pengaruh model pembelajaran make a match · pdf filejoko susanto, s.pd selaku guru bidang...
TRANSCRIPT
i
PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN MAKE A MATCH DENGANSTRATEGI PENCOCOKAN KARTU INDEKS DAN MODELPEMBELAJARAN NHT DENGAN STRATEGI BERTUKAR
TEMPAT BERBANTU KARTU MASALAH TERHADAPHASIL BELAJAR SISWA KELAS VIII SEMESTER II
POKOK BAHASAN PRISMA DAN LIMASMTs NEGERI 1 SEMARANGTAHUN AJARAN 2010/2011
SKRIPSI
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Menyelesaikan Studi dan MeraihGelar Sarjana Pendidikan Matematika di IKIP PGRI Semarang
Disusun Oleh:
IRNAWATI
07310379
JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA
FAKULTAS PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN
ILMU PENGETAHUAN ALAM
IKIP PGRI SEMARANG
2011
ii
LEMBAR PERSETUJUAN
Kami selaku Pembimbing I dan Pembimbing II dari mahasiswa IKIP
PGRI Semarang:
Nama : Irnawati
NPM : 07310379
Judul Skripsi : Pengaruh Model Pembelajaran Make A Match dengan Strategi
Pencocokan Kartu Indeks dan Model Pembelajaran NHT dengan
Strategi Bertukar Tempat Berbantu Kartu Masalah Terhadap
Hasil Belajar Siswa Kelas VIII Semester II Pokok Bahasan
Prisma dan Limas MTs N 1 Semarang Tahun Ajaran 2010/2011
Dengan ini menyatakan bahwa rancangan skripsi yang dibuat oleh
mahasiswa tersebut di atas telah disetujui.
Pembimbing I
Drs. Djoko Purnomo, M.M.NIP. 19560727 198303 1002
Pembimbing II
Prof. Dr. Sunandar, M.Pd.NIP. 19620815 198703 1002
iii
SKRIPSI
PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN MAKE A MATCH DENGANSTRATEGI PENCOCOKAN KARTU INDEKS DAN MODELPEMBELAJARAN NHT DENGAN STRATEGI BERTUKAR
TEMPAT BERBANTU KARTU MASALAH TERHADAPHASIL BELAJAR SISWA KELAS VIII SEMESTER II
POKOK BAHASAN PRISMA DAN LIMASMTs NEGERI 1 SEMARANGTAHUN AJARAN 2010/2011
Yang disusun oleh
Irnawati
NPM 07310379
Telah dipertahankan di depan Dewan Penguji
Pada tanggal 30 Juni 2011
Dan dinyatakan telah memenuhi syarat
Dewan Penguji
Ketua Sekretaris
Drs. Nizaruddin, M.Si Drs. Rasiman, M.Pd
NIP.19690826 199403 1 004 NIP.19560218 198603 1 001
Penguji I
Drs. Djoko Purnomo, M.M.NIP. 19560727 198303 1002 (……………………………….)
Penguji IIProf. Dr. Sunandar, M.Pd.NIP. 19620815 198703 1002 (…………………………….…)
Penguji IIIDrs. Wijonarko, M.KomNIP. 19580303 199103 1011 (………………………………)
iv
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
Motto :
Keberuntungan selalu berpihak kepada pemberani ~ John Dryden ~
Delapan puluh persen keberhasilan adalah kehadiran ~ James Allen ~
Jika Anda menginginkan sesuatu yang belum pernah anda miliki,
Anda harus bersedia melakukan sesuatu yang belum pernah Anda lakukan.
~Thomas Jefferson ~
Orang Cina menggunakan dua sapuan kuas untuk menulis kata ‘krisis’. Satu
untuk kata ‘bahaya’ dan yang satu lagi untuk ‘kesempatan’. Dalam
menghadapi suatu krisis, sadarlah akan bahaya yang ada, tapi jangan tutup
mata terhadap kesempatan yang terbuka. ~ John F. Kennedy ~
v
Persembahan :
“Sesungguhnya setelah kesulitan akan datang kemudahan”
Wahai manusia, setelah lapar ada kenyang, setelah haus ada kepuasan, setelahbegadang ada tidur pulas, dan setelah sakit ada kesembuhan. Setiap yang hilangpasti ketemu, dalam kesesatan akan datang petunjuk, dalam kesulitan adakemudahan, dan setiap kegelapan akan terang benderang.
Sampaikan kabar gembira kepada malam hari bahwa sang fajar pasti datangmengusirnya dari puncak-puncak gunung dan dasar-dasar lembah. Kabarkan jugakepada orang yang dilanda kesusahan bahwa, pertolongan akan datang secepatkelebatan cahaya dan kedipan mata. Kabarkan juga kepada orang yang ditindasbahwa kelembutan dan dekapan hangat akan segera tiba. Saat Anda melihathamparan padang sahara yang seolah memanjang tanpa batas, ketahuilah bahwa dibalik kejauhan itu terdapat kebun yangrimbun penuh hijau dedaunan.
Ketika Anda melihat seutas tali meregang kencang, ketahuilah bahwa, tali itu akansegera putus.Setiap tangisan akan berujung dengan senyuman, ketakutan akanberakhir dengan rasa aman, dan kegelisahan akan sirna oleh kedamaian.
Mereka yang terpaku pada waktu yang terbatas dan pada kondisi yang (mungkin)sangat kelam, umumnya hanya akan merasakan kesusahan, kesengsaraan, dankeputusasaan dalam hidup mereka. Itu, karena mereka hanya menatap dinding-dinding kamar dan pintu-pintu rumah mereka. Padahal, mereka seharusnyamenembuskan pandangan sampai ke belakang tabir dan berpikir lebih jauhtentang hal-hal yang berada di luar pagar rumahnya.
Maka dari itu, jangan pernah merasa terhimpit sejengkalpun, karena setiapkeadaan pasti berubah. Dan sebaik-baik ibadah adalah menanti kemudahandengan sabar. Betapapun, hari demi hari akan terus bergulir, tahun demi tahunakan selalu berganti, malam demi malam pun datang silih berganti. Meskidemikian, yang gaib akan tetap tersembunyi, dan Sang Maha Bijaksana tetap padakeadaan dan segala sifat-Nya. Dan Allah mungkin akan menciptakan sesuatu yangbaru setelah itu semua. Tetapi sesungguhnya, “Setelah kesulitan itu tetap akanmuncul kemudahan”.
Diambil dari La Tahzan, DR. 'Aidh al-Qarni.
vi
Kupersembahkan untuk :
Ayah&Ibuku yang selalu merawat dan mendidikku hingga sekarang.
Suamiku tercinta “Faisal Abdullah”, yang banyak men-support dan
memberiku banyak dukungan dengan penuh kasih sayang.
Dan kado spesial buat putri mungilku “Nurin Najwa Salsabila”, semoga
kelak berguna sebagai penyemangat di masa yang akan datang.
vii
KATA PENGANTAR
Alhamdulillahirobbil ‘alamin atas segala hidayah Allah SWT yang
dirahmatkan pada penulis sehingga dapat menyelesaikan penyusunan skripsi yang
berjudul “Pengaruh Model Pembelajaran Make A Match dengan Strategi
Pencocokan Kartu Indeks dan Model Pembelajaran NHT dengan Strategi Bertukar
Tempat Berbantu Kartu Masalah Terhadap Hasil Belajar Siswa Kelas VIII
Semester II Pokok Bahasan Prisma dan Limas MTs N 1 Semarang Tahun Ajaran
2010/2011”.
Tahapan penulis skripsi ini dimulai dari persiapan, perencanaan,
pelaksanaan penelitian sampai menyelesaikan skripsi yang tidak lepas dari
bantuan berbagai pihak secara moral, material, dan spiritual. Sehubungan dengan
hal ini penulis ingin menyampaikan ucapan terimakasih kepada :
1. Muhdi, SH, M.Hum selaku Rektor IKIP PGRI Semarang yang telah berkenan
memberikan kesempatan penulis dalam menyelesaikan program sarjana.
2. Drs. Nizaruddin, M.Si selaku Dekan FPMIPA IKIP PGRI Semarang.
3. Drs. Rasiman, M.Pd selaku ketua program Studi Pendidikan Matematika IKIP
PGRI Semarang.
4. Drs. Djoko Purnomo, M.M selaku pembimbing I yang telah membimbing dan
mengarahkan penulis dalam menyelesaikan skripsi.
5. Prof. Dr. Sunandar, M.Pd selaku pembimbing II yang telah membimbing dan
mengarahkan penulis dalam menyelesaikan skripsi.
6. Drs. Amiruddin Aziz selaku Kepala Sekolah MTS N 1 Semarang yang telah
memberikan ijin melaksanakan penelitian
7. Joko Susanto, S.Pd selaku guru bidang studi matematika yang telah membantu
dan mengarahkan dalam pelaksanakan penelitian.
8. Siswa-siswi MTS N 1 Semarang yang tidak dapat penulis sebutkan satu
persatu yang telah berkenan menjadi respon dalam penelitian.
9. Keluargaku yang telah banyak memberikan bantuan materiil maupun spiritual
sehingga penulis dapat melakukan penelitian.
10. Semua pihak yang telah membantu penulis dalam melakaukan penelitian.
viii
Penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat dan dapat
memperluas wawasan pembaca terutama dalam bidang pendidikan.
Semarang, Juni 2011
Penulis
ix
ABSTRAK
IRNAWATI. “Pengaruh Model Pembelajaran Make A Match denganStrategi Pencocokan Kartu Indeks dan Model Pembelajaran NHT dengan StrategiBertukar Tempat Berbantu Kartu Masalah Terhadap Hasil Belajar Siswa KelasVIII Semester II Pokok Bahasan Prisma dan Limas MTs N 1 Semarang TahunAjaran 2010/2011”. Skripsi Semarang Fakultas Pendidikan Matematika dan IlmuPengetahuan Alam IKIP PRGI Semarang, Juni 2011.
Penelitian dilatar belakangi oleh penggunaan model pembelajaran yangkurang tepat dapat menimbulkan kebosanan, kurang dipahami, dan monotonsehingga siswa kurang termotivasi untuk belajar.
Masalah pokoknya adalah apakah terdapat perbedaan antara prestasibelajar siswa dengan model pembelajaran cooperative learning tipe make amatch, NHT, dan konvensional, make a match dengan model konvensional, modelpembelajaran NHT dengan konvensional, model pembelajaran make a matchdengan NHT. Berdasarkan kajian teori yang relevan diajukan hipotesis bahwa adaperbedaan prestasi belajar siswa dengan model pembelajaran cooperative learningtipe make a match dan NHT.
Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalahmetode dokumentasi, metode observasi, dan metode tes. Data pada metodedokumentasi digunakan sebagai data awal dalam pemadanan tiga kelompok yaitukelompok make a match, NHT, dan konvensional. Sebagai analisis awal, ujinormalitas dengan uji liliefors, uji homogenitas dengan uji Bartlett, dan ujikesamaan rata-rata menggunakan ANAVA agar kelas-kelas dalam penelitianberangkat dari titik tolak yang sama.
Dari analisis awal data terlihat bahwa ketiga data berdistribusi normal.Pada analisis tahap akhir dengan uji normalitas dan homogenitas, ketiga databerdistribusi normal. Uji kesamaan rata-rata antara kelas VIII A dan kelas VIII Ddiperoleh hitungtabel tt (yaitu 4,074 > 1,67), maka Ho ditolak. Untuk kelas VIII D
dan VIII C diperoleh hitungtabel tt (yaitu 2,089 > 1,67), maka Ho ditolak. Kelas
VIII A dan VIII D diperoleh hitungtabel tt (yaitu 2,275 > 1,67), maka Ho ditolak.
Kesimpulannya adalah : ada perbedaan antara hasil belajar siswa yangmenggunakan model make a match, NHT, dan konvensional, hasil belajar siswayang menggunakan model make a match dengan konvensional, hasil belajar siswayang menggunakan model NHT dengan konvensional, hasil belajar siswa yangmenggunakan model make a match dengan NHT.
Saran penelitian ini adalah agar para pengajar mampu menerapkanmodel pembelajaran make a match dan NHT berbantu kartu masalah dalam prosesbelajar mengajar. Dalam proses pembelajaran, guru dapat lebih memberikanpengarahan kepada kelompok dan kepada tiap individu yang masih mengalamikesulitan, melibatkan siswa secara aktif dan memotivasi siswa sehingga suasanakelas menjadi lebih tertib, terkendali, dan kondusif.
x
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL...............................................................................i
LEMBAR PERSETUJUAN....................................................................ii
LEMBAR PENGESAHAN ....................................................................iii
MOTTO DAN PERSEMBAHAN ..........................................................iv
KATA PENGANTAR ............................................................................vii
ABSTRAK ..............................................................................................viii
DAFTAR ISI...........................................................................................x
DAFTAR LAMPIRAN...........................................................................xiii
DAFTAR TABEL...................................................................................xiv
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ...........................................................................1
B. Penegasan Istilah.........................................................................5
C. Rumusan Masalah .......................................................................8
D. Tujuan Penelitian ........................................................................9
E. Manfaat Penelitian ......................................................................10
F. Sistematika Skripsi......................................................................11
BAB II LANDASAAN TEORI DAN HIPOTESIS
A. Pengertian belajar........................................................................13
B. Ciri-ciri belajar ............................................................................14
C. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar .......................16
D. Hasil Belajar................................................................................21
E. Model Pembelajaran Kooperatif .................................................26
F. Model Pembelajaran Make a Match ...........................................33
G. Strategi Pencvocokan Kartu Indeks ............................................36
H. Media Kartu Masalah..................................................................38
I. Model Pembelajaran NHT ..........................................................40
J. Strategi Bertukar Tempat ............................................................41
K. Tinjaun Materi.............................................................................43
L. Kerangka Berfikir........................................................................54
xi
M. Hipotesis......................................................................................56
BAB III METODE PENELITIAN
A. Metode Penentuan Subjek Penelitian..........................................60
B. Metode Penentuan Variabel Penelitian .......................................62
C. Desain Penelitian.........................................................................63
D. Metode Pengumpulan Data .........................................................65
E. Instrument Penelitian ..................................................................68
F. Metode Analisis Data..................................................................70
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Persiapan Penelitian ....................................................................84
B. Uji Coba Instrumen .....................................................................85
C. Tahap Pelaksanaan Penelitian .....................................................86
D. Analisis Hasil Penelitian .............................................................87
E. Pembahasan Hasil Penelitian ......................................................93
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan .................................................................................95
B. Saran............................................................................................95
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................
LAMPIRAN
xii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Daftar Nama dan Kode Siswa Kelompok Eksperimen I
Lampiran 2. Daftar Nama dan Kode Siswa Kelompok Eksperimen II
Lampiran 3. Daftar Nama dan Kode Siswa Kelompok Kontrol
Lampiran 4. Daftar Nama dan Kode Siswa Kelompok Uji Coba Soal
Lampiran 5. Daftar Nama Kelompok Make a Match
Lampiran 6. Daftar Nama Kelompok NHT
Lampiran 7. Daftar Nilai Uji Coba Tes
Lampiran 8. Daftar Nilai MID Kelompok Eksperimen I
Lampiran 9. Daftar Nilai MID Kelompok Eksperimen II
Lampiran 10. Daftar Nilai MID Kelompok Kontrol
Lampiran 11. Daftar Nilai MID Kelompok Uji Coba Soal
Lampiran 12. Analisis Validitas Uji Coba
Lampiran 13. Analisis Reliabilitas Uji Coba
Lampiran 14. Analisis Taraf Kesukaran Uji Coba
Lampiran 15. Analisis Daya Pembeda Uji Coba
Lampiran 16. Daftar Distribusi Normalitas Sampel Eksperimen I Sebelum
Perlakuan
Lampiran 17. Perhitungan Data Normalitas Kelompok Eksperimen I Sebelum
Perlakuan
Lampiran 18. Daftar Distribusi Normalitas Sampel Eksperimen II Sebelum
Perlakuan
Lampiran 19. Perhitungan Data Normalitas Kelompok Eksperimen II Sebelum
Perlakuan
Lampiran 20. Daftar Distribusi Normalitas Sampel Kontrol Sebelum Perlakuan
Lampiran 21. Perhitungan Data Normalitas Kelompok Kontrol Sebelum
Perlakuan
Lampiran 22. Uji Homogenitas
Lampiran 23. Daftar Nilai Tes Eksperimen I, Eksperimen II, dan Kelas Kontrol
xiii
Lampiran 24. Daftar Distribusi Normalitas Sampel Eksperimen I Setelah
Perlakuan
Lampiran 25. Perhitungan Data Normalitas Kelompok Eksperimen I Setelah
Perlakuan
Lampiran 26. Daftar Distribusi Normalitas Sampel Eksperimen II Setelah
Perlakuan
Lampiran 27. Perhitungan Data Normalitas Kelompok Eksperimen II Setelah
Perlakuan
Lampiran 28. Daftar Distribusi Normalitas Sampel Kontrol Sebelum Perlakuan
Lampiran 29. Perhitungan Data Normalitas Kelompok Kontrol Setelah Perlakuan
Lampiran 30. Uji Homogenitas
Lampiran 31. Analisis Hasil Tes Belajar Kelompok Eksperimen I
Lampiran 32. Analisis Hasil Tes Belajar Kelompok Eksperimen II
Lampiran 33. Analisis Hasil Tes Belajar Kelompok Kontrol
Lampiran 34. Analisis Akhir
xiv
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Analisis Soal Hasil Uji Coba
Tabel 2. Daftar XIX(11) Nilai Krisis L Untuk Uji Liliefors
Tabel 3. Daftar F Luas dibawah Lengkungan Normal Standar dari 0 ke z
Tabel 4. Daftar Nilai G Nilai Persentil untuk Distribusi t
Tabel 5. Daftar H Nilai Persentil untuk Distribusi Chi Kuadrat
Tabel 6. Tabel Harga Kritik dari r Product Moment
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Salah satu upaya meningkatkan mutu pendidikan di sekolah adalah
dengan cara melalui perbaikan proses belajar mengajar. Berbagai konsep dan
wawasan baru tentang proses belajar mengajar di sekolah telah muncul dan
berkembang sesuai pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan teknologi.
Guru sebagai personil yang menduduki posisi strategis dalam rangka
pengembangan sumber daya manusia, dituntut untuk terus mengikuti
perkembangan konsep-konsep baru dalam dunia pendidikan tersebut.
Pelajaran matematika di Sekolah Menengah Pertama merupakan
salah satu mata pelajaran wajib yang harus dikuasai oleh siswa. Pengertian
yang benar tentang konsep-konsep dan prinsip-prinsip matematika sangat
diperlukan siswa untuk membangun penalaran dalam memecahkan berbagai
masalah. Namun masih banyak siswa yang beranggapan bahwa matematika
merupakan mata pelajaran yang sulit bahkan menakutkan. Bertolak dari
anggapan tersebut dapat mempengaruhi mental siswa yang menimbulkan sifat
negatif pada siswa, antara lain siswa enggan untuk mengikuti pelajaran
matematika, takut dan benci jika ada jadwal pelajaran matematika. Bahkan
terkadang kebencian siswa tersebut tidak hanya pada mata pelajarannya saja
tetapi juga pada guru yang mengajar.
2
Anggapan tersebut biasanya terjadi pada siswa yang memiliki
kemampuan rendah sehingga dalam pemikirannya seolah-olah tidak ada
kemungkinan bahwa dirinya dapat menguasai matematika serta dapat
bersaing dengan siswa yang memiliki kemampuan lebih tinggi. Dan sebagai
akibatnya hasil belajar yang dicapai oleh para siswa tersebut kurang
memuaskan.
Anggapan siswa yang bersifat negatif tersebut bagi seorang guru
jangan dijadikan sebagai suatu hambatan yang permanent dan tidak dapat
dirubah. Tetapi hal tersebut harus dianggap sebagai suatu tantangan yang
harus dihadapi dan diselesaikan agar menjadi lebih baik dari sebelumnya.
Begitu juga sifat dan karakter dari siswa yang beragam tersebut merupakan
sebuah tantangan bagi guru sehingga dalam pelaksanaannya dapat
menyenangkan agar menghasilkan prestasi yang memuaskan pada siswa.
Di sisi lain diberikannya mata pelajaran matematika di Sekolah
Menengan Pertama antara lain agar siswa mampu menghadapi perubahan
keadaan di dunia yang selalu berkembang melalui latihan bertindak atas dasar
pemikiran secara logis, rasional, kritis, jujur dan efektif. Hal ini jelas
merupakan tuntutan yang tidak ringan dan tidak mungkin dapat dicapai
melalui hafalan, latihan soal dan proses pembelajaran biasa.
Keterampilan matematika tidak datang dengan sendirinya tetapi
didasarkan atas pemahaman dan latihan yang cukup sehingga tidak mudah
lupa terhadap konsep-konsep dan teorema-teorema yang telah dipelajari.
Guru sebagai penggerak proses belajar mengajar diharapkan mampu
3
memantau tingkat kesukaran yang dialami siswa, memberikan motivasi serta
mampu mengarahkan dan mendorong kegiatan belajar siswa.
Menurut Hudoyo (1990: 6) mengajar adalah suatu kegiatan
menyampaikan pengetahuan, pengalaman yang dimiliki kepada peserta didik.
Sedangkan menurut Hamalik (2001: 4) mengajar adalah menyampaikan
pengetahuan kepada peserta didik atau murid di sekolah, dan pengalaman itu
sendiri adalah sumber pengetahuan dan keterampilan, bersifat pendidikan
yang merupakan satu kesatuan di sekitar tujuan murid, pengalaman
pendidikan bersifat kontinu dan interaktif, membantu integrasi pribadi murid.
Jadi mengajar adalah proses penyampaian pengetahuan dan
pengalaman yang dimiliki oleh guru yang berasal dari proses
pembelajarannya kepada peserta didik dengan menciptakan suasana
pembelajaran yang efektif untuk memungkinkan proses belajar dengan
disertai tanggung jawab moral bagi guru.
Untuk menyampaikan pengalaman yang dimiliki kepada peserta
didik seorang guru harus mempunyai strategi pembelajaran. Di dalam strategi
pembelajaran tersebut meliputi model pembelajaran ataupun metode
pembelajaran yang sesuai dengan materi pembelajaran sehingga dapat
mendorong siswa lebih kreatif dan dapat meningkatkan motivasi belajar
siswa. Tetapi kebanyakan seorang guru masih mengidolakan model
pembelajaran konvensional yang cenderung lebih mudah dan tidak
membutuhkan keterampilan khusus bagi guru yang untuk menerapkannya.
4
Padahal model pembelajaran ini tidak memberikan stimulus kepada siswa
untuk aktif dan kreatif.
Sebenarnya tidak mudah menentukan atau memilih suatu model
dan metode pembelajaran yang tepat dan dapat mendorong siswa agar
mendapatkan hasil belajar yang baik. Dalam proses belajar mengajar tidak
sedikit materi yang disampaikan dengan cara membiarkan siswa hanya
mendengarkan saja yaitu metode ceramah dan sedikit sekali melibatkan
keaktifan siswa.
Dalam hal ini penulis memilih judul yang berkenaan dengan model
make a match disertai strategi pencocokan kartu indeks dan model NHT
dengan strategi bertukar tempat dikarenakan pengalaman penulis yang telah
menempuh pendidikan wajib belajar 12 tahun sebagai siswa yang setiap kali
diajar oleh guru selalu menggunakan model ceramah dan jarang
memanfaatkan keaktifan siswa dalam kelompok. Selain itu juga ditemukan
keragaman masalah sebagai berikut :
1. Siswa jarang mengajukan pertanyaan walaupun guru sering meminta agar
siswa bertanya engenai hal-hal yang belum atau kurang paham.
2. Keaktifan siswa dalam mengerjakan soal-soal latihan pada proses
pembelajaran juga masih kurang.
3. Kurangnya keberaniannya siswa untuk mengerjakan soal di depan kelas.
Dari paparan di atas dapat disimpulkan bahwa alasan pemilihan
judul adalah untuk mengetahui kemampuan siswa dalam memahami dan
5
memecahkan masalah matematika dalam kelompok kerja pada siswa Sekolah
Menengah Pertama.
Berdasar uraian di atas peneliti memilih judul skripsi “Pengaruh
Model Pembelajaran Make A Match dengan Strategi Pencocokan Kartu
Indeks dan Model Pembelajaran NHT dengan Strategi Bertukar Tempat
Berbantu Kartu Masalah Terhadap Hasil Belajar Siswa Kelas VIII Semester
II Pokok Bahasan Prisma dan Limas Mts N 1 Semarang Tahun Ajaran
2010/2011 ”.
B. Penegasan Istilah
Untuk menghindari penafsiran yang berbeda dan juga memberikan
gambaran yang jelas tentang tujuan penelitian ini maka perlu dijelaskan
beberapa hal penting tentang istilah yang terdapat dalam judul yaitu sebagai
berikut:
1. Pengaruh
Pengaruh adalah daya yang ada atau timbul dari sesuatu (orang,
benda) yang ikut membentuk watak, kepercayaan atau perbuatan
seseorang (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2001: 149).
Jadi pengaruh adalah hasil atau akibat yang timbul karena suatu
stimulus atau rangsangan yang mengakibatkan perubahan terhadap sesuatu
tersebut.
6
Pengaruh yang dimaksud dalam proposal ini adalah :
a. Perbedaan hasil belajar antara kelompok control dan kelompok
eksperimen.
b. Ketuntasan dalam belajar.
2. Model Pembelajaran Make a Match
Model pembelajaran make a match atau mencari pasangan adalah
model pembelajaran yang merupakan rumpun dari model pembelajaran
kooperatif yang menggunakan kartu-kartu dengan mencocokkan jawaban
dan soal.
3. Strategi pencocokan kartu indeks
Strategi ini merupakan cara aktif dan menyenangkan untuk
meninjau ulang materi pelajaran. Cara ini memungkinkan siswa untuk
berpasangan dan memberi pertanyaan kuis kepada temannya.
(Silberman, 2009: 250)
4. Model pembelajarn NHT
Model pembelajaran NHT adalah pola yang digunakan dalam
pembelajaran Dimana siswa belajar berkelompok yang beranggotakan 3
sampai 5 orang yang heterogen kemapuannya. Setiap siswa dalam satu
kelompok memiliki nomor yang berbeda untuk mengembangkan ide-ide
dan mempertimbangkan jawaban yang paling tepat. (Suprijono, 2009: 92)
5. Strategi bertukar tempat
Strategi ini memungkinkan siswa untuk lebih mengenal,
berbagi pendapat dan membahas gagasan, nilai-nilai atau pemecahan
7
masalah baru. Ini merupakan cara yang luar biasa bagus untuk
meningkatkan keterbukaan diri atau bertukar pendapat secara aktif.
(Silberman, 2009: 65)
6. Media Kartu Masalah
Kartu soal yang dimaksud adalah kartu yang berisi intruksi dari
guru kepada siswa atau masalah-masalah (soal) dari siswa. Hal ini
dilakukan agar siswa dapat aktif dan kreatif dalam menyelesaikan
masalah melalui praktek penerapan hasil untuk mencapai tujuan belajar.
7. Hasil Belajar
Hasil belajar adalah perubahan perilaku yang diperoleh
pembelajar setelah mengalamai aktifitas belajar. Makin tinggi proses
belajar yang dilakukan oleh siswa, harus makin tinggi pula hasil belajar
yang dicapai. Hasil belajar dikategorikan menjadi tiga ranah antara lain
kognitif (berkenaan dengan hasil belajar intelektual), afektif (berkenaan
dengan sikap) serta psikomotorik (berkenan dengan keterampilan dan
kemampuan bertindak). (Sudjana, 2004: 22-23).
8. Prisma dan limas
Materi pokok prisma dan limas dalam kurikulum yang dipakai
untuk tahun ajaran 2010/2011 (KTSP) adalah salah satu materi pokok
mata pelajaran matematika yang diajarkan pada siswa kelas VIII
Semester II di Mts N 1 Semarang.
8
Berdasar uraian di atas, maka arti keseluruhan dari “Pengaruh
Model Pembelajaran Make a Match dengan Strategi Pencocokan Kartu
Indeks dan Model NHT dengan Strategi Bertukar Tempat Berbantu Kartu
Masalah Terhadap Hasil Belajar Siswa Kelas VIII Semester II Pokok
Bahasan Prisma dan Limas Mts N 1 Semarang Tahun Ajaran 2010/2011
adalah menerapkan model pembelajaran make a match disertai dengan
strategi pencocokan kartu indeks dan model NHT dengan strategi bertukar
tempat berbantu kartu masalah untuk mengetahui perbedaan hasil siswa
dalam memahami pokok bahasan Prisma dan Limas di Mts N 1 Semarang
Tahun Ajaran 2010/2011.
C. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian di atas maka rumusan masalah dalam penelitian
ini adalah :
1. Apakah terdapat perbedaan hasil belajar siswa yang diajar menggunakan
model make a match dengan strategi pencocokan kartu indeks, NHT
dengan strategi bertukar tempat berbantu kartu masalah, dan
pembelajaran konvensional pada pokok bahasan Prisma dan Limas di
Mts Mts N 1 Semarang Tahun Ajaran 2010/2011?
2. Apakah terdapat perbedaan hasil belajar siswa yang diajar menggunakan
model make a match dengan strategi pencocokan kartu indeks berbantu
kartu masalah dan pembelajaran konvensional pada pokok bahasan
Prisma dan Limas di Mts N 1 Semarang Tahun Ajaran 2010/2011?
9
3. Apakah terdapat perbedaan hasil belajar siswa yang diajar menggunakan
model pembelajaran NHT dengan strategi bertukar tempat berbantu kartu
masalah dan pembelajaran konvensional pada pokok bahasan Prisma dan
Limas di Mts N 1 Semarang Tahun Ajaran 2010/2011?
4. Apakah terdapat perbedaan hasil belajar siswa yang diajar menggunakan
model make a match dengan strategi pencocokan kartu indeks dan model
NHT dengan strategi bertukar tempat berbantu kartu masalah pada pokok
bahasan Prisma dan Limas di Mts N 1 Semarang Tahun Ajaran
2010/2011?
D. Tujuan Penelitian
Sesuai permasalahan, tujuan dalam penelitian ini adalah untuk
mengetahui :
1. Adakah perbedaan hasil belajar siswa yang menggunakan model
pembelajaran make a match dengan strategi pencocokan kartu indeks dan
model pembelajaran NHT dengan strategi bertukar tempat berbantu kartu
masalah maupun siswa yang menggunakan pembelajaran konvensional
pada pokok bahasan Prisma dan Limas di Mts Mts N 1 Semarang Tahun
Ajaran 2010/2011.
2. Adakah perbedaan hasil belajar siswa yang menggunakan model
pembelajaran Make a match dengan strategi pencocokan kartu indeks
berbantu kartu masalah dan siswa yang menggunakan pembelajaran
10
konvensional pada pokok bahasan Prisma dan Limas di Mts Mts N 1
Semarang Tahun Ajaran 2010/2011.
3. Adakah perbedaan hasil belajar siswa yang diajar menggunakan model
pembelajaran NHT dengan strategi bertukar tempat berbantu kartu
masalah dan pembelajaran konvensional pada pokok bahasan Prisma dan
Limas di Mts Mts N 1 Semarang Tahun Ajaran 2010/2011.
4. Adakah perbedaan hasil belajar siswa yang diajar menggunakan model
make a match dengan strategi pencocokan kartu indeks dan model NHT
dengan strategi bertukar tempat berbantu kartu masalah pada pokok
bahasan Prisma dan Limas di Mts Mts N 1 Semarang Tahun Ajaran
2010/2011.
E. Manfaat Penelitian
Adapaun manfaat dari penelitian ini adalah :
1. Manfaat bagi peserta didik
a. Dapat membantu siswa dalam mengatasi kesulitan yang dihadapi pada
pembelajaran matematika sehingga hasil belajar siswa lebih optimal.
b. Mendorong tanggung jawab siswa untuk belajar dan berkomunikasi
(berdiskusi) dengan teman sekelompoknya.
c. Meningkatkan keberanian peserta didik dalam mengemukakan
pendapatnya, mengajukan pertanyaan, menyajikan temuan, dan
memberikan refleksi hasil belajar.
2. Bagi peneliti
11
a. Dapat menambah wawasan pengetahuan mengenai model
pembelajaran yang tepat digunakan agar diperoleh hasil belajar yang
optimal.
b. Mengetahui kekurangan dan kelemahan diri pada saat mengajar yang
dapat dijadikan acuan untuk memperbaiki diri.
3. Bagi guru
Dengan dilaksanakannya penelitian ini, guru mendapat tambahan
wawasan mengenai variasi strategi belajar mengajar yang dapat digunakan
sebagai salah satu usaha untuk meningkatkan kualitas pembelajaran pada
siswa.
4. Bagi perpustakaan
Dapat dimanfaatkan sebagai referensi bagi penelitian berikutnya.
F. Sistematika Penulisan Skripsi
Untuk penulisan skripsi ini penulis menentukan sistematikanya
terlebih dahulu.
Adapun sistematika yang dimaksud dalam skripsi ini terdiri dari
lima bab di mana BAB I terdiri dari pendahuluan, berisikan tentang alasan
pemilihan judul, penegasan judul, permasalahan, tujuan, manfaat penelitian,
dan sistematika penulisan skripsi.
Lalu BAB II terdiri dari landasan teori, berisikan tentang
pengertian belajar, ciri-ciri belajar, factor-faktor yang mempengaruhi hasil
belajar, hasil belajar, model pembelajaran make a match, strategi pencocokan
12
kartu indeks, media pembelajaran kartu masalah, model pembelajaran
kooperatif tipe NHT, strategi bertukar tempat, uraian materi tentang prisma
dan limas, kerangka berpikir dan hipotesis.
Sedangkan BAB III berisi tentang metodelogi penelitian. Dalam
melakukan penelitian butuh suatu langkah-langkah yang sistematis,
berencana dan mengikuti konsep ilmiah agar hasil dari penelitian dapat
memberikan gambaran yang jelas dan bisa dipertanggungjawabkan. Dalam
skripsi ini metode penelitian berisikan tentang metode penentuan subyek
penelitian, metode penentuan variabel penelitian, design penelitian, metode
pengumpulan data, menentukan instrument penelitian, dan metode analisis
data.
Pada BAB IV terdiri dari pembahasan hasil penelitian. Setelah
peneliti melakukan penelitian, langkah selanjutnya yaitu membahas hasil
penelitian yang telah dilakukan tersebut di mana pembahasan hasil penelitian
ini berisi tentang pelaksanaan penelitian, laporan data penelitian, dan analisis
hasil penelitian.
Dan bagian akhir dari skripsi ini adalah BAB V berupa penutup, di
mana penutup ini berisikan tentang simpulan dan saran-saran.
13
BAB II
LANDASAN TEORI DAN HIPOTESIS
A. Pengertian Belajar
Orang dikatakan belajar apabila ada perubahan yang ditunjukkan
dengan bentuk seperti berubahnya pengetahuan, tingkah laku, kebiasaan atau
perubahan pada aspek lain yang lebih baik pada seseorang setelah melakukan
proses belajar.
Gagne (Purwanto, 1990: 84) menyatakan bahwa belajar terjadi bila
suatu stimulus bersama dengan isi ingatan mempengaruhi siswa sedemikian
rupa sehingga pembuatannya (performancenya) berubah dari waktu sebelum
ia mengalami situsi itu ke waktu sesudah ia mengalami situasi tadi.
Seseorang dikatakan belajar apabila ada rangsangan yang diterima
kemudian diolah dan disimpan oleh otak sehinga tingkah lakunya berubah
setelah ia melakukan proses belajar tersebut.
Menurut Suherman, dkk (2001: 199) belajar merupakan
pengembangan pengetahuan baru, ketrampilan dan sikap ketika seorang
individu berinteraksi dengan informasi dan lingkungan. Jadi belajar bisa
terjadi setiap saat yaitu ketika seorang individu berinteraksi dengan informasi
dan lingkungan.
Aktifitas seseorang ketika menonton TV, berbincang-bincang
dengan orang lain, atau bahkan hanya mengamati lingkungan sekitar saja
orang tersebut bisa dikatakan sebagai belajar.
14
Jadi belajar adalah perubahan tingkah laku seseorang menjadi lebih
baik disebabkan karena dipengaruhi adanya stimulus dan isi ingatan yang
terjadi melalui latihan atau pengalaman seperti berinteraksi dengan
lingkungan yang sifatnya relatif tetap dalam jangka waktu yang lama di
mana perubahan secara fisik tidak termasuk dalam kategori untuk disebut
sebagai belajar.
Dari definisi-definisi yang dikemukakan di atas, dapat
dikemukakan adanya beberapa elemen yang penting yang mencirikan
pengertian tentang belajar yaitu :
a. Belajar merupakan suatu perubahan tingkah laku, di mana perubahan itu
mengarah kepada tingkah laku yang lebih baik.
b. Belajar merupakan suatu perubahan yang terjadi melalui latihan atau
pengalaman ketika berinteraksi dengan lingkungan, dalam arti
perubahan-perubahan yang disebabkan oleh pertumbuhan atau
kematangan tidak dianggap sebagai hasil belajar.
c. Untuk dapat disebut belajar, maka perubahan itu harus relatif mantap
atau tetap, harus merupakan akhir dari suatu periode waktu yang cukup
panjang.
d. Tingkah laku yang mengalami perubahan karena belajar menyangkut
berbagai aspek kepribadian, baik fisik maupun psikis.
B. Ciri-ciri Belajar
Menurut Slameto (2003: 3) ciri-ciri perubahan tingkah laku dalam
15
pengertian belajar adalah :
1. Perubahan yang terjadi secara sadar
Berarti individu yang belajar akan menyadari terjadinya
perubahan atau sekurang-kurangnya individu yang telah belajar merasakan
telah terjadi adanya suatu perubahan dalam dirinya.
2. Perubahan dalam belajar bersifat fungsional
Menurut Djamarah (2002: 15) perubahan yang terjadi dalam diri
individu yang belajar berlangsung terus menerus dan tidak statis.
Maksudnya, suatu perubahan yang terjadi akan menyebabkan perubahan
berikutnya dan akan berguna bagi kehidupan ataupun proses belajar
berikutnya.
3. Perubahan dalam belajar bersifat positif dan aktif
Perubahan-perubahan yang terjadi pada individu yang belajar itu
selalu ke arah positif, dan tertuju untuk memperoleh suatu yang lebih baik
dari sebelumnya. Maka makin banyak belajar yang dilakukan makin baik
perubahan yang diperoleh. Perubahan yang bersifat aktif artinya bahwa
perubahan itu tidak terjadi dengan sendirinya. Perubahan yang terjadi
merupakan usaha dari individu yang belajar.
4. Perubahan dalam belajar bukan bersifat sementara
Perubahan yang terjadi karena proses belajar bersifat permanent.
Ini berarti bahwa tingkah laku yang terjadi setelah belajar akan bersifat
tetap.
16
5. Perubahan dalam belajar bertujuan atau terarah
Perubahan tingkah laku dalam belajar terjadi karena ada tujuan
yang dicapai. Perubahan belajar terarah pada perubahan tingkah laku yang
benar-benar disadari.
6. Perubahan mencakup seluruh aspek tingkah laku
Perubahan yang diperoleh seseorang setelah melalui sesuatu
proses belajar mengajar meliputi perubahan keseluruhan tingkah laku. Jika
seorang belajar sesuatu sebagai hasilnya ia akan mengalami perubahan
secara menyeluruh dalam sikap, ketrampilan, pengetahuan dan sebagainya.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa seseorang dikatakan telah
belajar apabila seseorang yang melakukan aktivitas belajar dan diakhir dari
aktivitasnya itu telah memperoleh perubahan dalam dirinya dengan memiliki
pengalaman baru. Perubahan yang terjadi akibat belajar adalah perubahan
yang berhubungan dengan aspek kejiwaan dan mempengaruhi tingkah laku.
C. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar
Supaya berhasil dengan tujuannya, siswa yang dalam proses belajar
perlu memperhatikan factor-faktor yang dapat mempengaruhi hasil belajar.
Dalam hal ini jika siswa menginginkan nilai yang diperoleh baik
maka siswa perlu memperhatikan bukan saja cara dan waktu belajar tetapi
juga hal-hal lain yang disebut factor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar
seperti keadaan dan letak strategis sekolah, hubungan dalam keluarga dan
lain-lain.
17
Faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar menurut Djamarah
(2002: 142) adalah sebagai berikut :
1. Faktor lingkungan
Faktor lingkungan dibedakan antara lain menjadi :
a. Lingkungan alami
Lingkungan alami merupakan kondisi alam yang berpengaruh
terhadap proses dan hasil belajar, seperti kelembaban udara, suhu,
cuaca dan musim yang berlangsung.
b. Lingkungan sosial budaya
Lingkungan sosial menjelaskan keberadaan manusia sebagai
makhluk homo socius. Misalnya hubungan anak dengan orang tua
harmonis, begitu juga hubungan anak dengan guru dan teman,
memungkinkan anak belajar dengan baik karena di samping memberi
dorongan belajar juga menciptakan situasi belajar yang baik.
2. Faktor instrumental
Faktor instrumental adalah factor yang adanya dan penggunaannya
dirancang sesuai dengan hasil belajar yang diharapkan. Faktor
instrumental antara lain :
a. Kurikulum
Kurikulum adalah a plan of learning atau rencana dalam pembelajaran
yang sebelumnya telah diprogramkan.
18
b. Program pendidikan
Keberhasilan pendidikan di sekolah bergantung dari baik tidaknya
program pendidikan yang dirancang di mana dalam penyusunannya
didasarkan pada potensi sekolah yang tersedia.
c. Sarana dan fasilitas
Gedung sekolah yang strategis, aman dan nyaman, alat pelajaran
yang lengkap, perpustakaan yang memadai merupakan factor
pendukung keberhasilan siswa dalam belajar.
d. Guru
Guru sebagai tenaga pengajar merupakan tenaga pendidik yang
khusus diangkat dengan tugas utama mengajar, melatih, meneliti,
mengembangkan, mengolah dan atau memberikan pelayanan khusus
dalam bidang pendidikan.
3. Kondisi fisiologis
Orang yang sehat jasmaninya akan lebih mudah belajar dibanding
orang yang dalam keadaan lemah jasmaninya. Menurut Noehi Nasution
(Djamarah, 2002: 155) di samping kondisi fisiologis umum yang tidak
kalah penting adalah kondisi panca indera, terutama penglihatan dan
pendengaran. Karena dalam proses belajar hal yang paling mendasar
adalah melihat dan mendengar.
4. Kondisi psikologis
Beberapa factor psikologis yang utama yang dapat mempengaruhi
proses dan hasil belajar adalah :
19
a) Minat
Menurut Slameto (Djamarah, 2002: 157) minat adalah suatu rasa
lebih suka dan rasa keterikatan pada suatu hal atau aktivitas tanpa ada
yang menyuruh.
Ketika seseorang menyukai sesuatu maka orang itu biasanya
akan melakukan hal tersebut dengan senang hati tanpa ada paksaan.
b) Kecerdasan
Orang yang cerdas akan lebih cepat menguasai pelajaran
dibanding dengan orang yang kurang cerdas, meskipun fasilitas dan
waktu yang digunakan untuk mempelajari materi sama.
c) Bakat
Bakat adalah suatu keadaan sifat-sifat seseorang. Seseorang
yang mempunyai bakat tertentu akan mudah memecahkan masalah
dibandingkan dengan orang yang kurang berbakat.
d) Motivasi
Menurut Nasution (Djamarah, 2002: 166) motivasi adalah
kondisi psikologis yang mendorong seseorang untuk melakukan
sesuatu.
Motivasi sangat penting karena mendorong seseorang untuk
melakukan sesuatu agar tujuan yang diharapkan tercapai dengan baik.
e) Kemampuan kognitif
Kemampuan kognitif adalah kemampuan menalar atau
penalaran yang dimiliki oleh para siswa. Kemampuan penalaran yang
20
tinggi akan memungkinkan seseorang belajar lebih baik.
Faktor-faktor tersebut di atas menurut Slameto (2003: 54)
diklasifikasikan menjadi 2 yaitu faktor internal dan faktor eksternal.
a. Faktor internal
Faktor internal adalah faktor-faktor yang berasal dari dalam
diri siswa yang mempengaruhi proses dan hasil belajar. Yang
termasuk dalam faktor internal adalah faktor jasmani, faktor
psikologis, dan faktor kelelahan.
b. Faktor Eksternal
Faktor eksternal adalah faktor-faktor dari luar diri siswa yang
mempengaruhi proses dan hasil belajar. Faktor-faktor tersebut
meliputi faktor keluarga, faktor sekolah, faktor masyarakat.
Berdasar uraian di atas, menurut peneliti secara garis besar faktor-
faktor tersebut baik faktor internal maupun eksternal dibagi menjadi 3,
yaitu :
1. Faktor diri siswa
Siswa yang mempunyai bakat, minat, motivasi yang besar
untuk belajar dan mendapatkan hasil belajar yang baik tentu akan
belajar lebih giat dibandingkan dengan siswa yang minat dan
motivasinya rendah.
2. Faktor sekolah
Faktor sekolah yang mempengaruhi belajar mencakup metode
mengajar, kurikulum, relasi guru dan siswa, relasi siswa dengan
21
siswa, disiplin sekolah, keadaan gedung sekolah.
3. Faktor keluarga dan masyarakat
Keluarga yang harmonis yang memberikan suasana nyaman
belajar di rumah tentu berbeda dengan keluarga broken home dalam
memberikan kenyamanan belajar. Siswa yang hidup di lingkungan
perumahan yang baik tentu akan lebih mudah belajar dibandingkan
siswa yang hidup dan belajar pada daerah lingkungan yang kumuh.
Agar hasil belajar siswa dapat maksimal diperlukan semangat dan
kerja keras siswa. Siswa harus mengoptimalkan kemampuan yang
dimilikinya serta tidak boleh mudah putus asa. Semangat dan kerja keras
siswa tersebut harus didukung oleh lingkungan khususnya keluarga. Guru
tidak dapat mengawasi anak secara penuh karena waktu anak lebih banyak
dihabiskan di rumah daripada di sekolah.
Jadi faktor intern dari diri siswa serta dukungan dari sekolah,
keluarga, maupun masyarakat sangat mempengaruhi proses dan hasil
belajar siswa.
D. Hasil Belajar
Hasil belajar merupakan hasil dari suatu interaksi tindak belajar
dan tindak mengajar. Hasil belajar, untuk sebagian adalah berkat tindak guru.
Pada bagian lain, merupakan peningkatan kemampuan mental siswa. Dari sisi
guru, tindak mengajar diakhiri dengan proses evaluasi hasil belajar, dari sisi
siswa hasil belajar merupakan berakhirnya puncak proses belajar.
22
Menurut Hamalik (2001: 30) bukti seseorang telah belajar adalah
terjadinya perubahan tingkah laku. Perubahan itu misalnya dari tidak tahu
menjadi tahu, dan dari tidak mengerti menjadi mengerti.
Menurut Benyamin Bloom (Tri Anni, 2006: 5) hasil belajar dapat
dikategorikan menjadi 3 kategori yaitu bidang kognitif (penguasaan
intelektual), bidang afektif, dan bidang psikomotorik.
Berikut ini akan dikemukakan unsur-unsur yang terdapat dalam
ketiga aspek belajar yang dilakukan oleh Bloom:
1. Tipe hasil belajar kognitif
Tipe hasil belajar kognitif dikategorikan menjadi 6, yaitu :
a. Tipe hasil belajar pengetahuan hafalan (knowledge)
Pengetahuan hafalan ini termasuk pengetahuan yang sifatnya
faktual.
b. Tipe hasil belajar pemahaman (comprehention)
Pemahaman memerlukan kemampuan menangkap satu konsep.
c. Tipe hasil belajar penerapan (application)
Aplikasi adalah kemampuan menerapkan dan mengabstraksikan
suatu konsep, ide, rumus, hukum dalam situasi baru.
Dalam aplikasi haruslah ada konsep, teori, hukum rumus yang
digunakan untuk menyelesaikan masalah.
d. Tipe hasil belajar analisis (analisys)
Analisis adalah kemampuan memecah, menguraikan sesuatu yang
23
integritas (satu kesatuan) menjadi bagian-bagian yang lebih sederhana
sehingga mudah dipahami atau memiliki arti.
e. Tipe hasil belajar sintesis (synthesis)
Pada sintesis kita memandang sebagai kebalikan dari analisa.
Sintesis ini berupa penyusunan konsep-konsep yang sederhana
menjadi unsur-unsur integritas.
f. Tipe hasil belajar evaluasi (evaluation)
Evaluasi merupakan tipe belajar paling tinggi karena memerlukan
semua tipe hasil belajar.
Hasil belajar kognitif merupakan kemampuan siswa dalam
penguasaan intelektual yang berhubungan dengan pemahaman dan
aplikasi. Bidang kognitif mempunyai prosentase yang cukup besar
terhadap penilaian hasil belajar.
2. Tipe hasil belajar afektif
Bidang afektif tercermin pada tingkah laku seperti atensi terhadap
pelajaran, disiplin, menghargai guru dan teman. Bidang ini kurang
mendapat perhatian dari guru, hal ini dikarenakan guru lebih banyak
memberikan tekanan pada bidang kognitif.
Tipe afektif dibagi dalam beberapa tingkatan yaitu :
a. Receiving (attending) yaitu kepekaan menerima rangsangan dari luar.
b. Jawaban (responding) yaitu reaksi yang diberikan seseorang terhadap
stimulus yang datang dari luar
24
c. Penilaian (valuing) yang berkenaan dengan nilai dan kepercayaan
terhadap stimulus terhadap segala stimulus yang datang dari luar.
d. Organisasi (organization) yaitu pengembangan nilai keadaan system
organisasi termasuk menentukan hubungan satu nilai dengan yang
lain.
e. Karakteristik (characteristic) atau internalisasi nilai yaitu keterpaduan
dari semua system yang telah dimiliki seorang yang mempengaruhi
pola kepribadian dan tingkah laku.
Hasil belajar afektif lebih mengarah pada tingkah laku siswa. Guru
dapat mengamati secara langsung dari respon yang siswa terhadap
stimulus yang diberikan, respon setiap siswa pasti berbeda sehingga guru
dapat membedakan karakteristik siswa.
3. Tipe hasil belajar psikomotorik
Hasil belajar psikomotorik tampak dalam bentuk-bentuk
keterampilan skill, kemampuan bertindak seseorang.
Ada 6 tingkatan keterampilan psikomotorik yaitu :
1. Gerak reflek (gerak tidak sadar)
2. Kemampuan melakukan gerak sadar
3. Kemampuan perseptial
4. Kemampuan bidang fisik
5. Gerakan-gerakan dari sederhana sampai dengan kompleks
6. Kemampuan yang berkenaan dengan non decurcive komunikasi gejala
ekspresif.
25
Hasil belajar psikomotorik dapat dilihat dari keterampilan ( skill )
siswa dalam menyelesaikan suatu permasalahan. Antara siswa yang aktif
dan siswa yang pasif dapat mudah dibedakan. Siswa yang aktif
mempunyai kreatifitas dalam menyelesaikan masalah dan tidak mudah
putus asa, sedangkan siswa yang pasif cenderung lebih banyak diam.
Keenam kemampuan tersebut sebenarnya tidak berdiri sendiri
tetapi selalu berhubungan satu dengan yang lain bahkan ada kebersamaan.
Tingkah laku manusia terdiri dari sejumlah aspek. Jika seseorang
telah melakukan perbuatan belajar maka akan terlihat terjadinya perubahan
dalam salah satu aspek tingkah laku atau beberapa aspek berikut yaitu
pengetahuan, pengertian, kebiasaan, keterampilan, apresiasi, emosional,
hubungan sosial, jasmani, etis atau budi pekerti, dan sikap.
Jadi, belajar merupakan proses terjadinya perubahan tingkah laku
yang disebabkan karena adanya pengalaman atau pengetahuan, dan dapat
diketahui setelah seseorang melakukan suatu kegiatan. Kegiatan yang
dilakukan dapat dilihat dari berbagai aspek. Aspek kognitif dapat dilihat
dari bertambahnya pengetahuan serta pemahaman dalam menganalisa
suatu masalah. Dari aspek afektif dapat dilihat dengan adanya perubahan
tingkah laku, menjadi lebih disiplin dan tanggap dalam merespon stimulus
yang diberikan. Sedangkan aspek psikomotorik dapat dilihat dari
keterampilan ( skill ) dalam menyelesaikan suatu permasalahan. Selama
proses belajar aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik akan terus
berkembang dari sebelumnya.
26
E. Model Pembelajaran Kooperatif
1. Model Pembelajaran
Pemilihan model dan metode pengajaran menyangkut strategi
dalam pembelajaran. Strategi pembelajaran adalah perencanaan dan
tindakan yang tepat dan cermat mengenai kegiatan pembelajaran agar
kompetensi dasar dan indicator pembelajaran dapat tercapai.
Pembelajaran adalah upaya menciptakan iklim dan pelayanan
terhadap kemampuan, potensi, minat, bakat dan kebutuhan peserta didik
yang beraneka ragam agar terjadi interaksi optimal antara guru dengan
siswa serta siswa dengan siswa (Suprijono, 2009: 28).
2. Pembelajaran Kooperatif
Pembelajaran kooperatif mencakup suatu kelompok kecil siswa
yang bekerja sebagai sebuah tim untuk menyelesaikan sebuah masalah,
menyelesaikan suatu tugas, atau mengerjakan sesuatu untuk mencapai
tujuan bersma lainya. (Suprijono, 2009: 54)
Pembelajaran Kooperatif atau cooperative learning merupakan
model pembelajaran di mana peserta didik bekerja sama dalam kelompok
kecil dan saling membantu dalam belajar. Dalam pembelajaran
kooperatif peserta didik ditempatkan dalam satu kelompok dalam
beberapa minggu atau bulan. Peserta didik dilatih dapat bekerja sama
dengan baik, berani mengajukan pertanyaan, dapat bertukar pengetahuan
dengan baik dan membangun kepercayaan diri.
27
a. Karakteristik Pembelajaran Kooperatif
Pembelajaran kooperatif di kategorikan menjadi enam
karakteristik, yaitu :
1) Tujuan Kelompok
Tujuan kelompok dalam pembelajaran kooperatif ini adalah
pembelajaran tim siswa , dimana tim harus mampu memenuhi
kriteria yang telah ditentukan sebelumnya agar mencapai
keberhasilan.
2) Tanggung Jawab Individual
Tanggung jawab individual merupakan sesuatu yang harus
dimiliki setiap anggota dalam kelompok. Terwujudnya
keberhasilan sangat ditentukan oleh anggota.
3) Kesempatan Sukses yang Sama
Karakteristik dari metode pembelajaran tim siswa adalah
penggunaan metode skor yang memastikan semua peserta
didik mendapat kesempatan yang sama untuk kemajuan dalam
timnya.
4) Kompetisi Tim
Kompetisi tim dalam kooperatif bukan merupakan
persaingan dalam hal negatif melainkan kompetisi sebagai
sarana untuk memotivasi peserta didik untuk bekerja sama
dengan anggota timnya.
28
5) Spesialisasi Tugas
Spesialisasi tugas adalah untuk melaksakan dan
bertanggung jawab terhadap subtugas yang telah menjadi
bagianya.
6) Adaptasi terhadap Kebutuhan Kelompok
Merupakan metode yang mempercepat langkah kelompok,
tetapi ada juga yang mengadaptasi terhadap kebutuhan
individual.
b. Keuntungan Menggunakan Pembelajaran Kooperatif
Keuntungan yang diperoleh dari aktivitas pebelajaran
kooperatif antara lain :
1. Mengurangi Kecemasan, seperti :
a) Menghilangkan perasaan tertekan dan panik.
b) Menggantikan bentuk persaingan dengan saling kerja sama.
c) Melibatkan peserta didik untuk aktif dalam proses belajar.
d) Menciptakan suasana kelas yang lebih rileks dan tidak terlalu
resmi.
e) Tidak adanya hambatan seperti rasa malu dan kurang percaya
diri, karena bekerja didalam kelompok
2. Belajar melalui komunikasi
a) Peserta didik dapat belajar dengan berbicara dan
mendengarkan satu dengan yang lainya.
29
b) Peserta didik dapat berdiskusi, berdebat, adu gagasan, konsep
dan keahlilan sampai benar – benar memahaminya.
c) Mereka memiliki rasa peduli, rasa tanggung jawab terhadap
teman lain dalam proses belajarnya.
d) Mereka dapat menghargai perbedaan etnik, perbedaan tingkat
kemampuan dan cacat fisik.
Dengan pembelajaran kooperatif, peserta didik dapat belajar
bersama, saling membantu, berani mengeluarkan ide, dapat
memecahkan masalah melalui diskusi, dapat menjelaskan dan
mengajukan pertanyaan dalam kelompoknya.
c. Unsur – unsur Pembelajaran Kooperatif
Untuk mencapai hasil yang maksimal, ada lima unsur
model pembelajaran kooperatif yang harus diterapkann,
diantaranya (Suprijono, 2009: 58) :
1) Saling Ketergantungan Positif
Adanya keberhasilan suatu kerja kelompok adalah
tergantung usaha setiap anggotanya. Di dalam model
pembelajaran kooperatif semua anggota tidak bias bekerja
senidri, melainkan harus ada ketergantungan yang posotif.
Misalnya dalam memecahkan masalah, setiap anggota kelompok
tidak bisa bekerja sendirian antar anggota harus ada
ketergantungan positif anatar anggota kelompok yaitu untuk
menyumbangkan ide dan gagasan.
30
2) Tanggung Jawab Perseorangan
Dalam model pembelajaran kooperatif, setiap anggota
memilikii tanggung jawab individu yaitu mempelajari dan
memahami satu topik teretntu. Kemudian setiap angota
bertanggung jawab pula untuk menjelaskan topik tersebut
kapada para anggota yang lain sampai para anggota merasa
paham dengan penjelasan dari masing–masing anggota.
3) Tatap Muka
Dalam kegiatan diskusi tentunya para anggota kelompok
harus bertatap muka langsung dengan para anggota. Para
anggota kelompok perlu diberi kesempatan untuk saling
mengenal dan menerima satu sama lain dalam kegiatan tatap
muka dan interaksi pribadi. Kegiatan interaksi tersebut
memberikan keuntungan semua anggota. Karena dari kegiatan
interaksi akan menghasilkan hasil pemikiran yang jauh lebih
baik dari pada hasil pemikiran yang dikerjakan satu orang saja.
4) Komunikasi Antar Anggota
Keberhasilan hasil kerja kelompok tergantung pada
komunikasi yang dilakukan anggota kelompok, yaitu berbicara,
mendengarkan dan mengutarakan pendapat. Karena komunikasi
yang baik akan menghasilkan gagasan yang segar. Gagasan
segar yang muncul bukan dari satu anggota saja melainkan
berdasarkan hasil dari pemikiran bersama, yang dikarenakan
31
adanya komunikasi antar kelompok yang baik. Tetapi tidak
semua peserta didik mempunyai ketrampilan berkomunikasi
tersebut dengan baik. Oleh karena itu perlu adanya bimbingan
dari guru kepada peserta didik untuk memberitahu cara
berkomunikasi yang baik dan cara mengutarakan pendapat agar
tidak menyinggung anggota lain.
5) Evaluasi Proses Kelompok
Mengevaluasi merupakan tugas seorang pendidik atau
guru. Perlu adanya waktu yang khusus bagi pendidik untuk
mengadakan evaluasi terhadap proses kerja kelompok dan hasil
kerja kelompok para peserta didik agar dapat bekerja sama
dengan efektif.
Tabel Sintaks Pembelajaran Kooperatif
Fase Tingkah Laku Guru
Fase 1 :
Menyampaikan tujuan
dan memotivasi siswa
Guru menyampaikan semua tujuan
pelajaran yang ingin dicapai pada
pembelajaran tersebut dan
memotivasi siswa belajar
Fase 2 :
Menyajikan informasi
Guru menyajikan informasi
kepada siswa dengan jalan
demonstrasi atau lewat bahan
bacaan
32
Fase 3 :
Mengorganisasikan
siswa dalam kelompok –
kelompok belajar
Guru menjelaskan kepada siswa
bagaimana caranya membentuk
kelompok belajar dan membantu
setiap kelompok agar melakukan
transisi secara efisien
Fase 4 :
Membimbing kelompok
bekerja dan belajar
Guru membimbing kelompok –
kelompok belajar tentang materi
yang dipelajari atau masing –
masing kelompok
mempresentasikan hasil kerjanya
Fase 5 :
Evaluasi
Guru mengevaluasi hasil belajar
tentang materi yang telah
dipelajari atau masing – masing
kelompok mempresentasikan hasil
kerjanya
Fase 6 :
Memberi penghargaan
Guru mencari cara – cara untuk
menghargai baik upaya maupun
hasil belajar individu kelompok
Dalam pembelajaran kooperatif, ada beberapa tahapan yang
harus dilakukan. Dimulai dari penyampaian tujuan, materi,
pembentukan kelompok belajar, evaluasi, serta pemberian
penghargaan. Selama proses pembelajaran, siswa diberikan
33
keluasaan untuk mengembangkan kreatifitasnya, guru hanya
membantu ketika siswa mengalami kesulitan.
Jadi, dalam pembelajaran kooperatif guru hanya bertindak
sebagai fasilitator. Guru memfasilitasi siswa agar pembelajaran
menjadi lebih mudah dan menyenangkan.
F. Model Pembelajaran Make a Match
Teknik belajar mencari pasangan (make a match) dikembangkan
oleh Lorna Curran pada tahun 1994. Salah satu keunggulan teknik ini adalah
“Siswa mencari pasangan sambil belajar mengenai suatu konsep atau topik
dalam suasana yang menyenangkan”. (Suprijono, 2009: 94)
Penerapan metode ini dimulai dari teknik yaitu siswa disurut
mencari pasangan yang memiliki kartu yang merupakan jawaban/soal dari
kartu yang dimilikinya sebelum batas waktu yang disepakati selesai, siswa
yang dapat mencocokkan kartunya diberi poin.
Model make a match ini bertujuan untuk memperluas wawasan
serta kecermatan siswa dalam menyelami suatu konsep. Sebelum permainan
dimulai, guru menyampaikan tujuan pembelajaran, motivasi belajar, pokok
bahsan, mengorganisasikan siswa, menyampaikan langkah-langkah
permainan, membimbing siswa, dan mengevaluasi hasil serta memberikan
penghargaan bagi siswa yang dapat mencocokkan kartunya sebelum batas
waktu yang ditentukan diberi point.
34
Penggunaan model pembelajaran ini mengikuti langkah-langkah
sebagai berikut (Suprijono, 2009: 94):
a. Guru menyiapkan beberapa kartu yang berisi beberapa konsep atau topik
yang mungkin cocok untuk sesi review (persiapan menjelang tes). Kartu
yang disiapkan sebagian berisi pertanyaan tentang materi yang diajarkan
dan sebagian lagi berisi jawaban dari pertanyaan tersebut.
b. Setiap siswa mendapat satu buah kartu, guru mengocok semua kartu
sehinga akan tercampur antara soal dan jawaban.
c. Setiap siswa mencari pasangan yang mempunyai kartu yang cocok
dengan kartunya. Setiap kelompok menganalisis atau memikirkan
pasangan dari kartu yang didapatkan. Setelah selesai, setiap kelompok
mencari pasangan kartunya dalam waktu yang telah disepakati. Bagi
kelompok yang dapat mencocokkan kartunya sebelum batas waktu
berakhir akan mendapat point, sedangkan jika ada kelompok yan gtidak
dapat menemukan pasangannya dalam waktu yang ditentukan maka akan
memperoleh hukuman yang telah disepakati bersama oleh seluruh siswa.
d. Siswa bergabung dengan dua atau tiga siswa lain yang memegang kartu
yang cocok. Setelah menemukan pasangannya setiap kelompok
bergabung dengan kelompok pasangannya. Setelah batas waktu selesai,
guru mengedek setiap pasangan dalam mencocokkan kartu.
Model pembelajaran make a match ini mempunyai kelebihan dan
kelemahan.
1. Kelebihan model mencari pasangan (make a match) adalah :
35
a) Dapat melatih ketelitian, kecermatan, serta kecepatan.
Diketahui bahwa model ini adalah siswa mencari pasangan dari
kartu yang diperolehnya dalam waktu yang ditetapkan sehingga
siswa harus cermat, tepat dan cepat dalam mencari pasangannya.
b) Lebih banyak ide muncul
Karena dalam skripsi ini model make a match disertai dengan
metode kerja kelompok maka dalam melaksanakan tugasnya siswa
bersama siswa lain bekerja sama dan mengeluarkan ide-ide yang
dimilikinya masing-masing.
c) Lebih banyak tugas yang bisa dilakukan
Siswa bekerja sama dengan siswa lain sehingga tugas yang
diperoleh dari guru dapat dibagi-bagi sehingga tugas yang banyak
pun dapat diselesaikan.
d) Guru mudah memonitor
Ketika siswa melakukan tugasnya memikirkan dan mencari
pasangan soal atau jawaban yang diperolehnya, guru dapat
memonitor dengan mendatangi kelompok siswa yang
membutuhkan bimbingan dari guru satu per satu.
2. Kelemahan model pembelajaran mencari pasangan (make a match)
adalah waktu yang cepat dapat menyebabkan kurangnya konsentrasi
sehingga waktu yang tersedia perlu dibatasi jangan sampai siswa terlalu
banyak bermain-main dalam proses pembelajaran, selain itu juga dapat
36
menimbulkan kegaduhan bagi kelas yang lain sehingga dalam hal ini
guru harus bisa mengontrol kelas sebaik mungkin.
Dengan menggunakan model Make a Match guru dapat melatih
ketelitian, kecermatan, dan kecepatan siswa. Selain itu, siswa dapat
mengerjakan lebih banyak soal. Guru mudah mengontrol kelas kaerna siswa
dibagi dalam kelompok-kelompok. Namun guru juga harus pandai mengatur
waktu agar siswa tidak banyak bermain.
Jadi, dalam pembelajaran dengan menggunakan model Make a
Match guru harus mengatur waktu sedemikian rupa supaya hasil yang dicapai
dapat maksimal.
G. Strategi Pencocokan Kartu Indeks
Salah satu cara yang pasti untuk membuat pembelajaran tetap
melekat dala pikiran adalah dengan mengalokasikan waktu untuk meninjau
kembali apa yang telah dipelajari. Materi yang telah dibahas oleh siswa
cenderung lima kali lebih melekat di dalam pikiran ketimbang materi yang
tidak. Itu karena pembahasan kembali memungkinkan siswa untuk
memikirkan kembali informasi tersebut dan menemukan cara untuk
menyimpannya di dalam otak.
Salah satu strategi untuk mendukung peninjauan kembali adalah
strategi pencocokan kartu indeks. Adapun prosedurnya adalah (Silberman,
2009: 250-251) :
37
a. Pada kartu indeks yang terpisah, tulislah pertanyaan tentang apapun yang
diajarkan di kelas. Buatlah kartu pertanyaan dan beri nomor indeks sesuai
dengan jumlah setengah jumlah siswa
b. Pada kartu yang terpisah, tulislah jawaban atas masing-masing
pertanyaan itu.
c. Campurkan dua kumpulan kartu itu dan kocoklah beberapa kali agar
benar-benar tercampur aduk.
d. Berikan satu kartu untuk satu siswa. Jelaskan bahwa ini merupakan
latihan pencocokan. Sebagian siswa mendapatkan pertanyaan tinjauan
dan sebagian lain mendapatkan kartu jawabannya.
e. Perintahkan siswa untuk mencari kartu pasangan mereka sesuai nomor
indeks.. Bila sudah terbentuk pasangan, perintahkan siswa yang
berpasangan itu untuk mencari tempat duduk bersama.
f. Bila pasangan telah duduk bersama, suruh siswa mengerjakan soal
dengan menuliskan langkah-langkah penyelesaiannya.
g. Pasangan yang paling cepat dan benar penyelesaiannya mendapatkan
point.
h. Ulangi langkah awal, kocok kembali kartu. Jangan sampai siswa
mendapatkan kartu yang sama.
Pada strategi pencocokan kartu indeks siswa harus teliti dan cermat
agar dapat menemukan pasangannya dengan cepat. Siswa saling beradu
kecepatan untuk dapat menemukan pasangan dan menyelesaikan masalah
38
dengan kreatifitasnya. Pasangan yang paling cepat dan benar akan
mendapatkan point dari guru.
Jadi, strategi pencocokan kartu indeks memerlukan ketelitian,
kecermatan, serta kecepatan.
H. Media Kartu Masalah
Media pada praktiknya berfungsi membantu guru dalam mengajar,
murid dalam belajar, harus dipilih sesuai dengan tuntutan yang tercantum
dalam tujuan intruksinya dan bila menggunakan memang dapat membantu
lancarnya proses belajar mengajar bukan menghambatnya. Karena itu dalam
menyusun dan merencanakan satuan pelajaran sebaiknya guru memahami
kekuatan dan kelemahan setiap jenis media dan sumber belajar.
Didalam menentukan pilihan digunakan kriteria – kriteria tertentu,
adapun kreterianya adalah sebagai berikut :
a. Media hendaknya menunjang pengajaran yang sudah ditetapkan.
b. Media hendaknya dapat menurut materi yang dikaji.
c. Disamping kemampuan dan kesiapan siswa penggunaan media juga
harus memperhatikan besar kecilnya kelompok.
d. Media hendaknya dapat dipenuhi perpustakaan atau disediakan oleh guru
yang bersangkutan.
e. Media hendaknya memenuhi persyaratan mutu, teknik
penggunaannya,yang mempengaruhi perlunya media dalam pengajaran
39
matematika adalah untuk membantu sikap positif bagi siswa dalam
mengikuti pelajaran.
Beberapa manfaat praktis dari penggunaan media pengajaran
didalam proses belajar mengajar sebagai berikut :
1) Media pengajaran dapat memperjelas penyajian pesan dan informasi
sehingga dapat memperlancar dan meningkatkan proses dan hasil belajar.
2) Media pengajaran dapat meningkatkan dan mengarahkan perhatian
anak sehingga dapat menimbulkan motivasi belajar, interaksi yang lebih
langsung antara siswa dan lingkungannya, dan kemungkinan siswa untuk
belajar sendiri – sendiri sesuai kemampuan dan minatnya.
3) Media pengajaran dapat mengatasi keterbatasan indera, ruang dan waktu.
Ada beberapa jenis media pembelajaran yang digunakan dalam
proses pembelajaran salah satunya adalah media kartu masalah. Kartu
masalah disini adalah sebuah kartu yang berisi instruksi dari guru kepada
siswa atau masalah-masalah dari siswa. Hal ini dilakukan supaya dapat
memacu kratifitas dalam pembelajaran, menumbuhkan keberanian siswa
dalam menyampaikan pendapatnya serta memacu kemampuan siswa untuk
aktif serta dapat mengetahui sampai mana batas kemampuan masing – masing
siswa dalam mengikuti materi palajaran yang disampaikan, sehingga dapat
menunjang tercapainya tujuan pembelajaran.
Kegunaan kartu masalah sebagai media dalam menerapkan model
pembelajaran, antara lain :
40
a) Merupakan alternatif guru untuk mengarahkan pengajaran sesuai dengan
model pembelajaran yang digunakan sebagai variasi kegiatan belajar
mengajar.
b) Dapat memudahkan penyelesaian tugas perorangan, kelompok atau
klasikal karena siswa dalam menyelesaikan tugas itu sesuai dengan
kecepatannya.
c) Meringankan kerja guru dalam memberikan bantuan perorangan atau
remidi
d) Dapat membangkitkan minat siswa jika kartu soal disusun secara
manarik, sistematis dan mudah digunakan.
I. Model pembelajaran NHT
NHT merupakan pendekatan structural pembelajaran kooperatif
yang telah dikembangkan oleh Spancer Kagen. Meskipun memiliki banyak
persamaan dengan pendekatan yang lain, namun pendekatan ini memberikan
penekanan pada penggunaan struktur tertentu yang dirancang untuk
mempengaruhi pola interaksi. NHT atau penomoran berpikir bersama
merupakan pembelajaran yang melibatkan para siswa dalam menelaah bahan
yang tercakup dalam suatu pelajaran, mengecek atau memeriksa pemahaman
mereka mengenai isi pelajaran tersebut.
Dalam mengajukan pertanyaan kepada seluruh kelas, guru
menggunakan empat fase sebagai sintaks NHT. (Trianto, 2007: 62-63)
41
Fase 1 : Penomoran
Dalam fase ini guru membagi siswa kedalam kelompok 3 hingga 5 orang dan
memberi mereka nomor sehingga tiap siswa dalam tim memiliki nomor yang
berbeda.
Fase II : Mengajukan pertanyaan
Guru mengajukan pertanyaan kepada para siswa, pertanyaan dapat bervariasi
dari yang bersifat spesifik hingga bersifat umum.
Fase III : Berpikir Bersama
Para siswa berpikir bersama untuk menyatukan pendapatnya,
menggambarkan dan meyakinkan bahwa tiap orang mengetahui jawabannya.
Fase IV : Menjawab
Guru memanggil suatu nomor tertentu, kemudian siswa yang nomornya
sesuai mengacungkan tangannya dan mencoba menjawab pertanyaan untuk
seluruh kelas.
Dengan menerapkan model NHT ini siswa dapat saling berinteraksi
dan bekerja sama dalam menelaah bahan yang tercakup pada suatu pelajaran,
mengecek atau memeriksa pemahamam mereka mengenai isi pelajaran. Siswa
juga dapat saling bertukar pendapat dan mampu menghargai pendapat orang
lain.
J. Strategi Bertukar Tempat
Strategi bertukar tempat akan membantu siswa untuk lebih saling
mengenal untuk membangun semangat tim dengan sebuah kelompok yang
42
sudah kenal satu sama lain. Strategi ini juga menyemarakkan lingkungan
belajar aktif dengan memberi kesempatan untuk bergerak secara fisik, berbagi
pendapat dan perasaan secara terbuka, dan mencapai sesuatu yang bisa
mereka banggakan. (Silberman, 2009: 64)
Strategi bertukar tempat ini akan dipadukan dengan model
pembelajaran NHT. Adapun prosedurnya :
a) Bagi siswa menjadi beberapa kelompok kecil 4-5 orang, masing-masing
siswa diberi nomor sehingga tiap siswa dalam kelompok memiliki nomor
yang berbeda.
b) Berikan kartu soal yang berbeda pada setiap siswa dalam satu kelompok
sesuai dengan nomor siswa.
c) Siswa diberi waktu untuk mengerjakan soal dengan kelompok masing-
masing.
d) Siswa bertukar tempat sesuai dengan nomor untuk mendiskusikan soal.
Siswa bernomor satu berkumpul dengan siswa bernomor satu dan
seterusnya.
e) Setelah itu siswa kembali ke kelompok semula.
f) Guru memanggil suatu nomor tertentu, kemudian siswa yang nomornya
sesuai mengacungkan tangannya dan mencoba menjawab pertanyaan
untuk seluruh kelas
Strategi bertukar tempat ini dapat memupuk kerja sama antar siswa
dalam menyelesaikan masalah sehingga dapat terbentuk tim yang solid.
43
K. Tinjauan Materi
Sesuai dengan standar kompetensi mata pelajaran matematika
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) materi pokok Prisma dan
Limas yang diajarkan di SMP/MTs Kelas VIII Semester II.
PRISMA DAN LIMAS
a. Pengertian Prisma dan Limas
Prisma adalah bangun ruang sisi datar yang memiliki sisi-sisi yang
sejajar dan kongruen yang terdiri dari bidang alas dan bidang atas, dan
bidang tegak. Limas adalah bangun ruang yang dibatasi oleh sebuah
segitiga ataupun segi banyak sebagai alas dan beberapa buah bidang
berbentuk segitiga sebagai bidang tegak yang bertemu pada satu titik
puncak. Prisma dan Limas diberi nama berdasarkan bentuk segi-n pada
bidang alasnya. Gambar 2.1 menunjukkan bangun prisma. Gambar 2.1 (i)
adalah prisma segitiga karena alasnya berbentuk segitiga dan diberi nama
prisma ABC.DEF. Gambar 2.1 (ii) dan 2.1 (iii) masing-masing adalah
prisma segiempat dan prisma segienam.
Gambar 2.1
44
Gambar 2.2 adalah bangun ruang limas. Gambar 2.2 (i) adalah
limas segiempat karena alasnya berbentuk segiempat yang diberi nama
Limas T.ABCD. Gambar 2.2 (ii) dan 2.2 (iii) masing-masing adalah limas
segitiga dan limas segienam.
Gambar 2.2
b. Unsur-Unsur pada Prisma
1) Bidang pada Prisma dan Limas
Prisma dan limas memiliki bagian yang membatasi bagian
dalam dan bagian luar yang disebut bidang. Banyaknya sisi prisma
ditentukan berdasarkan bidang alas prisma segi-n tersebut.
Dirumuskan :
Contoh :
Banyaknya sisi prisma segitiga = 3 + 2 = 5
Banyaknya sisi prisma segiempat = 4 + 2 = 6
Banyaknya sisi limas ditentukan berdasarkan bidang alas
limas segi-n tersebut. Dirumuskan :
Banyak sisi prisma segi-n = n + 2
Banyak sisi limas segi-n = n +1
45
Contoh :
Banyaknya sisi limas segitiga = 3 + 1 = 4
Banyaknya sisi limas segiempat = 4 + 1 = 5
2) Rusuk Prisma dan Limas
Bidang-bidang pada suatu prisma dan limas berpotongan
atau bertemu pada suatu garis yang disebut rusuk. Banyaknya rusuk
pada bangun ruang prisma bergantung pada bidang alas prisma segi
tersebut. Dirumuskan :
Contoh :
Banyaknya rusuk prisma segitiga = 3 . 3 = 9
Banyaknya rusuk prisma segiempat = 3 . 4 = 12
Banyaknya rusuk prisma segilima = 3 . 5 = 15
Banyaknya rusuk pada bangun limas juga bergantung pada
bidang alas limas segi-n tersebut. Dirumuskan :
Contoh :
Banyaknya rusuk limas segitiga = 2 . 3 = 6
Banyaknya rusuk limas segiempat = 2 . 4 = 8
Banyaknya rusuk prisma segilima = 2 . 5 = 10
Banyaknya rusuk prisma segi-n = 3n
Banyaknya rusuk limas segi-n = 2n
46
3) Titik Sudut Limas
Banyaknya titik sudut bangun ruang prisma dan limas
bergantung pada bidang alas prisma segi-n tersebut. Dirumuskan :
Contoh :
Banyaknya titik sudut prisma segitiga = 2 . 3 = 6
Banyaknya titik sudut prisma segiempat = 2 . 4 = 8
Banyaknya titik sudut prisma segilima = 2 . 5 = 10
Untuk limas dirumuskan :
Contoh :
Banyaknya titik sudut limas segitiga = 3 + 1 = 4
Banyaknya titik sudut limas segiempat = 4 + 1 = 5
Banyaknya titik sudut limas segilima = 5 + 1 = 6
4) Bidang Diagonal Prisma dan Limas
Gambar 2.3 menunjukkan prisma segienam beraturan
ABCDEF.GHIJKL. Bidang ACJL dibentuk oleh dua pasang garis dan
dua pasang diagonal bidang. Bidang ACJL merupakan bidang
diagonal. Bidang-bidang diagonal prisma berbentuk persegi panjang.
Banyak titik sudut prisma segi-n = 2 n
Banyak titik sudut limas segi-n = n + 1
47
Gambar 2.4 menunjukkan limas segi empat beraturan
T.ABCD. bidang BDT merupakan bidang diagonal. Bidang-bidang
diagonal limas berbentuk segitiga.
c. Jaring-jaring Prisma dan Limas
Jika suatu bangun ruang diiris pada beberapa rusuknya, kemudian
direbahkan sehingga terjadi bangun datar, maka bangun datar tersebut
disebut jaring-jaring.
Gambar 2.5 menunjukkan gambar jaring-jaring prisma segitiga
Gambar 2.5
48
Gambar 2.6 (i) menunjukkan gambar jaring-jaring limas segitiga
dan 2.6 (ii) jaring-jaring limas segi empat.
Gambar 2.6
d. Luas Permukaan Prisma dan Limas
1) Luas Permukaan Prisma
Prisma yang dibahas pada sub pokok materi ini adalah
prisma tegak. Gambar 2.7 (ii) merupakan jaring-jaring prisma tegak
segitiga dari gambar 2.7 (i). karena pada prisma tegak, rusuk-rusuk
tegaknya tegak lurus dengan bidang alas, maka bidang-bidang tegak
prisma berbentuk persegi panjang. Luas permukaan prisma diperoleh
dengan menjumlahkan luas bidang-bidang pada permukaannya, yaitu
sebagai berikut :
Luas permukaan prisma
= luas alas + luas bidang atas + luas bidang – bidang tegaknya
= luas alas + luas alas + z x t + b x t + c x t
= (2 x luas alas) + (a + b + c) x t
= (2 x luas alas) + (keliling alas x tinggi)
49
Gambar 2.7
Jadi, untuk setiap prisma (tegak) berlaku rumus berikut :
Contoh soal :
Alas sebuah prisma berbentuk segitiga siku-siku dengan panjang sisi
masing-masing 9 cm, 12 cm, dan 15 cm. Jika tinggi prisma 10 cm.
Hitunglah luas prisma itu !
Jawab :
Luas permukaan prisma
= (2 x luas alas) + (keliling alas x tinggi)
= 10)15129(1292
12 xxxx
= 108 + 360 = 468 cm.
Jadi, luas permukaan prisma itu 468 cm2.
2) Luas Permukaan Limas
Pada sub pokok materi kali ini akan dibahas limas segi
beraturan, yaitu limas yang alasnya berbentuk segi-n beraturan, dan
bidang-bidang tegaknya berbentuk segitiga sama kaki. Perhatikan
gambar 2,8 berikut ini. Gambar 2.8 (ii) merupakan jaring-jaring limas
Luas permukaan prisma (tegak)= (2 x luas alas) + (keliling alas x tinggi)
50
T.ABC pada gambar 2.8 (i) dari gambar tersebut, luas permukaan
limas tersebut dinyatakan sebagai berikut.
Luas permukaan limas T.ABC
= luas ∆ABC + luas ∆ABT + luas ∆BCT + luas ∆ACT
= luas alas + jumlah luas segitiga bidang tegak
Gambar 2.8
Dengan cara yang sama, maka diperoleh bahwa luas
permukaan segi-n dapat ditentukan dengan menjumlahkan luas alas
dan luas segitiga-segitiga yang merupakan bidang tegaknya.
Jadi, untuk setiap limas berlaku rumus berikut.
Contoh soal :
Alas sebuah limas berbentuk persegi dengan panjang sisi 12 cm dan
tinggi limas tersebut 8 cm. hitunglag panjang TP dan luas permukaan
limas !
Jawab :
Luas permukaan limas= luas alas + jumlah luas segitiga bidang tegak
51
QP =2
1AB = 6 cm. Segitiga TPQ merupakan segitiga siku-siku, jadi :
TP2 = TQ2 + QP2
= 82 + 62
= 64 + 36
= 100
TP = cm10100
Luas permukaan limas = luas alas + 4 x ∆ TBC
= (s x s) + 4 x
xBCxTP
2
1
= (12x12)+4x
1012
2
1xx
= 144 + 240 = 384 cm2
Jadi, luas permukaan limas itu 540 cm2
e. Volume Prisma dan Limas
1) Volume Prisma
Volume prisma dinyatakan dengan rumus :
Volume limas = luas alas x tinggi
atau
V = Lt
52
Contoh soal :
Alas sebuah prisma berbentuk segitiga siku-siku dengan panjang
sisi masing-masing 9 cm, 12 cm, dan 15 cm. jika tinggi prisma 10
cm. hitunglah volume prisma itu !
Jawab :
V = Lt
V = smaxtinggiprigisegitigaxalasxting
2
1
= 540101292
1
xxx
Jadi, volume prisma itu 540 cm3
2) Volume Limas
Rumus volume limas dapat dibuktikan berdasarkan
rumus bangun ruang kubus. Gambar 2.9 menunjukkan suatu kubus
yang panjang rusuknya r dengan keempat diagonal ruangnya
saling berpotongan pada satu titik. Dalam kubus tersebut ternyata
terdapat enam buah limas yang sama. Masing-masing limas
tersebut beralaskan bidang alas kubus dan tingginya setengah
panjang rusuk kubus. Salah satu limas tersebut ditunjukkan pada
gambar 2.9 (ii).
53
Gambar 2.9
Jika volume masing-masing limas pada gambar 2.9 (i)
adalah V, maka volume enam buah limas sama dengan volume kubus,
sehingga diperoleh hubungan berikut ini.
Volume 6 limas = volume kubus
6 V = ( s x s ) x s
= ( s x s ) x2
1s x 2 → s x s = L dan
2
1s = t
= L x t x 2
6 V = 2Lt
V =6
2Lt
V = Lt3
1
Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa untuk setiap
limas berlaku rumus berikut ini
Volume limas = tinggixluasalasx3
1
atau
V = Lt3
1
54
Contoh soal :
Alas sebuah limas berbentuk persegi dengan panjang sisi 12 cm
dan tinggi limas tersebut 8 cm. hitunglah volume limas !
Volume limas = tinggixluasalasx3
1
xtsxsx )(3
1
= 8)1212(3
1xxx
= 384 cm3
L. Kerangka Berpikir
Salah satu tujuan pembelajaran matematika adalah
mengembangkan kemampuan pemecahan masalah. Untuk dapat
mengembangkan kemampuan memecahkan masalah tersebut, seringkali
muncul kesulitan. Kesulitan yang dialami peserta didik diantaranya adalah
peserta didik kurang terlatih dalam mengembangkan ide-idenya. Dalam
memecahkan masalah belum mampu berpikir kritis, serta kurang percaya diri
dalam mengungkapkan pendapat.
Model pembelajaran kooperatif memberi kesempatan kepada siswa
bekerja dalam kelompok-kelompok kecil untuk menyelesaikan atau
memecahkan suatu masalah secara bersama. Para siswa secara individu
membangun kepercayaan diri sehingga akan mengurangi dan menghilangkan
rasa cemas terhadap matematika yang dialami banyak siswa.
55
Salah satu usaha guru untuk mengatasi kesulitan peserta didik
dalam pembelajaran adalah dengan menggunakan model pembelajaran yang
sesuai materinya sehingga menunjang terciptanya kegiatan pembelajaran
yang kondusif dan menarik bagi peserta didik. Model pembelajaran yang
dimaksud adalah model pembelajaran make a match dan model pembelajaran
NHT.
Model pembelajaran make a match dan model pembelajaran NHT
pada penelitian ini merupakan pembelajaran kooperatif berpusat pada peserta
didik. Guru buka pemberi informasi tetapi peserta didik yang mencari
informasi dan membangun pengetahuannya sendiri melalui bantuan guru.
Penerapan pembelajaran matematika dengan model make a match
dengan strategi pencocokan kartu indeks yang diterapkan dapat
meningkatkan keaktifan siswa, kerja sama dalam diskusi dan hasil belajar.
Dengan menerapkan model make a match siswa termotivasi untuk lebih aktif
selama kegiatan pembelajaran serta lebih termotivasi untuk meningkatkan
hasil belajar dan mengemukakan pendapat sendiri.
Pembelajaran kooperatif tipe NHT memberi kesempatan kepada
siswa berprestasi lebih aktif dalam pembelajaran dan sering mengekspresikan
ide, siswa memiliki kesempatan lebih banyak dalam memanfaatkan
pengetahuan dan ketrampilan matematika secara komprehensif dalam
kelompok.
Ketika siswa melakukan kegiatan matematika untuk memecahkan
permasalahan yang diberikan pada kelompoknya, dengan sendirinya akan
56
mendorong potensi mereka untuk melakukan kegiatan matematika pada
tingkat berpikir yang lebih tinggi sehingga pada akhirnya membentuk
intelegensi matematika siswa. Dengan terbentuknya intelegensi matematika
siswa akan berpengaruh pada pencapaian hasil belajar yang meningkat.
Berdasarkan latar belakang masalah dan tujuan dalam skripsi ini,
maka diharapkan dengan digunakannya model pembelajaran make a match
dengan strategi pencocokan kartu indeks dan model pembelajaran NHT
dengan strategi bertukar tempat berbantuan kartu masalah ini hasil belajar
siswa menjadi lebih baik daripada siswa yang diajar menggunakan model
konvensional.
M. HIPOTESIS
Adapun hipotesis dalam penelitian ini adalah :
1) Ha : Terdapat perbedaan hasil belajar antara siswa yang diajar
menggunakan model make a match dengan strategi pencocokan
kartu indeks, dan NHT dengan strategi bertukar tempat berbantu
kartu masalah, serta pembelajaran konvensional pada pokok
bahasan Prisma dan Limas di Mts N 1 Semarang Tahun Ajaran
2010/2011.
Ho : Tidak terdapat perbedaan hasil belajar antara siswa yang diajar
menggunakan model make a match dengan strategi pencocokan
kartu indeks, dan NHT dengan strategi bertukar tempat berbantu
kartu masalah, serta pembelajaran konvensional pada pokok
57
bahasan Prisma dan Limas di Mts N 1 Semarang Tahun Ajaran
2010/2011.
Jika pada hipotesis pertama signifikan, akan dilanjutkan dengan
hipotesis :
2) Ha : Terdapat perbedaan hasil belajar siswa yang diajar menggunakan
model make a match dengan strategi pencocokan kartu indeks
berbantu kartu masalah dan pembelajaran konvensional pada pokok
bahasan Prisma dan Limas di Mts N 1 Semarang Tahun Ajaran
2010/2011.
Ho : Tidak terdapat perbedaan hasil belajar antara siswa yang diajar
menggunakan model make a match dengan strategi pencocokan
kartu indeks berbantu kartu masalah dan pembelajaran
konvensional pada pokok bahasan Prisma dan Limas di Mts N 1
Semarang Tahun Ajaran 2010/2011.
3) Ha : Terdapat perbedaan hasil belajar siswa yang diajar menggunakan
model pembelajaran NHT dengan strategi bertukar tempat berbantu
kartu masalah dan pembelajaran konvensional pada pokok bahasan
Prisma dan Limas di Mts N 1 Semarang Semarang Tahun Ajaran
2010/2011.
Ho : Tidak terdapat perbedaan hasil belajar antara siswa yang diajar
menggunakan model pembelajaran NHT dengan strategi bertukar
tempat berbantu kartu masalah dan pembelajaran konvensional
58
pada pokok bahasan Prisma dan Limas di Mts N 1 Semarang
Tahun Ajaran 2010/2011.
4) Ha : Terdapat perbedaan hasil belajar siswa yang diajar menggunakan
model make a match dengan strategi pencocokan kartu indeks dan
model NHT dengan strategi bertukar tempat berbantu kartu
masalah pada pokok bahasan Prisma dan Limas di Mts N 1
Semarang Tahun Ajaran 2010/2011.
Ho : Tidak terdapat perbedaan hasil belajar antara siswa yang diajar
menggunakan model make a match dengan strategi pencocokan
kartu indeks dan model NHT dengan strategi bertukar tempat
berbantu kartu masalah pada pokok bahasan Prisma dan Limas di
Mts N 1 Semarang Tahun Ajaran 2010/2011.
Hipotesis statistika :
1. Ho = KNM
Ha = Paling sedikit terdapat satu tanda ≠
Jika pada hipotesis pertama signifikan, akan dilanjutkan dengan hipotesis :
2. Ho = KM
Ha = KM
3. Ho = KN
Ha = KN
4. Ho = NM
Ha = NM
59
Keterangan :
M = rata-rata hasil belajar siswa menggunakan model make a match
N = rata-rata hasil belajar siswa menggunakan model NHT
K = rata-rata hasil belajar siswa menggunakan model konvensional
60
BAB III
METODE PENELITIAN
Metode penelitian sangat diperlukan dalam melakukan penelitian
maupun dalam pembuatan laporan penelitian. Hal ini dikarenakan dalam
melakukan penelitian butuh suatu langkah-langkah yang sistematis,
berencana dan mengikuti konsep ilmiah agar hasil dari penelitian dapat
memberikan gambaran yang jelas dan bisa dipertanggungjawabkan.
Metode penelitian adalah cara yang digunakan oleh peneliti
dalam mengumpulkan data penelitiannya (Arikunto, 2006: 160).
Metodelogi penelitian ini meliputi :
1. Metode penentuan subyek penelitian
2. Metode penentuan variabel penelitian
3. Design penelitian
4. Metode pengumpulan data
5. Metode analisis data
A. Metode Penentuan Subyek Penelitian
1) Populasi
Menurut Arikunto (2006: 130) populasi adalah
keseluruhan subjek penelitian. Sesuai dengan pengertian di atas,
maka populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa Kelas VIII
Semester II Mts N 1 Semarang tahun ajaran 2010/2011 di mana
populasi tersebut terdiri dari 5 kelas yaitu kelas VIII A, VIII B,
61
VIII C, VIII D, dan VIII E di mana masing-masing kelas terdiri
dari 37 siswa.
2) Sampel
Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang
diteliti (Arikunto, 2006: 131). Jadi sampel dapat diartikan sebagai
subyek yang dilibatkan langsung dalam penelitian yang dapat
menjadi wakil keseluruhan populasi. Sedangkan teknik
pengambilan sampel disebut teknik sampling. Teknik sampling
yang digunakan dalam penelitian ini adalah simple random
sampling karena pengambilan sampel anggota populasi dilakukan
secara acak tanpa memperhatikan strata dalam populasi itu yaitu
dengan mengambil tiga kelas dari populasi.
Penentuan sampel dari populasi yaitu diambil tiga kelas
secara acak dari empat kelas VIII pada Mts N 1 Semarang. Hal ini
dilakukan dengan pertimbangan bahwa kelas sampel yang diambil
diampu oleh guru yang sama, mendapat materi dengan kurikulum
yang sama, menggunakan buku paket matematika yang sama,
siswa duduk pada tingkat kelas yang sama dan pembagian kelas
tidak ada kelas unggulan. Setelah dipilih, kemudian ditentukan
sebagai kelas kontrol dan kelas eksperimen.
62
B. Metode Penentuan Variabel Penelitian
Variabel penelitian adalah objek penelitian atau apa yang
menjadi titik perhatian suatu penelitian (Arikunto, 2006: 118).
Variabel dalam penelitian ini ada dua, yaitu variabel (perlakuan) dan
variabel respon (variabel tak bebas). Adapun kedua variabel tersebut
adalah :
a) Variabel perlakuan (X) merupakan variabel bebas atau variabel
penyebab (Arikunto, 2006: 119) yaitu variabel yang menjadi
penyebab adanya variabel tak bebas. Variabel perlakuan di sini
adalah model pembelajaran yaitu pembelajaran dengan
menggunakan model pembelajaran make a match dengan strategi
pencocokan kartu indeks dan model pembelajaran NHT dengan
strategi bertukar tempat berbantu kartu masalah dan model
pembelajaran konvensional.
b) Variabel respon (Y) merupakan variabel tidak bebas atau terikat
(Arikunto, 2006: 119). Variabel respon di sini adalah hasil belajar
matematika siswa Kelas VIII Semester II Mts N 1 Semarang Tahun
Ajaran 2010/2011, yaitu :
Y1 : Hasil belajar siswa yang menggunakan model pembelajaran
make a match dengan strategi pencocokan kartu indeks
berbantu kartu masalah.
63
Y2 : Hasil belajar siswa yang menggunakan model pembelajaran
NHT dengan strategi bertukar tempat berbantu kartu
masalah
Y3 : Hasil belajar siswa yang menggunakan model pembelajaran
konvensional.
C. Design Penelitian
Adapun rancangan penelitian ini dapat digunakan sebagai berikut :
Kelompok Treatment Post-test
Eksperimen I X1 Y1
Eksperimen II X2 Y2
Kontrol X3 Y3
Keterangan:
X1 : Pembelajaran matematika dengan model pembelajaran
make a match dengan strategi pencocokan kartu indeks
berbantu kartu masalah
X2 : Pembelajaran matematika dengan model pembelajaran
NHT dengan strategi bertukar tempat berbantu kartu
masalah
X3 : Pembelajaran matematika dengan model pembelajaran
konvensional.
64
Y1 : Hasil belajar siswa yang mendapat pembelajaran
matematika dengan model pembelajaran make a match
dengan strategi pencocokan kartu indeks berbantu kartu
masalah
Y2 : Hasil belajar siswa yang mendapat pembelajaran
matematika dengan model pembelajaran NHT dengan
strategi bertukar tempat berbantu kartu masalah
Y3 : Hasil belajar siswa yang mendapat pembelajaran dengan
model pembelajaran konvensional.
Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen. Adapun
tujuan dari penelitian ini adalah untuk menyelidiki adanya
kemungkinan saling hubungan sebab akibat dengan cara mengenakan
kepada satu atau lebih kelompok eksperimen, satu atau lebih kondisi
perlakuan (treatment) yang kemudian membandingkan hasilnya
dengna satu atau lebih kelompok kontrol yang tidak dikenai kondisi
perlakuan.
Adapun rancangan penelitian yang akan peneliti lakukan :
a) Menentukan subyek penelitian
b) Menentukan kelompok eksperimen dan kelompok kontrol
c) Menguji kenormalan dan kehomogenan kelompok eksperimen dan
kelompok kontrol, sehingga kedua kelompok tersebut benar-benar
berangkat dari kondisi awal yang sama di mana data yang
diperoleh berasal dari nilai raport kelas VII semester II lalu
65
d) Menerapkan model pembelajaran make a match dengan strategi
pencocokan kartu indeks dan model pembelajaran NHT dengan
strategi bertukar tempat berbantu kartu masalah untuk kelompok
eksperimen dan metode konvensionl pada kelompok kontrol.
e) Memberikan tes yang sama pada kedua kelompok pada akhir
pembelajaran di mana instrumen uji coba sebelumnya telah
diujicobakan di kelas uji coba.
f) Data-data yang diperoleh dianalisis dengan statistik yang sesuai.
g) Setelah proses penghitungan selesai peneliti menyusun dan
melaporkan hasil-hasil penelitian.
D. Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini
adalah:
1. Interview (wawancara)
Wawancara dilakukan untuk mendapatkan data yang bersifat
konsultatif. Wawancara dilakukan dengan guru bidang studi yang
bertujuan untuk mendapatkan informasi tentang kondisi siswa serta
materi yang diajarkan. Sehingga pada saat penelitian akan ada
kesamaan langkah penelitian.
2. Metode Dokumentasi
Metode dokumentasi dilaksanakan untuk mendapatkan daftar
nama dan daftar nilai siswa berupa nilai raport pada kelas VII
66
semester II untuk dijadikan dasar analisis data awal untuk mencari
normalitas dan homogenitas sehingga diketahui sampel berangkat
dari populasi yang sama.
3. Metode Tes
Tes merupakan serentetan pertanyaan atau latihan serta alat lain
yang digunakan untuk mengukur ketrampilan, pengetahuan intelegensi,
kemampuan atau bakat yang dimiliki oleh individu atau kelompok
(Arikunto, 2006: 150).
E. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian yang digunakan untuk mengumpulkan
data adalah berupa tes. Penyusunan soal tes tersebut mengacu pada
silabus mata pelajaran matematika pada kurikulum 2006 (KTSP).
Pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan
instrumen yang dibuat berupa tes yang disusun dalam bentuk tes uraian
yang terdiri dari lima butir soal, dimana dalam pemilihan soal harus
memperhatikan:
1) Bahan atau materi yang ditanyakan lebih spesifik.
2) Waktu yang diperlukan untuk menyelesaikan soal relatif lama.
Tes digunakan sebagai alat pengumpul data, sehingga setiap
item dari tes tersebut harus memenuhi persyaratan baik dalam hal daya
pembeda, tingkat kesukaran, validitas dan reliabilitas item soal.
67
a) Validitas Butir Soal
Validitas (Arikunto, 2006: 168) adalah suatu ukuran yang
menunjukkan tingkat kevalidan atau kesahihan suatu instrumen. Instrumen
disebut valid apabila instrumen tersebut mampu mengungkapkan apa yang
hendak diukur secara tepat. Rumus yang digunakan adalah rumus korelasi
product moment.
2222 YYNXXN
YXXYNrxy
Keterangan :
rxy = Koofisien korelasi antara X dan Y
X = Skor butir soal nomor tertentu
Y = Skor total
N = Banyaknya data
Hasil perhitungan kemudian dikonsultasikan dengan harga r kritis
product moment dengan ketentuan rxy > rtabel maka soal dikatakan valid
dengan taraf signifikan = 5%.
Hasil yang diperoleh kemudian diinterpretasikan menurut aturan
sebagai berikut :
0,00 sampai 0,20 korelasi hampir tidak ada
0,21 sampai 0,40 korelasi rendah
0,41 sampai 0,60 korelasi sedang
0,61 sampai 0,80 korelasi tinggi
0,81 sampai 1,00 korelasi sempurna.
68
b) Reliabilitas
Menurut Arikunto (2006: 178) reliabilitas menunjuk pada satu
pengertian bahwa sesuatu instrumen cukup dapat dipercaya untuk
digunakan sebagai alat pengumpul data karena instrumen tersebut sudah
baik.
Rumus yang digunakan untuk mencari reliabilitas adalah dengan
menggunakan rumus Alpha. Rumus yang dimaksud adalah sebagai
berikut:
t
b
k
kr
2
2
11 11
(Arikunto, 2006: 196)
Keterangan :
r11 = reliabilitas instrumen
k = Banyaknya butir pertanyaan atau soal
b2 = Jumlah varians butir
t2 = Varians total
Setelah diperoleh harga koefisien reliabilitas (r11), langkah
selanjutnya adalah mengkonsultasikan harga tersebut dengan tabel r
product moment, jika harga rhitung ≥ rtabel, maka dikatan soal tersebut
reliabel.
Hasil yang diperoleh kemudian diinterpretasikan menurut aturan
sebagai berikut:
69
0,81 ≤ r11 ≤ 1,00 = sangat tinggi
0,61 ≤ r11 ≤ 0,80 = tinggi
0,41 ≤ r11 ≤ 0,60 = cukup
0,21 ≤ r11 ≤ 0,40 = rendah
0,01 ≤ r11 ≤ 0,20 = sangat rendah
c) Taraf Kesukaran
Soal yang baik adalah soal yang tidak terlalu mudah dan tidak
terlalu sukar. Soal yang terlalu mudah tidak merangsang siswa untuk
mempertinggi usaha memecahkannya. Sebaliknya soal yang terlalu sukar
akan menyebabkan siswa menjadi putus asa dan tidak mempunyai
semangat untuk mencoba lagi karena diluar jangkauannya.
Rumus yang digunakan adalah :
JB
BP
Keterangan :
P = Indeks kesukaran
B = Banyaknya siswa yang menjawab soal dengan benar
JB = Jumlah seluruh siswa peserta tes
(Arikunto, 2002: 2008)
Dengan klasifikasi :
Soal dengan P 0,00 sampai 0,30 adalah soal sukar.
Soal dengan P 0,30 sampai 0,70 adalah soal sedang.
Soal dengan P 0,70 sampai 1,00 adalah soal mudah.
70
d) Daya Pembeda
Untuk menghitung pembeda butir soal bentuk uraian digunakan
rumus sebagai berikut :
1
2
2
2
1
nini
XX
MLMHt
(Arikunto, 2006: 309)
Keterangan :
t = Daya beda butir soal
MH = Rata-rata kelompok atas
ML = Rata-rata kelompok bawah
X12 = Jumlah kuadrat deviasi individu dari kelompok atas
X22 = Jumlah kuadrat deviasi individu dari kelompok bawah
Ni = 27% x N
Kemudian harga thitung yang diperoleh dikonsultasikan
dengan harga ttabel dengan dk = 11 nini dan = 5%. Jika
thitung > ttabel maka soal tersebut signifikan.
F. Metode Analisis Data
Pada penelitian ini dilakukan analisis dua kali yaitu awal dan akhir.
1. Analisis awal
a) Uji Normalitas
Untuk mengetahui apakah data skor hasil tes berdistribusi
normal atau tidak, jika berdistribusi normal, maka data siap diambil
71
lebih lanjut dan simpulan akhir dapat dipertanggungjawabkan dengan
menggunakan uji liliefors.
Misalkan kita mempunyai sampel acak dengan hasil
pengamatan x1, x2,..., xn berdasarkan sampel ini akan diuji hipotesis
nol bahwa sampel tersebut berasal dari populasi berdistribusi normal
melawan hipotesis tandingan bahwa distribusi tidak normal.
Untuk pengujian hipotesis nol tersebut kita tempuh prosedur
berikut :
a. Pengamatan x1, x2,..., xn dijadikan bilangan baku z1, z2,..., zn
dengan menggunakan rumuss
xxz i
i
( x dan s masing-masing
merupakan rata-rata dari simpangan baku sampel)
b. Untuk setiap bilangan baku ini dan menggunakan daftar distribusi
normal baku, kemudian dihitung peluang : F(zi) = P(z ≤zi)
c. Selanjutnya dihitung proporsi z1, z2,..., zn yang lebih kecil atau
yang sama dengan zt jika proporsi ini dinyatakan oleh S(zi), maka
n
zyangzzzbanyaknyazS in
i
,...,, 21
d. Hitung selisih F(zi) – S(zi) kemudian tentukan harga mutlaknya.
e. Ambil harga yang paling besar diantara harga-harga mutlak
selisih tersebut.Sebutlah harga terbesar ini adalah L0.
72
Untuk menerima atau menolak hipotesisi nol, maka kita
bandingkan Lo ini dengan nilai L yang diambil dari daftar untuk taraf
nyata yang dipilih. Kriterianya adalah : tolak hipotesis nol bahwa
populasi berdistribusi normal jika Lo yang diperoleh dari data
pengamatan melebihi L dari daftar. Dalam hal lainnya hipotesis nol
diterima. (Sudjana, 2005: 466)
b) Uji Homogenitas Sampel
Untuk mengetahui seragam tidaknya variasi sampel-sampel
yang diambil dari populasi yang sama, maka perlu melakukan
pengujian terhadap kesamaan (homogenitas) beberapa bagian sampel.
Untuk menguji homogenitas sampel digunakan Uji Bartlett, yang
bentuknya sebagai berikut :
Sampel
keDk
dk
1Si
2 Log Si2 dk – log Si
2
1
2
.
.
.
K
n1 – 1
n2 – 1
nk - 1
1
1
1 n
1
1
2 n
1
1
kn
S12
S22
Sk2
Log S12
Log S22
Log Sk2
(n1 – 1) Log S12
(n2 – 1) Log S22
(nk – 1) Log Sk2
Jml 1in
1
1
in
- - 2)1( ki LogSn
73
Di daftar tersebut kita hitung harga-harga yang diperlukan
yaitu:
1.
1
1 22
i
i
n
SnS
2. Harga satuan B dengan rumus :
B = 12 inSLog
Ternyata untuk uji Bartlett digunakan statistika chi kuadrat:
22 110 ii SLognBInx
Dengan In 10 = 2,3026, disebut logaritma asli dari pada bilangan
10. Dengan kriteria X2hitung < X2
tabel, dengan taraf signifikansi 5%,
maka dapat dikatakan homogen.
(Sudjana, 2005: 261)
c) Uji Anova Satu Jalur
Anova (Analysis of Variance) merupakan bagian dari metode
analisis yang tergolong analisis komparatif (perbandingan) lebih dari
dua rata-rata. Tujuan dari uji anova satu jalur ialah untuk
membandingkan lebih dari dua rata-rata. Sedangkan gunanya untuk
menguji kemampuan generalisasi. Maksudnya dari signifikasi hasil
penelitian (anova satu jalur). Jika terbukti berbeda berarti kedua
sampel tersebut dapat digeneralisasikan artinya data sampel dapat
mewakili populasi.
74
Langkah-langkah anova satu jalur :
1. Uji atau asumsikan bahwa data masing-masing dipilih secara
acak.
2. Uji atau asumsikan bahwa data masing-masing berdistribusi
normal.
3. Uji atau asumsikan bahwa data masing-masing homogen.
4. Buat tabel penolong anova sebagai berikut
Tabel penolong anova
Nama
responden
Variabel bebas
1 2 3 .... n
n1 n2 n3 ... nn N
1 2 3 n
1 2 3 ... n
s21 s2
2 s23 ... s2
n
5. Hitung jumlah kuadrat antar kelompok dengan rumus:
JKR =
n
n
nnnn
xxxx
....
....
321
2
321
75
6. Hitung jumlah kuadrat antar kelompok dengan rumus:
JKA =
1
2
1
n
x+
2
2
2
n
x+
3
2
3
n
x+
......
......+
n
n
n
x2
- JKR
7. Hitung jumlah kuadrat dalam kelompok dengan rumus:
JKD = 2x - JKR - JKA
8. Hitung derajat kebebasan rata-rata dengan rumus:
dkrata-rata = 1
9. Hitung derajat kebebasan antar kelompok dengan rumus:
dkA = k – 1
di mana k = banyak kelompok
10. Hitung derajat kebebasan dalam kelompok dengan rumus:
dkD = N – k
di mana N = jumlah seluruh anggota sampel
11. Hitung rata-rata jumlah kuadrat antar kelompok dengan rumus:
RKrata-rata =R
R
dk
JK
12. Hitung rata-rata jumlah kuadrat antar kelompok dengan rumus:
RKA =A
A
dk
JK
13. Hitung rata-rata jumlah kuadrat dalam kelompok dengan rumus:
RKD =D
D
dk
JK
14. Cari Fhitung dengan rumus:
76
Fhitung =D
A
RK
RK
15. Tetapkan taraf signifikansi ()
16. Cari Ftabel dengan rumus:
Ftabel = F(1-) (dkA, dkB)
Dengan menggunakan tabel F didapat Ftabel
17. Masukkanlah semua nilai yang didapat ke dalam tabel anova
berikut:
Tabel Anova
Jumlah
Variasi
Jumlah
kuadrat (JK)dk
Rata-rata
Kuadrat (RK)F
Rata-rata
Antar klmpk
Dalam klmpk
JKR
JKA
JKD
1
dkA
dkD
RKR
RKA
RKD
Fhitung
Jumlah X2 ni
18. Tentukan kriteria pengujiannya yaitu:
Jika Fhitung ≤ Ftabel, maka tidak terdapat perbedaan rata-rata antar
sampel.
19. Bandingkan Fhitung dengan Ftabel
20. Buatlah kesimpulannya.
(Usman, 2006: 151-153)
77
2. Analisis akhir
a) Uji Normalitas
Untuk menguji normalitas sampel digunakan uji kenormalan
dengan uji liliefors. Adapun langkah-langkahnya sebagai berikut:
1. Pengamatan x1, x2, ... xn dijadikan bilangan baku z1, z2, ... zn
dengan menggunakan rumuss
xxz i
i
( x dan s masing-masing
merupakan rata-rata dari simpangan baku sampel)
2. Untuk setiap bilangan baku ini dan menggunakan daftar distribusi
normal baku, kemudian dihitung peluang: F(zi) = P(z ≤zi)
3. Selanjutnya dihitung proporsi z1, z2, ... zn yang lebih kecil atau
yang sama dengan zi jika proporsi ini dinyatakan oleh S(zi), maka
n
zyangzzzbanyaknyazS in
i
,...,, 21
4. Hitung selisih F(zi) - S(zi) kemudian tentukan harga mutlaknya.
5. Ambil harga yang paling besar diantara harga-harga mutlak selisih
tersebut.
Sebutlah harga terbesar ini adalah L0.
Untuk menerima atau menolak hipotesisi nol, maka kita
bandingkan L0 ini dengan nilai L yang diambil dari daftar untuk
taraf nyata yang dipilih. Kriterianya adalah : tolak hipotesis nol
bahwa populasi berdistribusi normal jika L0, yang diperoleh dari
data pengamatan melebihi L dari daftar. Dalam hal lainnya
hipotesis nol diterima. (Sudjana, 2005: 406)
78
b) Uji Anova Satu Jalur
LANGKAH-LANGKAH ANOVA SATU JALUR:
1. Uji atau asumsikan bahwa data masing-masing dipilih secara
acak.
2. Uji atau asumsikan bahwa data masing-masing berdistribusi
normal.
3. Uji atau asumsikan bahwa data masing-masing homogen.
4. Tulis Ha dan Ho dalam bentuk kalimat.
Ha : Terdapat perbedaan hasil belajar antara siswa yang
menggunakan model make a match dengan strategi
pencocokan katu indeks berbantu kartu masalah (M), dan
model NHT dengan strategi bertukar tempat berbantu
kartu masalah (N) maupun model konvensional (K).
Ho: Tidak terdapat perbedaan hasil belajar antara siswa yang
menggunakan model make a match dengan strategi
pencocokan katu indeks berbantu kartu masalah (M), dan
model NHT dengan strategi bertukar tempat berbantu
kartu masalah (N) maupun model konvensional (K).
Tulis Ho dan Ha dalam bentuk statistik.
Ho : M = N = K
Ha : salah satu ada yang ≠
79
5. Buat tabel penolong anova sebagai berikut :
Tabel penolong anova
Nama
responden
Variabel bebas
1 2 3 .... n
n1 n2 n3 ... nn N
1 2 3 n
1 2 3 ... n
s21 s2
2 s23 ... s2
n
6. Hitung jumlah kuadrat antar kelompok dengan rumus:
JKR =
n
n
nnnn
xxxx
....
....
321
2
321
7. Hitung jumlah kuadrat antar kelompok dengan rumus:
JKA =
1
2
1
n
x+
2
2
2
n
x+
3
2
3
n
x+
......
......+
n
n
n
x2
- JKR
8. Hitung jumlah kuadrat dalam kelompok dengan rumus:
JKD = 2x - JKR - JKA
80
9. Hitung derajat kebebasan rata-rata dengan rumus:
dkrata-rata = 1
10. Hitung derajat kebebasan antar kelompok dengan rumus:
dkA = k – 1
di mana k = banyak kelompok
11. Hitung derajat kebebasan dalam kelompok dengan rumus:
DkD = N – k
di mana N = jumlah seluruh anggota sampel
12. Hitung rata-rata jumlah kuadrat antar kelompok dengan rumus:
RKrata-rata =R
R
dk
JK
13. Hitung rata-rata jumlah kuadrat antar kelompok dengan rumus:
RKA =A
A
dk
JK
14. Hitung rata-rata jumlah kuadrat dalam kelompok dengan rumus:
RKD =D
D
dk
JK
15. Cari Fhitung dengan rumus :
Fhitung =D
A
RK
RK
16. Tetapkan taraf signifikansi ()
17. Cari Ftabel dengan rumus:
Ftabel = F(1-) (dkA, dkB)
Dengan menggunakan tabel F didapat Ftabel
81
18. Masukkanlah semua nilai yang didapat ke dalam tabel anova
berikut:
Tabel Anova
Jumlah
Variasi
Jumlah
kuadrat (JK)dk
Rata-rata
Kuadrat (RK)F
Rata-rata
Antar klmpk
Dalam klmpk
JKR
JKA
JKD
1
dkA
dkD
RKR
RKA
RKD
Fhitung
Jumlah X2 ni
19. Tentukan kriteria pengujiannya yaitu :
Jika Fhitung ≤ Ftabel, maka Ho diterima.
20. Bandingkan Fhitung dengan Ftabel
21. Buatlah kesimpulannya.
(Usman, 2006: 151-153)
22. Seandainya ternyata Ho ditolak, maka perhitungan dilanjutkan
agar diketahui pasangan mana yang berbeda dengan
menggunakan uji t (Sudjana, 2005: 304-305).
23. Uji-t
Jika 12 ≠ 2
2, maka rumus yang digunakan adalah sebagai
berikut:
82
2
22
1
21
21
n
s
n
s
xxt
Kriteria pengujian terima Ho jika :
21
2211
ww
twtw < t <
21
2211
ww
twtw dan tolak Ho jika sebaliknya
dengan1
21
1n
sw ,
2
22
2n
sw
t1 = t(1- ½) (n1 – 1) dan t2 = t(1 – ½) (n2 – 1)
derajat kebebasan masing-masing adalah (n1 -1) dan (n2 – 1)
dengan peluang (1 – ½ ). (Sudjana, 2002: 243)
c) Ketuntasan Belajar
Untuk mengetahui keefektifan pembelajaran digunakan kriteria
ketuntasan belajar sebagai berikut:
1. Ketuntasan Belajar Individu (Perorangan)
Ketuntasan belajar siswa baik kelompok kontrol maupun
kelompok eksperimen dapat dirumuskan sebagai berikut:
P = %100seluruhnyamaxnilaijumlah
siswadiperolehyangnilaijumlah
Apabila siswa telah menguasai sekurang-kurangnya 65%
terhadap materi setiap satuan bahasan yang diajukan.
2. Ketuntasan Belajar Klasikal
Di dalam pengukuran tuntas secara klasikal, dikatakan
belajar tuntas dengan rumus:
83
P = %100tesmengikutiyangsiswajumlah
belajartuntasyangsiswajumlah
Apabila sekurang-kurangnya 75% dari siswa berhasil
mencapai tingkat penguatan yang ditetapkan.
84
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Persiapan Penelitian
Sebelum mengadakan penelitian sangat perlu diadakan persiapan
agar hasil yang dicapai benar-benar maksimal. Beberapa persiapan yang
dilakukan sebelum mengadakan penelitian, antara lain:
1. Melakukan observasi awal untuk mengidentifikasi masalah yang
meliputi wawancara dengan guru matematika kelas VIII MTs N 1
Semarang yang meliputi kegiatan pembelajaran di kelas, dan situasi
serta kondisi sekolah.
2. Dengan menggunakan “Cluster random sampling” yaitu secara acak
dipilih tiga kelas dari seluruh siswa kelas VIII MTs N 1 Semarang.
3. Menentukan kelompok kontrol dan kelompok eksperimen secara acak,
terpilih kelas VIII C sebagai kelas kontrol, VIII A dan VIII D sebagai
kelas eksperimen.
4. Mencatat nama-nama siswa kelas VIII A, VIII C, VIII D beserta nilai
ulangan tengah semester genap pada mata pelajaran matematika.
5. Menganalisis data awal yaitu nilai ulangan tengah semester genap mata
pelajaran matematika kelas VIII MTs N 1 Semarang. Kemudian
dianalisis sehingga diperoleh suatu kesimpulan bahwa antara
kelompok eksperimen dan kelompok kontrol memiliki rata-rata yang
sama.
6. Sebelum pembelajaran dilaksanakan, perlu dipersiapkan beberapa
perangkat pengajaran yaitu rencana pembelajaran dengan model Make
a Match, rencana pembelajaran dengan model NHT dan rencana
pembelajaran dengan model konvensional, media kartu masalah,
uraian materi, buku-buku, serta alat-alat penunjang lain.
85
B. Uji Coba Instrumen
1. Pemberian try-out
Try-out dilakukan di MTs N 1 Semarang pada tanggal 19 Mei
2011 yaitu di kelas VIII B dengan jumlah siswa 34 sebagai sampel uji
coba karena mendapat mata pelajaran yang sama dengan siswa yang
menjadi sampel penelitian.
2. Penentuan instrumen.
Hasil uji coba instrumen dianalisis untuk mengetahui validitas,
tingkat kesukaran dan daya pembeda dari tiap-tiap soal serta reliabilitas
dari instrument penelitian.
a. Validitas soal
Perhitungan validitas dapat dilihat pada lampiran 12, setelah rxy
didapatkan kemudian dikonsultasikan dengan rtabel yang didapat
harga kritis r product moment dengan N = 34 untuk taraf signifikan
5% diperoleh rtabel = 0,339.
Untuk selanjutnya hasil tes dari 33 butir soal didapat 16 butir
soal yang valid, hasil analisis validitas dapat dilihat pada tabel 1.
b. Reliabilitas Soal
Perhitungan reliabilitas dapat dilihat pada lampiran 14, dari
hasil perhitungan dengan menggunakan rumus alpha didapat r11 =
0,586. Karena nilai r11 terletak antara 0,41 dan 0,61 (0,41 r11
0,61) maka klasifikasinya sedang.
c. Taraf kesukaran soal
Setelah dilakukan perhitungan indeks kesukaran soal,
terdapat 24 soal yang termasuk kategori mudah, hasila analisis dapat
dilihat pada tabel 1. Untuk perhitungan selengkapnya dapat dilihat
pada lampiran 15.
d. Daya pembeda soal
Setelah dilakuan perhitungan daya pembeda soal terdapat 20
soal dengan daya pembeda tidak signifikan, hasil analisis dapat
86
dilihat pada tabel 1. Perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada
lampiran 16.
Dari hasil uji coba instrument tes dapat disimpulkan, bahwa
jumlah item soal yang kualitasnya memenuhi syarat sesuai dengan
validitas, taraf kesukaran dan daya pembeda ada 16 item soal yang
akan digunakan sebagai instrumen penelitian ini. Sedangkan soal
yang tidak memenuhi syarat ada 17 item. Untuk hasil selengkapnya
dapat dilihat pada lampiran 16.
C. Tahap Pelaksanaan Penelitian
Penelitian dilaksanakan pada tanggal 12-19 Mei 2011 di MTs N 1
Semarang dan diawali dengan menentukan populasi sesuai dengan
rancangan yang telah diambil. Populasi dalam penelitian ini adalah semua
peserta didik kelas VIII MTs N 1 Semarang yang terdiri dari lima kelas yaitu
kelas VIII A, VIII B, VIII C, VIII D, dan VIII E.
Dengan menggunakan teknik cluster random sampling dengan
pengundian terpilih tiga kelas sebagai sampel. Kelas-kelas tersebut adalah
kelas VIII A sebagai kelas eksperimen I, VIII D sebagai kelas eksperimen II
dan VIII C sebagai kelas kontrol dengan total siswa 102. Pokok bahasan
yang diambil dalam penelitian ini adalah materi prisma dan limas. Dalam
penelitian ini diambil beberapa indikator yaitu : Menyebutkan dan
menghitung unsur – unsur kubus, balok, prisma, dan limas: rusuk, bidang
sisi, diagonal bidang, diagonal ruang, bidang diagonal, membuat jarring-
jaring : kubus, balok, prisma, dan limas, menghitung luas permukaan dan
volume kubus, balok, prisma, dan limas.
. Pada kelas eksperimen I diterapkan model make a match dengan
strategi pencocokan kartu indeks, pada kelas eksperimen II diterapkan model
NHT dengan strategi bertukar tempat dan kelas kontrol diterapkan model
konvensional berupa ceramah.
87
D. Analisis Hasil Penelitian
1. Analisis Awal
Data awal yang digunakan dalam analisis berupa nilai ujian
tengah semester genap kelas VIII.
a. Uji Normalitas
Untuk mengetahui normalitas sampel dari populasi
dilakukan dengan menggunakan uji Lilliefors, pada taraf
signifikan 5%. Kriteria dalam uji normalitas ini adalah :
Lo > Ltabel, maka populasi berdistribusi normal
Lo < Ltabel, maka populasi tidak berdistribusi normal
Penyajian dan perhitungan data selengkapnya dapat dilihat
pada lampiran 17, 18, 19, 20, 21, 22.
Tabel 2.1 uji normalitas Data Awal
Kelompok N Lo Ltabel Kesimpulan
A 34 0, 2317 0,1519 Berdistribusi normal
D 34 0, 2286 0,1519 Berdistribusi normal
C 34 0, 1547 0,1519 Berdistribusi normal
Dari tabel di atas terlihat bahwa Lo > Ltabel pada taraf 5%
dan n1= 34, n2 = 34, dan n3 = 34 baik untuk kelompok eksperimen
I, kelompok eksperimen II, dan kelompok kontrol sehingga Ho
ditolak. Hal ini berarti sampel dari kelompok eksperimen I,
kelompok eksperimen II dan kelompok kontrol berdistribusi
normal.
b. Uji Homogenitas
Dari lampiran 23 diperoleh 2 = 0,184, untuk = 5%
dengan dk = 2 didapat 20,95(2) = 5,99. Karena 2
0,95(2) > 2, yaitu
5,99 > 0,184 maka hipotesis Ho : 12 = 2
2 = 32 diterima. Maka
dapat disimpulkan bahwa ketiga kelompok mempunyai varians
yang sama (homogen).
88
2. Analisis Akhir
a. Deskripsi Data Hasil Penelitian
Analisis deskriptif data hasil belajar yang diajar dengan model
pembelajaran make a match, NHT, dan konvensional.
a) Daftar Distribusi Frekuensi
Rentang = 100 – 65 = 35
Banyak kelas = 1 + (3,3) log 35 = 6,09, kita bisa membuat daftar
distribusi dengan banyak kelas 6.
Panjang kelas = 83,56
35tan
kelasbanyak
gren, dari sini kita bisa
ambil panjang kelas 6.
Nilai Evaluasi
Hasil Belajar
Frekuensi
Make a Match NHT Konvensional
65 – 70
71 – 76
77 – 82
83 – 88
89 – 94
95 - 100
2
4
7
3
4
14
4
8
6
6
5
5
9
8
7
4
4
2
Jumlah 34 34 34
b) Diagram Histogram dan Poligon
0
2
4
6
8
10
12
14
64,5 - 70,5 70,5 - 76,5 76,5 - 82,5 82,5 - 88,5 88,5 - 94,5 94,5 - 100
make a match
NHT
Konvensional0
2
4
6
8
10
12
14
64,5 - 70,5 70,5 - 76,5 76,5 - 82,5 82,5 - 88,5 88,5 - 94,5 94,5 - 100
make a match
NHT
Konvensional
89
c) Analisis
Dari diagram histogram dan poligon dapat dilihat bahwa
hasil belajar siswa yang diajar dengan menggunakan model
pembelajaran make a match, NHT, dan konvensional memiliki
nilai yang berbeda. Diagram histogram dan poligon siswa yang
diajar menggunakan model make a match mengalami kenaikan ke
arah kanan, hal ini menunjukkan bahwa nilai siswa yang diberi
model make a match sudah baik. Diagram histogram dan poligon
pada siswa yang diajar dengan menggunakan model NHT
mengalami kenaikan dan penurunan, namun demikian nilai siswa
sudah cukup baik. Sedangkan diagram histogram dan poligon pada
siswa yang diajar dengan menggunakan model konvensional terus
mengalami penurunan ke arah kanan. Hal ini menunjukkan bahwa
nilai siswa yang diberi model konvensional belum cukup baik.
Dari analisis deskriptif diatas dapat disimpulkan bahwa nilai
siswa yang diajar menggunakan model make a match dan NHT lebih
baik dibandingkan nilai siswa yang diajar menggunakan model
konvensional.
b. Uji Normalitas
Untuk mengetahui normalitas sampel dari populasi
dilakukan dengan menggunakan uji Lilliefors, pada taraf signifikan
5%. Kriteria dalam uji normalitas ini adalah :
Lo > Ltabel, maka populasi berdistribusi normal
Lo < Ltabel, maka populasi tidak berdistribusi normal
Penyajian dan perhitungan data selengkapnya dapat dilihat
pada lampiran 25, 26, 27, 28, 29, 30.
90
Tabel 2.2 uji normalitas Data Akhir
Kelompok N Lo Ltabel Kesimpulan
A 34 0,1647 0,1519 Berdistribusi normal
D 34 0,1580 0,1519 Berdistribusi normal
C 34 0,1554 0,1519 Berdistribusi normal
Dari tabel di atas terlihat bahwa kelompok eksperimen I
(Make a Match), kelompok eksperimen II (NHT) dan kelompok
kontrol (Konvensional) diperoleh Lo > Ltabel pada taraf 5% dan n1 =
34, n1 = 34 dan n3 = 34 sehingga Ho ditolak. Hal ini berarti sampel
dari ketiga kelompok tersebut berdistribusi normal.
c. Uji Homogenitas
Dari lampiran 31 diperoleh 2 = 0,444, untuk = 5%
dengan dk = 2 didapat 20,95(2) = 5,99. Karena 2
0,95(2) > 2, yaitu 5,99
> 0,444 maka hipotesis Ho : 12 = 2
2 = 32 diterima. Hal ini berarti
ketiga kelompok mempunyai varians yang sama (homogen).
d. Uji Anova Satu Jalur
Untuk mengetahui ada tidaknya perbedaan hasil belajar
antara siswa yang mendapatkan pembelajaran Make a Match,
pembelajaran NHT, dan pembelajaran Konvensional digunakan Uji
Anova Satu Jalan. Ketentuan pengujian hipotesis : bila harga F hitung
Ftabel maka Ho diterima, dan Ha ditolak.
91
Tabel 2.3 Uji Anava
Sumber
Variasi
Dk JK KT F
Rata-rata 1 700024,51 700024,51
7,494
Antar
Kelompok2 1374,019 687,0095
Dalam
Kelompok
99 9076,471 91,682
Total 102 710475
Dari lampiran 32 didapat F hitung = 7,494. Dengan taraf 5%,
dk pembilang 2 dan dk penyebut 101 diperoleh F table = 3,089.
Ternyata harga F hitung > F table yaitu 7,494 > 3,089 maka Ho
yang diajukan ditolak dan Ha diterima. Karena Ho ditolak maka
kesimpulannya terdapat perbedaan hasil belajar antara siswa yang
mendapatkan pembelajaran Make a Match, pembelajaran NHT, dan
pembelajaran Konvensional pada materi Prisma dan Limas kelas
VIII semester II MTs N 1 Semarang.
Di sini belum diketahui model manakah yang lebih baik
antara siswa yang mendapat pembelajaran Make a Match dengan
Konvensional, pembelajaran NHT dengan Konvensional, atau yang
mendapat pembelajaran Make a Match dengan NHT. Untuk itu
diperlukan pembuktian antar dua sampel tersebut, dengan t-test
(related berpasangan).
Dari lampiran 32 diperoleh analisis data tes hasil belajar
matematika pada kelompok eksperimen 1 dan eksperimen 2 dengan
uji t dan taraf = 0,05 diperoleh thitung=2,275 dan ttabel = 1,67
sehingga thitung>ttabel. Hal ini menyatakan bahwa hasil belajar siswa
yang menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Make a
92
Match (kelompok eksperimen 1) lebih baik dari hasil belajar siswa
yang menggunakan model pembelajaran NHT (kelompok
eksperimen 2).
Analisis data tes hasil belajar matematika pada kelompok
eksperimen 1 dan kelompok kontrol dengan uji t dan taraf = 0,05
diperoleh thitung=4,074 dan ttabel=1,67 sehingga thitung>ttabel. Hal ini
menyatakan bahwa hasil belajar siswa yang menggunakan model
pembelajaran kooperatif tipe Make a Match (kelompok eksperimen I
lebih baik dari hasil belajar siswa yang menggunakan pembelajaran
ekspositori (kelompok kontrol).
Analisis data tes hasil belajar matematika pada kelompok
eksperimen 2 dan kelompok kontrol dengan uji t dan taraf = 0,05
diperoleh thitung=2,089 dan ttabel = 1,67 sehingga thitung>ttabel. Hal ini
menyatakan bahwa hasil belajar siswa yang menggunakan model
pembelajaran kooperatif tipe TAI (kelompok eksperimen 2) lebih
baik dari hasil belajar siswa yang menggunakan pembelajaran
ekspositori (kelompok kontrol).
e. Persentase ketuntasan belajar
Untuk mengetahui berapa banyak siswa yang dapat
menuntaskan belajarnya dapat dilihat pada lampiran 33, 34, 35. Dari
lampiran 33 dapat dilihat bahwa banyaknya siswa dari kelompok
eksperimen I (Make a Match) yang tuntas adalah 32 orang dengan
persentase 94,18 % dan nilai rata-rata 87,5. Dari lampiran 34 dapat
dilihat bahwa banyaknya siswa dari kelompok eksperimen II (NHT)
yang tuntas ada 30 orang dengan persentase 88,2% dan nilai rata-rata
82,5. Sedangkan dari lampiran 35 dapat dilihat bahwa banyaknya
siswa dari kelompok kontrol yang tuntas ada 25 orang dengan
persentase 73,5% dan nilai rata-rata 78,83. Ketiganya mempunyai
kriteria ketuntasan belajar yang sama yaitu ketuntasan secara
individu ≥ 65%.
93
Hal ini menunjukkan bahwa kelompok eksperimen I (Make
a Match) lebih baik dibandingkan dengan kelompok eksperimen II
(NHT) dan kelompok kontrol. Jadi dapat diambil kesimpulan bahwa
“Pembelajaran dengan menggunakan model Make a Match lebih
efektif ditinjau dari ketuntasan belajar siswa secara individu maupun
klasikal pada materi Prisma dan Limas siswa kelas VIII MTs N 1
Semarang.
E. Pembahasan Hasil Penelitian
Berdasarkan analisis data seperti yang telah di uraikan di atas
diketahui bahwa dari uji anova satu jalan diperoleh Fhitung = 7,494
selanjutnya dikonsultasikan dengan kriteria pengujian dengan α = 5% dk
pembilang 2 dan dk penyebut 101 diperoleh F table = 3,089. Ternyata harga
F hitung > F table yaitu 7,494 > 3,089 maka Ho yang diajukan ditolak dan Ha
diterima. Karena Ho ditolak maka kesimpulannya terdapat perbedaan
hasil belajar antara siswa yang mendapatkan pembelajaran Make a Match,
pembelajaran NHT, dan pembelajaran Konvensional pada materi Prisma
dan Limas kelas VIII MTs N 1 Semarang.
Setelah dilakukan pembuktian antar dua sampel dengan t-test
(related berpasangan) dapat ditunjukkan diperoleh analisis data tes hasil
belajar matematika pada kelompok eksperimen 1 dan eksperimen 2 dengan
uji t dan taraf = 0,05 diperoleh thitung=2,275 dan ttabel = 1,67 sehingga
thitung>ttabel. Hal ini menyatakan bahwa hasil belajar siswa yang
menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Make a Match
(kelompok eksperimen 1) lebih baik dari hasil belajar siswa yang
menggunakan model pembelajaran NHT (kelompok eksperimen 2).
Analisis data tes hasil belajar matematika pada kelompok
eksperimen 1 dan kelompok kontrol dengan uji t dan taraf = 0,05
diperoleh thitung=4,074 dan ttabel=1,67 sehingga thitung>ttabel. Hal ini
menyatakan bahwa hasil belajar siswa yang menggunakan model
pembelajaran kooperatif tipe Make a Match (kelompok eksperimen 1)
94
lebih baik dari hasil belajar siswa yang menggunakan pembelajaran
konvensional (kelompok kontrol).
Analisis data tes hasil belajar matematika pada kelompok
eksperimen II dan kelompok kontrol dengan uji t dan taraf = 0,05
diperoleh thitung=2,089 dan ttabel = 1,67 sehingga thitung>ttabel. Hal ini
menyatakan bahwa hasil belajar siswa yang menggunakan model
pembelajaran kooperatif tipe NHT (kelompok eksperimen 2) lebih baik
dari hasil belajar siswa yang menggunakan pembelajaran konvensional
(kelompok kontrol).
Untuk mengetahui berapa banyak siswa yang dapat menuntaskan
belajarnya dapat dilihat pada lampiran 31, 32, dan 33. Dari lampiran 31
dapat dilihat bahwa ketuntasan belajar kelompok eksperimen I (Make a
Match) yaitu 32 orang dengan persentase 94,18% dan nilai rata-rata 87,5,
kelompok eksperimen II (NHT) yang tuntas belajarnya adalah 30 orang
dengan persentase 88,2% dan nilai rata-ratanya 82,5, sedangkan kelompok
kontrol yang tuntas belajarnya adalah 25 orang dengan persentase 73,5%
dan nilai rata-ratanya 78,53. Hal ini menunjukkan bahwa pembelajaran
dengan menggunakan model Make a Match dan NHT lebih efektif
dibandingkan dengan model konvensional ditinjau dari ketuntasan belajar
baik individu maupun klasikal pada siswa kelas VIII semester II MTs N 1
Semarang.
95
BAB V
PENUTUP
A. Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian eksperimen yang telah dilaksanakan
dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan hasil belajar antara siswa
yang mendapat pembelajaran Make a Match, pembelajaran NHT, dan
pembelajaran Konvensional pada materi Prisma dan Limas kelas VIII
semester II MTs N 1 Semarang. Hal ini terbukti pada analisa hasil akhir
dengan uji Anova Satu Jalan yaitu Fhitung = 7,494 dengan α = 5% dk
pembilang 2 dan dk penyebut 101 diperoleh F table = 3,089. Sedangkan
untuk kriteria ketuntasan, kelompok eksperimen juga lebih baik
dibandingkan dengan kelompok kontrol dengan persentase kelompok
eksperimen I 94,118%, kelompok eksperimen II 88,2% dan kelompok
kontrol 73,5%.
Dengan demikian pembelajaran dengan model Make a Match lebih
baik dibandingkan dengan model NHT dan Konvensional.
B. Saran
Dari hasil penelitian, maka saran yang dapat diajukan adalah
sebagai berikut:
1. Perlunya guru dalam setiap pembelajaran matematika mendorong
peningkatan aktivitas, motivasi dan minat belajar siswa.
2. Guru perlu meningkatkan hasil belajar siswa dengan memilih model
pembelajaran yang tepat dan dapat memperlancar kegiatan belajar
mengajar dikelas.
3. Karena pembelajaran dengan model Make a Match dan NHT
memberikan pengaruh yang baik terhadap hasil belajar siswa, maka
hendaknya guru mampu menerapkan pembelajaran dengan model
tersebut dalam proses belajar mengajar.
4. Agar siswa lebih bersemangat saat pembelajaran, hendaknya guru
lebih meningkatkan motivasi yang dimiliki oleh siswa dengan berbagai
96
cara, misalnya cara yang paling sering digunakan adalah pemberian
nilai tambahan untuk siswa yang telah berani mengemukakan
pendapatnya.
97
DAFTAR PUSTAKA
Adinawan, Cholik dan Sugijono. 2008. Matematika 2B untuk SMP Kelas VIIISemester II. Jakarta : Erlangga
Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek.Jakarta : Rineka Cipta.
Dimyati dan Mujiono. 2002. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta : Rineka Cipta.
Djamarah, Syaiful B. 2002. Psikologi Belajar. Jakarta : Grasindo.
Hamalik, Oemar. 2008. Proses Belajar Mengajar. Bandung : Bumi Aksara.
Hudoyo, Herman. 1990. Strategi Belajar Matematika. Malang : IKIP Malang.
L.Silberman, Melvin. 2009. Active Learning : 101 Cara Belajar Siswa Aktif.Bandung : Nusamedia
Purwanto, M. Ngalim. 2006. Psikologi Pendidikan. Bandung : PT. RemajaRosdakarya.
Sudjana, 1996. Metode Statistika. Bandung : Tarsito.
Sudjana, Nana dan Ahmad Rivai. 2007. Media Pengajaran. Bandung : Sinar BaruAlgesindo.
Suprijono, Agus. 2009. Cooperative Learning ( Teori dan Aplikasi PAIKEM ) :Yogyakarta : Pustaka Pelajar.
Slameto. 2003. Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta :Rineka Cipta.