pengaruh kompensasi, motivasi dan religiusitas …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/599/1/dwi...
TRANSCRIPT
PENGARUH KOMPENSASI, MOTIVASI DAN
RELIGIUSITAS TERHADAP KINERJA KARYAWAN
PADA BMT DI KOTA SALATIGA DAN KABUPATEN
SEMARANG
SKRIPSI
Diajukan untuk Memperoleh Gelar
Sarjana Ekonomi Syariah
Oleh
Dwi Rohayati
NIM 213. 10. 046
JURUSAN SYARIAH DAN EKONOMI ISLAM
PROGRAM STUDI PERBANKAN SYARIAH – S1
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN)
SALATIGA
2014
2
PERSETUJUAN PEMBIMBING
3
LEMBAR PENGUJI
4
PERNYATAAN
Saya yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama : Dwi Rohayati
NIM : 213. 10. 046
Program Studi : Perbankan Syari’ah S1
Judul : Pengaruh Kompensasi, Motivasi dan Religiusitas
Terhadap Kinerja Karyawan pada BMT di Kota Salatiga
dan Kabupaten Semarang
Menyatakan bahwa skripsi yang saya tulis ini merupakan hasil karya sendiri,
kecuali kutipan-kutipan dan ringkasan-ringkasan yang telah saya jelaskan
sumbernya.
Salatiga, 26 Oktober 2014
Yang membuat pernyataan,
Dwi Rohayati
NIM 213. 10. 046
5
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
Keberhasilan, Kebahagiaan dan Kelimpahan adalah Mudah dan
Pantas Didapatkan oleh Setiap Orang
-Robert Collier-
Jika kamu berbuat baik, (berarti) kamu berbuat baik bagi dirimu
sendiri, dan jika kamu berbuat buruk, maka sebenarnya
(keburukan) itu bagi dirimu sendiri.
QS. Al-Israa’: 7
Skipsi ini kupersembahkan untuk:
Kedua orang tuaku tercinta “Pa’e Ma’e”
Kakak adikku
Serta
Orang-orang yang selalu mendukungku
6
KATA PENGANTAR
Assalamualaikun Wr. Wb.
Segala puji bagi Allah yang telah menciptakan manusia sebagai makhluk
yang paling sempurna, hanya kepada-Nya-lah tempat kita mengadu, karena Dia
Maha Memberi Pertolongan kepada hamba-Nya. Shalawat serta salam semoga
selalu tercurahkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW yang senantiasa
kita nantikan syafaatnya kelak di Yaumul Akhir. Rasa syukur yang teramat dalam
penulis haturkan kepada Allah SWT atas segala rahmat, hidayah dan inayah-Nya
sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Pengaruh
Kompensasi, Motivasi dan Religiusitas Terhadap Kinerja Karyawan Pada
BMT di Kota Salatiga dan Kabupaten Semarang”.
Penulisan skripsi ini dapat terselesaikan atas bantuan, dukungan,
bimbingan dan saran serta doa dari semua pihak. Dengan kerendahan hati, penulis
mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah memberikan dukungan
dalam penulisan skripsi ini:
1. Allah SWT atas semua kebahagiaan dan pembelajaran hidup.
2. Bapak Dr. Rahmat Hariyadi, M.Pd., selaku Ketua STAIN Salatiga.
3. Bapak Benny Ridwan, M. Hum., selaku Ketua Jurusan Syariah dan
Ekonomi Islam.
4. Ibu Fetria Eka Yudiana, M.Si., selaku Ketua Program Studi Perbankan
Syari’ah Program Sarjana Strata 1 (S1) STAIN Salatiga.
7
5. Bapak Ahmad Mifdlol Muthohar, Lc., M.S.I., selaku Dosen pembimbing
atas semua waktu, arahan, bimbingan, petunjuk, saran serta kesabaran
dalam proses penulisan skripsi ini.
6. Bapak Drs. Alfred L., M.Si., selaku dosen pembimbing akademik.
7. Seluruh staf pengajar Program Studi Perbankan Syari’ah atas semua ilmu
yang telah diberikan.
8. Manajer dan karyawan BMT di Kota Salatiga dan Kabupaten Semarang
yang bersedia menjadi objek penelitian.
9. Pa‟e dan Ma‟e tercinta atas semua doa, kasih sayang, semangat, ilmu,
bekal hidup, motivasi, arahan, serta semua hal yang menjadikan aku
seseorang yang kuat. Semoga skripsi ini bisa menjadi salah satu kado atas
semua harapan kalian. Thanks and love you.
10. Kakak dan adikku serta si kecil Nazmi Riski Shanesa yang senantiasa
memberikan doa, semangat dan perhatiannya.
11. Keluarga besarku Om, bulek, tante, pak dhe, bu dhe yang selalu
memberikan dukungan dalam semua hal.
12. “Mr. Bad Boy” yang selalu memberikan semangat, kasih sayang dan
perhatiannya.
13. Pak Hendro dan Ibu Sri Lestari serta Akbar dan Aira yang telah
menjadikan aku sebagai bagian dari keluarga.
14. Bapak Gatot Lelono sekeluarga yang selalu memberikan motivasi,
wejangan dan bimbingan serta kasih sayang.
8
15. Ibu Naning sekeluarga, yang bersedia menampung aku selama kurang
lebih 4 tahun di kostnya.
16. Keluarga besar kos “Alfa Afa” yang selalu memberikan motivasi dan
dukungan.
17. Request Ilham Pramugara sebagai editor, yang telah membantu pengeditan
dalam penulisan skripsi ini.
18. Topa, Dini, Alfi, Eka, Icha, Yeku dan semua teman PS-S1 serta semua
teman yang tidak dapat disebutkan terima kasih telah menjadi bagian dari
hidupku. Sukses selalu untuk kita.
19. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah
memberikan bantuan, thanks..
Semoga bantuan dan dukungan yang telah diberikan mendapat
balasan yang berlipat ganda dari Allah SWT. Aminn..
Akhirnya penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kata
sempurna, sumbang pikir dan koreksi sangat bermanfaat dalam
menyempurnakan penelitian ini. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi
penulis khususnya dan bagi semua pihak yang ingin mengkaji dn meneliti
lebih lanjut lagi.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb.
Salatiga, 26 Oktober 2014
Penulis
Dwi Rohayati
NIM 213. 10. 046
9
ABSTRAK
Rohayati, Dwi. 2014. Pengaruh Kompensasi, Motivasi dan Religiusitas Terhadap
Kinerja Karyawan Pada BMT di Kota Salatiga dan Kabupaten Semarang.
Program Studi Perbankan Syari’ah S-1. Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri
(STAIN) Salatiga. Dosen Pembimbing: Ahmad Mifdlol Muthohar, Lc., M.S.I.
Kata Kunci: Kompensasi, Motivasi, Religiusitas dan Kinerja Karyawan.
Salah satu faktor terpenting dalam keberhasilan sebuah BMT adalah sumber daya
manusia, karena sumber daya manusia merupakan pelaku utama dalam
menjalankan kegiatan yang dimiliki BMT dalam mencapai tujuannya. Keberadaan
sumber daya manusia memegang peranan yang sangat penting. Hidup matinya
suatu BMT tergantung pada kualitas sumber daya manusia yang mengelolanya.
Kompensasi dan motivasi merupakan indikator yang diduga dapat meningkatkan
kinerja karyawan. Selain itu, ada indikasi bahwa tingkat religiusitas seseorang
juga dapat meningkatkan kinerja mereka. Penelitian ini berjudul “Pengaruh
Kompensasi, Motivasi dan Religiusitas Terhadap Kinerja Karyawan Pada BMT
Di Kota Salatiga dan Kabupaten Semarang”. Adapun tujuan dari penelitian ini
adalah untuk mengetahui pengaruh kompensasi, motivasi dan religiusitas terhadap
kinerja karyawan pada BMT di Kota Salatiga dan Kabupaten Semarang.
Penelitian ini menggunakan variabel kompensasi, motivasi dan religiusitas
sebagai variabel independen, sedangkan yang menjadi variabel dependen adalah
kinerja. Sampel yang dijadikan sebagai objek penelitian sebanyak 58 responden
dengan metode simple random sampling. Analisis yang digunakan meliputi uji
validitas, uji reliabilitas, uji asumsi klasik, uji model dan uji regresi dengan
bantuan SPSS versi 18. Berdasarkan hasil analisis diketahui bahwa kompensasi
berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja karyawan, motivasi
berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja, religiusitas berkorelasi positif
tetapi tidak signifikan terhadap kinerja, dan variabel paling dominan yang
mempengaruhi kinerja karyawan adalah variabel motivasi.
10
DAFTAR ISI
Halaman Judul .................................................................................................... i
Nota Pembimbing .............................................................................................. ii
Halaman Pengesahan ......................................................................................... iii
Pernyataan Keaslian Skripsi ............................................................................... iv
Motto dan Persembahan ..................................................................................... v
Kata Pengantar ................................................................................................... vi
Abstrak ............................................................................................................... ix
Daftar Isi ............................................................................................................. x
Daftar Tabel ....................................................................................................... xiii
Daftar Gambar .................................................................................................... xiv
Daftar Lampiran ................................................................................................. xv
BAB I Pendahuluan ........................................................................................... 1
A. Latar Belakang ................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ............................................................................. 5
C. Tujuan Penulisan ............................................................................... 6
D. Sistematika Penulisan ........................................................................ 7
BAB II Tinjauan Pustaka ................................................................................... 9
A. Landasan Teori .................................................................................. 9
1. Kompensasi ................................................................................... 9
2. Motivasi ........................................................................................ 17
3. Religiusitas .................................................................................... 22
4. Kinerja .......................................................................................... 29
B. Hubungan Antar Variabel .................................................................. 36
1. Hubungan Variabel Kompensasi Terhadap Kinerja Karyawan .... 36
11
2. Hubungan Variabel Motivasi Terhadap Kinerja Karyawan ......... 37
3. Hubungan Variabel Religiusitas Terhadap Kinerja Karyawan ...... 38
C. Penelitian Terdahulu .......................................................................... 39
D. Kerangka Pemikiran Teoritis ............................................................. 43
E. Hipotesis ............................................................................................ 43
BAB III Metode Penelitian ................................................................................. 44
A. Jenis Penelitian .................................................................................. 44
B. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional .................................... 44
C. Populasi dan Sampel ........................................................................... 49
D. Jenis dan Sumber Data ....................................................................... 52
E. Teknik Pengumpulan Data ................................................................. 53
F. Skala Pengukuran ............................................................................... 55
G. Metode Analisis .................................................................................. 55
1. Uji Instrumen ................................................................................. 55
a. Uji Realibilitas .......................................................................... 55
b. Uji Validitas .............................................................................. 56
2. Uji Statistik .................................................................................... 56
a. Koefisien Determinasi (R2) ....................................................... 56
b. Uji F .......................................................................................... 57
3. Uji Asumsi Klasik .......................................................................... 58
a. Uji Multicolliearity.................................................................... 58
b. Uji Heteroscendasticity ............................................................. 58
c. Uji Normalitas ........................................................................... 58
d. Uji Linieritas ............................................................................. 59
4. Uji Hipotesis .................................................................................. 59
a. Analisis Regresi Linier Berganda ............................................. 59
b. Uji t-test ..................................................................................... 60
H. Alat Analisis ....................................................................................... 61
BAB IV Hasil dan Pembahasan .......................................................................... 62
A. Gambaran Umum BMT ...................................................................... 62
B. Gambaran Umum Responden ............................................................. 70
12
C. Analisis Data ...................................................................................... 73
1. Uji Analisis .................................................................................... 73
a. Uji Realibilitas .......................................................................... 73
b. Uji Validitas .............................................................................. 74
2. Uji Statistik .................................................................................... 76
a. Uji Koefisien Determinasi (R2) ................................................. 76
b. Uji F test .................................................................................... 77
3. Uji Asumsi Klasik .......................................................................... 78
a. Uji Multicollinearity.................................................................. 78
b. Uji Heteroscendasticity ............................................................. 79
c. Uji Normalitas ........................................................................... 80
d. Uji Linieritas ............................................................................. 83
4. Uji Hipotesis .................................................................................. 84
a. Analisis Regresi Berganda ........................................................ 84
b. Uji t-test ..................................................................................... 86
D. Pembahasan ........................................................................................ 87
1. Pengaruh Kompensasi terhadap Kinerja Karyawan ...................... 87
2. Pengaruh Motivasi terhadap Kinerja Karyawan ............................ 89
3. Pengaruh Religiusitas terhadap Kinerja Karyawan ....................... 92
4. Variabel Pengaruh Paling Dominan .............................................. 96
BAB V Penutup .................................................................................................. 98
A. Kesimpulan ......................................................................................... 98
B. Saran .................................................................................................. 99
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 101
DAFTAR WAWANCARA ............................................................................... 104
Lampiran ............................................................................................................. 105
13
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Penemuan Penelitian Terdahulu (Research Gap) ........................... 39
Tabel 3.1 Variabel, Konsep Variabel, Sub Variabel dan Indikator ................. 45
Tabel 3.2 Gambaran Kuesioner ....................................................................... 50
Tabel 4.1 Jenis Kelamin Responden ............................................................... 71
Tabel 4.2 Usia Responden ............................................................................... 71
Tabel 4.3 Pendidikan Responden .................................................................... 72
Tabel 4.4 Lama Kerja Responden ................................................................... 72
Tabel 4.5 Hasil Uji Reliabilitas Data ............................................................... 73
Tabel 4.6 Hasil Uji Validitas Data .................................................................. 74
Tabel 4.7 Koefisien Determinasi Kompensasi, Motivasi dan Religiusitas
Terhadap Kinerja ............................................................................. 77
Tabel 4.8 Uji Secara Serempak Kompensasi, Motivasi dan Religiusitas
Terhadap Kinerja ............................................................................. 78
Tabel 4.9 Uji Multikolinieritas ........................................................................ 79
Tabel 4.10 Uji Linieritas Kompensasi, Motivasi dan Religiusitas Terhadap
Kinerja ............................................................................................. 83
Tabel 4.11 Hasil Analisis Regresi Berganda Kompensasi, Motivasi dan
Religiusitas Terhadap Kinerja ......................................................... 84
Tabel 4.12 Uji Secara Individual Kompensasi, Motivasi dan Religiusitas
Terhadap Kinerja ............................................................................. 86
14
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Indikator Kinerja ........................................................................... 32
Gambar 2.2 Kerangka Pemikiran Teoritis ........................................................ 43
Gambar 4.1 Grafik Scatterplot .......................................................................... 80
Gambar 4.2 Kurva Histogram ........................................................................... 81
Gambar 4.3 Kurva P-P Plot .............................................................................. 82
15
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Kuesioner Penelitian .......................................................................... 106
Lampiran Hasil Kuesioner ................................................................................. 110
Lampiran Hasil Uji Instrumen ........................................................................... 118
Lampiran Tabel Validitas (R Product Moment) ................................................ 119
Lampiran Hasil Uji Statistik ............................................................................... 121
Lampiran Hasil Uji Asumsi Klasik .................................................................... 121
Surat Permohonan Izin Penelitian ...................................................................... 124
16
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Perkembangan ekonomi Indonesia saat ini tidaklah seimbang, hal
tersebut tampak dari pemerataan ekonomi yang masih terjadi kesenjangan.
Daerah kumuh dan kawasan elit merupakan bukti nyata dari
ketidakseimbangan perekonomian Indonesia.
Permasalahan ekonomi timbul bukan hanya pengaruh inflasi dan
deflasi. Pada sektor riilpun, seperti Industri Rumah Tangga (IRT), pangan dan
jasa juga mengalami hambatan. Hambatan pada sektor riil terbesar adalah
dalam permodalan terutama pada sektor Industri Rumah Tangga mikro.
Perbankan syariah merupakan salah satu lembaga keuangan yang
sedang mengalami kemajuan sangat pesat. Hampir semua produk
diperbankan mempunyai unit usaha syariah. Dengan sistem bagi hasil dirasa
memiliki keadilan yang tinggi baik dalam pendanaan maupun pembiayaaan.
Perkembangan perbankan syariah yang sangat pesat mendorong
lahirnya unit-unit usaha syariah dalam lingkup kecil. Lahirnya BMT (Baitul
Maal Wat Tamwil), disetiap daerah merupakan imbas dari berkembangnya
perbankan syariah. BMT (Baitul Maal Wat Tamwil) merupakan salah satu
Lembaga Keuangan Mikro Syariah ( LKMS ), yaitu lembaga keuangan mikro
yang sistem operasionalnya berlandaskan syariah Islam.
17
Lahirnya BMT mendorong perekonomian menengah ke bawah untuk
bersaing dan berkembang menjadi lebih kuat. Penyaluran dana dan
pembiayaan dalam BMT yang memiliki kemudahan di masyarakat,
memudahkan para pengusaha mikro dalam permodalan. Selain itu,
keberadaan BMT yang mudah ditemui membuka kesempatan dan
peningkatan kemampuan dalam melayani kebutuhan masyarakat yang lebih
luas.
Pertumbuhan BMT yang sangat pesat dan banyak, menimbulkan
persaingan yang ketat diantara masing-masing BMT. Hal ini mendorong
setiap BMT untuk tetap mempertahankan kelangsungan hidupnya. Setiap
BMT harus mampu membangun dan meningkatkan kinerja didalam
lingkungan kerjanya.
Salah satu faktor terpenting dalam keberhasilan sebuah BMT adalah
sumber daya manusia, karena sumber daya manusia merupakan pelaku utama
dalam menjalankan kegiatan yang dimiliki BMT dalam mencapai tujuannya.
Keberadaan sumber daya manusia memegang peranan yang sangat penting.
Hidup matinya suatu BMT tergantung pada kualitas sumber daya manusia
yang mengelolanya. Kemajuan tekhnologi dan kelengkapan sarana prasarana
tidak menjamin hasil maksimal, apabila tidak dikelola oleh sumber daya
manusia yang tepat.
Untuk mendapatkan kualitas sumber daya manusia yang kompeten di
bidangnya perusahaan menempuh berbagai cara, pemberian kompensasi dan
motivasi kerja merupakan salah satu cara yang sering dilakukan perusahaan.
18
Pemberian kompensasi dan motivasi diharapkan memberikan dampak positif
bagi karyawan dalam menjalankan tanggungjawabnya. Kompensasi dan
motivasi merupakan hak yang harus diterima oleh karyawan sebagai
penghargaan atas kinerjanya selama mengabdi didalam perusahaan.
Secara lahiriah, seseorang mempunyai tujuan yang berbeda dalam
menjalankan setiap tanggungjawabnya. Kepuasan kerja, gaji, penghargaan,
dan pengakuan merupakan salah satu dari tujuan setiap individu. Penghargaan
yang baik oleh perusahaan mendorong kinerja karyawan untuk lebih baik,
bersemangat, dan berprestasi dalam mencapai tujuan perusahaan.
Pemberian kompensasi merupakan hal yang tepat untuk meningkatkan
kinerja karyawan dalam mencapai tujuan perusahaan. Karena kompensasi
memberikan dampak positif antara karyawan dengan perusahaan.
Bejo Siswanto (2003) mengatakan kompensasi merupakan istilah luas
yang berkaitan dengan imbalan-imbalan finansial yang diterima oleh orang-
orang melalui hubungan kepegawaian mereka dengan organisasi. Kompensasi
merupakan penghargaan yang diberikan karyawan baik secara langsung
maupun tidak langsung. Adapun bentuk kompensasi langsung adalah gaji,
tunjangan, bonus, dan komisi. Sedangkan untuk kompensasi tidak langsung
diantaranya pelatihan, wewenang dan tanggung jawab, penghargaan atas
kinerja serta lingkungan kerja yang mendukung.
Selain kompensasi, motivasi juga merupakan unsur penting dalam
peningkatan kinerja karyawan. Pemberian motivasi akan mendorong kinerja
karyawan menjadi lebih semangat dalam menjalankan tanggungjawabnya.
19
Perasaan bahagia karena mendapatkan perhatian dari perusahaan menjadikan
karyawan lebih optimal dan maksimal dalam mencapai tujuan perusahaan.
Motivasi menurut Marihot Tua Efendi Hariandja (2002) diartikan
sebagai faktor-faktor yang mengarahkan dan mendorong perilaku atau
keinginan seseorang untuk melakukan suatu kegiatan yang dinyatakan dalam
bentuk usaha yang keras atau lemah. Pemahaman terhadap motivasi
karyawan akan sangat penting kaitannya dengan pencapaian tujuan, yaitu
produktivitas dan efesiensi.
Di samping kompensasi dan motivasi, ada indikasi bahwa sikap
religiusitas seseorang dapat berpengaruh terhadap kinerja mereka di dalam
perusahaan. Sikap religiusitas yang dimiliki setiap individu, akan menjadi
batasan dalam menjalankan persaingan dalam dunia kerja. Religiusitas
mendorong setiap individu senantiasa bersikap lebih bijak dalam menghadapi
tantangan pekerjaan. Ketakutan atas ancaman dari alam serta keyakinan
manusia, menjadikan manusia untuk senantiasa bersikap lebih baik dengan
menaati perintah dan menjahui larangan Allah dengan keikhlasan.
Religiusitas adalah sebuah ekspresi spiritual seseorang yang berkaitan
dengan sistem keyakinan, nilai, hukum yang berlaku dan ritual (Mansen,
dalam Kaye & Raghavan, 2000). Religiusitas merupakan aspek yang telah
dihayati oleh individu di dalam hati, getaran hati nurani pribadi dan sikap
personal (Mangunwija, 1986). Hal serupa juga diungkapkan oleh Glock &
Stark (dalam Dister, 1988) mengenai religiusitas yaitu sikap keberagamaan
yang berarti adanya unsur internalisasi agama ke dalam diri seseorang.
20
Dengan adanya sikap religiusitas di dalam diri individu manusia,
menimbulkan kecerdasan spiritual yang mendorong seseorang untuk bahagia
dalam menjalankan pekerjaannya. Rasa bahagia menjadikan seseorang
nyaman dalam bekerja, sehingga akan meningkatkan kualitas dan
produktivitasnya.
Berdasarkan latar belakang di atas, penulis tertarik untuk melakukan
penelitian dengan judul : “PENGARUH KOMPENSASI, MOTIVASI
DAN RELIGIUSITAS TERHADAP KINERJA KARYAWAN PADA
BMT DI KOTA SALATIGA DAN KABUPATEN SEMARANG”.
B. RUMUSAN MASALAH
Peningkatan kinerja karyawan perlu diperhatikan agar tercipta sumber
daya manusia yang berkualitas dan produktif demi pencapaian tujuan
perusahaan. Kompensasi, motivasi dan sikap religiusitas seseorang
diindikasikan menjadi faktor pendorong seseorang untuk optimal dalam
melaksanakan tanggungjawabnya. Berdasarkan uraian latar belakang tersebut,
dapat dirumuskan masalah sebagai berikut :
1. Bagaimana pengaruh kompensasi terhadap kinerja karyawan?
2. Bagaimana pengaruh motivasi terhadap kinerja karyawan?
3. Bagaimana pengaruh religiusitas terhadap kinerja karyawan?
4. Variabel manakah yang paling dominan dalam mempengaruhi kinerja
karyawan?
21
C. TUJUAN DAN KEGUNAAN PENELITIAN
1. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, tujuan dari penelitian ini
adalah:
a. Untuk menganalisis pengaruh kompensasi terhadap kinerja
karyawan.
b. Untuk menganalisis pengaruh motivasi terhadap kinerja karyawan.
c. Untuk menganalisis pengaruh religiusitas terhadap kinerja
karyawan.
d. Untuk menganalisis variabel paling dominan terhadap kinerja
karyawan.
2. Kegunaan Penelitian
1) Bagi Perusahaan
Penelitian ini diharapkan memberikan kontribusi positif bagi
perusahaan dalam meningkatkan kinerja karyawannya, melalui
pemberian kompensasi dan motivasi kerja. Selain itu faktor
religiusitas juga menjadi tolak ukur perusahaan dalam
meningkatkan kinerja karyawan dalam mencapai tujuan.
2) Bagi Pembaca
Dapat dijadikan referensi dalam melakukan kajian atau
penelitian dengan pokok permasalahan yang sama, serta sebagai
bahan masukan dan referensi bagi pihak-pihak yang
berkepentingan langsung dengan penelitian ini.
22
3) Bagi Penulis
Bagi penulis, penelitian ini merupakan kesempatan yang baik
untuk dapat menerapkan ilmu yang telah di peroleh selama
menjalani proses perkuliahan dan dapat menambah wawasan
pengetahuan dalam bidang manajemen sumber daya manusia
khususnya dalam masalah pengaruh kompensasi, motivasi dan
religiusitas terhadap kinerja karyawan.
D. Sistematika Penulisan
Adapun sistematika penulisan dalam penelitian ini, adalah sebagai berikut:
BAB I PENDAHULUAN
Dalam bab ini akan diuraikan latar belakang masalah, rumusan masalah,
tujuan dan kegunaan penelitian serta sistematika penulisan.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
Dalam bab ini akan diuraikan mengenai landasan teori yang mendasari
penelitian ini, penelitian terdahulu, kerangka pemikiran dan hipotesis.
BAB III METODE PENELITIAN
Dalam bab ini akan diuraikan mengenai variabel-variabel yang akan
diteliti, definisi operasional, jenis dan sumber data, populasi dan penentuan
sampel, metode pengumpulan data dan teknik analisis.
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
Dalam bab ini akan diuraikan mengenai deskripsi obyek penelitian,
analisis data, serta intepretasi hasil.
23
BAB V PENUTUP
Dalam bab ini akan diuraikan mengenai kesimpulan yang merupakan
penyajian singkat dari keseluruhan hasil penelitian yang diperoleh dalam
pembahasan juga mengenai saran yang diberikan kepada peneliti selanjutnya
yang tertarik meneliti hal yang sama.
24
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Landasan Teori
1. Kompensasi
a. Pengertian Kompensasi
Kompensasi merupakan segala sesuatu yang diterima dapat
berupa fisik maupun non fisik dan harus dihitung dan diberikan
kepada seseorang yang umumnya merupakan obyek yang
dikecualikan dari pajak pendapatan. Menurut Werther dan Davis
(dalam Dito, 2010) menyatakan kompensasi sebagai apa yang
diterima pekerja sebagai tukaran atas kontribusinya kepada organisasi.
Sastrohadiwiryo (2003) berpendapat, bahwa kompensasi adalah
imbalan jasa/balas jasa yang diberikan oleh perusahaan kepada tenaga
kerja, karena tenaga kerja tersebut telah memberikan sumbangan
tenaga dan pikiran demi kemajuan perusahaan guna mencapai tujuan
yang telah ditetapkan. Sedangkan menurut Dessler (1997) dalam Dito
(2010), kompensasi karyawan adalah setiap bentuk pembayaran atau
imbalan yang diberikan kepada karyawan dan timbul dari
dipekerjakannya karyawan itu.
Suad Husnan (2004) mendefinisikan kompensasi adalah imbalan
jasa/balas jasa yang diberikan oleh perusahaan kepada tenaga kerja,
karena tenaga kerja tersebut telah memberikan sumbangan dan pikiran
demi kemajuan dan kontinuitas perusahaan dalam rangka mencapai
25
tujuan yang telah ditetapkan, baik dalam jangka pendek maupun
dalam jangka panjang.
b. Jenis-Jenis Kompensasi
Menurut Nawawi (2011) Kompensasi dibedakan menjadi dua
jenis yaitu kompensasi langsung (direct compensation) dan
kompensasi tidak langsung (indirect compensation).
1) Kompensasi langsung (direct compensation)
Kompensasi langsung adalah penghargaan atau upah yang
dibayar secara tetap berdasarkan tenggang waktu yang tetap.
Sejalan dengan pengertian itu, upah atau gaji diartikan juga sebagai
pembayaran dalam bentuk uang secara tunai yang diperoleh
pekerja untuk pelaksanaan pekerjaanya. Kompensasi langsung
disebut juga upah dasar yakni upah atau gaji tetap yang diterima
seorang pekerja dalam bentuk upah bulanan (salary) atau upah
mingguan atau upah setiap jam dalam bekerja (hourly wage).
2) Kompensasi tidak langsung (indirect compensation)
Kompensasi tidak langsung adalah pemberian bagian
keuntungan/manfaat lainnya bagi para pekerja di luar gaji atau
upah tetap, dapat berupa uang atau barang. Misalnya THR,
Tunjangan Hari Natal dan lain-lain. Dengan kata lain kompensasi
tidak langsung adalah program pemberian penghargaan/ganjaran
dengan variasi yang luas, sebagai bagian keuntungan organisasi.
26
Disamping contoh di atas dalam variasi yang luas itu dapat pula
berupa pemberian jaminan kesehatan, liburan, cuti, dan lain-lain.
c. Bentuk-Bentuk Kompensasi
Bentuk-bentuk kompensasi menurut Nawawi (2011) antara lain
adalah :
1) Gaji
Gaji adalah pendapatan yang diterima seorang karyawan atas
balas jasa yang diberikannya kepada perusahaan
2) Tunjangan.
Tunjangan adalah pendapatan tambahan selain gaji yang
diterima seorang karyawan, seperti tunjangan jabatan, tunjangan
kendaraan, tunjangan makan, tunjangan kesehatan, tunjangan
telepon, tunjangan istri, tunjangan anak, dan lain sebagainya.
3) Fasilitas
Fasilitas adalah segala sesuatu yang diterima oleh seorang
karyawan untuk melancarkan pekerjaan seperti : fasilitas
perumahan, fasilitas kesehatan, fasilitas kendaraan, fasilitas makan
siang, dan lain sebagainya.
4) Insentif
Insentif adalah pendapatan tambahan yang diperoleh karena
adanya perbedaan prestasi kerja.
27
d. Faktor Yang Mempengaruhi Kompensasi
Menurut Sondang P. Siagian (2009), suatu sistem imbalan
(kompensasi) harus didasarkan pada serangkaian prinsip ilmiah yang
serasional mungkin dan merupakan kebenaran pula bahwa dapat
tidaknya suatu sistem diterapkan tergantung pada berbagai faktor yang
mempengaruhinya. Berarti dalam menetapkan kompensasi, faktor
tersebut harus diperhitungkan faktor-faktor tersebut antara lain :
1) Tingkat upah dan gaji yang berlaku
Dari sistem upah dan gaji yang diterapkan oleh berbagai
organisasi dalam suatu wilayah kerja tertentu dapat diketahui
tingkat upah dan gaji yang pada umumnya berlaku. Akan tetapi
tingkat upah dan gaji yang berlaku umum itu tidak bisa diterapkan
begitu saja oleh suatu organisasi, keumuman tersebut masih harus
dikaitkan dengan berbagai faktor lain. Salah satu faktor yang harus
dipertimbangkan ialah langka tidaknya tenaga kerja yang memiliki
pengetahuan dan keterampilan khusus tertentu dan sangat
dibutuhkan oleh organisasi bersangkutan.
2) Tuntutan serikat kerja
Di masyarakat di mana eksistensi serikat pekerja diakui,
sangat mungkin terdapat keadaan bahwa serikat pekerja berperan
dalam mengajukan tuntutan tingkat upah dan gaji yang lebih tinggi
dari tingkat yang berlaku.
28
3) Produktivitas
Untuk mencapai tujuan dan berbagai sasarannya, suatu
organisasi memerlukan tenaga kerja yang produktif. apabila para
karyawan merasa bahwa mereka tidak memperoleh imbalan yang
wajar, sangat mungkin mereka tidak akan bekerja keras. Artinya,
tingkat produktifitas mereka akan rendah. Apabila demikian
halnya, organisasi tidak akan mampu membayar upah dan gaji yang
oleh para karyawan dianggap wajar. berarti kedua belah pihak,
organisasi dan para karyawan, perlu sama-sama menyadari kaitan
yang sangat erat antara tingkat upah dan gaji dengan tingkat
produktifitas kerja.
4) Kebijakan organisasi mengenai upah dan gaji
Kebijakan suatu organisasi mengenai upah dan gaji bagi para
karyawannya tercermin pada jumlah uang yang dibawa pulang oleh
para karyawan tersebut, berarti bukan hanya gaji pokok yang
penting, akan tetapi berbagai komponen lain dari kebijakan
tersebut, seperti tunjangan jabatan, tunjangan istri/suami, tunjangan
anak, tunjangan transportasi, tunjangan kemahalan, bonus dan
sebagainya.
5) Peraturan perundang-undangan
Pemerintah berkewajiban dalam bidang ketenagakerjaaan dan
oleh karenanya berbagai segi kehidupan kekaryawanan pun diatur
dalam berbagai peraturan perundang-undangan. Misalnya tingkat
29
upah minimum, keselamatan kerja, hak cuti, jumlah jam kerja
dalam seminggu, hak berserikat dan sebagainya. Tidak ada satupun
organisasi yang bebas dari kewajiban untuk taat kepada semua
ketentuan hukum yang bersifat normatif tersebut.
e. Tujuan Kompensasi
Tujuan-tujuan yang hendak dicapai melalui pemberian
kompensasi menurut Malayu Hasibuan (2010) dapat diuraikan sebagai
berikut :
1) Ikatan kerja sama
Dengan pemberian kompensasi terjalinlah ikatan kerja sama
formal antara majikan dengan karyawan. Karyawan harus
mengerjakan tugas-tugasnya dengan baik, sedangkan
kepala/manajer wajib membayar kompensasi sesuai dengan
perjanjian yang telah disepakati.
2) Kepuasan kerja
Dengan balas jasa, karyawan akan dapat memenuhi
kebutuhan-kebutuhan fisik, status sosial, dan egoistiknya sehingga
memperoleh kepuasan kerja dari jabatannya.
3) Pengadaan efektif
Jika program kompensasi ditetapkan cukup besar,
pengadaan karyawan yang qualified untuk organisasi akan lebih
mudah.
30
4) Motivasi
Apabila kompensasi atau balas jasa ditetapkan cukup besar,
manajer akan mudah memotivasi bawahannya.
5) Stabilitas karyawan
Dengan program kompensasi atas prinsip adil dan layak
serta eksternal konsistensi yang kompetitif maka stabilitas
karyawan lebih terjamin karena turn over relatif kecil.
6) Disiplin
Dengan pemberian balas jasa yang cukup besar maka
disiplin karyawan semakin baik. Mereka akan menyadari serta
mentaati peraturan-peraturan yang berlaku.
7) Pengaruh serikat buruh
Dengan program kompensasi yang baik maka pengaruh
serikat buruh dapat dihindarkan dan karyawan akan berkonsentrasi
pada pekerjaannya.
8) Pengaruh pemerintah
Jika program kompensasi sesuai dengan undang-undang
perburuhan yang berlaku, seperti batas upah minimum maka
intervensi pemerintah dapat dihindarkan.
f. Sistem Kompensasi
Sistem pembayaran kompensasi yang umum diterapkan adalah
sistem waktu, sistem hasil (output) dan sistem borongan.
31
1) Sistem waktu
Dalam sistem waktu, besarnya kompensasi ditetapkan
berdasarkan standar waktu seperti jam, minggu, atau bulan. Sistem
waktu biasanya ditetapkan jika prestasi kerja sulit diukur. Besar
kompensasi sistem waktu hanya didasarkan kepada lamanya
bekerja bukan dikaitkan kepada prestasi kerjanya. Kelebihan sistem
waktu ialah administrasi pengupahan mudah dan besarnya
kompensasi yang akan dibayar tetap. Kelemahan sistem waktu
ialah pekerja yang malas pun kompensasinya tetap dibayar sebesar
perjanjian.
2) Sistem hasil (output)
Dalam sistem hasil (output) besar kompensasi yang dibayar
selalu didasarkan kepada hasil yang dikerjakan bukan kepada
lamanya waktu mengerjakannya. Kelebihan sistem hasil
memberikan kesempatan kepada karyawan yang bekerja
bersungguh-sungguh serta berprestasi baik akan memperoleh balas
jasa yang lebih besar. Sedangkan kelemahan sistem ini ialah
kualitas barang/karya yang dihasilkan kurang baik dan
pegawai/karyawan yang kurang mampu balas jasanya kecil,
sehingga kurang manusiawi.
3) Sistem Borongan
32
Sistem borongan adalah suatu cara suatu cara penetapan
besarnya jasa didasarkan atas volume pekerjaan dan lamanya
mengerjakannya. Penetapan besarnya balas jasa berdasarkan sistem
borongan cukup rumit, lama mengerjakannya, serta banyaknya alat
yang digunakan untuk menyelesaikannya. Dalam sistem borongan
pekerja bisa mendapatkan balas jasa besar atau kecil, tergantung
atas kecermatan kalkulasi mereka.
2. Motivasi
a. Pengertian Motivasi
Menurut Berelson dan Steiner dalam Mursi (1997) motivasi
adalah suatu keadaan internal individu yang melahirkan kekuatan,
kegairahan dan dinamika, serta mengarahkan tingkah laku pada
tujuan. Masih dalam Mursi (1997) Koontz mendefinisikan motivasi
sebagai rangsangan suatu pihak kepada individu, sehingga ia
melakukan sesuatu yang menjadi tujuan pihak lain, dan pada
gilirannya juga dapat merealisasikan keinginan-keinginan individu.
Sedangkan Wursanto (2004) mengatakan bahwa motivasi
adalah alasan-alasan, dorongan-dorongan yang ada di dalam diri
manusia yang menyebabkan ia melakukan sesuatu atau perbuatan
sesuatu. Sopiah (2008) dengan definisi sebagai keadaan di mana
usaha dan kemauan keras seseorang diarahkan kepada pencapaian
hasil-hasil atau tujuan tertentu.
33
Berdasarkan beberapa pengertian motivasi di atas maka dapat
disimpulkan bahwa motivasi kerja merupakan dorongan kerja yang
timbul pada diri seorang pegawai untuk melakukan pekerjaan atau
kegiatan tertentu. Motivasi kerja yang tepat akan mampu memajukan
dan mengembangkan organisasi, karena pegawai bekerja tanpa
paksaan dan setiap individu memiliki motivasi yang berbeda untuk
mencapai tujuannya.
b. Tujuan Motivasi
Tujuan pemberian motivasi menurut Nurul Astuty dalam
Jurnal Kependidikan Triadik (2010) antara lain:
1. Mendorong gairah dan semangat kerja karyawan
2. Meningkatkan moral dan kepuasan kerja karyawan
3. Meningkatkan produktifitas kerja karryawan
4. Meningkatkan loyalitas dan kestabilan karyawan perusahaan
5. Meningkatkan kedisiplinan dan menurunkan tingkat absensi
karyawan
6. Mengefektifkan pengadaan karyawan
7. Menciptakan suasana dan hubungan kerja yang baik
8. Meningkatkan kreatifitas dan partisipasi karyawan
9. Meningkatkan tingkat kesejahteraan karyawan
10. Mempertingggi rasa tanggung jawab karyawan terhadap tugas-
tugasnya serta meningkatkan efisiensi penggunaan tanggungjawab
karyawan terhadap tugas-tugasnya.
34
c. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Motivasi
Motivasi dipengaruhi oleh beberapa faktor yang dapat
dibedakan atas faktor intern dan faktor ekstern dari seseorang.
Menurut Edy Sutrisno (2009) antara lain :
1. Faktor internal
Meliputi keinginan untuk dapat hidup, keinginan untuk
dapat memiliki, keinginan untuk memperoleh penghargaan,
keinginan untuk memperoleh pengakuan dan keinginan untuk
berkuasa.
2. Faktor eksternal
Meliputi kondisi lingkungan kerja, kompensasi yang
memadai, supervisi yang baik, adanya jaminan pekerjaan, adanya
penghargaan atas prestasi, peraturan yang fleksibel, status dan
tanggung jawab.
d. Teori-Teori Motivasi
1. Teori Kebutuhan Maslow
Dari perspektif pekerjaan, Maslow telah mensistematiskan
kebutuhan-kebutuhan primer secara hirarkis. Berdasarkan
penelitiannya, ia menemukan bahwa setiap kebutuhan primer tidak
langsung muncul sebelum jenis kebutuhan level sebelumnya
tercukupi.
Adapun kebutuhan-kebutuhan primer bagi manusia adalah:
35
a) Kebutuhan Fisiologis, merupakan kebutuhan yang paling dasar
dan merupakan dorongan yang sangat kuat pada diri manusia
karena merupakan kebutuhan untuk mempertahankan hidupnya,
misalnya kebutuhan makanan, minuman dan tempat beribadah.
b) Kebutuahan akan rasa aman, merupakan kebutuhan pada
tingkat kedua. Orang mempunyai harapan untuk dapat
memenuhi standar hidup yang dianggap wajar. Bila kebutuhan
akan akan rasa aman ini belum terpenuhi maka orang akan
merasa takut sekali akan kehilangan pekerjaan atau kehilangan
pendapatannya.
c) Kebutuhan sosial, sering juga disebut sebagai kebutuhan untuk
dicintai dan mencintai, atau kebutuhan untuk menjadi bagian
dari suatu kelompok tertentu.
d) Kebutuhan penghargaan, merupakan kebutuhan pada tingkat
keempat. Orang mempunyai kecenderungan untuk dipandang
bahwa mereka adalah penting, bahwa apa yang mereka lakukan
itu ada artinya, serta bahwa mereka mempunyai kontribusi pada
organisasi/lingkungan di mana mereka berada.
e) Kebutuhan aktuliasasi diri, merupakan kebutuhan pada tingkat
yang paling tinggi di mana seseorang merasa bahwa pekerjaan
yang dilakukannya adalah penting.
2. Teori Motivasi dan Menjaga Kontinuitas oleh Herzberg
36
a) Faktor-faktor Motivasi, meliputi: pekerjaan, pelaksanaan kerja,
kemungkinan pertumbuhan, tanggung jawab, kemajuan,
pengakuan dan penghargaan, posisi/kedudukan.
b) Faktor-faktor penjaga koninuitas, meliputi: hubungan personal,
pengawasan, hubungan dengan rekan, hubungan dengan
bawahan, pengawasan seni, strategi perserikatan, manajemen,
keamanan kerja, situasi, kerja, gaji, dan kehidupan personal.
3. Teori Antisipasi (Harapan)
E. Lawler dalam Mursi (1997) menyimpulkan teori harapan
pada beberapa hal pokok sebagai berikut:
a) Pekerja mempunyai harapan akan memperoleh hasil tertentu
dari pekerjaan yang dilakukan.
b) Pekerja memprioritaskan hasil yang berbeda-beda dan yang
diharapkan. Jelasnya, manusia berbeda-beda dalam hal
memprioritaskan imbalan.
c) Pekerja mengharapkan hasil dari pekerjaan yang dilakukan.
Namun terkadang pekerja tidak yakin bahwa usaha kerasnya
akan dapat merealisasikan tingkat pelaksanaan yang
mendatangkan imbalan. Sehingga ia mengalami ketidakstabilan
dalam bekerja.
d) Pekerjaan yang menjadi pilihan seseorang dalam kondisi apapun
tidak lepas dari harapan-harapan tertentu dan prioritas-
prioritasnya saat itu.
37
3. Religiusitas
a. Pengertian Religiusitas
Kata religiousity (religiusitas/ keberagamaan) berasal dari
bahasa Latin; religisitas, dan pertama kali ditulis dalam bahasa Inggris
pada Abad ke-15. Pengertian awal dari religiusitas ini digunakan
untuk mengartikan ungkapan berlebihan atau patologis dari perasaan
keberagamaan (Kavros, dalam Leeming, Madden, & Marlan, 2010).
Glock & Stark (Dister, 1998) mengenai religiusitas yaitu sikap
keberagamaan yang berarti adanya unsur internalisasi agama ke dalam
diri seseorang. Menurut Madjid (1992) religiusitas adalah tingkah laku
manusia yang sepenuhnya dibentuk oleh kepercayaan kepada
kegaiban atau alam gaib, yaitu kenyataan-kenyataan supra-empiris.
Manusia melakukan tindakan empiris sebagaimana layaknya tetapi
manusia yang memiliki religiusitas meletakan harga dan makna
tindakan empirisnya dibawah supra-empiris.
Dalam Nashori dan Mucharam (2002) Religiusitas diartikan
sebagai seberapa jauh pengetahuan, seberapa kokoh keyakinan,
seberapa pelaksanaan ibadah dan kaidah dan seberapa dalam
penghayatan atas agama yang dianutnya. Bagi seorang muslim,
religiusitas dapat diketahui dari seberapa jauh pengetahuan,
keyakinan, pelaksanaan dan penghayatan atas agama Islam.
Dari pengertian di atas maka religiusitas dalam Islam
menyangkut lima hal yakni, aqidah, ibadah, amal, akhlak (ihsan) dan
38
pengetahuan. Aqidah menyangkut keyakinan kepada Allah, Malaikat,
Rasul dan seterusnya. Ibadah menyangkut pelaksanaan hubungan
antar manusia dengan Allah. Amal menyangkut pelaksanaan
hubungan manusia dengan sesama makhluk. Akhlak merujuk pada
spontanitas tanggapan atau perilaku seseorang atau rangsangan yang
hadir padanya, sementara ihsan merujuk pada situasi di mana
seseorang merasa sangat dekat dengan Allah Ta ala. Ihsan merupakan
bagian dari akhlak. Bila akhlak positif seseorang mencapai tingkatan
yang optimal, maka ia memperoleh berbagai pengalaman dan
penghayatan keagamaan, itulah ihsan dan merupakan akhlak tingkat
tinggi. Selain keempat hal di atas, hal penting yang harus diketahui
dalam religiusitas adalah pengetahuan keagamaan seseorang (Nashori
& Mucharam, 2002).
b. Dimensi Religiusitas
Aspek religiusitas menurut Kementerian dan Lingkungan Hidup
RI 1987 (Caroline, 1999) religiusitas (agama Islam) terdiri dalam lima
aspek:
a. Aspek iman
Menyangkut keyakinan dan hubungan manusia dengan
Tuhan, malaikat, kitab-kitab, para nabi dan sebagainya.
b. Aspek Islam
39
Sejauhmana tingkat frekuensi, intensitas dan pelaksanaan
ibadah seseorang. Dimensi ini mencakup pelaksanaan sholat,
puasa, zakat dan haji.
c. Aspek ihsan
Menyangkut pengalaman dan perasaan tentang kehadiran
Tuhan dalam kehidupan, ketenangan hidup, takut melanggar
perintah Tuhan, perasaan dekat dengan Tuhan, dorongan untuk
melaksanakan perintah agama, dan lain-lain.
d. Aspek ilmu
Seberapa jauh pengetahuan seseorang tentang agamanya,
misalnya pengetahuan tentang tauhid, fiqh dan lain-lain.
e. Aspek amal
Menyangkut tingkah laku seseorang dalam kehidupan
bermasyarakat. Misalnya menolong orang lain, membela orang
lemah, bekerja dan sebagainya.
Religiusitas menurut Glock dan Stark (dalam Ancok dan
Nashori, 2005) ada lima macam dimensi keberagaman, yaitu: dimensi
keyakinan (ideologis), dimensi peribadatan atau praktek agama
(ritualistik), dimensi penghayatan (eksperiensial), dimensi
pengamalan (konsekuensial), dimensi pengetahuan agama
(intelektual).
1. Ideologis atau keyakinan (Religious Belief).
40
Dimensi ideologis menunjuk pada tingkat keyakinan atau
keimanan seseorang terhadap kebenaran ajaran agama, terutama
terhadap ajaran-ajaran agama yang bersifat fundamental dan
dogmatik. Dengan Indikatornya antara lain: yakin dengan adanya
Tuhan, mengakui kebesaran Tuhan, pasrah pada Tuhan, melakukan
sesuatu dengan ikhlas, selalu ingat pada Tuhan, percaya akan takdir
Tuhan, terkesan atas ciptaan Tuhan dan mengagungkan nama
Tuhan. Keimanan terhadap Tuhan akan mempengaruhi terhadap
keseluruhan hidup individu secara batin maupun fisik yang berupa
tingkah laku dan perbuatannya. Individu memiliki iman dan
kemantapan hati yang dapat dirasakannya sehingga akan
menciptakan keseimbangan emosional, sentimen dan akal, serta
selalu memelihara hubungan dengan Tuhan karena akan terwujud
kedamaian dan ketenangan sehingga ketika mendapat tekanan,
individu dapat berpikir logis dan positif dalam memecahkan
permasalahan yang sedang dihadapinya.
2. Ritualistik atau peribadatan (Religious Practice).
Dimensi ritualistik atau peribadatan ini menunjuk pada
seberapa tingkat kepatuhan seseorang dalam mengerjakan kegiatan-
kegiatan ritual yang diperintahkan oleh agamanya. Kepatuhan ini
ditunjukkan dengan meyakini dan melaksanakan kewajiban-
kewajiban secara konsisten. Apabila jarang dilakukan maka dengan
41
sendirinya keimanan seseorang akan luntur. Praktek-praktek
keagamaan yang dilakukan individu meliputi dua hal, yaitu:
a. Ritual yaitu di mana seseorang yang religius akan melakukan
kegiatan-kegiatan keagamaan yang diperintahkan oleh agama
yang diyakininya dengan melaksanakannya sesuai ajaran yang
telah ditetapkan. Dengan Indikatornya antara lain: selalu
melakukan sembahyang dengan rutin, melakukan kegiatan
keagamaan seperti mendengarkan ceramah agama, melakukan
dakwah agama, melakukan kegiatan amal, bersedekah, dan
berperan serta dalam kegiatan keagamaan seperti ikut
berpartisipasi dan bergabung dalam suatu perkumpulan
keagamaan.
b. Ketaatan yaitu di mana seseorang yang secara batiniah
mempunyai ketetapan untuk selalu menjalankan aturan yang
telah ditentukan dalam ajaran agama dengan cara meningkatkan
frekuensi dan intensitas dalam beribadah. Dengan Indikatornya
antara lain: khusuk ketika mengerjakan sembahyang atau
kegiatan keagamaan, membaca doa ketika akan melakukan
pekerjaan dan selalu mengucapkan syukur pada Tuhan. Individu
yang menghayati dan mengerti serta selalu ingat pada Tuhan
akan memperoleh manfaat, antara lain: ketenangan hati,
perasaan yang tenang, aman dan merasa memperoleh bimbingan
serta perlindungan-Nya. Kondisi seperti itu menyebabkan
42
individu selalu melihat sisi positif dari setiap permasalahan yang
dihadapi dan berusaha mencari solusi yang tepat dalam
memecahkan masalah yang membuat dirinya tertekan.
3. Eksperiensial atau pengalaman (Religious Feeling).
Dimensi pengalaman menunjukkan seberapa jauh tingkat
kepekaan seseorang dalam merasakan dan mengalami perasaan-
perasaan atau pengalaman-pengalaman religiusnya.
Dimensi ini berkaitan dengan pengalaman yang diperoleh
dan dirasakan individu selama menjalankan ajaran agama yang
diyakini. Pengalaman spiritual akan memperkaya batin seseorang
sehingga mampu menguatkan diri ketika menghadapi berbagai
macam cobaan dalam kehidupan. Hal tersebut menyebabkan
individu akan lebih berhati-hati dalam menyelesaikan suatu
permasalahan yang membuat dirinya merasa tertekan sehingga
dalam pengambilan keputusan, individu akan memikirkan dan
mempertimbangkan dengan matang. Dengan Indikatornya antara
lain: sabar dalam menghadapi cobaan, menganggap kegagalan yang
dialami sebagai musibah yang pasti ada hikmahnya, merasa bahwa
doa-doanya dikabulkan, takut ketika melanggar aturan, dan
merasakan tentang kehadiran Tuhan.
4. Intelektual atau pengetahuan (Religious Knowledge)
Dimensi ini menunjukkan tingkat pengetahuan dan
pemahaman seseorang terhadap ajaran-ajaran agamanya, terutama
43
yang termuat dalam kitab suci atau pedoman ajaran agamanya.
Untuk menambah pemahaman tentang agama yang diyakini, maka
seseorang perlu menambah pengetahuan dengan mengikuti
ceramah keagamaan atau membaca buku agama sehingga wawasan
tentang agama yang diyakini akan semakin luas dan mendalam.
Dengan mantapnya pemahaman seseorang tentang ajaran agama
yang diyakininya, maka individu cenderung menghadapi tekanan
dengan berusaha menyelesaikan masalahnya langsung pada
penyebab permasalahan dengan membuat suatu rencana dan
membuat keputusan
5. Konsekuensial atau penerapan (Religious Effect).
Dimensi konsekuensial menunjuk pada tingkatan seseorang
dalam berperilaku yang dimotivasi oleh ajaran agamanya atau
seberapa jauh seseorang mampu menerapkan ajaran agamanya
dalam perilaku hidupnya sehari-hari. Dimensi ini merupakan efek
seberapa jauh kebermaknaan spiritual seseorang. Jika keimanandan
ketaqwaan seseorang tinggi, maka akan semakin positif
penghayatan keagamaan seseorang dalam kehidupan sehari-hari,
sehingga akan mempengaruhi seseorang dalam menghadapi
persoalan dirinya dengan lingkungan masyarakat di sekitarnya. Hal
tersebut dilakukan berdasarkan pertimbangan aktualisasi potensi
batinnya. Indikatornya antara lain: perilaku suka menolong,
memaafkan, saling menyayangi, saling mengasihi, selalu optimis
44
dalam menghadapi persoalan, tidak mudah putus asa, fleksibel
dalam mengahadapi berbagai masalah, bertanggung jawab atas
segala perbuatan yang dilakukan dan menjaga kebersihan
lingkungan.
4. Kinerja
a. Pengertian Kinerja
Menurut Simamora (2004) kinerja karyawan adalah tingkat di
mana para karyawan mencapai persyaratan-persyaratan pekerjaan.
Sedangkan menurut Hasibuan (1997) kinerja karyawan adalah suatu
hasil yang dicapai oleh seseorang dalam melaksanakan tugas-tugas
yang dibebankan kepadanya, yang didasarkan atas kecakapan,
pengalaman dan kesungguhan waktu.
Dalam berbagai literatur, pengertian tentang kinerja sangat
beragam. Akan tetapi, dari berbagai pengertian, dapat dikategorikan
dalam dua garis besar pengertian (Sudarmanto,2009) dibawah ini:
1. Kinerja merujuk pengertian sebagai hasil
Dalam konteks hasil, Bernardin (2001) menyatakan bahwa
kinerja merupakan catatan hasil yang diproduksi (dihasilkan) atas
fungsi pekerjaan tertentu atau aktivitas-aktivitas selama periode
waktu tertentu. Pengertian kinerja sebagai hasil juga terkait dengan
produktivitas dan efektivitas (Ricard, 2003). Produktivitas
merupakan hubungan antara jumlah barang dan jasa yang
45
dihasilkan dengan jumlah tenaga kerja, modal dan sumber daya
yang digunakan dalam produksi itu (Miner, 1988).
2. Kinerja merujuk pengertian sebagai perilaku.
Terkait dengan pengertian kinerja sebagai perilaku, Murpy
(1990) dalam Ricard (2002) menyatakan kinerja merupakan
seperangkat perilaku yang relevan dengan tujuan organisasi atau
unit organisasi tempat orang bekerja.
Pengertian kinerja sebagai perilaku juga dikemukakan oleh
Mohrman (1989), Campbell (1993), Cardy dan Dobbins (1994),
Waldman (1994) (dalam Ricard, 2002). Kinerja merupakan
sinonim dari peilaku. Kinerja adalah sesuatu yang secara aktual
orang kerjakan dan dapat diobservasi. Dalam pengertian ini, kinerja
mencakup tindakan-tindakan dan perilaku yang relevan dengan
tujuan organisasi. Kinerja bukan konsekuensi atau hasil tindakan,
tetapi tindakan itu sendiri (Campbell, 1993 dalam Ricard 2003).
Sopiah (2008) menyatakan lingkungan juga bisa
mempengaruhi kinerja seseorang. Situasi lingkungan yang kondusif,
misalnya dukungan dari atasan, teman kerja, sarana dan prasarana
yang memadai akan menciptaka kenyamanan tersendiri dan akan
memacu kinerja yang baik. Sebaliknya, suasana kerja yang tidak
nyaman karena sarana dan prasarana yang tidak memadai, tidak
adanya dukungan dari atasan, dan banyak terjadi konflik akan
46
memberi dampak negatif yang mengakibatkan kemerosotan pada
kinerja seseorang.
b. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kinerja Karyawan
Faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja menurut Amstrong
dan Baron (1998) dalam Wibowo (2010) adalah sebagai berikut:
1. Personal factors, ditunjukan oleh tingkat ketrampilan, kompetensi
yang dimliki, motivasi, dan komitmen individu.
2. Leadership factors, ditentukan oleh kualitas dorongan, bimbingan,
dan dukungan yang dilakukan manajer dan team leader.
3. Team factors, ditunjukan oleh kualitas dukungan yang diberikan
oleh rekan sekerja.
4. System factors, ditunjukan oleh adanya sistem kerja dan fasilitas
yang diberikan organisasi.
5. Contextual/ situational factors, ditunjukan oleh tingginya tingkat
tekanan dan perubahan lingkungan internal dan eksternal.
c. Indikator Kinerja
Kinerja ditentukan oleh tujuan yang hendak dicapai dan untuk
melakukannya diperlukan adanya motif. Tanpa dorongan motif untuk
mencapai tujuan, kinerja tidak akan berjalan. Dengan demikian, tujuan
dan motif menjadi indikator utama dari kinerja.
Namun, kinerja memerlukan adanya dukungan sarana,
kompetensi, peluang, standar, dan umpan balik. Kaitan diantara
47
indikator tersebut digambarkan oleh Hersey, Blanchard, dan Johnson
dengan penjelasan sebagai berikut:
Gambar 2.1
Indikator Kinerja
Sumber: Paul Hersey, Kenneth H. Blanchard, dan Dewey E. Johnson.
Penjelasan:
1. Tujuan
Tujuan merupakan keadaan yang berbeda yang secara aktif
dicari oleh seorang individu atau organisasi untuk dicapai. Tujuan
bukan merupakan persyaratan maupun keinginan, melainkan suatu
keadaan yang lebih baik yang ingin dicapai di masa yang akan
datang dan petunjuk arah kemana kinerja harus dilakukan.
2. Standar
Standar merupakan suatu ukuran apakah tujuan yang
diinginkan dapat dicapai. Kinerja seseorang dikatakan berhasil
Competence Feedback
Means Opportunity
Goals Motive
Standard
48
apabila mampu mencapai standar yang ditentukan atau disepakati
bersama antara atasan dan bawahan.
3. Umpan Balik
Umpan balik melaporkan kemajuan baik kualitas maupan
kuantitas, dalam mencapai tujuan yang didevinisikan oleh standar.
Umpan balik merupakan masukan yang dipergunakan untuk
mengukur kemajuan kinerja, standar kinerja, dan pencapaian
tujuan. Dengan umpan balik dilakukan evaluasi terhadap kinerja
dan sebagai hasilnya dapat dilakukan perbaikan kinerja.
4. Alat atau Sarana
Alat atau sarana merupakan faktor penunjang untuk
pencapaian tujuan. Tanpa alat atau sarana, tugas pekerjaan spesifik
tidak dapat dilakukan dan tujuan tidak dapat diselesaiakan
sebagaimana seharusnya.
5. Kompetensi
Kompetensi merupakan kemampuan yang dimiliki oleh
seseorang untuk menjalankan pekerjaan yanng diberikan
kepadanya dengan baik. Kompetensi memungkinkan seseorang
mewujudkan tugas yang berkaitan dengan pekerjaan yang
diperlukan untuk mencapai tujuan.
6. Motif
Motif merupakan alasan atau pendorong bagi seseorang
untuk melakukan sesuatu. Manajer memfasilitasi motivasi kepada
49
karyawan dengan insetif uang, memberikan pengakuan,
menetapkan tujuan menantang, menetapkan standar terjangkau,
meminta umpan balik, memberikan kebebasan melakukan
pekerjaan termasuk waktu melakukan pekerjaan, menyediakan
sumber daya yang diperlukan dan menghapuskan tindakan yang
disintensif.
7. Peluang
Pekerja perlu mendapatkan kesempatan untuk menunjukan
prestasi kerjanya. Terdapat dua faktor yang menyumbangkan pada
adanya kekurangan kesempatan untuk berprestasi, yaitu
ketersediaan waktu dan kemampuan untuk memenuhi syarat.
d. Penilaian Kinerja
Menurut Hani Handoko (2002) pengukuran kinerja adalah
usaha untuk merencanakan dan mengontrol proses pengelolaan
pekerjaan sehingga dapat dilaksanakan sesuai tujuan yang telah
ditetapkan, penilaian prestasi kerja juga merupakan proses
mengevaluasi dan menilai prestasi kerja karyawan diwaktu yang lalu
atau untuk memprediksi prestasi kerja di waktu yang akan datang
dalam suatu organisasi.
John Miner (dalam Sudarmanto, 2009) mengemukakan 4
dimensi yang dapat digunakan sebagai tolak ukur dalam menilai
kinerja, yaitu:
1. Kualitas, meliputi tingkat kesalahan, kerusakan, kecermatan.
50
2. Kuantitas,yaitu jumlah pekerjaan yang dihasilkan.
3. Penggunaan waktu dalam bekerja, meliputi tingkat ketidakhadiran,
keterlambatan, waktu kerja efektif/ jam kerja hilang.
4. Kerjasama dengan orang lain dalam bekerja.
Sedangkan menurut Bernardin (Sudarmanto, 2009) ada 6
kriteria dasar atau dimensi untuk mengukur kinerja, yaitu:
1. Quality, terkait dengan proses atau hasil mendekati sempurna/ ideal
dalam memenuhi maksud atau tujuan.
2. Quantity, terkait dengan satuan jumlah atau kuantitas yang
dihasilkan.
3. Timeliness, terkait dengan waktu yang diperlukan dalam
menyelesaikan aktivitas atau menghasilkan produk.
4. Cost-effectiviness, terkait dengan penggunaan sumber-sumber
organisasi (orang, uang, material, teknologi) dalam mendapatkan
atau memperoleh hasil atau pengurangan pemborosan dalam
penggunaan sumber-sumber organisasi.
5. Need for supervision, terkait dengan kemampuan individu dapat
menyelesaikan pekerjaan atau fungsi-fungsi pekerjaan tanpa
asistensi pimpinan atau intervensi pengawasan pemimpin.
6. Interpersonal impact, terkait dengan kemampuan individu dalam
meningkatkan perasaan harga diri, keinginan baik, dan kerjasama
di antara sesama pekerja dan anak buah.
51
B. Hubungan Antar Variabel
1. Hubungan Variabel Kompensasi Terhadap Kinerja Karyawan
Simamora (2004) mengatakan bahwa kompensasi dalam bentuk
finansial adalah penting bagi karyawan, sebab dengan kompensasi ini
mereka dapat memenuhi kebutuhannya secara langsung, terutama
kebutuhan fisiologisnya. Namun demikian, tentunya pegawai juga
berharap agar kompensasi yang diterimanya sesuai dengan pengorbanan
yang telah diberikan dalam bentuk non finansial juga sangat penting bagi
pegawai terutama untuk pengembangan karir mereka.
Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Mulyadi (2012), melalui
analisa korelasi r = 0,70, dapat disimpulkan bahwa korelasi hubungan
antara pemberian kompensasi terhadap kinerja karyawan berpengaruh
positif. Untuk mengetahui kontribusi seberapa besar kontribusi variabel x
dan y maka dapat disimpulkan bahwa koefisien determinsasi r2 = 0,49. Ini
mengandung arti bahwa Untuk mengetahui nilai korelasi menunjukkan
hubungan sangat kuat dan negatif dilakukan uji hipotesis yaitu thitung >ttabel
= 5,80>2,101. Dan berdasarkan hasil dari analisis yang telah dijelaskan,
maka dapat dilihat diketahui bahwa pemberian kompensasi mempunyai
hubungan positif berpengaruh terhadap kinerja karyawan, berarti
kompensasi yang diberikan dapat meningkatkan terjadi kinerja karyawan
dalam bentuk bonus, insentif dan berupa tunjangan.
Dengan tema penelitian yang sama Agustin Pratiwi (2013), bahwa
hasil pengujian menunjukkan nilai Fhitung sebesar 6,851 dengan nilai
52
signifikan Fhitung sebesar 0.001 (p<0.05) yang berarti ada pengaruh
signifikan variabel kompensasi finansial langsung, kompensasi finansial
tidak langsung dan kompensasi nonfinansial secara simultan terhadap
kinerja karyawan pada PT. Pos Indonesia (Persero) Kantor Cabang
Bangkalan. Berdasarkan hubungan kedua variabel tersebut maka diajukan:
H1 = Kompensasi berpengaruh positif dan signifikan terhadap
kinerja karyawan.
2. Hubungan variabel motivasi terhadap kinerja karyawan
Menurut Robbins (2007) motivasi merupakan proses yang berperan
pada intensitas, arah, dan lamanya berlangsung upaya individu ke arah
pencapaian sasaran. Pengertian lainnya tentang motivasi dikemukakan
oleh Sopiah (2008) sebagai keadaan di mana usaha dan kemauan keras
seseorang diarahkan kepada pencapaian hasil-hasil atau tujuan tertentu.
Hasil-hasil yang dimaksud bisa berupa produktivitas, kehadiran atau
perilaku kerja kreatif lainnya. Sehingga diharapkan dengan adanya
motivasi maka kinerja karyawan akan lebih terarah dan sesuai dengan
tujuan perusahaan. Sedangkan Wursanto (2004) mengatakan bahwa
motivasi adalah alasan-alasan, dorong-dorongan yang ada di dalam diri
manusia yang menyebabkan ia melakukan sesuatu atau perbuatan sesuatu.
Motivasi penting karena dengan motivasi ini diharapkan setiap indivu
karyawan mau bekerja keras dan antusias untuk mencapai produktifitas
kerja yang tinggi.
53
Berdasarkan hubungan kedua variabel tersebut maka diajukan:
H2 : Motivasi berpengaruh positif dan signifikan terhadap
kinerja karyawan.
3. Hubungan variabel religiusitas terhadap kinerja karyawan
Religiusitas (Nashori & Mucharram, 2002) adalah seberapa jauh
pengetahuan, seberapa kokoh keyakinan, seberapa pelaksanaan ibadah dan
kaidah, dan seberapa dalam penghayatan dalam agama yang dianutnya.
Sedangkan Saiful Bakhri (2011) menyimpulkan religiusitas sebagai
keyakinan, penghayatan, pengalaman, pengetahuan, dan peribadatan
penganut agama terhadap agamanya yang diaplikasikan dalam kehidupan
sehari-hari sebagai pengakuan akan adanya kekuatan tertinggi yang
menaungi kehidupan manusia di dunia dan akhirat.
Sesilia (2011) dalam penelitiannya menunjukan bahwa kecerdasan
emosional dan kecerdasan spiritual memiliki peran yang sama penting baik
secara individual maupun secara bersama-sama dalam meningkatkan
kinerja karyawaan.
Berdasarkan hubungan kedua variabel tersebut maka diajukan :
H3 : Religiusitas diduga berpengaruh terhadap kinerja
karyawan
54
C. Penelitaian Terdahulu
Tabel 2.1
Penemuan Penelitian Terdahulu (Research Gap)
Nama
Peneliti
Judul
Penelitian Metode Analisis Hasil Penelitian
Anoki
Herdian Dito
(2010)
Pengaruh
Kompensasi
Terhadap
Kinerja
Karyawan PT.
Slamet
Langgeng
Purbalingga
Dengan
Motivasi Kerja
Sebagai
Variabel
Intervening
Analisis regresi
linier berganda
dengan
menggunakan
metode analisis
jalur atau path
analysis
Kompensasi
berpengaruh positif dan
signifikan terhadap
motivasi
Kompensasi dan
Motivasi berpengaruh
positif dan signifikan
terhadap Kinerja.
Dan berdasarkan uji
mediasi (intervening)
diketahui bahwa
varibel motivasi
mampu menjadi
variabel intervening
oleh karena
perhitungan
standardized coeffients
untuk pengaruh tidak
langsung kompensasi
terhadap kinerja
melalui motivasi kerja
lebih besar dibanding
pengaruh secara
langsung kompensasi
55
terhadap kinerja.
Agustin
Pratiwi
(2013)
Pengaruh
Kompensasi
Terhadap
Kinerja
Karyawan Pada
PT. Pos
Indonesia
(Persero)
Kantor Cabang
Bankalan
Analisis regresi
linear berganda
Variabel kompensasi
finansial langsung,
kompensasi finansial
tidak langsung dan
kompensasi
nonfinansial secara
simultan berpengaruh
signifikan terhadap
kinerja karyawan pada
PT. Pos Indonesia
(Persero) Kantor
Cabang Bangkalan.
Yuli Suwati
(2013)
Pengaruh
Kompensasi dan
Motivasi Kerja
Terhadap
Kinerja
Karyawan Pada
PT. Tunas Hijau
Samarinda
Analisis regresi
linear berganda
Kompensasi secara
parsial berpengaruh
positif dan signifikan
terhadap kinerja
karyawan, sedangkan
Motivasi kerja secara
parsial tidak
berpengaruh positif
dan signifikan terhadap
kinerja karyawan
Variabel kompensasi
dan motivasi secara
bersama-sama
mempunyai pengaruh
yang sifnifikan
terhadap kinerja
56
karyawan
Saiful Bakhri
(2011)
Pengaruh
Dukungan
Sosial dan
Religiusitas
Terhadap
Motivasi
Berprestasi
Karyawan
Kogas Strategic
Alliance (KSA)
Analisis regresi
berganda
Dukungan sosial dan
religiusitas
berpengaruh positif
dan signifikan terhadap
motivasi berprestasi
karyawan
Variabel dukungan
penghargaan,
dukungan informasi,
values, dan private
religious practices
memiliki pengaruh
secara signifikan
terhadap motivasi
berprestasi
Sesilia Dwi
Rini Waryanti
(2011)
Analisis
Pengaruh
Kecerdasan
Emosional dan
Kecerdasan
Spiritual
Terhadap
Kinerja
Karyawan
(Studi Empiris
pada Rumah
Sakit Umum
Daerah Kota
Analisis regresi
berganda
Kecerdasan emosional
dan kecerdasan
spiritual berpengaruh
positif dan signifikan
terhadap kinerja
karyawan
Variabel kecerdasan
spiritual memiliki
pengaruh palling besar
terhadap kinerja
karyawan
Kecerdasan emosional
dan kecerdasan
57
Semarang) spiritual memiliki
peran yang sam baik
secara
Agustinus
Samsari
(2004)
Pengaruh
Religiusitas
Terhadap
Keterlibatan
Kerja,
Komitmen
Organisasi,
Kepuasan Kerja,
dan
Produktivitas
Analisis regresi
berganda
Religiusitas dimensi
belief berpengaruh
positif terhadap
keterlibatan kerja.
Religiusitas dimensi
komitmen dan dimensi
behavior tidak
berpengaruh positif
terhadap keterlibatan
kerja.
Religiusitas dimensi
belief, dimensi
komitmen, dan
dimensi behavior
tidak berpengaruh
positif terhadap
komitmen organisasi.
Komitmen organisasi
dan keterlibatan kerja
berpengaruh positif
terhadap kepuasan
kerja.
Kepuasan kerja
berpengaruh positif
terhadap produktifitas.
Sumber: Dito (2010), Pratiwi (2013), Suwati (2013), Bakhri (2011), Sesilia (2011), Samsari
(2004).
58
D. Kerangka Pemikiran Teoritis
H1
H2
H3
Gambar 2.2
Kerangka Pemikiran Teoritis
E. Hipotesis
Pengetian hipotesis menurut Sugiyono (2009) adalah jawaban
sementara terhadap rumusan penelitian di mana rumusan masalah penelitian
telah dinyatakan dalam bentuk kalimat pernyataan. Hipotesis merupakan
dugaan sementara yang mungkin benar dan mungkin salah, sehingga dapat
dianggap atau dipandang sebagai konsklusi atau kesimpulan yang sifatnya
sementara, sedangkan penolakan atau penerimaan suatu hipotesis tersebut
tergantung dari hasil penellitian terhadap faktor-faktor yang dikumpulkan,
kemudian diambil suatu kesimpulan.
Berdasarkan uraian di atas, maka hipotesis dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut:
H1: Kompensasi berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja
karyawan.
H2: Motivasi berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja karyawan.
H3: Religiusitas berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja
karyawan.
Kompensasi
Motivasi
Religiusitas
Kinerja
59
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian mix research, yaitu gabungan
antara penelitian kuantitatif dan penelitian kualitatif. Penelitian kuantitatif
digunakan untuk memperoleh data-data yang disajikan dalam bentuk angka,
sedangkan penelitian kualitatif digunakan untuk memperoleh data-data dalam
bentuk informasi baik berupa lisan maupun tulisan sebagai data pendukung
dalam penelitian ini.
B. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Variabel
1. Variabel Penelitian
Variabel penelitian adalah suatu atribut atau sifat atau nilai dari
orang, obyek atau kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang
ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan ditarik kesimpulannya
(Sugiyono, 2009). Adapun variabel-variabel dalam penelitian ini adalah :
a. Variabel Bebas (Independen)
Variabel ini sering disebut variabel stimulus, prediktor,
antecedent. Dalam bahasa indonesia disebut sebagai variabel bebas.
Variabel bebas merupakan variabel yang mempengaruhi atau yang
menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variabel dependen (terikat)
(Sugiyono, 2009). Dalam penelitian ini yang menjadi variabel bebasnya
adalah kompensasi, motivasi dan religiusitas.
60
b. Variabel terikat (Dependen)
Variabel dependen disebut juga variabel output, kriteria,
konsekuen. Dalam bahasa indonesia disebut variabel terikat. Variabel
terikat merupakan variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat,
karena adanya variabel bebas (Sugiyono, 2009). Dalam penelitian ini
yang menjadi variabel terikatnya adalah kinerja.
2. Definisi Operasional Variabel
Defenisi operasional adalah unsur penelitian yang memberitahukan
bagaimana caranya mengukur suatu variabel, sehingga peneliti dapat
mengetahui baik buruknya pengukuran tersebut. Adapun devinisi
operasional dalam penelitian ini adalah:
Tabel 3.1
Variabel, Konsep Variabel, Sub Variabel dan Indikator
Variabel Konsep Variabel Sub Variabel Indikator
Kompensasi
(X1)
Kompensasi adalah
pendapatan yang diberikan
oleh perusahaan kepada
karyawan sebagai imbalan
atas kinerja yang telah
dihasilkan. Kompensasi
dapat diberikan dalam
bentuk kompensasi
langsung maupun
kompensasi tidak
langsung.
Kompensasi
langsung
a. Gaji
b. Tunjangan
c. Fasilitas
Kompensasi
tidak
langsung
a. Insentif
b. Jaminan
Motivasi Motivasi kerja merupakan Kebutuhan a. Makanan dan
61
(X2) dorongan yang timbul
pada diri seorang karena
adanya rangsangan dari
pihak lain, sehingga
menimbulkan usaha dan
kemauan keras dalam
mencapai tujuan tertentu.
Indikator motivasi
menurut Maslow,
meliputi: kebutuhan
fisiologis, kebutuhan akan
rasa aman, kebutuhan
sosial, kebutuhan akan
penghargaan dan
kebutuhan aktualisasi diri.
fisiologis
minuman
b. Ibadah
Kebutuhan
akan rasa
aman
a. Kenyamanan
b. Rasa aman
Kebutuhan
sosial
a. Kebutuhan
sosial
b. Interaksi
Kebutuhan
penghargaan
a. Kebutuhan
akan
penghargaan
diri
b. Pengakuan
akan prestasi
Kebutuhan
aktualisasi
diri
a. Kemampuan
b. Ketrampilan
Religiusitas
(X3)
Dalam Nashori dan
Mucharam (2002)
Religiusitas diartikan
sebagai seberapa jauh
pengetahuan, seberapa
kokoh keyakinan,
seberapa pelaksanaan
ibadah dan kaidah dan
seberapa dalam
penghayatan atas agama
yang dianutnya. Dimensi
religiusitas menurut Glock
dan Stark (dalam Ancok
Dimensi
keyakinan
a. Beriman kepada
Allah
b. Beriman kepada
Malaikat
c. Beriman kepada
Rosul
d. Beriman kepada
Allah
e. Beriman kepada
hari akhir
f. Beriman kepada
qadha dan qadar
Dimensi a. Melaksanakan
62
dan Nashori), meliputi:
dimensi keyakinan,
dimensi peribadatan,
dimensi penghayatan,
dimensi pengamalan, dan
dimensi pengetahuan
agama.
peribadatan
atau praktek
agama
sholat
b. Membaca Al-
Qur’an
c. Menunaikan
zakat
d. Puasa di bulan
ramadhan
e. Melaksanakan
ibadah haji
Dimensi
penghayatan
a. Selalu
merasakan
kehadiran Allah
b. Selalu
bersyukur
kepada Allah
c. Takut
melanggar
aturan
Dimensi
pengamalan
a. Berlaku jujur
dan pemaaf
b. Suka menolong
c. Suka
bekerjasama
d. Tidak mudah
putus asa
e. Bertanggung
jawab
Dimensi
pengetahuan
agama
a. Pengetahuan
tentang akidah
b. Pengetahuan
63
ibadah
c. Pengetahuan
syariah
d. Pengetahuan
Akhlak
Kinerja
(X4)
Kinerja adalah
kemampuan dan kemauan
seseorang dalam
menyelesaikan tugas-tugas
yang dibebankan
kepadanya. Menurut
Bernardin (dalam
Sudarmanto), ada 6
indikator untuk mengukur
kinerja seseorang, yaitu:
kualitas kerja, kuantitas
kerja, ketepatan waktu,
efektifitas kerja,
kemandirian dan
hubungan interpersonal.
Kualitas
kerja
a. Ketepatan hasil
kerja
b. Keberhasilan
dalam
menyelesaikan
pekerjaan
Kuantitas
kerja
a. Banyaknya
pekerjaan yang
diselesaikan
sesuai dengan
target yang
diberikan
Ketepatan
waktu
a. Selalu masuk
kerja tepat
waktu
b. Selalu
mengerjakan
pekerjaan tepat
waktu
64
Efektifitas
kerja
a. Sumber daya
yang digunakan
sesuai dengan
kebutuhan.
b. Menggunakan
fasilitas
perusahaan
hanya untuk
pekerjaan.
Kemandirian a. Menyelesaikan
pekerjaan
dengan baik
tanpa
bimbingan
atasan
Hubungan
interpersonal
a. Hubungan
kerjasama antar
karyawan
terjalin baik
b. Atasan selalu
memberikan
motivasi kepada
karyawannya.
C. Populasi dan Sampel
Menurut Sugiyono (2009), populasi adalah wilayah generalisasi yang
terdiri atas objek atau subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik
tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik
kesimpulannya. Sedangkan menurut Bawono (2006), populasi adalah
65
keseluruhan wilayah objek dan subjek penelitian untuk dianalisis dan ditarik
kesimpulan oleh peneliti.
Dalam penelitian ini yang menjadi populasi adalah karyawan BMT di
Kota Salatiga dan Kabupaten Semarang tahun 2014. Di mana jumlah BMT
di Kota Salatiga dan Kabupaten Semarang adalah 20 BMT, dengan rata-rata
karyawan berjumlah 7 orang. Sehingga total populasi adalah 140 karyawan.
Menurut Bawono (2006), Sampel adalah objek atau subjek penelitian
yang dipilih guna mewakili keseluruhan dari populasi. Hal ini dilakukan
untuk menghemat waktu dan biaya. Sehingga didalam menentukan sampel
harus hati-hati, karena kesimpulan yang dihasilkan, nantinya merupakan
kesimpulan dari populasi.
Adapun teknik untuk menentukan jumlah sampel, dapat menggunakan
rumus sebagai berikut:
s = P
(P.e2) + 1
s = 140
140 (0,1)2 + 1
s = 140
2,4
s = 58,3 ≈ 58
Keterangan:
s : jumlah sampel yang dicari
66
P : jumlah populasi
e : error atau tingkat kesalahan yang diyakini
Jadi jumlah sampel dalam penelitian ini adalah 58 karyawan BMT di Kota
Salatiga dan Kab. Semarang, dengan menggunakan tingkat kesalahan yang
diyakini sebesar 10%.
Tabel 3.2
Gambaran Kuesioner
No. Keterangan Waktu
Penelitian
Kuesioner
disebar
Kuesioner
kembali
1 BMT Anda Salatiga 1 – 3 Sept 2014 10 8
2 BMT Muhajirin Salatiga 4 – 8 Sept 2014 3 3
3 BMT Al-Ishlah Salatiga 4 – 9 Sept 2014 4 4
4 BMT Al Ijtihad Pabelan 4 – 9 Sept 2014 12 12
5 BMT Sumber Mulia Tuntang 4 -11 Sept 2014 8 7
6 BMT Bina Insani Bergas 4 –10 Sept 2014 15 15
7 BMT Atina Banyubiru 4 – 8 Sept 2014 4 4
8 BMT Hubbul Wathon Sumowono 4 - 8 Sept 2014 5 3
9 BMT Inti Muamalat Bandungan 4 -12 Sept 2014 15 15
Jumlah 76 71
Jumlah Kuesioner yang dianalisa 58
Jumlah kuesioner yang tidak layak pakai 13
Sumber: Hasil Pengolahan Data Primer (2014)
Dari data di atas, dapat diketahui bahwa dari 20 BMT di kota Salatiga
dan Kabupaten Semarang, hanya 9 BMT yang menjadi lokasi penelitian.
Hal ini dikarenakan ada beberapa faktor yang menjadi penyebab, antara
lain:
1. Kesibukan manajer, sehingga sulit ditemui untuk meminta izin
melakukan penelitian.
2. Kurang proaktifnya BMT dalam membantu peneliti untuk melakukan
penelitian, seperti tidak ada kejelasan tenggang waktu dalam pengisian
67
kuesioner, sehingga ketika kuesioner harus sudah diolah, kuesioner
belum diisi.
3. Jumlah responden sudah memenuhi sampel.
Selain data BMT yang menjadi obyek penelitian, dari data di atas juga
diperoleh data kuesioner yang disebar sebanyak 76 kuesioner, sedangkan
yang kembali sebanyak 71 kuesioner. Sehingga dapat diketahui ada 5
kuesioner yang tidak kembali, hal ini dikarenakan ada beberapa responden
yang izin karena sakit dan keperluan lain serta keaktifan responden yang
menjabat sebagai marketing hanya berada di kantor pada saat laporan harian
saja.
Dari jumlah kuesioner sebanyak 76 kuesioner, hanya 58 kuesioner
yang dianalisis sebagai penelitian. Selain jumlah sampel yang dibutuhkan
hanya 58 kuesioner, ada beberapa kuesioner yang tidak layak untuk
dijadikan penelitian. Hal ini dikarenakan ketidak seriusan responden dalam
mengisi kuesioner.
D. Jenis dan Sumber Data
Jenis dan sumber data dalam penelitian ini adalah:
1. Jenis Data
Adapun jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut:
a. Data kuantitatif, yaitu data yang diperoleh dari BMT di Kota Salatiga
dan Kabupaten Semarang yang menjadi objek penelitian, dalam bentuk
68
angka-angka yang masih perlu dianalisis seperti: jumah karyawan serta
data lainnya yang menunjang dalam penelitian ini.
b. Data kualitatif, yaitu data yang diperoleh dari BMT di Kota Salatiga
dan Kabupaten Semarang yang menjadi objek penelitian, dalam bentuk
informasi baik berupa lisan maupun tulisan, yang merupakan data
pendukung dalam penelitian ini.
2. Sumber Data
Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
a. Data Primer
Data primer adalah data yang diperoleh secara langsung dari
sumber aslinya. Data primer secara khusus dikumpulkan untuk
menjawab pertanyaan penelitian. Data primer biasanya diperoleh dari
survei lapangan yang menggunakan semua metode pengumpulan data
ordinal (Sugiyono, 2009).
b. Data skunder
Data skunder adalah data yang diperoleh secara tidak langsung
atau peneliti arsip yang memuat peristiwa masa lalu. Data sekunder
dapat diperoleh dari jurnal, majalah, buku, data statisitik maupun dari
internet (Bawono, 2006).
E. Teknik Pengumpulan Data
Menurut Arikunto (2006), teknik pengumpulan data adalah cara yang
digunakan oleh peneliti untuk memperoleh data yang dibutuhkan. Dalam
penggunaan tenik pengumpulan data, peneliti memerlukan instrumen yaitu
69
alat bantu agar pengerjaan pengumpulan data menjadi lebih mudah. Menurut
Bawono (2006), teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian
ini adalah:
1. Penelitian lapangan
Penelitian lapangan terdiri dari:
a. Metode kuesioner atau angket
Metode kuesioner atau angket adalah daftar petanyaan yang
diberikan kepada objek penelitian yang mau memberikan respon sesuai
dengan permintaan pengguna.
b. Metode interview
Metode interview adalah metode atau cara mengumpulkan data
serta berbagai informasi dengan jalan menanyakan langsung kepada
seseorang yang dianggap ahli dalam bidangnya dan juga berwenang
dalam menyelesaikan suatu permasalahan.
Sebelum pertanyaan diajukan perlu dipersiapkan terlebih dahulu
pertanyaan-pertanyaan yang akan diajukan atau diarahkan kepada
informasi-informasi untuk topic yang ditentukan dan akan dibahas
secara jelas dan terinci.
c. Metode observasi
Observasi adalah metode pengumpulan data dengan cara
melakukan pengamatan secara langsung di objek penelitian. Jadi
peneliti datang sendiri dan mengamati dari dekat di objek penelitian.
70
2. Penelitian kepustakaan merupakan penelitian yang dilakukan dengan
mengumpulkan bahan-bahan pustaka, literatur dan karangan ilmiah
yang ada kaitannya dengan penelitian ini.
F. Skala Pengukuran
Dalam penelitian ini, penulis menggunakan skala pengukuran Likert
yang terdiri dari angka 1 sampai 5, dengan tingkat nilai jawaban sebagai
berikut :
1 = Sangat tidak setuju
2 = Tidak setuju
3 = Ragu – ragu
4 = Setuju
5 = Sangat setuju
71
G. Metode Analisis
Analisis data yang dilakukan adalah analisis data kuantitatif, dilakukan
dengan beberapa langkah antara lain:
1. Uji Instrumen
a) Uji Reliabilitas
Pada prinsipnya uji reliabilitas digunakan untuk menguji data yang
kita peroleh sebagai misal hasil dari jawaban kuesioner yang kita
bagikan. Suatu kuesioner dikatakan reliabel atau handal jika jawaban
seseorang terhadap pertanyaan adalah konsisten atau stabil dari waktu
ke waktu. Teknik yang digunakan dalam pengukuran reliabilitas ini
adalah teknik cronbach alpha. Suatu variabel dikatakan reliabel jika
nilai cronbach alpha lebih besar dari 0,6 (Bawono, 2006).
b) Uji Validitas
Uji validitas digunakan untuk mengungkap sahih atau tidaknya
suatu pertanyaan pada kuesioner. Suatu kuesioner dikatakan valid/sahih
jika pertanyaan pada kuesioner tersebut mampu untuk mengungkapkan
sesuatu yang akan diukur oleh kuesioner tersebut (Bawono, 2006).
Untuk mengukur validitas dapat dilakukan dengan melihat nilai
Corrected Item- Total Correlation (sebagai r hitung), suatu pertanyaan
dikatakan valid apabila nilai r hitung > r tabel.
2. Uji Statistik
a. Koefisien Determinasi (R2)
72
Koefisien determinasi (R2) menunjukan sejauh mana tingkat
hubungan antara variabel dependen dengan variabel independen, atau
sejauh mana kontribusi variabel mempengaruhi variabel dependen
(Bawono, 2006).
Ciri-ciri nilai R2 adalah:
a) Besarnya nilai koefisien determinasi terletak antara 0 sampai dengan
1, atau (0 ≤ R2 ≤ 1).
b) Nilai 0 menunjukan tidak adanya hubungan antara variabel
independen dengan variabel dependen.
c) Nilai 1 menunjukan adanya hubungan yang sempurna antara variabel
independen dengan variabel dependen
b. Uji F
Uji F dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui seberapa jauh
variabel independen atau bebas secara bersama-sama dapat
mempengaruhi variabel dependen atau terikat (Bawono, 2006).
Langkah pengujiannya:
a) Menentukan hipotesis
Ho: β1, β2, .... βn = 0, artinya variabel independen secara bersama-
sama tidak berpengaruh terhadap variabel dependen.
Ho: β1, β2, .... βn ≠ 0, artinya variabel independen secara bersama-
sama berpengaruh terhadap variabel dependen.
73
b) Menentukan F tabel
Untuk memperoleh F tabel digunakan taraf signifikasi α = 5% dan
derajat kebebasan (dk) = (n – k).
c) Mencari F hitung dengan rumus
f = R2 / (k-1)
( 1 - R2 ) / ( n – k )
Di mana:
R2 = koefisien determinasi
K = jumlah variabel independen
n = jumlah sampel
d) Pengambilan keputusan
Jika f hitung < f tabel, maka Ho diterima artinya tidak ada
pengaruh yang signifikan antara variabel independen secara
bersama-sama berpengaruh terhadap variabel dependen.
Jika f hitung > f tabel, maka Ho ditolak artinya ada pengaruh yang
signifikan antara variabel independen secara bersama-sama
berpengaruh terhadap variabel dependen.
3. Uji Asumsi Klasik
Uji asumsi klasik terdiri dari:
a. Uji Multicollinearity (Multikolinearitas)
Multicollinearity adalah situasi di mana terdapat korelasi
variabel-variabel bebas di antara satu dengan yang lainnya. Masalah
Multikolinearitas yang serius dapat mengakibatkan berubahnya tanda
dari parameter estimasi (Bawono, 2006).
74
Uji multikolinieritas dapat dilakukan dengan metode VIF
(Varian Inflation Factor) dan nilai Tolerance. Nilai VIF tidak boleh
lebih besar dari 10, sedangkan nilai Tolerance adalah tidak boleh lebih
besar dari 1 (Ghozali, 2010).
b. Uji Heteroscendasticity (Heteroskendastisitas)
Untuk mengetahui ada tidaknya gejala penyakit
heteroskendastisitas dapat dilakukan dengan melihat grafik scatterplot.
Jika pola pergerakan grafiknya beraturan, maka cenderung ada gejala
penyakit heterokendastisitas. Sedangakan jika pergerakan grafiknya
tidak beraturan, maka tidak ada gejala penyakit heterokendastisitas.
c. Uji Normalitas
Uji ini digunakan untuk menguji apakah dalam model regresi,
data variabel dependen dan independen yang digunakan memiliki
distribusi normal atau tidak. Ada beberapa cara untuk mengujinya,
salah satunya dengan analisa grafik. Dengan metode grafik kita dapat
melihat data yang digunakan memberikan distribusi normal atau tidak
dengan melihat histogram dan normal probability plot.
d. Uji Linearitas
Pengujian linearitas digunakan untuk menguji apakah spesifikasi
model yang digunakan tepat atau lebih baik dalam spesifikasi model
bentuk lain. Spesifikasi model dapat berupa linier, kuadratik atau
kubik. Untuk melihat spesifikasi model yang tepat, salah satunya
dengan uji Lagrange Multiplier (Bawono, 2006).
75
4. Uji Hipotesis
a. Analisis Regresi Linear Berganda
Analisis regresi berganda digunakan untuk mengetahui seberapa
besar pengaruh variabel kompensasi dan variabel religiusitas terhadap
motivasi dan implikasinya terhadap kinerja. Dalam regresi berganda
terdapat 4 variabel, yaitu:
1. Variabel Bebas (X1), yaitu Kompensasi
2. Variabel Bebas (X2), yaitu Motivasi
3. Variabel Bebas (X3), yaitu Religiusitas
4. Variabel Terikat (X4), yaitu Kinerja
Persamaan regresi berganda untuk menguji variabel di atas
dengan menggunakan rumus :
Y1= bo+b1X1+b2X2+b3X3+e
Di mana:
Y = kinerja karyawan
bo = konstanta persamaan regresi
b1,2,3 = koefisien garis regresi
X1 = kompensasi
X2 = motivasi
X3 = religiusitas
e = Residual atau prediction error
b. Uji ttest (uji secara individu)
76
Uji ini digunakan untuk melihat tingkat signifikansi variabel
independen mempengaruhi variabel dependen secara individu atau
sendiri-sendiri. Langkah-langkah pengujiannya:
a) Menentukan hipotesis
Ho : β1 = 0, artinya variabel independen tidak berpengaruh terhadap
variabel dependen.
Ho : β1 ≠ 0, artinya variabel independen berpengaruh terhadap
variabel dependen.
b) Menentukan t tabel
Untuk menentukan t tabel dengan menggunakan tingkat α 5% dan
derajat kepercayaan (dk) = n – 1 – k.
Di mana:
n : jumlah data
k : jumlah variabel
c) Pengambilan keputusan
Jika t hitung < t tabel maka Ho diterima, artinya tidak ada pengaruh
yang signifikan.
Jika t hitung ≥ t tabel maka Ho ditolak, artinya ada pengaruh yang
signifikan.
H. Alat Analisis
Alat analisa yang digunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan
program olah data SPSS (statistical product and service solution), data yang
didapat merupakan data kuantitatif di mana data dapat dinyatakan dalam
77
bentuk angka, maka akan mudah untuk diaplikasikan ke dalam olah data
SPSS. SPSS merupakan sebuah program komputer statistik yang berfungsi
untuk membantu dalam memproses data-data statistik secara tepat dan cepat,
serta menghasilkan berbagai output yang dikehendaki oleh para pengambil
keputusan.
78
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum BMT
Gambaran umum BMT (Baitul Maal wa Tamwil) menurut Ridwan
(2005) dalam Manajemen Baitul Maal wa Tamwil, adalah sebagai berikut:
1. Pengertian
BMT merupakan kependekan dari Baitul Maal wa Tamwil atau dapat
juga ditulis dengan baitul maal wa baitul tamwil. Secara harfiah baitul maal
berarti rumah dana dan baitul tamwil berarti rumaha usaha. Baitul Maal
dikembangkan berdasarkan sejarah perkembangannya, yakni dari masa nabi
sampai abad pertengahan perkembangan Islam. Di mana baitul maal
berfungsi untuk mengumpulkan sekaligus mentasyarufkan dana sosial.
Sedangkan baitul tanwil merupakan lembaga bisnis yang bermotif laba.
Dari pengertian tersebut dapat ditarik pengertian bahwa BMT
merupakan organisasi bisnis yang juga berperan sosial. Peran sosial BMT
akan terlihat pada definisi baitul maal, sedangkan peran bisnis BMT terlihat
dari definisi baitul tamwil.
2. Asas dan Landasan
BMT berasaskan Pancasila dan UUD 45 serta berlandaskan prinsip
Syari’ah Islam, keimanan, keterpaduan (kaffah), kekeluargaan/ koperasi,
kebersamaan, kemandirian dan profesionalisme.
79
Dengan demikian keberadaan BMT menjadi organisasi yang sah dan
legal. Sebagai lembaga keuangan Syari’ah, BMT harus berpegang teguh
pada prinsip-prinsip Syari’ah. Keimanan menjadi landasan atas keyakinan
untuk mau tumbuh dan berkembang. Keterpaduan mengisyaratkan adanya
harapan untuk mencapai sukses di dunia dan akhirat juga keterpaaduan
antara sisi maal dan tamwil (sosial dan bisnis). Kekeluargaan dan
kebersamaan berarti upaya untuk mencapai kesuksesan tersebut diraih
secara bersama. Kemandirian berarti BMT tidak dapat hidup hanya dengan
bergantung pada uluran tangan pemerintah, tetapi harus berkembang dari
meningkatnya partisipasi anggota dan masyarakat, untuk itulah pola
pengelolaannya harus profesional.
3. Prinsip Utama
Dalam melaksanakan usahanya BMT, berpegang teguh pada prinsip
utama sebagai berikut:
a. Keimanan dan ketaqwaan kepada Allah SWT dengan
mengimplementasikannya pada prinsip-prinsip Syari’ah dan muamalah
Islam ke dalam kehidupan nyata.
b. Keterpaduan, yakni nilai-nilai spiritual dan moral menggerakan dan
mengarahkan etika bisnis yang dinamis, proaktif, progresif adil dan
berakhlaq mulia.
c. Kekeluargaan, yakni mengutamakan kepentingan bersama di atas
kepentingan pribadi. Semua pengelola pada setiap tingkatan, pengurus
80
dengan semua lininya serta anggota, dibangun rasa kekeluargaan,
sehingga akan tumbuh rasa saling melindungi dan menanggung.
d. Kebersamaan, yakni kesatuan pola pikir, sikap dan cita-cita antar semua
elemen BMT. Antara pengelola dengan pengurus harus memiliki satu
visi dan bersama-sama anggota untuk memperbaiki kondisi ekonomi dan
sosial.
e. Kemandirian, yakni mandiri di atas semua golongan politik. Mandiri juga
tidak bergantung dengan dana-dana pinjaman dan bantuan, tetapi
senantiasa proaktif untuk menggalang dan masyarakat sebanyak-
banyaknya.
f. Profesionalisme, yakni semangat kerja yang tinggi („amalus sholih/
ahsanu „amala), yakni dilandasi dengan dasar keimanan. Kerja yang
tidak hanya berorientasi pada kehidupan dunia saja, tetapi juga
kenikmatan dan kepuasan ruhani dan akhirat. Kerja keras dan cerdas
yang dilandasi dengan bekal pengetahuan (knowledge) yang cukup,
ketrampilan yang terus ditingkatan (skill) serta niat dan gairah yang kuat
(attitude). Semua itu dikenal dengan kecerdasan emosional, spiritual dan
intelektual. Sikap profesionalisme dibangun dengan semangat untuk terus
belajar demi mencapai tingkat standar keerja yang tertinggi.
g. Istiqomah; konsisten, konsekuen, kontinuitas/ berkelanjutan tanpa henti
dan tanpa pernah putus asa. Setelah mencapai suatu tahap, maka maju
lagi ke tahap berikutnya dan hanya kepada Allah SWT kita berharap.
4. Visi dan Misi
81
Adapun visi dan misi BMT dalah sebagai berikut:
a. Visi
Visi BMT harus mengarah pada upaya untuk mewujudkan BMT
menjadi lembaga yang mampu meningkatkan kualitas ibadah anggota
(ibadah dalam arti luas), sehingga mampu berperan sebagai wakil-
pengabdi Allah SWT, memakmurkan kehidupan anggota pada
khususnya dan masyarakat pada umumnya.
Titik tekan perumusan visi BMT adalah mewujudkan lembaga
yang profesional dan dapat meningkatkan kualitas ibadah. Ibadah yang
harus dipahami dalam arti luas, yakni tidak saja mencakup aspek ritual
peribadatan seperti sholat misalnya, tetapi lebih luas mencakup segala
aspek kehidupan. Sehingga setiap kegiatan BMT harus berorientasi
pada upaya mewujudkan ekonomi yang adil dan makmur.
b. Misi
Misi BMT adalah membangun dan mengembangkan tatanan
perekonomian dan struktur masyarakat madani yang adil
berkemakmuran-berkemajuan, serta makmur-maju berkeadilan
berlandaskan Syariah dan ridho Allah SWT.
Dari pengertian di atas, dapat dipahami bahwa misi BMT bukan
semata-mata mencari keuntungan dan penumpukan laba-modal pada
segolongan orang kaya saja, tetapi lebih berorientasi pada
pendistribusian laba yang merata dan adil, sesuai dengan prinsip-prinsip
ekonomi Islam. Masyarakat ekonomi kelas bawah-mikro harus
82
didorong untuk berprastisipasi dalam modal melalui simpanan
penyertaan modal, sehingga mereka dapat menikmati hasil-hasil BMT.
5. Tujuan
Adapun tujuan dari didirikannnya BMT adalah meningkatkan
kualitas usaha ekonomi untuk kesejahteraan anggota pada khususnya dan
masyarakat pada umumnya.
Pengertian tersebut di atas dapat dipahami bahwa BMT berorientasi
pada upaya peningkatan kesejahteraan anggota dan masyarakat. Anggota
harus diberdayakan (empowering) supaya dapat mandiri. Dengan
sendirinya, tidak dapat dibenarkan jika para anggota dan masyarakat
menjadi sangat tergantung pada BMT. Dengan menjadi anggota BMT,
masyarakat dapat meningkatkan taraf hidup melalui peningkatan usahanya.
Pemberian modal pinjaman sedapat mungkin dapat memandirikan
ekonomi para peminjam. Oleh sebab itu, sangat perlu dilakukan
pendampingan. Dalam pelemparan pembiayaan, BMT harus menciptakan
suasana keterbukaan, sehingga dapat mendeteksi berbagai kemungkinan
yang timbul dari pembiayaan. Untuk mempermudah pendampingan,
pendekatan pola kelompok menjadi sangat penting. Anggota
dikelompokkan berdasarkan usaha yang sejenis atau kedekatan tempat
tinggal, sehingga BMT dapat dengan mudah melakukan pendampingan.
6. Sifat
BMT bersifat usaha bisnis mandiri, ditumbuhkembangkan secara
swadaya dan dikelola secara profesional. Aspek baitul maal,
83
dikembangkan untuk kesejahteraan anggota terutama dengan
penggalangan dana ZISWA (zakat, infaq, sedekah, wakaf dll) seiring
dengan penguatan kelembagaan BMT.
Sifat BMT yang berorientasi pada bisnis (bisnis oriented)
dimaksudkan supayapengelolaan BMT dapat dijalankan secara
profesional, sehingga mencapai tingkat efisiensi tertingi. Aspek bisnis
BMT menjadi kunci sukses mengembangkan BMT. Dari sinilah BMT
akan mampu memberikan bagi hasil yang kompetetif kepada para
deposannya serta mampu meningkatkan kesejahteraan para pengelolanya
sejajar dengan lembaga lain.
Sedangkan aspek sosial BMT (baitul maal) berorientasi pada
peningkatan kehidupan anggota yang tidak mungkin dijangkau dengan
prisip bisnis. Pada tahap awal, kelompok anggota ini, diberdayakan dengan
stimulan dana zakat, infaq dan sedekah, kemudian setelah dinilai mampu
harus dikembangkan usahanya dengan dana bisnis/ komersial. Dana zakat
hanya bersifat sementara. Dengan pola ini, penerima manfaat dana zakat
akan terus bertambah.
7. Fungsi
Dalam rangka mencapai tujuannya, BMT berfungsi:
a. Mengidentifikasi, memobilisasi, mengorganisasi, mendorong dan
mengembangkan potensi serta kemampuan potensi ekonomi anggota,
kelompok anggota muamalat (Pokusma) dan daerah kerjanya.
84
b. Meningkatkan kualitas SDM anggota dan pokusna menjadi lebih
profesional dan islami sehingga semakin utuh dan tangguh dalam
menghadapi persaingan global.
c. Menggalang dan memobilisasi potensi masyarakat dalam rangka
meningkatkan kesejahteraan anngota.
d. Menjadi perantara keuangan (financial intermediary) antara agniya
sebagai shohibul maal dengan du’afa sebagai mudhorib, terutama untuk
dana-dana sosial seperti zakat, infaq, sedekah, wakaf, hibah dll.
e. Menjadi perantara keuangan (financial intermediary), antara pemilik
dana (shohibul maal), baik sebagai pemodal maupun penyimpan
dengan pengguna dana (mudhorib) untuk pengembangan usaha
produkif.
8. Ciri-ciri
Ciri-ciri BMT terbagi menjadi 2, yaitu ciri uatama dan ciri khusus.
Adapun ciri-ciri utama BMT adalah sebagai berikut:
a. Berorientasi bisnis, mencari laba bersama, meningkatkan pemanfaatan
ekonomi paling banyak untuk anggota dan masyarakat.
b. Bukan lembaga sosial, tetapi bermanfaat untuk mengefektifkan
pengumpulan dan pensyarufkan dana zakat, infaq dan sedekah bagi
kesejahteraan orang banyak.
85
c. Ditumbuhkan dari bawah berlandaskan peran serta masyarakat di
sekitarnya.
d. Milik bersama masyarakat bawah bersama dengan orang kaya di sekitar
BMT, bukan milik perseorangan atau orang dari luar masyarakat. Atas
dasarnya ini BMT tidak dapat berbadan hukum perseroan.
Sedangkan ciri-ciri khusus BMT adalah sebagai berikut:
a. Staf dan karyawan BMT bertindak proaktif, tidak menunggutetapi
menjemput bola, bahkan merebut bola, baik untuk menghimpun dana
anggota maupun untuk pembiayaan.
b. Kantor dibuka dalam waktu yang tertentu yang ditetaokan sesuai
kebuthan pasar.
c. BMT mengadakan pendampingan usaha anggota.
d. Manajemen BMT adalah profesional Islami, yaitu:
Administrasi keuangan dilakukan berdasarkan standar akuntansi
keuangan Indonesia yang disesuaikan dengan prinsip akuntansi
syariah.
Setiap bulan BMT akan menerbitkan laporan keuangan dan
penjelasan dari isi laporan tesebut.
Setiap tahun buku yang ditetapkan, maksimal sampai bulan maret
tahun berikutnya, BMT akan menyelenggarakan Musyawarah
Anggota Tahunan.
86
Aktif menjemput bola, berprakarsa, kreatif-inovatif, menemukan
masalah dan memecahkannya secara bijak dan memberikan
kemenangan kepada seluruh pihak (win-win solution).
Berpikir, bersikap dan bertindak, “ahsanu „amala” atau service
exelence.
Berorientasi pada pasar bukan pada produk. Meskipun produk
menjadi penting, namun pendirian dan pengembangan BMT harus
senantiasa memperhatikan aspek pasar, baik dari sisi lokasi, potensi
pasar, tingkat persaingan serta lingkungan bisnisnya.
B. Gambaran Umum Responden
Penelitian ini meneliti tentang pengaruh kompensasi, motivasi dan
religiusitas terhadap kinerja karyawan. Adapun responden yang digunakan
dalam penelitian ini sebanyak 58 karyawan pada BMT (Baitul Maal wa
Tamwil) Kota Salatiga dan Kabupaten Semarang. Berdasarkan kuesioner
yang telah diisi oleh responden, maka peneliti akan mengidentifikasi
bardasarkan jenis kelamin, usia, pendidikan, dan lamanya bekerja. Berikut
ini adalah gambaran umum para responden:
a. Identifikasi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin
Tabel 4.1
Jenis Kelamin Responden
No. Kategori Jumlah Persentase
1 Laki-laki 37 63,8
2 Perempuan 21 36,2
Jumlah 58 100
87
Sumber: Hasil Pengolahan Data Primer (2014)
Identifikasi karyawan berdasarkan jenis kelamin, menunjukkan
persentase karyawan laki-laki sebesar 63,8% lebih banyak dari pada
persentase karyawan perempuan sebesar 36,2%. Berdasarkan
pengamatan yang dilakukan oleh peneliti, hal ini dikarenakan karyawan
BMT Kota Salatiga dan Kabupaten Semarang lebih banyak
menggunakan karyawan laki-laki sebagai Marketing dalam
mengembangkan usahanya.
b. Identifikasi Responden Berdasarkan Usia
Tabel 4.2
Usia Responden
No. Kategori Jumlah Persentase
1 < 20 tahun 2 3,4
2 20 – 25 tahun 12 20,7
3 26 – 35 tahun 27 46,6
4 36 – 45 tahun 16 27,6
5 > 46 tahun 1 1,7
Jumlah 58 100
Sumber: Hasil Pengolahan Data Primer (2014)
Berdasarkan data diatas, diketahui bahwa sebagian besar
karyawan BMT di Kota Salatiga dan Kabupaten Semarang berusia
antara 26 sampai 35 tahun dengan persentase sebesar 46,6%. Usia
tersebut merupakan usia produktif bagi seseorang untuk bekerja.
c. Identifikasi Responden Berdasarkan Pendidikan
Tabel 4.3
Pendidikan Responden
No. Kategori Jumlah Persentase
88
1 SD - -
2 SMP - -
3 SMA 39 67,3
4 Akademi/ Diploma 10 17,2
5 S1 8 13,8
6 S2 1 1,7
Jumlah 58 100
Sumber: Hasil Pengolahan Data Primer (2014)
Identifikasi berdasarkan pendidikan, karyawan BMT kota
Salatiga dan Kabupaten Semarang lebih dominan yang berpendidikan
SMA dengan persentase sebesar 67,3%. Hal ini dikarenakan syarat
minimal tingkat pendidikan terakhir untuk menjadi karyawan BMT
adalah SMA.
d. Identifikasi Responden Berdasarkan Lama Kerja
Tabel 4.4
Lama Kerja Responden
No. Kategori Jumlah Persentase
1 ≤ 1tahun 5 8,6
2 1 – 5 tahun 33 56,9
3 5 – 10 tahun 13 22,4
4 ≥ 10 tahun 7 12,1
Jumlah 58 100
Sumber: Hasil Pengolahan Data Primer (2014)
Berdasarkan data di atas, karyawan yang bekerja antara 1 sampai
5 tahun lebih mendominasi sebesar 56,9%.
C. Analisis data
1. Uji Analisis
a. Uji Reliabilitas
89
Menurut Bawono (2006), uji reabilitas adalah menguji data yang
kita peroleh sebagai misal hasil dari jawaban kuesioner yang dibagikan.
Jika kuesioner tersebut handal atau reliable, andaikata jawaban
responden tersebut konsisten dari waktu ke waktu.
Menurut Sutrisno Hadi (1991), analisis ini dipakai untuk
mengetahui sejauh mana pengukuran data dapat memberikan hasil
relatif konsisten atau tidak berbeda jika diukur ulang pada subyek yang
sama, sehingga dapat diketahui konsistensi atau keterandalan alat ukur
(kuesioner).
Tabel 4.5
Hasil Uji Reliabilitas Data
Variabel Cronbach‟s
Alpha
Standar
Reliabilitas
Keterangan
Kompensasi 0,881
0,60
Reliabel
Motivasi 0,853 Reliabel
Religiusitas 0,950 Reliabel
Kinerja 0,887 Reliabel
Sumber: Hasil Pengolahan Data Primer (2014)
Berdasarkan data di atas, nilai keseluruhan dari Cronbach‟s Alpha
lebih besar dari 0,60, sehingga dapat disimpulkan bahwa seluruh
variabel yang digunakan dalam penelitian dinyatakan handal atau
reliable sebagai alat ukur variabel.
b. Uji Validitas
Uji validitas dilakukan untuk mengukur sah atau tidaknya
indikator atau kuesioner dari masing-masing variabel. Pengujian
dilakukan dengan membandingkan r hitung dan r tabel. Nilai r hitung
90
dapat diperoleh bardasarkan nilai Corrected Item-Total Correlation,
pada bagian Item Total Statistics dalam analisis uji reabilitas.
Sedangkan untuk mendapatkan r tabel dilakukan dengan tabel r product
moment, yaitu menentukan α = 0,05 kemudian n (sampel) = 58
sehingga didapat nilai r tabel dua sisi sebesar 0,254. Tingkat kevalidan
indikator atau kuesioner dapat ditentukan, apabila r hitung > r tabel =
Valid dan r hitung < r tabel = Tidak Valid. Hasil uji validitas
selengkapnya dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 4.6
Hasil Uji Validitas Data
Variabel Indikator R hitung R tabel Keterangan
Kompensasi
Indikator_1 0,727
0.254 Valid
Indikator_2 0,780
Indikator_3 0,662
Indikator_4 0,796
Indikator_5 0,675
Motivasi
Indikator_1 0, 409
0.254 Valid
Indikator_2 0,501
Indikator_3 0,658
Indikator_4 0,612
Indikator_5 0,747
Indikator_6 0,633
Indikator_7 0,438
Indikator_8 0,499
Indikator_9 0,620
Indikator_10 0,668
Religiusitas
Indikator_1 0,662
0.254 Valid
Indikator_2 0,695
Indikator_3 0,695
Indikator_4 0,662
Indikator_5 0,695
Indikator_6 0,695
Indikator_7 0,764
Indikator_8 0,502
Indikator_9 0,654
Indikator_10 0,806
91
Indikator_11 0,366
Indikator_12 0,603
Indikator_13 0,603
Indikator_14 0,716
Indikator_15 0,800
Indikator_16 0,668
Indikator_17 0,644
Indikator_18 0,668
Indikator_19 0,582
Indikator_20 0,730
Indikator_21 0,749
Indikator_22 0,836
Indikator_23 0,830
Indikator_24 0,772
Kinerja
Indikator_1 0,530
0.254 Valid
Indikator_2 0,640
Indikator_3 0,597
Indikator_4 0,615
Indikator_5 0,565
Indikator_6 0,734
Indikator_7 0,599
Indikator_8 0,665
Indikator_9 0,685
Indikator_10 0,680
Sumber: Hasil Pengolahan Data Primer (2014)
Berdasarkan tabel di atas, dapat diketahui bahwa nilai r hitung
pada tiap-tiap indikator lebih besar dibandingkan dengan nilai r tabel.
Sehingga semua indikator pada variabel kompensasi, motivasi,
religiusitas dan kinerja dinyatakan valid dan layak untuk penelitian
berikutnya.
2. Uji Statistik
Uji Statistik digunakan untuk melihat tingkat ketetapan atau
keakuratan dari suatu fungsi atau persamaan untuk menaksir dari data yang
dianalisa. Nilai ketetapan atau keaktualan dapat diukur dari goodness of fit
nya. Uji statistik ini dapat dilihat dari nilai t hitung, F hitung dan nilai
92
koefisien diterminasinya. Berkaitan apakah uji statistik dikatakan lolos
atau tidak, tergantung dari tingkat signifikansi dari hasi perhitungannya,
jika hasil berada di daerah kritis atau yang menolak Ho maka dikatakan
bahwa uji statistiknya lolos dan layak untuk uji selanjutnya dan berlaku
sebaiknya jika berada didaerah yang menerima Ho.
a. Uji Koefisien Determinasi (R2)
Koefesien determinasi digunakan untuk mengetahui seberapa
besar prosentase (%) pengaruh keseluruhan variabel independen
terhadap variabel dependen. Pengujian ini dilakukan dengan melihat R²
pada hasil analisis persamaan regresi yang diperoleh. Apabila angka
koefisien diterima (R²) semakin mendekati 1 berarti model regresi yang
digunakan sudah semakin tepat sebagai model penduga terhadap
variabel dependen.
Tabel 4.7
Koefisien Determinasi
Kompensasi, Motivasi dan Religiusitas Terhadap Kinerja
D
a
r
i data di atas dapat diketahui bahwa:
Model Summaryb
Model
R R Square Adjusted R Square Std. Error of the
Estimate d
im
en
si
o
n0
1 ,699a ,488 ,460 ,35037
a. Predictors: (Constant), Religiusitas, Motivasi, Kompensasi
b. Dependent Variable: Kinerja
Sumber : Hasil Pengolahan Data Primer (2014)
93
Nilai koefisien korelasi (R) sebesar : 0,699. Hal tersebut
menunjukkan adanya hubungan yang kuat antara variabel
independen dan variabel dependen (karena mendekati angka
1).
Nilai koefisien determinasi (R2) = 0,488 yang menjelaskan
bahwa variabel independen berkontribusi mempengaruhi
variabel dependen sebesar 48,8 %, sisanya 51,2% dijelaskan
oleh variabel lain di luar model.
b. Uji Ftest
Uji F digunakan untuk menguji apakah perubahan variabel
independen (kompensasi, motivasi dan religiusitas) berpengaruh
terhadap variabel dependen (kinerja) pada BMT di Kota Salatiga dan
Kabupaten Semarang.
Tabel 4.8
Uji Secara Serempak
Kompensasi, Motivasi dan Religiusitas Terhadap Kinerja
S
u
m
b
e
r
: Hasil Pengolahan Data Primer (2014)
ANOVAb
Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.
1 Regression 6,325 3 2,108 17,174 ,000a
Residual 6,629 54 ,123
Total 12,954 57
a. Predictors: (Constant), Religiusitas, Motivasi, Kompensasi
b. Dependent Variable: Kinerja
94
Dari data di atas, diketahui nilai F hitung sebesar 17,174. Nilai F
tabel dapat dicari dengan melihat kolom df, yaitu dengan df pembilang
= 3 dan df penyebut = 54 sedangkan α : 5%, maka diperoleh nilai F
tabel sebesar 2,776. Nilai F hitung lebih besar dibandingkan nilai F
tabel, dengan demikian variabel kompensasi, motivasi dan religiusitas
secara bersama-sama berpengaruh terhadap kinerja karyawan BMT di
Kota Salatiga dan Kabupaten Semarang.
3. Uji Asumsi Klasik
a. Uji Multicollinearity (Multikolinieritas)
Uji Multikolinieritas bertujuan untuk menguji ada tidaknya korelasi
di antara variabel bebas satu dengan variabel bebas lainya. Dalam
pengujian ini, peneliti menggunakan metode VIF (Varian Inflation
Factor) dan nilai Tolerance juga matrik kolerasi.
Kedua nilai VIF dan Tolerance saling berlawanan, apabila nilai
tolerancenya besar maka nilai VIF nya kecil dan sebaliknya. Nilai VIF di
sini tidak boleh lebih besar dari 10 (sepuluh), jika lebih besar maka bisa
dikatakan ada gejala multikolinieritas, sebaliknya jika nilai VIF nya lebih
kecil dari 10 maka tidak ada gejala multikolinieritas. Demikian juga
dengan nilai Tolerancenya tidak boleh lebih dari angka 1.
Tabel 4.9
Hasil Uji Multikolinieritas
Coefficientsa
95
Berdasarkan data di atas, diperoleh nilai VIF masing-masing
variabel lebih kecil dari 10 (sepuluh) dan nilai tolerancenya tidak ada
yang lebih dari angka 1, maka dapat disimpulkan bahwa tidak ada gejala
multikolinieritas pada semua variabel.
b. Uji Heteroscendasticity (Heteroskendastisitas)
Uji Heteroskendastisitas bertujuan untuk menentukan efisiensi
sampel, uji T-test dan T-tabel sehingga tidak menyebabkan kesimpulan
yang salah. Untuk mengetahui ada atau tidaknya gejala
heteroskendastisitas maka dapat dilihat melalui grafik Scatterplot berikut:
Model Unstandardized Coefficients
Standardized Coefficients
t Sig.
Collinearity Statistics
B Std. Error Beta Tolerance VIF
1 (Constant) ,885 ,742 1,193 ,238 Kompensasi ,242 ,107 ,308 2,256 ,028 ,509 1,965
Motivasi ,462 ,142 ,443 3,258 ,002 ,513 1,948
Religiusitas ,044 ,143 ,031 ,311 ,757 ,974 1,027
a. Dependent Variable: Kinerja
Sumber: Hasil Pengolahan Data Primer (2014)
96
Gambar 4.1
Grafik Scatterplot
Sumber: Hasil Pengolahan Data Primer (2014)
Pada grafik di atas, tampak tidak berpola dan tidak beraturan baik
di atas maupun di bawah angka 0 (nol), sehingga dapat disimpulkan
bahwa model regresi yang digunakan tidak ada gejala
heteroskendastisitas.
c. Uji Normalitas
Uji normalitas digunakan untuk melihat normalitas model regresi.
Model regresi yang baik adalah yang memiliki distribusi normal atau
mendekati normal. Pengujian dilakukan dengan analisa grafik, yaitu
dengan melihat grafik kurva histogram dan normal probality plot.
1. Kurva Histogram
97
Adapun kurva histogram untuk uji normalitas regresi antara
kompensasi, motivasi dan religiusitas terhadap kinerja karyawan
adalah sebagai berikut:
Gambar 4.2
Kurva Histogram
Sumber: Hasil Pengolahan Data Primer (2014)
Hasil kurva histogram di atas, menunjukkan perbandingan
antara data observasi dengan distribusi yang mendekati distribusi
normal, sehingga disimpulkan model regresi memenuhi asumsi
normalitas.
2. Grafik Normal P-P Plot
Pada grafik normal p-p plot, model regresi memenuhi asumsi
normalitas jika titik –titik pada kurva menyebar disekitar garis
diagonal mengikuti garis diagonalnya. Berikut ini hasil uji normalitas
dengan menggunakan grafik normal p-p plot :
98
Gambar 4.3
Kurva P-P Plot
Sumber: Hasil Pengolahan Data Primer (2014)
Grafik Normal Plot di atas menggambarkan perbandingan antara
distribusi kumulatif dari data sesungguhnya dengan distribusi
kumulatif data dari distribusi normal. Titik-titik yang tergambar pada
grafik normal plot di atas menyebar disekitar garis diagonal mengikuti
arah garis diagonal tersebut, sehingga bisa disimpulkan bahwa model
regresi yang digunakan memenuhi asumsi normalitas.
d. Uji Linieritas
99
Uji Linieritas dilakukan untuk menguji apakah spesifikasi yang kita
gunakan sudah tepat atau lebih baik dengan model lain. Dalam pengujian
ini, peneliti menggunakan uji langrange multiplier untuk mendapatkan
dilai χ2
hitung, kemudian dibandingkan dengan nilai χ2
tabel. Berikut ini
merupakan tabel hasil perkalian jumlah data dengan R2 :
Tabel 4.10
Uji Linieritas
Kompensasi, Motivasi dan Religiusitas Terhadap Kinerja
Model Summary
Model
R R Square
Adjusted R
Square
Std. Error of the
Estimate d
i
m
e
n
s
i
o
n
0
1 ,000a ,000 -,056 2,84531419
a. Predictors: (Constant), Religiusitas2, Motivasi2, Kompensasi2
Sumber: Hasil Pengolahan Data Primer (2014)
Pengujian linearitas menggunakan uji lagrange multiplier
ditunjukkan untuk mencari perbandingan χ2 hitung dan χ
2 tabel, yang
mana :
χ2 hitung = n * R
2 = 58 * 0,000 = 0.
Dengan tingkat signifikan 5% dan df : 55 maka χ2 tabel = 76, 7778.
Dengan demikian maka nilai χ2 hitung < χ
2 tabel sehingga
spesifikasi model persamaan regresi linier adalah benar.
4. Uji Hipotesis
a. Analisis Regresi Berganda
100
Regresi ini digunakan untuk menganalisa data yang bersifat
multivariate. Analisa ini digunakan untuk meramalkan nilai variabel
dependen dengan variabel independen yang lebih dari satu (minimal dua
variabel). Kondisi variabel independen dalam mempengaruhi variabel
dependen dapat bersifat positif atau negatif.
Tabel 4.11
Hasil Analisis Regresi Berganda
Kompensasi, Motivasi dan Religiusitas Terhadap Kinerja
D
a
r
i
h
a
s
il regresi yang didapat maka dapat dibuat persamaaan regresi berganda
sebagai berikut :
Y = β0 + β1X1 + β2X2 + β3 X3
Y = 0,885 + 0,242X1 + 0,462X2 + 0,044X3
Di mana:
X1: Kompensasi
X2: Motivasi
Coefficientsa
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized
Coefficients
t Sig. B Std. Error Beta
1 (Constant) ,885 ,742 1,193 ,238
Kompensasi ,242 ,107 ,308 2,256 ,028
Motivasi ,462 ,142 ,443 3,258 ,002
Religiusitas ,044 ,143 ,031 ,311 ,757
a. Dependent Variable: Kinerja
Sumber: Hasil Pengolahan Data Primer (2014)
101
X3: Religiusitas
Y : Kinerja
Artinya :
Nilai constant (β0) : 0,885, diartikan bahwa ketika variabel
kompensasi, motivasi dan religiusitas konstan atau tidak ada atau sebesar
0, maka variabel kinerja akan mengalami kenaikan sebesar 0,885 dengan
asumsi cateris paribus.
Nilai Kompensasi (X1) sebesar 0,242, diartikan bahwa jika
kompensasi mengalami peningkatan 1 satuan sedangkan motivasi dan
religiusitas konstan atau tidak ada atau sebesar 0, maka kinerja akan
mengalami peningkatan sebesar 0,242 dengan asumsi cateris paribus.
Nilai Motivasi (X2) sebesar 0,462, diartikan bahwa jika motivasi
mengalami peningkatan 1 satuan sedangkan kompensasi dan religiusitas
konstan atau tidak ada atau sebesar 0, maka kinerja akan mengalami
peningkatan sebesar 0,462 dengan asumsi cateris paribus.
Nilai Religiusitas sebesar 0,044, diartikan bahwa jika religiusitas
mengalami peningkatan 1 satuan sedangkan kompensasi dan motivasi
konstan atau tidak ada atau sebesar 0, maka kinerja akan mengalami
peningkatan sebesar 0,044 dengan asumsi cateris paribus.
b. Uji ttest
Uji ini digunakan untuk melihat tingkat signifikansi variabel
independen terhadap variabel dependen secara individu atau sendiri-
102
sendiri. Di mana nilai signifikan tersebut dapat dilihat melalui tabel
koefisien, dengan membandingkan nilai t hitung dengan nilai t tabel.
Tabel 4.12
Uji Secara Individual
Kompensasi, Motivasi dan Religiusitas Terhadap Kinerja
Variabel
Nilai
ttest
Nilai t
tabel
Nilai
Signifikan
Keterangan
Kompensasi 2,256
1,2974
0,028 Signifikan
Motivasi 3,258 0,002 Signifikan
Religiusitas 0,311 0,757
Tidak
Signifikan
Sumber: Hasil Pengolahan Data Primer (2014)
Artinya:
a) Berdasarkan tabel di atas nilai signifikan dari variabel kompensasi
sebesar 0,028 lebih kecil dari α (0.05) dan nilai t test sebesar 2,256
lebih besar dari t tabel sebesar 1,2974, sehingga variabel kompensasi
berpengaruh positif dan signifikan terhadap variabel kinerja.
b) Berdasarkan tabel di atas nilai signifikan dari variabel motivasi
sebesar 0,002 lebih kecil dari α (0.05) dan nilai t test sebesar 3,258
lebih besar dari t tabel sebesar 1,2974, sehingga variabel motivasi
berpengaruh positif dan signifikan terhadap variabel kinerja.
c) Berdasarkan tabel di atas nilai signifikan dari variabel religiusitas
sebesar 0,757 lebih besar dari α (0.05) dan nilai t test sebesar 0,311
103
lebih kecil dari t tabel sebesar 1,2974, sehingga variabel religiusitas
berkorelasi positif tetapi tidak signifikan terhadap variabel kinerja.
D. Pembahasan
Penelitian ini meneliti tentang pengaruh kompensasi, motivasi dan
religiusitas terhadap kinerja karyawan BMT di Kota Salatiga dan Kabupaten
Semarang. Dari penelitian ini dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:
1. Pengaruh Kompensasi terhadap Kinerja
Dari hasil analisis menunjukkan, bahwa kompensasi berpengaruh
positif dan signifikan terhadap kinerja. Hal ini ditunjukkan dengan hasil
uji ttest, di mana nilai signifikan dari variabel kompensasi sebesar 0,028
lebih kecil dari α (0.05) dan nilai t test sebesar 2,256 lebih besar dari t
tabel sebesar 1,2974. Dengan demikian pemberian kompensasi yang
tepat baik dalam bentuk gaji, tunjangan, fasilitas, insentif dan jaminan
akan meningkatkan kinerja karyawan pada BMT di Kota Salatiga dan
Kabupaten Semarang. Penelitian ini mendukung penelitian sebelumnya
yang dilakukan oleh Pratiwi (2013), ada pengaruh signifikan variabel
kompensasi finansial langsung, kompensasi finansial tidak langsung
dan kompensasi nonfinansial secara simultan terhadap kinerja karyawan
PT. Pos Indonesia (Persero) Kantor Cabang Bangkalan.
Dari Atha’ bin Saib, ulama tabi’in, berkata:
أثىاة يتجر بهب فلقي عمر به ب استخلف أبى بكر أصبح غبديب إلى السىق وعلى رقبت لم
اا فقبا ل قبو : الخ بة وأبى عبيذ به الجر صىع : قبا. السىق : أيه ريذ يب ليي رسىو اا
. او لق حتى ويرض لك شيئب: فمه أيه أ عيبل قبا ل : برا وقذ وليي أ ر المسلميه قبو
104
أ والب ه إل : فقبو عمر . فبو لق همب فير ىا ل يى ش ر شب و ب سىي ف الر
: قبو عمر . وإل الي ا : وقبو أبى عبيذ . الق با فلقذ بن يأ عل الشهر ب يختص إل في
.اثىبن
Ketika Abu Bakar diangkat menjadi khalifah, keesokan harinya ia
berangkat ke pasar sambil memanggul pakaian untuk ia jual
belikan di pasar. Abu Bakar bertemu dengan Umar bin Khathab
dan Abu Ubaidah bin Jarrah di jalan. Keduanya bertanya:
„Kemana Anda hendak pergi wahai khalifah Rasulullah?‟ Abu
Bakar menjawab: „Ke pasar.‟ Keduanya bertanya: „Apa yang
akan Anda lakukan, bukankah Anda telah diangkat untuk
mengurus persoalan kaum muslimin?‟ Abu Bakar balik bertanya:
„Kalau begitu siapa yang akan memberi makan keluargaku?‟
Keduanya berkata: “Jika begitu mari kita berangkat [ke Baitul
Mal] sehingga kita bisa menetapkan gaji tertentu untuk Anda.”
Abu Bakar berangkat bersama keduanya, maka mereka [kaum
muslimin] menetapkan gaji per hari Abu Bakar adalah setengah
ekor domba dan pakaian yang menutupi kepada dan badannya.
Umar berkata: “Urusan pengadilan, biarkan saya yang
menjalankannya.” Abu Ubaidah berkata: “Urusan pembagian
harta fa‟i, biarkan saya yang menjalankannya.” Umar bercerita:
“Waktu telah berjalan satu bulan sejak aku memegang urusan
pengadilan, namun tidak ada dua orang pun yang berselisih dan
mengadukan kasusnya kepadaku.” (HR. Ibnu Sa’ad dalam Al-
Majdi, 2014).
Dari hadis di atas dapat disimpulkan, bahwa pemberian gaji bagi
seorang karyawan adalah penting. Tujuan seseorang bekerja adalah
untuk memenuhi kebutuhan mereka, kompensasi merupakan hasil atas
kinerja untuk memenuhi kebutuhan. Apabila gaji yang diterima oleh
karyawan sebanding dengan hasil kerja mereka dan sudah dapat
memenuhi kebutuhan mereka, maka kinerja seorang karyawan akan
menjadi lebih fokus, produktif dan optimal. Hal ini dikarenakan
105
kompensasi merupakan faktor penting dalam meningkatkan kinerja
karyawan.
2. Pengaruh Motivasi terhadap Kinerja
Dari hasil analisis menunjukkan, bahwa motivasi berpengaruh
positif dan signifikan terhadap kinerja. Hal ini ditunjukkan dengan hasil
uji ttest, di mana nilai signifikan dari variabel motivasi sebesar 0,002
lebih kecil dari α (0.05) dan nilai t test sebesar 3,258 lebih besar dari t
tabel sebesar 1,2974. Dengan demikian motivasi yang tepat sasaran
akan meningkatkan kinerja karyawan pada BMT di Kota Salatiga dan
Kabupaten Semarang. Penelitian ini sejalan dengan penelian Dito
(2010), motivasi berpengaruh positif dan signifikan terhadap karyawan
PT. Slamet Langgeng Purbalingga.
Motivasi merupakan dorongan yang timbul pada diri seseorang
karena adanya rangsangan dari pihak lain, sehingga menimbulkan usaha
dan kemauan keras dalam mencapai tujuan tertentu. Tujuan motivasi
adalah mendorong gairah dan semangat seseorang, sehingga
meningkatkan produktifitas untuk mempertahankan kelangsungan
perusahaan. Dalam penelitian ini, indikator yang mempengaruhi
motivasi adalah teori Maslow yang terdiri dari 5 kebutuhan, yaitu
fisiologis, keamanan, sosial, penghargaan dan aktualisasi diri.
Kebutuhan fisiologis diantaranya meliputi kebutuhan akan
makanan dan minuman serta kebutuhan ibadah. Sejauh pengamatan
peneliti karyawan BMT di Kota Salatiga dan Kabupaten Semarang
106
merasa kebutuhan fisiologisnya terpenuhi, hal ini dibuktikan dengan
disediakannya air minum dan tempat ibadah yang layak.
Kebutuhan akan rasa aman, meliputi kenyamanan dan perasaan
aman karyawan dalam bekerja. Sebagian besar karyawan pada BMT di
Kota Salatiga dan Kabupaten Semarang merasa nyaman dalam
menjalankan aktivitas pekerjaannya, dan merasa takut kehilangan
pekerjaannya.
Kebutuhan sosial meliputi kebutuhan bersosial dan berinteraksi.
Sebagian besar karyawan pada BMT di Kota Salatiga dan Kabupaten
Semarang merasa menjadi bagian penting dalam perusahaannya,
sehingga mereka bekerja dengan sebaik mungkin. Interaksi antar
karyawan pun terjalin dengan baik, hal ini ditunjukkan dengan adanya
kerjasama yang baik antar karyawan dalam menyelesaikan tugasnya.
Kebutuhan penghargaan, meliputi kebutuhan akan penghargaan
diri dan pengakuan atas prestasi. Pimpinan memberikan pujian atas
hasil kerja karyawan yang memuaskan atau berprestasi, hal ini
ditunjukkan dengan adanya tambahan pendapatan bagi karyawan
berprestasi.
Kebutuhan aktualisasi diri, meliputi kemampuan dan ketrampilan
yang dimiliki karyawan. Karyawan pada BMT di Kota Salatiga dan
Kabupaten Semarang memiliki kemampuan dan ketrampilan yang baik.
Hal ini ditunjukkan dengan kemampuan karyawan dalam
107
menyelesaikan masalah dan mampu menyelesaikan pekerjaannya
dengan baik.
Pemberian motivasi pada karyawan BMT di Kota Salatiga dan
Kabupaten Semarang sangat berpengaruh terhadap kinerja karyawan.
Sehingga pimpinan harus meningkatkan motivasi karyawannya.
Allah berfirman dalam QS. Ar-Ra’d: 11
ا ي هللا ريإ وا هللا ا إ هللا يو إ إ وا إ نا هللاا هللاا ي هللا ريإ ا هللا ا إ هللا و ما ا هللا ن“Sesungguhnya Allah tidak mengubah keadaan suatu kaum
sehingga mereka mengubah keadaan yang ada pada diri mereka
sendiri”
Dari ayat di atas, kita bisa mengambil kesimpulan bahwa motivasi
yang paling kuat adalah dari diri seseorang. Motivasi sangat
berpengaruh dalam gerak-gerik seseorang dalam setiap tindak-
tanduknya. Selain timbul dari diri sendiri, motivasi juga timbul karena
adanya rangsangan dari pihak lain, sehingga menimbulkan usaha dan
kemauan keras dalam mencapai tujuan tertentu. Dengan demikian
pimpinan harus selalu memotivasi karyawannya, baik secara langsung
maupun mendatangkan motivator dalam memotivasi karyawannya.
3. Pengaruh Religiusitas terhadap Kinerja
Dari hasil analisis menunjukkan, bahwa religiusitas berkorelasi
positif tetapi tidak signifikan terhadap kinerja karyawan. Hal ini
ditunjukkan dengan hasil uji ttest, di mana nilai signifikan dari variabel
religiusitas sebesar 0,757 lebih besar dari α (0.05) dan nilai t test
108
sebesar 0,311 lebih kecil dari t tabel sebesar 1,2974. Sehingga semakin
tinggi tingkat religiusitas karyawan pada BMT di Kota Salatiga dan
Kabupaten Semarang akan semakin tinggi kinerja mereka, tetapi hal ini
tidak signifikan. Hal ini bertolak belakang dengan penelitian Waryanti
(2011) di mana kecerdasan emosional dan kecerdasan spiritual
berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja karyawan RSUD
Kota Semarang. Meskipun terdapat perbedaan tema dalam penelitian
ini, tetapi religiusitas mempunyai makna yang sama dengan kecerdasan
emosional dan kecerdasan spiritual.
Tingkat religiusitas yang dimiliki oleh karyawan hendaknya
berpengaruh secara signifikan terhadap kinerja karyawan. Akan tetapi
dalam penelitian ini, variabel religiusitas tidak berpengaruh secara
signifikan terhadap kinerja karyawan. Dengan kata lain terjadi
ketimpangan antara perilaku religiusitas dengan kinerja karyawan.
Sebagaimana hadits yang diriwayatkan oleh Baihaqi, Rasulullah
SAW bersabda:
إن هللا تبارك وتعالى يحب إذا عمل أحدكم عملا أن يتقنه
“Sesungguhnya Allah SWT mencintai jika seorang dari kalian bekerja,
maka ia itqân (profesional) dalam pekerjaannya” (HR Baihaqi dalam
Khanza, 2010).
Dari hadits di atas, dapat disimpulkan bahwa profesionalitas dalam
bekerja dianjurkan oleh agama Islam. Profesionalitas merupakan ciri
implementasi dari tingkatan seseorang yang mempunyai tingkat
109
religiusitas tinggi. Seseorang yang profesional dalam pekerjaannya
akan menunjukkan pengetahuan, ketrampilan dan sikap yang mereka
miliki lebih baik, sehingga kinerja mereka semakin baik.
Dalam pengamatan dan wawancara yang dilakukan oleh peneliti,
tingkat religiusitas tidak berpengaruh signifikan terhadap kinerja
karyawan dikarenakan beberapa faktor. Menurut Sularman (29/9/2014)
selaku Manajer BMT Anda, Widodo (29/9/2014) selaku Manajer BMT
Muhajirin dan Rusdiana (29/9/2014) selaku Manajer salah satu BMT di
Kota Salatiga, serta pengamatan langsung di lapangan, diketahui bahwa
setiap hari sebelum memulai pekerjaan selalu diadakan kegiatan
keagamaan seperti membaca Al-Qur’an. Kegiatan rutin membaca Al-
Qur’an ini diharapkan dapat meningkatkan tingkat religiusitas
karyawan, sehingga meningkatkan kinerja karyawan. Akan tetapi,
kegiatan ini tidak berpengaruh secara signifikan terhadap kinerja
karyawan. Hal ini terjadi mungkin dikarenakan adanya keterpaksaan
dari setiap diri individu dalam pelaksanaannya, sehingga kegiatan ini
hanya dianggap sebagai kewajiban bukan panggilan dari hati sebagai
pemenuhan kebutuhan mereka. Selain itu, pemahaman agama yang
dangkal diduga merupakan faktor yang menjadikan seseorang tidak
mengetahui makna yang sebenarnya tentang agama yang mereka anut,
sehingga religiusitas mereka tidak mengena sampai ke hati. Hal ini
dikarenakan adanya pemisahan antara ilmu dan iman, sehingga mereka
110
hanya beriman tanpa mengatahui hakikat sebenarnya tentang iman.
Padahal untuk mengetahui iman, haruslah menggunakan ilmu.
Menurut Widodo (29/9/2014), faktor lain yang menyebabkan
tingkat religiusitas tidak berpengaruh secara signifikan terhadap kinerja
karyawan yaitu adanya pergeseran tujuan awal pendirian BMT dari
baitul maal (rumah dana) menjadi baitul tamwil (rumah usaha). Baitul
maal berfungsi untuk mengumpulkan dan menyalurkan dana sosial,
sedangkan baitul tamwil yaitu lembaga bisnis yang bermotif laba.
Selain itu, faktor lain yang menyebabkan tingkat religiusitas tidak
berpengaruh secara signifikan terhadap kinerja karyawan yaitu adanya
tujuan karyawan dalam bekerja yang semata-mata hanya untuk
medapatkan materi (Widodo, 29/9/2014), bukan bertujuan sebagai
ibadah (Sularman, 29/9/2014). Menurut Sularman (29/9/2014), hal ini
terjadi karena pimpinan menawarkan kompensasi sebagai faktor utama
dalam meningkatkan kinerja. Menurutnya, untuk meningkatkan tingkat
religiusitas karyawan sehingga berpengaruh secara signifikan terhadap
kinerja, salah satunya dengan mengubah kebiasaan pemberian bonus
dalam bentuk uang menjadi bonus dalam bentuk ibadah seperti ibadah
umroh.
Sedangkan menurut narasumber yang tidak mau disebutkan
identitasnya (Fulan, 29/9/2014), selaku Manajer salah satu BMT di
Kabupaten Semarang beranggapan bahwa, tingkat religiusitas yang
tidak berpengaruh secara signifikan terhadap kinerja karyawan,
111
dipengaruhi oleh beberapa hal: 1) pengurus dan pengelola lama
mewariskan kewajiban dengan pihak ketiga dengan nominal yang
sangat besar; 2) hampir 75% laba/ profit selalu terserap untuk biaya
pihak ketiga; 3) hampir semua BMT setiap menjelang lebaran dan
tahun ajaran baru selalu menghadapi masalah kesulitan likuiditas. Dari
beberapa alasan tersebut menjadikan pengelola terkadang mengalami
keraguan dalam mengelola BMT-nya.
Meskipun demikian, Rusdiana (29/9/2014), mengungkapkan
ketidaksetujuannya terhadap pernyataan bahwa tingkat religiusitas
karyawan bermasalah. Ia mengatakan bahwa tingkat religiusitas
karyawan BMT sudah baik dan dapat meningkatkan kinerja. Hal
tersebut ditunjukkan dengan tujuan mereka bekerja yang semata-mata
ibadah dan sikap kehati-hatian dalam bekerja. Akan tetapi, pernyataan
ini tidak dapat dijadikan sebagai alasan yang kuat bagi penulis dalam
penelitian ini karena merupakan persepsi individu.
Dari beberapa pendapat yang disampaikan di atas, dapat
disimpulkan bahwa religiusitas tidak berpengaruh secara signifikan
terhadap kinerja karyawan pada BMT di Kota Salatiga dan Kabupaten
Semarang. Hal itu dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu: 1) kegiatan
keagamaan yang dilaksanakan rutin setiap hari menjelang bekerja
dianggap sebagai kewajiban bukan panggilan dari hati sebagai
pemenuhan kebutuhan; 2) adanya pergeseran tujuan awal pendirian
BMT; 3) tujuan karyawan bekerja untuk mendapatkan materi (uang)
112
bukan ibadah; 4) adanya permasalahan intern yang terkait dengan
manajemen BMT.
4. Variabel Pengaruh Paling Dominan terhadap Kinerja Karyawan
Dari hasil analisis yang telah dilakukan diketahui bahwa motivasi
merupakan variabel paling dominan berpengaruh terhadap kinerja
karyawan pada BMT di Kota Salatiga dan Kabupaten Semarang. Hal ini
ditunjukan dengan nilai hasil uji ttest, di mana nilai signifikan dari
variabel motivasi sebesar 0,002 lebih kecil dari nilai signifikan variabel
kompensasi (0,028) dan religiusitas (0,757), sedangkan nilai t test
sebesar 3,258 lebih besar dari nilai t test variabel kompensasi (2,256)
dan religiusitas (0,311).
Teori motivasi Maslow merupakan teori yang tepat dalam
memotivasi karyawan BMT di Kota Salatiga dan Kabupaten Semarang
untuk meningkatkan kinerjanya. Hal ini dibuktikan bahwa motivasi
dengan indikator teori tingkat kebutuhan yang diungkapkan Maslow
sebagai variabel paling berpengaruh dalam meningkatkan kinerja
karyawan. Motivasi yang diberikan kepada karyawan harus lebih
ditingkatkan. Pemimpin harus memperhatikan setiap kebutuhan
karyawannya, karena jika kebutuhan karyawan sudah terpenuhi dengan
baik maka kinerja mereka akan lebih fokus.
113
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari analisis yang dilakukan oleh peneliti dalam penelitian ini,
maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:
1. Kompensasi berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja
karyawan pada BMT di Kota Salatiga dan Kabupaten Semarang.
Pemberian kompensasi yang tepat dalam bentuk gaji, tunjangan,
fasilitas, insentif dan tunjangan akan meningkatkan kinerja karyawan.
2. Motivasi berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja karyawan
pada BMT di Kota Salatiga dan Kabupaten Semarang. Motivasi sangat
berpengaruh terhadap tingkah laku seseorang dalam bekerja, sehingga
motivasi harus selalu ditingkatkan untuk merangsang semangat kerja
karyawan dalam mencapai tujuan perusahaan.
3. Religiusitas berkorelasi positif tetapi tidak signifikan terhadap kinerja
karyawan pada BMT di Kota Salatiga dan Kabupaten Semarang. Hal
ini dikarenakan beberapa faktor, antara lain:
a. Terjadi pergeseran tujuan awal pendirian BMT dari baitul maal
(rumah dana) menjadi baitul tamwil (rumah usaha), di mana baitul
maal berfungsi untuk mengumpulkan dan menyalurkan dana sosial
menjadi baitul tamwil yaitu lembaga bisnis yang bermotif laba.
b. Tujuan karyawan bekerja semata-mata hanya untuk mendapatkan
materi (uang), bukan bertujuan sebagai ibadah. Hal ini terjadi
114
karena pimpinan menjadikan kompensasi sebagai faktor utama
dalam meningkatkan kinerja.
c. Ibadah yang mereka lakukan berdasarkan pengetahuan syariat,
tanpa mengetahui maknanya. Hal ini berimbas kepada ibadah yang
mereka lakukan sebatas untuk memenuhi kewajiban, bukan
panggilan dari hati.
d. Adanya permasalahan intern yang terkait dengan manajemen BMT.
4. Variabel paling dominan dalam mempengaruhi kinerja karyawan pada
BMT di Kota Salatiga dan Kabupaten Semarang adalah motivasi. Teori
motivasi Maslow merupakan teori yang tepat dalam meningkatkan
kinerja karyawan, hal ini dibuktikan dengan motivasi sebagai variabel
paling berpengaruh.
B. Saran
Adapun saran yang dapat disampaikan dalam penelitian ini adalah:
1. Pada faktor kompensasi, pemimpin harus selalu memperhatikan
pemberian kompensasi agar sesuai dengan kinerja karyawannya.
Kompensasi yang tepat akan menjadikan karyawan dapat memenuhi
kebutuhannya, sehingga karyawan akan lebih fokus, produktif dan
optimal.
2. Pada faktor motivasi, pemimpin harus selalu memberikan motivasi
kepada karyawan baik secara langsung maupun dengan mendatangkan
motivator karena motivasi juga merupakan faktor paling dominan
dalam mempengaruhi kinerja karyawan.
115
3. Pada faktor religiusitas, pemimpin harus lebih memperhatikan
kebutuhan karyawan yang berkaitan dengan peningkatan religiusitas
mereka. Kegiatan keagaamaan yang dilakukan hendaknya tidak
sebatas pada kewajiban karyawan untuk mengikuti kegiatan
keagamaan menjelang bekerja. Pelatihan kecerdasan emosi dan
spiritual dengan mendatangkan ahlinya secara berkala dapat membantu
pemimpin dalam meningkatkan pemahaman agama/religiusitas
karyawannya. Mengubah kebiasaan pemimpin dengan memberikan
bonus dalam bentuk uang menjadi bonus dalam bentuk ibadah, seperti
ibadah umroh.
116
Daftar Pustaka
Al-Majdi, Muhib. 2014. “Pokok-Pokok Ketentuan Syariat dalam Bidang Politik
dan Pemerintahan”. Artikel. http://www.arrahmah.com/kajian-
islam/pokok-pokok-ketentuan-syariat dalam-bidang-politik-dan-
pemerintahan 13.html#sthash.W7DLXQa6.dpuf, diakses 3 November
2014.
Ancok, Djamaluddin dan Suroso, Fuad Nashori. 2005. Psikologi Islami.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik.
Jakarta: PT. Rineka Cipta.
Bakhri, Saiful. 2011. “Pengaruh Dukungan Sosial dan Religiusitas Terhadap
Motivasi Berprestasi Karyawan Kogas Strategic Alliance”. Skripsi.
Jakarta: UIN Syarif Hidayatullah.
http://repository.uinjkt.ac.id/dspace/handle/123456789/4135, diakses 18
Juli 2014.
Bawono, Anton. 2006. Multivariate Analisys dengan SPSS. Salatiga: STAIN
Salatiga pers.
Caroline, C. 1999. Hubungan antara Religiusitas Dengan Tingkat Penalaran
Moral Pada Pelajar Madrasah Mu‟Allimat Muhammadiyah Yogyakarta,
Yoyakarta: Fakultas Psikologi UGM.
Dister, N.S. 1988. Psikologi Agama. Yogyakarta : Kanisius.
Dito, Anoki Herdian. 2010. “Pengaruh Kompensasi terhadap Kinerja Karyawan
PT. Slamet Langgeng Purbalingga dengan Motivasi Kerja Sebagai
Variabel Intervening”. Skripsi. Semarang: Fakultas Ekonomi,
Universitas Diponegoro. http://eprints.undip.ac.id/23253/1/Lengkap.pdf,
diakses 14 Januari 2013
Handoko, Hani. 2002. Manajemen Personalia dan Sumberdaya Manusia.
Yogyakarta: BPFE.
117
Hariandja, Marihot Tua Efendi. 2002. Manajemen Sumber Daya Manusia.
Jakarta: Grasindo.
Husnan, Suad. 2004. Teori Pengembangan Organisasi. Jakarta: Bumi Aksara.
Khanza, Aufannuha Jazela. 2010. “Islam Bertutur Tentang Profesional”. Artikel.
http://pesantren.uii.ac.id/content/view/197/53/, diakses 3 Nov 2014.
Leeming, D. A., Kathryn Madden, Stanton Marlan, (ed.). 2010. Encyclopedia of
diakses psychology and religion. USA: Springer Science + Business
Media LCC.
Madjid, R. 1992. Islam Kemoderenan dan Ke-Indonesiaan. Bandung : Mizan
Pustaka.
Maslow. 2000. Teori Hirarki Kebutuhan manusia. Jakarta: Bumi Aksara.
Mursi, Dr. Abdul Hamid. 1997. SDM yang Produktif (Pendekatan Al-Qur’an dan
Sains). Jakarta: Gema Insani Pers.
Nashori, Fuad dan Mucharam, Rachmy. 2002. Mengembangkan Kreativitas
dalam perspektif psikologi Islam. Jogyakarta: Menara Kudus.
Nawawi, Hadari. 2011. Manajemen Sumber Daya Manusia Untuk Bisnis Yang
Kompetitif, Yogyakarta : Gadjah Mada University Press.
Pratiwi, Agustin. 2013. “Pengaruh Kompensasi Terhadap Kinerja Pada PT. Pos
Indonesia (Persero) kantor Cabang Bangkalan”. Jurnal. Madura: Univ.
Trunojoyo.http://pta.trunojoyo.ac.id/uploads/journals/080211100008/080
211100008.pdf, diakses 19 Juli 2014.
Ridwan, Muhammad. 2005. Manajemen Baitul Maal Wa Tamwil (BMT).
Yogyakarta: UII Press.
Rifa’i, Drs. H. Moh. 2004. Al- Qur‟an Terjemah dan Tafsirnya. Semarang: CV.
Wicaksana.
Robbins, Stephen P. 2007. Perilaku Organisasi. Prentice Hall: New Jersey.
Samsari, Agustinus. 2004. “Pengaruh Religiositas Terhadap Keterlibatan Kerja,
Komitmen Organisasi, Kepuasan Kerja dan Produktivitas”. Skripsi.
Semarang: Univ. Katolik Soegijapranata.
http://eprints.unika.ac.id/11628/1/00.60.0071.pdf, diakses 24 Agust 2014.
118
Sastrohadiwiryo, Bejo Siswanto. 2003. Manajemen Tenaga Kerja Indonesia
Pendekatan Administratif dan Operasional, Cetakan pertama. Jakarta:
Bumi Aksara.
Siagian, Sondang P. 2009. Manajemen Sumber daya Manusia. Jakarta: Bumi
Aksara.
Simamora. Henry. 2004. Manajemen Sumber Daya Manusia. Cetakan Pertama.
Yogyakarta: Bagian Penerbit STIE YKPN.
Sopiah. 2008. Perilaku Organisasional. Yogyakarta: Andi Offset.
Sudarmanto. 2009. Kinerja dan Pengembangan Kompetensi SDM. Yogyakarta:
Pustaka Pelajar.
Sugiyono. 2009. Statistika untuk Penelitian. Bandung: CV Alfabeta.
Sutrisno, Edy. 2009. Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta : Kencana
Prenada Media.
Suwati, Dwi. 2013. “Pengaruh Kompetensi dan Motivasi Kerja Terhadap Kinerja
Karyawan Pada PT. Tunas Hijau Samarinda”. Jurnal. Univ.
Mulawarman.http://ejournal.adbisnis.fisipunmul.ac.id/site/wpcontent/upl
oads/2013/03/yuli%20jurnal%20(03-19-13-02-50-31).pdf, diakses 19 Juli
2014.
Waryanti, Sesilia Dwi Rini. 2011. “Analisis Pengaruh Kecerdasan Emosional dan
Kecerdasan Spiritual Terhadap Kinerja Karyawan”. Skripsi. Semarang:
UNDIP. http://eprints.undip.ac.id/32446/1/Skripsi_06.pdf, diakses 13 Juli
2014.
Wibowo. 2010. Manajemen Kinerja. Jakarta: Rajawali Press.
Wursanto. 2004. Manajemen Sumber Daya Manusia. Edisi Indonesia. Jakarta: PT.
Prenhallindo.
Yensy, Nurul Astuty. 2010. “Pengaruh Kompensasi dan Motivasi Terhadap
Kinerja Guru di SMA Negeri 2 Argamakmur Bengkulu Utara”. Jurnal
Kependidikan Triadik. http://repository.unib.ac.id/262/1/3-Nurul-
TriadikApril2010.pdf, diakses 20 Juli 2014.
119
Daftar Wawancara
Fulan, Selaku Manajer BMT (tidak mau dipublikasikan) di Kabupaten Semarang
pada tanggal 29 September 2014 melalui telepon.
Rusdiana, selaku Manajer BMT (tidak mau dipublikasikan) di Kota Salatiga pada
tanggal 29 September 2014 di Kantor.
Sularman, selaku Manajer BMT Muhajirin di Kota Salatiga pada tanggal 29
September 2014 di Kantor BMT Muhajirin.
Widodo, selaku Manajer BMT Anda di Kota Salatiga pada tanggal 29 September
2014 di Kantor BMT Anda Salatiga.
120
Lampiran
121
1. Uji instrumen
a. Relibilitas
Kompensasi
Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha
Cronbach's
Alpha Based on
Standardized
Items N of Items
,881 ,889 5
Motivasi
Religiusitas
Kinerja
Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha
Cronbach's
Alpha Based on
Standardized
Items N of Items
,853 ,866 10
Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha
Cronbach's
Alpha Based on
Standardized
Items N of Items
,950 ,960 24
Reliability Statistics
122
b. Validitas
Kompensasi
Inter-Item Correlation Matrix
Indikator1 Indikator2 Indikator3 Indikator4 Indikator5
Indikator1 1,000 ,812 ,423 ,661 ,590
Indikator2 ,812 1,000 ,552 ,706 ,500
Indikator3 ,423 ,552 1,000 ,712 ,625
Indikator4 ,661 ,706 ,712 1,000 ,574
Indikator5 ,590 ,500 ,625 ,574 1,000
Motivasi
Religiusitas
Cronbach's
Alpha
Cronbach's
Alpha Based on
Standardized
Items N of Items
,887 ,892 10
Item-Total Statistics
Scale Mean if
Item Deleted
Scale Variance
if Item Deleted
Corrected Item-
Total
Correlation
Squared
Multiple
Correlation
Cronbach's
Alpha if Item
Deleted
Indikator6 36,4500 17,418 ,409 ,852 ,851
Indikator7 36,4500 16,576 ,501 ,575 ,844
Indikator8 36,6000 16,042 ,658 ,807 ,830
Indikator9 37,3000 13,379 ,612 ,861 ,848
Indikator10 36,8000 15,853 ,747 ,791 ,824
Indikator11 36,6000 16,674 ,633 ,770 ,835
Indikator12 36,9000 17,253 ,438 ,551 ,848
Indikator13 36,9500 16,787 ,499 ,678 ,844
Indikator14 36,8500 16,661 ,620 ,752 ,835
Indikator15 36,7500 16,513 ,668 ,884 ,832
123
Item-Total Statistics
Scale Mean if
Item Deleted
Scale Variance
if Item Deleted
Corrected Item-
Total
Correlation
Squared
Multiple
Correlation
Cronbach's
Alpha if Item
Deleted
Indikator16 103,8500 81,187 ,662 . ,948
Indikator17 103,9000 80,411 ,695 . ,948
Indikator18 103,9000 80,411 ,695 . ,948
Indikator19 103,8500 81,187 ,662 . ,948
Indikator20 103,9000 80,411 ,695 . ,948
Indikator21 103,9000 80,411 ,695 . ,948
Indikator22 104,2000 78,484 ,764 . ,947
Indikator23 104,6000 78,779 ,502 . ,950
Indikator24 104,1000 78,411 ,654 . ,948
Indikator25 104,0500 78,471 ,806 . ,946
Indikator26 104,7000 78,011 ,366 . ,957
Indikator27 103,9500 80,682 ,603 . ,948
Indikator28 103,9500 80,682 ,603 . ,948
Indikator29 104,1000 79,042 ,716 . ,947
Indikator30 104,3000 78,326 ,800 . ,946
Indikator31 104,4500 78,682 ,688 . ,947
Indikator32 104,5500 77,629 ,644 . ,948
Indikator33 104,2500 79,355 ,668 . ,948
Indikator34 104,1000 80,200 ,582 . ,949
Indikator35 104,0500 79,103 ,730 . ,947
Indikator36 104,4000 74,674 ,749 . ,947
Indikator37 104,3500 75,503 ,836 . ,945
Indikator38 104,5500 74,471 ,830 . ,945
Indikator39 104,1500 78,450 ,772 . ,947
Kinerja
Item-Total Statistics
Scale Mean if
Item Deleted
Scale Variance
if Item Deleted
Corrected Item-
Total
Correlation
Squared
Multiple
Correlation
Cronbach's
Alpha if Item
Deleted
Indikator40 36,5500 13,734 ,530 ,510 ,883
124
Indikator41 36,6000 13,095 ,640 ,792 ,875
Indikator42 36,6000 13,726 ,597 ,674 ,878
Indikator43 36,6000 13,200 ,615 ,715 ,877
Indikator44 36,6000 13,411 ,565 ,636 ,881
Indikator45 36,4000 13,832 ,734 ,692 ,871
Indikator46 36,4000 14,253 ,599 ,716 ,879
Indikator47 36,5000 13,421 ,665 ,742 ,873
Indikator48 36,1000 13,674 ,685 ,808 ,873
Indikator49 36,1500 12,766 ,680 ,796 ,872
2. Uji statistik
a. R2
b. F
ANOVAb
Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.
1 Regression 6,325 3 2,108 17,174 ,000a
Residual 6,629 54 ,123
Total 12,954 57
a. Predictors: (Constant), Religiusitas, Motivasi, Kompensasi
b. Dependent Variable: Kinerja
Model Summary
Model
R R Square
Adjusted R
Square
Std. Error of the
Estimate
d
i
m
e
n
s
i
o
n
0
1 ,699a ,488 ,460 ,35037
a. Predictors: (Constant), Religiusitas, Motivasi, Kompensasi
125
3. Asumsi klasik
Multikolinieritas
Coefficientsa
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized
Coefficients
t Sig.
Collinearity Statistics
B Std. Error Beta Tolerance VIF
1 (Constant) ,885 ,742 1,193 ,238
Kompensasi ,242 ,107 ,308 2,256 ,028 ,509 1,965
Motivasi ,462 ,142 ,443 3,258 ,002 ,513 1,948
Religiusitas ,044 ,143 ,031 ,311 ,757 ,974 1,027
a. Dependent Variable: Kinerja
Heteroskondetisitas
Normalitas
126
127
Linearitas
Model Summary
Model
R R Square
Adjusted R
Square
Std. Error of the
Estimate d
i
m
e
n
s
i
o
n
0
1 ,000a ,000 -,056 2,84531419
b. Predictors: (Constant), Religiusitas2, Motivasi2, Kompensasi2