pengaruh metode debat dan komunikasi lisan...
TRANSCRIPT
i
PENGARUH METODE DEBAT DAN KOMUNIKASI LISAN TERHADAP
HASIL BELAJAR PESERTA DIDIK PADA MATERI EVOLUSI
SKRIPSI
Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK) untuk Memenuhi
Sebagian dari Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Oleh
Asiyah Nur Jannah
NIM: 1112016100055
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2019
i
ii
iii
i
ABSTRAK
Asiyah Nur Jannah (1112016100055), Pengaruh Metode Debat dan Komunikasi
Lisan terhadap Hasil Belajar Peserta Didik pada Materi Evolusi, Skripsi Program
Studi Pendidikan Biologi, Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam, Fakultas
Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2019
Menghadapi era modern saat ini, keseimbangan hard skill dan soft skill
angat dibutuhkan dalam menguasai berbagai bidang ilmu. Tuntutan tersebut
diharapkan dimiliki oleh individu mulai dari ia mengenyam pendidikan. Namun,
dalam proses pembelajaran di sekolah, peserta didik belum terbiasa
menyeimbangkan antara soft skill dan hard skill dimana keduanya merupakan
kemampuan yang dibutuhkan dalam bermasyarakat. Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui pengaruh pembelajaran debat dan komunikasi lisan terhadap hasil
belajar peserta didik pada materi evolusi. Penelitian ini dilakukan di SMA Negeri
7 Tangerang Selatan dengan metode penelitian quasi experiment (eksperimen
semu) dan rancangan penelitian pretest posttest control group design.
Pengambilan sampel dilakukan dengan teknik Purposive Sampling. Sampel
penelitian berjumlah 36 orang untuk kedua kelas. Kelas eksperimen menggunakan
pendekatan saintifik metode debat dan kelas kontrol menggunakan pendekatan
saintifik metode diskusi. Instrumen hasil belajar menggunakan tes objektif berupa
tes tertulis berbentuk pilihan ganda yang telah diuji validitas dan reliabilitasnya.
Instrumen komunikasi lisan menggunakan indikator penilaian yang dilakukan
peneliti sebelumnya. Data hasil belajar yang diperoleh diuji menggunakan uji t.
analisis uji-t diperoleh thitung lebih besar dari ttabel yaitu 2,08 > 2,03 pada taraf
signifikansi α 0,05. Data komunikasi lisan yang diperoleh diuji menggunakan uji-t.
Analisis uji t diperoleh thitung lebih dari ttabel yaitu 8,19 > 2,03 pada kelas
eksperimen dan thitung kurang dari ttabel yaitu -2,57 < 2,03 pada kelas kontrol. Hal
ini membuktikan bahwa terdapat pengaruh komunikasi lisan dengan metode
pembelajaran debat terhadap hasil belajar peserta didik.
Kata kunci : debat, hasil belajar, komunikasi lisan, evolusi
ii
ABSTRACT
Asiyah Nur Jannah (1112016100055), Effect of Debate Methods and Oral
Communication on Student Learning Results on Evolution Concept,
Undergraduate Thesis, Biology Education Program, Science Education
Department, Faculty of Tarbiyah and Teacher Training, State Islamic University
Syarif Hidayatullah Jakarta, 2019
In this modern era, the balance of hard skills and soft skills is needed in
understanding various knowledge. These demands are expected to be owned by
individuals starting from their education. However, in the learning process in
school, students are not accustomed to balancing between soft skills and hard
skills where both are abilities needed in society. This study aims to determine the
effect of debating learning and oral communication on student learning outcomes
on evolutionary material. This research was conducted in South Tangerang 7
Public High School with a quasi experiment research method and pretest posttest
control group design. Sampling is done by purpossive sampling technique.The
sample amounted to 36 people for both classes. The experimental class uses the
scientific debate method and the control class uses the scientific discussion
method. Learning outcomes instruments use objective tests in the form of multiple
choices that had been tested for validity and reliability. Oral communication
instruments use assessment indicators conducted by previous researcher. Analysis
of the data learning outcomes used t-test. The result of t-test is higher than ttable
that is 2.08> 2.03 in α significance level 0.05. Analysis of the data oral
communication used t-test. The result of t-test is higher than ttable that is 8,19 >
2,03 for the experimental class and the result of t-test lower than ttable that is -
2,57 < 2,03 for the control class. There is an influence of oral communication with
debate method towards students' learning outcomes.
Keyword : debate, learning outcome, oral communication, evolution
iii
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
Alhamdulillah, puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala curahan
rahmat dan hidayah-Nya. Shalawat serta salam senantiasa tercurah kepada Nabi
Muhammad SAW, para sahabat, keluarga, serta muslimin dan muslimat. Semoga
kita mendapat syafa’at oleh Nabi Muhammad di akhirat kelak. Aamiin.
Penyusunan skripsi ini dapat terselesaikan atas kerjasama dan bantuan dari
berbagai pihak. Untuk itu penulis ingin menyampaikan terima kasih kepada:
1. Ibu Dr. Sururin, M.Ag, selaku Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan,
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Ibu Dr. Yanti Herlanti, M.Pd, selaku Ketua Program Studi Pendidikan
Biologi sekaligus dosem pembimbing I, yang telah meluangkan waktu,
tenaga, dan pikirannya untuk memberikan bimbingan kepada penulis hingga
selesainya karya tulis ini. Semoga Ibu dan keluarga sehat selalu dan berada
dalam lindungan-Nya, aamiin.
3. Ibu Meiry Fadilah Noor, M.Si, Dosen Pembimbing II, yang telah meluangkan
waktu, tenaga, dan pikirannya untuk memberikan bimbingan kepada penulis
hingga selesainya karya tulis ini. Semoga Ibu dan keluarga sehat selalu dan
berada dalam lindungan-Nya, aamiin.
4. Ibu Eny S. Rosyidatun, S.Si., MA, selaku dosen penasehat akademik Fakultas
Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah
Jakarta.
5. Seluruh dosen dan staf Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam, Program
Studi Pendidikan Biologi, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas
Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
6. Bapak Drs. Hamdari, M.Pd, Kepala SMAN 7 Tangerang Selatan yang telah
memberi izin penulis untuk melakukan penelitian di sekolah yang
bersangkutan.
7. Ibu Erlin Yuniamartanti, S.Si, Guru Biologi SMAN 7 Tangerang Selatan
yang telah memberikan bantuan dan dukungan.
iv
8. Segenap dewan guru, peserta didik, dan staf SMAN 7 Tangerang Selatan
yang senantiasa membantu.
9. Orang tua penulis, Bapak Sofian dan Ibu Susylawati yang tanpa henti
memotivasi dan memberikan dukungan berupa do‟a, moril dan materil
kepada penulis sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.
10. Saudaraku Aisyah Nur Rahmah, Mochammad Abdullah Azzam, dan Annisa
Nur Aini serta seluruh keluarga besar penulis yang senantiasa mendo‟akan.
11. Big thanks untuk ASTANIA, Almh. Suwanah, Trisna, Arif, Nata, Iman atas
dukungan dan pertemanan manis dari SMA hingga kini.
12. Big thanks untuk Elsa dan Linda atas dukungan dan pertemanan manis dari
SMA hingga kini.
13. Dewi Robiatun M, partner penelitianku.
14. Ciwi-ciwi cans dalam grup (nama disamarkan) Neng Endah, Ela, Kakak Lala,
Fifiul, dan Devi atas dukungan dan pertemanan manis hingga kini.
15. Sahabat-sahabat Pendidikan Biologi angkatan 2012 yang telah berjuang
bersama hingga akhir dan tak bosan saling sharing pengalaman.
16. Guru-guru, pihak Yayasan, dan siswa-siswi SMP Wijaya Kusuma yang
memberikan dukungan.
17. Seluruh pihak yang telah membantu penulis dalam mengerjakan skripsi ini
yang tidak dapat penulis sebutkan satu-persatu.
Penulis panjatkan do‟a dan rasa syukur kepada Allah SWT, semoga jasa
yang telah mereka berikan menjadi amal sholeh dan mendapatkan balasan yang
jauh lebih baik dari-Nya. Aamiin.
Wassalamu’alaikumWarahmatullahi Wabarakatuh
Tangerang Selatan, Maret 2019
Penulis
v
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
SURAT PERNYATAAN
LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING
LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI
ABSTRAK .............................................................................................................. i
ABSTRACT ........................................................................................................... ii
KATA PENGANTAR .......................................................................................... iii
DAFTAR ISI .......................................................................................................... v
DAFTAR TABEL .............................................................................................. viii
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................ ix
DAFTAR LAMPIRAN ......................................................................................... x
BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................... 1
A. Latar Belakang ............................................................................................. 1
B. Identifikasi Masalah ..................................................................................... 5
C. Pembatasan Masalah .................................................................................... 5
D. Rumusan Masalah ........................................................................................ 6
E. Tujuan Penelitian ......................................................................................... 6
F. Manfaat Penelitian ....................................................................................... 6
BAB II KAJIAN PUSTAKA ................................................................................ 8
A. Deskripsi Teoretis ........................................................................................ 8
1. Belajar ...................................................................................................... 8
1. Metode Debat ......................................................................................... 16
2. Kemampuan Komunikasi Lisan ............................................................. 20
B. Materi Evolusi ............................................................................................ 24
1. Teori Evolusi .......................................................................................... 29
2. Bukti-Bukti Adanya Evolusi .................................................................. 30
3. Pandangan Baru Teori Evolusi ............................................................... 31
C. Penelitian yang Relevan ............................................................................. 31
D. Kerangka Pikir ........................................................................................... 34
E. Hipotesis Penelitian ................................................................................... 34
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ......................................................... 35
vi
A. Waktu dan Tempat Penelitian .................................................................... 35
B. Metode Penelitian dan Desain Penelitian................................................... 35
1. Metode Penelitian ................................................................................... 35
2. Desain Penelitian .................................................................................... 35
C. Alur Penelitian ........................................................................................... 37
D. Populasi dan Sampel .................................................................................. 38
1. Populasi .................................................................................................. 38
2. Sampel .................................................................................................... 38
E. Teknik Pengumpulan Data ......................................................................... 38
F. Instrumen Penelitian .................................................................................. 39
1. Instrumen Hasil Belajar .......................................................................... 39
2. Instrumen Komunikasi Lisan ................................................................. 39
G. Kalibrasi Instrumen .................................................................................... 41
1. Uji Validitas Tes ..................................................................................... 42
2. Uji Reliabilitas Tes ................................................................................. 42
3. Uji Tingkat Kesukaran ........................................................................... 42
4. Daya Beda .............................................................................................. 43
H. Teknik Analisis Data .................................................................................. 44
1. Uji Prasyarat Analisis ............................................................................. 44
2. Pengujian Hipotesis ................................................................................ 46
3. Uji N-Gain .............................................................................................. 47
I. Hipotesis Statistik ...................................................................................... 48
1. Uji-t Metode Debat terhadap Hasil Belajar ............................................ 48
2. Uji-t Komunikasi Lisan terhadap Hasil Belajar ..................................... 48
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ..... Error! Bookmark not
defined.
A. Deskripsi Data ............................................. Error! Bookmark not defined.
1. Deskripsi Pembelajaran ........................... Error! Bookmark not defined.
2. Deskripsi Hasil Belajar dan Komunikasi Lisan Siswa . Error! Bookmark
not defined.
3. Data N-Gain Hasil Belajar Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol .. Error!
Bookmark not defined.
4. Deskripsi Ketercapaian Kegiatan Pembelajaran ... Error! Bookmark not
defined.
vii
5. Deskripsi Data Lembar Kerja Peserta Didik ......... Error! Bookmark not
defined.
6. Uji Prasyarat Analisis Data ..................... Error! Bookmark not defined.
7. Pengujian Hipotesis ................................. Error! Bookmark not defined.
B. Pembahasan Hasil Penelitian ...................... Error! Bookmark not defined.
BAB V PENUTUP ............................................................................................... 50
A. Kesimpulan ................................................................................................ 50
B. Saran .......................................................................................................... 50
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 50
LAMPIRAN ........................................................... Error! Bookmark not defined.
viii
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Langkah Pembelajaran Metode Debat .................................................. 18
Tabel 3.1 Desain Penelitian .................................................................................. 36
Tabel 3.2 Jenis Data dan Sumber Data ................................................................. 39
Tabel 3.3 Indikator Penilaian Komunikasi Lisan ................................................. 41
Tabel 3.4 Hasil Analisis Tingkat Kesukaran Soal ................................................ 43
Tabel 3.5 Hasil Analisis Daya Beda Soal ............................................................. 43
Tabel 3. 6 Kriteria Korelasi Pearson ..................................................................... 47
Tabel 4.1 Data Hasil Pretest dan Posttest Hasil Belajar ...... Error! Bookmark not
defined.
Tabel 4.2 Data Hasil Komunikasi Lisan ................ Error! Bookmark not defined.
Tabel 4.3 Data Hasil Penilaian Kategori Komunikasi Lisan Error! Bookmark not
defined.
Tabel 4.4 Data Skor N-Gain .................................. Error! Bookmark not defined.
Tabel 4.5 Persentase N-Gain Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ............. Error!
Bookmark not defined.
Tabel 4.6 Persentase Ketercapaian Proses Pembelajaran Debat . Error! Bookmark
not defined.
Tabel 4. 7 Persentase Ketercapaian Proses Pembelajaran Diskusi ................ Error!
Bookmark not defined.
Tabel 4.8 Hasil Lembar Kerja Siswa Kelas Eksperimen ..... Error! Bookmark not
defined.
Tabel 4.9 Hasil Lembar Kerja Siswa Kelas Kontrol ............ Error! Bookmark not
defined.
Tabel 4.10 Hasil Uji Normalitas Pretest Hasil Belajar Kelas Eksperimen dan
Kontrol ................................................. Error! Bookmark not defined.
Tabel 4.11 Hasil Uji Normalitas Posttest Hasil Belajar Kelas Eksperimen dan
Kontrol ................................................. Error! Bookmark not defined.
Tabel 4.12 Hasil Uji Normalitas Data Komunikasi Lisan Kelas Eksperimen dan
Kontrol ................................................. Error! Bookmark not defined.
Tabel 4.13 Hasil Uji Homogenitas Skor Pretest dan Posttest Hasil Belajar .. Error!
Bookmark not defined.
Tabel 4.14 Hasil Uji Homogenitas Skor Komunikasi Lisan Error! Bookmark not
defined.
Tabel 4.15 Hasil Uji-t Pretest Hasil Belajar ........... Error! Bookmark not defined.
Tabel 4.16 Hasil Uji-t Posttest Hasil Belajar ......... Error! Bookmark not defined.
Tabel 4.17 Hasil Uji Korelasi Komunikasi Lisan .. Error! Bookmark not defined.
x
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2. 1 Skeleton Paus Baleen ....................................................................... 27
Gambar 2.2 Evolusi Kuda ..................................................................................... 28
Gambar 2. 3 Kerangka Pikir ................................................................................. 34
Gambar 3.1 Alur Penelitian .................................................................................. 37
xi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) (Eksperimen) ........ Error!
Bookmark not defined.
Lampiran 2. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) ..... Error! Bookmark not
defined.
Lampiran 3. Kisi Kisi Instrumen Soal ................... Error! Bookmark not defined.
Lampiran 4. Tabel Sebaran Soal dan Hasil Validasi ......... Error! Bookmark not
defined.
Lampiran 5. Validasi Instrumen............................. Error! Bookmark not defined.
Lampiran 6. Instrumen Penelitian .......................... Error! Bookmark not defined.
Lampiran 7. Lembar Kerja Siswa Kelas Eksperimen .......... Error! Bookmark not
defined.
Lampiran 8. Lembar Kerja Siswa Kelas Kontrol ... Error! Bookmark not defined.
Lampiran 9. Kunci Jawaban LKS .......................... Error! Bookmark not defined.
Lampiran 10. Hasil Lembar Kerja Kelas Eksperimen Dan Kelas Kontrol .... Error!
Bookmark not defined.
Lampiran 11. Lembar Observasi Peserta Didik Kelas Eksperimen ............... Error!
Bookmark not defined.
Lampiran 12. Lembar Observasi Guru Kelas Eksperimen .. Error! Bookmark not
defined.
Lampiran 13. Lembar Observasi Peserta Didik Kelas Kontrol .. Error! Bookmark
not defined.
Lampiran 14. Lembar Observasi Guru Kelas Kontrol ......... Error! Bookmark not
defined.
Lampiran 15. Nilai Pretest Postest Peserta Didik .. Error! Bookmark not defined.
Lampiran 16. Perhitungan Normalitas, Homogenitas, N-Gain, Hipotesis Hasil
Belajar.............................................. Error! Bookmark not defined.
Lampiran 17. Analisis Pencapaian Ranah KognitifError! Bookmark not defined.
Lampiran 18. Transkrip Komunikasi Lisan ........... Error! Bookmark not defined.
Lampiran 19. Perhitungan Normalitas, Homogenitas, Hipotesis Komunikasi Lisan
......................................................... Error! Bookmark not defined.
Lampiran 20. Hasil Wawancara ............................. Error! Bookmark not defined.
Lampiran 21. Lembar Uji Referensi ...................... Error! Bookmark not defined.
Lampiran 22. Surat Permohonan Pembimbing ...... Error! Bookmark not defined.
Lampiran 23. Surat Izin Penelitian ........................ Error! Bookmark not defined.
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Menghadapi era modern saat ini, kebutuhan soft skill mulai dipertimbangkan
dalam bermasyarakat, bukan hanya hard skill. Kedua kemampuan tersebut
penting untuk dimiliki secara seimbang dan dilatih secara bertahap dari
pembelajaran di sekolah. Peserta didik diharapkan melatih hard skill yang diiringi
dengan soft skill sesuai Undang-Undang No.20 Tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional Bab 1 Pasal 1 yang berbunyi: pendidikan didefinisikan
sebagai usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses
belajar agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk
memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian,
kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat,
bangsa, dan Negara.1
Kebutuhan individu untuk mencapai tujuan pendidikan tak hanya soal
kecerdasan, melainkan keterampilan atau biasa disebut soft skill. Soft skill
merupakan aspek-aspek kehidupan yang harus dimiliki oleh peserta didik
berdasarkan pengalaman yang pernah dilakukan.2 Aspek-aspek tersebut terdiri
dari intra-personalitas dan inter-personalitas. Intra-personalitas adalah
keterampilan yang dimiliki seseorang dalam mengatur dirinya sendiri, yakni:
manajemen waktu, karakter transformasi, berpikir kreatif, memiliki tujuan acuan
yang positif, teknik belajar yang cepat, dan lain lain. Sedangkan inter-personalitas
adalah keterampilan berhubungan atau berinteraksi dengan lingkungan kelompok
masyarakat dan lingkungan kerjanya serta dengan tiap individu sehingga manusia
mampu mengembangkan unjuk kerja secara maksimal, kemampuan motivasi,
1 Undang-Undang Republik Indonesia No 20 Tahun 2003
http://kelembagaan.ristekdikti.go.id/wp-content/uploads/2016/08/UU_no_20_th_2003.pdf, hlm.3,
diakses pada 12 Maret 2018 2 Subiyono, Zainur Rofiq, Awan Hariono, Hypno NLP dalam Proses Belajar Mengajar,
(Yogyakarta: Deepublish, 2018), hlm. 5.
2
kemampuan memimpin, kemampuan presentasi, dan kemampuan berkomunikasi.3
Peran soft skill adalah untuk melengkapi hard skill, dimana hard skill merupakan
representasi dari kecerdasan. Salah satu soft skill tersebut adalah kemampuan
berkomunikasi.
Kemampuan berkomunikasi erat kaitannya dengan berbicara. Berbicara
adalah berkata, bercakap, berbahasa, melahirkan pendapat baik tulisan maupun
lisan4. Setiap orang pasti memiliki kemampuan berbicara namun belum tentu
semua orang memiliki kemampuan komunikasi yang baik. Diperlukan latihan,
praktik, dan pengarahan atau bimbingan secara intensif agar seseorang dapat
mengemukakan gagasan sehingga maksud pembicara dapat dipahami oleh lawan
bicara dengan tepat. Keterampilan komunikasi dapat dilatih melalui kegiatan
belajar dengan metode debat.5
Metode debat adalah suatu metode yang diharapkan mampu memenuhi salah
satu soft skill berkomunikasi, karena memberi keleluasaan peserta didik untuk
mencoba berkomunikasi secara lisan.6
Debat merupakan suatu bentuk gaya
komunikasi yang menitikberatkan pada kemampuan mengkomunikasikan suatu
permasalahan dengan mempertimbangkan aturan-aturan tertentu sehingga
permasalahan tersebut bisa terpecahkan dengan alasan-alasan yang jelas dan
masuk akal.7
Kurikulum 2013 memberlakukan keseimbangan soft skill dan hard skill
yang meliputi aspek kompetensi sikap, keterampilan dan pegetahuan.
Keseimbangan tersebut dapat dilihat dari proses belajar di sekolah dengan ciri : (1)
3 Warni Tune Sumar, Intan Abdul Razak, Strategi Pembelajaran dalam Implementasi
Kurikulum Berbasis Soft Skill, (Yogyakarta: Deepublish, 2016), hlm. 58-59. 4 Kamus Besar Bahasa Indonesia(KBBI), dalam alamat https://kbbi.web.id/bicara, diakses
pada 12 Maret 2018 5 I Ayu Ketut Sriwahyuni, Nyoman Dantes, A.A. Istri Ngurah Marhaeni, "Pengaruh
Implementasi Metode Debat terhadap Keterampilan Berbicara Bahasa Inggris Ditinjau dari Minat
Belajar Kelas XI IPA SMA Negeri 2 Amlapura". E-Journal Program Pascasarjana Universitas
Pendidikan Ganesha. Vol. 4, 2013, hlm. 2. 6 Destia Cika Ananta, Rusijono, “Penerapan Metode Active Debate Pada Mata Pelajaran
Sosiologi Materi Konflik, Kekerasan, dan Upaya Penyelesaiannya Untuk Meningkatkan
Kemampuan Komunikasi Lisan Siswa Kelas XI Di SMAN 1 Glagah Banyuwangi” (Surabaya:
UNS), hlm.3 7 I Ayu Ketut Sriwahyuni, Nyoman Dantes, A.A. Istri Ngurah Marhaeni, Loc.Cit.
3
siswa diberitahu menuju siswa mencari tahu, (2) guru sebagai satup-satunya
sumber belajar menjadi belajar dari berbagai sumber, (3) pendekatan tekstual
menuju proses sebagai penguatan penggunaan pendekatan ilmiah, (4)
pembelajaran berbasis konten menuju pembelajaran berbasis kompetensi8, (5)
pembelajaran parsial menuju pembelajaran terpadu, (6) pembelajaran yang
menekankan jawaban tunggal menuju pembelajaran dengan jawaban yang
kebenarannya multi dimensi, (7) pembelajaran menuju keterampilan aplikatif, (8)
peningkatan dan keseimbangan antara hard skill dan soft skill, (9) pembelajaran
yang mengutamakan pembudayaan dan pemberdayaan siswa sebagai pembelajara
sepanjang hayat, (10) pembelajaran menerapkan nilai-nilai dengan memberi
keteladanan, (11) pembelajaran berlangsung di mana saja seperti: di rumah, di
sekolah dan di masyarakat.9
Hasil wawancara dengan guru Biologi dan peserta didik menunjukkan
bahwa pembelajaran dengan metode diskusi di sekolah tidak mendapat hasil yang
diharapkan. Penjelasan dari teman sebaya belum tersampaikan dengan baik
hingga pendengar kurang menguasai materi tersebut.10
Metode debat memiliki keunggulan-keunggulan yang tidak dimiliki oleh
metode diskusi. Ada 3 hal penting yang bisa dimaknai lebih mendalam yaitu: 1)
gaya komunikasi. Ini berkaitan dengan aplikasi fungsi-fungsi bahasa yang bisa
menentukan posisi pembicara seperti menunjukkan persetujuandan
ketidaksetujuan, menolak seseorang atau sesuatu, mengajukan ide atau
pendapatdan yang lainnya. 2) mengkomunikasikan suatu permasalahan. Ini berarti
bahwa metode debat memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk
mengeksplorasikan diri dan pengetahuannya yang dihasilkan dari proses inquiry
sebelumnya atau lebih dikenal dengan „case building’. 3) mempertimbangkan
aturan-aturan tertentu. Dalam penerapannya, metode debat memiliki aturan
tertentu sehingga memerlukan kesiapan yang matang. Aturan yang ada dalam
8 Warni Tune Sumar, Intan Abdul Razak, Op.Cit., hlm.55
9 Ibid., hlm.56
10 Lampiran: Lembar wawancara
4
debat harus diketahui oleh guru sebagai pembimbing debat maupun oleh peserta
didik sebagai pelaku debat.11
Metode debat merupakan metode yang termasuk dalam Cooperative
Learning dimana peserta didik dilatih bekerja sama dengan teman kelompoknya.
Berdebat merupakan kerja tim (team work) yang mengembangkan pemikiran dan
refleksi, khususnya jika para peserta didik diharapkan mengambil posisi yang
bertentangan dengan pendapatnya.12
Peserta didik dilatih mengutarakan pendapat
atau pemikirannya dan bagaimana mempertahankan pendapatnya dengan alasan-
alasan logis dan dapat dipertanggungjawabkan.
Hasil belajar peserta didik masih di bawah standar Kriteria Ketuntasan
Minimal (KKM) yaitu antara 20-30% unuk materi selain evolusi dan 50% pada
materi evolusi. Peserta didik masih menemui kendala dalam proses pembelajaran
sehingga hasil belajar tidak seperti yang diharapkan, serta dalam prosesnya masih
menciptakan bias dalam memahami materi pelajaran.13
Belajar aktif dengan melibatkan setiap peserta didik dalam kelas
menggambarkan begitu pentingnya penggunaan strategi belajar dengan metode
debat dalam proses pembelajaran.14
Karena dengan metode debat, siswa
diikutsertakan secara aktif di dalamnya sehingga lebih mudah dalam memahami
materi yang disampaikan serta memberikan manfaat dalam meningkatkan hasil
belajar dan kemampuan komunikasi lisan siswa.
Penulis melakukan penelitian kemampuan kognitif dan psikomotorik peserta
didik yang dilihat dari hard skill yaitu hasil belajar dan soft skill yaitu kemampuan
komunikasi lisan dalam pembelajaran Biologi. Penelitian ini dilakukan terhadap
peserta didik kelas XII dikarenakan tingkat ini merupakan permulaan bagi peserta
didik dalam menghadapi masyarakat yang lebih luas, baik melanjutkan ke
perkuliahan atau memasuki lingkungan kerja.
11
I Ayu Ketut Sriwahyuni, Nyoman Dantes, A.A. Istri Ngurah Marhaeni, Op. cit. hlm.2 12
Melvin Silberman, Active Learning, (Bandung: Nusamedia, 2002), hlm.127 13
Lampiran: Lembar Wawancara 14
Melvin Silberman, Loc.Cit.
5
Peneliti bermaksud untuk melakukan penelitian berdasarkan latar belakang
tersebut mengenai hasil belajar melalui metode pembelajaran debat dan
kemampuan komunikasi lisan dengan judul “Pengaruh Metode Debat dan
Komunikasi Lisan terhadap Hasil Belajar Biologi di SMA Negeri 7
Tangerang Selatan pada Materi Evolusi”.
B. Identifikasi Masalah
Identifikasi masalah berdasarkan latar belakang masalah yang dikemukakan
di atas adalah sebagai berikut :
1. Peserta didik masih enggan dalam berargumen, mempertahankan argumennya
dan mengkomunikasikan pengetahuan yang dimilikinya.
2. Rendahnya hasil belajar peserta didik karena dilakukannya metode
pembelajaran yang kurang sesuai.
C. Pembatasan Masalah
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui jawaban dari permasalahan pada
identifikasi masalah sebagai berikut:
1. Subyek Penelitian
Subyek penelitian ini adalah siswa kelas XII semester genap SMA Negeri 7
Tangerang Selatan Tahun Ajaran 2016/2017.
2. Obyek Penelitian
Obyek penelitian ini dibatasi pada :
a. Metode pembelajaran meliputi metode debat dan metode diskusi.
1) Metode pembelajaran debat yaitu suatu rangkaian kegiatan belajar yang
melibatkan secara maksimal seluruh kemampuan peserta didik untuk
mencari dan menyelidiki secara sistematis, kritis, logis, analitis, sehingga
mereka dapat merumuskan sendiri penemuannya dengan penuh percaya
diri.
2) Metode diskusi adalah cara penyajian pelajaran di mana peserta didik di
hadapkan kepada suatu masalah berupa pernyataan atau pertanyaan yang
bersifat problematis untuk dibahas dan dipecahkan bersama.
b. Materi yang digunakan adalah materi evolusi.
6
c. Hasil belajar yang dimaksud adalah hasil belajar pada ranah kognitif
sebagaimana tercakup dalam taksonomi bloom revisi C1 (meningat), C2
(memahami), C3 (mengaplikasikan), C4 (menganalisis), dan C5
(mengevaluasi).
d. Kemampuan komunikasi lisan menggunakan indikator (1) memberikan
pedapat, (2) mengajukan pertanyaan, (3) menghargai pendapat orang lain, (4)
berargumentasi, (5) penguasaan topik, dan (6) menggunakan kalimat lisan
secara formal.
D. Rumusan Masalah
Permasalahan dalam penelitian ini adalah “Apakah terdapat pengaruh
metode debat dan komunikasi lisan terhadap hasil belajar peserta didik pada
materi evolusi?”
E. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk menguji pengaruh metode pembelajaran
debat dan komunikasi lisan terhadap hasil belajar peserta didik pada materi
evolusi di SMA Negeri 7 Tangerang Selatan.
F. Manfaat Penelitian
Beberapa manfaat yang dapat diperoleh dari hasil penelitian ini adalah
sebagai berikut.
1. Secara teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat sebagai pengayaan
pembelajaran yang memberikan bukti secara ilmiah tentang keefektifan metode
debat dan komunikasi lisan terhadap hasil belajar peserta didik.
2. Secara praktis
a. Bagi guru, penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat untuk menambah
pengetahuan dan memberikan inspirasi tentang metode tertentu dalam
mengajar.
b. Bagi peserta didik, hasil penelitian ini diharapkan dapat membangkitkan
semangat dan rasa percaya diri peserta didik dalam mengemukakan
pendapat sehingga meningkatkan kemampuan komunikasi lisan.
7
c. Bagi pihak sekolah, penelitian ini diharapkan dapat digunakan untuk
meningkatkan kualitas pembelajaran Biologi pada materi evolusi.
3. Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat untuk memotivasi peserta
didik agar pembelajaran pada materi evolusi yang dijalaninya bermakna
memalui metode debat.
4. Diharapkan bermanfaat bagi guru dalam menentukan metode yang tepat pada
setiap materi pembelajaran.
8
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Deskripsi Teoretis
1. Belajar
a. Pengertian Belajar
Unsur proses belajar memegang peranan yang vital. Mengajar adalah proses
membimbing kegiatan belajar, bahwa kegiatan mengajar hanya bermakna apabila
terjadi kegiatan belajar murid. Oleh karena itu, penting bagi setiap guru
memahami sebaik-baiknya tentang proses belajar murid, agar ia dapat
memberikan bimbingan dan menyediakan lingkungan belajar yang tepat dan
serasi bagi murid-murid.
Belajar adalah perubahan tingkah laku dengan cara atau usaha pencapaian
yang berbeda bagi tiap individu. Usaha tersebut adalah interaksi antara individu
dengan lingkungan. Di dalam interaksi inilah terjadi serangkaian pengalaman-
pengalaman belajar.1
Belajar adalah tindakan dan perilaku peserta didik yang kompleks. Belajar
merupakan pengalaman bagi peserta didik itu sendiri sebagai penentu terjadinya
atau tidak terjadinya proses belajar. Peserta didik memperoleh pengalaman belajar
tersebut dari lingkungan sekitar. Lingkungan yang dipelajari berupa keadaan
alam, benda-benda, hewan, tumbuh-tumbuhan, manusia, atau hal-hal yang
dijadikan bahan belajar.2
Belajar adalah usaha pendidikan, sehingga tanpa belajar sesungguhnya tak
pernah ada pendidikan. Belajar merupakan berbagai disiplin ilmu yang berkaitan
dengan upaya kependidikan.3 Upaya tersebut dapat dicapai dalam kegiatan proses
1Oemar Hamalik, Proses Belajar Mengajar, (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2001), hlm. 28.
2 Dimyati, Mudijono, Belajar dan Pembelajaran, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2006), hlm.7
3 Muhibbin Syah, Psikologi Belajar, (Depok: PT Raja Grafindo Persada, 2017), hlm.59
9
belajar. Berhasil atau tidaknya pencapaian tujuan pendidikan itu bergantung pada
proses belajar yang dialami peserta didik baik di sekolah maupun di luar sekolah.4
Belajar juga sebagai proses mental dalam diri seseorang untuk memperoleh
penyerapan informasi dalam ranah kognitif, afektif, dan psikomotorik melalui
interaksi individu dengan lingkungannya. Proses interaksi tersebut berasal dari
pengalaman sehingga memunculkan perubahan perilaku.5
Berdasarkan pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa belajar
merupakan kegiatan yang dilakukan individu untuk mencapai tujuan pendidikan.
Tujuan pendidikan tersebut diperoleh dari pengalaman belajar di sekolah maupun
di luar sekolah melalui bahan belajar dari lingkungan sekitar. Belajar bertujuan
memperoleh informasi-infromasi baru dalam ranah kognitif, afektif, dan
psikomotorik.
b. Evaluasi Belajar Mengajar
Evaluasi hasil belajar peserta didik dilakukan oleh pendidik untuk memantau
proses, kemajuan, dan perbaikan hasil belajar peserta didik secara
berkesinambungan. Ada empat pertimbangan yang perlu diperhatikan oleh
seorang guru dalam melakukan evaluasi belajar, yaitu: 1) mengidentifikasi tujuan,
2) menentukan pengalaman belajar, 3) menentukan standar dan 4)
mengembangkan keterampilan.
Mengidentifikasi tujuan yang dapat dijabarkan dari 1) prosedur evaluasi dan
hubungannya dengan mengajar, 2) pengembangan interes kebutuhan individu, 3)
kebutuhan individu peserta didik, 4) kebutuhan yang dikembangkan dari
komunitas masyarakat, 5) dikembangkan evaluasi hasil belajar pendahulunya, 6)
dikembangkan dari analisis pekerjaan, dan 7) pertimbangan dari para ahli evaluasi.
Menentukan pengalaman belajar yang biasanya direalisasi dengan pretes
sebagai awal, pertengahan, dan akhir pengalaman belajar (postes).
4 Ibid., hlm.63
5 Muhammad Fathurrohman, Belajar dan Pembelajaran Modern, (Yogyakarta: Garudhawaca,
2017), hlm.8
10
Menentukan standar yang bisa dicapai dan “menantang” siswa belajar lebih
giat. Pembuatan standar yang dapat diajarkan melalui penilaian materi,
penggunaan alat bantu visual. Di samping itu, standar juga dapat dibuat melalui
pengembangan dan pemakaian alat observasi yang sering dilakukan oleh seorang
guru untuk memenuhi kepentingan mereka.
Mengembangkan keterampilan dan mengambil keputusan guna: 1) memilih
tujuan, 2) menganalisis pertanyaan problem solving, dan 3) menentukan nilai
seorang siswa.6
Evaluasi merupakan kegiatan untuk melihat apakah suatu proses belajar
yang telah dilakukan tercapai tujuannya atau tidak. Evaluasi berkatian dengan
penilaian. Penilaian itu sendiri membandingkan antara hasil ukur dengan standar
penilaian tertentu.7
Evaluasi belajar berfungsi sebagai upaya perbaikan dan pengembangan
sistem pembelajaran. Perbaikan dan pengembangan tersebut berupa tujuan, materi,
metode, media, sumber belajar, lingkungan, guru dan peserta didik. Evaluasi juga
memperbaiki dan mengembangkan proses dan hasil belajar.8
Evaluasi perlu dilakukan dalam proses belajar, baik selama proses maupun
setelah proses belajar itu dilakukan. Evaluasi menitikberatkan pada ketercapaian
tujuan belajar itu sendiri, sehingga dapat memperbaiki dan mengembangkan
tujuan, pengalaman, serta hasil belajar tiap peserta didik.
c. Hasil Belajar
Guru perlu mengenal hasil belajar dan kemajuan belajar siswa yang telah
diperoleh sebelumnya, misalnya dari sekolah lain, sebelum memasuki sekolahnya
sekarang. Hal-hal yang perlu diketahui itu, ialah antara lain penguasaan
pengajaran, keterampilan-keterampilan belajar dan bekerja. Pengenalan dalam
hal-hal tersebut penting artinya bagi guru, oleh sebab dalam pengenalan ini guru
6H. M. Sukardi, Evaluasi Pendidikan: Prinsip dan Operasionalnya, (Jakarta: Bumi Aksara,
2009), hlm. 12-13. 7Kadek Ayu Astiti, Evaluasi Pembelajaran, (Yogyakarta: CV Andi Offset, 2017), hlm. 2
8 Regina Lichteria Panjaitan, Evaluasi Pembelajaran SD Berdasarkan Kurikulum 2013,
(Sumedang: UPI Sumedang Press, 2014), hlm.8
11
dapat membantu/mendiagnosis kesulitan belajar siswa, dapat memperkirakan hasil
dan kemajuan belajar selanjutnya, kendatipun hasil-hasil tersebut dapat saja
berbeda dan bervariasi sehubungan dengan keadaan motivasi, kematangan, dan
penyesuaian sosial.9
Penilaian berfungsi sebagai alat untuk mengetahui keberhasilan proses dan
hasil belajar siswa. Proses adalah kegiatan yang dilakukan oleh siswa dalam
mencapai tujuan pengajaran. Hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang
dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya.10
Hasil belajar memiliki indikator yang merupakan target pencapaian
kompetensi secara operasional dari kompetensi dasar dan standar kompetensi.
Ada tiga aspek kompetensi yang harus dinilai untuk mengetahui seberapa besar
capaian kompetensi tersebut, yakni penilaian terhadap: (1) penguasaan materi
akademik (kognitif), (2) hasil belajar yang bersifat proses normatif, dan (3)
aplikatif produktif (psikomotorik). Dalam kegiatan evaluasi proses dan hasil
belajar, hendaknya mampu mengungkap tiga ranah atau domain sebagai
kompetensi dasar peserta didik yang telah dirumuskan dalam tujuan.11
Penilaian pada ranah kognitif adalah penguasaan dan pemilihan konsep dasasr
keilmuan berupa materi-materi esensial sebagai konsep kunci dan prinsip utama.
Konsep kunci dan psinsip utama keilmuan tersebut harus dimiliki dan dikuasai
siswa secara tuntas. Ranah kognitif ini merupakan ranah yang lebih banyak
melibatkan kegiatan mental atau otak.12
Dimensi proses kognitif berisikan enam kategori: (C1) mengingat, (C2)
memahami, (3) mengaplikasikan, (4) menganalisis, (5) mengevaluasi, dan (6)
mencipta. Kontinum yang mendasari dimensi proses kognitif dianggap sebagai
tingkat-tingkat kognisi yang kompleks. Memahami dianggap merupakan tingkat
9Oemar Hamalik, Op.Cit., hlm. 103.
10 Nana Sudjana, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, (Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 2011), hlm.22 11
Ahmad Sofyan, Tonih Feronika, Burhanuddin Milama, Evaluasi Pembelajaran IPA
Berbasis Kompetensi, (Jakarta: Lembaga Penelitian UIN Jakarta, 2006), hlm. 13 12
Ibid., hlm.14
12
kognisi yang lebih kompleks ketimbang mengingat; mengaplikasikan diyakini
lebih kompleks secara kongnitif daripada memahami, dan seterusnya.13
Mengingat adalah mengambil pengetahuan yang dibutuhkan dari memori
jangka panjang.14
Proses ini melibatkan proses mengingat kembali pola, struktur
atau setting.15
Untuk menilai pembelajaran siswa dalam kategori proses kognitif
yang paling sederhana ini, guru memberikan pertanyaan mengenali atau
mengingat kembali dalam kondisi ketika siswa belajar materi yang diujikan.16
Memahami merupakan dimensi setelah mengingat. Siswa dikatakan
memahami bila mereka dapat mengkontruksi makna dari pesan-pesan
pembelajaran, baik yang bersifat lisan, tulisan ataupun grafis, yang disampaikan
melalui pengajaran, buku, atau layar komputer. Siswa memahami ketika mereka
menghubungkan pengetahuan baru dan pengetahuan lama mereka.17
Proses-proses
kognitif dalam kategori memahami meliputi; menafsirkan, mencontohkan,
mengklasifikasikan, merangkum, menyimpulkan, membandingkan dan
menjelaskan.18
Mengaplikasikan melibatkan prosedur-prosedur tertentu untuk mengerjakan
soal latihan atau menyelesaikan masalah. Soal latihan adalah tugas yang prosedur
penyelesaiannya telah diketahui peserta didik, sehingga peserta didik
menggunakannya secara rutin. Masalah adalah tugas yang prosedur
penyelesaiannya belum diketahui peserta didik, sehingga peserta didik harus
mencari prosedur untuk menyelesaikan masalah tersebut.19
Di tingkat ini, peserta
13
Anderson, Krathwol, Kerangka Landasan untuk Pembelajaran, Pengajaran dan Asesmen,
Terj. dari A Taxonomy for Learning, Teaching, and Assesing: A Revision of Bloom’s Taxonomy of
Educational Objectives oleh Agung Prihantoro, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2010), hlm.6 14
Ibid., hlm.99 15
Imam Gunawan, Anggraini Retno Palupi, “Taksonomi Bloom-Revisi Ranah Kognitif:
Kerangka Landasan untuk Pembelajaran, Pengajaran, dan Penilaian”, Electronic Jurnal Premiere
Educandum, vol.2, No.2, 2012, hlm. 100 16
Anderson, Krathwol, Op.Cit., hlm. 103 17
Ibid., hlm.105-106 18
I Putu Ayub Darmawan,Edi Sujoko, Revisi Taksonomi Pembelajaran Benyamin S. Bloom”,
dalam Alamat https://www.researchgate.net/publication/315348938_REVISI_TAKSONOMI_
PEMBELAJARAN_BENYAMIN_S_BLOOM, 2017 19
Anderson, Krathwol, Op.Cit., hlm. 116
13
didik diharapkan memiliki kemampuan untuk menerapkan gagasan, prosedur,
metode, rumus, teori, dan prinsip di dalam berbagai situasi.20
Menganalisis melibatkan proses memecah-mecah materi jadi bagian-bagian
kecil dan menentukan bagaimana hubungan antar bagian dan antara setiap bagian
dan struktur keseluruhannya.21
Jenjang analisis meliputi kemampuan menguraikan
suatu informasi yang dihadapi menjadi kompone-komponennya sehingga struktur
informasi serta hubungan antar komponen informasi tersebut menjadi jelas.22
Mengevaluasi didefinisikan sebagai membuat keputusan berdasarkan kriteria
dan standar. Kriteria-kriteria yang sering digunakan adalah kualitas, efektivitas,
efisiensi, dan konsistensi. Kriteria-kriteria ini ditentukan siswa. Standar-
standarnya dapat bersifat kuantitatif. Kategori mengevaluasi mencakup proses-
proses kognitif memeriksa (keputusan-keputusan yang diambil berdasarkan
kriteria internal) dan mengkritik (keputusan-keputusan yang diambil berdasarkan
kriteria eksternal).23
Mencipta melibatkan proses menyusun elemen-elemen secara bersama-sama
menjadi sebuah keseluruhan yang koheren atau fungsional.24
Tujuan-tujuan yang
diklasifikasikan dalam mencipta meminta siswa membuat produk baru dengan
mereorganisasi sejumlah elemen menjadi suatu pola atau struktur yang tidak
pernah ada sebelumnya. Meskipun mengharuskan cara pikir kreatif, mencipta
bukanlah ekspresi kreatif yang bebas sama sekali dan tidak dihambat oleh
tuntutan-tuntutan tugas atau situasi belajar.25
d. Faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar
Berhasil atau tidaknya seseorang dalam belajar disebabkan beberapa faktor
yang mempengaruhi pencapaian hasil belajar. Faktor-faktor tersebut meliputi
faktor internal, faktor eksternal, dan faktor pendekatan belajar.26
Faktor internal
meliputi kesehatan, intelegensi dan bakat, minat dan motivasi, dan cara belajar.
20
Imam Gunawan, Anggraini Retno Palupi, Op.Cit., hlm. 101 21
Anderson, Krathwol, Op.Cit., hlm. 120 22
Ahmad Sofyan, Tonih Feronika, Burhanuddin Milama, Op.Cit., hlm.16 23
Anderson, Krathwol, Op.Cit., hlm.125 24
Imam Gunawan, Anggraini Retno Palupi, Op.Cit., hlm. 107 25
Anderson, Krathwol, Op.Cit., hlm.128 26
Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, (Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 2010), hlm. 132
14
Faktor eksternal meliputi keluarga, sekolah, masyarakat dan lingkungan sekitar.27
Faktor pendekatan belajar yakni jenis upaya belajar siswa meliputi strategi dan
metode yang dipilihnya dalam melakukan kegiatan pembelajaran.28
Faktor internal yaitu faktor yang berasal dari dalam diri, meliputi : (1)
Kesehatan. Kesehatan jasmani dan rohani sangat besar pengaruhnya terhadap
kemampuan belajar. Bila seseorang tidak sehat dapat mengakibatkan tidak
bergairah untuk belajar. Demikian pula jika kesehatan rohani kurang baik dapat
menganggu atau mengurangi semangat belajar. Dengan semangat belajar yang
rendah tentu akan menyebabkan hasil belajar yang rendah pula.29
(2) Intelegensi
dan bakat. Tingkat inteligensi (IQ) sangat menentukan keberhasilan belajar siswa.
Semakin tinggi kemampuan inteligensi siswa, maka semakin besar peluangnya
untuk meraih sukses dalam belajar.30
Sedangkan bakat adalah kemampuan
potensial seseorang untuk mencapai keberhasilan pada masa yang akan datang.
Setiap individu memiliki potensi untuk mencapai prestasi sampai ke tingkat
tertentu sesuai dengan kapasitas masing-masing.31
Bila seseorang mempunyai
intelegensi tinggi dan bakat dalam bidang yang dipelajari, maka proses belajarnya
akan lancar dan sukses.
(3) Minat dan motivasi. Minat dan motivasi adalah dua aspek psikis yang
besar pengaruhnya terhadap pencapaian hasil belajar. Minat belajar yang besar
cenderung memperoleh hasil belajar yang tinggi, sebaliknya kurangnya minat
belajar akan memperoleh hasil belajar yang rendah.32
Motivasi dibedakan menjadi
dua macam, yaitu motivasi intrinsik dan motivasi ekstrinsik. Motivasi intrinsic
adalah suatu keadaan dari dalam diri siswa sendiri yang mendorongnya
melakukan pembelajaran. Contohnya kesenangan atau kebutuhan materi tersebut
terhadap cita-citanya. Motivasi ekstrinsik adalah suatu keadaan dari luar individu
yang juga mendorongnya melakukan pembelajaran. Seperti pujian, tata tertib
27
M Dalyono, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: Rineka Cipta, 2008), hlm.55 28
Muhibbin Syah, Loc.Cit. 29
M Dalyono, Loc.Cit. 30
Muhibbin Syah, Op.Cit., hlm. 134 31
Ibid., hlm.135 32
M Dalyono, Op.Cit., hlm. 56
15
sekolah, teladan orang tua, dan lain lain.33
(4) Cara belajar. Cara belajar seseorang
juga mempengaruhi pencapaian hasil belajar. Belajar tanpa memperhatikan teknik
dan faktor fisiologis, psikologis, dan ilmu kesehatan akan memperoleh hasil yang
kurang memuaskan. Cara belajar antar anak berbeda – beda. Ada anak yang dapat
dengan cepat menyerap materi pelajaran dengan cara visual atau melihat langsung,
audio atau dengan cara mendengarkan dari orang lain dan ada pula anak yang
memiliki cara belajar kinestetik yaitu dengan gerak motoriknya misalnya dengan
cara berjalan – jalan dan mengalami langsung aktivitas belajarnya.34
Faktor eksternal, yaitu faktor yang berasal dari luar diri, meliputi: (1)
Keluarga. Keluarga sangatlah besar pengaruhnya terhadap keberhasilan siswa
dalam belajar. Tinggi rendahnya pendidikan orang tua, besar kecilnya penghasilan,
cukup atau kurang perhatian dan bimbingan orang tua, kerukunan antar anggota
keluarga, hubungan antara anak dengan anggota keluarga yang lain, situasi dan
kondisi rumah juga mempengaruhi hasil belajar. (2) Sekolah. Keadaan sekolah
tempat belajar mempengaruhi keberhasilan belajar. Kualitas guru, metode
mengajar, kesesuaian kurikulum dengan kemampuan siswa, keadaan fasilitas di
sekolah,keadaan ruangan, jumlah siswa perkelas, pelaksanaan tata tertib sekolah,
dan sebagainya, semua mempengaruhi hasil belajar siswa. Metode pengajaran
guru yang inovatif dapat pula mempengaruhi hasil belajar siswa. Metode
mengajar dengan model koopertif misalnya, dengan siswa belajar secara
kelompok dapat merangsang siswa untuk mengadakan interaksi dengan temannya
yang lain. Teknik belajar dengan teman sebaya pun dapat mengaktifkan
keterampilan proses yang dimiliki oleh anak.35
Faktor-faktor tersebut memunculkan siswa-siswa yang berprestasi tinggi,
berprestasi rendah atau bahkan gagal. Dalam hal ini, guru diharapkan
mengantisipasi kemungkinan-kemungkinan munculnya faktor yang menghambat
siswa dalam melakukan pembelajaran.36
33
Muhibbin Syah, Op.Cit., hlm. 137 34
M Dalyono, Op.Cit., hlm. 58 35
Ibid., hlm. 59 36
Muhibbin Syah, Op.Cit., hlm. 132
16
Metode pengajaran yang terapkan oleh guru untuk menyampaikan materi
pembelajaran termasuk ke dalam faktor eksternal yang kemudian secara
berkelanjutan akan mempengaruhi faktor internal anak. Faktor eksternal yang
dimaksudkan dalam hal ini adalah faktor yang berasal dari sekolah yaitu metode
pembelajaran. Metode pembelajaran yang inovatif akan berpengaruh terhadap
minat dan motivasi (faktor internal) siswa dalam mengikuti proses pembelajaran.
Salah satu metode pembelajaran yang inovatif untuk siswa adalah metode
pembelajaran debat.
1. Metode Debat
a. Pengertian Debat
Debat bisa menjadi sangat penting artinya di dalam era terbuka seperti
sekarang ini. Debat memberikan kontribusi yang besar bagi kehidupan demokrasi
tak terkecuali dalam dunia pendidikan. Di dunia pendidikan, debat bisa menjadi
metode berharga untuk meningkatkan pemikiran dan perenungan terutama jika
anak didik diharapkan mampu mengemukakan pendapat yang pada dasarnya
bertentangan dengan diri mereka sendiri.37
Debat adalah proses inkuiri, suatu cara untuk mencapai alasan yang masuk
akal tentang suatu proposisi. Individu atau kelompok dapat menggunakan debat
untuk mencapai keputusan atau untuk membawa orang lain berpikir sama seperti
cara berpikirnya.38
Debat adalah saling adu argumentasi antarpribadi atau antarkelompok
manusia, dengan tujuan mencapai kemenangan untuk satu pihak. Dalam debat
setiap pribadi atau kelompok mencoba menjatuhkan lawannya, supaya pihaknya
berada pada posisi yang benar. Debat dimulai dengan meneliti pendpat dan posisi
argumentative lawan bicara, sesudah itu berkonsentrasi [ada titik-titik lemah
argumentasi lawan. Selanjutnya terjadi proses adu pikiran dan pendapat secara
37
Melvin Silberman, Active Learning: 101 Cara Belajar Siswa Aktif, (Bandung: Nusa Media,
2017), h.141. 38
Austin J. Freeley, David L. Steinberg, Argumentation and Debate, (Canada: Nelson
Education, 2014), hlm.7
17
sungguh-sungguh sampai seorang atau sekelompok menyerah. Dapat juga terjadi
bahwa perdebatan dihentikan tanpa hasil, tanpa pemenang.39
Debat adalah salah satu investigasi yang menekankan pada proses dan kritis
dalam berpikir. Debat juga menekankan pada keputusan sebagai refleksi dari
sebuah proses tersebut apakah benar atau tidak.40
b. Tujuan Debat
Metode debat merupakan metode pengajaran yang menghadapkan siswa
pada suatu permasalahan. Tujuan utama dari metode ini adalah untuk
memecahkan suatu permasalahan dengan mengeksplorasi pengetahuan baru yang
belum pernah dimilikinya. Topik debat yang menakjubkan akan akan membuat
posisi kelompok pro dan kontra jadi semakin bersemangat dan menstimulasi
mereka dalam proses debat tersebut.41
Debat bertujuan untuk mempengaruhi sikap dan pendapat orang atau pihak
lain agar mereka mau percaya dan akhirnya melaksanakan, bertindak, mengikuti
atau setidaknya mempunyai kecenderungan sesuai apa yang diinginkan dan
dikehendaki oleh pembicara. Selain itu, debat juga mengembangkan kemampuan
mengutarakan pendapat secara logis, jelas dan terstruktur.42
Dengan demikian, debat merupakan sarana yang paling fungsional untuk
menampilkan, meningkatkan dan mengembangkan komunikasi lisan. Selain itu,
karena menuntut berpikir secara intelektual, debat mampu memberi stimulus
untuk peserta didik dalam meningkatkan hasil belajar.
39
P. Dori Wuwur Hendrikus, Retorika, (Yogyakarta: Kanisius), hlm.120 40
Alfred Snider, Maxwell Schnurer, Many Sides, Debate across The Curriculum, (New York:
International Debate Education Association, 2002), hlm.31 41
Ibid., hlm.30 42
I Ayu Ketut, Nyoman Dantes, A.A. Istri Ngurah Marhaeni, Op.Cit., hlm.4
18
c. Langkah Pembelajaran Metode Debat
Langkah pembelajaran metode debat yang digunakan dalam penelitian ini
adalah modifikasi langkah debat dari A. L. Oros43
dan Hall44
yang dapat dilihat
pada Tabel 2.1
Tabel 2.1 Langkah Pembelajaran Metode Debat
Giliran Speech Waktu
(menit) Deskripsi Konten
1a Afirmatif
konstruktif 3
- Memperkenalkan argumen
- Mengajukan bukti untuk memperkuat
argument
Persiapan 2 Tim kontra mengkaji tim pro
1b Negatif
konstruktif 3
- Memperkenalkan argumen
- Mengajukan bukti jika diperlukan
- Bukan menentang afirmatif pertama
Persiapan 2 Tim pro mengkaji tim kontra
2a
Afirmatif
konstruktif
kedua
3
- Memperkenalkan argumen kedua
- Mengajukan bukti
- Menyanggah negatif konstruktif
pertama
Persiapan 2 Tim kontra mengkaji tim pro
2b
Negatif
konstruktif
kedua
3
- Memperkenalkan argumen kedua
- Mengajukan bukti
- Menyanggah afirmatif konstruktif
kedua
Persiapan 2 Tim pro mengkaji tim kontra
3a
Sanggahan
untuk tim
kontra
3
- Respon langsung terhadap tim kontra
- Mengajukan poin penting dalam tiap
argument
3b
Sanggahan
untuk tim
pro
3
- Respon langsung terhadap tim pro
- Mengajukan poin penting dalam tiap
argument
d. Manfaat Diterapkannya Metode Debat
Metode debat dapat menyajikan kedua sisi permasalahan baik sisi negatif
maupun positifnya.45
Sisi positif didapatkan melalui pihak pro dalam kelompok
43
Andrew L Oros, “Let‟s Debate: Active Learning Encourages Student Participation and
Critical Thinking”, Journal of Political Science Education 44
Dawn Hall, “Debate: Innovative Teaching to Enhance Critical Thinking and
Communication Skills in Healthcare Professionals”, The Internet Journal of Allied Health
Sciences and Practice, vol.9
19
debat. Sedangkan sisi negatif didapatkan melalui pihak kontra dalam kelompok
debat.
Manfaat debat sebagai berikut. (1) Untuk membuat argumen, siswa wajib
memahami dalam mencari konten isu, organisasi data, analisis, membuat argumen
lain yang sejenis, dan evaluasi informasi hingga mencapai suatu kesimpulan. (2)
Untuk menyampaikan argumen, siswa harus paham alasan dibalik argumen
tersebut, mampu mengenali dan mengkritisi perbedaan alasan, dan mampu
memahami logika dalam membuat keputusan.46
Debat memiliki karakter pembinaan yang tinggi, sebab lewat debat orang
dilatih dan dibina untuk menyiapkan bahan diskusi secara teliti, berpikir rasional
dan tajam, merumuskan pikiran secara teliti dan tepat sasaran,
mempertenggangkan pendengar yang akan ditarik untuk menerima kebijakan
kelompok. Dalam debat juga terbina untuk mengangkat suara pada saat yang
tepat.47
Metode debat memiliki manfaat untuk merangsang penelitian terhadap topik
kontroversial, menyimak dan mencari tahu sisi positif dan negatif dari suatu isu,
belajar berpikir sistematis dan analitis, melatih siswa mengemukakan pendapat,
melatih siswa memahami alur pikir orang lain yang berseberangan dengannya,
melatih siswa menumbuhkan ide atau gagasan baru dari hasil kajian dan belajar
mengkomunikasikan hasil pemikiran kepada orang lain.48
Proses debat layak dipertimbangkan oleh pendidik sebagai alat yang
berharga untuk pembelajaran pengalaman. Tumposky menyarankan bahwa debat
memupuk keterampilan berpikir kritis siswa dan kesadaran berpikir, dan
memfasilitasi alasan dan kemampuan untuk berbagi sudut pandang dengan orang
lain sambil mempelajari konten tertentu. Debat juga memungkinkan siswa untuk
secara pasti melampaui "hafalan fakta, teori, dan teknik," dan memberikan
45
P Ratu Ile Tokan, Sumber Kecerdasan Manusia (Human Quotient Resource), (Jakarta: PT
Grasindo, 2016), hlm. 77. 46
Alfred Snider, Maxwell Schnurer, Op.Cit., hlm. 26-27 47
P. Dori Wuwur Hendrikus, Op.Cit., hlm.128 48
Dawn Hall, Loc.Cit.
20
kesempatan untuk menerapkan pengetahuan melalui bermain peran sambil
menunjukkan ide, nilai, dan sikap mereka. Dalam persiapan untuk debat, siswa
harus benar-benar memeriksa dan meneliti masalah menggunakan alasan, logika,
dan analisis untuk merumuskan pendapat. Siswa kemudian harus terlibat dalam
kerja tim yang konstruktif untuk menyatukan pendapat mereka.49
Metode debat merupakan metode yang tepat dalam meningkatkan hasil
belajar dan komunikasi lisan karena prosesnya yang menitikberatkan pada sisi pro
dan kontra. Perbedaan tersebut menjadikan peserta didik mencari argumen yang
tepat dan menyampaikannya dengan tujuan untuk meyakinkan pihak lawan.
2. Kemampuan Komunikasi Lisan
Tiap manusia memiliki kemampuan-kemampuan yang berbeda.
Kemampuan tersebut memiliki bermacam-macam segi; di antaranya kemampuan
mekanik, matematik, bahasa, musik dan seni. Di samping itu, kemampuan untuk
bergerak dengan orang lain, serta kemampuan untuk menghadapi sesuatu. Juga
ada kemampuan jasmani dengan berbagai seginya mulai dari kekuatan, kecepatan,
keserasian, dan pelaksanaan. Masing-masingnya itu berbeda menurut perbedaan
anggota, kemampuan kodrati, latihan dan sebagainya.50
Sifat-sifat yang ditampilkan dalam berkomunikasi dalam sifat suatu individu
adalah sebagai berikut. Sifat Individu. Suatu sifat adalah karakteristik individu
yang dapat dibedakan dengan individu lainnya. Sifat menunjukkan pola atau cara
yang relatif tidak banyak berubah (konsisten) mengenai bagaimana seseorang
berpikir, merasakan dan bertingkah laku dalam berbagai situasi yang dihadapinya.
Sifat sering digunakan untuk memprediksi tingkah laku. Dalam hal ini, tingkah
laku seseorang ditentukan oleh kombinasi antara sifat yang dimilikinya dengan
faktor situasional yang ada pada saat itu. Bagaimana cara seseorang
berkomunikasi pada saat tertentu bergantung pada sifat yang dimilikinya sebagai
individu serta situasi yang tengah dihadapinya. Terdapat tiga kategori sifat
49
Michele Darby, “Debate: A Teaching-Learning Strategy for Developing Competence in
Communication and Critical Thinking”, Journal of Dental Hygiene, vol.81 50
Attia Mahmud Hana, Anda dan Kemampuan Anda, (Jakarta: Bulan Bintang, 1979), hlm. 15
21
komunikator yang paling menarik dan paling sering dibahas dalam literature
komunikasi yaitu: sifat mementingkan diri sendiri, sifat berdebat, dan sifat cemas
Sifat mementingkan diri sendiri. Dalam literatur psikologi terdapat istilah
conversational narcissism untuk menggambarkan sifat komunikator yang
cenderung mementingkan diri sendiri. Komunikator dengan sifat ini cenderung
untuk menonjolkan dirinya sebagai pihak yang paling penting. Ia cenderung untuk
mengontrol arah percakapan dan cenderung tidak sensitif atau tidak responsif
terhadap kepentingan pihak lain.
Sifat berdebat. Komunikator memiliki sifat suka berdebat
(argumentativeness) jika ia memiliki kecenderungan untuk suka melibatkan dalam
percakapan yang membahas topik kontroversial. Komunikator dengan sifat ini
cenderung bersifat tegas dalam mengemukakan pandangannya terhadap suatu hal.
Ia akan menyatakan dukungannya terhadap pandangan yang dianggapnya benar
dan sebaliknya ia akan mengkritik pandangan yang tidak sesuai. Dominick Infante
melakukan penelitian mengenai sifat komunikator yang argumentatif ini.
Menurutnya sifat komunikator yang argumentatif memberikan kontribusi positif
karena sifat ini dapat mendorong komunikator dan lawan bicaranya untuk saling
belajar, membantu melihat pandangan pihak lain, meningkatkan kredibilitas serta
memperbaiki kemampuan berkomunikasi. Komunikator yang argumentatif
cenderung memiliki sikap percaya diri dan tegas. Namun demikian, tidak semua
orang yang percaya diri memiliki sifat argumentatif. Dengan kata lain, orang perlu
memiliki percaya diri untuk dapat mengemukakan pandangannya, namun
demikian, sangatlah mungkin orang tetap memiliki percaya diri tanpa harus
mengemukakan pandangannya sendiri.
Sifat Cemas. Sebagian orang pernah merasa gugup atau cemas ketika
berkomunikasi.51
a. Pengertian Komunikasi
Komunikasi menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari seluruh aktivitas
manusia, baik sebagai individu maupun sebagai kelompok. Identitas manusia
51
Morissan, Psikologi Komunikasi, (Bogor: Ghalia Indonesia, 2010), hlm.8
22
sebagai makhluk sosial mengharuskan manusia berhubungan dengan orang lain.
Lewat komunikasi, manusia berhubungan satu sama lain dengan berbagai
tujuan.52
Kata “komunikasi” berasal dari kata latin cum, yaitu kata depan yang berarti
“dengan” dan “bersama dengan”, dan unus yaitu kata bilangan yang berarti “satu”.
Dari kedua kata itu terbentuk kata benda communion yang dalam bahasa inggris
menjadi communion dan berarti kebersamaan, persatuan, persekutuan, gabungan,
pergaulan, dan hubungan. Dari kata communio dibuat kata kerja communicare
yang berarti membagi sesuatu dengan seseorang, memberikan sebagian kepada
seseorang, tukar-menukar, membicarakan sesuatu dengan seseorang,
memberitahukan sesuatu kepada seseorang, bercakap-cakap, bertukar pikiran,
berhubungan, berteman. Dari kata tersebut, diserap dalam bahasa Indonesia
menjadi komunikasi. Secara harfiah, komunikasi berarti pemberitahuan,
pembicaraan, percakapan, pertukaran pikiran, atau hubungan.53
Komunikasi merupakan simbolisasi atau penggunaan lambang. Lambang
atau simbol yang dimaksud adalah sesuatu yang digunakan untuk menunjuk
sesuatu lainnya berdasarkan kesepakatan bersama. Lambang meliputi pesan
verbal, perilaku non verbal, dan objek yang maknanya disepakati bersama.
Kemampuan manusia menggunakan lambang verbal memungkinkan
perkembangan bahasa dan memfasilitasi hubungan antar manusia dan objek
lainnya.54
Komunikasi meliputi segala bentuk komunikasi yang dilakukan melalui
lisan, tertulis, dan non verbal. Komunikasi merupakan proses ketika sumber dan
penerima berinteraksi dan bertukar ide, pengetahuan, pengalaman, dan perasaan
yang ditukarkan melalui saluran yang tepat.55
52
Ngainun Naim, Dasar-Dasar Komunikasi Pendidikan, (Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2011,
hlm.15 53
Ibid, hlm.18. 54
Deddy Mulyana, Ilmu Komunikasi: Suatu Pengantar, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya,
2010), hlm. 92 55
Alo Liliweri, Komunikasi Antar Personal, (Jakarta: Kencana Prenadamedia Group, 2015),
hlm.3
23
Komunikasi juga merupakan suatu konsep yang multimakna. Makna-makna
tersebut meliputi komunikasi sebagai proses sosial, peristiwa, ilmu, dan
keterampilan. Sebagai proses sosial, komunikasi didefinisikan sebagai
pengalaman. Setiap manusia melakukan komunikasi dalam berbagai pengalaman
sampai batas tertentu. Sebagai peristiwa, komunikasi merupakan suatu gejala
yang dipahami dari sudut bagaimana bentuk dan sifat terjadinya. Peristiwa
komunikasi diklasifikasikan menjadi komunikasi massa dengan komunikasi tatap
muka; komunikasi verbal dan nonverbal; komunikasi bermedia dan nonmedia;
dan lain lain. Sebagai ilmu, komunikasi dapat menimbulkan hasil pemikiran yang
memberikan suatu manfaat atau kegunaan. Sebagai keterampilan, komunikasi
merupakan kecakapan yang digunakan individu dalam melakukan profesi
komunikasi.56
Berdasarkan definisi tersebut, komunikasi dapat diartikan suatu proses
antara suatu makhluk dengan makhluk lainnya melalui berbagai cara seperti lisan
dan tertulis untuk mencapai tujuan tertentu. Pesan yang dikirim oleh sumber
kepada penerima merupakan lambang yang disepakati bersama.
b. Tujuan Komunikasi
Barbara O‟Keele mengajukan dua pendekatan mengenai teori produksi
pesan yang disebutnya dengan model „pilihan strategi‟ (strategy choice) dan
„desain pesan‟ (message design). Model pilihan strategi melihat bagaimana
komunikator memilih di antara berbagai strategi pesan untuk mencapai suatu
tujuan, sedangkan model desain pesan untuk mencapai tujuan. Tujuan yang paling
umum adalah komunikasi sebagai upaya agar orang lain mematuhi apa yang
diinginkan pengirim pesan. Mendapatkan kepatuhan (gaining compliance) adalah
upaya yang dilakukan agar orang lain melakukan apa yang pengirim pesan ingin
mereka lakukan atau agar mereka menghentikan pekerjaan yang tidak disukai. 57
Komunikasi dilakukan dalam berbagai tingkat kesengajaan, dari komunikasi
yang tidak disengaja hingga komunikasi yang benar-benar direncanakan. Meski
56
Ngainun Naim, Op.Cit., hlm. 23 57
Morissan, Op.Cit., hlm.48
24
sama sekali tidak bermaksud menyampaikan pesan kepada orang lain, perilaku
kita ditafsirkan secara sepihak oleh orang lain. Suatu individu tidak bisa
mengendalikan orang lain untuk menafsirkan atau tidak menafsirkan
perilakunya.58
Komunikasi antar manusia bertujuan untuk mengirimkan informasi,
menyatakan perasaan, memengaruhi, menghibur, mendidik, dan mempertemukan
harapan-harapan sosial. Dalam komunikasi selalu ada orang yang menjadi
pengirim pesan dan ada yang menjadi penerima pesan. Semua keinginan dan
kebutuhan pengirim akan diinformasikan kepada penerima agar dia mengetahui.59
c. Kekuatan Argumen
Seseorang yang berpikir secara objektif atau tidak, akan sangat dipengaruhi
pada pandangannya terhadap kekuatan argumen yang diterimanya. Mereka
mendefinisikan argumen kuat sebagai “argumene that generates favorable
thoughts when it’s heard and scrutinized” yang artinya argumen yang
menghasilkan pemikiran yang menyenangkan ketika didengar dan ditelaah.
Dalam hal ini, telaah atau elaborasi terhadap argumen kuat biasanya akan
menghasilkan perubahan pandangan pada diri orang yang bersangkutan. Argumen
yang disertai dengan fakta-fakta kuat dan relevan merupakan bentuk argumen
kuat dan meyakinkan. Walaupun argumen tersebut dinilai tidak menyenangkan
dan bertentangan dengan pandangan yang sudah dimiliki sebelumnya namun
argumen kuat dapat menghasilkan perubahan pandangan.60
B. Materi Evolusi
Materi evolusi digunakan dalam penelitian ini karena terdapat perbedaan
teori-teori dari ilmuwan terdahulu mengenai perubahan bentuk makhluk hidup.
Pebedaan teori ini menghasilkan beberapa hal yang bisa diperdebatkan sesuai
dengan fakta-fakta evolusi yang mendukungnya. Hasil dari perdebatan ini
memungkinkan peserta didik mencari bukti-bukti dari berbagai sumber selain
58
Deddy Mulyana, Op.Cit., hlm. 111 59
Alo Liliweri, Op.Cit., hlm. 77 60
Morissan, Op.Cit., hlm.41
25
buku siswa di sekolah, sehingga teori-teori evolusi yang sudah ada dapat dipahami
dengan baik.
Kompetensi yang harus dimiliki peserta didik dalam materi ini mencakup
pengetahuan dan keterampilan. Kompetensi pengetahuannya adalah mampu
menganalisis teori evolusi dan seleksi alam dengan pandangan baru mengenai
pembentukan spesies baru di bumi berdasarkan studi literatur. Kompetensi
keterampilannya adalah mengevaluasi pemahaman diri tentang berbagai
pandangan mengenai evolusi makhluk hidup dan menciptakan gagasan baru
tentang kemungkinan-kemungkinan teori evolusi berdasarkan pemahaman yang
dimilikinya.
Evolusi berasal dari kata evolve yang artinya gulungan atau lapisan.
Pemahaman terhadap evolusi secara singkat yaitu suatu unit yang berubah dalam
jangka waktu tertentu. Evolusi adalah perubahan-perubahan dalam frekuensi gen
suatu populasi dalam jangka waktu tertentu. Melalui seleksi alam, evolusi
diartikan sebagai proses dengan mutasi genetik yang meningkatkan reproduksi
menjadi ada, menjadi tetap, atau makin banyak dijumpai pada generasi
selanjutnya. Terdapat tiga syarat yang harus terpenuhi agar terjadi seleksi alam,
yaitu: Ada variasi terwariskan pada organisme dalam populasi tersebut;
Organisme menghasilkan lebih banyak anak, namun sedikit sekali yang dapat
bertahan hidup; Keturunan dari suatu spesies memiliki kemampuan bertahan
hidup dan reproduksi yang bervariasi.61
Evolusi merupakan suatu frasa yang digunakan oleh Darwin dalam
mengajukan gagasan bahwa banyak spesies di bumi yang merupakan keuturunan
dari spesies nenek moyang yang berbeda dari spesies yang ada saat ini. Evolusi
juga dapat didefinisikan secara sempit sebagai perubahan komposisi genetik suatu
populasi dari generasi ke generasi. Baik didefinisikan secara luas dan sempit, kita
dapat memandang evolusi dalam dua cara yang berkaitan namun berbeda: sebagai
suatu pola dan sebagai suatu proses. Pola dari perubahan evolusioner
diungkapkan oleh data dari berbagai disiplin sains, termasuk biologi, geologi,
61
Munif Said Hassan, dkk., Pengantar Biologi Evolusi, (Jakarta: Erlangga, 2014), hlm.10
26
fisika, dan kimia. Data-data ini adalah fakta-hasil pengamatan alam. Proses dari
evolusi terdiri atas berbagai mekanisme yang menghasilkan pola perubahan yang
teramati. Mekanisme-mekanisme tersebut mencerminkan sebab-sebab alamiah
dari fenomena alam yang kita amati.62
Evolusi menghasilkan spesies baru melalui pemisahan populasi moyang
menghasilkan kelompok baru yang tak dapat atau tak akan kawin dengan
sesamanya lagi dalam waktu lama. Hasil evolusi ini dibagi menjadi makroevolusi
dan mikroevolusi. Makroevolusi adalah evolusi yang terjadi di atas tingkat spesies
seperti misalnya kepunahan dan spesiasi. Sedangkan mikroevolusi adalah
perubahan evolusi yang lebih kecil, misalnya adaptasi.63
Kepunahan adalah hilangnya seluruh spesies. Kepunahan bisa terjadi karena
spesies secara teratur muncul melalui spesiasi dan hilang melalui kepunahan.
Hampir semua spesies hewan dan tumbuhan yang pernah hidup di bumi sudah
punah, masa kepunahan dinosaurus mungkin yang paling dikenal. Kepunahan-
kepunahan ini telah berlangsung terus sepanjang sejarah kehidupan, walau lajunya
meningkat tajam karena sesekali terjadi kepunahan massal. Aktivitas manusia
sekarang menjadi penyebab utama kepunahan yang berjalan terus, dan pemanasan
global akan mempercepatnya di masa mendatang.64
Spesiasi dapat terjadi dengan dua cara utama, bergantung pada bagaimana
aliran gen terputus di antara populasi dari spesies yang sudah ada sebelumnya.
Ada empat mekanisme spesiasi yang sering terjadi pada hewan, yakni: (1)
Spesiasi alopatrik, terjadi ketika satu populasi terbagi menjadi sejumlah
subpopulasi yang terisolasi secara geografis.65
(2) Spesiasi peripatrik, terjadi bila
populasi-populasi kecil organisme menjadi terisolasi pada lingkungan baru. (3)
Spesiasi parapatrik, mirip dengan spesiasi perpatrik yakni jumlah populasi yang
masuk ke habitat baru sangat kecil, namun tak ada pemisahan secara fisik antara
dua populasi ini. Salah satu contohnya adalah rumput Anthoxanthum odoratum,
62
Neil A Campbell, Biologi Edisi Kedelapan Jilid 2, Terj. Dari Biology Eight Edition oleh
Damaring Tyas Wulandari, (Jakarta: Erlangga, 2012), hlm.5 63
Munif Said Hassan, dkk., Op.Cit., hlm.15 64
Ibid., hlm.20 65
Neil A Campbell, Op.Cit.,, hlm.49
27
yang berevolusi sehingga resisten terhadap tingginya kadar logam dalam tanah. (4)
Spesiasi simpatrik, spesies bercabang tanpa isolasi geografi atau perubahan
habitat. Umumnya spesiasi ini pada hewan memerlukan evolusi perbedaan genetik
dan juga sekaligus non-acak, agar isolasi reproduksi dapat dihasilkan dalam
proses evolusinya.66
Adaptasi merupakan proses yang membuat organisme makin cocok dengan
habitatnya. Istilah adaptasi juga dapat menunjuk sifat yang penting bagi ketahanan
hidup organisme. Dengan menggunakan istilah adaptasi bagi proses evolusi dan
sifat-sifat adaptif bagian tubuh atau fungsi.
Gambar 2. 1 Skeleton Paus Baleen
Gambar tersebut menunjukkan bahwa skeleton paus baleen, a dan b adalah
tulang sirip yang diadaptasi dari tulang kaki depan. Sedangkan c menunjukkan
sisa tulang kaki, menggambarkan adanya adaptasi dari darat ke laut. Selama
adaptasi, beberapa struktur bisa kehilangan fungsi aslinya dan menjadi struktur
sisa. Struktur semacam ini bisa hanya memiliki fungsi yang tidak signifikan atau
bahkan tak berfungsi sama sekali pada spesies baru ini, namun memiliki fungsi
yang signifikan pada spesies moyang.67
Perkembangan makhluk hidup dari asal yang sederhana menjadi makhluk
hidup yang kompleks dapat diketahui dari penemuan fosil. Fosil merupakan sisa-
sisa makhluk yang pernah hidup pada masa lampau dan telah membatu.
Berdasarkan penemuan fosil, dapat diketahui adanya makhluk hidup pada masa
itu dan membantu merekonstruksi kehidupan di masa lalu. Namun penemuan fosil
tidak pernah utuh dan tidak selalu menggambarkan urutan filogeni yang utuh
66
Munif Said Hasan, Op.Cit., hlm.22 67
Ibid., hlm.17
28
sehingga fosil dikatakan lemah sebagai bukti evolusi.68
Sebagai contoh adalah
fosil-fosil kuda yang menunjukkan bahwa kuda mengalami tahapan perubahan-
perubahan dalam jangka waktu yang relatif lama dari kuda Hyracotherium yang
memiliki ukuran tubuh seperti ukuran tubuh kucing menjadi kuda Equus yang
ukuran tubuhnya seperti kuda sekarang. Kecenderungan utama yang tampak pada
perkembangan kuda terhadap kondisi lingkungan yang berubah dapat diringkas
sebagai berikut: Meningkat ukurannya (dari 0,4 m menjadi 1,5 m), pemanjangan
anggota tubuh dan kaki, berkurangnya jari kaki lateral, peningkatan panjang dan
ketebalan jari ketiga, meningkatnya lebar taring, pergantian premolar dengan
molar dan meningkatnya panjang gigi. 69
Contoh fosil kuda dapat dilihat pada
gambar berikut.
Gambar 2.2 Evolusi Kuda
Hasil evolusi selain fosil hewan juga terdapat fosil manusia. Pandangan
umum di antara para ilmuwan mengenai asal-usul manusia dengan anatomi
68
Wigati Hadi O, Biologi, (Klaten: PT Intan Pariwara, 2015), hlm.213 69
Munif Said Hasan, Op.Cit., hlm.88
29
modern adalah sebuah hipotesis bahwa manusia modern berasal dari Afrika. Teori
ini menyatakan bahwa Homo sapiens muncul di Afrika dan berimigrasi keluar
dari benua ini sekitar 50.000 sampai 100.000 tahun yang lalu, menggantikan
populasi Homo erectus di Asia dan Neanderthal di Eropa. Sebaliknya, ilmuwan
multiregional menyatakan bahwa Homo sapiens berevolusi secara terpisah secara
geografis namun populasi saling kawin bersumber dari migrasi Homo erectus
keluar dari Afrika sekitar 2,5 juta tahun yang lalu. Bukti menunjukkan bahwa
genom Neanderthal berkontribusi sekitar 4% hereditas non-Afrika. Carolus
Linnaeus dan ilmuwan lain pada masa itu menganggap kera besar sebagai kerabat
terdekat manusia berdasarkan kemiripan morfologi dan anatominya.
Kemungkinan menghubungkan manusia dengan jenis kera pertama setelah 1859
dengan publikasi Charles Darwin melalui bukunya yang berjudul On the Origin of
Species, dimana ia menjelaskan gagasan evolusi bahwa spesies baru berasal dari
spesies yang ada sebelumnya.70
1. Teori Evolusi
Ilmuwan-ilmuwan terdahulu mencetuskan teori asal-usul kehidupan.
Beberapa teori berikut yaitu: teori abiogenesis, teori generatio spontanea, dan teori
biogenesis. Teori-teori tersebut lahir dari beberapa eksperimen ilmuwan terdahulu,
salah satunya adalah percobaan leher angsa Louis Pasteur yang dapat dilihat pada
gambar berikut.
Gambar 2.3 Percobaan Louis Pasteur
Kedua labu diisi air kaldu kemudian dipanaskan. Labu pertama dipecahkan
lehernya sedangkan labu kedua tidak. Air kaldu pada labu pertama keruh. Hasil
70
Ibid., hlm.126
30
dari eksperimen tersebut adalah bahwa organisme yang ada dalam air kaldu bukan
berasal dari kaldu yang steril, melainkan dari makhluk hidup yang ada di udara.
Hasil tersebut berhasil menumbangkan teori abiogenesis dimana makhluk hidup
berasal dari benda mati. Teori ini dikenal dengan teori biogenesis.71
Teori-teori tentang evolusi makhluk hidup adalah sebagai berikut : Teori
Evolusi Jean Baptiste Lamarck; Lamarck pada tahun 1809 mencoba menjelaskan
evolusi dengan teorinya tentang bagian tubuh yang sering digunakan menjadi
lebih besar dan kuat, sementara yang jarang digunakan menjadi lemah. Ia
berpendapat bahwa suatu organisme dapat meneruskan modifikasi-modifikasi
karakteristik pada keturunannya. Teori Evolusi Charles Darwin; proses-proses
serupa yang lambat dan sangat kecil mungkin dapat mengakibatkan perubahan
biologis. Misalnya, memerlukan waktu yang lama sekali bagi sebuah sungai untuk
mengikis negara melalui erosi.72
2. Bukti-Bukti Adanya Evolusi
Berikut ini merupakan bukti-bukti evolusi yang ada, yaitu : Bukti dari
paleontologi; Paleontologi adalah ilmu yang memepelajari tentang fosil. Kita
dapat mendefenisikan fosil sebagai setiap macam sisa organisme yang hidup
dalam geologi yang lampau. Dalam keadaan khusus, seluruh tubuh suatu
organisme setelah mati dapat diawetkan. Misalnya bangkai (karkas) mamot yang
beku, kadang-kadang di temukan ditemukan di Siberia. Meskipun telah membeku
selama 40.000 tahun, dagingnya masih cukup baik untuk digunakan dalam studi
biokimia.73
Bukti dari anatomi perbandingan; Organ disebut homolog apabila
mempunyai struktur dasar yang sama, hubungan yang sama pula dengan organ
lainnya, dan (ternyata pula) mempunyai tipe perkembangan embrionik yang sama.
Suatu kelompok organ homolog yang patut mendapat perhatian khusus karena
memberikan bukti adanya evolusi ialah organ-organ homolog yang pada beberapa
71
Tati Syamsudin, Lilis Setiasih, Biologi untuk SMA Kelas XII, (Jakarta: Gramedia, 2017),
hlm. 183 72
Neil A Campbell, et al, Biologi Edisi Kedelapan Jilid 2, Terj. Dari Biology Eight Edition
oleh Damaring Tyas Wulandari, (Jakarta: Erlangga, 2012), hlm. 6 73
John W Kimball, Biologi Edisi Kelima Jilid 3, Terj. Dari Biology Fifth Edition oleh Siti
Soetarmi S dan Nawangsari Sugiri, (Jakarta: PT Gelora Aksara Pratama, 1983), hlm. 760
31
spesies tidak jelas fungsinya. Makin banyak organ yang homolog kemungkinan
kekerabatannya makin dekat, yang artinya nenek moyangnya mungkin sama.
Bukti dari embriologi; Perkembangan embrio semua vertebrata
memperlihatkan keseragaman yang mencolok. Hal ini terlihat jelas pada waktu
terjadi pembelahan mortogenesis dan tahap diferensiasi awal. Hal ini
menunjukkan adanya hubungan kekerabatan di antara hewan-hewan sesama
vertebrata, yang mungkin pula mereka memiliki satu nenek moyang. Bukti dari
biokimia perbandingan; Pada kenyataannya, persamaan biokimia organisme hidup
adalah salah satu ciri yang mencolok dari kehidupan. Bila membandingkan
makhluk hidup pada tingkat biokimia, ternyata hasilnya mendukung teori evolusi.
Sebagai contoh, Hb manusia lebih mirip dengan simpanse atau gorilla daripada
dengan anjing atau cacing tanah. Tingkat kemiripan ini menunjukkan manusia
lebih dekat kekerabatannya dengan simpanse atau gorilla daripada dengan anjing
atau cacing tanah. Bukti dari struktur kromosom; Perbedaan-perbedaan yang
memisahkan satu spesies dari lainnya adalah dalam analisis terakhir, yaitu
genetika. Semakin dekat hubungan dua spesies, berdasarkan kriteria-kriteria
seperti organ-organ homolog, semakin mirip kariotipenya.74
3. Pandangan Baru Teori Evolusi
Seorang ilmuwan Turki bernama Adnan Oktar menganalisis informasi teori-
teori ilmuwan terdahulu terutama teori Darwin. Teori yang dikemukakan oleh
ilmuwan ini disebut teori Harun Yahya. Pendapatnya tentang teori Darwin adalah
sebagai berikut; homologi tidak membuktikan bahwa evolusi terjadi; kemiripan
DNA tidak dapat dijadikan bukti hubungan evolusi; eksperimen Miller tidak
konsisten; mutasi tidak dapat dijadikan bukti evolusi; dan masih banyak bukti,
fenomena, dan hukum ilmiah yang tidak mendukung teori evolusi.75
C. Penelitian yang Relevan
Penelitian lain yang menjadi acuan dalam pengambilan judul pembelajaran
dengan metode debat adalah penelitian tentang “Penerapan Metode Debat aktif
Berbasis Pendidikan Karakter dalam Meningkatkan Prestasi Belajar PPKn Kelas
74
Ibid., hlm. 770 75
Tati Syamsudin, Lilis Setiasih, Op.Cit., hlm. 185
32
VIII di SMP 23 N Surakarta Tahun Pelajaran 2016/2017”. Hasil dari penelitian
menunjukkan bahwa kelas eksperimen yang menggunakan metode debat memiliki
selisih rata-rata yang cukup signifikan dari pretest dan posttest nya yaitu 24,26
dibandingkan dengan kelas kontrol yang hanya memiliki selisih rata-rata 10.76
Penelitian berjudul “Pengaruh Penggunaan Pembelajaran Student Debate
terhadap Hasil Belajar Biologi Siswa Pada Kelas VII MTs Negeri Model
Makassar”. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kelas pembelajaran student
debate membuat nilai gain setiap peserta didik berada dalam kategori tinggi dan
sangat tinggi.77
Joyce A. Shaw melakukan penelitian mengenai metode debat dalam konsep
virus. Kegiatan debat itu diuji selama empat semester oleh instruktur yang sama
dalam empat pengantar mikrobiologi dalam kelas yang berisi 26-30 siswa. Topik
perdebatan bervariasi, tapi semua empat kelas melakukan perdebatan tentang
virus, rekayasa genetika, senyawa antibakteri dalam produk rumah tangga, dan
penggunaan imunisasi anak usia dini. Data dikumpulkan untuk perdebatan ini dari
total 97 siswa. Penelitian tersebut menunjukkan 97-100% peserta debat yang
setuju bahwa metode debat meningkatkan pemahaman mereka mengenai topik
yang dituju ketercapaiannya.78
Penelitian berjudul “Penerapan Metode Active Debate Pada Mata
Pelajaran Sosiologi Materi Konflik, Kekerasan dan Upaya Penyelesaiannya
Untuk Meningkatkan Kemampuan Komunikasi Lisan Siswa Kelas XI di SMAN 1
Glagah Banyuwangi”. Perlakuan kelas eksperimen dengan metode active debate
dan kelas kontrol dengan pembelajaran diskusi. Perolehan rata-rata untuk kelas
76
Deni Kristiyanto, Sugiaryo, Penerapan Metode Debat Aktif Berbasis Pendidikan Karakter
dalam Meningkatkan Prestasi Belajar PPKn Kelas VIII di SMP N 23 Surakarta Tahun Pelajaran
2016/2017 77
Muh Ali Akbar, Pengaruh Penggunaan Pembelajaran Student Debate Terhadap Hasil
Belajar Biologi Siswa Pada Kelas VII MTs Negeri Model Makassar, Makassar: Skripsi UIN
Alauddin Makassar 78
Joyce A. Shaw, “Using Small Group Debates to Actively Engage Students in an Introdutory
Microbiology Course”, dalam Alamat http://dx.doi.org/10.1128/jmbe.vl3i2.420.
33
eksperimen 17,13 dan kelas kontrol 9,00 dengan hasil analisis menggunakan uji-t
hingga diperoleh thitung > ttabel yaitu 24,63 > 1,67 untuk kelas eksperimen.79
Penelitian berjudul “Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Active
Debate Terhadap Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Geografi (Suatu
Penelitian Pada Siswa Kelas XI Semester II Pokok Bahasan Lingkungan Hidup di
SMA Negeri I Paguyaman)”. Penelitian ini membandingkan hasil belajar siswa
antara kelas eksperimen menggunakan debat aktif dengan kelas kontrol
menggunakan pembelajaran Think Pair Share. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa hasil belajar pada kelas eksperimen mencapai skor rata-rata 60,8 dengan
skor capaian maksimum 91,026 dan skor capaian minimum 60,256 dan persentase
nilai rata-rata 77,95%. Dari 25 siswa terdapat 20 siswa tuntas dan 5 siswa tidak
tuntas. Hasil belajar pada kelas kontrol mencapai skor rata-rata 54,12 dengan skor
capaian maksimum 84,6 dan skor capaian minimum 52,6 dan perentase nilai rata-
rata 69,38%. Dari 25 siswa terdapat 14 siswa tuntas dan 11 siswa tidak tuntas.80
Penelitian berjudul “Debate: Innovative Teaching to Enhance Critical
Thinking and Communication Skills in Healthcare Professionals”. Siswa dalam
penelitian ini berpendapat bahwa metode debat meningkatkan kemampuan
komunikasi, di antaranya adalah mendengar argumen dari dua sisi berbeda,
mempelajari cara baru berkomunikasi terhadap sesama secara profesional,
meningkatkan percaya diri dan baik dalam menjawab pertanyaan di hadapan
khayalak.81
79
Destia Cika Ananta, Rusijono, M.Pd, Loc.Cit. 80
Lismawati K. Abdjul, Muhammad Yusuf, Ahmad Zainuri, “Pengaruh Model Pembelajaran
Kooperatif Tipe Active Debate terhadap Hasil Belajar SIswa pada Mata Pelajaran Geografi (Suatu
Penelitian pada Siswa Kelas XI Semester II Pokok Bahasan Lingkungan Hidup di SMA I
Paguyaman)” 81
Dawn Hall, Loc.Cit.
34
D. Kerangka Pikir
Gambar 2. 3 Kerangka Pikir
E. Hipotesis Penelitian
Hipotesis dalam penelitian ini berdasarkan deskripsi teoretik dan kerangka
pikir yang telah dijelaskan yaitu:
“Terdapat pengaruh metode debat dan komunikasi lisan terhadap hasil belajar
peserta didik pada materi evolusi."
Tujuan Pendidikan di Indonesia
Kurang seimbangnya hard skill
dan soft skill
Hard skill berupa
hasil belajar ranah
kognitif
Soft skill berupa
kemampuan
komunikasi lisan
Metode
Debat
Gaya komunikasi Membangun pengetahuan Kooperatif
Peningkatan hasil belajar dan
kemampuan komunikasi lisan
peserta didik
Memiliki hard skill dan soft skill
yang seimbang
35
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian dilaksanakan pada semester genap tahun pelajaran 2016/2017,
yaitu pada tanggal 31 Januari – 10 Februari 2017. Adapun penelitian dilaksanakan
di kelas XII SMA Negeri 7 Tangerang Selatan yang beralamatkan di Jl. Vila
Melati Mas Blok J No.101, Pondok Jagung, Serpong Utara Kota Tangerang
Selatan, Banten.
B. Metode Penelitian dan Desain Penelitian
1. Metode Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif. Penelitian kuantitatif
menggunakan data berupa angka dengan berbagai klasifikasi, antara lain
berbentuk nilai rata-rata, median, modus, nilai maksimum dan lainnya. Data
tersebut merupakan bukti yang digunakan untuk menguji hipotesis dengan
menunjukkan perbedaan, perbandingan, hubungan antara ata yang satu dengan
data yang lain. Pengolahan data dilakukan secara matematis dengan menggunakan
berbagai rumus statistika yangs sesuai dengan sifat dan jenis data.
Metode dalam penelitian ini adalah metode kuasi eksperimen. metode kuasi
eksperimen biasa disebut eksperimen semu, yaitu peneliti tidak memungkinkan
untuk mengontrol atau memanipulasi semua variabel yang relevan kecuali dari
beberapa variabel-variabel tersebut.1
2. Desain Penelitian
Desain penelitian yang digunakan adalah Pretest posttest design.2
Rancangan ini mengacu pada desain kuasi eksperimen menurut Sugiyono yang
berbentuk seperti pada Tabel 3.1.
1 Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan: Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D
(Bandung: Alfabeta, 2013), hlm.114 2 Ibid., hlm. 112
36
Tabel 3.1 Desain Penelitian
Kelompok Pretest Perlakuan Posttest
Kelas Kontrol O1 - O2
Kelas Eksperimen O3 X O4
Keterangan :
X : Perlakuan dengan metode debat
O1 : Hasil belajar peserta didik kelas kontrol sebelum pembelajaran
O2 : Hasil belajar peserta didik kelas kontrol setelah pembelajaran
O3 : Hasil belajar peserta didik kelas eksperimen sebelum pembelajaran
menggunakan metode debat
O4 : Hasil belajar peserta didik kelas eksperimen setelah pembelajaran
menggunakan metode debat
37
C. Alur Penelitian
Penelitian ini memiliki alur sebagai berikut.
Gambar 3.1 Alur Penelitian
Hasil observasi
komunikasi
lisan
38
D. Populasi dan Sampel
1. Populasi
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas: obyek/subyek yang
memiliki kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk
dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Populasi target pada penelitian ini
adalah siswa/i SMAN 7 Tangerang Selatan pada semester genap tahun pelajaran
2016/2017, sedangkan populasi terjangkau adalah siswa/i kelas XII SMAN 7
Tangerang Selatan pada semester genap tahun pelajaran 2016/2017.
2. Sampel
Sampel adalah sebagian atau wakil dari populasi yang diteliti. Pengambilan
sampel secara acak dengan menggunakan teknik Simple Random Sampling.
Dikatakan simple karena pengambilan sampel dari populasi dilakukan secara acak
tanpa memperhatikan strata yang ada dalam populasi itu.3 Pengambilan sampel
hanya berdasarkan jadwal yang bisa diikuti peneliti. Penentuan kelas kontrol dan
kelas eksperimen berdasarkan teknik purposive sampling, yaitu teknik
menentukan sampel berdasarkan pertimbangan atau tujuan dan nilai guna individu
terhadap penelitian.4
Berdasarkan survei di tempat penelitian, sampel yang
digunakan yaitu 36 peserta didik kelas XII MIA 4 sebagai kelas kontrol dan 36
orang peserta didik kelas XII MIA 5 sebagai kelas eksperimen.
E. Teknik Pengumpulan Data
Data diperoleh melalui tes dan nontes. Tes berupa tes objektif pilihan ganda.
Untuk hasil belajar diperoleh dari tes pilihan ganda. Untuk komunikasi lisan
diperoleh dari kelompok materi debat. Adapun urutan pengumpulan data
dilakukan dengan pemberian tes hasil belajar awal (pretest) tentang materi evolusi
dan diskusi materi debat di kedua kelas, dan juga pemberian tes hasil belajar awal
(posttest) tentang materi evolusi dan diskusi materi debat di kedua kelas tersebut.
Sedangkan nontes menggunakan Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD) dan lembas
3 Sugiyono, Op.Cit., hlm. 120
4 Fajri Ismail, Statistika untuk Penelitian Pendidikan dan Ilmu-Ilmu Sosial, (Jakarta:
Prenadamedia Group, 2018), hlm.46
39
observasi. Lembar Kerja Peserta Didik digunakan untuk mengetahui pemahaman
dan kemampuan peserta didik dalam mengaplikasikan materi yang didapatkan.
Sedangkan lembar observasi digunakan untuk menilai aktivitas peserta didik
selama proses pembelajaran berlangsung.
Tabel 3.2 Jenis Data dan Sumber Data
Jenis Data Sumber Data Teknik Pengumpulan Data
Pretest (pengetahuan
awal) Peserta didik Tes objektif
Penilaian pada proses
pemberian perlakuan Peserta didik Lembar Kerja Siswa
Penilaian aktivitas
peserta didik selama
proses pembelajaran
Peserta didik Lembar observasi
Posttest (pengetahuan
akhir) Peserta didik Tes objektif
Penilaian Komunikasi
Lisan Peserta Didik Instrumen non tes
F. Instrumen Penelitian
1. Instrumen Hasil Belajar
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari instrumen ranah
kognitif menggunakan metode tes tertulis berbentuk pilihan ganda sebanyak 57
soal dengan 5 pilihan. Tes objektif ini disusun berdasarkan kompetensi dasar 3.9
Menganalisis tentang teori evolusi dan seleksi alam dengan pandangan baru
mengenai pembentukan spesies baru di bumi berdasarkan studi literatur.
Penyusunan tes pilihan ganda mengacu pada aspek kognitif dan pengetahuan
taksonomi Bloom. Aspek kognitif Bloom mencakup jenjang pengetahuan/C1,
pemahaman/C2, aplikasi/C3, analisis/C4, evaluasi/C5 dan mencipta/C6.
2. Instrumen Komunikasi Lisan
Instrumen untuk penilaian komunikasi lisan menggunakan indikator
komunikasi lisan dari pendapat TNT Magazine, Suzana, Leni Bunawan, Jacob
dan Djumhur dalam penelitian yang dilakukan Destia dan Prof. Dr. Rusijono,
M.Pd. yang telah dikaji, yaitu memberikan pendapat, mengajukan pertanyaan,
40
menghargai pendapat orang lain, berargumentasi, penguasaan topik dan
menggunakan kalimat lisan secara formal.5
Tes dilakukan kepada kedua kelas. Untuk mengetahui nilai dari tes yang
dilakukan, peserta didik mendapat skor yang dijadikan sebagai bahan analisis.
Skala penskoran yang digunakan dalam menilai hasil tes ini adalah skala 1 – 3.
Skor 3 dinilai baik, skor 2 dinilai cukup, skor 1 dinilai kurang. Skor akhir masing-
masing peserta didik dalam skala 1 – 100. Hal ini dimaksudkan untuk
mempermudah dalam proses analisis. Berikut kategori dari masing-masing
indikator.
5 Destia Cika Ananta, Rusijono, Op.Cit., hlm.6.
41
Tabel 3.3 Indikator Penilaian Komunikasi Lisan
No Kategori Indikator Skor
1 Memberikan pendapat
Siswa tidak memberikan pendapat 1
Siswa memberikan pendapat tanpa disertai
dengan alasan yang mendukung 2
Siswa memberikan pendapat disertai dengan
alasan yang mendukung pendapat tersebut 3
2 Mengajukan
pertanyaan
Siswa tidak mengajukan pertanyaan 1
Siswa mengajukan pertanyaan yang tidak
terkait dengan topik yang sedang didebatkan 2
Siswa mengajukan pertanyaan terkait topik
yang sedang didebatkan 3
3 Menghargai pendapat
orang lain
Siswa tidak memberi kesempatan kepada
orang lain berbicara 1
Siswa memberi kesempatan kepada orang
lain berbicara dan tidak memberi respon
secara positif
2
Siswa memberi kesempatan kepada orang
lain berbicara dan memberi respon secara
positif
3
4 Kemampuan
berargumentasi
Siswa tidak berargumentasi 1
Siswa berargumentasi dengan tidak disertai
alasan yang rasional 2
Siswa berargumentasi dengan disertai alasan
yang rasional 3
5 Penguasaan topik
Siswa tidak menguasai topik dengan selalu
melihat atau membaca catatan atau buku 1
Siswa kurang menguasai topik dengan
terkadang membaca catatan atau buku 2
Siswa menguasai topik dengan tidak
membaca catatan atau buku 3
6 Menggunakan kalimat
lisan secara formal
Siswa menggunakan kalimat tidak baku
dalam berbicara 1
Siswa terkadang menggunakan kalimat tidak
baku dalam berbicara 2
Siswa menggunakan kalimat baku dalam
berbicara 3
G. Kalibrasi Instrumen
Instrumen yang telah dibuat terlebih dahulu diuji coba kepada responden
lain sebelum digunakan dalam penelitian. Instrumen penelitian harus memenuhi
persyaratan dalam hal validitas, reliabilitas, tingkat kesukaran dan daya beda.
42
Untuk kalibrasi instrument dalam penelitian ini menggunakan program Anates
Versi 4.0.9.
Penilaian kognitif menggunakan bentuk tes objektif pre-test dan post-test,
terdiri dari 57 butir soal pilihan ganda dengan lima pilihan. Skala penilaian
menggunakan skala 100.
1. Uji Validitas Tes
Sebuah tes disebut valid apabila dapat dengan tepat mengukur apa yang
hendak diukur atau dapat memenuhi fungsinya sebagai alat ukur, serta memiliki
ketelitian yang tinggi atau akurat. Dalam penelitian ini yang diuji validitasnya
adalah validitas isi yaitu apakah instrumen penelitian yang dibuat dapat mewakili
atau mencakup aspek-aspek yang ingin diteliti.
Hasil uji validitas yang dilakukan dari total soal pilihan ganda sebanyak 57
soal didapatkan 28 soal yang valid yaitu soal nomor : 2, 4, 6, 7, 8, 9, 10, 11, 14, 15,
18, 21, 22, 24, 26, 27, 28, 37, 41, 42, 44, 47, 48, 51, 52, 53, 54 dan 55. Ditambah
2 soal yaitu nomor 17 dan 25 dari penilaian ahli. Hasil uji validitas ini dapat
dilihat pada lampiran.
2. Uji Reliabilitas Tes
Instrumen dikatakan reliabel berarti dapat memberikan hasil yang relatif
sama pada saat dilakukan pengukuran lagi pada objek yang berbeda pada waktu
yang berlainan. Reliabilitas (rely+ability=reliability) bermakna: keterpecayaan,
keterandalan, keajegan, kestabilan, atau konsistensi, dapat diartikan sejauh mana
hasil suatu pengukuran dapat dipercaya dan konsisten.6Hasil reliabilitas tes yang
didapat sebesar 0,72 termasuk dalam kategori sangat tinggi.
3. Uji Tingkat Kesukaran
Tingkat kesukaran soal artinya mengkaji butir-butir soal dari segi
kesukarannya sehingga diperoleh butir-butir soal yang mudah, sedang, dan sukar.
Tingkat kesukaran dapat dilihat melalui kemampuan peserta didik dalam
6Ahmad Sofyan, Tonih Feronika, Burhanuddin Milama, Op.Cit., hlm. 105.
43
menjawab soal tersebut.7 Hasil analisis tingkat kesukaran soal instrumen dapat
dilihat dalam tabel berikut.
Tabel 3.4 Hasil Analisis Tingkat Kesukaran Soal
Kriteria Nomor Soal Jumlah
Sangat
mudah 2,5,12 3
Mudah 1,4,28,42 4
Sedang 6,7,9,10,11,14,15,16,18,21,22,23,24,26,27,37,41,44,47,48,
49,52,53,54 24
Sukar 8,13,19,20,30,50,51,55,57 9
Sangat
sukar 3,17,25,29,31,32,33,34,35,36,38,39, 40,43,45,46,56 17
Jumlah 57
Kategori tingkat kesukaran yang paling banyak jumlahnya adalah kategori
sedang. Kategori tersebut pula yang terdapat pada soal valid, dapat dilihat dari
angka yang dibold. Terdapat 2 soal pada kategori sangat sukar yang dipilih oleh
ahli untuk memenuhi kebutuhan pengetahuan pada jenjang SMA, yaitu nomor 46
dan 56.
4. Daya Beda
Daya pembeda soal adalah kemampuan suatu soal untuk membedakan
antara peserta didik berkemampuan tinggi dengan peserta didik yang
berkemampuan rendah.8 Hasil anates daya beda soal bisa dilihat dalam tabel
berikut.
Tabel 3.5 Hasil Analisis Daya Beda Soal
Kriteria Nomor Soal Jumlah
Sangat buruk 1,3,19,25,29,30,31,32,33,34,35,36,
38,39,40,43,44,46,49,50,56,57 22
Buruk 2,5,12,13,16,17,23 7
Cukup - -
Baik 4,20,28,51 4
Sangat baik 6,7,8,9,10,11,14,15,18,21,22,24,26,
27,37,41,42,44,47,48,52,53,54,55 24
Jumlah 57
7 Bagiyono, “Analisis Tingkat Kesukaran dan Daya Pembeda Butir Soal Ujian Pelatihan
Radiografi Tingkat 1”, Widyanuklida, vol.16, No.1, 2017, hlm. 2-3 8 Ibid., hlm. 4
44
Suatu butir soal dapat dikatakan dalam kategori sangat baik bila peserta
didik yang termasuk dalam kelas atas lebih banyak yang dapat menjawab dengan
benar terhadap butir soal yang bersangkutan, sedangkan peserta didik yang
termasuk dalam kelas bawah lebih banyak yang menjawab salah. Berdasarkan
tabel tersebut, kategori sangat baik mendapatkan jumlah yang paling banyak yaitu
25 dari 57 soal.
H. Teknik Analisis Data
Teknik analisis data meliputi analisis deskriptif dan uji analisis inferensial
yang di dalamnya terdapat uji normalitas, uji homogenitas, serta pengujian
hipotesis statistik.
1. Uji Prasyarat Analisis
a. Uji Normalitas
Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah sampel yang diteliti
berdistribusi normal atau tidak. Uji normalitas dalam penelitian ini menggunakan
uji Liliefors dengan taraf signifikansi α 0,05. Adapun rumus yang digunakan
sebagai berikut.
Adapun langkah-langkahnya sebagai berikut.
Keterangan :
: Harga mutlak terbesar
: Peluang angka baku
: Proposi angka baku
Data pengamatan ditransformasi ke skor baku
dengan menggunakan rumus
, dimana dan s masing-
masing merupakan rata-rata dan standar deviasi sampel. Untuk tiap bilangan baku
ini dan menggunakan daftar distribusi normal baku, kemudian dihitung peluang
F(zi) = p (z<zi).
45
Hitung proporsi ekor yang lebih kecil atau sama dengan zi.
Jika proporsi ini dinyatakan oleh S(zi), maka S(zi) = (banyaknya z1, z2 ………zn yang
≤ zi)/n. Hitung selisih F(zi) – S(zi) kemudian tentukan harga mutlak. Ambil harga
yang paling besar di antara harga-harga mutlak selisih tersebut. Sebut harga
terbesar in L0. Untuk menerima atau menolak hipotesis nol, nilai L0 dibandingkan
nilai kritis L yang diambil dari daftar berikut untuk taraf nyata α yang dipilih.9
Kriteria pengujian:
Jika L hitung < L tabel, berarti data berdistribusi normal.
Jika L hitung > L tabel berarti data berdistribusi tidak normal
b. Uji Homogenitas
Uji homogenitas digunakan untuk mengetahui homogenitas beberapa bagian
sampel. Pengujian homogenitas berfungsi untuk mengetahui apakah kedua
ekelompok populasi itu homogen atau heterogen. Yang dimaksud dengan
pengujian homogenitas adalah pengujian mengenai sama tidaknya variasi-variasi
dua buah distribusi atau lebih. Teknik 1yang digunakan untuk uji homogenitas
pada penelitian ini adalah dengan uji Fisher, pada taraf signifikansi 0,05.
Keterangan:
F : Homogenitas
S12 : Varians terbesar
S22 : Varians terkecil
Adapun langkah-langkahnya adalah membuat hipotesis, bagi data menjadi
kelompok, dari masing-masing kelompok nilai tersebut carilah simpangan
bakunya kemudian tentukan F hitung dengan rumus10
:
db1 (varians terbesar sebagai pembilang) = (n1-1) dan db2 (varians terkecil
sebagai penyebut) = (n2-1) lalu lihatlah hasil dan sesuaikan dengan kriteria
pengujian yaitu jika F hitung > F tabel maka Ho ditolak, berarti populasi tidak
homogen.
9Yulingga Nanda Hanief , Wasis Himawanto, Statistik Pendidikan, (Yogyakarta:
Deepublisher, 2017), hlm. 69 10
Aeng Muhidin, Statistika Pendidikan, (Banten: Unpam Press, 2012), hlm. 41
46
2. Pengujian Hipotesis
a. Uji-t
Uji hipotesis digunakan untuk mengetahui hubungan antara metode
pembelajaran debat dengan hasil belajar peserta didik pada materi evolusi. Uji
hipotesis ini dilakukan dengan melihat perbedaan hasil pretes dan postes peserta
didik dari kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Adapun rumus yang
digunakan sebagai berikut.
√
dengan √
Keterangan:
: Rerata skor kelompok eksperimen
: Rerata skor kelompok kontrol
n1 : Jumlah anggota sampel kelompok eksperimen
n2 : Jumlah anggota sampel kelompok kontrol
: Varians kelompok eksperimen
: Varians kelompok kontrol
S : Nilai varians gabungan11
Kriteria pengujian:
Tolak Ha, jika thitung< ttabel
Terima Ha, jika thitung> ttabel
b. Uji Korelasi Pearson
Uji hipotesis ini digunakan untuk mengetahui derajat keeratan hubungn dua
variabel yang berskala interval atau rasio dimana akan mengembalikan nilai
koefisien korelasi yang nilainya berkisar antara -1, 0, dan 1. Uji korelasi ini untuk
melihat hubungan antara komunikasi lisan peserta didik dengan hasil belajar pada
materi evolusi. Adapun rumus yang digunakan sebagai berikut.
11
Suharyadi, Purwanto, Statistika: Untuk Ekonomi dan Keuangan Modern Ed.2, (Jakarta:
Salemba Empat, 2009), hlm.128
47
∑
∑ ∑
√ ∑ ∑
∑
∑
Keterangan :
r : nilai korelasi
∑ : Jumlah skor perkalian variabel X dan Y
∑ : Jumlah skor variabel X
∑ : Jumlah skor variabel Y
∑ : Kuadrat jumlah skor variabel X
∑ : Kuadrat jumlah skor variabel Y
n : Jumlah sampel12
Kriteria pengujian:
Tolak Ha, jika thitung< ttabel
Terima Ha, jika thitung> ttabel
Nilai korelasi dapat dilihat pada Tabel 3.6
Tabel 3. 6 Kriteria Korelasi Pearson
Koefisien Kekuatan Hubungan
0,00 Tidak ada hubungan
0,01 – 0,09 Hubungan kurang berarti
0,10 – 0,29 Hubungan lemah
0,30 – 0,49 Hubungan moderat
0,50 – 0,69 Hubungan kuat
0,70 – 0,89 Hubungan sangat kuat
>0,90 Hubungan mendekati sempurna
12
Yusuf Wibisono, Metode Statistik, (Yogyakarta: UGM Press, 2009), h.450
48
3. Uji N-Gain
Gain adalah selisih antara nilai posttest dan pretest. Gain menunjukkan
peningkatan pemahaman/penguasaan konsep peserta didik setelah pembelajaran
yang dilakukan guru. Untuk menghindari hasil kesimpulan yang akan
menimbulkan bias penelitian, maka digunakan NormalGain. Peningkatan
pemahaman konsep diperoleh N-Gain.13
Terdapat tiga kategorisasi perolehan skor gain ternormalisasi:
a. g-tinggi : nilai (<g>)>0,7
b. g-sedang : nilai 0,7 ≥ (<g>) ≥ 0,3
c. g-rendah : nilai (<g>) < 0,3
I. Hipotesis Statistik
1. Uji-t Metode Debat terhadap Hasil Belajar
Perumusan hipotesis yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
H0 : µ1≤µ2
Ha : µ1>µ2
Keterangan :
H0: Tidak terdapat pengaruh dari penerapan metode debat terhadap hasil belajar
Biologi peserta didik
Ha: Terdapat pengaruh dari penerapan metode debat terhadap hasil belajar
Biologi peserta didik
µ1: Rata-rata hasil belajar Biologi pada kelas eksperimen
µ2: Rata-rata hasil belajar Biologi pada kelas kontrol
2. Uji t Komunikasi Lisan terhadap Hasil Belajar
Pengujian komunikasi lisan terhadap hasil belajar. Perumusan hipotesis yang
digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
13
David Meltzer, “The Relationship between Mathematics Preparation and Conceptual
Learning Gains in Physics: A Possible “Hidden Variable” in Diagnostic Pretest Scores”, dalam
alamat http://physic.iastate.edu/per/docs/Addendum _on_normalized_gain.pdf., diakses pada
tanggal 17 Januari 2019
49
H0 : µ1≤µ2
Ha : µ1>µ2
Keterangan :
H0: Tidak terdapat pengaruh komunikasi lisan terhadap hasil belajar peserta didik
Ha: Terdapat pengaruh komunikasi lisan terhadap hasil belajar peserta didik14
14
Yusuf Wibisono, Op.Cit.,, hlm. 451
50
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kesimpulan yang diperoleh dari penelitian ini adalah pembelajaran dengan
metode debat dapat meningkatkan hasil belajar dan kemampuan komunikasi lisa.
Sebagaimana tercantum dalam tujuan pendidikan Indonesia bahwa Hard skill
dalam hal ini adalah hasil belajar dan Soft skill dalam hal ini komunikasi lisan
wajib dimiliki secara seimbang oleh peserta didik. Pada hasil belajar, perhitungan
uji hipotesis menunjukkan perbandingan Thitung > Ttabel yakni 2,08 > 2,03. Hal
tersebut menunjukkan perbedaan bahwa kelas eksperimen memiliki hasil belajar
yang lebih baik dibanding kelas kontrol.
Hasil perhitungan uji hipotesis pada kemampuan komunikasi lisan
menunjukkan perbandingan Thitung > Ttabel yakni 8,19 > 2,03 untuk kelas
eksperimen dan Thitung < Ttabel yakni -2,57 < 2,03 untuk kelas kontrol. Hal tersebut
menunjukkan perbedaan dalam rata-rata kedua kelas dimana kemampuan
komunikasi lisan pada kelas eksperimen lebih baik dibanding kelas kontrol
B. Saran
Penulis memberikan beberapa saran yang dapat dipertimbangkan
diantaranya yaitu:
1. Penerapan metode debat ini dapat dilakukan penelitian lebih lanjut dengan tipe
debat yang berbeda dari beberapa negara.
2. Variasikan variabel Y untuk menunjukkan pengaruh dari metode debat,
sebagai contoh dalam berperan aktif, kemampuan membaca dan berpikir kritis.
DAFTAR PUSTAKA
Abdjul, Lismawati, Muhammad Yusuf, Ahmad Zainuri. “Pengaruh Model
Pembelajaran Kooperatif Tipe Active Debate Terhadap Hasil Belajar SIswa
51
Pada Mata Pelajaran Geografi (Suatu Penelitian Pada Siswa Kelas XI
Semester II Pokok Bahasan Lingkungan Hidup di SMA I Paguyaman)”
Akbar, Muh Ali. Pengaruh Penggunaan Pembelajaran Student Debate Terhadap
Hasil Belajar Biologi Siswa Pada Kelas VII MTs Negeri Model Makassar.
Makassar: Skripsi UIN Alauddin Makassar
Ananta, Destia Cika, Rusijono. “Penerapan Metode Active Debate Pada Mata
Pelajaran Sosiologi Materi Konflik, Kekerasan, dan Upaya Penyelesaiannya
Untuk Meningkatkan Kemampuan Komunikasi Lisan Siswa Kelas XI Di
SMAN 1 Glagah Banyuwangi” (Surabaya: UNS), hlm.3
Anderson, Krathwol. 2010. Kerangka Landasan untuk Pembelajaran, Pengajaran
dan Asesmen, Terj. dari A Taxonomy for Learning, Teaching, and Assesing:
A Revision of Bloom’s Taxonomy of Educational Objectives oleh Agung
Prihantoro. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Arung, Fernandes. Improving Student‟s Speaking Skill through Debate Technique.
Journal of English Education, vol.1
Astiti, Kadek Ayu. 2017. Evaluasi Pembelajaran. Yogyakarta: CV Andi Offset.
Freeley, Austin, David Steinbeg. 2014. Argumentation and Debate. Canada:
Nelson Education.
Bagiyono. 2017. “Analisis Tingkat Kesukaran dan Daya Pembeda Butir Soal
Ujian Pelatihan Radiografi Tingkat 1”, Widyanuklida, vol.16, No.1.
Campbell, Neil. Biologi Edisi Kedelapan Jilid 2, Terj. Dari Biology Eight Edition
oleh Damaring Tyas Wulandari. Jakarta: Erlangga.
Dalyono, M. 2008. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta.
Darby, Michele. “Debate: A Teaching-Learning Strategy for Developing
Competence in Communication and Critical Thinking”. Journal of Dental
Hygiene, vol.81
Darmawan, I Putu Ayub dan Edy Sujoko. 2017. Revisi Taksonomi Pembelajaran
Benyamin S. Bloom di https://www.researchgate.net/
publication/315348938_REVISI_TAKSONOMI_ PEMBELAJARAN_
BENYAMIN_S_BLOOM, 2017 (diakses pada 28 Desember 2018).
Dimyati, Mudijono. 2006. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: PT Rineka Cipta.
52
Fathurrohman, Muhammad. 2017. Belajar dan Pembelajaran Modern.
Yogyakarta: Garudhawaca.
Gunawan, Imam, Anggraini Retno Palupi. 2012. “Taksonomi Bloom-Revisi
Ranah Kognitif: Kerangka Landasan untuk Pembelajaran, Pengajaran, dan
Penilaian”. Electronic Jurnal Premiere Educandum, vol.2, No.2.
Hadi, Wigati. 2015. Biologi, Klaten: PT Intan Pariwara.
Hall, Dawn. “Debate: Innovative Teaching to Enhance Critical Thinking and
Communication Skills in Healthcare Professionals”. The Internet Journal of
Allied Health Sciences and Practice, vol.9
Hamalik, Oemar. 2001. Proses Belajar Mengajar. Jakarta: PT Bumi Aksara
Hana, Attia Mahmud. 1979. Anda dan Kemampuan Anda. Jakarta: Bulan Bintang.
Hanief, Yulingga Nanda dan Wasis Himawanto. 2017. Statistik Pendidikan.
Yogyakarta: Deepublisher.
Hassan, Munif Said. 2014. Pengantar Biologi Evolusi. Jakarta: Erlangga.
Hendrikus, P. Dori Wuwur. Retorika. Yogyakarta: Kanisius.
Ismail, Fajri. 2018. Statistika untuk Penelitian Pendidikan dan Ilmu-Ilmu Sosial.
Jakarta: Prenadamedia Group.
Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI). Definisi Bicara di
https://kbbi.web.id/bicara (diakses pada 12 Maret 2018)
Kimball, John W. Biologi Edisi Kelima Jilid 3, Terj. Dari Biology Fifth Edition
oleh Siti Soetarmi S dan Nawangsari Sugiri. Jakarta: PT Gelora Aksara
Pratama.
Kristiyanto, Deni, Sugiaryo. Penerapan Metode Debat Aktif Berbasis Pendidikan
Karakter dalam Meningkatkan Prestasi Belajar PPKn Kelas VIII di SMP N
23 Surakarta Tahun Pelajaran 2016/2017
Panjaitan, Regina Lichteria. 2014. Evaluasi Pembelajaran SD Berdasarkan
Kurikulum 2013. Sumedang: UPI Sumedang Press.
Liliweri, Alo. 2015. Komunikasi Antar Personal. Jakarta: Kencana Prenadamedia
Group.
Meltzer, David. “The Relationship between Mathematics Preparation and
Conceptual Learning Gains in Physics: A Possible “Hidden Variable” in
53
Diagnostic Pretest Scores”, di http://physic.iastate.edu/per/docs/Addendum
_on_normalized_gain.pdf., diakses pada tanggal 17 Januari 2019
Morissan. 2010. Psikologi Komunikasi. Bogor: Ghalia Indonesia.
Muhidin, Aeng. 2012. Statistika Pendidikan. Banten: Unpam Press.
Mulyana, Deddy. 2010. Ilmu Komunikasi: Suatu Pengantar. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya.
Naim, Ngainun. 2011. Dasar-Dasar Komunikasi Pendidikan. Jogjakarta: Ar-Ruzz
Media.
Oros, Andrew L. “Let‟s Debate: Active Learning Encourages Student
Participation and Critical Thinking”. Journal of Political Science Education
Shaw, Joyce A. “Using Small Group Debates to Actively Engage Students in an
Introdutory Microbiology Course” di http://dx.doi.org/10.1128/jmbe.vl3i2.
420.
Silberman, Melvin. 2002. Active Learning. Bandung: Nusamedia.
_______________. 2017. Active Learning: 101 Cara Belajar Siswa Aktif.
Bandung: Nusa Media.
Snider, Alfred dan Maxwell Schnurer. 2002. Many Sides, Debate across The
Curriculum. New York: International Debate Education Association.
Sofyan, Ahmad, Tonih Feronika, dan Burhanuddin Milama. 2006. Evaluasi
Pembelajaran IPA Berbasis Kompetensi. Jakarta: Lembaga Penelitian UIN
Jakarta.
Sriwahyuni, I Ayu Ketut, Nyoman Dantes, A.A. Istri Ngurah Marhaeni.
2013. "Pengaruh Implementasi Metode Debat terhadap Keterampilan
Berbicara Bahasa Inggris Ditinjau dari Minat Belajar Kelas XI IPA SMA
Negeri 2 Amlapura". E-Journal Program Pascasarjana Universitas
Pendidikan Ganesha. Vol. 4.
Subiyono, Zainur Rofiq, Awan Hariono. 2018. Hypno NLP dalam Proses Belajar
Mengajar. Yogyakarta: Deepublish.
Sudjana, Nana. 2011. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: PT
Remaja Rosdakarya.
54
Sugiyono. 2013. Metode Penelitian Pendidikan: Pendekatan Kuantitatif,
Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta.
Suharyadi, Purwanto. 2009. Statistika: Untuk Ekonomi dan Keuangan Modern
Ed.2. Jakarta: Salemba Empat.
Sukardi. 2009. Evaluasi Pendidikan: Prinsip dan Operasionalnya. Jakarta: Bumi
Aksara.
Sumar, Warni Tune, Intan Abdul Razak. 2016. Strategi Pembelajaran dalam
Implementasi Kurikulum Berbasis Soft Skill. Yogyakarta: Deepublish.
Syah, Muhibbin. 2010. Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru. Bandung:
PT Remaja Rosdakarya.
_____________. 2017. Psikologi Belajar. Depok: PT Raja Grafindo Persada.
Syamsudin, Tati, Lilis Setiasih. 2017. Biologi untuk SMA Kelas XII. Jakarta:
Gramedia.
Tokan, P Ratu Ile. 2016. Sumber Kecerdasan Manusia (Human Quotient
Resource). Jakarta: PT Grasindo.
Undang-Undang Republik Indonesia No 20 Tahun 2003
http://kelembagaan.ristekdikti.go.id/wp-
content/uploads/2016/08/UU_no_20_th_2003.pdf (diakses pada 12 Maret
2018)
Wibisono, Yusuf. 2009. Metode Statistik,. Yogyakarta: UGM Press.
55