pengaruh modal, bahan baku, dan tenaga kerja …

15
PENGARUH MODAL, BAHAN BAKU, DAN TENAGA KERJA TERHADAP OMZET PELAKU UMKM SEBELUM DAN SAAT PANDEMI COVID-19 (STUDI KASUS PADA ANGGOTA KOPSYAH BAITUTTAMKIN NTB UNIT AIKMEL LOMBOK TIMUR) JURNAL ILMIAH Disusun oleh: LINTANG KINASIH 17502050711006 JURUSAN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG 2021

Upload: others

Post on 07-Nov-2021

10 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: PENGARUH MODAL, BAHAN BAKU, DAN TENAGA KERJA …

PENGARUH MODAL, BAHAN BAKU, DAN TENAGA

KERJA TERHADAP OMZET PELAKU UMKM

SEBELUM DAN SAAT PANDEMI COVID-19 (STUDI

KASUS PADA ANGGOTA KOPSYAH

BAITUTTAMKIN NTB UNIT AIKMEL LOMBOK

TIMUR)

JURNAL ILMIAH

Disusun oleh:

LINTANG KINASIH

17502050711006

JURUSAN ILMU EKONOMI

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS BRAWIJAYA

MALANG

2021

Page 2: PENGARUH MODAL, BAHAN BAKU, DAN TENAGA KERJA …

Pengaruh Modal, Bahan Baku, dan Tenaga Kerja terhadap Omzet Pelaku

UMKM sebelum dan saat Pandemi Covid-19 (Studi Kasus pada Anggota

Kopsyah Baituttamkin NTB Unit Aikmel Lombok Timur)

Lintang Kinasih

Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Brawijaya Email: [email protected]

ABSTRAK

Mewabahnya Pandemi COVID-19 sejak awal tahun 2020 di Indonesia telah memberikan

banyak dampak negatif, tidak hanya di dunia kesehatan, namun juga pada sektor ekonomi. Salah

satu sektor ekonomi yang paling merasakan dampak pandemi ini adalah UMKM. Berdasarkan

survei terdahulu oleh ILO dan SIBERC, diketahui bahwa mayoritas pelaku UMKM di seluruh

Indonesia mengalami permasalahan arus kas dan penurunan pendapatan hingga 50%. Mengacu

kepada fakta tersebut, penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mendeteksi pengaruh faktor

produksi: modal, bahan baku, dan tenaga kerja terhadap omzet, serta perbedaan laba sebelum dan saat pandemi dengan studi kasus pada pelaku UMKM anggota Kopsyah Baituttamkin NTB

Unit Aikmel Lombok Timur. Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah nonprobabilitas

(purposive sampling) guna menetapkan 35 responden dari 401 populasi. Data diolah lewat

analisis regresi linear berganda dengan variabel dummy untuk membedakan keterangan waktu

sebelum dan saat pandemi serta paired sample t test. Dari hasil regresi diketahui bahwa secara

simultan dan parsial, modal, bahan baku, dan tenaga kerja berpengaruh positif dan signifikan

terhadap omzet. Artinya, setiap terjadi kenaikkan variabel bebas, baik dalam keadaan sebelum

atau saat pandemi, omzet akan ikut meningkat, dengan catatan keadaan pandemi memiliki

proporsi peningkatan lebih kecil dari keadaan sebelum pandemi. Kemudian dari hasil paired

sample t test, diketahui bahwa terdapat perbedaan laba sebelum dan saat pandemi, di mana laba

saat pandemi lebih kecil. Hasil tersebut menegaskan bahwa pandemi COVID-19 memberikan

dampak terhadap laba yang diterima oleh para responden.

Kata kunci: Omzet dan laba, Modal, Bahan Baku, Tenaga Kerja, Pandemi COVID-19.

A. PENDAHULUAN

Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) merupakan salah satu aspek yang berperan besar

dalam pertumbuhan ekonomi di Indonesia. Bentuk sektor riil ini sendiri telah terbukti mampu

bertahan dalam kondisi semacam krisis moneter, seperti yang terjadi sepanjang tahun 1997 hingga

1998. Terjadinya hal tersebut tidak luput dari sumber modal UMKM yang kebanyakan tidak

berasal dari pinjaman bank, serta dipengaruhi pula oleh jenis barang dan jasa yang diproduksi,

dimana tergolong dalam elastisitas permintaan yang rendah, sehingga perubahan jumlah

pendapatan konsumen tidak berpengaruh besar (Kementerian Keuangan, 2020).

Namun, pertahanan UMKM seperti yang ditunjukkan dua dekade lalu nyatanya tidak cukup

kuat menghadapi kesulitan ekonomi di tengah Pandemi COVID-19. UMKM justru menghadirkan

situasi yang berkebalikan dengan fakta sebelumnya, dimana sepanjang lebih kurang satu semester

pertama tahun 2020, sektor UMKM diketahui mulai mengalami kelumpuhan akibat kemungkinan krisis yang disebabkan oleh mewabahnya Virus Corona (COVID-19) di Indonesia (Kementerian

Keuangan, 2020).

Bersumber dari survei yang telah dilaksanakan oleh Organisasi Perburuhan Internasional (ILO)

atas 571 pelaku usaha di seluruh Indonesia, yang dirilis pada bulan Mei 2020, diketahui bahwa

lebih dari satu perempat perusahaan yang disurvei mengaku kehilangan lebih dari separuh

pendapatan mereka. Secara rinci, 52% perusahaan mengaku kehilangan pendapatan hingga lebih

Page 3: PENGARUH MODAL, BAHAN BAKU, DAN TENAGA KERJA …

dari 50%, dan 90% perusahaan juga mengaku mengalami permasalahan pada arus kas (ILO,

2020).

Realita yang terjadi sebagaimana disebutkan sebelumnya dapat dipicu oleh berbagai alasan,

satu di antaranya ialah penerapan kebijakan pemerintah (ILO, 2020). Dengan misi utama untuk

memutus rantai penyebaran Virus Corona, pemerintah menginisiasi berbagai macam kebijakan,

salah satunya adalah Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor

HK.01.07/MENKES/413/2020 tentang Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Coronavirus

Disease 2019 (COVID-19) (Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2020).

Pada keputusan Kementerian Kesehatan tersebut, dinyatakan bahwasanya terdapat beberapa

anjuran pencegahan penyebar luasan Virus Corona, seperti penerapan social distancing yang termasuk ke dalam jenis pembatasan gerak dan aktivitas (Kementerian Kesehatan Republik

Indonesia, 2020). Kebijakan atau regulasi ini kemudian diwujudkan dengan munculnya larangan

penerbangan antar negara sejak bulan Februari 2020, serta pembatasan jumlah kerumunan massa

dan gerakan stay at home sejak bulan April 2020 (Thaha, 2020).

Berbagai bentuk pembatasan dalam upaya pencegahan dan semacamnya kemudian

menimbulkan akibat negatif terhadap berbagai macam hal, termasuk yang berkaitan dengan usaha

dan perekonomian masyarakat, di mana para pelaku usaha tidak dapat melakukan aktivitas

sebagaimana mestinya (Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2020).

Dampak-dampak negatif yang dirasakan oleh berbagai bidang usaha ini selanjutnya dapat

menghadirkan efek domino kepada usaha lain yang terkait. Sebagai contoh, dilansir dari kajian

singkat DPR, diketahui bahwasannya industri pariwisata menjadi salah satu bidang usaha yang paling awal merasakan dampak COVID-19. Lumpuhnya industri pariwisata baik dari segi

perhotelan, destinasi wisata, dan lain-lain kemudian memberikan penurunan terhadap UMKM

yang bergerak dalam usaha makanan, minuman, hingga kerajinan tangan (Bahtiar & Saragih,

2020). Hal ini tentu disebabkan oleh kuatnya keterkaitan antar bidang usaha.

Lebih lanjut, diketahui pula berdasarkan penelitian Abdurrahman Firdaus Thaha, bahwasannya

pembatasan gerak dan aktivitas di masa Pandemi COVID-19 ini telah menggangu rantai pasokan

yang dapat menyebabkan ketidakseimbangan faktor-faktor produksi, dan menimbulkan penurunan

permintaan, yang tentunya sangat mempengaruhi keberlangsungan usaha (Thaha, 2020).

Terkait dengan permasalahan ini, kemudian Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil dan

Menengah melakukan semacam survei, dan menemukan bahwa setidaknya terdapat lima hal yang

dikeluhkan para pelaku usaha atas kebijakan di masa pandemi, hal-hal tersebut antara lain meliputi:

1. Penjualan yang menurun

2. Kendala bahan baku

3. Terhambatnya distribusi

4. Kesulitan permodalan

5. Terhambatnya produksi (Catriana, 2020).

Melihat dari fenomena tersebut, maka diperlukan suatu penelitian untuk mengetahui seperti apa

pengaruh efek-efek kebijakan di masa pandemi terhadap penurunan pendapatan pelaku UMKM.

Penelitian yang dilakukan akan menganalisis keluhan-keluhan pelaku usaha di atas ke dalam tiga

variabel bebas, yakni variabel bebas modal, bahan baku, dan tenaga kerja terhadap variabel terikat

omzet dengan pendapatan (total revenue) sebagai indikatornya, serta telaah mengenai perbedaan

laba yang diperoleh pelaku UMKM sebelum dan saat pandemi terjadi. Secara lebih spesifik, penelitian akan menggunakan studi kasus pada pelaku UMKM yang juga

merupakan anggota Koperasi Syariah Baituttamkin NTB Unit Aikmel Lombok Timur. Penentuan

studi kasus ini didasarkan pada Peraturan Daerah Kabupaten Lombok Timur, yang menetapkan

Kecamatan Aikmel sebagai kawasan strategis untuk berbagai jenis produksi (Pemerintah

Kabupaten Lombok Timur, 2019), serta keanggotaan Koperasi Syariah Baituttamkin yang

menjamin bahwasannya setiap pelaku usaha hanya memproduksi dan menjual barang yang

sifatnya sesuai dengan syari’at.

Rumusan Masalah

1. Bagaimanakah pengaruh modal, bahan baku, dan tenaga kerja terhadap omzet pelaku

UMKM anggota Kopsyah Baituttamkin NTB Unit Aikmel sebelum dan saat pandemi?

2. Apakah terdapat perbedaan antara laba per-UMKM anggota Kopsyah Baituttamkin NTB Unit Aikmel sebelum dan saat pandemi?

Page 4: PENGARUH MODAL, BAHAN BAKU, DAN TENAGA KERJA …

B. KAJIAN PUSTAKA

Teori Produksi

Produksi ialah suatu bentuk aktivitas dengan maksud untuk meningkatkan manfaat guna dari

sebuah barang, ataupun untuk menciptakan barang maupun jasa baru agar dapat memberi manfaat

lebih dalam memenuhi kebutuhan. Benda hasil produksi sejatinya merupakan penggabungan atau

kombinasi dari beberapa faktor produksi atau input. Sedangkan, proses penggabungan input untuk

menjadi barang hasil olahan yang disebut sebagai output dinamakan dengan proses produksi

(Alam, 2007).

Fungsi Produksi

Fungsi suatu produksi memperlihatkan bagaimana koneksi antara beberapa faktor (input) dan output yang mungkin dihasilkan oleh kombinasi input tersebut. Kombinasi jumlah input yang

berbeda pada suatu produksi akan berpengaruh terhadap jumlah output yang dihasilkan. Kombinasi

dari input produksi ini tentunya juga sangat ditentukan dari jenis barang yang akan diproduksi.

Semakin kompleks suatu barang yang ingin dihasilkan, maka semakin kompleks pula input yang

dibutuhkan, begitu pun sebaliknya (Alam, 2007).

Secara matematis, fungsi produksi dapat dituliskan sebagai berikut:

Q = f (C, L, R, T) (1)

Keterangan:

Q = Output barang atau jasa yang dihasilkan

f = Function (Simbol persamaan fungsional)

C = Capital (Modal) L = Labor (Tenaga Kerja)

R = Raw Material (Bahan baku)

T = Technology (Teknologi)

Fungsi produksi seperti dinyatakan dalam persamaan matematis di atas bermakna bahwasannya

output (hasil yang berbentuk barang serta jasa) merupakan reaksi dari pengolahan input. Apabila

satu dari sekian komposisi input diubah, maka hasil atau outputnya akan berubah pula. Perubahan

output akan terjadi secara proporsional mengikuti besar kecilnya alterasi input (Alam, 2007).

Faktor-Faktor Produksi dalam Penelitian

Berdasarkan latar belakang, terdapat beberapa faktor produksi yang mempengaruhi perubahan

pendapatan pelaku UMKM menurut keluhan pengusah, antara lain sebagai berikut.

1. Modal 2. Bahan Baku

3. Tenaga Kerja

Teori Produksi dalam Perspektif Islam

Al Ghazali dalam Hoetoro menyatakan bahwa kegiatan ekonomi dapat dipandang sebagai salah

satu bentuk ibadah individu, sedangkan produksi dipandang sebagai kewajiban sosial yang bersifat

fard al-kifayah (Hoetoro, 2018).

Selanjutnya Al-Ghazali juga menyatakan bahwasannya pengklasifikasian produksi dalam

perspektif Islam sama dengan produksi dalam ekonomi modern, yaitu:

1. Produksi barang primer (contohnya: produksi barang pertanian)

2. Produksi barang sekunder (contohnya: kecukupan produksi barang manufaktur)

3. Produksi barang tersier atau jasa.

Sementara, doktrin Islam mengenai produksi sendiri tidak dijelaskan secara rinci, tetapi tetap menekankan bahwasannya produksi merupakan urusan duniawi untuk memenuhi hajat hidup

manusia yang harus berbentuk barang atau jasa yang halal (Hoetoro, 2018).

Omzet

Omzet yakni sejumlah nilai atau pendapatan total (total revenue) yang didapatkan dari hasil

penjualan produk pada suatu kurun waktu tertentu. Omzet pada definisinya dapat dipadankan

dengan pendapatan kotor, hal tersebut dikarenakan pendapatan pada tahap ini belum dikurangi

dengan modal, seperti biaya untuk memproduksi, gaji pekerja, serta biaya operasional lainnya

(Wahyuni dkk, 2020).

Omzet atau pendapatan kotor dapat dicari menggunakan rumus berikut:

𝑇𝑅 = 𝑃 × 𝑄 (2)

Keterangan:

𝑇𝑅 = Total Revenue (Pendapatan Total)

𝑃 = Price (Harga)

𝑄 = Quantity (Kuantitas)

Page 5: PENGARUH MODAL, BAHAN BAKU, DAN TENAGA KERJA …

Laba

Laba atau profit mengacu kepada nilai jual sebuah produk setelah dikurangi dengan modal

yang digunakan. Nilai ini dapat dikategorikan sebagai profit ketika sudah dikurangi dengan

komponen-komponen biaya yang dikeluarkan perusahaan dalam kegiatan produksi maupun

pemasaran produk tersebut (Wahyuni dkk, 2020).

Rumus untuk mencari profit atau laba dapat dijelaskan sebagai berikut:

𝜋 = 𝑇𝑅 − 𝑇𝐶 (3)

Keterangan:

𝜋 = Profit atau Laba

𝑇𝑅 = Pendapatan Total (Total Revenue)

𝑇𝐶 = Biaya Total (Total Cost), berasal dari penjumlahan Biaya Tetap (FC, yakni Fixed Cost)

dan Biaya Variabel (VC, yakni Variable Cost)

Koperasi Syariah

Koperasi memiliki pengertian sebagai suatu badan usaha yang beranggotakan orang atau badan

hukum koperasi dengan melandaskan kegiatannya berdasarkan prinsip koperasi, sekaligus sebagai

gerakan ekonomi rakyat yang berdasar atas asas kekeluargaan sebagaimana dimaksud dalam

peraturan perundang-undangan perkoperasian (Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil dan

Menengah , 2015). Sementara, koperasi syariah pada dasarnya memiliki pengertian serupa dengan tambahan

dimana setiap kegiatan dan mekanismenya dilandaskan pada syari’at Islam (Darmawan & Fasa,

2020).

Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM)

Usaha Mikro, Kecil, dan, Menengah memiliki definisi yang berbeda-beda, tergantung dari

institusi atau badan yang memberikan pengertian. Berikut merupakan salah satu pengertian

UMKM menurut Undang-Undang No. 20 Tahun 2008:

a. Kriteria Usaha Mikro adalah sebagai berikut:

Memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah)

tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha; atau

Memiliki hasil penjualan tahunan paling banyak Rp300.000.000,00 (tiga ratus juta rupiah).

b. Kriteria Usaha Kecil adalah sebagai berikut:

Memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah) sampai

dengan paling banyak Rp500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah) tidak termasuk tanah

dan bangunan tempat usaha; atau

Memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp300.000.000,00 (tiga ratus juta rupiah)

sampai dengan paling banyak Rp2.500.000.000,00 (dua miliar lima ratus juta rupiah).

c. Kriteria Usaha Menengah adalah sebagai berikut:

Memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah) sampai

dengan paling banyak Rp10.000.000.000,00 (sepuluh miliar rupiah) tidak termasuk

tanah dan bangunan tempat usaha; atau

Memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp2.500.000.000,00 (dua miliar lima

ratus juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp50.000.000.000,00 (lima puluh

miliar rupiah) (Kementerian Keuangan Republik Indonesia, 2012).

Pandemi Virus Corona (COVID-19)

Coronavirus Disease 2019 (COVID-19) adalah penyakit menular yang disebabkan oleh Severe

Acute Respiratory Syndrome Corona Virus 2 (SARS-CoV-2). Penyakit ini mulai merebak pada

penghujung tahun 2019, dan telah ditetapkan sebagi global pandemic oleh World Health

Organization (WHO) (Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2020).

Di Indonesia penyakit ini telah dikategorikan sebagai jenis penyakit yang menimbulkan

kedaruratan kesehatan masyarakat serta bencana nonalam, yang menimbulkan kematian hingga

kerugian ekonomi, yang kemudian menyebabkan pemerintah mengeluarkan berbagai macam

kebijakan, baik yang bersifat nasional maupun regional (Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2020).

Keterkaitan Antar Variabel

1. Modal, Bahan Baku, dan Tenaga Kerja terhadap Omzet Modal, Bahan Baku, dan Tenaga Kerja merupakan faktor-faktor produksi. Sebagaimana

dijelaskan dalam teori produksi, faktor-faktor produksi akan mempengaruhi output

Page 6: PENGARUH MODAL, BAHAN BAKU, DAN TENAGA KERJA …

(produksi atau pendapatan) yang dihasilkan. Perubahan proporsi dari satu atau beberapa

faktor produksi akan selaras dengan perubahan output yang terjadi. Hal ini juga telah

dibuktikan dari beberapa penelitian terdahulu yang mengatakan bahwa modal, bahan

baku, dan tenaga kerja memberikan pengaruh positif dan signifikan terhadap pendapatan

(Nayaka & Kartika, 2018). 2. Modal, Bahan Baku, Tenaga Kerja, Omzet dan Laba

Laba dapat dicari apabila omzet (total revenue) dan besaran biaya total (total cost)

diketahui. Biaya total dalam penelitian ini merupakan penjumlahan atas faktor-faktor

produksi yang digunakan, yaitu modal, bahan baku, dan tenaga kerja. Besar kecilnya laba

tergantung dari perubahan proporsi atas omzet dan juga total biaya yang digunakan.

Kerangka Pikir Penelitian

Sumber: Penulis, 2020

C. METODE PENELITIAN

Penelitian ini menggunakan data primer dan melibatkan 35 orang responden sebagai sampel

dari 401 populasi. Responden-responden terlibat merupakan anggota Kopsyah Baituttamkin NTB Unit Aikmel yang berprofesi sebagai pelaku UMKM. Penetapan responden penelitian sendiri

didasarkan atas teknik nonprobabilitas dengan jenis purposive sampling melalui 5 macam kriteria,

yaitu:

1. Pelaku UMKM memiliki catatan sederhana atas laporan keuangan usahanya

2. Pelaku UMKM memiliki karyawan setidaknya 2 orang

3. Pelaku UMKM melakukan pemasaran atas produknya

4. Cakupan pemasaran produk UMKM minimal sekecamatan Aikmel, Lombok Timur

5. Sifat barang adalah homemade product.

Kuesioner yang digunakan merupakan hasil pengembangan dari kuesioner BPS, yakni

Kuesioner Survei Dampak COVID-19 terhadap Pelaku Usaha Jilid 1 dan 2. Maka itu, uji

instrumen dalam penelitian tidak dilakukan. Selanjutnya, perlu diketahui pula bahwa data dalam penelitian telah ditransformasikan ke dalam bentuk logaritma natural (Ln), dengan tujuan agar data

dapat memenuhi asumsi klasik dalam regresi.

Metode analisis yang digunakan menjawab rumusan masalah pertama adalah regresi linear

berganda, dengan uji F dan uji t sebagai uji hipotesis. Sedangkan, untuk mengetahui jawaban dari

rumusan masalah kedua digunakan paired sample t test atau uji t berpasangan. Persamaan serta

rumus yang digunakan dari kedua metode ini adalah sebagai berikut:

Persamaan Regresi

Ln Y1 = α + β1 Ln X1 t + β2 LnX2 + β3 LnX3+ β4Di + e (4)

Rumus untuk Menemukan Laba

Y2 = Y1 - Cost (X1 + X2 + X3) (5)

Modal (X1)

Bahan Baku

(X2)

Tenaga Kerja

(X3)

Omzet (Y1)

H1

H2

H3

Laba (Y2) = Y1 - Cost (X1+X2+X3)

H4

Page 7: PENGARUH MODAL, BAHAN BAKU, DAN TENAGA KERJA …

Keterangan:

Y1 = Omzet penjualan

Y2 = Laba atau profit UMKM

Ln = Logaritma Natural

α = Konstanta

β1, β2, β3, β4 = Koefisien

X1 = Modal

X2 = Bahan baku

X3 = Tenaga kerja

Di = Variabel dummy (0= sebelum mewabahnya COVID-19 (Maret 2020-September 2020), 1= saat mewabahnya COVID-19 (September 2019-Maret

2020))

e = error

Cost = Biaya total

D. HASIL DAN PEMBAHASAN

Uji Asumsi Klasik Regresi

1. Uji Normalitas

Gambar 1. Hasil Uji Normalitas

Sumber: Data Primer diolah dengan SPSS, 2021 Berdasarkan gambar PP Plot di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa titik-titik atau data

berada di dekat dan mengikuti garis diagonalnya, sehingga dapat dikatakan bahwa data

berdistribusi normal atau telah memenuhi asumsi normalitas.

2. Uji Heteroskedastisitas

Gambar 2. Hasil Uji Heteroskedastisitas

Sumber: Data Primer diolah dengan SPSS, 2021

Page 8: PENGARUH MODAL, BAHAN BAKU, DAN TENAGA KERJA …

Merujuk kepada hasil uji heteroskedastisitas yang dilakukan dengan Scatterplot

sebagaimana pada gambar, diketahui bahwa titik-titik atau data menyebar di atas, di bawah,

dan di sekitar angka 0. Terlihat pula bahwa data pada penelitian ini tidak hanya berkumpul

pada suatu titik tertentu, tidak membentuk pola bergelombang, melebar, menyempit lalu

melebar kembali, serta tidak membentuk suatu pola khusus. Dengan demikian, dapat

disimpulkan bahwa data tidak mengalami masalah heteroskedastisitas.

3. Uji Multikolinearitas

Tabel 1. Hasil Uji Multikolinearitas

Coefficientsa

Model

Collinearity Statistics

Tolerance VIF

1 (Constant)

X1_Modal .205 4.872

X2_BB .214 4.679

X3_TK .716 1.396

Dummy .744 1.344

a. Dependent Variable: Y1_Omzet

Sumber: Data Primer diolah dengan SPSS, 2021 Metode Variance Inflation Factor (VIF) yang digunakan untuk mendeteksi gejala

multikolinearitas pada penelitian ini menunjukkan bahwa setiap variabel bebas, yakni Modal

(X1), Bahan Baku (X2), Tenaga Kerja (X3), dan Variabel Dummy terbebas dari gejala

multikolinearitas. Hal tersebut ditunjukkan dengan nilai VIF untuk setiap variabel yang tidak

melebihi angka 10.

Secara rinci sebagaimana terlihat pada tabel, variabel Modal (X1) memiliki nilai VIF

4.872, variabel Bahan Baku (X2) memiliki nilai VIF sebesar 4.679, diikuti dengan variabel

Tenaga Kerja (X3) dengan nilai VIF sebesar 1.396 dan variabel dummy (periode waktu

COVID-19) dengan nilai VIF sebesar 1.344.

4. Uji Autokorelasi

Tabel 2. Hasil Uji Autokorelasi

Model Summaryb

Model R R Square

Adjusted R

Square

Std. Error of

the Estimate

Durbin-

Watson

1 .890a .792 .779 .23275 2.296

a. Predictors: (Constant), Dummy, X1_Modal, X3_TK, X2_BB

b. Dependent Variable: Y1_Omzet

Sumber: Data Primer diolah dengan SPSS, 2021 Mengacu kepada hasil estimasi, didapati bahwa 70 data dalam penelitian menunjukkan

nilai Durbin-Watson sebesar 2.296. Dimana berdasarkan tabel DW dengan jumlah variabel

bebas (k) sebanyak 4, diketahui bahwa nilai dU adalah 1.7351 dengan nilai 4-dU sebesar

2.2649, dan nilai dL adalah sebesar 1.4943. Berikut adalah posisi nilai DW dari hasil estimasi.

Tidak

dapat

disim

pulkan

Tidak

dapat

disim

pulkan

Tidak ada autokorelasi

Autoko

relasi

positif

Autoko

relasi

negatif

0 dL

1.4943

dU

1.7351

4-dU

2.2649

4-dL

2.5057

2.296

4

Page 9: PENGARUH MODAL, BAHAN BAKU, DAN TENAGA KERJA …

Dikarenakan nilai DW berada pada posisi antara 4-dU dan 4-dL, maka ada atau tidaknya

autokorelasi tidak dapat disimpulkan. Oleh karenanya, untuk mengatasi masalah ini, perlu

dilakukan uji runs.

Tabel 3. Hasil Uji Runs

Runs Test

Unstandardized

Residual

Test Valuea -.00444

Cases < Test Value 35

Cases >= Test Value 35

Total Cases 70

Number of Runs 38

Z .482

Asymp. Sig. (2-tailed) .630

a. Median

Sumber: Data Primer diolah dengan SPSS, 2021.

Berdasarkan hasil asymptotic significance 2 tailed pada output Runs Test, yakni sebesar

0.630 > α (0.05), dapat disimpulkan bahwa permasalahan autokorelasi telah teratasi, dan dapat

dinyatakan pula bahwa data tidak lagi mengandung autokorelasi.

Uji Asumsi Klasik Paired Sample T Test 1. Uji Normalitas Shapiro-Wilk Tabel 4. Hasil Uji Normalitas Shapiro-Wilk

Tests of Normality

Periode_Waktu

Shapiro-Wilk

Statistic df Sig.

Y2_Laba Sebelum Pandemi .968 35 .384

Saat Pandemi .957 35 .185

*. This is a lower bound of the true significance.

a. Lilliefors Significance Correction

Sumber: Data Primer diolah dengan SPSS, 2021.

Terlihat pada tabel bahwasannya kedua periode waktu sebelum dan saat pandemi memiliki nilai signifikansi lebih besar dari α (0.05), yaitu 0.384 dan 0.185. Sehingga, dapat dikatakan

bahwa data laba (Y2) telah berdistribusi normal.

Hasil Uji F (Uji Simultan)

Tabel 5. Hasil Uji F (Tabel ANOVA)

ANOVAa

Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.

1 Regression 13.400 4 3.350 61.840 .000b

Residual 3.521 65 .054

Total 16.921 69

a. Dependent Variable: Y1_Omzet

b. Predictors: (Constant), Dummy, X1_Modal, X3_TK, X2_BB

Sumber: Data Primer diolah dengan SPSS, 2021.

Pengujian pengaruh simultan atau pengaruh keseluruhan variabel ditentukan melalui output F

hitung dan nilai signifikansi. F hitung harus lebih besar dari F tabel agar bisa dikatakan memiliki

pengaruh secara simultan. Selain itu, nilai signifikansi juga harus kurang dari α (0.05). Nilai F

tabel untuk penelitian dengan 4 variabel bebas (k) dan 70 data (n-k=66) adalah 2.51. Kemudian, F

hitung pada penelitian ini sebagaimana dapat dilihat pada tabel adalah sebesar 61.840 dengan nilai

signifikansi 0.000. Oleh karena itu, dapat dinyatakan bahwa F hitung (61.840) > F tabel (2.51),

dan nilai signifikansi 0.000 < 0.05, berarti bahwa variabel-variabel pada penelitian memiliki

pengaruh positif dan signifikan secara simultan.

Page 10: PENGARUH MODAL, BAHAN BAKU, DAN TENAGA KERJA …

Hasil Uji t (Uji Parsial)

Tabel 6. Hasil Uji t (Tabel Coefficients)

Coefficientsa

Model

Unstandardized

Coefficients Standardized Coefficients

t Sig. B Std. Error Beta

1 (Constant) 3.506 1.312 2.672 .010

X1_Modal .456 .131 .435 3.486 .001

X2_BB .220 .095 .283 2.315 .024

X3_TK .179 .063 .191 2.861 .006

Dummy -.180 .064 -.183 -2.787 .007

a. Dependent Variable: Y1_Omzet

Sumber: Data Primer diolah dengan SPSS, 2021.

Untuk pengaruh pervariabel atau pengaruh parsial, penelitian ini menggunakan acuan

perbandingan t hitung dengan t tabel. Jika t hitung > t tabel, maka secara parsial variabel-variabel

bebas memiliki pengaruh. Nilai t tabel (df= 66) untuk 70 data (n) dengan 4 variabel bebas (k) melalui uji dua sisi dengan tingkat kepercayaan 5% (0.05) adalah 1.99656.

Berdasarkan hasil pengujian SPSS untuk t hitung sebagaimana terdapat pada tabel, dapat

disimpulkan bahwa setiap variabel bebas, yaitu modal (t hitung= 3.486), bahan baku (t hitung=

2.315), tenaga kerja (t hitung= 2.861), dan variabel dummy untuk periode waktu (t hitung= -2.787)

memiliki nilai yang positif untuk X1, X2, dan X3 serta negatif untuk dummy waktu, dan masing-

masing t hitungnya adalah lebih besar dari nilai t tabel.

Di samping itu, signifikansi dari masing-masing variabel bebas, yakni variabel modal (sig.=

0.001), bahan baku (sig.= 0.024), tenaga kerja (sig.= 0.006), dan variabel dummy untuk periode

waktu (sig.= 0.007) memiliki nilai yang lebih kecil dari α=0.05. Sehingga, dapat dinyatakan bahwa

secara parsial variabel bebas modal (X1), bahan baku (X2), dan tenaga kerja (X3) memiliki

pengaruh positif signifikan, sementara variabel dummy waktu memiliki pengaruh negatif signifikan atas omzet. Oleh karenanya H0 ditolak, dan H1, H2, serta H3 diterima.

Hasil Paired Sample T Test

Tabel 7. Paired Samples Statistics

Paired Samples Statistics

Mean N Std. Deviation Std. Error Mean

Pair 1 Normal 17.3533 35 .80135 .13545

Pandemi 16.5859 35 .91310 .15434

Sumber: Data Primer diolah dengan SPSS, 2021.

Bila dilihat dari hasil perhitungan nilai rata-rata (mean) laba keadaan normal (sebelum

pandemi) dengan laba keadaan saat pandemi, dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan. Laba

keadaan normal memiliki rata-rata lebih tinggi dari keadaan pandemi, yakni sebesar 17.3533 >

16.5859.

Tabel 8. Paired Samples Correlations

Paired Samples Correlations

N Correlation Sig.

Pair 1 Normal &

Pandemi

35 .910 .000

Sumber: Data Primer diolah dengan SPSS, 2021.

Berikutnya, diketahui dari tabel di atas bahwa nilai korelasi laba keadaan normal dan pandemi

adalah 0.910, dengan sig. 0.000 < α (0.05). Hasil tersebut mengindikasikan terdapatnya korelasi

atau hubungan di antara kedua laba yang diuji.

Page 11: PENGARUH MODAL, BAHAN BAKU, DAN TENAGA KERJA …

Tabel 9. Hasil Paired Sample Test

Paired Samples Test

Paired Differences

t df Sig. (2-tailed) Mean

Std.

Deviation

Std. Error

Mean

95% Confidence Interval

of the Difference

Lower Upper

Pair 1 Normal -

Pandemi

.76740 .38031 .06428 .63675 .89804 11.937 34 .000

Sumber: Data Primer diolah dengan SPSS, 2021.

Selanjutnya, sebagai output terakhir dalam pengujian ini, tabel 9 menunjukkan bagian paling

krusial pada Paired Sample T Test. Tabel tersebut memperlihatkan bahwa nilai sig. (2 tailed)

adalah 0.000 < α (0.05). Sehingga, dapat disimpulkan terdapat perbedaan rata-rata antara laba yang

didapatkan pada keadaan normal dengan laba yang didapatkan pada saat pandemi. Di mana, laba

keadaan normal adalah lebih tinggi bila dibandingkan dengan keadaan pandemi, berarti bahwa

telah terjadi penurunan atas laba yang diperoleh. Lebih lanjut, dapat diartikan pula terdapat

pengaruh dari terjadinya pandemi Virus Corona terhadap laba atau profit para pelaku UMKM

(laba pandemi lebih kecil dari keadaan normal).

Di samping itu, tabel tersebut juga menjelaskan tentang Mean Paired Differences, yakni sebesar 0.76740. Nilai tersebut menunjukkan selisih rata-rata laba dalam keadaan normal dan saat

pandemi.

Selain melalui perbandingan nilai signifikansi dengan tingkat kepercayaan, hasil t hitung juga

dapat digunakan untuk menjawab hipotesis atas laba, dengan cara membandingkan nilai tersebut

dengan t tabel. Nilai t hitung diketahui sebesar 11.937 lebih besar dari nilai t tabel 2.03224.

Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa H0 ditolak dan H4 diterima.

Pembahasan

1. Omzet Pelaku UMKM Anggota Kopsyah Baituttamkin NTB Unit Aikmel Lombok Timur

sebelum dan saat Pandemi COVID-19

Berdasarkan hasil survei di lapangan, diketahui bahwasannya secara umum para pelaku usaha

mengalami penurunan omzet sekitar 40% dibandingkan dengan keadaan sebelum pandemi.

Penurunan omzet ini merupakan efek atas perwujudan pembatasan berbagai aktivitas sebagaimana diatur dalam kebijakan pemerintah di masa pandemi yang berakibat pada pengurangan proporsi

faktor-faktor produksi.

Gambar 3. Grafik Rata-rata Omzet Pelaku UMKM Sebelum dan Saat Pandemi COVID-19

Sumber: Data Primer, 2021.

2. Pengaruh Modal terhadap Omzet Pelaku UMKM Anggota Kopsyah Baituttamkin NTB

Unit Aikmel Lombok Timur sebelum dan saat Pandemi COVID-19

Nilai koefisien untuk modal dalam bentuk logaritma natural sebagaimana terdapat pada output

SPSS adalah 0.456. Hasil output positif tersebut bermakna bahwa setiap adanya penambahan

modal, maka omzet dari pelaku UMKM akan meningkat elastis. Secara lebih spesifik, setiap

terjadinya penambahan 1% tingkat modal (X1) dalam keadaan normal, maka omzet (Y1) akan

bertambah atau meningkat sebesar 0.456 (dummy 0). Dengan kata lain, elastisitas modal untuk

0

20,000,000

40,000,000

60,000,000

80,000,000

100,000,000

120,000,000

140,000,000

Sebelum

Pandemi

Saat Pandemi

Ju

ta R

up

iah

(R

p)

Rata-rata

Omzet

Page 12: PENGARUH MODAL, BAHAN BAKU, DAN TENAGA KERJA …

omzet adalah sebesar 0.456 (elastis). Hal yang sama juga berlaku pada keadaan pandemi, ketika

modal dalam keadaan pandemi mengalami kenaikkan 1%, maka omzet dari pelaku UMKM pun

akan meningkat sebesar 0.276 (koefisien modal dikurangi dengan koefisien dummy).

Selain berpengaruh positif, berdasarkan nilai signifikansinya, modal juga memiliki pengaruh

yang signifikan. Diketahui bahwa modal memiliki nilai signifikansi sebesar 0.001 lebih kecil dari

α (0.05). Hasil positif signifikan modal dalam dua periode waktu (sebelum dan saat Pandemi Virus

Corona) sendiri telah membuktikan bahwa modal sebagai salah satu faktor produksi tetap

memberikan pengaruh terhadap omzet, hanya saja jumlah modal yang digunakan selama masa

pandemi jauh lebih sedikit dibandingkan dengan keadaan normal.

3. Pengaruh Bahan Baku terhadap Omzet Pelaku UMKM Anggota Kopsyah Baituttamkin

NTB Unit Aikmel Lombok Timur sebelum dan saat Pandemi COVID-19

Mengacu kepada ouput SPSS, diketahui bahwa nilai koefisien bahan baku dalam bentuk

logaritma natural adalah sebesar 0.220. Sama halnya dengan modal, koefisien positif tersebut

menandakan bahwa 1% penambahan bahan baku dalam keadaan sebelum pandemi akan

meningkatkan omzet dari para pelaku UMKM sebesar 0.220, berarti bahwa elastisitas bahan baku

berdasarkan koefisiennya adalah 0.220 (elastis). Begitu pula pada keadaan pandemi, ketika bahan

baku mengalami penambahan sebesar 1%, maka omzet akan meningkat sebesar 0.04 (pengurangan

koefisien bahan baku dengan dummy).

Output koefisien positif bahan baku pada penelitian ini memiliki tingkat signifikansi sebesar

0.024 lebih kecil dari α (0.05). Maka itu, dapat disimpulkan bahwa variabel bebas bahan baku

memiliki pengaruh positif dan signifikan, baik dalam keadaan normal maupun pandemi. Bahan baku pada kedua periode waktu yang diteliti tetap menunjukkan impak terhadap omzet yang

diperoleh, pembedanya hanya jumlah atau proporsi bahan baku dalam keadaan pandemi lebih

sedikit.

4. Pengaruh Tenaga Kerja terhadap Omzet Pelaku UMKM Anggota Kopsyah Baituttamkin

NTB Unit Aikmel Lombok Timur sebelum dan saat Pandemi COVID-19

Variabel tenaga kerja dalam bentuk logaritma natural ini memiliki nilai koefisien sebesar

0.179. Seperti halnya variabel bebas modal dan bahan baku, nilai koefisien tenaga kerja juga

positif. Berarti bahwa setiap kenaikan 1% dari variabel ini pada keadaan normal akan

meningkatkan omzet sebesar 0.179. Dengan begitu, dapat dinyatakan bahwa elastisitas tenaga

kerja berdasarkan koefisiennya adalah 0.179 (elastis). Demikian pula pada keadaan pandemi,

ketika tenaga kerja mengalami kenaikkan sebesar 1%, maka omzet yang diperoleh akan naik sebesar -0.001 (hasil pengurangan dari koefisien tenaga kerja dengan dummy). Tanda negatif pada

kondisi penambahan tenaga kerja tersebut berarti bahwa setiap adanya penambahan satu orang

tenaga kerja tambahan, pengusaha akan mengalami kerugian (tidak untung), dikarenakan total

revenue < total cost.

Merujuk kepada tabel Coefficients dalam output SPSS, diketahui bahwa variabel tenaga kerja

selain berpengaruh positif, juga berpengaruh signifikan. Hal tersebut dibuktikan dengan nilai

signifikansi tenaga kerja sebasar 0.006 lebih kecil dari α (0.05). Oleh karenanya, dapat

disimpulkan tenaga kerja memiliki pengaruh positif signifikan terhadap omzet.

5. Laba Pelaku UMKM Anggota Kopsyah Baituttamkin NTB Unit Aikmel Lombok Timur

sebelum dan saat Pandemi COVID-19

Laba dalam kondisi sebelum maupun saat pandemi baik yang telah diuji melalui perhitungan

paired sample t test, maupun dari hasil perolehan kuesioner memiliki satu kesimpulan yang sama. Diketahui bahwa laba keadaan pandemi telah mengalami penurunan dari laba sebelum pandemi.

Laba keadaan pandemi yang lebih kecil ini disebabkan oleh perbedaan proporsi input atau faktor

produksi yang digunakan, serta harga bahan baku untuk beberapa jenis usaha yang naik hingga dua

kali lipat dari keadaan normal. Berdasarkan perbandingan rata-rata laba dalam kedua kondisi ini,

ditemukan bahwa laba telah mengalami penurunan hingga 50%. Perbedaan persentase penurunan

laba dan omzet dalam penelitian ini disebabkan oleh perbedaan harga bahan baku yang digunakan

dari kedua kondisi waktu.

Page 13: PENGARUH MODAL, BAHAN BAKU, DAN TENAGA KERJA …

Gambar 4. Grafik Rata-rata Omzet Pelaku UMKM sebelum dan saat Pandemi COVID-19

Sumber: Data Primer, 2021

6. Dummy Waktu sebelum dan saat Pandemi COVID-19 atas Modal, Bahan Baku, dan

Tenaga Kerja terhadap Omzet Variabel dummy untuk memperjelas keterangan waktu atau periode data dalam penelitian ini

pada dasarnya dimaksudkan untuk mengetahui perbedaan pengaruh setiap variabel bebas terhadap

terikatnya dalam masing-masing kondisi waktu, yakni sebelum dan saat Pandemi COVID-19.

Mengacu kepada penjabaran dalam bab-bab sebelumnya, diketahui bahwa terdapat dua periode

waktu dalam bentuk dummy, yakni sebelum Pandemi Virus Corona yang dilambangkan dengan

angka 0, dan saat Pandemi Virus Corona yang dilambangkan dengan angka 1. Lebih lanjut,

didapati dari perhitungan statistik bahwa koefisien dari variabel dummy ini adalah -0.180. Hasil

koefisien tersebut selanjutnya dapat dipergunakan untuk menjelaskan keadaan variabel-variabel

bebas atas omzet—seperti telah disinggung dalam pembahasan hasil temuan—dengan cara

mengalikan angka atau simbol dari masing-masing periode waktu (0 dan 1) dengan nilai

koefisiennya. Berikut merupakan poin-poin penjelasan dari masing-masing variabel: a. Sebelum Pandemi COVID-19 (0 × -0.180 = 0, dummy tidak berpengaruh pada omzet):

Setiap terjadinya kenaikkan modal sebesar 1%, maka omzet akan meningkat sebesar

0.456

Setiap terjadinya kenaikkan bahan baku sebesar 1%, maka omzet akan meningkat sebesar

0.220

Setiap terjadinya kenaikkan tenaga kerja sebesar 1%, maka omzet akan meningkat

sebesar 0.179

b. Saat Pandemi COVID-19 (1 × -0.180 = -0.180, dummy berpengaruh pada omzet):

Setiap terjadinya kenaikkan modal sebesar 1%, maka omzet akan meningkat sebesar

0.456-0.180= 0.276

Setiap terjadinya kenaikkan bahan baku sebesar 1%, maka omzet akan meningkat sebesar 0.220-0.180= 0.04

Setiap terjadinya kenaikkan tenaga kerja sebesar 1%, maka omzet akan meningkat

sebesar 0.179-0.180= -0.001.

Sebagai deduksi dari bagian pembahasan hasil temuan, diketahui bahwa modal, bahan, baku,

dan tenaga kerja tetap mempengaruhi omzet baik dalam keadaan sebelum maupun saat Pandemi

COVID-19, seperti ditunjukkan dalam hasil statistik yang positif dan signifikan. Hal yang menjadi

pembeda dari variabel-variabel bebas dalam kedua keadaan ini atas pengaruhnya terhadap omzet

adalah jumlah atau proporsi faktor produksi yang digunakan.

Pada keadaan pandemi, proporsi setiap faktor produksi diketahui berkurang, sebagaimana

dijelaskan dalam dummy keadaan pandemi. Hasil dummy yang negatif sendiri bukan berarti

bahwa modal, bahan baku, dan tenaga kerja tidak memberikan pengaruh dalam keadaan pandemi, tanda negatif tersebut justru menjelaskan bahwa memang terbukti terjadi penurunan jumlah atau

proporsi pada setiap variabel bebas dalam keadaan pandemi. Penurunan proporsi ini sendiri tidak

lain disebabkan oleh penerapan kebijakan pemerintah yang membatasi berbagai kegiatan produksi.

0

10,000,000

20,000,000

30,000,000

40,000,000

50,000,000

SebelumPandemi

Saat Pandemi

Juta

Ru

pia

h (R

p)

Rata-rata

Laba

Page 14: PENGARUH MODAL, BAHAN BAKU, DAN TENAGA KERJA …

E. KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

1. UMKM sebagai sektor yang digadang-gadang mampu bertahan dalam kondisi krisis justru

mengalami kemunduran di tengah Pandemi COVID-19. Berdasarkan beberapa survei

terdahulu, diketahui bahwa pelaku UMKM mengeluhkan banyaknya dampak negatif yang

berkaitan dengan faktor-faktor produksi akibat penerapan kebijakan pemerintah guna

mencegah penyebar luasan wabah ini. 2. Dari hasil penelitian, diketahui bahwa faktor-faktor produksi (modal, bahan baku, dan tenaga

kerja) baik dalam keadaan sebelum dan saat pandemi tetap mempengaruhi output atau omzet

yang diterima para pelaku UMKM secara positif dan signifikan, hanya saja proporsi untuk keadaan pandemi lebih kecil. Dalam keadaan pandemi, modal memiliki koefisien sebesar

0.456, bahan baku memiliki koefisien 0.220, dan tenaga kerja memiliki koefisien 0.179.

Sementara, untuk keadaan saat pandemi, modal memilki koefisien 0.276, bahan baku dengan

0.004, dan tenaga kerja dengan -0.001. Hasil-hasil tersebut berarti bahwa setiap adanya

kenaikkan 1% dari masing-masing faktor produksi dalam keadaan sebelum atau saat pandemi,

omzet yang diterima akan naik pula sesuai dengan besaran koefisien dari masing-masing

keadaan. 3. Diketahui pula bahwa laba yang diterima para pelaku UMKM untuk kedua kondisi waktu

(sebelum dan saat pandemi) berbeda. Di mana, laba keadaan normal adalah lebih tinggi

daripada laba kedaan pandemi. Saran 1. Mengingat berakhirnya masa pandemi belum dapat diprediksi dengan pasti, para pelaku

UMKM sebaiknya dapat berupaya untuk melakukan alternatif dalam menjual barang hasil

usahanya, agar dapat meningkatkan omzet.

2. Instansi terkait dalam hal ini Kopsyah Baituttamkin sebaiknya melakukan upaya khusus untuk

membantu para anggotanya yang merasakan dampak pandemi. Upaya dapat berupa solusi di

luar ketetapan pokok dalam proses simpan pinjam.

3. Peneliti selanjutnya diharapkan dapat menggunakan variabel-variabel lain yang berkaitan

dengan faktor produksi, misalnya variabel bebas teknologi dan lain-lain.

UCAPAN TERIMA KASIH

Terima kasih diucapkan kepada seluruh pihak yang terlibat dalam penyusunan penelitian ini,

antara lain para responden anggota Kopsyah Baituttamkin, segenap karyawan dan petinggi Kopsyah Baituttamkin NTB Unit Aikmel, dan secara khusus kepada dosen pembimbing, beserta

Asosiasi Dosen Ilmu Ekonomi Universitas Brawijaya, dan pihak Jurusan Ilmu Ekonomi atas

kesempatan yang diberikan sehingga jurnal ini dapat terbit.

DAFTAR PUSTAKA

Alam, S. (2007). Ekonomi Untuk SMA dan MA Kelas X. Jakarta: Esis.

Bahtiar, R. A., & Saragih, J. P. (2020). DAMPAK COVID-19 TERHADAP PERLAMBATAN

EKONOMI SEKTOR UMKM. DKI Jakarta: DPR.

Catriana, E. (2020, Maret 27). Kompas. Retrieved November 13, 2020, from Terpukul Corona, Ini

5 Keluhan Para Pelaku UMKM:

https://money.kompas.com/read/2020/03/27/190000026/terpukul-corona-ini-5-keluhan-

para-pelaku-umkm

Darmawan, & Fasa, M. I. (2020). MANAJEMEN LEMBAGA KEUANGAN SYARIAH. Yogyakarta:

UNY Press.

Hoetoro, A. (2018). Ekonomi Mikro islam Pendekatan Integratif. Malang: UB Press.

ILO. (2020). Ketahanan hidup perusahaan hampir habis, pekerjaan semakin terancam (Temuan-

temuan utama survei usaha terdampak COVID-19 dari program ILO-SCORE Indonesia).

Jakarta: International Labor Organization (ILO).

Page 15: PENGARUH MODAL, BAHAN BAKU, DAN TENAGA KERJA …

KBBI. (2019). Kamus Besar Bahasa Indonesia Versi Daring Edisi Kelima. Retrieved November 1,

2020, from https://kbbi.web.id

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. (2020, Juli). KEPUTUSAN MENTERI

KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR HK.01.07/MENKES/413/2020.

KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR

HK.01.07/MENKES/413/2020 TENTANG PEDOMAN PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN CORONAVIRUS DISEASE 2019 (COVID-19). Jakarta, DKI Jakarta,

Indonesia: Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.

Kementerian Keuangan. (2020). Media Keuangan Transparansi Informasi Kebijakan Fiskal

Bertumbuh Bersama UMKM. Jakarta: Kementerian Keuangan Republik Indonesia.

Kementerian Keuangan Republik Indonesia. (2012). KEMENTERIAN KEUANGAN KEBIJAKAN

ANTISIPASI KRISIS TAHUN 2012 MELALUI PROGRAM KREDIT USAHA RAKYAT.

Jakarta: Kementerian Keuangan Republik Indonesia.

Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah . (2015). Peraturan Menteri Koperasi

Usaha Kecil dan Menengah Republik Indonesia Nomor 16 /Per/M.KUKM/IX/2015.

Peraturan Menteri Koperasi Usaha Kecil dan Menengah Republik Indonesia Nomor 16

/Per/M.KUKM/IX/2015. Jakarta, DKI Jakarta, Indonesia: Kementerian Koperasi dan

Usaha Kecil dan Menengah Republik Indonesia.

Nayaka, K. W., & Kartika, I. N. (2018). PENGARUH MODAL, TENAGA KERJA DAN

BAHAN BAKU TERHADAP PENDAPATAN PENGUSAHA INDUSTRI SANGGAH

DI KECAMATAN MENGWI. E-Jurnal Ekonomi dan Bisnis Universitas Udayana 7.8 ,

1927-1956.

Pemerintah Kabupaten Lombok Timur. (2019). Peraturan Daerah Kabupaten Lombok Timur

Nomor 1 Tahun 2019 Tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Tahun

2018-2023. Selong, Nusa Tenggara Barat, Lombok Timur: Pemerintah Daerah Kabupaten

Lombok Timur.

Suprihanto, J., Harsiwi, A. M., & Hadi, P. (2003). Perilaku Organisasional. Yogyakarta: STIE

KPN.

Suroto. (2000). Strategi Pembangunan dan Perencanaan Kesempatan Kerja. Yogyakarta: Gadjah

Mada University Press.

Thaha, A. F. (2020). DAMPAK COVID-19 TERHADAP UMKM DI INDONESIA. JURNAL

BRAND, Volume 2 No. 1, 147-153.

Wahyuni dkk. (2020). Panduan Pendirian Usaha Minyak Bangle dan Balsem Bangle. Bandung:

Media Sains Indonesia.