pengaruh pengetahuan keselamatan dan kesehatan kerja terhadap
TRANSCRIPT
PENGARUH PENGETAHUAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA TERHADAP PERILAKU PEKERJA KONSTRUKSI PADA PROYEK JALAN
TOL NUSA DUA
1
TESIS
PENGARUH PENGETAHUAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA TERHADAP PERILAKU PEKERJA KONSTRUKSI PADA PROYEK JALAN
TOL NUSA DUA – NGURAH RAI - BENOA
MADE BAYU SAMBIRA TEJA
PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS UDAYANA
DENPASAR 2015
PENGARUH PENGETAHUAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA TERHADAP PERILAKU PEKERJA KONSTRUKSI PADA PROYEK JALAN
BENOA
PENGARUH PENGETAHUAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA TERHADAP PERILAKU PEKERJA KONSTRUKSI PADA PROYEK JALAN
TOL NUSA DUA
PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL
TESIS
PENGARUH PENGETAHUAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA TERHADAP PERILAKU PEKERJA KONSTRUKSI PADA PROYEK JALAN
TOL NUSA DUA – NGURAH RAI - BENOA
MADE BAYU SAMBIRA TEJA
NIM 1091561008
PROGRAM MAGISTER
PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS UDAYANA DENPASAR
2015
2
PENGARUH PENGETAHUAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA TERHADAP PERILAKU PEKERJA KONSTRUKSI PADA PROYEK JALAN
BENOA
3
PENGARUH PENGETAHUAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA TERHADAP PERILAKU PEKERJA KONSTRUKSI PADA PROYEK JALAN
TOL NUSA DUA – NGURAH RAI - BENOA
Tesis Untuk Memperoleh Gelar Magister
Pada Program Magister, Program Studi Teknik Sipil,
Program Pascasarjana Universitas Udayana
MADE BAYU SAMBIRA TEJA
NIM 1091561008
PROGRAM MAGISTER
PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS UDAYANA DENPASAR
2015
4
Lembar Pengesahan
TESIS INI TELAH DISETUJUI TANGGAL 11 AGUSTUS 2015
Pembimbing I Pembimbing II Dr. Ir. I Nyoman Sutarja, MS Ir. Gede Astawa Diputra, MT NIP. 19580305 198601 1 001 NIP. 19580916 198702 1 001
Mengetahui: Ketua Program Studi Magister Teknik Sipil Direktur Program Pascasarjana Program Pascasarjana Universitas Udayana Universitas Udayana I Putu Alit Suthanaya, ST, MEngSc. Ph.D Prof.Dr.dr.A.A.Raka Sudewi,Sp.S(K) NIP. 19690805 199503 1 001 NIP. 19590215 198510 2 001
5
Lembar Penetapan Panitia Penguji
Tesis Ini Telah Diuji Pada Tanggal 6 Agustus 2015
Panitia Penguji Tesis Berdasarkan SK Rektor Universitas Udayana No. 2337/UN.14.4/HK/2015 Tanggal 3 Agustus 2015
Ketua : Dr. Ir. I Nyoman Sutarja, MS Anggota :
1. Ir. Gede Astawa Diputra, MT
2. Dr. Ir. I Gusti Agung Adnyana Putera, DEA
3. Ir. Mayun Nadiasa, MT
4. Ir. I Wayan Yansen, MT
6
SURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIAT
Saya yang bertanda tangan di bawah ini :
Nama : Made Bayu Sambira Teja
NIM : 1091561008
Program Studi : Magister Teknik Sipil
Judul Tesis : Pengaruh Pengetahuan Keselamatan dan Kesehatan
Kerja terhadap Perilaku Pekerja Konstruksi pada
Proyek Jalan Tol Nusa Dua – Ngurah Rai – Benoa
Dengan ini saya menyatakan bahwa karya ilmiah tesis ini bebas plagiat.
Apabila dikemudian hari terbukti terdapat plagiat dalam karya ilmiah ini, maka
saya bersedia menerima sanksi sesuai Peraturan Mendiknas RI No. 17 Tahun
2010 dan Peraturan perundangan yang berlaku.
Denpasar, 6 Agustus 2015 Yang menyatakan,
Made Bayu Sambira Teja
7
UCAPAN TERIMA KASIH
Puji syukur penulis panjatkan ke hadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa /
Tuhan Yang Maha Esa karena hanya atas asung kertha wara nugraha-Nya, tesis
ini dapat diselesaikan.
Pada kesempatan ini perkenankanlah penulis mengucapkan terima kasih
yang sebesar-besarnya kepada Bapak Dr. Ir. I Nyoman Sutarja, MS selaku
Pembimbing Utama yang telah banyak memberikan bimbingan dan arahan kepada
penulis. Ucapan terima kasih juga penulis ucapkan kepada Bapak Ir. Gede
Astawa, MT selaku Pembimbing Kedua, yang telah memberikan motivasi, saran
dan pengalaman kepada penulis. Kepada Bapak Putu Kertajaya, selaku PSMK3L
dari PT. Hutama Karya pada Proyek Jalan Tol Nusa Dua-Ngurah Rai-Benoa, yang
telah banyak berkontribusi kepada penulis, baik dalam pemberian data penunjang
untuk penyelesaian Tesis ini, maupun dalam hal berbagi pengalaman dan
informasi.
Ucapan terima kasih juga ditujukan kepada Rektor Universitas Udayana
Prof. Dr. dr. Ketut Suastika, Sp.PD-KEMD atas kesempatan dan fasilitas yang
diberikan kepada penulis untuk mengikuti dan menyelesaikan pendidikan
Program Magister pada Program Pascasarjana Universitas Udayana Denpasar.
Ucapan terima kasih ini juga disampaikan kepada Direktur Program Pascasarjana
Universitas Udayana Prof. Dr. dr. A.A. Raka Sudewi, Sp.S(K) atas kesempatan
yang diberikan kepada penulis sebagai mahasiswa magister pada Program
Pascasarjana Universitas Udayana.
Ucapan terima kasih juga disampaikan kepada para dosen penguji yaitu;
Dr. Ir. I Gusti Agung Adnyana Putera, DEA, Ir. Mayun Nadiasa, MT, Ir. I Wayan
Yansen, MT. yang telah memberikan masukan, saran, sanggahan dan koreksi,
sehingga tesis ini dapat terwujud. Penulis juga mengucapkan terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada Pemerintah Republik Indonesia c.q. Menteri Pendidikan
dan Kebudayaan melalui team manajemen Program Pascasarjana yang telah
member bantuan finansial dalam bentuk BPPS sehingga meringankan beban
dalam menyelesaikan pendidikan ini.
8
Pada kesempatan ini penulis juga mengucapkan terima kasih kepada
dosen-dosen dan pegawai Program Magister Program Studi Teknik Sipil, yang
telah membantu penulis selama mengikuti pendidikan pada Program Pascasarjana
Universitas Udayana. Ucapan terima kasih juga ditujukan kepada rekan kerja dan
rekan sejawat yang ikut membantu dalam melancarkan penyelesaian penulisan ini.
Tidak lupa penulis ucapkan terima kasih yang tulus kepada kedua orang
tua yang selalu memberikan doa serta dukungan moral dan spiritual, kakak yang
selalu memberikan motivasi dan saran-saran. Akhirnya penulis sampaikan terima
kasih kepada istri serta anak tercinta, yang terus-menerus memberikan perhatian
dan dukungan kepada penulis.
Semoga Ida Sang Hyang Widhi Wasa selalu melimpahkan nugraha-Nya
kepada semua pihak yang secara langsung maupun tidak langsung membantu
pelaksanaan penyelesaian Tesis ini, serta kepada penulis sekeluarga.
9
ABSTRAK
PENGARUH PENGETAHUAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA TERHADAP PERILAKU PEKERJA KONSTRUKSI PADA
PROYEK JALAN TOL NUSA DUA - NGURAH RAI - BENOA
Terdapat ketidaksesuaian antara pemahaman pengetahuan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) dengan penerapan perilaku pekerja konstruksi pada Proyek Pembangunan Jalan Tol Nusa Dua – Ngurah Rai – Benoa Paket 3, dimana proyek jalan tol ini dibangun di atas laut. Ada pekerja yang tidak sadar berperilaku tidak aman (unsafe action), ada pekerja yang bekerja dengan tidak aman meskipun sudah tahu bagaimana seharusnya bekerja secara aman, dan ada juga pekerja yang menyadari dirinya berkompeten, tetapi perlu pengarahan dan bimbingan. Untuk itu, perlu diketahui pengaruh pengetahuan K3 terhadap perilaku pekerja konstruksi dilihat dari beberapa aspek terkait K3 seperti definisi dan inisiasi, sistem manajemen, mekanisme alat pelindung diri, sarana dan prasarana, serta risiko K3.
Teknik pengambilan sampel menggunakan Nonprobability Sampling dengan metode Sampling Insidental. Data penelitian diambil dari penilaian jawaban responden terhadap kuisioner oleh pekerja yang dijadikan sampel penelitian. Analisis korelasi digunakan untuk mengetahui hubungan antara pengetahuan K3 dengan perilaku pekerja. Analisis regresi digunakan untuk menjelaskan pengaruh aspek pengetahuan K3 terhadap perilaku pekerja konstruksi secara bersama-sama dengan analisis regresi linier berganda maupun parsial dengan analisis regresi linier sederhana.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan atau korelasi yang positif dan rendah antara pengetahuan K3 dengan perilaku pekerja. Dari aspek-aspek pengetahuan K3, maka aspek mekanisme penggunaan alat pelindung diri dan pemanfaatan sarana prasarana di tempat kerja berpengaruh secara positif/berbanding lurus dan tidak signifikan, sedangkan aspek pemahaman akan definisi dan inisiasi, pemahaman sistem manajemen K3 dan pemahaman akan risiko berpengaruh secara negatif/berbanding terbalik dan tidak signifikan terhadap penerapan pekerja konstruksi dalam berperilaku aman dan selamat. Kata kunci : Pengetahuan K3, Perilaku Pekerja, Proyek Jalan Tol
10
ABSTRACT
THE INFLUENCE OF OCCUPATIONAL HEALTH AND SAFETY KNOWLEDGE ON CONSTRUCTION WORKER BEHAVIOR IN
NUSA DUA-NGURAH RAI – BENOA TOLL ROAD PROJECT
There is incompatibility between the understanding of Occupational Health and Safety (OHS) knowledge with the application of construction workers behavior on the Nusa Dua - Ngurah Rai - Benoa Toll Road Project Pack 3, where the toll road project was built above the sea. There are workers who work with unsafe although they already know how it should work safely, and there are also workers who found himself competent, but need direction and guidance. Therefore, need to know the influence of occupational health and safety knowledge on construction workers behavior seen from several aspects such as definitions and initiation, management systems, mechanisms of personal protective devices, facilities and infrastructure, as well as the risk of OHS.
The sampling technique used Non probability sampling with Incidental Sampling method. Data were taken from the assessment of respondents' answers to the questionnaire by workers sampled in the research. Correlation analysis is used to determine the relationship between knowledge of OHS with worker behavior. Regression analysis was used to explain of the knowledge of OHS aspects influence on construction workers behavior together by using the multiple linear regression analysis and partial by using simple linear regression analysis.
The research result showed that there is a positive correlation between knowledge of OHS with worker behavior. In term of the OHS knowledge aspects, the use of personal protective devices mechanism aspects and utilization of facilities and infrastructure at work site affect positively / directly proportional and not significant, while aspects understanding of the definition and initiation, understanding of the OHS management system and an understanding of the risks effect Negative / inversely and not significant on the application of construction workers behavior in a secure and safe. Keywords : Knowledge of OHS, Workers Behavior, Toll Road Project
11
DAFTAR ISI
Halaman
SAMPUL DALAM ……………………………………………………....... i
PRASYARAT GELAR ………………..………………………………... ii
LEMBAR PENGESAHAN ..………………………………………….... iii
PENETAPAN PANITIA PENGUJI ………….……………………….... iv
SURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIAT …….………………….... v
UCAPAN TERIMA KASIH ………………………………………….... vi
ABSTRAK …………………………………………………………… viii
ABSTRACT …………………………………………………………… ix
DAFTAR ISI ………………………………………………………….... x
DAFTAR TABEL …………………………………………………… xiv
DAFTAR GAMBAR …………………………………………………… xv
DAFTAR LAMPIRAN ………………………………………………… xvi
BAB I PENDAHULUAN …………………………………………….. 1
1.1 Latar Belakang …………………………………………….. 1
1.2 Rumusan Masalah …………………………………………….. 5
1.3 Tujuan Penelitian …………………………………………….. 5
1.3.1 Tujuan Umum Penelitian …………………………….. 5
1.3.2 Tujuan Khusus Penelitian …………………………….. 5
1.4 Manfaat Penelitian …………………………………………….. 6
1.4.1 Manfaat Praktis …………………………………………….. 6
1.4.2 Manfaat Akademis …………………………………….. 6
1.5 Batasan Masalah …………………………………………….. 7
BAB II KAJIAN PUSTAKA …………………………………….. 8
2.1 Filosofi K3 …………………………………………………….. 8
2.2 Sistem Manajemen K3 (SMK3) …………………………….. 10
2.2.1 Pengertian SMK3 …………………………………….. 11
12
2.2.2 Tujuan SMK3 …………………………………………….. 13
2.2.3 Proses SMK3 …………………………………………….. 14
2.3 Tujuan dan Manfaat K3 …………………………………….. 16
2.4 Kecelakaan dan Keselamatan Kerja …………………………….. 16
2.4.1 Konsep Kecelakaan …………………………………….. 16
2.4.2 Pendekatan Pencegahan Kecelakaan …………………….. 17
2.4.3 Filosofi Keselamatan …………………………………….. 20
2.4.4 Persyaratan Keselamatan Kerja …………………………….. 21
2.5 Alat Pelindung Diri (APD) …………………………………….. 22
2.6 Kesehatan Kerja …………………………………………….. 28
2.6.1 Kesehatan Lingkungan …………………………………….. 28
2.6.2 Kesehatan Kerja ……………………..………………..…….. 29
2.6.3 Pengelolaan Sampah …………………………………….. 29
2.6.4 Penyelenggaraan Pengelolaan Sampah ……………………... 34
2.7 Manajemen Proyek Konstruksi……………….………………….. 36
2.7.1 Definisi Proyek …………….……………….…………….. 36
2.7.2 Definisi Manajemen Proyek ……..…………………….. 37
2.7.3 Macam – Macam Proyek…………………………………….. 38
2.7.4 Ukuran Proyek …………………………..……………….. 39
2.7.5 Pandangan Terhadap Manajemen Proyek …………….. 40
2.8 Manajemen Risiko ………………...………………………….. 41
2.8.1 Konsep Risiko …………………………………………….. 41
2.8.2 Manajemen Risiko K3 …………………………………….. 41
2.8.3 Konsep HIRARC dalam Manajemen Risiko …………….. 42
2.9 Konsep Perilaku …………………………………………….. 43
2.9.1 Definisi Umum Perilaku ………………………...….. 43
2.9.2 Motivasi dalam Perilaku ……………………...…….. 44
2.9.3 Tujuan dalam Perilaku …………………………………….. 45
2.9.4 Hubungan Perilaku K3 dengan Budaya K3 …………….. 48
2.10 Kajian Analisis Data ……………………………………………. 49
2.10.1 Populasi dan Sampel …………………………………… 49
13
2.10.2 Teknik Sampling …………………………………… 51
2.11 Uji Validitas, Reliabilitas dan Interpretasi Hasil Penelitian ……. 51
2.11.1 Validitas …………………………………………… 52
2.11.2 Reliabilitas …………………………………………… 54
2.11.3 Interpretasi Hasil Penelitian …………………………… 54
2.12 Skala Pengukuran Penelitian….………………………………… 55
2.13 Analisis Regresi …………………………………………… 56
2.13.1 Analisis Regresi Linier Sederhana …………………… 56
2.13.2 Analisis Regresi Linear Berganda …………………… 57
BAB III METODE PENELITIAN …………………………………… 59
3.1 Pendekatan Penelitian …………………………………………… 59
3.2 Lokasi Penelitian …………………………………………… 60
3.3 Penentuan Sumber Data …………………………………… 61
3.4 Jenis Data …………………………………………………… 61
3.5 Definisi Operasional Variabel …………………………………… 62
3.6 Teknik Pengumpulan Data …………………………………… 67
3.7 Skala Pengukuran …………………………………………… 67
3.8 Uji Validitas dan Reliabilitas …………………………………… 68
3.9 Analisis Data …………………………………………………… 69
3.10 Cara Penyajian Data ………………………………………… 69
3.11 Diagram Kerangka Penelitian …………………………… 70
BAB IV HASIL PENELITIAN …………………………………… 71
4.1 Gambaran Umum Objek Penelitian …………………………… 71
4.2 Deskripsi Data …………………………………………… 73
4.2.1 Deskripsi Karakteristik Pekerja …………………………… 73
4.2.2 Deskripsi Jawaban Pekerja Berdasarkan Hasil Survei …… 74
4.3 Pengaruh Pengetahuan K3 terhadap Perilaku Pekerja Konstruksi
Secara Bersama-sama …………………………………………… 75
4.4 Pengaruh Masing – masing Variabel Pengetahuan K3 terhadap
14
Perilaku Pekerja Konstruksi Secara Parsial …………………… 77
BAB V PEMBAHASAN …………………………………………… 84
5.1 Uji Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perilaku Pekerja …… 84
5.1.1 Uji Autokorelasi …………………………………………… 84
5.1.2 Pengaruh Variabel Pengetahuan K3 Secara Bersama-sama
Terhadap Variabel Perilaku Pekerja …………………… 84
5.1.3 Pengaruh Masing-masing Variabel Pengetahuan K3 Secara Parsial
Terhadap Variabel Perilaku Pekerja …………………… 87
BAB VI SIMPULAN DAN SARAN …………………………………… 92
6.1 Simpulan …………………………………………………… 92
6.2 Saran …………………………………………………………… 93
DAFTAR PUSTAKA …………………………………………… 94
LAMPIRAN …………………………………………………… 95
15
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 2.1 Pandangan Baru dan Tradisional terhadap Manajemen Proyek ....40
Tabel 2.2 Interpretasi Koefisien Korelasi Nilai r …………………………. 53
Tabel 4.1 Karakteristik Pekerja Berdasarkan Umur ……...……………….. 73
Tabel 4.2 Karakteristik Pekerja Berdasarkan Kontrak Kerja …….……….. 73
Tabel 4.3 Karakteristik Pekerja Berdasarkan Pendidikan ..……………….. 74
Tabel 4.4 Signifikansi Pengaruh Variabel Bersama-sama ………….…….. 75
Tabel 4.5 Uji Parameter Variabel Bersama-sama …..….………….…….. 76
Tabel 4.6 Nilai Korelasi dan Determinasi ……………….………….…….. 76
Tabel 4.7 Signifikansi Variabel Definisi dan Inisiasi …..………….…….. 77
Tabel 4.8 Uji – t Variabel Definisi dan Inisiasi …...……………….…….. 78
Tabel 4.9 Nilai Korelasi dan Determinasi Variabel X1 …….……….…….. 78
Tabel 4.10 Signifikansi Variabel Sistem Manajemen ……………….…….. 79
Tabel 4.11 Uji – t Variabel Sistem Manajemen …...……………….…….. 79
Tabel 4.12 Nilai Korelasi dan Determinasi Variabel X2 …….…….…….. 79
Tabel 4.13 Signifikansi Variabel Alat Pelindung Diri …………….…….. 80
Tabel 4.14 Uji – t Variabel Alat Pelindung Diri …...……………….…….. 80
Tabel 4.15 Nilai Korelasi dan Determinasi Variabel X3 …………….…….. 80
Tabel 4.16 Signifikansi Variabel Sarana dan Prasarana ….……….…….. 81
Tabel 4.17 Uji – t Variabel Sarana dan Prasarana …...…………….…….. 81
Tabel 4.18 Nilai Korelasi dan Determinasi Variabel X4 ………………….. 82
Tabel 4.19 Signifikansi Variabel Risiko ………………..…………..…….. 82
Tabel 4.20 Uji – t Variabel Risiko …………………...……………...…….. 82
Tabel 4.21 Nilai Korelasi dan Determinasi Variabel X5 …………..…….. 83
Tabel 5.1 Nilai Korelasi dan Determinasi …………..……….…………... 84
16
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 2.1 Siklus Manajemen ……………………………………. 16
Gambar 2.2 Pembatas – pembatas dalam Pelaksanaan Proyek………...… 38
Gambar 2.3 Hubungan Bahaya dan Risiko……………...……………… 42
Gambar 2.4 Perilaku Penyesuaian (Coping Behaviour) …..……………… 47
Gambar 2.5 Hubungan Perilaku dan Motivasi…………..……………… 48
Gambar 3.1 Lokasi Penelitian ……………………………………. 60
Gambar 3.2 Diagram Kerangka Penelitian ……………………………. 70
17
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1 Informed Consent ……………..………………………..…… 96
Lampiran 2 Form Kuisioner ……………...…………………..…………… 100
Lampiran 3 Tabulasi Hasil Responden ……………...………………..….. 108
Lampiran 4 Pearson Product Moment ……………...………………..…… 126
Lampiran 5 Tabulasi Data Uji Instrumen ……………...………………..… 127
Lampiran 6 Validitas dan Reliabilitas Instrumen ……..……………..…… 129
Lampiran 7 Nilai Distribusi F ………………………………………...…… 141
Lampiran 8 Analisis Regresi SPSS …………………………………...…… 143
Lampiran 9 Analisis Regresi Microsoft EXCEL ……...……………...…… 149
18
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pekerjaan konstruksi merupakan kombinasi dari berbagai macam disiplin
ilmu pengetahuan, baik dilihat dari segi teknis konstruksi maupun dari segi non
teknisnya dan termasuk juga di dalamnya unsur sumber daya manusianya (man
power). Dalam pekerjaan konstruksi selalu menyangkut dengan penyelenggaraan
pekerjaan konstruksi dan masyarakat penyelenggara pekerjaan konstruksi itu
sendiri. Dimana penyelenggaraan pekerjaan konstruksi ini wajib memenuhi
ketentuan tentang keteknikan, keselamatan dan kesehatan kerja (K3),
perlindungan tenaga kerja, serta tata lingkungan setempat untuk menjamin
terwujudnya tertib penyelenggaraan pekerjaan konstruksi.
Terkait dengan potensi risiko kecelakaan kerja pada pelaksanaan pekerjaan
konstruksi, maka pengetahuan akan K3 pada suatu proyek konstruksi saat ini telah
menjadi kebutuhan mendasar. Aspek K3 tidak akan bisa berjalan seperti
seharusnya tanpa adanya intervensi dari manajemen berupa upaya terencana untuk
mengelolanya (safety management), yang sering disebut Sistem Manajemen
Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3). K3 konstruksi bukanlah sesuatu yang
baru, mengingat ada beberapa regulasi terkait K3 sudah ada sejak Tahun 1970,
seperti Undang – Undang No. 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja, dan
beberapa tahun lalu Pemerintah juga menerbitkan Peraturan Menteri No. 9 Tahun
2008 tentang SMK3.
19
Standar Keselamatan Kerja yang belum memadai dan masih tingginya
angka kecelakaan kerja di Indonesia, merupakan bukti lemahnya perhatian
terhadap pentingnya aspek K3 pada pekerjaan konstruksi. Sebagai gambaran, data
angka kecelakaan kerja dari PT. Jamsostek Tahun 2011 di Indonesia tercatat
96.314 kasus kecelakaan kerja, dimana terdapat 2.144 orang meninggal, 42 orang
cacat total. Sebagian besar pekerja yang ditanyakan mengenai berbagai hal
tentang K3, tidak mengetahui secara jelas mengenai K3 meskipun pernah
mendengarnya. Hal ini berarti bahwa persoalan K3 bagi pekerja ditempatkan jauh
di bawah persoalan seperti upah rendah serta hak – hak lainnya. Banyak
perusahaan yang tidak menyediakan alat keselamatan dan pengaman untuk
pekerjanya, dan banyak juga pengusaha yang mengabaikan K3 karena dianggap
mengeluarkan biaya tambahan.
Secara umum pengetahuan tentang K3 sangat luas, akan tetapi ada
beberapa komponen K3 yang dipandang penting untuk dijadikan tolak ukur
pemahaman K3. Komponen – kompenen tersebut adalah Definisi dan Inisiasi K3,
Sistem Manajemen K3 (SMK3), Alat Pelindung Diri (APD), Sarana dan
Prasarana K3, Risiko K3. Definisi dan inisiasi bermanfaat untuk gambaran awal
tentang K3 pada suatu proyek konstruksi yang erat kaitannya dengan pengenalan
secara umum seperti misalnya definisi istilah – istilah, kepanjangan dari singkatan
– singkatan, arti dan makna lambang K3, struktur organisasi yang terlibat, pihak
internal dan eksternal terkait fungsi pelaksanaan K3, dan sebagainya. Proses
SMK3 menggunakan pendekatan PDCA (Plan Do Check Action) yaitu mulai dari
perencanaan, penerapan, pemeriksaan, dan tindakan perbaikan. Dengan demikian,
20
SMK3 akan berjalan terus – menerus secara berkelanjutan selama aktivitas
organisasi masih berlangsung. Perlindungan keamanan dan keselamatan pekerja
dalam suatu kegiatan konstruksi seharusnya dilakukan secara sungguh – sungguh
melalui berbagai cara untuk mengurangi sumber bahaya dengan menggunakan
alat pelindung diri (personal protective devices). Namun dalam realisasinya
pemakaian Alat Pelindung Diri (APD) masih sangat sulit, mengingat para pekerja
akan menganggap bahwa alat ini akan mengganggu pekerjaan. Begitu juga
dengan sarana dan prasarana K3 yang memadai, seperti misalnya tersedia atau
tidaknya fasilitas MCK, tempat sampah organik atau anorganik, pengelolaan
limbah, yang secara tidak langsung juga bisa mempengaruhi perilaku pekerja saat
bekerja. Komponen penting lainnya yaitu risiko K3, yang menggambarkan
besarnya potensi bahaya pada pekerjaan konstruksi untuk dapat menimbulkan
insiden atau cedera pada pekerja yang ditentukan oleh kemungkinan dan
keparahan yang diakibatkannya, sehingga harus dikelola dan dihindarkan melalui
manajemen K3 yang baik.
Dalam penulisan ini, penulis mengambil objek penelitian pada Proyek
Pembangunan Jalan Tol Nusa Dua – Ngurah Rai – Benoa Paket 3 dengan
Penyedia Jasanya adalah Wika-Adhi-Hutama KSO dengan Lead Contractor PT.
Hutama Karya Persero (Tbk). Cakupan pekerjaannya meliputi Main Road,
Simpang Susun Ngurah Rai, Jalan Akses Ngurah Rai, dan Persimpangan
Sebidang Jalan Ngurah Rai.
Pelaksanaan konstruksi proyek pembangunan jalan tol ini sebagian besar
di atas laut dengan beberapa potensi hambatan yang dihadapi antara lain bekerja
21
di ketinggian, pencahayaan saat bekerja malam hari, dipengaruhi kondisi pasang
surut air laut, angin kencang yang tidak bisa diprediksi. Di samping itu, terdapat
beberapa identifikasi bahaya dan risiko pada saat pelaksanaan pekerjaan seperti
perahu terbalik, terkena alat kerja manual, jatuh dari ketinggian, tersengat listrik,
tertimpa benda berat, terkena manuver alat, paparan debu tanah, kemacetan lalu
lintas, jatuh ke air dalam, terjepit tiang pancang, suara keras di atas 86 db, terjepit
bar cutter/bender, terimpa precast, dan sebagainya.
Oleh karena sudah teridentifikasi bahaya dan risiko pekerjaan pada proyek
di atas laut ini, maka dari pihak penyedia jasa sudah seharusnya melakukan upaya
manajemen yaitu adanya tindakan preventif , tanggap darurat dan mitigasi.
Penerapan Safety Induction dan mekanisme penggunaan APD merupakan prioritas
bagi keselamatan pekerja. Akan tetapi, pada pelaksanaan di lapangan, masih saja
terdapat pekerja yang tidak mengikuti aturan yang sudah menjadi kebijakan mutu
dan K3 perusahaan. Ada pekerja yang tidak sadar bahwa dia tidak kompeten dan
mempunyai kebiasaan berperilaku tidak aman (unsafe action), ada pekerja yang
tahu bagaimana melakukan pekerjaannya dengan aman dan selamat, tetapi tidak
dilakukan, dan ada juga pekerja yang menyadari dirinya berkompeten, tetapi perlu
pengarahan dan bimbingan dari orang lain. Secara umum terdapat ketimpangan
antara pengetahuan tentang K3 dengan perilaku pekerja di tempat kerja.
Dari latar belakang permasalahan di atas, maka penulis ingin meneliti
mengenai pengaruh pengetahuan K3 pada pekerjaan konstruksi terhadap perilaku
pekerja konstruksi di tempat kerja dilihat dari beberapa aspek terkait K3 seperti
22
definisi dan inisiasi, sistem manajemen, mekanisme APD, sarana dan prasarana,
serta risiko K3.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, terdapat permasalahan sebagai berikut:
1. Bagaimana pengaruh pengetahuan K3 terhadap perilaku pekerja konstruksi
dilihat dari beberapa aspek terkait K3 seperti definisi dan inisiasi, sistem
manajemen, mekanisme APD, sarana dan prasarana, serta risiko K3?
2. Bagaimana pengaruh variabel-variabel pengetahuan K3 secara bersama-sama
terhadap perilaku pekerja konstruksi?
3. Bagaimana pengaruh variabel-variabel pengetahuan K3 secara parsial
terhadap perilaku pekerja konstruksi?
1.3 Tujuan Penelitian
Adapun tujuan umum maupun tujuan khusus pada penelitian ini adalah
sebagai berikut:
1.3.1 Tujuan Umum Penelitian
Untuk mengetahui pengaruh pengetahuan K3 terhadap perilaku pekerja konstruksi
dilihat dari beberapa aspek terkait K3 seperti definisi dan inisiasi, sistem
manajemen, mekanisme APD, sarana dan prasarana, serta risiko K3.
1.3.2 Tujuan Khusus Penelitian
a. Untuk mengetahui pengaruh variabel-variabel pengetahuan K3 secara
bersama-sama terhadap perilaku pekerja konstruksi.
23
b. Untuk mengetahui pengaruh variabel-variabel pengetahuan K3 secara
parsial terhadap perilaku pekerja konstruksi.
1.4 Manfaat Penelitian
1.4.1 Manfaat Praktis
Manfaat praktis yang diharapkan dari hasil penelitian adalah seperti
berikut yaitu:
1. Bagi penyedia jasa konstruksi, hasil penelitian ini diharapkan memberi
masukan bagi instansi dalam rangka meningkatkan perlindungan bagi pekerja
terkait dengan regulasi yang mengatur K3.
2. Bagi pekerja konstruksi, hasil penelitian ini bisa dijadikan salah satu pedoman
bahwa betapa pentingnya penerapan K3 Konstruksi pada tempat kerja dan bisa
mengubah pola perilaku pekerja dari berisiko menjadi mengutamakan
keselamatan kerja.
1.4.2 Manfaat Akademis
Manfaat akademis yang diharapkan dari hasil penelitian adalah seperti
berikut yaitu:
1. Untuk bidang ilmu pengetahuan, hasil penelitian ini diharapkan dapat
memberikan kontribusi terhadap kemajuan ilmu pengetahuan, khususnya pada
pengembangan upaya – upaya untuk menghasilkan terobosan baru di bidang
K3 Konstruksi.
24
2. Dibidang penelitian diharapkan hasil penelitian ini bisa dijadikan referensi
bagi peneliti lainnya yang hendak meneliti masalah K3 Konstruksi di masa
yang akan datang.
1.5 Batasan Masalah
Ruang lingkup dalam penelitian ini dibatasi hanya untuk perilaku pekerja
konstruksi pada pelaksanaan pekerjaan Proyek Pembangunan Jalan Tol Nusa Dua
– Ngurah Rai – Benoa, khususnya Paket 3 yang dikerjakan oleh Kontraktor Wika-
Adhi-Hutama KSO dengan Lead Contractor PT. Hutama Karya Persero (Tbk).
25
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
3.1 Filosofi K3
Salah satu organisasi profesional Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)
di USA, International Association of Safety Professional (IASP) menetapkan 8
prinsip K3 yang menjadi landasan pengembangan K3 (Ramli, 2010:23) sebagai
berikut:
1. K3 adalah tanggung jawab moral atau etik (Safety is an ethical responsibility)
Masalah K3 hendaknya dilihat sebagai tanggung jawab moral untuk melindungi
keselamatan sesama manusia. Oleh karena itu, K3 bukan sekadar pemenuhan
perundangan atau kewajiban, tetapi merupakan tanggung jawab moral setiap
pelaku bisnis untuk melindungi keselamatan pekerjanya.
2. K3 adalah budaya, bukan sekadar program (Safety is a culture, not a program)
Banyak perusahaan yang menganggap K3 hanya sekadar program yang dijalankan
dalam perusahaan atau untuk memperoleh penghargaan dan sertifikat. Padahal K3
adalah cerminan dari budaya (safety culture) dalam organisasi. K3 harus menjadi
nilai-nilai yang dianut dan menjadi landasan dalam pengembangan bisnis.
3. K3 adalah tanggung jawab manajemen (Management is responsible)
Selama ini manajemen sering melemparkan tanggung jawab K3 kepada para
pengawas dan jika terjadi kecelakaan akan melimpahkan kepada mereka yang
berada di tempat kerja. Padahal secara moral, tanggung jawab mengenai
keselamatan ada pada manajemen. Tanggung jawab ini tentu dalam wujud
26
kebijakan, kepedulian, kepemimpinan dan dukungan penuh terhadap upaya
keselamatan dan kesehatan kerja di perusahaan.
4. Pekerja harus dididik untuk bekerja dengan aman (Employees must be trained
to work safety)
Setiap tempat kerja, lingkungan kerja dan jenis pekerjaan memiliki karakteristik
dan persyaratan K3 berbeda. Karena itu, K3 tidak bisa timbul sendirinya pada diri
pekerja atau pihak lainnya. K3 harus ditanamkan dan dibangun melalui
pembinaan dan pelatihan.
5. K3 adalah cerminan kondisi ketenagakerjaan (Safety is a condition of
employment)
Tempat kerja yang baik adalah tempat kerja yang aman. Lingkungan kerja yang
menyenangkan dan serasi akan mendukung tingkat keselamatan. Oleh karena itu,
kondisi K3 dalam perusahaan adalah pencerminan dari kondisi ketenagakerjaan
dalam perusahaan.
6. Semua kecelakaan dapat dicegah (All injuries are preventable)
Prinsip dasar ilmu K3 adalah semua kecelakaan dapat dicegah karena semua
kecelakaan pasti ada sebabnya. Jika sebab kecelakaan dapat dihilangkan, maka
kemungkinan kecelakaan dapat dihindarkan.
7. Program K3 bersifat spesifik (Safety programs must be site specific)
Prinsip ini melihat bahwa program K3 tidak bisa dibuat, ditiru, atau
dikembangkan semuanya. Namun harus berdasarkan kondisi dan kebutuhan nyata
di tempat kerja sesuai dengan potensi bahaya sifat kegiatan, kultur, kemampuan
finansial, dan lainnya. Program K3 harus dirancang spesifik untuk masing-masing
27
organisasi atau perusahaan sehingga tidak bisa sekadar meniru atau mengikuti
arahan dan pedoman dari pihak lain.
8. K3 baik untuk bisnis (Safety is good business)
Melaksanakan K3 jangan dianggap sebagai pemborosan atau biaya tambahan,
namun harus dilihat sebagai bagian dari proses produksi atau strategi perusahaan.
K3 adalah bagian integral dari aktivitas perusahaan. Kinerja K3 yang baik akan
memberikan manfaat terhadap bisnis perusahaan.
3.2 Sistem Manajemen K3 (SMK3)
Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) harus dikelola sebagaimana
dengan aspek lainnya dalam perusahaan seperti operasi, produksi, logistik, sumber
daya manusia, keuangan dan pemasaran. Aspek K3 tidak akan bisa berjalan
seperti apa adanya tanpa intervensi dari manajemen berupa upaya terencana untuk
mengelolanya. Karena itu, ahli K3 sejak awal Tahun 1980an berupaya
meyakinkan semua pihak, khususnya manajemen organisasi untuk menempatkan
aspek K3 setara dengan unsur lain dalam organisasi. Hal inilah yang mendorong
lahirnya berbagai konsep mengenai Manajemen K3 (safety management). Semua
system manajemen K3 bertujuan untuk mengelola ririko K3 yang ada dalam
perusahaan agar kejadian yang tidak diinginkan atau dapat menimbulkan kerugian
dapat dicegah. Mengelola K3 sama juga dengan mengelola aspek lain dalam
perusahaan dengan menggunakan pendekatan manajemen modern mulai dari
perencanaan, pengorganisasian, penerapan dan pengawasan.
28
Selanjutnya International Labour Organization (ILO) mengeluarkan
pedoman Sistem Manajemen K3 untuk digunakan di lingkungan kerja. Hal serupa
juga terjadi di sector industry lainnya sehingga berkembang berbagai system
manajemen keselamatan seperti Food Safety Management System, Railway Safety
Management System, Marine Safety Management System, Road Safety
Management System, Construction Safety Management System, Hospital Safety
Management System, dan lainnya. Faktor inilah antara lain yang mendorong
lahirnya system manajemen K3 OHSAS 18001.
2.2.1 Pengertian SMK3
Menurut Kepmenaker 05 Tahun 1996, Sistem Manajemen K3 adalah bagian dari
system manajemen secara keseluruhan yang meliputi struktur organisasi,
perencanaan, tanggung jawab, pelaksanaan, prosedur, proses, dan sumber daya
yang dibutuhkan bagi pengembangan, penerapan, pencapaian, pengkajian, dan
pemeliharaan kebijakan keselamatan dan kesehatan kerja dalam pengendalian
risiko yang berkaitan dengan kegiatan kerja guna terciptanya tempat kerja yang
aman, efisien dan produktif.
SMK3 merupakan konsep pengelolaan K3 secara sistematis dan
komprehensif dalam suatu sistem manajemen yang utuh melalui proses
perencanaan, penerapan, pengukuran dan pengawasan. Pendekatan SMK3 telah
berkembang sejak Tahun 1980an yang dipelopori oleh pakar K3 seperti James
Tye dari British Safety Council, Dan Petersen, Frank Birds dan lainnya. Dewasa
29
ini terdapat berbagai bentuk SMK3 yang dikembangkan oleh berbagai lembaga
dan institusi di dalam dan luar negeri. antara lain:
a. Sistem Manajemen Five Star dari British Safety Council, UK
Dikembangkan oleh lembaga K3 di Inggris sekitar Tahun 1970 dan digunakan
di berbagai perusahaan dan institusi. Lembaga ini memberi penghargaan
kepada perusahaan yang berprestasi berbentuk pedang keselamatan (Sword of
Honour). Beberapa perusahaan di Indonesia, seperti Pertamina dan Petrokimia
telah memperoleh penghargaan ini.
b. British Standard BS 8800 Guide to Occupational Health and Safety
Management System
Merupakan standar tentang SMK3 yang diberlakukan di Inggris dan Negara
lain di sekitarnya.
c. Occupational Health and Safety (OHS) Management System, OHSA,USA
d. International Safety Rating System (ISRS) dari ILCI/DNV
Suatu SMK3 yang dipelopori oleh ahli K3 dari USA yaitu Mr. Frank Bird
yang mengembangkan metode penilaian kinerja K3 yang disebut ISRS. Sistem
ini memberi peringkat kinerja K3 suatu perusahaan melalui audit dan nilai
(system scoring). Di Indonesia telah banyak perusahaan yang menerapkan
sistem ini.
e. Process Safety Management, OHSA Standard CFR 29 1910.119
Merupakan SMK3 yang dirancang khusus untuk industri proses berisiko
tinggi seperti perminyakan dan petrokimia. Di Indonesia dikenal dengan
30
istilah Manajemen Keselamatan Proses (MKP) yang telah dikembangkan oleh
berbagai industri dan perusahaan.
f. Sistem Manajemen K3 dari Depnaker RI
Sistem ini telah dikembangkan di Indonesia dan diimplementasikan oleh
berbagai perusahaan. Auditnya dilakukan melalui Sucofindo.
g. American Petroleum Institute: API 9100A: Model Environmental Health and
Safety (EHS) Management System
Lembaga ini mengeluarkan pedoman tentang sistem manajemen keselamatan
kerja dan lingkungan
h. American Petroleum Institute: API RP 750, Management of Process Hazards
i. ILO – OHS 2001: Guideline on OHS Management System
Lembaga perburuhan dunia ini juga mengembangkan pedoman SMK3 yang
banyak digunakan sebagai acuan oleh berbagai Negara dan perusahaan.
j. E&P Forum: Guidelines for Development and Application of HSE
Management System
Semua SMK3 tersebut memiliki kesamaan yaitu berdasarkan proses dan fungsi
manajemen modern. Yang berbeda adalah elemen implementasinya yang
disesuaikan dengan kebutuhan masing-masing.
2.2.2 Tujuan SMK3
Berbagai tujuan SMK3 tersebut dapat digolongkan sebagai berikut:
a. Sebagai alat ukur kinerja K3 dalam organisasi
b. Sebagai pedoman implementasi K3 dalam organisasi
31
c. Sebagai dasar penghargaan (awards)
d. Sebagai sertifikasi
Mengingat banyaknya SMK3 yang dikembangkan oleh berbagai institusi
tersebut, timbul kebutuhan untuk menstandarisasikan sekaligus memberikan
sertifikasi atas pencapaiannya. Dari sini lahirlah penilaian kinerja K3 yang disebut
OHSAS 18000 (Occupational Health and Safety Assessment Series). Sistem ini
dapat disertifikasikan melalui lembaga sertifikasi dan diakui secara global.
OHSAS 18000 pertama kali diperkenalkan pada Tahun 1999 dan kemudian
disempurnakan pada Tahun 2007 dan disepakati sebagai suatu Standar Sistem
Manajemen K3. OHSAS 18000 terdiri dari dua bagian yaitu OHSAS 18001
sebagai standar atau persyaratan SMK3, dan OHSAS 18002 sebagai pedoman
pengembangan dan penerapannya.
2.2.3 Proses SMK3
Menurut OHSAS 18001, sistem manajemen merupakan suatu set elemen-
elemen yang saling terkait untuk menetapkan kebijakan dan sasaran untuk
mencapai objektif tersebut. SMK3 terdiri atas dua unsur pokok yaitu proses
manajemen dan elemen-elemen implementasinya. Proses SMK3 menjelaskan
bagaimana sistem manajemen tersebut dijalankan atau digerakkan. Sedangkan
elemen merupakan komponen-komponen kunci yang terintegrasi satu dengan
yang lainnya membentuk satu kesatuan sistem manajemen.
Elemen-elemen ini mencakup antara lain tanggung jawab, wewenang,
hubungan antar fungsi, aktivitas, proses, praktis, prosedur dan sumber daya.
32
Elemen ini dipakai untuk menetapkan kebijakan K3, perencanaan, objektif dan
program K3. Proses SMK3 menggunakan pendekatan PDCA (Plan – Do – Check
– Action) yaitu mulai dari perencanaan, penerapan, pemeriksaan, dan tindakan
perbaikan. Dengan demikian, SMK3 akan berjalan terus-menerus secara
berkelanjutan selama aktivitas organisasi masih berlangsung.
SMK3 dimulai dengan penetapan kebijakan K3 oleh manajemen puncak
sebagai perwujudan komitmen manajemen dalam mendukung penerapan K3.
Kebijakan K3 selanjutnya dikembangkan dalam perencanaan. Tanpa perencanaan
yang baik, proses K3 akan berjalan tanpa arah (misguided), tidak efisien, dan
tidak efektif. Berdasarkan hasil perencanaan tersebut, dilanjutkan dengan
penerapan dan operasional, melalui pengerahan semua sumber daya yang ada,
serta melakukan berbagai program dan langkah pendukung untuk mencapai
keberhasilan. Secara keseluruhan, hasil penerapan K3 harus ditinjau ulang secara
berkala oleh manajemen puncak untuk memastikan bahwa SMK3 telah berjalan
sesuai dengan kebijakan dan strategi bisnis serta untuk mengetahui kendala yang
dapat mempengaruhi pelaksanaanya. Dengan demikian, organisasi dapat segera
melakukan perbaikan dan langkah koreksi lainnya.
33
Gambar 2.1 Siklus Manajemen
3.3 Tujuan dan Manfaat K3
Sering timbul anggapan bahwa K3 merupakan pemborosan, pengeluaran
biaya yang sia-sia atau sekadar formalitas yang harus dipenuhi oleh organisasi. K3
masih dianggap sebagai beban tambahan bagi organisasi. Persepsi seperti ini
sangat menghambat pelaksanaan K3. Aspek K3 bersifat multi dimensi. Karena itu
tujuan dan manfaat K3 juga harus dilihat dari berbagai sisi seperti dari sisi hukum,
perlindungan tenaga kerja, ekonomi, pengendalian kerugian, sosial, dan lainnya.
3.4 Kecelakaan dan Keselamatan Kerja
2.4.1 Konsep Kecelakaan
Dalam proses terjadinya (Ramli, 2010:30), kecelakaan terkait empat unsur
produksi yaitu People, Equipment, Material, Environment (PEME) yang saling
berinteraksi dan bersama-sama menghasilkan suatu produk atau jasa. Kecelakaan
PLAN
DOCHECK
ACTIONTinjauan
Manajemen
Pengukuran & Pemantauan
Implementasi
Perencanaan
34
terjadi dalam proses interaksi tersebut yaitu ketika terjadi kontak antara manusia
dengan alat, material dan lingkungan dimana dia berada. Kecelakaan dapat terjadi
karena kondisi alat atau material yang kurang baik atau berbahaya. Kecelakaan
juga dapat dipicu oleh kondisi lingkungan kerja yang tidak aman seperti ventilasi,
penerangan, kebisingan, atau suhu yang tidak aman melampaui ambang batas. Di
samping itu, kecelakaan juga dapat bersumber dari manusia yang melakukan
kegiatan di tempat kerja dan menangani alat atau material.
Faktor-faktor penyebab kecelakaan seperti dikemukakan oleh H.W.
Heinrich (1930) dengan teori dominonya yang menggolongkan atas:
a. Tindakan tidak aman dari manusia (unsafe action), misalnya tidak mau
menggunakan alat keselamatan dalam bekerja, melepas alat pengaman atau
bekerja sambil bergurau. Tindakan ini dapat membahayakan dirinya dan orang
lain yang dapat berakhir dengan kecelakaan.
b. Kondisi tidak aman (unsafe condition), yaitu kondisi di lingkungan kerja baik
alat, material, maupun lingkungan yang tidak aman dan membahayakan.
Teori tersebut selanjutnya dikembangkan oleh Frank Bird yang
menggolongkan atas sebab langsung (immediate causes) dan faktor dasar (basic
causes). Penyebab langsung kecelakaan adalah pemicu yang langsung
menyebabkan terjadinya kecelakaan, sedangkan penyebab tidak langsung
merupakan faktor yang turut memberikan kontribusi terhadap kejadian tersebut.
2.4.2 Pendekatan Pencegahan Kecelakaan
Prinsip mencegah kecelakaan sebenarnya sangat sederhana yaitu dengan
menghilangkan faktor penyebab kecelakaan yang disebut tindakan tidak aman dan
35
kondisi yang tidak aman. Namun dalam prakteknya tidak semudah yang
dibayangkan karena menyangkut berbagai unsur yang saling tekait mulai dari
penyebab langsung, penyebab dasar dan latar belakang. Oleh karena itu,
berkembang berbagai pendekatan dalam pencegahan kecelakaan. Banyak teori
dan konsep yang dikembangkan para ahli, dan beberapa diantaranya yaitu:
a. Pendekatan Energi
Sesuai dengan konsep energi, kecelakaan bermula karena adanya sumber
energi yang mengalir mencapai penerima (recipient). Karena itu pendekatan
energi mengendalikan kecelakaan melalui tiga titik yaitu pada sumbernya, pada
aliran energi (path way) dan pada penerima.
b. Pendekatan Manusia
Untuk meningkatkan kesadaran dan kepedulian mengenai K3 dilakukan
berbagai pendekatan dan program K3 antara lain:
1). Pembinaan dan Pelatihan
2). Promosi dan Kampanye K3
3). Pembinaan Perilaku Aman
4). Pengawasan dan Inspeksi K3
5). Audit K3
6). Komunikasi K3
7). Pengembangan prosedur kerja aman (Safe Working Practices)
c. Pendekatan Teknis
36
Pendekatan teknis menyangkut kondisi fisik, peralatan, material, proses
maupun lingkungan kerja yang tidak aman. Untuk mencegah kecelakaan yang
bersifat teknis dilakukan upaya keselamatan antara lain:
1) Rancang bangun yang aman disesuaikan dengan persyaratan teknis dan
standar yang berlaku untuk menjamin kelaikan instalasi atau peralatan kerja.
2) Sistem pengaman pada peralatan atau instalasi untuk mencegah kecelakaan
dalam pengoperasian alat atau instalasi.
d. Pendekatan Administratif
Pendekatan secara administratif dapat dilakukan dengan berbagai cara
antara lain:
1) Pengaturan waktu dan jam kerja sehingga tingkat kelelahan dan paparan
bahaya dapat dikurangi
2) Penyediaan alat keselamatan kerja
3) Mengembangkan dan menetapkan prosedur dan peraturan tentang K3
4) Mengatur pola kerja, sistem produksi dan proses kerja
e. Pendekatan Manajemen
Banyak kecelakaan yang disebabkan oleh faktor manajemen yang tidak
kondusif sehingga mendorong terjadinya kecelakaan. Upaya pencegahan yang
dilakukan antara lain:
1) Menerapkan sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja (SMK3)
2) Mengembangkan organisasi K3 yang efektif
3) Mengembangkan komitmen dan kepemimpinan dalam K3, khususnya untuk
manajemen tingkat atas.
37
2.4.3 Filosofi Keselamatan
Setiap kecelakaan pasti ada penyebabnya. Tidak ada kejadian apapun yang
tanpa sebab sebagai pemicunya. Jika faktor penyebab tersebut dihilangkan, maka
dengan sendirinya kecelakaan bisa dicegah. Atas dasar tersebut, maka menurut
Heinrich yaitu setiap kecelakaan dapat dicegah. Selanjutnya dikemukakan sepuluh
aksioma sebagai berikut:
a. Bahwa kecelakaan merupakan rangkaian proses sebab dan akibat. Tidak ada
kecelakaan yang disebabkan oleh faktor tunggal, namun merupakan
rangkaian sebab dan akibat yang saling terkait.
b. Bahwa sebagian besar kecelakaan disebabkan oleh faktor manusia dengan
tindakannya yang tidak aman.
c. Bahwa kondisi yang tidak aman dapat membahayakan dan menimbulkan
kecelakaan.
d. Bahwa tindakan tidak aman dari seseorang dipengaruhi oleh tingkah laku,
kondisi fisik, pengetahuan dan keahlian serta kondisi lingkungan kerjanya.
e. Untuk itu upaya pencegahan kecelakaan harus mencakup berbagai usaha
antara lain dengan melakukan perbaikan teknis, tindakan persuasif,
penyesuaian individu dengan pekerjaannya dan dengan melakukan
penegakan disiplin (law inforcement).
f. Keparahan suatu kecelakaan berbeda satu dengan lainnya.
g. Program pencegahan kecelakaan harus sejalan dengan program lainnya
dalam organisasi.
38
h. Pencegahan kecelakaan atau program keselamatan dalam organisasi tidak
akan berhasil tanpa dukungan dan peran serta manajemen puncak dalam
organisasi.
i. Pengawas merupakan unsur kunci dalam program K3
j. Bahwa usaha keselamatan menyangkut aspek ekonomis.
2.4.4 Persyaratan Keselamatan Kerja
Keselamatan kerja dalam suatu tempat kerja mencakup berbagai aspek
yang berkaitan dengan kondisi dan keselamatan sarana produksi, manusia dan
cara kerja. Persyaratan keselamatan kerja menurut Undang-undang No.1 tahun
1970 adalah sebagai berikut:
a. Mencegah dan mengurangi kecelakaan
b. Mencegah, mengurangi dan memadamkan kebakaran
c. Mencegah dan mengurangi bahaya kebakaran
d. Memberi kesempatan atau jalan menyelamatkan diri dalam kejadian
kebakaran atau kejadian lainnya
e. Memberikan pertolongan dalam kecelakaan
f. Memberikan alat pelindung diri bagi pekerja
g. Mencegah dan mengendalikan timbul atau menyebarluasnya suhu,
kelembapan, debu, kotoran, asap, uap, gas, hembusan angin, cuaca, sinar
atau radiasi, suara atau getaran
h. Mencegah dan mengendalikan timbulnya penyakit akibat kerja baik fisik,
maupun psikis, keracunan, infeksi dan penularan.
39
i. Memperoleh penerangan yang cukup dan sesuai
j. Menyelenggarakan suhu dan lembab udara yang baik
k. Menyelenggarakan penyegaran udara yang baik
l. Memelihara kebersihan, kesehatan, dan ketertiban
m. Memperoleh keserasian antara tenaga kerja, alat kerja, lingkungan, cara dan
proses kerja
n. Mengamankan dan memperlancar pengangkutan orang, binatang, tanaman,
atau barang
o. Mengamankan dan memelihara segala jenis bangunan
p. Mengamankan dan memperlancar pekerjaan bongkar muat, perlakuan, dan
penyimpanan barang.
q. Mencegah terkena aliran listrik yang berbahaya
3.5 Alat Pelindung Diri (APD)
Perlindungan tenaga kerja melalui usaha – usaha teknis pengamanan
tempat, peralatan dan lingkungan kerja adalah sangat perlu diutamakan. Namun
kadang-kadang keadaan bahaya masih belum dapat dikendalikan sepenuhnya.
Sehingga pihak manajemen akan mengambil tindakan untuk melindungi pekerja
itu dengan berbagai cara yaitu mengurangi sumber bahaya ataupun menggunakan
alat pelindung diri (personal protective devices). Namun dalam realisasinya
pemakaian APD masih sangat sulit, mengingat para pekerja akan menganggap
bahwa alat ini akan mengganggu pekerjaan.
40
APD adalah suatu kewajiban dimana biasanya para pekerja atau buruh
bangunan yang bekerja di sebuah proyek atau pembangunan sebuah gedung,
diwajibkan menggunakannya. Kewajiban itu sudah disepakati oleh pemerintah
melalui Departemen Tenaga Kerja Republik Indonesia. Alat-alat demikian harus
memenuhi persyaratan tidak mengganggu kerja dan memberikan perlindungan
efektif terhadap jenis bahaya.
APD berperan penting terhadap keselamatan dan kesehatan kerja. Dalam
pembangunan nasional, tenaga kerja memiliki peranan dan kedudukan yang
penting sebagai pelaku pembangunan, sehingga perlu dilakukan upaya – upaya
perlindungan baik dari aspek ekonomi, politik, sosial, teknis dan medis dalam
mewujudkan kesejahteraan tenaga kerja. Terjadinya kecelakaan kerja dapat
mengakibatkan korban jiwa, cacat, kerusakan peralatan, menurunnya mutu dan
hasil produksi, terhentinya proses produksi, kerusakan lingkungan, dan akhirnya
akan merugikan semua pihak serta berdampak pada perekonomian nasional.
Bahaya yang mungkin terjadi di lantai produksi dan menimpa tenaga kerja adalah:
a. Tertimpa benda keras dan berat
b. Tertusuk atau terpotong benda tajam
c. Terjatuh dari tempat tinggi
d. Terbakar atau terkena aliran listrik
e. Terkena zat kimia berbahaya pada kulit atau melalui pernafasan
f. Rusak pendengaran karena kebisingan
g. Rusak penglihatan karena cahaya berlebihan
h. Terkena radiasi
41
Kerugian yang harus ditanggung apabila terjadi kecelakaan adalah :
a. Produktivitas pekerja berkurang selama beberapa waktu
b. Adanya biaya perawatan medis atas tenaga kerja yang terluka, cacat, bahkan
meninggal
c. Kerugian atas kerusakan mesin
d. Menurunnya efisiensi perusahaan, dan lain-lain
APD bukanlah alat yang nyaman apabila dikenakan tetapi fungsi dari alat
ini sangatlah besar sebab dapat mencegah penyakit akibat kerja ataupun
kecelakaan pada waktu bekerja. Pada kenyataannya banyak para pekerja yang
masih belum mengenakan APD karena merasakan ketidaknyamanan saat bekerja.
Berdasarkan Pasal 14 huruf c UU No.1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja,
pengusaha wajib menyediakan APD secara cuma-cuma terhadap tenaga kerja dan
orang lain yang memasuki tempat kerja. Apabila kewajiban pengusaha/pengurus
perusahaan tersebut tidak dipenuhi merupakan suatu pelanggaran undang-undang.
Berdasarkan Pasal 12 huruf b, tenaga kerja diwajibkan memakai APD yang telah
disediakan. APD yang disediakan oleh pengusaha dan dipakai oleh tenaga kerja
harus memenuhi syarat pembuatan, pengujian dan sertifikat. Tenaga kerja berhak
menolak memakainya jika APD yang disediakan tidak memenuhi syarat. Dari
ketiga pemenuhan persyaratan tersebut, harus diperhatikan faktor – faktor
pertimbangan dimana APD harus :
a. Enak dan nyaman dipakai
b. Tidak mengganggu ketenangan kerja dan tidak membatasi ruang gerak pekerja
42
c. Memberikan perlindungan yang efektif terhadap segala jenis bahaya/potensi
bahaya
d. Memenuhi syarat estetika
e. Memperhatikan efek samping penggunaan APD
f. Mudah dalam pemeliharaan, tepat ukuran, tepat penyediaan, dan harga
terjangkau
Beberapa jenis APD antara lain : masker, kacamata, sepatu pengaman,
sarung tangan, topi pengaman (helmet), perlindungan telinga, perlindungan paru-
paru, dan APD lainnya. Penggunaan pelindung wajah dan alat pernafasan
(Masker) pada tempat – tempat kerja tertentu seringkali udaranya kotor yang
diakibatkan oleh bermacam-macam sebab antara lain: debu – debu kasar dari
penggerindaan atau operasi – operasi sejenis; racun dan debu halus yang
dihasilkan dari pengecatan atau asap; uap beracun atau gas beracun dari pabrik
kimia; bukan gas beracun tetapi seperti Karbondioksida (CO2) yang menurunkan
konsentrasi Oksigen (O2) di udara. Untuk mencegah masuknya kotoran-kotoran
tersebut, kita dapat menggunakan alat yang disebut masker . Hal yang perlu
diperhatikan dalam menggunakan masker yaitu: bagaimana menggunakan masker
secara benar; macam dari kotoran debu yang perlu dihindari; dan lamanya
menggunakan alat tersebut.
Jenis – jenis masker dan penggunaannya :
a. Masker penyaring debu, berguna untuk melindungi pernafasan dari serbuk –
serbuk logam, pengerindahan atau serbuk kasar lainnya.
43
b. Masker berhidung, berguna untuk menyaring debu atau benda lain sampai
ukuran 0,5 mikron, bila kita sulit bernafas waktu memakai alat ini maka
hidungnya harus diganti karena filternya telah tersumbat oleh debu.
c. Masker bertabung, mempunyai filter yang baik daripada masker berhidung.
Masker ini sangat tepat digunakan untuk melindungi pernafasan dari gas
tertentu. Bermacam-macam tabung dapat dipasangkan dan tertulis untuk
macam gas yang bagaimana masker tersebut digunakan.
Salah satu masalah tersulit dalam pencegahan kecelakaan adalah
pencegahan kecelakaan yang menimpa mata. Orang-orang merasa enggan
memakai kacamata (goggles) karena ketidaknyamanannya sehingga dengan
alasan tersebut pekerja merasa mengurangi kenikmatan kerja. Banyak upaya yang
harus diselenggarakan ke arah pembinaan disiplin, atau melalui pendidikan dan
penggairahan, agar tenaga kerja memakainya. Tenaga kerja yang berpandangan
bahwa risiko kecelakaan terhadap mata adalah besar akan memakainya dengan
kemauan sendiri. Sebaliknya, jika mereka merasa bahwa bahaya itu kecil, mereka
tidak akan mau memakainya. Kecelakaan mata berbeda – beda dan aneka jenis
kacamata pelindung diperlakukan. Misalnya, pekerjaan dengan kemungkinan
adanya risiko dari bagian-bagian yang melayang memerlukan kacamata dengan
lensa yang kokoh, sedangkan bagi pengelasan diperlakukan lensa penyaringan
sinar las yang tepat.
Sepatu pengaman (Safety Shoes) harus dapat melindungi tenaga kerja
terhadap kecelakaan-kecelakaan yang disebabkan oleh beban berat yang menimpa
kaki, paku-paku atau benda tajam lain yang mungkin terinjak, logam pijar, asam –
44
asam, dan sebagainya. Biasanya sepatu kulit yang buatannya kuat dan baik, cukup
memberikan perlindungan, tetapi terhadap kemungkinan tertimpa benda – benda
berat masih perlu sepatu dengan ujung bertutup baja dan lapisan baja di dalam
solnya. Lapis baja di dalam sol perlu untuk melindungi tenaga kerja dari tusukan
benda runcing dan tajam khususnya pada pekerjaan bangunan.
Sarung Tangan (Gloves) harus diberikan kepada tenaga kerja dengan
pertimbangan akan bahaya – bahaya dan persyaratan yang diperlukan, antara lain
syaratnya adalah bebannya bergerak jari dan tangan. Macamnya tergantung pada
jenis kecelakaan yang akan dicegah yaitu tusukan, sayatan, terkena benda panas,
terkena bahan kimia, terkena aliran listrik, terkena radiasi, dan sebagainya. Harus
diingat bahwa memakai sarung tangan ketika bekerja pada mesin pengebor, mesin
pengepres dan mesin lainnya yang dapat menyebabkan tertariknya sarung tangan
ke mesin adalah berbahaya. Sarung tangan juga sangat membantu pada pekerjaan
yang berkaitan dengan benda kerja yang panas, tajam ataupun benda kerja yang
licin. Sarung tangan juga dipergunakan sebagai isolator untuk pengerjaan listrik.
Helm Pengaman (Safety Helmet) harus dipakai oleh tenaga kerja yang
mungkin tertimpa pada kepala oleh benda jatuh, melayang, atau benda-benda lain
yang bergerak. Topi demikian harus cukup keras dan kokoh, tetapi ringan. Bahan
plastik dengan lapisan kain terbukti sangat cocok untuk keperluan ini. Telinga
harus dilindungi selain dari suara yang berlebihan atau kebisingan, juga dari
loncatan api, percikan logam, pijar, atau partikel-partikel yang melayang.
Perlindungan terhadap kebisingan dilakukan dengan sumbat atau tutup telinga.
45
Masih terdapat APD lainnya seperti tali pengaman bagi tenaga kerja yang
mungkin terjatuh, selain itu mungkin pula diadakan tempat kerja khusus bagi
tenaga kerja dengan segala alat proteksinya. Juga pakaian khusus bagi tenaga
kerja saat terjadinya kecelakaan atau untuk penyelamatan. Pakaian kerja harus
dianggap suatu alat perlindungan terhadap bahaya – bahaya kecelakaan.
3.6 Kesehatan Kerja
Hal – hal yang terkait prihal kesehatan kerja diantaranya diatur dalam UU
No.36 Tahun 2009 tentang Kesehatan, terutama yang tertuang dalam Bab
tersendiri yaitu prihal Kesehatan Lingkungan dan Kesehatan Kerja.
2.6.1. Kesehatan Lingkungan
Prihal Kesehatan Lingkungan, dalam beberapa pasal menyebutkan tentang
upaya kesehatan lingkungan yang ditujukan untuk mewujudkan kualitas
lingkungan yang sehat, baik fisik, kimia, biologi, maupun sosial yang
memungkinkan setiap orang mencapai derajat kesehatan yang setinggi-tingginya.
Adapun lingkungan sehat yang dimaksud mencakup lingkungan permukiman,
tempat kerja, tempat rekreasi, dan fasilitas umum. Lingkungan sehat juga
dimaksudkan bebas dari unsur-unsur yang menimbulkan gangguan kesehatan
antara lain: limbah cair; limbah padat; limbah gas; sampah yang tidak diproses
sesuai dengan persyaratan yang ditetapkan pemerintah; binatang pembawa
penyakit; zat kimia yang berbahaya; kebisingan yang melebihi ambang batas;
radiasi sinar pengion dn non pengion; air yang tercemar; udara yang tercemar; dan
makanan yang terkontaminasi.
46
2.6.2 Kesehatan Kerja
Prihal Kesehatan Kerja, dalam beberapa pasal menyebutkan tentang upaya
kesehatan kerja yang ditujukan untuk melindungi pekerja agar hidup sehat dan
terhindar dari gangguan kesehatan serta pengaruh buruk yang diakibatkan oleh
pekerjaan, meliputi pekerja di sektor formal dan informal, serta berlaku bagi
setiap orang selain pekerja yang berada di lingkungan tempat kerja. Pengelola
tempat kerja wajib mentaati standar kesehatan kerja sesuai dengan standar yang
ditetapkan pemerintah, serta menjamin lingkungan kerja yang sehat dan
bertanggung jawab atas terjadinya kecelakaan kerja. Pengelola tempat kerja wajib
melakukan segala bentuk upaya kesehatan melalui upaya pencegahan,
peningkatan, pengobatan dan pemulihan bagi tenaga kerja. Pekerja wajib
menciptakan dan menjaga kesehatan tempat kerja yang sehat dan mentaati
peraturan yang berlaku di tempat kerja. Dalam penyeleksian pemilihan calon
pegawai pada perusahaan, hasil pemeriksaan kesehatan secara fisik dan mental
digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam pengambilan keputusan. Majikan
atau pengusaha wajib menjamin kesehatan pekerja melalui upaya pencegahan,
peningkatan, pengobatan dan pemulihan serta wajib menanggung seluruh biaya
pemeliharaan kesehatan pekerja.
2.6.3 Pengelolaan Sampah
Terkait dengan kesehatan, pengelolaan sampah juga menjadi hal yang
sangat penting. Seperti yang diatur dalam Undang - Undang No. 18 Tahun 2008
tentang Pengelolaan Sampah. Proses pembangunan yang dilakukan oleh bangsa
Indonesia harus diselenggarakan berdasarkan prinsip pembangunan berkelanjutan
47
dan berwawasan lingkungan sesuai dengan amanah Pasal 33 Ayat (4) Undang –
Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Pemanfaatan sumber daya
alam masih menjadi modal dasar pembangunan di Indonesia saat ini dan masih
diandalkan dimasa yang akan datang. Oleh karena itu, penggunaan sumber daya
alam tersebut harus dilakukan secara bijak. Pemanfaatan sumber daya alam
tersebut hendaknya dilandasi oleh tiga pilar pembangunan berkelanjutan yaitu:
menguntungkan secara ekonomi (economically viable), diterima secara sosial
(socially acceptable), dan ramah lingkungan (environmentally sound). Proses
pembangunan yang diselenggarakan dengan cara tersebut diharapkan dapat
meningkatkan kesejahteraan dan kualitas kehidupan generasi masa kini dan yang
akan datang.
Aktivitas pembangunan yang dilakukan dalam berbagai bentuk usaha
dan/atau kegiatan pada dasarnya akan menimbulkan dampak terhadap lingkungan.
Dengan diterapkannya prinsip berkelanjutan dan berwawasan lingkungan dalam
proses pelaksanaan pembangunan, dampak terhadap lingkungan yang diakibatkan
oleh berbagai aktivitas pembangunan tersebut dianalisis sejak awal
perencanaannya, sehingga langkah pengendalian dampak negatif dan
pengambangan dampak positif dapat disiapkan sedini mungkin. Perangkat atau
instrumen yang dapat digunakan untuk melakukan hal tersebut adalah AMDAL
dan UKL – UPL. Pasal 22 Undang – Undang No.32 Tahun 2009 tentang
Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup menetapkan bahwa setiap usaha
dan/atau kegiatan yang berdampak penting terhadap lingkungan hidup wajib
memiliki AMDAL. AMDAL tidak hanya mencakup kajian terhadap aspek
48
biogeofisik dan kimia saja, tetapi juga aspek sosial ekonomi, sosial budaya dan
kesehatan masyarakat. Sedangkan untuk setiap usaha dan/atau kegiatan yang tidak
berdampak penting, sesuai dengan ketentuan Pasal 34 Undang – Undang No.32
Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup diwajibkan
untuk memiliki UKL – UPL. Pelaksanaan AMDAL dan UKL – UPL harus lebih
sederhana dan bermutu serta menuntut profesionalisme, akuntabilitas dan
integritas semua pihak terkait agar instrumen dapat digunakan sebagai perangkat
pengambilan keputusan yang efektif.
AMDAL dan UKL – UPL juga merupakan salah satu syarat untuk
mendapatkan Ijin Lingkungan. Pada dasarnya proses penilaian Amdal atau
pemeriksaan UKL – UPL merupakan satu kesatuan dengan proses permohonan
dan penerbitan Ijin Lingkungan. Dengan dimasukkannya AMDAL dan UKL –
UPL dalam proses perencanaan usaha dan/atau kegiatan, Menteri, Gubernur, atau
Bupati/Walikota sesuai dengan kewenangannya mendapatkan informasi yang luas
dan mendalam terkait dengan dampak lingkungan yang mungkin terjadi dari suatu
rencana usaha dan/atau kegiatan tersebut dan langkah-langkah pengendaliannya,
baik dari aspek teknologi, sosial, dan kelembagaan. Berdasarkan informasi
tersebut, pengambilan keputusan dapat mempertimbangkan dan menetapkan
apakah suatu rencana usaha dan/atau kegiatan tersebut layak, tidak layak,
disetujui, atau ditolak, dan Ijin Lingkungannya dapat diterbitkan. Masyarakat juga
dilibatkan dalam proses pengambilan keputusan dan penerbitan Ijin Lingkungan.
Tujuan diterbitkannya Ijin Lingkungan antara lain untuk memberikan
perlindungan terhadap lingkungan hidup yang lestari dan berkelanjutan,
49
meningkatkan upaya pengendalian usaha dan/atau kegiatan yang berdampak
negatif pada lingkungan hidup, memberikan kejelasan prosedur, mekanisme dan
koordinasi antar instansi dalam penyelenggaraan perijinan untuk usaha dan/atau
kegiatan, dan memberikan kepastian hukum dalam usaha dan/atau kegiatan.
Dalam Undang – Undang ini, yang dimaksud dengan :
a. Sampah adalah sisa kegiatan sehari-hari manusia dan/atau proses alam yang
berbentuk padat.
b. Sampah spesifik adalah sampah yang karena sifat, konsentrasi dan/atau
volumenya memerlukan pengelolaan khusus.
c. Sumber sampah adalah asal timbulan sampah.
d. Penghasil sampah adalah setiap orang dan/atau akibat proses alam yang
menghasilkan timbulan sampah.
e. Pengelolaan sampah adalah kegiatan yang sistematis, menyeluruh, dan
berkesinambungan yang meliputi pengurangan dan penanganan sampah.
f. Tempat penampungan sementara adalah tempat sebelum sampah diangkut ke
tempat pendaur ulangan, pengolahan, dan/atau tempat pengolahan sampah
terpadu.
g. Tempat pengolahan sampah terpadu adalah tempat dilaksanakannya kegiatan
pengumpulan, pemilahan, penggunaan ulang, pendauran ulang, pengolahan,
dan pemrosesan akhir sampah.
h. Tempat pemprosesan akhir adalah tempat untuk memproses dan
mengembalikan sampah ke media lingkungan secara aman bagi manusia dan
lingkungan.
50
i. Kompensasi adalah pemberian imbalan kepada orang yang terkena dampak
negatif yang ditimbulkan oleh kegiatan penanganan sampah di tempat
pemrosesan akhir sampah.
j. Orang adalah orang perseorangan, kelompok orang, dan/atau badan hukum.
k. Sistem tanggap darurat adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan dalam
rangka pengendalian yang meliputi pencegahan dan penanggulangan
kecelakaan akibat pengelolaan sampah yang tidak benar.
l. Pemerintah pusat yang selanjutnya disebut pemerintah adalah Presiden
Republik Indonesia yang memegang kekuasaan pemerintahan Negara
Republik Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Undang – Undang Dasar
Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
m. Pemerintah daerah adalah Gubernur, Bupati atau Walikota, dan perangkat
daerah sebagai unsur penyelenggara pemerintahan daerah.
n. Menteri adalah menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di
bidang pengelolaan lingkungan hidup dan di bidang pemerintahan lain yang
terkait.
Ruang Lingkup dalam Undang – Undang ini mencakup:
a. Sampah yang dikelola berdasarkan UU ini terdiri atas sampah rumah tangga,
sampah sejenis sampah rumah tangga, dan sampah spesifik.
b. Sampah rumah tangga berasal dari kegiatan sehari-hari dalam rumah tangga,
tidak termasuk tinja dan sampah spesifik.
51
c. Sampah sejenis sampah rumah tangga berasal dari kawasan komersial,
kawasan industri, kawasan khusus, fasilitas sosial, fasilitas umum, dan/atau
fasilitas lainnya.
d. Sampah spesifik meliputi sampah yang mengandung bahan berbahaya dan
beracun, sampah yang mengandung limbah bahan berbahaya dan beracun,
sampah yang timbul akibat bencana, puing bongkaran bangunan, sampah yang
secara teknologi belum dapat diolah, dan/atau sampah yang timbul secara
tidak periodik.
e. Ketentuan lebih lanjut mengenai jenis sampah spesifik diatur dengan
peraturan menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang
lingkungan hidup.
2.6.4 Penyelenggaraan Pengelolaan Sampah
Hal – hal yang terkait Penyelenggaraan Pengelolaan Sampah:
a. Pengelolaan sampah rumah tangga dan sampah sejenis sampah rumah tangga
terdiri atas pengurangan sampah dan penanganan sampah.
b. Pengurangan sampah meliputi kegiatan pembatasan timbulan sampah,
pendauran ulang sampah, dan/atau pemanfaatan kembali sampah.
c. Pemerintah dan pemerintah daerah wajib melakukan kegiatan sebagai berikut
yaitu menetapkan target pengurangan sampah secara bertahap dalam jangka
waktu tertentu, memfasilitasi penerapan teknologi yang ramah lingkungan,
memfasilitasi penerapan label produk yang ramah lingkungan, memfasilitasi
52
kegiatan mengguna ulang dan mendaur ulang, memfasilitasi pemasaran
produk-produk daur ulang.
d. Pelaku usaha dalam melaksanakan kegiatan menggunakan bahan produksi
yang menimbulkan sampah sesedikit mungkin, dapat diguna ulang, dapat
didaur ulang, dan/atau mudah diurai oleh proses alam.
e. Masyarakat dalam melakukan kegiatan pengurangan sampah menggunakan
bahan yang dapat diguna ulang, didaur ulang, dan/atau mudah diurai oleh
proses alam.
f. Kegiatan penanganan sampah meliputi: pemilahan dalam bentuk
pengelompokan dan pemisahan sampah sesuai dengan jenis, jumlah, dan/atau
sifat sampah; pengumpulan dalam bentuk pengambilan dan pemindahan
sampah dari sumber sampah ke tempat penampungan sementara atau tempat
pengolahan sampah terpadu; pengangkutan dalam bentuk membawa sampah
dari sumber dan/atau dari tempat penampungan sampah sementara atau dari
tempat pengolahan sampah terpadu menuju ke tempat pemrosesan akhir;
pengolahan dalam bentuk mengubah karakteristik, komposisi dan jumlah
sampah; dan/atau pemrosesan akhir sampah dalam bentuk pengembalian
sampah dan/atau residu hasil pengolahan sebelumnya ke media lingkungan
secara aman.
g. Pengelolaan sampah spesifik adalah tanggung jawab Pemerintah
53
3.7 Manajemen Proyek Konstruksi
2.7.1 Definisi Proyek
Proyek didefinisikan sebagai sebuah rangkaian aktivitas unik yang saling
terkait untuk mencapai suatu hasil tertentu dan dilakukan dalam periode waktu
tertentu pula. Menurut PMBOK Guide (2004), sebuah proyek memiliki beberapa
karakteristik penting yang terkandung di dalamnya yaitu: temporary, unique,
progressive elaboration. Sementara (temporary) berarti setiap proyek selalu
memiliki jadwal yang jelas kapan dimulai dan kapan diselesaikan. Sebuah proyek
berakhir jika tujuannya telah tercapai atau kebutuhan terhadap proyek itu tidak
ada lagi sehingga proyek tersebut dihentikan. Unique artinya bahwa setiap proyek
menghasilkan suatu produk, solusi, service atau output tertentu yang berbeda-beda
datu dan lainnya. Progressive elaboration adalah karakteristik proyek yang
berhubungan dengan dua konsep sebelumnya yaitu sementara dan unik. Setiap
proyek terdiri dari langkah-langkah yang terus berkembang dan berlanjut sampai
proyek berakhir. Setiap langkah semakin memperjelas tujuan proyek.
Karakteristik – karakteristik tersebut di atas yang membedakan aktivitas
suatu proyek terhadap aktivitas rutin operasional. Aktivitas operasional cenderung
bersifat terus – menerus dan berulang – ulang, sementara aktivitas proyek bersifat
temporer dan unik. Dari segi tujuannya, aktivitas akan berhenti ketika tujuan telah
tercapai. Sementara aktivitas operasional akan terus menyesuaikan tujuannya agar
pekerjaan tetap berjalan.
54
2.7.2 Definisi Manajemen Proyek
Manajemen proyek adalah aplikasi pengetahuan (knowledges),
keterampilan (skills), alat (tools) dan teknik (techniques) dalam aktivitas –
aktivitas proyek untuk memenuhi kebutuhan – kebutuhan proyek (PMBOK,
2004). Manajemen proyek dilaksanakan melalui aplikasi dan integrasi tahapan
proses manajemen proyek yaitu initiating, planning, executing, monitoring dan
controlling serta akhirnya closing keseluruhan proses proyek tersebut. Dalam
pelaksanaannya, setiap proyek selalu dibatasi oleh kendala-kendala yang sifatnya
saling mempengaruhi dan biasa disebut sebagai segitiga project constraint
(lingkup pekerjaan, waktu dan biaya), dimana keseimbangan ketiga konstrain
tersebut akan menentukan kualitas suatu proyek. Perubahan salah satu atau lebih
faktor tersebut akan mempengaruhi setidaknya satu faktor lainnya.
Untuk situasi sekarang, perusahaan perlu juga menjaga agar pencapaian
yang diperoleh dalam pelaksanaan proyek tetap menjaga hubungan baik dengan
pelanggan (customer relation). Hal ini ditunjukkan dalam Gambar 2.2. Dalam
gambar tersebut ditunjukkan bahwa dalam pencapaian tujuan proyek, kita perlu
memperhatikan batasan waktu, biaya, lingkup pekerjaan dengan memanfaatkan
resources yang kita punyai (Budi Santosa,2009). Di sini juga bisa dikemukakan
bahwa dalam pelaksanaan proyek ada tawar – menawar (trade off) antara berbagai
pembatas. Jika kualitas hasil ingin dinaikkan, akan membawa konsekuensi
kenaikan biaya dan waktu. Sebaliknya, jika biaya ditekan agar lebih murah
dengan waktu pelaksanaan tetap sama, maka konsekuensinya, kualitas bisa turun.
55
Gambar 2.2 Pembatas-pembatas dalam Pelaksanaan Proyek
(Sumber : Budi Santosa,2009)
2.7.3 Macam-Macam Proyek
Menurut jenis pekerjaannya, proyek bisa diklasifikasikan antara lain
sebagai berikut:
1. Proyek Konstruksi
Proyek ini biasanya berupa pekerjaan membangun atau membuat produk fisik.
Sebagai contoh adalah proyek pembangunan jalan raya, jembatan atau
bangunan konstruksi lainnya.
2. Proyek Penelitian dan Pengembangan
Hubungan Baik dengan Customer
Lingkup Pekerjaan Waktu
Resources
Biaya
56
Proyek ini bisa berupa penemuan produk baru, temuan alat baru, atau
penelitian mengenai ditemukannya bibit unggul untuk suatu tanaman. Proyek
ini bisa muncul di lembaga komersial maupun pemerintah. Setelah suatu
produk baru ditemukan atau dibuat biasanya disusul pembuatan secara massal
untuk dikomersialisasikan.
3. Proyek yang Berhubungan dengan Manajemen Jasa
Proyek ini sering muncul dalam perusahaan maupun instansi pemerintah.
Proyek ini bisa berupa : perancangan struktur organisasi; pembuatan sistem
informasi manajemen; peningkatan produktivitas perusahaan; dan pemberian
training.
2.7.4 Ukuran Proyek
Proyek bisa dilihat dari sumber daya yang dibutuhkan, biayanya dan
waktu yang diperlukan untuk menyelesaikannya. Hal-hal ini digunakan sebagai
kriteria ukuran proyek, sehingga ukuran proyek bisa dilihat dari jumlah
kegiatannya, besarnya biaya, jumlah tenaga kerja, dan waktu yang dibutuhkan.
Sedangkan tingkat kompleksitasnya suatu proyek ditandai dengan jumlah kegiatan
dan hubungan antar kegiatan, jenis dan jumlah hubungan antar
kelompok/organisasi dalam proyek, jenis dan jumlah hubungan antar kelompok di
dalam organisasi dan pihak luar, dan tingkat kesulitan. Suatu proyek bisa
berukuran besar dengan jumlah kegiatan banyak, tenaga kerja besar namun
tingkat kesulitannya sedang.
57
2.7.5 Pandangan terhadap Manajemen Proyek
Ada cara pandang yang berbeda antara pandangan tradisional dan pandangan baru
terhadap manajemen proyek. Beberapa perbedaan antara bagaimana pandangan
tradisional dan pandangan baru terhadap manajemen proyek disajikan dalam
Tabel 2.1.
Tabel 2.1
Pandangan Baru dan Tradisional terhadap Manajemen Proyek
Pandangan Tradisional Pandangan Baru
Manajemen proyek perlu lebih banyak
orang dan ongkos tambahan
Manajemen proyek memungkinkan
untuk menyelesaikan lebih banyak
pekerjaan dengan ongkos lebih murah,
dengan lebih sedikit orang
Keuntungan menurun Keuntungan akan meningkat
Manajemen proyek meningkatkan
jumlah perubahan cakupan pekerjaan
Manajemen proyek akan memberikan
kontrol yang lebih baik terhadap
perubahan cakupan pekerjaan
Manajemen proyek menciptakan
ketidakstabilan dan konflik
Manajemen proyek organisasi makin
efisien dan efektif melalui prinsip
perilaku organisasi yang lebih baik
Manajemen proyek menyerahkan
produk kepada pelanggan
Manajemen proyek memberikan solusi
Ongkos manajemen proyek membuat
tidak kompetitif
Manajemen proyek meningkatkan
bisnis kita
Manajemen proyek menambah masalah
kualitas
Manajemen proyek meningkatkan
kualitas
Sumber : Budi Santosa, 2009
58
3.8 Manajemen Risiko
2.8.1 Konsep Risiko
Memahami konsep risiko secara luas, akan merupakan dasar yang esensial
untuk memahami konsep dan teknik manajemen risiko. Oleh karena itu, dengan
mempelajari berbagai definisi risiko, diharapkan pemahaman tentang konsep
risiko menjadi semakin jelas. Definisi yang pertama adalah risk is the chance of
loss yang menyebutkan bahwa risiko adalah kans kerugian, biasanya
dipergunakan untuk menunjukkan suatu keadaan dimana terdapat suatu
keterbukaan (exposure) terhadap kerugian atau suatu kemungkinan kerugian.
Sebaliknya jika disesuaikan dengan istilah yang dipakai dalam statistik, maka
chance sering dipergunakan untuk menunjukkan tingkat probabilitas akan
munculnya situasi tertentu. Definisi berikutnya adalah risk is the possibility of loss
yaitu risiko merupakan kemungkinan kerugian, dimana istilah possibility berarti
bahwa probabilitas suatu peristiwa berada diantara satu dan nol. Selanjutnya risk
is uncertainty yaitu risiko adalah ketidakpastian baik yang bersifat subjektif
maupun objektif. Ketidakpastian subjektif merupakan penilaian individu terhadap
situasi risiko, sedangkan ketidakpastian objektif dimaksudkan sebagai frekuensi
relatif yang didasarkan atas perhitungan ilmiah.
2.8.2 Manajemen Risiko K3
Tujuan upaya K3 adalah untuk mencegah kecelakaan yang ditimbulkan
karena adanya suatu bahaya di lingkungan kerja. Karena itu pengembangan
SMK3 harus berbasis pengendalian risiko sesuai dengan sifat dan kondisi bahaya
yang ada. Bahkan secara ekstrem dapat dikatakan bahwa K3 tidak diperlukan jika
59
tidak sumber bahaya yang harus dikelola. Perhatikan Gambar 2.3 yang
memperlihatkan hubungan bahaya dengan risiko. Keberadaan bahaya dapat
mengakibatkan terjadinya kecelakaan atau insiden yang membawa dampak
terhadap manusia, peralatan, material dan lingkungan (Soehatman Ramli, 2010).
Risiko menggambarkan besarnya potensi bahaya tersebut untuk dapat
menimbulkan insiden atau cedera pada manusia yang ditentukan oleh
kemungkinan dan keparahan yang diakibatkannya. Adanya bahaya dan risiko
tersebut harus dikelola dan dihindarkan melalui manajemen K3 yang baik. Karena
itu, manajemen K3 memiliki kaitan yang sangat erat dengan manajemen risiko.
Gambar 2.3 Hubungan Bahaya dan Risiko
(Sumber : Soehatman Ramli, 2010)
2.8.3 Proses HIRARC dalam Manajemen Risiko
Sesuai persyaratan OHSAS 18001, organisasi harus menetapkan prosedur
mengenai identifikasi bahaya (Hazards Identification), penilaian risiko (Risk
Assessment), dan pengendalian risiko (Risk Control) atau disingkat HIRARC.
Keseluruhan proses ini disebut juga manajemen risiko (Risk Management).
Bahaya
RISIKO
Kecelakaan Manajemen K3
Pihak Terdampak (Manusia Lingkungan Material Peralatan)
60
HIRARC merupakan elemen pokok dalam SMK3 yang berkaitan langsung
dengan upaya pencegahan dan pengendalian bahaya. Disamping itu, HIRARC
juga merupakan bagian dari sistem manajemen risiko. Menurut OHSAS 18001,
HIRARC harus dilakukan di seluruh aktivitas organisasi untuk menentukan
kegiatan organisasi yang mengandung potensi bahaya dan menimbulkan dampak
serius terhadap K3. Selanjutnya hasil HIRARC menjadi masukan untuk
penyusunan objektif dan target K3 yang akan dicapai, yang dituangkan dalam
program kerja. HIRARC merupakan titik pangkal dari pengelolaan K3. Jika
HIRARC tidak dilakukan dengan baik maka penerapan K3 akan salah arah, acak
atau virtual, karena tidak mampu menangani isu pokok yang ada dalam
organisasi. Elemen-elemen lainnya seperti pelatihan, dokumentasi, komunikasi,
pengukuran, pengendalian rekaman dan lainnya adalah untuk menopang atau
mengacu kepada program pengendalian risiko. Jangan terjadi sebaliknya, dimana
organisasi hanya fokus kepada elemen – elemen pendukung, lengkap dengan
prosedur dan dokumentasinya, namun mengabaikan proses HIRARC, sehingga
kecelakaan masih akan dapat terjadi.
3.9 Konsep Perilaku
2.9.1 Definisi Umum Perilaku
Perilaku pada dasarnya berorientasi pada tujuan. Dengan kata lain,
perilaku kita pada umumnya dimotivasi oleh suatu keinginan untuk mencapai
tujuan tertentu. Tujuan spesifik tersebut tidak selalu diketahui secara sadar oleh
individu yang bersangkutan. Adakalanya kita bertanya:”mengapa saya melakukan
61
hal itu?” Sigmund Freud adalah orang pertama yang memahami pentingnya
motivasi di bawah sadar (Subsconcious Motivation), dimana beliau beranggapan
bahwa manusia tidak selalu menyadari tentang segala sesuatu yang diinginkan,
sehingga sebagian besar perilaku mereka dipengaruhi oleh motif-motif atau
kebutuhan-kebutuhan di bawah sadar. Sebagai analogi tentang motivasi
kebanyakan orang, dapat kita menggunakan struktur sebuah gunung es. Segmen
penting motivasi manusia muncul di bawah permukaan (gunung es tersebut) hal
mana tidak selalu terlihat oleh individu yang bersangkutan. Maka oleh karenanya,
seringkali hanya sebagian kecil dari motivasi jelas terlihat atau disadari oleh orang
yang bersangkutan. Kesatuan dasar perilaku adalah sebuah aktivitas. Sebenarnya
semua perilaku merupakan suatu seri aktivitas. Guna dapat meramalkan perilaku,
para manajer mengetahui motif-motif atau kebutuhan-kebutuhan apa pada
manusia yang menyebabkan timbulnya tindakan tertentu pada waktu tertentu.
2.9.2 Motivasi dalam Perilaku
Manusia bukan saja menunjukkan perbedaan dalam kemampuan, tetapi
juga ada perbedaan dalam keinginan untuk melakukan sesuatu atau motivasi.
Motivasi orang – orang bergantung pada kekuatan motif-motif mereka. Kadang-
kadang motif-motif dinyatakan orang sebagai kebutuhan (needs), keinginan
(wants), dorongan (drives), atau impuls – impuls di dalam individu yang
bersangkutan. Motif – motif merupakan “mengapa” dari perilaku. Mereka
menimbulkan dan mempertahankan aktivitas serta menentukan arah umum
perilaku seorang individu. Pada dasarnya motif – motif atau kebutuhan –
kebutuhan merupakan sumber terjadinya aksi.
62
2.9.3 Tujuan dalam Perilaku
Tujuan – tujuan berada di luar seorang individu, yaitu mereka kadang –
kadang dinyatakan sebagai imbalan yang diharapkan ke arah mana motif – motif
diarahkan. Tujuan – tujuan tersebut seringkali dinamakan perangsang –
perangsang (incentives) oleh para ahli ilmu jiwa. Tetapi sebaiknya kita tidak
menggunakan istilah tersebut oleh karena kebanyakan orang mengaitkan imbalan
dengan imbalan finansial konkret, seperti upah/gaji yang meningkat, tetapi kita
pun harus mengakui bahwa terdapat pula cukup banyak imbalan yang tak
berbentuk (intangible rewards) seperti misalnya pujian atau kekuasaan, yang
sama pentingnya dalam hal menimbulkan perilaku. Para manajer yang berhasil
dalam memotivasi pegawai mereka umumnya menyediakan sebuah lingkungan
dimana tersedia tujuan – tujuan (perangsang – perangsang) yang tepat guna
pemuasan kebutuhan.
Sebuah motif cenderung menyusut kekuatannya, apabila ia dipenuhi atau
apabila ia ditahan dari pemuasan. Kebutuhan – kebutuhan berkekuatan tinggi
yang dipenuhi kadang – kadang dinyatakan dengan istilah “satisfied”, artinya
kebutuhan tersebut telah dipenuhi hingga tingkat dimana kebutuhan lain yang
bersangkutan kini lebih kuat. Apabila sebuah kebutuhan berkekuatan tinggi
berupa perasaan haus, maka kalau orang minum, hal tersebut cenderung
mengurangi kekuatan tersebut dan kebutuhan-kebutuhan lain, kini mungkin
menjadi lebih penting.
63
Pemuasan suatu kebutuhan mungkin tertahan. Sekalipun dapat terjadi
gejala menyusutnya kekuatan kebutuhan, hal tersebut tidak selalu terjadi pada
waktu permulaan. Justru mungkin terdapat tendensi bagi orang yang bersangkutan
untuk melakukan perilaku penyesuaian (coping behavior). Hal tersebut berupa
sebuah upaya untuk mengatasi penghalang tersebut dengan jalan pemecahan
masalah secara uji coba. Orang yang bersangkutan dapat mencoba aneka macam
perilaku guna menemukan sebuah perilaku yang akan mencapai tujuan yang
diinginkan atau yang akan mengurangi ketegangan yang timbul karena
pemblokiran (blockage).
Perhatikan Gambar 2.4 . Secara inisial, perilaku menyesuaikan tersebut
mungkin bersifat rasional (J. Winardi, 2004). Mungkin orang tersebut berupaya
melakukan macam-macam percobaan ke arah No.1 sebelum ia beralih ke arah
No.2 dan hal yang sama diulanginya sebelum akhirnya menuju kearah No.3,
dimana akhirnya ia mencapai keberhasilan hingga tingkat tertentu.
64
Gambar 2.4. Perilaku Penyesuaian (Coping Behavior)
(Sumber : J. Winardi, 2004)
Apabila orang-orang berupaya untuk mencapai sesuatu hal tanpa adanya
sesuatu hasil, maka mereka mungkin mensubstitusi tujuan – tujuan yang dapat
memuaskan kebutuhan tersebut. Hubungan antara motif – motif, tujuan, dan
aktivitas ditunjukkan dalam bentuk sederhana pada Gambar 2.5 . Ilustrasi
skematik tersebut menunjukkan sebuah situasi yang memotivasi dimana motif –
motif seorang individu dikerahkan ke arah pencapaian tujuan. Motif yang paling
kuat menimbulkan perilaku yang atau diarahkan ke arah tujuan atau aktivitas
tujuan. Oleh karena tidak semua tujuan dapat dicapai, maka para individu tidak
selalu mencapai aktivitas tujuan, terlepas dari kekuatan motif yang ada. Jadi
aktivitas tujuan ditunjukkan dengan garis putus-putus.
KEBUTUHAN KEKUATAN
TINGGI
PE
MB
LO
KIR
AN
Perilaku yang
Dicoba 1
Perilaku yang Dicoba 2
Perilaku yang Dicoba 3
SUKSES
Dilanjutkan
Perilaku yang
PEMBLOKIRAN
65
Gambar 2.5. Hubungan Perilaku dan Motivasi
(Sumber : J. Winardi, 2004)
2.9.4 Hubungan Perilaku K3 dengan Budaya K3
Untuk mengubah budaya K3 bisa dilakukan dengan mengubah mindset
(cara pandang) para pekerja. Perubahan mindset bisa dilakukan dari mengubah
perilaku. Apa keterkaitan antara mindset dan perilaku. Perilaku adalah tindakan
yang dapat diamati atau dilihat. Segala sesuatu yang dilakukan oleh seseorang
yang dapat dilihat, dirasa, dan didengar. Oleh karena itu, perilaku dapat diukur
sehingga bisa dikelola dan ditingkatkan. System manajemen secara menyeluruh
akan mempengaruhi perilaku para pekerja. Tidak dapat dipungkiri bahwa perilaku
yang member dampak kerugian adalah perilaku yang tidak disadari dan terjadinya
dalam waktu yang sangat cepat.
Mengapa untuk mengubah budaya K3 perlu focus pada perilaku? Dari
hasil analisis terhadap beberapa insiden, disimpulkan bahwa 95% kecelakaan
kerja secara langsung berkaitan dengan perilaku tidak selamat sesaat sebelum
kejadian kecelakaan kerja. Perilaku bisa diobservasi dan diukur. Insiden – insiden
Aktivitas yang ditujukan ke arah
sasaran
Aktivitas Tujuan
PERILAKU
MOTIF
TUJUAN
66
terjadi disebabkan oleh kombinasi beberapa perilaku. Contoh, dari sebuah struktur
perancah, toe board dilepas untuk memindahkan beberapa material. Setelah
pemindahan material selesai, toe board tersebut tidak dikembalikan ke tempat
semula. Sebuah batu bata jatuh dan menimpa seorang pekerja yang sedang bekerja
di bawah perancah dan mati.
Hanya butuh satu dari perilaku – perilaku terlihat dan dapat diukur dilakukan
dengan aman untuk mencegah terjadinya kecelakaan fatal. Adapun hubungan
perilaku dengan mindset :
a. Mindset menggambarkan keseluruhan persepsi yang terbentuk oleh
pengamatan dari satu atau beberapa perilaku
b. Mindset ada dalam kepala manusia, oleh karena itu dapat diukur dan diamati
c. Mindset adalah hal yang dipikirkan, diketahui atau diyakini.
3.10 Kajian Analisis Data
2.10.1 Populasi dan Sampel
1. Populasi
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek/pertanyaan
yang mempunyai kualitas atau karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti
untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Menurut Sugiyono (2008),
populasi bukan hanya orang, tetapi juga objek dan benda-benda alam lain.
Populasi bukan sekadar jumlah yang ada pada objek/pertanyaan yang dipelajari,
tetapi meliputi seluruh karakteristik/sifat yang dimiliki oleh pertanyaan/objek.
67
Tujuan diadakan populasi adalah agar kita dapat menentukan besarnya
anggota sampel yang diambil dari anggota populasi. Populasi dalam setiap
penelitian harus disebutkan secara tersurat yaitu berkenan dengan besarnya
anggota populasi serta wilayah penelitian yang dicakup.
2. Sampel
Sampel adalah jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi
tersebut (Sugiyono,2008). Bila dalam penelitian populasinya besar, dan peneliti
tidak dapat mempelajari semua yang ada pada populasi, misalnya karena
keterbatasan dana, tenaga dan waktu, maka peneliti itu dapat menggunakan
sampel yang diambil dari populasi tersebut. Dalam penelitian ini, sampel yang
digunakan sebagai objek penelitian adalah pekerja konstruksi pada proyek
Pembangunan Jalan Tol Nusa Dua-Ngurah Rai-Benoa Paket 3 sebanyak 137
orang dari populasi pekerja sebanyak 1159 orang
Beberapa criteria yang perlu diperhatikan dalam mengambil sampel
adalah:
a. Menentukan daerah generalisasi terlebih dahulu
b.Member batas-batas yang tegas tentang sifat-sifat populasi
c. Menentukan sumber-sumber informasi tentang populasi
d. Memilih teknik sampling dan menghitung jumlah besar anggota sampel yang
sesuai dengan tujuan penelitiannya
68
2.10.2 Teknik Sampling
Teknik sampling merupakan teknik pengambilan sampel. Menurut
Sugiyono (2008), untuk menentukan sampel yang akan digunakan dalam
penelitian terdapat berbagai macam teknik sampling yang digunakan. Teknik
sampling pada dasarnya dibagi atau dikelompokkan menjadi dua yaitu Probability
Sampling dan Nonprobability Sampling.
Pada penelitian ini digunakan teknik sampling Nonprobability Sampling,
yaitu teknik pengambilan sampel yang tidak member peluang/kesempatan sama
bagi setiap unsur atau anggota populasi untuk dipilh menjadi sampel. Dari teknik
nonprobability sampling ini dipakai Sampling Insidental yang merupakan teknik
penentuan sampel dengan cara menjadikan setiap orang yang dijumpai dan
sebagai pekerja konstruksi pada Proyek Pembangunan Jalan Tol Nusa Dua-
Ngurah Rai-Benoa Paket 3 yang dianggap layak sebagai sumber data.
3.11 Uji Validitas, Reliabilitas dan Interpretasi Hasil Penelitian
Sebagaimana diketahui bahwa data mempunyai kedudukan yang sangat
penting bagi suatu penelitian, karena merupakan penggambaran variable yang
diteliti dan berfungsi sebagai alat untuk membuktikan hipotesis. Oleh karena
itu, data dalam suatu penelitian dapat dikumpulkan dengan suatu instrument
yang dipakai dalam mengumpulkan data haruslah memenuhi persyaratan
penting yaitu Validitas dan Reliabilitas.
69
2.11.1 Validitas
Instrumen dikatakan valid apabila dapat mengungkapkan data dari variable
yang diteliti secara tepat. Uji validitas dilakukan dengan teknik korelasi yaitu
mengkorelasikan skor setiap butir dengan total variable tersebut dengan
menggunakan teknik korelasi PPM (Pearson Product Moment) dengan rumus
sebagai berikut (Arikunto, 2006;168), dalam (Riduwan, 2006;110)
r hitung = �∑ ��� �∑ ��∑ �� �� ∑ ����∑ ���� .� ∑ ����∑ ���� …………………………(1)
Dimana:
r hitung = Koefisien Korelasi
X = Variabel Bebas
Y = Variabel Terikat
n = Jumlah Responden
Korelasi PPM dilambangkan (r) dengan ketentuan nilai r tidak lebih dari
harga (-1 ≤ r ≤ +1). Apabila nilai r = -1 artinya korelasinya negatif
sempurna; r = 0 artinya tidak ada korelasi; dan r = 1 artinya korelasinya
sangat kuat. Sedangkan arti harga r akan dikonsultasikan dengan Tabel 2.2
interpretasi nilai r sebagai berikut:
70
Tabel 2.2
Interpretasi Koefisien Korelasi Nilai r
Interpretasi Koefisien Tingkat Hubungan
0,80 - 1,000
0,60 - 0,799
0,40 - 0,599
0,20 - 0,399
0,00 - 0,199
Sangat Kuat
Kuat
Cukup Kuat
Rendah
Sangat Rendah
Sumber : Riduwan 2006
Selanjutnya untuk mencari makna hubungan variable X terhadap Y maka
hasil korelasi PPM tersebut dihitung dengan Uji-t dengan rumus:
t hitung = �√��√���� ………………………..…………(2)
Dimana:
t hitung = Nilai t
r = Nilai Koefisien Korelasi
n = Jumlah Sampel
Distribusi (Tabel t) untuk α = 0,05 dan derajat kebebasan (dk = n – 2),
Kaidah keputusan: t hitung > t table berarti valid
t hitung < t table berarti tidak valid
71
2.11.2 Reliabilitas
Reliabilitas adalah menunjukkan pada tingkat kehandalan sesuatu yang dapat
dipercaya dan dapat dihandalkan dengan menggunakan metode Alpha
Cronbach’s, rumus reliabilitas dengan metode Alpha adalah (Arikunto,
2002):
��� = � ����� �1 − ∑ "#
�
"$�� …………………………(3)
Dimana:
��� = Reliabilitas Instrumen
k = Banyaknya butir pertanyaan
∑ %&� = Jumlah varian butir
%�� = Varian total
Uji signifikansi dilakukan pada taraf signifikansi 0,05 artinya instrument
dapat dikatakan reliable apabila nilai alpha lebih besar dari r kritis product
moment.
2.11.3 Interpretasi Hasil Penelitian
Penafsiran atas hasil penelitian terhadap hasil analisis data dilakukan untuk
mendapatkan informasi lebih jauh yang berkaitan dengan hasil penelitian.
Selain itu, interpretasi juga dimaksudkan untuk mendapatkan inferensi yang
relevan dengan hasil penelitian. Interpretasi yang dilakukan adalah cara
terbatas berdasarkan data dan hubungannya dengan penelitian serta
dilaksanakan pada saat yang bersamaan. Interpretasi cara ini akan
menghasilkan pengertian yang sempit dan terbatas.
72
3.12 Skala Pengukuran Penelitian
Skala pengukuran merupakan kesepakatan yang digunakan sebagai acuan
untuk menentukan panjang pendeknya interval yang ada pada alat ukur, sehingga
alat ukur tersebut jika digunakan dalam pengukuran akan menghasilkan data
kuantitatif. Dengan skala pengukuran maka variabel yang diukur dengan
instrument tertentu dapat dinyatakan dalam bentuk angka, sehingga akan lebih
akurat, efisien dan komunikatif (Sugiyono,2011).
Berbagai skala sikap yang digunakan antara lain:
1. Skala Likert
Skala Likert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi
seseorang atau sekelompok orang tentang fenomena social. Dalam penelitian,
fenomena social ini telah ditetapkan secara spesifik oleh peneliti, yang
selanjutnya disebut variabel penelitian. Dengan skala Likert, maka variabel
yang akan diukur dijabarkan menjadi indicator variabel. Kemudian indicator
tersebut dijadikan sebagai titik tolak untuk menyusun item-item instrument
yang dapat berupa pernyataan atau pertanyaan. Jawaban setiap item
instrument yang menggunakan skala Likert dapat berupa kata-kata antara lain:
a. Sangat Sering = 5
b. Sering = 4
c. Kadang-kadang = 3
d. Hampir Tidak Pernah = 2
e. Tidak Pernah = 1
73
2. Skala Guttman
Skala pengukuran dengan tipe ini akan didapat jawaban yang tegas, yaitu “ya-
tidak”, “benar-salah”, “pernah-tidak pernah”, dan lain-lain
3. Semantic Differensial
Skala pengukuran yang berbentuk Semantic Differensial dikembangkan oleh
Osgood. Skala ini juga digunakan untuk mengukur sikap, hanya bentuknya
tidak pilihan ganda maupun checklist, tetapi tersusun dalam satu garis
kontinum yang jawaban sangat positifnya terletak di bagian kanan garis dan
jawaban sangat negatifnya terletak di bagian kiri garis.
4. Rating Scale
Dari ketiga skala pengukuran seperti yang telah dikemukakan, data yang
diperoleh semuanya adalah data kualitatif yang kemudian dijadikan data
kuantitatif. Tetapi dengan rating scale data mentah yang diperoleh berupa
angka kemudian ditafsirkan dalam pengertian kualitatif.
3.13 Analisis Regresi
3.13.1 Analisis Regresi Linear Sederhana
Secara umum analisis regresi linear sederhana digunakan untuk
menganalisis satu variabel dependen dengan satu variabel independen. Persamaan
umum analisis regresi linear sederhana adalah:
Y = a + bX …………………………..………(4)
Keterangan:
Y = Subyek dalam variabel dependen yang diprediksikan
74
a = Harga Y prediksi jika X = 0 (harga konstan)
b = Koefisien regresi, menunjukkan angka peningkatan atau penurunan
X = Subyek dalam variabel independen yang mempunyai nilai tertentu
3.13.2 Analisis Regresi Linear Berganda
Analisis regresi linear berganda yaitu didasarkan pada hubungan
fungsionalnya, dimana mempunyai lebih dari satu variabel bebas (X) terhadap
variabel terikat (Y). persamaan umum analisis regresi linear berganda yaitu:
Y = a + b1X1 + b2X2 + b3X3 + b4X4 + ……. + bnXn ……………(5)
Keterangan:
Y = Subyek dalam variabel dependen yang diprediksikan
a = Harga Y prediksi jika X = 0 (harga konstan)
b1, bn = Koefisien regresi, menunjukkan angka peningkatan atau penurunan
X1, Xn = Subyek dalam variabel independen yang mempunyai nilai tertentu
Tahap selanjutnya, hasil perhitungan dengan regresi linear berganda
tersebut dapat dilakukan analisis sebagai berikut:
a. Koefisien Determinan (R2)
Menilai koefisien determinasi yang digunakan untuk mengetahui ketepatan
model yang dipakai, yang dinyatakan dengan beberapa persen variabel
dependent dijelaskan oleh variabel independent di dalam model regresi.
Koefisien ini menunjukkan seberapa besar persentase variasi variabel
independen yang digunakan dalam model mampu menjelaskan variabel
dependen.
75
b. Uji-F
Uji-F digunakan untuk menguji koefisien regresi secara keseluruhan dengan
cara membandingkan F hitung dengan F tabel atau berdasarkan probabilitas
pada tingkat signifikan 5%. Kriteria pengambilan keputusan dalam Uji-F
adalah apabila F hitung lebih besar dari F tabel atau probabilitas/signifikansi
regresi lebih kecil dari α yang digunakan, maka variabel independen secara
bersama-sama berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen. Tetapi jika
F hitung lebih kecil dari F tabel atau probabilitas/signifikansi regresi lebih
besar dari α yang digunakan, maka variabel independen secara bersama-sama
tidak berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen.
c. Uji-t
Uji Parameter Regresi (Uji-t) dilakukan untuk membuktikan dan untuk
mengetahui keberartian koefisien regresi parsial, dengan cara membandingkan
nilai t hitung dengan nilai t tabel pada tingkat signifikansi 5% atau dengan
melihat probabilitas/signifikansi masing-masing regresi. Apabila t hitung lebih
besar dari t tabel atau jika signifikansi lebih kecil dari α yang digunakan
berarti variabel-variabel bebas secara parsial berpengaruh signifikan terhadap
variabel bergantung.
76
BAB III
METODE PENELITIAN
6.1 Pendekatan Penelitian
Pendekatan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah
penelitian kualitatif yaitu suatu metode yang berusaha mengumpulkan data yang
sesuai dengan keadaan yang sebenarnya, menyajikan serta menganalisisnya
sehingga dapat memberikan gambaran yang cukup jelas atas objek yang diteliti.
Metode kualitatif bisa bermakna apabila data yang didapat lebih lengkap, lebih
mendalam, dan kredibel sehingga tujuan penelitian tercapai. Metode ini tepat
digunakan untuk meneliti status sekelompok manusia, perusahaan sebagai objek
penelitian, yang bertujuan membuat deskriptif gambaran secara sistematis, factual
dan akurat mengenai fakta-fakta serta hubungan antar fenomena yang diselidiki
77
6.2 Lokasi Penelitian
Penelitian ini berlokasi di Proyek Pembangunan Jalan Tol Nusa Dua –
Ngurah Rai – Benoa Paket 3 yang terletak di Kabupaten Badung, Provinsi Bali.
a. Denah Lokasi Proyek Jalan Tol
b. Simpang Susun Ngurah Rai
Gambar 3.1 Lokasi Penelitian
78
6.3 Penentuan Sumber Data
Populasi pekerja pada proyek Pembangunan Jalan Tol Nusa Dua – Ngurah
Rai – Benoa, Paket 3 adalah berjumlah 1159 orang. Pada penelitian ini, teknik
pengambilan sampel dilakukan dengan metode Sampling Insidental. Teknik
penyebaran kuisioner dengan cara meminta bantuan staf PT. Hutama Karya yang
terlibat pada proyek Pembangunan Jalan tol Nusa Dua – Ngurah Rai – Benoa
Paket 3 untuk menyebarkan kuisioner, atau membagikan langsung pada pekerja
konstruksi pada proyek tersebut yang siap bekerja sama dan dijadikan sumber
data. Jumlah pekerja yang dijadikan sampel yaitu sebanyak 137 orang.
6.4 Jenis Data
Untuk mendapatkan tujuan akhir dari penelitian, maka data yang
diperlukan adalah data primer dan data sekunder.
1. Data Primer
Yaitu data yang diperoleh dari responden dengan mendistribusikan kuisioner dan
atau wawancara langsung kepada pekerja konstruksi yang bersedia dijadikan
sampel penelitian. Data primer yang digunakan yaitu hasil jawaban kuisioner
yang kemudian dibuatkan tabulasi penilaian jawaban responden (Lampiran 3).
2. Data Sekunder
Data sekunder diperoleh dari Unit SMK3L PT. Hutama Karya seperti data umum
proyek, RK3K Proyek, data jumlah pekerja, serta literatur – literatur dan media
yang berhubungan dengan objek yang diteliti.
79
6.5 Definisi Operasional Variabel
Variabel merupakan gejala yang bervariasi dapat berupa faktor-faktor
yang mempengaruhi variabel lain. Variabel yang diidentifikasi dalam hubungan
pengetahuan K3 dan perilaku pekerja konstruksi antara lain : variabel bebas dan
variabel tergantung.
Variabel bebas yaitu variabel yang mempengaruhi variabel lain atau
variabel yang disebut variabel prediktor. Dalam penelitian ini sebagai variabel
bebas adalah pengetahuan tentang K3 yang terdiri dari: Definisi atau Inisiasi K3
(X1), Sistem Manajemen K3 (X2), Mekanisme Alat Pelindung Diri (X3), Sarana
dan Prasarana K3 (X4), Risiko K3 (X5).
Variabel tergantung yaitu variabel yang dipengaruhi oleh variabel bebas.
Variabel tergantung dalam penelitian ini adalah Perilaku Pekerja Konstruksi (Y).
Sesuai dengan tujuan penulisan, maka variabel-variabel yang akan diuji
diambil dari konsep tentang variabel yang dapat mempengaruhi perilaku pekerja
konstruksi pada Proyek Pembangunan Jalan Tol Nusa Dua – Ngurah Rai – Benoa
Paket 3. Variabel – variabel yang akan dianalisis tersebut dibagi menjadi enam
kelompok yaitu :
1. Variabel Perilaku Pekerja Konstruksi (Y) yang terdiri atas :
a. Y.1 = Mengutamakan Kerja daripada Pekerjaan Berisiko
b. Y.2 = Membiasakan Perilaku Hidup Sehat
c. Y.3 = Ikut Menjaga Kelestarian Lingkungan
d. Y.4 = Menjaga Kebersihan Lingkungan
e. Y.5 = Menggunakan Fasilitas MCK
80
f. Y.6 = Memakai Helm Safety Saat Bekerja
g. Y.7 = Memakai Masker Saat Bekerja
h. Y.8 = Memakai Safety Belt Saat Bekerja
i. Y.9 = Memakai Safety Harness di Ketinggian
j. Y.10 = Memakai Safety Shoes
k. Y.11 = Mentaati Rambu-rambu K3 Proyek
l. Y.12 = Kesigapan Tanggap Darurat dan Kondisi Bencana
m. Y.13 = Mengikuti Safety Talk (Briefing K3)
n. Y.14 = Mengoperasikan APAR
o. Y.15 = Melakukan P3K
2. Variabel Definisi dan Inisiasi K3 (X1)
a. X1.1 = Definisi K3
b. X1.2 = Definisi Sistem Manajemen K3
c. X1.3 = Ahli K3 Konstruksi
d. X1.4 = Petugas K3 Konstruksi
e. X1.5 = Definisi P2K3
f. X1.6 = Rencana K3 Kontrak (RK3K)
g. X1.7 = Audit Internal K3
h. X1.8 = Monitoring dan Evaluasi K3
i. X1.9 = Peraturan Baku terkait K3
j. X1.10 = ISO dan OHSAS
81
3. Variabel Sistem Manajemen K3 (X2)
a. X2.1 = SMK3 Konstruksi Bidang Pekerjaan Umum
b. X2.2 = Adanya Kebijakan K3
c. X2.3 = Prinsip Plan Do Check Action
d. X2.4 = Identifikasi Bahaya, Penilaian dan Pengendalian Risiko
e. X2.5 = Pemenuhan Peraturan Perundang-Undangan
f. X2.6 = Sasaran dan Program
g. X2.7 = Sumber Daya, Struktur Organisasi dan Pertanggungjawaban
h. X2.8 = Kompetensi, Pelatihan dan Kepedulian
i. X2.9 = Komunikasi, Keterlibatan dan Konsultasi
j. X2.10 = Dokumentasi
k. X2.11 = Pengendalian Dokumen
l. X2.12 = Pengendalian Operasional
m. X2.13 = Kesiagaan dan Tanggap Darurat
n. X2.14 = Pengukuran dan Pemantauan
o. X2.15 = Evaluasi Kepatuhan
p. X2.16 = Penyelesaian Insiden dan Ketidaksesuaian
q. X2.17 = Tindakan Perbaikan dan Pencegahan
r. X2.18 = Pengendalian Rekaman
s. X2.19 = Audit Internal
t. X2.20 = Tinjauan Manajemen
u. X2.21 = Perbaikan Berkelanjutan
82
4. Variabel Mekanisme Alat Pelindung Diri (X3)
a. X3.1 = Penggunaan APD
b. X3.2 = Pentingnya APD
c. X3.3 = Pengaruh Pemakaian APD terhadap Kenyamanan Kerja
d. X3.4 = Pengaruh Pengadaan APD terhadap Biaya Konstruksi
e. X3.5 = Briefing Penggunaan APD
f. X3.6 = Penggunaan Safety Helmet
g. X3.7 = Penggunaan Safety Masker
h. X3.8 = Penggunaan Safety Belt
i. X3.9 = Penggunaan Safety Harness
j. X3.10 = Penggunaan Safety Boat
k. X3.11 = Penindakan terhadap Pelanggaran Penggunaan APD
5. Variabel Sarana dan Prasarana K3 (X4)
a. X4.1 = Tersedianya Sarana K3 yang Memadai
b. X4.2 = Fasilitas MCK yang Layak
c. X4.3 = Tersedianya Alat Pemadam Api Ringan (APAR)
d. X4.4 = Adanya Tangga Darurat
e. X4.5 = Adanya Tempat Berkumpul (Center Point)
f. X4.6 = Tersedianya Alat-alat Kebersihan Proyek
g. X4.7 = Tersedianya TPS Sampah Proyek
h. X4.8 = Adanya Fire Alarm
i. X4.9 = Adanya First Aid Kit (P3K)
83
j. X4.10 = Adanya Asuransi Tenaga Kerja
k. X4.11 = Adanya Signage K3
l. X4.12 = Pentingnya Signage K3
m. X4.13 = Pengaruh Signage K3 terhadap Kelancaran Konstruksi
6. Variabel Risiko K3 (X5)
a. X5.1 = Identifikasi Bahaya
b. X5.2 = Manajemen Risiko
c. X5.3 = Risiko K3
d. X5.4 = Risiko Tinggi
e. X5.5 = Risiko Sedang
f. X5.6 = Risiko Kecil
g. X5.7 = Adanya Unsafe Action
h. X5.8 = Adanya Unsafe Condition
i. X5.9 = Penilaian Risiko
j. X5.10 = Pengendalian Bahaya
k. X5.11 = Dampak Lingkungan
l. X5.12 = Pengaruh Kebersihan terhadap Kesehatan Kerja
m. X5.13 = Pengelolaan Limbah Cair
n. X5.14 = Pengelolaan Limbah Padat
o. X5.15 = Aplikasi Green Building
84
6.6 Teknik Pengumpulan Data
Pada penelitian ini, metode yang digunakan untuk mengumpulkan data
adalah dengan cara sebagai berikut:
1. Pengumpulan Data Sekunder
Pengumpulan data jumlah pekerja yang terlibat, Rencana K3 Kontrak, tool
box meeting pada proyek jalan tol, media cetak yang berkaitan dengan proyek
jalan tol, beberapa referensi hasil penelitian dan beberapa data lain yang
terkait Pengendalian Sistem Mutu dan K3 Lingkungan (PSMK3L).
2. Pengumpulan Data Primer
Data primer dikumpulkan dengan metode penyebaran kuisioner dimana
responden akan diminta untuk menjawab pertanyaan, yang selanjutnya akan
di buatkan tabulasi penilaian responden.
6.7 Skala Pengukuran
Semua variabel yang digunakan pada penelitian ini diukur dengan
menggunakan Skala Likert. Dalam hal ini penulis berasumsi bahwa skala likert
menghasilkan pengukuran variabel dalam Skala Interval (Sakaran: 1992). Ada
lima alternatif pengukuran yang digunakan yaitu tipe Skala Likert dengan skor :
5 = Sangat Tahu/Sangat Penting/Sangat Sering/Sangat Besar
4 = Tahu/Penting/Sering/Besar
3 = Kurang Tahu/Kurang Penting/Kadang-kadang/Sedang
2 = Tidak Tahu/Tidak Penting/Jarang/Kecil
1 = Sangat Tidak Tahu/Sangat Tidak Penting /Tidak Pernah/ Sangat Kecil
85
6.8 Uji Validitas dan Reliabilitas
Validitas sebuah alat ukur didasarkan pada kriteria instrumen terhadap
fakta-fakta yang terjadi di lapangan, dimana validitas instrumen tersebut harus
memiliki ketepatan dan kecermatan untuk mendapatkan data yang valid. Cara
yang digunakan untuk menguji validitas adalah dengan menggunakan program
SPSS (Statistical Product and Service Solution). Untuk mengetahui korelasi item
pertanyaan satu dengan yang lain digunakan Corrected Item-Total Correlation Uji
validitas dilakukan setiap butir soal. Item instrument dianggap valid jika r hitung
> 0,3. Hasil perhitungan untuk uji validitas instrumen pada Lampiran 6.
Item pertanyaan dengan nilai korelasi negatif berarti item yang merusak
fungsi skala, sehingga item tersebut perlu diperbaiki. Item yang mendekati nol
berarti tidak mampu memberikan informasi apapun tentang subyek. Item yang
positif berarti mampu memberikan keterangan yang akurat tentang subyek dan
mampu membedakan subyek yang mempunyai sikap tertentu.
Melakukan uji reliabilitas merujuk kepada konsistensi hasil pengukuran.
Kalau hasilnya konsisten, maka instrumen tersebut dapat dipercaya (reliable) atau
dapat dihandalkan (dependable). Pada penelitian ini pengujian reliabilitas yang
digunakan dengan metode Alpha Cronbach. Koefisien dari Alpha Cronbach
berkisar antara 0 sampai 1, untuk nilai kurang dari 0,6 secara umum instrumen
dianggap tidak reliabel. Hasil perhitungan untuk uji validitas instrumen pada
Lampiran 6.
86
6.9 Analisis Data
Analisis data merupakan suatu proses pengolahan data yang diperoleh
melalui survey. Analisis data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah ;
1) Statistik Deskriptif
Statistik yang berfungsi untuk mendiskripsikan atau member gambaran
terhadap objek yang diteliti melalui data sampel atau populasi sebagaimana
adanya, tanpa membuat analisis atau kesimpulan yang berlaku untuk umum.
Proses transformasi data penelitian dalam bentuk penyajian data, dengan tabel
distribusi frekuensi dan penjelasan melalui mean jawaban.
2) Analisis Regresi dan Korelasi
Analisis regresi dan korelasi menggunakan program SPSS dan Microsoft
Excel. Analisis regresi yang digunakan adalah Analisis Regresi Linear
Berganda untuk mengetahui pengaruh aspek-aspek pengetahuan K3 secara
bersama-sama terhadap perilaku pekerja konstruksi, kemudian Analisis
Regresi Linear Sederhana untuk mengetahui pengaruh masing-masing aspek
pengetahuan K3 secara parsial terhadap perilaku pekerja konstruksi
Analisis korelasi, untuk mengetahui korelasi pengetahuan K3 dengan perilaku
pekerja konstruksi di tempat kerja dengan menggunakan analisis korelasi
Pearson Product Moment (PPM).
6.10 Cara Penyajian Data
Untuk lebih memudahkan dan memahami isi data dan lebih komunikatif,
maka penyajian hasil pengumpulan data dapat dibuat berupa tabel.
87
6.11 Diagram Kerangka Penelitian
Gambar 3.2 Diagram Kerangka Penelitian
MULAI
Perumusan Masalah dan Tujuan Penelitian
Kajian Pustaka
Menentukan Sampel dan Variabel Penelitian
Membuat Format Kuisioner
Percobaan Penilaian dan Kuisioner
Penyebaran Kuisioner
Analisis Data / Tabulasi Data
Pembahasan Hasil Analisis Data
Simpulan dan Saran
SELESAI
Data Primer : • Kuisioner
Data Sekunder : • Data Proyek
Uji Validitas dan Reliabilitas
Tidak
Ya
88
BAB IV
HASIL PENELITIAN
4.1 Gambaran Umum Objek Penelitian
Pembangunan jalan tol ini dilaksanakan dengan konsep Design and Built,
yaitu pengguna jasa menyediakan basic design, kriteria desain dan penyedia jasa
yang merencanakan simultan dengan pelaksanaan konstruksi. Adapun Data
Umum Proyek Pembangunan Jalan Tol Nusa Dua – Ngurah rai – Benoa adalah
sebagai berikut:
a. Nama Paket :
Pembangunan Jalan Tol Nusa Dua – Ngurah Rai – Benoa Paket 3, STA 5+308
sd STA 6+092 (Main Road), Simpang Susun Ngurah Rai, STA 0+000 sd STA
1+597 (Jalan Akses Ngurah Rai), Persimpangan Sebidang Jalan Ngurah Rai
b. Pemilik Proyek : PT. Jasa Marga Bali TOL
c. Sumber Dana : PT. Jasa Marga Bali TOL
d. Lokasi : Kota Denpasar dan Kabupaten Badung, Prov. BALI,
e. Kontraktor : WIKA – ADHI – HUTAMA (KSO)
f. Pelaksanaan : 420 Hari Kalender (Tahun Jamak)
g. Tanggal PHO : 19 Juni 2013
h. Tanggal FHO : 18 April 2016
Pada tahap pelaksanaan proyek jalan tol ini, proses pembangunannya
dibagi menjadi 4 paket yang secara keseluruhan ditargetkan selesai bersamaan dan
direncanakan sudah dioperasikan sebelum pelaksanaan APEC, karena nantinya
89
jalan tol akan menunjang pelaksanaan perhelatan akbar kegiatan tersebut pada
Tanggal 7 – 8 Oktober 2013 di Bali. Pada minggu kedua Januari 2012 panitia
pengadaan penyedia jasa pemborongan pembangunan jalan tol ini, telah berhasil
melaksanakan tugasnya dan konsorsium telah menunjuk pemenang penyedia jasa
sebagai berikut :
1. Paket I (Main Road) dari Sta 0+000 – Sta 2+970 dan persimpangan sebidang
dengan Bypass Ngurah Rai yang dimenangkan oleh Wika-Adhi-Hutama JO
(Joint Operation) dan sebagai lead contractor PT. Adhi Karya (Persero) Tbk.
2. Paket II (Main Road) dari Sta 2+970 – Sta 5+308 yang dimenangkan oleh PT.
Waskita Karya (Persero).
3. Paket III (Main Road) dari Sta 5+308 – Sta 6+090, di simpang susun Ngurah
Rai, jalan akses Ngurah Rai dari Sta 0+000 – Sta 1+593, dan persimpangan
sebidang dengan Bypass Ngurah Rai dimenangkan oleh Wika-Adhi-Hutama
JO dan sebagai lead contractor PT. Hutama Karya (Persero).
4. Paket IV (Main Road) dari Sta 6+090 – Sta 8+122, dan simpang susun Benoa,
pelebaran akses Pelabuhan Benoa dari Sta 0+000 – Sta 2+200 dan
persimpangan pesanggaran Bypass Ngurah Rai yang dimenangkan oleh PT.
Waskita Karya (Persero).
Mengingat proyek tol ini melintas di wilayah perairan dan disekitarnya ada
hutan bakau, maka pemantauan lingkungan menjadi tugas yang tidak boleh
ditinggalkan. Sebelum melaksanakan pekerjaan fisik di lapangan, sudah dilakukan
Studi AMDAL dan setiap 6 bulan sekali dilakukan pemantauan lingkungan secara
intensif. Karena lokasi pekerjaan sebagian besar ada di tengah laut, maka
90
diupayakan sesedikit mungkin membuat beton di laut dan untuk itu ditetapkan
dengan metode precast. Hampir semua girder dan slab memakai precast yang
memang ramah lingkungan. Terutama pada bentuk-bentuk penampang badan
jalan yang tidak tipikal. Konstruksi jalan tol ini sebagian besar dibuat precast yang
ramah lingkungan, sehingga dari sisi gangguan eksistem lingkungan hampir
dikatakan tidak muncul. Pekerjaan yang dilakukan secara pracetak bisa mencapai
lebih dari 75%.
4.2 Deskripsi Data
4.2.1 Deskripsi Karakteristik Pekerja
a. Berdasarkan Umur Tabel 4.1
Karakteristik Pekerja Berdasarkan Umur
No Umur Pekerja
(Tahun) Jumlah (Orang)
Persentase (%)
1. 17 – 25 18 13.139 2. 25 – 40 61 44.526 3. > 40 58 42.336 Jumlah 137 100
Sumber: Tabulasi hasil survei
b. Berdasarkan Kontrak Kerja Tabel 4.2
Karakteristik Pekerja Berdasarkan Kontrak Kerja
No Sifat Kontrak Kerja Jumlah (Orang)
Persentase (%)
1. Karyawan Tetap 20 14.599 2. Karyawan Lepas 67 48.905 3. Karyawan Kontrak Proyek 50 36.496 Jumlah 137 100
Sumber: Tabulasi hasil survei
91
c. Berdasarkan Pendidikan
Tabel 4.3
Karakteristik Pekerja Berdasarkan Pendidikan
No Tingkat
Pendidikan Jumlah (Orang)
Persentase (%)
1. SMP 41 29.927 2. SMA 44 32.117 3. Sarjana 52 37.956 Jumlah 137 100
Sumber: Tabulasi hasil survei
4.2.2 Deskripsi Penilaian Pekerja Berdasarkan Hasil Survei
Berdasarkan hasil survei dari pekerja/responden pada Proyek Pembangunan Jalan
Tol Nusa Dua – Ngurah Rai – Benoa Paket 3 yang dilakukan dengan
menyebarkan kuisioner dan informed consent selama satu bulan. Dengan
beberapa pertanyaan pada masing – masing variabel, yaitu Definisi dan Inisiasi
K3 (Variabel X1), Sistem Manajemen K3 (Variabel X2), Alat Pelindung Diri
(Variabel X3), Sarana dan Prasarana K3 (Variabel X4), Risiko K3 (Variabel X5),
maka diperoleh tabulasi hasil jawaban responden seperti terlihat pada Lampiran 3
(Tabulasi Penilaian Responden). Dari data tersebut terdapat nilai mean dari
masing-masing responden, sebagai nilai representatif dari beberapa pertanyaan
sebagai indikator masing-masing variabel. Kemudian nilai tersebut akan
digunakan dalam perhitungan regresi yang hasilnya dapat digunakan untuk
mengetahui pengaruh variabel-variabel independen terhadap variabel dependen
baik secara bersama-sama maupun secara parsial.
92
4.3 Pengaruh Variabel Pengetahuan K3 terhadap Perilaku Pekerja
Konstruksi Secara Bersama - sama
Metode perhitungan yang digunakan untuk mengetahui hasil perhitungan
Pengaruh Pengetahuan K3 terhadap Perilaku Pekerja Konstruksi secara bersama –
sama adalah metode Analisis Regresi Linier Berganda dengan bantuan program
software Microsoft Excel . Adapun langkah – langkah dalam metode ini yaitu
dengan menghitung nilai konstanta dan koefisien regresi, Uji-F, Uji–t,
menentukan koefisien korelasi dan determinasi.
Dari hasil perhitungan dengan program software Microsoft Excel (Data Analyze
Regresion), dengan plot data hasil survei (Lampiran 3) didapatkan hasil
perhitungan:
a. Uji-F
Tabel 4.4
Signifikansi Pengaruh Variabel Bersama-sama
Df SS MS F Significance F
Regression 5 5.229 1.046 1.929 0.094
Residual 131 71.017 0.542
Total 136 76.246 Sumber : Data Analisis Regresi Excel
Keterangan:
Df = Degree of freedom (derajat kebebasan)
SS = Sum Square (jumlah kuadrat)
MS = Mean Square (kuadrat tengah)
F = Significance (Signifikansi)
93
b. Uji - t
Tabel 4.5
Uji Parameter Variabel Bersama-sama
Variabel Koef. (B)
SE t t - tabel p(t) CI 95% Lower Upper
Konstanta 3.9717 0.4647 8.5475 1.9782 0.0000 3.0525 4.8909 X1 -1.3711 1.0284 1.3331 1.9782 0.0924 -3.4055 0.6634 X2 -0.8311 0.4824 1.7229 1.9782 0.0436 -1.7853 0.1232 X3 1.9594 0.9418 2.0803 1.9782 0.0197 0.0962 3.8225 X4 0.3572 0.5664 0.6307 1.9782 0.2647 -0.7632 1.4777 X5 -0.1049 0.0872 1.2022 1.9782 0.1157 -0.2774 0.0677
Sumber : Data Analisis Regresi Excel
Dari Tabel 4.5 di atas didapatkan Nilai Konstanta=3.9717, Nilai Koefisien X1=-
1.3711, Nilai Koefisien X2=-0.8311, Nilai Koefisien X3=1.9594, Nilai Koefisien
X4=0.3572, Nilai Koefisien X5=-0.1049. Sedangkan model persamaan regresi
yang didapat adalah sebagai berikut :
Y = 3.9717 – 1.3711X1 – 0.8311X2 + 1.9594X3 + 0.3572X4 – 0.1049X5
c. Menghitung Nilai Korelasi dan Determinasi
Tabel 4.6
Nilai Korelasi dan Determinasi
Regression Statistics
Multiple R 0.262
R Square 0.068
Adjusted R Square 0.033
Standard Error 0.736
Observations 137 Sumber : Data Analisis Regresi Excel
94
Berdasarkan Tabel 4.6, maka didapatkan nilai : Koefisien Korelasi (r) =
0.262, Koefisien Determinasi (r square) = 0.068, Penyesuaian Koefisien
Determinasi (adjusted r square) = 0.033
4.4 Pengaruh Masing – masing Variabel Pengetahuan K3 terhadap Perilaku
Pekerja Konstruksi Secara Parsial
Metode perhitungan yang digunakan untuk mengetahui hasil perhitungan
pengaruh masing – masing variabel Pengetahuan K3 terhadap Perilaku Pekerja
Konstruksi secara parsial adalah metode Analisis Regresi Linier Sederhana
dengan bantuan program software Microsoft Excel . Adapun langkah – langkah
dalam metode ini yaitu dengan menghitung nilai konstanta dan koefisien regresi,
Uji-F, Uji–t, menentukan koefisien korelasi dan determinasi.
1. Pengaruh Variabel Definisi dan Inisiasi K3 (X1) terhadap Perilaku Pekerja
Konstruksi (Y)
a. Uji-F
Tabel 4.7
Signifikansi Variabel Definisi dan Inisiasi
Df SS MS F Significance F
Regression 1 0.240 0.240 0.426 0.515 Residual 135 76.006 0.563
Total 136 76.246
Sumber : Data Analisis Regresi Excel
95
b. Uji – t
Tabel 4.8
Uji – t Variabel Definisi dan Inisiasi
Coefficients Standard Error t Stat P-value Lower 95%
Upper 95%
Intercept 3.723 0.306 12.168 0.000 3.118 4.329 X1 0.072 0.110 0.653 0.515 -0.145 0.288
Sumber : Data Analisis Regresi Excel
Dari Tabel 4.8 di atas, didapatkan model persamaan regresinya yaitu:
Y = 3,723 + 0,072X
c. Menghitung Nilai Korelasi dan Determinasi
Tabel 4.9
Nilai Korelasi dan Determinasi Variabel X1
Regression Statistics
Multiple R 0.056
R Square 0.003
Adjusted R Square -0.004
Standard Error 0.750
Observations 137 Sumber : Data Analisis Regresi Excel
Berdasarkan Tabel 4.9, maka didapatkan nilai : Koefisien Korelasi (r) =
0.056, Koefisien Determinasi (r square) = 0.003, Penyesuaian Koefisien
Determinasi (adjusted r square) = -0.004
2. Pengaruh Variabel Sistem Manajemen K3 (X2) terhadap Perilaku Pekerja
Konstruksi (Y)
a. Uji-F
96
Tabel 4.10
Signifikansi Variabel Sistem Manajemen
df SS MS F Significance F
Regression 1 0.059 0.059 0.105 0.746 Residual 135 76.187 0.564
Total 136 76.246
Sumber : Data Analisis Regresi Excel
b. Uji – t
Tabel 4.11
Uji – t Variabel Sistem Manajemen
Coefficients Standard Error t Stat P-value Lower 95%
Upper 95%
Intercept 3.829 0.285 13.426 0.000 3.265 4.393 X2 0.033 0.103 0.324 0.746 -0.170 0.237
Sumber : Data Analisis Regresi Excel
Dari tabel Uji – t di atas maka didapatkan model persamaan regresinya yaitu:
Y = 3,829 + 0,033X
c. Menghitung Nilai Korelasi dan Determinasi
Tabel 4.12
Nilai Korelasi dan Determinasi Variabel X2
Regression Statistics
Multiple R 0.028
R Square 0.001
Adjusted R Square -0.007
Standard Error 0.751
Observations 137 Sumber : Data Analisis Regresi Excel
Berdasarkan Tabel 4.12, maka didapatkan nilai : Koefisien Korelasi (r) =
0.028, Koefisien Determinasi (r square) = 0.001, Penyesuaian Koefisien
Determinasi (adjusted r square) = -0.007
97
3. Pengaruh Variabel Alat Pelindung Diri (X3) terhadap Perilaku Pekerja
Konstruksi (Y)
a. Uji-F
Tabel 4.13
Signifikansi Variabel Alat Pelindung Diri
Df SS MS F Significance F
Regression 1 0.454 0.454 0.808 0.370 Residual 135 75.793 0.561
Total 136 76.246
Sumber : Data Analisis Regresi Excel
b. Uji – t
Tabel 4.14
Uji – t Variabel Alat Pelindung Diri
Coefficients Standard Error t Stat P-value Lower 95%
Upper 95%
Intercept 3.653 0.302 12.083 0.000 3.055 4.251 X3 0.097 0.108 0.899 0.370 -0.116 0.310
Sumber : Data Analisis Regresi Excel
Dari tabel Uji – t di atas maka didapatkan model persamaan regresinya yaitu:
Y = 3,653 + 0,097X
c. Menghitung Nilai Korelasi dan Determinasi
Tabel 4.15
Nilai Korelasi dan Determinasi Variabel X3
Regression Statistics
Multiple R 0.077
R Square 0.006
Adjusted R Square -0.001
Standard Error 0.749
Observations 137 Sumber : Data Analisis Regresi Excel
98
Berdasarkan Tabel 4.15, maka didapatkan nilai : Koefisien Korelasi (r) = 0.077,
Koefisien Determinasi (r square) = 0.006, Penyesuaian Koefisien Determinasi
(adjusted r square) = -0.001
4. Pengaruh Variabel Sarana dan Prasarana K3 (X4) terhadap Perilaku Pekerja
Konstruksi (Y)
a. Uji-F
Tabel 4.16
Signifikansi Variabel Sarana dan Prasarana
Df SS MS F Significance F
Regression 1 0.343 0.343 0.610 0.436 Residual 135 75.903 0.562
Total 136 76.246
Sumber : Data Analisis Regresi Excel
b. Uji – t
Tabel 4.17
Uji – t Variabel Sarana dan Prasarana
Coefficients Standard Error t Stat P-value Lower 95%
Upper 95%
Intercept 3.678 0.315 11.664 0.000 3.054 4.301 X4 0.087 0.111 0.781 0.436 -0.133 0.307
Sumber : Data Analisis Regresi Excel
Dari tabel Uji – t di atas maka didapatkan model persamaan regresinya yaitu:
Y = 3,678 + 0,087X
c. Menghitung Nilai Korelasi dan Determinasi
99
Tabel 4.18
Nilai Korelasi dan Determinasi Variabel X4
Regression Statistics
Multiple R 0.067
R Square 0.004
Adjusted R Square -0.003
Standard Error 0.750
Observations 137 Sumber : Data Analisis Regresi Excel
Berdasarkan Tabel 4.18, maka didapatkan nilai : Koefisien Korelasi (r) = 0.067,
Koefisien Determinasi (r square) = 0.004, Penyesuaian Koefisien Determinasi
(adjusted r square) = -0.003
5. Pengaruh Variabel Risiko K3 (X5) terhadap Perilaku Pekerja Konstruksi (Y)
a. Uji-F
Tabel 4.19
Signifikansi Variabel Risiko
df SS MS F Significance F
Regression 1 0.684 0.684 1.223 0.271 Residual 135 75.562 0.560
Total 136 76.246
Sumber : Data Analisis Regresi Excel
b. Uji – t
Tabel 4.20
Uji – t Variabel Risiko
Coefficients Standard Error t Stat P-value Lower 95%
Upper 95%
Intercept 4.309 0.359 12.005 0.000 3.599 5.019 X5 -0.098 0.088 -1.106 0.271 -0.272 0.077
Sumber : Data Analisis Regresi Excel
100
Dari tabel Uji – t di atas maka didapatkan model persamaan regresinya yaitu:
Y = 4,309 - 0,098X
c. Menghitung Nilai Korelasi dan Determinasi
Tabel 4.21
Nilai Korelasi dan Determinasi Variabel X5
Regression Statistics
Multiple R 0.095
R Square 0.009
Adjusted R Square 0.002
Standard Error 0.748
Observations 137 Sumber : Data Analisis Regresi Excel
Berdasarkan Tabel 4.21, maka didapatkan nilai : Koefisien Korelasi (r) = 0.095,
Koefisien Determinasi (r square) = 0.009, Penyesuaian Koefisien Determinasi
(adjusted r square) = 0.002
101
BAB V
PEMBAHASAN
5.1 Uji Faktor – faktor yang Mempengaruhi Perilaku Pekerja
5.1.1 Uji Autokorelasi
Tabel 5.1
Nilai Korelasi dan Determinasi
Regression Statistics
Multiple R 0.262 R Square 0.068 Adjusted R Square 0.033 Standard Error 0.736 Observations 137
Sumber : Data Analisis Regresi Excel
Berdasarkan Tabel 5.1 bahwa terdapat korelasi atau hubungan antara
Pengetahuan K3 dengan Perilaku Pekerja yaitu sebesar 0,262 ( > 0). Sedangkan
pengaruh variabel dependen terhadap variabel independen, ditunjukkan dengan
nilai koefisien determinasi yang sudah disesuaikan yaitu sebesar 0,033 (3,3%).
Hal ini menunjukkan bahwa hanya 3,3% sumbangan pengaruh yang diberikan
faktor – faktor pengetahuan K3 terhadap perilaku pekerja.
5.1.2 Pengaruh Variabel Pengetahuan K3 secara bersama – sama terhadap
Variabel Perilaku Pekerja
Dari Tabel 5.1 dapat diketahui bahwa 3,30% keragaman yang terjadi pada
variabel Perilaku Pekerja dapat diduga dari kombinasi variabel Definisi dan
Inisiasi, Sistem Manajemen, Alat Pelindung Diri, Sarana Prasarana, dan Risiko.
102
Sedangkan sisanya dijelaskan atau dipengaruhi variabel lainnya. Metode
perhitungan yang digunakan untuk mengetahui hasil perhitungan Pengaruh
Pengetahuan K3 terhadap Perilaku Pekerja Konstruksi secara bersama – sama
adalah metode Analisis Regresi Linier Berganda dengan bantuan program
software Microsoft Excel dan program SPSS . Adapun langkah – langkah dalam
metode ini yaitu dengan menghitung nilai konstanta dan koefisien regresi, Uji-F,
Uji–t, menentukan koefisien korelasi dan determinasi.
Berdasarkan Tabel 4.4 dapat diketahui bahwa kombinasi variabel Definisi
dan Inisiasi, Sistem Manajemen, Alat Pelindung Diri, Sarana Prasarana, dan
Risiko tidak signifikan untuk menduga variabel Perilaku Pekerja, hal ini
ditunjukkan dengan nilai F hitung (1,929) lebih kecil dari F tabel sebesar 2,283
(Lihat Lampiran 7, Nilai Distribusi F) dan nilai significance F sebesar 0,094 > α
yang digunakan sebesar 0,05.
Dari Tabel 4.5 dapat diketahui bahwa:
a. Variabel X1 (Definisi dan Inisiasi), variabel X2 (Sistem Manajemen), variabel
X4 (Sarana Prasarana), dan variabel X5 (Risiko) adalah variabel – variabel
yang tidak signifikan memberikan kontribusi dalam persamaan regresi
ditunjukkan oleh nilai t variabel X1 sebesar 1,3331 < t tabel (1,9782), nilai t
variabel X2 sebesar 1,7229 < t tabel (1,9782), nilai t variabel X4 sebesar
0,6307 < t tabel (1,9782), dan nilai t variabel X5 sebesar 1,2022 < t tabel
(1,9782).
103
b. Variabel X3 (Alat Pelindung Diri) adalah variabel yang signifikan
memberikan kontribusi dalam persamaan regresi yang ditunjukkan dengan
nilai t variabel X3 sebesar 2,0803 > t tabel (1,9782).
Sehingga model persamaan regresi yang didapat adalah sebagai berikut :
Y = 3.9717 – 1.3711X1 – 0.8311X2 + 1.9594X3 + 0.3572X4 – 0.1049X5
Persamaan tersebut di atas dapat diartikan sebagai berikut:
a. Perilaku Pekerja = 3,9717 Konstanta – 1,3711 koefisien regresi Definisi dan
Inisiasi – 0,8311 koefisien regresi Sistem Manajemen + 1,9594 koefisien
regresi Alat Pelindung Diri + 0,3572 koefisien regresi Sarana dan Prasarana –
0,1049 koefisien regresi Risiko.
b. Konstanta sebesar 3,9717 artinya jika variabel Definisi dan Inisiasi, variabel
Sistem Manajemen, variabel Alat Pelindung Diri, variabel Sarana dan
Prasarana, dan variabel Risiko nilainya 0, maka variabel Perilaku Pekerja
nilainya adalah 3,9717.
c. Nilai koefisien regresi variabel Definisi dan Inisiasi sebesar – 1.3711 artinya
jika variabel independen lainnya yaitu Sistem Manajemen, Alat Pelindung
Diri, Sarana Prasarana, Risiko tetap serta Definisi dan Inisiasi mengalami
kenaikan 1 satuan, maka nilai Perilaku Pekerja akan mengalami penurunan
sebesar 1.3711.
d. Nilai koefisien regresi variabel Sistem Manajemen sebesar - 0.8311 artinya
jika variabel independen lainnya yaitu Definisi dan Inisiasi, Alat Pelindung
Diri, Sarana Prasarana, Risiko tetap serta Sistem Manajemen mengalami
104
kenaikan 1 satuan, maka nilai Perilaku Pekerja akan mengalami penurunan
sebesar 0.8311.
e. Nilai koefisien regresi variabel Alat Pelindung Diri sebesar 1.9594 artinya jika
variabel independen lainnya yaitu Definisi dan Inisiasi, Sistem Manajemen,
Sarana Prasarana, Risiko tetap serta Alat Pelindung Diri mengalami kenaikan
1 satuan, maka nilai Perilaku Pekerja akan mengalami kenaikan sebesar
1.9594.
f. Nilai koefisien regresi variabel Sarana Prasarana sebesar 0.3572 artinya jika
variabel independen lainnya yaitu Definisi dan Inisiasi, Sistem Manajemen,
Alat Pelindung Diri, Risiko tetap serta Sarana Prasarana mengalami kenaikan
1 satuan, maka nilai Perilaku Pekerja akan mengalami kenaikan sebesar
0.3572.
g. Nilai koefisien regresi variabel Risiko sebesar – 0,1049 artinya jika variabel
independen lainnya yaitu Definisi dan Inisiasi, Sistem Manajemen, Alat
Pelindung Diri, Sarana Prasarana tetap serta Risiko mengalami kenaikan 1
satuan, maka nilai Perilaku Pekerja akan mengalami penurunan sebesar
0,1049.
5.1.3 Pengaruh masing – masing Variabel Pengetahuan K3 secara parsial terhadap
Variabel Perilaku Pekerja
Metode perhitungan yang digunakan untuk mengetahui hasil perhitungan
pengaruh masing – masing variabel Pengetahuan K3 terhadap Perilaku Pekerja
Konstruksi secara parsial adalah metode Analisis Regresi Linier Sederhana
105
dengan bantuan program software Microsoft Excel dan program SPSS. Adapun
langkah – langkah dalam metode ini yaitu dengan menghitung nilai konstanta dan
koefisien regresi, Uji-F, Uji–t, menentukan koefisien korelasi dan determinasi.
1. Regresi Linear Sederhana pada Variabel Definisi dan Inisiasi K3
Dari Tabel 4.7 diketahui bahwa nilai F hitung (0,426) < F tabel (3,911)
dan signifikasi p(f) 0,515 > α (0,05). Hal ini berarti pengaruh variabel Definisi
dan Inisiasi tidak signifikan terhadap variabel Perilaku Pekerja. Nilai koefisien
determinasi yaitu perbandingan jumlah kuadrat regresi sebesar 0,240 dengan
jumlah kuadrat total sebesar 76,246, maka didapatkan nilai determinasi (r square)
sebesar 0,003 dan nilai korelasi (r) sebesar 0,056.
Dari tabel Tabel 4.8 di atas maka didapatkan model persamaan regresinya yaitu:
Y = 3,723 + 0,072X
Artinya: jika pemahaman pengetahuan K3 dilihat dari pemahaman aspek definisi
dan inisiasi mengalami peningkatan, maka implementasi pekerja konstruksi dalam
berperilaku juga mengalami peningkatan.
2. Regresi Linear Sederhana pada Variabel Sistem Manajemen K3
Dari Tabel 4.10 diketahui bahwa nilai f hitung (0,105) < f tabel (3,911)
dan signifikasi p(f) 0,746 > α (0,05). Hal ini berarti pengaruh variabel Sistem
Manajemen tidak signifikan terhadap variabel Perilaku Pekerja. Nilai koefisien
determinasi yaitu perbandingan jumlah kuadrat regresi sebesar 0,059 dengan
106
jumlah kuadrat total sebesar 76,246, maka didapatkan nilai determinasi (r square)
sebesar 0,001 dan nilai korelasi (r) sebesar 0,028.
Dari Tabel 4.11 maka didapatkan model persamaan regresinya yaitu:
Y = 3,829 + 0,033X
Artinya: jika pemahaman pengetahuan K3 dilihat dari pemahaman aspek sistem
manajemen mengalami peningkatan, maka implementasi pekerja konstruksi dalam
berperilaku juga mengalami peningkatan.
3. Regresi Linear Sederhana pada Variabel Alat Pelindung Diri
Dari Tabel 4.13 di atas diketahui bahwa nilai f hitung (0,808) < f tabel
(3,911) dan signifikasi p(f) 0,370 > α (0,05). Hal ini berarti pengaruh variabel Alat
Pelindung Diri tidak signifikan terhadap variabel Perilaku Pekerja. Nilai koefisien
determinasi yaitu perbandingan jumlah kuadrat regresi sebesar 0,454 dengan
jumlah kuadrat total sebesar 76,246, maka didapatkan nilai determinasi (r square)
sebesar 0,006 dan nilai korelasi (r) sebesar 0,077.
Dari Tabel 4.14 di atas maka didapatkan model persamaan regresinya yaitu:
Y = 3,653 + 0,097X
Artinya: jika pemahaman pengetahuan K3 dilihat dari pemahaman aspek
mekanisme penggunaan APD mengalami peningkatan, maka implementasi
pekerja konstruksi dalam berperilaku juga mengalami peningkatan.
107
4. Regresi Linear Sederhana pada Variabel Sarana dan Prasarana K3
Dari Tabel 4.16 di atas diketahui bahwa nilai f hitung (0,610) < f tabel
(3,911) dan signifikasi p(f) 0,436 > α (0,05). Hal ini berarti pengaruh variabel
Sarana dan Prasarana tidak signifikan terhadap variabel Perilaku Pekerja. Nilai
koefisien determinasi yaitu perbandingan jumlah kuadrat regresi sebesar 0,343
dengan jumlah kuadrat total sebesar 76,246, maka didapatkan nilai determinasi (r
square) sebesar 0,004 dan nilai korelasi (r) sebesar 0,067.
Dari Tabel 4.17 di atas maka didapatkan model persamaan regresinya yaitu:
Y = 3,678 + 0,087X
Artinya: jika pemahaman pengetahuan K3 dilihat dari pemahaman aspek sarana
dan prasarana mengalami peningkatan, maka implementasi pekerja konstruksi
dalam berperilaku juga mengalami peningkatan.
5. Regresi Linear Sederhana pada Variabel Risiko K3
Dari Tabel 4.19 di atas diketahui bahwa nilai f hitung (1,223) < f tabel
(3,911) dan signifikasi p(f) 0,271 > α (0,05). Hal ini berarti pengaruh variabel
Risiko signifikan terhadap variabel Perilaku Pekerja. Nilai koefisien determinasi
yaitu perbandingan jumlah kuadrat regresi sebesar 0,684 dengan jumlah kuadrat
total sebesar 76,246, maka didapatkan nilai determinasi (r square) sebesar 0,009
dan nilai korelasi (r) sebesar 0,095.
108
Dari Tabel 4.20 di atas maka didapatkan model persamaan regresinya yaitu:
Y = 4,309 - 0,098X
Artinya: jika pemahaman pengetahuan K3 dilihat dari pemahaman aspek risiko
K3 mengalami peningkatan, maka implementasi pekerja konstruksi dalam
berperilaku mengalami penurunan dengan catatan perhitungan peningkatan nilai
perhitungan variabel > 43,969 satuan.
109
BAB VI
SIMPULAN DAN SARAN
6.1 Simpulan
Dari penelitian di atas dapat disimpulkan bahwa:
1. Didapatkan nilai Koefisien Korelasi (r) sebesar 0,262 dan berdasarkan
interpretasi koefisien nilai korelasi berada diantara 0,200 – 0,399, artinya
terdapat hubungan atau tingkat korelasi yang rendah antara Pengetahuan K3
dengan Perilaku Pekerja. Sedangkan nilai Koefisien Determinasi (adjusted r
square) sebesar 0,033 yang artinya hanya sebesar 3,3% dari aspek – aspek
Pengetahuan K3 yang berpengaruh terhadap Perilaku Pekerja Konstruksi dan
sisanya sebesar 96,7% dipengaruhi oleh variabel lain.
2. Berdasarkan hasil perhitungan Uji–t dengan menggunakan metode perhitungan
Regresi Linier Berganda nilai t hitung < t tabel, maka tidak ada pengaruh
secara signifikan dari variabel–variabel pengetahuan K3 (Definisi dan Inisiasi,
Sistem Manajemen, Alat Pelindung Diri, Sarana dan Prasarana, Risiko) secara
bersama-sama terhadap Perilaku Pekerja Konstruksi pada Proyek
Pembangunan Jalan Tol Nusa Dua – Ngurah Rai – Benoa, Paket 3.
3. Berdasarkan hasil perhitungan Uji–t dengan menggunakan metode perhitungan
Regresi Linier Sederhana dari masing–masing variabel Pengetahuan K3
terhadap variabel Perilaku Pekerja Konstruksi yaitu nilai t hitung < nilai t
tabel, maka tidak ada pengaruh secara signifikan dari variabel–variabel
pengetahuan K3 (Definisi dan Inisiasi, Sistem Manajemen, Alat Pelindung
110
Diri, Sarana dan Prasarana, Risiko) secara parsial terhadap Perilaku Pekerja
Konstruksi pada Proyek Pembangunan Jalan Tol Nusa Dua – Ngurah Rai –
Benoa,Paket 3.
6.2 Saran
Saran – saran :
1. Perlu diadakan pelatihan, pembinaan dan informasi yang lebih intensif
mengenai K3 oleh pihak berwenang kepada seluruh pekerja yang terlibat pada
Proyek Pembangunan Jalan Tol Nusa Dua-Ngurah Rai- Benoa Paket 3,
sehingga pekerja konstruksi bisa lebih memahami dan mendalami
Pengetahuan K3, baik secara konsep maupun dalam penerapan berperilaku.
2. Karena pengaruh pengetahuan K3 dari aspek-aspek Definisi dan Inisiasi,
Sistem Manajemen, Alat Pelindung Diri, Sarana Prasarana, dan aspek Risiko
sangat kecil mempengaruhi perilaku pekerja konstrksi, maka perlu dicoba juga
penelitian dilakukan dengan menggunakan aspek-aspek (variabel) lainnya
yang memiliki potensi berpengaruh terhadap perilaku pekerja konstruksi.
111
DAFTAR PUSTAKA
Anizar. 2009. Teknik Keselamatan Dan Kesehatan Kerja Di Industri. Yogyakarta:
Graha Ilmu. Anonim. 2004. Undang-Undang Ketenagakerjaan Lengkap . Jakarta: Sinar
Grafika. Anonim. 2010. Undang-Undang Kesehatan Dan Rumah Sakit 2009 . Yogyakarta:
Pustaka Yustisia. Anonim. 2013. Himpunan Peraturan Perundang – Undangan Perlindungan Dan
Pengelolaan Lingkungan Hidup. Bandung: Fokus Media. Anonim. 2013. Media Tren Konstruksi (Inspirasi Bagi Profesional). Tangerang:
Adil Maju Bersama. Darmawi, H. 1990. Manajemen Risiko . Jakarta : Bumi Aksara. Mahapatni, I.A.P.S. 2012. “Penerapan Keselamatan dan Kesehatan Kerja Pada
Proyek Konstruksi di Kabupaten Badung”(tesis). Denpasar: Universitas Udayana
Manuhutu,D.J. 2010. “Pengaruh Kualitas Pelayanan Terhadap Kepuasan Pelanggan (Study Kasus Apartemen Cempaka Mas Jakarta Selatan)”(tesis). Denpasar: Universitas Udayana.
Nawari. 2010. Analisis Regresi Dengan MS Excel 2007 Dan SPSS 17. Jakarta: Gramedia.
Notoatmodjo, S. 1993. Pengantar Pendidikan Kesehatan dan Ilmu Perilaku Kesehatan. Yogyakarta: Andi Offset.
Notoatmodjo, S. 2003. Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta: PT. Rineka Cipta.
Notoatmodjo, S. 2007. Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Jakarta: PT. Rineka Cipta.
Santosa, B. 2009. Manajemen Proyek Konsep & Implementasi. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Somad, I. 2013. Teknik Efektif Dalam Membudayakan Keselamatan & Kesehatan Kerja. Jakarta: Dian Rakyat.
Soehatman, R. 2010. Sistem Manajemen Keselamatan Dan Kesehatan Kerja OHSAS 18001. Jakarta : Dian Rakyat
Sugiyono. 2008. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, R & G. Bandung: Alfabeta.
Tresnaningsih, E. 2007. Kesehatan dan Keselamatan Kerja Laboratorium Kesehatan. Jakarta: Pusat Kesehatan Kerja.
Winardi, J. 2004. Manajemen Perilaku Organisasi. Jakarta: Kencana Prenada Media.
112
LAMPIRAN – LAMPIRAN
113
INFORMED CONSENT Persetujuan Setelah Penjelasan
(Mohon uraian di bawah ini dibaca dengan seksama, jika anda setuju nyatakan pada kolom yang sudah disediakan pada bagian akhir penjelasan ini)
Judul Penelitian :
Pengaruh Pengetahuan Keselamatan dan Kesehatan Kerja terhadap
Perilaku Pekerja Konstruksi Pada Proyek Jalan Tol Nusa Dua - Ngurah Rai
– Benoa
Peneliti : Made Bayu Sambira Teja
1. Pendahuluan
9.1 Latar Belakang
Pelaksanaan konstruksi proyek pembangunan jalan tol ini sebagian besar di atas laut dengan beberapa potensi hambatan yang dihadapi antara lain bekerja di ketinggian, pencahayaan saat bekerja malam hari, dipengaruhi kondisi pasang surut air laut, angin kencang yang tidak bisa diprediksi. Di samping itu, terdapat beberapa identifikasi bahaya dan risiko pada saat pelaksanaan pekerjaan seperti perahu terbalik, terkena alat kerja manual, jatuh dari ketinggian, tersengat listrik, tertimpa benda berat, terkena manuver alat, paparan debu tanah, kemacetan lalu lintas, jatuh ke air dalam, terjepit tiang pancang, suara keras di atas 86 db, terjepit bar cutter/bender, terimpa precast, dan sebagainya.
Oleh karena sudah teridentifikasi bahaya dan risiko pekerjaan pada proyek di atas laut ini, maka dari pihak penyedia jasa sudah seharusnya melakukan upaya manajemen yaitu adanya tindakan preventif , tanggap darurat dan mitigasi. Penerapan Safety Induction dan mekanisme penggunaan APD merupakan prioritas bagi keselamatan pekerja. Akan tetapi, pada pelaksanaan di lapangan, masih saja terdapat pekerja yang tidak mengikuti aturan yang sudah menjadi kebijakan mutu dan K3 perusahaan. Ada pekerja yang tidak sadar bahwa dia tidak kompeten dan mempunyai kebiasaan berperilaku tidak aman (unsafe action), ada pekerja yang tahu bagaimana melakukan pekerjaannya dengan aman dan selamat, tetapi tidak dilakukan, dan ada juga pekerja yang menyadari dirinya berkompeten, tetapi perlu pengarahan dan bimbingan dari orang lain. Secara umum terdapat ketimpangan antara pengetahuan tentang K3 dengan perilaku pekerja di tempat kerja.
Lampiran 1 Informed Consent
114
9.2 Tujuan Penelitian
Untuk mengetahui pengaruh pengetahuan K3 terhadap perilaku pekerja
konstruksi dilihat dari beberapa aspek terkait K3 seperti definisi dan inisiasi,
sistem manajemen, mekanisme APD, sarana dan prasarana, serta risiko K3.
9.3 Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapkan dari hasil penelitian adalah seperti berikut yaitu:
3. Bagi penyedia jasa konstruksi, hasil penelitian ini diharapkan memberi
masukan bagi instansi dalam rangka meningkatkan perlindungan bagi pekerja
terkait dengan regulasi yang mengatur K3.
4. Bagi pekerja konstruksi, hasil penelitian ini bisa dijadikan salah satu pedoman
bahwa betapa pentingnya penerapan K3 Konstruksi pada tempat kerja dan bisa
mengubah pola perilaku pekerja dari berisiko menjadi mengutamakan
keselamatan kerja.
2. Risiko Selama Penelitian Berlangsung
Akibat langsung dari penelitian ini terhadap responden khususnya maupun
terhadap masyarakat secara umum tidak ada, hanya terganggu aktivitasnya selama
pekerjaan pembangunan jalan tol berlangsung
2.1 Hak responden :
1.Responden berhak memberikan saran atau usul terkait dengan perlakuan
yang diberikan
2.Karena penelitian ini bersifat sukarela, maka responden dapat
mengundurkan diri jika menemukan hal – hal yang dirasa merugikan
3. Responden berhak mengetahui hasil penelitian
2.2 Kewajiban responden :
1.Responden diwajibkan untuk mengisi biodata dan semua kerahasiaannya
terkait penelitian ini akan tetap dijaga oleh peneliti.
2.Responden diminta untuk mengisi kuisioner saat pekerjaan pembangunan
jalan tol berlangsung
115
3.Responden diminta untuk melakukan seluruh perlakuan secara sungguh –
sungguh sesuai dengan arahan yang diberikan oleh peneliti
2.3 Hal – hal lain :
1.Walaupun prosedur penelitian dijalankan dengan cermat, apabila terjadi
risiko atau ketidaknyamanan selama penelitian berlangsung, maka akan
dirundingkan bersama antara responden dengan peneliti
2.Hasil – hasil penelitian akan sepenuhnya dipakai untuk keperluan keilmuan,
tidak untuk kepentingan publikasi
3.Penjelasan ini serta Surat Persetujuan dibuat rangkap dua, satu untuk peneliti
dan satu untuk responden.
3. Penutup
Untuk berlangsungnya penelitian dengan baik, maka mutlak diperlukan kerjasama
antara responden dengan peneliti.
116
Surat Persetujuan Ikut Serta Dalam Penelitian
Yang bertanda tangan di bawah ini :
Nama : ………………………………………………………………...
Umur : ………………………………………………………………...
Jenis Kelamin : ………………………………………………………………...
Pendidikan : ………………………………………………………………...
Pekerjaan : ………………………………………………………………...
Alamat : ………………………………………………………………...
………………………………………………………………...
Setelah mendapatkan keterangan secukupnya serta memahami dan menyadari manfaat dan risiko penelitian yang berjudul :
Pengaruh Pengetahuan Keselamatan dan Kesehatan Kerja terhadap
Perilaku Pekerja Konstruksi Pada Proyek Jalan Tol Nusa Dua - Ngurah Rai
– Benoa
Dengan sukarela menyetujui diikutsertakan dalam penelitian di atas, serta mematuhi segala ketentuan – ketentuan penelitian yang sudah saya pahami, dengan catatan apabila suatu waktu merasa dirugikan dalam bentuk apapun, berhak membatalkan persetujuan ini.
Denpasar, …………… 2013
Mengetahui, Penanggung jawab penelitian
( Made Bayu Sambira Teja )
Yang Menyetujui, Peserta penelitian
(……………………………)
117
Lampiran 2 Form Kuisioner
118
119
120
121
122
123
124
125
Lampiran 3 Tabulasi Penilaian Responden
126
127
128
129
130
131
132
133
134
135
136
137
138
139
140
141
142
143
Lampiran 4 Pearson Product Moment
144
Lampiran 5 Tabulasi Data Uji Instrument
145
146
Uji Validitas dan Reliabilitas pada Variabel Definisi & Inisiasi K3
Scale: ALL VARIABLES
Case Processing Summary
10 100,0
0 ,0
10 100,0
Valid
Excludeda
Total
CasesN %
Listwise deletion based on all variables in the procedure.a.
Reliability Statistics
,964 10
Cronbach'sAlpha N of Items
Item Statistics
4,3000 ,82327 10
4,2000 1,03280 10
3,7000 1,05935 10
4,2000 1,03280 10
4,4000 1,07497 10
4,2000 1,03280 10
4,0000 1,24722 10
4,2000 1,03280 10
3,8000 1,13529 10
4,3000 1,05935 10
X1.1
X1.2
X1.3
X1.4
X1.5
X1.6
X1.7
X1.8
X1.9
X1.10
Mean Std. Deviation N
Lampiran 6 Validitas & Reliabilitas Instrument
147
Item-Total Statistics
37,0000 72,444 ,825 ,962
37,1000 68,544 ,881 ,959
37,6000 69,600 ,790 ,962
37,1000 69,656 ,810 ,962
36,9000 67,433 ,911 ,958
37,1000 69,878 ,795 ,962
37,3000 66,456 ,820 ,962
37,1000 68,989 ,852 ,960
37,5000 68,056 ,819 ,961
37,0000 67,556 ,919 ,957
X1.1
X1.2
X1.3
X1.4
X1.5
X1.6
X1.7
X1.8
X1.9
X1.10
Scale Mean ifItem Deleted
ScaleVariance if
Item Deleted
CorrectedItem-TotalCorrelation
Cronbach'sAlpha if Item
Deleted
Scale Statistics
41,3000 84,678 9,20205 10Mean Variance Std. Deviation N of Items
148
Uji Validitas dan Reliabilitas pada Variabel Sistem Manajemen K3
Scale: ALL VARIABLES
Case Processing Summary
10 100,0
0 ,0
10 100,0
Valid
Excludeda
Total
CasesN %
Listwise deletion based on all variables in the procedure.a.
Reliability Statistics
,975 21
Cronbach'sAlpha N of Items
149
Item Statistics
4,1000 1,10050 10
3,9000 ,99443 10
4,1000 1,10050 10
3,9000 1,19722 10
4,1000 1,28668 10
4,1000 ,73786 10
4,2000 1,13529 10
3,8000 1,13529 10
4,1000 1,28668 10
4,0000 1,05409 10
4,0000 ,94281 10
4,3000 1,05935 10
4,1000 1,19722 10
4,0000 1,24722 10
4,1000 1,10050 10
4,4000 ,84327 10
4,0000 1,05409 10
4,0000 1,15470 10
3,9000 1,19722 10
4,2000 1,03280 10
4,2000 ,91894 10
X2.1
X2.2
X2.3
X2.4
X2.5
X2.6
X2.7
X2.8
X2.9
X2.10
X2.11
X2.12
X2.13
X2.14
X2.15
X2.16
X2.17
X2.18
X2.19
X2.20
X2.21
Mean Std. Deviation N
150
Item-Total Statistics
81,4000 319,156 ,761 ,974
81,6000 322,267 ,757 ,974
81,4000 320,711 ,719 ,974
81,6000 315,156 ,793 ,974
81,4000 308,489 ,888 ,973
81,4000 328,933 ,777 ,974
81,3000 316,011 ,817 ,973
81,7000 315,344 ,834 ,973
81,4000 310,044 ,851 ,973
81,5000 321,389 ,735 ,974
81,5000 330,944 ,538 ,976
81,2000 315,289 ,900 ,973
81,4000 311,822 ,876 ,973
81,5000 311,389 ,848 ,973
81,4000 318,267 ,784 ,974
81,1000 323,656 ,854 ,973
81,5000 321,167 ,741 ,974
81,5000 312,278 ,898 ,973
81,6000 314,267 ,815 ,973
81,3000 317,567 ,860 ,973
81,3000 326,233 ,699 ,974
X2.1
X2.2
X2.3
X2.4
X2.5
X2.6
X2.7
X2.8
X2.9
X2.10
X2.11
X2.12
X2.13
X2.14
X2.15
X2.16
X2.17
X2.18
X2.19
X2.20
X2.21
Scale Mean ifItem Deleted
ScaleVariance if
Item Deleted
CorrectedItem-TotalCorrelation
Cronbach'sAlpha if Item
Deleted
Scale Statistics
85,5000 350,278 18,71571 21Mean Variance Std. Deviation N of Items
151
Uji Validitas dan Reliabilitas pada Variabel APD
Scale: ALL VARIABLES
Case Processing Summary
10 100,0
0 ,0
10 100,0
Valid
Excludeda
Total
CasesN %
Listwise deletion based on all variables in the procedure.a.
Reliability Statistics
,950 11
Cronbach'sAlpha N of Items
Item Statistics
4,1000 ,99443 10
4,0000 1,15470 10
3,9000 1,19722 10
4,1000 1,10050 10
4,5000 ,70711 10
4,1000 ,87560 10
4,2000 1,03280 10
4,1000 1,19722 10
4,1000 1,19722 10
4,2000 1,13529 10
4,0000 ,81650 10
X3.1
X3.2
X3.3
X3.4
X3.5
X3.6
X3.7
X3.8
X3.9
X3.10
X3.11
Mean Std. Deviation N
152
Item-Total Statistics
41,2000 73,956 ,816 ,944
41,3000 70,456 ,883 ,941
41,4000 71,600 ,783 ,945
41,2000 74,178 ,713 ,948
40,8000 79,067 ,742 ,948
41,2000 78,178 ,643 ,950
41,1000 73,656 ,800 ,944
41,2000 69,511 ,899 ,940
41,2000 69,956 ,874 ,941
41,1000 72,544 ,779 ,945
41,3000 79,122 ,627 ,950
X3.1
X3.2
X3.3
X3.4
X3.5
X3.6
X3.7
X3.8
X3.9
X3.10
X3.11
Scale Mean ifItem Deleted
ScaleVariance if
Item Deleted
CorrectedItem-TotalCorrelation
Cronbach'sAlpha if Item
Deleted
Scale Statistics
45,3000 88,900 9,42868 11Mean Variance Std. Deviation N of Items
153
Uji Validitas dan Reliabilitas pada Variabel Sarana & Prasarana K3
Scale: ALL VARIABLES
Case Processing Summary
10 100,0
0 ,0
10 100,0
Valid
Excludeda
Total
CasesN %
Listwise deletion based on all variables in the procedure.a.
Reliability Statistics
,955 13
Cronbach'sAlpha N of Items
Item Statistics
4,2000 ,78881 10
4,3000 ,94868 10
3,7000 1,15950 10
3,9000 1,19722 10
4,0000 1,15470 10
4,1000 ,73786 10
4,3000 ,82327 10
4,0000 1,15470 10
3,9000 1,19722 10
4,0000 1,15470 10
4,1000 1,10050 10
4,2000 ,78881 10
4,5000 ,84984 10
X4.1
X4.2
X4.3
X4.4
X4.5
X4.6
X4.7
X4.8
X4.9
X4.10
X4.11
X4.12
X4.13
Mean Std. Deviation N
154
Item-Total Statistics
49,0000 101,778 ,754 ,953
48,9000 101,211 ,644 ,955
49,5000 96,278 ,737 ,953
49,3000 93,789 ,827 ,950
49,2000 93,511 ,876 ,949
49,1000 102,767 ,741 ,953
48,9000 100,544 ,798 ,952
49,2000 98,400 ,640 ,956
49,3000 93,789 ,827 ,950
49,2000 93,289 ,887 ,949
49,1000 96,322 ,781 ,952
49,0000 101,778 ,754 ,953
48,7000 98,456 ,903 ,949
X4.1
X4.2
X4.3
X4.4
X4.5
X4.6
X4.7
X4.8
X4.9
X4.10
X4.11
X4.12
X4.13
Scale Mean ifItem Deleted
ScaleVariance if
Item Deleted
CorrectedItem-TotalCorrelation
Cronbach'sAlpha if Item
Deleted
Scale Statistics
53,2000 114,400 10,69579 13Mean Variance Std. Deviation N of Items
155
Uji Validitas dan Reliabilitas pada Variabel Risiko K3
Scale: ALL VARIABLES
Case Processing Summary
10 100,0
0 ,0
10 100,0
Valid
Excludeda
Total
CasesN %
Listwise deletion based on all variables in the procedure.a.
Reliability Statistics
,964 15
Cronbach'sAlpha N of Items
Item Statistics
4,2000 1,03280 10
3,8000 1,13529 10
3,8000 1,03280 10
4,1000 ,99443 10
4,3000 1,05935 10
4,4000 1,07497 10
3,8000 1,03280 10
4,1000 ,99443 10
4,2000 1,03280 10
3,9000 1,10050 10
4,2000 ,91894 10
4,1000 ,99443 10
4,0000 1,15470 10
4,0000 1,24722 10
4,1000 1,10050 10
X5.1
X5.2
X5.3
X5.4
X5.5
X5.6
X5.7
X5.8
X5.9
X5.10
X5.11
X5.12
X5.13
X5.14
X5.15
Mean Std. Deviation N
156
Item-Total Statistics
56,8000 146,844 ,865 ,960
57,2000 146,400 ,796 ,962
57,2000 150,622 ,705 ,963
56,9000 148,989 ,806 ,962
56,7000 145,344 ,904 ,960
56,6000 144,711 ,916 ,959
57,2000 152,844 ,613 ,965
56,9000 148,767 ,816 ,961
56,8000 147,511 ,836 ,961
57,1000 150,100 ,677 ,964
56,8000 152,844 ,698 ,963
56,9000 149,211 ,797 ,962
57,0000 143,556 ,891 ,960
57,0000 145,111 ,762 ,963
56,9000 148,322 ,747 ,963
X5.1
X5.2
X5.3
X5.4
X5.5
X5.6
X5.7
X5.8
X5.9
X5.10
X5.11
X5.12
X5.13
X5.14
X5.15
Scale Mean ifItem Deleted
ScaleVariance if
Item Deleted
CorrectedItem-TotalCorrelation
Cronbach'sAlpha if Item
Deleted
Scale Statistics
61,0000 169,556 13,02135 15Mean Variance Std. Deviation N of Items
157
Uji Validitas dan Reliabilitas pada Variabel Perilaku Pekerja Konstruksi
Scale: ALL VARIABLES
Case Processing Summary
10 100,0
0 ,0
10 100,0
Valid
Excludeda
Total
CasesN %
Listwise deletion based on all variables in the procedure.a.
Reliability Statistics
,969 15
Cronbach'sAlpha N of Items
Item Statistics
3,7000 1,15950 10
3,8000 1,13529 10
4,0000 1,15470 10
4,4000 ,84327 10
4,1000 1,10050 10
3,8000 1,13529 10
3,9000 1,19722 10
4,0000 1,15470 10
4,0000 1,15470 10
4,1000 ,99443 10
4,2000 1,03280 10
4,0000 1,15470 10
3,9000 1,19722 10
3,9000 1,19722 10
4,0000 1,24722 10
Y1
Y2
Y3
Y4
Y5
Y6
Y7
Y8
Y9
Y10
Y11
Y12
Y13
Y14
Y15
Mean Std. Deviation N
158
Item-Total Statistics
56,1000 177,656 ,678 ,969
56,0000 173,111 ,855 ,966
55,8000 170,400 ,936 ,965
55,4000 178,044 ,942 ,966
55,7000 177,789 ,714 ,969
56,0000 173,556 ,839 ,966
55,9000 175,211 ,735 ,968
55,8000 173,956 ,810 ,967
55,8000 171,956 ,881 ,966
55,7000 182,011 ,632 ,970
55,6000 181,822 ,613 ,970
55,8000 170,622 ,928 ,965
55,9000 170,989 ,879 ,966
55,9000 172,100 ,841 ,966
55,8000 169,289 ,897 ,965
Y1
Y2
Y3
Y4
Y5
Y6
Y7
Y8
Y9
Y10
Y11
Y12
Y13
Y14
Y15
Scale Mean ifItem Deleted
ScaleVariance if
Item Deleted
CorrectedItem-TotalCorrelation
Cronbach'sAlpha if Item
Deleted
Scale Statistics
59,8000 199,956 14,14056 15Mean Variance Std. Deviation N of Items
159
Lampiran 7 Nilai Distribusi F
160
161
Regression Variables Entered/Removed(b)
Model Variables Entered
Variables Removed Method
1 X5, X4, X2, X3, X1(a) . Enter
a All requested variables entered. b Dependent Variable: Y Model Summary
Model R R Square Adjusted R
Square Std. Error of the Estimate
1 .262(a) .069 .033 .7363
a Predictors: (Constant), X5, X4, X2, X3, X1 ANOVA(b)
Model Sum of
Squares df Mean Square F Sig. 1 Regression 5.231 5 1.046 1.930 .094(a) Residual 71.016 131 .542 Total 76.246 136
a Predictors: (Constant), X5, X4, X2, X3, X1 b Dependent Variable: Y Coefficients(a)
Model Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients T Sig.
B Std. Error Beta 1 (Constant) 3.972 .465 8.548 .000 X1 -1.371 1.028 -1.076 -1.333 .185 X2 -.831 .482 -.695 -1.723 .087 X3 1.960 .942 1.558 2.081 .039 X4 .357 .566 .275 .631 .529 X5 -.105 .087 -.102 -1.202 .231
a Dependent Variable: Y
Lampiran 8 Analisis Regresi SPSS
162
Regression Variables Entered/Removed(b)
Model Variables Entered
Variables Removed Method
1 X1(a) . Enter
a All requested variables entered. b Dependent Variable: Y Model Summary
Model R R Square Adjusted R
Square Std. Error of the Estimate
1 .056(a) .003 -.004 .7503
a Predictors: (Constant), X1 ANOVA(b)
Model Sum of
Squares df Mean Square F Sig. 1 Regression .240 1 .240 .426 .515(a) Residual 76.006 135 .563 Total 76.246 136
a Predictors: (Constant), X1 b Dependent Variable: Y Coefficients(a)
Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients t Sig.
B Std. Error Beta 1 (Constant) 3.723 .306 12.167 .000 X1 .072 .110 .056 .653 .515
a Dependent Variable: Y
163
Regression Variables Entered/Removed(b)
Model Variables Entered
Variables Removed Method
1 X2(a) . Enter
a All requested variables entered. b Dependent Variable: Y Model Summary
Model R R Square Adjusted R
Square Std. Error of the Estimate
1 .028(a) .001 -.007 .7512
a Predictors: (Constant), X2 ANOVA(b)
Model Sum of
Squares df Mean Square F Sig. 1 Regression .059 1 .059 .105 .746(a) Residual 76.187 135 .564 Total 76.246 136
a Predictors: (Constant), X2 b Dependent Variable: Y Coefficients(a)
Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients t Sig.
B Std. Error Beta 1 (Constant) 3.829 .285 13.426 .000 X2 .033 .103 .028 .324 .746
a Dependent Variable: Y
164
Regression Variables Entered/Removed(b)
Model Variables Entered
Variables Removed Method
1 X3(a) . Enter
a All requested variables entered. b Dependent Variable: Y Model Summary
Model R R Square Adjusted R
Square Std. Error of the Estimate
1 .077(a) .006 -.001 .7493
a Predictors: (Constant), X3 ANOVA(b)
Model Sum of
Squares df Mean Square F Sig. 1 Regression .454 1 .454 .808 .370(a) Residual 75.793 135 .561 Total 76.246 136
a Predictors: (Constant), X3 b Dependent Variable: Y Coefficients(a)
Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients t Sig.
B Std. Error Beta 1 (Constant) 3.653 .302 12.083 .000 X3 .097 .108 .077 .899 .370
a Dependent Variable: Y
165
Regression Variables Entered/Removed(b)
Model Variables Entered
Variables Removed Method
1 X4(a) . Enter
a All requested variables entered. b Dependent Variable: Y Model Summary
Model R R Square Adjusted R
Square Std. Error of the Estimate
1 .067(a) .004 -.003 .7498
a Predictors: (Constant), X4 ANOVA(b)
Model Sum of
Squares df Mean Square F Sig. 1 Regression .343 1 .343 .610 .436(a) Residual 75.903 135 .562 Total 76.246 136
a Predictors: (Constant), X4 b Dependent Variable: Y Coefficients(a)
Model Unstandardized
Coefficients Standardized Coefficients t Sig.
B Std. Error Beta 1 (Constant) 3.678 .315 11.664 .000 X4 .087 .111 .067 .781 .436
a Dependent Variable: Y
166
Regression Variables Entered/Removed(b)
Model Variables Entered
Variables Removed Method
1 X5(a) . Enter
a All requested variables entered. b Dependent Variable: Y Model Summary
Model R R Square Adjusted R
Square Std. Error of the Estimate
1 .095(a) .009 .002 .7481
a Predictors: (Constant), X5 ANOVA(b)
Model Sum of Squares df Mean Square F Sig. 1 Regression .684 1 .684 1.223 .271(a) Residual 75.562 135 .560 Total 76.246 136
a Predictors: (Constant), X5 b Dependent Variable: Y Coefficients(a)
Model Unstandardized
Coefficients Standardized Coefficients t Sig.
B Std. Error Beta 1 (Constant) 4.309 .359 12.005 .000 X5 -.098 .088 -.095 -1.106 .271
a Dependent Variable: Y
167
Lampiran 9 Analisis Regresi Microsoft EXCEL
168
169