pengaruh spesifik grafity ( sg ), gross heating value ... · gas alam juga banyak digunakan sebagai...

43
Susi Mestika Samosier : Pengaruh Spesifik Grafity ( SG ), Gross Heating Value ( GHV ) DAN C6 + Terhadap Mutu Gas Alam Di Pt.Pertamina Ep Region Sumatera Field Pangkalan Susu, 2009. PENGARUH SPESIFIK GRAFITY ( SG ), GROSS HEATING VALUE ( GHV ) DAN C 6 + TERHADAP MUTU GAS ALAM DI PT.PERTAMINA EP REGION SUMATERA FIELD PANGKALAN SUSU KARYA ILMIAH SUSI MESTIKA SAMOSIR 062409023 PROGRAM STUDI DIPLOMA – 3 KIMIA INDUSTRI DEPARTEMEN KIMIA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2009

Upload: others

Post on 02-Nov-2019

2 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Susi Mestika Samosier : Pengaruh Spesifik Grafity ( SG ), Gross Heating Value ( GHV ) DAN C6+ Terhadap Mutu Gas

Alam Di Pt.Pertamina Ep Region Sumatera Field Pangkalan Susu, 2009.

PENGARUH SPESIFIK GRAFITY ( SG ), GROSS HEATING VALUE ( GHV )

DAN C6+ TERHADAP MUTU GAS ALAM DI PT.PERTAMINA EP REGION

SUMATERA FIELD PANGKALAN SUSU

KARYA ILMIAH

SUSI MESTIKA SAMOSIR

062409023

PROGRAM STUDI DIPLOMA – 3 KIMIA INDUSTRI

DEPARTEMEN KIMIA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2009

Susi Mestika Samosier : Pengaruh Spesifik Grafity ( SG ), Gross Heating Value ( GHV ) DAN C6+ Terhadap Mutu Gas

Alam Di Pt.Pertamina Ep Region Sumatera Field Pangkalan Susu, 2009.

PENGARUH SPESIFIK GRAFITY ( SG ), GROSS HEATING VALUE ( GHV )

DAN C6+ TERHADAP MUTU GAS ALAM DI PT.PERTAMINA EP REGION

SUMATERA FIELD PANGKALAN SUSU

KARYA ILMIAH

Diajukan untuk melengkapi tugas dan memenuhi syarat untuk mendapatkan ijazah Ahli

Madya pada program Diploma – 3 Kimia Industri Fakultas Matematika Dan Ilmu

Pengetahuan alam Universitas Sumatera Utara

SUSI MESTIKA SAMOSIR

062409023

PROGRAM STUDI DIPLOMA – 3 KIMIA INDUSTRI

DEPARTEMEN KIMIA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2009

Susi Mestika Samosier : Pengaruh Spesifik Grafity ( SG ), Gross Heating Value ( GHV ) DAN C6+ Terhadap Mutu Gas

Alam Di Pt.Pertamina Ep Region Sumatera Field Pangkalan Susu, 2009.

PERSETUJUAN

Judul : PENGARUH SPESIFIK GRAFITY ( SG ), GROSS HEATING VALUE ( GHV ) DAN

C6+ TERHADAP MUTU GAS ALAM DI

PT.PERTAMINA EP REGION SUMATERA FIELD PANGKALAN SUSU

Kategori : KARYA ILMIAH Nama : SUSI MESTIKA SAMOSIR Nomor Induk Mahasiswa : 062409023 Program Studi : D -3 KIMIA INDUSTRI Departemen : KIMIA Fakultas : MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Diluluskan di

Medan, Juni 2009

Departemen Kimia FMIPA USU

Ketua Pembimbing

Dr.Rumondang Bulan,M.S Drs.Firman Sebayang M.S

NIP. 131 459 466 NIP. 131 459 468

Susi Mestika Samosier : Pengaruh Spesifik Grafity ( SG ), Gross Heating Value ( GHV ) DAN C6+ Terhadap Mutu Gas

Alam Di Pt.Pertamina Ep Region Sumatera Field Pangkalan Susu, 2009.

PERNYATAAN

PENGARUH SPESIFIK GRAFITY (SG), GROSS HEATING VALUE (GHV) DAN

C6+ TERHADAP MUTU GAS ALAM DI PT.PERTAMINA EP REGION

SUMATERA FIELD PANGKALAN SUSU

KARYA ILMIAH

Saya mengakui bahwa karya ilmiah ini adalah hasil kerja saya sendiri, kecuali

beberapa kutipan dari ringkasan yang masing- masing disebutkan sumbernya.

Medan, Juni 2009

SUSI MESTIKA SAMOSIR

062409023

Susi Mestika Samosier : Pengaruh Spesifik Grafity ( SG ), Gross Heating Value ( GHV ) DAN C6+ Terhadap Mutu Gas

Alam Di Pt.Pertamina Ep Region Sumatera Field Pangkalan Susu, 2009.

PENGHARGAAN

Puji dan syukur kepada Tuhan yang maha Esa karena atas rahmat dan karunianya

kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan karya ilmiah ini. Karya ilmiah ini

merupakan hasil kerja praktek lapangan di PT PERTAMINA EP REGION SUMATERA

FIELD PANGKALAN SUSU dan disusun sebagai salah satu persyaratan akademik

untuk memperoleh gelar Ahli Madya D -3 untuk program studi Kimia Industri di

Fakultas Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sumatera Utara.

Karya ilmiah ini dapat disusun dan diselesaikan berkat bantuan dan doa dari berbagai

pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih yang

sebesar-besarnya kepada:

1. Keluarga tercinta, Ibunda, kakak dan adekku yang telah membantu dalam doa,

dukungan dan materi.

2. Bapak Drs.Firman Sebayang M.S selaku dosen pembimbing yang selalu

memberikan bimbingan dan arahan kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan

karya ilmiah ini.

3. Ibu DR.Rumondang Bulan M.Si selaku ketua Departemen KIMIA Universitas

Sumatera Utara.

4. Bapak Happy Marbun, selaku pembimbing laboratorium yang dengan tulus

membimbing dan mengarahkan saya pada saat PKL.

5. Bapak Drs.Eddy Marlianto M.Sc selaku Dekan Fakultas Matematika Dan Ilmu

Pengetahuan Alam Universitas Sumatera Utara.

6. Seluruh staff dan Karyawan laboratorium PT.PERTAMINA EP REGION

SUMATERA FIELD PANGKALAN SUSU.

7. Staff dan Karyawan Program Studi Kimia Industri Fakultas Matematika Dan Ilmu

Pengetahuan Alam Universitas Sumatera Utara.

8. Teman – teman separtner PKL, Dewi Sartika, Widya dan Jefry.

9. Teman – teman KIN 06, LPMI yang telah membantu dalam doa dan dukungan.

Susi Mestika Samosier : Pengaruh Spesifik Grafity ( SG ), Gross Heating Value ( GHV ) DAN C6+ Terhadap Mutu Gas

Alam Di Pt.Pertamina Ep Region Sumatera Field Pangkalan Susu, 2009.

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan karya ilmiah ini masih banyak kekurangan

dan ketidaksempurnaan. Dengan segala kerendahan hati, penulis mengharapkan kritik

dan saran yang bersifat membangun yang dapat digunakan untuk menambah pengetahuan

penulis dalam memperbaiki kekurangan dan kesalahan penulisan karya ilmiah ini.

Medan, Juni 2009

Penulis

Susi Mestika Samosier : Pengaruh Spesifik Grafity ( SG ), Gross Heating Value ( GHV ) DAN C6+ Terhadap Mutu Gas

Alam Di Pt.Pertamina Ep Region Sumatera Field Pangkalan Susu, 2009.

PENGARUH SPESIFIK GRAFITY (SG), GROSS HEATING VALUE (GHV) DAN

C6+ TERHADAP MUTU GAS ALAM DI PT.PERTAMINA EP REGION

SUMATERA FIELD PANGKALAN SUSU

ABSTRAK

Komponen gas alam pada umumnya terdiri dari hidrokarbon seperti metana, etana, propana, butana, pentana dan C6

+ atau heksana. Secara umum kualitas gas alam dipengaruhi oleh banyak faktor antara lain Spesifik Gravity ( SG ), Gross Heating Value ( GHV ), dan komponen hidrokarbon C6

+. Besarnya pengaruh faktor – faktor tersebut terhadap mutu gas alam bergantung pada sumber sumur gas alam tersebut. Dengan analisa Kromatografi Gas, diperoleh komposisi hidrokarbon dan besarnya Spesifik Gravity ( SG ), Gross Heating Value ( GHV ), dan C6

+ dalam gas alam tersebut. Semakin tinggi harga Spesifik Gravity ( SG ), Gross Heating Value ( GHV ), maka mutu gas alam tersebut akan semakin baik. Sementara harga C6

+ tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap mutu gas alam karena hanya terkandung sebagian kecil saja di dalam gas alam. Nilai Gross Heating Value ( GHV) secara umum dalam gas alam adalah 950 – 1300 BTU cft, C6

+ adalah 0,07 %.

Susi Mestika Samosier : Pengaruh Spesifik Grafity ( SG ), Gross Heating Value ( GHV ) DAN C6+ Terhadap Mutu Gas

Alam Di Pt.Pertamina Ep Region Sumatera Field Pangkalan Susu, 2009.

INFLUENCES OF SPESIFIC GRAFITY ( SG ), GROSS HEATING VALUE (GHV

) AND C6+ CONTENT OF NATURAL GAS QUALITY IN PT.PERTAMINA EP

REGION SUMATERA FIELD PANGKALAN SUSU

ABSTRACT

The component of Natural gas commonly consisted of hidrocarbon like metane, etane, propane, butane, pentane, and C6

+ or Heksane.Commomly, the quality of natural gas was influenced by many factor. Some of them were Spesific Gravity ( SG ), Gross Heating Value ( GHV ), and hydrocarbon content ( C6

+ ). The Advantage of these factor

depending on the locations of gas fields. With the Analysis by Gas Chromatography, we can determine Spesific Gravity ( SG ), Gross Heating Value ( GHV ), and hydrocarbon content ( C6

+ ). The increase of Spesific Gravity ( SG ) and Gross Heating Value ( GHV )

value, the quality of natural gas also increase. Hidrocarbon content ( C6+

) caused the significant influence because there was only a few in the natural gas. Commonly, value of Gross Heating Value ( GHV ), and hydrocarbon content ( C6

+ ) in natural gas each 950 –

1300 BTU cft, C6+ adalah 0,07 %.

Susi Mestika Samosier : Pengaruh Spesifik Grafity ( SG ), Gross Heating Value ( GHV ) DAN C6+ Terhadap Mutu Gas

Alam Di Pt.Pertamina Ep Region Sumatera Field Pangkalan Susu, 2009.

DAFTAR ISI Halaman Persetujuan iii Pernyataan iv Penghargaan v Abstrak vii Abstract viii Daftar Isi ix Bab 1 Pendahuluan 1.1. Latar Belakang 1 1.2. Permasalahan 3 1.3. Tujuan 3 1.4. Manfaat 4 Bab 2 Tinjauan Pustaka 5 Bab 3 Bahan Dan Metode 3.1. Alat dan Bahan 22 3.1.1 Alat – alat 22 3.1.2 Bahan – bahan 22 3.2. Metode 22 3.3. Perhitungan 23 Bab 4 Data dan Pembahasan 4.1. Data 29 4.2. Pembahasan 29 Bab 5 Kesimpulan dan Saran 5.1. Kesimpulan 31 5.2. Saran 32 Daftar Pustaka 33 Daftar Gambar

1. Gambar Komatogram GC Hewlett Packard Sampel Booster

Susi Mestika Samosier : Pengaruh Spesifik Grafity ( SG ), Gross Heating Value ( GHV ) DAN C6+ Terhadap Mutu Gas

Alam Di Pt.Pertamina Ep Region Sumatera Field Pangkalan Susu, 2009.

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Sebagian besar pengeboran minyak bumi pada sumur –sumur pengeboran minyak

menghasilkan produk – produk lain salah satunya adalah gas alam. Selain minyak bumi,

gas alam juga banyak digunakan sebagai bahan bakar. Mutu gas alam yang dihasilkan

dari minyak bumi sangat dipengaruhi oleh sumber sumur pengeboran, bahan – bahan

kimia baik hidrokarbon maupun yang non hidrokarbon. Mutu gas alam sebagai salah satu

sumber energi bahan bakar tentu saja sangat penting untuk diperhatikan karena

berhubungan langsung dengan nilai jual dari gas alam tersebut. Banyak senyawa –

senyawa kimia yang dapat menurunkan mutu dari gas alam seperti komponen inert H2S,

H2O, C02 dan senyawa – senyawa kimia yang lainnya. Sementara ada juga beberapa

faktor yang dapat menaikkan mutu gas alam tersebut.

Faktor–faktor seperti Spesifik Gravity ( SG ), Gross Heating Value ( GHV ),

sangat menentukan nilai jual dari gas alam tersebut. Semakin tinggi nilai Gross Heating

Value ( GHV ), maka nilai jual dari gas alam tersebut akan semakin tinggi. Demikian

juga sebaliknya, semakin rendah nilai Gross Heating Value ( GHV ), maka nilai jual dari

gas alam tersebut juga akan semakin rendah. Sementara harga Spesifik Gravity ( SG )

berbanding lurus dengan nilai Gross Heating Value ( GHV ). Spesifik Gravity ( SG )

yang semakin besar, maka mutu gas alam tersebut juga akan semakin baik. Dengan

Susi Mestika Samosier : Pengaruh Spesifik Grafity ( SG ), Gross Heating Value ( GHV ) DAN C6+ Terhadap Mutu Gas

Alam Di Pt.Pertamina Ep Region Sumatera Field Pangkalan Susu, 2009.

demikian akan meningkatkan nilai jual dari gas alam tersebut, sebaliknya nilai Spesifik

Gravity ( SG ) yang semakin kecil, maka mutu gas alam juga semakin rendah karena

mengurangi harga dari Gross Heating Value ( GHV ), sehingga mengurangi harga jual

gas alam tersebut.

Harga Spesifik Gravity ( SG ), Gross Heating Value ( GHV ) sendiri juga sangat

bergantung pada sumber sumur pengeboran minyak bumi. Analisa Harga Spesifik

Gravity ( SG ), Gross Heating Value ( GHV ) dapat dilakukan dengan dua cara yaitu

dengan cara manual dan dengan menggunakan analisa dengan metode Kromatografi Gas.

Pada PT PERTAMINA EP REGION SUMATERA FIELD PANGKALAN SUSU

digunakan metode Kromatografi Gas dengan cara kerja yang singkat, cepat dan telah

sesuai dengan ASTM ( American Society For Testing Materials ). Sementara C6+ tidak

memiliki pengaruh yang signifikan terhadap mutu gas alam karena hanya terkandung

sebagian kecil saja dalam komposisi gas alam. Oleh karena Spesifik Gravity ( SG ),

Gross Heating Value ( GHV ), dan C6+ sangat berpengaruh terhadap mutu gas alam,

maka dalam karya ilmiah dengan judul “PENGARUH SPESIFIK GRAFITY ( SG ),

GROSS HEATING VALUE ( GHV) DAN C6+ TERHADAP MUTU GAS ALAM DI

PT.PERTAMINA EP REGION SUMATERA FIELD PANGKALAN SUSU” akan

dibahas besarnya pengaruh Spesifik Gravity ( SG ), Gross Heating Value( GHV ) dan C6+

terhadap mutu gas alam.

Susi Mestika Samosier : Pengaruh Spesifik Grafity ( SG ), Gross Heating Value ( GHV ) DAN C6+ Terhadap Mutu Gas

Alam Di Pt.Pertamina Ep Region Sumatera Field Pangkalan Susu, 2009.

1.2. Permasalahan

Nilai Spesifik Gravity ( SG ), Gross Heating Value ( GHV ) yang semakin kecil

akan menyebabkan mutu gas alam yang semakin rendah yang berarti nilai jual dipasaran

juga akan rendah, serta pengaruh letak sumur pengeboran minyak dan gas alam yang

turut mempengaruhi besarnya nilai Spesifik Gravity ( SG ), Gross Heating Value ( GHV

), dan C6+.

1.3 . Tujuan

Adapun yang menjadi tujuan dari penulisan karya ilmiah ini adalah :

- Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh Spesifik Gravity ( SG ), Gross

Heating Value ( GHV ), dan C6+ terhadap mutu dan nilai jual gas alam

- Untuk mengetahui besarnya nilai Spesifik Gravity ( SG ), Gross

Heating Value ( GHV ), dan C6+ yang terdapat dalam sampel gas alam.

- Untuk mengetahui hubungan antara harga Spesifik Gravity ( SG ) terhadap harga

Gross Heating Value ( GHV ).

Susi Mestika Samosier : Pengaruh Spesifik Grafity ( SG ), Gross Heating Value ( GHV ) DAN C6+ Terhadap Mutu Gas

Alam Di Pt.Pertamina Ep Region Sumatera Field Pangkalan Susu, 2009.

1.4. Manfaat

Karya ilmiah ini dibuat sebagai salah satu sumber untuk mengetahui pengaruh

besarnya nilai Spesifik Gravity ( SG ), Gross Heating Value ( GHV ), dan C6+ dilihat

dari sudut pandang secara kimia dan ekonomi terhadap mutu dan harga jual gas bumi.

Susi Mestika Samosier : Pengaruh Spesifik Grafity ( SG ), Gross Heating Value ( GHV ) DAN C6+ Terhadap Mutu Gas

Alam Di Pt.Pertamina Ep Region Sumatera Field Pangkalan Susu, 2009.

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Komposisi gas alam

Komponen terbesar di dalam gas dan minyak mengandung senyawa hidrokarbon

seperti metana ( CH4 ) dengan rumus homolognya ( CnH2n + 2 ) , etana

( C 2H6 ), propana ( C3H8 ) , butana ( C4H8 ), pentana ( C5H12 ) dan senyawa – senyawa

hidrokarbon diatas pentana. Gas juga sering mengandung sejumlah kecil karbondioksida

( CO2 ) , hidrogen sulfida ( H2S ) dan nitrogen ( N2 ) pada suhu dan temperatur normal (

76 mmHg dan 0 ). Hidrokarbon dari metana sampai butana berada dalam fase gas. Sisa

dari cairan hidrokarbon yang berubah menjadi gasolin alami. Komposisi gas

kemungkinan dapat dinyatakan dengan persentasi dari berat per volume atau sebagai

fraksi mol.

Densitas dari gas menunjukkan sejumlah dimana diindikasikan seberapa lama dari

massa yang diberikan kandungan gas dalam volume yang diberikan pada suhu dan

tekanan yang lebih besar atau lebih kecil daripada massa udara kering yang di kandung

dalam volume yang sama dalam keadaan suhu dan tekanan yang normal. Gas yang kaya (

yang mengandung sebagian besar hidrokarbon yang ringan ) juga memiliki densitas yang

Susi Mestika Samosier : Pengaruh Spesifik Grafity ( SG ), Gross Heating Value ( GHV ) DAN C6+ Terhadap Mutu Gas

Alam Di Pt.Pertamina Ep Region Sumatera Field Pangkalan Susu, 2009.

lebih besar. Densitas relatif dari gas yang sesungguhnya pada suhu dan tekanan yang

normal adalah sebagai berikut :

Gas Densitas relative

Nitrogen ( N2 ) 0,9673

Karbondioksida ( CO2 ) 1,5291

Hidrogen sulfida ( H2S ) 1,1906

Metana ( CH4 ) 0,553

Etana ( C2H6 ) 1,038

Propana ( C3H8 ) 1,523

Butana ( C4H10 ) 2,007

Gas alam yang utama digunakan sebagai bahan bakar industri dan domestik.

Sebelum digunakan, gas tersebut harus dibersihkan lebih dahulu dari pengotor –

pengotor padat dan cairan. Kotoran dan air digunakan untuk tekanan pengujian yang

biasa dilakukan di dalam sebuah pipa gas yang baru. Permukaan inert dari pipa akan

dimakan karat dan menghasilkan produk korosi padatan, seperti karat besi ditemukan

sejak operasi dari pipa – pipa gas dalam cara asing dimasukkan dan dijalankan dengan

Susi Mestika Samosier : Pengaruh Spesifik Grafity ( SG ), Gross Heating Value ( GHV ) DAN C6+ Terhadap Mutu Gas

Alam Di Pt.Pertamina Ep Region Sumatera Field Pangkalan Susu, 2009.

gas yang rendah pada kecepatan yang tinggi. Kerusakan yang total adalah terjadinya

pembengkokan. Memasukkan pipa piston kompressor silinder, tongkatnya lebih dahulu

dilumuri permukaannya. Hal ini untuk mengurangi kerusakan. Kumpulan debu kering

dari gas ( fraksi gasoline ) juga digunakan sebagai penyerap dari kumpulan debu.

Kumpulan debu diisikan dengan solar atau minyak untuk keperluan industri. Gas dapat

juga dibersihkan di dalam tangki operasi dengan gaya berat.

Minyak dan gas dari beberapa sumber juga mengandung sejumlah kecil senyawa

belerang. Belerang terdapat dalam gas alam dalam bentuk hidrogen sulfida (H2S ) yaitu

gas dengan berat lebih ringan dari udara ( dimana spesifik gravity relatif dari udara

adalah 1,176 ) dan memiliki bau yang khas. Bau ini dapat diidentifikasi ketika

konsentrasi dengan volume dari hidrogen sulfida ( H2S ) dalam udara adalah 0,002 %.

Dalam standard kesehatan konsentrasi maksimum yang diijinkan dari hidrogen sulfida di

atmosfer adalah 0,01 mg/L. Produk pembakaran dari hidrogen sulfida sebagian besar

yang sangat berbahaya adalah belerang dioksida ( SO3 ), dengan konsentrasi yang

diijinkan dalam udara adalah 0,02 mg/L. Hidrogen sulfida di dapat dalam gas dan dapat

menyebabkan korosi pada peralatan, terutama jika gas tersebut juga mengandung

oksigen, karbondioksida atau campuran. Panas besi belerang juga dihasilkan dari proses

ini. Jika dalam gas pembawa banyak hidrogen Sulfida, itu dapat ditoleransi untuk

menutupinya untuk menghasilkan produk belerang komersil dan asam sulfur. Oleh

karena itu, pengolahan hidrogen sulfida dari gas sangat penting untuk mencegah

pengotoran, perkaratan peralatan, kelayakan dari hasil akhir dan juga untuk menutupi

sulfur yang terdapat pada material yang berharga. Gas domestik seharusnya tidak

mengandung lebih dari 2 gram hidrogen sulfida per 100 m3 gas pada suhu dan tekanan

Susi Mestika Samosier : Pengaruh Spesifik Grafity ( SG ), Gross Heating Value ( GHV ) DAN C6+ Terhadap Mutu Gas

Alam Di Pt.Pertamina Ep Region Sumatera Field Pangkalan Susu, 2009.

normal. Gas yang digunakan sebagai bahan baku kimia seharusnya mengandung tidak

lebih dari 0,06 mg/m3 hidrogen sulfida pada keadaan suhu dan temperatur yang normal.

Biasanya gas dibersihkan lebih dahulu sebelum dimasukkan ke dalam

kompressor, sebelum dialirkan ke dalam pipa gas dan sebelum digunakan. Tujuan utama

adalah untuk melindungi terhadap perkaratan. Efisiensi dari proses desulfurisasi diteliti

dengan menganalisa gas sampel sebelum dan sesudah pemurnian. Komponen uap air

dalam gas alam dikarakterisasikan dengan kelembaban absolut dan relatif.

Kelembaban relatif adalah perbandingan dari jumlah sesungguhnya dari uap air di

dalam gas terhadap jumlah kemungkinan maksimumnya dalam kondisi rendah yang

diberikan. Kelembaban absolut dapat diartikan dari kondisi dimana tekanan parsial dari

uap air di dalam gas dan secara rata – rata persamaan itu diberikan pada temperatur yang

diberikan. Dehidrasi dari gas sangat penting sekali untuk mencegah pengendapan

kondensat, formasi dari es dan penyumbatan dari hidrat di dalam jalur gas dan juga

korosi pada peralatan. Pemompaan gas kering biasanya dengan menggunakan tenaga

yang rendah, meningkat seiring dengan kapasitasnya, dan pembuangan diperlukan untuk

menjerat air, dan diijinkan pada pipa gas dengan kedalaman yang rendah. Keuntungan

kalori dari gas kering adalah lebih tinggi dan hal itu akan membuatnya lebih baik

digunakan sebagai bahan bakar. Proses dehidrasi pada gas dengan adsorpsi ( gas kering )

dan absorpsi ( gas basah ). Metode ini dilakukan dengan menggunakan pendingin.

Adsorben padat yang biasa digunakan adalah campuran dari kalsium klorida ( CaCl2 ),

sodium hidroksida, silika gel dan aluminium oksida aktif. ( Muravyov, R.Andriasov,

1987 )

Susi Mestika Samosier : Pengaruh Spesifik Grafity ( SG ), Gross Heating Value ( GHV ) DAN C6+ Terhadap Mutu Gas

Alam Di Pt.Pertamina Ep Region Sumatera Field Pangkalan Susu, 2009.

Gas yang dihasilkan secara umum dalam waktu yang diberikan menjadi sebuah

gas dengan daya kalor yang relatif rendah ditunjukkan oleh rekasi dari air dengan uap air

dengan bahan bakar organik padat. Dalam teori penghasil gas yang konvensional,

reaksinya dilakukan dalam 3 zona dari tempat yang paling bawah bahan bakar atau

tempat oksidasi, reduksi dan zona destilasi. Didalam zona oksidasi, oksigen di dalam

udara uap pengering bereaksi dengan karbon di dalam bahan bakar untuk menghasilkan

karbondioksida. Di dalam zona reduksi, uap air akan bereaksi dengan karbon menjadi

bentuk hidrogen dan karbonmonoksida. Karbondioksida berasal dari zona oksidasi yang

juga direduksi menjadi karbonmonoksida di dalam zona reduksi. Komposisi gas akhir

yang dihasilkan masih rawan terhadap air dan hal itu dapat mengubah reaksi gas.

Mendeteksi kesetimbangan kimia pada hasil diluar temperature gas. Dalam zona destilasi,

bahan bakar mentah akan dibakar kembali dan dekarbonisasi mengeluarkan gas yang

padat dan gas yang kurang padat.

Salah satu gas padat yang berasal dari zona destilasi yang dikombinasikan dengan

air, produknya seperti komponen hidrogen dan oksigen pada bahan bakar padat. Dalam

kasus ini terdapat sisa buangan berupa padatan, hidrogen dan oksigen yang

dikombinasikan ke dalam bentuk air dianggap sekitar 50 % dari berat bahan bakar. Hal

ini sering disebut dengan berat hidrogen yang diperoleh setelah formasi dan kombinasi

air. Di dalam proses pengolahan gas, diijinkan susutan atau penurunan kombinasi air

kembali ke bentuk hidrogen dan karbon monoksida dengan reaksi menggunakan karbon

di dalam fase bahan bakar. Salah satu objektifnya adalah dekomposisi maksimum dari

kombinasi air untuk menghasilkan lebih banyak gas kering dan lebih sedikit kondensat.

Susi Mestika Samosier : Pengaruh Spesifik Grafity ( SG ), Gross Heating Value ( GHV ) DAN C6+ Terhadap Mutu Gas

Alam Di Pt.Pertamina Ep Region Sumatera Field Pangkalan Susu, 2009.

Dalam prakteknya, persentasi dekomposisi adalah lebih kecil dari 100 %. Dan

banyak air dihasilkan dengan produk gas seperti uap yang dimasukkan ke dalam reactor

sebagai uap air di dalam pengering. Efeknya, uap air di dalam pengering dikeluarkan dari

reaksi yang tidak tersusun dan ketika meninggalkan zona bahan bakar akan meningkat

dalam sejumlah besar menjadi kombinasi air yang tidak tersusun. Hal inilah yang

menyebabkan pentingnya untuk menambahkan uap air ke dalam air yang digunakan

untuk proyek pertanian dengan memanfaatkan gas. Kombinasi air di dalam bahan bakar

padat, jika komposisinya cukup untuk hidrogen dan karbon dengan menggunakan

peralatan penghasil gas reaktor dengan pembakaran mesin.

Reaksi dari kombinasi air dengan uap air menggunakan karbon di dalam bahan

bakar padat menghasilkan gas cair. Dalam rekasi tersebut digunakan 1 pound karbon dan

disuplay energi sekitar 4320 BTU untuk membakar karbon sehingga dihasilkan

karbondioksida. Karbondioksida yang dihasilkan kemudian diproses kembali sehingga

tereduksi menjadi karbonmonoksida. Komposisi dari gas yang dihasilkan bervariasi.

Ketika karbon diubah menjadi gas pada tekanan atmosfer dengan campuran yang berbeda

dari udara dan uap air. Sejumlah uap air di udara dapat dinyatakan sebagai persentasi

volume atau sebagai temperature larutan di dalam pengering. Jumlah uap air di udara

dapat ditahan pada titik larutan dan meningkat dengan bertambahnya suhu larutan di

dalam pengering.

( Ibarra.E.Cruz, 1985 )

Analisis gas dengan menggunakan kromatografi gas juga memiliki masalah

tersendiri. Walaupun dalam keadaan sejumlah yang diijinkan dalam standard internal,

Susi Mestika Samosier : Pengaruh Spesifik Grafity ( SG ), Gross Heating Value ( GHV ) DAN C6+ Terhadap Mutu Gas

Alam Di Pt.Pertamina Ep Region Sumatera Field Pangkalan Susu, 2009.

untuk sampel gas kemungkinan jauh dari kesederhanaan dan metode standard internal

tidak digunakan. Daerah normalisasi juga memungkinkan, tetapi tidak dalam skala pabrik

karena TCD ( Thermal Conductivity Detector ) atau katarometer yaitu detektor yang

digunakan secara umum untuk analisis gas, memiliki banyak jenis –jenis yang sensitif

untuk gas – gas yang bervariasi. Alternatif yang mungkin adalah kalibrasi sederhana

dengan injeksi dalam volume yang berbeda dari campuran gas standard. Kita melihat

dalam hal ini syringe tidak dapat dipisahkan ketika digunakan untuk injeksi gas dimana

katup sampel gas yang dibuat disekitarnya untuk mencegah kesulitan ini.

Sangat tepat menggunakan katup ini yang dapat membuat kalibrasi sederhana dari

metode pemilihan untuk analisa gas. Seperti katup pada pengambilan gas, kalibrasi

sederhana dipercaya mampu untuk campuran gas standard yang akurat dari gas yang akan

dianalisa. Kebanyakan dari sini adalah gas – gas komersil yang memiliki harga yang

cukup tinggi. Bagaimanapun juga haruslah bijaksana untuk menganalisa gas – gas yang

dibutuhkan untuk mengetahui penggunaan dari rak vakum ( hampa udara ) untuk

menjadikan gas standard. Kita juga harus memiliki pertimbangan bagaimana

mengumpulkan dan mengalirkan sampel gas. Penggunaan pipi – pipa gas dari kaca dan

besi adalah solusi skala pabrik yang paling tepat. Tetapi dalam keadaan darurat haruslah

menggunakan sebuah balon. Kelihatannya seperti sebuah balon kecil dan gas – gas akan

berdifusi kedua – duanya di dalam dan diluar balon tersebut, diluar dari sebuah membran

karet yang tipis, tetapi hasil yang diinginkan dapat ditambah jika tidak terdapat waktu

perhentian yang cukup lama. Biasanya dapat juga digunakan sebuah botol bir untuk

sampel atmosfer di dalam sebuah gudang dimana ada sejumlah kecil dari gas – gas

hidrokarbon yang kuat. Salah satu cara untuk pencucian gas yang baik adalah mengisinya

ke bagian pinggir dengan air dingin, menempatkannya di gudang, dimana uap air akan

habis, kemudian menutupnya. Seperti halnya di dalam laboratorium, sampel haruslah

Susi Mestika Samosier : Pengaruh Spesifik Grafity ( SG ), Gross Heating Value ( GHV ) DAN C6+ Terhadap Mutu Gas

Alam Di Pt.Pertamina Ep Region Sumatera Field Pangkalan Susu, 2009.

diperiksa dulu dengan menggunakan syringe dan mengalirkannya ke dalam katup sampel

gas alam. ( J.E.Willet, 1987 )

Proses pembuatan gas alam murni secara umum adalah sebagai berikut:

Gas hasil pengeboran diisikan ke dalam ruang masuk pembuatan gas tanpa ada

persiapan lebih dahulu dengan asumsi bahwa perbaikan yang besar dari gas alam seperti

pemakaian pemotong atau penghancur sebelum diisikan. Puncak pada perubahan buruk

tersebut ditunjukkan pada tingkat dimana dilakukan penambahan material segar yang

dibutuhkan gas padat buangan akan turun seiring dengan naiknya gravity pada 3 zona.

Proses pembentukan gas alam yaitu pengeringan, pirolisa dan pembakaran awal. Fungsi

dari zona pengeringan adalah untuk proses evaporasi uap dari gas buangan padat dan

bertindak sebagai sebuah plug untuk membatasi aliran dari udara selama pengisian

berlangsung. Zona pengeringan ini meliputi menurunnya bagian paling bawah dari lampu

pembentukan gas alam yang digunakan. Sumber panas tersebut adalah volume lengkap

dimana pembakaran gas dan campuran gas dari proses pirolisa dikumpulkan dan

kemudian dialirkan pada langkah untuk proses selanjutnya.

Selanjutnya setelah zona pengeringan adalah zona pirolisa dimana gas – gas

buangan itu dikeringkan dengan suhu dekomposisi menjadi campuran residu dari bahan –

bahan karbon dan gas – gas inert. Proses ini menghasilkan campuran dari pembakaran

gas dengan uap air. Panas yang dibutuhkan untuk pembentukan gas alam dari proses

pirolisa dan pemanasan, diperoleh dengan pembakaran parsial dari karbon dengan

menggunakan udara yang sangat panas sekitar 10000 C ( 1830 F ) disediakan pada zona

pembakaran awal dari pembentukan gas alam. Panas yang diperoleh dari pembakaran ini

Susi Mestika Samosier : Pengaruh Spesifik Grafity ( SG ), Gross Heating Value ( GHV ) DAN C6+ Terhadap Mutu Gas

Alam Di Pt.Pertamina Ep Region Sumatera Field Pangkalan Susu, 2009.

juga ditransfer kepada materi – materi yang tidak terbakar menghasilkan bentuk slug.

Bentuk slug juga dikeringkan secara terus – menerus menjadi sebuah materi slug yang

kemudian dengan menggunakan sebuah keran air dialirkan ke tanki pemadam untuk

menghasilkan kumpulan benda – benda berwujud gelas warna hitam yang tidak

mengandung karbon dan materi yang dapat busuk.

Sekitar 90 % dari kandungan energi dari gas dikandung dari aliran gas yang

meningggalkan proses pembentukan gas alam. Energi ini terdapat dalam bentuk

pembakaran gas, uap air dan partikel – partikel logam dan panas laten yang sensitif.

Pembakaran lengkap dari aliran gas ini produksinya hampir sama dengan volume produk

dari pembakaran per unit dari panas yang dilepaskan seperti halnya dalam kasus

pembentukan bahan bakar gas yang lain. Pembakaran aliran gas ini dengan atau tanpa

proses pemurnian adalah untuk memindahkan materi – materi yang memiliki aplikasi

yang potensial sebagai sumber energi pada tabung pemanas, pemanas yang kuat dan

pembakaran abu semen. Seperti aplikasi yang semakin meningkat, dimana proses

pembentukan gas dengan proses penerima adalah dimungkinkan. Komposisi dan susunan

dari pembakaran alira gas secara umum tentu saja mengandung campuran gas sisa

kandungan dari gas aliran tersebut terutama adalah karbonmonoksida, karbondioksida,

uap hidrokarbon, dan gas – gas hidrokarbon, hidrogen, nitrogen, uap air, dan material –

material yang khas. Panas gas yang normal sekitar 1130 – 1600 kkal / Nm3 ( 120 – 170

Btu / ft3 ) yang didasarkan pada penggunaan akhir dari gas.

Beberapa atau hampir seluruhnya komponen belerang harus dipindahkan. Proses

pemurnian komersil tidak sanggup untuk menghilangkan secara keseluruhan. Pelarut

Susi Mestika Samosier : Pengaruh Spesifik Grafity ( SG ), Gross Heating Value ( GHV ) DAN C6+ Terhadap Mutu Gas

Alam Di Pt.Pertamina Ep Region Sumatera Field Pangkalan Susu, 2009.

seperti karbonat dan amina dapat digunakan ketika gas tersebut didinginkan menjadi 130

– 150 0C ( 260 – 300 F ). Didalam alat pendingin aliran gas yang berasal dari proses

pembentukan gas berada pada suhu antara 130 – 160 0C. Pemanasan sensitif dapat

ditutupi jika sejumlah kecil cat atau minyak terkandung di dalam gas alam, jika terdapat

dalam jumlah yang besar dengan kandungan material padat di dalam gas, maka gas harus

dialirkan ke dalam suhu yang sesuai. Material tersebut juga dipanaskan untuk menutupi

kembali peralatan.Kondensat sendiri dihasilkan dengan pendinginan dari aliran gas yang

seharusnya diubah bentuknya menjadi komponen organik, amonia dan lain – lain.

Tekanan yang tinggi dari uap larutan dapat diproduksi di dalam alat pemanas sisa

gas buangan dengan panas setimbang 30 0C lebih panas dari temperatur minimum pada

temperatur aliran gas dari temperatur air atau uap pada satu titik tertentu, dan telah

ditentukan dengan cakupan jumlah uap dan ruang logam dengan temperatur gas

maksimum 1100 0C dan dapat digunakan pada tahap selanjutnya. Pemilihan sistem kimia

atau fisika dari pemindahan Hidrogen Sulfida dari gas didasarkan pada tingkat kebersihan

yang diinginkan, tekanan gas, dan masih banyak lagi faktor yang lain. Cara kimia

dengan pelarut karbonat dan amonia melibatkan reaksi kimia bolak – balik dari Hidrogen

Sulfida dengan Karbondioksida dengan pelarut polar. Pelarut organik fisika

mengabsorbsi gas asam Hidrogen Sulfida pada tekanan yang tinggi, dan pelarut akan

terurai kembali pada suhu yang rendah.

( Samir.S.Sofer, 1981 )

Keuntungan dari pembuatan gas alam dari minyak bumi secara umum didasarkan

pada hal – hal sebagai berikut :

Susi Mestika Samosier : Pengaruh Spesifik Grafity ( SG ), Gross Heating Value ( GHV ) DAN C6+ Terhadap Mutu Gas

Alam Di Pt.Pertamina Ep Region Sumatera Field Pangkalan Susu, 2009.

1. Harga panas yang dihasilkan pada akhir proses pembuatan gas alam.

2. Kualitas panas dan jumlah cat yang dapat dihasilkan.

3. Kemudahan pengawasan pembentukan gas dan kualitas cat yang dihasilkan.

4. Jumlah produksi karbon yang dihasilkan.

5. Penyimpanan, pemompaan dan harga penjualan gas secara umum.

6. Pengaruh dari panas gas dan cat.

7. Kapasitas peralatan yang digunakan dalam proses pembentukan gas alam.

Panas yang dihasilkan memiliki pengaruh yang sangat besar dan efek yang

penting dalam harga gas alam yang dihasilkan. Faktor yang lain diteliti hanya memiliki

seperempat efek saja dibandingkan dengan faktor panas. Minyak dengan harga panas

yang lebih tinggi terdapat pada kondisi di bawah proses pembentukan gas alam secara

umum. Tanpa ada pembatasan, perbedaan harga yang berpengaruh proporsional dengan

perbedaan harga panas dalam proses pembentukan gas alam dibawah kondisi proses

cracking yang spesifik ( meliputi temperatur, waktu, tekanan parsial ) harga panas

menutupi penurunan dengan meningkatnya perbandingan berat dari karbon dengan

hidrogen di dalam minyak. Perbandingan karbon dengan hidrogen di dalam minyak dapat

diperkirakan dari harga titik didihnya dan API gravitynya.

Dalam kasus pembakaran atau destilasi minyak bumi, titik didih tersebut

diperoleh dari destilasi ASTM. Semenjak minyak digunakan untuk pembentukan gas

alam, biasanya dimaksudkan juga untuk memperbandingkan panas per gallon daripada

panas per pound. Dari dua jenis minyak dengan perbandingan karbon dan hidrogen yang

sama, salah satunya pasti memliki API gravity yang rendah ( Spesifik Gravity yang tinggi

Susi Mestika Samosier : Pengaruh Spesifik Grafity ( SG ), Gross Heating Value ( GHV ) DAN C6+ Terhadap Mutu Gas

Alam Di Pt.Pertamina Ep Region Sumatera Field Pangkalan Susu, 2009.

) dan memiliki harga panas yang lebih besar juga. Juga ketika minyak memiliki

perbandingan karbon dan hidrogen yang sama akan diproduksi sekitar persentase yang

sama dengan berat cat atau karbon dibawah perbandingan proses cracking. Perbandingan

cat pada karbon dapat diantisipasi.

Persentase minimum dari berat minyak yang akan diubah sebagai karbon di dalam

generator gas secara proporsional dengan residu karbon tersebut. Gas dapat diteliti

dengan menggunakan uji fisika sederhana. Harga Gross Heating Value dari gas adalah

jumlah panas yang dihasilkan oleh pembakaran lengkap dalam ft3 pada gas pada tekanan

konstant 30 in Hg pada suhu 60 F. Dengan udara pada tekanan dan temperatur yang sama

dan dengan air diubah menjadi pembakaran kondensat menjadi bentuk cairan.

Harga spesifik dari gas alam dihitung secara umum dengan didasarkan pada

perbandingan berat spesifik dibawah kondisi observasi dari temperatur tekanan dan

kandungan uap air, dengan berat spesifik dari udara kering dari kandungan

karbondioksida normal pada suhu dan tekanan yang sama. Secara umum didasarkan pada

determinasi periodik pada lokasi atau dari sampel yang diuji di dalam laboratorium dan

rekorder spesifik gravity. Prosedurnya secara singkat untuk meteran dimana spesifik

gravity dituliskan secara periodik dengan determinasi pada meteran lokasi, atau uji di

laboratorium dengan sampel yang digunakan untuk tujuan tersebut. Volume gas dapat

dihitung dengan mengasumsikan spesifik gravity atau hasil akhir dari uji yang dilakukan.

Total volume atau koefisien akan dikoreksi pada akhir periode perhitungan. Jika sampel

diperiksa sekali sebulan, tetapi diperiksa pada awal perhitungan, sampel pada interval

Susi Mestika Samosier : Pengaruh Spesifik Grafity ( SG ), Gross Heating Value ( GHV ) DAN C6+ Terhadap Mutu Gas

Alam Di Pt.Pertamina Ep Region Sumatera Field Pangkalan Susu, 2009.

lebih besar dari satu bulan. Untuk daerah lokal, harga spesifik gravity dari gas dihitung

dengan menggunakan alat pencatat atau recorder. ( Handbook )

Cara menghindari kebocoran gas dalam ruangan :

1. buka lebar-lebar semua pintu dan jendela dan lubang ventilasi yang ada dalam

ruangan.

2. jika memungkinkan tutup regulator pada kondisi posisi OFF, jika kondisinya pada

posisi ON.

3. Jika kebocoran berasal dari valve tabung, segera tutup valve tersebut dengan suatu

penutup.

4. Letakkan tabung pada tempat yang terbuka dan segera hubungi dealer atau

pengecer atau distributor tabung tersebut atau layanan keadaan darurat.

5. Jangan menyalakan saklar pada posisi ON/OFF pada semua peralatan

listrik/elektronik yangada di dalam ruangan.

6. Jangan menyalakan korek api, pematik api, dan jenis sumber nyala api lainnya.

Gas bumi sesuai dengan UU Migas No.22/2001 adalah hasil proses alami berupa

hidrokarbon yang dalam kondisi tekanan dan suhu atmosfer berupa fase gas yang

diperoleh dari proses penambangan minyak dan gas bumi.

Spesifikasi mutu gas bumi di perpipaan :

- Nilai kalor rata-rata = 975 -1175 Btu / cft

- Suhu transmisi = 400F - 1200F

- Gas secara komersil tidak mengandung debu, gum dan materi padat lainnya.

- Gas harus bebas dari air dan cairan lainnya pada suhu dan tekanan transmisi gas.

Susi Mestika Samosier : Pengaruh Spesifik Grafity ( SG ), Gross Heating Value ( GHV ) DAN C6+ Terhadap Mutu Gas

Alam Di Pt.Pertamina Ep Region Sumatera Field Pangkalan Susu, 2009.

- Gas tidak mengandung hidrokarbon yang dapat berkondensasi sebagai cairan bebas

- Pada komposisi operasi normal dari pipa gas dan tidak mengandung uap air 77

Lb / mmscf

Karakteristik umum bahan bakar gas :

- Komposisi utama gas adalah hidrokarbon ( metana, etana yang mencapai sekitar

85 – 90 %,C3+,CO2 dan N2.

- Mempunyai berat jenis sekitar 0,55 – 0,88 dibandingkan dengan 1 udara, sehingga

apabila terjadi kebocoran akan menguap ke atas atau ke atmosfer.

- Tidak berasa, tidak berwarna, tidak berbau dan tidak beracun.

- Mudah terbakar, batas nyala ( flammabilitas ) antara 4,5 % - 14,5% yaitu suatu

batas angka yang menyatakan jumlah atau banyaknya bahan bakar gas yang tidak

bercampur dengan udara dan ada sumber api masih dapat menyala dan atau

terbakar.

- Mempunyai nilai oktan kurang lebih sekitar 120 dengan nilai kalor pembakaran

antara 9000 – 11.000 Kcal / kg atau 38 – 47 MJ / Kg

Contoh spesifikasi gas bumi dalam kontak jual beli gas :

- O2 ( 0,1% volume )

- Kandungan CO2 ( 10 % vol )

- Total inert termasuk CO2 (12 % vol )

- H2S ( 10 ppmv )

- Total sulfur ( 30 ppmv )

- Kandungan senyawa metana ( 80 % vol )

Susi Mestika Samosier : Pengaruh Spesifik Grafity ( SG ), Gross Heating Value ( GHV ) DAN C6+ Terhadap Mutu Gas

Alam Di Pt.Pertamina Ep Region Sumatera Field Pangkalan Susu, 2009.

- Nilai kalor rata-rata ( 950-1350 Btu / cft )

- Tidak mengandung partikel yang lebih besar dari 400 mikron

- Dew Point tidak lebih dari 55oF pada tekanan pada saat pengiriman

Contoh spesifikasi gas bumi untuk power plant :

- Dew point hidrokarbon pada tekanan waktu pengiriman maksimum 550 F

- Nilai kalor rata-rata 950- 1250 Btu / cft

- Wobbe indeks pada 1320 Btu / scf 7% - 8%

- Oksigen maksimum 0,1 % vol

- Hidrogen sulfida maksimum 8 ppmv

- Total sulfur maksimum 30 ppmv

- Kandungan Na dan K maksimum 0,5 ppmv

- Kandungan logam timbal maksimum 2 ppmv

- Kandungan senyawa metana maksimum 80 % vol

- Karbondioksida maksimum 5% vol

- Nitrogen maksimum 5 % vol

- Total inert maksimum 10 % vol

- Kandungan partikel maksimum 3 ppmv

- Ukuran partikel maksimum 20 µm

Gas tidak mengandung hidrokarbon yang dapat terkondensasi sebagai cairan

bebas pada kondisi operasi normal dari pipa gas dan tidak mengandung uap air lebih

besar dari 15 Lb/mmscf

Hal – hal yang harus diperhatikan waktu sampling gas bumi :

Susi Mestika Samosier : Pengaruh Spesifik Grafity ( SG ), Gross Heating Value ( GHV ) DAN C6+ Terhadap Mutu Gas

Alam Di Pt.Pertamina Ep Region Sumatera Field Pangkalan Susu, 2009.

- uap hidrokarbon bersifat mudah terbakar dan menimbulkan ledakan, maka harus

jauh dari alat yang dapat memercikkan api / sumber api.

- uap hidrokarbon selama sampling harus dikontrol karena pada kondisi tertentu

dapat menggantikan udara.

- sampel gas alam kemungkinan mengandung gas berbahaya seperti hidrogen

sulfida sehingga diperlukan cara untuk mengetahui keberadaan dan

penanggulangannya.

- lakukan uji kebocoran sampel per contoh untuk meyakinkan bahwa percontoh

aman dalam botol.

- wadah sampel yang baik adalah kontainer yang dapat menjaga kondisi sampel

sesuai dengan kondisi yang sebenarnya.

- sampel yang akan diuji korosifitasnya seperti kandungan sulfur harus ditempatkan

dalam tabung silica steel.

- ketelitian dan kecermatan penentuan titik sampling

- lakukan uji kebocoran botol sampel

Hal-hal yang harus di perhatikan dalam pengambilan sampling gas bumi :

- Uap Hidrokarbon bersifat mudah terbakar dan menimbulkan ledakan maka harus

jauh dari alat yang dapat memicu percikan api / sumber api.

- Uap hidrokarbon selama sampling harus di kontrol karena pada kondisi tertentu

dapat menggantikan udara.

- Sampel gas alam kemungkinan mengandung gas berbahaya seperti H2S sehingga

diperlukan cara untuk mengetahui keberadaaan dan penanggulangannya.

Susi Mestika Samosier : Pengaruh Spesifik Grafity ( SG ), Gross Heating Value ( GHV ) DAN C6+ Terhadap Mutu Gas

Alam Di Pt.Pertamina Ep Region Sumatera Field Pangkalan Susu, 2009.

- Lakukan uji kebocoran botol percontoh untuk meyakinkan bahwa percontoh aman

dalam botol.

- Wadah sampel yang baik adalah kontainer yang dapat menjaga kondisi sampel

sesuai dengan kondisi yang sebenarnya.

- Sampel yang akan di uji korosivitasnya seperti kandungan sulfur harus

ditempatkan dalam tabung silika steel.

- Ketelitian dan kecermatan penentuan titik sampling.

- Lakukan uji kebocoran botol sampel.

Syarat sampling gas bumi

- untuk mendapatkan sampel yang mewakili beberapa kontaminan seperti kodensat

cair harus dipisahkan terlebih dahulu dari sistem sampling dan biasanya memakai

separator.

- Material sampel probe harus di buat dari material yang tidak bereaksi dengan

aliran gas , probe harus di kontruksi baik sehingga tidak mudah membengkok atau

rusak bila dilewati lairan gas

- Sampel probe harus diletakkan pada aliran laminar untuk menjaga homogenitas

sampel. Jangan meletakkan sample probe pada lokasi meter monifolds, tee,

belokan, downstream of turbulance generators

- Untuk gas yang tidak diketahui sama sekali sifat-sifatnya, sebaiknya di

kategorikan sebagai gas bumi basah . ( Industrial – Press, 1965 )

Susi Mestika Samosier : Pengaruh Spesifik Grafity ( SG ), Gross Heating Value ( GHV ) DAN C6+ Terhadap Mutu Gas

Alam Di Pt.Pertamina Ep Region Sumatera Field Pangkalan Susu, 2009.

BAB 3

BAHAN DAN METODE

3.1. ALAT DAN BAHAN

3.2.1. Alat

- Gas Chromatography Hewlwtt Packard ( HP 6890 Series )

- Detector TCD dan FID

- Syringe 0,5 ml

- Absorben Sampel Gas

- Tabung Carrier Gas N2 dan He

Susi Mestika Samosier : Pengaruh Spesifik Grafity ( SG ), Gross Heating Value ( GHV ) DAN C6+ Terhadap Mutu Gas

Alam Di Pt.Pertamina Ep Region Sumatera Field Pangkalan Susu, 2009.

3.2.2. Bahan

- Sampel Gas 0,2 ml = 200 milimikron

- Gas Carrier N2 dan He

- Gas Standard

3.2. Metode Analisa Gas alam

Gas Chromatography dikalibrasi terlebih dengan menggunakan sebuah tabung

kalibrasi

Setelah dikalibrasi, Gas Chromatography dirangkai dan diperiksa kembali

rangkaiannya

Gas Chromatography dihubungkan dengan gas pembawa dan dihubungkan ke

arus listrik

Diatur kecepatan dan tekanan gas pembawa, temperatur kolom dan oven

Recorder dihidupkan dan ditunggu sampai alat stabil yang ditandai dengan adanya

garis lurus pada monitor.

Disuntikkan gas standard dengan menggunakan syringe, ditunggu beberapa saat

hingga semua gas yang disuntikkan keluar.

Disuntikkan gas yang akan dianalisa sebanyak 0,2 ml atau sekitar 200 milimikron

dengan menggunakan syringe pada injection port, lalu data komposisi berbentuk

kromatogram dan hasil perhitungan keluar.

3.3.4. Perhitungan

Susi Mestika Samosier : Pengaruh Spesifik Grafity ( SG ), Gross Heating Value ( GHV ) DAN C6+ Terhadap Mutu Gas

Alam Di Pt.Pertamina Ep Region Sumatera Field Pangkalan Susu, 2009.

Diketahui % volume gas alam yang dihasilkan dari Gas Chromatography adalah

sebagai berikut :

N2 = 0,1701 %

CH4 = 74,0571 %

C02 = 1,8733 %

C2H6 = 12,2755 %

C3H8 = 6,7944 %

i-C4H10 = 1,602 %

n- C4H10 = 1,8424 %

i-C5H12 = 0,7406 %

n- C5H12 = 0,4489 %

C6+ = 0,1958 %

Vbi atau Factor Summary Kompressor untuk komposisi gas tersebut adalah sebagai

berikut ;

N2 = 0,0044

CH4 = 0,0116

C02 = 0,0197

C2H6 = 0,0239

C3H8 = 0,0344

i-C4H10 = 0,0458

n- C4H10 = 0,0478

i-C5H12 = 0,0581

Susi Mestika Samosier : Pengaruh Spesifik Grafity ( SG ), Gross Heating Value ( GHV ) DAN C6+ Terhadap Mutu Gas

Alam Di Pt.Pertamina Ep Region Sumatera Field Pangkalan Susu, 2009.

n- C5H12 = 0,0631

C6+ = 0,0802

Zi = % Volume gas x Vbi / 100

Maka nilai Zi untuk :

N2 = 0,1701 x 0,0044 / 100 = 0,000

CH4 = 74,0571 x 0,0116 / 100 = 0,008

C02 = 1,8733 x 0,0197 / 100 = 0,000

C2H6 = 12,2755 x 0,0239 / 100 = 0,002

C3H8 = 6,7944 x 0,0344 / 100 = 0,002

i-C4H10 = 1,602 x 0,0458 / 100 = 0,000

n- C4H10 = 1,8424 x 0,0478 / 100 = 0,000

i-C5H12 = 0,7406 x 0,0581 / 100 = 0,000

n- C5H12 = 0,4489 x 0,0631 / 100 = 0,000

C6+ = 0,1958 x 0,0802 / 100 = 0,000 +

Sehingga total Zi untuk semua komposisi gas alam = 0,012

Zb = 1 – ( jumlah2 Zi x 14,7 )

= 1 – [ (0,0122 x 14,7 ) ]

= 1 – 0,002

= 0,998

Nilai Spesifik Gravity ( SG ) Kompressor untuk masing masing komposisi gas adalah

sebagai berikut :

N2 = 0,96723

CH4 = 0,55392

Susi Mestika Samosier : Pengaruh Spesifik Grafity ( SG ), Gross Heating Value ( GHV ) DAN C6+ Terhadap Mutu Gas

Alam Di Pt.Pertamina Ep Region Sumatera Field Pangkalan Susu, 2009.

C02 = 1,51955

C2H6 = 1,03824

C3H8 = 1,52256

i-C4H10 = 2,00684

n- C4H10 = 2,00684

i-C5H12 = 2,49115

n- C5H12 = 2,49115

C6+ = 3,17652

SG i = % Volume Gas x SG.kompressor / 100

Maka nilai SGi untuk :

N2 = 0,1701 x 0,96723 / 100 = 0,001

CH4 = 74,0571 x 0,55392 / 100 = 0,410

C02 = 1,8733 x 1,51955 / 100 = 0,028

C2H6 = 12,2755 x 1,03824 / 100 = 0,127

C3H8 = 6,7944 x 1,52256 / 100 = 0,103

i-C4H10 = 1,602 x 2,00684 / 100 = 0,032

n- C4H10 = 1,8424 x 2,00684 / 100 = 0,036

i-C5H12 = 0,7406 x 2,49115 / 100 = 0,018

n- C5H12 = 0,4489 x 2,49115 / 100 = 0,011

C6+ = 0,1958 x 3,17652 / 100 = 0,006 +

Sehingga total SGi untuk semua komposisi gas alam = 0,772

SGr = jumlah SGi x ( 14,7 / 14,73 ) x ( 0,9949 / Zb )

= 0,772 x ( 0,99796 ) x ( 0,9949 / 0,998 )

Susi Mestika Samosier : Pengaruh Spesifik Grafity ( SG ), Gross Heating Value ( GHV ) DAN C6+ Terhadap Mutu Gas

Alam Di Pt.Pertamina Ep Region Sumatera Field Pangkalan Susu, 2009.

= 0,772 x ( 0,99796 ) x ( 1,00169 )

= 0,7761 x 0,99964

= 0,775766

= 0,7758

Nilai Gross Heating Value ( GHV ) kompressor untuk masing – masing komposisi gas

adalah sebagai berikut :

N2 = 0,00

CH4 = 1010,00

C02 = 0,00

C2H6 = 1769,80

C3H8 = 2516,20

i-C4H10 = 3252,10

n- C4H10 = 3262,40

i-C5H12 = 4000,90

n- C5H12 = 4008,80

C6+ = 5065,83

GHVi = % volume gas x GHV kompressor / 100

Maka nilai GHVi untuk :

N2 = 0,1701 x 0,00 / 100 = 0,001

CH4 = 74,0571 x 1010,00 / 100 = 0,410

C02 = 1,8733 x 0,00 / 100 = 0,028

C2H6 = 12,2755 x 1769,80 / 100 = 0,127

Susi Mestika Samosier : Pengaruh Spesifik Grafity ( SG ), Gross Heating Value ( GHV ) DAN C6+ Terhadap Mutu Gas

Alam Di Pt.Pertamina Ep Region Sumatera Field Pangkalan Susu, 2009.

C3H8 = 6,7944 x 2516,20 / 100 = 0,103

i-C4H10 = 1,602 x 3252,10 / 100 = 0,032

n- C4H10 = 1,8424 x 3262,40 / 100 = 0,036

i-C5H12 = 0,7406 x 4000,90 / 100 = 0,018

n- C5H12 = 0,4489 x 4008,80 / 100 = 0,011

C6+ = 0,1958 x 5065,83 / 100 =

No

0,006 +

Sehingga total GHVi semua komposisi gas alam adalah = 1305,93

GHV = jumlahGHVi x ( 14,7 / 14,696 ) / 0,9978

= 1305,93 x 0,95264 / 0,9978

= 1305,93 x 1,002

= 1308,5

BAB 4

DATA DAN PEMBAHASAN

4.1. Data yang diperoleh dari hasil analisa dengan menggunakan Kromatografi

Gas

Waktu Area ID No. Konsentrasi Nama

1 2.43 618 1 0.1701 N2

2 2.688 179240 2 74.0571 CH4

3 3.28 6142 3 1.8733 CO2

4 3.818 44871 4 12.2755 C2H6

Susi Mestika Samosier : Pengaruh Spesifik Grafity ( SG ), Gross Heating Value ( GHV ) DAN C6+ Terhadap Mutu Gas

Alam Di Pt.Pertamina Ep Region Sumatera Field Pangkalan Susu, 2009.

5 5.82 31193 5 6.7944 C3H8

6 8.432 8500 6 1.602 i C4H10

7 10.435 10030 7 1.8424 n C4H10

8 16.048 4472 8 0.7406 i C5H12

9 18.148 2819 9 0.4489 n C5H12

10 24.417 1265

11 25.882 544 10 0.0739 C6+

12 27.217 897 10 0.1219 C6+

4.2. Pembahasan

Gas alam hasil pengeboran pada umumnya akan diolah kembali menjadi bahan

bakar gas murni yang digunakan untuk keperluan bahan bakar, baik untuk keperluan

kendaraan maupun untuk industri rumah tangga. Berbagai faktor yang mempengaruhi

kemurnian dan kualitas dari bahan bakar gas yang dihasilkan juga perlu

dipertimbangkan. Bahan bakar gas yang memiliki kualitas yang bagus juga memiliki nilai

jual yang tinggi. Seperti misalnya komponen inert yang ada dalam bahan bakar gas

seperti karbondioksida, nitrogen dan hidrogen sulfida dapat mengurangi efektifitas dari

nyala yang dihasilkan oleh bahan bakar gas alam tersebut, sehingga harus dilenyapkan

terlebih dahulu sebelum diolah menjadi bahan bakar gas sampai mencapai konsentrasi

Susi Mestika Samosier : Pengaruh Spesifik Grafity ( SG ), Gross Heating Value ( GHV ) DAN C6+ Terhadap Mutu Gas

Alam Di Pt.Pertamina Ep Region Sumatera Field Pangkalan Susu, 2009.

yang sekecil – kecilnya untuk dapat menghasilkan bahan bakar gas dengan kualitas dan

harga jual yang tinggi.

Faktor yang mempengaruhi kualitas dan nilai jual bahan bakar gas juga sangat

bergantung pada harga spesifik gravity ( SG ) dan harga Gross Heating Value ( GHV )

dalam gas alam hasil pengeboran. Sementara harga C6+ pada bahan bakar gas juga

mempengaruhi kualitas dan nilai jual dari bahan bakar gas tersebut tetapi dalam jumlah

yang tidak terlalu besar disebabkan komponen yang utama dalam bahan bakar gas adalah

metana diikuti etana, propana, butana dan pentana.

Konsumen tentu saja menginginkan bahan bakar gas yang berkualitas tinggi dan

mempunyai kemurnian yang tinggi dan daya nyala yang besar. Panas pembakaran yang

dihasilkan oleh bahan bakar gas sangat tergantung pada harga Gross Heating Value (

GHV ) dari gas alam. Gross Heating Value ( GHV ) sendiri adalah harga panas yang

dihasilkan oleh bahan bakar gas. Oleh sebab itu, harga Gross Heating Value ( GHV )

pada bahan bakar gas menjadi salah satu bahan pertimbangan dalam menentukan harga

dan kualitas bahan bakar gas yang dihasilkan. Harga Gross Heating Value ( GHV ) yang

semakin besar juga sebanding dengan nilai Spesifik Gravity ( SG ) gas alam tersebut.

Untuk Spesifik Gravity ( SG ) yang semakin tinggi, maka nilai Gross Heating Value (

GHV ) akan semakin tinggi juga. Dengan demikian menghasilkan bahan bakar gas yang

berkualitas tinggi. Sebaliknya, harga Spesifik Gravity ( SG ) yang semakin kecil, maka

nilai Gross Heating Value ( GHV ) juga akan semakin kecil, yang akan menghasilkan

bahan bakar gas dengan kualitas dan nilai jual yang semakin rendah juga.

Susi Mestika Samosier : Pengaruh Spesifik Grafity ( SG ), Gross Heating Value ( GHV ) DAN C6+ Terhadap Mutu Gas

Alam Di Pt.Pertamina Ep Region Sumatera Field Pangkalan Susu, 2009.

Berbagai cara yang dilakukan orang untuk meningkatkan harga Spesifik Gravity (

SG ) dan harga Gross Heating Value ( GHV ) adalah pemilihan sumur pengeboran gas,

menghilangkan komponen inert yang ada dalam sampel gas alam. Kedua cara ini

menyebabkan sampel gas alam yang akan diolah menjadi bahan bakar gas akan memiliki

kemurnian dan kualitas yang tinggi.Kandungan komponen inert yang semakin kecil,

berarti akan meningkatkan harga Spesifik Gravity ( SG ) dan harga Gross Heating Value

( GHV ) , sehingga akan menghasilkan bahan bakar gas dengan kualitas dan nilai jual

yang semakin tinggi.

BAB 5

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

- Pengaruh harga Spesifik Gravity ( SG ), Gross Heating Value ( GHV ), dan C6+

terhadap mutu dan nilai jual gas alam adalah untuk harga Spesifik Gravity ( SG

), Gross Heating Value ( GHV ), dan C6+ yang semakin besar, maka mutu dan

nilai jual gas alam tersebut juga akan semakin besar, sebaliknya harga Spesifik

Susi Mestika Samosier : Pengaruh Spesifik Grafity ( SG ), Gross Heating Value ( GHV ) DAN C6+ Terhadap Mutu Gas

Alam Di Pt.Pertamina Ep Region Sumatera Field Pangkalan Susu, 2009.

Gravity ( SG ), Gross Heating Value ( GHV ), dan C6+ yang semakin kecil,

makan nilai jual dan mutu gas alam juga akan semakin kecil.

- Besarnya nilai Spesifik Gravity ( SG ), Gross Heating Value ( GHV ), dan C6+

yang terdapat dalam sampel gas alam yang diteliti adalah :

Spesifik Gravity ( SG ) = 0,7758

Gross Heating Value ( GHV ) = 1308,5

C6+ = 0,1958 %

- Hubungan antara harga Spesifik Gravity ( SG ) terhadap harga Gross Heating

Value ( GHV ) adalah harga Spesifik Gravity ( SG ) yang semakin tinggi, maka

harga Gross Heating Value ( GHV ) juga akan semakin tinggi, sebaliknya harga

Spesifik Gravity ( SG ) yang semakin rendah, maka harga Gross Heating Value (

GHV ) juga akan semakin rendah.

5.2. Saran

1. Sampel gas alam hasil pengeboran dari sumur gas alam sebaiknya

dimurnikan lebih dahulu dari komponen inert untuk menghasilkan bahan

bakar gas yang berkualitas dan memiliki nilai jual yang tinggi.

2. Pemilihan sampel gas alam yang akan diolah menjadi bahan bakar gas

sebaiknya dilakukan dengan menghitung harga spesifik gravity ( SG ) dan

gross heating value (GHV ) yang terkandung dalam gas alam tersebut terlebih

Susi Mestika Samosier : Pengaruh Spesifik Grafity ( SG ), Gross Heating Value ( GHV ) DAN C6+ Terhadap Mutu Gas

Alam Di Pt.Pertamina Ep Region Sumatera Field Pangkalan Susu, 2009.

dahulu sehingga ketika diolah menjadi bahan bakar gas akan menghasilkan

bahan bakar gas yang berkualitas dan memiliki nilai jual yang tinggi.

DAFTAR PUSTAKA

Ibarra. E. C., ( 1985 ), Procedur Gas Technology For Rural Application, United

Nations, Philipina, Pages 4, 5, dan 6 Apendix A

Industrial Press , ( 1965 ), Gas Engineering Handbook, Fourth Edition, Fuel Gas

Engineering Practise, Madison Avenue, New York, Pages 2/63 – 5/63

Murravyou. I.A, ( 1987 ), Development And Exploitation Of Oil Land And Gas

Susi Mestika Samosier : Pengaruh Spesifik Grafity ( SG ), Gross Heating Value ( GHV ) DAN C6+ Terhadap Mutu Gas

Alam Di Pt.Pertamina Ep Region Sumatera Field Pangkalan Susu, 2009.

Fields, Peace Publisher Moscow, Pages 34 – 39 dan 445 – 449

Pengawasan Mutu Gas Bumi Dan Liquified Petroleum Gas ( LPG ), Pusat

Penenlitian Dan Pengembangan Teknologi Minyak Bumi Lemigas

Sofer. S. S., (1981 ), Biomass Convertion Process For Energy And Fuels,

Plenum Press, New York, Pages 161, 279 dan 323

Willet. J. E., (1987 ), Gas Chromatography, John Wiley And Sons, New York,

Pages 196 - 197