pengaruh model pembelajaran open...
TRANSCRIPT
PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN OPEN ENDED
TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF MATEMATIS
SISWA KELAS IV PADA MATERI PECAHAN
Skripsi
Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Mencapai Gelar Sarjana
Pendidikan
Oleh :
Maharani Ayu Astuti
11150183000059
JURUSAN PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH (PGMI)
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2019 M / 1441 H
LEMBAR PENGESAⅡ AN PANITIA UJIAN
Skdpsi bttudul “Pengaruh Model Pembel:laran ρンι“ EnJθ″
Terhadap Kemampuan Berp」 dr Kreatif Matemaus Siswa Kelas IV Pada
Materi Pecahan"disusun oleh Maharani Ayu Astuti,NIM ll150183000059,
dttukall kepada Fakultas 1lmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hida7yamllah
Jakarta dan tdah dinyatakan lulus dalam Чian Mllllaqasah pada tanggd 21
November 2019 di hadapan dewan pentti.Karena itu,penulis berhak
memperolch gelar sttana Sl(S.Pの ddam bidang Pendidikan Gllrll Madrasah
lbtiddy血 (PGMI)。
Jakarta,2l Novemb er 2019
Panitia Ujian Munaqasah
Tanggal
Kema Panitia(Ketua Jumsan/Progr町 lSmdi)
Asep Ediana Ladp.MoPdNIP。 198106232009121003
Sckretaris(Sckretaris Jumsan/Program Studi)
Rohmat Wid市 anto.M.PdNIP。 198909132018011002
Pengu」 lI
Rohmat Wid市 antoo M.PdNIP。 198909132018011002
PenguJl II
Khamida Siti Nur Atiqoho M.PmatNIP。 198811072018012003
ユιttlLittt9
み6二lL二
た19
ユι一。‐み。t9
2`― It-201]
u Tarbiyah dan KeguruanMengetahui,
トノ、、ゞ 屯
19980320013
Dekan F
KEルIENTERIAN AGAMAUIN JAKARTAFITKЛ r″ Iノ″α
“ぁ fVο 95 CP′ルrr,ィr2′′
``ゎたsね
FORL/1(FR)
No.D01mmcn i FITK‐ FR…AKD-089Tgl.Terbi : l Marct 2010
Hal : 1/1SURAT PERNYATAAN KARYA SENDIRI
Saya yang bertanda tangan di bawah ini,
Nama : Maharani Ayu Astuti
Ternpat/Tgl.Lahir : Tinambung, 1l April 1996
NIMi i ll150183o00059
Jurusan/Prodi l Pendidikan Guru Madrasah lbtidaiyah(PGMI)
Judul Skripsi :Pengaruh PIIOdel Pelllbelttaran Qり θ“E“α
`″Terhadap
Kernampuan Berpikir]Kreatif Platematis Siswa lKelas IIV
Pada plateri Pecahan
Dosen Pclnbilnbing . 1. Tri Suryaningsih, M.Pd.
dengan ini lrlenyatakan bah豪 ゝ skripsi yang saya buat bcnar… benar hasil kaりra sendiri
dan saya be■anggungjawめ sccaraよadcmis aねs apa yang saya tulis.
Pernyataan ini dibuat sebagai salah satu syarat menempuh Ujian Munaqasah.
NIh4.11150183000059
■よ attaり 111ヽねvemher 2019
No Rch‐ isil i ol
i
ABSTRAK
MAHARANI AYU ASTUTI (11150183000059), “Pengaruh Model Pembelajaran
Open Ended Terhadap Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis Siswa Kelas IV Pada
Materi Pecahan.” Skripsi jurusan Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah (PGMI),
Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah
Jakarta, 2019.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh model pembelajaran Open
Ended terhadap Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis Siswa. Penelitian ini
menggunakan metode kuasi eksperimen dengan desain penelitian nonequivalent
posttest only group design. Penelitian ini dilaksanakan di MI Az-Ziyadah dengan
jumlah sampel 50 siswa. Pengambilan sampel menggunakan teknik cluster random
sampling dengan pengumpulan data menggunakan test Kemampuan Berpikir Kreatif
Matematis Siswa dengan bentuk essay (posttest). Hasil yang diperoleh pada
penelitian ini menunjukkan bahwa Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis Siswa
yang pembelajarannya menggunakan model open ended lebih tinggi dibandingkan
siswa yang pembelajarannya menggunakan pembelajaran konvensional model direct
instruction. Kesimpulan pada penelitian ini adalah pembelajaran matematika pada
materi pecahan dengan menggunakan model Open Ended dapat berpengaruh
terhadap Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis Siswa.
Kata kunci : Open Ended, Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis, pecahan.
ii
ABSTRACT
MAHARANI AYU ASTUTI (11150183000059), “The effect of Open Ended
learning models on the mathematical creative thinking ability of fourth grade
students on fractional material.” Thesis Department of Madrasah ibtidaiyah Teacher
Education (PGMI), Faculty of Tarbiyah and Teacher Training, Syarif Hidayatullah
State Islamic University Jakarta, 2019.
The purpose of this research to know the effect of Open Ended learning models on
students’ mathematical creative thinking abilities. This research uses a quasi
experimental method with a noneequivalent posttest only group design. This research
was conducted at MI Az-Ziyadah with 50 students as sample. Sampling using cluster
random sampling techniques with data collection using the student’s mathematical
creative thinking ability test with essays (posttest). The results obtained in this
research is mathematical creative thinking ability of students whose learning uses
the open ended model is higher than students whose learning uses conventional
learning direct instruction models. The conclusion of this research is the learning of
mathematics in fractioal material using the Open Ended model can affect the
student’s mathematical creative thinking ability.
Keywords : Open Ended, Mathematical creative thinking ability, Fractional.
iii
KATA PENGANTAR
Segala puji syukur kehadirat Allah SWT karena atas rahmat dan hidayahnya
yang selalu dilimpahkan kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan skripsi yang
berjudul “Pengaruh Model Pembelajaran Open Ended Terhadap Kemampuan
Berpikir Kreatif Matematis Siswa Kelas IV Pada Materi Pecahan” sebagai syarat
untuk menyelesaikan program sarjana S1 pada program sarjana Fakultas Ilmu
Tarbiyah dan Keguruan jurusan Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah.
Selama penyusunan skripsi ini, penulis menghadapi beberapa hambatan juga
rintangan, namun semuanya bisa terlewati dengan adanya bimbingan juga bantuan
dari berbagai pihak dalam bentuk moral dan spiritual. Oleh sebab itu, Pada
kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada :
1. Ibu Dr.Sururin, M.Ag, Selaku Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Bapak Asep Ediana Latip, M.Pd, Selaku Ketua Jurusan Pendidikan Guru
Madarasah Ibtidaiyah (PGMI) Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah
Jakarta.
3. Bapak Rohmat Widiyanto, M.Pd, Selaku Sekretaris Jurusan Pendidikan Guru
Madrasah Ibtidaiyah (PGMI) Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah
Jakarta.
4. Ibu Tri Suryaningsih, M.Pd, Selaku Dosen Pembimbing yang selalu memberikan
bimbingan dan arahan dalam penyusunan skripsi.
5. Seluruh Dosen Jurusan Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah (PGMI) yang telah
memberikan ilmunya kepada penulis.
6. Bapak H.Ahmad Muhajir, S.PdI, Selaku Kepala Madrasah Ibtidaiyah Az-
Ziyadah.
7. Ibu Fatiah, S.PdI, Selaku Wali Kelas IV Madrasah Ibtidaiyah Az-Ziyadah.
8. Teristimewa keluarga tercinta Ayahanda Ramli Hr, Ibunda Fitriani dan Adik
Ridhwan Rhamadhan yang selalu memberikan kasih sayang yang tulus,
perhatian, Doa juga dukungan moril maupun materil kepada penulis.
iv
9. Teman - teman seperjuangan jurusan Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah
Kelas A maupun Kelas B.
10. Seluruh pihak yang tidak dapat penulis sebutkan namanya satu persatu yang telah
memberikan informasi yang bermanfaat dalam penyusunan skripsi.
Semoga Allah SWT membalas semua kebaikan yang telah diberikan dengan
balasan yang terbaik. Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih sangat jauh dari
kata sempurna, oleh karena itu penulis sangat membutuhkan kritik dan saran
yang dapat membangun untuk bisa menyempurnakan skripsi di masa yang akan
datang. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi penulis dan bagi pembaca
Jakarta, 21 November 2019
Penulis
Maharani Ayu Astuti
v
DAFTAR ISI
ABSTRAK ...................................................................................................... i
ABSTRAK ........................................................................................................ ii
KATA PENGANTAR .................................................................................... iii
DAFTAR ISI ................................................................................................... v
DAFTAR TABEL .......................................................................................... viii
DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... ix
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. x
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................... 1
A. Latar Belakang Masalah ....................................................................... 1
B. Identifikasi Masalah ............................................................................. 6
C. Pembatasan Masalah ............................................................................ 7
D. Perumusan Masalah ............................................................................. 7
E. Tujuan dan Kegunaan Penelitian ......................................................... 7
BAB II KAJIAN TEORI ............................................................................... 9
A. Deskripsi Teoritik................................................................................. 9
1. Matematika MI/SD ........................................................................ 9
2. Pecahan ......................................................................................... 10
3. Berpikir Kreatif dalam Matematika .............................................. 11
a. Pengertian Berpikir Kreatif ..................................................... 11
b. Tingkat Kemampuan Berpikir Kreatif .................................... 13
c. Ciri - ciri kreatifitas .................................................................. 16
d. Berpikir Kreatif Matematis ..................................................... 17
e. Indikator Berpikir Kreatif Matematis ...................................... 21
4. Open Ended dalam Pembelajaran Matematika ............................. 22
a. Definisi Model Pembelajaran Open Ended ............................. 22
b. Karakteristik Model Pembelajaran Open Ended ..................... 24
c. Langkah Pembelajaran Open Ended ....................................... 26
d. Kelebihan Model pembelajaran Open Ended ......................... 27
e. Kekurangan Model Pembelajaran Open Ended ...................... 29
vi
5. Pembelajaran Konvensional ........................................................... 29
B. Hasil Penelitian Relevan ...................................................................... 30
C. Kerangka Berpikir ................................................................................ 31
D. Hipotesis Penelitian .............................................................................. 32
BAB III METODOLOGI PENELITIAN .................................................... 33
A. Tempat dan Waktu Penelitian .............................................................. 33
B. Metode dan Desain Penelitian .............................................................. 33
C. Populasi dan Sampel ............................................................................ 34
D. Teknik Pengumpulan Data ................................................................... 35
E. Instrumen Penelitian............................................................................. 35
1. Pengujian Validitas ........................................................................ 39
2. Pengujian Reliabilitas..................................................................... 40
3. Pengujian Taraf Kesukaran ............................................................ 42
4. Pengujian Daya Pembeda ............................................................... 43
F. Teknik Analisis Data ............................................................................ 45
1. Uji Prasyarat Analisis ..................................................................... 45
a. Uji Normalitas .......................................................................... 45
b. Uji Homogenitas ...................................................................... 46
2. Pengujian Hipotesis ........................................................................ 47
G. Hipotesis Statistik ................................................................................ 49
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN .............................. 50
A. Deskripsi Data ...................................................................................... 50
1. Skor kemampuan berpikir kreatif matematis siswa kelas eksperimen
dan kelas kontrol ............................................................................ 50
2. Perbandingan perindikator kemampuan berpikir kreatif matematis
kelas eksperimen dan kelas kontrol................................................ 51
B. Hasil Uji Prasyarat Analisis ................................................................. 53
1. Uji Normalitas ................................................................................ 54
2. Uji Homogenitas ............................................................................ 54
3. Uji Hipotesis .................................................................................. 55
C. Pembahasan Hasil Penelitian ............................................................... 56
vii
D. Keterbatasan Penelitian ........................................................................ 67
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ......................................................... 68
A. Kesimpulan .......................................................................................... 68
B. Saran ..................................................................................................... 68
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 70
LAMPIRAN - LAMPIRAN
viii
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Tingkat berpikir kreatif dan De Beno .......................................... 14
Tabel 2.2 Perjenjangan kemampuan berpikir kreatif .................................. 18
Tabel 2.3 Indikator kemampuan berpikir kreatif matematis ....................... 21
Tabel 3.2 Desain Penelitian......................................................................... 34
Tabel 3.3 Kisi - kisi instrumen tes kemampuan berpikir kreatif Matematis
Siswa ........................................................................................... 35
Tabel 3.4 Pedoman penskoran kemampuan berpikir kreatif matematis ..... 36
Tabel 3.5 Kriteria koefisien korelasi validitas instrumen ........................... 40
Tabel 3.6 Hasil uji validitas instrumen kemampuan berpikir kreatif
Matematis .................................................................................... 40
Tabel 3.7 Kriteria koefisien korelasi reliabilitas instrumen ........................ 41
Tabel 3.8 Hasil uji reliabilitas instrumen kemampuan berpikir kreatif
Matematis .................................................................................... 41
Tabel 3.9 Kriteria indeks kesukaran instrumen........................................... 42
Tabel 3.10 Hasil uji taraf kesukaran instrumen kemampuan berpikir
Kreatif matematis ........................................................................ 43
Tabel 3.11 Kriteria indeks daya pembeda instrumen .................................... 44
Tabel 3.12 Hasil uji daya pembeda instrumen kemampuan berpikir kreatif
Matematis .................................................................................... 44
Tabel 3.13 Instrumen yang digunakan .......................................................... 45
Tabel 4.1 Skor kemampuan berpikir kreatif matematis siswa .................... 50
Tabel 4.2 Perbandingan skor kemampuan berpikir kreatif matematis siswa 52
Tabel 4.3 Hasil uji normalitas skor kemampuan berpikir kreatif matematis
siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol ................................... 54
Tabel 4.4 Hasil uji homogenitas skor kemampuan berpikir kreatif matematis
kelas eksperimen dan kelas kontrol ............................................ 55
Tabel 4.5 Hasil uji hipotesis kemampuan berpikir kreatif matematis
siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol ................................... 55
ix
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Kerangka berpikir ...................................................................... 32
Gambar 4.1 Diagram persentase skor kemampuan berpikir kreatif
siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol ................................ 53
Gambar 4.2 Jawaban siswa dari kelas eksperimen indikator flexibility
soal no.1 .................................................................................... 58
Gambar 4.3 Jawaban siswa dari kelas kontrol indikator flexibility
soal no.1 .................................................................................... 59
Gambar 4.4 Jawaban siswa dari kelas eksperimen indikator flexibility
soal no.3 ................................................................................... 59
Gambar 4.5 Jawaban siswa dari kelas kontrol indikator flexibility
soal no.3 .................................................................................... 60
Gambar 4.6 Jawaban siswa dari kelas eksperimen indikator fluency
soal no. 2 .................................................................................. 61
Gambar 4.7 Jawaban siswa dari kelas kontrol indikator fluency
soal no.2 ................................................................................... 62
Gambar 4.8 Jawaban siswa dari kelas eksperimen indikator originality
soal no.4 ................................................................................... 63
Gambar 4.9 Jawaban siswa dari kelas eksperimen indikator originality
soal no.4 .................................................................................... 64
Gambar4.10 Jawaban siswa kelas eksperimen yang menguraikan
cara baru indikator originality soal no 4 ................................... 64
x
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran kelas Eksperimen........... 73
Lampiran 2 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran kelas Kontrol ................. 103
Lampiran 3 Lembar Kerja Siswa ................................................................ 129
Lampiran 4 Kisi - kisi instrumen tes kemampuan berpikir kreatif
Matematis siswa ...................................................................... 137
Lampiran 5 Pedoman penskoran kemampuan berpikir kreatif
Matematis ................................................................................ 139
Lampiran 6 Soal uji coba instrumen kemampuan berpikir kreatif
Matematis ................................................................................ 141
Lampiran 7 Kunci jawaban soal kemampuan berpikir kreatif
Matematis ................................................................................ 143
Lampiran 8 Hasil uji instrumen kemampuan berpikir kreatif matematis ... 147
Lampiran 9 Hasil uji Validitas instrumen tes kemampuan berpikir
kreatif matematis .................................................................... 148
Lampiran 10 Hail uji Reliabilitas instrumen tes kemampuan berpikir
kreatif matematis ..................................................................... 149
Lampiran 11 Hasil uji Tingkat Kesukaran instrumen tes kemampuan
berpikir kreatif matematis ....................................................... 150
Lampiran 12 Hasil uji Daya Pembeda instrumen tes kemampuan
berpikir kreatif matematis ....................................................... 151
Lampiran 13 Perhitungan uji Validitas, Reliabilitas, Tingkat Kesukaran
dan Daya Pembeda ................................................................... 152
Lampiran 14 Instrumen kemampuan berpikir kreatif matematis .................. 155
Lampiran 15 Kunci jawaban soal instrumen kemampuan berpikir
kreatif matematis ..................................................................... 156
Lampiran 16 Hasil posttest kemampuan berpikir kreatif matematis
kelas Eksperimen .................................................................... 159
Lampiran 17 Hasil posttest kemampuan berpikir kreatif matematis
kelas Kontrol ........................................................................... 160
xi
Lampiran 18 Perhitungan uji Normalitas data .............................................. 161
Lampiran 19 Perhitungan uji Homogenitas .................................................. 162
Lampiran 20 Perhitungan uji Hipotesis ........................................................ 163
Lampiran 21 Hasil tes kemampuan berpikir kreatif matematis
Pra Penelitian .......................................................................... 164
Lampiran 22 Uji Referensi ............................................................................ 165
Lampiran 23 Surat Bimbingan Skripsi .......................................................... 172
Lampiran 24 Surat Permohonan Izin Penelitian ........................................... 173
Lampiran 25 Surat Keterangan Telah Melakukan Penelitian ....................... 174
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Menurut Ki Hajar Dewantara, Pendidikan adalah daya upaya untuk
memajukan bertumbuhnya budi pekerti (kekuatan batin, karakter), pikiran
(intelek), dan tubuh anak untuk memajukan kehidupan peserta didik selaras
dengan dunianya.1 Pada hakekatnya pendidikan adalah suatu proses
pembelajaran pola pikir yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas diri.
salah satu tolak ukur pendidikan adalah keberhasilan penyelenggaraan
pendidikan. Salah satu pendidikan yang ada adalah pendidikan formal.
Pendidikan formal mencakup beberapa aspek salah satunya adalah aspek
pendidikan matematika.
Pendidikan matematika memiliki peran tidak hanya membekali nilai
edukasi yang bersifat mencerdaskan peserta didik, tetapi juga nilai edukasi
yang membantu membentuk karakter peserta didik, termasuk berpikir kritis
dan berpikir kreatif.2 Kemampuan dan keterampilan tersebut perlu
dikembangkan pada setiap mata pelajaran termasuk matematika. Pembekalan
keterampilan dan kemampuan tersebut perlu dilakukan di dalam kelas - kelas
ketika proses pembelajaran berlangsung.
Matematika sangat diperlukan dalam kehidupan sehari - hari untuk
menghadapi kemajuan IPTEK, oleh karena itu sejak tingkat sekolah dasar
pada pembelajaran di sekolah matematika merupakan salah satu mata
pelajaran yang wajib dipelajari. Matematika merupakan salah satu ilmu dasar
yang memiliki peranan penting dalam perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi. Ilmu pengetahuan dan teknologi yang pesat menuntut sumber daya
manusia yang berkualitas. Untuk menguasai dan menciptakan teknologi di
masa depan, diperlukan penguasaan matematika sejak dini. Hal tersebut
menjadi sebab agar pikiran terkonsep dan mampu memecahkan suatu
1
Pupu Saeul Rahmat, psikologi Pendidikan, (jakarta : Bumi Aksara, 2018 ) h. 6
2Tatag Yuli Eko Siswono, “pembelajaran matematika berbasis pengajuan dan pemecahan
masalah”, (Bandung, PT Remaja Rosdakarya, 2018) h. 2
2
masalah. Sesuai dengan tujuan pembelajaran matematika adalah untuk
membekali siswa dengan kemampuan berpikir logis, analisis, sistematis,
kritis dan secara kreatif.3
Pengembangan Kemampuan Berpikir Kreatif merupakan salah satu
tujuan dalam pembelajaran matematika. Kemampuan tersebut begitu penting
untuk dimunculkan dan dikembangkan dalam proses pembelajaran
matematika. Kemampuan Berpikir Kreatif merupakan senjata yang harus
dimiliki siswa dalam menghadapi persoalan matematika.4 Kemampuan
tersebut bahkan tidak hanya diperlukan oleh siswa untuk menyelesaikan
masalah dalam matematika, melainkan juga untuk menyelesaikan masalah
yang dialami dalam kehidupan sehari - hari.
Saat ini ilmu pengetahuan dan teknologi berkembang sangat pesat,
sangat mudah juga dalam memperoleh informasi dari berbagai sumber yang
ada, oleh karena itu Kemampuan Berpikir Kreatif sangat diperlukan. Ilmu
pengetahuan dan teknologi saat ini yang berkembang adalah hasil
Kemampuan Berpikir Kreatif manusia. Adanya Kemampuan Berpikir Kreatif
manusia ini karena dorongan keinginan untuk hidup menjadi lebih baik dalam
kondisi yang terbatas. Negara - negara lain yang memiliki padat penduduk,
dan kondisi di Indonesia saat ini saling bersaing dalam mendapat
kebutuhannya.5 Hal ini merupakan suatu tantangan bagi suatu bangsa yang
harus diselesaikan dengan cara yang lebih kreatif. Untuk itu diperlukan
Kemampuan Berpikir Kreatif untuk menghadapi dan mengatasinya.
Kurikulum 2013 yang bertujuan untuk mempersiapkan manusia
Indonesia agar memiliki kemampuan hidup sebagai pribadi dan warga negara
yang beriman, produktif, kreatif, inovatif, dan afektif serta mampu
3 Herwinanda Trisnaning Damayanti dan Sumardi, Mathematical creative Thinking ability of
junior high school students in solving open-ended problem, journal of research and advances in
mathematics education, vol.3, 2018, h. 36
4Isnaeni Umi Machromah, Riyadi dan Budi Usodo, “Analisis proses dan tingkat berpikir
kreatif siswa SMP dalam pemecahan masalah bentuk soal cerita materi lingkaran ditinjau dari
kecemasan matematika”, jurnal elektronik pembelajaran matematika, vol.3, 2015, h. 613
5Kunti dian ayu afiani, dan Deni Adi Putra, “peningkatan kemampuan berpikir kreatif pada
siswa kelas III SD melalui pembelajaran berbasis pengajuan masalah”, ELSE (Elementary School
Education Joural), vol.1, 2017 h. 38-39
3
berkontribusi pada kehidupan bermasyarakat, berbangsa, bernegara dan
peradaban dunia.6 Artinya, kemampuan berpikir kreatif juga harus
dikembangkan sejak usia dini.
Pada salah satu tujuan kurikulum 2013 juga menekankan pada
kreativitas dijelaskan bahwa tujuan kurikulum tersebut adalah
“mengembangkan keseimbangan antara pengembangan sikap spiritual dan
sosial, rasa ingin tahu, kreativitas, kerja sama dengan kemampuan intelektual
dan psikomotorik”.7 Menurut Andi dalam Khaeng sun, manfaat berpikir
kreatif adalah seseorang pelajar mampu meraih prestasi - prestasi yang jauh
di atas prestasi rata - rata kebanyakan pelajar.8 Dengan begitu, secara tidak
langsung berpikir kreatif dapat mengatasi kurangnyan prestasi dalam
pelajaran matematika.
Berdasarkan paparan di atas, Kemampuan Berpikir Kreatif merupakan
salah satu kompetensi yang harus dimiliki setiap siswa. Kemampuan Berpikir
Kreatif harus menjadi salah satu kemampuan penting untuk abad 21 bahwa
peserta didik harus memperoleh dan menggunakannya. Namun, pada
kenyataannya saat ini Kemampuan Berpikir Kreatif masih rendah. Hal ini
dapat dilihat dari tes pra penelitian pada sekolah yang nantinya akan
dilakukan penelitian dengan materi yang telah dipelajari yaitu pecahan.
Hasil Test Pra-Penelitian diperoleh rata - rata nilai sebesar 23,59 pada
indikator berpikir kreatif meliputi kefasihan (fluency), keluwesan (flexibility)
dan orisinal (originality). Hal ini disebabkan karena mayoritas siswa
menjawab soal dengan jawaban singkat dan tidak menggunakan cara
penyelesaian baik itu yang biasa digunakan maupun cara yang baru atau tidak
biasa digunakan. Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis belum
dikembangkan secara optimal. Guru masih menggunakan model
6Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan, Lampiran Peraturan Menteri Pendidikan dan
Kemudayaan Nomor 68 Tahun 2013 Tentang Kerangka Dasar dan Struktur Kurikulum Sekolah
Menengah Pertama/Madrasah Tsanawiyah, h. 3
7 Tatag Yuli Eko Siswono, pembelajaran matematika berbasis pengajuan dan pemecahan
masalah, (Bandung : PT Remaja Rosdakarya, 2018 ) h.3
8Supardi U.S, Peran Berpikir Kreatif dalam Proses Pembelajaran Matematika, diunduh dari
http://journal.lppmunindra.ac.id/index.php/Formatif/article/viewFile/107/103, pada 20 februari 2019,
h. 257
4
pembelajaran yang biasa digunakan pada umumnya. Proses pembelajaran
masih terbatas menjelaskan rumus, memberikan contoh soal, dan
mengajarkan latihan sehingga siswa belum bisa mengembangkan berpikir
kreatifnya.
Rendahnya kemampuan dalam matematika siswa Indonesia juga dapat
dilihat dari rendahnya nilai yang diperoleh dalam Trends in international
Mathematics and Science Study (TIMSS). Hasil survey TIMSS tahun 2015
Indonesia ada di peringkat 45 dari 50 negara dengan skor rata - rata
kemampuan matematika 397, masih dibawah rata - rata international yaitu
700.9
Menurut Mullis ranah kognitif dalam soal - soal yang dikembangkan
TIMSS yakni pengetahuan tentang fakta dan prosedur, penerapan konsep,
penyelesaian rutin, dan penalaran. Dan hal ini merupakan tujuan
pembelajaran di Indonesia yaitu “membekali peserta didik dengan
kemampuan berpikir logis, analitis, sistematis, kritis dan kreatif serta
kemampuan bekerja sama agar peserta didik dapat memiliki kemampuan
memperoleh, mengelola, dan memanfaatkan informasi untuk bertahan hidup
pada keadaan yang selalu berubah, tidak pasti dan kompetitif.” (KTSP, 2006).
Mengingat prestasi siswa Indonesia di tingkat internasional yang kurang
membanggakan sangat diperlukan adanya perubahan dalam proses
pembelajaran matematika di sekolah dasar.
Hasil penelitian yang dilakukan Fardah menyatakan bahwa sebanyak
44,67% siswa memiliki Kemampuan Berpikir Kreatif pada kategori rendah.10
Temuan Meika & Sujana pada salah satu sekolah menengah diperoleh
informasi bahwa rata - rata presentase kemampuan berpikir kreatif siswa
sebesar 12,88% , sehingga dapat dikatakan Kemampuan Berpikir Kreatif
siswa masih tergolong rendah.11
9
Rahmawati, “seminar hasil TIMSS”, 2015 , h. 2
10
Fardah, D.K. “analisis proses dan kemampuan berpikir kreatif siswa dalam matematika
melalui tugas Open-Ended,” jurnal Kreano, 3 (3), 2012, h.1-9.
11
Meika, I., dan Sujana, A., “kemampuan berpikir kreatif dan pemecahan masalah matematis
siswa SMA,” jurnal penelitian dan pembelajaran matematika, 10 (2), 2017, h. 8-13
5
Mengingat pentingnya mengembangkan Kemampuan Berpikir Kreatif
siswa, maka diperlukan pula model pembelajaran yang dapat mendukung
kemampuan tersebut. Untuk merangsang berpikir tingkat tinggi siswa, salah
satu yang bisa dilakukan adalah siswa dihadapkan pada suatu permasalahan
kontekstual di lingkungan kehidupan. Masalah yang diberikan kepada siswa
bertujuan agar mereka dapat berpikir untuk menyelesaikan dengan cara
sendiri. Cara penyelesaian masalah tersebut dapat berguna bagi siswa dalam
menghadapi masalah yang nyata dikehidupannya kelak.
Nohda mengemukakan bahwa pembelajaran open ended merupakan
salah satu upaya inovasi pendidikan matematika yang pertama kali ditemukan
oleh para ahli pendidikan matematika di Jepang. Munculnya pembelajaran
Open Ended pada saat itu dilatarbelakangi pembelajaran matematika yang
hanya terjadi satu arah, hal ini berakibat pada pelajaran matematika yang sulit
dipahami oleh siswa sehingga Kemampuan Berpikir Siswa tidak berkembang.
Dengan demikian, diperlukan model pembelajaran yang dapat merangsang
Kemampuan Berpikir tingkat tinggi siswa.12
Pembelajaran dengan Open Ended adalah pembelajaran yang
memberikan suatu permasalahan dengan cara penyelesaian yang lebih dari
satu. Pembelajaran ini memberi kesempatan kepada siswa untuk memperoleh
pengetahuan, pengalaman, menemukan dan memecahkan masalah dengan
berbagai strategi.
Sawada mengemukakan pendekatan open ended merupakan suatu
pendekatan dalam pembelajaran di mana guru memberikan suatu situasi
masalah pada siswa yang solusi atau jawaban masalah tersebut dapat
diperoleh berbagai cara. Open ended adalah pendekatan dalam pemecahan
masalah yang digunakan untuk mengevaluasi kemampuan berpikir tingkat
12Isrok’atun, Amelia Rosmaia, model - model pembelajaran Matematika, (Jakarta : PT Bumi
Aksara, 2018 ) h. 80
6
tinggi dalam belajar matematika. Pendekatan ini melibatkan siswa dalam
menyelesaikan masalah melalui perumusan berbagai solusi yang tepat.13
Berdasarkan konsep yang dikemukakan di atas, dapat dikatakan
Dengan menggunakan model Open Ended yang di dalam kegiatan
pembelajarannya siswa dibiasakan untuk terampil berpikir kreatif matematis
pada indikator kefasihan (fluency), keluwesan (flexibility) dan orisinal
(originality), secara tidak langsung dapat meningkatkan Kemampuan
Berpikir Kreatif siswa karena melalui model pembelajaran ini siswa diberikan
beberapa masalah bersifat terbuka yang artinya memberikan tantangan
kepada siswa untuk mencari pola penyelesaian masalah, menemukan
berbagai solusi dari masalah sehingga siswa leluasa berpikir untuk
menyelesaikan masalah tersebut dengan cara sendiri namun tetap benar.
Dengan demikian, berdasarkan latar belakang masalah yang telah
diuraikan diatas, maka peneliti melakukan penelitian dengan judul “
“pengaruh model pembelajaran Open Ended terhadap Kemampuan
Berpikir Kreatif Matematis siswa kelas IV pada materi pecahan”.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka dapat diidentifikasi
permasalahan yang berkaitan dengan pengaruh model pembelajaran Open
Ended terhadap Kemampuan Berpikir Kreatif siswa pada pembelajaran
matematika sebagai berikut :
1. Kemampuan Berpikir Kreatif siswa masih rendah.
2. Proses pembelajaran di kelas pada umumnya masih terbatas
menjelaskan rumus, memberikan contoh soal, dan mengerjakan
latihan sehingga siswa belum bisa mengembangkan berpikir
kreatifnya.
13Andi irawan, Edy Surya, “Application of the Open Ended Approach to Mathematics
Learning in the Sub-subject of Rectangular”, international journal of science : basic and applied
research (ijsbar), vol.33, 2017, pp.270-279
7
C. Pembatasan Masalah
Sesuai uraian identifikasi masalah di atas agar tidak menyimpang dari
tujuan yang diharapkan, maka peneliti perlu membatasi permasalahan.
Adapun pembatasan masalah yang dikaji dalam penelitian ini dibatasi pada :
1. Kemampuan Berpikir Kreatif siswa pada indikator kefasihan
(fluency), keluwesan (flexibility) dan orisinal (originality),
2. Model pembelajaran yang digunakan adalah Open Ended
3. Penelitian dilakukan pada materi Pecahan kelas IV tahun ajaran
2019/2020.
D. Perumusan Masalah
Berdasarkan pembatasan masalah di atas, maka penulis merumuskan
masalah sebagai berikut : “Apakah Kemampuan Berpikir Kreatif
Matematis siswa yang pembelajarannya menggunakan model
pembelajaran Open Ended lebih tinggi daripada siswa yang
pembelajarannya menggunakan model pembelajaran konvensional?”
E. Tujuan dan Kegunaan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh model
pembelajaran Open Ended terhadap Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis
siswa kelas IV pada materi pecahan.
Adapun beberapa kegunaan yang diharapkan dari hasil penelitian ini
diantaranya :
1. Bagi siswa, melalui penerapan model pembelajaran Open Ended
diharapkan dapat meningkatkan kemampuan berpikir kreatif,
semangat dalam mempelajari matematika sehingga dapat
menumbuhkan motivasi untuk belajar matematika.
2. Bagi guru, diharapkan dapat dijadikan salah satu alternatif dalam
pemilihan model pembelajaran sehingga dapat meningkatkan berpikir
kreatif siswa.
8
3. Bagi sekolah, diharapkan hasil penelitian ini dapat dijadikan acuan
dalam meningkatkan mutu pendidikan
9
BAB II
KAJIAN TEORI
A. Deskripsi Teoritik
1. Matematika MI/SD
Matematika berasal dari akar kata mathema artinya pengetahuan,
mathanein artinya berpikir atau belajar. Dalam kamus bahasa indonesia
diartikan matematika adalah ilmu tentang bilangan hubungan antara
bilangan dan prosedur operasional yang digunakan dalam penyelesaian
masalah mengenai bilangan. Dalam definisi lain dikatakan bahwa
matematika adalah cara atau metode berpikir dan bernalar, bahasa
lambang yang dapat dipahami oleh bangsa berbudaya, seni seperti pada
musik penuh dengan simetri, pola, dan irama yang dapat menghibur.14
Menguasai matematika tidak hanya dilihat pada unitnya saja seperti
aritmatika, akan tetapi ada yang lebih luas yaitu menguasai dan terampil
menyelesaikan masalah dengan tahapan - tahapan tertentu. Paling
sederhana siswa dapat menguraikan langkah - langkah menyelesaikan
masalah sekurang - kurangnya tiga langkah penyelesaian soal.15
Siswa sekolah dasar (SD) umurnya berkisar antara 6 atau 7 tahun,
sampai 12 atau 13 tahun. Menurut Piaget, mereka berada pada fase
operasional konkret. Kemampuan yang tampak pada fase ini adalah
kemampuan dalam proses berpikir untuk mengoperasikan kaidah - kaidah
logika, meskipun masih terikat dengan objek yang bersifat konkret.16
Dalam pembelajaran matematika di tingkat SD, diharapkan terjadi
reinvention (penemuan kembali). Penemuan kembali adalah menemukan
suatu cara penyelesaian secara informal dalam pembelajaran di kelas.
Walaupun penemuan tersebut sederhana dan bukan hal baru bagi orang
14
Ali Hamzah dan Muhlisrarini, perencanaan dan strategi pembelajaran matematika,
(Depok : PT RajaGrafindo Persada, 2014 ) h. 48
15
Ibid, h. 49
16
Heruman, model pembelajaran matematika di sekolah dasar, (Bandung : PT Remaja
Rosdakarya, 2010), h.1
10
yang telah mengetahui sebelumnya, tetapi bagi siswa SD penemuan
tersebut merupakan sesuatu hal yang baru. Siswa harus menemukan
sendiri berbagai pengetahuan yang diperlukannya. ‘Menemukan’ disini
terutama adalah ‘menemukan lagi’ (discovery), atau dapat juga
menemukan yang sama sekali baru (invention).17
Oleh karena itu guru
harus lebih banyak berperan sebagai pembimbing dibandingkan sebagai
pemberi tahu. Tujuan dari pembelajaran matematika diantaranya :18
a. Memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antar konsep
dan mengaplikasikan konsep atau algoritma secara luwes, akurat,
efisien dan tepat dalam pemecahan masalah.
b. Menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi
matematika dalam membuat generalisasi, menyusun bukti, atau
menjelaskan gagasan dan pernyataan matematika.
c. Memecahkan masalah
d. Mengkomunikasikan gagasan melalui simbol, tabel, grafik, diagram,
dalam menjelaskan masalah.
e. Memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan,
sikap rasa ingin tau, perhatian dan minat dalam mempelajari
matematika serta sikap ulet dan percaya diri dalam pemecahan
masalah.
f. melatih cara berpikir secara sistematis, logis, kritis, kreatif dan
konsisten.
2. Pecahan
Istilah pecahan (fraction) merupakan konsep matematika yang sering
digunakan dalam kehidupan sehari - hari. Pecahan dapat diartikan sebagai
bilangan rasional, tetapi juga dapat diartikan sebagai lambang bilangan
17
Ibid, hlm. 4
18
Sriwahyuni latif dan Irwan Akib, mathematical connection ability in solving mathematics
problem based on initial abilities of students at SMPN 10 Bulukumba, jurnal daya matematis, vol..4,
2016, h. 208.
11
untuk bilangan rasional. Pecahan sebagai bilangan rasional dinamakan
bilangan pecah.19
Pecahan merupakan salah satu materi penting dalam pembelajaran
matematika yang termasuk ke dalam aspek bilangan. Pecahan merupakan
konsep dasar dan merupakan materi prasyarat untuk mempelajari dan
memahami jenis bilangan yang lainnya seperti bilangan riil dan bilangan
kompleks. Konsep pecahan merupakan konsep yang berbeda dengan
konsep bilangan bulat karena pecahan merupakan bilangan diantara dua
bilangan bulat, hal ini menjadi salah satu penyebab sulitnya mengajarkan
pecahan baik ditingkat sekolah dasar, maupun sekolah menengah
(Kemdikbud, 2012). Salah satu topik dalam matematika yang berpotensi
sebagai sarana untuk mengembangkan Kemampuan Berpikir Kreatif
adalah topik pecahan.
3. Berpikir Kreatif dalam Matematika
a. Pengertian berpikir kreatif
Berpikir kreatif tidak pernah bisa lepas dari suatu istilah yang
mungkin sering kita dengar atau kita baca, yaitu “kreatifitas”.
Kreatifitas terdengar penuh inspirasi. Dalam melakukan pemecahan
masalah, seseorang bekerja dengan pemikiran dan analisis rutinnya.
Akan tetapi, orang yang kreatif seolah - olah memiliki secercah
cahaya di atas kepala mereka.
Kreatifitas yang dimiliki seseorang merupakan kemampuan
untuk mengungkapkan hubungan - hubungan baru, melihat suatu
masalah dari sudut pandang yang baru, serta membentuk kombinasi
baru dari beberapa konsep yang sudah dikuasai sebelumnya, bersifat
praktis, serta memunculkan solusi yang tidak biasa tetapi berguna.20
19 Nanang Priatna dan Ricki Yuliardi, “pembelajaran Matematika untuk Guru SD dan calon
Guru SD, (Bandung : PT Remaja Rosdakarya, 2018) h. 66.
20
Maulana, konsep dasar matematika dengan pengembangan kemampuan berpikir kritis-
kreatif, (sumedang: UPI Sumedang Press, 2017) h. 13
12
Berpikir merupakan suatu kegiatan mental yang dialami
seseorang bila mereka dihadapkan pada suatu masalah atau situasi
yang harus dipecahkan. Suryabrata berpendapat bahwa berpikir
merupakan proses yang dinamis yang dapat dilukiskan menurut
proses atau jalannya. Proses berpikir itu pada pokoknya terdiri dari 3
langkah yaitu pembentukan pengertian, pembentukan pendapat dan
penarikan kesimpulan. Pandangan ini menunjukkan jika seseorang
dihadapkan pada suatu situasi, maka dalam berpikir orang tersebut
akan menyusun hubungan antara bagian - bagian informasi yang
direkam sebagai pengertian - pengertian, kemudian orang tersebut
membentuk pendapat - pendapat yang sesuai dengan pengetahuannya,
setelah itu ia akan membuat kesimpulan yang digunakan untuk
membahas atau mencari solusi dari situasi tersebut.21
Berpikir sebagai suatu kemampuan mental seseorang dapat
dibedakan menjadi beberapa jenis, antara lain berpikir logis, analitis,
sistematis, kritis dan kreatif. Berpikir logis dapat diartikan
kemampuan berpikir peserta didik dalam menarik kesimpulan dan
dapat membuktikan bahwa kesimpulan itu valid sesuai dengan
pengetahuan yang diketahuinya. Berpikir analitis adalah kemampuan
berpikir yang mendorong peserta didik untuk membuat keputusan
yang lebih baik atau memilih sebuah alternatif terbaik. Berpikir
sistematis adalah kemampuan berpikir peserta didik dalam
menyelesaikan suatu tugas secara tertib sesuai dengan urutan atau
perencanaan yang tepat, efektif dan efesien. Berpikir kritis adalah
kemampuan berpikir peserta didik dalam menilai valid tidaknya suatu
sumber informasi. Bila terdapat persamaan atau perbedaan maka ia
akan mengajukan pertanyaan atau komentar dengan tujuan untuk
mendapatkan penjelasan.22
Berpikir kreatif ditandai dengan
kemampuan berpikir peserta didik dalam menciptakan sesuatu yang
21 Tatag Yuli Eko Siswono, pembelajaran matematika berbasis pengajuan dan pemecahan
masalah, (Bandung : PT Remaja Rosdakarya, 2018 ) h. 24
22 Ibid, h.24 - 25
13
baru yang berasal dari pengalaman, ide, dan pengetahuan yang ada
dalam pikirannya.
Creative Thinking dapat dipahami sebagai suatu pemikiran
yang berusaha menciptakan gagasan yang baru. Berpikir kreatif dapat
juga diartikan sebagai suatu kegiatan mental yang digunakan
seseorang untuk membangun ide atau gagasan yang baru.23
Pehkonen
memandang berpikir kreatif sebagai suatu kombinasi dari berpikir
logis dan berpikir divergen yang didasarkan pada intuisi tetapi masih
dalam kesadaran. Ketika seseorang menerapkan berpikir kreatif dalam
suatu praktik pemecahan masalah, maka pemikiran divergen yang
intuitif menghasilkan banyak ide yang akan berguna dalam
menemukan penyelesaiannya. Pengertian ini menjelaskan bahwa
berpikir kreatif memperhatikan berpikir logis maupun intuitif untuk
menghasilkan ide - ide.24
b. Tingkat Kemampuan Berpikir Kreatif
Guilford mengemukakan dua asumsi dalam berpikir kreatif,
yaitu pertama, setiap orang mampu menjadi kreatif sampai tingkat
tertentu dalam cara tertentu. Kedua, kemampuan berpikir merupakan
keterampilan yang dapat dipelajari.25
Jadi, setiap orang memiliki
tingkat kreativitas yang berbeda dan mempunyai upaya tersendiri
untuk menciptakan kreativitasnya. Seseorang dapat meningkatkan
kemampuan berpikir kreatifnya dengan memahami proses berpikir
dan beberapa faktor yang mempengaruhinya serta melalui latihan
yang tepat. Kemampuan Berpikir Kreatif seseorang juga bertingkat /
berjenjang, yang dapat ditingkatkan ke tingkat yang lebih tinggi.
Tingkat Kemampuan Berpikir Kreatif (TKBK) di sini
diartikan sebagai suatu jenjang berpikir yang hierarkis dengan dasar
23 Nanang Priatna & ricki yuliardi, pembelajaran matematika, (Bandung : PT Remaja
Rosdakarya, 2019 ) h. 323
24 Tatag, op.cit., h. 31
25
Tatag, op.cit., h.34
14
pengategoriannya berupa produk berpikir kreatif (kreativitas). De
Bono mendefinisikan 4 tingkat pencapaian dari perkembangan
keterampilan berpikir kreatif, yaitu kesadaran berpikir, observasi
berpikir, strategi berpikir, dan refleksi pemikiran.26
Tabel 2.1
Tingkat berpikir kreatif dan De Bono
Level 1 : Awareness of Thinking
General awareness of thinking as a kill. Willingness to think
about something. Willingness to investigate a particular
subject. Willingness to listen to others.
Level 2 : observation of thinking
Observation of the implications of action and choice,
consideration of peers’ points view. Comparison of alternative.
Level 3 : thinking strategy
Intentional use of a number of thinking tools, organization of
thinking as a sequence of steps. Reinforcing the sense of
purpose in thinking.
Level 4 : reflection on thinking
Structured use of tools, clear awareness of reflective thinking,
assessment of thinking by thinker himself. Planning thinking
tasks and methods to perform them.
Tingkat 1 :Merupakan tingkat berpikir kreatif yang rendah karena
hanya mengekspresikan terutama kesadaran peserta didik terhadap
keperluan menyelesaikan tugasnya saja.
Tingkat 2 :Menunjukkan berpikir kreatif yang lebih tinggi karena
peserta didik harus menunjukkan bagaimana mereka mengamati
sebuah implikasi pilihannya, seperti penggunaan komponen -
komponen khusus logaritma - logaritma pemrograman.
26 Ibid., h. 35-36
15
Tingkat 3 : Merupakan tingkat yang lebih tinggi berikutnya karena
peserta didik harus memilih suatu strategi dan mengoordinasikan
antara bermacam - macam penjelasan dalam tugasnya. Mereka harus
memutuskan bagaimana tingkat detail yang diinginkan dan bagaimana
menyajikan urutan tindakan atau kondisi - kondisi logis dari sistem
tindakan.
Tingkat 4 :Merupakan tingkat tertinggi karena peserta didik harus
menguji sifat - sifat produk final membandingkan dengan sekumpulan
tujuan. Menjelaskan kesimpulan terhadap keberhasilan atau kesulitan
selama proses pengembangan, dan memberi saran untuk
meningkatkan perencanaan dan proses konstruksi. Tingkat
kemampuan berpikir kreatif ini menggambarkan secara umum strategi
berpikir tidak hanya dalam matematika.
Untuk mengetahui Kemampuan Berpikir Kreatif seseorang
ditunjukkan dengan kreativitasnya menghasilkan sesuatu yang “baru”.
Munandar menunjukkan indikasi berpikir kreatif dalam definisinya
bahwa kreativitas (berpikir kreatif atau berpikir divergen) adalah
kemampuan menemukan banyak kemungkinan jawaban terhadap
suatu masalah, di mana penekanannya pada kuantitas, ketepatgunaan,
dan keberagaman jawaban”. Pengertian ini menunjukkan bahwa
Kemampuan Berpikir Kreatif seseorang makin tinggi jika ia mampu
menunjukkan banyak kemungkinan jawaban pada suatu masalah.
Semua jawaban itu harus sesuai dengan masalah dan tepat, selain itu
jawaban harus bervariasi.
16
c. Ciri -ciri kreativitas
Guilford mengemukakan ciri - ciri dari kreativitas antara lain
:27
1) Kelancaran berpikir (fluency of thinking), yaitu kemampuan untuk
menghasilkan banyak ide yang keluar dari pemikiran seseorang
secara cepat. Dalam kelancaran berpikir yang ditekankan adalah
kuantitas dan bukan kualitas. Ciri ini dapat digambarkan melalui
siswa mampu memberikan beberapa jawaban jika ada pertanyaan,
mengajukan beberapa pertanyaan, lancar dalam mengemukakan
gagasan, mengerjakan sesuatu lebih cepat dari anak - anak yang
lain, serta peka terhadap kesalahan atau kekurangan pada suatu
aspek.
2) Keluwesan berpikir (flexibility), yaitu kemampuan untuk
memproduksi sebuah ide, jawaban - jawaban atau pertanyaan -
pertanyaan yang bervariasi, dapat melihat suatu masalah dari
sudut pandang yang berbeda - beda, mencari alternatif atau arah
yang berbeda - beda, serta mampu menggunakan bermacam -
macam pendekatan atau cara pemikiran. Orang yang kreatif adalah
orang yang luwes dalam berpikir. Mereka dengan mudah dapat
meninggalkan cara berpikir lama dan menggantikannya dengan
cara berpikir yang baru. Ciri ini dapat digambarkan melalui siswa
mampu memikirkan cara - cara yang berbeda - beda untuk
menyelesaikan suatu masalah, memberikan macam - macam
penafsiran terhadap suatu gambar, cerita/masalah, menerapkan
suatu konsep dengan cara berbeda- beda serta mampu mengubah
arah berpikir secara spontan.
3) Elaborasi (elaboration), yaitu kemampuan dalam
mengembangkan gagasan dan menambahkan atau memperinci
detail - detail dari suatu objek, gagasan atau situasi sehingga
27
Azhari, peningatan kemampuan berpikir kreatif matematik siswa melalui pendekatan
kontruktivisme di kelas VII sekolah menengah pertama (SMP) Negeri 2 Banyuasin III, jurnal
pendidikan matematika,2013 vol.7 no.2.
17
menjadi lebih menarik. Ciri ini dapat digambarkan melalui siswa
mampu mencari arti yang lebih mendalam terhadap jawaban atau
pemecahan masalah dengan melakukan langkah - langkah yang
terperinci, mengembangkan atau memperkaya gagasan orang lain,
dan mempunyai rasa keindahan yang kuat sehingga tidak puas
dengan penampilan yang kosong atau sederhana.
4) Originalitas (originality), yaitu kemampuan untuk mencetuskan
gagasan unik atau kemampuan untuk mencetuskan gagasan asli.
Ciri ini dapat digambarkan melalui siswa mampu melahirkan
masalah -masalah atau hal - hal yang tidak pernah terpikirkan oleh
orang lain, mempertanyakan cara - cara yang lama kemudian
memikirkan cara - cara yang baru, memilih cara berpikir lain dari
pada yang lain.
Maka kreativitas adalah kemampuan seseorang dalam berpikir
dan bertingkah laku. Seseorang yang memiliki kreativitas yang tinggi
tidak akan merasakan kesulitan dalam memecahkan masalah yang
dihadapinya. Oleh karena itu, kreativitas yang didefinisikan para ahli
erat kaitannya dengan kemampuan berpikir dan bertingkah laku.
d. Berpikir Kreatif Matematis
Dalam ranah matematika, Kemampuan Berpikir Kreatif yang
dimaksud secara khusus disebut Kemampuan Berpikir Kreatif
Matematis ( mathematical creative thinking abilities ).28
Berpikir
Kreatif Matematis merupakan hal penting yang harus dikembangkan
dalam mempelajari matematika. Kemampuan Berpikir Kreatif
Matematis dapat diartikan sebagai kemampuan menyelesaikan
masalah matematika dengan lebih dari satu penyelesaian dan siswa
berpikir lancar, luwes dan memiliki orisinalitas dalam jawabannya.
28
Maulana, konsep dasar matematika dengan pengembangan kemampuan berpikir kritis-
kreatif, (sumedang: UPI Sumedang Press, 2017) h. 16
18
Berpikir kreatif matematis dapat bermanfaat untuk melatih
kemampuan berpikir divergen pada matematika.29
Seseorang dengan latar belakang ekonomi maupun sosial
budaya yang berbeda, tentu akan mempunyai kualitas proses kreatif
yang berbeda pula. Karena perbedaan itu umumnya
berjenjang/bertingkat, maka dapat dikatakan bahwa terdapat tingkat
dalam berpikir kreatif. Berdasarkan penjelasan tersebut dapat
disimpulkan bahwa terdapat tingkat berpikir kreatif siswa dalam
matematika.
Siswono merumuskan tingkat kemampuan berpikir kreatif
dalam matematika, seperti pada tabel berikut :30
Tabel 2.2
Penjenjangan Kemampuan Berpikir Kreatif
Tingkat Karakteristik
Tingkat 4
(sangat kreatif)
Peserta didik mampu menunjukkan kefasihan,
fleksibilitas, dan kebaruan dalam memecahkan masalah.
Tingkat 3
(kreatif )
Peserta didik mampu menunjukkan kefasihan dan
kebaruan atau kefasihan dan fleksibilitas dalam
memecahkan maupun mengajukan masalah.
Tingkat 2
(cukup kreatif)
Peserta didik mampu menunjukkan kebaruan atau
fleksibilitas dalam memecahkan maupun mengajukan
masalah.
Tingakt 1
(kurang
kreatif)
Peserta didik mampu menunjukkan kefasihan dalam
memecahkan maupun mengajukan masalah
Tingkat 0
(tidak kreatif )
Peserta didik tidak mampu menunjukkan ketiga aspek
indikator berpikir kreatif
29
Novi marliani, peningkatan kemampuan berpikir kreatif matematis siswa melalui model
pembelajaran missouri mathematics project (MMP), Jurnal formatif, 2015, h. 15-16
30 Tatag, op.cit., h. 40.
19
1) Tingkat berpikir kreatif 4
Peserta didik mampu menyelesaikan suatu masalah dengan
lebih dari satu alternatif jawaban maupun cara penyelesaian atau
membuat masalah yang berbeda - beda (baru) dengan lancar
(fasih) dan flexibel. Dapat juga peserta didik hanya mampu
mendapat satu jawaban yang baru (tidak biasa dibuat peserta didik
pada tingkat berpikir umumnya). Siswa yang mencapai tingkat ini
dapat disebut sebagai siswa yang sangat kreatif.
Peserta didik tingkat ini cenderung mengatakan bahwa
membuat soal lebih sulit daripada menjawab soal karena harus
mempunyai cara penyelesaiannya. Peserta didik cenderung
mengatakan bahwa mencari cara yang lain lebih sulit daripada
mencari jawaban yang lain.
2) Tingkat berpikir kreatif 3
Peserta didik mampu menunjukkan suatu jawaban yang baru
dengan fasih, tetapi tidak dapat menyusun cara berbeda (fleksibel)
untuk mendapatkannya, atau peserta didik dapat menyusun cara
yang fleksibel untuk mendapatkan jawaban yang beragam
meskipun jawaban tersebut tidak “baru”. Selain itu, peserta didik
dapat membuat masalah yang berbeda dengan lancar meskipun
cara penyelesaian masalah itu tunggal atau dapat membuat
masalah yang beragam dengan cara penyelesaian yang berbeda -
beda meskipun masalah tersebut tidak baru. Peserta didik yang
mencapai tingkat ini dapat disebut sebagai siswa kreatif.
Peserta didik disini cenderung mengatakan bahwa membuat
soal lebih sulit daripada menjawab soal karena harus mempunyai
cara untuk penyelesaiannya. Peserta didik cenderung mengatakan
bahwa mencari cara yang lain lebih sulit daripada mencari
jawaban yang lain.
20
3) Tingkat berpikir kreatif 2
Siswa mampu membuat satu jawaban atau masalah yang
berbeda dari kebiasaan umum meskipun tidak dengan fasih
maupun fleksibel, atau mampu menunjukkan berbagai macam
penyelesaian yang berbeda meskipun tidak fasih dalam menjawab
maupun membuat masalah dan jawaban yang dihasilkan tidak
baru. Siswa yang mencapai tingkat ini dapat disebut sebagai siswa
yang cukup kreatif.
Peserta didik pada kelompok ini cenderung mengatakan bahwa
membuat soal lebih sulit daripada menjawab soal karena belum
biasa dan perlu memperkirakan bilangannya, rumus maupun
penyelesaiannya. Cara yang lain dipahami peserta didik sebagai
bentuk rumus lain yang ditulis “ berbeda”.
4) Tingkat berpikir kreatif 1
Peserta didik mampu menjawab atau membuat masalah yang
beragam (fasih), tetapi tidak mampu membuat jawaban atau
membuat masalah yang berbeda, dan tidak dapat menyelesaikan
masalah dengan cara berbeda - beda. Siswa yang mencapai tingkat
ini disebut siswa yang kurang kreatif.
Peserta didik ini cenderung mengatakan bahwa membuat soal
tidak sulit ( tetapi tidak berarti mudah ) daripada menjawab soal
tergantung pada kerumitan soalnya. Cara lain dipahami peserta
didik sebagai bentuk rumus lain yang ditulis berbeda. Soal yang
dibuat cenderung bersifat matematis dan tidak mengaitkan dengan
kehidupan sehari - hari.
5) Tingkat berpikir kreatif 0
Peserta didik pada tingkat 0 tidak mampu membuat alternatif
jawaban maupun cara penyelesaian atau membuat masalah yang
berbeda dengan lancar dan flexibel. Kesalahan penyelesaian suatu
masalah disebabkan karena konsep yang terkait dengan masalah
21
tersebut tidak dipahami atau diingat dengan benar. Siswa yang
mencapai tingkat ini disebut siswa yang tidak kreatif.
Peserta didik ini cenderung mengatakan bahwa membuat soal
lebih mudah daripada menjawab soal karena penyelesaiannya
sudah diketahui. Cara lain dipahami peserta didik sebagai bentuk
rumus lain yang ditulis “berbeda”.
e. Indikator Berpikir Kreatif Matematis
Indikator Berpikir Kreatif Matematis merupakan suatu ukuran
keberhasilan untuk mengukur Kemampuan Berpikir Kreatif
Matematis siswa. Silver menjelaskan bahwa untuk menilai
Kemampuan Berpikir Kreatif menggunakan TTCT yaitu kefasihan
(fluency), fleksibilitas dan kebaruan.31
Dalam penelitian ini, penulis
menyusun indikator Berpikir Kreatif Matematis sebagai berikut :
Tabel 2.3
Indikator Kemampuan Berpikir Kreatif Matematika
Aspek Indikator
Berpikir lancar (fluency) Memberikan lebih dari satu
gagasan jika ada pertanyaan atau
soal.
Berpikir luwes (flexibility) Menuliskan lebih dari satu solusi
atau cara penyelesaian terhadap
suatu masalah.
Berpikir Original (originality) Menuliskan ide baru atau yang
tidak biasa dalam menyelesaikan
suatu masalah.
31 Tatag Yuli Eko Siswono, “pembelajaran matematika berbasis pengajuan dan pemecahan
masalah, (Bandung : PT Remaja Rosdakarya, 2018 ) h. 33
22
Adapun penjelasan penilaian pembelajaran matematika dari
setiap indikator sebagai berikut :
1) fluency
Fluency terkait dengan berapa banyak gagasan yang dapat
dihasilkan oleh siswa. Siswa dapat memberikan lebih dari satu
jawaban dari pertanyaan/masalah yang diberikan.
2) flexibility
Flexibility terkait dengan berapa banyak ide - ide matematika
berbeda yang ditemukan / dimunculkan oleh siswa. Siswa dapat
memberikan lebih dari satu solusi / cara penyelesaian dari masalah
yang diberikan. Solusi yang benar yang dihasilkan siswa terbagi
dalam beberapa kategori. Jika dua buah solusi atau pendekatan
mempunyai ide matematika yang sama maka dianggap sebagai satu
kategori. Banyaknya kategori yang muncul disebut respon positif.
Jumlah dari kategori ini mengindikasikan flexibility.
3) originality
Originality terkait dengan derajat keaslian ide siswa. Siswa
dapat memberikan sebuah ide baru/ unik dalam menyelesaikan
masalah yang diberikan yang mana ide tersebut lain dari yang biasa.
Jika siswa atau kelompok memunculkan ide yang unik. Tingkat
keorisinilannya dihargai tinggi. Guru harus memberikan skor yang
tinggi untuk Kemampuan Berpikir Matematika tingkat tinggi.
4. Open Ended dalam pembelajaran Matematika
a. Definisi model pembelajaran open ended
Model pembelajaan open ended menjadi salah satu model
pembelajaran kontruktivistik yang terkait dengan pembahasan suatu
masalah dalam pembelajaran. Konsep pembelajaran open ended yakni
pembelajaran yang bersifat terbuka. Pembelajaran dilakukan dengan
interaktif antara siswa dan matematika, dalam menyelesaikan
23
permasalahan menggunakan berbagai macam strategi yang
dilakukannya secara mandiri.32
Pembelajaran open ended ditunjukkan dengan siswa
melakukan kegiatan belajar dengan menyelesaikan masalah. Kegiatan
belajar seperti ini menghasilkan berbagai macam cara pemecahan
masalah.
Hal ini didukung oleh pendapat dari Biliya yang
mengemukakan bahwa model open ended adalah
pembelajaran yang menyajikan suatu permasalahan yang
memiliki metode atau cara penyelesaian benar lebih dari
satu. Pernyataan tersebut sejalan dengan ungkapan Sawada
bahwa pembelajaran open ended merupakan suatu
pembelajaran dimana guru memberikan suatu situasi
masalah pada siswa, yang solusi atau jawaban masalah
tersebut dapat diperoleh dengan berbagai cara.33
Open ended problem adalah suatu permasalahan yang bersifat
terbuka. Masalah yang bersifat terbuka membantu siswa melihat
banyaknya alternatif pemecahan dan jawaban benar yang terdapat
dalam sebuah masalah. Menurut Suherman, problem yang
diformulasikan memiliki multijawaban yang benar disebut problem
tak lengkap atau disebut juga open ended problem atau soal terbuka.
Hal ini didukung oleh pendapat dari Reid bahwa “open ended
problems, however, many have a variety of solutions, which allows
the students to see the broadness of the available methods for solving
sach problems”.34
Model pembelajaran open ended menerapkan pemberian
masalah untuk diselesikan oleh siswa. Dengan begitu siswa diarahkan
pada proses pemecahan masalah agar dapat mengembangkan
kemampuan berpikir tingkat tinggi siswa. Suherman & Erman
menyatakan bahwa tujuan utama pemberian masalah open ended
32 Isrok’atun & Amelia Rosmala, model- model pembelajaran matematika, (Jakarta : PT
Bumi Aksara, 2018 ), hal. 81
33
Ibid.
34
Ibid.
24
bukan untuk mendapatkan jawaban, tetapi lebih menekankan pada
cara bagaimana sampai pada jawaban.35
Pernyataan tersebut selaras
dengan pendapat Nohda bahwa tujuan pembelajaran open ended
membawa siswa lebih mengembangkan kegiatan kreatif dan pola
pikir.
Berdasarkan pendapat diatas, tujuan penerapan model open
ended dalam proses pembelajaran adalah untuk meningkatkan
Kemampuan Berpikir Kreatif siswa agar lebih kreatif menentukan
cara penyelesaian dengan menggunakan kemampuan sendiri.36
Karna
pembelajaran dengan model open ended lebih difokuskan untuk
mengembangkan berbagai cara penyelesaian masalah. Siswa
diberikan kebebasan dalam menentukan cara penyelesaian sebuah
masalah sehingga dapat mendorong siswa untuk berpikir tingkat
tinggi.
Ciri penting dari masalah open ended adalah terjadinya
keleluasan siswa untuk membuat sejumlah strategi dan segala
kemungkinan yang dianggap paling sesuai untuk menyelesaikan
masalah. Artinya pertanyaan open ended diarahkan untuk menggiring
tumbuhnya pemahaman atas masalah yang diajukan guru.37
b. Karakteristik model pembelajaran Open Ended
Dalam praktiknya pembelajaran open ended mencakup tiga hal
yakni sebagai berikut :38
1) Kegiatan siswa terbuka
Kegiatan siswa terbuka adalah siswa diberikan kesempatan
untuk melakukan berbagai kegiatan dalam menemukan solusi
(pemecahan masalah) yang mereka hendaki sesuai kemampuan
35 Ibid., 82
36
Ibid., 82 37
Risna Kurniati, penerapan strategi pembelajaran open ended terhadap kemampuan
berpikir kretis siswa pada mata pelajaran matematika kelas V di madrasah ibtidaiyah negeri 1
Palembang, dalam jurnal ilmiah PGMI , Vol.2, h. 5
38
Isrok’atun, loc.it
25
yang dimiliki. Siswa berdiskusi menentukan cara penyelesaian
secara mandiri sehingga menghasilkan suatu pemahaman konsep
matematika yang dikerjakan. Dengan demikian, pembelajaran
bersifat student centered.
2) Kegiatan matematik dalam ragam berpikir
Kegiatan matematika adalah ragam berpikir. Artinya,
penggunaan pembelajaran open ended dalam pembelajaran
matematika memberikan kebebasan berpikir siswa dalam
menemukan pemecahan masalah. Dalam pendekatan open ended,
siswa diberikan suatu masalah terbuka yang diambil dari
permasalahan yang terdapat di kehidupan siswa. Di sini siswa
mempunyai cara sendiri untuk menyelesaikan masalah atau
pertanyaan yang diajukan pada dirinya. Kegiatan belajar seperti
ini sebagai wadah dalam menciptakan ragam berpikir setiap siswa
maupun kelompok untuk menghasilkan proses pemecahan
masalah yang berbeda - beda dengan berbagai macam hasil
jawaban benar.
3) Kegiatan siswa dan kegiatan matematika merupakan suatu
kesatuan
Matematika merupakan aktivitas atau kegiatan manusia. Oleh
karena itu, kegiatan yang dilakukan siswa merupakan suatu
kegiatan matematika. Selain itu, kegiatan siswa dalam proses
pembelajaran matematika juga merupakan kesatuan kegiatan
matematika dalam membangun konsep matematika secara
mandiri.
26
c. Langkah - langkah pembelajaran Open Ended
Adapun langkah - langkah dalam strategi pembelajaran Open
Ended sebagai berikut :39
1) Menghadapkan siswa pada problem terbuka dengan menekankan
pada bagaimana siswa sampai pada sebuah solusi.
2) Membimbing siswa untuk menemukan pola dalam mengkontruksi
permasalahannya sendiri.
3) Membiarkan siswa memecahkan masalah dengan berbagai
penyelesaian dari jawaban yang beragam.
4) Meminta siswa untuk menyajikan hasil temuannya
Kemudian tahapan strategi pembelajaran open ended yaitu :40
1) Persiapan
Sebelum memulai proses belajar mengajar, guru harus
membuat satuan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP),
membuat pertanyaan Open Ended Problems.
2) Pelaksanaan, terdiri dari :
a) Pendahuluan, yaitu siswa menyimak motivasi yang diberikan
oleh guru bahwa yang akan dipelajari berkaitan atau
bermanfaat bagi kehidupan sehari - hari sehingga mereka
semangat dalam belajar, kemudian siswa menanggapi
apersepsi yang dilakukan oleh guru agar diketahui
pengetahuan awal mereka terhadap konsep - konsep yang akan
dipelajari.
b) Kegiatan inti, yaitu pelaksanaan pembelajaran dengan langkah
- langkah berikut :
Siswa membentuk kelompok yang terdiri dari lima orang.
Siswa mendapatkan pertanyaan open ended problems.
39 Risna Kurniati, penerapan strategi pembelajaran Open Ended terhadap kemampuan
berpikir kritis siswa pada mata pelajaran matematika kelas V di Madarasah Ibtidaiyah Negeri I
Palembang, Jurnal ilmiah PGMI, vol.2, 2016, h. 5
40
Ibid., h.5-6
27
Siswa berdiskusi bersama kelompok mereka masing -
masing mengenai penyelesaian dari pertanyaan open ended
problems yang telah diberikan oleh guru.
Setiap kelompok siswa melalui perwakilannya
mengemukakan pendapat atau solusi yang ditawarkan
kelompoknya secara bergantian.
Siswa atau kelompok kemudian menganalisis jawaban -
jawaban yang telah dikemukakan, mana yang benar dan
mana yang lebih efektif.
c) Kegiatan akhir, yaitu siswa menyimpulkan apa yang telah
dipelajari kemudian kesimpulan tersebut disempurnakan oleh
guru.
d) Setelah berakhirnya kegiatan belajar mengajar, siswa
mendapatkan tugas perorangan atau ulangan harian yang berisi
pertanyaan open ended problem yang merupakan evaluasi
yang diberikan oleh guru.
d. Kelebihan model pembelajaran Open Ended
Pembelajaran Open Ended ini menurut Biliya memiliki
beberapa keunggulan antara lain sebagai berikut :41
1) Siswa berpartisipasi lebih aktif dalam pembelajaran dan sering
mengekspresikan idenya. Selama proses pembelajaran, siswa
melakukan berbagai kegiatan belajar. Siswa secara mandiri
merumuskan dan mencoba teknik pemecahan masalah yang
dilakukannya sendiri berdasarkan pemahaman dan kehendaknya.
Kegiatan ini sebagai wadah kreativitas siswa dalam
mengekspresikan ide atau gagasan pemecahan masalah.
2) Siswa memiliki kesempatan lebih banyak dalam memanfaatkan
pengetahuan dan keterampilan matematika secara komprehensif.
41 Billiya, penerapan model open ended untuk meningkatkan keterampilan proses dan hasil
belajar siswa kelas V SDN I Reparking-Wonosegoro-Boyolali, jurnal scholaria 2015 , h. 84
28
Kegiatan belajar ini memfasilitasi siswa untuk menggunakan
pengetahuan dan keterampilannya dalam memecahkan masalah
kehidupan dalam bidang matematika. Hal ini terlihat dari
bagaimana siswa menerapkan ilmu matematika dalam konsep
matematika itu sendiri dan juga konteks kehidupan nyata.
3) Siswa dengan kemampuan matematika rendah dapat merespon
permasalahan dengan cara mereka sendiri. Siswa yang memiliki
kemampuan rendah mampu mengerjakan dan menyelesaikan
permasalahan dalam bidang matematika menggunakan
kemampuan yang dimilikinya. Siswa dapat mengungkapkan
proses pemecahan masalah berdasarkan pola pikir yang terbentuk
dari lingkungan sekitar.
4) Siswa secara intrinsik termotivasi untuk memberikan bukti atau
penjelasan. Kegiatan pembelajaran open ended membiasakan
siswa untuk bisa menyelesaikan masalah dengan menunjukkan
suatu penjelasan bagaimana jalan proses pemecahan masalah
tersebut. Proses pemecahan masalah dan jawaban siswa dapat
dipertanggungjawabkan.
5) Siswa memiliki pengalaman banyak untuk menemukan sesuatu
dalam menjawab permasalahan. Proses menemukan pemecahan
masalah dilakukan dengan berbagai macam cara berdasarkan
kemampuan, pemahaman dan kehendak siswa sendiri. Kegiatan
belajar dilakukan siswa diantaranya yakni kegiatan diskusi,
peragaan, mengoperasikan benda, serta tanya ajwab. Hal ini
memberikan pengalaman belajar yang bermakna dan bermanfaat
bagi siswa.
29
e. Kekurangan model pembelajaran Open Ended
Disamping keunggulan, menurut Biliya terdapat pula
kelemahan dari pembelajaran open ended, diantaranya :42
1) Membuat dan menyiapkan masalah matematika yang bermakna
bagi siswa bukanlah pekerjaan mudah.
2) Mengemukakan masalah yang langsung dapat dipahami siswa
tidaklah mudah sehingga banyak siswa yang mengalami kesulitan
bagaimana merespons permasalahan yang diberikan.
3) Siswa dengan kemampuan tinggi bisa merasa ragu atau
mencemaskan jawaban mereka.
Solusi dari kekurangan model pembelajaran open ended,
sebagai berikut :
1) Guru terlebih dahulu mencatat semua respon yang diinginkan,
kemudian membuat masalah yang bermakna.
2) Mengambil dan menyampaikan contoh permasalahan yang terjadi
di kehidupan sehari - hari.
3) Sebelum dilaksanakan pembelajaran dengan model open ended,
diberi informasi bahwa jawaban yang diajukan dapat bermacam -
macam tergantung dari sudut mana siswa memandangnya dan
jawaban tersebut mungkin semuanya benar.
5. Pembelajaran Konvensional
Pembelajaran Konvensional merupakan model pembelajaran yang
hingga saat ini masih digunakan dalam proses pembelajaran, hanya saja
model pembelajaran konvensional saat ini sudah mengalami berbagai
perubahan - perubahan karena tuntutan zaman, meskipun demikian tidak
meninggalkan keasliannya.43
Pembelajaran konvensional yang masih
42 Ibid.
43
Ibrahim, perpaduan model pembelajaran aktif konvensional (ceramah) dengan Cooperatif
(Make A Match) untuk meningkatkan hasil belajar pendidikan kewarganegaraan, jurnal ilmu
pendidikan sosial, sains dan humaniora, vol.3, no.2, 2017, h.201-202
30
digunakan adalah model pembelajaran Direct Instruction. Model
pembelajaran Direct Instruction dikenal dengan sebutan active teaching
digunakan untuk menyampaikan pelajaran yang ditransformasikan
langsung oleh guru kepada peserta didik.44
Namun dalam pelaksanaannya
guru tidak selalu bicara, tetapi guru memberikan informasi pada saat
diperlukan. Misalnya pada permulaan pelajaran, memberikan materi baru
atau pada waktu memberikan contoh soal dan lain sebagainya, kemudian
peserta didik diminta untuk menyelesaikan soal - soal. Pembelajaran ini
berpusat pada guru, tetapi tetap menjamin adanya keterlibatan peserta
didik.
B. Hasil Penelitian Relevan
a. Risna Kurniati (2016) dengan judul “penerapan strategi pembelajaran
Open Ended terhadap Kemampuan Berpikir Kritis siswa pada mata
pelajaran matematika kelas V di Madrasah Ibtidaiyah Negeri 1
Palembang” jurnal Ilmiah PGMI ini memberikan kesimpulan bahwa
adanya pengaruh positif yang signifikan menggunakan strategi
pembelajaran Open Ended terhadap kemampuan berpikir kritis siswa
pada mata pelajaran matematika di Madrasah Ibtidaiyah Negeri 1
Palembang pada materi sifat - sifat bangun ruang.45
Persamaan penelitian
ini dengan penelitian yang dilakukan oleh penulis adalah menerapkan
pembelajaran Open Ended, perbedaan penelitian diatas berpengaruh
terhadap kemampuan berpikir kritis, sedangkan penelitian yang dilakukan
penulis berpengaruh terhadap Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis
siswa.
b. Kunti Dian Ayu Afiani (2017) dengan judul “peningkatan kemampuan
berpikir kreatif pada siswa kelas III SD melalui pembelajaran berbasis
44 Nurli Rosmi, penerapan model pembelajaran langsung untuk meningkatkan hasil belajar
matematika siswa kelas III SD Negeri 003 Pulau Jambu, jurnal PAJAR (Pendidikan dan Pengajaran),
vol.1, no.2, 2017 , h.163.
45
Risna Kurniati, “penerapan strategi pembelajaran Open Ended terhadap kemampuan
berpikir kritis siswa pada mata pelajaran matematika kelas V di Madrasah Ibtidaiyah Negeri 1
Palembang”, jurnal Ilmiah PGMI, vol. 2, no.1, 2016, h.16
31
pengajuan masalah” jurnal ELSE ini memberikan kesimpulan bahwa
pembelajaran berbasis pengajuan masalah dapat meningkatkan
kemampuan berpikir kreatif siswa.46
Persamaan penelitian yang dilakukan
adalah kemampuan berpikir kreatif, perbedaan penelitian di atas
menerapkan pembelajaran berbasis pengajuan masalah sedangkan
penelitian yang dilakukan peneliti menerapkan model pembelajaran Open
Ended.
c. Hesti Noviyani (2018) dengan judul “ pengaruh model open ended
terhadap Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis siswa” jurnal yang
diterbitkan oleh jurnal Edumath ini memberikan kesimpulan bahwa rata -
rata Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis siswa yang
menggunakan model pembelajaran open ended lebih tinggi dari rata - rata
kemampuan pemecahan masalah matematis siswa yang menggunakan
pembelajaran konvensional .47
Persamaan penelitian di atas dengan
penelitian penulis yaitu, menerapkan model pembelajaran open ended,
perbedaan penelitian di atas berpengaruh terhadap kemampuan
pemecahan masalah matematis siswa, sedangkan peneliti berpengaruh
terhadap Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis siswa.
C. Kerangka Berpikir
Proses pembelajaran masih terbatas menjelaskan rumus, memberikan
contoh soal dan mengerjakan latihan. Kemampuan Berpikir Kreatif
Matematis belum dikembangkan secara optimal. Guru masih menggunakan
model pembelajaran yang biasa digunakan pada umumnya sehingga
Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis siswa masih rendah.
Oleh karena itu, diperlukan perubahan pada proses pembelajaran
untuk membantu/mendorong siswa untuk berpikir secara kreatif.
Pembelajaran dapat dilakukan dengan menggunakan model pembelajaran
46 Kunti Dian Ayu Afiani, “peningkatan kemampuan berpikir kreatif pada siswa kelas III SD
melalui pembelajaran berbasis pengajuan masalah”, jurnal ELSE, vol. 1, no.1, 2017, h.47
47
Hesti Noviyana, “pengaruh model open ended terhadap kemampuan pemecahan masalah
matematis siswa”, jurnal Edumath, vol. 4, no.2, 2018, h 1-10
32
Open Ended yang didalamnya terdapat pembiasaan untuk berpikir kreatif
matematis dengan menghadapkan siswa pada masalah terbuka, membimbing
siswa menemukan pola dalam mengkontruksi masalah yang diberikan serta
memberi kesempatan siswa memecahkan masalah dengan berbagai
penyelesaian. Dengan demikian, diduga bahwa menggunakan model Open
Ended dapat berpengaruh terhadap Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis
siswa. Berdasarkan uraian di atas, adapun kerangka berpikir dalam penelitian
ini dapat digambarkan sebagai berikut :
Gambar 2.1 kerangka berpikir
D. Hipotesis Penelitian
Berdasarkan teori - teori yang dikemukakan diatas, maka penulis
mengambil kesimpulan sementara yaitu : Kemampuan Berpikir Kreatif
Matematis siswa yang pembelajarannya menggunakan model Open Ended
lebih tinggi daripada siswa yang pembelajarannya menggunakan model
konvensional.
Kondisi awal
Proses pembelajaran masih
terbatas menjelaskan rumus,
memberikan contoh soal dan
mengerjakan latihan.
Kemampuan berpikir kreatif
siswa masih rendah.
Pembelajaran Open Ended
Pembiasaan berpikir kreatif matematis
Menghadapkan siswa pada masalah
terbuka
Membimbing siswa menemukan
pola dalam mengkontruksi masalah
yang diberikan.
Memberi kesempatan siswa
memecahkan masalah dengan
berbagai penyelesaian.
Kemampuan Berpikir Kreatif
Matematis siswa
33
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian dilaksanakan di sekolah MI Az-ziyadah yang beralamat di
Jln madrasah no.1 tanah 80 Klender Duren Sawit Jakarta Timur. Penelitian
ini dilakukan di kelas IV pada bulan Agustus - september semester ganjil
tahun ajaran 2019/2020.
B. Metode dan Desain Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian
kuasi eksperimen (Quasi eksperimental), yang pada dasarnya penelitian ini
sama dengan eksperimen murni, bedanya adalah pengontrolan variabel.
Desain ini mempunyai kelompok kontrol, tetapi tidak dapat berfungsi
sepenuhnya untuk mengontrol variabel - variabel luar yang mempengaruhi
pelaksanaan eksperimen.48
Dalam penelitian ini, peneliti akan menguji pengaruh model
pembelajaran open ended yang diterapkan pada kelas eksperimen dan
pembelajaran konvensional model Direct Instruction pada kelas kontrol
untuk membandingkan Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis siswa.
Desain penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah The
Nonequivalent Posttest Only Control Group Design. Keuntungan dari desain
ini adalah bahwa kelas - kelas yang digunakan sebagaimana adanya,
pengaruh yang mungkin dari penyelenggaraan reaktif dapat dikurangi, subjek
penelitan mungkin sama sekali tidak menyadari bahwa mereka dilibatkan
dalam studi.49
48
Karunia Eka, Penelitian Pendidikan Matematika, (Bandung: PT Refika Aditama,2015),
h.136
49
Emzir, metodologi penelitian pendidikan kuantitatif & kulaitatif, (Depok : Rajawali Pers,
2017), h.102-103
34
Tabel 3.2
Desain Penelitian
Kelompok Variabel terikat Posttest
Eksperimen X O
Kontrol - O
Keterangan :
X : Penerapan model pembelajaran Open Ended
O : Test Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis
C. Populasi dan Sampel
1. Populasi
Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian.50
Dapat diartikan
sebagai wilayah generalisasi yang terdiri atas objek atau subjek yang
mempunyai kualitas dan karakterisik tertentu yang ditetapkan oleh
penulis untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya.51
Populasi
dalam penelitian ini adalah seluruh siswa di MI Az-Ziyadah tahun ajaran
2019/2020.
2. Sampel
Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh
populasi. Sampel yang diambil dalam penelitian ini adalah seluruh siswa
kelas IV di MI Az-ziyadah yang terdiri dari 2 kelompok siswa. Kelompok
pertama diberi model pembelajaran Open Ended, sedangkan kelompok
kedua menggunakan pembelajaran konvensional model direct instruction.
Teknik pengambilan sampel pada penelitian ini adalah cluster random
Sampling / acak kelas. Teknik ini digunakan karna kelas dalam populasi
yang akan diambil sebagai sampel memiliki karakteristik yang
50 Suharsimi Arikunto, prosedur penelitian (Jakarta: Rineka Cipta, 2013), cet.ke-15 h.173
51
Karunia Eka, op.cit, h.101
35
Homogen/relatif Homogen (tidak ada kelas unggulan). Penelitian ini
terdiri dari kelas eksperimen dan kelas kontrol. Kelas eksperimen adalah
kelas yang belajarnya menggunakan model pembelajaran open ended,
sedangkan kelas kontrol adalah kelas yang belajarnya menggunakan
pembelajaran konvensional model direct instruction.
D. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
tes Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis yang berbentuk uraian/essay
(posttest).
E. Instrumen Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh model
pembelajaran open ended terhadap Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis
siswa. Untuk mengetahuinya, penelitian ini menggunakan instrumen berupa
soal-soal dalam bentuk essay. Soal-soal tersebut memuat tiga aspek Berpikir
Kreatif Matematis yaitu berpikir lancar (fluency), berpikir luwes (flexibility)
dan berpikir original (originality). Kedua kelas tersebut diberikan soal yang
sama. Adapun kisi - kisi tes Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis pada
penelitian ini terdapat pada tebel berikut:
Tabel 3.3
Kisi - kisi instrumen tes Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis siswa
Variabel Aspek Indikator kompetensi No.
Soal
Kemampuan
Berpikir
Kreatif
Matematis
Berpikir lancar
(fluency)
Memberikan lebih dari satu
gagasan jika ada pertanyaan
atau masalah yang berkaitan
dengan pecahan.
1, 3
Berpikir Luwes
(Flexibility)
Menuliskan lebih dari satu
solusi / cara penyelesaian
2, 4
36
terhadap suatu masalah yang
berkaitan dengan pecahan.
Berpikir Original
( originality )
Menuliskan ide baru atau yang
tidak biasa dalam menyelesaikan
suatu masalah yang berkaitan
dengan pecahan.
5,6
Jumlah 6
Agar dapat memperoleh data hasil Kemampuan Berpikir Kreatif
Matematis siswa, diperlukan adanya suatu pedoman kriteria penskoran untuk
setiap indikator. Pedoman penskoran dapat dilihat pada tabel dibawah ini :
Tabel 3.4
Pedoman penskoran Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis siswa
No
Soal
Aspek Kriteria skor
1
Berpikir lancar
(Fluency)
Jawaban kosong 0
Memberikan sebuah gagasan yang tidak
relevan dengan masalah
1
Memberikan sebuah gagasan yang relevan
dengan masalah dan jawabannya benar
2
Memberikan lebih dari satu gagasan yang
relevan tetapi jawabannya masih salah
3
Memberikan lebih dari satu gagasan yang
relevan dan jawabannya benar
4
2
Jawaban kosong 0
Menuliskan satu cara penyelesaian namun
ada kesalahan dalam proses perhitungannya
sehingga hasilnya salah
1
37
Berpikir luwes
(flexibility)
Menuliskan satu cara dan proses
perhitungan dan hasilnya benar
2
Menuliskan lebih dari satu cara penyelesaian
namun masih terdapat kesalahan dalam
proses perhitungannya
3
Menuliskan lebih dari satu cara penyelesaian
dan proses perhitungan dan hasilnya benar
4
3
Berpikir lancar
(Fluency)
Jawaban kosong 0
Memberikan sebuah gagasan yang tidak
relevan dengan masalah
1
Memberikan sebuah gagasan yang relevan
dengan masalah dan jawabannya benar
2
Memberikan lebih dari satu gagasan yang
relevan tetapi jawabannya masih salah
3
Memberikan lebih dari satu gagasan yang
relevan dan jawabannya benar
4
4
Berpikir luwes
(Flexibility)
Jawaban kosong 0
Menuliskan satu cara penyelesaian namun
ada kesalahan dalam proses perhitungannya
sehingga hasilnya salah
1
Menuliskan satu cara dan proses
perhitungan dan hasilnya benar
2
Menuliskan lebih dari satu cara penyelesaian
namun masih terdapat kesalahan dalam
proses perhitungannya
3
Menuliskan lebih dari satu cara penyelesaian
dan proses perhitungan dan hasilnya benar
4
5
Jawaban kosong 0
Menuliskan jawaban dengan cara yang
sudah biasa namun penyelesaian dan
1
38
Berpikir original
(originality)
hasilnya salah
Menuliskan jawaban dengan cara yang
sudah biasa, namun penyelesaian dan
hasilnya benar
2
Menuliskan jawaban dengan cara yang
baru/tidak biasa namun terdapat kesalahan
dalam proses penyelesaian sehingga
hasilnya salah
3
Menuliskan jawaban dengan cara yang baru/
tidak biasa dan penyelesaian dan hasilnya
benar
4
6
Berpikir original
(originality)
Jawaban kosong 0
Menuliskan jawaban dengan cara yang
sudah biasa namun penyelesaian dan
hasilnya salah
1
Menuliskan jawaban dengan cara yang
sudah biasa, namun penyelesaian dan
hasilnya benar
2
Menuliskan jawaban dengan cara yang
baru/tidak biasa namun terdapat kesalahan
dalam proses penyelesaian sehingga
hasilnya salah
3
Menuliskan jawaban dengan cara yang baru/
tidak biasa dan penyelesaian dan hasilnya
benar
4
Sebelum instrumen digunakan, harus dilakukan uji terlebih dahulu
agar dapat diketahui apakah instrumen tersebut memenuhi persyaratan
validitas dan reliabilitas serta taraf kesukaran soal dan daya pembedanya. Jika
instrumen tersebut memenuhi persyaratan yang baik, maka dapat digunakan
untuk mengukur variabel yang diinginkan.
39
1. Pengujian Validitas
Menurut Anderson, sebuah tes dikatakan valid apabila tes tersebut
mengukur apa yang hendak di ukur. Dengan kata lain, Validitas suatu
instrumen merupakan tingkat ketetapan suatu instrumen untuk mengukur
sesuatu yang harus di ukur.52
Uji validitas dalam penelitian ini untuk
mengetahui apakah instrumen yang digunakan dapat mengukur
Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis siswa.
Tinggi rendahnya validitas suatu instrumen sangat bergantung pada
keofisien korelasinya. Hal ini sesuai dengan pendapat John W. Best
dalam bukunya Research in Education bahwa suatu instrumen
mempunyai validitas tinggi jika keofisien korelasinya tinggi.53
Uji
validitas dilakukan dengan menggunakan rumus product moment sebagai
berikut :54
Rxy =𝑵 𝚺𝑿𝒀− (𝚺𝑿)(𝚺𝒀)
√{𝑵𝚺𝐗𝟐− (𝚺𝑿𝟐)}.{𝑵𝚺𝒀𝟐− (𝚺𝒀)𝟐}
Keterangan :
Rxy = Koefisien korelasi antara skor butir soal X dan total skor
Y
N = banyak subjek
X = Skor butir soal atau skor item pernyataan/pertanyaan
Y = total skor
Tolak ukur untuk menginterpretasikan derajat validitas instrumen
ditentukan berdasarkan kriteria menurut Guilford sebagai berikut :
52 Karunia Eka, Penelitian Pendidikan Matematika, (Bandung: PT Refika Aditama,2015),
h.190
53
Ibid, h. 192
54
Ibid, h. 193
40
Tabel 3.5
Kriteria koefisien korelasi validitas instrumen
Koefisien korelasi Korelasi Interpretasi validitas
0.90 ≤ rxy ≤ 1.00 Sangat tinggi Sangat tepat/sangat baik
0.70 ≤ rxy < 0.90 Tinggi Tepat/baik
0.40 ≤ rxy < 0.70 Sedang Cukup tepat/cukup baik
0.20 ≤ rxy < 0.40 Rendah Tidak tepat/buruk
rxy < 0.20 Sangat rendah Sangat tidak tepat/sangat buruk
Setelah melakukan uji validitas terhadap 6 butir soal, menunjukkan
bahwa semua butir soal valid. Hasil uji validitas instrumen tes Kemampuan
Berpikir Kreatif Matematis tersebut disajikan dalam tabel sebagai berikut :
Tabel 3.6
Hasil uji validitas Instrumen Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis
No
soal
Indikator Kemampuan
Berpikir Kreatif Matematis
Uji validitas
Keterangan rhitung rtabel
1 Fluency 0,736 0,334 Valid
2 Flexibility 0,527 0,334 Valid
3 Fluency 0,810 0,334 Valid
4 Flexibility 0,679 0,334 Valid
5 Originality 0,640 0,334 Valid
6 Originality 0,691 0,334 Valid
2. Pengujian Reliabilitas
Reliabilitas suatu instrumen adalah kekonsistenan instrumen apabila
diberikan pada subjek yang sama meskipun oleh orang, waktu dan tempat
yang berbeda, maka akan memberikan hasil yang sama atau relatif sama
(tidak berbeda secara signifikan). Rumus yang digunakan untuk
41
menentukan reliabilitas instrumen adalah rumus Alpha Cronbach, yaitu
:55
r= [𝒏
𝒏−𝟏] [𝟏 −
𝚺𝒔𝒊𝟐
𝒔𝒕𝟐]
Keterangan:
r = koefisien reliabilitas
n = banyak butir soal
𝑠𝑖2 = varians skor butir soal ke-i
𝑠𝑡2 = varians skor total
Tolak ukur untuk menginterpretasikan derajat reliabilitas instrumen
ditentukan berdasarkan kriteria menurut Guilford sebagai berikut :
Tabel 3.7
Kriteria koefisien korelasi Reliabilitas instrumen
Koefisien korelasi Korelasi Interpretasi validitas
0.90 ≤ r ≤ 1.00 Sangat tinggi Sangat tepat/sangat baik
0.70 ≤ r < 0.90 Tinggi Tepat/baik
0.40 ≤ r < 0.70 Sedang Cukup tepat/cukup baik
0.20 ≤ r < 0.40 Rendah Tidak tepat/buruk
r < 0.20 Sangat rendah Sangat tidak tepat/sangat buruk
Berikut hasil uji reliabilitas disajikan dalam tabel dibawah ini :
Tabel 3.8
Hasil uji Reliabilitas Instrumen Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis
\
55
Ibid, h. 206
Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha N of Items
,759 6
42
3. Pengujian Taraf Kesukaran
Indeks kesukaran adalah suatu bilangan yang menyatakan derajat
kesukaran suatu butir soal.56
Jika suatu soal/ pertanyaan memiliki tingkat
kesulitan yang seimbang, maka dapat dikatakan bahwa soal itu baik.
Soal/pertanyaan yang baik adalah yang tidak terlalu sulit dan juga tidak
terlalu mudah. Soal/pertanyaan yang terlalu sulit akan membuat siswa
merasa tidak semangat untuk menyelesaikannya, begitu juga dengan soal
yang terlalu mudah, tidak membuat siswa untuk berpikir tinggi untuk
menyelesaikannya. Adapun rumus untuk mencari indeks kesukaran
sebagai berikut :57
𝑰𝑲 =𝑿
𝑺𝑴𝑰
Keterangan :
IK = indeks kesukaran butir soal
X = Rata - rata skor jawaban siswa pada suatu butir soal
SMI = Skor maksimum ideal, yaitu skor maksimum yang akan
diperoleh siswa jika menjawab butir soal tersebut dengan
tepat (sempurna).
Indeks kesukaran suatu butir soal diinterpretasikan dalam kriteria
sebagai berikut :
Tabel 3.9
Kriteria Indeks Kesukaran Instrumen
IK Interpretasi Indeks Kesukaran
IK = 0,00 Terlalu sukar
0.00 < IK ≤ 0,30 Sukar
0.30 < IK ≤ 0,70 Sedang
0.70 < IK < 1,00 Mudah
IK = 1.00 Terlalu mudah
56
Ibid, h. 223
57
Ibid, h. 224
43
Setelah dilakukan uji taraf kesukaran terhadap 6 butir soal, diperoleh
hasil sebagai berikut :
Tabel 3.10
Hasil uji taraf Kesukaran Instrumen Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis
No
soal
Indikator Kemampuan
Berpikir Kreatif Matematis
Tingkat Kesukaran
IK Keterangan
1 Fluency 0,49 Sedang
2 Flexibility 0,33 Sedang
3 Fluency 0,51 Sedang
4 Flexibility 0,30 Sukar
5 Originality 0,21 Sukar
6 Originality 0,46 Sedang
4. Penguji Daya Pembeda
Daya pembeda bertujuan untuk mengetahui bahwa instrumen yang
digunakan dapat menunjukkan siswa yang mampu dan tidak mampu
menjawab soal. Rumus yang digunakan untuk mencari daya pembeda
adalah sebagai berikut :58
𝑫𝑷 =𝑿𝑨 − 𝑿𝑩
𝑺𝑴𝑰
Keterangan:
DP = indeks daya pembeda butir soal
𝑿𝑨 = rata - rata skor jawaban siswa kelompok atas
𝑿𝑩 = rata - rata skor jawaban siswa kelompok bawah
SMI = skor maksimum ideal, yaitu skor maksimum yang akan
diperoleh siswa jika menjawab butir soal tersebut dengan
tepat.
58
Ibid, h. 217
44
Kriteria yang digunakan untuk menginterpretasikan indeks daya
pembeda sebagai berikut :
Tabel 3.11
Kriteria Indeks Daya Pembeda Instrumen
Nilai Interpretasi daya pembeda
0.70 < DP ≤ 1.00 Sangat baik
0.40 < DP ≤ 0,70 Baik
0.20 < DP ≤ 0,40 Cukup
0.00 < DP ≤ 2,00 Butuk
DP ≤ 0.00 Sangat buruk
Setelah dilakukan uji daya pembeda terhadap 6 butir soal, diperoleh
hasil sebagai berikut :
Tabel 3.12
Hasil uji Daya Pembeda Instrumen Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis
No
soal
Indikator Kemampuan Berpikir
Kreatif Matematis
DP Keterangan
1 Fluency 0,36 Cukup
2 Flexibility 0,22 Cukup
3 Fluency 0,64 Baik
4 Flexibility 0,33 Cukup
5 Originality 0,31 Cukup
6 Originality 0,53 Baik
Berdasarkan hasil perhitungan uji validitas, reliabilitas, taraf
kesukaran dan daya pembeda instrumen, maka ada beberapa instrumen yang
akan digunakan untuk di ujicobakan pada posttest di akhir pembelajaran.
Secara rinci dapat dilihat pada tabel dibawah ini :
45
Tabel 3.13
Instrumen yang akan digunakan
No
soal
Indikator
Kemampuan
Berpikir Kreatif
Matematis
Uji
Validitas
Taraf
Kesukaran
Daya
Pembeda
Keterangan
1 Fluency Valid Sedang Cukup Tidak
digunakan
2 Flexibility Valid Sedang Cukup digunakan
3 Fluency Valid Sedang Baik digunakan
4 Flexibility Valid Sukar Cukup digunakan
5 Originality Valid Sukar Cukup digunakan
6 Originality Valid Sedang Baik Tidak
digunakan
F. Teknik Analisis Data
1. Uji prasyarat analisis
a. Uji Normalitas
Uji normalitas merupakan salah satu uji prasyarat untuk
memenuhi asumsi kenormalan dalam analisis data statistik
parametrik. Pengujian ini bertujuan untuk mengetahui apakah sebaran
data berdistribusi normal atau tidak.59
Uji normalitas dapat
menggunakan perangkat lunak SPSS versi 22 dengan uji shapiro wilk
dengan langkah - langkah sebagai berikut :
1) Perumusan hipotesis
HO : data berdistribusi normal
H1 : data tidak berdistribusi normal
2) Buka file SPSS berisi data ekspeimen dan kontrol.
59 Ibid., h. 243
46
3) Pada menu utama SPSS, pilih menu Analyze —› descriptive
statistics —› explore.
4) Masukkan data pada kotak dependen list dengan meng-klik tanda
panah, kemudian klik plot dan cheklist Normality plots with test
pada explore plots, lalu klik continue. Untuk memperoleh
tampilan output nilai statistic beserta plots pilih Both pada
Display.
5) Klik Ok.
6) Setelah itu akan muncul tabel test of normality.
Signifikansi uji mangacu pada nilai yang diperoleh sig atau p-
value dengan kriteria sebagai berikut :
Jika sig atau p-value > 0,05, maka H0 diterima yang berarti
data berdistribusi normal
Jika sig atau p-value ≤ 0,05, maka H0 ditolak yang berarti data
tidak berdistribusi normal.
b. Uji homogenitas
Uji homogenitas merupakan salah satu uji prasyarat analisis
data statistik parametrik pada teknik komparasional
(membandingkan). Uji homogenitas dilakukan untuk mengetahui
apakah variansi data dari sampel yang dianalisis homogen atau
tidak.60
Uji homogenitas dapat menggunakan perangkat lunak SPSS
versi 22 dengan uji One Way Anova dengan langkah - langkah sebagai
berikut :
1) Merumuskan Hipotesis
H0 : kedua varians homogen
H1 : kedua varians tidak homogen
2) Buka file SPSS, kemudian masukkan data pada dataset dengan
value 1 dan 2.
60
Ibid., h. 248
47
3) Pada menu utama SPSS, pilih menu Analyze —› compare means
—› one way ANOVA .
4) Masukkan variabel yang berisi nilai hasil tes ke dependent list.
5) Masukkan variabel yang bervalue 1 dan 2 ke kotak factor.
6) Klik option dan cheklist Homogeneity of variance test pada One-
Way ANOVA:options.
7) Klik continue lalu ok.
8) Setelah itu akan muncul tabel test of homogeneity of variances.
Signifikansi uji mengacu pada nilai sig atau p-value dengan
kriteria pengambilan keputusan sebagai berikut :
Jika signifikansi (p) ≤ a (0,05), maka HO ditolak, artinya
varian kedua kelompok tidak homogen
Jika signifikansi (p) > a (0,05), maka HO diterima, artinya
varian kedua kelompok homogen
2. Pengujian Hipotesis
Setelah pengujian populasi dengan uji normalitas dan uji
homogenitas, maka dilakukan uji hipotesis. Untuk menguji Hipotesis
dapat menggunakan analisis Independent Samples T Test yang terdapat
pada perangkat lunak SPSS versi 22. Adapun langkah - langkahnya
sebagai berikut :61
1) Merumuskan Hipotesis
H0 : µ1 ≤ µ2
H1 : µ1 > µ2
2) Buka file SPSS yang berisi variabel beserta data yang akan di uji
kesamaan rata - ratanya.
3) Klik analyze —› compare means —› independent sample T test
4) Masukkan variabel yang berisi nilai hasil tes ke kolom Test variable
(s)
61 Kadir, statistika terapan : konsep, contoh dan analisis data dengan program SPSS/Lisrel
dalam penelitian, (Depok : RajaGrafindo Persada, 2016), h. 304 - 306.
48
5) Masukkan variabel yang bervalue 1 dan 2 ke kolom define groups
6) Masukkan value data yang akan dibandingkan rata - ratanya pada
masing - masing kolom grup 1 value 1 dan group 2 value 2.
7) Klik continue kemudian ok.
8) Setelah itu akan muncul tabel Independent Samples Test
Untuk memutuskan hipotesis mana yang akan dipilih,
mengacu pada nilai yang ditunjukkan oleh sig. Pada output yang
dihasilkan dengan kriteria pengambilan keputusan sebagai berikut :
Jika signifikansi (p) ≤ 𝛼 (0,05) maka HO ditolak, yaitu rata - rata
nilai Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis kelas eksperimen
lebih tinggi dari pada rata - rata nilai Kemampuan Berpikir Kreatif
Matematis Kelas Kontrol.
Jika signifikansi (p) > 𝛼 (0,05) maka HO diterima, yaitu rata - rata
nilai Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis kedua kelompok
sama.
Jika uji prasyarat analisis tidak terpenuhi, yaitu kelompok
eksperimen dan kelompok kontrol tidak berasal dari populasi
berdistribusi normal, maka untuk menguji hipotesis digunakan uji
statistik non parametrik menggunakan teknik Mann- Whitney pada
SPSS versi 22. Adapun langkah - langkah sebagai berikut :62
1) Merumuskan hipotesis
2) Buka file SPSS, klik data view kemudian pada kolom pertama
tuliskan variabel SKOR untuk skor kedua kelompok kelas.
Selanjutnya pada kolom kedua tuliskan variabel GRUP pada
angka 1 untuk skor kelas eksperimen, dan angka 2 untuk skor
kelas kontrol.
3) Selanjutnya klik variable view kolom values, baris GRUP
tuliskan angka 1 = EKSPERIMEN dan klik add, angka 2 =
KONTROL dan klik add kemudian ok.
62 Karunia eka., op.cit 290 - 291
49
4) Kembali ke data view, pada menu SPSS klik analyze —›
nonparametric test —› legacy dialogs serta 2 independent
samples, destinasikan variabel skor kedua kelompok kelas
pada kotak test variable list dan variable grup pada grouping
variable.
5) Klik define groups, isikan angka 1 pada grup 1 dan angka 2
pada grup 2, kemudian continue untuk kembali ke menu Two
independent samples test dan pada test type pilih Mann-
Whitney U, kemudian ok.
6) Setelah itu muncul tabel tes statistics.
G. Hipotesis Statistik
Adapun kriteria pengujian untuk uji - t sebagai berikut :
H1 : µ1 > µ2
( Rata - rata hasil tes Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis Kelompok
Eksperimen lebih tinggi dari pada Rata - rata hasil tes Kemampuan Berpikir
Kreatif Matematis Kelompok Kontrol )
Keterangan :
μ1 : Rata - rata hasil tes Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis Kelompok
Eksperimen (pembelajaran menggunakan model open ended)
μ2 : Rata-rata hasil tes Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis kelompok
Kontrol ( pembelajaran konvensional model Direct Instruction)
68
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil yang diperoleh dalam penelitian, didapat
kesimpulan bahwa:
1. Model pembelajaran Open Ended berpengaruh terhadap Kemampuan
Berpikir Kreatif Matematis siswa
2. Model pembelajaran Open Ended sudah tergolong cukup baik untuk
meningkatkan Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis siswa pada
indikator Fluency, Flexibility dan Originality dilihat dari persentase
masing - masing indikator.
3. Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis siswa yang proses
pembelajarannya menggunakan model Open Ended lebih tinggi
dibandingkan Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis siswa yang
proses pembelajarannya menggunakan pembelajaran konvensional
model Direct Instruction. Dengan begitu dapat dikatakan model Open
Ended berpengaruh terhadap Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis
siswa.
B. Saran
Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh, ada beberapa saran dari
penulis diantaranya :
1. Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis siswa dapat ditingkatkan
dengan menggunakan model Open Ended, sehingga model Open
Ended dapat menjadi salah satu modifikasi pembelajaran yang dapat
digunakan.
2. Penelitian ini melihat pengaruh model pembelajaran Open Ended
terhadap Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis siswa pada materi
pecahan pokok bahasan bentuk - bentuk pecahan, oleh karena itu
69
disarankan untuk penelitian selanjutnya membahas materi lain atau
kemampuan yang lain.
70
DAFTAR PUSTAKA
Afiani, Kunti dian ayu dan Deni Adi Putra. “peningkatan kemampuan berpikir
kreatif pada siswa kelas III SD melalui pembelajaran berbasis pengajuan
masalah”, ELSE (Elementary School Education Joural), vol.1, 2017.
Arikunto, Suharsimi. prosedur penelitian, Jakarta: Rineka Cipta, cet. Ke-15, 2013.
Azhari, “peningkatan kemampuan berpikir kreatif matematik siswa melalui
pendekatan kontruktivisme di kelas VII sekolah menengah pertama (SMP)
Negeri 2 Banyuasin III”, jurnal pendidikan matematika, vol.7 no.2 , 2013.
Billiya. “penerapan model open ended untuk meningkatkan keterampilan proses
dan hasil belajar siswa kelas V SDN I Reparking-Wonosegoro-Boyolali”,
jurnal scholaria, 2015.
Damayanti, Herwinanda Trisnaning dan Sumardi, Mathematical creative Thinking
ability of junior high school students in solving open-ended problem, journal
of research and advances in mathematics education, vol.3, 2018.
Eka, Karunia. Penelitian Pendidikan Matematika, Bandung: PT Refika Aditama,
2015.
Emzir. metodologi penelitian pendidikan kuantitatif & kulaitatif, Depok : Rajawali
Pers, 2017.
Fardah, D.K. “analisis proses dan kemampuan berpikir kreatif siswa dalam
matematika melalui tugas Open-Ended,” jurnal Kreano, 3 (3), 2012.
Hamzah, Ali dan Muhlisrarini. perencanaan dan strategi pembelajaran
matematika, Depok : PT RajaGrafindo Persada, 2014.
Heruman. model pembelajaran matematika di sekolah dasar, Bandung : PT
Remaja Rosdakarya, 2010.
Ibrahim, perpaduan model pembelajaran aktif konvensional (ceramah) dengan
cooperatif (Make A Match) untuk meningkatkan hasil belajar pendidikan
kewarganegaraan, jurnal ilmu pendidikan sosial, sains dan humaniora, vol.3, no.2,
2017.
Irawan, Andi Edy Surya.“Application of the Open Ended Approach to
Mathematics Learning in the Sub-subject of Rectangular”, international
journal of science : basic and applied research (ijsbar), vol.33, 2017.
71
Kadir. statistika terapan : konsep, contoh dan analisis data dengan program
SPSS/Lisrel dalam penelitian, jakarta : RajaGrafindo Persada, 2015.
Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan, Lampiran Peraturan Menteri Pendidikan
dan Kemudayaan Nomor 68 Tahun 2013 Tentang Kerangka Dasar dan
Struktur Kurikulum Sekolah Menengah Pertama/Madrasah Tsanawiyah,
Kurniati, Risna. “penerapan strategi pembelajaran open ended terhadap
kemampuan berpikir kritis siswa pada mata pelajaran matematika kelas V
di madrasah ibtidaiyah negeri 1 Palembang”, dalam jurnal ilmiah PGMI ,
Vol.2, 2016.
Latif, Sriwahyuni dan Irwan Akib, mathematical connection ability in solving
mathematics problem based on initial abilities of students at SMPN 10
Bulukumba, jurnal daya matematis, vol..4, 2016.
Machromah, Isnaeni Umi, dkk. “Analisis proses dan tingkat berpikir kreatif siswa
SMP dalam pemecahan masalah bentuk soal cerita materi lingkaran
ditinjau dari kecemasan matematika”, jurnal elektronik pembelajaran
matematika, vol.3, 2015.
Marliani, Novi peningkatan kemampuan berpikir kreatif matematis siswa melalui
model pembelajaran missouri mathematics project (MMP), Jurnal formatif,
2015.
Maulana. konsep dasar matematika dengan pengembangan kemampuan berpikir
kritis-kreatif, Sumedang: UPI Sumedang Press, 2017.
Meika, I., dan Sujana, A.“kemampuan berpikir kreatif dan pemecahan masalah
matematis siswa SMA,” jurnal penelitian dan pembelajaran matematika, 10
(2), 2017.
Noviyana, Hesti “pengaruh model open ended terhadap kemampuan pemecahan
masalah matematis siswa”, jurnal Edumath, vol. 4, no.2, 2018.
Priatna, Nanang dan ricki yuliardi. pembelajaran matematika, Bandung : PT
Remaja Rosdakarya, 2019.
Rahmat, Pupu Saeul. psikologi Pendidikan,jakarta : Bumi Aksara, 2018.
Rahmawati, “seminar hasil TIMSS”, 2015.
Rosmaia, Isrok’atun Amelia, model - model pembelajaran Matematika, Jakarta : PT
Bumi Aksara, 2018.
72
Rosmi, Nurli penerapan model pembelajaran langsung untuk meningkatkan hasil
belajar matematika siswa kelas III SD Negeri 003 Pulau Jambu, jurnal
PAJAR (Pendidikan dan Pengajaran), vol.1, no.2, 2017.
Siswono, Tatag Yuli Eko.“pembelajaran matematika berbasis pengajuan dan
pemecahan masalah”, Bandung : PT Remaja Rosdakarya, 2018.
Supardi U.S, Peran Berpikir Kreatif dalam Proses Pembelajaran
Matematika,http://journal.lppmunindra.ac.id/index.php/Formatif/article/vi
ewFile/107/103, pada 20 februari 2019.