pengaruh pemberian ekstrak belimbing wuluh …/pengaruh...proposal penelitian dengan judul :...

58
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK BELIMBING WULUH (Averrhoa bilimbi Linn.) TERHADAP JUMLAH SPERMATID DAN SPERMATOZOA TIKUS PUTIH (Rattus norvegicus) SKRIPSI Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran IRWAN NURDIANSYAH G0009111 FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET Surakarta 2013

Upload: vukien

Post on 03-Mar-2019

246 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK BELIMBING WULUH …/Pengaruh...Proposal Penelitian dengan judul : Pengaruh Pemberian Ekstrak Belimbing Averrhoa bilimbi Linn.) terhadap Jumlah Spermatid

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK BELIMBING WULUH (Averrhoa

bilimbi Linn.) TERHADAP JUMLAH SPERMATID DAN SPERMATOZOA

TIKUS PUTIH (Rattus norvegicus)

SKRIPSI

Untuk Memenuhi Persyaratan

Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran

IRWAN NURDIANSYAH

G0009111

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

Surakarta

2013

Page 2: PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK BELIMBING WULUH …/Pengaruh...Proposal Penelitian dengan judul : Pengaruh Pemberian Ekstrak Belimbing Averrhoa bilimbi Linn.) terhadap Jumlah Spermatid

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

ii

Prof. Dr. Zainal Arifin Adnan, dr., Sp.PD-KR-FINASIM

PENGESAHAN SKRIPSI

Skripi dengan judul : Pengaruh Pemberian Ekstrak Belimbing Wuluh

(Averrhoa Bilimbi Linn.) terhadap Jumlah Spermatid dan

Spermatozoa Tikus Putih (Rattus Norvegicus).

Irwan Nurdiansyah, NIM : G.0009111, Tahun : 2013

Telah diuji dan sudah disahkan di hadapan Dewan Penguji Skripsi

Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret

Pada Hari Senin, Tanggal 28 Januari 2013

Pembimbing Utama

Nama : Muthmainah, dr., M.Kes

NIP : 19660702 199802 2 001 .................................................

Pembimbing Pendamping

Nama : Dr. Diffah Hanim, Dra, M.Si

NIP : 19640220 199003 2 001 ..................................................

Penguji Utama

Nama : S.B.Widjokongko, dr., PHK, M.Pd

NIP : 19481231 197609 1 001 .................................................

Penguji Pendamping

Nama : Muthmainah, dr.

NIP : 19840707 200912 2 003 ..................................................

Surakarta, ………………….

Ketua Tim Skripsi Dekan FK UNS

Muthmainah, dr., M.Kes

NIP 19660702 199802 2 001 NIP 19510601 197903 1 002

Page 3: PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK BELIMBING WULUH …/Pengaruh...Proposal Penelitian dengan judul : Pengaruh Pemberian Ekstrak Belimbing Averrhoa bilimbi Linn.) terhadap Jumlah Spermatid

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

ii

PERSETUJUAN

Proposal Penelitian dengan judul : Pengaruh Pemberian Ekstrak Belimbing

Wuluh (Averrhoa bilimbi Linn.) terhadap Jumlah Spermatid dan

Spermatozoa Tikus Putih (Rattus novergicus)

Irwan Nurdiansyah, G0009111, Tahun 2012

Telah disetujui untuk dipertahankan di hadapan Tim Ujian Skripsi Fakultas

Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta

Pada Hari Senin, Tanggal 28 Januari 2013

Pembimbing Utama Penguji Utama

Muthmainah, dr., M.Kes S.B.Widjokongko, dr., PHK, M.Pd

NIP. 19660702 199802 2 001 NIP. 19481231 197609 1 001

Pembimbing Pendamping Penguji Pendamping

Dr. Diffah Hanim, Dra, M.Si Muthmainah, dr.

NIP. 19640220 199003 2 001 19840707 200912 2 003

Tim Skripsi

Muthmainah, dr., M.Kes

NIP. 19660702 199802 2 001

Page 4: PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK BELIMBING WULUH …/Pengaruh...Proposal Penelitian dengan judul : Pengaruh Pemberian Ekstrak Belimbing Averrhoa bilimbi Linn.) terhadap Jumlah Spermatid

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

iii

PERNYATAAN

Dengan ini menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya yang pernah

diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi, dan

sepanjang pengetahuan penulis juga tidak terdapat karya atau pendapat yang

pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu

dalam naskah dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Surakarta, Februari 2013

Irwan Nurdiansyah

NIM. G0009111

Page 5: PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK BELIMBING WULUH …/Pengaruh...Proposal Penelitian dengan judul : Pengaruh Pemberian Ekstrak Belimbing Averrhoa bilimbi Linn.) terhadap Jumlah Spermatid

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

iv

ABSTRAK

Irwan Nurdiansyah G0009111, 2013. Pengaruh Pemberian Ekstrak Belimbing

Wuluh (Averrhoa Bilimbi Linn.) terhadap Jumlah Spermatid dan Spermatozoa

Tikus Putih (Rattus Norvegicus). Skripsi Fakultas Kedokteran Universitas

Sebelas Maret, Surakarta.

Latar Belakang : Belimbing wuluh (Averrhoa bilimbi Linn.) diketahui

mempunyai berbagai kandungan zat yang bersifat sebagai antioksidan yaitu

flavonoid alami seperti apigenin dan luteolin serta vitamin C. Antioksidan

tersebut diduga dapat meningkatkan kadar testosteron sehinggga berpengaruh

pada proses spermatogenesis. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh

pemberian ekstrak belimbing wuluh terhadap jumlah spermatid tahap akhir dan

spermatozoa tikus putih.

Metode Penelitian : Penelitian ini bersifat eksperimental laboratorik dengan the

post test only controlled group design. Sampel berupa 24 tikus jantan, galur

Wistar berumur 8-10 minggu dengan berat badan + 200 g. Sampel tikus dibagi

dalam 4 kelompok secara random. Kelompok K diberi akuades selama 14 hari.

Kelompok P1, P2, dan P3 masing-masing diberi ekstrak etanol belimbing wuluh

dengan dosis 57 mg/200 g BB tikus, 114 mg/200 g BB tikus, dan 228 mg/200 g

BB tikus selama 14 hari. Hari ke-15 tikus dikorbankan untuk diambil testis kanan

dan kiri kemudian dibuat preparat dengan metode blok parafin dan pengecatan

HE. Jumlah spermatid tahap akhir dan spermatozoa dihitung dengan melihat 5

lapang pandang dari masing-masing testis dengan menggunakan mikroskop

cahaya perbesaran 1000x, kemudian hasilnya dijumlahkan untuk mendapatkan

satu angka untuk masing-masing testis. Data dianalisis menggunakan uji One-Way

ANOVA (α = 0,05) dan dilanjutkan uji Post Hoc Multiple Comparisons LSD (α =

0,05).

Hasil Penelitian Rata-rata jumlah spermatid dan spermatozoa pada kelompok K =

2463 ± 164,97; P1 = 1965,5 ± 68,48, P2 = 1394,33 ± 91,37; P3 = 1074,33 ±

94,19. Hasil uji Oneway Anova menunjukkan p = 0,000 (p < 0,05) dan hasil uji

LSD menunjukkan adanya perbedaan yang bermakna pada semua pasangan

kelompok yang dibandingkan.

Simpulan Penelitian : Pemberian ekstrak belimbing wuluh tidak dapat

meningkatkan jumlah spermatid dan spermatozoa tikus putih, pemberian ekstrak

belimbing wuluh menurunkan jumlah spermatid dan spermatozoa. Semakin besar

dosis ekstrak belimbing wuluh yang diberikan maka jumlah sel spermatid dan

spermatozoa tikus putih semakin menurun.

Kata kunci: ekstrak belimbing wuluh, flavonoid, jumlah spermatid dan

spermatozoa.

Page 6: PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK BELIMBING WULUH …/Pengaruh...Proposal Penelitian dengan judul : Pengaruh Pemberian Ekstrak Belimbing Averrhoa bilimbi Linn.) terhadap Jumlah Spermatid

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

v

ABSTRACT

Irwan Nurdiansyah G0009111, 2013. The Effect of Extract of Starfruit

(Averrhoa Bilimbi Linn.) towards the Number of Spermatids and Spermatozoa of

Mice (Rattus Norvegicus). Mini-Thesis Faculty of Medicine,Sebelas Maret

University Surakarta.

Background : Starfruit (Averrhoa bilimbi Linn.) are known to have a variety of

substances that are as natural antioxidant flavonoids such as apigenin and luteolin,

and vitamin C. Antioxidants contributes to increase testosterone levels therefore

its influence the process of spermatogenesis. This study aimed to determine the

effect of the extract of the starfruit towards the number of late stage spermatids

and spermatozoa of mice

Methods : This study is an experimental laboratory using controlled group

posttest only design. The samples used 24 male mice, 8-10 weeks old Whistar and

weights + 200 g. Samples were divided into 4 groups. K group was given distilled

water for 14 days. Group P1, P2, and P3 were given starfruit ethanol extract each

at a dose of 57 mg/200 gram weight for P1, 114 mg/200 gram weight for P2, and

228 mg/200 gram weight for P3 among 14 days. On day-15, samples were

sacrificed to be made preparations of left and right testis by the method of paraffin

blocks and HE staining. The number of late stage spermatids and spermatozoa

was calculated by observing at the 5 field of view of each testis using a light

microscope magnification of 1000X, then the results are summed to obtain a

single number for each testis. Data were analyzed using One-Way ANOVA test (α

= 0.05) and Post Hoc Multiple Comparisons LSD (α = 0.05)

Result: The average number of spermatids and spermatozoa in group K = 2463 ±

164.97; P1 = 1965.5 ± 68.48, P2 = 1394.33 ± 91.37; P3 = 1074.33 ± 94.19.

Oneway Anova test results showed p = 0.000 (p < 0.05) and LSD test results

showed a significant difference in all groups.

Conclusion: The extract of starfruit can not increase the number of spermatids

and spermatozoa. The extract of starfruit could decrease the number of spermatid

cells as shown on the average difference spermatid counts for each group. The

larger dose of the extract given, the greater spermatid cell count decreased.

Key Words : extract of Starfruit, flavonoids, number of spermatids and

spermatozoa.

Page 7: PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK BELIMBING WULUH …/Pengaruh...Proposal Penelitian dengan judul : Pengaruh Pemberian Ekstrak Belimbing Averrhoa bilimbi Linn.) terhadap Jumlah Spermatid

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

vi

PRAKATA

Puji syukur penulis haturkan ke hadirat Allah SWT karena atas

karuniaNya penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul ”Pengaruh

Pemberian Ekstrak Belimbing Wuluh (Averrhoa bilimbi Linn.) terhadap Jumlah

Spermatid Tikus Putih (Rattus norvegicus)”. Penelitian dan penulisan skripsi ini

dapat terlaksana dengan baik berkat bantuan, bimbingan, dan petunjuk dari

berbagai pihak. Untuk itu, penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada:

1. Prof. Dr. Zainal Arifin Adnan, dr., Sp.PD-KR-FINASIM, selaku Dekan

Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret, Surakarta.

2. Muthmainah, dr., M. Kes, selaku Ketua Tim Skripsi FK UNS sekaligus

sebagai Pembimbing Utama atas bimbingan dalam penyusunan skripsi ini.

3. Dr. Diffah Hanim, Dra, M.Si selaku Pembimbing Pendamping atas bimbingan

dalam penyusunan skripsi ini.

4. S.B.Widjokongko, dr., PHK, M.Pd selaku Penguji Utama yang telah

memberikan bimbingan, kritik dan saran demi kesempurnaan penulisan skripsi

ini.

5. Muthmainah, dr. selaku Anggota Penguji yang telah memberikan bimbingan,

kririk dan saran demi kesempurnaan penulisan skripsi ini.

6. Seluruh Dosen dan Staf Laboratorium Histologi FK UNS.

7. Bagian Skripsi FK UNS yang turut memberi kelancaran pembuatan skripsi ini.

8. Ayahanda Sucipto, Ibunda Rukmi serta adik-adikku yang sangat kucintai dan

kusayangi Irma Kurniawati dan Ahmad Saifuddin. Keluargaku yang selalu

mendoakanku agar menjadi dokter yang baik.

9. Teman-teman Kos Avicenna yang telah memberikan banyak bantuan demi

kelancaran skripsi.

10. Teman-teman asisten Field Lab FK UNS yang selalu memberikan keceriaan

dalam bekerja di kantor.

11. Teman-teman pengurus SKI FK UNS yang selalu memberikan inspirasi dikala

penat mengerjakan skripsi ini datang.

12. Teman-teman dan pihak yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu yang

turut mendukung skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih banyak kekurangan dan jauh

dari kata sempurna. Penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun

demi kebaikan skripsi ini. Akhir kata penulis berharap semoga skripsi ini dapat

bermanfaat bagi dunia kedokteran umumnya dan pembaca khususnya.

Surakarta, Januari 2013

Irwan Nurdiansyah

Page 8: PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK BELIMBING WULUH …/Pengaruh...Proposal Penelitian dengan judul : Pengaruh Pemberian Ekstrak Belimbing Averrhoa bilimbi Linn.) terhadap Jumlah Spermatid

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

vii

DAFTAR ISI

Halaman

PRAKATA ..................................................................................................... vi

DAFTAR ISI .................................................................................................. vii

DAFTAR GAMBAR ..................................................................................... ix

DAFTAR TABEL .......................................................................................... x

DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. xi

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ............................................................................ 1

B. Rumusan Masalah ....................................................................... 4

C. Tujuan Penelitian......................................................................... 4

D. Manfaat Penelitian....................................................................... 5

BAB II LANDASAN TEORI

A. Tinjauan Pustaka ......................................................................... 6

1. Testis ....................................................................................... 6

2. Belimbing Wuluh (Averrhoa bilimbi Linn.) ........................... 15

B. Kerangka Pemikiran .................................................................... 21

C. Hipotesis ...................................................................................... 22

BAB III METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian ............................................................................ 23

B. Lokasi Penelitian ......................................................................... 23

C. Subjek Penelitian ......................................................................... 23

D. Teknik Sampling ......................................................................... 25

Page 9: PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK BELIMBING WULUH …/Pengaruh...Proposal Penelitian dengan judul : Pengaruh Pemberian Ekstrak Belimbing Averrhoa bilimbi Linn.) terhadap Jumlah Spermatid

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

viii

E. Rancangan Penelitian .................................................................. 25

F. Identifikasi Variabel Penelitian ................................................... 26

G. Definisi Operasional Variabel Penelitian .................................... 26

H. Alat dan Bahan Penelitian ........................................................... 28

I. Cara Kerja ................................................................................... 29

J. Teknis Analisis Data ................................................................... 34

BAB IV HASIL PENELITIAN

A. Data Hasil Penelitian ................................................................... 35

B. Analisis Data ............................................................................... 36

BAB V PEMBAHASAN ............................................................................... 40

BAB VI PENUTUP

A. SIMPULAN ................................................................................ 45

B. SARAN ....................................................................................... 45

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... 47

LAMPIRAN

Page 10: PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK BELIMBING WULUH …/Pengaruh...Proposal Penelitian dengan judul : Pengaruh Pemberian Ekstrak Belimbing Averrhoa bilimbi Linn.) terhadap Jumlah Spermatid

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

ix

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Penampang Melintang Testis, Tubulus Seminiferus

Gambar 2.2 Penampang Melintang Testis, Sel Interstisial Leydig

Gambar 2.3. Bagan Spermatogenesis

Gambar 2.4 Tanaman Belimbing Wuluh

Gambar 4.1 Diagram Rata-Rata Sel Spermatid dan Spermatozoa dari Masing-

Masing Kelompok

Gambar 5.1 Grafik Profil Kadar Testosteron Tikus Putih

Page 11: PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK BELIMBING WULUH …/Pengaruh...Proposal Penelitian dengan judul : Pengaruh Pemberian Ekstrak Belimbing Averrhoa bilimbi Linn.) terhadap Jumlah Spermatid

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

x

DAFTAR TABEL

Tabel 2.l Kandungan Zat-Zat dalam 100 Gram Belimbing Wuluh

Tabel 4.1 Jumlah Rata-Rata Sel Spermatid dan Spermatozoa Testis Kiri dan

Kanan dari Masing-Masing Kelompok

Tabel 4.2 Normalitas Distribusi Data Jumlah Spermatid Tikus Putih.

Tabel 4.3 Rerata Transformasi Jumlah Spermatid Tahap Akhir dan Spermatozoa

pada Masing-Masing Kelompok

Tabel 4.4 Ringkasan Hasil Uji LSD (α = 0,05)

Page 12: PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK BELIMBING WULUH …/Pengaruh...Proposal Penelitian dengan judul : Pengaruh Pemberian Ekstrak Belimbing Averrhoa bilimbi Linn.) terhadap Jumlah Spermatid

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xi

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Tabel Daftar Volume Maksimal Bahan Uji pada Pemberian Peroral

Lampiran 2. Langkah Kerja Proses Ekstraksi Belimbing Wuluh dengan Metode

Maserasi

Lampiran 3. Data Ekstrak Buah Belimbing Wuluh

Lampiran 4. Surat Keterangan Pembuatan dan Pembacaan Preparat

Lampiran 5. Data Hasil Pengamatan Mikroskopis

Lampiran 6. Hasil Uji Normalitas dan Varians Data Hubungan Pemberian

Ekstrak Belimbing Wuluh terhadap Jumlah Spermatid Tikus Putih

Lampiran 7. Hasil Analisis Uji One-Way ANOVA dan Post Hoc Multiple

Comparison Data Hubungan Pemberian Ekstrak Belimbing Wuluh

terhadap Jumlah Spermatid Tikus Putih

Lampiran 8. Gambar Alat dan Bahan Penelitian

Lampiran 9. Foto Preparat dengan Perbesaran 100x

Page 13: PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK BELIMBING WULUH …/Pengaruh...Proposal Penelitian dengan judul : Pengaruh Pemberian Ekstrak Belimbing Averrhoa bilimbi Linn.) terhadap Jumlah Spermatid

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Indonesia merupakan negara yang mempunyai jenis tumbuh-

tumbuhan beraneka ragam yang digunakan untuk keperluan sandang,

pangan, perumahan, serta obat tradisional. Obat tradisional sebagai ramuan

yang berasal dari tumbuh-tumbuhan memiliki kelebihan, yakni minimalnya

efek samping yang ditimbulkan. Penggunaan obat tradisional tersebut masih

sangat disukai oleh masyarakat karena sumber bahan obatnya banyak

terdapat di Indonesia. Selain itu mudah diramu dan ditanam sebagai

tanaman obat keluarga dan harganya relatif murah (Lestari et al., 2004).

Seiring dengan perubahan zaman, penggunaan tumbuh-tumbuhan

sebagai obat-obatan telah mengalami perkembangan, yakni dari yang

bersifat empiris ke ilmiah. Perkembangan ini memicu timbulnya berbagai

penelitian tentang tumbuh-tumbuhan untuk menemukan obat-obatan baru,

salah satunya adalah belimbing wuluh (Averrhoa bilimbi Linn.).

Belimbing wuluh (Averrhoa bilimbi Linn.) merupakan salah satu

jenis tanaman asli Indonesia yang dapat digunakan sebagai obat (IPTEKnet,

2005). Di Indonesia, selain digunakan sebagai bumbu masak, tanaman ini

juga bermanfaat untuk mengobati hipertensi, diabetes, gondongan, jerawat,

reumatik, sariawan, gusi berdarah, sakit gigi, batuk rejan, demam, dan

kelumpuhan (Dalimartha et al., 2000).

Page 14: PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK BELIMBING WULUH …/Pengaruh...Proposal Penelitian dengan judul : Pengaruh Pemberian Ekstrak Belimbing Averrhoa bilimbi Linn.) terhadap Jumlah Spermatid

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

2

Belimbing wuluh (Averrhoa bilimbi Linn.) mengandung tanin,

sulfur, asam format, flavonoid, vitamin A, vitamin B, vitamin C, dan enzim

peroksidase. Kandungan saponin, flavonoid, dan tanin dari tanaman

belimbing wuluh (Averrhoa bilimbi Linn.) dapat mempengaruhi sistem

tubuh. Saponin dapat menghambat pertumbuhan sel kanker, mengikat

kolesterol, dan bersifat antibiotik (Caroll and Caroll, 2001). Flavonoid, yang

dalam belimbing wuluh berupa Apigenin dan Luteolin, mempunyai fungsi

sebagai antibakteri, antiinflamasi, antialergi, antimutagenik, antivirus,

antineoplastik, antitrombosis, antioksidan, dan aktivitas vasodilatasi (Miller,

1996). Penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa potensi belimbing wuluh

sebagai antiinflamasi, mampu menghambat fotooksidasi protein, selain itu

belimbing wuluh juga dapat menghambat pembentukan laju pembentukan

Advanced Glycation End products (AGEs) (Biworo, 2002; Haslinda et al.,

2004; Suhartono et al., 2005).

Infertilitas dapat didefinisikan sebagai kegagalan untuk mencapai

kehamilan setelah berhubungan seks tanpa menggunakan alat kontrasepsi

selama satu tahun (Dean et al., 2012). Masalah ini merupakan penyakit

kompleks dengan aspek medis, psikososial, dan ekonomi (Thonneau, 1991).

Infertilitas primer didefinisikan sebagai kegagalan untuk mencapai

kehamilan pertama sedangkan infertilitas sekunder diartikan sebagai

kegagalan untuk mencapai kehamilan kedua. Di Amerika, satu dari tujuh

pasangan (15%) mengalami infertilitas primer. Dari jumlah itu, 40% di

antaranya disebabkan oleh pria (Dean et al., 2012). Penelitian yang

Page 15: PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK BELIMBING WULUH …/Pengaruh...Proposal Penelitian dengan judul : Pengaruh Pemberian Ekstrak Belimbing Averrhoa bilimbi Linn.) terhadap Jumlah Spermatid

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

3

dilakukan Arsyad terhadap 246 pasangan infertil di Palembang

menunjukkan infertilitas yang disebabkan faktor pria sebesar 48,4%

(Khaidir, 2006). Sebanyak 20% pria muda memiliki konsentrasi sperma di

bawah standar WHO, dan 40% di bawah kadar optimal untuk menunjang

fertilitas. Selain itu, proses penuaan pada pria juga menyebabkan penurunan

kadar testosteron (Jorgensen, 2006). Testosteron sendiri merupakan hormon

yang dibutuhkan untuk proses spermatogenesis yang normal, meningkatkan

proliferasi sel dan mencegah apoptosis, fertilitas, dan memelihara fenotip

pria (Roelants et al., 2002; Pakarainen et al., 2005). Penurunan testosteron

mengakibatkan gangguan proses spermatogenesis sehingga berakibat pada

penurunan jumlah dan kualitas sperma (Guyton dan Hall, 1997).

Usaha untuk menunda penurunan kadar testosteron darah

membutuhkan pemahaman terhadap mekanisme proses penurunan tersebut.

Beberapa studi yang mempelajari faktor-faktor yang mempengaruhi kadar

terstosteron dalam proses penuaan mengindikasikan bahwa biosintesis

testosteron merupakan faktor yang paling berperan dalam proses penurunan

kadar testosteron ( Chen et al., 1994).

Kecepatan biosintesis testosteron dibatasi oleh transfer kolesterol

ke membran dalam mitokondria sehingga inisiasi dari proses streroidogenik

di sel leydig terhambat. Langkah tersebut diregulasi oleh protein

Steroidogenic Acute Regulatory (StAR) (Clark et al., 1994; Lin et al., 1995;

Wang et al., 1998). Penghambatan terhadap aktivitas COX2 dapat

meningkatkan protein StAR dan produksi testosteron sehinga berefek pada

Page 16: PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK BELIMBING WULUH …/Pengaruh...Proposal Penelitian dengan judul : Pengaruh Pemberian Ekstrak Belimbing Averrhoa bilimbi Linn.) terhadap Jumlah Spermatid

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

4

peningkatan jumlah sperma dalam semen (Wang et al., 2005). Sekelompok

flavonoid alami dalam makanan telah diidentifikasi dapat menghambat

sinyal dari COX2-dependent (Zakaria et al., 2007).

Oleh karena itu, dengan mengingat adanya kandungan flavonoid

dalam belimbing wuluh berupa Apigenin dan Luteolin yang diduga dapat

meningkatkan kadar testosteron, peneliti tertarik untuk melakukan

penelitian guna mengetahui pengaruh pemberian ekstrak belimbing wuluh

terhadap jumlah spermatid dan spermatozoa pada gambaran histologis

tubulus seminiferous testis tikus putih.

B. Rumusan Masalah

Perumusan masalah pada penelitian ini adalah:

Apakah pemberian ekstrak belimbing wuluh (Averrhoa bilimbi

Linn.) dapat meningkatkan jumlah spermatid dan spermatozoa tikus putih

(Rattus norvegicus)?

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui apakah pemberian ekstrak belimbing wuluh (Averrhoa

bilimbi Linn.) dapat meningkatkan jumlah spermatid dan spermatozoa

tikus putih (Rattus norvegicus).

Page 17: PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK BELIMBING WULUH …/Pengaruh...Proposal Penelitian dengan judul : Pengaruh Pemberian Ekstrak Belimbing Averrhoa bilimbi Linn.) terhadap Jumlah Spermatid

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

5

2. Tujuan Khusus

Untuk mengetahui apakah semakin besar dosis ekstrak belimbing wuluh

(Averrhoa bilimbi Linn.) yang diberikan mengakibatkan perubahan

jumlah spermatid dan spermatozoa tikus putih (Rattus norvegicus) yang

semakin meningkat.

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritik

Memberikan bukti ilmiah mengenai pengaruh pemberian ekstrak

belimbing wuluh (Averrhoa belimbi Linn) terhadap jumlah spermatid dan

spermatozoa tikus putih (Rattus norvegicus).

2. Manfaat Aplikatif

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi ilmiah

kepada masyarakat mengenai manfaat belimbing sebagai tanaman obat

yang dapat meningkatkan kesuburan sperma..

Page 18: PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK BELIMBING WULUH …/Pengaruh...Proposal Penelitian dengan judul : Pengaruh Pemberian Ekstrak Belimbing Averrhoa bilimbi Linn.) terhadap Jumlah Spermatid

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

6

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Tinjauan Pustaka

1. Testis

Testis merupakan kelenjar ganda, karena secara fungsional bersifat

eksokrin dan juga endokrin. Bagian eksokrin terutama menghasilkan sel

kelamin sedangkan bagian endokrin menghasilkan sekret internal yang

dilepaskan oleh sel-sel khusus (Leeson et al., 1996). Testis dikelilingi

oleh simpai tebal jaringan ikat kolagen, yaitu tunika albuginea. Tunika

albuginea menebal pada permukaan posterior testis membentuk

mediastinum testis, dari situ terjulur septa fibrosa ke dalam kelenjar,

membaginya menjadi kurang lebih 250 kompartmen piramidal yang

disebut lobulus testis. Setiap lobulus dihuni oleh 1-4 tubulus seminiferus.

Terpendam dalam dasar jaringan ikat yang banyak pembuluh darah dan

limfe, saraf, dan sel interstisial (leydig). Sel interstisial mensekresikan

androgen testis (Junqueira et al., 1997). Produksi sperma terjadi pada

tubulus seminiferus (Wilson dan Hillegas, 1995).

a. Tubulus Seminiferus

Tubulus seminiferus berkelok-kelok dengan garis tengah

kurang lebih 0,2 mm dan panjang 30 sampai 70 cm. Tubulus

seminiferus berakhir sebagai ujung bebas yang buntu atau

beranastomosis dengan tubulus-tubulus didekatnya dari lobulus yang

Page 19: PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK BELIMBING WULUH …/Pengaruh...Proposal Penelitian dengan judul : Pengaruh Pemberian Ekstrak Belimbing Averrhoa bilimbi Linn.) terhadap Jumlah Spermatid

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

7

sama atau kadang-kadang dengan tubulus dari lobulus di sebelahnya.

Tubulus seminiferus akan berlanjut menjadi tubulus rektus yang

bentuknya lurus. Epitel seminiferus terdiri atas dua kategori sel yang

berbeda, yaitu sel untuk penyokong dan nutrisi serta sel

spermatogenik atau sel benih (Leeson et al., 1996).

b. Epitel Seminiferus

Epitel seminiferus merupakan lapisan kontinyu sel sertoli

dihubungkan oleh kompleks tautan yang mencolok. Ruang antara

batas lateral sel-sel sertoli yang berdekatan mengandung

spermatogonia spermatid, dan spermatozoa (Johnson, 1994).

1) Sel Sustentakuler Sertoli

Sel sertoli jumlahnya relatif sedikit dan tersusun sepanjang

tubulus pada jarak-jarak yang diatur di antara sel benih. Sel

sertoli merupakan sel tinggi seperti tiang, dengan dasarnya

terletak di atas lamina basal tubulus. Bentuk selnya tidak teratur,

tidak tampak jelas dan sangat komplek sedangkan intinya tampak

pucat, bentuknya lonjong dengan sumbu panjangnya tersusun

secara radikal (Leeson et al., 1996).

Sel sertoli mempunyai banyak fungsi, misalnya (a)

penyokong, pelindung, dan pemberi nutrisi bagi sperma

(spermatid) yang berkembang; (b) fagositosis sitoplasma yang

berlebihan (bahan residu) spermatid yang berkembang

(Junqueira, 1997); (c) pembebasan sperma matang, spermiasi ke

Page 20: PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK BELIMBING WULUH …/Pengaruh...Proposal Penelitian dengan judul : Pengaruh Pemberian Ekstrak Belimbing Averrhoa bilimbi Linn.) terhadap Jumlah Spermatid

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

8

dalam tubulus seminiferus; (d) penghasil cairan testikular untuk

nutrisi dan transpor sperma; dan (e) penghasil Androgen Binding

Protein (ABP) dan hormon inhibin (Eroschenko, 2003).

2) Sel Spermatogenik

Sel spermatogenik atau sel benih ini membentuk lapisan

epitel berlapis dengan ketebalan empat sampai delapan sel

melapisi tubulus seminiferus. Sel-sel berkembang secara

progresif dari daerah basal tubulus ke arah lumen. Proliferasi

mendorong sel-sel ke arah lumen, dan yang paling dekat dengan

lumen berubah menjadi spermatozoa dan melepaskan diri dari

epitel dan terletak bebas dalam lumen (Leeson et al., 1996).

Proses perkembangan sel spermatogenik dimulai dengan sel

benih primitif yaitu spematogonium yang terletak dekat dengan

lamina basalis. Spermatogonium merupakan sel yang relatif

kecil, intinya mengandung kromatin irreguler, dan membentuk

kelompok-kelompokan kasar (Junqueira et al., 1997).

Spermatogonium berubah menjadi spermatosit primer.

Spermatosit primer adalah sel yang terbesar dari turunan

spermatogenik dan ditandai oleh adanya kromosom dalam

berbagai stadium proses pemilinan dalam intinya. Segera setelah

spermatosit primer terbentuk, spermatosit primer berada dalam

tahap profase pembelahan meiosis pertama. Profase pembelahan

ini memerlukan waktu yang lama sekitar 22 hari sehingga

Page 21: PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK BELIMBING WULUH …/Pengaruh...Proposal Penelitian dengan judul : Pengaruh Pemberian Ekstrak Belimbing Averrhoa bilimbi Linn.) terhadap Jumlah Spermatid

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

9

sebagian besar sel yang terlihat dalam pemotongan berada dalam

fase ini (Junqueira et al., 1997).

Pembelahan meiosis pertama ini menghasilkan

spermatosit sekunder dengan hanya mengandung 23 kromosom.

Spermatosit sekunder sukar ditemukan dalam potongan testis

karena spermatosit sekunder tetap dalam tahap interfase sangat

singkat dan cepat masuk ke dalam tahap meiosis kedua

(Junqueira et al., 1997).

Pembelahan spermatid sekunder mengahsilkan spermatid

dengan 23 kromosom. Spermatid adalah sel hasil dari

pembelahan spermatosit sekunder. Spermatid dapat dibedakan

dari ukurannya yang kecil, inti dengan daerah-daerah kromatin

yang padat, dan terletak dekat bagian tengah tubulus seminiferus.

Dengan terbentuknya spermatid, spermatogenesis berakhir.

Setelah itu spermatid mengalami proses diferensiasi yang

kompleks yang dinamakan spermiogenesis, yang menghasilkan

perubahan spermatid menjadi spermatozoa. Spermatid

menunjukkan berbagai bentuk yang khas tergantung pada fase

spermatogenesis dimana spermatid ditemukan (Junqueira et al.,

1997).

Page 22: PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK BELIMBING WULUH …/Pengaruh...Proposal Penelitian dengan judul : Pengaruh Pemberian Ekstrak Belimbing Averrhoa bilimbi Linn.) terhadap Jumlah Spermatid

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

10

Gambar 2.1 Penampang Melintang Testis, Tubulus Seminiferus

(Gartner dan Hiatt, 2006).

c. Jaringan Interstisial

Jaringan interstisial yang terdapat dalam lobuli testis terletak di

antara tubulus seminiferus. Jaringan interstisial mengandung

beberapa serat kolagen, pembuluh darah dan limfe, saraf, dan

beberapa sel mesenkim yang belum berkembang. Pembuluh darah

dan saraf keluar masuk melalui mediastinum dan membentuk

anyaman sekitar tubulus. Sel-sel leydig mensekresi testosteron

(Wilson dan Hillegas, 2005). Jaringan ini juga mengandung

makrofag, limfosit, sel mast, dan sel interstisial leydig. Sel-sel

interstisial leydig letaknya berkelompok memadat pada daerah

segitiga yang terbentuk oleh susunan-susunan tubulus seminiferus.

Keterangan :

SR = Sel Sertoli

SG = Spermatogonium

SP = Spermatosit Primer

STe = Spermatid Awal

STl = Spermatid Akhir

SZ = Spermatozoa

Page 23: PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK BELIMBING WULUH …/Pengaruh...Proposal Penelitian dengan judul : Pengaruh Pemberian Ekstrak Belimbing Averrhoa bilimbi Linn.) terhadap Jumlah Spermatid

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

11

Sel-sel tersebut besar, dengan sitoplasma sering tampak bervakuol

pada sajian mikroskop cahaya. Inti selnya mengandung butir-butir

kromatin kasar dan anak inti yang jelas (Leeson et al., 1996).

Gambar 2.2 Penampang Melintang Testis, Sel Interstisial Leydig

(Gartner dan Hiatt, 2006).

d. Spermatogenesis

Spermatogenesis terjadi di tubulus seminiferus dimulai rata-

rata pada umur 13 tahun dan terus berlanjut hampir di seluruh sisa

kehidupan. Pada tahap pertama, spermatogonia bermigrasi di antara

sel-sel sertoli menuju lumen sentral tubulus seminiferus (Guyton dan

Hall, 1997). Sebagian sel anak tetap menjadi spermatogonia dan

yang lainnya berjalan ke lumen tubulus seminiferus menjadi

Keterangan :

SL = Sel Leydig

St = Stroma

PL = Pembuluh Limfa

Page 24: PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK BELIMBING WULUH …/Pengaruh...Proposal Penelitian dengan judul : Pengaruh Pemberian Ekstrak Belimbing Averrhoa bilimbi Linn.) terhadap Jumlah Spermatid

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

12

spermatosit primer. Spermatosit primer akan mengalami pembelahan

miosis sehingga terbentuk dua spermatosit sekunder. Masing-masing

spermatosit akan menjalani miosis yang kedua menghasilkan dua

spermatid. Setelah itu spermatid akan mengalami proses pematangan

dan berdiferensiasi menjadi sperma yang matang. Setelah itu sperma

akan disimpan di epididimis dan vasdeferens dan kesuburannya

dapat bertahan selama 42 hari (Wilson dan Hillegas, 2005).

Gambar 2.3 Bagan Spermatogenesis (Ownby, 2007)

e. Spermiogenesis

Spermatid adalah sel yang dihasilkan dari pembelahan

spermatosit sekunder. Spermatid dapat dikenali melalui ukurannya

yang kecil (garis tengah 7-8 µm), inti dengan daerah-daerah

Page 25: PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK BELIMBING WULUH …/Pengaruh...Proposal Penelitian dengan judul : Pengaruh Pemberian Ekstrak Belimbing Averrhoa bilimbi Linn.) terhadap Jumlah Spermatid

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

13

kromatin padat, dan lokasi jukstaluminal di dalam tubulus

seminiferus. Spermatid mengalami proses perkembangan rumit yang

disebut spermiogenesis yang mencakup pembentukan akrosom,

pemadatan dan pemanjangan inti, pembentukan flagelum, dan

kehilangan sebagian besar sitoplasmanya. Hasil akhirnya ialah

spermatozoa matang, yang kemudian dilepaskan ke dalam lumen

tubulus seminiferus (Junqueira et al., 1997).

f. Fungsi Testis

Testis mempunyai fungsi eksokrin dalam spermatogenesis dan

fungsi endokrin untuk mensekresi hormon-hormon seks yang

mengendalikan perkembangan dan fungsi seksual. Semua fungsi dari

sistem reproduksi pria diatur melalui interaksi hormonal yang

kompleks (Wilson dan Hillegas, 2005).

Fungsi eksokrin testis yang terutama adalah menghasilkan sel-

sel kelamin pria. Fungsi tersebut tergantung pada banyak faktor.

Follicle Stimulating Hormon (FSH) dari lobus anterior hipofisis

merangsang spermatogenesis mamalia. FSH mempengaruhi sel

sertoli untuk merangsang sintesis suatu reseptor, pengikat androgen,

yang akan berikatan dengan testosteron dan disekresikan ke dalam

lumen tubulus seminiferus. Sel sertoli juga mensintesis hormon testis

yang lain yaitu inhibin, yang masuk ke dalam aliran darah serta akan

mengahambat sekresi FSH oleh hipofisis anterior. Pada manusia

spermatogenesis berlangsung terus sepanjang masa kematangan

Page 26: PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK BELIMBING WULUH …/Pengaruh...Proposal Penelitian dengan judul : Pengaruh Pemberian Ekstrak Belimbing Averrhoa bilimbi Linn.) terhadap Jumlah Spermatid

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

14

seksual (Leeson, et al., 1996). Untuk spermatogenesis dibutuhkan

suhu yang sesuai. Spermatogenesis memerlukan suhu yang lebih

rendah dibandingkan suhu interior badan. Testis normalnya

dipertahankan pada suhu sekitar 32ºC (Ganong, 1992).

Sekresi endokrin yang utama dari testis adalah testosteron,

dihasilkan oleh sel interstisial. Produksi testosteron oleh testis

tergantung pada rangsangan Luteinizing Hormon (LH). Oleh karena

organ sasarannya merupakan sel-sel interstisial maka LH seringkali

disebut sebagai Interstisial Cell Stimulating Hormon (ICSH). Selain

pengaruhnya terhadap spermatogenesis, testosteron mengatur sifat-

sifat seks sekunder, rangsang seks dan perkembangan serta

pemeliharaan saluran-saluran kelamin dan kelenjar kelamin

tambahan (Leeson et al., 1996).

g. Interaksi Hormonal

Bagian utama dari pengaturan fungsi seksual baik pada pria

maupun wanita dimulai dengan sekresi Gonadotropin Releasing

Hormon (GnRH) oleh hipotalamus. Hormon-hormon ini adalah

Follicle-Stimulating Hormon Releasing Hormon (FSHRH) dan

Luteinizing-Hormon Releasing Hormon (LHRH). Hormon-hormon

ini selanjutnya merangsang kelenjar hipofisis anterior untuk

menyekresikan dua hormon lain yang disebut hormon-hormon

gonadotropin : (1) Luteinizing Hormon (LH) dan (2) Follicle-

Stimulating Hormon (FSH). Selanjutnya, LH merupakan rangsangan

Page 27: PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK BELIMBING WULUH …/Pengaruh...Proposal Penelitian dengan judul : Pengaruh Pemberian Ekstrak Belimbing Averrhoa bilimbi Linn.) terhadap Jumlah Spermatid

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

15

utama untuk sekresi testosteron oleh testis dan FSH terutama

merangsang spermatogenesis (Wilson dan Hillegas, 2005).

Testosteron yang disekresikan oleh testis sebagai respons

terhadap LH mempunyai efek timbal balik dalam menghentikan

sekresi LH oleh hipofisis anterior. Testosteron menghambat sekresi

LH dengan bekerja langsung terhadap hipotalamus dalam

menurunkan GnRH. Keadaan ini sebaliknya secara bersamaan

menyebabkan penurunan sekresi LH dan FSH oleh hipofisis anterior,

dan penurunan LH akan menurunkan sekresi testosteron oleh testis.

Testoseron mungkin juga mempunyai efek umpan balik negatif

lemah yang bekerja langsung terhadap hipofisis anterior (Guyton dan

Hall, 1997).

2. Belimbing Wuluh (Averrhoa bilimbi Linn.)

a. Morfologi Tanaman Belimbing Wuluh (Averrhoa bilimbi Linn.)

Tanaman Belimbing Wuluh memiliki batang berukuran

sedang, tetapi tingginya bisa mencapai 15 meter. Daun tanaman ini

berpasangan, berbentuk bulat telur, dengan bagian bawah daun

berbulu, bersirip ganjil, dan terdapat di ujung batang seperti payung.

Bunganya berukuran kecil, berwarna merah keunguan, berkumpul

menjadi pucuk lembaga. Daun bunga berbentuk panjang, terdapat

benang sari sebanyak sepuluh helai yang menempel di batang.

Buahnya berbentuk bulat silindris, terbagi secara longitudional

Page 28: PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK BELIMBING WULUH …/Pengaruh...Proposal Penelitian dengan judul : Pengaruh Pemberian Ekstrak Belimbing Averrhoa bilimbi Linn.) terhadap Jumlah Spermatid

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

16

dalam lima lobus, berair asam, berwarna hijau atau putih

(Sastroamidjojo, 2001; Lima et al., 2001; Kumar et al., 2011).

Gambar 2.4 Tanaman Belimbing Wuluh (Lima et al., 2001)

b. Klasifikasi Tanaman Belimbing Wuluh (Averrhoa bilimbi Linn.)

Tanaman Belimbing Wuluh mempunyai klasifikasi sebagai

berikut (Roy et al., 2011) :

Divisio : Spermatophyta

Sub-Divisio : Angiospermae

Classis : Dicotyledonaeae

Ordo : Oxalidales

Familia : Oxalidaceae

Page 29: PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK BELIMBING WULUH …/Pengaruh...Proposal Penelitian dengan judul : Pengaruh Pemberian Ekstrak Belimbing Averrhoa bilimbi Linn.) terhadap Jumlah Spermatid

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

17

Genus : Averrhoa

Spesies : Averrhoa bilimbi

c. Manfaat Belimbing Wuluh

Belimbing Wuluh telah lama digunakan sebagai tanaman

obat tradisional (Kalia, 2005; dan Huda et al., 2009). Daunnya dapat

digunakan sebagai antipiretik, pegel linu, kulit gatal, bengkak karena

jerawat, reumatik, dan bisul. Bunganya menyembuhkan batuk,

sedang buahnya banyak dikonsumsi masyarakat sebagai manisan

atau campuran sayur sekaligus berkhasiat untuk mengobati batuk,

beri-beri, dan biliousness. Sirup buah belimbing wuluh dijadikan

obat demam, inflamasi, menghentikan perdarahan rektum, serta

meredakan hemorrhoid (Sastroamidjojo, 2001; Morton, 2005; Orwa

et al, 2009).

Tanaman tersebut telah diteliti memiliki zat aktif sebagai

antibakteri, antidiabetik, antiscorbutic, antihiperlipidemia, dan

astringent dalam pengobatan post-partum (Mukherjee et al., 2006;

Patel et al., 2009; Sharma et al., 2009; Kumar et al., 2011, Roy et al.,

2011, Ambili et al., 2009; Huda et al., 2009).

Sebuah penelitian yang dilakukan oleh Ambili dkk (2009),

mengenai studi pendahuluan untuk menilai toksisitas Belimbing

Wuluh pada tikus, membuktikan bahwa pemberian secara oral

selama 15 hari tidak menunjukkan gejala toksisitas pada dosis 1g/kg.

Page 30: PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK BELIMBING WULUH …/Pengaruh...Proposal Penelitian dengan judul : Pengaruh Pemberian Ekstrak Belimbing Averrhoa bilimbi Linn.) terhadap Jumlah Spermatid

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

18

d. Kandungan Kimia Belimbing Wuluh (Averrhoa bilimbi Linn.)

Belimbing Wuluh bersifat asam, dengan pH 4,47. Buah

Belimbing Wuluh kaya akan berbagai macam vitamin, terutama

vitamin C, dan mineral. Protein, serat, dan air juga dikandung oleh

buah Belimbing Wuluh (Roy et al., 2011). Selain itu, pada buah

belimbing wuluh juga terdapat kandungan asam oksalat (Tjai dan

Rahardja, 2002).

Zat-zat yang terkandung dalam 100 gram Belimbing Wuluh

antara lain protein, riboflavin, thiamin (vitamin B1), niasin, asam

askorbat ( vitamin C ), karoten, vitamin A, fosfor, kalsium, zat besi,

dan protein disajikan dalam tabel 2.1 (Roy et al., 2011).

Tabel 2.l Kandungan Zat-Zat dalam 100 Gram Belimbing Wuluh.

Zat yang di kandung Jumlah

Riboflavin 0.026 mg

Thiamin (vitamin B1) 0.010 mg

Niasin 0.302 mg

Asam Askorbat (vitamin C) 15.6 mg

Karoten 0.035 mg

Vitamin A 0.036 mg

Fosfor 11.1 mg

Kalsium 3.4 mg

Zat Besi 1 mg

Protein 0.61 g

Sumber : (Roy et al., 2011).

Page 31: PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK BELIMBING WULUH …/Pengaruh...Proposal Penelitian dengan judul : Pengaruh Pemberian Ekstrak Belimbing Averrhoa bilimbi Linn.) terhadap Jumlah Spermatid

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

19

Ekstrak buah Belimbing Wuluh mengandung flavonoid,

saponin, dan triterpenoid. Kandungan bioaktif pada senyawa

flavonoid yang dimiliki Belimbing Wuluh yaitu luteolin dan

apigenin (Zakaria et al., 2007). Unsur pokok kimia yang terdapat

pada buah Belimbing Wuluh antara lain asam amino, asam sitrus,

cyanidin-O-h-D-glucoside, gugus fenolik, ion potassium, gula, dan

vitamin A (Roy et al., 2011).

e. Peran Zat Aktif Belimbing Wuluh (Averrhoa bilimbi Linn.) terhadap

Reproduksi Jantan

Flavonoid mampu menghambat enzim aromatase yaitu

enzim yang mengkatalis konversi androgen menjadi estrogen

yang akan meningkatkan hormon testosteron (Susetyarini, 2003;

Kellis and Vickery, 1984).

Belimbing Wuluh memiliki kandungan antioksidan seperti

vitamin C dengan kadar cukup banyak dan vitamin A. Vitamin C

dan vitamin A pada asupan nutrisi merupakan kandungan penting

yang mempertahankan keseimbangan oksidan-antioksidan pada

jaringan. Antioksidan tersebut dapat melindungi sel terhadap stres

oksidatif dan elektrofilik yang disebabkan oleh Reactive Oxygen

Spesies (ROS), yang menyebabkan kerusakan DNA maupun struktur

penting lainnya seperti protein atau membran sel. Banyak penelitian

telah menunjukkan bukti mengenai peran ROS pada fisiologi dan

patologi dari fungsi reproduksi pria dan wanita. Studi pada hewan uji

Page 32: PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK BELIMBING WULUH …/Pengaruh...Proposal Penelitian dengan judul : Pengaruh Pemberian Ekstrak Belimbing Averrhoa bilimbi Linn.) terhadap Jumlah Spermatid

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

20

menunjukkan antioksidan pada asupan nutrisi sangat penting untuk

memelihara parameter normal semen dan untuk mencapai kehamilan

(Kwiecinski et al., 1989; Cieresko and Dabrowski, 1995).

Dengan menurunya kadar testosteron akan mengakibatkan

terjadinya gangguan proses maturasi spermatozoa dalam epididimis,

terutama gangguan dalam proses glikolisis. Proses glikolisis ini akan

menghasilkan energi berupa adenosine trifosfat (ATP). ATP

dimanfaatkan oleh spermatozoa sebagai sumber energi dalam proses

pergerakan sehingga dapat tetap motil dan sekaligus untuk

mempertahankan daya hidupnya (Souhoka et al., 2009).

Testosteron dibutuhkan untuk proses spermatogenesis yang

normal, meningkatkan proliferasi sel dan mencegah apoptosis,

fertilitas, dan memelihara fenotif pria. Apabila kadarnya turun, maka

proses-proses tersebut juga akan terganggu (Roelants et al., 2002;

Pakarnaen et al., 2005). Beberapa studi yang mempelajari faktor-

faktor yang mempengaruhi kadar terstosteron dalam proses penuaan

mengindikasikan bahwa biosintesis testosteron merupakan faktor

yang paling berperan dalam proses penurunan kadar testosteron

(Chen et al., 1994). Kecepatan biosintesis testosteron dibatasi oleh

transfer kolesterol ke membran dalam mitokondria sehingga inisiasi

dari proses streroidogenik di sel leydig terhambat. Langkah tersebut

diregulasi oleh protein Steroidogenic Acute Regulatory (StAR)

(Clark et al., 1994; Lin et al., 1995; Wang et al., 1998).

Page 33: PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK BELIMBING WULUH …/Pengaruh...Proposal Penelitian dengan judul : Pengaruh Pemberian Ekstrak Belimbing Averrhoa bilimbi Linn.) terhadap Jumlah Spermatid

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

21

Penghambatan terhadap aktivitas COX2 dapat meningkatkan protein

StAR dan produksi testosteron sehingga berefek pada peningkatan

jumlah sperma dalam semen (Wang et al., 2005). Sekelompok

flavonoid alami dalam makanan telah diidentifikasi dapat

menghambat sinyal dari COX2-dependent (Zakaria et al., 2007).

B. Kerangka Pemikiran

Keterangan

: Mempengaruhi : Mempengaruhi (area penelitian)

: Menghambat : Menghambat (area penelitian)

: Berikatan : Berikatan (area penelitian)

Aromatase

menurun

Belimbing

Wuluh

Luteolin

Apigenin

Antioksidan

(Vitamin C)

Flavonoid

ROS

menurun

StAR

COX2

menurun

Estrogen

Biosintesis Testosteron

dalam Sel Leydig

Kolesterol

Membran dalam

mitokondria

Inhibin

Hipothalamus

Hipofisis Anterior

FSH

Sel Sertoli

Jumlah Spermatid

dan Spermatozoa

Spermatogenesis

Protein Pengikat

Androgen

LH

Testosteron

Page 34: PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK BELIMBING WULUH …/Pengaruh...Proposal Penelitian dengan judul : Pengaruh Pemberian Ekstrak Belimbing Averrhoa bilimbi Linn.) terhadap Jumlah Spermatid

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

22

C. Hipotesis Penelitian

Ha : Pemberian ekstrak belimbing wuluh (Averrhoa Bilimb Linn.) peroral

dapat meningkatkan jumlah sel spermatid dan spermatozoa tikus putih

(Rattus norvegicus).

Ho : Pemberian ekstrak belimbing wuluh (Averrhoa Bilimb Linn.) peroral

tidak meningkatkan jumlah sel spermatid dan spermatozoa tikus putih

(Rattus norvegicus).

Page 35: PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK BELIMBING WULUH …/Pengaruh...Proposal Penelitian dengan judul : Pengaruh Pemberian Ekstrak Belimbing Averrhoa bilimbi Linn.) terhadap Jumlah Spermatid

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

23

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini merupakan penelitian eksperimental laboratorik.

B. Lokasi Penelitian

Penelitian dilakukan di Lembaga Penelitian dan Pengujian Terpadu

(LPPT) Universitas Gajah Mada (UGM) Yogyakarta pada tanggal 21 Oktober

– 4 November 2012.

C. Subjek Penelitian

1. Populasi Penelitian

Populasi penelitian adalah tikus putih (Rattus norvegicus).

2. Sampel

Sampel diambil dari populasi tikus putih yang diperoleh dari

Unit Pengembangan Hewan Percobaan (UPHP) Universitas Gajah Mada

(UGM). Kriteria inklusi meliputi tikus putih jantan (Rattus norvegicus)

galur Wistar, berat badan ± 200 gram, berumur sekitar 6-8 minggu,

dan kondisi sehat (aktif, tidak cacat). Sedangkan kriteria eksklusi

adalah tikus putih yang mati dalam masa penelitian.

Dengan cara randomisasi, tikus putih kemudian dikelompokkan

menjadi 4, yaitu:

a. Kelompok kontrol : perlakuan dengan pemberian akuades

2ml/200 gram BB tikus putih/hari

Page 36: PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK BELIMBING WULUH …/Pengaruh...Proposal Penelitian dengan judul : Pengaruh Pemberian Ekstrak Belimbing Averrhoa bilimbi Linn.) terhadap Jumlah Spermatid

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

24

b. Kelompok perlakuan 1 : perlakuan dengan pemberian ekstrak

etanol Belimbing Wuluh dosis 57 mg/2 ml/200 gram BB tikus

putih/hari.

c. Kelompok perlakuan 2: perlakuan dengan pemberian ekstrak

etanol Belimbing Wuluh dosis 114 mg/2 ml/200 gram BB

tikus putih/hari.

d. Kelompok perlakuan 3: perlakuan dengan pemberian ekstrak

etanol Belimbing Wuluh dosis 228 mg/2 ml/200 gram BB tikus

putih/hari.

Jumlah sampel dalam penelitian ini dihitung berdasarkan rumus

Federer (Purwawisastra, 2001) yaitu :

(n – 1)(t – 1) ≥ 15

n = jumlah sampel tiap kelompok perlakuan

t = jumlah kelompok perlakuan

t = 4

maka didapatkan :

(n – 1)(4 – 1) ≥ 15

4n – 3≥ 15

4n ≥ 18

n ≥ 4,5

Berdasarkan hasil perhitungan di atas jumlah minimal sampel

untuk tiap kelompok sebanyak 5 ekor tikus putih. Namun, untuk cadangan

jika ada tikus yang mati selama penelitian/perlakuan maka jumlah untuk

Page 37: PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK BELIMBING WULUH …/Pengaruh...Proposal Penelitian dengan judul : Pengaruh Pemberian Ekstrak Belimbing Averrhoa bilimbi Linn.) terhadap Jumlah Spermatid

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

25

Hari ke-15 tikus dikorbankan dengan cara neck dislocation

Ambil testis kanan dan kiri

Uji One way ANOVA

Uji Post Hoc

Buat preparat histologis testis dengan pengecatan HE

Hitung jumlah sel spermatid dan spermatozoa tikus putih

Ekstrak etanol

Belimbing Wuluh

dosis 57 mg /2

ml/200 gram BB

tikus selama 14

hari

Ekstrak etanol

Belimbing Wuluh

dosis 114 mg /2

ml/200 gram BB

tikus selama 14

hari

Aquades 2

ml/200 gram BB

tikus putih/hari

selama 14 hari

Ekstrak etanol

Belimbing Wuluh

dosis 228 mg /2

ml/200 gram BB

tikus selama 14

hari

6 ekor Tikus Putih

Perlakuan I

6 ekor Tikus Putih

Perlakuan II

6 ekor Tikus Putih

Kontrol

6 ekor Tikus Putih

Perlakuan III

Adaptasi selama 7 hari

24 ekor Tikus Putih

tiap kelompok ditambah menjadi 6 tikus putih per kelompok. Jadi, jumlah

keseluruhan sampel adalah 24 ekor tikus putih.

D. Teknik Sampling

Teknik pengambilan sampel dilakukan secara incidental sampling.

Sampel diperoleh dengan mengambil begitu saja subjek penelitian yang

ditemui dari populasi yang ada (Taufiqurrahman, 2008).

E. Rancangan Penelitian

Rancangan penelitian menggunakan rancangan The Post Test Only

Control Group Design.

Page 38: PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK BELIMBING WULUH …/Pengaruh...Proposal Penelitian dengan judul : Pengaruh Pemberian Ekstrak Belimbing Averrhoa bilimbi Linn.) terhadap Jumlah Spermatid

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

26

F. Identifikasi Variabel Penelitian

1. Variabel bebas : ekstrak Belimbing Wuluh (Averrhoa Bilimbi Linn.)

2. Variabel terikat : jumlah sel spermatid dan spermatozoa tikus putih

3. Variabel luar :

a. Dapat dikendalikan :

1) variasi genetik

2) jenis kelamin

3) usia

4) berat badan

5) makanan dan minuman

6) perawatan

7) lingkungan dan sanitasi kandang

b. Tidak dapat dikendalikan :

1) sistem imun hewan uji

2) kondisi psikologis hewan uji

G. Definisi Operasional Variabel Penelitian

1. Variabel Bebas

Ekstrak Belimbing Wuluh (Averrhoa Bilimbi Linn.) adalah buah

Belimbing Wuluh yang dibuat eksrak dengan metode maserasi. Belimbing

Wuluh diperoleh dari dan diekstraksi di Lembaga Penelitian dan Pengujian

Terpadu (LPPT) Unit I UGM. Ekstrak Belimbing Wuluh diberikan pada

tikus putih jantan galur Wistar dengan dosis I (57 mg /2 ml/200 gram

BB), II (114 mg /2 ml/200 gram BB), dan III (228 mg /2 ml/200 gram

Page 39: PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK BELIMBING WULUH …/Pengaruh...Proposal Penelitian dengan judul : Pengaruh Pemberian Ekstrak Belimbing Averrhoa bilimbi Linn.) terhadap Jumlah Spermatid

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

27

BB) selama 14 hari. Ekstrak diberikan per oral dengan menggunakan

sonde lambung. Skala ukuran variabel ini adalah kategorikal

2. Variabel Terikat

Jumlah sel spermatid dan spermatozoa tikus putih di sini

maksudnya adalah jumlah sel spermatid tahap akhir (late spermatid) dan

spermatozoa tikus putih setelah diberi perlakuan dengan ekstrak belimbing

wuluh selama 14 hari. Sel spermatid tahap akhir dan spermatozoa dihitung

dari preparat histologis testis yang dicat dengan HE. Dari tiap tikus

diambil testis kanan dan kirinya. Masing-masing testis dibuat satu irisan

dan dengan mikroskop cahaya perbesaran 1000x, dari tiap irisan tersebut

dipilih lima lapang pandang untuk dihitung jumlah sel spermatid tahap

akhir dan spermatozoanya. Jumlah sel spermatid dan spermatozoa dari

lima lapang pandang tersebut akan dijumlahkan sehingga diperoleh satu

angka untuk tiap irisan. Sehingga dari tiap kelompok perlakuan akan

didapatkan 12 angka (tiap kelompok terdiri dari 6 tikus). Skala pengukuran

variabel ini adalah skala rasio.

3. Variabel Luar

a. Variabel luar yang dapat dikendalikan.

Variabel ini dapat dikendalikan dengan homogenisasi.

1) Variasi genetik

Jenis hewan coba yang digunakan adalah tikus putih galur Wistar.

2) Jenis kelamin

Jenis kelamin tikus putih yang digunakan adalah jantan

Page 40: PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK BELIMBING WULUH …/Pengaruh...Proposal Penelitian dengan judul : Pengaruh Pemberian Ekstrak Belimbing Averrhoa bilimbi Linn.) terhadap Jumlah Spermatid

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

28

3) Usia

Usia tikus putih yang digunakan adalah usia 6-8 minggu

4) Berat badan

Berat badan hewan percobaan adalah 200 gram

5) Makanan dan minuman

Makanan berupa pelet dan minuman berupa air PAM yang

diberikan secara ad libitum.

6) Perawatan

Perawatan yang dilakukan pada hewan percobaan adalah

ditempatkan pada kandang secara sendiri-sendiri dengan suhu

lingkungan antara 21-24 derajat Celcius. Kandang dibersihkan dari

kotoran tikus sekali dalam sehari.

b. Variabel luar yang tidak dapat dikendalikan

1) Sistem imun hewan uji

Sistem imun di sini maksudnya adalah reaksi hipersensitivitas yang

dapat terjadi karena adanya variasi kepekaan mencit terhadap zat

yang digunakan

2) Kondisi psikologis

Hewan uji dapat mengalami stres selama perlakuan yang

dimungkinkan mempengaruhi regulasi hormonal hewan uji.

H. Alat dan Bahan Penelitian

Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah :

1. Timbangan untuk menimbang tikus

Page 41: PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK BELIMBING WULUH …/Pengaruh...Proposal Penelitian dengan judul : Pengaruh Pemberian Ekstrak Belimbing Averrhoa bilimbi Linn.) terhadap Jumlah Spermatid

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

29

2. Kandang tikus beserta kelengkapan pemberian makan

3. Timbangan digital untuk menimbang Belimbing Wuluh

4. Instrumen pembuatan ekstrak etanol Belimbing Wuluh dengan metode

maserasi, antara lain blender, vacuum rotary evaporator, cawan

porselen, pengaduk, dan water bath

5. Gelas ukur dan pengaduk untuk membuat larutan uji

6. Lemari pendingin untuk menyimpan ekstrak Belimbing Wuluh

7. Spuit yang sudah dimodifikasi untuk sonde lambung tikus

8. Alat bedah hewan percobaan (scalpel, pinset, gunting, jarum, meja

lilin)

9. Alat untuk pembuatan preparat histologi

10. Mikroskop cahaya media terang

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah :

a. Ekstrak etanol Belimbing Wuluh

b. Akuades

c. Makanan hewan uji/ransum

d. Bahan untuk pembuatan preparat histologi dengan pengecatan HE

(Hematoksilin Eosin)

I. Cara Kerja

1. Persiapan Hewan Uji

Hewan uji diperoleh dari UPHP UGM Yogyakarta. Adaptasi

dilakukan pada hewan uji di lingkungan kandangnya selama 1 minggu.

Setiap satu ekor tikus ditempatkan dalam satu kandang.

Page 42: PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK BELIMBING WULUH …/Pengaruh...Proposal Penelitian dengan judul : Pengaruh Pemberian Ekstrak Belimbing Averrhoa bilimbi Linn.) terhadap Jumlah Spermatid

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

30

2. Pembuatan ekstrak etanol Belimbing Wuluh.

Pembuatan ekstrak Belimbing Wuluh dengan metode maserasi.

Metode ini dipilih agar bahan aktif yang terkandung di dalamnya sedapat

mungkin tidak berubah dari material awal dan menjamin pemeliharaan

jangka panjang dari kandungan selama proses penyimpanan (Voigt, 1994).

Belimbing Wuluh di-blender bersama dengan etanol 96% kemudian

didiamkan selama 24 jam ditempat yang terlindung dari cahaya langsung

untuk mencegah reaksi yang dikatalisis cahaya atau perubahan warna,

selanjutnya disaring. Filtrat yang didapat selanjutnya diuapkan dengan

vacuumrotary evaporator dan dikurangi tekanannya pada pemanas water

bath suhu 70 . Ekstrak kental yang diperoleh dari langkah awal tersebut

dituang ke dalam cawan porselen dan kemudian diuapkan lagi dengan

pemanas water bath sambil terus diaduk. Hasil dari langkah tersebut

didapatkan ekstrak etanol Belimbing Wuluh.

Ekstrak etanol Belimbing Wuluh ini diberikan peroral sekali

dalam sehari menggunakan spuit yang telah dimodifikasi sebagai sonde

lambung. Dalam penelitian ini digunakan tiga dosis ekstrak etanol

Belimbing Wuluh, yaitu 57 mg/2 ml/200 gram BB/hari, 114 mg/2 ml/200

gram BB tikus putih/hari , dan 228 mg/2 ml/200 gram BB tikus putih.

Ekstrak Belimbing Wuluh ini diberikan sekali sehari selama 14 hari.

3. Dosis Ekstrak Belimbing Wuluh

Berdasarkan penelitian Panghiyanggani dan Pramesti (2003)

tentang pengaruh pemberian ekstrak kasar jus buah belimbing wuluh

Page 43: PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK BELIMBING WULUH …/Pengaruh...Proposal Penelitian dengan judul : Pengaruh Pemberian Ekstrak Belimbing Averrhoa bilimbi Linn.) terhadap Jumlah Spermatid

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

31

(Averrhoa bilimbi Linn) terhadap motilitas dan viabilitas sprematozoa

pada tikus galur BALB C, dosis ekstrak etanol Belimbing Wuluh

(Averrhoa bilimbi Linn.) yang digunakan pada tikus adalah 20 gram dan

40 gram buah segar/kgBB. Setelah dilakukan ekstraksi metode maserasi

dengan pelarut etanol didapatkan 2 gram buah segar setara dengan 57 mg

ekstrak.

Berat tikus putih yang digunakan dalam penelitian ini adalah 200

gram, sehingga didapatkan 3 dosis ekstrak etanol Belimbing Wuluh :

a. Dosis I = 200/1000 x 10 g x 57/2 = 57 g/200 gram BB tikus

putih/hari

b. Dosis II = 200/1000 x 20 g x 57/2 = 114 g/200 gram BB tikus

putih/hari

c. Dosis III = 200/1000 x 40 g x 57/2 = 228 g/200 gram BB tikus

putih/hari

4. Cara pembuatan larutan uji

a. Dosis I ekstrak Belimbing Wuluh,57 mg/2 ml/200 gram BB tikus

putih/hari dibuat sebanyak 250 ml sehingga dibutuhkan ekstrak

etanol Belimbing Wuluh sebanyak 57 mg x 250/2 = 7.125

mg. Kemudian ekstrak etanol Belimbing Wuluh dilarutkan

dalam 250 ml air dengan suspending agent Carboxymethyl

cellulose (CMC) 1%.

b. Dosis II ekstrak Belimbing Wuluh, 114 mg/2 ml/200 gram BB

tikus putih/hari dibuat sebanyak 250 ml sehingga dibutuhkan

Page 44: PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK BELIMBING WULUH …/Pengaruh...Proposal Penelitian dengan judul : Pengaruh Pemberian Ekstrak Belimbing Averrhoa bilimbi Linn.) terhadap Jumlah Spermatid

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

32

ekstrak etanol Belimbing Wuluh sebanyak 114 mg x 250/2 =

14.250 mg. Kemudian ekstrak etanol Belimbing Wuluh

dilarutkan dalam 250 ml air dengan suspending agent

Carboxymethyl cellulose (CMC) 1%.

c. Dosis III ekstrak Belimbing Wuluh, 228 mg/2 ml/200 gram BB

tikus putih/hari dibuat sebanyak 250 ml sehingga dibutuhkan

ekstrak etanol Belimbing Wuluh sebanyak 228 mg x 250/2 =

28.500 mg. Kemudian ekstrak etanol Belimbing Wuluh

dilarutkan dalam 250 ml air dengan suspending agent

Carboxymethyl cellulose (CMC) 1%.

5. Pengelompokan Subjek

Tikus putih ditimbang dan dilakukan pengelompokan secara

random menjadi 4 kelompok. Masing-masing kelompok terdiri dari 6 ekor

tikus putih :

a. KK : Kelompok kontrol diberi akuades sebanyak 2 ml/200

gram BB tikus putih/hari secara per oral

menggunakan sonde lambung selama 14 hari.

b. KP I : Kelompok perlakuan I diberi ekstrak Belimbing

Wuluh dosis 57 mg/2 ml/200 gram BB tikus

putih/hari selama 14 hari.

c. KP II : Kelompok perlakuan II diberi ekstrak Belimbing

Wuluh dosis 114 mg/2 ml/200 gram BB tikus

putih/hari selama 14 hari.

Page 45: PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK BELIMBING WULUH …/Pengaruh...Proposal Penelitian dengan judul : Pengaruh Pemberian Ekstrak Belimbing Averrhoa bilimbi Linn.) terhadap Jumlah Spermatid

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

33

d. KP III : Kelompok perlakuan III diberi ekstrak

Belimbing Wuluh dosis 228 mg/2 ml/200 gram

BB tikus putih/hari selama 14 hari.

6. Pengukuran hasil

Setelah keseluruhan perlakuan diberikan, maka pada hari ke-15,

hewan uji dikorbankan dengan cara neck dislocation. Dari satu tikus

diambil testis kanan dan kiri. Testis dimasukkan dalam larutan fiksatif

(larutan bouin). Kemudian testis diproses untuk pembuatan preparat

histologis dengan metode blok parafin dan pengecatan dengan

Hematoksilin Eosin (HE). Dari tiap testis dibuat irisan secara melintang

pada daerah pertengahan testis, sehingga dari tiap tikus diperoleh dua

irisan, masing-masing dari testis kanan dan kiri. Dengan demikian dari tiap

kelompok tikus diperoleh 12 irisan. Semua preparat (irisan) diamati

dengan mikroskop cahaya dengan perbesaran 1000x untuk dihitung jumlah

sel spermatid tahap akhir dan spermatozoanya. Penghitungan tersebut

dilakukan dengan cara memilih lima lapang pandang dari tiap irisan.

Selanjutnya hasil penghitungan dari lima lapang pandang dijumlahkan

sehingga didapatkan satu angka untuk tiap irisan. Jadi, dari tiap irisan

akan diperoleh satu angka mengenai jumlah sel spermatid tahap akhir dan

spermatozoanya, dan dari tiap kelompok tikus terdapat 12 angka. Rerata

dari 12 angka ini kemudian dibandingkan menggunakan uji statistik One

way Anova.

Page 46: PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK BELIMBING WULUH …/Pengaruh...Proposal Penelitian dengan judul : Pengaruh Pemberian Ekstrak Belimbing Averrhoa bilimbi Linn.) terhadap Jumlah Spermatid

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

34

J. Teknik Analisis Data

Data yang diperoleh dianalisis secara statistik dengan menggunakan

uji statistik One way Anova untuk mengetahui adanya perbedaan rata-rata

jumlah sel spermatid tahap akhir dan spermatozoa antara kelompok kontrol,

kelompok perlakuan I, kelompok perlakuan II, dan kelompok perlakuan III.

Jika terdapat perbedaan yang bermakna maka dilanjutkan dengan uji Post

Hoc dengan derajat kemaknaan α = 0,05 untuk mengetahui letak perbedaan di

antara kelompok yang mana.

Page 47: PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK BELIMBING WULUH …/Pengaruh...Proposal Penelitian dengan judul : Pengaruh Pemberian Ekstrak Belimbing Averrhoa bilimbi Linn.) terhadap Jumlah Spermatid

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

35

BAB IV

HASIL PENELITIAN

A. Data Hasil Penelitian

Data hasil penelitian berupa data rasio yaitu jumlah sel spermatid yang

dihitung dari tiap irisan preparat hewan coba. Hewan coba terdiri dari 6 tikus

putih untuk tiap kelompok. Dari tiap tikus putih diambil testis kanan dan

kirinya. Dari tiap testis dibuat satu irisan melintang. Dari tiap irisan itu

dipilih lima lapang pandang dengan perbesaran 1000x pada mikroskop

cahaya untuk dihitung jumlah spermatid tahap akhir dan spermatozoanya.

Hasil penghitungan dari lima lapang pandang tersebut dijumlahkan sehingga

didapatkan satu angka dari tiap irisan testis tikus. Dengan demikian terdapat

12 angka untuk tiap kelompok. Kemudian dicari hasil rata-rata untuk tiap

kelompok hewan coba. Hasil perhitungan dari masing-masing kelompok

disajikan dalam tabel berikut :

Tabel 4.1 Jumlah Rata-Rata Sel Spermatid dan Spermatozoa Testis Kiri dan

Kanan dari Masing-Masing Kelompok

Perlakuan

Rata-rata sel spermatid dan

spermatozoa testis kiri dan

kanan

Standar

Deviasi

K (akuades) 2463 164,97

P1 (ekstrak dosis 1) 1965,50 68,48

P2 (ekstrak dosis 2) 1394,33 91,37

P3 (ekstrak dosis 3) 1074,33 94,19

Tabel 4.1 di atas memperlihatkan nilai rata-rata jumlah sel spermatid

tahap akhir dan spermatozoa untuk masing-masing kelompok perlakuan.

Page 48: PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK BELIMBING WULUH …/Pengaruh...Proposal Penelitian dengan judul : Pengaruh Pemberian Ekstrak Belimbing Averrhoa bilimbi Linn.) terhadap Jumlah Spermatid

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

36

Kelompok K sebagai kelompok kontrol yang tidak diberi ekstrak belimbing

wuluh memiliki nilai rata-rata yang paling tinggi yaitu 2463 ± 164,97. Pada

kelompok perlakuan yang diberi ekstrak belimbing wuluh terlihat bahwa

dengan semakin tinggi dosis yang diberikan (mulai dosis 1 sampai dosis 3)

maka jumlah rata-rata sel spermatosit tahap akhir dan spermatozoa semakin

rendah. Data dalam bentuk diagram dapat dilihat pada Gambar 4.1.

Gambar 4.1 Diagram Rata-Rata Sel Spermatid dan Spermatozoa dari

Masing-Masing Kelompok.

B. Analisis Data

1. Uji Oneway Anova

Data yang diperoleh dari hasil penelitian dianalisis secara statistik

dengan uji One-Way Anova untuk mengetahui adanya perbedaan rata-rata

jumlah spermatid tahap akhir dan spermatozoa tikus yang bermakna

antara keempat kelompok sekaligus. Uji One-Way Anova ini dapat

dilakukan jika data penelitian memenuhi ketiga syarat uji parametrik.

Kelompok Perlakuan

Rata-Rata Jumlah Spermatid

dan Spermatozoa

Rata

-Rata

Ju

mla

h

Sp

erm

ati

d d

an

Sp

erm

ato

zoa

Page 49: PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK BELIMBING WULUH …/Pengaruh...Proposal Penelitian dengan judul : Pengaruh Pemberian Ekstrak Belimbing Averrhoa bilimbi Linn.) terhadap Jumlah Spermatid

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

37

Syarat pertama adalah skala pengukuran variabel termasuk skala

numerik. Terdapat dua macam variabel dalam penelitian ini. Pemberian

ekstrak belimbing wuluh yang merupakan variabel bebas menggunakan

skala ordinal (kategorik), sedangkan jumlah spermatid tahap akhir dan

spermatozoa tikus putih yang merupakan variabel terikat menggunakan

skala rasio (numerik). Dengan demikian, syarat skala numerik dalam

penelitian ini telah terpenuhi.

Sebaran atau distribusi data yang normal merupakan syarat uji

parametrik kedua. Uji normalitas data dilakukan dengan tes Saphiro Wilk

karena data yang berupa jumlah spermatid tahap akhir dan spermatozoa

tikus putih yang diukur sebagai sampel adalah 48 (kurang dari 50).

Kriteria ujinya adalah bila nilai signifikansi (p) lebih besar dari 0,05 maka

data terdistribusi secara normal. Sebaliknya, bila nilai p lebih kecil dari

0,05 maka data tidak terdistribusi secara normal. Hasil analisis dapat

dilihat dalam Tabel 4.2 berikut ini.

Tabel 4.2 Normalitas Distribusi Data Jumlah Spermatid Tahap Akhir

dan Spermatozoa Tikus Putih

Kelompok Nilai p

K 0,669

P1 0,111

P2 0,775

P3 0,769

(Data Primer, 2013).

Keempat nilai hasil tes Saphiro Wilk di atas lebih besar dari α

(0,05), sehingga menunjukkan bahwa sebaran data pada masing-masing

Page 50: PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK BELIMBING WULUH …/Pengaruh...Proposal Penelitian dengan judul : Pengaruh Pemberian Ekstrak Belimbing Averrhoa bilimbi Linn.) terhadap Jumlah Spermatid

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

38

kelompok adalah normal, jadi syarat kedua terpenuhi. Hasil lengkap dari

tes Saphiro Wilk dapat dilihat di Lampiran 5.

Syarat terakhir adalah kesamaan varian data yang dapat diketahui

dengan uji Homogeneity of Variances. Suatu data dikatakan memiliki

kesamaan varian bila nilai p lebih besar dari nilai α (0,05). Dari uji ini

didapatkan nilai p sebesar 0,046. Karena p < α, maka varian data ini tidak

sama sehingga syarat ketiga uji parametrik belum dapat terpenuhi. Dari

sini perlu dilakukan transformasi data agar diperoleh varian data yang

sama. Sebelumnya perlu dicari bentuk transformasi data yang sesuai

dengan menilai slope dan power. Nilai slope dan power dapat dilihat pada

Lampiran 5. Nilai slope = 0,384 dan nilai power = 0,616; sehingga bentuk

transformasi yang digunakan adalah logaritma. Berikut adalah hasil rata-

rata data transformasi yang telah dilakukan:

Tabel 4.3 Rerata Transformasi Jumlah Spermatid Tahap akhir dan

Spermatozoa pada Masing-Masing Kelompok.

Kelompok Rata-rata Jumlah

K 35,02

P1 31,33

P2 26,35

P3 23,09

(Data Primer, 2012)

Setelah dilakukan transformasi data, dilakukan kembali uji

Homogeneity of Variances. Hasil uji Homogeneity of Variances dengan

data transformasi dapat dilihat pada Lampiran 5. Berdasarkan uji ini,

Page 51: PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK BELIMBING WULUH …/Pengaruh...Proposal Penelitian dengan judul : Pengaruh Pemberian Ekstrak Belimbing Averrhoa bilimbi Linn.) terhadap Jumlah Spermatid

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

39

didapatkan nilai p sebesar 0,234 sehingga dapat dinyatakan bahwa varian

data antarkelompok sama.

Setelah ketiga syarat terpenuhi, selanjutnya data dianalisis dengan

uji One way Anova. Hasil uji One way Anova dapat dilihat pada lampiran

6. Derajat kemaknaan yang digunakan adalah α = 0,05. Nilai p dari hasil

uji One way Anova adalah 0,000 (p < 0,05). Nilai p yang kurang dari 0,05

menunjukkan adanya perbedaan nilai rata-rata jumlah spermatid tahap

akhir dan spermatozoa yang bermakna.

Langkah selanjutnya adalah analisis untuk mengetahui letak

perbedaan terdapat di antara pasangan yang mana. Analisis dilakukan

dengan Post Hoc Multiple Comparisons menggunakan uji Least

Significantly Different (LSD). Ringkasan hasil uji LSD dapat dilihat pada

tabel berikut:

Tabel 4.4 Ringkasan Hasil Uji LSD (α = 0,05)

Kelompok p Perbedaan

K – P1 0,000 Bermakna

K – P2 0,000 Bermakna

K – P3 0,000 Bermakna

P1 – P2 0,000 Bermakna

P1 – P3 0,000 Bermakna

P2 – P3 0,000 Bermakna

(Data Primer, 2012)

Nilai p yang lebih kecil dari 0,05 antara tiap pasangan kelompok

menunjukkan bahwa terdapat perbedaan nilai rata-rata jumlah spermatid

tahap akhir dan spermatozoa yang bermakna pada pasangan antarkelompok

data tersebut. Hasil uji LSD secara rinci dapat dilihat pada Lampiran 6.

Page 52: PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK BELIMBING WULUH …/Pengaruh...Proposal Penelitian dengan judul : Pengaruh Pemberian Ekstrak Belimbing Averrhoa bilimbi Linn.) terhadap Jumlah Spermatid

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

40

BAB V

PEMBAHASAN

Penelitian dengan memberikan ekstrak belimbing wuluh selama 14 hari

menunjukkan hasil jumlah rata-rata sel spermatid tahap akhir dan spermatozoa

kelompok kontrol (K) 2463 ± 164,97, kelompok perlakuan 1 (P1) 1965,5 ± 68,48,

kelompok perlakuan 2 (P2) 1394,33 ± 91,37, dan kelompok perlakuan 3 (P3)

1074,33 ± 94,19. Penurunan jumlah rata-rata sel spermatid tahap akhir dan

spermatozoa pada kelompok perlakuan 1 sebesar {(2463 – 1965,5)/2463} x 100%

= 20,199 % dibanding dengan kelompok kontrol. Penurunan jumlah rata-rata sel

spermatid tahap akhir dan spermatozoa pada kelompok perlakuan 2 sebesar

{(2463 – 1394,33)/2463} x 100 % = 43,39 % dibanding dengan kelompok

kontrol. Sedangkan penurunan jumlah rata-rata sel spermatid tahap akhir dan

spermatozoa pada kelompok perlakuan 3 dibanding dengan kelompok kontrol

adalah {(2463 – 1074,33) / 2463} x 100 % = 56,38 %.

Pada Uji One Way Anova diperoleh nilai p = 0,000 (p < 0,05) yang

menunjukkan adanya perbedaan rata-rata jumlah sel spermatid tahap akhir dan

spermatozoa yang bermakna di antara keempat kelompok perlakuan. Hasil uji

Post Hoc menunjukkan adanya perbedaan yang bermakna pada semua pasangan

kelompok yaitu (K) dengan (P1), (K) dengan (P2), (K) dengan (P3), (P1) dengan

(P2), (P1) dengan (P3), dan (P2) dengan (3). Pada kelompok kontrol (K) jumlah

spermatid tahap akhir dan spermatozoa paling banyak dan pada kelompok yang

diberi ekstrak belimbing wuluh jumlah spermatid tahap akhir dan spermatozoa

semakin menurun seiring dengan peningkatan dosis yang diberikan.

Page 53: PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK BELIMBING WULUH …/Pengaruh...Proposal Penelitian dengan judul : Pengaruh Pemberian Ekstrak Belimbing Averrhoa bilimbi Linn.) terhadap Jumlah Spermatid

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

41

Hasil ini tidak sesuai dengan hipotesis kerja penelitian yang menyebutkan bahwa

ekstrak belimbing wuluh dapat meningkatkan jumlah spermatid dan spermatozoa

tikus putih. Hal ini kemungkinan disebabkan oleh adanya zat-zat lain yang

terdapat dalam belimbing wuluh, selain zat yang dapat berfungsi sebagai

antioksidan seperti flavonoid dan vitamin C. Zat-zat lain tersebut antara lain

adalah saponin dan asam oksalat.

Zat pertama adalah saponin. Saponin termasuk golongan senyawa dari

triterpenoid dan terdapat sebagai glikosida. Saponin yang terdapat dalam

belimbing wuluh diduga merupakan jenis saponin asam yang memiliki struktur

mirip saponin netral yang merupakan turunan steroid (Friedli, 2003). Pada

penelitian ini digunakan metode ekstraksi maserasi dengan pelarut metanol 70%

sehingga senyawa glikosida saponin tersebut tidak hilang dari ekstrak belimbing

wuluh tersebut. Senyawa glikosida saponin tersebut memiliki kemiripan struktur

kimia dengan testosteron (steroid) yang memungkinkan terjadinya kompetisi

pengikatan dengan protein pengikat androgen (Androgen Binding Protein)

(Nandari, 2006). Adanya kompetisi ini menyebabkan kadar testosteron yang

berikatan dengan protein pengikat androgen tidak maksimal sehingga terjadi

penurunan dalam proses spermatogenesis dan berakibat turunnya jumlah

spermatid yang dihasilkan (Ganiswarna et al, 1995).

Asam oksalat merupakan zat lain yang terdapat dalam belimbing wuluh

yang diduga mempengaruhi proses spermatogenesis. Asam oksalat diketahui

mempunyai kemampuan sebagai adstringensia yaitu mengerutkan jaringan dan

mengecilkan pori-pori. Pengerutan ini yang kemungkinan besar menyebabkan

Page 54: PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK BELIMBING WULUH …/Pengaruh...Proposal Penelitian dengan judul : Pengaruh Pemberian Ekstrak Belimbing Averrhoa bilimbi Linn.) terhadap Jumlah Spermatid

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

42

atropi sel leydig (Tjai dan Rahardja, 2002). Kolesterol sebagai bahan dasar untuk

biosintesis testosteron disintesis di dalam sel leydig dan testosteron dibentuk oleh

sel leydig yang terletak pada jaringan interstisial antara tubulus seminiferus dan

membentuk sekitar 20% masa testis dewasa sehingga keadaan sel leydig yang

mengalami atropi akan menyebabkan penurunan produksi testosteron dan

berakibat menurunnya jumlah sel spermatid (Hidayah, 2005).

Selain faktor adanya kandungan zat aktif lain pada belimbing wuluh yang

memiliki efek menurunkan kadar testosteron, faktor lain yang menyebabkan

perbedaan hasil dengan hipotesis kerja kemungkinan adalah faktor umur hewan

coba. Penelitian ini menggunakan tikus putih jantan galur Wistar dengan usia 8-10

minggu. Kemudian dilakukan adaptasi selama 1 minggu, dan diberi perlakuan

selama 2 minggu. Dengan demikian, pada saat pengambilan testis, usia tikus

adalah 11 – 13 minggu atau 77 – 91 hari. Berdasarkan penelitian yang dilakukan

Lee dan kawan-kawan (1975) menyatakan bahwa kadar testosteron pada tikus

putih berubah seiring dengan pertambahan umur.

0

0.5

1

1.5

2

2.5

Kad

ar

Tes

tost

eron

(ng/m

l)

Umur Tikus (hari)

Gambar 5.1 Grafik Profil Kadar Testosteron Tikus Putih (Lee et al., 1975).

Page 55: PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK BELIMBING WULUH …/Pengaruh...Proposal Penelitian dengan judul : Pengaruh Pemberian Ekstrak Belimbing Averrhoa bilimbi Linn.) terhadap Jumlah Spermatid

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

43

Gambar 5.1 menunjukkan pada usia 0 – 5 hari hingga 31 – 40 hari, kadar

testosteron tikus mengalami fluktuasi. Kadar testosteron mengalami kenaikan

seiring pertambahan usia sejak umur 40 hari sehingga pada penelitian ini, hewan

coba yang digunakan kadar testosteronnya sudah tidak mengalami fluktuasi. Hal

ini meminimalkan terjadinya kesalahan pada penelitian yang dilakukan karena

apabila penelitian ini menggunakan hewan coba berumur kurang dari 40 hari

maka akan menyulitkan peneliti untuk mengetahui apakah perubahan jumlah

spermatid dan spermatozoa yang terjadi karena efek perlakuan atau karena efek

fluktuasi hormon testosteron tikus putih itu sendiri. Namun menurut Ducommun

(2007) menyebutkan bahwa usia matang tikus adalah 6 bulan (24 minggu)

sehingga penggunaan hewan coba pada penelitian ini yaitu 11 – 13 minggu, yang

belum memasuki usia matang menjadi salah satu kelemahan dalam penelitian ini.

Hasil penelitian ini didukung oleh hasil penelitan Jannah (2013) tentang

Pengaruh Ekstrak Etanol Belimbing Wuluh (Averrhoa Bilimbi Linn.) dengan

Variasi Dosis terhadap Kadar Testosteron Bebas Tikus Putih (Rattus

Norvegicus) yang menyebutkan bahwa semakin tinggi dosis ekstrak belimbing

wuluh yang diberikan maka akan semakin rendah kadar testostron bebas tikus

putih. Namun hasil penelitian ini tidak mendukung hasil penelitian yang

dilakukan oleh Panghiyangani dan Pramesti (2003) tentang pengaruh pemberian

ekstrak kasar jus buah belimbing wuluh (Avherroa bilimbi L.) terhadap motilitas

dan viabilitas spermatozoa pada tikus galur BALB C. Pada penelitian tersebut,

belimbing wuluh meningkatkan motilitas dan viabilitas speramatozoa tikus putih.

Dosis yang digunakan dalam penelitian tersebut adalah 20 gram dan 40 gram buah

Page 56: PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK BELIMBING WULUH …/Pengaruh...Proposal Penelitian dengan judul : Pengaruh Pemberian Ekstrak Belimbing Averrhoa bilimbi Linn.) terhadap Jumlah Spermatid

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

44

segar belimbing wuluh, dan diberikan secara oral selama 10 hari. Sedangkan pada

penelitian ini dosis yang digunakan adalah 10 gram, 20 gram, dan 40 gram buah

segar yang kemudian diekstrak menjadi 57 mg, 114 mg, dan 228 mg, dan

diberikan selama 14 hari. Menurut Ganiswarna (1995) bahwa lamanya

penggunaan suatu obat berhubungan dengan kadar obat dalam darah dan

akumulasi dalam tubuh. Hal tersebut mungkin menyebabkan efek penghambatan

spermatogenesis sehingga penelitian menunjukkan hasil yang tidak sesuai dengan

hipotesis kerja.

Metode penelitian ini memiliki kelemahan yaitu tidak dilakukannya

pengukuran kadar zat aktif secara kuantitatif yang terkandung dalam belimbing

wuluh. Selain itu, tidak dilakukan fraksinasi ekstrak dan pemisahan komponen

dalam fraksi belimbing wuluh. Dengan demikian, penelitian ini belum bisa

memastikan zat aktif dalam belimbing wuluh yang paling berperan mempengaruhi

proses spermatogenesis. Selain itu terdapat kendala teknis dalam pembuatan

preparat, pewarnaan, dan pembacaan preparat yang dimungkinkan mempengaruhi

hasil penelitian ini.

Page 57: PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK BELIMBING WULUH …/Pengaruh...Proposal Penelitian dengan judul : Pengaruh Pemberian Ekstrak Belimbing Averrhoa bilimbi Linn.) terhadap Jumlah Spermatid

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

45

BAB VI

PENUTUP

A. Simpulan

Simpulan yang dapat ditarik dari hasil penelitian ini adalah

1. Pemberian ekstrak belimbing wuluh tidak dapat meningkatkan jumlah

spermatid dan spermatozoa tikus putih (Uji One way Anova p = 0.000).

Pemberian ekstrak belimbing wuluh menurunkan jumlah spermatid dan

spermatozoa.

2. Semakin besar dosis ekstrak belimbing wuluh yang diberikan maka jumlah

sel spermatid dan spermatozoa tikus putih semakin menurun (Uji LSD p =

0.000).

B. Saran

1. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut dengan memisahkan komponen-

komponen zat aktif yang ada dalam belimbing wuluh sehingga

selanjutnya dapat diteliti khasiat masing-masing komponen tersebut.

2. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut untuk lebih memastikan apakah

belimbing wuluh dapat digunakan untuk meningkatkan kesuburan atau

sebaliknya dapat digunakan sebagai alternatif kontrasepsi untuk menekan

kesuburan misalnya dengan meneliti pengaruh komponen-komponen zat

aktif yang ada dalam belimbing wuluh terhadap hal-hal yang berkaitan

dengan spermatogenesis.

Page 58: PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK BELIMBING WULUH …/Pengaruh...Proposal Penelitian dengan judul : Pengaruh Pemberian Ekstrak Belimbing Averrhoa bilimbi Linn.) terhadap Jumlah Spermatid

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

46

3. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut dengan pengukuran kadar zat aktif

yang terkandung dalam belimbing wuluh secara kuantitatif.

4. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut dengan metode penghitungan

jumlah sperma yang terkandung dalam cairan semen untuk menguji

kebenaran dari penelitian ini.