pengaruh metode pembelajaran guru digital … text.pdfdigital native (lahir mulai tahun 1980) juga...
TRANSCRIPT
PENGARUH METODE PEMBELAJARAN GURU DIGITAL
IMMIGRANT-DIGITAL NATIVE TERHADAP HASIL BELAJAR
SISWA PADA MATA PELAJARAN KOMPUTER DAN JARINGAN
DASAR SMK N 1 KUPANG
Artikel Ilmiah
Diajukan Kepada
Fakultas Teknologi Informasi
Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Komputer
Peneliti :
Khatrin Juliani Taku Neno (702014009)
Adriyanto Juliastomo Gundo, S.Si., M.Pd.
Program Studi Pendidikan Teknik Informatika Dan Komputer
Fakultas Teknologi Informasi
Universitas Kristen Satya Wacana
Salatiga
Agustus 2018
PENGARUH METODE PEMBELAJARAN GURU DIGITAL
IMMIGRANT-DIGITAL NATIVE TERHADAP HASIL BELAJAR
SISWA PADA MATA PELAJARAN KOMPUTER DAN JARINGAN
DASAR SMK N 1 KUPANG
1)Khatrin Juliani Taku Neno
2)Adriyanto Juliastomo Gundo, S.Si., M.Pd.
Strata Satu Pendidikan Teknik Informatika dan Komputer
Fakultas Teknologi Informasi
Universitas Kristen Satya Wacana
Jl. Diponegoro 52-60, Salatiga 50711, Indonesia
Email : 1)
Abstract
The gap between generation of digital immigrant (born before 1980) and generation
of digital native (born in 1980) were also felt by students at SMK N 1 Kupang. Some
students complain about how digital immigrant teachers teach them and feel more
understood when taught by digital native teachers. So that, through this research, the
writer hope can know the student's learning result (digital native) based on learning
method done by digital immigrant teacher and digital native teacher. Research method
that‟s used is comparative. The results shows that actually there‟s no different influence
of method learning by a digital immigrant teacher and a digital native teacher to
student‟s learning result.
Keyword : Digital native, Digital immigrant, Student‟s learning result, Learning method.
Abstrak
Kesenjangan antara generasi digital immigrant (lahir sebelum tahun 1980) dan
digital native (lahir mulai tahun 1980) juga dirasakan oleh siswa di SMK N 1 Kupang.
Beberapa siswa mengeluhkan cara mengajar guru digital immigrant dan merasa lebih
paham jikalau diampu oleh guru digital native. Sehingga, melalui penelitian ini,
diharapkan penulis dapat mengetahui perbandingan hasil belajar siswa (digital native)
berdasarkan perbedaan metode pembelajaran yang digunakan oleh guru digital
immigrant dan guru digital native. Metode penelitian yang digunakan adalah metode
komparatif. Hasil analisis penelitian ini menunjukkan bahwa ternyata tidak ada
perbedaan pengaruh metode pembelajaran guru digital immigrant dan guru digital
native terhadap hasil belajar siswa.
Kata kunci : Digital native, Digital immigrant, Hasil belajar, Metode pembelajaran.
- 1 -
1. Pendahuluan
Salah satu komponen dalam dunia pendidikan adalah pembelajaran. Dalam
kegiatan pembelajaran di sekolah, peran guru relatif tinggi [1]. Peran guru tersebut
antara lain : (1) membuat desain pembelajaran secara tertulis, lengkap dan
menyeluruh, (2) meningkatkan diri untuk menjadi seorang guru yang
berkepribadian utuh, (3) bertindak sebagai guru yang mendidik, (4) meningkatkan
profesionalitas keguruan, (5) melakukan pembelajaran sesuai dengan berbagai
model pembelajaran yang disesuaikan dengan kondisi siswa, bahan belajar dan
kondisi sekolah setempat. Penyesuaian tersebut dilakukan untuk peningkatan
mutu belajar, (6) dalam berhadapan dengan siswa, guru berperan sebagai fasilitas
belajar, pembimbing belajar dan pemberi balikan belajar. Dengan adanya
peran-peran tersebut, maka sebagai pembelajar guru adalah pembelajar sepanjang
hayat [2]. Secara singkat, dapat dikemukakan bahwa guru dapat membuat
program pembelajaran dengan memanfaatkan media dan sumber belajar dengan
tujuan untuk meningkatkan kegiatan belajar, sehingga mutu hasil belajar semakin
meningkat [3]. Selain media dan sumber belajar, metode pembelajaran yang
digunakan atau diterapkan oleh guru juga adalah salah satu caranya [4].
Sejalan dengan hal ini, seorang konsultan pendidikan bernama Marc
Prensky mencetuskan istilah Digital Natives dan Digital Immigrants pada tahun
2001 dalam artikelnya yang berjudul Digital Natives, Digital Immigrant. Ia
menjelaskan bahwa generasi Digital Natives adalah generasi yang lahir dimana
teknologi sudah berada di lingkungannya (dimulai tahun 1980), sedangkan
generasi Digital Immigrants adalah generasi yang lahir sebelum tahun 1980 [5].
Selanjutnya menurut Marc, perbedaan ini kemudian menimbulkan kesenjangan
antara siswa yang lahir sebagai digital native dalam dekade terakhir abad ke-20
dengan pendidik yang menggunakan metode lawas untuk mengajar siswanya. Hal
ini dikarenakan teknologi telah mengubah cara siswa berpikir dan memproses
informasi, sehingga sulit bagi siswa untuk unggul secara akademis apabila guru
menggunakan metode lawas untuk mengajar siswanya.
Kini bertahun-tahun setelah Marc meluncurkan istilah tersebut, tentunya
banyak hal yang telah berubah. Generasi digital native yang dulunya mengenyam
pendidikan sebagai siswa, kini telah bekerja sebagai guru. Hal ini membuat
kalangan guru kemudian tidak hanya terdapat generasi immigrant saja. Fenomena
ini juga yang penulis temukan di SMK Negeri 1 Kupang. Beberapa guru
merupakan sarjana strata satu (S1) yang baru lulus beberapa tahun yang lalu,
sudah mendapat kesempatan untuk mengajar para siswa di kelas X, kelas XI
bahkan kelas XII. Selain itu, melalui hasil wawancara singkat dengan beberapa
murid, mereka mengeluhkan cara mengajar guru digital immigrant dan merasa
lebih paham kalau diampu oleh guru digital native.
Dengan mengambil studi kasus ini sekaligus untuk menguji teori yang ada,
penelitian pun dilakukan untuk mengetahui perbandingan hasil belajar siswa
(digital native) berdasarkan perbedaan metode pembelajaran yang digunakan oleh
guru digital immigrant dan guru dari generasinya sendiri, yakni guru digital
native. Namun, penelitian ini hanya akan lebih memfokuskan ke hasil belajar
- 2 -
siswa kelas X pada mata pelajaran Komputer dan Jaringan Dasar (KJD).
Penelitian ini dilakukan dengan mengambil sampel hasil belajar pada satu kali
pertemuan pembelajaran dan mengolah data tersebut untuk membandingkan hasil
belajar antara kelompok siswa yang diampu oleh guru digital immigrant dan guru
digital native. Diharapkan nanti, hasil penelitian ini dapat menjadi motivasi
terhadap guru digital immigrant dan digital native agar terus mengembangkan diri
dalam pembelajaran demi tercapai hasil belajar siswa yang lebih baik.
2. Tinjauan Pustaka
Digital immigrant dan digital native sering dikaji dari sudut pandang
pendidikan. Pada penelitian terdahulu, persepsi guru tentang digital native dikaji
hubungannya dengan motivasi guru memanfaatkan sumber belajar digital. Tetapi,
sejauh ini penulis belum pernah menemukan penelitian yang dilakukan untuk
membandingkan metode pembelajaran guru digital immigrant dan guru digital
native yang dikaitkan dengan hasil belajar siswa.
Digital Native. Marc Prensky menjelaskan bahwa generasi digital native
terdiri dari orang-orang yang lahir setelah tahun 1980. Generasi digital native
tumbuh dan berkembang di lingkungan di mana mereka terbenam dalam teknologi
digital sejak usia muda, karena itu generasi ini tentu memiliki kemampuan tinggi
untuk belajar dan beradaptasi dengan teknologi baru [5]. Generasi digital native
mengalami perubahan cara berpikir, terbiasa cepat menerima dan
mentransmisikan informasi, senang terhadap multi-tugas, kepuasan instan dan
penghargaan terus menerus (seperti di video game) serta lebih suka grafis sebelum
teks.
Thompson [6] menemukan bahwa digital native sadar akan pengaruh
teknologi, tidak hanya terhadap kehidupan mereka tetapi juga terhadap
pembelajaran mereka. Bahkan, digital native telah menjadikan teknologi sebagai
bagian penting dari upaya komunikasi sehari-hari mereka [7]. Para digital native
membawa serta pengalaman mereka tentang teknologi menurut latar belakang,
minat, dan pilihan mereka. Digital native tidak seperti digital immigrant yang
menganggap teknologi berbeda [8], yang membuat mereka unik dan terikat
mendekati teknologi. Penduduk digital native Saat teori ini dicetuskan, penduduk
digital native adalah orang-orang usia bayi sampai usia mahasiswa perguruan
tinggi. Kini, beberapa tahun kemudian, penduduk generasi ini telah lulus dan tidak
sedikit yang berprofesi sebagai guru.
Digital Immigrant. Teori mengenai digital immigrant dicetuskan pertama
kali ketika Marc Prensky mencoba menggambarkan generasi manusia yang
terbenam dalam gaya kehidupan mereka yang lama dan tidak tumbuh dengan
teknologi. Prensky menjelaskan bahwa generasi digital immigrant terdiri dari
orang-orang yang lahir sebelum tahun 1980. Sejalan dengan ini, Buckingham
(dalam tulisan Erika Smith) juga menggambarkan para digital immigrant sebagai
generasi yang terikat pada media lama, tidak dapat mengejar ketinggalan [7].
Dikarenakan digital immigran tidak tumbuh dengan penggunaan teknologi
sehari-hari seperti yang dimiliki penduduk digital native, mereka harus sering kali
- 3 -
belajar menggunakan teknologi namun lebih lambat dari digital native. Mereka
sering kali “bicara” dengan “aksen” mereka sendiri dan mengacu pada tindakan
yang membatasi penggunaan teknologi serta terbiasa dengan akses langsung ke
informasi misalnya mencetak dokumen untuk diedit daripada mengedit dokumen
secara virtual [5]. Beberapa digital immigran menggunakan teknologi hanya jika
benar-benar diperlukan dan yang lain mengikuti kemajuan teknologi modern [9].
Oleh karena itu, Prensky menekankan bahwa salah satu masalah terbesar yang
dihadapi pendidikan saat ini adalah bahwa pengajar yang merupakan digital
immigrant yang “berbicara dengan bahasa usang” berjuang untuk mengajar
sebuah populasi yang berbicara bahasa yang sama sekali baru [5]. Misalnya
mendesak pendidik imigran di bidang paduan suara untuk segera menyesuaikan
diri dengan perubahan, dengan alasan bahwa ketidaktahuan teknologi "biasanya
berakibat pada ketidakrelevanan, suatu kondisi yang membuat guru tidak efektif
dalam berkomunikasi dengan orang lain dan mengganggu kemampuan untuk
menghasilkan efek positif perubahan dalam kehidupan siswa" [10]. Juke dan
Dosaj berpendapat (dalam Peter & Makimi) bahwa guru digital immigrant lebih
memilih pelepasan informasi yang lambat dan terkendali, penugasan tunggal
(berlawanan dengan multi-tugas), teks melalui gambar, dan penghargaan tertunda
[11].
Perbedaan antara generasi digital native dan digital immigrant kemudian
memiliki implikasi yang mendalam untuk pendidikan: jika anak muda sekarang
memiliki berbagai preferensi yang berbeda yang tidak cocok praktik pendidikan
saat ini, maka pedagogies saat ini perlu berubah. Sebenarnya, banyak sekolah dan
guru belum menanggapi dugaan cara-cara baru di mana siswa berkomunikasi dan
mengakses informasi. Salah satu contohnya terlihat di Amerika Serikat yakni
kesenjangan atau 'disconnect digital' antara siswa dan guru [12].
Metode pembelajaran. Metode menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia
(KBBI) adalah cara teratur yang digunakan untuk melaksanakan suatu pekerjaan
agar tercapai sesuai dengan yang dikehendaki atau cara kerja yang bersistem
untuk memudahkan pelaksanaan suatu kegiatan guna mencapai tujuan yang
ditentukan. Menurut Pasaribu dan Simandjuntak [13], metode ialah cara yang
sistematik yang digunakan untuk mencapai tujuan. Cara yang sistematik ini
merupakan bentuk konkrit daripada penerapan petunjuk-petunjuk umum
pengajaran pada proses pengajaran tertentu. Sejalan dengan ini, Djamarah dan ain
juga mengatakan bahwa metode adalah cara, yang didalam fungsinya merupakan
alat untuk mencapai suatu tujuan. Tujuan tersebut adalah pedoman yang memberi
arah kemana kegiatan belajar mengajar akan dibawa. Sedangkan pembelajaran
menurut KBBI adalah proses, cara, perbuatan menjadikan orang atau makhluk
hidup belajar [14].
Menurut Sudjana metode pembelajaran adalah cara yang dipergunakan guru
dalam mengadakan hubungan dengan siswa pada saat berlangsungnya pengajaran
[15]. Sutikno juga berpendapat metode pembelajaran adalah cara-cara menyajikan
materi pembelajaran yang dilakukan oleh pendidik agar terjadi proses
pembelajaran pada diri siswa dalam upaya untuk mencapai tujuan [16].
- 4 -
Beberapa jenis metode pembelajaran menurut Pasaribu dan Simandjuntak
[13] juga Syaiful dan Aswan [14] adalah sebagai berikut : (1) Ceramah. Metode ini
merupakan metode yang banyak dipakai pendidik. Hampir dalam segala keadaan,
metode ini dianggap cara yang paling baik bagi seorang pendidik untuk
menyajikan secara lisan mengenai materi suatu mata pelajaran. Selain itu, dalam
waktu yang bersamaan pula dapat secara langsung menjawab setiap pertanyaan
yang mungkin timbul dari para peserta didik mengenai penyajian materi. (2)
Ceramah dengan tanya-jawab. Metode ini merupakan usaha penyingkiran
rintangan tertentu selama atau sesudah berlangsungnya ceramah. Hal ini
bermanfaat untuk memperkenankan para peserta didik menanyakan soal apa saja
terkait bahan pelajaran yang diberikan dan agar supaya pendidik membuat
serangkaian pertanyaan untuk para peserta didik tentang materi yang diberikannya
dalam ceramah. (3) Praktikum. Menurut Soekarno, metode praktikum adalah suatu
cara mengajar yang memberi kesempatan kepada siswa untuk menemukan suatu
fakta yang diperlukan atau ingin diketahuinya”. Kegiatan praktikum pada dasarnya
dapat digunakan untuk: (a) Mendapatkan atau menemukan suatu konsep, mencapai
suatu definisi sampai mendapatkan dalil-dalil atau hukum-hukum melalui percobaan
yang dilakukannya. (b) Membuktikan atau menguji kebenaran secara nyata tentang
suatu konsep yang telah dipelajari [17].
Hasil belajar. Pada dasarnya, prestasi dan hasil belajar itu sama, artinya
dalam prestasi belajar terdapat hasil belajar. Hal ini jugalah yang dikemukakan oleh
Winkel bahwa prestasi belajar merupakan bukti keberhasilan yang telah dicapai
oleh seseorang dalam belajar. Kata prestasi belajar terdiri dari dua kata, yaitu
“prestasi” dan “belajar” [2]. Kata prestasi berasal dari bahasa belanda yaitu
“perstatie”, kemudian dalam bahasa Indonesaia menjadi prestasi yang berarti “hasil
usaha” dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia dikemukakan bahwa kata “prestasi”
berarti hasil yang telah dicapai. Sedangkan, menurut Sumadi prestasi belajar
merupakan hasil evaluasi pendidikan yang dicapai oleh siswa setelah menjalani
proses pendidikan secara formal dalam jangka waktu tertentu dan hasil belajar
tersebut berupa angka-angka [18]. Dari sisi psikologi, Syah mengatakan bahwa
prestasi belajar merupakan perubahan ranah psikologis sebagai akibat pengalaman
dan proses belajar siswa yang tercapai dalam kurun waktu tertentu [19].
Proses belajar yang dialami oleh murid menghasilkan perubahan-perubahan
dalam bidang kognitif, afektif dan psikomotorik yang kemudian perubahan itu
tampak dalam prestasi belajar yang dihasilkan oleh murid terhadap
pertanyaan/persoalan/tugas yang diberikan oleh guru [2]. Menurut Dimyati &
Mudjiono, hasil belajar adalah hasil dari suatu interaksi tindak belajar dan tindak
mengajar atau dengan kata lain, dengan berakhirnya suatu proses belajar, maka
siswa memperoleh suatu hasil belajar [1]. Dalam hal hasil belajar atau prestasi
belajar menurut Bloom, dibedakan menjadi tiga aspek yaitu kognitif, afektif dan
psikomotorik [20]. Namun, pada penelitian ini akan lebih dikhususkan pada nilai
kognitif dan psikomotorik untuk melihat perbedaan hasil belajar siswa dalam
bentuk angka, karena nilai afektif siswa biasanya hanya dicantumkan dalam bentuk
predikit seperti : sangat baik, baik, cukup, buruk dan sangat buruk.
- 5 -
Hipotesis yang dibuat untuk penelitian ini adalah : “adanya perbedaan
pengaruh metode pembelajaran guru digital immigrant dan guru digital native
terhadap hasil belajar siswa”. Oleh karena itu, bunyi rumusan hipotesis nol dan
alternative adalah sebagai berikut :
Ho : Tidak terdapat perbedaan pengaruh metode pembelajaran guru digital
immigrant dan guru digital native terhadap hasil belajar siswa
Ha : Terdapat perbedaan pengaruh metode pembelajaran guru digital immigrant
dan guru digital native terhadap hasil belajar siswa
3. Metode Penelitian
Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan pendekatan kuantitatif dengan
metode komparatif dan pengujian hipotesis digunakan uji statistik yakni uji
independent sample T-Test. Sambil mengumpulkan data di lapangan, penulis
sekaligus berperan sebagai observer yang mengamati setiap metode dan gaya
mengajar guru digital immigrant-digital native. Data yang dikumpulkan berupa
angket dan rekapan nilai di satu semester terakhir. Adapun langkah-langkah
pengumpulan data yang dilakukan penulis adalah sebagai berikut [21] :
1. Mendefinisikan dan merumuskan masalah
2. Melakukan studi kepustakaan
3. Merumuskan hipotesis
4. Menentukan model atau desain penelitian
5. Mengumpulkan data, yang meliputi [22]:
- Menentukan partisipan dalam penelitian
- Mendapatkan izin yang dibutuhkan dari beberapa individu dan organisasi
- Mempertimbangkan tipe informasi yang dikumpulkan dari beberapa
sumber yang tersedia
- Melokalisasi dan menyeleksi instrumen yang akan digunakan untuk
menangkap data
- Mengadministrasikan proses pengumpulan data untuk menghimpun data
6. Mengolah dan menganalisis data
7. Menginterpretasikan data (misalnya dalam bentuk tabel, grafik dan nilai
statistik).
8. Membuat kesimpulan
9. Membuat laporan
Pada bagian pengolahan dan analisis data, pengkategorian skala ditentukan
berdasarkan interval jarak dari terendah 0% hingga tertinggi 100%. Rumus Interval
adalah sebagai berikut [23] :
I (Likert)skor Jumlah
100
4
100
= 25
- 6 -
Berikut kriteria interpretasi persentase skor berdasarkan intervalnya :
No Interval persentase skor Kriteria
1 75 < % skor < 100 Sangat Positif (SP)
2 50 < % skor < 75 Positif (P)
3 25 < % skor < 50 Negatif (N)
4 0 < % skor < 25 Sangat Negatif (SN)
Tabel 1. Kriteria interpretasi persentase skor
Responden yang dipilih untuk penelitian ini adalah seluruh siswa dari
kelas X TKJ 1 (yang diampu oleh guru digital immigrant) dan siswa kelas X TKJ
4 (yang diampu oleh guru digital native). Selanjutnya, instrumen penelitian yang
digunakan adalah angket yang menggunakan skala likert‟s. Ada 15 pertanyaan
dengan rincian 5 pertanyaan untuk setiap aspek (kognitif, afektif dan
psikomotorik). Responden dapat mengisi angket ini dengan memberikan tanda
centang pada salah satu kolom dari 4 kolom yaitu kolom SS (sangat setuju), S
(setuju), TS (tidak setuju) atau STS (sangat tidak setuju). Mengacu pada tiga
aspek hasil belajar dan contoh instrumen penelitian dari Bingun [24], penulis
merumuskan angket yang akan dipakai sebagai berikut :
PERTANYAAN ASPEK KOGNITIF
1. Apakah anda mampu mengingat setidaknya 3 hal terpenting dari materi
pembelajaran hari ini?
2. Apakah cara guru anda mengajar sudah mampu menyampaikan materi dengan baik?
3. Apakah setelah mengikuti pelajaran hari ini, anda mendapatkan informasi
bermanfaat yang belum pernah didapatkan sebelumnya?
4. Jika ada tes diakhir pelajaran hari ini, apakah anda akan mampu mengerjakannya
dengan baik?
5. Apakah media yang digunakan guru membantu anda memahami materi pelajaran?
PERTANYAAN ASPEK AFEKTIF
1. Apakah cara guru menyampaikan pelajaran menarik perhatian?
2. Apakah guru anda mampu menciptakan suasana kelas yang menyenangkan
bagi anda?
3. Apakah anda tertarik untuk selalu mengikuti pelajaran ini?
4. Apakah rasa ingin tahu anda sering tergerak oleh pertanyaan yang
dikemukakan guru pada materi pembelajaran ini?
5. Apakah setelah mengikuti pelajaran hari ini, anda menjadi berantusias untuk
belajar lebih banyak terkait pelajaran ini?
PERTANYAAN ASPEK PSIKOMOTORIK
1. Apakah selama ini anda mampu melakukan praktikum sesuai instruksi guru
dengan baik?
- 7 -
2. Apakah praktikum yang pernah dilakukan, dapat dikerjakan semudah teori
yang diberikan guru?
3. Apakah keterampilan anda dalam membangun simulasi jaringan (mis :
membuat jaringan LAN di cisco packet tracer) semakin meningkat pada mata
pelajaran ini?
4. Apakah anda selalu menyelesaikan setiap tugas praktikum yang diberikan
guru di kelas?
5. Apakah anda berhasil menyelesaikan tugas praktikum tepat pada waktunya?
4. Hasil dan Pembahasan
Data yang diperoleh merupakan data angket hasil belajar dua rombongan
belajar siswa pada mata pelajaran komputer dan jaringan dasar selama satu
pertemuan pembelajaran. Jumlah partisipan pada masing-masing rombongan
belajar/ kelas adalah 30 orang. Kelas yang menjadi subjek penelitian adalah kelas
X TKJ 1 yang diampu oleh guru digital immigrant dan kelas X TKJ 4 yang
diampu oleh guru digital native. Berikut adalah rekapan hasil olahan angket hasil
belajar siswa yang diampu oleh guru digital immigrant (Tabel 2.) :
Tanggapan Responden
No Item SS (4) S (3) TS (2) STS (1)
N Skor Presentase Kategori f % f % f % F %
1 Aspek kognitif 10 33.3 20 66.7 0 0 0 0 30 100 83.33 Sangat positif
2 Aspek kognitif 10 33.3 19 63.3 1 3.3 0 0 30 99 82.5 Sangat positif
3 Aspek kognitif 19 63.3 11 36.7 0 0 0 0 30 109 90.83 Sangat positif
4 Aspek kognitif 8 26.7 22 73.3 0 0 0 0 30 98 81.67 Sangat positif
5 Aspek kognitif 17 56.7 13 43.3 0 0 0 0 30 107 89.17 Sangat positif
6 Aspek Afektif 11 36.7 18 60 1 3.3 0 0 30 100 83.33 Sangat positif
7 Aspek Afektif 8 26.7 19 63.3 3 10 0 0 30 95 79.17 Sangat positif
8 Aspek Afektif 16 53.3 14 46.7 0 0 0 0 30 106 88.33 Sangat positif
9 Aspek Afektif 6 20 23 76.7 1 3.3 0 0 30 95 79.17 Sangat positif
10 Aspek Afektif 18 60 9 30 3 10 0 0 30 105 87.5 Sangat positif
11 Aspek Psikomotorik 9 30 19 63.3 2 6.7 0 0 30 97 80.83 Sangat positif
12 Aspek Psikomotorik 3 10 20 66.7 7 23.3 0 0 30 86 71.67 Positif
13 Aspek Psikomotorik 14 46.7 13 43.3 3 10 0 0 30 101 84.17 Sangat positif
14 Aspek Psikomotorik 7 23.3 19 63.3 4 13.3 0 0 30 93 77.5 Sangat positif
15 Aspek Psikomotorik 5 16.7 18 60 6 20 1 3.3 30 87 72.5 Positif
Skor variabel hasil belajar 1478
Rata-rata skor hasil belajar 99 82.11 Sangat positif
Tabel 2. rekapan hasil olahan angket hasil belajar siswa yang diampu oleh guru digital immigrant
Dalam tabel 2 dideskripsikan bahwa tanggapan responden yang diampu oleh
guru digital immigrant terkait hasil belajarnya pada mata pelajaran komputer dan
jaringan dasar adalah sebagai berikut : secara umum hasil belajar siswa yang
diampu oleh guru digital immigrant termasuk dalam kategori sangat positif
- 8 -
dengan rata-rata skor total 99 dengan presentase 82,5%. Berdasarkan hasil
perhitungan, tanggapan responden terhadap variable hasil belajar yang paling
tinggi ada pada butir nomor (3) yaitu setelah mengikuti pelajaran hari itu, siswa
mendapatkan informasi bermanfaat yang belum pernah didapatkan sebelumnya
dan tanggapan responde terhadap hasil belajar bersama guru digital immigrant ada
pada butir nomor (12) yaitu praktikum yang pernah dilakukan, siswa dapat
dikerjakan semudah teori yang diberikan guru.
Sedangkan rekapan hasil olahan angket hasil belajar siswa yang diampu oleh
guru digital native adalah sebagai berikut :
Tanggapan Responden
No Item SS (4) S (3) TS (2) STS (1)
N Total
Skor Presentase Kategori
f % F % f % f %
1 Aspek kognitif 4 13.3 25 83.3 1 3.3 0 0 30 93 77.5 Sangat positif
2 Aspek kognitif 14 46.7 16 53.3 0 0 0 0 30 104 86.67 Sangat positif
3 Aspek kognitif 13 43.3 15 50 2 6.7 0 0 30 101 84.17 Sangat positif
4 Aspek kognitif 2 6.7 20 66.7 8 26.7 0 0 30 84 70 Positif
5 Aspek kognitif 12 40 16 53.3 2 6.7 0 0 30 100 83.33 Sangat positif
6 Aspek afektif 12 40 14 46.7 4 13.3 0 0 30 98 81.67 Sangat positif
7 Aspek afektif 12 40 18 60 0 0 0 0 30 102 85 Sangat positif
8 Aspek afektif 14 46.7 16 53.3 0 0 0 0 30 104 86.67 Sangat positif
9 Aspek afektif 4 13.3 22 73.3 3 10 1 3.3 30 89 74.17 Positif
10 Aspek afektif 8 26.7 19 63.3 3 10 0 0 30 95 79.17 Sangat positif
11 Aspek psikomotorik 7 23.3 19 63.3 4 13.3 0 0 30 93 77.5 Sangat positif
12 Aspek psikomotorik 4 13.3 11 36.7 14 46.7 1 3.3 30 78 65 Positif
13 Aspek psikomotorik 11 36.7 10 33.3 8 26.7 1 3.3 30 91 75.83 Sangat positif
14 Aspek psikomotorik 6 20 15 50 9 30 0 0 30 87 72.5 Positif
15 Aspek psikomotorik 0 0 14 46.7 15 50 1 3.3 30 73 60.83 Positif
Skor variabel hasil belajar 1392
Rata-rata skor hasil belajar 93 77.33 Sangat positif
Tabel 3. rekapan hasil olahan angket hasil belajar siswa yang diampu oleh guru digital native
Pada tabel 3 dijelaskan bahwa tanggapan responden yang diampu oleh guru
digital native terhadap item-item variable hasil belajar siswa adalah sebagai
berikut : secara umum variable hasil belajar siswa yang diampu oleh guru digital
native termasuk dalam kategori positif dengan rata-rata skor total 93 dengan
presentase 77,5%. Berdasarkan hasil perhitungan, tanggapan responden terhadap
variable hasil belajar yang paling tinggi ada pada butir nomor (8) yaitu siswa
tertarik untuk selalu mengikuti pelajaran ini dan tanggapan responden yang paling
rendah ada pada butir nomor (15) yaitu siswa berhasil menyelesaikan tugas
praktikum tepat pada waktunya.
Nilai N merupakan jumlah responden yang terlibat yaitu 30 responden.
Sedangkan total skor tiap item dihitung menggunakan rumus skala likert yaitu
jumlah dari perkalian frekuensi jawaban responden dengan skor tiap skala.
Kemudian, berdasarkan Tabel 1 dan tabel 2 maka dibuatlah perbandingan hasil
- 9 -
belajar siswa dari kedua kelas dalam bentuk grafik sebagai berikut :
Selain data angket diatas, data tambahan yang didapat ialah daftar nilai
siswa dan metode pembelajaran yang digunakan guru sesuai observasi penulis.
Daftar nilai yang dirangkum adalah sebagai berikut : diketahui berturut-turut
rata-rata nilai pengetahuan dan keterampilan untuk kelas X TKJ 1 adalah 93.27
dan 91.29, sedangkan kelas X TKJ 4 adalah 88.7 dan 88.37. Jika data nilai seluruh
siswa per kelas dipaparkan dalam bentuk grafik maka grafik yang dapat terbentuk
adalah seperti berikut :
Dapat dilihat pada grafik diatas bahwa pada mata pelajaran komputer dan
jaringan dasar, hampir sebagian besar siswa yang diampu oleh guru digital
immigrant memiliki nilai kognitif lebih tinggi daripada siswa yang diampu oleh
guru digital native. Begitu pula dengan perbandingan nilai psikomotorik siswa
pada kedua kelas yang ditunjukkan dalam bentuk grafik seperti berikut ini :
- 10 -
Pada grafik diatas, sama halnya seperti pada grafik sebelumnya,
perbandingan nilai psikomotorik siswa pada kedua kelas terlihat bahwa sebagian
besar siswa yang diampu oleh guru digital immigrant lebih unggul daripada
siswa yang diampu oleh guru digital native.
Selanjutnya, untuk hasil pengamatan penulis terhadap masing-masing guru
adalah guru digital immigrant membuka pelajaran dengan salam dan mengecek
kehadiran siswa, kemudian dilanjutkan dengan metode ceramah dengan
tanya-jawab untuk menjelaskan secara garis besar mengenai materi yang akan
dipelajari pada pertemuan saat itu dan untuk membuka cakrawala pengetahuan
mengenai materi terkait. Pada inti pembelajaran, salah satu kelompok siswa yang
sudah ditugaskan (pada pertemuan sebelumnya) melakukan presentasi terkait
prosedur praktikum, dilanjutkan metode pembelajaran praktikum oleh seluruh
anggota kelas secara bersama-sama. Guru digital native juga menggunakan
metode ceramah untuk memulai pelajaran dengan memberikan penjelasan
singkat mengenai materi yang akan dipelajari dan sedikit mengulang materi pada
pertemuan sebelumnya. Pada inti pelajaran, dipakai metode demonstrasi terkait
langkah-langkah sharing file/folder, disusul metode pembelajaran praktikum
yang dilakukan oleh seluruh anggota kelas secara bergiliran.
Metode pembelajaran yang digunakan masing-masing guru memang tidak
jauh berbeda, namun dalam penyampaiannya, guru digital native mampu
menyampaikan materi dengan padat dan menarik, misalnya dengan memberikan
trik-trik atau cara singkat sharing file/folder, sehingga siswa terlihat lebih
antusias dan tidak cepat bosan. Sedangkan, interaksi murid dengan guru digital
immigrant terkesan lebih baik dikarenakan guru mampu menciptakan suasana
yang menyenangkan dengan sesekali melemparkan humor segar. Bahkan pada
beberapa kesempatan, guru juga memberikan pertanyaan studi kasus sehingga
menarik minat siswa untuk beradu cepat memecahkan masalah.
Menurut rata-rata hasil olahan data angket dan nilai siswa, terdapat
perbedaan antara hasil belajar siswa dari kelas yang diampu oleh kedua guru
- 11 -
dimana hasil belajar siswa yang diampu oleh guru digital native cenderung lebih
unggul daripada yang diampu oleh guru digital immigrant. Namun, berbeda
dengan hasil analisis data angket menggunakan SPSS (uji independent sample
T-Test). Sebelum itu, perlu diperjelas bahwa :
Dasar pengambilan keputusan terhadap analisis adalah :
1. Jika nilai signifikansi atau Sig.(2-tailed) > (5% atau 0,05), maka Ho
diterima dan Ha ditolak.
2. Jika nilai Signifikansi atau Sig.(2-tailed) < (5% atau 0,05), maka Ho
ditolak dan Ha diterima.
Untuk menguji hipotesis: Pertama-tama, semua total skor angket dari dua kelas
(pada tabel 1 dan tabel 2) dimasukkan ke SPSS dengan kode kelas “1” untuk kelas X
TKJ 1 dan kode kelas “2” untuk kelas X TKJ 4, setelah itu, dianalisis dengan
menggunakan fungsi Independent-Samples T Test, maka hasil akhir yang muncul
adalah sebagai berikut :
Output Independent sample T-Test berdasarkan SPSS diperoleh nilai
Sig.(2-tailed) sebesar 0,065 > 0,05, maka sesuai dasar pengambilan keputusan
dalam Uji Indepent Sample T-Test, maka disimpulan bahwa Ho diterima dan Ha
ditolak, yang artinya bahwa tidak terdapat perbedaan pengaruh metode
pembelajaran guru digital immigrant dan guru digital native terhadap hasil
belajar siswa.
5. Diskusi
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dalam penelitian ini maka
dapat ditarik kesimpulan bahwa walaupun ada perbedaan pada rata-rata total skor
angket maupun nilai pada dua kelas, namun ternyata tidak ada perbedaan
pengaruh metode pembelajaran guru digital immigrant dan guru digital native
terhadap hasil belajar siswa pada mata pelajaran komputer dan jaringan dasar di
SMK N 1 Kupang. Hal ini berarti pengaruh metode pembelajaran yang digunakan
guru digital immigrant maupun guru digital native ternyata memiliki dampak yang
sama besarnya terhadap hasil belajar siswa. Hal ini juga berarti hipotesis
penelitian tidak terjawab, karena hasil analisis data menyatakan bahwa fakta di
lapangan menunjukkan bukti yang berbeda dari hipotesis awal dan tidak
mendukung teori digital immigrant-digital native yang dicetuskan oleh Marc
Prensky (dalam hal ini, studi kasus di SMK N 1 Kupang). Di lain sisi, penelitian
ini membuktikan bahwa guru digital native dan guru digital immigrant sama-sama
- 12 -
berkualitas atau dengan kata lain, mampu mencapai tujuan pembelajaran dengan
hasil belajar siswa yang baik.
Hal ini dapat terjadi dikarenakan guru digital immigrant di masa kini telah
banyak belajar sehingga mampu beradaptasi dengan “bahasa” teknologi para
digital native. Dalam studi kasus di tempat penelitian terkait, guru digital
immigrant dapat dikatakan sudah mampu mengejar ketinggalan sehingga mampu
bersaing dengan guru digital native. Namun, hipotesis masih belum terjawab,
dikarenakan belum terlihat pengaruh yang signifikan dari kedua variable yang
dipilih, hal ini terlihat dari hasil penelitian yang ada. Oleh karena itu, kepada para
peneliti yang melakukan pengembangan lanjutan agar meneliti sampel dari
populasi yang lebih luas untuk lebih mendalami hubungan antara kedua variable
tersebut dan juga mencoba menggunakan pengujian yang berbeda, misalnya
pengujian satu arah (one tailed).
6. Daftar Pustaka
[1] Dimyati & Mudjiono. 2009. Belajar dan pembelajaran. Jakarta : Rineka
Cipta.
[2] Winkel, W.S. 1996. Psikologi Pengajaran. Jakarta: Grasindo.
[3] Woolfolk & Nicolich. 1984. Educational Psychology for Teachers.
Amerika Serikat : Prentice-Hall.
[4] M, Thobroni. 2015. Belajar & Pembelajaran : Teori dan Praktik.
Yogyakarta : Ar-Ruzz Media.
[5] Prensky, Marc. 2001. Digital Natives, Digital Immigrants. Jurnal On the
Horizon, MCB University Press, Vol. 9 No. 5.
[6] Penny, Thompson. 2015. How Digital Native Learners Describe
Themselves. Jurnal Education and Information Technologies. Vol. 20,
Issue 3:467-484.
[7] Smith, Erika. 2013. Are Adult Educators and Learners „Digital
Immigrants‟? Examining the Evidence and Impacts for Continuing
Education. Jurnal Canadian Journal of University Continuing Education.
Vol. 39, Issue 1:1-13.
[8] Metallo, C. & Rocco Agrifoglio. 2015. The Effects of Generational
Differences on Use Continuance of Twitter: An Investigation of Digital
Natives and Digital Immigrants. Jurnal Behaviour and Information
Technology. Vol. 34, Issue 9:869-881.
[9] Ransdell, S., Kent, B., Gaillard-Kenney, S., & Long, J. 2011. Digital
immigrants fare better than digital natives due to social reliance. Jurnal
British Journal of Educational Technology. Vol.42, Issue 6:931-938.
[10] Philip L., Copeland. 2011. Digital natives and immigrant choral directors:
Catching up and reaching out. Jurnal Choral Journal, Vol.51, Issue
8:26-35.
[11] Peter & Makimi. 2013. Student and Teacher use of technology at the
university level. Skripsi Kyoto Sangyo University, Japan.
- 13 -
[12] Tapscott, D., 1998. Growing up digital: The Rise of the Net Generation.
Jurnal Education and Information Technologies. Vol.4, Issue 2:203-205.
[13] Pasaribu, I.L & B. Simandjuntak. 1983. Proses Belajar-Mengajar.
Bandung : TARSITO.
[14] Djamarah, Syaiful Bahri & Aswan Zain 2002. Strategi Belajar Mengajar.
Jakarta : Rineka Cipta.
[15] Sudjana, Nana. 1989. Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung :
Sinar Baru.
[16] Sutikno, Sobry. 2009. Belajar dan Pembelajaran. Bandung : Prospect.
[17] Soekarno. 1990. Teori Belajar. Jakarta : Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan.
[18] Suryabrata, Sumadi. 2006. Psikologi Pendidikan. Jakarta: PT
RajaGrafindo Persada.
[19] Syah, Muhibbin. 2014. Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru.
Bandung : Rosda.
[20] Arikunto, Suharsimi. 1990. Manajemen Penelitian. Jakarta : PT. Rineka
Cipta.
[21] Creswell, John. 2015. Riset pendidikan : perencanaan, pelaksanaan, dan
evaluasi. Riset kualitatif & kuantitatif. Yogyakarta : Pustaka Pelajar.
[22] Sugiyono, 2006. Metode Penelitian Pendidikan : pendekatan kuantitatif,
kualitatif dan R&D. Bandung : Alfabeta.
[23] Darmawan, Deni. 2014. Metode Penelitian Kuantitatif. Bandung : PT
Remaja Rosdakarya.
[24] Bingun. 2013. Upaya Peningkatan Pembelajaran Lari Cepat Melalui
Pendekatan Bermain Pada Siswa Kelas V SD Negeri1 Besuki Kecamatan
Wadaslintang Kabupaten Wonosobo. Skripsi Fakultas Ilmu Keolahragaan
Universitas Negeri Yogyakarta.