pengaruh beberapa konsentrasi paklobutrazol …digilib.unila.ac.id/26760/2/3. skripsi tanpa bab...
TRANSCRIPT
PENGARUH BEBERAPA KONSENTRASI PAKLOBUTRAZOL PADA
PENAMPILAN ALAMANDA (Allamanda cathartica L.)
DALAM POT
(Skripsi)
Oleh
MENTARI PERTIWI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2017
ABSTRAK
PENGARUH BEBERAPA KONSENTRASI PAKLOBUTRAZOL
PADA PENAMPILAN ALAMANDA (Allamanda cathartica L.)
DALAM POT
Oleh
Mentari Pertiwi
Alamanda secara alamiah merupakan tanaman berkayu yang merambat.
Alamanda berpotensi dijadikan tanaman pot. Kriteria bunga pot adalah
bunganya tumbuh seragam dan kompak, ruasnya tidak terlalu tinggi, dan
daunnya rimbun. Salah satu cara yang dapat dilakukan untuk membuat kriteria
tersebut adalah pemberian paklobutrazol, untuk menekan pertumbuhan dan
meningkatkan pembungaan alamanda. Penelitian ini dilakukan di Rumah Kaca
Fakultas Pertanian Universitas Lampung pada Januari sampai Agustus 2016,
bertujuan untuk mengetahui konsentrasi paklobutrazol terbaik untuk
mendapatkan penampilan tanaman alamanda dalam pot. Penelitian ini
menggunakan rancangan acak kelompok (RAK) dengan perlakuan tunggal 5
taraf konsentrasi paklobutrazol yaitu 0 ppm, 50 ppm, 100 ppm, 150 ppm, dan
200 ppm dengan 4 kali ulangan. Homogenitas ragam diuji dengan uji Bartlet
dan adivitas diuji dengan uji Tukey. Selanjutnya, diuji dengan uji-F uji
Orthogonal Polinomial. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian
paklobutrazol sampai 200 ppm memperkecil penambahan tinggi tanaman,
penambahan lebar tajuk, dan penambahan panjang tunas. Pemberian
paklobutrazol juga mengakibatkan panjang ruas lebih pendek dan daun
alamanda lebih hijau.
Kata kunci: Alamanda, Konsentrasi, Paklobutrazol.
Mentari Pertiwi
PENGARUH BEBERAPA KONSENTRASI PAKLOBUTRAZOL PADA
PENAMPILAN ALAMANDA (Allamanda cathartica L.)
DALAM POT
Oleh
MENTARI PERTIWI
Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar
SARJANA PERTANIAN
pada
Jurusan Agroteknologi
Fakultas Pertanian Universitas Lampung
JURUSAN AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
2017
Aku persembahkan karya ini kepada:
Kedua orangtuaku,
Bapak Sumito dan Ibu Wiwik Pertiwi yang telah mencurahkan kasih sayang,
kesabaran, nasihat, motivasi, dan doa yang tiada henti;
Sahabat-sahabat yang selalu setia di saat suka dan duka yang telah membantu,
memberi semangat, memotivasi, memberi nasihat, dan mendoakan selama ini;
Saudara dan rekan-rekanku yang selalu memberikan motivasi, dukungan, nasihat,
dan doa selama ini; serta
Almamater tercinta,
Universitas Lampung
“Ada tiga hal yang termasuk pusaka kebajikan yaitu merahasiakan keluhan, merahasiakan musibah, dan
merahasiakan sedekah (yang diinfakkan)” (HR ath-Thabrani)
“Cobalah untuk tidak menjadi seorang yang sukses, tapi jadilah seorang yang bernilai”
(Albert Einstein)
“Jatuh bangkit jatuh bangkit jatuh bangkit dan percayalah bahwa kebangkitanku kali ini tidak bisa kau jatuhkan”
(Mentari Pertiwi)
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Sumberrejo, Kecamatan Batanghari, Kabupaten Lampung
Timur pada 9 Maret 1994. Penulis adalah anak tunggal dari pasangan Bapak
Sumito dan Ibu Wiwik Pertiwi.
Penulis menyelesaikan pendidikan Taman Kanak-kanak Pertiwi Lampung pada
2000. Pada 2006, penulis menyelesaikan sekolah dasar di SDN 1 Sumberrejo
Lampung. Penulis melanjutkan ke sekolah menengah pertama di SMPN 2 Metro
dan lulus pada 2009. Penulis menyelesaikan pendidikan sekolah menengah atas
di SMAN 4 Metro pada 2012. Pada tahun yang sama, penulis diterima sebagai
mahasiswa Jurusan Agroteknologi, Fakultas Pertanian, Universitas Lampung pada
tahun 2012 melalui jalur Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri
(SNMPTN).
Penulis melaksanakan Praktik Umum (PU) di Balai Penelitian Tanaman Sayuran
(BALITSA) Lembang, Jawa Barat pada Juli hingga Agustus 2015. Kemudian,
penulis melaksanakan Kuliah Kerja Nyata (KKN) Tematik Universitas Lampung
pada Januari 2016 di Desa Suka Mulya, Kecamatan Pugung, Kabupaten
Tanggamus.
SANWACANA
Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT, karena atas berkat rahmat,
karunia, hidayah, dan ridho-Nya, penulis dapat menyelesaikan penelitian dan
penulisan skripsi yang berjudul “PENGARUH BEBERAPA KONSENTRASI
PAKLOBUTRAZOL PADA PENAMPILAN ALAMANDA (Allamanda
cathartica L.) DALAM POT”.
Penulis banyak mendapatkan bantuan, bimbingan, arahan, saran, dan dorongan
dari berbagai pihak dalam penulisan skripsi ini. Penulis mengucapkan terima
kasih kepada:
1. Ibu Ir. Rugayah, M. P., selaku Pembimbing Pertama, yang telah memberikan
bimbingan, motivasi, nasehat, arahan, dan kritik selama penelitian dan proses
penyelesaian skripsi;
2. Bapak Ir. Setyo Widagdo, M.Si., selaku Pembimbing Kedua, yang telah
memberikan bimbingan, motivasi, nasehat, arahan, dan kritik selama
penelitian dan proses penyelesaian skripsi ini;
3. Bapak Ir. Ardian, M. Agr., selaku Penguji, atas saran selama penelitian dan
penyelesaian skripsi;
4. Bapak Prof. Dr. Ir. Setyo Dwi Utomo, M.Sc., selaku Dosen Pembimbing
Akademik, yang telah membimbing dan memberikan doanya kepada penulis;
5. Ibu Dr. Ir. Sri Yusnaini, M.S., selaku Ketua Program Studi Agroteknologi;
6. Bapak Prof. Dr. Ir. Irwan Sukri Banuwa, M.Si., selaku Dekan Fakultas
Pertanian Universitas Lampung;
7. Kedua orang tuaku: Ayahanda dan Ibunda yang tercinta atas segala cinta
kasih, semangat, dukungan, dan doa tulus yang diberikan, serta pengorbanan
yang tiada pernah putus diberikan kepada penulis;
8. Teman-teman terdekat penulis yang telah membantu selama penelitian: Lovvi
Malino, Dewi Delliana, Hafis Baihaqi, Dyra Kemala, Bastian, Rahmad
Firdaus, Riska Yuka, Mesva Riza Lista, Resti Astria, Rahmadiyah, Rani
Oktavia, Aulia Rochmah, Nur Eka Kusuma, Feby Aristia Putri, Citra
Anggana, Aisy Beladina, dan Sindya Nirwana. Terima kasih atas bantuan,
saran dan kritik yang telah diberikan kepada penulis selama penelitian;
9. Melia Diantari, Misluna, Mia Yulia, Nidya Triana Putri, Ni’malia Estika
Ratna, dan Nanda Puspa Rini, atas bantuan selama penulis menyelesaikan
penelitian dan penulisan skripsi ini;
10. Teman-teman Agroteknologi dan semua pihak terkait yang tidak dapat
disebutkan satu persatu.
Penulis berharap semoga Allah SWT membalas kebaikan seluruh pihak yang telah
membantu. Semoga karya ilmiah ini dapat bermanfaat.
Bandar Lampung, 23 Februari 2017
Penulis
Mentari Pertiwi
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR TABEL .................................................................................. iii
DAFTAR GAMBAR .............................................................................. viii
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ........................................................................... 1
1.2 Tujuan ........................................................................................ 3
1.3 Landasan Teori ........................................................................... 4
1.4 Kerangka Pemikiran ................................................................... 7
1.5 Hipotesis ..................................................................................... 8
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Taksonomi dan Morfologi Tanaman Alamanda ........................ 9
2.2 Syarat Tumbuh Alamanda ......................................................... 10
2.3 Jenis-Jenis Alamanda ................................................................. 11
2.4 Zat Penghambat Tumbuh Paklobutrazol .................................... 14
III. METODE PENELITIAN
3.1 Tempat dan Waktu ..................................................................... 17
3.2 Alat dan Bahan ........................................................................... 17
3.3 Metode Penelitian ...................................................................... 18
3.4 Pelaksanaan Penelitian ............................................................... 19
3.4.1 Persiapan bahan tanam .................................................... 19
3.4.2 Persiapan media dan penanaman .................................... 19
3.4.3 Pembuatan larutan paklobutrazol .................................... 20
3.4.4 Aplikasi paklobutrazol ...................................................... 22
ii
3.5 Variabel Pengamatan .................................................................. 22
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Pengamatan ........................................................................ 26
4.1.1 Penambahan tinggi tanaman ......................................... 27
4.1.2 Penambahan lebar tajuk ................................................ 27
4.1.3 Waktu muncul tunas ...................................................... 28
4.1.4 Jumlah tunas .................................................................. 29
4.1.5 Penambahan panjang tunas .......................................... 29
4.1.6 Penambahan jumlah daun ............................................. 30
4.1.7 Penambahan tingkat kehijauan daun ............................ 31
4.1.8 Penambahan jumlah ruas .............................................. 32
4.1.9 Penampilan tanaman secara visual ............................... 32
4.1.10 Pengamatan pembungaan pada umur 6 bulan .............. 35
4.2 Pembahasan ................................................................................. 37
V. SIMPULAN DAN SARAN
5.1 Simpulan ..................................................................................... 45
5.2 Saran ............................................................................................ 45
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................. 46
LAMPIRAN ............................................................................................ 50
Tabel 4-66 ................................................................................................ 51
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1. Pembuatan larutan paklobutrazol ...................................................... 21
2. Rekapitulasi hasil analisis ragam pengaruh pemberian berbagai
konsentrasi paklobutrazol pada pertumbuhan vegetatif tanaman
alamanda dalam pot .......................................................................... 26
3. Rekapitulasi hasil pengamatan pengaruh pemberian
paklobutrazol pada penampilan tanaman alamanda dalam pot
pada pembungaan .............................................................................. 35
4. Data hasil pengamatan pengaruh beberapa konsentrasi pemberian
paklobutrazol pada penambahan tinggi tanaman bulan
kedua ................................................................................................. 51
5. Data hasil transformasi pengamatan pengaruh beberapa
konsentrasi pemberian paklobutrazol pada penambahan tinggi
tanaman bulan kedua ......................................................................... 51
6. Uji kesamaan ragam untuk pengaruh beberapa konsentrasi
pemberian paklobutrazol pada penambahan tinggi tanaman bulan
kedua ................................................................................................. 52
7. Sidik ragam untuk pengaruh beberapa konsentrasi pemberian
paklobutrazol pada penambahan tinggi tanaman bulan kedua ........... 53
8. Uji polinomial ortogonal untuk pengaruh beberapa konsentrasi
pemberian paklobutrazol pada penambahan tinggi tanaman bulan
kedua .................................................................................................. 53
9. Data hasil pengamatan pengaruh beberapa konsentrasi
pemberian paklobutrazol pada penambahan tinggi tanaman
bulan ketiga ........................................................................................ 54
10. Data hasil transformasi pengamatan pengaruh beberapa
konsentrasi pemberian paklobutrazol pada penambahan tinggi
tanaman bulan ketiga ......................................................................... 54
iv
11. Uji kesemaan ragam untuk pengaruh beberapa konsentrasi
pemberian paklobutrazol pada penambahan tinggi tanaman bulan
ketiga .................................................................................................. 55
12. Sidik ragam untuk pengaruh beberapa konsentrasi pemberian
paklobutrazol pada penambahan tinggi tanaman bulan ketiga .......... 56
13. Uji polinomial ortogonal untuk pengaruh beberapa konsentrasi
pemberian paklobutrazol pada penambahan tinggi tanaman bulan
ketiga .................................................................................................. 56
14. Data hasil pengamatan pengaruh beberapa konsentrasi pemberian
paklobutrazol pada penambahan lebar tajuk bulan kedua ................. 57
15. Data hasil transformasi pengamatan pengaruh beberapa konsentrasi
pemberian paklobutrazol pada penambahan lebar tajuk bulan
kedua .................................................................................................. 57
16. Uji kesamaan ragam untuk pengaruh beberapa konsentrasi
pemberian paklobutrazol pada penambahan lebar tajuk bulan
Kedua ................................................................................................. 58
17. Sidik ragam untuk pengaruh beberapa konsentrasi pemberian
paklobutrazol pada penambahan lebar tajuk bulan kedua ................. 59
18. Uji polinomial ortogonal untuk pengaruh beberapa konsentrasi
pemberian paklobutrazol pada penambahan lebar tajuk bulan
kedua ................................................................................................. 59
19. Data hasil pengamatan pengaruh beberapa konsentrasi pemberian
paklobutrazol pada penambahan lebar tajuk bulan ketiga ................. 60
20. Data hasil transformasi pengamatan pengaruh beberapa
konsentrasi pemberian paklobutrazol pada penambahan lebar
tajuk bulan ketiga ............................................................................... 60
21. Uji kesamaan ragam untuk pengaruh beberapa konsentrasi
pemberian paklobutrazol pada penambahan lebar tajuk bulan
ketiga ................................................................................................. 61
22. Sidik ragam untuk pengaruh beberapa konsentrasi pemberian
paklobutrazol pada penambahan lebar tajuk bulan ketiga ................. 62
23. Uji polinomial ortogonal untuk pengaruh beberapa konsentrasi
pemberian paklobutrazol pada penambahan lebar tajuk bulan
ketiga ................................................................................................. 62
24. Data hasil pengamatan pengaruh beberapa konsentrasi pemberian
paklobutrazol pada waktu muncul tunas selama dua bulan ............... 63
v
25. Data transformasi hasil pengamatan pengaruh beberapa
konsentrasi pemberian paklobutrazol pada waktu muncul tunas
selama dua bulan ................................................................................ 63
26. Uji kesamaan ragam untuk pengaruh beberapa konsentrasi
pemberian paklobutrazol pada waktu muncul tunas selama dua
bulan ................................................................................................... 64
27. Sidik ragam untuk pengaruh beberapa konsentrasi pemberian
paklobutrazol pada waktu muncul tunas selama dua bulan ............... 65
28. Uji lanjut polinomial ortogonal untuk pengaruh beberapa
konsentrasi pemberian paklobutrazol pada waktu muncul tunas
selama dua bulan ................................................................................ 65
29. Data hasil pengamatan pengaruh beberapa konsentrasi pemberian
paklobutrazol pada total jumlah tunas umur dua bulan ..................... 66
30. Data transformasi hasil pengamatan pengaruh beberapa
konsentrasi pemberian paklobutrazol pada total jumlah tunas
umur dua bulan ................................................................................... 66
31. Uji kesamaan ragam untuk pengaruh beberapa konsentrasi
pemberian paklobutrazol pada total jumlah tunas umur dua
Bulan .................................................................................................. 67
32. Sidik ragam untuk pengaruh beberapa konsentrasi pemberian
paklobutrazol pada total jumlah tunas umur dua bulan ..................... 68
33. Uji polinomial ortogonal untuk pengaruh beberapa konsentrasi
pemberian paklobutrazol pada total jumlah tunas umur dua
bulan ................................................................................................... 68
34. Data hasil pengamatan pengaruh beberapa konsentrasi pemberian
paklobutrazol pada penambahan panjang tunas bulan kedua ............ 69
35. Data transformasi hasil pengamtan pengaruh beberapa konsentrasi
pemberian paklobutrazol pada penambahan panjang tunas bulan
Kedua ................................................................................................. 69
36. Uji kesamaan ragam untuk pengaruh beberapa konsentrasi
pemberian paklobutrazol pada penambahan panjang tunas bulan
kedua .................................................................................................. 70
37. Sidik ragam untuk pengaruh beberapa konsentrasi pemberian
paklobutrazol pada penambahan panjang tunas bulan kedua ............ 71
38. Uji polinomial ortogonal untuk pengaruh beberapa konsentrasi
pemberian paklobutrazol pada penambahan panjang tunas bulan
kedua .................................................................................................. 71
vi
39. Data hasil pengamatan pengaruh beberapa konsentrasi pemberian
paklobutrazol pada penambahan panjang tunas bulan ketiga ............ 72
40. Data transformasi hasil pengamatan pengaruh beberapa konsentrasi
pemberian paklobutrazol pada penambahan panjang tunas bulan
ketiga .................................................................................................. 72
41. Uji kesemaan ragam untuk pengaruh beberapa konsentrasi
pemberian paklobutrazol pada penambahan panjang tunas bulan
ketiga .................................................................................................. 73
42. Sidik ragam untuk pengaruh beberapa konsentrasi pemberian
paklobutrazol pada penambahan panjang tunas bulan ketiga ............ 74
43. Uji polinomial ortogonal untuk pengaruh beberapa konsentrasi
pemberian paklobutrazol pada penambahan panjang tunas bulan
ketiga ................................................................................................. 74
44. Data hasil pengamatan pengaruh beberapa konsentrasi pemberian
paklobutrazol pada penambahan jumlah daun ................................... 75
45. Uji kesamaan ragam untuk pengaruh beberapa konsentrasi
pemberian paklobutrazol pada penambahan jumlah daun ................. 75
46. Sidik ragam untuk pengaruh beberapa konsentrasi pemberian
paklobutrazol pada penambahan jumlah daun ................................... 76
47. Uji polinomial ortogonal untuk pengaruh beberapa konsentrasi
pemberian paklobutrazol pada penambahan jumlah daun ................ 76
48. Data hasil pengamatan pengaruh beberapa konsentrasi pemberian
paklobutrazol pada penambahan tingkat kehijauan daun .................. 77
49. Data transformasi hasil pengamatan ppengaruh beberapa
konsentrasi pemberian paklobutrazol pada penambahan tingkat
kehijauan daun ................................................................................... 77
50. Uji kesamaan ragam untuk pengaruh beberapa konsentrasi
pemberian paklobutrazol pada penambahan tingkat kehijauan
Daun ................................................................................................... 78
51. Sidik ragam untuk pengaruh beberapa konsentrasi pemberian
paklobutrazol pada penambahan tingkat kehijauan daun .................. 79
52. Uji polinomial ortogonal untuk pengaruh beberapa konsentrasi
pemberian paklobutrazol pada penambahan tingkat kehijauan ........ 79
53. Data hasil pengamatan pengaruh beberapa konsentrasi pemberian
paklobutrazol pada penambahan jumlah ruas bulan kedua ................ 80
vii
54. Uji kesemaan ragam untuk pengaruh beberapa konsentrasi
pemberian paklobutrazol pada penambahan jumlah ruas bulan
kedua .................................................................................................. 80
55. Sidik ragam untuk pengaruh beberapa konsentrasi pemberian
paklobutrazol pada penambahan jumlah ruas bulan kedua ................ 81
56. Uji polinomial ortogonal untuk pengaruh beberapa konsentrasi
pemberian paklobutrazol pada penambahan jumlah ruas bulan
kedua ................................................................................................. 81
57. Data hasil pengamatan pengaruh beberapa konsentrasi pemberian
paklobutrazol pada penambahan jumlah ruas bulan ketiga ............... 82
58. Uji kesemaan ragam untuk pengaruh beberapa konsentrasi
pemberian paklobutrazol pada penambahan jumlah ruas bulan
ketiga ................................................................................................. 82
59. Sidik ragam untuk pengaruh beberapa konsentrasi pemberian
paklobutrazol pada penambahan jumlah ruas bulan ketiga ............... 83
60. Uji polinomial ortogonal untuk pengaruh beberapa konsentrasi
pemberian paklobutrazol pada penambahan jumlah ruas bulan
ketiga ................................................................................................. 83
61. Data hasil pengamatan pada jumlah tunas produktif umur
6 bulan ................................................................................................ 84
62. Data hasil pengamatan pada waktu muncul bunga umur
6 bulan ................................................................................................ 84
63. Data hasil pengamatan waktu mekar bunga umur 6 bulan ................ 85
64. Data hasil pengamatan lamanya periode pembungaan umur
6 bulan ................................................................................................ 85
65. Data hasil pengamatan jumlah bunga per tunas umur 6 bulan .......... 86
66. Data hasil pengamatan jumlah bunga per pot umur 6 bulan .............. 86
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
1. Tampilan alamanda secara alamiah (a) dan ilustrasi tampilan
alamanda dalam bentuk bunga pot .................................................... 2
2. Posisi penghambatan sintesis giberelin oleh paklobutrazol .............. 6
3. Allamanda cathartica ‘Hendersonii’ ................................................ 11
4. Allamanda nerifolia .......................................................................... 12
5. Allamanda Violacea ‘Chocolate’ ...................................................... 12
6. Allamanda sp. ‘Black cherry’ .......................................................... 13
7. Allamanda violacea ........................................................................... 13
8. Allamanda schottii ............................................................................ 14
9. Hasil setek batang tanaman alamanda .............................................. 17
10. Tata letak percobaan ......................................................................... 18
11. Hasil pengenceran sesuai dengan konsentrasi 0 ppm, 50 ppm,
100 ppm, 150 ppm, dan 200 ppm ...................................................... 22
12. Hubungan antara konsentrasi paklobutrazol dan tinggi tanaman
pada bulan kedua (a) dan bulan ketiga (b) ........................................ 28
13. Hubungan antara konsentrasi paklobutrazol dan lebar tajuk pada
bulan kedua (a) dan bulan ketiga (b) ................................................. 28
14. Hubungan antara konsentrasi paklobutrazol dan waktu muncul
tunas selama dua bulan ..................................................................... 29
15. Hubungan antara konsentrasi paklobutrazol dan jumlah tunas
selama dua bulan ............................................................................... 30
ix
16. Hubungan antara konsentrasi paklobutrazol dan panjang tunas
pada bulan kedua ............................................................................... 30
17. Hubungan antara konsentrasi paklobutrazol dan jumlah daun ......... 31
18. Hubungan antara konsentrasi paklobutrazol dengan penambahan
tingkat kehijauan daun ...................................................................... 31
19. Hubungan antara konsentrasi paklobutrazol dan jumlah ruas pada
bulan kedua (a) dan bulan ketika (b) ................................................. 32
20. Penampilan tanaman alamanda umur 1 bulan (atas) dan umur
2 bulan (bawah) setelah diaplikasi berbagai konsentrasi
paklobutrazol ..................................................................................... 33
21. Penampilan tanaman alamanda umur 3 bulan setelah diaplikasi
berbagai konsentrasi paklobutrazol .................................................... 34
22. Panjang ruas setelah diaplikasi paklobutrazol berbagai
konsentrasi paklobutrazol ................................................................. 34
23. Penampilan visual kuncup bunga dan bunga mekar penuh pada
alamanda dengan perlakuan konsentrasi paklobutrazol 0, 50, 150,
dan 200 ppm ...................................................................................... 36
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Alamanda (Allamanda cathartica L.) merupakan salah satu genus dari famili
Apocynaceae yang berasal dari Brazil di Amerika Selatan. Famili ini terdiri dari
sekitar 1000 spesies yang tergolong dalam 175 genus yang tersebar di daerah
tropika. Tanaman ini ditemukan di wilayah dengan ketinggian 10 sampai 850 m
di atas permukaan laut (dpl). Secara alamiah, alamanda tergolong tumbuhan liana
dengan tinggi dapat mencapai 6 m, berbuku-buku, bercabang, dan bergetah
(Rahayu et al., 2015).
Alamanda umumnya digunakan sebagai tanaman pergola, selain sebagai tanaman
hias pagar. Alamanda memiliki akar yang tumbuh di dalam tanah dan batangnya
tumbuh di atas permukaaan tanah. Alamanda diperbanyak secara setek batang
dan cangkok. Tanaman ini dapat dibentuk menjadi tanaman pot dengan cara
pemangkasan.
Alamanda yang umumnya tumbuh di lahan terbuka dapat berpotensi menjadi
tanaman hias dalam pot. Tanaman hias dalam pot menjadi salah satu upaya
alternatif untuk menciptakan tanaman hias yang dapat digunakan sebagai tanaman
indoor dan outdoor. Penampilan tanaman hias pot yang diminati konsumen
adalah mempunyai ruas yang pendek, daunnya rimbun, serta bunganya yang
2
seragam dan kompak. Salah satu alternatif untuk membuat penampilan alamanda
memenuhi kriteria tersebut adalah dengan pemberian zat pengatur tumbuh.
Zat pengatur tumbuh yang mampu menghambat pertumbuhan dalam pemendekan
batang dan memacu pembungaan adalah paklobutrazol. Paklobutrazol adalah
salah satu zat pengatur tumbuh yang sudah banyak digunakan dalam
mengendalikan pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Alamanda umumnya
tersedia dalam bentuk bibit dan sebagai komponen taman, pemberian
paklobutrazol diharapkan mampu menciptakan tanaman hias pot. Tampilan
alamanda secara alamiah (Gambar 1a) dan ilustrasi tampilan alamanda dalam
bentuk bunga pot (Gambar 1b).
(a) (b)
Gambar 1. Tampilan alamanda: (a) secara alamiah dan (b) ilustrasi tampilan
alamanda dalam bentuk bunga pot.
Paklobutrazol merupakan bahan penghambat pertumbuhan yang bekerja pada
bagian meristem dengan cara menghambat biosintesis giberelin, sehingga terjadi
penghambatan terhadap perpanjangan sel (Berova et al., 2002). Penghambatan
perpanjangan sel menyebabkan pemanjangan batang menjadi lambat tanpa
3
menyebabkan keracunan pada sel dan pengaruh langsung pada morfologi tanaman
yaitu pengurangan pertumbuhan vegetatif (Rubiyanti, 2014). Pemberian zat
penghambat tumbuh ini dapat menjadi solusi untuk menghambat pertumbuhan
alamanda yang merambat, sehingga dapat dijadikan tanaman hias dalam pot.
Paklobutrazol bekerja dengan memblok biosintesis giberelin. Giberelin adalah
salah satu fitohormon yang merangsang pertumbuhan vegetatif. Apabila produksi
giberelin dihambat, sel tetap membelah namun sel-sel baru tersebut tidak
memanjang, sehingga didapatkan tanaman alamanda dengan ruas yang pendek
(Moningka et al., 2004). Penelitian alamanda dalam pot belum pernah dilakukan
sebelumnya, sehingga informasi konsentrasi yang tepat untuk tanaman alamanda
belum diketahui. Salisbury dan Ross (1995) menyatakan bahwa pemberian zat
pengatur tumbuh akan efektif bila konsentrasinya tepat. Aplikasi berbeda
konsentrasi diharapakan mendapat penggunaan zat pengatur tumbuh yang tepat
dalam menekan pertumbuhan tanaman dan merangsang atau memacu
pembentukan bunga.
1.2 Tujuan
Penelitian ini bertujuan untuk:
(1) Mengetahui pengaruh paklobutrazol terhadap penampilan tanaman alamanda
dalam pot
(2) Mengetahui konsentrasi paklobutrazol yang menghasilkan penampilan terbaik
tanaman alamanda dalam pot
4
1.3 Landasan Teori
Alamanda adalah jenis tanaman berkayu yang merambat atau biasa disebut liana.
Alamanda termasuk ordo Gentiales dan famili Apocynaceae yang telah dikenal
lama di Indonesia. Umumnya alamanda dimanfaatkan untuk menghiasi pagar
atau tembok. Bunga alamanda berbentuk menyerupai terompet dengan tabung
pendek pada bagian pangkal dan membesar drastis pada bagian ujung. Bentuk
bunga ini dapat dijumpai juga pada Petunia grandiflora atau pada berbagai bunga
alamanda. Tanaman ini berasal dari Amerika Tengah dan Amerika Selatan,
merupakan semak berkayu dengan tinggi yang dapat mencapai 2 meter atau lebih
(Triwahyuni dan Abdul, 2010).
Alamanda sering digunakan sebagai tanaman pergola dan penghias pagar
(Subarnas, 2007). Alamanda dapat dijadikan tanaman hias pot agar bisa
diletakkan di teras atau di ruang tamu (Subarnas 2007), dalam penelitian ini
diharapkan penampilan alamanda yang lebih unik dapat membuat minat
masyarakat pada tanaman ini meningkat. Tanaman alamanda merupakan tanaman
merambat yang berbunga sepanjang tahun, sehingga untuk menjadikan tanaman
alamanda sebagai bunga pot dapat diatasi dengan pengaturan pertumbuhan
tanaman tersebut.
Pengaturan pertumbuhan tanaman dapat dilakukan dengan pemberian zat
penghambat pertumbuhan dan pemangkasan dengan tujuan menekan pertumbuhan
memanjang dari tunas sehingga membentuk percabangan yang pendek dan kekar.
Penghambat pertumbuhan diklasifikasikan ke dalam tiga kelompok yaitu
fitohormon, penghambat alami lain (termasuk derivate asam fenolat dan asam
5
benzoat serta lakton), dan penghambat pertumbuhan sintetik. Penghambat
pertumbuhan biasanya digunakan untuk memperpendek panjang ruas dan tinggi
tanaman, tetapi tidak berpengaruh pada luas daun, penyerapan cahaya, dan hasil
panen (Widiastuti et al., 2004).
Hasil penelitian Yurnalita (2005) menunjukkan pemberian paklobutrazol pada
penampilan melati dalam pot konsentrasi sampai 400 ppm dapat menekan
pertambahan tinggi tanaman pada pembungaan pertama, mengurangi lebar tajuk,
dan memperlambat waktu muncul tunas, meningkatkan jumlah tunas,
meningkatkan jumlah tunas produktif, jumlah bunga per pot (kuntum) pada
pembungaan pertama, menurunkan jumlah daun per pot, dan meningkatkan
tingkat kehijauan daun. Salisbury dan Ross (1995) menyatakan bahwa pemberian
zat pengatur tumbuh akan efektif bila konsentrasinya tepat dan pemberian
paklobutrazol terhadap alamanda belum ditemukan konsentrasi yang tepat.
Pemanfaatan zat penghambat tumbuh merupakan salah satu alternatif untuk
meningkatkan produksi bunga alamanda. Salah satu zat penghambat tumbuh yang
biasa digunakan adalah paklobutrazol. Paklobutrazol merupakan jenis retardan
yang banyak digunakan untuk mempercepat pembungaan pada tanaman hias.
Menurut Wahyurini (2010), secara fisiologis paklobutrazol berperan dalam
menekan perpanjangan batang karena aktivitas paklobutrazol dapat menghambat
biosintesis giberelin yang menyebabkan penurunan laju pembelahan sel sehingga
menghambat pertumbuhan vegetatif dan mendorong pertumbuhan reproduktif
seperti pembentukan bunga.
6
Paklobutrazol dapat mendorong pembungaan, mendorong pembentukan pigmen,
mencegah etiolasi, dan memperpanjang perakaran stek. Paklobutrazol dalam
konsentrasi rendah dapat meningkatkan ketahanan tanaman terhadap penyakit
(Novi dan Rizki, 2014). Proses penghambatan biosintesis giberelin terjadi pada
ent-kaurene menjadi ent-kaurent acid (Gambar 2)
Asetat MVA IPP GPP FPP
Phytoene GGPP
CPP
Ent-kaurene
Penghambatan oleh paklobutrazol
Ent-kaurent acid
Ent-7 OH acid
GA12-aldehida
Giberelin
Gambar 2. Posisi penghambatan sintesis giberelin oleh paklobutrazol
Keterangan:
MVA : Asam mevalonat
GPP : Geranil pirofosfat
IPP : Isopentenil pirofosfat
FPP : Farnesil pirofosfat
GGPP : Geranil-geranil pirofosfat
CPP : Copalil pirofosfat
Sumber: Wattimena (1988).
7
1.4 Kerangka Pemikiran
Alamanda secara alamiah merupakan tanaman berkayu yang merambat atau
bersifat liana, sedangkan tanaman pot yang menarik adalah ruasnya pendek,
daunnya rimbun, dan bunga tumbuh seragam dan kompak. Salah satu alternatif
yang dapat diterapkan untuk membuat rimbun adalah untuk menciptakan
percabangan yang banyak, namun pemangkasan tanpa dilakukan aplikasi zat
penghambat tumbuh akan membuat tanaman terus meninggi dan ruas tanaman
semakin banyak dan panjang, padahal tanaman pot yang menarik memiliki ruas
yang pendek. Oleh sebab itu, perlu dilakukan aplikasi zat penghambat tumbuh
yaitu paklobutrazol untuk pemendekan ruas dan bunga tumbuh seragam dan
kompak.
Aplikasi paklobutrazol dilakukan sebelum pemangkasan tajuk yang bertujuan
untuk memacu tumbuhnya tunas lateral dengan ukuran ± 1cm. Pemangkasan
tajuk dapat meningkatkan penyerapan air yang mengandung hara mineral pada
tunas-tunas lateral memungkinkan fotosintat yang dihasilkan meningkat.
Pemangkasan bertujuan untuk membuang tunas-tunas air, agar efektivitas
penggunaan paklobutrazol dapat ditingkatkan maka perlu diketahui pengaruh
konsentrasi yang tepat.
Zat penghambat tumbuh diperlukan untuk menekan pertumbuhan dan
meningkatkan pembungaan alamanda. Salah satu zat penghambat tumbuh yang
dapat digunakan adalah paklobutrazol. Hal ini bertujuan untuk menghambat
pertumbuhan vegetatif dan diharapkan dapat menghasilkan tanaman yang
penampilannya pendek, daun rimbun, jumlah bunga banyak dan kompak.
8
Pemberian paklobutrazol pada konsentrasi 0-200 ppm diharapkan mampu
memperpendek ruas, daunnya rimbun dan memacu pembungaan. Pemberian
konsentrasi 0-200 ppm sebagai konsentrasi penelitian awal yang telah
diperhitungkan dari penelitian komoditas lain sebelumnya.
1.5 Hipotesis
(1) Pemberian paklobutrazol berpengaruh terhadap penampilan tanaman
alamanda dalam pot
(2) Terdapat konsentrasi paklobutrazol yang menghasilkan penampilan terbaik
tanaman alamanda dalam pot
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Taksonomi dan Morfologi Tanaman Alamanda
Alamanda (Allamanda cathartica L.) merupakan tanaman merambat tipe
scramber’s yang memiliki nama umum common allamanda dan golden trumpet.
Tanaman asli dari daerah tropis di Amerika Selatan ini memiliki sifat merambat.
Selain itu, alamanda juga tidak memiliki batang yang tumbuh melilit, tetapi
memiliki cabang dengan arah pertumbuhan tegak karena pemangkasan yang terus
menerus (Lingga, 2005).
Kedudukan tanaman alamanda dalam sistematika (taksonomi) tumbuhan adalah
Kingdom Plantae; Divisi Spermatophyta; Subdivisi Angiospermae; Kelas
Dicotyledoneae; Ordo Apocynales; Famili Apocynaceae; Genus Allamanda; dan
Spesies Allamanda cathartica L (Arundhina, 2014).
Alamanda (Allamanda cathartica L.) memiliki nama daerah Lame areuy ( Sunda)
dan bunga akar kuning (Melayu). Tanaman ini merupakan tanaman perdu dengan
tinggi 4 sampai 5 m. batang berkayu, berbuku-buku, tiap buku terdapat 4 sampai 5
daun yang melingkar, dan bergetah. Daun alamanda merupakan daun tunggal,
lonjong, tepi rata melipat ke bawah, ujung, dan pangkal meruncing. Bunga
alamanda adalah bunga majemuk dengan bentuk tandan di ujung cabang, dan
ketiak daun. Tangkai alamanda berbentuk silindris, pendek, dan hijau. Kelopak
bunga alamanda berbentuk lanset, permukaan halus, dan hijau. Benang sari
10
alamanda tertancap pada mahkota, mahkota berseling pada lekukan, tangkai putik
silindris, kepala putik bercangap dua, dan mahkota bentuk terompet atau corong.
Buah alamanda berbentuk kotak, bulat, diameter ± 1,5 cm dengan biji berbentuk
segitiga, masih muda hijau keputih-putihan setelah tua hitam dan alamanda
memiliki akar tunggang berwarna putih kusam (Hidayat dan Rodame, 2015).
2.2 Syarat Tumbuh Alamanda
Alamanda merupakan tanaman tipe scramber’s atau merambat yang pada
dasarnya selalu menuju ke arah atas seperti memanjat, tetapi tidak tegak, dan tidak
memiliki organ tertentu untuk merambat. Sifat tumbuhnya yang tidak rimbun dan
mendekati tegak membuat Allamanda cathartica cocok digunakan sebagai
penghias pergola dan penghias pagar. Umumnya, untuk menutup dinding dan
pilar dibutuhkan tanaman merambat yang pertumbuhannya merapat dari dasar
tanah hingga ujung (atas) dinding atau pagar tersebut (Lingga, 2005).
Tanaman alamanda tumbuh dengan pencahayaan sinar matahari secara langsung
dan dapat tumbuh di dataran rendah hingga dataran tinggi (Triwahyuni dan Abdul,
2010). Lama penyinaran atau fotoperioditas tanaman alamanda menerima cahaya
matahari berkisar 7-9 jam (Redaksi Agromedia, 2010). Penanaman alamanda di
lahan terbuka yang mendapat cahaya matahari sepanjang hari sangat baik untuk
memacu pertumbuhan cabang yang optimal dan pembungaan yang serempak
(Lingga, 2005). Tanaman alamanda cocok pada kondisi kering daripada terlalu
lembab dengan suhu diatas 290C (Yuliarti dan Ruwanto, 2007).
11
2.3 Jenis-Jenis Alamanda
Tanaman yang termasuk ordo Gentiales dan Famili Apocynaceae ini telah lama
dikenal. Beberapa jenis alamanda adalah Allamanda cathartica ‘Hendersonii’,
Allamanda nerifolia, Allamanda violacea ‘Chocolate’, Allamanda sp. ‘Black
cherry’, dan Allamanda violacea. Berikut penjelasan jenis alamanda tersebut.
(1) Allamanda cathartica ‘Hendersonii’ merupakan tanaman merambat yang
mampu memiliki panjang tangkai hingga mencapai 15 m (Lingga, 2005).
Ukuran bunganya besar, bisa mencapai diameter 10 cm dan berwarna kuning
tua mendekati jingga (Gambar 3). Tanaman ini juga tahan terhadap kadar
garam dalam tanah yang tinggi. Dalam lanskap, tanaman ini dijumpai
sebagai center point (Ratnasari, 2007).
Gambar 3. Allamanda cathartica ‘Hendersonii’ (Sumber: Wikipedia (2017)).
(2) Allamanda nerifolia berbeda jenis dengan alamanda yang merambat, jenis ini
cenderung menyemak. Tinggi tanaman ini hanya mencapai 2 m, apabila
dibandingkan dengan jenis alamanda lainnya, ukuran bunga tanaman ini
cenderung lebih kecil (Gambar 4). Tanaman ini digunakan sebagai elemen
12
taman atau penutup pagar, Famili Apocynaceae ini sering ditemukan sebagai
center point (Ratnasari, 2007).
Gambar 4. Allamanda nerifolia (Sumber: Wikimedia (2017)).
(3) Allamanda violacea ‘Chocolate’ memiliki panjang tangkai hingga 6 m.
Warna bunga jenis ini kuning semburat ungu muda dan ukuran bunganya
relatif besar (Gambar 5). Umumnya, tanaman ini digunakan sebagai tanaman
pergola dan center point di taman (Ratnasari 2007).
Gambar 5. Allamanda violacea ‘Chocolate’ (Sumber: The National Gardening
Association (2014).
13
(4) Allamanda sp. ‘Black cherry’ memiliki panjang tangkai hingga mencapai
6 m. Ukuran bunganya cenderung besar dengan warna ungu yang merata di
kelopak bunganya (Gambar 6). Dalam lanskap, tanaman ini dijumpai sebagai
center point (Ratnasari 2007).
Gambar 6. Allamanda sp. ‘Black cherry’ (Sumber: Top Tropicals (2017)).
(5) Allamanda violacea memiliki panjang tangkai hingga mencapai 6 m.
Violacea berbunga ungu (Gambar 7). Bunganya mekar terus menerus dan
tidak mengenal musim (Lingga, 2005). Aroma bunganya harum lembut.
Umumnya, A.violacea digunakan sebagai tanaman pergola di taman
(Ratnasari, 2007).
Gambar 7. Allamanda violacea (Sumber: iNaturalist (2017)).
14
(6) Allamanda schottii berbeda jenis dengan tanaman alamanda lainnya karena
tanaman ini cenderung memiliki daun lebih kecil. Tinggi tanaman ini
mencapai 5 sampai 10 m. Ukuran bunganya hanya bisa mencapai 5 cm dan
berbunga sepanjang tahun dan membutuhkan sinar matahari penuh. Tanaman
ini tahan terhadap kadar garam sedang dalam tanah yang tinggi dan lebih
cocok pada drainase baik (Jarret, 2003).
Gambar 8. Allamanda schottii (Sumber: Wikipedia (2017)).
2.4 Zat Penghambat Tumbuh Paklobutrazol
Zat pengatur tumbuh pada tanaman mempunyai peranan selama masa
pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Zat pengatur tumbuh yang terdapat
pada tanaman berupa senyawa organik yang bukan hara dan mampu menghambat
meski ketersediannya yang relatif rendah dapat mendukung, dan dapat mengubah
proses fisiologi tumbuhan. Zat penghambat tumbuh memiliki kemampuan untuk
menghambat biosintesis giberelin pada fase vegetatif (Ardigusa dan Dewi, 2015).
Nama kimia paklobutrazol adalah (2RS, 3RS) - (4-clorophenyll - 4,4. Jimethyl-2-
(1H-1,2,4-triazol-1-yl) pentan-3-oll. Nama kimia ini adalah senyawa yang diteliti
15
secara intensif sebagai pengatur pertumbuhan tanaman yang sangat efektif dalam
bidang agronomi dan tanaman hias (Moningka et al., 2012). Aplikasi
paklobutrazol harus dilakukan dengan tepat, yaitu saat memasuki fase generatif
(Herawati, 2012).
Paklobutrazol menghambat pertumbuhan sel meristem dan merangsang
pembentukan bunga melalui dua cara. Pertama, dengan mengubah keseimbangan
hormon yang menginduksi etilen untuk merangsang pembungaan. Kedua, dengan
menekan laju pertumbuhan, sehingga mengurangi akumulasi nitrogen (Redaksi
Agromedia, 2011).
Aplikasi paklobutrazol dapat meningkatkan respirasi dan mempengaruhi
keseimbangan kandungan karbohidrat dalam jaringan tanaman. Paklobutrazol
juga mampu menghambat aktivitas enzim yang berperan dalam biosintesis
giberelin. Akibatnya, sintesis asam absisat meningkat dan memacu munculnya
bunga (Herawati, 2012).
Paklobutrazol dapat menghambat perpanjangan batang dan meningkatkan zat
hijau daun. Hal ini berpengaruh untuk mendorong pembungaan, tetapi tidak
menyebabkan pertumbuhan tanaman menjadi abnormal. Pertumbuhan tanaman
dihambat dengan mengacaukan sistem transportasi fotosintat. Akibatnya, terjadi
penumpukan hara dan rasio C/N pun menjadi tinggi sehingga memacu munculnya
bunga (Herawati, 2012).
Paklobutrazol berfungsi untuk menghambat sintesis giberelin. Zat pengatur
tumbuh ini diserap lewat akar, batang daun, serta ditranslokasikan pada jaringan
meristem pucuk. Selain itu, ZPT ini juga digunakan untuk membentuk tanaman
16
agar lebih kompak, memacu pembungaan pada berbagai tanaman buah, misalnya
mangga (Djojosumarto, 2008).
Aplikasi paklobutrazol pada pohon-pohonan dapat menekan pertumbuhan tinggi
tanaman antara 40-60 % dengan diikuti peningkatan produksi yang lebih tinggi.
Selain itu paklobutrazol juga dapat meningkatkan kandungan klorofil sehingga
berpotensi untuk meningkatkan produktivitas tanaman (Moningka et al., 2012).
Beberapa hasil penelitian membuktikan bahwa pengaplikasian paklobutrazol
berpengaruh untuk menginduksi bunga tanaman manggis di luar musim yaitu 46
hari lebih awal. Aplikasi paklobutrazol dengan konsentrasi 0,342 g/l
menghasilkan bobot umbi kentang per sampel tertinggi (Moningka et al., 2012).
III. METODE PENELITIAN
3.1 Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di rumah kaca Fakultas Pertanian Universitas
Lampung pada Januari hingga Agustus 2016.
3.2 Alat dan Bahan Penelitian
Alat yang digunakan antara lain pot, gunting pangkas, hand sprayer, label, alat
tulis, SPAD Minolta 5502, dan luxmeter. Bahan tanaman yang digunakan dalam
penelitian ini adalah setek batang alamanda berumur kurang lebih 3 bulan
(Gambar 9), paklobutrazol, pupuk NPK Mutiara (16:16:16), pupuk Growmore
(32:10:10) dan (10:55:10), fungisida, media tanam berupa tanah, sekam, dan
pupuk kandang.
Gambar 9. Bahan tanam alamanda
18
3.3 Rancangan Percobaan dan Analisis Data
Rancangan percobaan yang digunakan dalam penelitian ini adalah rancangan acak
kelompok (RAK) dengan perlakuan tunggal 5 taraf konsentrasi paklobutrazol
dengan 4 kali ulangan. Konsentrasi paklobutrazol (P) adalah, 0 (p0); 50 (p1); 100
(p2); 150 (p3); 200 (p4) ppm. Setiap pot ditanami dengan 1 setek batang alamanda,
sehingga seluruh tanaman berjumlah 40 setek batang alamanda.
Tata letak dalam penelitian ini dapat disajikan pada Gambar 10.
U1
p2 p4 p1 p3 p0
U2
p1 p0 p4 p2 p3
U3
p3 p1 p2 p0 p4
U4
p4 p3 p0 p1 p2
Gambar 10. Tata letak percobaan
Keterangan:
p0 : Tanpa Paklobutrazol
p1 : Paklobutrazol dengan konsentrasi 50 ppm
p2 : Paklobutrazol dengan konsentrasi 100 ppm
p3 : Paklobutrazol dengan konsentrasi 150 ppm
p4 : Paklobutrazol dengan konsentrasi 200 ppm
U1 : Ulangan pertama
U2 : Ulangan kedua
U3 : Ulangan ketiga
U4 : Ulangan keempat
19
Homogenitas ragam diuji dengan uji Bartlet, sedangkan adivitas diuji dengan uji
Tukey. Selanjutnya, pengujian dilanjutkan dengan uji-F dan data yang diperoleh
nyata maka dapat dilanjutkan kembali dengan menggunakan uji Orthogonal
Polinomial.
3.4 Pelaksanaan Penelitian
3.4.1 Persiapan Bahan Tanam
Bibit alamanda berasal dari hasil penyetekan batang yang telah berumur 3 bulan.
Pada saat penanaman setek, bagian dasar setek sepanjang 2 cm dari buku diolesi
dengan IBA pasta konsentrasi 1000 ppm. Setek alamanda ditanam pada media
semai dengan campuran sekam bakar dan pasir malang dengan bobot sebesar 1kg.
3.4.2 Persiapan Media dan Penanaman
Media tanam pot terdiri dari tanah, sekam dan pupuk kandang dengan
perbandingan 2:1:1. Pupuk kandang yang digunakan berupa pupuk kandang dari
kotoran sapi. Penanaman alamanda dilakukan dengan memindahkan bibit
alamanda hasil setek batang yang berumur 3 bulan (telah berakar) ke dalam pot
yang berdiameter 18 cm dan tinggi 13 cm. Setiap pot ditanam 1 setek alamanda.
Campuran media tanam yang telah dimasukkan dalam pot disemprot dengan
fungisida Dithane M-45 dengan konsentrasi 2 g/L, lalu ditanami bibit alamanda
kemudian disimpan di tempat ternaungi selama 1 minggu. Pemupukan dilakukan
pada saat bibit tanaman berumur 1 MST dengan NPK (15:15:15) sebanyak 3 g/pot
dan pemberian diulang pada 1 bulan setelah tanam sebanyak 3 g/pot. Selain jenis
pupuk NPK juga diberikan pupuk daun berupa Growmore (32:10:10) selama 7
20
kali dan Growmore (10:55:10) selama 7 kali dengan konsentrasi 2 g/L.
Pemberian Growmore diulang setiap minggu. Penyiraman dilakukan secara
manual pada pagi/sore hari. Pengendalian gulma dilakukan dengan mencabut
gulma yang tumbuh pada pot.
3.4.3 Pembuatan Larutan Paklobutrazol
Tahap awal yang dilakukan dalam membuat larutan stok paklobutrazol (250 ppm)
dari bahan merek dagang “Cultar” yang mengandung 25 % paklobutrazol, yaitu:
larutan Cultar diambil sebanyak 1 ml dan dilarutkan ke dalam air sampai
volumenya 1 liter. Paklobutrazol diberikan 1 bulan setelah pindah tanam. Tahap
selanjutnya, larutan stok paklobutrazol digunakan untuk membuat larutan 0 ppm,
50 ppm, 100 ppm, 150 ppm, dan 200 ppm dengan cara pengenceran berdasarkan
perhitungan: V1 × C1 = V2 × C2. V1 merupakan volume larutan stok paklobutrazol
yang akan diambil, C1 merupakan konsentrasi larutan stok paklobutrazol 250
ppm, V2 merupakan total volume siram, dan C2 merupakan konsentrasi
paklobutrazol yang akan dibuat.
(a) Membuat larutan paklobutrazol 50 ppm, larutan stok yang diambil adalah:
V1 × C1 = V2 × C2
V1 × 250 ppm = 60ml × 50 ppm
250 V1 = 3000 ml V1 = 12 ml
(b) Membuat larutan paklobutrazol 100 ppm:
V1 × C1 = V2 × C2
V1 × 250 ppm = 60ml × 100 ppm
250 V1 = 6000 ml V1 = 24 ml
21
(c) Membuat larutan paklobutrazol 150 ppm:
V1 × C1 = V2 × C2
V1 × 250 ppm = 60ml × 150 ppm
250 V1 = 9000 ml V1 = 36 ml
(d) Membuat larutan paklobutrazol 200 ppm:
V1 × C1 = V2 × C2
V1 × 250 ppm = 60ml × 200 ppm
250 V1 = 12000 ml V1 = 48 ml
Hasil perhitungan ditambahkan aquades hingga volume semprot 60 ml dan
penyiapan larutan paklobutrazol sesuai konsentrasinya disajikan pada Tabel 1.
Tabel 1. Pembuatan larutan paklobutrazol dengan konsentrasi 0 ppm, 50 ppm,
100 ppm, 150 ppm, dan 200 ppm
No. Konsentrasi
paklobutrazol
yang di
inginkan
Paklobutrazol
1000 ml yang
digunakan
Akuades yang
digunakan
Total volume
siram
1. 0 ppm 0 ml 60 ml 60 ml
2. 50 ppm 12 ml 48 ml 60 ml
3. 100 ppm 24 ml 36 ml 60 ml
4. 150 ppm 36 ml 24 ml 60 ml
5. 200 ppm 48 ml 12 ml 60 ml
Hasil pengenceran paklobutrazol sesuai dengan konsentrasi masing-masing dapat
dilihat pada Gambar 11.
22
Gambar 11. Hasil pengenceran sesuai dengan konsentrasi 0 ppm, 50 ppm,
100 ppm, 150 ppm, dan 200 ppm
3.4.4 Aplikasi Paklobutrazol
Sebelum dilakukan aplikasi paklobutrazol, tanaman dirapihkan dan diseragamkan
jumlah bukunya dengan cara dipangkas. Pemangkasan dilakukan dengan
menyisakan 2 buku dengan tinggi tanaman rata-rata ± 20 cm. Aplikasi
paklobutrazol dilakukan pada satu hari dan 30 hari setelah pemangkasan dengan
cara menyiramkan larutan tersebut masing-masing pemberian sebanyak 60 ml
pada sore hari sesuai konsentrasi masing-masing. Jadi total volume siram pertama
120 ml paklobutrazol masing-masing konsentrasi.
3.5 Variabel Pengamatan
Variabel pengamatan yang diamati dalam penelitian ini adalah:
(1) Penambahan tinggi tanaman (cm)
Pengukuran tinggi tanaman dilakukan dari permukaan media tanam sampai
titik tumbuh tertinggi. Pengukuran tinggi tanaman dilakukan selama tiga
bulan. Penambahan tinggi tanaman bulan kedua merupakan hasil
23
pengurangan dari bulan pertama. Penambahan tinggi tanaman bulan ketiga
merupakan hasil pengurangan dari bulan pertama.
(2) Penambahan lebar tajuk (cm)
Lebar tajuk diukur dengan memberi batas pada samping kanan dan kiri
kemudian diukur lebarnya. Pengukuran lebar tajuk dilakukan selama tiga
bulan. Penambahan lebar tajuk bulan kedua merupakan hasil pengurangan
dari bulan pertama. Penambahan lebar tajuk bulan ketiga merupakan hasil
pengurangan dari bulan pertama.
(3) Waktu munculnya tunas baru (hari)
Waktu munculnya tunas baru diamati dengan ukuran ±1 cm setelah aplikasi
paklobutrazol.
(4) Jumlah tunas (tunas)
Jumlah tunas dihitung dengan ukuran ±1 cm dari keseluruhan tunas yang
muncul setelah aplikasi paklobutrazol.
(5) Jumlah tunas produktif (tunas)
Jumlah tunas produktif dihitung dengan ukuran ±1 cm pada tunas yang
hanya menghasilkan bunga.
(6) Penambahan panjang tunas (cm)
Panjang tunas diukur dari pangkal tunas sampai titik tumbuh terakhir atau
hingga tunas tersebut keluar bunga. Pengukuran panjang tunas dilakukan
selama tiga bulan. Penambahan panjang tunas bulan kedua merupakan hasil
pengurangan dari bulan pertama. Penambahan panjang tunas bulan ketiga
merupakan hasil pengurangan dari bulan pertama.
24
(7) Penambahan jumlah ruas (ruas)
Jumlah ruas dihitung per kedua buku selama tiga bulan. Penambahan
jumlah ruas bulan kedua merupakan hasil pengurangan dari bulan pertama.
Penambahan jumlah ruas bulan ketiga merupakan hasil pengurangan dari
bulan pertama.
(8) Waktu muncul kuncup bunga (hsa)
Waktu munculnya kuncup bunga diamati dengan ukuran ±1 cm sejak
aplikasi paklobutrazol hingga muncul kuncup bunga dengan tanda kenopi
sudah terlihat warna kuning.
(9) Waktu mekar bunga (hari)
Waktu mekar bunga dihitung sejak munculnya kuncup bunga hingga bunga
mekar penuh.
(10) Lamanya periode pembungaan (hari)
Lamanya periode pembungaan dihitung sejak bunga mekar hingga bunga
rontok.
(11) Jumlah bunga per tunas (kuntum)
Jumlah bunga per tunas dihitung saat bunga mekar dari jumlah bunga yang
muncul pada tunas sampel.
(12) Jumlah bunga per pot (kuntum)
Jumlah bunga per pot dihitung dari jumlah kuntum bunga yang dihasilkan
pada setiap pot, dilakukan pada pembungaan pertama.
(13) Jumlah daun (daun)
Jumlah daun dihitung pada pembungaan pertama dan jumlah daun yang
rontok.
25
(14) Tingkat kehijauan daun
Tingkat kehijauan daun diukur dengan menggunakan alat SPAD Minolta
5502 yang merupakan hasil pengurangan sebelum aplikasi dan setelah
aplikasi selama tiga bulan.
(15) Penampilan tanaman secara visual
Penampilan secara visual dilakukan dengan cara pengamatan pada keadaan
tanaman setiap bulan melalui hasil pengambilan gambar.
V. SIMPULAN DAN SARAN
5.1 Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian ini, dapat disimpulkan:
(1) Pemberian paklobutrazol sampai dengan 200 ppm memperkecil penambahan
tinggi tanaman, penambahan lebar tajuk, dan penambahan panjang tunas.
Pemberian paklobutrazol juga mengakibatkan panjang ruas lebih pendek dan
daun alamanda lebih hijau.
(2) Konsentrasi terbaik paklobutrazol untuk alamanda belum ditemukan pada
kisaran 0-200 ppm karena polanya masih linier.
(3) Tanaman yang diaplikasi paklobutrazol pada penelitian ini berbunga pada
umur 6 bulan (24 minggu) dan tanpa paklobutrazol pada umur 7 bulan
(28 minggu).
5.2 Saran
Saran yang dapat diajukan pada penelitian selanjutnya adalah pemberian
paklobutrazol pada alamanda perlu ditinggikan konsentrasinya berkisar 300-400
ppm. Konsentrasi tersebut pada penelitian lain mampu menghambat waktu
muncul tunas dan memacu pembungaan.
DAFTAR PUSTAKA
Adawiyah, T., Rugayah, dan Setyo, W. 2015. Pengaruh Konsentrasi
Paklobutrazol terhadap Penampilan Tanaman Gerbera Lokal (Gerbera
jamesonii) dalam Pot. Seminar Nasional Sains & Teknologi VI. Lembaga
Penelitian dan Pengabdian Universitas Lampung 3 November 2015. 11p.
Antunes, A.M., E.O. Ono, A.C. S., and Joao, D. R. 2008. Physico-chemical and
harvest time alterations in pineapple fruits `Smooth Cayenne` caused by
Paclobutrazol. Braz.Arch.Biol.Tech. 51:19-26.
Ardigusa, Y., dan Dewi, S. 2015. Pengaruh paklobutrazol terhadap pertumbuhan
dan perkembangan tanaman sanseivera (Sanseivera trifasciata Laurentii).
Jurnal Horti Indonesia. 6 (1): 45-53.
Arundhina, E. 2014. Aktivitas Ekstrak Etanol Daun Alamanda (Allamanda
cathartica L.) Sebagai Antijamur terhadap Candida albicans dan
Pityrosporum ovale Secara in Vitro. (Skripsi). Universitas Atma Jaya
Yogyakarta. 12p.
Berova, M., Zlatko, Z., dan Nevena, S. 2002. Effect of Paclobutrazol on Wheat
Seedlings Under Low Temperature Stress. Journal of Plant Physiol Bulg.
28:75–84.
Djojosumarto, P. 2008. Pestisida & Aplikasinya. Agromedia Pustaka. Jakarta.
340p.
Herawati, S. 2012. Tip dan Trik Membuahkan Tanaman Buah dalam Pot.
AgroMedia Pustaka. Jakarta. 140p.
Hidayat, R.S., dan Rodame, M. N. 2015. Kitab Tanaman Obat. Agriflo (Penebar
Swadaya Grup. Jakarta. 416 p.
Inaturalist. 2017. Allamanda violaceae. www.iNaturalist.org/taxa/344284-
Allamanda-violaceae. Accessed: 9-3-17.
Jarret, A. 2003. Ornamental Tropical Shrubs. Pineapple Press. Florida.
Lakitan, B. 1996. Fisiologi Pertumbuhan dan Perkembangan Tanaman. PT
Raya Grafindo. 201p.
47
Lingga, L. 2005. Menanam dan Merawat Tanaman Hias Merambat. AgroMedia
Pustaka. Jakarta. 76p.
Marshel, E., Mbue. K. B., dan Lollie, A. P. P. 2015. Pengaruh waktu dan
konsentrasi paklobutrazol terhadap pertumbuhan bunga matahari
(Hellianthus annus L.). Jurnal Online Agroteknologi. 3 (3): 928-937.
Moningka, F. F., Semuel, D. R., dan Jeanne, M. P. 2012. Respon pertumbuhan
tinggi dan produksi tanaman cengkeh (Zyzigium aromaticum L.) terhadap
pemberian paklobutrazol. Jurnal Ilmu Pertanian Eugenia. 18 (2): 199.
Novi dan Rizki. 2014. Induksi pemekaran bunga (anthesis) tanaman melati putih
(Jasminum sambac L. W. Ait) dengan pemberian paklobutrazol pada
beberapa konsentrasi. Jurnal Pelangi Research of Education and
Development. 6 : 129 – 135.
Nugroho, P.T. 2012. Pengaruh Paklobutrazol dan komposisi larutan pulsing
terhadap kualitas pasca panen bunga matahari (Helianthus annuus L.)
sebagai bunga potong. (Skripsi). Departemen Agronomi dan Hortikultura.
Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Bogor. 51p.
Oktarisa, D. 2006. Pengaruh Konsentrasi Paklobutrazol pada Penampilan
Tanaman Mahkota Duri (Euphorbia milli varietas ‘Splendens’) dalam
Pot. (Skripsi). Universitas Lampung. Bandar Lampung. 65p.
Parnata, A.S. 2007. Panduan Budi Daya Perawatan Anggrek. Agro Media
Pustaka. Jakarta.
Rahayu, P., Ainur, R., dan Maizuddin. 2015. Perbedaan anatomi jaringan stomata
berbagai daun genus allamanda. Prosiding Seminar Nasional Pendidikan
Biologi 2015, yang diselenggarakan oleh Prodi Biologi FKIP Universitas
Malang, tema: “Peran Biologi dan Pendidikan Biologi dalam Menyiapkan
Generasi Unggul dan Berdaya Saing Global”, Malang, 21 Maret 2015.
687p.
Rubiyanti, N. 2014. Pengaruh konsetrasi paklobutrazol dan waktu aplikasi
terhadap mawar batik (Rosa hybrid L.). Journal Agriculture Science.
1(4): 48-53.
Rugayah. 2009. Pengaruh konsentrasi dan frekuensi pemberian paklobutrazol
melalui tanah dan penyemprotan daun pada tanaman melati pot. Prosiding
Seminar Nasional, tema: “Teknologi Tepat Guna Agroindustri dan
Diseminasi Hasil-Hasil Penelitian Dosen Polinela”, Bandar Lampung, 1-2
April 2009. 7p.
48
Ratnasari, J. 2007. Galeri Tanaman Hias Bunga. Penebar Swadaya. Jakarta.
224p.
Redaksi Agromedia 2010. Tip Merawat Tanaman Hias. PT Agromedia Pustaka.
Jakarta.
Redaksi Agromedia. 2011. Bertanam Mangga Di Dalam Pot dan Di Kebun.
AgroMedia Pustaka. Jakarta. 98p.
Salisbury, F.B., & Ross, C.W. 1995. Fisiologi Tumbuhan 3. Jilid 3.
Diterjemahkan oleh Diah R. Lukman dan Sumaryono. Dengan Penyunting
Sofia Niksolihin. ITB. Bandung. 343p.
Subarnas, N. 2007. Terampil Berkreasi. Jakarta. Grafindo Media Pratama.
The National Gardening Association. 2014. Allamanda violacea ‘Chocolate’.
http://allthingsplants.com/users/profile/plantladylin/. Accessed: 9-3-17.
Top Tropicals. 2017. Allamanda sp. ‘Black Cherry’. https://toptropicals.com
/pics/garden/05/6/6144.jpg. Accessed: 9-3-17.
Triwahyuni, T. CH., dan Abdul, K. 2010. Serial Galeri Eksotika: Pesona 500
Jenis Tanaman Hias Bunga. Lily Publisher. Yogyakarta. 306p.
Wahyurini, E. 2010. Stimulasi pertumbuhan dan perkembangan beberapa
kultivar lili (Lilium longiflorum) dengan aplikasi GA3 dan paklobutrazol.
Jurnal Agrivet. 14: 27-35.
Wattimena, G.A. 1988. Zat Pengatur Tumbuh Tanaman. Pusat Antar Universitas
Bioteknologi. Bogor: Institut Pertanian Bogor. 247p.
Widianingsih, T. 2005. Pengaruh Konsentrasi Paklobutrazol pada Penampilan
Nona Makan Sirih Pot (Clerodendrum thomsonie Balf). (Skripsi).
Universitas Lampung. 62p.
Widiastuti, L., Tohari, dan Endang, S. 2004. Pengaruh intensitas cahaya dan
kadar daminosida terhadap iklim mikro dan pertumbuhan tanaman krisan
dalam pot. Jurnal Ilmu Pertanian. 11(2): 35-42.
Wikimedia. 2017. Allamanda nerifolia. https://commons.wikimedia.org/wiki/
File:Allamanda_neriifolia_2.jpg. Accessed: 9-3-17.
Wikipedia. 2017. Allamanda cathartica ‘Hendersonii’. https://en.wikipedia.org/
wiki/Allamanda. Accessed: 9-3-17.
Wikipedia. 2017. Allamanda schottii. https://es.wikipedia.org/wiki/Plumeriae.
Accessed: 9-3-17.
49
Yuliarti, N., dan Sukiris, D. R. 2007. Adenium Gaya Bonsai. PT Agromedia
Pustaka. Jakarta. 62p.
Yurnalita. 2005. Pengaruh Konsentrasi dan Frekuensi Pemberian Paklobutrazol
Melalui Daun pada Penampilan Melati dalam Pot. (Skripsi). Universitas
Lampung. 109p.