pengaruh manajemen laba terhadap
TRANSCRIPT
-
7/29/2019 Pengaruh Manajemen Laba Terhadap
1/14
PENGARUH MANAJEMEN LABA TERHADAP
KUALITAS AUDITOR
TARI APRIANI
C1C010131
Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis dan memberikan bukti empiris pengaruh
manajemen laba terhadap kualitas auditor. Adanya asimetri informasimememotivasi manajemen
untuk melakukan manipulasi terhadap kinerjanya denganmelakukan manajemen laba. Kualitas
auditor dalam penelitian diproksikan dengan auditor spesialis industri dan auditor big four.
Modifikasi Jones model digunakan untuk menghitung discretionary accruals (proksi dari
manajemen laba).
Penelitian ini menggunakan data sekunder yang berasal dari laporan keuangan
perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2008-2009.
Penelitian ini menggunakan metode purposive sampling dan didapat 128 observasi.
Metode regresi linier berganda digunakan untuk menganalisis data dan mengembangkan model
teori. Hasil penelitian mengindikasikan bahwa auditor spesialis industri dan auditor bigfour
terbukti tidak berpengaruh terhadap manajemen laba.
1. Latar BelakangKegagalan audit akhir-akhir ini telah mendorong penelitian internasional yang berkaitan
dengan sifat dasar manajemen laba, hambatan, dan faktor-faktor yang mungkin
mempengaruhinya (Arya et al., 2003; Imhoff, 2003; dalam Rusmin (2010). Terjadinya kasus
kegagalan audit ini seringkali menimbulkan skeptisisme masyarakat mengenai ketidakmampuan
perilaku auditor dalam berhadapan dengan klien yang dipersepsikan gagal menjalankan perannya
sebagai auditor (Sulistyanto, 2008). Keberhasilan dan kinerja seseorang dalam suatu bidang
pekerjaan banyak ditentukan oleh tingkat kompetensi, profesionalisme dan komitmennya
terhadap bidang yang ditekuninya.
-
7/29/2019 Pengaruh Manajemen Laba Terhadap
2/14
Bentuk kegagalan audit tersebut terjadi pada sejumlah perusahaan terkemuka seperti
Enron, Worldcom, dan Xerox yang melibatkan banyak pihak dan berdampak luas. Sebagai
contoh kasus Enron yang terjadi pada tahun 2000, melibatkan Chief Executive Officer (CEO),
komisaris, komite audit, auditor internal sampai dengan auditor eksternal.
Auditor seringkali bekerja dalam keterbatasan waktu. Setiap KAP perlu untuk
mengestimasi waktu yang dibutuhkan (membuat anggaran waktu) dalam kegiatan pengauditan.
waktu ini dibutuhkan guna menentukan kos audit dan mengukur efektifitas kinerja auditor
(Waggoner dan Cashell 1991). Namun seringkali anggaran waktu tidak realistis dengan
pekerjaan yang harus dilakukan, akibatnya muncul perilaku perilaku Kontra produktif yang
menyebabkan kualitas audit menjadi lebih rendah. Anggaran waktu yang sangat terbatas ini salah
satunya disebabkan oleh tingkat persaingan yang semakin tinggi antar kantor akuntan publik
(KAP) (Irene,2007). Alokasi waktu yang lama seringkali tidak menguntungkan karena akan
menyebabkan kos audit yang semakin tinggi. Klien bisa jadi berpindah ke KAP lain yang
menawarkanfee audit yang lebih kompetitif (Waggoner dan Cashell 1991).
Tuntutan laporan yang berkualitas dengan anggaran waktu terbatas tentu saja merupakan
tekanan tersendiri bagi auditor. Dalam studinya, Azad (1994) menemukan bahwa kondisi yang
tertekan (secara waktu), auditor cenderung berperilaku disfungsional. Riset Coram dkk (2003)
menunjukkan terdapat penurunan kualitas audit pada auditor yang mengalami tekanan
dikarenakan anggaran waktu yang sangat ketat.
Situasi seperti ini merupakan tantangan tersendiri bagi auditor, karena dalam
kompleksitas tugas yang semakin tinggi dan anggaran waktu yang terbatas, mereka dituntut
untuk menghasilkan laporan audit yang berkualitas.
Manajemen tanpa bantuan auditor Kantor Akuntan Publik tidak dapat meyakinkan pihak
luar perusahaan bahwa laporan keuangan yang disajikan dapat dipercaya dan diandalkan dalam
pengambilan keputusan karena pihak eksternal perusahaan menganggap bahwa manajemen
memiliki kepentingan terhadap perusahaan tersebut, bentuk-bentuk kepentingan dalam perilaku
negatif seperti: Perilaku tidak etis dalam perusahaan terdiri dari perilaku yang menyalahgunakan
kedudukan/posisi (abuse potition), perilaku yang menyalahgunakan kekuasaan (abuse power),
perilaku yang menyalahgunakan sumber daya organisasi (abuse resourses), serta perilaku yang
tidak berbuat apa-apa (no action) (Wilopo, 2006:349). Kegiatan audit yang dilakukan harus oleh
auditor yang profesional, karena Profesi akuntan Indonesia di masa akan datang akan
-
7/29/2019 Pengaruh Manajemen Laba Terhadap
3/14
menghadapi tantangan yang semakin berat, untuk itu kesiapan yang menyangkut profesionalisme
profesi mutlak diperlukan.(Machfoeedz dalam Reyowijoyo 2005:66-67), serta memiliki kualitas
yang tinngi
Secara makro, manajemen laba telah membuat dunia usaha seolah berubah menjadi
sarang pelaku korupsi, kolusi, dan berbagai penyelewengan lain yang merugikan publik
(Sulistyanto, 2008). Publik menganggap apa yang diinformasikan dunia usaha hanya merupakan
akal-akalan pelakunya untuk memaksimalkan keuntungan pribadi dan kelompok tertentu, tanpa
memperhatikan kepentingan pihak lain. Itu sebabnya mengapa publik meragukan
informasiinformasi yang disajikan dalam laporan keuangan.
2. PembahasanKualitas Audit
Kualitas audit sulit diukur secara obyektif, sehingga para peneliti sebelumnya
menggunakan berbagai dimensi kualitas audit. Mock dan Samet (1982) menyimpulkan 5
karakteristik kualitas audit yaitu perencanaan, administrasi, prosedur, evaluasi dan perlakuan.
Peneliti lain, Schoeder (1986) menyimpulkan 5 faktor penting penentu kualitas audit yaitu
perhatian partner dan manajer KAP dalam audit, perencanaan dan pelaksanaan, komunikasi tim
audit dengan manajemen klien, independensi anggota tim dan menjaga kemutakhiran audit. Bila
dikaitkan dengan Standar Profesional Akuntan Publik (SPAP), independensi yang dimaksud
adalah independensi senyatanya (independence in fact). Yang dimaksud dengan independensi
senyatanya adalah bahwa seorang auditor harus bersifat obyektif, mempunyai kejujuran yang
tinggi atau dengan kata lain auditor harus jujur mengungkapkan fakta apa adanya (Halim, 2004).
Kualitas audit terkait dengan adanya jaminan auditor bahwa laporan keuangan tidak
menyajikan kesalahan yang material atau memuat kecurangan (Wooten 2003). De Angelo
sebagaimana dikutip Coram dkk (2003) menyatakan bahwa kualitas audit dapat dilihat dari
tingkat kepatuhan auditor dalam melaksanakan berbagai tahapan yang seharusnya dilaksanakan
dalam sebuah kegiatan pengauditan. Dari gambaran dua definisi tersebut paling tidak dapat
disimpulkan bahwa kualitas audit menyangkut kepatuhan auditor dalam memenuhi hal yang
bersifat prosedural untuk memastikan keyakinan terhadap keterandalan laporan keuangan.
-
7/29/2019 Pengaruh Manajemen Laba Terhadap
4/14
Lebih lanjut, Carcello (1992) melakukan penelitian serupa yang menyimpulkan faktor
pengalaman, pemahaman industri klien, respon atas kebutuhan klien dan ketaatan pada standar
umum audit adalah faktor-faktor penentu kualitas audit (Halim, 2004). Sedangkan menurut
Panduan Manajemen Pemeriksaan (BPK, 2002) standar kualitas audit terdiri dari : (1) kualitas
strategis yang berarti hasil pemeriksaan harus memberikan informasi kepada pengguna laporan
secara tepat waktu; (2) kualitas teknis berkaitan dengan penyajian temuan, simpulan dan opini
atau saran pemeriksaan yaitu penyajiannya harus jelas, konsisten, accessible dan obyektif; (3)
kualitas proses yang mengacu kepada proses kegiatan pemeriksaan sejak perencanaan,
pelaksanaan, pelaporan sampai dengan tindak lanjut pemeriksaan.
Kualitas Hasil Kerja
Kualitas hasil kerja adalah jumlah respon yang benar yang diberikan seseorang dalam
menyelesaikan sebuah pekerjaan yang dibandingkan dengan standar hasil kerja atau kriteria yang
telah ditetapkan sebelumnya. (Diani Mardisar dan Nia Nelly Sari 2007:11). Sedangkan
Kualitas kerja dari auditor dapat diketahui dari seberapa jauh auditor menjalankan prosedur-
prosedur audit yang tercantum dalam program audit. (Suryanita Weningtyas, dkk. 2007:4)
Prosedur audit meliputi langkah-langkah yang harus dilakukan oleh auditor dalam melakukan
audit. Prosedur audit ini sangat diperlukan bagi asisten agar tidak melakukan penyimpangan dan
dapat bekerja secara efisien dan efektif. (Malone dan Roberts dalam Suryanita Weningtyas, dkk
2007:4) Prosedurprosedur audit yang mudah untuk dilakukan praktik penghentian prematur
adalah: pemahaman bisnis (PSA No. 5 2001), pertimbangan pengendalian internal (PSA No. 69
2001), internal auditor klien (PSA No. 33 2001), informasi asersi manajemen (PSA No. 7 2001),
prosedur analitik (PSA No. 22 2001), Konfirmasi (PSA No. 7 2001), representasi manajemen
(PSA No. 17 2001), pengujian pengendalian teknik berbantuan komputer (PSA No. 59 2001),
sampling audit (PSA No. 26 2001), dan perhitungan fisik (PSA No. 7 2001) (Herningsih dalam
Suryanita Weningtyas, dkk. 2007:4). Sedangkan kualitas hasil kerja dapat diukur dengan
instrumen berikut ini: Mutu (baik/buruk) hasil pekerjaan yang diselesaikan pegawai atas
pekerjaan yang diberikan atasan.
Hubungan Antara Kompleksitas Audit Dengan Kualitas Audit
Kompleksitas audit didasarkan pada persepsi individu tentang kesulitan suatu tugas audit.
Persepsi ini menimbulkan kemungkinan bahwa suatu tugas audit sulit bagi seseorang, namun
mungkin juga mudah bagi orang lain (Restu dan Indriantoro, 2000). Lebih lanjut, Restu dan
-
7/29/2019 Pengaruh Manajemen Laba Terhadap
5/14
Indriantoro (2000) menyatakan bahwa kompleksitas muncul dariambiguitas dan struktur yang
lemah, baik dalam tugas-tugas utama maupun tugas-tugas lain. Pada tugas-tugas yang
membingungkan (ambigous) dan tidak terstruktur, alternatifalternatif yang ada tidak dapat
diidentifikasi, sehingga data tidak dapat diperoleh danoutputnya tidak dapat diprediksi.
Auditor seringkali berada dalam situasi dilematis, di satu sisi auditor harus bersikap
independen dalam memberikan pendapat mengenai kewajaran laporan keuangan yangmemenuhi
kepentingan berbagai pihak, akan tetapi di sisi lain auditor juga harus bisamemenuhi tuntutan
yang diinginkan oleh klien agar klien puas dengan pekerjaannya dan tetap menggunakan jasa
auditor yang sama di waktu yang akan datang. Audit menjadi semakin kompleks dikarenakan
tingkat kesulitan (task difficulity) dan variabilitas tugas (task variability) audit yang semakin
tinggi2. Profesi akuntan publik sendiri saat ini mendapat sorotan yang sangat tajam. Akuntan
publik (baca : Auditor)sering dicap sebagai biang terjadinya masalah besar dalam perekonomian
negara. KAP dianggap tidak becus dalam melaksanakan kegiatan pemeriksaan dan lebih
mementingkan kepentingan klien.. Auditor menghadapi situasi dilematis dikarenakan
beragamnya kepentingan yang harus dipenuhi. Berbagai kasus yang terjadi mengidikasikan
kegagalan auditor dalam mengatasi kompleksitas pengauditan. Auditor tidak mampu
mengakomodasiberbagai kepentingan konstituen, auditor lebih berpihak kepada klien yang
dinilai lebihmenjamin eksistensinya (dikarenakan klien merupakan sumber pendanaan)
Hubungan Antara Anggaran Waktu Dengan Kualitas AuditDe zoort (2002) mendefinisikan tekanan anggaran waktu sebagai bentuk tekanan yang
muncul dari keterbatasan sumber daya yang dapat diberikan untuk melaksanakan tugas. Sumber
daya dapat diartikan sebagai waktu yang digunakan auditor dalam pelaksanaantugasnya.
Tekanan anggaran waktu adalah keadaan yang menunjukkan auditor dituntut untuk
melakukan efisiensi terhadap anggaran waktu yang telah disusun atau terdapat pembatasan
waktu dan anggaran yang sangat ketat dan kaku (Sososutikno, 2003). Tekanan anggaran waktu
merupakan faktor yang mempengaruhi kinerja seorang (Ahituv dan Igbaria, 1998). Bagi KAP
sendiri tekanan waktu merupakan kondisi yang tidak dapat dihindari dalam menghadapi iklim
persaingan antar KAP. KAP harus mampu mengalokasikan waktu secara tepat dalam
menentukan besarnya kos audit. Alokasi waktu yang terlalu lama dapat berarti kos audit yang
semakin besar, akibatnya klien akanmenanggung fee audit yang besar pula. Hal ini bisa menjadi
-
7/29/2019 Pengaruh Manajemen Laba Terhadap
6/14
kontraproduktif mengingatada kemungkinan klien memilih menggunakan KAP lain yang lebih
kompetitif.
Waktu pengauditan harus dialokasikan secara realistis, tidak terlalu lama atau terlalu
cepat. Waggoner dan Cashell (1991) menyatakan bahwa alokasi waktu yang terlalu lama justru
membuat auditor lebih banyak melamun/berangan-angan dan tidak termotivasi untuk lebih giat
dalam bekerja. Sebaliknya apabila alokasi waktu yang diberikan terlalu sempit, maka dapat
menyebabkan perilaku yang kontraproduktif, dikarenakan adanya tugas-tugas yang diabaikan.
Dalam risetnya ini, Waggoner dan Cashell (1991) menemukan bahwa makin sedikit waktu yang
disediakan (tekanan anggaran waktu semakin tinggi), maka makin besar transaksi yang tidak
diuji oleh auditor.
Anggaran waktu dianggap sebagai faktor timbulnya kerja audit dibawah standar dan
mendorong terjadinya pelanggaran terhadap standar audit dan perilaku-perilaku yang tidaketis
(Azad 1994). McDaniel (1990) menemukan bahwa tekanan anggaran waktu menyebabkan
menurunnya efektifitas dan efisiensi kegiatan pengauditan. Pada program terstruktur penurunan
efektifitas ini semakin besar, sementara pada program yang tidakterstruktur efisiensi audit akan
mengalami penurunan yang signifikan.Dari paparan ini tampak bahwa tekanan anggaran waktu
akan menghasilkan kinerja buruk auditor. Kualitas audit bisa menjadi semakin buruk, bila
alokasi waktu yang dianggaran tidak realistis dengan kompleksitas audit yang diembannya.
Coram dkk (2003) menghasilkan temuan terkait yang menunjukkan semakin menurunnya
kualitas auditdikarenakan anggaran waktu yang sangat ketat.
Teori Agensi
Perspektif hubungan keagenan merupakan dasar yang digunakan untuk memahami
hubungan antara manajer dan pemegang saham. Teori Agensi pertama kali dicetuskan oleh
Jensen dan Meckling pada tahun 1976. Menurut Jensen dan Meckling (dalam Ningsaptiti, 2010)
agency theory adalah sebuah kontrak antara manajer (agent) dengan pemilik (principal). Pada
perusahaan yang modalnya terdiri atas saham, pemegang saham bertindak sebagai prinsipal, dan
CEO (ChiefExecutive Officer) sebagai agen mereka. Prinsipal mempekerjakan agen untuk
melakukan tugas sesuai dengan kepentingan prinsipal, termasuk pendelegasian otorisasi
pengambilan keputusan dari prinsipal kepada agen (Anthony dan Govindarajan, 2005) Jensen
dan Meckling (dalam Rusmin, 2010) mengidentifikasi adanya dua hubungan agensi. Pertama,
hubungan antara manajer dengan pemegang saham (misalnya rencana bonus), dimana manajer
-
7/29/2019 Pengaruh Manajemen Laba Terhadap
7/14
bertindak sebagai agen untuk para pemegang saham yang dianggap sebagai pemilik. Kedua,
hubungan antara pemegang saham dengan kreditur (misalnya kontrak utang) di mana manajer
diasumsikan bertindak atas nama pemegang saham sehingga manajer adalah agen, sedangkan
kreditur sebagai prinsipal.
Scott (dalam Ujiyantho, 2007) menyatakan bahwa perusahaan mempunyai banyak
kontrak, misalnya kontrak kerja antara perusahaan dengan para manajernya. Bukti empiris dari
teori agensi melaporkan bahwa manajemen memiliki preferensi untuk mengelola laba dalam
rangka memperoleh manfaat dari proses kontrak kerja tersebut (Holthausen et al. dalam Rusmin
2010). Kondisi ini disebabkan karena adanya asimetri informasi antara agen dan prinsipal.
Beberapa penelitian membuktikan bahwa keberadaan asimetri informasi antara manajer dan
pemegang saham adalah kondisi yang diperlukan untuk melakukan manajemen laba (Dye, dalam
Rusmin 2010). Asimetri informasi (information asymmetry) yaitu suatu kondisi di mana ada
ketidakseimbangan perolehan informasi antara pihak manajemen dan pemegang saham. Manajer
memiliki informasi yang lebih banyak (full information) dibanding dengan pemegang saham
karena sebagai pengelola, manajer lebih mengetahui keadaan yang ada dalam perusahaan.
Informasi yang lebih sedikit yang dimiliki oleh pemegang saham dapat memicu manajer
menggunakan posisinya dalam perusahaan untuk mengelola laba yang dilaporkan (Lobo dan
Zhou dalam Rusmin 2010). Kondisi ini menyebabkan munculnya konflik kepentingan antara
pemegang saham (prinsipal) dengan manajer (agen). Di mana antara agen dan prinsipal ingin
memaksimumkan kesejahteraan masingmasing dengan informasi yang dimiliki. Untuk
meminimalisasi adanya asimetri informasi diperlukan adanya pihak ketiga yang independen
sebagai mediator hubungan antara prinsipal dan agen. Pihak ketiga ini berfungsi untuk
memonitor perilaku manajer agar bertindak sesuai dengan keinginan prinsipal.
Auditor merupakan pihak yang dianggap mampu menjembatani kepentingan pihak
prinsipal (shareholder) dan pihak manajer (agent) dalam mengelola keuangan perusahaan.
Auditor dapat menjadi mekanisme pengendalian terhadap manajemen agar menajemen
manyajikan informasi keuangan secara andal, dan terbebas dari praktik kecurangan akuntansi
(Nuryaman, 2008). Tugas auditor adalah memberikan penilaian secara independen dan
professional atas kehandalan dan kewajaran penyajian laporan keuangan perusahaan. Terdapat
dua proksi yang dapat digunakan untuk menggambarkan variabel kualitas auditor, yaitu ukuran
Kantor Akuntan Publik (KAP) dan spesialisasi industri KAP.
-
7/29/2019 Pengaruh Manajemen Laba Terhadap
8/14
Auditor yang spesialis dalam suatu industri umumnya menghasilkan audit dengan
kualitas yang lebih tinggi (Salomo et al 1999, Hogan dan Jeter 1999, dalam Lou dan Vasvari,
2009). Bedard dan Biggs (dalam Krishnan, 2003) menemukan bahwa auditor yang
berpengalaman dalam industri manufaktur lebih memiliki kemampuan dalam mengenali
kesalahan data perusahaan manufaktur klien dibandingkan dengan auditor yang memiliki sedikit
pengalaman dalam industri manufaktur. Oleh karena itu, auditor yang berpengalaman dala
industri tertentu lebih memiliki kemampuan dalam mendeteksi adanya praktik manajemen laba
yang dilakukan oleh manajer perusahaan.
Ukuran KAP akan berpengaruh terhadap kualitas audit yang dihasilkan. KAP big four
menghasilkan kualitas audit yang lebih tinggi dibandingkan dengan KAP non big four(Meutia,
2004; Rusmin 2010). Auditorbig fourmemiliki keahlian dan reputasi yang tinggi dibandingkan
dengan auditornon big four. Oleh karena itu, auditorbig fourakan berusaha sungguh-sungguh
dalam mempertahankan pangsa pasar, kepercayaan masyarakat, dan reputasinya dengan cara
memberi perlindungan kepada publik. Jika auditor ini tidak dapat mempertahankan reputasinya,
maka akan menimbulkan skeptisisme masyarakat terhadap kemampuan auditor dalam
mendeteksi adanya praktik manajemen laba (Sanjaya, 2008).
Manajemen Laba
Pengertian laba (earnings) yang dianut oleh struktur akuntansi didefinisikan sebagai perbedaan
antara pendapatan yang direalisasi dari transaksi yang terjadi selama satu periode dengan biaya
yang berkaitan dengan pendapatan tersebut (Ghozali dan Chariri, 2007). Belkaoui (1993) yang
dikutip dalam Ghozali dan Chariri (2007) menyebutkan bahwa laba akuntansi memiliki lima
karakteristik sebagai berikut :
1. Laba akuntansi didasarkan pada transaksi aktual terutama yang berasal dari penjualanbarang atau jasa.
2. Laba akuntansi didasarkan atas postulat periodisasi dan mengacu pada kinerja perusahaanselama satu periode tertentu.
3. Laba akuntansi didasarkan pada prinsip pendapatan yang memerlukan pemahamankhusus tentang definisi, pengukuran dan pengakuan pendapatan.
4. Laba akuntansi memerlukan pengukuran tentang biaya (expenses) dalam bentuk costhistory.
-
7/29/2019 Pengaruh Manajemen Laba Terhadap
9/14
5. Laba akuntansi menghendaki adanya penandingan (matching) antara pendapatan denganbiaya yang relevan dan berkaitan dengan pendapatan tersebut.
Informasi laba sebagai bagian dari laporan keuangan, sering menjadi target rekayasa melalui
tindakan oportunis manajemen untuk memaksimumkan kepuasannya, tetapi dapat merugikan
pemegang saham atau investor. Tindakan oportunis tersebut dilakukan dengan cara memilih
kebijakan akuntansi tertentu, sehingga laba perusahaan dapat diatur, dinaikkan atau diturunkan
sesuai dengan keinginannya (Nuryaman, 2008). Perilaku manajemen untuk mengatur laba sesuai
dengan keinginannya tersebut dikenal dengan istilah manajemen laba. Levitt Jr (dalam Rusmin
2010), mantan ketua Securities and Exchang Commission (SEC) Singapura menyatakan bahwa
praktik manajemen laba memiliki dampak negatif terhadap kehandalan dan kredibilitas laporan
keuangan. Manajemen laba merupakan salah satu faktor yang dapat mengurangi kredibilitas
laporan keuangan dan menambah bias dalam laporan keuangan, serta dapat mengganggu para
pemakai laporan keuangan dalam mempercayai angka-angka dalam laporan keuangan tersebut
(Setiawati dan Naim dalam Indriani, 2010). Sanjaya (2008) berpendapat bahwa ada beberapa
faktor yang dapat memotivasi manajer dalam melakukan manajemen laba, yaitu:
1. Motivasi bonusPara manajer yang bekerja pada perusahaan yang menerapkan rencana bonus akan
berusaha mengatur laba yang dilaporkannya dengan tujuan agar dapat memaksimalkan
jumlah bonus yang akan diterimanya.
2. Motivasi kontraktual lainnyaManajer suatu perusahaan yang memiliki rasio debt/equitybesar cenderung akan memilih
prosedur-prosedur akuntansi yang dapat memindahkan laba periode mendatang ke
periode berjalan. Manajer melakukan manajemen laba untuk memenuhi perjanjian
utangnya.
3. Motivasi politik Perusahaan besar cenderung menggunakan metode akuntansi yang dapatmengurangi laba periodiknya dibanding perusahaan kecil. Hal ini dilakukan untuk
memperoleh kemudahan dan fasilitas dari pemerintah.
4. Motivasi PajakManajer termotivasi melakukan manajemen laba karena income taxation. Manajer
melakukan manajemen laba untuk mengurangi besarnya pajak karena semakin tinggi laba
perusahaan maka akan semakin besar pula pajak yang akan dikenakan.
-
7/29/2019 Pengaruh Manajemen Laba Terhadap
10/14
5. Pergantian CEOMotivasi manajemen laba ada di sekitar waktu pergantian CEO. Biasanya CEO yang
akan pensiun atau masa kontraknya menjelang berakhir akan melakukan strategi
memaksimalkan jumlah pelaporan laba guna meningkatkan jumlah bonus yang akan
mereka terima.
6. Motivasi pasar modalMotivasi ini muncul karena informasi akuntansi digunakan secara luas oleh investor dan
para analis keuangan untuk menilai saham. Dengan demikian, kondisi ini memberikan
kesempatan bagi manajer untuk memanipulasi laba dengan cara mempengaruhi performa
harga saham jangka pendek.
Discretionary Accruals
Manajemen laba dapat terjadi karena penyusunan laporan keuanganmenggunakan dasar
akrual. Akuntansi berbasis akrual menggunakan prosedurakrual, deferral, pengalokasian yang
bertujuan untuk menghubungkanpendapatan, biaya, keuntungan (gains), dan kerugian (losses)
untukmenggambarkan kinerja perusahaan selama periode berjalan, meski kas belumditerima
dan dikeluarkan (Sulistyanto, 2008). Hal ini sesuai dengan definisiakutansi berbasis akrual yang
dikeluarkan olehFinancial Accounting Board Standard(FASB), yaitu
Accrual accounting attempts to record the financial effects on an entity of transactions
and other events and circumstances have the cash consequences for the entity in the
periods in which those transactions, events, and sircumstances occur rather than only in
the periods in which cash is received or paid by the entity (SFAC No. 6 paragraf 139).
Prinsip akuntansi memberikan kebebasan kepada manajer untukmelakukan perubahan
judgement, metode akuntansi, serta penggeseran biaya danpendapatan. Namun, jika hal itu
dilakukan manajer perusahaan untukmengoptimalkan kesejahteraan dan kepentingan pribadi dan
bukan karena kondisiperusahaan yang menghendaki perubahan, maka hal ini disebut manajemen
laba.Salah satu cara untuk mengukur manajemen laba adalah dengan menggunakan proksi
Discretionary Accruals (DAC).Menurut Healy (1985) dan De Angelo (1986) yang dikutip
dalam Gumanti(2001) konsep model akrual memiliki dua komponen, yaitu discretionary
accruals dan non discretionary accruals. Discretionary accruals merupakan komponenakrual
yang dapat diatur dan direkayasa sesuai dengan kebijakan (discretion) manajerial, sementara non
discretionary accruals merupakan komponen akrualyang tidak dapat diatur dan direkayasa
-
7/29/2019 Pengaruh Manajemen Laba Terhadap
11/14
sesuai dengan kebijakan manajerperusahaan. Manajer akan melakukan manajemen laba dengan
memanipulasiakrual-akrual tersebut untuk mencapai tingkat pendapatan yang diinginkan.
3. PenutupPenelitian ini secara umum bertujuan untuk menguji pengaruh akuntabilitas terhadap kualitas
hasil kerja auditor. Kualitas hasil kerja dalam penelitian ini menggunakan ketepatan waktu, mutu
pekerjaan, kerjasama team, kepuasan pemberi kerja, dan kompleksitas pekerjaan tinggi.
Penelitian ini menghasilkan kesimpulan sebagai berikut :
1. Hasil pengujian menunjukkan bahwa akuntabilitas yang dilakukan kantor akuntan publikdikota Bandung telah mencapai kriteria yang baik. Penerapan akuntabilitas dari segi
motivasi memiliki tingkatan tertinggi dengan kriteria sangat baik diikuti keyakinan
bahwa pekerjaan akan diperiksa oleh atasan dan terakhir adalah usaha/daya pikir.
2. Hasil pengujian kedua menunjukkan bahwa kualitas hasil kerja auditor pada kantorakuntan publik di kota Bandung telah mencapai kriteria yang baik. Tingkat kualitas hasil
kerja auditor pada kantor akuntan publik di kota Bandung dari segi kerjasama team
menempati posisi tertinggi dengan kriteria baik diikuti mutu pekerjaan, ketepatan waktu,
kepuasan pemberi kerja, dan terakhir kompleksitas pekerjaan tinggi.
3. Berdasarkan hasil analisis yang penulis lakukan dengan menggunakan metode korelasispareman rank didapat adanya pengaruh yang signifikan antara akuntabilitas dengan
kualitas hasil kerja auditor pada kantor akuntan publik di kota Bandung, artinya jika
tingkat akuntabilitas naik maka kualitas hasil kerja auditor juga akan naik, begitu pula
sebaliknya jika akuntabilitas menurun maka kualitas hasil kerja auditor juga akan. Hasil
perhitungan dari pengaruh akuntabilitas terhadap kualitas hasil kerja auditor adalah
sebesar 35% dan sisanya adalah 100% - 35% = 65% dipengaruhi oleh faktor-faktor lain
seperti etika auditor, independensi auditor, kompetensi auditor. Hal ini sejalan dengan
yang dilakukan oleh Nia Nelly Sari dan Diani Mardisar, Tan dan Alison.
Saran
Berdasarkan penelitian dan kesimpulan di atas, maka penulis menyampaikan beberapa saran bagi
kantor akuntan publik di kota bandung, mudah-mudahan bermanfaat dan dapat dijadikan sebagai
-
7/29/2019 Pengaruh Manajemen Laba Terhadap
12/14
bahan masukan untuk kemajuan kantor akuntan publik di Indonesia khususnya di kota Bandung.
Adapun saran-saran yang penulis maksudkan adalah sebagai berikut:
1. Bahwa pimpinan KAP harus lebih memberikan perhatian terhadap tingkat usaha/dayapikir sebagai wujud untuk meningkatkan akuntabilitas kantor akuntan publik di kota
Bandung.
2. Bahwa pimpinan KAP harus lebih memperhatikan supervisi tingkat kompleksitaspekerjaan yang dilakukan oleh staf
4. Daftar PustakaKamus Besar Akuntansi, 2004. Jakarta : Citra Harta Prima Mardiasmo, 2002.Akuntansi Sektor
Publik. Yogyakarta:Andi. Edisi II Masri Singarimbun dan Sofian Effendi, 1989.Metode
Penelitian Survei. Jakarta: LP3ES. Edisi revisi
Muindro Renyowijoyo, 2005.Persepsi Masyarakat dan Akuntan Tehadap Etika Profesi
Akuntan. Jurnal Bisnis dan Akuntansi. Vol. 7 No. 1. April 2005 hal 66-83 Slamet Sugiri dan
Nasuhi Hidayat, 2003.Persepsi Auditor dan Users Terhadap Laporan Audit danLaporan
Review. Jurnal Bisnis dan Akuntansi. Vol. 5, No. 3. Desember 2005 hal 301-321
Suryanita Weningtyas, dkk., 2007.Penghentian Prematur atas Prosedur Audit. Jurnal Riset
Akuntansi Indonesia. Vol.10, No.1. Januari 2007 Hal. 1-9 Susiana Arleen Herawaty, 2007.
Analisis Pengaruh Independensi, Mekanisme CorporateGovernance, dan Kualitas Audit
Terhadap Integritas Laporan Keuangan. Simposium Nasional Akuntansi X Unhas Makassar
2628 Juli 2007 Wilopo, 2006.Analisis Faktor-faktor yang Berpengaruh Terhadap
Kecenderungan KecuranganAkuntansi: Studi Pada Perusahaan Publik dan Badan Usaha
Milik Negara di Indonesia.
Arens, Elder, Beasley. 2001.Auditing dan Pelayanan Verifikasi. Edisi Terjemahan kesembilan.
Jilid 1. Jakarta: Gramedia
Assih, Prihati, Parawiyati, Ambar. 2005.Pengaruh Manajemn Laba pada Nilai dan Kinerja
Perusahaan. Fakultas Ekonomi Trisakti: Konferensi Nasional Akuntansi.
Belkoui, Ahmed R. 2000.Accounting Theory. Business Press.
Cooper, Donald R. dan C. William Emory.1997.Metode Penelitian Bisnis. Edise kelima. Jilid 1.
Jakarta: Erlangga.
-
7/29/2019 Pengaruh Manajemen Laba Terhadap
13/14
Gumanti. 2000.Earning Management Suatu Telaah Pustaka. Jurnal Akuntansi dan Keuangan
vol 2 no 2, Nopember 2000, 104-115.
Gumanti. 2001.Earning Management dalam Penawaran Saham Perdana di BEJ. Jurnal Riset
Akuntansi Indonesia vol. 4 no 2, 165-183.
Healy, P.M. and Wahlen. 1999.A Review of the Earning Management and An Instrumental
Variables Approach. Journal of Accounting Research, 33, 353-368.
Ikatan Akuntan Indonesia. 2002. Standar Akuntansi Keuangan. Jakarta: Salemba Empat.
Indriantoro dan Supomo. 2002.Metodologi Penelitian Bisnis untuk Akuntansi Manajemen.
Yogyakarta: BPFE.
Jones, Charles P. 2000.Investment Analysis and Management. John Willeys Sons 7
-
7/29/2019 Pengaruh Manajemen Laba Terhadap
14/14