pengaruh konsentrasi paklobutrazol pada …digilib.unila.ac.id/29634/3/skripsi tanpa bab...
TRANSCRIPT
PENGARUH KONSENTRASI PAKLOBUTRAZOL PADA PENAMPILAN
TANAMAN SEDAP MALAM (Polianthes tuberosa L.) DALAM POT
(Skripsi)
Oleh
RINA RISTIANI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2017
v
ABSTRAK
PENGARUH KONSENTRASI PAKLOBUTRAZOL PADA PENAMPILANTANAMAN SEDAP MALAM (Polianthes tuberosa L.) DALAM POT
Oleh
RINA RISTIANI
Tanaman sedap malam (Polianthes tuberosa L.) termasuk famili Amarylliddaceae
yang berasal dari Meksiko. Tanaman sedap malam merupakan tanaman hias
populer di Indonesia, karena memiliki bunga yang indah dan harum. Sampai saat
ini tanaman sedap malam diminati hanya dalam bentuk bunga potong dan bunga
tabur. Namun, tanaman sedap malam dapat dijadikan sebagai bunga pot dengan
membuat tangkai bunganya lebih pendek. Salah satu cara untuk mendapatkan
tanaman sedap malam yang memiliki kriteria sebagai bunga pot adalah dengan
pemberian zat penghambat tumbuh yaitu paklobutrazol.
Penelitian ini dilakukan di Rumah Kaca Gedung Hortikultura Fakultas Pertanian
Universitas Lampung pada bulan November 2016 sampai Agustus 2017,
bertujuan untuk mengetahui pengaruh konsentrasi paklobutrazol pada penampilan
tanaman sedap malam dalam pot dan mengetahui konsentrasi paklobutrazol
terbaik pada penampilan tanaman sedap malam dalam pot. Penelitian ini
menggunakan rancangan acak kelompok (RAK) dengan perlakuan tunggal 6 taraf
konsentrasi paklobutrazol yaitu 0 ppm, 75 ppm, 150 ppm, 225 ppm, 300 ppm, dan
375 ppm dengan 3 kali ulangan. Homogenitas ragam diuji dengan uji Barttlet dan
adivitas diuji dengan uji Tukey. Selanjutnya, diuji dengan uji Beda Nyata
Terkecil (BNT) pada taraf 5%. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian
konsentrasi paklobutrazol pada pertumbuhan vegetatif hanya berpengaruh nyata
pada lingkar batang semu dan semua variabel pada pertumbuhan generatif kecuali
panjang floret.
Kata kunci: Konsentrasi, Paklobutrazol, Sedap Malam.
Rina Ristiani
PENGARUH KONSENTRASI PAKLOBUTRAZOL PADA PENAMPILANTANAMAN SEDAP MALAM (Polianthes tuberosa L.) DALAM POT
Oleh
RINA RISTIANI
Skripsi
Sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelarSARJANA PERTANIAN
Pada
Jurusan AgroteknologiFakultas Pertanian Universitas Lampung
FAKULTAS PERTANIANUNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG2017
Rina Ristiani
PENGARUH KONSENTRASI PAKLOBUTRAZOL PADA PENAMPILANTANAMAN SEDAP MALAM (Polianthes tuberosa L.) DALAM POT
Oleh
RINA RISTIANI
Skripsi
Sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelarSARJANA PERTANIAN
Pada
Jurusan AgroteknologiFakultas Pertanian Universitas Lampung
FAKULTAS PERTANIANUNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG2017
Rina Ristiani
PENGARUH KONSENTRASI PAKLOBUTRAZOL PADA PENAMPILANTANAMAN SEDAP MALAM (Polianthes tuberosa L.) DALAM POT
Oleh
RINA RISTIANI
Skripsi
Sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelarSARJANA PERTANIAN
Pada
Jurusan AgroteknologiFakultas Pertanian Universitas Lampung
FAKULTAS PERTANIANUNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG2017
v
vii
Aku persembahkan karya ini kepada:
Kedua orangtuaku,Bapak Jajang Rohiman dan Ibu Lilis yang telah mencurahkan kasih sayang,
kesabaran, nasihat, motivasi, dan doa yang tiada henti;
Sahabat-sahabat yang selalu setia di saat suka dan duka yang telah membantu,memberi semangat, memotivasi, memberi nasihat, dan mendoakan selama ini;
Saudara dan rekan-rekanku yang selalu memberikan motivasi, dukungan, nasihat,dan doa selama ini; serta
Almamater tercinta,Universitas Lampung
“The more I pray. The more Allah shows me the way”(Rina Ristiani)
ix
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Bandung, pada tanggal 11 November 1994, sebagai anak
pertama dari tiga bersaudara, dari Bapak Jajang Rohiman dan Ibu Lilis.
Pendidikan Sekolah Dasar (SD) Negeri 3 Braja Sakti Way Jepara diselesaikan
pada tahun 2007, Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri 1 Way Jepara pada
tahun 2010, dan Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri 1 Bandar Sribhawono
pada tahun 2013.
Tahun 2013, penulis terdaftar sebagai mahasiswa Jurusan Agroteknologi Fakutas
Pertanian Universitas Lampung melalui jalur SNMPTN. Selama menjadi
mahasiswa penulis juga pernah aktif dalam organisasi KOPMA (Koperasi
Mahsiswa) sebagai anggota pada periode kepengurusan 2014/2015. Penulis juga
aktif dalam organisasi Perma AGT (Persatuan Mahasiswa Agroteknologi) sebagai
anggota pada periode kepengurusan 2014/2015. Tahun 2016, penulis melakukan
Kuliah Kerja Nyata (KKN) Universitas Lampung di Desa Margasari, Kecamatan
Labuhan Marigai, Kabupaten Lampung Timur dan Praktik Umum di Kebun
Begonia Lembang, Kabupaten Bandung Barat.
SANWACANA
Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas rahmat
dan hidayah-Nya skripsi ini dapat terselesaikan.
Skripsi dengan judul “Pengaruh Konsentrasi Paklobutrazol Pada Penampilan
Tanaman Sedap Malam (Polianthes tuberosa L.) dalam Pot” adalah salah satu
syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian di Universitas Lampung. Dalam
kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Ibu Ir. Rugayah, M.P., selaku pembimbing utama atas kesediaannya untuk
memberikan bantuan materi, tenaga, dan pikiran dalam proses penelitian,
serta saran, kritik, dan bimbingannya hingga skripsi selesai;
2. Bapak Ir. Kus Hendarto, M.S., selaku pembimbing kedua atas kesediaannya
memberikan bimbingan, saran dan kritik dalam proses penyelesaian skripsi;
3. Bapak Ir. Yohannes Cahya Ginting, M.P., selaku penguji utama skripsi ini
atas pemikiran, nasehat, motivasi, dan saran-sarannya;
4. Ibu Ir Ermawati, M.S., selaku pembimbing akademik atas motivasi dan
bimbingan yang diberikan selama penulis menempuh pendidikan;
5. Ibu Prof. Dr. Ir. Sri Yusnaini, M.Si., selaku Ketua Jurusan Agroteknologi;
6. Bapak Prof. Dr. Ir. Irwan Sukri Banuwa, M.Si., selaku Dekan Fakultas
Pertanian Universitas Lampung;
v
7. Bapak dan Ibu dosen yang telah memberikan pengetahuan dan bimbingan
selama menempuh studi di Universitas Lampung;
8. Bapak dan Ibu Staf administrasi Fakultas Pertanian Universitas Lampung;
9. Kedua orang tua penulis, Ayah (Jajang Rohiman) dan Ibu (Lilis), adik Risna
Rosmawati dan Siti Nurjanah, dan keluarga besar yang telah memberikan
doa, dukungan, motivasi, cinta, dan kasih sayang;
10. Fajar Riski Wijaya, S.H., yang telah membantu dalam proses penelitian
maupun penulisan, atas motivasi, dukungan, doa, dan semangat;
11. Saudara seperjuangan dalam penelitian yaitu Nur Iman Putri Kertamuda atas
kerjasamanya selama penelitian dan penulisan skripsi;
12. Mawadah Warohmah, Nurul Wakhidah, Reski Ramadhan, M. Saiful A.S., M.
Maruf Firdaus, Nur Kholis, Rian Adi Nata, Rindang Wicaksono, Resti Puspa
K.S., Nurul Amira A., Panca Sachina Y., Putri Septia Ningrum, Putri Setiani
dan teman-teman Agroteknologi kelas C yang telah membantu dalam proses
penelitian maupun penulisan, atas motivasi, dukungan, doa, dan semangat;
13. Ayu Septriana, S.T., Novia Pratiwi, S.TP., Novi Julia, Amd., Yelika Apiliani
Amd., Ulfa Hidayah, Okta Fitri, Amd., Pera Novalinda, Wia Mawarni,
Mawar Aprita, Rohmatul Uslah, Sarifah Mudaim, Sri Fauzia, dan Dina
Dharmayanti yang telah memberikan motivasi, dukungan, doa, dan semangat;
14. Semua pihak yang telah banyak membantu penulis dalam penyelesaian
skripsi ini.
Bandar Lampung, Desember 2017
Rina Ristiani
DAFTAR ISIHalaman
DAFTAR TABEL ................................................................................... iii
DAFTAR GAMBAR ............................................................................... vii
I. PENDAHULUAN ............................................................................ 1
1.1 Latar Belakang ............................................................................. 1
1.2 Perumusan Masalah ..................................................................... 3
1.3 Tujuan Penelitian ......................................................................... 3
1.4 Kerangka Pemikiran ..................................................................... 3
1.5 Hipotesis ....................................................................................... 5
II. TINJAUAN PUSTAKA ................................................................... 6
2.1 Tanaman Sedap Malam ................................................................ 6
2.2 Zat Pengatur Tumbuh ................................................................... 9
2.3 Paklobutrazol ............................................................................... 12
3.4.1 Persiapan media tanam ................................................... 173.4.2 Penyiapan bibit tanaman ................................................. 183.4.3 Penanaman ...................................................................... 183.4.4 Penyulaman ...................................................................... 193.4.5 Pemeliharaan .................................................................... 193.4.6 Pembuatan larutan paklobutrazol ..................................... 21
III. BAHAN DAN METODE ................................................................. 16
3.1 Tempat dan Waktu ....................................................................... 16
3.2 Alat dan Bahan ............................................................................. 16
3.3 Metode Penelitian ........................................................................ 16
3.4 Pelaksanaan Penelitian ................................................................. 16
ii
3.4.7 Pemberian larutan paklobutrazol ..................................... 23
3.5 Variabel Pengamatan ................................................................... 24
IV HASIL DAN PEMBAHASAN ........................................................ 26
4.1 Hasil Pengamatan ......................................................................... 26
4.1.1 Tinggi tanaman ............................................................... 274.1.2 Jumlah daun .................................................................... 274.1.3 Lingkar batang semu ........................................................ 274.1.4 Waktu muncul anakan ...................................................... 284.1.5 Jumlah anakan .................................................................. 294.1.6 Waktu muncul kuncup bunga .......................................... 294.1.7 Panjang tangkai bunga ..................................................... 304.1.8 Diameter tangkai bunga ................................................... 314.1.9 Panjang floret ................................................................... 314.1.10 Jumlah floret .................................................................... 324.1.11 Waktu mekar bunga ......................................................... 324.1.12 Masa mekar bunga ........................................................... 32
4.2 Pembahasan .................................................................................. 33
V. SIMPULAN DAN SARAN .............................................................. 36
4.2 Simpulan ...................................................................................... 36
5.2 Saran ............................................................................................ 36
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................. 37
LAMPIRAN ............................................................................................. 40
Tabel 2–37 ................................................................................................. 41
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1. Rekapitulasi analisis ragam pengaruh konsentrasi paklobutrazol padapenampilan tanaman sedap malam dalam pot pada fase vegetatif ..... 26
2. Rekapitulasi analisis ragam pengaruh konsentrasi paklobutrazol padapenampilan tanaman sedap malam dalam pot pada fase vegetatif ..... 27
3. Rata-rata hasil penelitian pengaruh paklobutrazol pada penampilanTanaman sedap malam dalam pot ..................................................... 28
4. Hasil pengamatan pengaruh konsentrasi paklobutrazol pada tinggitanaman sedap malam dalam pot ......................................................... 41
5. Uji homogenitas ragam pengaruh konsentrasi paklobutrazol pada tinggitanaman sedap malam dalam pot ......................................................... 41
6. Analisis ragam pengaruh konsentrasi paklobutrazol pada tinggi tanamansedap malam dalam pot........................................................................ 42
7. Uji orthogonal polinomial pengaruh konsentrasi paklobutrazol padatinggi tanaman sedap malam dalam pot ............................................ 42
8. Hasil pengamatan pengaruh konsentrasi paklobutrazol pada jumlah dauntanaman sedap malam dalam pot ......................................................... 42
9. Uji homogenitas ragam pengaruh konsentrasi paklobutrazol pada jumlahdaun tanaman sedap malam dalam pot ................................................ 43
10. Analisis ragam pengaruh konsentrasi paklobutrazol pada jumlah daunsedap malam dalam pot........................................................................ 43
11. Uji orthogonal polinomial pengaruh konsentrasi paklobutrazol padajumlah daun sedap malam dalam pot................................................... 44
12. Hasil pengamatan pengaruh konsentrasi paklobutrazol pada lingkar .batang semu tanaman sedap malam dalam pot .................................... 44
ii
13. Uji homogenitas ragam pengaruh konsentrasi paklobutrazol pada lingkarbatang semu tanaman sedap malam dalam pot .................................... 44
14. Analisis ragam pengaruh konsentrasi paklobutrazol pada lingkar batangsemu tanaman sedap malam dalam pot................................................ 45
15. Uji orthogonal polinomial pengaruh konsentrasi paklobutrazol padalingkar batang semu sedap malam dalam pot ...................................... 45
16. Hasil pengamatan pengaruh konsentrasi paklobutrazol pada waktumuncul anakan tanaman sedap malam dalam pot ................................ 45
17. Uji homogenitas ragam pengaruh konsentrasi paklobutrazol pada waktumuncul anakan tanaman sedap malam dalam pot ................................ 46
18. Analisis ragam pengaruh konsentrasi paklobutrazol pada waktu munculmuncul anakan tanaman sedap malam dalam pot ................................ 46
19. Uji orthogonal polinomial pengaruh konsentrasi paklobutrazol padawaktu muncul anakan sedap malam dalam pot.................................... 47
20. Hasil pengamatan pengaruh konsentrasi paklobutrazol pada jumlahanakan tanaman sedap malam dalam pot ............................................. 47
21. Uji homogenitas ragam pengaruh konsentrasi paklobutrazol padajumlah anakan tanaman sedap malam dalam pot................................. 47
22. Analisis ragam pengaruh konsentrasi paklobutrazol pada jumlah anakantanaman sedap malam dalam pot ......................................................... 48
23. Uji orthogonal polinomial pengaruh konsentrasi paklobutrazol padajumlah anakan sedap malam dalam pot ............................................... 48
24. Hasil pengamatan pengaruh konsentrasi paklobutrazol pada waktu munculkuncup bunga tanaman sedap malam dalam pot.................................. 48
25. Uji homogenitas ragam pengaruh konsentrasi paklobutrazol pada waktumuncul kuncup bunga tanaman sedap malam dalam pot..................... 49
26. Analisis ragam pengaruh konsentrasi paklobutrazol pada waktu munculkuncup bunga tanaman sedap malam dalam pot.................................. 49
27. Uji orthogonal polinomial pengaruh konsentrasi paklobutrazol padawaktu muncul kuncup bunga sedap malam dalam pot ........................ 50
28. Hasil pengamatan pengaruh konsentrasi paklobutrazol pada panjangtangkai bunga tanaman sedap malam dalam pot.................................. 50
iii
29. Uji homogenitas ragam pengaruh konsentrasi paklobutrazol padapanjang tangkai bunga tanaman sedap malam dalam pot .................... 50
30. Analisis ragam pengaruh konsentrasi paklobutrazol pada panjangtangkai bunga tanaman sedap malam dalam pot.................................. 51
31. Uji orthogonal polinomial pengaruh konsentrasi paklobutrazol padapanjang tangkai bunga sedap malam dalam pot .................................. 51
32. Hasil pengamatan pengaruh konsentrasi paklobutrazol pada diametertangkai bunga tanaman sedap malam dalam pot.................................. 51
33. Uji homogenitas ragam pengaruh konsentrasi paklobutrazol padadiameter tangkai bunga tanaman sedap malam dalam pot................... 52
34. Analisis ragam pengaruh konsentrasi paklobutrazol pada diametertangkai bunga tanaman sedap malam dalam pot.................................. 52
35. Uji orthogonal polinomial pengaruh konsentrasi paklobutrazol padadiameter tangkai bunga sedap malam dalam pot ................................. 53
36. Hasil pengamatan pengaruh konsentrasi paklobutrazol pada panjangfloret tanaman sedap malam dalam pot................................................ 53
37. Uji homogenitas ragam pengaruh konsentrasi paklobutrazolpada panjang floret tanaman sedap malam dalam pot ......................... 53
38. Analisis ragam pengaruh konsentrasi paklobutrazol pada panjangfloret tanaman sedap malam dalam pot................................................ 54
39. Uji orthogonal polinomial pengaruh konsentrasi paklobutrazol padapanjang floret sedap malam dalam pot ............................................... 54
40. Hasil pengamatan pengaruh konsentrasi paklobutrazol pada jumlahfloret tanaman sedap malam dalam pot................................................ 54
41. Uji homogenitas ragam pengaruh konsentrasi paklobutrazol pada jumlahfloret tanaman sedap malam dalam pot................................................ 55
42. Analisis ragam pengaruh konsentrasi paklobutrazol pada jumlahfloret tanaman sedap malam dalam pot................................................ 55
43. Uji orthogonal polinomial pengaruh konsentrasi paklobutrazol padajumlah floret sedap malam dalam pot .................................................. 56
44. Hasil pengamatan pengaruh konsentrasi paklobutrazol pada waktumekar bunga tanaman sedap malam dalam pot ................................... 56
iv
45. Uji homogenitas ragam pengaruh konsentrasi paklobutrazol pada waktumekar bunga tanaman sedap malam dalam pot ................................... 56
46. Analisis ragam pengaruh konsentrasi paklobutrazol pada waktu mekarbunga tanaman sedap malam dalam pot .............................................. 57
47. Uji orthogonal polinomial pengaruh konsentrasi paklobutrazol padawaktu mekar bunga sedap malam dalam pot ....................................... 57
48. Hasil pengamatan pengaruh konsentrasi paklobutrazol pada masa mekarbunga tanaman sedap malam dalam pot .............................................. 57
49. Uji homogenitas ragam pengaruh konsentrasi paklobutrazol pada masamekar bunga tanaman sedap malam dalam pot ................................... 58
50. Analisis ragam pengaruh konsentrasi paklobutrazol pada masa mekarbunga tanaman sedap malam dalam pot .............................................. 58
51. Uji orthogonal polinomial pengaruh konsentrasi paklobutrazol padamasa mekar bunga sedap malam dalam pot......................................... 59
vii
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
1. Rumus bangun paklobutrazol .............................................................. 12
2. Skema penghambatan sintesis asam giberelin oleh paklobutrazol .... 14
3. Media tanam yang digunakan: (a) pupuk kandang, (b) arang sekam,dan (c) tanah ....................................................................................... 17
4. Bibit tanaman sedap malam: (a) kelompok I, (b) kelompok II,Dan (c ) kelompok III. ........................................................................ 18
5. Penanaman sedap malam: (a) bibit tanaman direndam fungisiddan (b) penanaman tanaman sedap malam ........................................ 19
6. Pemupukan: (a) pemupukan NPK, (b) pemupukan Growmore, dan(c ) pupuk Gandasil B. ....................................................................... 20
7. Pengaruh konsentrasi paklobutrazol terhadap lingkar batang semu padaumur 13 minggu setelah aplikasi. ...................................................... 28
8. Pengaruh konsentrasi paklobutrazol terhadap waktu muncul anakantanaman sedap malam dalam pot ........................................................ 29
9. Pengaruh konsentrasi paklobutrazol terhadap waktu muncul kuncuptanaman sedap malam dalam pot. ........................................................ 30
10. Pengaruh konsentrasi paklobutrazol terhadap panjang tangkai bungapada umur 22 minggu setelah aplikasi ................................................ 30
11. Pengaruh konsentrasi paklobutrazol terhadap diameter tangkai bungapada umur 22 minggu setelah aplikasi. ................................................ 31
12. Pengaruh konsentrasi paklobutrazol pada aplikasi 22 minggu setelahtanam terhadap jumlah floret tanaman sedap malam........................... 32
13. Pengaruh konsentrasi paklobutrazol pada waktu mekar bunga tanamansedap malam dalam pot....................................................................... 32
viii
14. Pengaruh konsentrasi paklobutrazol terhadap masa mekar bunga padatanaman sedap malam dalam pot. ...................................................... 33
15. Pengaruh konsentrasi paklobutrazol pada penampilan tanaman sedapmalam dalam pot.................................................................................. 59
1
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang dan Masalah
Tanaman sedap malam (Polianthes tuberosa L.) termasuk famili Amaryllidaceae
yang berasal dari Meksiko. Tanaman ini telah beradaptasi di Indonesia tepatnya
di Bangil Kabupaten Pasuruan sejak 95 tahun yang lalu. Tanaman sedap malam
merupakan tanaman hias populer di Indonesia, karena memiliki bunga yang indah
dan harum (Prahardini, 2006). Menurut Zuhrah dkk (2010) kebutuhan tanaman
sedap malam (Polianthes tuberosa L.) semakin meningkat setiap tahunnya, baik
sebagai bunga potong, bunga tebar, maupun minyak aksiri. Menurut Badan Pusat
Statistik (2016) di Indonesia tanaman sedap malam merupakan salah satu tanaman
hias urutan ketiga yang paling banyak diminati oleh masyarakat setelah tanaman
mawar dan krisan. Produksi tanaman sedap malam pada tahaun 2014 mencapai
104.625.690 tangkai. Pada tahun 2015 mengalami kenaikan menjadi 116.687.423
tangkai. Peningkatan produktivitas tersebut sebesar 11,52%.
Tanaman sedap malam umumnya ditanam di lahan terbuka dan sampai saat ini
hanya diminati dalam bentuk bunga potong dan bunga tabur. Padahal, tanaman
sedap malam dapat dijadikan sebagai bunga pot. Tanaman hias dalam pot
menjadi salah satu alternatif untuk menciptakan tanaman hias yang dapat
dijadikan penghias dalam maupun luar ruangan. Selain itu juga, tanaman hias
2
dalam pot tidak memerlukan tempat yang luas dan perawatannya pun lebih
mudah, sehingga tanaman hias dalam pot lebih banyak diminati oleh masyarakat
terutama masyarakat perkotaan. Penampilan tanaman hias pot yang diminati oleh
masyarakat adalah mempunyai ruas yang pendek, daun yang rimbun, serta
bunganya yang seragam dan kompak. Salah satu cara untuk membuat penampilan
tanaman sedap malam yang memenuhi kriteria tersebut adalah dengan pemberian
zat pengatur tumbuh.
Zat pengatur tumbuh yang dapat menghambat pertumbuhan vegetatif dan memacu
pembungaan adalah paklobutrazol. Paklobutrazol merupakan zat pengatur
tumbuh yang dapat menghambat pertumbuhan vegetatif tanaman dengan cara
menghambat biosintesis giberelin dengan cara menghambat oksidasi kaurene
menjadi asam kaurenoat Wattimena dalam Pratiwi (2012). Giberelin merupakan
salah satu fitohormon yang merangsang pertumbuhan vegetatif. Apabila produksi
giberelin dihambat maka sel tetap membelah namun sel-sel baru tersebut tidak
memanjang sehingga didapatkan tanaman sedap malam dengan kriteria tanaman
hias dalam pot. Menurut Sandra (2007), efek paklobutrazol pada pertumbuhan
vegetatif adalah memperpendek ruas sehingga menghambat pertumbuhan tinggi
tanaman, memperbesar diameter batang tanaman, dan memperbanyak hasil
fotosintesis dalam tanaman. Penelitian tanaman sedap malam dalam pot belum
pernah dilakukan, sehingga konsentrasi paklobutrazol yang tepat belum diketahui.
Menurut Salisbury dan Ross (1995) pemberian zat pengatur tumbuh akan efektif
apabila konsentrasinya tepat. Aplikasi paklobutrazol dengan konsentrasi yang
berbeda diharapkan mendapat penggunaan zat pengatur tumbuh yang tepat dalam
menekan pertumbuhan tanaman dan memacu pembungaan.
3
1.2 Perumusan Masalah
Berdasarkan hasil-hasil penelitian penggunaan paklobutrazol terhadap berbagai
jenis tanaman hias tersebut, maka penelitian ini dilakukan untuk menjawab
permasalahan yang dirumuskan:
1. Apakah pemberian paklobutrazol memberikan pengaruh pada penampilan
tanaman sedap malam dalam pot?
2. Berapakah konsentrasi paklobutrazol terbaik yang memberikan pengaruh
pada penampilan tanaman sedap malam dalam pot?
1.3 Tujuan Penelitian
Berdasarkan identifikasi dan perumusan masalah, penelitian ini dilakukan dengan
tujuan:
1. Mengetahui pengaruh pemberian paklobutrazol pada penampilan tanaman
sedap malam.
2. Mengetahui konsentrasi paklobutrazol terbaik pada penampilan tanaman
sedap malam dalam pot.
1.4 Kerangka Pemikiran
Tanaman sedap malam termasuk ordo Amaryllidales dan famili Amaryllidaceae
yang telah lama dikenal oleh masyarakat Indonesia. Tanaman sedap malam
merupakan tanaman sukulen atau banyak mengandung air. Tanaman sedap
malam memiliki daun yang berbentuk pipih dan memiliki tangkai bunga yang
panjang. Bunga tanaman sedap malam berbentuk corong, berwarna putih dan
4
mengeluarkan aroma harum. Tanaman sedap merupakan salah satu tanaman hias
yang banyak dimintati oleh masyarakat terutama masyarakat Indonesia karena
memiliki bunga yang cantik dan aroma yang harum pada bunganya. Pada
umumnya tanaman sedap malam ditanam di lahan terbuka dan dinikmati dalam
bentuk bunga potong dan bunga tabur. Padahal tanaman sedap malam dapat
dijadikan sebagai tanaman hias pot, dengan membuat daunnya lebih rimbun, ruas
tangkai bunganya yang pendek, dan bunga yang seragam juga kompak. Tanaman
sedap malam merupakan tanaman semusim atau setahun tetapi dapat tumbuh lebih
dari setahun, sehingga untuk menjadikan tanaman sedap malam sebagai bunga pot
dapat diatasi dengan pengaturan pertumbuhan tanaman tersebut.
Pengaturan pertumbuhan tanaman sedap malam dapat dilakukan dengan
pemberian zat pengatur tumbuh yang dapat berfungsi menghambat pertumbuhan
tanaman, salah satunya yaitu paklobutrazol. Paklobutrazol merupakan salah satu
jenis retardan yang banyak digunakan untuk menghambat pertumbuhan vegetatif
dan mempercepat pembungaan pada tanaman hias. Pemberian paklobutrazol
tersebut diharapkan mampu menghasilkan tanaman sedap malam yang
penampilannya pendek, daun rimbun, dan jumlah bunga yang banyak juga
kompak.
Pengaruh pemberian paklobutrazol pada beberapa tanaman hias berbeda pada
berbagai taraf konsentrasi. Konsentrasi dan waktu pemberian yang tepat dapat
meningkatkan efektivitas penggunaan paklobutrazol. Oleh sebab itu untuk
mengetahui hal tersebut, perlu dilakukannya penelitian mengenai pemberian
paklobutrazol pada berbagai taraf konsentrasi yaitu 0, 75, 150, 225, 300 dan 375
5
ppm terhadap tanaman sedap malam. Pemberian paklobutrazol pada berbagai
konsentrasi tersebut diduga akan memberikan pengaruh yang berbeda terhadap
penampilan tanaman sedap malam dalam pot. Pemberian paklobutrazol tersebut
diharapakn dapat menghasilkan penampilan tanaman sedap malam yang memiliki
bunga yang serempak dan kompak.
1.5 Hipotesis
Berdasarkan kerangka pemikiran yang telah dibuat maka disusun hipotesis yaitu:
1. Terdapat perbedaan pada penampilan tanaman sedap malam dalam pot
antara yang diberi perlakuan paklobutrazol dengan tanpa diberi
paklobutrazol.
2. Terdapat konsentrasi paklobutrazol yang menghasilkan penampilan tanaman
sedap malam dalam pot yang terbaik.
6
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tanaman Sedap Malam
Tanaman sedap malam berasal dari Meksiko dan telah tersebar luas di Eropa,
Afrika, dan Asia, termasuk di Indonesia. Tanaman sedap malam termasuk
kedalam Kingdom Plantae; Divisi Spermatophyta; Kelas Monocotyledonae; Ordo
Amaryllidales; Famili Amaryllidaceae; Genus Polianthes; dan Spesies Polianthes.
tuberosa L (Rukmana, 1995).
Susunan tubuh tanaman sedap malam terdiri dari akar, batang (discus), umbi
(batang semu), daun, tangkai bunga dan kuntum bunga. Sistem perakaran
tanaman sedap malam adalah serabut yang keluar dari batang utama (discus) dan
menyebar ke segala arah dengan radius kedalaman 40–60 cm. Umbi-umbi
tanaman sedap malam merupakan batang semu yang berubah bentuk dan
fungsinya sebagai penyimpanan cadangan makanan. Umbi induk biasanya
berukuran besar dengan lapisan umbinya (bulbus) tidak begitu jelas, serta daging
umbinya berwarna putih bersih. Tiap rumpun tanaman sedap malam terdiri atas
satu atau lebih umbi induk dengan sekumpulan umbi anak. Daun tanaman sedap
malam berwarna hijau mengkilap dibagian permukaan atas dan berwarna hijau
muda dibawah permukaan daun. Daunnya berbentuk panjang dan pipih (tipis).
Menurut Sastromidjaja dalam Zuhrah dkk (2010) tanaman sedap malam memiliki
7
daun dengan panjang 30 – 45 cm dan lebar 1,30 cm. Tangkai bunga tanaman
sedap malam muncul dari ujung batang tanaman (titik tumbuh) yang berukuran
panjang dan beruas-ruas. Tiap ruas terdapat daun bunga yang bentuknya panjang
dan pipih, ukurannya lebih kecil dari daun normal (biasa). Tiap tangkai bunga
melekat 5 - 12 kuntum bunga atau lebih yang mekarnya tidak bersamaan. Bunga
tanaman sedap malam berbentuk corong dan mahkota bunganya berwarna putih
bersih. Diameter bunga saat mekar berkisar 2,5 – 5,4 cm. Bunga tanaman sedap
malam mengeluarkan wangi yang sangat harum. Lama kesegaran bunga setelah
dipotong, sekitar 5-10 hari (Rukmana, 1995).
Tanaman sedap malam merupakan tanaman semusim atau setahun tetapi dapat
tumbuh lebih dari setahun. Sedap malam termasuk tanaman yang banyak
mengandung air atau sukulen. Selama siklus hidupnya mengalami beberapa fase
pertumbuhan. Sejak umbi bibit ditanam, pada umur 1 – 2 minggu setelah tanam
fase perkecambahan atau tunas-tunas dan akar baru mulai tumbuh. Umur 3 – 5
minggu setelah tanam, daunnya mulai tumbuh. Umur 16–20 minggu,
pertumbuhan vegetatif telah mencapai maksimal. Kemudian umur 24–26 minggu
setelah tanam, sudah mengeluarkan tangkai bunga. Setelah itu, umur 7 – 8 bulan
setelah tanam bunga tanaman sedap malam dapat dipanen dengan ciri-ciri pada
setiap tangkai bunga telah mekar 2 – 3 kuntum bunga. Umbi anakan tumbuh
menjadi tanaman muda pada umur 36 minggu. Anakan yang sudah berumur 7 – 9
bulan dapat digunakan sebagai bakal bibit (Rukmana, 1995).
Tanaman sedap malam dapat tumbuh baik pada daerah dengan ketinggian 600-
1.500 m dpl. Namun, akan tumbuh optimal pada tempat dengan ketinggian 100-
8
900 m dpl. Suhu yang cocok untuk budidaya tanaman sedap malam adalah 13–
270C, dan curah hujan 1900 – 2500 mm/tahun. Tanaman sedap malam
memerlukan sinar matahari penuh, dan jenis tanah yang cocok adalah Andosol,
Latosol, dan Regosol. Tanah yang memiliki solum tebal, berwarna kecokelatan,
berstruktur remah, dan derajat kemasaman antara tanah asam sampai netral (pH 5
– 7) (Balithi, 2009).
Tanaman sedap malam memiliki dua varietas yang telah dikenal sejak dahulu,
yaitu tanaman sedap malam yang sering berbunga dengan kelopak bunganya
susunan petal hanya selapis atau tunggal, seperti Albino atau Mexican
Everblooming, serta tanaman sedap malam yang berbunga ganda dengan relatif
pendek, seperti the Pearl atau Drawf Pearl. Tanaman sedap malam tipe tunggal
kebanyakan berasal dari Pasuruan, Jawa Timur. Tanaman sedap malam varietas
lokal jenis semi ganda asal Pasuruan telah dilepas sebagai varietas unggul
nasional dengan nama Roro Anteng oleh Balai Pengkajian Teknologi Pertanian
Jawa Timur. Tanaman sedap malam jenis berbunga ganda asal Cianjur dilepas
oleh Balai Penelitian Tanaman Hias dengan nama varietas Dian Arum (Balithi,
2009). Tanaman sedap malam jenis berbunga ganda asal Lampung dilepas oleh
Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura Kabupaten Tanggamus dengan
nama varietas Wonotirto (Direktorat Perbenihan Hortikultura, 2017).
Tanaman sedap malam varietas Wonotirto dapat ditanam di dataran menengah.
Umur mulai berbunga yaitu pada 8 bulan setelah tanam dan dapat dipanen pada
umur 8,5 bulan setelah tanam. Tanaman ini memiliki umbi berwarna krim muda
dengan panjang 1,2 – 6,2 cm dan lebar 1 – 5 cm. Daun berbentuk pipih, panjang
9
dan berwarna hijau. Panjang daunnya yaitu 31 – 60 cm dan lebarnya 1 – 3 cm.
Jumlah anakan per rumpun terdapat 15 – 30 anakan. Tangkai bunganya berwarna
hijau dengan panjang 88 – 100 cm dan berdiameter 1,8 – 2,5 cm. Jumlah ruas
tangkai bunga ada 20 – 26 ruas dan tiap ruas melekat 2 kuntum bunga. Bunga
tanaman sedap malam varietas Wonotirto berbentuk terompet, berwarna putih dan
ada semburat merah pada kuncup bunga yang belum mekar. Jumlah helai
mahkota bunganya 22 – 28 helai, dengan panjang 2,5 – 4,2 cm dan lebar 1 – 1,4
cm. Diameter bunga kuncup berukuran 0,8 – 1 cm dan ukuran diameter bunga
mekar 3 – 3,5 cm. Jumlah bunga pertangkai ada 40- 52 bunga dengan susunan
kuntum bunga yang bersusun tingkat. Penciri utama tanaman sedap malam
varietas Wonotirto yang dapat membedakan dengan varietas lainnya yaitu
susunan helai mahkota bunga bertingkat (berlapis), tebal, harum, dan ada
semburat merah pada kuncup bunga yang belum mekar (Direktorat Perbenihan
Hortikultura, 2017).
2.2 Zat Pengatur Tumbuh dan Hormon
Zat pengatur tumbuh adalah senyawa organik yang bukan nutrien yang dalam
konsentrasi rendah dapat mempengaruhi proses fisiologis tanaman. Zat pengatur
tumbuh yang dihasilkan oleh tanaman disebut fitohormon, sedangkan yang
sentetik disebut zat pengatur tumbuh tanaman sintetik. Menurut Wattimena
dalam Salisbury dan Ross (1995), hormon merupakan senyawa organik yang aktif
dalam jumlah kecil atau konsentrasi rendah yang disintetiskan pada bagian
tertentu dari tanaman dan dipindahkan ke bagian lain dimana zat tersebut
menimbulkan respons secara biokimia, fisiologi, dan morfologi.
10
Ardigusa (2015) menyatakan bahwa hormon tumbuh terdapat dua macam, yaitu
fitohormon dan zat pengatur tumbuh eksogen yang dibuat oleh manusia atau
sintesis. Beberapa golongan senyawa organik (fitohormon) merupakan zat-zat
penggerek atau pemacu yang mengawali reaksi-reaksi biokimia mengubah
komposisi di dalam tanaman. Perubahan komposisi kimia tersebut, terjadilah
pembentukan organ-organ tanaman seperti tunas, daun, akar, dan bunga.
Hormon tanaman yang telah lama dikenal yaitu auksin, sitokinin, giberelin, etilen,
dan asam absisat. Auksin banyak digunakan petani untuk memacu pemanjangan
sel, merangsang pembentukan bunga dan buah, dan mengaktifkan kambium untuk
membentuk sel-sel baru. Sitokinin berfungsi untuk memacu pembelahan sel dan
pembentukan organ, menunda penuaan, dan memacu pembesaran sel pada
kotiledon dan daun tumbuhan dikotil. Jablonski dan Skoog dalam Salisbury dan
Ross (1995), menyatakan bahwa jika nisbah sitokinin-auksin tinggi maka sistem
tajuk yang berkembang kemudian akar-akar liar terbentuk secara spontan dari
batang saat masih di dalam kalus. Jika nisbah sitokinin-auksin rendah maka
pembentukan akar terpacu. Jika nisbah sitokinin-auksin sama maka akan tumbuh
sel meristem pada kalus, sel itu membelah dan mempengaruhi sel lainnya untuk
berekmbang menjadi kuncup, batang, dan daun. Etilen berfungsi untuk
merangsang pematangan buah, menyebabkan daun gugur, dan merangsang
penuaan. Giberelin berfungsi untuk mendorong pemanjangan sel, merangsang
pembungaan dan merangsang pembentukan enzim amilase yang berepran
memecah senyawa amilum yang terdapat pada endosperma (cadangan makanan)
menjadi senyawa glukosa. Asam absisat (ABA) adalah zat pengatur tumbuh yang
berfungsi menghambat pertumbuhan atau lawan giberelin. ABA berfungsi untuk
11
memacu dormansi, mencegah biji dari perkecambahan dan menyebabkan
gugurnya daun, bunga, dan buah (Salisbury dan Ross, 1995).
Retardan merupakan salah satu zat pengatur tumbuh eksogen atau tidak terdapat
secara alami dalam tanaman. Retardan adalah sekelompok senyawa pengatur
tumbuh yang dapat menghambat proses fisiologis dan biokimia dalam tubuh
tumbuhan (Wattimena, 1988). Jenis-jenis retardan yang diketahui sampai saat ini
adalah paklobutrazol, AMO 1618, Cycocel, dan Phosphon D.
Peran fisiologis dari retardan adalah menekan perpanjangan batang, mempertebal
batang, mendorong pembungaan, mendorong pembentukan pigmen (klorofil,
xantofil, dan antocyanin), mencegah etiolasi, mempertinggi perakaran setek,
menghambat senescence, memperpanjang umur panen bahan segar (bunga, buah,
sayur), tahan terhadap stress dan mengurangi kerusakan yang disebabkan oleh
polutan udara seperti O3 (ozon) dan SO2 (Cathey, 1975).
Beberapa faktor yang mempengaruhi keberhasilan pemakaian ZPT antara lain
dosis, kedewasaan tanaman, dan lingkungan. Pemberian ZPT pada tanaman yang
belum dewasa justru akan memperburuk pertumbuhannya, karena secara
fisiologis tanaman tersebut belum mampu berbunga. Faktor lingkungan yaitu
suhu, kelembaban, curah hujan, cuaca, dan cahaya sangat berpengaruh terhadap
aplikasi ZPT. Bila kondisi lingkungan sesuai dengan kebutuhan tanaman, ZPT
yang diberikan akan dapat segera diserap tanaman. Penggunaan dosis ZPT yang
tepat dapat mempengaruhi proses pembungaan tanaman. Dosis yang kurang atau
berlebihan menyebabkan pengaruh ZPT menjadi hilang, sedangkan dosis yang
12
tinggi akan menghambat pertumbuhan dan perkembangan tanaman (Endah,
2001).
2.3 Paklobutrazol
Paklobutrazol pertama kali dikembangkan oleh ICI (Imperial Chemical Industries)
Amerika Serikat sebagai suatu zat penghambat tumbuh yang potensial untuk
tanaman ornamental dan agronomi ICI dalam Wahyurini (2012). Nama umum
paklobutrazol adalah ICI-PP-333. Rumus empiris atau susunan kimia
paklobutrazol adalah C15H20CIN3O (Gambar 1). Nama kimia paklobutrazol
adalah (2RS, 3RS)-1-(4-chlorophenyl)-4,4-dimethyl-2-(1,2,4-triazol-1-yl)-pentan-
3-ol (Gambar. 1) Sponsel dalam Wahyurini (2012). Cara aplikasi paklobutrazol
harus mempertahankan sistem budidaya, tipe tanah, dan iklim ICI dalam
Wahyurini (2012).
Gambar 1. Rumus bangun paklobutrazol Sponsel dalam Wahyurini (2012)
Paklobutrazol merupakan salah satu bentuk zat pengatur tumbuh yang bersifat
menghambat biosintesis giberelin sehingga pertumbuhan vegetatif tanaman
terhambat. Prinsip kerja paklobutrazol adalah menghambat reaksi oksidasi antara
kauren dan asam kaurenoat pada sintesis giberelin (Gambar 2). Adanya
penghambatan tersebut menyebabkan pengurangan kecepatan dalam pembelahan
13
sel, pengurangan pertumbuhan vegetatif, dan secara tidak langsung akan
mengalihkan asimilatke pertumbuhan reproduktif untuk pembentukan bunga dan
perkembangan buah (Widaryanto, 2011).
Redaksi Agromedia dalam Pratiwi (2012) menyatakan bahwa paklobutrazol dapat
menghambat pertumbuhan sel meristem dan merangsang pembentukan bunga
melalui dua cara. Pertama, dengan mengubah keseimbangan hormon yang
menginduksi etilen untuk merangsang pembungaan. Kedua, dengan menekan laju
pertumbuhan, sehingga mengurangi akumulasi nitrogen. Aplikasi paklobutrazol
dapat meningkatkan respirasi dan mempengaruhi keseimbangan karbohidrat
dalam jaringan tanaman. Paklobutrazol juga mampu menghambat aktivitas enzim
yang berperan dalam biosintesis giberelin. Akibatnya sintesis asam absisat
meningkat dan memacu munculnya bunga (Herawati, 2012). Weaver dalam
Wahyurini (2012) menyatakan bahwa paklobutrazol akan menghambat biosintesis
giberelin pada meristem sub apikal, yang selanjutnya akan menyebabkan
penurunan laju pembelahan sel sehingga menghambat pertumbuhan vegetatif dan
secara tidak langsung akan mengalihkan fotosintat ke pertumbuhan reproduktif
yang diperlukan untuk membentuk bunga, buah dan perkembangan buah.
Aplikasi paklobutrazol harus dilakukan dengan tepat, yaitu saat memasuki fase
generatif (Herawati, 2012). Penggunaan paklobutrazol dapat melalui beberapa
cara, antara lain dengan penyiraman pada media tumbuh (media drench),
penyemprotan pada daun tanaman (foliar spray), serta melalui injeksi pada batang
tanaman (injection) (Widaryanto, 2011). Menurut Andriansen (1983)
paklobutrazol dapat diberikan secara langsung pada daun atau melalui tanah.
14
Paklobutrazol diserap oleh tanaman melalui daun, pembuluh batang atau akar,
kemudian ditranslokasikan secara akropetal melalui xilem ke bagian tanaman
yang lain ICI dalam Wahyurini (2012).
Menurut Wattimena dalam Wahyurini (2012) mekanisme penghambatan
biosintesis giberelin oleh paklobutrazol adalah:
Gambar 2. Skema penghambatan sintesis asam giberelin oleh paklobutrazol
Keterangan:
MVA : Asam Mevalonat
IPP : Isopentenil Pirofosfat
FPP : Farnesil Pirofosfat
GGPP : Geranil-Geranil Pirofosfat
CPP : Copalil Pirofosfat
Penelitian Setyaningrum dan Wahyurini (2004) pada tanaman melati putih
pemberian paklobutrazol 400 ppm menghasilkan jumlah bunga, kandungan
15
klorofil dan bobot bunga per tanaman yang nyata lebih baik dibanding tanpa
pemberian paklobutrazol. Pada tanaman Sanseviera trifasciata ukuran ≥ 65 cm
pemberian paklobutrazol dengan konsentrasi 250 ppm lebih cepat menghasilkan
anakan (Ardigusa dan Sukma, 2015). Rosmanita (2008) menyatakan bahwa
paklobutrazol dengan konsentrasi 600 ppm menghasilkan ruas batang lebih
pendek dan meningkatkan jumlah tunas berbunga melati (Jasminum sambac).
Perlakuan paklobutrazol dengan konsentrasi 500 ppm dapat mengakibatkan
batang tanaman bugenvil lebih pendek, dan pada konsentrasi 250 dan 500 ppm
dapat menghasilkan cluster dan total bunga terbanyak (Nasrullah dkk., 2012).
Menurut Santiasrini (2009) pemberian paklobutrazol efektif menekan tinggi
batang tanaman pelargonium yang diaplikasikan secara spray dengan konsentrasi
80 ppm. Pada penelitian Sirait (2002) pemberian paklobutrazol melalui
penyemprotan pada daun dengan konsentrasi 75, 150, dan 300 ppm pada tanaman
gardenia tidak berpengaruh pada terbentuknya kuncup bunga. Oktarisa dalam
Timur dkk. (2015) mengungkapkan bahwa pemberian paklobutrazol pada
tanaman mahkota duri dengan konsentrasi 250 ppm dapat mengurangi panjang
tunas, mengurangi jumlah tunas, mempercepat waktu muncul kuncup bunga, dan
meningkatkan jumlah bunga per tanaman. Widianingrum (2005) menyatakan
bahwa paklobutrazol yang memberikan pengaruh terhadap penampilan bunga
melati terbaik sebagai bunga pot adalah berkisar antara 200 sampai 400 ppm.
Pada penelitian Timur dkk. (2015) pemberian paklobutrazol dengan konsentrasi
200 ppm dapat memperpendek tinggi tanaman, mengurangi penambahan jumlah
daun, dan mengurangi jumlah tunas pada tanaman gerbera lokal.
16
III. BAHAN DAN METODE
3.1 Tempat dan Waktu
Penelitian ini dilakukan pada bulan November 2016 sampai bulan Agustus 2017,
di rumah kaca tanaman hias lantai empat, Gedung Hortikultura, Universitas
Lampung.
3.2 Alat dan Bahan
Penelitian ini menggunakan bahan-bahan diantaranya adalah bibit tanaman sedap
malam, tanah, pupuk kandang, paklobutrazol 25%, fungisida bahan aktif
Mankozeb 80%, insektisida Sipemetrin 50 g/l, pupuk NPK Nitrophoska
(15:15:15), pupuk daun Growmore (32:10:10), Gandasil B (6:20:30) dan air.
Alat-alat yang akan digunakan dalam penelitian ini meliputi pot berdiameter 24
cm, cangkul, ember, timbangan, hand sprayer, gelas ukur, jangka sorong, alat
tugal, karung, penggaris, gunting, gembor, tali rafia, alat tulis, buku tulis, dan
kamera.
3.3 Metode Penelitian
Rancangan percobaan yang digunakan dalam penelitian ini adalah Rancangan
Acak Kelompok (RAK) yang terdiri dari enam perlakuan tunggal dengan tiga
ulangan. Setiap ulangan terdiri dari tiga pot, sehingga total pot adalah 54 pot.
17
Perlakukan yang diterapkan adalah enam konsentrasi paklobutrazol (P) yang
terdiri dari enam taraf yaitu: 0 ppm (p0), 75 ppm (p1), 150 ppm (p2), 225 ppm (p3),
300 ppm (p4), 375 ppm (p5). Homogenitas data akan diuji dengan uji Barlett dan
kemenambahan data (aditivitas) diuji dengan uji Tukey. Jika asumsi terpenuhi,
maka data akan dianalisis dengan sidik ragam dan dilanjutkan dengan uji
Polinomial orthogonal.
3.4 Pelaksanaan Penelitian
3.4.1 Persiapan media tanam
Pot berdiameter 24 cm diisi dengan media tanam yaitu berupa campuran tanah,
arang sekam bakar murni dan pupuk kandang dengan perbandingan 2 : 1 : 1
(Gambar 2). Dua ember tanah dicampur dengan satu ember arang sekam bakar
murni dan satu ember pupuk kandang. Setelah itu diaduk sampai homogen, lalu
dimasukkan ke dalam pot sampai batas garis pada pot. Kemudian media tanam
diukur pH nya dengan menggunakan pH meter. Setelah itu media tanam disiram
dengan menggunakan fungisida dengan bahan aktif Mankozeb 80% dengan
konsentrasi 2 g/l.
Gambar 3. Media tanam yang digunakan: (a) pupuk kandang, (b) arang
sekam, dan (c) tanah.
a b c
18
3.4.2 Penyiapan bibit tanaman
Penyiapan bibit tanam yaitu dengan cara memisahkan anakan dari induknya atau
pembagain rumpun. Kemudian anakan atau rumpun tanaman tersebut dibersihkan
dari tanah dan benda lain yang menempel. Setelah itu masing-masing rumpun
tersebut dikelompokkan menjadi tiga kelompok berdasarkan ukuran umbi
tanaman. Kelompok I (besar: ≥ 2 cm), kelompok II (sedang: 1,5-2 cm), dan
kelompok 3 (kecil: 1,5-1 cm) seperti yang terlihat pada Gambar 3.
Gambar 4. Bibit tanaman sedap malam: (a) kelompok I, (b) kelompok II,
(c)kelompok III.
3.4.3 Penanaman
Penanaman dilakukan pada pot berdiameter 24 cm yang telah diisi dengan media
tanam. Sebelum dilakukan penanaman akar dan umbi tanaman sedap malam
direndam dalam fungisida dengan bahan aktif Mankozeb 80% kurang lebih 15
menit. Setelah itu dilakukan pemotongan pada akar yang terlalu panjang dengan
menyisakan kurang lebih 3–5 cm. Penanaman dilakukan dengan cara
memasukkan bibit anakan ke dalam lubang yang telah dibuat pada media tanam
dalam pot. Setiap pot ditanam satu bibit anakan sedap malam (Gambar 4).
a b c
19
Bibit anakan dibenamkan sampai pangkal batang dan kemudian tanah di
sekitarnya dipadatkan.
Gambar 5. Penanaman sedap malam: (a) bibit tanaman direndam fungisida dan
(b) penanaman tanaman sedap malam
3.4.4 Penyulaman
Penyulaman dilakukan apabila terdapat tanaman sedap malam yang mati atau
tidak tumbuh dengan baik. Penyulaman dilakukan dengan cara yang sama seperti
penanaman namun dilakukan pada 1 MST. Penyulaman dilakukan dengan
mengguanakan stok tanaman sedap malam yang ada dan disesuaikan dengan
daiemeter umbinya.
3.4.5 Pemeliharaan
Pemeliharaan tanaman dilakukan agar pertumbuhan dan perkembangan tanaman
berjalan dengan baik. Pemeliharaan tanaman terdiri dari pemupukan,
pengendalian hama dan penyakit, penyiangan gulma, dan penyiraman. Kegiatan
pemeliharaan tersebut diantaranya adalah sebagai berikut:
a b
20
3.4.5.1 Pemupukan
Pupuk yang diberikan pada tanaman sedap malam berupa pupuk NPK
Nitrophoska (15:15:15) dengan dosis 3 g/pot dan diberikan pada satu minggu
setelah tanam. Pemberian pupuk NPK Nitrophoska yang kedua dilakukan pada
sembilan minggu setelah tanam dengan dosis 10 g/pot. Pemberian pupuk NPK
dilakukan dengan cara dibenamkan dalam media tanam yang dibuat melingkar
dengan jarak 7 cm dari tanaman. Setelah tiga minggu sejak tanam, dilakukan
pemberian pupuk daun Growmore (32:10:10) dengan konsentrasi 2 g/l. Pupuk
daun Growmore diberikan dengan cara disemprotkan pada tanaman dengan
menggunakan hand sprayer. Pemberian pupuk daun Growmore dilakukan satu
kali dalam seminggu sampai umur sepuluh minggu sejak tanam. Setelah itu
dilakukan pemberian pupuk Gandasil B (6:20:30) dengan konsentrasi 2 g/l.
Pupuk Gandasil B diberikan dengan cara disemprotkan pada tanaman dengan
menggunakan hand sprayer setiap satu minggu sekali dengan tujuaan untuk
memacu pertumbuhan generatif tanaman. Cara pemberian ketiga jenis pupuk
tersebut dapat dilihat pada Gambar 5.
Gambar 6. Pemupukan: (a) pemupukan NPK, (b) pemupukan Growmore,
dan (c) pupuk Gandasil B.
a b c
21
3.4.5.2 Pengendalian hama dan penyakit
Pengendalian hama dilakukan dengan cara kimia yaitu dengan menggunakan
insektisida dengan bahan aktif Sipemetrin 50 g/l. Insektisida diberikan dengan
cara disemprotkan pada tanaman yang terserang hama dengan konsentrasi 2 ml/l.
Pengendalian penyakit menggunakan fungisida dengan bahan aktif Mankozeb
80%. Pemberian fungisida dilakukan dengan cara disemprotkan pada tanaman
yang terserang penyakit dengan konsentrasi 2 g/l.
3.4.5.3 Pengendalian gulma
Pengendalian gulma dilakukan dengan cara mekanis yaitu dengan cara menyiangi
gulma atau tanaman yang bukan merupakan tanaman pokok. Dilakukan
pembuangan atau pemangkasan pada daun-daun yang kering ata rusak.
3.4.5.4 Penyiraman
Penyiraman dilakukan untuk memenuhi kebutuhan air tanaman. Penyiraman
tanaman sedap malam dilakukan satu kali dalam sehari yaitu pada pagi hari.
Tetapi jika cuaca sangat panas, penyiraman dapat dilakukan dua kali dalam sehari
yaitu pada pagi dan sore hari. Penyiraman dilakukan dengan cara air disiramkan
pada permukaan atas media tanam.
3.4.6 Pembuatan larutan paklobutrazol
Larutan paklobutrazol yang digunakan adalah konsentrasi 0 ppm, 75 ppm, 150
ppm, 225 ppm, 300 ppm, dan 375 ppm. Langkah pertama untuk membuat larutan
tersebut adalah membuat larutan stok. Larutan stok yang dibuat adalah 1000 ppm
22
dengan melarutkan 4 ml Goldstar (25% paklobutrazol) sehingga volumenya
menjadi 1 liter air. Penyiapan larutan stok yang akan digunakan untuk membuat
larutan paklobutrazol berdasarkan konsentrasi tersebut dihitung dengan
menggunakan rumus: V1x C1 = V2X C2. V1 merupakan volume paklobutrazol yang
akan dibuat, C1 merupakan konsentrasi larutan paklobutrazol. Sedangkan V2
merupakan volume larutan yang akan dibuat, C2 merupakankonsentrasi larutan
paklobutrazol yang akan dibuat. Langkah selanjutnya yaitu mengambil larutan
stok dan melarutkannya dengan air.
(1) Mengambil larutan stok sesuai dengan konsentrasi yang digunakan
a. Membuat larutan 75 ppm, larutan stok yang diambil adalah:
V1 x C1 = V2 X C2
V1 x 1000 mg/l = 1000 ml x 75 mg/l
1000 V1= 75000 ml
V1 = 75 ml
b. Membuat larutan 150 ppm, larutan stok yang diambil adalah:
V1 x C1 = V2 X C2
V1 x 1000 mg/l = 1000 ml x 150 mg/l
1000 V1= 150000 ml
V1 = 150 ml
c. Membuat larutan 225 ppm, larutan stok yang diambil adalah:
V1 x C1 = V2 X C2
V1 x 1000 mg/l = 1000 ml x 225 mg/l
1000 V1= 225000 ml
V1 = 225 ml
23
d. Membuat larutan 300 ppm, larutan stok yang diambil adalah:
V1 x C1 = V2 X C2
V1 x 1000 mg/l = 1000 ml x 300 mg/l
1000 V1= 300000 ml
V1 = 300 ml
e. Membuat larutan 375 ppm, larutan stok yang diambil adalah:
V1 x C1 = V2 X C2
V1 x 1000 mg/l = 1000 ml x 375 mg/l
1000 V1 = 375000 ml
V1 = 375 ml
(2) Melarutkan larutan stok yang diambil dari masing-masing konsentrasi
paklobutrazol ke dalam air sampai volume larutan menjadi 1000 ml.
3.4.7 Pemberian larutan paklobutrazol
Pemberian paklobutrazol pada tanaman dilakukan ketika tanaman sudah tumbuh
dengan baik dan dalam kondisi baik. Pemberiannya dua kali, yaitu pertama pada
minggu ke 14 setelah tanam dan kedua pada minggu ke 15 setelah tanam.
Aplikasi paklobutrazol disesuaikan dengan konsentrasi perlakuan yang telah
ditentukan. Larutan pacloburazol diberikan pada tanaman dengan cara disiramkan
pada media tanam sebanyak 50 ml/pot, sehingga total larutan paklobutrazol yang
diterima oleh tanaman adalah 100 ml/pot.
24
3.5 Variabel Pengamatan
Pengamatan terhadap beberapa variabel dilakukan pada minggu awal setelah
aplikasi sampai akhir penelitian. Variabel pengamatan yang diamati meliputi:
1. Tinggi tanaman sedap malam diukur dari atas permukaan tanah sampai ujung
daun tertinggi. Pengukuran tinggi tanaman menggunakan penggaris dan
dilakukan pada semua tanaman setiap satu minggu sekali.
2. Jumlah daun sedap malam dihitung dengan menghitung masing-masing
jumlah daun yang ada pada semua tanaman sedap malam. Penghitungan
jumlah daun dilakukan setiap satu minggu sekali.
3. Lingkar batang semu diukur dengan menggunakan jangka sorong pada batang
semu tanaman sedap malam dengan ketinggian 3 cm dari atas permukaan
tanah. Pengukuran diameter batang semu dilakukan pada awal dan akhir
penelitian.
4. Waktu muncul anakan diamati dari waktu tanaman pertama kali
menghasilkan anakan, kemudian dicatat hari keluarnya anakan tersebut
setelah tanam. Muncul anakan diamati dari masing-masing tanaman sedap
malam dari seluruh tanaman.
5. Jumlah anakan dihitung dengan menghitung jumlah anakan yang muncul
pada masing-masing tanaman sedap malam dari seluruh tanaman dengan
tinggi minimal 2 cm dari permukaan tanah.
6. Waktu muncul kuncup bunga diamati sejak pertama kali aplikasi
paklobutrazol hingga tanaman tersebut mengeluarkan kuncup bunga dengan
panjang 5 cm.
25
7. Panjang tangkai bunga diukur pada saat kuntum bunga ada yang mekar.
Tangkai bunga diukur dari pangkal tangkai bunga sampai ujung dasar bunga
dengan menggunakan penggaris atau meteran.
8. Pengamatan diameter tangkai bunga dilakukan pada saat 3 kuntum bunga
telah mekar penuh. Diameter tangkai bunga diukur dengan menggunakan
jangka sorong pada posisi ± 10 cm dari pangkal batang.
9. Panjang rangkaian floret diukur dari floret terbawah sampai floret teratas
pada tangkai bunga dengan menggunakan penggaris. Panjang floret
dilakukan pada awal yaitu ketika ada bunga yang mekar penuh dan akhir
yaitu pada saat bunga tersebut layu.
10. Jumlah floret dihitung pada tangkai bunga dari floret yang telah mekar
sampai floret yang masih kuncup. Jumlah floret dihitung pada saat 3 bunga
telah mekar penuh.
11. Waktu mekar bunga dihitung sejak munculnya kuncup bunga hingga ada
bunga yang mekar penuh.
12. Masa mekarnya bunga dihitung sejak bunga mekar penuh hingga bunga
tersebut rontok, dari setiap tangkai bunga diambil 3 kuntum bunga sebagai
sampel.
36
V. SIMPULAN DAN SARAN
5.1 Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian ini, dapat disimpulkan:
(1) Pengaruh paklobutrazol terhadap variabel pertumbuhan vegetatif dan
generatif tanaman sedap malam responnya masih linear sampai 375 ppm.
(2) Konsentrasi terbaik paklobutrazol untuk tanaman sedap malam belum
ditemukan pada kisaran 0-375 ppm karena polanya masih liniear.
5.2 Saran
Saran yang dapat ditindaklanjuti pada penelitian selanjutnya adalah:
(1) Pemberian pakobutrazol dengan kisaran konsentrasi yang lebih tinggi
danvolume siram lebih banyak agar dapat merata ke daerah perakaran.
(2) Waktu pemberian yang lebih tepat yaitu pada saat tanaman memasuki fase
generatif.
37
DAFTAR PUSTAKA
Andriansen, E. 1983. Height control of Beloperoze guttata by Paklobutrazol.
Acta Hort. 167: 299–395.
Ardigusa, Y. dan D. Sukma. 2015. Pengaruh paklobutrazol terhadap
pertumbuhandan perkembangan tanaman sanseviera (Sansiviera
trifasciata Laurentii). Jurnal Hortikultura Indonesia. 6(1): 45–53.
Ardigusa dan Sukma. 2015. Pengaruh paklobutrazol terhadap
pertumbuhandan perkembangan tanaman sanseviera (Sansiviera
trifasciata Laurentii). Jurnal Hortikultura Indonesia. 6(1): 45–53.
Astika, A.D. 2014. Pemanfaatan paclobutrazol dalam budidaya gerbera (Gerbera
jamesonii) sebagai tanaman hias pot.(Skripsi).IPB. Bogor. 23 hal.
Badan Pusat Statistik. 2016. Produksi Tanaman Florikultura (Hias).
http://www.bps.go.id. Diakses pada 25 Januari 2017 pukul 19.00 WIB.
Balai Penelitian Tanaman Hias. 2009. Ragam bunga sedap malam di Indonesia.
Warta Penelitian dan Pengembangan Pertanian. 31(5): 11.
Cathey, H. M. 1975. Comparative plant growth retarding activities at ancymidol
with ACPC, phosphon, chlormequat and SADH on ornamental plant
species.J.Hort. Sci. 10: 216-240.
Direktorat Perbenihan Hortikultura. 2017. Database Varietas Terdaftar
Hortikultura. http://varietas.net//dbvarietas. Diakses pada 16 Desember
2017.
Endah, H.J. 2001. Membuat Tabulampot Rajin Berbuah. Agromedia Pustaka.
Jakarta. 79 hal.
Hasan, H.R., Sarawa dan I. G. R. Sadimantara. 2012. Responss tanaman
anggrek Dendrobium sp. terhadap pemberian paklobutrazol dan pupuk
organik cair. Berkala Penelitian Agronomi: 1(1): 73–78.
38
Herawati, S. 2012. Tip dan Trik Mmbuahkan Tanaman Buah dalam Pot.
AgroMedia Pustaka. Jakarta. 140 hal.
Khrisnamoorthy, H.N. 1981. Plant growth substances including applications in
agriculture. McGraw-Hill Publ. New Delhi. 214 hal.
Nasrullah, N., Y.M. Wati dan D.W. Utami. 2012. Stimulasi pembungaan
bugenvil(Bougenvillia spectabilis Willd) dengan retardan dan berbagai
komposisimedia dalam lingkungan jalan yang terpolusi udara. Jurnal
Lanskap Indonesia. 4 (1): 65.
Plasma Nutfah Indonesia.2008. Dian Arum varietas baru sedap malam.Balithi.
Warta Plasma Nutfah Indonesia. No 20/2008.
Prahardini, P. E. R. Teknologi Produksi Bunga Sedap Malam. Info Teknologi
Pertanian.52: 8.
Pratiwi, M. 2012. Pengaruh konsentrasi paklobutrazol pada penampilan alamanda
(Allamanda cathartica L.)dalam pot. (Skripsi). Universitas Lampung.
Bandar Lampung. 70 hal.
Rukmana, R. 1995. Sedap Malam. Buku Edisi ke 2.Kanisius.Yogyakarta.
37 hal.
Rosmanita, B. 2008. Pengaruh paklobutrazol dan pupuk daun terhadap
pertumbuhan dan perkembangan anggrek Dendrobium ‘Jiad Glold x
Booncho Gold’. (Skripsi).Institut Pertanian Bogor. Bogor. 49 hal.
Rubiyanti, N. 2014.Pengaruh konsentrasi paklobutrazol dan waktu aplikasi
terhadap mawar batik (Rosa hybrida L.).Jurnal Agri. Sci. 1(4): 48-53.
Sandra, E. 2007. Membuat Anggrek Rajin Berbunga. Agro Media. Jakarta.
85 hal.
Salisbury, F.B. dan C.W. Ross. 1995. Fisiologi Tumbuhan 3. Jilid 3.
Diterjemahkan oleh Diah R.Lukman dan Sumaryono dengan
Penyunting Sofia Niksolihin.ITB. Bandung. 343 hal.
Santiasrini, R. 2009. Pengaruh paklobutrazol terhadap pertumbuhan dan
pembungaan gloksinia (Sinningia speciosa Pink). (Skripsi). Program
Studi Hortikultura. Fakultas Petanian. Institut Pertanian Bogor. Bogor.
61 hal.
39
Setyaningrum, T. dan E. Wahyurini. 2004. Induksi pembungaan melati putih
(Jasminum sambac Ait) pada berbagai konsentrasi paklobutrazol dan
diameter pit.Jurnal Hortikultura Indonesia. 5(8): 89–103.
Sirait, R.I.M. 2002.Pengaruh zat penghambat tumbuh paclobutrazol dan
daminozide terhadap pertumbuhan dan perkembangan Gardenia
Jasminoides Ellis.(Skripsi).IPB. Bogor. 34 hal.
Timur, A.Rugayah. S. Widagdo. 2015. Pengaruh konsentrasi paklobutrazol
terhadap penampilan tanaman gerbera lokal (Gerbera jamesonii) dalam
pot. Seminar Nasional Sains & Teknologi VI.271–281 hal.
Wattimena, G.A. 1988. Zat pengatur tumbuh tanaman. Lembaga Sumber Daya
Informasi IPB. Bogor.17 hal.
Wahyurini, E. 2002. Stimulasi pertumbuhan dan perkembangan beberapa kultivar
Lily dengan aplikasi GA3 dan paklobutrazol.(Tesis). PPS IPB. 70 hal.
Weaver, R. J. 1972. Plant growth substances in agriculture. San Fransisco, USA.
Freeman. 176-250.
Widaryanto, E., M. Baskara., A. Suryanto. 2011. Aplikasi paklobutrazol pada
tanaman bunga matahari (Helianthus annuus L. cv. Teddy Bear) sebagai
upaya menciptakan tanaman hias pot.Perhorti Lembang. 6 hal.
Widianingrum, I. 2005. Pengaruh Konsentrasi dan Frekuensi Pemberian
Paklobutrazol Melalui Tanah pada Penampilan Tanaman Melati(Jasminum
sambac L.) dalam Pot. (Skripsi). Universitas Lampung. Bandar
Lampung.90 hal.
Widyastuti, N. 2002.Pemendekan tanaman krisan pot dengan zat penghambat
tumbuh. http://www.iptek.net.id/ind/terapan_idx. Dikases pada 23 Agustus
2017.
Zuhrah, A., N. Aini. T. Wardyati. 2010. Responsss morphologi tanaman sedap
malam (Polianthes tuberose L. cv. Roro Anteng) terhadap pemberian
colchicine. Buana Sains. 10(2): 153–158.
40
LAMPIRAN