pengaruh kecerdasan emosional peserta didik …
TRANSCRIPT
Jurnal Al-Miskawaih, Volume 1 Nomor 1 Edisi Mei 2020 ISSN (printed) : 2776-2211
Ni’am Ulil Ahlam, Puji Dwi Darmoko & Ahmad Hamid, Pengaruh
Kecerdasan Emosional Peserta Didik Terhadap Hasil Belajar PAI di
SMP Darul Ulum Pemalang.
88
PENGARUH KECERDASAN EMOSIONAL PESERTA DIDIK TERHADAP
HASIL BELAJAR PAI DI SMP DARUL ULUM PEMALANG
Ni’am Ulil Ahlam, Puji Dwi Darmoko, Ahmad Hamid1
Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat kecerdasan emosional pesera didik
Kelas VIII SMP Darul Ulum Pemalang, mengetahui hasil belajar PAI kelas VIII SMP
Darul Ulum Pemalang serta mengetahui pengaruh kecerdasan emosional terhadap
hasil belajar PAI peserta didik kelas VIII di SMP Darul Ulum Pemalang. Penelitian ini
merupakan penelitian kuantitatif. Variabel dalam penelitian ini meliputi kecerdasan
emosional (variable bebas) dan hasil belajar (variabel terikat). Populasi dalam
penelitian ini adalah seluruh peserta didik kela VIII di SMP Darul Ulum Pemalang
sedangkan sampel dalam penelitian ini sebanyak 29 peserta dididk yang diambil secara
acak Instrumen dalam penelitian ini menggunakan kuesioner atau angket untuk
mengetahui kecerdasan emosional dan instrumen untuk mengetahui hasil belajar
adalah dengan dokumentasi. Terknik analisis data yang digunakan adalah analisis
statistika deskriptif dan analisis statistika inferensial dengan menggunakan analisa
regresi sederhana.Dari hasil penelitian, diperoleh nilai R Square (koefisien
determinasi) sebesar 0,095. Ini berarti bahwa sumbangan efektif yang diberikan oleh
kecerdasan emosional terhadap hasil belajar sangat kecil, yaitu sebesar 9,5%,
sedangkan sisanya yaitu 94,5% dipengaruhi oleh faktor-faktor lain. Persamaan regresi
pada pengaruh kecerdasan emosional terhadap hasil belajar adalah Y= 89,424 + (-
0,239x). Dari hasil uji hipotesis dengan uji parsial diperoleh nilai signifikansi sebesar
0,104 dimana nilai signifikansi lebih besar dari 0,05 (0,104 > 0,05).dan nilai Thitung
sebesar (-1,648), sedangkan nilai Ttabel untuk n (jumlah responden) = 29 sebesar
(2,051). Maka diperoleh Thitung (-1,648) < Ttabel (2,051) yang artinya bahwa Ho diterima
dan H1 ditolak. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa kecerdasan emosional
tidak berpengaruh signifikan terhadap hasil belajar PAI kelas VIII di SMP Darul Ulum
Pemalang.
Kata Kunci : Kecerdasan Emosional, Hasil Belajar PAI
A. Pendahuluan
Pendidikan memegang peranan penting dalam kehidupan manusia untuk mewujudkan
perubahan kearah kemajuan dan kesejahteraan hidup suatu bangsa sehingga pendidikan tidak
dapat dipisahkan dari hidup dan kehidupan manusia. Tanggung jawab kependidikan juga
merupakan tugas wajib yang harus dilaksanakan, karena tugas ini salah satu dari beberapa
instrument dalam rangka mengembangkan manusia sebagai khalifah di muka bumi.
Untuk itu berdasarkan Undang-undang Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003 tentang
1 Sekolah Tinggi Ilmu Tarbiyah (STIT) Pemalang
Jurnal Al-Miskawaih, Volume 1 Nomor 1 Edisi Mei 2020 ISSN (printed) : 2776-2211
Ni’am Ulil Ahlam, Puji Dwi Darmoko & Ahmad Hamid, Pengaruh
Kecerdasan Emosional Peserta Didik Terhadap Hasil Belajar PAI di
SMP Darul Ulum Pemalang.
89
Sistem Pendidikan Nasional Pasal 3, yang dinyatakan bahwa:
“Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak
serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan, dan
bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang
beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu,
cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung
jawab”.2
Salah satu upaya pemerintah untuk melaksanakan Undang-undang tersebut, maka
ditetapkan juga peraturan pemerintah No.19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional
Pendidikan. Standar Nasional Pendidikan bukan hanya mengatur tentang standar isi, tetapi
juga standar proses, kompetensi lulusan, tenaga kependidikan, sarana dan prasarana,
pengelolaan, pembiayaan dan penilaian pendidikan.3 Berdasarkan Undang-undang tersebut,
pemerintah memberikan hak kepada warganya untuk mendapatkan pendidikan dan pengajaran
dalam mengembangkan kemampuan dan membentuk watak di setiap tingkatan pendidikan,
baik dasar, menengah, atas maupun tingkat perguruan tinggi sesuai dengan UU No. 20 tentang
sistem pendidikan nasional pasal 3 agar tercapai tujuan pendidikan nasional sesuai dengan
amanat Undang-undang.
Untuk mewujudkan pengembangan kemampuan dan pembentukan watak manusia yang
seutuhnya, terutama pada peserta didik di sekolah, dibutuhkan pembinaan, pengelolaan dan
pengembangan kecerdasan yang tidak hanya terfokus pada Intelligence Quotient (IQ) saja,
tetapi harus diimbangi dengan pembinaan, pengelolaan dan pengembangan-pengembangan
kecerdasan yang lainnya, seperti kecerdasan emosional (EQ).
Pada umumnya kecerdasan inteligensi (IQ) selalu diyakini menjadi faktor utama yang
menentukan keberhasilan anak di masa depan. Semua itu sah-sah saja, namun perlu diketahui
bahwa orang bisa mendapatkan hasil ujian IQ yang tinggi tetapi mereka tidak berhasil dalam
kehidupan pribadi sedangkan orang yang IQ-nya rata-rata atau normal justru lebih berhasil
dan dapat hidup sukses. Ini disebabkan karena mereka yang ber IQ tinggi kurang memiliki
kecerdasan emosi (EQ).
Dalam sebuah survey di Negara Amerika Serikat pada tahun 1918 tentang IQ ditemukan
paradox membahayakan, ketika skor IQ anak-anak semakin tinggi, justru kecerdasan emosi
mereka menurun. Terlebih lagi data pada tahun 1970 dan 1980 terhadap para orang tua dan
guru menunjukan bahwa anak-anak pada generasi itu lebih sering mengalami masalah emosi
2 Depdiknas, Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional, (Jakarta: 2003). 3 Yessy Nur Endah sary, Buku Mata Ajar Evaluasi Pendidikan, (Yogyakarta: Deepublish, 2018), hlm. 6.
Jurnal Al-Miskawaih, Volume 1 Nomor 1 Edisi Mei 2020 ISSN (printed) : 2776-2211
Ni’am Ulil Ahlam, Puji Dwi Darmoko & Ahmad Hamid, Pengaruh
Kecerdasan Emosional Peserta Didik Terhadap Hasil Belajar PAI di
SMP Darul Ulum Pemalang.
90
daripada generasi terdahulunya.4 Survey tersebut kemudian berlanjut dengan penelitian
terhadap ratusan ribu pekerja, dari level bawah hingga eksekutif puncak. Penelitian ini
mencakup perusahaan-perusahaan besar sekelas AT & T di Amerika Serikat, hingga
perusahaan kecil, bahkan wirausahawan. Dalam pengkajiannya ditemukan suatu inti
kemampuan pribadi dan sosial yang sama, yang terbukti menjadi kunci utama keberhasilan
yaitu kecerdasan emosi.5
Dari hasil survey tersebut di atas, ditemukan bahwa kecerdasan emosi terbukti menjadi
kunci utama keberhasilan. Jika pendidikan fokus mengembangkan kemampuan kecerdasan
inteligensi dan kecerdasan emosional peserta didik. Dimana terjadi keseimbangan antara
Intelligence Quotient (IQ) dan Emotional Quotient (EQ) maka akan menjadi kunci
keberhasilan di sekolah. Dari hasil pengamatan ditemukan banyak anak yang cerdas pada
kognitifnya, namun lemah dalam pengembangan kecerdasan emosionalnya seperti kesadaran
diri yang kurang dalam memahami emosinya, motivasi diri yang rendah, kurang ikut
merasakan apa yang dirasakan orang lain, kurang menyesuaikan diri dengan orang lain,
sehingga ada peserta didik yang terhambat dalam kegiatan belajar di sekolahnya dan kurang
menghargai orang lain.
Dalam aktifitas belajar pun tidak selamanya dapat berjalan secara wajar, terkadang
lancar dan terkadang tidak, terkadang dapat menangkap dengan cepat apa yang dipelajarinya,
terkadang amat sulit, terutama pada pelajaran agama Islam seperti yang pernah peneliti
obsevasi di SMP Darul Ulum. Hal ini dapat berpengaruh pada hasil belajar, sehingga masih
ada peserta didik yang memiliki nilai dibawah KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal). Oleh
karena itu, penguasaan intelegensi dalam lingkungan pendidikan formal perlu diiringi dengan
penguasaan emosional yang baik, dikarenakan kemauan belajar setiap peserta didik
dipengaruhi oleh emosi. Dengan kecerdasan emosional, seseorang mampu mengetahui dan
menanggapi perasaan mereka sehingga kemungkinan besar mereka akan berhasil dalam
kehidupan karena mereka memiliki motivasi untuk meraih prestasi. Kecerdasan emosional
peserta didik yang rendah akan membuatnya sulit untuk memusatkan perhatian (konsentrasi)
pada saat proses belajar mengajar sehingga menyebabkan rendahnya prestasi belajar peserta
didik.
4 Ary Ginanjar, Emotional Spiritual Quetient, (Jakarta: Agra Publishing, 2018), hlm. 6.
5 Ibid, hlm. 6-7.
Jurnal Al-Miskawaih, Volume 1 Nomor 1 Edisi Mei 2020 ISSN (printed) : 2776-2211
Ni’am Ulil Ahlam, Puji Dwi Darmoko & Ahmad Hamid, Pengaruh
Kecerdasan Emosional Peserta Didik Terhadap Hasil Belajar PAI di
SMP Darul Ulum Pemalang.
91
B. Kajian Teori
1. Kecerdasan Emosional
a. Pengertian Kecerdasan
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) kecerdasan berarti kesempurnaan
akal budi (seperti kepandaian, ketajaman pikiran).6 Kecerdasan atau inteligensi ialah
kemampuan yang dibawa sejak lahir, yang memugkinkan seseorang berbuat sesuatu
dengan cara yang tertentu.7 Inteligensi bukan merupakan sesuatu yang bersifat
kebendaan, melainkan suatu fiksi ilmiah untuk mendeskripsikan perilakau individu yang
berkaitan dengan kemampuan intelektual. 8
Masyarakat umum mengenal inteligensi sebagai istilah yang menggambarkan
kecerdasan, kepintaran ataupun krmampuan untuk memecahkan problem yang dihadapi.
Sementara menurut pandangan kaum awam inteligensi diartikan sebagai ukuran
kepandaian.9 Menurut C.P Chaplin mengartikan inteligensi itu sebagai kemampuan
menghadapi dan menyesuaikan diri terhadap situasi baru secara cepat dan efektif.10
Dalam definisi lain Feldam mendefinisikan kecerdasan sebagai kemampuan memahami
dunia, berpikir secara rasional, dan menggunakan sumber-sumber secara efektif pada saat
dihadapkan pada tantangan.11
Dalam pengertian ini, kecerdasan terkait dengan
kemampuan memahami lingkungan atau alam sekitar, kemampuan penalaran atau
berpikir logis, dan sikap bertahan hidup dengan menggunakan sarana dan sumber-sumber
yang ada.
Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa kecerdasan adalah sesuatu yang
dibawa dari lahir yang menggambarkan kepribadian , kemampuan berpikir seseorang atau
kemampuan untuk memecahkan masalah dan kemampuan untuk menyesuaikan diri
dengan keadaan baru yang dihadapi.
b. Pengertian Emosi
Kata emosi secara sederhana bisa didefinisikan sebagai menerapkan "gerakan" baik
secara metafora maupun harfiah, untuk mengelurkan perasaan. Emosi sejak lama
dianggap memiliki kedalaman dan kekuatan sehingga dalam bahasa latin, emosi
6 KBBI Daring, https://kbbi.kemdikbud.go.id/entri/kecerdasan di unduh pada tanggal 15 Agustus 2019.
7 Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2002), hlm. 52.
8 Syamsu Yusuf LN, Psikologi Perkembangan Anak & Remaja, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya,
2004), hlm. 106. 9 Hamzah B. Uno, Orientasi Baru dalam Psikologi Pembelajaran, (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2008), hlm.
58. 10
Syamsu Yusuf LN, loc.cit. 11
Hamzah B. Uno, op.cit,. hlm. 59.
Jurnal Al-Miskawaih, Volume 1 Nomor 1 Edisi Mei 2020 ISSN (printed) : 2776-2211
Ni’am Ulil Ahlam, Puji Dwi Darmoko & Ahmad Hamid, Pengaruh
Kecerdasan Emosional Peserta Didik Terhadap Hasil Belajar PAI di
SMP Darul Ulum Pemalang.
92
dijelaskan sebagai motus anima yang arti harfiahnya "jiwa yang menggerakkan kita".12
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) emosi dapat diartikan sebagai: 1) luapan
perasaan yang berkembang dan surut di waktu singkat; 2) keadaan dan reaksi psikologis
dan fisiologis, seperti kegembiraan, kesedihan, keharuan, kecintaan, keberanian yang
bersifat subyektif.13
Menurut English and English, emosi adalah suatu keadaan perasaan
yang kompleks yang disertai karakteristik kegiatan kelenjar dan motoris. Sedangkan
Sarlito Wirawan Sarwono berpendapat bahwa emosi merupakan setiap keadaan pada diri
seseorang yang disertai warna afektif baik pafa tingkat lemah (dangkal) maupun pada
tingkat yang luas (mendalam). Maksud dari warna afektif di sini adalah perasaan-
perasaan tertentu yang dialami pada saat menghadapi (menghayati) suatu situasi
tertentu.14
Contohnya, bahagia, gembira, putus asa, terkejut, benci, marah dan
sebagainya.
Emosi merujuk pada suatu perasaan dan pikiran-pikiran khasnya, suatu keadaan
biologis maupun psikologis dan serangkaian kecenderungan untuk bertindak.15
Emosi
pada dasarnya yaitu dorongan untuk bertindak, emosi bereaksi terhadap rangsangan dari
luar dan dalam diri manusia. Contohnya emosi gembira mendorong perubahan suasana
hati seseorang, sehingga terlihat tertawa, emosi sedih mendorong seseorang berperilaku
menagis.
Sejumlah teoretikus mengelompokkan emosi dalam golongan-golongan besar,
meskipun tidak semua sepakat tentang golongan itu. Calon-calon utama dan anggota
golongan tersebut adalah:16
1) Amarah : beringas, mengamuk, benci, marah besar, jengkel, kesal hati, terganggu, rasa
pahit, berang, tersinggung, bermusuhan dan barangkali yang paling hebat, tindakan
kekerasan dan kebencian patologis.
2) Kesedihan : pedih, sedih, muram, suram, melankolis, mengasihani diri, kesepian,
ditolak, putus asa dan kalau menjadi patologis, depresi berat.
3) Rasa takut : cemas, takut, gugup, khawatir, waswas, perasaan takut sekali, waspada,
sedih, tidak tenang, ngeri, takut sekali, kecut; sebagai patologi, fobia dan panik.
12
Ibid, hlm. 62. 13
Darmadi, Pengembangan Model Metode Pembelaran dalam Dinamika Belajar Siswa, (Yogyakarta:
Deepublish, 2017), hlm. 145. 14
Syamsu Yusuf LN, op.cit, hlm. 114-115. 15
Daniel Goleman, Emotional Intelligence, (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2007), hlm. 411. 16
Ibid.
Jurnal Al-Miskawaih, Volume 1 Nomor 1 Edisi Mei 2020 ISSN (printed) : 2776-2211
Ni’am Ulil Ahlam, Puji Dwi Darmoko & Ahmad Hamid, Pengaruh
Kecerdasan Emosional Peserta Didik Terhadap Hasil Belajar PAI di
SMP Darul Ulum Pemalang.
93
4) Kenikmatan : bahagia, gembira, ringan, puas, riang, senang, terhibur, bangga,
kenikamatan indrawi, takjub, rasa terpesona, rasa puas, rasa terpenuhi, kegirangan luar
biasa, senang sekali, dan batas ujungnya, maniak.
5) Cinta : penerimaan, persahabatan, kepercayaan, kebaikan hati, rasa dekat, bakti,
hormat, kasmaran, kasih.
6) Terkejut : terkejut, terkesiap, takjub, terpana.
7) Jengkel : hina, jijik, mual, muak, benci, tidak suka, mau muntah.
8) Malu : rasa salah, malu hati, kesal hati, sesal, hina, aib, dan hati hancur lebur.
Dari beberapa penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa emosi merupakan
perasaan, efek yang terjadi pada pribadi individu ketika berada dalam suatu kondisi atau
keadaan akibat rangsangan, baik dari luar atau dari dalam diri individu yang ditandai
dengsn perilaku yang merefleksikan (mengekspresikan) kondisi senang atau tidak nya
individu tersebut terhadap yang dialaminya.
c. Kecerdasan Emosional
Istilah kecerdasan emosi pertama kali dilontarkan pada tahun 1990 oleh dua orang
ahli, yaitu Peter Salovey dan Jhon Mayer untuk menerangkan jenis-jenis kualitas emosi
yang dianggap penting untuk mencapai keberhasilan.17
Inti kemampuan pribadi dan sosial
yang merupakan kunci utama keberhasilan seseorang sesungguhnya adalah kecerdasan
emosional. Kecerdasan emosional (EQ) adalah kemampuan kemampuan untuk merasa.
Kunci kecerdasan emosi adalah pada kejujuran anda pada suara hati. Tiga pertanyaan
yang selanjutnya perlu ditanyakan adalah, apakah anda jujur pada diri sendiri? Seberapa
cermat anda merasakan perasaan terdalam pada diri anda? Seringkah anda tidak
memperdulikannya? Suara hati itulah yang seharusnya dijadikan pusat prinsip yang
mampu memberi rasa aman, pedoman, kekuatan, dan kebijaksanaan.18
Menurut Goleman, Kecerdasan emosional adalah kemampuan seperti kemampuan
untuk memotivasi diri sendiri dan bertahan menghadapi frustasi, mengendalikan
dorongan hati dan tidak melebih-lebihkan kesenggangan, mengatur suasana hati dan
menjaga agar beban stress tidak melumpuhkan kemampuan berfikir, berempati dan
berdo’a.19
Salovy memberikan definisi dasar tentang kecerdasan emosional dalam lima
wilayah utama yaitu, kemampuan mengenali emosi diri, kemapuan mengenola emosi diri,
17
Hamzah B. Uno, Orientasi Baru dalam Psikologi Pembelajaran, (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2012),
hlm. 68. 18
Ary Gynanjar, ESQ Emotional Spiritual Question, (Jakarta: Agra Publishing, 2018), hlm. 9. 19
Daniel Goleman, Emotional Intelligence, (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 1999), hlm 45.
Jurnal Al-Miskawaih, Volume 1 Nomor 1 Edisi Mei 2020 ISSN (printed) : 2776-2211
Ni’am Ulil Ahlam, Puji Dwi Darmoko & Ahmad Hamid, Pengaruh
Kecerdasan Emosional Peserta Didik Terhadap Hasil Belajar PAI di
SMP Darul Ulum Pemalang.
94
kemampuan memotivasi diri sendiri, kemampuan mengenali emosi orang lain dan
kemampuan membina hubungan dengan orang lain.20
Dari beberapa penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa kecerdasan emosional
merupakan kemampuan dan ketrampilan indvidu dalam mengenal dirinya sendiri serta
membina hubungan dengan lingkungan sosial yang mencerminkan kepedulian individu
terhadap etik sosial dimana seseorang dapat mengenali perasaan diri maupun orang lain,
mampu memotivasi diri,mengelola emosi dengan baik dan mampu membina hubungan
dengan orang lain yang mencerminkan kepedulian seseorang terhadap etika dan moral,
kejujuran, perasan, amanah, kesopanan dan toleransi.
d. Aspek-aspek kecerdasan emosional
Goleman menjelaskan pendapat Salovy yang menempatkan kecerdasan pribadi
Gardner sebagai dasar dalam mendefinisikan kecerdasan emosional yang dicetuskannya.
Dalam hal ini, Salovy memperluas kemampuan kecerdasan emosional dalam lima
wilayah utama, yaitu sebagai berikut:21
1) Mengenali emosi diri, yaitu Kesadaran diri mengenali perasaan sewaktu perasaan itu
terjadi. Ini merupakan dasar kecerdasan emosional. Kesadaran diri adalah kesadaran
terus-menerus terhadap keadaan batin seseorang. Kemampuan untuk memantau
perasaan diri dari waktu ke waktu merupakan hal penting bagi wawasan psikologi dan
pemahaman diri. Ketidakmampuan untuk mencermati perasaan kita yang
sesungguhnya membuat kita berada dalam kekuasaan perasaan.
2) Mengelola emosi, yaitu menangani perasaan agar perasaan dapat terungkap dengan
pas. Kecakapan ini bergantung pada kesadaran diri. Orang-orang yang buruk
kemampuannya dalam ketrampilan ini aksn terus-menerus bertarung melawan
perasaan murung, sementar mereka yang pintar dapat kembali bangkit dengan jauh
lebih cepat dari kemerosotan dan kejatuhan dalam hidup.
3) Memotivasi diri sendiri. Termasuk dalam hal ini adalah menata emosi sebagai alat
untuk mencapai tujuan. Hal ini sangat penting dalam kaitan untuk memberi perhatian,
untuk memotivasi diri sendiri, dan untuk berkreasi. Orang-orang yang memiliki
ketrampilan ini cenderung lebih produktif dan efektif dalam hal apa pun yang mereka
kerjakan.
4) Mengenali emosi orang lain, yaitu empati, kemampuan yang juga brrgantung pada
kesadaran diri emosional, yang merupakan "ketrampilan bergaul" dasar. Orang yang
20
Ibid, hlm. 57. 21
Ibid, hlm. 58-59.
Jurnal Al-Miskawaih, Volume 1 Nomor 1 Edisi Mei 2020 ISSN (printed) : 2776-2211
Ni’am Ulil Ahlam, Puji Dwi Darmoko & Ahmad Hamid, Pengaruh
Kecerdasan Emosional Peserta Didik Terhadap Hasil Belajar PAI di
SMP Darul Ulum Pemalang.
95
empati lebih mampu menangkap sinyal-sinyal sosial yang tersembunyi yang
mengisyaratkan apa-apa yang dibutuhkan atau dikehendaki orang lain. Orang-orang
seperti ini cocok untuk pekerjaan-pekerjaan keperawatan, mengajar, penjualan dan
manajemen.
5) Membangun hubungan sosial. Seni membina hubungan, sebagian besar, merupakan
ketrampilan mengelola emosi orang lain. Dalam hal inu ketrampilan dan
ketidakterampilan sosial, dan ketrampilan-ketrampilan tertentu yang berkaitan. Orang-
orang yang hebat dalam ketrampilan ini akan sukses dalam bidang apapun yang
mengandalkan pergaulan yang mulud dengan orang lain; mereka adalah bintang-
bintang pergaulan.
Dalam penelitian ini kecerdasan emosional mengarah pada kemampuan peserta
didik untuk mengenali emosi diri, mengelola emosi diri, memotivasi diri sendiri,
mengenali emosi orang lain (berempati) dan membina hubungan (bekerjasama) dengan
orang lain.
2. Hasil Belajar
a. Definisi belajar
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) Belajar memiliki arti perubahan
tingkah laku atau tanggapan yang disebabkan oleh pengalaman.22
Morgan menyebutkan
dalam bukunya Introduction to Psichology (1997) belajar adalah suatu perubahan yang
relative menetap dalam tingkah laku yang terjadi sebagai hasil dari latihan atau
pengalaman.23
Menurut pengertian secara psikologis, belajar merupakan suatu proses perubahan
yaitu perubahan tingkah laku sebagai hasil dari interaksi dalam memenuhi kebutuhan
hidupnya.24
Namun secara umum belajar dapat dipahami sebagai tahapan perubahan
seluruh tingkah laku individu yang relative menetap sebagai hasil pengalaman dan
interaksi dengan lingkungan yang melibatkan proses kognitif.25
Dapat disimpulkan
bahwa belajar merupakan suatu proses kegiatan peserta didik dalam membangun
pemahaman dyang terjadi melalui latihan atau pengalaman dalam berinteraksi dengan
lingkungannya untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.
22
KBBI Daring, https://kbbi.kemdikbud.go.id/entri/belajar di unduh pada tanggal 15 Agustus 2019. 23
Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: PT Remaja Rosdakarya, 2002), hlm. 84. 24
Slameto, Belajar dan Faktor-faktor yang mempengaruhi, (Jakarta: Rineka Cipta, 2013), hlm. 2. 25
Muhibbin Syah, Psikologi Belajar, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2009), hlm. 68.
Jurnal Al-Miskawaih, Volume 1 Nomor 1 Edisi Mei 2020 ISSN (printed) : 2776-2211
Ni’am Ulil Ahlam, Puji Dwi Darmoko & Ahmad Hamid, Pengaruh
Kecerdasan Emosional Peserta Didik Terhadap Hasil Belajar PAI di
SMP Darul Ulum Pemalang.
96
b. Hasil Belajar
Hasil belajar adalah suatu hasil nyata yang dicapai siswa dalam proses kegaiatan
belajar mengajar dengan membawa suatu perubahan dan pembentukan tingkah laku
seseorang.26
Ciri hasil belajar adalah perubahan, seseorang dikatakan sduah belajar
apabila perilakunya menunjukan perubahan, dari awalnya tidak tahu menjadi tahu, dari
awalnya tidak bias menjadi bias, dari tidak mampu menjadi mampu dan dari tidak
terampil menjadi terampil.27
Tingkah laku yang tampak pada hakikatnya merupakan hasil
belajar, yaitu reflekasi dari kerja “struktur kognitif”. Jadi tingkah laku tampak yang dapat
diukur adalah wujud dari proses internal dalam penyesuaian diri dengan lingkungan
melalui proses belajar.28
Proses belajar di sini ialah kegiatan yang dilakukan oleh siswa dalam mencapai
tujuan pengajaran, sedangkan hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki
siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya.29
Jadi secara sederhana belajar adalah
proses untuk berubah dan hasil belajar adalah bentuk perubahannya. Hasil belajar
merupakan suatu hasil nyata yang dicapai oleh siswa dalam usaha menguasai kecakapan
jasmani dan rohani di sekolah yang diwujudkan di sekolah yang diwujudkan dalam
bentuk raport pada tiap semester.30
Hasil yang dicapai di sini menyangkut aspek kognitif,
afektif dan psikomotorik.
Darmadi dalam bukunya Pengembangan Model Metode Pembelaran dalam
Dinamika Belajar Siswa menyatakan bahwa yang menjadi indikator utama hasil belajar
peserta didik adalah sebagai berikut:
1) Ketercapaian daya serap terhadap bahan pembelajaran yang diajarkan, baik secara
individual maupun kelompok. Pengukuran ketercapaian daya serap ini biasanya
dilakukan dengan penetapan Kriteria Ketuntasan Belajar Minimal (KKM)
2) Perilaku yang digariskan dalam tujuan pembelajaran telah dicapai oleh siswa, baik
secara individual maupun kelompok.31
26
Darmadi, Pengembangan Model Metode Pembelaran dalam Dinamika Belajar Siswa, (Yogyakarta:
Deepublish, 2017), hlm. 252. 27
Karwono, Heni Mularsih, Belajar dan Pembelajaran serta Pemanfaatan Sumber Belajar, (Depok: PT
RajaGrafindo Persada, 2017), hlm. 13. 28
Ibid, hlm. 19. 29
Nana Sudjana, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2017),
hlm. 22. 30
Darmadi, op.cit, hlm, 251. 31
Ibid, hlm 253.
Jurnal Al-Miskawaih, Volume 1 Nomor 1 Edisi Mei 2020 ISSN (printed) : 2776-2211
Ni’am Ulil Ahlam, Puji Dwi Darmoko & Ahmad Hamid, Pengaruh
Kecerdasan Emosional Peserta Didik Terhadap Hasil Belajar PAI di
SMP Darul Ulum Pemalang.
97
c. Klasifikasi Hasil Belajar
Menurut Bloom, hasil belajar (output) mencakup kemampuan kgnitif, afektif dan
psikomotorik32
. Ketiga domain tersebut terbagi lagi menjadi beberapa aspek di antaranya
yaitu:
1) Domain kognitif, berkenaan dengan kemampuan dan kecakapan inteletual. Domain ini
terdiri dari enam aspek yaitu :
a) Pengetahuan, yaitu jenjang kemampuan yang menuntut peserta didik untuk dapat
mengenali adanya konsep, prinsip, fakta atau istilah tanpa ha rus mengerti atau
dapat menggunakannya.
b) Pemahaman, yaitu jenjang kemampuan yang menuntut peserta didik memahami
tetnag materi pelajaran yang disampaikan oleh guru dan dapat memanfaatkannya
tanpa harus menghubungkannya dengan hal-hal lain.
c) Penerapan, yaitu jenjang kemampuan yang menuntut peserta didik untuk
menggunakan ide-ide umum, tata cara ataupun metode, prinsip dan teori-toeri
dalam situasi baru dan konkret.
d) Analisis, yaitu jenjang kemampuan yang menuntut peserta didik untuk
menguraikan suatu situasi atau keadaan tertentu ke dalam komponen
pembentukannya.
e) Sintesis, yaitu jenjang kemampuan yang menuntut peserta didik untuk
menghilangkan sesuatu yang baru dengan cara menggabungkan berbagai faktor.
Hasil yang diperoleh berupa tulisan, rencana atau mekanisme.
f) Evaluasi, yaitu jenjang kemampuan yang menuntut peserta didik untuk dapat
mengevaluasi suatu situasi, keadaan, pernyataan atau konsep berdasarkan kriteria
tertentu.
2) Domain afektif, berkenaan dengan sikap, kemampaun dan penguasaan segi-segi
emosional. Domain ini terdiri dari lima aspek, yaitu:
a) Penerimaan, yaitu semacam kepekaan dalam menerima rangsangan dari luar yang
datang kepada peserta didik dalam bentuk masalah, situasi, gejala. Dalam hal ini
termasuk kesadaran, keinginan untuk menerima stimulus, control dan seleksi gejala
atau rangsangan dari luar.
b) Jawaban atau reaksi, yaitu reaksi yang diberikan oleh seseroang terhadap stimulasi
yang datang dari luar. Hal ini mencakup ketepatan reaksi, perasaan, kepuasan
dalam menjawab stimulus dari luar yang datang kepada dirinya.
32
Nana Sudjana, loc.cit
Jurnal Al-Miskawaih, Volume 1 Nomor 1 Edisi Mei 2020 ISSN (printed) : 2776-2211
Ni’am Ulil Ahlam, Puji Dwi Darmoko & Ahmad Hamid, Pengaruh
Kecerdasan Emosional Peserta Didik Terhadap Hasil Belajar PAI di
SMP Darul Ulum Pemalang.
98
c) Penilaian, yaitu berkenaan dengan nilai terhadap gejala atau stimulus tadi. Dalam
evaluasi ini termasuk di dalamnya kesediaan menerima nilai, latar belakang atau
pengalaman untuk menerima nilai dan kesepakatan terhadap nilai tersebut.
d) Organisasi, yaitu pengembangan dari nilai terhadap satu sistem oragnisasi,
termasuk hubungan satu nilai dengan nilai lain, pemantapan dan prioritas nilai yang
telah dimilikinya. Yang termasuk kedalam organisasi ialah konsep tentang nilai,
organisasi sistem nilai dan lain-lain.
e) Internalisasi atau karakteristik nilai, yaitu ketrpaduan semua sistem nilai yang telah
dimiliki seseorang, yang mempengaruhi pola kepribadian dan tingkah lakunya.
Kedalam nya termasuk keseluruhan nilai dan karakteristik.
3) Domain psikomotorik, berkenaan dengan hasil belajar ketrampilan dan kemamouan
bertindak individu. Domain ini terdiri dari enam aspek, yaitu:
a) Gerakan refleks (ketrampilan pada gerakan yang tidak sadar)
b) Ketrampilan pada gerakan-gerakan dasar
c) Kemampuan persepsual, termasuk di dalamnya membedakan visual, membedakan
auditif, motoris dan lain-lain.
d) Kemampuan dibidang fisik, misalnya kekuatan, keharmonisan dan ketepatan.
e) Gerakan-gerakan skill, mulai dari ketrampilan sederhana sampai pada ketrampilan
yang kompleks.
f) Kemampuan yang berkenaan dengan komunikasi non-decursive seperti gerakan
ekspresif dan interpretative.
d. Faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar
Hasil belajar yang diraih peserta didik pasti akan berbeda-beda, banyak sekali
faktor yang perlu diketahui. Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar:
1) Faktor internal, yaitu faktor yang ada dalam diri individu yang sedang belajar. Faktor
internal ini terbagi menjadi beberapa aspek, di antaranya sebagai berikut:
a) Aspek fisiologis atau kondisi jasmaniah. Aspek ini dapat dibedakan menjadi 2
macam, yaitu:
(1) Kesehatan badan. Agar seseorang dapat dapat belajar dengan baik haruslah
mengusahakan kesehatan badannya tetap terjamin dengan cara selalu
mengindahkan ketentuan-ketentuan tentang bekerja, belajar, istirahat, tidur,
makan, olahraga, rekreasi dan ibadah.33
33
Slameto, Belajar dan Faktor-faktor yang mempengaruhi, (Jakarta: Rineka Cipta, 2013), hlm. 55.
Jurnal Al-Miskawaih, Volume 1 Nomor 1 Edisi Mei 2020 ISSN (printed) : 2776-2211
Ni’am Ulil Ahlam, Puji Dwi Darmoko & Ahmad Hamid, Pengaruh
Kecerdasan Emosional Peserta Didik Terhadap Hasil Belajar PAI di
SMP Darul Ulum Pemalang.
99
(2) Keadaan fungsi panca indra atau cacat tubuh. Keadaan cacat tubuh merupakan
sesuatu yang menyebabkan kurang baik atau kurang empurna mengenai tubuh
atau badan. Keadaan cacat tubuh juga mempengaruhi belajar. Siswa cacat
belajarnya juga terganggu. Jika hal ini terjadi, hendaknya ia belajar pada
lembaga pendidikan khusus atau diusahakan alat bantu agar dapat menghindari
atau mengurangi pengaruh kecacatannya itu.34
b) Aspek psikologis
Banyak faktor yang termasuk aspek psikologis yang dapat mempengaruhi kuantitas
dan kualitas perolehan belajar siswa. Diantara faktor-faktor yang pada umumnya
dipandang lebih esensial adalah sebagai berikut35
:
(1) Inteligensi siswa. Inteligensi adalah kecakapan yang terdiri dari tiga jenis yaitu
kecakapan untuk menghadapi dan menyesuaikan ke dalam situasi yang baru
dengan cepat dan efektif, mengetahui atau menggunakan konsep-konsep yang
abstrak secara efektif, mengetahui relasi dan memeolajarinya dengan cepat.36
(2) Sikap. Sikap adalah gejala internal yang berdimensi afektif berupa
kecenderungan untuk mereaksi atau merespon dengan cara yang relatif tetap
terhadap objek orang, barang dan sebagainya, baik secara positif maupun
negatif.
(3) Bakat. Bakat diartikan sebagai kemampuan individu untuk melakukan tugas
tertentu tanpa banyak bergantung pada upaya pendidikan dan latihan. Dengan
demikian, peserta didik yang berbakat dalam bidang tertentu akan jauh lebih
cepat menyerap informasi, pengetahuan dan ketrampilan yang berhubungan
dengan bidang tersebut.
(4) Minat. Minat berarti kecenderungan dan kegairahan yang tinggi atau keinginan
yang besar terhadap sesuatu. Minat dapat mempengaruhi kualitas pencapaian
hasil belajar peserta didik dalam bidang studi tertentu.
(5) Motivasi. Secara umum motif dapat dijelaskan sebagai daya dan upaya yang
mendorong individu untuk melakukan sesuatu.37
Jadi motif erat sekali
hubungannya dengan tujuan yang akan dicapai. Didalam menentukan tujuan itu
dapat disadari atau tidak, akan tetapi untuk mencapai tujuan itu perlu berbuat,
34
Ibid. 35
Muhibbin Syah, Psikologi Belajar, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2009), hlm.146-147. 36
Slameto, op.cit, hlm. 56. 37
Karwono, Heni Mularsih, Belajar dan Pembelajaran serta Pemanfaatan Sumber Belajar, (Depok: PT
RajaGrafindo Persada, 2017), hlm. 49.
Jurnal Al-Miskawaih, Volume 1 Nomor 1 Edisi Mei 2020 ISSN (printed) : 2776-2211
Ni’am Ulil Ahlam, Puji Dwi Darmoko & Ahmad Hamid, Pengaruh
Kecerdasan Emosional Peserta Didik Terhadap Hasil Belajar PAI di
SMP Darul Ulum Pemalang.
100
sedangkan yang menjadi penyebab berbuat adalah motif itu sendiri sebagai
daya penggerak atau pendorongnnya.38
c) Aspek kelelahan
Kelelahan pada manusia walaupun susah dipisahkan tetapi dapat dibedakan
menjadi dua macam, yaitu kelelahan jasmani dan kelelahan rohani. Kelelahan
jasmani terlihat dengan menurunnya daya tahan tubuh. Sedangkan kelelahan rohani
dapat dilihat dengan adanya kurangnya minat belajar, kelesuan dan kebosanan
untuk belajar sehingga minat dan dorongan untuk menghasilkan sesuatu hilang.
Faktor kelelahan dalam diri seseorang berbeda-beda. Oleh karena itu, perlu cara
atau gaya belajar yang berbeda.39
2) Faktor eksternal, yaitu faktor yang berasal dari luar diri individu yang sedang belajar.
Beberapa faktor dari luar yang dapat mempengaruhi hasil belajar antara lain adalah:
a) Faktor keluarga. Sesorang yang belajar akan menerima pengaruh dari keluarga
berupa cara orang tua mendidik, relasi antara keluarga, suasan rumah tangga dan
keadaan ekonomi keluarga.
b) Faktor sekolah. Faktor sekolah yang mempengaruhi cara atau gaya belajar siswa
antara lain metode mengajar, kurikulum, hubungan guru dengan siswa, hubungan
siswa dengan siswa, disiplin atau tat tertib sekolah, suasana belajar, standar
pelajaran, keadaan gedung, letak sekolah dan lainnya. Faktor guru misalnya,
kepribadian guru, kemampuan guru memfasilitasi siswa dan hubungan antara guru
dengan siswa turut mempengaruhi cara atau gaya belajar siswa.
c) Faktor masyarakat. Masyarakat merupakan faktor eksternal yang juga
mempengaruhi terhadap gaya belajar siswa. Faktor-faktor masyrakat yang
mempengaruhi gaya belajar siswa meliputi kegiatan peserta didik dalam
masyarakat, mass media, teman bergaul dan bentuk kehidupan masyarakat.40
3) Faktor pendekatan belajar
Disamping faktor-faktor internal dan eksternal peserta didik yang dipaprkan di atas,
faktor pendekatan belajar juga sangat mempengaruhi hasil belajar peserta didik.
Sehingga semakin mendalam cara bealajar peserta didik maka semakin baik hasilnya.
Faktor pendekatan belajar yakni jenis upaya belajar siswa yang meliputi strategi dan
metode yang digunakan siswa untuk melakukan kegiatan mempelajari materi-materi
38
Slameto, op.cit, hlm. 58. 39
Darmadi, Pengembangan Model Metode Pembelaran dalam Dinamika Belajar Siswa, (Yogyakarta:
Deepublish, 2017), hlm. 172-173. 40
Ibid, hlm. 173.
Jurnal Al-Miskawaih, Volume 1 Nomor 1 Edisi Mei 2020 ISSN (printed) : 2776-2211
Ni’am Ulil Ahlam, Puji Dwi Darmoko & Ahmad Hamid, Pengaruh
Kecerdasan Emosional Peserta Didik Terhadap Hasil Belajar PAI di
SMP Darul Ulum Pemalang.
101
pelajaran.41
Banyak pendekatan yang dapat diajarkan kepada peserta didik untuk
mempelajari materi pelajaran atau bidang studi yang mereka tekuni, dari yang paling
klasik sampai yang paling modern.
Berdasarkan teori kecerdasan emosional, penelitian ini mengambil faktor internal
peserta didik, yaitu psikologi mengenai kecerdasan emosional dengan melihat lima aspek
di dalam kecerdasan emosional yaitu mengenali emosi diri, mengnedalikan emosi,
meotivasi diri, empati dan hubungan sosial. Dalam penelitian ini ingin ditunjukan faktor
kecerdasan emosional peserta didik berpengaruh terhadap hasil belajar PAI. Kemudian
disusun konsep yang menjelaskan pengaruh antar variabel independen dan variabel
dependen dalam penelitian ini.
C. Metode Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan pada penelitian kali ini adalah penelitian
korelasional dengan pendekatan kuantitatif. Penelitian korelasional ditujukan untuk
mendeteksi sejauh mana variasi-variasi pada suatu faktor berkaitan dengan variasi-variasi
pada satu atau lebih faktor lain berdasarkan pada koefisein korelasi.42
Penelitian
kuantitatif adalah metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat positivisme,
digunakan untuk meneliti pada populasi atau sampel tertentu, pengumpulan data
menggunakan instrumen penelitian, analisis data bersifat kuantitatif/ statistik, dengan
tujuan untuk menggambarkan dan menguji hipotesis yang telah ditetapkan.
Dalam penelitian ini peneliti mengambil tempat di SMP Darul ULum Pemalang,
yang beralamat di Jalan KH Samanhudi, No. 177 Pelutan Kecamatan Pemalang
41
Muhibbin Syah, Psikologi Belajar, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2009), hlm. 144. 42
Sumadi Suryabrata, Metodologi Penelitian, (Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2014), hlm. 82.
Kecerdasan emosioanal
Kerjasam
a Empati Motivas
i Diri
Pengaturan
Diri Kesadara
n diri
Hasil Belajar
Jurnal Al-Miskawaih, Volume 1 Nomor 1 Edisi Mei 2020 ISSN (printed) : 2776-2211
Ni’am Ulil Ahlam, Puji Dwi Darmoko & Ahmad Hamid, Pengaruh
Kecerdasan Emosional Peserta Didik Terhadap Hasil Belajar PAI di
SMP Darul Ulum Pemalang.
102
Kabupaten Pemalang dengan rencana waktu penelitian yang dilaksanakan bulan Juni –
Desember 2019.
Jenis populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah populasi terhingga, di
mana populasinya yaitu seluruh peserta didik kelas VIII SMP Darul Ulum Pemalang,
terdiri dari 3 kelas dengan jumlah 117 peserta didik. Peneliti mengambil 25% dari total
populasi sebanyak 29 peserta didik (117 x 25% = 29,25) kelas VIII SMP Darul Ulum
Pemalang. Dalam pengambilan sampel ini peneliti menggunakan teknik probability
sampling dengan cara simple random sampling di mana pengambilan sampel dari
populasi dilakukan secara acak tanpa memperhatikan strata yang ada dalam populasi.43
Sumber penelitian yang digunakan ada dua yaitu teknik kuisinoer dan teknik
dokumentasi dengan pihak yang berkaitan dengan permasalahan yang akan dibahas
dengan menggunakan daftar pertanyaan yang telah di persiapkan sebelumnya. Teknik
pengumpulan data merupakan cara yang untuk mendapatkan data dalam suatu penelitian.
Adapun teknik yang digunakan yaitu teknik kuesioner (angket) dan dokumentasi. Teknik
kuisioner digunakan dengan memberikan daftar pernyataan yang kemudian diisi oleh
peserta didik dan sebagainya yang berkaitan dengan penelitian yang dikaji. Teknik
analisis data menggunakan uji asumsi klasik dan uji hipotesis yang dilakukan dengan
menggunakan software SPSS untuk mengetahui hasil dari data yang telah di tabulasikan.
Adapun hipotesis statistika dari penelitian ini sebagai berikut:
1. : Tidak ada pengaruh yang signifikan kecerdasan emosional peserta didik terhadap
hasil belajar PAI kelas VIII di SMP Darul Ulum Pemalang tahun ajaran 2019/2020.
2. : Ada pengaruh yang signifikan kecerdasan emosional peserta didik terhadap hasil
belajar PAI kelas VIII di SMP Darul Ulum Pemalang tahun ajaran 2019/2020.
D. Hasil dan Pembahasan
1. Analisis Data
a. Data Kecerdasan Emosional
Output hasil sebaran angket dengan jumlah 15 item pertanyaan yang sebarkan
kepada 29 responden. Skor total didapatkan dengan cara menjumlahkan seluruh hasil
jawaban responden menjawab 15 item pertanyaan. Dari keseluruhan hasil yang didapat,
semua pertanyaan dapat dijawab oleh reponden. Tidak ada satupun pertanyaan yang tidak
terjawab.
Uji Validitas Data Kecerdasan Emosional
43
Sugiyono, Motode Penelitian Kombinasi, (Bandung: Alfabeta, 2018), hlm. 122.
Jurnal Al-Miskawaih, Volume 1 Nomor 1 Edisi Mei 2020 ISSN (printed) : 2776-2211
Ni’am Ulil Ahlam, Puji Dwi Darmoko & Ahmad Hamid, Pengaruh
Kecerdasan Emosional Peserta Didik Terhadap Hasil Belajar PAI di
SMP Darul Ulum Pemalang.
103
Uji validitas digunakan untuk mengukur sah atau valid tidaknya suatu kuesioner.44
Uji validitas ini dilakukan untuk mengetahui layak tidaknya tiap-tiap butir pertanyaan
yang telah diisi oleh 29 responden dalam penelitian ini. Uji validitas dari hasil korelasi
antara skor item dengan skor total kemudian dibandingkan dengan nilai r tabel, r table
dicari pada signifikan 0,05 dengan jumlah data (n) = 29. Maka didapat hasil nilai r table
sebesar 0,367 (dilihat pada tabel r). Adapun dasar pengambilan keputan dalam uji
validitas adalah sebagai berikut:
1) Jika hasil korelasi lebih besar dari 0,367 maka pertanyaan itu valid, sedangkan
2) Jika hasil korelasi lebih kecil dari 0,367 maka pertanyaan itu tidak valid.
Hasil uji validitas instrumen
Indikator
Nomor Item Nomor Item
Positif Negatif Tidak Valid
Mengenali emosi diri 1, 2, 3 - 1, 2 3
Mengelola emosi diri 4, 6 5 4, 6 5
Motivasi diri 7, 8 ,9 - 8 7, 9
Empati 11, 12 10 10, 11, 12 -
Kecakapan dalam membina
hubungan 13, 14, 15 - 13, 14, 15 -
Total 13 2 11 4
Dari tabel hasil uji validitas diatas, sebanyak 15 butir pertanyaan yang diujikan. 11
butir pertanyaan dinyakan valid, dan 4 butir pertanyaan yang dianggap tidak valid. Butir
pertanyaan-pertanyaan yang gugur pada uji validitas ini yaitu untuk indikator mengenali
emosi diri sebanyak 1 butir pertanyaan pada nomor 3. Untuk indikator mengelola emosi
diri sebanyak 1 butir pertanyaan pada nomor5. Dan untuk indikator motivasi diri
sebanyak 2 butir pertanyaan pada nomor 7 dan 9. Adapun untuk indikator empati dan
kecakapan dalam membina hubungan, tidak ditemukan adanya butir pertanyaan yang
dianggap tidak valid.
Uji Reliabilitas Data Kecerdasan Emosional
Uji reliabilitas digunakan untuk mengetahui konsistensi hasil pengukuran suatu
instrument penelitian. Instrumen tes dikatakan dapat dipercaya (reliable) jika
memberikan hasil yang tetap atau ajeg (konsisten) apabila dites kan berkali-kali.45
Untuk
44
Imam Ghozali, Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program IBM SPSS 25, (Semarang: Badan
Penerbit UNDIP, 2018), hlm. 51. 45
Eko Putro Widoyoko, Teknik Penyusunan Instrumen Penelitian, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2018),
hlm. 157.
Jurnal Al-Miskawaih, Volume 1 Nomor 1 Edisi Mei 2020 ISSN (printed) : 2776-2211
Ni’am Ulil Ahlam, Puji Dwi Darmoko & Ahmad Hamid, Pengaruh
Kecerdasan Emosional Peserta Didik Terhadap Hasil Belajar PAI di
SMP Darul Ulum Pemalang.
104
reliabilitas perhitungan menggunakan aplikasi SPSS for windows version 25.00 Adapun
dasar pengambilan keputusan dalam uji reliabilitas adalah sebagai berikut:
1) Jika nilai cronbach alpha lebih besar dari 0.60 maka kuesioner dinyatakan reliabel.
2) Jika nilai cronbach alpha lebih kecil dari 0.60 maka kuesioner dinyatakan tidak
reliabel.
Hasil Uji Reliabilitas Kecerdasan Emosional
Cronbach's Alpha
Cronbach's Alpha
Based on Standardized
Items
N of Items
0,633 0,672 15
Dari tabel diatas dapat diketahui karena nilai cronbach alpha 0.633 > 0.60 maka
sebagaimana dasar pengambilan keputusan dalam uji reliabilitas diatas dapat disimpulkan
bahwa kuesioner untuk variabel kecerdasan emosional dinyatakan reliabel.
b. Data Variabel Kecerdasan Emosional
Dalam bagian ini disajikan deskriptif data untuk variabel kecerdasan emosional
berdasarkan data yang diperoleh secara deskriptif. Pengambilan data dalam penelitian ini
dilakukan dengan penyebaran angket kepada peserta didik sebagai instrument penelitian
sebanyak 11 butir pertanyaan.
Deskripsi Statistik Angket Kecerdasan Emosional
N Range Minimum Maximum Mean Std. Deviation
kecerdasan.emosi 29 14,00 30,00 44,00 35,6207 3,35318
Valid N (listwise) 29
Dari tabel diatas, dapat diketahui bahwa nilai Range sebesar 14,00, nilai Minimum
sebesar 30,00, nilai Maximum sebesar 44,00, nilai Mean sebesar 35,62 dan untuk standar
deviasi nya sebesar 3,35. Setelah diketahui mean dan standar deviasi, dari nilai-nilai
tersebut akan dicari kategorinya, manakah yang termasuk kategori tinggi, sedang dan
rendah. Untuk itu seluruh skor tersebut dianalisis dengan menggunakan rumus sebagai
berikut:
1) Tinggi :
2) Sedang :
3) Rendah :
Keterangan :
= rata-rata
= standar deviasi
Jurnal Al-Miskawaih, Volume 1 Nomor 1 Edisi Mei 2020 ISSN (printed) : 2776-2211
Ni’am Ulil Ahlam, Puji Dwi Darmoko & Ahmad Hamid, Pengaruh
Kecerdasan Emosional Peserta Didik Terhadap Hasil Belajar PAI di
SMP Darul Ulum Pemalang.
105
Kualifikasi kecerdaasan emosional adalah sebagai berikut:
a) Indikasi yang tergolong tinggi
35,6+1.(3,35) = 38,95 38,95 ke atas adalah kategori tinggi
b) Indikasi yang tergolong sedang
35,6-1.(3,35) = 32,25 35,6+1.(3,35) = 38,95
Antara 32,25 dan 38,95 adalah kategori sedang
c) Indikasi yang tergolong rendah
35,6-1.(3,35) = 32,25 32,25 kebawah adalah kategori rendah
Kualifikasi Kecerdasan Emosi
No. Kategori Frekuensi Persentase
1 Tinggi 7 24,14%
2 Sedang 20 68,96%
3 Rendah 2 6,9%
Jumlah 29 100%
Untuk menentukan nilai persentase diatas, digunakan rumus sebaagai berikut:
Keterangan :
P = Presentasi
F = Frekuensi
N = Jumlah responden
Dari tabel diatas, untuk kategori tinggi mendapatkan frekuensi sebesar 7 peserta didik
dengan nilai persentase 24,14%, untuk kategori sedang mendapatkan frekuensi sebesar 20
peserta didik dengan persentase 68,96%, dan pada kategori rendah didapatkan frekuensi
sebesar 2 peserta didik dengan persentase 6,9%. Berdasarkan data tersebut, maka
kecerdasan emosional peserta didik kelas VIII di SMP Darul Ulum tergolong ke dalam
kategori sedang dengan persentase 68,96%.
c. Data Hasil Belajar
Peneliti memperoleh data tentang hasil belajar PAI kelas VIII di SMP Darul Ulum
Pemalang dari ibu Ulin Inayah, S.Pd. sebagai guru PAI. Peneliti mengambil data tersebut
untuk dijadikan acuan hasil belajar pada mata pelajaran PAI kelas VIII di SMP Darul
Ulum Pemalang. Data hasil belajar diambil dengan cara menghitung rata-rata nilai PAI
pada semester 1 setelah dilaksanakan penilaian tengah semester. Setalah dihitung
Jurnal Al-Miskawaih, Volume 1 Nomor 1 Edisi Mei 2020 ISSN (printed) : 2776-2211
Ni’am Ulil Ahlam, Puji Dwi Darmoko & Ahmad Hamid, Pengaruh
Kecerdasan Emosional Peserta Didik Terhadap Hasil Belajar PAI di
SMP Darul Ulum Pemalang.
106
didapatkan rata-rata nilai PAI diangka 80 ke atas, ini berarti rata-rata nilai dapat
dikatakan cukup baik.
Analisis Data Variabel Hasil Belajar
Data hasil belajar diambil dari nilai rata-rata peserta didik kelas viii pada penilaian
tengah semester ganjil yang didapatkan guru PAI.
Deskripsi Statistik Hasil Belajar Peserta Didik
N Range Minimum Maximum Mean Std. Deviation
Hasil.Belajar 29 10,29 75,71 86,00 80,9011 2,60292
Valid N (listwise) 29
Dari tabel diatas, dapat diketahui bahwa nilai Range sebesar 10,29, nilai Minimum
sebesar 75,71, nilai Maximum sebesar 86,00, nilai Mean sebesar 80,901 dan untuk standar
deviasi nya sebesar 2,602. Setelah diketahui mean dan standar deviasi, dari nilai-nilai
tersebut akan dicari kategorinya, manakah yang termasuk kategori tinggi, sedang dan
rendah. Untuk itu seluruh skor tersebut dianalisis dengan hasil sebagai berikut:
a) Indikasi yang tergolong tinggi
80,9 +1.(2,6) = 83,5 83,5 ke atas adalah kategori tinggi
b) Indikasi yang tergolong sedang
80,9 -1.(2,6) = 78,3 80,9 +1.(2,6) = 83,5
Antara 78,3 dan 83,5 adalah kategori sedang
c) Indikasi yang tergolong rendah
80,9 -1.(2,6) = 78,3 78,3 kebawah adalah kategori rendah
Kualifikasi Hasil Belajar
No. Kategori Frekuensi Persentase
1 Tinggi 6 20,8%
2 Sedang 19 65,5%
3 Rendah 4 13,7%
Jumlah 29 100%
Untuk menentukan nilai persentase diatas, digunakan rumus sebaagai berikut:
Keterangan :
P = Presentasi
F = Frekuensi
N = Jumlah responden
Jurnal Al-Miskawaih, Volume 1 Nomor 1 Edisi Mei 2020 ISSN (printed) : 2776-2211
Ni’am Ulil Ahlam, Puji Dwi Darmoko & Ahmad Hamid, Pengaruh
Kecerdasan Emosional Peserta Didik Terhadap Hasil Belajar PAI di
SMP Darul Ulum Pemalang.
107
Dari tabel diatas, untuk kategori tinggi mendapatkan frekuensi sebesar 6 peserta didik
dengan nilai persentase 20,8%, untuk kategori sedang mendapatkan frekuensi sebesar 19
peserta didik dengan persentase 65,5%, dan pada kategori rendah didapatkan frekuensi
sebesar 4 peserta didik dengan persentase 13,7%. Berdasarkan data tersebut, maka hasil
belajar peserta didik kelas viii di SMP Darul Ulum tergolong ke dalam kategori sedang
dengan persentase 65,5%.
d. Analisis Uji Asumsi Klasik
Uji Normalitas
Uji normalitas dilakukan untuk melihat apakah variabel bebas dan variabel terikat
mempunyai distribusi normal. Model regresi yang baik adalah distribusi data normal atau
mendekati normal. Maka dilakukan pengujian dengan menggunakan aplikasi SPSS for
windows version 25.00 dapat dilihat sebagai berikut:
Uji Normalitas
Unstandardized
Residual
N 29
Normal Parametersa,b
Mean ,0000000
Std. Deviation 2,47619064
Most Extreme Differences
Absolute ,133
Positive ,122
Negative -,133
Test Statistic ,133
Asymp. Sig. (2-tailed) ,200c,d
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.
c. Lilliefors Significance Correction.
d. This is a lower bound of the true significance.
Pedoman pengambilan keputusan:
1) Jika nilai signifikansi < 0,05 distribusi adalah tidak normal.
2) Jika nilai signifikansi > 0,05 distribusi adalah normal
Berdasarkan tabel diatas, diketahui nilai signifikansi sebesar 0,200. Karena nilai
signifikansi 0.2 lebih besar dari 0,05. Maka dapat disimpulkan bahwa data berdistribusi
normal.
Jurnal Al-Miskawaih, Volume 1 Nomor 1 Edisi Mei 2020 ISSN (printed) : 2776-2211
Ni’am Ulil Ahlam, Puji Dwi Darmoko & Ahmad Hamid, Pengaruh
Kecerdasan Emosional Peserta Didik Terhadap Hasil Belajar PAI di
SMP Darul Ulum Pemalang.
108
Uji Linearitas
Uji ini bertujuan untuk melihat apakah spesifikasi model yang digunakan sudah
benar atau tidak dalam penelitian ini, yaitu untuk melihat hubungan yang linear atau tidak
antara variabel kecerdasan emosional (x) dan variabel hasil belajar (y).
Uji Linearitas
Sum of
Squares Df
Mean
Square F Sig.
Hasil.Belajar *
Kecerdasan.Emosi
Between
Groups
(Combined) 43,110 10 4,311 ,529 ,848
Linearity 18,023 1 18,023 2,213 ,154
Deviation
from
Linearity
25,088 9 2,788 ,342 ,948
Within Groups 146,595 18 8,144
Total 189,705 28
Dasar pengambilan keputusan:
1) Jika nilai sig deviation from linearity > 0,05 maka terdapat hubungan yang linear
antara variabel kecerdasan emosional dengan hasil belajar.
2) Jika nilai sig deviation from linearity < 0,05 maka tidak terdapat hubungan yang linear
antara variabel kecerdasan emosional dengan hasil belajar.
Berdasarkan diatas, diperoleh nilai signifikansi 0,948 > 0,05, yang artinya terdapat
hubungan linear secara signifikan antara variabel kecerdasan emosional dengan hasil
belajar.
Analisis Regresi Linear Sederhana
Analisis regresi linear sederhana digunakan untuk menguji pengaruh satu variabel
bebas terhadap variabel terikat. Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
analisa data regresi.
Hasil Analisis Regresi Linear Sederhana
Model
Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients T Sig.
B Std. Error Beta
1 (Constant) 89,424 5,084 17,590 ,000
Kecerdasan.Emosi -,239 ,142 -,308 -1,684 ,104
a. Dependent Variable: Hasil.Belajar
Persamaan regresi pada pengaruh kecerdasan emosional terhadap hasil belajar peserta
didik adalah = 89,424 + (-0,239 ), yang berarti bahwa setiap penambahan satu nilai
Jurnal Al-Miskawaih, Volume 1 Nomor 1 Edisi Mei 2020 ISSN (printed) : 2776-2211
Ni’am Ulil Ahlam, Puji Dwi Darmoko & Ahmad Hamid, Pengaruh
Kecerdasan Emosional Peserta Didik Terhadap Hasil Belajar PAI di
SMP Darul Ulum Pemalang.
109
kecerdasan emosional akan mengurangi hasil belajar sebedar 0,239. Dari persamaan
regresi ini didapat kesimpulan bahwa terdapat pengaruh negatif kecerdasan emosional
terhadap hasil belajar PAI peserta didik kelas VIII di SMP Darul Ulum Pemalang.
e. Hasil Pengujian Hipotesis
Pada bagian ini penulis melakukan analisis data untuk membuktikan diterima atau
tidaknya hipotesis yang penulis ajukan sebelumnya yaitu terdapat pengaruh yang
signifikan kecerdasan emosional terhadap hasil belajar PAI di SMP Darul Ulum
Pemalang.
Uji Determinasi
Uji determinasi digunakan untuk mencari seberapa besar variasi variabel
independen dapat menjelaskan secara keseluruhan variasi variabel dependen. Koefisien
determinasi mengukur seberapa besar pengaruh variabel independen secara keseluruhan
terhadap naik turunnya variasi nilai variabel dependen.
Uji Determinasi
Model R R Square Adjusted R
Square
Std. Error
of the
Estimate
Change Statistics
R Square
Change F Change df1 df2
Sig. F
Change
1 ,308a ,095 ,061 2,52163 ,095 2,834 1 27 ,104
a. Predictors: (Constant), Kecerdasan.Emosi
b. Dependent Variable: Hasil.Belajar
Berdasarkan hasil dari tabel diatas, diketahui nilai koefisien determinasi (R Square)
sebesar 0,095 atau sama dengan 9,5%. Angka tersebut mengandung arti bahwa
kecerdasan emosional berpengaruh terhadap hasil belajar sebesar 9,5%. Sedangkan
sisanya dioengaruhi oleh variabel lain diluar model regresi ini. Besarnya pengaruh
variabel lain sering disebut sebagai error (e).
Uji Parsial (T)
Uji parsial ini digunakan untuk mengetahui pengaruh satu atau lebih variabel bebas
(independent) terhadap satu variabel terikat (dependent). Diketahui tabel sebagai berikut:
Uji Parsial (T)
Model
Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients T Sig.
B Std. Error Beta
1 (Constant) 89,424 5,084 17,590 ,000
Kecerdasan.Emosi -,239 ,142 -,308 -1,684 ,104
Jurnal Al-Miskawaih, Volume 1 Nomor 1 Edisi Mei 2020 ISSN (printed) : 2776-2211
Ni’am Ulil Ahlam, Puji Dwi Darmoko & Ahmad Hamid, Pengaruh
Kecerdasan Emosional Peserta Didik Terhadap Hasil Belajar PAI di
SMP Darul Ulum Pemalang.
110
Berdasarkan hasil pengujian hipotesis menggunakan uji parsial diperoleh hasil
Thitung variabel kecerdasan emosional sebesar -1,684 dengan signifikansi 0,104 sedangkan
nilai Ttabel untuk n (jumlah responden) = 29 sebesar 2,051. Diperoleh Thitung (-1,648) <
Ttabel (2,051) dan nilai signifikansi (0,104) > (0,05), yang artinya diterima dan
ditolak, maka kecerdasan emosional peserta didik tidak mempunyai pengaruh yang
signifikan terhadap hasil belajar peserta didik kela viii di SMP Darul Ulum Pemalang.
2. Pembahasan
a. Hasil Penelitian Kecerdasan Emosional Peserta Didik Kelas VIII Di SMP Darul Ulum
Pemalang
Hasil analisis deskriptif pada variabel kecerdasan emosional pesrta didik kelas VIII
di SMP Darul Ulum Pemalang memiliki tingkatan pada kategori sedang. Dari 7 peserta
didik (24,14%) tergolong dalam kategori tinggi, 20 peserta didik (64,96%) tergolong
dalam kategori sedang dan terdapat 2 peserta didik (6,9%) yang tergolong dalam kategori
rendah.
Dari 29 peserta didik terdapat 7 peserta didik (24,14%) tergolong dalam kategori
tinggi. Hal ini mengindikasikan 7 orang peserta didik yang memiliki kecerdasan
emosional yang tinggi akan mampu memusatkan perhatian dalam memahami materi
pelajaran, memotivasi diri sendiri untuk terus maju, optimis dalam menghadapi kesulitan,
memiliki hubungan yang baik dengan orang lain cakap memahami orang lain dan
memiliki hasil belajar yang baik. Sedangkan sebanyak 20 peserta didik (64,96%)
tergolong dalam kategori sedang. Peserta didik yang memiliki kecerdasan emosional
yang sedang akan cukup mampu memusatkan perhatian dalam memahami materi
pelajaran, memotivasi diri untuk terus maju, cukup optimis dalam menghadapi kesulitan,
memiliki hubungan yang cukup baik dengan orang lain, cukup dapat memahami orang
lain dan memiliki hasil belajar yang cukup baik.
Selebihnya, terdapat 2 peserta didik (6,9%) tergolong dalam kategori rendah.
Peserta didik yang memiiki kecerdasan emosional rendah akan sulit memusatkan
perhatian dalam memehami materi pelajran, memotivasi diri sendiri untuk terus maju,
kurang optimis dalam menghadapi kesulitan, memiliki hubungan yang kuraang baik
dengan orang lain, kurang dapat memahami oraang lain dan memiliki hasil belajar yang
kurang baik.
Jurnal Al-Miskawaih, Volume 1 Nomor 1 Edisi Mei 2020 ISSN (printed) : 2776-2211
Ni’am Ulil Ahlam, Puji Dwi Darmoko & Ahmad Hamid, Pengaruh
Kecerdasan Emosional Peserta Didik Terhadap Hasil Belajar PAI di
SMP Darul Ulum Pemalang.
111
b. Hasil Belajar Kelas VII SMP Darul Ulum Pemalang
Berdasarkan hasil analisis deskriptif pada variabel hasil belajar peserta didik di
kelas VIII SMP Darul Ulum Pemalang memiliki tingkat hasil belajar pada kategori
sedang. Dari 6 peserta didik (20,8%) tergolong dalam kategori tinggi. 19 peserta didik
(65,5%) tergolong dalam kategori sedang. Dan terdapat 4 peserta didik (13,7%) yang
tergolong kategori rendah.
Sesuai dengan hasil analisis di atas maka dapat disimpulkan bahwa sebagian besar
hasil belajar pada peserta didik kelas VIII di SMP Darul Ulum Pemalang memilik tingkat
yang sedang dengan jumlah 19 peserta didik (65,5%) dari 29 peserta didik yang menjadi
subjek penelitian. Dengan data tersebut mengindikasikan bahwa peserta didik keals VIII
SMP Darul Ulum Pemalang sduah mampu memahami pelajaran dengan baik meskipun
belum mampu mengaplikasikan pelajaran dengan baik.
c. Pengaruh Kecerdasan Emosional Terhadap Hasil Belajar Peserta Didik Kelas VIII di
SMP Darul Ulum Pemalang
Berdasarkan hasil dari analisis data yang telah, diketahui tidak terdapat pengaruh
yang signifikan antara kecerdasan emosional terhadap hasil belajar peserta didik. Hal ini
berarti kecerdasan emosional tidak dapat dijadikan sebagai alat untuk mengukur tingkat
hasil belajar. Namun, Menurut Daniel Goleman, kecerdasan intelektual menyumbang
20% bagi kesuksesan, sedangkan 80% adalah sumbangan faktor kekuatan-kekuatan
lain46
, di antaranya adalah kecerdasan emosional atau Emotional Quotient (EQ) yakni
kemampuan memotivasi diri sendiri, mengatasi frustasi, mengatur suasana hati (mood),
berempati dan ketrampilan sosial. Pada kenyataannya di lapangan teori Goleman tidak
berbanding lurus dengan hasil belajar.
Hal ini dibuktikan pada data yang diuji terkait hubungan antara dua variabel, yaitu
dengan menggunakan perbantingan Thitung dan Ttabel. Pada variabel pengaruh kecerdasan
emosional terhadap hasil belajar peserta didik diperoleh Thitung sebesar (-1,648) dan
setelah dikonsultasikan pada Ttabel dengan N = 29 taraf signifikansi (0,05) maka Thitung (-
1,648) < Ttabel (2,051). Karena Thitung lebih kecil dari nilai Ttabel maka berarti Hipotesis
nihil ( ) yang mengemukakan “Tidak ada pengaruh yang signifikan kecerdasan
emosional peserta didik terhadap hasil belajar PAI kelas VIII di SMP Darul Ulum
Pemalang” dinyatakan diterima. Hal ini berarti menolak Hipotesis Pengaruh ( ) yang
mengemukakan “Ada pengaruh yang signifikan kecerdasan emosional peserta didik
terhadap hasil belajar PAI kelas VIII di SMP Darul Ulum Pemalang.”
46
Daniel Goleman, Emotional Intelligence, (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2007), hlm. 44.
Jurnal Al-Miskawaih, Volume 1 Nomor 1 Edisi Mei 2020 ISSN (printed) : 2776-2211
Ni’am Ulil Ahlam, Puji Dwi Darmoko & Ahmad Hamid, Pengaruh
Kecerdasan Emosional Peserta Didik Terhadap Hasil Belajar PAI di
SMP Darul Ulum Pemalang.
112
E. Penutup
Hasil penelitian menyatakan bahwa tidak terdapat pengaruh yang signifikan kecerdasan
emosional terhadap hasil belajar PAI kelas VIII di SMP darul Ulum Pemalang. Oleh
karenanya, para guru harus menggali terus apa yang menjadi faktor yang berpengaruh
terhadap hasil belajar selain dari kecerdasan emosional. Agar tidak terjadi kesenjangan
dengan mengutamakan kecerdasan intelektual saja. Pihak sekolah perlu meningkatkan hal-hal
yang mempengaruhi tingkat prestasi belajar peserta didik agar prestasi belajar peserta didik
dapat lebih baik lagi, seperti kecerdasan intelektual, kecerdasan emosional dan kecerdasan
spiritual. Serta lebih ditingkatkan ketersediaan sarana dan prasarana untuk menunjang
kegiatan pembelajaran.
DAFTAR PUSTAKA
Daniel Goleman, Daniel. (2007). Emotional Intelligence. Jakarta: PT Gramedia Pustaka
Utama.
Darmadi. (2017). Pengembangan Model Metode Pembelaran dalam Dinamika Belajar Siswa.
Yogyakarta: Deepublish.
Depdiknas. (2003). Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang
Sistem Pendidikan Nasional. Jakarta.
Ghozali, Imam. (2018). Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program IBM SPSS 25.
Semarang: Badan Penerbit UNDIP.
Ginanjar, Ary. (2018). Emotional Spiritual Quetient. Jakarta: Agra Publishing.
Karwono, Heni Mularsih. (2017). Belajar dan Pembelajaran serta Pemanfaatan Sumber
Belajar. Depok: PT RajaGrafindo Persada.
Ngalim Purwanto, Ngalim. (2002). Psikologi Pendidikan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Sary, Yessy Nur Endah. (2018). Buku Mata Ajar Evaluasi Pendidikan. Yogyakarta:
Deepublish.
Slameto. (2013). Belajar dan Faktor-faktor yang mempengaruhi. Jakarta: Rineka Cipta.
Sudjana, Nana. (2017). Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya.
Sugiyono. (2018). Motode Penelitian Kombinasi. Bandung: Alfabeta.
Suryabrata, Sumadi. (2014). Metodologi Penelitian. Jakarta: RajaGrafindo Persada.
Syah, Muhibbin. (2009). Psikologi Belajar, Jakarta: PT RajaGrafindo Persada.
Uno, Hamzah B. (2008). Orientasi Baru dalam Psikologi Pembelajaran. Jakarta: PT Bumi
Aksara.
Widoyoko, Eko Putro. (2018). Teknik Penyusunan Instrumen Penelitian. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar.
Yusuf LN, Syamsu . (2004). Psikologi Perkembangan Anak & Remaja. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya.