pengaruh pendapatan asli daerah, dana alokasi umum, _saptaningsih sumarmi

11
Saptaningsih Sumarmi - Pengaruh Pendapatan Asli Daerah, Dana Alokasi Umum, dan Dana Alokasi Khusus terhadap Alokasi Belanja Modal Daerah Kabupaten/Kota di Provinsi D.I. Yogyakarta PENGARUH PENDAPATAN ASLI DAERAH, DANA ALOKASI UMUM, DAN DANA ALOKASI KHUSUS TERHADAP ALOKASI BELANJA MODAL DAERAH KABUPATEN/KOTA DI PROVINSI D.I. YOGYAKARTA Saptaningsih Sumarmi *) Abstract This study examined the influence of local original income, general allocation funds, and special allocation funds of the Capital Expenditure Allocation. Independent variables in this research were the local original income, general allocation funds, and special allocation funds. Dependent variable was Capital Expenditure Allocation. Populations in this research were regencies or city in the province of Daerah Istimewa Yogyakarta. The sample used was a report from the APBD regency or city and regencies/city in number in the province of DIY period 2002 2007. Hypothesis of this research were examined by using multiple regression. The results of this research indicated that the local original income and special allocation funds influenced positively significant to the capital expenditure allocation. But the general allocation funds influence negatively significant to the capital expenditure allocation. Keyword: local original income, general allocation funds, special allocation funds, capital expenditure allocation. Latar Belakang Kebijakan tentang otonomi daerah di wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI), yang dikukuhkan dengan Undang -undang (UU) telah membawa konsekuensi tersendiri bagi daerah untuk bisa melaksanakan pembangunan disegala bidang, dengan harapan dapat dilaksanakan secara mandiri oleh daerah. Kebijakan tersebut dicanangkan oleh Pemerintah melalui UU Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah yang direvisi dengan UU Nomor 32 Tahun 2004 dan UU Nomor 25 Tahun 1999 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah yang direvisi dengan UU Nomor 33 Tahun 2004. Kebijakan tersebut bisa dilihat dari dua sudut pandang. Sudut pandang yang pertama adalah tantangan, yang kedua adalah peluang bagi Pemerintah Daerah (Pemda). Hal tersebut dikarenakan, dalam UU tersebut diamanatkan suatu kewenangan otonomi yaitu agar daerah melaksana kan pembangunan disegala bidang, terutama untuk pembangunan sarana dan prasarana publik ( public service ). *) Dosen Tetap Fakultas Ekonomi Universitas PGRI Yogyakarta

Upload: ganang-galih-g

Post on 19-Nov-2015

18 views

Category:

Documents


3 download

DESCRIPTION

Ekonomi, Referensi Skripsi, DAU, DAK

TRANSCRIPT

  • Saptaningsih Sumarmi - Pengaruh Pendapatan Asli Daerah, Dana Alokasi Umum,dan Dana Alokasi Khusus terhadap Alokasi Belanja Modal Daerah Kabupaten/Kota

    di Provinsi D.I. Yogyakarta

    PENGARUH PENDAPATAN ASLI DAERAH, DANA ALOKASI UMUM,DAN DANA ALOKASI KHUSUS TERHADAP ALOKASI BELANJA MODAL

    DAERAH KABUPATEN/KOTA DI PROVINSI D.I. YOGYAKARTA

    Saptaningsih Sumarmi*)

    AbstractThis study examined the influence of local original income, general

    allocation funds, and special allocation funds of the Capital Expenditure Allocation.Independent variables in this research were the local original income, generalallocation funds, and special allocation funds. Dependent variable was CapitalExpenditure Allocation.

    Populations in this research were regencies or city in the province of DaerahIstimewa Yogyakarta. The sample used was a report from the APBD regency or cityand regencies/city in number in the province of DIY period 2002 2007. Hypothesisof this research were examined by using multiple regression.

    The results of this research indicated that the local original income andspecial allocation funds influenced positively significant to the capital expenditureallocation. But the general allocation funds influence negatively significant to thecapital expenditure allocation.

    Keyword: local original income, general allocation funds, special allocation funds,capital expenditure allocation.

    Latar Belakang

    Kebijakan tentang otonomi daerah di wilayah Negara Kesatuan Republik

    Indonesia (NKRI), yang dikukuhkan dengan Undang -undang (UU) telah membawa

    konsekuensi tersendiri bagi daerah untuk bisa melaksanakan pembangunan disegala

    bidang, dengan harapan dapat dilaksanakan secara mandiri oleh daerah. Kebijakan

    tersebut dicanangkan oleh Pemerintah melalui UU Nomor 22 Tahun 1999 tentang

    Pemerintahan Daerah yang direvisi dengan UU Nomor 32 Tahun 2004 dan UU

    Nomor 25 Tahun 1999 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan

    Daerah yang direvisi dengan UU Nomor 33 Tahun 2004.

    Kebijakan tersebut bisa dilihat dari dua sudut pandang. Sudut pandang yang

    pertama adalah tantangan, yang kedua adalah peluang bagi Pemerintah Daerah

    (Pemda). Hal tersebut dikarenakan, dalam UU tersebut diamanatkan suatu

    kewenangan otonomi yaitu agar daerah melaksana kan pembangunan disegala bidang,

    terutama untuk pembangunan sarana dan prasarana publik ( public service).

    *) Dosen Tetap Fakultas Ekonomi Universitas PGRI Yogyakarta

  • Saptaningsih Sumarmi - Pengaruh Pendapatan Asli Daerah, Dana Alokasi Umum,dan Dana Alokasi Khusus terhadap Alokasi Belanja Modal Daerah Kabupaten/Kota

    di Provinsi D.I. Yogyakarta

    Pembangunan tersebut diharapkan dapat dilaksan akan secara mandiri oleh daerah,

    baik dari sisi perencanaan, pembangunan, serta pembiayaannya. Daerah diberi

    kewenangan yang lebih besar untuk mengurus dan mengatur rumah tangganya

    sendiri. Tujuan kewenangan tersebut adalah untuk lebih mendekatkan pelayanan

    pemerintah kepada masyarakat, memudahkan masyarakat untuk mem antau dan

    mengontrol penggunaan dana yang bersumber dari Anggara n Pendapatan dan

    Belanja Daerah (APBD), dan untuk menciptakan persaingan yang sehat antardaerah,

    serta mendorong timbulnya inovasi. Sejalan dengan hal tersebut, Pemerintah Daerah

    diharapkan mampu menggali sumber -sumber keuangan khususnya untuk memenuhi

    kebutuhan pembiayaan pemerintahan dan pembangunan di daerahnya m elalui

    Pendapatan Asli Daerah (PAD).

    UU Nomor 33 Tahun 2004 Pasal 10 menyatakan bahwa yang menjadi

    sumber-sumber pembiayaan untuk pembangunan daerah (capital investment) antara

    lain berasal dari PAD dan Dana Perimbangan yang diterima oleh daerah -daerah dari

    Pemerintah Pusat. Dana Perimbangan itu sendiri terdiri dari Dana Bagi Hasil, Dana

    Alokasi Umum (DAU), dan Dana Alokasi Khusus (DAK). Selain itu , juga terdapat

    sumber lain yang berasal dari pembiayaan berupa pinjaman daerah.

    Oleh sebab itu, tuntutan untuk mengubah struktur belanja menjadi semakin

    kuat, khususnya pada daerah-daerah yang mengalami kapasitas fiskal rendah (Halim,

    2001). Daerah-daerah yang kapasitas fiskalnya rendah cenderung mengalami tekanan

    fiskal yang kuat. Rendahnya kapasitas ini mengindikasikan tingkat kemandirian

    daerah yang rendah. Daerah dituntut untuk mengotimalkan potensi pendapatan yang

    dimiliki dan salah satunya dengan memberikan porsi belanj a daerah yang lebih besar

    untuk sektor-sektor produktif.

    Pergeseran komposisi belanja merupakan upaya logis yang dilakukan

    Pemerintah Daerah (Pemda) setempat dalam rangka meningkatkan tingkat

    kepercayaan publik. Pergeseran ini ditujukan untuk peningkatan investasi modal.

    Semakin tinggi tingkat investasi modal diharapkan mampu meningkatkan kualitas

    layanan publik dan pada gilirannya mampu meningkatkan tingkat partisipasi

    (kontribusi) publik terhadap pembangunan yang tercermin dari adanya peningkatan

    PAD (Mardiasmo, 2002).

  • Saptaningsih Sumarmi - Pengaruh Pendapatan Asli Daerah, Dana Alokasi Umum,dan Dana Alokasi Khusus terhadap Alokasi Belanja Modal Daerah Kabupaten/Kota

    di Provinsi D.I. Yogyakarta

    Perubahan alokasi belanja ini juga ditujukan untuk pembangunan berbagai

    fasilitas modal. Pemerintah perlu memfasilitasi berbagai aktivitas peningkatan

    perekonomian, salah satunya dengan membuka kesempatan berinvestasi.

    Pembangunan infrastruktur dan pemberian berbagai fasilitas kemudahan dilakukan

    untuk meningkatkan daya tarik investasi ini (Yustikasari dan Darwanto, 2007).

    Upaya untuk meningkatkan kualitas pelayanan publik, Pemerintah Daerah

    wajib mengalokasikan dana dalam bentuk anggara n belanja modal dalam APBD

    untuk menambah aset tetap. Alokasi belanja modal ini didasarkan pada kebutuhan

    daerah akan sarana dan prasarana, baik untuk kelancaran pelaksanaan tugas

    pemerintahan maupun untuk fasilitas publik. Selama ini belanja daerah lebih banyak

    digunakan untuk belanja rutin yang relatif kurang produktif. Saragih (2003)

    menyatakan bahwa pemanfaatan belanja hendaknya dialokasikan untuk hal -hal

    produktif, misal untuk melakukan aktivitas pembangunan. Sejalan dengan pendapat

    tersebut, Stine (1994) menyatakan bahwa penerimaan pemerintah hendaknya lebih

    banyak untuk program-program layanan publik. Kedua pendapat ini menyiratkan

    pentingnya mengalokasikan belanja untuk berbagai kepentingan publik.

    Penelitian ini dilakukan untuk menguji pengaruh PAD , DAU, dan DAK

    terhadap pengalokasian anggaran Belanja Modal dalam APBD. Penelitian ini

    diharapkan mampu menjelaskan: (1) Apakah PAD berpengaruh terhadap alokasi

    belanja modal daerah?; (2) Apakah DAU berpengaruh terhadap alokasi belanja

    modal daerah?; (3) Apakah DAK berpengaruh terhadap alokasi belanja modal

    daerah?; (4) Apakah PAD, DAU, dan DAK berpengaruh secara simultan terhadap

    alokasi belanja modal daerah?

    Kajian Teori dan Hipotesis

    1. Pengaruh PAD terhadap Alokasi Anggaran Belanja Modal

    Studi tentang pengaruh pendapatan daerah ( local own source revenue )

    terhadap pengeluaran daerah sudah banyak dilakukan. Aziz et.al (2000); Doi (1998);

    Von Furstenberg (1998), menyatakan dalam hipotesis penelitiannya bahwa

    penerimaan daerah (terutama pajak) akan mempenga ruhi anggaran belanja

    Pemerintah Daerah dikenal dengan nama tax spend hypothesis . Dalam hal ini

  • Saptaningsih Sumarmi - Pengaruh Pendapatan Asli Daerah, Dana Alokasi Umum,dan Dana Alokasi Khusus terhadap Alokasi Belanja Modal Daerah Kabupaten/Kota

    di Provinsi D.I. Yogyakarta

    pengeluaran Pemerintah Daerah akan disesuaikan dengan penerimaan Pemerintah

    Daerah atau perubahan pendapatan terjadi sebelum perubahan pengeluaran.

    Salah satu tujuan utama desentralisasi fiskal adalah terciptanya kemandirian

    daerah. Pemerintah Daerah diharapkan mampu menggali sumber -sumber keuangan

    lokal, khususnya melalui PAD (Sidik, 2002). PAD merupakan sa lah sumber

    pembelanjaan daerah. J ika PAD meningkat, maka dana yang dimiliki oleh

    Pemerintah Daerah akan lebih tinggi dan tingkat kemandirian daerah akan meningkat

    pula, sehingga Pemerintah Daerah akan berinisiatif untuk lebih menggali potensi -

    potensi daerah dan meningkatkan pertumbuhan ekonomi (Tambunan, 2006).

    Hal ini menunjukkan suatu indikasi yang kuat, bahwa jika PAD suatu daerah

    meningkat, maka kemampuan daerah untuk melakukan pengeluaran belanja modal

    juga akan mengalami suatu peningkatan. Berdasarkan paparan tersebut, dirumuskan

    hipotesis sebagai berikut:

    Hipotesis 1 (H1) : Pendapatan Asli Daerah (PAD) berpengaruh positif

    terhadap belanja modal.

    2. Pengaruh DAU dan DAK terhadap Alokasi Anggaran Belanja Modal

    Holtzeaken et.al (1985), menyatakan bahwa terdapat keterkaitan erat antara

    transfer dari Pemerintah Pusat dengan belanja pemerintah daerah. Studi yang

    dilakukan Legrenzi dan Milas (2001) dalam Abdullah dan Halim (2003) menemukan

    bukti empiris bahwa dalam jangk a panjang transfer berpengaruh terhadap belanja

    modal dan pengurangan jumlah transfer dapat menyebabkan penurunan dalam

    pengeluaran belanja modal. Prakoso (2004) dalam Adi dan Harianto (2007),

    memperoleh temuan empiris yang sama bahwa jumlah belanja modal dipengaruhi

    oleh dana alokasi umum yang diterima dari Pemerintah Pusat. Hal ini

    mengindikasikan bahwa perilaku belanja daerah terutama belanja modal dipengaruhi

    oleh DAU dan DAK.

    Dari paparan diatas, dikembangkan hipotesis penelitian:

    Hipotesis 2 (H2) : Dana Alokasi Umum (DAU) berpengaruh positif terhadap

    belanja modal daerah.

    Hipotesis 3 (H3) : Dana Alokasi Khusus (DAK) berpengaruh positif terhadap

    belanja modal daerah

  • Saptaningsih Sumarmi - Pengaruh Pendapatan Asli Daerah, Dana Alokasi Umum,dan Dana Alokasi Khusus terhadap Alokasi Belanja Modal Daerah Kabupaten/Kota

    di Provinsi D.I. Yogyakarta

    3. Pengaruh PAD, DAU, DAK terhadap Belanja Modal

    Menurut Sidik (2002), ciri utama yang menunjukkan suatu daerah otonom

    mampu berotonomi terletak pada kemampuan keuangan daerah. Artinya, daerah

    otonom harus memiliki kewenangan dan kemampuan untuk menggali sumber -

    sumber keuangan sendiri, mengelola dan menggunakan keuangan sendiri yang cukup

    memadai untuk membiayai penyelen ggaraan pemerintahan daerahnya.

    Ketergantungan kepada bantuan pusat harus seminimal mungkin, sehingga PAD

    khususnya pajak dan retribusi daerah harus menjadi bagian sumber keuangan

    terbesar, yang didukung oleh kebijakan perimbangan keuangan pusat dan daerah

    sebagai prasyarat mendasar dalam sistem pemerintaha n negara.

    Dari paparan diatas, dikembangkan hipotesis penelitian:

    Hipotesis 4 (H4) : PAD, DAU, dan DAK secara simultan berpengaruh positif

    terhadap belanja modal.

    Model Penelitian

    Berdasarkan landasan teori dan kajian empiris tentang PAD, DAU, DAK dan

    alokasi belanja modal, maka bisa dibuat suatu model penelitian:

    Metode Penelitian

    1. Populasi dan Jenis Data

    Daerah yang dijadikan sebagai obyek dalam penelitian ini adalah daerah

    Kabupaten/Kota di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta (D.I. Yogyakarta) . Sumber

    PendapatanAsli Daerah

    BELANJAMODAL

    Dana AlokasiKhusus

    Dana AlokasiUmum

  • Saptaningsih Sumarmi - Pengaruh Pendapatan Asli Daerah, Dana Alokasi Umum,dan Dana Alokasi Khusus terhadap Alokasi Belanja Modal Daerah Kabupaten/Kota

    di Provinsi D.I. Yogyakarta

    data yang digunakan oleh peneliti adalah data sekunder yang bersumber dari laporan

    Realisasi APBD Pemda Kabupaten/Kota di Provinsi D.I. Yogyakarta, yakni data

    PAD, DAU, dan Belanja Modal Daerah yang diperoleh dari situs Dirjen

    Perimbangan Keuangan Daerah melalui internet dan Biro Pusat Statistik (BPS).

    Adapun data yang digunakan adalah data time series dengan periode waktu dari

    tahun 2002 sampai dengan tahun 2007 , dan akan dikombinasikan dengan data cross

    section dari masing-masing daerah Kabupaten/Kota yang akan dijadikan populasi.

    2. Definisi Operasional Variabel

    (a) Variabel Independen

    1) Pendapatan Asli Daerah (PAD) adalah semua penerimaan daerah yang berasal

    dari sumber ekonomi asli daerah, yang diukur melalui besarnya target PAD

    kabupaten/kota pada setiap tahun anggaran.

    2) Dana Alokasi Umum (DAU) adalah dana yang bersumber dari penerimaan

    anggaran pendapatan dan be lanja negara yang dialokasikan kepada daerah

    dalam bentuk block grant yang pemanfaatan diserahkan sepenuhnya kepada

    daerah. Variabel ini diukur melalui besarnya target DAU yang diperoleh

    daerah kabupaten/kota pada setiap tahun anggaran.

    3) Dana Alokasi Khusus (DAK) adalah dana yang bersumber dari APBN yang

    dialokasikan kepada daerah tertentu dengan tujuan untuk membantu

    mendanai kegiatan khusus yang merupakan urusan daerah dan sesuai dengan

    proritas nasional, khususnya dalam upaya pemenuhan kebutuhan saran a dan

    prasarana pelayanan dasar masyarakat.

    (b) Variabel Dependen

    Variabel dependen dalam penelitian ini adalah Alokasi Belanja Modal Daerah,

    yaitu semua pengeluaran daerah yang manfaatnya melebihi satu tah un anggaran

    dan akan menambah aset atau kekayaan daerah. Variabel ini diukur melalui

    besarnya target alokasi belanja modal daerah kabupaten/kota pada setiap tahun

    anggaran.

    Hasil Analisis Data dan Pembahasan

    1. Pengujian Hipotesis

  • Saptaningsih Sumarmi - Pengaruh Pendapatan Asli Daerah, Dana Alokasi Umum,dan Dana Alokasi Khusus terhadap Alokasi Belanja Modal Daerah Kabupaten/Kota

    di Provinsi D.I. Yogyakarta

    Pengujian hipotesis 1 dilakukan untuk mengetahui apakah Pendapatan Asli

    Daerah (PAD) berpengaruh positif terhadap alokasi belanja modal. Dari hasil analisis

    diperoleh hasil nilai uji t 3,803, dan diperoleh nilai p (sig 2-tailed) 0.001. Hal ini

    berarti PAD berpengaruh positif terhadap alokasi belanja modal (hipotesis 1

    diterima).

    Pengujian hipotesis 2 dilakukan untuk mengetahui apakah Dana Alokasi

    Umum (DAU) berpengaruh positif signifikan terhadap belanja modal. Dari hasil

    analisis diperoleh hasil nilai uji t -3,205, dan diperoleh nilai p (sig 2 -tailed) 0.004.

    Hal ini berarti DAU berpengaruh negatif terhadap alokasi belanja modal (hipotesis 2

    ditolak).

    Pengujian hipotesis 3 dilakukan untuk mengetahui apakah DAK berpengaruh

    positif signifikan terhadap alokasi belanja modal. Dari hasil analisis diperoleh hasil

    nilai uji t 5,250, dan diperoleh nilai p (sig 2 -tailed) 0,000. Hal ini berarti DAK

    berpengaruh positif signifikan terhadap alokasi belanja modal (hipotesis 3 diterima).

    Pengujian hipotesis 4 dilakukan untuk mengetahui apakah PAD, DAU, dan

    DAK secara simultan berpengaruh positif terhadap belanja modal. Dari hasil analisis

    diperoleh nilai F 13,459, dan sign. F 0,000. Hal ini berarti terdapat hubungan positif

    dan signifikan antara variabel X 1 , X 2 , X 3 secara simultan atau secara bersama -sama

    dengan variabel Y (hipotesis 4 diterima).

    2. Pembahasan

    Dari hasil analisis, pengujian hipotesis pertama menemukan bahwa

    Pendapatan Asli Daerah (PAD) berpengaruh secara positif signifikan terhadap

    alokasi belanja modal daerah. Hal ini disebabkan karena PAD merupakan sumber

    pendapatan yang diperoleh dari daerah yang digunakan untuk membiayai

    penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan daerah. PAD juga merupakan

    salah satu sumber pembelanjaan daerah, sehingga jika PAD meningkat maka dana

    yang dimiliki oleh Pemerintah Daerah akan lebih tinggi dan tingkat kemandirian

    daerah akan meningkat pula, sehingga Pemerintah Daerah akan berinisiatif untuk

    lebih meningkatkan belanja modalnya untuk melengkapi sarana prasarana

    pembangunan daerah guna pelayanan publik yang menjadi kewajiban pemerintah.

  • Saptaningsih Sumarmi - Pengaruh Pendapatan Asli Daerah, Dana Alokasi Umum,dan Dana Alokasi Khusus terhadap Alokasi Belanja Modal Daerah Kabupaten/Kota

    di Provinsi D.I. Yogyakarta

    Hal ini sejalan dengan Aziz et.al (2000); Doi (1998); Von Furstenberg (1998),

    yang menyatakan bahwa penerimaan daerah (terutama pajak) akan mempengaruhi

    anggaran belanja pemerintah daerah dikenal dengan nama tax spend hypothesis.

    Dalam hal ini pengeluaran Pemerintah Daerah akan disesuaikan dengan penerimaan

    Pemerintah Daerah atau perubahan pendapatan terjadi sebelum perubahan

    pengeluaran.

    Pengujian hipotesis kedua menemukan bahwa DAU berpengaruh negatif

    signifikan terhadap alokasi belanja modal daerah. Dengan demikian hipotesis kedua

    ditolak. Hal ini bebeda dengan penelitian -penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh

    Holtzeaken et.al (1985), Legrenzi dan Milas (2001), Abdullah dan Halim (2003),

    Prakoso (2004) dalam Adi dan Harianto (2007 ). Tetapi, jika kita mencermati besaran

    nilai PAD daerah kabupaten se -D.I. Yogyakarta mengalami suatu peningkatan.

    Tujuan awal DAU adalah untuk pemerataan keuangan antar daerah yang

    dimaksudkan untuk mengurangi ketim pangan kemampuan keuangan antar daerah.

    Suatu daerah yang potensi fiskalnya rendah, maka DAU yang diperolehnya tinggi,

    dan sebaliknya jika potensi fiskalnya tinggi, maka DAU yang diperoleh daerah

    bersangkutan akan rendah. Hal ini menunjukkan kemandirian daerah kabupaten/kota

    di Provinsi D.I. Yogyakarta kuat, sehingga tidak tergantung DAU dari Pemerintah

    Pusat untuk membiayai alokasi belanja modal daerah.

    Pengujian hipotesis ketiga menemukan bahwa Dana Alokasi Khusus (DAK)

    berpengaruh positif signifikan terhadap alokasi belanja modal daerah. DAK

    diberikan dengan tujuan untuk membiayai kegiatan -kegiatan khusus pada daerah

    tertentu yang merupakan urusan daerah dan sesuai dengan pr ioritas nasional,

    khususnya untuk membiayai kebutuhan sarana dan prasarana pelayanan dasar

    masyarakat yang belum mencapai standar tertentu atau untuk mendorong percepatan

    pembangunan daerah. Hal sejalan dengan temuan Holtz -Eakin et al (1995), yang

    menyatakan bahwa terdapat keterkaitan yang sangat erat antara transfer dari

    Pemerintah Pusat dengan belanja Pemerintah Daerah.

    Hipotesis keempat menyatakan bahwa PAD, DAU, dan DAK secara simultan

    berpengaruh signifikan terhadap alokasi belanja modal daerah, sehin gga hipotesis

    keempat diterima. Jika PAD, DAU, dan DAK meningkat maka alokasi belanja modal

    daerah guna meningkatkan pelayanan publik juga bisa ditingkatkan. Dengan

  • Saptaningsih Sumarmi - Pengaruh Pendapatan Asli Daerah, Dana Alokasi Umum,dan Dana Alokasi Khusus terhadap Alokasi Belanja Modal Daerah Kabupaten/Kota

    di Provinsi D.I. Yogyakarta

    demikian, model yang digunakan dalam penelitian ini dapat digunakan untuk

    menjelaskan perilaku belanja modal dalam APBD.

    Kesimpulan

    Penelitian ini bertujuan meneliti pengaruh faktor -faktor fundamental yaitu

    Pendapatan Asli Daerah (PAD), Dana Alokasi Umum (DA U), Dana Alokasi Khusus

    (DAK), dan Alokasi Belanja Modal dalam Anggaran Pen dapata dan Belanja Daerah

    (APBD). Pengujian pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen

    digunakan persamaan regresi linier berganda dan menggunakan data panel.

    Pada pengujian asumsi klasik diketahui bahwa data telah terdistribusi normal

    bebas dari multikolinieritas, heteroskedastisitas, dan autokorelasi. Hasil pengujian

    terhadap hipotesis-hipotesis menunjukkan bahwa secara simultan variabel PAD,

    DAU, dan DAK berpengaruh secara signifikan terhadap variabel alokas i belanja

    modal. Hasil pengujian terhadap hipotesis menunjukkan hasil perhitungan statistik

    uji F dengan hasil nilai signifikansi 0,000 berada dibawah 0,005 yang berarti secara

    simultan variabel-variabel independen tersebut berpengaruh secara simultan terhadap

    alokasi belanja modal. Pengujian se cara parsial, variabel PAD dan DAK berpengaruh

    positif signifikan terhadap alokasi belanja modal daerah. Sedangkan variabel

    dependen DAU berpengaruh negatif terhadap alokasi bela nja modal daerah dalam

    APBD, sehingga hipotesis kedua ditolak.

    Hasil Adjusted R squared (R) diperoleh angka sebesar 0, 563 yang

    menunjukkan bahwa 56,3% variabel PAD, DAU, dan DAK secara bersama-sama

    dapat menjelaskan alokasi belanja modal daerah dalam APBD , dan 43,7% dijelaskan

    oleh variabel lain diluar model yang ada.

    Saran

    Saran yang diajukan untuk peneliti selanjutnya adalah dengan me nambah

    daerah sampel penelitian dan rentang waktu penelitian sehingga hasil penelitian lebih

    dapat digeneralisir. Variabel yang digunakan dalam penelitian mendatang diharapkan

    lebih lengkap dan bervariasi, dengan menambah variabel independen yang lain baik

    ukuran-ukuran atau jenis-jenis penerimaan Pemerintah Daerah lainnya, maupun

    variabel non-keuangan, seperti kebijakan pemerintah atau kondisi makroekonomi.

  • Saptaningsih Sumarmi - Pengaruh Pendapatan Asli Daerah, Dana Alokasi Umum,dan Dana Alokasi Khusus terhadap Alokasi Belanja Modal Daerah Kabupaten/Kota

    di Provinsi D.I. Yogyakarta

    DAFTAR PUSTAKA

    Aziz, Mariam Abdul, Muzafar Shah Habibullah, W. N. W. Azman -Saini, & M.Azali, 2000. The Causal Relationship between Tax Revenues andGovernment Spending in Malaysia . Universiti Putra Malaysia, WorkingPaper.

    Doi, Takero. 1998. Is Japanesse Local Finance Really Centralized? From Viewpointof The Revenue-Expenditure Nexus. University of Tokyo, Working Paper.

    Ghozali, Imam. 2001. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS .Universitas Diponegoro, Semarang.

    Gujarati, Damodar, 1993. Ekonometrika Dasar, Cetakan Ketiga, Erlangga, Jakarta.

    Halim, Abdul; Nasir, Jamal Abdul. 2006. Kajian tentang Keuangan DaerahPemerintah Kota Malang . Manajemen Usahawan Indonesia No. 06/Th .XXXV Juni 2006.

    Halim, Abdul. 2004. Akuntansi Sektor Publik: Akuntansi Keuangan Daerah .Salemba Empat, Jakarta.

    Harianto, David. Adi, Priyo Hadi. 2007. Hubungan antara Dana Alokasi Umum,Belanja Modal, Pendapatan Asli Daerah , dan Pendapatan Per-Kapita. SNAX Unhass Makasar 26-28 Juli 2007.

    Hastuti dan Munartono. Kinerja Keuangan Daerah Sebelum dan Sesuadah OtonomiDaerah: Studi Kasus pada Pemerintah Daerah Kota Semarang , SeminarRiset Ekonomi II, UNAIR Surabaya.

    Holtz-Eakin, Doglas, Harvey S & Schuyley Tilly, 1994. Intempora Analysis of StateA Local Government Spending: Theory and Tests. Journal of UrbanEconomics 35: 159 174.

    Legrenzi, Gabriella & Costas Millas. 2001. Non-Linear and Asymmetric AdjustmentThe Local Revenue-Expenditure Models: Some Evidence from The ItalianMunicipalities. University of Milan, Working Paper.

    Mardiasmo dan Kirana Jaya. 1999. Pengelolaan Keuangan Daerah yangBerorientasi pada Kepentingan Publik, Jurnal Akuntansi, Manajemen, da nSistem Informasi STIE YO, No . 21. Yogyakarta.

    Mardiasmo. 2002. Otonomi dan Manajemen Keuangan Daerah . Penerbit Andi,Yogyakarta.

  • Saptaningsih Sumarmi - Pengaruh Pendapatan Asli Daerah, Dana Alokasi Umum,dan Dana Alokasi Khusus terhadap Alokasi Belanja Modal Daerah Kabupaten/Kota

    di Provinsi D.I. Yogyakarta

    Markridakis, S., Whellwright, S. C., and Mc. Gee, V. E (Alih Bahasa oleh:Andriyanto Sus Untung dan Basith Abdul), 1995, Metode dan AplikasiPeramalan, Jilid 1, Edisi Kedua, Penerbit Erlangga, Jakarta.

    Saragih, Juli Panglima. 2003. Desentralisasi Fiskal & Keuangan Daerah dalamOtonomi. Ghalia Indonesia.

    Sidik, Machfud. 2002. Optimalisasi Pajak Daerah dan Retribusi Daerah dalamRangka Meningkatkan Kemampuan Keuangan Daerah. Makalahdisampaikan dalam rangka Orasi Ilmiah. Bandung, 10 April 2002.

    Sudjana, 2002. Metoda Statistika. Tarsito,Bandung.

    Sulaiman, Wahid, 2004, Analisis Regresi Menggunakan SPSS, Contoh Kasus danPemecahannya. Penerbit Andi, Yogyakarta.

    Supardi, 2008. Kontribusi Pendapatan Retribusi Daerah t erhadap PAD diKabupaten Bantul Periode 1997 2005. Jurnal Akuntansi dan ManajemenAkmenika, No.2. Yogyakarta.

    Syaiful, 2006. Pengertian dan Perlakuan Akuntansi Belanja Barang dan BelanjaModal dalam Kaidah Akuntansi Pemerintahan.http://aset.pu.go.id//belanja.pdf.

    Tambunan, Tulus. 2006. Upaya-upaya Meningkatkan Daya Saing Daerah .www.kardin-indonesia.or.id.

    Undang-undang No. 22 Tahun 1999 tentang Pemerintah Daerah (Otonomi Daerah).

    Undang-undang No. 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antaraPemerintah Pusat dan Pemerintahan Da erah.

    Yani, Ahmad, 2008. Hubungan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah diIndonesia. Rajawali Pers. PT Raja Grafindo Persada.

    http://aset.pu.go.id//www.kardin-indonesia.or.id