pengaruh penerapan quantum learning …/pengaruh... · kelas x sma negeri 4 surakarta tahun...
TRANSCRIPT
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
i
PENGARUH PENERAPAN QUANTUM LEARNING TERHADAP HASIL
BELAJAR BIOLOGI SISWA KELAS X SMA NEGERI 4 SURAKARTA
TAHUN PELAJARAN 2011/2012
SKRIPSI
Oleh :
FAISAL IMAM PRASETYO
K4308035
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
JUNI 2012
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ii
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN
Saya yang bertanda tangan dibawah ini
Nama : Faisal Imam Prasetyo
NIM : K4308035
Jurusan / Program Studi : PMIPA / Pendidikan Biologi
menyatakan bahwa skripsi saya berjudul ”PENGARUH PENERAPAN
QUANTUM LEARNING TERHADAP HASIL BELAJAR BIOLOGI SISWA
KELAS X SMA NEGERI 4 SURAKARTA TAHUN PELAJARAN
2011/2012” ini benar-benar merupakan hasil karya saya sendiri. Selain itu,
sumber informasi yang dikutip dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan
dicantumkan dalam daftar pustaka.
Apabila pada kemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan skripsi ini hasil
jiplakan, saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan saya.
Surakarta, 11 Juni 2012
Yang membuat pernyataan
Faisal Imam Prasetyo
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iii
PENGARUH PENERAPAN QUANTUM LEARNING TERHADAP HASIL
BELAJAR BIOLOGI SISWA KELAS X SMA NEGERI 4 SURAKARTA
TAHUN PELAJARAN 2011/2012
Oleh :
FAISAL IMAM PRASETYO
K4308035
Skripsi
Ditulis dan diajukan untuk memenuhi syarat guna mendapatkan gelar Sarjana
Pendidikan Program Pendidikan Biologi Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
JUNI 2012
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iv
PERSETUJUAN
Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan di hadapan Tim Penguji
Skripsi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret
Surakarta.
Surakarta, 6 Juni 2012
Pembimbing I Pembimbing II
Drs. Slamet Santosa, M.Si Puguh Karyanto, S.Si, M.Si, Ph.D
NIP. 19591220 198601 1 002 NIP. 19750831 2002221 1 001
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
v
PENGESAHAN
Skripsi ini telah dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta dan diterima
untuk memenuhi persyaratan mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan.
Pada hari :
Tanggal : Juni 2012
Tim Penguji Skripsi
Nama Terang Tanda Tangan
Ketua : Bowo Sugiharto, S.Pd., M.Pd. ……………..
Sekretaris : Drs. Maridi, M.Pd. ……………..
Anggota I : Drs. Slamet Santosa, M.Si .......................
Anggota II : Puguh Karyanto, S.Si, M.Si, Ph.D ........................
Disahkan oleh
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Sebelas Maret Surakarta
Dekan,
Prof. Dr. H. Muhammad Furqon Hidayatullah, M.Pd
NIP. 196007271987021001
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vi
MOTTO
Seandainya masalah adalah hujan dan keberhasilan adalah sinar mentari, maka
kita membutuhkan keduanya untuk melihat indahnya pelangi dalam hidup.
(Penulis)
Tugas kita bukanlah untuk berhasil. Tugas kita adalah untuk mencoba, karena
didalam mencoba itulah kita menemukan dan belajar membangun kesempatan
untuk berhasil.
(Mario Teguh)
Nasib bukanlah suatu kebetulan, melainkan sebuah pilihan. Nasib juga bukan
suatu yang kita tunggu kedatangannya, melainkan kita jemput pencapaiannya.
(William Jening Brian)
Cara terbaik untuk mengetahui masa depan adalah dengan menciptakannya
sesuka hati anda.
(Frank McGuire)
Sugesti ada dimanapun dan kapanpun kita berada, karena sugesti adalah tentang
cara kita memandang dan merasakan kehadiran diri dalam kehidupan.
(Penulis)
Doa adalah senjata (alat kerja) orang yang beriman.
(Muhammad SAW)
Ketaqwaan kita tergantung pada apa yang kita pikirkan dan apa yang kita
rasakan.
(Erbe Sentanu)
Students do not care what you know until they know that you care.
(Charlotte F. LeHecka)
My imagination creates my reality
(Walt Disney)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vii
PERSEMBAHAN
Teriring berjuta rasa syukurku pada-Mu, karya ini aku persembahkan untuk:
Eyang Putri dan Almarhum Eyang Kakung atas doa dan restunya.
Bapak ku yang kerja siang dan malam untuk membiayai kuliahku
Ibu, dan Adikku yang memberi cinta, doa dan dukungannya.
Siti Rokhmatika yang membuatku berusaha menjadi imam dan selalu
memberikan dukungan di setiap kesempatan dan dalam segala keadaan.
Ibu Sri Widoretno yang slalu memantau prestasiku selama kuliah.
Bapak Slamet yang menjadi ayah keduaku dan selalu mengarahkanku.
Bapak Puguh dan yang selalu memberiku bimbingan dan diskusi yang
menyenangkan.
Bapak Maridi, Bapak Baskoro dan Bapak Bowo yang memberikan saran-
saran membangun dalam penelitian maupun saat-saat perkuliahan.
Ibu Enny Septyasrini yang menerimaku dengan senyuman dan perhatian yang
tulis selama penelitian.
Bapak Yuli, Ibu Eni Rosita, Ibu Erwin, Mas Ganif, dan seluruh staf karyawan
SMA Negeri 4 Surakarta yang telah membantu dalam penelitian.
Murid-muridku kelas XH, XJ dan XK yang mau menerima kehadiranku.
HP Miniku yang menemaniku mengolah data dan menguntai kata untuk
menyelesaikan lembaran-lembaran skripsi.
Artis-artisku sekaligus saudaraku (Vita, Winda, dan Desy) yang selalu
memberikan semangat serta kerjasama dalam setiap kebersamaan kita.
Annisa, Ratih, Ami, Ika, dan teman-teman sebimbingan yang menjadi teman
untuk saling bertukar pikiran dan berbagi dalam berbagai hal.
KSR PMI Unit UNS yang memberikanku banyak bekal kehidupan.
Mas Anggita, saudaraku yang membantu dalam banyak hal.
Mas Miko, Gunawan dan teman-teman kos yang selalu menemani saat sepi.
Kawan-kawan di Rumah Baca yang selalu memberikan ketegaran hati.
Teman-teman Hypnotarot, Strong Mind, King of Mind, Relax Mind dan
Quantum Heart yang mengenalkan dunia baru yang spektakuler.
Teman-teman pendidikan Biologi UNS 2008 yang menorehkan banyak
kenangan dalam hidupku.
Adik-adik tingkat pendidikan Biologi UNS dan Biofood club tempatku berbagi
ilmu dan cerita.
Almamater.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
viii
ABSTRACT
Faisal Imam Prasetyo. THE INFLUENCE OF QUANTUM LEARNING
TOWARD BIOLOGY LEARNING ACHIEVEMENT OF 10th
GRADE
STUDENTS AT SMA NEGERI 4 SURAKARTA IN ACADEMIC YEAR
2011/2012. Thesis, Teacher Training and Education Faculty, Sebelas Maret
University Surakarta. June 2012.
The purpose of this research is to ascertain the influence of Quantum
Learning toward biology learning achievement of 10th
grade students at SMA
Negeri 4 Surakarta in academic year 2011/2012.
The research was quasi experiment research using quantitative approach.
The research was designed using posttest only control design. Experimental group
applied Quantum Learning. Control group applied discussion, classical course and
question-answer method. The populations of this research were all of 10th degree
students at SMA Negeri 4 Surakarta in academic year 2011/2012. The samples of
this research were the students of 10th
K as experiment group and 10th
J as control
group. The sample of this research was established by cluster random sampling.
The data was collected using questionnaire, multiple choice test, observation form,
and document. The hypotheses analyzed by t-test.
The research concluded that application of Quantum Learning had
significant effect toward biology learning achievement in cognitive, affective, and
psychomotor of 10th
grade students at SMA Negeri 4 Surakarta in academic year
2011/2012.
Keywords: Quantum Learning, Biology Learning Achievement, Cognitive,
Affective, Psychomotor.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ix
ABSTRAK
Faisal Imam Prasetyo. PENGARUH PENERAPAN QUANTUM LEARNING
TERHADAP HASIL BELAJAR BIOLOGI SISWA KELAS X SMA
NEGERI 4 SURAKARTA TAHUN PELAJARAN 2011/2012. Skripsi, Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta. Juni 2012.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui adanya pengaruh penerapan
Quantum Learning terhadap hasil belajar biologi siswa kelas X SMA Negeri 4
Surakarta tahun pelajaran 2011/2012.
Penelitian ini termasuk dalam eksperimen semu dengan pendekatan
kuantitatif. Desain penelitian yang digunakan adalah Posttest Only Control
Design dengan kelompok eksperimen yang menerapkan Quantum Learning dan
kelompok kontrol yang menerapkan metode diskusi, ceramah dan tanya jawab.
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas X SMA Negeri 4
Surakarta tahun pelajaran 2011/2012. Sampel dalam penelitian ini adalah kelas
XK sebagai kelompok eksperimen dan kelas XJ sebagai kelompok kontrol. Teknik
pengambilan sampel yang digunakan adalah cluster random sampling. Teknik
pengumpulan data menggunakan angket, tes pilihan ganda, lembar observasi, dan
dokumen sekolah. Uji hipotesis menggunakan uji-t.
Penelitian ini menyimpulkan bahwa Quantum Learning berpengaruh nyata
terhadap hasil belajar biologi siswa kelas X SMA Negeri 4 Surakarta baik pada
ranah kognitif, afektif maupun psikomotorik.
Kata Kunci: Pendekatan Quantum Learning, Hasil Belajar Biologi, Kognitif,
Afektif, Psikomotorik.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
x
KATA PENGANTAR
Puji Syukur penulis panjatkan kehadirat Allah Yang Maha Pengasih dan
Penyayang, yang memberi kedamaian hati dan inspirasi. Atas rahmat dan
hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul ”PENGARUH
PENERAPAN QUANTUM LEARNING TERHADAP HASIL BELAJAR
BIOLOGI SISWA KELAS X SMA NEGERI 4 SURAKARTA TAHUN
PELAJARAN 2011/2012”.
Skripsi ini disusun untuk memenuhi persyaratan dalam mendapatkan gelar
sarjana pada program Pendidikan Biologi Jurusan Pendidikan Matematika dan
Ilmu Pengetahuan Alam Fakultas Pendidikan dan Keguruan Universitas Sebelas
Maret Surakarta. Selama pembuatan skripsi ini, tidak terlepas dari bantuan dan
dukungan dari berbagai pihak. Untuk itu, penulis mengucapkan terima kasih
kepada:
1. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret
Surakarta, yang telah memberi ijin dan kesempatan dalam penyusunan skripsi.
2. Ketua Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.
3. Ketua Program Pendidikan Biologi Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas
Sebelas Maret Surakarta.
4. Drs. Slamet Santosa, M.Si, selaku Pembimbing I yang selalu memberikan
bimbingan dan motivasi dalam menyelesaikan penyusunan skripsi.
5. Puguh Karyanto, S.Si, M.Si, Ph.D, selaku Pembimbing II yang selalu
memberikan bimbingan dan motivasi dalam menyelesaikan penyusunan
skripsi.
6. Drs. Unggul Sudarmo, S.Pd, selaku Kepala SMA Negeri 4 Surakarta yang
telah memberi ijin dalam penelitian.
7. Dra. Enny Septyasrini selaku guru mata pelajaran biologi yang telah memberi
bimbingan dan bantuan selama penelitian.
8. Para siswa SMA Negeri 4 Surakarta yang telah bersedia berpartisipasi dalam
penelitian ini.
9. Berbagai pihak yang telah membantu dalam penyusunan skripsi ini yang tidak
mungkin disebutkan satu persatu.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih belum sempurna karena
keterbatasan penulis. Meskipun demikian, penulis berharap semoga skripsi ini
dapat bermanfaat bagi semuanya.
Surakarta, Juni 2012
Penulis
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xi
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL .................................................................................... i
HALAMAN PERNYATAAN ...................................................................... ii
HALAMAN PENGAJUAN.......................................................................... iii
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ............................................ iv
HALAMAN PENGESAHAN PENGUJI ...................................................... v
HALAMAN MOTO ..................................................................................... vi
HALAMAN PERSEMBAHAN.................................................................... vii
ABSTRACT ................................................................................................. viii
ABSTRAK ................................................................................................... ix
KATA PENGANTAR .................................................................................. x
DAFTAR ISI ................................................................................................ xi
DAFTAR TABEL ........................................................................................ xiv
DAFTAR GAMBAR.................................................................................... xv
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................ xvi
BAB I. PENDAHULUAN .......................................................................... 1
A. Latar Belakang Masalah .................................................................... 1
B. Perumusan Masalah .......................................................................... 6
C. Tujuan Penelitian .............................................................................. 6
D. Manfaat Penelitian ............................................................................ 6
BAB II. KAJIAN PUSTAKA....................................................................... 8
A. Kajian Teori dan Hasil Penelitian yang Relevan ................................ 8
1. Belajar dan Pembelajaran ........................................................... 8
2. Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar...................... 9
3. Hasil Belajar Biologi ................................................................... 11
a Ranah Kognitif ...................................................................... 13
b Ranah Afektif ........................................................................ 15
c Ranah Psikomotorik .............................................................. 17
4. Quantum Learning ...................................................................... 18
a Sudut Pandang Quantum Learning ........................................ 18
b Aspek – Aspek dalam Quantum Learning ............................. 21
c Penerapan Quantum Learning dalam Pembelajaran ............... 31
5. Hasil Penelitian yang Relevan ..................................................... 35
B. Kerangka Berpikir ............................................................................ 39
C. Hipotesis Penelitian .......................................................................... 42
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xii
BAB III. METODE PENELITIAN ............................................................. 43
A. Tempat dan Waktu Penelitian ........................................................... 43
1. Tempat Penelitian ....................................................................... 43
2. Waktu Penelitian ......................................................................... 43
B. Rancangan Penelitian ........................................................................ 44
C. Populasi dan Sampel ......................................................................... 46
1. Populasi Penelitian ...................................................................... 46
2. Sampel Penelitian ........................................................................ 46
D. Teknik Pengambilan Sampel ..... ...................................................... 46
E. Pengumpulan Data ............................................................................ 49
1. Variabel Penelitian ...................................................................... 49
2. Metode Pengumpuan Data .......................................................... 49
3. Teknik Penyusunan Instrumen .................................................... 51
a Penyusunan Instrumen Ranah Kognitif .................................. 51
b Penyusunan Instrumen Ranah Afektif .................................... 52
c Penyusunan Instrumen Ranah Psikomotorik .......................... 53
F. Validasi Instrumen Penelitian............................................................ 53
1. Uji Validitas .......... ..................................................................... 54
2. Uji Reliabilitas ...... ..................................................................... 56
3. Analisis Butir Soal ..................................................................... 57
a Uji Taraf Kesukaran Soal ...................................................... 57
b Daya Pembeda Soal ............................................................... 58
G. Teknik Analisis Data. ....................................................................... 60
1. Uji Prasyarat Analisis .................................................................. 60
a Uji Normalitas ....................................................................... 60
b Uji Homogenitas ................................................................... 60
2. Uji Hipotesis ............................................................................... 61
H. Prosedur Penelitian ........................................................................... 61
BAB IV. HASIL PENELITIAN .................................................................. 63
A. Deskripsi Data .................................................................................. 64
1. Distribusi dan Deskripsi Data Hasil Belajar Kognitif .................... 64
2. Distribusi dan Deskripsi Data Hasil Belajar Afektif ...................... 65
3. Distribusi dan Deskripsi Data Hasil Belajar Psikomotorik ............ 66
B. Pengujian Prasyarat Analisis ............................................................. 68
1. Hasil Uji Normalitas ..................................................................... 68
2. Hasil Uji Homogenitas ................................................................. 68
C. Pengujian Hipotesis .......................................................................... 69
D. Pembahasan Hasil Analisis Data ....................................................... 72
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xiii
BAB V. SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN.................................... 87
A. Simpulan .......................................................................................... 87
B. Implikasi ........................................................................................... 87
C. Saran ................................................................................................ 87
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................... 89
LAMPIRAN ................................................................................................. 95
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xiv
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 2.1. Tabel Perbedaan Taksonomi Bloom Lama dan Baru ................... 15
Tabel 2.2. Ciri-Ciri Perilaku dari Gaya Belajar ............................................ 25
Tabel 2.3. Aspek-Aspek dalam Quantum Learning ...................................... 30
Tabel 2.4. Daftar Urutan Penelitian yang Relefan ........................................ 38
Tabel 3.1. Rancangan Penelitian Posttest Only Control Design.................... 44
Tabel 3.2. Rangkuman Uji Homogenitas Dokumen Hasil Belajar ................ 48
Tabel 3.2. Rangkuman Hasil Uji Anava Dokumen Hasil Belajar.................. 48
Tabel 3.4. Skor Penilaian Berdasarkan Skala Likert .................................... 51
Tabel 3.5. Rangkuman Hasil Uji Validitas Try Out Pertama ........................ 55
Tabel 3.6. Skala Penilaian Reliabilitas Butir Soal atau Item ......................... 56
Tabel 3.7. Rangkuman Hasil Try Out Uji Reliabilitas .................................. 57
Tabel 3.8. Skala Penilaian Indeks Kesukaran Butir Soal atau Item ............... 58
Tabel 3.9. Rangkuman Hasil Try Out Uji Taraf Kesukaran .......................... 58
Tabel 3.10. Skala Penilaian Daya Pembeda Butir Soal. ................................ 59
Tabel 3.11. Rangkuman Hasil Try out Uji Daya Beda .................................. 59
Tabel 3.12. Prosedur Penelitian ................................................................... 62
Tabel 4.1. Distribusi dan Deskripsi Data Nilai Hasil Belajar Kognitif .......... 64
Tabel 4.2. Distribusi dan Deskripsi Data Nilai Hasil Belajar Afektif ............ 65
Tabel 4.3. Distribusi dan Deskripsi Data Nilai Hasil Belajar Psikomotorik .. 66
Tabel 4.4. Rangkuman Hasil Uji Normalitas Hasil Belajar ........................... 68
Tabel 4.5. Rangkuman Hasil Uji Homogenitas Hasil Belajar ....................... 69
Tabel 4.6. Rangkuman Hasil Uji Pengaruh QL Terhadap Hasil Belajar
Kognitif ..................................................................................... 70
Tabel 4.7. Rangkuman Hasil Uji Pengaruh QL Terhadap Hasil Belajar
Afektif ....................................................................................... 71
Tabel 4.8. Rangkuman Hasil Uji Pengaruh QL Terhadap Hasil Belajar
Psikomotorik .............................................................................. 72
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xv
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 2.1. Taksonomi Ranah Kognitif Bloom yang Direvisi Anderson..... 14
Gambar 2.2 Tingkatan Ranah Taksonomi Afektif ....................................... 16
Gambar 2.3. Tingkatan Ranah Taksonomi Psikomotorik ............................. 18
Gambar 2.4. Kerangka Pemikiran ................................................................ 41
Gambar 3.1. Waktu Penelitian ..................................................................... 43
Gambar 3.2. Skema Paradigma Penelitian ................................................... 45
Gambar 4.1. Perbandingan Hasil Belajar Biologi Kelompok Kontrol dan
Kelompok Eksperimen. .......................................................... 67
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xvi
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1 Instrumen Penelitian ................................................................. 96
a. Silabus Kelas Kontrol ...................................................................... 97
b. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Kelas Kontrol .......................... 103
c. Silabus Kelas Eksperimen ................................................................ 132
d. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Kelas Eksperimen .................... 139
e. Lembar Kerja Siswa ......................................................................... 170
f. Kisi-kisi Soal Kognitif .................................................................... 214
g. Soal Kognitif ................................................................................... 215
h. Kunci Jawaban Soal Kognitif ........................................................... 224
i. Kisi-Kisi Angket Ranah Afektif ....................................................... 225
j. Angket Ranah Afektif ...................................................................... 227
k. Angket Respon Siswa terhadap Quantum Learning .......................... 232
l. Kisi-Kisi Lembar Observasi Hasil Belajar Psikomotorik .................. 233
m. Lembar Observasi Ranah Psikomotorik ........................................... 234
n. Rubrik Penilaian Lembar Observasi Ranah Psikomotor.................... 236
o. Lembar Observasi Keterlaksanaan Aspek Aspek – Aspek Quantum
Learning .......................................................................................... 239
p. Lembar Observasi Keterlaksanaan Quantum Learning... .................. 241
q. Lembar Observasi Keterlaksanaan Konvensional ............................. 250
Lampiran 2. Analisis Instrumen ................................................................... 256
a. Uji Validitas, Reliabilitas, Taraf Kesukaran, dan Daya Pembeda
Butir Soal Kognitif Try Out Pertama ................................................ 257
b. Uji Validitas, Taraf Kesukaran, dan Daya Pembeda Butir Soal
Kognitif Retest ................................................................................. 264
c. Uji Validitas, Reliabilitas Item Pernyataan Angket Afektif Try Out
Pertama ............................................................................................ 267
d. Uji Validitas Item Pernyataan Angket Afektif Retest ........................ 275
e. Rangkuman Hasil Try Out................................................................ 276
f. Surat Pernyataan Valid dari Ahli ...................................................... 277
Lampiran 3. Data Hasil Penelitian ............................................................... 281
a. Dokumen Hasil Belajar Siswa Kelas XA.......................................... 282
b. Dokumen Hasil Belajar Siswa Kelas XB .......................................... 283
c. Dokumen Hasil Belajar Siswa Kelas XC .......................................... 284
d. Dokumen Hasil Belajar Siswa Kelas XD.......................................... 285
e. Dokumen Hasil Belajar Siswa Kelas XE .......................................... 286
f. Dokumen Hasil Belajar Siswa Kelas XF .......................................... 287
g. Dokumen Hasil Belajar Siswa Kelas XG.......................................... 288
h. Dokumen Hasil Belajar Siswa Kelas XH.......................................... 289
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xvii
i. Dokumen Hasil Belajar Siswa Kelas XI ........................................... 290
j. Dokumen Hasil Belajar Siswa Kelas XJ (Kelas Kontrol) .................. 291
k. Dokumen Hasil Belajar Siswa Kelas XK (Kelas Eksperimen) .......... 292
l. Daftar Nilai Kognitif Siswa Kelas XJ (Kelas Kontrol) ..................... 293
m. Daftar Nilai Kognitif Siswa Kelas XK (Kelas Eksperimen) .............. 294
n. Daftar Nilai Afektif Siswa Kelas XJ (Kelas Kontrol) ....................... 295
o. Daftar Nilai Afektif Siswa Kelas XK (Kelas Eksperimen) ................ 296
p. Daftar Nilai Psikomotorik Siswa Kelas XJ (Kelas Kontrol) .............. 297
q. Daftar Nilai Psikomotorik Siswa Kelas XK (Kelas Eksperimen) ...... 300
r. Distribusi Hasil Belajar dan Deskripsi Data ..................................... 303
s. Rangkuman Hasil Angket Respon Siswa terhadap Pendekatan QL ... 308
t. Rangkuman Hasil Observasi Keterlaksanaan Aspek – Aspek
Quantum Learning ........................................................................... 309
u. Rangkuman Hasil Observasi Keterlaksanaan Quantum Learning ..... 311
v. Rangkuman Hasil Observasi Keterlaksanaan Pendekatan
Konvensional dengan Metode Ceramah, Diskusi dan Tanya Jawab . 313
Lampiran 4. Analisis Data ........................................................................... 315
a. Uji Normalitas Data Dokumen Tiap Kelas dalam Populasi ............... 316
b. Uji Homogenitas Data Dokumen dalam Populasi ............................. 318
c. Uji Anava Data Dokumen Hasil Belajar ........................................... 318
d. Uji Normalitas Data Hasil Belajar Biologi Ranah Kognitif,
Psikomotorik dan Afektif ................................................................ 319
e. Uji Homogenitas Data Hasil Belajar Biologi Ranah Kognitif,
Psikomotorik dan Afektif ................................................................. 320
f. Uji Hipotesis Hasil Belajar Ranah Kognitif ...................................... 320
g. Uji Hipotesis Hasil Belajar Ranah Afektif ........................................ 320
h. Uji Hipotesis Hasil Belajar Ranah Psikomotor ................................. 321
Lampiran 5. Dokumentasi Penelitian ........................................................... 322
a. Dokumentasi Observasi ................................................................... 323
b. Dokumentasi Kelas Kontrol ............................................................. 324
c. Dokumentasi Kelas Eksperimen ....................................................... 325
Lampiran 6. Tabel Distribusi F,t dan Lilliefors ............................................ 327
a. Tabel Distribusi F ............................................................................ 328
b. Tabel Distribusi t ............................................................................. 330
c. Tabel Distribusi Lilliefors ................................................................ 331
Lampiran 7. Perijinan .................................................................................. 332
a. Surat Permohonan Izin Penelitian .................................................... 333
b. Surat Permohonan Izin Penyusunan Skripsi ..................................... 337
c. Surat Bukti Telah Melakukan Penelitaian ........................................ 339
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Manusia dan pendidikan tidak dapat dipisahkan satu dengan yang lainnya.
Pendidikan mempunyai peranan penting untuk menjamin perkembangan dan
kelangsungan hidup suatu bangsa, karena pendidikan merupakan wahana untuk
meningkatkan dan mengembangkan kualitas sumber daya manusia. Peran
pendidikan tersebut dapat terlaksana dengan adanya suasana belajar dan proses
pembelajaran yang terencana dengan baik.
Pembelajaran menurut Siregar dan Nara (2010) merupakan interaksi
antara peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar secara terencana dan
terkendali untuk mencapai suatu tujuan yang telah dibuat sebelumnya dalam suatu
lingkungan belajar. Salah satu ciri pembelajaran adalah harus dapat membuat
siswa belajar sehingga terdapat perubahan pada diri siswa tersebut. Perubahan
inilah yang disebut sebagai hasil belajar.
Hasil belajar merupakan kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa
setelah dia mengalami proses belajar atau pembelajaran. Hasil belajar dalam
pendidikan nasional menggunakan klasifikasi hasil belajar Bloom yang secara
garis besar membaginya menjadi tiga ranah yaitu ranah afektif, ranah kognitif dan
ranah psikomotorik (Sudjana, 2010). Biologi merupakan bagian dari sains yang
mempelajari tentang makhluk hidup dan lingkungannya. Sains dalam
pembelajaran pada dasarnya dipelajari untuk mencari hubungan kausal antara
gejala alam yang dialami maupun yang diamati oleh siswa. Pembelajaran sains
tidak hanya menekankan pada pencapaian suatu produk, namun juga harus
mempelajari aspek proses, sikap, dan teknologi agar siswa dapat benar-benar
memahami sains secara utuh (Rustaman, dkk., 2005; Wenno, 2008). Kedudukan
hasil belajar dalam sains dapat dijabarkan sebagai berikut: produk sains yang
berupa pemahaman konsep, prinsip maupun suatu fakta ditunjukan melalui hasil
belajar kognitif, hasil kerja atau penampilan siswa kaitanya dengan suatu proses
mendapatkan pengetahuan ditunjukan melalui hasil belajar psikomotorik dan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
2
sikap siswa terhadap pembelajaran maupun sikap terhadap pengetahuan yang
diperoleh setelah melalui proses pembelajaran ditunjukan melalui hasil belajar
afektif.
Pencapaian hasil belajar dalam pembelajaran biologi maupun
pembelajaran secara umum dapat dipengaruhi oleh dua faktor yaitu faktor internal
(faktor dari dalam diri siswa) dan faktor eksternal (faktor dari luar diri siswa).
Faktor internal siswa menurut Slameto (2010) meliputi segala sesuatu yang ada
pada dalam diri siswa yang meliputi faktor jasmaniah, faktor psikologi, dan faktor
kelelahan. Permasalahan pembelajaran yang umumnya ditemui adalah kesulitan
untuk mengakomodasi faktor psikologis berupa karakter, kesiapan belajar, minat
belajar, dan gaya belajar siswa yang beragam.
Faktor lain yang mempengaruhi belajar siswa adalah faktor eksternal yaitu
kondisi lingkungan di sekitar siswa atau kondisi diluar diri siswa (Syah, 2010;
Slameto, 2010). Faktor eksternal khususnya faktor sekolah tentunya berpengaruh
secara langsung pada pembelajaran siswa di sekolah. Lingkungan yang berperan
dalam pembelajaran di sekolah salah satunya adalah lingkungan kelas dimana
siswa belajar bersama. Lingkungan yang teratur dan tertata rapi pastinya akan
menciptakan suasana yang nyaman bagi siswa untuk belajar. Permasalahan pada
proses pembelajaran yang sering terjadi adalah pembelajaran yang kurang mampu
mengelola lingkungan kelas untuk menumbuhkan suasana belajar yang nyaman
dan menyenangkan, sehingga hasil belajar kurang dapat dicapai secara maksimal.
Faktor eksternal berupa faktor metode mengajar guru juga mempengaruhi
belajar siswa (Slameto, 2010). Syah (2010) memperluas faktor metode mengajar
ini dengan istilah faktor pendekatan belajar. Pendekatan pembelajaran yang baik
adalah pendekatan pembelajaran yang dapat mengembangkan metode ataupun
strategi yang optimal sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai. Proses
pembelajaran yang sering dijumpai di sekolah umumnya dilakukan dengan cara
guru menyampaikan pemaparan materi menggunakan metode ceramah yang
diselingi kegiatan tanya jawab di akhir pembelajaran. Metode ceramah memang
tidak buruk karena ditambah metode tanya jawab, namun permasalahan muncul
ketika siswa menjadi kurang berperan aktif dalam pembelajaran karena enggan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
3
bertanya saat kegiatan tanya jawab dan mencari pengetahuan secara mandiri.
Keadaan tersebut menjadikan pembelajaran kurang mampu memengembangkan
keterampilan siswa dalam memecahkan masalah dan membangun konsep
keilmuannya secara mandiri.
Reeves (2006) menyatakan bahwa permasalahan pembelajaran yang
paling banyak ditemukan di sekolah yaitu kebanyakan pendidikan menengah dan
pendidikan tinggi hanya mengedepankan hasil kognitif dibandingkan
psikomotorik dan afektif. Keadaan tersebut ternyata juga menjadikan siswa ikut
berorientasi pada pencapaian hasil belajar kognitif saja, akibatnya siswa kurang
tertarik untuk terlibat secara langsung dalam proses pembelajaran seperti diskusi,
presentasi, observasi, dan praktikum. Kebanyakan siswa juga mulai memiliki
paradigma bahwa biologi merupakan mata pelajaran yang banyak menghafal. Hal
ini bertolak belakang dengan salah satu tuntutan kurikulum berbasis kompetensi
dalam mata pelajaran biologi di SMA yang mengharapkan agar siswa mampu
menguasai berbagai konsep dan prinsip biologi untuk mengembangkan
pengetahuan, keterampilan dan sikap percaya diri sehingga dapat diterapkan
dalam kehidupan sehari-hari dan sebagai bekal untuk melanjutkan pendidikan
pada jenjang yang lebih tinggi (Setiawan, 2008).
Permasalahan lain yang ditemukan saat pembelajaran adalah diskusi yang
dilakukan belum mampu secara optimal menumbuhkan peran aktif siswa. Diskusi
dalam kelompok yang membahas permasalahan yang sama menjadikan siswa
menunggu jawaban dari siswa lainnya. Hasil diskusi dalam pembelajaran
ditampilkan ke depan kelas dengan cara siswa menuliskan hasil diskusi di papan
tulis dan pembahasan dilakukan sepenuhnya oleh guru, keadaan ini kurang
menumbuhkan rasa percaya diri dan keberanian siswa untuk mengkomunikasikan
apa yang telah siswa dapatkan selama diskusi. Peran aktif serta kesempatan untuk
menunjukan hasil kerja siswa yang kurang terakomodasi dalam pembelajaran
mengakibatkan hasil belajar biologi yang dicapai siswa pada ranah kognitif,
afektif, dan psikomotorik menjadi kurang maksimal.
Proses pembelajaran yang terjadi di kelas X SMA Negeri 4 Surakarta juga
mengalami beberapa masalah seperti yang telah dipaparkan sebelumnya, sehingga
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
4
hasil belajar yang dicapai siswa belum maksimal. Masalah yang timbul dari
kurangnya aktivitas atau peran aktif siswa serta pencapaian hasil belajar yang
kurang maksimal pada pembelajaran secara umum maupun pembelajaran yang
terjadi di kelas X SMA Negeri 4 Surakarta dapat diatasi dengan suatu pendekatan
inovatif. Pembelajaran inovatif merupakan pembelajaran yang bisa mengubah
aktivitas belajar siswa yang belajar pasif menjadi aktif dalam mengkonstruksikan
konsep-konsep yang didukung oleh keseimbangan dalam pengetahuan,
keterampilan dan sikap (Ketpichainarong, et al., 2010). Berbagai macam
pendekatan pembelajaran ditawarkan untuk meningkatkan aktifitas siswa dan
mengatasi masalah dalam pembelajaran diantaranya adalah Active Learning, E-
Learning, Contextual Teaching Learning, dan Quantum Learning.
E-Learning merupakan suatu pendekatan pembelajaran yang
menggunakan jasa media elektronik terutama komputer. Pembelajaran ini
membuat materi maupun ilmu dengan mudah dapat diperoleh siswa. Pendekatan
E-Learning menarik siswa untuk bersentuhan dengan teknologi dan
mengaplikasikannya untuk mendapat berbagai informasi sehingga hasil belajar
dapat ditingkatkan. E-Learning membantu siswa untuk tetap mendapatkan
informasi atupun materi pembelajaran disaat guru sedang berhalangan hadir
(Siregar dan Nara, 2010).
Active Learning adalah pendekatan yang dilakukan melalui cara-cara
belajar yang aktif menuju belajar yang mendiri. Pendekatan Active Learning
memiliki tujuan untuk mengoptimalkan potensi siswa agar mendapatkan hasil
belajar yang baik serta mampu mengembangkan potensi dari dalam diri masing-
masing siswa, sehingga Active Learning memungkinkan pencapaian hasil belajar
yang berbeda untuk setiap siswa (Siregar dan Nara, 2010).
Contextual Teaching Learning (CTL) merupakan suatu pendekatan yang
membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan keadaan yang
dialami oleh siswa. CTL memiliki tujuh komponen utama yaitu konstruktivisme,
bertanya, menemukan, masyarakat belajar, pemodelan dan penilaian yang
sebenarnya. Tujuh komponen dalam CTL tersebut menjadikan siswa mampu
memandang bahwa konteks tidak sekedar pengaplikasian satu meteri
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
5
pembelajaran pada kehidupan secara fisik, namun konteks memiliki makna yang
lebih luas meliputi seluruh aspek yang mempengaruhi kehidupan anak baik fisik,
mental maupun emosional (Wenno, 2008).
Quantum Learning (QL) merupakan suatu pendekatan yang memanfaatkan
proses orkestrasi dalam kegiatan pembelajaran (DePorter,et al., 2002). Orkestrasi
ini menempatkan guru sebagai konduktor yang mengarahkan siswa yang berperan
sebagai orkestra dalam pembelajaran. Siswa yang memiliki berbagai potensi
diarahkan sesuai dengan karakter dan gaya belajarnya melalui langkah
pembelajaran yang mengakomodasi seluruh gaya belajar, penyajian musik, dan
pemanfaatan suasana lingkungan dengan baik sehingga menjadikan pembelajaran
lebih menyenangkan. QL juga memberikan unsur belajar efektif dalam aspek-
aspeknya yang mampu mengubah kemampuan dan bakat alamiah siswa menjadi
kesuksesan dalam hasil belajar yang bermanfaat bagi dirinya sendiri maupun
lingkungan.
Beberapa pendekatan yang ditawarkan tersebut tentunya memiliki
kelebihan dan kelemahan. QL merupakan pendekatan yang lebih menarik
perhatian bila dibandingkan dengan pendekatan lain. Hal ini dikarenakan
memiliki beberapa keunggulan dibanding dengan pendekatan lainnya. QL tidak
menghilangkan kebiasaan pembelajaran namun mengkondisikan suasana
lingkungan dengan baik dan menyenangkan serta menambahkan beberapa
langkah pengembangan peran aktif dan potensi siswa melalui seluruh aspek dan
prinsip yang ada didalamnya sehingga hasil belajar dapat ditingkatkan sekaligus
mengurangi masalah internal siswa maupun masalah lingkungan yang
mempengaruhi pembelajaran.
Berdasarkan kelebihan yang ada pada QL dan kondisi pembelajaran di
kelas X SMA Negeri 4 Surakarta, maka perlu diadakan suatu penelitian untuk
mengetahui apakah penerapan QL benar-benar dapat memberikan pengaruh
terhadap hasil belajar biologi siswa di SMA Negeri 4 Surakarta. Hal tersebut
melatar belakangi dilakukannya penelitian dengan judul Pengaruh Penerapan
Quantum Learning Terhadap Hasil Belajar Biologi Siswa Kelas X SMA
Negeri 4 Surakarta Tahun Pelajaran 2011/2012.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
6
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah maka disusun sebuah rumusan
masalah yaitu apakah penerapan Quantum Learning berpengaruh terhadap hasil
belajar biologi siswa kelas X SMA Negeri 4 Surakarta tahun pelajaran
2011/2012?
C. Tujuan Penelitian
Sesuai dengan perumusan masalah, maka tujuan yang ingin dicapai dalam
penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh Quantum Learning terhadap
hasil belajar biologi siswa kelas X SMA Negeri 4 Surakarta tahun pelajaran
2011/2012.
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
Penelitian ini memberi informasi penerapan Quantum Learning
sebagai suatu pendekatan pembelajaran yang dapat meningkatkan hasil belajar
biologi.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Siswa
1) Memberikan suasana belajar yang lebih kondusif dan variatif sehingga
pembelajaran tidak monoton dan dapat membawa dampak pada
peningkatan hasil belajar biologi siswa.
2) Memberikan paradigma baru bahwa biologi merupakan suatu mata
pelajaran yang memberikan keterampilan proses, menumbuhkan sikap
ilmiah dan melatih penguasaan konsep yang tidak sekedar mengingat
atau menghafal.
3) Diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar (ranah kognitif, ranah
afektif, dan ranah psikomotor) siswa dalam pembelajaran biologi.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
7
b. Bagi Guru
1) Menambah wawasan tentang pendekatan maupun metode pembelajaran
yang efektif dalam mencapai tujuan pembelajaran.
2) Memberikan solusi terhadap kendala pelaksanaan pembelajaran biologi
khususnya terkait dengan hasil belajar siswa pada ranah kognitif, ranah
afektif, dan ranah psikomotor.
c. Bagi Institusi
Memberikan masukan atau saran dalam upaya mengembangkan
suatu proses pembelajaran yang mampu meningkatkan hasil belajar siswa
SMA Negeri 4 Surakarta sehingga meningkatkan sumber daya pendidikan
untuk menghasilkan output yang berkualitas.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
8
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Kajian Teori dan Penelitian yang Relevan
1. Belajar dan Pembelajaran
Belajar adalah istilah kunci yang sangat vital dalam setiap usaha
pendidikan, sehingga tanpa belajar sesungguhnya tidak akan pernah ada
pendidikan. Terdapat berbagai pendapat mengenai istilah belajar. Belajar
merupakan suatu proses yang didalamnya terdapat interaksi baik antar
individu maupun dengan lingkungannya sehingga membentuk suatu
pengalaman tertentu yang mampu menghasilkan perubahan tingkah laku
berupa kecakapan, sikap, kebiasaan, kepribadian atau pengertian. Belajar
dapat berlangsung secara aktif dan integratif dengan menggunakan berbagai
bentuk perubahan untuk mencapai satu tujuan (Aunurrahman, 2009; Slameto,
2010).
Perubahan dan tujuan dalam belajar yang dikemukakan Aunurrahman
(2009) dan Slameto (2010) kemudian dipandang dari dua sudut pandang yang
berbeda oleh Syah (2010). Pertama, sudut pandang kuantitatif memandang
belajar sebagai fakta sebanyak-banyaknya sehingga jika dikaitkan dengan
siswa maka belajar dapat dipandang sebagai jumlah materi yang dikuasai
siswa. Kedua, belajar dari sudut pandang kualitatif bertujuan untuk mencapai
daya pikir dan kualitas untuk memecahkan masalah yang dihadapi oleh
seseorang. Siregar dan Nara (2010) memperjelas pendapat Syah (2010)
dengan menambahkan bahwa secara kuantitatif belajar merupakan suatu
proses yang kompleks yang didalamnya mengandung penambahan jumlah
pengetahuan. Belajar juga memuat adanya kemampuan mengingat dan
pereproduksi. penerapan pengetahuan, penyimpulan makna dan pengaitan
dengan realitas yang dapat dikategorikan sebagai tujuan kualitatif belajar.
Berbagai perspektif belajar tersebut menuju pada sebuah kesimpulan definitif
bahwa belajar merupakan suatu aktifitas yang berlangsung dalam setiap diri
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
9
manusia yang didalamnya terdapat interaksi dengan lingkungan dan
menghasilkan perubahan baik secara kualitatif maupun kuantitatif.
Proses pembelajaran menurut Hamalik (2010) merupakan suatu
kombinasi meliputi unsur-unsur manusiawi, material, fasilitas, perlengkapan,
dan prosedur yang saling mempengaruhi untuk mencapai tujuan pembelajaran
dan hasil belajar yang optimal. Pernyataan tersebut selaras dengan Undang-
Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 pasal 1 ayat 20
menyatakan bahwa pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan
pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar.
Pelaksanaan pembelajaran yang paling sederhana pada kenyataannya,
selalu terkait erat dengan interaksi antara guru dan siswa. Pernyataan tersebut
diperkuat oleh Widoyoko (2009) yang menyatakan bahwa proses
pembelajaran melibatkan dua subjek yaitu guru dan siswa yang akan
menghasilkan suatu perubahan pada diri siswa itu sebagai hasil dari kegiatan
pembelajaran. Siregar dan Nara (2010) menambahkan bahwa untuk mencapai
tujuan pembelajaran yang berupa perubahan pada diri siswa, maka
pembelajaran menuntut guru untuk merancang seperangkat tindakan guna
mendukung proses belajar siswa dengan mempertimbangkan faktor eksternal
dan internal siswa. Berbagai pengertian tentang pembelajaran tersebut
mengindikasikan bahwa pembelajaran merupakan interaksi antara peserta
didik, pendidik dan sumber belajar pada satu lingkungan belajar yang
memiliki tujuannya sudah ditetapkan terlebih dahulu dan pelaksanaannya
direncanakan agar dapat membuat siswa belajar dengan memperhatikan
faktor-faktor yang mempengaruhi belajar siswa.
2. Faktor–Faktor yang Mempengaruhi Belajar
Banyak sekali faktor yang mempengaruhi proses belajar sehingga
menjadikan hasil belajar siswa kurang optimal. Slameto (2010) membagi
faktor–faktor yang mempengaruhi proses belajar menjadi dua yaitu faktor
internal dan faktor eksternal. Faktor internal merupakan faktor yang berasal
dari dalam diri siswa. Faktor internal dibagi lagi menjadi tiga faktor yaitu
faktor jasmaniah, faktor psikologi dan faktor kelelahan. Faktor jasmaniah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
10
meliputi kesehatan dan cacat tubuh, sedangkan faktor psikologis meliputi
intelegensi, perhatian, minat, bakat, motif, kematangan dan kesiapan siswa.
Faktor kelelahan meliputi kelelahan fisik dan kelelahan rohani. Faktor
eksternal yang berpengaruh terhadap proses belajar siswa meliputi keluarga,
sekolah dan masyarakat. Faktor keluarga meliputi cara orang tua mendidik,
relasi antar anggota keluarga, suasana rumah, keadaan ekonomi keluarga,
pengertian orangtua, dan latar belakang keluarga. Faktor sekolah meliputi
metode mengajar, kurikulum, relasi guru dengan siswa, relasi siswa dengan
siswa, disiplin sekolah, alat pengajaran dan metode belajar. Pengelolaan
lingkungan yang tepat tentunya memberikan hasil belajar yang maksimal.
Faktor masyarakat meliputi kegiatan siswa dalam masyarakat, media masa dan
teman bergaul. Faktor eksternal khususnya faktor sekolah mengindikasikan
bahwa pembelajaran yang kurang mampu mengelola lingkungan kelas untuk
menumbuhkan suasana belajar yang menyenangkan akan menyebabkan hasil
belajar kurang dapat dicapai secara maksimal.
Soemanto (2006) membagi faktor yang mempengaruhi belajar
menjadi tiga bagian yaitu faktor stimuli belajar yang meliputi segala hal di
luar individu yang merangsang individu untuk belajar, faktor metode belajar
dan faktor individual. Pendapat tersebut didukung oleh pendapat Syah (2010)
bahwa faktor- faktor yang memepengaruhi belajar dapat dibedakan menjadi
tiga yaitu faktor internal (faktor dari dalam diri siswa) yaitu kondisi jasmani
dan rohani siswa, faktor eksternal (faktor dari luar siswa) yaitu kondisi
lingkungan di sekitar siswa, dan faktor pendekatan belajar (approach to
learning) yaitu jenis upaya belajar yang meliputi strategi dan metode yang
digunakan untuk melakukan kegiatan mempelajari materi-materi belajar.
Pendapat ketiga orang tersebut sebenarnya sama. Faktor metode
belajar yang dikemukakan oleh Soemanto (2006) maupun faktor pendekatan
belajar (approach to learning) yang dikemukakan oleh Syah (2010) termuat
dalam faktor eksternal yang dikemukakan Slameto (2010). Faktor metode
maupun pendekatan belajar ini dijadikan faktor tersendiri menurut Soemanto
(2006) dikarenakan faktor ini memang berasal dari luar diri siswa namun
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
11
berperan secara langsung pada interaksi antar komponen pembelajaran dan
memiliki pengaruh yang sangat besar terhadap proses belajar siswa dan
menyebabkan perbedaan yang berarti bagi proses pembelajaran. Berbagai
penjelasan yang telah dipaparkan menunjukan bahwa pada dasarnya faktor
yang mempengaruhi proses belajar siswa dapat berasal dari dalam dan dari
luar diri siswa. Faktor dari dalam diri siswa kita sebut sebagai faktor internal
dan faktor yang berasal dari luar siswa kita golongkan kedalam faktor
eksternal jika pengaruhnya tidak langsung yang mencakup aspek-aspek
lingkungan dimana siswa tersebut berada dan faktor metode atau pendekatan
belajar.
3. Hasil Belajar Biologi
Biologi merupakan bagian dari Ilmu Pengetahuan Alam atau Sains
yang mempelajari tentang makhluk hidup dan lingkungannya. Rustaman, dkk.
(2005) menyatakan dalam pembelajaran sains siswa tidak hanya mempelajari
produk saja sebagai hasil akhir dari belajar sains, tetapi juga harus
mempelajari aspek proses, sikap, dan teknologi agar siswa dapat benar-benar
memahami sains secara utuh dan menyeluruh.
Sains dalam hal ini biologi, pada dasarnya mencari hubungan kausal
antara gejala-gejala alam yang diamati, tidak hanya secara teoritis namun juga
menyangkut pengetahuan prosedural berupa cara kerja teknologi, cara
mendapat informasi dan cara menyikapi permasalahan yang ada (Wenno,
2008). Pembelajaran yang menyeluruh diharapkan dapat memberikan
perubahan tingkahlaku sebagai bentuk hasil belajar, namun perubahan yang
terjadi tidak semuanya merupakan hasil belajar karena perubahan tingkah laku
juga bisa terjadi karena kematangan. Kematangan memunculkan perubahan
tingkah laku sebagai umpan balik dari pertumbuhan dan perkembangan dari
struktur serta fungsi jasmani bukan hasil dari belajar, perubahan inilah yang
tidak termasuk dalam hasil belajar (Soemanto, 2006). Perubahan tingkah laku
dalam proses belajar memiliki beberapa ciri diantaranya terjadi secara sadar,
bersifat kontinu, terarah, positif dan aktif, serta mencakup seluruh aspek
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
12
tingkah laku baik pemikiran, sikap maupun ketrampilan. Perubahan dengan
ciri seperti itulah yang disebut sebagai hasil belajar (Slameto, 2010).
Guru maupun pendidik perlu mengadakan penilaian hasil belajar
karena penilaian hasil belajar ini mempunyai makna penting bagi siswa, guru
maupun sekolah. Makna penilaian hasil belajar bagi siswa adalah siswa dapat
mengetahui seberapa besar keberhasilannya dalam menerima pembelajaran.
Makna penilaian hasil belajar bagi guru diantaranya adalah mengetahui siswa
yang berhak melanjutkan pembelajaran ke materi berikutnya karena sudah
lulus kriteria ketuntasan minimal (KKM) dan siswa yang belum memenuhi
KKM. Makna yang lainnya bagi guru adalah untuk mengatahui apakah
pengalaman belajar yang diberikan sudah tepat dan sebagai bahan evaluasi
proses pembelajaran yang telah berlangsung. Penilaian hasil belajar
digunakan oleh sekolah sebagai pedoman penilaian kualitas sekolah dan
sebagai pertimbangan penyusunan program pendidikan di sekolah untuk
waktu mendatang (Widoyoko, 2009).
Sistem pendidikan nasional merumuskan tujuan kurikuler maupun
tujuan instruksional pembelajaran menggunakan klasifikasi hasil belajar dari
Benyamin Bloom yang secara garis besar membaginya menjadi tiga ranah,
yaitu ranah afektif, ranah kognitif, dan ranah psikomotorik (Sudjana, 2010).
Ranah kognitif berhubungan dengan kemampuan untuk berpikir atau
keterampilan mental termasuk dalam kemampuan menghafal, memahami
mengaplikasikan, menganalisis, mengevaluasi dan mensinsintesis. Ranah
afektif mencakup watak, minat, sikap, emosi dan perasaan untuk mewujudkan
suatu nilai dalam diri siswa. Ranah psikomotorik berkaitan dengan
penguasaan keterampilan fisik mulai dari gerakan refleksif hingga
menunjukkan komunikasi non-decursive seperti gerakan ekspresif dan
gerakan interpretatif (Reeves, 2006).
Ranah kognitif, afektif dan psikomotorik saling berkalitan antara satu
dengan yang lainnya dan tidak dapat terpisahkan karena merupakan
komponen penyusun sains. Keadaan itu menyebabkan penilaian tidak boleh
hanya diambil dari hasil kognitif saja namun penilaian siswa juga harus
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
13
menyeluruh yang melibatkan penilaian perkembangan psikomotor dan afektif
agar semua hasil belajar-benar dapat diketahui (Adeyemi and Merry, 2009).
Berdasar atas seluruh penjabaran tentang hasil belajar dan sains
maka dapat ditarik satu hubungan kedudukan hasil belajar dalam sains yaitu
produk sains yang berupa pemahaman konsep, prinsip maupun suatu fakta
ditunjukan melalui hasil belajar kognitif, sedangkan hasil kerja atau
penampilan siswa kaitanya dengan suatu proses mendapatkan pengetahuan
ditunjukan melalui hasil belajar psikomotorik dan sikap siswa terhadap
pembelajaran maupun sikap terhadap pengetahuan yang diperoleh setelah
melalui proses pembelajaran ditunjukan melalui hasil belajar afektif.
a. Ranah Kognitif
Ranah kognitif merupakan ketercapaian belajar siswa dalam
pemahaman dan penguasaan konsep pembelajaran. Kemampuan kognitif
berorientasi pada kemampuan berpikir yang mencakup kemampuan
intelektual sederhana sampai kemampuan intelektual tingkat tinggi
(Sudjana, 2010).
Menurut Yulaelawati (2004) keenam tingkatan kognitif dalam
taksonomi Bloom tersebut adalah C1 (pengetahuan) yang
berupakemampuan mengingat hal-hal yang telah dipelajari sebelumnya,
C2 (pemahaman) berupa kemampuan memahami materi, C3 (penerapan)
berupa kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari dan
dipahami ke dalam situasi yang nyata, C4 (analisis) berupa kemampuan
untuk menguraikan materi ke dalam komponen-komponen yang lebih
terstruktur dan mudah dipahami, C5 (sintesis) berupa kemampuan untuk
mengumpulkan bagian-bagian menjadi suatu bagian yang utuh dan
menyeluruh, dan C6 (penilaian) berupa kemampuan untuk memperkirakan
dan menguji nilai suatu materi untuk tujuan tertentu.
Anderson dan Krathwohl (2010) melakukan revisi pada
taksonomi Bloom khususnya pada ranah kognitif (cognitive). Ranah
kognitif (C) menurut Anderson terdiri dari enam tingkatan. Tingkatan
yang pertama (C1) adalah mengingat, peserta didik diharapkan dapat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
14
menjelaskan jawaban faktual, menguji ingatan dan pengenalan. Tingkatan
kedua (C2) adalah memahami, peserta didik diharapkan mampu
menerjemahkan, menafsirkan, menyederhanakan, dan membuat
perhitungan. Tingkatan ketiga (C3) adalah menerapkan, peserta didik
diharapkan mampu memahami kapan menerapkan, mengapa menerapkan
dan mengenali pola penerapan ke dalam situasi yang baru, tidak biasa, dan
agak berbeda atai berlainan. Tingkatan keempat (C4) adalah
menganalisis, peserta didik diharapkan mampu memecahkan ke dalam
bagian, bentuk, dan pola. Tingkatan kelima (C5) adalah menilai, peserta
didik diharapkan mampu menilai berdasarkan kriteria dan menyatakan
alasannya. Tingkatan yang keenam (C6) adalah menciptakan, peserta
didik diharapkan mampu menggabungkan unsur-unsur ke dalam bentuk
atau pola yang sebelumnya kurang jelas. Tingkatan ranah kognitif dari
dasar sampai ke tingkatan tertinggi dapat dilihat pada Gambar 2.1.
Gambar 2.1. Taksonomi Ranah Kognitif Bloom yang Direvisi Anderson
Berdasarkan uraian di atas maka dapat diketahui bahwa hasil
belajar pada ranah kognitif adalah subtaksonomi hasil belajar yang
mengungkapkan tentang kegiatan mental atau pemikiran yang sering
berawal dari tingkat mengingat sampai ke tingkat paling tinggi yaitu
mencipta. Penilaian hasil belajar pada ranah kognitif merupakan penilaian
hasil belajar yang berorientasi kepada kemampuan berpikir, atau penilaian
.
Mengevaluasi
Menganalisis (Analyze)
Menerapkan (Apply)
Memahami (Understand)
Mengingat (Remember)
Mencipta
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
15
pada produk yaitu pemahaman siswa terhadap materi. Perbedaan antara
taksonomi kognitif Bloom lama dan taksonomi kognitif Bloom baru yang
telah direvisi oleh Anderson ditunjukkan pada Tabel 2.1.
Tabel 2.1. Perbedaan Taksonomi Bloom Lama dan Baru
Tingkatan Lama Baru/dimensi proses kognitif
C1 Pengetahuan (Knowlwdge) Mengingat (Remember)
C2 Pemahaman (Understand) Memahami (Understand)
C3 Penerapan (Apply) Menerapkan (Apply)
C4 Analisis (Analyze) Menganalisis (Analyze)
C5 Sintesis (Synthesis) Mengevaluasi (Evaluate)
C6 Evaluasi (Evaluate) Mencipta (Create)
b. Ranah Afektif
Ranah afektif berkenaan dengan sikap dan nilai. Tipe hasil
belajar afektif tampak pada siswa dengan berbagai tingkah laku seperti
perhatiannya terhadap pelajaran, disiplin, motivasi belajar, menghargai
guru dan teman, kebiasaan belajar serta hubungan sosial. Jenis kategori
ranah afektif sebagai hasil belajar adalah receiving atau attending,
responding, valuing, organisasi dan karakterisasi nilai atau internalisasi
nilai. Receiving atau attending merupakan semacam kepekaan dalam
menerima rangsangan dari luar yang datang kepada siswa dalam bentuk
masalah, situasi, atau gejala. Responding merupakan reaksi yang
diberikan oleh seseorang terhadap stimulasi yang datang dari luar.
Responding mencakup kecepatan reaksi, perasaan, perasaan puas
menjawab stimulus dari luar. Valuing berhubungan dengan nilai dan
kepercayaan terhadap gejala atau stimulus tadi. Valuing mencakup
kesediaan menerima nilai, latar belakang, atau pengalaman. Organization
atau mengorganisasi merupakan pengembangan dari nilai ke dalam suatu
sistem organisasi, termasuk hubungan satu nilai dengan nilai yang lain,
pemantapan, dan prioritas nilai yang telah dimilikinya. Characterization
by a value atau internalisasi nilai merupakan keterpaduan semua sistem
nilai yang telah dimiliki seseorang, yang mempengaruhi pola kepribadian
dan tingkah lakunya. Pada jenjang ini peserta didik dibina agar mereka
bersedia menerima nilai dan mampu mengidentikkan diri dengan nilai
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
16
tersebut sehingga membentuk karakteristik pola hidup (Sudjana, 2010;
Yulaelawati, 2004).
Indikator afektif dalam pembelajaran IPA merupakan sikap yang
diharapkan saat dan setelah siswa melakukan proses pembelajaran yang
berkaitan dengan sikap ilmiah. Sikap ilmiah tersebut antara lain jujur,
teliti, disiplin, terbuka, objektif, dan tanggung jawab. Rustaman, dkk.
(2005) menyatakan dalam pembelajaran sains tidak hanya menghasilkan
produk dan proses, tetapi juga sikap, artinya bahwa dalam sains
terkandung sikap seperti tekun, terbuka, jujur, dan objektif. Pendapat
Rustaman ini jika kita kaitkan dengan ranah afektif yang dipaparkan oleh
Sudjana (2010) merupakan satu tambahan bahwa pada evaluasi hasil
belajar ranah afektif dalam biologi harus memuat sikap ilmiah yang bisa
diintegrasikan dari dalam tingkatan yang sesuai. Sikap ilmiah bisa masuk
dalam setiap ranah afektif namun bukan berarti ranah afektif hanya berupa
sikap ilmiah semata karena terdapat beberapa sikap selain sikap ilmiah
yang bisa diukur melalui taksonomi ranah afektif yang dinyatakan Sudjana
(2010) dan Yulaelawati (2004). Tingkat ranah afektif dari dasar sampai ke
tingkatan tertinggi dapat dilihat seperti Gambar 2.2.
Gambar 2.2. Tingkatan Ranah Taksonomi Afektif
.
Organisasi
(Organizing)
Valuing
Responding
Receiving atau Attending
Internal-
isasi nilai
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
17
c. Ranah Psikomotorik
Ranah psikomotorik adalah ranah hasil belajar yang berkaitan
dengan keterampilan (skill) dan kemampuan bertindak individu dari mulai
gerakan reflek sampai gerak tubuh (Reeves, 2006; Cartono dan Utari,
2006). Pembelajaran yang umumnya dilakukan di sekolah-sekolah
umumnya masih mengedepankan penilaian kognitif dibandingkan
penilaian afektif dan psikomotorik, namun sebenarnya ketercapaian hasil
belajar psikomotorik pada pembelajaran biologi tidak kalah penting dari
pada ranah yang lainnya.
Yulaelawati (2004) mengelola taksonomi ranah psikomotorik
menurut derajat koordinasi Anita Harrow meliputi gerakan refleks,
gerakan dasar, gerakan tanggap, kemampuan fisik, dan komunikasi tidak
berwacana. Gerakan refleks merupakan keterampilan pada gerakan yang
tidak sadar. Gerakan dasar mencakup seluruh keterampilan dalam
gerakan-gerakan dasar. Gerakan tanggap (perceptual) adalah penafsiran
terhadap segala rangsangan dari lingkungan dan termasuk didalamnya
membedakan visual, auditif, motoris, dan lain-lain. Kemampuan fisik
merupakan kegiatan yang memerlukan kekuatan, keharmonisan, dan
ketepatan untuk mengikuti pembelajaran. Komunikasi tidak berwacana
atau komunikasi non-decursive merupakan komunikasi melalui gerakan
tubuh, seperti gerakan ekspresif dan interpretatif. Ketercapaian hasil
belajar biologi pada ranah psikomotor berupa keterampilan dan
kemampuan bertindak siswa mulai dari tingkatan dasar hingga kompleks.
Sudjana (2010) dan Smith (2009) melengkapi satu tingkatan diantara
kemampuan fisik dan komunikasi tidak berwacana atau komunikasi non-
decursive yaitu gerakan terampil atau gerakan-gerakan skill. Gerakan-
gerakan skill dimulai dari keterampilan sederhana sampai pada
keterampilan yang kompleks. Gerakan skill ini dapat diperlihatkan dalam
beberapa kata kerja operasional diantaranya memasang, menyesuaikan dan
mengkonstruksi. Tingkatan ranah psikomotorik dari dasar sampai ke
tingkatan tertinggi dapat dilihat seperti Gambar 2.3.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
18
Gambar 2.3. Tingkatan Ranah Taksonomi Psikomotorik
4. Quantum Learning
a. Sudut Pandang Quantum Learning
Siregar dan Nara (2010) menyatakan bahwa pendekatan
merupakan suatu pandangan yang mengupayakan siswa berinteraksi
dengan lingkungannya. Pendekatan dalam proses pembelajaran menurut
Wenno (2008) adalah teknik guru dalam menyajikan berbagai materi agar
proses pembelajaran yang berlangsung benar-benar dapat berjalan dengan
efektif dan efisien, sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai sesuai
dengan targetnya. Pendapat dua orang tersebut dapat dirangkum menjadi
satu kesimpulan definitif bahwa pendekatan merupakan sudut pandang
dalam pembelajaran yang mengupayakan adanya interaksi siswa dan guru
secara efektif dan efisien untuk mencapai suatu tujuan dalam
pembelajaran.
Berdasar pada pengertian pendekatan yang dijabarkan
sebelumnya, maka Quantum Learning dapat disebut sebagai suatu
pendekatan dalam pembelajaran. Pendekatan QL merupakan seperangkat
metode dan falsafah belajar yang terbukti efektif di sekolah untuk semua
tipe manusia. QL merupakan suatu pendekatan yang memanfaatkan
proses orkestrasi atau simfoni dalam kegiatan pembelajaran yang
berdasarkan pada hukum fisika quantum yang dikemukakan oleh Albert
.
Kemampuan Fisik
Gerakan Tanggap (perceptual)
Gerakan Dasar
Gerakan Refleks
Komunika-
si Non-diskursive
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
19
Einstein. Persamaan tersebut dapat dirumuskan bahwa massa yang
dikalikan quadrat dari kecepatan atau konstanta cahaya sama dengan
energi, persamaan tersebut dapat ditulis sebagai E= mc2. QL
menganalogikan bahwa tubuh atau semua individu yang terlibat dalam
pembelajaran serta lingkungan belajar merupakan materi atau massa (m).
Seorang pelajar tentunya berkeinginan untuk mendapatkan energi cahaya
(E) sebanyak mungkin dalam hal ini berupa hasil belajar yang optimal dan
pengembangan potensi dari dirinya dengan cara melakukan interaksi dan
kerjasama dalam proses pembelajaran di kelas (c). Berdasarkan
persamaan tersebut dapat dipahami bahwa interaksi serta proses
pembelajaran yang tercipta akan berpengaruh besar sekali terhadap
efektivitas ataupun hasil belajar siswa (Setiawan, dkk., 2010; DePorter dan
Hernacki, 2011). Roqib (2009) menambahkan bahwa interaksi yang ada
pada QL mampu mengubah berbagai potensi yang ada di dalam diri
manusia menjadi pancaran atau ledakan-ledakan gairah dalam
memperoleh hal-hal baru yang dapat ditunjukkan kepada orang lain.
QL berakar dari upaya George Lozanov, seorang pendidik
berkebangsaan Bulgaria yang bereksperimen dengan apa yang disebutnya
sebagai suggestology atau suggestopedia. Prinsip dari suggestology
adalah bahwa sugesti dapat mempengaruhi hasil dan situasi belajar, serta
setiap detail apapun memberikan sugesti positif dan negatif (DePorter dan
Hernacki, 2011). Jaya (2010) menambahkan bahwa sugesti dapat
dipahami sebagai suatu rangkaian kata-kata dan kalimat yang disampaikan
bagai sebuah nasihat yang membuat seseorang lebih cepat mendapat
pemahaman.
Istilah yang sering diidentikan dengan suggestology, adalah
teknik percepatan belajar atau Accelerated Learning. AL memungkinkan
siswa dapat belajar dengan kecepatan yang mengesankan dengan upaya
yang normal dan diikuti dengan kegembiraan. AL menyatukan unsur-
unsur yang secara sekilas tampak tidak mempunyai persamaan: hiburan,
permainan, warna, cara berpikir positif, kebugaran fisik, dan kesehatan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
20
emosional, namun semua unsur ini bekerja sama untuk menghasilkan
pengalaman belajar yang efektif (DePorter dan Hernacki, 2011).
Djajalaksana (2005) menambahkan bahwa AL menggunakan aktivitas
pembelajaran secara menyeluruh, baik pikiran dan tubuh, yang
memungkinkan untuk para individu untuk lebih berkreasi, lebih lagi dalam
situasi kerjasama. AL memiliki ciri-ciri pembelajaran yang luwes,
gembira, mementingkan tujuan, bekerjasama, manusiawi, multi indrawi,
bersifat mengasuh, serta melibatkan mental emosional dan fisik (Azmi,
2007).
QL mencakup aspek-aspek penting pada program neurolingustik
(NLP), yaitu suatu penelitian tentang bagaimana otak mengatur informasi.
Program ini meneliti tentang hubungan antara bahasa dan prilaku selain itu
dapat pula digunakan untuk menciptakan jalinan pengertian antara siswa
dan guru (DePorter dan Hernacki, 2011). Penggunaan NLP diyakini
mampu mengetahui bagaimana menggunakan bahasa untuk meningkatkan
tindakan-tindakan positif, meningkatkan komunikasi dalam kelas, dan
memfasilitasi perkembangan personal siswa (Millroad, R. 2004). Casey
(2011) menambahkan bahwa NLP mampu membuat seseorang dapat
mengubah atau membingkai ulang keyakinan mereka, membatasi tentang
suatu realitas untuk memberdayakan keyakinan, yang ditegaskan oleh
nilai-nilai mereka. Pernyataan tersebut berarti NLP dalam QL membuat
siswa untuk membingkai ulang paradigma bahwa biologi yang
sebelumnya merupakan pelajaran hafalan menjadi mata pelajaran yang
menyenangkan. NLP juga memberikan ciri khas pada QL yaitu adanya
interaksi dan penggunaan bahasa yang tepat untuk mengoptimalisasi
fungsi otak.
Fakhruddin (2011) menyatakan bahwa QL tidak hanya
menggabungkan sugestologi, teknik percepatan belajar, dan NLP (Neuro-
Linguistic Programming) namun juga menggabungkan teori, keyakinan
dan metode yang telah ada yang termasuk diantaranya konsep-konsep
kunci dari berbagai teori dan strategi belajar yang lain seperti teori otak
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
21
kanan atau kiri, teori otak three in one, pilihan modalitas (visual, auditorial
dan kinetik), teori kecerdasan ganda, pendidikan holistik (menyeluruh),
belajar berdasarkan pengalaman, belajar dengan simbol (metaphoric
learning), dan simulasi atau permainan.
QL memiliki paradigma pembelajaran yang berpusat pada guru
dan siswa (student – teacher center) dalam proses pembelajaran.
Paradigma ini lebih baik dari pembelajaran konvensional didominasi oleh
guru maupun pembelajaran yang berpusat pada siswa (Koesmiyati, 2006).
Paradigma yang berpusat pada guru dan siswa ini memberi kesempatan
bagi siswa untuk mengeksplorasi cara belajar, pengetahuan dan keberanian
komunikasi mereka sepertihalnya seorang pemain orkestra sedangkan guru
hberhak mengakomodasi, mengarahkan dan mengawasi pengetahuan yang
didapatkan siswa seperti halnya seorang konduktor, sehingga
pembelajaran dengan paradigma tersebut mampu mengakomodasi
kebutuhan guru dan siswa secara bersamaan sehingga hasil belajar yang
dicapai juga lebih memuaskan.
Berbagai keterangan tentang QL tersebut menunjukan satu
konsep bahwa QL merupakan suatu pendekatan yang memandang
pembelajaran sebagai orkestra dalam simfoni belajar yang
menggabungkan beberapa metode dan falsafah belajar agar tercipta
interaksi-interaksi yang melibatkan materi yang ada dalam pembelajaran
baik pendidik, peserta didik maupun lingkungan sehingga didapatkan hasil
belajar yang optimal dan efektif di manapun dan untuk siapapun yang. QL
menciptakan suasana pembelajaran yang menyenangkan dengan
memperhatikan seluruh detail dari tindakan guru dalam menyampaikan
pembelajaran secara sugestif dan dilakukan secara menyeluruh agar
percepatan belajar dan ketercapaian hasil belajar siswa bisa terlaksana.
b. Aspek – Aspek dalam Quantum Learning
Beberapa aspek yang ada dalam QL diantarnya adalah
penciptaan minat, penataan lingkungan belajar, sikap positif terhadap
kegagalan, gaya belajar, membiasakan mencatat, membiasakan membaca,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
22
membiasakan menulis, melatih kekuatan memori, dan berfikir kreatif.
Aspek yang pertama adalah penciptaan minat. Keadaan awal yang harus
ada dalam belajar adalah minat. Penciptaan minat dalam QL
menggunakan akronim AMBAK (apa manfaatnya bagiku). Sebelum
seseorang melakukan apapun dalam hidupnya, maka baik secara sadar
maupun tidak orang tersebut akan bertanya apa manfaatnya bagiku.
Kalimat apa manfaatnya bagiku inilah yang disebut sebagi minat dalam
QL. QL mencoba menumbuhkan minat dengan gambar, istilah baru, dan
manfaat dari pembelajaran. Minat dalam QL ditumbuhkan dengan
pemberian motivasi dan membuat suatu komitmen dari tiap siswa serta
pembuatan aturan kelas (DePorter dan Hernacki, 2011).
Aspek kedua adalah penataan lingkungan belajar. Lingkungan
belajar adalah prediktor terbaik dari efektivitas sekolah. Hal ini
disebabkan karena fakta bahwa lingkungan yang memberikan suasana
kondusif untuk kegiatan belajar-mengajar mampu meningkatkan
penyampaian instruksional yang baik dan hasil belajar yang lebih baik
(Ajayi, 2011). Penataan lingkungan belajar pada aspek-aspek QL dibagi
dua yaitu lingkungan mikro dan lingkungan makro. Lingkungan mikro
adalah tempat peserta didik melakukan proses belajar, bekerja dan
berkreasi. Beberapa detail yang harus diperhatikan dalam lingkungan
mikro adalah adanya papan buletin tempat meletakan papan visual untuk
menjelaskan proses berfikir, sistem penangkap berupa sebuah buku
catatan, rencana harian atau jadwal belajar, sistem musik, dan poster
motivasi agar siswa tetap bersemangat saat pembelajaran berlangsung
(DePorter dan Hernacki, 2011).
Salah satu ciri khas dari lingkungan mikro pada QL adalah
adanya iringan musik. Martopo (2005) menyatakan bahwa musik
digunakan dalam QL karena musik menjadi salah satu faktor atau aspek
kecerdasan yang penting. Musik memiliki korelasi unik yang mencakup
bahasa, matematika, rasa (kinestetik) dan intuisi. Penggunaan instrumen
musik dalam QL dapat meningkatkan keempat kecerdasan baik sebagai
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
23
partikel bunyi maupun gelombang bunyi. DePorter dan Hernacki (2011)
menambahkan bahwa ada teori yang menyatakan dalam situasi otak kiri
sedang bekerja, seperti mempelajari meteri baru, musik akan
membangkitkan reaksi otak kanan yang intuitif dan kreatif sehingga
masukannya dapat dipadukan dengan keseluruhan proses pembelajaran.
Lingkungan makro dalam QL adalah dunia yang luas. Sudut
pandang QL menganggap bahwa pada tiap manusia khususnya siswa
memiliki zona aman atau daerah dimana seorang memiliki rasa percaya
diri dan rasa aman yang tinggi yang berbeda-beda luasnya (DePorter dan
Hernacki, 2011). QL mengusahakan agar siswa mampu menciptakan
ruang belajar dan mendapatkan pengalaman di masyarakat. Pengalaman
yang diperoleh membuat siswa mampu memperluas zona amannya sedikit
demi sedikit sehingga mampu mengoptimalisasi kemampuan alami siswa
untuk dapat berinteraksi dengan masyarakat dan dunia nyata (Naim,
2009).
Aspek ketiga dalam QL adalah sikap positif terhadap kegagalan.
Modal yang paling berharga dalam proses belajar menurut QL adalah
sikap positif. DePorter dan Hernacki (2011) memberikan penjelasan
bahwa salah satu bagian yang penting dari pengalaman belajar itu adalah
cara individu memandang kegagalan. Guru dapat menanamkan suatu
sikap positif kepada siswa untuk meningkatkan harapan terhadap diri
siswa tersebut serta menunjukan jalan menemukan suatu konsep diri bagi
siswa. Individu yang memiliki harapan yang tinggi terhadap dirinya,
harga diri yang tinggi, dan keyakinan akan berhasil, maka individu
tersebut akan memperoleh prestasi yang tinggi. Rensi dan Sugiarti (2010)
yang menyatakan bahwa dukungan sosial dan konsep diri pada siswa
mempengaruhi hasil belajar siswa, konsep diri dapat dijelaskan sebagai
sudut pandang siwa tentang dirinya dan pemahaman siswa tentang
kemampuannya. Konsep diri yang meningkat tentunya akan disertai
dengan peningkatan hasil belajar.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
24
Aspek keempat adalah gaya belajar. Gaya belajar merupakan
kunci untuk mengembangkan kinerja dalam pekerjaan baik di sekolah dan
dalam situasi-situasi antar individu. Belajar dan berkomunikasi lebih
mudah dengan gaya masing-masing individu. Ada dua kategori utama
mengenai gaya belajar seseorang, yaitu tentang bagaimana menyerap
informasi dengan mudah (modalitas) dan cara mengatur dan mengolah
informasi tersebut (dominansi otak). Gaya belajar siswa merupakan
kombinasi dari keduanya, baik dalam menyerap informasi dan jemudian
mengatur serta mengolah informasi tersebut (DePorter dan Hernacki,
2011). Kemampuan untuk mengetahui gaya belajar yang berbeda ini
dapat membantu para guru untuk dapat mendekati hampir atau semua
muridnya, yaitu dengan cara menyampaikan informasi dengan gaya
belajar yang berbeda-beda dalam satu paket pembelajaran sehingga siswa
mampu menyerap dan mengolah informasi secara maksimal serta
membuat murid lebih menganggap guru sebagai sosok yang mampu
mengerti gaya atau karakternya.
Hsu (2011) menyatakan bahwa siswa yang telah mengetahui
gaya belajarnya umumnya mampu mengolah informasi perseptual dengan
baik. Siswa dapat belajar dengan kegembiraan yang lebih besar dan stress
yang lebih kecil jika mereka belajar dengan gaya mereka sendiri. Para
guru akan lebih memahami kebutuhan belajar murid jika lebih
memperhatikan gaya belajar siswa dari pada gaya mengajar mereka sendiri
(Prashnig, 2007). Studi kontemporer khusus mengklasifikasikan gaya
belajar persepsional atau perceptual learning styles (PLS) ke dalam jenis
visual, auditori dan kinestetik. Tipe siswa visual yang berorientasi pada
individu yang cenderung untuk memahami informasi baru dengan melihat
suatu materi, gambar atau simbol-simbol yang menarik. Tipe siswa
pendengar atau auditori cenderung mendapat informasi melalui
mendengarkan sehingga umumnya informasi akan mudah terserap melalui
narasi ataupun cerita dari guru. Individu dengan gaya kinestetik lebih suka
menerima informasi dengan sentuhan atau dengan keterlibatan fisik secara
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
25
langsung. Siswa umumnya memiliki gaya belajar yang berpadu dari tiga
gaya belajar tersebut, namun pastinya ada gaya belajar yang lebih
dominan. DePorter dan Hernacki (2011) menjelaskan bahwa banyak ciri-
ciri perilaku yang dapat menjadi petunjuk kecenderungan gaya belajar
siswa. Ciri-ciri perilaku dari ketiga gaya belajar tersebut dijelaskan pada
Tabel 2.2.
Tabel 2.2. Ciri-Ciri Perilaku dari Gaya Belajar
Gaya Belajar Ciri-ciri Perilaku
Gaya Belajar
Visual
Rapi dan teratur, berbicara dengan cepat, mengingat apa
yang dilihat dengan asosiasi visual, biasanya tidak
terganggu oleh keributan, pembaca cepat dan tekun, lebih
suka melakukan demonstrasi daripada berpidato.
Gaya Belajar
Auditori
Berbicara kepada diri sendiri saat bekerja, merasa kesulitan
untuk menulis, tetapi hebat dalam bercerita, berbicara
dalam irama yang terpola, pembicara yang fasih belajar
dengan mendengarkan dan mengingat apa yang
didiskusikan daripada dilihat, suka berbicara, berdiskusi,
dan menjelaskan sesuatu panjang lebar, lebih pandai
mengeja dengan keras daripada menuliskannya.
Gaya Belajar
Kinestetik
Berbicara dengan perlahan, menyentuh orang untuk
mendapatkan perhatian mereka, berdiri dekat ketika
berbicara dengan orang, selalu berorientasi pada fisik dan
banyak gerak, menghafal dengan cara berjalan dan melihat,
menggunakan jari sebagai penunjuk ketika membaca, dan
tidak dapat diam untuk waktu lama.
Guru yang baik tidak boleh hanya mengembangkan satu gaya
belajar saja dalam pembelajaran di kelas. Guru harus berusaha agar ketiga
gaya belajar tersebut dapat terakomodasi di kelas. Rose dan Nicholl
(2003) memberikan contoh sederhana tentang cara belajar multisensori
atau cara belajar yang mengakomodasi ketiga gaya belajar. Siswa visual
diakomodasi dengan slide atau tulisan yang jelas serta gambar-gambar
yang menarik serta dengan pembuatan mind map. Siswa auditori
diakomodasi dengan memberikan penjelasan dengan intonasi yang jelas
dan memainkan irama suara, selain itu siswa yang auditori diupayakan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
26
untuk menjelaskan jawaban atau mengemukakan pendapatnya dengan
jelas dan lantang agar membantu proses belajarnya. Siswa kinestetik
diakomodasi dengan belajar dengan orang lain atau belajar berkelompok
serta siswa kinestetik akan lebih terbantu dengan belajar langsung dari
benda atau model materi pembelajaran. Semua proses ini bisa kita rancang
dalam satu rancangan pembelajaran yang utuh.
Aspek kelima dalam QL adalah membiasakan mencatat.
Mencatat yang efektif adalah salah satu kemampuan terpenting yang
pernah dipelajari orang. Teknik mencatat digunakan untuk meningkatkan
daya ingat. Mencatat tidak dilakukan untuk membantu pikiran mengingat
sesuatu namun mencatat bertujuan membantu mengigat apa yang
tersimpan dalam memori. Pencatatan yang efektif dapat menghemat
waktu dengan membantu menyimpan informasi dengan mudah dan
mengingatnya kapan saja jika diperlukan (DePorter dan Hernacki, 2011).
QL mengakomodasi teknik mencatat melelui dua cara yaitu mind
mapping dan TS (Tulis susun). Peta pikiran atau mind mapping pertama
kali diperkenalkan oleh Tony Buzan pada tahun 1970. Peta pikiran (mind
mapping) adalah suatu teknik mencatat kreatif yang memudahkan kita
mengingat banyak informasi. Catatan yang dibuat dengan mind mapping
membentuk suatu pola gagasan yang saling berkaitan dengan topik utama
di tengah dan subtopik serta perincian menjadi cabang-cabangnya (A’la,
2011). Peta pikiran merupakan teknik mencatat yang mampu
mengembangkan kemampuan berfikir serta meningkatkan daya ingat
karena informasi disusun secara bercabang dari tema utama dengan
menyertakan gambar, kombinasi warna, simbol, dan bentuk. Ketika
pikiran sadar kita berpusat pada fakta yang hendak di tuangkan diatas
kertas catatan maka pikiran bawah sadar kita bereaksi membuat kesan atau
emosi (DePorter dan Hernacki, 2011).
Aspek keenam adalah membiasakan menulis. QL menyajikan
dua teknik menulis yang efektif dan menyenangkan yaitu clustering dan
fast writing. Clustering atau pengelompokan dilakukan dengan cara
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
27
menulis pemikiran-pemikiran yang saling berkaitan dan menuangkannya
di atas kertas dengan secepat mungkin tanpa mempertimbangkan
kebenaran atau nilainya. Pengelompokan membuat kaitan antara gagasan,
mengembangkan gagasan-gagasan yang telah dikemukakan, dan
menelusuri jalan pikiran yang ditempuh otak agar mencapai suatu konsep
(DePorter dan Hernacki, 2011).
Fast Writing atau menulis cepat merupakan suatu teknik yang
membantu seseorang ketika harus menulis sebelum menemukan apa
sebenarnya yang ingin ditulis. Teknik FW dilakukan dengan menulis
apapun yang ada di pikiran dalam waktu yang telah di tentukan dan diatur
dengan timer. Teknik FW bertujuan untuk membiasakan diri terhadap
proses menulis dan meningkatkan periode waktu menulis walaupun
hasilnya mungkin tulisan akan tampak berantakan dan mengandung
kesalahan ejaan, pemikiran yang tidak sempurna dan kalimat-kalimat yang
serampangan (DePorter dan Hernacki, 2011).
Penulisan efektif menurut DePorter dan Hernacki (2011)
umumnya terdiri dari tujuh tahapan. Tahap pertama adalah persiapan yang
terdiri dari mengelompokan (clustering) dan menulis cepat (fast writing),
tahapan ini merupakan awal membangun gaasan atau ide dalam menulis.
Kedua adalah penyusunan draf kasar untuk mengeksplorasi dan
mengembangkan gagasan. Hampton and Resnick (2009) menyatakan
bahwa dalam situasi yang meminta siapapun untuk menulis saat itu juga
dengan waktu yang terbatas maka cara yang paling tepat adalah membuat
draf dengan struktur yang sudah terorganisasi dalam pemikiran orang
tersebut. Tahap ketiga adalah berbagi, tahapan ini dilakukan dengan
meminta seseorang untuk membaca draf yang telah dibuat dan kemudian
meminta orang tersebut berikan umpan balik sebagai bahan perbaikan
draft. Tahapan yang ke empat adalah memperbaiki tulisan atau draf yang
dibuat berdasarkan umpan balik. Tahap yang kelima adalah penyuntingan
yang berisi semua proses perbaikan tata bahasa dan tanda baca. Tahap ke
enam adalah penulisan kembali yang memuat tulisan yang sudah sampai
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
28
pada tahap penyuntingan. Tahap yang terakhir adalah evaluasi yang
mengharuskan kita mencermati kembali apakah tulisan kita sudah benar-
banar selesai.
Aspek ketujuh adalah membiasakan membaca. QL mencoba
untuk menyingkirkan beberapa mitos membaca berupa pernyataan bahwa
membaca itu sulit, tidak boleh menggunakan jari ketika membacam harus
dilakukan kata per kata dan keharusan membaca perlahan untuk dapat
memahami isinya. DePorter dan Hernacki (2011) menyatakan beberapa
hal tentang membaca diantaranya adalah pertama proses membaca
walaupun merupakan suatu proses kompleks, namun masih dapat dengan
mudah dicapai dengan otak manusia. Kedua, pembaca boleh menggunakan
jarinya untuk membantu proses membaca, jari berfungsi untuk menuntun
mata untuk bergerak dengan cepat dalam membaca sehingga jari harus
digerakan lebih cepat. Ketiga, proses membaca kata per kata sebenarnya
mengurangi pemahaman pada konteks bacaan secara keseluruhan,
penyataan ini dikuatkan oleh pendapat Marliah (2007) yang menyatakan
bahwa memahami bacaan tidak berarti memahami arti dari setiap kata
yang dibaca, yang perlu diketahui adalah makna kalimat itu agar
informasi pokok dapat tersamaikan dan dimengerti dengan benar.
Aspek kedelapan adalah malatih kekuatan memori. DePorter dan
Hernacki (2011) menyatakan bahwa pada ummnya informasi yang paling
mudah diingat adalah informasi yang didalamnya mengandung asosiasi
indrawi terutama visual, memiliki konteks emosinal, adanya asosiasi yang
intens. Pernyataan tersebut dapat diambil suatu konsep dasar bahwa
sebenarnya informasi yang paling mudah di ingat kembali adalah yang
memiliki kesan atau bermakna. A’la (2011) menjelaskan bahwa yang
dimaksud bermakna disini adalah memahami informasi dan memberinya
makna pribadi. Biasanya siswa tidak mengingat informasi pada saat ujian
karena informasi yang ada tidak terlalu bermakna bagi mereka. Proses
memberikan makna pribadi, mengasosiaikannya dengan hal-hal yang ada
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
29
di kehidupan atau lingkungan sekitar akan membantu membuat suatu
informasi menjadi lebih bermakna.
Aspek terakhir dalam QL adalah berfikir kreatif. Seseorang yang
kreatif selalu mempunyai rasa ingin tahu, ingin mencoba-coba, bertualang,
suka bermain-main, dan intuitif. Proses berfikir kreatif menurut DePorter
dan Hernacki (2011) mengalir melalui lima tahap yaitu: persiapan yang
mencakup dentifikasi masalah, tujuan dan tantangan, inkubasi atau
mencerna fakta dan mengolahnya dalam pikiran, iluminasi atau
menyatukan serta memilah gagasan yang bermunculan, verifikasi atau
memastikan apakah solusi itu benar-benar memechkan masalah atau tidak,
dan aplikasi atau mengambil langkah untuk menindak lanjuti solusi
tersebut.
QL tidak hanya menuntut siswa berfikir kratif namun juga guru
yang kreatif untuk mencapai tujuan pembelajaran. Guru sebagai
pemimpin orkestra pembelajaran harus memiliki kecakapan dan kreatifitas
dalam melakukan pembelajaran di kelas. Guru yang kreatif dalam QL
dapat ditunjukan melalui pengelolaan emosi yang baik. Emosi positif
akan membuat otak bekerja lebih optimal. Emosi positif dapat
ditumbuhkan dengan menekan amarah dan melayangkan senyuman pada
siswa. Seorang guru yang kreatif harus mampu mempersiapkan presentasi
yang prima disertai kemampuan memberikan pertanyaan yang menarik
perhatian siswa serta komunikasi yang sugestif agar siswa lebih
bersemangat dan mampu berfikir kreatif pula (Hernowo, 2007).
Semua aspek dalam QL ini menjadikan pendekatan pembelajaran
QL menjadi salah satu alternatif yang tepat diterapkan pada pembelajaran.
Segala aspek yang ada pada QL menuntun siswa untuk tidak hanya
mampu menumbuhkan minat belajar namun juga memberikan
keterampilan hidup ataupun keterampilan belajar serta melatih
membiasakan diri untuk berfikir kreatif dengan memperhatikan detail
karakter dari siswa serta interaksinya dengan lingkungan. Secara ringkas,
aspek-aspek Quantum Learning dapat dijelaskan pada Tabel 2.3.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
30
Tabel 2.3. Aspek-Aspek dalam Quantum Learning
Aspek-Aspek QL Pengertian aspek-aspek dalam QL
a. Penciptaan Minat QL menumbuhkan minat dengan memberikan
motivasi, dan tujuan pembelajaran (AMBAK)
melalui berbagai media yang menarik bagi siswa
b. Lingkungan Belajar Lingkungan mikro adalah lingkungan yang paling
dekat dengan siswa sedangkan lingkungan makro
merupakan dunia yang luas. Lingkungan mikro
dapat diolah dengan mengatur posisi kelas dan
memberikan iringan musik dalam pembelajaran.
c. Sikap Positif
terhadap Kegagalan
Memandang kegagalan sebagai keadaan yang akan
memberikan umpan balik, jika direspon dengan
tepat maka dapat menciptakan keberhasilan. Sikap
positif ditumbuhkan dengan memberikan poster
inspiratif dan motivasi langsung kepada siswa.
d. Gaya Belajar Cara untuk mempelajari informasi baru, bagaimana
menyerap dan mengatur serta mengolah informasi
tersebut. Gaya belajar terbagi menjadi tipe visual,
auditori dan kinestetik. QL merancang suatu
pembelajaran yang mampu mengakomodasi ketiga
gaya belajar tersebut.
e. Membiasakan
Mencatat
Mencatat berbagai kejadian atau hasil yang
diperoleh dalam proses belajar dengan teknik Mind
Mapping.
f. Membiasakan
Menulis
Mengkomunikasikan pikiran dan pengalaman
kepada orang lain ke dalam bentuk tulisan, QL
berusaha untuk membiasakan siswa untuk menulis.
g. Membiasakan
Membaca
Membaca dengan cepat, yaitu dengan memahami,
memilah, dan menyimpan segala jenis informasi.
QL berusaha untuk membiasakan siswa untuk
membaca dengan efisien
h. Kekuatan Ingatan Menyimpan apapun dan hanya mengingat apa yang
diperlukan dan yang mempunyai arti dalam hidup.
QL mengharuskan guru untuk memberikan makna
atau kesan dalam pembelajaran. QL menggunakan
trik mengingat dan Mind map untuk
mempermudah mengingat dan mengkonstruksi
konsep
i. Berpikir Kreatif Manusia selalu mempunyai rasa ingin tahu, ingin
mencoba-coba, berpetualang, serta intuitif. QL
berusaha untuk melatih siswa berfikir kreatif dan
menuntut guru tampil kreatif dalam pembelajaran
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
31
c. Penerapan Quantum Learning dalam Pembelajaran
Penerapan Quantum Learning dalam pembelajaran harus
menncakup semua aspek-aspek QL dan berpegang pada satu konsep atau
landasan dasar yaitu Bawalah dunia mereka ke dunia kita dan antarkan
dunia kita ke dunia mereka. Pertama guru harus membangun jembatan
autentik atau hubungan baik dengan siswa sehingga guru mendapatkan ijin
untuk melakukan pembelajaran bersama siswa. Keadaan tersebut
menggambarkan bahwa siswa sudah memberikan izin bagi kita untuk
melakukan dan menerapkan berbagai macam metode dalam QL untuk
mencapai tujuan pembelajaran, sehingga kita dan siswa saling terkait
dalam satu proses pembelajaran. Kita dapat membawa siswa memasuki
dunia kita setelah interaksi atau kaitan itu terwujud. Dunia kita merupakan
dunia pengalaman belajar baru yang belum pernah didapatkan siswa.
Proses pembelajaran yang telah terjalin menyebabkan pengertian siswa
lebih luas dan penguasaan siswa lebih mendalam sebagai suatu hasil
belajar. Siswa dapat membawa apa yang mereka pelajari kedalam dunia
mereka dan menerapkannya pada stuasi yang baru (DePorter, et al., 2002;
A’la, 2011).
Selain itu dalam penerapan QL merupakan permainan orkestra
simfoni dalam pembelajaran dimana dalam penerapannya digunakan lima
prinsip dasar yaitu mengetahui bahwa segalanya berbicara, mengetahui
bahwa segalanya bertujuan, mengetahui bahwa pengalaman mendahului
penamaan, menggakui setiap usaha yang dilakukan dalam pembelajaran
dan menyadari bahwa sesuatu yang layak dipelajari layak pula dirayakan.
Prinsip mengetahui bahwa segalanya berbicara, memberikan pengertian
segala aspek yang ada pada QL dan seluruh aktifitas pembelajaran dari
mulai kertas dibagikan kepada siswa sampai rancangan pembelajaran
mengirimkan pesan atau maksud kepada siswa (Sumaryati, 2008).
Prinsip kedua menyatakan bahwa segalanya bertujuan. Prinsip
ini memberikan pengertian bahwa segala yang ingin guru lakukan pasti
memiliki tujuan baik terhadap pembelajaran secara umum atau terhadap
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
32
siswa (Anang, 2010; DePorter, et al., 2002). Peranan guru pada prinsip ini
adalah merancang suatu pembelajaran yang mengarah kepada tujuan
pembelajaran dan hasil belajar yang ingin dicapai. Prinsip yang ketiga
adalah mengetahui bahwa pengalaman mendahului penamaan. Prinsip ini
menuntut proses pembelajaran yang memberikan pengalaman belajar
siswa sebelum menamai atau mendapat suatu konsep (Anang, 2010;
Sumaryati, 2008).
Prinsip keempat menyebutkan bahwa menggakui setiap usaha
yang dilakukan siswa dalam pembelajaran (Sumaryati, 2008). Proses
pembelajaran merupakan kegiatan yang mengarahkan pada perubahan
baik kognitif, afektif maupun psikomotorik. Siswa berhak menerima
apresisi atau pengakuan terhadap setiap usahanya untuk mencapai hasil
belajar baik yang sudah berhasil maupun yang belum berhasil. Prinsip
kelima berupa menyadari bahwa sesuatu yang layak dipelajari layak pula
dirayakan menjelaskan bahwa penerapan QL berusaha untuk selalu
merayakan hasil belajar yang telah dicapai oleh siswa. Perayaan atas
segala sesuatu yang yang dipelajari membuat siswa lebih termotivasi dan
menciptakan emosi positif siswa terhadap pembelajaran.
Kusno dan Purwanto (2011) menyatakan penerapan QL dalam
pembelajaran dapat menggunakan rancangan pembelajaran TANDUR
(Tumbuhkan, Alami, Namai, Demonstrasikan, Ulangi, dan Rayakan). QL
merupakan kombinasi dari berbagai macam interaksi yang terjadi dalam
proses pembelajaran. Interaksi ini meliputi semua elemen yang secara
efektif mendukung kesuksesan siswa dalam mencapai hasil belajar.
Fase tumbukan (T) dapat dijelaskan sebagai langkah awal yang
diterapkan dalam pembelajaran yaitu tumbuhkan minat siswa. Pada
tahapan ini prinsip QL yang mengetahui bahwa segalanya bertujuan dapat
terintegrasikan. Semua proses pembelajaran mempunyai tujuan sehingga
guru maupun siswa harus menyadari bahwa semua aktivitas yang terjadi
memiliki tujuan (Sumaryati, 2008). AMBAK, akronim dari apa
manfaatnya bagiku merupakan kata kunci pada bagian ini. Guru harus
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
33
berusaha menumbuhkan minat siswa dan memuaskan pertanyaan siswa
tentang apa manfaat pembelajaran ini bagi siswa. Guru dapat mengawali
pembelajaran dengan pertanyaan, pantomime, cerita pendek, drama, video
atau bahkan lelucon untuk menumbuhkan minat siswa terhadap
pembelajaran (DePorter, et al., 2002).
Fase alami (A) dimaksudkan untuk memberikan pengalaman
belajar langsung kepada siswa. Proses alami ini dilakukan sebelum proses
namai, sehingga tahapan ini sesuai dengan prinsip QL yaitu mengetahui
bahwa pengalaman mendahului penamaan. Proses pembelajaran yang
baik terjadi ketika siswa telah mengalami informasi tersebut sebelum
mereka memperoleh nama terhadap apa yang mereka pelajari (Sumaryati,
2008; DePorter, et al., 2002). Pengalaman belajar yang di dapat pada saat
fase Alami ini haruslah dapat mencakup segenap gaya belajar siswa, baik
itu yang memiliki gaya belajar auditory, visual ataupun kinestetik. Siswa
yang diberikan suatu pengalaman belajar secara langsung akan terus dapat
mengingatnya karena sistem belajar seperti inilah yang memberikan
makna.
Fase namai (N) memungkinkan siswa untuk menamai kegiatan
belajar mereka sendiri (Setiawan, dkk., 2010). Fase namai juga
dimaksudkan untuk memuaskan keinginan dari otak untuk memberi
identias, mengurutkan dan mendefinisikan. Penamaan dibangun diatas
pengetahuan dan rasa ingin tahu siswa saat itu. Penamaan juga dapat
digunakan sebagai satu fase belajar yang memasukan symbol-simbol atau
kata kunci agar lebih cepat mengingat apa yang dipelajari. Penamaan
adalah saat yang sesuai untuk mengajarkan konsep, keterampilan berfikir
dan strategi belajar. Pada fase ini pembelajaran dapat dilakukan dengan
menggunakan susunan gambar, model dan media pembelajaran lain yang
menarik dan terkait dengan materi pokok pembelajaran atau memberikan
kata kunci pada materi atau pokok bahasan yang penting dalam
pembelajaran (DePorter, et al., 2002).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
34
Fase demonstrasikan (D) menyediakan kesempatan kepada siswa
untuk menunjukkan bahwa mereka tahu dan dapat menerjemahkan
pengetahuan mereka dalam pembelajaran dan kehidupannya (DePorter, et
al., 2002). Misalnya, mereka diberikan suatu masalah untuk dipecahkan
yang solusinya harus didemonstrasikan untuk teman sekelas mereka. Guru
memberikan kebebasan kepada siswa untuk mengekspresikan ide mereka,
mempresentasikan hasil kerja mereka, dan membuat interaksi positif
dengan memanfaatkan perbedaan dari siswa untuk mendukung
pembelajaran (Kusno dan Purwanto, 2011).
Ulangi (U) dilakukan dengan dengan cara mengulas kembali
secara umum proses pembelajaran di kelas. Guru harus menunjukkan
kepada siswa bagaimana cara mengulangi materi belajar untuk
menunjukkan bahwa mereka sudah tahu apa yang mereka pelajari.
Pengulangan mampu memperkuat koneksi saraf dan memperkuat retensi
(Kusno dan Purwanto, 2011). Pada fase ini memberikan kesempatan
kepada siswa untuk mengajarkan kemampuan baru mereka kepada orang
lain, menggemakan slogan dan membangkitkan semangat (DePorter, et al.,
2002). Setelah tahapan ulangi, seorang guru harus menerapkan prinsip QL
yang menyebutkan bahwa menggakui setiap usaha yang dilakukan dalam
pembelajaran. Siswa patut mendapat pengakuan atas kecakapan dan
kepercayaan diri mereka, bahkan biarpun mereka berbuat salah harus tetap
mendapat pengakuan atas usahanya (Sumaryati, 2008).
Rayakan (R) adalah pengakuan dan penghargaan untuk setiap
pencapaian partisipasi dan perolehan pengetahuan serta keterampilan
(Kusno dan Purwanto, 2011). Tahap ini mengambil prinsip QL yaitu
menyadari bahwa sesuatu yang layak dipelajari layak pula dirayakan.
Perayaan bisa dalam bentuk pemberian hadiah, memuji, menunjukkan
persetujuan mengangguk, tersenyum, memberikan titik, jempol atas, tepuk
tangan, tiga kali ya, tampilan poster, dan hal-hal yang dapat
membangkitkan persepsi diri yang positif siswa (DePorter, et al., 2002).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
35
Kita bisa menerapkan QL dengan rancangan pembelajaran
TANDUR untuk mendapatkan hasil belajar yang maksimal. Dikrullah,
dkk. (2010) menyatakan dalam pembelajaran menggunakan QL didapatkan
berbagai keuntungan yaitu siswa mampu bersikap positif, motivasi siswa
meningkat, siswa mendapatkan keterampilan belajar seumur hidup,
kepercayaan diri siswa meningkat dan hasil belajar siswa dapat
ditingkatkan. Semua penjelasan yang telah dipaparkan sebelumnya
menyimpulkan bahwa pelaksanaan aspek-aspek, prinsip dan landasan
dasar QL dengan maksimal serta adanya hubungan yang harmonis antara
guru siswa dan lingkungan dapat mewujudkan suasana belajar yang
menyenangkan dan optimal sehingga siswa mampu mendapatkan semua
manfaat dari QL.
5. Hasil Penelitian yang Relevan
Penelitian tentang Quantum Learning cukup banyak dilakukan di
berbagai jenjang pendidikan dan berbagai bidang ilmu atau mata pelajaran.
Hamid dan Haetami (2008) melakukan penelitian dengan menggunakan
metode penelitian tindakan kelas pada siswa kelas XI IPA I SMAN 5 kendari
melalui model pembelajaran kuantum pada pokok bahasan larutan penyangga.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa penerapan pembelajaran kuantum (QL)
terhadap siswa kelas XI IPA I SMA Negeri 5 Kendari pada pokok bahasan
larutan penyangga dapat meningkatkan hasil belajar kimia dengan tingkat
ketuntasan mencapai 93,33% (siklus II) selain itu aktivitas belajar siswa dari
50,41 % pada siklus I menjadi 80,001 % pada siklus II. Keberhasilan ini juga
disebabkan karena model pembelajaran kuantum memberikan kesempatan
kepada siswa terlibat secara aktif selama kegiatan pembelajaran, dimana guru
hanya bertindak sebagai fasilitator yang mengarahkan jalannya kegiatan
belajar mengajar di kelas.
Sucipto (2009) menyatakan bahwa penggunaan QL terbukti
meningkatkan hasil belajar pada kompetensi mengoperasikan software
presentasi bagi siswa kelas XI Busana Butik SMK 1 Demak Tahun Pelajaran
2009/2010. Peningkatan hasil belajar ini tidak luput dari usaha Sucipto untuk
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
36
membuat media pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan siswa sehingga
pembelajaran dapat berlangsung secara efektif dan efisien. Media
pembelajaran yang dibuat tersebut dapat dioperasikan di berbagai media
elektronik lain sehingga lingkungan belajar siswa bertambah luas dan
meningkatkan motivasi siswa untuk belajar sehingga hasil belajar siswa dapat
ditingkatkan.
Penelitian tindakan kelas yang dilakukan oleh Sumaryati dan
Sukarmin (2010) menyatakan bahwa penggunaan metode kuantum
dikombinasikan dengan teknik kepala bemomor terstruktur dapat
meningkatkan keaktifan mahasiswa baik keaktifan fisik maupun keaktifan
mental melalui berbagai aktivitas yang dilakukan dalam proses pembelajaran
dan meningkatkan hasil belajar mahasiswa. Penelitian ini memang tidak
sepenuhnya melaksanakan aspek-aspek QL pada proses pembelajaran. Proses
pembelajaran menggunakan rancangan TANDUR yang menjadi ciri khas QL,
namun pada fase Alami dimasukan teknik kepala bemomor terstruktur untuk
mempermudah dalam pembagian kerja kelompok. Rancangan TANDUR
dalam QL memang dapat diimprofisasi oleh peneliti dengan memasukan
metode atau teknik yang dapat mempermudah pembelajaran.
Penelitian yang dilakukan oleh Setiawan, dkk. (2010) menyatakan
bahwa QL yang menekankan pada orkestrasi pada aktivitas belajar dan
mengajar guru dapat menambah partisipasi siswa dalam memproses suatu
informasi. Ketertarikan dan motivasi siswa dalam pembelajaran juga dapat
meningkat karena adanya apresiasi terhadap aturan yang ada di dalam kelas.
QL terbukti sukses diterapkan pada pembelajaran Bahasa dan Sastra
Indonesia.
Penelitian Dikrullah, Munir dan Nurdin (2010) menyatakan bahwa
terdapat peningkatan hasil belajar siswa pada mata pelajaran teknologi
informasi dan komunikasi (TIK) dalam pokok bahasan peralatan dan
perkembangan TIK dengan diterapkannya model pembelajaran QL.
Peningkatan hasil belajar siswa setelah mengikuti pembelajaran QL
meningkat secara signifikan. Peningkatan hasil belajar tersebut tidak lepas
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
37
dari kemampuan QL dalam mengakomodasi kompleksitas gaya belajar siswa.
QL yang diterapkan pada pembelajaran ini memenuhi enam dari sembilan
aspek dalam QL, namun dengan memenuhi 6 aspek saja sudah mampu
meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran teknologi informasi dan
komunikasi (TIK) secara signifikan.
Penelitian oleh Hidayat (2010) menyatakan bahwa pembelajaran
pada mata kuliah Nahwu I dengan QL terbukti efektif dalam meningkatkan
prestasi mahasiswa Program Studi Bahasa Arab UPI. Keberhasilan dalam
penelitian ini dikarenakan dosen berhasil menyusun suatu buku ajar yang
sesuai dengan karakteristik dan latar belakang mahasiswa sesuai dengan salah
satu aspek dalam QL yaitu mengetahui gaya belajar mahasiswa dan
menumbuhkan minat mahasiswa. Kegiatan pembelajaran menerapkan
rancangan pembelajaran TANDUR sehingga mahasiswa mendapat
pengalaman belajar yang berbeda dari pembelajaran sebelumnya membuat
motivasi siswa meningkat dan merasa tertantang untuk lebih giat lagi dalam
belajar.
Penelitian Kusno dan Purwanto (2011) menyatakan bahwa QL
efektif untuk mengajar matematika pada topik program linier dan prestasi
belajar siswa dengan pembelajaran QL lebih baik dari pada yang diajarkan
secara konvensional. Penerapan QL dalam penelitian ini membuat siswa lebih
tertarik untuk mendapatkan pengalaman belajar dan membangun konsep
pembelajaran dengan gayanya sendiri sehingga siswa lebih mengerti apa yang
mereka pelajari dan bagaimana cara menyelesaikan masalah yang mereka
temui selama pembelajaran.
Beberapa penelitian tersebut mengindikasikan bahwa QL dapat
meningkatkan motivasi, kualitas pembelajaran dan hasil belajar siswa dari
berbagai bidang ilmu atau mata pelajaran serta pada berbagai jenjang
pendidikan. Urutan penelitian yang relefan dari tahun 2008 sampai dengan
tahun 2011 dapat dilihat pada Tabel 2.4.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
38
Tabel 2.4. Daftar Urutan Penelitian yang Relefan.
Tahun Peneliti Judul Jenjang
Pendidikan Bidikan QL
2008 Hamid dan
Haetami
Meningkatkan Hasil
Belajar Kimia Siswa
Kelas XI IPA I SMAN 5
Kendari Melalui Model
Pembelajaran Kuantum
pada Pokok Bahasan
Larutan Penyangga.
SMA Hasil Belajar
Kimia
2009 Sucipto Penggunaan Quantum
Learning dan Media
Pembelajaran Interaktif
dalam Upaya
Meningkatkan Hasil
Belajar pada Kompetensi
Mengoperasikan
Software Presentasi Bagi
Siswa Kelas XI Busana
Butik SMK 1 Demak
Tahun Pelajaran
2009/2010
SMK Hasil Belajar
pada
Kompetensi
Mengoperasi-
kan Software
2010 Dikrullah,
Munir dan
Nurdin
Penerapan Model
Pembelajaran Quantum
Learning untuk
Meningkatkan Hasil
Belajar Siswa pada Mata
Pelajaran Teknologi
Informasi dan
komunikasi (TIK)
SMP Hasil Belajar
TIK
2010 Sumaryati
dan
Sukarmin
Implementasi Kolaborasi
Quantum Learning dan
Cooperative Learning
untuk Meningkatkan
Kualitas Pembelajaran
Mata Kuliah Strategi
Belajar-Mengajar
Perguruan
Tinggi
Kualitas
pembelajaran
mata kuliah
Strategi Belajar-
Mengajar
2010 Hidayat Keefektifan Pendekatan
Quantum Learning
dalam Peningkatan Nilai
Mata Kuliah Nahwu I
Perguruan
Tinggi
Nilai Mata
Kuliah Nahwu I
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
39
Lanjutan Tabel 2.4.
2010 Setiawan,
dkk.
The Development Model
of Synchronization of
Teaching-Learning
Indonesian Language
and Literature using
Quantum Learning
Approach
SMP Sinkronisasi
belajar dan
pengajaran
Bahasa
Indonesia
2011 Kusno dan
Purwanto
Effectiveness of
Quantum Learning for
Teaching Linear
Program
SMA Prestasi Belajar
Matematika
B. Kerangka Berpikir
Belajar merupakan suatu aktifitas yang berlangsung dalam setiap diri
manusia yang didalamnya terdapat interaksi dengan lingkungan dan menghasilkan
perubahan baik secara kualitatif maupun kuantitatif. Pembelajaran merupakan
interaksi antara peserta didik dalam hal ini siswa dengan pendidik atau guru dan
sumber belajar secara terencana dan terkendali untuk membuat siswa tersebut
belajar. Sains khususnya biologi, pada dasarnya mencari hubungan kausal antara
gejala-gejala alam yang diamati, tidak hanya secara teoritis namun juga
menyangkut pengetahuan prosedural berupa cara mendapat informasi dan cara
menyikapi permasalahan yang ada. Pembelajaran sains menuntut siswa untuk
tidak hanya mempelajari produk sebagai hasil akhir dari belajar sains, namun juga
mempelajari aspek proses, sikap, dan teknologi agar siswa dapat benar-benar
memahami sains secara menyeluruh. Pembelajaran yang menyeluruh diharapkan
dapat memberikan perubahan tingkahlaku sebagai bentuk hasil belajar.
Hasil belajar merupakan indikator keberhasilan siswa dalam proses
belajar yang telah ditempuh dalam periode waktu tertentu. Hasil belajar dalam
pendidikan nasional menggunakan klasifikasi hasil belajar Bloom yang secara
garis besar membaginya menjadi tiga ranah yaitu ranah afektif, kognitif dan
psikomotorik yang tidak dapat dipisahkan satu dengan yang lainnya. Kedudukan
hasil belajar dalam sains merupakan suatu produk sains yang berupa pemahaman
konsep, prinsip maupun suatu fakta ditunjukan melalui hasil belajar kognitif,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
40
selain itu hasil kerja atau penampilan siswa kaitanya dengan suatu proses
mendapatkan pengetahuan ditunjukan melalui hasil belajar psikomotorik dan
sikap siswa terhadap pembelajaran maupun sikap terhadap pengetahuan yang
diperoleh setelah melalui proses pembelajaran ditunjukan melalui hasil belajar
afektif.
Hasil belajar terutama pada mata pelajaran biologi dalam pencapaiannya
dipengaruhi oleh faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal siswa
khususnya faktor psikologi berupa karakter, kesiapan belajar, minat belajar dan
gaya belajar yang beragam dari tiap – tiap siswa menjadi salah satu masalah yang
umum terjadi dalam pembelajaran siswa. Faktor eksternal siswa khususnya faktor
lingkungan sekolah dapat mempengaruhi hasil belajar siswa. Pendekatan belajar
adalah jenis upaya belajar yang meliputi strategi dan metode yang digunakan
untuk melakukan kegiatan mempelajari materi-materi belajar di sekolah atau di
semua tempat belajar. Proses pembelajaran yang sering dijumpai di sekolah
umumnya lebih didominasi oleh guru dan beorientasi pada pencapaian kognitif
saja sehingga menjadikan siswa kurang interaktif, kurang mandiri dan kurang
kreatif yang berdampak pada kemampuan psikomotor dan afektif siswa rendah
serta menjadikan siswa berparadigma bahwa biologi merupakan mata pelajaran
yang menekankan pada hafalan.
Quantum Learning (QL) menawarkan pembelajaran yang menyenangkan
dengan memanfaatkan seluruh potensi dari dalam diri siswa serta menyuguhkan
pembelajaran yang mampu memanfaatkan lingkungan dengan maksimal, sehingga
masalah internal, eksternal dan masalah pendekatan belajar pada siswa dapat
dikurangi. QL mengkondisikan guru, siswa dan lingkungan untuk selalu
berinteraksi dengan harmonis seperti simponi dalam orkestra pembelajaran. QL
memuat sembilan aspek, satu prinsip, satu landasan dan serangkaian metode yang
dapat menumbuhkan minat belajar, membuat siswa lebih aktif, kreatif, dan
meningkatkan hasil belajar siswa serta memberikan keterampilan belajar maupun
keterampilan hidup. Berdasarkan pada uraian diatas, dilakukan penelitian tentang
penerapan QL yang diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar siswa.
Kerangka pemikiran dalam penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 2.4.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
41
Gambar 2.4. Kerangka Pemikiran
Pengaruh
Hasil belajar biologi siswa pada ranah kognitif, afektif, dan psikomotorik dapat
mengalami peningkatan menjadi lebih baik dan optimal
PENERAPAN QUANTUM LEARNING
Hasil belajar biologi yang dicapai siswa pada ranah kognitif, afektif, dan
psikomotorik kurang optimal.
Prosedur
Penerapan aspek-aspek QL pada rencana pelaksanaan pembelajaran dan pada
lingkungan belajar.
Penarapan landasan dasar dan prinsip-prinsip QL pada rencana pelaksanaan
pembelajaran.
Penerapan rancangan pembelajaran TANDUR.
Pelaksanaan pada pembelajaran
konvensional
Pembelajaran di kelas umumnya belum
mengaktifkan peran aktif siswa.
Pembelajaran masih berorientasi pada
pencapaian ranah kognitif. Pembelajaran kurang mampu
mengelola lingkungan kelas untuk
menumbuhkan suasana belajar yang
menyenangkan. Pembelajaran sulit mengakomodasi
karakter, minat dan gaya belajar siswa
yang beragam.
Keadaan siswa
Siswa mengganggap bahwa
biologi merupakan pelajaran
yang menekankan pada
hafalan.
Siswa kurang tertarik dengan
proses pembelajaran aktif.
Beberapa siswa kurang
tertarik pada pembelajaran
karena gaya belajarnya belum
mampu terakomodasi
sepenuhnya.
Faktor eksternal
Faktor yang mempengaruhi belajar
Belajar Pembelajaran
Faktor internal
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
42
C. Hipotesis Penelitian
Berdasarkan tinjauan pustaka dan hasil penelitian yang relevan maka
dalam penelitian ini dapat ditarik satu hipotesis penelitian yaitu penerapan
Quantum Learning berpengaruh terhadap hasil belajar biologi siswa kelas X SMA
Negeri 4 Surakarta tahun pelajaran 2011/2012.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
43
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
1. Tempat Penelitian
Penelitian telah dilaksanakan di SMA Negeri 4 Surakarta yang
beralamat di Jalan LU. Adisucipto No.1 Surakarta.
2. Waktu Penelitian
Penelitian telah dilaksanakan pada semester genap tahun pelajaran
2011/2012 dan dibagi menjadi tiga tahap, tahap pertama persiapan kemudian
tahap kedua pelaksanaan dan tahap pengolahan data dan penyusunan laporan.
Ketiga tahap tersebut disusun pada Gambar 3.1.
Tahap Kegiatan
penelitian
Bulan ke (dalam tahun 2011-2012)
08 09 10 11 12 01 02 03 04 05 06
Persiapan
1. Permohonan pembimbing
2. Survei sekolah
3. Konsultasi
judul
4. Konsultasi
draf proposal
5. Konsultasi instrument dan
seminar
proposal
Pelaksanaan
1. Ijin penelitian dan
melengkapi
instrument
2. Try out
instrumen
penelitian
3. Pelaksanaan penelitian dan
konsultasi bab
I, II, dan III
Pengolahan
data dan
penyusunan laporan
Pengolahan data
hasil penelitian
dan penyusunan laporan
Gambar 3.1. Waktu Penelitian
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
44
B. Rancangan Penelitian
Penelitian ini termasuk dalam eksperimen semu (Quasi exsperimental
research) dengan pendekatan kuantitatif. Metode ini digunakan karena banyak
dari subjek penelitian yang tidak dapat dikontrol atau dikendalikan (Darmadi,
2011). Tujuan penelitian eksperimen semu adalah mencari hubungan sebab-
akibat dengan memberi perlakuan-perlakuan tertentu pada dua kelompok
eksperimen.
Penelitian ini menggunakan desain penelitian Posttest Only Control
Design dimana dalam desain kelompok atau kelompok dipilih secara random (R)
sebanyak dua kelompok. Kelompok pertama sebagai kelompok kontrol
sedangkan kelompok kedua adalah kelompok eksperimen. Kemudian kelompok
eksperimen diberi treatment atau perlakuan baru berupa penerapan pendekatan
Quantum Learning dan untuk kelompok kontrol tidak diberikan treatment atau
tetap menggunakan pendekatan konvensional (pendekatan yang biasa diterapkan
di kelompok tersebut). Selanjutnya kedua kelompok tersebut diberi posttest
(Sugiyono, 2011). Data primer yang terkumpul kemudian diolah dan dianalisis
untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh penerapan QL terhadap hasil belajar
biologi siswa kelompok X SMA Negeri 4 Surakarta. Desain penelitian tersebut
dapat digambarkan pada Tabel 3.1.
Tabel 3.1. Rancangan Penelitian Posttest Only Control Design
Kelompok Treatment Posttest
Kontrol (R) X1 O1
Eksperimen (R) X2 O2
Keterangan
X1 :Perlakuan yang diberikan kepada kelompok kontrol dengan pendekatan
pembelajaran konvensional.
X2 :Perlakuan yang diberikan kepada kelompok eksperimen dengan pendekatan
pembeljaran Quantum Learning.
O2 : Tes akhir yang diberikan kepada kelompok kontrol.
O2 : Tes akhir yang diberikan kepada kelompok eksperimen.
(R) : Random assigment (pemilihan kelompok secara random atau acak)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
45
Keterkaitan antara variabel bebas yang berupa pendekatan pembelajaran
Quantum Learning dan pendekatan konvensional terhadap variabel terikat yang
berupa hasil belajar pada ranah kognitif, afektif dan psikomotorik tertuang dalam
paradigma penelitian. Skema paradigma penelitian bisa dilihat pada Gambar 3.2.
Keterangan :
X = Pendekatan pembelajaran
X1 = Pendekatan konvensional dengan metode ceramah bervariasi
X2 = Pendekatan Quantum Learning
Y = Hasil belajar biologi siswa
Y1 = Hasil belajar biologi siswa ranah kognitif
Y2 = Hasil belajar biologi siswa ranah afektif
Y3 = Hasil belajar biologi siswa ranah psikomotor
X1Y1 = Hasil belajar siswa pada pembelajaran dengan menggunakan
pendekatan pembelajaran konvensional dengan ceramah pada ranah
kognitif.
X1Y2 = Hasil belajar siswa pada pembelajaran dengan menggunakan
pendekatan pembelajaran konvensional pada ranah afektif.
X1Y3 = Hasil belajar siswa pada pembelajaran dengan menggunakan
pendekatan pembelajaran konvensional pada ranah psikomotor.
X2Y1 = Hasil belajar siswa pada pembelajaran dengan menggunakan
pendekatan Quantum Learning pada ranah kognitif.
X2Y2 = Hasil belajar siswa pada pembelajaran dengan menggunakan
pendekatan Quantum Learning pada ranah afektif.
X2Y3 = Hasil belajar siswa pada pembelajaran dengan menggunakan
pendekatan Quantum Learning pada ranah psikomotorik.
Gambar 3.2. Skema Paradigma Penelitian
Y3
Y3
Y
Y
X1
X2
X
Y2
Y1
Y2
Y1
X1Y1
X1Y2
X1Y3
X2Y1
X2Y2
X2Y3
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
46
C. Populasi dan Sampel
1. Populasi Penelitian
Populasi merupakan wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek
atau subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang
ditetapkan oleh peneliti dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono,
2011). Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelompok X SMA
Negeri 4 Surakarta tahun pelajaran 2011/2012. Populasi dikelompokan ke
dalam sebelas kelompok secara acak tanpa dasar apapun dengan jumlah siswa
tiap kelompok antara 30 sampai dengan 32 siswa.
2. Sampel Penelitian
Pengambilan sampel dilakukan karena keterbatasan peneliti dalam
penelitian yang tidak mampu memberi perlakuan terhadap seluruh populasi,
sehingga hanya mengambil sebagian dari populasi sebagai sampel yang dapat
mewakili seluruh populasi. Sugiyono (2011) menambahkan bahwa sampel
yang diambil dari populasi tersebut harus bersifat representatif agar penarikan
kesimpulan dapat diberlakukan untuk populasi. Sampel dalam penelitian ini
adalah dua kelompok atau kelas yang ada di kelas X SMA Negeri 4 Surakarta
yaitu X J sebagai kelompok kontrol yang didalamnya terdapat 32 siswa dan X
K sebagai kelompok eksperimen yang didalamnya terdapat 32 siswa.
D. Teknik Pengambilan Sampel
Teknik yang digunakan dalam penelitian ini adalah cluster random
sampling dimana sampel yang dipilih secara random bukan secara individual,
tetapi kelompok-kelompok yang anggotanya memiliki karakteristik sama
(Darmadi, 2011). Teknik tersebut memandang populasi sebagai kelompok-
kelompok sampel dimana kelompok tersebut terdapat di kelas X. Dua kelompok
dalam populasi diambil secara acak sebagai kelompok sampel dengan ketentuan
satu kelas sebagai kelompok kontrol dan satu kelas sebagai kelompok eksperimen,
sehingga dalam sampel ini unit analisisnya bukan individu tetapi kelas atau
kelompok yang terdiri atas sejumlah individu (Sudjana dan Ibrahim, 2010).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
47
Sebelum pengambilan sampel dilakukan, terlebih dahulu dilakukan
pengujian untuk mengetahui apakah sampel memiliki karakteristik yang sama
dalam rerata nilai hasil belajar baik pada ranah kognitif, afektif maupun
psikomotorik. Pengujian dilakukan dengan cara menguji data sekunder berupa
data dokumen nilai asli hasil belajar biologi semester ganjil siswa kelas X SMA
Negeri 4 Surakarta menggunakan anava yang didahului uji prasyarat berupa uji
normalitas dan uji homogenitas. Data sekunder yang digunakan berupa dokumen
hasil belajar yang diolah selama satu semester dengan nilai asli sebagai bahan
acuannya pada ketiga ranah hasil belajar
Uji normalitas dilakukan dengan uji Lilliefors (α = 0,050) dan
menggunakan bantuan program SPSS 16. H0 menyatakan bahwa sampel berasal
dari populasi yang berdistribusi normal dan H1 menyatakan bahwa sampel tidak
berasal dari populasi yang berdistribusi normal. Keputusan uji dinyatakan bahwa
Ho diterima jika Lliliefors lebih kecil dari Ltabel(α,n) (Budiono, 2009) dan Sig. lebih
besar dari 0,050 (Muhidin dan Abdurahman, 2009). Hasil pengolahan data
sekunder menunjukan bahwa tiap kelompok dalam populasi kelas X SMA Negeri
4 Surakarta memiliki nilai Lliliefors lebih kecil dari Ltabel(α,n) dan Sig. lebih besar dari
0,050 pada setiap kelompok sehingga menunjukan distribusi yang normal untuk
semua nilai hasil belajar biologi siswa baik pada ranah kognitif, afektif maupun
psikmotorik. Hasil tes normalitas untuk semua kelompok dalam populasi
selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 4 (halaman 316-317).
Data sekunder atau data dokumen hasil belajar siswa kemudian diuji
dengan uji Levene’s (α = 0,050) yang menggunakan bantuan program SPSS 16
untuk mengatahui apakah populasi bersifat homogen. H0 dinyatakan bahwa tiap
kelompok memiliki variansi yang sama (Homogen). H1 dinyatakan bahwa ada
kelompok yang tidak memiliki variansi yang sama. Keputusan uji dinyatakan jika
Flevene’s lebih kecil dari Ftabel(α,df1,df2) dan Sig. lebih besar dari 0,050 (Muhidin dan
Abdurahman, 2009) maka Ho diterima. Hasil uji homogenitas disajikan pada
Tabel 3.2 dan selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 4 (halaman 318).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
48
Tabel 3.2. Rangkuman Uji Homogenitas Dokumen Hasil Belajar
Ranah df1 df2 Levene’s
Statistic (F) F(0.05;10,335) Sig. Keterangan Keputusan
Kognitif 10 335 1,387 1,859 0,184 F< F (0,05;10,335) H0 diterima
Psikomotorik 10 335 1,388 1,859 0,184 F< F (0,05;10,335) H0 diterima
Afektif 10 335 1,400 1,859 0,179 F< F (0,05;10,335) H0 diterima
Hasil dari uji Levene’s menunjukan nilai Flevene’s lebih kecil dari
Ftabel(0,05;10,335) dan Sig. lebih besar dari 0,050 sehingga dapat diketahui bahwa
kelompok-kelompok dalam populasi memiliki varians yang tidak berbeda nyata
sehingga populasi bersifat homogen (Muhidin dan Abdurahman, 2009).
Uji anava bisa dilakukan karena data tiap kelompok dalam populasi
terbukti normal dan homogen. Uji anava dilakukan menggunakan bantuan
program SPSS 16 dengan H0 menyatakan bahwa tiap kelompok memiliki mean
yang tidak berbeda nyata dan H1 menyatakan bahwa ada minimal 1 kelompok
memiliki mean yang berbeda nyata (Hartono, 2010). Keputusan uji dinyatakan
jika Fanava lebih kecil dari Ftabel(α,df1,df2) (Budiono, 2009) dan Sig. lebih besar dari
0,050 (Hartono, 2010), maka Ho diterima Hasil uji anava dapat dilihat pada Tabel
3.3 dan selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 4 (halaman 318)
Tabel 3.3. Rangkuman Hasil Uji Anava Dokumen Hasil Belajar.
Ranah df1 df2 F F(0,05;10,335) Sig. Keterangan Keputusan
Kognitif 10 335 0,977 1,859 0,463 F< F (0,05;10,335) H0 diterima
Psikomotorik 10 335 1,158 1,859 0,318 F< F (0,05;10,335) H0 diterima
Afektif 10 335 1,078 1,859 0,379 F< F (0,05;10,335) H0 diterima
Pengolahan data pada Tabel 3.3 tersebut menunjukan bahwa nilai Fhitung
lebih kecil dari F (0,05;10,335) dan Sig lebih besar dari 0,050, sehingga H0 diterima
(Hartono, 2010). Hal ini menunjukan bahwa data tiap kelompok dalam populasi
memiliki mean (nilai rata-rata) yang tidak berbeda nyata sehingga kelompok/kelas
manapun yang diambil dapat digunakan sebagai sampel dalam penelitian kerena
memiliki kemampuan kognitif, afektif maupun psikomotorik yang seimbang.
Berdasar hasil tersebut maka penelitian ini mengambil 2 kelas sebagai sampel
secara acak dan didapatkan 2 kelas yaitu kelas XJ sebagai kelompok kontrol dan
kelas XK sebagai kelompok eksperimen.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
49
E. Pengumpulan Data
1. Variabel Penelitian
Variabel adalah sesuatu yang menjadi sumber objek pengamatan dan
sebagai faktor yang berperan dalam peristiwa yang diteliti. Dalam penelitian
ini terdapat dua variabel bebas dan satu variabel terikat, yaitu:
a. Variabel bebas merupakan variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi
sebab timbulnya variable terikat (Sugiono, 2011). Variabel bebas dalam
penelitian ini adalah pendekatan pembelajaran yaitu Quantum Learning dan
pendekatan pembelajaran konvensional dengan metode ceramah, diskusi
dan tanya jawab (metode yang biasa diterapkan di kelas X SMA Negeri 4
Surakarta tahun pelajaran 2011/2012).
b. Variabel terikat adalah variabel yang kehadirannya dipengaruhi oleh
variabel bebas (Sugiono, 2011). Variabel terikat dalam penelitian ini
adalah hasil belajar biologi siswa kelas X SMA Negeri 4 Surakarta tahun
pelajaran 2011/2012 yang meliputi ranah kognitif, ranah afektif, dan ranah
psikomotorik dengan data interval.
2. Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data pada yang digunakan dalam penelitian ini
sebagai berikut :
a. Metode tes
Metode tes merupakan prosedur sistematik dimana individual yang
di tes dihadapkan pada suatu set stimuli jawaban yang dapat ditunjukkan
dalam angka. Tes yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes
pencapaian (tes prestasi) yang digunakan untuk mengukur hasil belajar
pada ranah kognitif yaitu menyangkut penguasaan dan kemampuan para
peserta didik setelah melalui proses belajar mengajar dalam selang waktu
tertentu (Darmadi, 2011). Tes berupa tes objektif bentuk pilihan ganda
sebanyak 45 butir soal.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
50
b. Metode Nontes
1) Metode Dokumentasi
Metode dokumentasi dilakukan dengan mengumpukan data,
mengambil catatan-catatan dan menelaah dokumen yang ada yang
dimiliki kaitan dengan objek penelitian (Riduwan, 2004). Metode
dokumentasi pada penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan data
sekunder berupa dokumen hasil belajar siswa kelas X SMA Negeri 4
Surakarta tahun pelajaran 2011/2012 yang diolah selama satu semester
(semester ganjil) dengan nilai asli sebagai bahan acuannya yang
digunakan untuk mengetahui keseimbangan kemampuan awal siswa
berdasarkan nilai hasil belajar biologi yang meliputi ranah kognitif,
psikomotor, dan afektif pada populasi penelitian.
2) Metode pengamatan (observasi)
Observasi atau pengamatan sebagai alat penilaian yang
digunakan untuk mengukur tingkah laku individu dalam suatu proses
kegiatan. Observasi dapat mengukur atau menilai hasil dan proses
belajar, misalnya tingkah laku siswa pada waktu belajar, partisipasi
siswa dalam proses pembelajaran, penggunaan alat peraga pada waktu
mengajar serta keterlaksanaan rencana pelaksanaan pembelajaran
(Sudjana, 2010). Metode observasi dalam penelitian ini digunakan
untuk mengukur hasil belajar ranah psikomotorik serta keterlaksanaan
rancangan pembelajaran. Penilaian dilakukan oleh observer dan guru
dengan melakukan checklist (√) pada lembar observasi. Skala yang
digunakan pada lembar observasi adalah numerical rating scale
dengan skala 1 sampai dengan 5 (Sugiyono, 2011).
3) Metode Angket
Angket merupakan cara pengumpulan data dengan
menggunakan daftar isian atau daftar pertanyaan yang telah disiapkan
dan disusun sedemikian rupa sehingga calon responden hanya tinggal
mengisi atau menandainya dengan mudah dan cepat. Angket
digunakan untuk mengambil data hasil belajar siswa ditinjau dari ranah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
51
afektif dan respon siswa terhadap pendekatan Quantum Learning.
Angket disusun dalam bentuk checklist yaitu bentuk angket dimana
pengisi angket tinggal memberi tanda check (√) pada pilihan yang
telah disediakan. Skor penilaian angket menggunakan skala Likert
(Sudjana, 2010; Widoyoko, 2009) yang dapat dilihat pada Tabel 3.4.
Tabel 3.4. Skor Penilaian Berdasarkan Skala Likert
Skor untuk aspek yang dinilai Nilai
(+) (-)
Sangat Setuju
Setuju Netral
Tidak Setuju
Sangat Tidak Setuju
SS
S N
TS
STS
5
4 3
2
1
1
2 3
4
5
3. Teknik Penyusunan Instrumen
a. Penyusunan Instrumen Ranah Kognitif
Menurut Widoyoko (2008) pengukuran ranah kognitif dapat
dilakukan dengan menggunakan teknik tes. Beberapa langkah telah
dilakukan untuk menyusun instrument ranah kognitif. Langkah pertama
adalah pemilihan materi berdasarkan kurikulum sesuai dengan
Kompetensi Dasar. Langkah kedua adalah penyusunan indikator dan
tujuan pembelajaran ranah kognitif agar instrument menjadi lebih spesifik
dan terarah. Langkah ketiga adalah pembuatan alat ukur sesuai indikator
yang dilanjutkan dengan pembuatan kisi-kisi soal sesuai dengan indikator
yang diharapkan. Soal-soal yang disusun menyangkut soal-soal yang
mencakup lima dari enam tingkatan kemampuan kognitif yang menurut
Anderson dan Krathwohl (2010) yaitu C1 (mengingat), C2 (mengerti), C3
(mengaplikasikan), C4 (menganalisis), C5 (menilai), dan C6 (mencipta).
Tingkatan C6 (mencipta) tidak dapat terakomodasi melalui instrument
pilihan ganda sehingga instrument penelitian hanya mencakup C1 sampai
C5. Langkah selanjutnya adalah menyusun item soal ranah kognitif.
Instrument ini kemudian diuji kesahihan itemnya dengan uji validitas dan
reliabilitas. Langkah selanjutnya adalah melakukan uji coba tes. Hasil dari
uji coba tersebut kemudian dianalisis butir soalnya mencakup validitas dan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
52
reliabilitasnya. Jika item soal tes tidak valid maka butir soal yang tidak
valid di perbaiki melalui keputusan ahli, kemudian di lakukan tes ulang
(retest) untuk butir soal yang tidak valid. Item diuji lagi dengan uji tingkat
kesukaran item dan uji daya pembeda item soal. Instrumen yang telah
melalui semua tes tersebut kemudian siap digunakan sebagai postes.
b. Penyusunan Instrumen Ranah Afektif
Pengukuran ranah afektif menggunakan angket. Penilaian
dilakukan oleh siswa dengan memberikan checklist (√) pada angket.
Beberapa langkah telah dilakukan untuk menyusun instrument ranah
afektif. Langkah pertama adalah pemilihan Kompetensi Dasar yang
hendak diteliti. Langkah kedua adalah penyusunan indikator dan tujuan
pembelajaran ranah afektif agar instrument menjadi lebih spesifik dan
terarah. Langkah ketiga adalah pembuatan alat ukur sesuai indikator yang
dilanjutkan dengan pembuatan kisi-kisi soal sesuai dengan indikator yang
diharapkan. Angket dibuat menggunakan skala Likert dengan lima respon
yang menunjukkan tingkatan tertentu sebagai alat ukurnya (Arikunto,
2010). Item pernyataan yang disusun mencakup lima jenjang kemampuan
afektif menurut Sudjana (2010) yaitu receiving (penerimaan), responding
(menanggapi), valuing (menilai), organization (mengorganisasi), dan
characterization by a value (karakterisasi atau internalisasi suatu nilai).
Langkah selanjutnya adalah menyusun item pernyataan angket afektif.
Instrument ini kemudian diuji kesahihan itemnya dengan uji validitas dan
reliabilitas. Langkah selanjutnya adalah melakukan uji coba tes. Hasil
dari uji coba tersebut kemudian dianalisis masing-masing item pernyataan
mencakup validitas dan reliabilitasnya. Jika item pernyataan angket tidak
valid maka item pernyataan yang tidak valid di perbaiki melalui
peninjauan dan keputusan ahli, kemudian di lakukan tes ulang (retest)
untuk butir pernyataan yang tidak valid. Instrumen yang telah melalui
semua tes tersebut kemudian siap digunakan sebagai postes.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
53
c. Penyusunan Instrumen Ranah Psikomotorik.
Pengukuran ranah psikomotor menggunakan lembar observasi
dengan melakukan pengamatan langsung terhadap keterampilan dan
penampilan siswa selama berlangsungnya proses pembelajaran. Beberapa
langkah telah dilakukan untuk menyusun instrument ranah psikomotorik.
Langkah pertama adalah pemilihan materi berdasarkan kurikulum sesuai
dengan Kompetensi Dasar. Langkah kedua adalah penyusunan indikator
dan tujuan pembelajaran ranah psikomotorik agar instrument menjadi
lebih spesifik dan terarah. Langkah ketiga adalah pembuatan alat ukur
sesuai indikator yang dilanjutkan dengan pembuatan kisi-kisi soal sesuai
dengan indikator yang diharapkan. Lembar observasi menggunakan
numerical rating scale dengan skala 1 sampai dengan 5 (Sugiyono, 2011).
Item pernyataan yang disusun mencakup empat dari enam jenjang
kemampuan meliputi gerakan refleks, gerakan dasar, gerakan tanggap, dan
kemampuan fisik (Yulaelawati, 2004). Jenjang psikomotor berupa
gerakan terampil dan komunikasi tidak berwacana (Smith, 2009) tidak
ditunjukan pada indikator sehingga instrumen tidak memuat kedua jenjang
tersebut. Selanjutnya instrumen diuji kesahihan itemnya dengan uji
validitas dan reliabilitas oleh ahli/pakar. Instrumen yang telah melalui
semua tes tersebut kemudian siap digunakan sebagai penilaian hasil
belajar ranah psikomotorik.
F. Validasi Instrumen
Penilaian ranah kognitif menggunakan bentuk tes obyektif. Instrumen
penilaian ranah afektif yang digunakan berupa angket dan instrumen penilaian
ranah psikomotor berupa lembar observasi untuk mendapat data diri siswa.
Instrumen yang akan digunakan untuk mengambil data harus diuji cobakan
terlebih dahulu untuk mengetahui tingkat kualitas soal. Pengujian kelayakan
instrumen dilakukan dengan beberapa langkah sebagai berikut:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
54
1. Uji validitas
Validitas merupakan mutu penting dari setiap tes. Validitas
merupakan ketepatan dan kecermatan suatu instrumen dalam melakukan
fungsi ukurnya (Darmadi, 2011). Valid berarti instrumen tersebut dapat
digunakan untuk mengukur apa yang seharusnya diukur. Uji validitas yang
digunakan meliputi uji validitas isi dan validitas konstruk. Uji validitas
instrumen tes, lembar observasi dan angket dilakukan dengan cara
mencocokkan antara isi instrumen dengan indikator pembelajaran dan materi
pelajaran yang diajarkan (Sudjana, 2010). Hal tersebut dilakukan agar tes dan
angket yang digunakan dapat mengukur kemampuan siswa sesuai dengan
tujuan akhir pembelajaran, yaitu mampu mengukur hasil belajar siswa baik
pada ranah kognitif, afektif maupun psikomotorik. Uji validitas konstruk
instrumen dilakukan dengan menguji kesesuaian instrumen dengan aspek dari
variabel yang diukur. Instrumen yang telah disusun dikonsultasikan dengan
ahli (Sugiyono, 2011).
Setelah dilakukan pengujian validitas isi dan konstruk oleh ahli,
maka diteruskan dengan uji coba instrumen. Uji coba (try out) dilakukan pada
sampel dari populasi penelitian. Sugiono (2011) menyatakan bahwa jumlah
anggota sampel yang digunakan untuk uji coba instrumen setidaknya sekitar
30 orang. Uji coba instrumen dalam penelitian ini digunakan untuk mengukur
validitas instrumen yang berbentuk tes hasil belajar pada ranah kognitif dan
afektif, sedangkan pengujian validitas untuk ranah psikomotorik cukup sampai
validitas isi dan konstrak yang telah melalui peninjauan dengan ahli. Validitas
butir soal dan butir angket dihitung dengan menggunakan rumus koefisien
Product moment dari Karl Pearson menurut Arikunto (2010).
rXY =})(.}.{)(.{
)).((
2222 YYNXXN
YXXYN
Keterangan :
rXY : koefisien korelasi antara x dan y
N : cacah subyek yang dikenai tes (instrumen)
X : skor untuk butir ke-i
Y : skor total (dari subyek try out)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
55
Nilai rXY kemudian digunakan dalam perhitungan pada uji-t. Uji-t
digunakan karena responden yang digunakan dalam pengujian instrumen
merupakan sampel, sehingga diperlukan generalisasi ke dalam populasi agar
dapat dianggap mewakili seluruh karakteristik yang ada dalam populasi
(Muhidin dan Abdurahman, 2009). Uji-t dilakukan dengan rumus Riduwan
(2004) yaitu:
thitung =2
XY
XY
r1
2r N
Keterangan :
t : nilai t menurut perhitungan uji t
rXY : koefisien korelasi antara x dan y
N : cacah subyek yang dikenai tes (instrumen)
Langkah selanjutnya adalah melihat distribusi (Tabel t) untuk taraf
signifikansi (α) = 0,05 dan derajad kebebasannya (dk= N-2). Perbandingan
tersebut menghasilkan keputusan uji yaitu jika jika thitung < ttabel maka item soal
tidak valid, sedangkan jika thitung > ttabel maka item soal dapat dinyatakan
sebagai soal yang valid. Hasil try out pertama uji validitas tes kognitif dan
angket afektif secara lengkap disajikan pada Tabel 3.5 dan selengkapnya dapat
dilihat pada Lampiran 2 (halaman 557-576).
Tabel 3.5. Rangkuman Hasil Uji Validitas Try Out Pertama
Instrumen Penelitian Jumlah Item Keputusan Uji Validitas
Valid Invalid
Kognitif 45 19 26
Afektif 60 50 10
Berdasarkan Tabel 3.5 dapat diketahui bahwa hasil perhitungan uji
validitas soal kognitif menunjukkan bahwa dari 45 butir soal yang diberikan
terdapat 19 butir soal yang valid dan 26 butir soal invalid. Uji validitas angket
afektif menunjukkan bahwa dari 60 item pernyataan yang diberikan terdapat
50 item pernyataan yang valid dan 10 item pernyataan invalid. Butir soal atau
item pernyataan yang dinyatakan invalid kemudian dites ulang (retest) setelah
melalui peninjauan ulang dari ahli. Hasil dari tes ulang menunjukan bahwa 26
butir soal tes kognitif dan 10 item pernyataan angket afektif dinyatakan valid.
Hasil retest selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 2 (halaman 264-275).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
56
2. Uji Reliabilitas
Reliabel artinya dapat dipercaya. Suatu tes dikatakan mempunyai taraf
reliabilitas yang tinggi jika tes tersebut dapat memberikan hasil yang tetap
walaupun diteskan berulang-ulang (Arikunto, 2010). Riduwan (2004)
menyatakan bahwa reliabilitas instrumen tes yang memberikan jawaban yang
benar bernilai 1 dan jawaban salah bernilai 0 dapat diukur menggunakan
rumus Kuder Richardson (KR-20) sebagai berikut:
2
2
111 S
pqS
k
kr
Reliabilitas item angket dihitung dengan menggunakan rumus Alpha
(Riduwan, 2004), yaitu:
r11=
1n
n
2
2
1t
i
S
S
Keterangan:
r11 = Reliabilitas tes secara keseluruhan
k = Banyaknya butir soal tes
n = Banyaknya item pernyataan angket
S = Standar deviasi dari tes
p = Proporsi siswa yang menjawab item dengan benar
q = Proporsi siswa yang menjawab item dengan salah (1 – p)
∑pq = Jumlah hasil perkalian antara p dan q
∑ Si2 = Jumlah varians skor tiap-tiap item
St2 = Varians total
Jika harga r11 < rtabel, maka korelasi tidak signifikan sehingga butir soal
tes maupun item pernyataan pada angketdinyatakan dikatakan tidak reliabel,
dan sebaliknya jika r11 > rtabel maka butir soal tes maupun item pernyataan
pada angketdinyatakan reliabel. Indeks korelasi yang digunakan sebagai
acuan tingkat reliabilitas instrumen dapat dilihat pada Tabel 3.6.
Tabel 3.6. Skala Penilaian Reliabilitas Butir Soal atau Item.
No Skala r11 Keterangan
1
2
3 4
5
Antara 0,80 sampai dengan 1,00
Antara 0,60 sampai dengan 0,799
Antara 0,40 sampai dengan 0,599 Antara 0,20 sampai dengan 0,399
Antara 0,00 sampai dengan 0,199
Sangat Tinggi (ST)
Tinggi (T)
Cukup (C) Rendah (R)
Sangat Rendah (SR)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
57
Hasil try out uji reliabilitas soal tes kognitif dan angket afektif
disajikan pada Tabel 3.6 dan selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 2
(halaman 576).
Tabel 3.7. Rangkuman Hasil Try Out Uji Reliabilitas.
Instrumen
Penelitian
Jumlah Item Keputusan Uji
Reliabilitas
Kriteria
Reliabilitas
Kognitif 45 0.700 Tinggi
Afektif 60 0.930 Sangat Tinggi
Berdasarkan Tabel 3.8 menunjukkan bahwa hasil uji reliabilitas tes
kognitif menggunakan rumus Kuder-Richardson (K-R 20) diperoleh r11=0,700
yang berarti bahwa koefisien reliabilitas soal tes kognitif memiliki kriteria
tinggi. Hasil uji reliabilitas angket afektif berdasarkan tabel 3.8 yang
menggunakan rumus Alpha menunjukan r11=0,903 yang berarti bahwa
koefisien reliabilitas angket afektif memiliki kriteria sangat tinggi Berdasarkan
hasil uji reliabilitas dapat diketahui bahwa instrumen penelitian baik tes
kognitif maupun angket afektif bersifat reliabel atau memiliki ketetapan yang
tinggi untuk digunakan.
3. Analisis Butir Soal
a. Uji Taraf Kesukaran Soal
Arikunto (2010) menyatakan bahwa soal yang baik adalah soal
yang tidak terlalu mudah dan tidak terlalu sukar. Bilangan yang
menunjukkan sukar dan mudahnya suatu soal dinyatakan dalam Indeks
Kesukaran (P). Indeks Kesukaran diperoleh dengan rumus Arikunto
(2010) sebagai berikut:
sJ
B P
Keterangan :
P : Indeks Kesukaran
B : Jumlah jawaban yang benar yang diperoleh siswa dari suatu item
JS : Jumlah selurus siswa peserta tes
Indeks kesukaran diklasifikasikan oleh Arikunto (2010) menjadi
tiga tingkatan yang dapat dilihat pada Tabel 3.8.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
58
Tabel 3.8. Skala Penilaian Indeks Kesukaran Butir Soal atau Item
No Skala P Kategori Soal
1
2
3
Antara 0,10 sampai dengan 0,30
Antara 0,30 sampai dengan 0,70
Antara 0,70 sampai dengan 1,00
Sukar
Sedang
Mudah
Hasil try out uji taraf kesukaran tes kognitif disajikan pada Tabel
3.9 dan selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 2 (halaman ).
Tabel 3.9. Rangkuman Hasil Try Out Uji Taraf Kesukaran.
Tabel 3.9 menunjukkan bahwa hasil uji taraf kesukaran pada
hasil try out pertama diperoleh 19 butir soal yang valid dan mempunyai
indeks kesukaran yang mudah sebanyak 7 butir soal, sedang 5 butir soal,
dan sukar sebanyak 7 butir soal. Try out pertama ini berarti menyisakan
26 butir soal tidak valid dengan indeks kesukaran yang bervariasi. Butir
soal yang tidak valid tersebut selanjutnya diperbaiki serta ditinjau ulang
oleh ahli. Dua puluh enam butir soal yang tidak valid tersebut kemudian
diretest pada try out kedua dan menghasilkan butir soal 26 butir soal valid
dengan indeks kesukaran sebanyak 10 butir soal mudah, 8 butir soal
sedang, dan 8 butir soal sukar. Berdasar atas data tersebut maka
instrumen penelitian berupa tes kognitif secara umum memiliki 45 butir
soal dengan kriteria 17 butir soal mudah, 13 butir soal sedang, dan 15
butir soal sukar.
b. Daya Pembeda Soal
Soal yang baik memiliki kemampuan untuk membedakan antara
siswa yang pandai (berkemampuan tinggi) dengan siswa yang bodoh
(berkemampuan rendah). Perbedaan jawaban benar dari siswa yang
berkemampuan rendah dengan siswa berkemampuan tinggi disebut Indeks
Diskriminasi (D). D diperoleh dengan rumus (Arikunto, 2010) sebagai
berikut:
Jenis Tes Kognitif Jumlah Butir
Soal Valid Kriteria
Mudah Sedang Sukar
Hasil Try Out Pertama 19 7 5 7
Hasil Retes 26 10 8 8
Instrument Penilaian Tes Kognitif 45 17 13 15
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
59
D = B
B
A
A
J
B
J
B = PA - PB
Keterangan :
J : Jumlah peserta tes
JA : Jumlah peserta kelompok atas
JB : Jumlah peserta kelompok bawah
BA : Jumlah peserta kelompok atas yang menjawab benar
BB : Jumlah peserta kelompok bawah yang menjawab benar
Penilaian daya pembeda butir soal menurut Arikunto (2010) dapat
dilihat pada Tabel 3.10.
Tabel 3.10. Skala Penilaian Daya Pembeda Butir Soal.
No Nilai D Keterangan
1 2
3
4
5
Antara 0.00 sampai dengan 0.20 Antara 0.20 sampai dengan 0.40
Antara 0.40 sampai dengan 0.70
Antara 0.70 sampai dengan 1.00
Negatif
jelek (poor) cukup (satisfactory)
baik (good)
baik sekali (excellent)
sangat jelek dan butir soal dibuang
Hasil try out uji daya beda butir soal tes kognitif disajikan pada
Tabel 3.11 dan selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 2 (halaman ).
Tabel 3.11. Rangkuman Hasil Try out Uji Daya Beda.
Jenis Tes Kognitif Jumlah Butir
Soal Valid
Kriteria
Negatif Jelek Cukup Baik Baik
sekali
Hasil Try Out Pertama 19 0 0 15 4 0
Hasil Retes 26 0 0 20 6 0
Instrument Tes Kognitif 45 0 0 35 10 0
Try out pertama menghasilkan 19 butir soal valid dari 45 butir
soal yang disediakan, Tabel 3.11 menunjukkan bahwa hasil uji daya beda
pada 19 butir soal valid tersebut mempunyai indeks diskriminasi baik
sebanyak 4 butir soal dan indeks deskriminasi cukup sebanyak 15 butir
soal. Try out pertama ini berarti menyisakan 26 butir soal tidak valid
dengan indeks diskriminasi yang bervariasi. Butir soal yang tidak valid
tersebut selanjutnya diperbaiki serta ditinjau ulang oleh ahli. Dua puluh
enam butir soal yang tidak valid tersebut kemudian diretest pada try out
kedua dan menghasilkan butir soal dengan indeks deskriminasi baik
sebanyak 6 butir soal dan indeks deskriminasi cukup sebanyak 14 butir
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
60
soal. Berdasar pada data tersebut dapat diketahui bahwa instrument
penilaian hasil belajar kognitif memiliki 45 butir soal dengan indeks
deskriminasi baik sebanyak 10 butir soal dan indeks deskriminasi cukup
sebanyak 35 butir soal.
G. Teknik Analisis Data
1. Uji Prasyarat Analisis
Analisis hipotesis kuantitatif dapat menggunakan statistik parametris
ataupun statistik nonparametris (Sugiyono, 2011). Berdasarkan pernyataan
tersebut maka sebelum menguji hipotesis, harus dilakukan uji prasyarat untuk
menentukan statistik uji hipotesis akan yang digunakan. Uji prasyarat yang
dibutuhkan untuk hipotesis penelitian ini adalah uji normalitas dan uji
homogenitas.
a. Uji Normalitas
Uji Normalitas dilakukan untuk mengetahui mengetahui apakah
sampel yang digunakan dalam penelitian ini berasal dari populasi yang
terdistribusi normal atau tidak (Budiyono, 2009). Uji normalitas data
posttest atau hasil belajar pada ranah kognitif, psikomotorik dan afektif
untuk kelompok kontrol dan kelompok eksperimen dilakukan
menggunakan uji Lilliefors dengan α = 0,050 dan dibantu program SPSS
16. H0 dinyatakan bahwa data berdistribusi normal. H1 dinyatakan bahwa
data tidak berdistribusi normal. Jika nilai Lliliefors lebih kecil dari Ltabel(α,n)
dan nilai Sig. dari uji normalitas lebih besar dari α (Sig > α) maka H0
diterima sehingga dapat dikatakan bahwa data terdistribusi normal
(Budiono, 2009; Muhidin dan Abdurahman, 2009).
b. Uji Homogenitas
Uji Homogenitas dilakukan untuk mengetahui apakah ada
perbedaan variansi antar kelompok yang diuji (Budiyono, 2009).
Homogenitas data posttest atau hasil belajar pada ranah kognitif,
psikomotorik dan afektif menggunakan uji Levene’s dengan α = 0,050 dan
dibantu program SPSS 16. H0 dinyatakan bahwa tiap kelompok memiliki
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
61
variansi yang sama (Homogen). H1 dinyatakan bahwa tiap kelompok
tidak memiliki variansi yang sama. Keputusan untuk uji ini adalah jika
nilai Flevene’s lebih kecil dari Ftabel(α,df1,df2) dan Sig. dari uji homogenitas
lebih besar dari α (Sig.> α) maka H0 diterima sehingga dapat dikatakan
bahwa data homogen (Muhidin dan Abdurahman, 2009).
2. Uji Hipotesis
Uji hipotesis pada penelitian ini adalah uji generalisasi perbandingan
nilai rata-rata data kelompok eksperimen dan kelompok kontrol yang dipilih
secara acak (Sugiyono, 2011). Hipotesis nihil (Ho) dalam penelitian ini
menyebutkan bahwa tidak ada perbedaan antara penerapan pendekatan
Quantum Learning dengan pendekatan konvensional menggunakan metode
ceramah, diskusi dan tanya jawab terhadap hasil belajar biologi siswa kelas X
SMA Negeri 4 Surakarta tahun pelajaran 2011/2012, sedangkan H1
menyebutkan bahwa ada perbedaan antara penerapan pendekatan Quantum
Learning dengan pendekatan konvensional menggunakan metode ceramah,
diskusi dan tanya jawab terhadap hasil belajar biologi siswa kelas X SMA
Negeri 4 Surakarta tahun pelajaran 2011/2012.
Statistik uji hipotesis yang digunakan adalah uji-t dua sampel yang
independen pada tingkat signifikasi (α) sebesar 0,050 yang dibantu dengan
program SPSS16. Kriteria yang digunakan dalam pengambilan keputusan
hipotesis adalah H0 ditolak jika signifikasi probabilitas (Sig.) lebih kecil dari α
(0,050) dan thitung lebih besar dari t(α,df). Hal ini berlaku pula sebaliknya yaitu
jika signifikasi probabilitas (Sig.) lebih besar dari α (0,050) dan thitung lebih
kecil dari t(α,df), maka H0 diterima (Budiono, 2009; Hartono, 2010).
H. Prosedur Penelitian
Merujuk pada Suwarto dan Slamet (2007) tentang rancangan penelitian
Posttest Only Control Design, dapat disusun prosedur operasional penelitian,
yaitu perencanaan, perlakuan, dan analisis data. Secara terperinci prosedur
penelitian dapat dilihat pada Tabel 3.12.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
62
Tabel 3.12. Prosedur Penelitian
Tahap Langkah-langkah Prosedur operasional
Perencanaan Penyusunan proposal
Pembuatan RPP
Penyusunan instrument dan
validasinya
Dalam tahap ini dilakukan
penyusunan perangkat ajar yang
digunakan dalam tahap perlakuan. Tahap perencanaan meliputi
penyusunan proposal penelitian,
mempersiapkan perangkat pembelajaran berupa rencana
pelaksanaan pembelajaran dan
silabus yang mengimplementasikan
Quantum Learning, serta mempersiapkan instrumen berupa
perangkat pengumpulan data.
Perlakuan Penerapan Pendekatan Quantum Learning
posttest
Tahap perlakuan adalah tahap pemberian perlakuan terhadap subjek
penelitian sekaligus tahap dimana
peneliti mengambil data sebanya-banyaknya dari subjek penelitian.
Tahap ini meliputi pengadaan
kegiatan belajar mengajar (KBM) di
kelompok eksperimen (XK) dengan penerapan Quantum Learning dan
penerapan pendekatan konvensional
pada kelompok kontrol (XJ).
Pada saat pembelajaran berlangsung,
terdapat empat orang observer dalam
kelas, dua orang observer melakukan
observasi keterlaksanaan aspek dan langkah QL dan dua orang observer
lain mengamati hasil belajar
psikomotorik dengan menggunakan lembar observasi yang dilengkapi
rubrik penilaian. Setelah itu diadakan
posttes untuk mendapatkan nilai posttes yang digunakan dalam
analisis data.
Analisis Organisasi data
Analisis data
Kesimpulan dan pelaporan
Tahap analisis dilakukan setelah
mendapatkan data hasil penelitian maupun data pendukung hasil
penelitian. Analisis dilakukan
dengan menggunakan program SPSS 16. Tahap ini dilakukan sampai
dengan penyusunan laporan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
63
BAB IV
HASIL PENELITIAN
Penelitian dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui pengaruh Quantum
Learning terhadap hasil belajar biologi siswa kelompok X SMA Negeri 4
Surakarta tahun pelajaran 2011/2012. Quantum Learning diterapkan pada sampel
yang telah didapatkan melalui claster random sampling yaitu kelas X-K sebagai
kelompok eksperimen dan pendekatan konvensional dengan metode ceramah
yang disertai diskusi diterapkan pada kelompok kontrol, yaitu kelas X-J. Hasil
belajar dari kedua kelompok yang diperlakukan dengan pendekatan yang berbeda
tersebut kemudian dibandingkan sehingga diketahui ada atau tidaknya pengaruh
Quantum Learning terhadap hasil belajar biologi siswa.
Data penelitian berupa nilai postes siswa yang diambil setelah mengikuti
kegiatan pembelajaran. Dua nilai postes dari kelompok konrol dan kelompok
eksperimen dianalisis secara statistik menggunakan uji-t. Uji normalitas berupa
uji Lilliefors dan uji homogenitas yang berupa uji Levene’s diperlukan sebagai
prasyarat uji-t. Uji-t digunakan untuk mengetahui ada atau tidaknya perbedaan
yang signifikan antara nilai kelompok kontrol dengan nilai kelompok eksperimen
(Hartono, 2010). Perbandinga hasil t hitung terhadap t(α,df) serta nilai sig. dengan
nilai α menunjukkan ada atau tidaknya pengaruh Quantum Learning terhadap
hasil belajar biologi siswa baik pada ranah kognitif, afektif, maupun psikmotorik.
Pengambilan data hasil belajar menggunakan tes tertulis dalam bentuk
pilihan ganda untuk hasil belajar biologi pada ranah kognitif, angket digunakan
untuk pengambilan data hasil belajar biologi pada ranah afektif dan lembar
observasi untuk hasil belajar biologi pada ranah psikomotor. Data penelitian
diperoleh dari dua kelompok, yaitu kelompok kontrol dan eksperimen. Kelompok
kontrol dan eksperimen masing-masing terdiri dari 32 siswa. Hasil penelitian
berupa deskripsi data, pengujian hipotesis, dan pembahasan disampaikan sebagai
berikut:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
64
A. Deskripsi Data
1. Distribusi dan Deskripsi Hasil Belajar Biologi Ranah Kognitif
Data hasil belajar kognitif didapatkan dari test setelah pembelajaran
(posttest). Soal test terdiri dari 45 butir soal pilihan ganda mencakup tingkat
kesulitan C1 sampai dengan C5. Secara lengkap data hasil belajar kognitif
dapat dilihat pada Lampiran 3 (halaman 303) dan secara ringkas distribusi
serta deskripsi data nilai hasil belajar kognitif disajikan pada Tabel 4.1.
Tabel 4.1. Distribusi dan Deskripsi Data Nilai Hasil Belajar Kognitif Interfal Kelompok
Kontrol Frekuensi
Interfal Kelompok
Eksperimen Frekuensi
56,778 - 60,778 5 64,444 - 68,444 8 61,778 - 65,778 5 69,444 - 73,444 9
66,778 - 70,778 8 74,444 - 78,444 6
71,778 - 74,778 3 79,444 - 83,444 6
74,778 - 80,778 9 84,444 - 88,444 2 81,778 - 84,778 2 89,444 - 93,444 1
Jumlah 32 Jumlah 32
Mean 70,208 Mean 74,375 Median 71,111 Median 73,333
Variance 58,896 Variance 46,193
Std. Deviation 7,674 Std. Deviation 6,796
Minimum 57,778 Minimum 64,444 Maximum 84,444 Maximum 91,111
Range 26,67 Range 26,67
Tabel 4.1 menunjukan 21 siswa (65,62%) dari kelompok kontrol dan
17 siswa (53,12%) dari kelompok eksperimen nilainya kurang dari 75 (batas
tuntas nilai biologi SMA Negeri 4 Surakarta), artinya terdapat 11 siswa
(34,38%) kelompok kontrol dan 15 siswa (46,88%) kelompok eksperimen
telah mencapai ketuntasan. Berdasar pada hasil tersebut maka kelompok
eksperimen memiliki siswa dengan tingkat ketuntasan yang lebih banyak
dibandingkan kelompok kontrol. Tabel 4.1 menunjukan bahwa rata-rata nilai
kognitif siswa pada kelompok eksperimen lebih tinggi daripada kelompok
kontrol. Tabel 4.1. juga menunjukan bahwa variansi dan standar deviasi
kelompok eksperimen lebih rendah daripada kelompok kontrol, keadaan ini
menunjukan bahwa tingkat keragaman atau variabilitas nilai pada kelompok
eksperimen lebih kecil atau lebih homogen daripada kelompok kontrol
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
65
(Sudijono, 2006). Nilai maksimum dan minimum pada kelompok eksperimen
menunjukan hasil yang lebih tinggi dibandingkan kelompok kontrol. Median
atau nilai tengah pada kelompok eksperimen juga lebih tinggi dibandingkan
kelompok kontrol. Berdasar atas hasil tersebut maka secara umum dapat
dikatakan bahwa hasil belajar kognitif pada kelompok eksperimen secara
deskriptif lebih baik daripada kelompok kontrol.
2. Distribusi dan Deskripsi Hasil Belajar Biologi Ranah Afektif
Data hasil belajar afektif didapatkan dari pemberian angket setelah
pembelajaran. Angket terdiri dari 60 item pernyataan yang mencakup jenjang
A1 sampai dengan A5 dengan ketentuan skala Likert dengan lima respon.
Secara lengkap data hasil belajar afektif dapat dilihat pada Lampiran 3
(halaman 304) dan secara ringkas distribusi serta deskripsi data nilai hasil
belajar afektif disajikan pada Tabel 4.2.
Tabel 4.2. Distribusi dan Deskripsi Data Nilai Hasil Belajar Afektif
Interfal Kelas
Kelompok Kontrol
Frekuensi Interfal Kelas
Kelompok Eksperimen
Frekuensi
55,667 - 59,667 3 61,667 - 65,667 3
60,667 - 64,667 6 66,667 - 70,667 3
65,667 - 69,667 11 71,667 - 75,667 11 70,667 - 74,667 9 76,667 - 80,667 8
75,667 - 79,667 2 81,667 - 85,667 3
80,667 - 84,667 1 86,667 - 90,667 4
Jumlah 32 Jumlah 32
Mean 68,677 Mean 76,636
Median 68,1665 Median 76
Variance 33,909 Variance 49,307 Std. Deviation 5,82315 Std. Deviation 7,022
Minimum 57,67 Minimum 63,67
Maximum 84,33 Maximum 90,67 Range 26,67 Range 27,00
Tabel 4.2 menunjukan bahwa rata-rata nilai afektif (angket) siswa pada
kelompok eksperimen lebih tinggi daripada kelompok kontrol. Siswa
kelompok kontrol yang mampu mencapai batas tuntas hanya 3 orang siswa
(9,38%), sedangkan siswa kelompok eksperimen yang mampu mencapai batas
tuntas sebanyak 20 orang siswa (62,5%). Standar deviasi dan variansi pada
kelompok eksperimen lebih tinggi daripada kelompok kontrol, artinya tingkat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
66
keragaman pada kelompok eksperimen lebih besar atau data kurang homogen
(Sudijono, 2006). Meskipun keragaman nilai pada kelompok kontrol lebih
rendah daripada kelompok eksperimen, namun nilai maksimum dan minimum
pada kelompok eksperimen menunjukan hasil yang lebih tinggi dibandingkan
kelompok kontrol. Median atau nilai tengah pada kelompok eksperimen juga
lebih tinggi dibandingkan kelompok kontrol. Berdasar atas hasil tersebut
maka secara umum dapat dikatakan bahwa hasil belajar psikomotorik pada
kelompok eksperimen secara deskriptif lebih baik daripada kelompok kontrol.
3. Distribusi dan Deskripsi Hasil Belajar Biologi Ranah Psikomotorik.
Data hasil belajar psikomotorik didapatkan dari pengolahan nilai
penampilan siswa pada lembar observasi. Penilaian berdasarkan pada
ketercapaian 10 indikator yang telah ditetapkan dengan rentang skor 1-5 yang
mencakup jenjang P1 sampai dengan P4. Secara lengkap data hasil belajar
psikomotorik dapat dilihat pada Lampiran 3 (halaman 305) dan secara ringkas
distribusi serta deskripsi data nilai hasil belajar psikomotorik disajikan pada
Tabel 4.3.
Tabel 4.3. Distribusi dan Deskripsi Data Nilai Hasil Belajar Psikomotorik Interfal Kelas
Kelompok Kontrol Frekuensi
Interfal Kelas
Kelompok Eksperimen Frekuensi
54 - 56 1 83 - 85 1
57 - 59 1 86 - 88 10 60 - 62 13 89 - 91 5
63 - 65 6 92 - 94 8
66 - 68 9 95 - 97 3 69 - 71 2 98 - 100 5
Jumlah 32 Jumlah 32
Mean 63,50 Mean 91,313
Median 64,00 Median 91,00 Variance 11,613 Variance 18,222
Std. Deviation 3,408 Std. Deviation 4,269
Minimum 54,00 Minimum 84,00 Maximum 70,00 Maximum 98,00
Range 16,00 Range 14,00
Tabel 4.3 menunjukan bahwa semua siswa kelompok kontrol belum
mencapai ketuntasan, sedangkan semua siswa kelompok eksperimen telah
mencapai ketuntasan. Tabel 4.3 menunjukan bahwa rata-rata nilai psikomotor
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
67
siswa pada kelompok eksperimen lebih tinggi daripada kelompok kontrol.
Standar deviasi dan variansi pada kelompok eksperimen lebih tinggi daripada
kelompok kontrol, artinya tingkat keragaman pada kelompok eksperimen
lebih besar atau data kurang homogen (Sudijono, 2006). Meskipun
keragaman nilai pada kelompok kontrol lebih rendah daripada kelompok
eksperimen, namun nilai maksimum, nilai tengah, dan nilai minimum pada
kelompok eksperimen menunjukan hasil yang lebih tinggi dibandingkan
kelompok kontrol. Berdasar atas hasil tersebut maka secara umum dapat
dikatakan bahwa hasil belajar psikomotorik pada kelompok eksperimen secara
deskriptif lebih baik daripada kelompok kontrol.
Berdasarkan data pada Tabel 4.1, Tabel 4.2, dan Tabel 4.3 dapat dibuat
diagram batang yang menunjukan perbandingan nilai rata-rata hasil belajar
biologi kelompok kontrol dan kelompok eksperimen pada ranah kognitif,
psikomotorik dan afektif seperti pada Gambar 4.1.
Gambar 4.1. Perbandingan Hasil Belajar Biologi Kelompok Kontrol dan
Kelompok Eksperimen.
Gambar 4.1 menunjukan rata-rata nilai hasil belajar biologi siswa pada
kelompok eksperimen lebih tinggi daripada kelompok kontrol baik pada ranah
kognitif, afektif maupun psikomotorik. Keadaan tersebut menunjukan bahwa
penerapan Quantum Learning mampu meningkatkan hasil belajar siswa baik
pada ranah kognitif, afektif maupun psikomotorik.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
68
B. Pengujian Prasyarat Analisis
1. Hasil Uji Normalitas
Salah satu syarat uji-t adalah data berdistribusi normal. Data yang
berdistribusi normal atau tidak dapat diuji dengan uji normalitas. H0
dinyatakan bahwa berdistribusi normal. H1 dinyatakan bahwa data tidak
berdistribusi normal. Uji normalitas data hasil belajar pada ranah kognitif,
psikomotorik dan afektif untuk kelompok kontrol dan kelompok
eksperimen dilakukan menggunakan uji Lilliefors dengan α = 0,050 dan
dibantu program SPSS 16. Jika nilai Sig. dari uji normalitas lebih besar
dari α (Sig.>0,050) dan nilai Lliliefors lebih kecil dari Ltabel(α,n) maka H0
diterima, sehingga dapat dikatakan bahwa data terdistribusi normal
(Budiono, 2009; Muhidin dan Abdurahman, 2009). Rangkuman hasil uji
normalitas disajikan pada Tabel 4.4 dan selengkapnya dapat dilihat pada
Lampiran 4 (halaman 319).
Tabel 4.4. Rangkuman Hasil Uji Normalitas Hasil Belajar
Ranah
Hasil Belajar Kelompok
Kolmogorov-
Smirnova Ltabel
(0.05,32) Sig. Keputusan
L Lilliefors df Sig.
Kognitif Kontrol 0,132 32 0,166 0,157 >0,050 H0 diterima
Eksperimen 0,122 32 0,200 0,157 >0,050 H0 diterima
Psikomotorik Kontrol 0,142 32 0,098 0,157 >0,050 H0 diterima
Eksperimen 0,125 32 0,200 0,157 >0,050 H0 diterima
Afektif Kontrol 0,072 32 0,200 0,157 >0,050 H0 diterima
Eksperimen 0,110 32 0,200 0,157 >0,050 H0 diterima
a. Lilliefors Significance Correction
Hasil uji normalitas hasil belajar pada Tabel 4.4 menunjukan bahwa
nilai Sig. lebih besar dari 0,050 dan nilai Lliliefors lebih kecil dari Ltabel(α,n)
pada kelompok kontrol maupun kelompok eksperimen, sehingga H0
diterima dan dapat dinyatakan bahwa nilai hasil belajar baik pada ranah
pada ranah kognitif, psikomotorik maupun afektif berdistribusi normal.
2. Hasil Uji Homogenitas
Syarat lain dari uji-t adalah data yang digunakan adalah data yang
homogen. Homogen berarti bahwa data antar kelompok eksperimen dan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
69
kontrol mempunyai variansi yang sama atau homogen. Homogenitas data
hasil belajar pada ranah kognitif, psikomotorik dan afektif menggunakan
uji Levene’s dengan α = 0,050 dan dibantu program SPSS 16. H0
dinyatakan bahwa tiap kelompok memiliki variansi yang sama
(Homogen). H1 dinyatakan bahwa tiap kelompok tidak memiliki variansi
yang sama. Keputusan untuk uji ini adalah jika nilai Sig. dari uji
homogenitas lebih besar dari α (Sig.>α) dan nilai Flevene’s lebih kecil dari
Ftabel (α,df1,df2) maka H0 diterima, sehingga dapat dikatakan bahwa data
homogen (Hartono, 2010; Muhidin dan Abdurahman, 2009). Rangkuman
hasil uji homogenitas disajikan pada Tabel 4.5 dan selengkapnya dapat
dilihat pada Lampiran 4 (halaman 320).
Tabel 4.5. Rangkuman Hasil Uji Homogenitas Hasil Belajar
Pengolahan data pada Tabel 4.5 tersebut menunjukan bahwa nilai
Sig. lebih besar dari 0,050 dan nilai Flevene’s lebih kecil dari Ftabel(0,5;1,62),
sehingga H0 diterima. Hal ini menunjukan bahwa nilai hasil belajar pada
kelompok kontrol dan eksperimen memiliki variansi yang sama atau tidak
berbeda nyata baik pada ranah kognitif, psikomotorik maupun afektif,
sehingga nilai hasil belajar dapat dinyatakan bersifat homogen.
C. Pengujian Hipotesis
Uji hipotesis pada penelitian ini dilakukan dengan menggunakan uji-t.
Data hasil belajar biologi pada ranah kognitif, afektif dan psikomotorik pada
penelitian dinyatakan normal dan homogen, sehingga prasyarat uji-t telah
terpenuhi. Kriteria yang digunakan dalam pengambilan keputusan hipotesis
adalah H0 ditolak jika signifikasi probabilitas (Sig.) lebih kecil dari α (0,050) dan
thitung lebih besar dari t(α,df). Hal ini berlaku pula sebaliknya yaitu jika signifikasi
Ranah Levene’s
Statistic (F) df1 df2
Levene’s
Sig. F(0.05;1,62) Sig. Keputusan
Kognitif 1,410 1 62 0,240 3,996 >0,050 H0 diterima
Psikomotorik 2,781 1 62 0,100 3,996 >0,050 H0 diterima
Afektif 0,692 1 62 0,409 3,996 >0,050 H0 diterima
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
70
probabilitas (Sig.) lebih besar dari α (0,050) dan thitung lebih kecil dari t(α,df), maka
H0 diterima (Budiono, 2009; Hartono, 2010).
Hipotesis nihil (Ho) dalam penelitian ini menyebutkan bahwa tidak ada
perbedaan antara penerapan Quantum Learning (QL) dengan penerapan
pendekatan konvensional menggunakan metode ceramah, diskusi dan tanya jawab
terhadap hasil belajar biologi siswa kelas X SMA Negeri 4 Surakarta tahun
pelajaran 2011/2012, sedangkan H1 menyebutkan bahwa ada perbedaan antara
penerapan Quantum Learning dengan penerapan pendekatan konvensional
menggunakan metode ceramah, diskusi dan tanya jawab terhadap hasil belajar
biologi siswa kelas X SMA Negeri 4 Surakarta tahun pelajaran 2011/2012.
Perbedaan yang ditunjukan antara penerapan QL dengan penerapan
pendekatan konvensional menggunakan metode ceramah, diskusi dan tanya jawab
dianggap sebagai sebuah pengaruh terhadap hasil belajar siswa kelas X SMA
Negeri 4 Surakarta tahun pelajaran 2011/2012. Hasil belajar biologi tersebut
meliputi hasil belajar biologi pada ranah kognitif, afektif, dan psikomotorik.
1. Hasil Belajar Biologi Ranah Kognitif
Hipotesis untuk pengujian pengaruh penerapan QL terhadap hasil
belajar biologi siswa pada ranah kognitif dinyatakan dengan H0 yang
menunjukkan bahwa perolehan nilai kognitif rata-rata antara kelompok
kontrol dengan kelompok eksperimen tidak berbeda nyata dan H1 yang
menunjukkan bahwa perolehan rata-rata nilai kognitif antara kelompok
kontrol dengan kelompok eksperimen berbeda nyata. Rangkuman hasil uji
pengaruh tersebut disajikan pada Tabel 4.6 dan selengkapnya dapat dilihat
pada Lampiran 4 (halaman 320).
Tabel 4.6. Rangkuman Hasil Uji Pengaruh QL Terhadap Hasil Belajar Kognitif Hasil Belajar t df Sig t(0.025,62) Keterangan Keputusan Uji
Kognitif 2,299 62 0,025 1,999 thitung > t(α,df)
sig < 0,050
H0 ditolak
Tabel 4.6 menunjukkan bahwa nilai Sig. lebih kecil dari 0,050 dan
nilai thitung lebih besar dari t(α,df) sehingga H0 ditolak, hal ini berarti perolehan
rata-rata nilai kognitif antara kelompok kontrol dengan kelompok eksperimen
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
71
berbeda nyata. Rata-rata nilai kognitif siswa kelompok eksperimen lebih
tinggi daripada siswa kelompok kontrol. Berdasar pada perbedaan nilai rata-
rata tersebut dapat diketahui bahwa penerapan QL berpengaruh positif
terhadap hasil belajar biologi siswa kelas X SMA Negeri 4 Surakarta tahun
pelajaran 2011/2012 pada ranah kognitif.
2. Hasil Belajar Biologi Ranah Afektif
Hipotesis untuk pengujian pengaruh penerapan QL terhadap hasil
belajar biologi siswa pada ranah afektif dinyatakan dengan H0 yang
menunjukkan bahwa perolehan rata-rata nilai afektif antara kelompok kontrol
dengan kelompok eksperimen tidak berbeda nyata dan H1 yang menunjukkan
bahwa perolehan rata-rata nilai afektif antara kelompok kontrol dengan
kelompok eksperimen berbeda nyata. Rangkuman hasil uji pengaruh tersebut
disajikan pada Tabel 4.7 dan selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 4
(halaman 320).
Tabel 4.7. Rangkuman Hasil Uji Pengaruh QL Terhadap Hasil Belajar Afektif Hasil Belajar t df Sig t(0.025,62) Keterangan Keputusan Uji
Afektif 4,935 62 0,000 1,999 thitung > t(α,df)
sig < 0,050
H0 ditolak
Tabel 4.7 menunjukkan bahwa nilai Sig. lebih kecil dari 0,050 dan
nilai thitung lebih besar dari t(α,df) sehingga H0 ditolak, hal ini berarti perolehan
rata-rata nilai afektif antara kelompok kontrol dengan kelompok eksperimen
berbeda nyata. Rata-rata nilai afektif siswa kelompok eksperimen lebih tinggi
daripada siswa kelompok kontrol. Berdasar pada perbedaan nilai rata-rata
tersebut dapat diketahui bahwa penerapan QL berpengaruh positif terhadap
hasil belajar biologi siswa kelas X SMA Negeri 4 Surakarta tahun pelajaran
2011/2012 pada ranah afektif.
3. Hasil Belajar Biologi Ranah Psikomotorik
Hipotesis untuk pengujian pengaruh penerapan QL terhadap hasil
belajar biologi siswa pada ranah psikomotorik dinyatakan dengan H0 yang
menunjukkan bahwa perolehan rata-rata nilai psikomotorik antara kelompok
kontrol dengan kelompok eksperimen tidak berbeda nyata dan H1 yang
menunjukkan bahwa perolehan rata-rata nilai psikomotorik antara kelompok
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
72
kontrol dengan kelompok eksperimen berbeda nyata. Rangkuman hasil uji
pengaruh tersebut disajikan pada Tabel 4.8 dan selengkapnya dapat dilihat
pada Lampiran 4 (halaman 320).
Tabel 4.8. Rangkuman Hasil Uji Pengaruh QL Terhadap Hasil Belajar
Psikomotorik
Hasil Belajar t df Sig t(0.5,62) Keterangan Keputusan Uji
Psikomotorik 28,804 62 0,000 1,999 thitung > t(α,df) sig < 0,050
H0 ditolak
Tabel 4.8 menunjukkan bahwa nilai Sig. lebih kecil dari 0,050 dan
nilai thitung lebih besar dari t(α,df)sehingga H0 ditolak, hal ini berarti perolehan
rata-rata nilai psikomotorik antara kelompok kontrol dengan kelompok
eksperimen berbeda nyata. Rata-rata nilai psikomotorik siswa kelompok
eksperimen lebih tinggi daripada siswa kelompok kontrol. Berdasar pada
perbedaan nilai rata-rata tersebut dapat diketahui bahwa penerapan QL
berpengaruh positif terhadap hasil belajar biologi siswa kelas X SMA Negeri
4 Surakarta tahun pelajaran 2011/2012 pada ranah psikomotorik.
D. Pembahasan Hasil Analisis Data
Hasil analisis statistik menunjukkan bahwa penerapan Quantum Learning
(QL) berpengaruh positif terhadap hasil belajar biologi pada ranah kognitif,
psikomotor dan afektif. Pernyataan tersebut juga didukung secara diskriptif yaitu
dengan nilai rata-rata, nilai minimal, nilai maksimal dan nilai tengah hasil belajar
siswa di kelompok eksperimen yang menggunakan QL dalam pembelajaran lebih
tinggi dibandingkan dengan kelompok kontrol yang menggunakan metode
ceramah, diskusi dan tanya jawab.
Pengaruh positif sebagai dampak penerapan QL terhadap nilai hasil
belajar biologi siswa disebabkan karena kelompok eksperimen yang menerapkan
QL pada pokok bahasan Ekosistem memberikan beberapa aspek baru yang tidak
terdapat pada kelompok kontrol. Beberapa aspek tersebut terangkum dalam
sembilan aspek QL yang meliputi penciptaan minat, pengelolaan lingkungan
belajar, sikap positif terhadap kegagalan, membiasakan berpikir kreatif,
mengenali gaya belajar, membiasakan mencatat, membiasakan menulis,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
73
membiasakan membaca, dan melatih kekuatan ingatan. Kesembilan aspek QL
tersebut diimplementasikan dalam rancangan pembelajaran TANDUR sebagai
salah satu ciri khas penerapan QL dalam pembelajaran biologi.
Keterlaksanaan penerapan QL pada kelompok eksperimen dalam
pembelajaran dikontrol melalui lembar observasi. Hasilnya menunjukkan bahwa
aspek-aspek dan rancangan pembelajaran TANDUR dalam QL seluruhnya telah
terlaksana (selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 3, halaman 309-314). Hal
tersebut menunjukan bahwa guru melaksanakan pembelajaran sesuai dengan
prinsip, landasan, dan sembilan aspek QL yang telah dirancang sebelumnya.
Keterlaksanaan aktivitas siswa yang direncanakan juga turut mendukung kegiatan
pembelajaran, sehingga seluruh aspek dan rancangan pembelajaran pada QL
terlaksana dengan baik.
Aspek penciptaan minat merupakan aspek paling awal yang menentukan
keberhasilan pembelajaran biologi. Pembelajaran biologi masa kini menuntut
guru untuk membimbing siswa agar mampu menghubungkan apa yang mereka
pelajari di kelas dengan apa yang mereka lihat sehari-hari. Pembelajaran biologi
yang baik mampu menyajikan konsep-konsep yang dipelajari sebagai contoh yang
nyata tentang keadaan atau fenomena pada lingkungan sekitar (Chamany, et al.,
2008). Berdasar pada pernyataan tersebut maka siswa pada kelompok eksperimen
diarahkan untuk membangun konsep satuan mahluk hidup, tipe ekosistem,
interaksi mahluk hidup dan aliran energi dengan memberiakan pertanyaan-
pertanyaan singkat dari guru yang dibantu dengan tayangan PowerPoint yang
menyajikan contoh-contoh ekosistem, proses aliran energi, piramida ekologi dan
berbagai gambaran interaksi mahluk hidup dalam kehidupan nyata. Selain itu,
pembahasan sub pokok bahasan daur biogeokimia pada pertemuan ketiga diawali
dengan pemutaran video musikal siklus air agar siswa merasakan suasana yang
lain dari pertemuan sebelumnya sehingga minat belajar dapat ditumbuhkan secara
maksimal. Hasil angket respon siswa menyatakan bahwa 68,75% atau 22 orang
siswa menjawab sangat setuju dan 31,25% atau 10 orang siswa menjawab setuju
pada item yang menyatakan bahwa gambar-gambar dan video yang diberikan
guru untuk membuka pelajaran membuat saya tertarik mengikuti pembelajaran.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
74
Hal tersebut menunjukan bahwa dengan gambar-gambar dan video yang diberikan
pada kelompok eksperimen yang menerapkan QL mampu menumbuhkan minat
belajar kepada seluruh siswa. Hasil tersebut sejalan dengan penelitian Soebroto,
dkk. (2009) yang menyatakan bahwa pembelajaran dengan media visual di ruang
kelas berpengaruh positif terhadap minat dan hasil belajar siswa. Penciptaan
minat secara tidak langsung dapat menumbuhkan motivasi siswa untuk belajar
sehingga pembelajaran lebih mudah diterima dan informasi lebih cepat diserap
sehingga hasil belajar siswa dapat ditingkatkan (DePorter dan Hernacki, 2011).
Aspek kedua dalam QL adalah pengelolaan lingkungan belajar. Terdapat
beberapa hambatan dalam memenuhi aspek kedua ini. Pada pertemuan pertama,
kelas yang digunakan bukan kelas yang biasa digunakan oleh siswa sehingga
pengelolaan lingkungan menjadi kurang optimal, namun pengelolaan lingkungan
dapat dilakukan dengan cukup baik pada pertemuan kedua dan ketiga. Penelitian
menfokuskan untuk memperbaiki lingkungan mikro dalam hal ini lingkungan
kelas. Lingkungan kelas kelompok eksperimen dijaga kebersihannya dengan
bantuan petugas kebersihan dan siswa saat piket kelas. Kelompok eksperimen
yang menerapkan QL juga menempatkan sistem musik dengan instrumental suara
alam (natural sound) sebagai musik latar selama pembelajaran. Pemilihan musik
instrumental tersebut disesuaikan dengan materi ekosistem yang berkaitan erat
dengan suasana alam. Instrumental tersebut juga membuat suasana menjadi lebih
santai dan kondusif.
Pengelolaan lingkungan belajar khususnya penyajian musik terbukti
memberikan dampak positif pada siswa. Hal ini ditunjukan dengan 96,9% atau 31
orang siswa bersikap positif terhadap pernyataan iringan musik membuat
pembelajaran lebih santai. Berdasar pada keadaan tersebut dapat diketahui bahwa
siswa terkondisi lebih lebih santai atau lepas dari tekanan selama pembelajaran
sehingga siswa bisa lebih menikmati proses pembelajaran. Penggunaan instrumen
musik dalam pelaksanaan QL dapat pula meningkatkan kecerdasan bahasa
(linguistic), kecerdasan matematika, ketajaman rasa (kinestetik) dan intuisi baik
sebagai partikel bunyi maupun gelombang bunyi (Martopo, 2005).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
75
Aspek ketiga dalam QL adalah sikap positif terhadap kegagalan.
Implementasi aspek tersebut pada pembelajaran di kelompok eksperimen
dilakukan dengan menempatkan poster-poster motivasi yang mensugesti siswa
untuk bersikap positif terhadap kegagalan, selain itu motivasi juga diberikan oleh
guru secara langsung disetiap akhir pembelajaran agar siswa lebih bersemangat.
Pemberian motivasi oleh guru maupun melalui poster terbukti memberikan
semangat bagi siswa pada kelompok eksperimen. Hasil perhitungan angket
respon siswa menyatakan bahwa terdapat 90,6% siswa bersikap positif untuk
pernyataan poster-poster yang diberikan di kelas membuat lebih bersemangat.
Angket respon siswa juga menunjukan bahwa terdapat 93,76% siswa bersikap
positif pada item yang menyatakan bahwa kata-kata motivasi dari guru membuat
lebih bersemangat dalam belajar. Keadaan tersebut menggambarkan bahwa lebih
dari 90% siswa pada kelompok eksperimen merasa lebih bersemangat dalam
belajar karena adanya poster-poster motivatif dan usaha guru yang selalu
memberikan motivasi agar siswa bersikap positif untuk menyikapi kegagalan.
Nilsen (2009) menyatakan bahwa seorang siswa yang percaya bahwa dirinya
memiliki kemampuan untuk menyelesaikan tugas yang diberikan kepadanya akan
mengeluarkan potensi secara maksimal agar tugas tersebut sukses terselesaikan.
Pemberian motivasi juga dilakukan intensif saat pembelajaran yang
diimplementasikan pada fase Rayakan yang mengambil prinsip QL yaitu
menyadari bahwa sesuatu yang layak dipelajari layak pula dirayakan. Perayaan
dilakukan dengan memberikan tepuk tangan, hadiah bagi kelompok terbaik atau
acungan jempol bagi jawaban yang tepat. Pemberian motivasi dan penghargaan
kecil seperti ini dapat membangkitkan persepsi diri yang positif bagi siswa.
Sukirman (2011) menyatakan bahwa semakin intensif motivasi yang diberikan
oleh guru akan menyebabkan semakin tinggi pula motivasi belajar siswa,
sehingga hasil belajarnya juga dapat ditingkatkan. Pernyataan tersebut didukung
oleh Hamdu dan Agustina (2011) yang menyatakan bahwa terdapat pengaruh
posistif yang signifikan antara motivasi terhadap prestasi belajar siswa. Hal ini
berarti bahwa siswa yang memiliki motivasi baik dalam belajar, maka prestasi
belajarnya juga menjadi lebih baik.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
76
Aspek berfikir kreatif cukup memegang peranan penting dalam
peningkatan hasil belajar pada kelompok eksperimen yang menerapkan QL. QL
mengkondisikan guru dan siswa untuk aktif berkreasi dalam pembelajaran. Hasil
pengamatan kelompok eksperimen yang menerapkan QL, menunjukkan bahwa
siswa berpartisipasi aktif di dalam proses pembelajaran. Hal ini karena siswa
diberi banyak kesempatan untuk mengeksplorasi dirinya selama pembelajaran.
Tahap-tahap dalam QL pada pokok bahasan ekosistem menuntut siswa untuk aktif
membaca buku maupun literatur yang dimiliki, memahami pertanyaan yang
diberikan, mendiskusikan masalah dengan kelompoknya, mengembangkan
pengetahuan yang didapatkan, melakukan percobaan serta mempresentasikan
pengetahuan yang telah mereka peroleh di depan kelas, sehingga pembelajaran
pada kelompok eksperimen menjadi lebih interaktif dari pada kelompok kontrol.
Seorang guru yang kreatif harus mampu mempersiapkan presentasi yang
prima disertai kemampuan memberikan pertanyaan yang menarik perhatian siswa
serta komunikasi yang sugestif agar siswa lebih bersemangat dan mampu berfikir
kreatif (Hernowo, 2007). Kreatifitas guru pada kelompok eksperimen ditunjukan
dengan pembuatan media presentasi yang dilengkapi efek musik, pembuatan LKS
yang dipenuhi dengan gambar-gambar tentang tipe ekosistem, interaksi mahluk
hidup, aliran energi, piramida energi dan daur biogeokimia serta dengan
penggunaan bahasa tubuh yang sesuai untuk mengendalikan kelas. Kolaborasi
dari kreatifitas siswa dan guru inilah yang membentuk suatu simfoni dalam
pembelajaran sehingga kondisi pembelajaran pada kelompok eksperimen menjadi
lebih interaktif dibandingkan pembelajaran pada kelompok kontrol.
Aspek keempat adalah mengenali gaya belajar siswa. Penelitian ini
memang tidak menguji gaya belajar satu persatu, namun mengatur proses
pembelajaran agar mampu mengakomodasi gaya belajar secara maksimal karena
gaya belajar sangat berpengaruh terhadap hasil belajar (Tanta, 2010). Penerapan
QL pada kelompok eksperimen mengakomodasi siswa dengan gaya belajar visual
dengan tulisan dan tayangan PowerPoint yang tersusun dengan jelas serta
dilengkapi gambar-gambar yang menarik, LKS yang diberikan kepada siswa juga
disertai gambar berwarna untuk memberikan kesan dalam ingatan siswa. Siswa
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
77
dengan gaya belajar visual juga diakomodasi melalui pembuatan mind map
sebagai tugas rumah di akhir pertemuan. Siswa dengan gaya belajar auditori
diakomodasi dengan memberikan penjelasan menggunakan intonasi yang jelas
dan memainkan irama suara, selain itu guru juga memberikan penekanan irama
pada beberapa kalimat penting yang digunakan untuk mengingat konsep. Siswa
dengan gaya belajar auditori juga diakomodasi dengan penggunaan beberapa efek
suara untuk membantu memperkuat kesan pada siswa tersebut. Siswa kinestetik
diakomodasi dengan diskusi kelompok agar mereka bisa selalu berinteraksi
dengan teman-temannya. Siswa kinestetik juga diakomodasi dengan melakukan
percobaan tentang kompetisi mahluk hidup agar siswa tersebut mampu melakukan
suatu kerja nyata yang berhubungan dengan konsep yang dimilikinya. Hsu (2011)
menyatakan bahwa siswa yang telah terakomodasi gaya belajarnya umumnya
mampu mengolah informasi dengan lebih baik.
Keadaan dan suasana belajar yang berbeda ditunjukan pada kelompok
kontrol yang menerapkan ceramah, diskusi, dan tanya jawab. Pembelajaran pada
kelompok kontrol lebih didominasi oleh guru sebagai sentra informasi sehingga
siswa kurang aktif untuk mencari informasi dari sumber lain dalam pembelajaran.
Diskusi pada kelompok kontrol mengkondisikan siswa untuk mengerjakan LKS
secara kelompok dan mempresentasikan hasil diskusi tersebut. Masalah yang
dihadapi dalam pembelajaran adalah siswa sedikit kesulitan dalam diskusi karena
kurang diberikan gambar-gambar sebagai petunjuk menjawab LKS tersebut.
Masalah lain yang timbul adalah siswa enggan untuk mengkomunikasikan hasil
diskusi yang telah mereka peroleh. Siswa yang berani mengkomunikasikan
pendapatnya hampir sama pada setiap pertemuan. Keadaan tersebut menunjukan
bahwa pembelajaran pada kelompok kontrol kurang memberikan kemudahan
kepada siswa untuk mempelajari pokok bahasan ekosistem. Pembelajaran pada
kelompok kontrol juga kurang maksimal dalam menumbuhkan keberanian siswa
untuk mengkomunikasikan hasil diskusinya.
Keadaan lain yang ditunjukan oleh pembelajaran pada kelompok kontrol
adalah kurangnya penciptaan minat dan motivasi siswa. Pembelajaran dimulai
dengan memberikan pertanyaan singkat seperti yang dilakukan pada kelompok
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
78
eksperimen namun tanpa dilengkapi ilustrasi gambar. Pembelajaran juga jarang
memberikan motivasi kepada siswa untuk bersikap positif terhadap kegagalan.
Keadaan tersebut membuat siswa merasa kurang menyukai proses pembelajaran
yang dilakukan di kelompok kontrol pada materi ekosistem. Pernyataan tersebut
didukung oleh 16 orang siswa bersikap negatif terhadap pernyataan menyukai
proses pembelajaran yang dilakukan guru pada materi ekosistem, sehingga dapat
diketahui bahwa 50% siswa tidak menyukai proses pembelajaran pada kelompok
kontrol yang menerapkan metode ceramah, diskusi, dan tanya jawab. Kertamuda,
(2008) menyatakan bahwa pembelajaran yang tidak disukai dan tidak
menyenangkan membuat siswa merasa stress dan kurang menikmati pembelajaran
yang diikuti, hal ini menyebabkan hasil belajar yang didapatkan juga mengalami
penurunan.
QL dengan keempat aspek berupa penciptaan minat, pengelolaan
lingkungan belajar, sikap positif terhadap kegagalan, membiasakan berpikir
kreatif dan mengenali gaya belajar mampu mengkondisikan belajar menjadi lebih
santai, penuh dengan penghargaan dan motivasi dan mengerti karakter siswa,
sehingga pembelajaran lebih menyenangkan daripada pembelajaran pada
kelompok kontrol dengan metode ceramah, diskusi dan tanya jawab. Hasil angket
respon siswa menunjukan bahwa seluruh siswa merasa senang pada pembelajaran
yang menerapkan QL. Pembelajaran yang menyenangkan membuat siswa lebih
mudah menerima informasi, sehingga QL secara umum berpengaruh terhadap
hasil belajar. Selanjutnya, akan dibahas pengaruh penerapan QL terhadap hasil
belajar biologi siswa pada ranah kognitif, afektif, dan psikomotorik.
1. Hasil Belajar Biologi Ranah Kognitif
Hasil belajar kognitif merupakan tingkat pemahaman atau penguasaan
siswa terhadap konsep yang telah dipelajari (Sudjana, 2010). Pemahaman
tersebut tercermin pada hasil tes kognitif yang berisi 45 butir soal pilihan
ganda yang dilaksanakan setelah pembelajaran berlangsung. Hasil uji
hipotesis menyatakan bahwa penerapan QL berpengaruh positif untuk
meningkatkan hasil belajar biologi siswa pada ranah kognitif. Nilai rata-rata
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
79
tes kognitif siswa kelompok eksperimen yang menerapkan QL dalam
pembelajaran lebih tinggi dari pada siswa kelompok kontrol yang menerapkan
pendekatan konvensional dengan metode ceramah, diskusi dan tanya jawab.
Hasil tersebut salah satunya dikarenakan QL yang diterapkan di kelompok
eksperimen pada materi ekosistem mampu membuat siswa lebih santai, penuh
penghargaan dan motivasi, sehingga informasi lebih mudah dipahami. QL
juga memiliki aspek membiasakan mencatat dan melatih kekuatan ingatan
serta mengakomodasi gaya belajar yang mendukung penguasaan kognitif bagi
siswa.
Aspek melatih kekuatan ingatan diimplementasikan pada pembelajaran
dengan cara memberikan trik mengingat agar siswa lebih mudah dalam
belajar. Hasil perhitungan angket respon siswa menyatakan bahwa 96,88%
siswa merasa lebih mudah untuk mempelajari pokok bahasan ekosistem
setelah mendapatkan trik mengingat. Pemberian trik mengingat dalam
pembelajaran bukan hanya dengan menuliskan kata-kata yang penting pada
papan tulis atau pada tayangan PowerPoint, namun dilakukan dengan
memberikan penekanan pada kata kunci atau hal-hal penting dalam
pembelajaran disertai dengan bahasa tubuh atau pengubahan intonasi bicara
agar menimbulkan kesan berupa asosiasi indrawi pada diri siswa sehingga
informasi benar-benar mampu diingat oleh siswa. DePorter dan Hernacki
(2011) menyatakan bahwa pada ummnya informasi yang paling mudah diingat
adalah informasi yang didalamnya mengandung asosiasi inderawi terutama
visual, memiliki konteks emosinal, dan adanya asosiasi yang intens, sehingga
lebih memberi makna bagi siswa.
Siswa juga dilatih untuk membuat kata kunci selama proses diskusi
pada fase Namai. Aktivitas tersebut dilakukan untuk membiasakan siswa
menemukan kata kunci yang mengingatkan mereka pada materi yang mereka
pelajari. Langkah lain yang digunakan dalam melatih kekuatan ingatan adalah
pengulangan materi dengan memberikan pertanyaan-pertanyaan pada saat fase
Ulangi. Pengulangan materi perlu dilakukan sebagai evaluasi singkat
sejauhmana siswa mendapat pengetahuan, selain itu Kusno dan Purwanto
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
80
(2011) menyatakan bahwa pengulangan mampu memperkuat koneksi saraf
dan memperkuat retensi, sehingga daya ingat siswa menjadi lebih baik.
Pertanyaan-pertanyaan sebagai pengulangan materi dikemas dalam bentuk
games yang dilengkapi dengan musik sehingga seluruh siswa merasa tidak
bosan sampai akhir pembelajaran.
Aspek membiasakan mencatat dilakukan dengan membebaskan gaya
mencatat siswa dan memberikan metode mencatat baru bagi siswa yaitu mind
map. Mind map mendorong siswa untuk terbiasa membaca sekilas secara
keseluruhan kemudian mencari hal-hal yang penting dengan menuliskan kata
kunci dari teks yang dibaca kemudian melengkapinya dengan gambar atau
simbol untuk memudahkan pemahaman pada pokok bahasan yang dipelajari
(Imaduddin, 2012). Penyusunan mind map untuk pokok bahasan ekosistem
dilakukan di luar jam pelajaran agar siswa lebih bebas dalam
mengimajinasikan konsep yang mereka miliki dan merealisasikannya kedalam
mind map sesuai dengan gaya mereka sendiri.
Mind map yang digunakan dalam pembelajaran memberikan dampak
positif bagi siswa untuk mempelajari pokok bahasan ekosistem. Hasil angket
respon siswa menunjukan bahwa 96,91% siswa merasa lebih cepat memahami
konsep pada pokok bahasan ekosistem dengan membuat mind map. Hal
tersebut disebabkan mind map membantu mendeterminasi atau menyusun
pengetahuan siswa serta mengingat kembali (recalling) pengetahuan awal
yang telah dimiliki dan mengaitkannya dengan konsep baru yang didapatkan
pada pembelajaran (Evrekli, et al., 2009). Kecepatan mengingat kembali
(recalling) dapat dilakukan karena mind map menggunakan kemampuan otak
yang cenderung mengenal visual untuk mendapat hasil yang sebesar-besarnya
(Buzan, 2005). Kombinasi warna dan garis lengkung pada mind map lebih
merangsang otak untuk menyerap informasi dan menstimulasi kreativitas
siswa (Keles, 2012). Kecepatan pemahaman konsep sebagai produk dari mind
map pada kelompok eksperimen mampu meningkatkan hasil belajar biologi
siswa pada ranah kognitif, keadaan tersebut sejalan dengan penelitian Indriani
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
81
(2008) yang menyatakan bahwa mind mapping dapat meningkatkan hasil
belajar siswa.
QL juga melatih siswa berfikir kritis untuk membahas hasil percobaan
kompetisi antar mahluk hidup yang telah dilakukan, selain itu siswa juga
dibiasakan untuk menuliskan ide mereka dalam bentuk artikel. Diskusi dalam
fase Alami dan Namai, serta presentasi dalam fase Demonstrasikan pada QL
meningkatkan kemampuan komunikasi siswa, sehingga siswa tidak hanya
mencatat namun juga berbagi pengetahuan dengan siswa lain. Tanner (2009)
menyatakan siswa yang hanya mencatat hanya akan mendapat sedikit dampak
belajar berupa kemampuan kognitif dari pada siswa yang berbicara untuk
menunjukan apa yang ditulisnya. Siswandi (2006) menambahkan kemampuan
berkomunikasi dapat meningkatkan kemampuan berpikir, bernalar, dan
kemampuan memperluas wawasan kemampuan untuk menanggapi persoalan
di sekitar siswa.
Pembelajaran yang dilakukan pada kelompok kontrol masih
menggunakan metode mencatat tradisional sehingga kemampuan otak yang
cenderung mengenal visual kurang terakomodasi. Pembelajaran pada
kelompok kontrol juga kurang memberikan pengulangan materi kepada siswa
sehingga informasi dan pemahaman yang didapatkan siswa kurang maksimal.
Keadaan tersebut membuat hasil belajar kognitif pada kelompok kontrol
kurang mampu dicapai secara maksimal.
Berdasarkan pembahasan hasil belajar pada ranah kognitif yang telah
dilakukan, maka dapat diketahui dengan jelas bahwa QL memberikan
pengaruh positif terhadap hasil belajar biologi pada ranah kognitif.
2. Hasil Belajar Biologi Ranah Afektif
Ranah afektif berkenaan dengan sikap dan nilai. Tipe hasil belajar
ranah afektif tampak pada siswa dengan berbagai tingkah laku seperti
perhatiannya terhadap pelajaran, disiplin, motivasi belajar, menghargai guru
dan teman, kebiasaan belajar serta hubungan sosial (Sudjana, 2010). Penelitian
ini menggunakan angket yang berisi 60 item pernyataan sebagi instrument
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
82
untuk mengevaluasi hasil belajar biologi pada ranah afektif. Berdasarkan uji
hipotesis dinyatakan bahwa nilai rata-rata hasil belajar biologi siswa pada
ranah afektif pada kelompok eksperimen yang menerapkan QL lebih baik dari
pada kelompok kontrol yang menerapkan pendekatan konvensional dengan
metode ceramah, diskusi dan tanya jawab. Hasil yang ditunjukan tersebut
tidak lepas dari ciri khas masing-masing pendekatan yang tercermin pada
keadaan kelas.
Hasil tersebut salah satunya dikarenakan QL menyajikan pembelajaran
yang penuh dengan motivasi dan penghargaan dari awal sampai akhir
pembelajaran sehingga suasana belajar lebih motivatif dan menyenangkan.
Pembelajaran pada kelompok eksperimen tersebut juga mengimplementasikan
landasan dasar QL yaitu bawalah dunia mereka ke dunia kita dan antarkan
dunia kita ke dunia mereka. Landasan tersebut mengharuskan guru untuk
membangun hubungan baik dengan siswa sehingga guru mendapatkan ijin
untuk melakukan pembelajaran bersama siswa (DePorter, et al., 2002).
Angket afektif siswa menyatakan bahwa seluruh siswa menyenangi cara
mengajar guru pada kelompok eksperimen yang menerapkan QL. Siswa yang
sudah mau menerima cara mengajar guru akan lebih mudah untuk dibimbing
pengertian siswa lebih luas dan penguasaan siswa lebih mendalam sebagai
suatu hasil belajar (A’la, 2011). Siswa yang menyukai cara mengajar guru
menjadi lebih menghargai proses pembelajaran sehingga karakter menghargai
dan patuh dapat ditumbuhkan dengan optimal.
Kondisi yang ada pada kelompok kontrol berbeda dengan kondisi yang
ada pada kelompok eksperimen. Hasil perhitungan angket afektif siswa pada
kelompok kontrol menyatakan bahwa 53,13% atau 17 orang siswa tidak
menyukai cara mengajar guru pada kelompok kontrol. Keadaan tersebut
menjadikan pembelajaran pada kelas kontrol kurang menyenangkan bagi
siswa, sehingga karakter siswa untuk menghargai pembelajaran belum mampu
dikembangkan dengan maksimal. Pembelajaran yang kurang menyenangkan
membuat siswa cenderung lebih pasif, jenuh dan masa bodoh (Santoso, 2006).
Kejenuhan siswa pada kelas kontrol ditunjukan dengan hasil perhitungan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
83
angket afektif yang menyatakan bahwa 53,13% atau 17 orang siswa sering
merasa mengantuk saat proses pembelajaran berlangsung dan 56,25% atau 18
orang siswa merasa tidak bersemangat saat pembelajaran. Keadaan tersebut
mengurangi kualitas pembelajaran dan menyebabkan siswa kurang optimal
dalam mengikuti jalannya proses pembelajaran. Kondisi tersebut
mengakibatkan karakter menghargai dan menyenangi pembelajaran sulit
dikembangkan karena siswa kurang tertarik pada pembelajaran.
QL membuat siswa terfokus pada aktivitas belajar yang bervariasi
sehingga siswa tidak cepat bosan sehingga tidak membicarakan hal yang
kurang bermanfaat atau berbuat gaduh selama pembelajaran. Hasil
perhitungan angket afektif menyatakan bahwa terdapat 71% siswa pada
kelompok eksperimen dan 21,88% siswa pada kelompok kontrol yang
menyatakan menyatakan bahwa mereka tidak suka berbicara dengan teman
tentang hal lain di luar materi ekosistem saat diskusi. Hal tersebut
menunjukan bahwa penerapan QL pada kelompok eksperimen lebih mampu
mengembangkan karakter patuh pada siswa bila dibandingkan dengan
pembelajaran pada kelompok kontrol.
Peningkatan karakter dan keterampilan sosial siswa dapat pula
diperoleh melalui proses diskusi, presentasi, penyelesaian tugas maupun
penyelesaian tes kognitif yang dilakukan selama proses pembelajaran.
Diskusi, penyelesaian tugas dan presentasi mampu meningkatkan rasa
tanggungjawab siswa, keberanian, sikap bekerja sama dan menghargai
pendapat orang lain serta kemampuan berkomunikasi.
Hasil perhitungan angket afektif siswa menunjukan bahwa pada
kelompok eksperimen terdapat 68,75% atau 22 orang siswa yang marasa
senang mempresentasikan hasil diskusi, sedangkan di kelompok kontrol
terdapat 37,5% atau 12 orang siswa yang marasa senang mempresentasikan
hasil diskusi. Hal tersebut menunjukan bahwa pada kelompok eksperimen
yang menerapkan QL lebih mampu menumbuhkan keberanian dan
keterampilan berkomunikasi siswa dari pada kelompok kontrol.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
84
Karakter tanggung jawab siswa dapat dilihat melalui respon terhadap
tugas pembuatan artikel dengan tema suksesi baik pada kelompok kontrol
maupun eksperimen. Angket afektif menunjukan bahwa terdapat 19 orang
siswa dari kelompok eksperimen dan 18 orang siswa dari kelompok kontrol
yang menyatakan bahwa mereka dengan senang hati selalu mengerjakan tugas
yang diberika oleh guru. Hal tersebut menunjukkan siswa pada kelompok
kontrol maupun eksperimen memiliki rasa tanggungjawab yang tidak begitu
berbeda. Keadaan ini salah satunya dikarenakan antara siswa kelompok
eksperimen dan kontrol memiliki paradigma yang sama dalam menyikapi
tugas sebagai suatu kewajiban yang harus diselesaikan.
Kegiatan diskusi kelompok terbukti mampu meningkatkan sikap
bekerja sama, menghargai orang lain dan rasa terbuka dengan orang lain. Hal
tersebut didasarkan pada hasil perhitungan angket afektif yang menyatakan
bahwa semua siswa baik dari kelompok eksperimen dan kelompok kontrol
yang menyatakan senang memecahkan masalah melalui diskusi. Hasil
perhitungan angket afektif juga menunjukan bahwa 96,88% atau 31 orang
siswa dari kelompok eksperimen dan 93,75% atau 30 orang siswa kelompok
kontrol mau menerima pendapat dan saran dari siswa lain. Tes kognitif dan
tugas yang diberikan guru kepada siswa dapat digunakan untuk melihat
pencapaian karakterisasi nilai kejujuran pada siswa. Hasil angket juga
menunjukkan 78,13% atau 25 orang siswa dari kelompok eksperimen dan
71,9% atau 23 orang siswa dari kelompok kontrol tidak senang melirik
jawaban siswa lain ketika ujian. Pernyataan tersebut menunjukkan bahwa
rata-rata siswa pada kelompok kontrol maupun eksperimen telah memiliki
karakter jujur dalam menjawab soal ujian, karakter menghargai, dan mau
bekerja sama dengan siswa lain.
Seluruh pembahasan pada ranah afektif tersebut menunjukan bahwa
siswa baik dari kelompok kontrol maupun eksperimen telah memiliki karakter
yang bertanggung jawab, berani, terbuka dan jujur. Siswa juga menunjukan
karakter sosial berupa kemauan untuk bekerjasama, menghargai orang lain
dan berkomunikasi. QL dengan seluruh aspeknya mengkondisikan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
85
pembelajaran pada kelompok eksperimen menjadi lebih menyenangkan, aktif
penuh dengan penghargaan, motivatif, dan tidak membosankan sehingga
mampu menumbuhkan karakter menghargai, patuh, dan berani serta
kemampuan berkomunikasi yang lebih baik dari pada pembelajaran dengan
metode ceramah, diskusi dan tanya jawab yang diterapkan pada kelompok
kontrol. Hal tersebut dengan jelas menunjukkan bahwa QL memberikan
pengaruh positif terhadap hasil belajar biologi ranah afektif.
3. Hasil Belajar Biologi Ranah Psikomotorik
Ranah psikomotorik adalah ranah hasil belajar yang berkaitan dengan
keterampilan (skill) dan kemampuan bertindak individu dari mulai gerakan
reflek sampai gerak tubuh (Reeves, 2006; Cartono dan Utari, 2006).
Ketercapaian hasil belajar biologi pada ranah psikomotor berupa keterampilan
dan kemampuan bertindak siswa mulai dari tingkatan dasar hingga kompleks.
Penilaian hasil belajar ranah psikomotorik diperoleh melalui lembar observasi.
Hasil uji hipotesis menyatakan bahwa penerapan QL berpengaruh positif
untuk meningkatkan hasil belajar biologi pada ranah psikomotorik. Nilai rata-
rata hasil belajar biologi pada ranah psikomotorik siswa kelompok eksperimen
yang menerapkan QL dalam pembelajaran menunjukan hasil yang lebih tinggi
dibandingkan dengan kelompok kontrol yang menerapkan metode ceramah,
diskusi dan tanya jawab.
Pada kelompok eksperimen didapatkan rerata hasil belajar
psikomotorik sebesar 91,31 sedangkan pada kelompok kontrol didapatkan
rerata hasil belajar psikomotorik sebesar 63,50. Hal tersebut salah satunya
dikarenakan pada kelompok kontrol tidak banyak dilakukan percobaan dan
guru hanya mengembangkan keterampilan pada ranah psikomotorik melalui
aktivitas diskusi dan tanya jawab, sehingga siswa tidak mendapat pengalaman
belajar secara langsung dan mengakibatkan keterampilan siswa dalam
memilah alat dan bahan yang digunakan pada kegiatan percobaan dan
keterampilan membentuk rangkaian alat dan bahan percobaan tidak dapat
dikembangkan secara optimal. Sebaliknya pada kelompok eksperimen
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
86
memberikan aktivitas belajar berupa percobaan sederhana pada sub pokok
bahasan interaksi antar mahluk hidup sehingga keterampilan siswa dalam
memilah alat dan bahan yang digunakan pada kegiatan percobaan dan
keterampilan membentuk rangkaian alat dan bahan percobaan dapat
dikembangkan dengan maksimal.
Kelompok eksperimen yang menerapkan QL menunjukan hasil skor
total yang lebih tinggi dari pada kelompok kontrol ditinjau dari keterampilan
mengamati media pembelajaran. Kelompok eksperimen mendapatkan skor
total 160 poin (rerata skor 5), sedangkan kelompok kontrol mendapatkan skor
total 128 poin (rerata skor 4). Keadaan tersebut disebabkan karena QL pada
pokok bahasan ekosistem yang diterapkan pada kelompok eksperimen
menyediakan media belajar yang mampu mengasosiasikan beberapa indera
saat pembelajaran sehingga lebih menarik dan mudah diamati oleh siswa.
Indikator lain yang membuat hasil belajar pada kelompok eksperimen
yang menerapkan QL lebih baik dari kelompok kontrol yang menerapkan
metode ceramah, diskusi dan tanya jawab adalah pada pencapaian indikator
keterampilan mempresentasikan hasil diskusi kelompok. Keterampilan
tersebut dinilai melalui tampilan siswa saat presentasi di depan kelompok.
Siswa harus dilatih berbicara di depan kelompok untuk meningkatkan
pengalaman belajar dan untuk mengetahui keterampilan berkomunikasi siswa
(Tanner, 2009). Hasil belajar biologi pada ranah psikomotorik khususnya
pada indikator keterampilan mempresentasikan hasil diskusi pada kelompok
eksperimen menunjukan skor total sebesar 124 poin, sedangkan skor total
pada kelompok kontrol sebesar 72 poin. Hasil tersebut menunjukan bahwa
siswa kelompok eksperimen yang menerapkan QL memiliki keterampilan
mempresentasikan hasil diskusi yang lebih tinggi dibanding dekan kelompok
kontrol yang menerapkan metode diskusi, ceramah dan tanya jawab.
Berdasar pada semua pembahasan hasil belajar pada ranah
psikomotorik yang telah dilakukan, maka dapat diketahui dengan jelas bahwa
QL memberikan pengaruh positif terhadap hasil belajar biologi pada ranah
psikomotorik.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
87
BAB V
SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN
A. Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian tentang pengaruh penerapan Quantum
Learning terhadap hasil belajar biologi siswa kelas X SMA Negeri 4 Surakarta
dapat disimpulkan bahwa penerapan Quantum Learning berpengaruh nyata
terhadap hasil belajar biologi siswa kelas X SMA Negeri 4 Surakarta baik pada
ranah kognitif, afektif maupun psikomotorik.
B. Implikasi
1. Implikasi Teoretis
Hasil penelitian secara teoretis dapat digunakan sebagai bahan kajian
dan referensi pada penelitian sejenis mengenai Quantum Learning dan hasil
belajar biologi baik pada ranah kognitif, afektif maupun psikomotorik.
2. Implikasi Praktis
Hasil penelitian dapat digunakan sebagai pertimbangan guru dalam
melaksanakan proses pembelajaran biologi yaitu dengan menerapkan
Quantum Learning sebagai pendekatan pembelajaran yang menyenangkan,
penuh dengan motivasi dan penghargaan serta menumbuhkan peran aktif
siswa dalam pembelajaran sehingga mampu mengoptimalkan hasil belajar
ranah kognitif, afektif dan psikomotor.
C. Saran
1. Guru
a. Guru mata pelajaran biologi hendaknya mampu menciptakan suatu
pembelajaran yang menyenangkan, penuh dengan motivasi dan
penghargaan serta menumbuhkan peran aktif siswa dalam pembelajaran
agar hasil belajar dapat ditingkatkan secara optimal.
b. Guru mata pelajaran biologi perlu meningkatkan pengelolaan lingkungan
kelas agar siswa lebih nyaman dan menyenangi pembelajaran.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
88
c. Guru mata pelajaran biologi hendaknya lebih mengerti karakter dari
setiap siswa agar pembelajaran lebih dapat diterima siswa sehingga dapat
meningkatkan partisipasi aktif dan hasil belajar biologi siswa.
d. Guru mata pelajaran biologi dapat menerapkan Quantum Learning untuk
meningkatkan hasil belajar biologi siswa pada ranah kognitif, afektif, dan
psikomotorik.
2. Peneliti
Penelitian ini sangat terbatas pada kemampuan peneliti, maka perlu
diadakan penelitian yang lebih lanjut mengenai penerapan Quantum Learning
dan hasil belajar biologi yang lebih luas serta mendalam.