pengaruh pembelajaran kontekstual...

182
PENGARUH PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL TERHADAP KEMAMPUAN KONEKSI MATEMATIK SISWA (Studi eksperimen di kelas X SMK Negeri 11 Jakarta) Skripsi Diajukan untuk memenuhi persyaratan memperoleh gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd.) Disusun oleh: Dwi Kurniati Zaenab 105017000416 JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2010 M/1431 H

Upload: ngobao

Post on 03-Feb-2018

218 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: PENGARUH PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21209/1/Dwi... · Sahabat-sahabat seperjuangan Jurusan Pendidikan Matematika Angkatan 2005,

PENGARUH PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL

TERHADAP KEMAMPUAN KONEKSI MATEMATIK SISWA (Studi eksperimen di kelas X SMK Negeri 11 Jakarta)

Skripsi Diajukan untuk memenuhi persyaratan memperoleh

gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd.)

Disusun oleh: Dwi Kurniati Zaenab

105017000416

JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2010 M/1431 H

Page 2: PENGARUH PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21209/1/Dwi... · Sahabat-sahabat seperjuangan Jurusan Pendidikan Matematika Angkatan 2005,

LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING SKRIPSI

Skripsi berjudul “Pengaruh Pembelajaran Kontekstual Terhadap

Kemampuan Koneksi Matematik Siswa”, disusun oleh Dwi Kurniati Zaenab,

Nomor Induk Mahasiswa 105017000416, Jurusan Pendidikan Matematika,

Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif

Hidayatullah Jakarta. Telah melalui bimbingan dan dinyatakan sah sebagai karya

ilmiah yang berhak untuk diujikan pada sidang munaqasah sesuai ketentuan yang

telah ditetapkan oleh fakultas.

Jakarta, Juni 2010

Yang Mengesahkan

Pembimbing I Pembimbing II

Dr. Kadir, M.Pd Firdausi, M.Pd

NIP. 19670812 199402 1 001 NIP. 19690629 200501 1 003

Page 3: PENGARUH PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21209/1/Dwi... · Sahabat-sahabat seperjuangan Jurusan Pendidikan Matematika Angkatan 2005,

LEMBAR PENGESAHAN

Skripsi yang berjudul “Pengaruh Pembelajaran Kontekstual Terhadap

Kemampuan Koneksi Matematik Siswa” diajukan kepada Fakultas Ilmu

Tarbiyah dan Keguruan (FITK) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, dan telah

dinyatakan lulus dalam ujian munaqasah pada tanggal 14 Juni 2010 di hadapan

dewan penguji. Karena itu, penulis berhak memperoleh gelar sarjana S1 (S.Pd)

dalam bidang Pendidikan Matematika.

Jakarta, Juni 2010

Panitia Ujian Munaqasah Ketua Jurusan/Prodi Tanggal Tanda Tangan

Maifalinda Fatra, M.Pd NIP. 19700528 199603 2 002 ................................. ..................................

Sekertaris Jurusan/Prodi

Otong Suhyanto, M.Si NIP. 19681104 199903 1 001 ................................. ..................................

Penguji I

Otong Suhyanto, M. Si NIP. 19681104 199903 1 001 ................................. ..................................

Penguji II

Dra. Muhlisrarini, M.Pd NIP. 19680712 199903 2 001 ................................. ..................................

Mengetahui,

Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan

Prof. Dr. H. Dede Rosyada, M.A. NIP. 19571005 198703 1 003

Page 4: PENGARUH PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21209/1/Dwi... · Sahabat-sahabat seperjuangan Jurusan Pendidikan Matematika Angkatan 2005,

SURAT PERNYATAAN KARYA SENDIRI

Yang bertandatangan di bawah ini:

Nama : Dwi Kurniati Zaenab

NIM : 105017000416

Jurusan : Pendidikan Matematika

Angkatan : 2005

Alamat : Jl. Pengukiran V no. 47 RT. 008/RW. 02, Tambora, Jakarta-Barat,

11240

MENYATAKAN DENGAN SESUNGGUHNYA

Bahwa skripsi yang berjudul Pengaruh Pembelajaran Kontekstual Terhadap

Kemampuan Koneksi Matematik Siswa adalah benar hasil karya sendiri di

bawah bimbingan dosen:

1. Nama : Dr. Kadir, M.Pd

NIP : 19670812 199402 1 001

Dosen Jurusan : Pendidikan Matematika

2. Nama : Firdausi, M.Pd

NIP : 19690629 200501 1 003

Dosen Jurusan : Pendidikan Matematika

Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya dan saya siap

menerima segala konsekuensi apabila terbukti bahwa skripsi ini bukan hasil karya

sendiri.

Jakarta, Juni 2010

Yang Menyatakan

Dwi Kurniati Zaenab

Page 5: PENGARUH PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21209/1/Dwi... · Sahabat-sahabat seperjuangan Jurusan Pendidikan Matematika Angkatan 2005,

 

 

 

ABSTRAK

DWI KURNIATI ZAENAB (105017000416), “Pengaruh Pembelajaran Kontekstual Terhadap Kemampuan Koneksi Matematik Siswa”. Skripsi Jurusan Pendidikan Matematika Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, Juni 2010. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana kemampuan koneksi matematik siswa setelah diterapkan pembelajaran kontekstual dan pengaruh pembelajaran kontekstual terhadap peningkatan kemampuan koneksi matematik. Penelitian ini dilakukan di SMK Negeri 11 Jakarta tahun ajaran 2009/2010. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode quasi eksperimen dengan desain penelitian randomize subjects postest only control group desain. Subyek penelitian ini adalah 62 siswa yang terdiri dari 32 siswa untuk kelompok eksperimen dan 30 siswa untuk kelompok kontrol yang diperoleh dengan teknik cluster random sampling pada siswa kelas X. Pengumpulan data dilakukan setelah diberi perlakuan diperoleh dari nilai tes kemampuan koneksi matematik siswa pada pokok bahasan program linear. Tes yang diberikan terdiri dari 7 soal bentuk uraian, dengan koefisien reliabilitas interater 0,67. Hasil penelitian menyimpulkan bahwa kemampuan koneksi matematik siswa setelah diterapkan pembelajaran kontekstual lebih baik dari pada kemampuan koneksi matematik siswa yang menggunakan pembelajaran konvensional, dan pembelajaran kontekstual berpengaruh terhadap kemampuan koneksi matematik siswa. Rata-rata kemampuan koneksi matematik siswa yang menggunakan pembelajaran kontekstual lebih tinggi dari rata-rata kemampuan koneksi matematik siswa yang menggunakan pembelajaran konvensional.

Page 6: PENGARUH PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21209/1/Dwi... · Sahabat-sahabat seperjuangan Jurusan Pendidikan Matematika Angkatan 2005,

 

 

ii 

 

ABSTRACT

DWI KURNIATI ZAENAB (105017000416), “The effect of Contextual Teaching and Learning to Students Mathematical Connection”. Thesis for Math Education, Faculty of Tarbiya and Teaching Science, Syarif Hidayatullah State Islamic University Jakarta, June 2010. The purpose of this research is to discover the effect of Contextual Teaching and Learning to Students Mathematical Connection. The research was conducted at SMK Negeri 11 Jakarta for academic year 2009/2010. The method used in this research is quasi experimental method with the randomize subjects postest only control group desain. Subject for this research are 62 students consist of 32 students for experimental group and 30 for control group which selected in cluster random sampling technique from 10th grade. The data collection after being given obtained from the test score of students mathematical connection at the subject of linear programming. Test consisted of 7 question in essay, with the coefficient of interater reliability is 0,67. The result of this research reveald that the students mathematical connection who taught with contextual teaching and learning is better than who taught with conventional learning, and there is effect of Contextual Teaching and Learning to Students Mathematical Connection. The students who taught with Contextual Teaching and Learning have mean score of students mathematical connention higher then who taught with conventional learning.

Page 7: PENGARUH PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21209/1/Dwi... · Sahabat-sahabat seperjuangan Jurusan Pendidikan Matematika Angkatan 2005,

 

 

iii 

 

KATA PENGANTAR

بسماهللالرحمنالرحيم Alhamdulillah segala puji kehadirat Allah SWT, karena atas rahmat serta

hidayah-Nya maka skripsi ini dapat diselesaikan. Penulisan skripsi ini merupakan

salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Matematika pada Fakultas

Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah

Jakarta.

Selama penulisan skripsi ini, penulis menyadari sepenuhnya bahwa tidak

sedikit kesulitan dan hambatan yang dialami. Namun, berkat kerja keras, do’a,

perjuangan, kesungguhan hati dan bimbingan, pengarahan, serta dukungan dari

berbagai pihak sangat membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. Untuk

itu penulis mengucapkan terima kasih yang sedalam-dalamnya, kepada yang

terhormat :

1. Bapak Prof. Dr. H. Dede Rosyada, M.A, selaku Dekan Fakultas Ilmu

Tarbiyah dan Keguruan.

2. Ibu Maifalinda Fatra, M.Pd, selaku Ketua Jurusan Pendidikan Matematika.

3. Bapak Otong Suhyanto, M.Si, selaku Sekertaris Jurusan Pendidikan

Matematika.

4. Bapak Dr. Kadir, M.Pd, selaku pembimbing I yang penuh kesabaran dan

keikhlasan dalam membimbing, mengarahkan dan memberikan masukan-

masukan penulis dalam penulisan skripsi ini.

5. Bapak Firdausi, M.Pd, selaku pembimbing II yang selalu memberikan

pengarahan dan bimbingan dalam penulisan skripsi ini.

6. Ibu Dra. Muhlisrarini, M.Pd, selaku penasehat akademik yang selalu

memberikan bimbingan dan nasihat kepada penulis selama proses mengikuti

perkuliahan.

7. Seluruh Dosen dan Staff Jurusan Pendidikan Matematika.

8. Bapak Drs. H. Badrun Sjabirin, MM selaku kepala SMK Negeri 11 Jakarta

Barat yang telah banyak membantu penulis selama penelitian berlangsung.

Page 8: PENGARUH PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21209/1/Dwi... · Sahabat-sahabat seperjuangan Jurusan Pendidikan Matematika Angkatan 2005,

 

 

iv 

 

9. Ibu Dwi Novianti, S.Pd, selaku guru pamong tempat penulis mengadakan

penelitian.

10. Teristimewa untuk kedua orang tuaku, Bapak Abul Khair dan Umi Maryam

yang selalu penulis banggakan dan sayangi. Mereka tak henti-hentinya

mendo’akan, melimpahkan kasih sayang dan memberikan dukungan moril

dan materil kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

11. Teristimewa untuk keluargaku, kakak dan adikku tersayang, Sakinah dan

Muhammad Rayhan yang senantiasa memberikan motivasi, dukungan, dan

semangat kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

12. Siswa dan siswi SMK Negeri 11 Jakarta Barat, khususnya kelas AP 1 dan AP

2 yang telah membantu selama penulis mengadakan penelitian.

13. Sahabat-sahabat seperjuangan Jurusan Pendidikan Matematika Angkatan

2005, kelas A dan B yang tidak dapat disebutkan satu persatu. semoga

kebersamaan kita menjadi kenangan indah untuk mencapai kesuksesan

dimasa mendatang.

14. Semua pihak yang telah banyak memberikan bantuan, dorongan, dan

informasi serta pendapat yang sangat bermanfaat bagi penulis dalam

menyelesaikan skripsi ini.

Semoga Allah SWT dapat menerima sebagai amal kebaikan atas jasa baik

yang diberikan kepada penulis.

Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih banyak kekurangan-

kekurangan karena terbatasnya kemampuan penulis. Untuk itu, kritik dan saran

yang membangun sangat penulis harapkan. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat

bagi penulis khususnya dan bagi perkembangan ilmu pengetahuan umumnya.

Jakarta, Juni 2010

Penulis

Dwi Kurniati Zaenab

Page 9: PENGARUH PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21209/1/Dwi... · Sahabat-sahabat seperjuangan Jurusan Pendidikan Matematika Angkatan 2005,

v

DAFTAR ISI

ABSTRAK ........................................................................................................... i

ABSTRACT .......................................................................................................... ii

KATA PENGANTAR .......................................................................................... iii

DAFTAR ISI ......................................................................................................... v

DAFTAR TABEL ................................................................................................ viii

DAFTAR GAMBAR ............................................................................................ ix

DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................................ x

BAB I PENDAHULUAN ................................................................................... 1

A. Latar Belakang Masalah ....................................................................... 1

B. Identifikasi Masalah ............................................................................. 6

C. Pembatasan Maslah .............................................................................. 7

D. Perumusan Masalah ............................................................................. 7

E. Tujuan Penelitian .................................................................................. 8

F. Kegunaan Penelitian ............................................................................ 8

BAB II DESKRIPSI TEORITIK DAN HIPOTESIS PENELITIAN ............ 10

A. Deskripsi Teoritik ............................................................................... 10

1. Kemampuan Koneksi Matematik ................................................... 10

a. Pengertian Matematika ............................................................. 10

b. Koneksi Matematik ................................................................... 12

1. Pengertian dan Tujuan Koneksi Matematik .......................... 12

2. Jenis-jenis Koneksi Matematik ............................................. 15

c. Kemampuan Koneksi Matematik .............................................. 18

2. Pembelajaran Kontekstual ............................................................. 19

a. Pengertian Belajar dan Pembelajaran ....................................... 19

b. Pembelajaran Kontekstual ........................................................ 22

3. Pembelajaran Konvensional .......................................................... 32

B. Hasil Penelitian yang Relevan ........................................................... 35

Page 10: PENGARUH PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21209/1/Dwi... · Sahabat-sahabat seperjuangan Jurusan Pendidikan Matematika Angkatan 2005,

vi

C. Kerangka Berpikir .............................................................................. 36

D. Hipotesis Penelitian ............................................................................ 37

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ......................................................... 38

A. Tempat dan Waktu Penelitian ........................................................... 38

B. Metode dan Desain Penelitian .......................................................... 38

C. Populasi dan Teknik Pengambilan Sampel ...................................... 39

D. Teknik Pengumpulan Data ............................................................... 40

1. Variabel yang Diteliti .................................................................. 40

2. Sumber Data ................................................................................ 40

3. Instrumen Penelitian ................................................................... 40

a. Definisi Konsep Kemampuan Koneksi Matematik ................ 40

b. Definisi Operasional Kemampuan Koneksi Matematik ......... 41

4. Uji Instrumen Penelitian ............................................................. 41

a. Uji Validitas ........................................................................... 41

b. Reliabilitas Interrater .............................................................. 44

E. Teknik Analisis Data ........................................................................ 44

1. Uji Persyaratan Analisis .............................................................. 44

a. Uji Normalitas ........................................................................ 45

b. Uji Homogenitas .................................................................... 46

2. Uji Hipotesis Penelitian .............................................................. 47

F. Hipotesis Statistik ............................................................................ 48

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ................................... 49

A. Deskripsi Data .................................................................................. 49

1. Kemampuan Koneksi Matematik Kelompok Eksperimen ....... 50

2. Kemampuan Koneksi Matematik Kelompok Kontrol .............. 51

B. Hasil Analisis Data .......................................................................... 54

1. Hasil Pengujian Prasyarat ......................................................... 54

a. Uji Normalitas ...................................................................... 54

b. Uji Homogenitas .................................................................. 55

Page 11: PENGARUH PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21209/1/Dwi... · Sahabat-sahabat seperjuangan Jurusan Pendidikan Matematika Angkatan 2005,

vii

2. Hasil Pengujian Hipotesis dan Pembahasan ............................. 55

a Pengujian Hipotesis ............................................................. 56

b Pembahasan ......................................................................... 58

C. Keterbatasan Penelitian .................................................................... 60

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ............................................................. 61

A. Kesimpulan ...................................................................................... 61

B. Saran ................................................................................................ 62

DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 63

LAMPIRAN-LAMPIRAN ................................................................................. 66

Page 12: PENGARUH PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21209/1/Dwi... · Sahabat-sahabat seperjuangan Jurusan Pendidikan Matematika Angkatan 2005,

viii 

 

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Perbandingan Pembelajaran Kontekstual dengan Pembelajaran

Konvensional .......................................................................................... 33

Tabel 2. Kisi-kisi Instrumen Tes ......................................................................... 42

Tabel 3. Distribusi Frekuensi Kemampuan Koneksi Matematik Kelompok

Eksperimen ............................................................................................ 50

Tabel 4. Distribusi Frekuensi Kemampuan Koneksi Matematik Kelompok

Kontrol .................................................................................................. 52

Tabel 5. Perbandingan Hasil Tes Kemampuan Koneksi Matematik Kelompok

Eksperimen dan Kontrol ....................................................................... 54

Tabel 6. Hasil perhitungan Uji Normalitas ......................................................... 55

Tabel 7. Hasil Perhitungan Uji Homogenitas ...................................................... 56

Tabel 8. Hasil Perhitungan Uji-t ......................................................................... 57

Page 13: PENGARUH PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21209/1/Dwi... · Sahabat-sahabat seperjuangan Jurusan Pendidikan Matematika Angkatan 2005,

ix 

 

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Standar Proses Koneksi Matematik ....................................................... 13

Gambar 2. Desain Penelitian .................................................................................... 38

Gambar 3. Grafik Historam dan Poligon Distribusi Frekuensi Kemampuan

Koneksi Matematik Kelompok Eksperimen ......................................... 51

Gambar 4. Grafik Histogram dan Poligon Distribusi Frekuensi Kemampuan

Koneksi Matematik Kelompok Kontrol ................................................ 53

Gambar 5. Kurva Uji Perbedaan Data Kelas Eksperimen dan Kontrol ................. 57

 

Page 14: PENGARUH PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21209/1/Dwi... · Sahabat-sahabat seperjuangan Jurusan Pendidikan Matematika Angkatan 2005,

 

DAFTAR LAMPIRAN  

Lampiran 1. Wawancara Guru ......................................................................... 66

Lampiran 2. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) kelas Eksperimen .... 68

Lampiran 3. Lembar Kerja Siswa (LKS) ........................................................ 92

Lampiran 4. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) kelas Kontrol ......... 119

Lampiran 5. Penilaian Instrumen Kemampuan Koneksi Matematik Oleh para

rater .............................................................................................. 136

Lampiran 6. Hasil Penilaian Validitas Isi Oleh Para Rater ............................... 143

Lampiran 7. Reliabilitas Interrater ................................................................... 144

Lampiran 8. Instrumen Tes .............................................................................. 146

Lampiran 9. Pedoman Penskoran ..................................................................... 149

Lampiran 10. Nilai Kemampuan Koneksi Matematik ....................................... 155

Lampiran 11. Perhitungan Daftar Distribusi Frekuensi, Mean, Median, Modus,

Varians, Simpangan Baku, Kemiringan, dan Kurtosis Kelompok

Ekspermen .................................................................................... 156

Lampiran 12. Perhitungan Daftar Distribusi Frekuensi, Mean, Median, Modus,

Varians, Simpangan Baku, Kemiringan, dan Kurtosis Kelompok

Kontrol ......................................................................................... 159

Lampiran 13. Perhitungan Uji Normalitas Kelompok Eksperimen .................... 162

Lampiran 14. Perhitungan Uji Normalitas Kelompok Kontrol .......................... 164

Lampiran 15. Perhitungan Uji Homogenitas ..................................................... 166

Lampiran 16. Perhitungan Uji Hipotesis Statistik .............................................. 167

Lampiran 17. Nilai Kritis Distribusi Kai Kuadrat (Chi Square) ........................ 169

 

Page 15: PENGARUH PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21209/1/Dwi... · Sahabat-sahabat seperjuangan Jurusan Pendidikan Matematika Angkatan 2005,

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah Pendidikan memegang peranan penting dalam proses peningkatan kualitas

sumber daya manusia. Oleh karena itu, peningkatan kualitas sumber daya manusia

merupakan kenyataan yang harus dilakukan secara terencana, terarah, intensif,

efektif, dan efisien dalam proses pembangunan, kalau tidak ingin bangsa kalah

bersaing dalam menjalani era globlisasi tersebut. Pentingnya pendidikan dalam

kehidupan manusia tertuang dalam Al-Qur’an surat Al-Mujadilah ayat 11 yaitu:

 

Artinya: …. niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman

diantaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan

Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan. (Q.S. Al-Mujadilah: 11)

Berdasarkan ayat di atas, Allah memberikan perbedaan untuk orang yang

berilmu serta meninggikan derajat orang-orang yang berilmu. Oleh karena itu

manusia memiliki kewajiban untuk selalu belajar agar memperoleh ilmu

pengetahuan.

Pendidikan merupakan keseluruhan proses dimana seorang

mengembangkan kemampuan, sikap dan bentuk-bentuk tingkah laku lainnya yang

bernilai positf dalam masyarakat ditempat hidupnya.1 Salah satu jalur pendidikan

yang sangat akrab di lingkungan kita adalah pendidikan formal yang

pelaksanaannya telah diatur oleh pemerintah. Pendidikan formal pada intinya

1 Zurinal Z dan Wahyudi Sayuti, Ilmu Pendidikan Pengantar&Dasar-dasar Pelaksanaan

Pendidikan, (Jakarta: UIN Press, 2006), h. 2

Page 16: PENGARUH PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21209/1/Dwi... · Sahabat-sahabat seperjuangan Jurusan Pendidikan Matematika Angkatan 2005,

2

adalah kegiatan belajar mengajar. Komponen yang terlibat dalam proses belajar

ini meliputi: guru, siswa, kurikulum dan sarana penunjang pendidikan. Siswa

merupakan komponen utama diantara komponen-komponen yang lain, sebab

siswa merupakan obyek yang akan dididik dan dibimbing untuk menjadi manusia-

manusia yang berkualitas dan tangguh dalam menghadapi tantangan kehidupan

yang semakin maju.

Salah satu mata pelajaran yang diberikan disetiap jenjang pendidikan

adalah matematika. Pendidikan matematika yang diberikan di sekolah

memberikan sumbangan penting bagi siswa dalam pengembangan kemampuan

yang sejalan dengan tujuan pendidikan. Menurut Depdiknas (2006:388)

menyatakan bahwa mata pelajaran matematika di SD, SMP, SMA, dan SMK

bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut:2

1. Memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antar konsep dan mengaplikasikan konsep atau algoritma, secara luwes, akurat, efisien, dan tepat dalam pemecahan masalah.

2. Menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi matematika dalam membuat generalisasi, menyusun bukti, atau menjelaskan gagasan dan pernyataan matematika.

3. Memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah, merancang model matematika, menyelesaikan model dan menafsirkan solusi yang diperoleh.

4. Mengkomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram, atau media lain untuk memperjelas keadaan atau masalah

5. Memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan yaitu memiliki rasa ingin tahu, perhatian, dan minat dalam mempelajari matematika, serta sikap ulet dan percaya diri dalam pemecahan masalah.

Tujuan tersebut di atas hanya bisa dicapai melalui pembelajaran yang

berakhir pada pemahaman siswa yang komprehensif tentang materi yang

disajikan. Artinya pemahaman siswa tidak sekedar memenuhi tuntutan

pembelajaran matematika secara substansif saja, akan tetapi diharapkan muncul

“efek ringan” dari pembelajaran matematika. Astuti dan Zubaidah mengatakan

bahwa efek ringan tersebut adalah (1) memahami keterkaitan antar topik

2 Fadjar Shadiq, Apa dan Mengapa Matematika itu Begitu Penting?, dari

www.fadjarp3g.files.wordpress.com, 30 Oktober 2009. 14.30 WIB hal: 8

Page 17: PENGARUH PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21209/1/Dwi... · Sahabat-sahabat seperjuangan Jurusan Pendidikan Matematika Angkatan 2005,

3

matematika, (2) memahami akan pentingnya matematika bagi bidang lain, (3)

mampu berpikir logis, kritis dan sistematis, (4) kreatif dan inovatif dalam mencari

solusi pemecahan masalah, (5) peduli pada lingkungan sekitar.3

Berdasarkan data hasil studi TIMSS tahun 2007 untuk siswa kelas VIII,

menempatkan siswa Indonesia pada urutan ke-36 dari 49 negara dengan nilai rata-

rata untuk kemampuan matematika secara umum adalah 397. Nilai tersebut masih

jauh dari standard minimal nilai rata-rata kemampuan matematika yang ditetapkan

TIMSS yaitu 500. Prestasi siswa Indonesia ini berada dibawah siswa Malaysia

dan Singapura. Siswa Malaysia memperoleh nilai rata-rata 474 dan Singapura

memperoleh nilai rata-rata 593.4 Skala matematika TIMSS-Benchmark

Internasional menunjukkan bahwa siswa Indonesia berada pada peringkat bawah,

Malaysia pada peringkat tengah, dan Singapura berada pada peringkat atas.

Padahal jam pelajaran matematika di Indonesia 136 jam untuk kelas VIII, lebih

banyak dibanding Malaysia yang hanya 123 jam dan Singapura 124 jam.5 Hal ini

menunjukkan bahwa rendahnya prestasi belajar matematika.

Rendahnya prestasi belajar matematika dipengaruhi oleh banyak faktor,

diantaranya kurangnya pemahaman terhadap konsep-konsep yang telah diajarkan

karena proses pembelajaran di sekolah pada umumnya berpusat pada guru.

Pelaksanaan pembelajaran matematika sebaiknya harus mengacu pada empat pilar

pendidikan universal yang disarankan UNESCO, yaitu learning to know, learning

to do, learning to be dan learning to live together.6

Melalui proses learning to know siswa akan memiliki pemahaman dan

penalaran akan matematika dari hasil dan proses yang terkoneksikan, serta dari

mana asal muasal konsep, dan ide-ide matematika terbentuk. Melalui proses

mengetahui akan matematika, siswa akan memiliki potensi untuk

3 Dwi Astuti, dan Zubaidah, 2007, Pengembangan Model Pembelajaran yang

Berorientasi Contextual Open-Ended Problem Solving untuk Meningkatkan Koneksi Matematika Siswa dalam Pembelajaran Matematika di SMA, (Pontianak: Universitas Tanjungpura, Laporan Penelitian) hal.1

4Ina V.S. Mullis, dkk, “TIMSS 2007 International Mathematics Report”, dari http://timss.bc.edu/TIMSS2007/techreport.html, 6 September 2009, 17.00WIB, hal. 38.

5 Ibid., hal: 195. 6 Wina Sanjaya, M.Pd. 2005. Pembelajaran dalam Implementasi Kurikulum Berbasis

Kompetensi. (Jakarta: kencana) h.97

Page 18: PENGARUH PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21209/1/Dwi... · Sahabat-sahabat seperjuangan Jurusan Pendidikan Matematika Angkatan 2005,

4

mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari atau bidang studi lainnya.

Proses learning to do memberi kesempatan pada siswa untuk terampil dalam

mengkoneksikan antara pengetahuan yang sudah dimiliki dengan pengetahuan

baru, sehingga dalam benaknya tercipta bahwa ide-ide/konsep matematika terjalin

dari suatu hubungan yang erat, dan tak dapat terpisah berdiri sendiri. Proses

learning to be matematika bersamaan dengan proses learning to do, sehingga

siswa akan memahami dan menghargai terhadap nilai-nilai dan keindahan akan

produk dan proses serta terbentuknya matematika. Sedangkan melalui learning to

live together siswa akan diberi kesempatan untuk belajar secara berkelompok,

bekerja sama, bertukar pikiran-sharing dan saling menghargai.

Untuk mencapai kemampuan yang diharapkan keempat pilar UNESCO,

maka pembelajaran matematika hendaknya mengutamakan pada pengembangan

daya matematis (mathematical power). Istilah daya matematis tidak tercantum

secara eksplisit dalam kurikulum pembelajaran matematika di Indonesia, namun

tujuan pembelajaran matematika dalam kurikulum di Indonesia mengisyaratkan

dengan jelas tujuan yang ingin dicapai yaitu7: kemampuan pemecahan masalah

(problem solving), kemampuan berargumentasi (reasoning), kemampuan

berkomunikasi (communication), kemampuan membuat koneksi (connection), dan

kemampuan representasi (representation).

Hal serupa dikemukakan Jerome Bruner dalam teorinya menyatakan bahwa

“belajar matematika akan berhasil jika proses pengajarannya diarahkan kepada

konsep-konsep dan struktur-struktur yang terbuat dalam pokok bahasan yang

diajarkan, disamping hubungan yang terkait antara konsep-konsep dan struktur”.8

Kemampuan mengaitkan konsep matematika yang satu dengan yang lainnya;

kemampuan untuk mengaitkan matematika dengan disiplin ilmu lain; dan

kemampuan untuk mengaitkan matematika dengan masalah dalam kehidupan

sehari-hari; merupakan kemampuan koneksi matematik.

7 Mumum Syaban, ”Menumbuhkembangkan Daya Matematis Siswa” dari:

http://educare.e-fkipunla.net/index.php?option=com_content&task=view&id=62&Itemid=7 (EDUCARE: Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, volume 5, nomor 2, Februari 2008), hal: 2, 20 September 2009, 13.00 WIB.

8 Tim MKKB Jurusan Pendidikan Matematika, Startegi Pembelajaran Matematika Kontemporer, (Bandung: JICA Universitas Pendidikan Indonesia, 2001) hal:44

Page 19: PENGARUH PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21209/1/Dwi... · Sahabat-sahabat seperjuangan Jurusan Pendidikan Matematika Angkatan 2005,

5

Kemampuan koneksi matematik penting dimiliki siswa karena kemampuan

tersebut akan membuat pemikiran dan wawasan siswa semakin luas; siswa

memandang bahwa matematika adalah suatu keseluruhan yang padu, bukan

sebagai materi yang berdiri sendiri-sendiri; siswa dapat mengetahui manfaat

matematika di sekolah maupun di luar sekolah. Namun Ruspiani (2000) dalam

penelitiannya menemukan bahwa kemampuan koneksi matematik siswa masih

tergolong rendah.9 Ruspiani mengungkap bahwa rata-rata nilai kemampuan

koneksi matematik siswa sekolah menengah masih rendah, nilai rata-ratanya

kurang dari 60 pada skor 100, yaitu sekitar 22.2% untuk koneksi matematik

dengan pokok bahasan lain, 44.9% untuk koneksi matematik dengan bidang studi

lain, dan 67.3 % untuk koneksi matematik dengan kehidupan keseharian.

Hal ini disebabkan oleh pembelajaran matematika di kelas masih cenderung

menggunakan paradigma lama dengan menyajikan pengetahuan matematika tanpa

mengaitkannya dengan kehidupan sehari-hari. Masalah-masalah aplikasi dari

konsep matematika jarang diberikan dalam pembelajaran. Selain itu konsep yang

diberikan dalam bentuk jadi dan pembelajaran ditekankan pada drilling untuk

mengejar perolehan nilai Ujian Nasional. Hal serupa juga dikemukakan oleh Lia

Kurniawati berdasarkan hasil studi pendahuluannya ditemukan bahwa

pembelajaran dimulai dengan guru menjelaskan materi terlebih dahulu di depan

kelas dilanjutkan memberi beberapa latihan soal, untuk soal serupa dengan contoh

yang diberikan oleh guru, tampak sebagian besar siswa melihat cara-cara yang ada

di papan tulis untuk menyelesaikannya, tetapi ketika soal yang diberikan sedikit

berbeda dengan contoh, siswa terlihat tidak mampu dalam menyelesaikannya.10

Untuk memperoleh kemampuan koneksi matematik yang dapat menunjang

hasil belajar matematika, diperlukan suatu pembelajaran yang memberikan

banyak peluang kepada siswa dalam mengkonstruksi pengetahuannya dari

masalah dunia nyata, melatih siswa untuk mencari hubungan/menghubungkan

9 Ruspiani, Kemampuan Siswa dalam Melakukan Koneksi Matematika, (Tesis Bandung:

UPI), td 10 Lia kurniawati dan Siti Chodijah, ”Pengaruh Pendekatan Contextual Learning pada

Materi Bangun Ruang Terhadap Hasil Belajar Siswa Kelas VII”. Algoritma Jurnal Matematika dan Pendidikan Matematika vol.2 no.2,

Page 20: PENGARUH PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21209/1/Dwi... · Sahabat-sahabat seperjuangan Jurusan Pendidikan Matematika Angkatan 2005,

6

konsep-konsep yang akan dan sudah dikuasai dan menemukan hubungan antar

konsep matematika dengan pelajaran lain.

Menurut Hernowo pembelajaran kontekstual atau contextual teaching and

learning (CTL) merupakan konsep belajar yang membantu guru mengaitkan

antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong

siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan

penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota masyarakat.11

Hal tersebut berarti bahwa pembelajaran kontekstual adalah konsep

pembelajaran yang dapat membantu guru menghubungkan materi pelajaran

dengan situasi nyata, dan memotivasi siswa untuk membuat koneksi antara

pengetahuan dan penerapannya dalam kehidupan sehari-hari sehingga mendorong

mereka untuk bekerja keras dalam menerapkan hasil belajarnya. Beberapa

penelitian mengenai pembelajaran kontekstual dalam pembelajaran matematika

memberikan hasil bahwa pembelajaran kontekstual dapat meningkatkan

pemahaman konsep dan hasil belajar matematik siswa.

Berdasarkan latar belakang di atas, timbullah keinginan penulis untuk

mengadakan penelitian yang berkaitan dengan hal tersebut, yang diberi judul

“PENGARUH PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL TERHADAP

KEMAMPUAN KONEKSI MATEMATIK SISWA”

B. Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, maka identifikasi permasalahan sebagai

berikut:

1. Masih rendahnya hasil belajar matematika siswa

2. Masih rendahnya kemampuan koneksi matematik siswa

3. Pembelajaran matematika selama ini cenderung konvensional

11 Lia kurniawati, op.cit.

Page 21: PENGARUH PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21209/1/Dwi... · Sahabat-sahabat seperjuangan Jurusan Pendidikan Matematika Angkatan 2005,

7

C. Pembatasan Masalah Untuk mempermudah proses penelitian maka penulis membatasi

permasalahan hanya pada:

1. Pembelajaran kontekstual

Pembelajaran dengan pendekatan kontekstual (Contextual Teaching and

Learning, CTL) adalah suatu pendekatan pembelajaran yang dimulai dengan

mengambil suatu masalah, berdialog, bertanya jawab atau berdiskusi

mengenai masalah kontekstual yang diberikan, kemudian diangkat kedalam

konsep yang akan dipelajari dan dibahas.

Pembelajaran kontekstual disini adalah siswa lebih banyak belajar

sendiri, tidak semua materi program linear disampaikan secara final tetapi

beberapa bagian harus dicari dan diidentifikasikan oleh pelajar sendiri dari

masalah kontekstual yang diberikan oleh guru, sehingga siswa dapat

mengembangkan pengetahuan mereka. Dalam pembelajaran ini tugas utama

guru adalah memilih masalah yang perlu diberikan kepada siswa untuk

dipecahkan.

2. Koneksi matematika

Koneksi matematika yang dimaksud dalam penelitian ini adalah koneksi

internal dan eksternal yaitu kemampuan siswa dalam mengaitkan konsep

matematika yang sedang dibahas dengan konsep matematika lain dan

koneksi matematika dengan bidang ilmu lain yang berhubungan dengan

konsep yang sedang dibahas atau berhubungan dengan kehidupan sehari-hari.

3. Penelitian dibatasi pada tingkat Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) dengan

sampel sebanyak dua kelas untuk kelas eksperimen dan kelas kontrol. Adapun

pokok bahasan yang akan dijadikan penelitian adalah program linear

D. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah perumusan masalah

dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut:

1. Bagaimana kemampuan koneksi matematik siswa setelah diterapkan

pembelajaran kontekstual?

Page 22: PENGARUH PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21209/1/Dwi... · Sahabat-sahabat seperjuangan Jurusan Pendidikan Matematika Angkatan 2005,

8

2. Apakah kemampun koneksi matematik siswa yang diajarkan dengan

menggunakan pembelajaran kontekstual lebih baik dari siswa yang diajarkan

dengan menggunakan pembelajaran konvensional?

E. Tujuan Penelitian Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui:

1. bagaimana kemampuan koneksi matematik setelah diterapkan pembelajaran

kontekstual.

2. apakah kemampuan koneksi matematik siswa yang diajarkan menggunakan

pembelajaran kontekstual lebih baik dari pada siswa yang diajarkan dengan

pembelajaran konvensional.

F. Kegunaan Penelitian Hasil penelitian diharapkan dapat bermanfaat untuk digunakan oleh

beberapa pihak, diantaranya:

1. Bagi siswa

Penerapan pembelajaran diharapkan dapat meningkatkan pemahaman

konsep, meningkatkan kemampuan koneksi matematik siswa, mendorong

siswa untuk menyenangi matematika sehingga dapat menumbuhkan motivasi

belajar matematika dan dapat berperan aktif dalam mengkonstruksi sendiri

pengetahuannya sehingga dapat melatih dan mengembangkan daya matematis

siswa

2. Bagi guru

Guru memperoleh pengalaman dalam merancang dan melaksanakan

pembelajaran kontekstual. Diharapkan guru dapat mengembangkan model,

pendekatan atau strategi pembelajaran yang bervariasi dalam rangka

memperbaiki kualitas pembelajaran matematika bagi siswanya.

3. Bagi sekolah

Memanfaatkan hasil penelitian yang dilakukan penulis dengan maksud

untuk meningkatkan kualitas sekolah dan peningkatan mutu pendidikan.

Page 23: PENGARUH PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21209/1/Dwi... · Sahabat-sahabat seperjuangan Jurusan Pendidikan Matematika Angkatan 2005,

9

4. Bagi peneliti

Penelitian ini dapat memberikan pengalaman langsung kepada peneliti

sebagai calon guru dalam mengembangkan pendekatan pembelajaran yang

inovatif serta implementasinya di sekolah/di lapangan, yaitu dengan

menerapkan pembelajaran kontekstual.

Page 24: PENGARUH PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21209/1/Dwi... · Sahabat-sahabat seperjuangan Jurusan Pendidikan Matematika Angkatan 2005,

10

BAB II

DESKRIPSI TEORITIK DAN HIPOTESIS PENELITIAN

A. Deskripsi Teoritik

1. Kemampuan Koneksi Matematik

a. Pengertian Matematika Istilah mathematics (Inggris), mathematic (Jerman), mathematique

(Perancis), matematico (Italia), matematiceski (Rusia) atau

mathematick/wiskunde (Belanda) berasal dari perkataan latin mathematica,

yang mulanya diambil dari perkataan Yunani mathematike, yang berarti

“relating to learning”. Perkataan mathematike berhubungan sangat erat

dengan sebuah kata lainnya yang serupa, yaitu mathanein yang

mengandung arti belajar atau berfikir.1

Menurut Rusefendi matematika terbentuk sebagai hasil pemikiran

manusia yang berhubungan dengan ide, proses dan penalaran2. Sedangkan

menurut beberapa ahli seperti Kline, Lerner, Johnson dan Myklebust

berpendapat bahwa matematika adalah bahasa simbolis3. NRC (National

Reasearch Council) di Amerika Serikat menyatakan dengan singkat

bahwa: ”Mathematics is a science of pattern in order”.4 Matematika

adalah ilmu yang membahas tentang pola atau keteraturan (pattern) dan

tingkatan (order).

Sedangkan menurut Paling (1982) dalam Abdurahman berpendapat

bahwa:

matematika adalah suatu cara untuk menemukan jawaban terhadap masalah yang dihadapi manusia, suatu cara menggunakan informasi; menggunakan pengetahuan tentang bentuk dan ukuran,

1 Tim MKKB Jurusan Pendidikan Matematika, Startegi Pembelajaran Matematika

Kontemporer, (Bandung: JICA Universitas Pendidikan Indonesia, 2001) hal:18 2 Ibid. 3 Mulyono Abdurahman, Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar, (Jakarta: PT

Rineka Cipta, 2003), hal: 252 4 Fadjar Shadiq, Apa dan Mengapa Matematika itu Begitu Penting?, dari

www.fadjarp3g.files.wordpress.com , 30 Oktober 2009, 14.00 WIB hal: 6

Page 25: PENGARUH PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21209/1/Dwi... · Sahabat-sahabat seperjuangan Jurusan Pendidikan Matematika Angkatan 2005,

11

menggunakan pengetahuan tentang menghitung, dan yang paling penting adalah memikirkan dalam diri manusia itu sendiri dalam melihat dan mnggunakan hubungan-hubungan.5 Berdasarkan pendapat Paling tersebut dapat disimpulkan bahwa

untuk menemukan jawaban atas setiap masalah yang dihadapinya, manusia

akan menggunakan (1) informasi yang berkaitan dengan masalah yang

dihadapi; (2) pengetahuan tentang bilangan, bentuk, dan ukuran; (3)

kemampuan untuk menghitung; dan (4) kemampuan untuk mengingat dan

menggunakan hubungan-hubungan.

Menurut Soejadi beberapa karakteristik yang dimiliki oleh

matematika adalah:6 (1) memiliki obyek kajian yang abstrak, maksudnya

adalah obyek dasar yang dipelajari matematika merupakan sesuatu yang

abstrak sering juga disebut obyek mental yaitu fakta, konsep, operasi atau

relasi, dan prinsip (2) bertumpu pada kesepakatan, dalam matematika

kesepakatan yang digunakan adalah aksioma dan konsep primitif yang

sering digunakan untuk pembuktian dan pendefinisian, (3) memiliki

simbol yang kosong, yaitu bahwa matematika mempunyai banyak simbol

yang kemudian membentuk serangkaian simbol, selanjutnya membentuk

model matematika seperti persamaan dan pertidaksamaan yang kosong

sehingga akan tergantung terhadap permasalahan yang menakibatkan

model itu, (4) memperhatikan semesta pembicaraan, (5) konsisten dalam

sistemnya ini dapat dilihat jika a + b = x dan x + y = p maka a + b + x = p.

Berdasarkan beberapa pendapat di atas, secara umum dapat

disimpulkan bahwa matematika adalah bahasa simbolis yang terdiri dari

suatu kumpulan sistem matematika yang setiap sistemnya memiliki

struktur tersendiri dan bersifat deduktif. Penalaran deduktif bekerja atas

dasar asumsi, yaitu kebenaran logis dari kebenaran sebelumnya, sehingga

keterkaitan antar konsep atau pernyataan dalam matematika bersifat

konsisten.

5 Mulyono Abdurahman, loc.cit. 6 R. Soejadi, Kiat Pendidikan Matematika di Indonesia, (Jakarta: Dirjen Pendidikan

Tinggi DepDiknas, 2000), hal: 13-19

Page 26: PENGARUH PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21209/1/Dwi... · Sahabat-sahabat seperjuangan Jurusan Pendidikan Matematika Angkatan 2005,

12

b. Koneksi Matematik

1. Pengertian dan Tujuan Koneksi Matematik Pembelajaran matematika yang dirumuskan oleh National Council of

Teachers of Mathematics atau NCTM bahwa siswa harus mempelajari

matematika melalui pemahaman dan aktif membangun pengetahuan baru

dari pengalaman dan pengetahuan yang dimiliki sebelumnya. Ada lima

tujuan mendasar dalam belajar matematika yang dikenal dengan istilah

standar proses daya matematis (mathematical power proses standards)

yaitu:7

1) Kemampuan pemecahan masalah (problem solving); 2) Kemampuan berargumentasi/penalaran (reasoning); 3) Kemampuan berkomunikasi (communication); 4) Kemampuan membuat koneksi (connection); 5) Kemampuan representasi (represntation).

Salah satu standar kurikulum yang dikemukakan oleh NCTM di atas

adalah koneksi matematik atau mathematical connection yang merupakan

pengaitan matematika dengan pelajaran lain atau dengan topik lain.

Sumarmo (2003) menyatakan bahwa koneksi matematika (mathematical connection) adalah kegiatan yang meliputi:8 (1) mencari hubungan antara berbagai representasi konsep dan prosedur, (2) memahami hubungan antar topik matematik, (3) menggunakan matematika dalam bidang studi lain atau kehidupan sehari-hari, (4) memahami representasi ekuivalen konsep yang sama, (5) mencari representasi satu prosedur lain dalam representasi yang ekuivalen, (6) menggunakan koneksi antar topik matematika, dan antar topik matematika dengan topik lain.

Sedangkan menurut Suhenda koneksi matematik adalah ”hubungan

satu ide atau gagasan dengan ide atau gagasan lain dalam lingkup yang

sama atau bidang lain dalam lingkup yang lain”.9 Dari uraian di atas dapat

7 Mumum Syaban, ”Menumbuhkembangkan Daya Matematis Siswa” dari:

http://educare.e-fkipunla.net/index.php?option=com_content&task=view&id=62&Itemid=7 (EDUCARE: Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, volume 5, nomor 2, Februari 2008), hal: 2, 20 September 2009, 13.00 WIB

8 Ibid., hal: 6 9 Suhenda, Materi Pokok Pengembangan Kurikulum dan Pembelajaran Matematika 1-9,

(Jakarta: Univversitas Terbuka, 2007), h.7.22

Page 27: PENGARUH PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21209/1/Dwi... · Sahabat-sahabat seperjuangan Jurusan Pendidikan Matematika Angkatan 2005,

13

disimpulkan bahwa koneksi matematik adalah pemahaman menggunakan

hubungan antara satu konsep matematika dengan konsep matematika lain

atau dengan disiplin ilmu lain atau dengan kehidupan sehari-hari.

Menurut NCTM standar koneksi untuk kelas IX – XII hendaknya

memuat koneksi sehingga siswa mampu:10

1. Mengenal dan menggunakan koneksi/hubungan antara ide-ide matematika (recognize and use connection among mathematical ideas).

2. Memahami bagaimana ide-ide dalam matematika berhubungan dan membangun satu sama lain untuk menghasilkan keseluruhan yang padu (understand how mathematical ideas interconnect and build on one another to produce a coherent whole).

3. Mengenal dan mempergunakan matematika dalam konteks diluar matematika atau bidang lain (recognize and apply mathematics in contexts outside of mathematics).

Gambar 1. Standar Proses Koneksi Matematik.11

10 Principles and Standars for School Mathematics, (va: National Council of Teacher of

Mathematics, 2000), dari http://www.nctm.org/standards/default.aspx?id=58 , h.300, 24 oktober 2009, 16.25 WIB

11 Pinellas County Schools Division of Curriculum and Instruction Secondary Mathematics, Mathematical Power for All Students K-12, dari http://fcit.usf.edu/fcat8m/resource/mathpowr/fullpower.pdf, 10 Desember 2009, 13:00 WIB

Page 28: PENGARUH PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21209/1/Dwi... · Sahabat-sahabat seperjuangan Jurusan Pendidikan Matematika Angkatan 2005,

14

Berdasarkan standar proses koneksi matematik di atas, dapat

disimpulkan bahwa koneksi matematik di sekolah bertujuan untuk:

1. Membantu siswa menghubungkan konsep-konsep matematik untuk

menyelesaikan suatu permasalahan matematik, sehingga siswa dapat

memandang matematika suatu keseluruhan yang padu bukan konsep

atau materi yang berdiri sendiri

2. Mengembangkan pengetahuan siswa.

3. Menunjukkan bahwa matematika dapat bermanfaat untuk

menyelesaikan kehidupan sehari-hari.

Didalam NCTM juga disebutkan “when students can see the connection across different mathematical content areas, they develop a view of mathematics as an integrated whole. As they build on their previous mathematical understandings while learning new concepts, students become increasingly aware of the connection among varios mathematical topics. As students knowledge of mathematics, their ability to use a wide range of mathematical representation , and their access to sophisticated technolohy and software increase. The connection they make with other academic diciplines, especially the science and social science, give them greater mathematical power”.12

Artinya ketika siswa mampu menghubungkan antar topik

matematika yang berbeda, mereka mengembangkan pandangan bahwa

matematika merupakan suatu kesatuan yang terintegrasi. Sebagaimana

mereka membangun pemahaman matematika sebelumnya sambil

mempelajari konsep baru, siswa menjadi bertambah pengetahuannya

tentang hubungan antar bermacam-macam topik matematika. Dengan

pengetahuan matematika yang dimilikinya, mereka mampu menggunakan

kemampuannya untuk cakupan yang lebih luas dengan kemampuan

representasi matematik, dan mereka mampu menggunakan software dan

teknologi yang canggih. Hubungan/koneksi yang mereka buat antar

disiplin akademik, terutama dalam bidang science dan sosial memberikan

mereka kemampuan matematika yang lebih tinggi.

12 Principles and Standars for School Mathematics, opcit, h.300

Page 29: PENGARUH PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21209/1/Dwi... · Sahabat-sahabat seperjuangan Jurusan Pendidikan Matematika Angkatan 2005,

15

2. Jenis-jenis Koneksi Matematik Berdasarkan tujuan dari koneksi matematik di atas, NCTM

mengklasifikasikan koneksi matematik menjadi tiga macam yaitu:13 (1)

koneksi antar topik matematika, (2) koneksi matematika dengan disiplin

ilmu yang lain, dan (3) koneksi matematika dengan masalah dalam

kehidupan sehari-hari.

Mikovch dan Monroe (1994: 371) menyatakan tiga koneksi

matematik yaitu, koneksi dalam matematika, koneksi untuk semua

kurikulum, dan dengan konteks dunia nyata.14 Kutz (1991: 272)

berpendapat hampir serupa, ia menyatakan koneksi matematika berkaitan

dengan koneksi internal dan koneksi eksternal. Koneksi internal memuat

koneksi antar topik matematika, sedngkan koneksi eksternal memuat

koneksi matematika dengan displin ilmu dan dengan masalah dalam

kehidupan sehari-hari.15 Sedangkan Riedesel (1996: 33-34) membagi

koneksi matematika sebagai berikut: (1) koneksi antar topik dalam

matematika, (2) koneksi antara beberapa macam tipe pengetahuan, (3)

koneksi antara beberapa macam representasi, (4) koneksi dari matematika

ke daerah kurikulum lain, (5) koneksi siswa dengan matematika.16

Koneksi matematika yang dimaksud dalam penelitian ini meliputi

koneksi internal dan eksternal sesuai dengan pendapat Kutz. Koneksi

internal meliputi koneksi antar topik matematika, sedangkan koneksi

eksternal meliputi koneksi matematika dengan pelajaran lain atau dengan

kehidupan sehari-hari.

13Gusni Satriawati dan Lia Kurniawati, Menggunakan Fungsi-Fungsi Untuk Membuat Koneksi-Koneksi Matematik, (Algoritma Jurnal Matematika dan Pendidikan Matematika vol.3 no.1, Juni 2008), hal: 97

14 Ibid 15 Ibid 16 Ibid, hal: 98

Page 30: PENGARUH PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21209/1/Dwi... · Sahabat-sahabat seperjuangan Jurusan Pendidikan Matematika Angkatan 2005,

16

a. Koneksi Internal

Koneksi internal atau koneksi antar topik matematika yaitu

keterkaitan antara konsep/topik matematika yang sedang dipelajari

dengan konsep/topik matematika yang lain. Bruner mengemukakan

dalam dalil pengaitannya (konektivitas) bahwa ”matematika antara

satu konsep dengan konsep lainnya terdapat hubungan yang erat”.17

Materi yang satu mungkin merupakan materi prasyarat untuk

menjelaskan materi yang lain. Pernyataan ini menunjukkan bahwa

setiap topik terkait dengan topik lain dalam matematika sendiri.

Ruspiani (2000) mengklasifikasian koneksi antar topik matematika

sebagai berikut:18

1) Koneksi matematika yang digambarkan oleh NCTM, yaitu satu

permasalahan yang diselesaikan dengan dua cara yang berbeda.

Salah satu contohnya dalam materi sistem persamaan linear dua

variabel, siswa dapat menyelesaikan soal atau permasalahan

tersebut dengan cara geometri (grafik) atau dengan cara aljabar

(eliminasi atau substitusi).

2) Koneksi bebas yakni topik-topik yang berhubungan dengan

persoalan tidak ada hubungannya satu sama lain, namun topik-

topik itu menyatu dalam satu soal. Salah satu contohnya adalah:

Diketahui 4 suku pertama barisan aritmatika yaitu:

I. 5, 3, 2, 0, …

II. 0, 2, 4, 6, …

III. 4, 6, 8, 10, …

a. Tentukan rumus suku ke – n dari barisan I, II, dan III

kemudian butlah grafik dari persamaan rumus tersebut

b. Diketahui x ≥ 0; y ≥ 0; jika E merupakan daerah yang dibatasi

oleh barisan I, II, dan III, tentukan daerah E dan buatlah

sistem pertidaksamaannya

17 Tim MKKB Jurusan Pendidikan Matematika, op.cit., hal: 48 18 Ruspiani, Kemampuan Siswa dalam Melakukan Koneksi Matematika, (Tesis Bandung:

UPI, 2000), h.13, td

Page 31: PENGARUH PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21209/1/Dwi... · Sahabat-sahabat seperjuangan Jurusan Pendidikan Matematika Angkatan 2005,

17

Pada soal di atas topik utamanya adalah program linear.

Masing-masing topik lepas satu sama lain dalam arti topik yang

satu tidak bergantung pada topik yang lain.

3) Koneksi terikat yakni antara topik-topik yang saling terlibat

koneksi bergantung satu sama lain. Salah satu contohnya adalah:

Diketahui 4 buah matriks sebagai berikut:

jika

fungsi dengan syarat:

; ;  

Tentukan nilai maksimum di M

Topik-topik yang terlibat dari permasalahan diatas adalah

determinan matriks, dengan pertidaksamaan linear.

b. Koneksi eksternal

Koneksi eksternal terdiri dari koneksi matematik dengan

pelajaran lain dan dengan kehidupan sehari-hari. Selain dalam ilmu

pengetahuan eksak matematika juga membantu pengembangan

disiplin ilmu lain, maupun dalam memecahkan permasalahan dalam

kehidupan sehari-hari.

Salah satu contoh dalam kehidupan sehari-hari yang

berhubungan dengan program linear adalah:

Ami menabungkan uangnya di bank Rp.20.000.000,00 dengan bunga

20% per tahun, bunga yang diberikan berbentuk bunga majemuk atau

bunganya berbunga lagi pada tahun berikutnya. Pada akhir tahun ke-4

uang Ami diambil, dan digunakan untuk memperbaiki kiosnya sebesar

Rp.1.472.000 sisanya dijadikan modal usaha tas. Ami menjual dua

jenis tas, yaitu tas model A dan tas model B. untuk tas model A ami

menjual Rp.110.000,00 dengan keuntungan Rp.10.000,00/tas

sedangkan untuk tas model B ami menjual Rp.87.500,00 dengan

Page 32: PENGARUH PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21209/1/Dwi... · Sahabat-sahabat seperjuangan Jurusan Pendidikan Matematika Angkatan 2005,

18

keuntungan Rp.7.500,00/tas, jika kiosnya hanya dapat menampung

450 tas. Tentukan keuntungan maksimum yang diperoleh Ami.

c. Kemampuan Koneksi Matematik Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, kemampuan berasal dari

kata dasar mampu yang diberi awalan ke- dan akhiran -an. Mampu

memiliki arti kuasa (sanggup, bisa) melakukan sesuatu, dapat, sedangkan

kemampuan adalah kesanggupan, kecakapan, kekuatan kita berusaha

dengan-diri sendiri.19 Kemampuan menurut (Littrell, 1984) seperti yang

dikutip oleh Firdausi adalah ”kekuatan mental dan fisik untuk melakukan

tugas atau keterampilan yang dipelajari melalui latihan dan praktek”.20

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa kemampuan

koneksi matematik adalah kesanggupan siswa dalam menggunakan

hubungan topik/konsep matematika yang sedang dibahas dengan konsep

matematika lainnya, dengan pelajaran lain atau disiplin ilmu lain, dan

dengan kehidupan sehari-hari dalam menyelesaikan masalah matematika.

Secara umum, kemampuan koneksi matematik dapat dilihat dari

kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal-soal koneksi. Menurut

Suhenda, seseorang dikatakan mampu mengaitkan antara satu hal dengan

yang lainnya bila dapat melakukan beberapa hal dibawah ini:21

a) Menghubungkan antar topik atau pokok bahasan matematika dengan topik atau pokok bahasan matematika lainnya

b) Mengaitkan berbagai topik atau pokok bahasan dalam matematika dengan bidang lain atu hal-hal yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari.

19 Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi ketiga, (Jakarta: Balai Pustaka), hal: 707 20 Firdausi, ”Studi Korelasi Pengetahuan Matematika dengan Kemampuan guru

mengevaluasi Hasil Belajar Siswa pada SMU Unggulan di DKI Jakarta ”. Algoritma Jurnal Matematika dan Pendidikan Matematika vol.1 no.002, h.182

21 Suhenda, op.cit, hal: 7.22

Page 33: PENGARUH PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21209/1/Dwi... · Sahabat-sahabat seperjuangan Jurusan Pendidikan Matematika Angkatan 2005,

19

Untuk dapat megukur sejauh mana siswa mampu melakukan

koneksi matematik instrumen yang dibuat dapat memenuhi hal-hal berikut:

a) Membuat siswa menemukan keterkaitan antar proses dalam suatu

konsep matematika

b) Membuat siswa menemukan keterkaitan antar topik matematika

yang satu dengan topik matematika yang lain

c) Membuat siswa menemukan keterkaitan matematika dengan

kehidupan nyata siswa.

2. Pembelajaran Kontekstual

a. Pengertian Belajar dan Pembelajaran Belajar dapat diartikan suatu proses bagi seseorang untuk

memperoleh kecakapan, keterampilan, dan sikap.22 Dalam perspektif

psikologi pendidikan belajar adalah suatu perubahan tingkah laku dalam

diri seseorang yang relatif menetap sebagai hasil dari sebuah

pengalaman.23 Seperti dikutip dari Sardiman, menurut Cronbach, Harold

Spears dan Geoch mengatakan bahwa ”belajar merupakan perubahan

tingkah laku atau penampilan dengan serangkaian kegiatan misalnya

dengan membaca, mengamati, mendengarkan, meniru, dan lain

sebagainya”.24 Sedangkan belajar menurut Gagne adalah perubahan

kemampuan yang diperoleh seseorang melalui aktivitas.25

Biggs mendefinisikan belajar dalam 3 macam rumusan, ”yaitu:

rumusan kuantitatif, institusional, dan kualitatif. Dalam rumusan ini kata-

kata seperti perubahan dan tingkah laku tak lagi disebut secara eksplisit

22 Zurinal Z dan Wahyudi Sayuti, Ilmu Pendidikan Pengantar & Dasar-Dasar

Pelaksanaan Pendidikan, (Jakarta: UIN Press, 2006), h. 117 23 Ibid. 24 Sardiman, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, (Jakarta: PT Raja Grafindo

Persada, 2003) hal. 20 25 Agus Suprijono, Cooperatif Learning Teori dan Aplikasi PAIKEM, (Yogyakarta:

Pustaka Belajar, 2009), hal:2

Page 34: PENGARUH PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21209/1/Dwi... · Sahabat-sahabat seperjuangan Jurusan Pendidikan Matematika Angkatan 2005,

20

mengingat kedua istilah ini sudah menjadi kebenaran umum yang

diketahui semua orang yang terlibat dalam proses pendidikan”26

Secara kuantitatif (ditinjau dari sudut jumlah), belajar berarti

kegiatan pengisian atau pengembangan kemampuan kognitif dengan fakta

sebanyak-banyaknya. Jadi, belajar dalam hal ini dipandang dari sudut

berapa banyak materi yang dikuasai siswa. Secara institusional (tinjauan

kelembagaan), belajar dipandang sebagai proses ”validasi” atau

pengabsahan terhadap penguasaan siswa atas materi-materi yang telah ia

pelajari. Bukti institusional yang menunjukan siswa telah belajar dapat

diketahui sesuai dengan proses mengajar. Ukurannya, semakin baik mutu

guru mengajar akan semakin baik pula mutu perolehan siswa yang

kemudian dinyatakan dalam bentuk skor. Pengertian belajar secara

kualitatif (tinjauan mutu) ialah proses memperoleh arti-arti dan

pemahaman-pemahaman serta cara-cara menafsirkan dunia disekeliling

siswa. Belajar dalam pengertian ini difokuskan pada tercapainya daya pikir

dan tindakan yang berkualitas untuk memecahkan masalah-masalah yang

kini dan nanti dihadapi siswa.

Menurut pandangan konstruktivisme belajar merupakan proses

mengasimilasi dan menghubungkan pengalaman atau bahan yang

dipelajarinya dengan pengertian yang sudah dimiliki, sehingga

pengertiannya menjadi berkembang.27

Berdasarkan beberapa definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa

belajar pada hakikatnya adalah perubahan seluruh tingkah laku seseorang

yang besifat relatif konstan sebagai hasil pengalaman dan interaksi

langsung dengan lingkungan yang melibatkan proses kognitif.

Pembelajaran ialah membelajarkan siswa menggunakan asas

pendidikan maupun teori belajar yang merupakan penentu utama

26 Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, (Jakarta: PT.Remaja

Rosdakarya, 2008), hal: 91-92 27 Sardiman, op.cit. hal. 37

Page 35: PENGARUH PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21209/1/Dwi... · Sahabat-sahabat seperjuangan Jurusan Pendidikan Matematika Angkatan 2005,

21

keberhasilan pendidikan.28 Menurut Corey (1986:195) mengatakan bahwa

pembelajaran adalah suatu prosess dimana lingkungan seseorang, secara

disengaja dikelola untuk memungkinkan ia turut serta dalam tingkah laku

tertentu dalam kondisi –kondisi khusus atau menghasilkan respon terhadap

situasi tertentu.29

Pembelajaran dapat diartikan sebagai suatu proses kerja sama

antara guru dan siswa dalam memanfaatkan segala potensi dan sumber

yang ada baik potensi yang berasal dari dalam diri siswa itu sendiri

maupun potensi yang ada di luar diri siswa.30 Menurut Zurinal

pembelajaran adalah suatu usaha dan proses yang yang dilakukan secara

sadar dan mengacu pada tujuan (pembentukan kompetensi) yang dengan

sistmatik dan terarah pada terwujudnya perubahan tingkah laku.31

Sedangkan Pembelajaran menurut Fontana adalah upaya penataan

lingkungan yang memberi nuansa agar program belajar tumbuh dan

berkembang secara optimal. Dengan demikian proses belajar bersifat

internal dan unik dalam diri individu siswa, sedangkan proses

pembelajaran bersifat eksternal yang sengaja direncanakan dan bersifat

rekayasa prilaku.32 Sedangkan mengajar menurut H. Burton adalah upaya

memberikan bimbingan pengarahan, dan dorongan kepada siswa agar

terjadi proses belajar.33 Pengajaran adalah usaha menunjukkan atau

membantu seseorang untuk belajar dan bagaimana melakukan sesuatu,

memberi pengetahuan dan manfaat bagi seseorang.

Berdasarkan definisi di atas dapat disimpulkan bahwa

pembelajaran adalah upaya penataan lingkungan yang memberi nuansa

agar program belajar tumbuh dan berkembang secara optimal untuk

mengarahkan peserta didik kedalam suatu proses belajar dengan

28 Syaiful Sagala, Konsep dan Makna Pembelajaran Untuk Membantu Problematika

Belajar dan Mengajar, (Bandung: Alfa Beta, 2007) hal. 61 29 Ibid 30 Wina Sanjaya, Perencanaan dan Desain Sistem Pembelajaran, (Jakarta: Kencana,

2008) hal.26 31 Zurinal Z dan Wahyudi Sayuti, op.cit, hal: 117 32 Tim MKKB Jurusan Pendidikan Matematika, op.cit., hal: 8 33 Syaiful Sagala, op.cit., hal. 61

Page 36: PENGARUH PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21209/1/Dwi... · Sahabat-sahabat seperjuangan Jurusan Pendidikan Matematika Angkatan 2005,

22

memanfaatkan segala potensi dan sumber yang ada baik potensi yang

berasal dari dalam diri siswa itu sendiri maupun potensi yang ada di luar

diri siswa.

Pembelajaran memiliki dua karakteristik yaitu:34 (1) dalam proses

pembelajaran melibatkan proses mental siswa secara maksimal, bukan

hanya menuntut siswa sekedar mendengar, mencatat, akan tetapi

menghendaki aktivitas siswa dalam proses berfikir. (2) dalam

pembelajaran membangun suasana dialogis dan proses tanya jawab terus-

menerus yang diarahkan untuk memperbaiki dan meningkatkan

kemampuan berfikir siswa, sehingga dapat membantu siswa untuk

memperoleh pengetahuan yang mereka konstruksi sendiri.

b. Pembelajaran Kontekstual Pembelajaran kontekstual (Contextual Teaching and Learning)

adalah konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang

diajarkan dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat

hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya

dalam kehidupan mereka sehari-hari.35 Menurut Sanjaya Contextual

Teaching and Learning (CTL) adalah suatu pendekatan pembelajaran yang

menekankan pada proses keterlibatan siswa secara penuh untuk dapat

menemukan materi yang dipelajari dan menghubungkannya dengan situasi

kehidupan nyata sehingga mendorong siswa untuk dapat menerapkannya

dalam kehidupan mereka.36

Pembelajaran kontekstual atau contextual teaching and learning

(CTL) adalah upaya penataan lingkungan yang memberi nuansa agar

program belajar tumbuh dan berkembang secara optimal untuk

mengarahkan peserta didik kedalam suatu proses belajar dimana guru

34 Ibid. hal: 63 35 Trianto, Model-Model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik, (Jakarta:

Prestasi Pustaka Publisher, 2007) , hal: 103 36Wina Sanjaya, Pembelajaran dalam Implementasi Kurikulum Berbasis Kompetensi.

(Jakarta: kencana, 2005), hal: 108

Page 37: PENGARUH PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21209/1/Dwi... · Sahabat-sahabat seperjuangan Jurusan Pendidikan Matematika Angkatan 2005,

23

menghadirkan dunia nyata ke dalam kelas dan mendorong siswa membuat

hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dan penerapannya dalam

kehidupan mereka sehari-hari.

Dari konsep tersebut ada tiga hal yang harus dipahami. Pertama,

CTL menekankan kepada proses keterlibatan siswa untuk menemukan

materi, artinya proses belajar diorientasikan pada proses pengalaman

secara langsung. Kedua, CTL mendorong agar siswa dapat menemukan

hubungan antara materi yang dipelajari dengan situasi kehidupan nyata

siswa, artinya siswa dituntut untuk menangkap hubungan antara

pengalaman belajar di sekolah dengan kehidupan nyata. Ketiga, CTL

mendorong siswa untuk dapat menerapkannya dalam kehidupan.

Sehubungan dengan hal itu, terdapat lima karakteristik penting

dalam proses pembelajaran menggunakan pendekatan CTL:37

1. Dalam CTL, pembelajaran merupakan proses pengaktifan pengetahuan

yang sudah ada (activiting knowledge), artinya apa yang dipelajari tidak

terlepas dari pengetahuan yang sudah dipelajari, dengan demikian

pengetahuan yang diperoleh siswa adalah pengetahuan yang utuh yang

memiliki keterkaitan satu sama lain.

2. Pembelajaran kontekstual adalah belajar dalam rangka memperoleh dan

menambah pengetahuan baru. Pengetahuan baru ini diperoleh dengan

cara deduktif artinya pembelajaran dimulai dengan mempelajari secara

keseluruhan kemudian memperhatikan detainya.

3. Pemahaman pengetahuan, artinya pengetahuan yang diperoleh bukan

untuk dihafal tetapi untuk dipahami dan diyakini.

4. Memperaktekkan pengalaman dan pengetahuan tersebut (applying

knowledge) artinya pengetahuan dan pengalaman yang diperoleh harus

dapat di aplikasikandalam kehidupan siswa.

5. Melakukan refleksi (reflection knowledge) terhadap strategi

pengembangan pengetahuan.

37 Wina Sanjaya, op.cit., hal:110.

Page 38: PENGARUH PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21209/1/Dwi... · Sahabat-sahabat seperjuangan Jurusan Pendidikan Matematika Angkatan 2005,

24

Pembelajaran dengan pendekatan kontekstual melibatkan tujuh

komponen utama, yaitu:38 (1) constructivisme (konstruktivisme,

membangun, membentuk), (2) inquiry (penemuan), (3) questioning

(bertanya), (4) learning comunity (masyarakat belajar), (5) modelling

(pemodelan), (6) reflection (refleksi atau umpan balik), (7) authentic

assesment ( penilaian yang sebenarnya).

Untuk dapat mengimplementasikan pembelajaran kontekstual, guru

dalam pembelajarannya mengaitkan antara materi yang akan diajarkannya

dengan dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara

pengetahuan yang dimiliki dengan penerapannya dalam kehidupan mereka

sehari-hari, dengan melibatkan tujuh komponen utama CTL yakni sebagai

berikut:

1. Konstruktivisme

Landasan filosofi CTL adalah konstruktivisme, yaitu filosofi belajar

yang menekankan bahwa belajar tidak hanya sekedar menghapal. Siswa

harus mengkonstruksikan pengetahuan di benak mereka sendiri,

pengetahuan tumbuh berkembang melalui pengalaman. Pemahaman

berkembang semakin dalam semakin kuat apabila selalu diuji oleh

pengalaman baru. Menurut pandangan konstruktivisme guru hanya

berperan sebagai motivator (memberikan motivasi kepada siswa untuk

belajar) dan fasilitator dalam membimbing siswa selama proses

pembelajaran. Seperti yang dikemukakan Cobb bahwa belajar matematika

merupakan proses dimana siswa secara aktif mengkonstruksi pengetahuan

matematika.39 Dalam konstruktivisme aktivitas matematika mungkin

diwujudkan melalui tantangan masalah, kerja dalam kelompok kecil dan

diskusi kelas dimana guru dan siswa terikat dalam pembicaraan yang

memiliki makna matematika.

Tujuan pembelajaran dalam pandangan konstruktivis adalah

pemahaman. Pemahaman memberi makna apa yang dipelajari.

38 Trianto, op.cit., hal: 105 39 Tim MKKB Jurusan Pendidikan Matematika, op.cit., hal: 71

Page 39: PENGARUH PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21209/1/Dwi... · Sahabat-sahabat seperjuangan Jurusan Pendidikan Matematika Angkatan 2005,

25

Pembelajaran merupakan proses aktif artinya pengetahuan baru tidak

terbentuk dengan diberikan kepada siswa dalam bentuk jadi tetapi

pengetahuan dibentuk oleh siswa itu sendiri dengan berinteraksi terhadap

lingkungannya melalui asimilasi dan akomodasi. Asimilasi adalah

pengetahuan baru dibangun dari struktur pengetahuan yang sudah ada,

sedangkan akomodasi adalah struktur pengetahuan yang sudah ada

dimodifikasi untuk menampung/menyesuaikan hadirnya pengalaman

baru.40 Konstruktivisme dalam hal ini berarti membangun atau

membentuk sendiri pengetahuan mereka, dalam proses ini siswa dilatih

untuk menemukan sendiri informasi atau masalah yang diberikan dengan

difasilitasi pertanyaan-pertanyaan yang mengarahkan kepada penemuan

satu konsep.

2. Memfasilitasi kegiatan penemuan (inquiry)

Pengetahuan dan keterampilan siswa diharapkan bukan hanya hasil

mengingat seperangkat fakta-fakta tetapi juga hasil menemukan sendiri.

Siklus inkuiri meliputi:41 (1) observasi (observation), (2) bertanya

(questioning), (3) mengajukan dugaaan (hipotesis), (4) pengumpulan data,

(5) penyimpulan sendiri.

Beberapa tahapan yang mungkin dilakukan dalam kegiatan inkuri

adalah:42 (1) guru merangsang siswa dengan pertanyaan, masalah,

permainan dan teka-teki, (2) sebagai jawaban atas rangsangan yang

diterimanya, siswa menentukan prosedur, mencari dan mengumpulkan

informasi atau data yang diperlukannya untuk memecahkan pertanyaan,

pernyataan, atau masalah, (3) siswa menghayati pengetahuan yang

diperolehnya dengan inkuri yang baru dilaksanakan, (4) siswa

menganalisis metode inkuiri dan prosedur yang ditemukan untuk dijadikan

metode umum yang dapat diterapkan ke situasi lain.

40 Masnur Muslich, KTSP Pembelajaran Berbasis Kompetensi dan Konstektual, (Jakarta:

Bumi aksara, 2007), hal: 44 41 Syaiful Sagala, op.cit., hal: 89 42 Tim MKKB Jurusan Pendidikan Matematika, op.cit., hal: 180-181

Page 40: PENGARUH PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21209/1/Dwi... · Sahabat-sahabat seperjuangan Jurusan Pendidikan Matematika Angkatan 2005,

26

Berdasarkan tahapan diatas, inkuiri diawali dengan langkah pengamatan

dalam rangka pemahaman suatu konsep, dengan memberi pertanyaan yang

dapat mengarahkan pengamatan menuju satu konsep yang menjadi tujuan

pembelajaran. Untuk itu, siswa akan mencari tahu yang tentang hal-hal

belum diketahuinya. Setelah apa yang belum diketahuinya terkumpul,

siswa perlu merancang dan menganalisa data-data agar dapat menarik

kesimpulan dari suatu masalah.

3. Mengembangkan sifat ingin tahu siswa melalui pengajuan

pertanyaan (questioning).

Pengetahuan yang dimiliki seseorang selalu dimulai dari bertanya.

Bertanya dipandang sebagai upaya guru untuk mengaktifkan siswa,

mendorong siswa untuk mengetahui sesuatu, mengarahkan siswa untuk

memperoleh informasi, sekaligus mengetahui kemampuan berpikir siswa.

Sedangkan bagi siswa kegiatan bertanya menunjukkan ada perhatian

terhadap materi yang dipelajari dan ada upaya untuk menemukan jawaban

sebagai bentuk pengetahuan. Bertanya diterapkan antara siswa dengan

siswa, antara guru dengan siswa, antara siswa dengan guru, antara siswa

dengan orang baru yang didatangkan di kelas. Realisasinya dalam

pembelajaran bentuk questioning dilakukan pada semua aktivitas belajar,

seperti: ketika siswa berdiakusi, bekerja dalam kelompok, ketika menemui

kesulitan, ketika mengamati, dan sebagainya.

4. Masyarakat Belajar (learning Community)

Konsep learning community menyarankan agar hasil pembelajaran

diperoleh dari hasil kerja sama dengan orang lain. Hal ini berarti hasil

belajar bisa diperoleh dengan sharing antar teman, antar kelompok, dan

antar yang tahu kepada yang tidak tahu sehinnga terjadi komunikasi dua

atau multi arah. Learning community terjadi apabila masing-masing pihak

di dalamnya bahwa pengetahuan, pengalaman, dan keterampilan yang

dimilikinya bermanfaat bagi yang lain.43

43 Masnur Muslich, op.cit., hal: 46

Page 41: PENGARUH PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21209/1/Dwi... · Sahabat-sahabat seperjuangan Jurusan Pendidikan Matematika Angkatan 2005,

27

Pada proses pembelajaran, guru hendaknya mampu menciptakan

lingkungan belajar yang alamiah dan dinamis sehingga terjadi interaksi

yang sehat antara guru dengan siswa atau antara siswa dengan siswa baik

di dalam maupun di luar kelas.

5. Pemodelan (modeling)

Maksudnya dalam sebuah pembelajaran selalu ada model yang bisa

ditiru. Model berupa cara mengoperasikan sesuatu, cara melempar bola

dalam olahraga, cara menyelesaikan soal, atau guru memberi contoh cara

mengerjakan sesuatu.44 Dalam matematika, salah satu contoh pemodelan

adalah bagaimana guru menyelesaikan soal. Guru memperagakan

bagaimana langkah-langkah yang ditempuh dalam menyelesaikan soal

dengan baik, bagaimana menemukan kata kunci dalam membuat model

matematika.

Prosedur ini perlu ditiru oleh siswa, guru memberi model tentang

bagaimana cara menyelesaikan soal dengan baik, namun demikian guru

bukan satu-satunya model, seorang siswa bisa meniru melalui temannya

atau pihak lain untuk hal-hal yang perlu ditiru.

6. Refleksi (reflection)

Reffleksi merupakan cara berpikir tentang apa yang baru dipelajari atau

berpikir kebelakang tentang apa-apa yang sudah kita lakukan dimasa

lalu.45 Refleksi merupakan respon terhadap kejadian, aktivitas yang

dilakukan atau pengetahuan yang diterima.

Pengetahuan yang bermakna diperoleh dari proses belajar. Pengetahuan

yang diperoleh siswa diperluas melalui bimbingan guru. Guru membantu

siswa membuat hubungan–hubungan antara pengetahuan yang dimiliki

sebelumnya dengan pengetahuan yang baru. Dengan refleksi, merasa

memperoleh sesuatu yang berguna bagi dirinya tentang apa yang baru ia

pelajari.

44 Sardiman, Interaksi&Motivasi Belajar-Mengajar, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada,

2008), hal: 226 45 Syaiful Sagala, opcit, hal.91

Page 42: PENGARUH PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21209/1/Dwi... · Sahabat-sahabat seperjuangan Jurusan Pendidikan Matematika Angkatan 2005,

28

Wujud refleksi antara lain:46(1) pernyataan langsung siswa tentang apa-apa yang diperoleh siswa setelah melakukan pembelajaran; (2) catatan atau jurnal di buku siswa; (3) kesan dan saran siswa mengenai pembelajaran itu; (4) diskusi; (5) hasil karya. Realisasinya dalam pembelajaran bentuk refleksi dilakukan dengan

guru menyisakan waktu sejenak agar siswa melakukan refleksi yang

berupa pernyataan langsung tentang setelah melakukan pembelajaran.

7. Penilaian sesungguhnya (authentic assesment)

Penilaian adalah proses pengumpulan berbagai data yang bisa

memberikan gambaran perkembangan belajar siswa.47 Kemajuan belajar

dinilai dari proses, bukan melalui hasil, dan dengan berbagai cara. Tes

hanya salah satunya itulah hakekat penilaian yang sebenarnya. Ciri-ciri

penilaian autentik adalah:48 (1) dilaksanakan selama dan sesudah proses

pembelajaran berlangsung, (2) bisa digunakan formatif atau sumatif, (3)

yang diukur keterampilan dan performansi, bukan mengingat fakta, (4)

berkesinambungan, (5) terintegrasi, (6) dapat digunakan sebagai feed back.

Realisasinya dalam pembelajaran bentuk penilaian sesungguhnya

dilakukan selama proses pembelajaran berlangsung yaitu dilakukan ketika

diskusi kelompok dan setelah proses pembelajaran dilakukan dengan

memberikan latihan.

Sebuah kelas dikatakan menggunakan pembelajaran kontekstual,

jika menerapkan komponen utama dalam pembelajarannya. Penerapan

pembelajaran kontekstual secara garis besar langkah-langkahnya adalah:49

(1) kembangkan pemikiran bahwa anak akan belajar lebih bermakna

dengan cara bekerja sendiri, menemukan sendiri, dan mengkonstruksi

sendiri pengetahuan barunya; (2) laksanakan sejauh mungkin kegiatan

inquiry untuk semua pokok bahasan; (3) mengembangkan sikap ingin tahu

siswa dengan bertanya; (4) menciptakan masyarakat belajar; (5)

46 Sardiman, opcit, hal: 227 47 Ibid, hal:227-228 48 Ibid, hal: 228-229 49 Trianto, op.cit., hal: 106

Page 43: PENGARUH PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21209/1/Dwi... · Sahabat-sahabat seperjuangan Jurusan Pendidikan Matematika Angkatan 2005,

29

menghadirkan model sebagai contoh pembelajaran; (6) melakukan refleksi

diakhir pertemuan; (7) melakukan penilaian sebenarnya dengan berbagai

cara.

Berdasarkan karakteristik dan komponen pendekatan kontekstual,

beberapa strategi pengajaran yang dapat dikembangkan melalui

pembelajaran kontekstual antara lain sebagai berikut:50

1. Pembelajaran berbasis masalah

Pembelajaran berbasis masalah adalah suatu bentuk pengajaran

yang menggunakan masalah-masalah dunia nyata sebagai suatu konteks

bagi siswa untuk belajar berpikir kritis dan keterampilan pemecahan

masalah.

2. Memanfaatkan lingkungan siswa untuk memperoleh pengalaman

belajar

Guru memberikan penugasan yang dapat dilakukan diberbagai

konteks lingkungan siswa antara lain disekolah, keluarga, dan

masyarakat. Penugasan yang diberikan oleh guru memberikan

kesempatan bagi siswa untuk belajar diluar kelas.

3. Memberikan aktivitas kelompok

Aktivitas belajar kelompok dapat memperluas perspektif serta

membangun kecakpan interpersonal untuk berhubungan dengan orang

lain. Guru dapat menyusun kelompok terdiri dari tiga, lima, maupun

delapan siswa sesuai dengan tingkat kesulitan penugasan.

4. Membuat aktivitas belajar mandiri

Siswa mampu mencari, menganalisis, dan menggunakan informasi

dengan sedikit atau bahkan tanpa bantuan guru. Agar dapat

melakukannya, siswa harus lebih memperhatikan bagaimana mereka

memproses informasi, menerapkan strategi pemecahan masalah, dan

menggunakan pengetahuan yang mereka peroleh).

50 Masnur Muslich, Op.Cit., hal: 49-51

Page 44: PENGARUH PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21209/1/Dwi... · Sahabat-sahabat seperjuangan Jurusan Pendidikan Matematika Angkatan 2005,

30

5. Membuat aktivitas belajar bekerja sama dengan masyarakat

Sekolah dapat melakukan kerjasama dengan orang tua siswa yang

memiliki keahlian khusus sebagai guru tamu. Hal ini perlu dilakukan

guna memberikan pengalaman belajar secara langsung, dimana siswa

dapat termotivasi untuk mengajukan pertanyaan. Selain itu, kerja sama

juga apat dilakukan dengan institusi atau perusahaan tertentu untuk

memberikan pengalaman kerja. Misalnya siswa diminta untuk magang

ditempat kerja.

6. Menerapkan penilaian autentik

Menurut Johnson (2002: 165), penilaian autentik memberikan

kesempatan luas bagi siswa untuk menunjukkan apa yang telah mereka

pelajari selama proses belajar mengajar. Adapun bentuk penilaian yang

dapat dilakukan oleh guru, yaitu portofolio, tugas kelompok,

demonstrasi, dan laporan tertulis.

Sedangkan Blancard (M.Nur, 2001) mengidentifikasi 6 strategi

CTL sebagai berikut:51

1. Menekankan pada pemecahan masalah

2. Menyadari kebutuhan akan pengajaran dan pembelajaran yang terjadi

dalam berbagai konteks seperti dirumah, masyarakat dan pekerjaan

3. Mengarahkan siswa memonitor dan mengarahkan pembelajaran mereka

sendiri sehingga mereka menjadi pembelajar yang mandiri

4. Mengaitkan pengajaran pada konteks kehidupan siswa yang berbeda-

beda

5. Mendorong untuk belajar dari sesama teman dan belajar bersama

6. Menerapkan penilaian autentik.

51 Mohammad Askin, Daspros Pembelajaran Matematika I, dari http://www.unnes.ac.id,

20 Januari 2010, 10:00 WIB

Page 45: PENGARUH PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21209/1/Dwi... · Sahabat-sahabat seperjuangan Jurusan Pendidikan Matematika Angkatan 2005,

31

Berdasarkan karakteristik, komponen, serta strategi dalam

pembelajaran kontekstual, maka beberapa tahapan yang dapat

dikembangkan melalui pembelajaran kontekstual dalam penelitian ini

antara lain sebagai berikut:

1. Siswa dibuat kelompok kecil sekitar 4-5 orang dengan kemampuan

yang heterogen.

2. Pada awal pembelajaran guru memberikan apersepsi, manfaat materi

yang akan dipelajarinya serta membahas beberapa soal PR yang

terpilih.

3. Kelompok siswa diberikan permasalahan kontekstual (dalam bentuk

LKS) yang menantang siswa, agar mencari solusinya.

4. Siswa mengeksplorasi pengetahuan dengan cara mengkoneksikan

pengetahuan yang sudah dimilikinya untuk menyelesaikan

permasalahan yang dihadapi, baik secara berkelompok ataupun sendiri.

5. Guru menggunakan sistem tanya jawab yang interaktif antara siswa

dengan siswa ataupun siswa dengan guru, untuk menjelaskan hal yang

tidak dimengerti oleh siswa.

6. Saat siswa mengerjakan LKS per kelompok, guru berkeliling kelas

bertindak sebagai fasilitator dan moderator, dan membimbing siswa

yang mengalami kesulitan.

7. Saat siswa selesai berdiskusi secara berkelompok, perwakilan salah satu

kelompok mempresentasikan hasil diskusinya ke depan kelas. Melalui

interaksi siswa diajak membahas permasalahan yang disajikan.

8. Diakhir pertemuan, diadakan refleksi terhadap pembelajaran yang

sudah berlangsung. Siswa dapat merangkum hasil pembelajaran,

selanjutnya guru memberikan beberapa soal latihan untuk dikerjakan

dirumah.

Page 46: PENGARUH PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21209/1/Dwi... · Sahabat-sahabat seperjuangan Jurusan Pendidikan Matematika Angkatan 2005,

32

3. Pembelajaran Konvensional Pembelajaran konvensional merupakan suatu istilah yang lazim

diterapkan dalam pengajaran matematika. Konvensional adalah sebuah

pendekatan secara klasikal yang biasa digunakan olek setiap pendidik

dalam mendidik siswanya, yang dimaksud dengan pendekatan ini adalah

pendekatan pengajaran yang menempatkan guru sebagai inti dalam

keberlangsungan proses belajar mengajar. Guru memegang peranan

penting dalam keberlangsungan proses belajar mengajar karena guru harus

menjelaskan materi secara panjang lebar untuk menjamin materi tersebut

dapat dipahami oleh semua peserta pembelajaran. Dengan demikian proses

pembelajaran konvensional lebih berpusat pada guru.

Menurut Depdiknas, dalam pembelajaran konvensional cenderung

pada hapalan yang mentolerir respon-respon yang bersifat konvergen,

menekankan informasi konsep, latihan soal dalam teks. Belajar hapalan

mengacu pada penghapalan fakta-fakta, hubungan, prinsip dan konsep.52

Menurut Nasution menjelaskan bahwa ciri-ciri pembelajaran biasa

adalah:53 (1) tujuan tidak dirumuskan secara spesifik dalam bentuk

kelakuan yang dapat diamati dan diukur, (2) bahan pelajaran disajikan

kepada kelompok, kepada kelas sebagai keseluruhan tanpa memperhatikan

siswa secara individual, (3) kegiatan pembelajaran umumnya berbentuk

ceramah, kuliah, tugas tertulis, dan media lain menurut pertimbangan guru,

(4) siswa umumnya pasif karena dominan mendengarkan uraian guru, (5)

dalam hal kecepatan belajar, semua siswa harus belajar dengan kecepatan

yang umum ditentukan oleh kecepatan guru mengajar, (6) keberhasilan

belajar umumnya dinilai oleh guru secara subjektif, (7) diharapkan bahwa

hanya sebagian kecil saja hanya menguasai bahan pelajaran secara tuntas,

sebagian lagi akan menguasainya sebagian saja, dan ada lagi yang gagal,

52 Doantara Yasa, Pembelajaran Konvensional, dari

http://ipotes.wordpress/com/pembelajaran-konvensional, 20 Januari 2010, 11:20 WIB 53 S. Nasution, Berbagai Pendekatan dalam Proses Belajar Mengajar, (Jakarta: Bumi

Aksara) h.209-211

Page 47: PENGARUH PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21209/1/Dwi... · Sahabat-sahabat seperjuangan Jurusan Pendidikan Matematika Angkatan 2005,

33

(8) guru terutama berfungsi sebagai penyebar atau penyalur pengetahuan

(sebagai sumber informasi/pengetahuan).

Berdasarkan uraian di atas, dapat dikatakan bahwa pembelajaran

matematika secara konvensional adalah suatu kegiatan pembelajaran yang

dilakukan oleh guru pada umumnya dimana guru mendominasi kelas

dengan metode ekspositori dan siswa hanya menerima saja apa yang

disampaikan oleh guru, sehingga aktivitas siswa dalam pembelajaran

menjadi pasif dan proses belajar siswa menjadi kurang bermakna.

Berdasarkan keterangan di atas ada beberapa pokok perbedaan

antara pembelajaran kontekstual dengan pembelajaran konvensinal.

Perbedaan tersebut antara lain tertera dalam tabel dibawah ini:

Tabel 1 Perbandingan Pembelajaran Kontekstual dengan Pembelajaran

Konvensional

No Pembelajaran Kntekstual/CTL Pembelajaran Konvensional

1 CTL menempatkan peserta didik

sebagai subjek belajar. Peserta didik

berperan aktif dalam setiap proses

pembelajaran dengan cara menggali

sendiri materi pembelajaran

Pembelajaran konvensional

menempatkan peserta didik

sebagai objek belajar yang

berperan sebagai penerima

informasi secara pasif

2 Dalam CTL peserta didik belajar

melalui kegiatan kelmpok,

berdiskusi, saling menerima, dan

memberi

Dalam Pembelajaran

konvensional pembelajaran

bersifat inividual dengan

menerima, mencatat, dan

menghafal materi pelajaran.

3 Dalam CTL, pembelajaran dikaitkan

dengan kehidupan nyata secara real

Dalam Pembelajaran

konvensional, pembelajaran

bersifat teoritis dan abstrak.

4 Dalan CTL, kemampuan didasarkan

atas penggalian pengalaman

Dalam Pembelajaran

konvensional, kemampuan

diperoleh melalui latihan-latihan

Page 48: PENGARUH PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21209/1/Dwi... · Sahabat-sahabat seperjuangan Jurusan Pendidikan Matematika Angkatan 2005,

34

5 Tujuan akhir dalam proses

pembelajaran CTL dalah kepuasan

diri

Tujuan akhir dalam proses

pembelajaran konvensional

dalah nilai atau angka.

6 Dalam CTL, perilaku dibangun atas

kesadaran diri sendiri, misalnya

individu tidak melakukan perbuatan

tertentu karena ia menyadari bahwa

perilaku itu merugikan dan tidak

bermanfaat

Dalam pembelajaran

konvensional, tindakan atau

perilaku didasarkan oleh faktor

dari luar dirinya, misalnya

individu tidak melakukan

sesuatu dikarenakan hukuman

7 Dalam CTL, pengetahuan yang

dimiliki setiap individu selalu

berkembang sesuai dengan

pengalaman yang dialaminya, oleh

sebab itu setiap peserta didik bisa

berbeda dalam memakai hakikat

pengetahuan yang dimilikinya

Dalam pembelajaran

konvensional, kebenaran yang

dimiliki individu bersifat absolut

dan final, oleh karena

pengetahuan dikonstruksi oleh

orang lain.

8 Dalam CTL, peserta didik

bertanggung jawab dalam memonitor

dan mengembangkan pembelajaran

mereka masing-masing

Dalam pembelajaran

konvensional guru adalah

penentu jalannya proses

pembelajaran

9 Dalam CTL, pembelajaran bisa

terjadi dalam konteks dan seting

yang berbeda sesuai dengan

kebutuhan

Dalam pembelajaran

konvensional, pembelajaran

hanya terjadi didalam kelas

10 Tujuan CTL adalah seluruh aspek

perkembangan peserta didik. Dalam

CTL, keberhasilan pembelajaran

diukur dari berbagai cara, misalnya

dengan evaluasi proses peserta didik,

observasi, wawancara, dll

Dalam pembelajaran

konvensional, keberhasilan

biasanya diukur melalui tes

Page 49: PENGARUH PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21209/1/Dwi... · Sahabat-sahabat seperjuangan Jurusan Pendidikan Matematika Angkatan 2005,

35

B. Hasil Penelitian Yang Relevan Dalam penelitian yang dilakukan oleh Ruspiani (2000) diperoleh

kesimpulan bahwa kemampuan koneksi matematis siswa masih tergolong

rendah. Ruspiani mengungkap bahwa rata-rata nilai kemampuan koneksi

matematik siswa sekolah menengah masih rendah, nilai rata-ratanya kurang

dari 60 pada skor 100, yaitu sekitar 22.2% untuk koneksi matematik dengan

pokok bahasan lain, 44.9% untuk koneksi matematik dengan bidang studi

lain, dan 67.3 % untuk koneksi matematik dengan kehidupan keseharian.

Namun demikian, sikap siswa terhadap kemampuan koneksi matematis

menunjukkan kearah yang positif.54

Selain itu hasil penelitian tindakan kelas yang dilakukan Tia Setiawati

(2007) menunjukkan pendekatan contextual learning dapat meningkatkan

pemahaman konsep matematika siswa 8-4 SMP Jayakarta. Hal ini bisa dilihat

dari data yang diperoleh nilai rata-rata tes kegiatan siklus 1 meningkat jika

dibandingkan rata-rata pada tes kegiatan pendahuluan dari 22,4 menjadi 61,4.

Nilai rata-rata pada siklus 2 juga mengalami peningkatan yaitu 63,98. Begitu

pula nilai rata-rata pada siklus 3 mengalami peningkatan yaitu 76,5. Hal ini

menyebutkan bahwa pendekatan contextual learning dapat meningkatkan

pemahaman konsep geometri siswa.55

Adapun hasil penelitian eksperimen yang dilakukan oleh I Made

Sumadi (2005) menunjukkan ada pengaruh positif pendekatan kontekstual

terhadap kemampuan penalaran dan komunikasi matematika siswa kelas II

SLTP Negeri 6 Singaraja, serta terdapat perbedaan yang signifikan antara

siswa yang belajar dengan pendekatan kontekstual dan yang belajar dengan

pendekatan konvensional, sehingga pendekatan kontekstual dapat

diimplementasikan dalam pembelajaran matematika di kelas.56

54 Ruspiani, Op.Cit, hal: i 55 Tia Setiawati, Peningkatan Pemahaman Konsep Melalui Pendekatan Contextual

Learning (Pendidikan Tindakan Kelas di SMP Jayakarta Pada Kelas VIII-4), (Skripsi, Jakarta: Perpustakaan Utama UIN Syarif Hidayatullah), hal: I, td.

56 I Made Sumadi, Pengaruh Pendekatan Kontekstual Terhadap Kemampuan Penalaran dan Komunikasi Matematika Siswa Kelas II SLTP Negeri 6 Singaraja, (Jurnal Pendidikan dan Pengajaran Volume 38 No.1 Januari 2005), hal: 14

Page 50: PENGARUH PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21209/1/Dwi... · Sahabat-sahabat seperjuangan Jurusan Pendidikan Matematika Angkatan 2005,

36

C. Kerangka Berpikir Salah satu standar proses dalam pembelajaran matematika adalah

koneksi matematik. Kemampuan koneksi matematik adalah kemampuan

siswa dalam mengaitkan atau menggunakan hubungan topik/konsep

matematika yang sedang dibahas dengan konsep matematika lainnya, dengan

pelajaran lain, atau dengan kehidupan sehari-hari didalam menyelesaikan

latihan. Untuk dapat memperoleh kemampuan koneksi matematik yang

menunjang hasil belajar matematika yang baik diperlukan suatu pembelajaran

yang merangsang partisipasi aktif siswa. Dalam hal ini siswa diberi

kesempatan untuk memahami matematika keterkaitannya baik antar konsep

matematika atau matematika kehidupan sehari-hari, sedangkan guru

memberikan masalah kontekstual yang dapat merangsang siswa untuk

menggunakan pengetahuan yang sudah dimilikinya dalam menyelesaikan

masalah tersebut. Pembelajaran seperti ini diperoleh dengan menerapkan

pembelajaran kontekstual.

Pembelajaran kontekstual atau contextual teaching and learning (CTL)

adalah upaya penataan lingkungan yang memberi nuansa agar program

belajar tumbuh dan berkembang secara optimal untuk mengarahkan peserta

didik kedalam suatu proses belajar dimana guru menghadirkan dunia nyata ke

dalam kelas dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan

yang dimilikinya dan penerapannya dalam kehidupan mereka sehari-hari.

Untuk dapat mengimplementasikan pembelajaran kontekstual, guru

dalam pembelajarannya mengaitkan antara materi yang akan diajarkannya

dengan dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara

pengetahuan yang dimiliki dengan penerapannya dalam kehidupan mereka

sehari-hari, dengan melibatkan tujuh komponen utama CTL yakni (1)

constructivisme (konstruktivisme, membangun, membentuk), (2) questioning

(bertanya), (3) inquiry (penemuan), (4) learning comunity (masyarakat

belajar), (5) modelling (pemodelan), (6) reflection (refleksi atau umpan

balik), (7) authentic assesment (penilaian yang sebenarnya).

Page 51: PENGARUH PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21209/1/Dwi... · Sahabat-sahabat seperjuangan Jurusan Pendidikan Matematika Angkatan 2005,

37

Menurut pandangan konstruktivisme belajar merupakan proses

mengasimilasi dan menghubungkan pengalaman atau bahan yang

dipelajarinya dengan pengertian yang sudah dimiliki, sehingga pengertiannya

menjadi berkembang, sehinnga menjadi belajar bermakna seperti yang

diungkapkan Ausubel dalam teorinya yaitu pada belajar bermakna proses

belajar dimana pengetahuan baru yang dipelajari dikaitkan dengan

pengetahuan yang telah dimiliki sebelumnya.

Berdasarkan pendapat tersebut, maka pembelajaran kontekstual

merupakan salah satu pendekatan pembelajaran yang dapat diterapkan dalam

pembelajajaran matematika karena pada pembelajaran kontekstual siswa

melakukan suatu penemuan dengan mengaitkan atau menghubungkan

pengetahuan baru dengan pengetahuan yang telah dimiliki sebelumnya,

melalui serangkaian kegitan dari masalah kontekstual yang diberikan oleh

guru. Dari kegiatan pembelajaran tersebut, terlihat ada keterkaitan antara

pembelajaran kontekstual dengan kemampuan koneksi matematik siswa.

Karena itu diduga pembelajaran kontekstual dapat meningkatkan kemampuan

koneksi matematik.

D. Hipotesis Penelitian Berdasarkan uraian diatas maka peneliti memberikan hipotesis

penelitiannya adalah: “rata-rata kemampuan koneksi matematik siswa yang

diajarkan dengan menggunakan pembelajaran kontekstual lebih tinggi dari

pada rata-rata kemampuan koneksi matematik siswa yang diajarkan dengan

menggunakan pembelajaran konvensional”

Page 52: PENGARUH PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21209/1/Dwi... · Sahabat-sahabat seperjuangan Jurusan Pendidikan Matematika Angkatan 2005,

38

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di SMK Negeri 11 Jakarta yang beralamat di Jl.

Pinangsia I/20 Jakarta Barat 11110.

2. Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan pada semester genap tahun ajaran 2009/2010 pada

bulan Maret sampai dengan bulan April.

B. Metode dan Desain Penelitian Metode penelitian yang digunakan adalah metode kuasi eksperimen, yaitu

penelitian yang mendekati percobaan sungguhan dimana tidak mungkin

mengadakan kontrol atau memanipulasikan semua variabel yang relevan harus

ada kompromi dalam menentukan validitas internal dan ekstenal sesuai

dengan batasan-batasan yang ada.

Peneliti akan mengujicobakan pembelajaran kontekstual terhadap

kemampuan koneksi matematik siswa, kemudian membandingkan hasil tes

koneksi matematik siswa yang menggunakan pembelajaran kontekstual (kelas

eksperimen) dengan siswa yang menggunakan pembelajaran konvensional

(kelas kontrol) dalam pembelajaran matematika. Desain penelitian yang

digunakan adalah randomize subjects postest only control group desain.1

R

Gambar 2. Desain Penelitian

1 Sukardi, Metode Penelitian Pendidikan Kompetensi dan Praktiknya, (Jakartta: Bumi

Aksara, 2003), h. 185

E O1 x K O2

Page 53: PENGARUH PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21209/1/Dwi... · Sahabat-sahabat seperjuangan Jurusan Pendidikan Matematika Angkatan 2005,

39

Keterangan:

E : Kelompok eksperimen (pembelajaran matematika dengan

pendekatan kontekstual)

K : Kelompok kontrol (pembelajaran matematika dengan pembelajaran

konvensional

R : Random

X : Perlakuan

O1 : Hasil postest kelompok eksperimen

O2 : Hasil postest kelompok kontrol

C. Populasi dan Teknik Pengambilan Sampel Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek/subyek yang

mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti

untuk dipelajari dan ditarik kesimpulannya2. Sampel adalah bagian dari

jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut3. Keduanya

merupakan salah satu syarat yang harus ditentukan dalam penelitian. Dalam

penelitian ini peneliti mengambil populasi target adalah seluruh siswa di

SMK Negeri 11 Jakarta pada tahun ajaran 2009/2010. sedangkan populasi

terjangkau pada penelitian ini adalah seluruh siswa kelas X yang terdaftar

disekolah tersebut pada semester genapl tahun ajaran 2009/2010 sebanyak 6

kelas.

Teknik pengambilan sampel menggunakan teknik cluster random

sampling. Setelah dilakukan sampling terhadap 6 kelas yang ada, diperoleh

sampel adalah kelas AP (Administrasi Perkantoran) 1 sebagai kelas

Eksperimen (yang dalam pembelajarannya menggunakan pembelajaran

kontekstual) dan kelas AP2 sebagai kelas kontrol (yang pembelajarannya

menggunakan pembelajaran konvensional).

2 Sugiyono, 2002, Metode Penelitian Administrasi, (Bandung:Alfa Beta), cet ke-9, hal:

57 3 Ibid.

Page 54: PENGARUH PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21209/1/Dwi... · Sahabat-sahabat seperjuangan Jurusan Pendidikan Matematika Angkatan 2005,

40

D. Teknik Pengumpulan Data Data diperoleh dari hasil tes koneksi matematika dari kedua kelompok

sampel dengan pemberian tes yang sama yang dilakukan pada akhir pokok

bahasan materi yang telah dipelajari.

Adapun hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pengumpulan data tersebut

adalah sebagai berikut:

1. Variabel yang diteliti

Variabel bebas : Pembelajaran Kontekstual

Variabel Terikat : Koneksi matematik siswa

2. Sumber data

Sumber data dalam penelitian ini adalah sampel yang terdiri dari siswa

yang berada dikelas kontrol dan kelas eksperimen, guru, dan peneliti

3. Instrumen penelitian

Instrumen pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini

berupa tes berbentuk uraian sebanyak 7 butir soal untuk mengukur

kemampuan koneksi matematik siswa pada pokok bahasan program linear.

Tes ini diberikan sesudah diberi perlakuan pada kedua kelompok

(kelompok control dan kelompok eksperimen). Tes ini mengacu pada

definisi konsep dan operasional kemampuan koneksi matematik siswa

a. Definisi Konsep Kemampuan Koneksi Matematik

Kemampuan koneksi matematik adalah kemampuan siswa dalam

mengaitkan topik matematika yang sedang dibahas dengan topik

matematika lainnya, dengan pelajaran lain, atau dengan kehidupan

sehari-hari.

Seseorang dikatakan mampu mengaitkan antara satu hal dengan

yang lainnya bila dapat melakukan beberapa hal yaitu:

a) Menghubungkan antar topik atau pokok bahasan matematika

dengan topik atau poko bahasan matematika lainnya

b) Mengaitkan berbagai topik atau pokok bahasan dalam matematika

dengan bidang lain atu hal-hal yang berkaitan dengan kehidupan

sehari-hari.

Page 55: PENGARUH PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21209/1/Dwi... · Sahabat-sahabat seperjuangan Jurusan Pendidikan Matematika Angkatan 2005,

41

b. Definisi Operasional

Secara operasional yang dimaksud kemampuan koneksi matematik

adalah nilai yang diperoleh siswa terhadap butir-butir instrumen yang

menggambarkan koneksi matematik siswa setelah melakukan proses

belajar mengajar. Kemampuan koneksi matematik siswa diukur

dengan menggunakan instrumen tes beupa tes uraian sebanyak 7 butir

soal yaitu 4 soal tergolong koneksi internal (koneksi antar topik

matematika) dan 3 soal tergolong konkesi eksternal (koneksi diluar

topik matematika). Setiap butir soal memiliki nilai yang berbeda

tergantung tingkat kesulitannya. Nilai maksimum yang dapat diperoleh

adalah 100 dan nilai minimum yang dapat diperoleh adalah 0.

4. Uji instrumen penelitian

a. Uji Validitas

Tes yang digunakan dalam penelitian perlu dilakukan uji validitas

agar ketepatan penilaian terhadap konsep yang dinilai sesuai, sehingga

betul-betul menilai apa yang harus dinilai. Uji validitas yang

digunakan dalam penelitian ini menggunakan validitas tes secara

rasional yang terdiri dari validitas konstruksi dan validitas isi.

“Validitas konstruksi adalah uji validitas dengan meminta pendapat

para ahli tentang instrumen yang telah disusun, mungkin para ahli

akan memberi keputusan: instrumen dapat digunakan tanpa

perbaikan, ada perbaikan, dan mungkin dirombak total.”4 sedangkan

validitas isi adalah uji validitas dengan membandingkan antara isi

instrumen dengan materi pelajaran yang telah diajarkan.5 Secara teknis

pengujian validitas isi dapat dibantu dengan menggunakan kisi-kisi

instrumen atau matriks pengembangan instrumen. Dalam kisi-kisi

terdapat variabel yang diteliti, indikator sebagai tolok ukur dan nomor

butir (item) pertanyaan.6

4 Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitataif, dan R & D, (Bandung: Alfabeta,

2006), hal: 125 5 Ibid. hal: 129 6 Ibid.

Page 56: PENGARUH PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21209/1/Dwi... · Sahabat-sahabat seperjuangan Jurusan Pendidikan Matematika Angkatan 2005,

42

Validitas isi yang dilakukan dalam penelitian ini adalah

menyusun tes yang bersumber dari kurikulum (standar kompetensi

pokok bahasan). Kemudian diberikan kepada para rater untuk dinilai.7

Diawal pembuatan instrumen penulis membuat 7 butir soal untuk

meminta pendapat para panelis, ternyata setelah dikoreksi, semua soal

bisa digunakan sebagai instrumen tes hanya saja ada beberapa soal

yang harus diperbaiki redaksinya atau indikator soal.8 Berikut ini

adalah keterangannya:

1. Untuk soal nomor 1 para rater sepakat mengatakan indikator tidak

sesuai dengan soal dan redaksinya masih kurang tepat, akhirnya

indikator soal dirubah agar sesuai dengan soal.

2. Untuk soal nomor 2 sudah bisa digunakan.

3. Untuk soal nomor 3 dan 7, salah satu panelis memberikan nilai 1

artinya soal kurang tepat mengukur, akhirnya dengan

pertimbangan dengan pembimbing soal dirubah redaksinya

mengikuti indikator soal.

4. Untuk soal 4, 5, dan 6 hanya perlu diperbaiki redaksinya saja.

Dari hasil uji validitas isi instrumen kemampuan koneksi

matematik siswa, maka kisi-kisi instrumen penelitian dapat dilihat

pada tabel dibawah ini :

Tabel 2 Kisi-kisi Instrumen Tes

Standar Kompetensi Dimensi Indikator No.

soal Jumlah soal

Menyelesaikan

Masalah Program

Linear

Koneksi antar topik matematika (koneksi internal)

• Siswa dapat membuat koneksi antara pertidaksamaan linear dengan barisan aritmatika, grafik, dan segitiga.

1

4

7 Lampiran 5. 8 Lampiran 6

Page 57: PENGARUH PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21209/1/Dwi... · Sahabat-sahabat seperjuangan Jurusan Pendidikan Matematika Angkatan 2005,

43

• Siswa dapat membuat koneksi antara determinan matriks dengan sistem pertidaksamaan linear dalam masalah program linear

• Siswa dapat membuat

koneksi antara fungsi dengan pertidaksamaan linear dalam menyelesaikan masalah program linear

• Siswa dapat membuat

koneksi antara gradien garis lurus dengan pertidaksamaan linear untuk menyelesaikan masalah optimasi dari program linear.

2 4 5

Koneksi diluar topik matematika (koneksi eksternal)

• Siswa dapat membuat koneksi antara matriks dengan pertidaksamaan linear dalam kehidupan sehari-hari.

• Siswa dapat membuat

koneksi antara bunga majemuk dengan pertidaksamaan linear.

• Siswa mampu membuat koneksi antara luas persegi panjang dengan pertidaksamaan linear dalam kehidupan sehari-hari

3 6 7

3

Jumlah soal 7

Page 58: PENGARUH PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21209/1/Dwi... · Sahabat-sahabat seperjuangan Jurusan Pendidikan Matematika Angkatan 2005,

44

b. Reliabilitas Interrater

Koefisien reliabilitas interater atau antar penilai ditentukan

berdasarkan hasil penilaian ketepatan butir mengukur indikator.

Interrater atau penilai adalah pakar substansi dalam pembelajaran

matematika. Untuk mengetahui korfisien reliabilitas instrumen tes

koneksi matematik siswa, digunakan rumus sebagai berikut:9

Keterangan: r = reliabilitas kesesuaian penilai

i = no butir; 1, 2, 3,…., 7

j = responden; A, B, C dan D

Adapun prosedur pengujiannya sebagai berikut:

1. Menentukan JKtotal dengan rumus:

2. Menentukan JKbaris dengan rumus:

3. Menentukan JKkolom dengan rumus :

4. Menentukan JKeror dengan rumus: JKerror = JKe = JKT – JKb – JKk

dbb = nb – 1 ; dbe = (na - 1)(nb - 1)

Berdasarkan hasil perhitungan diperoleh nilai koefisien

reliabilitas interrater adalah 0,67.10 Dengan demikian soal tes

kemampuan koneksi matematik reliabel dengan kategori cukup.

E. Teknik Analisis Data Penelitian ini menggunakan analisis kuantitatif yaitu suatu teknik analisis

yang penganalisisannya dilakukan dengan perhitungan, karena berhubungan

9 Djaali, dan Pudji Mulyono, Pengukuran dalan Bidang Pendidikan, (Jakarta: Grasindo,

2008), hal:95 10 Lampiran 7

Page 59: PENGARUH PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21209/1/Dwi... · Sahabat-sahabat seperjuangan Jurusan Pendidikan Matematika Angkatan 2005,

45

dengan angka, yaitu dari hasil tes kemampuan koneksi matematik yang

diberikan. Penganalisisannya dilakukan dengan menbandingkan hasil tes kelas

kontrol yang dalam pembelajarannya menggunakan pembelajaran

konvensional dan kelas eksperimen yang menggunakan pembelajaran

kontekstual.

Dari data yang telah didapat, kemudian dilakukan perhitungan statistik

deskriptif dengan membuat distibusi frekuensi, hitungan mean, median,

modus, dll. Kemudian dilakukan uji prasyarat analisis dengan uji chi square

dan uji Fisher. Kemudian dilakukan uji statistik inferensia dengan melakukan

analisis perbandingan terhadap kedua kelas tersebut untuk mengetahui

kontribusi pembelajaran kontekstual terhadap kemampuan koneksi matematik.

Perhitungan statistik yang digunakan yaitu:

1. Uji Persyaratan Analisis

a. Uji Normalitas Uji normalitas data ini dilakukan untuk mengetahui apakah sampel

yang diteliti berdistribusi normal atau tidak. Uji kenormalan yang

digunakan yaitu uji kai kuadrat (chi square). Adapun prosedur pengujian

adalah sebagai berikut:11

1. Menentukan hipotesis

Ho = sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal

Ha = sampel berasal dari populasi yang tidak berdistribusi normal

2. Menentukan rata-rata

3. Menentukan Standar Deviasi

4. Membuat daftar frekuensi observasi dan frekuensi ekspektasi

a. Rumus banyak kelas interval: (aturan Struges)

K = 1 + 3,3 log (n) ; dengan n = banyaknya subjel

b. Rentang (R) = skor terbesar – skor terkecil

c. Panjang kelas (P) =

11 M.Subana dan Sudrajat, Dasar-Dasar Penelitian Ilmiah, (Bandung: Pustaka Setia,

2005), Cet.II, h. 149-150

Page 60: PENGARUH PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21209/1/Dwi... · Sahabat-sahabat seperjuangan Jurusan Pendidikan Matematika Angkatan 2005,

46

5. Cari χ2hitung dengan rumus

6. Cari χ2tabel dengan derajat kebebasan (dk) = banyak kelas (K) – 3 dan

taraf kepercayaan 95% dan taraf signifikansi α = 5%

7. Kriteria pengujian:

Terima Ho jika χ2hitung ≤ χ2

tabel , maka Ho diterima dan Ha ditolak

(subyek berdistribusi normal).

Tolak Ho jika χ2hitung > χ2

tabel , maka Ho ditolak dan Ha diterima

(subyek tidak berdistribusi normal).

b. Uji homogenitas Setelah uji normalitas, peneliti melakukan pengujian terhadap

kesamaan (homogenitas) beberapa bagian sampel, yakni seragam tidaknya

variansi sampel-sampel yang diambil dari populasi yang sama. Pengujian

menggunakan uji fisher (F) langkah-langkahnya sebagai berikut:12

1. Menentukan Hipotesis

Ho :

Ha :

2. Cari Fhitung dengan menggunakan rumus :

3. Tetapkan taraf signifikan (α)

4. Hitung Ftabel dengan rumus:

Ftabel = F 1/2 α(n1 – 1 , n2 – 1)

5. Tentukan kriteria pengujian Ho yaitu:

jika Fhitung ≤ Ftabel, maka Ho diterima (homogen) dan Ha ditolak

jika Fhitung > Ftabel, maka Ho ditolak (tidak homogen) dan Ha

diterima

Adapun pasangan hipotesis yang akan diujikan adalah:

Ho : kedua kelompok sampel berasal dari populasi yang sama

Ha : kedua kelompok sampel berasal dari populasi yang berbeda.

12 Sudjana, Metoda Statistika, (Bandung: Tarsito, 2005), Cet III, hal: 249

22

21 σσ =

22

21 σσ ≠

Page 61: PENGARUH PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21209/1/Dwi... · Sahabat-sahabat seperjuangan Jurusan Pendidikan Matematika Angkatan 2005,

47

2. Uji hipotesis penelitian Setelah uji normalitas dan uji homogenitas, maka selanjutnya

melakukan uji hipotesis menggunakan uji ”t”. Rumus yang digunakan

yaitu:

a. Untuk sampel yang homogen13

dimana:

Sedangkan

keterangan:

thitung : harga t hitung

: nilai rata-rata hitung data kelompok eksperimen

: nilai rata-rata hitung data kelompok kontrol

Sg : variansi gabungan

S12 : varians data kelompok eksperimen

S22 : varians data kelompok kontrol

n1 : jumlah siswa kelompok eksperimen

n2 : jumlah siswa kelompok kontrol

Setelah harga thitung didapat, maka peneliti menguji kebenaran

kedua hipotesis tersebut dengan membandingkan besarnya thitung

dengan ttabel, dengan terlebih dahulu menetapkan degrees of

freedomnya atau derajat kebebasan dengan rumus: dk = ( n1 + n2 -2)

Dengan diperolehnya dk maka dapat dicari harga ttabel pada taraf

signifikansi 5%. Dengan kriteria pengujiannya sebagai berikut:14

Jika thitung < ttabel maka Ho diterima

Jika thitung ≥ ttabel maka Ho ditolak

13 Ibid, hal: 238 14 Ibid, hal: 243

21

21

11nn

S

XXt

gab

hitung

+

−=

Page 62: PENGARUH PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21209/1/Dwi... · Sahabat-sahabat seperjuangan Jurusan Pendidikan Matematika Angkatan 2005,

48

Dari interpretasi terhadap thitung atau uji keberartian hipotesis

diatas, dapat ditarik kesimpulan seberapa besar kontribusi

pembelajaran kontekstual terhadap kemampuan koneksi matematik.

b. Untuk sampel yang tak homogen (heterogen)

1. Mencari nilai thitung dengan rumus:15

2. Menentukan derajat kebebasan dengan rumus:

3. Mencari ttabel dengan taraf signifikansi (α) 5%

4. Kriteria pengujian hipotesis:

Jika thitung ≥ ttabel maka Ho ditolak dan Ha diterima.

Jika thitung < ttabel maka Ho diterima dan Ha ditolak

Adapun hipotesis yang diuji adalah sebagai berikut:

Ho : Rata-rata kemampuan koneksi matematik siswa pada kelompok

eksperimen lebih rendah atau sama dengan rata-rata kemampuan

koneksi matematik siswa pada kelompok kontrol.

Ha : Rata-rata kemampuan koneksi matematik siswa pada kelompok

eksperimen lebih tinggi dari rata-rata kemampuan koneksi

matematik siswa pada kelompok kontrol.

F. Hipotesis Statistik Perumusan hipotesis statistik adalah sebagai berikut:

Ho: µ1 ≤ µ2

Ha: µ1 > µ2

15 Ibid, hal: 241

Page 63: PENGARUH PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21209/1/Dwi... · Sahabat-sahabat seperjuangan Jurusan Pendidikan Matematika Angkatan 2005,

49 

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Data Penelitian ini dilakukan di SMK Negeri 11 Jakarta pada kelas X yang

terdiri dari 2 kelas sebagai sampel yaitu kelas X AP1 sebagai kelas

eksperimen yang dalam pembelajarannya menggunakan pembelajaran

kontekstual dan kelas X AP2 sebagai kelas kontrol yang dalam

pembelajarannya menggunakan pembelajaran konvensional. Materi

pembelajaran matematika yang diajarkan pada penelitian ini adalah program

linear dengan 8 kali trearment.

Instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes

kemampuan koneksi matematik siswa, yang terdiri dari 7 butir soal berbentuk

uraian yang meliputi 4 soal tergolong koneksi internal (koneksi antar topik

matematika) dan 3 soal tergolong koneksi eksternal (koneksi antar topik

matematika). Tes kemampuan koneksi matematik ini diberikan kepada kedua

kelompok sampel setelah menyelesaikan pokok bahasan mengenai program

linear, dimana dalam proses pembelajarannya kedua kelompok sampel

diberikan perlakuan yang berbeda, yaitu kelompok eksperimen diajarkan

dengan pembelajaran kontekstual sedangkan kelompok kontrol diajarkan

dengan pembelajaran konvensional.

Setelah diberikan tes, maka diperoleh hasil kemampuan koneksi

matematik dari kedua kelompok sampel tersebut, kemudian akan dilakukan

pengujian persyaratan analisis (uji normalitas dan homogenitas) dan

pengujian hipotesis penelitian. Adapun kemampuan koneksi matematik siswa

yang diperoleh dari kedua kelompok tersebut adalah sebagai berikut:

Page 64: PENGARUH PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21209/1/Dwi... · Sahabat-sahabat seperjuangan Jurusan Pendidikan Matematika Angkatan 2005,

50 

 

1. Kemampuan Koneksi Matematik Siswa Kelompok

Eksperimen Dari hasil tes yang diberikan kepada kelompok eksperimen dalam

pembelajarannya menggunakan pembelajaran kontekstual, diperoleh nilai

terendah adalah 20 dan nilai tertinggi adalah 60. Untuk lebih jelasnya data

kemampuan koneksi matematik siswa kelompok eksperimen disajikan

dalam bentuk tabel distribusi frekuensi berikut:

Tabel 3 Distribusi Frekuensi Kemampuan Koneksi Matematik

Kelompok Eksperimen

Berdasarkan tabel distibusi frekuensi di atas dapat dilihat bahwa

banyak kelas interval adalah 6 kelas dengan panjang tiap interval kelas

adalah 7. Berdasarkan hasil perhitungan diperoleh nilai rata-rata sebesar

36,78, median sebesar 35,83, modus sebesar 35,65, varians sebesar

90,05, simpangan baku sebesar 9,49, koefisien kemiringan sebesar 0,12

(kurva model positif atau menceng kekanan), dan ketajaman atau kurtosis

sebesar 2,69 (distribusi distribusinya adalah distribusi platikurtis atau

bentuk kurva mendatar).1

                                                            1 Lampiran 11

No Nilai Frekuensi

Absolute Relatif (%)

1 20-26 4 12,5

2 27-33 8 25

3 34-40 12 37,5

4 41-47 3 9,38

5 48-54 3 9,38

6 55-61 2 6,25

Jumlah 32

Page 65: PENGARUH PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21209/1/Dwi... · Sahabat-sahabat seperjuangan Jurusan Pendidikan Matematika Angkatan 2005,

51 

 

Distribusi frekuensi kemampuan koneksi matematik siswa

kelompok eksperimen tersebut dapat disajikan dalam grafik histogram

dan poligon berikut:

frekuensi

Nilai

19,5 26,5 33,5 40,5 47,5 54,5 61,5

Gambar 3. Grafik Histogram dan Poligon Distribusi Frekuensi Kemampuan Koneksi Matematik

Kelompok Eksperimen

2. Kemampuan Koneksi Matematik Siswa Kelompok Kontrol Dari hasil tes yang diberikan kepada kelompok kontrol yang dalam

pembelajarannya menggunakan pembelajaran konvensional, diperoleh

nilai tertinggi adalah 56 sedangkan nilai terendahnya adalah 15. Untuk

lebih jelasnya, data kemampuan koneksi matematik siswa disajikan dalam

bentuk tabel distribusi frekuensi berikut:

12

3

4

 

Page 66: PENGARUH PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21209/1/Dwi... · Sahabat-sahabat seperjuangan Jurusan Pendidikan Matematika Angkatan 2005,

52 

 

Tabel 4 Distribusi Frekuensi Kemampuan Koneksi Matematik

Kelompok Kontrol

Berdasarkan tabel distibusi frekuensi di atas dapat dilihat bahwa

banyak kelas interval adalah 6 kelas dengan panjang tiap interval kelas

adalah 7. Berdasarkan hasil perhitungan diperoleh nilai rata-rata

sebesar 30,37, median sebesar 28,5, modus sebesar 26,75, varians

sebesar 76,65, simpangan baku sebesar 8,75, kemiringan sebesar 0,41

(kurva model positif atau menceng kekanan), dan ketajamam atau

kurtosis sebesar 3,03 (distribusi distribusinya adalah distribusi

leptokurtiks atau bentuk kurva lebih runcing dari distribusi normal).2

Distribusi frekuensi kemampuan koneksi matematik siswa

kelompok eksperimen tersebut dapat disajikan dalam grafik histogram

dan poligon berikut:

                                                            

2 Lampiran 12

No Skor Frekuensi

Absolute Relatif (%)

1 15-21 3 10

2 22-28 12 40

3 29-35 9 30

4 36-42 2 6,7

5 43-49 3 10

6 50-56 1 3,3

Jumlah 30 100

Page 67: PENGARUH PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21209/1/Dwi... · Sahabat-sahabat seperjuangan Jurusan Pendidikan Matematika Angkatan 2005,

53 

 

frekuensi

Nilai

14,5 21,5 28,5 35,5 42,5 49,5 56,5

Gambar 4. Grafik Histogram dan Poligon Distribusi Frekuensi Kemampuan Koneksi Matematik

Kelompok Kontrol

Berdasarkan uraian di atas mengenai skor kemampuan koneksi

matematika siswa kelompok eksperimen dan kelompok kontrol, terlihat

adanya perbedaan. Untuk lebih memperjelas perbedaan nilai kemampuan

koneksi matematik siswa antara kelompok eksperimen (dalam

pembelajarannya menggunakan pembelajaran kontekstual) dengan kelompok

kontrol (dalam pembelajarannya menggunakan pembelajaran konvensional),

dapat dilihat pada tabel berikut:

12 

 

Page 68: PENGARUH PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21209/1/Dwi... · Sahabat-sahabat seperjuangan Jurusan Pendidikan Matematika Angkatan 2005,

54 

 

Tabel 5 Perbandingan Hasil Tes Kemampuan Koneksi Matematik

Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol

Statistik Kelompok Eksperimen Kelompok Kontrol

Banyak Sampel 32 30

Mean 36,78 30,37

Median 35,83 28,5

Modus 35,65 26,75

Varians 90,05 76,65

Simpangan Baku 9,49 8,75

Koefisien Kemiringan 0,12 0,41

Ketajaman/Kurtosis 2,69 3.03

B. Hasil Analisis Data Berdasarkan persyaratan analisis, sebelum dilakukan pengujian

hipotesis perlu dilakukan pemeriksaan terlebih dahulu terhadap data hasil

penelitian. Uji persyaratan analisis yang harus dipenuhi adalah:

1. Hasil Pengujian Prasyarat Dalam penelitian ini, uji normalitas yang digunakan adalah uji kai

kuadrat (chi square). Uji normalitas ini dilakukan untuk mengetahui apakah

data berasal dari populasi yang berdistribusi normal atau tidak, dengan

ketentuan bahwa data berasal dari populasi yang berdistribusi normal jika

memenuhi kriteria χ2hitung < χ2

tabel diukur pada taraf signifikansi dan tingkat

kepercayaan tertentu.

a. Uji Normalitas Berdasarkan hasil perhitungan uji normalitas nilai kemampuan koneksi

matematik siswa kelompok eksperimen, diperoleh harga χ2hitung = 4,99,

sedangkan dari tabel kritis uji kai kuadrat (chi square) diperoleh χ2tabel untuk

jumlah sampel 32 pada taraf signifikansi α = 5% adalah 7,82, karena χ2hitung

Page 69: PENGARUH PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21209/1/Dwi... · Sahabat-sahabat seperjuangan Jurusan Pendidikan Matematika Angkatan 2005,

55 

 

kurang dari sama dengan χ2tabel (4,99 ≤ 7,82), maka Ho diterima, artinya data

pada kelompok eksperimen berasal dari populasi yang berdistribusi normal.3

Berdasarkan hasil perhitungan uji normalitas nilai kemampuan koneksi

matematik siswa kelompok kontrol, diperoleh harga χ2hitung = 6,32, sedangkan

dari tabel kritis uji kai kuadrat (chi square) diperoleh χ2tabel untuk jumlah

sampel 30 pada taraf signifikansi α = 5% adalah 7,82, karena χ2hitung kurang

dari sama dengan χ2tabel (6,32 ≤ 7,82), maka H0 diterima, artinya data pada

kelompok eksperimen berasal dari populasi yang berdistribusi normal.4

Untuk lebih jelasnya, hail perhitungan uji normalitas antara kelompok

eksperimen dengan kelompok kontrol dapat dilihat pada tabel berikut ini:

Tabel 6. Hasil Perhitungan Uji Normalitas

Kelompok n χ2hitung χ2

tabel

(α = 0,05)

Kesimpulan data

Eksperimen 32 4,99 7,82 Berdistribusi normal

Kontrol 30 6,32 7,82 Berdistribusi normal

b. Uji Homogenitas Uji homogenitas atau uji kesamaan dua varians digunakan untuk

mengetahui apakah kedua kelompok sampel berasal dari populasi yang sama

(homogen) atau tidak. Dalam penelitian ini, uji homogenitas yang digunakan

adalah uji fisher, dengan kriteria pengujian yang digunakan adalah kedua

kelompok sampel dikatakan homogen jika Fhitung ≤ Ftabel diukur dengan taraf

signifikansi dan tingkat kepercayaan tertentu.

Dari hasil perhitungan, diperoleh harga Fhitung = 1,17, sedangkan Ftabel =

2,08 pada taraf signifikansi α = 0,05 dengan derajat kebebasan pembilang 31

dan derajat kebebasan penyebut 29.5

                                                            3 Lampiran 13 4 Lampiran 14 5 Lampiran 15

Page 70: PENGARUH PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21209/1/Dwi... · Sahabat-sahabat seperjuangan Jurusan Pendidikan Matematika Angkatan 2005,

56 

 

Untuk lebih jelasnya, hasil uji homogenitas dapat dilihat dalam bentuk

tabel berikut:

Tabel 7. Hasil Perhitungan Uji Homogenitas

Kelompok N Fhitung Ftabel Kesimpulan data

Eksperimen 32 1,17 2,08 Kedua varians sama Kontrol 30

Karena Fhitung ≤ Ftabel maka H0 diterima, artinya kedua kelompol memiliki

varians yang sama atau homogen.

2. Hasil Pengujian Hipotesis dan Pembahasan

a. Pengujian hipotesis Berdasarkan hasil uji persyaratan analisis, yaitu pengujian analisis

untuk kenormalan distribusi ternyata sampel berdistribusi normal kemudian

dilakukan uji homogenitas dan hasilnya kehomogenan varians populasi

ternyata terpenuhi. Pengujian selanjutnya yaitu pengujian hipotesis. Pengujian

ini dilakukan untuk mengetahui apakah rata-rata kemampuan koneksi

matematik siswa pada kelompok eksperimen yang dalam pembelajarannya

menggunakan pembelajaran kontekstual lebih tinggi dari rata-rata

kemampuan koneksi matematik siswa pada kelompok kontrol yang dalam

pembelajarannya menggunakan pembelajaran konvensional.

Pengujian hipotesis yang digunakan adalah uji t, dengan kriteria

pengujian yaitu, jika thitung < ttabel maka Ho diterima dan Ha ditolak, pada taraf

kepercayaan 95% dan taraf signifikansi α = 5%. Berdasarkan hasil

perhitungan, diperoleh thitung sebesar 2,76 dan ttabel sebesar 1,67.6 Hasil

perhitungan tersebut menunjukkan bahwa thitung ≥ ttabel (2,76 ≥ 1,67).

Untuk lebih jelasnya, hasil perhitungan uji t tersebut dapat dilihat pada

tabel berikut:

                                                            6 Lampiran 16

Page 71: PENGARUH PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21209/1/Dwi... · Sahabat-sahabat seperjuangan Jurusan Pendidikan Matematika Angkatan 2005,

57 

 

Tabel 8. Hasil Perhitungan Uji – t

thitung ttabel Kesimpulan

2,76 1,67 Tolak Ho

Dari tabel 8. di atas diperoleh perhitungan bahwa thitung > ttabel. Menurut

kriteria pengujian hipotesis, Ho diterima jika thitung lebih kecil atau sama

dengan ttabel dengan taraf signifikansi 5%. Ternyata didapat thitung sebesar 2,76

berarti lebih besar dari ttabel yaitu 1,67 sehingga dapat disimpulkan bahwa Ho

ditolak dan Ha diterima, dengan kata lain rata-rata kemampuan koneksi

matematik siswa pada kelompok eksperimen yang dalam pembelajarannya

menggunakan pembelajaran kontekstual lebih tinggi dari rata-rata

kemampuan koneksi matematik siswa pada kelompok kontrol yang dalam

pembelajarannya menggunakan pembelajaran konvensional. Berikut sketsa

kurvanya:

 

 

 

 

 

Berdasarkan gambar di atas, dapat terlihat bahwa nilai thitung yaitu 2,76

lebih besar dari ttabel yaitu 1,67 artinya jelas bahwa thitung jatuh pada daerah

penolakan Ho (daerah kritis). Hal ini berarti terdapat perbedaan yang

signifikan antara kemampuan koneksi matematik siswa yang menggunakan

pembelajaran kontekstual dengan siswa yang diberi pembelajaran

konvensional.

Gambar 5: Kurva Uji Perbedaan Data Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol

1,67

α = 0,05 

Page 72: PENGARUH PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21209/1/Dwi... · Sahabat-sahabat seperjuangan Jurusan Pendidikan Matematika Angkatan 2005,

58 

 

b. Pembahasan Berdasarkan pengujian hipotesis menggunakan uji t dapat disimpulkan

bahwa rata-rata kemampuan koneksi matematik siswa pada kelompok

eksperimen yang dalam pembelajarannya menggunakan pembelajaran

kontekstual lebih tinggi dari rata-rata kemampuan koneksi matematik siswa

pada kelompok kontrol yang dalam pembelajarannya menggunakan

pembelajaran konvensional.

Penelitian ini dilakukan di sekolah yang tidak ada pengklasifikasian

kelas (perbedaan kelas antara siswa pintar dan siswa kurang pintar), maka

hanya siswa yang memiliki kemampuan lebih yang dapat langsung mengikuti

proses pembelajaran dengan menggunakan pembelajaran kontekstual,

sehinggga pada pertemuan pertama aktivitas belajar belum bisa dikondisikan

dan belum tercapai. Siswa yang pintar lebih senang mengerjakan sendiri dan

tidak mau bekerja sama dengan anggota kelompoknya. Pada saat anggota

perwakilan kelompok diminta untuk mempresentsikan hasil diskusinya, siswa

terlihat malu-malu dan sulit dalam menyampaikan hasil diskusinya.

Pada pertemuan berikutnya, sedikit demi sedikit megalami perubahan

yang lebih baik, siswa sudah dapat mengerjakan LKS dengan adanya diskusi

antar anggota kelompok dan lebih aktif bertanya jika mereka mengalami

kesulitan dalam menyelesaikan masalah atau kurang memahami materi.

Siswa lebih berani untuk mempresentasikan hasil diskusinya, dan siswa yang

lain mengungkapkan pendapatnya. Berbeda dengan siswa kelas eksperimen,

pada kelas kontrol dilaksanakan pembelajaran secara konvensional, seperti

yang biasa diterapkan sebelumnya, yaitu kegiatan pembelajaran cenderung

berpusat pada guru, yaitu guru memberikan materi dengan metode ceramah

kemudian siswa memindahkan kebuku catatan dilanjutkan dengan pemberian

tugas kepada siswa, akibatnya pembelajaran menjadi kurang efektif.

Berdasarkan hasil tes kemampuan koneksi matematik dapat diketahui

bahwa siswa yang dalam pembelajarannya menggunakan pembelajaran

kontekstual memiliki rata-rata kemampuan koneksi matematik 36,78.

Page 73: PENGARUH PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21209/1/Dwi... · Sahabat-sahabat seperjuangan Jurusan Pendidikan Matematika Angkatan 2005,

59 

 

Sedangkan siswa yang dalam pembelajarannya menggunakan pembelajaran

konvensional memiliki rata-rata kemampuan koneksi matematik 30,37.

Kemampuan koneksi matematik yang berkembang dikelas eksperimen

yang menggunakan pembelajaran kontekstual adalah koneksi antar topik

matematika dan koneksi diluar topik matematika yang meliputi koneksi

matematika dengan pelajaran lain dan koneksi matematika dalam

menyelesaikan permasalahan sehari-hari.

Pada siswa eksperimen yang pembelajarannya menggunakan

pembelajaran kontekstual, pada umumnya lebih mengutamakan proses

penyelesaian dengan cara mengaitkan pengetahuan yang berbeda-beda dalam

menyelesaikan masalah (siswa memahami hubungan antara representasi yang

sama dalam topik matematika sehingga dapat mengkoneksikannya), dan tidak

mengutamakan hasil akhir. Misalnya ketika menentukan titik potong untuk

mencari nilai optimum ada sebagian siswa yang mengerjakan secara geometri

(grafik) dan ada siswa yang mengerjakan secara aljabar (eliminasi atau

substitusi). Sedangkan siswa yang pembelajarannya menggunakan

pmbelajaran konvensional lebih cenderung mengerjakan secara grafik dan

mengutamakan hasil akhir.

Hal ini dikarenakan setting pembelajaran kontekstual membuat siswa

lebih aktif dan merasa dilibatkan dalam proses pembelajaran, karena dalam

pembelajaran kontekstual siswa dilatih untuk berpikir dan menggunakan

pengetahuan-pengetahuan matematika sebelumnya untuk menyelesaikan

masalah kontekstual yang diberikan. Dalam pembelajaran kontekstual,

masalah yang diberikan merupakan masalah yang dekat dengan kehidupan

mereka dan proses pengaktifan pengetahuan mereka yang sudah ada sehingga

melatih kemampuan koneksi matematik siswa.

Temuan diatas serupa dengan hasil penelitian Tia Setiawati (2007) dan

yang mengungkapkan bahwa pembelajaran kontekstual dapat meningkatkan

pemahaman konsep dan hasil penelitian I Made Sumadi (2005) yang

melaporkan bahwa pembelajaran kontekstual dapat meningkatkan

kemampuan penalaran dan komunikasi matematika siswa. Berdasarkan

Page 74: PENGARUH PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21209/1/Dwi... · Sahabat-sahabat seperjuangan Jurusan Pendidikan Matematika Angkatan 2005,

60 

 

temuan dan hasil penelitian diatas, maka dapat diungkapkan bahwa

pembelajaran kontekstual memberikan pengaruh positif terhadap kemampuan

koneksi matematik. Hal ini dapat dilihat dari rata-rata nilai kemampuan

koneksi matematik siswa yang diajarkan dengan menggunakan pembelajaran

kontekstual lebih tinggi dari pada rata-rata kemampuan koneksi matematik

siswa yang diajarkan dengan pembelajaran konvensional.

C. Keterbatasan Penelitian Penulis menyadari penelitian ini belum sempurna. Berbagai upaya

telah dilakukan dalam pelaksanaan penelitian ini agar diperoleh hasil optimal.

Namun demikian, masih ada faktor yang sulit dikendalikan, sehingga

membuat penelitian ini memiliki beberapa keterbatasan diantaranya:

1. Kondisi siswa yang merasa kaku pada awal proses pembelajaran dengan

pembelajaran kontekstual, karena siswa belum terbiasa.

2. Kemampuan materi prasyarat seperti sistem persamaan dan

pertidaksamaan linear, serta menyelesaikan sistem persamaan linear dua

variabel masih kurang sehinngga menghambat proses pembelajaran.

3. Terbatasnya instrumen penelitian hanya pada hasil post test sedangkan

dalam proses pembelajaran tidak diikut sertakan.

4. Kemampuan peneliti yang masih terbatas sehingga belum mampu

meninjau kemampuan koneksi matematik secara individu.

5. Alokasi waktu yang kurang sehingga diperlukan persiapan dan pengaturan

kelas yang baik.

6. Kontrol terhadap kemampuan subjek penelitian hanya meliputi variabel

pembelajaran kontekstual dan kemampuan koneksi matematik saja.

Variabel lain seperti minat, motivasi, inteligensi, dan lingkungan belajar

tidak dikontrol. Karena hasil penelitian dapat saja dipengaruhi oleh

variabel diluar variabel yang ditetapkan dalam penelitian ini.

Page 75: PENGARUH PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21209/1/Dwi... · Sahabat-sahabat seperjuangan Jurusan Pendidikan Matematika Angkatan 2005,

61 

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan 1. Kemampuan koneksi matematik yang berkembang pada kelas eksperimen

yang diajarkan dengan pembelajaran kontekstual adalah koneksi internal

(koneksi antar topik matematika) dan koneksi eksternal (koneksi diluar

topik matematika). Pada siswa yang diajarkan menggunakan pembelajaran

kontekstual, pada umumnya lebih mengutamakan proses penyelesaian

dengan cara mengaitkan pengetahuan yang berbeda-beda dalam

menyelesaikan masalah (siswa memahami hubungan antara representasi

yang sama dalam topik matematika sehingga dapat mengkoneksikannya),

dan tidak mengutamakan hasil akhir. Hal ini dikarenakan setting

pembelajaran kontekstual membuat siswa lebih aktif dan merasa dilibatkan

dalam proses pembelajaran, karena dalam pembelajaran kontekstual siswa

dilatih untuk berpikir dan menggunakan pengetahuan-pengetahuan

matematika sebelumnya dalam menyelesaikan masalah kontekstual yang

diberikan, sehingga siswa dapat menggunakan hubungan (koneksi) antara

satu konsep matematika dengan konsep matematika lain atau dengan

disiplin ilmu lain atau dengan kehidupan sehari-hari, sehingga dapat

meningkatkan kemampuan koneksi matematik.

2. Rata-rata kemampuan koneksi matematik siswa yang diajarkan

menggunakan pembelajaran kontekstual adalah 36,78 sedangkan rata-rata

kemampuan koneksi matematik siswa yang diajarkan menggunakan

pembelajaran konvensional adalah 30,37. Dari data tersebut maka dapat

disimpulkan bahwa “rata-rata kemampuan koneksi matematik siswa kelas

eksperimen lebih tinggi dari rata-rata kemampuan koneksi matematik

siswa kelas kontrol” perbedaan tersebut terjadi karena adanya perbedaan

perlakuan selama proses pembelajaran. Berdasarkan data tersebut maka

dapat disimpulkan bahwa kemampuan koneksi matematik siswa yang

Page 76: PENGARUH PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21209/1/Dwi... · Sahabat-sahabat seperjuangan Jurusan Pendidikan Matematika Angkatan 2005,

62 

 

menggunakan pembelajaran kontekstual lebih baik dari pada kemampuan

koneksi matematik siswa yang diajarkan menggunakan pembelajaran

konvensional, sehingga pembelajaran kontekstual dapat digunakan sebagai

salah satu alternatif pendekatan pembelajaran matematika yang dapat

diterapkan dikelas.

B. Saran Terdapat beberapa saran peneliti yang terkait dengan hasil penelitian

pada skripsi ini, diantaranya adalah :

1. Guru sebaiknya memberikan soal-soal koneksi matematik yang menarik

agar dapat merangsang siswa untuk berpikir dan lebih mudah dalam

memahami soal pada proses pembelajaran.

2. Siswa yang pembelajarannya menggunakan pembelajaran kontekstual

lebih beragam (kreatif) dalam menyelesaikan soal.

3. Karena beberapa keterbatasan dalam melaksanakan penelitian ini, maka

disarankan ada penelitian lanjut yang meneliti tentang pembelajaran

kontekstual pada pokok bahasan lain atau dengan aspek lain seperti

kemampuan berpikir kreatif.

Page 77: PENGARUH PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21209/1/Dwi... · Sahabat-sahabat seperjuangan Jurusan Pendidikan Matematika Angkatan 2005,

63 

DAFTAR PUSTAKA

Abdurahman, Mulyono. Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar. Jakarta: PT Rineka Cipta. 2003

Askin, Mohammad. Daspros Pembelajaran Matematika I. dari http://www.unnes.ac.id. 20 Januari 2010. 10:00 WIB

Astuti, Dwi., dan Zubaidah. Pengembangan Model Pembelajaran yang Berorientasi Contextual Open-Ended Problem Solving untuk Meningkatkan Koneksi Matematika Siswa dalam Pembelajaran Matematika di SMA. Pontianak: Universitas Tanjungpura, Laporan Penelitian. 2007

Djaali., dan Mulyono, Pudji. Pengukuran dalan Bidang Pendidikan. Jakarta: Grasindo. 2008

Firdausi. Studi Korelasi Pengetahuan Matematika dengan Kemampuan guru mengevaluasi Hasil Belajar Siswa pada SMU Unggulan di DKI Jakarta. Algoritma Jurnal Matematika dan Pendidikan Matematika vol.1 no.02. Desember 2006

Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi ketiga. Jakarta: Balai Pustaka.

Kurniawati, Lia., dan Chodijah, Siti. ”Pengaruh Pendekatan Contextual Learning pada Materi Bangun Ruang Terhadap Hasil Belajar Siswa Kelas VII”. Algoritma Jurnal Matematika dan Pendidikan Matematika vol.2 no.2.

Made, I Sumadi. Pengaruh Pendekatan Kontekstual Terhadap Kemampuan Penalaran dan Komunikasi Matematika Siswa Kelas II SLTP Negeri 6 Singaraja. Jurnal Pendidikan dan Pengajaran Volume 38 No.1 Januari 2005

Mullis, Ina V.S., dkk. TIMSS 2007 International Mathematics Report. dari http://timss.bc.edu/TIMSS2007/techreport.html. 6 September 2009. 17.00WIB

Muslich, Masnur. KTSP Pembelajaran Berbasis Kompetensi dan Kontekstual. Jakarta : Bumi Aksara. 2007

Nasution, S. Berbagai Pendekatan dalam Proses Belajar Mengajar. Cet: XI. Jakarta: Bumi Aksara. 2008

Page 78: PENGARUH PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21209/1/Dwi... · Sahabat-sahabat seperjuangan Jurusan Pendidikan Matematika Angkatan 2005,

64 

 

Pinellas County Schools Division of Curriculum and Instruction Secondary Mathematics. Mathematical Power for All Students K-12. dari http://fcit.usf.edu/fcat8m/resource/mathpowr/fullpower.pdf. 10 Desember 2009, 13:00 WIB

Principles and Standars for School Mathematics. (va: National Council of Teacher of Mathematics, 2000). dari http://www.nctm.org/standards/default.aspx?id=58. 24 oktober 2009. 16.25WIB

Ruspiani. Kemampuan Siswa dalam Melakukan Koneksi Matematika. Tesis Universitas Pendidikan Indonesi, t.d. Bandung: PPS UPI. 2000

Sagala, Syaiful. Konsep dan Makna Pembelajaran Untuk Membantu Problematika Belajar dan Mengajar. Bandung: Alfa Beta. 2007

Sanjaya, Wina. Pembelajaran dalam Implementasi Kurikulum Berbasis Kompetensi. Jakarta: kencana. 2005

. Perencanaan dan Desain Sistem Pembelajaran. Jakarta: Kencana. 2008

Sardiman. Interaksi & Motivasi Belajar Mengajar. cet:10. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. 2003

. Interaksi & Motivasi Belajar-Mengajar. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. 2008

Satriawati, Gusni., dan Kurniawati, Lia. Menggunakan Fungsi-Fungsi Untuk Membuat Koneksi-Koneksi Matematik. Algoritma Jurnal Matematika dan Pendidikan Matematika vol.3 no.01 Juni. 2008

Setiawati, Tia. Peningkatan Pemahaman Konsep Melalui Pendekatan Contextual Learning (Pendidikan Tindakan Kelas di SMP Jayakarta Pada Kelas VIII-4). Skripsi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah, td. Jakarta: Perpustakaan Utama UIN Syarif Hidayatullah.

Shadiq, Fadjar. Apa dan Mengapa Matematika itu Begitu Penting?. dari www.fadjarp3g.files.wordpress.com. 30 Oktober 2009. 14.30 WIB

Soejadi, R. Kiat Pendidikan Matematika di Indonesia, Jakarta: Dirjen Pendidikan Tinggi DepDiknas. 2000

Subana, M,. dan Sudrajat. Dasar-Dasar Penelitian Ilmiah. Cet:II. Bandung: Pustaka Setia. 2005

Sudjana. Metoda Statistika. Cet III. Bandung: Tarsito. 2005

Page 79: PENGARUH PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21209/1/Dwi... · Sahabat-sahabat seperjuangan Jurusan Pendidikan Matematika Angkatan 2005,

65 

 

Sugiyono. Metode Penelitian Administrasi. Cet: IX. Bandung: Alfa Beta. 2002

. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Cet. V. Bandung: Alfabeta. 2008

Suhenda. Materi Pokok Pengembangan Kurikulum dan Pembelajaran Matematika 1-9. Jakarta: Univversitas Terbuka. 2007

Sukardi. Metode Penelitian Pendidikan Kompetensi dan Praktiknya. Jakarta: Bumi Aksara. 2003

Suprijono, Agus. Cooperatif Learning Teori dan Aplikasi PAIKEM. Yogyakarta: Pustaka Belajar. 2009

Syaban, Mumum. Menumbuhkembangkan Daya Matematis Siswa dari: http://educare.e-fkipunla.net/index.php?option=com_content&task=view&id=62&Itemid=7 EDUCARE: Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, Februari 2008, volume 5. nomor 2. 20 September 2009. 13.00 WIB

Syah, Muhibbin. Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru. Jakarta: PT.Remaja Rosdakarya. 2008

Tim MKKB Jurusan Pendidikan Mtaematika. Startegi Pembelajaran Matematika Kontemporer. Bandung: JICA Universitas Pendidikan Indonesia. 2001

Tim Penyusun Pedoman Penulisan Skripsi Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan. Pedoman Penulisan Skripsi. Jakarta: UIN Syarif Hidayatullanh. 2007

Trianto. Model-Model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik. Jakarta: Prestasi Pustaka Publisher. 2007

Yasa, Doantara. Pembelajaran Konvensional, dari http://ipotes.wordpress/com/pembelajaran-konvensional. 20 Januari 2010. 11:20 WIB

Z, Zurinal., dan Sayuti. Wahyudi. Ilmu Pendidikan Pengantar&Dasar-dasar Pelaksanaan Pendidikan. Jakarta: UIN Press. 2006

Page 80: PENGARUH PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21209/1/Dwi... · Sahabat-sahabat seperjuangan Jurusan Pendidikan Matematika Angkatan 2005,

66 

 

LAMPIRAN 1

HASIL WAWANCARA GURU 1. Bagaimana kondisi siswa pada saat pembelajaran matematika di kelas?

Siswa mengikuti pembelajaran dengan baik, namun motivasi belajar siswa

masih rendah, siswa lebih banyak diam.

2. Apakah siswa aktif bertanya ketika mereka mengalami kesulitan?

Ya siswa aktif bertanya jika mengalami kesulitan saja dalam mengerjakan

latihan soal

3. Apakah ketika ada siswa yang bertanya siswa yang lain menjelaskan?

Kadang-kadang siswa yang sudah paham ikut menjelaskan

4. Apa saja kesulitan yang ibu alami saat pembelajaran matematika didalam

kelas?

• Siswa sebagian besar lupa dengan konsep-konsep dasar yang sudah

diperoleh sebelumnya sehingga jika konsep tersebut akan digunakan untuk

mempelajari materi selanjutnya, maka harus dijelaskan kembali

• Kurangnya jam pelajaran matematika, hanya 4 jam pelajaran dalam

seminggu

5. Metode apa yang biasa ibu gunakan dalam pembelajaran matematika?

Metode yang sering digunakan antara lain: ceramah, tanya jawab dan

pemberian tugas

6. Bagaimana hasil belajar matematika siswa?

Seperti yang terlihat pada ulangan sebelumnya, ada siswa yang memiliki hasil

belajar matematikanya cukup tinggi dan ada juga yang memiliki hasil belajar

rendah

7. Bagaimana kemampuan pemecahan masalah matematika siswa?

Kemampuan pemecahan masalah matematika siswa rata-rata cukup baik

untuk sebagian siswa yang pandai.

8. Bagaimana kemampuan koneksi matematika siswa?

Kemampuan koneksi matematik siswa rata-rata masih rendah, siswa masih

sering lupa materi prasyarat untuk memulai materi baru. Jadi harus lebih

dahulu diarahkan.

Page 81: PENGARUH PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21209/1/Dwi... · Sahabat-sahabat seperjuangan Jurusan Pendidikan Matematika Angkatan 2005,

67 

 

9. Buku pedoman apa yang ibu gunakan untuk mengajarkan matematika?

• Edi Susanto dan Ali Kusnanto, 2009, Matematika I untuk SMK/MAK kelas

X untuk Kelompok Sosial, Administrasi Perkantoran, dan Akuntansi,

Jakarta: Yudhistira

• Referensi lain yang relevan

10. Apa yang biasa Ibu lakukan untuk menumbuhkan kemampuan koneksi

matematika siswa di kelas?

• Mengingatkan konsep-konsep atau teori yang pernah diperoleh.

• Memberikan soal-soal berbentuk verbal (soal cerita) yang berhubungan

dengan kehidupan sehari-hari.

Pertanyaan-pertanyaan tersebut adalah benar telah diajukan kepada guru

bidang studi matematika kelas X Administrasi Perkantoran SMK Negeri 11

Jakarta pada hari Kamis, 25 Februari 2010 dan telah dijawab oleh guru yang

bersangkutan sebagaimana tertulis diatas.

Guru Bidang Studi Matematika

Dwi Novianti, S.Pd

Page 82: PENGARUH PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21209/1/Dwi... · Sahabat-sahabat seperjuangan Jurusan Pendidikan Matematika Angkatan 2005,

68

Lampiran 2

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

KELOMPOK EKSPERIMEN

Sekolah : SMK Negeri 11 Jakarta

Mata Pelajaran : Matematika

Kelas/Semester : X/ 1I (dua)

Tahun Ajaran : 2009/2010

Alokasi waktu : (2 x 45) x 8

A. Standar Kompetensi

Menyelesaikan masalah program linear

B. Kompetensi Dasar

• Membuat grafik himpunan penyelesaian sistem pertidaksamaan linear

• Menentukan model matematika dari soal cerita (kalimat verbal)

• Menentukan nilai optimum dari sistem pertidaksamaan linear

• Menerapkan garis selidik

C. Indikator

• Menggambarkan grafik pertidaksamaan linear.

• Menentukan daerah penyelesaian sistem pertidaksamaan linear.

• Menentukan pertidaksamaan linear jika diketahui daerah

penyelesaiannya.

• Membuat model matematika dari soal cerita.

• Mengenal masalah yang merupakan program linear.

• Menentukan fungsi obyektif dan kendala dari program linear.

• Menggambar daerah penyelesaian dari program linear.

• Menentukan nilai optimum dari fungsi obyektif menggunakan uji titik

sudut serta menafsirkannya.

• Menggambar garis selidik dari fungsi obyektif.

• Menentukan nilai optimum dengan menggunakan garis selidik serta

menafsirkannya.

Page 83: PENGARUH PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21209/1/Dwi... · Sahabat-sahabat seperjuangan Jurusan Pendidikan Matematika Angkatan 2005,

69

Hari pertama

Alokasi waktu : 2 x 45menit

A. Tujuan Pembelajaran :

• siswa dapat menggambar grafik pertidaksamaan linear

• siswa dapat menentukan daerah penyelesaian dari suatu pertidaksamaan

linear dengan cara grafik

B. Materi Ajar :

Grafik himpunan penyelesaian sistem pertidaksamaan linear dua variabel

C. Metode Pembelajaran :

Dengan pendekatan kontekstual menggunakan metode ekspositori, diskusi,

inquiri, penugasan, dan tanya jawab.

D. Skenario Pembelajaran :

1. Pendahuluan (20 menit)

• Apersepsi :

o Guru memberikan penjelasan mengenai pembelajaran yang akan

dilakukan.

o Guru mengingatkan siswa tentang persamaan dan pertidaksamaan

linear dengan memberikan lembar kegiatan

o Guru menginformasikan kepada siswa tentang materi dan tujuan

pembelajaran yang akan dicapai

• Motivasi :

Apabila materi ini ini dikuasai dengan baik, maka akan membantu

siswa dapat menyelesaikan soal-soal yang ada dalam kehidupan sehari-

hari mengenai program linear.

2. Kegiatan inti (50 menit)

• Guru memberikan gambaran secara umum tentang program linear (5

menit)

• Siswa dibuat kelompok kecil sekitar 4-5 orang dengan kemampuan

yang heterogen.

• Kelompok siswa diberikan permasalahan kontekstual (dalam bentuk

LKS 1), agar mencari solusinya (30 menit)

Page 84: PENGARUH PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21209/1/Dwi... · Sahabat-sahabat seperjuangan Jurusan Pendidikan Matematika Angkatan 2005,

70

• Siswa mengeksplorasi pengetahuan dengan cara mengkoneksikan

pengetahuan yang dimilikinya untuk menyelesaikan permasalahan

yang dihadapi, baik secara berkelompok ataupun sendiri.

• Guru menggunakan sistem tanya jawab yang interaktif antara siswa

dengan siswa ataupun siswa dengan guru, untuk menjelaskan hal yang

tidak dimengerti oleh siswa.

• Saat siswa mengerjakan LKS per kelompok, guru berkeliling kelas

bertindak sebagai fasilitator dan moderator, memantau dan

membimbing siswa yang mengalami kesulitan.

• Saat siswa selesai berdiskusi secara berkelompok, perwakilan salah

satu kelompok mempresentasikan hasil diskusinya ke depan kelas.

Melalui interaksi siswa diajak membahas permasalahan yang disajikan.

(15 menit)

• Guru mengoreksi pendapat siswa yang tidak sesuai dan menegaskan

kembali pendapat siswa yang sudah tepat

3. Penutup (20 menit)

• Guru memberikan soal latihan (10 menit)

• Diakhir pertemuan, diadakan refleksi terhadap pembelajaran yang

sudah berlangsung. Guru membimbing siswa merangkum hasil

pembelajaran, selanjutnya guru memberikan beberapa soal latihan

untuk dikerjakan dirumah. (10 menit)

• Guru memerintahkan siswa untuk membaca materi pada pertemuan

berikutnya.

E. Alat dan Sumber Belajar

• Alat :Worksheet/ LKS

• Sumber :

Edi Susanto dan Ali Kusnanto, 2009, Matematika I untuk SMK/MAK

kelas X untuk Kelompok Sosial, Administrasi Perkantoran, dan

Akuntansi, Jakarta: Yudhistira

Dwi E. Larasati, 2008, Matematika Untuk Sekolah Menengah

Kejuruan (SMK) Kelas X, Jakarta: Ganeca Exact

Page 85: PENGARUH PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21209/1/Dwi... · Sahabat-sahabat seperjuangan Jurusan Pendidikan Matematika Angkatan 2005,

71

F. Penilaian

• Teknik Instrumen : Tertulis

• Bentuk Instrumen : Uraian

• LKS

• Instrumen/soal

1. Gambarlah daerah penyelesaian dari sistem pertidaksamaan berikut:

a. x ≤ 6

b. x + y ≤ 5

c. 3x + 4y < 12

2. Gambarlah grafik himpunan penyelesaian dari sistem pertidaksamaan

berikut dengan x dan y ∈ R.

a. 3x + 2y ≤ 6 ; x ≥ 0 ; y ≥ 0

b. 2x + y ≤ 6 ; x + 3y ≤ 9 ; x ≥ 0 ; y ≥ 0

c. x + y ≤ 3 ; x + 2y ≥ 4 ; x ≥ 0; y ≥ 0

3. Diketahui 4 suku pertama barisan aritmatika yaitu:

I. 5, 3, 2, 0, …

II. 0, 2, 4, 6, …

III. 4, 6, 8, 10, …

a. Tentukan rumus suku ke – n dari barisan I, II, dan III kemudian

butlah grafik dari persamaan rumus tersebut dengan memisalkan

Un = y dan n = x

b. Diketahui y ≥ 0 ; x ≥ 0 ; Jika E merupakan daerah yang dibatasi

oleh grafik I, II, dan III, tentukan daerah E

Ingat rumus barisan Aritmatika

Un = a + (n-1)b ; dimana a = suku awal ; b = beda

Page 86: PENGARUH PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21209/1/Dwi... · Sahabat-sahabat seperjuangan Jurusan Pendidikan Matematika Angkatan 2005,

72

Hari Kedua

Alokasi waktu : 2 x 45menit

A. Tujuan Pembelajaran :

• Siswa mampu membuat pertidaksamaan linear jika diketahui daerah

penyelesaian dari sistem pertidaksamaan linear.

B. Materi Ajar :

Grafik himpunan penyelesaian sistem pertidaksamaan linear dua variabel.

C. Metode Pembelajaran :

Dengan pendekatan kontekstual menggunakan metode ekspositori, diskusi,

inquiri, penugasan, dan tanya jawab.

D. Skenario Pembelajaran :

1. Pendahuluan (15 menit)

• Apersepsi :

o Dengan tanya jawab, guru mengingatkan siswa tentang masalah

yang berkaitan menggambar grafik pertidaksamaan linear dan

membahas PR yang dianggap sulit.

o Guru menginformasikan kepada siswa tentang materi dan tujuan

pembelajaran yang akan dicapai

• Motivasi :

Apabila materi ini ini dikuasai dengan baik, maka akan membantu

siswa dapat menyelesaikan soal-soal yang ada dalam kehidupan sehari-

hari mengenai program linear.

2. kegiatan inti (55 menit)

• Siswa berkumpul pada kelomok yang telah ditentukan.

• Kelompok siswa diberikan permasalahan kontekstual (dalam bentuk

LKS 2) yang menantang siswa, agar mencari solusinya. (35 menit)

• Siswa mengeksplorasi pengetahuan dengan cara mengkoneksikan

pengetahuan yang dimilikinya untuk menyelesaikan permasalahan

yang dihadapi, secara berkelompok.

Page 87: PENGARUH PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21209/1/Dwi... · Sahabat-sahabat seperjuangan Jurusan Pendidikan Matematika Angkatan 2005,

73

• Guru menggunakan sistem tanya jawab yang interaktif antara siswa

dengan siswa ataupun siswa dengan guru, untuk menjelaskan hal yang

tidak dimengerti oleh siswa.

• Saat siswa mengerjakan LKS per kelompok, guru berkeliling kelas

bertindak sebagai fasilitator dan moderator, memantau dan

membimbing siswa yang mengalami kesulitan.

• Saat siswa selesai berdiskusi secara berkelompok, perwakilan salah

satu kelompok mempresentasikan hasil diskusinya ke depan kelas.

Melalui interaksi siswa diajak membahas permasalahan yang

disajikan.(20 menit)

• Guru mengoreksi pendapat siswa yang tidak sesuai dan menegaskan

kembali pendapat siswa yang sudah tepat.

3. Penutup (20 menit)

• Guru memberikan soal latihan (10 menit)

• Diakhir pertemuan, diadakan refleksi terhadap pembelajaran yang

sudah berlangsung. Siswa dapat merangkum hasil pembelajaran,

selanjutnya guru memberikan beberapa soal latihan di LKS untuk

dikerjakan dirumah. (10 menit)

• Guru memerintahkan siswa untuk membaca materi pada pertemuan

berikutnya

E. Alat dan Sumber Belajar

• Alat :Worksheet/ LKS

• Sumber :

Edi Susanto dan Ali Kusnanto, 2009, Matematika I untuk SMK/MAK

kelas X untuk Kelompok Sosial, Administrasi Perkantoran, dan

Akuntansi, Jakarta: Yudhistira.

Dwi E. Larasati, 2008, Matematika Untuk Sekolah Menengah

Kejuruan (SMK) Kelas X, Jakarta: Ganeca Exact.

Referensi lain yang relevan

Page 88: PENGARUH PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21209/1/Dwi... · Sahabat-sahabat seperjuangan Jurusan Pendidikan Matematika Angkatan 2005,

74

F. Penilaian

• Teknik Instrumen : Tertulis

• Bentuk Instrumen : Uraian

• LKS

• Instrumen/soal:

1.

A

B

C

Pada gambar diatas, daerah yang diarsir adalah A(0,5) ; B(a,4) ; C(b,0)

jika diketahui gradien garis AB adalah -½ dan gradien garis BC adalah

-2. Tentukanlah pertidaksamaan yang memenuhi daerah penyelesaian

diatas.

2. Tentukan sistem pertidaksamaan linear untuk daerah himpunan

penyelesaian yang ditunjukkan oleh gambar berikut:

(a) (b)

Page 89: PENGARUH PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21209/1/Dwi... · Sahabat-sahabat seperjuangan Jurusan Pendidikan Matematika Angkatan 2005,

75

Hari Ketiga

Alokasi waktu : 2 x 45menit

A. Tujuan Pembelajaran :

• Siswa dapat memahami pengertian program linear

• Siswa mampu mengidentifikasi masalah dan menentukan model

matematika dari persoalan kehidupan sehari-hari

B. Materi Ajar : Model matematika

C. Metode Pembelajaran :

Dengan pendekatan kontekstual menggunakan metode ekspositori, diskusi,

inquiri, penugasan, dan tanya jawab.

D. Skenario Pembelajaran :

1. Pendahuluan (20 menit)

• Apersepsi :

o Dengan tanya jawab, guru mengingatkan siswa tentang masalah

yang berkaitan dengan menggambar daerah penyelesaian dari

pertidaksamaan linear dan membahas PR yang dianggap sulit.

o Guru menginformasikan kepada siswa tentang materi dan tujuan

pembelajaran yang akan dicapai

• Motivasi :

Apabila materi ini ini dikuasai dengan baik, maka akan membantu

siswa dapat menyelesaikan soal-soal yang ada dalam kehidupan sehari-

hari mengenai program linear.

2. kegiatan inti (55 menit)

• Siswa berkumpul pada kelomok yang telah ditentukan

• Kelompok siswa diberikan permasalahan kontekstual (dalam bentuk

LKS 3) yang menantang siswa, agar mencari solusinya. (30 menit)

• Siswa mengeksplorasi pengetahuan dengan cara mengkoneksikan

pengintegrasian pengetahuan untuk menyelesaikan permasalahan yang

dihadapi, baik secara berkelompok

Page 90: PENGARUH PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21209/1/Dwi... · Sahabat-sahabat seperjuangan Jurusan Pendidikan Matematika Angkatan 2005,

76

• Guru menggunakan sistem tanya jawab yang interaktif antara siswa

dengan siswa ataupun siswa dengan guru, untuk menjelaskan hal yang

tidak dimengerti oleh siswa.

• Saat siswa mengerjakan LKS per kelompok, guru berkeliling kelas

bertindak sebagai fasilitator dan moderator, memantau dan

membimbing siswa yang mengalami kesulitan.

• Saat siswa selesai berdiskusi secara berkelompok, perwakilan salah

satu kelompok mempresentasikan hasil diskusinya ke depan kelas.

Melalui interaksi siswa diajak membahas permasalahan yang disajikan.

(15 menit)

• Guru mengoreksi pendapat siswa yang tidak sesuai dan menegaskan

kembali pendapat siswa yang sudah tepat (10 menit)

3. Penutup (15 menit)

• Diakhir pertemuan, diadakan refleksi terhadap pembelajaran yang

sudah berlangsung. Siswa dapat merangkum hasil pembelajaran,

selanjutnya guru memberikan beberapa soal latihan di LKS untuk

dikerjakan dirumah. (15 menit)

• Guru memerintahkan siswa untuk membaca materi pada pertemuan

berikutnya

E. Alat dan Sumber Belajar

• Alat :Worksheet/ LKS

• Sumber :

Edi Susanto dan Ali Kusnanto, 2009, Matematika I untuk SMK/MAK kelas X untuk Kelompok Sosial, Administrasi Perkantoran, dan Akuntansi, Jakarta: Yudhistira.

Dwi E. Larasati, 2008, Matematika Untuk Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Kelas X, Jakarta: Ganeca Exact

F. Penilaian

• Teknik Instrumen : Tertulis (dilakukan pada pertemuan keempat) • Bentuk Instrumen : Uraian • LKS

Page 91: PENGARUH PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21209/1/Dwi... · Sahabat-sahabat seperjuangan Jurusan Pendidikan Matematika Angkatan 2005,

77

Hari keempat

Alokasi waktu : 2 x 45menit

A. Tujuan Pembelajaran :

Siswa mampu membuat model matematika dari masalah program linear, serta

menentukan fungsi obyektif dan kendala dari masalah program linear

B. Materi Ajar : Fungsi obyektif dan nilai optimum

C. Metode Pembelajaran :

Dengan pendekatan kontekstual menggunakan metode ekspositori, diskusi,

inquiri, penugasan, dan tanya jawab.

D. Skenario Pembelajaran :

1. Pendahuluan (10 menit)

• Apersepsi :

o Dengan tanya jawab, guru mengingatkan siswa tentang membuat

model matematika dari masalah yang berkaitan dengan program

linear

o Guru menginformasikan kepada siswa tentang materi dan tujuan

pembelajaran yang akan dicapai

• Motivasi :

Apabila materi ini ini dikuasai dengan baik, maka akan membantu

siswa dapat menyelesaikan soal-soal yang ada dalam kehidupan sehari-

hari mengenai program linear.

2. kegiatan inti (55 menit)

• Siswa berkumpul pada kelomok yang telah ditentukan

• Kelompok siswa diberikan permasalahan kontekstual (dalam bentuk

LKS 4) yang menantang siswa, agar mencari solusinya. (35 menit)

• Siswa mengeksplorasi pengetahuan dengan cara mengkoneksikan

pengintegrasian pengetahuan untuk menyelesaikan permasalahan yang

dihadapi, secara berkelompok

• Guru menggunakan sistem tanya jawab yang interaktif antara siswa

dengan siswa ataupun siswa dengan guru, untuk menjelaskan hal yang

tidak dimengerti oleh siswa.

Page 92: PENGARUH PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21209/1/Dwi... · Sahabat-sahabat seperjuangan Jurusan Pendidikan Matematika Angkatan 2005,

78

• Saat siswa mengerjakan LKS per kelompok, guru berkeliling kelas

bertindak sebagai fasilitator dan moderator, memantau dan

membimbing siswa yang mengalami kesulitan.

• Saat siswa selesai berdiskusi secara berkelompok, perwakilan salah

satu kelompok mempresentasikan hasil diskusinya ke depan kelas.

Melalui interaksi siswa diajak membahas permasalahan yang disajikan.

(20 menit)

• Guru mengoreksi pendapat siswa yang tidak sesuai dan menegaskan

kembali pendapat siswa yang sudah tepat

3. Penutup (25 menit)

• Guru memberikan soal latihan (15 menit)

• Diakhir pertemuan, diadakan refleksi terhadap pembelajaran yang

sudah berlangsung. Siswa dapat merangkum hasil pembelajaran,

selanjutnya guru memberikan beberapa soal latihan di LKS untuk

dikerjakan dirumah. (10 menit)

• Guru memerintahkan siswa untuk membaca materi pada pertemuan

berikutnya

E. Alat dan Sumber Belajar

• Alat :Worksheet/ LKS

• Sumber :

Edi Susanto dan Ali Kusnanto, 2009, Matematika I untuk SMK/MAK kelas X untuk Kelompok Sosial, Administrasi Perkantoran, dan Akuntansi, Jakarta: Yudhistira.

Dwi E. Larasati, 2008, Matematika Untuk Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Kelas X, Jakarta: Ganeca Exact

E. Penilaian

• Teknik Instrumen : Tertulis

• Bentuk Instrumen : Uraian

• LKS

• Instrumen/soal

Page 93: PENGARUH PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21209/1/Dwi... · Sahabat-sahabat seperjuangan Jurusan Pendidikan Matematika Angkatan 2005,

79

1. Seorang agen sepeda bermaksud membeli 25 buah sepeda untuk

persediaan. Harga sepeda biasa Rp600.000,00 per buah dan sepeda

federal Rp800.000,00 per buah. Ia merencanakan untuk tidak

membelanjakan uangnya lebih dari Rp16.000.000,00 dengan

mengharap keuntungan Rp100.000,00 per buah dari sepeda biasa dan

Rp120.000,00 per buah dari sepeda federal. Buatlah model

matematikanya, tentukan fungsi tujuan dan kendala dari masalah

diatas.

2. Jarak dari rumah toni ke sekolah adalah 1800 m. suatu hari ia

menempuh sebagian perjalanan ke sekolah dengan berjalan dan

sisanya dengan berlari. Jika ia berjalan dengan kecepatan 70 m/menit

dan berlari dengan kecepatan 210 m/menit. Waktu yang dibutuhkan

paling lama 20 menit. Berapa jarak yang ditempuh Toni dengan

berlari?

3. Suatu pabrik berkeinginan memproduksi dua jenis barang, barang A

dan barang B. barang A memberikan keuntungan Rp 10.000 / buah,

dan barang B memberikan keuntungan Rp 12.000 / buah. Untuk

memproduksi kedua barang tsb dibutuhkan 3 buah mesin, yaitu mesin

I, mesin II, dan mesin III. Waktu yang diperlukan untuk memproduksi

tiap barang dengan ketiga mesin tersebut dan waktu yang tersedia

untuk tiap mesin selama triwulan diperlihatkan dalam tabel berikut.

Mesin I (jam) MesinII (jam) Mesin III (jam)

Barang A 2 3 1

Barang B 3 2 1

Waktu yang tersedia 1500 1500 600

Buatlah model matematika dari masalah diatas, tentukan fungsi

obyektif dan kendalanya.

4. Luas daerah parkir adalah 360m2. Luas rata-rata untuk parkir sebuah

mobil 6m2 dan untuk parkir sebuah bus 24m2. Jika daerah parkir

tersebut tidak dapat memuat lebih dari 30 kendaraan, maka buatlah

model matematikanya

Page 94: PENGARUH PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21209/1/Dwi... · Sahabat-sahabat seperjuangan Jurusan Pendidikan Matematika Angkatan 2005,

80

Hari kelima

Alokasi waktu : 2 x 45menit

A. Tujuan Pembelajaran :

Siswa dapat menggambar daerah penyelesaian dari masalah program linear

B. Materi Ajar : Fungsi obyektif dan nilai optimum

C. Metode Pembelajaran :

Dengan pendekatan kontekstual menggunakan metode ekspositori, diskusi,

inquiri, penugasan, dan tanya jawab.

D. Skenario Pembelajaran :

1. Pendahuluan (10 menit)

• Apersepsi :

o Dengan tanya jawab, guru mengingatkan siswa tentang

mengingatkan siswa tentang menentukan fungsi tujuan dan kendala

dari masalah program linear, serta bagaimana menggambar grafik

sistem pertidaksamaan linear.

o Guru menginformasikan kepada siswa tentang materi dan tujuan

pembelajaran yang akan dicapai

• Motivasi :

Apabila materi ini ini dikuasai dengan baik, maka akan membantu

siswa dapat menyelesaikan soal-soal yang ada dalam kehidupan

sehari-hari mengenai program linear.

2. kegiatan inti (55 menit)

• Siswa berkumpul pada kelomok yang telah ditentukan

• Kelompok siswa diberikan permasalahan kontekstual (dalam bentuk

LKS 5), agar mencari solusinya. (40 menit)

• Siswa mengeksplorasi pengetahuan dengan cara mengkoneksikan

pengetahuan yang dimilikinya untuk menyelesaikan permasalahan

yang dihadapi, secara berkelompok.

• Guru menggunakan sistem tanya jawab yang interaktif antara siswa

dengan siswa ataupun siswa dengan guru, untuk menjelaskan hal yang

tidak dimengerti oleh siswa.

Page 95: PENGARUH PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21209/1/Dwi... · Sahabat-sahabat seperjuangan Jurusan Pendidikan Matematika Angkatan 2005,

81

• Saat siswa mengerjakan LKS per kelompok, guru berkeliling kelas

bertindak sebagai fasilitator dan moderator, memantau dan

membimbing siswa yang mengalami kesulitan.

• Saat siswa selesai berdiskusi secara berkelompok, perwakilan salah

satu kelompok mempresentasikan hasil diskusinya ke depan kelas.

Melalui interaksi siswa diajak membahas permasalahan yang

disajikan. (15 menit)

• Guru mengoreksi pendapat siswa yang tidak sesuai dan menegaskan

kembali pendapat siswa yang sudah tepat

3. Penutup (25 menit)

• Guru memberikan soal latihan (15 menit)

• Diakhir pertemuan, diadakan refleksi terhadap pembelajaran yang

sudah berlangsung. Siswa dapat merangkum hasil pembelajaran,

selanjutnya guru memberikan beberapa soal latihan untuk dikerjakan

dirumah. (10 menit)

• Guru memerintahkan siswa untuk membaca materi pada pertemuan

berikutnya

E. Alat dan Sumber Belajar

• Alat :Worksheet/ LKS

• Sumber :

Edi Susanto dan Ali Kusnanto, 2009, Matematika I untuk SMK/MAK

kelas X untuk Kelompok Sosial, Administrasi Perkantoran, dan

Akuntansi, Jakarta: Yudhistira.

Dwi E. Larasati, 2008, Matematika Untuk Sekolah Menengah

Kejuruan (SMK) Kelas X, Jakarta: Ganeca Exact

Soal-soal Uji Kompetensi

F. Penilaian

• Teknik Instrumen : Tertulis

• Bentuk Instrumen : Uraian

• LKS

Page 96: PENGARUH PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21209/1/Dwi... · Sahabat-sahabat seperjuangan Jurusan Pendidikan Matematika Angkatan 2005,

82

• Instrumen/Soal

Dari soal-soal verbal di bawah ini, buatlah model matematikanya, baik

fungsi kendala maupun fungsi sasaran, jika ada. Kemudian tentukan

daerah penyelesaiannya.

1. Seorang petani ingin memupuk tanaman jagung dan kedelai masing-

masing dengan 300 gram Urea dan 150 gram Za untuk jagung,

sedangkan untuk kedelai 600 gr urea dan 125 gr Za. Petani tersebut

memiliki hanya 18 kg Urea dan 6 kg Za.

2. Pengusaha kue bolu membuat dua jenis adonan kue bolu, yaitu kue bolu

A dan kue bolu B. Kue bolu A memerlukan 300 gram terigu dan 40

gram mentega. Kue bolu B memerlukan 200 gram terigu dan 60 gram

mentega. Jika tersedia 12 kilogram terigu dan 3 kilogram mentega

3. Seorang pengusaha material hendak mengangkut 110 ton barang dari

gudang A ke gudang B. Untuk keperluan ini sekurang-kurangnya

diperlukan 50 kendaraan truk yang terdiri atas truk jenis 1 dengan

kapasitas 4 ton dan truk jenis 2 dengan kapasitas 2 ton. Biaya sewa truk

jenis 1 adalah Rp50.000,00 dan truk jenis 2 adalah Rp40.000,00.

Page 97: PENGARUH PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21209/1/Dwi... · Sahabat-sahabat seperjuangan Jurusan Pendidikan Matematika Angkatan 2005,

83

Hari keenam

Alokasi waktu : 2 x 45menit

A. Tujuan Pembelajaran :

• Siswa dapat menentukan nilai optimum dari fungsi tujuan sebagai

penyelesaian masalah program linear dengan menyelidiki titik sudut

daerah penyelesaian dan menafsirkannya.

B. Materi Ajar : Fungsi obyektif dan nilai optimum

C. Metode Pembelajaran :

Dengan pendekatan kontekstual menggunakan metode ekspositori, diskusi,

inquiri, penugasan, dan tanya jawab.

D. Skenario Pembelajaran :

1. Pendahuluan (15 menit)

• Apersepsi :

o Dengan tanya jawab, guru mengingatkan siswa tentang

menggambar grafik dari kendala pada masalah program linear, dan

menentukan titik potong dari dua buah garis.

o Guru menginformasikan kepada siswa tentang materi dan tujuan

pembelajaran yang akan dicapai

• Motivasi :

Apabila materi ini ini dikuasai dengan baik, maka akan membantu

siswa dapat menyelesaikan soal-soal yang ada dalam kehidupan sehari-

hari mengenai program linear.

2. kegiatan inti (50 menit)

• Siswa berkumpul pada kelomok yang telah ditentukan

• Kelompok siswa diberikan permasalahan kontekstual (dalam bentuk

LKS 6), agar mencari solusinya. (30 menit)

• Siswa mengeksplorasi pengetahuan dengan cara mengkoneksikan

pengetahuan yang dimilikinya untuk menyelesaikan permasalahan

yang dihadapi secara berkelompok.

Page 98: PENGARUH PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21209/1/Dwi... · Sahabat-sahabat seperjuangan Jurusan Pendidikan Matematika Angkatan 2005,

84

• Guru menggunakan sistem tanya jawab yang interaktif antara siswa

dengan siswa ataupun siswa dengan guru, untuk menjelaskan hal yang

tidak dimengerti oleh siswa.

• Saat siswa mengerjakan LKS per kelompok, guru berkeliling kelas

bertindak sebagai fasilitator dan moderator, memantau dan

membimbing siswa yang mengalami kesulitan.

• Saat siswa selesai berdiskusi secara berkelompok, perwakilan salah

satu kelompok mempresentasikan hasil diskusinya ke depan kelas.

Melalui interaksi siswa diajak membahas permasalahan yang

disajikan. (20 menit)

• Guru mengoreksi pendapat siswa yang tidak sesuai dan menegaskan

kembali pendapat siswa yang sudah tepat

3. Penutup (25 menit)

• Guru memberikan soal latihan (15 menit)

• Diakhir pertemuan, diadakan refleksi terhadap pembelajaran yang

sudah berlangsung. Siswa dapat merangkum hasil pembelajaran,

selanjutnya guru memberikan beberapa soal latihan untuk dikerjakan

dirumah. (10 menit)

• Guru memerintahkan siswa untuk membaca materi pada pertemuan

berikutnya

E. Alat dan Sumber Belajar

• Alat :Worksheet/ LKS

• Sumber :

Edi Susanto dan Ali Kusnanto, 2009, Matematika I untuk SMK/MAK

kelas X untuk Kelompok Sosial, Administrasi Perkantoran, dan

Akuntansi, Jakarta: Yudhistira.

Dwi E. Larasati, 2008, Matematika Untuk Sekolah Menengah

Kejuruan (SMK) Kelas X, Jakarta: Ganeca Exact

Soal-soal Uji Kompetensi

Page 99: PENGARUH PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21209/1/Dwi... · Sahabat-sahabat seperjuangan Jurusan Pendidikan Matematika Angkatan 2005,

85

F. Penilaian

• Teknik Instrumen : Tertulis

• Bentuk Instrumen : Uraian

• LKS

• Instrumen/Soal

1. Untuk menambah penghasilan, seorang ibu setiap harinya

memproduksi dua jenis kue untuk dijual. Setiap kue I modalnya

Rp200,- dengan keuntungan 40%, sedangkan setiap jenis kue II

modalnya Rp300,- dengan keuntungan 30%. Jika modal yang

terseedia setiap hari adalah Rp100.000,- dan paling banyak hanya

dapat memproduksi kue 400 buah.

a. Buatlah model matematika dari masalah diatas

a. Dengan menggunakan uji titik sudut, tentukan berapa keuntungan

terbesar yang didapat? berapa persentase (%) keuntungan terbesar

yang dapat dicapai ibu tersebut adalah ….% dari modal

2. Suatu pabrik berkeinginan memproduksi dua jenis barang, barang A

dan barang B. barang A memberikan keuntungan Rp 10.000 / buah,

dan barang B memberikan keuntungan Rp 12.000 / buah. Untuk

memproduksi kedua barang tsb dibutuhkan 3 buah mesin, yaitu mesin

I, mesin II, dan mesin III. Waktu yang diperlukan untuk memproduksi

tiap barang dengan ketiga mesin tersebut dan waktu yang tersedia

untuk tiap mesin selama triwulan diperlihatkan dalam tabel berikut.

Mesin I

(jam)

Mesin II

(jam)

Mesin III

(jam)

Barang A 2 3 1

Barang B 3 2 1

Waktu yang

tersedia 1500 1500 600

Buatlah model matematika dari masalah diatas, kemudian hitunglah

keuntungan maksimum dari pabrik tersebut?

Page 100: PENGARUH PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21209/1/Dwi... · Sahabat-sahabat seperjuangan Jurusan Pendidikan Matematika Angkatan 2005,

86

Hari Ketujuh

Alokasi waktu : 2 x 45menit

A. Tujuan Pembelajaran :

Siswa dapat menjelaskan dan membuat garis selidik dari fungsi obyektif

B. Materi Ajar : garis selidik

C. Metode Pembelajaran :

Dengan pendekatan kontekstual menggunakan metode ekspositori, diskusi,

inquiri, penugasan, an tanya jawab.

D. Skenario Pembelajaran :

1. Pendahuluan (10 menit)

• Apersepsi :

o Dengan tanya jawab, guru mengingatkan siswa tentang metode uji

titik sudut dan membahas PR yang dianggap sulit, serta bagaimana

menggambar fungsi linear.

o Guru menginformasikan kepada siswa tentang materi dan tujuan

pembelajaran yang akan dicapai

• Motivasi :

Apabila materi ini ini dikuasai dengan baik, maka akan membantu

siswa dapat menyelesaikan soal-soal yang ada dalam kehidupan sehari-

hari mengenai program linear.

2. kegiatan inti (60 menit)

• Siswa berkumpul pada kelomok yang telah ditentukan

• Kelompok siswa diberikan permasalahan kontekstual (dalam bentuk

LKS 7) yang menantang siswa, agar mencari solusinya.(35 menit)

• Siswa mengeksplorasi pengetahuan dengan cara mengkoneksikan

pengintegrasian pengetahuan untuk menyelesaikan permasalahan yang

dihadapi, baik secara berkelompok ataupun sendiri.

• Guru menggunakan sistem tanya jawab yang interaktif antara siswa

dengan siswa ataupun siswa dengan guru, untuk menjelaskan hal yang

tidak dimengerti oleh siswa.

Page 101: PENGARUH PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21209/1/Dwi... · Sahabat-sahabat seperjuangan Jurusan Pendidikan Matematika Angkatan 2005,

87

• Saat siswa mengerjakan LKS per kelompok, guru berkeliling kelas

bertindak sebagai fasilitator dan moderator, membimbing siswa yang

bermasalah.

• Saat siswa selesai berdiskusi secara berkelompok, perwakilan salah

satu kelompok mempresentasikan hasil diskusinya ke depan kelas.

Melalui interaksi siswa digiring membahas permasalahan yang

disajikan. (15 menit)

• Guru mengoreksi pendapat siswa yang tidak sesuai dan menegaskan

kembali pendapat siswa yang sudah tepat (10 menit)

3. Penutup (20 menit)

• Diakhir pertemuan, diadakan refleksi terhadap pembelajaran yang

sudah berlangsung. Siswa dapat merangkum hasil pembelajaran,

selanjutnya guru memberikan beberapa soal latihan di LKS untuk

dikerjakan dirumah. (20 menit)

• Guru memerintahkan siswa untuk membaca materi pada pertemuan

berikutnya

E. Alat dan Sumber Belajar

• Alat :Worksheet/ LKS

• Sumber :

Edi Susanto dan Ali Kusnanto, 2009, Matematika I untuk SMK/MAK

kelas X untuk Kelompok Sosial, Administrasi Perkantoran, dan

Akuntansi, Jakarta: Yudhistira.

Dwi E. Larasati, 2008, Matematika Untuk Sekolah Menengah

Kejuruan (SMK) Kelas X, Jakarta: Ganeca Exact

F. Penilaian

• Teknik Instrumen : Tertulis (Tes dilakukan pada pertemuan ke-8)

• Bentuk Instrumen : Uraian

• LKS

Page 102: PENGARUH PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21209/1/Dwi... · Sahabat-sahabat seperjuangan Jurusan Pendidikan Matematika Angkatan 2005,

88

Hari Kedelapan

Alokasi waktu : 2 x 45menit

A. Tujuan Pembelajaran :

Siswa dapat menentukan nilai optimum menggunakan garis selidik dan

menafsirkannya

B. Materi Ajar : garis selidik dan nilai optimum

C. Metode Pembelajaran :

Dengan pendekatan kontekstual menggunakan metode ekspositori, diskusi,

inquiri, penugasan dan tanya jawab.

D. Skenario Pembelajaran :

1. Pendahuluan (10 menit)

• Apersepsi :

o Dengan tanya jawab, guru mengingatkan siswa tentang garis

selidik

o Guru menginformasikan kepada siswa tentang materi dan tujuan

pembelajaran yang akan dicapai

• Motivasi :

Apabila materi ini ini dikuasai dengan baik, maka akan membantu

siswa dapat menyelesaikan soal-soal yang ada dalam kehidupan sehari-

hari mengenai program linear.

2. kegiatan inti (55 menit)

• Siswa berkumpul pada kelomok yang telah ditentukan

• Kelompok siswa diberikan permasalahan kontekstual (dalam bentuk

LKS 8) yang menantang siswa, agar mencari solusinya. (35 menit)

• Siswa mengeksplorasi pengetahuan dengan cara mengkoneksikan

pengintegrasian pengetahuan untuk menyelesaikan permasalahan yang

dihadapi, baik secara berkelompok ataupun sendiri.

• Guru menggunakan sistem tanya jawab yang interaktif antara siswa

dengan siswa ataupun siswa dengan guru, untuk menjelaskan hal yang

tidak dimengerti oleh siswa.

Page 103: PENGARUH PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21209/1/Dwi... · Sahabat-sahabat seperjuangan Jurusan Pendidikan Matematika Angkatan 2005,

89

• Saat siswa mengerjakan LKS per kelompok, guru berkeliling kelas

bertindak sebagai fasilitator dan moderator, membimbing siswa yang

bermasalah.

• Saat siswa selesai berdiskusi secara berkelompok, perwakilan salah

satu kelompok mempresentasikan hasil diskusinya ke depan kelas.

Melalui interaksi siswa digiring membahas permasalahan yang

disajikan. (20 menit)

• Guru mengoreksi pendapat siswa yang tidak sesuai dan menegaskan

kembali pendapat siswa yang sudah tepat

3. Penutup (25 menit)

• Guru memberikan soal latihan (10 menit)

• Guru memberikan PR (no: 2-4)

• Diakhir pertemuan, diadakan refleksi terhadap pembelajaran yang

sudah berlangsung. Siswa dapat merangkum hasil pembelajaran,

selanjutnya guru menanyakan tentang materi program linear yang

masih belum dipahami. (15 menit)

E. Alat dan Sumber Belajar

• Alat :Worksheet/ LKS • Sumber :

Edi Susanto dan Ali Kusnanto, 2009, Matematika I untuk SMK/MAK kelas X untuk Kelompok Sosial, Administrasi Perkantoran, dan Akuntansi, Jakarta: Yudhistira.

Dwi E. Larasati, 2008, Matematika Untuk Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Kelas X, Jakarta: Ganeca Exact

Soal-soal Uji Kompetensi.

E. Penilaian

• Teknik Instrumen : Tertulis • Bentuk Instrumen : Uraian • LKS • Instrumen/Soal

1. Untuk soal-soal berikut, tentukan nilai x dan y yang memberikan nilai

optimum serta tentukan nilai optimum (maksimum dan minimum) dari

bentuk objektif tersebut dengan menggunakan metode garis selidik

Page 104: PENGARUH PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21209/1/Dwi... · Sahabat-sahabat seperjuangan Jurusan Pendidikan Matematika Angkatan 2005,

90

a. x + y ≤ 5 ; x + 2y ≤ 8 ; x ≥ 0 ; y ≥ 0 ; bentuk objektif Z = 2x + y

b. 5x + 2y ≤ 10 ; x + 2y ≤ 6 ; x ≥ 0 ; y ≥ 0 ; bentuk objektif Z = x + 2y

c. x + 2y ≤ 10 ; 2x + y ≤ 12 ; x ≥ 0 ; y ≥ 0 ; bentuk objektif Z=3x +2y

d. 4x + 5y ≤ 20 ; 3x + y ≤ 6; x ≥ 0; y ≥ 0 ; bentuk objektif Z = 6x +2y

e. 3x + 2y ≤ 18; x + 2y ≤ 10; x ≥ 0; y ≥ 0; bentuk objektif Z = 5x +3y

2. Pak Ahmad menabungkan uangnya di bank Rp.4.200.000,00 dengan

bunga 20% per tahun, bunga yang diberikan berbentuk bunga majemuk

atau bunganya berbunga lagi pada tahun berikutnya. Pada akhir tahun

ke-4 uang pak Ahmad diambil, dan digunakan untuk memperbaiki

kiosnya sebesar Rp.709.120,00 sisanya dijadikan modal usaha sepatu.

Dia merencanakan membeli 2 jenis sepatu, yaitu jenis I dan jenis II. Pak

Ahmad membeli sepatu jenis I dengan harga Rp.20.000,00 per pasang

dan sepatu jenis II Rp.16.000,00 per pasang. Keuntungan dari penjualan

sepatu jenis I dan jenis II berturut-turut adalah Rp.9.000,00 dan

Rp.8.500,00 per pasang. Jika kiosnya hanya dapat menampung 450

pasang sepatu saja.

a. Buatlah model matematika dari masalah tersebut

b. Hitunglah keuntungan maksimum yang akan diperoleh dan berapa

banyak sepatu jenis I dan jenis II yang harus pak Ahmad beli

3. Seorang agen sepeda bermaksud membeli 25 buah sepeda untuk

persediaan. Harga sepeda biasa Rp. 60.000,00/buah dan sepeda balap

Rp. 80.000,00/buah. Ia merencanakan untuk tidak mengeluarkan lebih

dari Rp. 1.680.000,00 dengan mengharapkan keuntungan Rp.10.000,00

dari tiap sepeda biasa dan Rp. 12.000,00 dari tiap sepeda balap. Berapa

banyak sepeda biasa dan sepeda balap yang harus dibeli agen?

4. Suatu perusahaan mengeluarkan sejenis barang yang diperoduksi dalam

tiga ukuran, yaitu ukuran besar, ukuran sedang dan ukuran kecil. Ketiga

ukuran itu dihasilkan dengan menggunakan mesin I dan mesin II. Mesin

I setiap hari menghasilkan 1 ton ukuran besar, 3 ton ukuran sedang dan

5 ton ukuran kecil. Mesin II setiap hari menghasilkan masing-masing

ukuran sebanyak 2 ton. Perusahaan itu

Page 105: PENGARUH PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21209/1/Dwi... · Sahabat-sahabat seperjuangan Jurusan Pendidikan Matematika Angkatan 2005,

91

bermaksud memperoduksi paling sedikit 80 ton ukuran besar, 160 ton

ukuran sedang dan 200 ton ukuran kecil. Bila biaya operasi mesin I

adalah Rp500.000,00 tiap hari dan mesin II adalah Rp400.000,00 tiap

hari. Dalam berapa hari masing-masing mesin bekerja untuk

pengeluaran biaya sekecil-kecilnya dan berapa biaya tersebut.

Jakarta, April 2010

Guru Pamong Guru Mata Pelajaran

Dwi Novianti Dwi Kurniati Zaeanab NIP. 470 069 625 NIM. 105017000416

Mengetahui,

Kepala Sekolah SMK Negeri 11 Jakarta

Drs. H. Badrun. Sjabirin, MM NIP. 131 633 179

Page 106: PENGARUH PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21209/1/Dwi... · Sahabat-sahabat seperjuangan Jurusan Pendidikan Matematika Angkatan 2005,

92 

 

Lampiran 3

Lembar Kerja Siswa 1

Nama :

Kelas :

Petunjuk:

• Perhatikan masalah berikut!

• Baca dengan teliti perintah yang akan dilaksanakan, kemudian diskusikan

dengan teman satu kelompok kemudian jawablah pertanyaan sesuai petujuk

soal!

Setelah pulang sekolah, Ani dan dua orang temannya akan mengerjakan PR

matematika dirumahnya. Agar teman-temannya merasa nyaman dirumah, Ani

bermaksud membelikan mereka pempek dan kerupuk, tetapi Ani hanya

mempunyai uang Rp.30.000,00. Jika harga satu porsi pempek Rp 5000,00 dan

satu bungkus kerupuk Rp 3000,00 di warung dekat rumahnya, maka berapa

banyak pempek dan kerupuk yang harus Ani beli? Karena Ani hanya mempunyai

uang Rp.30.000,00 maka Ani tidak boleh berbelanja lebih dari Rp.30.000,00

a. Dari keterangan diatas, apakah dari permasalahan diatas dapat dibuat sebuah

pertidaksamaan linear?

.............................................................................................................................

.............................................................................................................................

b. Sebutkan beberapa kemungkinan pempek dan kerupuk yang dapat kamu beli

Daftar harga pempek dan kerupuk (dalam ribuan rupiah)

Diketahui : harga 1 porsi pempek : .................

Harga 1 bungkus kerupuk: ...............

Page 107: PENGARUH PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21209/1/Dwi... · Sahabat-sahabat seperjuangan Jurusan Pendidikan Matematika Angkatan 2005,

93 

 

9

8

7

6

5

4

3

2

1

0

pempek

kerupuk 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

Perhatikan tabel diatas!

• Bolehkah Ani membeli 5 porsi pempek dan 3 bungkus kerupuk?

Mengapa?

........................................................................................................................

• Apa yang sebaiknya Ani beli agar uang yang kamu miliki cukup untuk

membayar ?

.......................................................................................................................

• Jika Ani hanya membeli pempek saja, berapa porsi pempek yang kamu

dapatkan?

........................................................................................................................

• Jika Ani hanya membeli kerupuk saja, berapa bungkus kerupuk yang kamu

dapatkan?

........................................................................................................................

• Perhatikan tabel daftar harga diatas!

jika pertidaksamaan tersebut dibuat dalam bentuk grafik kartesius, dengan

pempek (y) dan kerupuk (x) arsirlah dan beri tanda daerah yang memenuhi

persediaan uang!

Page 108: PENGARUH PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21209/1/Dwi... · Sahabat-sahabat seperjuangan Jurusan Pendidikan Matematika Angkatan 2005,

94 

 

Dari masalah diatas coba kalian simpulkan bagaimana cara menggambar

grafik dari pertidaksamaan linear dan bagaimana menentukan daerah

penyelesaiannya.

…………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………

Y

Page 109: PENGARUH PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21209/1/Dwi... · Sahabat-sahabat seperjuangan Jurusan Pendidikan Matematika Angkatan 2005,

95 

 

Lembar Kerja Siswa 2

Nama :

Kelas :

Petunjuk:

• Perhatikan masalah berikut!

• Baca dengan teliti perintah yang akan dilaksanakan, kemudian jawablah

pertanyaan sesuai petujuk soal!

Masalah

Ani, Budi, dan Carli sedang bermain, mereka membuat daerah bermain yang tidak

sembarang orang bisa ikut bermain (khusus mereka bertiga). Daerah tersebut

dimulai dari tempat mereka berkumpul.

Daerah kekuasaan Ani, Budi, dan Carli adalah:

• Mula-mula mereka bertiga berkumpul di O

• Kemudian Ani berjalan lurus sejauh 3 meter kearah utara.

• Kemudian Budi berjalan lurus kearah utara sejauh dua meter kemudian

berbelok lurus ke arah timur sejauh 3 meter

• Kemudian Carli berjalan lurus sejauh 5 meter kearah timur.

Petunjuk: Perhatikan arah mata angin dibawah ini! • Utara dan selatan sama dengan sumbu y, dimana utara adalah sumbu y

positif sedangkan selatan merupakan sumbu y negatif. • Barat dan timur setara dengan sumbu x, dimana Barat merupakan sumbu x

negatif dan timur merupakan sumbu x positif. • Tempat mereka semula berkumpul di O(0,0) • Setiap 1 kotak berjarak 0,5 meter.

Page 110: PENGARUH PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21209/1/Dwi... · Sahabat-sahabat seperjuangan Jurusan Pendidikan Matematika Angkatan 2005,

96 

 

S

U

TB

O

Perhatikan arah mata angin diatas!

Diskusikan dengan teman sekelompokmu dan jawablah pertanyaan berikut ini!

1. Gambarkan kedudukan Ani, Budi, dan Carli pada arah mata angin diatas!

2. Jika disesuaikan dengan koordinat kartesius, dimana utara dan selatan sebagai

sumbu y sedangkan barat dan timur sebagai sumbu x, maka kedudukan Ani,

Budi, dan Carli terletak di koordinat?

Ani (…. , ….) ; Budi (…. , ….) ; dan Carli (…. , ….)

3. Buatlah garis pembatas dan beri nama yang meliputi daerah kekusaan

bermain Ani, Budi, dan Carli.

4. Jika Ani dan kawannya ingin mengetahui persamaan garis yang terbentuk

dari daerah kekuasaannya bagaimana caranya? Bisakah kalian membantunya?

Garis I: persamaan garis antara Ani (….. , …..) dengan Budi (…. , ….) adalah

…………………………………………………………………………………

………………………………………………………………….........................

.............................................................................................................................

Ingat Persamaan garis melalui 2 titik yaitu:

................... = .................

Page 111: PENGARUH PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21209/1/Dwi... · Sahabat-sahabat seperjuangan Jurusan Pendidikan Matematika Angkatan 2005,

97 

 

Garis II: persamaan garis antara Budi (….. , …..) dengan carli (…. , ….)

adalah

…………………………………………………………………………………

………………………………………………………………….........................

.............................................................................................................................

5. Jika dibuat dalam bentuk pertidaksamaan linear, maka daerah bermain Ani

dan kawannya meliputi?

Petunjuk:

Ambil jarak 1 meter ke Utara kemudian 1 meter ke arah timur, dalam

koordinat kartesius berada dititik (…. , ….), apakah terdapat didalam daerah

kekuasaan bermain mereka? ……………………………………………….

Jika ya, ujilah titik tersebut dengan mensubtitusikan ke persamaan garis I dan

garis II, kemudian tentukan tanda pertidaksamaan yang sesuai

…………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………

6. Perhatikan gambar! Karena daerah bermain Ani, Budi, dan Carli terletak

diantara arah Utara dan Timur, atau terletak dikuadran I, maka x dan y pasti

bernilai positif, bagaimana pertidaksamaannya?

…………………………………………………………………………………

7. Jadi, bentuk pertidaksamaan linear dari daerah bermain Ani dan kawan-

kawan adalah?

…………………………………………………………………………………

………………………………………………………………………………….

8. Anggap daerah bermain pada masalah diatas sebagai daerah penyelesaian

sistem pertidaksamaan linear. Jadi, menurut kalian bagaimana menentukan

pertidaksamaan linear jika diketahui daerah penyelesian? (Perhatikan poin 4,

5, dan 6)

…………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………

Page 112: PENGARUH PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21209/1/Dwi... · Sahabat-sahabat seperjuangan Jurusan Pendidikan Matematika Angkatan 2005,

98 

 

Lembar Kerja Siswa 3 Tujuan pembelajaran:

• Siswa dapat memahami pengertian program linear

• Siswa mampu mengidentifikasi masalah dan menentukan model

matematika dari persoalan kehidupan sehari-hari

Nama :

Kelas :

Diskusikan masalah berikut!

Perhatikan masalah berikut! Baca dengan teliti kemudian jawablah pertanyaan

sesuai petujuk soal!

Masalah

Pernahkah kamu menikmati kelezatan makanan ini ?

Pasti kamu menjawab ya, kan !

Makanan ini merupakan salah satu makanan khas kota Palembang yang bahan

baku pembuatannya berupa olahan sagu, gandum, dan telur. Sedangkan, sausnya

yang berwarna hitam itu atau yang dalam bahasa Palembang disebut "CUKO"

dibuat dari air, gula aren, dan bawang putih.

Page 113: PENGARUH PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21209/1/Dwi... · Sahabat-sahabat seperjuangan Jurusan Pendidikan Matematika Angkatan 2005,

99 

 

Di Palembang, toko tempat penjualan pempek yang terkenal adalah toko

PEMPEK PAK RADEN. Di toko ini dijual berbagai jenis pempek diantaranya

pempek isi telur dan isi tahu. Di toko Pak Raden, pembuatan satu buah pempek isi

telur memerlukan 6 gr sagu dan 5 gr gandum, sedangkan untuk satu buah pempek

isi tahu memerlukan 4 gr sagu dan 5 gr gandum. Dari penjualan, Pak Raden

memperoleh keuntungan pempek isi telur Rp125,00 per buah dan isi tahu

Rp100,00 per buah. Sedangkan bahan yang tersedia hanya 2400 gr sagu dan 2500

gr gandum. Pak Raden ingin memperoleh keuntungan yang maksimal dari

penjualan pempeknya. Bantulah ia membuat model matematika sesuai

permasalahan diatas, sehingga ia tahu berapa banyak pempek yang akan ia buat

untuk memperoleh keuntungan maksimum.

Berdasarkan masalah diatas, coba kamu lengkapi tabel berikut!

Jenis

Bahan Pempek Isi

Telur

Pempek Isi

Tahu Persediaan

Sagu 6 gram …. ….

Gandum …. …. ….

Keuntungan …. ….

a. Berdasarkan masalah diatas, tujuan apa yang hendak dicapai oleh pak Raden?

.............................................................................................................................

b. Apa yang menjadi kata kunci untuk mencapai tujuan dari masalah diatas?

.............................................................................................................................

c. Berdasarkan kata kunci diatas, buatlah model matematika untuk masalah

diatas!

............................................................................................................................

d. Karena pembuatan kedua jenis pempek tersebut tidak boleh melebihi dari

persediaan yang ada atau menggunakan semua-nya dan tidak mungkin Pak

Raden membuat negatif (minus) pempek isi telur atau negatif (minus)

Page 114: PENGARUH PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21209/1/Dwi... · Sahabat-sahabat seperjuangan Jurusan Pendidikan Matematika Angkatan 2005,

100 

 

pempek isi tahu, maka nilai pempek isi telur dan pempek isi tahu haruslah

positif, bagaimana model matematikanya ?

.............................................................................................................................

.............................................................................................................................

e. Perhatikan tabel diatas, buatlah peridaksamaan dari masalah diatas sesuai

persediaan terbatas yang dimiliki oleh pak Raden

.............................................................................................................................

.............................................................................................................................

Diskusikan dengan teman sekelompokmu dan jawablah pertanyaan berikut ini!

1. Dari masalah diatas ternyata:

a. Apakah terdapat tujuan yang ingin dicapai? Jika ada, sebutkan!

.......................................................................................................................

.......................................................................................................................

b. Apakah ada sumber penunjang yang berada dalam keadaan terbatas? Jika

ada, sebutkan!

........................................................................................................................

........................................................................................................................

c. Masalah program linear adalah masalah yang memenuhi a dan b

2. Apakah masalah diatas merupakan masalah program linear? Jelaskan!

.............................................................................................................................

.............................................................................................................................

............................................................................................................................

3. Kesimpulan apa yang dapat kalian peroleh tentang masalah program linear?

.............................................................................................................................

.............................................................................................................................

.............................................................................................................................

.............................................................................................................................

.............................................................................................................................

Page 115: PENGARUH PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21209/1/Dwi... · Sahabat-sahabat seperjuangan Jurusan Pendidikan Matematika Angkatan 2005,

101 

 

Lembar Kerja Siswa 4 Tujuan Pembelajaran :

Siswa mampu membuat model matematika dari masalah program linear, serta

menentukan fungsi obyektif dan kendala dari masalah program linear

Nama :

Kelas :

Diskusikan masalah berikut!

Perhatikan masalah berikut! Baca dengan teliti kemudian jawablah pertanyaan

sesuai petujuk soal!

Masalah 1

(A) (B)

Seorang petani akan membeli pupuk NPK yang mengandung unsur Nitrogen,

Phosfor, dan Kalium. Kebutuhan minimum adalah 16% N, 20% P, dan 8% K.

Ada dua merk pupuk terkenal yang tersedia di pasar. Merk Kapal Terbang (A)

mengandung 3% N, 5% P, dan 1% K dengan harga Rp 4.000,- per kantong.

Adapun Merk Bintang Kuda Laut (B) mengandung 2% dari setiap unsur dengan

harga Rp 3.000,-. Jika petani ingin meminimalkan biaya pembelian pupuk,

sementara kebutuhan ketiga unsur tetap terjaga, bantulah petani tersebut membuat

model matematika dari tujuan yang ia inginkan dan kendala yang dimilikinya,

agar ia bisa menghitung berapa banyak kantong dari setiap merk yang harus dibeli

Page 116: PENGARUH PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21209/1/Dwi... · Sahabat-sahabat seperjuangan Jurusan Pendidikan Matematika Angkatan 2005,

102 

 

Penyelesaian :

Sederhanakan permasalahan di atas menjadi tabel seperti berikut :

Masalah 2

Arni lulusan SMK Tata Boga mendirikan perusahaan selai. Perusahaan tersebut

membuat dua jenis selai, yaitu selai A dan selai B (seperti pada gambar dibawah).

Kedua selai tersebut terbuat dari dua jenis buah yaitu nanas dan strawberry. Ami

hanya memiliki persediaan nanas 420 kg dan strawberry 480 kg. Dari persediaan

bahan yang Ami miliki, ia ingin membuat selai A dan selai B sebanyak-

banyaknya. Untuk itu, ia harus terlebih dahulu membuat model matematika. Jika

kalian anak yang baik, bantulah Ami membuat model matematika dari perssediaan

bahan yang ia miliki.

Unsur

Merk

Pupuk

Harga

... … … …

… … .... ...

Kebutuhan .... … …

Resep selai A ala Ami :

Komposisi (bahan):

nanas 180 Kg dan strawberry 20 Kg

 

Resep selai B ala Ami :

Komposisi (bahan):

nanas 20 Kg dan strawberry 160 Kg

 

Page 117: PENGARUH PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21209/1/Dwi... · Sahabat-sahabat seperjuangan Jurusan Pendidikan Matematika Angkatan 2005,

103 

 

Sederhanakan permasalahan di atas menjadi tabel seperti berikut:

jenis selai

bahan Persediaan

Diskusikan dengan teman sekelompokmu dan jawablah pertanyaan berikut ini!

1. Dari kedua masalah diatas ternyata:

a. Terdapat tujuan yang ingin dicapai:

Masalah 1:

.......................................................................................................................

.......................................................................................................................

Masalah 2:

.......................................................................................................................

.......................................................................................................................

b. Apakah ada sumber penunjang yang berada dalam keadaan terbatas

(kendala), sebutkan!

Masalah 1:

.......................................................................................................................

.......................................................................................................................

Masalah 2:

.......................................................................................................................

.......................................................................................................................

2. Buatlah model matematika berdasarkan tujuan dan sumber penunjang diatas!

Tujuan kendala

Masalah 1:

Masalah 1:

Masalah 2:

Masalah 2:

Page 118: PENGARUH PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21209/1/Dwi... · Sahabat-sahabat seperjuangan Jurusan Pendidikan Matematika Angkatan 2005,

104 

 

3. Dari bentuk model matematika diatas, apa yang kalian dapat simpulkan

tentang tujuan (fungsi obyektif) dan kendala dalam masalah program linear!

…………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………

Page 119: PENGARUH PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21209/1/Dwi... · Sahabat-sahabat seperjuangan Jurusan Pendidikan Matematika Angkatan 2005,

105 

 

Lembar Kerja Siswa 5 Tujuan Pembelajaran :

• Siswa dapat menggambar daerah penyelesaian dari masalah program linear

Nama :

Kelas :

Diskusikan masalah berikut!

Perhatikan masalah berikut! Baca dengan teliti kemudian jawablah pertanyaan

sesuai petujuk soal!

Perhatikan gambar diatas!

Gambar diatas menunjukkan seorang pengrajin mebel tradisional yang

memproduksi dua jenis barang, yaitu jenis A dan jenis B. keperluan bahan baku

pembuatan barang mebel jenis A dan mebel jenis B tergambar dari matriks

berikut:

Mebel A Mebel B

Kayu 30 20

Bambu 20 40

Jenis mebel

Bahan baku

…… ……

…… …… ……

…… …… …..

Page 120: PENGARUH PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21209/1/Dwi... · Sahabat-sahabat seperjuangan Jurusan Pendidikan Matematika Angkatan 2005,

106 

 

Persediaan kayu sebanyak 120 unit, sedangkan persediaan bambu sebanyak 160

unit. Jika laba pembuatan barang jenis A Rp40.000,00 dan jenis B adalah

Rp50.000,00.

Diskusikan dengan teman sekelompokmu dan jawablah pertanyaan berikut ini!

1. Dari masalah diatas ternyata:

a. Terdapat tujuan yang dicapai, sebutkan:

.......................................................................................................................

b. Apakah ada sumber penunjang yang berada dalam keadaan terbatas,

sebutkan!

.......................................................................................................................

.......................................................................................................................

2. Buatlah model matematika berdasarkan tabel diatas, kemudian tentukan

fungsi tujuan dan kendala!

…………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………

3. Lengkapi tabel berikut ini!

Persediaan kayu maksimum ….. unit

8

7

6

5

4

3

2

1

0

mebel B

mebel A

0 1 2 3 4 5 6 7

Page 121: PENGARUH PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21209/1/Dwi... · Sahabat-sahabat seperjuangan Jurusan Pendidikan Matematika Angkatan 2005,

107 

 

Persediaan bambu maksimum: 160 unit

8

7

6

5

4

3

2

1

0

mebel B

mebel A

0 1 2 3 4 5 6 7

4. Berdasarkan tabel kebutuhan kayu dan bambu diatas, gambarlah daerah

penyelesaian dari kendala pada masalah diatas dalam satu koordinat kartesius,

kemudian arsirlah daerah yang memenuhi pertidaksamaan diatas! Buatlah

kesimpulan bagaimana cara menggambar daerah penyelesaian dari masalah

program linear!

Y

Page 122: PENGARUH PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21209/1/Dwi... · Sahabat-sahabat seperjuangan Jurusan Pendidikan Matematika Angkatan 2005,

108 

 

Lembar Kerja Siswa 6 Tujuan Pembelajaran :

• Siswa dapat menentukan nilai optimum dari fungsi tujuan sebagai

penyelesaian masalah program linear dengan menyelidiki titik sudut daerah

penyelesaian

Nama :

Kelas :

Diskusikan masalah berikut!

Perhatikan masalah berikut! Baca dengan teliti kemudian jawablah pertanyaan

sesuai petujuk soal!

Anggi menabungkan uangnya di bank Rp.450.000,00 dengan bunga majemuk

20% per tahun. Setelah 4 tahun uang Anggi diambil, dan dikenakan beban biaya

pengambilan sebesar Rp.93.120,00. Kemudian sisa uang tabungan Anggi

dijadikan modal usaha tas. Ia bermaksud membuat dua model tas. Pengrajin tas

tersebut hanya akan membuat 25 tas karena tempat penyimpanan terbatas.

Karena anggi tidak tahu model tas seperti apa yang sedang trend, ia meminta

kalian untuk memilih dua model tas dari 2 tipe tas yang ia tawarkan.

Keuntungan dari penjualan setiap tas tipe I (model A adalah Rp10.000,00, model

B adalah Rp5.000,00), sedangkan untuk tipe II (model A adalah Rp.8.000,00,

model B Rp.7.000,00). Tentukanlah besar keuntungan maksimum yang bisa

diperoleh.

Tipe I Model A Model B Biaya pembuatan Rp.40.000 Biaya pembuatan Rp.30.000,00

Page 123: PENGARUH PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21209/1/Dwi... · Sahabat-sahabat seperjuangan Jurusan Pendidikan Matematika Angkatan 2005,

109 

 

Penyelesaian:

Tentukan modal usaha yang Anggi gunakan untuk membuka usaha tas, jika

diketahui cara untuk menghitung tabungan dengan bunga majemuk adalah:

Keterangan : n = lama menabung

Jawab:

………………………………………………………………………………………

………………………………………………………………………………………

Lengkapi tabel berikut

Jenis tas

Persediaan

Harga pembuatan

Banyak tas

Tentukan kendala dan fungsi tujuan dari masalah diatas

…………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………

a. Buatlah grafik himpunan penyelesaian dari sistem pertidaksamaan dari model

matematika yang telah dibuat dengan fungsi kendala

 

Tipe II

Model A Model B Biaya pembuatan Rp.42.000 Biaya Pembuatan Rp.28.000,00

       

Page 124: PENGARUH PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21209/1/Dwi... · Sahabat-sahabat seperjuangan Jurusan Pendidikan Matematika Angkatan 2005,

110 

 

b. Tentukan titik pojok dari daerah penyalesaian dengan cara grafik dan aljabar

…………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………

c. Menentukan nilai fungsi objektif pada titik pojok daerah penyelesaian dengan

cara mensubtitusi titik pojok (x,y) pada fungsi obyektif

Titik pojok (x, y) Fungsi Obyektif

 

d. Kemungkinan titik pojok manakah dari daerah penyelesaian yang

menunjukkan nilai maksimum fungsi tujuan? Berikan alasan!

…………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………

e. Perhatikan soal d, Sebaiknya untuk memperoleh keuntungan maksimum,

anggi harus membuat tas rajutan dari 2 model tas yang kamu pilih sebanyak

berapa buah?

…………………………………………………………………………………

………………………………………………………………………………….

f. Buatlah kesimpulan, apa yang dimaksud metode uji titik sudut dan bagaimana

langkah-langkah penggunaannya dalam menyelesaikan masalah program

linear?

…………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………

………………………………………………………………………………...

X

Y

Page 125: PENGARUH PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21209/1/Dwi... · Sahabat-sahabat seperjuangan Jurusan Pendidikan Matematika Angkatan 2005,

111 

 

Lembar Kerja Siswa 7

Nama :

Kelas :

Tujuan Pembelajaran :

Siswa dapat menjelaskan dan membuat garis selidik dari fungsi obyektif

Petunjuk:

• Perhatikan masalah berikut!

• Baca dengan teliti perintah yang akan dilaksanakan, kemudian jawablah

pertanyaan sesuai petujuk soal!

Masalah

Kunti, Lala, dan Mini sedang bermain, mereka membuat daerah bermain agar

tidak sembarang orang bisa masuk untuk ikut bermain. Daerah tersebut dimulai

dari tempat mereka berkumpul.

Daerah kekuasaan Kunti, Lala, dan Mini adalah:

• Mula-mula mereka bertiga berkumpul di O

• Jika dibuat dalam bentuk pertidaksamaan linear, daerah kekuasaan Kunti,

Lala, dan Mini meliputi:

x ≥ 0 ; y ≥ 0 ; 2x + y ≤ 8 ; x + 3y ≤ 9

Petunjuk: Perhatikan arah mata angin disamping! • Utara dan selatan sama dengan sumbu y, dimana utara adalah sumbu y

positif sedangkan selatan merupakan sumbu y negatif. • Barat dan timur setara dengan sumbu x, dimana Barat merupakan sumbu x

negatif dan timur merupakan sumbu x positif. • Tempat mereka semula berkumpul di O  

Page 126: PENGARUH PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21209/1/Dwi... · Sahabat-sahabat seperjuangan Jurusan Pendidikan Matematika Angkatan 2005,

112 

 

Diskusikan dengan teman sekelompokmu dan jawablah pertanyaan berikut ini!

1. Dapatkah kalian menggambar daerah kekuasaan bermain Kunti, Lala, dan

Mimin dalam koordinat kartesius berdasarkan pertidaksamaan linear diatas?

2. Jika Kunti, Lala dan Mini ingin mengetahui siapa yang terletak paling jauh

dari tempat mereka pertama kali berkumpul, dengan menyelidiki fungsi

obyektif dari x + 2y

Perhatikan fungsi obyektif dari masalah diatas adalah

f(x,y) = ax + by = k ↔ f(x,y) = x + 2y = k, maka nilai a = ….. dan b = …..

Bentuklah garis selidik dari persamaan garis (fungsi tujuan) dimana k ∈ C

dengan mula-mula ambil k = ab

Garis selidik : ……………………

f(x,y) = k (x,y) m = ….

U

TB

S

Page 127: PENGARUH PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21209/1/Dwi... · Sahabat-sahabat seperjuangan Jurusan Pendidikan Matematika Angkatan 2005,

113 

 

Dari gambar diatas, apa yang dapat kamu simpulkan tentang garis selidik

a. Bagaimana kedudukan garis selidik berdasarkan gradiennya (m)?

………………………………………………………………………………

………………………………………………………………………………

……………………………………………………........................................

b. Apa yang dimaksud dengan garis selidik

………………………………………………………………………………

………………………………………………………………………………

………………………………………………………………………………

c. Bagaimana nilai k jika garis selidik menjauhi (0,0) (atau ke kanan/ke atas)

………………………………………………………………………………

………………………………………………………………………………

………………………………………………………………………………

d. Berarti siapa yang terletak paling jauh dari tempat semula?

………………………………………………………………………………

e. Bagaimana jika fungsi obyektifnya x – 2y, siapa yang teletak paling jauh

dari tempat semula? Apakah ada perbedaan dari soal no.d?

………………………………………………………………………………

………………………………………………………………………………

………………………………………………………………………………

………………………………………………………………………………

Page 128: PENGARUH PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21209/1/Dwi... · Sahabat-sahabat seperjuangan Jurusan Pendidikan Matematika Angkatan 2005,

114 

 

Lembar Kerja Siswa 8

Tujuan Pembelajaran :

Siswa dapat menentukan nilai optimum menggunakan garis selidik

Nama :

Kelas :

Perhatikan masalah berikut ini!

Diskusikan masalah berikut!

Perhatikan masalah berikut! Baca dengan teliti kemudian jawablah pertanyaan

sesuai petujuk soal!

Seorang pengrajin membuat sapu lidi dan sapu ijuk. Dalam satu hari paling

banyak ia membuat 18 buah (untuk kedua jenis). Biaya yang dikeluarkannya

untuk membuat sebuah sapu lidi adalah Rp500,00 dan untuk sebuah sapu ijuk

adalah Rp1.000,00. Pengrajin tidak mengeluarkan uang lebih dari Rp13.000,00

untuk pembelian bahan dalam satu hari.Tentukan keuntungan maksimum yang

diperoleh jika untuk setiap sapu lidi ia memperoleh keuntungan 40% dan 30%

untuk setiap sapu ijuk. Gunakan metode garis selidik unuk mencari keuntungan

maksimum.

Page 129: PENGARUH PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21209/1/Dwi... · Sahabat-sahabat seperjuangan Jurusan Pendidikan Matematika Angkatan 2005,

115 

 

a. Tentukan keuntungan untuk masing-masing sapu lidi dan sapu ijuk?

…………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………

………………………………………………………………………………….

b. Tentukan model matematika dari maslah diatas

Kendala:

…………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………

Tujuan:

…………………………………………………………………………………

c. Gambarlah grafik kendala pada satu koordinat kartesius, kemudian tentukan

daerah penyelesaiannya

d. Buatlah minimal 3 buah garis selidik dari fungsi obyektif yang telah

ditentukan, dengan ax + by = k, tentukan k sembarang

e. Berdasarkan masalah diatas tujuannya adalah ………………………………

maka perhatikan garis selidik yang paling ……. dari titik O (0,0). Mengapa?

………………………………………………………………………………….

Y

Page 130: PENGARUH PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21209/1/Dwi... · Sahabat-sahabat seperjuangan Jurusan Pendidikan Matematika Angkatan 2005,

116 

 

f. Substitusi titik pada daerah penyelesaian yang paling dekat dengan garis

selidik terjauh dari titik O(0,0)

…………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………

g. Berapa keuntungan maksimum yang diperoleh pedagang sapu tersebut?

…………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………

………………………………………………………………………………….

h. Berapa banyak sapu lidi dan sapu ijuk yang harus dibuat agar memperoleh

keuntungan maksimum?

…………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………

i. Coba gunakan metode uji titik sudut untuk mencari keuntungan maksimum,

berapa keuntungan maksimum yang diperoleh pedagang sapu tersebut?

…………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………

………………………………………………………………………………….

j. Apa yang dapat kamu simpulkan dari soal no. g dan i?

…………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………

………………………………………………………………………………….

Page 131: PENGARUH PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21209/1/Dwi... · Sahabat-sahabat seperjuangan Jurusan Pendidikan Matematika Angkatan 2005,

117 

 

Lembar Kegiatan

Persamaan Linear Dua Variabel (PLDV)

Masih ingatkan kamu dengan Persamaan Linear Dua Variabel (PLDV) !.

Untuk mengingatkannya kembali, perhatikan masalah berikut !

Andi membeli tiga buku tulis dan dua pena seharga Rp.8.000,-. Kemudian, ia

bertemu Ani dan juga membeli lima buku tulis dan satu pena seharga Rp.11.000,-.

Jika mereka berdua membeli kedua perlengkapan sekolah tersebut pada toko Pak

Ahmad, maka berapakah uang yang harus dikeluarkan Amir untuk membeli empat

buku tulis dan lima pena ?

Permasalahan di atas dapat disederhanakan menjadi model matematika seperti

berikut :

Misalkan, b = buku tulis, dan p = pena

sehingga,

....................................................................................................................................

....................................................................................................................................

....................................................................................................................................

....................................................................................................................................

Nah, bentuk kedua persamaan itu disebut Sistem Persamaan Linear Dua Variabel

atau disingkat SPLDV. Mengapa demikian ?

Disebut :

Sistem, karena kedua persamaan tersebut disusun secara teratur.

Persamaan, karena tanda yang digunakan untuk memisahkan ruas kiri dan kanan

adalah " = ".

Linear, karena jika kedua persamaan tersebut digambarkan pada grafik yang

menggunakan koordinat Cartesius akan berupa garis lurus (linear).

Dua variabel, karena peubah yang diketahui ada dua, yaitu buku dan pena.

Untuk mengetahui berapa harga sebuah buku tulis dan sebuah pulpen, dapat

menggunakan grafik dan aljabar (metode substitusi atau eliminasi). Dengan cara

aljabar didapat b = Rp.2.000,- ,p = Rp1.000,- dan Amir harus membayar sebesar

Rp. 13.000,- coba kalian cari nilai b dan c dengan cara grafik.

Page 132: PENGARUH PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21209/1/Dwi... · Sahabat-sahabat seperjuangan Jurusan Pendidikan Matematika Angkatan 2005,

118 

 

Metode grafik

Nah, bagaimana dengan pertidaksamaan linear?

Perhatikan contoh berikut:

a. 2x + 5y = 10

b. 5x + 3y = 15

4x + y = 18

c. 8p + 2q ≥ 24

d. 4a + 5b ≤ 20

e. 2x + 3y < 6

3x + 4y > 12

x ≥ 0

y ≥ 0

Dari contoh diatas, mana yang termasuk persamaan linear dan mana yang

termasuk pertidaksamaan linear

X

Page 133: PENGARUH PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21209/1/Dwi... · Sahabat-sahabat seperjuangan Jurusan Pendidikan Matematika Angkatan 2005,

119

Lampiran 4

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

KELOMPOK KONTROL

Sekolah : SMK Negeri 11 Jakarta

Mata Pelajaran : Matematika

Kelas/Semester : X/ 1I (dua)

Tahun Ajaran : 2009/2010

Alokasi Waktu : (2 x 45) x 8

A. Standar Kompetensi

Menyelesaikan masalah program linear

B. Kompetensi Dasar

• Membuat grafik himpunan penyelesaian sistem pertidaksamaan linear

• Menentukan model matematika dari soal cerita (kalimat verbal)

• Menentukan nilai optimum dari sistem pertidaksamaan linear

• Menerapkan garis selidik

C. Indikator

• Menggambarkan grafik pertidaksamaan linear.

• Menentukan daerah penyelesaian sistem pertidaksamaan linear.

• Menentukan pertidaksamaan linear jika diketahui daerah

penyelesaiannya.

• Membuat model matematika dari soal cerita.

• Mengenal masalah yang merupakan program linear.

• Menentukan fungsi obyektif dan kendala dari program linear.

• Menggambar daerah penyelesaian dari program linear.

• Menentukan nilai optimum dari fungsi obyektif menggunakan uji titik

sudut serta menafsirkannya.

• Menggambar garis selidik dari fungsi obyektif.

• Menentukan nilai optimum dengan menggunakan garis selidik serta

menafsirkannya.

Page 134: PENGARUH PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21209/1/Dwi... · Sahabat-sahabat seperjuangan Jurusan Pendidikan Matematika Angkatan 2005,

120

Hari pertama

Alokasi waktu : 2 x 45menit

A. Tujuan Pembelajaran :

• siswa dapat menggambar grafik pertidaksamaan linear

• siswa dapat menentukan daerah penyelesaian dari suatu pertidaksamaan

linear dengan cara grafik

B. Materi Ajar :

Grafik himpunan penyelesaian sistem pertidaksamaan linear dua variabel

C. Metode Pembelajaran :

Dengan pendekatan konvensional menggunakan metode ekspositori,

penugasan, dan tanya jawab.

D. Skenario Pembelajaran :

1. Pendahuluan (20 menit)

• Apersepsi :

o Guru mengingatkan siswa tentang persamaan dan pertidaksamaan

linear dengan memberikan lembar kegiatan

o Guru menginformasikan kepada siswa tentang materi dan tujuan

pembelajaran yang akan dicapai

• Motivasi :

Apabila materi ini ini dikuasai dengan baik, maka akan membantu

siswa dapat menyelesaikan soal-soal yang ada dalam kehidupan sehari-

hari mengenai program linear.

2. kegiatan inti (50 menit)

• Guru memberikan gambaran secara umum tentang program linear

• Guru menjelaskan materi tentang grafik himpunan penyelesaian sistem

pertidaksamaan linear

• Guru menjelaskan bagaimana menentukan daerah penyelesaian dari

suatu pertidaksamaan linear

• Guru memeberikan contoh dan membahas tentang grafik

pertidaksamaan linear serta menentukan daerah penyelesaiannya

Page 135: PENGARUH PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21209/1/Dwi... · Sahabat-sahabat seperjuangan Jurusan Pendidikan Matematika Angkatan 2005,

121

• Guru menggunakan sistem tanya jawab yang interaktif antara siswa

dengan siswa ataupun siswa dengan guru, untuk menjelaskan hal yang

tidak dimengerti oleh siswa.

3. Penutup (20 menit)

• Guru memberikan soal latihan

• guru berkeliling untuk memantau dan membimbing siswa yang

mengalami kesulitan.

• Diakhir pertemuan, diadakan refleksi terhadap pembelajaran yang

sudah berlangsung, dengan menyimpulkan materi yang sudah

dipelajari

• Guru memerintahkan siswa untuk membaca materi pada pertemuan

berikutnya

E. Sumber Belajar

• Sumber :

Dwi E. Larasati, 2008, Matematika Untuk Sekolah Menengah

Kejuruan (SMK) Kelas X, Jakarta: Ganeca Exact

Edi Susanto dan Ali Kusnanto, 2009, Matematika I untuk SMK/MAK

kelas X untuk Kelompok Sosial, Administrasi Perkantoran, dan

Akuntansi, Jakarta: Yudhistira

F. Penilaian

• Teknik Instrumen : Tertulis

• Bentuk Instrumen : Uraian

• Instrumen/soal

Page 136: PENGARUH PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21209/1/Dwi... · Sahabat-sahabat seperjuangan Jurusan Pendidikan Matematika Angkatan 2005,

122

Hari kedua

Alokasi waktu : 2 x 45menit

A. Tujuan Pembelajaran :

• Siswa mampu membuat pertidaksamaan linear jika diketahui daerah

penyelesaian dari sistem pertidaksamaan linear.

B. Materi Ajar :

Grafik himpunan penyelesaian sistem pertidaksamaan linear dua variabel.

C. Metode Pembelajaran :

Dengan pendekatan konvensional menggunakan metode ekspositori,

penugasan, dan tanya jawab.

D. Skenario Pembelajaran :

1. Pendahuluan (15 menit)

• Apersepsi :

o Dengan tanya jawab, guru mengingatkan siswa tentang masalah

yang berkaitan menggambar grafik pertidaksamaan linear dan

membahas PR yang dianggap sulit.

o Guru menginformasikan kepada siswa tentang materi dan tujuan

pembelajaran yang akan dicapai

• Motivasi :

Apabila materi ini ini dikuasai dengan baik, maka akan membantu

siswa dapat menyelesaikan soal-soal yang ada dalam kehidupan sehari-

hari mengenai program linear.

2. kegiatan inti (50 menit)

• Guru mendeskripsikan bagaimana membuat pertidaksamaan jika

diketahui daerah penyelesaian dengan menjelaskan bagaimana

menentukan persamaan garis, jika diketahui 2 buah titik.

• Guru memberikan contoh kemudian membahasnya.

• Guru menggunakan sistem tanya jawab yang interaktif antara siswa

dengan siswa ataupun siswa dengan guru, untuk menjelaskan hal yang

tidak dimengerti oleh siswa.

Page 137: PENGARUH PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21209/1/Dwi... · Sahabat-sahabat seperjuangan Jurusan Pendidikan Matematika Angkatan 2005,

123

3. Penutup (25 menit)

• Guru memberikan soal latihan

• guru berkeliling untuk memantau dan membimbing siswa yang

mengalami kesulitan.

• Diakhir pertemuan, diadakan refleksi terhadap pembelajaran yang

sudah berlangsung, dengan menyimpulkan materi yang sudah

dipelajari

• Guru memerintahkan siswa untuk membaca materi pada pertemuan

berikutnya

E. Sumber Belajar

• Sumber :

Dwi E. Larasati, 2008, Matematika Untuk Sekolah Menengah

Kejuruan (SMK) Kelas X, Jakarta: Ganeca Exact

Edi Susanto dan Ali Kusnanto, 2009, Matematika I untuk SMK/MAK

kelas X untuk Kelompok Sosial, Administrasi Perkantoran, dan

Akuntansi, Jakarta: Yudhistira

Referensi lain yang relevan

F. Penilaian

• Teknik Instrumen : Tertulis

• Bentuk Instrumen : Uraian

• Instrumen/soal

Page 138: PENGARUH PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21209/1/Dwi... · Sahabat-sahabat seperjuangan Jurusan Pendidikan Matematika Angkatan 2005,

124

Hari ketiga

Alokasi waktu : 2 x 45menit

A. Tujuan Pembelajaran :

• Siswa dapat memahami pengertian program linear

• Siswa mampu mengidentifikasi masalah dan menentukan model

matematika dari persoalan kehidupan sehari-hari

B. Materi Ajar : Model matematika

C. Metode Pembelajaran :

Dengan pendekatan konvensional menggunakan metode ekspositori,

penugasan, dan tanya jawab.

D. Skenario Pembelajaran :

1. Pendahuluan (15 menit)

• Apersepsi :

o Dengan tanya jawab, guru mengingatkan siswa tentang

pertidaksamaan linear dan membahas PR yang dianggap sulit

o Guru menginformasikan kepada siswa tentang materi dan tujuan

pembelajaran yang akan dicapai

• Motivasi :

Apabila materi ini ini dikuasai dengan baik, maka akan membantu

siswa dapat menyelesaikan soal-soal yang ada dalam kehidupan sehari-

hari mengenai program linear.

2. kegiatan inti (55 menit)

• Guru menjelaskan materi tentang program linear dan masalah yang

berkaitan dengan program linear.

• Guru menjelaskan bagaimana membuat model matematika dari soal

cerita.

• Guru memeberikan contoh dan membahas tentang masalah program

linear

• Guru menggunakan sistem tanya jawab yang interaktif antara siswa

dengan siswa ataupun siswa dengan guru, untuk menjelaskan hal yang

tidak dimengerti oleh siswa.

Page 139: PENGARUH PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21209/1/Dwi... · Sahabat-sahabat seperjuangan Jurusan Pendidikan Matematika Angkatan 2005,

125

3. Penutup (20 menit)

• Guru memberikan soal latihan

• guru berkeliling untuk memantau dan membimbing siswa yang

mengalami kesulitan.

• Diakhir pertemuan, diadakan refleksi terhadap pembelajaran yang

sudah berlangsung, dengan menyimpulkan materi yang sudah

dipelajari

• Guru memerintahkan siswa untuk membaca materi pada pertemuan

berikutnya

E. Sumber Belajar

• Sumber :

Dwi E. Larasati, 2008, Matematika Untuk Sekolah Menengah

Kejuruan (SMK) Kelas X, Jakarta: Ganeca Exact

Edi Susanto dan Ali Kusnanto, 2009, Matematika I untuk SMK/MAK

kelas X untuk Kelompok Sosial, Administrasi Perkantoran, dan

Akuntansi, Jakarta: Yudhistira

Referensi lain yang relevan

G. Penilaian

• Teknik Instrumen : Tertulis

• Bentuk Instrumen : Uraian

Page 140: PENGARUH PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21209/1/Dwi... · Sahabat-sahabat seperjuangan Jurusan Pendidikan Matematika Angkatan 2005,

126

Hari keempat

Alokasi waktu : 2 x 45menit

A. Tujuan Pembelajaran :

Siswa mampu membuat model matematika dari masalah program linear, serta

menentukan fungsi obyektif dan kendala dari masalah program linear

B. Materi Ajar : Fungsi obyektif dan nilai optimum

C. Metode Pembelajaran :

Dengan pendekatan konvensional menggunakan metode ekspositori,

penugasan, dan tanya jawab.

D. Skenario Pembelajaran :

1. Pendahuluan (15 menit)

• Apersepsi :

o Dengan tanya jawab, guru mengingatkan siswa tentang membuat

model matematika dari masalah yang berkaitan dengan program

linear

o Guru menginformasikan kepada siswa tentang materi dan tujuan

pembelajaran yang akan dicapai

• Motivasi :

Apabila materi ini ini dikuasai dengan baik, maka akan membantu

siswa dapat menyelesaikan soal-soal yang ada dalam kehidupan sehari-

hari mengenai program linear.

2. kegiatan inti (50 menit)

• Guru menjelaskan tentang fungsi tujuan dan kendala dalam masalah

program linear.

• Guru memeberikan contoh dan membahas tentang fungsi tujuan dan

kendala dalam masalah program linear

• Guru menggunakan sistem tanya jawab yang interaktif antara siswa

dengan siswa ataupun siswa dengan guru, untuk menjelaskan hal yang

tidak dimengerti oleh siswa.

Page 141: PENGARUH PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21209/1/Dwi... · Sahabat-sahabat seperjuangan Jurusan Pendidikan Matematika Angkatan 2005,

127

3. Penutup (25 menit)

• Guru memberikan soal latihan

• Guru berkeliling untuk memantau dan membimbing siswa yang

mengalami kesulitan.

• Diakhir pertemuan, diadakan refleksi terhadap pembelajaran yang

sudah berlangsung, dengan menyimpulkan materi yang sudah

dipelajari

• Guru memerintahkan siswa untuk membaca materi pada pertemuan

berikutnya

E. Sumber Belajar

• Sumber :

Dwi E. Larasati, 2008, Matematika Untuk Sekolah Menengah

Kejuruan (SMK) Kelas X, Jakarta: Ganeca Exact

Edi Susanto dan Ali Kusnanto, 2009, Matematika I untuk SMK/MAK

kelas X untuk Kelompok Sosial, Administrasi Perkantoran, dan

Akuntansi, Jakarta: Yudhistira

Referensi lain yang relevan

F. Penilaian

• Teknik Instrumen : Tertulis

• Bentuk Instrumen : Uraian

• Instrumen/soal

Page 142: PENGARUH PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21209/1/Dwi... · Sahabat-sahabat seperjuangan Jurusan Pendidikan Matematika Angkatan 2005,

128

Hari kelima

Alokasi waktu : 2 x 45menit

A. Tujuan Pembelajaran :

Siswa dapat menggambar daerah penyelesaian dari masalah program linear

B. Materi Ajar : Fungsi obyektif dan nilai optimum

C. Metode Pembelajaran :

Dengan pendekatan konvensional menggunakan metode ekspositori,

penugasan, dan tanya jawab.

D. Skenario Pembelajaran :

1. Pendahuluan (15 menit)

• Apersepsi :

o Dengan tanya jawab, guru mengingatkan siswa tentang

mengingatkan siswa tentang menentukan fungsi tujuan dan kendala

dari masalah program linear, serta bagaimana menggambar grafik

sistem pertidaksamaan linear.

o Guru menginformasikan kepada siswa tentang materi dan tujuan

pembelajaran yang akan dicapai

• Motivasi :

Apabila materi ini ini dikuasai dengan baik, maka akan membantu

siswa dapat menyelesaikan soal-soal yang ada dalam kehidupan sehari-

hari mengenai program linear.

2. Kegiatan inti (50 menit)

• Guru menjelaskan bagaimana menentukan daerah penyelesaian dari

suatu pertidaksamaan linear yang terbentuk dari masalah program

linear, jika terbentuk lebih dari 2 pertidaksamaan.

• Guru memeberikan contoh dan membahasnya.

• Guru menggunakan sistem tanya jawab yang interaktif antara siswa

dengan siswa ataupun siswa dengan guru, untuk menjelaskan hal yang

tidak dimengerti oleh siswa.

Page 143: PENGARUH PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21209/1/Dwi... · Sahabat-sahabat seperjuangan Jurusan Pendidikan Matematika Angkatan 2005,

129

3. Penutup (25 menit)

• Guru memberikan soal latihan

• Guru berkeliling untuk memantau dan membimbing siswa yang

mengalami kesulitan.

• Diakhir pertemuan, diadakan refleksi terhadap pembelajaran yang

sudah berlangsung, dengan menyimpulkan materi yang sudah

dipelajari

• Guru memerintahkan siswa untuk membaca materi pada pertemuan

berikutnya

E. Sumber Belajar

• Sumber :

Dwi E. Larasati, 2008, Matematika Untuk Sekolah Menengah

Kejuruan (SMK) Kelas X, Jakarta: Ganeca Exact

Edi Susanto dan Ali Kusnanto, 2009, Matematika I untuk SMK/MAK

kelas X untuk Kelompok Sosial, Administrasi Perkantoran, dan

Akuntansi, Jakarta: Yudhistira

Referensi lain yang relevan

F. Penilaian

• Teknik Instrumen : Tertulis

• Bentuk Instrumen : Uraian

• Instrumen/soal

Page 144: PENGARUH PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21209/1/Dwi... · Sahabat-sahabat seperjuangan Jurusan Pendidikan Matematika Angkatan 2005,

130

Hari keenam

Alokasi waktu : 2 x 45menit

A. Tujuan Pembelajaran :

Siswa dapat menentukan nilai optimum dari fungsi tujuan sebagai penyelesaian

masalah program linear dengan menyelidiki titik sudut daerah penyelesaian

dan menafsirkannya.

B. Materi Ajar : Fungsi obyektif dan nilai optimum

C. Metode Pembelajaran :

Dengan pendekatan konvensional menggunakan metode ekspositori,

penugasan, dan tanya jawab.

D. Skenario Pembelajaran :

1. Pendahuluan (15 menit)

• Apersepsi :

o Dengan tanya jawab, guru mengingatkan siswa tentang

menggambar grafik dari kendala pada masalah program linear, dan

menentukan titik potong dari dua buah garis.

o Guru menginformasikan kepada siswa tentang materi dan tujuan

pembelajaran yang akan dicapai

2. Motivasi :

Apabila materi ini ini dikuasai dengan baik, maka akan membantu

siswa dapat menyelesaikan soal-soal yang ada dalam kehidupan sehari-

hari mengenai program linear.

3. kegiatan inti (50 menit)

• Guru menjelaskan tentang masalah optimasi pada program linear.

• Guru menjelaskan bagaimana cara menentukan nilai optimum dan

menafsirkannya dengan menggunakan metode uji titik sudut dari

masalah program linear

• Guru memberikan contoh dan membahasnya.

• Guru menggunakan sistem tanya jawab yang interaktif antara siswa

dengan siswa ataupun siswa dengan guru, untuk menjelaskan hal yang

tidak dimengerti oleh siswa.

Page 145: PENGARUH PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21209/1/Dwi... · Sahabat-sahabat seperjuangan Jurusan Pendidikan Matematika Angkatan 2005,

131

4. Penutup (25 menit)

• Guru memberikan soal latihan

• guru berkeliling untuk memantau dan membimbing siswa yang

mengalami kesulitan.

• Diakhir pertemuan, diadakan refleksi terhadap pembelajaran yang

sudah berlangsung, dengan menyimpulkan materi yang sudah

dipelajari

• Guru memerintahkan siswa untuk membaca materi pada pertemuan

berikutnya

E. Sumber Belajar

• Sumber :

Dwi E. Larasati, 2008, Matematika Untuk Sekolah Menengah

Kejuruan (SMK) Kelas X, Jakarta: Ganeca Exact

Edi Susanto dan Ali Kusnanto, 2009, Matematika I untuk SMK/MAK

kelas X untuk Kelompok Sosial, Administrasi Perkantoran, dan

Akuntansi, Jakarta: Yudhistira

Referensi lain yang relevan

F. Penilaian

• Teknik Instrumen : Tertulis

• Bentuk Instrumen : Uraian

• Instrumen/soal

Page 146: PENGARUH PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21209/1/Dwi... · Sahabat-sahabat seperjuangan Jurusan Pendidikan Matematika Angkatan 2005,

132

Hari ketujuh

Alokasi waktu : 2 x 45menit

A. Tujuan Pembelajaran :

Siswa dapat menjelaskan dan membuat garis selidik dari fungsi obyektif

B. Materi Ajar : garis selidik

C. Metode Pembelajaran :

Dengan pendekatan konvensional menggunakan metode ekspositori,

penugasan, dan tanya jawab.

D. Skenario Pembelajaran :

1. Pendahuluan (15 menit)

• Apersepsi :

o Dengan tanya jawab, guru mengingatkan siswa tentang metode uji

titk sudut linear dan membahas PR yang dianggap sulit, serta

bagaimana menggambar fungsi linear.

o Guru menginformasikan kepada siswa tentang materi dan tujuan

pembelajaran yang akan dicapai

• Motivasi :

Apabila materi ini ini dikuasai dengan baik, maka akan membantu

siswa dapat menyelesaikan soal-soal yang ada dalam kehidupan sehari-

hari mengenai program linear.

2. kegiatan inti (50 menit)

• Guru menjelaskan tentang garis selidik serta kegunaannya dalam

masalah optimasi pada program linear.

• Guru menjelaskan bagaimana menggambar garis selidik serta

hubungannya dengan gradien garis lurus.

• Guru memberikan contoh dan membahasnya.

• Guru menggunakan sistem tanya jawab yang interaktif antara siswa

dengan siswa ataupun siswa dengan guru, untuk menjelaskan hal yang

tidak dimengerti oleh siswa.

Page 147: PENGARUH PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21209/1/Dwi... · Sahabat-sahabat seperjuangan Jurusan Pendidikan Matematika Angkatan 2005,

133

3. Penutup (25 menit)

• Guru memberikan soal latihan

• guru berkeliling untuk memantau dan membimbing siswa yang

mengalami kesulitan.

• Diakhir pertemuan, diadakan refleksi terhadap pembelajaran yang

sudah berlangsung, dengan menyimpulkan materi yang sudah

dipelajari

• Guru memerintahkan siswa untuk membaca materi pada pertemuan

berikutnya

E. Sumber Belajar

• Sumber :

Dwi E. Larasati, 2008, Matematika Untuk Sekolah Menengah

Kejuruan (SMK) Kelas X, Jakarta: Ganeca Exact

Edi Susanto dan Ali Kusnanto, 2009, Matematika I untuk SMK/MAK

kelas X untuk Kelompok Sosial, Administrasi Perkantoran, dan

Akuntansi, Jakarta: Yudhistira

Referensi lain yang relevan

F. Penilaian

• Teknik Instrumen : Tertulis

• Bentuk Instrumen : Uraian

• Instrumen/soal

Page 148: PENGARUH PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21209/1/Dwi... · Sahabat-sahabat seperjuangan Jurusan Pendidikan Matematika Angkatan 2005,

134

Hari kedelapan

Alokasi waktu : 2 x 45menit

A. Tujuan Pembelajaran :

Siswa dapat menentukan nilai optimum menggunakan garis selidik dan

menafsirkannya

B. Materi Ajar : garis selidik dan nilai optimum

C. Metode Pembelajaran :

Dengan pendekatan konvensional menggunakan metode ekspositori,

penugasan, dan tanya jawab.

D. Skenario Pembelajaran :

1. Pendahuluan (15 menit)

• Apersepsi :

o Dengan tanya jawab, guru mengingatkan siswa tentang garis

selidik

o Guru menginformasikan kepada siswa tentang materi dan tujuan

pembelajaran yang akan dicapai

• Motivasi :

Apabila materi ini ini dikuasai dengan baik, maka akan membantu

siswa dapat menyelesaikan soal-soal yang ada dalam kehidupan sehari-

hari mengenai program linear.

2. kegiatan inti (50 menit)

• Guru menjelaskan langkah-langkah menentukan nilai optimum

menggunakan garis selidik serta menafsirkannya dari masalah

program linear.

• Guru memberikan contoh dan membahasnya bersama-sama

• Guru menggunakan sistem tanya jawab yang interaktif antara siswa

dengan siswa ataupun siswa dengan guru, untuk menjelaskan hal yang

tidak dimengerti oleh siswa.

Page 149: PENGARUH PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21209/1/Dwi... · Sahabat-sahabat seperjuangan Jurusan Pendidikan Matematika Angkatan 2005,

135

3. Penutup (25 menit)

• Guru memberikan soal latihan

• Guru berkeliling untuk memantau dan membimbing siswa yang

mengalami kesulitan.

• Diakhir pertemuan, diadakan refleksi terhadap pembelajaran yang

sudah berlangsung, dengan menyimpulkan materi yang sudah

dipelajari, selanjutnya guru menanyakan tentang materi program

linear yang masih belum dipahami

• Guru memberikan PR (no: 2-4)

E. Sumber Belajar

• Sumber :

Dwi E. Larasati, 2008, Matematika Untuk Sekolah Menengah

Kejuruan (SMK) Kelas X, Jakarta: Ganeca Exact

Edi Susanto dan Ali Kusnanto, 2009, Matematika I untuk SMK/MAK

kelas X untuk Kelompok Sosial, Administrasi Perkantoran, dan

Akuntansi, Jakarta: Yudhistira

Referensi lain yang relevan

F. Penilaian

• Teknik Instrumen : Tertulis

• Bentuk Instrumen : Uraian

• Instrumen/soal

Page 150: PENGARUH PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21209/1/Dwi... · Sahabat-sahabat seperjuangan Jurusan Pendidikan Matematika Angkatan 2005,

 

LAMPIARAN 5

Penilaian Validitas Instrumen Kemampuan Koneksi Matematik oleh Panelis (Rater)

A. Identitas

Nama :

Pekerjaan/Bidang Keahlian :

B. Pengantar

Berikut ini diberikan skala penilaian validitas instrumen kemampuan koneksi matematik. Bapak/Ibu diminta menilai ketepatan

soal (butir) mengukur indikator dengan cara melingkari alternatif skala penilaian. Adapun skala penilaian adalah sebagai berikut:

1 : Jika butir kurang tepat megukur indikator

2 : Jika butir tepat mengukur indikator

3 : Jika butir sangat tepat mengukur indikator

Para penilai juga diminta memberi komentar/koreksi terhadap butir soal yang masih kurang jelas.

Page 151: PENGARUH PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21209/1/Dwi... · Sahabat-sahabat seperjuangan Jurusan Pendidikan Matematika Angkatan 2005,

 

C. Indikator, Soal & Skala Penilaian

No

butir

Indikator Soal Skala Penilaian Komentar/koreksi

1 2 3

1 Siswa dapat membuat

koneksi antara barisan

aritmatika dengan

pertidaksamaan linear

dalam menyelesaikan

masalah program

linear

Diketahui 4 suku pertama dari suatu barisan aritmatika

yaitu:

I. 4, 6, 8, 10, …

II. 0, 2, 4, 6, …

a. Tentukan rumus suku ke-n dari barisan tersebut,

kemudian buatlah grafik dari persamaan rumus

tersebut.

b. Diketahui A(1,1); B(6,1); C(1,6) adalah segitiga.

Jika daerah D terletak didalam yang dibatasi

oleh garis (pada soal no.a) Gambarlah daerah D

kemudian tentukan sistem pertidaksamaannya.

c. Dengan menggunakan garis selidik, tentukan nilai

maksimum dari pertidaksamaan diatas dengan z =

2x + y

1 2 3

Page 152: PENGARUH PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21209/1/Dwi... · Sahabat-sahabat seperjuangan Jurusan Pendidikan Matematika Angkatan 2005,

 

2 Siswa dapat membuat

koneksi antara

determinan matriks

dengan sistem

pertidaksamaan linear

dalam masalah

program linear

Diketahui 4 buah matriks sebagai berikut:

Jika fungsi dengan

syarat: ; ;

Tentukan nilai maksimum di M

1 2 3

3 Siswa dapat membuat

koneksi antara matriks

dengan

pertidaksamaan linear

dalam menyelesaikan

masalah program

linear

Tabel dibawah ini merupakan gambaran proses

pembuatan pakaian pabrik “Makmur” dalam 1 bulan

Jika waktu yang tersedia dalam 1 bulan untuk masing-

masing proses secara berurutan adalah 350 jam,

Proses Jenis pakaian

Dewasa Anak-anak

Potong (jam) 2 1

Oberas (jam) 2 1/2

Jahit (jam) 3 2

Finishing (jam) 2 2

1 2 3

Page 153: PENGARUH PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21209/1/Dwi... · Sahabat-sahabat seperjuangan Jurusan Pendidikan Matematika Angkatan 2005,

 

350 jam, 600 jam, dan 400 jam

a. Tentukan model matematika dari masalah diatas

b. Buatlah grafik daerah penyelesaian yang memenuhi

model matematika yang diperoleh.

c. Jika keuntungan untuk satu pakaian anak dewasa

Rp.8.000,00 dan untuk pakaian anak-anak

Rp.6.000,00 hitunglah keuntungan terbesar yang

diperoleh pabrik tersebut

d. Berapa banyak pakaian anak-anak dan dewasa yang

harus dibuat

4 Siswa dapat membuat

koneksi antara fungsi

dengan

pertidaksamaan linear

dalam menyelesaikan

masalah program

linear

Perhatikan diagram panah dibawah ini!

A B A B

Gambar (1) Gambar (2)

1 2 3

10 

10 

Page 154: PENGARUH PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21209/1/Dwi... · Sahabat-sahabat seperjuangan Jurusan Pendidikan Matematika Angkatan 2005,

 

a. Tentukan fungsi (rumus fungsi) yang memetakan

setiap anggota A ke setiap anggota B pada gambar

(1) dan (2) yang sesuai dengan diagram panah

diatas, kemudian buatlah grafik dari fungsi diatas

b. Tentukan sistem pertidaksamaan dari daerah D

yang dibatasi oleh fungsi pada gambar (1), gambar

(2), dan

c. Tentukan nilai maksimum dari pertidaksamaan

diatas dengan z = 2x + 5y

5 Siswa dapat membuat

koneksi antara gradien

garis lurus dengan

pertidaksamaan linear

untuk menyelesaikan

masalah optimasi dari

program linear.

1 2 3

A

B

C

Page 155: PENGARUH PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21209/1/Dwi... · Sahabat-sahabat seperjuangan Jurusan Pendidikan Matematika Angkatan 2005,

 

Pada gambar diatas, daerah yang diatas adalah A(1,2) ;

B(a,7) ; C(5,b) jika gradien garis AB adalah 5/2 dan

gradien garis BC adalah -2. Tentukanlah

pertidaksamaan yang memenuhi daerah penyelesaian

diatas, kemudian tentukan nilai maksimum dari F(x,y)

= 5x + 2y

6 Siswa dapat membuat

koneksi antara bunga

majemuk dengan

pertidaksamaan linear.

Ami menabungkan uangnya di bank Rp.20.000.000,00

dengan bunga 20% per tahun, bunga yang diberikan

berbentuk bunga majemuk atau bunganya berbunga

lagi pada tahun berikutnya. Pada akhir tahun ke-4

uang Ami diambil, dan digunakan untuk memperbaiki

kiosnya sebesar Rp.1.472.000 sisanya dijadikan modal

usaha tas. Ami menjual dua jenis tas, yaitu tas model

A dan tas model B. untuk setiap tas model A ami

mengambil keuntungan Rp.10.000,00 yang dijual

seharga Rp.110.000,00 sedangkan untuk tas model B

1 2 3

Page 156: PENGARUH PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21209/1/Dwi... · Sahabat-sahabat seperjuangan Jurusan Pendidikan Matematika Angkatan 2005,

 

ami mengambil keuntungan Rp.7.500,00 yang dijual

seharga Rp.87.500,00 jika kiosnya hanya dapat

menampung 450 tas.

a. Buatlah model matematika dari masalah tersebut

b. Hitunglah keuntungan maksimum yang akan ami

peroleh

7 Siswa mampu

membuat koneksi

antara luas persegi

panjang dengan

pertidaksamaan linear.

Suatu persegi panjang, diketahui panjangnya lebih 3cm

dari pada lebarnya. Jika luasnya paling sedikit 18cm2.

Maka tentukan panjang dan lebar minimum

1 2 3

 

   

Page 157: PENGARUH PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21209/1/Dwi... · Sahabat-sahabat seperjuangan Jurusan Pendidikan Matematika Angkatan 2005,

143 

 

Lampiran 6

Hasil Penilaian Validitas Isi oleh Para Rater

Keterangan Rater:

A = Dr. Kadir, M.Pd

B = Maifalinda Fatra, M.Pd

C = Abdul Muin, S.Si, M.Pd

D = Lia Kurniawati, M.Pd

Mengetahui

Pembimbing I Pembimbing II

Dr. Kadir, M.Pd Firdausi, M.Pd

NIP. 19670812 199402 1 001 NIP. 19690629 200501 1 003

No butir Nilai A B C D

1 2 2 2 1 2 3 3 3 2 3 2 3 3 1 4 3 3 3 2 5 3 2 3 2 6 3 2 3 2 7 3 3 3 1

Page 158: PENGARUH PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21209/1/Dwi... · Sahabat-sahabat seperjuangan Jurusan Pendidikan Matematika Angkatan 2005,

144 

 

Lampiran 7

Reliabilitas Interater

Data tersebut selanjutnya perlu disajikan dalam bentuk sebagai berikut:

dimana

Xij, i = 1, 2, 3,…….7

j = A, B, C, D

r = reliabilitas kesesuaian penilai

no butir

nilai Xi Xi2

Xi.2

A B C D Xi.2 Xi.2 Xi.2 Xi.2 ΣXi.2

1 2 2 2 1 7 49 4 4 4 1 13 2 3 3 3 2 11 121 9 9 9 4 31 3 2 3 3 1 9 81 4 9 9 1 23 4 3 3 3 2 11 121 9 9 9 4 31 5 3 2 3 2 10 100 9 4 9 4 26 6 3 2 3 2 10 100 9 4 9 4 26 7 3 3 3 1 10 100 9 9 9 1 28

ΣXj 19 18 20 11 68 672 178 Xj2 361 324 400 121

Σ Xj2 1206

Page 159: PENGARUH PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21209/1/Dwi... · Sahabat-sahabat seperjuangan Jurusan Pendidikan Matematika Angkatan 2005,

145 

 

JKerror = JKe = JKT – JKb – JKk = 12,86 – 2,86 – 7,14 = 2,86

dbb = nb – 1 = 7 – 1 = 6

dbe = (na - 1)(nb - 1) = 6 x 3 = 18

maka :

 

Jadi koefisien reliabilitas interater antar ke lima penilai sebesar 0.67

Page 160: PENGARUH PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21209/1/Dwi... · Sahabat-sahabat seperjuangan Jurusan Pendidikan Matematika Angkatan 2005,

146 

 

LAMPIRAN 8

Instrumen Tes Petunjuk:

• Berdoalah terlebih dahulu sebelum mengerjakannya

• Tulislah nama dan kelas kamu pada lembar jawaban yang telah

disediakan!

• Selesaikan semua soal sesuai dengan perintah, dan silahkan menjawab

pada lembar jawaban yang telah disediakan

• Kerjakan terlebih dahulu soal yang kamu anggap mudah

• Periksa kembali hasil kerjamu sebelum dikumpulkan

1. Diketahui 4 suku pertama dari suatu barisan aritmatika yaitu:

I. 4, 6, 8, 10, …

II. 0, 2, 4, 6, …..

a. Tentukan rumus suku ke-n dari barisan I dan II diatas, kemudian dari

rumus tersebut buatlah grafiknya.

b. Diketahui A(1,1); B(6,1); C(1,6) adalah segitiga. Jika daerah D terletak

didalam yang dibatasi oleh garis pada no.a (garis I dan II)

Gambarlah daerah D kemudian tentukan sistem pertidaksamaannya.

c. Dengan menggunakan garis selidik, tentukan nilai maksimum dari

pertidaksamaan diatas dengan z = 2x + y

2. Diketahui 4 buah matriks sebagai berikut:

jika fungsi

dengan syarat:

; ; Tentukan nilai

maksimum di M

Page 161: PENGARUH PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21209/1/Dwi... · Sahabat-sahabat seperjuangan Jurusan Pendidikan Matematika Angkatan 2005,

147 

 

3. Matriks dibawah ini merupakan gambaran proses pembuatan pakaian pabrik

“Makmur” dalam 1 bulan.

Jenis pakaian

Proses (waktu) dewasa anak-anak

pemotongan (jam) 2 1

pengoberasan (jam) 2 1/2

penjahitan (jam) 3 2

finishing (jam) 2 2

Jika waktu yang tersedia dalam 1 bulan untuk masing-masing proses secara

berurutan adalah 350 jam, 350 jam, 600 jam, dan 400 jam

a. Tentukan model matematika dari masalah diatas

b. Buatlah grafik daerah penyelesaian yang memenuhi model matematika yang

diperoleh.

c. Jika keuntungan untuk satu pakaian anak dewasa Rp.8.000,00 dan untuk

pakaian anak-anak Rp.6.000,00 hitunglah keuntungan terbesar yang

diperoleh pabrik tersebut

d. Berapa banyak pakaian anak-anak dan dewasa yang harus dibuat

4. Perhatikan diagram panah dibawah ini!

A B A B

Gambar (1) Gambar (2)

a. Tentukan fungsi (rumus fungsi) yang memetakan setiap anggota A ke setiap

anggota B pada gambar (1) dan (2) yang sesuai dengan diagram panah

diatas, kemudian buatlah grafik dari fungsi diatas

10 

1

3

10 

Page 162: PENGARUH PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21209/1/Dwi... · Sahabat-sahabat seperjuangan Jurusan Pendidikan Matematika Angkatan 2005,

148 

 

b. Tentukan sistem pertidaksamaan dari daerah D yang dibatasi oleh fungsi

pada gambar (1), gambar (2), dan

c. Tentukan nilai maksimum dari pertidaksamaan diatas dengan z = 2x + 5y

5. Pada gambar (1) dibawah, diketahui titik-titik A(1,2) ; B(a,7) ; C(5,b) jika

gradien garis AB adalah 5/2 dan gradien garis BC adalah -2

Tentukanlah pertidaksamaan yang

memenuhi daerah penyelesaian

disamping, kemudian tentukan nilai

maksimum dari F(x,y) = 5x + 2y yang

memenuhi daerah penyelesaian pada

gambar 1.

Gambar (1)

6. Ami menabungkan uangnya di bank Rp.20.000.000,00 dengan bunga 20% per

tahun, bunga yang diberikan berbentuk bunga majemuk atau bunganya

berbunga lagi pada tahun berikutnya. Pada akhir tahun ke-4 uang Ami diambil,

dan digunakan untuk memperbaiki kiosnya sebesar Rp.1.472.000 sisanya

dijadikan modal usaha tas. Ami menjual dua jenis tas, yaitu tas model A dan

tas model B. untuk tas model A ami menjual Rp.110.000,00 dengan

keuntungan Rp.10.000,00/tas sedangkan untuk tas model B ami menjual

Rp.87.500,00 dengan keuntungan Rp.7.500,00/tas, jika kiosnya hanya dapat

menampung 450 tas.

a. Buatlah model matematika dari masalah tersebut

b. Hitunglah keuntungan maksimum yang akan ami peroleh

7. Pekarangan rumah Andi berbentuk persegi panjang. Diperkirakan memiliki

luas minimum 18m2, setelah diukur, diketahui panjangnya lebih 3m dari lebar

pekarangan tersebut. Tentukanlah sistem pertidaksamaannya kemudian

hitunglah panjang dan lebar minimum dari pekarangan tersebut.

2 A 

C

Page 163: PENGARUH PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21209/1/Dwi... · Sahabat-sahabat seperjuangan Jurusan Pendidikan Matematika Angkatan 2005,

149 

 

I

LAMPIRAN 9

PEDOMAN PENSKORAN

No.

Soal

Jawaban Soal Skor Skor

penuh

1 a. I. a = 4 ; b = U2 – U1 = 6 – 4 = 2

Un = a + (n-1)b = 4 + (n-1)2 = 4 + 2n – 2 = 2n + 2

Un = 2n + 2

y – 2x = 2

II. a = 0 ; b = U2 – U1 = 2 – 0 = 2 ;

Un = a + (n-1)b = 0 + (n-1)2 = 2n – 2

Un = 2n – 2

y – 2x = -2

b. Garis BC:

                              C    I      II

                                        D      

-5(y-1) = 5(x-6) A B

-5y + 5 = 5x -30

5x + 5y = 35

x + y = 7

ambil titik (2,3) pada D maka 2 + 3 ≤ 7

jadi, x + y ≤ 7

untuk y – 2x = 2, ambil titik (2,3) pada DP maka 3 – 4 ≤ 2

jadi, -2x + y ≤ 2

untuk y – 2x = -2 , ambil titik (2,3) pada DP maka 3 -4≥ -2

jadi, -2x + y ≥ -2

maka sistem pertidaksamaannya adalah:

x ≥ 1 ; y ≥ 1; x + y ≤ 7 ; -2x + y ≤ 2 ; -2x + y ≥ -2

6

10

20

Page 164: PENGARUH PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21209/1/Dwi... · Sahabat-sahabat seperjuangan Jurusan Pendidikan Matematika Angkatan 2005,

150 

 

c. Maksimumkan Z = 2x + y

Dengan menggunakan garis selidik, maka didapat titik terjauh

dari O(0,0) adalah titik S yaitu perpotongan garis

x + y = 7 dengan garis -2x + y = -2; maka:

x + y = 7 → 3 + y = 7

-2x + y = -2 - y = 7 – 3 = 4

3x = 9

x = 3

titik S(3,4) → maka nilai maksimum dari

Z = 2x + 3y = 2(3) + 3(4) = 6 + 12 = 18

4

2 |A| = 8x – 6x = 2x ; |B| = 6y – 2y = 4y ; |C| = 18 – 10 = 8

|D| = 18 – 6 = 12

Syarat:

½ |A| + ¼ |B| ≥ |C| → x + y ≥ 8 ;

|A| + ¼ |B| ≤ |D| → 2x + y ≤ 12 ; x ≥ 0 ; y ≥ 0

Maksimumkam M = ½ |A| - ½ |B| = x – 2y L

K DP

M

Daerah penyelesaian KLM

Titik K (0,8) maka M = x -2y = 0 – 2(8) = -16

Titik L (0,12) maka M = 0 – 2(12) = -24

Titik M (4,4) maka M = 4 – 2(4) = 4 – 8 = -4

Maka nilai maksimum dari fungsi M adalah -4

4

6

10

3 a. Kendala:

2x + y ≤ 350 ; 2x + ½ y ≤ 350 ; 3x + 2y ≤ 600 ;

2x + 2y ≤ 400 ; x ≥ 0 ; y ≥ 0

4

20

Page 165: PENGARUH PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21209/1/Dwi... · Sahabat-sahabat seperjuangan Jurusan Pendidikan Matematika Angkatan 2005,

151 

 

Fungsi tujuan:

Maksimumkan Z = 8000x + 6000y

b. Daerah penyelesaian OABC

A

DP B

O C

Keterangan : setiap 1 kotak 25

c. Maksimumkan Z = 8000x + 6000y

Daerah penyelesaiannya adalah OABCD

O(0,0) maka Z = 0

A(0,200) maka Z = 0 + 6.000(200) = 1.200.000

B(150,50) maka Z = 8.000(150) + 6.000(50)

= 1.500.000

C(175,0) maka Z = 8.000(175) + 0 = 1.400.000

Jadi, keuntungan maksimum yang akan diperoleh pabrik

tersebut adalah Rp.1.500.000

d. Agar memperoleh keuntungan maksimum pabrik tersebut

harus membuat pakaian dewasa sebanyak 150 buah dan 50

buah untuk pakaian anak-anak.

6

6

4

4 a. Gambar (1): f(x) = 2x → y = 2x

Gambar (20: f(x) = x + 2 → y – 2x = 2

4

12

Page 166: PENGARUH PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21209/1/Dwi... · Sahabat-sahabat seperjuangan Jurusan Pendidikan Matematika Angkatan 2005,

152 

 

b. Sistem pertidaksamaannya:

Ambil titik (1/2 , 2) pada DP

Maka : y – 2x ≥ 0 ; y – x ≤ 2 C(2,4)

x ≥ 0 B(0,2) DP

c. Maksimumkan Z = 2x + 5y

A(0,0) maka Z = 0 A

B(0,2) maka Z = 0 + 10 = 10

C(2,4) maka Z = 4 + 20 =24

Jadi, nilai maksimumnya adalah 24

4

4

5 Garis AB dengan mAB = 5/2 ; A(1,2) ; B(a,7)

(a – 1)(y – 2) = 5 (x – 1)

y(a-1) – 2(a-1) = 5x -5

(a-1)y – 5x = 2(a-1) – 5

MAB = 5/2 = -A/B = -(-5)/(a-1) = 5/(a-1)

a-1 = 2 maka a = 3 ; maka B(3,7)

maka persamaan garis AB adalah : 2y – 5x = -1

ambil titik (3,4) pada DP maka 2(4) – 5(3) = -7 ≤ -1 ; maka

-5x + 2y ≤ -1

Garis BC dengan mBC = -2 ; B(3,7) ; C(5,b)

2(y-7) = (b-7)(x-3)

2y – 14 = (b-7)x – 3(b-7)

2y – (b-7)x = 14 – 3(b-7)

MBC = -2 = -(-(b-7))/2

-2 = (b – 7)/2 ↔ -4 = b – 7 ↔b = -4 + 7 = 3 ; maka C(5,3)

Maka persamaan garis BC adalah: 2y – (-4)x = 14 – 3(-4)

2y + 4x = 26 ; ambil titik (3,4) pada DP maka 2(4) + 4(3) ≤ 26

Maka: 4x +2y ≤ 26

4

4

15

Page 167: PENGARUH PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21209/1/Dwi... · Sahabat-sahabat seperjuangan Jurusan Pendidikan Matematika Angkatan 2005,

153 

 

Persamaan garis AC dengan A(1,2) dan C(5,3) adalah:

4(y-2) = x-1 ↔ 4y – 8 = x – 1 ↔ x – 4y = -7

ambil titik (3,4) pada DP maka 3 – 4(4) ≤ -7 maka x – 4y ≤ -7

jadi sistem pertidaksamaan dari DP ABC adalah:

-5x + 2y ≤ -1 ; 4x +2y ≤ 26 ; x – 4y ≤ -7

Dari garis selidik diatas maka diketahui titik terjau dari O(0,0)

adalah titik C(5,3) maka nilai maksimum dari

F(x,y) = 5x + 2y = 5(5) + 2(3) = 25 + 6 = 31

B

D P C

A

4

3

6 Tabungan Ami = tab.awal (1 + bunga)n

= 20 juta (1 + 0,2)4

= 20 juta (2,0736)

= Rp.41.472.000

Biaya perbaikan kios = Rp.1.472.000

Modal = tabungan ami – biaya perbaikan kios

= Rp.41.472.000 - Rp.1.472.000 = Rp.40.000.000

a. Kendala :

100.000x + 80.000y ≤ 40.000.000 atau

5x + 4y ≤ 2000 ; x + y ≤ 450 ; x ≥ 0 ; y ≥ 0

Fungsi tujuan:

Maksumumkan keuntungan: 10.000x + 7500y

5

5

15

Page 168: PENGARUH PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21209/1/Dwi... · Sahabat-sahabat seperjuangan Jurusan Pendidikan Matematika Angkatan 2005,

154 

 

b.

A(0,450)

B(200,250)

DP

O C(400,0)

Daerah penyelesaian OABC

O(0,0) maka Z = 10.000x + 7.500y = 0 + 0 = 0

A(0,450) maka Z = 0 + 7.500(450) = 3.375.000

B(200, 250) maka Z = 10.000(200) + 7.500(250)

= 3.875.000

C(400,0) maka Z = 10.000(400) + 0 = 4.000.000

Maka keuntungan maksimum yang akan Ami peroleh adalah

Rp.4.000.000,00

5

7 Diketahui:

L pekarangan paling sedikit 18m2

p = 3m + l

a. L ≥ 18

p x l ≥ 18

(3 + l)(l) ≥ 18

l2 + 3l ≥ 18

l2 + 3l – 18 ≥ 0

b. (l + 6)(l – 3) ≥ 0

l = -6 atau l = 3

Maka lebar minimum pekarangan = 3m

Panjang minimum pekarangan = 3m + l = 3m + 3m = 6m

4

4

8

Page 169: PENGARUH PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21209/1/Dwi... · Sahabat-sahabat seperjuangan Jurusan Pendidikan Matematika Angkatan 2005,

155 

 

LAMPIRAN 10

NILAI KEMAMPUAN KONEKSI MATEMATIK

KELOMPOK EKSPERIMEN DAN KELOMPOK KONTROL

A. Kelompok Eksperimen B. Kelompok Kontrol

No Nama siswa Nilai 1 1 40 2 2 32 3 3 44 4 4 24 5 5 30 6 6 24 7 7 26 8 8 22 9 9 18 10 10 20 11 11 40 12 12 34 13 13 34 14 14 48 15 15 26 16 16 15 17 17 44 18 18 28 19 19 28 20 20 30 21 21 56 22 22 30 23 23 22 24 24 30 25 25 26 26 26 3427 27 22 28 28 24 29 29 32 30 30 28

No Nama siswa Nilai 1 1 52 2 2 34 3 3 48 4 4 48 5 5 38 6 6 28 7 7 30 8 8 309 9 27 10 10 32 11 11 20 12 12 20 13 13 34 14 14 22 15 15 38 16 16 36 17 17 36 18 18 28 19 19 40 20 20 60 21 21 27 22 22 38 23 23 42 24 24 44 25 25 30 26 26 56 27 27 46 28 28 24 29 29 36 30 30 34 31 31 36 32 32 40

Page 170: PENGARUH PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21209/1/Dwi... · Sahabat-sahabat seperjuangan Jurusan Pendidikan Matematika Angkatan 2005,

156 

 

LAMPIRAN 11

Perhitungan Daftar Distribusi Frekuensi, Mean, Median, Modus,

Varians, Simpangan Baku, Kemiringan dan Kurtosis

Kelompok Eksperimen

A. Distribusi Frekuensi 1. Banyak Data (N) = 32

2. Rentang (R) = skor terbesar – skor terkecil

= 60 – 20 = 40

3. Banyaknya kelas (K) = 1 + 3,3 log n

= 1 + 3,3 log (32)

= 5,96 = 6

4. Panjang kelas interval (P) = R / K

= 40/6

= 6,7 = 7

Tabel distribusi frekuensi:

Nilai Bb Ba fi fk Xi Xi2 fiXi fiXi2

20-26 19.5 26.5 4 4 23 529 92 2116 27-33 26.5 33.5 8 12 30 900 240 7200 34-40 33.5 40.5 12 24 37 1369 444 16428 41-47 40.5 47.5 3 27 44 1936 132 5808 48-54 47.5 54.5 3 30 51 2601 153 7803 55-61 54.5 61.5 2 32 58 3364 116 6728

jumlah 32 1177 46083 Rata-rata 36.78 Median 35,83 Modus 35,65 Varians 90,05

Simpangan baku 9,49

B. Perhitungan Mean

Page 171: PENGARUH PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21209/1/Dwi... · Sahabat-sahabat seperjuangan Jurusan Pendidikan Matematika Angkatan 2005,

157 

 

C. Perhitungan Median (Me) Bb = 33,5 F = 4 + 8 = 12

p = 7 fMe = 12

n = 32

Keterangan :

Bb = batas bawah kelas median F = frekuensi sebelum median

P = panjang kelas fMe = frekuensi kelas median

n = jumlah sampel Me = median

D. Perhitungan Modus (Mo) Bb = 33,5 b1 = 12 – 8 = 4

p = 7 b2 = 12 – 3 = 9

Keterangan :

Bb = batas bawah kelas modus

P = panjang kelas

B1 = frekuensi kelas modus dikurangi frekunsi kelas sebelum modus

B2 = frekuensi kelas modus dikurangi frekunsi kelas sesudah modus

Mo = modus

E. Perhitungan Varians (S2) dan Simpangan Baku (S)

Page 172: PENGARUH PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21209/1/Dwi... · Sahabat-sahabat seperjuangan Jurusan Pendidikan Matematika Angkatan 2005,

158 

 

F. Perhitungan koefisien kemiringan (α3) dan Kurtosis (α4)

Mo = 35,65

S = 9,49

Karena nila α3 > 0 (α3 = 0,12) maka kurva memiliki nilai memanjang

kekanan, kurva menceng ke kanan atau menceng positif.

Karena nilai kurtosisnya kurang dari 3 (α4 = 2,69) maka distribusinya adalah

distribusi platikurtis atau bentuk kurva mendatar.

Nilai Xi fi fi 20-26 23 4 -13.78 36057.604 144230.416 27-33 30 8 -6.78 2113.094 16904.752 34-40 37 12 0.22 0.002 0.024 41-47 44 3 7.22 2717.370 8152.11 48-54 51 3 14.22 40888.237 122664.711 55-61 58 2 21.22 202759.643 405519.286

jumlah 697471.299 α3 0,12 α4 2,69

Page 173: PENGARUH PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21209/1/Dwi... · Sahabat-sahabat seperjuangan Jurusan Pendidikan Matematika Angkatan 2005,

159 

 

LAMIRAN 12

Perhitungan Daftar Distribusi Frekuensi Mean, Median, Modus,

Varians, Simpangan Baku, Kemiringan dan Kurtosis

Kelompok Kontrol

A. Distribusi Frekuensi 1. Banyak Data (N) = 30

2. Rentang (R) = skor terbesar – skor terkecil

= 56 – 15 = 41

3. Banyaknya kelas (K) = 1 + 3,3 log n

= 1 + 3,3 log (30)

= 5,87 = 6

4. Panjang kelas interval (P) = R / K

= 41/6

= 6,83 = 7

Tabel distribusi frekuensi:

B. Perhitungan Mean

Nilai Bb Ba fi fk Xi Xi2 fi Xi fiXi

2

15-21 14.5 21.5 3 3 18 324 54 972 22-28 21.5 28.5 12 15 25 625 300 7500 29-35 28.5 35.5 9 24 32 1024 288 9216 36-42 35.5 42.5 2 26 39 1521 78 3042 43-49 42.5 49.5 3 29 46 2116 138 6348 50-56 49.5 56.5 1 30 53 2809 53 2809

Jumlah 30 911 29887 Rata-rata 30,37 Median 28,5 Modus 26,75 Varians 76,65

Simpangan baku 8,75

Page 174: PENGARUH PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21209/1/Dwi... · Sahabat-sahabat seperjuangan Jurusan Pendidikan Matematika Angkatan 2005,

160 

 

C. Perhitungan Median (Me) b = 21,5 F = 3

p = 7 fMe = 12

n = 30

Keterangan :

Bb = batas bawah kelas median F = frekuensi sebelum median

P = panjang kelas fMe = frekuensi kelas median

n = jumlah sampel Me = median

D. Perhitungan Modus (Mo) b = 21,5 b1 = 12 – 3 = 9

p = 7 b2 = 12 – 9 = 3

Keterangan :

Bb = batas bawah kelas modus

P = panjang kelas

B1 = frekuensi kelas modus dikurangi frekunsi kelas sebelum modus

B2 = frekuensi kelas modus dikurangi frekunsi kelas sesudah modus

Mo = modus

E. Perhitungan Varians (S2) dan Simpangan Baku (S)

Page 175: PENGARUH PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21209/1/Dwi... · Sahabat-sahabat seperjuangan Jurusan Pendidikan Matematika Angkatan 2005,

161 

 

F. Perhitungan koefisien kemiringan (α3) dan Kurtosis (α4)

Nilai Xi fi fi 15-21 18 3 -12.37 23414.17 70242.51 22-28 25 12 -5.37 831.57 9978.84 29-35 32 9 1.63 7.06 63.54 36-42 39 2 8.63 5546.81 11093.62 43-49 46 3 15.63 59680.98 179042.94 50-56 53 1 22.63 262263.72 262263.72

Jumlah 532685.17 α3 0,41 α4 3,03

Mo = 26,75

S = 8,75

Karena nila α3 > 0 (α3 = 0,41)

maka kurva memiliki skor memanjang kekanan, kurva menceng ke kanan

atau menceng positif

Karena nilai kurtosisnya lebih dari 3 (α4 = 3,03) maka distribusinya adalah

distribusi leptokurtis atau bentuk kurva lebih runcing dari distribusi normal

Page 176: PENGARUH PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21209/1/Dwi... · Sahabat-sahabat seperjuangan Jurusan Pendidikan Matematika Angkatan 2005,

162 

 

LAMPIRAN 13

PERHITUNGAN UJI NORMALITAS

KELOMPOK EKSPERIMEN

1. Hipotesis:

Ho : Sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal

Ha : Sampel berasal dari populasi yang tidak berdistribusi normal

2. Menentukan χ2tabel

Dari tabel kai kuadrat untuk jumlah sampel 32 pada taraf signifikasi (α) = 5%

dan dk = K -3 = 6 – 3 = 3, diperoleh χ2tabel = 7,82

3. Menetukan χ2hitung

Nilai batas kelas z nilai z

batas kelas luas z tabel Ei Oi

19,5 -1,82 0,0344

20-26 0,1057 3,3824 4 0,1128 26,5 -1,08 0,1401

27-33 0,2231 7,1392 8 0,1038 33,5 -0,35 0,3632

34-40 0,2885 9,232 12 0,83 40,5 0,39 0,6517

41-47 0,2191 7.0112 3 2,2949 47,5 1,13 0,8708

48-54 0,0985 3,152 3 0,0073 54,5 1,87 0,9693

55-61 0,026 0,832 2 1,6397 61,5 2,60 0,9953

rata-rata 36,78 simpangan baku 9,49

χ2hitung 4,9885

χ2tabel 7,82

Page 177: PENGARUH PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21209/1/Dwi... · Sahabat-sahabat seperjuangan Jurusan Pendidikan Matematika Angkatan 2005,

163 

 

4. Kriteria Pengujian

Jika χ2hitung < χ2

tabel , maka Ho diterima dan Ha ditolak

Jika χ2hitung ≥ χ2

tabel , maka Ho ditolak dan Ha diterima

5. Membandingkan χ2tabel dengan χ2

hitung

Berdasarkan hasil perhitungan diperoleh

χ2hitung < χ2

tabel (4,99 < 7,82)

6. Kesimpulan

Karena χ2hitung < χ2

tabel, maka Ho diterima dan Ha ditolak artinya sampel

berasal dari populasi yang berdistribusi normal.

Page 178: PENGARUH PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21209/1/Dwi... · Sahabat-sahabat seperjuangan Jurusan Pendidikan Matematika Angkatan 2005,

164 

 

LAMPIRAN 14

PERHITUNGAN UJI NORMALITAS

KELOMPOK KONTROL

1. Hipotesis:

Ho : Sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal

Ha : Sampel berasal dari populasi yang tidak berdistribusi normal

2. Menentukan χ2tabel

Dari tabel kai kuadrat untuk jumlah sampel 30 pada taraf signifikasi (α) = 5%

dan dk = K -3 = 6 – 3 = 3, diperoleh χ2tabel = 7,82

3. Menetukan χ2hitung

skor batas kelas z

nilai z batas kelas

luas z tabel Ei Oi

14.5 -1.81 0.0349 15-21 0.1205 3.6150 3 0.1046

21.5 -1.01 0.1554 22-28 0.2600 7.8008 12 2.2605

28.5 -0.21 0.4154 29-35 0.3058 9.1732 9 0.0033

35.5 0.59 0.7212 36-42 0.1960 5.8804 2 2.5606

42.5 1.39 0.9172 43-49 0.0684 2.0530 3 0.4369

49.5 2.19 0.9856 50-56 0.0130 0.3896 1 0.9565

56.5 2.99 0.9986 Rata-rata 30.37

Simpangan baku 8.75 χ2

hitung 6.3224 χ2

tabel 7.82

Page 179: PENGARUH PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21209/1/Dwi... · Sahabat-sahabat seperjuangan Jurusan Pendidikan Matematika Angkatan 2005,

165 

 

4. Kriteria Pengujian

Jika χ2hitung < χ2

tabel , maka Ho diterima dan Ha ditolak

Jika χ2hitung ≥ χ2

tabel , maka Ho ditolak dan Ha diterima

5. Membandingkan χ2tabel dengan χ2

hitung

Berdasarkan hasil perhitungan diperoleh

χ2hitung < χ2

tabel (6,32 < 7,82)

6. Kesimpulan

Karena χ2hitung < χ2

tabel, maka Ho diterima dan Ha ditolak artinya sampel

berasal dari populasi yang berdistribusi normal.

 

 

Page 180: PENGARUH PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21209/1/Dwi... · Sahabat-sahabat seperjuangan Jurusan Pendidikan Matematika Angkatan 2005,

166 

 

LAMPIRAN 15

PERHITUNGAN UJI HOMOGENITAS

1. Hipotesis:

Ho :

Ha :

2. Menentukan Ftabel dan Kriteria Pengujian

Dari tabel F untuk jumlah sampel 62 pada taraf signifikasi (α) = 5% untuk

dk pembilang (varians terbesar) 31 dan dk penyebut (varians terkecil) 29,

diperoleh dengan menggunakan microssoft excel Finv(0.025,31,29) = 2,08 ; maka

Ftabel = 2,08.

3. Kriteria pengujian

Dengan kriteria pengujian untuk uji homogenitas adalah:

jika Fhitung < Ftabel, maka Ho diterima dan Ha ditolak maka homogen

jika Fhitung ≥ Ftabel, maka Ho ditolak dan Ha diterima maka tidak homogen

4. Menetukan Fhitung

Diketahui: varians terbesar (eksperimen) = 90,05

Varians terkecil (kontrol) = 76,65

5. Membandingkan Ftabel dengan Fhitung

Berdasarkan hasil perhitungan diperoleh, Fhitung ≤ Ftabel (1,17 ≤ 2,08)

6. Kesimpulan

Berdasarkan pengujian dengan uji Fisher diperoleh Fhitung ≤ Ftabel (1,17 ≤ 2,08)

dengan demikian Ho diterima, artinya kedua kelompok sampel berasal dari

populasi yang sama atau homogen.

22

21 σσ =

22

21 σσ ≠

Page 181: PENGARUH PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21209/1/Dwi... · Sahabat-sahabat seperjuangan Jurusan Pendidikan Matematika Angkatan 2005,

167 

 

Lampiran 16

PERHITUNGAN UJI HIPOTESIS STATISTIK

1. Hipotesis:

Ho : µ1 ≤ µ2

Ha : µ1 > µ2

Keterangan:

µ1 : rata-rata kemampuan koneksi matematik siswa kelas eksperimen

µ2 : rata-rata kemampuan koneksi matematik siswa kelas kontrol

2. Menentukan ttabel

Dari tabel distribusi t dengan taraf signifikasi (α) = 5% dan dk = (n1 + n2) – 2

= (32+ 30) – 2 = 60, diperoleh dengan menggunakan microssoft excel

Tinv(0.1,60) = 1,6706 maka ttabel = 1,67

3. Kriteria pengujian

Jika thitung ≥ ttabel maka Ho ditolak

Jika thitung < ttabel maka Ho diterima

4. Perhitungan

a. Varians (Sgab2)

 

b. Simpangan baku/Standar deviasi (Sgab)

 

Page 182: PENGARUH PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21209/1/Dwi... · Sahabat-sahabat seperjuangan Jurusan Pendidikan Matematika Angkatan 2005,

168 

 

c. Uji-t

5. Kesimpulan

Dari data yang diperoleh dan perhitungan menggunakan uji-t, terlihat bahwa

thitung lebih besar atau sama dengan ttabel (2,76 ≥ 1,67), maka Ho ditolak yang

berarti Rata-rata kemampuan koneksi matematik siswa pada kelompok

eksperimen lebih tinggi dari rata-rata kemampuan koneksi matematik siswa

pada kelompok kontrol