pengaruh persepsi kepemimpinan kepala sekolah …lib.unnes.ac.id/6830/1/7895.pdf · kepala sekolah...
TRANSCRIPT
PENGARUH PERSEPSI KEPEMIMPINAN
KEPALA SEKOLAH DAN MOTIVASI KERJA
TERHADAP KINERJA GURU EKONOMI
SMA KOTA TEGAL
SKRIPSI
Diajukan dalam rangka menyelesaikan Studi Strata Satu
Untuk Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan
Oleh:
Nama : Satria Mulyawan
NIM : 3301405633
JURUSAN PENDIDIKAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2011
ii
PERSETUJUAN PEMBIMBING
Skripsi ini telah disetujui oleh dosen pembimbing untuk diajukan ke sidang
panitia ujian skripsi pada :
Hari :
Tanggal :
Dosen Pembimbing I Dosen Pembimbing II
Dra. Margunani, M.P Trisni Suryani, S.E, M.Si
NIP. 195703181986012001 NIP. 197804132001122001
Mengetahui,
Ketua Jurusan Akuntansi
Dr. Partono Thomas, M.S
NIP. 195212191982031002
iii
PENGESAHAN KELULUSAN
Skripsi ini telah dipertahankan di depan Sidang Panitia Ujian Skripsi Fakultas
Ekonomi Universitas Negeri Semarang pada :
Hari :
Tanggal :
Penguji Skripsi
Rediana Setiyani, S.Pd, M. Si
NIP. 197912082006042002
Anggota I Anggota II
Dra. Margunani, MP Trisni Suryani, S.E, M.Si
NIP. 195703181986012001 NIP. 197804132001122001
Mengetahui,
Dekan Fakultas Ekonomi
Drs. S. Martono. M.Si
NIP. 196603081989011001
iv
PERNYATAAN
Saya menyatakan bahwa yang tertulis di dalam skripsi ini benar-benar hasil karya
saya sendiri, bukan jiplakan dari karya tulis orang lain, baik sebagian atau
seluruhnya. Pendapat atau temuan orang lain yang terdapat dalam skripsi ini
dikutip atau dirujuk berdasarkan kode etik ilmiah.
Semarang, Juli 2011
Satria Mulyawan
NIM. 3301405633
v
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
Motto: Orang akan mencapai apa pun jika bersedia melakukan yang dibutuhkan untuk mencapainya (Mirio Teguh).
Persembahan
Rasa syukur atas karya ini, Penulis persembahkan
untuk.
Ayah dan Ibu atas segala doa, kasih sayang,
bimbingan, dan dukungan yang telah diberikan.
Adik-adikku tersayang (Melati dan Intan)
Seseorang dibalik semangat dan motivasiku.
Sahabatku dan teman-teman Asnawi Kos
Teman-teman pendidikan akuntansi angkatan
2005.
Almamaterku Universitas Negeri Semarang.
vi
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat dan hidayah-
Nya maka penulis dapat menyelesaikan Skripsi ini sebagai salah satu syarat
meraih gelar Sarjana Strata I dalam Program Studi Pendidikan Akuntansi Jurusan
Akuntansi Fakultas Ekonomi di Universitas Negeri Semarang. Dalam penyusunan
skripsi ini penulis telah banyak menerima masukan, saran, bimbingan dan
dorongan dari berbagai pihak sehingga semakin menambah wacana dalam Skripsi
ini. Oleh karena itu, perkenankan pada kesempatan ini penulis mengucapkan
banyak terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Prof. Dr. H. Sudijono Sastroatmodjo, M.Si, Rektor Universitas Negeri
Semarang.
2. Bapak Drs. S. Martono, M.Si, Dekan Fakultas Ekonomi yang telah
memberikan ijin penelitian.
3. Bapak Dr. Partono Thomas, M.S, Ketua Jurusan Akuntansi yang telah
memberikan ijin penelitian.
4. Ibu Dra. Margunani, MP dan Ibu Trisni Suryani S.E M.Si, sebagai Dosen
Pembimbing yang telah dengan sabar menyarankan dan membimbing sampai
selesainya skripsi ini.
5. Ibu Rediana Setiyani S.Pd M.Si sebagai penguji yang telah memberikan saran
sehingga skripsi ini menjadi lebih baik.
6. Bapak Kepala Sekolah SMA Kota Tegal yang telah memberikan ijin
penelitian dan membantu penelitian hingga selesai.
vii
7. Bapak dan Ibu Guru mata pelajaran ekonomi SMA Kota Tegal yang telah
meluangkan waktunya untuk membantu dalam penelitian ini sehingga
penelitian ini berjalan dengan lancar.
8. Semua pihak yang telah banyak membantu yang tidak dapat peneliti sebutkan
satu per satu.
Peneliti berharap semoga karya ini bermanfaat bagi kemajuan pendidikan
khususnya dalam pengembangan pendidikan Akuntasi.
Penulis
viii
ABSTRAK
Satria Mulyawan. 2011. Pengaruh Persepsi Kepemimpinan Kepala Sekolah dan
Motivasi Kerja Terhadap kinerja Guru Ekonomi SMA Kota Tegal. Jurusan
Pendidikan Akuntansi. Fakultas Ekonomi. Universitas Negeri Semarang.
Kata Kunci: Kepemimpinan Kepala Sekolah, Motivasi dan Kinerja guru
Keberhasilan guru dalam proses pembelajaran sangat ditentukan oleh
kinerja guru sebagai pendidik. Seorang guru disebut sebagai guru profesional
apabila memilki kemampuan dalam mewujudkan kinerja profesi guru dengan
sebaik-baiknya dalam mencapai tugas keprofesionalannya. Agar dapat tercapai
keprofesionalannya tersebut bukan hanya dibutuhkan kemampuan intelektual
yang tinggi, merencanakn pembelajaran dan melaksanakan pembelajaran saja
tetapi persepsi mengenai kepemimpinan Kepala Sekolah dan Motivasi Kerja juga
merupakan faktor penting yang ikut mempengaruhi kinerja seorang guru..
Permasalahan dalam penelitian ini yaitu: 1) Apakah persepsi guru mengenai
Kepemimpinan Kepala Sekolah berpengaruh terhadap kinerja guru ekonomi
/akuntansi SMA di Kota Tegal. 2) Apakah Motivasi Kerja berpengaruh terhadap
kinerja guru ekonomi SMA di Kota Tegal. 3) Apakah persepsi kepemimpinan
kepala sekolah dan Motivasi Kerja berpengaruh terhadap kinerja guru ekonomi
SMA di Kota Tegal.
Populasi dalam penelitian ini adalah semua guru ekonomi SMA di Kota
Tegal yang berjumlah 34 guru. Variabel yang diteliti terdiri dari kinerja guru (Y)
,persepsi kepemimpinan kepala sekolah (XI) dan Motivasi Kerja (X2). Alat yang
digunakan untuk mengumpulkan data dalam penelitian ini menggunakan
angket/kuesioner. Setelah data terkumpul kemudian dianalisis secara deskriptif
persentase dan analisis regresi berganda.
Berdasarkan hasil penelitian disimpulkan bahwa secara parsial
kepemimpinan kepala sekolah berpengaruh signifikan terhadap kinerja guru, dan
motivasi kerja berpengaruh signifikan terhadap kinerja guru. Kepemimpinan
Kepala Sekolah dan motivasi kerja secara bersama-sama berpengaruh positif dan
signifikan terhadap kinerja guru ekonomi SMA Kota Tegal.
Dari hasil penelitian dapat diketahui secara parsial dan simultan persepsi
guru mengenai kepemimpinan kepala sekolah dan motivasi kerja terhadap kinerja
guru di SMA Kota Tegal. Dari hasil penelitian ada beberapa guru yang
mempunyai motivasi rendah, maka hendaknya guru ekonomi lebih termotivasi
dalam pelaksanaan tugas dan tnggung jawabnya yang lebih efektif dengan
meningkatkan kreativitasnya dalam mengajar melalaui penggunaan metode dan
media mengajar yang lebih bervariasi sesuai dengan pokok bahasan yang
diajarkan.
ix
ABSTRACTION
Satria Mulyawan. 2011. Influence Perceptions of Principal Leadership and
Motivation Work on the performance of Master of Economics / Accounting high
school in Tegal. Accounting Education Programs. Faculty of Economics. State
University of Semarang.
Keywords: Principal Leadership, Motivation and Performance teacher.
The success of teachers in the learning process is determined by the
performance of teachers as educators. A teacher called a professional teacher
when have the ability to realize the performance of the teaching profession with
the best in achieving the task of professionalism. In order to achieve the
professionalism is not only required a high intellectual ability, learning and
implementing learning only but the perception of the leadership of the Head of
School and Work Motivation is also an important factor that influence the
performance of a teacher. The problem in this research are: 1) Is the perception of
teachers regarding principal leadership affect the performance of economic
teacher / high school accounting in Tegal. 2) What is the motivation of teachers
affect the performance of economic / accounting school in the town of Tegal. 3)
Does the perception of principal leadership and motivation of teachers affect the
performance of economic / accounting high school in Tegal.
The population in this study is that all teachers of economic / accounting
high school in Tegal, amounting to 34 teachers. Variables examined consisted of
the perception of principal leadership (XI), Work Motivation (X2), and teacher
performance (Y). The instrument used to collect data in this study using a
questionnaire. After the data collected and analyzed by descriptive percentage and
multiple regression analysis.
Based on the results of the study concluded that the headmaster partially
contributed to the performance of teachers by, while work motivation contributes
to teacher performance that is equal. Principal Leadership and motivation to work
together has positive and significant impact on teacher performance economics /
accounting high school in Tegal with.
From the results of this research is that economics teacher performance /
high school accounting Tegal is good but still needs to be improved because of
not optimal. A significant relationship between perception of principal leadership,
teacher motivation and performance of economic / accounting school in the town
of Tegal need to be considered in order to become functional in improving teacher
performance in the years to come.
x
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ………………………………………………………. I
PERSETUJUAN PEMBIMBING…………………………………………... Ii
HALAMAN PENGESAHAN……………………………………………… iii
PERNYATAAN……………………………………………………………. iv
MOTTO DAN PERSEMBAHAN…………………………………………. V
KATA PENGANTAR……………………………………………………… vi
ABSTRAK…………..……………………………………………………… viii
DAFTAR ISI………………………………………………………………... X
DAFTAR TABEL…………………………………………………………... Xi
DAFTAR GAMBAR……………………………………………………….. xii
DAFTAR LAMPIRAN……………………………………………………... xiii
BAB I PENDAHULUAN 1
1.1 Latar Belakang ................................................................................ 1
1.2 Rumusan Masalah ........................................................................... 7
1.3 Tujuan Penelitian ............................................................................ 7
1.4 Manfaat Penelitian .......................................................................... 8
BAB II LANDASAN TEORI 9
2.1 Kinerja Guru 9
2.2 Tinjauan Persepsi Mengenai Kepemimpinan Kepala Sekolah....... 18
2.3 Motivasi Kerja................................................................................. 40
2.4 Kerangka Berpikir .......................................................................... 46
2.5 Hipotesis ........................................................................................
49
xi
BAB III METODE PENELITIAN
51
3.1 Populasi ......................................................................................... 51
3.2 Variabel Penelitian ........................................................................ 52
3.3 Metode Pengumpulan Data........................................................... 53
3.4 Validitas Dan Reliabilitas Instrumen ............................................ 54
3.5 Metode Analisis Data…………………………………………… 58
3.7 Uji Hipotesis …………………………………………………….
62
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 64
4.1 Hasil Penelitian ………......…………………..………………… 64
4.1.1 Deskripsi Kinerja Guru …………………………………… 64
4.1.2 Deskripsi Kepemimpinan Kepala Sekolah........................... 65
4.1.3 Deskripsi Motivasi................................................................. 67
4.2 Uji Asumsi Klasik ........................................................................ 69
4.2.1 Uji Normalitas Data………………………………………... 69
4.2.2 Uji Multikolinieritas………………………………………… 73
4.2.3 Uji Heteroskedastitas……………………….………………. 73
4.3 Hasil Analisis Regresi Linear Berganda……..…………………… 74
4.4 Uji Hipotesis……………………………………………………… 74
4.4.1 Uji Parsial …………………………………………………… 74
4.4.2 Uji Simultan………………….……………………………... 75
BAB V PENUTUP 80
5.1 Simpulan .......…………………………………………………...... 80
5.2 Saran……………………………………………………………… 80
DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………. 82
LAMPIRAN………………………………………………………………… 84
xii
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 2.1 Kompetensi Kepala Sekolah............................................................... 39
Tabel 3.1 Populasi Penelitian Guru Ekonomi SMA di Kota
Tegal................................................................................................
51
Tabel 3.2 Hasil Analisis Validitas Instrumen ................................................ 55
Tabel 3.3 Output SPSS Cronbach’s Alpha ................................................... 57
Tabel 3.4 Kriteria Deskriptif Persentase Kepemimpinan Kepala Sekolah
dan Kinerja Guru…………………………………………….…
59
Tabel 3.5 Kriteria Deskriptif Persentase Kategori Skor Kinerja Guru ….... 60
Tabel 4.1 Distribusi Variabel Kinerja Guru ………………………….…… 64
Tabel 4.2 Distribusi Variabel Kepemimpinan Kepala Sekolah ………...… 66
Tabel 4.3 Distribusi Motivasi Kerja .............................................................. 67
Tabel 4.4 Hasil Uji Normalitas ..................................................................... 70
Tabel 4.5 Besaran Nilai Toleransi dan Variance Inflatiator Factor (VIF)…. 71
Tabel 4.6 Koefisien Regresi ……………………………..…………………. 73
Tabel 4.7 Hasil Uji Simultan ………………….…………………………… 76
Tabel 4.8 Koefisien Determinasi Simultan ………………………………… 76
xiii
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 2.1 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Persepsi ………………… 22
Gambar 2.2 Kerangka Berpikir …………………………………………… 49
Gambar 4.1 Diagram Distribusi Kinerja Guru …………………………… 65
Gambar 4.2 Diagram Distribusi Kepemimpinan Kepala Sekolah ……….. 66
Gambar 4.3 Diagram Distribusi Motivasi Kerja …………………………. 68
Gambar 4.4 Grafik histogram Kurve Uji Normalitas Data ………………. 69
Gambar 4.5 P-P Plot Kenormalan Data ………………………………….. 70
Gambar 4.6 Scatterplot …………………………………………………….. 72
xiv
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman Lampiran Halaman
Lampiran 1 Angket penelitian .................................................................... 84 89
Lampiran 2 Tabel Data Diolah .................................................................. 85 90
Lampiran 3 Daftar Responden Penelitian …………………………......... 90 96
Lampiran 4 Reliability dan validitas Penelitian………………………….. 91 97
Lampiran 5 Deskripsi hasil penelitian …………………............................ 94 100
Lampiran 6 Tabulasi hasil Peneliian ......................................................... 95
Lampiran 7 Charts ..................................................................................... 96
La mpiran 8 Regression............................................................................... 98
Lampiran 9 Surat Keterangan Telah Melakukan Penelitian....................... 102
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah
Guru adalah figur manusia yang menempati posisi dan memegang peran
penting dalam pendidikan. Ketika semua orang mempersoalkan masalah dunia
pendidikan, figur guru pasti terlibat dalam agenda pembicaraan terutama yang
menyangkut persoalan pendidikan formal di sekolah. Pendidik atau guru
merupakan tenaga profesional yang bertugas merencanakan dan melaksanakan
proses pembelajaran, menilai hasil pembelajaran, melakukan pembimbingan dan
pelatihan, serta melakukan penelitian dan pengabdian kepada masyarakat. Hal
tersebut tidak dapat disangkal karena lembaga pendidikan formal adalah dunia
kehidupan guru. Sebagian besar waktu guru ada di sekolah, sisanya ada di rumah
dan di masyarakat (Djamarah, 2000: 105). Guru adalah salah satu komponen
manusiawi dalam proses belajar mengajar yang ikut berperan dalam usaha
pembentukan sumber daya manusia yang potensial dibidang pembangunan,
sehingga guru ditantang untuk menciptakan pembelajaran yang menantang,
menggairahkan dan menyenangkan bagi peserta didik (Mulyasa, 2005: 125).
Kehadiran guru dalam proses pembelajaran di sekolah masih tetap
memegang peranan penting. Peran tersebut belum dapat diganti atau diambil alih
oleh apapun, hal ini disebabkan masih banyak unsur manusiawi yang tidak dapat
diganti oleh unsur lain. Guru merupakan faktor yang sangat dominan dan paling
1
2
penting dalam pendidikan formal pada umumnya karena bagi siswa, guru sering
dijadikan tokoh teladan bahkan menjadi tokoh identifikasi diri (Wijaya dan
Rusyan, 1994).
Guru sebagai pendidik harus mempunyai kemampuan yang meliputi
penguasaan materi pelajaran, penguasaan profesional keguruan dan pendidikan,
penguasaan cara-cara menyesuaikan diri dan berkepribadian untuk melaksanakan
tugasnya, disamping itu guru harus merupakan pribadi yang berkembang
dan bersifat dinamis. Hal ini sesuai dengan Undang-undang No. 20 tahun 2003
tentang Sistem Pendidikan Nasional bahwa pendidik dan tenaga kependidikan
berkewajiban menciptakan suasana pendidikan yang menyenangkan, kreatif,
dinamis dan dialogis, mempunyai komitmen secara profesional untuk
meningkatkan mutu pendidikan, memberi teladan dan menjaga nama baik
lembaga, profesi, dan kedudukan sesuai dengan kepercayaan yang diberikan
kepadanya.
Kinerja guru adalah usaha yang harus dicapai guru dalam suatu organisasi
sekolah sesuai dengan wewenang dan tanggung jawab masing-masing dalam
rangka mencapai tujuan organisasi yang bersangkutan, tidak melanggar hukum
sesuai dengan moral (Suyanto, 2001: 10). Kepuasan dalam menjalankan tugas
merupakan aspek penting bagi kinerja atau produktivitas seseorang, hal ini
disebabkan karena sebagian besar waktu guru digunakan untuk bekerja. Pada
umumnya pekerjaan guru dibagi dua yakni pekerjaan berhubungan dengan tugas-
tugas mengajar, mendidik dan tugas-tugas kemasyarakatan (sosial). Di lingkungan
sekolah, guru mengemban tugas sebagai pengajar dan pendidik. Sebagai pengajar,
3
guru memberikan pengetahuan (kognitif), sikap dan nilai (afektif), dan
keterampilan (psikomotorik). Guru memiliki tugas dan tanggung jawab moral
yang besar terhadap keberhasilan siswa, namun guru bukanlah satu-satunya faktor
penunjang keberhasilan siswa. Faktor lain yang tidak kalah penting adalah faktor
perangkat kurikulum, faktor siswa sendiri, faktor dukungan masyarakat dan faktor
orang tua sementara sebagai pendidik, guru harus mendidik siswanya untuk
menjadi manusia dewasa. Guru tidak mungkin dapat mewujudkan kinerjanya
dengan optimal tanpa dukungan dari pihak lain termasuk siswa, orang tua,
pemerintah dan masyarakat luas (Tilaar, 2002: 329).
Salah satu hal yang patut dipertimbangkan adalah bagaimana upaya untuk
meningkatkan kualitas guru adalah dengan cara meningkatkan kepuasan kerjanya,
sebab dengan kepuasan guru yang meningkat maka guru akan berusaha untuk
meningkatkan profesi dan mutunya dengan demikian diharapkan keberhasilan
pendidikan akan tercapai. Kepuasan kerja guru itu bisa dilaksanakan dengan
beberapa cara diantaranya adalah kepemimpinan kepala sekolah yang baik, bisa
pula kepuasan ditingkatkan menggunakan faktor motivasi terutama motivasi
prestasi guru, karena tugas guru menyangkut keberhasilan siswa yang merupakan
keberhasilan pendidikan.
Kepala Sekolah merupakan salah satu komponen yang paling berperan
dalam meningkatkan kualitas pendidikan (Mulyasa, 2004: 24). Kepala Sekolah
diangkat untuk menduduki jabatan yang bertanggung jawab mengkoordinasikan
upaya bersama mencapai tujuan pendidikan. Kepala Sekolah adalah orang yang
4
berada di garis terdepan yang mengkoordinasikan upaya meningkatkan
pembelajaran yang bermutu.
Kepemimpinan Kepala Sekolah memilki peran yang sangat menentukan
bagi keberhasilan sekolah.Kepemimpinan Kepala Sekolah yang baik harus
mengupayakan peningkatan kinerja guru melalui program pembinaan kemampuan
tenaga kependidikan. Oleh karena itu, Kepala Sekolah harus mempunyai
kepribadian atau sifat dan kemampuan untuk memimpin sebuah lembaga
pendidikan. Dalam peranannya sebagai seorang pemimpin, Kepala Sekolah harus
dapat memperhatikan kebutuhan dan perasaan orang-orang yang bekerja sehingga
kinerja guru selalu terjaga. Disamping itu kepala sekoalah juga dituntut untuk
melakukan fungsinya sebagai manajer dalam meningkatkan proses pembelajaran
dengan melakukan supervisi kelas, pembinaan dan memberikan saran-saran
positif kepada guru demi meningkatkan kinerja guru.
Witziers (Hoy, 1997; Vail, 2005) dari University of University of
Minnesota dalam jurnal penelitiannya mengatakan bahwa kepemimpinan Kepala
Sekolah merupakan faktor yang paling kuat untuk mencapai tujuan yang hendak
dicapai oleh sekolah sehingga tercipta suatu sikap yang positif bagi guru dan
dapat meningkatkan prestasi siswa. Kondisi tersebut sama halnya yang terjadi di
Indonesia bahwa masih banyak penyimpangan yang dilakukan oleh guru seperti
yang telah dijelaskan di atas. Oleh karena itu mereka melakukan penelitian
tentang “Teacher Perceptions of The Influence of Principal Instructional
eadership on School Culture” yang pokok bahasan utamanya adalah mengenai
persepsi tindakan Kepala Sekolah terhadap sekolah.
5
Faktor lain yang juga berpengaruh terhadap kinerja guru adalah motivasi.
Motivasi berasal dari kata latin “movere” yang berarti “dorongan atau daya
penggerak”. Motivasi atau motif dapat dikatakan sebagai daya penggerak dari
dalam dan di dalam subjek untuk melakukan aktivitas-aktivitas tertentu untuk
mencapai tujuan tertentu (Sardiman, 2007: 73). Penelitian Bishay (1996) yang
berjudul “Teacher Motivation And Job Satisfaction” yang pokok bahasannya
mengenai kuat dan lemahnya motivasi guru untuk mengajar siswa berpengaruh
terhadap besar kecilnya prestasi yang diraih siswa. Guru sebagai pendidik dituntut
mempunyai motivasi atau dorongan yang tinggi untuk mengajar.
Motivasi merupakan faktor yang dominan mempengaruhi guru untuk
meningkatkan kinerja, karena motivasi merupakan dorongan secara internal
maupun eksternal. Menurut Sardiman (2007:85) motivasi memiliki tiga fungsi
yaitu: mendorong manusia untuk berbuat, menetukan arah perbuatan yaitu kearah
tujuan yang akan tercapai, menyeleksi perbuatan yaitu dengan menyisihkan
perbuatan-perbuatan yang tidak bermanfaat bagi tujuan-tujuan tersebut.
Berdasarkan pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa kepemimpinan
Kepala Sekolah dan motivasi kerja guru akan berpengaruh secara psikologis
terhadap kinerja guru. Guru yang puas dengan kepemimpinan Kepala Sekolah dan
motivasi kerjanya tinggi maka akan bekerja dengan sungguh-sungguh yang
akhirnya membuat produktivitas kerja guru meningkat.
Berdasarkan observasi yang dilakukan dengan guru-guru selain guru
ekonomi di SMA Negeri 3 Kota Tegal, SMA Negeri 4 Kota, SMA
Muhammadiyah Tegal dan SMA NU Tegal dengan mengikuti kegiatan belajar
6
mengajar di kelas dapat dilihat ada beberapa guru yang mempunyai kinerja yang
kurang optimal. Hal ini dikarenakan adanya guru yang tidak mengadakan
persiapan dalam KBM sehingga siswa kurang optimal dalam menerima pelajaran
dan dalam mengajar ada beberapa guru yang tidak menggunakan media yang
bervariasi sehingga menimbulkan rasa bosan pada siswa dalam menerima
pelajaran. Guru ekonomi belum optimal dalam menggunakan metode
pembelajaran yang modern, seperti penggunaan media pembelajaran OHP,
Laptop, komputer. Disamping itu, masih ada beberapa guru dalam membuat
perencanaan pembelajaran kurang mengadakan koordinasi dengan guru sejenis
sehingga kadang tidak sesuai dengan program kurikulum yang ada.
Raj (2008) dalam jurnal penelitiannya mengatakan bahwa kepemimpinan
Kepala Sekolah yang baik harus mempunyai tanggung jawab yang tinggi melalui
program pembinaan kemampuan tenaga kependidikan dan Kepala Sekolah
direkomendasikan harus dapat menguasai kurikulum dan dapat menasehati atau
memberi bantuan kepada guru. Laeli dalam penelitiannya berjudul ”Pengaruh
Supervisi Kepala Sekolah dan Motivasi Kerja terhadap Kinerja Guru di SMK
Negeri 1 Purbalingga” menyimpulkan ada pengaruh yang signifikan antara
supervisi Kepala Sekolah dan motivasi kerja terhadap kinerja guru di SMK Negeri
1 Purbalingga.
Dari tolak titik di atas penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan
judul “PENGARUH PERSEPSI KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH
DAN MOTIVASI KERJA TERHADAP KINERJA GURU EKONOMI SMA
KOTA TEGAL”
7
1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan diatas maka
dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut:
1. Apakah ada pengaruh persepsi guru mengenai kepemimpinan Kepala Sekolah
terhadap kinerja guru ekonomi SMA Kota Tegal?
2. Apakah ada pengaruh motivasi kerja terhadap kinerja guru ekonomi SMA
Kota Tegal?
3. Apakah ada pengaruh persepsi guru mengenai kepemimpinan Kepala Sekolah
dan motivasi kerja guru terhadap kinerja guru ekonomi SMA Kota Tegal?
1.3. Tujuan Penelitian
Sesuai dengan permasalahan yang dijabarkan di atas, maka tujuan
penelitian yang hendak dicapai adalah:
1. Untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh persepsi kepemimpinan Kepala
Sekolah terhadap kinerja guru ekonomi SMA Kota Tegal.
2. Untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh motivasi kerja guru terhadap kinerja
guru ekonomi SMA Kota Tegal.
3. Untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh persepsi kepemimpinan Kepala
Sekolah dan motivasi kerja guru terhadap kinerja guru ekonomi SMA Kota
Tegal.
8
1.4. Manfaat Penelitian
1. Manfaat secara teoritis
Penelitian ini diharapkan berguna dalam menerapkan ilmu pengetahuan
dan teori yang diperoleh selama mengikuti perkuliahan serta sebagai saran
pengembangan ilmu.
2. Manfaat secara praktis
a. Sebagai bahan masukan bagi Kepala Sekolah agar mampu mengambil
langkah-langkah tepat dalam upaya meningkatkan kinerja guru melalui
kepemimpinan Kepala Sekolah dan motivasi kerja guru.
b. Memberi dorongan para guru agar mempunyai motivasi kerja dan
mendukung kepemimpinan Kepala Sekolah yang nantinya dapat
meningkatkan mutu pendidikan.
9
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Kinerja Guru
Kinerja adalah hasil atau tingkat keberhasilan seseorang terhadap
keseluruhan selama periode tertentu di dalam melaksanakan tugas dibandingkan
dengan berbagai kemungkinan, seperti standar hasil kerja, target atau sasaran atau
kriteria yang telah ditentukan terdahulu dan telah disepakati bersama (Rivai, 2005:
14). Jika dilihat dari asal katanya, kata kinerja adalah terjemahan dari kata
performance yang artinya adalah prestasi kerja atau pelaksanaan kerja atau
pencapaian kerja atau hasil kerja. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia
(Depdikbud, 1990: 503) kinerja berarti sesuatu yang dicapai, prestasi yang
diperlihatkan atau kemampuan kerja.
Kinerja menurut Mangkunegara (2000: 67) Kinerja adalah hasil kerja
secara kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh seseorang pegawai dalam
melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan kepadanya.
(Hasibuan, 2001: 34) mengemukakan kinerja adalah suatu hasil kerja yang dicapai
seseorang dalam melaksanakan tugas-tugas yang dibebankan kepadanya yang
didasarkan atas kecakapan, pengalaman dan kesungguhan serta waktu. Menurut
Stolovitch and keeps dalam (Rivai, 2005: 14) kinerja merupakan seperangkat hasil
yang dicapai dan merujuk pada tindakan pencapaian serta pelaksanaan yang
diminta. Sementara Nawawi (1997: 235) menegaskan bahwa kinerja yang
9
10
diistilahkan sebagai karya adalah hasil pelaksanaan suatu pekerjaan, baik material
maupun non material.
Dalam kajian yang berkenaan dengan profesi guru, Anwar (1986: 22)
memberikan pengertian kinerja sebagai seperangkat perilaku nyata yang
ditunjukkan oleh seorang guru pada waktu memberikan pelajaran kepada
siswanya. Kinerja guru dapat dilihat saat dia melaksanakan interaksi belajar-
mengajar dikelas termasuk persiapannya baik dalam bentuk program semester
maupun persiapan mengajar.
Kinerja guru merupakan usaha yang harus dicapai guru dalam suatu
organisasi sekolah sesuai dengan wewenang dan tanggung jawab masing-masing
dalam rangka mencapai tujuan organisasi yang bersangkutan, tidak melanggar
hukum sesuai dengan moral (Suyanto,2001: 10). Supriadi (1998:45) mengartikan
kinerja guru adalah usaha guru dalam meningkatkan prestasi belajar siswa melalui
pengajaran.
Dari beberapa penjelasan tentang pengertian kinerja guru di atas dapat
disimpulkan bahwa kinerja guru adalah kemampuan yang ditunjukkan oleh guru
dalam melaksanakan tugas atau pekerjaannya. Kinerja dikatakan baik dan
memuaskan apabila tujuan yang dicapai sesuai dengan standar yang telah
ditetapkan.
2.1.1. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kinerja Guru
Banyak faktor yang mempengaruhi kinerja seseorang, baik yang berasal
dari dalam maupun dari luar. Menurut Gibson (1987) ada tiga faktor yang
berpengaruh terhadap kinerja:
11
1. Faktor individual
Yaitu faktor-faktor yang meliputi: kemampuan, keterampilan, latar belakang
keluarga, pengalaman kerja, tingkat sosial dan demografi seseorang.
2. Faktor psikologis
Yaitu faktor-faktor yang meliputi: persepsi, peran, sikap, kepribadian,
motivasi dan kepuasan kerja.
3. Faktor organisasi
Yaitu faktor-faktor yang meliputi: struktur organisasi, desain pekerjaan,
kepemimpinan, sistem penghargaan (reward system).
Menurut Mangkunegara (2005:67) menyatakan bahwa faktor yang
mempengaruhi kinerja antara lain:
1. Faktor kemampuan Secara psikologis kemampuan (ability) pegawai terdiri
dari kemampuan potensi (IQ) dan kemampuan realita (pendidikan). Oleh
karena itu pegawai perlu dtempatkan pada pekerjaan yang sesuai dengan
keahlihannya.
2. Faktor motivasi Motivasi terbentuk dari sikap (attiude) seorang pegawai
dalam menghadapi situasi (situation) kerja. Motivasi merupakan kondisi yang
menggerakkan diri seorang pegawai terarah untuk mencapai tujuan kerja.
Sikap mental merupakan kondisi mental yang mendorong seseorang untuk
berusaha mencapai potensi kerja secara maksimal.
Menurut Mathis dan Jackson (2001: 82) faktor-faktor yang mempengaruhi
kinerja individu yaitu:
1. Kemampuan mereka.
12
2. Motivasi.
3. Dukungan yang diterima.
4. Keberadaan pekerjaan yang mereka lakukan.
5. Hubungan mereka dengan organisasi.
2.1.2. Apek-aspek Penilaian Kinerja
Penilaian kinerja (performance appraisal) pada dasarnya merupakan
faktor kunci guna mengembangkan suatu organisasi secara efektif dan efisien,
karena adanya kebijakan atau program yang lebih baik atas sumber daya manusia
yang ada dalam organisasi. Penilaian kinerja individu sangat bermanfaat bagi
dinamika pertumbuhan organisasi secara keseluruhan, melalui penilaian tersebut
maka dapat diketahui kondisi sebenarnya tentang bagaimana kinerja guru.
Penilaian kinerja adalah proses yang dipakai oleh organisasi untuk
mengevaluasi pelaksanaan kerja individu karyawan (Simamora, 2004: 338).
Menurut Wahyudi (2002: 101) penilaian kinerja adalah suatu evaluasi yang
dilakukan secara periodik dan sistematis tentang prestasi kerja/jabatan seorang
tenaga kerja, termasuk potensi pengembangannya. Menurut Bernardin dan Russel
(1993: 379) “A way of measuring the contribution of individuals to their
organization“. Penilaian kinerja adalah cara mengukur konstribusi individu
(karyawan) kepada organisasi tempat mereka bekerja.
Dalam kaitannya dengan kinerja guru dalam melaksanakan tugas
keprofesionalan guru menurut UU RI No.14 tahun 2005 pasal 20 (a) tentang guru
dan dosen adalah merencanakan pembelajaran, melaksanakan program
pembelajaran, melaksanakan evaluasi pembelajaran.
13
a. Merencanakan program pembelajaran.
Menurut Mulyasa (2005: 99) merencanakan pembelajaran adalah
persiapan guru dalam menyiapkan segala sesuatu yang berkaitan dengan
pembelajaran. Hal-hal yang termasuk dalam tahap perencanaan pembelajaran
adalah penyusunan materi pelajaran, penggunaan media pembelajaran, serta
penilaian dalam suatu alokasi waktu yang akan dilaksanakan pada
pembelajaran.
b. Melaksanakan program pembelajaran.
Pelaksanaan pembelajaran adalah suatu kegiatan yang dilakukan
dengan sadar dan sengaja dimana pelaksanaannya sesuai dengan apa yang
telah direncanakan dalam rencana pengajaran. Dalam pelaksanaan
pembelajaran ini guru dituntut untuk mempunyai kemampuan agar proses
belajar mengajar dapat berjalan dengan baik yaitu yang meliputi penguasaan
materi pelajaran, penggunaan metode yang bervariasi, memotivasi siswa
untuk aktif dalam pembelajaran, pengelolaan kelas dan penggunaan media
pembelajaran.
c. Melaksanakan evaluasi pembelajaran.
Dalam pembelajaran evaluasi dilakukan untuk menggambarkan
perilaku hasil belajar dengan respon peserta didik yang dapat diberikan
berdasarkan apa yang diperoleh dari belajar (Mulyasa, 2005: 99). Tidak ada
pembelajaran tanpa penilaian, karena penilaian merupakan proses menetapkan
kualitas hasil belajar, atau proses untuk menentukan tingkat pencapaian tujuan
pembelajaran oleh peserta didik sebagai suatu proses penilaian dilakukan
14
dengan prinsip-prinsip dan teknik yang sesuai dengan tes atau non tes.
Penilaian proses belajar ini dapat dilakukan pada pelajaran yaitu memberi
kesempatan kepada siswa untuk bertanya pada waktu pelajaran dan dengan
melakukan ulangan harian atau semesteran.
2.1.3. Upaya Peningkatan Kinerja Guru
Upaya-upaya yang dilakukan Kepala Sekolah dalam meningkatkan kinerja
tenaga kependidikan dan prestasi belajar peserta didik dapat dideskripsikan
sebagai berikut (Mulyasa, 2004: 100):
a. Mengikutsertakan guru-guru dalam penataran, untuk menambah wawasan
para guru Kepala Sekolah juga harus memberikan kesempatan kepada guru-
guru untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilannya dengan belajar
ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi.
b. Kepala Sekolah harus berusaha menggerakkan tim evaluasi hasil belajar
peserta didik untuk lebih giat bekerja, kemuadian hasilnya diumumkan secara
terbuka.
c. Menggunakan waktu belajar secara efektif di sekolah, dengan cara
mendorong para guru untuk memulai dan mengakhiri pembelajaran sesuai
waktu yang telah ditentukan, serta memanfaatkanya secara efektif dan efisien
untuk pembelajaran.
Sedangkan menurut Mitchell (dalam Mulyasa, 2004: 141) mengatakan
upaya yang dapat dilakukan untuk meningktkan kinerja guru adalah dengan:
a. Pembinaan kedisiplinan.
b. Pemberian motivasi.
15
c. Penghargaan, sangat penting untuk meningkatkan produktivitas kerja dan
mengurangi kegiatan yang kurang produktif, melalui penghargaan ini agar
guru dapat meningkatkan kinrja yang positif.
2.1.4. Tujuan Penilaian Kerja
Menurut Alwi (2001: 187) secara teoritis tujuan penilaian dikategorikan
sebagai suatu yang bersifat evaluation dan development.
1. Tujuan penilaian kinerja yang bersifat evaluation harus menyelesaikan:
a. Hasil penilaian digunakan sebagai dasar pemberian kompensasi.
b. Hasil penilaian digunakan sebagai staffing decision.
c. Hasil penilaian digunakan sebagai dasar meengevaluasi sistem seleksi.
2. Sedangkan yang bersifat development penilai harus menyelesaikan:
a. Prestasi riil yang dicapai individu.
b. Kelemahan-kelemahan individu yang menghambat kinerja.
c. Prestasi-pestasi yang dikembangkan.
Manfaat penilaian kinerja kontribusi hasil-hasil penilaian merupakan suatu
yang sangat bermanfaat bagi perencanaan kebijakan organisasi. Adapun secara
terperinci penilaian kinerja bagi organisasi adalah :
a. Penyesuaian-penyesuaian kompensasi.
b. Perbaikan kinerja.
c. Kebutuhan latihan dan pengembangan.
d. Pengambilan keputusan dalam hal penempatan promosi, mutasi, pemecatan,
pemberhentian dan perencanaan tenaga kerja.
e. Untuk kepentingan penelitian pegawai.
16
f. Membantu diaknosis terhadap kesalahan desain pegawai.
2.1.5. Kinerja Guru Ekonomi
Kinerja guru ekonomi merupakan kemampuan kerja yang dicapai oleh guru
dalam kegiatan pengelolaan pembelajaran khususnya pada mata diklat secara
efektif ekonomi di sekolah. Ini akan dilihat bagaimana guru ekonomi
mempersiapkan program pembelajaran ekonomi, termasuk bagaimana
merumuskan tujuan pembelajaran, mempersiapkan metode dan media
pembelajaran, serta bagaimana mempersiapkan evaluasi pembelajaran ekonomi.
Menilai kinerja guru, digunakan alat penilaian kemampuan guru (APKG).
APKG ini terdiri dari dua perangkat, yaitu APKG I digunakan untuk menilai
kemampuan guru dalam merencanakan pembelajaran, sedangkan APKG II
digunakan untuk menilai kemampuan guru dalam melaksankan pembelajaran.
Secara umum, APKG dapat dimanfaatkan untuk menilai kemampuan guru
atau calon guru. APKG ini tidak hanya berupaya untuk menentukan guru dalam
pembelajaran secara kognitif (proses berpikir) tetapi juga menentukan nilai dan
sikap serta ketrampilan.
Penilaian kinerja guru dalam hal perencanaan pembelajaran yang terdapat
dalam APKG I meliputi :
1. Merumuskan tujuan pembelajaran
2. Mengembangkan dan mengorganisasikan materi, media pembelajaran,dan
sumber belajar
3. Merencanakan skenario kegiatan pembelajaran
4. Merancang pengelolaan kelas
17
5. merencanakan prosedur, jenis dan penyiapan alat penelitian
6. Tampilan dokumen rencana pembelajaran
APKG II mencakup tujuan komponen dalam pelaksanaan pembelajaran
yaitu :
1. Mengelola ruang, waktu dan fasilitas belajar
2. Menggunakan strategi pembelajaran
3. Mengelola interaksi kelas
4. Bersikap terbuka dan luwes serta membantu mengembangkan sikap positif
peserta didik terhadap belajar
5. Mendemonstrasikan kemampuan khusus dalam pembelajaran mata pelajaran
tertentu
6. Melaksanakan penilaian proses dan hasil belajar
7. Kesan umum umum pelaksanaan pembelajaran
Ada empat kompetensi guru dalam hubungannya dengan usaha
meningkatkan proses dan hasil belajar yaitu : (a) merencanakan program belajar
mengajar, (b) melaksanakan dan memimpin atau mengelola proses belajar
mengajar, (c) menilai kemajuan proses belajar mengajar, (d) menguasai bahan
pelajaran dalam pengertian menguasai bidang studi atau mata pelajaran yang
dibinanya (Sudjana 2008 :19).
Dalam UU No 14 Th 2005 BAB IV pasal 20 (a) tentang guru dan dosen
dalam melaksnakan tugas keprofesional guru berkewajiban :
1. Merencanakan pembelajaran
2. Melaksanakan proses pembelajaran
18
3. Menilai dan mengevaluasi hasil pembelajaran
Sedangkan menurut Hasibuan dalam Handayani (2009) mendefinisikan
kinerja guru dapat dilihat dari tugas mengajar guru yang dibagi menjadi 3 (tiga)
yaitu :
1. Tahap sebelum Pengajaran (Preactive)
2. Tahap pengajaran (interactive)
3. Tahap sesudah pengajaran (post active)
Berdasarkan penjelasan yang dipaparkan diatas maka indikator yang
digunakan untuk mengukur kinerja guru adalah:
1. Merencanakan pembelajaran
2. Melaksanakan proses pembelajaran
3. Menilai dan mengevaluasi hasil pembelajaran
2.2 Tinjauan Persepsi Guru Mengenai Kepemimpinan Kepala Sekolah
2.2.1. Pengertian Persepsi
Persepsi adalah proses yang menyangkut masuknya pesan atau informasi
ke dalam otak manusia. Melalui persepsi manusia terus menerus mengadakan
hubungan dengan lingkungannya. Hubungan ini dilakukan lewat inderanya yaitu
indera penglihatan, pendengar, peraba, perasaan dan penciuman (Slameto, 1995:
105).
Walgito (2004: 89) mengemukakan bahwa, persepsi itu merupakan
pengorganisasian, penginterprestasian terhadap stimulus yang diterimanya,
sehingga menjadi sesuatu yang berarti dan merupakan respon yang integrated
19
dalam diri individu. Persepsi adalah proses dimana individu mengatur dan
menginteprestasikan kesan-kesan sensoris mereka guna memberikan arti bagi
lingkungan mereka (Robbins, 2008: 175) sedangkan Gibson, dkk (1996) yang
dikutip oleh Pribernadi (Tesis 2002: 14) menyatakan bahwa persepsi adalah suatu
proses dari seseorang dalam memahami lingkungannya yang melibatkan
pengorganisasian dan penafsiran sebagai rangsangan dalam suatu pengalaman
psikologis. Menurut dua pendapat di atas persepsi terjadi karena hal-hal sebagai
berikut: (1) Indera menangkap fakta di sekitar, (2) Fakta-fakta yang tertangkap
diorganisasikan dan ditafsirkan. (3) Kesimpulan yang diperoleh diwujudkan
dengan perilaku tindakan ataupun sikap sebagai respon terhadap lingkungan.
Persepsi adalah pengalaman tentang obyek, peristiwa atau hubungan-
hubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan informasi dan menafsirkan pesan
(Rahmat, 2003: 51). Menurut badudu (1990: 675) persepsi adalah proses
seseorang mengetahui beberapa hal melalui panca indera. Dalam The
Contemporary English–Indonesia Dictionary, Salim (2002: 184) mengartikan
kata "Perception" (persepsi) sebagai: (1) Perasaan. (2) Daya tangkap.
Dari definisi persepsi di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa persepsi
merupakan suatu proses bagaimana seseorang menyeleksi, mengatur dan
menginterpretasikan masukan-masukan informasi dan pengalaman-pengalaman
yang ada dan kemudian menafsirkannya untuk menciptakan keseluruhan
gambaran yang berarti.
20
2.2.2. Proses Terjadinya Persepsi
Proses terjadinya persepsi menurut walgito yaitu dari objek yang
menimbulkan stimulus, kemudian stimulus mengenai alat indera atau reseptor.
Stimulus yang diterima oleh alat indera diteruskan oleh syaraf sensorik ke otak
(proses tersebut disebut proses fisiologis) kemudian terjadilah di otak sebagai
pusat kesadaran sehingga individu menyadari apa yang dilihat, atau apa yang
didengar, atau diraba. Proses ini merupakan proses terakhir dari persepsi dan
merupakan persepsi sebelumnya.
Walgito (dalam Hamka, 2002) menyatakan bahwa terjadinya persepsi
merupakan suatu yang terjadi dalam tahap-tahap berikut:
1. Tahap pertama, merupakan tahap yang dikenal dengan nama proses kealaman
atau proses fisik, merupakan proses ditangkapnya suatu stimulus oleh alat
indera manusia.
2. Tahap kedua, merupakan tahap yang dikenal dengan proses fisiologis,
merupakan proses diteruskannya stimulus yang diterima oleh reseptor (alat
indera) melalui saraf-saraf sensoris.
3. Tahap ketiga, merupakan tahap yang dikenal dengan nama proses psikologik,
merupakan proses timbulnya kesadaran individu tentang stimulus yang
diterima reseptor.
4. Tahap ke empat, merupakan hasil yang diperoleh dari proses persepsi yaitu
berupa tanggapan dan perilaku.
Lebih luas lagi tentang terjadinya persepsi sebagaimana dipaparkan oleh
Marzano, Waters and McNulty (2005) University of Minnesota ada tiga
21
komponen utama dari proses persepsi. Ketiga komponen itu sebagai berikut: (1)
Seleksi merupakan proses psikologis yang sangat erat dengan pengamatan atau
stimulus yang diterima dari luar. Rangsangan (stimulus) dari luar yang mencapai
indera kita terbatas, baik mengenai jenis, maupun mengenai intensitasnya. Namun
hanya sebagian kecil stimulus yang mencapai kesadaran kita karena adanya proses
penyaringan, disamping faktor intensitas perhatian yang diberikan. (2) Interpretasi
yaitu proses mengorganisasikan infornasi sehingga mempunyai arti bagi seorang,
Interpretasi tergantung kepada berbagai faktor, seperti pengalaman,sistem nilai,
motivasi, kepribadian dan kecerdasan. (3) Interpretasi dari persepsi kemudian
diterjemahkan dalam bentuk tingkah laku.
2.2.3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Persepsi
Faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi, antara lain sebagai berikut
(Robbins, 2001: 89):
1. Pelaku persepsi, yaitu apabila seorang individu memandang dalam suatu
objek dan mencoba menafsirkan apa yang dilihatnya. Penafsiran itu sangat
dipengaruhi oleh karakteristik pribadi yang lebih relevan mempengaruhi
persepsi diantaranya: sikap, motif, kepentingan atau minat, pengalaman masa
lalu, dan pengharapan.
2. Target atau objek, target yang akan diamati dapat mempengaruhi apa yang
dipersepsikan. Misalnya orang keras suaranya lebih mungkin untuk
diperhatikan dalam suatu kelompok daripada merekan yang pendiam.
22
3. Situasi, dimana mempengaruhi seseorang seperti waktu, keadaan atau tempat
kerja dan keadaan social akan mempengaruhi perhatian meskipun pemersepsi
dan target tidak berubah.
Menurut Robbins (2008: 176) faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi
adalah sebagai berikut:
Gambar 2.1 Faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi
Menurut Krech dan Crutcfield dalam Rahmat (2003: 52) faktor yang
menentukan persepsi dibagi menjadi dua yaitu faktor fungsional dan faktor
struktural.
Faktor pada pemersepsi :
Sikap
Motif
Kepentingan
Pengalaman
Penghargaan
Faktor dalam situasi:
Waktu
Keadaan/tempat
kerja
Keadaan sosial
Persepsi
Faktor dalam diri target:
Sesuatu yang baru
Gerakan
Suara
Ukuran
Latar belakang
Kedekatan
23
1. Faktor fungsional adalah faktor yang berasal dari kebutuhan, pengalaman
masa lalu dan hal-hal lain yang termasuk apa yang kita sebut sebagai faktor
personal.
2. Faktor struktural adalah faktor yang semata-mata berasal dari sifat stimulus
fisik terhadap obyek-obyek saraf yang ditimbulkan pada saraf individu.
Menurut Teori Geslat, bahwa bila kita mempersepsi sesuatu, kita mempersepsinya
sebagai suatu keseluruhan,kita tidak melihat bagian-bagiannya lalu
menghimpunnya.
Dalam penelitian ini persepsi guru yang dimaksud adalah proses seorang
guru ekonomi dalam mengordinasikan dan menafsirkan kesan indera mereka
terhadap kepemimpinan Kepala Sekolah di SMA Kota Tegal.
2.2.4. Pengertian Kepemimpinan Kepala Sekolah
Kepemimpinan (leadership) mempunyai pengertian yang berbeda pada
orang-orang yang berbeda. Kata ini merupakan suatu kata yang diambil dari
kamus umum dan dimasukkan ke dalam kamus teknis sebuah disiplin ilmiah
tanpa didefinisikan dengan tepat. Sebagai konsekuensinya, kata ini mempunyai
konotasi-konotasi yang tidak berhubungan yang menciptakan ambivalensi
pengertian (Janda, 1960).
Beberapa definisi yang dapat dianggap cukup mewakili pengertian
kepemimpinan selama seperempat abad adalah sebagai berikut:
1. Kepemimpinan adalah perilaku dari seorang individu yang memimpin
aktivitas-aktivitas suatu kelompok ke suatu tujuan yang ingin dicapai bersama
(share good) (Hemhill & Coon, 1957: 7).
24
2. Kepemimpinan adalah pengaruh antar pribadi, yang dijalankan dalam situasi
tertentu, serta diarahkan melalui proses komunikasi, ke arah pencapaian satu
atau beberapa tujuan tertentu (Tannenbaum, Wesehler & Massarik, 1961: 24).
3. Kepemimpinan adalah pembentukan awal serta pemeliharaan struktur dalam
harapan dan interaksi (Stogdill, 1974: 411).
4. Kepemimpinan adalah peningkatan pengaruh sedikit demi sedikit pada, dan
berada di atas kepatuhan mekanis terhadap pengarahan-pengarahan rutin
organisasi (Katz & Kahn, 1978: 528).
Kebanyakan definisi mengenai kepemimpinan mencerminkan asumsi
bahwa kepemimpinan menyangkut segala proses pengaruh sosial yang dalam hal
ini pengaruh yang disengaja dijalankan oleh seseorang terhadap orang lain untuk
menstruktur aktivitas-aktivitas serta hubungan-hubungan di dalam sebuah
kelompok atau organisasi. Kepala Sekolah adalah seorang tenaga fungsional guru
yang diberi tugas untuk memimpin suatu sekolah dimana diselenggarakan proses
belajar mengajar atau tempat dimana terjadi interaksi antara guru yang memberi
pelajaran dan murid yang menerima pelajaran (Wahjosumidjo, 2003: 83).
Dari pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa kepemimpinan Kepala
Sekolah adalah bagaimana Kepala Sekolah mampu menolong stafnya untuk
memahami tujuan bersama yang akan dicapai, disamping itu Kepala Sekolah juga
harus mampu membangkitkan semangat kerja yang tinggi, ia harus menciptakan
suasana kerja yang menyenangkan, aman dan penuh semangat dan juga harus
mampu mengembangkan staf untuk tumbuh dalam kepemimpinannya.
Setidaknya mengandung empat implikasi penting tentang kepimpinan ;
25
1. Kepemimpinan melibatkan orang lain.
Kepemimpinan tidak bisa berdiri sendiri tapi harus ada yang terlibat
didalamnya, baik sebagai karyawan atau pengikut yang akan menerima
pengarahkan dari pimpinan.
2. Kepemimpinan mengharuskan distribusi kekuasaan.
Dalam kepemimpinan, seorang pemimpin tidak seharusnya memegang
kekuasaan secara penuh, tetapi ia harus membagi-bagikan kekuasaannya
dengan anggota kelompok di bawahnya. Sekalipun demikian, ia tetap
mempunyai kekuasaan lebih besar daripada yang lainnya.
3. Kepemimpinan harus mempunyai pengaruh.
Tanpa pengaruh, kepemimpinan tidak akan berarti apa-apa. Pemimpin yang
memiliki kemampuan mempengaruhi kemampuan anggota kelompoknya
akan lebih mudah mengarahkan merka ke arah tujuan yang ingin dicapai.
4. Kepemimpinan berkaitan dengan nilai.
Dengan kata lain bahwa seorang pemimpin haruslah bermoral, pemimpin
yang mengenyampingkan aspek moral dalam kepemimpinannya cenderung
akan bersikap melanggar aturan dan etika-etika yang ada.
Sebuah sekolah tidak lepas dari adanya peran seorang pemimpin. Untuk
itu bisa dikatakan suksesnya sebuah sekolah tergantung seberapa besar kapasitas
seorang pemimpinnya. Sekolah akan berkembang jika seorang pemimpin mampu
mewujudkan tujuan sekolah menjadi kenyataan.
2.2.5. Sifat-sifat Pemimpin
Kepribadian Kepala Sekolah sebagai leader akan tercermin dalam sifat-sifat:
26
1. Jujur.
2. Percaya diri.
3. Tanggung jawab.
4. Berani mengambil resiko dan keputusan.
5. Berjiwa besar.
6. Emosi yang stabil.
7. Teladan.
Pengetahuan Kepala Sekolah terhadap tenaga kependidikan akan tercermin
dalam kemampuan:
1. Memahami kondisi tenaga kependidikan.
2. Memahami kondisi dan dan karakteristik peserta didik.
3. Menyusun program pengembangan tenaga kependidikan.
4. Menerima masukan, saran dan kritikan dari berbagai pihak untuk
meningkatkan sekolah.
Pemahaman terhadap visi dan misi sekolah akan tercermin dari
kemampuannya untuk:
1. Mengembangkan visi sekolah.
2. Mengembangkan misi sekolah.
3. Melaksanakan program untuk mewujudkan visi dan misi ke dalam
tindakan.
Kemampuan mengambil keputusan akan tercermin dari kemempuannya
dalam:
1. Mengambil keputusan bersama tenaga kependidikan di sekolah.
27
2. Mengambil keputusan untuk kepentingan internal sekolah.
3. Mengambil keputusan untuk kepentingan eksternal sekolah.
Kemampuan berkomunikasi akan tercermin dari kemampuannya untuk:
1. Berkomunikasi secara lisan dengan tenaga kependidiakn di sekolah.
2. Menuangkan gagasan dalam bentuk tulisan.
3. Berkomunikasi secara lisan dengan peserta didik.
4. Berkomunikasi secara lisan dengan orang tua dan masyarakat sekitar
lingkungan sekolah.
2.2.6. Fungsi Kepala Sekolah
Dinas Pendidikan telah menetapkan bahwa Kepala Sekolah harus mampu
melaksanakan pekerjaannya sebagai edukator, manajer, administrator dan
supervisor. ,Dalam perkembangan selanjutnya, sesuai dengan kebutuhan
masyarakat dan perkembangan jaman, Kepala Sekolah harus mampu berperan
sebagai leader, innovator, dan motivator di sekolahnya.
Mulyasa (2004: 98) fungsi Kepala Sekolah adalah sebagai berikut :
1. Kepala Sekolah sebagai edukator (Pendidik)
Dalam melakukan fungsinya sebagai edukator, Kepala Sekolah harus
memiliki strategi yang tepat untuk meningkatkan profesionalisme tenaga
kependidikan di sekolahnya. Menciptakan iklim sekolah yang kondusif,
memberikan nasihat kepada warga sekolah, memberikan dorongan kepada seluruh
tenaga kependidikan, serta melaksanakan model pembelajaran yang menarik,
seperti team teaching, moving class, dan mengadakan program akselerasi
(acceleration) bagi peserta didik yang cerdas di atas normal.
28
Sumidjo dalam mulyasa (1999: 122) mengemukakan bahwa memahami
arti pendidik tidak cukup berpergang pada konotasi yang terkandung dalam
definisi pendidik, melainkan harus dipelajari keterkaitannya dengan makna
pendidikan, sarana pendidikan, dan bagaimana strategi pendidikan itu
dilaksanakan. Untuk kepentingan tersebut, Kepala Sekolah harus berusaha
menanamkan, memajukan dan meningkatkan sedikitnya empat macam nilai, yakni
pembinaan mental, moral, fisik, dan artistik.
Pembinaan mental yaitu membina para tenaga kependidikan tentang hal-
hal yang berkaitan dengan sikap batin dan watak. Dalam hal ini, Kepala Sekolah
harus mampu menciptakan iklim yang kondusif agar setiap tenaga kependidikan
dapat melaksanakan tugas dengan baik, secara proporsional. Pembinaan moral
yaitu membina para tenaga kependidikan tentang hal-hal yang berkaitan dengan
ajaran baik buruk mengenai suatu perbuatan, sikap dan kewajiban sesuai dengan
tugas masing-masing tenaga kependidikan. Pembinaan fisik yaitu membina para
tenga kependidikan tentang hal-hal yang berkaitan dengan kondisi jasmani atau
badan, kesehatan dan penampilan mereka secara lahiriah. Pembinaan artistik yaitu
membina tenaga kependidikan tentang hal-hal yang berkaitan dengan kepekaan
manusia terhadap seni dan keindahan. Hal ini biasanya dilakukan melalui kegiatan
karyawisata yang bisa dilakukan setiap akhir tahun pelajaran.
Sebagai edukator Kepala Sekolah harus senantiasa berupaya meningkatkan
kualitas pembelajaran yang dilakukan oleh para guru. Dalam hal ini faktor
pengalaman akan sangat mempengaruhi profesionalisme Kepala Sekolah,
terutama dalam mendukung terbentuknya pemahaman tenaga kependidikan
29
terhadap pelaksanaan tugasnya. Pengalaman semasa menjadi guru, menjadi wakil
Kepala Sekolah, atau menjadi anggota organisasi kemasyarakatan sangat
mempengaruhi kemampuan Kepala Sekolah dalam melaksanakan pekerjaannya,
demikian halnya pelatihan dan penataran yang pernah diikutinya.
2. Kepala Sekolah sebagai manajer
Manajemen pada hakekatnya merupakan suatu proses merencanakan,
mengorganisasikan, memimpin dan mengendalikan usaha para anggota organisasi
serta mendayagunakan seluruh sumber daya organisasi dalam rangka mencapai
tujuan yang telah ditetapkan. Dalam rangka melakukan peran dan fungsinya
sebagai manajer, Kepala Sekolah harus memiliki strategi sebagai berikut:
1. Memberdayakan tenaga kependidikan melalui kerja sama atau koopertif
dimaksudkan bahwa dalam peningkatan profesionalisme tenaga
kependidikan di sekolah, Kepala Sekolah bafus memntingkan kerja sama
dengan tenaga kependidiakan dan pihak lain yang terkait dalam
melaksanakan setiap kegiatan.
2. Memberi kesempatan kepada para tenaga kependidikan untuk meningkatkan
profesinya, sebagai manajer Kepala Sekolah harus meningkatkan profesi
secara persuasif dan dari hati ke hati. Dalam hal ini, Kepala Sekolah harus
bersikap demokratis dan memberikan kesempatan kepada seluruh tenaga
kependidikan untuk mengembangkan potensinya secara optimal. Misalnya
memberi kesempatan kepada bawahan untukmeningkatkan profesinya
melalui berbagai penataran dan lokakarya sesuai dengan bidangnya masing-
masing.
30
3. Mendorong keterlibatan seluruh tenagakependidikan, dimaksudkan bahwa
Kepala Sekolah harus berusaha untuk mendorong keterlibatan semua tenaga
kependidiakan dalam setiap kegiatan di sekolah (partisipatif). Dalam hal ini
Kepala Sekolah bisa berpedoman pada asas tujuan, asas keunggulan, asas
mufakat, asas kesatuan, asas persatuan, asas empirisme, asas keakraban, dan
asas integritas.
3. Kepala Sekolah sebagai administrator
Kepala Sekolah sebagai administrator memiliki hubungan yang sangat erat
dengan berbagai aktivitas pengelolaan administrasi yang bersifat pencatatan,
penyusunan dan pendokumenan seluruh program sekolah. Secara spesifik, Kepala
Sekolah harus memiliki kemampuan untuk mengelola kurikulum, mengelola
administrasi peserta didik, mengelola administrasi personalia, mengelola
administrasi sarana dan prasarana, mengelola administrasi kearsipan, dan
mengelola administrasi keuangan. Kegiaran tersebut perlu dilakukan secara efektif
dan efisien agar dapat meninjang produktivitas sekolah. Untuk itu, Kepala
Sekolah harus mampu menjabarkan kemampuan di atas dalam tugas-tugas
opersional.
4. Kepala Sekolah sekabagai supervisor
Kegiatan utama pendidikan di sekolah dalam rangka mewujudkan
tujuannya adalah kegiatan pembelajaran, sehingga seluruh aktivitas organisasi
sekolah bermuara pada pencapaian efisiensi dan efektivitas pembelajaran. Oleh
karena itu, salah satu tugas Kepala Sekolah adalah sebagai supervisor, yaitu
menyupervisi pekerjaan yang dilakukan oleh tenaga kependidikan. Sergio dan
31
starrat (1993) menyatakan bahwa “supervixion is a process designed to help
teacher and supervisor learn more about therir practice; to better able to use
theri knowledge and skills to better serve parrents and schools; and to make the
school a more effective learning community”. Yang artinya bahwa supervisi
merupakan suatu proses yang dirancang secara khusus untuk membantu para guru
dan supervisor dalam mempelajari tugas sehari-hari di sekolah, agar dapat
menggunakan pengetahuan dan kemampuannya untuk memberikan layanan yang
lebih baik pada orang tua peserta didik dan sekolah, serta berupaya menjadikan
sekolah sebagai masyarakat belajar yang lebih efektif.
Pengawasan dan pengendalian yang dilakukan Kepala Sekolah terhadap
tenaga kependidikannya khususnya guru, disebut supervisi klinis, yang bertujuan
untuk meningkatkan kemampuan profesional guru dan meningkatkan kualitas
pembelajaran melalui pembelajaran yang efektif. Salah supervisi akademik yang
populer adalah supervisi klinis, yaitu memiliki karakteristik sebagai berikut:
1. Supervisi diberikan berupa bantuan (bukan perintah), sehinnga inisiatif
tetap berada di tangan tenaga kependidikan.
2. Aspek yang disupervisi berdasarkan usul guru, yang dikaji bersama
Kepala Sekolah sebagai supervisor untuk dijadikan kesepakatan.
3. Instrumen dan metode observasi dikembangkan bersama oleh guru dan
Kepala Sekolah.
4. Mendiskusikan dan menafsirkan hasil pengamatan dengan mendahulukan
interprestasi guru.
32
5. Supervisi dilakukan dalam suasana terbukan secara tatap muka, dan
supercisor lebih banyak mendengarkan serta menjawab pertanyaan guru
daripada member saran dan pengarahan.
6. Supervisi klinis sedikitnya memiliki tiga tahap, yaitu pertemuan awal,
pengamatan, dan umpan balik.
7. Adanya penguatan dan umpan balik dari Kepala Sekolah sebagai
supervisor terhadap perubahan perilaku guru yang positip sebagai hasil
pembinaan.
8. Supervisi dilakukan secara berkelanjutan untuk meningkatkan suatu
keadaan dan memecahkan suatu masalah.
5. Kepala Sekolah sebagai leader
Kepala Sekolah sebagai leader harus mampu memberikan petunjuk dan
pengawasan, meningkatkan kemauan tenaga kependidikan, membuka komunikasi
dua arah, dan mendelegasikan tugas. Wahjosumijo (1999: 110) mengemukakan
bahwa Kepala Sekolah sebagai leader harus memiliki karakteristik khusus yang
mencakup kepribadian, keahlian dasar, pengalaman dan pengetahuan profesional,
serta pengetahuan administrasi dan pengawasan.
Kemampuan Kepala Sekolah yang harus diwujudkan Kepala Sekolah
sebagai leader dapat dianalisis dari kepribadian, pengetahuan terdadap tenaga
kependidikan, visi dan misi Kepala Sekolah, kemampuan mengambil keputusan,
dan kemampuan berkomunikasi.
33
6. Kepala Sekolah sebagai inovator
Dalam rangka melakukan peran dan fungsinya sebagai inovator, Kepala
Sekolah harus memiliki strategi yang tepat untuk menjalin hubungan yang
harmonis dengan lingkungan, mencari gagasan baru, mengintegrasikan setiap
kegiatan, memberikan teladan kepada seluruh tenaga kependidikan di sekolah, dan
mengembangkan model-model pembelajaran yang inovatif.
Kepala Sekolah sebagai inovator akan tercermin dari cara-cara ia
melakukan pekerjaannya secara konstruktif, kreatif, delegatif, integratif, rasional
dan objektif, pragmatis, keteladanan, disiplin, serta adaptabel dan fleksibel.
1. Konstruktif, kepala sekoalah harus berusaha mendorong dan membina
setiap tenaga kependidikan agar dapat berkembang secara optimal dalam
melakukan tugas-tugas yang diembankan kepada masing-masing tenaga
kependidikan.
2. Kreatif, Kepala Sekolah harus mencari gagasan dan cara-cara baru dalam
melaksanakan tugasnya.
3. Delegatif, Kepala Sekolah harus barusaha mendelegatifkan tugas kepada
tenaga kependidikan sesuai dengan deskripsi tugas, jabatan serta
kemampuan masing-masing.
4. Integratif, Kepala Sekolah harus berusaha mengintergasikan semua
kegiatan sehingga dapat menghasilkan sinergi untuk mencapai tujuan
sekolah secara efektif, efisien dan produktif.
5. Rasional dan objektif, Kepala Sekolah harus bertindak berdasarkan
pertimbangan rasio dan objektif.
34
6. Pragmatis, dimaksudkan bahwa dalam meningkatkan profesionalisme
tenaga kependidiakn di sekolah, Kepala Sekolah harus berusaha
menetapkan kegiatan atau target berdarsarkan kondisi dan kemampuan
yang dimiliki sekolah.
7. Adaptabel dan fleksibel, Kepala Sekolah harus mampu beradaptasi dan
fleksibel dalam menghadapi situasi baru, sera berusaha menciptakan
situasi kerja yang menyenangkan dan memudahkan para tenaga
kependidikan untuk berdaptasi dalam melaksanakan tugasnya.
7. Kepala Sekolah sebagai motivator
Sebagai motivator, Kepala Sekolah harus memiliki strategi yang tepat
untuk memberikan motivasi pada para tenaga kependidikan dalam melakukan
berbagai tugas dan fungsinya. Motivasi ini dapat ditumbuhkan melaluai
pengaturan lingkungan fisik, pengaturan suasana kerja, disiplin, dorongan,
penghargaan secara efektif, dan penyediaan berbagai sumber belajar melalaui
pengembangan pusat sumber belarar (PSB).
2.2.7. Tanggung Jawab Kepala Sekolah
Kemampuan kepemimpinan Kepala Sekolah merupakan faktor penentu
utama pemberdayaan guru dan peningkatan mutu proses dan produk
pembelajaran. Kepala Sekolah adalah orang yang bertanggung jawab apakah guru
dan staf sekolah dapat bekerja secara optimal. Kultur sekolah dan kultur
pembelajaran juga dibangun oleh gaya kepemimpinan Kepala Sekolah dalam
berinteraksi dengan komunitasnya (Kepala Sekolah, guru, dan staf). Besarnya
tanggung jawab Kepala Sekolah digambarkan oleh Sergiovani, Burlingame,
35
Coombs, dan Thurston (1987) dalam Danim (2003: 197), bahwa Kepala Sekolah
untuk jenjang dan jenis sekolah apapun, merupakan orang yang memiliki
tanggung jawab utama, yaitu apakah guru dan staf dapat bekerja sesuai dengan
tugas pokok dan fungsinya. Tugas-tugas Kepala Sekolah bersifat ganda, yang satu
sama lain memiliki kaitan erat, baik langsung atau tidak langsung. Tugas-tugas
dimaksud adalah mengkoordinasi, mengarahkan, dan mendukung hal-hal yang
berkaitan dengan tugas pokoknya yang sangat kompleks, yaitu:
1. merumuskan tujuan dan sasaran-sasaran sekolah.
2. mengevaluasi kinerja guru.
3. mengevaluasi kinerja staf sekolah.
4. menata dan menyediakan sumber-sumber organisasi sekolah.
5. membangun dan menciptakan iklim psikologis yang baik antar komunitas
sekolah.
6. menjalin hubungan dan ketersentuhan kepedulian terhadap masyarakat.
7. membuat perencanaan bersama staf dan komunitas sekolah.
8. menyusun penjadualan kerja.
9. mengatur masalah-masalah pembukuan.
10. melakukan negosiasi dengan pihak eksternal.
11. memecahkan konflik antarsesama guru dan antarpihak pada komunitas
sekolah.
12. menerima masukan dari guru-guru dan staf sekolah untuk persoalan-
persoalan yang tidak dapat mereka selesaikan.
13. memotivasi guru dan karyawan untuk tampil optimal.
36
14. melakukan fungsi supervisi pembelajaran atau pembinaan profesional.
15. melaksanakan kegiatan lain yang mendukung operasi sekolah.
(http://smp1rangkasbitung.wordpress.com/2009/04/07/peranan-dan-tugas-kepala-
sekolah-dan-guru/)
2.2.8. Dampak Kepala Sekolah Profesional
Menurut Mulyasa (2004: 89) dampak Kepala Sekolah profesional adalah
sebagai berikut:
1. Efektivitas Proses Pendidikan
Peningkatan profesionalisme tenaga kependidikan memiliki efektivitas
pendidikan yang tinggi, yang tampak dari sifat pendidikan yang menekankan pada
pemberdayaan peserta didik. Pembelajaran bukan sekedar memorasi dan recall,
bukan sekedar penekanan pada penguasaan pengetahuan tentang apa yang
diajarkan (logos), akan tetapi lebih menekankan pada internelisasi tentang apa
yang diajarkan sehingga tertanam dan berfungsi sebagai muatan kehidupan oleh
peserta didik (etos) bahkan, pembelajaran juga lebih menekankan pada bagaimana
supaya peserta didik mampu belajar dan cara belajar (learning to learn)
2. Tumbuhnya Kepemimpinan Sekolah yang Kuat
Kepala Sekolah mempunyai peran yang kuat dalam mengkoordinasikan,
menggerakkan dan menyerasikan semua sumber daya pendidikan yang tersedia di
sekolah. Kepemimpinan Kepala Sekolah merupakan salah satu faktor yang dapat
mendorong sekolah untuk dapat mewujudkan visi, misi, tujuan dan sasaran
sekolah melalui program-program yang dilaksanakan secara terencana dan
bertahap.
37
3. Pengelolaan Tenaga Kependidikan yang Efektif
Tenaga kependidikan, terutama guru, merupakan jiwa dari sekolah. Oleh
karena itu, peningkatan profesionalisme tenaga kependidikan mulai dari analisis
kebutuhan, perencanaan, pengembangan, evaluasi kinerja, hubungan kerja,
sampai pada imbal jasa, merupakan garapan penting bagi seorang Kepala Sekolah.
4. Budaya Mutu
Budaya mutu tertanam di sanubari semua warga sekolah, sehingga setiap
perilaku selalu didasari oleh profesionalisme.
5. Team Work Yang Kompak, Cerdas, dan Dinamis
Kebersamaan (teamwork) merupakan karakteristik yang dituntut oleh
profesionalisme Kepala Sekolah, karena out put pendidikan merupakan hasil
kolektif waga sekolah, bukan hasil individual.
6. Kemandirian
Kepala Sekolah memiliki kemandirian untuk melakukan yang terbaik bagi
sekolahnya, sehingga dituntut untuk memiliki kemampuan dan kesanggupan kerja
yang tidak selalu menggantungkan pada atasan.
7. Partisipasi Warga Sekolah dan Masyarakat
Peningkatan profesionalisme tenaga kependidikan di sekolah memiliki
karakteristik bahwa partisipasi warga sekolah dan masyarakat marupakan bagian
kehidupannya.
38
8. Transparansi Manajemen
Dalam wacana demokrasi pendidikan, transparasi pengelolaan sekolah
merupakan karakteristik sekolah yang harus diwujudkan dalam meningkatakan
profesionalisme tenaga kependidikan.
9. Kemauan untuk Berubah
Perubahan harus menjadi kenikmatan bagi semua warga sekolah menuju
peningkatan ke arah yang lebih baik. Dalam hal ini, setiap perubahan harus
menghasilkan sesuatu yang lebih baik dari sebelumnya, demikian halnya mutu
pendidikan di sekolah.
10. Evaluasi dan Perbaikan Berkelanjutan
Evaluasi terhadap profesionalisme tenaga kependidikan harus dilakukan
secara teratur bukan hanya ditujukan untuk mengetahui tingkat kemampuan setiap
tenaga kependidikan, tetapi yang terpenting adalah bagaimana menanfaatkan
tenaga kependidikan tersebut untuk memperbaiki dan menyempurnakan proses
pendidikan di sekolah.
11. Tanggap Terhadap Kebutuhan
Sekolah tanggap terhadap berbagai aspirasi yang muncul bagi peningkatan
mutu, karena selalu membaca lingkungan dan menanggapinya secara cepat dan
tepat, bahkan sekolah tidak hanya mampu menyesuaikan terhadap perubahan dan
tuntutan, tetapi juga ikut menciptakan perubahan, dan mengantisipasi hal-hal yang
mungkin terjadi.
39
12. Akuntanbilitas
Akuntanbilitas ini berbentuk laporan prestasi yang dicapai baik kepada
pemerintah maupun kepada orang tua peserta didik dan masyarakat.
13. Sustainabilitas
Paradigma baru Kepala Sekolah professional dalam konteks MBS dan
KBK memiliki sustianabilitas yang tinggi karena di sekolah akan terjadi proses
akumulasi peningkatan mutu sumber daya manusia, diversifikasi sumber dana,
pemilikan aset sekolah yang mempu meningkatkan kekayaan sekolah, serta
partisipasi dan dukungan masyarakat yang tinggi terhadap ekstensi sekolah.
Dalam kaitannya dengan tugas dan tanggung jawab Kepala Sekolah,
menurut Peraturan Menteri Pendidikan Nasional (Permendiknas) No. 13 Tahun
2007 tentang Standar Kepala Sekolah/Madrasah, maka Kepala Sekolah harus
memiliki beberapa kompetensi yang harus dipenuhi. Kompetensi tersebut adalah
sebagai berikut:
Tabel 2.1 Kompetensi–kompetensi Kepala Sekolah
NO DIMENSI
KOMPETENSI KOMPETENSI
Kepribadian
Manajerial
a. Berakhlak mulia, mengembangkan budaya dan
tradisi akhlak mulia, dan menjadi teladan akhlak
mulia bagi komunitas di sekolah / madrasah
b. Memiliki integritas kepribadian sebagai pemimpin
c. Memiliki keinginan yang kuat dalam
pengembangan diri sebagai Kepala Sekolah /
madarasah
d. Bersikap terbuka dalam melaksanakan tugas pokok
dan fungsi
e. Mengendalikan diri dalam menghadapi masalah
dalam pekerjaan sebagai Kepala Sekolah
f. Memiliki bakat dan minat jabatan sebagai
pemimpin pendidikan
a. Menyusun perencanaan sekolah / madrasah untuk
nerbagai tingkat perencanaan
40
Kewirausahaan
b. Mengembangkan organisasi sekolah / madrasah
sesuai dengan kebutuhan
c. Memimpin sekolah / madrasah dalam rangka
pendayagunaan sumber daya sekolah secara optimal
d. Mengelola perubahan dan pengembangan
sekolah/madrasah menuju organisasi pembelajar
yang efektif
e. Menciptakan budaya dan iklim sekolah / madrasah
yang kondusif dan inovatif bagi pembelajaran
peserta didik
f. Mengelola guru dan staff dalam rangka
pendayagunaan sumber daya manusia secara
optimal
g. Mengelola sarana dan prasarana sekolah / madrasah
dalam rangka pendayagunaan secara optimal
h. Mengelola hubungan sekolah / madrasah dan
masyarakat dalam rangka pencarian dukungan ide,
sumber belajar dan pembiayaan sekolah atau
madrasah
i. Mengelola peserta didik dalam rangka penerimaan
peserta didik baru, penempatan dan pengembangan
kapasitas peserta didik
j. Mengelola pengembangan kurikulum dan kegiatan
pembelajaran sesuai dengan arah dan tujuan
pendidikan nasional
k. Mengelola keuangan sekolah / madrasah sesuai
prinsip pengelolaan yang akuntabel, transparan dan
efisien
l. Mengelola ketatausahaan sekolah / madrasah dalam
mendukung pencapaian tujuan sekolah / madrasah
m. Mengelola unit layanan khusus sekolah / madrasah
dalam rangka mendukung kegiatan pembelajaran
dan kegiatan peserta didik di sekolah / madrasah
n. Mengelola system informasi sekolah / madrasah
dalam mendukung penyusunan progam dan
pengambilan keputusan
o. Memanfaatkan kemajuan teknologi informasi bagi
peningkatan pembelajaran dan manajemen sekolah /
madrasah
p. Melakukan monitoring, evaluasi, dan pelaporan
pelaksanaan progam kegiatan sekolah / madrasah
dengan prosedur yang tepat, serta merencanakan
tindak lanjutnya
a. Menciptakan inovasi yang berguna bagi
pengembangan sekolah / madrasah
b. Bekerja keras untuk mencapai keberhasilan sekolah
/ madrasah sebagai organisasi pembelajar yang
efektif
c. Memiliki motivasi yang kuat untuk sukses dalam
melaksanakan tugas pokok dan fungsinya sebagai
pemimpin sekolah
d. Pantang menyerah dan selalu mencari solusi terbaik
dalam menghadapi kendala yang dihadapi sekolah /
madrasah
e. Memiliki naluri kewirausahaan dalam mengelola
41
Supervisi
Sosial
kegiatan produksi jasa sekolah / madrasah sebagai
sumber belajar peserta didik
a. Merencanakan progam supervisi akademik dalam
rangka peningkatan profesionalisme guru
b. Melaksanakan supervisi akademik terhadap guru
dengan menggunakan pendekatan dan teknik
supervisi yang tepat
c. Menindaklanjuti hasil supervis akademik terhadap
guru dalam rangka peningkatan profesionalisme
guru
a. Bekerja sama dengan pihak lain untuk kepentingan
sekolah / madrasah
b. Berpartisipasi dalam kegiatan sosial
kemasyarakatan
c. Memiliki kepekaan sosial terhadap orang atau
kelompok lain
Sumber: Permendiknas (2007)
(http//:www.depdiknas.go.id/produk_hukum/.../permen_12_2007.pdf)
2.3. Motivasi Kerja Guru
Motivasi berasal dari kata “motif” yang artinya daya upaya yang
mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu. Motif dapat dikatakan sebagai
daya penggerak dari dalam dan didalam subyek untuk melakukan aktivitas-
aktivitas tertentu demi mencapai suatu tujuan. Berawal dari kata “motif”, maka
motivasi dapat diartikan sebagai daya penggerak yang telah menjadi aktif. Motif
menjadi aktif pada saat tertentu bila kebutuhan untuk mencapai tujuan sangat
dirasakan mendesak (Sardiman,2005: 73).
Menurut Terry dalam Hasibuan (2005: 145), motivasi adalah keinginan
yang terdapat pada diri seseorang individu yang merangsangnya untuk melakukan
tindakan-tindakan. Menurut As’ad (1995: 45), motivasi kerja adalah Sesuatu yang
menimbulkan semangat atau dorongan kerja. Motivasi merupakan pemberian atau
penggerak yang menciptakan kegairahan kerja seseorang agar mau bekerja sama
bekerja secara efektif dan terintegrasi dan segala daya upaya untuk mencapai
kepuasan. Ada pendapat lain yang mengatakan bahwa motivasi adalah suatu
42
perubahan energi dalam diri seseorang yang ditandai oleh timbulnya perasaan dan
reaksi untuk mencapai tujuan (Hamalik, 2002: 121).
Motivasi merupakan salah satu faktor yang dapat meningkatkan kualitas
pembelajaran, karena guru akan mengajar dengan sungguh-sungguh apabila
memiliki motivasi yang tinggi. Dengan motivasi akan tumbuh dorongan untuk
melakukan sesuatu dalam kaitannya dengan pencapaian tujuan. Motivasi yang ada
pada setiap orang tidaklah sama antara yang satu dengan yang lain. Untuk itu,
diperlukan pengetahuan mengenai pengertian dan hakikat motivasi, serta
kemampuan teknik menciptakan situasi sehingga menimbulkan
motivasi/dorongan bagi mereka untuk berbuat atau berperilaku sesuai dengan apa
yang dikehendaki oleh individu lain/organisasi.
Dari beberapa definisi motivasi tersebut, pada dasarnya mengandung arti
yang sama yaitu bahwa motivasi adalah dorongan yang menyebabkan terjadinya
suatu perbuatan guna mencapai suatu tujuan. Motivasi dalam hal ini adalah
motivasi mengajar, yaitu suatu dorongan atau kemauan seseorang untuk
melakukan aktivitas mengajar agar tujuan pembelajaran yang efektif dapat
dicapai.
Maslow dalam Need Hierarchy Theory menyatakan bahwa kebutuhan dan
kepuasan manusia bersifat jamak yaitu kebutuhan psikologis dan biologis berupa
material. Maslow menggolongkan adanya lima kebutuhan manusia dalam
(Hasibuan, 2003: 104).
Adapun tingkat kebutuhan manusia yang mendorong manusia untuk
bekerja menurut Maslow adalah:
43
1. Kebutuhan fisik
Kebutuhan fisik adalah kebutuhan yang diperlukan untuk mempertahankan
kelangsungan hidup seseorang seperti sandang, pangan, papan. Organisasi
membantu individu dengan menyediakan gaji yang baik, keuntungan serta
kondisi kerja untuk memuaskan kebutuhannya.
2. Kebutuhan akan keamanan dan keselamatan
Jika kebutuhan psikologis sudah sedikit terpenuhi maka kebutuhan ini dapat
menjadi motivasi. Kebutuhan ini merupakan rasa aman dari kecelakaan dan
keselamatan dalam melaksankan pekerjaan. Kebutuhan ini mengarah pada
bentuk kebutuhan akan keamanan dan keselamatan jiwa di tempat kerja pada
saat mengerjakan pekerjaan pada waktu jam-jam tertentu.
3. Kebutuhan Afiliasi
Kebutuhan afiliasi adalah kebutuhan sosial misalnya berteman, mencintai serta
diterima dalam pergaulan lingkungan kerjanya. Manusia pada dasarnya selalu
ingin hidup berkelompok dan tidak seorangpun manusia ingin hidup
menyendiri. Kebutuhan ini terdiri dari:
a) Kebutuhan akan perasaan diterima oleh orang lain di tempat ia bekerja.
b) Kebutuhan akan perasaan dihormati. Karena manusia merasa dirinya
penting. Serendah-rendahnya pendidikan dan kedudukan seseorang
tetap merasa dirinya penting.
c) Kebutuhan akan perasaan kemajuan dan tidak sanggup menyenangi
kegagalan. Kemajuan di segala bidang merupakan keinginan dan
kebutuhan yang menjadi idaman setiap orang.
44
d) Kebutuhan akan perasaan ikut serta. Setiap karyawan akan merasa
senang jika diikutkan dalam berbagai kegiatan dan mengemukakan
saran atau pendapat pada pimpinan.
4. Kebutuhan akan penghargaan diri/status
Merupakan kebutuhan akan pengakuan serta penghargaan prestise dari
karyawan dan masyarakat lingkungannya. Idealnya prestise timbul karena
adanya prestasi, tetapi tidak selamanya demikian.
5. Kebutuhan aktualisasi diri
Kebutuhan aktualisasi diri dipenuhi dengan menggunakan kecakapan,
kemampuan, ketrampilan, dan potensi optimal untuk mencapai prestasi kerja
yang sangat memuaskan atau luar biasa yang sulit dicapai orang lain.
Kebutuhan aktualisasi diri ini berbeda dengan kebutuhan lain dalam dua hal.
Kebutuhan aktualisasi diri hanya dapat dipenuhi atas usaha individu itu sendiri.
Aktualisasi diri berhubungan dengan pertumbuhan individu. Kebutuhan ini
berlangsung terus-menerus terutama sejalan dengan meningkatnya jenjang
karir seorang individu.
2.3.1. Faktor yang Mempengaruhi Tinggi Rendahnya Motivasi Kerja
Dalam kegiatan administrasi pendidikan motivasi kerja yang tinggi dari
setiap personal yang terlibat didalamnya merupakan faktor yang memuaskan bagi
tercapainya tujuan-tujuan pendidikan diantaranya:
1. Minat atau perhatian terhadap pekerjaan berpengaruh terhadap motivasi
seseorang merasa bahwa minat atau perhatiannya sesuai dengan jelas sifat dan
pekerjaan yang dilakukan maka akan meningkatkan motivasi kerjanya.
45
2. Faktor upah/gaji yang tinggi dipandang sebagai faktor yang dapat
memepertinggi motivasi kerja.
3. Faktor status sosial dari pekerjaan dapat mempengaruhi motivasi kerja.
Pekerjaan yang mendapat status sosial/posisi yang tinggi atau baik.
4. Tujuan yang mulia atau pekerjaan yang mengandung pengabdian merupakan
faktor yang dapat memepertinggi motivasi kerja. Tujuan serta sifat pengabdian
diri dalam suatu pekerjaan mengakibatkan terwujudnya pekerjaan yang
menjadi tanggung jawabnya.
5. Faktor suasana kerja dan hubungan kemanusiaan yang lebih sehingga setiap
orang merasa diterima dan dihargai dalam kelompoknya dapat memepertinggi
motivasi kerja.
2.3.2. Ciri-ciri Motivasi Kerja
Menurut Sardiman (2005: 83) dalam buku interaksi dan motivasi belajar
mengajar bahwa motivasi yang ada pada diri setiap orang memiliki ciri-ciri
sebagai berikut:
1. Tekun menghadapi tugas (dapat menerus dalam waktu yang lama, tidak pernah
berhenti sebelum selesai).
2. Ulet menghadapi kesulitan (tidak lekas putus asa).
3. Menunjukkan minat terhadap bermcam-macam masalah.
4. Lebih senang bekerja sendiri.
5. Cepat bosan pada tugas-tugas yang rutin (hal-hal yang bersifat mekanis,
berulang-ulang begitu saja, sehingga kurang kreatif).
6. Dapat mempertahankan pendapatnya (kalau sudah yakin akan sesuatu).
46
7. Tidak pernah mudah melepaskan hal yang diyakini.
8. Senang mencari dan memecahkan masalah soal-soal.
Dengan demikian dapat kita simpulkan bahwa seseorang yang memiliki
motivasi kerja, memiliki ciri-ciri tersebut di atas. Apabila seseorang memiliki ciri-
ciri tersebut, berarti orang itu memiliki motivasi yang cukup kuat. Ciri-ciri
motivasi seperti itu akan sangat penting dalam kegiatan belajar mengajar. Karena
kegiatan belajar mengajar akan berhasil baik, kalau gurunya tekun melaksanakan
pekerjaannya, ulet dalam memecahkan masalah dan hambatan secara mandiri.
guru yang produktif tidak akan terjebak pada sesuatu yang rutinitas. Selain itu,
juga harus berani mempertahankan pendapatnya kalau memang yakin dan
rasional. Bahkan peka dan responsive terhadap berbagai masal’’h umum dan
berpikir bagaimana cara pemecahannya. Kesimpulan yang dapat diambil dari
motivasi kerja guru adalah dorongan bagi seorang guru untuk melakukan
pekerjaan dalam kegiatan belajar mengajar tercapai agar tercapai tujuan sesuai
rencana.
2.3.3. Motivasi Kerja Guru Ekonomi
Menurut Sardiman (2005: 83) dalam buku interaksi dan motivasi belajar
mengajar bahwa, guru yang mempunyai motivasi adalah yang mempunyai ciri-ciri
sebagai berikut: Tekun menghadapi tugas (dapat menerus dalam waktu yang lama,
tidak pernah berhenti sebelum selesai), ulet menghadapi kesulitan (tidak lekas
putus asa), menunjukkan minat terhadap bermcam-macam masalah, lebih senang
bekerja sendiri, cepat bosan pada tugas-tugas yang rutin (hal-hal yang bersifat
mekanis, berulang-ulang begitu saja, sehingga kurang kreatif, dapat
47
mempertahankan pendapatnya (kalau sudah yakin akan sesuatu, tidak pernah
mudah melepaskan hal yang diyakini, senang mencari dan memecahkan masalah
soal-soal. Motivasi kerja guru ekonomi dalam hal ini adalah motivasi mengajar,
yaitu suatu dorongan atau kemauan seseorang untuk melakukan aktivitas
mengajar agar tujuan pembelajaran yang efektif dapat dicapai.
2.4. Kerangka Berpikir
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana
belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan
potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,
kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya
dan masyarakat. Pendidikan meliputi pengajaran keahlian khusus, dan juga
sesuatu yang tidak dapat dilihat tetapi lebih mendalam yaitu pemberian
pengetahuan, pertimbangan dan kebijaksanaan. Salah satu dasar utama pendidikan
adalah untuk mengajar kebudayaan melewati generasi.
Guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik,
mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi
peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan
dasar dan pendidikan menengah (peraturan pemerintah republik Indonesia Nomor
41 tahun 2009 tentang tunjangan profesi guru dan dosen, tunjangan kehormatan
profesor bab 1 pasal 1).
Kinerja guru merupakan hasil yang dicapai oleh seorang guru dalam
melaksanakan tugas yang menjadi tanggung jawabnya di sekolah sebagai pendidik
48
dan pengajar dalam rangka mencapai tujuan yaitu mewujudkan lulusan/prestasi
belajar siswa yang optimal. Suyanto (2001: 10). Kinerja dikatakan baik dan
memuaskan apabila tujuan yang dicapai sesuai dengan standar yang telah
ditetapkan. Menurut Hasibuan (dalam mangkunegara, 2007: 17) bahwa kinerja
guru dipengaruhi oleh beberapa aspek diantaranya adalah kepemimpinan dan
motivasi.
Kepemimpinan Kepala Sekolah mempunyai peranan penting dalam
meningkatkan kinerja guru. Dalam kepemimpinan yang baik maka suatu
organisasi dapat mencapai tujuan dengan baik. Karena pemimpin merupakan
motor penggerak bagi roda kegiatan administrasi suatu organisasi. Kepemimpinan
akan membawa kearah mana suatu organisasi akan dibawa guna mencapai tujuan
yang telah ditetapkan. Kemimpinan Kepala Sekolah yang baik akan menjadikan
guru bekerja penuh semangat dan bertanggung jawab. Sehingga dapat diambil
kesimpulan Kepala Sekolah adalah salah satu komponen pendidikan yang
berpengaruh dalam meningkatkan kinerja guru.
Selain kepemimpinan Kepala Sekolah, motivasi juga mempunyai peranan
penting dalam kegiatan mengajar. Motivasi merupakan salah satu faktor yang
dapat meningkatkan kualitas pembelajaran, karena guru akan mengajar dengan
sungguh-sungguh apabila memiliki motivasi yang tinggi. Dengan motivasi akan
tumbuh dorongan untuk melakukan sesuatu dalam kaitannya dengan pencapaian
tujuan.
Adapun tujuan dan manfaat dari motivasi menurut Sowatno (2001: 147),
diantaranya sebagai berikut: mendorong gairah dan semangat kerja, meningkatkan
49
moral dan kepuasan kerja pegawai, meningkatkan produktifitas kerja pegawai,
mempertahankan loyalitas dan kestabilan pegawai perusahaan, meningkatkan
kedisiplinan dan menurunkan tingkat absensi pegawai, mengefektifan pengadaan
pegawai menciptakan hubungan kerja dan suasana yang baik, meningkatkan
kreatifitas dan partisipasi pegawai, meningkatkan kesejahteraan pegawai,
mempertinggi rasa tanggung jawab karyawan terhadap tugas-tugasnya,
menigkatkan efisiensi penggunaan alat-alat dan bahan baku, dan sebagainya.
Untuk memperjelas ketiga variabel tersebut dibawah ini digambarkan
kerangka berpikir sebagai berikut:
H1
H3
H2
Gambar 2.2 Kerangka Berpikir
Kepemimpinan Kepala Sekolah:
a. Kepribadian
b. Manajerial
c. Kewirausahaan
d. Supervisi
e. Sosial
(Permendiknas) No. 13 Tahun 2007
f.
g.
h.
i.
j.
k.
l.
m.
n.
o.
Motivasi kerja guru:
a. Tekun menghadapi tugas
b. Ulet menghadapi kesulitan
c. Menunjukkan minat terhadap
bermacam-macam masalah
d. Lebih senang bekerja mandiri
e. Cepat bosan pada tugas-tugas yang
rutin
f. Dapat mempertahankan
pendapatnya
g. Tidak mudah melepaskan hal yang
diyakini
h. Senang mencari dan memecahkan
masalah soal-soal.
(Sardiman 2006: 83)
Kinerja guru:
a. Pembuatan rencana
pembelajaran
b. Pelaksanaan
pembelajaran
c. Pelaksanaan
evaluasi
(Undang-undang
No.14 Tahun 2005)
50
2.5. Hipotesis
Hipotesis adalah suatu jawaban yang bersifat sementara terhadap
permasalahan penelitian sampai terbukti melalui data yang terkumpul. (Suharsimi
Arikunto, 1998: 67).
Rumusan hipotesis yang akan dikemukakan adalah sebagai berikut:
H1: Ada pengaruh persepsi guru mengenai kepemimpinan Kepala Sekolah
terhadap kinerja guru ekonomi SMA Kota Tegal.
H2: Ada pengaruh motivasi kerja terhadap kinerja guru ekonomi SMA Kota
Tegal.
H3: Ada pengaruh persepsi guru mengenai kepemimpinan Kepala Sekolah
dan motivasi kerja terhadap kinerja guru ekonomi SMA Kota Tegal.
51
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Populasi Penelitian
Menurut Sujana (2005: 5) populasi adalah totalitas semua nilai yang
mungkin, baik hasil menghitung maupun mengukur kualitatif maupun kuantitatif
dari karakteristik tertentu mengenai sekumpulan objek yang jelas.
Populasi dalam penelitian ini adalah semua guru ekonomi SMA Kota
Tegal, dengan rincian:
Tabel 3.1 Data Populasi Penelitian
No Nama sekolah Jumlah guru
1 SMAN 1 TEGAL 2
2 SMAN 2 TEGAL 4
3 SMAN 3 TEGAL 6
4 SMAN 4 TEGAL 4
5 SMAN 5 TEGAL 3
6 SMA NU TEGAL 2
7 SMA PIUS TEGAL 3
8 SMA AL-IRSYAD TEGAL 2
9 SMA IHSANIYAH TEGAL 2
10 SMA PANCASAKTI TEGAL 2
11 SMA MUHAMMADIYAH TEGAL 3
Jumlah 34
(Sumber: Data Penelitian 2011)
3.2 Sampel
Sampel dalam penelitian ini adalah semua guru Ekonomi SMA Kota
Tegal yang berjumlah 34 guru. Karena subjek yang ada kurang dari 100 maka
penelitian ini adalah penelitian studi populasi karena semua subjek diteliti.
51
52
3.3 Variabel Penelitian
Variabel adalah gejala-gejala yang bervariasi, misalnya jenis kelamin,
berat badan, dan sebagainya, sehingga variabel adalah objek penelitian yang
bervariasi (Arikunto, 1998: 94).
3.3.1 Variabel bebas (X)
Variabel bebas yaitu variabel yang mempengaruhi variabel lain (Arikunto, 1998:
97). Variabel bebas dalam penelitian ini ada dua yaitu persepsi guru mengenai
kepemimpinan Kepala Sekolah (X1), dan motivasi kerja (X2).
1. Kepemimpinan Kepala Sekolah
kepemimpinan Kepala Sekolah kemampuan seorang Kepala Sekolah untuk
mempengaruhi tingkah laku untuk mencapai tujuan organisasi. Kepemimpinan
kepala sekolah ini diukur dengan Permendiknas No.13 Tahun 2007 yaitu:
kepribadian, manajerial, kewirausahaan, supervisi dan social dengan
menggunakan skala pengukuran interval.
2. Motivasi kerja
Dorongan untuk melakukan sesuatu dalam kaitannya untuk pencapaian
tujuan. Motivasi ini diukur dengan pendapat sardiman 2006:83 yaitu: tekun
menghadapi tugas, ulet menghdapi kesulitan, menunjukan minat terhadap
bermacam-macam masalah, lebih senang bekerja mandiri, cepat bosan pada tugas
yang rutin, dapat mempertahankan pendapatnya, tidak mudah melepaskan hal
yang diyakini, senang mencari dan memecahkan soal-soal dengan menggunakan
skala pengukuran interval.
53
3.3.2 Variabel Terikat (Y)
Variabel terikat yaitu sejumlah gejala atau faktor yang ada atau muncul
dipengaruhi oleh variabel bebas (Arikunto, 2002: 97). Variabel terikat dalam
penelitian ini adalah kinerja guru yaitu hasil kerja atau prestasi kerja yang
dilakukan oleh seorang guru berdasarkan kemampuannya dalam melaksanakan
kegiatan belajar mengajar. Kinerja guru guru ini diukur dalam UU No.14 Th 2005
yaitu: merencanakan pembelajaran, melaksanakan proses pembelajaran, menilai
dan mengevaluasi hasil pembelajaran.
3.4 Metode Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini metode pengumpulan data yang digunakan adalah
angket atau kuesioner. Anket variabel Kepemimpinan Kepala Sekolah dan
Motivasi kerja diisi oleh semua Guru Ekonomi SMA Kota Tegal yang bejumlah
34 Guru, sedangkan Angket variable Kinerja diisi oleh Kepala Sekolah. Angket
atau kuesioner dalam penelitian ini berjumlah tiga item dengan rincian sebagai
berikut:
a. Variabel Kepemimpinan Kepala Sekolah
Jumlah kuesioner untuk Kepemimpinan Kepala Sekolah satu item
yang berisi tiga puluh lima pertanyaan penulis memodifikasi sendiri item soal
tersebut dengan acuan dari (Permendiknas) No. 13 Tahun 2007. Angket
ditujukan kepada responden yaitu semua guru ekonomi SMA Kota Tegal
yang berjumlah 34 guru. Dalam pengisian angket responden diminta untuk
54
memilih alternatif jawaban yang telah disediakan. Setelah angket disebar dan
diisi oleh responden,
kemudian angket dikumpulkan kembali. Setelah itu barulah angket diolah
guna mengetahui hasilnya.
b. Variabel Motivasi kerja
Jumlah kuesioner Motivasi kerja berjumlah satu item penulis
memodifikasi sendiri item soal tersebut dengan acuan dari teori Sardiman
(2006: 83). Angket ditujukan kepada responden yaitu sejumlah semua Guru
ekonomi SMA Kota Tegal sejumlah 34 guru. Dalam pengisian angket,
responden diminta untuk memilih alternatif jawaban yang telah disediakan.
Setelah angket disebar dan diisi oleh responden, kemudian angket
dikumpulkan kembali. Setelah itu barulah angket diolah guna mengetahui
hasilnya.
c. Variabel Kinerja Guru
Jumlah kuesioaner untuk kinerja guru berjumlah satu item yang
berisi delapan pertanyaan penulis memodifikasi sendiri item soal tersebut
dengan acuan UU No.14 Th 2005 Angket kinerja diisi oleh Kepala Sekolah
masing-masing dari 11 sekolah yang ada di Tegal. Pada Skala semantik
responden diminta untuk menjawab atau memberikan penilaian terhadap
suatau konsep atau obyek tertentu Ridwan (2002: 19). Dengan skala semantik
ini peneliti ini peneliti ingin mengetahui penilaian Kepala Sekolah terhadap
kinerja guru masing-masing sekolah.
55
3.4. Validitas dan Reliabilitas Instrumen Penelitian
3.4.1 Validitas Instrumen
Validitas adalah ukuran yang menunjukkan tingkatan-tingkatan kevalidan
atau kesahihan suatu instrumen. Suatu instrumen yang valid atau sahih
mempunyai validitas tinggi (Arikunto,1998: 160). Dalam penelitian ini validitas
yang digunakan adalah validitas internal. Validitas internal dalah validitas yang
dicapai apabila terdapat kesesuaian antara bagian-bagian instrumen secara
keseluruhan (Arikunto,1998: 138). Instrumen dikatakan valid apabila mampu
mengukur apa yang diinginkan dan dapat mengungkapkan data variabel yang
diteliti secara tepat. Caranya dengan membandingkan nilai probabilitas (p value)
dengan taraf signifikansi 5% (0,05). Berikut data hasil validitas instrumen guru
ekonomi SMA Tegal
Tabel 3.2. Hasil Analisis Validitas Instrumen
No Kriteria
1 Valid
2 Valid
3 Valid
4 Valid
5 Valid
6 Valid
7 Valid
8 Valid
9 Valid
10 Valid
11 Valid
12 Valid
13 Valid
14 Valid
15 Valid
16 Valid
17 Valid
18 Valid
56
19 Valid
20 Valid
21 Valid
22 Valid
23 Valid
24 Valid
25 Valid
26 Valid
27 Valid
28 Valid
29 Valid
30 Valid
31 Valid
32 Valid
33 Valid
34 Valid
35 Valid
36 Valid
37 Valid
38 Valid
39 Valid
40 Valid
41 Invalid
42 Invalid
43 Valid
44 Valid
45 Valid
46 Valid
47 Valid
48 Valid
49 Valid
50 Valid
51 Valid
(Sumber: Data Penelitian 2011)
Berdasarkan hasil uji statistik dengan menggunakan SPSS for windows
release12, diperoleh probabilitas (p value) untuk setiap butir instrumen
mempunyai nilai < 0,444 yang berarti valid, kecuali butir instrumen no 41 dan 42
yang tidak valid karena mempunyai probabilitas > 0,05. Untuk butir instrumen
57
yang tidak valid tidak dapat digunakan sebagai data penelitian dan diganti dengan
pertanyaan yang valid.
. Sedangkan hasil uji validitas pada responden yang sesungguhnya,
diperoleh nilai probabilitas (p value) < 0,444 untuk setiap butir instrumen,
Sehingga dapat dikatakan pernyataan pada angket tersebut valid.(Lampiran)
3.4.2 Reliabilitas
Suatu instrumen cukup dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat
pengumpulan data karena instrumen itu baik. Instrumen yang baik adalah
instrumen yang sudah reliabel yaitu yang akan menghasilkan data yang dipercaya.
Instrumen yang reliabel adalah walaupun berkali-kali diambil hasilnya tetap sama.
Jadi reliabilitas adalah sejauh mana hasil pengukuran terjadi apabila pengukuran
dilakukan pada kelompok subyek yang sama.
Pengujian reliabilitas dengan bantuan SPSS for windows release 12
menggunakan metode Cronbach’s Alpha, maka rhitung diwakili oleh nilai alpa. Jika
nilai Cronbach’s Alpha > 0,60 maka kuesioner yang diuji coba terbukti reliabel
.Berikut data hasil reliabilitas instrumen pada guru ekonomi SMA Kota Tegal.
Tabel 3.3 output spss cronbach’s alpha
Variabel Cronbach’s Alpha
Kinerja guru 0,949
Kepemimpianan Kepala Sekolah 0,982
Motivasi kerja 0,922
(Sumber: Data Penelitian 2011)
Berdasarkan hasil uji reliabilitas dengan SPSS, diperoleh angka
Cronbach’s Alpha untuk sikap (X1) sebesar 0,982, motivasi belajar (X2) sebesar
0,922 dan (Y) sebesar 0,949 dengan n= 20. Suatu konstruk atau variabel dikatakan
58
reliabel jika nilai Cronbach’s Alpha > 0,60 (Ghozali 2001: 133). Karena nilai
alpha untuk masing-masing variabel > 0,60, maka angket tersebut reliabel dan
dapat digunakan sebagai penelitian.
3.5 Metode Analisis Data
Metode analisis data adalah pengolahan data yang diperoleh dengan
menggunakan rumus atau dengan aturan-aturan yang ada sesuai dengan
pendekatan pene litian, dalam penelitian ini digunakan analisis data yang
menggunakan program komputer statistical and service soluyion (SPSS). Analisis
data dilakukan dengan tujuan untuk menguji hipotesis dalam rangka penarikan
kesimpulan. Adapun metode analisis data yang dipergunakan meliputi analisis
deskriptif dan analisis regresi.
3.5.1. Analisis Deskriptif Persentase
Analisis diskriptif adalah analisis data yang digunakan untuk
menggambarkan atau mendeskripsikan variabel penelitian secara individual,
selain itu analisis deskriptif merupakan metode yang bertujuan untuk melihat
sejauh mana variabel yang diteliti telah sesuai dengan tolok ukur yang telah
ditetapkan. Penggunaan analisis deskriptif persentase digunakan untuk
mendeskripsikan hasil persentase dari Kepemimpinan Kepala Sekolah, Motivasi
dan kinerja guru.
Penyajian hasil ini didasarkan pada distribusi frekuensi yang
memberikan gambaran mengenai distribusi subjek menurut kategori-kategori nilai
variabel. Untuk mengetahuinya berdasarkan pada nilai/skor yang telah diterapkan
untuk setiap alternatif jawaban yang tersedia dalam kuesioner.
59
Menurut Ali (1994: 188) langkah-langkah menggunakan rumus analisis
deskriptif persentase adalah sebagai berikut:
1. Menentukan persentase maksimal yaitu (5/5) x 100% = 100%
2. Menentukan persentase minimal yaitu (1/5) x 100% = 20%
3. Menentukan rentang persentase
Rentangan persentase diperoleh dengan cara mengurangi % tertinggi (100)
dengan % terendah (20) yaitu: 100% - 20% = 80%
4. Menetapkan Interval kelas persentase
Interval % diperoleh dengan cara membagi rentangan persen dengan jenjang
kriteria yaitu 80% : 5 =16%
5. Menetapkan jenjang kriteria
Dalam jenjang kriteria ini penulis mengelompokkan lima kriteria yaitu sangat
tinggi, tinggi, sedang, rendah dan sangat rendah.
Angket penelitian kepemimpinan Kepala Sekolah dan motivasi kerja dengan
51 pertanyaan, setiap guru menilai Kepala Sekolah masing-masing dengan nilai
tertinggi 5 dan terendah 1, maka memiliki persentase tertinggi/maksimum 100
(5/5x 100%) dan persentase terendah/minimal 20 (1/5x100%). Berikut ini
disajikan tabel kategori angket untuk variabel kinerja guru:
60
Tabel 3.4 Kategori Skor Kepemimpinan Kepala Sekolah dan Motivasi Kerja
(Sumber: Data Penelitian 2011)
Angket penelitian kinerja guru dengan 8 pertanyaan setiap guru dinilai
Kepala Sekolah dengan nilai tertinggi 5 dan terendah 1, maka memiliki persentase
tertinggi/maksimum 100 (5/5x100%) dan persentase terendah/minimal 20 (1/5x
100%). Berikut ini disajikan tabel kategori angket untuk variabel kinerja guru:
Tabel 3.5 Kategori Skor Kinerja guru
NO Interval Presentase Kriteria
1 84% - 100% Sangat tinggi
2 68% - 83% Tinggi
3 52% - 67% Cukup
4 36 % - 51% Rendah
5 20% - 35% Sangat rendah
(Sumber: Data Penelitian 2011)
3.5.2. Uji Asumsi klasik
Uji asumsi klasik dimaksudkan untuk mengetahui apakah model regresi
penelitian memenuhi asumsi klasik yang Best Linier Unbias Estimator (BLUE).
Uji asumsi klasik ini menguji persamaan model regresi yang dapat menghasilkan
estimator linier yang baik dan tidak bias. Uji asumsi klasik digunakan untuk
memastikan bahwa model regresi berganda yang digunakan termasuk dalam
kriteria baik atau tidak dengan cara mengujinya terlebih dahulu dengan
menggunakan uji normalitas, uji multikolineritas, uji autokorelasi, dan uji
Interval Presentasi Kriteria
84% - 100% Sangat Tinggi
68% - 83% Tinggi
52% - 67% Sedang
36 % - 51% Rendah
20% - 35% Sangat Rendah
61
heteroskedastisitas. Namun dalam penelitian ini tidak menggunakan uji
autokorelasi karena dalam penelitian ini tidak menggunakan data time series atau
data observasi yang berurutan sepanjang waktu berkaitan satu sama lain.
a. Uji Normalitas
Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi
variabel terikat dan variabel bebas keduanya mempunyai distribusi normal atau
tidak. Model regresi yang baik adalah memiliki distribusi data normal atau
mendekati normal (Ghozali 2001: 110)
Proses uji normalitas data dilakukan dengan memperhatikan grafik
diagram dan penyebaran data (titik-titik) pada normal P-Plot of Regression
Standardzed Residual dari variabel-variabel independen dimana:
1. Jika data menyebar disekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal, atau
grafik histogramnya menunjukkan pola distribusi normal, maka model regresi
memenuhi asumsi normalitas.
2. Jika data menyebar jauh dari garis diagonal dan atau tidak mengikuti garis diagonal,
atau grafik histogaram tidak menunjukkan pola distribusi normal, maka model regresi
memenuhi asumsi normalitas.
b. Uji Multikolinieritas
Uji persamaan selanjutnya adalah uji multikolinieritas untuk mengetahui
ada tidaknya korelasi di antara sesama variabel bebas. Model regresi dalam
penelitian ini dapat memenuhi syarat apabila tidak terjadi multikolinieritas atau
adanya korelasi di antara variabel bebas (Santosa 1999: 293). Pengujian
multikolinieritas ini dapat dilihat dari nilai variance inflatio factor (VIF). Antara
62
variabel bebas dikatakan multikolinieiritas apabila toleransinya < 0,1 dan VIF >
10.
c. Uji Heteroskedastisitas
Secara grafis dapat dilihat dari multivariate standardized Scatterplot. Dasar
pengambilannya apabila sebaran nilai residual terstandar tidak membentuk pola
tertentu namun tampak random dapat dikatakan bahwa model regresi bersifat
homogen atau tidak mengandung heteroskedastisitas.
3.5.3. Analisis Inferensial
Analisis statistik inferensial yang dipakai dalam penelitian ini adalah
statistik parametrik dengan menggunakan analisis regresi berganda. Sebelum
dilakukan analisis data dengan regresi linier berganda perlu terlebih dahulu di uji
syarat-syarat dalam analisis tersebut yaitu uji linieritas garis regresi
Persamaan Regresi Berganda dari variabel-variabel dapat dirumuskan
sebagai berikut:
Keterangan:
Y : Kinerja Guru DP3
α : Konstanta
β1β2 : Koefisien X1 X2
X1 : Kepemimpinan Kepala Sekolah
X2 : Pendidikan dan pelatihan
E : Error 3.5.4. Uji Hipotesis
a. Uji Parsial (Uji t)
Digunakan untuk mengetahui seberapa jauh pengaruh suatu variabel
independent. Bila jumlah degree of freedom (df) adalah 20 atau lebih dan derajat
kepercayaan 5% maka Ho menyatakan bi = 0 dapat ditolak dengan nilai t lebih
besar dari 2 (dalam nilai absolute). Dengan kata lain menerima hipotesis
Y = α + β1X1 +β2X2+e
63
alternatif yang menyatakan bahwa suatu variabel independent secara individual
mempengaruhi variabel dependen. Membandingkan nilai t statistik dengan titik
kritis menurut tabel T hitung > t tabel, menerima hipotesis alternatif yang
menyatakan bahwa suatu variabel independen secara individual mempengaruhi
variabel dependen.
b. Uji Simultan (Uji F)
Uji ini dilakukan untuk mengetahui apakah semua variabel bebas
mempunyai pengaruh yang sama terhadap variabel terikat. Untuk membuktikan
kebenaran hipotesis digunakan uji distribusi F dengan cara membandingkan antara
nilai F hitung dengan F tabel. Apabila perhitungan F hitung >F tabel atau p value
< 0,05 maka Ho ditolak sehingga dapat dikatakan bahwa variabel bebas dari
regresi dapat menerangkan variabel terikat secara serentak. Sebaliknya jika F
hitung < F tabel maka Ho diterima sehingga dapat dikatakan bahwa variabel
bebas tidak mampu menjelaskan variabel terikat
64
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1. Hasil Penelitian
4.1.1. Deskripsi Kinerja Guru
Variabel kinerja guru diperoleh dari angket penelitian dengan jumlah
pertanyaan sebanyak 8 butir yang diambil dari UU No.14 Th 2005. Masing-
masing butir pertanyaan memiliki 1 sampai 5 alternatif jawaban, yaitu tinggi
dengan poin 5 dan yang rendah dengan poin 1. Untuk angket penelitian kinerja
guru memiliki skor tertinggi/maksimum 40 (5 x 8) yaitu 8 soal dengan skor
maksimal tiap soal 5 dan setiap guru ekonomi dinilai Kepala Sekolah masing-
masing Kepala Sekolah, skor terendah/minimal 8 (1 x 8) yaitu 8 soal dengan skor
minimal tiap soal 1. Kategori penilaian skor untuk variabel kinerja guru ada 5
alternatif yaitu sangat tinggi, tinggi, cukup, rendah, sangat rendah.
Dalam perhitungan analisis deskriptif persentase kinerja guru diperoleh
data sebagai berikut:
Tabel 4.1 Distribusi Variabel Kinerja Guru
Interval Kriteria Frekuensi Persentase
84% - 100% Sangat tinggi 9 26,47%
68% - 83% Tinggi 18 52,94%
52% - 67% Cukup 7 20,59%
36 % - 51% Rendah 0 0%
20% - 35% Sangat rendah 0 0%
Interval 34 100%
(Sumber: Data Penelitian 2011)
64
65
Untuk dapat lebih mengilustrasikan kondisi tersebut, berikut disajikan
histogram mengenai variabel kinerja guru:
Gambar 4.1 Diagram Distribusi Kinerja Guru
Dari tabel dan histogram diatas menunjukkan informasi bahwa kinerja
guru dalam kategori sangat tinggi yaitu sebesar 26,47% atau sejumlah 9, kinerja
guru dalam kategori tinggi yaitu sebesar 52,94 % atau sejumlah 18, kinerja guru
dalam kategori sedang sebesar 0% atau sejumlah 0 dan sisanya kinerja guru dalam
kategori rendah sebesar 0% atau sejumlah 0. Dari hasil ini menunjukkan bahwa
secara umum kinerja guru ekonomi SMA Kota Tegal dalam kategori tinggi.
4.1.2 Deskripsi Kepemimpinan Kepala Sekolah
Data tentang Persepsi Kepemimpinan Kepala Sekolah diperoleh dari
angket yang berisi 35 pertanyaan. Berdasarkan hasil penelitian deskripsi
persentase kepemimpinan Kepala Sekolah termasuk dalam kategori tinggi. Dalam
66
perhitungan analisis deskriptif persentase kepemimpinan Kepala Sekolah
diperoleh data sebagai berikut:
Tabel 4.2 Distribusi Variabel Kepemimpinan Kepala Sekolah
Interval Kriteria Frekuensi Persentase
84% - 100% Sangat Tinggi 10 29,41%
68% - 83% Tinggi 19 55,88%
52% - 67% Sedang 5 14,71%
36 % - 51% Rendah 0 0%
20% - 35% Sangat Rendah 0 0%
Jumlah 34 100%
(Sumber: Data Penelitian 2011)
Untuk dapat lebih mengilustrasikan kondisi tersebut, berikut disajikan
histogram mengenai variabel kepemimpinan Kepala Sekolah:
0.00%
10.00%
20.00%
30.00%
40.00%
50.00%
60.00%
SangatTinggi
Tinggi Sedang Rendah SangatRendah
29.41%
55.88%
14.71%
0.00% 0.00%
Kepemimpinan Kepala Sekolah
Gambar 4.2 Diagram Distribusi Kepemimpinan Kepala Sekolah
Dari tabel dan histogram di atas menunjukkan informasi bahwa persepsi
kepemimpinan Kepala Sekolah dalam kategori sangat tinggi sebesar 29,41% atau
sejumlah 10, persepsi kepemimpinan Kepala Sekolah dalam kategori tinggi
sebesar 55,88% atau sejumlah 19, persepsi kepemimpinan Kepala Sekolah dalam
kategori sedang sebesar 14,71% atau sejumlah 5, persepsi kepemimpinan Kepala
67
Sekolah dalam kategori sangat rendah sebesar 0% atau sejumlah 0 dan persepsi
kepemimpinan Kepala Sekolah dalam kategori sangat rendah sebesar 0% atau
sejumlah 0. Dari hasil ini menunjukkan bahwa secara umum kinerja guru ekonomi
SMA Kota Tegal dalam kategori tinggi, hal ini menunjukkan bahwa Kepala
Sekolah sudah melaksanakan tugasnya dengan baik meskipun secara keseluruhan
belum maksimal.
4.1.3 Deskripsi Motivasi kerja
Data tentang motivasi kerja diperoleh dari angket yang berisi 15
pertanyaan. Masing-masing butir pertanyaan memiliki 1 sampai 5 alternatif
jawaban, yaitu tinggi dengan poin 5 dan yang rendah dengan poin 1. Untuk
angket penelitian motivasi kerja guru memiliki skor tertinggi/maksimum 75 (5 x
15) yaitu 15 soal dengan skor maksimal tiap soal 5, skor terendah/minimal 15 (1 x
15) yaitu 15 soal dengan skor minimal tiap soal 1. Berdasarkan hasil penelitian
deskripsi persentase motivasi kerja, persentase termasuk dalam kategori tinggi
Kategori penilaian skor untuk variabel kinerja guru ada 5 alternatif yaitu sangat
tinggi, tinggi, cukup, rendah, sangat rendah.
Dalam perhitungan analisis deskriptif persentase motivasi kerja diperoleh
data sebagai berikut
Tabel 4.3 Distribusi Variabel Motivasi Kerja
Interval Kriteria Frekuensi Persentase
84% - 100% Sangat Tinggi 13 38,24%
68% - 83% Tinggi 14 41,18%
52% - 67% Sedang 5 14,71%
36 % - 51% Rendah 1 2,94%
20% - 35% Sangat Rendah 1 2,94%
Jumlah 34 100%
(Sumber: Data Penelitian 2011)
68
Untuk dapat lebih mengilustrasikan kondisi tersebut, berikut disajikan
histogram mengenai variabel Motivasi Kerja:
Gambar 4.3 Diagram Distribusi Motivasi kerja
Dari tabel dan histogram diatas menunjukkan informasi bahwa motivasi
kerja dalam kategori sangat tinggi sebesar 38,24% atau sejumlah 13, motivasi
kerja dalam kategori tinggi sebesar 41,18% atau sejumlah 14, motivasi kerja
dalam kategori sedang sebesar 14,71% atau sejumlah 5, motivasi kerja dalam
kategori rendah sebesar 2,94% atau sejumlah 1 dan motivasi kerja dalam kategori
sangat rendah sebesar 2,94% atau sejumlah 1. Dari hasil ini menunjukkan bahwa
secara umum motivasi kerja guru ekonomi SMA Kota Tegal dalam kategori
tinggi. Hal ini menunjukkan bahwa guru dalam melaksanakan tugasnya sudah
mempunyai motivasi tinggi, meskipun secara keseluruhan belum maksimal.
4.2. Uji Asumsi Klasik
4.2.1. Uji Normalitas Data
Pengujian normalitas data adalah untuk mengetahui apakah dalam model
statistik variabel penelitian mempunyai distribusi data yang normal atau tidak
69
normal. Proses uji normalitas data dilakukan dengan memperhatikan grafik
diagram dan penyebaran data (titik-titik) pada normal P-Plot of Regression
Standardzed Residual dari variabel-variabel independen dimana:
1. Jika data menyebar disekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal,
atau grafik histogramnya menunjukkan pola distribusi normal, maka model
regresi memenuhi asumsi normalitas.
2. Jika data menyebar jauh dari garis diagonal dan atau tidak mengikuti garis
diagonal, atau grafik histogaram tidak menunjukkan pola distribusi normal,
maka model regresi memenuhi asumsi normalitas.Hasil uji normalitas dapat
dilihat sebagai berikut:
Histogram
Dependent variable: kinerja guru
Gambar 4.4 Grafik histogram Kurve Uji Normalitas Data
Normal P-P Plot of Regresion Standardized Residual
Dependent variable: Kinerja Guru
70
Gambar 4.5 P-P Plot Kenormalan Data
Terlihat bahwa titik-titik yang berbentuk mendekati garis diagonal, yang
berarti data berdistribusi normal. Di samping itu dari hasil uji kolmogorov-
Smirnov juga diperoleh nilai signifikansi > 0,05 yang berarti bahwa data semua
variabel berdistribusi normal. Nilai signifikansi untuk semua variabel 0,895 >
0,05 yang berarti bahwa data berdistribusi normal. Untuk lebih jelasnya dapat
dilihat pada tabel 4.4 di bawah ini:
Tabel 4.4 Hasil Uji Normalitas Data
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
34
.0000000
2.40726322
.154
.090
-.154
.895
.399
N
Mean
Std. Deviation
Normal Parametersa,b
Absolute
Positive
Negative
Most Extreme
Differences
Kolmogorov-Smirnov Z
Asymp. Sig. (2-tailed)
Unstandardiz
ed Residual
Test distribution is Normal.a.
Calculated from data.b.
(Sumber: Data Penelitian 2011)
4.2.2. Multikolinieritas
Uji multikolinieritas digunakan untuk mengetahui apakah ada hubungan
yang sempurna antar variabel bebas. Salah satu cara untuk mengetahui ada
71
tidaknya multikolinieritas pada suatu model adalah dengan melihat nilai yang
dipakai untuk menandai adanya faktor multikolinieritas. Nilai yang dipakai adalah
nilai tolerance >0,1 atau VIP < 10 maka dapat diartikan bahwa tidak ada
multikolinieritas pada model regresi dan sebaliknya nilai tolerance <0,1 dan nilai
VIF > 10 maka terjadi multikolinieritas.
Tabel 4.5 Besaran Nilai Toleransi dan Variance Inflatiator Factor (VIF)
Coefficientsa
.817 .540 .318 .437 2.291
.808 .512 .296 .437 2.291
Kepemimpinan
Kepala Sekolah
Motivasi kerja
Model
1
Zero-order Partial Part
Correlations
Tolerance VIF
Collinearity Statistics
Dependent Variable: Kinerja Gurua.
(Sumber: Data Penelitian 2011)
Terlihat dari tabel 4.5 nilai toleransi dari masing-masing variabel bebas
adalah 0,437 > 0,1 dan nilai VIF adalah 2,291 < 10, sehingga dapat disimpulkan
bahwa model regresi tidak mengandung multikolinieritas.
4.2.3. Uji Heteroskedastisitas
Model regresi selain harus berdistribusi normal dan tidak mengandung
multikolinieritas juga harus memenuhi syarat tidak adanya heterokedastisitas.
Pengujian heterokedastisitas dapat dilihat dari scatter plot, apabila titik-titik yang
membentuk suatu pola tertentu yang teratur berarti mengandung
heteroskedastisitas. Sebaliknya apabila titik-titik yang berbentuk tidak teratur dan
berada diatas dan dibawah angka nol pada sumbu vertikal, dapat disimpulkan
bahwa regresi tidak mengandung heteroskedastisitas.
Scratterplot
Dependent Variable: Kinerja Guru
72
Gambar 4.6 Scatterplot
Terlihat pada gambar 4.6 ternyata titik-titik tersebut tidak teratur dan tidak
membentuk pola yang teratur, serta berada diatas maupun dibawah angka nol
sumbu vertikal, yang berarti model regresi tidak mengandung heteroskedastisitas.
Dari uji asumsi klasik di atas, dapat disimpulkan bahwa model regresi
yang diperoleh efektif untuk menyatakan pengaruh persepsi Kepemimpinan
Kepala Sekolah dan Motivasi kerja terhadap Kinerja guru ekonomi SMA Kota
Tegal.
4.3. Hasil Analisis Inferensial
Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah statistik
parametrik dengan menggunakan analisis regresi berganda. Ada tiga hipotesis
yang diajukan dalam penelitian ini yaitu ada pengaruh dari masing-masing dari
dua variabel bebas (Persepsi Kepemimpinan Kepala Sekolah dan motivasi kerja)
terhadap kinerja guru ekonomi SMA Kota Tegal.
Analisis regresi ini digunakan untuk mengetahui bentuk pengaruh antara
kepemimpinan Kepala Sekolah dan motivasi kerja terhadap kinerja guru secara
73
simultan dan parsial apakah masing-masing variabel bebas berpengaruh secara
signifikan terhadap variabel terikat. Berdasarkan hasil perhitungan menggunakan
bantuan komputer program SPSS for Windows Release 12.00 diperoleh hasil
seperti terlihat dalam tabel.
Tabel 4.6 Koefisien Regresi
Model
1
(Constant) X1 X2
Unstandardized Coefficients
B 2.623 .116 .199
Std. Error 2.951 .032 .060
Standardized Coefficients Beta .481 .447
T .889 3.569 3.320
Sig. .381 .001 .002
Correlations Zero-order .817 .808
Partial .540 .512
Part .318 .296
Collinearity Statistics Tolerance .437 .437
VIF 2.291 2.291
a Dependent Variable: Y
Berdasarkan tabel 4.6 menunjukkan yang diperoleh yaitu: Y = 2,623 +
0,116 X1 + 0,199 X2. Persamaan regresi tersebut mempunyai makna sebagai
berikut:
1. Konstanta = 2,623
Jika variabel persepsi kepemimpinan Kepala Sekolah dan motivasi kerja tidak
ada, maka kinerja guru ekonomi akan menjadi sebesar 2,623
2. Koefisien X1 (kepemimpinan Kepala Sekolah) = 0,116
Jika kepemimpinan Kepala Sekolah mengalami peningkatan sebesar 1 poin
sementara motivasi kerja tetap, maka akan menyebabkan kenaikan kinerja guru
sebesar 0,116
74
3. Koefisien X2 (motivasi kerja) = 0,199
Jika motivasi kerja mengalami kenaikan sebesar 1 poin sementara
kepemimpinan Kepala Sekolah tetap, maka akan menyebabkan kenaikan
kinerja guru sebesar 0,199
4.4. Uji Hipotesis
4.4.1. Pengujian Hipotesis Secara Parsial (Uji t)
Pengujian hipotesis secara parsial ini dimaksudkan untuk menguji
keberartian pengaruh masing-masing variabel bebas yaitu persepsi kepemimpinan
Kepala Sekolah (X1), motivasi kerja (X2) terhadap kinerja guru ekonomi (Y)
pengaruh kepemimpinan Kepala Sekolah terhadap kinerja guru
1. Pengaruh Kepemimpinan Kepala Sekolah terhadap Kinerja Guru
Berdasarkan perhitungan pada lampiran dan terangkum pada tabel 4.6 di
atas menunjukkan bahwa untuk variabel persepsi kepemimpinan Kepala Sekolah
diperoleh thitung 3.569 dengan signifikansi 0,001. Karena nilai signifikansi < level
of signifikan (0,05) dapat disimpulkan bahwa secara parsial persepsi
kepemimpinan Kepala Sekolah berpengaruh terhadap kinerja guru ekonomi.
Dengan demikian, hipotesis yang berbunyi ada pengaruh positif mengenai
persepsi kepemimpinan Kepala Sekolah terhadap kinerja guru ekonomi SMA
Kota Tegal. Besarnya pengaruh kepemimpinan kepala sekolah dapat dilihat dari r2
yaitu sebesar 0,2916 atau 29,16% yang merupakan penguadratan dari 0,540.
Dengan demikian bersarnya pengaruh kepemimpinan kepala sekolah terhadap
kinerja guru sebesar 29,16%.
75
2. Pengaruh Motivasi Kerja terhadap Kinerja Guru
Berdasarkan perhitungan pada lampiran dan terangkum pada tabel 4.6 di
atas menunjukkan bahwa untuk variabel motivasi kerja diperoleh thitung 3.320
dengan signifikansi 0,002. Karena nilai signifikansi < level of signifikan (0,05)
dapat disimpulkan bahwa secara parsial motivasi kerja berpengaruh terhadap
kinerja guru ekonomi. Hipotesis yang berbunyi ada pengaruh positif motivasi
kerja terhadap kinerja guru ekonomi SMA Tegal. Besarnya pengaruh motivasi
kerja dapat dilihat dari r2 yaitu sebesar 0,2621 atau 26,21% yang merupakan
penguadratan dari 0,512. Dengan demikian bersarnya pengaruh kepemimpinan
kepala sekolah terhadap kinerja guru sebesar 26,21%.
4.4.2. Uji Simultan
Pengujian hipotesis secara simultan dimaksudkan untuk menguji
keberartian pengaruh secara bersama-sama atau simultan dari variabel bebas
terhadap variabel terikat, yaitu pengaruh persepsi kepemimpinan Kepala Sekolah
dan motivasi kerja terhadap kinerja guru ekonomi SMA Kota Tegal.
Berdasarkan hasil penelitian dan perhitungan yang dilakukan dengan
menggunakan bantuan komputer program SPSS for Windows Release 12.00
didapat hasil seperti yang tercantum dalam tabel 4.7 berikut:
Tabel 4.7 Hasil Uji Simultan
ANOVAb
587.150 2 293.575 47.590 .000a
191.232 31 6.169
778.382 33
Regression
Residual
Total
Model
1
Sum of
Squares df Mean Square F Sig.
Predictors: (Constant), Motivasi kerja, Kepemimpinan Kepala Sekolaha.
Dependent Variable: Kinerja Gurub.
(Sumber: Data Penelitian 2011)
76
Tabel 4.7 menunjukkan nilai F hitung sebesar 47,590 dengan signifikansi
0.00 karena signifikansi yang diperoleh kurang dari 0,05 maka dapat disimpulkan
bahwa nilai F hitung yang diperoleh tersebut signifikan. Sehingga hipotesis yang
diuji dalam penelitian ini yaitu “ ada pengaruh persepsi kepemimpinan Kepala
Sekolah dan motivasi kerja terhadap kinerja guru ekonomi SMA Kota Tegal”
diterima.
Besarnya pengaruh persepsi kepemimpinan Kepala Sekolah dan motivasi
kerja terhadap kinerja guru dapat dilihat dari nilai R2. Berdasarkan perhitungan
dengan menggunakan bantuan SPSS 12.00 diperoleh hasil seperti yang tercantum
dalam tabel 4.8 sebagai berikut:
Tabel 4.8 Koefisien Determinasi Simultan
Model Summaryb
.869a .754 .738 2.48370 .000
Model
1
R R Square
Adjusted
R Square
Std. Error of
the Estimate Sig. F Change
Change
Statistics
Predictors: (Constant), Motivasi kerja, Kepemimpinan Kepala Sekolaha.
Dependent Variable: Kinerja Gurub.
(Sumber: Data Penelitian 2011)
Berdasarkan tabel 4.8 tersebut didapat nilai adjusted R2 sebesar 0,738 atau
73,8%. Dengan demikian besarnya pengaruh persepsi kepemimpinan Kepala
Sekolah dan motivasi kerja terhadap kinerja guru ekonomi SMA Kota Tegal
sebesar 73,8% dan sisanya 26,2% dipengaruhi oleh faktor lain yang tidak dikaji
dalam penelitian ini.
77
4.5. Pembahasan
a. Kepemimpinan Kepala Sekolah
Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada pengaruh secara parsial antara
Kepemimpinan Kepala Sekolah terhadap kinerja guru ekonoomi SMA Kota Tegal
yang ditunjukkan dengan diperolehnya t hitung sebesar 3.569 dengan signifikasi
0,001. Besarnya pengaruh kempmimpinan kepala sekolah terhadap kinerja guru
SMA Kota Tegal adalah sebesar 29,16%. Dengan demikian menunjukkan bahwa
kepemimpinan kepala sekolah yang baik akan mendukung kinerja guru yang
optimal.
Berdasarkan deskripsi data penelitian ini menunjukkan bahwa
kepemimpinan Kepala Sekolah di SMA Kota Tegal telah baik. Hal tersebut
ditunjang oleh kepribadian, kemampuan manajerial dan kemampuan
kewirausahaan Kepala Sekolah yang telah sangat baik. Di sisi lain, walaupun
kepemimpinan Kepala Sekolah di SMA Kota Tegal tersebut telah baik, akan
tetapi ada beberapa hal yang masih perlu diperhatikan kembali terkait dengan
kemampuannya dalam melakukan supervisi dan kemampuannya dalam menjalin
hubungan sosial yang saat ini baru dalam kategori baik.
b. Motivasi kerja guru
Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada pengaruh secara parsial antara
motivasi kerja guru terhadap kinerja guru ekonoomi SMA Kota Tegal yang
ditunjukkan dengan diperolehnya t hitung sebesar 3.320 dengan signifikasi 0,002.
Besarnya pengaruh motivasi kerja guru terhadap kinerja guru SMA Kota Tegal
78
adalah sebesar 26,21%. Dengan demikian menunjukkan bahwa motivasi kerja
guru yang baik akan mendukung kinerja guru yang optimal.
Berdasarkan análisis deskriptif motivasi kerja Guru ekonomi di SMA Kota
Tegal sudah baik, hal ini dalam rangka pelaksanaan tugas dan tanggung jawabnya
sebagai seorang pendidik di sekolah. Akan tetapi masih ditemukan beberapa guru
yang memiliki kreatifitas dan keyakinan dalam kategori sedang ataupun kurang.
Hal tersebut dapat dilihat dari penggunaan metode dan media mengajar yang
monoton serta keuletan guru dalam mempertahankan ide atau gagasan yang
dianggap benar guna kemajuan sekolah yang masih kurang. Selain itu guru di
SMA Kota Tegal juga masih jarang yang berani memberikan kritik atau saran atas
kebijakan sekolah yang dianggapnya kurang relevan dan dapat menghambat
kemajuan sekolah.
c. Pengaruh persepsi kempemimpinan kepala sekolah dan motivasi
kerja guru terhadap kinerja guru SMA Kota Tegal.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada pengaruh secara simultan antara
Kepemimpinan Kepala Sekolah dan motivasi kerja guru terhadap kinerja guru
ekonoomi SMA Kota Tegal yang ditunjukkan dengan diperolehnya t hitung
sebesar 3.569 dengan signifikasi 0,001. Besarnya pengaruh kempmimpinan kepala
sekolah terhadap kinerja guru SMA Kota Tegal adalah sebesar 73,8% dan sisanya
26,2% dipengaruhi oleh faktor lain yang tidak dikaji dalam penelitian ini.
Diantara variabel kepemimpinan Kepala Sekolah dan motivasi kerja guru
ternyata kepemimpinan kepala sekolah memberikan pengaruh paling dominan
terhadap kinerja guru. Kondisi tersebut sangatlah Kepemimpinan Kepala Sekolah
79
merupakan salah satu faktor yang dapat mendorong sekolah untuk dapat
mewujudkan visi, misi, tujuan dan sasaran sekolah melalui pelaksanaan program-
program secara terencana dan bertahap. Oleh karena itu, Kepala Sekolah dituntut
mempunyai kemampuan manajemen dan kepemimpinan yang baik dan memadai
sehingga dapat menghasilkan inisiatif dan prakarsa untuk meningkatkan mutu
sekolah.
Berdasarkan análisis deskriptif tampak bahwa persepsi kepemimpinan
kepala sekolah termsuk dalam kategori baik, motivasi kerja guru termasuk dalam
kategori baik, dan kinerja guru termasuk baik. Dengan demikian Kepemimpinan
Kepala Sekolah yang baik dan ditunjuang dengan motivasi kerja guru yang baik
maka akan menghasilkan kinerja guru yang baik.
80
BAB V
PENUTUP
5.1 Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasannya, maka dapat diambil
suatu simpulan sebagai berikut :
a. Kepemimpinan Kepala Sekolah secara parsial berpengaruh signifikan
terhadap kinerja guru ekonomi SMA Kota Tegal.
b. Motivasi kerja secara parsial berpengaruh signifikan terhadap kinerja guru
ekonomi SMA Kota Tegal.
c. Secara berasama-sama kepemimpinan Kepala Sekolah dan motivasi kerja
berpengaruh secara signifikan terhadap kinerja guru ekonomi SMA Kota
Tegal.
5.2 Saran
Berdasarkan temuan hasil penelitian sebagaimana telah diuraikan dalam
kesimpulan, maka selanjutnya peneliti menyampaikan saran sebagai berikut:
a. Perlu adanya peningkatan kinerja guru di bidang prestasi kerja sehingga
guru mempunyai prestasi kerja yang lebih menonjol bukan hanya sekedar
pintar dalam melaksanakan proses belajar mengajar saja, sehingga
kinerjanaya juga akan meningkat. Selain itu Pemerintah juga perlu
membantu lembaga yang disepakati bersama yang bertugas menilai dan
mengawasi kinerja seorang guru. Dengan adanya sistem pengawasan maka
80
81
setiap guru akan selalu berusaha meningkatakan kualitas kinerjanaya
menjadi lebih baik yang pada akhirnya akan meningkatkan kualitas
pendidikan di Indonesia.
b. Ada beberapa guru yang mempunyai persepsi tentang Kepala Sekolah
termasuk dalam kategori rendah, maka kepemimpinan Kepala Sekolah
perlu ditingkatkan dengan cara mengikuti pendididikan dan pelatihan
manajerial sehigga dapat menciptakan kepemimpinan yang efektif.
c. Guru ekonomi hendaknya lebih termotivasi dirinya dalam pelaksanaan
tugas dan tanggung jawabnya yang lebih efektif dengan meningkatkan
kreativitasnya dalam mengajar melalui penggunaan metode dan media
mengajar yang lebih bervariasi sesuai pokok bahasan yang diajarkan.
Selain itu usaha untuk mempertahankan keyakinannya atas segala ide atau
gagasan untuk memajukan sekolah selama itu dipandang benar dapat
dilaksanakan secara riil.
82
DAFTAR PUSTAKA
Anoraga, Pandji. 1998. Psikologi Kerja. Jakarta.: Rineka Cipta.
Anwar, Idochi. 1990. Kepemimpinan dalam proses belajar mengajar. Bandung :
angkasa.
Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur penelitian. Jakarta : PT asdi mahatsya.
Ghozali, Imam. 2005. Analisis Multivariate dengan Program SPSS. Semarang:
Badan Penerbit UNDIP.
Hamka, Muhammad. 2002. Hubungan Antara Persepsi Terhadap Pengawasan
Kerja dengan Motivasi Berprestasi. Tesis. Surakarta: Universitas
Muhammadiyah Fakultas Psikologi.
Handoko, Hani. 1995. Manajemen Personalia dan Sumber Daya Manusia.
Yogyakarta:BPFE.
http://smp1rangkasbitung.wordpress.com/2009/04/07/peranan-dan-tugas-kepala-
sekolah-dan-guru/
http://www.damandiri.or.id/file/muzaqiunairbab4.pdf
http://www.depdiknas.go.id/
http://www.depdiknas.go.id/produk_hukum/.../permen_12_2007.pdf
http://www.depdiknas.go.id/publikasi/balitbang/075/j75_07.pdf
http://www.pelita.or.id/cetakartikel.php?id=76266
http://www.scribd.com/doc/2591271/Undangundang-Guru-dan-Dosen
http://www.unila.ac.id/~fmipa-math/depan/ruu.html
Kemala, Raj. (2008). Principals instructional leadership roles and effect on
Teachers job performance : A case study of secondary schools in Asaba
Metropolis, Delta State, Nigeria. Available
http://epaa.asu.edu/epaa/v10n37/.
Kurniati, Laeli. 2008. Pengaruh Supervisi Kepala Sekolah dan Motivasi Kerja
terhadap Kinerja Guru di SMK Negeri 1 Purbalingga. Semarang : FE
UNNES.
82
83
Lazurd, Soewadji. 1988. Kepala sekolah dan tanggung jawabnya. Yogyakarta :
Kanisius.
Mangkunegara, Anwar prabu. 2007. Evaluasi kinerja SDM. Bandung : PT Refika
Aditama.
Mulyasa, E. 2004. Menjadi Kepala Sekolah Profesional dalam Konteks
Menyukseskan MBS dan KBK. Bandung : PT Remaja Rosdakarya.
Ololube. (2005). Teachers Job Satisfaction and Motivation for School Effect
iveness: An Assessment Nwachukwu. University of Helsinki Finland.
Available http://epaa.asu.edu/ epaa/v10n12.html
Rivai, Veithzal. 2005. Performance appraisal. Jakarta : PT RajaGrafindo Persada.
Robbins, Stephen P. 2008. Perilaku organisasi. Jakarta : Selemba Empat.
Sardiman, 2007. Interaksi dan motivasi belajar mengajar. Jakarta : PT
RajaGrafindo Persada.
Sugiyono. 2005. Statistika Untuk Penelitian, Bandung : Alfabeta.
Supriadi, D. 1998. Mengangkat Citra dan Martabat Guru. Yogyakarta : Adicita
Karya Nusa.
Tilaar. 1997. Pengembangan sumber daya manusia dalam era globalisasi. Jakarta
: PT Grasindo.
Triningsih, (2006). Pengaruh Motivasi Kerja dan Lingkungan Kerja Terhadap
Kepuasan Kerja Guru dan Karyawan SMP Negeri 30 Semarang.
Usman, Uzer. 1990. Menjadi guru profesional. Bandung : PT Remaja Rosdakarya
Semarang : FE UNNES.
84
KISI-KISI ANGKET PENELITIAN
PENGARUH KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH DAN MOTIVASI
KERJA TERHADAP KINERJA GURU AKUNTANSI/EKONOMI SMA
DI KOTA TEGAL
NO INDIKATOR NO ITEM JML
1.
2.
3
Kepemimpinan kepala sekolah (X1)
(Permendiknas) No. 13 Tahun 2007
A. Kepribadian
B. Manajerial
C. Kewirausahaan
D. SupervisI
E. Sosial
Motivasi (X2)
(Sardiman 2006:83)
A. Ketekunan
B. Ulet
C. Minat
D. Kemandirian
E. Cepat bosan terhadap tugas-tugas
yang rutin
F. Dapat mempertahankan
pendapatnya
G. Tidak mudah melepaskan hal
yang diyakini
H. Senang mencari dan memecahkan
masalah
Kinerja guru (Y)
(Undang-undang No.14 Th 2005)
A. Pembuatan Rencana Pembelajaran
B. Pelaksanaan Pembelajaran
C. Pelaksanaan Evaluasi
1,2,3,4,5,6,7,8
9,10,11,12,13,14,15,
16,17,18,19,20,21,22
,23,24
25,26,27,28,29
30,31,32
33,34,35
36,37
38,39
40,41
42,43
44,45
46,47
48,49
50,51
51, 52
53, 54, 55
56, 57, 58, 59
8
16
5
3
3
2
2
2
2
2
2
2
2
2
3
4
85
IDENTITAS RESPONDEN
Nama :
Nip :
Jabatan :
PETUNJUK PENGISIAN ANGKET
Mohon Bpk/Ibu memeberi tanda Check list (√) pada salah satu alternatif jawaban
pernyataan dibawah ini sesuai dengan keadaan yang sebenarnya
SS : sangat setuju
S : setuju
RR : ragu-ragu
TS : tidak setuju
STS: sangat tidak setuju
A. KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH
NO PERNYATAAN SS S RR TS STS
Kepemimpinan Kepala Sekolah
A. Kepribadian 1 Kepala sekolah saya rajin beribadah dan menjadi
teladan di sekolah.
2 Kepala sekolah saya berperilaku sabar di
sekolah
3 Kepala sekolah saya bersifat pemaaf di sekolah
4 Kepala sekolah saya memiliki integritas
kepribadian sebagai pemimpin di sekolah
5 Kepala sekolah saya selalu menginstropeksi diri
sehingga dapat menjadi lebih baik di sekolah
6 Kepala sekolah saya bersikap terbuka dalam
melaksanakan tugas di sekolah
7 Kepala sekolah saya dapat mengendalikan diri
dalam menyelesaikan masalah di sekolah
8 Kepala sekolah saya memiliki bakat dan minat
jabatan sebagai pemimpin pendidikan di sklah
86
B. Manajerial SS S RR TS STS
9 Kepala Sekolah saya menyusun perencanaan
sekolah untuk berbagai tingkat perencanaan di
sekolah
10 Kepala Sekolah saya mengembangkan
organisasi sekolah sesuai dengan kebutuhan di
sekolah
11 Kepala Sekolah saya memimpin sekolah dalam
rangka pendayagunaan sumber daya sekolah
secara optimal di sekolah
12 Kepala Sekolah saya mengelola perubahan dan
mengembangkan sekolah menuju organisasi
pembelajar yang efektif
13 Kepala Sekolah saya menciptakan budaya dan
iklim sekoalah yang kondusif dan inovatif bagi
pembelajaran peserta didik.
14 Kepala sekolah saya mengelola guru dan staf
dalam rangka pendayagunaan sumber daya
manusia secara optimal
15 Kepala sekolah mengelola sarana dan prasarana
sekolah dalam rangka pendayagunaan secara
optimal
16 Kepala sekolah saya mengelola hubungan
sekolah dan masyarakat dengan baik
17 Kepala sekolah saya mengelola peserta didik
dalam rangka penerimaan peserta didik baru,
penempatan dan pengembangan kapasitas
perserta didik
18 Kepala sekolah saya mengelola pengembangan
kurikulum dan kegiatan pembelajaran sesuai
dengan arah dan tujuan pendidikan nasional
19 Kepala sekolah saya mengelola keuangan
sekolah sesuai prinsip pengelolan yang
akuntabel, transparan dan efisien
20 Kepala sekolah saya mengelola ketatausahaan
sekolah dalam mendukung pencapaian tujuan
sekolah
21 Kepala sekolah saya mengelola unit layanan
khusus sekolah dalam rangka mendukung
kegiatan pembelajaran dan kegiatan peserta
didik di sekolah
22 Kepala sekolah saya mengelola sistem informasi
sekolah dalam mendukung penyusunan program
dan pengambilan keputusan
23 Kepala sekolah saya memanfaatkan kemajuan
teknologi informasi bagi peningkatan
pembelajaran dan manajemen sekolah
87
N0 PERTANYAAN SS S RR TS STS
24 Kepala sekolah saya melakukan monitoring,
evaluasi, dan pelaporan pelaksanaan program
kegiatan sekolah dengan prosedur yang tepat,
serta merencanakan tindak lanjutnya
C. Kewirausahaan
25 Kepala Sekolah saya menciptakan inovasi yang
berguna bagi pengembangan sekolah.
26 Kepala sekolah saya bekerja keras untuk
mencapai keberhailan sekolah sebagai organisasi
pembelajaran yang efektif
27 Kepala Sekolah saya memiliki motivasi yang
kuat untuk sukses dalam melaksanakan tugas
pokok dan fungsinya sebagai pemimpin sekolah
28 Kepala Sekolah saya pantang menyerah dan
selalu mencari solusi terbaik dalam menghadapi
kendala yang dihadapi
29 Kepala sekolah saya memiliki naluri
kewirausahaan dalam mengelola kegiatan
produksi jasa sekolah sebagai sumber belajar
peserta didik
D. Supervisi 30 Kepala Sekolah saya merencanakan program
supervisi akademik dalam rangka peningkatan
profesionalisme guru
31 Kepala Sekolah saya melaksanakan supervisi
akademik terhadap guru dengan menggunakan
pendekatan dan teknik supervisi yang tepat
32 Kepala Sekolah saya menindaklanjuti hasil
supervisi akademik dlam rangka peningkatan
profesionalisme guru.
E. Sosial 33 Kepala Sekolah saya bekerja sama dengan pihak
lain untuk kepentingan sekolah
34 Kepala Sekolah saya berpartisipasi dalam
kegiatan sosial kemasyarakatan
35 Kepala sekolah saya memiliki kepekaan sosial
terhadap orang atau kelompok lain
88
B. MOTIVASI GURU
NO PERTANYAAN SS S RR TS STS
Motivasi Kerja
A. Tekun
36 Bpk/ibu mengikuti pendidikan dan latihan
dengan tekun
37 Bpk/ibu menyelesaikan tugas-tugas dari kepala
sekolah dengan baik
B. Ulet 38 Bpk/ibu mudah putus asa dalam melaksanakan
tugasnya
39 Saat berhadapan dengan tugas yang berat,
Bpk/ibu lebih terdorong untuk bekerja lebih giat
C. Minat 40 Bpk/ibu memiliki rasa keingintahuan yang tinggi
41 Bpk/ibu berusaha untuk menguasai bahan ajar
agar dapat mengajar siswa secara optimal
D. Mandiri 42 Bpk/ibu menyelesaikan sendiri tugas-tugas yang
ada tanpa menggantungkan kepada orang lain
43 Bpk/ibu menyelesaikan sendiri tugas-tugas yang
ada sesuai dengan waktu yang telah ditentukan
E. Bosan Pada Tugas Yang Rutin
44 Kemampuan bpk/ibu untuk menyusun bahan
ajar sendiri perlu ditingkatkan
45 Bpk/ibu menguasai bahan ajar yang akan
disampaikan kepada siswa
F. Dapat Mempertahankan Pendapatnya 46 Dalam rapat di Sekolah Bpk/ibu selalu
mempertahankan pendapat yang dirasa benar
47 Bpk/ibu berusaha mengembangkan bahan ajar
sesuai dengan tujuan pembelajaran yang ingin
dicapai
G. Tidak Mudah Melepas Hal Yang Diyakini 48 Bpk/ibu tidak mudah melepaskan hal yang
sudah diyakini
49 Bpk/ibu berusaha bekerja keras, karena merasa
prestasi sekolah belum optimal
H. Senang Mencari Dan Memecahkan Masalah 50 Bpk/ibu suka mencari hal-hal yang baru yang
bermanfaat untuk ilmu pengetahuan
51 Bpk/ibu berpikir inovatif dan kreatif
89
C. KINERJA GURU
KINERJA GURU (Y) SS S RR TS STS
A. PEMBUATAN RENCANA
PEMBELAJARAN
51 Bapak/Ibu membuat
perencanaan pembelajaran
setiap kali pertemuan
52 Bapak/Ibu selalu merencanakan
pengelolaan KBM dengan baik
sehingga pembelajaran
berlangsung dengan lancar
B. PELAKSANAAN
PEMBELAJARAN
53 Bapak/Ibu memilih media
pembelajaran yang sesuai
dengan tujuan pembelajaran,
materi pembelajaran, dan
kemampuan serta minat siswa
54 Bapak/Ibu melakukan kegiatan
tanya jawab selama KBM
berlangsung
55 Bapak/Ibu melibatkan peran
siswa dalam kegiatan belajar
mengajar
C. PELAKSANAAN
EVALUASI
56 Bapak/Ibu mengadakan uji
awal kepada siswa sebelum
KBM dimulai
57 Penilaian dilakukan dengan tes
lisan,tertulis,dan sikap sehari-
hari
58 Bagi para siswa yang belum
tuntas dalam pembelajaran
dilakukan remidial
59 Bapak/Ibu melakukan tindak
lanjut setelah pelaksanaan
evaluasi
90
DAFTAR RESPONDEN
No. Kode
Res. Sekolah Nama Guru
1 R-01 SMA N 1 TEGAL
Karisun Hadi Saputro S.Pd
2 R-02 Indri Afiyani S.Pd
3 R-03
SMA N 2 TEGAL
Mustofa S.Pd
4 R-04 Sunarto S.Pd
5 R-05 Ninis Isnaeni S.E
6 R-06 Indah Kartika S.Pd
7 R-07
SMA N 3 TEGAL
Nuning Y S.Pd
8 R-08 Hesti Mujiatun S.Pd
9 R-09 Sih Hartati S.E
10 R-10 Diah Kirana S.Pd
11 R-11 Herianto S.Pd
12 R-12 Rina M, S.Pd
13 R-13
SMA N 4 TEGAL
Muhammad Arifin S.Pd
14 R-14 Drs. Yusqon
15 R-15 Darwati S.E
16 R-16 Mustofa
17 R-17
SMA N 5 TEGAL
Edi Supiliyanto S.Pd
18 R-18 Ahmad Ghazali S.Pd
19 R-19 Dra. Rahayu
20 R-20 SMA NU TEGAL
Riska Nuraeni S.Pd
21 R-21 Sih Hartati S.E
22 R-22
SMA PIUS TEGAL
Fx. Naryoto S.Pd
23 R-23 Purwanto S.Pd
24 R-24 Yunus Ani
25 R-25
SMA AL-IRSYAD TEGAL
Yulaso H S.E
26 R-26 Windi Kartini S.Pd
27 R-27 Darsono S.Pd
28 R-28 SMA IHSANIYAH TEGAL
Elly Hastuti S.Pd
29 R-29 Nurlaela S.Pd
30 R-30 SMA PANCASAKTI TEGAL
Riska Nuraeni S.Pd
31 R-31 Nuning Y S.Pd
32 R-32
SMA MUHAMMADIYAH TEGAL
Fahruri S.Pd
33 R-33 Muhammad Taufik S.Pd
34 R-34 Rini Indah S.E
91
Hasil Uji Validitas Reliabilitas Kepemimpinan Kepala Sekolah
Item-Total Statistics
138.3000 412.116 .583 .982
138.3000 406.537 .716 .981
138.4500 406.471 .767 .981
138.5000 404.263 .782 .981
138.6500 400.976 .825 .981
138.5500 403.208 .765 .981
138.6000 400.674 .803 .981
138.6500 399.713 .689 .981
138.6000 402.358 .825 .981
138.8500 395.082 .779 .981
138.8500 390.766 .846 .981
138.7500 395.250 .765 .981
138.5000 407.211 .767 .981
138.6000 400.674 .885 .981
138.6000 407.095 .740 .981
138.6000 405.726 .705 .981
138.6500 406.766 .701 .981
138.5000 404.474 .775 .981
138.6000 404.042 .765 .981
138.6000 409.832 .738 .981
138.7000 412.011 .539 .982
138.5500 406.892 .819 .981
138.5000 400.158 .843 .981
138.5500 401.208 .833 .981
138.8000 399.116 .854 .981
138.6000 406.358 .769 .981
138.4500 405.313 .814 .981
138.8500 397.503 .879 .981
139.1000 392.305 .846 .981
138.6000 406.147 .690 .981
138.7000 404.958 .725 .981
138.7000 405.379 .798 .981
138.5000 402.579 .844 .981
138.7000 403.484 .777 .981
138.8000 392.379 .925 .980
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
Scale Mean if
Item Deleted
Scale
Variance if
Item Deleted
Corrected
Item-Total
Correlation
Cronbach's
Alpha if Item
Deleted
92
Case Processing Summary
20 100.0
0 .0
20 100.0
Valid
Excludeda
Total
Cases
N %
Listwise deletion based on all
variables in the procedure.
a.
Reliability Statistics
.982 .982 35
Cronbach's
Alpha
Cronbach's
Alpha Based
on
Standardized
Items N of Items
Hasil Uji Validitas dan Realibilitas Motivasi kerja
Item-Total Statistics
62.6500 39.082 .771 .901
62.5500 39.945 .825 .901
62.6000 40.779 .744 .904
62.6000 39.726 .757 .902
62.4500 41.629 .630 .907
62.4500 41.734 .489 .910
62.5000 39.737 .536 .910
62.4000 40.989 .493 .910
62.6000 40.147 .597 .907
62.7000 42.326 .464 .910
63.0000 39.158 .499 .913
62.5000 40.895 .636 .906
62.6000 39.621 .480 .913
62.5000 39.526 .714 .903
62.6000 40.674 .621 .906
62.5500 40.050 .673 .904
36
37
38
39
40
41
42
43
44
45
46
47
48
49
50
51
Scale Mean if
Item Deleted
Scale
Variance if
Item Deleted
Corrected
Item-Total
Correlation
Cronbach's
Alpha if Item
Deleted
93
Case Processing Summary
20 100.0
0 .0
20 100.0
Valid
Excludeda
Total
Cases
N %
Listwise deletion based on all
variables in the procedure.
a.
Reliability Statistics
.912 .922 16
Cronbach's
Alpha
Cronbach's
Alpha Based
on
Standardized
Items N of Items
Hasil Uji Validitas dan Realibilitas Kinerja
Item-Total Statistics
24.2500 33.882 .864 .878 .936
25.0000 37.053 .584 .708 .954
24.4000 34.358 .878 .852 .936
24.5500 36.261 .851 .926 .940
24.5000 33.737 .761 .800 .944
24.6500 32.239 .889 .885 .935
24.8500 32.661 .868 .887 .936
24.8500 34.766 .821 .815 .939
52
53
54
55
56
57
58
59
Scale Mean if
Item Deleted
Scale
Variance if
Item Deleted
Corrected
Item-Total
Correlation
Squared
Multiple
Correlation
Cronbach's
Alpha if Item
Deleted
Case Processing Summary
20 100.0
0 .0
20 100.0
Valid
Excludeda
Total
Cases
N %
Listwise deletion based on all
variables in the procedure.
a.
Reliability Statistics
.947 .949 8
Cronbach's
Alpha
Cronbach's
Alpha Based
on
Standardized
Items N of Items
96
Regression
Correlations
1.000 .817 .808
.817 1.000 .751
.808 .751 1.000
. .000 .000
.000 . .000
.000 .000 .
34 34 34
34 34 34
34 34 34
Kinerja Guru
Kepemimpinan
Kepala Sekolah
Motivasi kerja
Kinerja Guru
Kepemimpinan
Kepala Sekolah
Motivasi kerja
Kinerja Guru
Kepemimpinan
Kepala Sekolah
Motivasi kerja
Pearson Correlation
Sig. (1-tailed)
N
Kinerja Guru
Kepemimpi
nan Kepala
Sekolah Motivasi kerja
Model Summaryb
.869a .754 .738 2.48370 .000
Model
1
R R Square
Adjusted
R Square
Std. Error of
the Estimate Sig. F Change
Change
Statistics
Predictors: (Constant), Motivasi kerja, Kepemimpinan Kepala Sekolaha.
Dependent Variable: Kinerja Gurub.
ANOVAb
587.150 2 293.575 47.590 .000a
191.232 31 6.169
778.382 33
Regression
Residual
Total
Model
1
Sum of
Squares df Mean Square F Sig.
Predictors: (Constant), Motivasi kerja, Kepemimpinan Kepala Sekolaha.
Dependent Variable: Kinerja Gurub.
97
Coefficietnsa
Model
1
(Constant) X1 X2
Unstandardized Coefficients
B 2.623 .116 .199
Std. Error 2.951 .032 .060
Standardized Coefficients Beta .481 .447
T .889 3.569 3.320
Sig. .381 .001 .002
Correlations Zero-order .817 .808
Partial .540 .512
Part .318 .296
Collinearity Statistics Tolerance .437 .437
VIF 2.291 2.291
a Dependent Variable: Y
Charts
Histogram
Dependent variabel: Kinerja Guru
Normal P-P Plot of Regression Standarized
Residual