pengaruh perbedaan posisi penempatan lampu … · dan nikmat sehingga penulis dapat menyelesaikan...

54
PENGARUH PERBEDAAN POSISI PENEMPATAN LAMPU TABUNG TERHADAP HASIL TANGKAPAN BAGAN APUNG NELA INDAH ERMAWATI PROGRAM STUDI TEKNOLOGI DAN MANAJEMEN PERIKANAN TANGKAP DEPARTEMEN PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2012

Upload: trinhbao

Post on 22-Mar-2019

233 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: PENGARUH PERBEDAAN POSISI PENEMPATAN LAMPU … · dan nikmat sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul ... Ir. Diniah, M.Si. selaku Dosen Penguji Utama yang telah

PENGARUH PERBEDAAN POSISI PENEMPATAN LAMPU TABUNG TERHADAP HASIL TANGKAPAN

BAGAN APUNG

NELA INDAH ERMAWATI

PROGRAM STUDI TEKNOLOGI DAN MANAJEMEN PERIKANAN TANGKAP

DEPARTEMEN PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2012

Page 2: PENGARUH PERBEDAAN POSISI PENEMPATAN LAMPU … · dan nikmat sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul ... Ir. Diniah, M.Si. selaku Dosen Penguji Utama yang telah

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi Pengaruh Perbedaan Posisi

Penempatan Lampu Tabung terhadap Hasil Tangkapan Bagan Apung adalah

karya saya sendiri dengan arahan dosen pembimbing dan belum diajukan dalam

bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi berasal atau

dikutip dari karya ilmiah yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan telah

disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam daftar pustaka di bagian akhir

skripsi ini.

Bogor, 17 Februari 2011

Nela Indah Ermawati

Page 3: PENGARUH PERBEDAAN POSISI PENEMPATAN LAMPU … · dan nikmat sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul ... Ir. Diniah, M.Si. selaku Dosen Penguji Utama yang telah

ABSTRAK

NELA INDAH ERMAWATI, C44070064. Pengaruh Perbedaan Posisi Penempatan Lampu Tabung terhadap Hasil Tangkapan Bagan Apung. Dibimbing oleh GONDO PUSPITO dan M. DAHRI ISKANDAR. Kenaikan harga minyak tanah memicu penggantian lampu petromaks pada

perikanan bagan apung. Nelayan mencoba beralih menggunakan jenis lampu

tabung (tubular lamp) dengan sumber listrik yang dihasilkan oleh mesin

pembangkit listrik berukuran kecil (genset). Lampu tabung digunakan karena

lampu ini lebih hemat energi dan lebih terang jika dibandingkan dengan lampu

pijar. Nelayan Palabuhanratu masih belum menemukan cara paling efektif untuk

mengoperasikan lampu tabung. Penelitian ini mencoba cara lain untuk

memecahkan permasalahan tersebut dengan cara menggunakan lampu dalam air.

Cara penggunaan lampu tabung yang benar akan memberikan hasil tangkapan

yang banyak. Lampu dalam air dibuat dari bahan-bahan sederhana seperti stoples

Nutrisari dan lampu tabung (TL) 24 watt. Posisi penempatan lampu tabung adalah

di atas permukaan air dan di dalam air pada kedalaman 1 m di bawah permukaan

air. Pada penelitian ini komposisi hasil tangkapan pada pengoperasian bagan

apung dengan menggunakan kedua lampu dihitung dan selanjutnya dibandingkan.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa komposisi hasil tangkapan yang diperoleh

cukup berbeda. Hasil tangkapan lampu tabung lebih beragam, namun dengan

kuantitas yang lebih sedikit dibandingkan dengan lampu dalam air. Jenis

tangkapan yang diperoleh lampu tabung adalah tembang (Sardinella fimbriata)

seberat 21,8 kg, kembung (Rastrelliger spp.) 13,8 kg, cumi-cumi (Loligo sp.) 8,5

kg, layur (Trichiurus sp) 8 kg, tongkol (Auxis thazard) 5 kg dan teri (Stolephorus

commersonii) 5 kg. Adapun komposisi hasil tangkapan lampu dalam air

didominasi oleh teri seberat 39,4 kg. Hasil tangkapan lainnya adalah rebon 31,4

kg, kembung 29,5 kg, tembang 29,2 kg, layur 21,5 kg dan tongkol 0,5 kg.

Kesimpulan yang diperoleh adalah penggunaan lampu dalam air lebih efektif

dibandingkan dengan lampu tabung dengan berat tangkapan masing-masing

adalah 151,7 kg dan 65,1 kg.

Kata kunci: lampu tabung, bagan apung, dan Palabuhanratu.

Page 4: PENGARUH PERBEDAAN POSISI PENEMPATAN LAMPU … · dan nikmat sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul ... Ir. Diniah, M.Si. selaku Dosen Penguji Utama yang telah

© Hak cipta IPB, Tahun 2012

Hak cipta dilidungi Undang-Undang

1) Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumber : a. Pengutip hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan

karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik atau tinjauan suatu masalah.

b. Pengutipan tidak merugikan kepentingan yang wajar IPB. 2) Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya

tulis dalam bentuk apapun tanpa seizin IPB

Page 5: PENGARUH PERBEDAAN POSISI PENEMPATAN LAMPU … · dan nikmat sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul ... Ir. Diniah, M.Si. selaku Dosen Penguji Utama yang telah

PENGARUH PERBEDAAN POSISI PENEMPATAN LAMPU TABUNG TERHADAP HASIL TANGKAPAN

BAGAN APUNG

NELA INDAH ERMAWATI

Skripsi Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Sarjana Perikanan pada Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan

PROGRAM STUDI TEKNOLOGI DAN MANAJEMEN PERIKANAN TANGKAP

DEPARTEMEN PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2012

Page 6: PENGARUH PERBEDAAN POSISI PENEMPATAN LAMPU … · dan nikmat sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul ... Ir. Diniah, M.Si. selaku Dosen Penguji Utama yang telah

LEMBAR PENGESAHAN

Judul Penelitian : Pengaruh Perbedaan Posisi Penempatan Lampu

Tabung terhadap Hasil Tangkapan Bagan Apung Nama Mahasiswa : Nela Indah Ermawati

NRP : C44070064

Program Studi : Teknologi dan Manajemen Perikanan Tangkap

Departemen : Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan

Disetujui

Pembimbing I

Dr. Ir. Gondo Puspito M.Sc. NIP 19630524 198803 1 010

Pembimbing II

Ir. Mokhamad Dahri Iskandar M.Si NIP 19690604 199412 1 001

Diketahui:

Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan

Ketua Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan

Dr. Ir. Budy Wiryawan M.Sc. NIP 19621223 198703 1 001

Tanggal lulus : 9 Desember 2011

Page 7: PENGARUH PERBEDAAN POSISI PENEMPATAN LAMPU … · dan nikmat sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul ... Ir. Diniah, M.Si. selaku Dosen Penguji Utama yang telah

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur ke hadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat

dan nikmat sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul

“Pengaruh Perbedaan Posisi Penempatan Lampu Tabung terhadap Hasil

Tangkapan Bagan Apung”. Penelitian pada skripsi ini bertujuan untuk

menentukan cara penggunaan lampu tabung yang efektif agar mendapatkan hasil

tangkapan yang banyak.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Dr. Ir. Gondo Puspito M.Sc dan Ir. Mokhamad Dahri Iskandar M.Si sebagai

Ketua dan Anggota Komisi Pembimbing yang telah memberikan arahan dan

bimbingannya selama penyusunan skripsi.;

2. Dr. Ir. Diniah, M.Si. selaku Dosen Penguji Utama yang telah memberikan

arahan dan saran dalam perbaikan skripsi ini.;

3. Dr. Ir. M. Imron, M. Si selaku Ketua Komisi Pendidikan Departemen

Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan yang telah memberikan saran dan

masukan dalam perbaikan skripsi ini.;

4. Orangtua tercinta, Edy Rahwono dan Rosmawati ; dan

5. Pihak-pihak yang telah membantu dalam penelitian ini.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini tidak terlepas dari kekurangan yang

disebabkan oleh keterbatasan penulis. Oleh karena itu, Penulis mengharapkan

saran dan kritik yang membangun dari pembaca.

Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi para pembaca dan pihak-pihak

yang memerlukan.

Bogor, Februari 2012

Nela Indah Ermawati

Page 8: PENGARUH PERBEDAAN POSISI PENEMPATAN LAMPU … · dan nikmat sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul ... Ir. Diniah, M.Si. selaku Dosen Penguji Utama yang telah

RIWAYAT HIDUP

Nela Indah Ermawati dilahirkan di Depok, 31 Mei

1989. Putri pertama dari dua bersaudara pasangan Edy

Rahwono dan Rosmawati.

Penulis menempuh pendidikan di Kota Depok, mulai

dari TK ABA 7 Depok, SD Negeri Parung Bingung 2 Depok,

SMP Muhammadiyah 4 Depok dan akhirnya lulus dari SMA

Negeri 1 Depok pada tahun 2007. Pada tahun yang sama, penulis masuk IPB

melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB. Penulis diterima di Mayor Teknologi

dan Manajemen Perikanan Tangkap, Departemen Pemanfaatan Sumberdaya

Perikanan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan.

Selama berkuliah, penulis aktif mengikuti organisasi mahasiswa, seperti

Komisi Keuangan Dewan Perwakilan Mahasiswa TPB IPB (2007-2008), staf CIA

Crative Innovative for Allah Forum Keluarga Muslim FPIK, Staf Biro Bisnis dan

Kemitraan BEM KM Kabinet Generasi Inspirasi (2009-2010) serta Badan

Pengawas Himpunan Profesi Himafarin.

Pada tahun 2010 penulis berhasil memenangkan medali Perunggu pada

Pekan Ilmiah Mahasiswa Nasional di Bali untuk kategori Program Kreativitas

Mahasiswa bidang Penerapan Teknologi. Selanjutnya, pada tahun 2011 penulis

mendapatkan dana hibah pada Program Kreativitas Mahasiswa bidang penulisan

Artikel Ilmiah. Dalam rangka menyelesaikan tugas akhir, penulis melakukan

penelitian dan menyusun skripsi dengan judul “Pengaruh Perbedaan Posisi

Penempatan Lampu Tabung terhadap Hasil Tangkapan Bagan Apung”.

Page 9: PENGARUH PERBEDAAN POSISI PENEMPATAN LAMPU … · dan nikmat sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul ... Ir. Diniah, M.Si. selaku Dosen Penguji Utama yang telah

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL............................................................................................... iii

DAFTAR GAMBAR........................................................................................... iv

DAFTAR LAMPIRAN....................................................................................... v

1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang........................................................................................ 1 1.2 Tujuan...................................................................................................... 2 1.3 Manfaat................................................................................................... 2

2 TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Bagan....................................................................................................... 3 2.1.1 Pengelompokan bagan.................................................................... 3 2.1.2 Bagan apung................................................................................... 3 2.2 Cahaya…………..................................................................................... 4 2.3 Fisiologi Ikan.......................................................................................... 7

3 METODE PENELITIAN

3.1 Waktu dan Tempat.................................................................................. 9 3.2 Alat dan Bahan........................................................................................ 9 3.3 Metode Pengambilan Data….................................................................. 10 3.4 Metode Analisis Data............................................................................. 12

4 HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Iluminasi Cahaya.................................................................................... 14

4.1.1 Lampu tabung................................................................................ 14 (1) Medium udara.......................................................................... 14 (2) Medium air............................................................................... 16 4.1.2 Lampu dalam air............................................................................. 18 (1) Medium udara.......................................................................... 18 (2) Medium air............................................................................... 20

4.2 Komposisi Hasil Tangkapan................................................................... 22 4.2.1 Hasil tangkapan bagan apung..................................................... 22 (1) Komposisi hasil total tangkapan berdasarkan jenis................. 22 (2) Komposisi hasil total tangkapan berdasarkan waktu............... 25

4.2.2 Hasil tangkapan bagan apung dengan lampu tabung.................... 27 (1) Komposisi berat tangkapan berdasarkan jenis organisme....... 27 (2) Komposisi berat tangkapan berdasarkan waktu penangkapan 29

4.2.3 Hasil tangkapan bagan apung dengan lampu dalam air................ 30 (1) Komposisi berat tangkapan berdasarkan jenis organisme...... 30 (2) Komposisi berat tangkapan berdasarkan waktu penangkapan 32

Page 10: PENGARUH PERBEDAAN POSISI PENEMPATAN LAMPU … · dan nikmat sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul ... Ir. Diniah, M.Si. selaku Dosen Penguji Utama yang telah

5 KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan................................................................................................ 34 5.2 Saran.......................................................................................................... 34

DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................... 36

LAMPIRAN......................................................................................................... 38

Page 11: PENGARUH PERBEDAAN POSISI PENEMPATAN LAMPU … · dan nikmat sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul ... Ir. Diniah, M.Si. selaku Dosen Penguji Utama yang telah

DAFTAR TABEL

Halaman

1 Nilai iluminasi cahaya lampu tabung pada medium udara….................. 16

2 Nilai iluminasi cahaya lampu tabung pada medium air…....................... 17

3 Nilai iluminasi cahaya lampu dalam air pada medium udara…............. 20

4 Nilai iluminasi cahaya lampu dalam air pada medium air….................. 21

Page 12: PENGARUH PERBEDAAN POSISI PENEMPATAN LAMPU … · dan nikmat sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul ... Ir. Diniah, M.Si. selaku Dosen Penguji Utama yang telah

DAFTAR GAMBAR

Halaman

1 Pembiasan dan pemantulan cahaya…...................................................... 6

2 Penyebaran cahaya tampak...................................................................... 7

3 Lampu tabung........................................................................................... 10

4 Konstruksi dan dimensi lampu dalam...................................................... 11

5 Posisi pengukuran iluminasi cahaya secara horizontal pada kerangka jaring bagan..............................................................................................

12

6 Posisi pengukuran iluminasi cahaya dengan luxmeter............................. 13

7 Iluminasi dan arah pancaran cahaya lampu tabung.................................. 16

8 Penyebaran iluminasi cahaya lampu tabung pada medium air................. 18

9 Penyebaran cahaya lampu dalam air ....................................................... 20

10 Penyebaran iluminasi cahaya lampu dalam air pada medium air…….... 23

11 Persentase berat hasil tangkapan bagan ................................................... 24

12 Berat hasil tangkapan total berdasarkan jenis waktu per penangkapan... 26

13 Berat hasil tangkapan bagan dengan lampu tabung ................................ 28

14 Berat hasil tangkapan bagan dengan lampu tabung berdasarkan jenis waktu per penangkapan............................................................................

30

15 Berat hasil tangkapan bagan dengan lampu dalam air............................. 32

16 Berat hasil tangkapan bagan dengan lampu dalam air berdasarkan jenis per waktu penangkapan............................................................................

33

Page 13: PENGARUH PERBEDAAN POSISI PENEMPATAN LAMPU … · dan nikmat sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul ... Ir. Diniah, M.Si. selaku Dosen Penguji Utama yang telah

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

1 Peta lokasi penelitian……........................................................................ 38

2 Bagan apung………………..................................................................... 39

3 Organisme hasil tangkapan...................................................................... 40

Page 14: PENGARUH PERBEDAAN POSISI PENEMPATAN LAMPU … · dan nikmat sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul ... Ir. Diniah, M.Si. selaku Dosen Penguji Utama yang telah

1 PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Bagan di Palabuhanratu merupakan alat tangkap yang diperhitungkan.

Menurut data statistik perikanan Palabuhanratu tahun 2010, usaha perikanan

bagan dengan modal yang relatif kecil mampu menghasilkan jumlah hasil

tangkapan 76.365 kg per tahun. Jika dibandingkan dengan alat tangkap lain yang

memiliki jumlah hasil tangkapan yang sama akan diperlukan modal yang lebih

besar. Penggunaan bagan di Palabuhanratu menurut data statistik tahun 2010

sebanyak 164 unit penangkapan (Pelabuhan Perikanan Nusantara Palabuhanratu

2011).

Pengoperasian bagan memerlukan alat bantu cahaya sebagai pengumpul

ikan. Pada awalnya sumber cahaya yang digunakan adalah lampu petromaks.

Penggunaan lampu petromaks kini sudah ditinggalkan, karena harga bahan bakar

minyak tanah sangat mahal. Nelayan mencoba beralih menggunakan jenis lampu

tabung (tubular lamp) dengan sumber listrik yang dihasilkan oleh mesin

pembangkit listrik berukuran kecil (genset).

Nelayan Palabuhanratu masih belum menemukan cara paling efektif untuk

mengoperasikan lampu tabung. Cara operasi yang dilakukan nelayan dengan

menggantungkan lampu di bawah rumah bagan dengan atau tanpa kap lampu.

Untuk kap lampu digunakan helm, wadah plastik (baskom) atau loyang kue

berbentuk persegi. Penelitian ini mencoba cara lain untuk memecahkan

permasalahan tersebut dengan cara menggunakan lampu dalam air. Upaya ini

diharapkan dapat meningkatkan efektivitas bagan apung.

Penelitian mengenai cahaya pada perikanan bagan telah banyak dilakukan

sehingga pustaka menjadi beragam. Holil (2000) melakukan penelitian mengenai

lampu TL dengan sumber energi listrik dari solar cell system pada pengoperasian

bagan apung. Zulfia (1999) meneliti mengenai pengaruh waktu hauling dan nilai

iluminasi cahaya lampu pada bagan diesel. Penelitian mengenai nilai iluminasi

cahaya yang terbaik dari berbagai merek lampu pijar dan aplikasinya pada

perikanan bagan tancap diteliti oleh Nurdiana (2005). Pada tahun 2008, Tobing

melakukan penelitian mengenai pemusatan cahaya petromaks melalui penggunaan

Page 15: PENGARUH PERBEDAAN POSISI PENEMPATAN LAMPU … · dan nikmat sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul ... Ir. Diniah, M.Si. selaku Dosen Penguji Utama yang telah

tudung kerucut dan pengaruhnya terhadap hasil tangkapan bagan. Pemusatan

cahaya juga diteliti oleh Prasetyo (2009) yang melakukan penelitian mengenai

pemusatan cahaya petromaks pada kedalaman 8 m dan pengaruhnya pada

produktivitas bagan.

Penelitian mengenai lampu tabung sebagai alat bantu penangkapan pada

bagan hingga saat ini belum pernah dilakukan. Hal tersebut menjadi nilai unggul

dalam penelitian kali ini. Penggunaan stoples Nutrisari menggambarkan bahwa

barang-barang yang sudah dianggap kurang bermanfaat sebagai wadah dalam

membuat lampu dalam air sebenarnya masih memiliki daya guna yang besar.

Melalui daya kreatifitas, pemanfaatan barang-barang sederhana secara optimal

dapat menjawab permasalahan yang muncul di masyarakat.

1.2 Tujuan

Penelitian ini bertujuan untuk menentukan cara penggunaan lampu tabung

yang efektif pada pengoperasian bagan apung untuk mendapatkan hasil tangkapan

yang banyak.

1.3 Manfaat

Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah:

1) Sebagai informasi bagi nelayan mengenai penggunaan lampu tabung pada

penangkapan ikan dengan alat tangkap bagan; dan

2) Sebagai masukan untuk evaluasi kegiatan perikanan bagan dan bahan

pertimbangan untuk penelitian lanjutan dalam mengembangkan alat tangkap

bagan.

Page 16: PENGARUH PERBEDAAN POSISI PENEMPATAN LAMPU … · dan nikmat sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul ... Ir. Diniah, M.Si. selaku Dosen Penguji Utama yang telah

2 TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Bagan

Bagan merupakan suatu alat tangkap yang termasuk kedalam kelompok

jaring angkat dan terdiri atas beberapa komponen, yaitu jaring, rumah bagan, dan

lampu. Jaring bagan umumnya berkuran 9 × 9 (m), dengan ukuran mata jaring

(mesh size) 0,5-1 cm. Bahan jaring yang digunakan terbuat dari PE (polyethylene).

Bagan dioperasikan dengan cara mengangkat dan menurunkan jaring secara

vertikal. Sebagai alat bantu digunakan cahaya untuk pengumpul ikan (Subani dan

Barus 1989).

2.1.1 Pengelompokan bagan

Von Brandt (1984) mengklasifikasikan bagan ke dalam kelompok alat

tangkap yang dalam pengoperasiannya menggunakan cahaya sebagai alat bantu

untuk memikat ikan. Ikan yang menjadi tujuan penangkapan adalah jenis-jenis

ikan yang bersifat fototaksis positif.

Bagan, menurut Subani dan Barus (1989), dikelompokkan atas bagan

tancap, bagan rakit atau bagan apung dan bagan perahu. Bagan tancap berbentuk

bangunan bujur sangkar yang terbuat dari bambu betung yang ditanam ke dasar

perairan. Lokasi pengoperasian bagan tancap tidak dapat dipindah-pindahkan.

Bagan rakit memiliki rakit bambu sebagai landasan rumah bagan sekaligus alat

apungnya. Bagan rakit sama halnya dengan bagan apung, dapat dipindah-

pindahkan dengan bantuan perahu penarik. Adapun bagan perahu menggunakan

dua perahu sebagai penopang. Jarak antara kedua perahu digunakan sebagai

tempat pengoperasian alat tangkap.

2.1.2 Bagan apung

Bagan apung adalah jaring angkat yang keberadaannya dapat dipindah-

pindahkan. Pada bagian bawah kanan-kiri bagan terdapat alat apung berupa drum

dan rakit sebagai pondasi rumah bagan. Bagan apung tidak dilengkapi dengan alat

bantu perpindahan tempat pengoperasian. Untuk proses pemindahan lokasi bagan

apung dilakukan dengan bantuan perahu penarik (Subani dan Barus 1989).

Page 17: PENGARUH PERBEDAAN POSISI PENEMPATAN LAMPU … · dan nikmat sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul ... Ir. Diniah, M.Si. selaku Dosen Penguji Utama yang telah

2.2 Cahaya

Cahaya adalah gelombang elektromagnetik yang apabila dipancarkan atau

diserap akan memperlihatkan sifat-sifat partikel. Cahaya dapat merambat pada

medium hampa udara dengan kecepatan 3 × 108 m/detik. Adapun laju cahaya

merupakan konstanta fisika fundamental (Young and Freedman 2004).

Bila cahaya ditransmisikan dari satu medium ke medium yang lain, maka

frekuensinya tidak akan berubah. Hal ini terjadi karena setiap siklus

gelombangnya tidak mengalami perubahan. Perubahan hanya terjadi pada panjang

gelombang dan laju gelombang. Hal ini disebabkan oleh panjang gelombang

secara umum akan berbeda pada material yang berbeda (Young and Freedman

2004).

Cahaya yang melewati dua medium berbeda akan mengalami refraksi.

Refraksi adalah perubahan kecepatan cahaya akibat perbedaan medium yang

menyebabkan perubahan lintasan cahaya. Refraksi juga dikenal dengan

pembiasan. Indeks refraksi dari sebuah material optik merupakan rasio antara laju

cahaya c dalam ruang hampa terhadap laju cahaya v dalam material itu. Hal ini

dapat dilihat melalui persamaan berikut:

n = c / v

Keterangan : n : Indeks refraksi atau indeks bias; c : Laju cahaya dalam ruang hampa (m/detik); dan v : Laju cahaya dalam material tertentu (m/detik).

Cahaya yang melewati dua medium dengan indeks refraksi yang berbeda

akan mengalami penyerapan, pemantulan atau pembiasan (Puspito 2008). Saat

cahaya dari medium udara melalui medium air akan terjadi pembiasan cahaya.

Hukum Snellius mengatakan bahwa rasio dari sinus sudut θa dan θb sama dengan

rasio antara indeks refraksi medium a dan b. Sudut θa dan θb diukur dari garis

normal terhadap permukaan. Rumusnya dapat dituliskan sebagai berikut:

푆푖푛휃푎푆푖푛휃푏 =

푛푏푛푎

atau

na sin θa = nb sin θb

Page 18: PENGARUH PERBEDAAN POSISI PENEMPATAN LAMPU … · dan nikmat sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul ... Ir. Diniah, M.Si. selaku Dosen Penguji Utama yang telah

Keterangan : n : Indeks refraksi medium a (udara); n : Indeks refraksi medium b (air); θ : Sudut sinar datang terhadap garis normal; θ : Sudut sinar yang direfraksikan terhadap garis normal; dan N : Garis normal.

Pembiasan dan pemantulan cahaya disajikan pada Gambar 1.

Gambar 1 Pembiasan dan pemantulan cahaya (Young and Freedman 2004)

Sinar yang bergerak dari medium satu ke medium lainnya dengan indeks

refraksi yang lebih besar akan mengalami pembelokan mendekati garis normal.

Sinar yang datang dari udara ke dalam air (nb(air) > na(udara)) akan mengalami

penurunan laju gelombang (Young and Freedman 2004).

Menurut Cayless dan Marsden (1983), kekuatan atau intensitas cahaya

ditentukan berdasarkan iluminasinya. Iluminasi adalah kekuatan cahaya yang

dipancarkan oleh sumber cahaya dan mengenai suatu permukaaan benda. Besar

intensitas cahaya dapat diukur dengan satuan candela. Iluminasi cahaya akan

semakin menurun seiring dengan bertambahnya jarak terhadap sumber cahaya.

Pengukuran iluminasi cahaya dapat dilakukan dengan menggunakan rumus

berikut :

E = I / r2

N

θθ

θ

Udar

Air

Udara

N

Page 19: PENGARUH PERBEDAAN POSISI PENEMPATAN LAMPU … · dan nikmat sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul ... Ir. Diniah, M.Si. selaku Dosen Penguji Utama yang telah

Keterangan : E : Iluminasi cahaya (lux); I : Intesitas cahaya (candela); dan R : Jarak dari sumber cahaya (m).

Gelombang cahaya tersebar dari ultraviolet hingga infrared. Cahaya

ultraviolet memiliki panjang gelombang kurang dari 390 µm dan infrared

memiliki panjang gelombang lebih dari 770 µm. Gelombang yang terdapat antara

cahaya ultraviolet dan cahaya infrared adalah gelombang cahaya tampak yang

terdiri dari violet (390 – 455 µm), biru (455 – 492 µm), hijau (492 – 577 µm),

kuning (577 – 497 µm), orange (597 – 622 µm), dan merah (622 – 770 µm).

Namun, hanya cahaya yang berasal dari gelombang 400 - 750 µm termasuk ke

dalam gelombang cahaya tampak (Ben Yami 1988). Gambar 2 menunjukkan

penyebaran gelombang cahaya tampak (Ben Yami 1987).

Gambar 2 Penyebaran cahaya tampak (Ben Yami 1987)

2.3 Lampu

Lampu berdasarkan kamus besar bahasa Indonesia adalah alat untuk

menerangi atau pelita (KBBI 2011). Terdapat empat jenis lampu listrik yaitu

lampu tabung atau lampu TL (tubular lamp), lampu LED (light emitting diode),

Page 20: PENGARUH PERBEDAAN POSISI PENEMPATAN LAMPU … · dan nikmat sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul ... Ir. Diniah, M.Si. selaku Dosen Penguji Utama yang telah

lampu halogen, dan lampu pijar. (Hindarto 2011). Salah satu jenis lampu listrik

yang banyak digunakan adalah lampu tabung. Pada lampu tabung terdapat

elektron yang dipancarkan dari dalam tabung dan menyebabkan atom-atom media

gas di dalam tabung berpendar atau melepaskan energi cahaya. Pendar cahaya

inilah yang kemudian biasa dilihat dalam bentuk cahaya berwarna putih. Lampu

tabung lebih hemat energi dibanding lampu pijar, karena tidak terjadi hubungan

langsung antara kutub positif dan negatif untuk membuat filamen berpijar dan

menghasilkan cahaya seperti pada cara lampu pijar. Cahaya yang dihasilkan oleh

lampu tabung juga lebih terang dibandingkan dengan cahaya lampu pijar (Pratiwi

2011).

2.4 Fisiologi ikan

Iluminasi cahaya pada umumnya menurun seiring dengan meningkatnya

jarak dari sumber cahaya. Hal ini terjadi karena beragam sebab. Untuk alasan

geometris, iluminasi akan memberikan efek secara proporsional terhadap objek

dan permukaan air di sekitarnya. Selain itu, hal mendasar yang memberikan

pengaruh besar adalah transparansi. Cahaya yang melalui air yang bening akan

tiba dengan lebih baik dibandingkan dengan air yang keruh.

Pada saat cahaya bulan kuat, seperti saat terjadi purnama, cahaya di

permukaan air menjadi lebih terang. Hal ini berakibat pada tingkah laku ikan yang

memiliki ketertarikan pada cahaya tidak begitu terlihat (Ben Yami 1988).

Mata adalah reseptor penglihatan yang sempurna untuk sebagian besar

ikan. Cahaya memasuki mata melalui kornea, selaput bening pada bagian depan

mata. Selanjutnya cahaya membentuk fokus bayangan untuk dianalisis oleh retina.

Pada ikan, peran kornea dalam memfokuskan cahaya sangat kecil karena

perbedaan indeks bias antara kornea dan air sangat kecil. Hal ini membuat lensa

mata menjadi lebih bulat dan dilakukan pergerakan lensa untuk meningkatkan

pemfokusan. Pada siang hari, distribusi pigmen yang terdapat pada kornea akan

berfungsi sebagai penyaring cahaya. Sensitivitas dan ketajaman mata tergantung

pada terangnya bayangan yang mencapai retina. Penerimaan cahaya pada retina

mata ikan secara langsung dan tidak langsung akan mempengaruhi pergerakan

dan tingkah laku ikan (Fujaya 2004).

Page 21: PENGARUH PERBEDAAN POSISI PENEMPATAN LAMPU … · dan nikmat sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul ... Ir. Diniah, M.Si. selaku Dosen Penguji Utama yang telah

Tingkah laku ikan terhadap cahaya, menurut Gunarso (1988) dapat

dibedakan menjadi dua, yaitu fototaksis positif dan fototaksis negatif. Tingkah

laku ikan yang tertarik untuk mendekati sumber cahaya disebut dengan fototaksis

positif. Adapun tingkah laku menjauhi sumber cahaya disebut fototaksis negatif.

Ikan yang menjadi hasil tangkapan bagan terdiri dari ikan yang bersifat

fototaksis positif dan fototaksis negatif. Ikan yang bersifat fototaksis positif

diantaranya cumi-cumi, rebon dan teri. Adapun contoh ikan yang fototaksis

negatif, biasanya merupakan termasuk dalam jenis ikan predator contohnya adalah

layur dan tongkol (Subani dan Barus 1989).

Page 22: PENGARUH PERBEDAAN POSISI PENEMPATAN LAMPU … · dan nikmat sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul ... Ir. Diniah, M.Si. selaku Dosen Penguji Utama yang telah

3 METODE PENELITIAN

3.1 Waktu dan tempat

Penelitian dilakukan dalam dua tahap. Tahap pertama penelitian yaitu

pengukuran nilai iluminasi pada medium udara yang dilakukan di Laboratorium

Teknologi Alat Penangkapan Ikan, Departemen Pemanfaatan Sumberdaya

Perikanan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Institut Pertanian Bogor. Tahap

kedua penelitian yaitu persiapan dan pengoperasian bagan apung dilakukan di

perairan Teluk Palabuhanratu, Sukabumi, Jawa Barat dari bulan Juli sampai

September 2010 (Lampiran 1).

3.2 Alat dan bahan

Alat yang digunakan pada tahap pertama penelitian adalah bagan apung

(Gambar pada Lampiran 2), lampu tabung, lampu dalam air, serok, luxmeter,

termometer, penggaris, dan timbangan digital. Bahan yang digunakan pada tahap

pertama penelitian merupakan bahan-bahan untuk pembuatan lampu dalam air

yang terdiri atas lampu tabung, stoples Nutrisari, kabel listrik eterna, saklar, stop

kontak listrik, stabilizer, generator listrik berdaya 1.000 watt, lampu tabung 24

watt, karet plastik, lem silicone rubber, dan terminal listrik.

Alat yang digunakan pada tahap kedua penelitian adalah lampu tabung,

lampu dalam air, luxmeter, karton hitam, penggaris, tali, sedangkan bahan-bahan

yang digunakan adalah lampu tabung dan lampu dalam air. Berikut ini adalah

gambar lampu tabung merek Phillips 24 watt yang digunakan sebagai bahan

penelitian tahap pertama dan kedua (Gambar 3).

Gambar 3 Lampu tabung.

Page 23: PENGARUH PERBEDAAN POSISI PENEMPATAN LAMPU … · dan nikmat sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul ... Ir. Diniah, M.Si. selaku Dosen Penguji Utama yang telah

Pembuatan lampu dalam air diawali dengan memasukkan lampu TL

kedalam stoples Nutrisari. Bagian atas stoples ditutup dengan lem dan karet

plastik. Ujicoba kebocoran lampu dilakukan dengan cara memberi pemberat pada

lampu, menenggelamkan lampu sedalam 1 m dan menyalakannya selama 1 jam.

Jika tidak ada kebocoran pada stoples, maka pembuatan lampu dalam air dianggap

berhasil. Konstruksi lampu dalam air dapat dilihat pada Gambar 4.

3.3 Metode pengambilan data

Metode untuk pengambilan data yang digunakan adalah metode

percobaan. Operasi penangkapan dilakukan secara langsung pada bagan apung

dengan menggunakan lampu tabung dan lampu dalam air di perairan teluk

Palabuhanratu. Data yang dikumpulkan terdiri atas data nilai iluminasi cahaya dan

hasil tangkapan yang diperoleh.

Penelitian terbagi menjadi dua tahap. Tahap pertama yaitu pengukuran

nilai iluminasi cahaya pada medium udara. Tahap kedua adalah pengukuran nilai

iluminasi cahaya di dalam air dan operasi penangkapan bagan apung di

Palabuhanratu. Pengukuran nilai iluminasi pada medium udara dilakukan dengan

mengukur iluminasi lampu pada ruang gelap dengan kemiringan sudut tertentu.

Pengukuran dilakukan bergantian antara lampu tabung dan lampu dalam air. Jarak

antara luxmeter dan lampu sejauh 1 m (Gambar 6).

18 cm

8 cm

Gambar 4 Konstruksi dan dimensi lampu dalam air.

Karet

Lem

Page 24: PENGARUH PERBEDAAN POSISI PENEMPATAN LAMPU … · dan nikmat sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul ... Ir. Diniah, M.Si. selaku Dosen Penguji Utama yang telah

Gambar 6 Posisi pengukuran iluminasi cahaya dengan luxmeter pada sudut15°, 30°, 45°, 60°, 75°, 90° hingga sudut 360°.

Prosedur pengoperasian bagan apung meliputi urutan sebagai berikut:

1) Pengoperasian alat tangkap dibagi dalam 3 kelompok waktu, yaitu pukul

19.00-22.00, 22.00-01.00, dan 01.00-04.00;

2) Penggunaan lampu tabung dan lampu dalam air bergantian secara acak

seiring dengan kelompok waktu penangkapan;

3) Pelaksanaan percobaan ini diawali dengan merangkai 4 buah lampu untuk

setiap jenis lampu pada setiap operasi penangkapan;

Page 25: PENGARUH PERBEDAAN POSISI PENEMPATAN LAMPU … · dan nikmat sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul ... Ir. Diniah, M.Si. selaku Dosen Penguji Utama yang telah

4) Lampu tabung digantungkan pada ketinggian 1 m di atas perukaan air laut,

sedangkan lampu dalam air pada kedalaman 1 m di bawah permukaan air

laut;

5) Pengukuran iluminasi cahaya dilakukan setiap kedalaman 1 m sampai

kedalaman 12 m. Posisi pengukuran iluminasi diatas bagan ditunjukkan pada

Gambar 5;

Keterangan : a : Titik tengah kerangka bagan; b : Posisi pengukuran 1,3 m; c : Posisi pengukuran 2,6 m;. d : Posisi pengukuran 3,9 m; e : Posisi penempatan 4 buah lampu; dan f : Kerangka bagan. Gambar 5 Posisi pengukuran iluminasi cahaya secara horizontal diatas jaring

bagan.

6) Bobot total hasil tangkapan pada setiap perlakuan ditimbang dan

diidentifikasi jenisnya; dan

7) Operasi penangkapan dilakukan sebanyak 5 kali ulangan untuk setiap

perlakuan lampu.

8 m

8 m1,3 m 2,6 m 3,9 m

b a

f

d c

e

Page 26: PENGARUH PERBEDAAN POSISI PENEMPATAN LAMPU … · dan nikmat sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul ... Ir. Diniah, M.Si. selaku Dosen Penguji Utama yang telah

3.4 Metode analisis data

Analisis data yang digunakan adalah metode deskriptif komparatif.

Metode deskriptif komparatif adalah metode dengan menjelaskan dan melakukan

perbandingan data hasil penelitian dari dua perlakuan yang berbeda. Pada

penelitian ini dibandingkan antara data dengan menggunakan lampu tabung dan

lampu dalam air. Hasil penelitian yang digunakan dalam analisis berupa data,

grafik dan tabel.

Perbandingan dilakukan antara lampu tabung standar di atas permukaan air

dengan lampu tabung terbungkus stoples Nutrisasi di dalam air. Data yang

diambil berupa nilai iluminasi cahaya pada medium udara dan medium air, serta

hasil tangkapan yang diperoleh. Data tersebut diolah secara komparatif dan dibuat

grafiknya untuk memudahkan dalam analisa deskriptif.

Page 27: PENGARUH PERBEDAAN POSISI PENEMPATAN LAMPU … · dan nikmat sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul ... Ir. Diniah, M.Si. selaku Dosen Penguji Utama yang telah

4 HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Iluminasi cahaya

Cahaya pada pengoperasian bagan berfungsi sebagai pengumpul ikan.

Cahaya yang diperlukan memiliki beberapa karakteristik, yaitu iluminasi yang

tinggi, arah pancaran yang menyebar ke samping dan sebagian besar cahaya

merambat di dalam air.

Hasil pengukuran iluminasi cahaya terhadap lampu tabung dan lampu

dalam air pada medium udara dan air memberikan hasil yang cukup berbeda.

Penyebabnya yaitu kerapatan medium udara lebih rendah dibandingkan dengan

medium air.

4.1.1 Lampu tabung

(1) Medium udara

Hasil pengukuran iluminasi cahaya lampu tabung pada medium udara

disajikan pada Tabel 1. Adapun grafiknya dijelaskan pada Gambar 7. Cahaya

lampu tabung pada medium udara memancar ke segala arah dengan iluminasi

cahaya yang berbeda pada setiap sudut pengukuran. Perbedaan nilai iluminasi

cahaya yang kecil terdapat pada bagian bawah lampu.

Pada Tabel 1 di bawah ini terlihat bahwa pada sudut 90o-150o dan 210o-

270o memberikan iluminasi cahaya yang lebih tinggi dibandingkan dengan sudut

yang lain. Hal ini terjadi karena cahaya yang dipancarkan berasal dari permukaan

sisi lampu yang paling luas. Sementara itu, nilai iluminasi lampu tabung tertinggi

diperoleh pada sudut 120o dan 240o, yaitu sebesar 184 lux. Pada sudut tersebut

terjadi akumulasi cahaya yang berasal dari permukaan sisi luar lampu dan sisi

dalam lampu yang melewati celah antar tabung.

Page 28: PENGARUH PERBEDAAN POSISI PENEMPATAN LAMPU … · dan nikmat sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul ... Ir. Diniah, M.Si. selaku Dosen Penguji Utama yang telah

Sudut ( o )

Iluminasi (lux)

0 / 360 32

15 / 345 55

30 / 330 81

45 / 315 132

60 / 300 144

75 / 285 151

90 / 270 167

105 / 255 171

120 / 240 184

135 / 225 179

150 / 210 173

165 / 195 155

180 153

Nilai iluminasi cahaya lampu tabung pada medium udara memperoleh

nilai terendah pada sudut 0o atau 360o, yaitu sebesar 32 lux. Pada bagian tersebut

cahaya terhalang oleh kepala lampu. Cahaya yang mampu melewati sudut itu

hanya sedikit, sehingga nilai iluminasi cahaya yang diperoleh sangat rendah.

Gambar 7 Iluminasi dan arah pancaran cahaya lampu tabung.

0

50

100

150

2000°

45°

90°

135°

180°

225°

270°

315°

Series1

Tabel 1 Nilai iluminasi cahaya lampu tabung pada medium udara.

Nilai iluminasi (lux)

Page 29: PENGARUH PERBEDAAN POSISI PENEMPATAN LAMPU … · dan nikmat sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul ... Ir. Diniah, M.Si. selaku Dosen Penguji Utama yang telah

Lampu tabung memancarkan cahaya dengan arah yang menyebar. Pada

Gambar 7 terlihat bahwa cahaya lampu tabung pada bagian bawah memiliki nilai

iluminasi yang tidak terlalu berbeda. Penyebabnya adalah luasan permukaan

lampu tabung pada bagian tersebut relatif sama, sehingga cahaya yang

dipancarkan memiliki nilai iluminasi yang tidak terlalu berbeda. Pada Gambar 7

ditunjukkan dengan bentuknya yang hampir mendatar.

(2) Medium air

Lampu tabung pada medium air memiliki nilai iluminasi cahaya, seperti

tersaji pada Tabel 2. Pada Tabel 2 terlihat bahwa nilai iluminasi cahaya tertinggi

diperoleh pada jarak 1,3 m (a) dari pusat pengukuran. Pada titik pusat pengukuran

diperoleh niai iluminasi cahaya sebesar 51,7 lux. Nilai ini lebih kecil

dibandingkan dengan nilai iluminasi cahaya pada jarak 1,3 m (a) yang bernilai

54,5 lux. Hal ini dimungkinkan karena luasan permukaan lampu tabung pada

bagian bawah lebih kecil dibandingkan dengan luasan bagian samping tabung.

Pada bagian bawah lampu tabung -- yang menjadi titik pusat pengukuran --

dihasilkan nilai iluminasi cahaya yang lebih kecil.

Tabel 2 Nilai iluminasi cahaya lampu tabung pada medium air

Kedalaman (m)

Iluminasi cahaya pada posisi pengukuran (lux)

a b c d

-1 51,7 54,5 33,3 7,8

-2 27,7 33,7 23,7 9,2

-3 12 17,8 12,3 6,4

-4 5,9 6,8 9,9 3,3

-5 2 3,3 6,6 1,1

-6 1,3 1,8 2 0,1

Tabel 2 menunjukkan bahwa nilai iluminasi cahaya lampu semakin

menurun seiring dengan meningkatknya jarak dari pusat lampu. Hal ini sesuai

dengan pernyataan Cayless dan Marsden (1983) yang menyebutkan bahwa nilai

Page 30: PENGARUH PERBEDAAN POSISI PENEMPATAN LAMPU … · dan nikmat sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul ... Ir. Diniah, M.Si. selaku Dosen Penguji Utama yang telah

iluminasi adalah rasio dari intensitas cahaya dengan kuadrat jarak dari sumber

cahaya (E=I /r2).

Berdasarkan hasil pengukuran nilai iluminasi cahaya lampu tabung pada

medium air juga diketahui bahwa seiring dengan semakin bertambahnya

kedalamanan titik pengukuran, nilai iluminasi cahaya semakin menurun. Berikut

tampilan penyebaran iluminasi cahaya lampu tabung pada medium air tersaji

dalam Gambar 8.

Gambar 8 Penyebaran nilai iluminasi cahaya lampu tabung pada medium air.

Penyebaran cahaya lampu tabung pada medium air diperlihatkan pada

Gambar 8. Penyebaran cahaya terlihat menurun seiring meningkatnya jarak

dengan sumber cahaya. Cahaya lampu tabung pada medium air hanya mencapai

kedalaman 6 m. Cahaya yang melewati medium air memiliki jangkauan yang

kurang luas. Nilai iluminasi yang cukup tinggi hanya terdapat di sekitar sumber

lampu tabung. Penyebabnya yaitu indeks bias air lebih tinggi dibandingkan

dengan udara. Selain itu, jumlah partikel yang melayang dalam air akan

menghambat penetrasi cahaya dalam air. Partikel yang melayang tersebut,

menurut Hutabarat (2006) akan mempengaruhi nilai kekeruhan suatu perairan.

-3 -2 -1 0 1 2 3-6

-5

-4

-3

-2

-1

-3 -2 -1 0 1 2 3-6

-5

-4

-3

-2

-1

Page 31: PENGARUH PERBEDAAN POSISI PENEMPATAN LAMPU … · dan nikmat sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul ... Ir. Diniah, M.Si. selaku Dosen Penguji Utama yang telah

4.1.2 Lampu dalam air

(1) Medium udara

Iluminasi cahaya lampu dalam air berbeda dengan iluminasi cahaya lampu

tabung biasa. Cahaya pada lampu dalam air telah mengalami pembiasan.

Pembiasan adalah perubahan lintasan cahaya akibat dua medium yang berbeda.

Perbedaan arah pancaran lampu tabung dan lampu dalam air disebabkan oleh

stoples yang terdapat pada lampu dalam air. Besarnya pembiasan yang terjadi

tergantung dari ketebalan medium yang dilaluinya. Pembiasan yang terjadi kali ini

disebabkan oleh ketebalan dari stoples kaca yang menjadi wadah lampu dalam air.

Pada pengoperasian lampu dalam air, cahaya yang berasal dari lampu

melewati medium udara di dalam stoples, medium kaca stoples dan medium

udara. Pada medium kaca stoples terjadi pembiasan cahaya. Besarnya pembiasan

sangat dipengaruhi oleh kejernihan dan ketebalan kaca stoples. Ketebalan kaca

stoples yang tidak sama pada setiap sisinya mengakibatkan nilai iluminasi cahaya

lampu menjadi berbeda.

Pada Tabel 3 ditunjukkan nilai iluminasi cahaya lampu dalam air pada

medium udara. Nilai iluminasi yang diperoleh pada sudut 45o-315o berada pada

kisaran 46-137 lux. Pada sudut 0o-30o dan 330o-360o tidak terdeteksi adanya

cahaya atau nilai iluminasinya nol. Hal ini terjadi karena cahaya dari lampu

terhalang oleh kepala lampu dan tutup stoples.

Nilai iluminasi cahaya pada lampu dalam air terfokus pada sudut 75o-150o

sebesar 104-137 lux. Nilai iluminasi terbesar diperoleh pada sudut 90o. Cahaya

yang terfokus ini disebabkan oleh akumulasi cahaya dari permukaan lampu yang

sejajar pada sisi samping. Penyebab lainnya adalah pembiasan yang disebabkan

oleh stoples. Pembiasan pada kaca stoples membuat arah pancaran cahaya

menjadi lebih terfokus di bagian samping lampu.

Page 32: PENGARUH PERBEDAAN POSISI PENEMPATAN LAMPU … · dan nikmat sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul ... Ir. Diniah, M.Si. selaku Dosen Penguji Utama yang telah

Tabel 3 Nilai iluminasi cahaya lampu dalam air pada medium udara

Sudut ( o )

Iluminasi (lux)

0 / 360 0

15 / 345 0

30 / 330 0

45 / 315 46

60 / 300 83

75 / 285 104

90 / 270 137

105 / 255 134

120 / 240 132

135 / 225 127

150 / 210 119

165 / 195 97

180 93

Arah penyebaran cahaya lampu dalam air pada pengukuran di medium

udara dapat dilihat pada Gambar 9. Pada gambar tersebut terlihat pola penyebaran

lampu dalam air terfokus pada sisi lampu.

Gambar 9 Penyebaran cahaya lampu dalam air.

Lampu dalam air menggunakan stoples berbentuk tabung sebagai wadah

utama. Ketebalan kaca stoples akan mempengaruhi nilai iluminasi lampu dalam

050

100150200

45°

90°

135°

180°

225°

270°

315°

Series1

Nilai Iluminasi (lux)

Page 33: PENGARUH PERBEDAAN POSISI PENEMPATAN LAMPU … · dan nikmat sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul ... Ir. Diniah, M.Si. selaku Dosen Penguji Utama yang telah

air. Pada lampu dalam air yang di operasikan pada medium udara, terjadi

perambatan cahaya yang melewati medium udara – kaca – udara. Hal ini

menyebabkan cahaya mengalami pembelokan, sehingga arah pancaran cahaya

lebih terfokus. Cahaya pada sudut 90o dan 270o merupakan cahaya dengan

intensitas paling tinggi. Pada sudut tersebut terjadi akumulasi cahaya dari ulir

yang sejajar dan akumulasi pembiasan cahayanya.

(2) Medium air

Lampu dalam air memiliki iluminasi cahaya yang menyebar ke samping.

Hal ini dinilai baik sebagai pengumpul ikan pada pengoperasian bagan. Cahaya

yang menyebar ke arah samping lebih dapat memikat ikan, karena ikan lebih

tersebar di sekeliling bagan.

Nilai rataan iluminasi cahaya lampu dalam air pada medium air tersaji

pada Tabel 4. Nilai iluminasi terbesar diperoleh pada titik pengukuran a pada titik

0 yang berada di antara lampu pada kedalaman 1 m, yaitu sebesar 263 lux. Seperti

halnya pada lampu tabung, nilai illuminasi cahaya lampu dalam air mengalami

penurunan seiring jarak yang meningkat dari sumber cahaya. Iluminasi cahaya

lampu dalam air masih dapat dideteksi hingga kedalaman 10 meter dari lampu.

Tabel 4 Nilai rataan iluminasi cahaya lampu dalam air pada medium air

Kedalaman (m)

Iluminasi cahaya pada posisi pengukuran (lux)

a b c d

-1 263 95,2 3,9 1,6

-2 209,6 48,2 16,8 2,2

-3 91,6 30,8 22,4 3,4

-4 42,1 29 17 3,7

-5 25,8 19,6 11,2 4,5

-6 14,6 12,1 7,9 3,5

-7 8,5 7,6 5,0 3,2

-8 5,1 4,3 3,2 1,6

-9 2,7 3,5 1,7 0,8

-10 0,9 1,1 1 0

Page 34: PENGARUH PERBEDAAN POSISI PENEMPATAN LAMPU … · dan nikmat sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul ... Ir. Diniah, M.Si. selaku Dosen Penguji Utama yang telah

Nilai rataan iluminasi lampu dalam air dapat dilihat pada Tabel 4 diatas.

Nilai iluminasi semakin menurun seiring dengan meningkatnya jarak dari lampu

dalam air. Dilihat dari penurunannya dapat diketahui bahwa penyebaran cahaya

lampu dalam air pada medium air terlihat menyebar ke segala arah. Iluminasi

cahaya yang terdeteksi masih lebih besar jika dibandingkan dengan iluminasi

lampu tabung pada kedalaman yang sama. Cahaya lampu dalam air masih dapat

menembus kedalaman 10 m meskipun dengan intensitas yang sangat rendah.

Intensitas cahaya lampu tabung pada kedalaman 10 m diperoleh sebesar 0,9 lux.

Cahaya pada lampu tabung hanya mampu menembus kedalaman 6 m. Pada

kedalaman 7 m sudah tidak dapat terdeteksi adanya cahaya lampu.

Penurunan iluminasi secara signifikan terjadi pada kedalaman 3 m. Nilai

iluminasi cahaya pada kedalaman 2 m diperoleh 209,6 lux, sedangkan pada

kedalaman 3 m diperoleh hanya 91,6 lux. Hal ini sesuai dengan hasil perhitungan

iluminasi lampu dalam air pada medium udara. Pada medium udara terlihat

penurunan iluminasi pada sudut 180o. Penyebab penurunan iluminasi ini diduga

terjadi karena ketebalan kaca stoples yang tidak merata pada setiap sisinya.

Penyebab selanjutnya adalah kondisi perairan dan cuaca di lokasi perhitungan.

Page 35: PENGARUH PERBEDAAN POSISI PENEMPATAN LAMPU … · dan nikmat sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul ... Ir. Diniah, M.Si. selaku Dosen Penguji Utama yang telah

Gambar 10 Penyebaran nilai iluminasi cahaya lampu tabung dalam air pada medium air.

Penyebaran iluminasi cahaya lampu tabung dalam air pada medium air

terlihat pada Gambar 10. Melalui gambar terlihat bahwa penyebaran cahaya

lampu dalam air pada medium air menyebar pada kolom perairan. Penurunan nilai

iluminasi pada kedalaman 6 hingga 10 m terjadi secara perlahan. Cahaya yang

terdeteksi pada kedalaman 10 m sangat kecil, yaitu kurang dari 1 lux.

4.2 Komposisi hasil tangkapan

4.2.1 Hasil tangkapan bagan apung

(1) Komposisi hasil tangkapan total berdasarkan jenis

Hasil tangkapan total bagan yang diperoleh seberat 216,75 kg yang terdiri

atas beragam jenis ikan. Masing-masing adalah teri (Stolephorus commersonii),

layur (Trichiurus sp), kembung (Rastrelliger spp.), tembang (Sardinella

-3 -2 -1 0 1 2 3-10

-9

-8

-7

-6

-5

-4

-3

-2

-1

-3 -2 -1 0 1 2 3-10

-9

-8

-7

-6

-5

-4

-3

-2

-1

Page 36: PENGARUH PERBEDAAN POSISI PENEMPATAN LAMPU … · dan nikmat sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul ... Ir. Diniah, M.Si. selaku Dosen Penguji Utama yang telah

fimbriata), tongkol (Auxis thazard), rebon (Mysis sp.), dan cumi-cumi (Loligo

sp.). Gambar organisme hasil tangkapan dirujuk pada Lampiran 3. Persentase

berat hasil tangkapan bagan per jenis organisme dapat dilihat Gambar 11.

Gambar 11 Persentase berat hasil tangkapan bagan.

Hasil tangkapan didominasi oleh tembang seberat 51 kg atau 23,53% dari

berat total hasil tangkapan. Berikutnya teri seberat 44,44 kg (20,48 %), kembung

43,35 kg (20,00%), rebon 34,5 kg (15,92 %), layur 29,5 kg (13,61 %) dan cumi-

cumi 8,5 kg (3,92 %). Tongkol menempati urutan terakhir seberat 5,5 kg (2,54%).

Tembang menjadi jenis ikan yang mendominasi hasil tangkapan bagan

apung. Nybakken (1988) mengatakan bahwa ikan tembang merupakan ikan

pelagis permukaan yang menyukai perairan terbuka dengan kedalaman hingga

150 m sebagai habitatnya. Kedalaman ini merupakan zona yang masih dapat

ditembus oleh cahaya. Penggunaan alat bantu cahaya pada bagan akan

menyebabkan jenis ikan tembang banyak tertangkap. Apalagi musim

penangkapan tembang berlangsung sepanjang tahun. Ini didukung oleh data

Statistik PPN Palabuhanratu 2010 yang menyebutkan bahwa tembang didaratkan

sepanjang tahun di Palabuhanratu.

Jenis ikan berikutnya yang tertangkap adalah teri seberat 44,4 kg atau

sekitar 20,48% dari total tangkapan 151,7 kg. Teri merupakan ikan pelagis kecil

pemakan plankton. Menurut Hutomo (1987), ada dua jenis plankton yang menjadi

makanan teri, yaitu fitoplankton dan zooplankton. Fitoplankton biasanya menjadi

44.4

29.5

43.35

51

5.5

34.5

8.5

0

10

20

30

40

50

60

Teri Layur Kembung Tembang Tongkol Rebon cumi

Ber

at (k

g)

Jenis ikan

Page 37: PENGARUH PERBEDAAN POSISI PENEMPATAN LAMPU … · dan nikmat sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul ... Ir. Diniah, M.Si. selaku Dosen Penguji Utama yang telah

makanan bagi teri yang memiliki ukuran panjang p < 40 mm. Adapun

zooplankton umumnya menjadi makanan bagi teri yang berukuran panjang p ≥ 40

mm. Fitoplankton harus selalu berada pada zona fotik atau perairan yang terdapat

cahaya agar dapat tetap hidup (Basmi 1995). Plankton yang berada di sekitar

bagan akan hidup, berkumpul dan berkembang biak dengan baik dikarenakan

adanya cahaya dari lampu.

Kembung tertangkap seberat 43,35 kg (20% ). Menurut Bal & Rao (1984)

diacu dalam Parerung (1996), kembung merupakan ikan pelagis yang

memanfaatkan plankton sebagai makanannya. Kembung tersebar pada perairan

pantai dengan kedalaman 20 - 90 m yang menjadi habitat plankton dan ikan-ikan

kecil (Collete & Nauen 1983). Selain itu, kembung merupakan organisme diurnal

yang banyak aktif di siang hari. Pada malam hari keberadaannya menyebar di

seluruh lapisan kedalaman. Penangkapannya hanya dapat dilakukan dengan

bantuan cahaya, seperti bagan (Laevastu dan Hayes 1981).

Hasil tangkapan rebon seberat 34,5 kg (15,92%). Rebon merupakan

organisme yang bersifat fototaksis positif atau tertarik terhadap cahaya. Migrasi

hariannya berlangsung seiring dengan perubahan intensitas cahaya matahari.

Pergerakannya lebih disebabkan oleh aktivitas mencari makan dan menghindari

dari serangan predator yang akan memangsanya. Penggunaan cahaya pada bagan

menyebabkan plankton berkumpul dan berkembang biak dengan baik di sekitar

bagan. Hal ini yang mengundang rebon untuk datang dan tertangkap pada bagan

apung.

Jenis ikan hasil tangkapan selanjutnya adalah layur yang tertangkap

seberat 29,5 kg (13,61%). Layur sebenarnya bukan target utama penangkapan

dengan bagan. Layur merupakan jenis ikan demersal yang hanya sesekali saja

muncul ke permukaan atau kolom perairan untuk mendapatkan mangsa.

Keberadaannya di sekitar bagan lebih dikarenakan ativitasnya dalam mencari

makanan berupa ikan, udang dan berbagai jenis cumi-cumi yang banyak

berkumpul di sekitar bagan. Wewengkang (2002) menyebutkan layur termasuk

ikan buas yang memangsa ikan-ikan kecil, udang-udangan dan berbagai jenis

cumi. Menurutnya, layur tertangkap bukan karena bersifat fototaksis positif

melainkan karena tertarik oleh organisme yang menjadi sasaran makanannya.

Page 38: PENGARUH PERBEDAAN POSISI PENEMPATAN LAMPU … · dan nikmat sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul ... Ir. Diniah, M.Si. selaku Dosen Penguji Utama yang telah

Jenis cumi-cumi hanya tertangkap seberat 8,5 kg. Cumi-cumi merupakan

organisme demersal yang digolongkan sebagai karnivor. Organisme ini umumnya

memakan zooplankton, udang dan ikan-ikan kecil. Migrasi cumi-cumi

dipengaruhi oleh keberadaan predator dan penyebaran makanannya. Menurut

Tasywiruddin (1999), umumnya cumi-cumi tersebar di perairan pantai hingga

kedalaman 400 m. Pada lokasi ini terdapat banyak makanan cumi-cumi, sehingga

cumi-cumi banyak tersebar dan kemudian tertangkap pada bagan.

(2) Komposisi berat hasil tangkapan total berdasarkan waktu penangkapan

Jenis dan berat ikan yang didapat pada tiga waktu penangkapan cukup

berbeda. Gambar 12 menjelaskan berat hasil tangkapan berdasarkan jenis per

waktu penangkapan.

Gambar 12 Berat hasil tangkapan total berdasarkan jenis per waktu penangkapan.

Berdasarkan Gambar 12, hasil tangkapan terbanyak diperoleh pada pukul

01.00-04.00 WIB seberat 97,6 kg atau 45,03% dari berat total tangkapan. Pada

pukul 19.00-22.00 WIB diperoleh hasil tangkapan seberat 77,85 kg (35,92%).

0

5

10

15

20

25

30

35

19.00 - 22.00 22.00 - 01.00 01.00 - 04.00

Ber

at (k

g)

Waktu penangkapan

Teri

Layur

Kembung

Tembang

Tongkol

Rebon

cumi

Page 39: PENGARUH PERBEDAAN POSISI PENEMPATAN LAMPU … · dan nikmat sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul ... Ir. Diniah, M.Si. selaku Dosen Penguji Utama yang telah

Adapun pada waktu penangkapan pukul 22.00-01.00 WIB diperoleh hasil

tangkapan paling sedikit, yaitu 41,3 kg atau (19,05%).

Jenis tangkapan terberat antara pukul 19.00-22.00 WIB adalah tembang

seberat 28,5 kg. Selanjutnya kembung seberat 12,6 kg antara pukul 22.00-01.00

WIB. Adapun teri dan rebon -dalam jumlah yang tidak terlalu berbeda yaitu 31,4

kg dan 30,5 kg- menjadi 2 jenis ikan tangkapan terberat antara waktu

penangkapan 01.00–04.00 WIB.

Tembang menjadi hasil tangkapan terbanyak karena tembang termasuk

kelompok hewan fototaksis positif (Gunarso 1988). Makanan utama organisme

fototaksis positif umumnya adalah plankton dan ikan-ikan kecil (Laevastu dan

Hayes 1981). Keberadaan plankton yang berlimpah diakibatkan adanya cahaya

dari lampu dan sinar matahari sore yang masih dapat terdeteksi. Keberadaan

plankton ini membuat tembang berkumpul dan tertangkap pada bagan apung.

Pada waktu penangkapan antara pukul 22.00-01.00 WIB, kembung

menjadi tangkapan terbanyak meskipun jumlahnya menurun dari waktu

penangkapan sebelumnya. Keberadaan kembung yang lebih sedikit ini disebabkan

oleh jumlah plankton yang tidak terlalu banyak. Menurut Bal & Rao (1984) diacu

dalam Parerung (1996), kembung merupakan ikan pelagis yang memanfaatkan

plankton sebagai makanannya. Sedikitnya keberadaan plankton terlihat dari ikan-

ikan kecil pemakan plankton seperti teri dan rebon sangat sedikit. Selain itu, ikan

layur sebagai predator kembung cukup melimpah.

Ikan jenis teri, layur, kembung dan tembang tertangkap pada ketiga waktu

penangkapan. Tongkol, rebon dan cumi-cumi tidak tertangkap pada sebagian

waktu penangkapan. Hasil tangkapan tongkol terbanyak pada waktu penangkapan

pukul 19.00-22.00 WIB seberat 5 kg. Rebon dan cumi tertangkap paling banyak

antara pukul 01.00-04.00 WIB seberat 30,5 kg dan cumi-cumi seberat 8,5 kg.

Teri paling banyak tertangkap antara pukul 01.00-04.00 WIB. Pada waktu

tersebut teri yang tertangkap 31,4 kg. Menurut Hutomo (1987), teri merupakan

organisme yang memanfaatkan plankton sebagai makanan utamanya. Basmi

(1995) menambahkan bahwa keberadaan plankton akan melimpah saat ada cahaya

yang cukup. Keberadaaan pemangsa teri juga mempengaruhi jumlah hasil

Page 40: PENGARUH PERBEDAAN POSISI PENEMPATAN LAMPU … · dan nikmat sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul ... Ir. Diniah, M.Si. selaku Dosen Penguji Utama yang telah

tangkapan. Predator yang memangsa teri pada waktu tersebut jumlahnya tidak

terlalu banyak. Hal ini menyebabkan teri yang tertangkap semakin banyak.

Layur merupakan ikan predator yang memanfaatkan ikan kecil, udang, dan

cumi-cumi sebagai makanannya. Berat hasil tangkapan layur berbanding terbalik

dengan ikan-ikan kecil. Pada saat waktu penangkapan antara pukul 19.00-22.00

WIB, layur yang tertangkap mencapai jumlah terbanyak yaitu 12 kg. Teri

tertangkap dalam jumlah sedikit. Rebon dan cumi-cumi tidak ada yang tertangkap.

Pada pengoperasian bagan apung pada penelitian kali ini tongkol tidak

banyak tertangkap. Tongkol tidak berada pada musim puncak penangkapan.

Musim terbaik untuk penangkapan tongkol berada pada bulan Maret hingga Mei.

Tongkol terbanyak tertangkap pada waktu penangkapan antara pukul 19.00-22.00

WIB yaitu seberat 5 kg. Hal ini disebabkan karena layur sebagai predator lain

lebih banyak. Terjadi persaingan antar predator dalam mencari makanan.

4.2.2 Hasil tangkapan bagan apung dengan lampu tabung

(1) Komposisi berat tangkapan bagan berdasarkan jenis organisme

Hasil tangkapan bagan dengan menggunakan lampu tabung dilihat dari

jenis ikannya tidak berbeda dengan hasil tangkapan bagan pada umumnya. Ikan

yang tertangkap adalah teri (Stolephorus commersonii), layur (Trichiurus sp),

kembung (Restrelliger sp.), tembang (Sardinella fimbriata), tongkol (Auxis sp),

rebon (Mysis sp) dan cumi (Loligo sp). Komposisi berat hasil tangkapan dapat

dilihat pada Gambar 12 berikut:

58

13.8

21.8

53

8.5

0

5

10

15

20

25

Teri Layur Kembung Tembang Tongkol Rebon Cumi

Ber

at(k

g)

Jenis ikanGambar 13 Berat hasil tangkapan bagan dengan lampu tabung

Page 41: PENGARUH PERBEDAAN POSISI PENEMPATAN LAMPU … · dan nikmat sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul ... Ir. Diniah, M.Si. selaku Dosen Penguji Utama yang telah

Total berat hasil tangkapan lampu tabung adalah 65,1 kg. Jenis hasil

tangkapannya didominasi oleh tembang dan kembung, yakni seberat 21,8 kg

(33%) dan 13,8 kg (21%). Jenis ikan yang paling sedikit tertangkap adalah rebon

hanya 3 kg (5%). Ikan lain yang juga tertangkap ialah teri seberat 5 kg (8%),

layur 8 kg (12%), tongkol 5 kg (8%) dan cumi-cumi 8,5 kg (13%).

Tembang dan kembung merupakan ikan pelagis yang melakukan

pergerakan diurnal dan menyebar pada malam hari (Laevastu dan Hayes 1981).

Penggunaan lampu tabung akan memancarkan cahaya dengan arah yang

menyebar. Penyebaran cahaya ini menyebabkan keberadaan tembang dan

kembung yang juga menyebar. Hal ini menyebabkan ikan yang berkumpul di

bawah bagan tidak terlalu banyak, sehingga berat hasil tangkapan dengan lampu

tabung sedikit.

Pada penggunaan lampu tabung tertangkap juga cumi-cumi. Cumi-cumi

mendekat ke bagan dan berhasil tertangkap karena menyukai ikan dan udang kecil

sebagai makanannya. Rebon yang termasuk fototaksis positif menjadi makanan

utama cumi-cumi (Prawiradiharjo 1967 diacu dalam Hartati 1998). Keberadaan

cumi-cumi pada perairan menyebabkan rebon yang tertangkap menjadi sedikit,

yaitu seberat 3 kg. Ini berbeda dengan cumi-cumi yang mencapai jumlah

terbanyak saat penggunaan lampu tabung yaitu 8,5 kg.

Layur yang tertangkap pada pengoperasian bagan apung dengan lampu

tabung cukup banyak, yaitu seberat 8 kg. Layur tertangkap karena memakan ikan-

ikan kecil yang berkumpul di sekitar cahaya. Pada saat proses mencari makanan,

layur mendekat dan menyambar mangsanya yang berada di sekitar cahaya. Tobing

(2009) mengatakan bahwa layur menyukai iluminasi cahaya yang rendah untuk

mencari makanan. Pada iluminasi rendah inilah makanan layur seperti rebon dan

teri banyak berkumpul.

Teri tertangkap oleh bagan apung dengan lampu tabung seberat 5 kg.

Adapun rebon hanya tertangkap seberat 3 kg. Teri dan rebon merupakan

organisme fototaksis positif . Organisme fototaksis positif akan bergerombol pada

siang hari dan menyebar ketika cahaya berkurang. Pada malam hari, teri dan

rebon akan berkumpul dan bergerak mendekati cahaya lampu. Teri dan rebon

mendekati sumber cahaya untuk memakan plankton yang banyak berkumpul di

Page 42: PENGARUH PERBEDAAN POSISI PENEMPATAN LAMPU … · dan nikmat sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul ... Ir. Diniah, M.Si. selaku Dosen Penguji Utama yang telah

bawah cahaya. Hasil tangkapan ikan-ikan kecil yang sedikit dikarenakan

banyaknya predator yang berkeliaran di sekeliling bagan. Terbukti dari

banyaknya layur dan tongkol yang tertangkap, masing-masing seberat 8 kg dan 5

kg. Pada penggunan lampu tabung, jumlah tongkol yang tertangkap dengan berat

lebih banyak dibandingkan dengan lampu dalam air.

Tongkol merupakan ikan pelagis perenang cepat. Kecepatan renang yang

dimiliki tongkol membuat ikan ini mampu menghindar ketika proses

pengangkatan jaring dilakukan. Hal ini yang menyebabkan tongkol tidak banyak

yang tertangkap oleh jaring bagan, yaitu hanya seberat 5 kg.

(2) Komposisi berat tangkapan berdasarkan waktu penangkapan

Jenis ikan yang tertangkap pada setiap waktu penangkapan agak berbeda.

Waktu penangkapan pertama antara 19.00-22.00 WIB diperoleh 24,2 kg atau

sebesar 37,17% dari seluruh hasil tangkapan, waktu penangkapan kedua (22.00-

01.00 WIB) seberat 12,9 kg. Adapun waktu penangkapan ketiga antara 01.00-

04.00 WIB diperoleh berat tangkapan tertinggi seberat 28 kg atau sekitar 43,81%

dari total 65,1 kg. Gambar 14 menunjukkan komposisi berat organime hasil

tangkapan berdasarkan waktu penangkapan.

Gambar 14 Berat hasil tangkapan dengan lampu tabung berdasarkan jenis per

waktu penangkapan.

0

1

2

3

4

5

6

7

8

9

19.00 - 22.00 22.00 - 01.00 01.00 - 04.00

Ber

at (k

g)

Waktu penangkapan

Teri

Layur

Kembung

Tembang

Tongkol

Rebon

Cumi

Page 43: PENGARUH PERBEDAAN POSISI PENEMPATAN LAMPU … · dan nikmat sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul ... Ir. Diniah, M.Si. selaku Dosen Penguji Utama yang telah

Pada waktu penangkapan pertama antara pukul 19.00-22.00 WIB

diperoleh 5 jenis tangkapan, yaitu teri seberat 2 kg, layur (5 kg), kembung (6,1

kg), tembang (6,1 kg) dan tongkol (5 kg). Rebon dan cumi-cumi tidak didapatkan

pada waktu penangkapan ini. Hal ini diduga karena banyaknya predator rebon dan

cumi pada periode tersebut. Ini terlihat dari jumlah tongkol dan layur yang cukup

banyak tertangkap. Keberadaan kedua ikan ini menyebabkan rebon dan cumi-

cumi melarikan diri.

Jenis ikan yang ditemukan pada waktu penangkapan kedua antara 22.00-

01.00 WIB hanya dua jenis, yaitu kembung dan tembang. Kembung yang

tertangkap seberat 4,5 kg dan tembang 6,1 kg. Organisme kecil lain yang juga

pemakan plankton, seperti rebon dan teri, tidak mendekat karena menghindari

predator.

Pukul 01.00-04.00 WIB yang menjadi waktu penangkapan paling

produktif dengan berat hasil tangkapan tertinggi yaitu 28 kg (43,81%). Ikan hasil

tangkapannya terdiri atas teri (3 kg), layur (3 kg), kembung (3,2 kg), tembang (7,3

kg), rebon (3 kg), dan cumi (8,5 kg). Pada waktu penangkapan ini jumlah

kembung dan tembang yang tertangkap mengalami penurunan. Hasil tangkapan

didominasi oleh cumi-cumi seberat 8,5 kg.

Tasywiruddin (1999) mengatakan bahwa cumi-cumi menyukai daerah

dengan penerangan lemah. Oleh sebab itu, cumi-cumi banyak tertangkap pada

bagan apung yang menggunakan lampu tabung. Hal ini disebabkan cahaya lampu

yang masuk ke dalam perairan tidak telalu tinggi, yaitu kurang dari 50 lux.

4.2.3 Berat tangkapan bagan apung dengan lampu dalam air

(1) Komposisi berat tangkapan berdasarkan jenis

Penggunaaan lampu tabung dalam air pada bagan apung menghasilkan

ikan dengan jenis dan berat yang berbeda. Total keseluruhan hasil tangkapan

bagan apung dengan lampu dalam air adalah seberat 151,7 kg. Jenis

tangkapannya berupa teri 39,4 kg (26%), layur 21,5 kg (14,2%), kembung 29,55

kg (19,5%), tembang 29,2 kg (19,3%), tongkol 0,5 kg (0,3%), dan rebon 31,5 kg

(20,8%). Data hasil tangkapan bagan apung dengan lampu dalam air disajikan

pada Gambar 15.

Page 44: PENGARUH PERBEDAAN POSISI PENEMPATAN LAMPU … · dan nikmat sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul ... Ir. Diniah, M.Si. selaku Dosen Penguji Utama yang telah

Gambar 15 memperlihatkan bahwa hasil tangkapan yang paling

mendominasi adalah teri dengan seberat 39,4 kg. Penyebaran cahaya lampu dalam

air yang mempengaruhi penyebaran ikan predator di sekitar bagan terlihat pada

perolehan tertangkapnya ikan predator. Tongkol yang merupakan ikan predator

hanya tertangkap seberat 0,5 kg atau sekitar 0,3% dari total hasil tangkapan.

Hasil tangkapan teri yang melimpah pada bagan apung disebabkan karena

cahaya lampu yang menyebar di sekitar perairan. Penyebaran cahaya akan

mengumpulkan plankton yang menjadi makanan utama teri. Selain itu, jarak

jangkauan penyebaran cahaya pada lingkup perendaman jaring juga

mempengaruhi jenis hasil tangkapan. Penyebaran cahaya seperti ini menyebabkan

ikan-ikan predator tersebar di sekitar bagan.

Organisme yang menjadi tangkapan terbanyak kedua adalah rebon. Rebon

merupakan organisme kecil pemakan zooplankton. Penggunaan lampu dalam air

menghasilkan rebon seberat 27,5 kg. Rebon hidup pada perairan demersal,

sehingga pada bagan dengan lampu tabung hanya sedikit yang tertangkap. Rebon

tidak tertangkap karena cahaya yang terpancar dari lampu tabung tidak mencapai

dasar perairan, tempat rebon berada. Hal ini berbeda dengan penggunaan lampu

dalam air, dimana cahaya masih dapat menembus kedalaman 10 m.

Hasil tangkapan selanjutnya adalah ikan kembung dengan total tangkapan

sebanyak 19,5% dari total tangkapan atau sekitar 29,55 kg. Jumlah ini tidak jauh

berbeda dengan berat ikan tembang, yaitu 29,2 kg atau sekitar 19,3%. Kedua

39.4

21.5

29.55 29.2

0.5

31.5

0

5

10

15

20

25

30

35

40

45

Teri Layur Kembung Tembang Tongkol Rebon

Ber

at (k

g)

Jenis ikan

Gambar 15 Berat hasil tangkapan bagan dengan lampu tabung dalam air

Page 45: PENGARUH PERBEDAAN POSISI PENEMPATAN LAMPU … · dan nikmat sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul ... Ir. Diniah, M.Si. selaku Dosen Penguji Utama yang telah

organisme ini merupakan organism pemakan plankton. Kembung memanfaatkan

zooplankton sebagai makanan utamanya (Laevastu and Hayes 1981).

(2) Komposisi berat tangkapan berdasarkan waktu penangkapan

Berat tangkapan yang diperoleh bagan apung dengan lampu dalam air

berdasarkan waktu penangkapan antara pukul 19.00-22.00 WIB seberat 53,65 kg

dan antara pukul 22.00-01.00 WIB seberat 28,4 kg. Tangkapan paling berat

diperoleh antara pukul 01.00-04.00 WIB seberat 69,6 kg atau sekitar 45,9% dari

total 151,7 kg. Komposisi berat dan jenis tangkapan berdasarkan waktu

penangkapan dapat dilihat pada Gambar 16 sebagai berikut:

Waktu penangkapan antara pukul 19.00-22.00 WIB mendapatkan ikan

sekitar 35,4% dari berat total tangkapan. Ikan yang mendominasi adalah tembang

dengan berat 22,4 kg. Menurut Gunarso (1985) tembang merupakan ikan

fototaksis positif pemakan plankton. Jika dibandingkan dengan waktu

penangkapan yang lain jumlah ini adalah terbanyak.

0

5

10

15

20

25

30

19.00 - 22.00 22.00 - 01.00 01.00 - 04.00

Ber

at (

Kg)

Jenis ikan

Teri

Layur

Kembung

Tembang

Tongkol

Rebon

Gambar 16. Berat hasil tangkapan bagan dengan lampu dalam air berdasarkan jenis per waktu penangkapan

Page 46: PENGARUH PERBEDAAN POSISI PENEMPATAN LAMPU … · dan nikmat sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul ... Ir. Diniah, M.Si. selaku Dosen Penguji Utama yang telah

Waktu penangkapan antara pukul 22.00-01.00 WIB hanya menangkap

18,7% dari berat total tangkapan. Jenis ikan yang tertangkap didominasi oleh

layur. Layur yang tertangkap seberat 9,5 kg. Ikan-ikan kecil seperti teri dan rebon

masih dapat tertangkap walau dalam jumlah yang tidak terlalu banyak. Teri dan

rebon pada waktu penangkapan ini tertangkap seberat 3,4 dan 4 kg. Sedikitnya

tangkapan disebabkan ikan-ikan kecil bergerak menjauhi bagan untuk

menghindari predator.

Berbeda dengan waktu penangkapan sebelumnya yang didominasi oleh

predator, waktu penangkapan antara pukul 01.00-04.00 WIB didominasi oleh

ikan-ikan kecil. Hasil tangkapan teri dan rebon mencapai jumlah terbanyak. Teri

tertangkap seberat 28,4 kg dan rebon 27,5 kg. Pada waktu penangkapan antara

pukul 22.00-01.00 WIB rebon yang tertangkap hanya 4 kg, bahkan tidak

ditemukan pada waktu penangkapan antara pukul 19.00-22.00 WIB. Hal ini

terjadi karena pada waktu tersebut banyak terdapat ikan predator yang memangsa

rebon.

Page 47: PENGARUH PERBEDAAN POSISI PENEMPATAN LAMPU … · dan nikmat sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul ... Ir. Diniah, M.Si. selaku Dosen Penguji Utama yang telah

5 KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Kesimpulan yang diperoleh dari hasil penelitian ini adalah penangkapan

ikan dengan bagan apung lebih efektif menggunakan lampu tabung dalam air

dibandingkan dengan lampu tabung di atas permukaan air. Hasil tangkapan lampu

dalam air seberat 151,7 kg, sedangkan lampu tabung diatas permukaan air adalah

65,1 kg.

5.2 Saran

Saran yang dapat diberikan adalah :

1) Jumlah ulangan diperbanyak agar data yang diperoleh lebih baik; dan

2) Peneliti menggunakan 2 bagan dan mengoperasikan bagan secara bersamaan.

Page 48: PENGARUH PERBEDAAN POSISI PENEMPATAN LAMPU … · dan nikmat sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul ... Ir. Diniah, M.Si. selaku Dosen Penguji Utama yang telah

DAFTAR PUSTAKA

Bal, DV. and KV. Rao. 1984. Marine Fisheries. New Delhi: Mc Graw Hill Publishing Company. 491 p.

Basmi, J. 1995. Planktonologi: Produksi Primer. Bogor: Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor.

Ben Yami. 1987. Fishing with Light. Roma: Food and Agriculture Organization of the United Nations. 89 p.

Ben Yami. 1988. Attracting Fish with Light. Roma: Food and Agriculture Organization of the United Nations. 14-22 p.

Cayless, MA. and AM Marsden. 1983. Lamps and Lightening. 3rd edition. London: Edward Arnold (Publisher). 552 p.

Collete, BB and CE Nauen. 1983. Scrombids of the World: An Annotated and Illustrated Catalogue of Tuna, Mackerel, Bonitoa, and Related Species Know to Date. Roma: FAO Species Catalogue, FAO Fisheries Synopsis. IX (125)

Fujaya. 2004. Fisiologi Ikan: Dasar Pengembangan Teknologi Perikanan. Jakarta: PT. Rineksa Cipta.

Gunarso, W. 1988. Tingkah Laku Ikan dalam hubungannya dengan Alat, Metoda, dan Taktik Penangkapan. Bogor: Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor. 147 hal.

Hartati. 1998. Fluktuasi Musiman Hasil Tangkapan Cumi-cumi (Loliginidae) di Perairan Selat Alas, NTB. [Tesis]. Bogor: Program Studi Teknologi Kelautan. Program Pascasarjana Institut Pertanian Bogor. 45 hal.

Hindarto, P. 2011. Mengenal Jenis Lampu Pijar http://astudioarchitect.com/2011/11/mengenal-jenis-jenis-lampu-pijar.html [28 Desember 2011]

Hutabarat. 2006. Pengantar Oseanografi. Jakarta: Penerbit Universitas Indonesia. 159 hal.

Hutomo. 1987. Peranan Lamun di Perairan Laut Dangkal. Oseana Volume XII, Nomor 1. Jakarta: Balitbang Biologi Laut, Pustlibang Biologi Laut-LIPI.

Holil, U. 2000. Studi tentang Sebaran Cahaya Lampu TL dalam Air dengan Sumber Solar Cell System pada Pengoperasian Bagan Apung. [Skripsi]. Bogor: Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor. Hal 2.

Wahyuni dan Team Pustaka Phoenix. 2007. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Penerbit Pustaka Phoenix.

Page 49: PENGARUH PERBEDAAN POSISI PENEMPATAN LAMPU … · dan nikmat sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul ... Ir. Diniah, M.Si. selaku Dosen Penguji Utama yang telah

Laevastu, T. and ML. Hayes. 1981. Fisheries Oceanography and Ecology. Franham: Fishing News Book Ltd. 199 p.

Nurdiana. 2005. Iluminasi Cahaya Lampu Pijar 25 Watt pada Medium Udara dan Aplikasinya pada Perikanan Bagan Tancap. [Skripsi]. Bogor: Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor. Hal 31.

Nybakken. 1992. Biologi Laut, Suatu Pendekatan Ekologis. Alih bahasa oleh HM Eidman, Koesoedibiono, DG Bengen, M. Hutomo dan S. Sukardjo. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama. XV+ 443 hal.

Parerung. 1996. Pendugaan Potensi Sumberdaya Ikan Kembung (Rastrelliger spp.) di Perairan Pantai Sulawesi Selatan. [Skripsi]. Bogor: Departemen Ilmu dan Teknologi Kelautan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor. 36 hal.

Pelabuhan Perikanan Nusantara Palabuhanratu. 2011. Buku Laporan Tahunan Statistik Perikanan Tangkap 2010 Pelabuhan Perikanan Nusantara Palabuhanratu. Sukabumi: Pelabuhan Perikanan Nusantara Palabuhanratu. Direktorat Jenderal Perikanan Tangkap. Kementrian Kelautan dan Perikanan. Hal 21 dan 55.

Prasetyo, EW. 2009. Pemusatan Cahaya Petromaks pada Kedalaman 8 m untuk Meningkatkan Produktivitas Bagan Apung di Palabuhanratu, Jawa Barat. [Skripsi]. Bogor: Institut Pertanian Bogor, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan.

Pratiwi, W. 2011. Mengapa Lampu Neon Lebih Terang. http://penjagahati-

zone.blogspot.com/2011/04/mengapa-lampu-neon-lebih-terang-dan.html [28Desember 2011]

Prawiradiharjo. 1967. Jenis-jenis Makanan Cumi-cumi. [Tesis]. Bogor: Fakultas Perikanan, Institut Pertanian Bogor

Puspito, G. 2008. Lampu Petromaks: Manfaat, Kelemahan dan Solusinya pada Perikanan Bagan. Bogor: Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor. 49 hal.

Subani, W. dan HR Barus. 1989. Alat Penangkapan Ikan dan Udang di Indonesia. Nomor 59 Tahun 1988/199. Edisi Khusus. Jurnal Penelitian Perikanan Laut. Jakarta : Balai Penelitian Perikanan Laut, Badan Penelitian Perikanan Laut, Departemen Pertanian. 245 hal.

Tasywiruddin. 1999. Sebaran Kelimpahan Cumi-cumi (Loligo edulis Hoyle,1885) Berdasarkan Jumlah dan Posisi Lampu pada Operasi Penangkapan dengan Payang Oras di Perairan Selat Alas, Nusa Tenggara Barat. [Tesis]. Bogor: Program Studi Ilmu Kelautan, Program Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor. Hal 23.

Page 50: PENGARUH PERBEDAAN POSISI PENEMPATAN LAMPU … · dan nikmat sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul ... Ir. Diniah, M.Si. selaku Dosen Penguji Utama yang telah

Tobing, TMDLN. 2008. Pemusatan Cahaya Petromaks pada Areal Kerangka Jaring di Permukaan Air Menggunakan Tabung Berbentuk Kerucut. [Skripsi]. Bogor: Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor.

Von Brandt, A. 1984. Fish Catching Method of the World. London: Fishing News Book Ltd. 418 p.

Wewengkang. 2002. Analisis Sistem Usaha Penangkapan Ikan Layur (Trichiurus savala) di Pelabuhanratu dan Kemungkinan Pengembangannya. [Tesis] Bogor: Program Pascasarjana, Instiut Pertanian Bogor. 80 hal.

Young, HD. and RA Freedman. 2004. Fisika Universitas. Jilid II. Edisi ke-10. Jakarta: Penerbit Erlangga. 708 hal.

Zulfia. 1999. Pengaruh Perbedaan Waktu Hauling terhadap Bagan Diesel di perairan Carocok, Kabupaten Pesisir Selatan, Provinsi Sumatera Barat. [Skripsi]. Bogor: Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor. 74 hal.

Page 51: PENGARUH PERBEDAAN POSISI PENEMPATAN LAMPU … · dan nikmat sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul ... Ir. Diniah, M.Si. selaku Dosen Penguji Utama yang telah

Lampiran 1 Peta lokasi penelitian

Page 52: PENGARUH PERBEDAAN POSISI PENEMPATAN LAMPU … · dan nikmat sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul ... Ir. Diniah, M.Si. selaku Dosen Penguji Utama yang telah

Lampiran 2 Bagan apung

Sumber : Tobing 2008.

Page 53: PENGARUH PERBEDAAN POSISI PENEMPATAN LAMPU … · dan nikmat sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul ... Ir. Diniah, M.Si. selaku Dosen Penguji Utama yang telah

Lampiran 3 Organisme hasil tangkapan

a. Tongkol (Auxis thazard)

b. Kembung (Rastreliger sp)

c. Tembang (Sardinella fimbriata)

d. Cumi (Loligo sp)

Page 54: PENGARUH PERBEDAAN POSISI PENEMPATAN LAMPU … · dan nikmat sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul ... Ir. Diniah, M.Si. selaku Dosen Penguji Utama yang telah

e.. Rebon (Mysis sp)

f. Teri (Stolephorus sp)