pengaruh pengalaman, orientasi etika, komitmen dan budaya etis

132
TESIS PENGARUH PENGALAMAN, ORIENTASI ETIKA, KOMITMEN DAN BUDAYA ETIS ORGANISASI PADA SENSITIVITAS ETIKA AUDITOR BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN PERWAKILAN PROVINSI BALI PUTU PURNAMA DEWI PROGRAM PASCA SARJANA UNIVERSITAS UDAYANA DENPASAR 2015

Upload: lyhanh

Post on 08-Dec-2016

225 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: pengaruh pengalaman, orientasi etika, komitmen dan budaya etis

1

TESIS

PENGARUH PENGALAMAN, ORIENTASI ETIKA,KOMITMEN DAN BUDAYA ETIS ORGANISASI

PADA SENSITIVITAS ETIKA AUDITORBADAN PENGAWASAN KEUANGAN

DAN PEMBANGUNANPERWAKILAN PROVINSI BALI

PUTU PURNAMA DEWI

PROGRAM PASCA SARJANAUNIVERSITAS UDAYANA

DENPASAR2015

Page 2: pengaruh pengalaman, orientasi etika, komitmen dan budaya etis

2

TESIS

PENGARUH PENGALAMAN, ORIENTASI ETIKA,KOMITMEN DAN BUDAYA ETIS ORGANISASI

PADA SENSITIVITAS ETIKA AUDITORBADAN PENGAWASAN KEUANGAN

DAN PEMBANGUNANPERWAKILAN PROVINSI BALI

PUTU PURNAMA DEWINIM 1291661007

PROGRAM MAGISTERPROGRAM STUDI AKUNTANSI

PROGRAM PASCA SARJANAUNIVERSITAS UDAYANA

DENPASAR2015

Page 3: pengaruh pengalaman, orientasi etika, komitmen dan budaya etis

3

PENGARUH PENGALAMAN, ORIENTASI ETIKA,KOMITMEN DAN BUDAYA ETIS ORGANISASI

PADA SENSITIVITAS ETIKA AUDITORBADAN PENGAWASAN KEUANGAN

DAN PEMBANGUNANPERWAKILAN PROVINSI BALI

Tesis untuk memperoleh Gelar Magisterpada Program Magister, Program Studi Akuntansi,

Program Pascasarjana Universitas Udayana

PUTU PURNAMA DEWINIM 1291661007

PROGRAM MAGISTERPROGRAM STUDI AKUNTANSI

PROGRAM PASCA SARJANAUNIVERSITAS UDAYANA

DENPASAR2015

ii

Page 4: pengaruh pengalaman, orientasi etika, komitmen dan budaya etis

4

Lembar Pengesahan

TESIS INI TELAH DISETUJUITANGGAL 22 Juni 2015

Pembimbing I, Pembimbing II,

Prof. Dr. I Wayan Ramantha, SE, MM, Ak, CPA Dr. Ni Ketut Rasmini, SE, MSi, AkNIP. 195905101990031001 NIP. 196610081993032001

Mengetahui

Ketua Program Magister Akuntansi, DirekturProgram Pascasarjana Program PascasarjanaUnversitas Udayana, Universitas Udayana,

Dr. Dewa Gede Wirama, MSBA, Ak Prof. Dr. dr. A.A Raka Sudewi, Sp.S (K)NIP. 196412241991031002 NIP. 19590215985102001

iii

Page 5: pengaruh pengalaman, orientasi etika, komitmen dan budaya etis

5

Penetapan Panitia Penguji

Tesis Ini Telah Diuji padaTanggal 22 Juni 2015

Panitia Penguji Tesis Berdasarkan SK RektorUniversitas Udayana, No.: 1699/UN14.4/HK/2015, Tanggal 11 Juni 2015

Ketua : Prof. Dr. I Wayan Ramantha, SE, MM, Ak, CPA

Anggota :

1. Dr. Ni Ketut Rasmini, SE, MSi, Ak

2. Dr. I D G Dharma Suputra, SE, MSi, Ak

3. Dr. I Dewa Nyoman Badera, SE, MSi, Ak

4. Dr. Made Gede Wirakusuma, SE, MSi, Ak

iv

Page 6: pengaruh pengalaman, orientasi etika, komitmen dan budaya etis

6

UCAPAN TERIMA KASIH

Puji syukur penulis panjatkan kehadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa/

Tuhan Yang Maha Esa, karena atas asung kerta wara nugraha-Nya/ karunia-Nya,

penelitian yang berjudul “Pengaruh Pengalaman, Orientasi Etika, Komitmen

dan Budaya Etis Organisasi pada Sensitivitas Etika Auditor Badan

Pengawasan Keuangan dan Pembangunan perwakilan Provinsi Bali” dapat

diselesaikan.

Pada kesempatan ini, perkenankanlah penulis mengucapkan terima kasih

yang sebesar-besarnya kepada Prof. I Wayan Ramantha, SE., MM., Ak., CPA.

selaku pembimbing I dan Dr. Ni Ketut Rasmini, SE., MSi., Ak. selaku

pembimbing II yang telah memberikan dorongan, semangat, bimbingan, dan saran

kepada penulis dalam menyelesaikan tesis ini.

Ucapan yang sama juga ditujukan kepada Rektor Universitas Udayana

Prof. Dr. dr. I Ketut Suastika, Sp. PD-KEMD, atas kesempatan dan fasilitas yang

diberikan kepada penulis untuk mengikuti dan menyelesaikan pendidikan

Program Pasca Sarjana di Universitas Udayana. Ucapan terima kasih ini juga

ditujukan kepada Direktur Program Pasca Sarjana Universitas Udayana, Prof. Dr.

dr. A.A Raka Sudewi, Sp.S (K), Ketua Program Magister Akuntansi Universitas

Udayana yang dijabat oleh Dr. Dewa Gede Wirama, MSBA, Ak. atas kesempatan

yang diberikan kepada penulis untuk menjadi mahasiswa pada Program Pasca

Sarjana Magister Akuntansi Universitas Udayana. Tidak lupa penulis ucapkan

terima kasih kepada Prof. Dr. I Gusti Bagus Wiksuana, SE., MS. selaku Dekan

Fakultas Ekonomi Universitas Udayana atas ijin yang diberikan kepada penulis

v

Page 7: pengaruh pengalaman, orientasi etika, komitmen dan budaya etis

7

untuk mengikuti pendidikan Program Pasca Sarjana. Pada kesempatan ini, penulis

juga menyampaikan rasa terima kasih kepada Ketua Jurusan Akuntansi, Dr. A. A.

G. P. Widanaputra, SE., MSi., Ak. Terima kasih juga penulis sampaikan kepada

para penguji tesis, yaitu Dr. Made Gede Wirakusuma, SE., MSi., Dr. I Dewa

Nyoman Badera, SE., MSi., dan Dr. I. D. G. Dharma Suputra, SE., MSi., Ak.

yang telah memberikan masukan, saran, sanggahan, dan koreksi sehingga tesis ini

dapat terselesaikan.

Penulis juga mengucapkan terima kasih yang tulus serta penghargaan

kepada seluruh pengajar serta pegawai Program Magister Akuntansi yang telah

membimbing penulis, memberikan bantuan serta perhatian selama perkuliahan.

Terima kasih juga kepada auditor Badan Pengawasan Keuangan dan

Pembangunan yang telah membantu penulis dalam mengumpulkan data sehingga

tesis ini dapat terselesaikan. Juga penulis ucapkan terima kepada Bapak dan Ibu

yang telah mengasuh dan membesarkan penulis, memberikan dasar-dasar berpikir

logik dan suasana demokratis sehingga tercipta lahan yang baik untuk

berkembangnya kreativitas. Akhirnya penulis sampaikan terima kasih kepada

suami tercinta Made Ananta Kusuma, ST., yang telah memberikan semangat,

dorongan, motivasi kepada penulis untuk mengikuti Program Pasca Sarjana

Magister Akuntansi dan memberikan kesempatan untuk lebih berkonsentrasi

menyelesaikan tesis ini, juga kepada keluarga serta sahabat yang mendukung

terselesaikannya tesis ini.

Page 8: pengaruh pengalaman, orientasi etika, komitmen dan budaya etis

8

Semoga Ida Sang Hyang Widhi Wasa/ Tuhan Yang Maha Esa selalu

melimpahkan rahmat-Nya kepada semua pihak yang telah membantu pelaksanaan

dan penyelesaian tesis ini.

Denpasar 13 April 2015

Penulis

Page 9: pengaruh pengalaman, orientasi etika, komitmen dan budaya etis

9

ABSTRAK

PENGARUH PENGALAMAN, ORIENTASI ETIKA, KOMITMEN DANBUDAYA ETIS ORGANISASI PADA SENSITIVITAS ETIKA AUDITOR BADAN

PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN PERWAKILANPROVINSI BALI

Penelitian ini menguji pengaruh pengalaman, orientasi etika, komitmen danbudaya etis organisasi pada sensitivitas etika auditor Badan Pengawasan Keuangan danPembangunan perwakilan Provinsi Bali. Jumlah responden dalam penelitian ini sebanyak60 responden. Data diperoleh melalui kuesioner yang disebarkan kepada auditor BPKP.Teknik analisis yang digunakan adalah analisis regresi linear berganda.

Hasil penelitian ini mengindikasikan bahwa pengalaman tidak berpengaruhsignifikan pada sensitivitas auditor BPKP namun arahnya positif. Idealisme berpengaruhpositif pada sensitivitas etika auditor BPKP. Sedangkan relativisme berpengaruh negatifpada sensitivitas etika auditor BPKP. Komitmen profesional berpengaruh positif padasensitivitas etika auditor BPKP. Komitmen organisasional berpengaruh positif padasensitivitas etika auditor. Budaya etis organisasi berpengaruh positif pada sensitivitasetika auditor BPKP.

Kata kunci: sensitivitas etika, pengalaman, idealisme, relativisme, komitmenprofesional, komitmen organisasional, budaya etis organisasi.

vi

Page 10: pengaruh pengalaman, orientasi etika, komitmen dan budaya etis

10

ABTSRACT

THE INFLUENCE OF EXPERIENCE, ETHICAL ORIENTED, COMMITMENTAND ETHICAL CULTURE ORGANIZATION TOWARDS SENSITIVITY OF ANAUDITOR OF THE FINANCE AND DEVELOPMENT SUPERVISOR AGENCY,

BALI REPRESENTATIVE.

This research examines the influence of experience, ethical oriented, commitmentand ethical culture organization towards sensitivity of an auditor of the finance anddevelopment supervisor agency (BPKP),Bali representative. Number of respondentstaken in this research were 60 respondents. Data was obtained through questionnaire bydistributing it to the auditors of the finance and development supervisor agency (BPKP).Multiple linear regression analysis was used within this research.

This research indicates that auditors experiences have no significant effects ontheir sensitivity. Idealism has positive effects on the sensitivity of an auditor, whereasrelativism has negative effects on the sensitivity of an auditor in the finance anddevelopment supervisor agency (BPKP). Professional commitment has positive impactson the sensitivity of an auditor. Organizational commitment also has positive impacts onthe sensitivity of an auditor of the finance and development supervisor agency (BPKP).Ethical Culture of organizations do have a positive influence to the sensitivity of anauditor of the finance and development supervisor agency (BPKP).

Key words: sensitivity of ethics, experience, idealism, relativism, professionalcommitment, organizational commitment, ethical culture organization

vii

Page 11: pengaruh pengalaman, orientasi etika, komitmen dan budaya etis

11

RINGKASAN

PENGARUH PENGALAMAN, ORIENTASI ETIKA, KOMITMEN DANBUDAYA ETIS ORGANISASI PADA SENSITIVITAS ETIKA AUDITOR BADAN

PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN PERWAKILANPROVINSI BALI

Auditor dituntut untuk lebih profesional dan beretika didalam melaksanakantugas-tugas profesinya. Auditor internal sering menghadapi situasi yang dilematis dalammenjalankan tugas auditnya. Selain harus patuh pada pimpinan tempat bekerja, juga harusmenghadapi tuntutan dari masyarakat untuk memberikan laporan yang jujur (Westra,1986). Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP) adalah auditor internaldalam pengelolaan keuangan negara. Masalah etika muncul ketika auditormenyeimbangkan kepentingan berbagai pihak yang terkait (Shaub et al., 1993).Kemampuan seorang profesional untuk berperilaku etis sangat dipengaruhi olehsensitivitas individu tersebut (Falah, 2006).

Penelitian ini menguji pengaruh pengalaman, orientasi etika, komitmen danbudaya etis organisasi pada sensitivitas etika auditor Badan Pengawasan Keuangan danPembangunan perwakilan Provinsi Bali. Jumlah responden dalam penelitian ini sebanyak60 responden. Data diperoleh melalui kuesioner yang disebarkan kepada auditor BPKP.Teknik analisis yang digunakan adalah analisis regresi linear berganda.

Hasil penelitian ini mengindikasikan bahwa pengalaman tidak berpengaruhsignifikan pada sensitivitas auditor BPKP. Idealisme berpengaruh positif pada sensitivitasetika auditor BPKP. Namun relativisme berpengaruh negatif pada sensitivitas etikaauditor BPKP. Komitmen profesional berpengaruh positif pada sensitivitas etika auditorBPKP. Komitmen organisasional berpengaruh positif pada sensitivitas etika auditorBPKP. Budaya etis organisasi berpengaruh positif pada sensitivitas etika auditor BPKP.

viii

Page 12: pengaruh pengalaman, orientasi etika, komitmen dan budaya etis

12

DAFTAR ISI

Halaman

SAMPUL DALAM ………………………………………………................... i

PRASYARAT GELAR ………………………………………….. .................. ii

LEMBAR PERSETUJUAN …………………………………….. .................. iii

PENETAPAN PANITIA PENGUJI ……………………………. .................. iv

UCAPAN TERIMA KASIH …………………………………….................... v

ABSTRAK ......................................................................... ............................... vi

ABSTRACT ………………………………………………………. ................. vii

RINGKASAN ……………………………………………………… ............... viii

DAFTAR ISI ..................................................................................................... ix

DAFTAR TABEL ............................................................................................ x

DAFTAR GAMBAR ........................................................................................ xi

DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... xii

BAB I PENDAHULUAN ........................................................................ 1

1.1 Latar Belakang ....................................................................... 1

1.2 Rumusan Masalah .................................................................. 6

1.3 Tujuan Penelitian ................................................................... 7

1.4 Manfaat Penelitian .................................................................. 8

BAB II KAJIAN PUSTAKA .................................................................... 9

2.1 Landasan Teori ...................................................................... 9

2.1.1 Teori Etika ................................................................. 9

2.1.2 Teori Perkembangan Moral Kognitif ........................ 11

2.1.3 Sensitivitas Etika …………………………. ............ 11

ix

Page 13: pengaruh pengalaman, orientasi etika, komitmen dan budaya etis

13

2.1.4 Pengalaman …………………………….................. 12

2.1.5 Orientasi Etika ………. ............................................. 13

2.1.6 Komitmen ................................................................. 14

2.1.7 Budaya Etis Organisasi.............................................. 15

2.1.8 Badan Pengawasan Keuangan dan

Pembangunan (BPKP) .............................................. 15

2.2 Hasil Penelitian Sebelumnya ................................................. 17

BAB III KERANGKA BERPIKIR, DESAIN DAN

HIPOTESIS PENELITIAN ........................................................ 20

3.1 Kerangka Berpikir ................................................................. 20

3.2 Konsep Penelitian .................................................................. 21

3.3 Hipotesis Penelitian ............................................................... 21

3.3.1 Pengaruh Pengalaman pada Sensitivitas EtikaAuditor ...................................................................... 22

3.3.2 Pengaruh Orientasi Etika pada Sensitivitas EtikaAuditor ...................................................................... 22

3.3.3 Pengaruh Komitmen pada Sensitivitas Etika Auditor……………………………………. .......................... 23

3.3.4 Pengaruh Budaya Etis Organisasi pada SensitivitasEtika Auditor ............................................................ 24

BAB IV METODE PENELITIAN ............................................................ 26

4.1 Rancangan Penelitian ............................................................. 26

4.2 Lokasi dan Waktu Penelitian ................................................. 28

4.3 Metode Penentuan Sampel .................................................... 28

4.4 Variabel Penelitian ................................................................. 28

Page 14: pengaruh pengalaman, orientasi etika, komitmen dan budaya etis

14

4.4.1 Identifikasi Variabel ................................................. 28

4.4.2 Definisi Operasional dan PengukuranVariabel .................................................................... 29

4.5 Teknik Analisis Data ............................................................. 34

4.5.1 Intervalisasi Data …………………………. ............ 34

4.5.2 Pengujian Instrumen ................................................. 35

4.5.3 Uji Asumsi Klasik .................................................... 35

4.5.4 Pengujian Hipotesis Penelitian ................................. 36

BAB V HASIL PENELITIAN ................................................................. 39

5.1 Gambaran Umum Responden …………………….................. 39

5.1.1 Responden Penelitian …………………….................... 39

5.1.2 Karakteristik Responden …………………................... 40

5.2 Statistik Deskriptif ……………………………….. ................. 43

5.3 Pengujian Hipotesis ………………………………. ............... 44

5.3.1 Uji Instrumen ………………………………. .............. 44

5.3.2 Uji Asumsi Klasik …………………………. ............... 47

5.3.3 Uji Regresi Linear Berganda ……………… ............... 51

5.3.4 Uji Statistik F ………………………………. .............. 53

5.3.5 Uji Statistik t ……………………………….. .............. 54

5.4 Pembahasan ……………………………………….. .............. 61

BAB VI SIMPULAN DAN SARAN ……………………………. ........... 67

6.1 Simpulan …………………………………………… ............. 67

6.2 Saran ……………………………………………….. ............. 68

DAFTAR PUSTAKA ……………………………………………… .............. 70

Page 15: pengaruh pengalaman, orientasi etika, komitmen dan budaya etis

15

DAFTAR TABEL

No. Tabel Halaman

2.1 Rangkuman Hasil Penelitian Sebelumnya .................................................... 19

5.1 Tingkat Penyebaran dan Pengembalian Kuesioner ………… ..................... 40

5.2 Karakteristik Responden …………………………………….. ................... 41

5.3 Hasil Statistik Deskriptif …………………………………….. ................... 43

5.4 Hasil Uji Validitas …………………………………………….. ................. 45

5.5 Hasil Uji Reliabilitas ………………………………………….. ................. 47

5.6 Hasil Uji Normalitas ………………………………………….. .................. 48

5.7 Hasil Uji Multikolinearitas …………………………………… .................. 49

5.8 Hasil Uji Heteroskedastisitas ………………………………… .................. 50

5.9 Hasil Uji Regresi Linear Berganda …………………………... .................. 52

5.10 Ringkasan Hasil Uji Statistik t …………………………….. ..................... 60

x

Page 16: pengaruh pengalaman, orientasi etika, komitmen dan budaya etis

16

DAFTAR GAMBAR

No. Gambar Halaman

3.1 Kerangka Berpikir......................................................................................... 20

3.2 Konsep Penelitian ......................................................................................... 21

4.1 Rancangan Penelitian.................................................................................... 27

xi

Page 17: pengaruh pengalaman, orientasi etika, komitmen dan budaya etis

17

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Kuesioner Penelitian

Lampiran 2 Rekapitulasi Hasil Jawaban Responden

Lampiran 3 Transformasi Data Ordinal ke Interval

Lampiran 4 Uji Validitas

Lampiran 5 Uji Reliabilitas

Lampiran 6 Uji Statistik Deskriptif

Lampiran 7 Uji Normalitas

Lampiran 8 Uji Multikolinearitas

Lampiran 9 Uji Heteroskedastisitas

Lampiran 10 Uji Regresi Linear Berganda

Lampiran 11 Hasil Wawancara dengan auditor BPKP

xii

Page 18: pengaruh pengalaman, orientasi etika, komitmen dan budaya etis

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Transparansi dan akuntabilitas sangat dibutuhkan dalam pengelolaan

keuangan negara guna mewujudkan stabilitas ekonomi untuk meningkatkan

kesejahteraan dan kemakmuran rakyat. Auditor merupakan ujung tombak dalam

pelaksanaan kegiatan pemeriksaan dalam pengelolaan keuangan tersebut. Badan

Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP) adalah auditor internal dalam

pengelolaan keuangan negara. BPKP melakukan tugas pengawasan keuangan dan

pembangunan berupa audit, konsultasi, asistensi, evaluasi, pemberantasan korupsi,

kolusi, nepotisme (KKN) serta pendidikan dan pelatihan pengawasan sesuai

dengan peraturan yang berlaku (http://www.bpkp.go.id, Selasa, 11 Februari 2014).

Auditor internal sering menghadapi situasi yang dilematis dalam

menjalankan tugas auditnya. Selain harus patuh pada pimpinan tempat bekerja,

juga harus menghadapi tuntutan dari masyarakat untuk memberikan laporan yang

jujur (Westra, 1986). Meskipun demikian, kemampuan untuk membuat

pertimbangan etis dan bertindak secara etis merupakan syarat bagi auditor untuk

mengenali suatu isu etis (Shaub et al., 1993). Kondisi ini menunjukkan bahwa

profesi auditor tidak terlepas dari masalah-masalah etika. Masalah etika muncul

ketika auditor menyeimbangkan kepentingan berbagai pihak yang terkait (Shaub

et al., 1993).

Etika berkaitan erat dengan nilai-nilai dan tatacara hidup yang baik yang

dianut dan diwariskan oleh suatu generasi ke generasi berikutnya. Etika dalam

1

Page 19: pengaruh pengalaman, orientasi etika, komitmen dan budaya etis

2

profesi akuntan diatur dalam kode etik Ikatan Akuntan Indonesia yang menjadi

panduan dan aturan bagi setiap anggota. Auditor dituntut untuk lebih profesional

dan beretika didalam melaksanakan tugas-tugas profesinya. Didalam

membuktikan kewajaran laporan keuangan yang disajikan oleh pihak manajemen

perusahaan, seorang auditor akan menghadapi kondisi dilematis baik dari dirinya

sendiri maupun dari pihak eksternal, sehingga auditor harus mampu menjunjung

tinggi etika profesinya.

Etika auditor sering dikaitkan dengan perilaku etis auditor dalam mengambil

keputusan. Beberapa kasus audit yang dialami oleh Badan Pengawasan Keuangan

dan Pembangunan (BPKP) yaitu perihal laporan hasil audit tim BPKP atas

perhitungan kerugian keuangan negara dalam perkara dugaan tindak pidana

korupsi penggunaan jaringan frekuensi 2,1 GHz/Generasi 3 (3G) oleh Indosat

Mega Media (IM2) sebesar Rp 1,3 Triliun dan kasus dugaan korupsi oleh PT.

Chevron Pacifik Indonesia sebesar USD 9,9 juta. Namun pihak Indosat Mega

Media (IM2) menggugat ke Pengadilan Tata Usaha Negara (PTUN) atas

keputusan BPKP tersebut. PTUN mengabulkan gugatan pihak Indosat Mega

Media (IM2), dengan membatalkan laporan audit BPKP dan mengkaji ulang

persyaratan kerjasamanya. Kasus lain juga terjadi di Semarang, BPKP digugat

atas laporan audit yang diterbitkan dengan kesimpulan adanya kerugian Negara

sebesar 2,5 miliar terkait kasus tukar guling tanah Pemerintah Provinsi Jawa

Tengah di Desa Nyatnyono Ungaran Barat Kabupaten Semarang. Namun

Pengadilan Negeri Semarang berkesimpulan bahwa BPKP telah melakukan

pelanggaran hukum dengan mengeluarkan hasil audit tersebut. Sehingga BPKP

Page 20: pengaruh pengalaman, orientasi etika, komitmen dan budaya etis

3

dikenakan denda inmateriil sebesar 200 juta dan menyatakan laporan hasil audit

BPKP Nomor SR-10916/PWII/2012 batal demi hukum.

Kegagalan atau penyimpangan audit yang dilakukan oleh auditor,

mendorong diperlukannya suatu kemampuan auditor untuk mempertimbangkan

etika dan perilaku dalam pelaksanaan audit. American Institute of Certified Public

Accountant (AICPA) mensyaratkan auditor untuk melatih sensitivitas profesional

dan pertimbangan moral dalam semua aktivitasnya (Andersen dan Ellyson, 1986).

Beberapa kasus mengenai kegagalan auditor dapat digunakan sebagai bahan

evaluasi untuk meningkatan etika profesional akuntan publik yang memiliki tugas

dalam jasa audit.

Sensitivitas etika adalah kemampuan seseorang dalam mengambil suatu

keputusan dengan mempertimbangkan sifat dasar etika dari keputusan tersebut

(Shaub et al., 1993). Sensitivitas etika diukur dengan menilai kegagalan auditor

dalam mengerjakan pekerjaan sesuai dengan waktu yang diminta, penggunaan

jam kantor untuk kepentingan pribadi, subordinasi auditor dalam hubungannya

dengan prinsip-prinsip akuntansi. Kemampuan seorang profesional untuk

berperilaku etis sangat dipengaruhi oleh sensitivitas individu tersebut (Falah,

2006).

Pengalaman audit merupakan salah satu hal yang berpengaruh terhadap

sensitivitas etika auditor, karena auditor yang berpengalaman dianggap lebih

konservatif dalam menghadapi dilema etika (Larkin, 2000). Pengalaman audit

berkaitan dengan jabatan auditor, lama tahun bekerja, keahlian yang dimiliki

dalam audit, serta pelatihan-pelatihan yang pernah diikuti oleh auditor tentang

Page 21: pengaruh pengalaman, orientasi etika, komitmen dan budaya etis

4

audit (Gusnardi, 2003). Melalui pendidikan, pelatihan, dan pengalaman, seorang

auditor dapat lebih obyektif dalam mengambil keputusan menyangkut hasil

auditnya.

Higgins dan Kelleher (2005) mengungkapkan alternatif lain dalam

menyelesaikan dilema etika yaitu orientasi etika. Orientasi etika dikendalikan oleh

dua karakteristik yaitu idealisme dan relativisme (Forsyth, 1980). Idealisme

mengacu pada suatu hal yang dipercaya oleh individu dengan konsekuensi yang

dimiliki dan diinginkannya tidak melanggar nilai-nilai moral. Relativisme adalah

suatu sikap penolakan terhadap nilai-nilai moral yang absolut dalam mengarahkan

perilaku etis (Forsyth, 1980). Kedua konsep tersebut bukan merupakan hal yang

berlawanan namun penting digunakan dalam mengukur tingkat sensitivitas etika.

Irawati dan Supriyadi (2012) menyatakan bahwa seorang auditor harus

berkomitmen pada kepentingan publik. Komitmen dibedakan menjadi dua

konstruk, yaitu komitmen profesional dan komitmen organisasional (Bline et al.,

1992). Komitmen profesional dan komitmen organisasional adalah dua hal yang

berbeda (Chang dan Choi, 2007). Komitmen profesional adalah loyalitas pada

profesi yang dimiliki oleh individu (Larkin, 2000) sedangkan komitmen

organisasional adalah loyalitas pada organisasi (Kwon dan Banks, 2004). Auditor

dapat bertahan sebagai anggota dari organisasi dan/ atau profesinya dengan cara

memahami sifat dasar etika dari suatu keputusan yang dibuat (Anderson dan

Ellyson, 1986).

Budaya etis organisasi merupakan pandangan luas tentang persepsi

karyawan pada tindakan etis pemimpin akan pentingnya etika di perusahaan dan

Page 22: pengaruh pengalaman, orientasi etika, komitmen dan budaya etis

5

memberikan penghargaan ataupun sanksi atas tindakan tidak bermoral (Hurt et al,

1986). Budaya kerja berkaitan dengan sikap atau perilaku seseorang dalam

melaksanakan pekerjaan sehari-hari. Permasalahan budaya kerja dalam sistem

pemerintahan yaitu terabaikannya nilai etika dan budaya kerja yg dapat

melemahkan disiplin dan etos kerja (Tamin, 2004).

Beberapa penelitian mengenai sensitivitas etika yaitu penelitian oleh Irawati

dan Supriyadi (2012) yang meneliti mengenai pengaruh orientasi etika pada

komitmen profesional, komitmen organisasional, dan sensitivitas etika auditor

dengan variabel pemoderasi gender pada auditor BPK. Penelitian ini memperoleh

hasil bahwa gender tidak dapat memoderasi hubungan antara orientasi etika

dengan komitmen profesional, komitmen organisasional dan sensitivitas etika.

Penelitian lain juga dilakukan oleh Januarti (2011) untuk menguji pengaruh

pengalaman auditor, komitmen profesional, orientasi etis, dan nilai etika terhadap

persepsi dan pertimbangan etis pada auditor BPK. Hasil pengujian ini

menunjukkan bahwa orientasi etis berpengaruh signifikan terhadap persepsi dan

pertimbangan etis, sedangkan pengalaman, komitmen profesional, dan nilai etika

tidak berpengaruh terhadap persepsi dan pertimbangan etis. Selain itu Aziza dan

Salim (2007) serta Shaub (1993) menguji orientasi etika terhadap komitmen dan

sensitivitas etika pada auditor di Bengkulu dan Sumatera Selatan. Penelitian ini

menunjukkan bahwa orientasi etika berpengaruh terhadap komitmen, dan

komitmen tidak berpengaruh terhadap sensitivitas etika. Khomsiyah dan Nur

Indriantoro (1998) juga menguji pengaruh orientasi etika terhadap komitmen

profesional, komitmen organisasional dan sensitivitas etika auditor Pemerintah

Page 23: pengaruh pengalaman, orientasi etika, komitmen dan budaya etis

6

DKI Jakarta. Penelitian mengenai budaya etis organisasi dan orientasi etis

terhadap sensitivitas etika pada Bawasda dilakukan oleh Fallah (2006) dengan

hasil penelitian menunjukkan bahwa budaya etis organisasi berpengaruh positif

terhadap idealisme dan tidak berpengaruh pada relativisme. Orientasi etika

berpengaruh pada sensitivitas etika, khususnya relativisme sedangkan idealisme

tidak berpengaruh terhadap sensitivitas etika.

Penelitian ini menguji pengaruh variabel pengalaman, orientasi etika,

komitmen dan budaya etis organisasi pada sensitivitas etika dalam dimensi waktu

dan tempat yang berbeda. Adanya perbedaan hasil dari beberapa penelitian

sebelumnya, serta beberapa permasalahan yang terdapat pada auditor internal,

memotivasi penelitian ini dilakukan pada auditor Badan Pengawasan Keuangan

dan Pembangunan (BPKP) karena belum adanya penelitian serupa yang diadakan

di instansi tersebut. Selain itu, BPKP merupakan instansi yang berdiri sendiri,

tidak dalam satu kesatuan dengan istansi yang diauditnya, berbeda dengan

Bawasda yang merupakan auditor internal pemerintah yang masih dalam satu

kesatuan sistem pemerintah daerah. Berbeda juga dengan BPK yang merupakan

auditor eksternal pemerintah. Penelitian ini ingin membuktikan apakah hasil

penelitian akan sama ataukah berbeda apabila dilakukan dengan variabel, waktu

dan tempat yang berbeda.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang, maka dapat dirumuskan beberapa

permasalahan, yaitu:

Page 24: pengaruh pengalaman, orientasi etika, komitmen dan budaya etis

7

1) Apakah pengalaman berpengaruh pada sensitivitas etika auditor Badan

Pengawasan Keuangan dan Pembangunan perwakilan Provinsi Bali?

2) Apakah idealisme berpengaruh pada sensitivitas etika auditor Badan

Pengawasan Keuangan dan Pembangunan perwakilan Provinsi Bali?

3) Apakah relativisme berpengaruh pada sensitivitas etika auditor Badan

Pengawasan Keuangan dan Pembangunan perwakilan Provinsi Bali?

4) Apakah komitmen profesional berpengaruh pada sensitivitas etika auditor

Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan perwakilan Provinsi Bali?

5) Apakah komitmen organisasional berpengaruh pada sensitivitas etika auditor

Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan perwakilan Provinsi Bali?

6) Apakah budaya etis organisasi berpengaruh pada sensitivitas etika auditor

Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan perwakilan Provinsi Bali?

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan uraian rumusan masalah, maka tujuan penelitian ini adalah

sebagai berikut:

1) Untuk mengetahui pengaruh pengalaman pada sensitivitas etika auditor

Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan perwakilan Provinsi Bali.

2) Untuk mengetahui pengaruh idealisme pada sensitivitas etika auditor Badan

Pengawasan Keuangan dan Pembangunan perwakilan Provinsi Bali.

3) Untuk mengetahui pengaruh relativisme pada sensitivitas etika auditor Badan

Pengawasan Keuangan dan Pembangunan perwakilan Provinsi Bali.

Page 25: pengaruh pengalaman, orientasi etika, komitmen dan budaya etis

8

4) Untuk mengetahui pengaruh komitmen profesional pada sensitivitas etika

auditor Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan perwakilan Provinsi

Bali.

5) Untuk mengetahui pengaruh komitmen organisasional pada sensitivitas etika

auditor Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan perwakilan Provinsi

Bali.

6) Untuk mengetahui pengaruh budaya etis organisasi pada sensitivitas etika

auditor Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan perwakilan Provinsi

Bali.

1.4 Manfaat Penelitian

Manfaat yang diharapkan dapat diperoleh dari penelitian ini, sebagai

berikut:

1) Manfaat teoretis

Melalui penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan konseptual

bagi pengembangan ilmu pengetahuan bidang akuntansi keprilakuan yang

berhubungan dengan audit serta bagi peneliti sejenis maupun civitas akademi

lainnya.

2) Manfaat praktis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi bagi seluruh pihak

yang berkepentingan serta masukan kepada auditor Badan Pengawasan

Keuangan dan Pembangunan (BPKP) mengenai sensitivitas etika auditor.

Page 26: pengaruh pengalaman, orientasi etika, komitmen dan budaya etis

9

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Landasan Teori

2.1.1 Teori Etika

Etika merupakan suatu prinsip moral dan perbuatan yang menjadi landasan

bertindak seseorang sehingga apa yang dilakukannya dipandang oleh masyarakat

sebagai perbuatan terpuji dan meningkatkan martabat dan kehormatan seseorang

(Munawir, 1997). Etika sangat erat kaitannya dengan perilaku bermoral. Moral

adalah sikap mental dan emosional yang dimiliki oleh individu sebagai anggota

kelompok sosial dalam melakukan tugas-tugas atau fungsi yang diharuskan

kelompoknya serta loyalitas pada kelompoknya (Sukamto, 1991).

Etika secara harfiah berasal dari kata Yunani yaitu ethos yang artinya sama

persis dengan moralitas yaitu adat kebiasaan yang baik (Keraf, 1998). Kamus

Bahasa Indonesia (1998) menyebutkan etika memiliki tiga arti yang salah satunya

adalah nilai mengenai benar atau salah yang dianut suatu golongan atau

masyarakat. Sedangkan etika dalam bahasa latin yaitu ethica yang berarti falsafah

moral. Etika adalah tatanan moral yang telah disepakati bersama dalam suatu

profesi dan ditujukan untuk anggota profesi (Risa, 2011).

Bertens (2000) menyebutkan bahwa teori etika dapat membantu proses

pengambilan keputusan yang berhubungan dengan moral dan justifikasi terhadap

keputusan tersebut. Menurut Duska (2003), teori etika dikembangkan dalam tiga

bagian, yaitu:

9

Page 27: pengaruh pengalaman, orientasi etika, komitmen dan budaya etis

10

1) Utilitarianism Theory

Teori ini membahas mengenai optimalisasi pengambilan keputusan individu

untuk memaksimumkan manfaat dan meminimalkan dampak negatif.

Terdapat dua jenis utilitarisme, yaitu:

a. Act Utilitarisme yaitu perbuatan yang bermanfaat untuk banyak orang.

b. Rule Utilitarisme yaitu aturan moral yang diterima oleh masyarakat luas.

2) Deonotologi Theory

Teori etika ini membahas mengenai kewajiban individu untuk memberikan

hak kepada orang lain, sehingga dasar untuk menilai baik atau buruk suatu hal

harus didasarkan pada kewajiban, bukan konsekuensi perbuatan.

3) Virtue Theory

Teori ini menjelaskan disposisi watak seseorang yang memungkinkan untuk

bertingkah laku baik secara moral. Ada dua jenis virtue theory, yaitu:

a. Pelaku bisnis individual, seperti: kejujuran, fairness, kepercayaan dan

keuletan.

b. Taraf perusahaan, seperti: kemarahan, loyalitas, kehormatan, rasa malu

yang dimiliki oleh manajer dan karyawan.

Auditor BPKP merupakan salah satu profesi yang tidak terlepas dari

permasalahan dilema etika. Auditor harus mempertimbangkan berbagai hal

didalam mengambil keputusan untuk pihak-pihak yang berkepentingan atas

laporan hasil audit.

Page 28: pengaruh pengalaman, orientasi etika, komitmen dan budaya etis

11

2.1.2 Teori Perkembangan Moral Kognitif

Pendekatan perkembangan kognitif pertama kali dikemukakan oleh Dewey

dan selanjutnya dikembangkan lagi oleh Piaget dan Kohlberg. Moral kognitif

adalah faktor penentu dalam pengambilan keputusan etis (Kohlberg, 1971).

Kohlberg menyatakan bahwa personal value diperoleh melalui suatu proses

berpikir dan berpendapat. Terdapat enam tingkatan yang dikembangkan oleh

Kohlberg yaitu tahap pertama dan kedua dari perkembangan moral disebut dengan

Pre-coventional, yaitu kondisi dimana orang-orang membuat keputusan moral

berdasarkan pada imbalan dan hukuman. Tahap tiga dan empat disebut

Conventional, dalam tahap ini seseorang sudah memperhatikan aturan-aturan

sosial dan kebutuhan-kebutuhan sesama. Tahap kelima dan keenam disebut Post-

conventional, dimana kebaikan bagi masyarakat telah dimasukkan dalam

pemikiran moral (Kohlberg, 1971).

Trevino (1986), Hunt dan Vitell (1986) menjelaskan bahwa budaya etis

organisasi merupakan faktor organisasional yang berpengaruh pada perilaku etis

seseorang. Trevino (1986) menitikberatkan teori yang dikembangkan Kohlberg

dalam mengidentifikasi pengaruh individu terhadap keputusan etis. Namun Hunt

dan Vitell (1986) memasukkan variabel personal value dalam pengambilan

keputusan.

2.1.3 Sensitivitas Etika

Hunt dan Vitell (1986) menjelaskan bahwa kemampuan seseorang untuk

memahami masalah etis yang dipengaruhi oleh lingkungan budaya, lingkungan

Page 29: pengaruh pengalaman, orientasi etika, komitmen dan budaya etis

12

industri, lingkungan organisasi, dan pengalaman pribadi. Sensitivitas etika

merupakan kemampuan untuk menyadari adanya nilai-nilai etika dalam suatu

keputusan (Shaub et al., 1993). Sensitivitas etika diukur melalui penilaian

kegagalan akuntan dalam mengerjakan pekerjaan sesuai dengan waktu yang

diminta, penggunaan jam kantor untuk kepentingan pribadi, dan subordinasi

akuntan dalam hubungannya dengan prinsip-prinsip akuntansi. Rest (1983)

mengajukan model atau rerangka analisis empat komponen kerangka kerja untuk

meneliti pengembangan proses berpikir moral dan perilaku individu dalam

mengambil keputusan. Empat komponen tersebut, yaitu:

1) Pengenalan individu akan keberadaan masalah etis dan pengevaluasian.

2) Penentuan perilaku moral secara ideal yang sesuai untuk sebuah situasi.

3) Keputusan pada tindakan yang dimaksud berkaitan dengan berbagai hasil yang

dinilai dan implikasi moralnya.

4) Pelaksanaan perilaku yang dimaksud.

2.1.4 Pengalaman

Pengalaman audit dapat mengembangkan struktur memori yang luas dan

kompleks yang membentuk kumpulan informasi yang dibutuhkan dalam membuat

keputusan-keputusan audit (Libby, 1993). Pengalaman dapat menghasilkan

struktur dalam proses penilaian auditor. Auditor yang berpengalaman memiliki

struktur memori mengenai pengetahuan audit dalam mengidentifikasi petunjuk-

petunjuk dari informasi tertentu yang berpengaruh terhadap kesimpulan hasil audit

(Bonner, 1996). Pengalaman auditor akan semakin berkembang dengan

Page 30: pengaruh pengalaman, orientasi etika, komitmen dan budaya etis

13

bertambahnya pengalaman audit, diskusi audit, pelatihan, dan penggunaan standar

(Januarti, 2011). Auditor yang memiliki pengalaman yang lebih lama,

memungkinkan auditor lebih terampil dan cepat dalam menyelesaikan pekerjaan

auditnya serta menghasilkan opini audit yang tepat. Hal ini menunjukkan bahwa

pengalaman auditor berkaitan dengan tingkat ketelitian auditor. Gusnardi (2003)

menyatakan bahwa pengalaman audit diukur melalui lama auditor bekerja, jabatan

auditor, keahlian yang berhubungan dengan audit, dan pelatihan audit yang pernah

diikuti. Sehingga auditor yang berpengalaman dianggap lebih konservatif saat

menghadapi dilema etika (Larkin, 2000).

2.1.5 Orientasi Etika

Cohen et al. (1980) menyatakan bahwa orientasi setiap individu pertama-

tama ditentukan oleh kebutuhannya. Kebutuhan tersebut menentukan harapan atau

tujuan dalam setiap perilakunya sehingga pada akhirnya individu tersebut

menentukan tindakan apa yang akan diambilnya. Higgins dan Kelleher (2005)

menjelaskan alternatif pola perilaku untuk menyelesaikan dilema etika dan

konsekuensi yang diharapkan oleh fungsi yang berbeda akan menentukan

orientasi etis. Tetapi ada penentu lain dari orientasi etis yang dapat menunjukkan

adanya perbedaan individu, antara lain standar perilaku individu, standar perilaku

dalam keluarga serta standar perilaku dalam komunitas (Tsalikis dan Fritzsche,

1998; wiley, 1998). Higgins dan Kelleher (2005) mengungkapkan alternatif lain

dalam menyelesaikan dilema etika yaitu orientasi etika. Orientasi etika

dikendalikan oleh dua karakteristik yaitu idealisme dan relativisme (Forsyth,

Page 31: pengaruh pengalaman, orientasi etika, komitmen dan budaya etis

14

1980). Idealisme mengacu pada suatu hal yang dipercaya oleh individu dengan

konsekuensi yang dimiliki dan diinginkannya tidak melanggar nilai-nilai moral

sedangkan relativisme adalah suatu sikap penolakan terhadap nilai-nilai moral

yang absolut dalam mengarahkan perilaku etis (Forsyth, 1980).

2.1.6 Komitmen

Bline et al. (1992) membedakan komitmen menjadi dua konstruk, yaitu

komitmen profesional dan komitmen organisasional. Komitmen profesional dan

komitmen organisasional adalah dua hal yang berbeda (Chang dan Choi, 2007).

Aranya et al. (1981) serta Araya dan Ferris (1984) mendefinisikan komitmen

sebagai berikut:

1) Sebuah kepercayaan dan penerimaan tujuan pada nilai-nilai organisasi

dan/atau profesi.

2) Kesediaan untuk mengerahkan usaha atas nama organisasi dan/atau profesi.

3) Keinginan untuk mempertahankan keanggotaan dalam organisasi dan/atau

profesi.

Kwon dan Branks (2004) menyatakan bahwa komitmen organisasional

berkaitan dengan jenis organisasi karyawan, sedangkan komitmen profesional

diperkirakan oleh dukungan untuk kelompok dan sikap positif terhadap profesi

dan karakteristik pekerjaan. Komitmen profesional yang kuat akan mengarahkan

auditor untuk taat pada aturan (Jeffrey dan Weatherholt, 1996).

Page 32: pengaruh pengalaman, orientasi etika, komitmen dan budaya etis

15

2.1.7 Budaya Etis Organisasi

Schein (1992) menyatakan budaya adalah suatu proses pentransferan nilai-

nilai kepada anggota yang baru sebagai suatu pedoman untuk berperilaku. Budaya

dapat berkembang dari upaya yang tidak disadari, tetapi sistematis dalam kurun

waktu tertentu. Budaya organisasi merupakan pola pemikiran, perasaan dan

tindakan dari suatu kelompok sosial, yang membedakan dengan kelompok sosial

yang lain (Hofstede, 1994). Budaya etis organisasi merupakan pandangan luas

tentang persepsi karyawan pada tindakan etis pemimpin akan pentingnya etika di

perusahaan dan memberikan penghargaan ataupun sanksi atas tindakan tidak

bermoral (Hurt et al, 1986). Budaya organisasi merupakan salah satu variabel

penting bagi seorang pemimpin, karena mencerminkan nilai-nilai yang diakui dan

menjadi pedoman bagi pelaku anggota organisasi tersebut.

2.1.7 Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP)

Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP) adalah lembaga

pemerintahan nonkementerian Indonesia yang melaksanakan tugas pemerintahan

di bidang pengawasan keuangan dan pembangunan yang berupa audit, konsultasi,

asistensi, evaluasi, pemberantasan KKN serta pendidikan dan pelatihan

pengawasan sesuai dengan peraturan yang berlaku. Perkembangan lembaga

pengawasan ini diawali dengan terbentuknya Djawatan Akuntan Negara (DAN)

pada tanggal 31 Oktober 1936 dengan bersluit Nomor 44. DAN bertugas

melakukan penelitian terhadap pembukuan dari berbagai perusahaan negara atau

jawatan tertentu. DAN berada di bawah Thesauri Jenderal pada Kementrian

Page 33: pengaruh pengalaman, orientasi etika, komitmen dan budaya etis

16

Keuangan. Kedudukan DAN ditingkatkan menjadi langsung di bawah Menteri

Keuangan setelah dikeluarkannya Peraturan Presiden Nomor 9 Tahun 1961. Pada

tahun 1966 dikeluarkan Keputusan Presiden Nomor 239 tentang pembentukan

Direktorat Djendral Pengawasan Keuangan Negara (DDPKN) pada Departemen

Keuangan. Tugas DDPKN meliputi pengawasan anggaran dan pengawasan badan

usaha/jawatan, yang semula menjadi tugas DAN dan Thesauri Jenderal.

Berdasarkan Keputusan Presiden Nomor 70 Tahun 1971, khusus pada

Departemen Keuangan, tugas pengawasan keuangan Negara dilakukan oleh

DDPKN.

DDPKN ditransformasikan menjadi BPKP setelah diterbitkannya

Keputusan Presiden Nomor 31 Tahun 1983 tanggal 30 Mei 1983. BPKP

merupakan lembaga non departemen yang berkedudukan langsung dibawah

Presiden. Kedudukan, tugas, fungsi, kewenangan, susunan organisasi, dan tata

kerja lembaga pemerintah non departemen diatur pada Keputusan Presiden Nomor

103 tahun 2001 yang telah beberapa kali diubah, terakhir dengan Peraturan

Presiden Nomor 64 tahun 2005. Hasil pengawasan BPKP dilaporkan kepada

Presiden selaku kepala pemerintahan sebagai bahan pertimbangan untuk

menetapkan kebijakan-kebijakan dalam menjalankan pemerintahan dan

memenuhi kewajiban akuntabilitasnya. Hasil pengawasan tersebut juga diperlukan

oleh para penyelenggara pemerintahan lainnya termasuk pemerintah provinsi dan

kabupaten/kota dalam pencapaian dan peningkatan kinerja instansi yang

dipimpinnya.

Page 34: pengaruh pengalaman, orientasi etika, komitmen dan budaya etis

17

2.2 Hasil Penelitian Sebelumnya

Irawati dan Supriyadi (2012) meneliti pengaruh orientasi etika pada

komitmen profesional, komitmen organisasional, dan sensitivitas etika auditor

dengan variabel pemoderasi gender. Sampel penelitian ini adalah auditor Badan

Pemeriksa Keuangan (BPK). Metode analisis data yang digunakan adalah

Structural Equation Modeling (SEM). Penelitian ini memperoleh hasil bahwa

gender tidak dapat memoderasi hubungan antara orientasi etika dengan komitmen

profesional, komitmen organisasional dan sensitivitas etika.

Penelitian lain dilakukan oleh Januarti (2011) untuk menguji pengaruh

pengalaman auditor, komitmen profesional, orientasi etis, dan nilai etika terhadap

persepsi dan pertimbangan etis dengan sampel penelitian pada auditor BPK. Hasil

pengujian ini menunjukkan bahwa orientasi etis berpengaruh signifikan terhadap

persepsi dan pertimbangan etis, sedangkan pengalaman, komitmen profesional,

dan nilai etika tidak berpengaruh terhadap persepsi dan pertimbangan etis.

Aziza dan Salim (2007), Shaub (1993) menguji orientasi etika terhadap

komitmen dan sensitivitas etika pada auditor di Bengkulu dan Sumatera Selatan.

Penelitian ini menunjukkan bahwa orientasi etika berpengaruh terhadap

komitmen, dan komitmen tidak berpengaruh terhadap sensitivitas etika. Metode

analisis data yang digunakan adalah Path Analysis. Fallah (2006) melakukan

penelitian mengenai budaya etis organisasi dan orientasi etis terhadap sensitivitas

etika pada Bawasda dengan hasil yang menunjukkan bahwa budaya etis organisasi

berpengaruh positif terhadap idealisme dan tidak berpengaruh pada relativisme.

Orientasi etika berpengaruh pada sensitivitas etika, khususnya relativisme

Page 35: pengaruh pengalaman, orientasi etika, komitmen dan budaya etis

18

sedangkan idealisme tidak berpengaruh terhadap sensitivitas etika. Penelitian ini

menggabungkan model Structural Equation Modeling (SEM) dengan Path

Analysis. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian yang dilakukan oleh Aziza

dan Salim (2007) adalah metode analisis data yang digunakan. Sahub et al.,

(1993) menggunakan metoda analisis data Multivariate Analysis of Variance

(Manova).

Khomsiyah dan Nur Indriantoro (1998) meneliti pengaruh orientasi etika

terhadap komitmen professional, komitmen organisasional dan sensitivitas etika

auditor Pemerintah DKI Jakarta dengan metode Path Analysis. Hasil yang

diperoleh bahwa orientasi etika mempengaruhi komitmen profesional, komitmen

organisasional dan sensitivitas etika. Douglas et al., (2001) menguji pengaruh

budaya etis organisasi dan orientasi etis pada etika judgment akuntan. Penelitian

tersebut menggunakan Path Analysis membuktikan bahwa budaya etis organisasi

mempengaruhi orientasi etika dan etika judgment akuntan.

Hasil penelitian sebelumnya merupakan kajian empiris penelitian.

Penelitian ini mencoba menggabungkan variabel-variabel dari penelitian-

penelitian sebelumnya mengenai sensitivitas etika dengan obyek dan waktu

penelitian yang berbeda. Beberapa hasil penelitian sebelumnya mengenai

sensitivitas etika dirangkum dalam Tabel 2.1. Uraian dari penelitian – penelitian

tersebut terdiri dari nama peneliti dan tahun penelitiannya, variabel penelitian,

teknik analisis data yang digunakan serta hasil penelitian.

Page 36: pengaruh pengalaman, orientasi etika, komitmen dan budaya etis

19

Tabel 2.1 Rangkuman Hasil Penelitian Sebelumnya

Peneliti(Tahun)

Variabel TeknikAnalisis

Hasil PenelitianDependen Independen Moderasi

Irawati danSupriyadi(2012)

KomitmenProfesional,KomitmenOrganisasional,danSensitivitasEtika

OrientasiEtika

Gender StructuralEquationModeling(SEM)

Gender tidak berhasilmemoderasihubungan antaraorientasi etikaterhadap komitmenprofesional,komitmenorganisasional dansensitivitas etika

Januarti(2011)

Persepsi danPertimbanganetis

Pengalamanauditor,KomitmenProfesional,OrientasiEtis, danNilai Etika

Regresi Orientasi etisberpengaruhsignifikan terhadappersepsi danpertimbangan etispengalaman,komitmenprofesional, dan nilaietika organisasi tidakberpengaruh terhadappersepsi danpertimbangan etis

Aziza danSalim(2007)

Komitmen danSensitivitasEtika

OrientasiEtika

Pathanalysis

Orientasi etikaberpengaruh terhadapkomitmen. Komitmenprofesional danorganisasional tidakberpengaruhsignifikan terhadapsensitivitas etika

Falah(2006)

SensitivitasEtika

Budaya etisorgansasidanorientasietis

StructuralEquationModeling(SEM) danPathanalysis

Budaya etisorganisasiberpengaruh positifdengan idealisme tapitidak terhadaprelativisme, idealismeberpengaruh positifterhadap sensitivitasetika. Relativismeberpengaruh negatifterhadap sensitivitasetika

Khomsiyahdan NurIndriantoro(1998)

Komitmenprofesional,komitmenorganisasionaldan sensitivitasetika

OrientasiEtika

PathAnalysis

Orientasi etikaberpengaruh padakomitmenprofesional,organisasional dansensitivitas etika

Sumber : data diolah 2014

Page 37: pengaruh pengalaman, orientasi etika, komitmen dan budaya etis

20

BAB III

KERANGKA BERPIKIR, KONSEP DAN HIPOTESIS PENELITIAN

3.1 Kerangka Berpikir

Penyatuan sintesis teori dan kajian pustaka yang dikaitkan dengan

rumusan masalah dalam penelitian ini membentuk kerangka berpikir mengenai

pengaruh orientasi etika, komitmen dan budaya etis organisasi terhadap

sensitivitas etika auditor Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan

perwakilan Provinsi Bali. Gambar 3.1 menjelaskan kerangka berpikir dalam

penelitian ini.

Gambar 3.1 Kerangka Berpikir

20

Kajian Teori

Teori Etika

Teori PerkembanganMoral Kognitif

Sensitivitas Etika

Pengalaman

Orientasi Etika

Komitmen

Budaya Etis Organisasi

Kajian Empiris

Irawati dan Supriyadi (2012)

Januarti (2011)

Aziza dan Salim (2007)

Falah (2006)

Khomsiyah dan NurIndriantoro (1998)

Rumusan Masalah

Hipotesis

Uji Statistik

Hasil

Kesimpulan dan Saran

Page 38: pengaruh pengalaman, orientasi etika, komitmen dan budaya etis

21

3.2 Konsep Penelitian

Konsep penelitian merupakan hubungan yang logis antara landasan teori

dengan kajian empiris yang telah diuraikan dalam kajian pustaka yang

menjelaskan hubungan antar variabel bebas dengan variabel terikat dalam

penelitian ini. Konsep penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 3.2.

Gambar 3.2 Konsep Penelitian

3.3 Hipotesis Penelitian

Hipotesis penelitian merupakan jawaban sementara dari pokok

permasalahan penelitian yang diuji kebenarannya (Sugiyono, 2008). Berdasakan

rumusan masalah, tujuan penelitian, dan kajian teori serta hasil penelitian

sebelumnya, maka dapat ditarik hipotesis sebagai berikut:

Idealisme

Relativisme

KomitmenProfesional

KomitmenOrganisasional

BudayaEtis Organisasi

SensitivitasEtika

Pengalaman

Page 39: pengaruh pengalaman, orientasi etika, komitmen dan budaya etis

22

3.3.1 Pengaruh Pengalaman pada Sensitivitas Etika Auditor

Pengalaman merupakan hasil persentuhan alam dengan panca indra

manusia, sehingga pengalaman memungkinkan seseorang menjadi tahu dan

hasilnya disebut dengan pengetahuan. Pengalaman adalah suatu proses

pembelajaran dan pertambahan potensi tingkah laku yang baik dari pendidikan

formal maupun informal (Knoers dan Haditono, 1999). Pengalaman

mempengaruhi perkembangan moral kognitif seseorang (Jones, 1991). Larkin

(2000) juga menyatakan bahwa auditor yang berpengalaman, lebih konservatif

saat menghadapi dilema etika. Dengan demikian, pengalaman auditor berkaitan

dengan kemampuan auditor dalam melaksanakan tugas auditnya yang

mempengaruhi sensitivitas etika auditor tersebut. Sehingga dapat dirumuskan

hipotesis penelitian sebagai berikut:

H1 : Pengalaman berpengaruh positif pada sensitivitas etika auditor

3.3.2 Pengaruh Orientasi Etika pada Sensitivitas Etika Auditor

Orientasi setiap individu ditentukan oleh kebutuhannya, kemudian

berinteraksi dengan pengalaman pribadi dan sistem nilai individu yang akan

menentukan harapan-harapan atau tujuan dalam setiap perilaku sehingga individu

tersebut dapat menentukan tujuan apa yang akan diambil (Cohen et al, 1996).

Orientasi etika dikendalikan oleh dua karakteristik yaitu idealisme dan relativisme

(Forsyth, 1980). Orientasi etika berhubungan dengan faktor eksternal seperti

lingkungan budaya, lingkungan industri, lingkungan organisasi dan faktor internal

yaitu pengalaman pribadi (Hunt dan Vitell, 1986). Idealisme mengacu pada suatu

Page 40: pengaruh pengalaman, orientasi etika, komitmen dan budaya etis

23

hal yang dipercaya oleh individu dengan konsekuensi yang dimiliki dan

diinginkannya tidak melanggar nilai-nilai moral. Relativisme adalah suatu sikap

penolakan terhadap nilai-nilai moral yang absolut dalam mengarahkan perilaku

etis (Forsyth, 1980). Orientasi etika berpengaruh signifikan terhadap persepsi dan

pertimbangan etis (Januarti, 2011). Falah (2006) memperoleh hasil bahwa

idealisme berpengaruh positif terhadap sensitivitas etika dan relativisme

berpengaruh negatif terhadap sensitivitas etika. Hipotesis penelitian terhadap

variabel ini dapat dirumuskan sebagai berikut:

H2a : Idealisme berpengaruh positif pada sensitivitas etika auditor

H2b : Relativisme berpengaruh negatif pada sensitivitas etika auditor

3.3.3 Pengaruh Komitmen pada Sensitivitas Etika Auditor

Bline et al. (1992) membedakan komitmen menjadi dua konstruk, yaitu

komitmen profesional dan komitmen organisasional. Komitmen profesional dan

komitmen organisasional adalah pengalaman psikologis yang berbeda yang

dijelaskan oleh variabel individu dan organisasi yang berbeda (Chang dan Choi,

2007). Kwon dan Branks (2004) menyatakan bahwa komitmen organisasional

berkaitan dengan jenis organisasi karyawan, sedangkan komitmen profesional

diperkirakan oleh dukungan untuk kelompok dan sikap positif terhadap profesi

dan karakteristik pekerjaan. Komitmen profesional berhubungan dengan sifat

yang dibentuk oleh individu terhadap profesi mereka masing-masing, sedangkan

komitmen organisasional diartikan sebagai suatu keadaan atau derajat sejauh

mana seorang karyawan memihak pada suatu organisasi tertentu dan tujuan-

tujuannya serta berniat memelihara keanggotaan dalam organisasi tersebut

Page 41: pengaruh pengalaman, orientasi etika, komitmen dan budaya etis

24

(Robinson, 1996). Araya dan Ferris (1984) mendefinisikan komitmen sebagai

berikut:

1) Sebuah kepercayaan dan penerimaan tujuan pada nilai-nilai organisasi

dan/atau profesi.

2) Kesediaan untuk mengerahkan usaha atas nama organisasi dan/atau

profesi.

3) Keinginan untuk mempertahankan keanggotaan dalam organisasi dan/atau

profesi.

Khomsiyah dan Nur Indriantoro (1998) menemukan bahwa terdapat

pengaruh komitmen profesional terhadap sensitivitas etika, sedangkan Irawati dan

Supriyadi (2012) menyatakan bahwa komitmen organisasional berpengaruh secara

signifikan terhadap sensitivitas etika. Berdasarkan uraian diatas, dirumuskan

hipotesis penelitian sebagai berikut:

H3a : Komitmen profesional berpengaruh positif pada sensitivitas etika

auditor

H3b : Komitmen organisasional berpengaruh positif pada sensitivitas etika

auditor

3.3.4 Pengaruh Budaya Etis Organisasi terhadap Sensitivitas Etika Auditor

Budaya organisasi merupakan pola pemikiran, perasaan dan tindakan dari

suatu kelompok sosial, yang membedakan dengan kelompok sosial yang lain

(Hofstede, 1994). Budaya organisasi adalah komponen yang sangat penting dalam

meningkatkan kinerja organisasi. Schein (1992) menyatakan budaya adalah suatu

Page 42: pengaruh pengalaman, orientasi etika, komitmen dan budaya etis

25

proses pentransferan nilai-nilai kepada anggota yang baru sebagai suatu pedoman

untuk berperilaku. Budaya dapat berkembang dari upaya yang tidak disadari,

tetapi sistematis dalam kurun waktu tertentu. Siagian (2002) menyatakan bahwa

budaya organisasi merupakan salah satu variabel penting bagi seorang pemimpin,

karena budaya organisasi mencerminkan nilai-nilai yang diakui dan menjadi

pedoman bagi pelaku anggota organisasi. Budaya etis organisasi dapat

memberikan perubahan atas nilai personal seseorang dalam suatu organisasi

(Sims, 1992). Hurt et al, (1986) menjelaskan budaya etis organisasi merupakan

pandangan luas tentang persepsi karyawan pada tindakan etis pemimpin akan

pentingnya etika di perusahaan dan memberikan penghargaan ataupun sanksi atas

tindakan tidak bermoral. Falah (2006) menyatakan budaya etis organisasi

berpengaruh positif dengan idealisme tapi tidak terhadap relativisme. Douglas et

al (2001) menemukan pengaruh signifikan antara budaya etis organisasi terhadap

orientasi etika. Hipotesis alternatif atas variabel ini adalah

H4 : Budaya etis organisasi berpengaruh positif pada sensitivitas auditor

Page 43: pengaruh pengalaman, orientasi etika, komitmen dan budaya etis

26

BAB IV

METODE PENELITIAN

4.1. Rancangan Penelitian

Jogiyanto (2007) menyebutkan bahwa rancangan penelitian merupakan

rencana dari struktur penelitian yang mengarahkan proses dan hasil riset agar

sedapat mungkin menjadi valid, objektif, efektif, dan efisien. Merancang

penelitian berarti menentukan jenis risetnya, menentukan data yang akan

digunakan, dan merancang model empiris untuk menguji hipotesis-hipotesis yang

dibangun. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh orientasi etika,

komitmen, dan budaya etis organisasi terhadap sensitivitas etika auditor Badan

Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP) perwakilan Provinsi Bali.

Data yang diperoleh dalam penelitian ini adalah data primer yaitu hasil

jawaban responden dalam kuesioner yang akan dibagikan. Responden yang dipilih

dalam penelitian ini adalah auditor yang ada di kantor BPKP perwakilan Provinsi

Bali. Variabel yang digunakan dalam penelitian ini yaitu sensitivitas etika auditor

sebagai variabel terikat dan variabel bebasnya adalah pengalaman, orientasi etika,

komitmen, serta budaya etis organisasi.

Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis

regresi linier berganda. Sebelum dilakukan uji regresi, terlebih dahulu dilakukan

pengujian instrument dan diikuti oleh uji asumsi klasik. Hasil analisis data akan

diinterpretasikan kemudian ditarik kesimpulan. Rancangan penelitian ini

dirumuskan dalam Gambar 4.1

26

Page 44: pengaruh pengalaman, orientasi etika, komitmen dan budaya etis

27

Gambar 4.1 Rancangan Penelitian

Penomena

Rumusan Masalah

Hipotesis

Variabel Penelitian:Pengalaman, Idealisme & Relativisme, Komitmen Profesional &Organisasional, Budaya Etis Organisasi serta Sensitivitas Etika

Instrumen dan PengumpulanData

Metode Penelitian

Pengolahan dan Analisis Data

Pembahasan dan Interpretasi Hasil Penelitian

Kesimpulan dan Saran

Page 45: pengaruh pengalaman, orientasi etika, komitmen dan budaya etis

28

4.2. Lokasi dan Waktu Penelitian

Lokasi penelitian ini dilakukan pada auditor Badan Pengawasan Keuangan

dan Pembangunan (BPKP) perwakilan Provinsi Bali. Waktu penelitian yang

digunakan adalah tahun 2014.

4.3. Metode Penentuan Sampel

Sugiyono (2008) menyatakan sampel adalah bagian dari jumlah dan

karakteristik yang dimiliki oleh populasi. Teknik penentuan sampel dalam

penelitian ini adalah dengan metode survey. Data yang digunakan adalah data

primer yang diperoleh dari penyebaran kuesioner kepada auditor pada Kantor

Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP) perwakilan Provinsi

Bali tahun 2014. Kuesioner dalam penelitian ini menggunakan kuesioner yang

digunakan dalam penelitian Januarti (2011) dan Gusnardi (2003) untuk variabel

pengalaman, kuesioner dalam penelitian Irawati dan Supriyadi (2012) untuk

variabel orientasi etika, komitmen dan sensitivitas etika, dan kuesioner penelitian

Fallah (2006) untuk variabel budaya etis organisasi.

4.4. Variabel Penelitian

4.4.1. Identifikasi Variabel

Variabel yang digunakan dalam penelitian ini yaitu variabel bebas

(independent variable) dan variabel terikat (dependent variable). Variabel bebas

(independent variable) adalah suatu variabel yang mempengaruhi atau menjadi

penyebab berubah dan timbulnya variabel terikat. Variabel terikat (dependent

Page 46: pengaruh pengalaman, orientasi etika, komitmen dan budaya etis

29

variable) adalah suatu variabel yang dipengaruhi atau menjadi akibat adanya

variabel bebas. Penelitian ini menggunakan variabel bebas (X), yaitu:

1) Pengalaman (X1)

2) Orientasi etika yang terdiri dari idealisme (X2) dan relativisme (X3)

3) Komitmen yang terdiri dari komitmen profesional (X4) dan komitmen

organisasional (X5)

4) Budaya etis organisasi (X6)

Variabel terikat (Y) yang digunakan dalam penelitian ini adalah sensitivitas etika

auditor.

4.4.2. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel

Definisi operasional variabel merupakan suatu definisi yang dinyatakan

dalam bentuk istilah secara spesifik atau dengan pengukuran tertentu (Ikhsan,

2008). Dalam penelitian ini, pengukuran variabel menggunakan skala Likert

empat poin mengacu pada pendapat Hadi (1991) yaitu pemberian kategori tengah

dapat memberikan arti ganda (multi interpretable), kategori jawaban tengah dapat

menimbulkan jawaban ketengah (central tendency effect) bagi auditor yang ragu

menanggapi pernyataan dalam kuesioner, serta banyaknya informasi yang hilang

dengan adanya kategori jawaban tengah tersebut. Adapun definisi operasional dan

pengukuran variabel yang diteliti dalam penelitian ini, yaitu:

4.4.2.1 Sensitivitas Etika

Sensitivitas etika adalah kemampuan untuk menyadari adanya nilai-nilai

etika dalam suatu keputusan yang dinyatakan dalam penelitian Shaub et al.

Page 47: pengaruh pengalaman, orientasi etika, komitmen dan budaya etis

30

(1993). Sensitivitas etika diukur berdasarkan skenario sensitivitas etika yaitu

kegagalan auditor dalam mengerjakan pekerjaan sesuai dengan waktu yang

diminta, penggunaan jam kantor untuk kepentingan pribadi, dan subordinasi

auditor dalam hubungannya dengan prinsip-prinsip akuntansi (Shaub et. al, 1993).

Variabel sensitivitas etika (Y) diukur dengan menggunakan empat indikator yang

tergambar dalam empat kasus pada lampiran kuesioner yang berkaitan dengan

sensitivitas etika. Guna mengurangi bias hasil penelitian atas jawaban netral dari

responden, pengukuran variabel sensitivitas etika pada penelitian ini

menggunakan skala Likert 1 sampai 4. Semakin tinggi nilai skala menunjukkan

semakin tinggi sensitivitas etika.

4.4.2.2 Pengalaman

Pengalaman merupakan proses pembelajaran dan pengembangan potensi

bertingkah laku baik yang diperoleh dari pendidikan formal maupun nonformal

atau bias diartikan sebagai suatu proses yang membawa seseorang kepada suatu

pola tingkah laku yang lebih tinggi (Knoers dan Haditono, 1999). Pengalaman

audit diukur berdasarkan jabatan auditor, lama bekerja, peningkatan keahlian,

serta pelatihan audit yang pernah diikuti oleh auditor (Gusnardi, 2003). Dalam

penelitian ini, variabel pengalaman (X1) diukur dengan empat indikator

pengukuran yang dijabarkan dalam kuesioner penelitian, yaitu:

1) Penilaian jabatan auditor dimulai dari auditor pelaksana diberi skor 1,

auditor pelaksana lanjutan diberi skor 2, auditor penyelia diberi skor 3,

Page 48: pengaruh pengalaman, orientasi etika, komitmen dan budaya etis

31

auditor pertama diberi skor 4, auditor muda diberi skor 5, auditor madya

diberi skor 6, auditor utama diberi skor 7.

2) Penilaian lama bekerja dimulai dari 1-3 tahun diberi skor 1, 4-6 tahun

diberi skor 2, 7-9 tahun diberi skor 3, dan ≥ 10 tahun diberi skor 4.

3) Penilaian tingkat pendidikan dimulai D3 diberi skor 1, S1 diberi skor 2, S2

diberi skor 3, dan S3 diberi skor 4.

4) Penilaian pelatihan yang pernah diikuti dimulai dari 1-3 kali diberi skor 1,

4-6 kali diberi skor 2, 7-9 kali diberi skor 3, dan ≥ 10 tahun diberi skor 4.

4.4.2.3 Orientasi Etika

Orientasi etika ditentukan oleh kebutuhan individu dalam mencapai tujuan

yang ingin dicapai, sehingga dapat menentukan tindakan apa yang dapat diambil

untuk pencapaian tersebut. Orientasi etika dibentuk oleh lingkungan budaya,

lingkungan industri dan pengalaman. Skala pengukuran orientasi etika dalam

penelitian ini yaitu idealisme dan relativisme sesuai dengan penelitian Finn et al.

(1988). Idealisme dan relativisme diidentifikasikan sebagai predikor penting dari

penilaian moral (Shaub et al., 1993). Idealisme merupakan sikap yang tidak

memihak dan terhindar dari berbagai kepentingan. Berdasarkan penelitian Irawati

dan Supriyadi (2012) idealisme diukur dengan menggunakan sepuluh item yang

dikembangkan Forsyth (1981) yaitu kepastian hasil audit yang tidak merugikan

orang lain, perbuatan yang tidak dapat ditoleransi oleh auditor, perbuatan yang

tidak merugikan orang lain, auditor tidak boleh menyakiti orang lain secara fisik

maupun psikologis, tidak mengancam, tidak merugikan pihak yang bersalah,

Page 49: pengaruh pengalaman, orientasi etika, komitmen dan budaya etis

32

mempertimbangkan konsekuensi positif dan negatif, menjaga martabat dan

kesejahteraan orang lain, pengorbanan, dan penilaian atas suatu tindakan. Variabel

idealisme (X2) dalam penelitian ini diukur dengan sepuluh pertanyaan yang

dijabarkan dalam kuesioner penelitian dengan menggunakan skala penilaian 1

sampai 4 yang dimulai dari sangat tidak setuju/STS (1), tidak setuju/TS (2),

setuju/S (3), dan sangat setuju/SS (4).

Relativisme adalah sikap penolakan terhadap nilai-nilai moral yang

absolut dalam mengarahkan perilaku etis. Relativisme diukur dengan

menggunakan sepuluh item berbeda yang dikembangkan Forsyth (1981) yaitu

pertimbangan prinsip etika dalam kode etik, perbedaan penerapan aturan etika,

subjektifitas, karakteristik prinsip moral, penilaian individu terhadap tindakan etis,

prinsip-prinsip moral, pertimbangan moral, penetapan aturan etika, formulasi

kebohongan terhadap peraturan, dan situasi yang mempengaruhi kebohongan

individu. Variabel relativisme (X3) dalam penelitian ini juga diukur dengan

sepuluh item penelitian yang dijabarkan dalam kuesioner penelitian dengan

menggunakan skala Likert 1 sampai 4 penilaian yang dimulai dari sangat tidak

setuju/STS (skor 1), tidak setuju/TS (skor 2), setuju/S (skor 3), dan sangat

setuju/SS (skor 4).

4.4.2.4 Komitmen

Komitmen dalam penelitian ini dibedakan menjadi dua konstruk, yaitu

komitmen profesional dan komitmen organisasional sesuai dengan penelitian

Bline et al. (1992). Komitmen profesional dan komitmen organisasional adalah

Page 50: pengaruh pengalaman, orientasi etika, komitmen dan budaya etis

33

dua hal yang berbeda dimana komitmen organisasional berkaitan dengan jenis

organisasi karyawan, sedangkan komitmen profesional merupakan dukungan

untuk kelompok dan sikap positif terhadap profesi dan karakteristik pekerjaan.

Komitmen organisasional dan komitmen profesional dibedakan secara empiris

dan diprediksi oleh variabel yang berbeda (Brierly, 1996; Leong et al., 2003).

Komitmen profesional menggunakan lima item yang dikembangkan oleh Forsyth

(1981) yaitu keinginan melakukan usaha untuk kesuksesan profesi auditor,

kebanggaan diri, motivasi diri, kepedulian serta kebanggaan terhadap profesi

auditor. Variabel komitmen profesional (X4) dalam penelitian ini diukur dengan

lima indikator yang diuraikan dalam kuesioner penelitian dengan skala penilaian

dimulai dari sangat tidak setuju/STS (skor 1), tidak setuju/TS (kor 2), setuju/S

(skor 3), dan sangat setuju/SS (skor 4).

Variabel komitmen organisasional (X5) diukur dengan menggunakan

empat item penelitian yang terdiri dari keinginan kuat sebagai anggota organisasi,

keinginan untuk bekerja keras, penerimaan nilai-nilai organisasi, dan pendukung

tujuan organisasi. Komitmen organisasional dalam penelitian ini menggunakan

empat item penelitian yang dinyatakan dalam kesioner penelitian dengan skala

penilaian sangat tidak setuju/STS (skor 1), tidak setuju/TS (skor 2), setuju/S (skor

3), dan sangat setuju/SS (skor 4).

4.4.2.5 Budaya Etis Organisasi

Budaya organisasi merupakan nilai-nilai yang disebarluaskan dalam

perusahaan dan diacu sebagai filosofi kinerja karyawan. Budaya organisasi

Page 51: pengaruh pengalaman, orientasi etika, komitmen dan budaya etis

34

merupakan pola pemikiran, perasaan dan tindakan dari suatu kelompok sosial,

yang membedakan dengan kelompok sosial yang lain (Hofstede, 1994). Budaya

organisasi adalah komponen yang sangat penting dalam meningkatkan kinerja

organisasi. Budaya adalah suatu proses pentransferan nilai-nilai kepada anggota

yang baru sebagai suatu pedoman untuk berperilaku Schein (1992). Budaya

organisasi dalam penelitian ini adalah nilai-nilai, sikap, norma, dan keyakinan

yang dipegang oleh responden. Budaya etis organisasi diukur dengan

menggunakan lima item yang dikembangkan oleh Hunt et al. (1989) yaitu

perilaku kurang etis pimpinan, perilaku etis yang dikompromikan, tidak ada

toleransi terhadap perilaku yang tidak etis, teguran akan perilaku tidak etis untuk

kepentingan individu, serta teguran atas perilaku tidak etis untuk kepentingan

organisasi. Variabel budaya etis organisasi (X6)dalam penelitian ini diukur dengan

lima item pernyataan yang diuraikan dalam kuesioner penelitian dengan penilaian

sangat tidak setuju/STS (skor 1), tidak setuju/TS (skor 2), setuju/S (skor 3), dan

sangat setuju/SS (skor 4).

4.5. Teknik Analisis Data

4.5.1. Intervalisasi Data

Penelitian ini menggunakan analisis parametrik sehingga diperlukan

intervalisasi data. Data ordinal (skor kuesioner) dapat diolah dalam analisis regresi

jika telah ditransformasi menjadi data interval dengan Method Succesive of

Interval (Idrus, 2007).

Page 52: pengaruh pengalaman, orientasi etika, komitmen dan budaya etis

35

4.5.2. Pengujian Instrumen

Pengujian instrumen yang dilakukan dalam penelitian ini adalah uji

validitas dan uji reliabilitas.

1) Uji Validitas

Uji validitas digunakan untuk mengukur valid atau tidaknya suatu kuesioner.

Kuesioner dikatakan valid jika pertanyaan pada kuesioner mampu

mengungkapkan sesuatu yang diukur oleh kuesioner tersebut. Uji validitas

menggunakan nilai Pearson Correlation antar skor item dengan total item

kemudian dibandingkan dengan rkritis yang diperoleh melalui program SPSS.

Jika korelasi item terhadap skor total lebih besar dari rkritis (0,30) maka

instrumen penelitian tersebut dikatakan valid dan berlaku sebaliknya

(Ghozali, 2009).

2) Uji Reliabilitas

Uji reliabilitas digunakan untuk mengukur indikator variabel atau konstruk

dari suatu kuesioner. Suatu kuesioner reliabel atau handal jika jawaban

terhadap pernyataan adalah konsisten atau stabil dari waktu ke waktu. Uji

reliabilitas menggunakan nilai Cronbach Alpha. Jika nilainya lebih besar dari

0,60 maka instrumen penelitian tersebut dikatakan reliabel atau handal dan

berlaku sebaliknya (Ghozali, 2009).

4.5.3. Uji Asumsi Klasik

Pengujian regresi linier yang baik yaitu terbebas dari masalah-masalah

normalitas, multikolinearitas, dan heteroskedastisitas. Untuk itu dalam penelitian

ini terlebih dahulu dilakukan uji asumsi klasik.

Page 53: pengaruh pengalaman, orientasi etika, komitmen dan budaya etis

36

1) Uji Normalitas

Ghozali (2009) menyatakan bahwa uji normalitas dilakukan untuk menguji

apakah residu dari persamaan regresi berdistribusi normal atau tidak.

Metode yang digunakan adalah dengan menggunakan statistik

Kolmogorov-Smirnov. Data dikatakan berdistribusi normal bila sig >

alpha.

2) Uji Multikolinearitas

Ghozali (2009) menyatakan bahwa uji multikolinearitas bertujuan untuk

menguji apakah dalam model regresi ditemukan adanya korelasi antar

sesama variabel bebas atau independen. Model regresi yang baik

seharusnya tidak terjadi korelasi antara variabel bebasnya. Nilai cut off

yang umum dipakai untuk menunjukkan adanya multikolinearitas adalah

nilai tolerance < 0,10 atau nilai VIF > 10.

3) Uji Heteroskedastisitas

Ghozali (2009) menyatakan bahwa uji heteroskedastsitas dilakukan untuk

mengetahui ada atau tidaknya ketidaksamaan varian. Pengujian

menggunakan model Glejser. Model ini dilakukan dengan meregresikan

nilai absolut ei dengan variabel bebas. Jika tidak ada satupun nilai absolut

ei variabel bebas yang berpengaruh signifikan terhadap variabel terikat

maka tidak ada heteroskedastisitas.

4.5.4. Pengujian Hipotesis Penelitian

Penelitian ini menggunakan teknik analisis regresi linear berganda.

Analisis tersebut dapat dihitung dengan menggunakan alat bantu komputer yaitu

Page 54: pengaruh pengalaman, orientasi etika, komitmen dan budaya etis

37

program SPSS (Statistical Package for the Social Sciences). Teknik analisis ini

digunakan untuk mengetahui ketergantungan suatu variabel terikat dengan satu

atau lebih variabel bebas (Wirawan, 2002). Persamaan untuk menguji hipotesis

secara keseluruhan dalam penelitian ini, yaitu:

4.5.4.1 Analisis Regresi Linear Berganda

Teknik analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah regresi linear

berganda. Wirawan (2002) menyatakan bahwa teknik analisis ini digunakan untuk

mengetahui ketergantungan suatu variabel terikat dengan satu atau lebih variabel

bebas. Persamaan untuk menguji hipotesis secara keseluruhan pada penelitian ini

adalah sebagai berikut :

Y = α+β1X1+ β2X2+ β3X3+ β4X4+ β5X5+ β6X6+ ε………………………(1)

Keterangan :Y = Sensitivitas Etikaα = Bilangan Konstanβ1 – β6 = Koefisien RegresiX1 = PengalamanX2 = IdealismeX3 = RelativismeX4 = Komitmen ProfesionalX5 = Komitmen OrganisasionalX6 = Budaya Etis Organisasiε = Faktor lain yang berpengaruh terhadap variabel terikat (Y)

4.5.4.2 Uji statistik F

Uji F digunakan untuk mengetahui kelayakan model yang diuji. Langkah-

langkah pengujianya adalah sebagai berikut :

1) Merumuskan hipotesis

Page 55: pengaruh pengalaman, orientasi etika, komitmen dan budaya etis

38

H0 : β1 = β2 = β3 = β4 = β5 = β6 = 0, berarti tidak ada pengaruh variabel

bebas secara bersama terhadap variabel terikat.

H0 : β1 ≠ β2 ≠ β3 ≠ β4 ≠ β5 ≠ β6 ≠ 0, berarti ada pengaruh variabel bebas

secara bersama terhadap variabel terikat.

2) Menentukan tingkat signifikan α = 5%

3) Menentukan besarnya tingkat signifikan F yang diperoleh dari hasil

pengujian dengan program SPSS.

4) Kriteria pengujian

Apabila tingkat signifikan F ≤ α = 0,05, maka H0 ditolak, H1 diterima.

Apabila tingkat signifikan F > α = 0,05, maka H0 diterima, H1 ditolak.

4.5.4.3 Uji statistik t

Uji t digunakan untuk mengetahui pengaruh variabel bebas secara parsial

terhadap variabel terikat. Langkah-langkah pengujiannya adalah sebagai berikut :

1) Merumuskan hipotesis

H0 : βi = 0 berarti tidak ada pengaruh Xi terhadap Y dimana i adalah

variabel 1 (X1), 2 (X2), 3 (X3), 4 (X4), 5 (X5 ) dan 6 (X6 ).

H0 : βi ≠ 0 berarti ada pengaruh Xi terhadap Y dimana i adalah variabel 1

(X1), 2 (X2), 3 (X3), 4 (X4), 5 (X5 ) dan 6 (X6).

2) Menentukan tingkat signifikan pada uji satu sisi α = 0,05.

3) Membandingkan besarnya signifikansi t masing-masing variabel yang

diperoleh dari hasil pengujian dengan program SPSS.

a. Tingkat signifikan t < α = 0,05, maka H0 ditolak, H1 diterima.

b. Tingkat signifikan t ≥ α = 0,05, maka H0 diterima, H1 ditolak.

Page 56: pengaruh pengalaman, orientasi etika, komitmen dan budaya etis

39

BAB V

HASIL PENELITIAN

5.1 Gambaran Umum Responden

Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP) merupakan

auditor internal dalam pengelolaan keuangan negara. BPKP melakukan tugas

pengawasan keuangan dan pembangunan berupa audit, konsultasi, asistensi,

evaluasi, pemberantasan korupsi, kolusi, nepotisme (KKN) serta pendidikan dan

pelatihan pengawasan sesuai dengan peraturan yang berlaku

(http://www.bpkp.go.id, Selasa, 11 Februari 2014). BPKP merupakan lembaga

non departemen yang berkedudukan langsung dibawah Presiden.

Auditor Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP)

perwakilan Provinsi Bali terdiri atas auditor pelaksana, auditor pelaksana lanjutan,

auditor penyelia, auditor pertama, auditor muda, serta auditor madya yang

terdaftar pada tahun 2014. Sampel dalam penelitian ini adalah sebanyak 75 orang

auditor.

5.1.1 Responden Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan untuk mengetahui pengaruh pengalaman,

orientasi etika, komitmen, dan budaya etis organisasi pada sensitivitas etika

auditor Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP) perwakilan

Provinsi Bali. Data dikumpulkan melalui penyebaran kuesioner ke auditor yang

bertugas di Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP) perwakilan

Page 57: pengaruh pengalaman, orientasi etika, komitmen dan budaya etis

40

Provinsi Bali. Tingkat penyebaran dan pengembalian kuesioner dari auditor

Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP) perwakilan Provinsi

Bali ditunjukkan pada Tabel 5.1.

Tabel 5.1 Tingkat Penyebaran dan Pengembalian Kuesioner

No. Keterangan Jumlah %1. Total kuesioner yang disebarkan 752. Total kuesioner yang tidak kembali (10)3. Total kuesioner yang kembali 654. Response Rate 86,665. Kuesioner yang tidak dapat digunakan dalam analisis (5)6. Kuesioner yang dapat digunakan dalam analisis 607. Useable Response Rate 80Sumber: Data primer diolah (2015)

Total kuesioner yang disebarkan kepada auditor BPKP perwakilan

Provinsi Bali sebanyak 75 kuesioner dan yang kembali sebanyak 65 kuesioner

(Response Rate = 86,66 %). Namun setelah dilakukan pemeriksaan, terdapat 5

kuesioner yang tidak dapat dianalisis karena diisi dengan tidak lengkap, sehingga

hanya terdapat 60 kuesioner yang layak untuk dianalisis (Useable Response Rate

= 80 %). Dalam penelitian ini tidak dilakukan uji non respon bias karena

kuesioner yang disebarkan telah dikembalikan dalam waktu yang relatif

bersamaan.

5.1.2 Karakteristik Responden

Karakteristik responden dalam penelitian ini meliputi usia, jenis kelamin,

jabatan, lama bekerja, dan tingkat pendidikan auditor BPKP perwakilan Provinsi

Bali yang ditunjukkan dalam Tabel 5.2.

Page 58: pengaruh pengalaman, orientasi etika, komitmen dan budaya etis

41

Tabel 5.2 Karakteristik Responden

Keterangan Jumlah Persentasea Usia Auditor

≤ 30 tahun 25 41,7%31-40 tahun 15 25%41-50 tahun 13 21,6%≥ 50 tahun 7 11,7%

Total 60 100%

b Jenis Kelamin AuditorLaki-laki 35 58,3%Perempuan 25 41,7%

Total 60 100%

c Jabatan AuditorAuditor Pelaksana 10 16,7%Auditor Pelaksana Lanjutan 8 13,3%Auditor Penyelia 17 28,4%Auditor Pertama 8 13,3%Auditor Muda 11 18,3%Auditor Madya 6 10%

Total 60 100%

d Tingkat PendidikanD3 20 33,3%S1 39 65%S2 1 1,7%S3 - -

Total 60 100%

e Lama Bekerja1-3 tahun 14 23,3%4-6 tahun 5 8,4%7-9 tahun 6 10%≥ 10 tahun 35 58,3%

Total 60 100%

f Pelatihan Yang Pernah Diikuti1-3 kali 11 18,3%4-6 kali 13 21,6%7-9 kali 10 16,7%≥ 10 kali 26 43,4%

Total 60 100%

Sumber : Data primer diolah (2015)

Page 59: pengaruh pengalaman, orientasi etika, komitmen dan budaya etis

42

Berdasarkan data dalam Tabel 5.2 menunjukkan hasil bahwa profesi

auditor didominasi oleh auditor BPKP yang memiliki usia lebih kecil atau sama

dengan 30 tahun yaitu sebanyak 25 0rang (41,7%). Jumlah auditor BPKP yang

memiliki berusia 31 sampai 40 tahun sebanyak 15 orang (25%), jumlah auditor

BPKP yang berusia 41 sampai 50 tahun sebanyak 13 orang (21,6%), dan auditor

BPKP yang berusia lebih besar atau sama dengan 51 tahun sebanyak 7 orang

(11,7%). Data usia auditor BPKP tersebut dapat digunakan sebagai bahan riset

pada penelitian selanjutnya mengenai sensitivitas etika.

Data responden berdasarkan jenis kelamin menunjukkan bahwa jumlah

auditor BPKP laki-laki sebanyak 35 orang (58,3%), dan auditor BPKP perempuan

sebanyak 25 orang (41,7%). Hal tersebut menunjukkan bahwa auditor BPKP

perwakilan Provinsi Bali masih didominasi oleh auditor laki-laki.

Berdasarkan jabatan auditor dapat dilihat bahwa auditor pelaksana

sebanyak 10 orang (16,7%), auditor pelaksana lanjutan sebanyak 8 orang (13,3%),

auditor penyelia sebanyak 17 orang (28,4%), auditor pertama sebanyak 8 orang

(13,3%), auditor muda sebanyak 11 orang (18,3%), auditor madya sebanyak 6

orang (10%).

Karakteristik responden berdasarkan pendidikan dapat dilihat bahwa

auditor BPKP dengan latar belakang pendidikan D3 sebanyak 20 orang (33,3%),

jumlah auditor dengan tingkat pendidikan S1 sebanyak 39 orang (65%), tingkat

pendidikan S2 sebanyak 1 orang (1,7%), serta belum ada auditor yang memiliki

Page 60: pengaruh pengalaman, orientasi etika, komitmen dan budaya etis

43

tingkat pendidikan S3. Auditor BPKP perwakilan Provinsi Bali didominasi oleh

auditor yang memiliki tingkat pendidikan S1.

Data auditor berdasarkan lama bekerja di Badan Pengawasan Keuangan

dan Pembangunan perwakilan Provinsi Bali menunjukkan bahwa auditor yang

bekerja selama 1 sampai 3 tahun sebanyak 14 orang (23,4%), auditor yang bekerja

selama 4 sampai 6 tahun sebanyak 5 orang (8,3%), auditor yang bekerja selama 7

sampai 9 tahun sebanyak 6 orang (10%), serta yang bekerja selama 10 tahun atau

lebih sebanyak 35 orang (58,3%). Data tersebut menunjukkan bahwa auditor

BPKP perwakilan Provinsi Bali didominasi oleh auditor yang bekerja selama 10

tahun atau lebih.

Berdasarkan pelatihan yang pernah diikuti, dapat dilihat bahwa auditor

yang pernah mengikuti pelatihan 1 sampai 3 kali sebanyak 11 orang (18,3%), 4

sampai 6 kali sebanyak 13 orang (21,6), 7 sampai 9 kali sebanyak 10 orang

(16,7%), 10 kali atau lebih sebanyak 26 orang (43,4%).

5.2 Statistik Deskriptif

Data mengenai karakteristik variabel dalam penelitian ini ditunjukkan

pada tabel hasil statistik deskriptif yang disajikan dalam Tabel 5.3.

Page 61: pengaruh pengalaman, orientasi etika, komitmen dan budaya etis

44

Tabel 5.3 Hasil Statistik Deskriptif

Variabel N Mean Min MaksStd

DeviasiSensitivitas Etika 60 12,98 5,34 15,57 3,50

Pengalaman 60 10,01 4 15,80 3,12Idealisme 60 29,65 12,80 38,74 8,40Relativisme 60 16,09 10 35,44 8,84Komitmen Profesional 60 15,04 6,27 18,61 4,45KomitmenOrganisasional

12,40 5,26 15,14 3,65

Budaya Etis Organisasi 60 16,35 6,34 19,12 4,53Sumber : Data primer diolah (2015), Lampiran 4

Nilai rata-rata (Mean) digunakan untuk mengukur nilai sentral dari suatu

distribusi data, sedangkan standar deviasi digunakan untuk mengukur perbedaan

nilai data yang diteliti dengan nilai rata-ratanya. Tabel 5.3 menunjukkan bahwa

Mean variabel sensitivitas etika adalah 12,98 dengan standar deviasi sebesar 3,50.

Mean variabel pengalaman adalah 10,01 dengan standar deviasi sebesar 3,12.

Mean variabel idealisme adalah 29,65 dengan standar deviasi sebesar 8,40. Mean

variabel relativisme adalah 16,09 dengan standar deviasi sebesar 8,84. Mean

variabel komitmen profesional adalah 15,04 dengan standar deviasi sebesar 4,45.

Mean variabel komitmen organisasional adalah 12,40 dengan standar deviasi

sebesar 3,65. Mean variabel budaya etis organisasi adalah 16,35 dengan standar

deviasi sebesar 4,53. Nilai kisaran minimum dan maksimum pada penelitian ini

yaitu untuk variabel sensitivitas etika sebesar 5,34 dan 15,57, variabel pengalaman

sebesar 4 dan 15,80, variabel idealisme sebesar 12,80 dan 38,74, variabel

relativisme sebesar 10 dan 35,44, variabel komitmen profesional sebesar 6,27 dan

18,61, variabel komitmen organisasional sebesar 5,26 dan 15,14, serta variabel

Page 62: pengaruh pengalaman, orientasi etika, komitmen dan budaya etis

45

budaya etis organisasi sebesar 6,34 dan 19,12. Hasil tersebut menunjukkan bahwa

nilai sentral dari distribusi data dengan nilai tertinggi adalah idealisme dan nilai

terendah adalah pengalaman. Variabel yang memiliki standar deviasi tertinggi

adalah relativisme dan yang memiliki nilai terendah adalah pengalaman.

5.3 Pengujian Hipotesis

Pengujian hipotesis dilakukan melalui beberapa tahapan yaitu pengujian

instrument (validitas dan reliabilitas), uji asumsi klasik, uji regresi linear

berganda, uji F da uji t.

5.3.1 Uji Instrumen

Pengujian instrumen penelitian dilakukan dengan melaksanakan uji

validitas dan uji reliabilitas. Pengujian tersebut bertujuan untuk memperoleh hasil

yang valid dan reliabel. Suatu instrumen dikatakan valid jika mampu

mengungkapkan sesuatu yang akan diukur dalam instrumen tersebut. Sedangkan

instrumen yang reliabel atau handal adalah instrumen yang konsisten atau stabil

jika diukur berulang kali akan menghasilkan data yang sama pula.

1) Uji Validitas

Uji validitas digunakan untuk mengukur sah atau valid tidaknya suatu

kuesioner. Suatu instrumen dikatakan valid apabila memiliki koefisien korelasi

lebih besar dari 0,3 (Ghozali, 2009). Hasil pengujian validitas pada penelitian ini

menunjukkan seluruh nilai koefisien korelasi dari instrumen ini lebih besar dari

Page 63: pengaruh pengalaman, orientasi etika, komitmen dan budaya etis

46

0,3 sehingga instrumen pada penelitian ini dikatakan valid, yang ditunjukkan pada

Tabel 5.4.

Tabel 5.4 Hasil Uji Validitas

No. Indikator Koefisien Korelasi Keterangan1 X1.1 0,851 Valid2 X1.2 0,734 Valid3 X1.3 0,423 Valid4 X1.4 0,689 Valid5 X2.1 0,793 Valid6 X2.2 0,838 Valid7 X2.3 0,877 Valid8 X2.4 0,670 Valid9 X2.5 0,807 Valid10 X2.6 0,905 Valid11 X2.7 0,895 Valid12 X2.8 0,870 Valid13 X2.9 0,897 Valid14 X2.10 0,838 Valid15 X3.1 0,770 Valid16 X3.2 0,847 Valid17 X3.3 0,858 Valid18 X3.4 0,935 Valid19 X3.5 0,958 Valid20 X3.6 0,962 Valid21 X3.7 0,806 Valid22 X3.8 0,913 Valid23 X3.9 0,936 Valid24 X3.10 0,906 Valid25 X4.1 0,892 Valid26 X4.2 0,866 Valid27 X4.3 0,911 Valid28 X4.4 0,925 Valid29 X4.5 0,933 Valid30 X5.1 0,955 Valid31 X5.2 0,904 Valid32 X5.3 0,903 Valid33 X5.4 0,958 Valid34 X6.1 0,904 Valid35 X6.2 0,964 Valid36 X6.3 0,888 Valid37 X6.4 0,902 Valid38 X6.5 0,921 Valid39 Y1.1 0,934 Valid40 Y1.2 0,774 Valid41 Y1.3 0,859 Valid42 Y1.4 0,909 Valid

Sumber : Data primer diolah (2015), Lampiran 5

Page 64: pengaruh pengalaman, orientasi etika, komitmen dan budaya etis

47

2) Uji Reliabilitas

Uji reliabititas merupakan alat untuk mengukur suatu kuesioner yang

merupakan indikator dari variabel atau konstruk. Instrumen penelitian dikatakan

reliabel jika memiliki koefisien Cronbach Alpha lebih besar dari 0,6 (Ghozali,

2009). Hasil pengujian pada Tabel 5.5 menunjukkan bahwa seluruh nilai koefisien

Cronbach Alpha dari instrumen ini lebih besar dari 0,6, dengan demikian

instrumen tersebut dikatakan reliabel atau handal.

Tabel 5.5 Hasil Uji Reliabilitas

No. Variabel Koefisien CronbachAlpha

Keterangan

1. Pengalaman (X1) 0,611 Reliabel2. Idealisme (X2) 0,954 Reliabel3. Relativisme (X3) 0,970 Reliabel4. Komitmen Profesional (X4) 0,944 Reliabel5. Komitmen Organisasional (X5) 0,946 Reliabel6. Budaya Etis Organisasi (X6) 0,951 Reliabel7. Sensitivitas Etika (Y) 0,893 Reliabel

Sumber : Data primer diolah (2015), Lampiran 6

5.3.2 Uji Asumsi Klasik

Pengujian asumsi klasik bertujuan untuk mengetahui hubungan antara

variabel bebas dengan variabel terikat sehingga hasil analisis penelitian dapat

diinterpretasikan dengan lebih akurat, efisien, dan terbebas dari gejala-gejala

asumsi klasik (Ghozali, 2009). Uji asumsi klasik dapat dilakukan dengan uji

normalitas, uji multikolinearitas, dan uji heteroskedastisitas.

Page 65: pengaruh pengalaman, orientasi etika, komitmen dan budaya etis

48

5.3.2.1 Uji Normalitas

Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah model regresi, variabel

pengganggu atau residual memiliki distribusi normal. Model regresi yang baik

yaitu model yang memiliki distribusi data normal atau mendekati normal.

Residual berdistribusi normal jika tingkat signifikansi atau Asymp.Sig(2-tailed)

lebih besar dari α = 0,05. Hasil pengujian normalitas pada penelitian ini

ditunjukkan pada Tabel 5.6 dengan nilai Asymp.Sig(2-tailed) dari uji normalitas

adalah sebesar 0,570 atau lebih besar dari α = 0,05 yang berarti model dalam

penelitian ini berdistribusi normal.

Tabel 5.6 Hasil Uji Normalitas

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

UnstandardizedResidual

N

Normal Parameters a,b Mean

Std. Deviation

Most Extreme Absolute

Differences Positive

Negative

Kolmogorov-Smirnov Z

Asymp. Sig. (2-tailed)

60

0,0000000

1,18396121

0,101

0,076

-0,101

0,784

0,570

a. Test distribution is Normal

b. Calculated from data

Sumber : Data primer diolah (2015), Lampiran 7

5.3.2.2 Uji Multikolinearitas

Page 66: pengaruh pengalaman, orientasi etika, komitmen dan budaya etis

49

Pengujian multikolinearitas dilakukan untuk menguji apakah dalam model

regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas (independen). Model

regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi diantara variabel independen.

Apabila variabel independen saling berkolerasi, maka variabel-variabel ini tidak

ortogonal. Variabel ortogonal adalah variabel independen yang nilai korelasi antar

sesama variabel independen sama dengan nol (Ghozali, 2009). Untuk mendeteksi

ada atau tidaknya multikolinearitas didalam model regresi dapat dilihat dari nilai

tolerance dan nilai Variance Inflation Factor (VIF). Nilai cut off yang umum

dipakai untuk menunjukkan tidak adanya multikolinearitas adalah nilai tolerance

≥ 0,10 atau nilai VIF ≤ 10.

Tabel 5.7 menunjukkan bahwa koefisien tolerance dari variabel

pengalaman adalah sebesar 0,375 lebih besar dari 0,10 dan VIF sebesar 2,664

lebih kecil dari 10. Variabel idealisme memiliki koefisien tolerance sebesar 0,631

lebih besar dari 0,10 dan VIF sebesar 1,585 lebih kecil dari 10. Variabel

relativisme memiliki koefisien tolerance sebesar 0,433 lebih besar dari 0,10 dan

VIF sebesar 2,310 lebih kecil dari 10. Variabel Komitmen profesional dan

komitmen organisasional masing-masing memiliki koefisien tolerance sebesar

0,492 dan 0,512 lebih besar dari 0,10 dengan VIF masing-masing sebesar 2,034

dan 1,951 lebih kecil dari 10. Koefisien tolerance dari variabel budaya etis

organisasi sebesar 0,479 lebih besar dari 0,10 dan nilai VIF sebesar 2,090 lebih

kecil dari 10. Hasil ini menunjukkan bahwa tidak terdapat gejala multikolinear

pada variabel pengalaman, idealisme, relativisme, komitmen profesional,

komitmen organisasional dan budaya etis organisasi pada penelitian ini.

Page 67: pengaruh pengalaman, orientasi etika, komitmen dan budaya etis

50

Tabel 5.7 Hasil Uji Multikolinearitas

No. Variabel Tolerance VIF Keterangan

1. Pengalaman (X1) 0,375 2,664 Tidak terjadimultikolinearitas

2. Idealisme (X2) 0,631 1,585 Tidak terjadimultikolinearitas

3. Relativisme (X3) 0,433 2,310 Tidak terjadimultikolinearitas

4. Komitmen Profesional (X4) 0,492 2,034 Tidak terjadimultikolinearitas

5. Komitmen Organisasional (X5) 0,512 1,951 Tidak terjadimultikolinearitas

6. Budaya Etis Organisasi (X6) 0,479 2,090 Tidak terjadimultikolinearitas

Sumber : Data primer diolah (2015), Lampiran 8

5.3.2.3 Uji Heteroskedastisitas

Pengujian heteroskedastisitas dilakukan untuk menguji apakah dalam

model regresi terjadi ketidaksamaan varian dari residual satu pengamatan ke

residual pengamatan yang lain. Apabila residual satu pengamatan ke pengamatan

lain tetap, maka disebut homoskedastisitas, jika berbeda disebut

heteroskedastisitas. Model regresi yang baik adalah yang homoskedastisitas atau

tidak heteroskedastisitas (Ghozali, 2009). Pengujian ini dapat dilakukan dengan

uji Glejser yaitu dengan meregresi nilai absolut residual terhadap variabel bebas.

Jika variabel bebas secara signifikan mempengaruhi variabel terikat, maka ada

indikasi terjadi heteroskedastisitas. Hasil uji Glejser dalam penelitian ini

menunjukkan bahwa tidak adanya indikasi heteroskedastisitas karena nilai absolut

residual variabel bebas tidak berpengaruh signifikan terhadap variabel terikat.

Tabel 5.8 menunjukkan hasil uji heteroskedastisitas pada penelitian ini.

Page 68: pengaruh pengalaman, orientasi etika, komitmen dan budaya etis

51

Tabel 5.8 Hasil Uji Heteroskedastisitas

No. Variabel T Sig. Keterangan

1. Pengalaman (X1) 1,708 0,093 Tidak terjadiheteroskedastisitas

2. Idealisme (X2) -0,210 0,835 Tidak terjadiheteroskedastisitas

3. Relativisme (X3) -0,815 0,419 Tidak terjadiheteroskedastisitas

4. Komitmen Profesional (X4) -1,192 0,238 Tidak terjadiheteroskedastisitas

5. Komitmen Organisasional (X5) -1,227 0,225 Tidak terjadiheteroskedastisitas

6. Budaya Etis Organisasi (X6) 0,163 0,871 Tidak terjadiheteroskedastisitas

Sumber : Data primer diolah (2015), Lampiran 9

5.3.3 Uji Regresi Linear Berganda

Setelah uji asumsi klasik memperoleh hasil maka tahap selanjutnya adalah

melakukan uji regresi linear berganda dengan model sebagai berikut:

Y = α+β1X1+ β2X2+ β3X3+ β4X4+ β5X5+ β6X6+ ε………………………(1)

Keterangan :Y = Sensitivitas Etikaα = Bilangan Konstanβ1 – β6 = Koefisien RegresiX1 = PengalamanX2 = IdealismeX3 = RelativismeX4 = Komitmen ProfesionalX5 = Komitmen OrganisasionalX6 = Budaya Etis Organisasiε = Faktor lain yang berpengaruh terhadap variabel terikat (Y)

Page 69: pengaruh pengalaman, orientasi etika, komitmen dan budaya etis

52

Tabel 5.9 menunjukkan hasil uji regresi linear berganda dari variabel

pengalaman, idealisme, relativisme, komitmen profesional, komitmen

organisasional dan budaya etis organisasi pada sensitivitas etika.

Tabel 5.9 Hasil Uji Regresi Linear Berganda

Model UnstandardizedCoefficients

StandardizedCoefficients t Sig.

No. Variabel B Std.Error

Beta

1 Pengalaman (X1) 0,118 0,085 0,105 1,388 0,1712 Idealisme (X2) 0,067 0,024 0,162 2,768 0,0083 Relativisme (X3) -0,057 0,028 -0.143 -2,029 0,0484 Komitmen

Profesional (X4)0,223 0,052 0,288 4,274 0,000

5 KomitmenOrganisasional(X5)

0,205 0,062 0,213 3,287 0,002

6 Budaya EtisOrganisasi (X6)

0,208 0,052 -0,143 3,287 0,000

Konstanta 1,430Sig. F 0,000

Adjusted R Square 0,873Sumber : Data Primer diolah (2015), Lampiran 10

Dari hasil analisis regresi linear berganda yang ditunjukkan pada Tabel

5.9, maka dapat disusun persamaan regresi sebagai berikut:

Y = 1,430 + 0,118X1 + 0,067X2 - 0,057X3 + 0,223X4 + 0,205X5 + 0,208X6 + ε...(1)

Koefisien persamaan regresi tersebut menunjukkan bahwa variabel pengalaman,

idealisme, komitmen profesional, komitmen organisasional, dan budaya etis

organisasi memiliki pengaruh searah dengan variabel terikat yaitu sensitivitas

etika. Namun, variabel relativisme memiliki pengaruh terbalik dengan sensitivitas

etika sebagai variabel terikat. Hasil analisis regresi juga menunjukkan Adjusted R

Page 70: pengaruh pengalaman, orientasi etika, komitmen dan budaya etis

53

Square sebesar 0,873 yang berarti bahwa variabilitas variabel sensitivitas etika

dapat dijelaskan oleh variabel pengalaman, idealisme, relativisme, komitmen

professional, komitmen organisasional, dan budaya etis organisasi sebesar 87,3

persen, sisanya sebesar 12,7 persen dijelaskan oleh variabel-variabel lain di luar

model penelitian.

Variabel pengalaman (X1) memiliki nilai koefisien regresi sebesar 0,118,

idealisme (X2) sebesar 0,067, relativisme (X3) sebesar -0,057, komitmen

profesional (X4) sebesar 0,223, komitmen organisasional (X5) sebesar 0,205, dan

budaya etis organisasi (X6) sebesar 0,208. Hal tersebut menggambarkan bahwa

variabel pengalaman, idealisme, komitmen profesional, komitmen organisasional

dan budaya etis organisasi memiliki pengaruh positif pada sensitivitas etika

auditor BPKP perwakilan Provinsi Bali. Sedangkan, variabel relativisme

berpengaruh negatif pada sensitivitas etika auditor BPKP perwakilan Provinsi

Bali.

5.3.4 Uji Statistik F

Pengujian ini digunakan untuk mengetahui apakah variabel bebas secara

bersama-sama atau simultan mempengaruhi variabel terikat. Uji ini dilakukan

sebelum melakukan pengujian terhadap hipotesis. Jika uji F menunjukkan hasil

yang signifikan, maka variabel bebas mempengaruhi variabel terikat, sehingga

model yang digunakan layak untuk dilakukan pengujian hipotesis. Hasil uji F

pada Tabel 5.9 menunjukkan pengaruh seluruh variabel bebas pada variabel

terikat.

Page 71: pengaruh pengalaman, orientasi etika, komitmen dan budaya etis

54

1) Rumusan hipotesis

H0 : β1 = β2 = β3 = β4 = β5 = β6 = 0, berarti tidak ada pengaruh variabel

bebas secara bersama terhadap variabel terikat.

H0 : β1 ≠ β2 ≠ β3 ≠ β4 ≠ β5 ≠ β6 ≠ 0, berarti ada pengaruh variabel bebas

secara bersama terhadap variabel terikat.

2) Tingkat signifikan α = 0,05

3) Tingkat Probabilitas (sig.) F yang diperoleh dari hasil pengujian dengan

program SPSS adalah 0,000

4) Hasil pengujian :

Tingkat probabilitas (sig.) F = 0,000 ≤ α = 0,05 ; H1 diterima dan H0

ditolak.

Hasil pengujian menunjukkan nilai signifikansi F sebesar 0,000 lebih kecil dari α

= 0,05, hal ini menyimpulkan bahwa variabel pengalaman, idealisme, relativisme,

komitmen profesional, komitmen organisasional dan budaya etis organisasi

mampu memprediksi dan menjelaskan sensitivitas etika auditor Badan

Pengawasan Keuangan dan Pembangunan perwakilan Provinsi Bali.

5.3.5 Uji Statistik t

Pengujian ini dimaksudkan untuk mengetahui pengaruh masing-masing

variabel bebas pada variabel terikat. Hasil uji t pada Tabel 5.9 menunjukkan

pengaruh variabel pengalaman, idealisme, relativisme, komitmen profesional,

komitmen organisasional dan budaya etis organisasi pada sensitivitas etika auditor

Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan perwakilan Provinsi Bali.

Page 72: pengaruh pengalaman, orientasi etika, komitmen dan budaya etis

55

Pengujian variabel bebas pada variabel terikat dalam penelitian ini dijelaskan

sebagai berikut.

5.3.5.1 Pengaruh Pengalaman pada Sensitivitas Etika Auditor BadanPengawasan Keuangan dan Pembangunan perwakilan Provinsi Bali

Hipotesis pertama (H1) menyatakan bahwa pengalaman berpengaruh

positif pada sensitivitas etika auditor Badan Pengawasan Keuangan dan

Pembangunan perwakilan Provinsi Bali. Pengujian terhadap pengaruh

pengalaman pada sensitivitas etika dilakukan dengan melihat hasil uji statistik t.

1) Rumusan hipotesis

H0 : β1 = 0, berarti tidak ada pengaruh pengalaman pada sensitivitas etika

auditor Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan perwakilan

Provinsi Bali.

H0 : β1 ≠ 0, berarti ada pengaruh pengalaman pada sensitivitas etika

auditor Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan perwakilan

Provinsi Bali.

2) Tingkat signifikan melalui uji satu sisi α = 0,05

3) Tingkat Probabilitas (sig.) t variabel pengalaman adalah 0,171 > α = 0,05.

Hal ini menunjukkan bahwa H1 ditolak dan H0 diterima, yang berarti

bahwa pengalaman tidak berpengaruh pada sensitivitas etika auditor

Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan perwakilan Provinsi Bali.

Page 73: pengaruh pengalaman, orientasi etika, komitmen dan budaya etis

56

5.3.5.2 Pengaruh Idealisme pada Sensitivitas Etika Auditor BadanPengawasan Keuangan dan Pembangunan perwakilan Provinsi Bali

Hipotesis kedua (H2a) menyatakan bahwa idealisme berpengaruh positif

pada sensitivitas etika auditor Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan

perwakilan Provinsi Bali. Pengujian terhadap pengaruh idealisme pada sensitivitas

etika dilakukan dengan melihat hasil uji statistik t.

1) Rumusan hipotesis

H0 : β2 = 0, berarti tidak ada pengaruh idealisme pada sensitivitas etika

auditor Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan perwakilan

Provinsi Bali.

H0 : β2 ≠ 0, berarti ada pengaruh idealisme pada sensitivitas etika auditor

Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan perwakilan Provinsi

Bali.

2) Tingkat signifikan melalui uji satu sisi α = 0,05

3) Tingkat Probabilitas (sig.) t variabel idealisme adalah 0,008 < α = 0,05.

Hal ini menunjukkan bahwa H2a diterima dan H0 ditolak, yang berarti

bahwa idealisme berpengaruh positif pada sensitivitas etika auditor Badan

Pengawasan Keuangan dan Pembangunan perwakilan Provinsi Bali.

5.3.5.3 Pengaruh Relativisme pada Sensitivitas Etika Auditor BadanPengawasan Keuangan dan Pembangunan perwakilan Provinsi Bali

Hipotesis ketiga (H2b) menyatakan bahwa relativisme berpengaruh negatif

pada sensitivitas etika auditor Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan

perwakilan Provinsi Bali. Pengujian terhadap pengaruh relativisme pada

sensitivitas etika dilakukan dengan melihat hasil uji statistik t.

Page 74: pengaruh pengalaman, orientasi etika, komitmen dan budaya etis

57

1) Rumusan hipotesis

H0 : β3 = 0, berarti tidak ada pengaruh relativisme pada sensitivitas etika

auditor Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan perwakilan

Provinsi Bali.

H0 : β3 ≠ 0, berarti ada pengaruh relativisme pada sensitivitas etika

auditor Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan perwakilan

Provinsi Bali.

2) Tingkat signifikan melalui uji satu sisi α = 0,05

3) Tingkat Probabilitas (sig.) t variabel relativisme adalah 0,048 < α = 0,05.

Hal ini menunjukkan bahwa H2b diterima dan H0 ditolak, yang berarti

bahwa relativisme berpengaruh negatif pada sensitivitas etika auditor

Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan perwakilan Provinsi Bali.

5.3.5.4 Pengaruh Komitmen Profesional pada Sensitivitas Etika AuditorBadan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan perwakilan ProvinsiBali

Hipotesis keempat (H3a) menyatakan bahwa komitmen profesional

berpengaruh positif pada sensitivitas etika auditor Badan Pengawasan Keuangan

dan Pembangunan perwakilan Provinsi Bali. Pengujian terhadap pengaruh

komitmen profesional pada sensitivitas etika dilakukan dengan melihat hasil uji

statistik t.

Page 75: pengaruh pengalaman, orientasi etika, komitmen dan budaya etis

58

1) Rumusan hipotesis

H0 : β4 = 0, berarti tidak ada pengaruh komitmen profesional pada

sensitivitas etika auditor Badan Pengawasan Keuangan dan

Pembangunan perwakilan Provinsi Bali.

H0 : β4 ≠ 0, berarti ada pengaruh komitmen profesional pada sensitivitas

etika auditor Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan

perwakilan Provinsi Bali.

2) Tingkat signifikan melalui uji satu sisi α = 0,05

3) Tingkat Probabilitas (sig.) t variabel komitmen profesional adalah 0,000

< α = 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa H3a diterima dan H0 ditolak, yang

berarti bahwa komitmen profesional berpengaruh positif pada sensitivitas

etika auditor Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan

perwakilan Provinsi Bali.

5.3.5.5 Pengaruh Komitmen Organisasional pada Sensitivitas Etika AuditorBadan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan perwakilan ProvinsiBali

Hipotesis kelima (H3b) menyatakan bahwa komitmen organisasional

berpengaruh positif ada sensitivitas etika auditor Badan Pengawasan Keuangan

dan Pembangunan perwakilan Provinsi Bali. Pengujian terhadap pengaruh

komitmen organisasional pada sensitivitas etika dilakukan dengan melihat hasil

uji statistik t.

Page 76: pengaruh pengalaman, orientasi etika, komitmen dan budaya etis

59

1) Rumusan hipotesis

H0 : β5 = 0, berarti tidak ada pengaruh komitmen organisasional pada

sensitivitas etika auditor Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan

perwakilan Provinsi Bali.

H0 : β5 ≠ 0, berarti ada pengaruh komitmen organisasional pada sensitivitas

etika auditor Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan perwakilan

Provinsi Bali.

2) Tingkat signifikan melalui uji satu sisi α = 0,05

3) Tingkat Probabilitas (sig.) t variabel komitmen organisasional adalah

0,002 < α = 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa H3b diterima dan H0 ditolak,

yang berarti bahwa komitmen organisasional berpengaruh positif pada

sensitivitas etika auditor Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan

perwakilan Provinsi Bali.

5.3.5.6 Pengaruh Budaya Etis Organisasi pada Sensitivitas Etika AuditorBadan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan perwakilan ProvinsiBali

Hipotesis keenam (H4) menyatakan bahwa budaya etis organisasi

berpengaruh positif pada sensitivitas etika auditor Badan Pengawasan Keuangan

dan Pembangunan perwakilan Provinsi Bali. Pengujian terhadap pengaruh budaya

etis organisasi pada sensitivitas etika dilakukan dengan melihat hasil uji statistik t.

Page 77: pengaruh pengalaman, orientasi etika, komitmen dan budaya etis

60

1) Rumusan hipotesis

H0 : β6 = 0, berarti tidak ada pengaruh budaya etis organisasi pada

sensitivitas etika auditor Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan

perwakilan Provinsi Bali.

H0 : β6 ≠ 0, berarti ada pengaruh budaya etis organisasi pada sensitivitas

etika auditor Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan perwakilan

Provinsi Bali.

2) Tingkat signifikan melalui uji satu sisi α = 0,05

3) Tingkat Probabilitas (sig.) t variabel budaya etis organisasi adalah 0,000 <

α = 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa H4 diterima dan H0 ditolak, yang

berarti bahwa budaya etis organisasi berpengaruh positif pada sensitivitas

etika auditor Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan perwakilan

Provinsi Bali.

Untuk memudahkan membaca, hasil uji statistik t dapat dirangkum dalam tabel

5.10

Tabel 5.10 Ringkasan Hasil Uji Statistik t

No Variabel (Sig.)t B Keterangan

1 Pengalaman 0,171 0,118 Pengalaman tidak berpengaruh padasensitivitas etika auditor BPKP, namunarahnya positif.

2 Idealisme 0,008 0,067 Idealisme berpengaruh positif padasensitifitas etika auditor BPKP.

3 Relativisme 0,048 -0,057 Relativisme berpengaruh negatif padasensitivitas etika auditor BPKP.

4 Komitmen Profesional 0,000 0,223 Komitmen Profesional berpengaruh positifpada sensitivitas etika auditor BPKP.

5 Komitmen Organisasional 0,002 0,205 Komitmen Organisasional berpengaruhpositif pada sensitivitas etika auditor BPKP.

6 Budaya Etis Organisasi 0,000 0,208 Budaya Etis Organisasi berpengaruh positifpada sensitivitas etika auditor BPKP.

Page 78: pengaruh pengalaman, orientasi etika, komitmen dan budaya etis

61

5.4 Pembahasan

5.4.1 Pengaruh Pengalaman pada Sensitivitas Etika Auditor BadanPengawasan Keuangan dan Pembangunan perwakilan Provinsi Bali

Hasil pengujian hipotesis satu (H1) menunjukkan bahwa variabel

pengalaman tidak berpengaruh signifikan pada sensitivitas etika auditor Badan

Pengawasan Keuangan dan Pembangunan perwakilan Provinsi Bali yang

ditunjukkan oleh koefisien beta unstandardized sebesar 0,118 dan nilai (sig.) t

sebesar 0,171. Hal ini bertentangan dengan hipotesis 1 yang menyatakan bahwa

variabel pengalaman berpengaruh positif pada sensitivitas etika auditor Badan

Pengawasan Keuangan dan Pembangunan perwakilan Provinsi Bali.

Berdasarkan hasil wawancara dengan auditor BPKP yang terdiri dari

auditor ahli dan auditor terampil menyatakan bahwa pengambilan keputusan

dalam pelaksanaan tugas dilakukan secara bersama-sama. Keputusan yang

diambil merupakan keputusan tim. Hal ini menunjukkan semakin tinggi jabatan

auditor tidak mempengaruhi sensitivitas etika auditor BPKP perwakilan Provinsi

Bali. Masa kerja auditor yang cukup lama tidak berpengaruh pada sensitivitas

etika auditor BPKP perwakilan Provinsi Bali. Tingkat pendidikan terakhir serta

jumlah pelatihan yang pernah diikuti juga tidak berpengaruh pada sensitivitas

etika auditor BPKP perwakilan Provinsi Bali. Hal tersebut didukung oleh

Peraturan Kepala Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan Nomor: PER-

709/K/JF/2009 tentang pelaksanaan pengangkatan, kenaikan jabatan/pangkat,

pembebasan sementara, pengangkatan kembali, dan pemberhentian dalam dan

dari jabatan fungsional auditor. Peraturan tersebut menjelaskan mengenai jenjang

jabatan auditor BPKP yang berkaitan dengan tingkat pendidikan auditor. Auditor

Page 79: pengaruh pengalaman, orientasi etika, komitmen dan budaya etis

62

dengan tingkat pendidikan D3 menduduki jabatan auditor terampil (auditor

pelaksana, pelaksana lanjutan, penyelia), sedangkan tingkat pendidikan S1

menduduki jabatan sebagai auditor ahli (auditor pertama, muda, madya, utama).

Meskipun masa kerja auditor belum cukup lama, dengan tingkat pendidikan S1

akan mampu menduduki jabatan sebagai auditor ahli. Walaupun menduduki

jabatan sebagai auditor ahli, keputusan yang diambil dalam pelaksanaan tugas

merupakan keputusan bersama. Hal tersebut menunjukkan bahwa pengalaman

tidak berpengaruh pada sensitivitas etika auditor BPKP.

Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan

oleh Januarti (2011) yang menghasilkan bahwa pengalaman tidak berpengaruh

signifikan pada persepsi dan pertimbangan etis auditor Badan Pemeriksa

Keuangan. Namun hal ini bertentangan dengan pendapat Larkin (2000) yang

menyatakan bahwa auditor yang berpengalaman cenderung lebih konservatif

dalam menghadapi situasi dilema etis.

5.4.2 Pengaruh Idealisme pada Sensitivitas Etika Auditor BadanPengawasan Keuangan dan Pembangunan perwakilan Provinsi Bali

Hasil pengujian hipotesis kedua (H2a) menunjukkan bahwa idealisme

berpengaruh positif pada sensitivitas etika auditor Badan Pengawasan Keuangan

dan Pembangunan perwakilan Provinsi Bali. Secara statistik, hasil analisis

menunjukkan koefisien beta unstandardized dari variabel idealisme sebesar 0,067

dengan (sig.) t sebesar 0,008. Nilai tersebut menunjukkan bahwa idealisme

berpengaruh positif pada sensitivitas etika auditor Badan Pengawasan Keuangan

dan Pembangunan perwakilan Provinsi Bali.

Page 80: pengaruh pengalaman, orientasi etika, komitmen dan budaya etis

63

Penelitian sebelumnya yang memperkuat hasil penelitian ini adalah Shaub

et. al (1993) yang menyatakan bahwa orientasi etis mempengaruhi sensitivitas

etika, Fallah (2006) menunjukkan idealisme berpengaruh positif terhadap

sensitivitas etika, serta Januarti (2011) yang menunjukkan bahwa orientasi etika

berpengaruh pada persepsi dan pertimbangan etis auditor. Hasil penelitian ini

menunjukkan bahwa auditor dengan idealisme yang tinggi akan memiliki tingkat

sensitivitas yang tinggi, sehingga sikap idealisme auditor harus dipertahankan

agar dapat digunakan dalam mengambil keputusan yang tepat ketika menghadapi

dilema etika.

5.4.3 Pengaruh Relativisme pada Sensitivitas Etika Auditor BadanPengawasan Keuangan dan Pembangunan perwakilan Provinsi Bali

Hasil pengujian hipotesis ketiga (H2b) menunjukkan bahwa variabel

relativisme berpengaruh negatif pada sensitivitas etika auditor Badan Pengawasan

Keuangan dan Pembangunan perwakilan Provinsi Bali. Dari hasil analisis

menunjukkan bahwa koefisien beta unstandardized variabel relativisme sebesar -

0,057 dan nilai (sig.) t sebesar 0,048. Nilai tersebut menunjukkan bahwa

relativisme berpengaruh negatif pada sensitivitas etika Badan Pengawasan

Keuangan dan Pembangunan perwakilan Provinsi Bali.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa nilai relativisme harus

dihilangkan oleh auditor, serta masih diperlukannya aturan-aturan etika oleh

auditor Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan perwakilan Provinsi Bali

di dalam mengambil keputusan ketika menghadapi dilema etika. Hasil penelitian

ini sesuai dengan hasil penelitian Fallah (2006) juga menemukan bahwa

Page 81: pengaruh pengalaman, orientasi etika, komitmen dan budaya etis

64

relativisme berpengaruh negatif terhadap sensitivitas etika. Hasil penelitian

Januarti (2011) juga yang menunjukkan bahwa orientasi etika berpengaruh pada

persepsi dan pertimbangan etis.

5.4.4 Pengaruh Komitmen Profesional pada Sensitivitas Etika AuditorBadan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan perwakilan ProvinsiBali

Hasil pengujian hipotesis keempat (H3a) menunjukkan bahwa komitmen

profesional berpengaruh positif pada sensitivitas etika auditor Badan Pengawasan

Keuangan dan Pembangunan perwakilan Provinsi Bali. Hasil analisis

menunjukkan bahwa koefisien beta unstandardized variabel komitmen

profesional sebesar 0,223 dan (sig.) t sebesar 0,000. Hasil penelitian ini

menunjukkan bahwa komitmen profesional akan berpengaruh pada sensitivitas

etika auditor dalam mengambil suatu keputusan, karena sikap profesionalisme

akan menuntun auditor didalam melakukan kegiatan audit yang sesuai dengan

standar yang berlaku.

Hasil penelitian ini diperkuat oleh hasil penelitian Khomsiyah dan

Indriantoro (1998) menyatakan bahwa terdapat pengaruh komitmen profesional

terhadap sensitivitas etika. Namun hasil ini bertentangan dengan hasil penelitian

Januarti (2011) yang menunjukkan bahwa komitmen profesional tidak

berpengaruh signifikan terhadap persepsi dan pertimbangan etis auditor. Hasil

penelitian Aziza dan Salim (2007) juga menunjukkan bahwa komitmen

profesional tidak berpengaruh signifikan terhadap sensitivitas etika auditor.

Page 82: pengaruh pengalaman, orientasi etika, komitmen dan budaya etis

65

5.4.5 Pengaruh Komitmen Organisasional pada Sensitivitas Etika AuditorBadan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan perwakilan ProvinsiBali

Hasil pengujian hipotesis kelima (H3a) menunjukkan bahwa komitmen

organisasional berpengaruh positif pada sensitivitas etika auditor Badan

Pengawasan Keuangan dan Pembangunan perwakilan Provinsi Bali. Hal ini

ditunjukkan oleh nilai koefisien beta unstandardized variabel komitmen

organisasional sebesar 0,205 dan (sig.) t sebesar 0,002. Hasil penelitian ini

menunjukkan bahwa komitmen organisasional auditor Badan Pengawasan

Keuangan dan Pembangunan perwakilan Provinsi Bali berperan didalam

pembentukan sensitivitas etika auditor. Komitmen pada organisasi akan

memunculkan keinginan untuk mempertahankan keanggotaan dalam organisasi

tersebut, serta mempengaruhi keputusan yang akan diambilnya.

Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian Irawati dan Supriyadi

(2012) yang menyatakan bahwa komitmen organisasional berpengaruh terhadap

sensitivitas etika. Namun hasil penelitian ini berbeda dengan hasil penelitian

Aziza dan Salim (2007) dan Shaub et. al (1993) yang menunjukkan tidak adanya

hubungan antara komitmen organisasional dengan sensitivias etika.

5.4.6 Pengaruh Budaya Etis Organisasi pada Sensitivitas Etika AuditorBadan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan perwakilan ProvinsiBali

Hasil pengujian hipotesis keenam (H4) menunjukkan bahwa budaya etis

organisasi berpengaruh positif pada sensitivitas etika auditor Badan Pengawasan

Keuangan dan Pembangunan perwakilan Provinsi Bali. Hal ini ditunjukkan oleh

nilai koefisien beta unstandardized variabel budaya etis organisasi sebesar 0,208

Page 83: pengaruh pengalaman, orientasi etika, komitmen dan budaya etis

66

dan (sig.) t sebesar 0,000. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa budaya etis

organisasi berhubungan positif dengan sensitivitas etika auditor Badan

Pengawasan Keuangan dan Pembangunan perwakilan Provinsi Bali, dimana

budaya etis organisasi menjadi faktor yang akan mempengaruhi etika auditor

dalam mengambil keputusan. Semakin seringnya auditor Badan Pengawasan

Keuangan dan Pembangunan perwakilan Provinsi Bali melakukan aktivitas etis

akan meningkatkan konsistensi perilaku pada standar nilai dalam pengambilan

keputusan.

Hasil ini sesuai dengan penelitian Fallah (2006) yang menunjukkan bahwa

budaya etis organisasi berpengaruh terhadap idealisme auditor. Hasil ini sesuai

dengan pendapat Hunt dan Vitell (1986) dan Trevino (1986) bahwa budaya etis

organisasi berpengaruh terhadap perilaku etis individu.

Page 84: pengaruh pengalaman, orientasi etika, komitmen dan budaya etis

67

BAB VI

SIMPULAN DAN SARAN

6.1 Simpulan

Berdasarkan latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, kajian

teori, kajian empiris, hipotesis, dan hasil pengujian, maka dapat disimpulkan

sebagai berikut:

1) Pengalaman tidak berpengaruh pada sensitivitas etika auditor Badan

Pengawasan Keuangan dan Pembangunan perwakilan Provinsi Bali. Hal ini

berarti bahwa jabatan auditor, masa kerja, tingkat pendidikan serta pelatihan

yang diikuti tidak berpengaruh pada sensitivitas etika auditor BPKP

perwakilan Provinsi Bali.

2) Idealisme berpengaruh positif pada sensitivitas etika auditor Badan

Pengawasan Keuangan dan Pembangunan perwakilan Provinsi Bali. Hal ini

bermakna bahwa auditor yang memiliki idealisme akan memiliki tingkat

sensitivitas etika yang menguat.

3) Relativisme berpengaruh negatif pada sensitivitas etika auditor Badan

Pengawasan Keuangan dan Pembangunan perwakilan Provinsi Bali. Hal ini

bermakna bahwa auditor yang memiliki relativisme akan memiliki tingkat

sensitivitas etika yang melemah.

4) Komitmen Profesional berpengaruh positif pada sensitivitas etika auditor

Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan perwakilan Provinsi Bali.

Page 85: pengaruh pengalaman, orientasi etika, komitmen dan budaya etis

68

Hal ini bermakna bahwa auditor yang memiliki komitmen profesional akan

memiliki tingkat sensitivitas etika yang menguat.

5) Komitmen Organisasional berpengaruh positif pada sensitivitas etika auditor

Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan perwakilan Provinsi Bali.

Hal ini bermakna bahwa auditor yang memiliki komitmen organisasional

akan memiliki tingkat sensitivitas etika yang menguat.

6) Budaya Etis Organisasi berpengaruh positif pada sensitivitas etika auditor

Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan perwakilan Provinsi Bali.

Hal ini bermakna bahwa auditor yang memiliki budaya etis organisasi akan

memiliki tingkat sensitivitas etika yang menguat.

6.2 Saran

Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi motivasi bagi

penelitian selanjutnya yang berkaitan dengan sensitivitas etika auditor. Berdasrkan

kesimpulan hasil penelitian, dapat disampaikan beberapa saran sebagai berikut:

1) Penelitian ini hanya fokus pada auditor Badan Pengawasan Keuangan dan

Pembangunan perwakilan Provinsi Bali. Penelitian selanjutnya dapat

memperluas sampel penelitian pada auditor Badan Pengawasan Keuangan

dan Pembangunan perwakilan provinsi-provinsi lain yang ada di Indonesia.

2) Penelitian selanjutnya dapat dilakukan pada auditor Badan Pemeriksa

Keuangan, Bawasda serta Kantor Akuntan Publik.

3) Penelitian selanjutnya dapat menggunakan hasil penelitian ini sebagai salah

satu referensi untuk penelitian berikutnya dengan menemukan variabel-

Page 86: pengaruh pengalaman, orientasi etika, komitmen dan budaya etis

69

variabel baru yang berpengaruh pada sensitivitas etika seperti usia, jenis

kelamin, tingkat pendidikan dan fee audit.

4) Pada penelitian ini hasil tabulasi data kuesioner salah satu indikator dari

variabel pengalaman yaitu tingkat pendidikan menunjukkan nilai yang sangat

kecil dibandingkan dengan yang lainnya, dikarenakan hanya terdapat dua

pilihan saja. Hal ini dapat menjadi pertimbangan untuk penelitian selanjutnya

apakah tetap menggunakan empat indikator tersebut dalam menguji variabel

pengalaman.

Page 87: pengaruh pengalaman, orientasi etika, komitmen dan budaya etis

70

DAFTAR PUSTAKA

Agoes, Sukrisno. 2004. Auditing (Auditoran Akuntan oleh Kantor AkuntanPublik). Jakarta: Universitas Indonesia.

Agoes, Sukrisno. 2004. Auditing (Pemeriksaan Akuntan) oleh Kantor AkuntanPublik. Edisi Ketiga. Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Trisakti.

Anderson, G. dan R. C. Ellyson. 1986. “Restructuring Proksional Standards: TheAnderson Report". Journal of Accountancy, September, pp. 92-104.

Aranya, N. and K.R. Ferris. 1984. “A Reexamination of AccountantsOrganizational-Proksional Conflict” The Accounting Review, Vol. 59, pp. 1-15.

−−−−−−, N., A. Barack and Amernic, J. 1981. “A test of Hollands theory in apopulation of accountants”, Journal of Vocational Behavior, Vol. 19 No. 1, pp.15-24.

Aziza, N. dan Salim A. 2007. “Pengaruh Orientasi Etika Pada Komitmen danSensitivitas Etika Auditor (Studi Empiris pada Auditor di Bengkulu dan SumateraSe1atan)”. Simposium Nasional Akuntansi 11. Universitas Tanjung Pura,Pontianak.

Bertens, K. 2000. Pengantar Etika Bisnis. Penerbit Kanisius, Yogyakarta.

Bline, DM., Meixner, W.F and Aranya. N. 1992. “The Impact Of The WorkSetting On The Organizational & Proksional Commitment of Accountants”,Research in Govermental & Non Profit Accounting, Vol. 7, pp.79-96.

Bonner. S, R. Libby dan M. W. Nelson. 1996. Using Decision Aids to ImproveAuditors Conditional Probability Judgements, The Accounts review.

Boyton, Kell, Johnson. 2003. Modern Auditing. Edisi ke 7. Jakarta: Erlangga.

Brierley, J. A. 1996. “The measurement of orgamkational commitment andprokssional commitment”, The Journal of Social Psychology, 136, 265-267

Chang, J .Y. dan Choi, J .N. 2007. “The Dynamic Relation Between Organizationand Prokssional Commitment of Highly Educated Research Development (R&D)Prokssionals”. The Journal of Social Psychology, 147(3), pp 299-315.

Cohen. J. R., L. W. Part and D.J Sharp. 1996. “Measuring The Ethical A warenessand Ethical Orientation of Canadian Auditor”. Research in Accounting vol 7 pp37-64.

Page 88: pengaruh pengalaman, orientasi etika, komitmen dan budaya etis

71

Djakman, Chaerul D. 2003. Manajemen Laba dan Pengaruh Kebijakan MultiPapan Bursa Efek Jakarta Simposium Nasional Akuntansi VI: Surabaya.

Douglas P. C, Ronals A. Davidson dan B. N Shwartz, 2001. “The Effect ofOrganizational Culture and Ethical Orientation on Accountants EthicalJudgements”, Journal of Business Ethics 34, pp.101-121.

Duska, Ronald,F., dan Btenda,S. 2003. Accounting Ethics. Blackwell PublishingLtd.

Dwyer, L., Mellor, R., Mistilis, N. and Mules, T. 2000. A framework forevaluating and forecasting the impacts of special events. Proceedings of eventevaluation, research and education, Sydney: Australian Centre for EventManagement.

Falah, Syaikhul. 2008. Pengaruh budaya etis organisasi dan orientasi etikaterhadap sensitivitas etika (studi empiris tentang pemeriksa internal di BawasdaPemda Papua Universitas Diponegoro.

Finn, Don W., Lawrence B., Chonko, dan Shelby D. Hunt. 1988. “EthicalProblems in Public Accounting: The View From the Top”. Journal of BusinessEthics, Vol. 7, pp. 605-6l5.

Fisher, G Joseph. 1998. “Contingency T henry Management Control System andFirm Outcomes: Past Results and Future Directions”. Behavioural Research inAccounting Vol. 10. Supplement : 47-64.

Forsyth, D.R. 1980. “A Taxonomy of Ethical Ideology Journal of Personality andSocial Psychology”, Vol. 39, pp. 175-184.

−−−−−−, D.R. 1981. “Moral Judgment: The Influence of Ethical Ideology”Personality and Social Psychology Bulletin”, Vol. 7, pp. 218-223.

Ghozali, Imam. 2009. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS Edisike 4. Semarang: Universitas Diponegoro.

Gusnardi. 2003. Analisis Perbandingan Faktor-faktor yang MempengaruhiJudgment Penetapan Risiko Audit oleh Auditor yang Berpengalaman dan Auditoryang Belum Berpengalaman. Bandung : Universitas Padjadjaran (TidakDipublikasikan)

Hadi, Sutrisno. 1991. Analisis Butir untuk Insrtumen Angket, Test dan SkalaRating. Penerbit: Andi Offset, Yogyakarta.

Page 89: pengaruh pengalaman, orientasi etika, komitmen dan budaya etis

72

Higgins dan Kelleher. 2005. “Comparative Perspectives on the EthicalOrientations of Human Resources, Marketing and Finance Functional ManagersJournal of Business Ethics, Vol.56, pp. 275-288.

Hofstede, G., Bram, N., Denise, D.O. and Geert, S. 1994. “MeasuringOrganizational Culture: A Quantitative Study Across Twenty Cases”.Administrarive Science Quarterly. (35) : 286-316.

http://www.bpkp.go.id, Selasa, 11 Februari 2014, 14.00 WITA.

Hudayati, Ataina. 2002. Perkembangan Penelitian Akuntansi KeperilakuanBerbagai Teori dan Pendekatan yang Melandasi. JAAI Volume 6 No. 2.

Hunt, S. D. dan S. J. Vite11. 1986. “A General Theory of Marketing EthicsJournal of Macromarketing Spring pp. 5-16.

Ikhsan, Arfan. 2008. Metodologi Penelitian Akuntansi Keperilakuan. Edisi 1.Yogyakarta: Graha Ilmu.

Irawati, Anik dan Supriyadi. 2012. Pengaruh Orientesi Etika Pada KomitmenProfesional, Komitmen Organisasional dan Sensitivitas Etika Auditor denganGender sebagai Variabel Pemoderasi. Simposium Nasional Akuntansi XV:Banjarmasin.

Januarti, Indira, 2011. Analisis pengaruh pengalaman auditor, komitmenprofesional, orientasi etis, dan nilai etika terhadap persepsi dan pertimbanganetis (auditor badan pemeriksa keuangan Indonesia). Simposium NasionalAkuntansi XIV. Aceh.

Jensen, Michael C. and W.H. Meckling. 1976. Theory of The Firm: ManagerialBehavior, Agency Cost and Ownership Structure. Journal of Financial Economics3.

Jogiyanto. 2007. Metode Penelitian Bisnis: Salah Kaprah dan Pengalaman-Pengalaman. Yogyakarta: BPFE

Jones, T.M. 1991. ”Ethical Decision Making by Individuals in Organizations. AnIssue Contingent Model”. Academy of Management Review, vol. 16(2), 366-395

Jusup, A1. Haryono. 2001. Auditing (Pengauditan). Buku I. Yogyakarta: BagianPenerbitan Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi YKPN.

Khomsiyah dan Nur Indriantoro. 1998. Pengaruh Orientasi Etika terhadapKomitmen dan Sensitivitas Etika Auditor Pemerintah di DKI Jakarta. JRAI Vol. 113-28.

Page 90: pengaruh pengalaman, orientasi etika, komitmen dan budaya etis

73

Kohlberg, L. 1971. “Stages Of Moral Development As A Basis Of MoralEducation”. Moral Education: Interdiciplinary Approaches: 23-92. New York:Newman Press.

Kohlberg, L., 1977. “The Cognitive Development Approach To Moral Education”.Issues In Adolescent Psychology: 283-299. New Jersey: Printice Hall, Inc.

Knoers dan Haditono. 1999. Psikologi Perkembangan: Pengantar dalamBerbagai Bagian, Cetakan ke-12, Gajah mada University Press, Yogyakarta.

Kwon, I. W. G., & Banks, D. W. (2004). “Factors related to the Organizationaland professional commitment of internal auditors”. Managerial Auditing Journal,19, 606-622.

Larkin, Joseph, M. 2000, “The Ability of Internal Auditors to Identfy EthicalDilemmas”, Journal of Business Ethics, 23, 401-409.

Leong, L., Huang, S. Y., and Hsu, J. 2003. “An empirical study on prqkssionalcommitment organizational commitment and job involvement in CanadianAccounting firms”. Journal of American Academy of Business, 2, 360-3 70.

Leung, P. dan Cooper, B.J. 1995. "Ethical dilemmas in accountancy practice",Australian Accountant. May, pp. 28-32.

Libby, R., K. T. Trotman, 1993, The Review Process as a Control for DifferentialRecall of Evidence in Auditor Judgments, Accounting Research, Vol. 36, no. 1(Spring), PP: 143-156.

Ludigdo, Unti. 2006. Strukturasi Praktik Etika di Kantor Akuntan Publik: SebuahStudi Interpretif Simposium Nasional Akuntansi 9: Padang.

Mowday, R.T; Steers, R.M.. and Porter. L.W. 1979. “The Measurement ofOrganizational Commitment Journal of Vocational Behavioral, Vol. 14, pp.224-247.

O’Leary dan Cotter. 2000. "The ethics of final year accountancy students: aninternational comparison Managerial Auditing Journal Vol 15, pp. 108 – 115

Ponemon, L.A. dan Gabhart, D_R.L. 1993. "Ethical reasoning in accounting andauditing" Research Monograph No, 21. CGA-Canada Research Foundation.

Pujiati, D. 2002. Hubungan antara Panisipasi dan Kepuasan Pemakai dalamPengembangan Sistem Informasi: Tinjauan terhadap Empat Faktor Kontinjensi(studi Empiris pada, Bank Umum di Kotamadya Semarang). (tidakdipublikasikan).

Page 91: pengaruh pengalaman, orientasi etika, komitmen dan budaya etis

74

Rest, James, R. 1983. “Received Manual For The Defining Issues Test: AnObjective Test For Moral Judgment Development”. Minnepolis: Minnesota MoralResearch Project.

Rustiana, 2006. Eksplorasi Pembuatan Keputusan Etis Mahasiswa Akuntansidalam Situasi Dilema Etis Akuntansi. Modus, vol 18(1), 49-6l.

−−−−−−−, 2006. Persepsi Etika Mahasiswa Akuntansi dan Auditor dalam SituasiDilema Etis Akuntansi. Kinerja vol 10(2), 116-128.

Shaub, M.K., Don W. Finn dan Paul Munter. 1993. "The Ejects of AuditorsEthical Orientation on Commitment and Ethical Sensitivity". Behavioral Researchin Accounting Vol. 5,pp. 145-169.

SiegeL Gary & Helene Ramanauskas Marconi. 1989. “Behavioral Accounting".South Western Publishing Co. Cicinnati, Ohio.

Suartana, I Wayan. 2010. Akuntansi Keperilakuan: Teori dan Implementasi.Yogyakarta : Andi Offset.

Susetyo, Budi. 2009. Pengaruh Pengalaman Audit Terhadap PertimbanganAuditor dengan Kredibilitas Klien Sebagai Variabel Moderating. UniversitasDiponegoro.

Trevino, Linda Klebe. 1986. “Ethical Decision Making in Organization: A PersonSituation Interactionist Model”. Academy of Management Review, July pp. 601-617.

Tsalikis, J. and D. J. Fritzche. 1989. “Business Ethics: A Literatur Review with aFocus on Marketing Ethics", Journal of Business Ethics, Vol.8, No.9, pp.695-743.

Westra, L.S. 1986. “Whose Loyal Agent Toward an Ethnical of Accounting”.Journal of Business Ethnics, vol. 5 pp. 119-128.

Wiley, C. 1998. “Reexamining Perceived Ethics Issues and Ethics Roles AmongEmployment Managers”, Journal of Business Ethics, Vol.l7, pp. 147-161.

Wirawan, Nata. 2002. Statistik 2 Untuk Ekonomi dan Bisnis. Edisi Kedua,Denpasar. Keraras Emas.

Page 92: pengaruh pengalaman, orientasi etika, komitmen dan budaya etis

75

Lampiran 1

SURAT PERMOHONAN PENGISIAN KUESIONER

Denpasar, …./…./2014

Kepada

Yth.

Bapak/Ibu Responden.

Di tempat

Dengan hormat,

Saya yang bertanda tangan dibawah ini :

Nama : Putu Purnama Dewi

NIM : 1291661007

Adalah mahasiswi Program Magister Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas

Udayana semester akhir yang sedang menyusun tugas akhir berupa tesis. Adapun

judul dari penelitian saya adalah Pengaruh Pengalaman, Orientasi etika,

Komitmen, dan Budaya Etis Organisasi pada Sensitivitas Etika Auditor

Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan perwakilan Provinsi Bali.

Saya berharap Bapak/Ibu berkenan membantu proses pengumpulan data

dengan menjawab pertanyaan maupun pernyataan dalam kuesioner ini. Saya

mohon dibaca terlebih dahulu petunjuk kuesioner dan diberikan jawaban yang

jujur sesuai dengan keadaan yang sebenarnya. Saya berharap agar kuesioner yang

telah terjawab dapat saya ambil kembali secepatnya.

Atas kesediaan waktu Bapak/Ibu untuk memberikan jawaban atas

kuesioner ini, saya ucapkan terima kasih, sekaligus permohonan maaf apabila

penelitian ini mengganggu pekerjaan Bapak/Ibu responden.

Peneliti

Putu Purnama DewiNIM. 1291661007

Page 93: pengaruh pengalaman, orientasi etika, komitmen dan budaya etis

76

Lampiran 1

Saya mohon Bapak/Ibu menjawab pada tempat yang telah disediakan dan

pilihlah jawaban pada pertanyaan pilihan dengan memberikan tanda silang (X)

pada satu jawaban yang sesuai dengan kondisi sebelumnya.

Identifikasi Responden

Nama Responden :Usia : …… TahunJenis Kelamin : a. Laki-Laki b. Perempuan

Instrumen : Pengalaman

Jabatan :Lama bekerja : …… TahunPendidikan terakhir yang telah ditempuh :a. D3 c. S2b. S1 d. S3Pelatihan yang pernah diikuti : ……..kali

Petunjuk Umum Pengisian Kuesioner

Berilah tanda silang (X) pada pernyataan yang dianggap paling sesuai dengan

kondisi yang sebenarnya diantara pilihan berikut:

STS = Sangat Tidak Setuju SS = Sangat Setuju

TS = Tidak Setuju S = Setuju

Instrumen : Orientasi Etika

Kuisioner Orientasi Etika Pernyataan/SkorIdealisme STS TS S SS

1. Auditor harus memastikan terlebih dahulu bahwa hasil auditmereka tidak pernah secara sengaja merugikan orang lain, dalamtingkat sekecil apapun.

1 2 3 4

2. Perbuatan merugikan orang lain tidak dapat ditoleransi olehauditor, seberapa kecil pun tingkat kerugian itu.

1 2 3 4

3. Melakukan tindakan yang dapat merugikan orang lain adalahtindakan yang salah, walaupun tindakan tersebut menguntungkanauditor.

1 2 3 4

4. Dalam melakukan pekerjaan sebagai profesional, auditor tidakboleh menyakiti dan merugikan orang lain secara fisik maupunpsikologis.

1 2 3 4

Page 94: pengaruh pengalaman, orientasi etika, komitmen dan budaya etis

77

Kuisioner Orientasi Etika Pernyataan/SkorIdealisme STS TS S SS

5. Dalam melakukan pekerjaan profesional, auditor tidak bolehmelakukan tindakan mengancam.

1 2 3 4

6. Auditor tidak boleh melakukan perbuatan yang dapatmerugikan pihak yang tidak bersalah.

1 2 3 4

7. Dalam memutuskan untuk melakukan suatu tindakan yangtidak bermoral, auditor perlu mempertimbangkan konsekuensinegatif dan positif dari perbuatan tersebut.

1 2 3 4

8. Martabat dan kesejahteraan orang seharusnya menjadiperhatian paling penting dalam suatu masyarakat.

1 2 3 4

9. Auditor jangan pernah sampai mengorbankan kesejahteraanorang lain.

1 2 3 4

10. Tindakan moral adalah tindakan yang sesuai dengan tindakan-tindakan yang sifatnya ideal/sempurna.

1 2 3 4

Kuisioner Orientasi Etika Pernyataan/SkorRelativisme STS TS S SS

1. Tidak ada prinsip-prinsip etika yang begitu penting untukdijadikan bagian dari kode etik auditor.

1 2 3 4

2. Aturan-aturan etika berbeda antara tim audit satu dengan yanglain, demikian juga dengan penerapannya, berbeda antara situasisatu dengan yang lainnya.

1 2 3 4

3. Prinsip-prinsip harus dipandang sebagai suatu yang sifatnyasubjektif. Apa yang dianggap seseorang bermoral, mungkin sajadianggap tidak bermoral bagi orang lain.

1 2 3 4

4. Adanya perbedaan dalam sistem atau sikap moral tidak dapatdianggap sebagai suatu perbedaan yang telah menjadi sifat ataukarakteristik dari prinsip-prinsip moral.

1 2 3 4

5. Pertanyaan-pertanyaan tentang apakah sesuatu itu bersifat etisatau tidak bagi setiap orang tidak akan pernah bisa diselesaikankarena apa yang dianggap bermoral atau tidak bermoraltergantung pada penilaian individu.

1 2 3 4

6. Prinsip-prinsip moral adalah aturan yang sifatnya personal, yangmengidentifikasi bagaimana seseorang seharusnya bertingkahlaku dan tidak dapat digunakan untuk membuat penilaianterhadap orang lain.

1 2 3 4

7. Pertimbangan moral dalam hubungan antar pribadi adalahsangat kompleks dimana individu diijinkan untuk memiliki kodeetik sendiri.

1 2 3 4

8. Penetapan aturan-aturan etika secara tegas yang dapatmenghilangkan tindakan-tidakan tertentu (adanya keseragamantindakan), akan menciptakan suatu hubungan manusia yanglebih baik.

1 2 3 4

9. Tidak ada peraturan yang berkaitan dengan kebohongan yangdapa diformulasikan, apakah suatu kebohongan dapat diijinkanatau tidak sepenuhnya tergantung pada situasi yang ada.

1 2 3 4

10. Apakah suatu kebohongan itu dinilai bermoral atau tidakbermoral sepenuhnya tergantung pada situasi yangmengelilinginya.

1 2 3 4

Page 95: pengaruh pengalaman, orientasi etika, komitmen dan budaya etis

78

Instrumen : Komitmen

Kuisioner Komitmen Pernyataan/SkorKomitmen Profesional STS TS S SS

1. Saya ingin melakukan usaha luar biasa melebihi yangdiharapkan demi kesuksesan profesi auditor.

1 2 3 4

2. Saya bangga memberitahu orang lain bahwa saya adalah bagiandari profesi auditor.

1 2 3 4

3. Profesi auditor menginspirasi saya untuk bekerja dengansebaik-baiknya.

1 2 3 4

4. Saya sangat peduli dengan perkembangan profesi auditor diIndonesia.

1 2 3 4

5. Bagi saya, profesi auditor adalah profesi terbaik dibandingkandengan profesi lainnya.

1 2 3 4

Kuisioner Komitmen Pernyataan/SkorKomitmen Organisasional STS TS S SS

1. Saya memiliki keinginan kuat untuk selalu tetap menjadianggota instansi

1 2 3 4

2. Saya selalu memiliki keinginan kuat untuk berusaha keras demiinstansi

1 2 3 4

3. Saya menerima nilai-nilai yang diterapkan oleh instansi 1 2 3 44. Saya menerima apapun yang telah menjadi tujuan instansi 1 2 3 4

Instrumen : Budaya Etis Organisasi

Kuisioner Komitmen Pernyataan/SkorBudaya Etis Organisasi STS TS S SS

1. Pimpinan instansi saya tidak berperilaku yang kurang etis 1 2 3 42. Untuk mensukseskan instansi saya, seringkali perilaku etis

dikompromikan1 2 3 4

3. Pimpinan instansi tidak membiarkan adanya ketidakpastiansehingga perilaku yang tidak etis itu tidak akan ditoleransi

1 2 3 4

4. Jika Pimpinan instansi mengetahui perilaku yang tidak etis itumenyebabkan kepentingan pribadi lebih diutamakan daripadainstansi, pegawai akan langsung ditegur

1 2 3 4

5. Jika Pimpinan instansi mengetahui perilaku yang tidak etis itumenyebabkan kepentingan instansi lebih diutamakan daripadakepentingan pribadi, pegawai akan langsung ditegur juga

1 2 3 4

Instrumen : Sensitivitas Etika

Dalam membaca skenario pemeriksaan di bawah ini Bapak/Ibu ditempatkan

sebagai auditor (pemeriksa). Kemudian indikasikan tingkat pentingnya masalah

tersebut menurut Bapak/Ibu dengan memberi tanda silang (X) sebagai berikut:

STS = Sangat Tidak Setuju SS = Sangat Setuju

TS = Tidak Setuju S = Setuju

Page 96: pengaruh pengalaman, orientasi etika, komitmen dan budaya etis

79

Kasus 1

Max adalah auditor yang bertanggung jawab atas audit terhadap Perusahaan

Daerah Air Minum (PDAM). Pagi ini ia telah menghabiskan waktunya selama

dua jam untuk persiapan rapat dengan tim auditnya, sebelum mengadakan

pertemuan dengan pihak manajemen tersebut untuk pemeriksaan awal. Disisi lain,

pekerjaan akhir tahun menumpuk karena beberapa staff tidak dapat membantu,

karena ditugaskan ke tempat lain. Pekerjaan diharapkan diselesaikan pertengahan

tahun, akan tetapi karena ada auditor yang mengundurkan diri, pekerjaan menjadi

menumpuk pada akhir tahun. Walaupun pemeriksaan yang akan dilaksanakan

telah sesuai dengan anggaran, tapi Max tahu bahwa beberapa auditor telah gagal

memenuhi estimasi waktu audit. Padahal jam kerja audit tahun ini 3% dibawah

tahun lalu.

STS TS S SS

Kasus 2

Max telah menemukan adanya kelemahan dalam struktur pengendalian internal

Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM), yang disebabkan adanya perubahan

pada kwartal sebelumnya. Perubahan tersebut sudah didokumentasikan oleh

auditor yang berpengalaman dan digunakan sebagai dasar untuk menentukan

tingkat keyakinan terhadap keandalan pengendalian internal dan luasnya

pengujian pada akhir tahun.

STS TS S SS

Kasus 3

Max menghadapi masalah dengan prestasi kerjanya, karena setelah menjadi

auditor prestasinya dinilai hanya diatas rata-rata. Temannya yang bekerja di

BUMN mengajak untuk bergabung. Max sulit memutuskan, karena merasa

nyaman bekerja di instansinya saat ini. Ia memerlukan waktu 45 menit untuk

menyatakan kepada temannya bahwa ia mempertimbangkan tawaran itu.Ia

Page 97: pengaruh pengalaman, orientasi etika, komitmen dan budaya etis

80

mungkin tidak akan pernah selesai memikirkannya jika bukan pimpinannya

meminta Max untuk menemuinya.

STS TS S SS

Kasus 4

Max telah memberitahukan pihak pimpinan bahwa dia tidak setuju terhadap

kapitalisasi bunga yang dilakukan oleh staf PDAM terhadap beberapa proyek.

Pihak pimpinan yang memihak staf tersebut dalam masalah ini menyatakan bahwa

meskipun secara teknis Max mungkin benar, posisi staf tersebut juga masih dapat

diterima, sehingga Max mengubah kertas kerja, dan menyatakan bahwa praktek

tersebut sudah sesuai dengan prinsip-prinsip akuntansi.

STS TS S SS

NB: Mohon diperiksa kembali untuk memastikan semua pernyataan sudah

dijawab.

TERIMA KASIH

Page 98: pengaruh pengalaman, orientasi etika, komitmen dan budaya etis

81

Page 99: pengaruh pengalaman, orientasi etika, komitmen dan budaya etis

82

Page 100: pengaruh pengalaman, orientasi etika, komitmen dan budaya etis

83

Page 101: pengaruh pengalaman, orientasi etika, komitmen dan budaya etis

84

Page 102: pengaruh pengalaman, orientasi etika, komitmen dan budaya etis

85

Page 103: pengaruh pengalaman, orientasi etika, komitmen dan budaya etis

86

Page 104: pengaruh pengalaman, orientasi etika, komitmen dan budaya etis

87

Page 105: pengaruh pengalaman, orientasi etika, komitmen dan budaya etis

88

Page 106: pengaruh pengalaman, orientasi etika, komitmen dan budaya etis

89

Page 107: pengaruh pengalaman, orientasi etika, komitmen dan budaya etis

90

Page 108: pengaruh pengalaman, orientasi etika, komitmen dan budaya etis

91

Page 109: pengaruh pengalaman, orientasi etika, komitmen dan budaya etis

92

Page 110: pengaruh pengalaman, orientasi etika, komitmen dan budaya etis

93

Lampiran 4

Uji Validitas pada Variabel Pengalaman

Correlations

X1.1 X1.2 X1.3 X1.4 X1

X1.1 Pearson Correlation 1 .368* .690** .431* .851**

Sig. (2-tailed) .045 .000 .017 .000

N 30 30 30 30 30X1.2 Pearson Correlation .368* 1 -.157 .388* .734**

Sig. (2-tailed) .045 .406 .034 .000N 30 30 30 30 30

X1.3 Pearson Correlation .690** -.157 1 .094 .423*

Sig. (2-tailed) .000 .406 .620 .020N 30 30 30 30 30

X1.4 Pearson Correlation .431* .388* .094 1 .689**

Sig. (2-tailed) .017 .034 .620 .000N 30 30 30 30 30

X1 Pearson Correlation .851** .734** .423* .689** 1Sig. (2-tailed) .000 .000 .020 .000N 30 30 30 30 30

*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).

Page 111: pengaruh pengalaman, orientasi etika, komitmen dan budaya etis

94

Uji Validitas pada Variabel Idealisme

Correlations

X2.1 X2.2 X2.3 X2.4 X2.5 X2.6 X2.7

X2.1 Pearson Correlation 1 .606** .616** .599** .528** .711** .834**

Sig. (2-tailed) .000 .000 .000 .003 .000 .000

N 30 30 30 30 30 30 30X2.2 Pearson Correlation .606** 1 .839** .457* .678** .771** .727**

Sig. (2-tailed) .000 .000 .011 .000 .000 .000N 30 30 30 30 30 30 30

X2.3 Pearson Correlation .616** .839** 1 .549** .680** .826** .760**

Sig. (2-tailed) .000 .000 .002 .000 .000 .000N 30 30 30 30 30 30 30

X2.4 Pearson Correlation .599** .457* .549** 1 .601** .480** .555**

Sig. (2-tailed) .000 .011 .002 .000 .007 .001N 30 30 30 30 30 30 30

X2.5 Pearson Correlation .528** .678** .680** .601** 1 .725** .657**

Sig. (2-tailed) .003 .000 .000 .000 .000 .000N 30 30 30 30 30 30 30

X2.6 Pearson Correlation .711** .771** .826** .480** .725** 1 .809**

Sig. (2-tailed) .000 .000 .000 .007 .000 .000N 30 30 30 30 30 30 30

X2.7 Pearson Correlation .834** .727** .760** .555** .657** .809** 1Sig. (2-tailed) .000 .000 .000 .001 .000 .000N 30 30 30 30 30 30 30

X2.8 Pearson Correlation .595** .661** .685** .545** .614** .767** .691**

Sig. (2-tailed) .001 .000 .000 .002 .000 .000 .000N 30 30 30 30 30 30 30

X2.9 Pearson Correlation .579** .717** .720** .457* .717** .790** .736**

Sig. (2-tailed) .001 .000 .000 .011 .000 .000 .000N 30 30 30 30 30 30 30

X2.10 Pearson Correlation .637** .559** .666** .497** .584** .684** .741**

Sig. (2-tailed) .000 .001 .000 .005 .001 .000 .000N 30 30 30 30 30 30 30

X2 Pearson Correlation .793** .838** .877** .670** .807** .905** .895**

Sig. (2-tailed) .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000N 30 30 30 30 30 30 30

**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).

Page 112: pengaruh pengalaman, orientasi etika, komitmen dan budaya etis

95

Correlations

X2.8 X2.9 X2.10 X2

X2.1 Pearson Correlation .595** .579** .637** .793**

Sig. (2-tailed) .001 .001 .000 .000

N 30 30 30 30X2.2 Pearson Correlation .661** .717** .559** .838**

Sig. (2-tailed) .000 .000 .001 .000N 30 30 30 30

X2.3 Pearson Correlation .685** .720** .666** .877**

Sig. (2-tailed) .000 .000 .000 .000N 30 30 30 30

X2.4 Pearson Correlation .545** .457* .497** .670**

Sig. (2-tailed) .002 .011 .005 .000N 30 30 30 30

X2.5 Pearson Correlation .614** .717** .584** .807**

Sig. (2-tailed) .000 .000 .001 .000N 30 30 30 30

X2.6 Pearson Correlation .767** .790** .684** .905**

Sig. (2-tailed) .000 .000 .000 .000N 30 30 30 30

X2.7 Pearson Correlation .691** .736** .741** .895**

Sig. (2-tailed) .000 .000 .000 .000N 30 30 30 30

X2.8 Pearson Correlation 1 .912** .795** .870**

Sig. (2-tailed) .000 .000 .000N 30 30 30 30

X2.9 Pearson Correlation .912** 1 .847** .897**

Sig. (2-tailed) .000 .000 .000N 30 30 30 30

X2.10 Pearson Correlation .795** .847** 1 .838**

Sig. (2-tailed) .000 .000 .000N 30 30 30 30

X2 Pearson Correlation .870** .897** .838** 1Sig. (2-tailed) .000 .000 .000N 30 30 30 30

**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).

Page 113: pengaruh pengalaman, orientasi etika, komitmen dan budaya etis

96

Uji Validitas pada Variabel Relativisme

Correlations

X3.1 X3.2 X3.3 X3.4 X3.5 X3.6 X3.7

X3.1 Pearson Correlation 1 .509** .637** .765** .670** .695** .586**

Sig. (2-tailed) .004 .000 .000 .000 .000 .001

N 30 30 30 30 30 30 30X3.2 Pearson Correlation .509** 1 .848** .705** .827** .802** .648**

Sig. (2-tailed) .004 .000 .000 .000 .000 .000N 30 30 30 30 30 30 30

X3.3 Pearson Correlation .637** .848** 1 .709** .802** .802** .686**

Sig. (2-tailed) .000 .000 .000 .000 .000 .000N 30 30 30 30 30 30 30

X3.4 Pearson Correlation .765** .705** .709** 1 .865** .924** .705**

Sig. (2-tailed) .000 .000 .000 .000 .000 .000N 30 30 30 30 30 30 30

X3.5 Pearson Correlation .670** .827** .802** .865** 1 .898** .762**

Sig. (2-tailed) .000 .000 .000 .000 .000 .000N 30 30 30 30 30 30 30

X3.6 Pearson Correlation .695** .802** .802** .924** .898** 1 .802**

Sig. (2-tailed) .000 .000 .000 .000 .000 .000N 30 30 30 30 30 30 30

X3.7 Pearson Correlation .586** .648** .686** .705** .762** .802** 1Sig. (2-tailed) .001 .000 .000 .000 .000 .000N 30 30 30 30 30 30 30

X3.8 Pearson Correlation .661** .738** .686** .897** .879** .867** .595**

Sig. (2-tailed) .000 .000 .000 .000 .000 .000 .001N 30 30 30 30 30 30 30

X3.9 Pearson Correlation .655** .786** .768** .836** .930** .866** .786**

Sig. (2-tailed) .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000N 30 30 30 30 30 30 30

X3.10 Pearson Correlation .673** .718** .749** .873** .866** .898** .637**

Sig. (2-tailed) .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000N 30 30 30 30 30 30 30

X3 Pearson Correlation .770** .847** .858** .935** .958** .962** .806**

Sig. (2-tailed) .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000N 30 30 30 30 30 30 30

**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).

Page 114: pengaruh pengalaman, orientasi etika, komitmen dan budaya etis

97

Correlations

X3.8 X3.9 X3.10 X3

X3.1 Pearson Correlation .661** .655** .673** .770**

Sig. (2-tailed) .000 .000 .000 .000

N 30 30 30 30X3.2 Pearson Correlation .738** .786** .718** .847**

Sig. (2-tailed) .000 .000 .000 .000N 30 30 30 30

X3.3 Pearson Correlation .686** .768** .749** .858**

Sig. (2-tailed) .000 .000 .000 .000N 30 30 30 30

X3.4 Pearson Correlation .897** .836** .873** .935**

Sig. (2-tailed) .000 .000 .000 .000N 30 30 30 30

X3.5 Pearson Correlation .879** .930** .866** .958**

Sig. (2-tailed) .000 .000 .000 .000N 30 30 30 30

X3.6 Pearson Correlation .867** .866** .898** .962**

Sig. (2-tailed) .000 .000 .000 .000N 30 30 30 30

X3.7 Pearson Correlation .595** .786** .637** .806**

Sig. (2-tailed) .001 .000 .000 .000N 30 30 30 30

X3.8 Pearson Correlation 1 .896** .845** .913**

Sig. (2-tailed) .000 .000 .000N 30 30 30 30

X3.9 Pearson Correlation .896** 1 .765** .936**

Sig. (2-tailed) .000 .000 .000N 30 30 30 30

X3.10 Pearson Correlation .845** .765** 1 .903**

Sig. (2-tailed) .000 .000 .000N 30 30 30 30

X3 Pearson Correlation .913** .936** .903** 1Sig. (2-tailed) .000 .000 .000N 30 30 30 30

**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).

Page 115: pengaruh pengalaman, orientasi etika, komitmen dan budaya etis

98

Uji Validitas pada Variabel Komitmen Profesionalisme

Correlations

X4.1 X4.2 X4.3 X4.4 X4.5 X4

X4.1 Pearson Correlation 1 .712** .728** .797** .792** .892**

Sig. (2-tailed) .000 .000 .000 .000 .000

N 30 30 30 30 30 30X4.2 Pearson Correlation .712** 1 .728** .675** .792** .866**

Sig. (2-tailed) .000 .000 .000 .000 .000N 30 30 30 30 30 30

X4.3 Pearson Correlation .728** .728** 1 .875** .797** .911**

Sig. (2-tailed) .000 .000 .000 .000 .000N 30 30 30 30 30 30

X4.4 Pearson Correlation .797** .675** .875** 1 .846** .925**

Sig. (2-tailed) .000 .000 .000 .000 .000N 30 30 30 30 30 30

X4.5 Pearson Correlation .792** .792** .797** .846** 1 .933**

Sig. (2-tailed) .000 .000 .000 .000 .000N 30 30 30 30 30 30

X4 Pearson Correlation .892** .866** .911** .925** .933** 1Sig. (2-tailed) .000 .000 .000 .000 .000N 30 30 30 30 30 30

**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).

Page 116: pengaruh pengalaman, orientasi etika, komitmen dan budaya etis

99

Uji Validitas pada Variabel Komitmen Organisasional

Correlations

X5.1 X5.2 X5.3 X5.4 X5

X5.1 Pearson Correlation 1 .801** .877** .866** .955**

Sig. (2-tailed) .000 .000 .000 .000

N 30 30 30 30 30X5.2 Pearson Correlation .801** 1 .687** .878** .904**

Sig. (2-tailed) .000 .000 .000 .000N 30 30 30 30 30

X5.3 Pearson Correlation .877** .687** 1 .815** .903**

Sig. (2-tailed) .000 .000 .000 .000N 30 30 30 30 30

X5.4 Pearson Correlation .866** .878** .815** 1 .958**

Sig. (2-tailed) .000 .000 .000 .000N 30 30 30 30 30

X5 Pearson Correlation .955** .904** .903** .958** 1Sig. (2-tailed) .000 .000 .000 .000N 30 30 30 30 30

**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).

Page 117: pengaruh pengalaman, orientasi etika, komitmen dan budaya etis

100

Uji Validitas pada Variabel Budaya Etis Organisasi

Correlations

X6.1 X6.2 X6.3 X6.4 X6.5 X6

X6.1 Pearson Correlation 1 .841** .763** .784** .763** .904**

Sig. (2-tailed) .000 .000 .000 .000 .000

N 30 30 30 30 30 30X6.2 Pearson Correlation .841** 1 .841** .821** .910** .964**

Sig. (2-tailed) .000 .000 .000 .000 .000N 30 30 30 30 30 30

X6.3 Pearson Correlation .763** .841** 1 .717** .763** .888**

Sig. (2-tailed) .000 .000 .000 .000 .000N 30 30 30 30 30 30

X6.4 Pearson Correlation .784** .821** .717** 1 .784** .902**

Sig. (2-tailed) .000 .000 .000 .000 .000N 30 30 30 30 30 30

X6.5 Pearson Correlation .763** .910** .763** .784** 1 .921**

Sig. (2-tailed) .000 .000 .000 .000 .000N 30 30 30 30 30 30

X6 Pearson Correlation .904** .964** .888** .902** .921** 1Sig. (2-tailed) .000 .000 .000 .000 .000N 30 30 30 30 30 30

**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).

Page 118: pengaruh pengalaman, orientasi etika, komitmen dan budaya etis

101

Uji Validitas pada Variabel Sensitivitas Etika

Correlations

Y.1 Y.2 Y.3 Y.4 Y

Y.1 Pearson Correlation 1 .674** .764** .784** .934**

Sig. (2-tailed) .000 .000 .000 .000

N 30 30 30 30 30Y.2 Pearson Correlation .674** 1 .439* .608** .774**

Sig. (2-tailed) .000 .015 .000 .000N 30 30 30 30 30

Y.3 Pearson Correlation .764** .439* 1 .773** .859**

Sig. (2-tailed) .000 .015 .000 .000N 30 30 30 30 30

Y.4 Pearson Correlation .784** .608** .773** 1 .909**

Sig. (2-tailed) .000 .000 .000 .000N 30 30 30 30 30

Y Pearson Correlation .934** .774** .859** .909** 1Sig. (2-tailed) .000 .000 .000 .000N 30 30 30 30 30

**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).

Page 119: pengaruh pengalaman, orientasi etika, komitmen dan budaya etis

102

Lampiran 5

Uji Reliabilitas pada Variabel Pengalaman

Scale: ALL VARIABLES

Case Processing Summary

N %

Cases Valid 30 100.0

Excludeda 0 .0

Total 30 100.0a. Listwise deletion based on all variables in theprocedure.

Reliability Statistics

Cronbach's Alpha N of Items

.611 4

Item Statistics

Mean Std. Deviation N

X1.1 2.5000 1.07479 30X1.2 1.9667 1.35146 30X1.3 1.7000 .53498 30X1.4 1.4667 .81931 30

Item-Total Statistics

Scale Mean ifItem Deleted

Scale Variance ifItem Deleted

Corrected Item-Total Correlation

Cronbach's Alphaif Item Deleted

X1.1 5.1333 3.499 .652 .307X1.2 5.6667 3.747 .325 .654X1.3 5.9333 6.340 .241 .636X1.4 6.1667 4.902 .469 .500

Scale StatisticsMean Variance Std. Deviation N of Items

7.6333 7.275 2.69717 4

Page 120: pengaruh pengalaman, orientasi etika, komitmen dan budaya etis

103

Uji Reliabilitas pada Variabel Idealisme

Scale: ALL VARIABLES

Case Processing Summary

N %

Cases Valid 30 100.0

Excludeda 0 .0

Total 30 100.0a. Listwise deletion based on all variables in the procedure.

Reliability Statistics

Cronbach's Alpha N of Items

.954 10

Item Statistics

Mean Std. Deviation N

X2.1 3.3000 .65126 30X2.2 3.4667 .68145 30X2.3 3.2667 .73968 30X2.4 3.2667 .58329 30X2.5 3.1333 .68145 30X2.6 3.1333 .73030 30X2.7 3.4000 .72397 30X2.8 3.5333 .73030 30X2.9 3.5000 .77682 30X2.10 3.5333 .68145 30

Item-Total Statistics

Scale Mean if ItemDeleted

Scale Variance ifItem Deleted

Corrected Item-TotalCorrelation

Cronbach's Alpha ifItem Deleted

X2.1 30.2333 29.013 .746 .951X2.2 30.0667 28.409 .798 .949X2.3 30.2667 27.582 .842 .948X2.4 30.2667 30.409 .610 .956X2.5 30.4000 28.662 .760 .951X2.6 30.4000 27.421 .878 .946X2.7 30.1333 27.568 .865 .946X2.8 30.0000 27.724 .834 .948X2.9 30.0333 27.068 .866 .946X2.10 30.0000 28.414 .797 .949

Scale Statistics

Mean Variance Std. Deviation N of Items

33.5333 34.671 5.88823 10

Page 121: pengaruh pengalaman, orientasi etika, komitmen dan budaya etis

104

Uji Reliabilitas pada Variabel Relialisme

Scale: ALL VARIABLES

Case Processing Summary

N %

Cases Valid 30 100.0

Excludeda 0 .0

Total 30 100.0a. Listwise deletion based on all variables in the procedure.

Reliability Statistics

Cronbach's Alpha N of Items

.970 10

Item Statistics

Mean Std. Deviation N

X3.1 2.8000 .71438 30X3.2 2.4333 .62606 30X3.3 2.5000 .68229 30X3.4 2.5000 .82001 30X3.5 2.6333 .85029 30X3.6 2.4667 .81931 30X3.7 2.4333 .62606 30X3.8 2.4333 .77385 30X3.9 2.6000 .85501 30X3.10 2.4000 .67466 30

Item-Total Statistics

Scale Mean if ItemDeleted

Scale Variance ifItem Deleted

Corrected Item-TotalCorrelation

Cronbach's Alpha ifItem Deleted

X3.1 22.4000 37.490 .721 .972X3.2 22.7667 37.633 .817 .969X3.3 22.7000 36.976 .827 .968X3.4 22.7000 34.769 .916 .965X3.5 22.5667 34.185 .945 .964X3.6 22.7333 34.478 .951 .964X3.7 22.7667 37.978 .769 .970X3.8 22.7667 35.495 .890 .966X3.9 22.6000 34.386 .916 .965X3.10 22.8000 36.648 .881 .967

Scale Statistics

Mean Variance Std. Deviation N of Items

25.2000 44.303 6.65608 10

Page 122: pengaruh pengalaman, orientasi etika, komitmen dan budaya etis

105

Uji Reliabilitas pada Variabel Komitmen Profesional

Scale: ALL VARIABLES

Case Processing Summary

N %

Cases Valid 30 100.0

Excludeda 0 .0

Total 30 100.0a. Listwise deletion based on all variables in the procedure.

Reliability Statistics

Cronbach's Alpha N of Items

.944 5

Item Statistics

Mean Std. Deviation N

X4.1 3.4333 .77385 30X4.2 3.4333 .77385 30X4.3 3.4667 .73030 30X4.4 3.5333 .73030 30X4.5 3.6333 .71840 30

Item-Total Statistics

Scale Mean if ItemDeleted

Scale Variance ifItem Deleted

Corrected Item-TotalCorrelation

Cronbach's Alpha ifItem Deleted

X4.1 14.0667 7.306 .826 .935X4.2 14.0667 7.444 .786 .943X4.3 14.0333 7.413 .859 .929X4.4 13.9667 7.344 .880 .925X4.5 13.8667 7.361 .894 .923

Scale Statistics

Mean Variance Std. Deviation N of Items

17.5000 11.362 3.37077 5

Page 123: pengaruh pengalaman, orientasi etika, komitmen dan budaya etis

106

Uji Reliabilitas pada Variabel Komitmen Organisasional

Scale: ALL VARIABLES

Case Processing Summary

N %

Cases Valid 30 100.0

Excludeda 0 .0

Total 30 100.0a. Listwise deletion based on all variables in the procedure.

Reliability Statistics

Cronbach's Alpha N of Items

.946 4

Item Statistics

Mean Std. Deviation N

X5.1 3.4333 .81720 30X5.2 3.4667 .68145 30X5.3 3.5333 .62881 30X5.4 3.4667 .77608 30

Item-Total Statistics

Scale Mean if ItemDeleted

Scale Variance ifItem Deleted

Corrected Item-TotalCorrelation

Cronbach's Alpha ifItem Deleted

X5.1 10.4667 3.775 .911 .919X5.2 10.4333 4.461 .837 .940X5.3 10.3667 4.654 .842 .941X5.4 10.4333 3.909 .920 .914

Scale Statistics

Mean Variance Std. Deviation N of Items

13.9000 7.334 2.70823 4

Page 124: pengaruh pengalaman, orientasi etika, komitmen dan budaya etis

107

Uji Reliabilitas pada Variabel Budaya Etis Organisasi

Scale: ALL VARIABLES

Case Processing Summary

N %

Cases Valid 30 100.0

Excludeda 0 .0

Total 30 100.0a. Listwise deletion based on all variables in the procedure.

Reliability Statistics

Cronbach's Alpha N of Items

.951 5

Item Statistics

Mean Std. Deviation N

X6.1 3.6667 .66089 30X6.2 3.6333 .76489 30X6.3 3.6667 .66089 30X6.4 3.4667 .77608 30X6.5 3.6667 .66089 30

Item-Total Statistics

Scale Mean if ItemDeleted

Scale Variance ifItem Deleted

Corrected Item-TotalCorrelation

Cronbach's Alpha ifItem Deleted

X6.1 14.4333 7.013 .854 .941X6.2 14.4667 6.257 .940 .926X6.3 14.4333 7.082 .830 .945X6.4 14.6333 6.516 .838 .945X6.5 14.4333 6.944 .878 .938

Scale Statistics

Mean Variance Std. Deviation N of Items

18.1000 10.438 3.23078 5

Page 125: pengaruh pengalaman, orientasi etika, komitmen dan budaya etis

108

Uji Reliabilitas pada Variabel Sensitivitas Etika

Scale: ALL VARIABLES

Case Processing Summary

N %

Cases Valid 30 100.0

Excludeda 0 .0

Total 30 100.0a. Listwise deletion based on all variables in the procedure.

Reliability Statistics

Cronbach's Alpha N of Items

.893 4

Item Statistics

Mean Std. Deviation N

Y.1 3.4667 .77608 30Y.2 3.5333 .62881 30Y.3 3.6000 .67466 30Y.4 3.6667 .66089 30

Item-Total Statistics

Scale Mean if ItemDeleted

Scale Variance ifItem Deleted

Corrected Item-TotalCorrelation

Cronbach's Alpha ifItem Deleted

Y.1 10.8000 2.855 .862 .824Y.2 10.7333 3.789 .627 .908Y.3 10.6667 3.402 .748 .868Y.4 10.6000 3.283 .835 .836

Scale Statistics

Mean Variance Std. Deviation N of Items

14.2667 5.720 2.39156 4

Page 126: pengaruh pengalaman, orientasi etika, komitmen dan budaya etis

109

Lampiran 6

Statistik Deskriptif Data Uji

Descriptive Statistics

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation

X1 60 4.00 15.80 10.0190 3.12263X2 60 12.80 38.74 29.6582 8.40450X3 60 10.00 35.44 16.0975 8.84066X4 60 6.27 18.61 15.0438 4.44673X5 60 5.26 15.14 12.4047 3.65127X6 60 6.34 19.12 16.3552 4.53454Y 60 5.34 15.57 12.9875 3.50203Valid N (listwise) 60

Page 127: pengaruh pengalaman, orientasi etika, komitmen dan budaya etis

110

Lampiran 7

Uji Normalitas

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

UnstandardizedResidual

N 60Normal Parametersa,,b Mean .0000000

Std. Deviation 1.18396121Most Extreme Differences Absolute .101

Positive .076Negative -.101

Kolmogorov-Smirnov Z .784Asymp. Sig. (2-tailed) .570a. Test distribution is Normal.b. Calculated from data.

Page 128: pengaruh pengalaman, orientasi etika, komitmen dan budaya etis

111

Lampiran 8

Uji Multikolinearitas

Variables Entered/Removed

Model Variables EnteredVariablesRemoved Method

1 X6, X2, X5, X4,X3, X1a

. Enter

a. All requested variables entered.

Coefficientsa

Model

Collinearity Statistics

Tolerance VIF

1 X1 .375 2.664

X2 .631 1.585

X3 .433 2.310

X4 .492 2.034

X5 .512 1.951

X6 .479 2.090a. Dependent Variable: Y

Page 129: pengaruh pengalaman, orientasi etika, komitmen dan budaya etis

112

Lampiran 9

Uji Heterokedastisitas

Variables Entered/Removed

Model Variables EnteredVariablesRemoved Method

1 X6, X2, X5, X4,X3, X1a

. Enter

a. All requested variables entered.

Coefficientsa

Model

Unstandardized CoefficientsStandardizedCoefficients

t Sig.B Std. Error Beta

1 (Constant) 1.372 .947 1.449 .153

X1 .097 .057 .362 1.708 .093

X2 -.003 .016 -.034 -.210 .835

X3 -.015 .019 -.161 -.815 .419

X4 -.041 .035 -.221 -1.192 .238

X5 -.051 .041 -.223 -1.227 .225

X6 .006 .035 .031 .163 .871a. Dependent Variable: ABSRES

Page 130: pengaruh pengalaman, orientasi etika, komitmen dan budaya etis

113

Lampiran 10

Regresi Linear Berganda

Variables Entered/Removed

Model Variables EnteredVariablesRemoved Method

1 X6, X2, X5, X4,X3, X1a

. Enter

a. All requested variables entered.

Model Summaryb

Model R R SquareAdjusted R

SquareStd. Error of the

Estimate

1 .941a .886 .873 1.24918a. Predictors: (Constant), X6, X2, X5, X4, X3, X1b. Dependent Variable: Y

ANOVAb

Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.

1 Regression 640.885 6 106.814 68.451 .000a

Residual 82.704 53 1.560

Total 723.589 59

a. Predictors: (Constant), X6, X2, X5, X4, X3, X1b. Dependent Variable: Y

Coefficientsa

Model

Unstandardized CoefficientsStandardizedCoefficients

t Sig.B Std. Error Beta

1 (Constant) 1.430 1.423 1.005 .319

X1 .118 .085 .105 1.388 .171

X2 .067 .024 .162 2.768 .008

X3 -.057 .028 -.143 -2.029 .048

X4 .223 .052 .283 4.274 .000

X5 .205 .062 .213 3.287 .002

X6 .208 .052 .269 4.008 .000a. Dependent Variable: Y

Page 131: pengaruh pengalaman, orientasi etika, komitmen dan budaya etis

114

Hasil Wawancara Dengan Auditor BPKP Perwakilan Provinsi Bali

Peneliti : Apa itu BPKP?

Auditor : BPKP merupakan badan pengawasan keuangan negara dan

pembangunan yang bertanggung jawab langsung kepada presiden.

BPKP adalah lembaga non departemen yang merupakan auditor

internal pemerintah. Berbeda dengan BPK yang merupakan

auditor eksternal pemerintah.

Peneliti : Ada berapa jenjang jabatan auditor BPKP?

Auditor : Auditor terampil terdiri dari auditor pelaksana, auditor pelaksana

lanjutan, auditor penyelia. Auditor ahli terdiri dari auditor

pertama, auditor muda, auditor madya, auditor utama.

Peneliti : Bagaimana penentuan jabatan auditor tersebut?

Auditor : Jabatan auditor ditentukan berdasarkan tingkat pendidikan auditor

pada saat diterima. Auditor dengan tingkat pendidikan S1

menduduki jabatan sebagai auditor ahli, tingkat pendidikan D3

menduduki jabatan sebagai auditor terampil.

Peneliti : Ada berapa bidang pekerjaan dalam auditor BPKP?

Auditor : Ada 5 bidang pada yaitu bidang Pengawasan Instansi Pemerintah

Pusat (PIPP), bidang Akuntabilitas Pemerintah Daerah, bidang

Akuntan Negara, bidang Investigasi, bidang Pembinaan Jabatan

Profesional Auditor (JPA)

Peneliti : Apa saja pelaksanaan tugas masing- masing bidang tersebut?

Page 132: pengaruh pengalaman, orientasi etika, komitmen dan budaya etis

115

Auditor : Bidang PIPP melaksanakan tugas audit dan pengawasan pada

instansi pemerintah pusat, bidang akuntabilitas pemerintah daerah

yaitu melaksanakan audit dan pengawasan pada instansi

pemerintah daerah seperti pada pemerintah kota dan kabupaten,

bidang akuntan negara melaksanakan audit serta pengawasan

pada Badan Usaha Milik Negara (BUMN), bidang investigasi

melaksanakan pemeriksaan terhadap indikasi penyimpangan yang

merugikan negara, bidang JPA melakukan pembinaan pada

auditor.

Peneliti : Bagaimana sistem pelaksanaan tugas untuk masing-masing

bidang tersebut?

Auditor : Pelaksanaan tugas pada masing-masing bidang dilakukan oleh tim

yang dibentuk dalam setiap penugasan pada masing-masing

bidang. Tim tersebut terdiri atas auditor ahli dan auditor terampil.

Penugasan dilakukan sesuai dengan tugas serta waktu yang telah

ditentukan. Pengambilan keputusan dilakukan secara bersama-

sama yang merupakan hasil dari penugasan tersebut. Hasil

tersebut akan dilaporkan kepada kepala perwakilan.

Peneliti : Untuk mendukung pelaksanaan tugas pelatihan/ diklat apa saja yg

diberikan oleh BPKP?

Auditor : Pelatihan atau diklat ada 2 terdiri dari substansi yang mendukung

teknis pekerjaan, serta sertifikasi yang mendukung jenjang

jabatan auditor.