pengaruh model pembelajaran kooperatif...

137
PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISION (STAD) TERHADAP HASIL BELAJAR MATEMATIKA KELAS 5 SD NEGERI JATIASIH X BEKASI Skripsi Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd) Oleh : Riskitri Wigih Sayekti NIM 109018300023 JURUSAN PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2014

Upload: ngoque

Post on 02-Feb-2018

232 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24764/1/RISKITRI... · kelompok mengunkan uji-t diperoleh hasil t-hitung 8,21 dan t -tabel

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE

STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISION (STAD)

TERHADAP HASIL BELAJAR MATEMATIKA KELAS 5 SD

NEGERI JATIASIH X BEKASI

Skripsi

Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan untuk Memenuhi Salah

Satu Syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)

Oleh :

Riskitri Wigih Sayekti

NIM 109018300023

JURUSAN PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU

MADRASAH IBTIDAIYAH

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2014

Page 2: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24764/1/RISKITRI... · kelompok mengunkan uji-t diperoleh hasil t-hitung 8,21 dan t -tabel
Page 3: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24764/1/RISKITRI... · kelompok mengunkan uji-t diperoleh hasil t-hitung 8,21 dan t -tabel
Page 4: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24764/1/RISKITRI... · kelompok mengunkan uji-t diperoleh hasil t-hitung 8,21 dan t -tabel
Page 5: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24764/1/RISKITRI... · kelompok mengunkan uji-t diperoleh hasil t-hitung 8,21 dan t -tabel
Page 6: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24764/1/RISKITRI... · kelompok mengunkan uji-t diperoleh hasil t-hitung 8,21 dan t -tabel

ABSTRAK

Riskitri Wigih Sayekti (109018300023). Pengaruh Model Pembelajaran

Kooperatif Tipe Student Team Achievement Division (STAD) Terhadap Hasil

Belajar Matematika Siswa Kelas 5 SD Jatiasih X

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh model pembelajaran

kooperatif tipe STAD terhadap hasil belajar matematika siswa kelas 5 SD Jatiasih

X. Metode penelitian yang digunakan adalah quasi eksperimen dengan rancangan

penelitian posttest only group design. Pengambilan sampel dilakukan dengan

mengunakan teknik cluster random sampling. Sample pertama (kelas B)

berjumlah 38 siswa adalah kelas eksperimen yang diajar mengunakan model

pembelajaran kooperatif tipe Student Team Achievement Division (STAD).

Sample kedua (kelas A) berjumlah 38 siswa adalah kelas kontrol yang diajar

dengan mengunakan pembelajaran konvensional. Analisis data proses kedua

kelompok mengunkan uji-t diperoleh hasil t-hitung 8,21 dan t-tabel pada taraf

signifikan 5 % sebesar 1,68, maka t-hitung > t-tabel. Hal ini menunjukan bahwa

terdapat pengaruh signifikan model pembelajaran kooperatif tipe Student Team

Achievement Division (STAD) terhadap hasil belajar matematika kelas 5 SD

Negeri Jatiasi X.

Page 7: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24764/1/RISKITRI... · kelompok mengunkan uji-t diperoleh hasil t-hitung 8,21 dan t -tabel

ABSTRACT

Riskitri Wigih Sayekti (109018300023). The Effect Of Cooperative Learning

Model Type Student Team Achievement Division (STAD) on Students

Achievement In Mathematics At 5th

Grade Of SDN Jatiasih X.

The study aims to know the effect of cooperative learning model type

student team achievement division (STAD) on student achievement in mathematics

at 5th

grade of SDN Jatiasih X. the research method use is quasi experiment study

with posttest only control group design. The technique sampling is cluster random

sampling. The first sample (B class) is 38 students for class experiment with

cooperative learning model type Student Team Achievement Division (STAD), and

the second sample (A class) is 38 students for class control with conventional

learning. The posttest data analysis of both class use utilizes t-test with the result

is 8,21 and t-table is 1,68 with 5 % significances. So t-test>t-table. Therefore, it

indicates that there‘s significant effect of cooperative learning model type Student

Team Achievement Division (STAD) in mathematics at 5th

grade of SDN Jatiasih

X.

Page 8: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24764/1/RISKITRI... · kelompok mengunkan uji-t diperoleh hasil t-hitung 8,21 dan t -tabel

KATA PENGANTAR

Bismillahirahmanirahim

Puji syukur atas kehadirat Allah Subhanahu wata’ala atas berkah serta

rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul,

“Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD Terhadap Hasil

Belajar Matematika Siswa Kelas 5 SDN Jatiasih X.” dengan baik.

Sholawat serta salam penulis haturkan kepada junjungan besar kita nabi

Muhammad Sallallahu ‘alaihi wassalam beserta keluarga dan para sahabatnya.

Halangan serta rintangan yang dihadapi penulis pada saat pengerjaan

skripsi ini tidaklah sedikit. Namun tidak sedikit pula bantuan dari berbagai pihak.

Oleh sebab itu penulis mengucapkan terimakasih sebesar-besarnya kepada :

1. Ibu Nurlena Rifa’i, Ph.D., selaku dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan

Keguruan (FITK) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan

surat izin penelitian yang berkenaan dengan skripsi ini.

2. Bapak Fauzan, MA., selaku ketua program studi Pendidikan Guru

Madrasah Ibtidaiyah (PGMI) dan penasihat akademik yang telah

memberikan arahan, nasihat dan mempermudah penulis secara

administrasi akademik sehingga skripsi ini dapat diajukan dan diujikan.

3. Ibu Maifalinda Fatra, M.Pd., selaku dosen pembimbing skripsi yang telah

memberi arahan, masukan, bimbingan serta dukungan moril dalam

menyusun dan menyelesaikan skripsi ini.

4. Seluruh dosen dan staf akademik FITK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta,

yang telah membagi ilmunya dengan penulis selama penulis menjadi

mahasiswi PGMI.

5. Kepala sekolah SDN Jatiasih X, Ibu Hj. Lilis Setya P. M, M.Pd yang telah

mengizinkan penulis untuk melakukan penelitian di kelas 5 A dan 5 B.

Wali kelas 5A dan 5B, Bapak Mochammad Achim, S.Pd., M.Kom. dan

Ibu Yuli, S.Pd yang telah membantu penulis dalam mengetahui kondisi

kelas yang diteliti.

i

Page 9: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24764/1/RISKITRI... · kelompok mengunkan uji-t diperoleh hasil t-hitung 8,21 dan t -tabel

ii

6. Kedua orang tuaku, Mama Anna Fuadah, B.Sc dan Papa Ir. Tri Puguh

Tekad Djati yang telah menjadi orang tua terbaik dan selalu mendo’akan,

memberi kasih sayang, nasihat, semangat, motivasi serta dukungan yang

luar biasa dan tak tergantikan. Tante dan om Ibu Dra. Hj. Laily Sjahiroh

dan Bapak H. Sulaiman Affandi yang telah menjadi orang tua keduaku

yang selalu memberi do’a dan dukungan baik moral maupun moril.

7. Kedua kakak, Sri Yogi Ari Pinilih dan Oryza Sihpakarti yang selalu

menjadi penyemangat dan penghibur penulis dengan canda tawa dan kasih

sayangnya.

8. Semua pihak yang telah banyak membantu ketika penulis mengalami

kesulitan dalam menyelesaikan skripsi ini.

9. Sahabat terbaikku, Maiana Damayanti dan Arum Putri Budiastuti yang

selalu memberi semangat, motivasi dan menjadi tempat penulis berkeluh

kesah dan melepas kepenatan selama penulisan skripsi dengan canda tawa.

10. Teman-teman seperjuangan PGMI angakatn 2009, khususnya Endang Puji

Rahayu (Endang), Ayu Wulandari (Ayu) Nuriel Khoiriyah Muharram

(uie), Siti Rohma Amelya (Amel), Niswatun Hasanah (atun), Yasti

Ferdiana, S.Pd. (Encek), Sifa Kumala (Paun), dan Hilda Komala Sari (Ida)

yang telah bersama-sama dalam suka duka melalui perjuangan menuntut

ilmu dan saling memotivasi satu sama lain.

Semoga mereka semua selalu diberi kesehatan dan rahmat dari Allah

Subhanahu wata’ala. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis, pembaca

dan institusi pendidikan sebagai informasi dan peningkatan mutu pendidikan.

Jakarta, Desember 2013

Penulis

Page 10: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24764/1/RISKITRI... · kelompok mengunkan uji-t diperoleh hasil t-hitung 8,21 dan t -tabel

iv

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ..…………………………………….…….………. i

DAFTAR ISI ……………………………………………………………… iii

DAFTAR TABEL ..………………………………………….….………... v

DAFTAR GAMBAR ..……………………………………….….……….. vi

DAFTAR LAMPIRAN ………………………………………..………… vii

BAB I : PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah ..................................................................... 1

B. Identifikasi Masalah .......................................................................... 5

C. Pembatasan Masalah ......................................................................... 5

D. Rumusan Masalah ............................................................................. 6

E. Tujuan Penelitian .............................................................................. 6

F. Manfaat Penelitian ............................................................................ 6

BAB II : Kajian Teori, Kerangka Berfikir dan Pengajuan Hipotesis

A. Deskripsi Teoritik............................................................................... 8

1. Pembelajaran Kooperatif di Sekolah Dasar ................................. 8

a. Model Pembelajaran Kooperatif ............................................ 8

b. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD ........................ 13

c. Pembelajaran Matematika di SD ............................................ 16

d. Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD dalam

Matematika ............................................................................. 17

2. Belajar dan Hasil Belajar ............................................................. 18

a. Belajar .................................................................................... 18

b. Teori Belajar........................................................................... 19

c. Hasil Belajar ........................................................................... 23

d. Bilangan ................................................................................. 25

e. Aplikasi Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD dalam

Materi Bilangan ...................................................................... 28

B. Kerangka Berpikir .............................................................................. 29

iii

Page 11: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24764/1/RISKITRI... · kelompok mengunkan uji-t diperoleh hasil t-hitung 8,21 dan t -tabel

iv

C. Hasil Penelitian Yang Relevan .......................................................... 30

D. Hipotesis Penelitian ........................................................................... 32

BAB III : Metodelogi Penelitian

A. Tempat dan Waktu Penelitian ........................................................... 33

B. Metode Penelitian .............................................................................. 33

C. Populasi dan Sampel ......................................................................... 34

D. Teknik Pengumpulan Data ................................................................ 34

E. Kontrol Terhadap Validitas Internal ................................................. 38

F. Teknik Analisis Data ......................................................................... 39

G. Hipotesis Statistik .............................................................................. 42

BAB IV : Hasil Penelitian dan Pembahasan

A. Deskripsi Data .................................................................................... 43

B. Pengujian Persyaratan Analisis dan Pegujian Hipotesis .................... 47

C. Pembahasan Hasil Penelitian ............................................................. 50

D. Keterbatasan Penelitian ...................................................................... 53

BAB V : Kesimpulan, Implikasi, dan Saran

A. Kesimpulan ........................................................................................ 54

B. Implikasi ............................................................................................. 55

C. Saran-saran ......................................................................................... 55

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN-LAMPIRAN

Page 12: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24764/1/RISKITRI... · kelompok mengunkan uji-t diperoleh hasil t-hitung 8,21 dan t -tabel

v

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Rata-rata Nilai Senester 1 Tahun Ajaran 2012/2013 …………… 3

Tabel 2.1 Perbedaan Kelompok Belajar Kooperatif dan Kelompok Belajar

diskusi biasa ……………………………………………………. 11

Tabel 2.2 Perhitungan Skor Perkembangan ………………………………. 15

Tabel 2.3 Perkembangan Kelompok …………………………………….... 15

Tabel 3.1 Rekapitulasi Siswa Kelas 5 SD Negeri Jatiasih X ……………... 35

Tabel 4.1 Frekuensi Kelas Eksperimen …………………………………... 44

Tabel 4.2 Frekuensi Kelas Kontrol ……………………………………….. 45

Tabel 4.3 Perbandingan Hasil Belajar Matematika Kelompok Eksperimen

dan Kelompok Kontrol ……………………………………….... 47

Tabel 4.4 Hasil Uji Normalitas Tes Akhir/Posttest Kelompok Eksperimen

dan Kontrol ……………………………………………………. 48

Tabel 4.5 Hasil Uji Homogenitas Tes Akhir/Posttest Kelompok Eksperimen

dan Kontrol …………………………………………………..... 48

Tabel 4.6 Hasil Uji Hipotesis dengan Uji-T ……………………………... 49

Tabel 4.7 Aktivitas Siswa ………..……………………………………… 52

Page 13: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24764/1/RISKITRI... · kelompok mengunkan uji-t diperoleh hasil t-hitung 8,21 dan t -tabel

vi

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Bagan Macam-Macam Bilangan ……………………………… 25

Gambar 3.1 Rancangan Penelitian The Posttest-Only Control Group

Design ………………………………………………................ 33

Gambar 4.1 Grafik Histogram dan Polygon Kelompok Eksperimen ……… 45

Gambar 4.2 Grafik Histogram dan Polygon Kelompok Kontrol …………... 46

Page 14: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24764/1/RISKITRI... · kelompok mengunkan uji-t diperoleh hasil t-hitung 8,21 dan t -tabel

vii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Kelas Eksperimen

Lampiran 2 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Kelas Kontrol

Lampiran 3 Kisi-Kisi Penulisan Soal

Lampiran 4 Instrumen Soal Posttest

Lampiran 5 Lembar Kerja Siswa (LKS)

Lampiran 6 Lembar Aktivitas Siswa

Lampiran 7 Perhitungan Validitas Soal

Lampiran 8 Perhitungan Tingkat Kesukaran Butir Soal

Lampiran 9 Perhitungan Daya Pembeda Soal

Lampiran 10 Tabel Perhitungan Validitas, Tingkat Kesukaran. Dan Daya

Pembeda Soal

Lampiran 11 Perhitungan Reabilitas Soal

Lampiran 12 Data Nilai Siswa Kelompok Eksperimen dan Kelompok

Kontrol

Lampiran 13 Perhitungan Daftar Distribusi Frekuensi Kelompok

Eksperimen

Lampiran 14 Perhitungan Daftar Distribusi Frekuensi Kelompok Kontrol

Lampiran 15 Uji Normalitas Kelompok Eksperimen

Lampiran 16 Uji Normalitas kelompok kontrol

Lampiran 17 Uji Homogenitas

Lampiran 18 Uji Hipotesis

Page 15: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24764/1/RISKITRI... · kelompok mengunkan uji-t diperoleh hasil t-hitung 8,21 dan t -tabel

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pendidikan adalah syarat penting bagi kemajuan suatu bangsa, karena

pendidikan adalah dasar pembentukan karakter bangsa. Pendidikan adalah usaha

sadar dan aktivitas yang dilakukan manusia agar kepribadiannya terus meningkat

dengan cara membina potensi-potensi yang dimilikinya, baik rohani yang meliputi

pikiran, rasa, karsa, cipta dan budi nurani maupun jasmani. Hal ini sesuai dengan

Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20 BAB II pasal 3 tahun 2003

yang bebunyi :

Pendidikan Nasional berfungsi sebagai pengembangan kemampuan dan

pembentukan watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam

rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya

potensi siswa agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada

Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif,

mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis dan bertangung

jawab.

Keberhasilan pendidikan pada umumnya dinilai dari perolehan

pengetahuan, sikap dan keterampilan. Semua ini dapat dicapai melalui proses

belajar-mangajar yang efektif, efisien dan bermakna. Salah satu upaya untuk

mencapai kondisi tersebut adalah dengan pemilihan model pengajaran yang tepat

dan menarik serta mampu memberikan pemahaman yang mantap dan bermakna

untuk siswa. Agar model pengajaran yang sudah dipilih dapat berhasil maka guru

dituntut untuk terampil dan cekatan dalam menyajiakn materi pembelajaran.

Matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang memiliki peranan

penting dalam dunia pendidikan dan bermanfaat dalam kehidupan sehari-hari.

Matematika dalam pelaksanaan pendidikan diajarkan diseluruh jenjang

pendidikan mulai dari taman kanak-kanak, sekolah dasar, menengah, hingga

perguruan tinggi. Matematika dalam kehidupan sehari-hari diperlukan untuk

penghitungan dan pengukuran, selain itu matematika juga diaplikasikan dalam

ilmu-ilmu lain seperti ekonomi, biologi, kimia, fisika, agama dan lainnya.

Karakteristik matematika salah satunya adalah memiliki kajian objek yang abstrak

1

Page 16: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24764/1/RISKITRI... · kelompok mengunkan uji-t diperoleh hasil t-hitung 8,21 dan t -tabel

2

hal ini yang menyebabkan banyak siswa mengalami kesulitan dalam mamahami

konsep-konsep matematika.

Matematika memiliki jam relatif cukup lama yang diajarkan di sekolah

dibandingkan dengan mata pelajaran lainnya, namun kenyataannya matematika

disekolah dianggap sebagai pelajaran yang sulit, menakutkan bahkan sebagian

menganggapnya sebagai momok. Hal inilah yang menyebabkan nilai matematika

selalu rendah dibandingkan pelajaran lainnya.

Prestasi matematika anak Indonesia di dunia internasional sangat jauh

ketinggalan bahkan data yang di publikasikan oleh TIMMS 2012 menunjukan

dalam olimpiade matematika internasional Indonesia masih dibawah Palestina dan

Ethopia. Pada tingkat nasional pemerintah Indonesia melalui departemen

pendidikan nasional menetapkan standar kelulusan ujian nasional untuk SMP dan

SMA 5,5 dan untuk SD ditetapkan oleh pihak sekolah. Data ini menunjukan

bahwa pemerintah belum mempunyai kepercayaan diri untuk menetapkan standar

kelulusan ujian nasional karena kurang yakin dengan kualitas peserta didik. Untuk

tingkat provinsi jawa barat peneliti memperoleh data nilai rata-rata ujian nasional

SD 2011, dan masih menempatkan matematika diurutan terakhir yakni dengan

perolahan nilai Bahasa Indonesia 7,80; IPA 7,33; dan matematika 7,21.

Hal lain yang menunjukan bahwa nilai matematika anak indonesia masih

rendah adalah Standar Kelulusan Minimal (SKM) Ujian Nasional matematika

masih lebih rendah dari mata pelajaran IPA dan Bahasa Indonesia seperti data

yang diperoleh dari kompas.com bahwa nilai SKM ditentukan sekolah masing-

masing, namun rata-rata sekolah-sekolah masih menempatkan SKM matematika

lebih rendah dari mata pelajaran IPA atau Bahasa Indonesia. Dan dari hasil

observasi diperoleh bahwa hasil belajar matematika di SD Jatiasih X juga lebih

rendah dari mata pelajaran IPA dan Bahasa Indonesia, hal ini terlihat dari hasil

nilai rata matematika semester 1 pada tabel 1.1. Selain data tersebut guru kelas

juga menyatakan bahwa nilai matematika lebih rendah dari mata pelajaran lain,

banyak sekali siswa yang belum mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM)

sehingga guru harus mengkatrol nilai siswa dari keseharian dengan memberikan

nilai kelompok minimal 8.

Page 17: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24764/1/RISKITRI... · kelompok mengunkan uji-t diperoleh hasil t-hitung 8,21 dan t -tabel

3

Tabel 1.1

Nilai Rata-Rata Semester 1 Tahun Ajaran 2012/2013

Bahasa Indonesia 81,9

Matematika 75,5

IPA 78,38

Keberhasilan siswa dalam belajar ditentukan oleh dua faktor yaitu faktor

internal dan faktor eksternal. Faktor internal adalah yang datangnya dalam diri

siswa sendiri, dan faktor eksternal yang memepengaruhi adalah dari luar diri

siswa diantaranya, faktor orang tua, lingkungan dan sekolah. Salah satu faktor

eksternal yang mempengaruhi keberhasilan siswa dalam belajar adalah faktor

sekolah yang salah satunya adalah pengaruh guru dalam keberhasilan siswa. Guru

sebagai salah satu personal yang memiliki peranan penting untuk penyampaian

keberhasilan tersebut. Kemampuan guru harus benar-benar diperhatikan karena

guru adalah personal dalam sekolah yang berperan penting dalam pencapaian

keberhasilan siswa dalam belajar. Kemampuan guru dalam mengajar harus

diperhatikan, guru harus memiliki kemampuan mengajar yang berkualitas, karena

kualitas siswa akan ditentukan dengan baik buruknya proses pembelajaran yang

dilakukan guru. Ciri proses pembelajaran yang baik adalah yang melibatkan siswa

secara aktif dalam setiap pembelajaran yang berlangsung sehingga dapat

membangkitkan motivasi belajar atau semangat belajar, dan pada akhrinya siswa

dapat memperoleh hasil belajar yang optimal.

Dewasa ini kita jumpai kenyataan bahwa pembelajaran di sekolah masih

berlangsung satu arah, yaitu dari guru ke siswa atau lebih kita kenal dengan

metode ceramah, yang membuat siswa bosan karena komunikasi hanya satu arah

yaitu antara guru dan siswa, komunikasi belajar yang ideal adalah komunikasi dua

arah atau lebih, misalnya terjadi interaksi belajar antara guru dengan siswa atau

sebaliknya, dan siswa dengan siswa lainnya. Saat ini masih banyak sekali guru

jika mengajar tidak mengunakan metode yang dapat mengaktifkan siswa. Hal-hal

inilah yang membuat matematika menjadi semakin sulit dan menjadi momok bagi

siswa.

Page 18: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24764/1/RISKITRI... · kelompok mengunkan uji-t diperoleh hasil t-hitung 8,21 dan t -tabel

4

Berdasarkan hasil observasi di SD Jatiasih X diketahui bahwa

pembelajaran masih konvensional atau berlangsung satu arah, metode yang

digunakan adalah ceramah dan penugasan, hal ini membuat siswa cenderung

bosan dan tidak respect terhadap pembelajaran yang sedang berlangsung.

Dalam menyajikan materi matematika kelas 5 SD guru harus

memperhatikan karekteristik siswa dengan menciptakan suatu proses

pembelajaran yang memberi kesempatan kepada siswa mengembangkan segala

potensinya, untuk membangun pengetahuannya sendiri dengan mencari informasi,

agar siswa memperoleh hasil belajar yang optimal. Selain untuk mengoptimalkan

pengetahuan dan pemahaman terhadap materi, siswa juga diharapkan cerdas

dalam bersosialisasi dengan dapat bekerja sama dengan baik dengan siswa

lainnya.

Masalah belajar matematika yang telah dipaparkan diatas dapat diatasi

dengan beberapa alternatif model pembelajaran, pada penelitian ini peneliti

memilih pembelajaran kooperatif. Pada dasarnya variasi dari pembelajaran

kooperatif memiliki ciri-ciri dasar yang sama dalam pembelajaran kooperatif,

namun masing-masing variasi memiliki keunggulan dan kekurangan masing-

masing, seperti Jigsaw yang mengharuskan adanya tim ahli yang kurang cocok

diterapkan di SD. Group Investigation (GI) adalah variasi dari pembelajaran

kooperatif ini sangatlah sulit untuk diterapkan karena melibatkan siswa dari tahap

persiapan hingga tahap akhir pembelajaran. Sedangkan NHT tidak memungkinkan

semua siswa dipanggil untuk mepresentasikan hasil kerjanya karena ada

kemungkinan satu siswa dipanggil lebih dari satu kali. Dan TGT menungkinkan

ketersediaannya sarana & prasarana yang memadai dan kurang cocok untuk kelas

dengan kapasitas siswa yang besar. Pada pembelajaran kooperatif tipe STAD

memiliki kekurangan yaitu siswa terbiasa dengan pemberian hadiah dan suasana

kelas kurang kondusif pada saat pembagian kelompok, namun hal tersebut dapat

diatasi dengan memberikan hadiah yang mendidik berupa motivasi dan pujian.

Sedangkan masalah kurang kondusifnya kelas pada saat pembagian kelompok

dapat diatasi dengan cara mempersiapkan proses pembelajaran dengan matang

dan diawasi dengan ketat agar pada saat pembagian kelompok atau pada saat

Page 19: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24764/1/RISKITRI... · kelompok mengunkan uji-t diperoleh hasil t-hitung 8,21 dan t -tabel

5

diskusi kelompok kelas tetap kondusif dan tidak menganggu kelas lainnya.

Metode STAD menurut Slavin dapat diterapkan untuk beragam materi termasuk

matematika yang di dalamnya terdapat unit tugas yang hanya memiliki satu

jawaban yang benar.

Berdasarkan permasalahan yang diuraikan di atas penulis ingin

mengetahui pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe STAD terhadap hasil

belajar matematika siswa SD, dengan mengadakan penelitian yang berjudul

“Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Student Teams Achievement

Division (STAD) Terhadap Hasil Belajar Matematika Kelas 5 SD Negeri

JatiAsih X”

B. Identifikasi Masalah

Bedasarkan latar belakang masalah peneliti menemukan beberapa masalah

yaitu:

1. Rendahnya matematika dibandingkan dengan mata pelajaran lain.

2. Pembelajaran yang masih konvensional, sehingga membuat siswa merasa

jenuh dalam proses pembelajaran

C. Pembatasan Masalah

Pembatasan masalah pada penelitian ini adalah:

1. model pembelajaran kooperatif yang dimaksud adalah model

pembelajaran kooperatif tipe STAD yang dikembangkan oleh Slavin,

pada STAD siswa dibuat kelompok belajar yang terdiri dari beberapa

siswa dengan anggota kelompok yang heterogen. Guru menyajikan materi

pembelajran kemudian siswa bekerja sama dengan kelompok mereka dan

memastikan bahwa semua anggota kelompok telah mengusai materi yang

diajarkan, kemudian semua siswa diberi tes tentang materi yang telah

diajarkan dan pada saat pelaksanaan tes siswa tidak boleh saling

membantu. Hasil dari tes individu digabung dengan anggota lain dan

dijadikan nilai kelompok.

2. Hasil belajar yang dimaksud adalah pencapain siswa pada materi a)

operasi hitung bulat termasuk pengunaan sifat-sifat, pembulatan,

penaksiran, akar pangkat; b) mengunakan faktor prima untuk menentukan

Page 20: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24764/1/RISKITRI... · kelompok mengunkan uji-t diperoleh hasil t-hitung 8,21 dan t -tabel

6

KPK dan FPB. Dengan menilai ranah kognitif C1,C2, C3 dan C4. Pada

ranah C1 adalah kemampuan siswa mengidentifikasi sifat-sifat operasi

hitung bilangan bulat, dan C2 adalah pada kemampuan siswa untuk

menghitung operasi bilangan bulat, penaksiran serta mengitung FPB dan

KPK. Selanjutnya membedakan antara sifat-sifat operasi hitung bilangan

bulat, KPK dan FPB. Pada ranah C3 siswa mengaplikasikan pemahaman

yang mereka peroleh dalam kehidupan sehari-hari, serta pada ranah C4

siswa menganalisis soal-soal cerita memecahkan masalah mengunakan

FPB dan KPK.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah dirumuskan sebagai berikut :

1. Bagaimana hasil belajar matematika dengan mengunakan model

pembelajaran kooperatif tipe STAD dan hasil belajar matematika

dengan mengunakan pembelajaran konvensional?

2. Apakah ada perbedaan hasil belajar matematika antara mengunakan

model pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan pembelajran

konvensional?

E. Tujuan Penelitian

Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk :

1. Mengetahui dan mendeskripsikan tentang hasil belajar matematika

dengan mengunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dan

hasil belajar matematika dengan mengunakan model pembelajaran

konvensional.

2. Menganalisis perbedaan hasil belajar matematika antara pengunaan

pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan pembelajaran

konvensional.

F. Manfaat Penelitian

Setelah penelitian ini diharapkan hasilnya dapat bermanfaat bagi beberapa

pihak. Manfaat dari penelitian ini meliputi manfaat teoretis dan manfaat praktis.

Page 21: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24764/1/RISKITRI... · kelompok mengunkan uji-t diperoleh hasil t-hitung 8,21 dan t -tabel

7

1. Manfaat secara teoritis

a. Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan pembaca yang lebih

luas terutama dalam penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe

STAD.

b. Penelitian ini diharapkan dapat menambah khasanah keilmuan

matematika, khususnya bagi metodologi pengajaran matematika terutama

untuk melihat pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe STAD.

2. Manfaat secara praktis

a. Bagi guru

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi masukan bagi guru mata

pelajaran matematika pada umumnya, dan guru mata pelajaran matematika

kelas 5 SD Negeri Jati Asih X. Penelitian ini dapat dijadikan rujukan untuk

mengelola kelas lebih mengaktifkan siswa sehingga pembelajaran tidak

berlangsung monoton dan membosankan.

b. Bagi penulis

Penelitian ini dapat menjadi penambah semangat dan wawasan dalam

karya penulisan.

Page 22: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24764/1/RISKITRI... · kelompok mengunkan uji-t diperoleh hasil t-hitung 8,21 dan t -tabel

8

BAB II

KAJIAN TEORI, KERANGKA BERFIKIR, DAN PENGAJUAN

HIPOTESIS

A. Deskripsi Teriotik

1. Pembelajaran Kooperatif di Sekolah Dasar

a. Model Pembelajaran Kooperatif

Model pembelajaran menurut pendapat Joyce & Weil dalam Rusman,

model pembelajaran adalah suatu rencana atau pola yang dapat digunakan untuk

membentuk kurikulum (rencana pembelajaran jangka panjang), merancang bahan-

bahan pembelajaran, dan membimbing pembelajaran dikelas atau yang lain.1

Selain itu Soekmanto dalam Nurulwati yang dikutip oleh Trianto menyatakan

model pembelajaran adalah “kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang

sistematis dalam dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai

tujuan belajar tertentu, dan berfungsi sebagai pedoman bagi para perancang

pembelajaran dan para pengajar dalam merencanakan aktivitas belajar tertentu.”2

Dari kedua pemaparan tersebut bisa diambil kesimpulan bahwa model pebelajaran

adalah suatu rancangan atau konsep yang mengambarkan prosedur sistematis

tentang proses pembelajaran dalam jangka panjang untuk mencapai tujuan belajar

tertentu.

Pembelajaran kooperatif menurut Rusman, “Pembelajaran kooperatif

(cooperative learning) merupkan bentuk pembelajaran dengan cara siswa belajar

dan bekerja dalam kelompok-kelompok kecil secara kolaboratif yang anggotanya

terdiri dari empat sampai enam orang dengan struktur kelompok yang bersifat

heterogen.” 3 definisi lain tentang pembelajaran kooperatif oleh Parker dalam

Miftahul, “kelompok kecil kooperatif sebagai usaha pembelajaran dimana siswa

1 Rusman, Model-model Pembelajaran : Mengembangkan Profesionalisme Guru, ( Jakarta :

Rajawali Pers, 2012), Cet Ke-5, h. 133 2 Trianto, Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif : Konsep, Landasan, Dan

Implementasinya Pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), (Jakarta : Kencana Prenada

Media Group, 2010),Cet Ke-4, h. 22 3 Rusman, op. cit hlm. 202

8

Page 23: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24764/1/RISKITRI... · kelompok mengunkan uji-t diperoleh hasil t-hitung 8,21 dan t -tabel

9

saling berinteraksi dalam kelompok-kelompok kecil unruk mengerjakan tugas

akademik demi mencapai tujuan bersama.”4 Dilihat dari kedua definisi diatas,

terlihat bahwa pembelajaran kooperatif seperti kegiatan belajar kelompok pada

umunya, namun pembelajaran kooperatif memiliki unsur-unsur atau pola yang

berbeda dengan belajar kelompok biasa. Hal ini sesuai dengan pendapat Anita Lie

dalam Sofan menyatakan bahwa “model pembelajaran cooperative learning tidak

sama dengan sekadar belajar kelompok, tetapi ada unsur-unsur dasar yang

membedakannya dengan pembagian kelompok yang dilakukan asal-asalan.”5

Pembelajaran kooperatif memiliki lima unsur penting. Lima unsur penting

menurut Jhonson dan Jhonson serta Sutton dalam Trianto adalah : .

1) Pertama, Saling ketergantungan positif antara siswa. Dalam pembelajaran

kooperatif siswa merasa bahwa mereka sedang bekerja sama untuk

mencapai suatu tujuan dan terikat satu sama lain. Seorang siswa tidak

akan sukses kecuali semua anggota sukses. Siswa akan merasa bahwa

dirinya merupakan bagian dari kelompok yang juga memiliki andil

terhadap suksenya kelompok.

2) Kedua, interaksi antara siswa yang semakin meningkat. Belajar

kooperatif akan meningkatkan interaksi antara siswa. Hal ini, terjadi

dalam hal seorang siswa akan membantu siswa lain untuk sukses sebagai

anggota kelompok.

3) Ketiga, tangung jawab individual. Tangung jawab individual dalam

belajar kelompok dapat berupa tanggung jawab siswa dalam hal : (a)

membantu siswa yang membutuhkan bantuan dan (b) siswa tidak hanya

sekedar “membonceng” pada hasil kerja teman jawaban siswa dan teman

sekelompoknya.

4) Keempat, keterampilan interpersonal dan kelompok kecil. Dalam belajar

kooperatif, selain dituntut untuk belajar bagaimana berinteraksi dengan

siswa lain dalam kelompoknya. Bagaimana siswa bersikap sebagai

anggota kelompok dan menyampaikan ide dalam kelompok dan

menyampaikan ide dalam kelompok akan menuntu keterampilan khusus.

5) Kelima, proses kelompok. Belajar kooperatif tidak akan berlangsung

tanpa proses kelompok. Proses kelompok terjadi jika anggota kelompok

mendiskusikan bagaimana mereka akan mencapai tujuan dengan baik dan

membuat hubungan kerja yang baik.6

4 Miftahul Huda, Cooperatif Learning Metode, Teknik, Struktur dan Model Terapan, (Yogyakarta :

Pustaka Pelajar, 2011), h.29 5 Sofan Amri, Iif Khoiru Ahmaadi, Kontruksi Pemgembangan Pembelajaran : Pengaruhnya

Terhadap Mekanisme dan Praktikum Kurikulum, (Jakarta : PT Prestasi Pustakarya, 2010), h. 91 6 Trianto, op.cit h. 60-61

Page 24: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24764/1/RISKITRI... · kelompok mengunkan uji-t diperoleh hasil t-hitung 8,21 dan t -tabel

10

Selain lima unsur diatas, Sanjaya berpendapat bahwa ada empat unsur

penting dalam pembelajaran kooperatif, yaitu : (1) adanya peserta dalam

kelompok, (2) adanya urutan kelompok, (3) adanya upaya belajar setiap anggota

kelompok, (4) adanya tujuan yang harus dicapai.7

Menurut Killen dalam trianto perbedaan antara kelompok belajar

kooperatif dan kelompok belajar diskusi biasa dapat dilihat dari Tabel 2.1.8

Pembelajaran kooperatif memiliki beberapa variasi diantaranya adalah

Student Teams Achievement Division (STAD), Jigsaw, Group Investigation (GI),

Make a Match, Team Games Tournaments (TGT).

1) Student Teams Achievement Division (STAD)

Pembelajaran kooperatif tipe STAD adalah metode yang dikembangkan

oleh Slavin, pembelajaran ini melibatkan kompetensi antar kelompok. Siswa

dikelompokan secara beragam berdasarkan kemampuan, gender, ras, dan etnis.

Siswa mempelajari materi secara bersama dengan teman satu kelompoknya. Pada

proses diskusi kelompok siswa yang sudah mengerti materi yang disampaikan,

wajib mengajarkan materi tersebut kepada anggota kelompoknya yang belum

mengerti materi yang disampaikan, kemudian mereka diuji secara individu

melalui kuis. Kelebihan dari metode STAD adalah: seluruh siswa menjadi siap

dalam pembelajaran; dalam proses diskusi terjadi kerjasama dan komunikasi

yang saling menguntungkan antar siswa; dan dapat memotivasi siswa dalam

belajar. Selain itu STAD juga memiliki kekurangan yaitu siswa terbiasa dengan

pemberian hadiah dan kondisi kelas kurang kondusif pada saat pembagian

kelompok sehingga mengurangi efektifitas belajar.

2) Jigsaw

Pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw ini dikembangkan oleh Eliot Aronson

dari Universitas Texas USA. Menurut Ahmadi dkk, pada dasarnya dalam model

ini guru membagi satuan informasi yang besar menjadi komponen-komponen

7 Wina Sanjaya, Staregi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan, (Jakarta : Prenada

Media Group, 2006), Cet. Ke-7, h. 241 8 Trianto, op. cit., h. 58-59

Page 25: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24764/1/RISKITRI... · kelompok mengunkan uji-t diperoleh hasil t-hitung 8,21 dan t -tabel

11

Tabel 2.1

Perbedaan kelompok belajar kooperatif dan kelompok belajar diskusi biasa.

Kelompok Belajar kooperatif Kelompok belajar diskusi biasa

Adanya ketergantungan positif, saling

membantu, dan saling memberikan

motivasi sehingga ada interaksi

promotif.

Guru sering membiarkan adanya

siswa yang mendominasi kelompok

atau menggantungkan diri pada

kelompok.

Adanya akuntabilitas individual yang

mengukur penguasaan materi

pelajaran tiap anggota kelompok, dan

kelompok diberi umpan balik tentang

hasil belajar para anggotanya sehingga

dapat saling mengetahui siapa yang

memerlukan bantuan dan siapa yang

dapat memberi bantuan.

Akuntabilitas individual sering

diabaikan sehingga tugas-tugas

sering diborong oleh salah seorang

anggota kelompok lainnya hanya

“mendompleng” keberhasilan

“pemborong”.

Kelompok belajar heterogen, baik

dalam kemampuan akademik, jenis

kelamin, ras, etnik, dan sebagainya

sehingga dapat saling mengetahui

siapa yang memerlukan bantuan dan

siapa yang memberikan bantuan.

Kelompok belajar biasanya

homogen.

Pimpinan kelompok dipilih secara

demokratis atau bergilir untuk

memberikan pengalaman memimpin

bagi para anggota kelompok

Pemimpin kelompok sering

ditentukan oleh guru atau kelompok

dibiarkan untuk memilih

pimpinannya dengan cara masing-

masing.

Keterampilan sosial yang diperlukan

dalam kerja gotong royong seperti

kepemimpinan, kemampuan

berkomunikasi, mempercayai orang,

dan mengelola konflik secara

langsung diajarkan

Keterampilan sosial sering tidak

secara langsung diajarkan.

Pada saat belajar kooperatif sedang

berlangsung guru terus melakukan

pemanatuan melalui observasi dan

melakukan intervensi jika terjadi

masalah dalam kerjasama antar-

anggota kelompok.

Pemantauan melalui observasi dan

intervensi sering tidak dilakukan

oleh guru pada saat belajar

kelompok sedang berlangsung.

Guru memperhatikan secara proses

kelompok yang terjadi dalam

kelompok-kelompok belajar.

Guru sering tidak memperhatikan

proses kelompok yang terjadi dalam

kelompok-kelompok belajar.

Penekanan tidak hanya pada

penyelesaian tugas tetapi juga

hubungan interpersonal (hubungan

antar pribadi yang saling menghargai).

Penekanan sering hanya pada

penyelesaian tugas.

Page 26: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24764/1/RISKITRI... · kelompok mengunkan uji-t diperoleh hasil t-hitung 8,21 dan t -tabel

12

lebih kecil.9 Kelebihan dari jigsaw adalah : membuat siswa lebih bertangung

jawab atas tugas yang diberikan yaitu memahami suatu sub pembahasan dan

menginformasikannya kepada anggota kelompok lain, sedangkan kelemahan dari

jigsaw adalah tidak semua siswa bisa bertanggung jawab penuh sebagai tim ahli.

3) Group Investigation (GI)

Group Investigation atau investigasi kelompok menurut Ahmadi dkk,

Investigasi kelompok sering dipandang sebagai metode yang paling sulit untuk

dilaksanakan dalam pembelajaran kooperatif.10

Karena metode ini melibatkan

siswa sejak perencanaan, baik dalam menentukan topik maupun cara untuk

mempelajarinya melalu investigasi.

4) Number Head Together (NHT)

Number Head Together menurut Ahmadi, adalah suatu metode belajar

dimana setiap siswa diberi nomor kemudian dibuat suatu kelompok selanjutnya

secara acak guru memanggil nomor dari siswa.11

Metode NHT memiliki beberapa

kelebihan diantaranya adalah: setiap siswa menjadi siap semua; dapat melakukan

diskusi dengan sungguh-sungguh; dan siswa yang pandai dapat mengajari siswa

yang kurang pandai. Selain itu metode ini juga memiliki kekurangan diantaranya

adalah: kemungkinan nomor yang telah dipanggil, dipanggil kembali oleh guru;

Tidak semua anggota kelompok dipanggil oleh guru.

5) Team Games Tournament (TGT)

Pembelajaran kooperatif tipe TGT menurut Ahmadi dkk, adalah salah satu

tipe atau model pembelajaran kooperatif yang mudah diterapkan, melibatkan

aktivitas seluruh siswa tanpa harus ada perbedaan status, melibatkan peran siswa

sebagai tutor sebaya dalam mengandung unsur permaian dan reinforcement.12

Team Games Tournament (TGT) memiliki beberapa kelebihan dan kekurangan,

menurut Khafi dalam Milati salah satu kelebihan dari model pembelajaran

kooperatif tipe TGT diantaranya adalah : siswa menjadi semangat dalam proses

9 Iif Khoiru Ahmadi, Strategi Pembelajaran Sekolah Terpadu : Pengaruhnya Terhadap Konsep

Sekolah Swasta dan Negeri, (Jakarta : PT. Prestadi Pustakarya, 2011), h. 62 10

Iif, Ibid, h. 60 11

Ibid, h. 59 12

Ibid, h. 63

Page 27: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24764/1/RISKITRI... · kelompok mengunkan uji-t diperoleh hasil t-hitung 8,21 dan t -tabel

13

belajar; pengetahuan yang diperoleh siswa bukan semata dari guru tetapi juga

melalui kontruksi oleh siswa itu sendiri. Beberapa kekurangan dari TGT adalah:

dalam penerapan pembelajaran TGT membutuhkan waktu yang cukup lama;

membutuhkan sarana dan prasarana yang memadai seperti persiapan soal

turnamen; siswa terbiasa belajar dengan adanya hadiah.13

b. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD

Student Teams Achievement Division (STAD) adalah metode yang

dikembangkan oleh Slavin, menurut Slavin dalam Rusman model STAD (Student

Teams Achievment Division) merupakan variasi pembelajaran kooperatif yang

paling banyak diteliti.

Model ini mudah diadaptasi, telah digunakan dalam matematika, IPA, IPS,

Bahasa Inggris, Teknik dan banyak subjek lainnya, dan pada tingkatan sekolah

dasar sampai ke perguruan tinggi.14

Menurut Miftahul, “Siswa dikelompokan

secara beragam berdasarkan kemampuan, gender, ras dan etnis. Pertama-tama,

siswa mempelajari materi bersama dengan teman-teman atau kelompoknya,

kemudian mereka diuji secara individu melaui kuis-kuis.”15

Pemaparan Slavin

dalam Rusman “Gagasan utama dibelakang STAD adalah memacu siswa agar

saling mendorong dan saling membantu satu sama lain untuk menguasai

keterampilan yang diajarkan guru.”16

Oleh karena itu pembelajaran kooperatif tipe

STAD mendorong siswa untuk saling mendukung antar-siswa dengan cara yang

telah memahami materi untuk mengajari anggota kelompok yang belum

memahami materi, dan saling memotivasi untuk meningkatkan nilai individu.

Dalam STAD keberhasilan kelompok tergantung pada keberhasilan setiap

individu anggota kelompok.

Pembelajaran kooperatif tipe STAD menurut Rusman memiliki langkah-

langkah pembelajaran sebagai berikut :

13

Nuril, Milati, 1 Januari 2014. Penerapan Pembelajaran Koopertif TGT (Teams Games Tournament) untuk Meningkatkan Prestasi Belajar Matematika Siswa Kelas V Madrasah Ibtidaiyah Ar-Rahman. ( http://lib.uin-malang.ac.id/files/thesis/fullchapter/07140073.pdf) 14 Rusman, op. cit., h. 213 15

Miftahul, op. cit., h. 116 16

Rusman, op. cit., h. 214

Page 28: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24764/1/RISKITRI... · kelompok mengunkan uji-t diperoleh hasil t-hitung 8,21 dan t -tabel

14

1) Penyampaian Tujuan dan Motivasi

Menyampaikan tujuan pelajaran yang ingin dicapai pada pembelajaran

tersebut dan memotivasi siswa untuk belajar.

2) Pembagian Kelompok

Siswa dibagi kedalam beberapa kelompok, dimana setiap kelompoknya

terdiri dari 4-5 siswa yang memprioritaskan heterogenitas (keragaman)

kelas dalam prestasi akademik, gender/jenis kelamin, ras atau etnik.

3) Presentasi dari Guru

Guru menyampaikan materi pelajaran dengan terlebih dahulu

menjelaskan tujuan pelajaran yang ingin dicapai pada pertemuan tersebut

serta pentingnya pokok bahasan dipelajari. Guru member motivasi siswa

agar siswa dapat belajar dengan aktif dan kreatif. Di dalam proses

pembelajaran guru dibantu oleh media, demonstrasi, pernyataan atau

masalah nyata yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari. Dijelaskan juga

tentang keterampilan dan kemampuan yang diharapkan dikuasai siswa,

tugas dan pekerjaan yang harus dilakukan serta cara-cara

mengerjakannya.

4) Kegiatan Belajar dalam Tim (Kerja Tim)

Siswa belajar dalam kelompok yang telah dibentuk. Guru menyiapkan

lembaran kerja sebagai pedoman bagi kerja kelompok, sehingga semua

anggota menguasai. Masing-masing memberikan kontribusi. Selama tim

bekerja, guru melakukan pengamatan, memberikan bimbingan, dorongan,

dan bantuan bila diperlukan. Kerja tim ini merupakan ciri terpenting dari

STAD.

5) Kuis (Evaluasi)

Guru mengevaluasi hasil belajar melalui pemberian kuis tentang materi

yang dipelajari dan juga melakukan penilaian terhadap presentasi hasil

kerja masing-masing kelompok. Siswa diberikan kuis secara individual

dan tidak dibenarkan bekerja sama. Ini dilakukan untuk menjamin agar

siswa secara individu bertangung jawab kepada diri sendiri dalam

memahami bahan ajar tersebut. Guru menetapkan skor atas penguasaan

untuk setiap soal, misalnya 60, 75, 84, dan seterusnya sesuai dengan

tingkat kesulitan siswa.

6) Penghargaan Presentasi Tim

Setelah pelaksanaan kuis, guru memeriksa hasil kerja siswa dan diberikan

angka dengan rentang 0-100.17

Pembelajaran kooperatif memiliki ciri khusus dalam tahapan akhir

pembelajaran yang ditandai dengan pemberian penghargaan, pada tipe STAD

adalah sebagi berikut :

17

Rusman, op. cit., h. 215-216

Page 29: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24764/1/RISKITRI... · kelompok mengunkan uji-t diperoleh hasil t-hitung 8,21 dan t -tabel

15

1) Menghitung skor individu

Menurut Slavin dalam Trianto, untuk memberikan skor perkembangan

individu dihitung seperti pada Tabel 2.2.18

Tabel 2.2

Perhitungan Skor Perkembangan

Nilai Tes Skor

Perkembangan

Lebih dari 10 poin dibawah skor awal. 0 poin

10 poin dibawah sampai 1 poin dibawah skor awal. 10 poin

Skor awal sampai 10 poin diatas skor awal. 20 poin

Lebih dari 10 poin diatas skor awal. 20 p0in

Nilai sempurna (tanpa memperhatikan skor awal). 30 oin

2) Menghitung skor kelompok

Setalah menetapkan skor individu selanjutnya guru menghitung skor

kelompok dengan cara menjumlah skor seluruh anggota kelompok dan

membagi sejumlah anggota kelompok yang kemudian menjadi skor

kelompok. Skor kelompok dapat dilihat pada Tabel 2.3

Tabel 2.3

Tabel Perkembangan Kelompok

NO Rata-rata Skor Predikat Tim

1.

2.

3.

4.

0 ≤ N ≤ 5

6 ≤ N ≤ 15

16 ≤ N ≤ 20

21 ≤ N ≤ 30

-

Tim yang baik (Good Team)

Tim yang baik sekali (Great Team)

Tim yang istimewa (Super Team)

3) Pemberian hadiah

Setelah setiap kelompok memperoleh predikat tim selanjutnya guru

memberikan hadiah/penghargaan kepada kelompok terbaik. Hadiah atau

penghargaan dapat berupa benda atau pujian.

18

Trianto, op. cit,. h. 72

Page 30: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24764/1/RISKITRI... · kelompok mengunkan uji-t diperoleh hasil t-hitung 8,21 dan t -tabel

16

c. Pembelajaran Matematika Di SD

Matematika menurut Russefendi dalam Erna menyatakan bahwa

Matematika terorganisir dari unsur-unsur yang tidak didefinisikan, definisi-

definisi, aksioma-aksioma, dan dalil-dalil di mana dalil-dalil setelah dibuktikan

kebenarannya berlaku secara umum, karena itulah matematika sering disebut ilmu

deduktif.19

Sedangkan menurut Kline dalam Erna, Metematika itu bukan

pengetahuan menyendiri yang dapat sempurna karena dirinya sendiri, tetapi

adanya matematika itu terutama untuk membantu manusia dalam memahami dan

menguasai permasalahan sosial, ekonomi, dan alam.20

Brounce dalam Fathani,

memahami matematika sebagai konstruktivisme sosial dengan menekankannya

pada knowing how, yaitu siswa dipandang sebagai makhluk hidup yang aktif

dalam mengontruksikan ilmu pengetahuan dengan cara berinteraksi dengan

lingkungannya.21

Dari ketiga definisi yang dipaparkan para ahli diatas dapat

disimpulan bahwa matematika adalah ilmu deduktif yang kebenarannya

dibuktikan, berlaku secara umum dan matematika adalah ilmu pengetahuan yang

terkait dengan ilmu pengetahuan lainnya serta dalam mempelajarinya siswa dapat

berinteraksi dengan lingkungannya.

Sebelum membahas pembelajaran matematika di Sekolah Dasar (SD),

terlebih dahulu untuk mengetahui karakteristik kemampuan berfikir siswa SD.

Anak usia SD adalah anak yang berada di usia 7 sampai 12 tahun. Menurut Piaget

dalam Erna, Anak pada usia tersebut masih berada dalam masih berpikir pada

tahap operasional konkrit, artinya siswa SD belum berpikir formal.22

Seperti yang

telah dipaparkan Piaget, dapat ditarik kesimpulan bahwa anak SD masih pada

ranah berfikir konkrit sedangkan konsep dalam matematika bersifat abstrak. Oleh

karena itu guru dituntut memperhatikan tahapan perkembangan berfikir siswa SD

dengan cara mengkonkritkan konsep matematika yang abstrak. Pembelajaran

matematika di SD berbeda dengan pembelajaran matematika jenjang pendidikan

19

Erna Suwangsih, Tiurlina, Model Pembelajaran Matematika, (Bandung : UPI Press, 2006), Cet Ke- 1, h.4 20

Ibid 21

Abdul Halim Fathani, Matematika Hakikat & Logika, (Jogjakarta : Ar-RRuzz Media, 2009), Cet Ke-1, h. 19 22

Erna, Ibid,. h. 15

Page 31: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24764/1/RISKITRI... · kelompok mengunkan uji-t diperoleh hasil t-hitung 8,21 dan t -tabel

17

lebih tinggi, berikut ini adalah ciri-ciri pembelajaran matematika di SD menurut

Erna:

1) Pembelajaran matematika mengunakan metode spiral

Pendekatan spiral pada pembelajaran matematika merupakan pendekatan

dimana pembelajaran konsep atau suatu topik matematika selalu

mengaitkan atau menghubungan dengan topik sebelumnya.

2) Pebelajaran matematika bertahap

Materi pelajaran matematika diajarkan secara bertahap dan urut mulai dari

konsep yang sederhana menuju konsep yang lebih sulit selain itu

pembelajaran matematika dimulai dari konsep yang konkrit, ke semi

konkrit dan akhirnya pada konsep abstrak. Untuk mempermudah

pemahaman siswa maka dibutuhkan benda-benda konkrit.

3) Pembelajaran matematika mengunakan metode induktif

Matematika merupakan ilmu deduktif, namun sesuai dengan tahap

perkembangan mental siswa maka pada pembelajaran matematika di SD

digunakan pendekatan induktif.

4) Pembelajaran matematika menganut kebenaran konsisten

Kebenaran matematika merupakan kebenaran yang konsisten artinya tidak

ada pertentangan antara kebenaran yang satu dengan kebenaran yang

lainnya. Suatu pernyataan dianggap benar jika didasarkan kepada

pertanyaan-pertanyaan sebelumnya yang telah diterima kebenarannya.

Meskipun di SD pembelajaran matematika dilakukan dengan cara induktif

tetapi pada jenjang selanjutnya generalisai suatu konsep harus secara

deduktif.

5) Pembelajaran matematika hendaknya bermakna

Pembelajaran bermakna memiliki ciri bahwa suatu aturan-aturan, sifat-

sifat, dan dalil-dalil tidak diberikan dalam bentuk jadi, tetapi sebaliknya

aturan-aturan, sifat-sifat, serta dalil-dali ditemukan oleh siswa melalui

contoh-contoh secara induktif di SD, kemudian dibuktikan secara deduktif

pada jenjang selanjutnya. 23

d. Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD dalam Matematika

Proses pembelajaran di sekolah dasar dalam pelaksanaannya mengunakan

sistem klasikal. Sistem klasikal mengunakan kecepatan pembelajaran berdasarkan

perkiraan kecepatan rata-rata siswa, dengan sistem yang demikian akan ada siswa

yang akan merasa bahwa proses belajar atau guru mengajar terlalu cepat sehingga

beberapa siswa yang lambat dalam belajar merasa belum mengerti dengan materi

yang diajarkan. Sebaliknya pada siswa yang memiliki pemahaman belajar dengan

cepat akan merasa guru terlalu lambat mengajar, dan pada akhirnya siswa yang

lambat dalam belajar akan merasa bingung dan siswa yang cepat dalam belajar

23

Erna, Ibid,. h. 26

Page 32: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24764/1/RISKITRI... · kelompok mengunkan uji-t diperoleh hasil t-hitung 8,21 dan t -tabel

18

akan merasa bosan. Kedua siswa dengan tipe belajar yang demikian yaitu yang

cepat dalam belajar matematika dan yang lambat dalam belajar matematika perlu

mendapat perhatian. Siswa yang cepat dalam belajar matematika memerlukan

kegiatan yang lebih dari kegiatan siswa umumnya, sebaliknya siswa yang lambat

dalam belajar matematika membutuhkan bantuan dalam menuntaskan hasil

belajarnya. Pembelajaran kooperatif-lah yang dapat mengatasi masalah tersebut.

Dengan pembelajaran kooperatif siswa yang pandai diberi kesempatan untuk

menghabiskan waktunya dengan cara membantu siswa yang kurang mengerti

dengan materi yang diajarkan.

Pembelajaran kooperatif tipe STAD dalam sekolah dasar harus

menyesuaikan dengan perkembangan siswa usia 7-12 tahun. Telah disebutkan

bahwa pembelajaran kooperatif tipe STAD cocok digunakan untuk semua mata

pelajaran termasuk matematika dan untuk semua jenjang pendidikan dari

pendidikan dasar hingga pendidikan tinggi.

Urutan pembelajaran kooperatif tipe STAD dalam matematika sama

dengan urutan pembelajaran kooperatif tipe STAD pada umumnya yaitu

persiapan, kegiatan kelompok, tes individu, perhitungan skor individu, dan

penghargaan kelompok. Namun pada tahap persiapan (penyajian materi) pada

matematika SD harus disesuaikan dengan tahap berfikir anak yang masih konkrit

yaitu dengan menghadirkan benda-benda konkrit untuk menjelaskan materi.

2. Belajar dan Hasil Belajar Matematika

a. Belajar

Belajar menurut Suyono, adalah suatu aktivitas atau suatu proses untuk

memperoleh pengetahuan, meningkatkan keterampilan, memperbaiki prilaku,

sikap dan mengokohkan kepribadian.24

Definisi belajar menurut Gagne dalam

Ratna adalah suatu proses dimana suatu organisasi berubah perilakunya sebagai

akibat pengalaman.25

Hal ini senada dengan yang diungkapkan slameto bahwa

“Belajar ialah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh

24

Suyono, dkk, Belajar dan Pembelajaran : Teori dan Konsep Dasar, (Bandung : PT. Remaja Rosdakarya, 2012), Cet Ke-3, h. 9 25

Ratna Wilis Dahar, Teori-Teori Belajar dan Pembelajaran, (Jakarta : PT. Erlangga, 2011), h. 2

Page 33: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24764/1/RISKITRI... · kelompok mengunkan uji-t diperoleh hasil t-hitung 8,21 dan t -tabel

19

suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil

pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.26

b. Teori Belajar

Pembelajaran kooperatif memiliki landasan-landaran teori yang

membidani lahirnya metode ini. Jhonson & Jhonson dalam bukunya yang

diterjemahkan Yusron, mengungkapkan Setidaknya ada tiga tiga perspektif

teoritis umum yang berkembang dalam hal ini-Social-Interdependance Theory,

Cognitive Developmental Theory, dan Behavioral Learning Theory-yang telah

menjadi pedoman riset tentang pembelajaran kooperatif.27

Social-Interdependence Theory (teori saling ketergantungan sosial)

merupakan teori yang paling berpengaruh dalam melandasi pembelajaran

kooperatif. Tokoh dari teori ini adalah Kafka dan Lewin. Menurut Lewin dalam

Jhonson & Jhonson, esensi dari sebuah kelompok adalah interdependensi diantara

para anggotanya (yang diciptakan melalui tujuan bersama) yang menjadikan

kelompok menjadi sebuah kesatuan yang dinamis.28

Jadi setiap anggota kelompok

saling ketergantungan karena setiap anggota dalam kelompok diberi tugas masing-

masing yang setiap tugas satu anggota dengan angota lain saling terkait erat.

Cognitive developmental theory (teori perkembangan kognitif)

dipopulerkan oleh Piaget. Tori belajar kognitif lebih mementingkan proses belajar

daripada hasil belajar. Teori ini menekankan bahwa perilaku seseorang ditentukan

oleh persepsi serta pemahamannya tentang situasi yang berhubungan dengan

tujuan belajarnya. Teori belajar yang berbasis Kognitivisme :

1) Teori Belajar Medan Kognitif dari Lewin

Menurut Suyono, Lewin mengembangkan teori belajar medan kognitif

(cognitive field) dengan menaruh perhatian kepada kerpibadian dan psikologi

sosial. 29

Lewin memandang bahwa setiap individu berada pada suatu medan

kekuatan yang bersifat psikologis yang disebut ruang hidup (life space). Life

26

Slameto, Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya, (Jakarta : PT. Rineka Cipta, 2010), Cet Ke-5, h. 2 27

David W. Johnson, Roger T. Jhonson, Edythe Jhonson H, Colaborative Learning : Strategi Pembelajaran Untuk Sukses Bersama, (Bandung : Nusa Media, 2010), h. 22 28

Jhonson, Ibid,. h. 23 29

Suyono, dkk, op. cit h. 81

Page 34: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24764/1/RISKITRI... · kelompok mengunkan uji-t diperoleh hasil t-hitung 8,21 dan t -tabel

20

space meliputi lingkungan hidup tempat manusia berinteraksi dengan individu

lainnya.

2) Teori Perkembangan Kognitif Piaget

Teori Piaget disebut juga teori perkembangan intelektual atau teori

perkembangan mental. Teori ini berhubungan dengan kesiapan anak untuk belajar

sesuai dengan tahapan-tahapan perkembangan intelektual sejak lahir sampai

dewasa. Menurut Piaget dalam Suyono, perkembangan kognitif merupakan suatu

proses genetik, yaitu suatu proses yang di dasarkan pada mekanisme biologis

perkembangan syaraf. Dengan demikian semakin bertambahnya usia seseorang

maka makin kompleks susunan sel syarafnya dan makin meningkat meningkat

pula kemampuannya.30

Anak melaui tahap-tahap perkembangan dalam berfikir,

diantaranya dibagi dalam empat periode utama yaitu tahap sensor motor

(berlangsung sejak lahir sampai sekitar usia 2 tahun), tahap pra-operasional

(sekitar usia 2-7 tahun), tahap operasional konkret (berlangsung sekitar 7-11

tahun), dan tahap operasional formal (mulai usia 11 tahun dan seterusnya).

Pengaruh teori ini pada pembelajaran adalah kita tidak bisa memaksakan anak-

anak untuk berfikir yang tidak sesuai dengan tahapan atau kemampuan berfikir

anak. Selain itu Piaget dalam Jhonson & Jhonson, mengatakan bahwa apabila

setiap individu bekerja sama dalam lingkungannya, maka akan muncul konflik-

konflik sosio-kognitif yang memunculkan ketidakseimbangan kognitif, yang ada

gilirannya akan memicu kemampuan pengambilan perspektif dan perkembangan

kognitif mereka.31

Dari pendapat Piaget dapat disimpulkan bahwa ketika individu

mulai bekerjasama dalam lingkungan maka akan muncul perbedaan-perbedaan

pandangan yang kemudian didiskusikan dan disimpulkan dari beberapa pendapat.

Behavioral Learning Theory (Teori Pembelajaran Behavioral), menurut

Suyono behaviorisme merupakan aliran psikologi yang memandang individu lebih

kepada sisi fenomena jasmaniah dan mengabaikan aspek-aspek mental seperti

kecerdasan, bakat, minat, dan perasaan individu dalam kegiatan belajar.32

Aliran

30

Suyono, op. cit,. h. 83 31

David, op. cit hlm 24 32

Suyono,op. cit hlm 58

Page 35: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24764/1/RISKITRI... · kelompok mengunkan uji-t diperoleh hasil t-hitung 8,21 dan t -tabel

21

behaviorisme ini yang menjadi objek penelitiannya adalah hewan, oleh karena itu

yang diperhatikan hanya fenomena jasmaniah dan mengabaikan aspek lainnya.

Selain itu menurut Jhonson & Jhonson teori ini memfokuskan pada dampak faktor

penguatan kelompok dan imbalan terhadap pembelajaran.33

Setiap tindakan yang

dilakukan siswa dalam belajar didasarkan pada imbalan, karena setiap tindakan

yang didasarkan pada imbalan maka akan diulang kembali. Berikut ini adalah

beberapa teori-teori balajar dalam aliran behaviorisme :

1) Conectionism (S-R Bond) menurut Thorndike

Koneksionisme merupakan teori yang paling awal dari aliran

behaviorisme. Menurut Suyono, dalam teori ini tingkah laku manusia tidak lain

merupakan hubungan antara stimulus (perangsang) merupakan respon

(jawaban, tanggapan, reaksi), diistilahkan S-R Bond.34

Belajar adalah

pembentukan antara stimulus dan respon, jika individu sering diberi stimulus

dan dapat merespon dengan baik maka individu tersebut dinilai berhasil.

Implikasi teori ini dalam pembelajaran adalah adanya ulangan. Beberapa

hukum belajar Thorndike antara lain :

a) Law of Effect (hukum efek), jika sebuah respon (R), menghasilkan efek

yang memuaskan, maka ikatan antara S (stimulus) dengan R (respon)

akan semakin kuat. Sebaliknya, semakin tidak memuaskan efek yang

tidak dicapai melalui respon, maka semakin lemah pula ikatan yang

terjadi antara S-R. Artinya belajar akan lebih semangat apa bila

mengetahui akan mendapat hasil yang baik.

b) Law of Readiness (hukum kesiapan), suatu kesiapan (readiness) terjadi

berdasarkan asumsi bahwa kepuasan organisme itu berasal dari

pendayagunaan satuan pengantar (conduction unit), unit-unit inilah yang

menimbulkan kecenderungan yang mendorong organisme untuk berbuat

atau tidak berbuat sesuatu. Pada implemetasinya, belajar akan lebih

berhasil bila individu memiliki kesiapan untuk melakukannya.

c) Law of Experience (hukum latihan), hubungan S dengan R akan semakin

bertambah erat jika sering dilatih dan akan semakin berkurang jika jarang

dilatih. Dengan demikian, belajar akan berhasil apabila banyak latihan

atau ulangan-ulangan.35

33

David, op. cit,. h. 25 34

Suyono, op. cit,. h. 60 35

Suyono, op. cit,. h. 61

Page 36: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24764/1/RISKITRI... · kelompok mengunkan uji-t diperoleh hasil t-hitung 8,21 dan t -tabel

22

2) Classical Conditioning oleh Ivan Pavlov

Teori pengkondisian klasik ini merupakan pengembangan dari teori

koneksionisme, tokoh teori ini adalah Ivan Pavlov. Menurut Suyono dalam

teori pengkondisian ini, Belajar merupakan suatu upaya untuk mengkondisikan

pembentukan suatu prilaku atau respon terhadap sesuatu.36

Hukum belajar yang

dikemukakan Pavlov :

a) Law of Respondent Conditioning, atau hukum pembiasaan yang dituntut.

Jika dua macam stimulus dihadirkan secara serentak (dengan salah

satunya berfungsi sebagai Reinforcer) maka refleks dan stimulus lainnya

akan meningkat.

b) Law of Respondent Extinction, atau hukum pemusnahan yang yang

dituntut. Jika refleks yang sudah diperkuat melalui respondent

conditioning itu didatangkan kembali tanpa menghadirkan reinforce,

maka kekuatan akan menurun.37

3) Operation Conditioning menurut B.F Skiner

Teori belajar ini didasari oleh penguatan, jika teori pengkondisian

klasik yang diberi penghargaan adalah berupa stimulusnya, maka pada teori ini

yang diberi kondisi adalah responnya. Hukum-hukum belajar yang dihasilkan

dari penelitian Skiner adalah :

a) Law of Operant Conditioning, jika timbulnya perilaku diiringi dengan

stimulus penguat, maka kekuatan prilaku tersebut akan meningkat.

b) Law of Operant Extinction, jika timbul perilaku operant yang telah

diperkuat melalui proses conditioning itu tidak diiringi stimulus

penguat, maka kekuatan prilaku tersebut akan menurun bahkan akan

menghilang.38

4) Teori Belajar Sosial (Social Learning)

Teori ini dikembangkan oleh Albert Bandura. Berbeda dengan aliran

teori behaviorisme sebelumnya. Menurut Suyono, Bandura memandang bahwa

prilaku individu tidak semata-mata refleks otomatis terhadap stimulus (S-R

Bond), melainkan juga akibat dari reaksi yang timbul sebagai hasil interaksi

36

Ibid h. 62 37

Ibid 38

Suyono, op, cit,. h. 65

Page 37: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24764/1/RISKITRI... · kelompok mengunkan uji-t diperoleh hasil t-hitung 8,21 dan t -tabel

23

antara lingkungan dan skema kognitif individu itu sendiri.39

Dalam belajar

siswa melalui peniruan dan contoh prilaku yang disajikan lingkungan

belajarnya, selain itu teori ini juga memandang pentingnya pemberian Hadiah

(reward) dan hukuman (punishment), agar siswa dapat memutuskan

sikap/prilaku yang dipilihnya. Berikut ini adalah sejumlah prinsip-prinsip

panduan (guiding principles) yang melatarbelakangi teori pembelajaran sosial:

a) Pengamat akan mencontoh perilaku model jika model memiliki

karakteristik seperti talenta, kecerdasan, kekuatan, penampilan yang

baik, atau popularitas, yang diinginkan atau menarik perhatian siswa

sebagai pengamat.

b) Pengamat akan bereaksi sesuai dengan cara model diperlakukan dan

menirukan perilaku model.

c) Ada perbedaan dari perilaku yang didapat pengamat dengan perilaku

yang dilakukan pengamat. Melalui observasi, pengamat dapat menerima

perilaku tanpa harus melakukannya.

d) Atensi dan peningkatan berkaitan dengan penerimaan pembelajaran dari

perilaku model, sedangkan produksi dan motivasi akan mengkontrol

kinerja.

e) Perkembangan manusia merefleksikan interaksi kompleks antar pribadi,

perilaku seseorang dan lingkungannya. Hubungan antar unsur-unsur ini

disebut determinisme resiprokal, penentuan timbal balik (reciprocal

determinisme). Kecakapan kognitif seseorang, karakteristik fisik,

kepribadian, kepercayaan, dan saling berpengaruh terhadap perilaku dan

lingkungannya.40

Seperti yang sudah dijelaskan diatas bahwa teori ini memiliki dasar asumsi

bahwa setiap prilaku yang diikuti dengan imbalan maka akan diulang. Maka pada

pembelajaran kooperatif untuk menarik perhatian siswa dalam belajar maka

pemberian imbalan atau penghargaan adalah ciri khusus dalam makanisme

pembelajarannya. Imbalan atau penghargaan yang diberikan guru tidak selalu

berupa benda namun dapat berupa pujian atau motivasi untuk siswa.

c. Hasil Belajar

Hasil belajar menurut Syaodih adalah merupakan realisasi atau pemakaran

dari kecakapan-kecakapan potensial atau kapasitas yang dimiliki seseorang.

Penguasaan hasil belajar seseorang dapat dilihat dari perilakunya, baik perilaku

dalam bentuk penguasaan pengetahuan, keterampilan berpikir maupun

39

Ibid hlm 66 40

Suyono, op, cit,. h. 67

Page 38: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24764/1/RISKITRI... · kelompok mengunkan uji-t diperoleh hasil t-hitung 8,21 dan t -tabel

24

keterampilan motorik.41

Secara keseluruhan, sebagian besar dari proses

pembelajaran kegiatan siswa dan perilaku siswa merupakan hasil belajar.

Sementara itu pada taksonomi Bloom hal-hal ada tiga ranah yang diamati ketika

siswa belajar yaitu ranah kognitif, afektif, dan psikomotor. Hal senada juga

diugkapkan Gagne dalam Ratna, ia menemukakan lima macam hasil belajar, tiga

diantaranya bersifat kognitif, satu bersifat afektif, dan satu lagi bersifat

psikomotorik.42

Berikut ini adalah pemaparan tiga ranah yang diamati dalam

pembelajaran :

1) Ranah Kognitif (Cognitive Domain)

Penilaian pada ranah kognitif, yang diamati adalah aktifitas berfikir

anak. Menurut Sudaryono, ranah kognitif adalah ranah yang mencakup

kegiatan otak. Artinya, segala upaya yang menyangkut aktivitas otak termasuk

dalam ranah kognitif.43

Ranah kognitif memiliki tingkatan diantaranya adalah

pengetahuan (knowledge), pemahaman (Comprehension), penerapan

(application), analisis (analysis), Sintesis (synthesis), evaluasi (evaluation).

2) Ranah Afektif (Affective Domain)

Hal yang dinilai pada ranah afektif ini adalah sikap dari siswa.

Menurut Sudaryono ranah afektif adalah ranah yang berkaitan dengan sikap

dan nilai, dan sikap seseorang dapat diramalkan perubahannya apabila ia telah

memiliki penguasaan tingkat tinggi.44

Sedangkan menurut Ratna, sikap

merupakan pembawaan yang dapat dipelajari dan dapat mempengaruhi

perilaku seseorang terhadap benda, kejadian-kejadian, atau makhluk hidup

lainnya.45

Tingkatan pada ranah afektif adalah penerimaan (receiving),

partisipasi (responding), penilaian/penentuan sikap (valuing), organisasi

(organization), pembentukan pola hidup (characterization by a value or value

complex)

41

Nana Syaodih Sukmadinata, Landasan Psikologi Proses Pendidikan, (Bandung : PT Remaja Rosdakarya, 2007), Cet ke-4. h. 102 42

Ratna, op. cit hlm. 118 43

Sudaryono, Dasar-dasar Evaluasi Pembelajaran, (Yogyakarta : Graha Ilmu, 2012), Cet. Ke-1. h. 43 44

Ibid, h. 46 45

Ratna, op.cit., hlm 123

Page 39: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24764/1/RISKITRI... · kelompok mengunkan uji-t diperoleh hasil t-hitung 8,21 dan t -tabel

25

3) Ranah Psikomotorik (Psychomotoric Domain)

Ranah psikomotorik menurut Sudaryono adalah ranah yang berkaitan

dengan keterampilan (skill) atau kemampuan bertindak setelah seseorang

menerima pengalaman belajar tertentu.46

Hasil belajar psikomotor adalah

kelanjutan dari hasil belajar kognitif dan belajar afektif. Tahapan pada ranah

psikomotor adalah : persepsi (perception), kesiapan (set), gerakan terbimbing

(guided response), gerakan yang terbiasa (mechanical response), gerakan

kompleks (complex response), penyesuaian pola gerakan (adjustment),

kreativitas (creativity).

d. Bilangan

Bilangan merupakan suatu sebutan untuk menyatakan banyaknya sesuatu,

atau menyatakan suatu urutan atau suatu ukuran.47

macam-macam bilangan

terdapat pada Gambar 2.1.

Gambar 2.1

Bagan Macam-Macam Bilangan

Materi bilangan dalam mata pelajaran matematika kelas 5 semester 1

adalah bilangan bulat diantaranya mempelajari sifat-sifat operasi hitung,

46

Sudaryono, Ibid., h 47 47

Wahyudin, Metematika Bilangan, (Bandung : Epsilon Grup, 2007), h. 1

BILANGAN REAL

BILANGAN RASIONAL BILANGAN IRASIONAL

BILANGAN BULAT BILANGAN PECAHAN

BILANGAN CACAH BILANGAN BULAT NEGATIF

BILANGAN NOL BILANGAN ASLI / BILANGAN BULAT POSITIF

BILANGAN PRIMA

BILANGAN KOMPOSIT

BILANGAN SATU

Page 40: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24764/1/RISKITRI... · kelompok mengunkan uji-t diperoleh hasil t-hitung 8,21 dan t -tabel

26

penaksiran, faktor prima yang mencakup KPK dan FPB, operasi hitung campuran

bilangan bulat, perpangkatan dan akar sederhana, menyelesaikan masalah dengan

mengunakan operasi hitung KPK dan FPB.

Bilangan bulat merupakan perluasan dari bilangan cacah, untuk menjawab

permasalahan-permasalahan yang tidak terjawab pada bilangan cacah.48

Berdasarkan Gambar 2.1 dapat dijelaskan bahwa bilangan bulat terdiri dari

bilangan cacah, bilangan nol,bilangan bulat negatif, dan bilangan bulat positif.

Bilangan bulat positif atau disebut juga biangan asli terdiri dari bilangan prima,

bilangan satu dan bilangan komposit. Bilangan prima adalah bilangan memiliki

dua faktor dan habis dibagi oleh kedua faktornya yaitu bilangan satu dan bilangan

itu sendiri, contoh dari bilang prima adalah 2, 3, 5, 7, 11, dan seterusnya. Bilangan

komposit adalah bilangan yang memiliki faktor lebih dari 2 bilangan, contoh

bilangan komposit adalah 4, 6, 8, 9, 10, dan seterusnya. Materi Bilangan bulat

pada kelas 5 SD adalah sifat-sifat bilangan bulat, penaksiran, faktor prima, FPB,

KPK, akar pangkat dan operasi hitung bilangan bulat. Bilangan bulat memiliki

sifat-sifat operasi hitung yaitu komutatif, asosiatif, dan distributif.

1) Sifat komutatif adalah sifat pertukaran suatu letak suku pada operasi

hitung49

.

dan

Sifat komunitatif ini tidak berlaku pada operasi hitung pengurangan dan

pembagian.

2) Sifat asosiatif adalah pengelompokan suku pada operasi hitung.

dan

Sifat asosiatif ini tidak berlaku pada operasi hitung pengurangan dan

pembagian.

3) Sifat distributif (penyebaran) digunakan dalam operasi hitung untuk

mempermudahkan perkalian. Dengan sifat ini perkalian disebar menjadi

campuran antara perkalian dan penjumlahan atau pengurangan.50

48

Sufyani Prabowanto, Puji Rahayu, Bilangan, (Bandung : UPI Press, 2006), Ed-1, h.29 49

Lock. Cit. 50

Lock. Cit.

a + b = b + a

a × b = b × a

(a + b) + c = a +(b+c) (a × b) × c = a ×(b×c)

Page 41: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24764/1/RISKITRI... · kelompok mengunkan uji-t diperoleh hasil t-hitung 8,21 dan t -tabel

27

dan

Dalam menaksir hasil operasi hitung bilangan bulat kita bisa mengunakan

berbagai macam taksiran diantaranya taksiran rendah, taksiran tinggi dan taksiran

sedang. Taksiran rendah adalah membulatkan semua suku dalam operasi hitung

kedalam pembulatan tertentu yang ada dibawahnya baik kedalam puluhan,

ratusan, atau ribuan. Contoh taksiran rendah :

24 + 37 taksiran rendah menjadi 20 + 30 = 50

235 + 477 taksiran rendah menjadi 200 + 400 = 600

Taksiran tinggi adalah membulatkan semua suku dalam operasi hitung ke

dalam pembulatan tertentu yang ada di atasnya baik puluhan, ribuan atau ratusan.

Contoh taksiran tinggi :

24 + 37 taksiran tinggi menjadi 30 + 40 = 70

235 + 477 taksiran tinggi menjadi 300 + 500 = 800

Taksiran sedang adalah taksiran yang sering digunakan karena taksiran ini

mendekati hasil yang sebenarnya dengan cara membulatkan semua suku dalam

operasi hitung ke dalam pembulatan tertentu yang paling dekat ada dibawah atau

diatasnya, baik ke dalam puluhan, ratusan, dan ribuan.

24 + 37 taksiran sedang menjadi 20 + 40 = 60

235 + 477 taksiran sedang menjadi 200 + 500 = 700

Faktor prima adalah sebuah faktor perkalian dari suatu biangan dimana

faktor tersebut berupa bilangan prima.51

Bilangan prima adalah bilangan yang

hanya memiliki tepat dua faktor yaitu 1 dan bilangan itu sendiri.52

Faktorisasi

prima adalah bilangan yang dinyatakan sebagai perkalian dari faktor prima

berpangkat, ada dua cara yaitu : membagi bilangan prima dan pohon faktor.53

Selanjutnya setelah mempelajari faktor prima siswa kelas 5 akan

mempelajari KPK dan FPB. Ditinjau dari namanya, istilah kelipatan persekutuan

51

Aep Saepudin, Gemar Matematika 5 : Untuk Kelas V SD/MI, (Jakarta : Pusat Perbukuan Nasional Departemen Pendidikan Nasional, 2009), h. 23 52

Lusia Tri Astuti dan P. Sunardi, Matematika Untuk Sekolah Dasar Kelas V, (Jakarta : Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional, 2009), h. 16 53

Ibid h. 17

a ×(b+c) = (a×b) + (a×c) a ×(b-c) = (a×b) - (a×c)

Page 42: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24764/1/RISKITRI... · kelompok mengunkan uji-t diperoleh hasil t-hitung 8,21 dan t -tabel

28

terkecil (KPK) dalam operasi hitung matematika merupakan kelipatan dari dua

buah bilangan atau lebih.54

Dari dua atau tiga bilangan di dapat dari perkalian

faktor prima, jika ada faktor bersekutu maka dipilih pangkat terbesar.55

Sedangkan

FPB adalah singkatan dari faktor persekutuan terbesar, FPB dari dua atau tiga

bilangan didapat dari perkalian faktor prima yang sama dengan pangkat terkecil.56

Operasi hitung campuran bilangan bulat memiliki aturan yang sama dengan

operasi hitung campuran bilangan cacah. Aturan tersebut sebagai berikut :57

a) Operasi hitung dalam tanda kurung didahulukan pengerjaannya.

b) Penjumlahan dan pengurangan adalah setingkat, sehingga

pengerjaannya dilakukan secara urut dari kiri.

c) Perkalian dan pembagian adalah setingkat, sehingga pengerjaannya

dilakukan secara urut dari kiri.

d) Perkalian da pembagian lebih tinggi tingkatnya dari penjumlahan

dan pengurangan, sehingga perkalian atau pembagian didahulukan

pengerjaannya.

Bilangan pangkat adalah suatu bilangan yang memiliki pangkat apakah

pangkat dua, tiga, empat, dan seterusnya. Pangkat suatu bilangan ditulis dengan

angka kecil dan diletakan lebih tinggi dari posisi angka bilangan tersebut.58

Dalam pelajaran kelas 5 perpangkatan mempelajari pangkat dua (kuadrat).

Bilangan kuadrat merupakan hasil suatu bilangan itu sendiri.59

Sedangkan Akar

sederhana adalah kebalikan dari bilangan kuadrat.

e. Aplikasi Pembelajaran Kooperatif STAD dalam Materi Bilangan

Aplikasi pembelajaran kooperatif STAD dalam materi bilangan, dengan

sub materi sifat-sifat operasi hitung bilangan bulat, urutannya adalah sebagai

berikut :

54

Aep , op.cit h. 26 55

Lusia, op. cit h. 19 56

Lusia, ibid., h. 20 57

Hardi, Mikan, Ngadiyono, Pandai Berhitung Matematika Untuk Sekolah Dasar dan Madrasah Ibtidaiyah Kelas V, (Jakarta : Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional,2009), h. 30 58

Aep Seapudin, op.cit h. 57 59

Dwi Priyo Utomo, Ida Arijanny, Matematika Untuk SD/MI Kelas V, (Jakarta : Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional, 2009), h. 20

Page 43: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24764/1/RISKITRI... · kelompok mengunkan uji-t diperoleh hasil t-hitung 8,21 dan t -tabel

29

1) Guru mengkondisikan siswa untuk mulai belajar

2) Guru menyampaikan tujuan pembelajaran dan memotivasi siswa.

3) Membagi siswa kedalam beberapa kelompok, kelompok bersifat

heterogen yang terdiri dari siswa yang berbeda intelegensi, ras dan

agama.

4) Guru menjelaskan materi tentang sifat-sifat operasi bilangan bulat,

5) Kegiatan belajar tim, guru memberikan lembar tugas kelompok untuk

siswa yang harus dikerjakan bersama-sama, serta guru memastian bahwa

siswa yang mengerti harus mengajarkan siswa yang belum mengerti.

Selain itu guru bertugas untuk mengawasi, memberikan bimbingan,

dorongan, dan bantuan bila dibutuhkan oleh siswa.

6) Guru memberika kuis individu untuk siswa. Pada kuis ini siswa sudah

tidak diperkenankan untuk saling membantu.

7) Setelah siswa menyelesaikan kuis individunya yang nantinya akan

menjadi nilai kelompok. Kemudian guru enilai dan memberikan

penghargaan pada siswa.

B. Kerangka Berfikir

Matematika merupakan pelajaran yang dianggap siswa sebagai materi

yang sulit dan rumit hal ini terlihat dari nilai ujian matematika yang lebih rendah

dibandingkan dengan hasil nilai ujian mata pelajaran lainnya.

Pembelajaran di dalam kelas yang masih teacher center membuat siswa

merasa jenuh dan pada akhirnya setengah hati dalam mengikuti proses

pembelajaran sehingga berdampak pada hasil belajar yang rendah.

Guru di dalam kelas tidak hanya menjadi sorang pengajar melainkan juga

sebagai pendidik yang mampu mencerdaskan pengetahuan siswa dan karakter

siswa, karena dewasa ini rasa keperdulian dan mengerti kebutuhan orang lain

sangat kurang tertanam pada diri siswa. Maka diperlukan suatu model

pembelajaran yang mampu mengoptimalkan pengetahuan siswa dan membentuk

karakter siswa.

Model pembelajaran kooperatif tipe STAD merupakan pembelajaran

kooperatif yang memacu siswa agar saling mendorong dan membantu sama lain

Page 44: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24764/1/RISKITRI... · kelompok mengunkan uji-t diperoleh hasil t-hitung 8,21 dan t -tabel

30

untuk menguasai keterampilan yang diajarkan guru. Sehingga pembelajaran ini

dinilai sebagai peneliti mampu meningkatkan hasil belajar siswa dan membentuk

karakter siswa untuk mampu bekerja sama dan peduli pada kebutuhan orang lain.

Berdasarkan pemikiran tersebut, maka model pembelajaran kooperatif tipe

STAD dapat mengoptimalkan hasil belajar siswa khususnya pada pelajaran

matematika bilangan. Dengan demikian diduga bahwa model pembelajaran

kooperatif tipe STAD memepengaruhi hasil belajar siswa.

C. Hasil Penelitian yang Relevan

Penelitian dari saudari Firtiana dengan judul penelitian “Pengaruh Model

Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD Terhadap Hasil Belajar Siswa tentang

operasi hitung campuran bilangan bulat kelas V SDN 36 Pontianak Selatan.

Metode yang digunakan adalah eksperimen semu, berdasarkan perhitungan

statistik nilai rata-rata post-test kelas kontrol sebesar 62.83 dan kelas eksperimen

sebesar 80.5 diperoleh sebesar 3.77 dan (α = 5 % dan dk = 39)

sebesar 2.023, berarti > , maka Ha diterima . dari perhitungan effect

size, diperoleh sebesar 1.13 (kriteria tinggi). Hal ini berarti pembelajaran dengan

kooperatif tipe STAD berpengaruh terhadap hasil belajar siswa kelas 5 SDN 36

Pontianak Selatan.

Penelitian ini adalah penelitian yang dilakukan Ni Made Sunilawati,

Nyoman Dantes, dan I Made Candiasa yang berjudul “Pengaruh Model

Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD Terhadap Hasil Belajar Matematika Ditinjau

dari Kemampuan Numerik Siswa Kelas 4 SD” yang diterbitkan e-jurnal program

pascasarjana Universitas Pendidikan Ganesha jurusan pendidikan dasar (vol.3

tahun 2013). Rata-rata skor hasil belajar siswa yang mengunakan model

pembelajaan kooperatif STAD adalah 78.38. rata-rata skor hasil belajar siswa

yang mengunakan model pembelajaran konvensional adalah 71,62. Rata-rata skor

hasil belajar siswa yang memiliki kemampuan numerik tinggi yang menggunakan

model pembelajaran kooperatif tipe STAD adalah 85,44. Rata-rata skor siswa

yang memiliki kemampuan numerik rendah yang mengunakan model pembelajran

kooperatif tipe STAD adalah 71,62. Rata-rata skor hasil belajar siswa dengan

kemampuan numerik tinggi dan mengunakan model pembelajaran konvensional

Page 45: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24764/1/RISKITRI... · kelompok mengunkan uji-t diperoleh hasil t-hitung 8,21 dan t -tabel

31

adalah 67,65. Serta rata-rata skor hasil belajar siswa dengan kemampuan numerik

rendah yang menggunakan model pembelajaran konvensional adalah 75,59.

Kesimpulan yang sisapat dari penelitian tersebut adalah :

1) Terdapat perbedaan kemandirian belajar, dengan FA = 43,12 sedangkan

Ftabel = 3,99 ini berarti tolak H0 terima H1 (rata-rata siswa yang

mengunakan pembelajaran kooperatif lebih tinggi dari siswa yang

mengunakan pembelajaran konvensional)

2) Terdapat perbedaan hasil belajar, dengan FAB = 114,65 sedangkan Ftabel =

3,99. Hal ini menunjukan model pembelajaran kooperatif tipe STAD yang

diterapkan guru mampu merangsang kemampuan numerik siswa.

3) Perbedaan hasil belajar matematika pada siswa dengan kemampuan

numerik tinggi yang mengunakan pembelajaran kooperatif dengan siswa

yang mengunakan pembelajaran konvensional, diperoleh Qhitung = 17,275

dan Qtabel = 4,02 berarti Qhitung > Qtabel. Menunjukan hasil belajar siswa

dengan kemampuan numerik tinggi yang mengunakan model

pembelajaran kooperatif tipe STAD lebih tinggi dari siswa dengan

kemampuan numerik tinggi yang mengunakan pembelajaran kooperatif.

4) Perbedaan hasil belajar matematika pada siswa dengan kemampuan

numerik rendah yang mengunakan pembelajaran kooperatif tipe STAD

dengan siswa dengan kemampuan numerik rendah yang mengunakan

pembelajaran konvensional. Didapati hasil perhitungan Qhitung = 4,14

sedangkan Qtabel = 4,02 sehingga Qhitung > Qtabel, jadi tolah H0 terima H1. Hal

ini menunjukan bahwa siswa dengan kemampuan numerik rendah yang

mengunakan pembelajaran konvensional memiliki hasil belajar yang lebih

baik daripada siswa dengan kemampuan numerik rendah yang

mengunakan pembelajaran kooperatif tipe STAD.

Penelitian yang dilakukan oleh mahasiswa dan dosen Universitas Negeri

Sebelas Maret yaitu Nova Silviani, Triyono, dan Tri Saputri Susiani. Judul

penelitiannya adalah “Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD

dalam Peningkatan Pembelajaran Bilangan Pecahan Siswa Kelas IV Sekolah

Dasar. Penelitian tersebut mengunakan metode penelitian tindakan kelas dengan

Page 46: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24764/1/RISKITRI... · kelompok mengunkan uji-t diperoleh hasil t-hitung 8,21 dan t -tabel

32

mengunakan tiga siklus, pada pratindakan ketuntasan belajar siswa mencapai

41,67% , setelah diberi tindakan dengan mengunakan pembelajran kooperatif tipe

STAD ketutasan belajar meningkat menjadi 87,5 %, namun pada siklus ke kedua

ketuntasan belajar siswa menurun menjadi 83,3 % karena terdapat beberapa

kendala dalam merapakan pembelajaran kooperatif tipe STAD. Pada siklus ketiga

dengan perlakuan yang sama dengan siklus belajar sebelumnya, terjadi

peningkatan hasil belajar pada siklus ketiga mencapai 95,83&. Hal ini

menunujkan bahwa pembelajaran kooperatif tipe STAD mampu meninkatkan

hasil belajar siswa.

D. Hipotesis Penelitian

Ha : Hasil belajar siswa yang mengunakan model pembelajaran kooperatif tipe

STAD lebih tinggi dari pada hasil belajar siswa yang mengunakan pembelajaran

konvensional.

Page 47: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24764/1/RISKITRI... · kelompok mengunkan uji-t diperoleh hasil t-hitung 8,21 dan t -tabel

33

BAB III

Metodelogi Penelitian

A. Tempat dan Waktu Penelitian

Tempat yang akan dijadikan sebagai lapangan penelitian adalah SD Negeri

Jatiasih X kelas 5 Tahun pelajaran 2013/2014. Penelitian dilakukan pada bulan

april-september 2013.

B. Metode Penelitian

Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode penelitian Quasi

Experimental Design. Menurut Sugiono quasi eksperimen mempunyai kelompok

kontrol tetapi tidak dapat berfungsi sepenuhnya mengkontrol variabel-variabel

luar yang mempengaruhi pelaksanaan eksperimen.60

Penelitian ini menggunakan

rancangan penelitian Posttest-Only Control Design, menurut Sugiono dalam

desain ini terdapat dua kelompok yang masing-masing dipilih secara random

(R).61

Kelompok yang diberi perlakuan disebut kelompok eksperimen, sedangkan

kelompok yang tidak diberi perlakuan disebut kelompok kontrol. Seperti yang

dijabarkan sebelumnya bahwa desain ini mengunakan perbandingan kedua

kelompok yaitu kelompok eksperimen (yang diberi treatmen) dan kelompok

kontrol. Dalam true experiment, pengaruh treatmen dianalisis dengan uji beda,

mengunakan statistik t-test. Jika digambarkan desain penelitian ini, seperti gambar

3.1 dibawah ini :

Gambar 3.1

Gambar Rancangan Penelitian The Posttest-Only Control Group Design

Berdasarkan gambar diatas, R1 adalah kelompok eksperimen yaitu kelas

5B, sedangkan R2 adalah kelompok kontrol yaitu kelas 5A. Pemberian perlakuan

60

Sugiono, Metodelogi Penelitian Pendidikan Kuantitatif, Kualitatif dan R&D, (Bandung : Alfabeta, 2012), cet ke-17, h. 77 61

Ibid, h.76

R1 X O2

R2 O4

33

Page 48: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24764/1/RISKITRI... · kelompok mengunkan uji-t diperoleh hasil t-hitung 8,21 dan t -tabel

34

terhadap kelompok eksperimen berupa pembelajaran kooperatif tipe STAD (X).

hasil dari perlakuan terhadap kelompok eksperimen adalah O2, dan hasil

perlakuan terhadap kelompok kontrol yang diajar dengan pembelajaran

konvensional adalah O4.

C. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Sebelum penelitian dilaksanakan, terlebih dahulu harus ditentukan

populasi penelitian. Menurut Suharsimi populasi adalah keseluruhan subjek

penelitian.62

Populasi penelitian ini adalah seluruh siswa SD Negeri Jatiasih X

tahun ajaran 2013/2014. Dan populasi targetnya adalah kelas 5 yang terdiri dari

kelas 5A, 5B, 5C dan 5D.

2. Sampel

Sedangkan sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti.63

Teknik untuk menentukan sample penelitian adalah cluster random sampling.

Menurut sugiono ”cluster random sampling (teknik sampel ruang) digunakan

untuk menetukan sampel bila objek yang akan diteliti atau sumber data yang

luas.”64

Dengan teknik ini , diperoleh kelas 5B sebagai kelas eksperimen dan

kelas5A sebagai kelas kontrol. Jumlah siswa kelas 5 SD Negeri Jatiasih X dapat

dilihat pada Tabel 3.1.

Tabel 3.1

Rekapitulasi siswa kelas 5 SD Negeri Jatiasih X

No Kelas Jumlah

1

2

3

4

Kelas 5 A

Kelas 5 B

Kelas 5 C

Kelas 5 D

38

38

38

39

Jumlah 153

62

Suharsimi Arikunto, Prosedur penelitian Suatu Pendekatan Praktik, (Jakarta: Rineka

Cipta,2010), Cet. 14, hal. 173 63

Ibid h. 174 64

Sugiono, opcit. h.83

Page 49: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24764/1/RISKITRI... · kelompok mengunkan uji-t diperoleh hasil t-hitung 8,21 dan t -tabel

35

D. Teknik Pengumpulan Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini diperoleh dengan melakukan

observasi dan tes untuk mengukur pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe

STAD.

1. Observasi

Observasi atau pengamatan menurut Syaodih adalah teknik atau cara

mengumpulkan data dengan jalan mengadakan pengamatan terhadap kegiatan

yang sedang berlangsung.65

Observasi yang dilakukan oleh peneliti adalah

observasi partisipatif karena peneliti mengikuti kegiatan yang dilakukan informan

dalam waktu tertentu, memperhatikan apa yang terjadi dan mempelajari data-data.

Menurut sugiono, teknik pengumpulan data dengan observasi digunakan bila,

peneliti berkenaan dengan prilaku manusia, proses kerja, gejala-gejala alam dan

bila responden tidak terlalu besar.66

Hal yang di observasi pada penelitian ini

adalah aktivitas belajar siswa.

2. Tes

Tes menurut Suharsimi, adalah serentetan pertanyaan atau latihan serta

alat lain yang digunakan untuk mengukur keterampilan, pengetahuan, intelegensi,

kemampuan atau bakat yang dimiliki oleh individu atau kelompok.67

Bentuk tes

yang digunakan adalah pilihan ganda yang berjumlah 20 soal. Tes yang diberikan

sama untuk kedua kelas yaitu mengenai materi bilangan bulat yang mencakup

sifat-sifat operasi hitung bilangan bulat, FPB dan KPK, Operasi hitung campuran,

serta pemecahan masalah mengunakan bilangan bulat. Setalah data terkumpul

maka akan dilakukan pengujian instrumen penelitian dengan melakukan uji

validitas, tingkat kesukaran butir soal, uji daya pembeda dan uji realibilitas.

a. Uji validitas

Validitas instrumen menunjukan bahwa hasil dari suatu pengukuran

menggambarkan segi atau aspek yang diukur. Menurut Suharsimi validitas adalah

suatu ukuran yang menunujkan tingkat-tingkat kevalidan atau kesahihan sesuatu

65

Nana Syaodih Sukmadinata, Metode Penelitian Pendidikan, (Bandung : PT Remaja Rosdakarya, 2010), Cet. Ke-6, h. 220 66

Sugiono, op. cit., h.145 67

Suharsimi, op. cit h. 193

Page 50: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24764/1/RISKITRI... · kelompok mengunkan uji-t diperoleh hasil t-hitung 8,21 dan t -tabel

36

instrumen68

. Suatu instrumen yang valid atau sahih mempunyai validias tinggi.

Sebaliknya, instrumen yang kurang valid berarti memiliki validitas rendah. Soal

tes yang diujikan adalah pilihan ganda maka pengujian validitas menggunakan

korelasi biserial, jawaban yang betul di beri skor 1 dan jawaban yang salah diberi

skor 0. Cara pengujian kevalidan instrumen adalah sebagai berikut:

Keterangan:

Rbis = koefisien kolerasi biserial

Mp =Rerata skor pada tes dari peserta tes yang memiliki jawaban benar

Mt = rerata skor total

St = standar deviasi skor total

P = proporsi peserta tes yang jawabanya benar pada soal (tingkat kesukaran)

q = 1 – p69

b. Uji Tingkat Kesukaran Butir Soal

Menurut Suharsimi, Soal yang baik adalah soal yang tidak terlalu mudah

atau tidak terlalu sukar.70

Soal yang terlalu mudah akan membuat siswa tidak

menambah kemampuannya, jika soal terlalu sukar siswa cenderung putus asa dan

tidak mau menyelesaikan soal. Menurut Sumarna, proporsi jawaban benar (P),

yaitu jumlah peserta tes yang menjawab benar pada butir soal yang dianalisis

dibandingkan dengan jumlah peserta tes seluruhnya.71

Sehingga persamaannya

adalah sebagai berikut :

Keterangan

P = indeks kesukaran

B = banyaknya siswa yang menjawab soal itu dengan betul

68

Ibid, h. 213 69

Sumarna Surapranata, Analisis, Validitas, Reabilitas, dan Interpretasi Hasil Tes : Implementasi Kurikulum 2004, (Bandung : Remaja Rosdakarya, 2006), Cet Ke-3, h, 61 70

Suharsimi Arikunto, Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan - Ed.Rev, (Jakarta : Bumi Aksara, 2002), Cet. Ke-3, h. 207 71

Sumarna, Ibid,. h. 12

Page 51: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24764/1/RISKITRI... · kelompok mengunkan uji-t diperoleh hasil t-hitung 8,21 dan t -tabel

37

JS = jumlah siswa keseluruhan

Klasifikasi indeks kesukaran yang umum digunakan adalah :

IK = 0,00 : (soal terlalu sukar)

0,00 < IK ≤ 0,30 : (soal sukar)

0,30 < IK ≤ 0,070 : (soal sedang)

0,70 < IK ≤ 1,00 : (soal terlalu mudah)

c. Uji Daya Pembeda

Daya pembeda soal menurut Suharsimi adalah kemampuan sesuatu soal

untuk membedakan antara siswa yang (berkemampuan tinggi) dengan siswa yang

(berkemampuan rendah). Cara menentukan daya pembeda adalah sebagai

berikut72

atau

Keterangan

J = jumlah peserta tes

JA = banyaknya peserta kelompok atas

JB = banyaknya peserta kelompok bawah

BA = banyaknya peserta kelompok atas yang menjawab soal itu dengan benar

BB = banyak peserta kelompok bawah yang menjawab soal itu dengan benar

PA = proposi serta kelompok atas yang menjawab benar

PB = proporsi peserta kelompok bawah yang menjawab benar73

Klasifikasi daya pembeda yang umum digunakan adalah sebagai berikut :

DP ≤ 0,00 : (sangat jelek)

0,00 < DP ≤ 0,20 : (jelek)

0,20 < DP ≤ 0,40 : (cukup)

0,40 < DP ≤ 0,70 : (baik)

0,70 < DP ≤ 1,00 : (sangat baik)

72

Suharsimi, op. cit,. h. 211

73

Suharsimi, op.cit., h. 213-214

Page 52: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24764/1/RISKITRI... · kelompok mengunkan uji-t diperoleh hasil t-hitung 8,21 dan t -tabel

38

d. Uji Realibilitas

Reabilitas berkenaan dengan tingkat keajegan atau ketetapan hasil

pengukuran. Suatu instrumen memiliki tingkat reabilitas yang memadai, bila

instrumen tersebut digunakan mengukur aspek yang diukur beberapa kali hasilnya

relatif sama74

. Untuk pengujian kereliabelan instrumen penelitian ini adalah

dengan rumus Kuder Richardson (KR) 21 adalah sebagai berikut75

{

}

Keterangan

k = jumlah item dalam instrumen

M = mean skor total

S² = varian total

E. Kontrol Terhadap Validitas Internal

1. Pengaruh historis, dikontrol dengan mencegah agar tidak terjadi kejadian-

kejadian khusus dan pelaksanaan perlakuan tidak terlalu lama jangka

waktunya.

2. Alat pengukuran, dikontrol dengan menguji cobakan terlebih dahulu

instrument yang digunakan sehingga didapat instrument pengukuran yang

baik.

3. Terjadinya kontaminasi antara kelompok eksperimen dengan kelompok

kontrol, dikontrol dengan tidak menginformasikan kepada siswa tentang

penelitian yang dilakukan.

4. Perbedaan kemampuan akademik antara kelompok eksperimen dengan

kelompok kontrol, dikontrol dengan pemilihan sampel secara acak dari

populasi yang homogen.

F. Teknik Analisis Data

Setelah memperoleh data dan informasi dari penelitian (observasi) yang

dilakukan, penulis menganalisis secara kuantitatif yang kemudian mempelajarinya

74

Syaodih, op. cit,. h. 229 75

Sugiono, op. cit., h. 186

Page 53: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24764/1/RISKITRI... · kelompok mengunkan uji-t diperoleh hasil t-hitung 8,21 dan t -tabel

39

secara utuh, sehingga memperoleh gambaran yang jelas terhadap masalah yang

diperoleh.

Untuk menguji hipotesis digunakan uji-t dengan taraf signifikansi X=0.05.

Pengujian dengan menggunakan uji-t memerlukan beberapa syarat, antara lain:

sampel acak, data interval, populasi berdistribusi normal dan kesamaan varians

(homogenitas).

1. Uji Prasyarat Analisis

Untuk prasyarat data interval telah terpenuhi, sebab hasil belajar

merupakan data interval. Uji keacakan pun tidak perlu sebab sampel telah diambil

secara acak. Oleh karena itu, uji prasyarat yang perlu dilakukan adalah uji

normalitas dan uji kesamaan varians (uji homogenitas).

a. Uji Normalitas

Uji Normalitas Pengujian normal atau tidaknya data pada penelitian ini

mengunakan uji normalitas Liliefors.

L = F(Zi) – S(Zi) dimana Z =

Keterangan :

Z = Simpangan baku untuk kurva normal standar

Xi = Data

= Rata-rata data

S = Simpangan baku

Kriteria pengujiannya adalah :

1) Apabila < maka sampel berasal dari populasi yang

distribusi normal.

2) Apabila maka sampel tidak berasal dari populasi yang

distribusi normal.

b. Uji Homogenitas

Teknik yang diguanakan pada uji homogenitas ini adalah uji Fisher dengan

rumus :

F =

dengan S² =

Keterangan :

Page 54: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24764/1/RISKITRI... · kelompok mengunkan uji-t diperoleh hasil t-hitung 8,21 dan t -tabel

40

F = Homogenitas

S1² = Varian besar

S2² = Varian kecil

n = Jumlah sanpel

f = Frekuensi

x = data

Kriteria pengujinya

1) Apabila Fhitung < Ftabel, maka H0 diterima, yang berarti varian kedua

populasi homogen

2) Apabila Fhitung ≥ Ftabel, maka H0 ditolak, yang berarti varian kedua

populasi tidak homogen.

2. Uji Statistik

Setelah melakukan uji normalitas dan homogenitas data, maka langkah

selanjutnya adalah dilakukan pengujian hipotesis. Dengan langkah-langkah

sebagai berikut.

a. Jika data berdistribusi normal dan varian populasi homogen maka uji hipotesis

yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji t

t hitung =

dimana S.gab =

Keterangan :

X1 = nilai rata-rata hasil belajar kelompok eksperimen

X2 = nilai rata-rata hasil belajar kelas kontrol

n1 = jumlah sample kelas model eksperimen

n2 = jumlah sample kelas model kontrol

S1 = Varian besar

S2 = Varian kecil

Dengan ketentuan derajat kebebasan dk = (n1 + n2 – 2).

b. Namun jika data berdistribusi normal dan data heterogen maka uji hipotesis

yang digunakan adalah uji t’

t’ =

Page 55: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24764/1/RISKITRI... · kelompok mengunkan uji-t diperoleh hasil t-hitung 8,21 dan t -tabel

41

Keterangan :

X1 = nilai rata-rata kelompok eksperimen

X2 = nilai rata-rata kelompok kontrol

S1 = varian kelompok eksperimen

S2 = varian kelompok kontrol

n1 = jumlah siswa kelompok eksperimen

n2 = jumlah siswa kelompok kontrol

dengan ketentuan derajat kebebasan dk =

{(

) (

)}

(

)

(

)

Adapun kriteria penguji untuk uji t : Terima H0, apabila thitung < ttabel dan Tolak H0,

apabila t hitung ≥ ttabel.

c. Namun apabila sampel yang diteliti tidak memenuhi uji normalitas, maka

untuk menguji hipotesis digunakan statistik uji nonparametrik, yaitu uji Mann

Whitney. Rumus sebagai berikut :

Z =

dimana U = n1n2 +

Keterangan :

U = Statistik uji Mann Whitney

n1 = Ukuran sampel pada kelompok eksperimen

n2 = Ukuran pada sampel kelompok kontrol

n1n2 =hasil kali ukuran sampel pada kelompok eksperimen dan kontrol

R1 = jumlah ranking yang diberikan pada kelompok yang ukuran sampelnya n

Z =Statistik uji Z yang berdistribusi normal N (0.1)

G. Hipotesis Statistik

Adapun hipotesis statistik yang akan diuji adalah sebagai berikut:

H0 : µ1 ≤ µ2

Ha : µ1 > µ2

Keterangan :

H0 = Hipotesis nihil

Page 56: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24764/1/RISKITRI... · kelompok mengunkan uji-t diperoleh hasil t-hitung 8,21 dan t -tabel

42

Ha = Hipotesis alternatif

µ1 = hasil belajar matematika siswa yang diajar menggunakan model

pembelajaran kooperetif tipe Student Teams Achievement Division

(STAD)

µ2 = hasil belajar matematika siswa yang diajar dengan pembelajaran

konvensional.

H0 = hasil belajar matematika siswa yang diajar mengunakan model pembelajaran

Student Teams Achievement Division (STAD) lebih rendah atau sama dengan

hasil belajar matematika siswa yang diajar dengan pembelajaran konvensional.

Ha = hasil belajar matematika siswa yang diajar mengunakan model pembelajaran

Student Teams Achievement Division (STAD) lebih tinggi dari hasil belajar

matematika siswa yang diajar dengan pembelajaran konvensional.

Page 57: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24764/1/RISKITRI... · kelompok mengunkan uji-t diperoleh hasil t-hitung 8,21 dan t -tabel

43

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Bab ini berisi tentang hasil penelitian dan hasil pembahasan tentang

pengaruh pembelajaran kooperatif tipe STAD terhadap hasil belajar matematika

siswa kelas 5 SD Negeri Jati Asih X Bekasi Jawa Barat, yang meliputi deskripsi

data, pengujian persyaratan analisis dan pengujian hipotesis, pembahasan hasil

penelitian, dan keterbatasan penelitian.

A. Deskripsi Data

Proses penelitian ini dilakukan selama sembilan kali pertemuan, delapan

kali pertemuan dilakukan perlakuan dan satu pertemuan untuk pengambilan data.

Materi yang diajarkan adalah mengenai bilangan. Kedua kelompok saat proses

pembelajaran mendapat perlakuan yang berbeda. Kelas eksperimen dengan

mengunakan model pembelajaran kooperatif tipe Student Team Achivment

Divisoin (STAD), sedangkan kelas kontrol dengan mengunakan metode

pembelajaran konvensional. Pada kelas eksperimen (yang diberi perlakuan) terjadi

perubahan yang disebabkan oleh perlakuan dalam pembelajaran yang

mengunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dan kelas kontrol

mengunakan metode pembelajaran konvensional. Sehingga pada akhir

pembelajaran kedua kelompok diberikan post-test yang digunakan untuk

mengetahui kelompok mana yang memiliki hasil belajar yang lebih baik.

Hasil belajar siswa pada kedua kelompok tersebut diukur dengan

mengunkan tes hasil belajar matematika yang terdiri dari 20 butir soal pilihan

ganda. Tes tersebut telah diujicobakan dan dianalisis karakteristiknya, pada uji

validitas dari 20 soal terdapat 6 soal yang tidak valid dan 14 soal valid.

Selanjutnya pada pengujian tingkat kesukaran soal dari 20 soal terdapat 3 soal

mudah, 13 soal sedang, dan 4 soal sukar. Pada pengujian daya pembeda soal

ditemukan soal nomer 1, 6, 12 memiliki daya pembembeda sangat jelek, soal

nomer 11 memiliki daya pembeda yang jelek, soal nomer 3, 8, 14, 15, 18 memiliki

daya pembeda cukup, selebihnya memiliki daya pembeda baik.

43

Page 58: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24764/1/RISKITRI... · kelompok mengunkan uji-t diperoleh hasil t-hitung 8,21 dan t -tabel

44

1. Deskripsi Hasil Belajar Matematika Siswa Kelompok Eksperimen

Berdasarkan perhitungan diperoleh hasil belajar matematika pada materi

bilangan dengan mengunakan medel pembelajaran kooperatif tipe STAD. Nilai

terendah adalah 35 dan nilai tertinggi adalah 100. Berikut ini adalah data hasil

belajar matematika siswa kelompok eksperimen disajikan dalam bentuk

distribusi frekuensi :

Tabel 4.1

Tabel Frekuensi Kelas Eksperimen

Nilai Nilai Tengah

Frekuensi

Absolut Kumulatif Presentase (%)

35-45 40 5 5 13.16

46-56 51 5 10 13.16

57-67 62 5 15 13.16

68-78 73 8 23 21.05

79-89 84 9 32 23.68

90-100 95 6 38 15.79

Jumlah 38 100

Berdasarkan Tabel 4.1, dapat dilihat bahwa kelas interval adalah 6 dengan

panjang tiap interval kelas adalah 11. Berdasarkan hasil perhitungan diperoleh

nilai rata-rata sebesar 70,4, median sebesar 72,8, modus sebesar 81,3, simpangan

baku sebesar 18,6, varian sebesar 329,2 , kemiringan sebesar -0,59 (kurva model

negatif atau kurva melenceng ke kiri), dan ketajaman atau kurtosis sebesar 1,8

(distribusi platikurtik atau bentuk kurvanya mendatar). Untuk perhitungan

selengkapnya dapat dilihat di lampiran 13. Pada tabel tersebut juga terlihat bahwa

nilai yang paling banyak diperoleh siswa kelompok ekperimen pada interval 78-

89 yaitu sebesar 23,68 %. Siswa yang mendapat nilai diatas rata-rata sebanyak

60,52 %, yaitu siswa pada kelompok interval 68-78, 79-89, dan 90-100

sedangkan, siswa yang mendapat nilai dibawah rata-rata sebanyak 39,48 %, yaitu

siswa pada kelompok interval 35-45, 46-56, 57-67. Distribusi frekuensi hasil

belajar siswa kelompok ekserimen yang berupa angka-angka tersebut bisa

disajikan dalam grafik histogram dan polygon pada Gambar 4.1.

Page 59: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24764/1/RISKITRI... · kelompok mengunkan uji-t diperoleh hasil t-hitung 8,21 dan t -tabel

45

Gambar 4.1

Grafik Histogram dan Poligon Distribusi Frekuensi Hasil Belajar Siswa

Kelompok Eksperimen

2. Deskripsi Hasil Belajar matematika Siswa Kelompok Kontrol

Berdasarkan perhitungan diperoleh hasil belajar matematika pada materi

bilangan dengan mengunakan medel pembelejaran konvensional. Nilai terendah

adalah 25 dan nilai tertinggi adalah 100. Berikut ini adalah data hasil belajar

matematika siswa kelompok kontrol disajikan dalam bentuk distribusi frekuensi

pada Tabel 4.2.

Tabel 4.2

Tabel Frekuensi Kelas kontrol

Nilai Nilai Tengah

Frekuensi

Absolut Kumulatif Presentase (%)

22-34 28 3 3 7.895

35-47 41 10 13 26.32

48-60 54 5 18 13.16

61-73 67 7 25 18.42

74-86 80 7 32 18.42

87-100 93 6 38 15.79

jumlah 38 100

Berdasarkan Tabel 4.2, dapat dilihat bahwa kelas interval adalah 6 dengan

panjang tiap interval kelas adalah 13. Berdasarkan hasil perhitungan diperoleh

0

2

4

6

8

10

35-45 46-56 57-67 68-78 79-89 90-100

Ban

yak

Sisw

a

Nilai

Page 60: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24764/1/RISKITRI... · kelompok mengunkan uji-t diperoleh hasil t-hitung 8,21 dan t -tabel

46

nilai rata-rata sebesar 61,9, median sebesar 82,8, modus sebesar 42,1, simpangan

baku sebesar 21,05, varian sebesar 445,4, kemiringan sebesar 0,94 (kurva model

positif atau kurva melenceng ke kanan), dan ketajaman atau kurtosis sebesar 1,64

(distribusi platikurtik atau bentuk kurvanya mendatar). Untuk perhitungan

selengkapnya dapat dilihat di lampiran 14. Pada tabel tersebut juga terlihat bahwa

nilai yang paling banyak diperoleh siswa kelompok kontrol pada interval 35-47

yaitu sebesar 26,32%. Siswa yang mendapat nilai diatas rata-rata sebanyak

52,65%, yaitu siswa pada kelompok interval 61-73, 74-86, dan 87-100.

sedangkan, siswa yang mendapat nilai dibawah rata-rata sebanyak 47,375%, yaitu

siswa pada kelompok interval 22-34, 35-47, dan 48-60. Distribusi frekuensi hasil

belajar siswa kelompok kontrol yang berupa angka-angka tersebut bisa disajikan

dalam grafik histogram dan polygon pada Gambar 4.2.

Gambar 4.2

Grafik Histogram dan Poligon Distribusi Frekuensi Hasil Belajar Siswa

Kelompok Kontrol

Berdasarkan uraian mengenai hasil belajar matematika siswa kelompok

eksperimen dan hasil belajar kelompok kontrol diatas, terlihat adanya perbedaan.

Untuk mengambarkan perbedaan hasil belajar matematika antara kelompok

ekperimen yang diajar dengan mengunakan model pembelajaran kooperatif tipe

STAD, dengan kelompok kontrol yang diajar dengan pembelajaran konvensional,

dapat dilihat pada Tabel 4.3.

0

2

4

6

8

10

12

22-34 35-47 48-60 61-73 74-86 87-100

Ban

yak

Sisw

a

Nilai

Page 61: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24764/1/RISKITRI... · kelompok mengunkan uji-t diperoleh hasil t-hitung 8,21 dan t -tabel

47

Tabel 4.3

Perbandingan Hasil Belajar Matematika Kelompok eksperimen dan

Kelompok Kontrol

Hasil Belajar Kelompok Eksperimen Kelompok

kontrol

Nilai Terendah 35 25

Nilai Tertinggi 25 100

Jumlah 2675 2351

Mean 70,4 61,9

Median 72,8 82,8

Modus 81,3 42,1

Varian 329,9 445,4

Simpangan Baku/Standar Deviasi 18,16 21,05

Koefisien Kemiringan -0,59 0,94

Koefisien Ketajaman 1,8 1,64

B. Pengujian Persyaratan Analisi dan Pengujian Hipotesis

Pengujian persyaratan analisis dilakuakan sebelum menganalisis data lebih

jauh. Adapun pengajuan persyaratan analisis adalah uji normalitas dan

homogenitas.

1. Uji Normalitas

Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah sampel yang diteliti

berdistribusi normal atau tidak. Uji yang digunakan untuk mengetahui normal

atau tidaknya data ini adalah uji lilifors. Hasil pengujian uji normalitas data untuk

kelas eksperimen (lampiran15) diperoleh Lhitungg atau L0 sebesar 0,079, dengan

harga kritis pada tabel Lt untuk n = 38 pada taraf signifikan α = 0.05 adalah

0,144. Oleh karena L0 < Lt (0,079 < 0,144) maka sampel kelas eksperimen

berdistribusi normal.

Uji normalitas pada kelas kontrol (lampiran 16) diperoleh nilai Lhitung atau

L0 sebesar 0,024 dengan harga kritis pada tabel Lt untuk n = 38 pada taraf

signifikan α = 0.05 adalah 0,144. Karena L0 < Lt (0,014 < 0,144) maka sampel

pada kelas kontrol berdistribusi normal.

Page 62: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24764/1/RISKITRI... · kelompok mengunkan uji-t diperoleh hasil t-hitung 8,21 dan t -tabel

48

Hasil uji normalitas tes hasil belajar matematika siswa disajikan pada

Tabel 4.4.

Tabel 4.4

Hasil Uji Normalitas Tes Akhir (Postest) Kelompok Eksperimen dan Kontrol

Kelompok Jumlah Sampel L0 Lt (0,05) Keterangan

Eksperimen 38 0,072 0,144 Normal

Kontrol 38 0,024 0,144 Normal

2. Uji Homogenitas

Uji Homogenitas dilakukan untuk mengtahui perbedaan antara dua

populasi, uji homogenitas dilakukan dengan uji fisher. Dari hasil perhitungan

(lampiran 17), diperoleh nilai varian kelas eksperimen adalah 329,9 dan kelas

kontrol adalah 445,4. Maka diperoleh nilai Fhitung = 1,16 dengan taraf signifikan α

0,05 untuk dkpembilang = 37 dan dkpenyebut = 37, nilai Ftabel = 1,69 sehingga Fhitung <

Ftabel (1,16 < 1,69) maka H0 diterima, sehingga dapat disimpulkan bahwa sampel

berasal dari varian yang sama/homogen.

Hasil uji homogenitas tes akhir/posttest hasil belajar matematika siswa

kedua kelas disajikan dalam bentuk Tabel 4.5.

Tabel 4.5

Hasil Uji Homogenitas Tes Akhir/Posttest Kelompok Eksperimen dan

Kontrol

Kelompok Varians Fhitung Ftabel (0,05) Keterangan

Eksperimen 329.9 1,16 1,69 Homogen

Kontrol 445,4 Homogen

Setelah dilakukan pengujian prasyarat analisis data, diketahui bahwa data

tersebut berdistribusi normal dan homogen, selanjutnya dilakukan pengujian

hipotesis statistik dengan mengunakan uji t. Uji t dilakukan untuk mengetahui

apakah rata-rata hasil belajar matematika siswa pada kelompok eksperimen yang

pembelajarannya mengunakan model pembelajaran kooperatif tipe Student Teams

Achievement Division (STAD) lebih tinggi dari rata-rata hasil belajar matematika

siswa pada kelompok kontrol yang diajar dengan motode konvensional/metode

Page 63: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24764/1/RISKITRI... · kelompok mengunkan uji-t diperoleh hasil t-hitung 8,21 dan t -tabel

49

ceramah dan penugasan. Pengujian tersebut diajukan hipotesis adalah sebagai

sebagai berikut:

H0 : µ1 ≤ µ2

Ha : µ1 > µ2

Keterangan :

µ1 = hasil belajar matematika siswa yang diajar menggunakan model

pembelajaran kooperetif tipe Student Teams Achievement Division (STAD)

µK = hasil belajar matematika siswa yang diajar mengunakan pembelajaran

konvensional.

H0 = hasil belajar matematika siswa yang diajar mengunakan model pembelajaran

kooperatif tipe Student Teams Achievement Division (STAD) lebih rendah atau

sama dengan hasil belajar matematika siswa yang diajar mengunakan

pembelajaran konvensional.

Ha = hasil belajar matematika siswa yang diajar mengunakan pembelajaran

kooperatif tipe Student Teams Achievement Division (STAD) lebih tinggi dari

hasil belajar matematika siswa yang diajar menggunakan pembelajaran

konvensional.

Kriteria pegujiannya adalah thitung < ttabel maka H0 diterima dan Ha ditolak.

Sedangkan, jika thitung ≥ ttabel maka Ha diterima dan H0 ditolak, pada taraf

kepercayaan 95% atau taraf signifikansi α 5%. Berdadarkan hasil perhitungan

diperoleh thitung sebesar 8,21 dan ttabel 1,67 (lampiran 18) hasil perhitungan tersebut

menunujkan bahwa thitung ≥ ttabel (8,21 ≥ 1,67), sehingga H0 ditolak dan Ha

diterima, atau dengan kata lain rata-rata hasil belajar matematika siswa pada

kelompok eksperimen lebih tinggi dari rata-rata hasil belajar matematika siswa

pada kelompok kontrol. jika tuliskan dalam bentuk Tabel 4.6.

Tabel 4.6

Hasil Uji Hipotesis Dengan Uji t

Db thitung ttabel Kesimpulan

74 8,21 1,67 Tolak H0, Terima Ha

Page 64: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24764/1/RISKITRI... · kelompok mengunkan uji-t diperoleh hasil t-hitung 8,21 dan t -tabel

50

C. Pembahasan Hasil Penelitian

Hasil pengujian hipotesis yang telah dilakukan diperoleh hasil bahwa thitung

berada diluar daerah penerimaan H0 atau dengan kata lain H0 ditolak. Sehingga

hipotesis alternatif (Ha) yang menyatakan bahwa rata-rata hasil belajar matemtika

siswa yang diajar dengan model pembelajaran kooperatif tipe STAD lebih tinggi

dibandingkan dengan hasil belajar matematika siswa yang diajar dengan metode

konvensional diterima pada taraf signifikan 5%.

Perbedaan rata-rata hasil belajar matematika siswa pada kedua kelas

tersebut karena adanya perbedaan perlakuan yang diberikan, perlakuan yang

diberikan kepada kelas kontrol adalah metode konvensional yaitu guru

menjelaskan materi, penjelasan materi yang disampaikan guru berjalan satu arah

dengan pusat pembelajaran adalah guru. Kegiatan siswa hanya memperhatikan

dan bertanya tentang materi yang tidak dipahami sehingga siswa tidak terlibat

secara proaktif dalam kegiatan pembelajaran. Sebaliknya kegiatan pembelajaran

siswa pada kelas eksperimen mengunakan model pembelajaran kooperatif tipe

STAD, yaitu pembelajaran yang menekankan pada keterlibatan siswa secara

proaktif selama pembelajaran berlangsung.

Beberapa hal yang ditemukan penulis saat menerapkan model

pembelajaran kooperatif tipe STAD, yang disajikan dalam bentuk lembar aktivitas

kegiatan siswa pada tabel 4.7. Pada pertemuan pertama berdasarkan tabel 4.7

peneliti menemukan beberapa hal di kelas eksperimen yaitu kelas 5B, pada

awalnya siswa masih bingung dengan metode yang diterapkan peneliti. Hal ini

ditunjukan dengan kurang adanya kerjasama pada siswa. Pengerjaan soal

kelompok yang diberikan masih dikerjakan secara individu oleh siswa yang

memiliki kemampuan lebih untuk mengerjakan soal tersebut, sedangkan siswa

lainnya masih sibuk mengobrol, berpangku tangan dan bermain-main. Selain itu

pada pertemuan pertama peneliti tidak memberikan reward berupa bintang

prestasi, melainkan hanya sekedar pujian untuk kelompok terbaik.

Hal lain yang ditemukan peneliti adalah dalam pembagian kelompok, peneliti

membagi kelompok secara heterogen karena pada model pembelajaran kooperatif

tipe STAD menghendaki hal demikian. Siswa secara umum bersedia menerima

Page 65: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24764/1/RISKITRI... · kelompok mengunkan uji-t diperoleh hasil t-hitung 8,21 dan t -tabel

51

kelompok yang dibentuk peneliti, namun ada kelompok yang tidak nyaman

dengan kelompok bentukan peneliti karena terpisah dengan teman akrabnya, dan

tidak nyaman dengan teman satu kelompoknya. Pada saat mengerjakan tugas

individu tidak semua siswa mengumpulkan tugasnya individunya. Pada pertemuan

kedua, proses pembelajaran siswa masih sama dengan pertemuan pertama, namun

pada pertemuan kedua peneliti memberikan reward berupa bintang prestasi yang

ditempel di kartu prestasi. Perubahan mulai terlihat pada pertemuan ketiga dan

seterusnya. Setiap anggota kelompok mulai saling membantu anggota

kelompoknya yang mengalami kesulitan belajar dan memotivasi anggota lainnya

yang malas mengerjakan tugas individu. Siswa mulai menyukai dan terbiasa

dengan metode yang diterapkan oleh peneliti, hal ini terlihat pada saat akan

dimulai pembelajaran, siswa yang meminta untuk belajar berkelompok seperti

pembelajaran sebelumnya. Semangat belajar siswa pada kelas eksperimen setelah

mendapat perlakuan mulai menunjukan aktivitas belajar yang baik, siswa

mengerjakan tugas dengan baik dan terpacu untuk berkompetisi dalam

pembelajaran serta siswa sudah mampu bekerjasama dengan baik dengan teman-

temannya.

Selain memberikan perlakuan terhadap kelas eksperimen, peneliti juga

memberikan perlakuan terhadap kelas kontrol yang diterapkan di kelas 5A. Kelas

kontrol diajar mengunakan metode pembelajaran yang masih konvensional berupa

ceramah dan penugasan. Di kelas kontrol ini pembelajaran yang dilakukan sama

dengan pembelajaran pada umumnya. Guru yang menjadi pusat pembelajaran,

dengan komunikasi satu arah, walaupun terjadi interaksi itu pun hanya dengan

siswa tertentu, biasanya siswa yang memiliki prestasi yang baik di kelas. Dari

pengamatan yang dilakukan peneliti, pada kelas kontrol siswa cenderung bosan

dalam proses pembelajaran dan jika siswa merasa bosan mereka akan mengobrol,

menyandarkan kepalanya diatas tanggan, dan mengambar di buku tulisnya.

Aktivitas belajar siswa masih monoton, siswa kurang memiliki inisitaif dalam

belajar dan tidak terpacu untuk berkompetisi dalam belajar.

Page 66: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24764/1/RISKITRI... · kelompok mengunkan uji-t diperoleh hasil t-hitung 8,21 dan t -tabel

52

Tabel 4.7

Tabel Aktivitas Siswa

No Aspek yang diamati

Penilaian

Pertemuan ke

1 2 3 4

Y T Y T Y T Y T

Kegiatan Awal

1 Mejawab salam dan membaca do’a. √ √ √ √

2

Memperhatikan dan mendengarkan tujuan

pembelajaran yang disampaikan guru

√ √ √

3

Memperhatikan dan mendengarkan

penjelasan mengenai aturan dalam

pembelajaran kooperatif tipe STAD yang

disampaikan guru

√ √ √ √

4 Bergabung dengan kelompok yang telah

ditentukan √ √ √ √

Kegiatan Inti

5

Menjawab pertanyaan guru untuk mengali

pemahaman awal siswa pada tahapan

eksplorasi

√ √ √ √

6 Memperhatikan dan mendengarkan

penjelasan materi yang disampaikan guru. √ √ √ √

7 Berdiskusi dengan kelompoknya √ √ √ √

8 Mengerjakan soal secara berkelompok saat

pengerjaan tugas kelompok √ √ √ √

9 Mengerjakan soal secara individu saat

pengerjaan tugas individu √ √ √ √

10 Memperhatikan penguatan yang dilakukan

oleh guru √ √ √ √

Penutup

11 Bersama-sama guru menyimpulkan

pembelajaran √ √ √

12 Memperhatikan motivasi yang diberikan

guru √ √ √ √

13 Berdo’a dan salam √ √ √ √ Ket : Y (Ya) dan T (Tidak)

Page 67: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24764/1/RISKITRI... · kelompok mengunkan uji-t diperoleh hasil t-hitung 8,21 dan t -tabel

53

D. Keterbatasan Penelitian

Peneliti menyadari bahwa penelitian ini jauh dari kata sempurna, semua

upaya telah dilakukan agar memeperoleh hasil yang maksimal. Tetapi masih ada

hal-hal yang tidak dapat terkontrol dan tidak dapat dikendalikan. Sehingga hasil

ini pun belum maksimal. Hal-hal tersebut adalah :

1. Penelitian baru dilaksanakan pada mata pelajaran matematika dengan pokok

bahasan bilangan yang meliputi KPK dan FPB, operasi bilangan bulat, akar

pangkat, dan penarikan akar pangkat. Dan belum dapat digeneralisasikan

pada pokok bahasan lainnya.

2. Waktu yang akan memasuki ujian tenggah semester sehingga pemberian

materi dibuat lebih cepat.

3. Kontrol terhadap kemampuan siswa hanya pada hasil belajar saja. Sementara

variable lain seperti, intelegensi, minat, bakat, motivasi, dan lingkungan

belajar tidak dapat terkontrol secara penuh. Sehingga tidak menutup

kemungkinan jika hasil dari penelitian ini dapat dipengaruhi oleh hal-hal

lainnya.

Page 68: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24764/1/RISKITRI... · kelompok mengunkan uji-t diperoleh hasil t-hitung 8,21 dan t -tabel

54

BAB V

KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian, dengan melihat proses pembelajaran di kelas

5B atau kelas eksperimen yang diajar dengan model pembelajaran kooperarif tipe

Student Teams Achievement Division (STAD) dalam hal aktivitas belajar lebih

baik dari kelas 5A atau kelas kontrol yang diajar dengan pembelajaran

konvensional berupa ceramah dan penugasan. Pada kelas eksperimen aktivitas

pembelajaran berpusat pada siswa sehingga siswa dapat lebih aktif dan lebih

memiliki semangat untuk berprestasi/berkompetisi karena model pembelajaran

kooperatif tipe STAD memiliki ciri untuk mengaktifkan siswa dan memacu

kompetisi antar siswa dengan adanya pemberian reward.Sedangkan pada kelas

kontrol yang diajar dengan model pembelajaran konvensional aktivitas belajarnya

berpusat pada guru, aktifitas siswa hanyalah memperhatikan penjelasan guru

mengenai materi yang sedang diajarkan sehingga siswa tidak memiliki semangat

belajar dan tidak memiliki rasa terpacu untuk berkompetisi.

Dan berdasarkan deskripsi data hasil pengujian hipotesis penelitian maka

kesimpulannya adalah “Rata-rata hasil belajar matematika siswa yang diajar

dengan model pembelajaran kooperatif tipe STAD lebih tinggi dibandingkan

siswa yang diajar dengan mengunakan pembelajaran konvensional (thitung =8,21 >

ttabel = 1,68). hal tersebut dapat dilihat dari hasil belajar matematika pada

kelompok eksperimen yaitu berdasarkan hasil perhitungan, diperoleh rata-rata

sebesar 70,4. Sedangkan hasil belajar kelompok kontrol diperoleh nilai rata-rata

sebesar 61,9. Hal ini menunjukan bahwa model pembelajaran kooperatif tipe

STAD berpengaruh nyata terhadap hasil belajar matematika siswa”.

Penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe STAD ini dapat dijadikan

sebagai alternatif variasi dalam memilih model pembelajaran, karena dapat

menjadikan siswa lebih aktif dalam meningkatkan hasil belajar siswa, terutama

dalam pelajaran matematika.

54

Page 69: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24764/1/RISKITRI... · kelompok mengunkan uji-t diperoleh hasil t-hitung 8,21 dan t -tabel

55

B. Implikasi

Implikasi dari penelitian ini mencakup dua hal yaitu secara teoritis dan

praktis. Implikasi secara teoritis berhubungan dengan kontribusinya terhadap

teori-teori model pembelajaran kooperatif khususnya tipe STAD. Implikasi praktis

dari penelitian ini berkontribusi bagi peneliti sendiri agar penulis semangat dalam

melakukan penelitian dan mengembangkan keilmuannya. Implikasi praktis bagi

guru, agar guru-guru memiliki alternatif cara mengajar untuk mengaktifkan siswa

agar pembelajaran tidak monoton. Selanjutnya implikasi praktisnya bagi siswa,

agar siswa mudah memahami materi dengan terlibat secara aktif dalam

pembelajaran dengan cara berkelompok.

C. Saran

Dari hasil analisis data mengenai pengaruh model pembelajaran

koopeatif tipe STAD terhadap hasil belajara matematika siswa kelas 5 SD

Jatiasih X. peneliti memiliki rekomendasi/ saran-saran diantaranya :

1. Sebaiknya dalam proses belajar mengajar guru tidak hanya mengunakan

metode pembelajaran yang monoton yaitu model pembelajaran

konvensional, tetapi guru memiliki alternatif lain dalam proses

pembelajaran salah satunya adalah pembelajaran kooperatif tipe STAD.

2. Peran guru yang mendominasi proses pembelajaran (Teacher Center)

haruslah diminimalisir dalam proses pembelajaran. Pengoptimalan peran

siswa/pembelajaran berpusat pada siswa (student center) dan guru hanya

sebagai fasilitator dalam proses pembelajaran.

3. Pihak sekolah dan kepala sekolah mendorong terciptanya suasana belajar

lebih kreatif. Hal ini dapat dilakuakn dengan mengikutsertakan para guru

untuk mengikuti pelatihan-pelatihan pembelajaran kooperatif dan

pembelajaran kreatif lainnya.

Page 70: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24764/1/RISKITRI... · kelompok mengunkan uji-t diperoleh hasil t-hitung 8,21 dan t -tabel

DAFTAR PUSTAKA

Ahmadi, Iif Khoiru, Strategi Pembelajaran Sekolah Terpadu : Pengaruhnya

Terhadap Konsep Sekolah Swasta dan Negeri

Amri, Sofan dan Iif Khoiru Ahmadi. Konstuksi Pengembangan Pembelajaran :

Pengaruhnya Terhadap Mekanisme dan Praktikum Kurikulum. Jakarta :

PT. Prestasi Pustakarya, 2010

Arikunto, Suharsimi. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan-Ed. Rev. Jakarta : Bumi

Aksara, 2002

Arikunto, Suharsimi. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta :

Rineka Cipta, 2010.

Astuti, Tri Lusia. dan P. Sunardi. Matematika Untuk Sekolah Dasar Kelas V.

Jakarta : Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional, 2009.

Dahar, Ratna Wilis. Teori-Teori Belajar dan Pembelajaran. Jakarta : PT

Erlangga, 2011.

Fathani, Abdul Halim. Matematika Hakikat dan Logika. Jogjakarta : Ar-Ruzz

Media, 2009.

Hardi. dkk. Pandai Berhitung Matematika Untuk Sekolah Dasar dan Madrasah

Ibtidaiyah Kelas V. Jakarta : Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan

Nasional, 2009.

Huda, Miftahul. Cooperative Learning Metode, Teknik, Struktur dan Model

Terapan. Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 2011.

Jhonson, David W. dkk. Collaborative Learning : Strategi Pembelajaran Untuk

Sukses Bersama. Bandung : Nusa Media, 2011.

Prabowanto, Sufyani. Dan Puji Rahayu. Bilangan. Bandung : UPI Press, 2006.

Rusman. Model-Model Pembelajaran : Mengembangkan Profesionalisme Guru.

Jakarta : Rajawali Pers, 2012)

Sanjaya, Wina. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan.

Jakarta : Prenada Media Group, 2006

Slameto. Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta : PT.

Rineke Cipta, 2010

Page 71: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24764/1/RISKITRI... · kelompok mengunkan uji-t diperoleh hasil t-hitung 8,21 dan t -tabel

Sudaryono. Dasar-Dasar Evaluasi Pembelajaran. Yogyakarta : Graha Ilmu,

2012.

Sugiono. Metodelogi Penelitian Pendidikan Kuantitatif, Kualitatif dan R&D.

Bandung : Alfabeta, 2012.

Sukmadinata, Nana Syaodih. Landasan Psikologi Proses Pendidikan. Bandung :

PT. Remaja Rosdakarya, 2007.

Sukmadinata, Nana Syaodih. Metodelogi Penelitian Pendidikan. Bandung : PT.

Remaja Rosdakarya, 2010

Surapranata, Sumarna. Analisis, Validitas, Reabilitas dan Interpretasi Hasil Tes :

Implementasi Kurikulum 2004. Bandung : Remaja Rosdakarya, 2006.

Suwangsih, Erna. Dan Tiurlina. Model Pembelajaran Matematika. Bandung :

UPI Press, 2006.

Suyono. Dkk. Belajar dan Pembelajaran : Teori dan Konsep Dasar. Bandung :

PT Remaja Rosdakarya, 2012.

Trianto. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif : Konsep, Landasan

dan Implementasinya Pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan

(KTSP). Jakarta : Kencana Prenada Group, 2010.

Utomo, Dwi Priyo. Dan Ida Arijanny. Matematika Untuk SD/MI Kelas V. Jakarta

: Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional, 2009.

Wahyudin. Matematika Bilangan. Bandung : Epsilon Group, 2007

Page 72: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24764/1/RISKITRI... · kelompok mengunkan uji-t diperoleh hasil t-hitung 8,21 dan t -tabel

Lampiran 1

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran

Mata Pelajaran : Matematika

Kelas/Semester : 5 (lima) / I (Satu)

Alokasi Waktu : 2 x 35 Menit

Standar Kompetensi : Melakukan operasi hitung bilangan bulat dalam

pemecahan masalah

Kompetensi Dasar : Mengunakan faktor prima untuk menentukan KPK

dan FPB

Indikator : Menentukan FPB dan KPK dua bilangan atau

lebih, dengan mengunakan faktor prima

Tujuan : Setelah pembelajaran mengunakan model

pembelajaran kooperatif tipe STAD siswa

diharapkan mampu Menentukan FPB dan KPK dua

bilangan atau lebih, dengan mengunakan faktor

prima.

Materi Ajar : FPB dan KPK

Metode/Teknik : Kooperatif tipe STAD

Langkah pembelajaran

A. Kegiatan awal

Kegiatan guru Kegiatan siswa Nilai Karakter

Salam dan berdo’a Salam dan berdo’a Religius

Absensi Absensi Komunikatif

Apersepsi

Memberi motivasi siswa

Menyampaikan tujuan pembelajaran Memperhatikan Disiplin, rasa

ingin tahu

Membagi siswa menjadi beberapa

kelompok heterogen. Setiap

kelompok berisi anak yang berbeda

prestasi akademik, suku, gender dan

Berkelompok Demokratis,

toleransi

Page 73: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24764/1/RISKITRI... · kelompok mengunkan uji-t diperoleh hasil t-hitung 8,21 dan t -tabel

agama. Yang paling penting adalah

setiap kelompok memiliki satu atau

dua anggota yang lebih mudah

mengerti memahami materi. Agar

mengajarkan siswa lain yang

memiliki kekurangan/lambat dalam

memahami materi

B. Kegiatan inti

Eksplorasi

Kegiatan Guru Kegiatan Siswa Nilai Karakter

Menggali pengetahuan awal siswa

dengan memberikan pertanyaan

tentang FPB dan KPK

Menjawab

pertanyaan guru

tentang FPB dan

KPK secara umum

Komunikatif

dan rasa ingin

tahu.

Memberikan stimulus berupa

pemberian materi menentukan FPB

dan KPK dua bilangan atau lebih

mengunakan bilangan prima

Merespon stimulus

guru dengan cara

memperhatikan

pemberian materi

Komunikatif

dan rasa ingin

tahu

Elaborasi

Kegiatan Guru Kegiatan Siswa Nilai Karakter

Memberi kesempatan siswa untuk

berdiskusi kelompok dengan

menyelesaikan soal-soal menentukan

KPK dan FPB dua bilangan atau

lebih mengunakan bilangan prima

siswa yang sudah memahami materi,

membantu siswa yang belum

memahami materi.

Berdiskusi membahas

soal yang diberikan

guru bersama-sama

Menghargai,

tangung jawab,

peduli sosial

Page 74: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24764/1/RISKITRI... · kelompok mengunkan uji-t diperoleh hasil t-hitung 8,21 dan t -tabel

Lampiran 1

Menjadi fasilitator bagi siswa dan

memperhatikan jalannya diskusi

berdiskusi

Memberikan soal menentukan FPB

dan KPK dua bilangan atau lebih

menggunakan bilangan prima untuk

dikerjakan secara individu oleh siswa

dan tidak boleh

berdiskusi/bekerjasama.

Mengerjakan soal

secara individu.

Kerja keras,

mandiri

Konfirmasi

Kegiatan Guru Kegiatan Siswa Nilai Karakter

Memeriksa jawaban tugas individu

siswa dan memberikan skor 10 jika

nilai 1-10 poin dibawah skor awal,

skor 20 jika nilai 10 poin diatas skor

awal, skor 30 jika nilai lebih dari 10

poin diatas skor awal.

Memberikan siswa umpan balik

melalui penguatan dalam bentuk lisan

terhadap pemahaman siswa tentang

materi yang diajarkan.

Memperhatikan

penguatan yang

dilakukan guru

Menghargai,

C. Penutup

Kegiatan Guru Kegiatan Siswa Nilai Karakter

Memberikan reward untuk kelompok

terbaik berupa bintang prestasi yang

di tempel di kartu bintang prestasi, 3

bintang untuk super team dengan

skala skor 21-30, 2 bintang untuk

great team dengan skala skor 16-20,

Bersama-sama guru

menyimpulkan

pembelajaran

Page 75: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24764/1/RISKITRI... · kelompok mengunkan uji-t diperoleh hasil t-hitung 8,21 dan t -tabel

dan 1 bintang prestasi untuk good

team dengan skala skor 6-15.

Menyimpulkan pembelajaran

bersama-sama siswa

Memotivasi siswa untuk belajar lebih

giat dan menambah poin bagi

kelompoknya dipembelajaran yang

akan datang.

Menutup pembelajaran, berdo’a serta

salam.

Berdo’a dan salam Religius

Sumber belajar : Buku sekolah elektronik Gemar Matematika 5

Evaluasi :

Indikator Uraian soal Bentuk

soal

Nomor

soal

Menentukan FPB dan

KPK dua bilangan

atau lebih, dengan

mengunakan faktor

prima

Tentukan FPB dan KPK

dua bilangan Berikut ini

Tentukan FPB dan KPK

tiga bilangan berikut ini

Uraian

Mengetahui,

Kepala Sekolah SDN Jatiasih X Guru Mata Pelajaran

Hj. Lilis Setya P, M. M.Pd Riskitri Wigih Sayekti

NIP. 1959024 1982 01 2 008

Page 76: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24764/1/RISKITRI... · kelompok mengunkan uji-t diperoleh hasil t-hitung 8,21 dan t -tabel

Lampiran 2

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran

Mata Pelajaran : Matematika

Kelas/Semester : 5 (lima) / I (Satu)

Alokasi Waktu : 2 x 35 Menit

Standar Kompetensi : Melakukan operasi hitung bilangan bulat dalam

pemecahan masalah

Kompetensi Dasar : Mengunakan faktor prima untuk menentukan KPK

dan FPB

Indikator : Menentukan FPB dan KPK dua bilangan atau

lebih, dengan mengunakan faktor prima

Tujuan : Setelah pembelajaran mengunakan model

pembelajaran ceramah siswa diharapkan mampu

Menentukan KPK dan FPB dua bilangan atau lebih,

dengan mengunakan faktor prima.

Materi Ajar : KPK dan FPB

Metode/Teknik : Ceramah

Langkah pembelajaran

A. Kegiatan awal

Kegiatan guru Kegiatan siswa Nilai Karakter

Salam dan berdo’a Salam dan berdo’a Religius

Absensi Absensi Komunikatif

Memberi motivasi siswa

Menyampaikan tujuan

pembelajaran.

Memperhatikan Disiplin, rasa

ingin tahu

Page 77: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24764/1/RISKITRI... · kelompok mengunkan uji-t diperoleh hasil t-hitung 8,21 dan t -tabel

B. Kegiatan inti

Eksplorasi

Elaborasi

Kegiatan Guru Kegiatan Siswa Nilai Karakter

Memita siswa untuk

mengarjakan soal.

Mengerjakan soal yang

diberikan guru

Kerja keras,

mandiri

Meminta siswa untuk

mengerjakan soal di depan

kelas secara bergantian

setelah semua siswa selesai

mengerjakan soal secara

individu.

Mengerjakan soal di

depan kelas secara

bergilirian.

Kerjakeras,

percaya diri.

Konfirmasi

Kegiatan Guru Kegiatan Siswa Nilai Karakter

Mengecek jawaban siswa di

depan kelas jika benar maka

guru menjelaskan bawa

jawaban benar, dan jika

Memperhatikan

penjelasan guru.

menghargai

Kegiatan Guru Kegiatan Siswa Nilai Karakter

Guru menggali pemahaman

awal siswa dengan bertanya

FPB dan KPK.

Menjawab pertanyaan

yang diajukan guru

mengenai FPB dan KPK.

Kominikatif,

menghargai

Menjelaskan materi

pembelajaran tentang FPB dan

KPK

Memperhatikan

penjelasan materi yang

disampaikan guru.

Menghargai,

rasa ingin tahu.

Mengerjakan beberapa contoh

soal tentang FPB dan KPK

Memperhatikan cara

pengerjaan contoh soal

yang disampaikan guru.

Menghargai,

rasa ingin tahu

Page 78: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24764/1/RISKITRI... · kelompok mengunkan uji-t diperoleh hasil t-hitung 8,21 dan t -tabel

Lampiran 2

jawaban salah guru

menjelaskan pengerjaan yang

benar. (memberikan umpan

balik)

C. Penutup

Kegiatan Guru Kegiatan Siswa Nilai Karakter

Menyimpulkan pembelajaran

bersama-sama siswa

Menyimpulkan

pembelajaran

bersama guru

komunikatf

Memotivasi siswa untuk

pembelajaran yang akan dating

Memperhatikan

motivasi yang

disampaikan guru

menghargai

Berdo’a dan menjawab salam Berdo’a dan

mengucapkan

salam.

religius

Sumber belajar : Sumanto, Heny Kusuma, Gemar Matematika 5, (Jakarta : Pusat

Perbukuan Departemen Nasional, 2008).

Lusia Triastuti, Matematika untuk Kelas 5 SD/MI, (Jakarta :

Pusat Perbukuan Departemen Nasional, 2009)

Dwi Prio Utomo, Ida Arijanny, Matematika untuk Kelas 5

SD/MI, (Jakarta : Pusat Perbukuan Departemen Nasional 2009)

Evaluasi :

Indikator Uraian soal Bentuk

soal

Nomor

soal

Menentukan FPB

dan KPK dua

bilangan atau lebih,

Tentukan FPB dan KPK

dua bilangan Berikut ini

Tentukan FPB dan KPK

Uraian

Page 79: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24764/1/RISKITRI... · kelompok mengunkan uji-t diperoleh hasil t-hitung 8,21 dan t -tabel

dengan mengunakan

faktor prima

tiga bilangan berikut ini

Mengetahui,

Kepala Sekolah SDN Jatiasih X Guru Mata Pelajaran

Hj. Lilis Setya P, M. M.Pd Riskitri Wigih Sayekti

NIP. 1959024 1982 01 2 008

Page 80: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24764/1/RISKITRI... · kelompok mengunkan uji-t diperoleh hasil t-hitung 8,21 dan t -tabel

Lampiran 3

KISI-KISI PENULISAN SOAL

Jenis sekolah : Sekolah Dasar Jumlah soal : 20 Soal

Mata pelajaran : Matematika Bentuk soal/tes : Pilihan Ganda

Kurikulum : KTSP Penyusun : Riskitri Wigih Sayekti

Alokasi waktu : 2 × 35 Menit

No. Standar Kompetensi Kompetensi Dasar Kls/

smt

Materi

pokok Indikator soal

Nomor

soal

1 Melakukan operasi

hitung bilangan

bulat dalam

pemecahan masalah

Melakukan operasi hitung

bilangan bulat termasuk

pengunaan sifat-sifatnya,

pembulatan, dan

penaksiran.

5/I Bilangan

bulat

operasi hitung bilangan bulat mengunakan

sifat-sifatnya.

1

Menentukan pembulatan bilangan bulat ke

satuan, ratusan, dan ribuan terdekat

8,18

Menaksir hasil operasi hitung bilangan bulat 6,7,

Page 81: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24764/1/RISKITRI... · kelompok mengunkan uji-t diperoleh hasil t-hitung 8,21 dan t -tabel

Mengunakan faktor prima

untuk menentukan KPK

dan FPB

Menyebutkan faktorisasi prima suatu

bilangan.

Menentukan faktor persekutuan 2 atau 3

bilangan

Menentukan kelipatan persekutuan 2 atau 3

bilangan.

11

16

19

Menetukan KPK dan FPB dua buah bilangan

atau lebih dengan mengunakan bilangan

prima

4,5

Melakukan operasi hitung

campuran bilangan bulat

Melakukan operasi hitung campuran bilangan

bulat

3

Menghitung perpangkatan

dan akar sederhana

Melakukan operasi hitung bilangan

berpangkat.

Melakukan operasi hitung akar sederhana dari

2 atau 3 bilangan

15

12

Menghitung bilangan berpangkat 15

Menyelesaikan masalah

yang berkaitan dengan

operasi hitung, KPK dan

FPB

Menyelesaikan masalah yang berkaitan

dengan KPK

9,20

Menyelesaikan masalah yang berkaitan

dengan FPB

10,14

Page 82: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24764/1/RISKITRI... · kelompok mengunkan uji-t diperoleh hasil t-hitung 8,21 dan t -tabel

Lampiran 4

NAMA :

KELAS :

NILAI :

A. Berilah tanda silang (X) pada huruf a, b, c, atau d di depan jawaban yang

benar!

1. (115 + 28) + 64 = 115 + (…+ 64), nilai pada titik-titik adalah......

a. 115 c. 64

b. 28 d. 63

2. Hasil dari 252 adalah …….

a. 625 c. 25 × 2

b. 50 d. 25

3. 45 × (-8) + 750 : 25 = ....

a. 300 c. -300

b. -330 d. 330

4. FPB dari bilangan 105 dan 70 adalah ....

a. 15 c. 25

b. 35 d. 45

5. KPK dari bilangan 36 dan 96 adalah ....

a. 112 c. 114

b. 164 d. 288

6. Taksiran terbaik 6.421 – 2.640 adalah ....

a. 3.000 c. 2.500

b. 2.000 d. 4.000

7. Taksiran terendah dari 567 × 8 adalah ....

a. 6.000 c. 5.000

b. 4.000 d. 3.000

Page 83: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24764/1/RISKITRI... · kelompok mengunkan uji-t diperoleh hasil t-hitung 8,21 dan t -tabel

8. 43.486 dibulatkan ke ratusan terdekat menjadi ....

a. 46.500 c. 45.000

b. 44.000 d. 43.500

9. Jam dinding di ruang tamu berbunyi setiap 15 menit. Jam di ruang makan

berbunyi setiap 30 menit. Kedua jam berbunyi bersamaan pertama kali

pukul 10.30. Kedua jam berbunyi bersamaan untuk kedua kali pukul ....

a. 10.00 c. 10.30

b. 11.00 d. 12.00

10. Ibu membeli 15 buah apel dan 20 buah manggis. Buah-buahan disajikan

dalam piring dengan jumlah sama. Jumlah piring terbanyak untuk

menyajikan buah-buahan adalah....

a. 4 buah c. 5 buah

b. 6 buah d. 7 buah

11. Faktorisasi prima dari 60 adalah ....

a. 22 × 3 × 5

b. 23 × 3

2 × 5

c. 2 × 3 × 5

d. 22

× 32 × 5

12. √ √

√ = p, nilai p adalah.....

a. 10 c. 8

b. 9 d. 7

13. 20×(14+5)=(20×14)+(20 × ….), nilai pada adalah……

a. 20 c. 60

b. 36 d. 5

14. Ibu guru memberikan 420 buku dan 245 pensil. Buku dan pensil dibagi

rata. Tiap anak mendapat 12 buku dan 7 pensil. Berapa jumlah anak yang

diberi buku dan pensil…..

a. 25 c. 35

b. 21 d. 45

Page 84: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24764/1/RISKITRI... · kelompok mengunkan uji-t diperoleh hasil t-hitung 8,21 dan t -tabel

Lampiran 4

15. Hasil dari 122

– 92 adalah…..

a. 63 c. 64

b. 65 d. 66

16. Faktor kelipatan dari 4 dan 6 ……

a. 8, 12, 20, dan 24

b. 12, 16, 36, dan 48

c. 12, 24, 36, dan 48

17. Hasil dari -23 × 17 adalah….

a. – 391 c. 319

b. 391 d. -319

18. Tentukan pembulatan dari hasil 612 : 9 = ……

a. 60 c. 50

b. 68 d. 70

19. Faktor persekutuan dari 12 dan 48 …..

a. 2,3,4,6, dan 12

b. 3,4,8,24, dan 32

c. 2,3,5, dan 6

d. 3,6,12, dan 48

20. Lampu hijau menyala tiap 3 menit. Lampu kuning menyala tiap 5 menit.

Kedua lampu tersebut menyala bersamaan pada pukul 09.30. Pukul berapa

kedua lampu tersebut menyala bersama lagi .....

a. 09.45 c. 10.45

b. 09.20 d. 09.15

Page 85: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24764/1/RISKITRI... · kelompok mengunkan uji-t diperoleh hasil t-hitung 8,21 dan t -tabel

Lampiran 5

LEMBAR KERJA SISWA

Kelompok :

Nama Anggota :

1) ……………………… 4) …………………

2) ……………………… 5) …………………

3) ……………………… 6) …………………

7) ……………………… 8) …………………

Petunjuk Umum :

1. Pelajarilah lembar kerja dibawah ini untuk dapat menentukan FPB dan

KPK dua bilangan atau lebih mengunakan faktor prima.

2. Diskusikanlah soal-soal dibawah ini, jika teman sekelompokmu

mengalami kesulitan dalam belajar kamu wajib membantu temanmu untuk

memahami. Jika kelompokmu mengalami kesulitan dalam menjawab soal

maka tanyakanlah kepada guru.

Tujuan Pembelajaran :

Setelah pembelajaran mengunakan model pembelajaran kooperatif tipe

STAD siswa diharapkan mampu Menentukan FPB dan KPK dua bilangan

atau lebih, dengan mengunakan faktor prima

FPB dan KPK

A. Faktor Persekutuan Terbesar (FPB)

Dalam menentukan FBB dari dua bilangan atau lebih dapat dilakukan

dengan beberapa cara diantaranya :

1. Mencari semua faktor perkalian kedua bilangan, kemudian menentukan

faktor terbesar yang bersekutu dari kedua bilangan tersebut.

Menentukan FPB dari 28 dan 36

28 = 1, __, __, __, 14, __

36 = __, 2, __, __, 6, 9, __, __, 36

Page 86: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24764/1/RISKITRI... · kelompok mengunkan uji-t diperoleh hasil t-hitung 8,21 dan t -tabel

Faktor yang bersekutu antara 28 dan 36 adalah __ dan __. Faktor

terbesar yang bersekutu adalah __, sehingga FPB dari 28 dan 36 adalah

___.

Gunakanlah faktor perkalian untuk menentukan FPB dari :

a) 16 dan 24

16 =

36 =

Faktor yang bersekutu =

Factor terbesar yang bersekutu =

Maka, FPB dari 16 dan 36 =

b) 15 dan 45

15 =

45 =

Factor yang besekutu =

Factor terbesar yang bersekutu =

Maka, FPB dari 15 dan 45 =

c) 48 dan 72

48 =

72 =

Factor yang bersekutu =

Factor terbesar yang bersekutu =

Maka, FPB dari 48 dan 72 =

2. Menetukan faktorisasi prima masing-masing bilangan dengan

mengunakan tabel faktor, kemudian mencari FPB dari kedua bilangan.

Menentuka FPB dari 24 dan 28 dengan mengunakan tabel faktor :

Page 87: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24764/1/RISKITRI... · kelompok mengunkan uji-t diperoleh hasil t-hitung 8,21 dan t -tabel

Lampiran 5

Faktorisasi 24 = 2 × 2 × __ × __ = 23 × _

Faktorisasi 28 = __ × 2 × __ = __ × __

Faktor prima dari 24 dan 28 adalah __, kemudian pilih yang pangkatnya

paling kecil, yaitu 22

Maka, FPB = 22

= __

Tentukan FPB dua bilangan berikut mengunakan tabel faktor

a) 16 dan 48

b) 24 dan 38

Page 88: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24764/1/RISKITRI... · kelompok mengunkan uji-t diperoleh hasil t-hitung 8,21 dan t -tabel

3. Menentukan faktorisasi prima masing-masing bilangan mengunakan

pohon faktor, kemudian menentukan FPB-nya.

Faktorisasi 20 = 2 × __ × 5 = __ × 5

Faktorisasi 30 = __× __ × __

Faktor prima 20 dan 30 yang sama adalah __ dan __, kemudian pilih

pangkat yang paling kecil yaitu __ dan __

Maka, FPB dari 20 dan 30 = __ × __ = __

Tentukan FPB dua bilangan dibawah ini dengan mengunakan pohon

faktor :

1) 8 dan 12

2) 21,28 dan 56

Page 89: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24764/1/RISKITRI... · kelompok mengunkan uji-t diperoleh hasil t-hitung 8,21 dan t -tabel

Lampiran 5

B. Kelipatan Persekutuan Terkecil (KPK)

Dalam menentukan Kelipan Persekutuan Terkecil (KPK) adalah dengan

mengitung kelipatannya, tabel faktor dan pohon faktor.

1. Menghitung kelipatan

Menghitung kelipatan dari setiap bilangan dan menentukan

persekutuannya. KPK dari 5 dan 7.

Kelipatan 5 = 10, __, __, __, 30, 35, __, 45, __, 55, __, 65, __, 75,

Kelipatan 7 = __, 28, 35, __, 49, __, 63, 70, 77, 84, __.

Kelipatan 7 dan 5 adalah __ dan __. Kelipatan persekutuan terkecil adalah

__, maka KPK dari 5 dan 7 adalah __.

Tentukan KPK bilangan dibawah ini dengan mengunakan perhitungan

kelipatan :

a) 6 dan 8

b) 12 dan 18

2. Tabel faktor

Tabel faktor digunakan untuk menentukan faktorisasi bilangan kemudian

menentukan kelipatan bilangan tersebut. Tentukan KPK dari 12 dan 36

dengan mengunakan tabel faktor :

Page 90: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24764/1/RISKITRI... · kelompok mengunkan uji-t diperoleh hasil t-hitung 8,21 dan t -tabel

Faktorisasi 12 = __ × 2 × __ = __ × __

Faktorisasi 36 = 2 × 2 × __ × __ = 22 × __

Faktor dari 12 dan 36 adalah __ dan __ . Seluruh faktor dengan pangkat

terbesar adalah __ dan __, maka KPK dari 12 dan 36 adalah __ × __ = __

Tentukan KPK dari dua bilangan atau lebih dibawah ini mengunakan tabel

faktor :

a) 24 dan 72

b) 8, 40 dan 60

3. Pohon faktor

Page 91: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24764/1/RISKITRI... · kelompok mengunkan uji-t diperoleh hasil t-hitung 8,21 dan t -tabel

Lampiran 5

Pohon faktor dalam perhitungan KPK digunakan untuk menentukan

faktorisasi prima bilangan kemudian menentukan kelipatannya. Tentukan

KPK dari 24 dan 36

Faktorisasi 24 = __ × __ × __ × __

Faktorisasi 36 = __ × __ × __ × __

Faktor dari 24 dan 36 adalah __ dan __. Seluruh faktor dengan pangkat

terbesar adalah __ dan __ . maka, KPK dari 24 dan 36 adalah __ × __ = __

Tentukan KPK dari dua bilangan atau lebih dibawah ini dengan

mengunakan pohon faktor :

a) 28 dan 48

b) 72 dan 90

Page 92: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24764/1/RISKITRI... · kelompok mengunkan uji-t diperoleh hasil t-hitung 8,21 dan t -tabel

c) 100 dan 120

Page 93: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24764/1/RISKITRI... · kelompok mengunkan uji-t diperoleh hasil t-hitung 8,21 dan t -tabel

Lampiran 6

Tabel Observasi Aktivitas Siswa Pertemuan Pertama

NO Aspek yang diamati Penilaian

Ya Tidak

Kegiatan Awal

1 Siswa menjawab salam dan membaca do’a. √

2

Siswa memperhatikan dan mendengarkan tujuan

pembelajaran yang disampaikan guru

3

Siswa memperhatikan dan mendengarkan

penjelasan mengenai aturan dalam pembelajaran

kooperatif tipe STAD yang disampaikan guru

4 Siswa bergabung dengan kelompok yang telah

ditentukan √

Kegiatan Inti

5 Siswa menjawab pertanyaan guru untuk menggali

pemahaman awal siswa pada tahapan eksplorasi √

6 Siswa memperhatikan dan mendengarkan

penjelasan materi yang disampaikan guru. √

7 Siswa berdiskusi dengan kelompoknya √

8 Siswa mengerjakan soal secara berkelompok saat

pengerjaan tugas kelompok √

9 Siswa mengerjakan soal secara individu saat

pengerjaan tugas individu √

10 Siswa memperhatikan penguatan yang dilakukan

oleh guru √

Penutup

11 Siswa bersama-sama guru menyimpulkan

pembelajaran √

12 Siswa memperhatikan motivasi yang diberikan

guru √

13 Siswa berdo’a dan salam √

Page 94: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24764/1/RISKITRI... · kelompok mengunkan uji-t diperoleh hasil t-hitung 8,21 dan t -tabel

Lampiran 6

Tabel Observasi Aktivitas Siswa Pertemuan Kedua

NO Aspek yang diamati Penilaian

Ya Tidak

Kegiatan Awal

1 Siswa menjawab salam dan membaca do’a. √

2

Siswa memperhatikan dan mendengarkan tujuan

pembelajaran yang disampaikan guru

3

Siswa memperhatikan dan mendengarkan

penjelasan mengenai aturan dalam pembelajaran

kooperatif tipe STAD yang disampaikan guru

4 Siswa bergabung dengan kelompok yang telah

ditentukan √

Kegiatan Inti

5 Siswa menjawab pertanyaan guru untuk menggali

pemahaman awal siswa pada tahapan eksplorasi √

6 Siswa memperhatikan dan mendengarkan

penjelasan materi yang disampaikan guru. √

7 Siswa berdiskusi dengan kelompoknya √

8 Siswa mengerjakan soal secara berkelompok saat

pengerjaan tugas kelompok √

9 Siswa mengerjakan soal secara individu saat

pengerjaan tugas individu √

10 Siswa memperhatikan penguatan yang dilakukan

oleh guru √

Penutup

11 Siswa bersama-sama guru menyimpulkan

pembelajaran √

12 Siswa memperhatikan motivasi yang diberikan

guru √

13 Siswa berdo’a dan salam √

Page 95: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24764/1/RISKITRI... · kelompok mengunkan uji-t diperoleh hasil t-hitung 8,21 dan t -tabel

Lampiran 6

Tabel Observasi Aktivitas Siswa Pertemuan Ketiga

NO Aspek yang diamati Penilaian

Ya Tidak

Kegiatan Awal

1 Siswa menjawab salam dan membaca do’a. √

2

Siswa memperhatikan dan mendengarkan tujuan

pembelajaran yang disampaikan guru

3

Siswa memperhatikan dan mendengarkan

penjelasan mengenai aturan dalam pembelajaran

kooperatif tipe STAD yang disampaikan guru

4 Siswa bergabung dengan kelompok yang telah

ditentukan √

Kegiatan Inti

5 Siswa menjawab pertanyaan guru untuk menggali

pemahaman awal siswa pada tahapan eksplorasi √

6 Siswa memperhatikan dan mendengarkan

penjelasan materi yang disampaikan guru. √

7 Siswa berdiskusi dengan kelompoknya √

8 Siswa mengerjakan soal secara berkelompok saat

pengerjaan tugas kelompok √

9 Siswa mengerjakan soal secara individu saat

pengerjaan tugas individu √

10 Siswa memperhatikan penguatan yang dilakukan

oleh guru √

Penutup

11 Siswa bersama-sama guru menyimpulkan

pembelajaran √

12 Siswa memperhatikan motivasi yang diberikan

guru √

13 Siswa berdo’a dan salam √

Page 96: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24764/1/RISKITRI... · kelompok mengunkan uji-t diperoleh hasil t-hitung 8,21 dan t -tabel

Lampiran 6

Tabel Observasi Aktivitas Siswa Pertemuan Keempat

NO Aspek yang diamati Penilaian

Ya Tidak

Kegiatan Awal

1 Siswa menjawab salam dan membaca do’a. √

2

Siswa memperhatikan dan mendengarkan tujuan

pembelajaran yang disampaikan guru

3

Siswa memperhatikan dan mendengarkan

penjelasan mengenai aturan dalam pembelajaran

kooperatif tipe STAD yang disampaikan guru

4 Siswa bergabung dengan kelompok yang telah

ditentukan √

Kegiatan Inti

5 Siswa menjawab pertanyaan guru untuk menggali

pemahaman awal siswa pada tahapan eksplorasi √

6 Siswa memperhatikan dan mendengarkan

penjelasan materi yang disampaikan guru. √

7 Siswa berdiskusi dengan kelompoknya √

8 Siswa mengerjakan soal secara berkelompok saat

pengerjaan tugas kelompok √

9 Siswa mengerjakan soal secara individu saat

pengerjaan tugas individu √

10 Siswa memperhatikan penguatan yang dilakukan

oleh guru √

Penutup

11 Siswa bersama-sama guru menyimpulkan

pembelajaran √

12 Siswa memperhatikan motivasi yang diberikan

guru √

13 Siswa berdo’a dan salam √

Page 97: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24764/1/RISKITRI... · kelompok mengunkan uji-t diperoleh hasil t-hitung 8,21 dan t -tabel

Lampiran 7

Perhitungan Validitas Soal

Perhitungan validitas yang digunakan adalah kolerasi biserial dengan

langkah-langkah sebagai berikut :

1. Menetukan proporsi menjawab benar (p) dengan persamaan :

p =

=

= 0,92

2. Menentukan nilai q yang merupakan selisih bilangan 1 dengan p yaitu :

q = 1- p

q = 1- 0,92 = 0,08

3. Menentukan rerata skor total dengan persamaan :

Mt =

= 11.4

4. Menentukan rerata skor peserta tes yang menjawab benar yaitu :

Sebagai contoh nomer 1. Yang menjawab benar nomer 1 sebanyak 34 siswa,

kecuali siswa 5,6, dan 32

Mp =

=11.4

5. Menetukan standar deviasi dengan persamaan :

SD = √

=

= 2.72

6. Menentukan validitas dengan persamaan kolerasi biserial :

rbis =

× √

rbis1 =

× √

= -0,02

Page 98: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24764/1/RISKITRI... · kelompok mengunkan uji-t diperoleh hasil t-hitung 8,21 dan t -tabel

Tabel Uji Validitas Soal

Siswa Nomor Soal Skor

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 Total

1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 18

2 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 17

3 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 0 16

4 1 1 1 1 1 0 0 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 16

5 0 1 1 0 0 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 14

6 0 1 0 0 1 0 0 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 13

7 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 0 0 1 0 1 1 1 1 1 1 15

8 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 1 0 1 1 15

9 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 0 0 1 0 0 0 1 13

10 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 0 1 0 1 0 1 1 15

11 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 0 0 1 14

12 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 0 1 1 0 0 1 1 14

13 1 1 1 0 1 0 1 1 0 0 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 14

14 1 1 0 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 0 14

15 1 1 1 0 1 1 0 1 0 1 1 0 0 0 1 1 1 0 1 1 13

16 1 1 1 1 1 1 0 0 0 1 1 0 1 0 1 0 0 0 1 1 12

17 1 1 0 1 0 0 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 0 0 1 1 13

18 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 0 1 0 0 1 0 0 0 1 12

19 1 0 0 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 0 0 0 0 0 1 0 10

20 1 1 0 0 1 1 1 1 0 1 1 0 1 0 1 0 1 1 0 0 12

21 1 1 0 0 1 1 1 1 0 1 1 0 1 0 1 0 1 1 0 0 12

22 1 1 0 0 1 0 0 0 1 1 1 0 1 0 1 1 1 0 0 1 11

23 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 0 0 0 1 0 0 0 0 1 11

24 1 1 1 0 1 0 1 1 0 1 1 0 1 0 0 1 0 0 0 0 10

25 1 1 0 0 1 0 0 0 1 0 1 0 1 0 1 0 1 0 1 1 10

Page 99: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24764/1/RISKITRI... · kelompok mengunkan uji-t diperoleh hasil t-hitung 8,21 dan t -tabel

26 1 0 0 1 0 0 0 1 1 0 1 0 1 1 0 0 0 1 1 1 10

27 1 0 0 0 0 1 0 1 0 1 1 1 1 0 0 0 1 0 0 1 9

28 1 0 1 0 1 1 0 1 0 0 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 8

29 1 0 0 0 1 1 0 1 0 1 1 0 1 0 1 0 0 0 1 0 9

30 1 0 0 0 1 1 1 0 1 0 1 1 1 0 0 0 1 0 0 0 9

31 1 0 0 0 1 0 1 0 0 1 1 1 0 0 1 0 0 0 1 0 8

32 0 1 0 0 0 1 0 1 0 1 1 0 0 0 1 0 0 0 0 1 7

33 1 1 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 1 0 0 0 0 1 1 6

34 1 0 0 0 0 0 1 1 1 0 1 0 0 0 1 0 0 0 0 0 6

35 1 0 1 0 0 0 0 1 0 0 1 1 0 0 1 0 0 0 0 0 6

36 1 1 0 0 0 1 0 0 0 1 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 5

37 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 1 0 0 0 1 0 0 0 5

∑x 34 27 14 15 27 16 21 26 21 28 34 13 29 6 25 16 20 7 20 23 422

∑ x² 1156 729 196 225 729 256 441 676 441 784 1156 169 841 36 625 256 400 49 400 529 10094

p 0.919 0.73 0.38 0.41 0.73 0.43 0.57 0.703 0.57 0.757 0.92 0.351 0.78 0.162 0.68 0.43 0.54 0.189 0.541 0.62

q 0.081 0.27 0.62 0.59 0.27 0.57 0.43 0.297 0.43 0.243 0.08 0.649 0.22 0.838 0.32 0.57 0.46 0.811 0.459 0.38

Mt 11.4 11.4 11.4 11.4 11.4 11.4 11.4 11.4 11.4 11.4 11.4 11.4 11.4 11.4 11.4 11.4 11.4 11.4 11.4 11.4

Mp 11.38 12.63 13.1 13.7 12 11.1 13 9.962 12.1 12.78 11.6 10.86 12.4 16.17 12.4 13.8 13 13.33 12.81 12.7

Mp-Mt/SD

-0.01 0.452 0.64 0.83 0.22 -0.1 0.57 -0.53 0.26 0.51 0.08 -0.2 0.36 1.75 0.35 0.87 0.59 0.71 0.52 0.48

p/q^0.5

3.367 1.643 0.78 0.83 1.64 0.87 1.15 1.537 1.15 1.76 3.37 0.74 1.9 0.44 1.44 0.87 1.08 0.48 1.08 1.28

rbis

-0.02 0.743 0.5 0.69 0.36 -0.09 0.65 -0.81 0.29 0.89 0.27 -0.1 0.69 0.77 0.51 0.76 0.64 0.34 0.56 0.61

Page 100: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24764/1/RISKITRI... · kelompok mengunkan uji-t diperoleh hasil t-hitung 8,21 dan t -tabel

Lampiran 8

Perhitungan Tingkat Kesukaran Butir Soal

Untuk mengetahui tingkat kesukaran soal maka digunakan rumus /

persamaan p =

, dengan p adalah proporsi menjawab benar atau tingkat

kesukaran, ∑X adalah banyaknya peserta tes yang menjawab benar, Sm adalah

skor maksimum (skor maksimum 1 karena bentuk tes adalah pilihan ganda), dan

N adalah jumlah peserta tes.

p1 =

= p1 =

= 0,92

p2 =

=

= 0,73 dan seterusnya hingga nomor 20

Page 101: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24764/1/RISKITRI... · kelompok mengunkan uji-t diperoleh hasil t-hitung 8,21 dan t -tabel

Tabel Tingkat Kesukaran Soal

Siswa Nomor Soal Skor

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 Total

1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 18

2 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 17

3 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 0 16

4 1 1 1 1 1 0 0 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 16

5 0 1 1 0 0 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 14

6 0 1 0 0 1 0 0 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 13

7 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 0 0 1 0 1 1 1 1 1 1 15

8 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 1 0 1 1 15

9 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 0 0 1 0 0 0 1 13

10 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 0 1 0 1 0 1 1 15

11 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 0 0 1 14

12 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 0 1 1 0 0 1 1 14

13 1 1 1 0 1 0 1 1 0 0 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 14

14 1 1 0 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 0 14

15 1 1 1 0 1 1 0 1 0 1 1 0 0 0 1 1 1 0 1 1 13

16 1 1 1 1 1 1 0 0 0 1 1 0 1 0 1 0 0 0 1 1 12

17 1 1 0 1 0 0 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 0 0 1 1 13

18 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 0 1 0 0 1 0 0 0 1 12

19 1 0 0 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 0 0 0 0 0 1 0 10

20 1 1 0 0 1 1 1 1 0 1 1 0 1 0 1 0 1 1 0 0 12

21 1 1 0 0 1 1 1 1 0 1 1 0 1 0 1 0 1 1 0 0 12

22 1 1 0 0 1 0 0 0 1 1 1 0 1 0 1 1 1 0 0 1 11

23 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 0 0 0 1 0 0 0 0 1 11

24 1 1 1 0 1 0 1 1 0 1 1 0 1 0 0 1 0 0 0 0 10

25 1 1 0 0 1 0 0 0 1 0 1 0 1 0 1 0 1 0 1 1 10

26 1 0 0 1 0 0 0 1 1 0 1 0 1 1 0 0 0 1 1 1 10

Page 102: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24764/1/RISKITRI... · kelompok mengunkan uji-t diperoleh hasil t-hitung 8,21 dan t -tabel

27 1 0 0 0 0 1 0 1 0 1 1 1 1 0 0 0 1 0 0 1 9

28 1 0 1 0 1 1 0 1 0 0 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 8

29 1 0 0 0 1 1 0 1 0 1 1 0 1 0 1 0 0 0 1 0 9

30 1 0 0 0 1 1 1 0 1 0 1 1 1 0 0 0 1 0 0 0 9

31 1 0 0 0 1 0 1 0 0 1 1 1 0 0 1 0 0 0 1 0 8

32 0 1 0 0 0 1 0 1 0 1 1 0 0 0 1 0 0 0 0 1 7

33 1 1 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 1 0 0 0 0 1 1 6

34 1 0 0 0 0 0 1 1 1 0 1 0 0 0 1 0 0 0 0 0 6

35 1 0 1 0 0 0 0 1 0 0 1 1 0 0 1 0 0 0 0 0 6

36 1 1 0 0 0 1 0 0 0 1 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 5

37 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 1 0 0 0 1 0 0 0 5

∑X 34 27 14 15 27 16 21 26 21 28 34 13 29 6 25 16 20 7 20 23

N 37 37 37 37 37 37 37 37 37 37 37 37 37 37 37 37 37 37 37 37

P 0.92 0.73 0.38 0.41 0.7 0.4 0.6 0.7 0.6 0.8 0.9 0.35 0.8 0.16 0.7 0.43 0.54 0.2 0.5 0.6

Page 103: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24764/1/RISKITRI... · kelompok mengunkan uji-t diperoleh hasil t-hitung 8,21 dan t -tabel

Lampiran 9

Perhitungan Daya Pembeda Soal

Daya pembedasoal adalah kemampuan soal untuk membedakan apakah soal

tersebut mampu membedakan siswa yang berkemampuan tinggi dan berkemampuan

rendah. Untuk menentukan daya pembeda soal :

1. menentukan siswa berkemampuan tinggi atau disebut kelompok atas dan siswa

berkemampuan rendah atau disebut kelompok bawah. Para ahli menentukan

pembagian 50%-50%, 30%-30%, dan 27%-27%. Yang digunakan dalam

penelitaian ini adalah pembagian 27%-27%. Maka diperoleh seperti tabel

pembagian kelompok atas dan kelompok bawah.

2. Langkah selanjutnya adalah menentukan tingkat kesukaran soal pada kelompok

atas dan kelompok bawah.

3. Langkah terakhir adalah menghitung daya pembeda soal dengan persamaan :

atau

Daya pembeda pada soal nomer 1:

D1 = PA2 – PB2

D1 = 1 - 0,3 = 0,7. Dan seterusnya sampai nomer 2

Page 104: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24764/1/RISKITRI... · kelompok mengunkan uji-t diperoleh hasil t-hitung 8,21 dan t -tabel

Tabel Tingkat Kesukaran Kelompok Atas

Siswa Nomor Soal Skor

total 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20

1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 18

2 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 17

3 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 0 16

4 1 1 1 1 1 0 0 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 16

5 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 0 0 1 0 1 1 1 1 1 1 15

6 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 1 0 1 1 15

7 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 0 1 0 1 0 1 1 15

8 0 1 1 0 0 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 14

9 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 0 0 1 14

10 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 0 1 1 0 0 1 1 14

∑ X ats 9 10 6 7 9 5 9 8 9 10 9 4 10 4 9 7 9 2 9 9

Skor max 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1

∑ kel.ats 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10

P. Kel.ats 0.9 1 0.6 0.7 0.9 0.5 0.9 0.8 0.9 1 0.9 0.4 1 0.4 0.9 0.7 0.9 0.2 0.9 0.9

Page 105: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24764/1/RISKITRI... · kelompok mengunkan uji-t diperoleh hasil t-hitung 8,21 dan t -tabel

Tabel Tingkat Kesukaran Kelompok bawah

Siswa Nomor Soal Skor

total 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20

1 1 0 0 0 0 1 0 1 0 1 1 1 1 0 0 0 1 0 0 1 9

2 1 0 0 0 1 1 0 1 0 1 1 0 1 0 1 0 0 0 1 0 9

3 1 0 0 0 1 1 1 0 1 0 1 1 1 0 0 0 1 0 0 0 9

4 1 0 1 0 1 1 0 1 0 0 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 8

5 1 0 0 0 1 0 1 0 0 1 1 1 0 0 1 0 0 0 1 0 8

6 0 1 0 0 0 1 0 1 0 1 1 0 0 0 1 0 0 0 0 1 7

7 1 1 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 1 0 0 0 0 1 1 6

8 1 0 0 0 0 0 1 1 1 0 1 0 0 0 1 0 0 0 0 0 6

9 1 0 1 0 0 0 0 1 0 0 1 1 0 0 1 0 0 0 0 0 6

10 1 1 0 0 0 1 0 0 0 1 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 5

∑ X bwh 9 3 2 0 4 6 3 6 3 5 8 6 4 1 5 0 2 0 3 3

Skor max 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1

∑ kel. Bwh 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10

P. Kel. bwh 0.9 0.3 0.2 0 0.4 0.6 0.3 0.6 0.3 0.5 0.8 0.6 0.4 0.1 0.5 0 0.2 0 0.3 0.3

Page 106: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24764/1/RISKITRI... · kelompok mengunkan uji-t diperoleh hasil t-hitung 8,21 dan t -tabel

Tabel Daya Pembeda Soal

No. Tingkat kesukaran Daya

Pembeda

D = PA - Pb Soal Kelompok Atas

(PA)

Kelompok

Bawah (PB)

1 0.9 0.9 0

2 1 0.3 0.7

3 0.6 0.2 0.4

4 0.7 0 0.7

5 0.9 0.4 0.5

6 0.5 0.6 -0.1

7 0.9 0.3 0.6

8 0.8 0.6 0.2

9 0.9 0.3 0.6

10 1 0.5 0.5

11 0.9 0.8 0.1

12 0.4 0.6 -0.2

13 1 0.4 0.6

14 0.4 0.1 0.3

15 0.9 0.5 0.4

16 0.7 0 0.7

17 0.9 0.2 0.7

18 0.2 0 0.2

19 0.9 0.3 0.6

20 0.9 0.3 0.6

Page 107: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24764/1/RISKITRI... · kelompok mengunkan uji-t diperoleh hasil t-hitung 8,21 dan t -tabel

Lampiran 10

Tabel

Hasil Perhitungan Validitas, Tingkat Kesukaran, dan Daya Pembeda Soal

No.

soal

Validitas Tingkat

Kesukaran

Daya Pembeda

rbis rtabel Kriteria IK Kriteria DP Kriteria

1. -0,02 0,329 Invalid 0,92 Mudah 0 Sangat Jelek

2. 0,743 0,329 Valid 0,73 Mudah 0,7 Baik

3. 0,5 0,329 Valid 0,38 Sukar 0,4 Cukup

4 0,69 0,329 Valid 0,41 Sukar 0,7 Baik

5 0,36 0,329 Valid 0,7 Sedang 0,5 Baik

6 -0,09 0,329 Invalid 0,4 Sedang -0,1 Sangat Jelek

7 0,65 0,329 Valid 0,6 Sedang 0,6 Baik

8 -0,81 0,329 Invalid 0,7 Sedang 0,2 Cukup

9 0,29 0,329 Invalid 0,6 Sedang 0,6 Baik

10 0,89 0,329 Valid 0,8 Sedang 0,5 Baik

11 0,27 0,329 Invalid 0,9 Mudah 0,1 Jelek

12 -0,1 0,329 Invalid 0,35 Sedang -0,2 Sangat Jelek

13 0,69 0,329 Valid 0,8 Sedang 0,6 Baik

14 0,77 0,329 Valid 0,16 Sukar 0,3 Cukup

15 0,51 0,329 Valid 0,7 Sedang 0,4 Cukup

16 0,76 0,329 Valid 0,43 Sedang 0,7 Baik

17 0,64 0,329 Valid 0,54 Sedang 0,7 Baik

18 0,34 0,329 Valid 0,2 Sukar 0,2 Cukup

19 0,56 0,329 Valid 0,5 Sedang 0,6 Baik

20 0,61 0,329 Valid 0,6 Sedang 0,6 Baik

Page 108: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24764/1/RISKITRI... · kelompok mengunkan uji-t diperoleh hasil t-hitung 8,21 dan t -tabel

Lampiran 11

Perhitungan Reabilitas Soal

Perhitungan yang digunakan untuk menghitung reliabilitas soal adalah dengan

mengunakan rumus KR-20, adapun langkah-langkah perhitungan KR-20 adalah

seagai berikut :

1. Menentukan proporsi peserta yang menjawab benar (p) untuk setiap soal dengan

persamaan :

p =

, dengan xi adalah jumlah skor total untuk setiap soal dan N adalah

banyaknya peserta tes.

p1 =

= 0,9, p2 =

= 0,7 dst

2. Menentukan proporsi peserta tes menjawab salah (q) dengan persamaan :

q = 1 – p

q1 = 1- 0,9 = 0,1 dst

3. Mengalikan p dengan q untuk semua soal kemudia dijumlahkan. Dari hasil

perhitungan diperoleh ∑pq = 4,03

4. Menentukan jumlah rerata skor dengan persamaan :

M =

=

= 11,4

5. Menentuan standar deviasi dengan persamaan :

S = √

= √

, sehingga S² = 11,9

6. Memasukan semua bilangan yang telah diperoleh pada langkah-langkah diatas

kedalam rumus KR-20

r11 = (

) (

) = (

) (

) = 0,7 (reliabel)

Page 109: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24764/1/RISKITRI... · kelompok mengunkan uji-t diperoleh hasil t-hitung 8,21 dan t -tabel

Tabel Perhitungan Reliabilitas

Siswa

Nomor Soal Skor dev dr

mean

dev dr

mean^2

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 Total

1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 18 6.6 43.56

2 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 17 5.6 31.36

3 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 0 16 4.6 21.16

4 1 1 1 1 1 0 0 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 16 4.6 21.16

7 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 0 0 1 0 1 1 1 1 1 1 15 3.6 12.96

8 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 1 0 1 1 15 3.6 12.96

10 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 0 1 0 1 0 1 1 15 3.6 12.96

5 0 1 1 0 0 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 14 2.6 6.76

11 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 0 0 1 14 2.6 6.76

12 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 0 1 1 0 0 1 1 14 2.6 6.76

13 1 1 1 0 1 0 1 1 0 0 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 14 2.6 6.76

14 1 1 0 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 0 14 2.6 6.76

6 0 1 0 0 1 0 0 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 13 1.6 2.56

9 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 0 0 1 0 0 0 1 13 1.6 2.56

15 1 1 1 0 1 1 0 1 0 1 1 0 0 0 1 1 1 0 1 1 13 1.6 2.56

17 1 1 0 1 0 0 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 0 0 1 1 13 1.6 2.56

16 1 1 1 1 1 1 0 0 0 1 1 0 1 0 1 0 0 0 1 1 12 0.6 0.36

18 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 0 1 0 0 1 0 0 0 1 12 0.6 0.36

20 1 1 0 0 1 1 1 1 0 1 1 0 1 0 1 0 1 1 0 0 12 0.6 0.36

21 1 1 0 0 1 1 1 1 0 1 1 0 1 0 1 0 1 1 0 0 12 0.6 0.36

22 1 1 0 0 1 0 0 0 1 1 1 0 1 0 1 1 1 0 0 1 11 -0.4 0.16

23 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 0 0 0 1 0 0 0 0 1 11 -0.4 0.16

19 1 0 0 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 0 0 0 0 0 1 0 10 -1.4 1.96

24 1 1 1 0 1 0 1 1 0 1 1 0 1 0 0 1 0 0 0 0 10 -1.4 1.96

Page 110: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24764/1/RISKITRI... · kelompok mengunkan uji-t diperoleh hasil t-hitung 8,21 dan t -tabel

25 1 1 0 0 1 0 0 0 1 0 1 0 1 0 1 0 1 0 1 1 10 -1.4 1.96

26 1 0 0 1 0 0 0 1 1 0 1 0 1 1 0 0 0 1 1 1 10 -1.4 1.96

27 1 0 0 0 0 1 0 1 0 1 1 1 1 0 0 0 1 0 0 1 9 -2.4 5.76

29 1 0 0 0 1 1 0 1 0 1 1 0 1 0 1 0 0 0 1 0 9 -2.4 5.76

30 1 0 0 0 1 1 1 0 1 0 1 1 1 0 0 0 1 0 0 0 9 -2.4 5.76

28 1 0 1 0 1 1 0 1 0 0 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 8 -3.4 11.56

31 1 0 0 0 1 0 1 0 0 1 1 1 0 0 1 0 0 0 1 0 8 -3.4 11.56

32 0 1 0 0 0 1 0 1 0 1 1 0 0 0 1 0 0 0 0 1 7 -4.4 19.36

33 1 1 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 1 0 0 0 0 1 1 6 -5.4 29.16

34 1 0 0 0 0 0 1 1 1 0 1 0 0 0 1 0 0 0 0 0 6 -5.4 29.16

35 1 0 1 0 0 0 0 1 0 0 1 1 0 0 1 0 0 0 0 0 6 -5.4 29.16

36 1 1 0 0 0 1 0 0 0 1 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 5 -6.4 40.96

37 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 1 0 0 0 1 0 0 0 5 -6.4 40.96

34 27 14 15 27 16 21 26 21 28 34 13 29 6 25 16 20 7 20 23 422 438.92

p

0.9

0.7

0.4

0.4

0.7

0.4

0.6

0.7

0.6

0.8

0.9

0.4

0.8

0.2

0.7

0.4

0.5

0.2

0.5

0.6

q

0.1

0.3

0.6

0.6

0.3

0.6

0.4

0.3

0.4

0.2

0.1

0.6

0.2

0.8

0.3

0.6

0.5

0.8

0.5

0.4

pq

0.0

7

0.2

0.2

4

0.2

4

0.2

0.2

5

0.2

5

0.2

1

0.2

5

0.1

8

0.0

7

0.2

3

0.1

7

0.1

4

0.2

2

0.2

5

0.2

5

0.1

5

0.2

5

0.2

4

4.0

32

Page 111: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24764/1/RISKITRI... · kelompok mengunkan uji-t diperoleh hasil t-hitung 8,21 dan t -tabel

Lampiran 12

NILAI POST TEST KELAS EKSPERIMEN

SISWA Nilai

S1 35

S2 35

S3 40

S4 45

S5 45

S6 50

S7 50

S8 50

S9 55

S10 55

S11 60

S12 60

S13 65

S14 65

S15 65

S16 70

S17 70

S18 70

S19 70

S20 75

S21 75

S22 75

S23 75

S24 80

S25 80

S26 80

S27 80

S28 80

Page 112: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24764/1/RISKITRI... · kelompok mengunkan uji-t diperoleh hasil t-hitung 8,21 dan t -tabel

Lampiran 12

S29 80

S30 85

S31 85

S32 85

S33 95

S34 95

S35 95

S36 95

S37 100

S38 100

Page 113: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24764/1/RISKITRI... · kelompok mengunkan uji-t diperoleh hasil t-hitung 8,21 dan t -tabel

Lampiran 12

NILAI POST TEST KELAS KONTROL

SISWA Nilai

S1 25

S2 30

S3 30

S4 35

S5 35

S6 40

S7 40

S8 40

S9 40

S10 40

S11 40

S12 45

S13 45

S14 50

S15 50

S16 55

S17 60

S18 60

S19 65

S20 65

S21 65

S22 70

S23 70

S24 70

S25 70

S26 75

S27 80

S28 80

Page 114: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24764/1/RISKITRI... · kelompok mengunkan uji-t diperoleh hasil t-hitung 8,21 dan t -tabel

Lampiran 12

S29 80

S30 85

S31 85

S32 85

S33 90

S34 90

S35 95

S36 95

S37 95

S38 100

Page 115: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24764/1/RISKITRI... · kelompok mengunkan uji-t diperoleh hasil t-hitung 8,21 dan t -tabel

Lampiran 13

Perhitungan Daftar Distribusi Frekuensi Kelompok Eksperimen

1. Menentukan Daftar Distribusi Frekuensi

a. Data Nilai Siswa

35, 35, 40, 45, 45, 50, 50, 50, 55, 55, 60, 60, 65, 65, 65, 70, 70, 70, 70, 75,

75, 75, 75, 80, 80, 80, 80, 80, 80, 85, 85, 85, 95, 95, 95, 95, 100,100

b. Menentukan Rentang Kelas

J = Xmax – Xmin

= 100-35

= 65

c. Menentukan Banyak Kelas

k = 1 + 3,3 log38

= 1 + 3,3 (1,58)

= 1 + 5,2

= 6,2 (dibulatkan 6)

d. Menentukan Panjang Kelas

P =

=

= 10,8 (dibulatkan 11)

e. Tabel Distribusi Frekuensi Kelompok Eksperimen

nilai fi fkm xi fixi (xi- ) (xi- )4

fi(xi- )4

35-45 5 5 40 200 -30.4 854071.7 4270358.5

46-56 5 10 51 225 -19.4 141646.8 708234.25

57-67 5 15 62 310 -8.4 4978.714 24894.568

68-78 8 23 73 584 2.6 45.6976 365,5805

79-89 9 32 84 756 13.6 34210.2 307891.81

90-100 6 38 95 570 24.6 366218.6 2197311.8

Jumlah 38 405 2675 7509055.5

Page 116: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24764/1/RISKITRI... · kelompok mengunkan uji-t diperoleh hasil t-hitung 8,21 dan t -tabel

Lampiran 13

2. Menentukan Mean, Median, Modus, Kefisien Kemiringan, dan Koefisien

Keruncingan

a. Menentukan nilai mean

Mean ( ) = ∑

=

= 70.4

b. Menentukan nilai median

Median (Me) = b + (

) × p

= 67.5 + (

)×11

= 67.5 + 5.25

= 72.8

c. Menetukan nilai modus

Modus (Mo) = b + (

) × P

= 78.5 + (

) × 11

= 78.5 + 2.75

= 81.3

d. Menentukan koefisien kemiringan

Koefisien Kemiringan (sk) =

=

= - 0.6

Page 117: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24764/1/RISKITRI... · kelompok mengunkan uji-t diperoleh hasil t-hitung 8,21 dan t -tabel

Lampiran 13

e. Menentukan Koefisien keruncingan

Koefisien Keruncingan (α) =

∑( )

=

= 1.8

Page 118: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24764/1/RISKITRI... · kelompok mengunkan uji-t diperoleh hasil t-hitung 8,21 dan t -tabel

Lampiran 14

Perhitungan Daftar Distribusi Frekuensi Kelompok Kontrol

1. Menentukan Daftar Distribusi Frekuensi

a. Data Nilai Siswa

25, 30, 30, 35, 35, 40, 40, 40, 40, 40, 40, 45, 45, 50, 50, 55, 60, 60, 65, 65,

65, 70, 70, 70, 70, 75, 80, 80, 80, 85, 85, 85, 90, 90, 95, 95, 95, 100.

b. Menentukan Rentang Kelas

J = Xmax – Xmin

= 100-25

= 75

c. Menentukan Banyak Kelas

k = 1 + 3,3 log38

= 1 + 3,3 (1,58)

= 1 + 5,2

= 6,2 (dibulatkan 6)

d. Menentukan Panjang Kelas

P =

=

= 12,5 (dibulatkan 13)

Tabel Distribusi Frekuensi Kelompok Kontrol

Nilai fi fkm xi fixi (xi- ) (xi- )4

fi(xi- )4

22-34 3 3 28 84 -33.9 1320684 3962050.9

35-47 10 13 41 410 -20.9 190803 1908029.8

48-60 5 18 54 270 -7.9 3895.008 19475.041

61-73 7 25 67 469 5.1 676.5201 4735.6407

74-86 7 32 80 560 18.1 107328.3 751298.18

87-100 6 38 93 558 31.1 935495.2 5612971.1

Jumlah 38 363 2351 12258561

2. Menentukan Mean, Median, Modus, Kefisien Kemiringan, dan Koefisien

Keruncingan

a. Menentukan nilai mean

Mean ( ) = ∑

=

= 61,9

Page 119: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24764/1/RISKITRI... · kelompok mengunkan uji-t diperoleh hasil t-hitung 8,21 dan t -tabel

b. Menentukan nilai median

Median (Me) = b + (

) × p

= 60.5+ (

)× 13

= 60.5 + 22,28

= 82,78

c. Menetukan nilai modus

Modus (Mo) = b + (

) × P

= 34,5 + (

) × 13

= 34,5 + 7,6

= 42,1

d. Menentukan koefisien kemiringan

Koefisien Kemiringan (sk) =

=

= 0,94

e. Menentukan Koefisien keruncingan

Koefisien Keruncingan (α) =

∑( )

=

= 1,64

Page 120: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24764/1/RISKITRI... · kelompok mengunkan uji-t diperoleh hasil t-hitung 8,21 dan t -tabel

Lampiran 15

UJi Normalitas Kelompok Eksperimen

xi fi fk z f (z) s (z) f (z) - s (z)

35 2 2 -1.94505 0.025884 0.052632 0.026747

40 1 3 -1.67033 0.047427 0.078947 0.03152

45 2 5 -1.3956 0.081417 0.131579 0.050162

50 3 8 -1.12088 0.13117 0.210526 0.079357

55 2 10 -0.84615 0.198733 0.263158 0.064424

60 2 12 -0.57143 0.283855 0.315789 0.031935

65 3 15 -0.2967 0.383347 0.394737 0.01139

70 4 19 -0.02198 0.491233 0.5 0.008767

75 4 23 0.252747 0.599768 0.605263 0.005495

80 6 29 0.527473 0.701067 0.763158 0.062091

85 3 32 0.802198 0.788781 0.842105 0.053325

95 4 36 1.351648 0.911756 0.947368 0.035612

100 2 38 1.626374 0.948065 1 0.051935

Z =

=

= -1,6703

Zt = 0,0475 ( lihat tabel Z)

F (Z) = Jika Zi < 0 maka : 0,5 – Ztabel

Jika Zi > 0 maka : 0,5 – Ztabel

S(Z) =

=

= 0,13158

Lo = 0,079

Lt =

√ , (lihat tabel harga kritis uji Lilifors untuk n = 38 dan α = 0,05)

=

√ = 0,144

Page 121: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24764/1/RISKITRI... · kelompok mengunkan uji-t diperoleh hasil t-hitung 8,21 dan t -tabel

Lampiran 16

Karena Lo ≤ Lt (0,079 ≤ 0,144) maka dapat disimpulkan bahwa sample kelas

eksperimen berdistribusi normal.

Page 122: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24764/1/RISKITRI... · kelompok mengunkan uji-t diperoleh hasil t-hitung 8,21 dan t -tabel

Lampiran 16

Uji Normalitas Kelas Kontrol

xi fi fx z f (z) s (z) f (z) – s (z)

25 1 1 -1.75297 0.039804 0.026316 0.013488

30 2 3 -1.51544 0.064831 0.078947 0.014117

35 2 5 -1.27791 0.100641 0.131579 0.030938

40 6 11 -1.04038 0.149082 0.289474 0.140392

45 2 13 -0.80285 0.211031 0.342105 0.131075

50 2 15 -0.56532 0.285928 0.394737 0.108809

55 1 16 -0.32779 0.371535 0.421053 0.049518

60 2 18 -0.09026 0.46404 0.473684 0.009644

65 3 21 0.147268 0.55854 0.552632 0.005908

70 4 25 0.384798 0.649806 0.657895 0.008088

75 1 26 0.622328 0.733137 0.684211 0.048926

80 3 29 0.859857 0.805066 0.763158 0.041908

85 3 32 1.097387 0.863764 0.842105 0.021659

90 2 34 1.334917 0.909048 0.894737 0.014311

95 3 37 1.572447 0.942076 0.973684 0.031608

100 1 38 1.809976 0.96485 1 0.03515

Z =

=

= -1,609

Zt = 0,4452 ( lihat tabel Z)

F (Z) = Jika Zi < 0 maka : 0,5 – Ztabel

Jika Zi > 0 maka : 0,5 – Ztabel

S(Z) =

=

= 0,079

Lo = 0.014

Page 123: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24764/1/RISKITRI... · kelompok mengunkan uji-t diperoleh hasil t-hitung 8,21 dan t -tabel

Lampiran 16

Lt =

√ , (lihat tabek harga kritis uji Lilifors untuk n = 38 dan α = 0,05)

=

√ = 0,144

Karena Lo ≤ Lt (0,014 ≤ 0,144) maka dapat disimpulkan bahwa sample kelas

kontrol berdistribusi normal.

Page 124: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24764/1/RISKITRI... · kelompok mengunkan uji-t diperoleh hasil t-hitung 8,21 dan t -tabel

Lampiran 17

Perhitungan Uji Homogenitas

Uji homogenitas antara kelompok eksperimen dengan kelompok kontrol

dilakukan dengan uji Fisher, langkah-langkahnya sebagai berikut :

Ho : Data memiliki varian homogen

Ha : Data tidak memiliki varian homogen

a. Jumlah sampel

ne = 38

nk = 38

b. Derajat Kebebasan

Db1 (pembilang) = ne – 1 = 38-1 = 37

Db2 (penyebut) = nk – 1 = 38-1 = 37

Rumus uji Fisher Fhitung =

=

= dengan S² =

∑ ∑

c. Menentukan Kriteria pengujian

Jika Fhitung < Ftabel maka terima H0

Jika Fhitung > Ftabel, maka terima Ha

d. Menentukan Ftabel

Dari tabel distribusi F diperoleh nilai F (0,05: 37,37) = 1,69. Uji homogenitas

nilai tes akhir kelompok eksperimen dan kelompok kontrol diketahui

Diketahui : Varians kelas eksperimen : 329,9

Varian kelas kontrol : 445,4

Fhitung :

= 1,16

Ftabel : 1,69

Karena Fhitung < Ftabel (1,16 < 1,69), maka H0 diterima. Sehingga dapat

ambil kesimpuan bahwa hasil belajar kelompok eksperimen dan kelompok kontrol

memiliki varian yang homogen.

Page 125: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24764/1/RISKITRI... · kelompok mengunkan uji-t diperoleh hasil t-hitung 8,21 dan t -tabel

Lampiran 18

Perhitungan Pengujian Hipotesis

Pengujian hipotesis dalam penelitian ini mengunakan uji-t. Langkah-langkahnya

sebagai berikut :

a. Perumusan Hipotesis

H0 : μ1 ≤ μ2

Ha : μ1 > μ2

Keterangan :

μ1 = Hasil belajar siswa yang menggunakan model pembelajaran

kooperetif tipe STAD

µ2 = Hasil belajar matematika siswa yang diajar dengan pembelajaran

konvensional

b. Menentukan kriteria pengujian

Terima H0, jika thitung < ttabel. Terima Ha, jika thitung ≥ ttabel.

c. Menentukan uji statistik

Stotal = √( ) ( )

( )

= √( ) ( )

( )

= √

= √

= 19,67

t =

= –

=

= 8,21

Untuk menetukan ttabel, dapat ditentukan dengan cara sebagai berikut :

ttabel = t(1-α)(db). Dengan db = (n + n - 2) = (38 + 38 – 2) = 74 dan taraf

signifikan α = 0,05. Didapat (1 – (0,05)) = 0,95. Jadi ttabel = t(0,95)(74) adalah

1,67.

Page 126: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24764/1/RISKITRI... · kelompok mengunkan uji-t diperoleh hasil t-hitung 8,21 dan t -tabel

Lampiran 18

d. Pengambilan kesimpulan

Berdasarkan hasil perhitungan uji t diperoleh thitung > ttabel (8,21 >

1,67), maka H0 ditolak, dengan kata lain Ha diterima. Kesimpulan yang

diambil adalah terdapat perbedaan yang signifikan hasil belajar antara

siswa yang diajar dengan mengunakan model pembelajaran kooperatif tipe

STAD dengan siswa yang diajar mengunakan pembelajaran konvensional.

Page 127: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24764/1/RISKITRI... · kelompok mengunkan uji-t diperoleh hasil t-hitung 8,21 dan t -tabel
Page 128: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24764/1/RISKITRI... · kelompok mengunkan uji-t diperoleh hasil t-hitung 8,21 dan t -tabel
Page 129: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24764/1/RISKITRI... · kelompok mengunkan uji-t diperoleh hasil t-hitung 8,21 dan t -tabel
Page 130: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24764/1/RISKITRI... · kelompok mengunkan uji-t diperoleh hasil t-hitung 8,21 dan t -tabel
Page 131: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24764/1/RISKITRI... · kelompok mengunkan uji-t diperoleh hasil t-hitung 8,21 dan t -tabel
Page 132: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24764/1/RISKITRI... · kelompok mengunkan uji-t diperoleh hasil t-hitung 8,21 dan t -tabel
Page 133: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24764/1/RISKITRI... · kelompok mengunkan uji-t diperoleh hasil t-hitung 8,21 dan t -tabel
Page 134: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24764/1/RISKITRI... · kelompok mengunkan uji-t diperoleh hasil t-hitung 8,21 dan t -tabel
Page 135: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24764/1/RISKITRI... · kelompok mengunkan uji-t diperoleh hasil t-hitung 8,21 dan t -tabel
Page 136: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24764/1/RISKITRI... · kelompok mengunkan uji-t diperoleh hasil t-hitung 8,21 dan t -tabel
Page 137: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24764/1/RISKITRI... · kelompok mengunkan uji-t diperoleh hasil t-hitung 8,21 dan t -tabel