pengaruh model pembelajaran make a match · pdf filejoko susanto, s.pd selaku guru bidang...

111
i PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN MAKE A MATCH DENGAN STRATEGI PENCOCOKAN KARTU INDEKS DAN MODEL PEMBELAJARAN NHT DENGAN STRATEGI BERTUKAR TEMPAT BERBANTU KARTU MASALAH TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA KELAS VIII SEMESTER II POKOK BAHASAN PRISMA DAN LIMAS MTs NEGERI 1 SEMARANG TAHUN AJARAN 2010/2011 SKRIPSI Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Menyelesaikan Studi dan Meraih Gelar Sarjana Pendidikan Matematika di IKIP PGRI Semarang Disusun Oleh: IRNAWATI 07310379 JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA FAKULTAS PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM IKIP PGRI SEMARANG 2011

Upload: donhi

Post on 30-Jan-2018

224 views

Category:

Documents


3 download

TRANSCRIPT

Page 1: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN MAKE A MATCH  · PDF fileJoko Susanto, S.Pd selaku guru bidang studi matematika yang telah membantu dan mengarahkan dalam pelaksanakan penelitian. 8

i

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN MAKE A MATCH DENGANSTRATEGI PENCOCOKAN KARTU INDEKS DAN MODELPEMBELAJARAN NHT DENGAN STRATEGI BERTUKAR

TEMPAT BERBANTU KARTU MASALAH TERHADAPHASIL BELAJAR SISWA KELAS VIII SEMESTER II

POKOK BAHASAN PRISMA DAN LIMASMTs NEGERI 1 SEMARANGTAHUN AJARAN 2010/2011

SKRIPSI

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Menyelesaikan Studi dan MeraihGelar Sarjana Pendidikan Matematika di IKIP PGRI Semarang

Disusun Oleh:

IRNAWATI

07310379

JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA

FAKULTAS PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN

ILMU PENGETAHUAN ALAM

IKIP PGRI SEMARANG

2011

Page 2: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN MAKE A MATCH  · PDF fileJoko Susanto, S.Pd selaku guru bidang studi matematika yang telah membantu dan mengarahkan dalam pelaksanakan penelitian. 8

ii

LEMBAR PERSETUJUAN

Kami selaku Pembimbing I dan Pembimbing II dari mahasiswa IKIP

PGRI Semarang:

Nama : Irnawati

NPM : 07310379

Judul Skripsi : Pengaruh Model Pembelajaran Make A Match dengan Strategi

Pencocokan Kartu Indeks dan Model Pembelajaran NHT dengan

Strategi Bertukar Tempat Berbantu Kartu Masalah Terhadap

Hasil Belajar Siswa Kelas VIII Semester II Pokok Bahasan

Prisma dan Limas MTs N 1 Semarang Tahun Ajaran 2010/2011

Dengan ini menyatakan bahwa rancangan skripsi yang dibuat oleh

mahasiswa tersebut di atas telah disetujui.

Pembimbing I

Drs. Djoko Purnomo, M.M.NIP. 19560727 198303 1002

Pembimbing II

Prof. Dr. Sunandar, M.Pd.NIP. 19620815 198703 1002

Page 3: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN MAKE A MATCH  · PDF fileJoko Susanto, S.Pd selaku guru bidang studi matematika yang telah membantu dan mengarahkan dalam pelaksanakan penelitian. 8

iii

SKRIPSI

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN MAKE A MATCH DENGANSTRATEGI PENCOCOKAN KARTU INDEKS DAN MODELPEMBELAJARAN NHT DENGAN STRATEGI BERTUKAR

TEMPAT BERBANTU KARTU MASALAH TERHADAPHASIL BELAJAR SISWA KELAS VIII SEMESTER II

POKOK BAHASAN PRISMA DAN LIMASMTs NEGERI 1 SEMARANGTAHUN AJARAN 2010/2011

Yang disusun oleh

Irnawati

NPM 07310379

Telah dipertahankan di depan Dewan Penguji

Pada tanggal 30 Juni 2011

Dan dinyatakan telah memenuhi syarat

Dewan Penguji

Ketua Sekretaris

Drs. Nizaruddin, M.Si Drs. Rasiman, M.Pd

NIP.19690826 199403 1 004 NIP.19560218 198603 1 001

Penguji I

Drs. Djoko Purnomo, M.M.NIP. 19560727 198303 1002 (……………………………….)

Penguji IIProf. Dr. Sunandar, M.Pd.NIP. 19620815 198703 1002 (…………………………….…)

Penguji IIIDrs. Wijonarko, M.KomNIP. 19580303 199103 1011 (………………………………)

Page 4: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN MAKE A MATCH  · PDF fileJoko Susanto, S.Pd selaku guru bidang studi matematika yang telah membantu dan mengarahkan dalam pelaksanakan penelitian. 8

iv

MOTTO DAN PERSEMBAHAN

Motto :

Keberuntungan selalu berpihak kepada pemberani ~ John Dryden ~

Delapan puluh persen keberhasilan adalah kehadiran ~ James Allen ~

Jika Anda menginginkan sesuatu yang belum pernah anda miliki,

Anda harus bersedia melakukan sesuatu yang belum pernah Anda lakukan.

~Thomas Jefferson ~

Orang Cina menggunakan dua sapuan kuas untuk menulis kata ‘krisis’. Satu

untuk kata ‘bahaya’ dan yang satu lagi untuk ‘kesempatan’. Dalam

menghadapi suatu krisis, sadarlah akan bahaya yang ada, tapi jangan tutup

mata terhadap kesempatan yang terbuka. ~ John F. Kennedy ~

Page 5: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN MAKE A MATCH  · PDF fileJoko Susanto, S.Pd selaku guru bidang studi matematika yang telah membantu dan mengarahkan dalam pelaksanakan penelitian. 8

v

Persembahan :

“Sesungguhnya setelah kesulitan akan datang kemudahan”

Wahai manusia, setelah lapar ada kenyang, setelah haus ada kepuasan, setelahbegadang ada tidur pulas, dan setelah sakit ada kesembuhan. Setiap yang hilangpasti ketemu, dalam kesesatan akan datang petunjuk, dalam kesulitan adakemudahan, dan setiap kegelapan akan terang benderang.

Sampaikan kabar gembira kepada malam hari bahwa sang fajar pasti datangmengusirnya dari puncak-puncak gunung dan dasar-dasar lembah. Kabarkan jugakepada orang yang dilanda kesusahan bahwa, pertolongan akan datang secepatkelebatan cahaya dan kedipan mata. Kabarkan juga kepada orang yang ditindasbahwa kelembutan dan dekapan hangat akan segera tiba. Saat Anda melihathamparan padang sahara yang seolah memanjang tanpa batas, ketahuilah bahwa dibalik kejauhan itu terdapat kebun yangrimbun penuh hijau dedaunan.

Ketika Anda melihat seutas tali meregang kencang, ketahuilah bahwa, tali itu akansegera putus.Setiap tangisan akan berujung dengan senyuman, ketakutan akanberakhir dengan rasa aman, dan kegelisahan akan sirna oleh kedamaian.

Mereka yang terpaku pada waktu yang terbatas dan pada kondisi yang (mungkin)sangat kelam, umumnya hanya akan merasakan kesusahan, kesengsaraan, dankeputusasaan dalam hidup mereka. Itu, karena mereka hanya menatap dinding-dinding kamar dan pintu-pintu rumah mereka. Padahal, mereka seharusnyamenembuskan pandangan sampai ke belakang tabir dan berpikir lebih jauhtentang hal-hal yang berada di luar pagar rumahnya.

Maka dari itu, jangan pernah merasa terhimpit sejengkalpun, karena setiapkeadaan pasti berubah. Dan sebaik-baik ibadah adalah menanti kemudahandengan sabar. Betapapun, hari demi hari akan terus bergulir, tahun demi tahunakan selalu berganti, malam demi malam pun datang silih berganti. Meskidemikian, yang gaib akan tetap tersembunyi, dan Sang Maha Bijaksana tetap padakeadaan dan segala sifat-Nya. Dan Allah mungkin akan menciptakan sesuatu yangbaru setelah itu semua. Tetapi sesungguhnya, “Setelah kesulitan itu tetap akanmuncul kemudahan”.

Diambil dari La Tahzan, DR. 'Aidh al-Qarni.

Page 6: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN MAKE A MATCH  · PDF fileJoko Susanto, S.Pd selaku guru bidang studi matematika yang telah membantu dan mengarahkan dalam pelaksanakan penelitian. 8

vi

Kupersembahkan untuk :

Ayah&Ibuku yang selalu merawat dan mendidikku hingga sekarang.

Suamiku tercinta “Faisal Abdullah”, yang banyak men-support dan

memberiku banyak dukungan dengan penuh kasih sayang.

Dan kado spesial buat putri mungilku “Nurin Najwa Salsabila”, semoga

kelak berguna sebagai penyemangat di masa yang akan datang.

Page 7: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN MAKE A MATCH  · PDF fileJoko Susanto, S.Pd selaku guru bidang studi matematika yang telah membantu dan mengarahkan dalam pelaksanakan penelitian. 8

vii

KATA PENGANTAR

Alhamdulillahirobbil ‘alamin atas segala hidayah Allah SWT yang

dirahmatkan pada penulis sehingga dapat menyelesaikan penyusunan skripsi yang

berjudul “Pengaruh Model Pembelajaran Make A Match dengan Strategi

Pencocokan Kartu Indeks dan Model Pembelajaran NHT dengan Strategi Bertukar

Tempat Berbantu Kartu Masalah Terhadap Hasil Belajar Siswa Kelas VIII

Semester II Pokok Bahasan Prisma dan Limas MTs N 1 Semarang Tahun Ajaran

2010/2011”.

Tahapan penulis skripsi ini dimulai dari persiapan, perencanaan,

pelaksanaan penelitian sampai menyelesaikan skripsi yang tidak lepas dari

bantuan berbagai pihak secara moral, material, dan spiritual. Sehubungan dengan

hal ini penulis ingin menyampaikan ucapan terimakasih kepada :

1. Muhdi, SH, M.Hum selaku Rektor IKIP PGRI Semarang yang telah berkenan

memberikan kesempatan penulis dalam menyelesaikan program sarjana.

2. Drs. Nizaruddin, M.Si selaku Dekan FPMIPA IKIP PGRI Semarang.

3. Drs. Rasiman, M.Pd selaku ketua program Studi Pendidikan Matematika IKIP

PGRI Semarang.

4. Drs. Djoko Purnomo, M.M selaku pembimbing I yang telah membimbing dan

mengarahkan penulis dalam menyelesaikan skripsi.

5. Prof. Dr. Sunandar, M.Pd selaku pembimbing II yang telah membimbing dan

mengarahkan penulis dalam menyelesaikan skripsi.

6. Drs. Amiruddin Aziz selaku Kepala Sekolah MTS N 1 Semarang yang telah

memberikan ijin melaksanakan penelitian

7. Joko Susanto, S.Pd selaku guru bidang studi matematika yang telah membantu

dan mengarahkan dalam pelaksanakan penelitian.

8. Siswa-siswi MTS N 1 Semarang yang tidak dapat penulis sebutkan satu

persatu yang telah berkenan menjadi respon dalam penelitian.

9. Keluargaku yang telah banyak memberikan bantuan materiil maupun spiritual

sehingga penulis dapat melakukan penelitian.

10. Semua pihak yang telah membantu penulis dalam melakaukan penelitian.

Page 8: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN MAKE A MATCH  · PDF fileJoko Susanto, S.Pd selaku guru bidang studi matematika yang telah membantu dan mengarahkan dalam pelaksanakan penelitian. 8

viii

Penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat dan dapat

memperluas wawasan pembaca terutama dalam bidang pendidikan.

Semarang, Juni 2011

Penulis

Page 9: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN MAKE A MATCH  · PDF fileJoko Susanto, S.Pd selaku guru bidang studi matematika yang telah membantu dan mengarahkan dalam pelaksanakan penelitian. 8

ix

ABSTRAK

IRNAWATI. “Pengaruh Model Pembelajaran Make A Match denganStrategi Pencocokan Kartu Indeks dan Model Pembelajaran NHT dengan StrategiBertukar Tempat Berbantu Kartu Masalah Terhadap Hasil Belajar Siswa KelasVIII Semester II Pokok Bahasan Prisma dan Limas MTs N 1 Semarang TahunAjaran 2010/2011”. Skripsi Semarang Fakultas Pendidikan Matematika dan IlmuPengetahuan Alam IKIP PRGI Semarang, Juni 2011.

Penelitian dilatar belakangi oleh penggunaan model pembelajaran yangkurang tepat dapat menimbulkan kebosanan, kurang dipahami, dan monotonsehingga siswa kurang termotivasi untuk belajar.

Masalah pokoknya adalah apakah terdapat perbedaan antara prestasibelajar siswa dengan model pembelajaran cooperative learning tipe make amatch, NHT, dan konvensional, make a match dengan model konvensional, modelpembelajaran NHT dengan konvensional, model pembelajaran make a matchdengan NHT. Berdasarkan kajian teori yang relevan diajukan hipotesis bahwa adaperbedaan prestasi belajar siswa dengan model pembelajaran cooperative learningtipe make a match dan NHT.

Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalahmetode dokumentasi, metode observasi, dan metode tes. Data pada metodedokumentasi digunakan sebagai data awal dalam pemadanan tiga kelompok yaitukelompok make a match, NHT, dan konvensional. Sebagai analisis awal, ujinormalitas dengan uji liliefors, uji homogenitas dengan uji Bartlett, dan ujikesamaan rata-rata menggunakan ANAVA agar kelas-kelas dalam penelitianberangkat dari titik tolak yang sama.

Dari analisis awal data terlihat bahwa ketiga data berdistribusi normal.Pada analisis tahap akhir dengan uji normalitas dan homogenitas, ketiga databerdistribusi normal. Uji kesamaan rata-rata antara kelas VIII A dan kelas VIII Ddiperoleh hitungtabel tt (yaitu 4,074 > 1,67), maka Ho ditolak. Untuk kelas VIII D

dan VIII C diperoleh hitungtabel tt (yaitu 2,089 > 1,67), maka Ho ditolak. Kelas

VIII A dan VIII D diperoleh hitungtabel tt (yaitu 2,275 > 1,67), maka Ho ditolak.

Kesimpulannya adalah : ada perbedaan antara hasil belajar siswa yangmenggunakan model make a match, NHT, dan konvensional, hasil belajar siswayang menggunakan model make a match dengan konvensional, hasil belajar siswayang menggunakan model NHT dengan konvensional, hasil belajar siswa yangmenggunakan model make a match dengan NHT.

Saran penelitian ini adalah agar para pengajar mampu menerapkanmodel pembelajaran make a match dan NHT berbantu kartu masalah dalam prosesbelajar mengajar. Dalam proses pembelajaran, guru dapat lebih memberikanpengarahan kepada kelompok dan kepada tiap individu yang masih mengalamikesulitan, melibatkan siswa secara aktif dan memotivasi siswa sehingga suasanakelas menjadi lebih tertib, terkendali, dan kondusif.

Page 10: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN MAKE A MATCH  · PDF fileJoko Susanto, S.Pd selaku guru bidang studi matematika yang telah membantu dan mengarahkan dalam pelaksanakan penelitian. 8

x

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL...............................................................................i

LEMBAR PERSETUJUAN....................................................................ii

LEMBAR PENGESAHAN ....................................................................iii

MOTTO DAN PERSEMBAHAN ..........................................................iv

KATA PENGANTAR ............................................................................vii

ABSTRAK ..............................................................................................viii

DAFTAR ISI...........................................................................................x

DAFTAR LAMPIRAN...........................................................................xiii

DAFTAR TABEL...................................................................................xiv

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ...........................................................................1

B. Penegasan Istilah.........................................................................5

C. Rumusan Masalah .......................................................................8

D. Tujuan Penelitian ........................................................................9

E. Manfaat Penelitian ......................................................................10

F. Sistematika Skripsi......................................................................11

BAB II LANDASAAN TEORI DAN HIPOTESIS

A. Pengertian belajar........................................................................13

B. Ciri-ciri belajar ............................................................................14

C. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar .......................16

D. Hasil Belajar................................................................................21

E. Model Pembelajaran Kooperatif .................................................26

F. Model Pembelajaran Make a Match ...........................................33

G. Strategi Pencvocokan Kartu Indeks ............................................36

H. Media Kartu Masalah..................................................................38

I. Model Pembelajaran NHT ..........................................................40

J. Strategi Bertukar Tempat ............................................................41

K. Tinjaun Materi.............................................................................43

L. Kerangka Berfikir........................................................................54

Page 11: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN MAKE A MATCH  · PDF fileJoko Susanto, S.Pd selaku guru bidang studi matematika yang telah membantu dan mengarahkan dalam pelaksanakan penelitian. 8

xi

M. Hipotesis......................................................................................56

BAB III METODE PENELITIAN

A. Metode Penentuan Subjek Penelitian..........................................60

B. Metode Penentuan Variabel Penelitian .......................................62

C. Desain Penelitian.........................................................................63

D. Metode Pengumpulan Data .........................................................65

E. Instrument Penelitian ..................................................................68

F. Metode Analisis Data..................................................................70

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Persiapan Penelitian ....................................................................84

B. Uji Coba Instrumen .....................................................................85

C. Tahap Pelaksanaan Penelitian .....................................................86

D. Analisis Hasil Penelitian .............................................................87

E. Pembahasan Hasil Penelitian ......................................................93

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan .................................................................................95

B. Saran............................................................................................95

DAFTAR PUSTAKA .............................................................................

LAMPIRAN

Page 12: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN MAKE A MATCH  · PDF fileJoko Susanto, S.Pd selaku guru bidang studi matematika yang telah membantu dan mengarahkan dalam pelaksanakan penelitian. 8

xii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Daftar Nama dan Kode Siswa Kelompok Eksperimen I

Lampiran 2. Daftar Nama dan Kode Siswa Kelompok Eksperimen II

Lampiran 3. Daftar Nama dan Kode Siswa Kelompok Kontrol

Lampiran 4. Daftar Nama dan Kode Siswa Kelompok Uji Coba Soal

Lampiran 5. Daftar Nama Kelompok Make a Match

Lampiran 6. Daftar Nama Kelompok NHT

Lampiran 7. Daftar Nilai Uji Coba Tes

Lampiran 8. Daftar Nilai MID Kelompok Eksperimen I

Lampiran 9. Daftar Nilai MID Kelompok Eksperimen II

Lampiran 10. Daftar Nilai MID Kelompok Kontrol

Lampiran 11. Daftar Nilai MID Kelompok Uji Coba Soal

Lampiran 12. Analisis Validitas Uji Coba

Lampiran 13. Analisis Reliabilitas Uji Coba

Lampiran 14. Analisis Taraf Kesukaran Uji Coba

Lampiran 15. Analisis Daya Pembeda Uji Coba

Lampiran 16. Daftar Distribusi Normalitas Sampel Eksperimen I Sebelum

Perlakuan

Lampiran 17. Perhitungan Data Normalitas Kelompok Eksperimen I Sebelum

Perlakuan

Lampiran 18. Daftar Distribusi Normalitas Sampel Eksperimen II Sebelum

Perlakuan

Lampiran 19. Perhitungan Data Normalitas Kelompok Eksperimen II Sebelum

Perlakuan

Lampiran 20. Daftar Distribusi Normalitas Sampel Kontrol Sebelum Perlakuan

Lampiran 21. Perhitungan Data Normalitas Kelompok Kontrol Sebelum

Perlakuan

Lampiran 22. Uji Homogenitas

Lampiran 23. Daftar Nilai Tes Eksperimen I, Eksperimen II, dan Kelas Kontrol

Page 13: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN MAKE A MATCH  · PDF fileJoko Susanto, S.Pd selaku guru bidang studi matematika yang telah membantu dan mengarahkan dalam pelaksanakan penelitian. 8

xiii

Lampiran 24. Daftar Distribusi Normalitas Sampel Eksperimen I Setelah

Perlakuan

Lampiran 25. Perhitungan Data Normalitas Kelompok Eksperimen I Setelah

Perlakuan

Lampiran 26. Daftar Distribusi Normalitas Sampel Eksperimen II Setelah

Perlakuan

Lampiran 27. Perhitungan Data Normalitas Kelompok Eksperimen II Setelah

Perlakuan

Lampiran 28. Daftar Distribusi Normalitas Sampel Kontrol Sebelum Perlakuan

Lampiran 29. Perhitungan Data Normalitas Kelompok Kontrol Setelah Perlakuan

Lampiran 30. Uji Homogenitas

Lampiran 31. Analisis Hasil Tes Belajar Kelompok Eksperimen I

Lampiran 32. Analisis Hasil Tes Belajar Kelompok Eksperimen II

Lampiran 33. Analisis Hasil Tes Belajar Kelompok Kontrol

Lampiran 34. Analisis Akhir

Page 14: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN MAKE A MATCH  · PDF fileJoko Susanto, S.Pd selaku guru bidang studi matematika yang telah membantu dan mengarahkan dalam pelaksanakan penelitian. 8

xiv

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Analisis Soal Hasil Uji Coba

Tabel 2. Daftar XIX(11) Nilai Krisis L Untuk Uji Liliefors

Tabel 3. Daftar F Luas dibawah Lengkungan Normal Standar dari 0 ke z

Tabel 4. Daftar Nilai G Nilai Persentil untuk Distribusi t

Tabel 5. Daftar H Nilai Persentil untuk Distribusi Chi Kuadrat

Tabel 6. Tabel Harga Kritik dari r Product Moment

Page 15: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN MAKE A MATCH  · PDF fileJoko Susanto, S.Pd selaku guru bidang studi matematika yang telah membantu dan mengarahkan dalam pelaksanakan penelitian. 8

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Salah satu upaya meningkatkan mutu pendidikan di sekolah adalah

dengan cara melalui perbaikan proses belajar mengajar. Berbagai konsep dan

wawasan baru tentang proses belajar mengajar di sekolah telah muncul dan

berkembang sesuai pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan teknologi.

Guru sebagai personil yang menduduki posisi strategis dalam rangka

pengembangan sumber daya manusia, dituntut untuk terus mengikuti

perkembangan konsep-konsep baru dalam dunia pendidikan tersebut.

Pelajaran matematika di Sekolah Menengah Pertama merupakan

salah satu mata pelajaran wajib yang harus dikuasai oleh siswa. Pengertian

yang benar tentang konsep-konsep dan prinsip-prinsip matematika sangat

diperlukan siswa untuk membangun penalaran dalam memecahkan berbagai

masalah. Namun masih banyak siswa yang beranggapan bahwa matematika

merupakan mata pelajaran yang sulit bahkan menakutkan. Bertolak dari

anggapan tersebut dapat mempengaruhi mental siswa yang menimbulkan sifat

negatif pada siswa, antara lain siswa enggan untuk mengikuti pelajaran

matematika, takut dan benci jika ada jadwal pelajaran matematika. Bahkan

terkadang kebencian siswa tersebut tidak hanya pada mata pelajarannya saja

tetapi juga pada guru yang mengajar.

Page 16: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN MAKE A MATCH  · PDF fileJoko Susanto, S.Pd selaku guru bidang studi matematika yang telah membantu dan mengarahkan dalam pelaksanakan penelitian. 8

2

Anggapan tersebut biasanya terjadi pada siswa yang memiliki

kemampuan rendah sehingga dalam pemikirannya seolah-olah tidak ada

kemungkinan bahwa dirinya dapat menguasai matematika serta dapat

bersaing dengan siswa yang memiliki kemampuan lebih tinggi. Dan sebagai

akibatnya hasil belajar yang dicapai oleh para siswa tersebut kurang

memuaskan.

Anggapan siswa yang bersifat negatif tersebut bagi seorang guru

jangan dijadikan sebagai suatu hambatan yang permanent dan tidak dapat

dirubah. Tetapi hal tersebut harus dianggap sebagai suatu tantangan yang

harus dihadapi dan diselesaikan agar menjadi lebih baik dari sebelumnya.

Begitu juga sifat dan karakter dari siswa yang beragam tersebut merupakan

sebuah tantangan bagi guru sehingga dalam pelaksanaannya dapat

menyenangkan agar menghasilkan prestasi yang memuaskan pada siswa.

Di sisi lain diberikannya mata pelajaran matematika di Sekolah

Menengan Pertama antara lain agar siswa mampu menghadapi perubahan

keadaan di dunia yang selalu berkembang melalui latihan bertindak atas dasar

pemikiran secara logis, rasional, kritis, jujur dan efektif. Hal ini jelas

merupakan tuntutan yang tidak ringan dan tidak mungkin dapat dicapai

melalui hafalan, latihan soal dan proses pembelajaran biasa.

Keterampilan matematika tidak datang dengan sendirinya tetapi

didasarkan atas pemahaman dan latihan yang cukup sehingga tidak mudah

lupa terhadap konsep-konsep dan teorema-teorema yang telah dipelajari.

Guru sebagai penggerak proses belajar mengajar diharapkan mampu

Page 17: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN MAKE A MATCH  · PDF fileJoko Susanto, S.Pd selaku guru bidang studi matematika yang telah membantu dan mengarahkan dalam pelaksanakan penelitian. 8

3

memantau tingkat kesukaran yang dialami siswa, memberikan motivasi serta

mampu mengarahkan dan mendorong kegiatan belajar siswa.

Menurut Hudoyo (1990: 6) mengajar adalah suatu kegiatan

menyampaikan pengetahuan, pengalaman yang dimiliki kepada peserta didik.

Sedangkan menurut Hamalik (2001: 4) mengajar adalah menyampaikan

pengetahuan kepada peserta didik atau murid di sekolah, dan pengalaman itu

sendiri adalah sumber pengetahuan dan keterampilan, bersifat pendidikan

yang merupakan satu kesatuan di sekitar tujuan murid, pengalaman

pendidikan bersifat kontinu dan interaktif, membantu integrasi pribadi murid.

Jadi mengajar adalah proses penyampaian pengetahuan dan

pengalaman yang dimiliki oleh guru yang berasal dari proses

pembelajarannya kepada peserta didik dengan menciptakan suasana

pembelajaran yang efektif untuk memungkinkan proses belajar dengan

disertai tanggung jawab moral bagi guru.

Untuk menyampaikan pengalaman yang dimiliki kepada peserta

didik seorang guru harus mempunyai strategi pembelajaran. Di dalam strategi

pembelajaran tersebut meliputi model pembelajaran ataupun metode

pembelajaran yang sesuai dengan materi pembelajaran sehingga dapat

mendorong siswa lebih kreatif dan dapat meningkatkan motivasi belajar

siswa. Tetapi kebanyakan seorang guru masih mengidolakan model

pembelajaran konvensional yang cenderung lebih mudah dan tidak

membutuhkan keterampilan khusus bagi guru yang untuk menerapkannya.

Page 18: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN MAKE A MATCH  · PDF fileJoko Susanto, S.Pd selaku guru bidang studi matematika yang telah membantu dan mengarahkan dalam pelaksanakan penelitian. 8

4

Padahal model pembelajaran ini tidak memberikan stimulus kepada siswa

untuk aktif dan kreatif.

Sebenarnya tidak mudah menentukan atau memilih suatu model

dan metode pembelajaran yang tepat dan dapat mendorong siswa agar

mendapatkan hasil belajar yang baik. Dalam proses belajar mengajar tidak

sedikit materi yang disampaikan dengan cara membiarkan siswa hanya

mendengarkan saja yaitu metode ceramah dan sedikit sekali melibatkan

keaktifan siswa.

Dalam hal ini penulis memilih judul yang berkenaan dengan model

make a match disertai strategi pencocokan kartu indeks dan model NHT

dengan strategi bertukar tempat dikarenakan pengalaman penulis yang telah

menempuh pendidikan wajib belajar 12 tahun sebagai siswa yang setiap kali

diajar oleh guru selalu menggunakan model ceramah dan jarang

memanfaatkan keaktifan siswa dalam kelompok. Selain itu juga ditemukan

keragaman masalah sebagai berikut :

1. Siswa jarang mengajukan pertanyaan walaupun guru sering meminta agar

siswa bertanya engenai hal-hal yang belum atau kurang paham.

2. Keaktifan siswa dalam mengerjakan soal-soal latihan pada proses

pembelajaran juga masih kurang.

3. Kurangnya keberaniannya siswa untuk mengerjakan soal di depan kelas.

Dari paparan di atas dapat disimpulkan bahwa alasan pemilihan

judul adalah untuk mengetahui kemampuan siswa dalam memahami dan

Page 19: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN MAKE A MATCH  · PDF fileJoko Susanto, S.Pd selaku guru bidang studi matematika yang telah membantu dan mengarahkan dalam pelaksanakan penelitian. 8

5

memecahkan masalah matematika dalam kelompok kerja pada siswa Sekolah

Menengah Pertama.

Berdasar uraian di atas peneliti memilih judul skripsi “Pengaruh

Model Pembelajaran Make A Match dengan Strategi Pencocokan Kartu

Indeks dan Model Pembelajaran NHT dengan Strategi Bertukar Tempat

Berbantu Kartu Masalah Terhadap Hasil Belajar Siswa Kelas VIII Semester

II Pokok Bahasan Prisma dan Limas Mts N 1 Semarang Tahun Ajaran

2010/2011 ”.

B. Penegasan Istilah

Untuk menghindari penafsiran yang berbeda dan juga memberikan

gambaran yang jelas tentang tujuan penelitian ini maka perlu dijelaskan

beberapa hal penting tentang istilah yang terdapat dalam judul yaitu sebagai

berikut:

1. Pengaruh

Pengaruh adalah daya yang ada atau timbul dari sesuatu (orang,

benda) yang ikut membentuk watak, kepercayaan atau perbuatan

seseorang (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2001: 149).

Jadi pengaruh adalah hasil atau akibat yang timbul karena suatu

stimulus atau rangsangan yang mengakibatkan perubahan terhadap sesuatu

tersebut.

Page 20: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN MAKE A MATCH  · PDF fileJoko Susanto, S.Pd selaku guru bidang studi matematika yang telah membantu dan mengarahkan dalam pelaksanakan penelitian. 8

6

Pengaruh yang dimaksud dalam proposal ini adalah :

a. Perbedaan hasil belajar antara kelompok control dan kelompok

eksperimen.

b. Ketuntasan dalam belajar.

2. Model Pembelajaran Make a Match

Model pembelajaran make a match atau mencari pasangan adalah

model pembelajaran yang merupakan rumpun dari model pembelajaran

kooperatif yang menggunakan kartu-kartu dengan mencocokkan jawaban

dan soal.

3. Strategi pencocokan kartu indeks

Strategi ini merupakan cara aktif dan menyenangkan untuk

meninjau ulang materi pelajaran. Cara ini memungkinkan siswa untuk

berpasangan dan memberi pertanyaan kuis kepada temannya.

(Silberman, 2009: 250)

4. Model pembelajarn NHT

Model pembelajaran NHT adalah pola yang digunakan dalam

pembelajaran Dimana siswa belajar berkelompok yang beranggotakan 3

sampai 5 orang yang heterogen kemapuannya. Setiap siswa dalam satu

kelompok memiliki nomor yang berbeda untuk mengembangkan ide-ide

dan mempertimbangkan jawaban yang paling tepat. (Suprijono, 2009: 92)

5. Strategi bertukar tempat

Strategi ini memungkinkan siswa untuk lebih mengenal,

berbagi pendapat dan membahas gagasan, nilai-nilai atau pemecahan

Page 21: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN MAKE A MATCH  · PDF fileJoko Susanto, S.Pd selaku guru bidang studi matematika yang telah membantu dan mengarahkan dalam pelaksanakan penelitian. 8

7

masalah baru. Ini merupakan cara yang luar biasa bagus untuk

meningkatkan keterbukaan diri atau bertukar pendapat secara aktif.

(Silberman, 2009: 65)

6. Media Kartu Masalah

Kartu soal yang dimaksud adalah kartu yang berisi intruksi dari

guru kepada siswa atau masalah-masalah (soal) dari siswa. Hal ini

dilakukan agar siswa dapat aktif dan kreatif dalam menyelesaikan

masalah melalui praktek penerapan hasil untuk mencapai tujuan belajar.

7. Hasil Belajar

Hasil belajar adalah perubahan perilaku yang diperoleh

pembelajar setelah mengalamai aktifitas belajar. Makin tinggi proses

belajar yang dilakukan oleh siswa, harus makin tinggi pula hasil belajar

yang dicapai. Hasil belajar dikategorikan menjadi tiga ranah antara lain

kognitif (berkenaan dengan hasil belajar intelektual), afektif (berkenaan

dengan sikap) serta psikomotorik (berkenan dengan keterampilan dan

kemampuan bertindak). (Sudjana, 2004: 22-23).

8. Prisma dan limas

Materi pokok prisma dan limas dalam kurikulum yang dipakai

untuk tahun ajaran 2010/2011 (KTSP) adalah salah satu materi pokok

mata pelajaran matematika yang diajarkan pada siswa kelas VIII

Semester II di Mts N 1 Semarang.

Page 22: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN MAKE A MATCH  · PDF fileJoko Susanto, S.Pd selaku guru bidang studi matematika yang telah membantu dan mengarahkan dalam pelaksanakan penelitian. 8

8

Berdasar uraian di atas, maka arti keseluruhan dari “Pengaruh

Model Pembelajaran Make a Match dengan Strategi Pencocokan Kartu

Indeks dan Model NHT dengan Strategi Bertukar Tempat Berbantu Kartu

Masalah Terhadap Hasil Belajar Siswa Kelas VIII Semester II Pokok

Bahasan Prisma dan Limas Mts N 1 Semarang Tahun Ajaran 2010/2011

adalah menerapkan model pembelajaran make a match disertai dengan

strategi pencocokan kartu indeks dan model NHT dengan strategi bertukar

tempat berbantu kartu masalah untuk mengetahui perbedaan hasil siswa

dalam memahami pokok bahasan Prisma dan Limas di Mts N 1 Semarang

Tahun Ajaran 2010/2011.

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian di atas maka rumusan masalah dalam penelitian

ini adalah :

1. Apakah terdapat perbedaan hasil belajar siswa yang diajar menggunakan

model make a match dengan strategi pencocokan kartu indeks, NHT

dengan strategi bertukar tempat berbantu kartu masalah, dan

pembelajaran konvensional pada pokok bahasan Prisma dan Limas di

Mts Mts N 1 Semarang Tahun Ajaran 2010/2011?

2. Apakah terdapat perbedaan hasil belajar siswa yang diajar menggunakan

model make a match dengan strategi pencocokan kartu indeks berbantu

kartu masalah dan pembelajaran konvensional pada pokok bahasan

Prisma dan Limas di Mts N 1 Semarang Tahun Ajaran 2010/2011?

Page 23: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN MAKE A MATCH  · PDF fileJoko Susanto, S.Pd selaku guru bidang studi matematika yang telah membantu dan mengarahkan dalam pelaksanakan penelitian. 8

9

3. Apakah terdapat perbedaan hasil belajar siswa yang diajar menggunakan

model pembelajaran NHT dengan strategi bertukar tempat berbantu kartu

masalah dan pembelajaran konvensional pada pokok bahasan Prisma dan

Limas di Mts N 1 Semarang Tahun Ajaran 2010/2011?

4. Apakah terdapat perbedaan hasil belajar siswa yang diajar menggunakan

model make a match dengan strategi pencocokan kartu indeks dan model

NHT dengan strategi bertukar tempat berbantu kartu masalah pada pokok

bahasan Prisma dan Limas di Mts N 1 Semarang Tahun Ajaran

2010/2011?

D. Tujuan Penelitian

Sesuai permasalahan, tujuan dalam penelitian ini adalah untuk

mengetahui :

1. Adakah perbedaan hasil belajar siswa yang menggunakan model

pembelajaran make a match dengan strategi pencocokan kartu indeks dan

model pembelajaran NHT dengan strategi bertukar tempat berbantu kartu

masalah maupun siswa yang menggunakan pembelajaran konvensional

pada pokok bahasan Prisma dan Limas di Mts Mts N 1 Semarang Tahun

Ajaran 2010/2011.

2. Adakah perbedaan hasil belajar siswa yang menggunakan model

pembelajaran Make a match dengan strategi pencocokan kartu indeks

berbantu kartu masalah dan siswa yang menggunakan pembelajaran

Page 24: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN MAKE A MATCH  · PDF fileJoko Susanto, S.Pd selaku guru bidang studi matematika yang telah membantu dan mengarahkan dalam pelaksanakan penelitian. 8

10

konvensional pada pokok bahasan Prisma dan Limas di Mts Mts N 1

Semarang Tahun Ajaran 2010/2011.

3. Adakah perbedaan hasil belajar siswa yang diajar menggunakan model

pembelajaran NHT dengan strategi bertukar tempat berbantu kartu

masalah dan pembelajaran konvensional pada pokok bahasan Prisma dan

Limas di Mts Mts N 1 Semarang Tahun Ajaran 2010/2011.

4. Adakah perbedaan hasil belajar siswa yang diajar menggunakan model

make a match dengan strategi pencocokan kartu indeks dan model NHT

dengan strategi bertukar tempat berbantu kartu masalah pada pokok

bahasan Prisma dan Limas di Mts Mts N 1 Semarang Tahun Ajaran

2010/2011.

E. Manfaat Penelitian

Adapaun manfaat dari penelitian ini adalah :

1. Manfaat bagi peserta didik

a. Dapat membantu siswa dalam mengatasi kesulitan yang dihadapi pada

pembelajaran matematika sehingga hasil belajar siswa lebih optimal.

b. Mendorong tanggung jawab siswa untuk belajar dan berkomunikasi

(berdiskusi) dengan teman sekelompoknya.

c. Meningkatkan keberanian peserta didik dalam mengemukakan

pendapatnya, mengajukan pertanyaan, menyajikan temuan, dan

memberikan refleksi hasil belajar.

2. Bagi peneliti

Page 25: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN MAKE A MATCH  · PDF fileJoko Susanto, S.Pd selaku guru bidang studi matematika yang telah membantu dan mengarahkan dalam pelaksanakan penelitian. 8

11

a. Dapat menambah wawasan pengetahuan mengenai model

pembelajaran yang tepat digunakan agar diperoleh hasil belajar yang

optimal.

b. Mengetahui kekurangan dan kelemahan diri pada saat mengajar yang

dapat dijadikan acuan untuk memperbaiki diri.

3. Bagi guru

Dengan dilaksanakannya penelitian ini, guru mendapat tambahan

wawasan mengenai variasi strategi belajar mengajar yang dapat digunakan

sebagai salah satu usaha untuk meningkatkan kualitas pembelajaran pada

siswa.

4. Bagi perpustakaan

Dapat dimanfaatkan sebagai referensi bagi penelitian berikutnya.

F. Sistematika Penulisan Skripsi

Untuk penulisan skripsi ini penulis menentukan sistematikanya

terlebih dahulu.

Adapun sistematika yang dimaksud dalam skripsi ini terdiri dari

lima bab di mana BAB I terdiri dari pendahuluan, berisikan tentang alasan

pemilihan judul, penegasan judul, permasalahan, tujuan, manfaat penelitian,

dan sistematika penulisan skripsi.

Lalu BAB II terdiri dari landasan teori, berisikan tentang

pengertian belajar, ciri-ciri belajar, factor-faktor yang mempengaruhi hasil

belajar, hasil belajar, model pembelajaran make a match, strategi pencocokan

Page 26: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN MAKE A MATCH  · PDF fileJoko Susanto, S.Pd selaku guru bidang studi matematika yang telah membantu dan mengarahkan dalam pelaksanakan penelitian. 8

12

kartu indeks, media pembelajaran kartu masalah, model pembelajaran

kooperatif tipe NHT, strategi bertukar tempat, uraian materi tentang prisma

dan limas, kerangka berpikir dan hipotesis.

Sedangkan BAB III berisi tentang metodelogi penelitian. Dalam

melakukan penelitian butuh suatu langkah-langkah yang sistematis,

berencana dan mengikuti konsep ilmiah agar hasil dari penelitian dapat

memberikan gambaran yang jelas dan bisa dipertanggungjawabkan. Dalam

skripsi ini metode penelitian berisikan tentang metode penentuan subyek

penelitian, metode penentuan variabel penelitian, design penelitian, metode

pengumpulan data, menentukan instrument penelitian, dan metode analisis

data.

Pada BAB IV terdiri dari pembahasan hasil penelitian. Setelah

peneliti melakukan penelitian, langkah selanjutnya yaitu membahas hasil

penelitian yang telah dilakukan tersebut di mana pembahasan hasil penelitian

ini berisi tentang pelaksanaan penelitian, laporan data penelitian, dan analisis

hasil penelitian.

Dan bagian akhir dari skripsi ini adalah BAB V berupa penutup, di

mana penutup ini berisikan tentang simpulan dan saran-saran.

Page 27: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN MAKE A MATCH  · PDF fileJoko Susanto, S.Pd selaku guru bidang studi matematika yang telah membantu dan mengarahkan dalam pelaksanakan penelitian. 8

13

BAB II

LANDASAN TEORI DAN HIPOTESIS

A. Pengertian Belajar

Orang dikatakan belajar apabila ada perubahan yang ditunjukkan

dengan bentuk seperti berubahnya pengetahuan, tingkah laku, kebiasaan atau

perubahan pada aspek lain yang lebih baik pada seseorang setelah melakukan

proses belajar.

Gagne (Purwanto, 1990: 84) menyatakan bahwa belajar terjadi bila

suatu stimulus bersama dengan isi ingatan mempengaruhi siswa sedemikian

rupa sehingga pembuatannya (performancenya) berubah dari waktu sebelum

ia mengalami situsi itu ke waktu sesudah ia mengalami situasi tadi.

Seseorang dikatakan belajar apabila ada rangsangan yang diterima

kemudian diolah dan disimpan oleh otak sehinga tingkah lakunya berubah

setelah ia melakukan proses belajar tersebut.

Menurut Suherman, dkk (2001: 199) belajar merupakan

pengembangan pengetahuan baru, ketrampilan dan sikap ketika seorang

individu berinteraksi dengan informasi dan lingkungan. Jadi belajar bisa

terjadi setiap saat yaitu ketika seorang individu berinteraksi dengan informasi

dan lingkungan.

Aktifitas seseorang ketika menonton TV, berbincang-bincang

dengan orang lain, atau bahkan hanya mengamati lingkungan sekitar saja

orang tersebut bisa dikatakan sebagai belajar.

Page 28: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN MAKE A MATCH  · PDF fileJoko Susanto, S.Pd selaku guru bidang studi matematika yang telah membantu dan mengarahkan dalam pelaksanakan penelitian. 8

14

Jadi belajar adalah perubahan tingkah laku seseorang menjadi lebih

baik disebabkan karena dipengaruhi adanya stimulus dan isi ingatan yang

terjadi melalui latihan atau pengalaman seperti berinteraksi dengan

lingkungan yang sifatnya relatif tetap dalam jangka waktu yang lama di

mana perubahan secara fisik tidak termasuk dalam kategori untuk disebut

sebagai belajar.

Dari definisi-definisi yang dikemukakan di atas, dapat

dikemukakan adanya beberapa elemen yang penting yang mencirikan

pengertian tentang belajar yaitu :

a. Belajar merupakan suatu perubahan tingkah laku, di mana perubahan itu

mengarah kepada tingkah laku yang lebih baik.

b. Belajar merupakan suatu perubahan yang terjadi melalui latihan atau

pengalaman ketika berinteraksi dengan lingkungan, dalam arti

perubahan-perubahan yang disebabkan oleh pertumbuhan atau

kematangan tidak dianggap sebagai hasil belajar.

c. Untuk dapat disebut belajar, maka perubahan itu harus relatif mantap

atau tetap, harus merupakan akhir dari suatu periode waktu yang cukup

panjang.

d. Tingkah laku yang mengalami perubahan karena belajar menyangkut

berbagai aspek kepribadian, baik fisik maupun psikis.

B. Ciri-ciri Belajar

Menurut Slameto (2003: 3) ciri-ciri perubahan tingkah laku dalam

Page 29: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN MAKE A MATCH  · PDF fileJoko Susanto, S.Pd selaku guru bidang studi matematika yang telah membantu dan mengarahkan dalam pelaksanakan penelitian. 8

15

pengertian belajar adalah :

1. Perubahan yang terjadi secara sadar

Berarti individu yang belajar akan menyadari terjadinya

perubahan atau sekurang-kurangnya individu yang telah belajar merasakan

telah terjadi adanya suatu perubahan dalam dirinya.

2. Perubahan dalam belajar bersifat fungsional

Menurut Djamarah (2002: 15) perubahan yang terjadi dalam diri

individu yang belajar berlangsung terus menerus dan tidak statis.

Maksudnya, suatu perubahan yang terjadi akan menyebabkan perubahan

berikutnya dan akan berguna bagi kehidupan ataupun proses belajar

berikutnya.

3. Perubahan dalam belajar bersifat positif dan aktif

Perubahan-perubahan yang terjadi pada individu yang belajar itu

selalu ke arah positif, dan tertuju untuk memperoleh suatu yang lebih baik

dari sebelumnya. Maka makin banyak belajar yang dilakukan makin baik

perubahan yang diperoleh. Perubahan yang bersifat aktif artinya bahwa

perubahan itu tidak terjadi dengan sendirinya. Perubahan yang terjadi

merupakan usaha dari individu yang belajar.

4. Perubahan dalam belajar bukan bersifat sementara

Perubahan yang terjadi karena proses belajar bersifat permanent.

Ini berarti bahwa tingkah laku yang terjadi setelah belajar akan bersifat

tetap.

Page 30: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN MAKE A MATCH  · PDF fileJoko Susanto, S.Pd selaku guru bidang studi matematika yang telah membantu dan mengarahkan dalam pelaksanakan penelitian. 8

16

5. Perubahan dalam belajar bertujuan atau terarah

Perubahan tingkah laku dalam belajar terjadi karena ada tujuan

yang dicapai. Perubahan belajar terarah pada perubahan tingkah laku yang

benar-benar disadari.

6. Perubahan mencakup seluruh aspek tingkah laku

Perubahan yang diperoleh seseorang setelah melalui sesuatu

proses belajar mengajar meliputi perubahan keseluruhan tingkah laku. Jika

seorang belajar sesuatu sebagai hasilnya ia akan mengalami perubahan

secara menyeluruh dalam sikap, ketrampilan, pengetahuan dan sebagainya.

Sehingga dapat disimpulkan bahwa seseorang dikatakan telah

belajar apabila seseorang yang melakukan aktivitas belajar dan diakhir dari

aktivitasnya itu telah memperoleh perubahan dalam dirinya dengan memiliki

pengalaman baru. Perubahan yang terjadi akibat belajar adalah perubahan

yang berhubungan dengan aspek kejiwaan dan mempengaruhi tingkah laku.

C. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar

Supaya berhasil dengan tujuannya, siswa yang dalam proses belajar

perlu memperhatikan factor-faktor yang dapat mempengaruhi hasil belajar.

Dalam hal ini jika siswa menginginkan nilai yang diperoleh baik

maka siswa perlu memperhatikan bukan saja cara dan waktu belajar tetapi

juga hal-hal lain yang disebut factor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar

seperti keadaan dan letak strategis sekolah, hubungan dalam keluarga dan

lain-lain.

Page 31: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN MAKE A MATCH  · PDF fileJoko Susanto, S.Pd selaku guru bidang studi matematika yang telah membantu dan mengarahkan dalam pelaksanakan penelitian. 8

17

Faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar menurut Djamarah

(2002: 142) adalah sebagai berikut :

1. Faktor lingkungan

Faktor lingkungan dibedakan antara lain menjadi :

a. Lingkungan alami

Lingkungan alami merupakan kondisi alam yang berpengaruh

terhadap proses dan hasil belajar, seperti kelembaban udara, suhu,

cuaca dan musim yang berlangsung.

b. Lingkungan sosial budaya

Lingkungan sosial menjelaskan keberadaan manusia sebagai

makhluk homo socius. Misalnya hubungan anak dengan orang tua

harmonis, begitu juga hubungan anak dengan guru dan teman,

memungkinkan anak belajar dengan baik karena di samping memberi

dorongan belajar juga menciptakan situasi belajar yang baik.

2. Faktor instrumental

Faktor instrumental adalah factor yang adanya dan penggunaannya

dirancang sesuai dengan hasil belajar yang diharapkan. Faktor

instrumental antara lain :

a. Kurikulum

Kurikulum adalah a plan of learning atau rencana dalam pembelajaran

yang sebelumnya telah diprogramkan.

Page 32: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN MAKE A MATCH  · PDF fileJoko Susanto, S.Pd selaku guru bidang studi matematika yang telah membantu dan mengarahkan dalam pelaksanakan penelitian. 8

18

b. Program pendidikan

Keberhasilan pendidikan di sekolah bergantung dari baik tidaknya

program pendidikan yang dirancang di mana dalam penyusunannya

didasarkan pada potensi sekolah yang tersedia.

c. Sarana dan fasilitas

Gedung sekolah yang strategis, aman dan nyaman, alat pelajaran

yang lengkap, perpustakaan yang memadai merupakan factor

pendukung keberhasilan siswa dalam belajar.

d. Guru

Guru sebagai tenaga pengajar merupakan tenaga pendidik yang

khusus diangkat dengan tugas utama mengajar, melatih, meneliti,

mengembangkan, mengolah dan atau memberikan pelayanan khusus

dalam bidang pendidikan.

3. Kondisi fisiologis

Orang yang sehat jasmaninya akan lebih mudah belajar dibanding

orang yang dalam keadaan lemah jasmaninya. Menurut Noehi Nasution

(Djamarah, 2002: 155) di samping kondisi fisiologis umum yang tidak

kalah penting adalah kondisi panca indera, terutama penglihatan dan

pendengaran. Karena dalam proses belajar hal yang paling mendasar

adalah melihat dan mendengar.

4. Kondisi psikologis

Beberapa factor psikologis yang utama yang dapat mempengaruhi

proses dan hasil belajar adalah :

Page 33: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN MAKE A MATCH  · PDF fileJoko Susanto, S.Pd selaku guru bidang studi matematika yang telah membantu dan mengarahkan dalam pelaksanakan penelitian. 8

19

a) Minat

Menurut Slameto (Djamarah, 2002: 157) minat adalah suatu rasa

lebih suka dan rasa keterikatan pada suatu hal atau aktivitas tanpa ada

yang menyuruh.

Ketika seseorang menyukai sesuatu maka orang itu biasanya

akan melakukan hal tersebut dengan senang hati tanpa ada paksaan.

b) Kecerdasan

Orang yang cerdas akan lebih cepat menguasai pelajaran

dibanding dengan orang yang kurang cerdas, meskipun fasilitas dan

waktu yang digunakan untuk mempelajari materi sama.

c) Bakat

Bakat adalah suatu keadaan sifat-sifat seseorang. Seseorang

yang mempunyai bakat tertentu akan mudah memecahkan masalah

dibandingkan dengan orang yang kurang berbakat.

d) Motivasi

Menurut Nasution (Djamarah, 2002: 166) motivasi adalah

kondisi psikologis yang mendorong seseorang untuk melakukan

sesuatu.

Motivasi sangat penting karena mendorong seseorang untuk

melakukan sesuatu agar tujuan yang diharapkan tercapai dengan baik.

e) Kemampuan kognitif

Kemampuan kognitif adalah kemampuan menalar atau

penalaran yang dimiliki oleh para siswa. Kemampuan penalaran yang

Page 34: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN MAKE A MATCH  · PDF fileJoko Susanto, S.Pd selaku guru bidang studi matematika yang telah membantu dan mengarahkan dalam pelaksanakan penelitian. 8

20

tinggi akan memungkinkan seseorang belajar lebih baik.

Faktor-faktor tersebut di atas menurut Slameto (2003: 54)

diklasifikasikan menjadi 2 yaitu faktor internal dan faktor eksternal.

a. Faktor internal

Faktor internal adalah faktor-faktor yang berasal dari dalam

diri siswa yang mempengaruhi proses dan hasil belajar. Yang

termasuk dalam faktor internal adalah faktor jasmani, faktor

psikologis, dan faktor kelelahan.

b. Faktor Eksternal

Faktor eksternal adalah faktor-faktor dari luar diri siswa yang

mempengaruhi proses dan hasil belajar. Faktor-faktor tersebut

meliputi faktor keluarga, faktor sekolah, faktor masyarakat.

Berdasar uraian di atas, menurut peneliti secara garis besar faktor-

faktor tersebut baik faktor internal maupun eksternal dibagi menjadi 3,

yaitu :

1. Faktor diri siswa

Siswa yang mempunyai bakat, minat, motivasi yang besar

untuk belajar dan mendapatkan hasil belajar yang baik tentu akan

belajar lebih giat dibandingkan dengan siswa yang minat dan

motivasinya rendah.

2. Faktor sekolah

Faktor sekolah yang mempengaruhi belajar mencakup metode

mengajar, kurikulum, relasi guru dan siswa, relasi siswa dengan

Page 35: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN MAKE A MATCH  · PDF fileJoko Susanto, S.Pd selaku guru bidang studi matematika yang telah membantu dan mengarahkan dalam pelaksanakan penelitian. 8

21

siswa, disiplin sekolah, keadaan gedung sekolah.

3. Faktor keluarga dan masyarakat

Keluarga yang harmonis yang memberikan suasana nyaman

belajar di rumah tentu berbeda dengan keluarga broken home dalam

memberikan kenyamanan belajar. Siswa yang hidup di lingkungan

perumahan yang baik tentu akan lebih mudah belajar dibandingkan

siswa yang hidup dan belajar pada daerah lingkungan yang kumuh.

Agar hasil belajar siswa dapat maksimal diperlukan semangat dan

kerja keras siswa. Siswa harus mengoptimalkan kemampuan yang

dimilikinya serta tidak boleh mudah putus asa. Semangat dan kerja keras

siswa tersebut harus didukung oleh lingkungan khususnya keluarga. Guru

tidak dapat mengawasi anak secara penuh karena waktu anak lebih banyak

dihabiskan di rumah daripada di sekolah.

Jadi faktor intern dari diri siswa serta dukungan dari sekolah,

keluarga, maupun masyarakat sangat mempengaruhi proses dan hasil

belajar siswa.

D. Hasil Belajar

Hasil belajar merupakan hasil dari suatu interaksi tindak belajar

dan tindak mengajar. Hasil belajar, untuk sebagian adalah berkat tindak guru.

Pada bagian lain, merupakan peningkatan kemampuan mental siswa. Dari sisi

guru, tindak mengajar diakhiri dengan proses evaluasi hasil belajar, dari sisi

siswa hasil belajar merupakan berakhirnya puncak proses belajar.

Page 36: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN MAKE A MATCH  · PDF fileJoko Susanto, S.Pd selaku guru bidang studi matematika yang telah membantu dan mengarahkan dalam pelaksanakan penelitian. 8

22

Menurut Hamalik (2001: 30) bukti seseorang telah belajar adalah

terjadinya perubahan tingkah laku. Perubahan itu misalnya dari tidak tahu

menjadi tahu, dan dari tidak mengerti menjadi mengerti.

Menurut Benyamin Bloom (Tri Anni, 2006: 5) hasil belajar dapat

dikategorikan menjadi 3 kategori yaitu bidang kognitif (penguasaan

intelektual), bidang afektif, dan bidang psikomotorik.

Berikut ini akan dikemukakan unsur-unsur yang terdapat dalam

ketiga aspek belajar yang dilakukan oleh Bloom:

1. Tipe hasil belajar kognitif

Tipe hasil belajar kognitif dikategorikan menjadi 6, yaitu :

a. Tipe hasil belajar pengetahuan hafalan (knowledge)

Pengetahuan hafalan ini termasuk pengetahuan yang sifatnya

faktual.

b. Tipe hasil belajar pemahaman (comprehention)

Pemahaman memerlukan kemampuan menangkap satu konsep.

c. Tipe hasil belajar penerapan (application)

Aplikasi adalah kemampuan menerapkan dan mengabstraksikan

suatu konsep, ide, rumus, hukum dalam situasi baru.

Dalam aplikasi haruslah ada konsep, teori, hukum rumus yang

digunakan untuk menyelesaikan masalah.

d. Tipe hasil belajar analisis (analisys)

Analisis adalah kemampuan memecah, menguraikan sesuatu yang

Page 37: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN MAKE A MATCH  · PDF fileJoko Susanto, S.Pd selaku guru bidang studi matematika yang telah membantu dan mengarahkan dalam pelaksanakan penelitian. 8

23

integritas (satu kesatuan) menjadi bagian-bagian yang lebih sederhana

sehingga mudah dipahami atau memiliki arti.

e. Tipe hasil belajar sintesis (synthesis)

Pada sintesis kita memandang sebagai kebalikan dari analisa.

Sintesis ini berupa penyusunan konsep-konsep yang sederhana

menjadi unsur-unsur integritas.

f. Tipe hasil belajar evaluasi (evaluation)

Evaluasi merupakan tipe belajar paling tinggi karena memerlukan

semua tipe hasil belajar.

Hasil belajar kognitif merupakan kemampuan siswa dalam

penguasaan intelektual yang berhubungan dengan pemahaman dan

aplikasi. Bidang kognitif mempunyai prosentase yang cukup besar

terhadap penilaian hasil belajar.

2. Tipe hasil belajar afektif

Bidang afektif tercermin pada tingkah laku seperti atensi terhadap

pelajaran, disiplin, menghargai guru dan teman. Bidang ini kurang

mendapat perhatian dari guru, hal ini dikarenakan guru lebih banyak

memberikan tekanan pada bidang kognitif.

Tipe afektif dibagi dalam beberapa tingkatan yaitu :

a. Receiving (attending) yaitu kepekaan menerima rangsangan dari luar.

b. Jawaban (responding) yaitu reaksi yang diberikan seseorang terhadap

stimulus yang datang dari luar

Page 38: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN MAKE A MATCH  · PDF fileJoko Susanto, S.Pd selaku guru bidang studi matematika yang telah membantu dan mengarahkan dalam pelaksanakan penelitian. 8

24

c. Penilaian (valuing) yang berkenaan dengan nilai dan kepercayaan

terhadap stimulus terhadap segala stimulus yang datang dari luar.

d. Organisasi (organization) yaitu pengembangan nilai keadaan system

organisasi termasuk menentukan hubungan satu nilai dengan yang

lain.

e. Karakteristik (characteristic) atau internalisasi nilai yaitu keterpaduan

dari semua system yang telah dimiliki seorang yang mempengaruhi

pola kepribadian dan tingkah laku.

Hasil belajar afektif lebih mengarah pada tingkah laku siswa. Guru

dapat mengamati secara langsung dari respon yang siswa terhadap

stimulus yang diberikan, respon setiap siswa pasti berbeda sehingga guru

dapat membedakan karakteristik siswa.

3. Tipe hasil belajar psikomotorik

Hasil belajar psikomotorik tampak dalam bentuk-bentuk

keterampilan skill, kemampuan bertindak seseorang.

Ada 6 tingkatan keterampilan psikomotorik yaitu :

1. Gerak reflek (gerak tidak sadar)

2. Kemampuan melakukan gerak sadar

3. Kemampuan perseptial

4. Kemampuan bidang fisik

5. Gerakan-gerakan dari sederhana sampai dengan kompleks

6. Kemampuan yang berkenaan dengan non decurcive komunikasi gejala

ekspresif.

Page 39: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN MAKE A MATCH  · PDF fileJoko Susanto, S.Pd selaku guru bidang studi matematika yang telah membantu dan mengarahkan dalam pelaksanakan penelitian. 8

25

Hasil belajar psikomotorik dapat dilihat dari keterampilan ( skill )

siswa dalam menyelesaikan suatu permasalahan. Antara siswa yang aktif

dan siswa yang pasif dapat mudah dibedakan. Siswa yang aktif

mempunyai kreatifitas dalam menyelesaikan masalah dan tidak mudah

putus asa, sedangkan siswa yang pasif cenderung lebih banyak diam.

Keenam kemampuan tersebut sebenarnya tidak berdiri sendiri

tetapi selalu berhubungan satu dengan yang lain bahkan ada kebersamaan.

Tingkah laku manusia terdiri dari sejumlah aspek. Jika seseorang

telah melakukan perbuatan belajar maka akan terlihat terjadinya perubahan

dalam salah satu aspek tingkah laku atau beberapa aspek berikut yaitu

pengetahuan, pengertian, kebiasaan, keterampilan, apresiasi, emosional,

hubungan sosial, jasmani, etis atau budi pekerti, dan sikap.

Jadi, belajar merupakan proses terjadinya perubahan tingkah laku

yang disebabkan karena adanya pengalaman atau pengetahuan, dan dapat

diketahui setelah seseorang melakukan suatu kegiatan. Kegiatan yang

dilakukan dapat dilihat dari berbagai aspek. Aspek kognitif dapat dilihat

dari bertambahnya pengetahuan serta pemahaman dalam menganalisa

suatu masalah. Dari aspek afektif dapat dilihat dengan adanya perubahan

tingkah laku, menjadi lebih disiplin dan tanggap dalam merespon stimulus

yang diberikan. Sedangkan aspek psikomotorik dapat dilihat dari

keterampilan ( skill ) dalam menyelesaikan suatu permasalahan. Selama

proses belajar aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik akan terus

berkembang dari sebelumnya.

Page 40: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN MAKE A MATCH  · PDF fileJoko Susanto, S.Pd selaku guru bidang studi matematika yang telah membantu dan mengarahkan dalam pelaksanakan penelitian. 8

26

E. Model Pembelajaran Kooperatif

1. Model Pembelajaran

Pemilihan model dan metode pengajaran menyangkut strategi

dalam pembelajaran. Strategi pembelajaran adalah perencanaan dan

tindakan yang tepat dan cermat mengenai kegiatan pembelajaran agar

kompetensi dasar dan indicator pembelajaran dapat tercapai.

Pembelajaran adalah upaya menciptakan iklim dan pelayanan

terhadap kemampuan, potensi, minat, bakat dan kebutuhan peserta didik

yang beraneka ragam agar terjadi interaksi optimal antara guru dengan

siswa serta siswa dengan siswa (Suprijono, 2009: 28).

2. Pembelajaran Kooperatif

Pembelajaran kooperatif mencakup suatu kelompok kecil siswa

yang bekerja sebagai sebuah tim untuk menyelesaikan sebuah masalah,

menyelesaikan suatu tugas, atau mengerjakan sesuatu untuk mencapai

tujuan bersma lainya. (Suprijono, 2009: 54)

Pembelajaran Kooperatif atau cooperative learning merupakan

model pembelajaran di mana peserta didik bekerja sama dalam kelompok

kecil dan saling membantu dalam belajar. Dalam pembelajaran

kooperatif peserta didik ditempatkan dalam satu kelompok dalam

beberapa minggu atau bulan. Peserta didik dilatih dapat bekerja sama

dengan baik, berani mengajukan pertanyaan, dapat bertukar pengetahuan

dengan baik dan membangun kepercayaan diri.

Page 41: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN MAKE A MATCH  · PDF fileJoko Susanto, S.Pd selaku guru bidang studi matematika yang telah membantu dan mengarahkan dalam pelaksanakan penelitian. 8

27

a. Karakteristik Pembelajaran Kooperatif

Pembelajaran kooperatif di kategorikan menjadi enam

karakteristik, yaitu :

1) Tujuan Kelompok

Tujuan kelompok dalam pembelajaran kooperatif ini adalah

pembelajaran tim siswa , dimana tim harus mampu memenuhi

kriteria yang telah ditentukan sebelumnya agar mencapai

keberhasilan.

2) Tanggung Jawab Individual

Tanggung jawab individual merupakan sesuatu yang harus

dimiliki setiap anggota dalam kelompok. Terwujudnya

keberhasilan sangat ditentukan oleh anggota.

3) Kesempatan Sukses yang Sama

Karakteristik dari metode pembelajaran tim siswa adalah

penggunaan metode skor yang memastikan semua peserta

didik mendapat kesempatan yang sama untuk kemajuan dalam

timnya.

4) Kompetisi Tim

Kompetisi tim dalam kooperatif bukan merupakan

persaingan dalam hal negatif melainkan kompetisi sebagai

sarana untuk memotivasi peserta didik untuk bekerja sama

dengan anggota timnya.

Page 42: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN MAKE A MATCH  · PDF fileJoko Susanto, S.Pd selaku guru bidang studi matematika yang telah membantu dan mengarahkan dalam pelaksanakan penelitian. 8

28

5) Spesialisasi Tugas

Spesialisasi tugas adalah untuk melaksakan dan

bertanggung jawab terhadap subtugas yang telah menjadi

bagianya.

6) Adaptasi terhadap Kebutuhan Kelompok

Merupakan metode yang mempercepat langkah kelompok,

tetapi ada juga yang mengadaptasi terhadap kebutuhan

individual.

b. Keuntungan Menggunakan Pembelajaran Kooperatif

Keuntungan yang diperoleh dari aktivitas pebelajaran

kooperatif antara lain :

1. Mengurangi Kecemasan, seperti :

a) Menghilangkan perasaan tertekan dan panik.

b) Menggantikan bentuk persaingan dengan saling kerja sama.

c) Melibatkan peserta didik untuk aktif dalam proses belajar.

d) Menciptakan suasana kelas yang lebih rileks dan tidak terlalu

resmi.

e) Tidak adanya hambatan seperti rasa malu dan kurang percaya

diri, karena bekerja didalam kelompok

2. Belajar melalui komunikasi

a) Peserta didik dapat belajar dengan berbicara dan

mendengarkan satu dengan yang lainya.

Page 43: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN MAKE A MATCH  · PDF fileJoko Susanto, S.Pd selaku guru bidang studi matematika yang telah membantu dan mengarahkan dalam pelaksanakan penelitian. 8

29

b) Peserta didik dapat berdiskusi, berdebat, adu gagasan, konsep

dan keahlilan sampai benar – benar memahaminya.

c) Mereka memiliki rasa peduli, rasa tanggung jawab terhadap

teman lain dalam proses belajarnya.

d) Mereka dapat menghargai perbedaan etnik, perbedaan tingkat

kemampuan dan cacat fisik.

Dengan pembelajaran kooperatif, peserta didik dapat belajar

bersama, saling membantu, berani mengeluarkan ide, dapat

memecahkan masalah melalui diskusi, dapat menjelaskan dan

mengajukan pertanyaan dalam kelompoknya.

c. Unsur – unsur Pembelajaran Kooperatif

Untuk mencapai hasil yang maksimal, ada lima unsur

model pembelajaran kooperatif yang harus diterapkann,

diantaranya (Suprijono, 2009: 58) :

1) Saling Ketergantungan Positif

Adanya keberhasilan suatu kerja kelompok adalah

tergantung usaha setiap anggotanya. Di dalam model

pembelajaran kooperatif semua anggota tidak bias bekerja

senidri, melainkan harus ada ketergantungan yang posotif.

Misalnya dalam memecahkan masalah, setiap anggota kelompok

tidak bisa bekerja sendirian antar anggota harus ada

ketergantungan positif anatar anggota kelompok yaitu untuk

menyumbangkan ide dan gagasan.

Page 44: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN MAKE A MATCH  · PDF fileJoko Susanto, S.Pd selaku guru bidang studi matematika yang telah membantu dan mengarahkan dalam pelaksanakan penelitian. 8

30

2) Tanggung Jawab Perseorangan

Dalam model pembelajaran kooperatif, setiap anggota

memilikii tanggung jawab individu yaitu mempelajari dan

memahami satu topik teretntu. Kemudian setiap angota

bertanggung jawab pula untuk menjelaskan topik tersebut

kapada para anggota yang lain sampai para anggota merasa

paham dengan penjelasan dari masing–masing anggota.

3) Tatap Muka

Dalam kegiatan diskusi tentunya para anggota kelompok

harus bertatap muka langsung dengan para anggota. Para

anggota kelompok perlu diberi kesempatan untuk saling

mengenal dan menerima satu sama lain dalam kegiatan tatap

muka dan interaksi pribadi. Kegiatan interaksi tersebut

memberikan keuntungan semua anggota. Karena dari kegiatan

interaksi akan menghasilkan hasil pemikiran yang jauh lebih

baik dari pada hasil pemikiran yang dikerjakan satu orang saja.

4) Komunikasi Antar Anggota

Keberhasilan hasil kerja kelompok tergantung pada

komunikasi yang dilakukan anggota kelompok, yaitu berbicara,

mendengarkan dan mengutarakan pendapat. Karena komunikasi

yang baik akan menghasilkan gagasan yang segar. Gagasan

segar yang muncul bukan dari satu anggota saja melainkan

berdasarkan hasil dari pemikiran bersama, yang dikarenakan

Page 45: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN MAKE A MATCH  · PDF fileJoko Susanto, S.Pd selaku guru bidang studi matematika yang telah membantu dan mengarahkan dalam pelaksanakan penelitian. 8

31

adanya komunikasi antar kelompok yang baik. Tetapi tidak

semua peserta didik mempunyai ketrampilan berkomunikasi

tersebut dengan baik. Oleh karena itu perlu adanya bimbingan

dari guru kepada peserta didik untuk memberitahu cara

berkomunikasi yang baik dan cara mengutarakan pendapat agar

tidak menyinggung anggota lain.

5) Evaluasi Proses Kelompok

Mengevaluasi merupakan tugas seorang pendidik atau

guru. Perlu adanya waktu yang khusus bagi pendidik untuk

mengadakan evaluasi terhadap proses kerja kelompok dan hasil

kerja kelompok para peserta didik agar dapat bekerja sama

dengan efektif.

Tabel Sintaks Pembelajaran Kooperatif

Fase Tingkah Laku Guru

Fase 1 :

Menyampaikan tujuan

dan memotivasi siswa

Guru menyampaikan semua tujuan

pelajaran yang ingin dicapai pada

pembelajaran tersebut dan

memotivasi siswa belajar

Fase 2 :

Menyajikan informasi

Guru menyajikan informasi

kepada siswa dengan jalan

demonstrasi atau lewat bahan

bacaan

Page 46: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN MAKE A MATCH  · PDF fileJoko Susanto, S.Pd selaku guru bidang studi matematika yang telah membantu dan mengarahkan dalam pelaksanakan penelitian. 8

32

Fase 3 :

Mengorganisasikan

siswa dalam kelompok –

kelompok belajar

Guru menjelaskan kepada siswa

bagaimana caranya membentuk

kelompok belajar dan membantu

setiap kelompok agar melakukan

transisi secara efisien

Fase 4 :

Membimbing kelompok

bekerja dan belajar

Guru membimbing kelompok –

kelompok belajar tentang materi

yang dipelajari atau masing –

masing kelompok

mempresentasikan hasil kerjanya

Fase 5 :

Evaluasi

Guru mengevaluasi hasil belajar

tentang materi yang telah

dipelajari atau masing – masing

kelompok mempresentasikan hasil

kerjanya

Fase 6 :

Memberi penghargaan

Guru mencari cara – cara untuk

menghargai baik upaya maupun

hasil belajar individu kelompok

Dalam pembelajaran kooperatif, ada beberapa tahapan yang

harus dilakukan. Dimulai dari penyampaian tujuan, materi,

pembentukan kelompok belajar, evaluasi, serta pemberian

penghargaan. Selama proses pembelajaran, siswa diberikan

Page 47: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN MAKE A MATCH  · PDF fileJoko Susanto, S.Pd selaku guru bidang studi matematika yang telah membantu dan mengarahkan dalam pelaksanakan penelitian. 8

33

keluasaan untuk mengembangkan kreatifitasnya, guru hanya

membantu ketika siswa mengalami kesulitan.

Jadi, dalam pembelajaran kooperatif guru hanya bertindak

sebagai fasilitator. Guru memfasilitasi siswa agar pembelajaran

menjadi lebih mudah dan menyenangkan.

F. Model Pembelajaran Make a Match

Teknik belajar mencari pasangan (make a match) dikembangkan

oleh Lorna Curran pada tahun 1994. Salah satu keunggulan teknik ini adalah

“Siswa mencari pasangan sambil belajar mengenai suatu konsep atau topik

dalam suasana yang menyenangkan”. (Suprijono, 2009: 94)

Penerapan metode ini dimulai dari teknik yaitu siswa disurut

mencari pasangan yang memiliki kartu yang merupakan jawaban/soal dari

kartu yang dimilikinya sebelum batas waktu yang disepakati selesai, siswa

yang dapat mencocokkan kartunya diberi poin.

Model make a match ini bertujuan untuk memperluas wawasan

serta kecermatan siswa dalam menyelami suatu konsep. Sebelum permainan

dimulai, guru menyampaikan tujuan pembelajaran, motivasi belajar, pokok

bahsan, mengorganisasikan siswa, menyampaikan langkah-langkah

permainan, membimbing siswa, dan mengevaluasi hasil serta memberikan

penghargaan bagi siswa yang dapat mencocokkan kartunya sebelum batas

waktu yang ditentukan diberi point.

Page 48: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN MAKE A MATCH  · PDF fileJoko Susanto, S.Pd selaku guru bidang studi matematika yang telah membantu dan mengarahkan dalam pelaksanakan penelitian. 8

34

Penggunaan model pembelajaran ini mengikuti langkah-langkah

sebagai berikut (Suprijono, 2009: 94):

a. Guru menyiapkan beberapa kartu yang berisi beberapa konsep atau topik

yang mungkin cocok untuk sesi review (persiapan menjelang tes). Kartu

yang disiapkan sebagian berisi pertanyaan tentang materi yang diajarkan

dan sebagian lagi berisi jawaban dari pertanyaan tersebut.

b. Setiap siswa mendapat satu buah kartu, guru mengocok semua kartu

sehinga akan tercampur antara soal dan jawaban.

c. Setiap siswa mencari pasangan yang mempunyai kartu yang cocok

dengan kartunya. Setiap kelompok menganalisis atau memikirkan

pasangan dari kartu yang didapatkan. Setelah selesai, setiap kelompok

mencari pasangan kartunya dalam waktu yang telah disepakati. Bagi

kelompok yang dapat mencocokkan kartunya sebelum batas waktu

berakhir akan mendapat point, sedangkan jika ada kelompok yan gtidak

dapat menemukan pasangannya dalam waktu yang ditentukan maka akan

memperoleh hukuman yang telah disepakati bersama oleh seluruh siswa.

d. Siswa bergabung dengan dua atau tiga siswa lain yang memegang kartu

yang cocok. Setelah menemukan pasangannya setiap kelompok

bergabung dengan kelompok pasangannya. Setelah batas waktu selesai,

guru mengedek setiap pasangan dalam mencocokkan kartu.

Model pembelajaran make a match ini mempunyai kelebihan dan

kelemahan.

1. Kelebihan model mencari pasangan (make a match) adalah :

Page 49: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN MAKE A MATCH  · PDF fileJoko Susanto, S.Pd selaku guru bidang studi matematika yang telah membantu dan mengarahkan dalam pelaksanakan penelitian. 8

35

a) Dapat melatih ketelitian, kecermatan, serta kecepatan.

Diketahui bahwa model ini adalah siswa mencari pasangan dari

kartu yang diperolehnya dalam waktu yang ditetapkan sehingga

siswa harus cermat, tepat dan cepat dalam mencari pasangannya.

b) Lebih banyak ide muncul

Karena dalam skripsi ini model make a match disertai dengan

metode kerja kelompok maka dalam melaksanakan tugasnya siswa

bersama siswa lain bekerja sama dan mengeluarkan ide-ide yang

dimilikinya masing-masing.

c) Lebih banyak tugas yang bisa dilakukan

Siswa bekerja sama dengan siswa lain sehingga tugas yang

diperoleh dari guru dapat dibagi-bagi sehingga tugas yang banyak

pun dapat diselesaikan.

d) Guru mudah memonitor

Ketika siswa melakukan tugasnya memikirkan dan mencari

pasangan soal atau jawaban yang diperolehnya, guru dapat

memonitor dengan mendatangi kelompok siswa yang

membutuhkan bimbingan dari guru satu per satu.

2. Kelemahan model pembelajaran mencari pasangan (make a match)

adalah waktu yang cepat dapat menyebabkan kurangnya konsentrasi

sehingga waktu yang tersedia perlu dibatasi jangan sampai siswa terlalu

banyak bermain-main dalam proses pembelajaran, selain itu juga dapat

Page 50: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN MAKE A MATCH  · PDF fileJoko Susanto, S.Pd selaku guru bidang studi matematika yang telah membantu dan mengarahkan dalam pelaksanakan penelitian. 8

36

menimbulkan kegaduhan bagi kelas yang lain sehingga dalam hal ini

guru harus bisa mengontrol kelas sebaik mungkin.

Dengan menggunakan model Make a Match guru dapat melatih

ketelitian, kecermatan, dan kecepatan siswa. Selain itu, siswa dapat

mengerjakan lebih banyak soal. Guru mudah mengontrol kelas kaerna siswa

dibagi dalam kelompok-kelompok. Namun guru juga harus pandai mengatur

waktu agar siswa tidak banyak bermain.

Jadi, dalam pembelajaran dengan menggunakan model Make a

Match guru harus mengatur waktu sedemikian rupa supaya hasil yang dicapai

dapat maksimal.

G. Strategi Pencocokan Kartu Indeks

Salah satu cara yang pasti untuk membuat pembelajaran tetap

melekat dala pikiran adalah dengan mengalokasikan waktu untuk meninjau

kembali apa yang telah dipelajari. Materi yang telah dibahas oleh siswa

cenderung lima kali lebih melekat di dalam pikiran ketimbang materi yang

tidak. Itu karena pembahasan kembali memungkinkan siswa untuk

memikirkan kembali informasi tersebut dan menemukan cara untuk

menyimpannya di dalam otak.

Salah satu strategi untuk mendukung peninjauan kembali adalah

strategi pencocokan kartu indeks. Adapun prosedurnya adalah (Silberman,

2009: 250-251) :

Page 51: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN MAKE A MATCH  · PDF fileJoko Susanto, S.Pd selaku guru bidang studi matematika yang telah membantu dan mengarahkan dalam pelaksanakan penelitian. 8

37

a. Pada kartu indeks yang terpisah, tulislah pertanyaan tentang apapun yang

diajarkan di kelas. Buatlah kartu pertanyaan dan beri nomor indeks sesuai

dengan jumlah setengah jumlah siswa

b. Pada kartu yang terpisah, tulislah jawaban atas masing-masing

pertanyaan itu.

c. Campurkan dua kumpulan kartu itu dan kocoklah beberapa kali agar

benar-benar tercampur aduk.

d. Berikan satu kartu untuk satu siswa. Jelaskan bahwa ini merupakan

latihan pencocokan. Sebagian siswa mendapatkan pertanyaan tinjauan

dan sebagian lain mendapatkan kartu jawabannya.

e. Perintahkan siswa untuk mencari kartu pasangan mereka sesuai nomor

indeks.. Bila sudah terbentuk pasangan, perintahkan siswa yang

berpasangan itu untuk mencari tempat duduk bersama.

f. Bila pasangan telah duduk bersama, suruh siswa mengerjakan soal

dengan menuliskan langkah-langkah penyelesaiannya.

g. Pasangan yang paling cepat dan benar penyelesaiannya mendapatkan

point.

h. Ulangi langkah awal, kocok kembali kartu. Jangan sampai siswa

mendapatkan kartu yang sama.

Pada strategi pencocokan kartu indeks siswa harus teliti dan cermat

agar dapat menemukan pasangannya dengan cepat. Siswa saling beradu

kecepatan untuk dapat menemukan pasangan dan menyelesaikan masalah

Page 52: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN MAKE A MATCH  · PDF fileJoko Susanto, S.Pd selaku guru bidang studi matematika yang telah membantu dan mengarahkan dalam pelaksanakan penelitian. 8

38

dengan kreatifitasnya. Pasangan yang paling cepat dan benar akan

mendapatkan point dari guru.

Jadi, strategi pencocokan kartu indeks memerlukan ketelitian,

kecermatan, serta kecepatan.

H. Media Kartu Masalah

Media pada praktiknya berfungsi membantu guru dalam mengajar,

murid dalam belajar, harus dipilih sesuai dengan tuntutan yang tercantum

dalam tujuan intruksinya dan bila menggunakan memang dapat membantu

lancarnya proses belajar mengajar bukan menghambatnya. Karena itu dalam

menyusun dan merencanakan satuan pelajaran sebaiknya guru memahami

kekuatan dan kelemahan setiap jenis media dan sumber belajar.

Didalam menentukan pilihan digunakan kriteria – kriteria tertentu,

adapun kreterianya adalah sebagai berikut :

a. Media hendaknya menunjang pengajaran yang sudah ditetapkan.

b. Media hendaknya dapat menurut materi yang dikaji.

c. Disamping kemampuan dan kesiapan siswa penggunaan media juga

harus memperhatikan besar kecilnya kelompok.

d. Media hendaknya dapat dipenuhi perpustakaan atau disediakan oleh guru

yang bersangkutan.

e. Media hendaknya memenuhi persyaratan mutu, teknik

penggunaannya,yang mempengaruhi perlunya media dalam pengajaran

Page 53: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN MAKE A MATCH  · PDF fileJoko Susanto, S.Pd selaku guru bidang studi matematika yang telah membantu dan mengarahkan dalam pelaksanakan penelitian. 8

39

matematika adalah untuk membantu sikap positif bagi siswa dalam

mengikuti pelajaran.

Beberapa manfaat praktis dari penggunaan media pengajaran

didalam proses belajar mengajar sebagai berikut :

1) Media pengajaran dapat memperjelas penyajian pesan dan informasi

sehingga dapat memperlancar dan meningkatkan proses dan hasil belajar.

2) Media pengajaran dapat meningkatkan dan mengarahkan perhatian

anak sehingga dapat menimbulkan motivasi belajar, interaksi yang lebih

langsung antara siswa dan lingkungannya, dan kemungkinan siswa untuk

belajar sendiri – sendiri sesuai kemampuan dan minatnya.

3) Media pengajaran dapat mengatasi keterbatasan indera, ruang dan waktu.

Ada beberapa jenis media pembelajaran yang digunakan dalam

proses pembelajaran salah satunya adalah media kartu masalah. Kartu

masalah disini adalah sebuah kartu yang berisi instruksi dari guru kepada

siswa atau masalah-masalah dari siswa. Hal ini dilakukan supaya dapat

memacu kratifitas dalam pembelajaran, menumbuhkan keberanian siswa

dalam menyampaikan pendapatnya serta memacu kemampuan siswa untuk

aktif serta dapat mengetahui sampai mana batas kemampuan masing – masing

siswa dalam mengikuti materi palajaran yang disampaikan, sehingga dapat

menunjang tercapainya tujuan pembelajaran.

Kegunaan kartu masalah sebagai media dalam menerapkan model

pembelajaran, antara lain :

Page 54: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN MAKE A MATCH  · PDF fileJoko Susanto, S.Pd selaku guru bidang studi matematika yang telah membantu dan mengarahkan dalam pelaksanakan penelitian. 8

40

a) Merupakan alternatif guru untuk mengarahkan pengajaran sesuai dengan

model pembelajaran yang digunakan sebagai variasi kegiatan belajar

mengajar.

b) Dapat memudahkan penyelesaian tugas perorangan, kelompok atau

klasikal karena siswa dalam menyelesaikan tugas itu sesuai dengan

kecepatannya.

c) Meringankan kerja guru dalam memberikan bantuan perorangan atau

remidi

d) Dapat membangkitkan minat siswa jika kartu soal disusun secara

manarik, sistematis dan mudah digunakan.

I. Model pembelajaran NHT

NHT merupakan pendekatan structural pembelajaran kooperatif

yang telah dikembangkan oleh Spancer Kagen. Meskipun memiliki banyak

persamaan dengan pendekatan yang lain, namun pendekatan ini memberikan

penekanan pada penggunaan struktur tertentu yang dirancang untuk

mempengaruhi pola interaksi. NHT atau penomoran berpikir bersama

merupakan pembelajaran yang melibatkan para siswa dalam menelaah bahan

yang tercakup dalam suatu pelajaran, mengecek atau memeriksa pemahaman

mereka mengenai isi pelajaran tersebut.

Dalam mengajukan pertanyaan kepada seluruh kelas, guru

menggunakan empat fase sebagai sintaks NHT. (Trianto, 2007: 62-63)

Page 55: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN MAKE A MATCH  · PDF fileJoko Susanto, S.Pd selaku guru bidang studi matematika yang telah membantu dan mengarahkan dalam pelaksanakan penelitian. 8

41

Fase 1 : Penomoran

Dalam fase ini guru membagi siswa kedalam kelompok 3 hingga 5 orang dan

memberi mereka nomor sehingga tiap siswa dalam tim memiliki nomor yang

berbeda.

Fase II : Mengajukan pertanyaan

Guru mengajukan pertanyaan kepada para siswa, pertanyaan dapat bervariasi

dari yang bersifat spesifik hingga bersifat umum.

Fase III : Berpikir Bersama

Para siswa berpikir bersama untuk menyatukan pendapatnya,

menggambarkan dan meyakinkan bahwa tiap orang mengetahui jawabannya.

Fase IV : Menjawab

Guru memanggil suatu nomor tertentu, kemudian siswa yang nomornya

sesuai mengacungkan tangannya dan mencoba menjawab pertanyaan untuk

seluruh kelas.

Dengan menerapkan model NHT ini siswa dapat saling berinteraksi

dan bekerja sama dalam menelaah bahan yang tercakup pada suatu pelajaran,

mengecek atau memeriksa pemahamam mereka mengenai isi pelajaran. Siswa

juga dapat saling bertukar pendapat dan mampu menghargai pendapat orang

lain.

J. Strategi Bertukar Tempat

Strategi bertukar tempat akan membantu siswa untuk lebih saling

mengenal untuk membangun semangat tim dengan sebuah kelompok yang

Page 56: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN MAKE A MATCH  · PDF fileJoko Susanto, S.Pd selaku guru bidang studi matematika yang telah membantu dan mengarahkan dalam pelaksanakan penelitian. 8

42

sudah kenal satu sama lain. Strategi ini juga menyemarakkan lingkungan

belajar aktif dengan memberi kesempatan untuk bergerak secara fisik, berbagi

pendapat dan perasaan secara terbuka, dan mencapai sesuatu yang bisa

mereka banggakan. (Silberman, 2009: 64)

Strategi bertukar tempat ini akan dipadukan dengan model

pembelajaran NHT. Adapun prosedurnya :

a) Bagi siswa menjadi beberapa kelompok kecil 4-5 orang, masing-masing

siswa diberi nomor sehingga tiap siswa dalam kelompok memiliki nomor

yang berbeda.

b) Berikan kartu soal yang berbeda pada setiap siswa dalam satu kelompok

sesuai dengan nomor siswa.

c) Siswa diberi waktu untuk mengerjakan soal dengan kelompok masing-

masing.

d) Siswa bertukar tempat sesuai dengan nomor untuk mendiskusikan soal.

Siswa bernomor satu berkumpul dengan siswa bernomor satu dan

seterusnya.

e) Setelah itu siswa kembali ke kelompok semula.

f) Guru memanggil suatu nomor tertentu, kemudian siswa yang nomornya

sesuai mengacungkan tangannya dan mencoba menjawab pertanyaan

untuk seluruh kelas

Strategi bertukar tempat ini dapat memupuk kerja sama antar siswa

dalam menyelesaikan masalah sehingga dapat terbentuk tim yang solid.

Page 57: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN MAKE A MATCH  · PDF fileJoko Susanto, S.Pd selaku guru bidang studi matematika yang telah membantu dan mengarahkan dalam pelaksanakan penelitian. 8

43

K. Tinjauan Materi

Sesuai dengan standar kompetensi mata pelajaran matematika

Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) materi pokok Prisma dan

Limas yang diajarkan di SMP/MTs Kelas VIII Semester II.

PRISMA DAN LIMAS

a. Pengertian Prisma dan Limas

Prisma adalah bangun ruang sisi datar yang memiliki sisi-sisi yang

sejajar dan kongruen yang terdiri dari bidang alas dan bidang atas, dan

bidang tegak. Limas adalah bangun ruang yang dibatasi oleh sebuah

segitiga ataupun segi banyak sebagai alas dan beberapa buah bidang

berbentuk segitiga sebagai bidang tegak yang bertemu pada satu titik

puncak. Prisma dan Limas diberi nama berdasarkan bentuk segi-n pada

bidang alasnya. Gambar 2.1 menunjukkan bangun prisma. Gambar 2.1 (i)

adalah prisma segitiga karena alasnya berbentuk segitiga dan diberi nama

prisma ABC.DEF. Gambar 2.1 (ii) dan 2.1 (iii) masing-masing adalah

prisma segiempat dan prisma segienam.

Gambar 2.1

Page 58: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN MAKE A MATCH  · PDF fileJoko Susanto, S.Pd selaku guru bidang studi matematika yang telah membantu dan mengarahkan dalam pelaksanakan penelitian. 8

44

Gambar 2.2 adalah bangun ruang limas. Gambar 2.2 (i) adalah

limas segiempat karena alasnya berbentuk segiempat yang diberi nama

Limas T.ABCD. Gambar 2.2 (ii) dan 2.2 (iii) masing-masing adalah limas

segitiga dan limas segienam.

Gambar 2.2

b. Unsur-Unsur pada Prisma

1) Bidang pada Prisma dan Limas

Prisma dan limas memiliki bagian yang membatasi bagian

dalam dan bagian luar yang disebut bidang. Banyaknya sisi prisma

ditentukan berdasarkan bidang alas prisma segi-n tersebut.

Dirumuskan :

Contoh :

Banyaknya sisi prisma segitiga = 3 + 2 = 5

Banyaknya sisi prisma segiempat = 4 + 2 = 6

Banyaknya sisi limas ditentukan berdasarkan bidang alas

limas segi-n tersebut. Dirumuskan :

Banyak sisi prisma segi-n = n + 2

Banyak sisi limas segi-n = n +1

Page 59: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN MAKE A MATCH  · PDF fileJoko Susanto, S.Pd selaku guru bidang studi matematika yang telah membantu dan mengarahkan dalam pelaksanakan penelitian. 8

45

Contoh :

Banyaknya sisi limas segitiga = 3 + 1 = 4

Banyaknya sisi limas segiempat = 4 + 1 = 5

2) Rusuk Prisma dan Limas

Bidang-bidang pada suatu prisma dan limas berpotongan

atau bertemu pada suatu garis yang disebut rusuk. Banyaknya rusuk

pada bangun ruang prisma bergantung pada bidang alas prisma segi

tersebut. Dirumuskan :

Contoh :

Banyaknya rusuk prisma segitiga = 3 . 3 = 9

Banyaknya rusuk prisma segiempat = 3 . 4 = 12

Banyaknya rusuk prisma segilima = 3 . 5 = 15

Banyaknya rusuk pada bangun limas juga bergantung pada

bidang alas limas segi-n tersebut. Dirumuskan :

Contoh :

Banyaknya rusuk limas segitiga = 2 . 3 = 6

Banyaknya rusuk limas segiempat = 2 . 4 = 8

Banyaknya rusuk prisma segilima = 2 . 5 = 10

Banyaknya rusuk prisma segi-n = 3n

Banyaknya rusuk limas segi-n = 2n

Page 60: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN MAKE A MATCH  · PDF fileJoko Susanto, S.Pd selaku guru bidang studi matematika yang telah membantu dan mengarahkan dalam pelaksanakan penelitian. 8

46

3) Titik Sudut Limas

Banyaknya titik sudut bangun ruang prisma dan limas

bergantung pada bidang alas prisma segi-n tersebut. Dirumuskan :

Contoh :

Banyaknya titik sudut prisma segitiga = 2 . 3 = 6

Banyaknya titik sudut prisma segiempat = 2 . 4 = 8

Banyaknya titik sudut prisma segilima = 2 . 5 = 10

Untuk limas dirumuskan :

Contoh :

Banyaknya titik sudut limas segitiga = 3 + 1 = 4

Banyaknya titik sudut limas segiempat = 4 + 1 = 5

Banyaknya titik sudut limas segilima = 5 + 1 = 6

4) Bidang Diagonal Prisma dan Limas

Gambar 2.3 menunjukkan prisma segienam beraturan

ABCDEF.GHIJKL. Bidang ACJL dibentuk oleh dua pasang garis dan

dua pasang diagonal bidang. Bidang ACJL merupakan bidang

diagonal. Bidang-bidang diagonal prisma berbentuk persegi panjang.

Banyak titik sudut prisma segi-n = 2 n

Banyak titik sudut limas segi-n = n + 1

Page 61: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN MAKE A MATCH  · PDF fileJoko Susanto, S.Pd selaku guru bidang studi matematika yang telah membantu dan mengarahkan dalam pelaksanakan penelitian. 8

47

Gambar 2.4 menunjukkan limas segi empat beraturan

T.ABCD. bidang BDT merupakan bidang diagonal. Bidang-bidang

diagonal limas berbentuk segitiga.

c. Jaring-jaring Prisma dan Limas

Jika suatu bangun ruang diiris pada beberapa rusuknya, kemudian

direbahkan sehingga terjadi bangun datar, maka bangun datar tersebut

disebut jaring-jaring.

Gambar 2.5 menunjukkan gambar jaring-jaring prisma segitiga

Gambar 2.5

Page 62: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN MAKE A MATCH  · PDF fileJoko Susanto, S.Pd selaku guru bidang studi matematika yang telah membantu dan mengarahkan dalam pelaksanakan penelitian. 8

48

Gambar 2.6 (i) menunjukkan gambar jaring-jaring limas segitiga

dan 2.6 (ii) jaring-jaring limas segi empat.

Gambar 2.6

d. Luas Permukaan Prisma dan Limas

1) Luas Permukaan Prisma

Prisma yang dibahas pada sub pokok materi ini adalah

prisma tegak. Gambar 2.7 (ii) merupakan jaring-jaring prisma tegak

segitiga dari gambar 2.7 (i). karena pada prisma tegak, rusuk-rusuk

tegaknya tegak lurus dengan bidang alas, maka bidang-bidang tegak

prisma berbentuk persegi panjang. Luas permukaan prisma diperoleh

dengan menjumlahkan luas bidang-bidang pada permukaannya, yaitu

sebagai berikut :

Luas permukaan prisma

= luas alas + luas bidang atas + luas bidang – bidang tegaknya

= luas alas + luas alas + z x t + b x t + c x t

= (2 x luas alas) + (a + b + c) x t

= (2 x luas alas) + (keliling alas x tinggi)

Page 63: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN MAKE A MATCH  · PDF fileJoko Susanto, S.Pd selaku guru bidang studi matematika yang telah membantu dan mengarahkan dalam pelaksanakan penelitian. 8

49

Gambar 2.7

Jadi, untuk setiap prisma (tegak) berlaku rumus berikut :

Contoh soal :

Alas sebuah prisma berbentuk segitiga siku-siku dengan panjang sisi

masing-masing 9 cm, 12 cm, dan 15 cm. Jika tinggi prisma 10 cm.

Hitunglah luas prisma itu !

Jawab :

Luas permukaan prisma

= (2 x luas alas) + (keliling alas x tinggi)

= 10)15129(1292

12 xxxx

= 108 + 360 = 468 cm.

Jadi, luas permukaan prisma itu 468 cm2.

2) Luas Permukaan Limas

Pada sub pokok materi kali ini akan dibahas limas segi

beraturan, yaitu limas yang alasnya berbentuk segi-n beraturan, dan

bidang-bidang tegaknya berbentuk segitiga sama kaki. Perhatikan

gambar 2,8 berikut ini. Gambar 2.8 (ii) merupakan jaring-jaring limas

Luas permukaan prisma (tegak)= (2 x luas alas) + (keliling alas x tinggi)

Page 64: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN MAKE A MATCH  · PDF fileJoko Susanto, S.Pd selaku guru bidang studi matematika yang telah membantu dan mengarahkan dalam pelaksanakan penelitian. 8

50

T.ABC pada gambar 2.8 (i) dari gambar tersebut, luas permukaan

limas tersebut dinyatakan sebagai berikut.

Luas permukaan limas T.ABC

= luas ∆ABC + luas ∆ABT + luas ∆BCT + luas ∆ACT

= luas alas + jumlah luas segitiga bidang tegak

Gambar 2.8

Dengan cara yang sama, maka diperoleh bahwa luas

permukaan segi-n dapat ditentukan dengan menjumlahkan luas alas

dan luas segitiga-segitiga yang merupakan bidang tegaknya.

Jadi, untuk setiap limas berlaku rumus berikut.

Contoh soal :

Alas sebuah limas berbentuk persegi dengan panjang sisi 12 cm dan

tinggi limas tersebut 8 cm. hitunglag panjang TP dan luas permukaan

limas !

Jawab :

Luas permukaan limas= luas alas + jumlah luas segitiga bidang tegak

Page 65: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN MAKE A MATCH  · PDF fileJoko Susanto, S.Pd selaku guru bidang studi matematika yang telah membantu dan mengarahkan dalam pelaksanakan penelitian. 8

51

QP =2

1AB = 6 cm. Segitiga TPQ merupakan segitiga siku-siku, jadi :

TP2 = TQ2 + QP2

= 82 + 62

= 64 + 36

= 100

TP = cm10100

Luas permukaan limas = luas alas + 4 x ∆ TBC

= (s x s) + 4 x

xBCxTP

2

1

= (12x12)+4x

1012

2

1xx

= 144 + 240 = 384 cm2

Jadi, luas permukaan limas itu 540 cm2

e. Volume Prisma dan Limas

1) Volume Prisma

Volume prisma dinyatakan dengan rumus :

Volume limas = luas alas x tinggi

atau

V = Lt

Page 66: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN MAKE A MATCH  · PDF fileJoko Susanto, S.Pd selaku guru bidang studi matematika yang telah membantu dan mengarahkan dalam pelaksanakan penelitian. 8

52

Contoh soal :

Alas sebuah prisma berbentuk segitiga siku-siku dengan panjang

sisi masing-masing 9 cm, 12 cm, dan 15 cm. jika tinggi prisma 10

cm. hitunglah volume prisma itu !

Jawab :

V = Lt

V = smaxtinggiprigisegitigaxalasxting

2

1

= 540101292

1

xxx

Jadi, volume prisma itu 540 cm3

2) Volume Limas

Rumus volume limas dapat dibuktikan berdasarkan

rumus bangun ruang kubus. Gambar 2.9 menunjukkan suatu kubus

yang panjang rusuknya r dengan keempat diagonal ruangnya

saling berpotongan pada satu titik. Dalam kubus tersebut ternyata

terdapat enam buah limas yang sama. Masing-masing limas

tersebut beralaskan bidang alas kubus dan tingginya setengah

panjang rusuk kubus. Salah satu limas tersebut ditunjukkan pada

gambar 2.9 (ii).

Page 67: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN MAKE A MATCH  · PDF fileJoko Susanto, S.Pd selaku guru bidang studi matematika yang telah membantu dan mengarahkan dalam pelaksanakan penelitian. 8

53

Gambar 2.9

Jika volume masing-masing limas pada gambar 2.9 (i)

adalah V, maka volume enam buah limas sama dengan volume kubus,

sehingga diperoleh hubungan berikut ini.

Volume 6 limas = volume kubus

6 V = ( s x s ) x s

= ( s x s ) x2

1s x 2 → s x s = L dan

2

1s = t

= L x t x 2

6 V = 2Lt

V =6

2Lt

V = Lt3

1

Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa untuk setiap

limas berlaku rumus berikut ini

Volume limas = tinggixluasalasx3

1

atau

V = Lt3

1

Page 68: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN MAKE A MATCH  · PDF fileJoko Susanto, S.Pd selaku guru bidang studi matematika yang telah membantu dan mengarahkan dalam pelaksanakan penelitian. 8

54

Contoh soal :

Alas sebuah limas berbentuk persegi dengan panjang sisi 12 cm

dan tinggi limas tersebut 8 cm. hitunglah volume limas !

Volume limas = tinggixluasalasx3

1

xtsxsx )(3

1

= 8)1212(3

1xxx

= 384 cm3

L. Kerangka Berpikir

Salah satu tujuan pembelajaran matematika adalah

mengembangkan kemampuan pemecahan masalah. Untuk dapat

mengembangkan kemampuan memecahkan masalah tersebut, seringkali

muncul kesulitan. Kesulitan yang dialami peserta didik diantaranya adalah

peserta didik kurang terlatih dalam mengembangkan ide-idenya. Dalam

memecahkan masalah belum mampu berpikir kritis, serta kurang percaya diri

dalam mengungkapkan pendapat.

Model pembelajaran kooperatif memberi kesempatan kepada siswa

bekerja dalam kelompok-kelompok kecil untuk menyelesaikan atau

memecahkan suatu masalah secara bersama. Para siswa secara individu

membangun kepercayaan diri sehingga akan mengurangi dan menghilangkan

rasa cemas terhadap matematika yang dialami banyak siswa.

Page 69: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN MAKE A MATCH  · PDF fileJoko Susanto, S.Pd selaku guru bidang studi matematika yang telah membantu dan mengarahkan dalam pelaksanakan penelitian. 8

55

Salah satu usaha guru untuk mengatasi kesulitan peserta didik

dalam pembelajaran adalah dengan menggunakan model pembelajaran yang

sesuai materinya sehingga menunjang terciptanya kegiatan pembelajaran

yang kondusif dan menarik bagi peserta didik. Model pembelajaran yang

dimaksud adalah model pembelajaran make a match dan model pembelajaran

NHT.

Model pembelajaran make a match dan model pembelajaran NHT

pada penelitian ini merupakan pembelajaran kooperatif berpusat pada peserta

didik. Guru buka pemberi informasi tetapi peserta didik yang mencari

informasi dan membangun pengetahuannya sendiri melalui bantuan guru.

Penerapan pembelajaran matematika dengan model make a match

dengan strategi pencocokan kartu indeks yang diterapkan dapat

meningkatkan keaktifan siswa, kerja sama dalam diskusi dan hasil belajar.

Dengan menerapkan model make a match siswa termotivasi untuk lebih aktif

selama kegiatan pembelajaran serta lebih termotivasi untuk meningkatkan

hasil belajar dan mengemukakan pendapat sendiri.

Pembelajaran kooperatif tipe NHT memberi kesempatan kepada

siswa berprestasi lebih aktif dalam pembelajaran dan sering mengekspresikan

ide, siswa memiliki kesempatan lebih banyak dalam memanfaatkan

pengetahuan dan ketrampilan matematika secara komprehensif dalam

kelompok.

Ketika siswa melakukan kegiatan matematika untuk memecahkan

permasalahan yang diberikan pada kelompoknya, dengan sendirinya akan

Page 70: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN MAKE A MATCH  · PDF fileJoko Susanto, S.Pd selaku guru bidang studi matematika yang telah membantu dan mengarahkan dalam pelaksanakan penelitian. 8

56

mendorong potensi mereka untuk melakukan kegiatan matematika pada

tingkat berpikir yang lebih tinggi sehingga pada akhirnya membentuk

intelegensi matematika siswa. Dengan terbentuknya intelegensi matematika

siswa akan berpengaruh pada pencapaian hasil belajar yang meningkat.

Berdasarkan latar belakang masalah dan tujuan dalam skripsi ini,

maka diharapkan dengan digunakannya model pembelajaran make a match

dengan strategi pencocokan kartu indeks dan model pembelajaran NHT

dengan strategi bertukar tempat berbantuan kartu masalah ini hasil belajar

siswa menjadi lebih baik daripada siswa yang diajar menggunakan model

konvensional.

M. HIPOTESIS

Adapun hipotesis dalam penelitian ini adalah :

1) Ha : Terdapat perbedaan hasil belajar antara siswa yang diajar

menggunakan model make a match dengan strategi pencocokan

kartu indeks, dan NHT dengan strategi bertukar tempat berbantu

kartu masalah, serta pembelajaran konvensional pada pokok

bahasan Prisma dan Limas di Mts N 1 Semarang Tahun Ajaran

2010/2011.

Ho : Tidak terdapat perbedaan hasil belajar antara siswa yang diajar

menggunakan model make a match dengan strategi pencocokan

kartu indeks, dan NHT dengan strategi bertukar tempat berbantu

kartu masalah, serta pembelajaran konvensional pada pokok

Page 71: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN MAKE A MATCH  · PDF fileJoko Susanto, S.Pd selaku guru bidang studi matematika yang telah membantu dan mengarahkan dalam pelaksanakan penelitian. 8

57

bahasan Prisma dan Limas di Mts N 1 Semarang Tahun Ajaran

2010/2011.

Jika pada hipotesis pertama signifikan, akan dilanjutkan dengan

hipotesis :

2) Ha : Terdapat perbedaan hasil belajar siswa yang diajar menggunakan

model make a match dengan strategi pencocokan kartu indeks

berbantu kartu masalah dan pembelajaran konvensional pada pokok

bahasan Prisma dan Limas di Mts N 1 Semarang Tahun Ajaran

2010/2011.

Ho : Tidak terdapat perbedaan hasil belajar antara siswa yang diajar

menggunakan model make a match dengan strategi pencocokan

kartu indeks berbantu kartu masalah dan pembelajaran

konvensional pada pokok bahasan Prisma dan Limas di Mts N 1

Semarang Tahun Ajaran 2010/2011.

3) Ha : Terdapat perbedaan hasil belajar siswa yang diajar menggunakan

model pembelajaran NHT dengan strategi bertukar tempat berbantu

kartu masalah dan pembelajaran konvensional pada pokok bahasan

Prisma dan Limas di Mts N 1 Semarang Semarang Tahun Ajaran

2010/2011.

Ho : Tidak terdapat perbedaan hasil belajar antara siswa yang diajar

menggunakan model pembelajaran NHT dengan strategi bertukar

tempat berbantu kartu masalah dan pembelajaran konvensional

Page 72: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN MAKE A MATCH  · PDF fileJoko Susanto, S.Pd selaku guru bidang studi matematika yang telah membantu dan mengarahkan dalam pelaksanakan penelitian. 8

58

pada pokok bahasan Prisma dan Limas di Mts N 1 Semarang

Tahun Ajaran 2010/2011.

4) Ha : Terdapat perbedaan hasil belajar siswa yang diajar menggunakan

model make a match dengan strategi pencocokan kartu indeks dan

model NHT dengan strategi bertukar tempat berbantu kartu

masalah pada pokok bahasan Prisma dan Limas di Mts N 1

Semarang Tahun Ajaran 2010/2011.

Ho : Tidak terdapat perbedaan hasil belajar antara siswa yang diajar

menggunakan model make a match dengan strategi pencocokan

kartu indeks dan model NHT dengan strategi bertukar tempat

berbantu kartu masalah pada pokok bahasan Prisma dan Limas di

Mts N 1 Semarang Tahun Ajaran 2010/2011.

Hipotesis statistika :

1. Ho = KNM

Ha = Paling sedikit terdapat satu tanda ≠

Jika pada hipotesis pertama signifikan, akan dilanjutkan dengan hipotesis :

2. Ho = KM

Ha = KM

3. Ho = KN

Ha = KN

4. Ho = NM

Ha = NM

Page 73: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN MAKE A MATCH  · PDF fileJoko Susanto, S.Pd selaku guru bidang studi matematika yang telah membantu dan mengarahkan dalam pelaksanakan penelitian. 8

59

Keterangan :

M = rata-rata hasil belajar siswa menggunakan model make a match

N = rata-rata hasil belajar siswa menggunakan model NHT

K = rata-rata hasil belajar siswa menggunakan model konvensional

Page 74: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN MAKE A MATCH  · PDF fileJoko Susanto, S.Pd selaku guru bidang studi matematika yang telah membantu dan mengarahkan dalam pelaksanakan penelitian. 8

60

BAB III

METODE PENELITIAN

Metode penelitian sangat diperlukan dalam melakukan penelitian

maupun dalam pembuatan laporan penelitian. Hal ini dikarenakan dalam

melakukan penelitian butuh suatu langkah-langkah yang sistematis,

berencana dan mengikuti konsep ilmiah agar hasil dari penelitian dapat

memberikan gambaran yang jelas dan bisa dipertanggungjawabkan.

Metode penelitian adalah cara yang digunakan oleh peneliti

dalam mengumpulkan data penelitiannya (Arikunto, 2006: 160).

Metodelogi penelitian ini meliputi :

1. Metode penentuan subyek penelitian

2. Metode penentuan variabel penelitian

3. Design penelitian

4. Metode pengumpulan data

5. Metode analisis data

A. Metode Penentuan Subyek Penelitian

1) Populasi

Menurut Arikunto (2006: 130) populasi adalah

keseluruhan subjek penelitian. Sesuai dengan pengertian di atas,

maka populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa Kelas VIII

Semester II Mts N 1 Semarang tahun ajaran 2010/2011 di mana

populasi tersebut terdiri dari 5 kelas yaitu kelas VIII A, VIII B,

Page 75: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN MAKE A MATCH  · PDF fileJoko Susanto, S.Pd selaku guru bidang studi matematika yang telah membantu dan mengarahkan dalam pelaksanakan penelitian. 8

61

VIII C, VIII D, dan VIII E di mana masing-masing kelas terdiri

dari 37 siswa.

2) Sampel

Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang

diteliti (Arikunto, 2006: 131). Jadi sampel dapat diartikan sebagai

subyek yang dilibatkan langsung dalam penelitian yang dapat

menjadi wakil keseluruhan populasi. Sedangkan teknik

pengambilan sampel disebut teknik sampling. Teknik sampling

yang digunakan dalam penelitian ini adalah simple random

sampling karena pengambilan sampel anggota populasi dilakukan

secara acak tanpa memperhatikan strata dalam populasi itu yaitu

dengan mengambil tiga kelas dari populasi.

Penentuan sampel dari populasi yaitu diambil tiga kelas

secara acak dari empat kelas VIII pada Mts N 1 Semarang. Hal ini

dilakukan dengan pertimbangan bahwa kelas sampel yang diambil

diampu oleh guru yang sama, mendapat materi dengan kurikulum

yang sama, menggunakan buku paket matematika yang sama,

siswa duduk pada tingkat kelas yang sama dan pembagian kelas

tidak ada kelas unggulan. Setelah dipilih, kemudian ditentukan

sebagai kelas kontrol dan kelas eksperimen.

Page 76: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN MAKE A MATCH  · PDF fileJoko Susanto, S.Pd selaku guru bidang studi matematika yang telah membantu dan mengarahkan dalam pelaksanakan penelitian. 8

62

B. Metode Penentuan Variabel Penelitian

Variabel penelitian adalah objek penelitian atau apa yang

menjadi titik perhatian suatu penelitian (Arikunto, 2006: 118).

Variabel dalam penelitian ini ada dua, yaitu variabel (perlakuan) dan

variabel respon (variabel tak bebas). Adapun kedua variabel tersebut

adalah :

a) Variabel perlakuan (X) merupakan variabel bebas atau variabel

penyebab (Arikunto, 2006: 119) yaitu variabel yang menjadi

penyebab adanya variabel tak bebas. Variabel perlakuan di sini

adalah model pembelajaran yaitu pembelajaran dengan

menggunakan model pembelajaran make a match dengan strategi

pencocokan kartu indeks dan model pembelajaran NHT dengan

strategi bertukar tempat berbantu kartu masalah dan model

pembelajaran konvensional.

b) Variabel respon (Y) merupakan variabel tidak bebas atau terikat

(Arikunto, 2006: 119). Variabel respon di sini adalah hasil belajar

matematika siswa Kelas VIII Semester II Mts N 1 Semarang Tahun

Ajaran 2010/2011, yaitu :

Y1 : Hasil belajar siswa yang menggunakan model pembelajaran

make a match dengan strategi pencocokan kartu indeks

berbantu kartu masalah.

Page 77: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN MAKE A MATCH  · PDF fileJoko Susanto, S.Pd selaku guru bidang studi matematika yang telah membantu dan mengarahkan dalam pelaksanakan penelitian. 8

63

Y2 : Hasil belajar siswa yang menggunakan model pembelajaran

NHT dengan strategi bertukar tempat berbantu kartu

masalah

Y3 : Hasil belajar siswa yang menggunakan model pembelajaran

konvensional.

C. Design Penelitian

Adapun rancangan penelitian ini dapat digunakan sebagai berikut :

Kelompok Treatment Post-test

Eksperimen I X1 Y1

Eksperimen II X2 Y2

Kontrol X3 Y3

Keterangan:

X1 : Pembelajaran matematika dengan model pembelajaran

make a match dengan strategi pencocokan kartu indeks

berbantu kartu masalah

X2 : Pembelajaran matematika dengan model pembelajaran

NHT dengan strategi bertukar tempat berbantu kartu

masalah

X3 : Pembelajaran matematika dengan model pembelajaran

konvensional.

Page 78: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN MAKE A MATCH  · PDF fileJoko Susanto, S.Pd selaku guru bidang studi matematika yang telah membantu dan mengarahkan dalam pelaksanakan penelitian. 8

64

Y1 : Hasil belajar siswa yang mendapat pembelajaran

matematika dengan model pembelajaran make a match

dengan strategi pencocokan kartu indeks berbantu kartu

masalah

Y2 : Hasil belajar siswa yang mendapat pembelajaran

matematika dengan model pembelajaran NHT dengan

strategi bertukar tempat berbantu kartu masalah

Y3 : Hasil belajar siswa yang mendapat pembelajaran dengan

model pembelajaran konvensional.

Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen. Adapun

tujuan dari penelitian ini adalah untuk menyelidiki adanya

kemungkinan saling hubungan sebab akibat dengan cara mengenakan

kepada satu atau lebih kelompok eksperimen, satu atau lebih kondisi

perlakuan (treatment) yang kemudian membandingkan hasilnya

dengna satu atau lebih kelompok kontrol yang tidak dikenai kondisi

perlakuan.

Adapun rancangan penelitian yang akan peneliti lakukan :

a) Menentukan subyek penelitian

b) Menentukan kelompok eksperimen dan kelompok kontrol

c) Menguji kenormalan dan kehomogenan kelompok eksperimen dan

kelompok kontrol, sehingga kedua kelompok tersebut benar-benar

berangkat dari kondisi awal yang sama di mana data yang

diperoleh berasal dari nilai raport kelas VII semester II lalu

Page 79: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN MAKE A MATCH  · PDF fileJoko Susanto, S.Pd selaku guru bidang studi matematika yang telah membantu dan mengarahkan dalam pelaksanakan penelitian. 8

65

d) Menerapkan model pembelajaran make a match dengan strategi

pencocokan kartu indeks dan model pembelajaran NHT dengan

strategi bertukar tempat berbantu kartu masalah untuk kelompok

eksperimen dan metode konvensionl pada kelompok kontrol.

e) Memberikan tes yang sama pada kedua kelompok pada akhir

pembelajaran di mana instrumen uji coba sebelumnya telah

diujicobakan di kelas uji coba.

f) Data-data yang diperoleh dianalisis dengan statistik yang sesuai.

g) Setelah proses penghitungan selesai peneliti menyusun dan

melaporkan hasil-hasil penelitian.

D. Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini

adalah:

1. Interview (wawancara)

Wawancara dilakukan untuk mendapatkan data yang bersifat

konsultatif. Wawancara dilakukan dengan guru bidang studi yang

bertujuan untuk mendapatkan informasi tentang kondisi siswa serta

materi yang diajarkan. Sehingga pada saat penelitian akan ada

kesamaan langkah penelitian.

2. Metode Dokumentasi

Metode dokumentasi dilaksanakan untuk mendapatkan daftar

nama dan daftar nilai siswa berupa nilai raport pada kelas VII

Page 80: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN MAKE A MATCH  · PDF fileJoko Susanto, S.Pd selaku guru bidang studi matematika yang telah membantu dan mengarahkan dalam pelaksanakan penelitian. 8

66

semester II untuk dijadikan dasar analisis data awal untuk mencari

normalitas dan homogenitas sehingga diketahui sampel berangkat

dari populasi yang sama.

3. Metode Tes

Tes merupakan serentetan pertanyaan atau latihan serta alat lain

yang digunakan untuk mengukur ketrampilan, pengetahuan intelegensi,

kemampuan atau bakat yang dimiliki oleh individu atau kelompok

(Arikunto, 2006: 150).

E. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian yang digunakan untuk mengumpulkan

data adalah berupa tes. Penyusunan soal tes tersebut mengacu pada

silabus mata pelajaran matematika pada kurikulum 2006 (KTSP).

Pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan

instrumen yang dibuat berupa tes yang disusun dalam bentuk tes uraian

yang terdiri dari lima butir soal, dimana dalam pemilihan soal harus

memperhatikan:

1) Bahan atau materi yang ditanyakan lebih spesifik.

2) Waktu yang diperlukan untuk menyelesaikan soal relatif lama.

Tes digunakan sebagai alat pengumpul data, sehingga setiap

item dari tes tersebut harus memenuhi persyaratan baik dalam hal daya

pembeda, tingkat kesukaran, validitas dan reliabilitas item soal.

Page 81: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN MAKE A MATCH  · PDF fileJoko Susanto, S.Pd selaku guru bidang studi matematika yang telah membantu dan mengarahkan dalam pelaksanakan penelitian. 8

67

a) Validitas Butir Soal

Validitas (Arikunto, 2006: 168) adalah suatu ukuran yang

menunjukkan tingkat kevalidan atau kesahihan suatu instrumen. Instrumen

disebut valid apabila instrumen tersebut mampu mengungkapkan apa yang

hendak diukur secara tepat. Rumus yang digunakan adalah rumus korelasi

product moment.

2222 YYNXXN

YXXYNrxy

Keterangan :

rxy = Koofisien korelasi antara X dan Y

X = Skor butir soal nomor tertentu

Y = Skor total

N = Banyaknya data

Hasil perhitungan kemudian dikonsultasikan dengan harga r kritis

product moment dengan ketentuan rxy > rtabel maka soal dikatakan valid

dengan taraf signifikan = 5%.

Hasil yang diperoleh kemudian diinterpretasikan menurut aturan

sebagai berikut :

0,00 sampai 0,20 korelasi hampir tidak ada

0,21 sampai 0,40 korelasi rendah

0,41 sampai 0,60 korelasi sedang

0,61 sampai 0,80 korelasi tinggi

0,81 sampai 1,00 korelasi sempurna.

Page 82: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN MAKE A MATCH  · PDF fileJoko Susanto, S.Pd selaku guru bidang studi matematika yang telah membantu dan mengarahkan dalam pelaksanakan penelitian. 8

68

b) Reliabilitas

Menurut Arikunto (2006: 178) reliabilitas menunjuk pada satu

pengertian bahwa sesuatu instrumen cukup dapat dipercaya untuk

digunakan sebagai alat pengumpul data karena instrumen tersebut sudah

baik.

Rumus yang digunakan untuk mencari reliabilitas adalah dengan

menggunakan rumus Alpha. Rumus yang dimaksud adalah sebagai

berikut:

t

b

k

kr

2

2

11 11

(Arikunto, 2006: 196)

Keterangan :

r11 = reliabilitas instrumen

k = Banyaknya butir pertanyaan atau soal

b2 = Jumlah varians butir

t2 = Varians total

Setelah diperoleh harga koefisien reliabilitas (r11), langkah

selanjutnya adalah mengkonsultasikan harga tersebut dengan tabel r

product moment, jika harga rhitung ≥ rtabel, maka dikatan soal tersebut

reliabel.

Hasil yang diperoleh kemudian diinterpretasikan menurut aturan

sebagai berikut:

Page 83: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN MAKE A MATCH  · PDF fileJoko Susanto, S.Pd selaku guru bidang studi matematika yang telah membantu dan mengarahkan dalam pelaksanakan penelitian. 8

69

0,81 ≤ r11 ≤ 1,00 = sangat tinggi

0,61 ≤ r11 ≤ 0,80 = tinggi

0,41 ≤ r11 ≤ 0,60 = cukup

0,21 ≤ r11 ≤ 0,40 = rendah

0,01 ≤ r11 ≤ 0,20 = sangat rendah

c) Taraf Kesukaran

Soal yang baik adalah soal yang tidak terlalu mudah dan tidak

terlalu sukar. Soal yang terlalu mudah tidak merangsang siswa untuk

mempertinggi usaha memecahkannya. Sebaliknya soal yang terlalu sukar

akan menyebabkan siswa menjadi putus asa dan tidak mempunyai

semangat untuk mencoba lagi karena diluar jangkauannya.

Rumus yang digunakan adalah :

JB

BP

Keterangan :

P = Indeks kesukaran

B = Banyaknya siswa yang menjawab soal dengan benar

JB = Jumlah seluruh siswa peserta tes

(Arikunto, 2002: 2008)

Dengan klasifikasi :

Soal dengan P 0,00 sampai 0,30 adalah soal sukar.

Soal dengan P 0,30 sampai 0,70 adalah soal sedang.

Soal dengan P 0,70 sampai 1,00 adalah soal mudah.

Page 84: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN MAKE A MATCH  · PDF fileJoko Susanto, S.Pd selaku guru bidang studi matematika yang telah membantu dan mengarahkan dalam pelaksanakan penelitian. 8

70

d) Daya Pembeda

Untuk menghitung pembeda butir soal bentuk uraian digunakan

rumus sebagai berikut :

1

2

2

2

1

nini

XX

MLMHt

(Arikunto, 2006: 309)

Keterangan :

t = Daya beda butir soal

MH = Rata-rata kelompok atas

ML = Rata-rata kelompok bawah

X12 = Jumlah kuadrat deviasi individu dari kelompok atas

X22 = Jumlah kuadrat deviasi individu dari kelompok bawah

Ni = 27% x N

Kemudian harga thitung yang diperoleh dikonsultasikan

dengan harga ttabel dengan dk = 11 nini dan = 5%. Jika

thitung > ttabel maka soal tersebut signifikan.

F. Metode Analisis Data

Pada penelitian ini dilakukan analisis dua kali yaitu awal dan akhir.

1. Analisis awal

a) Uji Normalitas

Untuk mengetahui apakah data skor hasil tes berdistribusi

normal atau tidak, jika berdistribusi normal, maka data siap diambil

Page 85: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN MAKE A MATCH  · PDF fileJoko Susanto, S.Pd selaku guru bidang studi matematika yang telah membantu dan mengarahkan dalam pelaksanakan penelitian. 8

71

lebih lanjut dan simpulan akhir dapat dipertanggungjawabkan dengan

menggunakan uji liliefors.

Misalkan kita mempunyai sampel acak dengan hasil

pengamatan x1, x2,..., xn berdasarkan sampel ini akan diuji hipotesis

nol bahwa sampel tersebut berasal dari populasi berdistribusi normal

melawan hipotesis tandingan bahwa distribusi tidak normal.

Untuk pengujian hipotesis nol tersebut kita tempuh prosedur

berikut :

a. Pengamatan x1, x2,..., xn dijadikan bilangan baku z1, z2,..., zn

dengan menggunakan rumuss

xxz i

i

( x dan s masing-masing

merupakan rata-rata dari simpangan baku sampel)

b. Untuk setiap bilangan baku ini dan menggunakan daftar distribusi

normal baku, kemudian dihitung peluang : F(zi) = P(z ≤zi)

c. Selanjutnya dihitung proporsi z1, z2,..., zn yang lebih kecil atau

yang sama dengan zt jika proporsi ini dinyatakan oleh S(zi), maka

n

zyangzzzbanyaknyazS in

i

,...,, 21

d. Hitung selisih F(zi) – S(zi) kemudian tentukan harga mutlaknya.

e. Ambil harga yang paling besar diantara harga-harga mutlak

selisih tersebut.Sebutlah harga terbesar ini adalah L0.

Page 86: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN MAKE A MATCH  · PDF fileJoko Susanto, S.Pd selaku guru bidang studi matematika yang telah membantu dan mengarahkan dalam pelaksanakan penelitian. 8

72

Untuk menerima atau menolak hipotesisi nol, maka kita

bandingkan Lo ini dengan nilai L yang diambil dari daftar untuk taraf

nyata yang dipilih. Kriterianya adalah : tolak hipotesis nol bahwa

populasi berdistribusi normal jika Lo yang diperoleh dari data

pengamatan melebihi L dari daftar. Dalam hal lainnya hipotesis nol

diterima. (Sudjana, 2005: 466)

b) Uji Homogenitas Sampel

Untuk mengetahui seragam tidaknya variasi sampel-sampel

yang diambil dari populasi yang sama, maka perlu melakukan

pengujian terhadap kesamaan (homogenitas) beberapa bagian sampel.

Untuk menguji homogenitas sampel digunakan Uji Bartlett, yang

bentuknya sebagai berikut :

Sampel

keDk

dk

1Si

2 Log Si2 dk – log Si

2

1

2

.

.

.

K

n1 – 1

n2 – 1

nk - 1

1

1

1 n

1

1

2 n

1

1

kn

S12

S22

Sk2

Log S12

Log S22

Log Sk2

(n1 – 1) Log S12

(n2 – 1) Log S22

(nk – 1) Log Sk2

Jml 1in

1

1

in

- - 2)1( ki LogSn

Page 87: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN MAKE A MATCH  · PDF fileJoko Susanto, S.Pd selaku guru bidang studi matematika yang telah membantu dan mengarahkan dalam pelaksanakan penelitian. 8

73

Di daftar tersebut kita hitung harga-harga yang diperlukan

yaitu:

1.

1

1 22

i

i

n

SnS

2. Harga satuan B dengan rumus :

B = 12 inSLog

Ternyata untuk uji Bartlett digunakan statistika chi kuadrat:

22 110 ii SLognBInx

Dengan In 10 = 2,3026, disebut logaritma asli dari pada bilangan

10. Dengan kriteria X2hitung < X2

tabel, dengan taraf signifikansi 5%,

maka dapat dikatakan homogen.

(Sudjana, 2005: 261)

c) Uji Anova Satu Jalur

Anova (Analysis of Variance) merupakan bagian dari metode

analisis yang tergolong analisis komparatif (perbandingan) lebih dari

dua rata-rata. Tujuan dari uji anova satu jalur ialah untuk

membandingkan lebih dari dua rata-rata. Sedangkan gunanya untuk

menguji kemampuan generalisasi. Maksudnya dari signifikasi hasil

penelitian (anova satu jalur). Jika terbukti berbeda berarti kedua

sampel tersebut dapat digeneralisasikan artinya data sampel dapat

mewakili populasi.

Page 88: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN MAKE A MATCH  · PDF fileJoko Susanto, S.Pd selaku guru bidang studi matematika yang telah membantu dan mengarahkan dalam pelaksanakan penelitian. 8

74

Langkah-langkah anova satu jalur :

1. Uji atau asumsikan bahwa data masing-masing dipilih secara

acak.

2. Uji atau asumsikan bahwa data masing-masing berdistribusi

normal.

3. Uji atau asumsikan bahwa data masing-masing homogen.

4. Buat tabel penolong anova sebagai berikut

Tabel penolong anova

Nama

responden

Variabel bebas

1 2 3 .... n

n1 n2 n3 ... nn N

1 2 3 n

1 2 3 ... n

s21 s2

2 s23 ... s2

n

5. Hitung jumlah kuadrat antar kelompok dengan rumus:

JKR =

n

n

nnnn

xxxx

....

....

321

2

321

Page 89: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN MAKE A MATCH  · PDF fileJoko Susanto, S.Pd selaku guru bidang studi matematika yang telah membantu dan mengarahkan dalam pelaksanakan penelitian. 8

75

6. Hitung jumlah kuadrat antar kelompok dengan rumus:

JKA =

1

2

1

n

x+

2

2

2

n

x+

3

2

3

n

x+

......

......+

n

n

n

x2

- JKR

7. Hitung jumlah kuadrat dalam kelompok dengan rumus:

JKD = 2x - JKR - JKA

8. Hitung derajat kebebasan rata-rata dengan rumus:

dkrata-rata = 1

9. Hitung derajat kebebasan antar kelompok dengan rumus:

dkA = k – 1

di mana k = banyak kelompok

10. Hitung derajat kebebasan dalam kelompok dengan rumus:

dkD = N – k

di mana N = jumlah seluruh anggota sampel

11. Hitung rata-rata jumlah kuadrat antar kelompok dengan rumus:

RKrata-rata =R

R

dk

JK

12. Hitung rata-rata jumlah kuadrat antar kelompok dengan rumus:

RKA =A

A

dk

JK

13. Hitung rata-rata jumlah kuadrat dalam kelompok dengan rumus:

RKD =D

D

dk

JK

14. Cari Fhitung dengan rumus:

Page 90: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN MAKE A MATCH  · PDF fileJoko Susanto, S.Pd selaku guru bidang studi matematika yang telah membantu dan mengarahkan dalam pelaksanakan penelitian. 8

76

Fhitung =D

A

RK

RK

15. Tetapkan taraf signifikansi ()

16. Cari Ftabel dengan rumus:

Ftabel = F(1-) (dkA, dkB)

Dengan menggunakan tabel F didapat Ftabel

17. Masukkanlah semua nilai yang didapat ke dalam tabel anova

berikut:

Tabel Anova

Jumlah

Variasi

Jumlah

kuadrat (JK)dk

Rata-rata

Kuadrat (RK)F

Rata-rata

Antar klmpk

Dalam klmpk

JKR

JKA

JKD

1

dkA

dkD

RKR

RKA

RKD

Fhitung

Jumlah X2 ni

18. Tentukan kriteria pengujiannya yaitu:

Jika Fhitung ≤ Ftabel, maka tidak terdapat perbedaan rata-rata antar

sampel.

19. Bandingkan Fhitung dengan Ftabel

20. Buatlah kesimpulannya.

(Usman, 2006: 151-153)

Page 91: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN MAKE A MATCH  · PDF fileJoko Susanto, S.Pd selaku guru bidang studi matematika yang telah membantu dan mengarahkan dalam pelaksanakan penelitian. 8

77

2. Analisis akhir

a) Uji Normalitas

Untuk menguji normalitas sampel digunakan uji kenormalan

dengan uji liliefors. Adapun langkah-langkahnya sebagai berikut:

1. Pengamatan x1, x2, ... xn dijadikan bilangan baku z1, z2, ... zn

dengan menggunakan rumuss

xxz i

i

( x dan s masing-masing

merupakan rata-rata dari simpangan baku sampel)

2. Untuk setiap bilangan baku ini dan menggunakan daftar distribusi

normal baku, kemudian dihitung peluang: F(zi) = P(z ≤zi)

3. Selanjutnya dihitung proporsi z1, z2, ... zn yang lebih kecil atau

yang sama dengan zi jika proporsi ini dinyatakan oleh S(zi), maka

n

zyangzzzbanyaknyazS in

i

,...,, 21

4. Hitung selisih F(zi) - S(zi) kemudian tentukan harga mutlaknya.

5. Ambil harga yang paling besar diantara harga-harga mutlak selisih

tersebut.

Sebutlah harga terbesar ini adalah L0.

Untuk menerima atau menolak hipotesisi nol, maka kita

bandingkan L0 ini dengan nilai L yang diambil dari daftar untuk

taraf nyata yang dipilih. Kriterianya adalah : tolak hipotesis nol

bahwa populasi berdistribusi normal jika L0, yang diperoleh dari

data pengamatan melebihi L dari daftar. Dalam hal lainnya

hipotesis nol diterima. (Sudjana, 2005: 406)

Page 92: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN MAKE A MATCH  · PDF fileJoko Susanto, S.Pd selaku guru bidang studi matematika yang telah membantu dan mengarahkan dalam pelaksanakan penelitian. 8

78

b) Uji Anova Satu Jalur

LANGKAH-LANGKAH ANOVA SATU JALUR:

1. Uji atau asumsikan bahwa data masing-masing dipilih secara

acak.

2. Uji atau asumsikan bahwa data masing-masing berdistribusi

normal.

3. Uji atau asumsikan bahwa data masing-masing homogen.

4. Tulis Ha dan Ho dalam bentuk kalimat.

Ha : Terdapat perbedaan hasil belajar antara siswa yang

menggunakan model make a match dengan strategi

pencocokan katu indeks berbantu kartu masalah (M), dan

model NHT dengan strategi bertukar tempat berbantu

kartu masalah (N) maupun model konvensional (K).

Ho: Tidak terdapat perbedaan hasil belajar antara siswa yang

menggunakan model make a match dengan strategi

pencocokan katu indeks berbantu kartu masalah (M), dan

model NHT dengan strategi bertukar tempat berbantu

kartu masalah (N) maupun model konvensional (K).

Tulis Ho dan Ha dalam bentuk statistik.

Ho : M = N = K

Ha : salah satu ada yang ≠

Page 93: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN MAKE A MATCH  · PDF fileJoko Susanto, S.Pd selaku guru bidang studi matematika yang telah membantu dan mengarahkan dalam pelaksanakan penelitian. 8

79

5. Buat tabel penolong anova sebagai berikut :

Tabel penolong anova

Nama

responden

Variabel bebas

1 2 3 .... n

n1 n2 n3 ... nn N

1 2 3 n

1 2 3 ... n

s21 s2

2 s23 ... s2

n

6. Hitung jumlah kuadrat antar kelompok dengan rumus:

JKR =

n

n

nnnn

xxxx

....

....

321

2

321

7. Hitung jumlah kuadrat antar kelompok dengan rumus:

JKA =

1

2

1

n

x+

2

2

2

n

x+

3

2

3

n

x+

......

......+

n

n

n

x2

- JKR

8. Hitung jumlah kuadrat dalam kelompok dengan rumus:

JKD = 2x - JKR - JKA

Page 94: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN MAKE A MATCH  · PDF fileJoko Susanto, S.Pd selaku guru bidang studi matematika yang telah membantu dan mengarahkan dalam pelaksanakan penelitian. 8

80

9. Hitung derajat kebebasan rata-rata dengan rumus:

dkrata-rata = 1

10. Hitung derajat kebebasan antar kelompok dengan rumus:

dkA = k – 1

di mana k = banyak kelompok

11. Hitung derajat kebebasan dalam kelompok dengan rumus:

DkD = N – k

di mana N = jumlah seluruh anggota sampel

12. Hitung rata-rata jumlah kuadrat antar kelompok dengan rumus:

RKrata-rata =R

R

dk

JK

13. Hitung rata-rata jumlah kuadrat antar kelompok dengan rumus:

RKA =A

A

dk

JK

14. Hitung rata-rata jumlah kuadrat dalam kelompok dengan rumus:

RKD =D

D

dk

JK

15. Cari Fhitung dengan rumus :

Fhitung =D

A

RK

RK

16. Tetapkan taraf signifikansi ()

17. Cari Ftabel dengan rumus:

Ftabel = F(1-) (dkA, dkB)

Dengan menggunakan tabel F didapat Ftabel

Page 95: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN MAKE A MATCH  · PDF fileJoko Susanto, S.Pd selaku guru bidang studi matematika yang telah membantu dan mengarahkan dalam pelaksanakan penelitian. 8

81

18. Masukkanlah semua nilai yang didapat ke dalam tabel anova

berikut:

Tabel Anova

Jumlah

Variasi

Jumlah

kuadrat (JK)dk

Rata-rata

Kuadrat (RK)F

Rata-rata

Antar klmpk

Dalam klmpk

JKR

JKA

JKD

1

dkA

dkD

RKR

RKA

RKD

Fhitung

Jumlah X2 ni

19. Tentukan kriteria pengujiannya yaitu :

Jika Fhitung ≤ Ftabel, maka Ho diterima.

20. Bandingkan Fhitung dengan Ftabel

21. Buatlah kesimpulannya.

(Usman, 2006: 151-153)

22. Seandainya ternyata Ho ditolak, maka perhitungan dilanjutkan

agar diketahui pasangan mana yang berbeda dengan

menggunakan uji t (Sudjana, 2005: 304-305).

23. Uji-t

Jika 12 ≠ 2

2, maka rumus yang digunakan adalah sebagai

berikut:

Page 96: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN MAKE A MATCH  · PDF fileJoko Susanto, S.Pd selaku guru bidang studi matematika yang telah membantu dan mengarahkan dalam pelaksanakan penelitian. 8

82

2

22

1

21

21

n

s

n

s

xxt

Kriteria pengujian terima Ho jika :

21

2211

ww

twtw < t <

21

2211

ww

twtw dan tolak Ho jika sebaliknya

dengan1

21

1n

sw ,

2

22

2n

sw

t1 = t(1- ½) (n1 – 1) dan t2 = t(1 – ½) (n2 – 1)

derajat kebebasan masing-masing adalah (n1 -1) dan (n2 – 1)

dengan peluang (1 – ½ ). (Sudjana, 2002: 243)

c) Ketuntasan Belajar

Untuk mengetahui keefektifan pembelajaran digunakan kriteria

ketuntasan belajar sebagai berikut:

1. Ketuntasan Belajar Individu (Perorangan)

Ketuntasan belajar siswa baik kelompok kontrol maupun

kelompok eksperimen dapat dirumuskan sebagai berikut:

P = %100seluruhnyamaxnilaijumlah

siswadiperolehyangnilaijumlah

Apabila siswa telah menguasai sekurang-kurangnya 65%

terhadap materi setiap satuan bahasan yang diajukan.

2. Ketuntasan Belajar Klasikal

Di dalam pengukuran tuntas secara klasikal, dikatakan

belajar tuntas dengan rumus:

Page 97: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN MAKE A MATCH  · PDF fileJoko Susanto, S.Pd selaku guru bidang studi matematika yang telah membantu dan mengarahkan dalam pelaksanakan penelitian. 8

83

P = %100tesmengikutiyangsiswajumlah

belajartuntasyangsiswajumlah

Apabila sekurang-kurangnya 75% dari siswa berhasil

mencapai tingkat penguatan yang ditetapkan.

Page 98: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN MAKE A MATCH  · PDF fileJoko Susanto, S.Pd selaku guru bidang studi matematika yang telah membantu dan mengarahkan dalam pelaksanakan penelitian. 8

84

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Persiapan Penelitian

Sebelum mengadakan penelitian sangat perlu diadakan persiapan

agar hasil yang dicapai benar-benar maksimal. Beberapa persiapan yang

dilakukan sebelum mengadakan penelitian, antara lain:

1. Melakukan observasi awal untuk mengidentifikasi masalah yang

meliputi wawancara dengan guru matematika kelas VIII MTs N 1

Semarang yang meliputi kegiatan pembelajaran di kelas, dan situasi

serta kondisi sekolah.

2. Dengan menggunakan “Cluster random sampling” yaitu secara acak

dipilih tiga kelas dari seluruh siswa kelas VIII MTs N 1 Semarang.

3. Menentukan kelompok kontrol dan kelompok eksperimen secara acak,

terpilih kelas VIII C sebagai kelas kontrol, VIII A dan VIII D sebagai

kelas eksperimen.

4. Mencatat nama-nama siswa kelas VIII A, VIII C, VIII D beserta nilai

ulangan tengah semester genap pada mata pelajaran matematika.

5. Menganalisis data awal yaitu nilai ulangan tengah semester genap mata

pelajaran matematika kelas VIII MTs N 1 Semarang. Kemudian

dianalisis sehingga diperoleh suatu kesimpulan bahwa antara

kelompok eksperimen dan kelompok kontrol memiliki rata-rata yang

sama.

6. Sebelum pembelajaran dilaksanakan, perlu dipersiapkan beberapa

perangkat pengajaran yaitu rencana pembelajaran dengan model Make

a Match, rencana pembelajaran dengan model NHT dan rencana

pembelajaran dengan model konvensional, media kartu masalah,

uraian materi, buku-buku, serta alat-alat penunjang lain.

Page 99: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN MAKE A MATCH  · PDF fileJoko Susanto, S.Pd selaku guru bidang studi matematika yang telah membantu dan mengarahkan dalam pelaksanakan penelitian. 8

85

B. Uji Coba Instrumen

1. Pemberian try-out

Try-out dilakukan di MTs N 1 Semarang pada tanggal 19 Mei

2011 yaitu di kelas VIII B dengan jumlah siswa 34 sebagai sampel uji

coba karena mendapat mata pelajaran yang sama dengan siswa yang

menjadi sampel penelitian.

2. Penentuan instrumen.

Hasil uji coba instrumen dianalisis untuk mengetahui validitas,

tingkat kesukaran dan daya pembeda dari tiap-tiap soal serta reliabilitas

dari instrument penelitian.

a. Validitas soal

Perhitungan validitas dapat dilihat pada lampiran 12, setelah rxy

didapatkan kemudian dikonsultasikan dengan rtabel yang didapat

harga kritis r product moment dengan N = 34 untuk taraf signifikan

5% diperoleh rtabel = 0,339.

Untuk selanjutnya hasil tes dari 33 butir soal didapat 16 butir

soal yang valid, hasil analisis validitas dapat dilihat pada tabel 1.

b. Reliabilitas Soal

Perhitungan reliabilitas dapat dilihat pada lampiran 14, dari

hasil perhitungan dengan menggunakan rumus alpha didapat r11 =

0,586. Karena nilai r11 terletak antara 0,41 dan 0,61 (0,41 r11

0,61) maka klasifikasinya sedang.

c. Taraf kesukaran soal

Setelah dilakukan perhitungan indeks kesukaran soal,

terdapat 24 soal yang termasuk kategori mudah, hasila analisis dapat

dilihat pada tabel 1. Untuk perhitungan selengkapnya dapat dilihat

pada lampiran 15.

d. Daya pembeda soal

Setelah dilakuan perhitungan daya pembeda soal terdapat 20

soal dengan daya pembeda tidak signifikan, hasil analisis dapat

Page 100: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN MAKE A MATCH  · PDF fileJoko Susanto, S.Pd selaku guru bidang studi matematika yang telah membantu dan mengarahkan dalam pelaksanakan penelitian. 8

86

dilihat pada tabel 1. Perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada

lampiran 16.

Dari hasil uji coba instrument tes dapat disimpulkan, bahwa

jumlah item soal yang kualitasnya memenuhi syarat sesuai dengan

validitas, taraf kesukaran dan daya pembeda ada 16 item soal yang

akan digunakan sebagai instrumen penelitian ini. Sedangkan soal

yang tidak memenuhi syarat ada 17 item. Untuk hasil selengkapnya

dapat dilihat pada lampiran 16.

C. Tahap Pelaksanaan Penelitian

Penelitian dilaksanakan pada tanggal 12-19 Mei 2011 di MTs N 1

Semarang dan diawali dengan menentukan populasi sesuai dengan

rancangan yang telah diambil. Populasi dalam penelitian ini adalah semua

peserta didik kelas VIII MTs N 1 Semarang yang terdiri dari lima kelas yaitu

kelas VIII A, VIII B, VIII C, VIII D, dan VIII E.

Dengan menggunakan teknik cluster random sampling dengan

pengundian terpilih tiga kelas sebagai sampel. Kelas-kelas tersebut adalah

kelas VIII A sebagai kelas eksperimen I, VIII D sebagai kelas eksperimen II

dan VIII C sebagai kelas kontrol dengan total siswa 102. Pokok bahasan

yang diambil dalam penelitian ini adalah materi prisma dan limas. Dalam

penelitian ini diambil beberapa indikator yaitu : Menyebutkan dan

menghitung unsur – unsur kubus, balok, prisma, dan limas: rusuk, bidang

sisi, diagonal bidang, diagonal ruang, bidang diagonal, membuat jarring-

jaring : kubus, balok, prisma, dan limas, menghitung luas permukaan dan

volume kubus, balok, prisma, dan limas.

. Pada kelas eksperimen I diterapkan model make a match dengan

strategi pencocokan kartu indeks, pada kelas eksperimen II diterapkan model

NHT dengan strategi bertukar tempat dan kelas kontrol diterapkan model

konvensional berupa ceramah.

Page 101: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN MAKE A MATCH  · PDF fileJoko Susanto, S.Pd selaku guru bidang studi matematika yang telah membantu dan mengarahkan dalam pelaksanakan penelitian. 8

87

D. Analisis Hasil Penelitian

1. Analisis Awal

Data awal yang digunakan dalam analisis berupa nilai ujian

tengah semester genap kelas VIII.

a. Uji Normalitas

Untuk mengetahui normalitas sampel dari populasi

dilakukan dengan menggunakan uji Lilliefors, pada taraf

signifikan 5%. Kriteria dalam uji normalitas ini adalah :

Lo > Ltabel, maka populasi berdistribusi normal

Lo < Ltabel, maka populasi tidak berdistribusi normal

Penyajian dan perhitungan data selengkapnya dapat dilihat

pada lampiran 17, 18, 19, 20, 21, 22.

Tabel 2.1 uji normalitas Data Awal

Kelompok N Lo Ltabel Kesimpulan

A 34 0, 2317 0,1519 Berdistribusi normal

D 34 0, 2286 0,1519 Berdistribusi normal

C 34 0, 1547 0,1519 Berdistribusi normal

Dari tabel di atas terlihat bahwa Lo > Ltabel pada taraf 5%

dan n1= 34, n2 = 34, dan n3 = 34 baik untuk kelompok eksperimen

I, kelompok eksperimen II, dan kelompok kontrol sehingga Ho

ditolak. Hal ini berarti sampel dari kelompok eksperimen I,

kelompok eksperimen II dan kelompok kontrol berdistribusi

normal.

b. Uji Homogenitas

Dari lampiran 23 diperoleh 2 = 0,184, untuk = 5%

dengan dk = 2 didapat 20,95(2) = 5,99. Karena 2

0,95(2) > 2, yaitu

5,99 > 0,184 maka hipotesis Ho : 12 = 2

2 = 32 diterima. Maka

dapat disimpulkan bahwa ketiga kelompok mempunyai varians

yang sama (homogen).

Page 102: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN MAKE A MATCH  · PDF fileJoko Susanto, S.Pd selaku guru bidang studi matematika yang telah membantu dan mengarahkan dalam pelaksanakan penelitian. 8

88

2. Analisis Akhir

a. Deskripsi Data Hasil Penelitian

Analisis deskriptif data hasil belajar yang diajar dengan model

pembelajaran make a match, NHT, dan konvensional.

a) Daftar Distribusi Frekuensi

Rentang = 100 – 65 = 35

Banyak kelas = 1 + (3,3) log 35 = 6,09, kita bisa membuat daftar

distribusi dengan banyak kelas 6.

Panjang kelas = 83,56

35tan

kelasbanyak

gren, dari sini kita bisa

ambil panjang kelas 6.

Nilai Evaluasi

Hasil Belajar

Frekuensi

Make a Match NHT Konvensional

65 – 70

71 – 76

77 – 82

83 – 88

89 – 94

95 - 100

2

4

7

3

4

14

4

8

6

6

5

5

9

8

7

4

4

2

Jumlah 34 34 34

b) Diagram Histogram dan Poligon

0

2

4

6

8

10

12

14

64,5 - 70,5 70,5 - 76,5 76,5 - 82,5 82,5 - 88,5 88,5 - 94,5 94,5 - 100

make a match

NHT

Konvensional0

2

4

6

8

10

12

14

64,5 - 70,5 70,5 - 76,5 76,5 - 82,5 82,5 - 88,5 88,5 - 94,5 94,5 - 100

make a match

NHT

Konvensional

Page 103: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN MAKE A MATCH  · PDF fileJoko Susanto, S.Pd selaku guru bidang studi matematika yang telah membantu dan mengarahkan dalam pelaksanakan penelitian. 8

89

c) Analisis

Dari diagram histogram dan poligon dapat dilihat bahwa

hasil belajar siswa yang diajar dengan menggunakan model

pembelajaran make a match, NHT, dan konvensional memiliki

nilai yang berbeda. Diagram histogram dan poligon siswa yang

diajar menggunakan model make a match mengalami kenaikan ke

arah kanan, hal ini menunjukkan bahwa nilai siswa yang diberi

model make a match sudah baik. Diagram histogram dan poligon

pada siswa yang diajar dengan menggunakan model NHT

mengalami kenaikan dan penurunan, namun demikian nilai siswa

sudah cukup baik. Sedangkan diagram histogram dan poligon pada

siswa yang diajar dengan menggunakan model konvensional terus

mengalami penurunan ke arah kanan. Hal ini menunjukkan bahwa

nilai siswa yang diberi model konvensional belum cukup baik.

Dari analisis deskriptif diatas dapat disimpulkan bahwa nilai

siswa yang diajar menggunakan model make a match dan NHT lebih

baik dibandingkan nilai siswa yang diajar menggunakan model

konvensional.

b. Uji Normalitas

Untuk mengetahui normalitas sampel dari populasi

dilakukan dengan menggunakan uji Lilliefors, pada taraf signifikan

5%. Kriteria dalam uji normalitas ini adalah :

Lo > Ltabel, maka populasi berdistribusi normal

Lo < Ltabel, maka populasi tidak berdistribusi normal

Penyajian dan perhitungan data selengkapnya dapat dilihat

pada lampiran 25, 26, 27, 28, 29, 30.

Page 104: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN MAKE A MATCH  · PDF fileJoko Susanto, S.Pd selaku guru bidang studi matematika yang telah membantu dan mengarahkan dalam pelaksanakan penelitian. 8

90

Tabel 2.2 uji normalitas Data Akhir

Kelompok N Lo Ltabel Kesimpulan

A 34 0,1647 0,1519 Berdistribusi normal

D 34 0,1580 0,1519 Berdistribusi normal

C 34 0,1554 0,1519 Berdistribusi normal

Dari tabel di atas terlihat bahwa kelompok eksperimen I

(Make a Match), kelompok eksperimen II (NHT) dan kelompok

kontrol (Konvensional) diperoleh Lo > Ltabel pada taraf 5% dan n1 =

34, n1 = 34 dan n3 = 34 sehingga Ho ditolak. Hal ini berarti sampel

dari ketiga kelompok tersebut berdistribusi normal.

c. Uji Homogenitas

Dari lampiran 31 diperoleh 2 = 0,444, untuk = 5%

dengan dk = 2 didapat 20,95(2) = 5,99. Karena 2

0,95(2) > 2, yaitu 5,99

> 0,444 maka hipotesis Ho : 12 = 2

2 = 32 diterima. Hal ini berarti

ketiga kelompok mempunyai varians yang sama (homogen).

d. Uji Anova Satu Jalur

Untuk mengetahui ada tidaknya perbedaan hasil belajar

antara siswa yang mendapatkan pembelajaran Make a Match,

pembelajaran NHT, dan pembelajaran Konvensional digunakan Uji

Anova Satu Jalan. Ketentuan pengujian hipotesis : bila harga F hitung

Ftabel maka Ho diterima, dan Ha ditolak.

Page 105: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN MAKE A MATCH  · PDF fileJoko Susanto, S.Pd selaku guru bidang studi matematika yang telah membantu dan mengarahkan dalam pelaksanakan penelitian. 8

91

Tabel 2.3 Uji Anava

Sumber

Variasi

Dk JK KT F

Rata-rata 1 700024,51 700024,51

7,494

Antar

Kelompok2 1374,019 687,0095

Dalam

Kelompok

99 9076,471 91,682

Total 102 710475

Dari lampiran 32 didapat F hitung = 7,494. Dengan taraf 5%,

dk pembilang 2 dan dk penyebut 101 diperoleh F table = 3,089.

Ternyata harga F hitung > F table yaitu 7,494 > 3,089 maka Ho

yang diajukan ditolak dan Ha diterima. Karena Ho ditolak maka

kesimpulannya terdapat perbedaan hasil belajar antara siswa yang

mendapatkan pembelajaran Make a Match, pembelajaran NHT, dan

pembelajaran Konvensional pada materi Prisma dan Limas kelas

VIII semester II MTs N 1 Semarang.

Di sini belum diketahui model manakah yang lebih baik

antara siswa yang mendapat pembelajaran Make a Match dengan

Konvensional, pembelajaran NHT dengan Konvensional, atau yang

mendapat pembelajaran Make a Match dengan NHT. Untuk itu

diperlukan pembuktian antar dua sampel tersebut, dengan t-test

(related berpasangan).

Dari lampiran 32 diperoleh analisis data tes hasil belajar

matematika pada kelompok eksperimen 1 dan eksperimen 2 dengan

uji t dan taraf = 0,05 diperoleh thitung=2,275 dan ttabel = 1,67

sehingga thitung>ttabel. Hal ini menyatakan bahwa hasil belajar siswa

yang menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Make a

Page 106: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN MAKE A MATCH  · PDF fileJoko Susanto, S.Pd selaku guru bidang studi matematika yang telah membantu dan mengarahkan dalam pelaksanakan penelitian. 8

92

Match (kelompok eksperimen 1) lebih baik dari hasil belajar siswa

yang menggunakan model pembelajaran NHT (kelompok

eksperimen 2).

Analisis data tes hasil belajar matematika pada kelompok

eksperimen 1 dan kelompok kontrol dengan uji t dan taraf = 0,05

diperoleh thitung=4,074 dan ttabel=1,67 sehingga thitung>ttabel. Hal ini

menyatakan bahwa hasil belajar siswa yang menggunakan model

pembelajaran kooperatif tipe Make a Match (kelompok eksperimen I

lebih baik dari hasil belajar siswa yang menggunakan pembelajaran

ekspositori (kelompok kontrol).

Analisis data tes hasil belajar matematika pada kelompok

eksperimen 2 dan kelompok kontrol dengan uji t dan taraf = 0,05

diperoleh thitung=2,089 dan ttabel = 1,67 sehingga thitung>ttabel. Hal ini

menyatakan bahwa hasil belajar siswa yang menggunakan model

pembelajaran kooperatif tipe TAI (kelompok eksperimen 2) lebih

baik dari hasil belajar siswa yang menggunakan pembelajaran

ekspositori (kelompok kontrol).

e. Persentase ketuntasan belajar

Untuk mengetahui berapa banyak siswa yang dapat

menuntaskan belajarnya dapat dilihat pada lampiran 33, 34, 35. Dari

lampiran 33 dapat dilihat bahwa banyaknya siswa dari kelompok

eksperimen I (Make a Match) yang tuntas adalah 32 orang dengan

persentase 94,18 % dan nilai rata-rata 87,5. Dari lampiran 34 dapat

dilihat bahwa banyaknya siswa dari kelompok eksperimen II (NHT)

yang tuntas ada 30 orang dengan persentase 88,2% dan nilai rata-rata

82,5. Sedangkan dari lampiran 35 dapat dilihat bahwa banyaknya

siswa dari kelompok kontrol yang tuntas ada 25 orang dengan

persentase 73,5% dan nilai rata-rata 78,83. Ketiganya mempunyai

kriteria ketuntasan belajar yang sama yaitu ketuntasan secara

individu ≥ 65%.

Page 107: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN MAKE A MATCH  · PDF fileJoko Susanto, S.Pd selaku guru bidang studi matematika yang telah membantu dan mengarahkan dalam pelaksanakan penelitian. 8

93

Hal ini menunjukkan bahwa kelompok eksperimen I (Make

a Match) lebih baik dibandingkan dengan kelompok eksperimen II

(NHT) dan kelompok kontrol. Jadi dapat diambil kesimpulan bahwa

“Pembelajaran dengan menggunakan model Make a Match lebih

efektif ditinjau dari ketuntasan belajar siswa secara individu maupun

klasikal pada materi Prisma dan Limas siswa kelas VIII MTs N 1

Semarang.

E. Pembahasan Hasil Penelitian

Berdasarkan analisis data seperti yang telah di uraikan di atas

diketahui bahwa dari uji anova satu jalan diperoleh Fhitung = 7,494

selanjutnya dikonsultasikan dengan kriteria pengujian dengan α = 5% dk

pembilang 2 dan dk penyebut 101 diperoleh F table = 3,089. Ternyata harga

F hitung > F table yaitu 7,494 > 3,089 maka Ho yang diajukan ditolak dan Ha

diterima. Karena Ho ditolak maka kesimpulannya terdapat perbedaan

hasil belajar antara siswa yang mendapatkan pembelajaran Make a Match,

pembelajaran NHT, dan pembelajaran Konvensional pada materi Prisma

dan Limas kelas VIII MTs N 1 Semarang.

Setelah dilakukan pembuktian antar dua sampel dengan t-test

(related berpasangan) dapat ditunjukkan diperoleh analisis data tes hasil

belajar matematika pada kelompok eksperimen 1 dan eksperimen 2 dengan

uji t dan taraf = 0,05 diperoleh thitung=2,275 dan ttabel = 1,67 sehingga

thitung>ttabel. Hal ini menyatakan bahwa hasil belajar siswa yang

menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Make a Match

(kelompok eksperimen 1) lebih baik dari hasil belajar siswa yang

menggunakan model pembelajaran NHT (kelompok eksperimen 2).

Analisis data tes hasil belajar matematika pada kelompok

eksperimen 1 dan kelompok kontrol dengan uji t dan taraf = 0,05

diperoleh thitung=4,074 dan ttabel=1,67 sehingga thitung>ttabel. Hal ini

menyatakan bahwa hasil belajar siswa yang menggunakan model

pembelajaran kooperatif tipe Make a Match (kelompok eksperimen 1)

Page 108: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN MAKE A MATCH  · PDF fileJoko Susanto, S.Pd selaku guru bidang studi matematika yang telah membantu dan mengarahkan dalam pelaksanakan penelitian. 8

94

lebih baik dari hasil belajar siswa yang menggunakan pembelajaran

konvensional (kelompok kontrol).

Analisis data tes hasil belajar matematika pada kelompok

eksperimen II dan kelompok kontrol dengan uji t dan taraf = 0,05

diperoleh thitung=2,089 dan ttabel = 1,67 sehingga thitung>ttabel. Hal ini

menyatakan bahwa hasil belajar siswa yang menggunakan model

pembelajaran kooperatif tipe NHT (kelompok eksperimen 2) lebih baik

dari hasil belajar siswa yang menggunakan pembelajaran konvensional

(kelompok kontrol).

Untuk mengetahui berapa banyak siswa yang dapat menuntaskan

belajarnya dapat dilihat pada lampiran 31, 32, dan 33. Dari lampiran 31

dapat dilihat bahwa ketuntasan belajar kelompok eksperimen I (Make a

Match) yaitu 32 orang dengan persentase 94,18% dan nilai rata-rata 87,5,

kelompok eksperimen II (NHT) yang tuntas belajarnya adalah 30 orang

dengan persentase 88,2% dan nilai rata-ratanya 82,5, sedangkan kelompok

kontrol yang tuntas belajarnya adalah 25 orang dengan persentase 73,5%

dan nilai rata-ratanya 78,53. Hal ini menunjukkan bahwa pembelajaran

dengan menggunakan model Make a Match dan NHT lebih efektif

dibandingkan dengan model konvensional ditinjau dari ketuntasan belajar

baik individu maupun klasikal pada siswa kelas VIII semester II MTs N 1

Semarang.

Page 109: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN MAKE A MATCH  · PDF fileJoko Susanto, S.Pd selaku guru bidang studi matematika yang telah membantu dan mengarahkan dalam pelaksanakan penelitian. 8

95

BAB V

PENUTUP

A. Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian eksperimen yang telah dilaksanakan

dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan hasil belajar antara siswa

yang mendapat pembelajaran Make a Match, pembelajaran NHT, dan

pembelajaran Konvensional pada materi Prisma dan Limas kelas VIII

semester II MTs N 1 Semarang. Hal ini terbukti pada analisa hasil akhir

dengan uji Anova Satu Jalan yaitu Fhitung = 7,494 dengan α = 5% dk

pembilang 2 dan dk penyebut 101 diperoleh F table = 3,089. Sedangkan

untuk kriteria ketuntasan, kelompok eksperimen juga lebih baik

dibandingkan dengan kelompok kontrol dengan persentase kelompok

eksperimen I 94,118%, kelompok eksperimen II 88,2% dan kelompok

kontrol 73,5%.

Dengan demikian pembelajaran dengan model Make a Match lebih

baik dibandingkan dengan model NHT dan Konvensional.

B. Saran

Dari hasil penelitian, maka saran yang dapat diajukan adalah

sebagai berikut:

1. Perlunya guru dalam setiap pembelajaran matematika mendorong

peningkatan aktivitas, motivasi dan minat belajar siswa.

2. Guru perlu meningkatkan hasil belajar siswa dengan memilih model

pembelajaran yang tepat dan dapat memperlancar kegiatan belajar

mengajar dikelas.

3. Karena pembelajaran dengan model Make a Match dan NHT

memberikan pengaruh yang baik terhadap hasil belajar siswa, maka

hendaknya guru mampu menerapkan pembelajaran dengan model

tersebut dalam proses belajar mengajar.

4. Agar siswa lebih bersemangat saat pembelajaran, hendaknya guru

lebih meningkatkan motivasi yang dimiliki oleh siswa dengan berbagai

Page 110: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN MAKE A MATCH  · PDF fileJoko Susanto, S.Pd selaku guru bidang studi matematika yang telah membantu dan mengarahkan dalam pelaksanakan penelitian. 8

96

cara, misalnya cara yang paling sering digunakan adalah pemberian

nilai tambahan untuk siswa yang telah berani mengemukakan

pendapatnya.

Page 111: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN MAKE A MATCH  · PDF fileJoko Susanto, S.Pd selaku guru bidang studi matematika yang telah membantu dan mengarahkan dalam pelaksanakan penelitian. 8

97

DAFTAR PUSTAKA

Adinawan, Cholik dan Sugijono. 2008. Matematika 2B untuk SMP Kelas VIIISemester II. Jakarta : Erlangga

Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek.Jakarta : Rineka Cipta.

Dimyati dan Mujiono. 2002. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta : Rineka Cipta.

Djamarah, Syaiful B. 2002. Psikologi Belajar. Jakarta : Grasindo.

Hamalik, Oemar. 2008. Proses Belajar Mengajar. Bandung : Bumi Aksara.

Hudoyo, Herman. 1990. Strategi Belajar Matematika. Malang : IKIP Malang.

L.Silberman, Melvin. 2009. Active Learning : 101 Cara Belajar Siswa Aktif.Bandung : Nusamedia

Purwanto, M. Ngalim. 2006. Psikologi Pendidikan. Bandung : PT. RemajaRosdakarya.

Sudjana, 1996. Metode Statistika. Bandung : Tarsito.

Sudjana, Nana dan Ahmad Rivai. 2007. Media Pengajaran. Bandung : Sinar BaruAlgesindo.

Suprijono, Agus. 2009. Cooperative Learning ( Teori dan Aplikasi PAIKEM ) :Yogyakarta : Pustaka Pelajar.

Slameto. 2003. Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta :Rineka Cipta.