pengaruh manajemen laba terhadap

Upload: tari-apriani

Post on 14-Apr-2018

214 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 7/29/2019 Pengaruh Manajemen Laba Terhadap

    1/14

    PENGARUH MANAJEMEN LABA TERHADAP

    KUALITAS AUDITOR

    TARI APRIANI

    C1C010131

    Abstrak

    Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis dan memberikan bukti empiris pengaruh

    manajemen laba terhadap kualitas auditor. Adanya asimetri informasimememotivasi manajemen

    untuk melakukan manipulasi terhadap kinerjanya denganmelakukan manajemen laba. Kualitas

    auditor dalam penelitian diproksikan dengan auditor spesialis industri dan auditor big four.

    Modifikasi Jones model digunakan untuk menghitung discretionary accruals (proksi dari

    manajemen laba).

    Penelitian ini menggunakan data sekunder yang berasal dari laporan keuangan

    perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2008-2009.

    Penelitian ini menggunakan metode purposive sampling dan didapat 128 observasi.

    Metode regresi linier berganda digunakan untuk menganalisis data dan mengembangkan model

    teori. Hasil penelitian mengindikasikan bahwa auditor spesialis industri dan auditor bigfour

    terbukti tidak berpengaruh terhadap manajemen laba.

    1. Latar BelakangKegagalan audit akhir-akhir ini telah mendorong penelitian internasional yang berkaitan

    dengan sifat dasar manajemen laba, hambatan, dan faktor-faktor yang mungkin

    mempengaruhinya (Arya et al., 2003; Imhoff, 2003; dalam Rusmin (2010). Terjadinya kasus

    kegagalan audit ini seringkali menimbulkan skeptisisme masyarakat mengenai ketidakmampuan

    perilaku auditor dalam berhadapan dengan klien yang dipersepsikan gagal menjalankan perannya

    sebagai auditor (Sulistyanto, 2008). Keberhasilan dan kinerja seseorang dalam suatu bidang

    pekerjaan banyak ditentukan oleh tingkat kompetensi, profesionalisme dan komitmennya

    terhadap bidang yang ditekuninya.

  • 7/29/2019 Pengaruh Manajemen Laba Terhadap

    2/14

    Bentuk kegagalan audit tersebut terjadi pada sejumlah perusahaan terkemuka seperti

    Enron, Worldcom, dan Xerox yang melibatkan banyak pihak dan berdampak luas. Sebagai

    contoh kasus Enron yang terjadi pada tahun 2000, melibatkan Chief Executive Officer (CEO),

    komisaris, komite audit, auditor internal sampai dengan auditor eksternal.

    Auditor seringkali bekerja dalam keterbatasan waktu. Setiap KAP perlu untuk

    mengestimasi waktu yang dibutuhkan (membuat anggaran waktu) dalam kegiatan pengauditan.

    waktu ini dibutuhkan guna menentukan kos audit dan mengukur efektifitas kinerja auditor

    (Waggoner dan Cashell 1991). Namun seringkali anggaran waktu tidak realistis dengan

    pekerjaan yang harus dilakukan, akibatnya muncul perilaku perilaku Kontra produktif yang

    menyebabkan kualitas audit menjadi lebih rendah. Anggaran waktu yang sangat terbatas ini salah

    satunya disebabkan oleh tingkat persaingan yang semakin tinggi antar kantor akuntan publik

    (KAP) (Irene,2007). Alokasi waktu yang lama seringkali tidak menguntungkan karena akan

    menyebabkan kos audit yang semakin tinggi. Klien bisa jadi berpindah ke KAP lain yang

    menawarkanfee audit yang lebih kompetitif (Waggoner dan Cashell 1991).

    Tuntutan laporan yang berkualitas dengan anggaran waktu terbatas tentu saja merupakan

    tekanan tersendiri bagi auditor. Dalam studinya, Azad (1994) menemukan bahwa kondisi yang

    tertekan (secara waktu), auditor cenderung berperilaku disfungsional. Riset Coram dkk (2003)

    menunjukkan terdapat penurunan kualitas audit pada auditor yang mengalami tekanan

    dikarenakan anggaran waktu yang sangat ketat.

    Situasi seperti ini merupakan tantangan tersendiri bagi auditor, karena dalam

    kompleksitas tugas yang semakin tinggi dan anggaran waktu yang terbatas, mereka dituntut

    untuk menghasilkan laporan audit yang berkualitas.

    Manajemen tanpa bantuan auditor Kantor Akuntan Publik tidak dapat meyakinkan pihak

    luar perusahaan bahwa laporan keuangan yang disajikan dapat dipercaya dan diandalkan dalam

    pengambilan keputusan karena pihak eksternal perusahaan menganggap bahwa manajemen

    memiliki kepentingan terhadap perusahaan tersebut, bentuk-bentuk kepentingan dalam perilaku

    negatif seperti: Perilaku tidak etis dalam perusahaan terdiri dari perilaku yang menyalahgunakan

    kedudukan/posisi (abuse potition), perilaku yang menyalahgunakan kekuasaan (abuse power),

    perilaku yang menyalahgunakan sumber daya organisasi (abuse resourses), serta perilaku yang

    tidak berbuat apa-apa (no action) (Wilopo, 2006:349). Kegiatan audit yang dilakukan harus oleh

    auditor yang profesional, karena Profesi akuntan Indonesia di masa akan datang akan

  • 7/29/2019 Pengaruh Manajemen Laba Terhadap

    3/14

    menghadapi tantangan yang semakin berat, untuk itu kesiapan yang menyangkut profesionalisme

    profesi mutlak diperlukan.(Machfoeedz dalam Reyowijoyo 2005:66-67), serta memiliki kualitas

    yang tinngi

    Secara makro, manajemen laba telah membuat dunia usaha seolah berubah menjadi

    sarang pelaku korupsi, kolusi, dan berbagai penyelewengan lain yang merugikan publik

    (Sulistyanto, 2008). Publik menganggap apa yang diinformasikan dunia usaha hanya merupakan

    akal-akalan pelakunya untuk memaksimalkan keuntungan pribadi dan kelompok tertentu, tanpa

    memperhatikan kepentingan pihak lain. Itu sebabnya mengapa publik meragukan

    informasiinformasi yang disajikan dalam laporan keuangan.

    2. PembahasanKualitas Audit

    Kualitas audit sulit diukur secara obyektif, sehingga para peneliti sebelumnya

    menggunakan berbagai dimensi kualitas audit. Mock dan Samet (1982) menyimpulkan 5

    karakteristik kualitas audit yaitu perencanaan, administrasi, prosedur, evaluasi dan perlakuan.

    Peneliti lain, Schoeder (1986) menyimpulkan 5 faktor penting penentu kualitas audit yaitu

    perhatian partner dan manajer KAP dalam audit, perencanaan dan pelaksanaan, komunikasi tim

    audit dengan manajemen klien, independensi anggota tim dan menjaga kemutakhiran audit. Bila

    dikaitkan dengan Standar Profesional Akuntan Publik (SPAP), independensi yang dimaksud

    adalah independensi senyatanya (independence in fact). Yang dimaksud dengan independensi

    senyatanya adalah bahwa seorang auditor harus bersifat obyektif, mempunyai kejujuran yang

    tinggi atau dengan kata lain auditor harus jujur mengungkapkan fakta apa adanya (Halim, 2004).

    Kualitas audit terkait dengan adanya jaminan auditor bahwa laporan keuangan tidak

    menyajikan kesalahan yang material atau memuat kecurangan (Wooten 2003). De Angelo

    sebagaimana dikutip Coram dkk (2003) menyatakan bahwa kualitas audit dapat dilihat dari

    tingkat kepatuhan auditor dalam melaksanakan berbagai tahapan yang seharusnya dilaksanakan

    dalam sebuah kegiatan pengauditan. Dari gambaran dua definisi tersebut paling tidak dapat

    disimpulkan bahwa kualitas audit menyangkut kepatuhan auditor dalam memenuhi hal yang

    bersifat prosedural untuk memastikan keyakinan terhadap keterandalan laporan keuangan.

  • 7/29/2019 Pengaruh Manajemen Laba Terhadap

    4/14

    Lebih lanjut, Carcello (1992) melakukan penelitian serupa yang menyimpulkan faktor

    pengalaman, pemahaman industri klien, respon atas kebutuhan klien dan ketaatan pada standar

    umum audit adalah faktor-faktor penentu kualitas audit (Halim, 2004). Sedangkan menurut

    Panduan Manajemen Pemeriksaan (BPK, 2002) standar kualitas audit terdiri dari : (1) kualitas

    strategis yang berarti hasil pemeriksaan harus memberikan informasi kepada pengguna laporan

    secara tepat waktu; (2) kualitas teknis berkaitan dengan penyajian temuan, simpulan dan opini

    atau saran pemeriksaan yaitu penyajiannya harus jelas, konsisten, accessible dan obyektif; (3)

    kualitas proses yang mengacu kepada proses kegiatan pemeriksaan sejak perencanaan,

    pelaksanaan, pelaporan sampai dengan tindak lanjut pemeriksaan.

    Kualitas Hasil Kerja

    Kualitas hasil kerja adalah jumlah respon yang benar yang diberikan seseorang dalam

    menyelesaikan sebuah pekerjaan yang dibandingkan dengan standar hasil kerja atau kriteria yang

    telah ditetapkan sebelumnya. (Diani Mardisar dan Nia Nelly Sari 2007:11). Sedangkan

    Kualitas kerja dari auditor dapat diketahui dari seberapa jauh auditor menjalankan prosedur-

    prosedur audit yang tercantum dalam program audit. (Suryanita Weningtyas, dkk. 2007:4)

    Prosedur audit meliputi langkah-langkah yang harus dilakukan oleh auditor dalam melakukan

    audit. Prosedur audit ini sangat diperlukan bagi asisten agar tidak melakukan penyimpangan dan

    dapat bekerja secara efisien dan efektif. (Malone dan Roberts dalam Suryanita Weningtyas, dkk

    2007:4) Prosedurprosedur audit yang mudah untuk dilakukan praktik penghentian prematur

    adalah: pemahaman bisnis (PSA No. 5 2001), pertimbangan pengendalian internal (PSA No. 69

    2001), internal auditor klien (PSA No. 33 2001), informasi asersi manajemen (PSA No. 7 2001),

    prosedur analitik (PSA No. 22 2001), Konfirmasi (PSA No. 7 2001), representasi manajemen

    (PSA No. 17 2001), pengujian pengendalian teknik berbantuan komputer (PSA No. 59 2001),

    sampling audit (PSA No. 26 2001), dan perhitungan fisik (PSA No. 7 2001) (Herningsih dalam

    Suryanita Weningtyas, dkk. 2007:4). Sedangkan kualitas hasil kerja dapat diukur dengan

    instrumen berikut ini: Mutu (baik/buruk) hasil pekerjaan yang diselesaikan pegawai atas

    pekerjaan yang diberikan atasan.

    Hubungan Antara Kompleksitas Audit Dengan Kualitas Audit

    Kompleksitas audit didasarkan pada persepsi individu tentang kesulitan suatu tugas audit.

    Persepsi ini menimbulkan kemungkinan bahwa suatu tugas audit sulit bagi seseorang, namun

    mungkin juga mudah bagi orang lain (Restu dan Indriantoro, 2000). Lebih lanjut, Restu dan

  • 7/29/2019 Pengaruh Manajemen Laba Terhadap

    5/14

    Indriantoro (2000) menyatakan bahwa kompleksitas muncul dariambiguitas dan struktur yang

    lemah, baik dalam tugas-tugas utama maupun tugas-tugas lain. Pada tugas-tugas yang

    membingungkan (ambigous) dan tidak terstruktur, alternatifalternatif yang ada tidak dapat

    diidentifikasi, sehingga data tidak dapat diperoleh danoutputnya tidak dapat diprediksi.

    Auditor seringkali berada dalam situasi dilematis, di satu sisi auditor harus bersikap

    independen dalam memberikan pendapat mengenai kewajaran laporan keuangan yangmemenuhi

    kepentingan berbagai pihak, akan tetapi di sisi lain auditor juga harus bisamemenuhi tuntutan

    yang diinginkan oleh klien agar klien puas dengan pekerjaannya dan tetap menggunakan jasa

    auditor yang sama di waktu yang akan datang. Audit menjadi semakin kompleks dikarenakan

    tingkat kesulitan (task difficulity) dan variabilitas tugas (task variability) audit yang semakin

    tinggi2. Profesi akuntan publik sendiri saat ini mendapat sorotan yang sangat tajam. Akuntan

    publik (baca : Auditor)sering dicap sebagai biang terjadinya masalah besar dalam perekonomian

    negara. KAP dianggap tidak becus dalam melaksanakan kegiatan pemeriksaan dan lebih

    mementingkan kepentingan klien.. Auditor menghadapi situasi dilematis dikarenakan

    beragamnya kepentingan yang harus dipenuhi. Berbagai kasus yang terjadi mengidikasikan

    kegagalan auditor dalam mengatasi kompleksitas pengauditan. Auditor tidak mampu

    mengakomodasiberbagai kepentingan konstituen, auditor lebih berpihak kepada klien yang

    dinilai lebihmenjamin eksistensinya (dikarenakan klien merupakan sumber pendanaan)

    Hubungan Antara Anggaran Waktu Dengan Kualitas AuditDe zoort (2002) mendefinisikan tekanan anggaran waktu sebagai bentuk tekanan yang

    muncul dari keterbatasan sumber daya yang dapat diberikan untuk melaksanakan tugas. Sumber

    daya dapat diartikan sebagai waktu yang digunakan auditor dalam pelaksanaantugasnya.

    Tekanan anggaran waktu adalah keadaan yang menunjukkan auditor dituntut untuk

    melakukan efisiensi terhadap anggaran waktu yang telah disusun atau terdapat pembatasan

    waktu dan anggaran yang sangat ketat dan kaku (Sososutikno, 2003). Tekanan anggaran waktu

    merupakan faktor yang mempengaruhi kinerja seorang (Ahituv dan Igbaria, 1998). Bagi KAP

    sendiri tekanan waktu merupakan kondisi yang tidak dapat dihindari dalam menghadapi iklim

    persaingan antar KAP. KAP harus mampu mengalokasikan waktu secara tepat dalam

    menentukan besarnya kos audit. Alokasi waktu yang terlalu lama dapat berarti kos audit yang

    semakin besar, akibatnya klien akanmenanggung fee audit yang besar pula. Hal ini bisa menjadi

  • 7/29/2019 Pengaruh Manajemen Laba Terhadap

    6/14

    kontraproduktif mengingatada kemungkinan klien memilih menggunakan KAP lain yang lebih

    kompetitif.

    Waktu pengauditan harus dialokasikan secara realistis, tidak terlalu lama atau terlalu

    cepat. Waggoner dan Cashell (1991) menyatakan bahwa alokasi waktu yang terlalu lama justru

    membuat auditor lebih banyak melamun/berangan-angan dan tidak termotivasi untuk lebih giat

    dalam bekerja. Sebaliknya apabila alokasi waktu yang diberikan terlalu sempit, maka dapat

    menyebabkan perilaku yang kontraproduktif, dikarenakan adanya tugas-tugas yang diabaikan.

    Dalam risetnya ini, Waggoner dan Cashell (1991) menemukan bahwa makin sedikit waktu yang

    disediakan (tekanan anggaran waktu semakin tinggi), maka makin besar transaksi yang tidak

    diuji oleh auditor.

    Anggaran waktu dianggap sebagai faktor timbulnya kerja audit dibawah standar dan

    mendorong terjadinya pelanggaran terhadap standar audit dan perilaku-perilaku yang tidaketis

    (Azad 1994). McDaniel (1990) menemukan bahwa tekanan anggaran waktu menyebabkan

    menurunnya efektifitas dan efisiensi kegiatan pengauditan. Pada program terstruktur penurunan

    efektifitas ini semakin besar, sementara pada program yang tidakterstruktur efisiensi audit akan

    mengalami penurunan yang signifikan.Dari paparan ini tampak bahwa tekanan anggaran waktu

    akan menghasilkan kinerja buruk auditor. Kualitas audit bisa menjadi semakin buruk, bila

    alokasi waktu yang dianggaran tidak realistis dengan kompleksitas audit yang diembannya.

    Coram dkk (2003) menghasilkan temuan terkait yang menunjukkan semakin menurunnya

    kualitas auditdikarenakan anggaran waktu yang sangat ketat.

    Teori Agensi

    Perspektif hubungan keagenan merupakan dasar yang digunakan untuk memahami

    hubungan antara manajer dan pemegang saham. Teori Agensi pertama kali dicetuskan oleh

    Jensen dan Meckling pada tahun 1976. Menurut Jensen dan Meckling (dalam Ningsaptiti, 2010)

    agency theory adalah sebuah kontrak antara manajer (agent) dengan pemilik (principal). Pada

    perusahaan yang modalnya terdiri atas saham, pemegang saham bertindak sebagai prinsipal, dan

    CEO (ChiefExecutive Officer) sebagai agen mereka. Prinsipal mempekerjakan agen untuk

    melakukan tugas sesuai dengan kepentingan prinsipal, termasuk pendelegasian otorisasi

    pengambilan keputusan dari prinsipal kepada agen (Anthony dan Govindarajan, 2005) Jensen

    dan Meckling (dalam Rusmin, 2010) mengidentifikasi adanya dua hubungan agensi. Pertama,

    hubungan antara manajer dengan pemegang saham (misalnya rencana bonus), dimana manajer

  • 7/29/2019 Pengaruh Manajemen Laba Terhadap

    7/14

    bertindak sebagai agen untuk para pemegang saham yang dianggap sebagai pemilik. Kedua,

    hubungan antara pemegang saham dengan kreditur (misalnya kontrak utang) di mana manajer

    diasumsikan bertindak atas nama pemegang saham sehingga manajer adalah agen, sedangkan

    kreditur sebagai prinsipal.

    Scott (dalam Ujiyantho, 2007) menyatakan bahwa perusahaan mempunyai banyak

    kontrak, misalnya kontrak kerja antara perusahaan dengan para manajernya. Bukti empiris dari

    teori agensi melaporkan bahwa manajemen memiliki preferensi untuk mengelola laba dalam

    rangka memperoleh manfaat dari proses kontrak kerja tersebut (Holthausen et al. dalam Rusmin

    2010). Kondisi ini disebabkan karena adanya asimetri informasi antara agen dan prinsipal.

    Beberapa penelitian membuktikan bahwa keberadaan asimetri informasi antara manajer dan

    pemegang saham adalah kondisi yang diperlukan untuk melakukan manajemen laba (Dye, dalam

    Rusmin 2010). Asimetri informasi (information asymmetry) yaitu suatu kondisi di mana ada

    ketidakseimbangan perolehan informasi antara pihak manajemen dan pemegang saham. Manajer

    memiliki informasi yang lebih banyak (full information) dibanding dengan pemegang saham

    karena sebagai pengelola, manajer lebih mengetahui keadaan yang ada dalam perusahaan.

    Informasi yang lebih sedikit yang dimiliki oleh pemegang saham dapat memicu manajer

    menggunakan posisinya dalam perusahaan untuk mengelola laba yang dilaporkan (Lobo dan

    Zhou dalam Rusmin 2010). Kondisi ini menyebabkan munculnya konflik kepentingan antara

    pemegang saham (prinsipal) dengan manajer (agen). Di mana antara agen dan prinsipal ingin

    memaksimumkan kesejahteraan masingmasing dengan informasi yang dimiliki. Untuk

    meminimalisasi adanya asimetri informasi diperlukan adanya pihak ketiga yang independen

    sebagai mediator hubungan antara prinsipal dan agen. Pihak ketiga ini berfungsi untuk

    memonitor perilaku manajer agar bertindak sesuai dengan keinginan prinsipal.

    Auditor merupakan pihak yang dianggap mampu menjembatani kepentingan pihak

    prinsipal (shareholder) dan pihak manajer (agent) dalam mengelola keuangan perusahaan.

    Auditor dapat menjadi mekanisme pengendalian terhadap manajemen agar menajemen

    manyajikan informasi keuangan secara andal, dan terbebas dari praktik kecurangan akuntansi

    (Nuryaman, 2008). Tugas auditor adalah memberikan penilaian secara independen dan

    professional atas kehandalan dan kewajaran penyajian laporan keuangan perusahaan. Terdapat

    dua proksi yang dapat digunakan untuk menggambarkan variabel kualitas auditor, yaitu ukuran

    Kantor Akuntan Publik (KAP) dan spesialisasi industri KAP.

  • 7/29/2019 Pengaruh Manajemen Laba Terhadap

    8/14

    Auditor yang spesialis dalam suatu industri umumnya menghasilkan audit dengan

    kualitas yang lebih tinggi (Salomo et al 1999, Hogan dan Jeter 1999, dalam Lou dan Vasvari,

    2009). Bedard dan Biggs (dalam Krishnan, 2003) menemukan bahwa auditor yang

    berpengalaman dalam industri manufaktur lebih memiliki kemampuan dalam mengenali

    kesalahan data perusahaan manufaktur klien dibandingkan dengan auditor yang memiliki sedikit

    pengalaman dalam industri manufaktur. Oleh karena itu, auditor yang berpengalaman dala

    industri tertentu lebih memiliki kemampuan dalam mendeteksi adanya praktik manajemen laba

    yang dilakukan oleh manajer perusahaan.

    Ukuran KAP akan berpengaruh terhadap kualitas audit yang dihasilkan. KAP big four

    menghasilkan kualitas audit yang lebih tinggi dibandingkan dengan KAP non big four(Meutia,

    2004; Rusmin 2010). Auditorbig fourmemiliki keahlian dan reputasi yang tinggi dibandingkan

    dengan auditornon big four. Oleh karena itu, auditorbig fourakan berusaha sungguh-sungguh

    dalam mempertahankan pangsa pasar, kepercayaan masyarakat, dan reputasinya dengan cara

    memberi perlindungan kepada publik. Jika auditor ini tidak dapat mempertahankan reputasinya,

    maka akan menimbulkan skeptisisme masyarakat terhadap kemampuan auditor dalam

    mendeteksi adanya praktik manajemen laba (Sanjaya, 2008).

    Manajemen Laba

    Pengertian laba (earnings) yang dianut oleh struktur akuntansi didefinisikan sebagai perbedaan

    antara pendapatan yang direalisasi dari transaksi yang terjadi selama satu periode dengan biaya

    yang berkaitan dengan pendapatan tersebut (Ghozali dan Chariri, 2007). Belkaoui (1993) yang

    dikutip dalam Ghozali dan Chariri (2007) menyebutkan bahwa laba akuntansi memiliki lima

    karakteristik sebagai berikut :

    1. Laba akuntansi didasarkan pada transaksi aktual terutama yang berasal dari penjualanbarang atau jasa.

    2. Laba akuntansi didasarkan atas postulat periodisasi dan mengacu pada kinerja perusahaanselama satu periode tertentu.

    3. Laba akuntansi didasarkan pada prinsip pendapatan yang memerlukan pemahamankhusus tentang definisi, pengukuran dan pengakuan pendapatan.

    4. Laba akuntansi memerlukan pengukuran tentang biaya (expenses) dalam bentuk costhistory.

  • 7/29/2019 Pengaruh Manajemen Laba Terhadap

    9/14

    5. Laba akuntansi menghendaki adanya penandingan (matching) antara pendapatan denganbiaya yang relevan dan berkaitan dengan pendapatan tersebut.

    Informasi laba sebagai bagian dari laporan keuangan, sering menjadi target rekayasa melalui

    tindakan oportunis manajemen untuk memaksimumkan kepuasannya, tetapi dapat merugikan

    pemegang saham atau investor. Tindakan oportunis tersebut dilakukan dengan cara memilih

    kebijakan akuntansi tertentu, sehingga laba perusahaan dapat diatur, dinaikkan atau diturunkan

    sesuai dengan keinginannya (Nuryaman, 2008). Perilaku manajemen untuk mengatur laba sesuai

    dengan keinginannya tersebut dikenal dengan istilah manajemen laba. Levitt Jr (dalam Rusmin

    2010), mantan ketua Securities and Exchang Commission (SEC) Singapura menyatakan bahwa

    praktik manajemen laba memiliki dampak negatif terhadap kehandalan dan kredibilitas laporan

    keuangan. Manajemen laba merupakan salah satu faktor yang dapat mengurangi kredibilitas

    laporan keuangan dan menambah bias dalam laporan keuangan, serta dapat mengganggu para

    pemakai laporan keuangan dalam mempercayai angka-angka dalam laporan keuangan tersebut

    (Setiawati dan Naim dalam Indriani, 2010). Sanjaya (2008) berpendapat bahwa ada beberapa

    faktor yang dapat memotivasi manajer dalam melakukan manajemen laba, yaitu:

    1. Motivasi bonusPara manajer yang bekerja pada perusahaan yang menerapkan rencana bonus akan

    berusaha mengatur laba yang dilaporkannya dengan tujuan agar dapat memaksimalkan

    jumlah bonus yang akan diterimanya.

    2. Motivasi kontraktual lainnyaManajer suatu perusahaan yang memiliki rasio debt/equitybesar cenderung akan memilih

    prosedur-prosedur akuntansi yang dapat memindahkan laba periode mendatang ke

    periode berjalan. Manajer melakukan manajemen laba untuk memenuhi perjanjian

    utangnya.

    3. Motivasi politik Perusahaan besar cenderung menggunakan metode akuntansi yang dapatmengurangi laba periodiknya dibanding perusahaan kecil. Hal ini dilakukan untuk

    memperoleh kemudahan dan fasilitas dari pemerintah.

    4. Motivasi PajakManajer termotivasi melakukan manajemen laba karena income taxation. Manajer

    melakukan manajemen laba untuk mengurangi besarnya pajak karena semakin tinggi laba

    perusahaan maka akan semakin besar pula pajak yang akan dikenakan.

  • 7/29/2019 Pengaruh Manajemen Laba Terhadap

    10/14

    5. Pergantian CEOMotivasi manajemen laba ada di sekitar waktu pergantian CEO. Biasanya CEO yang

    akan pensiun atau masa kontraknya menjelang berakhir akan melakukan strategi

    memaksimalkan jumlah pelaporan laba guna meningkatkan jumlah bonus yang akan

    mereka terima.

    6. Motivasi pasar modalMotivasi ini muncul karena informasi akuntansi digunakan secara luas oleh investor dan

    para analis keuangan untuk menilai saham. Dengan demikian, kondisi ini memberikan

    kesempatan bagi manajer untuk memanipulasi laba dengan cara mempengaruhi performa

    harga saham jangka pendek.

    Discretionary Accruals

    Manajemen laba dapat terjadi karena penyusunan laporan keuanganmenggunakan dasar

    akrual. Akuntansi berbasis akrual menggunakan prosedurakrual, deferral, pengalokasian yang

    bertujuan untuk menghubungkanpendapatan, biaya, keuntungan (gains), dan kerugian (losses)

    untukmenggambarkan kinerja perusahaan selama periode berjalan, meski kas belumditerima

    dan dikeluarkan (Sulistyanto, 2008). Hal ini sesuai dengan definisiakutansi berbasis akrual yang

    dikeluarkan olehFinancial Accounting Board Standard(FASB), yaitu

    Accrual accounting attempts to record the financial effects on an entity of transactions

    and other events and circumstances have the cash consequences for the entity in the

    periods in which those transactions, events, and sircumstances occur rather than only in

    the periods in which cash is received or paid by the entity (SFAC No. 6 paragraf 139).

    Prinsip akuntansi memberikan kebebasan kepada manajer untukmelakukan perubahan

    judgement, metode akuntansi, serta penggeseran biaya danpendapatan. Namun, jika hal itu

    dilakukan manajer perusahaan untukmengoptimalkan kesejahteraan dan kepentingan pribadi dan

    bukan karena kondisiperusahaan yang menghendaki perubahan, maka hal ini disebut manajemen

    laba.Salah satu cara untuk mengukur manajemen laba adalah dengan menggunakan proksi

    Discretionary Accruals (DAC).Menurut Healy (1985) dan De Angelo (1986) yang dikutip

    dalam Gumanti(2001) konsep model akrual memiliki dua komponen, yaitu discretionary

    accruals dan non discretionary accruals. Discretionary accruals merupakan komponenakrual

    yang dapat diatur dan direkayasa sesuai dengan kebijakan (discretion) manajerial, sementara non

    discretionary accruals merupakan komponen akrualyang tidak dapat diatur dan direkayasa

  • 7/29/2019 Pengaruh Manajemen Laba Terhadap

    11/14

    sesuai dengan kebijakan manajerperusahaan. Manajer akan melakukan manajemen laba dengan

    memanipulasiakrual-akrual tersebut untuk mencapai tingkat pendapatan yang diinginkan.

    3. PenutupPenelitian ini secara umum bertujuan untuk menguji pengaruh akuntabilitas terhadap kualitas

    hasil kerja auditor. Kualitas hasil kerja dalam penelitian ini menggunakan ketepatan waktu, mutu

    pekerjaan, kerjasama team, kepuasan pemberi kerja, dan kompleksitas pekerjaan tinggi.

    Penelitian ini menghasilkan kesimpulan sebagai berikut :

    1. Hasil pengujian menunjukkan bahwa akuntabilitas yang dilakukan kantor akuntan publikdikota Bandung telah mencapai kriteria yang baik. Penerapan akuntabilitas dari segi

    motivasi memiliki tingkatan tertinggi dengan kriteria sangat baik diikuti keyakinan

    bahwa pekerjaan akan diperiksa oleh atasan dan terakhir adalah usaha/daya pikir.

    2. Hasil pengujian kedua menunjukkan bahwa kualitas hasil kerja auditor pada kantorakuntan publik di kota Bandung telah mencapai kriteria yang baik. Tingkat kualitas hasil

    kerja auditor pada kantor akuntan publik di kota Bandung dari segi kerjasama team

    menempati posisi tertinggi dengan kriteria baik diikuti mutu pekerjaan, ketepatan waktu,

    kepuasan pemberi kerja, dan terakhir kompleksitas pekerjaan tinggi.

    3. Berdasarkan hasil analisis yang penulis lakukan dengan menggunakan metode korelasispareman rank didapat adanya pengaruh yang signifikan antara akuntabilitas dengan

    kualitas hasil kerja auditor pada kantor akuntan publik di kota Bandung, artinya jika

    tingkat akuntabilitas naik maka kualitas hasil kerja auditor juga akan naik, begitu pula

    sebaliknya jika akuntabilitas menurun maka kualitas hasil kerja auditor juga akan. Hasil

    perhitungan dari pengaruh akuntabilitas terhadap kualitas hasil kerja auditor adalah

    sebesar 35% dan sisanya adalah 100% - 35% = 65% dipengaruhi oleh faktor-faktor lain

    seperti etika auditor, independensi auditor, kompetensi auditor. Hal ini sejalan dengan

    yang dilakukan oleh Nia Nelly Sari dan Diani Mardisar, Tan dan Alison.

    Saran

    Berdasarkan penelitian dan kesimpulan di atas, maka penulis menyampaikan beberapa saran bagi

    kantor akuntan publik di kota bandung, mudah-mudahan bermanfaat dan dapat dijadikan sebagai

  • 7/29/2019 Pengaruh Manajemen Laba Terhadap

    12/14

    bahan masukan untuk kemajuan kantor akuntan publik di Indonesia khususnya di kota Bandung.

    Adapun saran-saran yang penulis maksudkan adalah sebagai berikut:

    1. Bahwa pimpinan KAP harus lebih memberikan perhatian terhadap tingkat usaha/dayapikir sebagai wujud untuk meningkatkan akuntabilitas kantor akuntan publik di kota

    Bandung.

    2. Bahwa pimpinan KAP harus lebih memperhatikan supervisi tingkat kompleksitaspekerjaan yang dilakukan oleh staf

    4. Daftar PustakaKamus Besar Akuntansi, 2004. Jakarta : Citra Harta Prima Mardiasmo, 2002.Akuntansi Sektor

    Publik. Yogyakarta:Andi. Edisi II Masri Singarimbun dan Sofian Effendi, 1989.Metode

    Penelitian Survei. Jakarta: LP3ES. Edisi revisi

    Muindro Renyowijoyo, 2005.Persepsi Masyarakat dan Akuntan Tehadap Etika Profesi

    Akuntan. Jurnal Bisnis dan Akuntansi. Vol. 7 No. 1. April 2005 hal 66-83 Slamet Sugiri dan

    Nasuhi Hidayat, 2003.Persepsi Auditor dan Users Terhadap Laporan Audit danLaporan

    Review. Jurnal Bisnis dan Akuntansi. Vol. 5, No. 3. Desember 2005 hal 301-321

    Suryanita Weningtyas, dkk., 2007.Penghentian Prematur atas Prosedur Audit. Jurnal Riset

    Akuntansi Indonesia. Vol.10, No.1. Januari 2007 Hal. 1-9 Susiana Arleen Herawaty, 2007.

    Analisis Pengaruh Independensi, Mekanisme CorporateGovernance, dan Kualitas Audit

    Terhadap Integritas Laporan Keuangan. Simposium Nasional Akuntansi X Unhas Makassar

    2628 Juli 2007 Wilopo, 2006.Analisis Faktor-faktor yang Berpengaruh Terhadap

    Kecenderungan KecuranganAkuntansi: Studi Pada Perusahaan Publik dan Badan Usaha

    Milik Negara di Indonesia.

    Arens, Elder, Beasley. 2001.Auditing dan Pelayanan Verifikasi. Edisi Terjemahan kesembilan.

    Jilid 1. Jakarta: Gramedia

    Assih, Prihati, Parawiyati, Ambar. 2005.Pengaruh Manajemn Laba pada Nilai dan Kinerja

    Perusahaan. Fakultas Ekonomi Trisakti: Konferensi Nasional Akuntansi.

    Belkoui, Ahmed R. 2000.Accounting Theory. Business Press.

    Cooper, Donald R. dan C. William Emory.1997.Metode Penelitian Bisnis. Edise kelima. Jilid 1.

    Jakarta: Erlangga.

  • 7/29/2019 Pengaruh Manajemen Laba Terhadap

    13/14

    Gumanti. 2000.Earning Management Suatu Telaah Pustaka. Jurnal Akuntansi dan Keuangan

    vol 2 no 2, Nopember 2000, 104-115.

    Gumanti. 2001.Earning Management dalam Penawaran Saham Perdana di BEJ. Jurnal Riset

    Akuntansi Indonesia vol. 4 no 2, 165-183.

    Healy, P.M. and Wahlen. 1999.A Review of the Earning Management and An Instrumental

    Variables Approach. Journal of Accounting Research, 33, 353-368.

    Ikatan Akuntan Indonesia. 2002. Standar Akuntansi Keuangan. Jakarta: Salemba Empat.

    Indriantoro dan Supomo. 2002.Metodologi Penelitian Bisnis untuk Akuntansi Manajemen.

    Yogyakarta: BPFE.

    Jones, Charles P. 2000.Investment Analysis and Management. John Willeys Sons 7

  • 7/29/2019 Pengaruh Manajemen Laba Terhadap

    14/14