pengaruh jarak tanam terhadap pertumbuhan dan hasil jagung
TRANSCRIPT
127
Pengaruh Jarak Tanam Terhadap Pertumbuhan dan Hasil Jagung (Zea mayz.L) Pada Tingkat Umur
Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq)
The Effect Spacing of Growth and Yield Corn (Zea mayz.L) of The Palm Oil (Elaeis guineensis Jacq) Grade Aged
M.NUR1, ASRUL2, DAN RAFIUDDIN2
1Magister Agroteknologi , Fakultas Pertanian UniversitasHasanuddin, Makassar 2Prodi Magister Agroteknologi, Fakultas Pertanian Universitas Hasanuddin, Makassar
Email : [email protected]
Diterima 05 Juni 2018 / Direvisi 05 Juni 2018 / Disetujui 12 Desember 2018
ABSTRAK
Penelitian pengaruh jarak tanam terhadap pertumbuhan dan hasil jagung pada tingkat umur kelapa sawit dilakukan untuk mengetahui pengaruh jarak tanam dan tingkat umur kelapa sawit serta interaksi antara jarak tanam dan tingkat umur kelapa sawit terhadap pertumbuhan dan hasil jagung. Penelitian dilaksanakan di Kabupaten Mamuju Tengah Propinsi Sulawesi Barat, dari bulan Juli sampai Oktober tahun 2016. Percobaan dalam bentuk Rancangan Acak Kelompok 1 faktor, perlakuannya adalah jarak tanam 50 cm x 25 cm, 60 cm x 25 cm dan 70 cm x 25 cm. Perlakuan dilakukan pada kelapa sawit umur 1,5 tahun, 2,5 tahun dan 3,5 tahun dan tanpa kelapa sawit, dan 3 ulangan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Jarak tanam 70 cm x 25 cm terbaik pada semua tingkat umur, dan jagung pada kelapa sawit umur 2,5 tahun secara umum terbaik, terutama pada laju tumbuh relatif (9,93 g tan2.minggu-1) , hasil biji pipilan (5,58 ton ha-1), dan ada interaksi.
Kata kunci : Pertumbuhan vegetatif, indeks luas daun, Intensitas cahaya, hasil biji, indeks panen.
ABSTRACT
The research spacing of corn growth and yield of the palm oil various aged is to know the effect of the spacing, palm oil grade aged, and interaction. The research was conducted in Central Mamuju regency. West Sulawesi from July to October, 2016. Experiments in the form of RAK 1 factor , the treatment is spacing of 50 cm x 25 cm, 60 cm x 25 cm and 70 cm x 25 cm, performed on palm oil aged 1.5 years, 2.5 years, 3.5 years and without palm oil, and repeated 3. The result showed for 70 cm x 25 cm is the best for all grade aged. The best especially in general for, relative growth rate ( 9.93 g. plant-2.week- 1 ), grain yield (5.58ton ha-1) of corm of aged 2.5 yr palm oil and there is interaction. Keywords: Vegetative growth, life area index, sunlight intensity, grain yield, harvest index
Buletin Palma Volume 19 No. 2, Desember 2018: 127 - 146
128
PENDAHULUAN
Indonesia mempunyai luas areal sawit
mencapai 12,3 juta hektarare (ha). Jumlah tersebut
terdiri Perkebunan Rakyat (PR) 4,76 juta ha,
Perkebunan Negara Besar (PNB) 753 ribu ha dan
Perkebunan Swasta Besar (PBS) 6,8 juta ha, dan
luas lahan kelapa sawit belum menghasilkan
sekitar 2,4 juta ha. Adapun produksi minyak sawit
nasional mencapai 35,36 juta ton dengan
produktivitas 3,82 kg/ha. (BPS, 2017).
Pada tahun 2017 Indonesia mengimpor
jagung pipil untuk kebutuhan ternak sebesar 290
ribu ton jagung pipil untuk kebutuhan pakan
ternak. Akan tetapi merupakan jagung untuk
bahan pemanis sweetener dan gluten pada
industri makanan dan minuman. Artinya sudah
swasembada jagung karena seluruh kebutuhan
jagung pakan ternak sudah diproduksi sendiri
(BPS, 2017). Impor jagung Indonesia pada periode
September 2018 mencapai 72.710.184 kilogram
atau 72.710 ton. Secara tahunan dari Januari
hingga September, impor jagung mencapai 481.471
ton naik jika dibandingkan posisi yang sama pada
tahun lalu sebesar 360.355 ton. Nilai impor jagung
tahun ini sampai September mencapai USD 105
juta, sementara tahun lalu USD 80 juta. Adapun
negara terbesar pemasok jagung ke Indonesia
adalah Argentina sebesar 217.382 ton sejak awal
tahun hingga September. Kemudian disusul
berturut-turut oleh Amerika Serikat (AS), Brasil,
Australia, dan Thailand, (BPS 2018).
Permintaan hasil komoditas jagung terus
meningkat dari tahun ke tahun baik untuk pangan,
maupun untuk pakan ternak. Peningkatan
permintaan jagung untuk pangan sebesar 4,57 %
dan untuk pakan ternak adalah sebesar 7,38 % per
tahun (Bappenas, 2014). Namun demikian
produksi jagung hanya mengalami peningkatan
sebesar 3,08 % pada tahun 2014 dan 3,18 % pada
tahun 2015 dengan produksi jagung sekitar 19,61
juta ton sehingga masih diperlukan inpor sekitar 3
juta ton untuk kebutuhan ternak (BPS, 2016). Hal
ini menunjukkan bahwa produksi jagung nasional
belum mampu memenuhi kebutuhan dalam
negeri, baik untuk pangan maupun untuk pakan
ternak, oleh karena itu peningkatan produksi
jagung sangat perlu dilakukan.
Sistem tanam polikultur kelapa sawit
adalah mengusahakan tanaman perkebunan,
hortikultura, dan tanaman semusim sebagai
tanaman sela diantara kelapa sawit. Jenis tanaman
sela tergantung kondisi kelapa sawit, lahan, iklim,
status teknologi, dan bentuk usaha taninya. Pola
tanam polikultur kelapa sawit lebih
menguntungkan dibandingkan dengan sistem
monokultur apabila dilakukan dengan benar dan
tepat. Keuntungan polikultur kelapa sawit yaitu
produktivitas lahan lebih tinggi, jenis komoditas
yang dihasilkan beragam, memperoleh hasil
tambahan, memperbaiki kesuburan tanah,
mencegah erosi, hemat dalam pemakaian sarana
produksi dan resiko kegagalan dapat dikurangi.
Subah dan Tayeb (1999) melaporkan
bahwa pada pertanaman kelapa sawit umur 0 - 1
tahun, 1 - 2 tahun dan 2 - 3 tahun, luas lahan yang
dapat dimanfaatkan untuk tanaman sela berturut-
turut adalah 50 - 80%, 35 - 50% dan 15 - 35%. Hasil
penelitian Broughton (1976), menjelaskan bahwa
panjang pelepah dan akar kelapa sawit sampai
umur 2 tahun tidak lebih dari 2 m sehingga masih
memungkinkan untuk ditanami tanaman sela.
Pernyataan yang sama oleh Tjahyana et al., (2000)
dalam Ruskandi, (2003), bahwa tumpangsari
tanaman dapat meningkatkan jumlah bunga
betina dan buah kelapa yang satu famili dengan
tanaman kelapa sawit pada setiap tahunnya,
peningkatan jumlah bunga betina sebesar 30 %
dan buah jadi 20 %.
Penerapan teknologi pola tanam
polikultur kelapa sawit akan meningkatkan
produktivitas lahan dan pendapatan petani.
Peningkatan produktivitas lahan dikawasan
perkebunan kelapa sawit muda dalam jangka
panjang akan membantu mewujudkan ketahanan
pangan nasional, khususnya swasembada jagung
di Indonesia.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
pengaruh jarak tanam dan tingkat umur kelapa
sawit dan interaksinya terhadap pertumbuhan dan
hasil jagung.
BAHAN DAN METODE
Penelitian dilaksanakan di Desa Karossa,
Desa Mora Kecamatan Karossa, Kabupaten
Pengaruh Jarak Tanam Terhadap Pertumbuhan Dan Hasil Jagung (Zea Mayz.L) Pada Tingkat Umur Kelapa Sawit (Elaeis Guineensis Jacq) (M. Nur, et al.)
129
Mamuju Tengah, Sulawesi Barat pada bulan Juli
sampai Oktober 2016.
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini
adalah benih jagung varietas P35, pupuk Urea,
SP36, KCL, herbisida, Insektisida, Rodentisida, dan
tanaman kelapa sawit belum menghasilkan (TBM)
varietas unggul Simalungun dari Medan yang
berumur 1,5 tahun, 2,5 tahun, dan 3,5 tahun.
Alat yang digunakan dalam penelitian ini
adalah hand sprayer, cangkul, parang, warning
net, bambu, balok, plat seng, cat, pilox, meteran,
tali rapiah, patok, kayu penugal, alat pengebor
tanah, oven, Miniatur Spectrometer, timbangan
analitik, camera, Moisture content, dan Chlorophil
Content meter, papan pengalas, spidol, mistar, dan
alat tulis menulis.
Penelitian dilaksanakan dalam bentuk
percobaan Rancangan Acak Kelompok 1 faktor,
perlakuannya adalah jarak tanam, yaitu jarak
tanam 50 cm x 25 cm, 60 cm x 25 cm, dan
70 cm x 25 cm. Perlakuan dilakukan pada 4 lokasi
yaitu: tanpa kelapa sawit, lokasi kelapa sawit
umur 1,5 tahun, lokasi kelapa sawit umur 2,5
tahun, dan lokasi kelapa sawit umur 3,5 tahun.
Setiap perlakuan diulang sebanyak tiga kali.
Ukuran petak percobaan tanaman jagung adalah 5
x 5 m, ditanam 1 biji per lubang. Pengolahan tanah
adalah sistem tanpa olah tanah (TOT), benih
direndam dengan insektisida Regent 80 WG dosis
1.6 g/ 15 liter air untuk 10 kg benih. Pemupukan
dilakukan dengan dosis Urea 300 kg ha-1, SP 36
100 kg ha-1, dan KCl 100 kg ha-1. Pemupukan
pertama diberikan pada saat tanaman umur 10
HST, dengan dosis Urea 150 kg, ha-1, SP36 50 kg
ha-1, dan KCl 50 kg ha-1, sedangkan pada
pemupukan kedua dilaksanakan pada umur pada
saat tanaman 30 HST menggunakan dosis yang
sama. Penyiangan dilakukan dengan
menggunakan herbisida.
Parameter yang diamati pada
pertumbuhan vegetatif tanaman jagung meliputi:
indeks luas daun, jumlah serapan intensitas
cahaya matahari, bobot kering total tanaman (g),
laju tumbuh relatif, indeks klorofil daun, bobot
1000 biji kering (g), bobot hasil biji kering (ton ha-1)
dan indeks panen.
1. Indeks luas daun ( ILD )
Dihitung berdasarkan perbandingan luas daun
total, terhadap luas area tanah yang ditutupi
tajuk ( canopy ) dengan rumus :
ILD = LD / GA
Dimana :
LD = Luas Daun Total
GA = Luas Penutupan Tajuk
Dilakukan pada saat tanaman jagung berumur
3 MST, 6 MST, 9 MST, dan 12 MST.
2. Bobot kering total tanaman sampel ( g.tan-1 )
Tanaman sampel dibersihkan, kemudian
dikering ovenkan pada suhu 80ºC selama 2 x
24 jam sampai bobotnya tetap (konstanta),
selanjutnya bahan tanaman ditimbang,
dilakukan pada umur 3 MST, 6 MST, 9 MST
dan 12MST.
3. Intensitas cahaya matahari ( x 100 Lux )
Pengukuran intensitas cahaya matahari pada
tanaman jagung dilakukan pada umur
3 MST, 6 MST, 9 MST, dan 12 MST. Pengamatan
dilakukan pada pukul 08.00 pagi, 13.30 siang,
dan 16.00 sore dengan menggunakan Digital
Light meter. Posisi pengukurannya yaitu satu
Digital Light Meter diletakkan dibawah tajuk
tanaman yang terletak pada sepertiga tajuk dari
atas, dan satu Digital Light Meter lagi diletakkan
tepat diatas tajuk tanaman pada selama 2 menit
pada masing-masing sampel tanaman.
4. Relative Growth Rate ( RGR )
Relative growth rate ( RGR ) atau Laju tumbuh
relatif ( LTR ), dengan rumus sebagai berikut:
RGR = ( g .m-2.hari-1 )
Dimana:
W1 : Bobot kering total tanaman pada saat
pengamatan pertama (g)
W2 : Bobot kering total tanaman pada saat
pengamatan kedua (g)
T1 : Waktu pengamatan pertama ( hari )
T2 : Waktu pengamatan kedua ( hari ).
Dilakukan pada saat tanaman jagung berumur
3 MST, 6 MST, 9 MST dan 12 MST.
Buletin Palma Volume 19 No. 2, Desember 2018: 127 - 146
130
5. Bobot 1000 biji kering (g)
Bobot 1000 biji kering dihitung setelah biji
jagung dipipil, diambil secara acak dan
dikeringkan hingga kadar air 14% dengan
menggunakan alat pengukur kadar air yaitu
Moisture Content, kemudian biji ditimbang
masing-masing per sampel sebanyak 1000 biji,
bobot masing – masing dihitung pada saat
panen.
6. Bobot hasil biji pipilan (ton ha-1)
Bobot hasil biji diperoleh dari hasil pipilan pada
luas petak sampel yang dikonversikan dalam
satuan ton ha-1.
Konversi ton ha-1 = x bobot biji
jagung pada petak
7. Indeks panen
Indeks panen merupakan parameter yang
menunjukkan efisiensi translokasi fotosintat
kebiji. Indeks panen diperoleh dengan rumus
berikut (Gardner et al., 2008)
Indeks Panen (IP) =
Data hasil pengamatan yang diperoleh dari
penelitian dianalisis menggunakan program STAR
(Statistik Tool Agriculture Research).
Data penunjang pada penelitian adalah hasil
analisis kimia tanah dari Departemen Ilmu Tanah
Universitas Hasanuddin Makassar pada Tabel 1,
dan Rata-rata pertumbuhan vegetatif kelapa sawit
berbagai umur pada Tabel 2.
Hasil analisis kimia tanah menunjukkan
bahwa kandungan N Kjeldahl (%), K₂ O HCI 2 % (
mg l00gr ), dan pH tanah relatif sama kecuali
pada kandungan P₂ O₅ HCI 25 % ( mg l00gr ),
tertinggi kandungan P₂ O₅ HCI 25 % ( mg l00gr )
adalah terdapat pada lokasi kelapa sawit umur 3,6
tahun. Hasil analisis kimia tanah berbagai lokasi
kelapa sawit disajikan pada Tabel 1.
Rata-rata pertumbuhan vegetatif kelapa
sawit (TBM) pada berbagai umur menunjukkan
bahwa pertumbuhan vegetatif kelapa sawit
tertinggi terdapat pada kelapa sawit umur 3,6
tahun. Pertumbuhan vegetatif kelapa sawit (TBM)
terdapat pada Tabel 2.
Tabel 1. Hasil analisis kimia tanah sebelum penelitian pada berbagai jarak tanam pada uji multilokasi untuk
pertumbuhan dan hasil tanaman jagung Table 1. Result of pre-research soil chemical analysis in various spacing on multi-location test for growth and corn
yield
Parameter Tanah
Soil parameter
Hasil analisa tanah pada uji multi lokasi Result of soil analysis on multi-location test
Tanpa Kelapa sawit Palm oil no
Kelapa sawit umur 1,6 tahun
Palm oil aged 1.6 yr
Kelapa sawit umur 2,6 tahun
Palm oil aged 2.6 yr
Kelapa sawit umur 3,6 tahun
Palm oil aged 3.6 yr
N Kjeldahl (%)
P₂ O₅ HCI 25 % (mg l00gr )
K₂ O HCI 2 % ( mg l00gr )
pH
0,11
( rendah ) low
22,78
( sedang ) medium
19,17
( sangat rendah ) Very low
4,8
( masam ) Sour
0,13
( rendah ) low
18,72
( rendah ) low
20,44
( sangat rendah ) Very low
4,78
( masam ) sour
0,11
( rendah ) low
20,92
( rendah ) low
20,35
( sangat rendah ) Very low
4,7
( masam ) sour
0,11
( rendah ) low
23,71
( sedang ) medium
19,75
( sangat rendah ) Very low
4,9
( masam ) sour
Pengaruh Jarak Tanam Terhadap Pertumbuhan Dan Hasil Jagung (Zea Mayz.L) Pada Tingkat Umur Kelapa Sawit (Elaeis Guineensis Jacq) (M. Nur, et al.)
131
Tabel 2. Rata – rata pertumbuhan vegetatif kelapa sawit tanaman belum menghasil ( TBM ) pada
berbagai tingkat umur
Table 2. Mean of palm oil vegetative growth of immature plant in various grade aged
Umur Aged
Jumlah pelepah
(helai/sheet) Number of
midrib
Panjang pelepah
(cm) Length of
midrib
Panjang petiol (cm)
Length of petiol
Luas Tajuk (cm2)
Width of crown
panjang anak daun
(cm) Length of sub-leave
Jumlah anak daun
kiri (helai/sheet) Sub-number of left leave
Jumlah anak daun kanan
(helai/sheet) Sub-number of
right leave
Kelapa sawit 1,5 tahun Palm oil aged 1.5 yr
20,33 153,42 38,44 37505,88 49,17 42,49 41,08
Kelapa sawit 2,5 tahun Palm oil aged 2.5 yr
38,92 256,61 73,07 165758,00 68,58 94,86 94,41
Kelapa sawit 3,5 tahun Palm oil aged 3.5 yr
51,67 341,90 101,36 300242,70 83,90 104,94 104,86
HASIL DAN PEMBAHASAN
Komponen pertumbuhan vegetatif jagung
Indeks Luas Daun Hasil penelitian menunjukkan bahwa jarak
tanam pada kelapa sawit berbagai umur
berpengaruh nyata terhadap indeks luas daun pada umur 9 MST dan ada interaksi antara jarak tanam dan umur kelapa sawit. Pengaruh jarak tanam pada kelapa sawit berbagai umur disajikan pada Tabel 3.
Tabel 3. Indeks luas daun tanaman jagung pada umur 9 MST, berbagai jarak tanam pada kelapa sawit
berbagai tingkat umur.
Tabel 3. Leaf area index of corn plant for aged 9 week-1, in various spacing for palm oil various grade aged
Jarak tanam Spacing
Indeks luas daun pada Leaf area index for
Tanpa kelapa
sawit Without palm oil
Kelapa sawit umur 1,5 tahun
Palm oil aged 1.5 yr
Kelapa sawit umur 2,5 tahun
Palm oil aged 2.5 yr
Kelapa sawit umur 3,5 tahun
Palm oil aged 3.5 yr
50 cm x 25 cm 60 cm x 25 cm 70 cm x 25 cm
2,22 d 2,52 c 2,74 b
2,27 d 2,71 b 3,12 a
2,17 de 2,43 c 2,77 b
2,07 de 2,35 c 2,65 b
BNT0.05 0,13 Keterangan : Angka yang diikuti dengan huruf yang sama pada kolom dan baris yang sama menunjukkan tidak
berbeda nyata berdasarkan uji BNT pada taraf 5%. Note: Numbers in the column followed by different lettery are significantly difference at HSD 0.05
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada
umur 9 MST, indeks luas daun tertinggi diperoleh
pada jagung yang ditanam diantara kelapa sawit
umur 1,5 tahun dengan jarak tanam 70 cm x 25 cm
yaitu 3,12 dan berbeda nyata dengan perlakuan
lainnya dan ada interaksi antara jarak tanam dan
tingkat umur kelapa sawit. Interaksi antara tingkat
umur kelapa sawit dengan indeks luas daun pada
berbagai jarak tanam terlihat bahwa indeks luas
daun tanaman jagung semakin menurun seiring
dengan bertambahnya umur tanaman jagung.
Secara umum terlihat bahwa tanaman jagung yang
ditanam diantara kelapa sawit umur 1,5 tahun
dengan jarak tanam 70 cm x 25 cm memiliki indeks
Buletin Palma Volume 19 No. 2, Desember 2018: 127 - 146
132
luas daun yang tertinggi. Interaksi antara tingkat
umur kelapa sawit dengan indeks luas daun pada
berbagai jarak tanam menunjukkan adanya
perbedaan tingkat kenaikan indeks luas.
Gambaran interaksi antara tingkat umur kelapa
sawit dengan indeks luas daun pada berbagi jarak
tanam terlihat pada Gambar 1.
Pada gambar 1 menunjukkan bahwa
jagung yang ditanam pada jarak tanam 70 cm x 25
cm meningkat pada umur 6 MST dan tertinggi
pada umur 9 MST, kemudian menurun pada
umur 12 MST.Hal ini diduga karena pada jarak
tanam yang lebar, luas penutupan tajuk proposinal
dengan luas lahan yang dinaungi oleh tajuk kelapa
sawit, akibatnya air dan unsur hara dalam tanah
tersedia sehingga energi untuk pertumbuhan
vegetatif jagung besar dan menyebabkan
pertumbuhan vegetatif juga tinggi. (Maruapey
2011). Mnx,
Selain dipengaruhi oleh jarak tanam, juga
diduga dipengaruhi oleh tingkat umur kelapa
sawit. Pada kelapa sawit umur 1,5 tahun, luas
penutupan tajuk kelapa sawit proposional dengan
luas pertanaman jagung yang dinaungi sehingga
kelembaban tanah terjaga sehingga air dan unsur
hara tersedia akibatnya energi untuk pertumbuhan
vegetatif jagung besar dan menyebabkan indeks
luas daun jagung besar.
Kisaran indeks luas daun optimal bagi
tanaman budidaya adalah sekitar 3 sampai 5,
indeks luas daun tertinggi yang diperoleh tidak
optimal dan lebih rendah dari hasil penelitian
yang sama oleh Wahyudin dkk ( 2015 ) berbagai
jarak tanam dengan pupuk kandang pada jagung
hybrida P-12, diperoleh hasil indeks luas daun
tertinggi sebesar 6,18 yaitu di atas indeks luas
daun tanaman budidaya pada umumnya. Hal ini
diduga karena pada lokasi pelaksanaan penelitian
adalah lahan tadah hujan pada tanah ultisol, dan
nilai pH 4,7 - 4,9 ( masam ), N total 0,11% – 0,13%
( rendah ), P2O5 18,72 – 23.71 % ( rendah ), dan
K2O HCl 25% (sangat rendah ). Hal ini diperkuat
oleh pernyataan yang dikemukakan oleh
Goldsworthy dan Fischer ( 1992 ) dalam Agrita
(2012) bahwa faktor yang mempengaruhi besarnya
indeks luas daun antara lain adalah jarak tanam
dan ketersediaan unsur hara nitrogen. Jarak tanam
secara langsung dapat mempengaruhi kerapatan
populasi suatu tanaman. Nitrogen adalah salah
satu unsur hara makro esensial bagi tanaman yang
diperlukan dalam pembentukan dan pertumbuhan
vegetatif tanaman dan sebagai bahan dasar
penyusunan protein serta pembentukan klorofil.
Hal tersebut dipertegas oleh Gardner et
al.,(2008) bahwa jagung merupakan tanaman yang
sangat peka terhadap pemupukan. Kekurangan N
pada tanaman akan mengalami pertumbuhan
lambat, kerdil, daun hijau menjadi kekuningan,
daunnya sempit, daun-daun tua menjadi cepat
menguning dan mati. Unsur N merupakan bahan
penyusun asam amino, amida, dan basa nitrogen
seperti purin serta nucleoprotein yang berperan
dalam proses pembesaran dan pembelahan sel.
Unsur N juga berperan sebagai senyawa
pembentuk klorofil oleh karena itu unsur N sangat
penting dalam mendukung pertumbuhan tanaman
termasuk tinggi tanaman.
0
0.5
1
1.5
2
2.5
3
3.5
IND
EK
S L
UA
S D
AU
N
PERLAKUAN
3 MST
6 MST
9 MST
12 MST
Gambar 1. Diagram batang indeks luas daun jagung umur 6 MST, 9 MST, dan 12 MST pada berbagai jarak tanam dan
tingkat umur kelapa sawit.
Figure 1. Diagram bole of leaf area index of corn for aged 6 week-1, 9 week-1, and 12 week-1 for spacing various and grade aged
Pengaruh Jarak Tanam Terhadap Pertumbuhan Dan Hasil Jagung (Zea Mayz.L) Pada Tingkat Umur Kelapa Sawit (Elaeis Guineensis Jacq) (M. Nur, et al.)
133
Intensitas Cahaya Matahari ( x 100 Lux )
Hasil penelitian menunjukkan bahwa jarak
tanam berpengaruh nyata terhadap jumlah
serapan intensitas cahaya matahari yang diterima
tanaman pada umur 3 MST dan ada interaksi
antara jarak tanam jagung dengan tingkat umur
kelapa sawit. Pengaruh jarak tanam pada tingkat
umur kelapa sawit terhadap jumlah serapan
intensitas cahaya matahari, disajikan pada Tabel 4.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara
umum intensitas cahaya matahari yang diterima
tanaman jagung semakin menurun seiring dengan
bertambahnya umur tanaman jagung. Jumlah
intensitas cahaya matahari yang diterima oleh
tanaman jagung, tertinggi yang ditanam pada
lokasi tanpa kelapa sawit pada jarak tanam
70 cm x 25 cm, yaitu sebesar 841,33 lux dan
berbeda nyata dengan perlakuan lainnya dan ada
interaksi dengan tingkat umur kelapa sawit.
Penurunan penerimaan intensitas cahaya matahari
pada berbagai jarak tanam dan tingkat umur
kelapa sawit dapat dilihat pada Gambar 2.
Gambar 2, menunjukkan bahwa pada
umur 3 MST, tanaman jagung yang ditanam pada
lahan tanpa kelapa sawit dengan jarak tanam
70 cm x 25 cm, jumlah intensitas cahaya matahari
yang diterima adalah sebesar 841,33 lux,
selanjutnya menurun pada umur 6 MST yaitu
sebesar 747,42 lux, dan paling rendah pada umur
12 MST yaitu sebesar 745,92 lux. Hal ini diduga
dipengaruhi oleh jarak tanam, pada jarak tanam
70 cm x 25 cm adalah jarak tanam yang lebar
sehingga tidak terjadi persaingan antara tajuk
tanaman, akibatnya jumlah intensitas cahaya yang
diterima maksimal jika dibandingkan dengan jarak
tanam lainnya sehingga mempunyai jumlah
intensitas cahaya matahari yang tertinggi diserap
oleh tanaman.
Selain dipengaruhi oleh jarak tanam juga
diduga dipengaruhi oleh tingkat umur kelapa
sawit. Pada jagung yang ditanam pada area tanpa
kelapa sawit jumlah intensitas cahaya matahari
yang diserap lebih banyak karna tidak dinaungi
oleh tajuk kelapa sawit, sebaliknya jagung yang
ditanam diantara kelapa sawit berbagai tigkat
umur ternaungi sehingga jumlah instensitas
cahaya matahari yang diserap oleh tanaman tidak
optimal.
Tabel 4. Jumlah intensitas cahaya matahari yang diserap tanaman jagung pada umur 3 MST pada
berbagai jarak tanam dan tingkat umur kelapa sawit. Table 4. Total sunlight intensity thay absorbed by corn plant for aged 3 weeks-1 in various spacing and palm oil
grade aged
Jarak tanam
Spacing
Jumlah intensitas cahaya matahari yang diserap tanaman ( x 100 lux ) pada
Total sunlight intensity that absorbed by plant ( x 100 lux ) for
Tanpa Kelapa sawit
Without palm oil
Kelapa sawit umur 1,5 tahun
Palm oil aged 1.5 yr
Kelapa sawit umur 2,5 tahun
Palm oil aged 2.5 yr
Kelapa sawit umur 3,5 tahun
Palm oil aged 3.5 yr
50 cm x 25 cm
60 cm x 25 cm
70 cm x 25 cm
790,00 de
824,67 b
841,33 a
784,67 de
795,00 cd
806,00 c
686,00 i
711,00 h
734,00 f
628,00 j
679,00 i
726,00 g
BNT0.05 11,06
Keterangan : Angka yang diikuti dengan huruf yang sama pada kolom dan baris menunjukkan tidak berbeda nyata berdasarkan uji BNT pada taraf 5%.
Note: Numbers in the column followed by different lettery are significantly difference at HSD 0.05
Buletin Palma Volume 19 No. 2, Desember 2018: 127 - 146
134
Gambar 2. Diagram batang intensitas cahaya matahari yang diserap jagung umur 3 MST, 6 MST, 9 MST,
dan 12 MST, pada berbagai jarak tanam dan tingkat umur kelapa sawit . Figure 2. Diagram bole of total sunlight intensity that absorbed by corn ( x 100 lux ) for aged 3 week-1, 6 week-1, 9
week-1, and 12 week-1 for various spacing and grade aged.
Gambar 2, menunjukkan bahwa pada
umur 3 MST, tanaman jagung yang ditanam pada
lahan tanpa kelapa sawit dengan jarak tanam 70
cm x 25 cm, jumlah intensitas cahaya matahari
yang diterima adalah sebesar 841,33 lux,
selanjutnya menurun pada umur 6 MST yaitu
sebesar 747,42 lux, dan paling rendah pada umur
12 MST yaitu sebesar 745,92 lux. Hal ini diduga
dipengaruhi oleh jarak tanam, pada jarak tanam 70
cm x 25 cm adalah jarak tanam yang lebar
sehingga tidak terjadi persaingan antara tajuk
tanaman, akibatnya pertumbuhan luas daun total
lebih maksima. Penyerapan cahaya matahari oleh
tanaman dipengaruhi oleh luas daun tanaman.
Luas daun total tanaman bergantung pada
perubahan jumlah dan ukuran daun (Sektiwi dkk.,
2012). Luas daun bertambah berarti meningkat
pula penyerapan cahaya oleh daun, sehingga
berpengaruh pada proses fotosintesis untuk
menghasilkan asimilat yang digunakan sebagai
sumber energi pertumbuhan dalam membentuk
organ-organ vegetatif fase pertumbuhan,
sedangkan pada fase generaif asimilat yang
disimpan pada jaringan organ-organ vegetatif
akan diremobilisasi dalam pembentukan organ
reproduktif, seperti pengisian biji (Board dan
Kahlon, 2012).
Selain dipengaruhi oleh jarak tanam juga
diduga dipengaruhi oleh tingkat umur kelapa
sawit. Pada jagung yang ditanam pada area tanpa
kelapa sawit jumlah intensitas cahaya matahari
yang diserap lebih banyak karna tidak dinaungi
oleh tajuk kelapa sawit, sebaliknya jagung yang
ditanam diantara kelapa sawit berbagai tigkat
umur ternaungi sehingga jumlah instensitas
cahaya matahari yang diserap oleh tanaman tidak
optimal. Radiasi matahari yang ditangkap klorofil
pada tanaman yang mempunyai hijau daun
merupakan energi dalam proses fotosintesis.
Hal ini sesuai dengan pernyataan Jumin
(2008) bahwa pengaruh unsur cahaya pada
tanaman tertuju pada pertumbuhan vegetatif dan
generatif. Tanggapan tanaman terhadap cahaya
ditentukan oleh sintesis hijau daun, kegiatan
stomata ( respirasi, transpirasi), pembentukan
anthosianin, suhu dari organ-organ
permukaan, absorpsi mineral hara, permeabilitas,
laju pernafasan, dan aliran protoplasma. Secara
teoritis, semakin besar jumlah energi yang tersedia
akan memperbesar jumlah hasil fotosintesis.
Pernyataan yang senada dikemukakan
oleh Tjasjono, (1995) bahwa hasil fotosintesis
adalah bahan utama dalam pertumbuhan dan
produksi tanaman pangan. Selain meningkatkan
laju fotosintesis, peningkatan cahaya matahari
biasanya mempercepat pembungaan dan
pembuahan. Sebaliknya, penurunan intensitas
radiasi matahari akan memperpanjang masa
pertumbuhan tanaman.
Hal tersebut dipertegas oleh AAK, (1983)
bahwa sinar matahari merupakan sumber dari
energi yang menyebabkan tanaman dapat
membentuk gula. Tanpa bantuan dari sinar
matahari, tanaman tidak dapat memasak makanan
yang diserap oleh tanah, yang mengakibatkan
tanaman menjadi lemah atau mati.
Pengaruh Jarak Tanam Terhadap Pertumbuhan Dan Hasil Jagung (Zea Mayz.L) Pada Tingkat Umur Kelapa Sawit (Elaeis Guineensis Jacq) (M. Nur, et al.)
135
Bobot Kering Total Tanaman (g)
Hasil penelitian menunjukkan bahwa jarak tanam berpengaruh nyata terhadap bobot kering total tanaman pada umur 12 MST dan ada
interaksi antara jarak tanam dengan tingkat umur kelapa sawit. Pengaruh jarak tanam pada kelapa sawit berbagai tingkat umur terhadap bobot kering total tanaman disajikan pada Tabel 5.
Tabel 5. Bobot kering total jagung umur 12 MST pada berbagai jarak tanam dan tingkat umur kelapa sawit Table 5. Total dry weight of corn for aged 12 week-1 in various spacing and palm oil grade aged
Jarak tanam
Spacing
Bobot kering total tanaman (g) pada
Total dry weight of plant (g) for
Tanpa kelapa sawit
Without palm oil
Kelapa sawit
umur 1,5 tahun
Palm oil aged 1.5 yr
Kelapa sawit
umur 2,5 tahun
Palm oil aged 2.5 yr
Kelapa sawit
umur 3,5 tahun
Palm oil aged 3.5 yr
50 cm x 25 cm
60 cm x 25 cm
70 cm x 25 cm
246,80 ef
254,43 ef
270,00 d
238,53 efg
259,63 de
308,63 b
251,93 ef
281,13 c
338,73 a
168,43 h
190,07 g
220,67 g
BNT0.05 19,94
Keterangan : Angka yang diikuti dengan huruf yang sama pada kolom dan baris yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata berdasarkan uji BNT pada taraf 5%.
Note: Numbers in the column followed by different lettery are significantly difference at HSD 0.05
Hasil penelitian menunjukkan bahwa bobot
kering total tanaman yang dimiliki oleh tanaman
jagung semakin bertambah seiring dengan
bertambahnya umur tanaman. Bobot kering total
tanaman (g) tertinggi diperoleh pada umur
12 MST yaitu pada jagung yang ditanam dengan
jarak tanam 70 cm x 25 cm diantara kelapa sawit
umur 2,5 tahun (338,75 g) dan berbeda nyata
dengan perlakuan lainnya, dan ada interaksi
antara jarak tanam dan tingkat umur kelapa sawit.
Interaksi yang nyata antara jarak tanam
pada kelapa sawit berbagai tingkat umur terhadap
bobot kering total tanaman menunjukkan bahwa
adanya perbedaan tingkat kenaikan bobot kering
total tanaman pada interaksi berbagai jarak tanam
dengan tingkat umur kelapa sawit. Gambaran
interaksi antara jarak tanam dan tingkat umur
kelapa sawit terhadap bobot kering tanaman
terlihat pada Gambar 3.
Gambar 3. Diagram batang bobot kering total tanaman jagung (g) pada umur 3 MST, 6 MST, 9 MST, dan
12 MST, pada berbagai jarak tanam dan tingkat umur kelapa sawit. Figure 3. Diagram bole total dry weight of corn for aged 3 week-1, 6 week-1, 9 week-1 and 12 week-1 in various
spacing and palm oil grade aged
Buletin Palma Volume 19 No. 2, Desember 2018: 127 - 146
136
Pada Gambar 3, menunjukkan bahwa
bobot kering total tanaman semakin meningkat
dengan semakin bertambahnya umur tanaman
(3,6,9 dan 12 , MST). Hal ini diduga dipengaruhi
oleh jarak tanam, pada jarak tanam yang lebar,
tidak terjadi persaingan antara tanaman dalam
menyerap intensitas cahaya matahari, air dan
unsur hara, sehingga energi pertumbuhan
tanaman pada bobot kering total tanaman besar.
Selain dipengaruhi oleh jarak tanam, juga
diduga dipengaruhi oleh tingkat umur kelapa
sawit. Jagung yang ditanam diantara kelapa sawit
umur 2,5 tahun, luas tajuk kelapa sawit yang
menutupi pertanaman jagung proposional
sehingga kelembaban tanah terutama pada musim
kemarau optimal, sehingga air dan unsur hara
menjadi tersedia bagi tanaman dan menyebabkan
bobot kering total tanaman besar pada umur
12 MST. Hal ini sependapat dengan
Surbakti et al., (2013) yang menyatakan dalam
kondisi lingkungan yang baik untuk melakukan
fotosintesis dapat menghasilkan ( 60 - 80 )% hasil
asimilatnya ditranslokasikan kebagian tanaman
yang lainnya pada organ pertumbuhan dan
produksi. Pertumbuhan dan produksi akan
meningkat apabila didukung oleh faktor
lingkungan misalnya cahaya dan air (Bunyamin
dan Aqil 2009), tetapi pada saat penelitian ini
kebutuhan air tidak dapat tercukupi karena pada
saat penelitian ini dilaksanakan bertepatan dengan
mulainya musim kering pada saat fase
pertumbuhan tanaman sudah mengalami
kekurangan air jadi pertumbuhan dan produksi
tanaman tidak mendapatkan hasil dengan
maksimal.
Pernyataan tersebut dipertegas oleh
Kresnatinta et al., (2013) bahwa jagung merupakan
tanaman yang sangat peka terhadap pemupukan,
kekurangan atau kelebihan salah satu jenis unsur
makro akan menyebabkan perubahan secara
fisiologis pada tanaman. Absorbsi N oleh tanaman
jagung berlangsung selama pertumbuhannya, oleh
karena itu untuk mendapatkan hasil yang baik
maka unsur hara makro dan mikro dalam tanah
harus cukup tersedia selama fase pertumbuhan
tersebut.
Laju Tumbuh Relatif (g.tan-2.minggu-1)
Hasil penelitian menunjukkan bahwa jarak
tanam pada kelapa sawit berbagai tingkat umur
berpengaruh nyata terhadap laju tumbuh relatif
pada umur 9 – 12 MST dan ada interaksi antara
jarak tanam dengan tingkat umur kelapa sawit.
Pengaruh jarak tanam pada tingkat umur kelapa
sawit disajikan pada Tabel 6.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada
umur 9 – 12 MST, laju tumbuh relatif tertinggi
terdapat pada tanaman jagung yang ditanam
dengan jarak tanam 70 cm x 25 cm diantara
kelapa sawit umur 2,5 tahun (9.93 g.tan-2.minggu-1)
dan berbeda nyata dengan perlakuan lainnya dan
ada interaksi antara jarak tanam dan tingkat umur
kelapa sawit. Secara umum terlihat bahwa laju
tumbuh relatif tertinggi terdapat pada jagung yang
ditanam pada jarak tanam 70 cm x 25 cm.
Interaksi yang nyata antara jarak tanam
dengan tingkat umur kelapa sawit terhadap laju
tumbuh relatif tanaman jagung menunjukkan
bahwa adanya perbedaan tingkat laju tumbuh
relatif. Gambaran interaksi antara jarak tanam
dengan tingkat umur kelapa sawit terhadap laju
tumbuh relatif dapat dilihat pada Gambar 4.
Pengaruh Jarak Tanam Terhadap Pertumbuhan Dan Hasil Jagung (Zea Mayz.L) Pada Tingkat Umur Kelapa Sawit (Elaeis Guineensis Jacq) (M. Nur, et al.)
137
Tabel 6. Laju tumbuh relatif tanaman jagung umur 9 - 12 MST pada berbagai jarak tanam pada kelapa sawit berbagai tingkat umur.
Table 6. Relative growth rate of corn plant for aged 9 – 12 week-1 in various spacing and palm oil grade aged
Jarak tanam Spacing
Laju tumbuh relatif ( g.tan-2.minggu- 1 ) pada Relative growth rate ( g.plant-2.wk- 1 ) for
Tanpa kelapa sawit Without palm oil
Kelapa sawit umur 1,5 tahun Palm oil aged 1.5 yr
Kelapa sawit umur 2,5 tahun Palm oil aged 2.5 yr
Kelapa sawit umur 3,6 tahun Palm oil aged 3.5 yr
50 cm x 25 cm
60 cm x 25 cm
70 cm x 25 cm
8,26 bc
7,96 bcde
8,04 bcd
6,54 h
7,75 bcdef
8,55 b
6,88 fghi
7,24 defgh
9,93 a
5,86 b
6,43 fgh
7,61 cdefg
BNT0.05 0,88
Keterangan : Angka yang diikuti dengan huruf yang sama pada kolom dan baris yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata berdasarkan uji BNT pada taraf 5%.
Note: Numbers in the column followed by different lettery are significantly difference at HSD 0.05
Gambar 4. Diagram batang laju tumbuh relatif jagung pada umur 6 – 9 MST, dan 9 – 12 MST, pada berbagai jarak tanam dan tingkat umur kelapa sawit. Figure 4. Diagram bole of relative growth rate of corn for aged 3 – 6 week-1, 6 – 9 week-1 and 9 – 12 week-1 in
various spacing and palm oil grade aged.
Gambar 4, menunjukkan bahwa pada umur
3 - 6 MST, tanaman jagung yang ditanam diantara
kelapa sawit umur 2,5 tahun pada jarak tanam
70 cm x 25 cm, mempunyai laju tumbuh relatif
sebesar 1,73 g.tan-2.minggu-1, dan meningkat pada
umur 6 – 9 MST (3.47 g.tan-2.minggu-1), dan
tertinggi pada umur 9 – 12 MST (9.93 g.tan-
2.minggu-1). Hal ini diduga dipengaruhi oleh jarak
tanam, pada jarak tanam yang lebar tidak terjadi
persaingan antara tanaman dalam menyerap air,
intensitas cahaya matahari dan unsur hara
sehingga energi pertumbuhan vegetatif tanaman
jagung besar, akibatnya laju tumbuh relatif
tanaman besar.
Selain dipengaruhi oleh jarak tanam, juga
diduga dipengaruhi oleh tingkat umur kelapa
sawit. Tanaman jagung yang ditanam diantara
kelapa sawit umur 1,5 tahun, terserang penyakit
bulai pada umur 9 MST sehingga laju
pertumbuhan jagung terhambat, akibatnya tidak
optimal. Pada jagung yang ditanam diantara
kelapa sawit umur 2,5 tahun, luas penutupan tajuk
kelapa sawit cukup proposional dengan luas
pertanaman yang dinaungi tajuk sehingga
kelembaban tanah cukup stabil akibatnya air dan
unsur hara cukup tersedia dan menyebabkan
energi pertumbuhan jagung maksimal. Pada
kelapa sawit umur 3,5 tahun, luas penutupan tajuk
kelapa sawit terhadap luas pertanaman jagung
tidak proposional sehingga jumlah intensitas
cahaya matahari yang diterima jagung tidak
maksimal akibatnya energi pertumbuhan rendah,
Buletin Palma Volume 19 No. 2, Desember 2018: 127 - 146
138
sebaliknya pada lokasi tadah hujan yang tanpa
kelapa sawit terjadi kekeringan pada puncak
musim kemarau akibatnya kelembaban tanah
rendah sehingga air dan unsur hara juga rendah
dan menyebabkan pertumbuhan tanaman tidak
maksimal.
Hal ini sesuai dengan pernyataan Bunyamin
dan Aqil (2009), pertumbuhan dan produksi akan
meningkat apabila didukung oleh faktor
lingkungan misalnya cahaya dan air, tetapi pada
saat penelitian ini kebutuhan air tidak dapat
tercukupi karena pada saat penelitian ini
dilaksanakan bertepatan dengan mulainya musim
kering yang mana pada saat fase pertumbuhan
tanaman sudah mengalami kekurangan air dan
terserang penyakit bulai sehingga energi
pertumbuhan dan hasil jagung tidak mendapatkan
hasil dengan maksimal.
Berikut gambar penampilan vegetatif jagung
pada berbagai jarak tanam dan pada kelapa sawit
berbagai tingkat umur terdapat pada Gambar 5.
Gambar 5 a. Penampilan vegetatif jagung pada berbagai jarak tanam pada lokasi tanpa kelapa sawit
Figure 5 a. Figure vegetative of corn for various spacing for location without of palm oil
Gambar 5 b. Penampilan vegetatif jagung pada berbagai jarak tanam pada kelapa sawit umur 1,5 tahun Figure 5 b. Figure vegetative of corn for various spacing for palm oil aged 1.5 year
Gambar 5 c. Penampilan vegetatif jagung pada berbagai jarak tanam pada kelapa sawit umur 2,5 tahun Figure 5 c. Figure vegetative of corn for various spacing for palm oil aged 2.5 year
JT. 60 CM X 25 CM JT. 50 CM X 25 CM JT. 70 CM X 25 CM
JT. 60 CM X 25 CM JT. 70 CM X 25 CM JT. 50 CM X 25 CM
JT. 50 CM X 25 CM JT. 60 CM X 25 CM JT. 70 CM X 25 CM
Pengaruh Jarak Tanam Terhadap Pertumbuhan Dan Hasil Jagung (Zea Mayz.L) Pada Tingkat Umur Kelapa Sawit (Elaeis Guineensis Jacq) (M. Nur, et al.)
139
Gambar 5 d. Penampilan vegetatif jagung pada berbagai jarak tanam pada kelapa sawit umur 3,5 tahun Figure 5 d. Figure vegetative of corn for various spacing for palm oil aged 3.5 year. Komponen Hasil Jagung
Bobot 1000 biji (g) Hasil penelitian menunjukkan bahwa jarak
tanam pada kelapa sawit berbagai tingkat umur berpengaruh nyata terhadap bobot 1000 biji (g)
dan ada interaksi antara jarak tanam dengan tingkat umur kelapa sawit. Pengaruh jarak tanam pada kelapa sawit berbagai tingkat umur disajikan pada Tabel 8.
Tabel 8. Bobot 1000 biji (g) jagung pada berbagai jarak tanam pada kelapa sawit berbagai tingkat umur Table 8. Grain yield 1000 (g), in various spacing of corn for palm oil various grade aged
Jarak tanam Spacing
Bobot 1000 biji (g) tanaman jagung pada Grain yield 1000 (g) of corn plant, for
Tanpa kelapa
sawit Without palm oil
Kelapa sawit umur 1,5 tahun
Palm oil aged 1.5 yr
Kelapa sawit umur 2,5 tahun
Palm oil aged 2.5 yr
Kelapa sawit umur 3,5 tahun
Palm oil aged 3.5 yr
50 cm x 25 cm
60 cm x 25 cm
70 cm x 25 cm
2630,00 g
2670,00 f
2790,00 c
2370,79 jk
2399,33 i
2902,49 b
2688,43 e
2736,27 d
3118,80 a
2332,34 l
2382,76 ij
2423,87 h
BNT0.05 17.90
Keterangan : Angka yang diikuti dengan huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata berdasarkan uji BNT pada taraf 5%.
Note: Numbers in the column followed by different lettery are significantly difference at HSD 0.05.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa bobot
kering 1000 biji tertinggi terdapat pada tanaman
jagung yang ditanam dengan jarak tanam
70 cm x 25 cm diantara kelapa sawit umur 2,5
tahun (3118.80 g) dan berbeda nyata dengan
tanaman jagung yang ditanam pada jarak tanam
60 cm x 25 cm ( 2736.27 g ), maupun pada jarak
tanam 50 cm x 25 cm ( 2688.43 g ). Hal ini diduga
dipengaruhi oleh jarak tanam, pada jarak tanam
70 cm x 25 cm kerapatan tanaman lebar, jumlah
cahaya matahari yang diserap proposional dengan
luas tanah yang dinaungi oleh tajuk tanaman
jagung sehingga tajuk tanaman tidak saling
menaungi, akibatnya tidak terjadi persaingan
terhadap cahaya matahari untuk fotosintesis, tidak
adanya persaingan menyebabkan tanaman akan
memperoleh energi secara maksimal untuk energi
pertumbuhan organ generatif pada bobot kering
1000 biji. Sebaliknya pada jarak tanam yang rapat,
terjadi persaingan pada cahaya, air dan unsur hara
dalam tanah sehingga energi pertumbuhan
generatif tanaman jagung rendah, akibatnya
pertumbuhan generatif rendah. Fotosintesis
dipengaruhi oleh faktor lingkungan, yaitu cahaya
JT. 60 CM X 25 CM JT. 70 CM X 25 CM JT. 50 CM X 25 CM
Buletin Palma Volume 19 No. 2, Desember 2018: 127 - 146
140
matahari, CO2, suhu, air dan unsur hara. Bilamana
salah satu faktor kurang tersedia atau kelebihan
maka akan memberikan pengaruh negatif pada
laju fotosintesis dan mengakibatkan pertumbuhan
dan hasil rendah .
Selain dipengaruhi oleh jarak tanam, juga
diduga dipengaruhi oleh tingkat umur kelapa
sawiti. Pada fase generatif tanaman sangat
membutuhkan sumberdaya lingkungan yang
optimal, tetapi pada lokasi penelitian adalah lokasi
tadah hujan dan terjadi kekurangan air karena
puncak musim kemarau. Pada kelapa sawit umur
2,5 tahun mempunyai luas tajuk yang proposional
dengan luas tanah yang dinaungi pada
pertanaman jagung sehingga kelembaban tanah
optimal, akibatnya air dan unsur hara cukup
tersedia sehingga energi pertumbuhan generatif
lebih maksimal dibanding dengan jagung yang
ditanam diantara kelapa sawit umur 1,5 tahun,
kelapa sawit umur 3,5 tahun maupun pada jagung
yang tanpa kelapa sawit.
Wahyudin dkk., (2016) pada perlakuan
berbagai jarak tanam pada jenis jagung Pioneer,
yaitu sebesar 300 g pada bobot 1000 biji. Hal ini
diduga dipengaruhi oleh kerapatan jarak tanam
dan lingkungan tumbuh tanaman. Jarak tanam
yang lebih lebar dan waktu penelitian berlangsung
pada pertengahan musim kemarau dan berada
pada area diantara kelapa sawit umur 2,5 tahun,
sehingga serapan cahaya dan kelembaban tanah
proposional dengan luas tanah yang ditutupi oleh
tajuk kelapa sawit sehingga tidak terjadi
persaingan antara tanaman terhadap cahaya
matahari, air dan unsur hara dan menyebabkan
fotosintesis tanaman besar, akibatnya energi untuk
pertumbuhan vegetatif dan generatif besar dan
mengakibatkan bobot kering biji lebih besar.
Sebaliknya pada jarak tanam yang lebih rapat
terjadi persaingan terhadap cahaya matahari, air
dan unsur hara, dan sebaliknya jika terlalu lebar
dan tanpa naungan akan terjadi defisit air
sehingga pertumbuhan dan hasil akhir tanaman
menjadi rendah.
Pernyataan tersebut diperkuat oleh
pendapat yang dikemukakan oleh Agrita ( 2012 ),
bahwa komponen hasil bobot 1000 biji
dipengaruhi oleh faktor genotip dan lingkungan.
Ukuran biji maksimum dapat tercapai pada suhu
rata - rata 25 °C.
Hasil biji pipilan (ton ha-1)
Hasil penelitian menunjukkan bahwa jarak
tanam pada kelapa sawit berbagai tingkat umur
berpengaruh nyata terhadap hasil biji pipilan dan
ada interaksi antara jarak tanam dan tingkat umur
kelapa sawit. Pengaruh jarak tanam pada kelapa
sawit berbagai tingkat umur disajikan pada
Tabel 9.
Tabel 9. Hasil biji pipilan jagung, berbagai jarak tanam pada kelapa sawit berbagai tingkat umur Table 9. Grain yield (ton ha-1) in various spacing on palm oil for various aged grade
Jarak tanam Spacing
Hasil biji (ton ha-1) jagung pada Grain yield (ton ha-1) corn for
Tanpa kelapa
sawit Without palm oil
Kelapa sawit umur 1,5 tahun
Palm oil aged 1.5 yr
Kelapa sawit umur 2,5 tahun
Palm oil aged 2.5 yr
Kelapa sawit umur 3,5 tahun
Palm oil aged 3.5 yr
50 cm x 25 cm
60 cm x 25 cm
70 cm x 25 cm
4,04 gh
4,43 e
4,68 c
3,81 i
4,21 f
4,62 cd
4,12 fg
4,87 b
5,58 a
3,22 k
3,49 j
4,00 gh
BNT0.05 0,16
Keterangan : Angka yang diikuti dengan huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata berdasarkan uji BNT pada taraf 5%.
Note: Numbers in the column followed by different lettery are significantly difference at HSD 0.05
Hasil penelitian menunjukkan bahwa hasil
biji tertinggi terdapat pada tanaman jagung yang
ditanam dengan jarak tanam 70 cm x 25 cm
diantara kelapa sawit umur 2,5 tahun, yaitu 5,58
Pengaruh Jarak Tanam Terhadap Pertumbuhan Dan Hasil Jagung (Zea Mayz.L) Pada Tingkat Umur Kelapa Sawit (Elaeis Guineensis Jacq) (M. Nur, et al.)
141
ton ha-1, dan berbeda nyata dengan semua
perlakuan lainnya.
Hal ini diduga dipengaruhi oleh jarak
tanam, pada jarak tanam yang lebar tidak terjadi
persaingan dalam mengambil cahaya matahari, air
dan unsur hara sehingga energi untuk
pertumbuhan organ generatif lebih maksimal
dibandingkan dengan jagung yang ditanam
dengan jarak tanam yang lebih rapat.
Selain dipengaruhi oleh jarak tanam, juga
diduga dipengaruhi oleh tingkat umur kelapa
sawit. Pada fase generatif tanaman sangat
membutuhkan sumberdaya lingkungan yang
optimal, tetapi pada lokasi penelitian adalah lokasi
tadah hujan dan terjadi kekurangan air karena
puncak musim kemarau. Pada kelapa sawit umur
2,5 tahun mempunyai luas tajuk yang proposional
dengan luas tanah yang dinaungi pada
pertanaman jagung sehingga kelembaban tanah
optimal, akibatnya air dan unsur hara cukup
tersedia sehingga energi pertumbuhan generatif
jagung lebih maksimal dibanding dengan kelapa
sawit umur 1,5 tahun, kelapa sawit umur 3,5 tahun
maupun pada jagung yang tanpa kelapa sawit.
Hasil penelitian sama dengan hasil
penelitian Bunyamin dan Awaluddin (2012)
bahwa jumlah populasi 71.429 tanaman ha-1 atau
jarak tanam 70 x 20 cm yang terbaik terhadap
pertumbuhan dan hasil jagung semi (baby corn)
dibanding dengan jumlah populasi 83.333 atau
jarak tanam 60 x 20 cm maupun pada jumlah
populasi 100.000 atau jarak tanam 50 x 20 cm.
Selanjutnya hasil penelitian Effendi (2008) bahwa
terjadi interaksi antara perlakuan jarak tanam dan
defoliasi bunga jantan pada peubah diameter
tongkol. Perlakuan kombinasi jarak tanam 70 x 20
cm dan defoliasi bunga jantan diperoleh diameter
tongkol yang lebih besar dibandingkan dengan
kombinasi perlakuan lainya sebesar 14.50 cm.
Hasil penelitian yang sama Ilham
wahyudin dkk (2016) menunjukkan bahwa
penggunaan jarak tanam 100 x 30 cm pada varietas
yang sama Pioneer menghasilkan pertumbuhan
dan produksi (berat tongkol 155.24g, panjang
tongkol 14.95 cm, dan berat 100 biji 30 g) tertinggi
dari pada hasil pertumbuhan dan produksi pada
jarak tanam 70 x 30 cm maupun jarak tanam 40 x
30 cm.
Hal ini sejalan dengan pernyataan yang
oleh Silaban (2013) bahwa jarak tanam pada
tanaman jagung berhubungan dengan luas atau
ruang tumbuh yang ditempatinya dalam
penyediaan unsur hara, air dan cahaya. Jarak
tanam yang terlalu lebar kurang efisien dalam
pemanfaatan lahan, bila terlalu sempit akan terjadi
persaingan yang tinggi yang mengakibatkan
produktivitas rendah. Pengaturan kepadatan
populasi tanaman dan pengaturan jarak tanam
pada tanaman budidaya dimaksudkan untuk
menekan kompetisi antara tanaman. Setiap jenis
tanaman mempunyai kepadatan populasi tanaman
yang optimum untuk mendapatkan produksi yang
maksimum. Apabila tingkat kesuburan tanah dan
air tersedia cukup, maka kepadatan populasi
tanaman yang optimum ditentukan oleh kompetisi
di atas tanah daripada di dalam tanah atau
sebaliknya.
Hal ini sejalan dengan pernyataan
Karokaro, dkk (2015) bahwa jarak tanam akan
berpengaruh terhadap produksi tanaman karena
berkaitan dengan ketersediaan unsur hara, cahaya
matahari serta ruang bagi tanaman. Jika terjadi
kompetisi pada tanaman maka pertumbuhan
vegetatif dan generatif terganggu dan
mengakibatkan hasil seperti ukuran biji kecil
sehingga bobot biji pipilan kering per tanaman
rendah.
Hal yang senada dikemukan oleh
Salisbury dan Ross (2011) bahwa jika tidak
terdapat penyinaran atau kurang mendapat
cahaya dari matahari maka hasilnya akan
berkurang. Temperatur optimum untuk
pertumbuhan jagung adalah antara 23 - 27 C.
Pertumbuhan tanaman jagung sangat
membutuhkan sinar matahari. Tanaman jagung
yang ternaungi, pertumbuhannya akan
terhambat/ merana, dan memberikan hasil biji
yang kurang baik bahkan tidak dapat membentuk
buah.
Hal tersebut diperkuat oleh pernyataan
Anonim (2013) bahwa selain dipengaruhi oleh
jarak tanam juga dipengaruhi oleh kesuburan
tanah yang merupakn factor produksi yang
mempunyai sumbangan cukup besar yaitu sekitar
55% terhadap hasil produksi dan pengaturan jarak
tanam pada tanaman budidaya dimaksudkan
untuk menekan kompetisi antara tanaman. Setiap
Buletin Palma Volume 19 No. 2, Desember 2018: 127 - 146
142
jenis tanaman mempunyai kepadatan populasi
tanaman yang optimum untuk mendapatkan
produksi yang maksimum. Apabila tingkat
kesuburan tanah dan air tersedia cukup, maka
kepadatan populasi tanaman yang optimum
ditentukan oleh kompetisi di atas tanah daripada
di dalam tanah atau sebaliknya.
Pernyataan yang sama dikemukakan oleh
Akil dan Hadijah ( 2007 ), bahwa hasil pipilan
kering yang tinggi dapat berkaitan dengan jarak
tanam yang digunakan dengan anjuran jarak
tanam optimal yaitu dengan jarak tanam 75 cm x
20 cm dengan satu tanaman per lubang, atau jarak
tanam 75 cm x 40 cm dengan dua tanaman per
lubang.
Hal yang senada dikemukan oleh Salisbury
dan Ross (2011) bahwa jika tidak terdapat
penyinaran dari matahari, hasilnya akan
berkurang. Temperatur optimum untuk
pertumbuhan jagung adalah antara 23 - 27 0C.
Pertumbuhan tanaman jagung sangat
membutuhkan sinar matahari. Tanaman jagung
yang ternaungi, pertumbuhannya akan
terhambat/merana, dan memberikan hasil biji
yang kurang baik bahkan tidak dapat membentuk
buah.
Hal tersebut dipertegas oleh Williams (2013)
bahawa pengaturan jarak tanam sangat
berpengaruh terhadap pertumbuhan dan hasil
tanaman. Hal ini akan berpengaruh pada luas
daun, berat kering tanaman, sistem perakaran,
banyaknya sinar matahari yang diterima, dan
banyaknya unsur hara yang diserap dari dalam
tanah. Penggunaan jarak tanam yang tepat akan
menaikkan hasil, tetapi penggunaan jarak tanam
yang kurang tepat akan menurunkan hasil.
Selain pengaturan jarak tanam, faktor
kesuburan tanah merupakan faktor produksi yang
mempunyai sumbangan cukup besar (sekitar 55
%) terhadap keberhasilan produksi (Anonim,
2013).
Indeks panen
Hasil penelitian menunjukkan bahwa jarak
tanam pada kelapa sawit berbagai tingkat umur
berpengaruh nyata terhadap indeks panen dan ada
interaksi antara jarak tanam dengan tingkat umur
kelapa sawit. Pengaruh jarak tanam pada kelapa
sawit berbagai tingkat umur disajikan pada
Tabel 10.
Tabel 10. Indeks panen jagung pada berbagai jarak tanam pada kelapa sawit berbagai tingkat umur Table 10. Harvest indeks in various spacing of corn and of palm oil in various grade aged
Jarak tanam Spacing
Indeks panen jagung pada Harvest indeks corn for
Tanpa kelapa sawit
Without Palm oil
Kelapa sawit umur 1,5 tahun
Palm oil aged 1.5 yr
Kelapa sawit umur 2,5 tahun
Palm oil aged 2.5 yr
Kelapa sawit umur 3,5 tahun
Palm oil aged 3.5 yr
50 cm x 25 cm
60 cm x 25 cm
170 cm x 25 cm
0,42 de
0,46 bc
0,47 b
0,38 fg
0,39 f
0,45 bcd
0,47 b
0,51 a
0,53 a
0,35 hi
0,36 fgh
0,39 f
BNT0.05 0,03
Keterangan : Angka yang diikuti dengan huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata berdasarkan uji BNT pada taraf 5%.
Note: Numbers in the column followed by different lettery are significantly difference at HSD 0.05
Hasil penelitian menunjukkan bahwa indeks
panen tertinggi terdapat pada tanaman jagung
yang ditanam diantara kelapa sawit umur
2,5 tahun dengan jarak tanam 70 cm x 25 cm, yaitu
sebesar 0,53, dan berbeda nyata dengan perlakuan
lainnya dan ada interaksi antara jarak tanam dan
umur kelapa sawit.Hal ini diduga dipengaruhi
oleh jarak tanam, pada jarak tanam yang lebar
tidak terjadi persaingan dalam mengambil
sumberdaya lingkungan yang dibutuhkan seperti
Pengaruh Jarak Tanam Terhadap Pertumbuhan Dan Hasil Jagung (Zea Mayz.L) Pada Tingkat Umur Kelapa Sawit (Elaeis Guineensis Jacq) (M. Nur, et al.)
143
cahaya matahari, air dan unsur hara sehingga
energi pertumbuhan lebih maksimal, sebaliknya
pada jagung yang ditanam dengan jarak tanam
yang rapat terjadi persaingan dalam menperoleh
cahaya matahari, air dan unsur hara sehingga
energi pertumbuhan tidak maksimal akibatnya
indeks panen tanaman jagung rendah.
Selain dipengaruhi oleh jarak tanam, juga
diduga dipengaruhi oleh umur kelapa sawit. Pada
lokasi penelitian adalah tadah hujan, pada lokasi
tanpa kelapa sawit, pada umur 3 HST sampai
umur 25 HST tidak ada air hujan sehingga
tanaman mengalami stress kekeringan, akibatnya
pertumbuhan awal tanama tidak optimal bahkan
kerdil dan menyebabkan pertumbuhan generatif
juga tidak maksimal. Pada jagung yang ditanam
diantara kelapa sawit umur 1,5 tahun pada umur 9
MST terserang penyakit bulai sehingga energi
pertumbuhan dan hasil tidak maksimal,
sedangkan jagung yang ditanam pada kelapa
sawit umur 3,5 tahun, intensitas cahaya matahari
rendah sehingga menyebabkan translokasi
potosintat rendah akibatnya pertumbuhan dan
hasil rendah. Pada kelapa sawit umur 2,5 tahun,
luas penutupan tajuk kelapa sawit cukup
proposional dengan luas tanah pertanaman jagung
yang dinaungi sehingga kelembaban tanah pada
musim kemarau cukup optimal akibatnya jumlah
air dan unsur hara tersedia sehingga energi untuk
pertumbuhan dan hasil jagung optimal.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa
indeks panen tertinggi terdapat pada tanaman
jagung yang ditanam diantara kelapa sawit umur
2,5 tahun dengan jarak tanam 70 cm x 25 cm, yaitu
sebesar 0,53, dan berbeda nyata dengan perlakuan
lainnya dan ada interaksi antara jarak tanam dan
umur kelapa sawit.Hal ini diduga dipengaruhi
oleh jarak tanam, pada jarak tanam yang lebar
tidak terjadi persaingan dalam mengambil
sumberdaya lingkungan yang dibutuhkan seperti
cahaya matahari, air dan unsur hara sehingga
energi pertumbuhan lebih maksimal, sebaliknya
pada jagung yang ditanam dengan jarak tanam
yang rapat terjadi persaingan dalam menperoleh
cahaya matahari, air dan unsur hara sehingga
energi pertumbuhan tidak maksimal akibatnya
indeks panen tanaman jagung rendah.
Selain dipengaruhi oleh jarak tanam, juga
diduga dipengaruhi oleh umur kelapa sawit. Pada
lokasi penelitian adalah tadah hujan, pada lokasi
tanpa kelapa sawit, pada umur 3 HST sampai
umur 25 HST tidak ada air hujan sehingga
tanaman mengalami stress kekeringan, akibatnya
pertumbuhan awal tanama tidak optimal bahkan
kerdil dan menyebabkan pertumbuhan generatif
juga tidak maksimal. Pada jagung yang ditanam
diantara kelapa sawit umur 1,5 tahun pada umur 9
MST terserang penyakit bulai sehingga energi
pertumbuhan dan hasil tidak maksimal,
sedangkan jagung yang ditanam pada kelapa
sawit umur 3,5 tahun, intensitas cahaya matahari
rendah sehingga menyebabkan translokasi
potosintat rendah akibatnya pertumbuhan dan
hasil rendah. Pada kelapa sawit umur 2,5 tahun,
luas penutupan tajuk kelapa sawit cukup
proposional dengan luas tanah pertanaman jagung
yang dinaungi sehingga kelembaban tanah pada
musim kemarau cukup optimal akibatnya jumlah
air dan unsur hara tersedia sehingga energi untuk
pertumbuhan dan hasil jagung optimal.
Hal sesuai dengan hasil penelitian yang
diperoleh Asrol dan Fahrulrosi ( 2015 )
bahwa jarak tanam yang lebih lebar pada lahan
ultisol memberikan pengaruh terbaik terhadap
pertumbuhan dan produksi tanaman jagung.
Secara teoritis makin tinggi hasil biji kering
tanaman maka makin besar pula indeks panennya.
Hal tersebut dipertegas oleh pernyataan
Surbakti et al, ( 2013 ) bahwa dalam kondisi
lingkungan yang baik untuk melakukan
fotosintesis akan menghasilkan 60 - 80 %
hasil asimilatnya ditranslokasikan kebagian
tanaman yang lainnya pada organ pertumbuhan
dan produksi. Pertumbuhan dan produksi akan
meningkat apabila didukung oleh faktor
lingkungan misalnya cahaya dan air ( Bunyamin
dan Aqil 2009 ), tetapi pada saat penelitian ini
kebutuhan air tidak dapat tercukupi karena pada
saat penelitian ini dilaksanakan bertepatan dengan
mulainya musim kering yang mana pada saat fase
pertumbuhan tanaman sudah mengalami
kekurangan air jadi pertumbuhan dan produksi
tanaman tidak mendapatkan hasil dengan
maksimal.
Selain dari penyinaran, unsur hara juga
berperan penting dalam pertumbuhan dan
produksi tanaman jagung (Sirappa dan Razak
2010). Dengan jarak tanam 70 cm x 25 cm
Buletin Palma Volume 19 No. 2, Desember 2018: 127 - 146
144
persaingan untuk mendapatkan unsur hara dapat
terhindari, persaingan untuk mendapatkan unsur
hara bukan saja terjadi antar tanaman dengan
gulma tetapi dapat juga terjadi pada antar sesama
tanaman ( Franky et al. 2010 ). Hal ini sependapat
dengan Catharina (2009) yang menyatakan bahwa
pada jarak tanam tertentu akan mengakibatkan
persaingan yang sangat ketat yang mengakibatkan
adanya penurunan produksi yang diakibatkan
oleh persaingan dalam memperebutkan unsur
hara. Kerapatan menggambarkan jumlah atau
banyaknya jenis suatu individu dalam satuan luas
tertentu. Kerapatan ini ditentukan berdasarkan
jumlah individu rata-rata dibagi luas area
pengamatan.
Hal tersebut sejalan dengan penelitian
Saragih dkk, ( 2013 ) dalam Wahyudi ( 2017 )
bahwa tanaman jagung mengambil N sepanjang
hidupnya, maka untuk mendapatkan hasil yang
baik maka unsur hara N harus cukup tersedia
dalam media tanam jagung. Defisiensi unsur hara
N pada masa vegetatif dapat mempengaruhi
kemampuan tanaman untuk menyerap unsur P (
Pracaya, 2008).
Berikut gambar pertumbuhan generatif
jagung pada berbagai jarak tanam dan tingkat
umur kelapa sawit pada Gambar 6 berikut.
Gambar 6 a. Penampilan hasil tongkol biji jagung pada berbagai jarak tanam di lokasi tanpa kelapa sawit
Figure 6 a. Figure yield cob seed of corn for various spacing for location without of palm oil
Gambar 6 b. Penampilan tongkol biji jagung pada berbagai jarak tanam diantara kelapa sawit umur 1,5 tahun Figure 6 b. Figure yield cob seed of corn for various spacing between of palm oil aged 1.5 year
Gambar 6 c. Penampilan hasil tongkol jagung pada berbagai jarak tanam diantara kelapa sawit umur 2,5
tahun. Figure 6 c. Figure yield cob seed of corn for various spacing between of palm oil aged 2.5 year
JT. 50 cm x 25 cm JT. 60 cm x 25
cm
cm
JT. 70 cm x 25
cm
cm
JT. 50 cm x 25 cm JT. 60 cm x 25
cm
cm
JT. 70 cm x 25
cm
cm
JT. 50 cm x 25 cm JT. 60 cm x 25 cm JT. 70 cm x 25 cm
Pengaruh Jarak Tanam Terhadap Pertumbuhan Dan Hasil Jagung (Zea Mayz.L) Pada Tingkat Umur Kelapa Sawit (Elaeis Guineensis Jacq) (M. Nur, et al.)
145
Gambar 6 d. Penampilan hasil tongkol biji jagung pada berbagai jarak tanam diantara kelapa sawit umur 3,5 tahun
Figure 6 d. Figure yield cob seed of corn for various spacing between of palm oil aged 3.5 year
KESIMPULAN 1. Jarak tanam 70 cm x 25 cm adalah stabil dan
terbaik pada semua lokasi penanaman jagung. 2. Jagung yang ditanam diantara kelapa sawit
umur 2,5 tahun secara umum terbaik, terutama hadap, laju tumbuh relatif ( 9,93 g tan2.minggu-1 ), dan hasil biji ( 5,58 ton ha-1 ) dan ada interaksi antara jarak tanam dengan tingkat umur kelapa sawit.
3. Untuk pola pertumbuhan yang optimal antara kelapa sawit belum menghasilkan dengan jagung maka disarankan menggunakan jarak
tanam 70 cm x 25 cm.
UCAPAN TERIMA KASIH
Penulis mengucapkan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada Badan Litbang Kementerian Pertanian yang telah memberi kesempatan dan biaya pendidikan kepada saya sampai selesai, demikian juga bapak kepala Balai Penelitian Tanaman Palma Bapak Dr. Ir. Ismail Maskromo, M.Si dan semua teman-teman peneliti Bapak Fatrik Pasang dkk, yang telah memberikan arahan bimbingan dan motivasi selama saya kuliah. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada Pak Mansyur, Pak Syarif, Pak Rote dan Pak Budi yang telah membantu selama di lapangan penelitian demikian juga Ibu Fivi yang telah membantu selama di labaroratorium jurusan Budidaya tanaman Unhas serta pak Basri, teknisi jurusan Budidaya Tanaman Unhas.
DAFTAR PUSTAKA
AAK. 1983. Dasar-Dasar Bercocok Tanam. Yogyakarta: Kanisius.
Agrita, D. A, 2012. Pengaruh Kombinasi Pupuk Fospat dengan Pupuk Kotoran Ayam terhadap Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Jagung (Zea mays L.) Hibrida Varietas Bisi-2
pada Inceptisol Jatinangor, Sumedang. Jurnal Kultivasi 12 (1) 2012.
Akil, M. dan A.D. Hadijah, 2007. Budidaya Jagung dan Diseminasi Teknologi. Balai Penelitian Tanaman Serealia Maros, Maros.
Anonim, 2013. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional ( RPJMN ) Bidang Pangan dan Pertanian 2015-2019. Kementrian Perencanaan Pembangunan Nasional/Badan Perencanaan Pembangunan Nasional, Jakarta.
Asrol, dan Fahrulrozi, 2015. Produksi Tanaman Jagung (Zea mays L.) pada Berbagai Jarak Tanam di Tanah Ultisol. Jurnal Lahan Suboptimal ISSN: 2252-6188 (Print), ISSN: 2302-3015 (Online, www.jlsuboptimal.unsri.ac.id) Vol. 4, No.1: 66-70, April 2015
Badan Perencanaan Pembangunan Nasional. 2014. Direktorat Pangan dan Pertanian Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional : Jakarta Pusat.
Board, J. E. and Kahlon, C.S.2012. Contribution of Remobilized Total Dry Matter to Soybean Yield. Journal of Crop Improvement Volume 26, Issue 5 pages 641-654.
BPS. 2016. Badan Pusat Statistik Indonesia. www.bps.go.id. Diakses pada tanggal 27 Juni 2018.
BPS. 2017. Badan Pusat Statistik Indonesia. www.bps.go.id. Diakses pada tanggal 5 Desember 2018.
BPS. 2018. Badan Pusat Statistik Indonesia. www.bps.go.id. Diakses pada tanggal 5 Desember 2018.
Bunyamin Z dan Aqil M. 2009 Pengaruh sistem pertanaman sisipan terhadap pertumbuhan tanaman jagung. Prosiding Seminar Nasional Serelia.
Bunyamin Z, dan Awaluddin. 2012. Pengaruh Populasi Terhadap Pertumbuhan dan Hasil Jagung Semi (Baby corn). Prosiding Seminar Nasional Balai Serealia di Makassar, 2012.
Broughton, W. J. 1976. Effect of various covers on the performance of Elaeis guineensis Jacq. On
JT. 50 cm x 25 cm JT. 60 cm x 25 cm JT. 70 cm x 25 cm
Buletin Palma Volume 19 No. 2, Desember 2018: 127 - 146
146
different soils. The proceedings of the Malaysian international agriculture of oil palm conference. The incorporated society of planters, Kuala Lumpur. P: 501-525.
Catharina TS. 2009. Respon tanaman jagung pada sistem monokultur dengan tumpangsari kacang-kacangan terhadap ketersediaan unsur hara N dan nilai kesetaraan lahan di lahan kering. Ganec Swara Edisi Khusus 3(3).
Effendi,S.2008. Cropping system suatu cara untuk stabilisasi produksi pertanian. Penataran PPS Bidang Agronomi dalam pola bertanam. Lembaga Penelitian Bogor.
Franky JP; Johanes EX, Rogi dan Runtunuwu SD. 2010. Model pertumbuhan dan produksi jagung hibrida pada perlakuan pemberian nitrogen serta pemangkasan tasel. Eugenia 16(3).
Gardner, F., P. Pearce and R. B. Mitchell. 2008. Fisiologi Tanaman Budidaya. UI Press. Jakarta, p 428.
Goldsworthy dan Fisher. 1992. Fisiologi Tanaman Budidaya. Tropik (terjemahan dari The Physiology of Tropical Field Crops oleh Tohari). Gadjah Mada University Press. Yogyakarta
I.Wahyuddin.H. Hawalid, E. Hawayanti, 2016. Respon Pertumbuhan dan Produksi Tanaman Jagung Hibrida (Zea mays L.) Pada Pemberian Pupuk Hayati Dengan Jarak Tanam Berbeda diahan Lebak. Jurnal Klorofil XI - 1 : 20 – 25, Juni 2016. ISSN 2085-9600.
Jiyanto, 2012. Teknologi Budidaya Jagung. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Kalimantan Barat.
Jumin, H.B. 2008. Dasar-Dasar Agronomi. Jakarta: PT Rajagrafindo Persada
Karokaro, S. J. E.X. Rogi D. S. dan Tumewu. R.P. 2015. Pengaturan Jarak Tanam Padi (Oryza Sativa L.) Pada Sistem Tanam Jajar Legowo. Jurnal penelitian. http://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/cocos/artic le/download /9570/9150. Diakses tanggal 11Dember 2018.
Kresnatita, S., Koesriharti dan M. Santoso. 2013. Pengaruh Rabuk Organik Terhadap Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Jagung Manis. Indonesian Green Technology Journal. 2 (1): 8 – 17.
Maruapey A. 2011. Pengaruh jarak tanam dan jenis pupuk kanang terhadap pertumbuhan gulma dan hasil jagung manis. Seminar Nasional Serelia 2011.
Pracaya. 2008. Hama dan Penyakit Tanaman hal: 394-396. Penebar Swadaya. Jakarta
Sirappa MP dan Razak N. 2010. Peningkatan produktivitas jagung melalui pemberian pupuk NPK dan pupuk kandang pada lahan kering di Maluku. Prosiding Pekan Serelia Nasional.
Silaban, E.T. Purba, E. dan Ginting J. 2013. Pertumbuhan Dan Produksi Jagung Manis (Zea mays sacaratha Sturt. L) Pada Berbagai Jarak Tanam Dan Waktu Olah Tanah. Jurnal Online Agroekoteknologi. Juni 2013. 1(3) ISSN No. 2337-6597.
Subah, I and O. M. Tayeb, 1999. Crops integration in oil palm. Comference papers. Seminar on maximizing land use through integrated farming, Kuala Lumpur.
Surbakti MF, Ginting S, dan Ginting J. 2013. Pertumbuhan dan produksi jagung Zea mays l. parietas pioner-12 dengan pemangkasan daun dan pemberian pupuk NPKMg. Jurnal Online Agroteknologi 1(3).
Sektiwi, T Ariya., N Aini., dan H.S. Sebayang, 2012. Kajian Model Tanam dan Waktu Tanam dalam Sistem Tumpangsari terhadap Pertumbuhan dan produksi Benih Jagung. Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya, Malang. Artikel Penelitian 15 hlm.
Tjahyana et al, 2000. Manipulasi jarak dan sistem tanam kelapa untuk pola tanam. Laporan Hasil Penelitian Bagian Proyek Penelitian Pola tanam Kelapa. Loka Penelitian Pola Tanam Kelapa, Pokuwen.
Tjasjono Bayong. 1995. Klomatologi Umum. Bandung: Penerbit ITB Bandung.
Wahyuddin.H. Hawalid, E. Hawayanti, 2015. Respon Pertumbuhan dan Produksi Tanaman Jagung Hibrida (Zea mays L.) Pada Pemberian Pupuk Hayati Dengan Jarak Tanam Berbeda diahan Lebak. Jurnal Klorofil XI - 1 : 20 – 25, Juni 2016. ISSN 2085-9600.
Wahyuddin.H. Hawalid, E. Hawayanti, 2016. Respon Pertumbuhan dan Produksi Tanaman Jagung Hibrida (Zea mays L.) Pada Pemberian Pupuk Hayati Dengan Jarak Tanam Berbeda diahan Lebak. Jurnal Klorofil XI - 1 : 20 – 25, Juni 2016. ISSN 2085-9600.
Wahyudin, A. ∙ Y. Yuwariah ∙ F.Y. Wicaksono ∙ R.A.G. Bajri, 2017. Respons jagung (Zea mays L.) akibat jarak tanam pada sistem tanam legowo (2:1) dan berbagai dosis pupuk nitrogen pada tanah inceptisol Jatinangor, Jurnal Kultivasi Vol. 16 (3) Desember 2017.