pengaruh pupuk hayati dan pupuk p...

74
PENGARUH PUPUK HAYATI DAN PUPUK P TERHADAP KETERSEDIAAN FOSFOR DAN PERTUMBUHAN KRISAN (Chrysanthemum sp) DI TANAH REGOSOL CIMACAN WINDI DEPARTEMEN ILMU TANAH DAN SUMBERDAYA LAHAN FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2012

Upload: dinhquynh

Post on 17-Sep-2018

227 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: PENGARUH PUPUK HAYATI DAN PUPUK P …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/58876/1/A...meningkatkan jumlah unsur hara pada tanah regosol, diantaranya adalah dengan penambahan

1  

  

PENGARUH PUPUK HAYATI DAN PUPUK P TERHADAP KETERSEDIAAN FOSFOR DAN PERTUMBUHAN KRISAN

(Chrysanthemum sp) DI TANAH REGOSOL CIMACAN

WINDI

DEPARTEMEN ILMU TANAH DAN SUMBERDAYA LAHAN

FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2012

Page 2: PENGARUH PUPUK HAYATI DAN PUPUK P …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/58876/1/A...meningkatkan jumlah unsur hara pada tanah regosol, diantaranya adalah dengan penambahan

ii  

  

RINGKASAN

WINDI. Pengaruh Pupuk Hayati dan Pupuk P terhadap Ketersediaan Fosfor dan Pertumbuhan Krisan (Chrysanthemum sp) di Tanah Regosol Cimacan. Dibimbing oleh FAHRIZAL HAZRA dan DEWI SUKMA.

Fosfor merupakan unsur hara yang sangat dibutuhkan tanaman karena berperan dalam pertumbuhan akar semai, memperkuat pertumbuhan tanaman muda menjadi dewasa, mempercepat pembungaan, dan pemasakan buah, biji, atau gabah. Namun ketersediaan unsur ini dalam tanah sangat rendah, serta sering terdapat dalam bentuk yang tidak tersedia. Peningkatan P-tersedia perlu dilakukan pada tanah-tanah yang memiliki tingkat kesuburan yang rendah, Salah satunya adalah tanah Regosol Cimacan (PPT 1980). Berbagai cara dilakukan untuk meningkatkan jumlah unsur hara pada tanah regosol, diantaranya adalah dengan penambahan pupuk hayati dan pupuk anorganik. Penggunaan pupuk hayati yang mengandung mikroorganisme pelarut fosfat dan pemberian pupuk P dengan dosis tertentu diperlukan untuk membantu dalam meningkatkan fosfor tersedia bagi tanaman. Salah satu tanaman yang membutuhkan fosfor adalah tanaman krisan (Chrysanthemum sp). Kebutuhan fosfor untuk tanaman krisan sangat diperlukan untuk proses pembungaan. Bunga krisan dikenal sebagai bunga potong utama yang memiliki nilai jual tinggi.

Tujuan penelitian ini adalah mengetahui pengaruh aplikasi pupuk hayati dan pupuk P terhadap ketersediaan fosfor dan pertumbuhan krisan. Penelitian isolasi mikroorganisme untuk pembuatan pupuk hayati dilakukan di Laboratorium Bioteknologi Tanah dan aplikasi pupuk hayati dilakukan di rumah plastik “Pondok Adi Nursery”. Penelitian menggunakan rancangan acak kelompok dengan enam perlakuan dan lima ulangan. Perlakuan yang digunakan adalah 0 ml pupuk hayati + 0% P,0 ml pupuk hayati + 50% P, 0 ml pupuk hayati + 100% P, 50 ml pupuk hayati + 0% P, 50 ml pupuk hayati + 50% P, dan 50 ml pupuk hayati + 100% P. Masing-masing perlakuan dilakukan pada lahan tanam seluas 1 m2. Parameter yang diamati meliputi P-tersedia, pertumbuhan vegetatif dan generatif tanaman, serta kualitas panen.

Hasil penelitian menunjukkan pemberian pupuk hayati dan pupuk P tidak efektif meningkatkan P-tersedia dan pertumbuhan vegetatif tanaman, namun nyata meningkatkan pertumbuhan generatif tanaman. Perlakuan 50 ml pupuk hayati + 50% P nyata meningkatkan jumlah bakal bunga pada 11 MST sedangkan perlakuan 50 ml pupuk hayati + 100% P nyata meningkatkan jumlah panen pada panen tahap 3. Dengan demikian pupuk hayati dan pupuk P tidak efektif meningkatkan P-tersedia tanah dan pertumbuhan vegetatif tanaman.

Kata kunci: pupuk P, pupuk hayati, krisan (Chrysantehmum sp).

Page 3: PENGARUH PUPUK HAYATI DAN PUPUK P …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/58876/1/A...meningkatkan jumlah unsur hara pada tanah regosol, diantaranya adalah dengan penambahan

iii  

  

SUMMARY

WINDI. Effect of Biological Fertilizer and P Fertilizer on Phosphorus Availability and Growth of Chrysanthemum (Chrysanthemum sp) in the Land Regosol Cimacan. Under direction of FAHRIZAL HAZRA and DEWI SUKMA.

Phosphorus is a nutrient that is needed because it plays a role in plant seedling root growth, strengthening the growth of young plants to mature, accelerate flowering and ripening fruit, seed, or grain. But the availability of these elements in the soil is very low, and often comes in the form that is not available. Increased P-available needs to be done on soils that have a low fertility rate, One is ground Regosol Cimacan (PPT 1980). Various methods are used to increase the amount of nutrients in the regosol, such as the addition of biological fertilizer and inorganic fertilizer. The use biological fertilizers containing phosphate solvent microorganisms and the application of fertilizer P with a certain dose is needed to assist in increasing the phosphorus available to plants. One of the plants require phosphorus is Chrysanthemum (Chrysanthemum sp). The need of phosphorus for chrysanthemum is necessary for the flowering process. Chrysanthemum flower is known as a major cut flowers have high sales value.

The purpose of this study was to determine the effect of biological fertilizer application and manure P for phosphorus availability and growth of chrysanthemum. Research isolation of microorganisms for biological fertilizer performed at the Laboratory of Soil Biotechnology and biological fertilizer application conducted in a plastic house "Pondok Adi Nursery". The study used a randomized block design with six treatments and five replications. The treatment used was 0 ml biological fertilizer + 0% P, 0 ml biological fertilizer + 50% P, 0 ml + 100% P, 50 ml biological fertilizer + 0% P, 50 ml biological fertilizer + 50% P, and 50 ml biological fertilizer + 100% P. Each treatment performed on cropping land area of 1 m2. The parameters observed were P-available, vegetative and generative plant growth and harvest quality.

The results showed biological fertilizer and P Fertilizer is not effectively increase available P and plant vegetative growth, but significantly increased the growth of generative plants. Treatment of biological fertilizer 50 ml + 50% P real increase amount of will flower on 11 MST while treatment of biological fertilizer 50 ml + 100% P significantly increased yields at harvest stage 3. Thus the biological fertilizer and P fertilizer is not effectively increase P-available soil and vegetative growth of plants.

Keywords: P fertilizer, biological fertilizer, chrysanthemum (Chrysantehmum sp)

Page 4: PENGARUH PUPUK HAYATI DAN PUPUK P …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/58876/1/A...meningkatkan jumlah unsur hara pada tanah regosol, diantaranya adalah dengan penambahan

iv  

  

PENGARUH PUPUK HAYATI DAN PUPUK P TERHADAP KETERSEDIAAN FOSFOR DAN PERTUMBUHAN KRISAN

(Chrysanthemum sp) DI TANAH REGOSOL CIMACAN

WINDI

Skripsi Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Sarjana Pertanian pada Departemen Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan

DEPARTEMEN ILMU TANAH DAN SUMBERDAYA LAHAN FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2012

Page 5: PENGARUH PUPUK HAYATI DAN PUPUK P …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/58876/1/A...meningkatkan jumlah unsur hara pada tanah regosol, diantaranya adalah dengan penambahan

v  

  

Judul : Pengaruh Pupuk Hayati dan Pupuk P terhadap Ketersediaan Fosfor dan Pertumbuhan Krisan (Chrysanthemum sp) di Tanah Regosol Cimacan Nama Mahasiswa : Windi NIM : A14080083

Disetujui

Pembimbing I Pembimbing II

Ir. Fahrizal Hazra, M.Sc Dr. Dewi Sukma, SP, M.Si NIP. 19631120198903 1 002 NIP. 19700404 199702 2 001

Diketahui Ketua Departemen Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan

Dr. Ir. Syaiful Anwar, M.Sc

NIP. 19621113 198703 1 003

Tanggal Lulus :

Page 6: PENGARUH PUPUK HAYATI DAN PUPUK P …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/58876/1/A...meningkatkan jumlah unsur hara pada tanah regosol, diantaranya adalah dengan penambahan

vi  

  

RIWAYAT HIDUP

Selanjutnya penulis melanjutkan pendidikan sekolah menengah pertama

di SMPN 1 Bangko Bagansiapiapi, dan berhasil menamatkan pendidikan ini pada

tahun 2005. Pendidikan SMA ditempuh dari tahun 2005 hingga tahun 2008 di

SMAN 1 Bangko Bagansiapiapi.

Pada tahun 2008 penulis diterima sebagai mahasiswa Institut Pertanian

Bogor (IPB) melalu jalur Beasiswa Utusan Daerah (BUD) yang diperoleh dari

Pemerintah Daerah (PEMDA) Kabupaten Rokan Hilir. Penulis mengambil Mayor

Manajemen Sumberdaya Lahan, di Departemen Ilmu Tanah dan Sumberdaya

Lahan, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.

Selama menjadi mahasiswa, penulis aktif sebagai asisten mata kuliah

Bioteknologi Tanah (2011) Bioteknologi Tanah (2012), Biologi Tanah (2012),

Pengantar Kimia Tanah (2012), Kimia Tanah (2012) Pengantar Ilmu Tanah

(2012), dan Kesuburan Tanah (2012), Penulis juga menjadi anggota dari

Himpunan Pelajar dan Mahasiswa Rokan Hilir (HIPEMAROHIL) periode 2008

hingga 2012. Pada tahun 2008 penulis menjadi Anggota Pengibar Bendera

Pusaka (PASKIBRAKA) Institut Pertanian Bogor (IPB) dan terpilih sebagai ketua

panitia penyambutan mahasiwa Riau pada acara Open House (OH) Mahasiswa

IPB 2009.

Penulis lahir di Bagansiapiapi, Kabupaten Rokan Hilir, pada

tanggal 20 Maret 1989 dari keluarga Bapak Sudjarwito dan Ibu

Roslaini. Penulis adalah anak kelima dari tujuh bersaudara.

Penulis menempuh pendidikan sekolah dasar dari tahun 1996

dan lulus pada tahun 2002 di SDN 006 Bangko Bagansiapiapi.

Page 7: PENGARUH PUPUK HAYATI DAN PUPUK P …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/58876/1/A...meningkatkan jumlah unsur hara pada tanah regosol, diantaranya adalah dengan penambahan

vii  

  

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan atas kehadirat Allah SWT yang telah

melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulisan skripsi dengan judul

“ Pengaruh Pupuk Hayati dan Pupuk P terhadap Ketersediaan Fosfor dan

Pertumbuhan Krisan (Chrysanthemum sp) di Tanah Regosol Cimacan” ini

berhasil diselesaikan. Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk

memperoleh gelar sarjana pada Program Studi Sarjana Manajemen Sumberdaya

Lahan di Departemen Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan, Fakultas Pertanian,

Institut Pertanian Bogor.

Selama proses penyelesaian skripsi ini penulis banyak mendapat

pengetahuan baru, masukan, semangat, dan dorongan dari berbagai pihak. Untuk

itu penulis ingin mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah

membantu dalam proses penelitian hingga penyelesaian tugas akhir ini. Penulis

mengucapkan terimakasih secara khusus kepada:

1. Ir. Fahrizal Hazra, M.Sc selaku dosen pembimbing pertama yang selalu

membagikan ilmu, membimbing, memberi masukan dan nasehat dalam

penyususnan skripsi ini, serta mengajarkan etika baik sebagai seorang

peneliti. 2. Dr. Dewi Sukma, SP, M.Si selaku pembimbing kedua yang selalu

menuntun, mengawasi, membagi ilmu, pengalaman serta arahan dan

masukan yang berharga dalam penyususnan skripsi ini. 3. Dr. Rahayu Widyastuti, M.Sc selaku dosen penguji yang telah bersedia

meluangkan waktu, memberikan kritik yang membangun dan masukkan

yang baik kepada penulis untuk penyusunan skripsi ini. 4. Dr. Ir. Arief Hartono, M.Sc yang telah bersedia meluangkan waktunya

untuk menjadi moderator, memberikan saran dan masukan pada seminar

hasil penelitian ini. 5. Dr. Ir. Budi Nugroho, M.Si yang telah memberikan arahan, saran, dan

masukan pada saat penulis melakukan penelitian.

Page 8: PENGARUH PUPUK HAYATI DAN PUPUK P …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/58876/1/A...meningkatkan jumlah unsur hara pada tanah regosol, diantaranya adalah dengan penambahan

viii  

  

6. Keluarga tercinta: Apak, Umak, Abang, Akak, Adik-Adik penulis atas

kasih sayangnya dan senantiasa mendoakan, memberi masukan, dan

menyemangati tiada henti. 7. Pemerintah Daerah (PEMDA) Kabupaten Rokan HIlir yang telah

membiayai biaya pendidikan, biaya penelitian dan biaya hidup penulis

dari awal hingga selesai mengikuti perkuliahan di Institut Pertanian

Bogor. 8. Mas Yanto dan Bu Ari yang telah memfasilitasi, membimbing, dan

memberikan nasehat dan arahan kepada penulis dalam melakukan

penelitian di perkebunan bunga krisan “Pondok Adi Nursery” Desa

Cimacan, Kecamatan Pacet Kabupaten Cianjur. 9. Para pekerja kebun di perkebunan krisan “ Pondok Adi Nursery” yang

telah membantu dalam penelitian ini. 10. Perkebunan bunga krisan “Pondok Adi Nursery” sebagai salah satu

tempat penelitian penulis. 11. Bapak dan Ibu di Laboratorium Bioteknologi Tanah, Bapak Sarjito, Bu

Asih, Bu Juleha, Bu Yeti, Mbak Nia, Mbak Nina, dan Laboratorium

Kimia dan Kesuburan Tanah, Pak Ade, Pak Kasmun, Pak Sukoyo, Pak

Ole atas bantuannya selama penelitian di laboratorium. 12. Muhammad Furqon dan Marsa yang telah membantu dalam pengolahan

data, serta Sisi, Mia, yang telah memberikan informasi yang berharga

kepada penulis saat melakukan penelitian 13. Abang, Kakak, Teman, dan Adik MSL serta pihak-pihak yang tidak dapat

disebutkan satu-persatu, atas kerjasama yang baik dan semangat yang

diberikan.

Semoga skripsi ini bermanfaat dan dapat menjadi informasi yang berguna

bagi semua pihak yang membacanya.

Bogor, September 2012

Penulis

Page 9: PENGARUH PUPUK HAYATI DAN PUPUK P …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/58876/1/A...meningkatkan jumlah unsur hara pada tanah regosol, diantaranya adalah dengan penambahan

ix  

  

DAFTAR ISI DAFTAR TABEL ................................................................................................ xi 

DAFTAR GAMBAR ........................................................................................... xii 

DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................................... xiii 

I. PENDAHULUAN .............................................................................................. 1 

1.1. Latar Belakang ....................................................................................... 1  1.2. Tujuan Penelitian ................................................................................... 3  1.3. Hipotesis ................................................................................................ 3 II. TINJAUAN PUSTAKA ................................................................................... 4  2.1. Fosfor dalam Tanah ............................................................................... 4  2.2. Kandungan Fosfor .................................................................................. 4  2.3. Bentuk dan Ketersediaan ....................................................................... 4  2.4. P Organik Tanah .................................................................................... 5  2.5. P Anorganik Tanah ................................................................................ 6  2.6. Pemupukan Fosfat dan Permasalahannya .............................................. 7  2.7. Efektivitas Pemupukan Fosfat ............................................................... 8  2.8. Masalah Fosfor ....................................................................................... 8  2.9. Kebutuhan Fosfor Tanaman ................................................................. 10  2.10. Mikroorganisme Pelarut Fosfat ............................................................ 11  2.11. Potensi Bakteri dan Fungi Melarutkan Fosfat ..................................... 12  2.12. Mekanisme Pelarutan Fosfat ................................................................ 13 2.13. Hasil-Hasil Penelitian Penggunaan Bakteri dan Fungi Pelarut Fosfat . 16 2.14. Pupuk Hayati ........................................................................................ 16  2.15. Bunga Krisan ....................................................................................... 17 III. BAHAN DAN METODE ............................................................................. 23  3.1. Tempat dan Waktu Penelitian .............................................................. 23  3.2. Bahan dan Alat ..................................................................................... 23  3.3. Metode Penelitian ................................................................................ 23  3.3.1. Pengambilan Contoh Tanah ........................................................... 23  3.3.2. Persiapan Lahan ............................................................................. 23  3.3.3. Pemupukan ..................................................................................... 24  3.3.4. Isolasi Fungi dan Bakteri ............................................................... 25  3.3.5. Pengujian Kemampuan Bakteri dan Fungi Pelarut Fosfat ............. 25  3.3.5.1. Uji Kuantitatif ......................................................................... 25  3.3.5.2. Uji Kualitatif ........................................................................... 26  3.3.5.3. Penghitungan Total Mikroorganisme Pelarut Fosfat .............. 26  3.3.5.4 .Uji Antagonis .......................................................................... 27  3.3.6. Penanaman dan Perawatan Krisan ................................................. 27 

Page 10: PENGARUH PUPUK HAYATI DAN PUPUK P …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/58876/1/A...meningkatkan jumlah unsur hara pada tanah regosol, diantaranya adalah dengan penambahan

x  

  

3.3.7. Rancangan Percobaan .................................................................... 27  3.3.8. Parameter Pengamatan ................................................................... 28  3.3.8.1 Tinggi Tanaman ...................................................................... 29  3.3.8.2. Diameter Tangkai .................................................................... 29  3.3.8.3 Jumlah Daun ........................................................................... 29  3.3.8.4. Warna Daun ............................................................................ 29  3.3.8.5. Jumlah Bakal Bunga ............................................................... 30 3.3.8.6. Diameter Bunga Setengah Mekar Per Tangkai ....................... 30  3.3.8.7. Jumlah Kuntum Bunga Setengah Mekar Per Tangkai ............ 30  3.3.9. Kualitas Bunga ............................................................................... 30  3.3.10. Analisis Data .................................................................................. 31 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ..................................................................... 32  4.1. Seleksi Isolat ........................................................................................ 32  4.2. Sifat Kimia Tanah ................................................................................ 37  4.2.1. Kandungan P-Tersedia Tanah .......................................................... 37  4.2.2. Reaksi Tanah (pH H2O) ................................................................... 39  4.3. Pertumbuhan Tanaman ........................................................................ 41  4.3.1. Tinggi Tanaman ................................................................................ 41  4.3.2. Jumlah Daun ..................................................................................... 44  4.3.3. Warna Daun ...................................................................................... 44  4.4. Kualitas Panen ..................................................................................... 45  4.4.1. Bobot Basah dan Tinggi Akhir ......................................................... 45  4.4.2. Jumlah Bakal Bunga ......................................................................... 47  4.4.3. Jumlah Tangkai Bunga per Tahap Panen .......................................... 48  4.4.4. Penetapan Grade Krisan .................................................................... 50  V. KESIMPULAN DAN SARAN ...................................................................... 52  5.1. Kesimpulan ......................................................................................... 52 5.2. Saran………………………………………...…………...………….. 52   VI. DAFTAR PUSTAKA ................................................................................... 53 

LAMPIRAN…………………………………………………………………….. 56 

Page 11: PENGARUH PUPUK HAYATI DAN PUPUK P …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/58876/1/A...meningkatkan jumlah unsur hara pada tanah regosol, diantaranya adalah dengan penambahan

xi  

  

DAFTAR TABEL

Halaman 1 Pengaruh isolat bakteri dan fungi pelarut fosfat terhadap

ketersediaan P pada media Pikovskaya cair……………………………...  32

2 Diameter koloni bakteri pelarut P dalam inkubasi selama 5 hari………………………………………………………………………..  33

3 Diameter miselium fungi pelarut P dalam inkubasi selama 4 hari………………………………………………………………………..  34

4 Indeks Pelarutan (IP) fungi pelarut P dalam inkubasi selama 4 hari……………………………………………………………………......  35

5 Hasil uji antagonis mikroorganisme pelarut fosfat………………............. 36

6 Hasil uji total mikrob pada pupuk hayati………………………………… 367 Kandungan P-tersedia dan pH tanah pada pemberian pupuk

hayati dan pupuk P……………………………………………………….  38

8  Pengaruh pemberian pupuk hayati dan pupuk P terhadap tinggi tanaman krisan (cm)……………………………………………………...  41

9  Pengaruh pemberian pupuk hayati dan pupuk P terhadap jumlah daun tanaman krisan……………………………………………………...  44

10  Pengaruh pemberian pupuk hayati dan pupuk P terhadap warna daun pada 1 MST – 8 MST………………………………………………  45

11  Pengaruh perlakuan terhadap bobot basah dan tinggi akhir tanaman krisan……………………………………………………………  46

12  Pengaruh pemberian pupuk hayati dan pupuk P terhadap jumlah  bakal bunga (buah)……………………………………………………….  47

13  Pengaruh pemberian pupuk hayati dan pupuk P terhadap jumlah  tangkai bunga per tahap panen…………………………………………...  49

14 e Pengaruh pemberian pupuk hayati dan pupuk P terhadap   klasifikasi grade krisan ………………………………………………….  50

Page 12: PENGARUH PUPUK HAYATI DAN PUPUK P …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/58876/1/A...meningkatkan jumlah unsur hara pada tanah regosol, diantaranya adalah dengan penambahan

xii  

  

DAFTAR GAMBAR

Halaman

1 Bentuk P dalam tanah…………………………………………………… 9

2 Reaksi sederhana pelarutan P sukar larut dari komplek

  Al-P dan Fe-P…....... …………………………………………………… 14

3 Mekanisme pelarutan fosfat oleh asam organik ………………………... 14

4 Petak perlakuan…………………..……………………………………… 28

5 Uji kualitatif bakteri pelarut fosfat……………………………………... 33

6 Ilustrasi penetapan indeks pelarutan (IP) fosfat………………………… 35

7 Uji kualitatif untuk penetapan Indeks Pelarutan (IP) Fosfat……………. 35

8  Pertumbuhan vegetatif krisan (tinggi dan jumlah daun)   35pada 2 MST, 4 MST, 6 MST, dan 8 MST pada setiap perlakuan……….  42  

Page 13: PENGARUH PUPUK HAYATI DAN PUPUK P …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/58876/1/A...meningkatkan jumlah unsur hara pada tanah regosol, diantaranya adalah dengan penambahan

xiii  

  

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman1 Hasil analisis pendahuluan tanah Regosol Cimacan……………………. 57

2 Hasil analisis pupuk kandang…………………………………………… 57

3 Komposisi media Pikovskaya per liter aquades………………………… 57

4 Komposisi media Nutrient Agar (NA) per liter aquades………………... 58

5 Komposisi media Potatos Dektrose Agar (PDA) per liter aquades……... 58

6 Standar Nasional Indonesia (SNI) 01 – 4478 – 1998 tentang syarat

mutu bunga potong krisan segar………………………………………… 58

7 Lokasi pengambilan sampel tanah untuk sumber isolat………………… 59

8 Lokasi penanaman bunga krisan………………………………………… 59

9 Peta Desa Cimacan (Lokasi penanaman bunga krisan)…………………. 59

10 Data tinggi akhir, diameter tangkai, jumlah kuntum, dan

diameter kuntum untuk penetapan grade………………………………... 60

11 Fase akhir pertumbuhan generatif bunga krisan (15 MST)……………... 61

Page 14: PENGARUH PUPUK HAYATI DAN PUPUK P …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/58876/1/A...meningkatkan jumlah unsur hara pada tanah regosol, diantaranya adalah dengan penambahan

1  

  

I. PENDAHULUAN

1.1. Latar belakang

Kadar P- total di dalam tanah umumnya rendah dan berbeda-beda menurut

jenis tanah. Tanah-tanah muda dan perawan biasanya memiliki kadar P yang

lebih tinggi daripada tanah-tanah yang tua, begitu juga penyebarannya dalam

profil tanah. Kadar P anorganik makin bertambah dengan dalamnya lapisan tanah

kecuali bentuk P organik. Mobilitas ion-ion fosfat dalam tanah sangat rendah

karena retensinya dalam tanah sangat tinggi. Ini disebabkan retensi yang tinggi

terhadap unsur P di dalam tanah menyebabkan kosentrasinya dalam larutan cepat

sekali berkurang. Tetapi apabila kelarutan ini dapat diperbesar maka jumlah yang

sedikit saja dari unsur ini akan segera memperlihatkan pengaruhnya yang positif

terhadap pertumbuhan tanaman. Jumlah P- tersedia di tanah-tanah pertanian

biasanya lebih tinggi dibandingkan dengan kadarnya pada tanah-tanah yang tidak

diusahakan. Hal ini diduga karena unsur ini tidak tercuci (residunya tinggi),

sedangkan yang hilang melalui produksi tahunan sangat kecil. Unsur P disebut

juga kunci untuk kehidupan karena fungsinya yang sangat sentral dalam proses

kehidupan. Unsur ini berperan dalam proses pemecahan karbohidrat untuk energi,

penyimpanan dan peredarannya keseluruh tanaman dalam bentuk ADP dan ATP.

Unsur ini juga berperan dalam pembelahan sel melalui peranan nukleoprotein

yang ada dalam inti sel; selanjutnya berperan dalam meneruskan sifat-sifat

kebakaan dari generasi ke generasi melalui peranan DNA (deoxyribonucleic acid).

Tanpa fosfat, proses-proses tersebut tidak dapat berlangsung. Unsur ini juga

menentukan pertumbuhan akar, mempercepat kematangan dan produksi buah dan

biji. Tanaman umumya menyerap unsur ini dalam bentuk ion monofosfat atau

fosfat primer (H2PO4).

Recovery rate dari pupuk P sangat rendah antara 10-30 %, sisanya 70-

90% tertinggal dalam bentuk immobil kalau tidak hilang karena erosi. Kadarnya

dalam tanah juga berbeda-beda menurut tanah.. Karena perannya tersebut, unsur

ini sangat berpengaruh dalam mempercepat pembungaan pada tanaman bunga.

Namun supaya unsur ini lebih tersedia dan dapat diserap oleh tanaman, maka

perlu dilakukan penelitian mengenai ketersediaan P dalam tanah dan pengaruhnya

Page 15: PENGARUH PUPUK HAYATI DAN PUPUK P …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/58876/1/A...meningkatkan jumlah unsur hara pada tanah regosol, diantaranya adalah dengan penambahan

2  

  

terhadap pertumbuhan tanaman. Tanaman yang dimaksud disini adalah krisan,

yakni tanaman yang memiliki nilai jual tinggi. Salah satu cara yang bisa

dilakukan untuk meningkatkan ketersediaan fosfor dalam tanah adalah dengan

membuatnya tersedia dalam tanah. Usaha untuk membuat unsur ini tersedia sering

dilakukan dengan mempercepat kelarutannya dalam tanah. Pelarutan unsur ini

dalam tanah bisa dilakukan dengan bantuan mikroorganisme pelarut fosfat.

Banyak hal yang telah dilakukan dalam mengatasi masalah tidak

tersedianya fosfor dalam tanah untuk bisa diserap oleh tanaman. Diantaranya

adalah perlakuan secara fisik dan kimia yakni pemberian bahan organik,

pengapuran, cara penempatan, jenis dan takaran pupuk P. Sedangkan secara

biologi yakni dengan pemanfaatan mikroorganisme. Mikroorganisme pelarut-P

sebagai salah satu penerapan bioteknologi akan sangat berarti dalam

meningkatkan produksi pertanian dan peningkatan efektivitas pemupukan P.

Penggunaan mikroorganisme pelarut–P ini juga membantu dalam mengurangi

pencemaran lingkungan oleh penggunaan pupuk anorganik. Mikroorganisme

pelarut fosfat ini dapat berasal dari bakteri maupun dari fungi. Menurut Tisdale et

al. (1985) beberapa mikroorganisme sangat efektif dalam meningkatkan jumlah P

yang tersedia bagi tanaman.

Sejumlah mikroorganisme mampu menghasilkan asam dan agen

pengkhelat. Mikroorganisme ini memiliki peranan penting dalam mempengaruhi

larutan tanah dan pupuk fosfat. Spesies yang termasuk dalam mikroorganisme ini

adalah : Aspergillus niger, strains dari Escherichia freundi, beberapa Penicillium

dan Pseudomonas. Peranan mikroorganisme ini dalam penyerapan P dan

pertumbuhan tanaman sukar untuk dinilai dan diperlukan peneliti lebih lanjut.

Tisdale et al. (1985) menyatakan peningkatan ketersediaan fosfor tanah terutama

dihasilkan dari dekomposisi bahan organik yang mengandung fosfor.

Dekomposisi yang paling efektif yaitu terjadi pada tanah-tanah netral, sedikit

alkalin dan tanah tersebut memiliki bahan organik yang tinggi. Beberapa

organisme yang menghasilkan asam sebagai hasil dari aktivitas metabolisme,

akan membantu dalam melarutkan fosfat yang terdapat pada tanah mineral

sehingga tersedia bagi tanaman, seperti hidroksiapatit. Beberapa upaya yang telah

Page 16: PENGARUH PUPUK HAYATI DAN PUPUK P …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/58876/1/A...meningkatkan jumlah unsur hara pada tanah regosol, diantaranya adalah dengan penambahan

3  

  

dilaporkan yakni, ketersediaan batuan fosfat dan fosfat tidak larut dalam air yang

diinokulasikan dengan bakteri fosfat ditingkatkan.

1.2. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk :

1. Mendapatkan isolat bakteri dan fungi pelarut fosfat untuk pembuatan

pupuk hayati.

2. Mengetahui pengaruh pupuk hayati dan pupuk P terhadap ketersedian

fosfor tanah.

3. Mengetahui pengaruh pupuk hayati dan pupuk P terhadap pertumbuhan

krisan.

1.3. Hipotesis

Hipotesis yang akan diuji dalam penelitian ini adalah :

1. Terdapat mikroorganisme pelarut fosfat pada pupuk hayati 2. Pemberian pupuk hayati dan pupuk P dapat meningkatkan ketersediaan

fosfor tanah.

3. Pemberian pupuk hayati dan pupuk P dapat meningkatkan pertumbuhan

krisan

Page 17: PENGARUH PUPUK HAYATI DAN PUPUK P …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/58876/1/A...meningkatkan jumlah unsur hara pada tanah regosol, diantaranya adalah dengan penambahan

4  

  

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Fosfor dalam Tanah

Fosfor adalah unsur yang sangat esensial untuk pertumbuhan tanaman

setelah nitrogen. Namun ketersediaan unsur ini untuk tanaman dibatasi oleh

perbedaan reaksi kimia khusunya pada tanah arid dan semiarid. Fosfor

memainkan peranan penting dalam aktivitas fisiologi dan biokimia tanaman

seperti fotosintesis, transformasi gula ke zat tepung, dan penurunan ciri-ciri

genetik . Sharma (2002) dalam Mehvarz et al. (2008) melaporkan salah satu

keuntungan dari pemberian tanaman dengan fosfor menghasilkan akar yang lebih

dalam dan. Malakooti dan Nafisi (1995) dalam Mehrvarz et al. (2008)

menyatakan bahwa pH terbaik untuk fosfor dapat diambil oleh tanaman adalah

6.5. Mineral fosfat dalam tanah dipelajari lebih intensif daripada mineral nutrisi

lainnya kecuali nitrogen. Meskipun memerlukan usaha yang besar, sedikit hal

pasti bisa dikatakan tentang keadaan fosfat dalam tanah. Ketidakpastian tentang

kimia fosfat dalam tanah disebabkan interaksi kuat fosfat fase padat anorganik

dan organik, pengambilan oleh tanaman dan mikroorganisme secara terus-

menerus, seringnya kembali dari peluruhan organik, dan tingkat reaksi yang

lambat (Bohn et al. 1979).

2.2. Kandungan Fosfor

Tanah perawan dan tanah-tanah muda di area yang memiliki curah hujan

rendah biasanya memiliki total fosfor yang tinggi (Tisdale et al. 1985). Fosfor

dalam tanah sebagian besar terdapat dalam bentuk ortofosfat. Kandungan total

berkisar antara 0.02 - 0.15%, sebagian besar dari bentuk P ini berasosiasi dengan

bahan organik dan di tanah mineral proporsi dari P organik terletak antara 20 -

80% dari total P.

2.3. Bentuk dan Ketersediaan

Fosfor (P) merupakan salah satu unsur yang diperlukan tanaman dan

memegang peranan penting dalam proses metabolisme. Dalam tanah dijumpai

fosfor organik dan anorganik, keduanya merupakan sumber hara penting bagi

Page 18: PENGARUH PUPUK HAYATI DAN PUPUK P …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/58876/1/A...meningkatkan jumlah unsur hara pada tanah regosol, diantaranya adalah dengan penambahan

5  

  

tanaman. Tanaman menyerap fosfor dalam bentuk H2PO4-, HPO4

-, PO4-. Pada

umumnya bentuk H2PO4- lebih tersedia bagi tanaman daripada HPO4- dan PO4

-.

Ketersediaan fosfor anorganik sangat ditentukan oleh pH tanah , jumlah dan

dekomposisi bahan organik, serta kegiatan jasad mikro dalam tanah (Lal 2002

dalam Suliasih dan Rahmat 2007)

Fosfor tanah bisa dikelompokkan secara umum sebagai fosfor organik dan

fosfor anorganik, tergantung pada kandungan-kandungan alamiah dimana bentuk

P tersebut terjadi. Fraksi organik ditemukan dalam humus dan bahan organik yang

mungkin atau tidak mungkin berasosiasi dengan humus. Ukuran P-organik dalam

tanah sangat besar berkisar dari 0 hingga melebihi 0.2% (Tisdale et al. 1985).

Kosentrasi fosfat yang berada pada larutan tanah berkisar antara 0.1 hingga 1 ppm

(10-5 hingga 10-6 M). Fosfat tanah disebut labil atau tidak labil, tergantung dari

tingkat dimana fosfat mengalami pertukaran dengan radioaktif PO4. Fraksi yang

tidak labil dipertimbangkan akan menjadi sejumlah fosfat yang tersedia bagi

tanaman (Bohn et al. 1979).

2.4. P Organik Tanah

Secara alami dan reaksi dari fosfat organik tanah tidak begitu dipahami

dengan baik. Tapi penjelasan berikut akan memberikan pemahaman yang baik

tentang fosfat organik tanah. Bentuk fosfat organik tanah sebagian besar secara

alamiah bentuk fosfat organik tanah adalah ester dari asam orthofosfat dan

sejumlah mono dan diester yang telah dikarekterisasi. Ester fosfat organik

diidentifikasi ke dalam lima kelas : fosfat inositol, fosfolipid, asam nukleat,

nukleotida dan gula fosfat. Tiga bentuk pertama merupakan bentuk yang dominan

(Tisdale et al. 1985).

Fosfat Inositol. Inositol adalah sebuah kandungan gula homosiklik,

C6H12O6, yang mana terbentuk dari sebuah rangkaian wilayah ester fosfat dari

monofosfat ke hexafosfat. Asam phytic (asam myoinositol hexafosfor) adalah

sejumlah besar ester bentuk ini yang dtemukan dalam tanah. Fosfat inositol

dilepaskan dari substansi organik ke dalam tanah pada tingkat yang sangat lambat

daripada ester lain, namun bisa dengan cepat stabil dan bisa terakumulasi

dibeberapa tanah, dan merupakan fosfat yang terhitung lebih dari setengah fosfat

Page 19: PENGARUH PUPUK HAYATI DAN PUPUK P …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/58876/1/A...meningkatkan jumlah unsur hara pada tanah regosol, diantaranya adalah dengan penambahan

6  

  

organik dan jumlahnya sekitar seperempat dari total fosfor di tanah (Tisdale et al.

1985).

Asam nukleat. Dua perbedaan bentuk dari asam nukleat, asam ribonukleat

dan asam deoksiribonukleat, terdapat dalam semua bentuk kehidupan. Masing-

masing terdiri dari unit rantai gula, baik ribose maupu deoksiribosa bergabung

dengan jembatan ester fosfat. Sebuah basa nitrogen baik yang berasal dari purin

maupun pirimidin diberikan ke masing-masing molekul gula. Nukleosida adalah

unit-unit yang hanya mengandung satu molekul gula yang berikatan dengan satu

molekul dari basa nitrogen. Fosfat berasal dari nuklosida yang disebut nukleotida

(Tisdale et al. 1985).

Asam nukleat dimungkinkan dilepaskan ke dalam tanah lebih banyak dan

cepat daripada fosfat inositol dan mengalami kerusakan lebih cepat. Karena tidak

mungkin untuk mengisolasi asam nukleat murni dari tanah, Pengukurannya

biasanya berdasarkan pada sejumlah nukleotida dari turunan purin atau pirimidin

yang dibebaskan oleh hidrolisis dari fraksi bahan organik tanah. (Tisdale et al.

1985).

2.5. P Anorganik Tanah

Fosfat terlarut dari material pupuk, dalam air limbah, dan sumber tanah

setempat serta bereaksi dengan unsur tanah menghasilkan bentuk yang sukar larut.

Fosfat kemudian hilang dari fase larutan akibat ditahan atau diikat oleh koloid

tanah. Pemahaman dari perubahan tersebut adalah penting dalam manajemen

pupuk fosfat dan untuk tujuan lain seperti pemilharaan lahan dari limbah cair.

Sejumlah mekanisme ditujukan untuk menjelaskan retensi fosfat. Mekanisme

tersebut termasuk reaksi pengendapan-pelarutan, reaksi penyerapan-pelepasan,

dan reaksi mineralisasi–immobilisasi. Reaksi pelarutan-presipitasi rendah terdapat

dalam tanah yang dipengaruhi oleh penamabahan pupuk fosfat dipelajari lebih

ekstensif (Tisdale et al. 1985). Di bawah kondisi lapang dimana pupuk fosfat

diaplikasikan ke tanah dalam bentuk granul atau droplet dalam kosentrasi tinggi

dan berdekatan dengan tanah yang berhubungan larutan tanah yang mengandung

kosentrasi yang tinggi dari fosfat dan yang mengelilingi kation. Reaksi retensi

Page 20: PENGARUH PUPUK HAYATI DAN PUPUK P …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/58876/1/A...meningkatkan jumlah unsur hara pada tanah regosol, diantaranya adalah dengan penambahan

7  

  

fosfat dimulai di lingkungan seperti ini, yang mana sering memperkenankan

presipitasi in situ dari bahan fosfat (Tisdale et al. 1985).

Bentuk fosfat sukar larut bila bergabung dengan Fe3+, and Al3+ pada pH

rendah, lebih larut bila bergabung dengan Ca2+ dan Mg2+ pada nilai pH mendekati

netral, dan sukar larut bila bergabung dengan Ca2+ pada nilai pH yang lebih tinggi

ada wilayah yang lebar dalam pelarutan berbagai macam bahan fosfat ini dan

ketersediaan mereka untuk tanaman biasanya paling besar dengan pH pada skala

6-7 untuk sebagian besar tanah pertanian (Tisdale et al. 1985).

2.6. Pemupukan Fosfat dan Permasalahannya

Untuk meningkatkan produksi pangan pada tanah-tanah masam seperti

ultisol diperlukan penambahan P-anorganik seperti fosfat alam dan bahan organik,

baik pupuk kandang maupun sisa-sisa tanaman. Pupuk fosfat seperti fosfat alam

bukan hanya merupakan sumber P, tapi juga Ca, disamping itu mengandung hara

esensial seperti Mg, S, Fe, Cu dan Zn (Dev 1996 dalam Noor 2003). Pupuk fosfat

alam yang digunakan secara langsung umumnya memiliki kelarutan yang rendah

dibandingkan dengan pupuk kimia, sehingga diperlukan suatu usaha yang dapat

meningkatkan kelarutannya seperti penggunaan mikroorganisme dan bahan

organik (Noor 2003).

Daya larut fosfat dalam karier fosfat yang berbeda adalah berubah-ubah.

Daya larut air dari pupuk fosfat tidak selalu menjadi kriteria yang terbaik dari

ketersediaaan elemen ini untuk tanaman. Kemungkinan pengukuran yang paling

tepat untuk ketersediaan bagi tanaman dari elemen nutrisi adalah memperluas

penyerapan oleh tanaman di bawah kondisi yang sesuai untuk tumbuh.

Penentuannya tidak mudah, yakni kapan ketersediaan dari unsur pupuk harus di

tentukan dengan cepat pada sejumlah besar sampel, sebagaimana dalam

pengendalian pemupukan untuk tanaman (Tisdale et a.l 1985).

Keefektivan pupuk fosfat ditentukan oleh sifat dari garam fosfat dan

kesuburan tanah serta reaksi dimana terdapat pupuk fosfat dengan berbagai

macam unsur tanah. Pelarutan granul dari pupuk fosfat terlarut air sangat cepat,

bahkan di bawah kondisi kadar air tanah rendah. Kecukupan air untuk mengawali

pelarutan, mengubah granul dengan kapilaritas atau transport uap air. Larutan

Page 21: PENGARUH PUPUK HAYATI DAN PUPUK P …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/58876/1/A...meningkatkan jumlah unsur hara pada tanah regosol, diantaranya adalah dengan penambahan

8  

  

yang mendekati jenuh dari bahan pupuk fosfat berada di sekitar pupuk berbentuk

granul dan droplet. (Tisdale et al. 1985).

2.7. Efektivitas Pemupukan Fosfat

Sejumlah sifat pupuk dan kondisi tanah mempengaruhi junlah pupuk yang

diberikan ke tanah dan juga mempengaruhi efektivitasnya di dalam tanah.

Menurut Tisdale et al. (1985) hal yang mempengaruhi efektivitas pemupukan

fosfat adalah 1) Pengaruh dari ukuran granul, 2) Kadar air Tanah, 3) Distribusi

granul, 4) Tingkat aplikasi, 5) Residu fosfat. Dibawah kondisi tropik, dimana

fosfat terlarut mudah tercuci dari tanah pasir masam, maka aplikasi dari batuan

fosfat diperlukan. Percobaan dengan tebu di Hawai menunjukkan bahwa batuan

fosfat memiliki keefektivan yang sama dengan superfosfat (Ayers and Haghara

1961 dalam Mengel dan Kirkby 1982).

2.8. Masalah Fosfor

Sebagian tanah mengandung zat yang menyediakan total P, sebagain besar

dari itu tinggal dalam bentuk iner, dan hanya kurang dari 10% dari P tanah yang

masuk dalam siklus hewan-tanaman (Kucey et al. 1989 dalam Sundara et al.

2002). Akibatnya kekurangan P meluas dan sebagian besar pupuk P diperlukan

untuk menjaga produksi pangan. Walaupun P dalam pupuk ini mulanya tersedia

bagi tanaman, namun akhirnya itu secara cepat berekasi dengan tanah dan

menjadi makin kurang tersedia untuk diambil tanaman. Penambahan ke tanah

fosfat terlarut kemudian berekasi dengan komponen-komponen tanah dan

membentuk senyawa yang kurang larut (Sundara et al. 2002).

Soepardi (1983) menyatakan, salah satu masalah fosfor yang terpenting

adalah sebagian fosfor tidak tersedia bagi tanaman, dan juga bila fosfor larut

ditambahkan ke dalam tanah, sebagian dari fosfor tersebut diikat dan dibuat

menjadi tidak tersedia bagi tanaman, sekalipun keadaan tanah sangat baik.

Pemakaian pupuk fosfat hampir sebanding dengan pemakaian pupuk nitrogen.

Namun demikian kehilangan fosfor dari tanah terangkut tanaman adalah rendah

dibandingkan dengan nitrogen dan kalium, dalam banyak hal berkisar antara

Page 22: PENGARUH PUPUK HAYATI DAN PUPUK P …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/58876/1/A...meningkatkan jumlah unsur hara pada tanah regosol, diantaranya adalah dengan penambahan

9  

  

seperempat hingga sepertiga unsur tersebut. Secara singkat, masalah menyeluruh

dari fosfor adalah :1) jumlah sedikit yang terdapat dalam tanah 2)

ketidaktersediaan fosfor yang sudah ada dalam tanah 3) adanya fiksasi fosfor yang

kontras.

Pada tanah tua fosfat akan membentuk komplek hidrooksida Fe-P,

hidrooksida Al-P, sedang pada tanah alkali mebentuk komplek Ca-P. Pada tanah

Andosol akan berikatan dengan alofan membentuk alofan fosfat (Leiwakabessy

1989 dalam Lestari 1994) sedangkan pada kondisi masam ion Al dan Fe bereaksi

dengan ion fosfat membentuk gaeam Fe-P atau Al-P yang tidak larut. Pupuk

fosfat Ca(H2PO4)2 diberikan ke tanah akan berubah seperti gambar 1

Hanafiah (2005) menyatakan dibanding N, maka P-tersedia dalam tanah

relatif cepat menjadi tidak tersedia akibat segera 1) terikat oleh kation tanah

(terutama Al dan Fe pada kondisi masam atau dengan Ca dan Mg pada kondisi

netral) yang kemudian mengalami presipitasi (pengendapan) atau 2) terfiksasi

pada permukaan positif koloidal tanah (liat dan oksida Al/Fe) atau lewat

pertukaran kation (terutama dengan OH-).

Ca(H2PO4)2 P tersedia

H2O

H3PO4 + CaHPO4 P kurang tersedia

Al (OH)3 atau Fe (OH)3

Al (OH)2H2PO4 + Fe (OH)2H2PO4 P tidak tersedia

Gambar 1 Bentuk P dalam tanah

Tisdale et al. (1985) menyatakan terdapat beberapa faktor yang

mempengaruhi retensi fosfat dalam tanah. Faktor tersebut antara lain : 1) sifat

alamiah dan jumlah unsur tanah, 2) pH, 3) ion-ion lainnya, 4) kinetik, dan 5)

kejenuhan dari komplek jerapan.

Page 23: PENGARUH PUPUK HAYATI DAN PUPUK P …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/58876/1/A...meningkatkan jumlah unsur hara pada tanah regosol, diantaranya adalah dengan penambahan

10  

  

2.9. Kebutuhan Fosfor Tanaman

Kadar kosentrasi fosfat yang terdapat dalam tanaman berkisar antara 0.1

sampai 0.4%. Jumlah tersebut lebih rendah jika dibandingkan dengan hara

nitrogen dan kalium yang terdapat pada tanaman (Tisdale et al. 1985). Jika jumlah

fosfat tersedia berada dalam kisaran yang normal, jumlah fosfat yang harus

diaplikasikan ke tanah harus sesuai dengan jumlah yang diambil oleh tanaman.

Beberapa fosfat yang bersifat labil diubah menjadi immobil. Tingkat aplikasi

fosfat harus lebih tinggi dari 10 hingga 50% dari jumlah yang diambil oleh

tanaman. Umumnya tingkat aplikasi yang baik untuk tanaman yakni antara 20

hingga 80 kg P/ha sesuai dengan spesies tanaman dan kondisi tanah. Tanaman

dengan pertumbuhan yang tinggi, produksi bahan organik dengan jumlah yang

besar, memiliki kebutuhan yang lebih tinggi terhadap fosfat. Seperti yang

diaplikasikan pada tanaman jagung, produksi rumput intensif, kentang dan tebu

(Mengel dan Kirkby 1982).

Jumlah P yang ada dalam larutan tanah, bahkan dalam tanah dengan

ukuran tinggi dari ketersediaan fosfat hanya berkisar 0.3 hingga 3 kg P/ha.

Kecepatan pertumbuhan tanaman menyerap sejumlah fosfat dalam sehari berkisar

1 kg P/ha, ini menjelaskan bahwa fosfat dalam larutan tanah harus diberikan ke

tanah beberapa kali sehari dengan mobilisasi fosfat dari kelompok fosfat labil.

Fosfat labil ini lebih atau kurang identik dengan isotop pertukaran fosfat. Jumlah

dari bagian ini terpadat pada lapisan atas tanah (20 cm) memiliki jumlah antara

150 hinnga 500 kg P/ha. Fosfat ini memiliki tingkat desorpsi yang tinggi dalam

tanah dan kapasitas penyangga fosfat yang tinggi. Berdasarkan ini, maka

sebaiknya tanah mampu menjaga kosentrasi fosfat pada larutan tanah selama

musim penanaman (Williams 1970 dalam Mengel & Kirkbi 1982).

Suplai yang cukup dari fosfat berhubungan dengan sejumlah besar jerami

padi. mutu dari buah, makanan ternak, sayuran, dan tanaman padi-padian dapat

berkembang dan peningkatan ketahanan terhadap penyakit saat tanaman-tanaman

ini mempunyai kecukupan dalam nurisi fosfor (Tisdale et al. 1985).

Page 24: PENGARUH PUPUK HAYATI DAN PUPUK P …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/58876/1/A...meningkatkan jumlah unsur hara pada tanah regosol, diantaranya adalah dengan penambahan

11  

  

2.10. Mikroorganisme Pelarut Fosfat

Kandungan anorganik yang tidak larut dari fosfor, sebagian besar tidak

tersedia untuk tanaman, tapi terdapat banyak mikroorganisme yang bisa

membawa fosfat ke dalam larutan. Hal ini sering kelihatan, karena sepersepuluh

hingga setengah bakteri yang dites umumnya mampu melarutkan kalsium fosfat

(Ca3(PO4)2) dan jumlah bakteri yang dapat melarutkan fosfat yang tidak larut

berada pada 105 hingga 107 per gram tanah. Sebagai contoh seperti bakteri yang

sering melimpah pada permukaan akar (Raghu et al. 1966 dalam Alexander

1977). Spesies seperti Pseudomonas, Mycobacterium, Micrococcus, Bacillus,

Flavobacterium, Penicillium, Sclerotium, Fusarium, Aspergillus, dan lain-lainnya

sangat aktif dalam proses pengubahan fosfat yang tidak larut air menjadi larut air

(Alexander 1977).

Beberapa bakteri tanah, khususnya yang termasuk dalam kelompok

Pseudomonas dan Bacillus dan fungi yang termasuk dalam kelompok Penicillium

dan Aspergillus menunjukkan kemampuan mengubah fosfat yang tidak larut

dalam tanah ke dalam bentuk larut dengan mengeluarkan asam organik seperti

asam format, asetat, propionat, laktat, glikolat, fumarat, dan suksinat. Asam-asam

ini menyebabkan pH lebih rendah dan memutus ikatan yang membentuk fosfat

(Rao 1982).

Sebagian besar fosfat organik tanah berada dalam bentuk ester fosfat

inositol, hexafosfat inositol dan beberapa di-tri dan tetrafosfat dari inositol.

Beberapa fosfat organik ini diproduksi oleh tanaman, dan sebagian besar

disintesis oleh mikrooragnisme (Dalal 1977 dalam Mengel dan Kirkby 1982).

Peningkatan fosfat tanah tersedia terutama dihasilkan dari dekomposissi

bahan organik. Dekomposisi yang paling baik terjadi pada kondisi tanah netral,

tanah alkalin, dan tanah-tanah ini memiliki kandungan bahan organik yang tinggi.

Beberapa mikroorganisme yang menghasilkan asam sebagai hasil dari akktivitas

metabolisme, juga memiliki peranan dalam melarutkan fosfat mineral tanah yang

tidak tersedia bagi tanaman (Tisdale et al. 1985).

Page 25: PENGARUH PUPUK HAYATI DAN PUPUK P …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/58876/1/A...meningkatkan jumlah unsur hara pada tanah regosol, diantaranya adalah dengan penambahan

12  

  

2.11. Potensi Bakteri dan Fungi Melarutkan Fosfat

Beberapa bakteri tanah seperti bakteri pelarut fosfat mempunyai

kemampuan untuk melarutkan P organik menjadi bentuk fosfat terlarut yang

tersedia bagi tanaman. Efek pelarutan biasanya disebabkan oleh adanya produksi

asam organik seperti asam asetat, asam format, asam laktat, asam oksalat, asam

malat, dan asam sitrat yang dihasilkan oleh mikroba tersebut. Mikroba tersebut

juga memproduksi asam amino, vitamin, dan growth promoting substance seperti

IAA dan asam giberellin yang dapat meningkatkan pertumbuhan tanaman

(Richardson 2001, Gyaneshwar et al. 2002; Ponmugaran 2006 dalam Suliasih

2007).

Diantara populasi bakteri tanah, bakteri pelarut fosfat merupakan pelarut

yang berpotensi melarutkan fosfat antara 1 hingga 50% , sedangkan fungi pelarut

fosfat hanya menunjukkan 0.1-0.5% potensi pelarutan (Chen et al. 2006 dalam

Panhwar et al. 2011).

Interaksi mikroorganisme tanah dalam tanaman di daerah perakaran bisa

jadi sangat menguntungkan, netral, bervariasi atau mengganggu pertumbuhan

tanaman. Keuntungan yang diperoleh dari aktivitas mikroorganisme ini termasuk

produksi atau perubahan dalam kosentrasi hormon tanaman seperti IAA, Asam

giberelin, sitokinin, etilen; fiksasi nitrogen, tekanan pertumbuhan dari organisme

pengganggu dengan produksi siderofor, chitinase, antibiotik, dan pelarutan fosfat

dan unsur lainnya (Bhadbhade et al. 2002 dalam Kukreja et al. 2010).

Pupuk biologis (bakteri pelarut fosfat) dinilai sebagai penyokong tanaman

yang baik untuk mensuplai fosfor ke kadar yang sesuai. Pupuk ini diproduksi

berdasarkan seleksi mikroorganisme tanah yang menguntungkan yang mana

mempunyai efisiensi tinggi untuk meningkatkan pertumbuhan tanaman dengan

menyediakan makanan dalam bentuk yang dapat diserap. Aplikasi dari inokulan

yang disediakan oleh mikroorganisme ini meningkat, banyak mikroorganisme

yang aktif dan efektif untuk daerah aktivitas akar, yang mana meningkatkan

kemampuan tanaman untuk mengambil unsur hara dalam jumlah yang lebih

banyak (Mehrvarz et al. 2008).

Alexander (1977) menyatakan mikroorganisme berperan pada sejumlah

transformasi dari unsur fosfat. Peranan tersebut diantaranya (a) mengubah

Page 26: PENGARUH PUPUK HAYATI DAN PUPUK P …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/58876/1/A...meningkatkan jumlah unsur hara pada tanah regosol, diantaranya adalah dengan penambahan

13  

  

kelarutan dari kandungan anorganik fosfat, (b) mineralisasi kandungan organik

dengan pelepasan fosfat anoragnik, (c) mengubah fosfat anorganik, menyediakan

anion ke dalam komponen sel, sebuah proses immobilisasi analog yang terjadi

dengan nitrogen, (d) berperan pada oksidasi dan reduksi dari kandungan fosfat

anorganik, khususnya dalam proses immobilisasi.

Indikasi dari kegunaan mikroorganisme pelarut fosfat bisa dicapai dengan

membandingkan pertumbuhan dan komposisi kimia dari pertumbuhan tanaman

dengan kehadiran atau tidak hadirnya mikroorganisme. Sebagai contoh, ketika

barley dibenihkan ke dalam sampel tanah steril dan nonsteril, dengan ukuran yang

rendah dari ketersediaan fosfat, hasil dan kandungan fosfat ialah kekurangan di

tanah nonsteril. Penurunan pertumbuhan oleh mikroflora di tanah alamiah tidak

kelihatan jika fosfat yang disediakan tinggi (Benians G.J. dan D.A. Barber 1974

dalam Alexander 1977).

Bahan organik tanah mengandun P, yang mana mineralisasi dari bahan

organik tanah melepaskan fosfat ke dalam larutan tanah. Fosfat yang dilepaskan

dengan cara ini melibatkan keseimbangan ion fosfat yang dilepas dan ion fosfat

yang diserap. Penguraian bahan organik oleh mikroba berhubungan dengan

peningkatan produksi CO2 yang mana memungkinkan peningkatan larutan fosfat

tanah (Mengel dan kirkby 1982)

2.12. Mekanisme Pelarutan Fosfat

Pelarutan fosfat oleh Pseudomonas didahului dengan sekresi asam-asam

organik, diantaranya asam sitrat, asam glutamate, suksinat, laktat, oksalat,

glioksilat, malat, dan fumarat. Hasil sekresi tersebut akan berfungsi sebagai

katalisator, pengkhelat dan memungkinkan asam-asam organik tersebut

membentuk senyawa komplek dengan kation Ca2+, Mg2+, Fe2+, dan Al3+ sehingga

terjadi pelarutan fosfat menjadi bentuk tersedia yang dapat diserap oleh tanaman

(Rao 1982 dalam Wulandari 2001). Lestari (1994) menyatakan proses utama

terhadap pelarutan senyawa fosfat sukar larut adalah produksi asam organik oleh

mikroorganisme dan sebagian asam anorganik yang dapat berinteraksi dengan

senyawa P sukar larut serta melarutkan fosfor dari komplek Al-P, Fe-P, Mn-P dan

Page 27: PENGARUH PUPUK HAYATI DAN PUPUK P …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/58876/1/A...meningkatkan jumlah unsur hara pada tanah regosol, diantaranya adalah dengan penambahan

14  

  

Ca-P. seperti yang diungkapkan oleh Basyaruddin (1982) dalam suatu reaksi

sederhana sebagai berikut :

OH OH

Al (H2O) OH + OH- Al (H2O) OH+ H2PO4-

H2PO4 OH

Fase Padat Larutan Padat Larutan

OH OH

Fe (H2O) OH + OH- Fe (H2O) OH + H2PO4-

H2PO4 OH

Fase Padat Larutan Padat Larutan

Gambar 2 Reaksi sederhana pelarutan P sukar larut dari komplek Al-P dan Fe-P

Asam organik seperti asam sitrat dan asam sulfat berperan dalam

meningkatkan kelarutan fosfat dalam batuan fosfat (Alexander 1977 dalam

Lestari 1994), ditegaskan oleh Leiwakabessy (1989) dalam Lestari (1994) dalam

mekanisme berikut:

HNO3, H2SO4/ Asam Organik P anorganik P Larut P tidak larut Gambar 3 Mekanisme pelarutan fosfat oleh asam organik

Pelepasan H2PO4- menyebabkan jumlah fosfat dalam larutan tanah akan

bertambah. Mengel dan Kirkby (1982) menyatakan proses akhir dimana fosfat

organik diubah menjadi tersedia dengan pemecahan fosfat anorganik dengan

sejumlah reaksi fosfat. Enzim fosfat dihasilkan oleh akar tanaman tingkat tinggi

oleh sejumlah mikroorganisme (Aspergillus, Penicillium, Mucor, Rhizopus,

Bacillus, Pseudomonas).

Walaupun pelarutan fosfat umumnya memerlukan produksi asam,

mekanisme yang lain dapat diperhitungkan untuk mobilisasi fosfat besi, di tanah

Page 28: PENGARUH PUPUK HAYATI DAN PUPUK P …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/58876/1/A...meningkatkan jumlah unsur hara pada tanah regosol, diantaranya adalah dengan penambahan

15  

  

banjir, besi dalam fosfat besi yang tidak larut dapat direduksi, sebuah proses yang

menunjukkan ke pembentukkan larutan besi dengan dengan pelepasan yang

bersamaan dari fosfat ke dalam larutan (Patrick et al 1973 dalam Alexander

1977). Fosfat dapat juga dibuat lebih tersedia untuk diambil tanaman dengan

memastikan bakteri yang membebaskan hydrogen sulfida, sebagai produk yang

bereaksi dengan fosfat besi untuk menghasilkan besi sulfida pembebasan fosfat

(Sperber 1957 dalam Alexander 1977). Penambahan asam nukleat murni ke

dalam tanah dengan cepat mengalami defosforilasi. Sejumlah besar berbagai

heterotrof dapat berkembang pada media yang mengandung nukleotida sebagai

sumber tunggal dari karbon, nitrogen, dan fosfor. Mineralisasi dipengaruhi oleh

pH, dan tingkat penurunan dari akibat kemasaman meningkat. Proses tranformasi

dari suatu inisial depolimerisasi dari RNA oleh ribonuklease dan DNA oleh

deoksiribonuklease dan pemecah fosfat berasal dari produk yang dibangun oleh

depolimer enzim-enzim. Fosfor dalam sel mikroba, sebagian besar terdapat dalam

bentuk RNA dan DNA, dibebaskan dengan cepat oleh beberapa organisme

walaupun itu dibebaskan dengan lambat oleh organisme lainnya (Mills &

Alexander 1974 dalam Alexander 1977).

2.13. Hasil-Hasil Penelitian Penggunaan Bakteri dan Fungi Pelarut Fosfat

Mikroorganisme dilibatkan dalam sejumlah proses yang mempengaruhi

transformasi P tanah yang kemudian menjadi bagian integral dari bagian siklus P.

Khususnya mikroorganisme tanah efektif dalam melepaskan P dari kelompok

anorganik dan organik P total tanah melalui pelarutan dan mineralisasi (Hilda &

Fraga 1999 dalam Y.P. Chen et al. 2006).

Mikroorganisme tanah memainkan peranan penting dalam dinamika P

tanah yang berakibat ketersediaannya untuk tanaman (Richardson 2001 dalam

Khan et al. 2009).

Belakangan ini, perhatian diberikan untuk memungkinkan penggunaan

sejumlah besar sumber batu fosfat yang tersedia dengan aksi mikroorganisme

pelarut fosfat. Dalam kaitannya, percobaan lapang dilakukan di India dengan

menggunakan kultur suspensi dari Bacillus polymixa, Bacillus circulans,

Page 29: PENGARUH PUPUK HAYATI DAN PUPUK P …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/58876/1/A...meningkatkan jumlah unsur hara pada tanah regosol, diantaranya adalah dengan penambahan

16  

  

Pseudomonas striata dan Aspergillus awamori dengan dan tanpa super fosfat dan

batuan fosfat pada hasil panen gandum dan padi (Gaur et al. 1980 dalam Rao

1982). Hasilnya menunjukan bahwa peningkatan yang signifikan pada hasil panen

padi yang memungkinkan ketika gandum diinokulasi dengan P. striata dengan

batuan fosfat pada dosis 100 kg P2O5/ha. Hal yang sama juga terjadi, panen padi

meningkat secara signifikan saat padi diinokulasi dengan B. polymiyxa dengan

batuan fosfat.

Benik dan Dey (1982) dalam Lestari (1994) mengisolasi beberapa

mikroorganisme pelarut fosfat dari tanah alluvial (Fluvakuent), diperoleh dua

strain fungi yaitu ACF2 (Aspergillus candidadus) dan ACF1 (Aspergillus

fumigatus), dua strain bakteri yaitu ACB5, dan ACB13 serta satu strain

Aktinomycetes yang efisien melarutkan P dari Ca3(PO4)2. Mikroorganisme

tersebut memproduksi asam oksalat dan asam tartat tanpa atau dengan asam sitrat,

menunjukkan kemampuan yang tinggi melarutkan P anorganik sukar larut.

Aspergillus fumigatus mempunyai kemampuan paling tinggi melarutkan batuan

fosfat (31.5 ug). Secara umum strain ACF2 mempunyai kemampuan lebih baik

dalam melarutkan fosfat dibanding yang lain.

Dalam percobaan yang sebenarnya dalam media yang mengandung

glukosa sebagai sumber karbon, Aspergillus niger mengasimilasi 0.24 hingga

0.40 bagian, Streptomyces sp. mengasimilasi 0.27 hingga 0.63, sedangkan

gambaran untuk campuran flora tanah berada pada selang 0.16 hingga 0.36 bagian

fosfor untuk masing-masing seratus bagian dari glukosa yang dioksidasi

(Alexander 1977).

2.14. Pupuk Hayati

Kerusakan lingkungan dapat disebabkan oleh penggunaan pupuk kimia

yang tidak ramah lingkungan. Pupuk hayati memiliki peranan yang sangat penting

karena memiliki sifat yang ramah lingkungan, tidak berbahaya dan tidak beracun.

Pupuk hayati yang dimaksud terdiri dari mikroba hidup yang diseleksi dan

menguntungkan, yang mana ditambahkan di tanah sebagai inokulan mikroba.

Beberapa mikroba seperti Cyanobacteria. Azolla, diazotrop endofitik, dan

Page 30: PENGARUH PUPUK HAYATI DAN PUPUK P …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/58876/1/A...meningkatkan jumlah unsur hara pada tanah regosol, diantaranya adalah dengan penambahan

17  

  

mikroorganisme pelarut fosfat saat ini digunakan sebagai pupuk hayati

(Kannaiyan et al. 2004 dalam Sharma et al. 2007).

Pupuk hayati yang dibuat yang dibuat mengandung mikroorganisme

tertentu dalam jumlah yang banyak dan mampu menyediakan hara serta

membantu pertumbuhan tanaman. Pupuk hayati dapat diterima sebagai pupuk

yang berharga murah dibanding pupuk kimia, dan tidak berdampak negative baik

terhadap kesehatan tanah maupun lingkungan. Pupuk hayati yang banyak

dikembangkan merupakan pemasok nitrogen dan fosfor. Pupuk hayati merupakan

alternative bagi petani untuk memanfaatkan pasokan N2 udara yang cukup besar,

disamping memanfaatkan bentuk P tak tersedia menjadi bentuk tersedia. Melalui

masukkan teknologi rendah, petani dapat memperoleh keuntungan yang lebih

besar (Sutanto 2001).

2.15. Bunga Krisan

Krisan (Chrysanthemum sp) adalah salah satu bunga potong utama di

dunia. Jumlah bunga potong krisan menempati urutan pertama dari pemasaran

semua bunga potong yang dipasarkan setiap tahun di Indonesia menyalurkan US$

1 juta untuk pendapatan nasional pada tahun 2003 dan jumlahnya meningkat naik

hingga US$ 1.8 juta pada tahun 2005. Namun, negara-negara Asia Tenggara

termasuk Indonesia hanya mensuplai kurang dari 10% dari krisan pasar dunia

(Chomchalow 2005 dalam Budiarto et al. 2006). Perubahan-perubahan trend

yang cepat dan dinamis dalam pasar budidaya bunga menentukan faktor dalam

kelas dan harga. Hal ini berkaitan dengan preferensi konsumen pada warna,

ukuran dan tipe bunga. Namun, bunga krisan yang dihasilkan oleh petani

Indonesia mempunyai penampilan fisik yang kurang baik dan kualitas yang

bergantung pada bahan tanaman yang baik dan metode pembudidayaan,

selanjutnya berpengaruh pada harga yang tidak kompetitif dan kurang

menguntungkan (Budiarto et al. 2006). Berikut adalah klasifikasi botani tanaman

hias krisan:

Page 31: PENGARUH PUPUK HAYATI DAN PUPUK P …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/58876/1/A...meningkatkan jumlah unsur hara pada tanah regosol, diantaranya adalah dengan penambahan

18  

  

Kingdom : Plantae (tumbuh-tumbuhan)

Divisi : Spermathophyta

Subdivisi : Angiospermae (biji berkeping dua)

Ordo : Asterales (Compositae)

Famili : Asteraceae

Genus : Chrysanthemum

Spesies : C. morifolium Ramat, C. Indicum, C. daisy dll.

Permintaan pasar akan bunga potong krisan meningkat sekitar 11.8% per

tahun, berkaitan dengan hal itu upaya penyediaan benih yang bermutu di dalam

negeri perlu mendapatkan prioritas (Soerojo 1991 dalam Raharjo et al. 2008). Hal

itu dikarenakan usaha perluasan produksi bunga ditingkat petani selalu

membutuhkan ketersediaan benih dalam jumlah yang memadai. Jika penyediaan

benih tidak mampu mengimbangi lonjakan permintaan, maka produsen akan

mencari alternatif dengan mengimpor bibit dari luar negeri. Bagi produsen yang

tidak mampu mengimpor bibit, maka terpaksa menggunakan tanaman induk yang

lama dengan resiko kualitas yang rendah. Untuk mendukung penyediaan benih

bermutu tanaman krisan, Balai Penelitian Tanaman Hias telah mengembangkan

teknik perbanyakan bibit dan produksi tanaman induk secara tepat (Marwoto et al.

2004 dalam Raharjo et al. 2008).

Sebagian besar penanaman bunga krisan berada di Jawa (Cipanas,

Bandung, Yogyakarta) dengan tiga musim tanam setiap tahun. Pada penanaman

tradisional, tanaman biasanya ditanami di rumah plastik yang dibangun dari

bambu, karena tanaman bambu jumlahnya banyak dan tumbuh secara alamiah di

alam. Namun, beberapa pembatas masih diperlihatkan selama proses produksi

yang belum terpecahkan hingga saat ini dan kualitas serta produktivitas bunga

perlu untuk dikembangkan. Penggunaan bambu untuk pembangunan rumah

plastik, dinilai kurang tahan lama dibandingkan dengan kayu dan bahan permanen

lainnya seperti aluminium. Kondisi ini mengarah para petani untuk merkonstruksi

dan merenovasi rumah plastik hampir setiap lima tahun. Biaya-biaya dari aktivitas

ini menjadi tambahan biaya dan akhirnya membuat proses produksi kurang

menguntungkan (Boudoin dan Zabeltititz 2002 dalam Budiarto et al. 2007).

Page 32: PENGARUH PUPUK HAYATI DAN PUPUK P …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/58876/1/A...meningkatkan jumlah unsur hara pada tanah regosol, diantaranya adalah dengan penambahan

19  

  

Disamping konstruksi bambu, masa hidup dari rumah kayu adalah 10 tahun. Di

rumah kayu ada 20% lebih sinar yang masuk dibandingkan rumah plastik yang

dibangun dengan bambu (Gunadi et al. 2006, diacu dalam Budiarto et al. 2007).

Krisan berasal dari daerah subtropis, sehingga suhu yang terlalu tinggi

merupakan faktor pembatas dalam pertumbuhan tanaman. Temperatur rata-rata

untuk pertumbuhan krisan berada pada suhu harian antara 17 0C sampai 30 0C.

Pada fase vegetatif, kisaran suhu harian 22 sampai 28 0C pada siang hari dan tidak

melebihi 26 0C pada malam dibutuhkan untuk pertumbuhan optimal krisan

(Khattak &Pearson 1997 dalam PUSLITBANGHORT 2006). Suhu harian pada

fase generatif 16 0C sampai 18 0C (Wiltkins et al. 1990 dalam

PUSLITBANGHORT 2006). Menurut Maswinkel dan Sulyo (2004) dalam

PUSLITBANGHORT (2006), pada suhu di atas 25 0C, proses inisiasi bunga akan

terhambat dan menyebabkan pembentukan bakal bunga juga terhambat. Suhu

yang terlalu tinggi juga mengakibatkan bunga yang dihasilkan cenderung

berwarna hitam, pucat dan memudar.

Tingkat pemberian pupuk untuk kehidupan atau masa pemberian makanan

dari krisan pada pot, berdasarkan pada nitrogen adalah 350 - 400 ppm N.

Selanjutnya, 375 ppm N digunakan sebagai taraf standar (100%) untuk studi.

Jumlah fosfor dan kalium dalam 375 ppm larutan pupuk N adalah 175 dan 354

ppm, untuk masinng-masing pupuk. Masing-masing perlakuan pupuk dibuat

menjadi pupuk lengkap. Untuk menjaga kesamaan perbandingan dari semua unsur

makro dan mikro, keragaman pemberian pupuk dilakukan secara lurus dari pupuk

ke tingkat spesifik dari setiap percobaan (Chau et al. 2005).

Beberapa pengaruh pembudidayaan menunjukkan pengaruh yang kuat

pada pengaruh musim daripada pengaruh-pengaruh lainnya. ‘Tara’ dikenal dalam

produksi komersial untuk pertumbuhan yang lebih kuat pada suhu produksi yang

lebih tinggi, yang mana ditunjukkan dengan peningkatan cabang pada percobaan

diakhir musim semi dan gugur (Schoellhorn 1996). 

Krisan merupakan salah satu jenis bunga potong yang banyak diminati

konsumen untuk digunakan sebagai bahan dekorasi dan rangkaian bunga, karena

relatif lebih tahan dibandingkan dengan jenis bunga potong lainnya. Pada saat ini

ada dua jenis krisan yang dibudidayakan oleh petani, baik petani pengusaha

Page 33: PENGARUH PUPUK HAYATI DAN PUPUK P …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/58876/1/A...meningkatkan jumlah unsur hara pada tanah regosol, diantaranya adalah dengan penambahan

20  

  

maupun petani kecil pada ketinggian tempat 600-1200 m dpl, yaitu krisan standar

dan krisan spray dengan sekitar 30 varietas. Pada daerah pusat promosi dan

pemasaran bunga Rawabelong juga terlihat adanya pasokan bunga krisan jenis

lokal dan Holland. Krisan Holland volumenya hampir dua kali lipat dari volume

krisan lokal. Pada pasar internasional krisan juga merupakan komoditi penting.

Beberapa negara berkembang telah menjadi pemasok (supplier) ke pusat eropa,

seperti Columbia (32%), Zimbawe (26%), dan Afrika Selatan (15%) (Ridwan

2005).

Kedudukan Indonesia sebagai negara tropis yang memiliki sumberdaya

lahan dan agroklimat yang sesuai bagi pertumbuhan tanaman hias bunga potong,

telah memungkinkan tanaman krisan diproduksi sepanjang tahun. Perkembangan

luas panen produksi dan produktivitas tanaman krisan pada tahun 2000

menunjukkan terjadinya peningkatan luas panen sebesar 62.20% dibandingkan

dengan tahun sebelumnya. Peningkatan luas panen tersebut diimbangi dengan

peningkatan produksi sebesar 55.26%, meskipun produktivitasnya menurun dari

2.05 tangkai/m2 menjadi 1.97 tangkai/m2 (Direktorat Tanaman Sayuran, Hias,

dan Aneka Tanaman 2001 dalam Ridwan 2005)

Perbedaan produktivitas dan kualitas dari pemotongan dihasilkan oleh

tanaman induk bunga krisan di bawah kondisi terbuka menunjukkan perbedaan

dalam respon tumbuh ke lingkungan yang lebih ekstrim. Studi dilakukan di

musim hujan. curah hujan yang tinggi (22.54 mm/hari) diduga tidak hanya

memberikan pengaruh fisik (pukulan air hujan) tapi juga akibat negatif ke

lingkungan tanaman induk, seperti peningkatan kelembaban dan kondisi air di

zona akar. Disamping, kondisi berawan disiang hari yang mempengaruhi jumlah

tipe cahaya matahari yang diterima oleh tanaman, ketidaksesuaian lingkungan

pada kondisi terbuka mempengaruhi kondisi fisiologi tanaman kualitas

pertumbuhan yang mana akhirnya menurunkan produksi bunga potong (Hiclenton

dan McRae 1984 dalam Budiarto & Marwoto 2009).

Jumlah bunga dari tanaman krisan dari penutupan polyetilen transparan

secara signifikan lebih tinggi daripada dibawah penutupan polyetilen berwarna

sedangkan tanaman dibawah bayangan polyetilen biru mempunyai jumlah bunga

yang paling rendah. Hasil pola yang berlawanan ditemukan dalam hubungan

Page 34: PENGARUH PUPUK HAYATI DAN PUPUK P …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/58876/1/A...meningkatkan jumlah unsur hara pada tanah regosol, diantaranya adalah dengan penambahan

21  

  

diameter tanaman. Bayangan polyetilen berwarna menurunkan jumlah bunga dan

hasil biomassa sementara terjadi peningkatan diameter dan tinggi tanaman.

Kandungan bioaktif dalam tanaman yang sehat yang tumbuh di bawah naungan

polyetilen yang berbeda, mencapai puncaknya pada tahap yang berbeda melalui

studi waktu, naungan polyetilen biru mempengaruhi biomassa dan akumulasi

kandungan bioaktif (Jin et al. 2012). Pemberian sukrosa di dalam larutan

perendam hendaknya dilakukan pada kondisi optimal, karena pada kondisi

tersebut sukrosa berfungsi sebagai substrat respirasi untuk menghasilkan energi

yang akan digunakan dalam proses kehidupan sehingga kesegaran bunga akan

lebih lama (Wiraatnmajaya 2007).

Petani mempunyai pilihan jenis, warna bunga, dan asal bibit yang

menghasilkan benih krisan sehingga dapat memperhitungkan secara ekonomi

untuk memperoleh keuntungan maksimal dalam agribisnis tanaman hias dan tentu

saja harus memperhitungkan jarak transportasi asal bibit, biaya yang dikeluarkan,

pemasaran, minat konsumen dalam hal dan jenis bunga yang akan dijual ke pasar

(Sukiyono 2005; Bachrein 2006; dalam Masyhudi dan Suhardi 2009).

Pengalaman petani dalam budidaya bunga krisan juga turut memengaruhi

pertumbuhan tanaman dan produksi bunga krisan. Kemampuan petani dan

pengalaman bercocok tanam lebih menguatkan usahatani dan lebih

mengembangkan teknologi budidaya krisan. Teknologi budidaya krisan lebih

berkembang lagi pada tahun 2006 hingga 2007 dengan berbagai usaha efisiensi

dan lebih merapatkan jarak tanam menjadi 8x8 cm bahkan pucuk apikal tanaman

dipotong sehingga tanaman dapat memproduksi cabang dari ketiak daun yang

berjumlah 2-4 cabang. Teknik ini lebih menguntungkan karena produksi bunga

dapat meningkat 2-4 kuntum percabang sehingga dapat menambah keuntungan

(Masyhudi dan Suhardi 2009).

Krisan merupakan salah satu jenis tanaman hias bunga yang sangat

populer dan memiliki nilai ekonomi yang relatif tinggi di Indonesia serta

mempunyai prospek pemasaran cerah. Selain menghasilkan bunga potong dan

krisan dapat juga dimanfaatkan sebagai bunga pot yang digunakan untuk

memperindah ruangan dan menyegarkan suasana, beberapa varietas krisan juga

berkhasiat sebagai obat, antara lain untuk mengobati sakit batuk, nyeri perut, dan

Page 35: PENGARUH PUPUK HAYATI DAN PUPUK P …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/58876/1/A...meningkatkan jumlah unsur hara pada tanah regosol, diantaranya adalah dengan penambahan

22  

  

sakit kepala akibat peradangan rongga sinus (sinusitis) dan sesak napas (Rukmana

& Mulyana 1997; Anonim 2000, dalam Widiastuti 2004). Meningkatnya

pemberian intensitas cahaya dari 55% menjadi 75% sampai dengan 100% diikuti

dengan semakin lambatnya pemunculan cabang pada tanaman krisan, yang

ditunjukkan oleh jumlah hari pengamatan yang banyak. Hal ini disebabkan sifat

tanaman krisan sendiri yang selalu tumbuh tinggi bila mendapatkan intensitas

cahaya matahari yang banyak. Intensitas cahaya tinggi berpengaruh terhadap

aktivitas auksin pada meristem apikal. Apabila intensitas cahaya tinggi maka

intensitas auksin meningkat pula sehingga menyebabkan tanaman krisan tumbuh

tinggi (Widiastuti 2004).

Page 36: PENGARUH PUPUK HAYATI DAN PUPUK P …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/58876/1/A...meningkatkan jumlah unsur hara pada tanah regosol, diantaranya adalah dengan penambahan

23  

  

III. BAHAN DAN METODE

3.1. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan di Laboratorium Bioteknologi Tanah, Departemen

Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor

dan Rumah Plastik “Pondok Adi Nursery”, Desa Cimacan, Kecamatan Pacet,

Kabupaten Cianjur, Provinsi Jawa Barat, dari November 2011 hingga Agustus

2012.

3.2. Bahan dan Alat

Bahan-bahan yang digunakan meliputi sampel tanah sebagai sumber isolat

yang berlokasi di daerah sekitar pembuangan sampah sementara (Dramaga),

media Pikovskaya, media Nutrient Agar (NA), Media Potatos Dektrose Agar

(PDA), larutan Fisiologis, larutan PB, larutan PC, bibit tanaman krisan (varietas

Reagent), pupuk kandang, urea 46% N, SP -36 36% P2O5 , dan KCl 60% K2O.

Alat-alat yang digunakan adalah gelas piala, Erlenmeyer, tabung reaksi,

gelas ukur, coreborer, soil sampler, pinset, pembakar Bunsen, neraca digital

(gram) autoklaf, inkubator, kertas saring, cawan petri, alat pengocok (shaker), UV

Spektrofotometer, laminair flow air cabinet, pH meter, dan peralatan pengambilan

contoh tanah.

3.3. Metode Penelitian

3.3.1. Pengambilan Contoh Tanah

Tanah yang berada di lokasi sekitar pembuangan sampah (Dramaga)

diambil dari lokasinya. Sampel tanah ini akan digunakan sebagai bahan untuk

memperoleh isolat mikroorganisme pelarut fosfat. Pengambilan tanah diambil

pada satu titik dengan luasa 1 m2. Tanah diambil pada kedalaman ± 20 cm dari

permukaan tanah secara komposit.

3.3.2. Persiapan Lahan

Lahan tanam bunga krisan yang terdapat di “ Pondok Adi Nursery” terdiri

atas bedengan-bedengan dalam satu rumah plastik. Jumlah bedengan yang

Page 37: PENGARUH PUPUK HAYATI DAN PUPUK P …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/58876/1/A...meningkatkan jumlah unsur hara pada tanah regosol, diantaranya adalah dengan penambahan

24  

  

terdapat dalam satu rumah plastik yakni enam sampai delapan bedengan. Setiap

bedengan berukuran 20 m x 1.5 m. Jumlah bedengan yang dibutuhkan dalam

penelitian ini yakni 3 bedengan. Dua bedengan pertama yang berada dari pinggir

area rumah plastik, masing-masing dibuat dua petakan, dimana setiap petakan

terdiri atas 6 plot yang menunjukkan jumlah perlakuan dalam penelitian.

Sedangkan pada bedengan ketiga dari area rumah plastik, hanya dibuat satu

petakan, sehingga jumlah keseluruhan petakan yakni 5 petakan yang

menunjukkan jumlah repetisi (ulangan) dalam penelitian. Setiap plot dalam

petakan memiliki ukuran 1 m x 1 m, sehingga ukuran luas setiap plot yang berada

disetiap petakan adalah 1 m2 . Jarak antara plot yang satu dengan plot yang lain

adalah 45 cm. Pada setiap sisi plot ditutupi dengan plastik untuk mencegah

longsor pada plot dan mencegah terjadinya kontaminasi antar plot. Persiapan

lahan dilakukan dengan membersihkan lahan dari sisa-sisa rumput yang terdapat

di permukaan lahan. Selanjutnya dilakukan pengemburan tanah dengan

menggunakan cangkul.

3.3.3. Pemupukan

Pemupukan terdiri atas 2 kali pemupukan yakni pemberian pupuk dasar

dan pupuk susulan. Pupuk dasar diberikan pada saat satu hari sebelum masa

tanam bunga krisan. Sedangkan pupuk susulan diberikan setelah masa tanam

bunga krisan. Pupuk susulan diberikan sebanyak 3 kali yakni pada 8 MST, 10

MST dan 12 MST. Pupuk dasar meliputi pupuk N, P dan K. Namun, dalam hal ini

pupuk P diberikan sesuai dengan perlakuan yang dilakukan dalam penelitian ini.

Sedangkan pupuk N dan K diberikan dengan dosis yang sama pada semua

perlakuan. Jumlah pupuk hayati yang diberikan pada penelitian ini adalah 50

ml/m2, sedangkan jumlah pupuk P yang diberikan adalah 60.10 g/m2 untuk dosi

penuh dan 30.05 g/m2 untuk 1/2 dosis. Jumlah bakteri pelarut fosfat pada pupuk

hayati adalah 1.5 x 107 cfu/ml sedangkan jumlah fungi pelarut fosfat pada pupuk

hayati adalah 5.0 x 107 cfu/ml. Pupuk hayati diberikan dengan cara melakukan

penyemprotan pada lahan tanam yang memperoleh perlakuan pupuk hayati

menggunakan sprayer ( lampiran ). Pupuk hayati diberikan secara merata pada

lahan tanam.

Page 38: PENGARUH PUPUK HAYATI DAN PUPUK P …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/58876/1/A...meningkatkan jumlah unsur hara pada tanah regosol, diantaranya adalah dengan penambahan

25  

  

Pupuk majemuk NPK, diberikan dengan cara menebarkan pupuk tersebut

tepat di atas lahan tanam, supaya merata (homogen)

3.3.4. Isolasi Fungi dan Bakteri

Tanah yang berasal dari lokasi sekitar pembuangan sampah pada

kedalaman 20 cm, diambil ekstraknya untuk mendapatkan isolat fungi dan

bakteri. Sepuluh gram tanah dilarutkan dengan 90 ml larutan fisiologis. Kemudian

dikocok dengan alat pengocok (shaker) selama 20 menit. Larutan tersebut

kemudian diencerkan sampai diperoleh kepekatan 10-6 untuk fungi dan 10-7 untuk

bakteri. Suspensi dari pengenceran untuk fungi yakni 10-4, 10-5, dan 10-6 diambil 1

ml dan dituang ke cawan petri lalu ditambahkan medium pikovskaya steril.

Sedangkan untuk bakteri suspensi dari pengenceran 10-4, 10-5, 10-6 dan 10-7,

diambil 1 ml dan dituangkan ke cawan petri dan ditambahkan medium pikovskaya

cair. Kemudian diinkubasi selama 48 jam pada suhu ruang.

Koloni bakteri dan fungi yang menunjukkan zona jernih di sekelilingnya

diseleksi, kemudian dipindahkan pada cawan agar pikovskaya yang baru dan

dinkubasi kembali.

Untuk memperoleh fungi yang benar-benar berzona jernih maka secara

terus-menerus dilakukan seleksi dengan memindahkan koloni bakteri dan fungi

yang tumbuh pada cawan sebelumnya ke cawan agar yang baru. Hasil

pemindahan terakhir dipindahkan pada agar miring dan disimpan di lemari

pendingin.

3.3.5. Pengujian Kemampuan Bakteri dan Fungi Pelarut Fosfat

3.3.5.1. Uji Kuantitatif

Isolat fungi yang diperoleh diuji kemampuannya dalam melarutkan P.

Diambil 2 isolat bakteri dan 2 isolat fungi yang memiliki tingkat kemampuan

yang tinggi dalam melarutkan P.

Isolat-isolat bakteri dan fungi pada agar miring, dipindahkan dan

ditumbuhkan pada cawan petri yang berisi pikovskaya padat. Setelah diinkubasi

selama 48 jam, dipindahkan ke pikovskaya cair dengan sumber trikalsium fosfat

Page 39: PENGARUH PUPUK HAYATI DAN PUPUK P …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/58876/1/A...meningkatkan jumlah unsur hara pada tanah regosol, diantaranya adalah dengan penambahan

26  

  

(Ca3(PO4)2). Kemudian diinkubasi selama 7 hari. Setelah masa inkubasi berakhir,

ditetapkan P-larut dengan UV spektrofotometer dengan panjang gelombang 660

nm. Hasil dari pengujian ini dipilih 2 isolat fungi dan 2 isolat bakteri yang baik

dan siap dicobakan ke tanaman.

3.3.5.2. Uji Kualitatif

Selanjutnya dilakukan penentuan Indeks Pelarutan (IP) dan kecepatan

tumbuh dari setiap bakteri dan fungi yang telah terseleksi. yaitu dengan

menumbuhkan satu bulatan untuk masing-masing bakteri dan fungi dengan

diameter tertentu pada mediua pikovskaya padat. Penentuan Indeks Pelarutan (IP)

dan kecepatan tumbuh dilakukan terhadap 6 bakteri dan 6 fungi pelarut fosfat

yang berhasil diisolasi. Indeks Pelarutan (IP) ditentukan dengan cara membagi

diameter keseluruhan dengan diameter koloni untuk masing-masing bakteri dan

fungi pelarut fosfat. Penghitungan diameter dan zona jernih terhadap bakteri dan

miselium fungi ini dilakukan tiap hari yang berlangsung selama 5 hari untuk

bakteri dan 4 hari untuk fungi.

3.3.5.3. Penghitungan Total Mikroorganisme Pelarut Fosfat

Sebanyak 2.5 ml untuk masing-masing biakan bakteri dan fungi yang

berada pada media cair pikovskaya setelah inkubasi 4 hari dimasukkan ke dalam

larutan 5% molase steril yang memiliki volume 90 ml untuk selanjutnya di

inkubasi ± 3 hari. Kemudian dipipet 1 ml dan dimasukkan ke dalam 9 ml larutan

fisiologis secara aseptik dalam serangkaian seri pengenceran sampai 10-8.

Kemudian dilakukan penghitungan CFU (Colony forming Unit). Suspensi dari

pengenceran 10-4, 10-5, 10-6 dan 10-8 dituangkan pada cawan petri yang berisi

media Nutrient Agar (NA) untuk pengujian CFU bakteri dan suspensi dari

pengnecran 10-4, 10-5, 10-6 dan 10-8 dipipet 1 ml dan dituangkan ke cawan petri

yang berisi media Potatos Dektrose Agar (PDA) untuk penghitungan CFU fungi.

Selanjutnya diinkubasi selama ± 48 jam. Penghitungan total mikroorganisme pada

pupuk hayati ini dilakukan untuk mengetahui jumlah populasi mikroorganisme

pelarut fosfat yang terdapat pada pupuk hayati sebelum diaplikasikan ke lahan

tanam.

Page 40: PENGARUH PUPUK HAYATI DAN PUPUK P …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/58876/1/A...meningkatkan jumlah unsur hara pada tanah regosol, diantaranya adalah dengan penambahan

27  

  

3.3.5.4. Uji Antagonis

Isolat-isolat yang telah terpilih yang akan diinokulasikan pada carrier

molases dilakukan uji antagonis. Uji antagonis ini dilakuakan untuk mengetahui

karakteristik mikroorganisme pelarut fosfat terhadap satu sama lain. Uji ini

dilakukan dengan cara menumbuhkan dua isolat bakteri dan dua isolat fungi serta

kombinasi antara isolat bakteri dan fungi masing-masing pada satu media

Pikovskaya. Selanjutnya dinkubasi selama ± 48 jam. Ilustrasi dan sususnan uji ini

dilampirkan pada lampiran.

3.3.6. Penanaman dan Perawatan Krisan

Penanaman bunga krisan dilakukan di rumah plastik. Bibit bunga krisan

diperoleh dari agen yang menjual bibit bunga krisan. Bunga krisan ditanam di atas

bedengan ukuran 1x1 m untuk setiap plot perlakuan. Jarak tanam bunga krisan

adalah 12.5x12.5 cm. perawatan meliputi penyiraman bunga krisan, pemberian

cahaya lampu pada malam hari, pengendalian hama, dan pembuangan gulma pada

lahan tanam krisan, pembuangan daun yang berada pada bagian bawah (1/3 tinggi

tanaman dan pembuangan pucuk apikal.

3.3.7. Rancangan Percobaan

Rancangan percobaan yang digunakan dalam penelitian ini adalah

Rancangan Acak Kelompok faktor tunggal (pemupukan dengan 6 taraf perlakuan

yakni 0 ml pupuk hayati + 0% P, 0 ml pupuk hayati + 50% P, 0 ml pupuk hayati +

100% P, 50 ml pupuk hayati + 0% P, 50 ml pupuk hayati + 50% P, dan 50 ml

pupuk hayati + 100% P. Persentase (0%, 50%, 100%) pupuk P yang di berikan

berdasarkan pada dosis rekomendasi perkebunan krisan “Pondok Adi Nursery”,

yakni dosis 100% setara dengan 60.10 g/m2, 50% P setara dengan 30.05 g/m2, dan

0% P setara dengan 0 g/m2. Masing-masing perlakuan dilakukan sebanyak lima

ulangan. Setiap ulangan berupa satu petak tanam seluas 1 m2 dengan jumnlah

tanaman 80-90 tanaman. Dengan demikian terdapat 30 petak perlakuan dengan

total kesekluruhan jumlah tanaman 2400-2700 tanaman. Petak perlakuan

ditunjukkan oleh gambar

Page 41: PENGARUH PUPUK HAYATI DAN PUPUK P …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/58876/1/A...meningkatkan jumlah unsur hara pada tanah regosol, diantaranya adalah dengan penambahan

28  

  

Gambar 4 Petak perlakuan

5

1 m

1 m 4

1 2

3

Keterangan : P0D0 : 0 ml pupuk hayati + 0% P P0D1 : 0 ml pupuk hayati + 50% P P0D2 : 0 ml pupuk hayati + 100% P P1D0 : 50 ml pupuk hayati + 0% P P1D1 : 50 ml pupuk hayati + 50% P P1D2 : 50 ml pupuk hayati + 100% P : Ulangan 1 - 5 1 - 5

Page 42: PENGARUH PUPUK HAYATI DAN PUPUK P …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/58876/1/A...meningkatkan jumlah unsur hara pada tanah regosol, diantaranya adalah dengan penambahan

29  

  

3.3.8. Parameter Pengamatan

Parameter dan tata cara pengamatan terhadap bunga krisan mengacu

pada Standar Nasional Indonesia (SNI) 01 – 4478 – 1998 tentang bunga krisan

potong segar. Parameter pengamatan terhadap bunga krisan meliputi tinggi

tanaman, diameter tangkai, jumlah daun, warna daun, jumlah bakal bunga,

diameter bunga setengah mekar per tangkai, dan jumlah kuntum bunga setengah

mekar per tangkai.

3.3.8.1. Tinggi Tanaman

Tinggi Tanaman diukur pada dua fase, fase I yaitu pada fase pertumbuhan

vegetatif yang dilakukan sebanyak 8 kali, yaitu dari 1 MST hingga 8 MST, fase II

adalah fase akhir generatif (Panen). Tinggi tanaman diukur 1 cm dari leher akar

hingga sampai titik tumbuh tertinggi pada pucuk batang. Setiap ulangan diamati 5

tanaman contoh untuk pengamatan tinggi vegetatif dan 10 contoh tanaman untuk

pengematan tinggi akhir.

3.3.8.2. Diameter Tangkai

Diameter tangkai diukur saat setelah panen (15-17 MST) dengan

menggunakan jangka sorong ketelitian 0.1 mm. Pengukuran diameter tangkai

dilakukan terhadap 5 contoh tanaman hasil panen yang dipilih secara acak pada

masing-masing perlakuan

3.3.8.3. Jumlah Daun

Jumlah daun dihitung sebanyak 8 kali yaitu dari 1 MST hingga 8 MST

yang merupakan fase vegetatif dari pertumbuhan tanaman. Penghitungan jumlah

daun dilakukan terhadap 5 tanaman contoh pada setiap perlakuan.

3.3.8.4. Warna Daun

Warna daun diamati sebanyak 8 kali yaitu dari 1 MST hingga 8 MST yang

merupakan fase pertumbuhan vegetatif tanaman. Warna daun diamati secara

visual Kehijauan daun yang diamati selanjutnya disesuaikan dengan kertas color

Page 43: PENGARUH PUPUK HAYATI DAN PUPUK P …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/58876/1/A...meningkatkan jumlah unsur hara pada tanah regosol, diantaranya adalah dengan penambahan

30  

  

chart yang memiliki gradasi warna hijau meliputi kurang hijau (1), cukup hijau

(2), Hijau (3), lebih hijau (4), dan sangat hijau (5). Pengamatan warna daun

dilakukan terhadap 5 tanaman contoh pada setiap perlakuan.

3.3.8.5. Jumlah Bakal Bunga

Jumlah bakal bunga ditetapkan sebanyak tiga kali yaitu dari 10 MST

hingga 12 MST yang merupakan fase generatif dari perkembangan tanaman.

Penetapan dilakukan secara visual dengan menghitung jumlah bakal bunga yang

mincul. Penghitungan jumlah bakal bunga dilakukan dengan menghitung bakal

bunga yang terdapat dari pangkal tanaman hingga pucuk tanaman. Penghitungan

jumlah bakal bunga dilakukan terhadap 5 tanaman contoh pada setiap perlakuan.

3.3.8.6. Diameter Bunga Setengah Mekar Per Tangkai

Bunga setengah mekar adalah mahkota bunga yang memiliki sudut 450

terhadap garis vertikal Jumlah bunga setengah mekar ditetapkan setelah panen

dilakukan. Penetapan menggunakan mistar dengan ketelitian 1 mm. Pengukuran

diameter bunga setengah mekar dilakukan terhadap 5 contoh tanaman hasil panen

yang dipilih secara acak pada masing-masing perlakuan.

3.3.8.7. Jumlah Kuntum Bunga Setengah Mekar Per Tangkai

Jumlah kuntum bunga setengah mekar ditetapkan setelah panen dilakukan.

Penetapan dilakuaknsecara visual dan menghitung. Penghitungan jumlah bakal

bunga dilakukan terhadap 5 contoh tanaman hasil panen yang dipilih secara acak

pada masing-masing perlakuan.

3.3.9. Kualitas Bunga

Kualitas bunga meliputi pengamatan terhadap bobot basah, tinggi tanaman

akhir dan grade bunga, serta jumlah tangkai bunga per tahap panen. Parameter

untuk penetapan grade bunga meliputi tinggi tanaman akhir, diameter tangkai

bunga, diameter bunga setengah mekar, dan jumlah kuntum bunga setengah

mekar.

Page 44: PENGARUH PUPUK HAYATI DAN PUPUK P …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/58876/1/A...meningkatkan jumlah unsur hara pada tanah regosol, diantaranya adalah dengan penambahan

31  

  

3.3.10. Analisis Data

Analisis data dilakukan dengan menggunakan software statistik yaitu

SAS (Statistical Analysis Sitem). Analisis sidik ragam dengan metode ANOVA

dilakukan untuk menguji pengaruh perlakuan terhadap respon yang diamati. Beda

nyata antar perlakuan diuji kembali dengan metode Duncan pada selang

kepercayaan 95%.

Page 45: PENGARUH PUPUK HAYATI DAN PUPUK P …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/58876/1/A...meningkatkan jumlah unsur hara pada tanah regosol, diantaranya adalah dengan penambahan

32  

  

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Seleksi Isolat

Sebanyak 21 isolat bakteri dan 8 fungi pelarut fosfat hasil isolasi

selanjutnya dimurnikan lagi dan dipilih berdasarkan pengamatan secara visual

terhadap lebar zona jernih, sehingga diperoleh enam isolat bakteri pelarut fosfat

dan enam fungi pelarut fosfat., selanjutnya diuji kuantitatif untuk mengetahui

kemampuan pelarutan dari bakteri dan fungi terhadap fosfat dengan sumber P dari

Ca3(PO4)2 terhadap masing-masing isolat. Masing-masing dari 6 bakteri dan 6

fungi tersebut beserta P-tersedia hasil pelarutan oleh masing-masing bakteri dan

fungi tersaji pada Tabel 1.

Tabel 1 Pengaruh isolat bakteri dan fungi pelarut fosfat terhadap ketersediaan P pada media Pikovskaya cair.

Bakteri Fungi

Kode Isolat P-tersedia (ppm) Kode Isolat P-tersedia (ppm) B6B 74.24 A25F 775.00 B16B 74.24 A49F 668.94 A25B 275.00 B40F 642.42 B25B 305.30 B4F 642.42 A8B 221.97 B39F 676.52 B1B 301.52 B26F 748.48

Berdasarkan data tabel 1 dapat diketahui bahwa bakteri yang memiliki

daya larut P paling tinggi adalah B25B dengan P-larut 305.30 ppm P. Sedangkan

fungi yang memiliki daya larut P paling tinggi adalah A25F dengan P-larut 775.00

ppm P. Hasil tersebut menunjukkan bahwa daya larut fungi terhadap P dengan

sumber Ca3(PO4)2 yang berada pada media pikovskaya cair lebih tinggi daripada

daya larut bakteri pelarut fosfat pada media yang sama. Bakteri yang memiliki

daya larut P paling rendah terdapat pada isolat B6B dan B16B dengan nilai P larut

masing-masing 74.24 ppm P. Sedangkan fungi yang memiliki daya larut P paling

rendah adalah isolat B40F dan B4F dengan P-larut masing-masing 642.42 ppm P.

Perbedaan kemampuan bakteri dan fungi dalam pelarutan P disebabkan

masing-masing bakteri dan fungi menghasilkan asam organik yang berbeda-beda

baik jenis maupun jumlah, sehingga mempengaruhi jumlah P yang dilarutkan.

Berdasarkan Hasil uji kuantitatif, dipilih 2 isolat bakteri dan 2 isolat fungi yang

Page 46: PENGARUH PUPUK HAYATI DAN PUPUK P …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/58876/1/A...meningkatkan jumlah unsur hara pada tanah regosol, diantaranya adalah dengan penambahan

33  

  

memiliki daya larut P tinggi untuk dinokulasikan pada carrier molases 5% yang

akan dijadikan pupuk hayati.

               ( A ) ( B )

Gambar 5 Uji kualitatif bakteri pelarut fosfat ( A ) Isolat A8B ( B ) Isolat B1B

Selanjutnya untuk mengetahui hubungan pertumbuhan dengan daya larut

P dari 6 bakteri dan 6 fungi yang terpilih, dilakukan uji kualitatif. Uji kualitatif ini

juga bertujuan untuk mengetahui indeks pelarutan dari masing-masing bakteri dan

fungi. Pertumbuhan bakteri dan fungi yang ditunjukkan oleh data diameter koloni

bakteri dan fungi yang tersaji pada Tabel 2 dan Tabel 3, ternyata daya larut P yang

Tabel 2 Diameter koloni bakteri pelarut P dalam inkubasi selama 5 hari

Kode Isolat Waktu Inkubasi (hari) Akumulasi

Pertambahan Diameter 0 1 2 3 4 5 -----------------------mm------------------------- B6B 3.13 3.63 5.63 5.81 6.38 6.69 3.56 B16B 4.00 4.75 4.94 5.38 5.94 7.31 3.31 A25B 4.00 4.88 5.00 5.00 5.00 5.25 1.25 B25B 4.63 5.63 5.88 5.94 7.06 7.06 2.44 A8B 5.00 5.00 5.00 5.00 5.25 5.50 0.50 B1B 6.00 7.38 8.25 8.44 9.88 10.13 4.13

tinggi tidak dikuti oleh pertumbuhan yang tinggi. Hal ini menunjukkan tidak

hubungan antara daya larut P dan pertumbuhan bakteri dan fungi. Berdasarkan

tabel 2 dapat diketahui bahwa pertumbuhan bakteri paling tinggi terdapat pada

isolat B1B, dengan nilai akumulasi pertambahan diameter tubuh sebesar 4.13,

sedangkan pertumbuhan bakteri paling rendah terdapat pada isolat A8B dengan

nilai akumulasi pertambahan diameter tubuh sebesar 0.50. Pertumbuhan isolat

B1B meningkat pada 1 hari inkubasi dan relatif tetap pada hari kedua dan ketiga

inkubasi, serta mengalami peningkatan pada hari keempat dan kelima inkubasi.

Page 47: PENGARUH PUPUK HAYATI DAN PUPUK P …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/58876/1/A...meningkatkan jumlah unsur hara pada tanah regosol, diantaranya adalah dengan penambahan

34  

  

Sedangkan isolat A8B tidak menunjukkan pertumbuhan yang signifikan dari hari

pertama hingga hari terakhir inkubasi. Isolat A25B menunjukkan peningkatan

pertumbuhan pada hari kesatu inkubasi dan tidak menunjukkan pertumbuhan yang

kontras pada hari kedua hingga hari kelima inkubasi. Hal ini menunjukkan bahwa

isolat A25B mengalami pertumbuhan yang cepat pada hari kesatu inkubasi dan

pertumbuhan yang cukup stabil pada hari kedua hingga kelima inkubasi.

Pertumbuhan fungi paling tinggi terdapat pada isolat B4F, dengan nilai

akumulasi pertambahan diameter miselium sebesar 82.50, sedangkan

pertumbuhan fungi paling rendah terdapat pada isolat B40F dengan nilai

akumulasi pertambahan diameter miselium sebesar 62.38. Dibandingkan dengan

pertumbuhan bakteri pelarut fosfat, fungi pelarut fosfat memiliki pertumbuhan

yang lebih cepat. Hal ini dikarenakan sifat genetik dan morfologi tubuh fungi

Tabel 3 Diameter miselium fungi pelarut P dalam inkubasi selama 4 hari

Kode Isolat Waktu Inkubasi (hari) Akumulasi

Pertambahan Diameter 0 1 2 3 4 --------------------------mm------------------------- A25F 1.38 18.25 45.38 63.63 76.88 75.50 A49F 1.75 22.38 46.63 61.25 72.75 71.00 B40F 5.63 33.25 49.75 62.25 68.00 62.38 B4F 0.50 20.25 39.13 74.88 83.00 82.50 B39F 3.00 9.88 30.63 60.13 83.38 80.38 B26F 2.00 25.00 42.13 62.50 70.00 68.00

Pada inkubasi hari kedua, isolat B40F menunjukkan pertumbuhan tercepat

dibandingkan dengan isolat lainnya. Sedangkan inkubasi hari keempat

menunjukkan pertumbuhan tercepat pada isolat B4F dari isolat lainnya

dibandingkan inkubasi hari ketiga.

Indeks pelarutan (IP) bakteri dan pelarut fosfat ditunjukkan di Tabel 2.

Indeks Pelarutan (IP) fosfat merupakan perbandingan antara diameter zona jernih

dengan diameter koloni bakteri atau fungi dan merupakan salah satu uji yang

dilakukan untuk menetapkan isolat yang akan dijadikan pupuk hayati.

Berdasarkan IP fosfat oleh bakteri yang tersaji pada tabel 4, nilai IP tertinggi

bernilai 2.82 terdapat pada isolat A25B, sedangkan nilai IP terendah bernilai 1.11

terdapat pada isolat B6B.

Page 48: PENGARUH PUPUK HAYATI DAN PUPUK P …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/58876/1/A...meningkatkan jumlah unsur hara pada tanah regosol, diantaranya adalah dengan penambahan

35  

  

Gambar 7 Ilustrasi penetapan Indeks pelarutan (IP) fosfat (a) diameter koloni, (b)

diameter zona bening

Indeks pelarutan (IP) fungi pelarut fosfat ditunjukkan di Tabel 4. Nilai IP

tertinggi bernilai 1.10 terdapat pada isolat B39F, sedangkan nilai IP terendah

bernilai 1.02 terdapat pada isolat A49F dan B40F. Berdasarkan perbandingan

Indeks Pelarutan (IP) fosfat oleh bakteri dan fungi, menunjukkan bahwa bakteri

Tabel 4 Indeks Pelarutan (IP) fungi pelarut P dalam inkubasi selama 4 hari

Bakteri Fungi Kode Isolat IP Kode Isolat IP

B6B 1.11

A25F 1.05 B16B 1.48 A49F 1.02 A25B 2.82 B40F 1.02 B25B 1.60 B4F 1.05 A8B 2.60 B39F 1.10 B1B 1.64 B26F 1.03

memiliki IP yang lebih besar dari pada IP fungi. Hasil yang diperoleh dari uji

kuantitatif, kualitatif (nilai Indeks Pelarutan (IP) ) fosfat ternyata tidak

menunjukkan korelasi yang positif.

( A ) ( B )

Gambar 8 Uji kualitatif untuk penetapan Indeks Pelarutan (IP) fosfat: ( A ) Isolat

A25B inkubasi hari ke-5( B ) Isolat B39F inkubasi hari ke-4

b a

Page 49: PENGARUH PUPUK HAYATI DAN PUPUK P …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/58876/1/A...meningkatkan jumlah unsur hara pada tanah regosol, diantaranya adalah dengan penambahan

36  

  

Hasil uji kualitatif dan nilai Indeks Pelarutan(IP) digunakan sebagai data

pendukung apabila terdapat nilai yang sama pada uji kuantitatif dalam penetapan

isolat yang akan dijadikan pupuk hayati

Berdasarkan hasil uji kuantitatif pada Tabel 1, maka diperoleh dua isolat

bakteri dan dua isolat fungi yang memiliki daya larut P tinggi. Kedua isolat

bakteri dan fungi tersebut adalah B1B, B25B untuk isolat bakteri dan A25F, B26F

untuk isolat fungi. Selanjutnya bakteri dan fungi terpilih tersebut melewati uji

selanjutnya, yakni uji antagonis. Uji antagonis bertujuan untuk menentukan sifat

kompatibel antara mikroorganisme yang akan dijadikan pupuk hayati. Hasil uji

antagonis menunjukkan antara bakteri dan fungi satu sama lain tidak saling

berlawananan (non-antagonis). Artinya, bakteri dan fungi dapat saling hidup

dalam satu carrier molases 5%, sehingga dapat diinokulasikan secara bersamaan

ke dalam carrier tersebut. Hasil uji antagonis tersaji pada tabel 5.

Tabel 5 Hasil uji antagonis mikroorganisme pelarut fosfat. No Kode Uji Isolat Antagonis Non-Antagonis 1 B1B X B25B - + 2 A25F X B26F - + 3 B1B X A25F - + 4 B1B X B26F - + 5 B25B X A25F - + 6 B25B X B26 F - +

Hasil uji total mikrob tersaji pada tabel 6. Hasil uji total mikrob pada

pupuk hayati menunjukkan bahwa pupuk hayati mengandung bakteri pelarut

fosfat dengan jumlah 1.5 x 107 cfu/ml, sedangkan fungi pelarut fosfat yang

terdapat dalam pupuk hayati berjumlah 5.0 x 107 cfu/ml. Jumlah tersebut

memenuhi kriteria uji pupuk hayati untuk aplikasi ke lapangan yang ditetapkan

oleh Departemen Pertanian (DEPTAN) N0 28/Permentan/SR.130/5/2009 tetntang

uji pupuk hayati, yang mensyaratkan jumlah bakteri untuk uji pupuk hayati

Tabel 6 Hasil uji total mikroorganisme pada pupuk hayati Jenis Isolat Jumlah cfu/ml Bakteri Pelarut Fosfat 1.5 x 107 Fungi Pelarut Fosfat 5.0 x 107

Page 50: PENGARUH PUPUK HAYATI DAN PUPUK P …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/58876/1/A...meningkatkan jumlah unsur hara pada tanah regosol, diantaranya adalah dengan penambahan

37  

  

ke lapangan harus memenuhi jumlah ≥105 cfu/ml, sedangkan jumlah fungi pada

pupuk hayati yang ingin diuji ke lapangan harus memenuhi jumlah ≥104 cfu/ml.

4.2. Sifat Kimia Tanah

4.2.1. Kandungan P-Tersedia Tanah

Kandungan P-tersedia tanah ditunjukkan oleh Tabel 7. Pada 1 MST

terdapat perbedaan yang nyata pada sebagian besar perlakuan. Perlakuan 0 ml

pupuk hayati + 50% pupuk P dan perlakuan 0 ml pupuk hayati + 100% pupuk P

memiliki nilai P-tersedia yang lebih tinggi dan berbeda nyata dibandingkan

perlakuan 0 ml pupuk hayati + 0% pupuk P. Hal yang sama juga diperoleh pada

perlakuan 50 ml pupuk hayati + 50% pupuk P dan 50 ml pupuk hayati + 100%

pupuk P yang memiliki nilai P-tersedia yang lebih tinggi dibandingkan dengan

perlakuan 0 ml pupuk hayati + 0% pupuk P dan perlakuan 50 ml pupuk hayati +

0% pupuk P. Hal ini menunjukkan bahwa tanah yang diberikan pupuk P saja

tanpa pupuk hayati baik 50% dosis rekomendasi maupun 100% dosis

rekomendasi memberikan distribusi terhadap P-tersedia dalam larutan tanah

dibandingkan dengan tanah yang tanpa diberikan pupuk P dan pupuk hayati.

Namun antar perlakuan 0 ml pupuk hayati + 50% pupuk P dan 0 ml pupuk hayati

+ 100% pupuk P tidak berbeda nyata dengan perlakuan 50 ml pupuk hayati + 50%

pupuk P dan perlakuan 50 ml pupuk hayati + 100% pupuk P.

Nilai P-tersedia paling rendah pada perlakuan 0 ml pupuk hayati + 0%

pupuk P dikarenakan tidak adanya pemberian pupuk P dan pupuk hayati pada

tanah sehingga jumlah P yang akan dilarutkan untuk menghasilkan P-tersedia

pada tanah tersebut kecil. Sebaliknya nilai P-tersedia yang lebih tinggi pada

perlakuan lainnya dikarenakan tanah mendapat tambahan unsur fosfat dari pupuk

P dan mikroorganisme pelarut fosfat dalam pupuk hayati yang menyebabkan

tingkat pelarutan fosfat untuk menghasilkan P-tersedia bagi tanaman lebih tinggi.

Mikroorganisme pelarut fosfat sangat berperan dalam melarutkan P tidak

tersedia menjadi P-tersedia bagi tanaman. Kandungan anorganik yang tidak larut

dari fosfor, sebagian besar tidak tersedia bagi tanaman, tapi terdapat banyak

mikroorganisme yang bisa membawa fosfat dalam larutan. Hal ini sering terbukti,

Page 51: PENGARUH PUPUK HAYATI DAN PUPUK P …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/58876/1/A...meningkatkan jumlah unsur hara pada tanah regosol, diantaranya adalah dengan penambahan

38  

  

karena sepersepuluh hingga setengah bakteri yang diuji biasanya mampu

melarutkan kalsium fosfat dan jumlah bakteri yang melarutkan fosfat yang tidak

larut berada pada 105 hingga 107 per gram tanah, sebagai contoh bakteri yang

sering melimpah pada permukaan akar (Raghu et al. 1966 dalam Alexander

1977). Spesies seperti Pseudomonas, Mycobacterium, Micrococcus, Bacillus,

Flavobacterium, Penicillium, Sclerotium, Fusarium, Aspergillus, dan lain-lainnya

sangat aktif dalam proses pengubahan fosfat yang tidak larut menjadi larut

(Alexander 1977).

Tabel 7 Kandungan P-tersedia dan pH tanah pada pemberian pupuk hayati dan pupuk P

Perlakuan Fase pertumbuhan

1 MST 10 MST P-tersedia (ppm P2O5) pH P-tersedia (ppm P2O5) pH

0 ml pupuk hayati+0% P 713.0ab 5.6 621.2 5.8 0 ml pupuk hayati+50% P 815.5a 5.5 676.6 5.8 0 ml pupuk hayati+100% P 832.1a 5.4 642.0 5.8 50 ml pupuk hayati+0% P 615.6b 5.6 638.6 5.8 50 ml pupuk hayati+50% P 766.8a 5.6 653.4 5.8 50 ml pupuk hayati+100% P 840.4a 5.5 656.6 5.7 Angka-angka pada kolom yang sama yang diikuti oleh huruf yang sama menunjukkan antar perlakuan tidak berbeda nyata pada Duncan taraf kepercayaan 95% (α = 5%)

Beberapa bakteri tanah, khususnya yang termasuk dalam kelompok

Pseudomonas dan Bacillus dan fungi yang termasuk dalam kelompok Penicillium

dan Aspergillus menunjukkan kemampuan mengubah fosfat yang tidak larut

dalam tanah ke dalam bentuk larut dengan mengeluarkan asam organik seperti

asam format, asetat, propionat, laktat, glikolat, fumarat, dan suksinat. Asam-asam

ini menyebabkan pH lebih rendah dan memutus ikatan yang membentuk fosfat.

Selain itu hasil sekresi asam-asam organik tersebut berfungsi sebagai katalisator,

pengkhelat dan memungkinkan asam-asam organik membentuk senyawa komplek

dengan kation Ca2+, Mg2+, Fe2+, dan Al3+ sehingga terjadi pelarutan fosfat menjadi

bentuk yang tersedia yang dapat diserap oleh tanaman (Rao 1982 dalam

Wulandari 2001). Pelepasan H2PO4- menyebabkan jumlah fosfat dalam larutan

tanah akan bertambah. Mengel dan Kirkby (1982) menyatakan proses akhir

dimana fosfat organik diubah menjadi tersedia dengan pemecahan fosfat

anorganik dengan sejumlah reaksi fosfat.

Page 52: PENGARUH PUPUK HAYATI DAN PUPUK P …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/58876/1/A...meningkatkan jumlah unsur hara pada tanah regosol, diantaranya adalah dengan penambahan

39  

  

Jumlah P-tersedia mengalami penurunan pada 10 MST pada setiap

perlakuan jika dibandingkan dengan 1 MST. Penurunan P-tersedia ini

dikarenakan fosfat mengalami transformasi menjadi bentuk yang tidak tersedia.

Fosfat tanah diikat oleh sebagian besar kation tanah, yang menyebabkan fosfat

tersedia berubah menjadi bentuk yang tidak tersedia. Jumlah P-tersedia paling

rendah pada 10 MST terdapat pada perlakuan 0 ml pupuk hayati + 0% pupuk P.

Hal ini menunjukkan bahwa perlakuan 0 ml pupuk hayati + 0% pupuk P memiliki

nilai P-tersedia yang lebih rendah bila dibandingkan dengan perlakuan yang

lainnya namun tidak berbeda nyata antara setiap perlakuan. Jumlah P-tersedia

yang sedikit pada perlakuan 0 ml pupuk hayati + 0% pupuk P, disebabkan tidak

adanya tambahan fosfat dari pupuk P dan tambahan pupuk hayati yang

mengandung mikroorganisme pelarut fosfat untuk melarutkan fosfat yang ada.

Jumlah P-tersedia tertinggi yang terdapat pada perlakuan 0 ml pupuk hayati +

50% pupuk P mengindikasikan penambahan pupuk hayati pada perlakuan 50 ml

pupuk hayati + 0% pupuk P, 50 ml pupuk hayati + 50% pupuk P, 50 ml pupuk

hayati + 100% pupuk P belum menunjukkan pengaruh terhadap pelarutan fosfat

untuk menjadi P-tersedia. Mikroorganisme pelarut fosfat yang terdapat pada

pupuk hayati pada 10 MST tidak cukup berperan dalam proses pelarutan fosfat.

Hal tersebut disebabkan keadaan kondisi tanah yang meyebabkan mikroorganisme

pelarut fosfat tidak dapat melarutkan fosfat secara optimal.

Penurunan jumlah P-tersedia pada 10 MST pada setiap perlakuan tidak

diikuti oleh penurunan pH seperti yang terlihat pada tabel 7, namun terjadi

peningkatan nilai pH dibandingkan pada 1 MST. Hal tersebut disebabkan pada

selang 2 MST hingga 10 MST akar tanaman giat atau aktif menghasilkan asam

organik (H+) yang menyerap anion lebih besar dari pada kation, melepaskan (OH-)

hasil hidrolisis pupuk P, sehingga pH meningkat.

4.2.2. Reaksi Tanah (pH H2O)

Nilai pH baik pada 1 MST maupun 10 MST yang tersaji pada tabel 7,

tidak menunjukkan perbedaan yang nyata dari setiap perlakuan. Pada 1 MST nilai

pH terendah adalah 5.4 terdapat pada perlakuan 0 ml pupuk hayati + 100% pupuk

P, sedangkan pH tertinggi terdapat pada perlakuan 50 ml pupuk hayati + 0%

Page 53: PENGARUH PUPUK HAYATI DAN PUPUK P …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/58876/1/A...meningkatkan jumlah unsur hara pada tanah regosol, diantaranya adalah dengan penambahan

40  

  

pupuk P dan 50 ml pupuk hayati + 50% pupuk P. Pada 10 MST pH terendah

adalah 5.7 terdapat pada perlakuan 50 ml pupuk hayati + 100% pupuk P,

sedangkan pH pada perlakuan yang lainnya memiliki nilai yang sama yakni 5.8.

Nilai pH yang tidak berbeda nyata antar setiap perlakuan dikarenakan pH pada 1

MST masih berada pada fase permulaan atau penyusaian terhadap kondisi tanah,

seperti pengaruh pelarutan pupuk P, kadar air tanah yang tidak merata, dan sifat

kimia tanah itu sendiri. Nilai pH tanah pada 1 MST mengalami peningkatan pada

10 MST sebesar 5%. Hal ini menunjukan adanya penurunan (H+) dalam larutan

tanah pada 10 MST. Penurunan (H+) dalam tanah disebabkan oleh (H+) dalam

larutan tanah bereaksi dengan (OH-) hasil hidrolisis pupuk P, mengakibatkan

peningkatan (OH-) dalam larutan tanah, sehingga pH tanah meningkat. Selain

menurunkan (H+) dalam larutan tanah, pupuk P juga mengasilkan H2PO42- yang

dapat diserap tanaman, sedangkan Ca2+ berada dalam larutan tanah sebagai kation

basa. Korelasi antara nilai pH dan ketersediaan P yang diamati pada 1 MST dan

10 MST adalah berbanding terbalik, yakni semakin tinggi pH suatu tanah maka

semakin sedikit jumlah P-tersedia yang ada dalam larutan tanah. Hal ini

menyebabkan tanaman akan terhambat dalam penyerapan P-tersedia yang terdapat

dalam larutan tanah, karena pH terbaik untuk fosfor diambil oleh tanaman adalah

6.5 (Malakooti dan Nafisi 1995 dalam Mehvarz et al 2008).

Bentuk fosfat sukar larut bergabung dengan Fe3+ dan Al3+ pada pH rendah

lebih larut bila bergabung dengan Ca2+ dan Mg2+ pada nilai pH mendekati netral,

dan sukar larut bila bergabung dengan Ca2+ pada nilai pH yang lebih tinggi. Ada

wilayah yang lebar dalam pelarutan berbagai macam fosfat dan ketersediaan

fosfat untuk tanaman, umumnya paling besar dengan pH skala 6-7 untuk

sebagian besar tanah pertanian (Tisdale et al. 1985). Peningkatan pH juga

disebakan oleh akar tanaman giat atau aktif mengashilkan asam organik (H+) yang

menyerap anion lebih besar daripada kation, melepaskan OH-, hasil hidrolisis

pupuk P, sehingga pH tanah meningkat.

Page 54: PENGARUH PUPUK HAYATI DAN PUPUK P …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/58876/1/A...meningkatkan jumlah unsur hara pada tanah regosol, diantaranya adalah dengan penambahan

41  

  

4.3. Pertumbuhan Tanaman

4.3.1. Tinggi Tanaman

Pada umur 1 MST, perlakuan 0 ml pupuk hayati + 50% pupuk P dan 0 ml

pupuk hayati + 100% pupuk P cenderung meningkatkan tinggi tanaman

dibandingkan perlakuan 0 ml pupuk hayati + 0% pupuk. Hal ini disebabkan

pertumbuhan tanaman pada 1 MST merupakan awal pertumbuhan vegetatif dari

tanaman sehingga sangat membutuhkan unsur hara P untuk memacu

pertumbuhan vegetatif, seperti tinggi, dan jumlah daun. Hal yang sama juga

ditemukan pada perlakuan 50 ml pupuk hayati + 50% pupuk P dan 50 ml pupuk

hayati + 100% pupuk P yang mana menunjukkan nilai yang lebih tinggi

dibandingkan dengan perlakuan 0 ml pupuk hayati + 0% pupuk P terhadap tinggi

tanaman.

Tabel 8 Pengaruh pemberian pupuk hayati dan pupuk P terhadap tinggi tanaman krisan (cm)

Perlakuan Tinggi tanaman (MST)

1 2 3 4 5 6 7 8 0 ml pupuk hayati+0% P 5.4 8.7 13.9 21.6 30.3 42.2 54.0 56.0 0 ml pupuk hayati+50% P 5.8 9.4 15.4 23.3 31.8 43.7 52.9 54.6 0 ml pupuk hayati+100% P 6.2 10.1 16.2 24.5 33.4 45.4 57.6 61.6 50 ml pupuk hayati+0% P 5.9 9.8 15.8 24.2 33.4 46.8 58.2 63.6 50 ml pupuk hayati+50% P 6.3 9.9 16.6 25.4 35.6 49.7 61.6 65.7 50 ml pupuk hayati+100% P 6.4 10.0 16.6 25.4 34.6 46.2 56.8 62.2

Pada 2 MST hingga 8 MST tidak terdapat perbedaan yang nyata antar

setiap perlakuan terhadap tinggi tanaman. Hal ini dikarenakan pada 2 MST hingga

8 MST jumlah P-tersedia yang ada dalam tanah berada pada jumlah yang sangat

tinggi dan hampir sama pada setiap perlakuan, sehingga tidak memberikan

perbedaan yang nyata pada setiap perlakuan terhadap tinggi tanaman. Jumlah P-

tersedia yang semakin menurun menunjukkan bahwa pada umur 2 MST hingga 8

MST kation-kation tanah seperti Al3+, Fe3+, dan Ca2+, sebagian besar membuat

ikatan dengan fosfat dalam bentuk Al-P, Fe-P, dan Ca-P, yang menyebabkan

unsur hara fosfat tidak tersedia bagi tanaman, sekalipun keadaan tanah sangat baik

(Soepardi 1983). Pada tanah tua fosfat akan membentuk komplek hidrooksida Fe-

P, hidrooksida Al-P, sedangkan pada tanah alkali membentuk komplek Ca-P.

Page 55: PENGARUH PUPUK HAYATI DAN PUPUK P …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/58876/1/A...meningkatkan jumlah unsur hara pada tanah regosol, diantaranya adalah dengan penambahan

42  

  

Pada tanah Andosol akan berikatan dengan alofan membentuk alofan fosfat

(Leiwakabessy 1989 dalam Lestari 1994), sedangkan pada kondisi masam ion Al,

Fe berekasi dengan ion fosfat membentuk garam Fe-P atau Al-P yang tidak larut.

Gambar 8 Pertumbuhan vegetatif krisan (tinggi dan jumlah daun) pada 2 MST, 4 MST, 6 MST, dan 8 MST pada setiap perlakuan

Keterangan: 0 ml pupuk hayati+0% P (P0D0) 50 ml pupuk hayati+0% P (P1D0) 0 ml pupuk hayati+50% P (P0D1) 50 ml pupuk hayati+50% P (P1D1) 0 ml pupuk hayati+100% P (P0D2) 50 ml pupuk hayati+100% P (P1D2)

6 MST 8 MST

P0D0

P0D1

P0D2

P1D0

P1D1

P1D2

4 MST 2 MST

Page 56: PENGARUH PUPUK HAYATI DAN PUPUK P …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/58876/1/A...meningkatkan jumlah unsur hara pada tanah regosol, diantaranya adalah dengan penambahan

43  

  

Hanafiah (2005) menyatakan dibanding N, maka P tersedia dalam tanah

relatif cepat menjadi tidak tersedia akibat segera 1) terikat oleh kation tanah

(terutama Al dan Fe pada kondisi masam atau dengan Ca dan Mg pada kondisi

netral) yang kemudian mengalami presipitasi (pengendapan) atau 2) terfiksasi

pada permukaan positif koloidal tanah (liat dan oksida Al/Fe) atau lewat

pertukaran kation (terutama dengan OH-). Ketidaktersediaan fosfor setelah 2 MST

juga menunjukkan bahwa ketika pupuk P yang mulanya mengandung P tersedia

bagi tanaman, namun pada akhirnya cepat bereaksi dengan tanah dan menjadi

kurang tersedia untuk diambil tanaman (Sundara et al 2002). Tanaman menyerap

fosfor dalam bentuk H2PO4-, HPO4

-, PO4-. Pada umumnya bentuk H2PO4- lebih

tersedia bagi tanaman daripada HPO4- dan PO4

-. ketersediaan fosfor anorganik

sangat ditentukan oleh pH tanah, jumlah dan dekomposisi bahan organik, serta

kegiatan jasad mikro dalam tanah ( Lal 2002 dalam Suliasih dan Rahmat 2007).

Pada 1 MST hingga 8 MST penggunaan pupuk hayati + pupuk P (50% P

dan 100% P) tidak menghasilkan perbedaan yang nyata terhadap tinggi tanaman.

Perlakuan tersebut menunjukkan peningkatan tinggi rata-rata tanaman yang lebih

baik jika dibandingkan dengan perlakuan 0 ml pupuk hayati + 50% pupuk P dan 0

ml pupuk hayati + 100% pupuk P. Hal tersebut disebabkan adanya peran

mikroorganisme pelarut fosfat dalam melarutkan fosfat yang diberikan sehingga

fosfat menjadi lebih tersedia bagi tanaman yang kemudian mempengaruhi

pertambahan tinggi tanaman. Ini menunjukkan mikroorganisme pelarut fosfat

berperan dalam ketersediaan unsur hara fosfat dalam tanah. Pelarutan fosfat oleh

mikroorganisme pelarut fosfat didahului dengan sekresi asam-asam organik,

diantaranya asam sitrat, asam glutamat, suksinat, laktat, oksalat, glikosilat, malat,

dan fumarat. Hasil sekresi tersebut akan berfungsi sebagai katalisator, pengkhelat

dan memungkinkan asam-asam organik tersebut membentuk senyawa komplek

dengan kation Ca2+, Mg2+, Fe2+, dan Al3+ sehingga terjadi pelarutan fosfat menjadi

bentuk tersedia yang dapat diserap oleh tanaman (Rao 1982 dalam Wulandari

2001). Berdasarkan rata-rata tinggi tanaman, maka perlakuan yang menunjukkan

peningkatan tinggi yang signifikan adalah perlakuan 50 ml pupuk hayati +

50 % P.

Page 57: PENGARUH PUPUK HAYATI DAN PUPUK P …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/58876/1/A...meningkatkan jumlah unsur hara pada tanah regosol, diantaranya adalah dengan penambahan

44  

  

4.3.2. Jumlah Daun

Pemberian pupuk hayati dan pupuk P pada setiap perlakuan tidak

menyebabkan perbedaan yang nyata dari jumlah daun tanaman. Hal ini

dikarenakan unsur hara P tidak cukup berperan untuk perkembangan sel daun

pada masa pertumbuhan vegetatif (1-8 MST), sehingga jumlah daun antar

perlakuan tidak berbeda nyata.

Tabel 9 Pengaruh pemberian pupuk hayati dan pupuk P terhadap jumlah daun

tanaman krisan.

Perlakuan Daun

(helai) 1 2 3 4 5 6 7 8

0 ml pupuk hayati+0% P 0 ml pupuk hayati+50% P 0 ml pupuk hayati+100% P 50 ml pupuk hayati+0% P 50 ml pupuk hayati+50% P 50 ml pupuk hayati+100% P

5.0 8.4 12.6 17.2 22.0 29.4 35.8 43.6 5.4 9.6 15.4 21.4 28.2 38.0 43.0 47.0 5.8 10.2 15.4 20.2 26.0 33.0 38.0 45.0 5.6 9.2 14.2 18.4 22.6 32.2 38.6 50.0 5.6 9.4 15.6 21.4 27.0 38.4 43.8 50.6 5.8 9.6 14.8 19.6 28.8 33.2 39.4 46.8

Dalam perkembangannya daun lebih membutuhkan unsur hara N dari pada

P. Pengaruh serapan fosfat oleh tanaman untuk perkembangan daun sangat kecil.

Berdasarkan rata-rata pertambahan jumlah daun, maka perlakuan yang memiliki

peningkatan jumlah daun paling tinggi adalah perlakuan 50 ml pupuk hayati + 50

% P dibandingkan dengan perlakuan yang lainnya. Jumlah daun yang tinggi

dibutuhkan tanaman dalam peristiwa fotosintesis. Tanaman dengan jumlah daun

yang lebih tinggi akan memiliki jumlah klorofil yang lebih banyak sehingga

fotosintat yang dihasilkan dari proses fotosintesis lebih banyak. Selanjutnya

fotosintat ini akan ditraspor ke seluruh bagian tanaman untuk pertumbuhan dan

perkembangan tanaman, seperti peningkatan tinggi tanaman dan proses

pembungaan. Jumlah daun yang melimpah dari tanaman akan memacu

pertumbuhan tanaman.

4.3.3. Warna Daun

Warna daun daun ditunjukkan oleh Tabel 10. Berdasarkan pengamatan

terhadap warna daun ternyata tidak ditemukan perbedaan yang nyata dari setiap

perlakuan dari 1 MST hingga 8 MST. Pada 1 MST warna daun setiap perlakuan

Page 58: PENGARUH PUPUK HAYATI DAN PUPUK P …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/58876/1/A...meningkatkan jumlah unsur hara pada tanah regosol, diantaranya adalah dengan penambahan

45  

  

termasuk kategori hijau. Pada 2 MST hingga 4 MST, setiap perlakuan memiliki

warna daun yang termasuk dalam kategori lebih hijau. Sedangkan pada 5 MST

hingga 8 MST warna daun tanaman dari setiap perlakuan termasuk dalam kategori

sangat hijau.

Tabel 10 Pengaruh pemberian pupuk hayati dan pupuk P terhadap warna daun pada 1 MST – 8 MST.

Perlakuan Warna Daun 1 2 3 4 5 6 7 8

0 ml pupuk hayati+0% P 3 4 4 4 5 5 5 5 0 ml pupuk hayati+50% P 3 4 4 4 5 5 5 5 0 ml pupuk hayati+100% P 3 4 4 4 5 5 5 5 50 ml pupuk hayati+0% P 3 4 4 4 5 5 5 5 50 ml pupuk hayati+50% P 3 4 4 4 5 5 5 5 50 ml pupuk hayati+100% P 3 4 4 4 5 5 5 5 Keterangan : 1 = kurang hijau; 2= cukup hijau; 3= hijau; 4= lebih hijau; 5= sangat hijau

4.4. Kualitas Panen

4.4.1. Bobot Basah dan Tinggi Akhir

Pemberian pupuk hayati dan pupuk P tidak menunjukkan perbedaan yang

nyata dari bobot basah pada setiap perlakuan. Secara umum, rata-rata bobot basah

yang terdapat pada perlakuan 0 ml pupuk hayati + 0% P menunjukkan bobot

basah yang lebih rendah dibandingkan dengan perlakuan lainnya. Ini

menunjukkan bahwa tanaman yang mendapat tambahan fosfat dari pupuk P

memiliki bobot basah yang lebih besar secara rata-rata namun tidak berbeda

secara statistik. Adapun pada perlakuan 50 ml pupuk hayati + 0% P memiliki

tinggi tanaman yang lebih tinggi daripada perlakuan 0 ml pupuk hayati + 0% P

dikarenakan pupuk hayati yang mengandung mikroorganisme pelarut fosfat

mampu melarutkan residu pupuk P dari penggunaan lahan sebelumnya sehingga

dapat meningkatkan ketersediaan fosfat untuk diserap oleh tanaman.

Mekanisme yang terjadi dalam tubuh mikroorganisme pelarut fosfat

menyebabkan mikroorganisme ini mengahsilkan asam-asam organik yang mampu

melarutkan P tanah. Maka tanpa pemberian pupuk P, mikroorganisme pelarut

fosfat tidak banyak memberikan sumbangan terhadap pertumbuhan tanaman.

Tanpa pupuk P, mikroorganisme pelarut fosfat hanya meningkatkan kelarutan P

yang berasal dari tanah. Sedangkan dengan pemberian pupuk P, mikroorganisme

Page 59: PENGARUH PUPUK HAYATI DAN PUPUK P …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/58876/1/A...meningkatkan jumlah unsur hara pada tanah regosol, diantaranya adalah dengan penambahan

46  

  

pelarut fosfat meningkatkan kelarutan P dari pupuk dan tanah sehingga

menghasilkan P-tersedia yang lebih besar pada tanah dan memberikan pengaruh

yang lebih besar terhadap tinggi tanaman (Lestari 2004). Pupuk hayati yang

mengandung mikroorganisme pelarut fosfat dan pupuk P merupakan dua jenis

pupuk yang membantu dalan penyediaan P-tersedia untuk pertumbuhan dan

perkembangan tanaman. Berdasarkan rata-rata bobot basah tanaman, perlakuan

yang menunjukkan nilai bobot basah tertinggi adalah 50 ml pupuk hayat i+ 50% P

dengan nilai 1841 g. Perlakuan 50 ml pupuk hayati + 100% P menunjukkan bobot

basah yang paling rendah dari semua perlakuan. Hal ini disebabkan penyerapan

fosfat yang sangat bergantung pada sifat tanah meskipun jumlah P-tersedia dalam

tanah berada dalan kadar yang sangat tinggi. Artinya, jumlah fosfat tersedia tanah

yang terdapat pada perlakuan 50 ml pupuk hayati + 100% pupuk P, baik itu dalam

jumlah yang tinggi maupun dalam jumlah rendah penyerapannya oleh tanaman

sangat tergantung oleh sifat tanah. Data bobot basah dan tinggi akhir tersaji pada

Tabel 11

Tinggi akhir tanaman yang diperoleh dari penggukuran setelah panen,

menunjukkan tidak terdapat perbedaan yang nyata dalam tinggi akhir tanaman.

Berdasarkan tinggi rata-rata dari setiap perlakuan menunjukkan bahwa perlakuan

dengan penambahan pupuk hayati (50 ml) dan pupuk P (50%) menunjukkan

tinggi akhir yang lebih besar jika dibandingkan dengan perlakuan 0 ml pupuk

hayati + 0% P walaupun secara statistik tidak nyata.

Tabel 11 Pengaruh perlakuan terhadap bobot basah dan tinggi akhir tanaman krisan Perlakuan Bobot basah

(g) Tinggi akhir

(cm) 0 ml pupuk hayati+0% P 1615.0 94.1 0 ml pupuk hayati+50% P 1770.0 99.4 0 ml pupuk hayati+100% P 1790.0 99.6 50 ml pupuk hayati+0% P 1769.0 95.9 50 ml pupuk hayati+50% P 1841.0 100.7 50 ml pupuk hayati+100% P 1602.0 98.0

Hal ini menunjukkan pupuk P dan pupuk hayati yang mengandung

mikroorganisme pelarut fosfat untuk menyediakan P-tersedia bagi tanaman

cenderung meningkatkan pertambahan tinggi tanaman. Namun secara keseluruhan

Page 60: PENGARUH PUPUK HAYATI DAN PUPUK P …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/58876/1/A...meningkatkan jumlah unsur hara pada tanah regosol, diantaranya adalah dengan penambahan

47  

  

pemberian pupuk hayati (50 ml) dan pupuk P ( 50% P dan 100% P) menunjukkan

tinggi akhir yang lebih besar dibandingkan dengan perlakuan 0 ml pupuk hayati +

0% P. Perlakuan yang menunjukkan tinggi akhir rata-rata yang paling tinggi dari

semua perlakuan adalah 50 ml pupuk hayati+50% P, dengan nilai tinggi akhir

100.7 cm.

4.4.2. Jumlah Bakal Bunga

Fase generatif dari pertumbuhan tanaman terdapat pada 9 MST, 10 MST

dan 11 MST. Jumlah bakal bunga pada 9 MST tidak berbeda nyata untuk setiap

perlakuan. Hal ini disebabkan jumlah P-tersedia yang terdapat dalam tanah belum

mampu memberikan pengaruh terhadap bakal bunga. Secara rata-rata, perlakuan

yang memberikan jumlah bakal bunga yang paling tinggi pada 9 MST adalah 50

ml pupuk hayati+50 % P, yakni sebesar 19.2 bakal bunga. Sedangkan perlakuan

yang memiliki nilai bakal bunga terkecil adalah 0 ml pupuk hayati+50% P, yakni

sebesar 15.2 bakal bunga. Jumlah bakal bunga pada 10 MST juga menunjukkan

hasil yang tidak berbeda nyata untuk setiap perlakuan. Hal ini juga disebabkan

belum terdapatnya pengaruh pemberian pupuk hayati dan pupuk P terhadap

jumlah bakal bunga. Pada 10 MST, jumlah bakal bunga terbesar terdapat

perlakuan 50 ml pupuk hayati+50% P, yakni sebesar 26.4 bakal bunga, sedangkan

jumlah bakal bunga terkecil pada perlakuan 0 ml pupuk hayati+50% P, yakni

sebesar 20.4 bakal bunga..

Tabel 12 Pengaruh pemberian pupuk hayati dan pupuk P terhadap jumlah bakal bunga (buah).

Perlakuan Jumlah Bakal Bunga (Buah)

Waktu pengamatan (MST) 9 10 11

0 ml pupuk hayati+0% P 18.2 22.6 25.4ab 0 ml pupuk hayati+50% P 15.2 20.4 23.4b 0 ml pupuk hayati+100% P 17.4 24.0 28.8ab 50 ml pupuk hayati+0% P 18.8 25.6 31.2ab 50 ml pupuk hayati+50% P 19.2 26.4 32.6a 50 ml pupuk hayati+100% P 16.2 22.2 26.4ab Angka-angka pada kolom yang sama yang diikuti oleh huruf yang sama menunjukkan antar perlakuan tidak berbeda nyata pada Duncan taraf kepercayaan 95% (α = 5%)

Jumlah bakal bunga 11 MST menujukkan nilai yang berbeda nyata antara

perlakuan 0 ml pupuk hayati + 0% P, 0 ml pupuk hayati + 100% P,50 ml pupuk

Page 61: PENGARUH PUPUK HAYATI DAN PUPUK P …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/58876/1/A...meningkatkan jumlah unsur hara pada tanah regosol, diantaranya adalah dengan penambahan

48  

  

hayati+0% P, 50 ml pupuk hayati + 0% P dengan perlakuan 0 ml pupuk hayati +5

0% P dan 50 ml pupuk hayati + 50% P. Hal ini dikarenakan pada 11 MST jumlah

P-tersedia yang terdapat dalam tanah berperan dalam pemunculan bakal bunga

dari tanaman.

Secara rata-rata, jumlah bakal bunga yang memiliki nilai yang tertinggi

terdapat pada perlakuan 50 ml pupuk hayati + 50% P yakni sebesar 32.6 bakal

bunga. Sedangkan jumlah bakal bunga terkecil terdapat pada perlakuan 0 ml

pupuk hayati + 50% P yakni sebesar 23.4 bakal bunga. Berdasarkan jumlah bakal

bunga yang dihasilkan pada fase generatif, maka perlakuan yang sangat baik

dalam pemunculan bakal bunga adalah perlakuan 50 ml pupuk hayati + 50% P.

4.4.3. Jumlah Tangkai Bunga per Tahap Panen

Pengaruh pemberian pupuk hayati terhadap jumlah tangkai bunga yang

dipanen per tahap panen menunjukkan jumlah tangkai bunga uang dipanen pada

panen tahap 1 memiliki nilai yang tidak berbeda nyata antara setiap perlakuan.

Tanaman yang dipanen pada tahap ini menunjukkan jumlah yang tidak seragam

terhadap setiap perlakuan. Hal ini dikarenakan pada panen tahap 1, jumlah bunga

yang dipanen dipengaruhi oleh posisi lahan tanam yang kering, sehingga

menghasilkan bunga yang memiliki tinggi yang rendah dan bunga yang mekar

lebih cepat yang sehingga dipanen lebih dibandingkan dengan yang lainnya.

Secara keseluruhan, jumlah panen yang sedikit juga disebabkan oleh tidak

meratanya masa pembungaan pada fase generatif pertumbuhan tanaman,

akibatnya jumlah bunga yang mekar juga tidak merata atau tidak mekar secara

bersamaan. Panen tahap 1 juga menunjukkan tidak ada hubungan antar perlakuan

terhadap jumlah bunga yang dipanen. Secara rata-rata jumlah tanaman yang

dipanen pada panen tahap 1 yang memiliki nilai paling tinggi terdapat pada

perlakuan 0 ml pupuk hayati + 0% P dengan nilai 4.0 tanaman. Sedangkan jumlah

panen dengan nilai paling kecil terdapat pada perlakuan 0 ml pupuk hayati + 50%

P dengan nilai 0.2 tanaman.

Panen tahap 2 juga menunjukkan nilai yang tidak berbeda nyata antara

perlakuan terhadap jumlah tanaman yang dipanen. Pada panen tahap 2, jumlah

Page 62: PENGARUH PUPUK HAYATI DAN PUPUK P …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/58876/1/A...meningkatkan jumlah unsur hara pada tanah regosol, diantaranya adalah dengan penambahan

49  

  

bunga yang dipanen lebih banyak daripada jumlah bunga yang dipanen pada

tahap 1. Hal ini disebabkan sebagian besar tanaman yang dipanen pada tahap 2

memiliki awal pembungaan yang sama dan menyebakan waktu pemekaran bunga

yang sama, sehingga pada panen tahap 2 ini jumlah tanaman yang dipanen lebih

banyak daripada jumlah tanaman yang dipanen pada tahap sebelumnya. Secara

rata-rata, jumlah tanaman yang dipanen pada tahap 2 paling banyak terdapat pada

perlakuan 50 ml pupuk hayati + 0% P dengan nilai 29.2 tanaman. Sedangkan

jumlah tanaman yang dipanen pada tahap 2 paling sedikit terdapat pada perlakuan

50 ml pupuk hayati+100% P dengan nilai 26.8 tanaman.

Tabel 13 Pengaruh pemberian pupuk hayati dan pupuk P terhadap jumlah tangkai

bunga per tahap panen

Perlakuan Jumlah Tangkai Bunga Total Jumlah Tangkai Bunga Panen 1 Panen 2 Panen 3

0 ml pupuk hayati+0% P 4.0 27.2 15.2b 46.4 0 ml pupuk hayati+50% P 0.2 27.8 17.6b 45.6 0 ml pupuk hayati+100% P 2.0 25.8 20.2ab 48.0 50 ml pupuk hayati+0% P 2.4 29.2 15.2b 46.8 50 ml pupuk hayati+50% P 0.8 26.8 20.0ab 47.6 50 ml pupuk hayati+100% P 3.2 23.6 24.0a 50.8 Angka-angka pada kolom yang sama yang diikuti oleh huruf yang sama menunjukkan antar perlakuan tidak berbeda nyata pada Duncan taraf kepercayaan 95% (α = 5%) Panen tahap 3 menunjukkan nilai yang berbeda nyata antara perlakuan 0

ml pupuk hayati + 0% P, 0 ml pupuk hayati + 50% P, 50 ml pupuk hayati + 0% P

dengan perlakuan 0 ml pupuk hayati + 100% P, 50 ml pupuk hayati + 50% P1,

dan 50 ml pupuk hayati + 100% P. Perbedaan ini dipengaruhi oleh jumlah P-

tersedia yang terdapat dalam tanah. Secara rata-rata, tanaman yang mendapat

tambahan pupuk hayati dan pupuk P memiliki rata-rata jumlah panen yang lebih

tinggi dibandingkan dengan tanaman yang hanya mendapat tambahan pupuk

hayati dan tanpa mendapat tambahan pupuk hayati dan pupuk P. Berdasarkan

rata-rata jumlah panen tahap 3, perlakuan yang memiliki jumlah panen paling

tinggi terdapat pada 50 ml pupuk hayati + 100% P, dengan nilai 24.0 tanaman.

Sedangkan perlakuan yang memiliki jumlah panen paling rendah terdapat pada 0

ml pupuk hayati + 0 % P dan 50 ml pupuk hayati + 0% P, yakni masing dengan

nilai 15.2 tanaman.

Page 63: PENGARUH PUPUK HAYATI DAN PUPUK P …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/58876/1/A...meningkatkan jumlah unsur hara pada tanah regosol, diantaranya adalah dengan penambahan

50  

  

4.4.4. Penetapan Grade Krisan

Hasil penetapan grade bunga ditunjukkan oleh tabel 15. Penetapan grade

ini didasarkan pada parameter tinggi akhir, diameter batang, jumlah kuntum dan

diameter kuntum. Perlakuan yang memiliki persentase grade AA tertinggi terdapat

pada perlakuan 50 ml pupuk hayati + 50% P yakni sebesar 80%.

Tabel 14 Pengaruh pemberian pupuk hayati dan pupuk P terhadap klasifikasi grade krisan

Perlakuan Grade

AA A B ( % )

0 ml pupuk hayati+0% P 40 60 0 0 ml pupuk hayati+50% P 40 60 0 0 ml pupuk hayati+100% P 60 20 20 50 ml pupuk hayati+0% P 40 40 20 50 ml pupuk hayati+0% P 80 0 20 50 ml pupuk hayati+100% P 40 60 0

Sedangkan perlakuan yang memiliki persentase grade terendah terdapat

pada perlakuan 0 ml pupuk hayati + 0% P, 0 ml pupuk hayati + 50% P, 50 ml

pupuk hayati + 0% P, 50 ml pupuk hayati + 100% P, masing sebesar 40%.

Berdasarkan penetapan grade untuk kategori AA, maka perlakuan yang

memberikan persentase yang tinggi dalam hal ini adalah 0 ml pupuk hayati +

50% P.

Penetapan tanaman yang termasuk dalam kategori grade A menunjukkan

bahwa perlakuan yang memiliki nilai persentase yang paling tinggi terdapat pada

perlakuan 0 ml pupuk hayati + 0% P, 0 ml pupuk hayati + 50% P dan 50 ml

pupuk hayati +100% P masing-masing sebesar 60%. Sedangkan perlakuan yang

memiliki nilai persentase yang paling rendah terdapat pada perlakuan 50 ml

pupuk hayati + 50% P yakni sebesar 0%.

Selanjutnya, perlakuan yang memiliki nilai persentase tertinggi untuk

penetapan grade tanaman yang termasuk dalam grade B adalah 0 ml pupuk hayati

+ 100% P, 50 ml pupuk hayati + 0% P, dan 50 ml pupuk hayati + 50% P masing-

masing sebesar 20%. Sedangkan perlakuan yang memiliki nilai persentase yang

paling rendah terdapat pada perlakuan 0 ml pupuk hayati + 0% P, 0 ml pupuk

hayati + 50% P, dan 50 ml pupuk hayati + 100% P, masing-masing sebesar 0%.

Page 64: PENGARUH PUPUK HAYATI DAN PUPUK P …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/58876/1/A...meningkatkan jumlah unsur hara pada tanah regosol, diantaranya adalah dengan penambahan

51  

  

Pemberian pupuk hayati dan pupuk P yang menunjukkan nilai yang tidak

berbeda nyata pada sebagian besar peubah disebabkan oleh kandungan P-tersedia

yang tinggi pada lahan tanam. Hal ini mengindikasikan penambahan pupuk hayati

yang mengandung mikroorganisme pelarut fosfat pada tanah yang memiliki kadar

P-tersedia tinggi tidak cukup berpengaruh terhadap pertumbuhan tanaman krisan.

Namun pemberian pupuk hayati tetap menunjukkan pelarutan P pada tanah

sehingga meningkat jumlah P-tersedia di tanah regosol.

Jumlah P-tersedia pada lahan tanam yang memiliki jenis tanah regosol ini

berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Munir (1996) dalam Fahmi (2009)

yang menyatakan bahwa tanah regosol merupakan tanah yang memiliki potensi

kesuburan yang rendah. Pada lahan tanam dimana penelitian dilakukan, memiliki

pemberian pupuk yang intensif pada masa sebelum dilakukan penelitian.

Pemberian pupuk yang intensif terutama pupuk P yang melebih dosis

pemupukkan untuk bunga krisan pada lahan tanam ini menyebabkan residu yang

tinggi dari P pada lahan tanam ini yang megakibatkan ketersediaan P yang tinggi

pada lahan.

Penelitian yang telah dilakukan menunjukkan bahwa lahan tanam bunga

krisan pada tanah Regosol Cimacan, mengandung jumlah P-tersedia yang sangat

tinggi. Hal ini memberikan keuntungan kepada petani bunga krisan di daerah ini,

karena dengan hasil penelitian ini, petani bunga krisan tidak perlu lagi menambah

pupuk P pada lahan tanamnya untuk beberapa musim tanam selanjutnya. Petani

bunga krisan cukup memanfaatkan residu pupuk P yang masih bertahan pada

lahan tanam bunga krisan sebelumya. Namun untuk memperoleh hasil yang lebih

jelas tantara kadar P-tersedia dengan pertumbuhan bunga krisan di lahan tanam

ini, perlu dilakukan penelitian lebih lanjut.

Page 65: PENGARUH PUPUK HAYATI DAN PUPUK P …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/58876/1/A...meningkatkan jumlah unsur hara pada tanah regosol, diantaranya adalah dengan penambahan

52  

  

V. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

1. Diperoleh dua jenis bakteri dan dua jenis fungi pelarut fosfat untuk pembuatan

pupuk hayati.

2. Pemberian pupuk hayati dan pupuk P pada perlakuan 50 ml pupuk hayati +

50% P dapat meningkatkan pertumbuhan generatif tanaman terlihat pada

jumlah bakal bunga saat 11 MST dibandingkan dengan perlakuan lainnya, dan

dapat meningkatkan jumlah tanaman yang dipanen pada perlakuan 50 ml

pupuk hayati + 100% P terlihat pada panen tahap 3.

3. Pemberian pupuk hayati dan pupuk P pada setiap perlakuan tidak nyata dalam

meningkatkan jumlah P-tersedia dan pertumbuhan vegetatif tanaman.

4. Perlakuan 50 ml pupuk hayati + 50% P memiliki persentase grade AA

tertinggi.

5.2. Saran

1. Penelitian perlu dilanjutkan dengan mengidentifikasi isolat yang digunakan

pada pupuk hayati.

2. Penelitian perlu dilanjutkan dengan menggunakan media tanah,tanaman, dan

sumber P yang berbeda.

Page 66: PENGARUH PUPUK HAYATI DAN PUPUK P …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/58876/1/A...meningkatkan jumlah unsur hara pada tanah regosol, diantaranya adalah dengan penambahan

53  

  

IV. DAFTAR PUSTAKA

Alexander M. 1977. Introduction to Soil Microbiology. John Wiley & Sons

Canada.

Basyaruddin. 1982. Penelaahan Erapan dan Pelepasan Fosfat dalam Hubungannya dengan Kebutuhan Fosfat Tanaman Jagung (Zea mays L) pada tanah Ultisol dan Andisol. [tesis].Bogor.Program Pasca Sarjana, IPB. Bogor

Bohn, H. L., McNeal, B. L., O’Connor, G. A., 1979. Soil Chemistry. Canada : John Wiley & Sons.

Budiarto K, Marwoto B. 2009. Mother plant productivity and cutting quality of chrysanthemum varieties grown under plastichouse and open conditions. Ind J Agric Sci 2: 115-120.

Budiarto K, Sulyo Y, Dwi S N E, Maaswinkel R H M. 2006. Effect of types media and NPK fertilizer on the rooting capacity of chrysanthemum cutting. Ind J Agric Sci 7: 67-70.

Budiarto K, Sulyo Y, Dwi S N E, Maaswinkel R H M. 2007. Effects of irrigation frequency and leaf detachment on chrysanthemum grown in two types of plastic house. Ind J Agric Sci 8: 39-42

Chau Amanda, Heinz M Kevin, Davies T Fred. 2005. Influence of fertilization on population abundance, distribution, and control of Frankliniella occidentallis on chrysanthemum. Entomol Exp 117: 27-39.

Fahmi A, Syamsudin, Utami H S N, Radjagukguk B. 2009. Peran pemupukan fosfor dalam pertumbuhan tanaman jagung. (Zea mays L) di tanah regosol dan latosol. Berita Biologi 9 (6): 745-750

Hanafiah, K.A. 2005. Dasar-dasar Ilmu Tanah. Jakarta: PT RajaGrafindo

Persada.

Jin Miao, Zhu Zaibiao, Guo Qiaosheng, Shen Haijin, Wang Yanru. 2012. Growth and accumulation bioactive compounds in medicinal Chrysanthemum morifolium Ramat. Cv. ‘Chuju’ under different colored shade polyethylene. J Med Plant Res 6: 398-404.

Khan A A, Jilani G, Akhtar M S, Naqvi S M S, Rasheed M. 2009. Phosphorus solubilizing bacteria: Occurrence, mechanism, and their role in crop production. J Agric Biol Sci 1: 48-58.

Kukreja G P, Bhute S S, Mangate S A, DFhawale M N. 2010. Exploring the potential of Pseudomonas species as phosphate solubilizer, plant growth

Page 67: PENGARUH PUPUK HAYATI DAN PUPUK P …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/58876/1/A...meningkatkan jumlah unsur hara pada tanah regosol, diantaranya adalah dengan penambahan

54  

  

promoter, biocontrol agent and pesticide degrade. Asian J Exp Biol Sci Spl : 40-44.

Leiwakabessy, F. M. 1989. Kesuburan Tanah. Diktat Kuliah. Fakultas Pertanian, IPB. Bogor.

Lestari, P. 1994. Pengaruh Fungi Pelarut Fosfat terhadap Serapan Hara P dan Pertumbuhan Tanaman Jagung (Zea Mays L). [Skripsi].Bogor.Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.

Mashudi M F, Suhardi. 2009. Adaptasi agronomis dan kelayakan finansial usahatani krisan di Yogyakarta. J Hort 19: 228-236.

Mehrvarz S, Chaichi M R, Alikhani H A. 2008. Effect of phosphate sollubilizing microorganisms and phosphorus chemical fertilizer on yield and yield components of barely (Hordeum vulgare L). Am-Euras J Agric & Environt Sci 3: 822-828.

Mengel, K and Kirkby, E. A. 1982. Principles of Plant Nutrition. 3rd Ed. Switzerland : International Potash Institute.

Munir. 1996. Tanah-Tanah Utama di Indonesia. Jakarta : Pustaka Jaya

Noor A. 2003. The effect of rock phosphate and combination of phosphate-solubilizing bacteria and farm yard manureon soil available Pand soybeans growth on Ultisol. Bul Agron 31: 100-106.

Panhwar Q A, Radziah O, Sariah M, Razi I M. 2011. Role of phosphate solubilizing bacteria on rock phosphate solubility and growth of aerobic rice. J Environ Biol 32: 607-612.

PUSLITBANGHORT. 2006. Budidaya bunga krisan.

Raharjo, I.B., Diningsih E, Sulyo Y. 2008. Vaksin CARNA 5 untuk memproteksi tanaman krisan varietas reagent orange dari infeksi virus mosaic mentimum. J Hort 18: 193-199.

Rao S .1982 Phosphate solubilizing microorganisms. Biofertilizers in Agriculture 3rd ed. Omega Scientific Publishers, New Delhi

Ridwan H, Nurmalinda, Supriadi H.2005. Analisis luas minimumusahatani bunga krisan potong. J Hort 15: 303-311.

Schoellhorn K Richard, Barrett E James, Nell A Terrill. 1996. Branching of chrysanthemum cultivars varies with season, temperature, photosynthetic Photom flux. J Amer Soc Hort Sci 11: 42-46.

Sharma K, Dag G, Agrawal K, Bhatnagar M, Sharma R. 2007. Efffect of phosphate sollubilizing bacteria on germination of Cicer Arietinum seeds and seedling growth. J Her Med Toxicol 1: 61-63.

Page 68: PENGARUH PUPUK HAYATI DAN PUPUK P …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/58876/1/A...meningkatkan jumlah unsur hara pada tanah regosol, diantaranya adalah dengan penambahan

55  

  

Soepardi, Goeswono. 1983. Sifat dan Ciri Tanah. Bogor : IPB Press

Suliasih Rahmat. 2007. Phosphatase activity and solubilizing of calcium phosphate by phosphate solubilizing bacteria. BIODIVERSITAS 8: 23-26.

Sundara B, Natarajan V, Hari K. 2002. Influence of phosphorus solubilizing bacteria on the changes in soil available phosphorus and sugarcane and sugar yield. Field Crop Res 77: 43-49

Sutanto Rahman. 2001. Penerapan pertanian organik : Penerapan dan pemasyarakatannya. Yogyakarta : Penerbit Kanisius

Tisdale, S. L., Nelson, W. L., Beaton, J. D., 1985. “Soil Fertility and Fertilizer”. New York : Macmillan Publising Company.

Widiastuti L, Tohari, Sulistyaningsih E. Pengaruh intensitas cahaya dan kadar daminosida terhadap iklim mikro dan pertumbuhan tanaman krisan dalam pot. Ilmu Pertanian 11: 35-42.

Wiraatmajaya I W, Astawa I N G, Denianitri N N. 2007. Memperpanjang kesegaran bunga potong krisan (Dendrathema grandiflora Tzvelev.) dengan larutan perendam sukrosa dan asam sitrat. Agritrop 26: 129-135.

Wulandari S. 2001. Efektivitas bakteri pelarut fosfat Pseudomonas sp terhdap pertumbuhan tanaman kedelai (Glycine max L.) pada tanah Latosol Merah Kuning. J Nat Ind 4:

Y P Chen et al. 2006. Phosphate solubilizing bacteria from subtropical soil and their tricalsium phosphate solubilizing abilities. App Soil Eco 34: 33-41.

Page 69: PENGARUH PUPUK HAYATI DAN PUPUK P …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/58876/1/A...meningkatkan jumlah unsur hara pada tanah regosol, diantaranya adalah dengan penambahan

56  

  

LAMPIRAN

Page 70: PENGARUH PUPUK HAYATI DAN PUPUK P …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/58876/1/A...meningkatkan jumlah unsur hara pada tanah regosol, diantaranya adalah dengan penambahan

57  

  

Lampiran 1 Hasil analisis pendahuluan tanah Regosol Cimacan

Jenis Analsis Hasil Metode pH H2O (1:1) 5.90 pH-metri C-Organik (%) 2.47 Walkley & Black N-Total (%) 0.28 Kjehdahl P-Tersedia (ppm P2O5) 623.96 Bray 1 Basa-basa dapat ditukar (me/100 g) : Ca 25.25 N NH4OAc pH 7.0 Mg 3.79 N NH4OAc pH 7.0 K 0.74 N NH4OAc pH 7.0 Na 1.58 N NH4OAc pH 7.0 KTK (me/100 g) 10.82 N NH4OAc pH 7.0 KB (%) 289.93 Al-dd (me/100 g) H-dd (me/100 g)

Tr0.20 N KCl

N KCl Fe (ppm) 7.54 0.05 N HCl Cu (ppm) 0.91 0.05 N HCl Zn (ppm) 8.96 0.05 N HCl Mn (ppm) 33.32 0.05 N HCl Tekstur (%) : Tekstur (pipet) Pasir 52.11 Debu 20.48 Liat 27.41

Lampiran 2 Hasil analisis pupuk kandang.

Jenis Analsis Hasil (%) Kadar air 13.52 C-Organik 33.45 N-Total 8.08 P-Terrsedia 1.02 K 0.93 Ca 1.30

Lampiran 3 Komposisi media Pikovskaya per liter aquades

Bahan Jumlah (g) Glukosa 10 Ca3(PO4)2 5 (NH4)2SO4 0.5 KCl 0.2 MgSO4. 7H2O 0.1 MnSO4. 7H2O trace FeSO4. 7H2O Yeast Extract

trace 0.5

Agar 20

Page 71: PENGARUH PUPUK HAYATI DAN PUPUK P …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/58876/1/A...meningkatkan jumlah unsur hara pada tanah regosol, diantaranya adalah dengan penambahan

58  

  

Lampiran 4 Komposisi Media Nutrient Agar (NA) per liter aquades

Bahan Jumlah (g) Nutrient Agar (NA) 28

Lampran 5 Komposisi media Potatos Dektrose Agar (PDA) per liter aquades

Bahan Jumlah (g) Kentang 200 Dektrose 10 Agar 24

Lampiran 6 Standar Nasional Indonesia (SNI) 01 – 4478 – 1998 tentang syarat mutu bunga potong krisan segar

Jenis Uji Satuan Kelas Mutu AA A B C 1 Panjang tangkai minimum tipe standar cm 76 70 61 Asalan tipe “spray” aster cm 76 70 61 Asalan kancing cm 76 70 61 Asalan santini cm 60 55 50 Asalan 2 Diameter tangkai bunga tipe standar, aster, dan kancing mm >5 4.1 - 5 3 - 4 Asalan tipe santini mm >4 3.5 - 4 3 – 3.5 Asalan 3 Diameter bunga setengah mekar tipe standar mm >80 71 - 80 60 - 70 Asalan tipe “spray” aster mm >40 >40 >40 Asalan kancing mm >35 >35 >35 Asalan santini mm >30 >30 >30 Asalan 4 Jumlah kuntum bunga 1/2 mekar per tangkai tipe “spray” kuntum >6 >6 >6 Asalan 5 Kesegaran bunga Segar Segar Segar Segar 6 Benda asing / kotoran max % 3 5 10 >10 7 Keadaan tangkai bunga Kuat, Kuat, Kuat, Asalan Lurus Lurus Lurus Tidak Tidak Tidak pecah pecah pecah 8 Keseragaman kultivar % Seragam Seragam Seragam Seragam 9 Daun pada 2/3 bagian Lengkap Lengkap Lengkap Asalan tangkai bunga dan dan dan Seragam Seragam Seragam 10 Penanganan pascapanen Mutlak Perlu Perlu Asalan minimum perlu

Page 72: PENGARUH PUPUK HAYATI DAN PUPUK P …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/58876/1/A...meningkatkan jumlah unsur hara pada tanah regosol, diantaranya adalah dengan penambahan

 

 

Lampiran

Lampiran

Lampiran

7 Lokasi pe

8 Lokasi pe

9 Peta Des

engambilan

enanaman b

a Cimacan

n sampel tan

bunga krisan

(Lokasi pen

nah untuk su

n

nanaman bu

umber isola

unga krisan)

at

)

59 

 

Page 73: PENGARUH PUPUK HAYATI DAN PUPUK P …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/58876/1/A...meningkatkan jumlah unsur hara pada tanah regosol, diantaranya adalah dengan penambahan

60  

  

Lampiran 10 Data tinggi akhir, diameter tangkai, jumlah kuntum, dan diameter kuntum untuk penetapan grade

Ulangan Perlakuan Tinggi Akhir Diameter Tangkai

Jumlah Kuntum

Diameter Kuntum Grade

1

P0D0 101.87 4.80 10 48 A P0D1 102.87 5.00 10 52 AA P0D2 98.3 3.80 7 41 B P1D0 94.3 4.40 9 42 A P1D1 109.2 5.20 13 53 AA P1D2 104.9 4.80 12 53 A

2

P0D0 96.84 4.20 9 50 A P0D1 100.44 4.40 8 46 A P0D2 101.27 5.40 13 47 AA P1D0 95.44 3.80 8 49 B P1D1 96.53 4.00 10 50 B P1D2 112.35 5.20 12 49 AA

3

P0D0 93.50 4.60 10 49 A P0D1 99.12 5.80 12 47 AA P0D2 86.91 4.40 8 47 A P1D0 91.27 5.20 12 50 AA P1D1 93.48 5.20 10 48 AA P1D2 86.97 4.20 10 47 A

4

P0D0 94.47 5.20 15 43 AA P0D1 88.85 4.80 7 45 A P0D2 97.91 6.20 14 44 AA P1D0 97.38 6.60 15 43 AA P1D1 92.58 5.40 12 49 AA P1D2 85.05 4.60 10 42 A

5

P0D0 83.99 5.00 11 48 AA P0D1 105.90 4.80 9 47 A P0D2 113.73 6.00 14 49 AA P1D0 101.35 5.00 10 49 A P1D1 111.74 6.00 10 47 AA P1D2 101.48 5.40 10 49 AA

Keterangan: P0D0 : 0 ml pupuk hayati + 0% P P0D1 : 0 ml pupuk hayati + 50% P P0D2 : 0 ml pupuk hayati + 100% P P1D0 : 50 ml pupuk hayati + 0% P P1D1 : 50 ml pupuk hayati + 50% P P1D2 : 50 ml pupuk hayati + 100% P

Page 74: PENGARUH PUPUK HAYATI DAN PUPUK P …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/58876/1/A...meningkatkan jumlah unsur hara pada tanah regosol, diantaranya adalah dengan penambahan

 

 

Lampiran 11 Fase akkhir pertumbbuhan geneeratif bunga krisan (15 MMST)

61