pengaruh profitabilitas, likuiditas, leverage, …eprints.perbanas.ac.id/3722/8/artikel...
TRANSCRIPT
PENGARUH PROFITABILITAS, LIKUIDITAS, LEVERAGE, UMUR
LISTING DAN KEPEMILIKAN MANAJERIAL TERHADAP
INTERNET FINANCIAL REPORTING
ARTIKEL ILMIAH
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Penyelesaian
Program Pendidikan Sarjana
Program Studi Akuntansi
Oleh :
FITRI DIAH AYU PITALOKA
NIM : 2014310327
SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI PERBANAS
S U R A B A Y A
2018
1
PENGARUH PROFITABILITAS, LIKUIDITAS, LEVERAGE, UMUR LISTING DAN
KEPEMILIKAN MANAJERIAL TERHADAP INTERNET FINANCIAL REPORTING
Fitri Diah Ayu Pitaloka
STIE Perbanas Surabaya
Email : [email protected]
Luciana Spica Almilia
STIE Perbanas Surabaya
Email : [email protected]
ABSTRACT
This research aimed to investigate the effect of profitability, liquidity, leverage, listing age and
managerial ownership on Internet Financial Reporting. Technique sampling was used is
purposive sampling method. The Hypothesis was examined by multiple linear regression using
SPSS 25. Sample of this study consist of 94 manufacturing company listed in Indonesia Stock
Exchange in 2015-2016. This research assesses the Internet Financial Reporting using IFR
index consisting of content, timeliness, use of technology and user support. Most of the
examined companies were characterized by a high level of index score. The results showed
that only profitability has an effect on Internet Financial Reporting. While other variables such
as liquidity, leverage, listing age and managerial ownership has no effect on Internet Financial
Reporting.
Keywords: Internet Financial Reporting, profitability, liquidity, leverage, listing age and
managerial ownership.
PENDAHULUAN
Perkembangan teknologi yang saat
ini semakin pesat membawa perubahan
terhadap cara bisnis suatu perusahaan.
Perusahaan dituntut untuk menggunakan
teknologi agar tetap bisa bersaing di dunia
bisnis yang semakin kompetitif. Oleh
karena itu, beberapa perusahaan
memanfaatkan perkembangan teknologi
untuk dapat bertukar informasi baik
informasi keuangan maupun informasi non
keuangan.
Informasi keuangan maupun non
keuangan dapat dijadikan sebagai bahan
pertimbangan oleh para investor dalam
mengambil keputusan yang rasional.
Perusahaan memiliki investor yang tersebar
di berbagai wilayah geografis. Oleh karena
itu, perusahaan membutuhkan suatu media
agar informasi yang disebarkan dapat
dijangkau berbagai pihak di semua wilayah
geografis. Salah satu media yang dapat
dijadikan alternatif dalam menghilangkan
keterbatasan karena perbedaan wilayah
tersebut adalah internet.
Pengguna internet di dunia
meningkat pesat tiap tahunnya, termasuk di
Indonesia. Bahkan menurut survei APJII
(Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet
Indonesia) yang dirilis tahun 2016, populasi
pengguna internet di Indonesia sudah
mencapai 88.100.000 orang pada tahun
2014 dan meningkat menjadi 132.700.000
orang pada tahun 2016 (www.apjii.or.id).
Melihat fakta tersebut dapat dipastikan
bahwa internet akan terus berkembang
dan menjadi kebutuhan utama manusia
hingga beberapa tahun terakhir.
2
Tabel 1
Perilaku Pengguna Internet Indonesia
Alasan Utama Mengakses Internet
Tahun 2016
Jumlah Pengguna
Internet (%)
Jumlah Pengguna
Internet (jutaan)
Update informasi
Terkait pekerjaan
Mengisi waktu luang
Sosialisasi
Terkait pendidikan
Hiburan
Bisnis, berdagang dan cari barang
25,3
20,8
13,5
10,3
9,2
8,8
8,5
31,3
27,6
17,9
13,6
12,2
11,7
10,4
Sumber: https://apjii.or.id/downfile/file/surveipenetrasiinternet2016.pdf, diolah
Tabel 1 menunjukkan bahwa alasan
utama masyarakat Indonesia mengakses
internet beberapa diantaranya adalah untuk
update informasi, untuk keperluan
pekerjaan serta untuk kegiatan bisnis,
berdagang dan cari barang. Hal ini tentunya
dapat mendorong keinginan perusahaan
khususnya di Indonesia untuk ikut terlibat
menggunakan internet dalam menjalankan
kegiatan bisnisnya. Penggunaan internet
dalam kegiatan bisnis dapat berupa
transaksi maupun pengungkapan informasi
yang bersifat keuangan maupun non
keuangan, dimana informasi tersebut
berkaitan dengan sumber daya dan kinerja
perusahaan selama periode tertentu.
Sehingga diharapkan dengan
memanfaatkan teknologi internet dapat
menunjang berbagai proses kegiatan dalam
bersaing di tingkatan internasional.
Saat ini banyak pelaku bisnis atau
perusahaan yang termotivasi untuk
menjadikan internet sebagai sarana dalam
mengembangkan bisnisnya maupun sarana
untuk mengungkapkan informasi
perusahaan. Hal ini membuat perusahaan
mulai merubah konsep pelaporan informasi
yang semula berupa hard copy dan banyak
menggunakan kertas menjadi pelaporan
informasi berbasis Electronic-based
reporting, yang biasa disebut Internet
Financial Reporting. IFR merupakan salah
satu contoh pengungkapan sukarela,
Perusahaan yang mengungkapkan
informasi keuangannya menggunakan
Internet Financial Reporting (IFR) dapat
menyajikannya di halaman website pribadi
perusahaan.
Menurut The Steering Committee of
Business Reporting Research Project
penerapan IFR oleh suatu perusahaan
memiliki manfaat seperti memperluas
jangkauan penyampaian informasi,
menghemat biaya untuk mencetak dan
mendistribusikan laporan keuangan,
memberikan informasi terkini, menjamin
komunikasi dengan konsumen yang tidak
teridentifikasi sebelumnya serta efisiensi
dan efektifitas pelaporan yang menjadikan
alasan mengapa perusahaan menerapkan
IFR (FASB, 2000). Selain itu, perusahaan
yang menerapkan IFR akan menarik pihak-
pihak yang membutuhkan informasi untuk
menanamkan modalnya dan memberikan
image yang baik pada investor. Namun, hal
ini tidak menjamin internet bebas dari
penyalahgunaan, sehingga beberapa
perusahaan memilih untuk tidak
menerapkan Internet Financial Reporting.
Peraturan mengenai IFR di
Indonesia telah diatur dalam Keputusan
Ketua Badan Pengawas Pasar Modal dan
Lembaga Keuangan (BAPEPAM-LK)
Nomor X.K.6 Kep-431/BL/2012 pasal 3.
Peraturan tersebut menjelaskan tentang
Penyampaian Laporan Tahunan Emiten
atau Perusahaan Publik . Dalam keputusan
tersebut dikatakan bahwa emiten atau
3
perusahaan publik yang belum memiliki
laman (website), maka dalam jangka waktu
satu tahun sejak berlakunya peraturan ini
wajib untuk memiliki website yang memuat
laporan tahunan.
Namun peraturan yang telah
ditetapkan oleh BAPEPAM memiliki
kekurangan karena tidak disebutkan secara
rinci format apa yang harus digunakan,
sehingga berdampak pada tingkat
pengungkapan yang berbeda-beda pada
setiap perusahaan. Adapun kebijakan yang
menjelaskan secara rinci tentang pelaporan
dalam website perusahaan baru ditetapkan
pada tanggal 25 juni 2015, yaitu peraturan
Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Nomor
08/POJK.04/2015. Atas dasar fenomena
tersebut, perusahaan mulai melaporkan
informasi yang berkaitan dengan bisnis
mereka di dalam website perusahaan sesuai
dengan peraturan yang telah ditetapkan
OJK.
Jones dan Xiao (2003)
mengemukakan bahwa tidak semua
perusahaan menyajikan laporan keuangan
dalam website pribadi mereka. Hal ini dapat
dilihat dari hasil temuan beberapa
penelitian terdahulu yang menunjukkan
bahwa masih banyak perusahaan yang tidak
menerapkan praktik IFR. Perusahaan perlu
mempertimbangkan berbagai faktor yang
mempengaruhi pilihan perusahaan untuk
menerapkan IFR atau tidak. Beberapa
faktor yang dapat mempengaruhi praktik
Internet Financial Reporting antara lain
adalah profitabilitas, likuiditas, leverage,
umur listing dan kepemilikan manajerial.
Profitabilitas dapat dijadikan
sebagai salah satu faktor untuk menilai
kinerja keuangan suatu perusahaan.
Apabila profitabilitas suatu perusahaan
meningkat maka perusahaan tersebut akan
memilih untuk menerapkan IFR sebagai
salah satu sarana untuk menyebarluaskan
goodnews dengan tujuan menarik investor.
Pada penelitian yang diteliti oleh Aqel
(2014) serta Novita dan Dul (2013)
memberikan hasil bahwa profitabilitas
berpengaruh signifikan terhadap Internet
Financial Reporting, sedangkan menurut
penelitian yang dilakukan oleh Insani dan
Linda (2015), Mohamed dan Basuony
(2014), Deasy (2013), Mellisa dan Soni
(2012), Hanny dan Anis (2012), serta
Hossain et al. (2012) mengatakan bahwa
profitabilitas tidak berpengaruh terhadap
Internet Financial Reporting.
Perusahaan dengan rasio likuiditas
tinggi akan mengungkapkan laporan
keuangan yang selengkap-lengkapnya. Hal
ini didasarkan pada harapan bahwa
perusahaan dengan finansial yang kuat
akan cenderung termotivasi untuk
melakukan pengungkapan informasi yang
lebih luas dan menerapkan IFR agar
informasinya dapat diketahui banyak pihak.
Hasil penelitian yang dilakukan Insani dan
Linda (2015) serta Hanny dan Anis (2012)
yang menyatakan bahwa likuiditas
berpengaruh terhadap IFR. Hasil berbeda
ditunjukkan oleh Aqel (2014), Deasy
(2013), Mellisa dan Soni (2012) serta
Hossain et al. (2012) yang menunjukkan
bahwa likuiditas tidak berpengaruh
terhadap Internet Financial Reporting.
Leverage yang tinggi akan
menimbulkan beban dan risiko bagi
perusahaan karena dapat mengakibatkan
perusahaan tidak mampu membayar
kewajibannya. Oleh sebab itu, perusahaan
dengan risiko tinggi kemungkinan akan
menghindari teknik pengungkapan sukarela
seperti IFR untuk membatasi akses
informasi pihak luar dan juga untuk
menghindari persepsi buruk publik
terhadap manajemen. Hasil dari penelitian
yang dilakukan oleh Hanny dan Anis
(2012) menyatakan bahwa leverage
berpengaruh terhadap Internet Financial
Reporting. Sedangkan menurut penelitian
Alarussi dan Shamkhi (2016), Insani dan
Linda (2015), Mohamed dan Basuony
(2014), Aqel (2014), Novita dan Dul
(2013), Deasy (2013) serta Mellisa dan
Soni (2012) menyatakan bahwa leverage
tidak mempunyai pengaruh terhadap
Internet Financial Reporting.
Umur listing menentukan tingkat
pengalaman dan hubungan perusahaan
dengan investor. Perusahaan yang
4
mempunyai pengalaman lebih lama dalam
berhubungan dengan investor akan
cenderung lebih tertarik untuk melakukan
pelaporan keuangan sesuai dengan
perkembangan zaman dan memanfaatkan
teknologi internet untuk berkomunikasi
dengan investor yang ada dan menarik
investor potensial (Hanny dan Anis, 2012).
Hasil dari penelitian Alarussi dan Shamkhi
(2016) serta Hanny dan Anis (2012)
menunjukkan bahwa variabel umur listing
memiliki pengaruh positif terhadap IFR,
Hasil berbeda ditunjukkan oleh Mellisa dan
Soni (2012) serta Hossain et al. (2012) yang
menyatakan bahwa variabel umur listing
tidak memiliki pengaruh dengan Internet
Financial Reporting.
Kepemilikan manajerial adalah
persentase suara yang berkaitan dengan
jumlah saham yang dimiliki oleh
manajemen peusahaan. Manajemen akan
berusaha untuk memaksimalkan kinerjanya
dalam meningkatkan nilai perusahaan
karena merasa bertanggung jawab untuk
memenuhi keinginan pemegang saham
yang juga merupakan dirinya sendiri (Dara
dan Sari, 2012). Oleh karena itu adanya IFR
akan mendorong pihak manajemen untuk
lebih transparan dalam menyebarkan
informasi perusahaan dengan tujuan agar
dapat meningkatkan nilai perusahaan. Pada
penelitian yang dilakukan oleh Asogwa
(2017) dan M. Riduan (2015) memberikan
hasil bahwa kepemilikan manajerial
berpengaruh terhadap Internet Financial
Reporting. Sedangkan penelitian yang
dilakukan oleh Dara dan Sari (2012) yang
menyatakan bahwa kepemilikan manajerial
tidak berpengaruh terhadap Internet
Financial Reporting.
Penelitian ini penting untuk
dilakukan karena beberapa peneliti
sebelumnya yang telah melakukan
penelitian terkait IFR, masih memberikan
hasil temuan yang tidak konsisten atau
menunjukkan adanya research gap. Hal
tersebut menjadi alasan peneliti untuk
melakukan pengujian lebih lanjut terkait
pengaruh profitabilitas, likuiditas, leverage,
umur listing dan kepemilikan manajerial
terhadap Internet Financial Reporting.
RERANGKA TEORITIS YANG
DIPAKAI DAN HIPOTESIS
Teori Sinyal (Signaling Theory)
Menurut Brigham dan Hosuton (2014:184)
teori sinyal merupakan suatu perilaku
manajemen perusahaan dalam memberikan
petunjuk kepada investor terkait pandangan
manajemen pada prospek perusahaan untuk
masa depan. Hal ini disebabkan karena
manajer perusahaan mengetahui lebih
banyak informasi mengenai perusahaan dan
prospek yang akan datang daripada pihak
luar. Dengan adanya asimetri informasi
tersebut manajemen perusahaan akan
terdorong untuk menyampaikan informasi
positif mengenai keadaan perusahaan saat
ini maupun prospek di masa datang pada
pihak luar guna meningkatkan nilai
perusahaan dengan cara mengirimkan
sinyal melalui laporan keuangan tahunan.
Peranan teori sinyal terhadap
Internet Financial Reporting dikarenanya
pada teori ini menjelaskan alasan suatu
perusahaan menyajikan informasi. Menurut
Luciana (2008) teori sinyal juga dapat
menunjukkan bahwa pengungkapan
sukarela menggunakan media internet
dapat meningkatan kualitas pengungkapan
dan kinerja perusahaan dalam
menyebarluaskan informasi mengenai
keunggulan perusahaan dengan tujuan
untuk menarik investor. Penyediaan
informasi menggunakan website pribadi
perusahaan dengan jelas dan transparan
secara tidak langsung akan memberikan
sinyal kepada pihak eksternal bahwa
perusahaan tidak menyembunyikan
informasi yang berkaitan dengan keadaan
sebenarnya, sehingga IFR menjadi sarana
komunikasi yang positif kepada publik.
Teori Keagenan (Agency Theory)
Teori keagenan menjelaskan adanya
benturan kepentingan antara pihak yang
memberi wewenang (prinsipal) yaitu
shareholder dan pihak yang menerima
5
wewenang (agensi) yaitu manajer dalam
bentuk kontrak kerja sama, dimana hal
tersebut dapat menimbulkan suatu masalah
yaitu asimetri informasi (Jensen dan
Meckling (1976). Adanya asimetri
informasi dalam teori keagenan akan
membuat manajemen perusahaan memilih
seperangkat kebijakan untuk dapat
memaksimalkan kepentingan pribadi. Hal
ini tidak sesuai dengan keinginan
pemegang saham karena kebijakan yang
diambil oleh manajemen tersebut bertolak
belakang dengan kebijakan yang
dibutuhkan oleh pemegang saham dan
hanya menguntungkan salah satu pihak.
Adanya asimetri informasi juga
dapat menimbulkan biaya agensi yang
dikeluarkan oleh para pemegang saham
pada saat mengawasi kinerja manajemen
untuk memastikan bahwa manajemen
bertindak sesuai dengan keinginan
prinsipal. Dalam hal ini pengungkapan
sukarela dapat dijadikan sebagai salah satu
cara untuk mengendalikan kinerja manajer
dan mengurangi terjadinya asimetri
informasi serta mengendalikan biaya
keagenan. Ball berpendapat, bahwa adanya
pengungkapan secara sukarela dan
peningkatan tranparansi akan memberikan
kontribusi untuk menyelaraskan
kepentingan manajer dan pemegang saham
(Ball, 2006). Salah satu contoh
pengungkapan sukarela yang dapat di
lakukan perusahaan adalah dengan
menerapkan Internet Financial Reporting
sebagai suatu bentuk pertanggungjawaban
kepada pemegang saham.
Laporan Keuangan
Menurut PSAK No.1 (Revisi 2015) tujuan
laporan keuangan adalah untuk
memberikan informasi mengenai posisi
keuangan, kinerja keuangan dan arus kas
entitas yang bermanfaat bagi sebagian
besar pengguna laporan keuangan dalam
pembuatan keputusan ekonomik. Laporan
keuangan yang baik akan memudahkan
pemakainya untuk membaca dan
memahaminya, salah satunya adalah
investor. Semakin mudah investor
memahami berarti semakin cepat pula
investor dapat melakukan keputusan.
Selain sebagai informasi, laporan
keuangan juga digunakan sebagai sarana
pertanggungjawaban perusahaan terhadap
pihak-pihak yang berhubungan langsung
dengan perusahaan. Laporan keuangan juga
dapat digunakan sebagai salah satu
indikator kesuksesan suatu perusahaan
dalam mencapai tujuannya.
Internet Financial Reporting
Mellisa dan Soni mendefinisikan, Internet
Financial Reporting merupakan suatu cara
yang dilakukan perusahaan untuk
memberikan informasi berupa pelaporan
keuangan dengan menggunakan media
internet yang disajikan dalam website
pribadi perusahaan (Mellisa dan Soni,
2012).
Dengan menerapkan praktik IFR,
perusahaan dapat menyebarkan informasi
mengenai keunggulan-keunggulan
perusahaan yang merupakan sinyal positif
untuk menarik investor. Luciana dan
Sasongko (2009) menyatakan, bahwa
pengungkapan Internet Financial
Reporting dapat diukur melalui indeks IFR
yang terdiri dari empat komponen, yaitu isi
laporan keuangan (content), ketepatan
waktu (timelines), penggunaan teknologi
dan dukungan pengguna (user support).
Profitabilitas
Menurut Sofyan (2015:304) rasio
profitabilitas menggambarkan kemampuan
perusahaan dalam mendapatkan laba
melalui semua kemampuan, dan sumber
yang ada. Profitabilitas sering dijadikan
sebagai acuan oleh pihak eksternal atau
pemilik untuk menilai kinerja manajemen
dalam mengelola perusahaan. Menurut I
Made Sudana (2011:22) profitabilitas dapat
diukur menggunakan beberapa rasio seperti
Return On Total Asset, Return On Equity,
Profit Margin Ratio, Basic Earning Power.
Likuiditas
Rasio likuiditas menggambarkan
kemampuan perusahaan untuk
6
menyelesaikan kewajiban jangka
pendeknya (Sofyan, 2015:301). Tingkat
likuiditas dapat mempengaruhi pilihan
investor dalam mengambil keputusan untuk
menanamkan modalnya atau tidak dan
investor akan menanamkan modal pada
perusahaan yang tingkat likuiditasnya
tinggi. Menurut Sofyan (2015:301-303)
likuiditas dapat dihitung menggunakan
beberapa rasio seperti Current Ratio, Quick
Ratio, Rasio Kas atas Aktiva Lancar, Rasio
Kas atas Utang Lancar, Rasio Aktiva
Lancar dan Total Aktiva, Aktiva Lancar
dan Total Utang.
Leverage
Sofyan (2015:306) menyatakan, bahwa
leverage menggambarkan hubungan antara
utang perusahaan terhadap modal maupun
aset. Leverage digunakan untuk melihat
sejauh mana perusahaan dibiayai oleh
utang atau pihak luar dengan kemampuan
perusahaan yang digambarkan oleh modal
(Kasmir, 2013:153). Menurut Kasmir
(2013:156-163) leverage dapat diukur
menggunakan beberapa rasio seperti Debt
to Asset Ratio, Debt to Equity Ratio, Long
Term Debt to Equity Ratio, Time Interest
Earned, Fix Charge Coverage.
Umur Listing
Umur listing menunjukkan lamanya
perusahaan berdiri sejak awal terdaftar di
Bursa Efek Indonesia termasuk juga saat
perusahaan beroperasi. Salah satu syarat
bagi perusahaan agar dapat memasuki pasar
global adalah harus melakukan Initial
Public Offering yang disebut juga sebagai
pelepasan saham perdana perusahaan untuk
ditawarkan kepada publik. Maka dari itu,
perusahaan yang sudah melakukan IPO
disebut sebagai perusahaan go public dan
perusahaan tersebut diwajibkan untuk
menerbitkan laporan hasil kinerja
perusahannya selama periode tertentu.
Umur listing dapat dihitung dari selisih
tahun observasi laporan keuangan dengan
tahun saat IPO (Initial Public Offering).
Kepemilikan Manajerial
Dara dan Sari menyatakan, kepemilikan
manajerial merupakan persentase suara
yang berkaitan dengan proporsi
kepemilikan saham yang dimiliki oleh
manajemen perusahaan (Dara dan Sari,
2012). Kepemilikan manajerial dapat
dihitung dari perbandingan kepemilikan
saham yang dimiliki manajemen dengan
jumlah saham yang beredar di pasar saham.
Pengaruh Profitabilitas terhadap
Internet Financial Reporting
Profitabilitas merupakan kinerja
perusahaan dalam menghasilkan
keuntungan yang ditunjukkan dengan laba.
Perusahaan yang memiliki kinerja baik
akan menunjukkan profitabilitas yang
dicapainya dengan memberikan sinyal
kepada investor melalui penerapan Internet
Financial Reporting karena hal tersebut
merupakan goodnews bagi perusahaan.
Hal lain yang menunjukkan adanya
hubungan positif antara profitabilitas
dengan pengungkapan sukarela karena,
perusahaan yang profitebel menunjukkan
bahwa perusahaan tersebut memiliki
prospek yang bagus dan memiliki sumber
daya keuangan yang lebih besar untuk
menyajikan pengungkapan lain selain yang
diwajibkan yaitu pengungkapan sukarela.
Tipe perusahaan seperti ini akan merasa
bahwa sangat tidak efektif dan efisien jika
harus berkomunikasi dengan investor
melalui pelaporan keuangan tradisional
(paper based). Perusahaan memiliki
investor yang tersebar diberbagai wilayah
geografis. Oleh karena itu, perusahaan
memerlukan suatu media agar informasinya
dapat dijangkau berbagai pihak tanpa
adanya halangan geografis. Salah satu cara
yang dapat dilakukan perusahaan untuk
mengurangi keterbatasan tersebut ialah
dengan mempublikasikan laporan
keuangannya secara lebih luas dan lengkap
melalui penerapan Internet Financial
Reporting.
Hipotesis 1 : Profitabilitas berpengaruh
terhadap Internet
Financial Reporting.
7
Pengaruh Likuiditas terhadap Internet
Financial Reporting
Likuiditas adalah kemampuan perusahaan
dalam melunasi utang jangka pendeknya.
Perusahaan yang memiliki likuiditas tinggi
memiliki dorongan untuk menunjukkan
kepada stakeholder bahwa dengan adanya
kemampuan perusahaan dalam melunasi
utang jangka pendeknya sewaktu-waktu,
investor tidak perlu khawatir modal yang
mereka tanamkan akan hilang karena
digunakan untuk melunasi utang
perusahaan. Dengan menyebarluaskan
informasi melalui website perusahaan,
diharapkan akan lebih banyak pihak yang
menangkap sinyal tersebut dan tertarik
untuk menanamkan modalnya
diperusahaan sehingga perusahaan dapat
mengembangkan usahanya lebih lanjut.
Perusahaan dengan utang yang kecil
menunjukkan bahwa perusahaan tersebut
memiliki kondisi keuangan yang sehat dan
posisi keuangan yang cenderung stabil.
Investor dan regulator banyak memberikan
perhatian kepada perusahaan yang
memiliki status going concern sebagai
target dalam menanamkan modal. Hal
tersebut membuat perusahaan dengan
kondisi keuangan yang sehat akan
termotivasi untuk menyebarluaskan
laporan keuangan mereka dan informasi
keuangan lainnya melalui media internet
untuk menarik perhatian investor (Luciana,
2008). Dengan pelaporan keuangan yang
lebih transparan dan mudah diakses oleh
publik, pihak perusahaan tidak merasa
terancam akan kinerjanya tetapi justru
menunjukkan keberhasilan operasi
perusahaan. Penerapan IFR merupakan
ekspresi kepercayaan manajemen terhadap
prospek masa depan.
Hipotesis 2 : Likuiditas berpengaruh
terhadap Internet
Financial Reporting.
Pengaruh Leverage terhadap Internet
Financial Reporting
Leverage menggambarkan seberapa jauh
perusahaan dibiayai oleh utang atau pihak
luar dengan kemampuan yg digambarkan
oleh modal. Perusahaan yang mempunyai
tingkat leverage tinggi berarti sangat
bergantung pada pinjaman pihak luar untuk
membiayai asetnya. Sedangkan perusahaan
yang mempunyai tingkat leverage lebih
rendah lebih banyak membiayai asetnya
dengan modal sendiri. Oleh karena itu,
perusahaan dengan tingkat leverage tinggi
akan lebih mengutamakan krediturnya,
karena angka laba yang besar akan lebih
banyak dialirkan kepada kreditur
mengingat perusahaan lebih banyak didanai
melalui utang daripada modal sendiri.
Pada umumnya investor lebih
menyukai perusahaan yang memiliki nilai
leverage rendah, karena leverage yang
rendah berarti kekayaan yang ditransfer
kepada investor akan semakin besar.
Perusahaan dengan tingkat leverage yang
rendah akan lebih memilih menerapkan
IFR agar semakin banyak investor yang
tertarik menanamkan modal pada
perusahaan karena mengharapkan transfer
kekayaan yang lebih besar dari perusahaan.
Selain itu, leverage yang rendah juga
memberikan jaminan bahwa perusahaan
akan lebih memenuhi prinsip going
concern atas pengambilan investasi.
Hipotesis 3 : Leverage berpengaruh
terhadap Internet
Financial Reporting.
Pengaruh Umur Listing terhadap
Internet Financial Reporting
Umur listing menunjukkan lamanya
perusahaan berdiri sejak awal terdaftar di
Bursa Efek Indonesia. Perusahaan yang
sudah listing atau sudah terdaftar di bursa
efek diwajibkan untuk memberikan
pengungkapan atas kondisi perusahaan, hal
ini tentunya akan membuat perusahaan
lebih fokus terhadap luas pengungkapan
yang akan diberikan, termasuk didalamnya
pengungkapan wajib dan pengungkapan
sukarela, dibandingkan saat perusahaan
belum go public. Maka dari itu, perusahaan
yang lebih lama listing memiliki lebih
banyak pengalaman dalam
mempublikasikan laporan keuangannya.
Selain itu, umur listing juga menentukan
8
tingkat pengalaman dan hubungannya
dengan investor. Perusahaan yang
mempunyai pengalaman lebih lama dalam
berhubungan dengan investor cenderung
lebih tertarik untuk melakukan pelaporan
keuangan sesuai dengan perkembangan
zaman, dengan memanfaatkan teknologi
internet sebagai sebuah perangkat baru
untuk berkomunikasi dengan investor yang
ada dan menarik investor potensial.
perusahaan yang lebih lama
listing akan menggunakan strategi dengan
merubah metode pelaporan informasi
keuangan yang awalnya menggunakan cara
tradisional menjadi berbasis elektronik
untuk memberikan sinyal kepada investor
agar lebih tertarik dalam menanamkan
modal. Salah satu caranya adalah dengan
mempublikasikan informasi perusahaan
melalui Internet Financial Reporting.
Hipotesis 4 : Umur Listing berpengaruh
terhadap Internet Financial
Reporting.
Pengaruh Kepemilikan Manajerial
terhadap Internet Financial Reporting
Kepemilikan manajerial merupakan jumlah
saham yang dimiliki manajemen
perusahaan. Semakin besar kepemilikan
manajerial suatu perusahaan akan dapat
menurunkan perilaku opportunistic
manajemen karena selain bertugas dalam
menjalankan operasional perusahaan,
manajemen juga bertindak sebagai
pemegang saham.
kepemilikan manajerial yang
besar akan membuat manajer berusaha
meningkatkan laba untuk kepentingan
perusahaan daripada kepentingan pribadi.
Besarnya kepemilikan saham yang dimiliki
oleh manajemen akan membuat manajemen
berupaya untuk memaksimalkan kinerjanya
guna meningkatkan nilai perusahaan,
karena manajemen merasa memiliki
tanggung jawab untuk memenuhi keinginan
pemegang saham yang dalam hal ini
termasuk dirinya sendiri (Dara dan Sari,
2012). Nilai perusahaan yang baik
menunjukkan bahwa kinerja manajemen
dalam mengelola perusahaan juga baik.
Oleh sebab itu, besarnya kepemilikan
manajerial suatu perusahaan akan
mendorong manajer untuk mengungkapkan
informasi positif tersebut kepada pihak luar
karena hal ini merupakan goodnews bagi
perusahaan. Manajer dapat melakukan
pengungkapan informasi mengenai kinerja
perusahaan secara transparan melalui
penerapan IFR dengan tujuan agar investor
dapat dengan mudah mengakses informasi
tersebut dan menjadikannya sebagai bahan
dalam mengambil keputusan untuk
menanamkan modalnya.
Hipotesis 5 : Kepemilikan Manajerial
berpengaruh terhadap
Internet Financial
Reporting.
Kerangka pemikiran dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
Sumber: diolah
Gambar 1
Kerangka Pemikiran
Profitabilitas (X1)
Internet Financial
Reporting (Y)
Kep. Manajerial (X5)
Umur Listing (X4)
Leverage (X3)
Likuiditas (X2)
9
METODE PENELITIAN
Pemiilhan Sampel
Populasi penelitian ini adalah
seluruh perusahaan manufaktur yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada
tahun 2015 dan 2016. Jumlah data dalam
penelitian ini sebanyak 188 data. Sampel
pada penelitian ini dipilih menggunakan
teknik pengambilan sampel yang disebut
dengan metode purposive sampling.
Adapun kriteria pemilihan sampel yang
ditetapkan dalam penelitian ini meliputi:
(1) Perusahaan termasuk perusahaan
manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia pada tahun 2015 dan 2016, (2)
Perusahaan tersebut memiliki website yang
dapat diakses oleh umum, (3) Perusahaan
tersebut telah menerbitkan laporan
keuangan tahunan yang telah di audit
periode 2015 dan 2016, (4) Laporan
keuangan yang disajikan dalam bentuk
mata uang Rupiah.
Data Penelitian
Data yang digunakan dalam
penelitian ini adalah laporan keuangan
tahunan periode 2015 dan 2016. Jenis data
yang digunakan adalah kuantitatif.
Sedangkan sumber data yang digunakan
adalah data sekunder atau data yang diolah
oleh sumber lain. Data sekunder diperoleh
melalui studi kepustakaan, literatur yang
menunjang penelitian dan melalui internet.
Pengumpulan data dalam penelitian
ini menggunakan metode dokumentasi.
Metode dokumentasi adalah teknik
pengumpulan dengan mempelajari
dokumen-dokumen dan data-data yang
diperlukan dalam penelitian. Dokumen dan
data dalam penelitian ini yaitu laporan
keuangan tahunan. Data bisa didapatkan di
website resmi Bursa Efek Indonesia yaitu
IDX dan website pribadi perusahaan.
Variabel Penelitian
Variabel dependen dalam penelitian
ini adalah Internet Financial Reporting.
Variabel independen yang digunakan
dalam penelitian ini adalah profitabilitas,
likuiditas, leverage, umur listing dan
kepemilikan manajerial.
Definisi Operasional Variabel
Internet Financial Reporting
Internet Financial Reporting adalah
suatu cara yang digunakan oleh perusahaan
dalam melakukan publikasi informasi
berupa laporan keuangan tahunan
menggunakan media internet, dimana
laporan tersebut nantinya akan
dipublikasikan di halaman website milik
perusahaan. IFR diukur dengan
menggunakan indeks IFR yang terdiri dari
empat komponen, yaitu isi laporan
keuangan (content), ketepatan waktu,
pemanfaatan teknologi dan dukungan
pengguna (user support). Pengukuran
indeks Internet Financial Reporting
berdasarkan skor yang diberikan pada
setiap item yang nantinya diakhir
perhitungan akan dijumlahkan dan diberi
bobot persentase sesuai dengan tiap-tiap
komponen. Indeks Internet Financial
Reporting dapat diukur dengan
menggunakan rumus yang digunakan
dalam penelitian Luciana dan Sasongko
(2009):
IFR = (40% x Skor Content) + (20% x
Skor Timelines) + (20% x Skor
Penggunaan Teknologi) + (20% x
Skor User Support)
Profitabilitas
Profitabilitas merupakan suatu
aspek penting dalam mengukur
kemampuan perusahaan untuk memperoleh
laba atau keuntungan. Dari macam-macam
cara pengukuran variabel profitabilitas,
rasio Return On Total Asset (ROA) akan
dipilih sebagai indikator pengukur dalam
penelitian ini. ROA dapat dihitung dengan
menggunakan rumus yang digunakan
dalam penelitian Insani dan Linda (2015)
yaitu:
ROA = Laba Bersih Setelah Pajak
Total Aset
10
Likuiditas
Likuiditas merupakan kemampuan
perusahaan untuk membayar kewajiban-
kewajiban yang jatuh tempo dalam waktu
kurang dari satu tahun. Dari macam-macam
cara pengukuran variabel likuiditas, curret
ratio (rasio lancar) akan dipilih sebagai
indikator pengukur dalam penelitian ini.
Curret ratio dapat dihitung dengan
menggunakan rumus yang digunakan
dalam penelitian Mellisa dan Sony (2012)
yaitu:
Current Ratio = Aset Lancar
Utang Lancar
Leverage
Leverage menunjukkan hubungan
antara utang perusahaan terhadap modal
maupun aset dengan menunjukkan sejauh
mana modal dapat menutupi utang. Dalam
penelitian ini leverage akan diukur dengan
menggunakan debt to equity ratio (DER)
yang dapat dihitung dengan rumus dari
penelitian Mellisa dan Sony (2012) yaitu:
DER = Total Utang
Total Ekuitas
Umur Listing
Umur listing menunjukkan lamanya
perusahaan berdiri sejak awal terdaftar di
Bursa Efek Indonesia termasuk juga saat
perusahaan beroperasi terhadap kinerja
perusahaan. Umur listing dapat dihitung
dengan rumus yang digunakan dalam
penelitian Hanny dan Anis (2012):
Umur Listing = Tahun observasi laporan
keuangan – IPO
Kepemilikan Manejerial
Kepemilikan manajerial
menunjukkan proporsi kepemilikan saham
yang dimiliki oleh manajemen perusahaan
seperti dewan komisaris dan direktur
perusahaan. Adapun cara menghitung
kepemilikan manajerial menggunakan
rumus yang digunakan dalam penelitian
Dara dan Sari (2012):
Kepemilikan Manajerial = Saham Yang Dimiliki Manajemen
Saham Yang Beredar
Alat Analisis
Teknik analisis data dengan
menggunakan analisis regresi linear
berganda. Analisis data yang dilakukan
dalam penelitian ini meliputi analisis
statistik deskriptif, pengujian asumsi klasik
(uji normalitas, uji multikolinearitas, uji
autokorelasi dan uji heteroskedastisitas),
analisis kelayakan model (uji F), analisis
koefisien determinasi (R2) dan analisis uji t.
Model persamaan dalam penelitian ini
adalah:
Y = a + β1X1 + β2X2 + β3X3 + β4X4 + β5X5
+ ℮
Keterangan:
Y = IFR
α = Konstanta
β1, β2, β3, β4, β5 = Koefisien regresi
X1 = Profitabilitas
X2 = Likuiditas
X3 = Leverage
X4 = Umur listing
X5 = Kep. manajerial
℮ = error term, yaitu
tingkat kesalahan
penelitian
ANALISIS DATA DAN
PEMBAHASAN
Uji Deskriptif
Analisis deskriptif digunakan untuk
memberikan gambaran atau penjelasan
yang dapat dilihat dari nilai rata-rata
(mean), minimum, maksimum dan standar
deviasi suatu data dalam penelitian.
Analisis deskriptif dalam penelitian ini
menjelaskan secara keseluruhan variabel
yang digunakan baik dependen maupun
independen. Berikut mengenai penjelasan
dari variabel-variabel yang digunakan:
11
Tabel 2
Hasil Analisis Deskriptif
Variabel
Penelitian
N Minimum Maximum Mean Std.
Deviation IFR
Profitabilitas
Likuiditas
Leverage
Umur listing
Kep. Manajerial
Valid N(listwise)
188
188
188
188
188
188
188
7.8
-.161133935
.360489860
-5.022956995
0
.000000000
19.7
.431697844
15.16460091
19.96634154
35
.839543333
13.811
.0491970838
2.642714057
1.142824102
18.66
.0562256566
2.6264
.0874516833
2.504703029
1.849216336
8.641
.1161648725
Sumber: Lampiran 26, data diolah
Berdasarkan data dalam tabel 2
perusahaan yang memiliki nilai Internet
Financial Reporting terendah adalah
Pelangi Indah Canindo Tbk (PICO) dengan
skor sebesar 7,8, sedangkan perusahaan
yang memiliki nilai Internet Financial
Reporting tertinggi adalah Kalbe Farma
Tbk (KLBF) dengan skor sebesar 19,7. Dari
data penelitian sebanyak 188 sampel
perusahaan manufaktur tahun 2015-2016
terdapat 104 sampel yang memiliki nilai
Internet Financial Reporting diatas rata-
rata, sedangkan jumlah perusahaan yang
memiliki nilai Internet Financial Reporting
dibawah rata-rata adalah sebanyak 84
sampel. Variabel Internet Financial
Reporting memiliki nilai rata-rata (mean)
sebesar 13,811 dan nilai standar deviasi
sebesar 2.6264. Nilai standar deviasi atau
ukuran penyebaran data yang lebih rendah
dari nilai rata-rata memiliki arti bahwa
variasi data Internet Financial Reporting
terbilang kecil atau bersifat homogen
karena menunjukkan data yang identik
yaitu tidak terdapat nilai-nilai ekstrim baik
yang tinggi maupun rendah pada data
pengamatan.
Perusahaan yang memiliki rasio
likuiditas terendah adalah Kertas Basuki
Rachmat Indonesia Tbk (KBRI) dengan
nilai sebesar 0,360489860, sedangkan
perusahaan yang memiliki rasio likuiditas
tertinggi adalah Duta Pertiwi Nusantara
(DPNS) dengan nilai sebesar 15,16460091.
Dari data penelitian sebanyak 188 sampel
perusahaan manufaktur tahun 2015-2016
terdapat terdapat 61 sampel yang memiliki
rasio likuiditas diatas rata-rata, sedangkan
jumlah perusahaan yang memiliki rasio
likuiditas dibawah rata-rata adalah
sebanyak 127 sampel. Variabel likuiditas
memiliki nilai rata-rata (mean) sebesar
2,642714057 dan nilai standar deviasi
sebesar 2.504703029. Nilai standar deviasi
atau ukuran penyebaran data yang lebih
rendah dari nilai rata-rata memiliki arti
bahwa variasi data likuiditas terbilang kecil
atau bersifat homogen karena menunjukkan
data yang identik yaitu tidak terdapat nilai-
nilai ekstrim baik yang tinggi maupun
rendah pada data pengamatan.
Perusahaan yang memiliki rasio
leverage terendah adalah Bentoel
International Investama Tbk (RMBA)
dengan nilai sebesar -5,022956995,
sedangkan perusahaan yang memiliki rasio
leverage tertinggi adalah Ricky Putra
Globalindo Tbk (RICY) dengan nilai
sebesar 19,96634154. Dari data penelitian
sebanyak 188 sampel perusahaan
manufaktur tahun 2015-2016 terdapat 63
sampel yang memiliki rasio leverage diatas
rata-rata, sedangkan jumlah perusahaan
yang memiliki rasio leverage dibawah rata-
rata adalah sebanyak 125 sampel. Variabel
leverage memiliki nilai rata-rata (mean)
sebesar 1,142824102 dan nilai standar
deviasi sebesar 1.849216336. Nilai standar
deviasi atau ukuran penyebaran data yang
lebih tinggi dari nilai rata-rata memiliki arti
bahwa adanya nilai-nilai ekstrim baik yang
tinggi maupun rendah dimana terdapat
12
sebaran data yang bersifat heterogen atau
bervariasi.
Perusahaan yang memiliki umur
listing terendah adalah Garuda Metalindo
Tbk (BOLT) dengan nilai sebesar 0,
sedangkan perusahaan yang memiliki umur
listing tertinggi adalah Merck Tbk (MERK)
dengan nilai sebesar 35. Dari data
penelitian sebanyak 188 sampel perusahaan
manufaktur tahun 2015-2016 terdapat 126
sampel yang memiliki umur listing diatas
rata-rata, sedangkan jumlah perusahaan
yang memiliki umur listing dibawah rata-
rata adalah sebanyak 62 sampel. Variabel
umur listing memiliki nilai rata-rata (mean)
sebesar 18,66 dan nilai standar deviasi
sebesar 8.641. Nilai standar deviasi atau
ukuran penyebaran data yang lebih rendah
dari nilai rata-rata memiliki arti bahwa
variasi data umur listing terbilang kecil atau
bersifat homogen karena menunjukkan data
yang identik yaitu tidak terdapat nilai-nilai
ekstrim baik yang tinggi maupun rendah
pada data pengamatan.
Pada penelitian ini dari data
penelitian sebanyak 188 sampel, terdapat
50 sampel yang memiliki kepemilikan
manajerial diatas rata-rata, sedangkan
jumlah perusahaan yang memiliki
kepemilikan manajerial dibawah rata-rata
adalah sebanyak 135 sampel. Variabel
kepemilikan manajerial memiliki nilai
minimum sebesar 0 dan nilai maksimum
sebesar 0,839543333.Variabel kepemilikan
manajerial pada periode 2015 dan 2016
memiliki nilai rata-rata (mean) sebesar
0,0562256566 dan nilai standar deviasi
sebesar 0,1161648725. Nilai standar
deviasi yang lebih tinggi dari nilai rata-rata
memiliki arti bahwa adanya nilai-nilai
ekstrim baik yang tinggi maupun rendah
dimana terdapat sebaran data yang bersifat
heterogen atau bervariasi.
Uji Asumsi Klasik
1. Normalitas
Nilai Kolmogorov-smirnov data tahun
2015-2016 sebelum outlier adalah sebesar
0,103 dan nilai signifikansi 0,000. Tingkat
signifikansi tersebut kurang dari 0,05
sehingga residual tidak berdistribusi
normal. Kemudian peneliti menghilangkan
data outlier. Nilai Kolmogorov-smirnov
setelah outlier sebesar 0,064 dan berada
pada signifikansi 0,059. Tingkat
signifikansi tersebut lebih dari 5 persen (a =
0,05) maka H0 diterima. Dapat disimpulkan
bahwa residual berdistribusi normal.
2. Multikolinearitas
Uji multikolinearitas digunakan untuk
menguji apakah ditemukan adanya korelasi
antar variabel bebas (variabel independen)
di dalam model regresi pada penelitian.
Dari hasil analisis, nilai VIF tidak ada yang
melebihi 10 dan nilai tolerance juga berada
diatas 0,1 untuk semua variabel
independen. Maka dapat disimpulkan
bahwa tidak terjadi multikolinearitas pada
penelitian ini.
3. Autokorelasi
Uji autokorelasi dilakukan dengan runs
test yang digunakan untuk menguji apakah
antar residual terdapat korelasi yang tinggi
atau tidak. Hasil uji runs test data tahun
2015-2016 adalah sebesar 0,041 lebih kecil
dari 5 persen (a = 0,05). Hal ini
menunjukkan bahwa data residual tidak
random atau terjadi autokorelasi antar nilai
residual. Adanya korelasi antar observasi
dengan data observasi sebelumnya
dikarenakan penelitian ini menggunakan
data variabel dependen yaitu IFR sama
pada tahun 2015 maupun 2016.
4. Heteroskedastisitas
Uji heteroskedastisitas digunakan
untuk menguji apakah di dalam model
regresi terdapat perbedaan variance dari
residual satu pengamatan ke pengamatan
yang lain. Heteroskedastisitas dilakukan
dengan Uji Glejser yaitu dengan cara
meregresikan antar variabel independent
dengan nilai absolut residualnya. Nilai
signifikansi untuk semua variabel
independen terhadap absolut residual lebih
besar dari 0,05. Dapat disimpulkan bahwa
tidak terjadi heteroskedastisitas pada
penelitian ini.
13
Hasil Analisis dan Pembahasan
Tabel 3
Hasil Analisis Regresi Linear Berganda
Variabel Koefisien
Regresi Std Error t Signifikansi
(Constant) 13,232 0,473 27,957 0,000
Profitabilitas 14,525 1,947 7,460 0,000
Likuiditas -0,015 0,071 -0,206 0,837
Leverage -0,150 0,094 -1,604 0,111
Umur Listing 0,007 0,020 0,332 0,740
Kep. Manajerial -0,889 1,505 -0,591 0,555
Adjusted R2 0,242
F 12,968
Sig. F 0,000
Sumber : Data diolah
Data dalam tabel 3 menunjukkan
apabila variabel independen dianggap
konstan X = 0 maka variabel dependen
yang digunakan dalam model penelitian
akan sebesar konstanta. Variabel
profitabilitas (X1) dan Variabel umur listing
(X4) mempunyai pengaruh positif terhadap
Internet Financial Reporting. Hal tersebut
dikarenakan koefisien regresi bertanda
positif. Pengaruh positif menunjukkan
bahwa variabel independen mempunyai
hubungan searah dengan variabel dependen
yaitu Internet Financial Reporting.
Sedangkan variabel likuiditas (X2),
leverage (X3) dan kepemilikan manajerial
(X5) memiliki pengaruh negatif dalam
mempengaruhi Internet Financial
Reporting karena koefisien regresi bertanda
negatif. Pengaruh negatif menunjukkan
bahwa variabel independen mempunyai
hubungan berlawanan arah dengan variabel
dependen yaitu Internet Financial
Reporting.
Tabel 3 menjelaskan bahwa
profitabilitas berpengaruh signifikan
terhadap Internet Financial Reporting
karena memiliki nilai probabilitas
signifikansi lebih kecil (<) dari taraf
signifikansi a = 0,05. Sedangkan nilai
probabilitas signifikansi untuk variabel
likuiditas, leverage, umur listing dan
kepemilikan manajerial lebih besar (>) dari
taraf signifikansi a = 0,05. Maka dapat
disimpulkan bahwa variabel likuiditas,
leverage, umur listing dan kepemilikan
manajerial tidak berpengaruh signifikan
terhadap Internet Financial Reporting.
Pada Tabel 3 dapat dilihat bahwa
besarnya adjusted R square data tahun
2015-2016 adalah 0,242 atau 24,2 persen.
Hal ini berarti kemampuan model
penelitian dalam menjelaskan variabel
dependen (IFR) sebesar 24,2%.
Selain itu pada tabel 3 juga dapat
dilihat bahwa nilai F hitung data tahun
2015-2016 menunjukkan angka sebesar
12,968 dengan tingkat signifikansi sebesar
0,000. Data diatas dapat disimpulkan
bahwa 0,000 < 0,05 yang berarti bahwa H0
ditolak dan H1 diterima, sehingga
kesimpulannya adalah model regresi fit
dengan data penelitian. Hal ini berarti
dalam uji F terdapat pengaruh salah satu
variabel independen terhadap variabel
Internet Financial Reporting.
14
Tabel 4
Deskriptif Nilai Rata-Rata
N Profitabilitas Likuiditas Leverage
Umur
Listing
Kep.
Manajerial
IFR di atas rata-rata 104 0,070980 2,570223 0,840429 18,559965 0,052245
IFR di bawah rata-rata 84 0,022227 2,732464 1,517217 18,761904 0,061153
Sumber: dirangkum penulis dari data yang diolah
Pengaruh Profitabilitas terhadap
Internet Financial Reporting
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa
profitabilitas berpengaruh signifikan
terhadap Internet Financial Reporting. (H1
diterima). Pada Tabel 4, rata-rata nilai
profitabilitas untuk IFR diatas rata-rata
memiliki nilai yang lebih tinggi
dibandingkan rata-rata nilai profitabilitas
untuk IFR dibawah rata-rata. Hal tersebut
menunjukkan bahwa adanya hubungan
searah antara profitabilitas dan IFR. Hasil
ini sesuai dengan teori sinyal, ketika
perusahaan memiliki kinerja yang baik,
maka perusahaan akan menunjukkan
profitabilitas yang dicapainya dengan
memberikan sinyal kepada investor melalui
penerapan IFR karena hal tersebut
merupakan goodnews bagi perusahaan.
Berdasarkan data penelitian dapat
disimpulkan bahwa semakin tinggi rasio
profitabilitas suatu perusahaan berarti
bahwa nilai IFR suatu perusahaan semakin
tinggi. Perusahaan yang memiliki nilai
profitabilitas tinggi seperti Multi Bintang
Indonesia Tbk memiliki nilai profitabilitas
sebesar 0,431697844 dengan skor indeks
IFR sebesar 16,8 yang cenderung lebih
lengkap dalam pengisian keempat
komponen indeks IFR. Berbeda dengan
Alaska Industrindo Tbk yang memiliki nilai
profitabilitas rendah sebesar -0,008127988
dengan skor indeks IFR yang tergolong
rendah pula sebesar 9,84.
Perusahaan yang profitebel
menunjukkan bahwa perusahaan tersebut
memiliki prospek yang bagus dan memiliki
sumber daya keuangan yang lebih besar
untuk menyajikan pengungkapan lain
selain yang diwajibkan yaitu pengungkapan
sukarela. Selain itu perusahaan juga ingin
menunjukkan profitabilitas yang tinggi
tersebut kepada investor agar lebih tertarik
dalam menanamkan modal karena hal
tersebut merupakan goodnews bagi
investor. Hasil analisa ini konsisten dengan
hasil penelitian yang dilakukan oleh Aqel
(2014) serta Novita dan Dul (2013) yang
menyatakan bahwa profitabilitas
berpengaruh signifikan terhadap Internet
Financial Reporting.
Pengaruh Likuiditas terhadap Internet
Financial Reporting
Hasil pengujian menunjukkan bahwa
likuiditas tidak berpengaruh signifikan
terhadap Internet Financial Reporting (H2
ditolak). Pada Tabel 4 terlihat bahwa selisih
antara rata-rata likuiditas untuk IFR di
bawah dan di atas rata-rata relatif kecil
sehingga menunjukkan bahwa variabel
tersebut memiliki pengaruh yang tidak
signifikan terhadap IFR.
Berdasarkan teori sinyal semakin
likuid perusahaan maka semakin banyak
informasi yang akan diberikan oleh
perusahaan tersebut kepada pihak luar,
tujuannya adalah untuk membedakan
dengan perusahaan pesaing lain yang
kurang likuid. Dengan menyebarluaskan
informasi melalui website pribadi
perusahaan, diharapkan akan lebih banyak
pihak yang menangkap sinyal tersebut dan
menanamkan modalnya diperusahaan
sehingga perusahaan dapat
mengembangkan usahanya lebih lanjut.
Akan tetapi hasil penelitian ini tidak
mampu membuktikan pengaruh signifikan
likuiditas terhadap Internet Financial
Reporting.
15
Dari data yang diteliti dapat
disimpulkan bahwa rasio likuiditas suatu
perusahaan yang rendah tidak menghambat
perusahaan tersebut untuk menerapkan
IFR, semakin rendah rasio likuiditas suatu
perusahaan tidak berarti bahwa nilai IFR
perusahaan tersebut rendah pula. Hal ini
dikarenakan pelaporan keuangan melalui
internet bersifat sukarela, sehingga tinggi
rendahnya likuiditas tidak berpengaruh
terhadap Internet Financial Reporting.
Perusahaan dengan nilai likuidias
tinggi seperti Duta Pertiwi Nusantara Tbk
memiliki nilai likuiditas sebesar
15,16460091 dengan skor indeks IFR
sebesar 12,8 yang cenderung rendah atau
berada dibawah rata-rata dalam
mengungkapkan keempat komponen
indeks IFR. Sedangkan Kertas Basuki
Rachmat Indonesia Tbk yang memiliki
nilai profitabilitas rendah sebesar
0,360489860 dengan skor indeks IFR
sebesar 13,8 yang berada di angka rata-rata.
Hasil analisa ini konsisten dengan hasil
penelitian yang dilakukan oleh Aqel
(2014), Deasy (2013), Mellisa dan Soni
(2012) serta Hossain et al. (2012) yang
menunjukkan bahwa likuiditas tidak
berpengaruh terhadap Internet Financial
Reporting.
Pengaruh Leverage terhadap Internet
Financial Reporting
Hasil pengujian menunjukkan bahwa
leverage tidak berpengaruh signifikan
terhadap Internet Financial Reporting (H3
ditolak). Pada Tabel 4 terlihat bahwa selisih
antara rata-rata leverage untuk IFR di
bawah dan di atas rata-rata relatif kecil
sehingga menunjukkan bahwa variabel
tersebut memiliki pengaruh yang tidak
signifikan terhadap IFR.
Berdasarkan teori keagenan,
perusahaan dengan proporsi utang lebih
besar dari modalnya menandakan semakin
tinggi pula biaya agensi yang dimiliki.
Biaya agensi muncul karena adanya
asimetri informasi antara prinsipal dan
agensi. Manajer mengetahui lebih banyak
informasi mengenai kondisi keuangan
perusahaan sedangkan stakeholder tidak
mengetahuinya. Salah satu cara yang dapat
dilakukan untuk mengurangi biaya agensi
serta konflik kepentingan yang muncul
yaitu dengan melakukan pengungkapan
informasi secara transparan melalui
penerapan IFR. Akan tetapi hasil penelitian
ini tidak mampu membuktikan pengaruh
signifikan leverage terhadap Internet
Financial Reporting.
Dari data yang diteliti dapat
disimpulkan bahwa tingginya rasio
leverage suatu perusahaan tidak
menghambat perusahaan tersebut untuk
menerapkan IFR, semakin tinggi rasio
leverage suatu perusahaan tidak berarti
bahwa nilai IFR perusahaan tersebut
rendah. Hal yang mendasari hasil penelitian
ini adalah perusahaan menunjukkan
semakin besar beban yang dimilikinya
kepada pihak luar karena perusahaan
bergantung pada pinjaman pihak luar untuk
membiayai asetnya.
Perusahaan yang memiliki nilai
leverage tinggi seperti Argha Karya Prima
Industry Tbk memiliki nilai leverage
sebesar 1,603134630 dengan skor indeks
IFR sebesar 14,6 yang cenderung tinggi
atau berada di atas rata-rata dalam
mengungkapkan keempat komponen
indeks IFR. Sedangkan Bentoel
International Investama Tbk yang memiliki
nilai leverage rendah sebesar -5,022956995
dengan skor indeks IFR sebesar 9,4 yang
berada di bawah rata-rata. Hasil analisa ini
konsisten dengan hasil penelitian yang
dilakukan Alarussi dan Shamkhi (2016),
Insani dan Linda (2015), Mohamed dan
Basuony (2014), Aqel (2014), Novita dan
Dul (2013), Deasy (2013) serta Mellisa dan
Soni (2012) menyatakan bahwa leverage
tidak mempunyai pengaruh terhadap
Internet Financial Reporting.
Pengaruh Umur Listing terhadap
Internet Financial Reporting
Hasil pengujian menunjukkan bahwa umur
listing tidak berpengaruh signifikan
terhadap Internet Financial Reporting (H4
ditolak). Pada Tabel 4 terlihat bahwa selisih
16
antara rata-rata umur listing untuk IFR di
bawah dan di atas rata-rata relatif kecil
sehingga menunjukkan bahwa variabel
tersebut memiliki pengaruh yang tidak
signifikan terhadap IFR.
Berdasarkan teori sinyal,
perusahaan yang lebih lama listing akan
menggunakan strategi dengan merubah
metode pelaporan informasi keuangan yang
awalnya menggunakan cara tradisional
menjadi berbasis elektronik untuk
memberikan sinyal kepada investor agar
lebih tertarik dalam menanamkan modal.
Salah satu caranya adalah dengan
mempublikasikan informasi perusahaan
melalui Internet Financial Reporting.
Namun hasil penelitian ini tidak
mendukung pernyataan tersebut, dari data
yang diteliti banyak perusahaan yang
memiliki umur listing di bawah rata-rata.
Berdasarkan data tersebut dapat
disimpulkan bahwa umur listing yang
rendah tidak menjamin nilai pengungkapan
IFR perusahaan rendah pula.
Perusahaan yang memiliki umur
listing tinggi seperti Merck Tbk memiliki
umur listing sebesar 35 dengan skor indeks
IFR sebesar 12,5 yang cenderung rendah
atau berada di bawah rata-rata dalam
mengungkapkan keempat komponen
indeks IFR. Sedangkan Wijaya Karya
Beton Tbk yang memiliki umur listing
rendah sebesar 1 dengan skor indeks IFR
sebesar 15,5 yang berada di atas rata-rata.
Hasil penelitian tersebut menujukkan
bahwa perusahaan yang memiliki umur
listing tinggi tidak menjamin bahwa
perusahaan tersebut memiliki sumber daya
manusia yang kompeten dalam hal
teknologi untuk membantu perusahaan
menerapkan IFR. Hal ini dapat diketahui
dari hasil penelitian bahwa banyak
perusahaan yang memiliki umur listing
tinggi tetapi tidak menyajikan laporan
keuangan atau laporan tahunan dalam
website pribadi perusahaan. Sehingga umur
listing tidak dapat dijadikan indikator untuk
menilai tingkat keluasan perusahaan dalam
melakukan pengungkapan IFR. Hasil
analisa ini konsisten dengan hasil penelitian
yang dilakukan Mellisa dan Soni (2012)
serta Hossain et al. (2012) yang
menyatakan bahwa variabel umur listing
tidak memiliki pengaruh dengan Internet
Financial Reporting.
Pengaruh Kepemilikan Manajerial
terhadap Internet Financial Reporting
Hasil pengujian menunjukkan bahwa
kepemilikan manajerial tidak berpengaruh
signifikan terhadap Internet Financial
Reporting (H5 ditolak). Pada Tabel 4
terlihat bahwa selisih antara rata-rata
kepemilikan manajerial untuk IFR di
bawah dan di atas rata-rata relatif kecil
sehingga menunjukkan bahwa variabel
tersebut memiliki pengaruh yang tidak
signifikan terhadap IFR.
Semakin besar kepemilikan
manajerial suatu perusahaan akan dapat
menurunkan perilaku opportunistic
manajemen karena selain bertugas dalam
menjalankan operasional perusahaan,
manajemen juga bertindak sebagai
pemegang saham. Hal ini sesuai dengan
teori keagenan, bahwa semakin besar
kepemilikan saham yang dimiliki oleh
manajemen akan dapat menurunkan biaya
agensi karena perusahaan mampu
menyelaraskan antara kepentingan
manajemen dengan pemegang saham.
Akan tetapi hasil penelitian ini tidak
mampu membuktikan pengaruh signifikan
likuiditas terhadap Internet Financial
Reporting.
Dari data yang diteliti menujukkan
bahwa tinggi rendahnya kepemilikan
manajerial suatu perusahaan tidak
menghambat perusahaan untuk melakukan
praktik IFR atau tidak. Hal ini dapat
diketahui dari hasil penelitian bahwa
banyak perusahaan yang tidak memiliki
kepemilikan manajerial tetapi tetap
menyajikan laporan keuangan atau laporan
tahunan dalam website pribadi perusahaan
dan memiliki skor IFR diatas rata-rata.
Sehingga kepemilikan manajerial tidak
dapat dijadikan indikator untuk menilai
tingkat keluasan perusahaan dalam
melakukan pengungkapan IFR.
17
Perusahaan yang memiliki nilai
kepemilikan manajerial tinggi seperti
Kedaung Setia Industrial Tbk memiliki
nilai kepemilikan manajerial sebesar
0,052546913 dengan skor indeks IFR
sebesar 9,2 yang cenderung tinggi atau
berada di bawah rata-rata dalam
mengungkapkan keempat komponen
indeks IFR. Sedangkan Indocement
Tunggal Prakasa Tbk yang memiliki nilai
kepemilikan manajerial rendah sebesar 0
dengan skor indeks IFR sebesar 17 yang
berada di atas rata-rata. Hasil analisa ini
konsisten dengan hasil penelitian yang
dilakukan Dara dan Sari (2012) yang
menyatakan bahwa kepemilikan manajerial
tidak berpengaruh terhadap Internet
Financial Reporting.
KESIMPULAN, IMPLIKASI,
KETERBATASAN, DAN SARAN
Berdasarkan hasil pengujian hipotesis dan
analisis yang telah dilakukan, peneliti
menyimpulkan bahwa variabel
profitabilitas berpengaruh terhadap Internet
Financial Reporting. Sedangkan variabel
lain seperti likuiditas, leverage, umur
listing dan kepemilikan manajerial tidak
berpengaruh terhadap Internet Financial
Reporting.
Implikasi teori penelitian ini adalah
Internet Financial Reporting merupakan
salah satu contoh pengungkapan sukarela
dalam menyajikan laporan keuangan
melalui website perusahaan. penelitian ini
diharapkan dapat bermanfaat serta dapat
dijadikan sebagai sumber informasi, bahan
acuan dan referensi untuk dapat memahami
faktor-faktor yang mempengaruhi pilihan
perusahaan dalam melakukan praktik
pelaporan keuangan melalui internet atau
tidak.
Implikasi praktik dari penelitian ini
yaitu perusahaan dapat lebih terpacu untuk
melaporkan laporan keuangan tahunan
dalam website pribadi mereka dengan
menerapkan Internet Financial Reporting,
sehingga investor tertarik untuk
menanamkan modal karena memberikan
nilai lebih bagi perusahaan.
Keterbatasan penelitian ini meliputi
(1) Terdapat unsur subyektivitas dalam
penilaian indeks IFR, sehingga nilai indeks
dari perusahaan yang sama bisa berbeda
antara penelitian satu dengan penelitian lain
yang berdampak pada perbedaan hasil
penelitian. (2) Adanya data outlier dalam
penelitian ini yang harus dikeluarkan
karena menyebabkan pengujian asumsi
klasik normalitas tidak terpenuhi. Data
outlier yang ditemukan cukup banyak
sehingga jumlah sampel pada penelitian ini
juga berkurang banyak. (3) Sembilan
perusahaan yang tidak memiliki website
yang terdiri dari, Inti Keramik Alam Asri
Industri Tbk, Sorini Agro Asia Corporindo
Tbk, Alam Karya Unggul Tbk, Sekawan
Intipratama Tbk, Dwi Aneka Jaya
Kemasindo Tbk, Toba Pulp Lestari Tbk,
Ateliers Mecaniques D'Indonesie Tbk,
Apac Citra Centertex Tbk dan Merck Sharp
Dohme Pharma Tbk. (4) Empat perusahaan
dengan website yang tidak dapat diakses
karena dalam perbaikan maupun error yang
terdiri dari, Eterindo Wahanatama Tbk,
Suparma Tbk, Eratex Djaya Tbk dan Kino
Indonesia Tbk.
Saran bagi penelitian berikutnya
dapat menambahkan jumlah sampel
penelitian seperti seluruh perusahaan go
public yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia agar mendapatkan hasil yang
lebih baik. Peneliti selanjutnya diharapkan
menambahkan periode pengamatan lebih
dari dua tahun sehingga dapat melihat
kecenderungan pengaruh Internet
Financial Reporting dalam jangka panjang.
Selain itu, penelitian selanjutnya
diharapkan menambah variabel independen
yang lain dari penelitian ini seperti risiko
sistematik dan corporate governance.
DAFTAR RUJUKAN
Alarussi, Ali Saleh dan Shamkhi, Dhiaa.
2016. “Company Characteristic,
Dominant Personalities in
Board Commitees and Internet
Financial Disclosure by
Malaysian Listed Companies”.
18
Malaysian Management
Journal.Vol 20. Pp 59-75.
Aqel, Saher. 2014. “The Determinants of
Financial Reporting on The
Internet: The Case of
Companies Listed in The
Istanbul Stock Exchange”.
Research Journal of Finance
and Accounting. Vol 5 No 8. Pp
139-149.
Asogwa, Ikenna Elias. 2017. “Impact of
Corporate Governance on
Internet Financial Reporting in a
Growing Economy: The Case of
Nigeria”. Archive of Business
Research. Vol 5 No 2. Pp 180-
202.
Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet
Indonesia. 2016. Penetrasi dan
Perilaku Pengguna Internet
Indonesia Survey 2016.
(Online), (https://
apjii.or.id/downfile/file/surveip
enetrasiinternet2016.pdf,
diakses 17 April 2018).
Ball, Ray. 2006. “International Financial
Reporting Standards (IFRS):
Pros and Cons for Investors”.
Accounting and Business
Research. Vol 36. Pp 5-27. Brigham, Eugene F. dan Houston, Joul F.
2014. Dasar-dasar Manajemen
Keuangan. Buku Dua. Edisi
Kesebelas. Jakarta: Salemba
Empat. Dara Puspitaningrum dan Sari Atmini.
2012. “Corporate Governance
Mechanism and The Level of
Internet Financial Reporting:
Evidance from Indonesia
Companies”. Prodia Economic
and Finance. Vol 2. Pp 157-
166.
Deasy Ratna Puri. 2012. “Analisis Faktor-
Faktor yang Mempengaruhi
Indeks Pelaporan Keuangan
Melalui Internet”. Jurnal Reviu
Akuntansi dan Keuangan. Vol 3
No 1. Pp 383-390.
Financial Accounting Standard Boad
(FASB). 2000. Statement of
Financial Accounting Concepts
No 2: Qualitative
Characteristic of Financial
Accounting Information.
Stamford Connecticut.
Hanny Sri Lestari dan Anis Chariri. 2012.
“Analisis Faktor-Faktor yang
Mempengaruhi Internet
Financial Reporting dalam
Website Perusahaan”.
Diponegoro journal of
accounting. Vol 1. Pp 1-13.
Hossain, Mohammed., Momin, Mahmood
Ahmed dan Leo, Shirely. 2012.
“Internet Financial Reporting
and Discclosure by Listed
Companies: Further Evidence
From an Emerging Country”.
Corporate Ownership and
Control. Vol 9 Issue 4. Pp 351-
364.
Ikatan Akuntan Indonesia. 2015. Standar
Akuntansi Keuangan: PSAK No.
1 Penyajian Laporan
Keuangan. Jakarta: Dewan
Standar Akuntansi Keuangan.
I Made Sudana. 2011. Manajemen
Keuangan Perusahaan Teori
dan Praktik. Jakarta: Erlangga.
Insani Khikmawati dan Linda Agustina.
2015. “Analisis Rasio
Keuangan Terhadap Pelaporan
Keuangan Melalui Internet Pada
Website Perusahaan”.
Accounting Analysis Journal.
Vol 4 No 1. Pp 1-8.
Jensen, Michael C. dan Meckling, William
H. 1976. “Theory of The Firm:
Managerial Behavior, Agency
Costs and Ownership
Structure”. Journal of Financial
Economic. Vol 3 No 4. Pp 305-
360.
Jones, Michael J. dan Xiao, Jason Zezhong.
2003. “Internet Reporting:
Current Trends and Trends by
2010”. Accounting Forum. Vol
27. Pp 132-165.
19
Kasmir. 2013. Analisis Laporan Keuangan.
Jakarta: Rajawali Pers.
Kementrian Keuangan Republik Indonesia.
2012. Keputusan Ketua Badan
Pengawas Pasar Modal dan
Lembaga Keuangan Nomor:
Kep-431/BL/2012 tentang
Penyampaian Laporan
Tahunan Emiten atau
Perusahaan Publik. Jakarta:
Kementrian Keuangan.
Luciana Spica Almilia. 2008. “Faktor-
Faktor yang Mempengaruhi
Pengungkapan Sukarela
Internet Financial and
Sustainability Reporting”.
JAAI. Vol 12 No 2. Pp 117-131.
Luciana Spica Almilia dan Sasongko
Budisusetyo. 2009. “The Impact
of Internet Financial and
Sustainability Reporting on
Profitability, Stock Price and
Return in Indonesia Stock
Exchange”. International
Journal of Business and
Economics. Vol 1 No 2. Pp 127-
142.
Mellisa Prasetya dan Sony Agus Irwandi.
2012. “Faktor-Faktor Yang
Mempengaruhi Pelaporan
Keuangan Melalui Internet
(Internet Financial Reporting)
Pada Perusahaan Manufaktur Di
Bursa Efek Indonesia”. The
Indonesian Accounting Review.
Vol 2 No 2. Pp 121-158.
Mohamed, Ehab K.A. dan Basuony,
Mohamed A.K. 2014.
“Determinants and
Characteristic of Voluntary
Internet Disclosure in GCC
Countries”. The International
Journal of Digital Accounting
Research. Vol 14. Pp 57-91.
M. Riduan. 2015. “Pengaruh Kepemilikan
Saham dan Kinerja Keuangan
Terhadap Pengungkapan
Internet Financial Reporting”.
Jurnal Ekonomi Bisnis. Vol 8
No 2. Pp 20-39.
Novita Nisa Kumala dan Dul Muid. 2013.
“Analisis Faktor-Faktor Yang
Mempengaruhi Pelaporan
Keuangan Melalui Website
Perusahaan”. Diponegoro
Journal of Accounting. Vol 2.
Pp 1-10.
Otoritas Jasa Keuangan Republik
Indonesia. 2015. Peraturan
Otoritas Jasa Keuangan Nomor
8/POJK.04/2015 tentang Situs
Web Emiten atau Perusahaan
Publik. Jakarta: Otoritas Jasa
Keuangan.
Sofyan Safri Harahap. 2015. Analisis Kritis
atas Laporan Keuangan. Edisi
kesatu. Jakarta: Rajawali Pers.