pengaruh sanitasi lingkungan dan tingkat penghasilan keluarga terhadap kasus demam berdarah dengue ...

13
PENGARUH SANITASI LINGKUNGAN DAN TINGKAT PENGHASILAN KELUARGA TERHADAP KASUS DEMAM BERDARAH DENGUE DI KECAMATAN BENOWO KOTA SURABAYA Ajheng Chyntia Mumpuni Mahasiswa S1 Pendidikan Geografi, Fakultas Ilmu Sosial, Universitas Negeri Surabaya Drs. Petrus Canisius Subyantoro, M. Kes Dosen Pembimbing Mahasiswa Abstrak Indonesia merupakan negara endemik demam dengue yang setiap tahunnya selalu terjadi Kejadian Luar Biasa (KLB) di berbagai kota. Berdasarkan data Dinas Kesehatan Kota Surabaya, Kecamatan Benowo pada tahun 2013 prosentase kasus Demam Berdarah Dengue-nya mencapai 0,14%. Apabila dibandingkan dengan wilayah Kecamatan Kenjeran yang juga memiliki karakteristik wilayah yang hampir sama dengan Kecamatan Benowo. Tetapi, kasus DBD di Kecamatan Kenjeran hanya 0,03%. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh kondisi sanitasi lingkungan dan mengetahui pengaruh tingkat penghasilan keluarga terhadap kasus demam berdarah di Kecamatan Benowo Kota Surabaya. Jenis penelitian ini adalah penelitian survey dengan rancangan case control yaitu setiap subjek kasus (+) DBD dicarikan subjek kontrolnya (-) DBD dengan variabel matching yaitu umur. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah kondisi sanitasi lingkungan dan tingkat penghasilan keluarga.Variabel terikatnya kasus DBD Di Kecamatan Benowo Kota Surabaya. Subjek penelitiannya yaitu 35 orang subjek kasus dan 35 subjek kontrol. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan kuesioner dan lembar observasi. Teknik analisis data dengan menggunakan Chi Square ( 2 ) 2x2, Odd Ratio (OR), dan Regresi Logistik Berganda dengan bantuan SPSS. Hasil analisis dengan menggunakan ( 2 ) ternyata, kontainer berpengaruh signifikan dengan p=0,000 <α 0,05 OR=7,36. Pencahayaan berpengaruh signifikan dengan p=0,016 <α 0,05 OR=3,75. Ventilasi berpengaruh signifikan dengan p=0,049 <α 0,05 OR= 3,05. Dan variabel yang tidak berpengaruh yaitu luas bangunan rumah p=0,810 dan tingkat penghasilan keluarga p=0,336. Sedangkan hasil analisis melalui uji regresi logistik berganda, variabel yang memberikan pengaruh signifikan terhadap kasus DBD di Kecamatan Benowo adalah kontainer di sekitar rumah p = 0,000 < 0,05. Sedangkan variabel lantai, dinding dan atap rumah karena keseluruhan data di lapangan semuanya homogen sehingga tidak bisa dianalisis. Kata kunci: kontainer, kasus DBD,variabel matching Abstract Indonesia is a country which has dengue fever endemic as an annual extraordinary phenomenon (KejadianLuarBiasa - KLB) in various cities. Based on the data of The Health Department of Surabaya in 2013, Benowo sub-district has 0.14% of dengue fever case. Compared with Kenjeran sub-district which has similar characteristic area with Benowo sub-district, Kenjeran 1

Upload: alim-sumarno

Post on 17-Sep-2015

26 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

Jurnal Online Universitas Negeri Surabaya, author : AJHENG CHYNTIA MUMPUNI

TRANSCRIPT

PENGARUH SANITASI LINGKUNGAN DAN TINGKAT PENGHASILAN KELUARGATERHADAP KASUS DEMAM BERDARAH DENGUE DI KECAMATAN BENOWO KOTA SURABAYAAjheng Chyntia Mumpuni Mahasiswa S1 Pendidikan Geografi, Fakultas Ilmu Sosial, Universitas Negeri Surabaya Drs. Petrus Canisius Subyantoro, M. Kes Dosen Pembimbing Mahasiswa Abstrak Indonesia merupakan negara endemik demam dengue yang setiap tahunnya selalu terjadi Kejadian Luar Biasa (KLB) di berbagai kota. Berdasarkan data Dinas Kesehatan Kota Surabaya, Kecamatan Benowo pada tahun 2013 prosentase kasus Demam Berdarah Dengue-nya mencapai 0,14%. Apabila dibandingkan dengan wilayah Kecamatan Kenjeran yang juga memiliki karakteristik wilayah yang hampir sama dengan Kecamatan Benowo. Tetapi, kasus DBD di Kecamatan Kenjeran hanya 0,03%. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh kondisi sanitasi lingkungan dan mengetahui pengaruh tingkat penghasilan keluarga terhadap kasus demam berdarah di Kecamatan Benowo Kota Surabaya. Jenis penelitian ini adalah penelitian survey dengan rancangan case control yaitu setiap subjek kasus (+) DBD dicarikan subjek kontrolnya (-) DBD dengan variabel matching yaitu umur. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah kondisi sanitasi lingkungan dan tingkat penghasilan keluarga.Variabel terikatnya kasus DBD Di Kecamatan Benowo Kota Surabaya. Subjek penelitiannya yaitu 35 orang subjek kasus dan 35 subjek kontrol. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan kuesioner dan lembar observasi. Teknik analisis data dengan menggunakan Chi Square (2) 2x2, Odd Ratio (OR), dan Regresi Logistik Berganda dengan bantuan SPSS. Hasil analisis dengan menggunakan (2) ternyata, kontainer berpengaruh signifikan dengan OR=7,36. Pencahayaan berpengaruh signifikan dengan OR=3,75. Ventilasi berpengaruh signifikan dengan OR= 3,05. Dan variabel yang tidak berpengaruh yaitu luas bangunan rumah p=0,810 dan tingkat penghasilan keluarga p=0,336. Sedangkan hasil analisis melalui uji regresi logistik berganda, variabel yang memberikan pengaruh signifikan terhadap kasus DBD di Kecamatan Benowo adalah kontainer di sekitar rumah p = 0,000 < 0,05. Sedangkan variabel lantai, dinding dan atap rumah karena keseluruhan data di lapangan semuanya homogen sehingga tidak bisa dianalisis.Kata kunci: kontainer, kasus DBD,variabel matching

AbstractIndonesia is a country which has dengue fever endemic as an annual extraordinary phenomenon (KejadianLuarBiasa - KLB) in various cities. Based on the data of The Health Department of Surabaya in 2013, Benowo sub-district has 0.14% of dengue fever case. Compared with Kenjeran sub-district which has similar characteristic area with Benowo sub-district, Kenjeran sub-district only has 0.03% of dengue fever case. This study has aim to find out the influence of an environmental sanitation condition and the influence of a family wage rate towards the dengue fever case in Benowo sub-district of Surabaya City. The researcher chose survey research with case control study, which is every case subject (+) dengue fever has every controlled subject (-) dengue fever with matching variable that is age. The independent variable in this study is an environmental sanitation and a family wage rate. Furthermore, the dependent variable is dengue fever case in Benowo sub-district of Surabaya City. The subject of this study is 35 people of case subject and 35 people of controlled subject. Moreover, the data collection technique conducted by using questionnaire and observation sheet. The data analysis technique conducted by using Chi Square (2) 2x2,Odd Ratio (OR), and Multiple Logistic Regression by using SPSS. From the result of the analysis by using (2) are container has significant influence with OR=7.36. Light intensity has significant influence with OR=3.75. Wind-way ventilation has significant influence with OR= 3.05. While the variable which does not has significant influence is building broadness with p=0.810 and family wage rate with p=0.336. Whereas, from analysis result through multiple logistic regression test could be concluded that the variable which has significant influence towards dengue fever case is the container around house p = 0,000 < 0.05. However, the variable of the floor, the wall and the roof of the house as general data states as homogeny. Thus, those variables could not be analyzed. Keywords: Container, dengue fever case, matching variable

142

142

PENDAHULUANKeberhasilan program kesehatan dan program pembangunan sosial ekonomi pada umumnya dapat dilihat dari peningkatan usia harapan hidup penduduk dari suatu negara. Meningkatnya perawatan kesehatan melalui Puskesmas, meningkatnya daya beli masyarakat akan meningkatkan akses terhadap pelayanan kesehatan, mampu memenuhi kebutuhan gizi dan kalori, mampu mempunyai pendidikan yang lebih baik sehingga memperoleh pekerjaan dengan penghasilan yang memadai. Yang pada gilirannya akan meningkatkan derajat kesehatan masyarakat dan memperpanjang usia harapan hidupnya.Penyakit Demam Berdarah Dengue atau dalam ilmu kedokteran sering disebut Dengue Hemorrhagic Dengue. Merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat yang utama di Indonesia. Jumlah penderita dan luas daerah penyebarannya semakin bertambah seiring dengan meningkatnya mobilitas dan kepadatan penduduk. Indonesia merupakan salah satu negara endemik demam Dengue yang pada setiap tahun selalu terjadi Kejadian Luar Biasa (KLB) di berbagai kota dan setiap 5 tahun sekali terjadi KLB besar (e.g. Nainggolan, 2007); Depkes, 2007). Di Indonesia, demam berdarah pertama kali ditemukan di Kota Surabaya pada tahun 1968, Partana dalam Soedarmo (1988:15). Dimana sebanyak 58 orang terinfeksi dan 24 orang diantaranya meninggal dunia (Angka Kematian (AK) : 41,3 %). Dan sejak saat itu telah menyebar di 33 provinsi dan 436 kabupaten/kota dari 497 kabupaten/kota (88%). World Health Organization mengestimasi 50 juta orang terinfeksi penyakit demam berdarah setiap tahunnya (WHO, 2007:12).Kota Surabaya sendiri berada pada koordinat lintang 07 09-07 21 LS (Lintang Selatan) dan 112 36- 112 54 BT (Bujur Timur). Terletak pada daerah beriklim tropis. Dengan luas wilayahnya 33.306,30Ha, serta memiliki jumlah penduduk 2.816.729 jiwa. Wilayah Kota Surabaya sendiri secara administratif dibagi menjadi 31 kecamatan yang tersebar di wilayah Surabaya bagian Utara, Surabaya bagian Timur, Surabaya Bagian Selatan, Surabaya bagian Pusat dan Surabaya bagian Barat.Salah satu wilayah di Surabaya yang menarik perhatian adalah Kecamatan Benowo. Dengan luas wilayah 36,48 km serta memiliki jumlah penduduk 54.850 jiwa. Wilayah ini pada tahun 2013 prosentase kasus demam berdarahnya mencapai 0,14%. Dilihat dari karakteristik wilayah Kecamatan Benowo sendiri, wilayah Kecamatan Benowo merupakan daerah pesisir pantai dengan dominasi tambak tambak dan beberapa lahan kosong. Apabila dibandingkan dengan wilayah Kecamatan Kenjeran yang juga memiliki karakteristik wilayah yang hampir sama dengan Kecamatan Benowo, yaitu wilayah didominasi oleh area tambak tambak, beberapa lahan kosong, dan bahkan di beberapa wilayahnya terdapat pemukiman kumuh. Prosentase kasus demam berdarah di Kecamatan Kenjeran hanya 0,03%. Atau jauh lebih rendah jika dibandingkan dengan Kecamatan Benowo yang prosentase kasus DBDnya mencapai 0,14%.

Tabel 1. Data Kasus DBD Tahun 2013Di Kota SurabayaNo.KECAMATANJUMLAH PENDUDUKTAHUN 2013KASUS DEMAM BERDARAH

2013%

1.Sukomanunggal104.165680,06

2.Tandes103.9241300,12

3.Asemrowo43.216220,05

4.Benowo54.850750,14

5.Pakal46.740350,07

6.Lakarsantri51.920250,04

7.Sambi Kerep62.013750,12

8.Genteng46.730430,09

9.Tegalsari86.721780,08

10.Bubutan85.573570,06

11.Simokerto80.304810,1

12.Pabean Cantikan70.512450,06

13.Semampir153.588760,04

14.Krembangan108.044710,06

15.Kenjeran166.895620,03

16.Bulak38.066190,04

17.Tambaksari218.5091070,04

18.Gubeng129.676850,06

19.Rungkut122.1161020,08

20.TenggilisMejoyo73.314910,12

21.Gunung Anyar62.603460,07

22.Sukolilo121.451970,07

23.Mulyorejo95.938650,06

24.Sawahan174.7781880,1

25.Wonokromo136.1361140,08

26.Karang Pilang73.956500,06

27.Dukuh Pakis65.261660,1

28.Wiyung69.041620,08

29.Gayungan43.552610,14

30.Wonocolo80.387650,08

31.Jambangan46.750460,09

JUMLAH2.816.7292.2072,39

Sumber : Dinas Kesehatan Kota Surabaya TAhun 2014

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh kondisi sanitasi lingkungan terhadap kasus demam berdarah di Kecamatan Benowo Kota Surabaya. Dan mengetahui pengaruh tingkat penghasilan keluarga terhadap kasus demam berdarah di Kecamatan Benowo Kota Surabaya.METODEJenis penelitian ini menggunakan metode survey dengan rancangan case control. Penentuan lokasi penelitian ini adalah di Kecamatan Benowo. Lokasi ini dipilih sebagai lokasi penelitian karena apabila dibandingkan dengan Kecamatan Kenjeran yang karakteristik wilayahnya sama dengan Kecamatan Benowo, Kecamatan Kenjeran prosentase kasusnya 0,14%, sedangkan di Kecamatan Kenjeran hanya 0,03%.Dalam penelitian ini menggunakan 2 subjek penelitian, yaitu : (1) subjek kasus (semua orang yang terpapar positif menderita DBD pada kurun waktu 1 tahun selama tahun 2014 di Kecamatan Benowo) dan (2) subyek kontrol (semua orang yang tidak terpapar positif menderita DBD dengan kriteria yang sama dengan subyek kasus, yang bertempat tinggal di wilayah penelitian dimana subyek kasus diambil) (Pratiknya, 1986:204-208). Untuk membatasi jumlah faktor resiko terhadap faktor efek dipilihlah teknik matching, yaitu pemilihan subyek subyek kontrol dengan karakteristik yang sama dengan subyek subyek kasus dalam variabel yang dikendalikan. Adapun variabel yang dikendalikan adalah umur. Artinya apabila ditemukan penduduk dalam umur tertentu (+) DBD, maka dicarikan penduduk yang (-) DBD dengan umur yang sama dengan kasus.Data primer dari hasil wawancara (proses memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara tanya jawab sambil bertatap muka antara pewawancara dengan responden atau orang yang diwawancarai, dengan menggunakan kuesioner (Bungin, 2005:136). Dan data data sekunder, diantaranya berasal dari BPS, Dinkes, dan UPTD Puskesmas Sememi Kota Surabaya. Teknik pengumpulan data yang digunakan berupa teknik observasi, wawancara, maupun dokumentasi baik pada subjek kasus maupun subjek kontrol. Dengan menggunakan teknik analisis data Chi Square (2) 2x2, Odd Ratio (OR), dan Regresi Logistik Berganda dengan bantuan SPSS. HASIL PENELITIANKecamatan Benowo merupakan salah satu kecamatan dari 31 kecamatan yang ada di Kota Surabaya. Kota Surabaya sendiri secara astronomis terletak antara 07 09 LS - 07 21 LS dan 112 36 BT - 11254 BT. Daerah yang menjadi subjek penelitian ini adalah Kecamatan Benowo. Kecamatan Benowo termasuk ke dalam wilayah geografis Kota Surabaya yang merupakan bagian dari wilayah Surabaya Barat, dengan ketinggian 4 meter diatas permukaan laut. Luas wilayah Kecamatan Benowo secara keseluruhan 23,76 km, dan terbagi menjadi 5 (lima) kelurahan, yaitu : Kelurahan Sememi, Kelurahan Klakah Rejo, Kelurahan Kandangan, Kelurahan Tambak Oso Wilangon dan Kelurahan Romo Kalisari (BPS Kota Surabaya. 2014). Kecamatan Benowo termasuk dalam bagian wilayah Surabaya Barat sehingga secara umum wilayahnya dimanfaatkan untuk pemukiman, pergudangan, pertambakan garam, perdagangan, serta fasilitas umum lainnya.

Gambar 1. Peta Administrasi Kec. Benowo

Dalam analisis menggunakan uji chi square (2) terdapat beberapa variabel yang berpengaruh terhadap kasus Demam Berdarah Dengue Di Kecamatan Benowo Kota Surabaya. Namun setelah di analisis bersama sama menggunakan uji regresi logistik berganda hanya terdapat satu variabel yang tetap berpengaruh terhadap kasus Demam Berdarah Dengue Di Kecamatan Benowo Kota Surabaya. Dengan menggunanakan derajat kesalahan sebesar 0,05 sehingga akan memiliki pengaruh yang signifikan apabila .

Tabel 1. Pengaruh Kontainer Di Sekitar Rumah Terhadap Kasus DBD di Kecamatan BenowoVariabelAnalisis Chi Square (2)Analisis Regresi Logistik Berganda

(2)pORKoef.(B)Sig.Exp.(B)

Kontainer di Sekitar Rumah12,9520,0007,36

Konstanta

Sumber: Data Primer yang Diolah Tahun 2015

Dari data di atas maka p = 0,016 < 0,05.Dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh yang signifikan antara kontainer di sekitar rumah terhadap kasus Demam Berdarah Dengue di Kecamatan Benowo. Dengan nilai Odd ratio sebesar 3,75 artinya responden yang memiliki pencahayaan buruk kemungkinan untuk sakit DBD sebesar 4 kali lebih besar daripada responden yang memiliki kontainer di sekitar rumah baik.Tabel 2. Pengaruh Pencahayaan Terhadap KasusDBD di Kecamatan BenowoVariabelAnalisis Chi Square (2)Analisis Regresi Logistik Berganda

(2)pORKoef.(B)Sig.Exp.(B)

Pencahayaan5,7900,0163,75

Konstanta

Sumber: Data Primer yang Diolah Tahun 2015

Dari data di atas maka p = 0,016 < 0,05.Dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh yang signifikan antara pencahayaan terhadap kasus Demam Berdarah Dengue di Kecamatan Benowo. Dengan nilai Odd ratio sebesar 3,75 artinya responden yang memiliki pencahayaan buruk kemungkinan untuk sakit Demam Berdarah Dengue sebesar 4 kali lebih besar daripada responden yang memiliki pencahayaan baik.

Tabel 3. Pengaruh Ventilasi Terhadap Kasus DBDdi Kecamatan BenowoVariabelAnalisis Chi Square (2)Analisis Regresi Logistik Berganda

(2)pORKoef.(B)Sig.Exp.(B)

Ventilasi3,8590,0493,05

Konstanta

Sumber: Data Primer yang Diolah Tahun 2015

Dari data di atas maka p = 0,049 < 0,05. Dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh yang signifikan antara ventilasi terhadap kasus Demam Berdarah Dengue di Kecamatan Benowo. Dengan nilai Odd Ratio sebesar 3,05 artinya responden yang memiliki pencahayaan buruk kemungkinan untuk sakit DBD sebesar 3 kali lebih besar daripada responden yang memiliki kontainer di sekitar rumah baik.

Tabel 4. Pengaruh Luas Bangunan Rumah TerhadapKasus DBD di Kecamatan Benowo

VariabelAnalisis Chi Square (2)Analisis Regresi Logistik Berganda

(2)pORKoef.(B)Sig.Exp.(B)

Luas Bangunan Rumah0,0580,810

Konstanta

Sumber: Data Primer yang Diolah Tahun 2015

Dari data tersebut maka p = 0,810 > 0,05. Dapat disimpulkan bahwa tidak ada pengaruh yang signifikan antara luas bangunan rumah terhadap kasus DBD di Kecamatan Benowo.

Tabel 5. Pengaruh Tingkat Penghasilan Keluarga Terhadap Kasus DBD di Kecamatan BenowoVariabelAnalisis Chi Square (2)Analisis Regresi Logistik Berganda

(2)pORKoef.(B)Sig.Exp.(B)

Tingkat Penghasilan Keluarga0,9260,336

Konstanta

Sumber: Data Primer yang Diolah Tahun 2015

Dari data di atas maka p = 0,336 > 0,05.Sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak ada pengaruh yang signifikan antara penghasilan keluarga terhadap kasus Demam Berdarah Dengue di Kecamatan Benowo

Tabel 6. Pengaruh Kondisi Sanitasi Lingkungan DanTingkatPenghasilan Keluarga Terhadap Kasus DBD di Kecamatan Benowo Dengan Uji Chi Square Dan Uji Regresi Logistik BergandaVariabelAnalisis Chi Square (2)Analisis Regresi Logistik Berganda

(2)pORKoef.(B)Sig.Exp.(B)

Kontainer di Sekitar Rumah12,9520,0007,36

Pencahayaan5,7900,0163,75

Ventilasi3,8590,0493,05

Luas Bangunan Rumah0,0580,810

Tingkat Penghasilan Keluarga0,9260,336

Konstanta

Sumber: Data Primer yang Diolah Tahun 2015

Hasil analisis dengan menggunakan uji regresi logistik berganda diperoleh variabel yang paling berpengaruh terhadap kasus Demam Berdarah Dengue di Kecamatan Benowo Kota Surabaya dengan menggunakan (tingkat kesalahan 5%) adalah kontainer di sekitar rumah dengan nilai . Dapat disimpulkan bahwa responden yang mempunyai kontainer di sekitar rumah dengan kriteria buruk (apabila terdapat kontainer berisi air (tergenang) di sekitar rumah), memiliki resiko sehat (tidak sakit Demam Berdarah Dengue) sebesar 0,136 kali dibandingkan dengan responden yang mempunyai kontainer di sekitar rumah dengan kriteria baik (apabila tidak terdapat kontainer di sekitar rumah berisi air (tergenang), (gentong, drum, kaleng bekas, dll.). Atau dengan kata lain responden yang mempunyai kontainer di sekitar rumah dengan kriteria baik (apabila tidak terdapat kontainer di sekitar rumah berisi air (tergenang), (gentong, drum, kaleng bekas, dll.), memiliki resiko sehat (tidak sakit Demam Berdarah Dengue) sebesar kali dibandingkan dengan responden yang mempunyai kontainer di sekitar rumah dengan kriteria buruk (apabila terdapat kontainer berisi air (tergenang) di sekitar rumah). Sedangkan variabel lantai, dinding dan atap rumah karena keseluruhan data dilapangan semuanya homogen sehingga tidak bisa dianalisis.

Jika seorang responden kontainer di sekitar rumahnya memiliki kriteria buruk, maka :

(Sakit DBD)

Nilai probabilitas (p) di atas yaitu sebesar 0,2499. Artinya responden yang memiliki kontainer di sekitar rumah dengan kriteria buruk kemungkinan besar berpeluang sakit Demam Berdarah Dengue. Apabila digambarkan melalui kurva S maka nilai p lebih mendekati 0 yaitu sakit Demam Berdarah Dengue.

10Tidak Sakit DBDSakit DBDGambar 2. Kurva Probabilitas Kasus 1

Jika seorang responden kontainer di sekitar rumahnya memiliki kriteria baik, maka :

(Tidak Sakit DBD)

Nilai probabilitas (p) di atas yaitu sebesar 0,7105. Artinya responden yang memiliki kontainer di sekitar rumah dengan kriteria baik kemungkinan kecil berpeluang sakit Demam Berdarah Dengue. Apabila digambarkan melalui kurva S maka nilai p lebih mendekati 1 yaitu tidak sakit Demam Berdarah Dengue.

10Tidak Sakit DBDSakit DBDGambar 3. Probablilitas Kasus 2

Tabel 7. Pengaruh Kuesioner Pengetahuan RespondenTerhadap Kasus DBD di KecamatanBenowo

KuesionerPengetahuan Rata rata Rata rataTotal

f%f%f%

Subjek Kasus1954,31234,33144,3

Subjek Kontrol 1645,72365,73955,7

Total

351003510070100

Sumber: Data Primer yang Diolah Tahun 2015

Dari data di atas maka p = 0,149> 0,05. Dapat disimpulkan bahwa tidak ada pengaruh yang signifikan antara pengetahuan responden terhadap kasus Demam Berdarah Dengue di Kecamatan Benowo.

Setelah melakukan plotting untuk mengetahui pola persebaran penderita Demam Berdarah Dengue di Kecamatan Benowo Kota Surabaya diketahui bahwa pola persebaran penderita Demam Berdarah Dengue cenderung mengelompok di Kelurahan Sememi dan ada beberapa pula yang mengelompok di Kelurahan Kandangan.

Gambar 4. Peta Persebaran Kasus DBDKec. BenowoPEMBAHASAN

Kondisi Sanitasi Lingkungan dan Tingkat Penghasilan Keluarga Terhadap Kasus DBD di Kecamatan Benowo Kontainer di sekitar rumah responden masih belum memenuhi syarat, tempat penampungan air sehari hari berisi air (tergenang) baik yang berada di dalam maupun di luar rumah menyebabkan nyamuk dengan leluasa berkembang biak setiap harinya dan beresiko tinggi terhadap pemilik rumah. Sehingga terjadilah kasus DBD ini. Berdasarkan uji chi square variabel pencahayaan memiliki pengaruh yang signifikan karena berdasarkan observasi di lapangan, pada variabel pencahayaan baik pada subjek kasus maupun kontrol 55,7% responden diantaranya telah memiliki pencahayaan yang memenuhi syarat. Dan 38,6% responden diantaranya telah memiliki ventilasi yang memenuhi syarat. Sehingga ketika digabungkan dengan menggunakan uji regresi logistik berganda variabel pencahayaan dan ventilasi menjadi tidak signifikan. Hal ini dapat diartikan bahwa variabel pencahayaan tidak memberikan pengaruh yang sebenarnya (semu). Kondisi lingkungan perumahan menengah ke bawah yang kecil dan beberapa diantaranya letaknya dekat dengan rawa rawa menyebabkan daerah tempat tinggal mereka lembab. Serta responden jarang menggunakan ventilasi yang mereka miliki sebagaimana mestinya. Jenis lantai yang banyak digunakan oleh responden baik kasus maupun kontrol adalah keramik keramik, dan ada beberapa diantara ada yang berupa marmer yang keduanya masuk dalam kategori permanen. Dan karena letaknya yang berada di wilayah perkotaan dan berada di area perumahan, sehingga tidak terdapat rumah responden yang memiliki rumah dengan dinding non permanen. Beberapa rumah memiliki dinding berbahan dasar batubata, batako, dsb. Bahan bahan tersebut merupakan bahan yang permanen. Serta jenis atap yang dimiliki oleh responden semuanya telah memenuhi kriteria kesehatan atau terbuat dari bahan yang permanen seperti genteng. Sehingga secara tidak langsung dapat memberikan ketenangan bagi penghuninya dalam berbagai kondisi cuaca. Rumah rumah subjek kasus dan subjek kontrol berada di lingkungan perumahan sehingga pada umumnya luas bangunan rumah yang dimiliki responden relatif sama, dan sebagian yang lain luas ruangan yang ada tidak memenuhi syarat untuk ditinggali banyak orang. Sehingga hal ini bisa juga menyebabkan virus dan penyakit dapat dengan mudah menular karena luas bangunan rumah yang ada tidak sebanding dengan jumlah anggota keluarga yang menghuni rumah tersebut. Sebagian besar responden yang ada baik kasus maupun kontrol semuanya memiliki pekerjaan tetap seperti PNS, pegawai swasta, pedagang, TNI, guru, dsb. Dan karena mereka tinggal di daerah perkotaan, maka penghasilan yang di dapatkan kebanyakan sesuai dengan UMR yang ada di Kota Surabaya. Sehingga perbedaan antara tingkat penghasilan keluarga antara subjek kasus dan subjek kontrol tidak memiliki perbedaan yang signifikan.

Faktor Yang Paling Berpengaruh Terhadap Kasus DBD di Kecamatan Benowo

Berdasarkan hasil analisis regresi logistik berganda pada masing masing variabel, diketahui bahwa faktor yang paling berpengaruh diantara variabel variabel yang ada adalah kontainer di sekitar rumah. Sehingga dapat dikatakan bahwa kontainer di sekitar rumah merupakan variabel penentu munculnya kasus DBD. Hasil Kuesioner Penelitian Pengetahuan Responden

Pengetahuan responden tentang cara penularan penyakit DBD melalui gigitan nyamuk yang sebelumnya telah menggigit penderita DBD, pada responden kasus maupun responden kontrol memiliki jawaban yang heterogen. Responden yang tidak setuju tentang cara penularan penyakit DBD melalui gigitan nyamuk yang sebelumnya telah menggigit penderita (+) DBD sebanyak 12 orang. Apabila di dalam sebuah rumah terdapat penderita (+) DBD, maka kemungkinan besar nyamuk yang menggigit penderita tersebuat masih ada di dalam rumah dan harus dibasmi. Maka dari itu perlunya rumah yang menyediakan 2,5m 3 m untuk setiap anggota keluarga sangat diperlukan karena meminimalisir penularan penyakit kepada anggota keluarga yang lainnya. Pengetahuan responden tentang tempat tempat yang paling sering digunakan nyamuk untuk bersarang seperti kolong tempat tidur, gantungan pakaian, dan tempat air bersih yang tergenang air,dsb, pada responden kasus maupun responden kontrol memiliki jawaban yang heterogen. Responden yang tidak setuju tentang tempat tempat yang digunakan untuk nyamuk bersarang sebanyak 3 orang. Yang berarti kemungkinan responden tersebut tidak menyadari bahwa tersebut dapat dijadikan nyamuk sebagai tempat berkembang biak. Pengetahuan responden tentang pentingnya menjaga kebersihan kontainer di sekitar rumah mereka yaitu bak mandi sebagai kontainer buatan minimal 3 kali dalam seminggu, pada responden kasus maupun responden kontrol memiliki jawaban heterogen. Sebanyak 20 orang tidak setuju membersihakan bak mandi di rumah mereka minimal 3 kali dalam seminggu. Hal ini kemudian memberikan peluang kepada nyamuk Aedes aegypti untuk melakukan perkembang biakan pada bak mandi di rumah responden tersebut. Dan memungkinkan reponden terkena DBD. Akan tetapi, apabila di rumah responden terdapat jentikjentik nyamuk, sedangkan kondisi pencahayaan, ventilasi, dan kelembaban udara di rumahnya baik sehingga tidak disukai oleh nyamuk, maka kemungkinan besar penularan virus bukan berasal dari jentik atau nyamuk Aedes aegypti yang berada di rumah, melainkan dari lingkungan lain yang di kunjungi oleh penderita. Penularan DBD tidak hanya berada dalam suatu siklus. Penularannya dapat terjadi di tempat lain yang tidak hanya berada di sekitar rumah dan pada jam jam tertentu saja. Sebab penularan penyakit DBD dapat terjadi di semua tempat yang terdapat nyamuk penular virus dengue. Pengetahuan tentang DBD antara responden yang menjadi subjek kasus dan yang menjadi subjek kontrol perbedaannya tidak terlampau jauh. Walaupun responden yang menjadi subjek kasus memiliki pengetahuan yang cukup mengenai DBD, akan tetapi terlihat kontras antara pengetahuan dan sikap mereka. Dan pada akhirnya mereka tidak terhindarkan terserang penyakit DBD.Persebaran Penderita DBD di Kecamatan Benowo Kota Surabaya

Analisis persebaran penderita DBD dalam penelitian ini menggunakan tema analisis interaksi manusia dengan lingkungannya. Pokok pada penelitian ini adalah kasus DBD yang terjadi di Kecamatan Benowo. Persebaran penderita DBD di Kecamatan Benowo mengelompok di Kelurahan Sememi dan Kelurahan Kandangan serta terdapat 2 responden di Kelurahan Klakah Rejo. Berdasarkan hasil penelitian kondisi sanitasi lingkungan di 3 kelurahan ini, banyak ditemukan kontainer di sekitar rumah yang tergenang air. Dan masih banyak wilayah pemukiman penduduk yang berdekatan dengan rawa rawa yang kurang terjaga kebersihannya. Banyak ilalang yang tumbuh tinggi serta beberapa sampah berserakan. Dengan kondisi lingkungan yang seperti ini akan memberikan dampak negatif diantara adalah kasus DBD. Sedangkan pada Kelurahan Tambak Oso Wilangon dan Kelurahan Romo Kalisari nyaris tidak ada sama sekali penderita Demam Berdarah Dengue. Pada daerah yang tidak terdapat kasus DBD terlihat kesadaran penduduk akan lingkungan cukup baik. PENUTUPSimpulan1. Secara sendiri sendiri (analisis ) faktor yang mempunyai pengaruh signifikan ( adalah faktor :a. Kontainer di sekitar rumah dengan b. Pencahayaan dengan c. Ventilasi dengan 2. Sedangkan faktor yang tidak berpengaruh signifikan ( adalah faktor :a. Lantai rumahb. Dinding rumahc. Atap rumahd. Tingkat penghasilan keluargaTidak berpengaruh karena : Pada faktor lantai, dinding, dan atap rumah, baik pada subjek kasus maupun subjek kontrol tidak ada perbedaan jenis (tidak bervariasi) diantara ketiganya. Semuanya dalam kategori baik. Pada faktor tingkat penghasilan keluarga terdapat perbedaan pada subjek kasus maupun subjek kontrol, baik yang memiliki pendapatan rata rata dengan yang memiliki pendapatan rata rata namun tidak signifikan.3. Secara bersama (analisis regresi logistik berganda) faktor yang tetap memberikan pengaruh yang signifikan adalah faktor : Kontainer di sekitar rumahDengan demikian faktor inilah yang menjadi pemicu munculnya Demam Berdarah Dengue.4. Berdasarkan analisis (2) terdapat perbedaan antara pengetahuan responden yang menjadi subjek kasus dengan responen yang menjadi subjek kontrol akan tetapi tidak ada pengaruh yang signifikan terhadap kasus Demam Berdarah Dengue di Kecamatan Benowo Kota Surabaya.5. Berdasarkan analisis persebaran penderita Demam Berdarah Dengue di Kecamatan Benowo Kota Surabaya hasilnya mengelompok di Kelurahan Sememi dan Kelurahan Kandangan karena kondisi sanitasi lingkungan yang buruk.Saran1. Perlunya meningkatkan penyuluhan tentang seluk beluk Demam Berdarah Dengue kepada masyarakat, sehingga masyarakat dapat mencegah terjangkit penyakit Demam Berdarah Dengue sejak dini.2. Dari hasil penelitian selama di lapangan, diketahui variabel kontainer di sekitar rumah merupakan variabel yang paling signifikan dan paling berpengaruh terhadap kasus DBD di Kecamatan Benowo, pemerintah hendaknya memberikan pengetahuan kepada masyarakat tentang kontainer di sekitar rumah yang baik.3. Setelah diketahui bahwa kontainer di sekitar rumah merupakan pemicu munculnya Demam Berdarah Dengue, akan tetapi apabila di kemudian hari semua kontainer di sekitar rumah warga telah masuk dalam kriteria baik, tetapi masih ada saja warga yang terserang Demam Berdarah Dengue, maka kemungkinan besar penyebabnya bukan berasal dari lingkungan di sekitar tempat tinggal warga itu sendiri, melainkan mereka tertular virus dengue ketika berada di luar rumah seperti, di sekolah, kantor, pasar, dan tempat tempat lain yang menjadi tempat berkumpulnya orang banyak dari berbagai wilayah yang memungkinkan terjadinya penularan virus dengue. Sehingga masyarakat diharapkan ketika keluar rumah selalu memakai lotion anti nyamuk.4. Seluruh Kelurahan di Kecamatan Benowo, perlunya meningkatkan kesadaran akan hidup sehat dengan melakukan bersih bersih secara rutin bersama dengan seluruh warga di lingkungan sekitar tempat tinggal. Baik di dalam maupun di luar rumah. Khususnya pada kontainer kontainer di sekitar rumah. Baik kontainer alami maupun kontainer buatan. Sehingga memperkecil tempat perkembang biakan bibit penyakit dan meningkatkan taraf kesehatan seluruh masyarakat di Kecamatan Benowo.DAFTAR PUSTAKABadan Pusat Statistik. 2014. Kecamatan Benowo Dalam Angka 2013. Surabaya : BPS Provinsi Jawa Timur.Bungin, Burhan. 2005. Metodologi Penelitian Kuantitatif (Komunikasi, Ekonomi, dan Kebijakan Publik Serta Ilmu ilmu Sosial Lainnya). Jakarta : Kencana.Departemen Kesehatan RI. 2007. Profil Kesehatan Indonesia 2005. Jakarta : Departemen Kesehatan Indonesia.Dinas Kesehatan Kota Surabaya. 2014. Data Kasus Demam Berdarah Dengue Di Kota Surabaya Tahun 2011-2014. Surabaya : Dinas Kesehatan Kota Surabaya.Pratiknya, Ahmad Watik. 1986. Dasar Dasar Metodologi Penelitian Kedokteran Dan Kesehatan. Jakarta : CV. Rajawali.Soedarmo, Sumarmo Sunaryo P. 1988. Demam Berdarah (Dengue) Pada Anak. Jakarta : Universitas Indonesia (UI-Press).World Health organization. 2007. World health statistics 2007. Electronic Version.