pengaruh persepsi kepemimpinan kepala sekolah …lib.unnes.ac.id/6830/1/7895.pdf · kepala sekolah...

112
PENGARUH PERSEPSI KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH DAN MOTIVASI KERJA TERHADAP KINERJA GURU EKONOMI SMA KOTA TEGAL SKRIPSI Diajukan dalam rangka menyelesaikan Studi Strata Satu Untuk Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan Oleh: Nama : Satria Mulyawan NIM : 3301405633 JURUSAN PENDIDIKAN AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG 2011

Upload: lequynh

Post on 14-Jul-2019

222 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

PENGARUH PERSEPSI KEPEMIMPINAN

KEPALA SEKOLAH DAN MOTIVASI KERJA

TERHADAP KINERJA GURU EKONOMI

SMA KOTA TEGAL

SKRIPSI

Diajukan dalam rangka menyelesaikan Studi Strata Satu

Untuk Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan

Oleh:

Nama : Satria Mulyawan

NIM : 3301405633

JURUSAN PENDIDIKAN AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

2011

ii

PERSETUJUAN PEMBIMBING

Skripsi ini telah disetujui oleh dosen pembimbing untuk diajukan ke sidang

panitia ujian skripsi pada :

Hari :

Tanggal :

Dosen Pembimbing I Dosen Pembimbing II

Dra. Margunani, M.P Trisni Suryani, S.E, M.Si

NIP. 195703181986012001 NIP. 197804132001122001

Mengetahui,

Ketua Jurusan Akuntansi

Dr. Partono Thomas, M.S

NIP. 195212191982031002

iii

PENGESAHAN KELULUSAN

Skripsi ini telah dipertahankan di depan Sidang Panitia Ujian Skripsi Fakultas

Ekonomi Universitas Negeri Semarang pada :

Hari :

Tanggal :

Penguji Skripsi

Rediana Setiyani, S.Pd, M. Si

NIP. 197912082006042002

Anggota I Anggota II

Dra. Margunani, MP Trisni Suryani, S.E, M.Si

NIP. 195703181986012001 NIP. 197804132001122001

Mengetahui,

Dekan Fakultas Ekonomi

Drs. S. Martono. M.Si

NIP. 196603081989011001

iv

PERNYATAAN

Saya menyatakan bahwa yang tertulis di dalam skripsi ini benar-benar hasil karya

saya sendiri, bukan jiplakan dari karya tulis orang lain, baik sebagian atau

seluruhnya. Pendapat atau temuan orang lain yang terdapat dalam skripsi ini

dikutip atau dirujuk berdasarkan kode etik ilmiah.

Semarang, Juli 2011

Satria Mulyawan

NIM. 3301405633

v

MOTTO DAN PERSEMBAHAN

Motto: Orang akan mencapai apa pun jika bersedia melakukan yang dibutuhkan untuk mencapainya (Mirio Teguh).

Persembahan

Rasa syukur atas karya ini, Penulis persembahkan

untuk.

Ayah dan Ibu atas segala doa, kasih sayang,

bimbingan, dan dukungan yang telah diberikan.

Adik-adikku tersayang (Melati dan Intan)

Seseorang dibalik semangat dan motivasiku.

Sahabatku dan teman-teman Asnawi Kos

Teman-teman pendidikan akuntansi angkatan

2005.

Almamaterku Universitas Negeri Semarang.

vi

KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat dan hidayah-

Nya maka penulis dapat menyelesaikan Skripsi ini sebagai salah satu syarat

meraih gelar Sarjana Strata I dalam Program Studi Pendidikan Akuntansi Jurusan

Akuntansi Fakultas Ekonomi di Universitas Negeri Semarang. Dalam penyusunan

skripsi ini penulis telah banyak menerima masukan, saran, bimbingan dan

dorongan dari berbagai pihak sehingga semakin menambah wacana dalam Skripsi

ini. Oleh karena itu, perkenankan pada kesempatan ini penulis mengucapkan

banyak terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Prof. Dr. H. Sudijono Sastroatmodjo, M.Si, Rektor Universitas Negeri

Semarang.

2. Bapak Drs. S. Martono, M.Si, Dekan Fakultas Ekonomi yang telah

memberikan ijin penelitian.

3. Bapak Dr. Partono Thomas, M.S, Ketua Jurusan Akuntansi yang telah

memberikan ijin penelitian.

4. Ibu Dra. Margunani, MP dan Ibu Trisni Suryani S.E M.Si, sebagai Dosen

Pembimbing yang telah dengan sabar menyarankan dan membimbing sampai

selesainya skripsi ini.

5. Ibu Rediana Setiyani S.Pd M.Si sebagai penguji yang telah memberikan saran

sehingga skripsi ini menjadi lebih baik.

6. Bapak Kepala Sekolah SMA Kota Tegal yang telah memberikan ijin

penelitian dan membantu penelitian hingga selesai.

vii

7. Bapak dan Ibu Guru mata pelajaran ekonomi SMA Kota Tegal yang telah

meluangkan waktunya untuk membantu dalam penelitian ini sehingga

penelitian ini berjalan dengan lancar.

8. Semua pihak yang telah banyak membantu yang tidak dapat peneliti sebutkan

satu per satu.

Peneliti berharap semoga karya ini bermanfaat bagi kemajuan pendidikan

khususnya dalam pengembangan pendidikan Akuntasi.

Penulis

viii

ABSTRAK

Satria Mulyawan. 2011. Pengaruh Persepsi Kepemimpinan Kepala Sekolah dan

Motivasi Kerja Terhadap kinerja Guru Ekonomi SMA Kota Tegal. Jurusan

Pendidikan Akuntansi. Fakultas Ekonomi. Universitas Negeri Semarang.

Kata Kunci: Kepemimpinan Kepala Sekolah, Motivasi dan Kinerja guru

Keberhasilan guru dalam proses pembelajaran sangat ditentukan oleh

kinerja guru sebagai pendidik. Seorang guru disebut sebagai guru profesional

apabila memilki kemampuan dalam mewujudkan kinerja profesi guru dengan

sebaik-baiknya dalam mencapai tugas keprofesionalannya. Agar dapat tercapai

keprofesionalannya tersebut bukan hanya dibutuhkan kemampuan intelektual

yang tinggi, merencanakn pembelajaran dan melaksanakan pembelajaran saja

tetapi persepsi mengenai kepemimpinan Kepala Sekolah dan Motivasi Kerja juga

merupakan faktor penting yang ikut mempengaruhi kinerja seorang guru..

Permasalahan dalam penelitian ini yaitu: 1) Apakah persepsi guru mengenai

Kepemimpinan Kepala Sekolah berpengaruh terhadap kinerja guru ekonomi

/akuntansi SMA di Kota Tegal. 2) Apakah Motivasi Kerja berpengaruh terhadap

kinerja guru ekonomi SMA di Kota Tegal. 3) Apakah persepsi kepemimpinan

kepala sekolah dan Motivasi Kerja berpengaruh terhadap kinerja guru ekonomi

SMA di Kota Tegal.

Populasi dalam penelitian ini adalah semua guru ekonomi SMA di Kota

Tegal yang berjumlah 34 guru. Variabel yang diteliti terdiri dari kinerja guru (Y)

,persepsi kepemimpinan kepala sekolah (XI) dan Motivasi Kerja (X2). Alat yang

digunakan untuk mengumpulkan data dalam penelitian ini menggunakan

angket/kuesioner. Setelah data terkumpul kemudian dianalisis secara deskriptif

persentase dan analisis regresi berganda.

Berdasarkan hasil penelitian disimpulkan bahwa secara parsial

kepemimpinan kepala sekolah berpengaruh signifikan terhadap kinerja guru, dan

motivasi kerja berpengaruh signifikan terhadap kinerja guru. Kepemimpinan

Kepala Sekolah dan motivasi kerja secara bersama-sama berpengaruh positif dan

signifikan terhadap kinerja guru ekonomi SMA Kota Tegal.

Dari hasil penelitian dapat diketahui secara parsial dan simultan persepsi

guru mengenai kepemimpinan kepala sekolah dan motivasi kerja terhadap kinerja

guru di SMA Kota Tegal. Dari hasil penelitian ada beberapa guru yang

mempunyai motivasi rendah, maka hendaknya guru ekonomi lebih termotivasi

dalam pelaksanaan tugas dan tnggung jawabnya yang lebih efektif dengan

meningkatkan kreativitasnya dalam mengajar melalaui penggunaan metode dan

media mengajar yang lebih bervariasi sesuai dengan pokok bahasan yang

diajarkan.

ix

ABSTRACTION

Satria Mulyawan. 2011. Influence Perceptions of Principal Leadership and

Motivation Work on the performance of Master of Economics / Accounting high

school in Tegal. Accounting Education Programs. Faculty of Economics. State

University of Semarang.

Keywords: Principal Leadership, Motivation and Performance teacher.

The success of teachers in the learning process is determined by the

performance of teachers as educators. A teacher called a professional teacher

when have the ability to realize the performance of the teaching profession with

the best in achieving the task of professionalism. In order to achieve the

professionalism is not only required a high intellectual ability, learning and

implementing learning only but the perception of the leadership of the Head of

School and Work Motivation is also an important factor that influence the

performance of a teacher. The problem in this research are: 1) Is the perception of

teachers regarding principal leadership affect the performance of economic

teacher / high school accounting in Tegal. 2) What is the motivation of teachers

affect the performance of economic / accounting school in the town of Tegal. 3)

Does the perception of principal leadership and motivation of teachers affect the

performance of economic / accounting high school in Tegal.

The population in this study is that all teachers of economic / accounting

high school in Tegal, amounting to 34 teachers. Variables examined consisted of

the perception of principal leadership (XI), Work Motivation (X2), and teacher

performance (Y). The instrument used to collect data in this study using a

questionnaire. After the data collected and analyzed by descriptive percentage and

multiple regression analysis.

Based on the results of the study concluded that the headmaster partially

contributed to the performance of teachers by, while work motivation contributes

to teacher performance that is equal. Principal Leadership and motivation to work

together has positive and significant impact on teacher performance economics /

accounting high school in Tegal with.

From the results of this research is that economics teacher performance /

high school accounting Tegal is good but still needs to be improved because of

not optimal. A significant relationship between perception of principal leadership,

teacher motivation and performance of economic / accounting school in the town

of Tegal need to be considered in order to become functional in improving teacher

performance in the years to come.

x

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ………………………………………………………. I

PERSETUJUAN PEMBIMBING…………………………………………... Ii

HALAMAN PENGESAHAN……………………………………………… iii

PERNYATAAN……………………………………………………………. iv

MOTTO DAN PERSEMBAHAN…………………………………………. V

KATA PENGANTAR……………………………………………………… vi

ABSTRAK…………..……………………………………………………… viii

DAFTAR ISI………………………………………………………………... X

DAFTAR TABEL…………………………………………………………... Xi

DAFTAR GAMBAR……………………………………………………….. xii

DAFTAR LAMPIRAN……………………………………………………... xiii

BAB I PENDAHULUAN 1

1.1 Latar Belakang ................................................................................ 1

1.2 Rumusan Masalah ........................................................................... 7

1.3 Tujuan Penelitian ............................................................................ 7

1.4 Manfaat Penelitian .......................................................................... 8

BAB II LANDASAN TEORI 9

2.1 Kinerja Guru 9

2.2 Tinjauan Persepsi Mengenai Kepemimpinan Kepala Sekolah....... 18

2.3 Motivasi Kerja................................................................................. 40

2.4 Kerangka Berpikir .......................................................................... 46

2.5 Hipotesis ........................................................................................

49

xi

BAB III METODE PENELITIAN

51

3.1 Populasi ......................................................................................... 51

3.2 Variabel Penelitian ........................................................................ 52

3.3 Metode Pengumpulan Data........................................................... 53

3.4 Validitas Dan Reliabilitas Instrumen ............................................ 54

3.5 Metode Analisis Data…………………………………………… 58

3.7 Uji Hipotesis …………………………………………………….

62

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 64

4.1 Hasil Penelitian ………......…………………..………………… 64

4.1.1 Deskripsi Kinerja Guru …………………………………… 64

4.1.2 Deskripsi Kepemimpinan Kepala Sekolah........................... 65

4.1.3 Deskripsi Motivasi................................................................. 67

4.2 Uji Asumsi Klasik ........................................................................ 69

4.2.1 Uji Normalitas Data………………………………………... 69

4.2.2 Uji Multikolinieritas………………………………………… 73

4.2.3 Uji Heteroskedastitas……………………….………………. 73

4.3 Hasil Analisis Regresi Linear Berganda……..…………………… 74

4.4 Uji Hipotesis……………………………………………………… 74

4.4.1 Uji Parsial …………………………………………………… 74

4.4.2 Uji Simultan………………….……………………………... 75

BAB V PENUTUP 80

5.1 Simpulan .......…………………………………………………...... 80

5.2 Saran……………………………………………………………… 80

DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………. 82

LAMPIRAN………………………………………………………………… 84

xii

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 2.1 Kompetensi Kepala Sekolah............................................................... 39

Tabel 3.1 Populasi Penelitian Guru Ekonomi SMA di Kota

Tegal................................................................................................

51

Tabel 3.2 Hasil Analisis Validitas Instrumen ................................................ 55

Tabel 3.3 Output SPSS Cronbach’s Alpha ................................................... 57

Tabel 3.4 Kriteria Deskriptif Persentase Kepemimpinan Kepala Sekolah

dan Kinerja Guru…………………………………………….…

59

Tabel 3.5 Kriteria Deskriptif Persentase Kategori Skor Kinerja Guru ….... 60

Tabel 4.1 Distribusi Variabel Kinerja Guru ………………………….…… 64

Tabel 4.2 Distribusi Variabel Kepemimpinan Kepala Sekolah ………...… 66

Tabel 4.3 Distribusi Motivasi Kerja .............................................................. 67

Tabel 4.4 Hasil Uji Normalitas ..................................................................... 70

Tabel 4.5 Besaran Nilai Toleransi dan Variance Inflatiator Factor (VIF)…. 71

Tabel 4.6 Koefisien Regresi ……………………………..…………………. 73

Tabel 4.7 Hasil Uji Simultan ………………….…………………………… 76

Tabel 4.8 Koefisien Determinasi Simultan ………………………………… 76

xiii

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 2.1 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Persepsi ………………… 22

Gambar 2.2 Kerangka Berpikir …………………………………………… 49

Gambar 4.1 Diagram Distribusi Kinerja Guru …………………………… 65

Gambar 4.2 Diagram Distribusi Kepemimpinan Kepala Sekolah ……….. 66

Gambar 4.3 Diagram Distribusi Motivasi Kerja …………………………. 68

Gambar 4.4 Grafik histogram Kurve Uji Normalitas Data ………………. 69

Gambar 4.5 P-P Plot Kenormalan Data ………………………………….. 70

Gambar 4.6 Scatterplot …………………………………………………….. 72

xiv

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman Lampiran Halaman

Lampiran 1 Angket penelitian .................................................................... 84 89

Lampiran 2 Tabel Data Diolah .................................................................. 85 90

Lampiran 3 Daftar Responden Penelitian …………………………......... 90 96

Lampiran 4 Reliability dan validitas Penelitian………………………….. 91 97

Lampiran 5 Deskripsi hasil penelitian …………………............................ 94 100

Lampiran 6 Tabulasi hasil Peneliian ......................................................... 95

Lampiran 7 Charts ..................................................................................... 96

La mpiran 8 Regression............................................................................... 98

Lampiran 9 Surat Keterangan Telah Melakukan Penelitian....................... 102

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Guru adalah figur manusia yang menempati posisi dan memegang peran

penting dalam pendidikan. Ketika semua orang mempersoalkan masalah dunia

pendidikan, figur guru pasti terlibat dalam agenda pembicaraan terutama yang

menyangkut persoalan pendidikan formal di sekolah. Pendidik atau guru

merupakan tenaga profesional yang bertugas merencanakan dan melaksanakan

proses pembelajaran, menilai hasil pembelajaran, melakukan pembimbingan dan

pelatihan, serta melakukan penelitian dan pengabdian kepada masyarakat. Hal

tersebut tidak dapat disangkal karena lembaga pendidikan formal adalah dunia

kehidupan guru. Sebagian besar waktu guru ada di sekolah, sisanya ada di rumah

dan di masyarakat (Djamarah, 2000: 105). Guru adalah salah satu komponen

manusiawi dalam proses belajar mengajar yang ikut berperan dalam usaha

pembentukan sumber daya manusia yang potensial dibidang pembangunan,

sehingga guru ditantang untuk menciptakan pembelajaran yang menantang,

menggairahkan dan menyenangkan bagi peserta didik (Mulyasa, 2005: 125).

Kehadiran guru dalam proses pembelajaran di sekolah masih tetap

memegang peranan penting. Peran tersebut belum dapat diganti atau diambil alih

oleh apapun, hal ini disebabkan masih banyak unsur manusiawi yang tidak dapat

diganti oleh unsur lain. Guru merupakan faktor yang sangat dominan dan paling

1

2

penting dalam pendidikan formal pada umumnya karena bagi siswa, guru sering

dijadikan tokoh teladan bahkan menjadi tokoh identifikasi diri (Wijaya dan

Rusyan, 1994).

Guru sebagai pendidik harus mempunyai kemampuan yang meliputi

penguasaan materi pelajaran, penguasaan profesional keguruan dan pendidikan,

penguasaan cara-cara menyesuaikan diri dan berkepribadian untuk melaksanakan

tugasnya, disamping itu guru harus merupakan pribadi yang berkembang

dan bersifat dinamis. Hal ini sesuai dengan Undang-undang No. 20 tahun 2003

tentang Sistem Pendidikan Nasional bahwa pendidik dan tenaga kependidikan

berkewajiban menciptakan suasana pendidikan yang menyenangkan, kreatif,

dinamis dan dialogis, mempunyai komitmen secara profesional untuk

meningkatkan mutu pendidikan, memberi teladan dan menjaga nama baik

lembaga, profesi, dan kedudukan sesuai dengan kepercayaan yang diberikan

kepadanya.

Kinerja guru adalah usaha yang harus dicapai guru dalam suatu organisasi

sekolah sesuai dengan wewenang dan tanggung jawab masing-masing dalam

rangka mencapai tujuan organisasi yang bersangkutan, tidak melanggar hukum

sesuai dengan moral (Suyanto, 2001: 10). Kepuasan dalam menjalankan tugas

merupakan aspek penting bagi kinerja atau produktivitas seseorang, hal ini

disebabkan karena sebagian besar waktu guru digunakan untuk bekerja. Pada

umumnya pekerjaan guru dibagi dua yakni pekerjaan berhubungan dengan tugas-

tugas mengajar, mendidik dan tugas-tugas kemasyarakatan (sosial). Di lingkungan

sekolah, guru mengemban tugas sebagai pengajar dan pendidik. Sebagai pengajar,

3

guru memberikan pengetahuan (kognitif), sikap dan nilai (afektif), dan

keterampilan (psikomotorik). Guru memiliki tugas dan tanggung jawab moral

yang besar terhadap keberhasilan siswa, namun guru bukanlah satu-satunya faktor

penunjang keberhasilan siswa. Faktor lain yang tidak kalah penting adalah faktor

perangkat kurikulum, faktor siswa sendiri, faktor dukungan masyarakat dan faktor

orang tua sementara sebagai pendidik, guru harus mendidik siswanya untuk

menjadi manusia dewasa. Guru tidak mungkin dapat mewujudkan kinerjanya

dengan optimal tanpa dukungan dari pihak lain termasuk siswa, orang tua,

pemerintah dan masyarakat luas (Tilaar, 2002: 329).

Salah satu hal yang patut dipertimbangkan adalah bagaimana upaya untuk

meningkatkan kualitas guru adalah dengan cara meningkatkan kepuasan kerjanya,

sebab dengan kepuasan guru yang meningkat maka guru akan berusaha untuk

meningkatkan profesi dan mutunya dengan demikian diharapkan keberhasilan

pendidikan akan tercapai. Kepuasan kerja guru itu bisa dilaksanakan dengan

beberapa cara diantaranya adalah kepemimpinan kepala sekolah yang baik, bisa

pula kepuasan ditingkatkan menggunakan faktor motivasi terutama motivasi

prestasi guru, karena tugas guru menyangkut keberhasilan siswa yang merupakan

keberhasilan pendidikan.

Kepala Sekolah merupakan salah satu komponen yang paling berperan

dalam meningkatkan kualitas pendidikan (Mulyasa, 2004: 24). Kepala Sekolah

diangkat untuk menduduki jabatan yang bertanggung jawab mengkoordinasikan

upaya bersama mencapai tujuan pendidikan. Kepala Sekolah adalah orang yang

4

berada di garis terdepan yang mengkoordinasikan upaya meningkatkan

pembelajaran yang bermutu.

Kepemimpinan Kepala Sekolah memilki peran yang sangat menentukan

bagi keberhasilan sekolah.Kepemimpinan Kepala Sekolah yang baik harus

mengupayakan peningkatan kinerja guru melalui program pembinaan kemampuan

tenaga kependidikan. Oleh karena itu, Kepala Sekolah harus mempunyai

kepribadian atau sifat dan kemampuan untuk memimpin sebuah lembaga

pendidikan. Dalam peranannya sebagai seorang pemimpin, Kepala Sekolah harus

dapat memperhatikan kebutuhan dan perasaan orang-orang yang bekerja sehingga

kinerja guru selalu terjaga. Disamping itu kepala sekoalah juga dituntut untuk

melakukan fungsinya sebagai manajer dalam meningkatkan proses pembelajaran

dengan melakukan supervisi kelas, pembinaan dan memberikan saran-saran

positif kepada guru demi meningkatkan kinerja guru.

Witziers (Hoy, 1997; Vail, 2005) dari University of University of

Minnesota dalam jurnal penelitiannya mengatakan bahwa kepemimpinan Kepala

Sekolah merupakan faktor yang paling kuat untuk mencapai tujuan yang hendak

dicapai oleh sekolah sehingga tercipta suatu sikap yang positif bagi guru dan

dapat meningkatkan prestasi siswa. Kondisi tersebut sama halnya yang terjadi di

Indonesia bahwa masih banyak penyimpangan yang dilakukan oleh guru seperti

yang telah dijelaskan di atas. Oleh karena itu mereka melakukan penelitian

tentang “Teacher Perceptions of The Influence of Principal Instructional

eadership on School Culture” yang pokok bahasan utamanya adalah mengenai

persepsi tindakan Kepala Sekolah terhadap sekolah.

5

Faktor lain yang juga berpengaruh terhadap kinerja guru adalah motivasi.

Motivasi berasal dari kata latin “movere” yang berarti “dorongan atau daya

penggerak”. Motivasi atau motif dapat dikatakan sebagai daya penggerak dari

dalam dan di dalam subjek untuk melakukan aktivitas-aktivitas tertentu untuk

mencapai tujuan tertentu (Sardiman, 2007: 73). Penelitian Bishay (1996) yang

berjudul “Teacher Motivation And Job Satisfaction” yang pokok bahasannya

mengenai kuat dan lemahnya motivasi guru untuk mengajar siswa berpengaruh

terhadap besar kecilnya prestasi yang diraih siswa. Guru sebagai pendidik dituntut

mempunyai motivasi atau dorongan yang tinggi untuk mengajar.

Motivasi merupakan faktor yang dominan mempengaruhi guru untuk

meningkatkan kinerja, karena motivasi merupakan dorongan secara internal

maupun eksternal. Menurut Sardiman (2007:85) motivasi memiliki tiga fungsi

yaitu: mendorong manusia untuk berbuat, menetukan arah perbuatan yaitu kearah

tujuan yang akan tercapai, menyeleksi perbuatan yaitu dengan menyisihkan

perbuatan-perbuatan yang tidak bermanfaat bagi tujuan-tujuan tersebut.

Berdasarkan pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa kepemimpinan

Kepala Sekolah dan motivasi kerja guru akan berpengaruh secara psikologis

terhadap kinerja guru. Guru yang puas dengan kepemimpinan Kepala Sekolah dan

motivasi kerjanya tinggi maka akan bekerja dengan sungguh-sungguh yang

akhirnya membuat produktivitas kerja guru meningkat.

Berdasarkan observasi yang dilakukan dengan guru-guru selain guru

ekonomi di SMA Negeri 3 Kota Tegal, SMA Negeri 4 Kota, SMA

Muhammadiyah Tegal dan SMA NU Tegal dengan mengikuti kegiatan belajar

6

mengajar di kelas dapat dilihat ada beberapa guru yang mempunyai kinerja yang

kurang optimal. Hal ini dikarenakan adanya guru yang tidak mengadakan

persiapan dalam KBM sehingga siswa kurang optimal dalam menerima pelajaran

dan dalam mengajar ada beberapa guru yang tidak menggunakan media yang

bervariasi sehingga menimbulkan rasa bosan pada siswa dalam menerima

pelajaran. Guru ekonomi belum optimal dalam menggunakan metode

pembelajaran yang modern, seperti penggunaan media pembelajaran OHP,

Laptop, komputer. Disamping itu, masih ada beberapa guru dalam membuat

perencanaan pembelajaran kurang mengadakan koordinasi dengan guru sejenis

sehingga kadang tidak sesuai dengan program kurikulum yang ada.

Raj (2008) dalam jurnal penelitiannya mengatakan bahwa kepemimpinan

Kepala Sekolah yang baik harus mempunyai tanggung jawab yang tinggi melalui

program pembinaan kemampuan tenaga kependidikan dan Kepala Sekolah

direkomendasikan harus dapat menguasai kurikulum dan dapat menasehati atau

memberi bantuan kepada guru. Laeli dalam penelitiannya berjudul ”Pengaruh

Supervisi Kepala Sekolah dan Motivasi Kerja terhadap Kinerja Guru di SMK

Negeri 1 Purbalingga” menyimpulkan ada pengaruh yang signifikan antara

supervisi Kepala Sekolah dan motivasi kerja terhadap kinerja guru di SMK Negeri

1 Purbalingga.

Dari tolak titik di atas penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan

judul “PENGARUH PERSEPSI KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH

DAN MOTIVASI KERJA TERHADAP KINERJA GURU EKONOMI SMA

KOTA TEGAL”

7

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan diatas maka

dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut:

1. Apakah ada pengaruh persepsi guru mengenai kepemimpinan Kepala Sekolah

terhadap kinerja guru ekonomi SMA Kota Tegal?

2. Apakah ada pengaruh motivasi kerja terhadap kinerja guru ekonomi SMA

Kota Tegal?

3. Apakah ada pengaruh persepsi guru mengenai kepemimpinan Kepala Sekolah

dan motivasi kerja guru terhadap kinerja guru ekonomi SMA Kota Tegal?

1.3. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan permasalahan yang dijabarkan di atas, maka tujuan

penelitian yang hendak dicapai adalah:

1. Untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh persepsi kepemimpinan Kepala

Sekolah terhadap kinerja guru ekonomi SMA Kota Tegal.

2. Untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh motivasi kerja guru terhadap kinerja

guru ekonomi SMA Kota Tegal.

3. Untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh persepsi kepemimpinan Kepala

Sekolah dan motivasi kerja guru terhadap kinerja guru ekonomi SMA Kota

Tegal.

8

1.4. Manfaat Penelitian

1. Manfaat secara teoritis

Penelitian ini diharapkan berguna dalam menerapkan ilmu pengetahuan

dan teori yang diperoleh selama mengikuti perkuliahan serta sebagai saran

pengembangan ilmu.

2. Manfaat secara praktis

a. Sebagai bahan masukan bagi Kepala Sekolah agar mampu mengambil

langkah-langkah tepat dalam upaya meningkatkan kinerja guru melalui

kepemimpinan Kepala Sekolah dan motivasi kerja guru.

b. Memberi dorongan para guru agar mempunyai motivasi kerja dan

mendukung kepemimpinan Kepala Sekolah yang nantinya dapat

meningkatkan mutu pendidikan.

9

BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Kinerja Guru

Kinerja adalah hasil atau tingkat keberhasilan seseorang terhadap

keseluruhan selama periode tertentu di dalam melaksanakan tugas dibandingkan

dengan berbagai kemungkinan, seperti standar hasil kerja, target atau sasaran atau

kriteria yang telah ditentukan terdahulu dan telah disepakati bersama (Rivai, 2005:

14). Jika dilihat dari asal katanya, kata kinerja adalah terjemahan dari kata

performance yang artinya adalah prestasi kerja atau pelaksanaan kerja atau

pencapaian kerja atau hasil kerja. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia

(Depdikbud, 1990: 503) kinerja berarti sesuatu yang dicapai, prestasi yang

diperlihatkan atau kemampuan kerja.

Kinerja menurut Mangkunegara (2000: 67) Kinerja adalah hasil kerja

secara kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh seseorang pegawai dalam

melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan kepadanya.

(Hasibuan, 2001: 34) mengemukakan kinerja adalah suatu hasil kerja yang dicapai

seseorang dalam melaksanakan tugas-tugas yang dibebankan kepadanya yang

didasarkan atas kecakapan, pengalaman dan kesungguhan serta waktu. Menurut

Stolovitch and keeps dalam (Rivai, 2005: 14) kinerja merupakan seperangkat hasil

yang dicapai dan merujuk pada tindakan pencapaian serta pelaksanaan yang

diminta. Sementara Nawawi (1997: 235) menegaskan bahwa kinerja yang

9

10

diistilahkan sebagai karya adalah hasil pelaksanaan suatu pekerjaan, baik material

maupun non material.

Dalam kajian yang berkenaan dengan profesi guru, Anwar (1986: 22)

memberikan pengertian kinerja sebagai seperangkat perilaku nyata yang

ditunjukkan oleh seorang guru pada waktu memberikan pelajaran kepada

siswanya. Kinerja guru dapat dilihat saat dia melaksanakan interaksi belajar-

mengajar dikelas termasuk persiapannya baik dalam bentuk program semester

maupun persiapan mengajar.

Kinerja guru merupakan usaha yang harus dicapai guru dalam suatu

organisasi sekolah sesuai dengan wewenang dan tanggung jawab masing-masing

dalam rangka mencapai tujuan organisasi yang bersangkutan, tidak melanggar

hukum sesuai dengan moral (Suyanto,2001: 10). Supriadi (1998:45) mengartikan

kinerja guru adalah usaha guru dalam meningkatkan prestasi belajar siswa melalui

pengajaran.

Dari beberapa penjelasan tentang pengertian kinerja guru di atas dapat

disimpulkan bahwa kinerja guru adalah kemampuan yang ditunjukkan oleh guru

dalam melaksanakan tugas atau pekerjaannya. Kinerja dikatakan baik dan

memuaskan apabila tujuan yang dicapai sesuai dengan standar yang telah

ditetapkan.

2.1.1. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kinerja Guru

Banyak faktor yang mempengaruhi kinerja seseorang, baik yang berasal

dari dalam maupun dari luar. Menurut Gibson (1987) ada tiga faktor yang

berpengaruh terhadap kinerja:

11

1. Faktor individual

Yaitu faktor-faktor yang meliputi: kemampuan, keterampilan, latar belakang

keluarga, pengalaman kerja, tingkat sosial dan demografi seseorang.

2. Faktor psikologis

Yaitu faktor-faktor yang meliputi: persepsi, peran, sikap, kepribadian,

motivasi dan kepuasan kerja.

3. Faktor organisasi

Yaitu faktor-faktor yang meliputi: struktur organisasi, desain pekerjaan,

kepemimpinan, sistem penghargaan (reward system).

Menurut Mangkunegara (2005:67) menyatakan bahwa faktor yang

mempengaruhi kinerja antara lain:

1. Faktor kemampuan Secara psikologis kemampuan (ability) pegawai terdiri

dari kemampuan potensi (IQ) dan kemampuan realita (pendidikan). Oleh

karena itu pegawai perlu dtempatkan pada pekerjaan yang sesuai dengan

keahlihannya.

2. Faktor motivasi Motivasi terbentuk dari sikap (attiude) seorang pegawai

dalam menghadapi situasi (situation) kerja. Motivasi merupakan kondisi yang

menggerakkan diri seorang pegawai terarah untuk mencapai tujuan kerja.

Sikap mental merupakan kondisi mental yang mendorong seseorang untuk

berusaha mencapai potensi kerja secara maksimal.

Menurut Mathis dan Jackson (2001: 82) faktor-faktor yang mempengaruhi

kinerja individu yaitu:

1. Kemampuan mereka.

12

2. Motivasi.

3. Dukungan yang diterima.

4. Keberadaan pekerjaan yang mereka lakukan.

5. Hubungan mereka dengan organisasi.

2.1.2. Apek-aspek Penilaian Kinerja

Penilaian kinerja (performance appraisal) pada dasarnya merupakan

faktor kunci guna mengembangkan suatu organisasi secara efektif dan efisien,

karena adanya kebijakan atau program yang lebih baik atas sumber daya manusia

yang ada dalam organisasi. Penilaian kinerja individu sangat bermanfaat bagi

dinamika pertumbuhan organisasi secara keseluruhan, melalui penilaian tersebut

maka dapat diketahui kondisi sebenarnya tentang bagaimana kinerja guru.

Penilaian kinerja adalah proses yang dipakai oleh organisasi untuk

mengevaluasi pelaksanaan kerja individu karyawan (Simamora, 2004: 338).

Menurut Wahyudi (2002: 101) penilaian kinerja adalah suatu evaluasi yang

dilakukan secara periodik dan sistematis tentang prestasi kerja/jabatan seorang

tenaga kerja, termasuk potensi pengembangannya. Menurut Bernardin dan Russel

(1993: 379) “A way of measuring the contribution of individuals to their

organization“. Penilaian kinerja adalah cara mengukur konstribusi individu

(karyawan) kepada organisasi tempat mereka bekerja.

Dalam kaitannya dengan kinerja guru dalam melaksanakan tugas

keprofesionalan guru menurut UU RI No.14 tahun 2005 pasal 20 (a) tentang guru

dan dosen adalah merencanakan pembelajaran, melaksanakan program

pembelajaran, melaksanakan evaluasi pembelajaran.

13

a. Merencanakan program pembelajaran.

Menurut Mulyasa (2005: 99) merencanakan pembelajaran adalah

persiapan guru dalam menyiapkan segala sesuatu yang berkaitan dengan

pembelajaran. Hal-hal yang termasuk dalam tahap perencanaan pembelajaran

adalah penyusunan materi pelajaran, penggunaan media pembelajaran, serta

penilaian dalam suatu alokasi waktu yang akan dilaksanakan pada

pembelajaran.

b. Melaksanakan program pembelajaran.

Pelaksanaan pembelajaran adalah suatu kegiatan yang dilakukan

dengan sadar dan sengaja dimana pelaksanaannya sesuai dengan apa yang

telah direncanakan dalam rencana pengajaran. Dalam pelaksanaan

pembelajaran ini guru dituntut untuk mempunyai kemampuan agar proses

belajar mengajar dapat berjalan dengan baik yaitu yang meliputi penguasaan

materi pelajaran, penggunaan metode yang bervariasi, memotivasi siswa

untuk aktif dalam pembelajaran, pengelolaan kelas dan penggunaan media

pembelajaran.

c. Melaksanakan evaluasi pembelajaran.

Dalam pembelajaran evaluasi dilakukan untuk menggambarkan

perilaku hasil belajar dengan respon peserta didik yang dapat diberikan

berdasarkan apa yang diperoleh dari belajar (Mulyasa, 2005: 99). Tidak ada

pembelajaran tanpa penilaian, karena penilaian merupakan proses menetapkan

kualitas hasil belajar, atau proses untuk menentukan tingkat pencapaian tujuan

pembelajaran oleh peserta didik sebagai suatu proses penilaian dilakukan

14

dengan prinsip-prinsip dan teknik yang sesuai dengan tes atau non tes.

Penilaian proses belajar ini dapat dilakukan pada pelajaran yaitu memberi

kesempatan kepada siswa untuk bertanya pada waktu pelajaran dan dengan

melakukan ulangan harian atau semesteran.

2.1.3. Upaya Peningkatan Kinerja Guru

Upaya-upaya yang dilakukan Kepala Sekolah dalam meningkatkan kinerja

tenaga kependidikan dan prestasi belajar peserta didik dapat dideskripsikan

sebagai berikut (Mulyasa, 2004: 100):

a. Mengikutsertakan guru-guru dalam penataran, untuk menambah wawasan

para guru Kepala Sekolah juga harus memberikan kesempatan kepada guru-

guru untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilannya dengan belajar

ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi.

b. Kepala Sekolah harus berusaha menggerakkan tim evaluasi hasil belajar

peserta didik untuk lebih giat bekerja, kemuadian hasilnya diumumkan secara

terbuka.

c. Menggunakan waktu belajar secara efektif di sekolah, dengan cara

mendorong para guru untuk memulai dan mengakhiri pembelajaran sesuai

waktu yang telah ditentukan, serta memanfaatkanya secara efektif dan efisien

untuk pembelajaran.

Sedangkan menurut Mitchell (dalam Mulyasa, 2004: 141) mengatakan

upaya yang dapat dilakukan untuk meningktkan kinerja guru adalah dengan:

a. Pembinaan kedisiplinan.

b. Pemberian motivasi.

15

c. Penghargaan, sangat penting untuk meningkatkan produktivitas kerja dan

mengurangi kegiatan yang kurang produktif, melalui penghargaan ini agar

guru dapat meningkatkan kinrja yang positif.

2.1.4. Tujuan Penilaian Kerja

Menurut Alwi (2001: 187) secara teoritis tujuan penilaian dikategorikan

sebagai suatu yang bersifat evaluation dan development.

1. Tujuan penilaian kinerja yang bersifat evaluation harus menyelesaikan:

a. Hasil penilaian digunakan sebagai dasar pemberian kompensasi.

b. Hasil penilaian digunakan sebagai staffing decision.

c. Hasil penilaian digunakan sebagai dasar meengevaluasi sistem seleksi.

2. Sedangkan yang bersifat development penilai harus menyelesaikan:

a. Prestasi riil yang dicapai individu.

b. Kelemahan-kelemahan individu yang menghambat kinerja.

c. Prestasi-pestasi yang dikembangkan.

Manfaat penilaian kinerja kontribusi hasil-hasil penilaian merupakan suatu

yang sangat bermanfaat bagi perencanaan kebijakan organisasi. Adapun secara

terperinci penilaian kinerja bagi organisasi adalah :

a. Penyesuaian-penyesuaian kompensasi.

b. Perbaikan kinerja.

c. Kebutuhan latihan dan pengembangan.

d. Pengambilan keputusan dalam hal penempatan promosi, mutasi, pemecatan,

pemberhentian dan perencanaan tenaga kerja.

e. Untuk kepentingan penelitian pegawai.

16

f. Membantu diaknosis terhadap kesalahan desain pegawai.

2.1.5. Kinerja Guru Ekonomi

Kinerja guru ekonomi merupakan kemampuan kerja yang dicapai oleh guru

dalam kegiatan pengelolaan pembelajaran khususnya pada mata diklat secara

efektif ekonomi di sekolah. Ini akan dilihat bagaimana guru ekonomi

mempersiapkan program pembelajaran ekonomi, termasuk bagaimana

merumuskan tujuan pembelajaran, mempersiapkan metode dan media

pembelajaran, serta bagaimana mempersiapkan evaluasi pembelajaran ekonomi.

Menilai kinerja guru, digunakan alat penilaian kemampuan guru (APKG).

APKG ini terdiri dari dua perangkat, yaitu APKG I digunakan untuk menilai

kemampuan guru dalam merencanakan pembelajaran, sedangkan APKG II

digunakan untuk menilai kemampuan guru dalam melaksankan pembelajaran.

Secara umum, APKG dapat dimanfaatkan untuk menilai kemampuan guru

atau calon guru. APKG ini tidak hanya berupaya untuk menentukan guru dalam

pembelajaran secara kognitif (proses berpikir) tetapi juga menentukan nilai dan

sikap serta ketrampilan.

Penilaian kinerja guru dalam hal perencanaan pembelajaran yang terdapat

dalam APKG I meliputi :

1. Merumuskan tujuan pembelajaran

2. Mengembangkan dan mengorganisasikan materi, media pembelajaran,dan

sumber belajar

3. Merencanakan skenario kegiatan pembelajaran

4. Merancang pengelolaan kelas

17

5. merencanakan prosedur, jenis dan penyiapan alat penelitian

6. Tampilan dokumen rencana pembelajaran

APKG II mencakup tujuan komponen dalam pelaksanaan pembelajaran

yaitu :

1. Mengelola ruang, waktu dan fasilitas belajar

2. Menggunakan strategi pembelajaran

3. Mengelola interaksi kelas

4. Bersikap terbuka dan luwes serta membantu mengembangkan sikap positif

peserta didik terhadap belajar

5. Mendemonstrasikan kemampuan khusus dalam pembelajaran mata pelajaran

tertentu

6. Melaksanakan penilaian proses dan hasil belajar

7. Kesan umum umum pelaksanaan pembelajaran

Ada empat kompetensi guru dalam hubungannya dengan usaha

meningkatkan proses dan hasil belajar yaitu : (a) merencanakan program belajar

mengajar, (b) melaksanakan dan memimpin atau mengelola proses belajar

mengajar, (c) menilai kemajuan proses belajar mengajar, (d) menguasai bahan

pelajaran dalam pengertian menguasai bidang studi atau mata pelajaran yang

dibinanya (Sudjana 2008 :19).

Dalam UU No 14 Th 2005 BAB IV pasal 20 (a) tentang guru dan dosen

dalam melaksnakan tugas keprofesional guru berkewajiban :

1. Merencanakan pembelajaran

2. Melaksanakan proses pembelajaran

18

3. Menilai dan mengevaluasi hasil pembelajaran

Sedangkan menurut Hasibuan dalam Handayani (2009) mendefinisikan

kinerja guru dapat dilihat dari tugas mengajar guru yang dibagi menjadi 3 (tiga)

yaitu :

1. Tahap sebelum Pengajaran (Preactive)

2. Tahap pengajaran (interactive)

3. Tahap sesudah pengajaran (post active)

Berdasarkan penjelasan yang dipaparkan diatas maka indikator yang

digunakan untuk mengukur kinerja guru adalah:

1. Merencanakan pembelajaran

2. Melaksanakan proses pembelajaran

3. Menilai dan mengevaluasi hasil pembelajaran

2.2 Tinjauan Persepsi Guru Mengenai Kepemimpinan Kepala Sekolah

2.2.1. Pengertian Persepsi

Persepsi adalah proses yang menyangkut masuknya pesan atau informasi

ke dalam otak manusia. Melalui persepsi manusia terus menerus mengadakan

hubungan dengan lingkungannya. Hubungan ini dilakukan lewat inderanya yaitu

indera penglihatan, pendengar, peraba, perasaan dan penciuman (Slameto, 1995:

105).

Walgito (2004: 89) mengemukakan bahwa, persepsi itu merupakan

pengorganisasian, penginterprestasian terhadap stimulus yang diterimanya,

sehingga menjadi sesuatu yang berarti dan merupakan respon yang integrated

19

dalam diri individu. Persepsi adalah proses dimana individu mengatur dan

menginteprestasikan kesan-kesan sensoris mereka guna memberikan arti bagi

lingkungan mereka (Robbins, 2008: 175) sedangkan Gibson, dkk (1996) yang

dikutip oleh Pribernadi (Tesis 2002: 14) menyatakan bahwa persepsi adalah suatu

proses dari seseorang dalam memahami lingkungannya yang melibatkan

pengorganisasian dan penafsiran sebagai rangsangan dalam suatu pengalaman

psikologis. Menurut dua pendapat di atas persepsi terjadi karena hal-hal sebagai

berikut: (1) Indera menangkap fakta di sekitar, (2) Fakta-fakta yang tertangkap

diorganisasikan dan ditafsirkan. (3) Kesimpulan yang diperoleh diwujudkan

dengan perilaku tindakan ataupun sikap sebagai respon terhadap lingkungan.

Persepsi adalah pengalaman tentang obyek, peristiwa atau hubungan-

hubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan informasi dan menafsirkan pesan

(Rahmat, 2003: 51). Menurut badudu (1990: 675) persepsi adalah proses

seseorang mengetahui beberapa hal melalui panca indera. Dalam The

Contemporary English–Indonesia Dictionary, Salim (2002: 184) mengartikan

kata "Perception" (persepsi) sebagai: (1) Perasaan. (2) Daya tangkap.

Dari definisi persepsi di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa persepsi

merupakan suatu proses bagaimana seseorang menyeleksi, mengatur dan

menginterpretasikan masukan-masukan informasi dan pengalaman-pengalaman

yang ada dan kemudian menafsirkannya untuk menciptakan keseluruhan

gambaran yang berarti.

20

2.2.2. Proses Terjadinya Persepsi

Proses terjadinya persepsi menurut walgito yaitu dari objek yang

menimbulkan stimulus, kemudian stimulus mengenai alat indera atau reseptor.

Stimulus yang diterima oleh alat indera diteruskan oleh syaraf sensorik ke otak

(proses tersebut disebut proses fisiologis) kemudian terjadilah di otak sebagai

pusat kesadaran sehingga individu menyadari apa yang dilihat, atau apa yang

didengar, atau diraba. Proses ini merupakan proses terakhir dari persepsi dan

merupakan persepsi sebelumnya.

Walgito (dalam Hamka, 2002) menyatakan bahwa terjadinya persepsi

merupakan suatu yang terjadi dalam tahap-tahap berikut:

1. Tahap pertama, merupakan tahap yang dikenal dengan nama proses kealaman

atau proses fisik, merupakan proses ditangkapnya suatu stimulus oleh alat

indera manusia.

2. Tahap kedua, merupakan tahap yang dikenal dengan proses fisiologis,

merupakan proses diteruskannya stimulus yang diterima oleh reseptor (alat

indera) melalui saraf-saraf sensoris.

3. Tahap ketiga, merupakan tahap yang dikenal dengan nama proses psikologik,

merupakan proses timbulnya kesadaran individu tentang stimulus yang

diterima reseptor.

4. Tahap ke empat, merupakan hasil yang diperoleh dari proses persepsi yaitu

berupa tanggapan dan perilaku.

Lebih luas lagi tentang terjadinya persepsi sebagaimana dipaparkan oleh

Marzano, Waters and McNulty (2005) University of Minnesota ada tiga

21

komponen utama dari proses persepsi. Ketiga komponen itu sebagai berikut: (1)

Seleksi merupakan proses psikologis yang sangat erat dengan pengamatan atau

stimulus yang diterima dari luar. Rangsangan (stimulus) dari luar yang mencapai

indera kita terbatas, baik mengenai jenis, maupun mengenai intensitasnya. Namun

hanya sebagian kecil stimulus yang mencapai kesadaran kita karena adanya proses

penyaringan, disamping faktor intensitas perhatian yang diberikan. (2) Interpretasi

yaitu proses mengorganisasikan infornasi sehingga mempunyai arti bagi seorang,

Interpretasi tergantung kepada berbagai faktor, seperti pengalaman,sistem nilai,

motivasi, kepribadian dan kecerdasan. (3) Interpretasi dari persepsi kemudian

diterjemahkan dalam bentuk tingkah laku.

2.2.3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Persepsi

Faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi, antara lain sebagai berikut

(Robbins, 2001: 89):

1. Pelaku persepsi, yaitu apabila seorang individu memandang dalam suatu

objek dan mencoba menafsirkan apa yang dilihatnya. Penafsiran itu sangat

dipengaruhi oleh karakteristik pribadi yang lebih relevan mempengaruhi

persepsi diantaranya: sikap, motif, kepentingan atau minat, pengalaman masa

lalu, dan pengharapan.

2. Target atau objek, target yang akan diamati dapat mempengaruhi apa yang

dipersepsikan. Misalnya orang keras suaranya lebih mungkin untuk

diperhatikan dalam suatu kelompok daripada merekan yang pendiam.

22

3. Situasi, dimana mempengaruhi seseorang seperti waktu, keadaan atau tempat

kerja dan keadaan social akan mempengaruhi perhatian meskipun pemersepsi

dan target tidak berubah.

Menurut Robbins (2008: 176) faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi

adalah sebagai berikut:

Gambar 2.1 Faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi

Menurut Krech dan Crutcfield dalam Rahmat (2003: 52) faktor yang

menentukan persepsi dibagi menjadi dua yaitu faktor fungsional dan faktor

struktural.

Faktor pada pemersepsi :

Sikap

Motif

Kepentingan

Pengalaman

Penghargaan

Faktor dalam situasi:

Waktu

Keadaan/tempat

kerja

Keadaan sosial

Persepsi

Faktor dalam diri target:

Sesuatu yang baru

Gerakan

Suara

Ukuran

Latar belakang

Kedekatan

23

1. Faktor fungsional adalah faktor yang berasal dari kebutuhan, pengalaman

masa lalu dan hal-hal lain yang termasuk apa yang kita sebut sebagai faktor

personal.

2. Faktor struktural adalah faktor yang semata-mata berasal dari sifat stimulus

fisik terhadap obyek-obyek saraf yang ditimbulkan pada saraf individu.

Menurut Teori Geslat, bahwa bila kita mempersepsi sesuatu, kita mempersepsinya

sebagai suatu keseluruhan,kita tidak melihat bagian-bagiannya lalu

menghimpunnya.

Dalam penelitian ini persepsi guru yang dimaksud adalah proses seorang

guru ekonomi dalam mengordinasikan dan menafsirkan kesan indera mereka

terhadap kepemimpinan Kepala Sekolah di SMA Kota Tegal.

2.2.4. Pengertian Kepemimpinan Kepala Sekolah

Kepemimpinan (leadership) mempunyai pengertian yang berbeda pada

orang-orang yang berbeda. Kata ini merupakan suatu kata yang diambil dari

kamus umum dan dimasukkan ke dalam kamus teknis sebuah disiplin ilmiah

tanpa didefinisikan dengan tepat. Sebagai konsekuensinya, kata ini mempunyai

konotasi-konotasi yang tidak berhubungan yang menciptakan ambivalensi

pengertian (Janda, 1960).

Beberapa definisi yang dapat dianggap cukup mewakili pengertian

kepemimpinan selama seperempat abad adalah sebagai berikut:

1. Kepemimpinan adalah perilaku dari seorang individu yang memimpin

aktivitas-aktivitas suatu kelompok ke suatu tujuan yang ingin dicapai bersama

(share good) (Hemhill & Coon, 1957: 7).

24

2. Kepemimpinan adalah pengaruh antar pribadi, yang dijalankan dalam situasi

tertentu, serta diarahkan melalui proses komunikasi, ke arah pencapaian satu

atau beberapa tujuan tertentu (Tannenbaum, Wesehler & Massarik, 1961: 24).

3. Kepemimpinan adalah pembentukan awal serta pemeliharaan struktur dalam

harapan dan interaksi (Stogdill, 1974: 411).

4. Kepemimpinan adalah peningkatan pengaruh sedikit demi sedikit pada, dan

berada di atas kepatuhan mekanis terhadap pengarahan-pengarahan rutin

organisasi (Katz & Kahn, 1978: 528).

Kebanyakan definisi mengenai kepemimpinan mencerminkan asumsi

bahwa kepemimpinan menyangkut segala proses pengaruh sosial yang dalam hal

ini pengaruh yang disengaja dijalankan oleh seseorang terhadap orang lain untuk

menstruktur aktivitas-aktivitas serta hubungan-hubungan di dalam sebuah

kelompok atau organisasi. Kepala Sekolah adalah seorang tenaga fungsional guru

yang diberi tugas untuk memimpin suatu sekolah dimana diselenggarakan proses

belajar mengajar atau tempat dimana terjadi interaksi antara guru yang memberi

pelajaran dan murid yang menerima pelajaran (Wahjosumidjo, 2003: 83).

Dari pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa kepemimpinan Kepala

Sekolah adalah bagaimana Kepala Sekolah mampu menolong stafnya untuk

memahami tujuan bersama yang akan dicapai, disamping itu Kepala Sekolah juga

harus mampu membangkitkan semangat kerja yang tinggi, ia harus menciptakan

suasana kerja yang menyenangkan, aman dan penuh semangat dan juga harus

mampu mengembangkan staf untuk tumbuh dalam kepemimpinannya.

Setidaknya mengandung empat implikasi penting tentang kepimpinan ;

25

1. Kepemimpinan melibatkan orang lain.

Kepemimpinan tidak bisa berdiri sendiri tapi harus ada yang terlibat

didalamnya, baik sebagai karyawan atau pengikut yang akan menerima

pengarahkan dari pimpinan.

2. Kepemimpinan mengharuskan distribusi kekuasaan.

Dalam kepemimpinan, seorang pemimpin tidak seharusnya memegang

kekuasaan secara penuh, tetapi ia harus membagi-bagikan kekuasaannya

dengan anggota kelompok di bawahnya. Sekalipun demikian, ia tetap

mempunyai kekuasaan lebih besar daripada yang lainnya.

3. Kepemimpinan harus mempunyai pengaruh.

Tanpa pengaruh, kepemimpinan tidak akan berarti apa-apa. Pemimpin yang

memiliki kemampuan mempengaruhi kemampuan anggota kelompoknya

akan lebih mudah mengarahkan merka ke arah tujuan yang ingin dicapai.

4. Kepemimpinan berkaitan dengan nilai.

Dengan kata lain bahwa seorang pemimpin haruslah bermoral, pemimpin

yang mengenyampingkan aspek moral dalam kepemimpinannya cenderung

akan bersikap melanggar aturan dan etika-etika yang ada.

Sebuah sekolah tidak lepas dari adanya peran seorang pemimpin. Untuk

itu bisa dikatakan suksesnya sebuah sekolah tergantung seberapa besar kapasitas

seorang pemimpinnya. Sekolah akan berkembang jika seorang pemimpin mampu

mewujudkan tujuan sekolah menjadi kenyataan.

2.2.5. Sifat-sifat Pemimpin

Kepribadian Kepala Sekolah sebagai leader akan tercermin dalam sifat-sifat:

26

1. Jujur.

2. Percaya diri.

3. Tanggung jawab.

4. Berani mengambil resiko dan keputusan.

5. Berjiwa besar.

6. Emosi yang stabil.

7. Teladan.

Pengetahuan Kepala Sekolah terhadap tenaga kependidikan akan tercermin

dalam kemampuan:

1. Memahami kondisi tenaga kependidikan.

2. Memahami kondisi dan dan karakteristik peserta didik.

3. Menyusun program pengembangan tenaga kependidikan.

4. Menerima masukan, saran dan kritikan dari berbagai pihak untuk

meningkatkan sekolah.

Pemahaman terhadap visi dan misi sekolah akan tercermin dari

kemampuannya untuk:

1. Mengembangkan visi sekolah.

2. Mengembangkan misi sekolah.

3. Melaksanakan program untuk mewujudkan visi dan misi ke dalam

tindakan.

Kemampuan mengambil keputusan akan tercermin dari kemempuannya

dalam:

1. Mengambil keputusan bersama tenaga kependidikan di sekolah.

27

2. Mengambil keputusan untuk kepentingan internal sekolah.

3. Mengambil keputusan untuk kepentingan eksternal sekolah.

Kemampuan berkomunikasi akan tercermin dari kemampuannya untuk:

1. Berkomunikasi secara lisan dengan tenaga kependidiakn di sekolah.

2. Menuangkan gagasan dalam bentuk tulisan.

3. Berkomunikasi secara lisan dengan peserta didik.

4. Berkomunikasi secara lisan dengan orang tua dan masyarakat sekitar

lingkungan sekolah.

2.2.6. Fungsi Kepala Sekolah

Dinas Pendidikan telah menetapkan bahwa Kepala Sekolah harus mampu

melaksanakan pekerjaannya sebagai edukator, manajer, administrator dan

supervisor. ,Dalam perkembangan selanjutnya, sesuai dengan kebutuhan

masyarakat dan perkembangan jaman, Kepala Sekolah harus mampu berperan

sebagai leader, innovator, dan motivator di sekolahnya.

Mulyasa (2004: 98) fungsi Kepala Sekolah adalah sebagai berikut :

1. Kepala Sekolah sebagai edukator (Pendidik)

Dalam melakukan fungsinya sebagai edukator, Kepala Sekolah harus

memiliki strategi yang tepat untuk meningkatkan profesionalisme tenaga

kependidikan di sekolahnya. Menciptakan iklim sekolah yang kondusif,

memberikan nasihat kepada warga sekolah, memberikan dorongan kepada seluruh

tenaga kependidikan, serta melaksanakan model pembelajaran yang menarik,

seperti team teaching, moving class, dan mengadakan program akselerasi

(acceleration) bagi peserta didik yang cerdas di atas normal.

28

Sumidjo dalam mulyasa (1999: 122) mengemukakan bahwa memahami

arti pendidik tidak cukup berpergang pada konotasi yang terkandung dalam

definisi pendidik, melainkan harus dipelajari keterkaitannya dengan makna

pendidikan, sarana pendidikan, dan bagaimana strategi pendidikan itu

dilaksanakan. Untuk kepentingan tersebut, Kepala Sekolah harus berusaha

menanamkan, memajukan dan meningkatkan sedikitnya empat macam nilai, yakni

pembinaan mental, moral, fisik, dan artistik.

Pembinaan mental yaitu membina para tenaga kependidikan tentang hal-

hal yang berkaitan dengan sikap batin dan watak. Dalam hal ini, Kepala Sekolah

harus mampu menciptakan iklim yang kondusif agar setiap tenaga kependidikan

dapat melaksanakan tugas dengan baik, secara proporsional. Pembinaan moral

yaitu membina para tenaga kependidikan tentang hal-hal yang berkaitan dengan

ajaran baik buruk mengenai suatu perbuatan, sikap dan kewajiban sesuai dengan

tugas masing-masing tenaga kependidikan. Pembinaan fisik yaitu membina para

tenga kependidikan tentang hal-hal yang berkaitan dengan kondisi jasmani atau

badan, kesehatan dan penampilan mereka secara lahiriah. Pembinaan artistik yaitu

membina tenaga kependidikan tentang hal-hal yang berkaitan dengan kepekaan

manusia terhadap seni dan keindahan. Hal ini biasanya dilakukan melalui kegiatan

karyawisata yang bisa dilakukan setiap akhir tahun pelajaran.

Sebagai edukator Kepala Sekolah harus senantiasa berupaya meningkatkan

kualitas pembelajaran yang dilakukan oleh para guru. Dalam hal ini faktor

pengalaman akan sangat mempengaruhi profesionalisme Kepala Sekolah,

terutama dalam mendukung terbentuknya pemahaman tenaga kependidikan

29

terhadap pelaksanaan tugasnya. Pengalaman semasa menjadi guru, menjadi wakil

Kepala Sekolah, atau menjadi anggota organisasi kemasyarakatan sangat

mempengaruhi kemampuan Kepala Sekolah dalam melaksanakan pekerjaannya,

demikian halnya pelatihan dan penataran yang pernah diikutinya.

2. Kepala Sekolah sebagai manajer

Manajemen pada hakekatnya merupakan suatu proses merencanakan,

mengorganisasikan, memimpin dan mengendalikan usaha para anggota organisasi

serta mendayagunakan seluruh sumber daya organisasi dalam rangka mencapai

tujuan yang telah ditetapkan. Dalam rangka melakukan peran dan fungsinya

sebagai manajer, Kepala Sekolah harus memiliki strategi sebagai berikut:

1. Memberdayakan tenaga kependidikan melalui kerja sama atau koopertif

dimaksudkan bahwa dalam peningkatan profesionalisme tenaga

kependidikan di sekolah, Kepala Sekolah bafus memntingkan kerja sama

dengan tenaga kependidiakan dan pihak lain yang terkait dalam

melaksanakan setiap kegiatan.

2. Memberi kesempatan kepada para tenaga kependidikan untuk meningkatkan

profesinya, sebagai manajer Kepala Sekolah harus meningkatkan profesi

secara persuasif dan dari hati ke hati. Dalam hal ini, Kepala Sekolah harus

bersikap demokratis dan memberikan kesempatan kepada seluruh tenaga

kependidikan untuk mengembangkan potensinya secara optimal. Misalnya

memberi kesempatan kepada bawahan untukmeningkatkan profesinya

melalui berbagai penataran dan lokakarya sesuai dengan bidangnya masing-

masing.

30

3. Mendorong keterlibatan seluruh tenagakependidikan, dimaksudkan bahwa

Kepala Sekolah harus berusaha untuk mendorong keterlibatan semua tenaga

kependidiakan dalam setiap kegiatan di sekolah (partisipatif). Dalam hal ini

Kepala Sekolah bisa berpedoman pada asas tujuan, asas keunggulan, asas

mufakat, asas kesatuan, asas persatuan, asas empirisme, asas keakraban, dan

asas integritas.

3. Kepala Sekolah sebagai administrator

Kepala Sekolah sebagai administrator memiliki hubungan yang sangat erat

dengan berbagai aktivitas pengelolaan administrasi yang bersifat pencatatan,

penyusunan dan pendokumenan seluruh program sekolah. Secara spesifik, Kepala

Sekolah harus memiliki kemampuan untuk mengelola kurikulum, mengelola

administrasi peserta didik, mengelola administrasi personalia, mengelola

administrasi sarana dan prasarana, mengelola administrasi kearsipan, dan

mengelola administrasi keuangan. Kegiaran tersebut perlu dilakukan secara efektif

dan efisien agar dapat meninjang produktivitas sekolah. Untuk itu, Kepala

Sekolah harus mampu menjabarkan kemampuan di atas dalam tugas-tugas

opersional.

4. Kepala Sekolah sekabagai supervisor

Kegiatan utama pendidikan di sekolah dalam rangka mewujudkan

tujuannya adalah kegiatan pembelajaran, sehingga seluruh aktivitas organisasi

sekolah bermuara pada pencapaian efisiensi dan efektivitas pembelajaran. Oleh

karena itu, salah satu tugas Kepala Sekolah adalah sebagai supervisor, yaitu

menyupervisi pekerjaan yang dilakukan oleh tenaga kependidikan. Sergio dan

31

starrat (1993) menyatakan bahwa “supervixion is a process designed to help

teacher and supervisor learn more about therir practice; to better able to use

theri knowledge and skills to better serve parrents and schools; and to make the

school a more effective learning community”. Yang artinya bahwa supervisi

merupakan suatu proses yang dirancang secara khusus untuk membantu para guru

dan supervisor dalam mempelajari tugas sehari-hari di sekolah, agar dapat

menggunakan pengetahuan dan kemampuannya untuk memberikan layanan yang

lebih baik pada orang tua peserta didik dan sekolah, serta berupaya menjadikan

sekolah sebagai masyarakat belajar yang lebih efektif.

Pengawasan dan pengendalian yang dilakukan Kepala Sekolah terhadap

tenaga kependidikannya khususnya guru, disebut supervisi klinis, yang bertujuan

untuk meningkatkan kemampuan profesional guru dan meningkatkan kualitas

pembelajaran melalui pembelajaran yang efektif. Salah supervisi akademik yang

populer adalah supervisi klinis, yaitu memiliki karakteristik sebagai berikut:

1. Supervisi diberikan berupa bantuan (bukan perintah), sehinnga inisiatif

tetap berada di tangan tenaga kependidikan.

2. Aspek yang disupervisi berdasarkan usul guru, yang dikaji bersama

Kepala Sekolah sebagai supervisor untuk dijadikan kesepakatan.

3. Instrumen dan metode observasi dikembangkan bersama oleh guru dan

Kepala Sekolah.

4. Mendiskusikan dan menafsirkan hasil pengamatan dengan mendahulukan

interprestasi guru.

32

5. Supervisi dilakukan dalam suasana terbukan secara tatap muka, dan

supercisor lebih banyak mendengarkan serta menjawab pertanyaan guru

daripada member saran dan pengarahan.

6. Supervisi klinis sedikitnya memiliki tiga tahap, yaitu pertemuan awal,

pengamatan, dan umpan balik.

7. Adanya penguatan dan umpan balik dari Kepala Sekolah sebagai

supervisor terhadap perubahan perilaku guru yang positip sebagai hasil

pembinaan.

8. Supervisi dilakukan secara berkelanjutan untuk meningkatkan suatu

keadaan dan memecahkan suatu masalah.

5. Kepala Sekolah sebagai leader

Kepala Sekolah sebagai leader harus mampu memberikan petunjuk dan

pengawasan, meningkatkan kemauan tenaga kependidikan, membuka komunikasi

dua arah, dan mendelegasikan tugas. Wahjosumijo (1999: 110) mengemukakan

bahwa Kepala Sekolah sebagai leader harus memiliki karakteristik khusus yang

mencakup kepribadian, keahlian dasar, pengalaman dan pengetahuan profesional,

serta pengetahuan administrasi dan pengawasan.

Kemampuan Kepala Sekolah yang harus diwujudkan Kepala Sekolah

sebagai leader dapat dianalisis dari kepribadian, pengetahuan terdadap tenaga

kependidikan, visi dan misi Kepala Sekolah, kemampuan mengambil keputusan,

dan kemampuan berkomunikasi.

33

6. Kepala Sekolah sebagai inovator

Dalam rangka melakukan peran dan fungsinya sebagai inovator, Kepala

Sekolah harus memiliki strategi yang tepat untuk menjalin hubungan yang

harmonis dengan lingkungan, mencari gagasan baru, mengintegrasikan setiap

kegiatan, memberikan teladan kepada seluruh tenaga kependidikan di sekolah, dan

mengembangkan model-model pembelajaran yang inovatif.

Kepala Sekolah sebagai inovator akan tercermin dari cara-cara ia

melakukan pekerjaannya secara konstruktif, kreatif, delegatif, integratif, rasional

dan objektif, pragmatis, keteladanan, disiplin, serta adaptabel dan fleksibel.

1. Konstruktif, kepala sekoalah harus berusaha mendorong dan membina

setiap tenaga kependidikan agar dapat berkembang secara optimal dalam

melakukan tugas-tugas yang diembankan kepada masing-masing tenaga

kependidikan.

2. Kreatif, Kepala Sekolah harus mencari gagasan dan cara-cara baru dalam

melaksanakan tugasnya.

3. Delegatif, Kepala Sekolah harus barusaha mendelegatifkan tugas kepada

tenaga kependidikan sesuai dengan deskripsi tugas, jabatan serta

kemampuan masing-masing.

4. Integratif, Kepala Sekolah harus berusaha mengintergasikan semua

kegiatan sehingga dapat menghasilkan sinergi untuk mencapai tujuan

sekolah secara efektif, efisien dan produktif.

5. Rasional dan objektif, Kepala Sekolah harus bertindak berdasarkan

pertimbangan rasio dan objektif.

34

6. Pragmatis, dimaksudkan bahwa dalam meningkatkan profesionalisme

tenaga kependidiakn di sekolah, Kepala Sekolah harus berusaha

menetapkan kegiatan atau target berdarsarkan kondisi dan kemampuan

yang dimiliki sekolah.

7. Adaptabel dan fleksibel, Kepala Sekolah harus mampu beradaptasi dan

fleksibel dalam menghadapi situasi baru, sera berusaha menciptakan

situasi kerja yang menyenangkan dan memudahkan para tenaga

kependidikan untuk berdaptasi dalam melaksanakan tugasnya.

7. Kepala Sekolah sebagai motivator

Sebagai motivator, Kepala Sekolah harus memiliki strategi yang tepat

untuk memberikan motivasi pada para tenaga kependidikan dalam melakukan

berbagai tugas dan fungsinya. Motivasi ini dapat ditumbuhkan melaluai

pengaturan lingkungan fisik, pengaturan suasana kerja, disiplin, dorongan,

penghargaan secara efektif, dan penyediaan berbagai sumber belajar melalaui

pengembangan pusat sumber belarar (PSB).

2.2.7. Tanggung Jawab Kepala Sekolah

Kemampuan kepemimpinan Kepala Sekolah merupakan faktor penentu

utama pemberdayaan guru dan peningkatan mutu proses dan produk

pembelajaran. Kepala Sekolah adalah orang yang bertanggung jawab apakah guru

dan staf sekolah dapat bekerja secara optimal. Kultur sekolah dan kultur

pembelajaran juga dibangun oleh gaya kepemimpinan Kepala Sekolah dalam

berinteraksi dengan komunitasnya (Kepala Sekolah, guru, dan staf). Besarnya

tanggung jawab Kepala Sekolah digambarkan oleh Sergiovani, Burlingame,

35

Coombs, dan Thurston (1987) dalam Danim (2003: 197), bahwa Kepala Sekolah

untuk jenjang dan jenis sekolah apapun, merupakan orang yang memiliki

tanggung jawab utama, yaitu apakah guru dan staf dapat bekerja sesuai dengan

tugas pokok dan fungsinya. Tugas-tugas Kepala Sekolah bersifat ganda, yang satu

sama lain memiliki kaitan erat, baik langsung atau tidak langsung. Tugas-tugas

dimaksud adalah mengkoordinasi, mengarahkan, dan mendukung hal-hal yang

berkaitan dengan tugas pokoknya yang sangat kompleks, yaitu:

1. merumuskan tujuan dan sasaran-sasaran sekolah.

2. mengevaluasi kinerja guru.

3. mengevaluasi kinerja staf sekolah.

4. menata dan menyediakan sumber-sumber organisasi sekolah.

5. membangun dan menciptakan iklim psikologis yang baik antar komunitas

sekolah.

6. menjalin hubungan dan ketersentuhan kepedulian terhadap masyarakat.

7. membuat perencanaan bersama staf dan komunitas sekolah.

8. menyusun penjadualan kerja.

9. mengatur masalah-masalah pembukuan.

10. melakukan negosiasi dengan pihak eksternal.

11. memecahkan konflik antarsesama guru dan antarpihak pada komunitas

sekolah.

12. menerima masukan dari guru-guru dan staf sekolah untuk persoalan-

persoalan yang tidak dapat mereka selesaikan.

13. memotivasi guru dan karyawan untuk tampil optimal.

36

14. melakukan fungsi supervisi pembelajaran atau pembinaan profesional.

15. melaksanakan kegiatan lain yang mendukung operasi sekolah.

(http://smp1rangkasbitung.wordpress.com/2009/04/07/peranan-dan-tugas-kepala-

sekolah-dan-guru/)

2.2.8. Dampak Kepala Sekolah Profesional

Menurut Mulyasa (2004: 89) dampak Kepala Sekolah profesional adalah

sebagai berikut:

1. Efektivitas Proses Pendidikan

Peningkatan profesionalisme tenaga kependidikan memiliki efektivitas

pendidikan yang tinggi, yang tampak dari sifat pendidikan yang menekankan pada

pemberdayaan peserta didik. Pembelajaran bukan sekedar memorasi dan recall,

bukan sekedar penekanan pada penguasaan pengetahuan tentang apa yang

diajarkan (logos), akan tetapi lebih menekankan pada internelisasi tentang apa

yang diajarkan sehingga tertanam dan berfungsi sebagai muatan kehidupan oleh

peserta didik (etos) bahkan, pembelajaran juga lebih menekankan pada bagaimana

supaya peserta didik mampu belajar dan cara belajar (learning to learn)

2. Tumbuhnya Kepemimpinan Sekolah yang Kuat

Kepala Sekolah mempunyai peran yang kuat dalam mengkoordinasikan,

menggerakkan dan menyerasikan semua sumber daya pendidikan yang tersedia di

sekolah. Kepemimpinan Kepala Sekolah merupakan salah satu faktor yang dapat

mendorong sekolah untuk dapat mewujudkan visi, misi, tujuan dan sasaran

sekolah melalui program-program yang dilaksanakan secara terencana dan

bertahap.

37

3. Pengelolaan Tenaga Kependidikan yang Efektif

Tenaga kependidikan, terutama guru, merupakan jiwa dari sekolah. Oleh

karena itu, peningkatan profesionalisme tenaga kependidikan mulai dari analisis

kebutuhan, perencanaan, pengembangan, evaluasi kinerja, hubungan kerja,

sampai pada imbal jasa, merupakan garapan penting bagi seorang Kepala Sekolah.

4. Budaya Mutu

Budaya mutu tertanam di sanubari semua warga sekolah, sehingga setiap

perilaku selalu didasari oleh profesionalisme.

5. Team Work Yang Kompak, Cerdas, dan Dinamis

Kebersamaan (teamwork) merupakan karakteristik yang dituntut oleh

profesionalisme Kepala Sekolah, karena out put pendidikan merupakan hasil

kolektif waga sekolah, bukan hasil individual.

6. Kemandirian

Kepala Sekolah memiliki kemandirian untuk melakukan yang terbaik bagi

sekolahnya, sehingga dituntut untuk memiliki kemampuan dan kesanggupan kerja

yang tidak selalu menggantungkan pada atasan.

7. Partisipasi Warga Sekolah dan Masyarakat

Peningkatan profesionalisme tenaga kependidikan di sekolah memiliki

karakteristik bahwa partisipasi warga sekolah dan masyarakat marupakan bagian

kehidupannya.

38

8. Transparansi Manajemen

Dalam wacana demokrasi pendidikan, transparasi pengelolaan sekolah

merupakan karakteristik sekolah yang harus diwujudkan dalam meningkatakan

profesionalisme tenaga kependidikan.

9. Kemauan untuk Berubah

Perubahan harus menjadi kenikmatan bagi semua warga sekolah menuju

peningkatan ke arah yang lebih baik. Dalam hal ini, setiap perubahan harus

menghasilkan sesuatu yang lebih baik dari sebelumnya, demikian halnya mutu

pendidikan di sekolah.

10. Evaluasi dan Perbaikan Berkelanjutan

Evaluasi terhadap profesionalisme tenaga kependidikan harus dilakukan

secara teratur bukan hanya ditujukan untuk mengetahui tingkat kemampuan setiap

tenaga kependidikan, tetapi yang terpenting adalah bagaimana menanfaatkan

tenaga kependidikan tersebut untuk memperbaiki dan menyempurnakan proses

pendidikan di sekolah.

11. Tanggap Terhadap Kebutuhan

Sekolah tanggap terhadap berbagai aspirasi yang muncul bagi peningkatan

mutu, karena selalu membaca lingkungan dan menanggapinya secara cepat dan

tepat, bahkan sekolah tidak hanya mampu menyesuaikan terhadap perubahan dan

tuntutan, tetapi juga ikut menciptakan perubahan, dan mengantisipasi hal-hal yang

mungkin terjadi.

39

12. Akuntanbilitas

Akuntanbilitas ini berbentuk laporan prestasi yang dicapai baik kepada

pemerintah maupun kepada orang tua peserta didik dan masyarakat.

13. Sustainabilitas

Paradigma baru Kepala Sekolah professional dalam konteks MBS dan

KBK memiliki sustianabilitas yang tinggi karena di sekolah akan terjadi proses

akumulasi peningkatan mutu sumber daya manusia, diversifikasi sumber dana,

pemilikan aset sekolah yang mempu meningkatkan kekayaan sekolah, serta

partisipasi dan dukungan masyarakat yang tinggi terhadap ekstensi sekolah.

Dalam kaitannya dengan tugas dan tanggung jawab Kepala Sekolah,

menurut Peraturan Menteri Pendidikan Nasional (Permendiknas) No. 13 Tahun

2007 tentang Standar Kepala Sekolah/Madrasah, maka Kepala Sekolah harus

memiliki beberapa kompetensi yang harus dipenuhi. Kompetensi tersebut adalah

sebagai berikut:

Tabel 2.1 Kompetensi–kompetensi Kepala Sekolah

NO DIMENSI

KOMPETENSI KOMPETENSI

Kepribadian

Manajerial

a. Berakhlak mulia, mengembangkan budaya dan

tradisi akhlak mulia, dan menjadi teladan akhlak

mulia bagi komunitas di sekolah / madrasah

b. Memiliki integritas kepribadian sebagai pemimpin

c. Memiliki keinginan yang kuat dalam

pengembangan diri sebagai Kepala Sekolah /

madarasah

d. Bersikap terbuka dalam melaksanakan tugas pokok

dan fungsi

e. Mengendalikan diri dalam menghadapi masalah

dalam pekerjaan sebagai Kepala Sekolah

f. Memiliki bakat dan minat jabatan sebagai

pemimpin pendidikan

a. Menyusun perencanaan sekolah / madrasah untuk

nerbagai tingkat perencanaan

40

Kewirausahaan

b. Mengembangkan organisasi sekolah / madrasah

sesuai dengan kebutuhan

c. Memimpin sekolah / madrasah dalam rangka

pendayagunaan sumber daya sekolah secara optimal

d. Mengelola perubahan dan pengembangan

sekolah/madrasah menuju organisasi pembelajar

yang efektif

e. Menciptakan budaya dan iklim sekolah / madrasah

yang kondusif dan inovatif bagi pembelajaran

peserta didik

f. Mengelola guru dan staff dalam rangka

pendayagunaan sumber daya manusia secara

optimal

g. Mengelola sarana dan prasarana sekolah / madrasah

dalam rangka pendayagunaan secara optimal

h. Mengelola hubungan sekolah / madrasah dan

masyarakat dalam rangka pencarian dukungan ide,

sumber belajar dan pembiayaan sekolah atau

madrasah

i. Mengelola peserta didik dalam rangka penerimaan

peserta didik baru, penempatan dan pengembangan

kapasitas peserta didik

j. Mengelola pengembangan kurikulum dan kegiatan

pembelajaran sesuai dengan arah dan tujuan

pendidikan nasional

k. Mengelola keuangan sekolah / madrasah sesuai

prinsip pengelolaan yang akuntabel, transparan dan

efisien

l. Mengelola ketatausahaan sekolah / madrasah dalam

mendukung pencapaian tujuan sekolah / madrasah

m. Mengelola unit layanan khusus sekolah / madrasah

dalam rangka mendukung kegiatan pembelajaran

dan kegiatan peserta didik di sekolah / madrasah

n. Mengelola system informasi sekolah / madrasah

dalam mendukung penyusunan progam dan

pengambilan keputusan

o. Memanfaatkan kemajuan teknologi informasi bagi

peningkatan pembelajaran dan manajemen sekolah /

madrasah

p. Melakukan monitoring, evaluasi, dan pelaporan

pelaksanaan progam kegiatan sekolah / madrasah

dengan prosedur yang tepat, serta merencanakan

tindak lanjutnya

a. Menciptakan inovasi yang berguna bagi

pengembangan sekolah / madrasah

b. Bekerja keras untuk mencapai keberhasilan sekolah

/ madrasah sebagai organisasi pembelajar yang

efektif

c. Memiliki motivasi yang kuat untuk sukses dalam

melaksanakan tugas pokok dan fungsinya sebagai

pemimpin sekolah

d. Pantang menyerah dan selalu mencari solusi terbaik

dalam menghadapi kendala yang dihadapi sekolah /

madrasah

e. Memiliki naluri kewirausahaan dalam mengelola

41

Supervisi

Sosial

kegiatan produksi jasa sekolah / madrasah sebagai

sumber belajar peserta didik

a. Merencanakan progam supervisi akademik dalam

rangka peningkatan profesionalisme guru

b. Melaksanakan supervisi akademik terhadap guru

dengan menggunakan pendekatan dan teknik

supervisi yang tepat

c. Menindaklanjuti hasil supervis akademik terhadap

guru dalam rangka peningkatan profesionalisme

guru

a. Bekerja sama dengan pihak lain untuk kepentingan

sekolah / madrasah

b. Berpartisipasi dalam kegiatan sosial

kemasyarakatan

c. Memiliki kepekaan sosial terhadap orang atau

kelompok lain

Sumber: Permendiknas (2007)

(http//:www.depdiknas.go.id/produk_hukum/.../permen_12_2007.pdf)

2.3. Motivasi Kerja Guru

Motivasi berasal dari kata “motif” yang artinya daya upaya yang

mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu. Motif dapat dikatakan sebagai

daya penggerak dari dalam dan didalam subyek untuk melakukan aktivitas-

aktivitas tertentu demi mencapai suatu tujuan. Berawal dari kata “motif”, maka

motivasi dapat diartikan sebagai daya penggerak yang telah menjadi aktif. Motif

menjadi aktif pada saat tertentu bila kebutuhan untuk mencapai tujuan sangat

dirasakan mendesak (Sardiman,2005: 73).

Menurut Terry dalam Hasibuan (2005: 145), motivasi adalah keinginan

yang terdapat pada diri seseorang individu yang merangsangnya untuk melakukan

tindakan-tindakan. Menurut As’ad (1995: 45), motivasi kerja adalah Sesuatu yang

menimbulkan semangat atau dorongan kerja. Motivasi merupakan pemberian atau

penggerak yang menciptakan kegairahan kerja seseorang agar mau bekerja sama

bekerja secara efektif dan terintegrasi dan segala daya upaya untuk mencapai

kepuasan. Ada pendapat lain yang mengatakan bahwa motivasi adalah suatu

42

perubahan energi dalam diri seseorang yang ditandai oleh timbulnya perasaan dan

reaksi untuk mencapai tujuan (Hamalik, 2002: 121).

Motivasi merupakan salah satu faktor yang dapat meningkatkan kualitas

pembelajaran, karena guru akan mengajar dengan sungguh-sungguh apabila

memiliki motivasi yang tinggi. Dengan motivasi akan tumbuh dorongan untuk

melakukan sesuatu dalam kaitannya dengan pencapaian tujuan. Motivasi yang ada

pada setiap orang tidaklah sama antara yang satu dengan yang lain. Untuk itu,

diperlukan pengetahuan mengenai pengertian dan hakikat motivasi, serta

kemampuan teknik menciptakan situasi sehingga menimbulkan

motivasi/dorongan bagi mereka untuk berbuat atau berperilaku sesuai dengan apa

yang dikehendaki oleh individu lain/organisasi.

Dari beberapa definisi motivasi tersebut, pada dasarnya mengandung arti

yang sama yaitu bahwa motivasi adalah dorongan yang menyebabkan terjadinya

suatu perbuatan guna mencapai suatu tujuan. Motivasi dalam hal ini adalah

motivasi mengajar, yaitu suatu dorongan atau kemauan seseorang untuk

melakukan aktivitas mengajar agar tujuan pembelajaran yang efektif dapat

dicapai.

Maslow dalam Need Hierarchy Theory menyatakan bahwa kebutuhan dan

kepuasan manusia bersifat jamak yaitu kebutuhan psikologis dan biologis berupa

material. Maslow menggolongkan adanya lima kebutuhan manusia dalam

(Hasibuan, 2003: 104).

Adapun tingkat kebutuhan manusia yang mendorong manusia untuk

bekerja menurut Maslow adalah:

43

1. Kebutuhan fisik

Kebutuhan fisik adalah kebutuhan yang diperlukan untuk mempertahankan

kelangsungan hidup seseorang seperti sandang, pangan, papan. Organisasi

membantu individu dengan menyediakan gaji yang baik, keuntungan serta

kondisi kerja untuk memuaskan kebutuhannya.

2. Kebutuhan akan keamanan dan keselamatan

Jika kebutuhan psikologis sudah sedikit terpenuhi maka kebutuhan ini dapat

menjadi motivasi. Kebutuhan ini merupakan rasa aman dari kecelakaan dan

keselamatan dalam melaksankan pekerjaan. Kebutuhan ini mengarah pada

bentuk kebutuhan akan keamanan dan keselamatan jiwa di tempat kerja pada

saat mengerjakan pekerjaan pada waktu jam-jam tertentu.

3. Kebutuhan Afiliasi

Kebutuhan afiliasi adalah kebutuhan sosial misalnya berteman, mencintai serta

diterima dalam pergaulan lingkungan kerjanya. Manusia pada dasarnya selalu

ingin hidup berkelompok dan tidak seorangpun manusia ingin hidup

menyendiri. Kebutuhan ini terdiri dari:

a) Kebutuhan akan perasaan diterima oleh orang lain di tempat ia bekerja.

b) Kebutuhan akan perasaan dihormati. Karena manusia merasa dirinya

penting. Serendah-rendahnya pendidikan dan kedudukan seseorang

tetap merasa dirinya penting.

c) Kebutuhan akan perasaan kemajuan dan tidak sanggup menyenangi

kegagalan. Kemajuan di segala bidang merupakan keinginan dan

kebutuhan yang menjadi idaman setiap orang.

44

d) Kebutuhan akan perasaan ikut serta. Setiap karyawan akan merasa

senang jika diikutkan dalam berbagai kegiatan dan mengemukakan

saran atau pendapat pada pimpinan.

4. Kebutuhan akan penghargaan diri/status

Merupakan kebutuhan akan pengakuan serta penghargaan prestise dari

karyawan dan masyarakat lingkungannya. Idealnya prestise timbul karena

adanya prestasi, tetapi tidak selamanya demikian.

5. Kebutuhan aktualisasi diri

Kebutuhan aktualisasi diri dipenuhi dengan menggunakan kecakapan,

kemampuan, ketrampilan, dan potensi optimal untuk mencapai prestasi kerja

yang sangat memuaskan atau luar biasa yang sulit dicapai orang lain.

Kebutuhan aktualisasi diri ini berbeda dengan kebutuhan lain dalam dua hal.

Kebutuhan aktualisasi diri hanya dapat dipenuhi atas usaha individu itu sendiri.

Aktualisasi diri berhubungan dengan pertumbuhan individu. Kebutuhan ini

berlangsung terus-menerus terutama sejalan dengan meningkatnya jenjang

karir seorang individu.

2.3.1. Faktor yang Mempengaruhi Tinggi Rendahnya Motivasi Kerja

Dalam kegiatan administrasi pendidikan motivasi kerja yang tinggi dari

setiap personal yang terlibat didalamnya merupakan faktor yang memuaskan bagi

tercapainya tujuan-tujuan pendidikan diantaranya:

1. Minat atau perhatian terhadap pekerjaan berpengaruh terhadap motivasi

seseorang merasa bahwa minat atau perhatiannya sesuai dengan jelas sifat dan

pekerjaan yang dilakukan maka akan meningkatkan motivasi kerjanya.

45

2. Faktor upah/gaji yang tinggi dipandang sebagai faktor yang dapat

memepertinggi motivasi kerja.

3. Faktor status sosial dari pekerjaan dapat mempengaruhi motivasi kerja.

Pekerjaan yang mendapat status sosial/posisi yang tinggi atau baik.

4. Tujuan yang mulia atau pekerjaan yang mengandung pengabdian merupakan

faktor yang dapat memepertinggi motivasi kerja. Tujuan serta sifat pengabdian

diri dalam suatu pekerjaan mengakibatkan terwujudnya pekerjaan yang

menjadi tanggung jawabnya.

5. Faktor suasana kerja dan hubungan kemanusiaan yang lebih sehingga setiap

orang merasa diterima dan dihargai dalam kelompoknya dapat memepertinggi

motivasi kerja.

2.3.2. Ciri-ciri Motivasi Kerja

Menurut Sardiman (2005: 83) dalam buku interaksi dan motivasi belajar

mengajar bahwa motivasi yang ada pada diri setiap orang memiliki ciri-ciri

sebagai berikut:

1. Tekun menghadapi tugas (dapat menerus dalam waktu yang lama, tidak pernah

berhenti sebelum selesai).

2. Ulet menghadapi kesulitan (tidak lekas putus asa).

3. Menunjukkan minat terhadap bermcam-macam masalah.

4. Lebih senang bekerja sendiri.

5. Cepat bosan pada tugas-tugas yang rutin (hal-hal yang bersifat mekanis,

berulang-ulang begitu saja, sehingga kurang kreatif).

6. Dapat mempertahankan pendapatnya (kalau sudah yakin akan sesuatu).

46

7. Tidak pernah mudah melepaskan hal yang diyakini.

8. Senang mencari dan memecahkan masalah soal-soal.

Dengan demikian dapat kita simpulkan bahwa seseorang yang memiliki

motivasi kerja, memiliki ciri-ciri tersebut di atas. Apabila seseorang memiliki ciri-

ciri tersebut, berarti orang itu memiliki motivasi yang cukup kuat. Ciri-ciri

motivasi seperti itu akan sangat penting dalam kegiatan belajar mengajar. Karena

kegiatan belajar mengajar akan berhasil baik, kalau gurunya tekun melaksanakan

pekerjaannya, ulet dalam memecahkan masalah dan hambatan secara mandiri.

guru yang produktif tidak akan terjebak pada sesuatu yang rutinitas. Selain itu,

juga harus berani mempertahankan pendapatnya kalau memang yakin dan

rasional. Bahkan peka dan responsive terhadap berbagai masal’’h umum dan

berpikir bagaimana cara pemecahannya. Kesimpulan yang dapat diambil dari

motivasi kerja guru adalah dorongan bagi seorang guru untuk melakukan

pekerjaan dalam kegiatan belajar mengajar tercapai agar tercapai tujuan sesuai

rencana.

2.3.3. Motivasi Kerja Guru Ekonomi

Menurut Sardiman (2005: 83) dalam buku interaksi dan motivasi belajar

mengajar bahwa, guru yang mempunyai motivasi adalah yang mempunyai ciri-ciri

sebagai berikut: Tekun menghadapi tugas (dapat menerus dalam waktu yang lama,

tidak pernah berhenti sebelum selesai), ulet menghadapi kesulitan (tidak lekas

putus asa), menunjukkan minat terhadap bermcam-macam masalah, lebih senang

bekerja sendiri, cepat bosan pada tugas-tugas yang rutin (hal-hal yang bersifat

mekanis, berulang-ulang begitu saja, sehingga kurang kreatif, dapat

47

mempertahankan pendapatnya (kalau sudah yakin akan sesuatu, tidak pernah

mudah melepaskan hal yang diyakini, senang mencari dan memecahkan masalah

soal-soal. Motivasi kerja guru ekonomi dalam hal ini adalah motivasi mengajar,

yaitu suatu dorongan atau kemauan seseorang untuk melakukan aktivitas

mengajar agar tujuan pembelajaran yang efektif dapat dicapai.

2.4. Kerangka Berpikir

Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana

belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan

potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,

kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya

dan masyarakat. Pendidikan meliputi pengajaran keahlian khusus, dan juga

sesuatu yang tidak dapat dilihat tetapi lebih mendalam yaitu pemberian

pengetahuan, pertimbangan dan kebijaksanaan. Salah satu dasar utama pendidikan

adalah untuk mengajar kebudayaan melewati generasi.

Guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik,

mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi

peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan

dasar dan pendidikan menengah (peraturan pemerintah republik Indonesia Nomor

41 tahun 2009 tentang tunjangan profesi guru dan dosen, tunjangan kehormatan

profesor bab 1 pasal 1).

Kinerja guru merupakan hasil yang dicapai oleh seorang guru dalam

melaksanakan tugas yang menjadi tanggung jawabnya di sekolah sebagai pendidik

48

dan pengajar dalam rangka mencapai tujuan yaitu mewujudkan lulusan/prestasi

belajar siswa yang optimal. Suyanto (2001: 10). Kinerja dikatakan baik dan

memuaskan apabila tujuan yang dicapai sesuai dengan standar yang telah

ditetapkan. Menurut Hasibuan (dalam mangkunegara, 2007: 17) bahwa kinerja

guru dipengaruhi oleh beberapa aspek diantaranya adalah kepemimpinan dan

motivasi.

Kepemimpinan Kepala Sekolah mempunyai peranan penting dalam

meningkatkan kinerja guru. Dalam kepemimpinan yang baik maka suatu

organisasi dapat mencapai tujuan dengan baik. Karena pemimpin merupakan

motor penggerak bagi roda kegiatan administrasi suatu organisasi. Kepemimpinan

akan membawa kearah mana suatu organisasi akan dibawa guna mencapai tujuan

yang telah ditetapkan. Kemimpinan Kepala Sekolah yang baik akan menjadikan

guru bekerja penuh semangat dan bertanggung jawab. Sehingga dapat diambil

kesimpulan Kepala Sekolah adalah salah satu komponen pendidikan yang

berpengaruh dalam meningkatkan kinerja guru.

Selain kepemimpinan Kepala Sekolah, motivasi juga mempunyai peranan

penting dalam kegiatan mengajar. Motivasi merupakan salah satu faktor yang

dapat meningkatkan kualitas pembelajaran, karena guru akan mengajar dengan

sungguh-sungguh apabila memiliki motivasi yang tinggi. Dengan motivasi akan

tumbuh dorongan untuk melakukan sesuatu dalam kaitannya dengan pencapaian

tujuan.

Adapun tujuan dan manfaat dari motivasi menurut Sowatno (2001: 147),

diantaranya sebagai berikut: mendorong gairah dan semangat kerja, meningkatkan

49

moral dan kepuasan kerja pegawai, meningkatkan produktifitas kerja pegawai,

mempertahankan loyalitas dan kestabilan pegawai perusahaan, meningkatkan

kedisiplinan dan menurunkan tingkat absensi pegawai, mengefektifan pengadaan

pegawai menciptakan hubungan kerja dan suasana yang baik, meningkatkan

kreatifitas dan partisipasi pegawai, meningkatkan kesejahteraan pegawai,

mempertinggi rasa tanggung jawab karyawan terhadap tugas-tugasnya,

menigkatkan efisiensi penggunaan alat-alat dan bahan baku, dan sebagainya.

Untuk memperjelas ketiga variabel tersebut dibawah ini digambarkan

kerangka berpikir sebagai berikut:

H1

H3

H2

Gambar 2.2 Kerangka Berpikir

Kepemimpinan Kepala Sekolah:

a. Kepribadian

b. Manajerial

c. Kewirausahaan

d. Supervisi

e. Sosial

(Permendiknas) No. 13 Tahun 2007

f.

g.

h.

i.

j.

k.

l.

m.

n.

o.

Motivasi kerja guru:

a. Tekun menghadapi tugas

b. Ulet menghadapi kesulitan

c. Menunjukkan minat terhadap

bermacam-macam masalah

d. Lebih senang bekerja mandiri

e. Cepat bosan pada tugas-tugas yang

rutin

f. Dapat mempertahankan

pendapatnya

g. Tidak mudah melepaskan hal yang

diyakini

h. Senang mencari dan memecahkan

masalah soal-soal.

(Sardiman 2006: 83)

Kinerja guru:

a. Pembuatan rencana

pembelajaran

b. Pelaksanaan

pembelajaran

c. Pelaksanaan

evaluasi

(Undang-undang

No.14 Tahun 2005)

50

2.5. Hipotesis

Hipotesis adalah suatu jawaban yang bersifat sementara terhadap

permasalahan penelitian sampai terbukti melalui data yang terkumpul. (Suharsimi

Arikunto, 1998: 67).

Rumusan hipotesis yang akan dikemukakan adalah sebagai berikut:

H1: Ada pengaruh persepsi guru mengenai kepemimpinan Kepala Sekolah

terhadap kinerja guru ekonomi SMA Kota Tegal.

H2: Ada pengaruh motivasi kerja terhadap kinerja guru ekonomi SMA Kota

Tegal.

H3: Ada pengaruh persepsi guru mengenai kepemimpinan Kepala Sekolah

dan motivasi kerja terhadap kinerja guru ekonomi SMA Kota Tegal.

51

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Populasi Penelitian

Menurut Sujana (2005: 5) populasi adalah totalitas semua nilai yang

mungkin, baik hasil menghitung maupun mengukur kualitatif maupun kuantitatif

dari karakteristik tertentu mengenai sekumpulan objek yang jelas.

Populasi dalam penelitian ini adalah semua guru ekonomi SMA Kota

Tegal, dengan rincian:

Tabel 3.1 Data Populasi Penelitian

No Nama sekolah Jumlah guru

1 SMAN 1 TEGAL 2

2 SMAN 2 TEGAL 4

3 SMAN 3 TEGAL 6

4 SMAN 4 TEGAL 4

5 SMAN 5 TEGAL 3

6 SMA NU TEGAL 2

7 SMA PIUS TEGAL 3

8 SMA AL-IRSYAD TEGAL 2

9 SMA IHSANIYAH TEGAL 2

10 SMA PANCASAKTI TEGAL 2

11 SMA MUHAMMADIYAH TEGAL 3

Jumlah 34

(Sumber: Data Penelitian 2011)

3.2 Sampel

Sampel dalam penelitian ini adalah semua guru Ekonomi SMA Kota

Tegal yang berjumlah 34 guru. Karena subjek yang ada kurang dari 100 maka

penelitian ini adalah penelitian studi populasi karena semua subjek diteliti.

51

52

3.3 Variabel Penelitian

Variabel adalah gejala-gejala yang bervariasi, misalnya jenis kelamin,

berat badan, dan sebagainya, sehingga variabel adalah objek penelitian yang

bervariasi (Arikunto, 1998: 94).

3.3.1 Variabel bebas (X)

Variabel bebas yaitu variabel yang mempengaruhi variabel lain (Arikunto, 1998:

97). Variabel bebas dalam penelitian ini ada dua yaitu persepsi guru mengenai

kepemimpinan Kepala Sekolah (X1), dan motivasi kerja (X2).

1. Kepemimpinan Kepala Sekolah

kepemimpinan Kepala Sekolah kemampuan seorang Kepala Sekolah untuk

mempengaruhi tingkah laku untuk mencapai tujuan organisasi. Kepemimpinan

kepala sekolah ini diukur dengan Permendiknas No.13 Tahun 2007 yaitu:

kepribadian, manajerial, kewirausahaan, supervisi dan social dengan

menggunakan skala pengukuran interval.

2. Motivasi kerja

Dorongan untuk melakukan sesuatu dalam kaitannya untuk pencapaian

tujuan. Motivasi ini diukur dengan pendapat sardiman 2006:83 yaitu: tekun

menghadapi tugas, ulet menghdapi kesulitan, menunjukan minat terhadap

bermacam-macam masalah, lebih senang bekerja mandiri, cepat bosan pada tugas

yang rutin, dapat mempertahankan pendapatnya, tidak mudah melepaskan hal

yang diyakini, senang mencari dan memecahkan soal-soal dengan menggunakan

skala pengukuran interval.

53

3.3.2 Variabel Terikat (Y)

Variabel terikat yaitu sejumlah gejala atau faktor yang ada atau muncul

dipengaruhi oleh variabel bebas (Arikunto, 2002: 97). Variabel terikat dalam

penelitian ini adalah kinerja guru yaitu hasil kerja atau prestasi kerja yang

dilakukan oleh seorang guru berdasarkan kemampuannya dalam melaksanakan

kegiatan belajar mengajar. Kinerja guru guru ini diukur dalam UU No.14 Th 2005

yaitu: merencanakan pembelajaran, melaksanakan proses pembelajaran, menilai

dan mengevaluasi hasil pembelajaran.

3.4 Metode Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini metode pengumpulan data yang digunakan adalah

angket atau kuesioner. Anket variabel Kepemimpinan Kepala Sekolah dan

Motivasi kerja diisi oleh semua Guru Ekonomi SMA Kota Tegal yang bejumlah

34 Guru, sedangkan Angket variable Kinerja diisi oleh Kepala Sekolah. Angket

atau kuesioner dalam penelitian ini berjumlah tiga item dengan rincian sebagai

berikut:

a. Variabel Kepemimpinan Kepala Sekolah

Jumlah kuesioner untuk Kepemimpinan Kepala Sekolah satu item

yang berisi tiga puluh lima pertanyaan penulis memodifikasi sendiri item soal

tersebut dengan acuan dari (Permendiknas) No. 13 Tahun 2007. Angket

ditujukan kepada responden yaitu semua guru ekonomi SMA Kota Tegal

yang berjumlah 34 guru. Dalam pengisian angket responden diminta untuk

54

memilih alternatif jawaban yang telah disediakan. Setelah angket disebar dan

diisi oleh responden,

kemudian angket dikumpulkan kembali. Setelah itu barulah angket diolah

guna mengetahui hasilnya.

b. Variabel Motivasi kerja

Jumlah kuesioner Motivasi kerja berjumlah satu item penulis

memodifikasi sendiri item soal tersebut dengan acuan dari teori Sardiman

(2006: 83). Angket ditujukan kepada responden yaitu sejumlah semua Guru

ekonomi SMA Kota Tegal sejumlah 34 guru. Dalam pengisian angket,

responden diminta untuk memilih alternatif jawaban yang telah disediakan.

Setelah angket disebar dan diisi oleh responden, kemudian angket

dikumpulkan kembali. Setelah itu barulah angket diolah guna mengetahui

hasilnya.

c. Variabel Kinerja Guru

Jumlah kuesioaner untuk kinerja guru berjumlah satu item yang

berisi delapan pertanyaan penulis memodifikasi sendiri item soal tersebut

dengan acuan UU No.14 Th 2005 Angket kinerja diisi oleh Kepala Sekolah

masing-masing dari 11 sekolah yang ada di Tegal. Pada Skala semantik

responden diminta untuk menjawab atau memberikan penilaian terhadap

suatau konsep atau obyek tertentu Ridwan (2002: 19). Dengan skala semantik

ini peneliti ini peneliti ingin mengetahui penilaian Kepala Sekolah terhadap

kinerja guru masing-masing sekolah.

55

3.4. Validitas dan Reliabilitas Instrumen Penelitian

3.4.1 Validitas Instrumen

Validitas adalah ukuran yang menunjukkan tingkatan-tingkatan kevalidan

atau kesahihan suatu instrumen. Suatu instrumen yang valid atau sahih

mempunyai validitas tinggi (Arikunto,1998: 160). Dalam penelitian ini validitas

yang digunakan adalah validitas internal. Validitas internal dalah validitas yang

dicapai apabila terdapat kesesuaian antara bagian-bagian instrumen secara

keseluruhan (Arikunto,1998: 138). Instrumen dikatakan valid apabila mampu

mengukur apa yang diinginkan dan dapat mengungkapkan data variabel yang

diteliti secara tepat. Caranya dengan membandingkan nilai probabilitas (p value)

dengan taraf signifikansi 5% (0,05). Berikut data hasil validitas instrumen guru

ekonomi SMA Tegal

Tabel 3.2. Hasil Analisis Validitas Instrumen

No Kriteria

1 Valid

2 Valid

3 Valid

4 Valid

5 Valid

6 Valid

7 Valid

8 Valid

9 Valid

10 Valid

11 Valid

12 Valid

13 Valid

14 Valid

15 Valid

16 Valid

17 Valid

18 Valid

56

19 Valid

20 Valid

21 Valid

22 Valid

23 Valid

24 Valid

25 Valid

26 Valid

27 Valid

28 Valid

29 Valid

30 Valid

31 Valid

32 Valid

33 Valid

34 Valid

35 Valid

36 Valid

37 Valid

38 Valid

39 Valid

40 Valid

41 Invalid

42 Invalid

43 Valid

44 Valid

45 Valid

46 Valid

47 Valid

48 Valid

49 Valid

50 Valid

51 Valid

(Sumber: Data Penelitian 2011)

Berdasarkan hasil uji statistik dengan menggunakan SPSS for windows

release12, diperoleh probabilitas (p value) untuk setiap butir instrumen

mempunyai nilai < 0,444 yang berarti valid, kecuali butir instrumen no 41 dan 42

yang tidak valid karena mempunyai probabilitas > 0,05. Untuk butir instrumen

57

yang tidak valid tidak dapat digunakan sebagai data penelitian dan diganti dengan

pertanyaan yang valid.

. Sedangkan hasil uji validitas pada responden yang sesungguhnya,

diperoleh nilai probabilitas (p value) < 0,444 untuk setiap butir instrumen,

Sehingga dapat dikatakan pernyataan pada angket tersebut valid.(Lampiran)

3.4.2 Reliabilitas

Suatu instrumen cukup dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat

pengumpulan data karena instrumen itu baik. Instrumen yang baik adalah

instrumen yang sudah reliabel yaitu yang akan menghasilkan data yang dipercaya.

Instrumen yang reliabel adalah walaupun berkali-kali diambil hasilnya tetap sama.

Jadi reliabilitas adalah sejauh mana hasil pengukuran terjadi apabila pengukuran

dilakukan pada kelompok subyek yang sama.

Pengujian reliabilitas dengan bantuan SPSS for windows release 12

menggunakan metode Cronbach’s Alpha, maka rhitung diwakili oleh nilai alpa. Jika

nilai Cronbach’s Alpha > 0,60 maka kuesioner yang diuji coba terbukti reliabel

.Berikut data hasil reliabilitas instrumen pada guru ekonomi SMA Kota Tegal.

Tabel 3.3 output spss cronbach’s alpha

Variabel Cronbach’s Alpha

Kinerja guru 0,949

Kepemimpianan Kepala Sekolah 0,982

Motivasi kerja 0,922

(Sumber: Data Penelitian 2011)

Berdasarkan hasil uji reliabilitas dengan SPSS, diperoleh angka

Cronbach’s Alpha untuk sikap (X1) sebesar 0,982, motivasi belajar (X2) sebesar

0,922 dan (Y) sebesar 0,949 dengan n= 20. Suatu konstruk atau variabel dikatakan

58

reliabel jika nilai Cronbach’s Alpha > 0,60 (Ghozali 2001: 133). Karena nilai

alpha untuk masing-masing variabel > 0,60, maka angket tersebut reliabel dan

dapat digunakan sebagai penelitian.

3.5 Metode Analisis Data

Metode analisis data adalah pengolahan data yang diperoleh dengan

menggunakan rumus atau dengan aturan-aturan yang ada sesuai dengan

pendekatan pene litian, dalam penelitian ini digunakan analisis data yang

menggunakan program komputer statistical and service soluyion (SPSS). Analisis

data dilakukan dengan tujuan untuk menguji hipotesis dalam rangka penarikan

kesimpulan. Adapun metode analisis data yang dipergunakan meliputi analisis

deskriptif dan analisis regresi.

3.5.1. Analisis Deskriptif Persentase

Analisis diskriptif adalah analisis data yang digunakan untuk

menggambarkan atau mendeskripsikan variabel penelitian secara individual,

selain itu analisis deskriptif merupakan metode yang bertujuan untuk melihat

sejauh mana variabel yang diteliti telah sesuai dengan tolok ukur yang telah

ditetapkan. Penggunaan analisis deskriptif persentase digunakan untuk

mendeskripsikan hasil persentase dari Kepemimpinan Kepala Sekolah, Motivasi

dan kinerja guru.

Penyajian hasil ini didasarkan pada distribusi frekuensi yang

memberikan gambaran mengenai distribusi subjek menurut kategori-kategori nilai

variabel. Untuk mengetahuinya berdasarkan pada nilai/skor yang telah diterapkan

untuk setiap alternatif jawaban yang tersedia dalam kuesioner.

59

Menurut Ali (1994: 188) langkah-langkah menggunakan rumus analisis

deskriptif persentase adalah sebagai berikut:

1. Menentukan persentase maksimal yaitu (5/5) x 100% = 100%

2. Menentukan persentase minimal yaitu (1/5) x 100% = 20%

3. Menentukan rentang persentase

Rentangan persentase diperoleh dengan cara mengurangi % tertinggi (100)

dengan % terendah (20) yaitu: 100% - 20% = 80%

4. Menetapkan Interval kelas persentase

Interval % diperoleh dengan cara membagi rentangan persen dengan jenjang

kriteria yaitu 80% : 5 =16%

5. Menetapkan jenjang kriteria

Dalam jenjang kriteria ini penulis mengelompokkan lima kriteria yaitu sangat

tinggi, tinggi, sedang, rendah dan sangat rendah.

Angket penelitian kepemimpinan Kepala Sekolah dan motivasi kerja dengan

51 pertanyaan, setiap guru menilai Kepala Sekolah masing-masing dengan nilai

tertinggi 5 dan terendah 1, maka memiliki persentase tertinggi/maksimum 100

(5/5x 100%) dan persentase terendah/minimal 20 (1/5x100%). Berikut ini

disajikan tabel kategori angket untuk variabel kinerja guru:

60

Tabel 3.4 Kategori Skor Kepemimpinan Kepala Sekolah dan Motivasi Kerja

(Sumber: Data Penelitian 2011)

Angket penelitian kinerja guru dengan 8 pertanyaan setiap guru dinilai

Kepala Sekolah dengan nilai tertinggi 5 dan terendah 1, maka memiliki persentase

tertinggi/maksimum 100 (5/5x100%) dan persentase terendah/minimal 20 (1/5x

100%). Berikut ini disajikan tabel kategori angket untuk variabel kinerja guru:

Tabel 3.5 Kategori Skor Kinerja guru

NO Interval Presentase Kriteria

1 84% - 100% Sangat tinggi

2 68% - 83% Tinggi

3 52% - 67% Cukup

4 36 % - 51% Rendah

5 20% - 35% Sangat rendah

(Sumber: Data Penelitian 2011)

3.5.2. Uji Asumsi klasik

Uji asumsi klasik dimaksudkan untuk mengetahui apakah model regresi

penelitian memenuhi asumsi klasik yang Best Linier Unbias Estimator (BLUE).

Uji asumsi klasik ini menguji persamaan model regresi yang dapat menghasilkan

estimator linier yang baik dan tidak bias. Uji asumsi klasik digunakan untuk

memastikan bahwa model regresi berganda yang digunakan termasuk dalam

kriteria baik atau tidak dengan cara mengujinya terlebih dahulu dengan

menggunakan uji normalitas, uji multikolineritas, uji autokorelasi, dan uji

Interval Presentasi Kriteria

84% - 100% Sangat Tinggi

68% - 83% Tinggi

52% - 67% Sedang

36 % - 51% Rendah

20% - 35% Sangat Rendah

61

heteroskedastisitas. Namun dalam penelitian ini tidak menggunakan uji

autokorelasi karena dalam penelitian ini tidak menggunakan data time series atau

data observasi yang berurutan sepanjang waktu berkaitan satu sama lain.

a. Uji Normalitas

Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi

variabel terikat dan variabel bebas keduanya mempunyai distribusi normal atau

tidak. Model regresi yang baik adalah memiliki distribusi data normal atau

mendekati normal (Ghozali 2001: 110)

Proses uji normalitas data dilakukan dengan memperhatikan grafik

diagram dan penyebaran data (titik-titik) pada normal P-Plot of Regression

Standardzed Residual dari variabel-variabel independen dimana:

1. Jika data menyebar disekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal, atau

grafik histogramnya menunjukkan pola distribusi normal, maka model regresi

memenuhi asumsi normalitas.

2. Jika data menyebar jauh dari garis diagonal dan atau tidak mengikuti garis diagonal,

atau grafik histogaram tidak menunjukkan pola distribusi normal, maka model regresi

memenuhi asumsi normalitas.

b. Uji Multikolinieritas

Uji persamaan selanjutnya adalah uji multikolinieritas untuk mengetahui

ada tidaknya korelasi di antara sesama variabel bebas. Model regresi dalam

penelitian ini dapat memenuhi syarat apabila tidak terjadi multikolinieritas atau

adanya korelasi di antara variabel bebas (Santosa 1999: 293). Pengujian

multikolinieritas ini dapat dilihat dari nilai variance inflatio factor (VIF). Antara

62

variabel bebas dikatakan multikolinieiritas apabila toleransinya < 0,1 dan VIF >

10.

c. Uji Heteroskedastisitas

Secara grafis dapat dilihat dari multivariate standardized Scatterplot. Dasar

pengambilannya apabila sebaran nilai residual terstandar tidak membentuk pola

tertentu namun tampak random dapat dikatakan bahwa model regresi bersifat

homogen atau tidak mengandung heteroskedastisitas.

3.5.3. Analisis Inferensial

Analisis statistik inferensial yang dipakai dalam penelitian ini adalah

statistik parametrik dengan menggunakan analisis regresi berganda. Sebelum

dilakukan analisis data dengan regresi linier berganda perlu terlebih dahulu di uji

syarat-syarat dalam analisis tersebut yaitu uji linieritas garis regresi

Persamaan Regresi Berganda dari variabel-variabel dapat dirumuskan

sebagai berikut:

Keterangan:

Y : Kinerja Guru DP3

α : Konstanta

β1β2 : Koefisien X1 X2

X1 : Kepemimpinan Kepala Sekolah

X2 : Pendidikan dan pelatihan

E : Error 3.5.4. Uji Hipotesis

a. Uji Parsial (Uji t)

Digunakan untuk mengetahui seberapa jauh pengaruh suatu variabel

independent. Bila jumlah degree of freedom (df) adalah 20 atau lebih dan derajat

kepercayaan 5% maka Ho menyatakan bi = 0 dapat ditolak dengan nilai t lebih

besar dari 2 (dalam nilai absolute). Dengan kata lain menerima hipotesis

Y = α + β1X1 +β2X2+e

63

alternatif yang menyatakan bahwa suatu variabel independent secara individual

mempengaruhi variabel dependen. Membandingkan nilai t statistik dengan titik

kritis menurut tabel T hitung > t tabel, menerima hipotesis alternatif yang

menyatakan bahwa suatu variabel independen secara individual mempengaruhi

variabel dependen.

b. Uji Simultan (Uji F)

Uji ini dilakukan untuk mengetahui apakah semua variabel bebas

mempunyai pengaruh yang sama terhadap variabel terikat. Untuk membuktikan

kebenaran hipotesis digunakan uji distribusi F dengan cara membandingkan antara

nilai F hitung dengan F tabel. Apabila perhitungan F hitung >F tabel atau p value

< 0,05 maka Ho ditolak sehingga dapat dikatakan bahwa variabel bebas dari

regresi dapat menerangkan variabel terikat secara serentak. Sebaliknya jika F

hitung < F tabel maka Ho diterima sehingga dapat dikatakan bahwa variabel

bebas tidak mampu menjelaskan variabel terikat

64

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil Penelitian

4.1.1. Deskripsi Kinerja Guru

Variabel kinerja guru diperoleh dari angket penelitian dengan jumlah

pertanyaan sebanyak 8 butir yang diambil dari UU No.14 Th 2005. Masing-

masing butir pertanyaan memiliki 1 sampai 5 alternatif jawaban, yaitu tinggi

dengan poin 5 dan yang rendah dengan poin 1. Untuk angket penelitian kinerja

guru memiliki skor tertinggi/maksimum 40 (5 x 8) yaitu 8 soal dengan skor

maksimal tiap soal 5 dan setiap guru ekonomi dinilai Kepala Sekolah masing-

masing Kepala Sekolah, skor terendah/minimal 8 (1 x 8) yaitu 8 soal dengan skor

minimal tiap soal 1. Kategori penilaian skor untuk variabel kinerja guru ada 5

alternatif yaitu sangat tinggi, tinggi, cukup, rendah, sangat rendah.

Dalam perhitungan analisis deskriptif persentase kinerja guru diperoleh

data sebagai berikut:

Tabel 4.1 Distribusi Variabel Kinerja Guru

Interval Kriteria Frekuensi Persentase

84% - 100% Sangat tinggi 9 26,47%

68% - 83% Tinggi 18 52,94%

52% - 67% Cukup 7 20,59%

36 % - 51% Rendah 0 0%

20% - 35% Sangat rendah 0 0%

Interval 34 100%

(Sumber: Data Penelitian 2011)

64

65

Untuk dapat lebih mengilustrasikan kondisi tersebut, berikut disajikan

histogram mengenai variabel kinerja guru:

Gambar 4.1 Diagram Distribusi Kinerja Guru

Dari tabel dan histogram diatas menunjukkan informasi bahwa kinerja

guru dalam kategori sangat tinggi yaitu sebesar 26,47% atau sejumlah 9, kinerja

guru dalam kategori tinggi yaitu sebesar 52,94 % atau sejumlah 18, kinerja guru

dalam kategori sedang sebesar 0% atau sejumlah 0 dan sisanya kinerja guru dalam

kategori rendah sebesar 0% atau sejumlah 0. Dari hasil ini menunjukkan bahwa

secara umum kinerja guru ekonomi SMA Kota Tegal dalam kategori tinggi.

4.1.2 Deskripsi Kepemimpinan Kepala Sekolah

Data tentang Persepsi Kepemimpinan Kepala Sekolah diperoleh dari

angket yang berisi 35 pertanyaan. Berdasarkan hasil penelitian deskripsi

persentase kepemimpinan Kepala Sekolah termasuk dalam kategori tinggi. Dalam

66

perhitungan analisis deskriptif persentase kepemimpinan Kepala Sekolah

diperoleh data sebagai berikut:

Tabel 4.2 Distribusi Variabel Kepemimpinan Kepala Sekolah

Interval Kriteria Frekuensi Persentase

84% - 100% Sangat Tinggi 10 29,41%

68% - 83% Tinggi 19 55,88%

52% - 67% Sedang 5 14,71%

36 % - 51% Rendah 0 0%

20% - 35% Sangat Rendah 0 0%

Jumlah 34 100%

(Sumber: Data Penelitian 2011)

Untuk dapat lebih mengilustrasikan kondisi tersebut, berikut disajikan

histogram mengenai variabel kepemimpinan Kepala Sekolah:

0.00%

10.00%

20.00%

30.00%

40.00%

50.00%

60.00%

SangatTinggi

Tinggi Sedang Rendah SangatRendah

29.41%

55.88%

14.71%

0.00% 0.00%

Kepemimpinan Kepala Sekolah

Gambar 4.2 Diagram Distribusi Kepemimpinan Kepala Sekolah

Dari tabel dan histogram di atas menunjukkan informasi bahwa persepsi

kepemimpinan Kepala Sekolah dalam kategori sangat tinggi sebesar 29,41% atau

sejumlah 10, persepsi kepemimpinan Kepala Sekolah dalam kategori tinggi

sebesar 55,88% atau sejumlah 19, persepsi kepemimpinan Kepala Sekolah dalam

kategori sedang sebesar 14,71% atau sejumlah 5, persepsi kepemimpinan Kepala

67

Sekolah dalam kategori sangat rendah sebesar 0% atau sejumlah 0 dan persepsi

kepemimpinan Kepala Sekolah dalam kategori sangat rendah sebesar 0% atau

sejumlah 0. Dari hasil ini menunjukkan bahwa secara umum kinerja guru ekonomi

SMA Kota Tegal dalam kategori tinggi, hal ini menunjukkan bahwa Kepala

Sekolah sudah melaksanakan tugasnya dengan baik meskipun secara keseluruhan

belum maksimal.

4.1.3 Deskripsi Motivasi kerja

Data tentang motivasi kerja diperoleh dari angket yang berisi 15

pertanyaan. Masing-masing butir pertanyaan memiliki 1 sampai 5 alternatif

jawaban, yaitu tinggi dengan poin 5 dan yang rendah dengan poin 1. Untuk

angket penelitian motivasi kerja guru memiliki skor tertinggi/maksimum 75 (5 x

15) yaitu 15 soal dengan skor maksimal tiap soal 5, skor terendah/minimal 15 (1 x

15) yaitu 15 soal dengan skor minimal tiap soal 1. Berdasarkan hasil penelitian

deskripsi persentase motivasi kerja, persentase termasuk dalam kategori tinggi

Kategori penilaian skor untuk variabel kinerja guru ada 5 alternatif yaitu sangat

tinggi, tinggi, cukup, rendah, sangat rendah.

Dalam perhitungan analisis deskriptif persentase motivasi kerja diperoleh

data sebagai berikut

Tabel 4.3 Distribusi Variabel Motivasi Kerja

Interval Kriteria Frekuensi Persentase

84% - 100% Sangat Tinggi 13 38,24%

68% - 83% Tinggi 14 41,18%

52% - 67% Sedang 5 14,71%

36 % - 51% Rendah 1 2,94%

20% - 35% Sangat Rendah 1 2,94%

Jumlah 34 100%

(Sumber: Data Penelitian 2011)

68

Untuk dapat lebih mengilustrasikan kondisi tersebut, berikut disajikan

histogram mengenai variabel Motivasi Kerja:

Gambar 4.3 Diagram Distribusi Motivasi kerja

Dari tabel dan histogram diatas menunjukkan informasi bahwa motivasi

kerja dalam kategori sangat tinggi sebesar 38,24% atau sejumlah 13, motivasi

kerja dalam kategori tinggi sebesar 41,18% atau sejumlah 14, motivasi kerja

dalam kategori sedang sebesar 14,71% atau sejumlah 5, motivasi kerja dalam

kategori rendah sebesar 2,94% atau sejumlah 1 dan motivasi kerja dalam kategori

sangat rendah sebesar 2,94% atau sejumlah 1. Dari hasil ini menunjukkan bahwa

secara umum motivasi kerja guru ekonomi SMA Kota Tegal dalam kategori

tinggi. Hal ini menunjukkan bahwa guru dalam melaksanakan tugasnya sudah

mempunyai motivasi tinggi, meskipun secara keseluruhan belum maksimal.

4.2. Uji Asumsi Klasik

4.2.1. Uji Normalitas Data

Pengujian normalitas data adalah untuk mengetahui apakah dalam model

statistik variabel penelitian mempunyai distribusi data yang normal atau tidak

69

normal. Proses uji normalitas data dilakukan dengan memperhatikan grafik

diagram dan penyebaran data (titik-titik) pada normal P-Plot of Regression

Standardzed Residual dari variabel-variabel independen dimana:

1. Jika data menyebar disekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal,

atau grafik histogramnya menunjukkan pola distribusi normal, maka model

regresi memenuhi asumsi normalitas.

2. Jika data menyebar jauh dari garis diagonal dan atau tidak mengikuti garis

diagonal, atau grafik histogaram tidak menunjukkan pola distribusi normal,

maka model regresi memenuhi asumsi normalitas.Hasil uji normalitas dapat

dilihat sebagai berikut:

Histogram

Dependent variable: kinerja guru

Gambar 4.4 Grafik histogram Kurve Uji Normalitas Data

Normal P-P Plot of Regresion Standardized Residual

Dependent variable: Kinerja Guru

70

Gambar 4.5 P-P Plot Kenormalan Data

Terlihat bahwa titik-titik yang berbentuk mendekati garis diagonal, yang

berarti data berdistribusi normal. Di samping itu dari hasil uji kolmogorov-

Smirnov juga diperoleh nilai signifikansi > 0,05 yang berarti bahwa data semua

variabel berdistribusi normal. Nilai signifikansi untuk semua variabel 0,895 >

0,05 yang berarti bahwa data berdistribusi normal. Untuk lebih jelasnya dapat

dilihat pada tabel 4.4 di bawah ini:

Tabel 4.4 Hasil Uji Normalitas Data

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

34

.0000000

2.40726322

.154

.090

-.154

.895

.399

N

Mean

Std. Deviation

Normal Parametersa,b

Absolute

Positive

Negative

Most Extreme

Differences

Kolmogorov-Smirnov Z

Asymp. Sig. (2-tailed)

Unstandardiz

ed Residual

Test distribution is Normal.a.

Calculated from data.b.

(Sumber: Data Penelitian 2011)

4.2.2. Multikolinieritas

Uji multikolinieritas digunakan untuk mengetahui apakah ada hubungan

yang sempurna antar variabel bebas. Salah satu cara untuk mengetahui ada

71

tidaknya multikolinieritas pada suatu model adalah dengan melihat nilai yang

dipakai untuk menandai adanya faktor multikolinieritas. Nilai yang dipakai adalah

nilai tolerance >0,1 atau VIP < 10 maka dapat diartikan bahwa tidak ada

multikolinieritas pada model regresi dan sebaliknya nilai tolerance <0,1 dan nilai

VIF > 10 maka terjadi multikolinieritas.

Tabel 4.5 Besaran Nilai Toleransi dan Variance Inflatiator Factor (VIF)

Coefficientsa

.817 .540 .318 .437 2.291

.808 .512 .296 .437 2.291

Kepemimpinan

Kepala Sekolah

Motivasi kerja

Model

1

Zero-order Partial Part

Correlations

Tolerance VIF

Collinearity Statistics

Dependent Variable: Kinerja Gurua.

(Sumber: Data Penelitian 2011)

Terlihat dari tabel 4.5 nilai toleransi dari masing-masing variabel bebas

adalah 0,437 > 0,1 dan nilai VIF adalah 2,291 < 10, sehingga dapat disimpulkan

bahwa model regresi tidak mengandung multikolinieritas.

4.2.3. Uji Heteroskedastisitas

Model regresi selain harus berdistribusi normal dan tidak mengandung

multikolinieritas juga harus memenuhi syarat tidak adanya heterokedastisitas.

Pengujian heterokedastisitas dapat dilihat dari scatter plot, apabila titik-titik yang

membentuk suatu pola tertentu yang teratur berarti mengandung

heteroskedastisitas. Sebaliknya apabila titik-titik yang berbentuk tidak teratur dan

berada diatas dan dibawah angka nol pada sumbu vertikal, dapat disimpulkan

bahwa regresi tidak mengandung heteroskedastisitas.

Scratterplot

Dependent Variable: Kinerja Guru

72

Gambar 4.6 Scatterplot

Terlihat pada gambar 4.6 ternyata titik-titik tersebut tidak teratur dan tidak

membentuk pola yang teratur, serta berada diatas maupun dibawah angka nol

sumbu vertikal, yang berarti model regresi tidak mengandung heteroskedastisitas.

Dari uji asumsi klasik di atas, dapat disimpulkan bahwa model regresi

yang diperoleh efektif untuk menyatakan pengaruh persepsi Kepemimpinan

Kepala Sekolah dan Motivasi kerja terhadap Kinerja guru ekonomi SMA Kota

Tegal.

4.3. Hasil Analisis Inferensial

Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah statistik

parametrik dengan menggunakan analisis regresi berganda. Ada tiga hipotesis

yang diajukan dalam penelitian ini yaitu ada pengaruh dari masing-masing dari

dua variabel bebas (Persepsi Kepemimpinan Kepala Sekolah dan motivasi kerja)

terhadap kinerja guru ekonomi SMA Kota Tegal.

Analisis regresi ini digunakan untuk mengetahui bentuk pengaruh antara

kepemimpinan Kepala Sekolah dan motivasi kerja terhadap kinerja guru secara

73

simultan dan parsial apakah masing-masing variabel bebas berpengaruh secara

signifikan terhadap variabel terikat. Berdasarkan hasil perhitungan menggunakan

bantuan komputer program SPSS for Windows Release 12.00 diperoleh hasil

seperti terlihat dalam tabel.

Tabel 4.6 Koefisien Regresi

Model

1

(Constant) X1 X2

Unstandardized Coefficients

B 2.623 .116 .199

Std. Error 2.951 .032 .060

Standardized Coefficients Beta .481 .447

T .889 3.569 3.320

Sig. .381 .001 .002

Correlations Zero-order .817 .808

Partial .540 .512

Part .318 .296

Collinearity Statistics Tolerance .437 .437

VIF 2.291 2.291

a Dependent Variable: Y

Berdasarkan tabel 4.6 menunjukkan yang diperoleh yaitu: Y = 2,623 +

0,116 X1 + 0,199 X2. Persamaan regresi tersebut mempunyai makna sebagai

berikut:

1. Konstanta = 2,623

Jika variabel persepsi kepemimpinan Kepala Sekolah dan motivasi kerja tidak

ada, maka kinerja guru ekonomi akan menjadi sebesar 2,623

2. Koefisien X1 (kepemimpinan Kepala Sekolah) = 0,116

Jika kepemimpinan Kepala Sekolah mengalami peningkatan sebesar 1 poin

sementara motivasi kerja tetap, maka akan menyebabkan kenaikan kinerja guru

sebesar 0,116

74

3. Koefisien X2 (motivasi kerja) = 0,199

Jika motivasi kerja mengalami kenaikan sebesar 1 poin sementara

kepemimpinan Kepala Sekolah tetap, maka akan menyebabkan kenaikan

kinerja guru sebesar 0,199

4.4. Uji Hipotesis

4.4.1. Pengujian Hipotesis Secara Parsial (Uji t)

Pengujian hipotesis secara parsial ini dimaksudkan untuk menguji

keberartian pengaruh masing-masing variabel bebas yaitu persepsi kepemimpinan

Kepala Sekolah (X1), motivasi kerja (X2) terhadap kinerja guru ekonomi (Y)

pengaruh kepemimpinan Kepala Sekolah terhadap kinerja guru

1. Pengaruh Kepemimpinan Kepala Sekolah terhadap Kinerja Guru

Berdasarkan perhitungan pada lampiran dan terangkum pada tabel 4.6 di

atas menunjukkan bahwa untuk variabel persepsi kepemimpinan Kepala Sekolah

diperoleh thitung 3.569 dengan signifikansi 0,001. Karena nilai signifikansi < level

of signifikan (0,05) dapat disimpulkan bahwa secara parsial persepsi

kepemimpinan Kepala Sekolah berpengaruh terhadap kinerja guru ekonomi.

Dengan demikian, hipotesis yang berbunyi ada pengaruh positif mengenai

persepsi kepemimpinan Kepala Sekolah terhadap kinerja guru ekonomi SMA

Kota Tegal. Besarnya pengaruh kepemimpinan kepala sekolah dapat dilihat dari r2

yaitu sebesar 0,2916 atau 29,16% yang merupakan penguadratan dari 0,540.

Dengan demikian bersarnya pengaruh kepemimpinan kepala sekolah terhadap

kinerja guru sebesar 29,16%.

75

2. Pengaruh Motivasi Kerja terhadap Kinerja Guru

Berdasarkan perhitungan pada lampiran dan terangkum pada tabel 4.6 di

atas menunjukkan bahwa untuk variabel motivasi kerja diperoleh thitung 3.320

dengan signifikansi 0,002. Karena nilai signifikansi < level of signifikan (0,05)

dapat disimpulkan bahwa secara parsial motivasi kerja berpengaruh terhadap

kinerja guru ekonomi. Hipotesis yang berbunyi ada pengaruh positif motivasi

kerja terhadap kinerja guru ekonomi SMA Tegal. Besarnya pengaruh motivasi

kerja dapat dilihat dari r2 yaitu sebesar 0,2621 atau 26,21% yang merupakan

penguadratan dari 0,512. Dengan demikian bersarnya pengaruh kepemimpinan

kepala sekolah terhadap kinerja guru sebesar 26,21%.

4.4.2. Uji Simultan

Pengujian hipotesis secara simultan dimaksudkan untuk menguji

keberartian pengaruh secara bersama-sama atau simultan dari variabel bebas

terhadap variabel terikat, yaitu pengaruh persepsi kepemimpinan Kepala Sekolah

dan motivasi kerja terhadap kinerja guru ekonomi SMA Kota Tegal.

Berdasarkan hasil penelitian dan perhitungan yang dilakukan dengan

menggunakan bantuan komputer program SPSS for Windows Release 12.00

didapat hasil seperti yang tercantum dalam tabel 4.7 berikut:

Tabel 4.7 Hasil Uji Simultan

ANOVAb

587.150 2 293.575 47.590 .000a

191.232 31 6.169

778.382 33

Regression

Residual

Total

Model

1

Sum of

Squares df Mean Square F Sig.

Predictors: (Constant), Motivasi kerja, Kepemimpinan Kepala Sekolaha.

Dependent Variable: Kinerja Gurub.

(Sumber: Data Penelitian 2011)

76

Tabel 4.7 menunjukkan nilai F hitung sebesar 47,590 dengan signifikansi

0.00 karena signifikansi yang diperoleh kurang dari 0,05 maka dapat disimpulkan

bahwa nilai F hitung yang diperoleh tersebut signifikan. Sehingga hipotesis yang

diuji dalam penelitian ini yaitu “ ada pengaruh persepsi kepemimpinan Kepala

Sekolah dan motivasi kerja terhadap kinerja guru ekonomi SMA Kota Tegal”

diterima.

Besarnya pengaruh persepsi kepemimpinan Kepala Sekolah dan motivasi

kerja terhadap kinerja guru dapat dilihat dari nilai R2. Berdasarkan perhitungan

dengan menggunakan bantuan SPSS 12.00 diperoleh hasil seperti yang tercantum

dalam tabel 4.8 sebagai berikut:

Tabel 4.8 Koefisien Determinasi Simultan

Model Summaryb

.869a .754 .738 2.48370 .000

Model

1

R R Square

Adjusted

R Square

Std. Error of

the Estimate Sig. F Change

Change

Statistics

Predictors: (Constant), Motivasi kerja, Kepemimpinan Kepala Sekolaha.

Dependent Variable: Kinerja Gurub.

(Sumber: Data Penelitian 2011)

Berdasarkan tabel 4.8 tersebut didapat nilai adjusted R2 sebesar 0,738 atau

73,8%. Dengan demikian besarnya pengaruh persepsi kepemimpinan Kepala

Sekolah dan motivasi kerja terhadap kinerja guru ekonomi SMA Kota Tegal

sebesar 73,8% dan sisanya 26,2% dipengaruhi oleh faktor lain yang tidak dikaji

dalam penelitian ini.

77

4.5. Pembahasan

a. Kepemimpinan Kepala Sekolah

Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada pengaruh secara parsial antara

Kepemimpinan Kepala Sekolah terhadap kinerja guru ekonoomi SMA Kota Tegal

yang ditunjukkan dengan diperolehnya t hitung sebesar 3.569 dengan signifikasi

0,001. Besarnya pengaruh kempmimpinan kepala sekolah terhadap kinerja guru

SMA Kota Tegal adalah sebesar 29,16%. Dengan demikian menunjukkan bahwa

kepemimpinan kepala sekolah yang baik akan mendukung kinerja guru yang

optimal.

Berdasarkan deskripsi data penelitian ini menunjukkan bahwa

kepemimpinan Kepala Sekolah di SMA Kota Tegal telah baik. Hal tersebut

ditunjang oleh kepribadian, kemampuan manajerial dan kemampuan

kewirausahaan Kepala Sekolah yang telah sangat baik. Di sisi lain, walaupun

kepemimpinan Kepala Sekolah di SMA Kota Tegal tersebut telah baik, akan

tetapi ada beberapa hal yang masih perlu diperhatikan kembali terkait dengan

kemampuannya dalam melakukan supervisi dan kemampuannya dalam menjalin

hubungan sosial yang saat ini baru dalam kategori baik.

b. Motivasi kerja guru

Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada pengaruh secara parsial antara

motivasi kerja guru terhadap kinerja guru ekonoomi SMA Kota Tegal yang

ditunjukkan dengan diperolehnya t hitung sebesar 3.320 dengan signifikasi 0,002.

Besarnya pengaruh motivasi kerja guru terhadap kinerja guru SMA Kota Tegal

78

adalah sebesar 26,21%. Dengan demikian menunjukkan bahwa motivasi kerja

guru yang baik akan mendukung kinerja guru yang optimal.

Berdasarkan análisis deskriptif motivasi kerja Guru ekonomi di SMA Kota

Tegal sudah baik, hal ini dalam rangka pelaksanaan tugas dan tanggung jawabnya

sebagai seorang pendidik di sekolah. Akan tetapi masih ditemukan beberapa guru

yang memiliki kreatifitas dan keyakinan dalam kategori sedang ataupun kurang.

Hal tersebut dapat dilihat dari penggunaan metode dan media mengajar yang

monoton serta keuletan guru dalam mempertahankan ide atau gagasan yang

dianggap benar guna kemajuan sekolah yang masih kurang. Selain itu guru di

SMA Kota Tegal juga masih jarang yang berani memberikan kritik atau saran atas

kebijakan sekolah yang dianggapnya kurang relevan dan dapat menghambat

kemajuan sekolah.

c. Pengaruh persepsi kempemimpinan kepala sekolah dan motivasi

kerja guru terhadap kinerja guru SMA Kota Tegal.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada pengaruh secara simultan antara

Kepemimpinan Kepala Sekolah dan motivasi kerja guru terhadap kinerja guru

ekonoomi SMA Kota Tegal yang ditunjukkan dengan diperolehnya t hitung

sebesar 3.569 dengan signifikasi 0,001. Besarnya pengaruh kempmimpinan kepala

sekolah terhadap kinerja guru SMA Kota Tegal adalah sebesar 73,8% dan sisanya

26,2% dipengaruhi oleh faktor lain yang tidak dikaji dalam penelitian ini.

Diantara variabel kepemimpinan Kepala Sekolah dan motivasi kerja guru

ternyata kepemimpinan kepala sekolah memberikan pengaruh paling dominan

terhadap kinerja guru. Kondisi tersebut sangatlah Kepemimpinan Kepala Sekolah

79

merupakan salah satu faktor yang dapat mendorong sekolah untuk dapat

mewujudkan visi, misi, tujuan dan sasaran sekolah melalui pelaksanaan program-

program secara terencana dan bertahap. Oleh karena itu, Kepala Sekolah dituntut

mempunyai kemampuan manajemen dan kepemimpinan yang baik dan memadai

sehingga dapat menghasilkan inisiatif dan prakarsa untuk meningkatkan mutu

sekolah.

Berdasarkan análisis deskriptif tampak bahwa persepsi kepemimpinan

kepala sekolah termsuk dalam kategori baik, motivasi kerja guru termasuk dalam

kategori baik, dan kinerja guru termasuk baik. Dengan demikian Kepemimpinan

Kepala Sekolah yang baik dan ditunjuang dengan motivasi kerja guru yang baik

maka akan menghasilkan kinerja guru yang baik.

80

BAB V

PENUTUP

5.1 Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasannya, maka dapat diambil

suatu simpulan sebagai berikut :

a. Kepemimpinan Kepala Sekolah secara parsial berpengaruh signifikan

terhadap kinerja guru ekonomi SMA Kota Tegal.

b. Motivasi kerja secara parsial berpengaruh signifikan terhadap kinerja guru

ekonomi SMA Kota Tegal.

c. Secara berasama-sama kepemimpinan Kepala Sekolah dan motivasi kerja

berpengaruh secara signifikan terhadap kinerja guru ekonomi SMA Kota

Tegal.

5.2 Saran

Berdasarkan temuan hasil penelitian sebagaimana telah diuraikan dalam

kesimpulan, maka selanjutnya peneliti menyampaikan saran sebagai berikut:

a. Perlu adanya peningkatan kinerja guru di bidang prestasi kerja sehingga

guru mempunyai prestasi kerja yang lebih menonjol bukan hanya sekedar

pintar dalam melaksanakan proses belajar mengajar saja, sehingga

kinerjanaya juga akan meningkat. Selain itu Pemerintah juga perlu

membantu lembaga yang disepakati bersama yang bertugas menilai dan

mengawasi kinerja seorang guru. Dengan adanya sistem pengawasan maka

80

81

setiap guru akan selalu berusaha meningkatakan kualitas kinerjanaya

menjadi lebih baik yang pada akhirnya akan meningkatkan kualitas

pendidikan di Indonesia.

b. Ada beberapa guru yang mempunyai persepsi tentang Kepala Sekolah

termasuk dalam kategori rendah, maka kepemimpinan Kepala Sekolah

perlu ditingkatkan dengan cara mengikuti pendididikan dan pelatihan

manajerial sehigga dapat menciptakan kepemimpinan yang efektif.

c. Guru ekonomi hendaknya lebih termotivasi dirinya dalam pelaksanaan

tugas dan tanggung jawabnya yang lebih efektif dengan meningkatkan

kreativitasnya dalam mengajar melalui penggunaan metode dan media

mengajar yang lebih bervariasi sesuai pokok bahasan yang diajarkan.

Selain itu usaha untuk mempertahankan keyakinannya atas segala ide atau

gagasan untuk memajukan sekolah selama itu dipandang benar dapat

dilaksanakan secara riil.

82

DAFTAR PUSTAKA

Anoraga, Pandji. 1998. Psikologi Kerja. Jakarta.: Rineka Cipta.

Anwar, Idochi. 1990. Kepemimpinan dalam proses belajar mengajar. Bandung :

angkasa.

Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur penelitian. Jakarta : PT asdi mahatsya.

Ghozali, Imam. 2005. Analisis Multivariate dengan Program SPSS. Semarang:

Badan Penerbit UNDIP.

Hamka, Muhammad. 2002. Hubungan Antara Persepsi Terhadap Pengawasan

Kerja dengan Motivasi Berprestasi. Tesis. Surakarta: Universitas

Muhammadiyah Fakultas Psikologi.

Handoko, Hani. 1995. Manajemen Personalia dan Sumber Daya Manusia.

Yogyakarta:BPFE.

http://smp1rangkasbitung.wordpress.com/2009/04/07/peranan-dan-tugas-kepala-

sekolah-dan-guru/

http://www.damandiri.or.id/file/muzaqiunairbab4.pdf

http://www.depdiknas.go.id/

http://www.depdiknas.go.id/produk_hukum/.../permen_12_2007.pdf

http://www.depdiknas.go.id/publikasi/balitbang/075/j75_07.pdf

http://www.pelita.or.id/cetakartikel.php?id=76266

http://www.scribd.com/doc/2591271/Undangundang-Guru-dan-Dosen

http://www.unila.ac.id/~fmipa-math/depan/ruu.html

Kemala, Raj. (2008). Principals instructional leadership roles and effect on

Teachers job performance : A case study of secondary schools in Asaba

Metropolis, Delta State, Nigeria. Available

http://epaa.asu.edu/epaa/v10n37/.

Kurniati, Laeli. 2008. Pengaruh Supervisi Kepala Sekolah dan Motivasi Kerja

terhadap Kinerja Guru di SMK Negeri 1 Purbalingga. Semarang : FE

UNNES.

82

83

Lazurd, Soewadji. 1988. Kepala sekolah dan tanggung jawabnya. Yogyakarta :

Kanisius.

Mangkunegara, Anwar prabu. 2007. Evaluasi kinerja SDM. Bandung : PT Refika

Aditama.

Mulyasa, E. 2004. Menjadi Kepala Sekolah Profesional dalam Konteks

Menyukseskan MBS dan KBK. Bandung : PT Remaja Rosdakarya.

Ololube. (2005). Teachers Job Satisfaction and Motivation for School Effect

iveness: An Assessment Nwachukwu. University of Helsinki Finland.

Available http://epaa.asu.edu/ epaa/v10n12.html

Rivai, Veithzal. 2005. Performance appraisal. Jakarta : PT RajaGrafindo Persada.

Robbins, Stephen P. 2008. Perilaku organisasi. Jakarta : Selemba Empat.

Sardiman, 2007. Interaksi dan motivasi belajar mengajar. Jakarta : PT

RajaGrafindo Persada.

Sugiyono. 2005. Statistika Untuk Penelitian, Bandung : Alfabeta.

Supriadi, D. 1998. Mengangkat Citra dan Martabat Guru. Yogyakarta : Adicita

Karya Nusa.

Tilaar. 1997. Pengembangan sumber daya manusia dalam era globalisasi. Jakarta

: PT Grasindo.

Triningsih, (2006). Pengaruh Motivasi Kerja dan Lingkungan Kerja Terhadap

Kepuasan Kerja Guru dan Karyawan SMP Negeri 30 Semarang.

Usman, Uzer. 1990. Menjadi guru profesional. Bandung : PT Remaja Rosdakarya

Semarang : FE UNNES.

84

KISI-KISI ANGKET PENELITIAN

PENGARUH KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH DAN MOTIVASI

KERJA TERHADAP KINERJA GURU AKUNTANSI/EKONOMI SMA

DI KOTA TEGAL

NO INDIKATOR NO ITEM JML

1.

2.

3

Kepemimpinan kepala sekolah (X1)

(Permendiknas) No. 13 Tahun 2007

A. Kepribadian

B. Manajerial

C. Kewirausahaan

D. SupervisI

E. Sosial

Motivasi (X2)

(Sardiman 2006:83)

A. Ketekunan

B. Ulet

C. Minat

D. Kemandirian

E. Cepat bosan terhadap tugas-tugas

yang rutin

F. Dapat mempertahankan

pendapatnya

G. Tidak mudah melepaskan hal

yang diyakini

H. Senang mencari dan memecahkan

masalah

Kinerja guru (Y)

(Undang-undang No.14 Th 2005)

A. Pembuatan Rencana Pembelajaran

B. Pelaksanaan Pembelajaran

C. Pelaksanaan Evaluasi

1,2,3,4,5,6,7,8

9,10,11,12,13,14,15,

16,17,18,19,20,21,22

,23,24

25,26,27,28,29

30,31,32

33,34,35

36,37

38,39

40,41

42,43

44,45

46,47

48,49

50,51

51, 52

53, 54, 55

56, 57, 58, 59

8

16

5

3

3

2

2

2

2

2

2

2

2

2

3

4

85

IDENTITAS RESPONDEN

Nama :

Nip :

Jabatan :

PETUNJUK PENGISIAN ANGKET

Mohon Bpk/Ibu memeberi tanda Check list (√) pada salah satu alternatif jawaban

pernyataan dibawah ini sesuai dengan keadaan yang sebenarnya

SS : sangat setuju

S : setuju

RR : ragu-ragu

TS : tidak setuju

STS: sangat tidak setuju

A. KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH

NO PERNYATAAN SS S RR TS STS

Kepemimpinan Kepala Sekolah

A. Kepribadian 1 Kepala sekolah saya rajin beribadah dan menjadi

teladan di sekolah.

2 Kepala sekolah saya berperilaku sabar di

sekolah

3 Kepala sekolah saya bersifat pemaaf di sekolah

4 Kepala sekolah saya memiliki integritas

kepribadian sebagai pemimpin di sekolah

5 Kepala sekolah saya selalu menginstropeksi diri

sehingga dapat menjadi lebih baik di sekolah

6 Kepala sekolah saya bersikap terbuka dalam

melaksanakan tugas di sekolah

7 Kepala sekolah saya dapat mengendalikan diri

dalam menyelesaikan masalah di sekolah

8 Kepala sekolah saya memiliki bakat dan minat

jabatan sebagai pemimpin pendidikan di sklah

86

B. Manajerial SS S RR TS STS

9 Kepala Sekolah saya menyusun perencanaan

sekolah untuk berbagai tingkat perencanaan di

sekolah

10 Kepala Sekolah saya mengembangkan

organisasi sekolah sesuai dengan kebutuhan di

sekolah

11 Kepala Sekolah saya memimpin sekolah dalam

rangka pendayagunaan sumber daya sekolah

secara optimal di sekolah

12 Kepala Sekolah saya mengelola perubahan dan

mengembangkan sekolah menuju organisasi

pembelajar yang efektif

13 Kepala Sekolah saya menciptakan budaya dan

iklim sekoalah yang kondusif dan inovatif bagi

pembelajaran peserta didik.

14 Kepala sekolah saya mengelola guru dan staf

dalam rangka pendayagunaan sumber daya

manusia secara optimal

15 Kepala sekolah mengelola sarana dan prasarana

sekolah dalam rangka pendayagunaan secara

optimal

16 Kepala sekolah saya mengelola hubungan

sekolah dan masyarakat dengan baik

17 Kepala sekolah saya mengelola peserta didik

dalam rangka penerimaan peserta didik baru,

penempatan dan pengembangan kapasitas

perserta didik

18 Kepala sekolah saya mengelola pengembangan

kurikulum dan kegiatan pembelajaran sesuai

dengan arah dan tujuan pendidikan nasional

19 Kepala sekolah saya mengelola keuangan

sekolah sesuai prinsip pengelolan yang

akuntabel, transparan dan efisien

20 Kepala sekolah saya mengelola ketatausahaan

sekolah dalam mendukung pencapaian tujuan

sekolah

21 Kepala sekolah saya mengelola unit layanan

khusus sekolah dalam rangka mendukung

kegiatan pembelajaran dan kegiatan peserta

didik di sekolah

22 Kepala sekolah saya mengelola sistem informasi

sekolah dalam mendukung penyusunan program

dan pengambilan keputusan

23 Kepala sekolah saya memanfaatkan kemajuan

teknologi informasi bagi peningkatan

pembelajaran dan manajemen sekolah

87

N0 PERTANYAAN SS S RR TS STS

24 Kepala sekolah saya melakukan monitoring,

evaluasi, dan pelaporan pelaksanaan program

kegiatan sekolah dengan prosedur yang tepat,

serta merencanakan tindak lanjutnya

C. Kewirausahaan

25 Kepala Sekolah saya menciptakan inovasi yang

berguna bagi pengembangan sekolah.

26 Kepala sekolah saya bekerja keras untuk

mencapai keberhailan sekolah sebagai organisasi

pembelajaran yang efektif

27 Kepala Sekolah saya memiliki motivasi yang

kuat untuk sukses dalam melaksanakan tugas

pokok dan fungsinya sebagai pemimpin sekolah

28 Kepala Sekolah saya pantang menyerah dan

selalu mencari solusi terbaik dalam menghadapi

kendala yang dihadapi

29 Kepala sekolah saya memiliki naluri

kewirausahaan dalam mengelola kegiatan

produksi jasa sekolah sebagai sumber belajar

peserta didik

D. Supervisi 30 Kepala Sekolah saya merencanakan program

supervisi akademik dalam rangka peningkatan

profesionalisme guru

31 Kepala Sekolah saya melaksanakan supervisi

akademik terhadap guru dengan menggunakan

pendekatan dan teknik supervisi yang tepat

32 Kepala Sekolah saya menindaklanjuti hasil

supervisi akademik dlam rangka peningkatan

profesionalisme guru.

E. Sosial 33 Kepala Sekolah saya bekerja sama dengan pihak

lain untuk kepentingan sekolah

34 Kepala Sekolah saya berpartisipasi dalam

kegiatan sosial kemasyarakatan

35 Kepala sekolah saya memiliki kepekaan sosial

terhadap orang atau kelompok lain

88

B. MOTIVASI GURU

NO PERTANYAAN SS S RR TS STS

Motivasi Kerja

A. Tekun

36 Bpk/ibu mengikuti pendidikan dan latihan

dengan tekun

37 Bpk/ibu menyelesaikan tugas-tugas dari kepala

sekolah dengan baik

B. Ulet 38 Bpk/ibu mudah putus asa dalam melaksanakan

tugasnya

39 Saat berhadapan dengan tugas yang berat,

Bpk/ibu lebih terdorong untuk bekerja lebih giat

C. Minat 40 Bpk/ibu memiliki rasa keingintahuan yang tinggi

41 Bpk/ibu berusaha untuk menguasai bahan ajar

agar dapat mengajar siswa secara optimal

D. Mandiri 42 Bpk/ibu menyelesaikan sendiri tugas-tugas yang

ada tanpa menggantungkan kepada orang lain

43 Bpk/ibu menyelesaikan sendiri tugas-tugas yang

ada sesuai dengan waktu yang telah ditentukan

E. Bosan Pada Tugas Yang Rutin

44 Kemampuan bpk/ibu untuk menyusun bahan

ajar sendiri perlu ditingkatkan

45 Bpk/ibu menguasai bahan ajar yang akan

disampaikan kepada siswa

F. Dapat Mempertahankan Pendapatnya 46 Dalam rapat di Sekolah Bpk/ibu selalu

mempertahankan pendapat yang dirasa benar

47 Bpk/ibu berusaha mengembangkan bahan ajar

sesuai dengan tujuan pembelajaran yang ingin

dicapai

G. Tidak Mudah Melepas Hal Yang Diyakini 48 Bpk/ibu tidak mudah melepaskan hal yang

sudah diyakini

49 Bpk/ibu berusaha bekerja keras, karena merasa

prestasi sekolah belum optimal

H. Senang Mencari Dan Memecahkan Masalah 50 Bpk/ibu suka mencari hal-hal yang baru yang

bermanfaat untuk ilmu pengetahuan

51 Bpk/ibu berpikir inovatif dan kreatif

89

C. KINERJA GURU

KINERJA GURU (Y) SS S RR TS STS

A. PEMBUATAN RENCANA

PEMBELAJARAN

51 Bapak/Ibu membuat

perencanaan pembelajaran

setiap kali pertemuan

52 Bapak/Ibu selalu merencanakan

pengelolaan KBM dengan baik

sehingga pembelajaran

berlangsung dengan lancar

B. PELAKSANAAN

PEMBELAJARAN

53 Bapak/Ibu memilih media

pembelajaran yang sesuai

dengan tujuan pembelajaran,

materi pembelajaran, dan

kemampuan serta minat siswa

54 Bapak/Ibu melakukan kegiatan

tanya jawab selama KBM

berlangsung

55 Bapak/Ibu melibatkan peran

siswa dalam kegiatan belajar

mengajar

C. PELAKSANAAN

EVALUASI

56 Bapak/Ibu mengadakan uji

awal kepada siswa sebelum

KBM dimulai

57 Penilaian dilakukan dengan tes

lisan,tertulis,dan sikap sehari-

hari

58 Bagi para siswa yang belum

tuntas dalam pembelajaran

dilakukan remidial

59 Bapak/Ibu melakukan tindak

lanjut setelah pelaksanaan

evaluasi

90

DAFTAR RESPONDEN

No. Kode

Res. Sekolah Nama Guru

1 R-01 SMA N 1 TEGAL

Karisun Hadi Saputro S.Pd

2 R-02 Indri Afiyani S.Pd

3 R-03

SMA N 2 TEGAL

Mustofa S.Pd

4 R-04 Sunarto S.Pd

5 R-05 Ninis Isnaeni S.E

6 R-06 Indah Kartika S.Pd

7 R-07

SMA N 3 TEGAL

Nuning Y S.Pd

8 R-08 Hesti Mujiatun S.Pd

9 R-09 Sih Hartati S.E

10 R-10 Diah Kirana S.Pd

11 R-11 Herianto S.Pd

12 R-12 Rina M, S.Pd

13 R-13

SMA N 4 TEGAL

Muhammad Arifin S.Pd

14 R-14 Drs. Yusqon

15 R-15 Darwati S.E

16 R-16 Mustofa

17 R-17

SMA N 5 TEGAL

Edi Supiliyanto S.Pd

18 R-18 Ahmad Ghazali S.Pd

19 R-19 Dra. Rahayu

20 R-20 SMA NU TEGAL

Riska Nuraeni S.Pd

21 R-21 Sih Hartati S.E

22 R-22

SMA PIUS TEGAL

Fx. Naryoto S.Pd

23 R-23 Purwanto S.Pd

24 R-24 Yunus Ani

25 R-25

SMA AL-IRSYAD TEGAL

Yulaso H S.E

26 R-26 Windi Kartini S.Pd

27 R-27 Darsono S.Pd

28 R-28 SMA IHSANIYAH TEGAL

Elly Hastuti S.Pd

29 R-29 Nurlaela S.Pd

30 R-30 SMA PANCASAKTI TEGAL

Riska Nuraeni S.Pd

31 R-31 Nuning Y S.Pd

32 R-32

SMA MUHAMMADIYAH TEGAL

Fahruri S.Pd

33 R-33 Muhammad Taufik S.Pd

34 R-34 Rini Indah S.E

91

Hasil Uji Validitas Reliabilitas Kepemimpinan Kepala Sekolah

Item-Total Statistics

138.3000 412.116 .583 .982

138.3000 406.537 .716 .981

138.4500 406.471 .767 .981

138.5000 404.263 .782 .981

138.6500 400.976 .825 .981

138.5500 403.208 .765 .981

138.6000 400.674 .803 .981

138.6500 399.713 .689 .981

138.6000 402.358 .825 .981

138.8500 395.082 .779 .981

138.8500 390.766 .846 .981

138.7500 395.250 .765 .981

138.5000 407.211 .767 .981

138.6000 400.674 .885 .981

138.6000 407.095 .740 .981

138.6000 405.726 .705 .981

138.6500 406.766 .701 .981

138.5000 404.474 .775 .981

138.6000 404.042 .765 .981

138.6000 409.832 .738 .981

138.7000 412.011 .539 .982

138.5500 406.892 .819 .981

138.5000 400.158 .843 .981

138.5500 401.208 .833 .981

138.8000 399.116 .854 .981

138.6000 406.358 .769 .981

138.4500 405.313 .814 .981

138.8500 397.503 .879 .981

139.1000 392.305 .846 .981

138.6000 406.147 .690 .981

138.7000 404.958 .725 .981

138.7000 405.379 .798 .981

138.5000 402.579 .844 .981

138.7000 403.484 .777 .981

138.8000 392.379 .925 .980

1

2

3

4

5

6

7

8

9

10

11

12

13

14

15

16

17

18

19

20

21

22

23

24

25

26

27

28

29

30

31

32

33

34

35

Scale Mean if

Item Deleted

Scale

Variance if

Item Deleted

Corrected

Item-Total

Correlation

Cronbach's

Alpha if Item

Deleted

92

Case Processing Summary

20 100.0

0 .0

20 100.0

Valid

Excludeda

Total

Cases

N %

Listwise deletion based on all

variables in the procedure.

a.

Reliability Statistics

.982 .982 35

Cronbach's

Alpha

Cronbach's

Alpha Based

on

Standardized

Items N of Items

Hasil Uji Validitas dan Realibilitas Motivasi kerja

Item-Total Statistics

62.6500 39.082 .771 .901

62.5500 39.945 .825 .901

62.6000 40.779 .744 .904

62.6000 39.726 .757 .902

62.4500 41.629 .630 .907

62.4500 41.734 .489 .910

62.5000 39.737 .536 .910

62.4000 40.989 .493 .910

62.6000 40.147 .597 .907

62.7000 42.326 .464 .910

63.0000 39.158 .499 .913

62.5000 40.895 .636 .906

62.6000 39.621 .480 .913

62.5000 39.526 .714 .903

62.6000 40.674 .621 .906

62.5500 40.050 .673 .904

36

37

38

39

40

41

42

43

44

45

46

47

48

49

50

51

Scale Mean if

Item Deleted

Scale

Variance if

Item Deleted

Corrected

Item-Total

Correlation

Cronbach's

Alpha if Item

Deleted

93

Case Processing Summary

20 100.0

0 .0

20 100.0

Valid

Excludeda

Total

Cases

N %

Listwise deletion based on all

variables in the procedure.

a.

Reliability Statistics

.912 .922 16

Cronbach's

Alpha

Cronbach's

Alpha Based

on

Standardized

Items N of Items

Hasil Uji Validitas dan Realibilitas Kinerja

Item-Total Statistics

24.2500 33.882 .864 .878 .936

25.0000 37.053 .584 .708 .954

24.4000 34.358 .878 .852 .936

24.5500 36.261 .851 .926 .940

24.5000 33.737 .761 .800 .944

24.6500 32.239 .889 .885 .935

24.8500 32.661 .868 .887 .936

24.8500 34.766 .821 .815 .939

52

53

54

55

56

57

58

59

Scale Mean if

Item Deleted

Scale

Variance if

Item Deleted

Corrected

Item-Total

Correlation

Squared

Multiple

Correlation

Cronbach's

Alpha if Item

Deleted

Case Processing Summary

20 100.0

0 .0

20 100.0

Valid

Excludeda

Total

Cases

N %

Listwise deletion based on all

variables in the procedure.

a.

Reliability Statistics

.947 .949 8

Cronbach's

Alpha

Cronbach's

Alpha Based

on

Standardized

Items N of Items

94

Chart

Grafik Kepemimpinan Kepala Sekolah

Grafik Motivasi Kerja

95

Grafik Kinerja Guru

96

Regression

Correlations

1.000 .817 .808

.817 1.000 .751

.808 .751 1.000

. .000 .000

.000 . .000

.000 .000 .

34 34 34

34 34 34

34 34 34

Kinerja Guru

Kepemimpinan

Kepala Sekolah

Motivasi kerja

Kinerja Guru

Kepemimpinan

Kepala Sekolah

Motivasi kerja

Kinerja Guru

Kepemimpinan

Kepala Sekolah

Motivasi kerja

Pearson Correlation

Sig. (1-tailed)

N

Kinerja Guru

Kepemimpi

nan Kepala

Sekolah Motivasi kerja

Model Summaryb

.869a .754 .738 2.48370 .000

Model

1

R R Square

Adjusted

R Square

Std. Error of

the Estimate Sig. F Change

Change

Statistics

Predictors: (Constant), Motivasi kerja, Kepemimpinan Kepala Sekolaha.

Dependent Variable: Kinerja Gurub.

ANOVAb

587.150 2 293.575 47.590 .000a

191.232 31 6.169

778.382 33

Regression

Residual

Total

Model

1

Sum of

Squares df Mean Square F Sig.

Predictors: (Constant), Motivasi kerja, Kepemimpinan Kepala Sekolaha.

Dependent Variable: Kinerja Gurub.

97

Coefficietnsa

Model

1

(Constant) X1 X2

Unstandardized Coefficients

B 2.623 .116 .199

Std. Error 2.951 .032 .060

Standardized Coefficients Beta .481 .447

T .889 3.569 3.320

Sig. .381 .001 .002

Correlations Zero-order .817 .808

Partial .540 .512

Part .318 .296

Collinearity Statistics Tolerance .437 .437

VIF 2.291 2.291

a Dependent Variable: Y

Charts

Histogram

Dependent variabel: Kinerja Guru

Normal P-P Plot of Regression Standarized

Residual

98

Dependent Variable: Kinerja Guru

Scatterplot

Dependent Variabel: Kinerja Guru