pengaruh irigasi intraabdomen dengan nacl...

9

Click here to load reader

Upload: phamdung

Post on 06-Feb-2018

212 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: PENGARUH IRIGASI INTRAABDOMEN DENGAN NaCl …stikesmuhla.ac.id/wp-content/uploads/66-74-Virgianti-NF.pdf · Instalasi Bedah Sentral Rumah Sakit Muhammadiyah Lamongan, pada bulan Juli-Agustus,

SURYA 66 Vol.02, No.XV, Agustus 2013

PENGARUH IRIGASI INTRAABDOMEN DENGAN NaCl HANGAT TERHADAP

PERUBAHAN SUHU TUBUH PADA PASIEN OPERASI SECSIO CAESAREA

DENGAN SPINAL ANESTESI DI INSTALASI BEDAH SENTRAL

RUMAH SAKIT MUHAMMADIYAH LAMONGAN

Virgianti Nur Faridah

…………......……….…… …… . .….ABSTRAK…… … ......………. …… …… . .….

Pada tahapan prosedur operasi secsio caesarea (SC), sebelum menutup peritoneum sebagian dokter

kandungan melakukan pencucian perut dengan menggunakan NaCl kurang lebih 500-1000 ml atau

sesuai kebutuhan. Hal ini bertujuan untuk membersihkan abdomen dari sisa-sisa darah maupun

ketuban (mekonial) agar tidak terjadi komplikasi perlengketan setelah operasi. Pasien post operasi

SC dengan anestesi spinal yang dilakukan irigasi intra-abdomen biasanya mengeluh kedinginan

dengan angka kejadian di UPPA RS Muhammadiyah Lamongan sebesar 62%. Tujuan dari

penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh irigasi intra-abdomen dengan NaCl hangat

terhadap perubahan suhu pada pasien post operasi SC dengan anestesi spinal di Instalasi bedah

Sentral Rumah Sakit Muhammadiyah Lamongan.

Penelitian ini merupakan penelitian experimental dengan desain penelitian post test only controlled

group desain. Sampel penelitian diambil dari ibu post operasi SC dengan anestesi spinal di Rumah

Sakit Muhammadiyah Lamongan sebanyak 32 orang menggunakan teknik Simple Random

Sampling yang dibagi menjadi 2 kelompok yaitu yang mendapatkan irigasi NaCl hangat dan

kelompok yang mendapatkan irigasi NaCl suhu kamar. Pengumpulan data menggunakan lembar

observasi check list untuk mengukur derajat perubahan suhu dan uji yang digunakan adalah uji

Mann-Whitney U-Test.

Hasil penelitian ini adalah 1). Pada pasien post SC yang mendapatkan irigasi NaCl suhu kamar

sebagian mengalami kejadian menggigil sedang; 2) Pada pasien post SC yang mendapatkan

irigasi NaCl hangat sebagian besar tidak mengalami kejadian menggigil; 3) Terdapat pengaruh

Pemberian irigasi NaCl hangat intra abdomen terhadap perubahan suhu tubuh pada pasien post

operasi secsio caesarea dengan spinal anestesi di Instalasi Bedah Sentral Rumah Sakit

Muhammadiyah Lamongan, dengan nilai p = 0.039. Diharapkan hasil penelitian ini dapat

memberikan masukan khususnya bagi perawat bedah untuk dapat menyediakan cairan NaCl hangat

untuk irigasi intra abdomen untuk mengurangi resiko menggigil pada pasien post operasi secsio

caesarea dengan spinal anestesi.

Keywords: Irigasi Intraabdomen dengan NaCl hangat, Perubahan suhu tubuh, menggigil

PENDAHULUAN. …… . … … .

Secsio caesarea (SC) adalah suatu

persalinan buatan dimana janin dilahirkan

melalui suatu insisi pada dinding perut dan

dinding rahim dengan syarat rahim dalam

keadaan utuh serta berat janin diatas 500

gram (Wiknjosastro, 2005). Pada tahapan

prosedur operasi secsio caesarea, sebelum

menutup peritoneum sebagian dokter

kandungan melakukan pencucian perut

dengan menggunakan NaCl kurang lebih

500-1000 ml atau sesuai kebutuhan. Hal ini

bertujuan untuk membersihkan abdomen dari

sisa-sisa darah maupun ketuban (mekonial)

agar tidak terjadi komplikasi perlengketan

setelah operasi.

Teknik anestesia yang lazim

digunakan dalam SC adalah anestesi regional,

tapi tidak selalu dapat dilakukan

berhubungan dengan sikap mental pasien.

Anestesia regional yang sering dipakai untuk

Page 2: PENGARUH IRIGASI INTRAABDOMEN DENGAN NaCl …stikesmuhla.ac.id/wp-content/uploads/66-74-Virgianti-NF.pdf · Instalasi Bedah Sentral Rumah Sakit Muhammadiyah Lamongan, pada bulan Juli-Agustus,

Pengaruh Irigasi Intraabdomen dengan NaCl Hangat Terhadap Perubahan Suhu Tubuh Pada

Pasien Post Op SC Dengan Spinal Anastesi di IBS RS Muhammadiyah Lamongan

SURYA 67 Vol.02, No.XV, Agustus 2013

tindakan secsio caesarea adalah anestesi

spinal (Owen P, 2005).

Himawan Sasongko (2005), dalam

penelitiannya menyebutkan bahwa angka

kejadian menggigil selama pemulihan

anestesi antara 5% hingga 60%. Sementara

kejadian menggigil pasca analgesia spinal

bervariasi. Kelsaka dkk, mendapatkan sekitar

36%, Roy dkk, mendapatkan sekitar 56,7%,

Sementara Sagir dkk dan Honarmand dkk

mendapatkan sekitar 60%.

Data yang didapat dari laporan

kegiatan pembedahan di Kamar Operasi

Instalasi Bedah Sentral Rumah Sakit

Muhammadiyah Lamongan, pada bulan Juli-

Agustus, pembedahan SC sebanyak 81 pasien

yag mana hampir semua pasien dilakukan

prosedur irigasi intraabdomen sebelum

penutupan peritoneum. Dari 81 pasien

tersebut, 78 pasien dilakukan dengan tehnik

anestesi spinal, dimana 48 pasien (62%)

terjadi menggigil post operasi di ruang

UPPA. Dari data tersebut menunjukkan

bahwa masih tingginya angka kejadian

menggigil post operasi SC di Instalasi Bedah

Sentral Rumah Sakit Muhammadiyah

Lamongan.

Komplikasi anestesi spinal pada SC

diantaranya yaitu: hipotensi, bradicardi,

PDPH, menggigil, mual muntah, depresi

nafas, total spinal. Pasien post operasi secsio

caesarea dengan anestesi spinal yang

dilakukan irigasi intra-abdomen biasanya

mengeluh kedinginan. Pada anestesi spinal

akan menurunkan ambang menggigil sampai

pada inti hipotermi pada jam pertama atau

setelah dilakukan anestesi spinal akan

menurunkan suhu sekitar 1–2 °C, hal ini

berhubungan dengan redistribusi panas tubuh

dari kompartemen inti ke perifer dimana

spinal menyebabkan vasodilatasi. Kondisi ini

kemungkinan juga karena suhu kamar

operasi yang dingin, atau juga ditunjang

karena efek dari pencucian rongga abdomen

yang dilakukan sebelum penutupan

peritoneum.

Sampai saat ini, mekanisme

menggigil masih belum diketahui secara

pasti. Menggigil pasca secsio caesarea

dengan anestesi spinal diduga karena:

hipotermi, faktor yang berhubungan dengan

pelepasan pirogen, tipe atau jenis

pembedahan, kerusakan jaringan yang

terjadi, atau efek langsung obat anestesi.

Faktor hipotermi diduga sebagai

salah satu pemicu terjadinya menggigil.

Menggigil merupakan suatu mekanisme

tubuh yang terjadi untuk meningkatkan

pembentukan panas. Ketika tubuh terlalu

dingin, sistem pengaturan temperatur tubuh

mengadakan prosedur untuk meningkatkan

suhu tubuh yaitu dengan cara :

Vasokonstriksi kulit di seluruh tubuh,

Piloereksi yaitu berdirinya rambut pada

akarnya, Peningkatan pembentukan panas

oleh sistem metabolisme dengan cara

menggigil, rangsangan simpatis pembetukan

panas dan sekresi tiroksin. Kombinasi antara

gangguan termoregulasi yang disebabkan

oleh tindakan anestesi dan eksposur suhu

lingkungan yang rendah pada pasien operasi,

akan mengakibatkan terjadinya hipotermia.

Menggigil terjadi karena pelepasan

pirogen dari dalam leukosit yang sebelumnya

telah terangsang oleh pirogen eksogen yang

dapat berasal dari mikroorganisme atau

merupakan suatu hasil reaksi immunologik

yang tidak berdasarkan suatu infeksi (Noer

Syaifullah, 2004). Demikian juga kerusakan

jaringan akibat pembedahan juga diduga

menjadi penyebab menggigil. Reaksi tubuh

terhadap stres pada keadaan injuri akan

menimbulkan peningkatan metabolik,

hemodinamik dan hormonal respon

(Lukmanto, 1990). Obat anestesi dapat secara

langsung menyebabkan vasodilatasi

pembuluh darah dan menurunkan nilai

ambang vasokonstriksi dengan menghambat

fungsi termoregulasi sentral. Vasodilatasi ini

akan mengakibatkaan panas tubuh dari

bagian sentral suhu inti mengalir ke bagian

perifer. Redistribusi panas tubuh ini akan

menyebabkan peningkatan suhu perifer tetapi

menyebabkan penurunan suhu inti.

Menggigil mengakibatkan konsumsi

oksigen menjadi 2-3 kali lipat dan juga

meningkatkan produksi karbondioksida,

meningkatnya kebutuhan metabolisme dapat

mengakibatkan komplikasi pada pasien yang

memiliki pintas intrapulmonal, curah jantung

yang terbatas dan cadangan respirasi terbatas.

Menggigil juga meningkatkan tekanan

Page 3: PENGARUH IRIGASI INTRAABDOMEN DENGAN NaCl …stikesmuhla.ac.id/wp-content/uploads/66-74-Virgianti-NF.pdf · Instalasi Bedah Sentral Rumah Sakit Muhammadiyah Lamongan, pada bulan Juli-Agustus,

Pengaruh Irigasi Intraabdomen dengan NaCl Hangat Terhadap Perubahan Suhu Tubuh Pada

Pasien Post Op SC Dengan Spinal Anastesi di IBS RS Muhammadiyah Lamongan

SURYA 68 Vol.02, No.XV, Agustus 2013

intrakranial dan tekanan intraocular (Buggy

D.J, 2000), selain itu juga dapat

mengakibatkan rasa nyeri pada luka operasi

karena terjadi rengangan pada luka operasi

(Roy J D et al, 2004). Oleh karena itu,

menggigil harus segera diatasi.

Harus diambil tindakan untuk

memastikan bahwa pasien yang menjalani

pembedahan abdomen terlindung dari

penurunan panas tubuh. Selain lingkungan

sekitar pasien harus tetap dijaga

kehangatannya, cairan irigasi intraabdomen

juga harus dihangatkan terlebih dahulu

mendekati suhu tubuh normal untuk

memperkecil pengeluaran panas (Sessler,

1990). Menggigil dapat dicegah diantaranya

dengan cara: pengaturan suhu kamar operasi,

penggunaan system pemanas udara

bertekanan, penggunaan cairan kristaloid

yang dihangatkan (untuk keseimbangan

cairan intravena, untuk irigasi luka

pembedahan, untuk prosedur cistoscopi),

menghindari genangan darah atau cairan di

meja operasi dan ruang pemulihan yang

hangat.

Dengan pemberian cairan infus

hangat dan irigasi NaCl hangat pada tahap

pembersihan intra-abdomen, diharapkan

dapat mencegah terjadinya menggigil pada

pasien secsio caesarea dengan anestesi spinal.

Dengan demikian penulis tertarik untuk

meneliti permasalahan tentang ”Pengaruh

irigasi intra-abdomen dengan NaCl hangat

terhadap perubahan suhu pada pasien post

operasi SC dengan anestesi spinal di Instalasi

bedah Sentral Rumah Sakit Muhammadiyah

Lamongan”.

METODE PENELITIAN.… … .…

Penelitian ini merupakan penelitian

experimental dengan desain penelitian post

test only controlled group desain. Sampel

penelitian diambil dari ibu post operasi sectio

caesarea dengan anestesi spinal di Rumah

Sakit Muhammadiyah Lamongan sebanyak

32 orang menggunakan teknik Simple

Random Sampling yang dibagi menjadi 2

kelompok yaitu yang mendapatkan irigasi

NaCl hangat dan kelompok yang

mendapatkan irigasi NaCl suhu kamar.

Pengumpulan data menggunakan lembar

observasi check list untuk mengukur derajat

perubahan suhu dan uji yang digunakan

adalah uji Mann-Whitney U-Test.

HASIL .PENELITIAN …

1. Data Umum

1) Karakteristik Responden

(1) Karakteristik responden

berdasarkan umur

Tabel 1. Distribusi frekuensi karakteristik

responden berdasarkan umur di IBS

RS Muhammadiyah Lamongan No. Umur Frekuensi Prosentase

1. < 20 tahun 0 orang 0%

2. 21 – 40 tahun 31 orang 97%

3. > 41 tahun 1 orang 3%

Jumlah 32 orang 100%

Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa

dalam penelitian ini hampir seluruh

responden berumur 21 - 40 tahun yaitu 31

orang (96,8 %). (2) Karakteristik responden

berdasarkan pendidikan

Tabel 2. Distribusi frekuensi karakteristik

responden berdasarkan pendidikan

di IBS RS Muhammadiyah

Lamongan No. Pendidikan Frekuensi Prosentase

1. SD/sederajat 0 orang 0%

2. SMP/sederajat 2 orang 6.2%

3. SMA/sederajat 11 orang 34.4%

4. Perguruan

Tinggi

19 orang 59.4%

Jumlah 32 orang 100%

Dari tabel diatas dapat disimpulkan

bahwa dalam penelitian ini sebagian besar

responden berpendidikan PT yaitu 19 orang

(59,4 %).

(3) Karakteristik responden

berdasarkan pekerjaan

Tabel 3. Distribusi frekuensi karakteristik

responden berdasarkan pekerjaan di

IBS RS Muhammadiyah Lamongan No. Pekerjaan Frekuensi %

1. Tidak bekerja 10 orang 31.2%

2. Petani 1 orang 3.1%

3. Wiraswasta 19 orang 59.4%

4. PNS 2 orang 6.2%

Jumlah 32 orang 100%

Page 4: PENGARUH IRIGASI INTRAABDOMEN DENGAN NaCl …stikesmuhla.ac.id/wp-content/uploads/66-74-Virgianti-NF.pdf · Instalasi Bedah Sentral Rumah Sakit Muhammadiyah Lamongan, pada bulan Juli-Agustus,

Pengaruh Irigasi Intraabdomen dengan NaCl Hangat Terhadap Perubahan Suhu Tubuh Pada

Pasien Post Op SC Dengan Spinal Anastesi di IBS RS Muhammadiyah Lamongan

SURYA 69 Vol.02, No.XV, Agustus 2013

Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa

dalam penelitian ini sebagian besar

responden bekerja sebagai swasta yaitu 19

orang (59,4%).

(4) Karakteristik responden

berdasarkan riwayat operasi

Tabel 4. Distribusi frekuensi karakteristik

responden berdasarkan riwayat

operasi di IBS RS Muhammadiyah

Lamongan

No. Riwayat

Operasi

Frekuensi Prosentase

1. Belum pernah 26 orang 81.2%

2. Pernah 6 orang 18.8%

Jumlah 32 orang 100%

Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa

dalam penelitian ini sebagian besar

responden tidak mempunyai riwayat operasi

sebelumnya yaitu 26 orang (81,2%).

(5) Karakteristik responden

berdasarkan paritas

Tabel 5. Distribusi frekuensi karakteristik

responden berdasarkan paritas di

IBS RS Muhammadiyah Lamongan

No. Paritas Frekuensi Prosentase

1. Primipara 17 orang 53.1%

2. Multipara 15 orang 46.9%

Jumlah 32 orang 100%

Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa

dalam penelitian ini sebagian besar

kehamilan responden adalah primi yaitu 17

orang (53,1%)

2. Data Khusus

1) Perubahan Suhu Tubuh Pasien Post

Operasi Sectio Caesaria dengan

Irigasi NaCl Suhu Kamar

Tabel 6. Perubahan Suhu Tubuh Pasien Post

Operasi Sectio Caesaria dengan

Irigasi NaCl Suhu Kamar di IBS

RS Muhammadiyah Lamongan No Perubahan Suhu

Tubuh

Σ %

1. Tidak Menggigil 4 25

2. Menggigil Ringan 2 12.5

3. Menggigil Sedang 8 50

4. Menggigil Berat 2 12.5

Jumlah 16 100

Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa

dalam penelitian ini, ibu post op SC yang

diberikan irigasi NaCl suhu kamar sebagian

mengalami menggigil sedang yaitu sebanyak

8 orang (50 %) dan sebagian kecil tidak

menggigil yaitu 4 orang (25%), menggigil

ringan serta berat yaitu 2 orang (12.5%).

2) Perubahan Suhu Tubuh Pasien Post

Operasi Sectio Caesaria dengan

Irigasi NaCl Hangat

Tabel 7. Perubahan Suhu Tubuh Pasien Post

Operasi Sectio Caesaria dengan

Irigasi NaCl Suhu Kamar di IBS

RS Muhammadiyah Lamongan No Perubahan Suhu

Tubuh

Σ %

1. Tidak Menggigil 9 56.25

2. Menggigil Ringan 2 12.5

3. Menggigil Sedang 4 25

4. Menggigil Berat 1 6.25

Jumlah 16 100

Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa

dalam penelitian ini sebagian besar ibu post

op SC tidak mengalami menggigil yaitu

sebanyak 9 orang (56,25%), dan sebagian

kecil menggigil berat yaitu 1 orang (6,25%),

menggigil sedang 2 orang (12,5%) serta

menggigil ringan 4 orang (25%).

3) Pengaruh Irigasi Intraabdomen

dengan NaCl hangat terhadap

perubahan suhu tubuh pada pasien

post operasi SC

Tabel 8. Tabulasi Silang Pengaruh Irigasi

Intraabdomen dengan NaCl hangat

terhadap perubahan suhu tubuh

pada pasien post operasi SC di IBS

RS Muhammadiyah Lamongan

Berdasarkan tabel 8 dapat

disimpulkan bahwa dengan pemberian irigasi

NaCl hangat didapatkan kejadian tidak

menggigil lebih tinggi dari pada irigasi suhu

kamar yaitu 56% dibanding 25%, menggigil

ringan lebih tinggi yaitu 25% dibanding

12,5%, menggigil sedang lebih rendah yaitu

12,5% dibanding 50% dan menggigil berat

No

Irigasi

NaCl

Perubahan Suhu Tubuh

Total Tidak Ringa

n

Sedan

g

Berat

Σ % Σ % Σ % Σ % Σ %

1. Suhu

kamar 4 25 2

12,

5 8 50 2

12,

5

1

6

10

0

2. Suhu

hangat 9

56,

25 4 25 2

12,

5 1

6,2

5

1

6

10

0

Page 5: PENGARUH IRIGASI INTRAABDOMEN DENGAN NaCl …stikesmuhla.ac.id/wp-content/uploads/66-74-Virgianti-NF.pdf · Instalasi Bedah Sentral Rumah Sakit Muhammadiyah Lamongan, pada bulan Juli-Agustus,

Pengaruh Irigasi Intraabdomen dengan NaCl Hangat Terhadap Perubahan Suhu Tubuh Pada

Pasien Post Op SC Dengan Spinal Anastesi di IBS RS Muhammadiyah Lamongan

SURYA 70 Vol.02, No.XV, Agustus 2013

kejadiannya lebih rendah yaitu 6,25%

dibanding 12,5%

Dari hasil tersebut kemudian dilakukan

pengujian statistik dengan menggunakan Uji

Mann Whitney (U – Test). Dengan bantuan

perangkat lunak computer program Statistical

Product and Service Solution ( SPSS ) 16.0

for window dengan nilai kemaknaan p = 0.05,

didapatkan nilai Mean Rank pada kelompok

yang mendapatkan perlakuan irigasi NaCl

hangat adalah 13,06 dan nilai Mean Rank

pada kelompok yang mendapat irigasi NaCl

suhu kamar adalah 19,94, dengan nilai Z = -

2,190 dan nilai p = 0,039. Karena nilai p <

dari 0,05 maka H1 diterima, artinya terdapat

pengaruh pemberian irigasi NaCl hangat

terhadap perubahan suhu tubuh (resiko

menggigil turun) pada pasien post operasi

secsio caesarea dengan spinal anestesi.

PEMBAHASAN .… .…

1. Perubahan Suhu Tubuh Pasien Post

Operasi Sectio Caesaria dengan Irigasi

NaCl Suhu Kamar

Berdasarkan tabel 6 dapat

disimpulkan bahwa dalam penelitian ini,

pasien post operasi secsio caesarea yang

diberikan irigasi NaCl suhu kamar sebagian

mengalami menggigil sedang yaitu sebanyak

8 orang (50 %).

Menurut pendapat Arif Mansjoer

( 2000 ), bahwa komplikasi anestesi spinal

pada secsio caesarea: hipotensi, bradicardi,

PDPH (Postdural Punture Headeache),

menggigil, mual muntah, depresi nafas, total

spinal, sequelae neurologik, penurunan

tekanan intra cranial, meningitis, retensi

urine. Pada anestesi spinal akan menurunkan

ambang menggigil sampai pada inti

hipotermi pada jam pertama atau setelah

dilakukan anestesi spinal akan menurunkan

suhu sekitar 1–2 °C, hal ini berhubungan

dengan redistribusi panas tubuh dari

kompartemen inti ke perifer dimana spinal

menyebabkan vasodilatasi. Sebagaimana

teori yang dikemukanan oleh Bhattacharya

(2003), yaitu bila selama anestesi pasien

mengalami kehilangan panas tubuh sampai

hipotermi, maka dengan keadaan yang masih

hipotermi umumnya akan terjadi mekanisme

untuk memproduksi panas dengan jalan

menggigil/shivering dan vasokontriksi.

Mekanisme terjadinya menggigil pada pasien

post operasi SC ini sesuai dengan pendapat

Tamsuri ( 2007 ), bahwa reflek yang

diaktifkan oleh dingin dikendalikan oleh

hipotalamus posterior dan respon panas

diaktifkan oleh hipotalamus anterior.

Rangsangan pada hipotalamus posterior

menyebabkan menggigil dan suhu tubuh

yang mengalami lesi hipotalamus posterior

turun mendekati suhu lingkungan. Menurut

Morgan (1996) hipotermi diakibatkan karena

penggunaan cairan pembilas yang dingin

pada secsio caesarea.

Menggigil merupakan mekanisme

pertahanan terakhir yang timbul bila

mekanisme kompensasi yang lain tidak

mampu mempertahankan suhu tubuh dalam

batas normal. Rangsangan dingin akan

diterima afektor diteruskan ke hipothalamus

anterior dan memerintahkan bagian efektor

untuk merespon berupa kontraksi otot tonik

dan klonik secara teratur dan bersifat

involunter serta dapat menghasilkan panas

sampai dengan 600% diatas basal.

Selama ini di kamar operasi RS

Muhammadiyah Lamongan irigasi intra

abdomen dalam prosedur operasi secsio

caesarea menggunakan NaCl suhu kamar,

dan didapatkan sebagian besar pasien post

operasi secsio caesarea mengalami kejadian

menggigil. Hal ini kemungkinan disebabkan

oleh karena suhu ruangan kamar operasi yang

dingin, sehingga sebagian besar pasien

mengalami penurunan suhu tubuh hingga di

bawah normal atau hipotermi. Perbedaan

suhu di kamar operasi sangat tinggi, dimana

suhu normal tubuh 36 – 370C, sementara

suhu ruangan sekitar 200C-22

0C. Perbedaan

suhu tubuh dan ruangan serta efek anestesi

dapat menyebabkan panas tubuh cepat keluar

sedangkan produksi panas ditekan sehingga

mengakibatkan terjadi hipotermia yang

merupakan penyebab utama menggigil.

Dengan pencucian rongga abdomen dengan

cairan NaCl suhu kamar sebelum penutupan

peritoneum, serta adanya genangan cairan

dingin di meja operasi akan mempertinggi

pemaparan pasien pada suhu dingin.

Page 6: PENGARUH IRIGASI INTRAABDOMEN DENGAN NaCl …stikesmuhla.ac.id/wp-content/uploads/66-74-Virgianti-NF.pdf · Instalasi Bedah Sentral Rumah Sakit Muhammadiyah Lamongan, pada bulan Juli-Agustus,

Pengaruh Irigasi Intraabdomen dengan NaCl Hangat Terhadap Perubahan Suhu Tubuh Pada

Pasien Post Op SC Dengan Spinal Anastesi di IBS RS Muhammadiyah Lamongan

SURYA 71 Vol.02, No.XV, Agustus 2013

2. Perubahan Suhu Tubuh Pasien Post

Operasi Sectio Caesaria dengan

Irigasi NaCl Hangat

Dari tabel 7 dapat dilihat bahwa

dalam penelitian ini, pasien post operasi

secsio caesarea yang mendapatkan irigasi

NaCl hangat sebagian besar tidak mengalami

menggigil yaitu sebanyak 9 orang (56 %),

dan sebagian kecil menggigil berat yaitu 1

orang (6 %), menggigil sedang 2 orang

(12,5%) serta menggigil ringan 4 orang

(25%).

Menurut sessler D.I (2010), Pada

pasien dengan anestesi spinal dapat terjadi

menggigil diantaranya karena adanya 3 fase

diantaranya yaitu karena adanya mekanisme

keseimbangan produksi panas dengan

hilangnya panas.

Fakta tersebut diatas sesuai dengan

penelitian yang dilakukan oleh Robbert B

Sanda et al ( 2011 ), mereka menarik

kesimpulan bahwa untuk irigasi, mungkin

lebih bijaksana untuk menggunakan cairan

pengairan pada titik yang sedikit lebih tinggi

dari 37 °C (38°C-39°C) untuk HIPL dalam

diri manusia untuk memperhitungkan dilusi

termal dan dibenarkan dapat digunakan untuk

memperbaiki atau mencegah hipotermia pada

pasien yang menjalani laparotomi dalam

pengaturan DCS dengan atau tanpa

peritonitis. Hal ini sesuai dengan pendapat

Sessler ( 1990 ), bahwa selain lingkungan

sekitar pasien harus tetap dijaga

kehangatannya, cairan irigasi intra abdomen

juga harus dihangatkan terlebih dahulu

mendekati suhu tubuh normal untuk

memperkecil pengeluaran panas. Menggigil

merupakan salah satu konsekuensi terjadinya

hipotermia perioperatif yang dapat berpotensi

untuk terjadi sejumlah sekuele, yaitu

peningkatan konsumsi oksigen dan potensi

produksi karbon dioksida, pelepasan

katekolamin, peningkatan cardiac output,

takikardia, hipertensi, dan peningkatan

tekanan intraokuler.

Berdasarkan pernyataan diatas dapat

diambil kesimpulan bahwa kejadian

menggigil pada post operasi berkaitan erat

dengan kejadian hipotermia atau penurunan

suhu di bawah normal, tetapi tidak menutup

kemungkinan kalau sebagian kejadian

menggigil terjadi bukan karena gangguan

termoregulator melainkan dapat juga

berhubungan dengan pelepasan pirogen, tipe

atau jenis pembedahan atau efek langsung

dari anestesi.

Pada penelitian ini, sebelum larutan

irigasi diberikan kepada pasien, peneliti

menghangatkan dahulu sampai suhunya

sedikit lebih tinggi dari suhu tubuh, sekitar

380

C. Diharapkan dengan larutan irigasi

yang dihangatkan maka perbedaan antara

suhu tubuh dengan suhu ruangan dapat

dikurangi agar dapat memperlambat

keluarnya panas tubuh ke lingkungan

sehingga kejadian hipotermia dapat dicegah,

dimana hipotermi adalah penyebab utama

terjadinya menggigil pada pasien post operasi

dengan spinal anestesi.

Dengan pemberian irigasi NaCl hangat

intra abdomen, disisi lain muncul

kekhawatiran terjadinya penurunan kontraksi

uterus dikarenakan adanya vasodilatasi

pembuluh darah uteri. Oleh karena itu di

Instalasi Bedah Sentral RS Muhammadiyah

Lamongan tidak memasukkan irigasi NaCl

hangat dalam SOP operasi SC, tetapi melalui

penelitihan ini kekhawatiran tersebut tidak

terjadi. Karena setelah dilakukan observasi di

ruang perawatan pasca anestesi tidak

ditemukan kejadian atonia uteri pada pasien

post operasi SC yang diberikan irigasi NaCl

hangat.

3. Pengaruh Irigasi Intraabdomen

dengan NaCl hangat terhadap

perubahan suhu tubuh pada pasien

post operasi SC

Berdasarkan klasifikasi menggigil

antara kelompok yang mendapatkan irigasi

NaCl hangat dengan kelompok yang

mendapatkan irigasi NaCl suhu kamar, maka

didapatkan perbedaan nilai mean ranknya.

Nilai mean rank pada kelompok irigasi NaCL

hangat adalah 13,06, dan nilai mean rank

pada kelompok irigasi NaCl suhu kamar

adalah 19,94, sedangkan nilai Z = -2,190 dan

nilai p = 0,039. Karena nilai p = 0,039, yang

berarti nilai p < dari 0,05, maka H 1 diterima,

artinya terdapat pengaruh pemberian irigasi

NaCl hangat terhadap penurunan angka

kejadian menggigil pada pasien post operasi

Page 7: PENGARUH IRIGASI INTRAABDOMEN DENGAN NaCl …stikesmuhla.ac.id/wp-content/uploads/66-74-Virgianti-NF.pdf · Instalasi Bedah Sentral Rumah Sakit Muhammadiyah Lamongan, pada bulan Juli-Agustus,

Pengaruh Irigasi Intraabdomen dengan NaCl Hangat Terhadap Perubahan Suhu Tubuh Pada

Pasien Post Op SC Dengan Spinal Anastesi di IBS RS Muhammadiyah Lamongan

SURYA 72 Vol.02, No.XV, Agustus 2013

secsio caesarea dengan spinal anestesi.

Irigasi (lavage) merupakan proses

pembilasan atau mencuci organ berongga

terutama sinus para-nasalis, kandung kemih,

usus atau perut untuk tujuan terapeutik

( Elsevier, 2005). Irigasi pada prosedur

operasi tertentu secara umum menggunakan

cairan polos seperti natrium klorida 0.9%,

cairan ini merupakan cairan yang bersifat

fisiologis yang ada di seluruh tubuh, tidak

ada reaksi hipersensitifitas. Natrium klorida

yang disebut juga normal salin aman

digunakan untuk kondisi apapun (Lilley &

Aucker, 1999).

Pasien yang menjalani operasi

terutama operasi besar termasuk secsio

caesarea sangat beresiko terjadi penurunan

suhu tubuh. Dimana operasi secsio caesarea

tersebut dilakukan tindakan membuka

dinding perut yang cukup lebar sehingga

organ perut dapat terpapar ke suhu

lingkungan kamar operasi yang dingin.

Demikian juga efek langsung dari anestesi

spinal yang dapat menekan produksi panas

tubuh dan vasodilatasi yang menyebabkan

redistribusi panas tubuh dari kompartemen

inti ke perifer sehingga dapat menurunkan

suhu sekitar 1 – 2˚C.

Dengan adanya resiko akibat

pembedahan dan anestesi spinal serta

pemaparan pasien pada suhu yang dingin di

kamar operasi yang dapat menyebabkan

penurunan suhu dan terjadi menggigil, maka

perlu adanya tindakan-tindakan khusus untuk

dapat memperkecil resiko tersebut. Hal-hal

yang dapat dilakukan dengan cukup mudah

diantaranya yaitu menghangatkan terlebih

dahulu cairan irigasi yang akan diberikan

kepada pasien sehingga dapat mengurangi

hilangnya panas tubuh karena radiasi yang

disebabkan suhu kamar operasi yang dingin

dan juga mengurangi hilangnya panas karena

konduksi akibat cairan dingin yang

dimasukkan kedalam rongga perut pasien.

Dengan demikian, dapat ditarik

kesimpulan bahwa irigasi dengan cairan /

NaCl hangat pada saat prosedur operasi yang

dilakukan sangat efektif dalam mengurangi

resiko terjadinya penurunan suhu tubuh di

bawah normal. Oleh karena itu, perlu kiranya

dilakukan kerjasama yang baik antara

perawat kamar operasi dan dokter operator

untuk dapat memberikan intervensi tersebut

agar dapat mengurangi resiko kejadian

menggigil pada pasien operasi di Instalasi

Bedah Sentral umumnya dan khususnya pada

pasien operasi secsio caesarea. Dan

selanjutnya dapat dipertimbangkan untuk

dimasukkan ke dalam Standart Prosedur

Operasional Secsio Caesarea yang ada di

Rumah Sakit Muhammadiyah Lamongan.

KESIMPULAN DAN SARAN. …

1. Kesimpulan

1) Pada pasien post secsio caesarea yang

mendapatkan irigasi NaCl suhu kamar

sebagian mengalami kejadian menggigil

sedang.

2) Pada pasien post secsio caesarea yang

mendapatkan irigasi NaCl hangat

sebagian besar tidak mengalami kejadian

menggigil.

3) Terdapat pengaruh Pemberian irigasi

NaCl hangat intra abdomen terhadap

perubahan suhu tubuh pada pasien post

operasi secsio caesarea dengan spinal

anestesi di Instalasi Bedah Sentral

Rumah Sakit Muhammadiyah Lamongan,

dengan nilai p = 0.039.

2. Saran

Diharapkan hasil penelitian ini dapat

memberikan masukan khususnya bagi

perawat bedah untuk dapat menyediakan

cairan NaCl hangat untuk irigasi intra

abdomen untuk mengurangi resiko menggigil

pada pasien post operasi secsio caesarea

dengan spinal anestesi.

. . .DAFTAR PUSTAKA . . .

Anas Tamsuri (2007). Regulasi Suhu Tubuh.

Didapat dari

http://ppnisardjitoblogspot.com/2012

regulasi-suhu-tubuh.html.

Arif Mansjoer, Suprohaita, dkk (2000).

Kapita Selekta Kedokteran. Edisi

Ketiga Jilid Kedua, Jakarta: Media

Aesculapius Fakultas Kedokteran UI

Page 8: PENGARUH IRIGASI INTRAABDOMEN DENGAN NaCl …stikesmuhla.ac.id/wp-content/uploads/66-74-Virgianti-NF.pdf · Instalasi Bedah Sentral Rumah Sakit Muhammadiyah Lamongan, pada bulan Juli-Agustus,

Pengaruh Irigasi Intraabdomen dengan NaCl Hangat Terhadap Perubahan Suhu Tubuh Pada

Pasien Post Op SC Dengan Spinal Anastesi di IBS RS Muhammadiyah Lamongan

SURYA 73 Vol.02, No.XV, Agustus 2013

Arikunto, Suharsimi (2006), Prosedur

Penelitian: Suatu Pendekatan

Praktek. Jakarta: Rineka Cipta

Artur C, Guyton. Jhon E, Hall (1997). Buku

Ajar Fisiologi Kedokteran: Suhu

Tubuh, Pengaturan Suhu & Demam.

Edisi 9, Jakarta: EGC

Artur C, Guyton. Jhon E, Hall (2007) Buku

Ajar Fisiologis. edisi XI, Jakarta:

EGC

Askandar, Cokroprawiro (2008), Pedoman

Penelitian Kedokteran. Surabaya:

Airlangga University Press

Battacharyaka Pradip K et al (2003). Post

Anaesthesia Shivering (PAS): a

Review, Indian J Anaesth

Brunner & Suddart (2002) “Buku Ajar

Keperawatan Medikal-Bedah”,

Jakarta : EGC.

Buggy D J, Crossley AWA (2000).

Thermoregulation, Mild

Preoperative Hypothermia And Post

Anesthetic Shivering. Brj Anaesth

Charlene J Reeves, Gayle Roux (2001)

“ Keperawatan Medikal Bedah”,

Jakarta . Salemba Medika

De Witte J, Sessler DI (2002). Perioperative

Shivering:Psisiology &

Pharmacology Anaesthesiologi.

Definisi Lavage: Lavage Peritoneal Lavage

Definition. Diperoleh dari

http://www.Medical-

dictionary.thefreedictionary.ca./lava

ge”>lavage<,/a>

Fisiologi Manusia: Hypothermia &

Hyperthermia. Diperoleh dari

http://www.Scribd.Com/doc/3192387

5/Hypothermia-Hyperthermia

Diperoleh Tanggal 20 Maret 2012.

Ganong F.W (2003). Temperatur Regulation,

Review of Medical Fisiology. Edisi 2

San Fransisco Lange Medical Book

Mc Graw Hill.

Gerhard Martius (2002). Pedoman

Kebidanan Maritas. Edisi 12, Alih

Bahasa dr. Petrus Andrianto, Editor

Emanuel a Friedman. Jakarta: EGC

Hidayat, Alimul A. (2007). Metode

Penelitian Keperawatan Teknik

Analisis Data. Jakarta : Salemba

Medika

Himawan Sasongko (2005). Perbandingan

Efektifitas Antara Tramadol Dan

Meperidin Untuk Pencegahan

Menggigil Pasca Anestesi Umum.

Diperoleh dari:

http://eprints.undip.ac.id/17647/1/Hi

mawan_Sasongko.pdf

Jenis-jenis Cairan Infus dan Fungsinya.

Diperoleh dari: http://bascommetro-

com.blogspot.com/2011/10/jenis-

jenis-cairan-infus-dan-

fungsinya.html

Lukito Husodo (2005). Pembedahan Dengan

Laparatomy. Didalam Ilmu

Kebidanan. Editor Wiknjosastro H,

Edisi ke 3. Jakarta: Yayasan Bina

Pustaka

Norman F Gant, F Gary Cuningham

(2011).Dasar-Dasar Gynecologi &

Obstetri. Alih Bahasa dr Brahm U

Pendit. Jakarta: EGC

Nursalam (2003). Konsep dan Penerapan

Metodologi Penelitian Ilmu

Keperawatan, Pedoman skripsi,

Tesis dan Instrumen penelitian

Keperawatan, Jakarta: Salemba

Medika

Nursalam (2008). Konsep dan Penerapan

Metodologi Penelitian Ilmu

Keperawatan Edisi 2. Jakarta:

Salemba Medika

Nursalam (2009) Konsep dan Penerapan

Metodologi Penelitian Ilmu

Keperawatan Pedoman Skripsi,

Tesis, dan Instrument Penelitihan

Keperawatan, Edisi 2 Jakarta:

Salemba Medika

Page 9: PENGARUH IRIGASI INTRAABDOMEN DENGAN NaCl …stikesmuhla.ac.id/wp-content/uploads/66-74-Virgianti-NF.pdf · Instalasi Bedah Sentral Rumah Sakit Muhammadiyah Lamongan, pada bulan Juli-Agustus,

Pengaruh Irigasi Intraabdomen dengan NaCl Hangat Terhadap Perubahan Suhu Tubuh Pada

Pasien Post Op SC Dengan Spinal Anastesi di IBS RS Muhammadiyah Lamongan

SURYA 74 Vol.02, No.XV, Agustus 2013

Prawirohardjo, S. (2005), Acuan Nasional

Pelayanan Kesehatan Maternal dan

Neonatal, Jakarta: Yayasan Bina

Pustaka Sarwono Prawirohardjo.

Potter & Perry A (2005). Buku Ajar

Fundamental Keperawatan Konsep,

Proses, Praktek, Alih Bahasa

Yasmin Asih, Skep, Edisi 4, Vol 1:

EGC

Robber B Sanda et al. Effects of hyperthermic

intraoperative peritoneal lavage on

intra-abdominal pressure in an

experimental model of peritonitis: A

randomized, controlled, blinded

interventional study, diperoleh dari

http://www.ncbt.nlm.nih.gov/pubmed

/21912008 Analis of African

Medicine Vol 10 no 3 2011

Sessler D.I, Ponte J (1990). Shivering During

Epidural Anesthesia. Anesthesiology