pengaruh penambahan daun trembesi (samanea … file6. untuk yang terspesial adinda tita marlina,...
TRANSCRIPT
PENGARUH PENAMBAHAN DAUN TREMBESI (Samanea saman)
DENGAN LEVEL BERBEDA PADA WAFER PAKAN KOMPLIT
TERHADAP KANDUNGAN NDF DAN ADF
SKRIPSI
OLEH :
MUH. FAJRUL
I111 12 335
FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2017
ii
PENGARUH PENAMBAHAN DAUN TREMBESI (Samanea saman)
DENGAN LEVEL BERBEDA PADA WAFER PAKAN KOMPLIT
TERHADAP KANDUNGAN NDF DAN ADF
SKRIPSI
Oleh:
MUH. FAJRUL
I111 12 335
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Fakultas
Peternakan Universitas Hasanuddin
FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2017
iii
iv
v
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah
subhanahuwata’ala.atas limpahan rahmat dan nikmat-Nya sehingga penulis dapat
menyelesaikan penulisan skripsi yang berjudul “Pengaruh Penambahan Daun
Trembesi (Samanea Saman) Dengan Level Berbeda Pada Wafer Pakan
Komplit Terhadap Kandungan NDF Dan ADF” sebagai salah satu tugas akhir.
Dalam penulisan skripsi ini tidak sedikit hambatan dan kesulitan yang penulis
hadapi. Penulis menyadari bahwa skripsi ini tidak akan terselesaikan dengan baik
tanpa dukungan, motivasi, nasehat, dan bantuan dari berbagai pihak.
Ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya penulis sampaikan kepada
Kedua orang tua saya Baharuddin dan Nur Atia atas segala perhatian dan kasih
sayang, bantuan materi maupun non materi yang tak ternilai harganya serta doa-
doa yang senantiasa dipanjatkan. Dan pada kesempatan ini pula dengan segala
keikhlasan dan kerendahan hati penulis juga menyampaikan terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada :
1. Ibu Dr. Ir. Rohmiyatul Islamiyati, M.P. Sebagai pembimbing utama dan Prof.
Dr. Ir. Jasmal A. Syamsu, M.Si. Selaku pembimbing anggota, yang telah
membagi ilmunya dan banyak meluangkan waktu untuk membimbing,
mengarahkan dan memberikan nasihat serta motivasi dalam penyusunan
makalah ini. Jasa beliau akan terkenang dalam lembaran kehidupan pribadi
penulis dan semoga Allah membalasnya dengan yang lebih baik dan meridhai
setiap amal ibadahnya.
vi
2. Ibu Rektor UNHAS, Bapak Dekan, Pembantu Dekan I, II dan III dan seluruh
Bapak Ibu Dosen yang telah melimpahkan ilmunya kepada penulis, dan
Bapak/Ibu Staf Pegawai Fakultas Peternakan Universitas Hasanuddin.
3. Untuk Penasehat Akademik saya Dr. Muhammad Ihsan A.Dagong, S.Pt.
M.Si. serta seluruh kalangan civitas akademik yang tak mampu saya
sebutkan, terima kasih atas seluruh partisipasi dan dukunganya yang dari awal
hingga akhir telah banyak membantu.
4. Bapak Prof. Dr. Ir. Ismartoyo, M. Agr. S., Bapak Dr. Ir. Budiman Nohong,
MP dan Ibu Prof. Dr. Ir. Hj. Laily A. Rotib, MS. Selaku Dosen
pembahas/penguji, yang begitu bijak dalam memberikan masukan/saran
untuk mempermudah dalam perbaikan penulisan skripsi penulis. Semoga
beliau tetap diberikan perlindungan Allah .
5. Untuk kakakku Rosdiana, Abdul Rain, S.Si, dan Mutmainnah serta adik
tercinta Maharani dan Nur Halima yang telah memberikan dorongan dan
motivasi selama ini.
6. Untuk yang terspesial adinda Tita Marlina, yang telah menjadi penyemangat
dan menjadi pendorong saya dalam menghadapi setiap masalah.
7. Untuk teman-teman KKN Reguler gel 93. Kel. Pammana, Kec. Pammana,
Kab. Wajo (kakak Zulkifli.S, Andi Kaizar Alam, Fian, Rini, Ulfa, Mirdayanti
dan Resty) yang telah berjuang bersama-sama di lokasi KKN.
8. Kepada Irwan, Aswar, Jaka, Wandi, Nahar, Udin, Irfan, Fathul, Nis, dan Mela
yang mengajarkan artinya teman dan sahabat bahkan saudara, terima kasih
atas kebersamaannya.
vii
9. Kepada kak Komang Radna, Kak Sukri, Kak Ide, Tilawati, Mita Arifa Hakim,
dan rekan-rekan yang ada di pondok Bur Jaya terima kasih telah banyak
membantu dan bertukar cerita.
10. Keluarga besar “FLOCK MENTALITY” dan HUMANIKA terimah kasih
atas bantuan yang diberikan kepada penulis selama jadi mahasiswa.
11. TEAM asisten Ransum Unggas/Non Ruminansia (Dewi Yuliana, S.Pt, Rita
Massolo, S.Pt, Bungatang, S.Pt, dan Sulkarnaen) dan team penelitian (Kak
Darwis, Herdi, dan Alfian) terimah kasih atas ilmu dan dukungan yang
diberikan kepada penulis.
Penulis menyadari bahwa penyusunan makalah ini masih sangat jauh dari
kesempurnaan, karena itu mohon maaf atas kekurangan ini. Semoga kita tetap
diberi kesehatan dan kekuatan dalam menuntut Ilmu. Dari itu Saran dan kritik
yang membangun dari pembaca akan membantu kesempurnaan dan kemajuan
ilmu pengetahuan.
Makassar, Mei 2017
Muh. Fajrul
viii
ABSTRAK
Muh. Fajrul I111 12 335. Pengaruh Penambahan Daun Trembesi (Samanea
saman) Dengan Level Berbeda Pada Wafer Pakan Komplit Terhadap Kandungan
NDF Dan ADF. Dibawah bimbingan Rohmiyatul Islamiyati sebagai
Pembimbing Utama dan Jasmal A. Syamsu sebagai Pembimbing Anggota.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kandungan NDF dan ADF wafer pakan
komplit d e n g a n penambahan daun trembesi (Samanea saman) dengan level
berbeda. Penelitian ini dirancang berdasarkan Rancangan Acak Lengkap (RAL)
dengan 4 perlakuan 4 kali ulangan. Perlakuan P1 = Kontrol (0% daun trembesi),
P2 = wafer pakan komplit dengan daun trembesi 10%, P3 = wafer pakan komplit
dengan daun trembesi 20%, P4 = wafer pakan komplit dengan daun trembesi 30%.
Hasil sidik ragam menunjukkan bahwa perlakuan berpengaruh nyata (P<0,05)
terhadap kandungan NDF dan ADF. Disimpulkan bahwa semakin tinggi
penambahan daun trembesi pada pakan semakin meningkatkan kandungan NDF
dan ADF wafer pakan Komplit.
Kata kunci: Daun Trembesi, Wafer Pakan, NDF dan ADF
ix
ABSTRACT
Muh. Fajrul I111 12 335. Effect of Addition of Trembesi Leaves (Samanea
saman) With Levels In Complete Feed Wafers To NDF And ADF Content. Under
the guidance of Rohmiyatul Islamiyati as Principal Adviser and Jasmal A.
Syamsu as Member Adviser.
This study aimed to determine the content of NDF and ADF complete wafer feed
with the addition of trembesi leaves (Samanea saman) with different levels. This
research was designed based on Completely Randomized Design (RAL) with 4
treatments 4 replications. Treatment P1 = Control (0% trembesi leaf), P2 =
complete feed wafer with 10% trembesi leaves, P3 = complete feed wafer with
20% trembesi leaves, P4 = complete feed wafer with 30% trembesi leaves. The
result of variance showed that the treatment had significant effect (P <0,05) on
NDF and ADF content. It was concluded that the higher leaf addition of trembesi
on feed increased NDF and ADF content of Complete feed wafer.
Key Words: Trembesi Leaves, Feed Wafer, NDF and ADF
x
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ............................................................................. ii
PERNYATAAN KEASLIAN ............................................................... iii
HALAMAN PENGESAHAN ............................................................... iv
KATA PENGANTAR ........................................................................... v
ABSTRAK ............................................................................................. viii
DAFTAR ISI .......................................................................................... x
DAFTAR TABEL ................................................................................. xii
DAFTAR GAMBAR ............................................................................. xiii
DAFTAR LAMPIRAN ......................................................................... xiv
PENDAHULUAN .................................................................................. 1
Latar Belakang ........................................................................................ 1
Rumusan Masalah ................................................................................... 2
Tujuan dan Kegunaan ............................................................................. 3
TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................ 4
Tumbuhan Trembesi (Samanea saman) .................................................. 4
Bahan Pakan Sumber Serat .................................................................... 7
Bahan Pakan Sumber Energi ................................................................... 7
Bahan Pakan sumber Protein .................................................................. 8
Bahan Pakan Pelengkap .......................................................................... 9
Wafer ........ .............................................................................................. 10
Kandungan ADF dan NDF ..................................................................... 11
Hipotesis ... .............................................................................................. 14
METODOLOGI PENELITIAN .......................................................... 15
Waktu dan Tempat Penelitian ................................................................. 15
Materi Penelitian ..................................................................................... 15
Metode Penelitian ................................................................................... 15
Prosedur pembuatan wafer ...................................................................... 17
xi
Parameter yang di ukur ........................................................................... 18
Analisis Data ........................................................................................... 20
HASIL DAN PEMBAHASAN
Kandungan NDF Pakan Komplit Daun Trembesi .................................. 21
Kandungan ADF Pakan Komplit Daun Trembesi .................................. 23
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan ............................................................................................ 25
Saran ......... .............................................................................................. 25
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................ 26
xii
DAFTAR TABEL
No. Halaman
Teks
1. Komposisi Nutrisi Bahan Pakan yang Digunakan ............................ 16
2. Komposisi (%) dan Kandungan Nutrisi Pakan ................................. 16
3. Kandungan Nutrisi Tiap - Tiap Perlakuan ........................................ 17
4. Rataan Kandungan NDF dan ADF Wafer Pakan Komplit
Berbasis Daun Trembesi Dengan Persentase yang Berbeda ............ 21
xiii
DAFTAR GAMBAR
No. Halaman
Teks
1. Pohon Trembesi (Samanea saman) ...................................................... 6
2. Skema Pemisahan Bagian-Bagian Hijauan Segar
Pemotongan (Forage) dengan Menggunakan Detergen ....................... 13
3. Prosedur Pembuatan Wafer .................................................................. 18
xiv
DAFTAR LAMPIRAN
No. Halaman
Teks
1. Hasil Perhitungan ................................................................................. 30
2. Uji Jarak Duncan Dengan Taraf Nyata α 0.05 ..................................... 32
3. Dokumentasi Penelitian ........................................................................ 34
1
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Ketersediaan hijauan pakan pada musim penghujan berlimpah tetapi pada
musim kemarau akan terjadi kelangkaan hijauan pakan. Keadaan ini membuat
peternak senantiasa memberikan hijauan pakan yang berasal dari tanaman keras
atau tahunan pada saat musim kemarau. Tanaman keras yang sering digunakan
untuk hijauan pakan salah satunya adalah trembesi. Trembesi adalah tanaman
tahunan yang sering disebut “ever green” dan masuk dalam familia Mimosoideae.
Di beberapa daerah di Indonesia trembesi telah banyak dikembangkan
dikarenakan potensi yang dimiliki tanaman tersebut sangatlah besar selain dapat
dijadikan sebagai pohon peneduh, dapat pula dimanfaatkan sebagai pakan ternak.
Potensi trembesi untuk dijadikan pakan ditinjau dari kandungan nutrisinya,
salah satu bagian trembesi yang dapat dimanfaatkan adalah daunya yang memiliki
kandungan protein mencapai 23%. Namun tingkat palatabilitas yang masih rendah
apabila diberikan dalam keadaan segar, ini di karenakan adanya kandungan zat
antinutrisi pada tanaman yang mempengaruhi kualitas pakan sehingga
menurunkan tingkat konsumsi dan terjadi penurunan berat badan jika diberikan
dalam keadaan segar (Marhaeniyanto dan Susanti, 2014). Jadi, dibutuhkan
pengolahan tambahan untuk meningkatkan palatabilitas tersebut, sehingga dapat
mengantisipasi atau mengurangi keterbatasan dalam memperoleh pakan yang
memiliki kualitas baik dengan kuantitas yang mencukupi. Salah satu cara yang
dapat digunakan adalah dengan memanfaatkan beberapa bahan pakan yang dapat
dijadikan sebagai wafer.
2
Wafer merupakan suatu teknik pembuatan pakan dengan melalui proses
perlakuan fisik dan suplementasi dari limbah pertanian, limbah agroindustri dan
tanaman atau hijauan. Proses pengolahannya meliputi pemotongan untuk merubah
ukuran partikel bahan, pengeringan, penggilingan, dan pencampuran bahan yang
terdiri dari bahan pakan sumber protein, sumber energi, dan sumber serat. Retrani
dkk (2009) menambahkan bahwa wafer adalah pakan yang telah di susun
komposisi nutrientnya sehingga dapat memenuhi kebutuhan ternak. Proses
pembuatannya mengalami pemadatan dengan tekanan dan pemanasan, sehingga
mempunyai bentuk, ukuran panjang dan lebar yang sama.
Pengolahan bahan baku dengan pengawetan berupa pembuatan pakan
dalam bentuk wafer pakan komplit mengandung daun trembesi dengan level yang
berdeda, belum diketahui berapa persentase yang paling baik yang dapat dijadikan
wafer dalam mengetahui nilai NDF dan ADF suatu pakan. Oleh karena itu perlu
dilakukan penelitian mengenai hal tersebut.
Rumusan masalah
Pemanfaatan daun trembesi untuk dijadikan wafer sebagai pakan komplit
masih jarang dilakukan. Pemberian daun trembesi untuk dijadikan pakan perlu
diketahui level pemberian ke ternak dikarenakan tingkat palatabilitas yang masih
rendah sehingga dapat menurunkan kualitas pakan. Salah satu cara yang dapat
dilakukan untuk menangani permasalahan tersebut yaitu dengan mengetahui level
pemberian daun trembesi yang dapat mempengaruhi kualitas pakan seperti
kandungan Neutral Detergent fiber (NDF) dan Acid Detergent Fiber (ADF).
3
Tujuan dan Kegunaan
Tujuan penelitian ini yaitu untuk menguji wafer pakan komplit dengan
panambahan daun trembesi dengan level berbeda terhadap kandungan NDF dan
ADF.
Kegunaan penelitian ini yaitu sebagai sumber informasi kepada
masyarakat khususnya peternak dalam menggunakan daun trembesi sebagai wafer
pakan komplit.
4
TINJAUAN PUSTAKA
Tumbuhan Trembesi (Samanea saman)
Tanaman trembesi dikenal dengan beberapa nama seperti, Rain Tree,
Monkey Pod, East Indian Walnut, Saman Tree, dan False Powder Puff. Di Negara
sub tropis tanaman trembesi dikenal dengan nama BhagayaMara (Kanada),
Algarrobo (Kuba), Campano (Kolombia), Regenbaum (Jerman), Chorona
(Portugis), sedangkan di beberapa Negara Asia pohon ini disebut Pukul Lima
(Malaysia), Jamjuree (Thailand), Cay Mura (Vietnam), Vilaiti Siris (India).
Tanaman ini merupakan jenis tanaman yang berasal dari Amerika tengah dan
Amerika selatan sebelah utara (Staples dan Elevitch, 2006).
Salah satu kegunaan yang paling penting di Amerika Latin adalah sebagai
pohon peneduh, terutama ditaman, padang rumput, dan pinggir jalan. Tanaman-
tanaman yang tumbuh dibawah pohon trembesi pertumbuhannya lebih baik dan
cepat disebabkan oleh kualitas nutrisi dan kadar protein yang cukup tinggi. Selain
dari itu akar pohon trembesi berasosiasi dengan bakteri rhizobium yang dapat
mengikat nitrogen dari udara (Chumpawade dan Pimpa, 2009).
Tanaman trembesi dapat mencapai ketinggian rata-rata 20-25 m. Bentuk
batangnya tidak beraturan, dengan daun majemuk yang panjangnya sekitar 7-15
cm, sedangkan pada pohon trembesi yang sudah tua berwarna kecoklatan,
permukaan kulit kasar, dan terkelupas. Bunga tanaman ini berwarna putih dengan
bercak merah muda pada bagian bulu atasnya, panjang bunga mencapai 10 cm
dari pangkal bunga hingga ujung bulu bunga. Bunga trembesi menghasilkan
nektar untuk menarik serangga guna berlangsungnya proses penyerbukan. Buah
5
trembesi berwarna coklat kehitaman ketika buah sudah masak, dengan biji
tertanam dalam daging buah (Dahlan, 2010).
Trembesi adalah jenis pohon yang memiliki kemampuan menyerap
karbondioksida dari udara yang sangat besar, pohon ini mampu menyerap
28.488,39 kg CO2/ pohon setiap tahunnya. Selain tanaman peneduh, daun
trembesi memiliki kegunaan lainnya yaitu dapat pula digunakan sebagai bahan
obat tradisional seperti diare, demam, sakit perut, dan sakit kepala. Sementara biji
dari trembesi dapat digunakan sebagai obat pencuci perut dengan menyeduh
bijinya menggunakan air panas dan air seduhannya dapat langsung diminum.
Selain itu ekstrak dari daun trembesi dapat digunakan sebagai antimikroba
terhadap Escherichia coli, Staphylococcus aureus, Candida albican, dan
Xanthomonas (Nuroniah dan Kosasih, 2010).
Prasad et al., (2008) melaporkan bahwa ekstrak daun trembesi dapat
menghambat pertumbuhan bakteri (Escherichia coli, Staphylococcus aureus, dan
Candida albicans) berdasarkan skrining fitokimia yang dilakuan menunjukkan
adanya senyawa metabolit sekunder yaitu tanin, selain tanin daun trembesi juga
mengandung flavonoid, saponin, steroid, terpenoid, dan glikosida kardiak dalam
ekstrak daun trembesi.
Sariri (2011) menyatakan bahwa salah satu hal yang dapat dimanfaatkan
dari pohon trembesi adalah daunya yang dapat digunakan sebagai pakan ternak,
dimana daun trembesi mempunyai kandungan protein kasar sebesar 20 - 23%.
Misbarullah (1993) melaporkan bahwa pemberian tepung daun trembesi dapat
diberikan hingga pada level 5% dalam ransum broiler.
6
Kandungan nutrisi daun trembesi adalah bahan kering 88,9%, protein
kasar 23,26%, serat kasar 20,25%, Lemak kasar 5,41%, NDF 52,2%, ADF
34,1%, ADL 15,1% dan abu 4,6% (Marhaeniyanto dan Susanti, 2014).
Dalam taksonomi tumbuhan, Staples dan Elevitch (2006)
mengklasifikasikan trembesi sebagai berikut:
Kingdom : Plantae
Sub Kingdom : Tracheobionta
Sub Divisi : Spermatophyta
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Sub Kelas : Rosidae
Ordo : Fabales
Famili : Mimosoideae
Genus : Samanea
Spesies : Samanea saman (Jacq.)Merr.
Gambar 1. Pohon Trembesi (Samaena saman (jacq.)) (Dahlan, 2010).
7
Bahan Pakan Sumber Serat
Tongkol jagung
Tongkol jagung merupakan limbah hasil pertanian yang termasuk dalam
pakan kasar. Tongkol jagung dapat diberikan pada ternak ruminansia dan
merupakan bahan pakan kasar berkualitas rendah (Murni dkk,2008).
Limbah pertanian (termasuk tongkol jagung), mengandung selulosa
(40,60%), hemiselulosa (20,30%) dan lignin (15,30%). Berdasarkan pada
komposisi kimia tersebut, tongkol jagung potensial dapat digunakan sebagai
sumber energi (Shofiyanto, 2008).
Tongkol jagung merupakan bahan berligno selulosa (kadar serat 38,99%)
yang mengandung xilan tertinggi (12,4%) dibanding limbah pertanian lain yang
berpotensi untuk dimanfaatkan sebagai sumber serat pengganti rumput pada pakan
ternak ruminansia. Akan tetapi kandungan nutrisinya rendah, yaitu kadar
proteinnya hanya 4,64%, dengan kadar lignin (diatas 10%) dan selulosa yang
tinggi (Richana dkk., 2004). Menurut Murni dkk., (2008) bahwa komponen
tanaman jagung tua dan siap panen terdiri atas 38% biji, 7% tongkol, 12% kulit,
13% daun dan 30% batang. Yulistiani (2010) mengungkapkan tongkol jagung
mempunyai kadar protein yang rendah (kurang dari 4,64%), kadar lignin (15,8%)
dan selulosa yang tinggi.
Bahan Pakan Sumber Energi
Dedak Padi
Dedak padi merupakan sisa dari penggilingan padi yang dimanfaatkan
sebagai sumber energi pada pakan ternak dengan kandungan serat kasar berkisar
8
6- 27% (Hartadi, dkk. 1997). Kemudian ditambahkan oleh Grist (1972) bahwa
proses pengolahan gabahmenjadi beras akan menghasilkan dedak padi sekitar
10%, menir sebanyak 17%, tepung beras 3%, sekam 20% dan berasnya sendiri
50%. Persentase tersebut sangat bervariasi tergantung pada varietas dan umur
padi, derajat penggilingan serta penyosohannya.
Menurut National Research Council (1994) dedak padi mengandung energi
metabolis sebesar 2980 kkal/kg, protein kasar 12.9%, lemak 13%, serat kasar
11,4%, Ca 0,07%, P 0,22%, Mg 0,95% serta kadar air 9%. Dedak padi yang di
simpan pada suhu kamar dalam jangka waktu yang lama dengan kandungan lemak
yang cukup tinggi dapat menyebabkan ketengikan.
Bahan Pakan Sumber Protein
Tepung Rese / Limbah Udang
Limbah udang terdiri dari bagian kepala, ekordan kulit serta udang-udang
kecil lainnya. Pemanfaatan limbah udang sebagai salahsatu bahan penyusun
ransum ternak dapat dilakukan, disebabkan limbah tersebut mempunyai
kandungan zat-zat makanan yang cukup tinggi, terutama kandungan proteinnya.
Tepung kepala udang sebelum dilakukan pengolahan mengandung zat-zat
makanan yaitu protein 46,20%, serat kasar 16,85% dan kalsium 9,40% (Resmi,
2000).
Tepung Limbah udang merupakan salah satu bahan penyusun ransum
ternak.Limbah udang mempunyai kandungan zat-zat makanan yang cukup tinggi,
terutama kandungan proteinnya. Tepung limbah udang merupakan produk limbah
yang memiliki kandungan nutrien cukup baik, yaitu energi termetabolis sebesar
9
1190 kkal/kg, protein kasar 43,4%, kalsium 7,05%, dan fosfor 1,52% (Hartadi
dkk, 1997).
Limbah cangkang udang mengandung protein kasar antara 35 hingga 45%
dan mengandung mineral (kalsium, fosfor dan magnesium). Hasil analisis
berdasarkan bahan kering bahwa tepung udang mengandung 45,29% protein
kasar, 17,59% serat kasar, 6,62% lemak, 18,25% abu, dan 13,16 BETN (Poultry
Indonesia, 2007).
Bahan Pakan Pelengkap
Mineral
Mineral merupakan nutrisi yang esensial yang dapat digunakan untuk
memenuhi kebutuhan ternak juga memasok kebutuhan mikroba rumen. Tubuh
ternak ruminansia terdiri atas kurang lebih 4 % mineral. Bahan pakan ini biasanya
digunakan dalam jumlah sedikit untuk tujuan melengkapi atau mengkoreksi zat
gizi yang diperkirakan kurang. Agar pertumbuhan dan perkembang biakan yang
optimal, mikroba rumen membutuhkan 15 jenis mineral esensial yaitu 7 jenis
mineral esensial makro yaitu Ca, K, P, Mg, Na, Cl dan S. Mineral mikro ada 4
yaitu Cu, Fe, Mn, dan Zn dan 4 jenis mineral esensial langka yaitu I, Mo, Co dan
Se (Siregar, 2008).
Molases
Molases sering juga disebut tetes tebu adalah hasil sampingan pengolahan
tebu menjadi molases yang bentuk fisiknya berupa cairan kental dan berwarna
hitam kecoklatan. Walaupun harganya murah, namun kandungan gizi berupa
karbohidrat, protein dan mineralnya masih cukup tinggi dan dapat digunakan 2-
10
5% untuk pakan ternak walaupun sifatnya sebagai pendukung molases
mengandung bahan kering sekitar 82,52%, protein kasar 3,06%, dan TDN 81%
(Hartadi, 1997).
Wafer
Wafer adalah salah satu hasil teknologi pakan sumber serat alami yang
dalam proses pembuatannya mengalami pemadatan dengan tekanan dan
pemanasan sehingga mempunyai bentuk ukuran panjang dan lebar yang sama
(ASAE, 1994). Wafer pakan dibuat dengan menggunakan mesin pengepres
dengan bantuan panas dan tekanan. Komposisi zat makanan dibuat menyerupai
komposisi hijauan pakan sehingga diharapkan dapat disukai ternak (palatabel) dan
dapat diberikan dengan maksimal serta dapat mengatasi kelangkaan hijauan pada
musim kemarau.
Menurut Winarno (1997) tekanan dan pemanasan pada proses
pembuatan wafer menyebabkan terjadinya reaksi Maillard yang mengakibatkan
wafer yang dihasilkan beraroma harum khas karamel. Prinsip pembuatan
wafer mengikuti prinsip pembuatan papan partikel. Proses pembuatan wafer
membutuhkan perekat yang mampu mengikat partikel-partikel bahan sehingga
dihasilkan wafer yang kompak dan padat sesuai dengan densitas yang
diinginkan.
Keuntungan pengolahan bahan pakan dalam bentuk wafer (Coleman and
Lawrence, 2000) yaitu:
a. Meningkatkan densitas pakan sehingga mengurangi keambaan,
b. Mengurangi tempat penyimpanan,
11
c. Menekan biaya transportasi,
d. Memudahkan penanganan dan penyajian pakan,
e. Densitas yang tinggi akan meningkatkan konsumsi pakan dan mengurangi
pakan yang tercecer,
f. Mencegah “de-mixing” yaitu penguraian kembali komponen penyusun
pakan sehinggakonsumsi pakan sesuai dengan kebutuhan standar,
g. Memudahkan untuk mengontrol, memonitor, dan mengatur “feed intake”
ternak,
h. Kandungan nutrient yang konsisten dan terjamin,
i. Mengurangi debu dan masalah pernafasan pada ternak
Pengolahan bahan pakan ternak dalam bentuk wafer memiliki keuntungan
yang baik, akan tetapi pemberian wafer pada ternak harus disesuaikan dengan
kebutuhan, hal ini dilakukan agar ternak tidak mengalami kelebihan berat badan
maupun gangguan pencernaan (Coleman and Lawrence, 2000).
Kandungan NDF dan ADF.
Menentukan nilai gizi makanan berserat dapat dilakukan melalui analisis
Neutral Detergent fiber (NDF) dan Acid Detergent Fiber (ADF) (Alderman,
1980). ADF dapat digunakan untuk mengistimasi kecernaan bahan kering dan
energy makanan ternak. ADF ditemukan dengan menggunakan larutan “Detergent
Acid” dimana residunya terdiri atas selulosa dan lignin (Engsmiger and Olentine,
1980). Arora (1989) menyatakan bahwa ADF mengandung 15% pentose yang
disebut micellar pentose yang lebih sulit dicerna dibandingkan dengan jenis
kaborhidrat lainnya.
12
Pentosa adalah campuran araban dan xilan dengan zat lain dalam tanaman.
Dalam hidrolisis, keduanya menghasilkan arabinosa dan xilosa yang ditemukan
dalam hemiselulosa. Semakin tinggi Acid Detergent Fibre, kualitas atau daya
cerna hijauan semakin rendah, untuk itu kandungan kedua fraksi dimaksud
hendaknya seminimal mungkin agar pakan yang diberikan kepada ternak
ruminansia bermanfaat dengan baik (Crampton and Haris, 1969).
Arora (1989) menjelaskan bahwa sebagian besar dinding sel tumbuhan
tersusun atas karbohidrat struktural. Kandungan serat kasar dalam dinding sel
tumbuhan dapat diekstrasi dengan metode Neutral Detergent Fiber (NDF).
Penurunan kadar NDF disebabkan karena meningkatnya lignin pada
tanaman mengakibatkan menurunnya hemiselulosa. Hemiselulosa merupakan
komponen dinding sel yang dapat dicerna oleh mikroba. Tingginya kadar lignin
menyebabkan mikroba tidak mampu menguasai hemiselulosa dan selulosa secara
sempurna (Crampton and Haris, 1969).
Sistem analisa Van Soest menggolongkan zat pakan menjadi isi sel (cell
content) dan dinding sel (cell wall). NDF mewakili kandungan dinding sel yang
terdiri dari lignin, selulosa, hemiselulosa, dan protein yang berikatan dengan
dinding sel. Bagian yang tidak terdapat sebagai residu dikenal sebagai Neutral
Detergent Soluble (NDS) yang mewakili isi sel dan mengandung lipid, gula, asam
organik, non protein nitrogen, peptin, protein terlarut dan bahan terlarut dalam air
(Suparjo, 2000).
Menurunnya ADF dan NDF disebabkan karena selama berlangsungnya
fermentasi terjadi perenggangan ikatan lignoselulosa dan ikatan hemiselulosa
13
yang menyebabkan isi sel yang terikat akan larut dalam larutan neutral detergent
menyebabkan isi sel (NDS) akan meningkat, sedangkan komponen pakan yang
tidak larut dalam larutan detergent (NDF) mengalami penurunan (Arief, 2001).
Ditambahkan oleh Sutardi (1980) bahwa analisis Van Soest merupakan sistem
analisa bahan pakan yang relevan bagi ternak ruminansia, khususnya system
evaluasi nilai gizi hijauan berdasarkan kelarutan dalam detergent.
Van Soest (1982), melaporkan pembagian hijauan dengan system analisa
detergent seperti tercantum pada Gambar 2.
Bahan Makanan
Neutral Detergent Solution
Isi Sel NDF (Komponen Dinding Sel)
ADS ADF
(Acid Detergent Solution) (Acid Detergent Insoluble Fiber)
(Hemiselulosa, dinding sel (Lignoselulosa)
yang mengandung N)
Dicerna dengan H2SO4
Soluble (Selulosa) Acid Insoluble (Lignin)
Lignin hilang dengan
pembakaran sampai menjadi
acid insoluble (ASH) abu tak
larut dalam asam.
Gambar 2. Skema pemisahan bagian-bagian hijauan segar pemotongan (forage)
dengan menggunakan detergent.
14
Hipotesis
Penambahan daun trembesi dengan level berbeda pada wafer pakan
komplit diduga dapat mempengaruhi kandungan Neutral Detergent fiber (NDF)
dan Acid Detergent Fiber (ADF).
15
METODOLOGI PENELITIAN
Waktu dan Tempat
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari 2017, di Laboratorium
Industri Pakan dan Laboratorium Kimia Pakan Fakultas Peternakan Universitas
Hasanuddin, Makassar.
Materi Penelitian
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini antara lain tepung daun
trembesi, tongkol jagung, dedak padi, tepung rese, molases, mineral, larutan ADS,
larutan NDS, larutan decalin, hexan, aceton, air panas, Na2SO4, dan H2SO4 72%.
Alat yang digunakan antara lain: baskom, gunting, pisau, tempat
penggilingan bahan, pencetak wafer, dandang, kompor gas, oven, talang,
penggaris, dan timbangan pakan, cawan filtrasi (crusible) dan tanur.
Metode Penelitian
Rancangan percobaan yang digunakan dalam penelitian ini adalah
Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 4 perlakuan dan 4 ulangan. Adapun
perlakuan yang diterapkan pada penelitian ini adalah :
P1 = Wafer Pakan Komplit Daun Trembesi 0 % (Kontrol)
P2 = Wafer Pakan Komplit Daun Trembesi 10%
P3 = Wafer Pakan Komplit Daun Trembesi 20%
P4 = Wafer Pakan Komplit Daun Trembesi 30%
16
Komposisi nutrisi bahan pakan yang digunakan dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Komposisi nutrisi bahan pakan yang digunakan
Sumber : aPreston (2006), bMarhaeniyanto dan Susanti (2014), cWahyono dan
Hardianto (2004), dHartadi, dkk (1997).
Komposisi pakan pada setiap perlakuan, dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2. Komposisi (%) dan kandungan nutrisi pakan pada setiap perlakuan.
Bahan (%) Perlakuan
P1 P2 P3 P4
Tongkol Jagung 45 45 45 45
Daun Trembesi 0 10 20 30
Dedak Padi 34 29 24 19
Molases 5 5 5 5
Mineral 1 1 1 1
Tepung Rese 15 10 5 0
Total 100 100 100 100
Keterangan : P1= Wafer Pakan Komplit Daun Trembesi 0%
P2 = Wafer Pakan Komplit Daun Trembesi 10%
P3 = Wafer Pakan Komplit Daun Trembesi 20%
P4 = Wafer Pakan Komplit Daun Trembesi 30%
Bahan
Pakan
Kandungan Gizi %
BK PK SK LK TDN Ca P NDF ADF
Tongkol
Jagunga 90 3.5 25.38 0.5 48 0.12 0.04 99.48 88.85
Daun
Trembesib 88.87 23.26 20.25 5.41 0 0 0 52.41 34.1
Dedak
Padic 91.26 9.96 8.54 9.11 56.72 0 0 81.67 75.63
Mineral 0 0 0 0 0 16.5 5.2 0 0
Molasesd 82.52 3.06 0 0 86.63 0 0 0 0
Tepung
Resed 91.4 45 17.59 6.62 6.3 7.76 1.31 0 0
17
Tabel 3. Kandungan nutrisi tiap-tiap perlakuan
Kandungan Perlakauan
P1 P2 P3 P4
Protein Kasar 11.18 11.25 11.23 11.15
Serat Kasar 16.63 16.68 16.64 16.61
Lemak Kasar 3.33 3.41 3.49 3.57
Bahan Kering 88.95 88.84 88.73 88.62
Ca 2.67 1.85 1.03 0.21
P 0.49 0.35 0.21 0.07
TDN 41.27 40.01 40.85 40.15
NDF 53.86 54.63 55.01 56.17
ADF 45.94 45.50 45.00 44.63
Prosedur Pembuatan Wafer
Daun trembesi dikeringkan di bawah sinar matahari, kemudian digiling
kasar. Semua bahan pakan ditimbang sesuai dengan kebutuhan (Tabel 2),
kemudian bahan dicampur dan diaduk sampai homogen. Kemudian bahan
dipanaskan atau dikukus, setelah itu selanjutnya dilakukan pencetakan dengan
menggunakan cetakan wafer / UMB. Semua bahan dicetak dengan menggunakan
tekanan yang sama (200 – 300 Kg/cm2) agar seragam. Setelah di cetak dilakukan
pengeringan atau pengovenan dengan suhu 65oC selama 24 jam dengan maksud
agar semua wafer berada dalam kondisi dan berat yang konstan. Selanjutnya wafer
yang telah tercetak disimpan dalam tempat yang aman guna menghindari faktor
kerusakan yang terjadi setelah pembuatan, kemudian dilakukan pengamatan dan
analisis. Prosedur pembuatan wafer pakan komplit dapat dilihat pada Gambar 2.
18
Parameter yang Diukur
Parameter yang diukur dalam penelitian ini adalah kandungan NDF
danADF.Analisa NDF dan ADF dilakukan dengan analisis Van Soest yang
dianalisis menggunakan prosedur sebagai berikut (Van Soest, 1982) :
a. Kadar Neutral Detergent Fiber (NDF).
1. Timbang contoh sebanyak 0,5 – 1 gram
2. Masukkan ke dalam Filter Crusible 30 ml, Por. 2
3. Tambah 100 ml larutan NDS, kemudian tutup rapat tabung tersebut
Wafer Pakan Komplit
Daun Trembesi Penggilingan Bahan Pakan Yang
Masih Kasar
Formulasi
Penimbangan
Pengeringan/Pengovenan
(65oC – (+24 jam))
Pencetakan
Pencampuran Bahan
Gambar 3. Prosedur Pembuatan Wafer
Pengukusan Bahan
19
4. panaskan selama 1 jam (sekali-kali dikocok) dengan menggunakan api
kecil.
5. Saring dengan vacum pada fiber tech
6. Cuci dengan air panas berkali – kali, lalu bilas dengan 15 ml Aceton
7. Ovenkan pada suhu 1050C selama 8 jam atau semalaman
8. Dinginkan dalam desikator selama 1 jam kemudian timbang.
Rumus menentukan kadar Neutral Detergent Fiber (NDF) :
% Neutral Detergent Fiber (NDF) = c - b x 100%
a b. Kadar Acid Detergent Fiber (ADF)
1. Timbang sampel lebih kurang 0,5 - 1 gram kemudian masukkan kedalam
Filter Crusible dan letakkan pada Fiber Tech
2. Tambah 100 ml larutan ADS kemudian tutup rapat tabung tersebut
3. Panaskan selama 1 jam dengan menggunakan api kecil
4. Saring dengan vacum Fiber Tech
5. Cuci dengan air panas secukupnyalalu bilas dengan15 ml Aceton
6. Ovenkan pada suhu 1050C selama 8 jam atau semalaman
7. Dinginkan dalam deksikator lebih kurang 1 jam sampai konstan
kemudian timbang.
Rumus menentukan kadar Acid Detergent Fiber (ADF) :
% Acid Detergent Fiber (ADF) = c - b x 100%
a Keterangan : a = Berat sampel
b =Berat Sintered glass kosong
c = Berat sintered glass + residu penyaring setelah diovenkan
20
Analisis Data
Data yang diperoleh dengan menggunakan sidik ragam sesuai dengan
Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 4 perlakuan dan 4 ulangan. Model
matematikanya sebagai berikut (Gasperz, 1994) :
Yij = µ + T i + ɛ ij
Keterangan :Yij = nilai pengamatan dari perlakuan pada penggunaan sumber
protein ke- i dengan ulangan ke- j ( j = 1,2,3,4 )
µ = nilai rata-rata umum
T i = pengaruh perlakuan ke- i ( i = 1,2,3,4 )
ɛ ij = galat percobaan dari perlakuan ke- i dengan ulangan ke- j
Apabila perlakuan berpengaruh nyata, maka akan di lanjutkan dengan uji
Duncan.
21
HASIL DAN PEMBAHASAN
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, rata-rata kandungan
NDFdan ADF wafer pakan komplit berbasis daun trembesi dengan persentase
yang berbeda setiap perlakuan dapat ditampilkan pada Tabel 4 dibawah.
Tabel 4. Rata-Rata Kandungan NDF dan ADF Wafer Pakan Komplit Berbasis
Daun Trembesi dengan Persentase yang Berbeda
Parameter Perlakuan
P1 P2 P3 P4
NDF (%) 33.80a 36.30a 41.40b 43.40b
ADF (%) 16.65a 19.30b 24.88c 28.30d
Keterangan: Superskrip yang berbeda pada baris yang sama menunjukkan
berpengaruh nyata (P<0,05).
P1 = Wafer Pakan Komplit Daun Trembesi 0 % (Kontrol)
P2 = Wafer Pakan Komplit Daun Trembesi 10%
P3 = Wafer Pakan Komplit Daun Trembesi 20 %
P4 = Wafer Pakan Komplit Daun Trembesi 30 %
Kandungan NDF Pakan Komplit Daun Trembesi
Berdasarkan sidik ragam wafer pakan komplit berbasis daun trembesi
menunjukkan hasil berpengaruh nyata (P<0,05) terhadap kandungan NDF.
Berdasarkan Tabel 4 diatas menunjukkan bahwa P1 (33.80%) tidak berpengaruh
nyata terhadap P2 (36.30%). Nilai NDF yang tidak berbeda dikarenakan imbangan
komponen penyusun pakan antara daun trembesi dengan tepung rese pada kedua
perlakuan yang mudah larut sehingga mempengaruhi nilai fraksi. Hakim (2005)
menambahkan bahwa komponen penyusun isi sel merupakan komponen yang
mudah dicerna dan mudah larutseperti pati, protein, lemak, dan mineral mudah
22
larut. Komponen isi sel pakan yang mudah larut dalam air mempengaruhi nilai
fraksi, namun tidak semua isi sel hilang saat pencucian.
Perbedaan nyata terlihat pada perlakuan P2 (36.30%) dan P3 (41.40%)
sedangkan nilai P3 (41.40%) tidak berpengaruh nyata terhadap P4 (43.40%).
Meningkatnya penambahan daun trembesi pada pakan menyebabkan perbedaan
peningkatan nilai NDF pada perlakuan P2 dan P3. Hal ini diduga karena pada
kedua perlakuan tersebut terjadi optimalisasi kadar serat yang diperoleh dari
bahan penyusun pakan. Hal ini sesuai dengan pendapat Kamal (2004) bahwa yang
dimaksud dengan NDF adalah penyusun dinding sel yang berserat yang terdiri
dari selulosa, hemiselulosa, lignin dan silika, pengoptimalan penggunaan pakan
berserat tinggi memberikan pengaruh yang cukup berarti pada nilai fraksi NDF.
Penurunan kadar NDF dapat terjadi akibat perenggangan ikatan isi sel
sehingga proporsinya meningkat menyebabkan NDF mengalami penurunan. Hal
ini sesuai dengan pendapat Anas dan Andy (2010) yang menyatakan bahwa
menurunnya ADF dan NDF terjadi akibat adanya perenggangan ikatan
lignoselulosa dan ikatan lignohemiselulosa yang menyebabkan isi sel yang terikat
akan larut dalam neutral detergen. Hal ini menyebabkan isi sel (NDS) akan
meningkat, sedangkan komponen pakan yang tidak larut dalam larutan detergen
(NDF) mengalami penurunan. Hal ini dijelaskan pula oleh Yunilas (2009)
menyatakan bahwa dengan menurunnya kadar NDF menunjukkan telah terjadi
pemecahan selulosa dinding sel sehingga pakan akan menjadi lebih mudah dicerna
oleh ternak.
23
Rata-rata nilai NDF ynag diperoleh dari masing-masing perlakuan
memiliki persentase kandungan NDF yang baik dan sesuai dengan kebutuhan
ternak ruminansia. Hal ini sesuai dengan pendapat Anas dan Andy (2010) bahwa
persentase kandungan NDF yang akan diberikan pada ternak sebaiknya 30-60%
dari bahan kering hijauan. Kandungan ADF dan NDF yang rendah pada bahan
pakan, memberikan nilai manfaat yang lebih baik bagi ternak, karena hal tersebut
menandakan bahwa serat kasarnya rendah, sedang pada ternak ruminansia
selulosa dan hemiselulosa diperlukan dalam sistem pencernaan dan berfungsi
sebagai sumber energi.
Kandungan ADF Pakan Komplit Tepung Daun Trembesi
Berdasarkan sidik ragam wafer pakan komplit berbasis daun trembesi
menunjukkan hasil berpengaruh nyata (P<0,05) terhadap kandungan ADF.
Berdasarkan Tabel 4 diatas menunjukkan bahwa perbedaan nyata terdapat
dimasing-masing perlakuan, ransum yang tidak menggunakan daun trembesi (P1)
menghasilkan kandungan ADF yang terendah, di bandingkan ransum yang lainya
yang menggunakan daun trembesi (P2, P3, P4). Tingkat penambahan daun
trembesi pada pakan dapat meningkatkan rata-rata kandungan ADF pada tiap-tiap
perlakuan dikarenakan daun trembesi memiliki kandungan ADF yang cukup
tinggi sehingga dapat mempengaruhi nilai fraksi pada suatu pakan. Hal ini sesuai
dengan pendapat Marhaeniyanto (2014) kandungan nutrisi daun trembesi adalah
bahan kering 88.9%, protein kasar 23.26%, serat kasar 20.25%, lemak kasar
5.41%, NDF 52.2%, ADF 34.1%, ADL 15.1% dan abu 4.6%. Kandungan ADF
menunjukkan kadar serat yang sulit dicerna.
24
Setiap perlakuan memperlihatkan perbedaan kandungan ADF yang akan
berpengaruh terhadap kualitas pakan yang nantinya menyebabkan respon yang
berbeda terhadap karakteristik degradasi NDF dan ADF pakan di dalam rumen.
Hal ini sesuai dengan pendapat Suhartanto, dkk (2000) bahwa kualitas suatu
bahan pakan selain ditentukan oleh kandungan zat-zat gizinya juga sangat
ditentukan oleh kemampuan degradasi dan adaptasi mikroba rumen yang
berpengaruh terhadap daya cerna pakan, terutama kandungan lignin. Arif (2001)
menyatakan bahwa akan terjadi peningkatan kecernaan akibat penurunan kadar
ADF yang mengandung lignoselulosa dan silika dalam ransum nilai ADF
berkaitan dengan kandungan energi, dimana semakin tinggi nilai ADF maka akan
semakin rendah kandungan energi tercernanya.
Kandungan ADF pakan komplit berbahan dasar daun trembesi pada P3 =
24.88% dan P4 = 28.30%. Nilai tersebut masih berada pada kisaran persentase
ADF yang diberikan pada ternak. Ruddel and Potra (2002) menyatakan bahwa
secara normal persentase ADF dalam hijauan 20 – 45% dari bahan kering hijauan
untuk diberikan pada ternak.
25
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, diperoleh kesimpulan bahwa
nilai kandungan NDF dan ADF wafer pakan komplit dengan penambahan daun
trembesi (Samanea saman), makin tinggi level pemberian daun trembesi pada
suatu pakan semakin meningkatkan nilai kandungan NDF dan ADF pakan.
Saran
Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut dengan cara pengaplikasian ke
ternak untuk melihat pengaruh penambahan daun trembesi dengan level berbeda
terhadap kandungan NDF dan ADF wafer pakan komplit daun trembesi (Samanea
saman) terhadap daya cerna ternak khususnya ternak ruminansia.
26
DAFTAR PUSTAKA
Alderman, G. 1980.Aplication of Pratical Rationing System Agri. SCI. Service
Ministring OfAgric And Food England.
Anas, S dan Andy. 2010. Kandungan NDF dan ADF silase campuran jerami
jagung (Zea mays L) dengan beberapa level daun gamal (Gliricidia
maculata). J. Agrisistem. 6 (2): 8-77
Arora, S. P. 1989. Pencernaan Mikroba Pada Ruminansia. Gadjah Mada
University Press. Yogyakarta.
ASAE Standard. 1994. Wafer, pellet, and crumbels-definition and methods for
determining specific weight, durability and moisture content. In:
Feed Manufacturing Technology IV. Mcellhiney, R.R. (Ed.).
American Feed Indus IV.
Chumpawadee, S. and O. Pimpa. 2009. Effect of burma padauk (Plerocarpus
indicus), rain tree (Samanea saman) andsiamese rough bush
(Streblus asper) leaves as fiber sources in total mixed rationon in
vitro fermentation. Asian Journal of Animal and Veterinary
Advances. 4: 1-8.
Coleman, R.J. and L.M.Lawrence. 2000. Alfalfa Cubes for Horses. Department of
Animal Sciences; Jimmy C. Henning, Department of Agronomy.
University of Kentucky Cooperative Extension Service. Kentucky.
Crampton, E. W. and L. E. Haris. 1969. Applied Animal Nutrition Ed. 1st The
Engsminger Publishing Company. California. U. S. A.
Dahlan, E.N. 2010. Trembesi Dahulunya Asing Sekarang Tidak Lagi. Bogor. IPB
Press.
Damayanthi, E. dan E. D. Mudjajanto. 1995. Ilmu Gizi Ruminansia. Penerbit PT.
Gramedia. Jakarta.
Ensminger, M. E. and C.G. Olentine. 1980. Feed and Nutrition. The Ensminger
Publishing Company. USA.
Grist, D.H.1972. Rice.4th Ed. Lowe and Brydine Ltd. London.
Hakim, M. 2002. Laju Degradasi Protein Kasar dan Organik Setaria splendida,
Rumput Lapangan dan Alang-alang (Imperata cylindrica) dengan
Teknik In Sacco. skripsi. Fakultas Peternakan Institut Pertanian
Bogor. Bogor.
27
Hartadi, H., A.D. Tillman, S. Reksohadiprodjo, S. Lebdosukojo, L.C. Kearl, dan
L.E. Harris. 1997. Tabel-tabel dari komposisi bahan makanan ternak
untuk indonesia. Data Ilmu Makanan Untuk Indonesia.International.
Kamal, M. 2004. Nutrisi Ternak I. Rangkuman. Laboratorium Makanan Ternak.
Jurusan Nustrisi dan Makanan Teranak. Fakultas Peternakan UGM.
Yogyakarta.
Marhaeniyanto, E. dan S. Susanti. 2014. Kadar saponin daun tanaman yang
berpotensi menekan gas metana secara invitro. Buana Sains Vol. 14
(1) : 29 - 38.
Misbarullah, A. (1993). Pengaruh penggunaan tepung eceng gondok (Eichhornia
crassipes) dan trembesi (Samanea saman Jacq.) dalam ransum
terhadap konversi ransum dan nilai ekonomis pada broiler.skripsi.
Fakultas peternakan. Universitas hasanuddin. Makassar.
Murni, R., Suparjo, Akmal, dan B. L. Ginting. 2008. Buku Ajar Teknologi
Pemanfaatan Limbah Untuk Pakan. Laboratorium Makanan Ternak.
Fakultas Peternakan. Universitas Jambi. Jambi.
[NRC] National Research Council. 1994. Nutrient Requirements Coencil.Ed Rev
ke-9. Washington DC: Academy.
Nuroniah, H. S. danA.S. Kosasih. 2010. Mengenal jenis trembesi (Samanea
saman (Jacq.)). Sebagai Pohon Peneduh. Jurnal Mitra Hutan
Tanaman. Vol. 5 (1): 1-5.
Poultry Indonesia. 2007. Limbah Udang Pengganti Tepung Ikan. http://www.
poultry Indonesia .com/tag/riset/hal4.com. Diakses tanggal 11
Februari 2017.
Prasad, R.N., S .Viswanathan, J.R. Devi, V.V.C. Nayak Swetha, B.R. Archana,N.
Parathasarathy, and J. Rajkumar. 2008. Short communication,
preliminar phyto chemical screening and antimicrobia activity
ofSamanea saman. Journal Medicinal Plants Research. Vol 2 (10) :
268-270.
Preston, R.L. 2006. Feed Composition Tables. http://beefmag.com/mag/beef_
feed_composition. (20 November 2016).
Resmi, 2000. Pengaruh Pemanfaatan Tepung Limbah Udang Olahan dalam
Ransum Ayam Petelur terhadap Penampilan Produksi Telur. Tesis.
Program Pascasarjana Universitas Andalas. Padang.
28
Retnani, Y., W. Widiarti, I. Amiroh, L. Herawati, dan K.B. Satoto. 2009. Daya
simpan dan palatabilitas wafer ransum komplit pucuk dan ampas
tebu untuk sapi pedet. Prosiding Media Peternakan. Bogor. Hlm
130-136.
Richana, N., P. Lestina dan T.T. Irawadi. 2004. Karakterisasi lignoselulosa : xilan
dari limbah tanaman pangan dan pemanfaatannya untuk
pertumbuhan bakteri RXA III-5 penghasil xilanase. J. Penelitian
Pertanian 23 (3): 171-176.
Ruddel.A.L. and M. Potrat. 2002. Understanding Your Forage Test Result.
Oregon State University.Extension Service.
Sariri, A. 2011.Kandungan tumbuhan kihujan.http://sariri.kandungan tumbuhan
kihujan/trambesi.html. (Diakses 20 Januari 2017).
Shofiyanto, M. E. 2008. Hidrolisa tongkol jagung oleh bakteri selulolitik untuk
produksi bioetanol dalam kultur campuran.skripsi. Fakultas
Teknologi Pertanian. IPB. Bogor.
Siregar, S. 2008. Ransum Ternak Ruminansia. Penebar Swadaya. Jakarta.
Soesarsono. 1988. Teknologi Penyimpanan Komoditas Pertanian. Penerbit Sinar
Tani, Bogor.
Siregar, S. 2008. Ransum Ternak Ruminansia. Penebar Swadaya. Jakarta.
Staples, G.W. and C.R. Elevitch. 2006. Samanea saman (Trembesi). ver. 2.1. In:
Species Profiles for Pacif Island Agroforestry. Permanent
Agriculture Resources (PAR).
Suhartanto, B., Kustantinah dan S. Padmowijoto. 2000. Degradasi in sacco bahan
organik dan protein kasar empat macam bahan pakan diukur
menggunakan kantong inra dan rowett research institute. Buletin
Peternakan. Vol 24 (2). Hal. 82-93.
Suparjo. 2000. Analisis Secara Kimiawi. Skripsi. Fakultas Peternakan, Jambi.
Sutardi. 1980. Landasan Ilmu Nutrisi. Departemen Ilmu Nutrisi dan Makanan
Ternak. Fakultas Peternakan IPB. Bogor.
Van Soest, P. J. 1982. Symposium on factors influencing voluntary intake of
herbage by ruminant: volunter intake in relation to chemical
composition and digestibility. J. Animal sci. 24 : 834.
29
Wahyono. D.E. dan R. Hardianto. 2004. Pemanfaatan sumber daya pakan lokal
untuk pengembangan usaha sapi potong. Jurnal Lokakarya Sapi
Potong. Grati. Pasuruan. J.Peternakan. Vol 22-30.
Winarno, F. G. 1997. Kimia Pangan Nutrisi. Edisi Kedua. PT. Gramedia Pustaka
Utama. Jakarta.
Yulistiani, D. 2010. Fermentasi Tongkol Jagung (Kecernaan>50%) dalam
Ransum Komplit Domba Komposit Sumatera dengan Laju
Pertumbuhan >125 gram/hari.Balai. Penelitian Ternak, Bogor.
Yunilas .2009. Bioteknologi Jerami Padi melalui Fermentasi sebagai Bahan Pakan
Ternak Ruminansia. Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara,
Medan.
30
Lampiran I
Hasil Perhitungan
Kandungan NDF (Neutral Detergent fiber)
JK rata-rata (FK) : 619.62
16
: 23994.01.
JKT : 35.182 + 30.412 + 34.092 +……..+ 44.072 – FK2
4×4
: 24269.56 – 23994.01 = 275.55
JKP : 135.192 + 145.22 + 165.62 + 173.612 – FK2
4 16
: 24230,79 – 23994.01 = 236.78
JKG : 275.55 – 236.78 = 38.77
KTP : 236.78 = 236.78= 78.92
t – 1 4 – 1
KTG : 38.77 = 38.77 = 38.77 = 3.23
t (n – 1) 4 (4 – 1) 12
Sehingga f hitung : 78.92 = 24.43
3.23
S.K d.b. J.K. K.T. F tabel
F hitung 0.05 0.01
Perlakuan 3 236.78 78.92 24.43** 3.49 5.95
Galat
Percobaan 12
38.77 3.23
Total 15
Ulangan Perlakuan
Total 1 2 3 4
1 35.18 38.55 42.84 44.85
2 30.41 35.71 39.1 43.26
3 34.09 34.92 41.18 41.43
4 35.51 36.02 42.48 44.07
Total 135.19 145.2 165.6 173.61 619.6
Rata-rata 33.80 36.30 41.40 43.40
31
Kandungan ADF (Acid Detergent Fiber)
JK rata-rata (FK) : 356, 582
16
: 7946.83.
JKT : 16.492 + 17.152 + 16.892 +……..+ 27.832 – FK2
4×4
: 8283.12 – 7946.83 = 336.29
JKP : 66.692 + 77.182 + 99.522 + 113.192 – FK2
4 16
: 8280.12 – 7946.83 = 333.29
JKG : 336.29 – 333.29 = 3
KTP : 333.29 = 333.29 = 111,09
t – 1 4 – 1
KTG : 3 = 3 = 3 = 0.25
t (n – 1) 4 (4 – 1) 12
Sehingga f hitung : 111.09 = 444.36
0.25
S.K d.b. J.K. K.T. F tabel
F hitung 0.05 0.01
Perlakuan 3 333.29 111.09 444.35** 3.49 5.95
Galat
Percobaan 12
3 0.25
Total 15
Ulangan Perlakuan
Total 1 2 3 4
1 16.49 19.64 24.7 28.62
2 17.15 19.23 25.66 28.71
3 16.89 18.69 24.99 28.03
4 16.08 19.62 24.17 27.83
Total 66.61 77.18 99.52 113.19 356.5
Rata-Rata 16.65 19.3 24.88 28.3
32
Uji Jarak Duncan Dengan Taraf Nyata α 0.05
1. Perbedaan rata-rata hasil pengamatan perlakuan berdasarkan uji jarak Duncan
NDF
Menentukan notasi perlakuan :
- Menentukan nilai tengah atau dua nilai rata-rata =
LSR = SSR × s.e
Dimana s.e. = √𝐾𝑇𝐺
𝑛
s.e = √3.23
4
= 0.90
- Nilai LSR =
(LSR = SSR × s.e)
Dimana SSR dari P1 = 3.24
LSR = 0.90 × 3.24 = 2.91.
P Rata-Rata Perlakuan Beda
P SSR LSR (x) (x-1) (x-2) (x-3)
4 43.40b 9.60* 7.10* 2.00 4 3.24 2.91
3 41.40b 7.6* 5.10* 3 3.17 2.85
2 36.30a 2.5 2 3.00 2.69
1 33.80a
Perlakuan P1 P2 P3 P4
P1 2.5 7.6* 9.60*
P2 5.10* 7.10*
P3 2.00
P4
33
2. Perbedaan rata-rata hasil pengamatan perlakuan berdasarkan Uji Jarak Duncan
ADF
Menentukan notasi perlakuan :
Perlakuan P1 P2 P3 P4
P1 1.66* 6.99* 10.63*
P2 5.33* 9.33*
P3 3.64*
P4
- Menentukan nilai tengah atau dua nilai rata-rata =
LSR = SSR × s.e
Dimana s.e. = √𝐾𝑇𝐺
𝑛
s.e = √0.25
4
= 0.25
- Nilai LSR =
(LSR = SSR × s.e)
Dimana SSR dari P1 = 3.24
LSR = 0.25 × 3.24 = 0.81.
P Rata-Rata Perlakuan Beda
P SSR LSR (x) (x-1) (x-2) (x-3)
4 27.38d 10.63* 9.33* 3.64* 4 3.24 0.81
3 23.74c 6.99* 5.33* 3 3.17 0.79
2 18.41b 1.66* 2 3.00 0.75
1 16.75a
34
Lampiran II
Dokumentasi Penelitian
Gambar 1. Pengambilan Dan Penjemuran Daun Trembesi
Gambar 2. Penggilingan Daun Trembesi
35
Gambar 3. Pencampuran Bahan Dan Pencetakan Wafer
Gambar 4. Analisis NDF dan ADF
36
Gambar 5. Analisis kandungan NDF dan ADF
37