pengaruh pendidikan kesehatan tentang...

67
PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TENTANG PERTOLONGAN PERTAMA ASPIRASI BENDA ASING PADA ANAK TODDLER TERHADAP PENGETAHUAN IBU DI KELURAHAN DONOHUDAN KABUPATEN BOYOLALI SKRIPSI “Untuk Memenuhi Persyaratan Mencapai Sarjana Keperawatan” Oleh : Nandung Latifa Abidin NIM. S11027 PROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATAN STIKES KUSUMA HUSADA SURAKARTA 2015

Upload: vodung

Post on 29-Mar-2019

217 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TENTANG …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/26/01-gdl-nandunglat... · Lampiran 8 : Surat Izin Penelitian Lampiran 9 : Surat Jawaban Izin

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TENTANG PERTOLONGAN

PERTAMA ASPIRASI BENDA ASING PADA ANAK TODDLER

TERHADAP PENGETAHUAN IBU DI KELURAHAN

DONOHUDAN KABUPATEN BOYOLALI

SKRIPSI

“Untuk Memenuhi Persyaratan Mencapai Sarjana Keperawatan”

Oleh :

Nandung Latifa Abidin

NIM. S11027

PROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATAN

STIKES KUSUMA HUSADA

SURAKARTA

2015

Page 2: PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TENTANG …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/26/01-gdl-nandunglat... · Lampiran 8 : Surat Izin Penelitian Lampiran 9 : Surat Jawaban Izin

ii

Page 3: PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TENTANG …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/26/01-gdl-nandunglat... · Lampiran 8 : Surat Izin Penelitian Lampiran 9 : Surat Jawaban Izin

iii

SURAT PERNYATAAN

Yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama : Nandung Latifa Abidin

NIM : S.11027

Dengan ini saya menyatakan bahwa :

1. Skripsi ini adalah asli dan belum pernah diajukan untuk mendapatkan gelar

akademik (sarjana), baik di STIKes Kusuma Husada Surakarta maupun di

perguruan tinggi lain.

2. Skripsi ini adalah murni gagasan, rumusan, dan penelitian saya sendiri, tanpa

bantuan pihak lain, kecuali arahan Tim Pembimbing dan masukan Tim

Penguji.

3. Dalam skripsi ini tidak terdapat karya atau pendapat yang telah ditulis atau

dipublikasikan orang lain, kecuali secara tertulis dengan jelas dicantumkan

sebagai acuan dalam naskah dengan disebutkan nama pengarang dan

dicantumkan dalam daftar pustaka.

4. Pernyataan ini saya buat sesungguhnya dan apabila di kemudian hari terdapat

penyimpangan dan ketidakbenaran dalam pernyataan ini, maka saya bersedia

menerima sanksi akademik berupa pencabutan gelar yang telah diperoleh

karena karya ini, serta sanksi lainnya sesuai dengan norma yang berlaku di

perguruan tinggi ini.

Surakarta, 27 Juli 2015

Yang membuat pernyataan,

(Nandung Latifa Abidin)

S.11027

Page 4: PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TENTANG …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/26/01-gdl-nandunglat... · Lampiran 8 : Surat Izin Penelitian Lampiran 9 : Surat Jawaban Izin

iv

KATA PENGANTAR

Penulis mengucapkan syukur Alhamdulillah kehadirat Allah SWT, atas

segala rahmat, karunia, hidayah serta petunjuk yang telah dilimpahkan-Nya.

Sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “PENGARUH

PENDIDIKAN KESEHATAN TENTANG PERTOLONGAN PERTAMA

ASPIRASI BENDA ASING PADA ANAK TODDLER TERHADAP

PENGETAHUAN IBU DI KELURAHAN DONOHUDAN KABUPATEN

BOYOLALI” sebagai salah satu persyaratan untukmemperoleh gelar kesarjanaan

ini dengan lancar.

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan dan penulisan skripsi ini,

masih banyak kekurangan dan jauh dari sempurna, oleh karena itu penulis

mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun guna untuk

memperbaiki dan menyempurnakan penulisan skripsi selanjutnya. Ucapan rasa

terima kasih yang tidak terhingga kepada semua pihak yang telah membantu

penulis dalam penyelesaian penyusunan skripsi ini, sehingga dalam kesempatan

ini penulis ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Ibu Dra. Agnes Sri Harti, Msi. selaku ketua STIKes Kusuma Husada

Surakarta.

2. Ibu Wahyu Rima Agustin, S.Kep., Ns., M.Kep selaku Kepala Program Studi

S1 Keperawatan STIKes Kusuma Husada Surakarta.

3. Ibu bc. Yeti Nurhayati, M.Kes selaku Pembimbing Utama yang telah

memberikan banyak masukan dan bimbingan serta arahan dalam penyusunan

skripsi ini.

4. Ibu Happy Indri Hapsari, S.kep., Ns., M.Kep selaku Pembimbing

Pendamping yang telah memberikan banyak masukan, bimbingan serta

arahan dalam penyusunan skripsi ini.

5. Seluruh staf pengajar dan akademik Prodi S-1 Keperawatan STIKes Kusuma

Husada Surakarta yang telah membantu penulis.

Page 5: PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TENTANG …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/26/01-gdl-nandunglat... · Lampiran 8 : Surat Izin Penelitian Lampiran 9 : Surat Jawaban Izin

v

6. Ibu Sumantinah Selaku Kepala Desa Donohudan yang telah memberikan ijin

untuk melakukan penelitian di Posyandu Kelurahan Donohudan Kabupaten

Boyolali.

7. Ibu Ika Wulandari, Amd.Keb Selaku Kepala Pusat Kesehatan Desa (PKD)

Donohudan yang telah memberikan ijin untuk melakukan penelitian di

Posyandu Kelurahan Donohudan Kabupaten Boyolali.

8. Orang Tua tercinta Bapak Parno Budi Wardoyo dan Ibu Ida Suryani, yang

selalu mendoakan, memberikan motivasi dan pengorbanannya baik dari segi

moril, materi kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan

penyusunan skripsi ini.

9. Teman Perjuangan Ida Ayu Putri Utami yang memberikan dukungan moril

dan motivasi sehingga membuat saya semangat dalam menyelesaikan

penyusunan skripsi ini.

10. Sahabat Syahrul, Ahmat Mujiono, Dwi Pras, Greg, Didik, Andreas, Tridi,

Destri, Ayu Wulan, dan Sri Ayu yang telah banyak memberikan bantuan,

dorongan dan semangat.

11. Teman-teman S-1 Keperawatan STIKes Kusuma Husada Surakarta Angkatan

2011 yang telah berjuang bersama menyelesaikan penyusunan skripsi.

12. Responden yang berpartisipasi dalam penelitian ini.

13. Semua pihak, yang tanpa mengurangi rasa terima kasih tidak dapat

disebutkansatu per satu

Penulis menyadari bahwa skripsi ini tidak terlepas dari kekurangan dan

kesalahan, untuk itu penulis mengharapkan kritik, saran dan masukan dari

berbagai pihak. Semoga penelitian ini dapat memberikan manfaat.

Surakarta, 27 Juli 2015

Penulis

Page 6: PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TENTANG …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/26/01-gdl-nandunglat... · Lampiran 8 : Surat Izin Penelitian Lampiran 9 : Surat Jawaban Izin

vi

DAFTAR ISI

SAMPUL DALAM i

HALAMAN PERSETUJUAN ii

SURAT PERNYATAAN iii

KATA PENGANTAR iv

DAFTAR ISI vi

DAFTAR TABEL ix

DAFTAR GAMBAR x

DAFTAR LAMPIRAN xi

ABSTRAK xii

ABSTRACT xii

BAB I Pendahuluan

1.1. Latar Belakang 1

1.2. Rumusan Masalah 5

1.3. Tujuan 6

1.4. Manfaat 7

BAB II Tinjauan Pustaka

2.1. Konsep Teori 7

2.1.1. Anak Usia Todler 7

2.1.2. Pengetahuan 11

2.1.3. Pendidikan Kesehatan 17

2.1.4. Aspirasi Benda Asing 33

2.1.5. Pertolongan Pertama 38

Page 7: PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TENTANG …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/26/01-gdl-nandunglat... · Lampiran 8 : Surat Izin Penelitian Lampiran 9 : Surat Jawaban Izin

vii

2.2. Kerangka Teori 46

2.3. Kerangka Konsep 47

2.4. Hipotesis 47

2.5. Keaslian Penelitian 48

BAB III Metodologi Penelitian

3.1. Jenis dan Rancangan Penelitian 49

3.2. Populasi dan Sampel 50

3.3. Tempat dan Waktu Penelitian 52

3.4. Variabel, Definisi Operasional, dan Skala Pengukuran 53

3.5. Alat Penelitian dan Cara Pengumpula Data 54

3.6. Teknik Pengolahan dan Analisa Data 59

3.7. Etika Penelitian 61

BAB IV Hasil Penelitian

4.1. Hasil Analisis Univariat 63

4.2. Hasil Analisis Bivariat 66

BAB V Pembahasan

5.1. Karakteristik Usia Responden di Posyandu Kelurahan Donohudan

Kabupaten Boyolali 68

5.2. Pengetahuan Ibu Tentang Pertolongan Pertama Aspirasi Benda

Asing (Corpus Alienum) pada Anak Usia Toddler sebelum

Pendidikan Kesehatan 69

Page 8: PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TENTANG …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/26/01-gdl-nandunglat... · Lampiran 8 : Surat Izin Penelitian Lampiran 9 : Surat Jawaban Izin

viii

5.3. Pengetahuan Ibu Tentang Pertolongan Pertama Aspirasi Benda

Asing (Corpus Alienum) pada Anak Usia Toddler sesudah

Pendidikan Kesehatan 70

5.4. Pengaruh Pendidikan Kesehatan Tentang Pertolongan Pertama

Aspirasi Benda Asing (Corpus Alienum) pada Anak Usia Toddler

terhadap Pengetahuan Ibu 71

BAB VI Penutup

6.1. Kesimpulan 73

6.2. Saran 74

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

Page 9: PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TENTANG …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/26/01-gdl-nandunglat... · Lampiran 8 : Surat Izin Penelitian Lampiran 9 : Surat Jawaban Izin

ix

DAFTAR TABEL

Nomor Tabel

2.1

3.1

Judul Tabel

Keaslian Penelitian

Desain penelitian One-group pre-post test design

without control

Halaman

45

46

3.2

Variabel, Definisi Operasional, dan Skala

Pengukuran

50

4.1 KarakteristikUsiaResponden di Posyandu

Kelurahan Donohudan

63

4.2 Pengetahuan Ibu tentang Pertolongan Pertama

Aspirasi Benda Asing (Corpus Alienum) pada

Anak Usia Toddler sebelum Pendidikan

Kesehatan

63

4.3 Pengetahuan Ibu tentang Pertolongan Pertama

Aspirasi Benda Asing (Corpus Alienum) pada

Anak Usia Toddler sesudah Pendidikan

Kesehatan

64

4.4 PengetahuanPre TestDan Post Test Ibutentang

Pertolongan Pertama Aspirasi Benda Asing

(Corpus Alienum) pada Anak Usia Toddler

65

Page 10: PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TENTANG …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/26/01-gdl-nandunglat... · Lampiran 8 : Surat Izin Penelitian Lampiran 9 : Surat Jawaban Izin

x

DAFTAR GAMBAR

Nomor Gambar Judul Gambar

Halaman

2.1 Pertolongan Pertama benda asing masuk

ke hidung

43

2.2 Pertolongan Pertama benda asing masuk

ke mulut

45

2.3 Skema Kerangka Teori 46

2.4 Skema Kerangka Konsep 47

Page 11: PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TENTANG …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/26/01-gdl-nandunglat... · Lampiran 8 : Surat Izin Penelitian Lampiran 9 : Surat Jawaban Izin

xi

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : F.01 Usulan Topik Penelitian

Lampiran 2 : F.02 Pengajuan Persutujuan Judul

Lampiran 3 : F.04 Pengajuan Izin Studi Pendahuluan

Lampiran 4 : Surat Jawaban Izin Studi Pendahuluan

Lampiran 5 : Jadwal Penelitian

Lampiran 6 : F.05 Lembar Oponent

Lampiran 7 : F.06 Lembar Audience

Lampiran 8 : Surat Izin Penelitian

Lampiran 9 : Surat Jawaban Izin Penelitian

Lampiran 10 : Lembar Persetujuan Menjadi Responden

Lampiran 11 : Kuesioner Uji Validitas dan Reliabilitas

Lampiran 12 : Hasil Analisis Uji Validitas dan Reliabilitas

Lampiran 13 : Kuesioner Penelitian

Lampiran 14 : Hasil Penelitian & Analisis SPSS Penelitian

Lampiran 15 : Slide Power Point Pendidikan Kesehatan

Lampiran 16 : Leafleat Pendidikan Kesehatan

Lampiran 17 : Dokumentasi

Lampiran 18 : Lembar Konsultasi Pembimbing Utama

Lampiran 19 : Lembar Konsultasi Pembimbing Pendamping

Page 12: PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TENTANG …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/26/01-gdl-nandunglat... · Lampiran 8 : Surat Izin Penelitian Lampiran 9 : Surat Jawaban Izin

xii

PROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATAN

STIKES KUSUMA HUSADA SURAKARTA

2015

Nandung Latifa Abidin

Pengaruh Pendidikan Kesehatan Tentang Pertolongan Pertama Aspirasi

Benda Asingpada Anak Toddler Terhadap Pengetahuan Ibu

Di Kelurahan Donohudan Kabupaten Boyolali

ABSTRAK

Aspirasi benda asing ke dalam saluran respiratorik dapat terjadi pada

semua usia, tetapi yang paling sering pada anak kelompok usia dibawah 3 tahun

(Toddler). Pendekatan terbaik untuk mencegah aspirasi benda asing adalah

melalui edukasi orangtua dan pengasuh, bila objek itu dapat dikeluarkan dengan

cepat, maka dapat mencegah komplikasi seperti edema, peradangan, dan ancaman

infeksi. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh Pendidikan

Kesehatan tentang Kesehatan Tentang Pertolongan Pertama Aspirasi Benda Asing

pada Anak Usia Toddler Terhadap Pengetahuan Ibu Di Kelurahan Donohudan

Kabupaten Boyolali.

Jenis penelitian ini adalah Quasi experimental dengan rancangan One-

group pre-post test design without control. Pemilihan sampel dilakukan dengan

metode Proportioned Random Sampling pada 40 responden. Analisadata

dalampenelitianinimenggunakanujiWilcoxon, didapatkan p-value 0,000 (p <

0,005) sehingga Ho ditolak artinya ada Pengaruh Pendidikan Kesehatan tentang

Kesehatan Tentang Pertolongan Pertama Aspirasi Benda Asingpada Anak Toddler

Terhadap Pengetahuan Ibu.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa

pengetahuanibusebelumdiberikanpendidikan kesehatan sebagian besardalam

kategori cukup(55%) kemudian sesudah diberikanpendidikan kesehatan sebagian

dalam kategori baik(97,5%). Pendidikan kesehatan dengan menggunakan media

slidepower point, demonstrasi, dan pembagian leafleat sangat mempengaruhi

pemahaman ibu tentang pertolongan pertama aspirasi benda asing.

Kata Kunci: Pendidikan Kesehatan, Corpus Alienum, Ibu, Pertolongan Pertama

Daftar Pustaka : 32 (2002 – 2015)

Page 13: PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TENTANG …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/26/01-gdl-nandunglat... · Lampiran 8 : Surat Izin Penelitian Lampiran 9 : Surat Jawaban Izin

xiii

BACHELOR PROGRAM IN NURSING SCIENCE

KUSUMA HUSADA HEALTH SCIENCE COLLEGE OF SURAKARTA

2015

Nandung Latifa Abidin

Effect of Health Education about the First Aid of the Toddlers’ Foreign Body

Aspiration on Mothers’ Knowledge at Donohudan Ward, Boyolali Regency

ABSTRACT

Foreign body aspiration in respiratory system can happen at all ages, but it

usually happens at toddlers’ age. The best prevention of foreign body aspiration is

educating the parents and nannies. If the object is taken out fast, it will prevent

some complications such as edema, inflammation, and infection. The objective of

this research is to investigate the effect of the health education about the first aid

of the toddlers’ foreign body aspiration on the mothers’ knowledge at Donohudan

Ward, Boyolali Regency.

This research used the quasi experimental method with the one-group pre-

post test design without control. The samples of this research consisted of 40

respondents. They were taken by using the proportionate random sampling

technique. The data of research were analyzed by using the Wilcoxon’s test.

The result of the research shows that the p-value was 0.000 which was

less than 0.05, and Ho was rejected, meaning that there was an effect of the health

education about the first aid of the toddlers’ foreign body aspiration on the

mothers’ knowledge. Prior to the health education, 55% of the mothers had fair

knowledge, and following the health education 95% of the mothers had good

knowledge. The health education that used slide power point, demonstration, and

leaflet affected the mothers’ knowledge of first aids of the toddlers’ foreign body

aspiration.

Keywords: Health education, corpus alienum, mothers, the first aid

References: 32 (2002 – 2015)

Page 14: PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TENTANG …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/26/01-gdl-nandunglat... · Lampiran 8 : Surat Izin Penelitian Lampiran 9 : Surat Jawaban Izin

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Cedera merupakan penyebab utama kematian pada anak berusia lebih

dari 1 tahun, karena cedera secara umum telah dianggap sebagai kecelakaan

yang dapat dihindari atau suatu masalah perilaku, bukan masalah

kesehatan.Selain itu, pengendalian cedera termasuk riset, belum mendapat

prioritas tinggi atau dukungan finansial yang cukup. Riset terhadap cedera

belum didasarkan pada kerangka kerja teoritik, seperti yang dilakukan pada

penyakit. Terdapat tuntutan untuk mengenal cedera dan pencegahannya

dalam istilah host(orang yang dikenai), lingkungan (waktu dan tempat),

agens(objek yang menjadi penyebab langsung)(Wong, 2008).Derajat

kesehatan anak mencerminkan kesehatan bangsa, sebab anak sebagai

generasi penerus bangsa memiliki kemampuan yang dapat dikembangkan

dalam meneruskan pembangunan bangsa. Berdasarkan alasan tersebut

masalah kesehatan anak diprioritaskan dalam perencanaan atau penataan

pembangunan bangsa (Kompas 2006 dalam Hidayat, 2009).

Pedoman antisipasi berkenaan dengan perkiraan perkembangan dapat

mewaspadakan orang tua mengenai tipe cedera yang paling mungkin terjadi

pada usia tertentu. Pada awal hubungan orang tua-anak, orang tua perlu

diberi tahu tentang bagaimana memberikan lingkungan yang aman untuk

anak mereka (Wong, 2008).Kecenderungan terjadi kecelakaan pada anak

Page 15: PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TENTANG …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/26/01-gdl-nandunglat... · Lampiran 8 : Surat Izin Penelitian Lampiran 9 : Surat Jawaban Izin

2

usia toddler dilatarbelakangi oleh beberapa kondisi berikut ; anak usia todler

mengalami peningkatan kemampuan motorik halus, anak toddler

mempunyai rasa ingin tahu yang besar dibanding dengan anak pada usia

lainnya dan senang mencoba melakukan sesuatu yang belum dikenalnya

dengan demikian mereka mencoba terus kemampuan motorik halusnya

dengan benda-benda yang ada di sekelilingnya, sementara mereka belum

mengetahui bahaya yang mengancamnya akibat mengeksplorasi benda di

sekelilingnya (Supartini, 2004).

Pendekatan terbaik untuk mencegah aspirasi benda asing adalah

melalui edukasi orang tua dan pengasuh (Marcdante, 2011).Pendidikan

kesehatan padahakikatnya ialah suatu kegiatan atauusaha menyampaikan

pesankesehatan kepada masyarakat,kelompok, atau individu (Notoatmodjo,

2007).Metode pendidikan massa cocokuntuk mengomunikasikan pesan-

pesankesehatan yang ditujukan kepadamasyarakat. Oleh karena

sasaranpendidikan ini bersifat umum, dalamarti tidak membedakan

golonganumur, jenis kelamin, pekerjaan,status sosial ekonomi,

tingkatpendidikan, dan sebagainya, makapesan-pesan kesehatan yang

akandisampaikan harus dirancangsedemikian rupa sehingga dapatditangkap

oleh massa tersebut.

Program Microsoft Office PowerPoint adalah salah satu softwareyang

dirancang khusus untuk mampumenampilkan program multimediadengan

menarik, mudah dalampembuatan, mudah dalampenggunaan dan relatif

murah karenatidak membutuhkan bahan bakuselain alat untuk menyimpan

Page 16: PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TENTANG …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/26/01-gdl-nandunglat... · Lampiran 8 : Surat Izin Penelitian Lampiran 9 : Surat Jawaban Izin

3

data (Riyana, 2008). Media slide tergolong dalamkelompok gambar diam,

tetapi iatermasuk media pandang dengar,media slide mempunyai

kemampuanuntuk memungkinkanpenekanan pada impresi fakta-faktayang

baru atau untukmengembangkan pengertian suatuabstraksi, slide dapat

membantu untukmenimbulkan pengertian dan ingatanyang kuatterhadap isi

materi. Gambar-gambar garis yangsederhana, misalnya gambar bagan,sering

lebih membuat efektif dalammenyampaikan informasi, warnagambar dapat

membantu untukmembuat daya tarik dalam memberipenekanan pada suatu

masalah yangsedang dibicarakan (Daryanto, 2011).

Leaflet adalah bentukpenyampaian informasi atau pesankesehatan

melalui lembaranyang dilipat, isi informasi dapatdalam bentuk kalimat

maupungambar, atau kombinasi(Notoatmodjo, 2003).Kelebihan Leaflet

menurutNotoatmodjo (2005) adalah: tahanlama, mencakup orang banyak,

biayatidak tinggi, tidak perlu listrik, dapatdibawa kemana-mana,

dapatmengungkit rasa keindahan,mempermudah pemahaman

dan,meningkatkan gairah belajar.

Menurut Hidayat (2004) pengasuhan anak merupakan ketrampilan

yang dimiliki seorang ibu dalam memberikan pelayanan kepada anak dan

berfokus pada keluarga, pencegahan trauma, dan manajemen kasus.

Pengasuhan merupakan kebutuhan dasar dari setiap anak, kebutuhan dasar

ini dibutuhkan untuk pertumbuhan dan perkembangan anak meliputi

kebutuhan pemberian tindakan perawatan dalam meningkatkan dan

mencegah terhadap penyakit, kebutuhan pengobatan apabila sakit, dan

Page 17: PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TENTANG …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/26/01-gdl-nandunglat... · Lampiran 8 : Surat Izin Penelitian Lampiran 9 : Surat Jawaban Izin

4

kebutuhan kesehatan jasmani dan rekreasi (Syafitri, 2008). Peran ibu dalam

melakukan penatalaksanaan aspirasibenda asing diperlukan suatu

pengetahuan, karena pengetahuan merupakan salah satu komponen faktor

predisposisi yang penting. Orang tua wajib mengetahui langkah apa saja

yang harus dilakukan pertama kalijika anaknya mengalami aspirasibenda

asing. Bila aspirasi benda asing cepat didiagnosis dan objek atau instansi itu

dikeluarkan dengan cepat, keadaan itu akan kembali berjalan biasa. Semakin

lama benda asing itu tersangkut, semakin banyak komplikasi yang akan

muncul sehubungan dengan peningkatan edema, peradangan, dan ancaman

infeksi (Betz, 2002).

Studi pendahuluan yang dilakukan di Posyandu Sarwo Peni Kelurahan

Donohudan, Kabupaten Boyolali didapatkan informasi bahwa kurang lebih

3 anak yang mengalamiaspirasi benda asingdalam tiga bulan

terakhir.Kejadian aspirasi benda asing yang terjadi adalah masuknya uang

koin logam ke tenggorokan dan manik-manik yang masuk saluran napas.

Salah satu Ibu dari anak tersebut mengatakan bahwa tidak mengetahui

tindakan untuk memberikan pertolongan kepada anaknya, sehingga terjadi

bengkak pada hidung, kemudian ibu lain yang anaknya mengalamiaspirasi

benda asing mengatakan langsung membawa anaknya ke petugas kesehatan

terdekat.Data mengenai aspirasi benda asing juga didapatkan melalui

wawancara terhadap 9 ibu yang berada di posyandu tersebut mengatakan

belum pernah mendapatkan informasi tentang penanganan aspirasi benda

asing dari petugas kesehatan maupun media informasi lainnya.

Page 18: PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TENTANG …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/26/01-gdl-nandunglat... · Lampiran 8 : Surat Izin Penelitian Lampiran 9 : Surat Jawaban Izin

5

Kondisi tersebut sebenarnya tidak perlu terjadi apabila orang tua

memahami tingkat pertumbuhan dan perkembangan anak, khususnya

usiatoddler. Pemahaman tentang tingkat perkembangan anak tentunya perlu

diikuti dengan pemahaman tentang pentingnya antisipasi terhadap bahaya

yang dapat muncul karena aktivitas gerak yang khas dari anak usiatoddler,

yaitu tidak bisa diam dan bergerak terus.Oleh karena itu, orang tua harus

mendapatkan edukasi yang merupakan terbaik atau dalam hal ini adalah

pendidikan kesehatan (Supartini, 2004).

Uraian diatas melandasi penulis untuk meneliti tentang Pengaruh

Pendidikan Kesehatan Tentang Pertolongan Pertama Aspirasi Benda

Asingpada AnakToddlerTerhadap Pengetahuan Ibu DiKelurahan

Donohudan Kabupaten Boyolali.

1.2 Rumusan Masalah

Adakahpengaruh pendidikan kesehatan terhadap pengetahuan ibu

tentang pertolongan pertama aspirasi benda asing pada anak toddler di

Kelurahan Donohudan Kabupaten Boyolali?

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Page 19: PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TENTANG …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/26/01-gdl-nandunglat... · Lampiran 8 : Surat Izin Penelitian Lampiran 9 : Surat Jawaban Izin

6

Mengetahuipengaruh pendidikan kesehatan tentang pertolongan

pertama aspirasi benda asing pada anak toddler terhadap

pengetahuan ibu di Kelurahan Donohudan Kabupaten Boyolali.

1.3.2 Tujuan Khusus

1. Mengetahuikarakteristik ibu dalam pertolongan pertama aspirasi

benda asing pada anak toddler

2. Mengetahuipengetahuan ibu tentang pertolongan pertama

aspirasi benda asing pada anak toddler sebelum diberikan

pendidikan kesehatan.

3. Mengetahui pengetahuan ibu tentang pertolongan pertama

aspirasi benda asingpada anak toddler setelah diberikan

pendidikan kesehatan.

4. Mengetahui perbedaanpengetahuan ibu sebelum dan sesudah

diberikan pendidikan kesehatan tentang pertolongan pertama

aspirasi benda asing pada anak toddler.

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Peneliti

Page 20: PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TENTANG …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/26/01-gdl-nandunglat... · Lampiran 8 : Surat Izin Penelitian Lampiran 9 : Surat Jawaban Izin

7

Peneliti dapat mengetahui apakah pendidikan kesehatan memiliki

pengaruhterhadappengetahuan ibu tentang pertolongan pertama

aspirasi benda asingpada anak dan peneliti dapat memberikan

pendidikan kesehatan terhadap subyek penelitian.

1.4.2 Institusi pendidikan

Menambah literatur tentang penelitian, sehingga dapat menambah

pustaka dalam institusi.

1.4.3 Responden

Menambah pengetahuan tentang pertolongan pertama yang harus

dilakukan saat terjadi aspirasi benda asing pada anak dan masyarakat

dapat mengaplikasikan.

1.4.4 Peneliti lain

Peneliti lain dapat mengetahui acuan untuk penelitian sejenis dan

dapat melakukan penelitian yang sama dengan responden yang

berbeda tempat, sehingga hasil penelitian dapat dibandingkan.

Page 21: PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TENTANG …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/26/01-gdl-nandunglat... · Lampiran 8 : Surat Izin Penelitian Lampiran 9 : Surat Jawaban Izin

7

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan Teori

2.1.1 Anak Usia Toddler

a. Pengertian Anak

Anak merupakan individu yang berada dalam satu rentang

perubahan perkembangan yang dimulai dari bayi hingga remaja.

Masa anak merupakan masa pertumbuhan dan perkembangan

yang dimulai dari bayi (0-1 tahun), usia bermain/toddler (1-3

tahun), pra sekolah (3-5 tahun), usia sekolah (5-11 tahun),

hingga remaja (11-18 tahun). Rentang ini berbeda antara anak

satu dengan yang lain mengingat latar belakang anak berbeda.

Pada anak terdapat rentang perubahan pertumbuhan dan

perkembangan yaitu rentang cepat dan lambat. Sehingga, anak

dapat diartikan sebagai seseorang yang berusia kurang dari

delapan belas tahun dalam masa tumbuh kembang dengan

kebutuhan khusus baik kebutuhan fisik, psikologis, sosial, dan

spiritual (Hidayat, 2005).

b. Periode Perkembangan Toddler (1-3 tahun)

1. Perkembangan Psikososial (Fase Autonomy vs Sharne)

Anak mulai dapat mengatur dirinya sendiri, jika hasilnya

baik anak meningkatnya kontrol diri. Jika hasilnya tidak

Page 22: PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TENTANG …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/26/01-gdl-nandunglat... · Lampiran 8 : Surat Izin Penelitian Lampiran 9 : Surat Jawaban Izin

8

baik (negative) ia akan merasa malu. Bila pada fase ini

kebutuhan tidak dapat dipenuhi dengan baik maka akan

timbul perasaan malu, ragu-ragu, tempetantrum, sadistic,

keras kepala. Menentang, paranoid, obsesive, convulsive.

2. Perkembangan psikointelektual (Fase Preoperasio Anal)

Ciri pada fase ini adalah sifat egosentris dan belum mampu

berpikir dari sudut pandang orang lain.

3. Tugas perkembangan pada fase ini:

a) Belajar toilet training

b) Belajar otonomi

c) Belajar independent

4. Perkembangan Psikoseksual (Fase Anal)

Pusat kenikmatan terletak di anus dibagi 2 sub masa (Putra,

2014).

c. Kecenderungan Kecelakaan pada Anak Toddler

Kecelakaan pada anak usia todler sering kali mengakibatkan

kondisi yang fatal terhadap anak, yaitu kematian. Kondisi yang

dimaksud, di antaranya tertabrak motor/mobil. Luka bakar,

keracunan, jatuh, dan tenggelam. Kondisi tersebut sebenarnya

tidak perlu terjadi apabila orang tua memahami tingkat

pertumbuhan dan perkembangan anak, khususnya usia todler.

Pemahaman tentang tingkat perkembangan anak tentunya perlu

diikuti dengan pemahaman tentang pentingnya antisipasi

Page 23: PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TENTANG …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/26/01-gdl-nandunglat... · Lampiran 8 : Surat Izin Penelitian Lampiran 9 : Surat Jawaban Izin

9

terhadap bahaya yang dapat muncul karena aktivitas gerak yang

khas dari anak usia toddler, yaitu tidak bisa diam dan bergerak

terus.

Oleh karena itu, orang tua harus diberi pengertian tentang

bahaya yang dapat terjadi pada anak. Tidak hanya orang tua,

anak pun perlu diberikan pemahaman tentang cara melindungi

diri dari kecelakaan, dan hubungan sebab-akibat dari perbuatan

yang beresiko untuk terjadi kecelakaan. Tentu saja cara

penyampaian informasi harus menggunakan bahasa yang

sederhana dan dapat dimengerti anak. Kecenderungan terjadi

kecelakaan pada anak usia toddler dilatarbelakangi oleh kondisi

berikut:

1. Anak usiatoddler sedang mengembangkan keterampilan

motorik kasarnya yang membuat mereka bergerak terus,

berlari, berjinjit, naik-turun tangga, pagar, atau mainan,

serta sepedaanya.

2. Anak usiatoddler mengalami peningkatan kemampuan

motorik halus ketika mereka semakin terampil

menggenggam sesuatu, membuka dan menutup botol,

membuka dan menutup lemari yang tidak dikunci, jendela,

dan pintu, serta menggenggam dan melempar benda-benda

kecil. Dengan demikian, mereka mencoba terus kemampuan

motorik halusnya dengan benda-benda yang ada di

Page 24: PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TENTANG …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/26/01-gdl-nandunglat... · Lampiran 8 : Surat Izin Penelitian Lampiran 9 : Surat Jawaban Izin

10

sekelilingnya, sementara mereka belum mengetahui bahaya

yang mengancamnya akibat mengeksplorasi benda di

sekelilingnya.

3. Anak toddler mempunyai rasa ingin tahu yang besar

dibanding dengan anak pada usia lainnya dan senang

mencoba melakukan sesuatu yang belum dikenalnya,

padahal ia belum dapat membaca sehingga belum tahu hal-

hal yang membahayakannya. Ia tertarik untuk selalu

mencoba.

4. Anak laki-laki cenderung lebih berpotensi mengalami

kecelakaan daripada anak perempuan karena lebih aktif

bergerak.

5. Anak yang tidak dijaga sewaktu bermain saat orang tuanya

sedang bekerja, sibuk dengan kegiatan lain, terlalu letih,

atau merasa ada orang lain yang telah menjaganya,

menyebabkan anak beresiko untuk mengalami kecelakaan.

6. Resiko kecelakaan akan lebih besar terjadi saat anak lapar

dan lelah karena pada saat itu kemampuan tenaga menurun

dan mungkin anak merasa lemah atau lesu.

7. Anak merasa asing dengan lingkungan atau orang yang

menjaganya karena tidak mengenalnya dengan baik.

8. Anak belum tahu dan belum berpengalaman dalam upaya

melindungi diri dari bahaya kecelakaan.

Page 25: PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TENTANG …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/26/01-gdl-nandunglat... · Lampiran 8 : Surat Izin Penelitian Lampiran 9 : Surat Jawaban Izin

11

Penyebab dan tipe cidera sangat bergantung pada tahapan

tumbuh-kembang anak.Seperti disebutkan diatas, anak yang lebih

kecil belum tahu dan kurang berpengalaman dalam melindungi

dirinya dari kecelakaan.Misalnya, bayi yang tidur ditinggal sendirian

di tempat tidur orang dewasa, anak yang belum dapat membaca dan

tidak mengetahui bahaya obat atau zat berbahaya yang ditemuinya

dalam kemasan botol atau bentuk lainnya (Supartini, 2004).

2.1.2 Pengetahuan

a. Pengertian

Pengetahuan adalah merupakan hasil “tahu” dan ini terjadi

setelah orang mengadakan penginderaan terhadap suatu objek

tertentu. Penginderaan terhadap objek terjadi melalui panca

indera manusia yakni penglihatan, pendengaran, penciuman,

rasa dan raba (Notoatmodjo 2003 dalam Wawan & Dewi, 2011).

Pengetahuan sangat erat hubungannya dengan pendidikan,

dimana bahwa dengan pendidikan yang tinggi maka orang

tersebut akan semakin luas pula pengetahuannya (Wawan &

Dewi 2011).

Pengetahuan merupakan suatu istilah yang digunakan

untuk menuturkan bahwa seseorang mengenal sesuatu. Suatu hal

yang menjadi pengetahuannya selalu terdiri atas unsur yang

Page 26: PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TENTANG …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/26/01-gdl-nandunglat... · Lampiran 8 : Surat Izin Penelitian Lampiran 9 : Surat Jawaban Izin

12

mengetahui dan diketahui serta kesadaran mengenal hal yang

ingin diketahuinya itu (Afifuddin, 2011)

b. Tingkat pengetahuan

Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat

penting untuk terbentuknya tidakan seseorang (ovent

behaviour). Dari pengalaman dan penelitian ternyata perilaku

yang didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng daripada

perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan. Pengetahuan

yang cukup didalam domain kognitif mempunyai 6 tingkatan

yaitu :

1. Tahu (Know)

Tahu diartikan sebagai mengingat memori yang telah ada

sebelumnya.

2. Memahami (Comprehention)

Memahami artinya suatu kemampuan untuk menjelaskan

secara benar tentang obyek yang diketahui dan dapat

menginterprestasikan secara benar.

3. Aplikasi (Application)

Aplikasi dapat diartikan sebagai kemampuan untuk

menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi

ataupun pada kondisi riil (nyata).

Page 27: PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TENTANG …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/26/01-gdl-nandunglat... · Lampiran 8 : Surat Izin Penelitian Lampiran 9 : Surat Jawaban Izin

13

4. Analisis (Analysis)

Analisis adalah kemampuan seseorang untuk menjabarkan

atau menyatakan materi atau suatu obyek kedalam

komponen-komponen tetapi masih dalam struktur

organisasi tersebut dan masih ada kaitannya satu dengan

yang lainnya .

5. Sintesis (Synthesis)

Sintesis adalah menunjukkan suatu kemampuan untuk

melaksanakan atau menghubungkan bagian-bagian dari

keseluruhan yang baru.

6. Evaluasi (Evaluation)

Evalusi berkaitan dengan kemampuan seseorang untuk

melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu objek

tertentu (Notoadmodjo 2003 dalam Wawan & Dewi, 2011).

a. Cara memperoleh pengetahuan

Ada beberapa cara untuk memperoleh pengetahuan, yaitu :

1. Cara tradisional

a) Cara coba salah (Trial and Error)

Cara coba salah ini dipakai orang sebelum kebudayaan

mungkin sebelum adanya peradaban. Cara coba salah

ini dilakukan dengan menggunakan “kemungkinan”

dalam memecahkan masalah dan apabila

Page 28: PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TENTANG …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/26/01-gdl-nandunglat... · Lampiran 8 : Surat Izin Penelitian Lampiran 9 : Surat Jawaban Izin

14

“kemungkinan” ini tidak berhasil maka akan dicoba

lagi.

b) Cara kekuasaan atau otoritas

Sumber pengetahuan cara ini dikemukakan oleh orang

yang mempunyai otoritas baik berupa pimpinan-

pimpinan masyarakat formal maupun informal, ahli

agama, pemegang pemerintah, tanpa menguji terlebih

dahulu atau membuktikan kebenarannya baik

berdasarkan fakta yang empiris maupun pendapat

sendiri.

c) Berdasarkan pengalaman pribadi

Pengalaman pribadi dapat digunakan sebagai upaya

memperoleh pengetahuan dengan cara mengulang

kembali pengalaman yang pernah diperoleh dalam

memecahkan permasalahan yang dihadapi masa lalu.

2. Cara modern dalam memperoleh pengetahuan

Cara ini disebut juga dengan metode penelitian atau suatu

metode penelitian ilmiah dan lebih popular (Notoadmodjo

2003 dalam Wawan & Dewi 2011).

Page 29: PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TENTANG …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/26/01-gdl-nandunglat... · Lampiran 8 : Surat Izin Penelitian Lampiran 9 : Surat Jawaban Izin

15

b. Proses perilaku “tahu”

Proses perilaku ada 5, yaitu :

1. Awareness (kesadaran)

Dimana orang tersebut menyadari dalam arti mengetahui

terlebih dahulu terhadap stimulus (objek).

2. Interest (merasa tertarik)

Dimana individu mulai menaruh perhatian dan tertarik pada

stimulus.

3. Evaluation (menimbang-nimbang)

Dimana individu akan mempertimbangkan baik buruknya

tindakan terhadap stimulus tersebut bagi dirinya.

4. Trial

Dimana individu ini mulai mencoba perilaku baru.

5. Adaption

Adaptasi dan sikap individu terhadap stimulus

(Notoatmodjo dalam Wawan & Dewi 2011).

c. Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan

1. Faktor internal

Faktor internal dibagi menjadi 3, yaitu :

a) Pendidikan

Pendidikan berarti bimbingan yang diberikan seseorang

terhadap perkembangan orang lain menuju kearah cita-

cita tertentu yang menentukan manusia untuk berbuat

Page 30: PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TENTANG …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/26/01-gdl-nandunglat... · Lampiran 8 : Surat Izin Penelitian Lampiran 9 : Surat Jawaban Izin

16

dan mengisi kehidupan untuk mencapai keselamatan

dan kebahagiaanya. Pada umumnya makin tinggi

pendidikan seseorang makin mudah menerima

informasi.

b) Pekerjaan

Pekerjaan adalah keburukan yang harus dilakukan

terutama untuk menunjang kehidupannya dan

kehidupan keluarganya. Pekerjaan bukanlah sumber

kesenangan akan tetapi lebih banyak merupakan cara

mencari nafkah yang membosankan, menyita waktu,

berulang dan banyak tantangan.

c) Umur

Usia adalah umur individu yang terhitung saat lahir

sampai berulang tahun. Semakin cukup umur, tingkat

kematangan dan kekuatan seseorang akan lebih matang

dalam berfikir dan bekerja (Wawan & Dewi, 2011).

2. Faktor eksternal

Faktor eksternal dibagi menjadi 2, yaitu :

a) Faktor lingkungan

Lingkungan merupakan seluruh kondisi yang ada

disekitar manusia dan pengaruhnya yang dapat

mempengaruhi perkembangan dan perilaku orang atau

kelompok.

Page 31: PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TENTANG …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/26/01-gdl-nandunglat... · Lampiran 8 : Surat Izin Penelitian Lampiran 9 : Surat Jawaban Izin

17

b) Sosial budaya

Sistem sosial budaya yang ada pada masyarakat dapat

mempengaruhi dari sikap dalam menerima informasi

(Wawan & Dewi, 2011).

d. Kriteria tingkat pengetahuan

Arikunto (2006 dalam Budiman & Agus, 2013) membuat

kategori tingkat pengetahuan seseorang menjadi 3 tingkatan

yang didasarkan pada nilai persentase yaitu sebagai berikut:

1. Baik : 76 % - 100 %

2. Cukup : 56 % - 75 %

3. Kurang : < 56 %

Dalam membuat kategori tingkat pengetahuan bisa juga

dikelompokkan menjadi 2 kelompok jika yang diteliti

masyarakat umum, yaitu sebagai berikut :

1. Baik : > 50 %

2. Kurang Baik : < 50 %

2.1.3 Pendidikan Kesehatan

a. Pengertian

Pendidikan kesehatan merupakan bagian dari promosi

kesehatan yaitu suatu proses untuk meningkatkan kemampuan

masyarakat dalam memelihara dan meningkatkan kesehatannya

dan tidak hanya mengkaitkan diri pada peningkatan

Page 32: PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TENTANG …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/26/01-gdl-nandunglat... · Lampiran 8 : Surat Izin Penelitian Lampiran 9 : Surat Jawaban Izin

18

pengetahuan, sikap dan praktik kesehatan saja. Tetapi juga

meningkatkan atau memperbaiki lingkungan (baik fisik maupun

non fisik) dalam rangka memelihara dan meningkatkan

kesehatan mereka (Notoadmodjo 2007 dalam Putra, 2014).

Menurut Nyswander (1947) Pendidikan kesehatan adalah

suatu proses perubahan pada diri manusia yang ada

hubungannya dengan tercapainya tujuan kesehatan perorangan

dan masyarakat. Pendidikan kesehatan bukanlah suatu yang

dapat diberikan oleh seseorang kepada orang lain dan bukan

pula sesuatu rangkaian tata laksana yang akan dilaksanakan

ataupun hasil yang akan dicapai, melainkan suatu proses

perkembangan yang selalu berubah secara dinamis dimana

seseorang dapat menerima atau menolak keterangan baru, sikap

baru, dan perilaku baru yang ada hubungannya dengan tujuan

hidup (Susilo, 2011).

Proses ini didasarkan pada prinsip-prinsip ilmu

pengetahuan yang memberikan kemudahan untuk belajar dan

perubahan perilaku, baik bagi tenaga kesehatan maupun bagi

pemakai jasa pelayanan, termasuk anak-anak dan remaja.

Batasan-batasan tersebut pada dasarnya semua upaya

pendidikan dengan tujuan mengubah perilaku yang tidak sehat

atau belum sehat menjadi perilaku sehat (Susilo, 2011).

Page 33: PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TENTANG …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/26/01-gdl-nandunglat... · Lampiran 8 : Surat Izin Penelitian Lampiran 9 : Surat Jawaban Izin

19

b. Tujuan

Berdasarkan WHO (1954) tujuan pendidikan kesehatan

adalah untuk mengubah perilaku orang atau masyarakat dari

perilaku tidak sehat menjadi perilaku sehat. Seperti kita ketahui

bila perilaku tidak sesuai dengan prinsip kesehatan, maka dapat

menyebabkan terjadinya gangguan terhadap kesehatan.

Mengingat istilah prinsip sehat maka perlu kita

mengetahui batasan sehat, seperti dikemukakan pada Undang-

Undang No.23 tahun 1992, yakni bahwa kesehatan adalah

keadaan sejahtera dari badan, jiwa, dan sosial yang

memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan

ekonomis. Masalah ini harus benar-benar dikuasai oleh semua

kader kesehatan di semua tingkat dan jajaran, sebab istilah sehat,

bukan sekedar apa yang terlihat oleh mata, yakni tampak

badannya besar dan kekar. Mungkin saja sebenarnya ia

menderita batin atau menderita gangguan jiwa yang

menyebabkan ia tidak stabil, tingkah laku dan sikapnya.

c. Sasaran

Sasaran pendidikan kesehatan di Indonesia, berdasarkan

kepada program pembangunan Indonesia, adalah :

1. Masyarakat umum dengan berorientasi pada masyarakat

pedesaan

Page 34: PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TENTANG …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/26/01-gdl-nandunglat... · Lampiran 8 : Surat Izin Penelitian Lampiran 9 : Surat Jawaban Izin

20

2. Masyarakat dalam kelompok tertentu, seperti wanita,

pemuda, remaja. Termasuk dalam kelompok khusus ini

adalah kelompok lembaga pendidikan mulai dari TK sampai

perguruan tinggi, sekolah agama swasta maupun negeri

3. Sasaran individu dengan teknik pendidikan kesehatan

individu (Susilo, 2011).

d. Tahap-tahap kegiatan

Oleh karena mengubah perilaku seseorang itu tidak

mudah, maka kegiatan pendidikan kesehatan harus melalui

tahap-tahap yang hati-hati, secara ilmiah. Dalam hal ini Harlon

(1964) seperti dikutip Anzwar (1983) mengemukakan tahap-

tahap ini.

1. Tahap Sensitisasi

Tahap ini dilakukan guna memberikan informasi dan

kesadaran pada masyarakat terhadap adanya hal-hal penting

berkaitan dengan kesehatan, misalnya kesadaran akan

adanya pelayanan kesehatan, kesadaran akan adanya

fasilitas kesehatan, kesadaran akan adanya kegiatan

imunisasi. Kegiatan ini tidak memberikan peningkatan atau

penjelasan mengenai pengetahuan, tidak pula mengarah

pada perubahan sikap, serta tidak atau belum bermaksud

agar masyarakat mengubah pada perilaku tertentu. Bentuk

Page 35: PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TENTANG …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/26/01-gdl-nandunglat... · Lampiran 8 : Surat Izin Penelitian Lampiran 9 : Surat Jawaban Izin

21

kegiatan adalah siaran radio berupa radio spot, poster,

selebaran atau lainnya (Susilo, 2011).

2. Tahap Publisitas

Tahap ini adalah kelanjutan dari tahap sensitisasi.

Bentuk kegiatan misalnya press release dikeluarkan oleh

Departemen Kesehatan untuk menjelaskan lebih lanjut jenis

atau macam pelayanan apa saja yang diberikan pada

fasilitas pelayanan kesehatan, umpamanya macam

pelayanan pada Puskesmas, Polindes, Postu atau lainnya.

3. Tahap Edukasi

Tahap ini sebagai kelanjutan dari tahap publisitas.

Tujuannya untuk meningkatkan pengetahuan, mengubah

sikap serta mengarahkan kepeda perilaku yang diinginkan

opleh kegiatan tersebut, misalnya setelah adanya kegiatan

ini, ibu-ibu yang hamil memahami benar pentingnya

memeriksakan secara rutin mengenai kesehatan

kehamilannya pada Polindes atau Puskesmas, yakni

sebelum kepada bidan atau dokter. Cara yang dilakukan

adalah dengan metoda belajar-mengajar (Susilo, 2011).

4. Tahap Motivasi

Tahap ini merupakan kelanjutan dari tahap edukasi.

Perorangan atau masyarakat setelah mengikuti pendidikan

kesehatan, benar-benar mengubah perilaku sehari-harinya,

Page 36: PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TENTANG …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/26/01-gdl-nandunglat... · Lampiran 8 : Surat Izin Penelitian Lampiran 9 : Surat Jawaban Izin

22

sesuai dengan perilaku yang dianjurkan oleh pendidikan

kesehatan pada tahap ini. Umpamanya setelah mengikuti

pendidikan kesehatan ini, ibu-ibu hamil melakukan

pemeriksaan rutin ke Polindes dan minum pil yang

diberikan petugas kesehatan sesuai dengan wakru dan dosis

yang benar.

Kegiatan-kegiatan ini dilakukan secara berurutan,

tahap demi tahap. Oleh karena itu pelaksana harus

menguasai benar ilmu komunikasi untuk tahap sensitisasi

dan publisitasmserta edukasi atau ilmu belajar-mengajar

yang sungguh-sungguh untuk melaksanakan pendidikan

kesehatan pada tahap edukasi dan motivasi (Susilo, 2011).

e. Langkah-langkah Pendidikan Kesehatan

1. Analisis Situasi

Analisis Situasi merupakan suatu kegiatan dalam

mengumpulkan data tentang keadaan wilayah, masalah-

masalah sehingga diperoleh informasi yang akurat tentang

masalah yang dihadapi.

2. Penentuan Prioritas Masalah

Mengurutkan masalah dari masalah yang dianggap paling

prnting sampai dengan urutan yang kurang penting. Ini

dapat dilakukan dengan menggunakan beberapa metode ,

antara lain dengan cara pembobotan.

Page 37: PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TENTANG …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/26/01-gdl-nandunglat... · Lampiran 8 : Surat Izin Penelitian Lampiran 9 : Surat Jawaban Izin

23

3. Penentuan Tujuan

Tujuan penyuluhan adalah mengubah perilaku anak dari

perilaku yang tidak sehat ke arah perilaku sehat.

4. Penentuan Sasaran

Sasaran untuk penyuluhan dapat dibedakan menjadikan :

a) Masyarakat umum

b) Masyarakat sekolah, sebagai masyarakat yang mudah

dicapai

c) Kelompok masyarakat tertentu, misalnya kader

kesehatan yangmembantu menggerakkan dan

menyebarkan informasi.

1) Penentuan Pesan

Pesan merupakan informasi yang akan

disampaikan kepada sasaran. Pesan yang

disampaikan harus disesuaikan dengan sasaran

yang akan diberikan penyuluhan,

2) Penentuan Metode

Pemilihan metode biasanya mengacu pada

penentuan tujuan yang ingin di capai, apakah

pengubahan pada tingkat kognitif, efektif atau

psikomoter (contoh : untuk mengubah

kognitif/pengetahuan dapat memilih dengan

menggunakan metode ceramah ataupun diskusi).

Page 38: PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TENTANG …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/26/01-gdl-nandunglat... · Lampiran 8 : Surat Izin Penelitian Lampiran 9 : Surat Jawaban Izin

24

3) Penentuan Media

Dalam menyampaikan penyuluhan digunakan

media dan alat bantu peraga. Pemilihan media dan

metode yang tepat serta didukung oleh kemampuan

dari tenaga penyuluh merupakan suatu hal untuk

mempermudah proses belajar mengajar.

4) Penentuan Rencana Penilaian

Penilaian yang dilakukan meliputi : penentuan

tujuan penilaian, penentuan tolak ukur yang akan

digunakan untuk penilaian

5) Penyusunan Jadwal Kegiatan

Rencana kegiatan dibuat dalam satu kurun waktu

dan terjadwal yang disesuaikan dengan sasaran,

tujuan, materi, media, alat peraga, petugas

penyuluh, waktu dan rencana

penilaian(Putra,2014).

f. Metode Pendidikan Kesehatan

1. Metode pendidikan individual (perorangan)

Bentuk dari metode individual ada 2 (dua) bentuk :

a) Bimbingan dan penyuluhan (guidance and counseling)

b) Wawancara (interview)

2. Metode pendidikan kelompok

Page 39: PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TENTANG …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/26/01-gdl-nandunglat... · Lampiran 8 : Surat Izin Penelitian Lampiran 9 : Surat Jawaban Izin

25

Metode pendiidkan kelompok harus memperhatikan apakah

kelompok itu besar atau kecil, kerna metodenya akan lain.

Efektifitas metodenya pun akan tergantung pada besarnya

sasaran pendidikaan.

a) Kelompok besar

1) Ceramah: metode yang cocok untuk sasaran yang

berpendidikantinggi maupun rendah

2) Seminar: hanya cocok untuk sasaran kelompok

besar dengan pendidikan menengah ke atas.

Seminar adalah suatu penyajian (presentasi) dari

satu ahli atau beberapa ahli tentang suatu topik

yang dianggap penting dan biasanya dianggap

hangat dimasyarakat.

b) Kelompok kecil

1) Diskusi kelompok: dibuat sedemikian rupa

sehingga saling berhadapan, pimpinan

diskusi/penyuluh duduk diantaranya peserta agar

tidak ada kesan lebih tinggi, tiap kelompok punya

kebebasan mengeluarkan pendapat, pimpinan

diskusi memberikan pancingan, mengarhakan, dan

mengatur sehingga diskusi berjalan hidup dan tak

ada dominasi dari salah satu peserta.

Page 40: PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TENTANG …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/26/01-gdl-nandunglat... · Lampiran 8 : Surat Izin Penelitian Lampiran 9 : Surat Jawaban Izin

26

2) Curah pendapat (Brain Storming), merupakan

modifikasi diskusikelompok, dimulai dengan

memberikan satu masalah, kemudian peserta

memberikan jawaban/tanggapantersebut ditampung

dan ditulis dalam flipchart/papan tulis, sebelum

semuanya mencurahkan pendapat tidak boleh ada

komentar dari siapapun, baru setelah semuanya

mengemukakan pendapat, tiap anggota

mengomentari, dan akhirnya terjadi diskusi.

3) Bola salju (Snow Balling), tiap orang dibagi

menjadi pasangan-pasangan (1 pasang 2 orang).

Kemudian dilontarkan suatu pertanyaan atau

masalah, setelah lebih kurang 5 menit tiap 2 pasang

bergabung menjadi satu. Mereka tetap

mendiskusikan maslah tersebut, dan mencari

kesimpulannya. Kemudian tiap 2 pasang yang

sudah beranggotakan 4 orang ini bergabung lagi

dengan pasangan lainnya dan demikian seterusnya

akhirnya terjadi diskusi seluruh kelas.

4) Kelompok kecil-kecil (Buzz group), kelompok

langsung dibagi menjadi kelompok kecil-kecil,

kemudian dilontarkan suatu permasalahan

sama/tidak sama dengan kelompok lain, dan

Page 41: PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TENTANG …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/26/01-gdl-nandunglat... · Lampiran 8 : Surat Izin Penelitian Lampiran 9 : Surat Jawaban Izin

27

masing-masing kelompok mendiskusikan masalah

tersebut. Selanjutnya kesimpulan dari tiap

kelompok tersebut dan dicari kesimpulannya.

5) Memainkan peranan (Role play), beberapa anggota

kelompok ditunjuk sebagai pemegang peranan

tertentu untuk memainkan peranan tertentu,

misalnya sebagai dokter puskesmas, sebagai

perawat atau bidan. Mereka memperagakan

bagaimana interaksi/komunikasi sehari-hari dalam

melaksanakan tugas.

6) Permainan simulasi (Simulation Game),

merupakan gambaran role play dan diskusi

kelompok. Pesan-pesan disajikan dalam bentuk

permainan monopoli. Cara memainkannya persis

seperti bermain monopoli dengan menggunakan

dadu, gaco (penunjuk arah), dan papan main.

3. Metode pendidikan Massa

Pada umumnya bentuk pendekatan (cara) ini adalah

tidak langsung. Biasanya menggunakan atau melalui media

massa.

g. Alat Bantu Pendidikan Kesehatan

Page 42: PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TENTANG …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/26/01-gdl-nandunglat... · Lampiran 8 : Surat Izin Penelitian Lampiran 9 : Surat Jawaban Izin

28

Alat bantu penyuluhan adalah alat-alat atau perlengkapan

yang diperlukan penyuluh guna memperlancar kegiatan

penyuluhan. Alat bantu lebih sering disebut alat peraga yang

merupakan alat atau benda yang daapt diamati, didengar, diraba

atau dirasakan oleh indera manusia yang berfungsi sebagai alat

untuk memperagakan dan atau menjelaskan uraian yang

disampaikan secara lisan oleh penyuluh guna membantu proses

belajar mengajar, agar materi lebih mudah diterima dan

dipahami oleh sasaran. Ada 3 macam alat bantu, yaitu :

1. Alat bantu lihat (visual aids) yang berguna dalam

membantu menstimulasi indera mata. Alat ini ada 2 bentuk

yaitu alat yang diproseksikan dan alat yang tidak

diproyeksikan.

2. Alat bantu dengar (audio aids) yaitu alat yang dapat

membantu untuk menstimulasi indra pendengar pada waktu

proses penyampaian dalam pendidiakn.

3. Alat bantu lihat/dengar (audio-visual aids) seperti televisi

dan video cassete. Alat bantu ini disusun berdasarkan

prinsip bahwa pengetahuan yang ada pada setiap manusia

diterima atau ditangkap melalui panca indra(Putra, 2014).

h. Peran pendidikan kesehatan dalam kesehatan masyarakat

Page 43: PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TENTANG …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/26/01-gdl-nandunglat... · Lampiran 8 : Surat Izin Penelitian Lampiran 9 : Surat Jawaban Izin

29

Kesehatan merupakan hasil interaksi berbagai faktor, baik

faktor internal (dari dalam diri manusia) maupun faktor

eksternal (di luar diri manusia). Faktor internal ini terdiri dari

faktor fisik dan psikis. Faktor eksternal terdiri dari beberapa

faktor antara lain, sosial, budaya masyakarat, lingkungan fisik,

politik, ekonomi, pendidikan, dan sebagainya. Secara garis besar

faktor-faktor yang mempengaruhi kesehatan, baik individu,

kelompok, maupun masyarakat, dikelompokkan menjadi 4

(Blum, 1974 dalam Notoatmodjo, 2003).

Menurut Notoatmodjo (2003), berdasarkan urutan

besarnya (pengaruh) terhadap kesehatan tersebut adalah sebagai

berikut :

1. Lingkungan, yang mencakup lingkungan fisik, sosial,

budaya, politik, ekonomi, dan sebagainya

2. Perilaku

3. Pelayanan kesehatan

4. Hereditas

Pemeliharaan dan peningkatan kesehatan masyarakat

hendaknya juga dialamatkan kepada empat faktor tersebut.

Dengan kata lain intervensi atau upaya kesehatan masyarakat

juga dikelompokkan menjadi 4 (empat), yakni intervensi

terhadap faktor lingkungan, perilaku, pelayanan kesehatan, dan

hereditas.

Page 44: PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TENTANG …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/26/01-gdl-nandunglat... · Lampiran 8 : Surat Izin Penelitian Lampiran 9 : Surat Jawaban Izin

30

Intervensi terhadap faktor lingkungan fisik adalah dalam

bentuk perbaikan sanitasi lingkungan, sedangkan intervensi

terhadap lingkungan sosial, budaya, politik, dan ekonomi dalam

bentuk program-program peningkatan pendidikan, perbaikan

sosial ekonomi masyarakat, penstabilan politik dan keamanan,

dan sebagainya.Intervensi terhadap faktor pelayanan kesehatan

adalah dalam bentuk penyediaan dan atau perbaikan fasilitas

pelayanan kesehatan, perbaikan sistem dan manajemen

pelayanan kesehatan, dan sebagainya. Sedangkan intervensi

terhadap faktor hereditas antara lain dengan perbaikan gizi

masyarakat, khususnya perbaikan gizi ibu hamil. Dengan gizi

yang baik ibu hamil akan menghasilkan anak yang sehat dan

cerdas. Sebaliknya ibu hamil yang kurang gizi akan melahirkan

anak dengan berat badan yang kurang, skit-sakitan, dan bodoh.

Di samping itu pendidikan kesehatan bagi kelompok yang

mempunyai faktor resiko menurunkan penyakit tertentu

(Notoatmodjo, 2003 : 8-9).

i. Batasan pendidikan kesehatan

Pendidikan secara umum adalah segala upaya yang

direncanakan untuk mempengaruhi orang lain baik individu,

kelompok, atau masyarakat sehingga mereka melakukan apa

yang diharapkan oleh pelaku pendidikan. Dari batasan ini

Page 45: PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TENTANG …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/26/01-gdl-nandunglat... · Lampiran 8 : Surat Izin Penelitian Lampiran 9 : Surat Jawaban Izin

31

tersirat unsur-unsur pendidikan yakni : a) input adalah sasaran

pendidikan (individu, kelompok, masyarakat), dan pendidik

(pelaku pendidikan), b) proses (upaya yang direncanakan untuk

mempengaruhi orang lain), c) output (melakukan apa yang

diharapkan atau perilaku). Sedangkan pendidikan kesehatan

adalah aplikasi atau penerapan pendidikan di dalam bidang

kesehatan.

Hasil (output) yang diharapkan dari suatu pendidikan

kesehatan di sini adalah perilaku kesehatan, atau perilaku untuk

memelihara dan meningkatkan kesehatan yang kondusif.

Perubahan perilaku yang belum atau tidak kondusif ini

mengandung berbagai dimensi berikut ini.

1) Perubahan Perilaku

Perubahan perilaku-perilaku masyarakat

yang tidak sesuai dengan nilai-nilai kesehatan, atau

dari perilaku negatif ke perilaku yang positif.

Perilaku-perilaku yamg merugikan kesehatan yang

perlu diubah misalnya: merokok, minum-minuman

keras, ibu hamil tidak memeriksakan

kehamilannya, ibu tidak mau mengimunisasikan

anak balitanya, dan sebagainya.

2) Pembinaan Perilaku

Page 46: PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TENTANG …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/26/01-gdl-nandunglat... · Lampiran 8 : Surat Izin Penelitian Lampiran 9 : Surat Jawaban Izin

32

Pembinaan disini terutama ditujukan kepada

perilaku masyarakat yang sudah sehat agar

dipertahankan, artinya masyarakat yang sudah

mempunyai perilaku hidup sehat (healthy life style)

tetap dilanjutkan atau dipertahankan. Misalnya

olahraga teratur, makan dengan menu seimbang,

menguras bak mandi secara teratur, membuang

sampah di tempatnya, dan sebagainya.

3) Pengembangan Perilaku

Pengembangan perilaku sehat ini terutama

ditujukan untuk membiasakan hidup sehat bagi

anak-anak. Perilaku sehat bagi anak seyogianya

dimulai sedini mungkin, karena kebiasaan

perawatan terhadap anak termasuk kesehatan yang

diberikan oleh orang tua akan langsung

berpengaruh kepada perilaku sehat anak

selanjutnya. Contoh: seorang bayi yang buang air

atau “pipis”, secara naluri ia merasa tidak enak

(risih) lalu menangis. Apabila orang tua tidak

merespon ini dalam arti tidak mengganti popoknya,

maka lama kelamaan anak akan berhenti menangis

dan tidur lagi. Untuk selanjutnya apabila buang air

kecil lagi anak tidak akan menangis lagi. Hal ini

Page 47: PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TENTANG …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/26/01-gdl-nandunglat... · Lampiran 8 : Surat Izin Penelitian Lampiran 9 : Surat Jawaban Izin

33

berarti anak sudah dibiasakan untuk berperilaku

tidak sehat atau jorok (Notoatmodjo, 2003).

2.1.4 Aspirasi benda asing

a. Epidemiologi

Aspirasi benda asing ke dalam trakea dan bronkus

merupakan kejadian yang relatif sering. Mayoritas anak dengan

aspirasi benda asing berusia dibawah 4 tahun. Sebagian besar

kematian akibat aspirasi benda asing terjadi pada kelompok umur

ini. Mengingat bronkus kanan utama memiliki sudut yang kurang

tajam dibandingkan bronkus utama kiri, benda asing cenderung

untuk bersarang dijalan nafas paru kanan. Beberapa benda asing,

terutama kacang juga dapat bersarang di tempat yang lebih

proksimal, seperti laring atau daerah subglotis dan menyebabkan

oklusi total saluran respiratori. Banyak benda asing tidak bersifat

raidoopak sehingga sulit dideteksi secara radiografi. Benda asing

yang paling sering di aspirasi anak kecil adalah makanan

(terutama kacang) dan mainan berukuran kecil. Koin lebih sering

bersarang di esofagus dibandingkan saluran respiratori. Anak

Page 48: PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TENTANG …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/26/01-gdl-nandunglat... · Lampiran 8 : Surat Izin Penelitian Lampiran 9 : Surat Jawaban Izin

34

lebih besar juga dilaporkan pernah mengalami aspirasi balon karet

yang mengancam jiwa (Marcdante, 2011).

Aspirasi benda asing ke dalam saluran respiratorik dapat

terjadi pada semua usia, tetapi yang paling sering pada anak

kelompok usia dibawah 3 tahun (80%). Kejadian ini sering

dijumpai pada anak laki-laki daripada perempuan (3:1) dengan

sebab yang tidak jelas (Rahajoe, 2010).

b. Etiologi

Benda asing yang dapat masuk ke dalam saluran

respiratorik sangat beragam. Penggolongan dapat dilakukan

berdasarkan asal, jenis dan sifatnya ;

1. Asal

Menurut asalnya, benda asing terdiri dari benda asing

eksogen, yaitu benda asing yang berasal dari luar tubuh, dan

benda asing endogen, yaitu benda asing berasal dari dalam

tubuh sendiri

2. Jenis

Berdasarkan jenisnya, benda asing dapat dibagi menjadi

benda asing organik dan anorganik. Benda asing organik

adalah benda asing yang berasal dari makhluk hidup,

tumbuhan maupun hewan, seperti kacang-kacangan, biji-

bijian, apel, kentang, jagung, tulang, kapas dan bahkan

makhluk hidup seperti lintah, serangga dan binatang kecil

Page 49: PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TENTANG …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/26/01-gdl-nandunglat... · Lampiran 8 : Surat Izin Penelitian Lampiran 9 : Surat Jawaban Izin

35

lainnya. Benda anorganik adalah benda asing yang berasal

dari benda mati, seperti plastik, manik-manik, kerikil, batu,

karet, uang logam dan lain lain.

3. Sifat

Benda asing yang dapat masuk kedalam saluran respiratorik,

baik organik maupun anorganik kadang-kadang memiliki

sifat khusus tertentu. Benda asing organik, terutama yang

berasal dari tumbuh-tumbuhan seperti kacang-kacangan dan

biji-bijian dapat mengembang dengan cepat didalam saluran

respiratorik karena bersifat higroskopis. Beberapa jenis

kacang mengandung asam lemak yang dapat memicu

timbulnya reaksi radang sehingga mudah terjadi edema. Oleh

karena itu dalam waktu 6-12 jam benda-benda ini dapat

menimbulkan hambatan total. Benda asing anorganik lebih

sering terjadi pada anak yang lebih besar dan orang dewasa,

benda ini tidak bersifat higroskopis dan tidak mengembang,

sehingga aspirasi benda tersebut pada umumnya tidak

menimbulkan gejala atau hanya menimbulkan gejala ringan

saja. Kadang-kadang benda-benda logam dapat mempunyai

sifat magnetik atau menimbulkan rasa mental yang khas

(Rahajoe, 2010).

c. Patofisiologi

Page 50: PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TENTANG …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/26/01-gdl-nandunglat... · Lampiran 8 : Surat Izin Penelitian Lampiran 9 : Surat Jawaban Izin

36

Aspirasi benda asing merujuk pada tersangkutnya sebuah

objek atau substansi dijalan napas. Benda asing cenderung paling

sering tersangkut di daerah krikofarings karena dorongan otot

farings yang kuat. Obstruksinya dapat berupa obstruksi parsial

atau obstruksi total. Obstruksi total jalan napas umumnya terjadi

di jalan napas atas dan dapat berakibat fatal. Sebagai besar objek

yang ter-aspirasi cukup kecil untuk melewati laring dan trakea

dan tersangkut di salah satu bronki utama. Bronkus utama kanan

lebih sering terkena karena lebih besar, menerima lebih banyak

aliran udara, dan lebih lurus daripada bronkus kiri. Mekanisme

obstruksi jalan napas tergantung pada tempat obstruksi dan

apakah jalan napas itu tersumbat sebagian atau seluruhnya.

Atelektasis terjadi dibagian distal dari tempat sumbatan udara

sehingga tidak dapat masuk lagi. Udara yang terperangkap atau

hiperinflasi terjadi bila udara dihirup masuk tetapi hanya sebagian

yang dikeluarkan.

Pada banyak kasus, benda asing itu secara spontan

dikeluarkan dari pohon trakeobronkial dan gejala yang tersisa

adalah dari iritasi residual dan edema bronkial. Bila aspirasi

benda asing cepat didiagnosis dan objek atau instansi itu

dikeluarkan dengan cepat, keadaan itu akan kembali berjalan

biasa. Aspirasi benda asing yang mengandung lemak jenuh

seperti kacang tanah lebih bermasalah karena menimbulkan iritasi

Page 51: PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TENTANG …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/26/01-gdl-nandunglat... · Lampiran 8 : Surat Izin Penelitian Lampiran 9 : Surat Jawaban Izin

37

dan radang pada jaringan mukosa. Semakin lama benda asing itu

tersangkut, semakin banyak komplikasi yang akan muncul

sehubungan dengan peningkatan edema, peradangan, dan

ancaman infeksi (Betz, 2002)

d. Pemeriksaan diagnostik

1. Foto toraks

Bidang anterior, posterior, lateral, dan oblik, untuk

mengevaluasi lokasi benda asing yang opaque; untuk benda

asing non-opaque, mengkaji film sinar-X untuk adanya

daerah atelektasis, atau dengan film inspiratori dan

ekspiratori, untuk mengkaji udara yang terperangkap.

2. Bronkoskopi

Dengan anestesi umum di kamar operasi, memberi

visualisasi langsung kepada trakea bagian atas (sebuah

teleskop dapat digunakan untuk menentukan lokasi benda

asing, dan pembuangannya dengan memasukkan sebuah

forseps optikal).

3. Xeroradiografi (teknik sinar-X dengan menggunakan film

sinar-X khusus)

Memberi resolusi gambar yang lebih besar seperti benda

asing nonmetalik(Betz, 2002).

e. Komplikasi

Page 52: PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TENTANG …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/26/01-gdl-nandunglat... · Lampiran 8 : Surat Izin Penelitian Lampiran 9 : Surat Jawaban Izin

38

Komplikasi paling sering muncul karena diagnosis dan

pengeluaran benda asing yang tertunda.

1. Bronkospasme

2. Atelektasis

3. Bronkitis

4. Bronkiektasis

5. Pneumonia

6. Abses paru

7. Kematian (Betz, 2002).

2.1.5 Pertolongan Pertama

a. Pengertian Pertolongan Pertama

Pertolongan pertama adalah perawatan pertama yang

diberikan oleh anda sebagai penolong kepada orang yang

mendapat kecelakaan atau sakit yang tiba-tiba datang sebelum

mendapatkan pertolongan dari tenaga medis (Tilong, 2014).

Pertolongan pertama adalah perawatan yang diberikan

segera pada orang yang cedera atau mendadak sakit. Pertolongan

pertama tidak menggantikan perawatan medis yang tepat namun

hanya memberi bantuan sementara sampai mendapatkan

perawatan medis yang kompeten, jika perlu, atau sampai

kesempatan pulih tanpa perawatan medis terpenuhi (Thygerson,

2009).

Page 53: PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TENTANG …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/26/01-gdl-nandunglat... · Lampiran 8 : Surat Izin Penelitian Lampiran 9 : Surat Jawaban Izin

39

b. Tujuan Pertolongan Pertama

Secara umum, pertolongan pertama dilakukan berdasarkan

tujuan-tujan berikut :

1. Dasar utama dilakukannya pertolongan pertama adalah untuk

menyelamatkan jiwa penderita. Jadi, pertama-tama,

pertolongan pertama ditujukan supaya kondisi korban tidak

menjadi semakin parah yang bisa berujung pada kematian.

Sebab, pertolongan pertama yang lambat seperti pada kasus

serangan jantung, luka bakar, over dosis, kesetrum. Dan lain-

lain, sangat berpotensi untuk mengakibatkan kematian.

2. Setelah itu, pertolongan pertama juga bertujuan untuk

mencegah- lebih tepatnya meminimalisir- terjadinya cacat

pada korban seperti pada kasus kecelakaan, luka, gigitan

binatang, dan lain-lain. Oleh karena itu, pertolongan pertama

dilakukan dengan cepat sangat mungkin bisa mencegah

kondisi korban menjadi semakin parah.

3. Selain itu, tidak bisa dipungkiri lagi, pertolongan pertama

dapat memberikan rasa nyaman pada korban atau penderita.

Sebab, pertolongan yang diberikan akan sangat membantu

meringankan penderitaan korban.

4. Pertolongan pertama juga dimaksudkan untuk membentu

proses penyembuhan pada korban. Sebab, pertolongan

pertama yang diberikan, pada hakekatnya, tidak hanya

Page 54: PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TENTANG …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/26/01-gdl-nandunglat... · Lampiran 8 : Surat Izin Penelitian Lampiran 9 : Surat Jawaban Izin

40

memberikan rasa nyaman pada penderita tapi juga menjadi

salah satu media agar penderita bisa sembuh dengan lebih

cepat. Setidaknya, pertolongan pertama bisa membantu untuk

mencegah bertambah perahnya kondisi korban(Tilong, 2014).

Berdasarkan sumber yang lain dijelaskan bahwa tindakan

pertolongan pertama pada korban merupakan medis vital dengan

tujuan :

1. Menyelamatkan jiwa korban. Keselamatan jiwa korban

adalah tujuan paling utama dari sebuah tindakan pertolongan.

2. Mencegah cacat berkelanjutan. Tindakan pertolongan darirat

selain ditujukan untuk menyelamatkan nyawa, juga untuk

mencegah kemungkinan cacat berkelanjutan. Setelah

keselamatan nyawa korban tercapai, seorang penolong harus

memperhatikan kondisi korban dimana terdapat kemungkinan

yang mengarah kepada kecacatan berkelanjutan.

3. Memberikan rasa nyaman pada korban. Setelah dua poin

tersebut diatas tercapai, tindakan pertolongan diupayakan

mengarah kepada memberikan rasa nyaman pada korban.

Rasa nyaman akan mengurangi kondisi kepanikan korban

sehingga mental korban terkondisikan.

4. Menunjang proses penyembuhan korban. Terakhir, tindakan

pertolongan diarahkan kepada proses penyembuhan. Sebelum

korban sampai di fasilitas medis, korban berhak mendapatkan

Page 55: PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TENTANG …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/26/01-gdl-nandunglat... · Lampiran 8 : Surat Izin Penelitian Lampiran 9 : Surat Jawaban Izin

41

tindakan pertolongan yang menunjang kesembuhab

cidera(Swasanti, 2014).

c. Prinsip Pertolongan Pertama

Pada hakekatnya, prinsip pertolongan pertama ini membuat

berbagai aturan yang harus dilakukan untuk mencapai tujuan yang

diharapkan baik terkait dengan keselamatan penderita dan Anda

sebagai penolong. Beberapa prinsip dasar dari pertolongan

pertama adalah sebagai berikut :

1. Periksa terlebih dahulu apakah sekitar tempat kejadian ada

orang lain yang bisa membantu anda atau tidak.

2. Lakukan pertolongan pertama dengan tenang. Atur emosi dan

psikis anda. Sebab, pada dasarnya, pertolongan pertama harus

dilakukan dengan fokus dan tenang, tanpa harus panik dan

terburu-buru.

3. Jika banyak orang, mintalah bantuan untuk bersama-sama

memberikan pertolongan kepada penderita atau korban.

Semakin banyak orang, pertolongan pertamayang diberikan

akan semakin baik.

4. Pada penderita sadar, anda harus bisa meyakinkan penderita

bahwa anda orang yang akan memberikan pertolongan

kepadanya.

Page 56: PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TENTANG …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/26/01-gdl-nandunglat... · Lampiran 8 : Surat Izin Penelitian Lampiran 9 : Surat Jawaban Izin

42

5. Lakukan pertolongan pertama dengan cepat. Cepat bukan

hanya dalam arti cekatan menghampiri penderita namun yang

lebih penting adalah cepat dalam memberikan tindakan

pertolongan.

6. Anda juga diharuskan untuk bisa mempersiapkan sarana

transportasi untuk membawa korban ke klinik atau rumah

sakit terdekat. Anda bisa menyapkan tandu atau

menghubungi ambulans. Dan jika tidak bisa melakukannya

sendiri, mintalah bantuan orang-orang yang ada disekitar

anda.

7. Jangan lupa mengamankan barang-barang milik korban.

Selain bermanfaat untuk menjaga agar barang-barang

tersebut tidak hilang. Anda juga akan lebih mudah untuk

segera menghubungi keluarga korban(Tilong, 2014).

c. Pertolongan Pertama pada Aspirasi Benda Asing

1. Benda asing masuk ke hidung

a) Tanda dan gejala

Perdarahan, sulit bernapas, benda asing yang terlihat

dalam hidung, bau yang tidak sedap keluar dari hidung

b) Kapan mendapatkan bantuan dokter

Page 57: PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TENTANG …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/26/01-gdl-nandunglat... · Lampiran 8 : Surat Izin Penelitian Lampiran 9 : Surat Jawaban Izin

43

Jika tidak dapat dengan mudah mengeluarkan benda

asing, hubungi dokter atau bawa anak ke unit gawat

darurat

c) Jangan lakukan

1) Jangan mencoba mengeluarkan benda yang tidak

terlihat; bila dilakukan dapat membuat benda

tersebut semakin masuk ke dalam (Einzig, 2004 :

27).

2) Jika benda yang tertelan berukuran besar atau

tajam, jangan memberi anak makan atau

minum(Armstrong, 2009).

d) Langkah pertolongan pertama benda asing masuk ke

hidung

Page 58: PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TENTANG …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/26/01-gdl-nandunglat... · Lampiran 8 : Surat Izin Penelitian Lampiran 9 : Surat Jawaban Izin

2. Benda yang tertelan

Gambar 2.1 Pertolongan pertama benda asing ma

hidung (Einzig, 2004)

Benda yang tertelan

a) Tanda dan gejala

Sulit bernapas, bicara, atau menangis, mengeluarkan

bunyi bernada tinggi, batuk tanpa dahak, muka menjadi

biru

b) Kapan mendapatkan bantuan dokter

44

asing masuk ke

Sulit bernapas, bicara, atau menangis, mengeluarkan

bunyi bernada tinggi, batuk tanpa dahak, muka menjadi

Page 59: PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TENTANG …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/26/01-gdl-nandunglat... · Lampiran 8 : Surat Izin Penelitian Lampiran 9 : Surat Jawaban Izin

45

1) Jika anda tidak sendiri, mintalah salah seorang dari

mereka menghubungi nomor telepon unit gawat

darurat terdekat. Kemudian lakukan langkah-

langkah pertolongan pertama

2) Jika anda sendiri dan bisa bertindak cepat, hubungi

nomor telepon unit gawat darurat terdekat.

Kemudian lakukan langkah-langkah pertolongan

pertama

3) Meskipun anda berhasil mengeluarkan benda asing

dalam mulut, dan anak tampak baik-baik saja, tetap

hubungi dokter atau tenaga kesehatan untuk

mendapat saran lebih lanjut

c) Jangan lakukan

1) Jangan lakukan apa pun yang mengganggu anak

anda bila ia masih bisa batuk, bernapas, atau

menangis

2) Jangan mencoba mengungkit dan mengeluarkan

benda asing jika anda tidak bisa melihatnya

d) Langkah pertolongan pertama benda asing masuk

kemulut (Einzig, 2004 : 80).

Page 60: PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TENTANG …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/26/01-gdl-nandunglat... · Lampiran 8 : Surat Izin Penelitian Lampiran 9 : Surat Jawaban Izin

46

Gambar 2.2 Pertolongan Pertama benda asing masuk ke

mulut (Einzig, 2004)

2.2 Kerangka Teori

Penyebab

• Asal

� Eksogen

� Endogen

• Jenis

� Organik

� Anorganik

Faktor Resiko Anak Toddler

• Mengalami peningkatan kemampuan

motorik halus

• Mempunyai rasa ingin tahu yang lebih

besar

• Kurang penjagaan sewaktu bermain

• Merasa asing atau kurang mengenal

dengan lingkungan

Page 61: PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TENTANG …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/26/01-gdl-nandunglat... · Lampiran 8 : Surat Izin Penelitian Lampiran 9 : Surat Jawaban Izin

47

Gambar 2.3Skema Kerangka Teori

(Sumber : Supartini (2004); Rahajoe (2010))

2.3 Kerangka Konsep

Kerangka konsep dalam penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut :

Pendidikan

Kesehatan

tentang

Pertolongan

Pertama Aspirasi

Benda Asing

Pengetahuan Ibu

tentang Pertolongan

Pertama Aspirasi

Benda Asing

Page 62: PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TENTANG …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/26/01-gdl-nandunglat... · Lampiran 8 : Surat Izin Penelitian Lampiran 9 : Surat Jawaban Izin

48

Gambar 2.4 Skema Kerangka Konsep Penelitian

2.4 Hipotesis Penelitian

Hipotesis adalah proposisi keilmuan yang dilandasi oleh kerangka

konseptual penelitian dan merupakan jawaban sementara terhadap

permasalahan yang dihadapiserta dapat diuji kebenarannya berdasarkan

fakta empiris. Hipotesis yang digunakan adalah H1

Ho : Tidak ada pengaruh pendidikan kesehatan terhadap pengetahuan ibu

tentang pertolongan pertama aspirasi benda asing

H1 : Ada pengaruh pendidikan kesehatan terhadap pengetahuan ibu tentang

pertolongan pertama aspirasi benda asing

Hipotesis dalam penelitian ini adalah ada pengaruh pendidikan

kesehatan terhadap pengetahuan ibu tentang pertolongan pertama aspirasi

benda asing.

2.5 Keaslian Penelitian

Beberapa penelitian yang terkait dengan aspirasi benda asing :

Variabel Independen Variabel Dependen

Page 63: PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TENTANG …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/26/01-gdl-nandunglat... · Lampiran 8 : Surat Izin Penelitian Lampiran 9 : Surat Jawaban Izin

49

Tabel 2.1 Keaslian Penelitian

N

o.

Nama

Peneliti

Judul Penelitian Metode

yang

digunaka

n

Hasil Penelitian

1 Mohamma

d O.Abu-

Hasheesh,

Hanan T.

ElBahnasa

wy

Effectiveness of

the Nursing Health

Program for

Mothers with

Children

Undergoing

Bronchoscopy

Desain

kuasi

eksperim

en pada

purposiv

e

sampling

Benda asing yang

paling sering

diAspirasiadalah

bahan organik seperti

biji

kacang diikuti dengan

bahan non-

organik.Adaperbaikan

yang signifikan

Statistik (P < 0.01)

dalam pengetahuan,

praktek, dan sikap

pada nilai pasca tes.

2 R.S.H.

Eldosoky

Home-related

injuriesamongchil

dren: knowledge,

attitudes and

practice about first

aid among rural

mothers

Metode

Cross

Sectional

study

Setelah mendapatkan

intervensi berupa

pelatihan pertolongan

pertama terdapat

peningkatan yang

signifikan.

Page 64: PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TENTANG …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/26/01-gdl-nandunglat... · Lampiran 8 : Surat Izin Penelitian Lampiran 9 : Surat Jawaban Izin

49

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis dan Rancangan Penelitian

Jenis penelitian ini adalahpenelitiankuantitatif dengan rancangan quasi

experimentaldimana penelitianini tidak menggunakan kotrol terhadap

variabel yang berpengaruh terhadap eksperimen (Notoatmojo,

2012).Penelitian ini menggunakan metode pretest-posttestdesign yaitu

dengan cara memberikanpretest(pengamatan awal) terlebihdahulu

sebelumdiberikan intervensi, setelahdiberikan intervensi, kemudian

dilakukanposttest (pengamatanakhir)(Hidayat, 2007).

Desain penelitian ini adalah One-group pre-post test design without

control yaitu mengungkapkan hubungan sebab akibat dengan cara

melibatkan satu kelompok subjek. Kelompok subjek diobservasi sebelum

dilakukan intervensi, kemudian diobservasi lagi setelah intervensi.

Tabel 3.1 Desain penelitian One-group pre-post test design without

control

Subjek Pra Perlakuan Pasca-tes

K O

Waktu 1

I

Waktu 2

OI

Waktu 3

Keterangan :

K : subjek

O : pra pendidikan kesehatan

I : pendidikan kesehatan

O1 : pasca pendidikan kesehatan

Page 65: PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TENTANG …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/26/01-gdl-nandunglat... · Lampiran 8 : Surat Izin Penelitian Lampiran 9 : Surat Jawaban Izin

50

suatu kelompok sebelum dikenai perlakuan tertentu (I) diberi pra-tes,

kemudian setelah perlakuan, dilakukan pengukuran lagi untuk mengetahui

akibat dari perlakuan. Pengujian sebab akibat dilakukan dengan cara

membandingkan hasil pra-tes dengan pasca-tes. Namun tetap tanpa

melakukan pembandingan dengan pengaruh perlakuan yang dikenakan

pada kelompok lain (Nursalam, 2008).

Dalam penelitian ini, peneliti mengukur pengetahuan ibu sebelum

diberikan pendidikan kesehatan tentang pertolongan pertama aspirasi

benda asing, kemudian dilakukan pendidikan kesehatan tentang

pertolongan pertama aspirasi benda asing, selanjutnya dilakukan

pengukuran lagi pengetahuan ibu sesudah diberikan pendidikan kesehatan

tentang pertolongan pertama aspirasi benda asing.

3.2 Populasi dan Sampel

3.2.1 Populasi

Populasi dalam penelitian adalah subjek yang memenuhi

kriteria yang telah ditetapkan (Nursalam, 2008). Populasi pada

penelitian ini adalah seluruh Ibu dari anak toddler di Posyandu

Kelurahan Donohudan Kabupaten Boyolali sebanyak 115 responden

terdiri dari Posyandu Ngudi Laras, Posyandu Sarwo Peni, Posyandu

Ngudi Utomo, dan Posyandu Ngudi Luhur.

Page 66: PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TENTANG …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/26/01-gdl-nandunglat... · Lampiran 8 : Surat Izin Penelitian Lampiran 9 : Surat Jawaban Izin

51

3.2.2 Sampel

Sampel terdiri dari bagian populasi terjangkau yang dapat

dipergunakan sebagai subjek penelitian melalui sampling.

Sedangkan sampling adalah proses menyeleksi porsi dari populasi

yang dapat mewakili populasi yang ada (Nursalam, 2008 : 91).

Pengambilan sampel penelitian ini menggunakan

Proportionate Random Sampling adalah suatu teknik penetapan

sampel dengan cara memilih sampel di antara populasi sesuai dengan

yang dikehendaki peneliti (tujuan atau masalah penelitian), sehingga

sampel tersebut dapat mewakili karakteristik populasi yang telah

dikenal sebelumnya (Nursalam, 2008).

Sampel merupakan bagian populasi yang hendak diteliti dan

mewakili karakteristik populasi. Apabila populasi penelitian

berjumlah kurang dari 100 maka sampel yang diambil adalah

semuanya, namun apabila populasi penelitian berjumlah lebih dari

100 maka sampel dapat diambil antara 10-15% atau 20-25% atau

lebih (Arikunto, 2010).Peneliti mengambil 45% dari populasi

sebanyak 115 responden, sehingga didapatkan sampel sejumlah 40

responden.

Dalam penelitian ini sampel yang akan diambil adalah Ibu dari

anak toddler yang berada di Posyandu Kelurahan Donohudan

Kabupaten Boyolali yang memenuhi kriteria eksklusi dan inklusi

Page 67: PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TENTANG …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/26/01-gdl-nandunglat... · Lampiran 8 : Surat Izin Penelitian Lampiran 9 : Surat Jawaban Izin

52

sebanyak 40 responden yaitu Posyandu Ngudi Laras diambil 20

Responden dan Posyandu Sarwo Peni diambil 20 Responden.

Sampel pada penelitian ini adalah Ibu dari anak todler yang

berada di Posyandu Kelurahan Donohudan Kabupaten Boyolali :

1. Kriteria inklusi:

Ibu yang berada di Posyandu Kelurahan Donohudan Kabupaten

Boyolali

2. Kriteria eksklusi:

a) Ibu yang sedang sakit pada saat pembagian kuesioner

b) Ibu dengan gangguan mental

c) Ibu dengan jam kerja pagi hingga sore hari

3.3 Tempat dan Waktu Penelitian

3.3.1 Tempat Penelitian

Tempat Penelitian dilakukan di beberapa Posyandu yang berada di

Kelurahan Donohudan yaitu di Posyandu Ngudi Laras (20

responden) dan Posyandu Sarwo Peni (20 responden).

3.3.2 Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan pada tanggal 12-15 Februari 2015.