pengaruh irigasi intraabdomen dengan nacl...
TRANSCRIPT
SURYA 66 Vol.02, No.XV, Agustus 2013
PENGARUH IRIGASI INTRAABDOMEN DENGAN NaCl HANGAT TERHADAP
PERUBAHAN SUHU TUBUH PADA PASIEN OPERASI SECSIO CAESAREA
DENGAN SPINAL ANESTESI DI INSTALASI BEDAH SENTRAL
RUMAH SAKIT MUHAMMADIYAH LAMONGAN
Virgianti Nur Faridah
…………......……….…… …… . .….ABSTRAK…… … ......………. …… …… . .….
Pada tahapan prosedur operasi secsio caesarea (SC), sebelum menutup peritoneum sebagian dokter
kandungan melakukan pencucian perut dengan menggunakan NaCl kurang lebih 500-1000 ml atau
sesuai kebutuhan. Hal ini bertujuan untuk membersihkan abdomen dari sisa-sisa darah maupun
ketuban (mekonial) agar tidak terjadi komplikasi perlengketan setelah operasi. Pasien post operasi
SC dengan anestesi spinal yang dilakukan irigasi intra-abdomen biasanya mengeluh kedinginan
dengan angka kejadian di UPPA RS Muhammadiyah Lamongan sebesar 62%. Tujuan dari
penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh irigasi intra-abdomen dengan NaCl hangat
terhadap perubahan suhu pada pasien post operasi SC dengan anestesi spinal di Instalasi bedah
Sentral Rumah Sakit Muhammadiyah Lamongan.
Penelitian ini merupakan penelitian experimental dengan desain penelitian post test only controlled
group desain. Sampel penelitian diambil dari ibu post operasi SC dengan anestesi spinal di Rumah
Sakit Muhammadiyah Lamongan sebanyak 32 orang menggunakan teknik Simple Random
Sampling yang dibagi menjadi 2 kelompok yaitu yang mendapatkan irigasi NaCl hangat dan
kelompok yang mendapatkan irigasi NaCl suhu kamar. Pengumpulan data menggunakan lembar
observasi check list untuk mengukur derajat perubahan suhu dan uji yang digunakan adalah uji
Mann-Whitney U-Test.
Hasil penelitian ini adalah 1). Pada pasien post SC yang mendapatkan irigasi NaCl suhu kamar
sebagian mengalami kejadian menggigil sedang; 2) Pada pasien post SC yang mendapatkan
irigasi NaCl hangat sebagian besar tidak mengalami kejadian menggigil; 3) Terdapat pengaruh
Pemberian irigasi NaCl hangat intra abdomen terhadap perubahan suhu tubuh pada pasien post
operasi secsio caesarea dengan spinal anestesi di Instalasi Bedah Sentral Rumah Sakit
Muhammadiyah Lamongan, dengan nilai p = 0.039. Diharapkan hasil penelitian ini dapat
memberikan masukan khususnya bagi perawat bedah untuk dapat menyediakan cairan NaCl hangat
untuk irigasi intra abdomen untuk mengurangi resiko menggigil pada pasien post operasi secsio
caesarea dengan spinal anestesi.
Keywords: Irigasi Intraabdomen dengan NaCl hangat, Perubahan suhu tubuh, menggigil
PENDAHULUAN. …… . … … .
Secsio caesarea (SC) adalah suatu
persalinan buatan dimana janin dilahirkan
melalui suatu insisi pada dinding perut dan
dinding rahim dengan syarat rahim dalam
keadaan utuh serta berat janin diatas 500
gram (Wiknjosastro, 2005). Pada tahapan
prosedur operasi secsio caesarea, sebelum
menutup peritoneum sebagian dokter
kandungan melakukan pencucian perut
dengan menggunakan NaCl kurang lebih
500-1000 ml atau sesuai kebutuhan. Hal ini
bertujuan untuk membersihkan abdomen dari
sisa-sisa darah maupun ketuban (mekonial)
agar tidak terjadi komplikasi perlengketan
setelah operasi.
Teknik anestesia yang lazim
digunakan dalam SC adalah anestesi regional,
tapi tidak selalu dapat dilakukan
berhubungan dengan sikap mental pasien.
Anestesia regional yang sering dipakai untuk
Pengaruh Irigasi Intraabdomen dengan NaCl Hangat Terhadap Perubahan Suhu Tubuh Pada
Pasien Post Op SC Dengan Spinal Anastesi di IBS RS Muhammadiyah Lamongan
SURYA 67 Vol.02, No.XV, Agustus 2013
tindakan secsio caesarea adalah anestesi
spinal (Owen P, 2005).
Himawan Sasongko (2005), dalam
penelitiannya menyebutkan bahwa angka
kejadian menggigil selama pemulihan
anestesi antara 5% hingga 60%. Sementara
kejadian menggigil pasca analgesia spinal
bervariasi. Kelsaka dkk, mendapatkan sekitar
36%, Roy dkk, mendapatkan sekitar 56,7%,
Sementara Sagir dkk dan Honarmand dkk
mendapatkan sekitar 60%.
Data yang didapat dari laporan
kegiatan pembedahan di Kamar Operasi
Instalasi Bedah Sentral Rumah Sakit
Muhammadiyah Lamongan, pada bulan Juli-
Agustus, pembedahan SC sebanyak 81 pasien
yag mana hampir semua pasien dilakukan
prosedur irigasi intraabdomen sebelum
penutupan peritoneum. Dari 81 pasien
tersebut, 78 pasien dilakukan dengan tehnik
anestesi spinal, dimana 48 pasien (62%)
terjadi menggigil post operasi di ruang
UPPA. Dari data tersebut menunjukkan
bahwa masih tingginya angka kejadian
menggigil post operasi SC di Instalasi Bedah
Sentral Rumah Sakit Muhammadiyah
Lamongan.
Komplikasi anestesi spinal pada SC
diantaranya yaitu: hipotensi, bradicardi,
PDPH, menggigil, mual muntah, depresi
nafas, total spinal. Pasien post operasi secsio
caesarea dengan anestesi spinal yang
dilakukan irigasi intra-abdomen biasanya
mengeluh kedinginan. Pada anestesi spinal
akan menurunkan ambang menggigil sampai
pada inti hipotermi pada jam pertama atau
setelah dilakukan anestesi spinal akan
menurunkan suhu sekitar 1–2 °C, hal ini
berhubungan dengan redistribusi panas tubuh
dari kompartemen inti ke perifer dimana
spinal menyebabkan vasodilatasi. Kondisi ini
kemungkinan juga karena suhu kamar
operasi yang dingin, atau juga ditunjang
karena efek dari pencucian rongga abdomen
yang dilakukan sebelum penutupan
peritoneum.
Sampai saat ini, mekanisme
menggigil masih belum diketahui secara
pasti. Menggigil pasca secsio caesarea
dengan anestesi spinal diduga karena:
hipotermi, faktor yang berhubungan dengan
pelepasan pirogen, tipe atau jenis
pembedahan, kerusakan jaringan yang
terjadi, atau efek langsung obat anestesi.
Faktor hipotermi diduga sebagai
salah satu pemicu terjadinya menggigil.
Menggigil merupakan suatu mekanisme
tubuh yang terjadi untuk meningkatkan
pembentukan panas. Ketika tubuh terlalu
dingin, sistem pengaturan temperatur tubuh
mengadakan prosedur untuk meningkatkan
suhu tubuh yaitu dengan cara :
Vasokonstriksi kulit di seluruh tubuh,
Piloereksi yaitu berdirinya rambut pada
akarnya, Peningkatan pembentukan panas
oleh sistem metabolisme dengan cara
menggigil, rangsangan simpatis pembetukan
panas dan sekresi tiroksin. Kombinasi antara
gangguan termoregulasi yang disebabkan
oleh tindakan anestesi dan eksposur suhu
lingkungan yang rendah pada pasien operasi,
akan mengakibatkan terjadinya hipotermia.
Menggigil terjadi karena pelepasan
pirogen dari dalam leukosit yang sebelumnya
telah terangsang oleh pirogen eksogen yang
dapat berasal dari mikroorganisme atau
merupakan suatu hasil reaksi immunologik
yang tidak berdasarkan suatu infeksi (Noer
Syaifullah, 2004). Demikian juga kerusakan
jaringan akibat pembedahan juga diduga
menjadi penyebab menggigil. Reaksi tubuh
terhadap stres pada keadaan injuri akan
menimbulkan peningkatan metabolik,
hemodinamik dan hormonal respon
(Lukmanto, 1990). Obat anestesi dapat secara
langsung menyebabkan vasodilatasi
pembuluh darah dan menurunkan nilai
ambang vasokonstriksi dengan menghambat
fungsi termoregulasi sentral. Vasodilatasi ini
akan mengakibatkaan panas tubuh dari
bagian sentral suhu inti mengalir ke bagian
perifer. Redistribusi panas tubuh ini akan
menyebabkan peningkatan suhu perifer tetapi
menyebabkan penurunan suhu inti.
Menggigil mengakibatkan konsumsi
oksigen menjadi 2-3 kali lipat dan juga
meningkatkan produksi karbondioksida,
meningkatnya kebutuhan metabolisme dapat
mengakibatkan komplikasi pada pasien yang
memiliki pintas intrapulmonal, curah jantung
yang terbatas dan cadangan respirasi terbatas.
Menggigil juga meningkatkan tekanan
Pengaruh Irigasi Intraabdomen dengan NaCl Hangat Terhadap Perubahan Suhu Tubuh Pada
Pasien Post Op SC Dengan Spinal Anastesi di IBS RS Muhammadiyah Lamongan
SURYA 68 Vol.02, No.XV, Agustus 2013
intrakranial dan tekanan intraocular (Buggy
D.J, 2000), selain itu juga dapat
mengakibatkan rasa nyeri pada luka operasi
karena terjadi rengangan pada luka operasi
(Roy J D et al, 2004). Oleh karena itu,
menggigil harus segera diatasi.
Harus diambil tindakan untuk
memastikan bahwa pasien yang menjalani
pembedahan abdomen terlindung dari
penurunan panas tubuh. Selain lingkungan
sekitar pasien harus tetap dijaga
kehangatannya, cairan irigasi intraabdomen
juga harus dihangatkan terlebih dahulu
mendekati suhu tubuh normal untuk
memperkecil pengeluaran panas (Sessler,
1990). Menggigil dapat dicegah diantaranya
dengan cara: pengaturan suhu kamar operasi,
penggunaan system pemanas udara
bertekanan, penggunaan cairan kristaloid
yang dihangatkan (untuk keseimbangan
cairan intravena, untuk irigasi luka
pembedahan, untuk prosedur cistoscopi),
menghindari genangan darah atau cairan di
meja operasi dan ruang pemulihan yang
hangat.
Dengan pemberian cairan infus
hangat dan irigasi NaCl hangat pada tahap
pembersihan intra-abdomen, diharapkan
dapat mencegah terjadinya menggigil pada
pasien secsio caesarea dengan anestesi spinal.
Dengan demikian penulis tertarik untuk
meneliti permasalahan tentang ”Pengaruh
irigasi intra-abdomen dengan NaCl hangat
terhadap perubahan suhu pada pasien post
operasi SC dengan anestesi spinal di Instalasi
bedah Sentral Rumah Sakit Muhammadiyah
Lamongan”.
METODE PENELITIAN.… … .…
Penelitian ini merupakan penelitian
experimental dengan desain penelitian post
test only controlled group desain. Sampel
penelitian diambil dari ibu post operasi sectio
caesarea dengan anestesi spinal di Rumah
Sakit Muhammadiyah Lamongan sebanyak
32 orang menggunakan teknik Simple
Random Sampling yang dibagi menjadi 2
kelompok yaitu yang mendapatkan irigasi
NaCl hangat dan kelompok yang
mendapatkan irigasi NaCl suhu kamar.
Pengumpulan data menggunakan lembar
observasi check list untuk mengukur derajat
perubahan suhu dan uji yang digunakan
adalah uji Mann-Whitney U-Test.
HASIL .PENELITIAN …
1. Data Umum
1) Karakteristik Responden
(1) Karakteristik responden
berdasarkan umur
Tabel 1. Distribusi frekuensi karakteristik
responden berdasarkan umur di IBS
RS Muhammadiyah Lamongan No. Umur Frekuensi Prosentase
1. < 20 tahun 0 orang 0%
2. 21 – 40 tahun 31 orang 97%
3. > 41 tahun 1 orang 3%
Jumlah 32 orang 100%
Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa
dalam penelitian ini hampir seluruh
responden berumur 21 - 40 tahun yaitu 31
orang (96,8 %). (2) Karakteristik responden
berdasarkan pendidikan
Tabel 2. Distribusi frekuensi karakteristik
responden berdasarkan pendidikan
di IBS RS Muhammadiyah
Lamongan No. Pendidikan Frekuensi Prosentase
1. SD/sederajat 0 orang 0%
2. SMP/sederajat 2 orang 6.2%
3. SMA/sederajat 11 orang 34.4%
4. Perguruan
Tinggi
19 orang 59.4%
Jumlah 32 orang 100%
Dari tabel diatas dapat disimpulkan
bahwa dalam penelitian ini sebagian besar
responden berpendidikan PT yaitu 19 orang
(59,4 %).
(3) Karakteristik responden
berdasarkan pekerjaan
Tabel 3. Distribusi frekuensi karakteristik
responden berdasarkan pekerjaan di
IBS RS Muhammadiyah Lamongan No. Pekerjaan Frekuensi %
1. Tidak bekerja 10 orang 31.2%
2. Petani 1 orang 3.1%
3. Wiraswasta 19 orang 59.4%
4. PNS 2 orang 6.2%
Jumlah 32 orang 100%
Pengaruh Irigasi Intraabdomen dengan NaCl Hangat Terhadap Perubahan Suhu Tubuh Pada
Pasien Post Op SC Dengan Spinal Anastesi di IBS RS Muhammadiyah Lamongan
SURYA 69 Vol.02, No.XV, Agustus 2013
Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa
dalam penelitian ini sebagian besar
responden bekerja sebagai swasta yaitu 19
orang (59,4%).
(4) Karakteristik responden
berdasarkan riwayat operasi
Tabel 4. Distribusi frekuensi karakteristik
responden berdasarkan riwayat
operasi di IBS RS Muhammadiyah
Lamongan
No. Riwayat
Operasi
Frekuensi Prosentase
1. Belum pernah 26 orang 81.2%
2. Pernah 6 orang 18.8%
Jumlah 32 orang 100%
Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa
dalam penelitian ini sebagian besar
responden tidak mempunyai riwayat operasi
sebelumnya yaitu 26 orang (81,2%).
(5) Karakteristik responden
berdasarkan paritas
Tabel 5. Distribusi frekuensi karakteristik
responden berdasarkan paritas di
IBS RS Muhammadiyah Lamongan
No. Paritas Frekuensi Prosentase
1. Primipara 17 orang 53.1%
2. Multipara 15 orang 46.9%
Jumlah 32 orang 100%
Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa
dalam penelitian ini sebagian besar
kehamilan responden adalah primi yaitu 17
orang (53,1%)
2. Data Khusus
1) Perubahan Suhu Tubuh Pasien Post
Operasi Sectio Caesaria dengan
Irigasi NaCl Suhu Kamar
Tabel 6. Perubahan Suhu Tubuh Pasien Post
Operasi Sectio Caesaria dengan
Irigasi NaCl Suhu Kamar di IBS
RS Muhammadiyah Lamongan No Perubahan Suhu
Tubuh
Σ %
1. Tidak Menggigil 4 25
2. Menggigil Ringan 2 12.5
3. Menggigil Sedang 8 50
4. Menggigil Berat 2 12.5
Jumlah 16 100
Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa
dalam penelitian ini, ibu post op SC yang
diberikan irigasi NaCl suhu kamar sebagian
mengalami menggigil sedang yaitu sebanyak
8 orang (50 %) dan sebagian kecil tidak
menggigil yaitu 4 orang (25%), menggigil
ringan serta berat yaitu 2 orang (12.5%).
2) Perubahan Suhu Tubuh Pasien Post
Operasi Sectio Caesaria dengan
Irigasi NaCl Hangat
Tabel 7. Perubahan Suhu Tubuh Pasien Post
Operasi Sectio Caesaria dengan
Irigasi NaCl Suhu Kamar di IBS
RS Muhammadiyah Lamongan No Perubahan Suhu
Tubuh
Σ %
1. Tidak Menggigil 9 56.25
2. Menggigil Ringan 2 12.5
3. Menggigil Sedang 4 25
4. Menggigil Berat 1 6.25
Jumlah 16 100
Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa
dalam penelitian ini sebagian besar ibu post
op SC tidak mengalami menggigil yaitu
sebanyak 9 orang (56,25%), dan sebagian
kecil menggigil berat yaitu 1 orang (6,25%),
menggigil sedang 2 orang (12,5%) serta
menggigil ringan 4 orang (25%).
3) Pengaruh Irigasi Intraabdomen
dengan NaCl hangat terhadap
perubahan suhu tubuh pada pasien
post operasi SC
Tabel 8. Tabulasi Silang Pengaruh Irigasi
Intraabdomen dengan NaCl hangat
terhadap perubahan suhu tubuh
pada pasien post operasi SC di IBS
RS Muhammadiyah Lamongan
Berdasarkan tabel 8 dapat
disimpulkan bahwa dengan pemberian irigasi
NaCl hangat didapatkan kejadian tidak
menggigil lebih tinggi dari pada irigasi suhu
kamar yaitu 56% dibanding 25%, menggigil
ringan lebih tinggi yaitu 25% dibanding
12,5%, menggigil sedang lebih rendah yaitu
12,5% dibanding 50% dan menggigil berat
No
Irigasi
NaCl
Perubahan Suhu Tubuh
Total Tidak Ringa
n
Sedan
g
Berat
Σ % Σ % Σ % Σ % Σ %
1. Suhu
kamar 4 25 2
12,
5 8 50 2
12,
5
1
6
10
0
2. Suhu
hangat 9
56,
25 4 25 2
12,
5 1
6,2
5
1
6
10
0
Pengaruh Irigasi Intraabdomen dengan NaCl Hangat Terhadap Perubahan Suhu Tubuh Pada
Pasien Post Op SC Dengan Spinal Anastesi di IBS RS Muhammadiyah Lamongan
SURYA 70 Vol.02, No.XV, Agustus 2013
kejadiannya lebih rendah yaitu 6,25%
dibanding 12,5%
Dari hasil tersebut kemudian dilakukan
pengujian statistik dengan menggunakan Uji
Mann Whitney (U – Test). Dengan bantuan
perangkat lunak computer program Statistical
Product and Service Solution ( SPSS ) 16.0
for window dengan nilai kemaknaan p = 0.05,
didapatkan nilai Mean Rank pada kelompok
yang mendapatkan perlakuan irigasi NaCl
hangat adalah 13,06 dan nilai Mean Rank
pada kelompok yang mendapat irigasi NaCl
suhu kamar adalah 19,94, dengan nilai Z = -
2,190 dan nilai p = 0,039. Karena nilai p <
dari 0,05 maka H1 diterima, artinya terdapat
pengaruh pemberian irigasi NaCl hangat
terhadap perubahan suhu tubuh (resiko
menggigil turun) pada pasien post operasi
secsio caesarea dengan spinal anestesi.
PEMBAHASAN .… .…
1. Perubahan Suhu Tubuh Pasien Post
Operasi Sectio Caesaria dengan Irigasi
NaCl Suhu Kamar
Berdasarkan tabel 6 dapat
disimpulkan bahwa dalam penelitian ini,
pasien post operasi secsio caesarea yang
diberikan irigasi NaCl suhu kamar sebagian
mengalami menggigil sedang yaitu sebanyak
8 orang (50 %).
Menurut pendapat Arif Mansjoer
( 2000 ), bahwa komplikasi anestesi spinal
pada secsio caesarea: hipotensi, bradicardi,
PDPH (Postdural Punture Headeache),
menggigil, mual muntah, depresi nafas, total
spinal, sequelae neurologik, penurunan
tekanan intra cranial, meningitis, retensi
urine. Pada anestesi spinal akan menurunkan
ambang menggigil sampai pada inti
hipotermi pada jam pertama atau setelah
dilakukan anestesi spinal akan menurunkan
suhu sekitar 1–2 °C, hal ini berhubungan
dengan redistribusi panas tubuh dari
kompartemen inti ke perifer dimana spinal
menyebabkan vasodilatasi. Sebagaimana
teori yang dikemukanan oleh Bhattacharya
(2003), yaitu bila selama anestesi pasien
mengalami kehilangan panas tubuh sampai
hipotermi, maka dengan keadaan yang masih
hipotermi umumnya akan terjadi mekanisme
untuk memproduksi panas dengan jalan
menggigil/shivering dan vasokontriksi.
Mekanisme terjadinya menggigil pada pasien
post operasi SC ini sesuai dengan pendapat
Tamsuri ( 2007 ), bahwa reflek yang
diaktifkan oleh dingin dikendalikan oleh
hipotalamus posterior dan respon panas
diaktifkan oleh hipotalamus anterior.
Rangsangan pada hipotalamus posterior
menyebabkan menggigil dan suhu tubuh
yang mengalami lesi hipotalamus posterior
turun mendekati suhu lingkungan. Menurut
Morgan (1996) hipotermi diakibatkan karena
penggunaan cairan pembilas yang dingin
pada secsio caesarea.
Menggigil merupakan mekanisme
pertahanan terakhir yang timbul bila
mekanisme kompensasi yang lain tidak
mampu mempertahankan suhu tubuh dalam
batas normal. Rangsangan dingin akan
diterima afektor diteruskan ke hipothalamus
anterior dan memerintahkan bagian efektor
untuk merespon berupa kontraksi otot tonik
dan klonik secara teratur dan bersifat
involunter serta dapat menghasilkan panas
sampai dengan 600% diatas basal.
Selama ini di kamar operasi RS
Muhammadiyah Lamongan irigasi intra
abdomen dalam prosedur operasi secsio
caesarea menggunakan NaCl suhu kamar,
dan didapatkan sebagian besar pasien post
operasi secsio caesarea mengalami kejadian
menggigil. Hal ini kemungkinan disebabkan
oleh karena suhu ruangan kamar operasi yang
dingin, sehingga sebagian besar pasien
mengalami penurunan suhu tubuh hingga di
bawah normal atau hipotermi. Perbedaan
suhu di kamar operasi sangat tinggi, dimana
suhu normal tubuh 36 – 370C, sementara
suhu ruangan sekitar 200C-22
0C. Perbedaan
suhu tubuh dan ruangan serta efek anestesi
dapat menyebabkan panas tubuh cepat keluar
sedangkan produksi panas ditekan sehingga
mengakibatkan terjadi hipotermia yang
merupakan penyebab utama menggigil.
Dengan pencucian rongga abdomen dengan
cairan NaCl suhu kamar sebelum penutupan
peritoneum, serta adanya genangan cairan
dingin di meja operasi akan mempertinggi
pemaparan pasien pada suhu dingin.
Pengaruh Irigasi Intraabdomen dengan NaCl Hangat Terhadap Perubahan Suhu Tubuh Pada
Pasien Post Op SC Dengan Spinal Anastesi di IBS RS Muhammadiyah Lamongan
SURYA 71 Vol.02, No.XV, Agustus 2013
2. Perubahan Suhu Tubuh Pasien Post
Operasi Sectio Caesaria dengan
Irigasi NaCl Hangat
Dari tabel 7 dapat dilihat bahwa
dalam penelitian ini, pasien post operasi
secsio caesarea yang mendapatkan irigasi
NaCl hangat sebagian besar tidak mengalami
menggigil yaitu sebanyak 9 orang (56 %),
dan sebagian kecil menggigil berat yaitu 1
orang (6 %), menggigil sedang 2 orang
(12,5%) serta menggigil ringan 4 orang
(25%).
Menurut sessler D.I (2010), Pada
pasien dengan anestesi spinal dapat terjadi
menggigil diantaranya karena adanya 3 fase
diantaranya yaitu karena adanya mekanisme
keseimbangan produksi panas dengan
hilangnya panas.
Fakta tersebut diatas sesuai dengan
penelitian yang dilakukan oleh Robbert B
Sanda et al ( 2011 ), mereka menarik
kesimpulan bahwa untuk irigasi, mungkin
lebih bijaksana untuk menggunakan cairan
pengairan pada titik yang sedikit lebih tinggi
dari 37 °C (38°C-39°C) untuk HIPL dalam
diri manusia untuk memperhitungkan dilusi
termal dan dibenarkan dapat digunakan untuk
memperbaiki atau mencegah hipotermia pada
pasien yang menjalani laparotomi dalam
pengaturan DCS dengan atau tanpa
peritonitis. Hal ini sesuai dengan pendapat
Sessler ( 1990 ), bahwa selain lingkungan
sekitar pasien harus tetap dijaga
kehangatannya, cairan irigasi intra abdomen
juga harus dihangatkan terlebih dahulu
mendekati suhu tubuh normal untuk
memperkecil pengeluaran panas. Menggigil
merupakan salah satu konsekuensi terjadinya
hipotermia perioperatif yang dapat berpotensi
untuk terjadi sejumlah sekuele, yaitu
peningkatan konsumsi oksigen dan potensi
produksi karbon dioksida, pelepasan
katekolamin, peningkatan cardiac output,
takikardia, hipertensi, dan peningkatan
tekanan intraokuler.
Berdasarkan pernyataan diatas dapat
diambil kesimpulan bahwa kejadian
menggigil pada post operasi berkaitan erat
dengan kejadian hipotermia atau penurunan
suhu di bawah normal, tetapi tidak menutup
kemungkinan kalau sebagian kejadian
menggigil terjadi bukan karena gangguan
termoregulator melainkan dapat juga
berhubungan dengan pelepasan pirogen, tipe
atau jenis pembedahan atau efek langsung
dari anestesi.
Pada penelitian ini, sebelum larutan
irigasi diberikan kepada pasien, peneliti
menghangatkan dahulu sampai suhunya
sedikit lebih tinggi dari suhu tubuh, sekitar
380
C. Diharapkan dengan larutan irigasi
yang dihangatkan maka perbedaan antara
suhu tubuh dengan suhu ruangan dapat
dikurangi agar dapat memperlambat
keluarnya panas tubuh ke lingkungan
sehingga kejadian hipotermia dapat dicegah,
dimana hipotermi adalah penyebab utama
terjadinya menggigil pada pasien post operasi
dengan spinal anestesi.
Dengan pemberian irigasi NaCl hangat
intra abdomen, disisi lain muncul
kekhawatiran terjadinya penurunan kontraksi
uterus dikarenakan adanya vasodilatasi
pembuluh darah uteri. Oleh karena itu di
Instalasi Bedah Sentral RS Muhammadiyah
Lamongan tidak memasukkan irigasi NaCl
hangat dalam SOP operasi SC, tetapi melalui
penelitihan ini kekhawatiran tersebut tidak
terjadi. Karena setelah dilakukan observasi di
ruang perawatan pasca anestesi tidak
ditemukan kejadian atonia uteri pada pasien
post operasi SC yang diberikan irigasi NaCl
hangat.
3. Pengaruh Irigasi Intraabdomen
dengan NaCl hangat terhadap
perubahan suhu tubuh pada pasien
post operasi SC
Berdasarkan klasifikasi menggigil
antara kelompok yang mendapatkan irigasi
NaCl hangat dengan kelompok yang
mendapatkan irigasi NaCl suhu kamar, maka
didapatkan perbedaan nilai mean ranknya.
Nilai mean rank pada kelompok irigasi NaCL
hangat adalah 13,06, dan nilai mean rank
pada kelompok irigasi NaCl suhu kamar
adalah 19,94, sedangkan nilai Z = -2,190 dan
nilai p = 0,039. Karena nilai p = 0,039, yang
berarti nilai p < dari 0,05, maka H 1 diterima,
artinya terdapat pengaruh pemberian irigasi
NaCl hangat terhadap penurunan angka
kejadian menggigil pada pasien post operasi
Pengaruh Irigasi Intraabdomen dengan NaCl Hangat Terhadap Perubahan Suhu Tubuh Pada
Pasien Post Op SC Dengan Spinal Anastesi di IBS RS Muhammadiyah Lamongan
SURYA 72 Vol.02, No.XV, Agustus 2013
secsio caesarea dengan spinal anestesi.
Irigasi (lavage) merupakan proses
pembilasan atau mencuci organ berongga
terutama sinus para-nasalis, kandung kemih,
usus atau perut untuk tujuan terapeutik
( Elsevier, 2005). Irigasi pada prosedur
operasi tertentu secara umum menggunakan
cairan polos seperti natrium klorida 0.9%,
cairan ini merupakan cairan yang bersifat
fisiologis yang ada di seluruh tubuh, tidak
ada reaksi hipersensitifitas. Natrium klorida
yang disebut juga normal salin aman
digunakan untuk kondisi apapun (Lilley &
Aucker, 1999).
Pasien yang menjalani operasi
terutama operasi besar termasuk secsio
caesarea sangat beresiko terjadi penurunan
suhu tubuh. Dimana operasi secsio caesarea
tersebut dilakukan tindakan membuka
dinding perut yang cukup lebar sehingga
organ perut dapat terpapar ke suhu
lingkungan kamar operasi yang dingin.
Demikian juga efek langsung dari anestesi
spinal yang dapat menekan produksi panas
tubuh dan vasodilatasi yang menyebabkan
redistribusi panas tubuh dari kompartemen
inti ke perifer sehingga dapat menurunkan
suhu sekitar 1 – 2˚C.
Dengan adanya resiko akibat
pembedahan dan anestesi spinal serta
pemaparan pasien pada suhu yang dingin di
kamar operasi yang dapat menyebabkan
penurunan suhu dan terjadi menggigil, maka
perlu adanya tindakan-tindakan khusus untuk
dapat memperkecil resiko tersebut. Hal-hal
yang dapat dilakukan dengan cukup mudah
diantaranya yaitu menghangatkan terlebih
dahulu cairan irigasi yang akan diberikan
kepada pasien sehingga dapat mengurangi
hilangnya panas tubuh karena radiasi yang
disebabkan suhu kamar operasi yang dingin
dan juga mengurangi hilangnya panas karena
konduksi akibat cairan dingin yang
dimasukkan kedalam rongga perut pasien.
Dengan demikian, dapat ditarik
kesimpulan bahwa irigasi dengan cairan /
NaCl hangat pada saat prosedur operasi yang
dilakukan sangat efektif dalam mengurangi
resiko terjadinya penurunan suhu tubuh di
bawah normal. Oleh karena itu, perlu kiranya
dilakukan kerjasama yang baik antara
perawat kamar operasi dan dokter operator
untuk dapat memberikan intervensi tersebut
agar dapat mengurangi resiko kejadian
menggigil pada pasien operasi di Instalasi
Bedah Sentral umumnya dan khususnya pada
pasien operasi secsio caesarea. Dan
selanjutnya dapat dipertimbangkan untuk
dimasukkan ke dalam Standart Prosedur
Operasional Secsio Caesarea yang ada di
Rumah Sakit Muhammadiyah Lamongan.
KESIMPULAN DAN SARAN. …
1. Kesimpulan
1) Pada pasien post secsio caesarea yang
mendapatkan irigasi NaCl suhu kamar
sebagian mengalami kejadian menggigil
sedang.
2) Pada pasien post secsio caesarea yang
mendapatkan irigasi NaCl hangat
sebagian besar tidak mengalami kejadian
menggigil.
3) Terdapat pengaruh Pemberian irigasi
NaCl hangat intra abdomen terhadap
perubahan suhu tubuh pada pasien post
operasi secsio caesarea dengan spinal
anestesi di Instalasi Bedah Sentral
Rumah Sakit Muhammadiyah Lamongan,
dengan nilai p = 0.039.
2. Saran
Diharapkan hasil penelitian ini dapat
memberikan masukan khususnya bagi
perawat bedah untuk dapat menyediakan
cairan NaCl hangat untuk irigasi intra
abdomen untuk mengurangi resiko menggigil
pada pasien post operasi secsio caesarea
dengan spinal anestesi.
. . .DAFTAR PUSTAKA . . .
Anas Tamsuri (2007). Regulasi Suhu Tubuh.
Didapat dari
http://ppnisardjitoblogspot.com/2012
regulasi-suhu-tubuh.html.
Arif Mansjoer, Suprohaita, dkk (2000).
Kapita Selekta Kedokteran. Edisi
Ketiga Jilid Kedua, Jakarta: Media
Aesculapius Fakultas Kedokteran UI
Pengaruh Irigasi Intraabdomen dengan NaCl Hangat Terhadap Perubahan Suhu Tubuh Pada
Pasien Post Op SC Dengan Spinal Anastesi di IBS RS Muhammadiyah Lamongan
SURYA 73 Vol.02, No.XV, Agustus 2013
Arikunto, Suharsimi (2006), Prosedur
Penelitian: Suatu Pendekatan
Praktek. Jakarta: Rineka Cipta
Artur C, Guyton. Jhon E, Hall (1997). Buku
Ajar Fisiologi Kedokteran: Suhu
Tubuh, Pengaturan Suhu & Demam.
Edisi 9, Jakarta: EGC
Artur C, Guyton. Jhon E, Hall (2007) Buku
Ajar Fisiologis. edisi XI, Jakarta:
EGC
Askandar, Cokroprawiro (2008), Pedoman
Penelitian Kedokteran. Surabaya:
Airlangga University Press
Battacharyaka Pradip K et al (2003). Post
Anaesthesia Shivering (PAS): a
Review, Indian J Anaesth
Brunner & Suddart (2002) “Buku Ajar
Keperawatan Medikal-Bedah”,
Jakarta : EGC.
Buggy D J, Crossley AWA (2000).
Thermoregulation, Mild
Preoperative Hypothermia And Post
Anesthetic Shivering. Brj Anaesth
Charlene J Reeves, Gayle Roux (2001)
“ Keperawatan Medikal Bedah”,
Jakarta . Salemba Medika
De Witte J, Sessler DI (2002). Perioperative
Shivering:Psisiology &
Pharmacology Anaesthesiologi.
Definisi Lavage: Lavage Peritoneal Lavage
Definition. Diperoleh dari
http://www.Medical-
dictionary.thefreedictionary.ca./lava
ge”>lavage<,/a>
Fisiologi Manusia: Hypothermia &
Hyperthermia. Diperoleh dari
http://www.Scribd.Com/doc/3192387
5/Hypothermia-Hyperthermia
Diperoleh Tanggal 20 Maret 2012.
Ganong F.W (2003). Temperatur Regulation,
Review of Medical Fisiology. Edisi 2
San Fransisco Lange Medical Book
Mc Graw Hill.
Gerhard Martius (2002). Pedoman
Kebidanan Maritas. Edisi 12, Alih
Bahasa dr. Petrus Andrianto, Editor
Emanuel a Friedman. Jakarta: EGC
Hidayat, Alimul A. (2007). Metode
Penelitian Keperawatan Teknik
Analisis Data. Jakarta : Salemba
Medika
Himawan Sasongko (2005). Perbandingan
Efektifitas Antara Tramadol Dan
Meperidin Untuk Pencegahan
Menggigil Pasca Anestesi Umum.
Diperoleh dari:
http://eprints.undip.ac.id/17647/1/Hi
mawan_Sasongko.pdf
Jenis-jenis Cairan Infus dan Fungsinya.
Diperoleh dari: http://bascommetro-
com.blogspot.com/2011/10/jenis-
jenis-cairan-infus-dan-
fungsinya.html
Lukito Husodo (2005). Pembedahan Dengan
Laparatomy. Didalam Ilmu
Kebidanan. Editor Wiknjosastro H,
Edisi ke 3. Jakarta: Yayasan Bina
Pustaka
Norman F Gant, F Gary Cuningham
(2011).Dasar-Dasar Gynecologi &
Obstetri. Alih Bahasa dr Brahm U
Pendit. Jakarta: EGC
Nursalam (2003). Konsep dan Penerapan
Metodologi Penelitian Ilmu
Keperawatan, Pedoman skripsi,
Tesis dan Instrumen penelitian
Keperawatan, Jakarta: Salemba
Medika
Nursalam (2008). Konsep dan Penerapan
Metodologi Penelitian Ilmu
Keperawatan Edisi 2. Jakarta:
Salemba Medika
Nursalam (2009) Konsep dan Penerapan
Metodologi Penelitian Ilmu
Keperawatan Pedoman Skripsi,
Tesis, dan Instrument Penelitihan
Keperawatan, Edisi 2 Jakarta:
Salemba Medika
Pengaruh Irigasi Intraabdomen dengan NaCl Hangat Terhadap Perubahan Suhu Tubuh Pada
Pasien Post Op SC Dengan Spinal Anastesi di IBS RS Muhammadiyah Lamongan
SURYA 74 Vol.02, No.XV, Agustus 2013
Prawirohardjo, S. (2005), Acuan Nasional
Pelayanan Kesehatan Maternal dan
Neonatal, Jakarta: Yayasan Bina
Pustaka Sarwono Prawirohardjo.
Potter & Perry A (2005). Buku Ajar
Fundamental Keperawatan Konsep,
Proses, Praktek, Alih Bahasa
Yasmin Asih, Skep, Edisi 4, Vol 1:
EGC
Robber B Sanda et al. Effects of hyperthermic
intraoperative peritoneal lavage on
intra-abdominal pressure in an
experimental model of peritonitis: A
randomized, controlled, blinded
interventional study, diperoleh dari
http://www.ncbt.nlm.nih.gov/pubmed
/21912008 Analis of African
Medicine Vol 10 no 3 2011
Sessler D.I, Ponte J (1990). Shivering During
Epidural Anesthesia. Anesthesiology