑥 + 𝑦) = 44 2𝑥 + 2𝑦 = 44
Lebar kebun kurang 6𝑚 dari panjangnya, dapat dibentuk persamaan
𝑥 − 𝑦 = 6
Menentukan titik potong dengan sumbu 𝒙 dan sumbu 𝒚
Selesaian dari 2𝑥 + 2𝑦 = 44
𝒙 0 2 4 6 8 10 12 14 16
𝒚 22 20 18 16 14 12 10 8 6
Selesaian dari 𝑥 − 𝑦 = 6
𝒙 0 2 4 6 8 10 12 14 16
𝒚 -6 -4 -2 0 2 4 6 8 10
Menggambar grafik dari masing-masing persamaan pada sebuah
bidang cartesius
103
Dilihat dari grafik di atas, titik potong dari kedua grafik adalah di titik
(14 , 8).
Memeriksa titik potong
Persamaan 1 Persamaan 2
2𝑥 + 2𝑦 = 44 𝑥 − 𝑦 = 6
2(14) + 2(8) = 44 14 − 8 = 6
44 = 44 (benar) 6 = 6 (benar)
Jadi, selesaian dari sistem persamaan linear dua variabel di atas adalah
(14 , 8).
Pertemuan 3 (Menyelesaikan SPLDV dengan Metode Substitusi)
- METODE SUBSTITUSI
Metode substitusi adalah metode penyelesaian sistem persamaan linear dua
variabel dengan mengganti salah satu variabel dari suatu persamaan ke
persamaan lain.
Contoh: Selisih umur seorang ayah dan anak perempuannya adalah 26
tahun. Lima tahun yang lalu, jumlah umur keduanya adalah 34
tahun. Tentukan umur ayah dan anak perempuannya dua tahun
yang akan datang!
Penyelesaian:
Misal umur ayah = 𝑥 dan umur anak perempuan = 𝑦
Membuat model matematika
Selisih umur ayah dan anak perempuannya adalah 26 tahun, dapat dibentuk
persamaan 𝑥 − 𝑦 = 26
Lima tahun lalu, jumlah umur mereka adalah 34, dapat dibentuk persamaan
(𝑥 − 5) + (𝑦 − 5) = 34
𝑥 + 𝑦 − 10 = 34
𝑥 + 𝑦 = 34 + 10
104
𝑥 + 𝑦 = 44
Dengan demikian, diperoleh model matematika sebagai berikut.
𝑥 − 𝑦 = 26 ..... pers. 1
𝑥 + 𝑦 = 44 ..... pers. 2
Mengubah salah satu bentuk persamaan
Persamaan 𝑥 − 𝑦 = 26 dapat ditulis 𝑦 = 𝑥 − 26
Mengganti atau mensubstitusi persamaan 𝒚 = 𝒙 − 𝟐𝟔 ke persamaan
lain
𝑥 + (𝑥 − 26) = 44
2𝑥 − 26 = 44
2𝑥 = 44 + 26
2𝑥 = 70
𝑥 = 35
Mengganti atau mensubstitusi nilai 𝒙 = 𝟑𝟓 ke salah satu persamaan
(persamaan 1 atau persamaan 2)
𝑥 + 𝑦 = 44
35 + 𝑦 = 44
𝑦 = 9
Memeriksa nilai 𝒙 dan 𝒚 ke dalam kedua persamaan
Persamaan 1 35 − 9 = 26 (benar)
Persamaan 2 35 + 9 = 44 (benar)
Umur ayah sekarang adalah 35 tahun dan umur anak perempuannya 9 tahun.
Jadi, umur ayah dan umur anak perempuannya dua tahun yang akan datang
37 tahun dan 11 tahun.
105
Pertemuan 4 (Menyelesaikan SPLDV dengan Metode Eliminasi)
- METODE ELIMINASI
Metode eliminasi yaitu metode penyelesaian sistem persamaan linear dua
variabel yang mengeliminasi atau menghilangkan salah satu variabel
dengan menyamakan koefisien dari kedua persamaan.
Contoh: Di dalam kandang terdapat kambing dan ayam sebanyak 13 ekor.
Jumlah kaki hewan ada 32. Tentukan jumlah kambing dan ayam masing-
masing?
Penyelesaian:
Misal kambing = 𝑥 dan ayam = 𝑦
Jumlah kaki kambing = 4 dan kaki ayam = 2
Membuat model matematika
𝑥 + 𝑦 = 13 .... persamaan 1
4𝑥 + 2𝑦 = 32 .... persamaan 2
Mengeliminasi atau menghilangkan variabel 𝒚 dengan menyamakan
koefisien variabel 𝒚
𝑥 + 𝑦 = 13 |x 4|
4𝑥 + 2𝑦 = 32 |x 1|
4𝑥 + 4𝑦 = 52
4𝑥 + 2𝑦 = 32
_____________ -
2𝑦 = 20
𝑦 =20
2
𝑦 = 10
106
Mengeliminasi atau menghilangkan variabel 𝒙 dengan menyamakan
koefisien variabel 𝒙
𝑥 + 𝑦 = 13 |x 2|
4𝑥 + 2𝑦 = 32 |x 1|
2𝑥 + 2𝑦 = 26
4𝑥 + 2𝑦 = 32
_____________ -
−2𝑥 = −6
𝑥 =−6
−2
𝑥 = 3
Memeriksa nilai 𝒙 dan 𝒚 ke dalam kedua persamaan
Persamaan 1 10 + 3 = 13 (benar)
Persamaan 2 4(3) + 2(10) = 32 (benar)
Jadi, jumlah kambing ada 3 ekor dan ayam ada 10 ekor.
Pertemuan 5 (Menyelesaikan SPLDV dengan Metode Gabungan)
- METODE GABUNGAN (ELIMINASI DAN SUBSTITUSI)
Metode gabungan adalah metode penyelesaian sistem persamaan linear dua
variabel dengan mengunakan dua metode yaitu metode eliminasi dan
substitusi.
Contoh: Harga 2 celana panjang dan 5 kemeja 𝑅𝑝 410.000,00 sedangkan
harga 3 celana panjang dan 2 kemeja adalah 𝑅𝑝 340.000,00. Berapa harga
1 celana panjang dan 2 kemeja?
Penyelesaian:
Misal harga 1 celana panjang = 𝑥 dan harga 1 kemeja = 𝑦
Membuat model matematika
2𝑥 + 5𝑦 = 410.000 ..... persamaan 1
107
3𝑥 + 2𝑦 = 340.000 ..... persamaan 2
Mengeliminasi variabel 𝒚, maka koefisien variabel 𝒚 harus sama
2𝑥 + 5𝑦 = 410.000 |x 2|
3𝑥 + 2𝑦 = 340.000 |x 5|
4𝑥 + 10𝑦 = 820.000
15𝑥 + 10𝑦 = 1.700.000
_____________________ -
−11𝑥 = −880.000
𝑥 =−880.000
−11
𝑥 = 80.000
Mengganti atau mensubstitusi nilai 𝒙 = 𝟖𝟎. 𝟎𝟎𝟎 ke salah satu
persamaan (persamaan 1 atau persamaan 2)
2𝑥 + 5𝑦 = 410.000
2(80.000) + 5𝑦 = 410.000
160.000 + 5𝑦 = 410.000
5𝑦 = 410.000 − 160.000
𝑦 =250.000
5
𝑦 = 50.000
Memeriksa nilai 𝒙 dan 𝒚 ke dalam kedua persamaan
Persamaan 1 2(80.000) + 5(50.000) = 410.000 (benar)
Persamaan 2 3(80.000) + 2(50.000) = 340.000 (benar)
Jadi, harga 1 celana panjang dan dua kemeja adalah
𝑥 + 2𝑦 = 80.000 + 2(50.000)
= 𝑅𝑝 180.000,00
108
Pertemuan 6 (Menyelesaikan SPLDV yang Berkaitan dengan
Kehidupan Sehari-hari)
- Bu Lia membeli 3 kg alpukat dan 1 kg belimbing dengan harga
𝑅𝑝 110.000,00. Bu Wardah membeli 2 kg alpukat dan 3 kg belimbing
dengan harga 𝑅𝑝 120.000,00. Tentukan harga 1 kg alpukat dan 5 kg
belimbing!
Penyelesaian:
Misal harga 1 kg alpukat = 𝑥 dan harga 1 kg belimbing = 𝑦
Membuat model matematika
3𝑥 + 𝑦 = 110.000 ..... persamaan 1
2𝑥 + 3𝑦 = 120.000 ..... persamaan 2
Mengeliminasi variabel 𝒙, maka koefisien variabel 𝒙 harus sama
3𝑥 + 𝑦 = 110.000 |x 2|
2𝑥 + 3𝑦 = 120.000 |x 3|
6𝑥 + 2𝑦 = 220.000
6𝑥 + 9𝑦 = 360.000
_____________________ -
−7𝑦 = −140.000
𝑦 =−140.000
−7
𝑦 = 20.000
Mengganti atau mensubstitusi nilai 𝒚 = 𝟐𝟎. 𝟎𝟎𝟎 ke salah satu
persamaan (persamaan 1 atau persamaan 2)
3𝑥 + 𝑦 = 110.000
3𝑥 + 20.000 = 110.000
3𝑥 = 110.000 − 20.000
3𝑥 = 90.000
𝑥 =90.000
3
109
𝑥 = 30.000
Memeriksa nilai 𝒙 dan 𝒚 ke dalam kedua persamaan
Persamaan 1 3(30.000) + 20.000 = 110.000 (benar)
Persamaan 2 2(30.000) + 3(20.000) = 120.000 (benar)
Jadi, harga 1 kg alpukat dan 5 kg belimbing adalah
𝑥 + 5𝑦 = 30.000 + 5(20.000)
= 𝑅𝑝 130.000,00
F. Strategi dan Metode Pembelajaran
- Strategi : Saintifik
- Metode : Tanya jawab dan pemberian tugas
G. Media dan Sumber Pembelajaran
3. Alat/Media Pembelajaran
Whiteboard, spidol, dan alat atau media lainnya yang terkait dengan
penunjang pembelajaran di setiap pertemuan.
4. Sumber/Bahan Pembelajaran
Buku paket Matematika SMP kelas VIII.
H. Langkah-langkah Pembelajaran
Pertemuan 1
Pendahuluan (10 menit) Fase/tahapan
- Guru membuka pelajaran dengan mengucap
salam, mengecek kehadiran siswa, dan
menyiapkan siswa untuk mengikuti
pembelajaran.
- Guru menginformasikan tujuan pembelajaran
dan indikator yang akan dicapai.
- Guru melakukan apersepsi mengenai materi
persamaan linear satu variabel.
110
Kegiatan Inti (65 menit) Fase/tahapan
- Siswa mengamati situasi masalah terkait
dengan persamaan linear dua variabel.
Mengamati
- Siswa bertanya kepada guru berdasarkan hasil
pengamatan yang telah dilakukannya.
Menanya
- Siswa mengumpulkan informasi yang
berkaitan dengan persamaan linear dua
variabel dari sumber buku untuk dapat
menyelesaikan permasalahan yang diberikan.
Mengumpulkan
informasi
- Siswa mengasosiasikan apa yang telah
dilakukannya dengan menentukan bentuk
persamaan linear dua variabel beserta
syaratnya.
Mengasosiasi
- Siswa membuat kesimpulan mengenai bentuk
persamaan linear dua variabel berdasarkan
pemahaman dan bahasa sendiri.
Mengomunikasikan
Penutup (5 menit) Fase/tahapan
- Guru bersama siswa menyimpulkan poin-poin
penting pada materi yang telah dipelajari.
- Guru menyampaikan materi yang akan dibahas
pada pertemuan selanjutnya.
- Guru mengakhiri pembelajaran dengan
mengucap salam.
Pertemuan 2
Pendahuluan (10 menit) Fase/tahapan
- Guru membuka pelajaran dengan mengucap
salam, mengecek kehadiran siswa, dan
111
menyiapkan siswa untuk mengikuti
pembelajaran.
- Guru menginformasikan tujuan pembelajaran
dan indikator yang akan dicapai.
- Guru melakukan apersepsi mengenai bentuk
persamaan linear dua variabel dan sistem
persamaan linear dua variabel.
Kegiatan Inti (65 menit) Fase/tahapan
- Siswa mengamati situasi masalah terkait
dengan sistem persamaan linear dua variabel
yang diberikan oleh guru.
Mengamati
- Siswa bertanya kepada guru berdasarkan hasil
pengamatan yang telah dilakukannya.
Menanya
- Siswa mengumpulkan informasi yang
berkaitan dengan sistem persamaan linear dua
variabel dari sumber buku untuk dapat
menyelesaikan permasalahan yang diberikan.
Mengumpulkan
informasi
- Siswa mengasosiasikan apa yang telah
dilakukannya dengan menyelesaikan masalah
terkait sistem persamaan linear dua variabel
dengan menggunakan metode grafik.
Mengasosiasi
- Siswa membuat kesimpulan mengenai
penyelesaian masalah sistem persamaan linear
dua variabel menggunakan metode grafik
berdasarkan pemahaman dan bahasa sendiri.
Mengomunikasikan
Penutup (5 menit) Fase/tahapan
- Guru bersama siswa menyimpulkan poin-poin
penting pada materi yang telah dipelajari.
112
- Guru menyampaikan materi yang akan dibahas
pada pertemuan selanjutnya.
- Guru mengakhiri pembelajaran dengan
mengucap salam.
Pertemuan 3
Pendahuluan (10 menit) Fase/tahapan
- Guru membuka pelajaran dengan mengucap
salam, mengecek kehadiran siswa, dan
menyiapkan siswa untuk mengikuti
pembelajaran.
- Guru menginformasikan tujuan pembelajaran
dan indikator yang akan dicapai.
- Guru melakukan apersepsi mengenai
penyelesaian masalah sistem persamaan linear
dua variabel dengan menggunakan metode
grafik.
Kegiatan Inti (65 menit) Fase/tahapan
- Siswa mengamati situasi masalah terkait
dengan sistem persamaan linear dua variabel
yang diberikan oleh guru.
Mengamati
- Siswa bertanya kepada guru berdasarkan hasil
pengamatan yang telah dilakukannya.
Menanya
- Siswa mengumpulkan informasi yang
berkaitan dengan sistem persamaan linear dua
variabel dari sumber buku untuk dapat
menyelesaikan permasalahan yang diberikan.
Mengumpulkan
informasi
- Siswa mengasosiasikan apa yang telah
dilakukannya dengan menyelesaikan masalah
Mengasosiasi
113
terkait sistem persamaan linear dua variabel
dengan menggunakan metode substitusi.
- Siswa membuat kesimpulan mengenai
penyelesaian masalah sistem persamaan linear
dua variabel menggunakan metode substitusi
berdasarkan pemahaman dan bahasa sendiri.
Mengomunikasikan
Penutup (5 menit) Fase/tahapan
- Guru bersama siswa menyimpulkan poin-poin
penting pada materi yang telah dipelajari.
- Guru menyampaikan materi yang akan dibahas
pada pertemuan selanjutnya.
- Guru mengakhiri pembelajaran dengan
mengucap salam.
Pertemuan 4
Pendahuluan (10 menit) Fase/tahapan
- Guru membuka pelajaran dengan mengucap
salam, mengecek kehadiran siswa, dan
menyiapkan siswa untuk mengikuti
pembelajaran.
- Guru menginformasikan tujuan pembelajaran
dan indikator yang akan dicapai.
- Guru melakukan apersepsi mengenai
penyelesaian masalah sistem persamaan linear
dua variabel dengan menggunakan metode
substitusi.
Kegiatan Inti (65 menit) Fase/tahapan
114
- Siswa mengamati situasi masalah terkait
dengan sistem persamaan linear dua variabel
yang diberikan oleh guru.
Mengamati
- Siswa bertanya kepada guru berdasarkan hasil
pengamatan yang telah dilakukannya.
Menanya
- Siswa mengumpulkan informasi yang
berkaitan dengan sistem persamaan linear dua
variabel dari sumber buku untuk dapat
menyelesaikan permasalahan yang diberikan.
Mengumpulkan
informasi
- Siswa mengasosiasikan apa yang telah
dilakukannya dengan menyelesaikan masalah
terkait sistem persamaan linear dua variabel
dengan menggunakan metode eliminasi.
Mengasosiasi
- Siswa membuat kesimpulan mengenai
penyelesaian masalah sistem persamaan linear
dua variabel menggunakan metode eliminasi
berdasarkan pemahaman dan bahasa sendiri.
Mengomunikasikan
Penutup (5 menit) Fase/tahapan
- Guru bersama siswa menyimpulkan poin-poin
penting pada materi yang telah dipelajari.
- Guru menyampaikan materi yang akan dibahas
pada pertemuan selanjutnya.
- Guru mengakhiri pembelajaran dengan
mengucap salam.
Pertemuan 5
Pendahuluan (10 menit) Fase/tahapan
- Guru membuka pelajaran dengan mengucap
salam, mengecek kehadiran siswa, dan
115
menyiapkan siswa untuk mengikuti
pembelajaran.
- Guru menginformasikan tujuan pembelajaran
dan indikator yang akan dicapai.
- Guru melakukan apersepsi mengenai
penyelesaian masalah sistem persamaan linear
dua variabel dengan menggunakan metode
eliminasi.
Kegiatan Inti (65 menit) Fase/tahapan
- Siswa mengamati masalah terkait dengan
sistem persamaan linear dua variabel yang
diberikan oleh guru.
Mengamati
- Siswa bertanya kepada guru berdasarkan hasil
pengamatan yang telah dilakukannya.
Menanya
- Siswa mengumpulkan informasi yang
berkaitan dengan sistem persamaan linear dua
variabel dari sumber buku untuk dapat
menyelesaikan permasalahan yang diberikan.
Mengumpulkan
informasi
- Siswa mengasosiasikan apa yang telah
dilakukannya dengan menyelesaikan masalah
terkait sistem persamaan linear dua variabel
dengan menggunakan metode gabungan, yaitu
metode eliminasi dan substitusi.
Mengasosiasi
- Siswa membuat kesimpulan mengenai
penyelesaian masalah sistem persamaan linear
dua variabel menggunakan metode gabungan
berdasarkan pemahamannya serta
menggunakan bahasa sendiri.
Mengomunikasikan
Penutup (5 menit) Fase/tahapan
116
- Guru bersama siswa menyimpulkan poin-poin
penting pada materi yang telah dipelajari.
- Guru menyampaikan materi yang akan dibahas
pada pertemuan selanjutnya.
- Guru mengakhiri pembelajaran dengan
mengucap salam.
Pertemuan 6
Pendahuluan (10 menit) Fase/tahapan
- Guru membuka pelajaran dengan mengucap
salam, mengecek kehadiran siswa, dan
menyiapkan siswa untuk mengikuti
pembelajaran.
- Guru menginformasikan tujuan pembelajaran
dan indikator yang akan dicapai.
- Guru melakukan apersepsi mengenai
penyelesaian masalah sistem persamaan linear
dua variabel dengan menggunakan metode
gabungan.
Kegiatan Inti (65 menit) Fase/tahapan
- Siswa mengamati situasi masalah terkait
dengan sistem persamaan linear dua variabel
yang diberikan oleh guru.
Mengamati
- Siswa bertanya kepada guru berdasarkan hasil
pengamatan yang telah dilakukannya.
Menanya
- Siswa mengumpulkan informasi yang
berkaitan dengan sistem persamaan linear dua
variabel dari sumber buku untuk dapat
menyelesaikan permasalahan yang diberikan.
Mengumpulkan
informasi
117
- Siswa mengasosiasikan apa yang telah
dilakukannya dengan menyelesaikan masalah
sistem persamaan linear dua variabel yang
berkaitan dengan kehidupan sehari-hari.
Mengasosiasi
- Siswa membuat kesimpulan mengenai
penyelesaian masalah sistem persamaan linear
dua variabel yang berkaitan dengan kehidupan
sehari-hari berdasarkan pemahamannya serta
menggunakan bahasa sendiri.
Mengomunikasikan
Penutup (5 menit) Fase/tahapan
- Guru bersama siswa menyimpulkan poin-poin
penting pada materi yang telah dipelajari.
- Guru menyampaikan materi yang akan dibahas
pada pertemuan selanjutnya.
- Guru mengakhiri pembelajaran dengan
mengucap salam.
I. Penilaian Hasil Belajar
4. Teknik penilaian : tes tertulis
5. Bentuk penilaian : tes uraian
6. Instrumen : terlampir
Jakarta, Juli 2019
Peneliti
Nadia Raudhi Syifa
NIM. 11140170000027
118
Lampiran 3
Masalah 1
Bu Hana seorang penjual kue. Suatu hari, ia mendapat pesanan kue bolu sebanyak
10 loyang untuk acara hajatan. Akan tetapi, Bu Hana kehabisan stok tepung terigu
dan gula. Setiap 1 loyang kue bolu membutuhkan 100 gram tepung terigu dan 125
gram gula. Berikut adalah harga tepung terigu dan gula tersebut.
Rp 20.000,00/kg Rp 13.000,00/kg
Bantulah Bu Hana untuk menentukan jumlah bungkus tepung terigu dan gula yang
harus dibeli serta total harga yang harus dibayarkan!
Kelompok:
Nama Anggota:
1. 4.
2. 5.
3. 6.
Tujuan Pembelajaran: Siswa dapat menjelaskan situasi masalah yang terkait dengan bentuk persamaan linear dua variabel.
119
I
Talk
Dari masalah 1 di atas, jelaskan informasi apa yang diketahui dan apa
permasalahannya!
Diskusikan dengan teman sekelompokmu tentang informasi apa yang diketahui dan
apa yang menjadi permasalahan pada masalah 1!
Bagaimana cara kamu menentukan jumlah bungkus tepung terigu dan gula yang
harus dibeli serta total harga yang harus dibayarkan oleh Bu Hana? Tuliskan cara
yang bisa kamu gunakan berdasarkan pendapat dari anggota kelompok!
How
120
Identifikasikan apakah cara yang kamu buat efektif?
Jelaskan cara tersebut dilengkapi dengan perhitungan aljabar!
Identify
Notice
121
Perhatikan bungkus tepung terigu dan gula serta total harga yang harus dibayarkan
oleh Bu Hana! Ubahlah pernyataan “banyaknya tepung terigu dan gula serta
total harga yang harus dibayarkan” ke dalam model matematika dengan cara:
Jika permasalahan diperluas secara umum, maka model persamaan linear dua
variabel dengan memisalkan 𝑥 dan 𝑦 sebagai variabel, 𝑎 dan 𝑏 sebagai koefisien
dari variabel-variabelnya, serta 𝑐 merupakan konstanta maka bentuk umum
persamaan linear dua variabel adalah:
Berdasarkan bentuk umum persamaan linear dua variabel di atas, bolehkah jika 𝑎 =
0 atau 𝑏 = 0? Mengapa?
Mendefinisikan variabel-variabel terkait
Tepung terigu (dalam 𝑘𝑔) disimbolkan dengan : ...................
Gula (dalam 𝑘𝑔) disimbolkan dengan : ...................
maka, model matematikanya adalah :
.........................................................................................................................
Model matematika di atas disebut sebagai model persamaan linear dua
variabel (PLDV).
122
Setelah menentukan bentuk umum persamaan linear dua variabel, periksalah
kembali penyelesaian yang telah kamu peroleh! Tuliskan kesimpulanmu mengenai
persamaan linear dua variabel menggunakan bahasa sendiri berdasarkan
kesepakatan kelompokmu!
Latihan
1. Tempat parkir untuk motor dan mobil dapat menampung 30 kendaraan. Jumlah
roda seluruhnya ada 90 buah. Jika banyak motor dinyatakan dengan 𝑥 dan
banyak mobil dinyatakan dengan 𝑦, tentukan sistem persamaan linear dua
variabel berdasarkan informasi tersebut!
2. Empat sampan besar dan tiga sampan kecil dapat mengangkut 33 orang.
Dua sampan besar dan sebuah sampan kecil dapat mengangkut 15 orang.
a. Deskripsikan informasi tersebut ke dalam bentuk persamaan linear dua
variabel! Gunakan huruf 𝑏 dan 𝑘 untuk variabel!
b. Menunjukkan apa variabel 𝑏 dan 𝑘 yang kamu tulis?
Keep thinking
Kesimpulan:
123
Masalah 2
Keluarga besar Pak Adit berencana akan pergi berlibur ke daerah puncak Bogor
selama 2 hari 1 malam. Perkiraan banyak anggota keluarga yang akan ikut sekitar
20 sampai 40 orang. Perwakilan keluarga mereka mengamati brosur yang
ditawarkan oleh dua villa. Kedua brosur tampak seperti gambar di bawah ini.
Keluarga Pak Adit menginginkan biaya villa yang lebih murah. Bantulah Pak Adit
untuk memilih villa yang diinginkannya serta berikan argumennya!
Kelompok:
Nama Anggota:
1. 4.
2. 5.
3. 6.
Tujuan Pembelajaran: Siswa dapat memberikan argumen mengenai penyelesaian masalah sistem persamaan linear dua variabel dengan metode grafik.
124
I
Talk
Dari masalah 2 di atas, jelaskan informasi apa yang diketahui dan apa
permasalahannya!
Diskusikan dengan teman sekelompokmu tentang informasi apa yang diketahui dan
apa yang menjadi permasalahan pada masalah 2!
Bagaimana cara kamu menentukan biaya villa yang lebih murah untuk Pak Adit
pilih? Tuliskan cara yang bisa kamu gunakan berdasarkan pendapat dari anggota
kelompok!
How
125
Identifikasikan apakah cara yang kamu buat efektif?
Untuk membantu kamu dalam menyelesaikan masalah 2, lengkapilah tabel di
bawah ini!
Banyak Orang BIAYA
Villa Akasia Villa Erlangga
20
25
30
35
40
Setelah kamu melengkapi tabel di atas, lukislah grafik biaya villa Akasia dan biaya
villa Erlangga!
Identify
Notice
126
Berapa batas kuota orang yang ikut agar penawaran villa Akasia lebih murah?
Jelaskan!
Berapa batas kuota orang yang ikut agar penawaran villa Erlangga lebih murah?
Jelaskan!
Dari grafik yang telah kamu buat, kapankah kedua villa memiliki biaya yang sama?
Penyelesaian masalah 2 di atas menggunakan metode grafik.
Periksalah kembali penyelesaian yang telah kamu peroleh! Tuliskan kesimpulanmu
mengenai penyelesaian dari masalah 2 dengan metode grafik berdasarkan
kesepakatan kelompokmu!
s
Keep thinking
Kesimpulan:
127
Latihan
1. Tentukan penyelesaian dari SPLDV berikut menggunakan metode grafik!
𝑥 + 𝑦 = 4
𝑥 + 3𝑦 = 6
2. Tentukan penyelesaian dari SPLDV berikut menggunakan metode grafik!
2𝑥 + 3𝑦 = 8
3𝑥 + 𝑦 = 5
Kesimpulan:
128
I
Masalah 3
Pak Haris baru saja menempati rumah barunya. Ia ingin memasang karpet di ruang
tamu yang memiliki keliling 28 𝑚. Ukuran lebar ruang tamu tersebut kurang 2 𝑚
dari panjangnya. Jika luas ruang tamu lebih dari 50 𝑚2, maka Pak Haris akan
membeli karpet jenis A dengan harga 𝑅𝑝 50.000,00 per 𝑚2. Jika luas ruang tamu
kurang dari 50 𝑚2, maka Pak Haris akan membeli karpet jenis B dengan harga
𝑅𝑝 65.000,00 per 𝑚2. Karpet jenis apakah yang akan dibeli oleh Pak Haris?
Dari masalah 3 di atas, jelaskan informasi apa yang diketahui dan apa
permasalahannya!
Kelompok:
Nama Anggota:
1. 4.
2. 5.
3. 6.
Tujuan Pembelajaran: Siswa dapat membuat kesimpulan mengenai penyelesaian masalah sistem persamaan linear dua variabel dengan metode substitusi.
129
Talk
Diskusikan dengan teman sekelompokmu tentang informasi apa yang diketahui dan
apa yang menjadi permasalahan pada masalah 3!
Bagaimana cara kamu menentukan karpet jenis apa yang akan dibeli oleh Pak
Haris? Tuliskan cara yang bisa kamu gunakan berdasarkan pendapat dari anggota
kelompok!
Identifikasikan apakah cara yang kamu buat efektif?
How
Identify
130
Untuk membantu kamu dalam menyelesaikan masalah 3, ikutilah langkah-langkah
berikut!
Notice
Memisalkan variabel
𝑝 = ........................
𝑙 = .........................
Membuat model matematika dari ilustrasi masalah 3
.................................................... persamaan 1
𝑙 = ............................................. persamaan 2
Mengganti atau mensubstitusi persamaan 2 ke persamaan 1
.........................................................................................................................
.........................................................................................................................
.........................................................................................................................
.........................................................................................................................
.........................................................................................................................
.........................................................................................................................
.........................................................................................................................
.........................................................................................................................
.........................................................................................................................
Mengganti atau mensubstitusi nilai variabel yang telah diperoleh ke
salah satu persamaan (persamaan 1 atau 2)
.........................................................................................................................
.........................................................................................................................
.........................................................................................................................
.........................................................................................................................
.........................................................................................................................
.........................................................................................................................
Maka, luas ruang tamu tersebut adalah:
.........................................................................................................................
.........................................................................................................................
.........................................................................................................................
Pak Haris akan membeli karpet jenis
.........................................................................................................................
Penyelesaian masalah 3 di atas menggunakan metode substitusi.
131
Periksalah kembali penyelesaian yang telah kamu peroleh! Tuliskan kesimpulanmu
mengenai penyelesaian dari masalah 3 dengan metode substitusi berdasarkan
kesepakatan kelompokmu!
Latihan
1. Umur Nadia 7 tahun lebih tua daripada umur Putri. Jumlah umur mereka
sekarang adalah 43 tahun. Tentukan umur mereka masing-masing 2 tahun
mendatang?
2. Diketahui dua buah sudut saling berpenyiku. Jika besar sudut yang satu adalah
4 kali sudut yang lain, tentukan besar sudut-sudut tersebut!
Keep thinking
Memeriksa nilai 𝒑 dan 𝒍 ke dalam kedua persamaan
Persamaan 1 .......................................................................................................
.......................................................................................................
Persamaan 2 .......................................................................................................
.......................................................................................................
Kesimpulan:
132
I
Masalah 4
Pada hari Selasa, Naila dan Fitri pergi ke koperasi sekolah bersama. Naila membeli
dua pensil dan tiga penghapus di koperasi seharga 𝑅𝑝 8.500,00 sedangkan Fitri
membeli empat pensil dan sebuah penghapus dengan harga 𝑅𝑝 9.500,00. Keesokan
harinya, Risa ingin membeli tiga pensil dan dua penghapus di tempat yang sama
dengan membawa uang 𝑅𝑝 10.000,00. Akan tetapi, menurut Fitri, uang yang
dibawa Risa tidak akan cukup karena total harga tiga pensil dan dua penghapus
lebih dari 𝑅𝑝 10.000,00. Apakah pernyataan yang dikatakan Fitri benar?
Dari masalah 4 di atas, jelaskan informasi apa yang diketahui dan apa
permasalahannya!
Kelompok:
Nama Anggota:
1. 4.
2. 5.
3. 6.
Tujuan Pembelajaran: Siswa dapat menilai kredibilitas argumen mengenai penyelesaian masalah sistem persamaan linear dua variabel dengan metode eliminasi.
133
Talk
Diskusikan dengan teman sekelompokmu tentang informasi apa yang diketahui dan
apa yang menjadi permasalahan pada masalah 4!
Bagaimana cara kamu memastikan pendapat Fitri itu benar? Tuliskan cara yang
bisa kamu gunakan berdasarkan pendapat dari anggota kelompok!
Identifikasikan apakah cara yang kamu buat efektif?
How
Identify
134
Untuk membantu kamu dalam menyelesaikan masalah 4, ikutilah langkah-langkah
berikut!
Notice
Memisalkan variabel
𝑥 = ........................
𝑦 = ........................
Membuat model matematika dari ilustrasi masalah 4
................................................................................ persamaan 1
................................................................................ persamaan 2
Mengeliminasi atau menghilangkan variabel 𝒙 dengan menyamakan
koefisien variabel 𝒙
............................................................... |x .....|
............................................................... |x .....|
Persamannya menjadi:
.........................................................................................................................
.........................................................................................................................
Menggunakan operasi penjumlahan atau pengurangan untuk
mengeliminasi variabel 𝒙
.........................................................................................................................
.........................................................................................................................
.........................................................................................................................
.........................................................................................................................
.........................................................................................................................
.........................................................................................................................
Mengeliminasi atau menghilangkan variabel 𝒚 dengan menyamakan
koefisien variabel 𝒚
............................................................... |x .....|
............................................................... |x .....|
\
135
Periksalah kembali penyelesaian yang telah kamu peroleh! Tuliskan kesimpulanmu
mengenai penyelesaian dari masalah 4 dengan metode eliminasi berdasarkan
kesepakatan kelompokmu!
Keep thinking
Memeriksa nilai 𝒙 dan 𝒚 ke dalam kedua persamaan
Persamaan 1 .......................................................................................................
.......................................................................................................
.......................................................................................................
Persamaan 2 .......................................................................................................
.......................................................................................................
.......................................................................................................
Persamannya menjadi:
.........................................................................................................................
.........................................................................................................................
Menggunakan operasi penjumlahan atau pengurangan untuk
mengeliminasi variabel 𝒚
.........................................................................................................................
.........................................................................................................................
.........................................................................................................................
.........................................................................................................................
.........................................................................................................................
.........................................................................................................................
Diperoleh harga satu pensil, yaitu ..................................
Diperoleh harga satu penghapus, yaitu ..................................
Maka, total harga pembelian yang harus dibayar Risa adalah
.....................................................................................................................
........
.............................................................................................................................
Jadi, pernyataan yang dikatakan oleh Fitri adalah
.............................................................................................................................
.............................................................................................................................
Penyelesaian masalah 4 di atas menggunakan metode eliminasi.
136
Latihan
1. Arya membeli 2 buah buku tulis dan sebuah pulpen dengan harga 𝑅𝑝 8.000,00.
Sonia membeli 3 buah buku tulis dan 2 pulpen di tempat yang sama dengan
harga 𝑅𝑝 13.000,00. Berapa harga 4 buku tulis?
2. Selisih uang Fifi dan Nurul adalah 𝑅𝑝 5.000,00. Jika 2 kali uang Fifi ditambah
dengan 3 kali uang Nurul adalah 𝑅𝑝 140.000,00, tentukan besarnya uang
mereka masing-masing!
Kesimpulan:
137
I
Masalah 5
Reza, Fahri, dan Aldo sedang bermain tebak-tebakan. Reza akan memberikan
bonus kepada yang menjawab pertanyaan dengan benar. Pertanyaan Reza untuk
Fahri dan Aldo sebagai berikut.
“Di sebuah area parkir terdapat 45 kendaraan yang terdiri dari motor dan mobil.
Jumlah seluruh roda kendaraan sebanyak 110. Manakah yang lebih banyak antara
jumlah motor dan jumlah mobil?”
Fahri mengatakan bahwa jumlah motor lebih banyak daripada jumlah mobil.
Sebaliknya, Aldo mengatakan bahwa jumlah mobil lebih banyak daripada jumlah
motor. Siapakah yang akan mendapatkan bonus dari Reza?
Dari masalah 5 di atas, jelaskan informasi apa yang diketahui dan apa
permasalahannya!
Kelompok:
Nama Anggota:
1. 4.
2. 5.
3. 6.
Tujuan Pembelajaran: Siswa dapat membuat kesimpulan mengenai penyelesaian masalah sistem persamaan linear dua variabel dengan metode gabungan.
138
Talk
Diskusikan dengan teman sekelompokmu tentang informasi apa yang diketahui dan
apa yang menjadi permasalahan pada masalah 5!
Bagaimana cara kamu menentukan siapa yang akan mendapatkan bonus dari Reza?
Tuliskan cara yang bisa kamu gunakan berdasarkan pendapat dari anggota
kelompok!
Identifikasikan apakah cara yang kamu buat efektif?
How
Identify
139
Untuk membantu kamu dalam menyelesaikan masalah 5, ikutilah langkah-langkah
berikut!
Notice
Memisalkan variabel
𝑥 = ........................
𝑦 = ........................
Membuat model matematika dari ilustrasi masalah 5
.............................................................................................. persamaan 1
.............................................................................................. persamaan 2
Mengeliminasi atau menghilangkan variabel 𝒙 dengan menyamakan
koefisien variabel 𝒙
............................................................... |x .....|
............................................................... |x .....|
Persamannya menjadi:
.........................................................................................................................
.........................................................................................................................
Menggunakan operasi penjumlahan atau pengurangan untuk
mengeliminasi variabel 𝒙
.........................................................................................................................
.........................................................................................................................
.........................................................................................................................
.........................................................................................................................
.........................................................................................................................
.........................................................................................................................
140
Periksalah kembali penyelesaian yang telah kamu peroleh! Tuliskan kesimpulanmu
mengenai penyelesaian dari masalah 5 dengan metode gabungan berdasarkan
kesepakatan kelompokmu!
Latihan
1. Jumlah dua bilangan adalah 23 dan selisihnya adalah 5. Bilangan pertama lebih
besar dari bilangan yang kedua. Tentukan hasil kali kedua bilangan tersebut!
2. Yuni membeli dua gelas susu dan satu donat dengan harga 𝑅𝑝 20.000,00
sedangkan Dian membeli tiga gelas susu dan lima donat dengan harga
𝑅𝑝 58.000,00. Tentukan harga satu donat?
Keep thinking
Mengganti atau mensubstitusi nilai variabel yang telah diperoleh ke
salah satu persamaan (persamaan 1 atau 2)
..................................................................................................................
..................................................................................................................
..................................................................................................................
..................................................................................................................
..................................................................................................................
..................................................................................................................
Diperoleh jumlah motor, yaitu ..................................
Diperoleh jumlah mobil, yaitu ...................................
Maka, yang mendapatkan bonus dari Reza adalah
..........................................................................................................................
Penyelesaian masalah 5 di atas menggunakan metode gabungan, yaitu
metode eliminasi dan substitusi.
Memeriksa nilai 𝒙 dan 𝒚 ke dalam kedua persamaan
Persamaan 1 .......................................................................................................
.......................................................................................................
Persamaan 2 .......................................................................................................
.......................................................................................................
Kesimpulan:
141
I
Masalah 6
Libur sekolah telah tiba. Tempat wisata menjadi tujuan utama para keluarga yang
ingin menghabiskan waktu liburan. Salah satu tempat wisata yang ramai dikunjungi
adalah “Dunia Fauna”. Harga tiket masuk dibedakan menjadi dua kategori, yaitu
kategori anak-anak (di bawah umur 6 tahun) dan kategori dewasa (di atas umur 6
tahun). Selisih harga tiket kategori anak-anak dan kategori dewasa 𝑅𝑝 20.000,00.
Pak Sandi mengajak istri serta dua anaknya (satu berusia 8 tahun dan satu lagi
berusia 4 tahun) dengan membayar tiket seharga 𝑅𝑝 620.000,00. Pak Farhan akan
mengajak istri dan dua anaknya yang berusia balita ke tempat wisata tersebut,
bantulah Pak Farhan untuk menjelaskan bagaimana cara menentukan biaya tiket
yang harus disiapkan!
Dari masalah 6 di atas, jelaskan informasi apa yang diketahui dan apa
permasalahannya!
Kelompok:
Nama Anggota:
1. 4.
2. 5.
3. 6.
Tujuan Pembelajaran: Siswa dapat menjelaskan prosedur penyelesaian masalah sistem persamaan linear dua variabel yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari.
142
Talk
Diskusikan dengan teman sekelompokmu tentang informasi apa yang diketahui dan
apa yang menjadi permasalahan pada masalah 6!
Bagaimana cara kamu menentukan biaya tiket yang harus disiapkan oleh Pak
Farhan? Tuliskan cara yang bisa kamu gunakan berdasarkan pendapat dari anggota
kelompok!
How
143
Identifikasikan apakah cara yang kamu buat efektif?
Jelaskan cara tersebut dilengkapi dengan perhitungan aljabar!
Identify
Notice
144
Periksalah kembali penyelesaian yang telah kamu peroleh! Tuliskan kesimpulanmu
mengenai penyelesaian dari masalah 6 berdasarkan kesepakatan kelompokmu!
Keep thinking
Kesimpulan:
145
Latihan
1. Dea dan Asti bekerja di pabrik tas. Dea dapat menyelesaikan 4 buah tas setiap
jam dan Asti dapat menyelesaikan 3 tas setiap jam. Jumlah jam kerja Dea dan
Asti adalah 17 jam sehari. Jumlah tas yang dibuat oleh keduanya adalah 60
buah. Jika jam kerja keduanya berbeda, tentukan jam kerja mereka masing-
masing!
2. Bu Intan membeli 3 kg apel dan 1 kg mangga dengan harga 𝑅𝑝 125.000,00.
Bu Ina membeli 2 kg apel dan 3 kg mangga dengan harga 𝑅𝑝 130.000,00.
Tentukan harga 1 kg apel dan 5 kg mangga!
146
Lampiran 4
KISI-KISI INSTRUMEN TES KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS
MATEMATIS
Materi : Sistem Persamaan Linear Dua Variabel
Kompetensi Dasar : Mengembangkan kemampuan berpikir kritis matematis
terkait dengan materi sistem persamaan linear dua
variabel
Sub Materi
SPLDV
Indikator
Kritis Indikator Kompetensi
No.
Soal
Nilai variabel Klarifikasi
Menjelaskan situasi masalah yang
terkait dengan sistem persamaan
linear dua variabel
1
Nilai variabel Analisis
Memberikan argumen mengenai
penyelesaian masalah sistem
persamaan linear dua variabel
berdasarkan informasi yang tersedia
2
Nilai variabel Evaluasi
Menilai kredibilitas argumen
mengenai penyelesaian masalah
sistem persamaan linear dua variabel
berdasarkan informasi yang tersedia
3
Nilai variabel Inferensi
Membuat kesimpulan secara umum
mengenai penyelesaian masalah
sistem persamaan linear dua variabel
berdasarkan informasi yang tersedia
4
Nilai variabel Eksplanasi
Menjelaskan prosedur penyelesaian
masalah yang melibatkan konsep
sistem persamaan linear dua variabel
5
147
Lampiran 5
HASIL UJI VALIDITAS INSTRUMEN TES KEMAMPUAN BERPIKIR
KRITIS MATEMATIS
Correlations
Soal 1 Soal 2 Soal 3 Soal 4 Soal 5 Jumlah
Soal 1 Pearson
Correlation 1 ,129 ,640** ,361* ,380* ,704**
Sig. (2-tailed) ,491 ,000 ,046 ,035 ,000
N 31 31 31 31 31 31
Soal 2 Pearson
Correlation ,129 1 ,370* -,041 ,173 ,454*
Sig. (2-tailed) ,491 ,041 ,827 ,353 ,010
N 31 31 31 31 31 31
Soal 3 Pearson
Correlation ,640** ,370* 1 ,231 ,498** ,753**
Sig. (2-tailed) ,000 ,041 ,212 ,004 ,000
N 31 31 31 31 31 31
Soal 4 Pearson
Correlation ,361* -,041 ,231 1 ,516** ,640**
Sig. (2-tailed) ,046 ,827 ,212 ,003 ,000
N 31 31 31 31 31 31
Soal 5 Pearson
Correlation ,380* ,173 ,498** ,516** 1 ,819**
Sig. (2-tailed) ,035 ,353 ,004 ,003 ,000
N 31 31 31 31 31 31
Jumlah Pearson
Correlation ,704** ,454* ,753** ,640** ,819** 1
Sig. (2-tailed) ,000 ,010 ,000 ,000 ,000
N 31 31 31 31 31 31
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).
148
Lampiran 6
HASIL UJI TARAF KESUKARAN INSTRUMEN TES KEMAMPUAN
BERPIKIR KRITIS MATEMATIS
Responden Soal 1 Soal 2 Soal 3 Soal 4 Soal 5 Jumlah
R1 4 2 1 2 2 11
R2 3 2 1 0 0 6
R3 4 0 1 2 2 9
R4 3 3 2 2 2 12
R5 4 2 1 2 2 11
R6 4 4 2 2 2 14
R7 2 1 0 1 0 4
R8 3 2 1 1 0 7
R9 3 3 1 0 0 7
R10 4 2 1 0 2 9
R11 3 2 1 2 2 10
R12 1 2 0 0 1 4
R13 3 3 1 0 0 7
R14 3 3 1 1 0 8
R15 3 2 1 2 2 10
R16 1 1 0 1 0 3
R17 3 3 1 2 4 13
R18 3 2 2 0 0 7
R19 3 3 2 2 4 14
R20 3 2 1 0 0 6
R21 1 1 0 0 0 2
R22 3 3 1 2 2 11
R23 3 1 2 2 2 10
R24 3 2 1 2 0 8
R25 3 1 1 2 2 9
R26 4 0 1 2 1 8
R27 3 2 1 2 2 10
R28 3 2 2 0 4 11
R29 1 2 0 1 0 4
R30 3 2 1 2 2 10
R31 3 2 1 0 0 6
B 90 62 32 37 40 261
Js 124 124 124 124 124
149
P 0,726 0,500 0,258 0,298 0,323
Interpretasi Mudah Sedang Sukar Sukar Sedang
150
Lampiran 7
HASIL UJI DAYA PEMBEDA INSTRUMEN TES KEMAMPUAN
BERPIKIR KRITIS MATEMATIS
Responden Soal 1 Soal 2 Soal 3 Soal 4 Soal 5 Jumlah
R6 4 4 2 2 2 14
R19 3 3 2 2 4 14
R17 3 3 1 2 4 13
R4 3 3 2 2 2 12
R1 4 2 1 2 2 11
R5 4 2 1 2 2 11
R22 3 3 1 2 2 11
R28 3 2 2 0 4 11
R11 3 2 1 2 2 10
R15 3 2 1 2 2 10
R23 3 1 2 2 2 10
R27 3 2 1 2 2 10
R30 3 2 1 2 2 10
R3 4 0 1 2 2 9
R10 4 2 1 0 2 9
R25 3 1 1 2 2 9
BA 53 34 21 28 38
JA 64 64 64 64 64
BA/JA 0,828 0,531 0,328 0,438 0,594
R14 3 3 1 1 0 8
R24 3 2 1 2 0 8
R26 4 0 1 2 1 8
R8 3 2 1 1 0 7
R9 3 3 1 0 0 7
R13 3 3 1 0 0 7
R18 3 2 2 0 0 7
R2 3 2 1 0 0 6
R20 3 2 1 0 0 6
R31 3 2 1 0 0 6
R7 2 1 0 1 0 4
R12 1 2 0 0 1 4
R29 1 2 0 1 0 4
R16 1 1 0 1 0 3
151
R21 1 1 0 0 0 2
BB 37 28 11 9 2
JB 60 60 60 60 60
BB/JB 0,617 0,467 0,183 0,150 0,033
DP 0,211 0,065 0,145 0,288 0,560
Interpretasi Cukup Buruk Buruk Cukup Baik
152
Lampiran 8
HASIL UJI RELIABILITAS INSTRUMEN TES KEMAMPUAN
BERPIKIR KRITIS MATEMATIS
Case Processing Summary
N %
Cases Valid 31 100,0
Excludeda 0 ,0
Total 31 100,0
a. Listwise deletion based on all variables in the
procedure.
Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha N of Items
,680 5
153
Lampiran 9
REKAPITULASI HASIL UJI VALIDITAS, TARAF KESUKARAN, DAYA
PEMBEDA, DAN RELIABILITAS
No.
Soal Validitas Reliabilitas
Tingkat
Kesukaran
Daya
Pembeda Keterangan
1 Valid
Cukup
Mudah Cukup Digunakan
2 Valid Sedang Buruk Digunakan
3 Valid Sukar Buruk Digunakan
4 Valid Sukar Cukup Digunakan
5 Valid Sedang Baik Digunakan
154
Lampitan 10
INSTRUMEN TES KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS MATEMATIS
1. Iqbal membeli dua pasang kaus kaki dan tiga pasang sarung tangan di pasar
seharga 𝑅𝑝 95.000,00. Anwar membeli satu pasang kaus kaki dan dua pasang
sarung tangan seharga 𝑅𝑝 55.000,00. Ketika sampai di rumah, Iqbal menyesal
karena salah satu sarung tangan yang dia beli jahitannya rusak. Dia
memutuskan untuk menukar sepasang sarung tangan tersebut dengan sepasang
kaus kaki dengan membayar 𝑅𝑝 5.000,00 lagi karena harga kaus kaki lebih
mahal daripada harga sarung tangan. Namun, penjual mengatakan bahwa uang
yang diberikan oleh Iqbal kurang. Berikan penjelasan mengenai kekurangan
uang yang dikatakan oleh penjual tersebut!
2. Ica dan Firda pergi ke toko kue bersama. Ica membeli 2 roti cokelat dan 1 roti
keju dengan harga 𝑅𝑝 17.000,00. Firda membeli 1 roti cokelat dan 3 roti keju
dengan membayar 𝑅𝑝 30.0000,00 dan memperoleh kembalian 𝑅𝑝 4.000,00.
Keesokan harinya, Hesti membeli roti di toko yang sama. Tersedia pilihan
kantong yang berisi roti cokelat dan roti keju sebagai berikut.
Kantong A Kantong B
Jika Hesti memiliki uang sebanyak 𝑅𝑝 90.000,00, kantong manakah yang
dapat dibeli oleh Hesti? Berikan argumenmu!
3. Alfi dan Rian pergi bersama ke sebuah distro untuk membeli kaus dan celana.
Ilham membeli 3 kaus dan 1 celana seharga 𝑅𝑝 400.000,00 sedangkan Rian
membeli 1 kaus dan 2 celana seharga 𝑅𝑝 350.000,00. Minggu berikutnya,
Fandi ingin menggunakan voucher belanja yang dia miliki dengan membeli 4
kaus dan 2 celana di tempat yang sama. Ternyata, di distro tersebut sedang
berlaku diskon 20%. Pihak distro menginformasikan bahwa setiap total
8 roti cokelat
7 roti keju
5 roti cokelat
10 roti keju
155
pembelian di atas harga 𝑅𝑝 500.000,00 hanya dapat berlaku 1 ketentuan, yaitu
menggunakan voucher 𝑅𝑝 100.000,00 atau diskon 20%. Akhirnya, Fandi
memutuskan untuk menggunakan voucher dengan alasan agar total harga
barang yang dia beli lebih murah. Apakah keputusan Fandi sudah tepat?
4. Tante Nida sedang mengisi waktu luang bersama dua keponakannya yang sama
sama kelas 8 SMP, yaitu Fahmi dan Naufal. Dia memberikan tantangan kepada
Fahmi dan Naufal untuk menjawab beberapa soal matematika dan bahasa
Inggris dalam waktu 20 menit. Skor untuk 1 soal matematika lebih banyak 2
poin dari skor 1 soal bahasa Inggris. Tante Nida mengatakan bahwa ia akan
memberikan hadiah kepada yang peraih poin paling banyak. Fahmi menjawab
benar 8 soal matematika dan 5 soal bahasa Inggris dengan total skor 55 poin
sedangkan Naufal menjawab benar 5 soal matematika dan 9 soal bahasa
Inggris. Siapakah yang mendapatkan hadiah dari Tante Nida?
5. Diketahui ada dua kotak di atas meja, kotak merah dan kotak biru. Masing-
masing kotak berisi bola-bola kecil. Jika bola-bola di kotak merah ditambah
dengan bola-bola di kotak biru maka jumlahnya ada 27 buah. Jika bola-bola di
kotak merah diambil sebanyak jumlah bola di kotak biru, maka banyak bola di
kotak merah tersisa 7 buah. Jelaskan cara menentukan banyak bola pada
masing-masing kotak!
156
Lampiran 11
PEDOMAN PENSKORAN TES KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS
MATEMATIS SISWA
Indikator Kriteria Skor
Klarifikasi
Mengidentifikasi masalah dengan benar,
melakukan perhitungan dan mengklarifikasi
situasi masalah dengan benar.
4
Mengidentifikasi masalah dengan benar,
melakukan perhitungan dengan benar, tetapi
kurang tepat dalam mengklarifikasi situasi
masalah.
3
Mengidentifikasi masalah dengan benar,
melakukan perhitungan kurang tepat, tetapi
tepat dalam mengklarifikasi situasi masalah.
2
Mengidentifikasi masalah dengan benar tanpa
melakukan perhitungan. 1
Tidak memberikan jawaban 0
Analisis
Mengidentifikasi masalah dengan benar,
melakukan perhitungan dan memberikan
argumen dengan tepat.
4
Mengidentifikasi masalah dengan benar,
melakukan perhitungan dengan benar, tetapi
kurang tepat dalam memberikan argumen.
3
Mengidentifikasi masalah dengan benar,
melakukan perhitungan kurang tepat, tetapi
tepat dalam memberikan argumen.
2
Mengidentifikasi masalah dengan benar tanpa
melakukan perhitungan. 1
157
Tidak memberikan jawaban. 0
Evaluasi
Mengidentifikasi masalah dengan benar,
melakukan perhitungan dan menilai kredibilitas
argumen dengan tepat.
4
Mengidentifikasi masalah dengan benar,
melakukan perhitungan dengan benar, tetapi
kurang tepat dalam menilai kredibilitas
argumen.
3
Mengidentifikasi masalah dengan benar,
melakukan perhitungan kurang tepat, tetapi
tepat dalam menilai kredibilitas argumen.
2
Mengidentifikasi masalah dengan benar tanpa
melakukan perhitungan. 1
Tidak memberikan jawaban. 0
Inferensi
Mengidentifikasi masalah dengan benar,
melakukan perhitungan dan membuat
kesimpulan dengan tepat.
4
Mengidentifikasi masalah dengan benar,
melakukan perhitungan dengan benar, tetapi
kurang tepat dalam membuat kesimpulan.
3
Mengidentifikasi masalah dengan benar,
melakukan perhitungan kurang tepat, tetapi
tepat dalam membuat kesimpulan.
2
Mengidentifikasi masalah dengan benar tanpa
melakukan perhitungan. 1
Tidak memberikan jawaban. 0
Eksplanasi Mengidentifikasi masalah dengan benar,
menjelaskan prosedur penyelesaian dan
melakukan perhitungan dengan tepat.
4
158
Mengidentifikasi masalah dengan benar,
menjelaskan prosedur penyelesaian benar, tetapi
kurang tepat dalam melakukan perhitungan.
3
Mengidentifikasi masalah dengan benar,
menjelaskan prosedur penyelesaian kurang
tepat, tetapi tepat dalam melakukan
perhitungan.
2
Mengidentifikasi masalah dengan benar tanpa
melakukan perhitungan. 1
Tidak memberikan jawaban. 0
159
Lampiran 12
KUNCI JAWABAN INSTRUMEN TES KEMAMPUAN BERPIKIR
KRITIS MATEMATIS
1. Diketahui:
Harga dua pasang kaus kaki dan tiga pasang sarung tangan = 𝑅𝑝 95.000,00
Harga satu pasang kaus kaki dan dua pasang sarung tangan = 𝑅𝑝 55.000,00
Jawab:
Misal: 𝑥 = ℎ𝑎𝑟𝑔𝑎 𝑠𝑒𝑝𝑎𝑠𝑎𝑛𝑔 𝑘𝑎𝑢𝑠 𝑘𝑎𝑘𝑖
𝑦 = ℎ𝑎𝑟𝑔𝑎 𝑠𝑒𝑝𝑎𝑠𝑎𝑛𝑔 𝑠𝑎𝑟𝑢𝑛𝑔 𝑡𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛
Dapat dibuat model matematika sebagai berikut:
2𝑥 + 3𝑦 = 95.000
𝑥 + 2𝑦 = 55.000
Menentukan nilai 𝑦
2𝑥 + 3𝑦 = 95.000 |x 1|
𝑥 + 2𝑦 = 55.000 |x 2|
-------------------------------------
2𝑥 + 3𝑦 = 95.000
2𝑥 + 4𝑦 = 110.000
_________________ −
−𝑦 = −15.000
𝑦 = 15.000
Menentukan nilai 𝑥
𝑥 + 2𝑦 = 55.000
𝑥 + 2(15.000) = 55.000
𝑥 + 30.000 = 55.000
𝑥 = 25.000
Diperoleh harga sepasang kaus kaki 𝑅𝑝 25.000,00 dan harga sepasang sarung
tangan 𝑅𝑝 15.000,00.
160
Iqbal menukar sepasang sarung tangan dengan sepasang kaus kaki dengan
membayar 𝑅𝑝 5.000,00 lagi. Hal tersebut keliru karena uang yang diberikan
Iqbal kurang, seharusnya Iqbal membayar 𝑅𝑝 10.000,00 kepada penjual.
2. Diketahui:
Harga 2 roti cokelat dan 1 roti keju = 𝑅𝑝 17.000,00
Harga 1 roti cokelat dan 3 roti keju = 𝑅𝑝 26.000,00
Jawab:
Misal: 𝑥 = ℎ𝑎𝑟𝑔𝑎 𝑠𝑎𝑡𝑢 𝑟𝑜𝑡𝑖 𝑐𝑜𝑘𝑒𝑙𝑎𝑡
𝑦 = ℎ𝑎𝑟𝑔𝑎 𝑠𝑎𝑡𝑢 𝑟𝑜𝑡𝑖 𝑘𝑒𝑗𝑢
Dapat dibuat model matematika sebagai berikut:
2𝑥 + 𝑦 = 17.000
𝑥 + 3𝑦 = 26.000
Menentukan nilai 𝑦
2𝑥 + 𝑦 = 17.000 |x 1|
𝑥 + 3𝑦 = 26.000 |x 2|
-------------------------------------
2𝑥 + 𝑦 = 17.000
2𝑥 + 6𝑦 = 52.000
_________________ −
−5𝑦 = −35.000
𝑦 = 7.000
Menentukan nilai 𝑥
𝑥 + 3𝑦 = 26.000
𝑥 + 3(7.000) = 26.000
𝑥 + 21.000 = 26.000
𝑥 = 5.000
Diperoleh harga satu roti cokelat 𝑅𝑝 5.000,00 dan harga satu roti keju
𝑅𝑝 7.000,00.
161
Total harga roti dalam kantong A
8𝑥 + 7𝑦 = 8(5.000) + 7(7.000)
= 40.000 + 49.000
= 𝑅𝑝 89.000,00
Total harga roti dalam kantong B
5𝑥 + 10𝑦 = 5(5.000) + 10(7.000)
= 25.000 + 70.000
= 𝑅𝑝 95.000,00
Jika Hesti memiliki uang sebanyak 𝑅𝑝 90.000,00 maka Hesti dapat membeli
roti yang ada di kantong A karena harganya tidak lebih dari uang yang dia miliki.
3. Diketahui:
Harga 3 kaus dan 1 celana = 𝑅𝑝 400.000,00
Harga 1 kaus dan 2 celana = 𝑅𝑝 350.000,00
Setiap total pembelian di atas harga 𝑅𝑝 500.000,00 dapat menggunakan
voucher 𝑅𝑝 100.000,00 atau diskon 20%
Jawab:
Misal: 𝑥 = ℎ𝑎𝑟𝑔𝑎 𝑘𝑎𝑢𝑠
𝑦 = ℎ𝑎𝑟𝑔𝑎 𝑐𝑒𝑙𝑎𝑛𝑎
Dapat dibuat model matematika sebagai berikut:
3𝑥 + 𝑦 = 400.000
𝑥 + 2𝑦 = 350.000
Menentukan nilai 𝑥
3𝑥 + 𝑦 = 400.000 |x 2|
𝑥 + 2𝑦 = 350.000 |x 1|
-------------------------------------
6𝑥 + 2𝑦 = 800.000
𝑥 + 2𝑦 = 350.000
_________________ −
5𝑥 = 450.000
162
𝑥 = 90.000
Menentukan nilai 𝑦
𝑥 + 2𝑦 = 350.000
90.000 + 2𝑦 = 350.000
2𝑦 = 260.000
𝑦 = 130.000
Diperoleh harga satu kaus 𝑅𝑝 90.000,00 dan harga satu celana 𝑅𝑝 130.000,00.
Fandi membeli 4 kaus dan 2 celana
4𝑥 + 2𝑦 = 4(90.000) + 2(130.000)
= 360.000 + 260.000
= 360.000 + 260.000
= 𝑅𝑝 620.000,00
Jika Fandi menggunakan voucher 𝑅𝑝 100.000,00 maka total harga yang harus
dia bayar adalah
𝑅𝑝 620.000,00 − 𝑅𝑝 100.000,00 = 𝑅𝑝 520.000,00
Jika Fandi menggunakan diskon 20%, maka total harga yang harus dia bayar
adalah
20
100 x 620.000 = 𝑅𝑝 124.000,00
𝑅𝑝 620.000,00 − 𝑅𝑝 124.000,00 = 𝑅𝑝 496.000,00
Jadi, keputusan Fandi tidak tepat karena total harga menggunakan diskon 20%
lebih murah dibandingkan dengan total harga yang menggunakan voucher
𝑅𝑝 100.000,00.
4. Diketahui:
Skor 1 soal matematika lebih banyak 2 poin dari skor 1 soal bahasa Inggris
Skor 8 soal matematika dan 5 soal bahasa Inggris = 55 poin
Jawab:
Misal: 𝑥 = 𝑠𝑘𝑜𝑟 1 𝑠𝑜𝑎𝑙 𝑚𝑎𝑡𝑒𝑚𝑎𝑡𝑖𝑘𝑎
163
𝑦 = 𝑠𝑘𝑜𝑟 1 𝑠𝑜𝑎𝑙 𝑏𝑎ℎ𝑎𝑠𝑎 𝐼𝑛𝑔𝑔𝑟𝑖𝑠
Dapat dibuat model matematika sebagai berikut:
𝑥 = 𝑦 + 2
8𝑥 + 5𝑦 = 55
Menentukan nilai 𝑦
8𝑥 + 5𝑦 = 55
8(𝑦 + 2) + 5𝑦 = 55
8𝑦 + 16 + 5𝑦 = 55
13𝑦 + 16 = 55
13𝑦 = 39
𝑦 = 3
Menentukan nilai 𝑥
𝑥 = 𝑦 + 2
𝑥 = 3 + 2
𝑥 = 5
Diperoleh skor 1 soal matematika adalah 5 poin dan skor 1 soal bahasa Inggris
adalah 3 poin.
Fahmi menjawab benar 8 soal matematika dan 5 soal bahasa Inggris dengan total
skor 55 poin
Naufal menjawab benar 5 soal matematika dan 9 soal bahasa Inggris
5𝑥 + 9𝑦 = 5(5) + 9(3)
= 25 + 27
= 52
Jadi, yang mendapatkan hadiah dari Tante Nida adalah Fahmi.
5. Diketahui:
Bola-bola di kotak merah ditambah dengan bola-bola di kotak biru = 27
164
Jika bola-bola di kotak merah diambil sebanyak jumlah bola di kotak biru, maka
banyak bola di kotak merah tersisa 7 bola
Jawab:
Pertama, memisalkan variabel
𝑥 = 𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑏𝑜𝑙𝑎 𝑑𝑖 𝑘𝑜𝑡𝑎𝑘 𝑚𝑒𝑟𝑎ℎ
𝑦 = 𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑏𝑜𝑙𝑎 𝑑𝑖 𝑘𝑜𝑡𝑎𝑘 𝑏𝑖𝑟𝑢
Kedua, membuat model matematika
𝑥 + 𝑦 = 27 .... persamaan 1
𝑥 = 𝑦 + 7 .... persamaan 2
Ketiga, mensubstitusi persamaan 2 ke persamaan 1
𝑥 + 𝑦 = 27
(𝑦 + 7) + 𝑦 = 27
2𝑦 + 7 = 27
2𝑦 = 20
𝑦 = 10
Keempat, mensubstitusi nilai 𝑦 ke persamaan 2
𝑥 = 𝑦 + 7
𝑥 = 10 + 7
𝑥 = 17
Banyak bola di kotak merah 17 danbanyak bola di kotak biru 10
165
Lampiran 13
HASIL POST TEST KELAS I-THINK
Siswa Soal 1 Soal 2 Soal 3 Soal 4 Soal 5 Skor Nilai
E1 3 4 2 4 4 17 85
E2 3 3 2 1 2 11 55
E3 4 4 3 2 4 17 85
E4 3 2 2 2 1 10 50
E5 4 4 2 2 1 13 65
E6 3 2 2 1 2 10 50
E7 2 2 2 1 2 9 45
E8 4 3 2 1 2 12 60
E9 3 3 2 1 2 11 55
E10 3 4 0 1 4 12 60
E11 4 2 2 1 4 13 65
E12 4 3 2 0 2 11 55
E13 4 4 4 2 4 18 90
E14 4 4 2 1 4 15 75
E15 3 3 2 1 4 13 65
E16 4 4 4 0 4 16 80
E17 4 4 2 2 4 16 80
E18 4 3 2 2 4 15 75
E19 3 2 2 1 2 10 50
E20 4 4 2 2 1 13 65
E21 4 4 1 4 4 17 85
E22 4 4 0 4 4 16 80
E23 3 3 2 2 4 14 70
E24 3 3 2 2 2 12 60
E25 4 4 2 4 4 18 90
E26 4 4 2 2 3 15 75
E27 3 3 2 2 4 14 70
E28 4 3 2 1 2 12 60
E29 4 4 3 1 2 14 70
E30 3 4 2 1 2 12 60
E31 4 4 2 0 2 12 60
E32 4 4 0 2 4 14 70
TOTAL 114 108 63 53 94 432 2160
RATA-RATA 3,56 3,38 1,97 1,66 2,94 67,50
PERSENTASE 89,06 84,38 49,22 41,41 73,44
166
Lampiran 14
HASIL POST TEST KELAS KONVENSIONAL
Siswa Soal 1 Soal 2 Soal 3 Soal 4 Soal 5 Skor Nilai
K1 4 4 2 1 2 13 65
K2 3 3 2 1 1 10 50
K3 3 4 2 0 0 9 45
K4 3 2 2 1 2 10 50
K5 3 2 1 0 2 8 40
K6 3 3 2 1 2 11 55
K7 4 4 4 0 4 16 80
K8 3 4 2 1 2 12 60
K9 4 4 3 4 0 15 75
K10 4 3 2 1 1 11 55
K11 4 4 3 2 2 15 75
K12 3 3 1 1 1 9 45
K13 3 2 2 2 4 13 65
K14 3 2 2 1 4 12 60
K15 4 2 2 1 2 11 55
K16 3 2 1 1 4 11 55
K17 3 2 2 0 0 7 35
K18 3 2 2 1 2 10 50
K19 4 4 2 2 2 14 70
K20 3 3 2 1 1 10 50
K21 4 2 2 1 4 13 65
K22 4 4 0 4 4 16 80
K23 3 4 2 1 4 14 70
K24 3 2 2 0 2 9 45
K25 4 3 2 2 3 14 70
K26 4 3 2 1 2 12 60
K27 3 1 0 0 4 8 40
K28 3 2 2 0 0 7 35
TOTAL 95 80 53 31 61 320 1600
RATA-RATA 3,39 2,86 1,89 1,11 2,18 57,14
PERSENTAS
E 84,82 71,43 47,32 27,68 54,46
167
Lampiran 15
HASIL UJI NORMALITAS KELAS I-THINK DAN KELAS
KONVENSIONAL
Uji Normalitas Kelas I-THINK
Tests of Normality
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statistic df Sig. Statistic df Sig.
Nilai E ,132 32 ,169 ,960 32 ,272
a. Lilliefors Significance Correction
Uji Normalitas Kelas Konvensional
Tests of Normality
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statistic df Sig. Statistic df Sig.
Nilai K ,101 28 ,200* ,964 28 ,436
*. This is a lower bound of the true significance.
a. Lilliefors Significance Correction
168
Lampiran 16
HASIL UJI HOMOGENITAS KELAS I-THINK DAN KELAS
KONVENSIONAL
Test of Homogeneity of Variances
Nilai Gab
Levene Statistic df1 df2 Sig.
,052 1 58 ,821
ANOVA
Nilai Gab
Sum of Squares df Mean Square F Sig.
Between Groups 1601,905 1 1601,905 9,810 ,003
Within Groups 9471,429 58 163,300
Total 11073,333 59
169
Lampiran 17
HASIL UJI HIPOTESIS
Uji t
Group Statistics
Faktor N Mean Std. Deviation Std. Error Mean
Nilai Gab Eksperimen 32 67,50 12,508 2,211
Kontrol 28 57,14 13,083 2,472
170
Lampiran 18
171
172
Lampiran 19
173
Lampiran 20
174
Lampiran 21
175
176
177
178
179
180
181
182
183