pengaruh intensitas mengikuti pengajian tafsir...
TRANSCRIPT
PENGARUH INTENSITAS MENGIKUTI PENGAJIAN TAFSIR JALALAIN
DAN SHALAT JAMA’AH TERHADAP SIKAP SOSIAL SANTRI
DI PONDOK PESANTREN EDI MANCORO GEDANGAN
KEC. TUNTANG KAB. SEMARANG
S K R I P S I
Disusun Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam (S.PdI)
Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Kegururan
Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga
Oleh:
ROHMAN HAKIM
111 10 177
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA
2015
36. dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya.
Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu akan diminta pertanggungan
jawabnya.
PERSEMBAHAN
Dengan ketulusan hati dan segenap rasa syukur, skripsi ini saya
persembahkan kepada :
1. Bapak Jakrofi dan Ibu Siti Muslikhah tercinta yang telah mendidik,
membimbing, memberikan kasih sayang, do‟a dan segalanya, yang
menjadi perantaraku untuk memperoleh tujuan hidupku, ilmu, iman,
amal shalih dan ridho Allah. Semoga beliau selalu diberikan
kesehatan, keimanan, kesabaran oleh Allah.
2. KH. Mahfud Ridwan, Lc. yang selalu memberi pencerahan dan
memberi arahan dalam mendidik menjadikan saya lebih baik.
3. Sahabat-sahabatku yang selalu mendukung dalam menyelesaikan
skripsi ini, yang selalu menemani susah senang bersama, yang selalu
memberi motivasi dan mendo‟akanku. Semoga dengan do‟a kita
bersama dapat mencapai tujuan dan ridho dari Allah.
KATA PENGANTAR
Dengan memanjatkan puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan nikmat, rahmad, ridho, hidayat serta inayahnya, akhirnya penulis dapat
menyelesaikan skripsi ini. Shalawat serta salam penulis haturkan kepada junjungan nabi
agung Muhammad SAW yang telah memberikan suri tauladan kepada umatnya.
Skripsi ini penulis buat dalam rangka memenuhi tugas akhir dan melengkapi syarat
guna memperoleh gelar sarjana pendidikan. Adapun judul skripsi ini adalah Pengaruh
Intensitas Mengikuti Pengajian Tafsir Jalalain dan Shalat Berjama‟ah terhadap Sikap Sosial
Santri di Pondok Pesantren Edi Mancoro Gedangan, Kec. Tuntang, Kab. Semarang 2015.
Penulisan skripsi dapat selesai tidak lepas dari berbagai pihak yang telah memberikan
dukungan moril maupun materiil. Dengan penuh rendah hati, penulis mengucapkan
terimakasih kepada :
1. Bapak Dr. Rahmat Hariyadi, M. Pd. selaku rektor IAIN salatiga.
2. Bapak Suwardi, M. Pd. Dekan Fakultas Tarbiyah IAIN salatiga.
3. Ibu Siti Rukhayati, M. Ag. selaku Ketua Jurusan Pendidikan Agama Islam IAIN
salatiga yang selalu memotivasi penulis.
4. Bapak Dr. H. Miftahuddin, M. Ag. yang telah memberikan bimbingan dan
pengarahan dengan penuh keikhlasan dan sabar mencurahkan fikiran dan
tenaganya serta pengorbanan waktunya dalam membimbing penyelesaian
penulisan skripsi ini.
5. Bapak Yedi Efriadi, M. Ag. selaku dosen pembimbing akademik yang telah
memberikan saran, semangat dan motivasi selama proses perkuliahan.
6. Segenap bapak dan ibu dosen serta karyawan IAIN Salatiga yang telah
memberikan bekal ilmu dan pelayanan sehingga studi ini bisa selesai.
7. Kepada segenap pengurus dan santri Pondok Pesantren Edi Mancoro yang
membantu dalam menyelesaikan studi ini.
8. Segenap keluarga besar kopma FATAWA IAIN Salatiga yang selalu memberikan
berbagai ilmu organisasi.
Semoga amal mereka diterima sebagai amal ibadah oleh Allah SWT serta
mendapatkan balasan yang berkah dan melimpah.
Penulis menyadari dan mengakui bahwa penulisan skripsi ini masih dari
kesempurnaan, semua itu dikarnakan keterbatasan kemampuan serta pengetahuan penulis.
Oleh karena itu kritik dan saran yang sifatnya membangun semangat penulis harapkan
dalam penyempurnaan skripsi ini.
Penulis berharap semoga skripsi ini memberikan manfaat bagi penulis sendiri maupun
pembaca pada umumnya serta bermanfaat pada dunia pendidikan, agama, nusa, bangsa dan
Negara. Amin.
Salatiga, 09 juni 2015
Penulis
Rohman Hakim
NIM : 111 10 177
ABSTRAK
Hakim, Rohman. 2015. Pengaruh Intensitas Mengikuti Pengajian Tafsir Jalalain
dan Shalat Berjama‟ah terhadap Sikap Sosial Santri (Studi atas Pondok
Pesantren Edi Mancoro Gedangan, Kec. Tuntang, Kab. Semarang
2015). Skripsi, Fakultas Tarbiyah. Jurusan Pendidikan Agama Islam.
Institut Agama Islam Negeri Salatiga. Pembimbing: Dr. H.
Miftahuddin, M.Ag.
Kata Kunci: kitab tafsir jalalain, shalat berjama‟ah dan sikap sosial.
Tujuan penelitian ini adalah 1) Bagaimana variasi intensitas mengikuti
pengajian tafsir jalalain terhadap sikap sosial santri dipondok pesantren Edi
Mancoro Gedangan, Kec. Tuntang, Kab. Semarang 2015, 2) Bagaimana variasi
intensitas shalat berjama‟ah terhadap sikap sosial santri dipondok pesantren Edi
Mancoro Gedangan, Kec. Tuntang, Kab. Semarang 2015, 3) Bagaimana variasi
pengaruh secara bersama-sama antara intensitas mengikuti pengajian tafsir
jalalain dan shalat berjama‟ah terhadap sikap sosial santri dipondok pesantren Edi
Mancoro Gedangan, Kec. Tuntang, Kab. Semarang 2015.
Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian regresi linier sederhana
dengan pendekatan kuantitatif. Populasi sebanyak 105 santri, sedangkan sampel
yang diambil 30 santri yang diambil menggunakan random sampling dimana
semua populasi memiliki kesempatan yang sama untuk menjadi sampel. Data
yang dibutuhkan digali melalui angket yang dikembangkan dan disusun oleh
peneliti. Sebelum angket terlebih dahulu diuji cobakan kepada 30 responden
untuk diuji validitas dan realibilitasnya. Data penelitian dianalisis dengan teknik
regresi.
Hasil dari penelitian adalah 1) Terdapat kontribusi positif dan siknifikan
intensitas mengikuti pengajian tafsir jalalain terhadap sikap sosial santri, hal ini
ditunjukan dengan perolehan hasil uji t dengan nilai probabilitas sebesar 7,921 >
0,361, 2) Terdapat kontribusi positif dan signifikan shalat berjama‟ah terhadap
sikap sosial santri, hal ini dibuktikan dengan perolehan t hitung dengan nilai
probabilitas sebesar 0,924 > 0,361, 3) Intensitas mengikuti pengajian tafsir dan
shalat berjama‟ah simultan memiliki kontribusi signifikan dan negatif terhadap
sikap sosial santri. Hal ini diperoleh dari hasil uji Anova atau F test, didapat nilai
Fhitung adalah 42, 016 dengan tingkat signifikan 0,000. Nilai probabilitas -0,098
< 0,361.
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ............................................................................................... i
LOGO IAIN SALATIGA ....................................................................................... ii
PERSETUJUAN PEMBIMBING ........................................................................... iii
PENGESAHAN ...................................................................................................... iv
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN............................................................... v
MOTTO................................................................................................................... vi
PERSEMBAHAN ................................................................................................... vii
KATA PENGANTAR ............................................................................................ ix
ABSTRAK .............................................................................................................. xi
DAFTAR ISI ........................................................................................................... xii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar belakang masalah ...................................................................... 1
B. Rumusan masalah ............................................................................... 4
C. Tujuan penelitian ................................................................................ 4
D. Kegunaan Penelitian ........................................................................... 5
E. Telaah Pustaka .................................................................................... 5
1. Penelitian Terdahulu.......................................................................
5
2. Kerangka Teori ..............................................................................
10
F. Metode Penelitian ............................................................................... 13
G. Sistematika Penulisan ......................................................................... 16
BAB II BIOGRAFI KH. AHMAD DAHLAN
A. Latar Belakang Keluarga ................................................................... 18
B. Latar Belakang Pendidikan................................................................ 25
1. Belajar dari Homeschooling ....................................................... 26
2. Belajar dari guru ke guru ............................................................ 29
C. Pengalaman Organisasi....................................................................... 30
D. Bergabung deng Budi Utomo dan Jam‟iyat Khoir ............................ 32
E. Cita-cita Ahmad Dahlan .................................................................... 34
BAB III PEMIKIRAN KH. AHMAD DAHLAN
A. Pendidikan Islam masa penjajahan................................................... 37
B. Makna Pembaharuan Pendidikan Islam menurut Ahmad Dahlan ... 47
C. Langkah-langkah Pembaharuan Pendidikan Islam menurut Ahmad
Dahalan............................................................................................. 49
D. Tujuan Pembaharuan Pendidikan islam menurut Ahmad Dahlan ... 55
BAB IV SIGNIFIKANSI, RELEVANSI DAN IMPLIKASI PEMBAHARUAN
PENDIDIKAN ISLAM MENURUT AHMAD DAHLAN
A. Signifikansi Pemikiran ..................................................................... 57
B. Relevansi pemikiran.................................................................... ..... 63
C. Implikasi Pemikiran .......................................................................... 66
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ...................................................................................... 68
B. Saran ................................................................................................ 69
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN
DAFTAR TABEL DAN BAGAN
Daftar Nama Ustadz dan Ustadzah PPEM 69
Daftar Nama Kamar dan Jumlah Santri Putra PPEM .......................................... 71
Daftar Nama Kamar dan Jumlah Santri Putri PPEM ....................................... .... 71
Daftar Kurikulum PPEM ...................................................................................... 73
Daftar Nilai Hasil Angket Tentang Intensitas Mengikuti Pengajian Tafsir Jalalain
PEM ................................................................................................................. .... 77
Daftar Tentang Distribusi Frekwensi Jawaban Tentang Intensitas Mengikuti
Pengajian Tafsir Jalalain PPEM ...................................................................... .... 78
Tabel Distribusi Frekwensi Intensitas Mengikuti Pengajian Tafsir Jalalain PPEM
Daftar Tentang Distribusi Frekwensi Jawaban Tentang Intensitas Shalat
Berjama‟ah ...................................................................................................... .... 83
Daftar Tentang Distribusi Frekwensi Jawaban Tentang Intensitas Shalat
Berjama‟ah ...................................................................................................... .... 85
Tabel Distribusi Frekwensi Intensitas Shalat Berjama‟ah .............................. .... 89
Daftar Nilai Hasil Angket Tentang Sikap Sosial Santri PPEM ....................... .... 90
Daftar Tentang Distribusi Frekwensi Jawaban Tentang Sikap Sosial Santri PPEM
Table Distribusi Frekwensi Tentang Sikap Sosil Santri ................................. .... 96
Tabel Persiapan Analisis Statistik X1 terhadap Y ........................................... .... 97
Tabel Hasil Analisis Data Intensitas Mengikuti Pengajian Tafsir Jalalain PPEM 99
Tabel Persiapan Analisis Statistik X2 terhadap Y ...............................................101
Tabel Hasil Analisis Data Intensitas Shalat Berjama‟ah PPEM ..................... 103
Tabel Hasil Analisis Data Intensitas Mengikuti Pengajian Tafsir Jalalain dan
Shalat Berjama‟ah terhadap Sikap Sosial Santri PPEM ................................. 104
LAMPIRAN
Angket Penelitian
Output SPSS Hasil Olah Data
Lembar Konsultasi
Surat Ijin Penelitian
Surat Keterangan Telah Melakukan Penelitian
Riwayat Hidup
Dokumentasi Foto Kegiatan
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan agama adalah proses yang mengantarkan pada pembentukan
kepribadian manusia yang sesuai dengan ajaran Islam. Dalam pendidikan
agama banyak sekali yang harus dipelajari salah satunya adalah tentang syariat
islam seperti hal-nya shalat, karena shalat merupakan rukun islam yang kedua
setelah syahadat. Shalat juga merupakan amalan yang pertama kali dihisab
pada hari kiamat kelak, sehingga shalat dijadikan induk dari seluruh ibadah,
karena shalat merupakan kunci atau penentu dari berbagai amal perbuatan
manusia, mendirikan shalat sama dengan mendirikan rukun islam.
Kedudukan shalat menjadi perkara yang hakiki (wajib) bagi umat islam,
shalat berjama‟ah sudah ditentukan waktunya, dengan melakukan shalat
manusia sudah melaksanakan dua rukun islam, diantaranya membaca syahadat
dan mengerjakan shalat. Shalat adalah “Rukun islam teragung setelah dua
kalimat syahadat”.(Muqoddim, 2005: 15).
Dasar untuk mendirikan shalat dalam kitab al qur‟an sudah jelas,
diantara ayat yang menyeru untuk mendirikan shalat terdapat dalam surat Al
Baqarah ayat 43 sebagai berikut ini :
Artinya : “Dan dirikanlah shalat, tunaikanlah zakat dan ruku’lah beserta
orang-orang yang ruku’(shalat berjama’ah)”. (QS. Al-Baqarah:
43)
Dari ayat diatas memberikan landasan hukum yang jelas untuk
melaksanakan shalat secara berjama‟ah. Kewajiban melaksanakan shalat
berjama‟ah dalam pandangan islam mempunyai nilai yang lebih tinggi yaitu
27 kali lipat dibandingkan dengan shalat sendri. Sebagaimana sabda nabi :
صلا ة الجوا عت أفضل هن صلا ة الفر بسبع و عشسين د زجت
Artinya : “shalat berjama’ah lebih utama dari pada shalat sendirian 27
derajat”. (terjemahan shahih bukhari : I/208(367)).
Dengan shalat berjama‟ah manusia akan saling mengenal (ta‟aruf) akan
timbul tali persaudaraan antar sesama manusia. Dengan mengenal orang lain
maka diharapkan bisa mengenali dan mampu menjadi diri sendiri.
Perkembangan zaman yang pesat menjadi pengaruh besar terhadap
prilaku masyarakat Indonesia yaitu lebih mementingkan kehidupan duniawi
dari pada ukhrowi, salah satunya perkembangan teknologi, misalnya
handphone, televisi, internet dan sebagainya yang menimbulkan masyarakat
terhipnotis dan akhirnya lupa akan kebutuhan akhirat. Oleh karena itu kita
harus dapat memanfaatkan perkembangan teknologi secara benar dan
proporsional tanpa meninggalkan hal yang bekaitan dengan agama yang
menghubungkan kita dengan Tuhan dan posisi kita sebagai makhluk ciptaanya
walaupun dalam prosesnya sangat berat seperti pendapat (Darajat, 1996:133)
yang menyatakan bahwa “pendidikan agama sesungguhnya jauh lebih berat
dari pada pengajaran pengetahuan umum”.
Sekarang sebagian besar umat islam telah meninggalkan tradisi mereka
baik tradisi daerah ataupun kebudayaan islam itu sendiri akhirnya yang
namanya akhlaq al-karimah sudah mulai luntur, indikasinya adalah banyak
umat islam di kota maupun di desa yang jarang melakukan kegiatan religius
seperti membaca Al-quran, yasinan, berjanjen, shalat derjama‟ah dan kegiatan
yang lain khususnya pengajian yang sudah menjadi tradisi sejak dulu kususnya
di desa-desa. Kemudian banyak masjid-masjid yang megah tetapi sepi oleh
jama‟ah, yang dulu biasanya ramai oleh orang-orang yang mengaji dari anak
kecil hingga orang tua tetapi sekarang sudah jarang kecuali daerah-daerah
yang masih menjaga tradisi ini khususnya daerah yang di sekitarnya masih ada
lembaga-lembaga islam seperti Pondok Pesantren dan majlis ta‟lim.
Pendidikan akhlak dan kegiatan keagamaan merupakan hal yang
penting bagi masyarakat untuk mengetahui hal baik dan yang buruk.
Pendidikan keagamaan (pengajian) sebagai sarana pemahaman tentang akhlak
yang dapat diterima oleh akal sehat sehingga masyarakat mampu berfikir dan
melaksanakan perbuatan yang baik serta mampu untuk menjauhi hal-hal yang
buruk. Manusia adalah makhluk yang diciptakan oleh Allah SWT dengan
diberikan akal pikiran yang bisa menerima dan menggali ilmu pengetahuan
yang bermanfaat bagi perkembangan dan kelangsungan hidupnya.
Pondok Pesantren merupakan lembaga pendidikan non formal yang
dapat mengubah tingkah laku santri ke arah yang lebih baik, sehingga banyak
orang mempercayakan sebagian tanggung jawab dalam Pondok Pesantren,
khususnya dalam upaya membentuk budi pekerti yang luhur. Oleh karena itu
dalam Pondok Pesantren mulai perasaan, prilaku, dan kedekatan kepada kiai
sangat mempengaruhi terhadap jiwa santri. Itulah sebabnya kiai bukan hanya
sekedar pendidik saja, akan tetapi juga sebagai sauri tauladan bagi santri-
santrinya dalam upaya membina ke arah mental yang sehat, khususnya mental
keagamaan. Pondok Pesantren juga merupakan salah satu lembaga pendidikan
islam di Indonesia yang secara fisik mempunyai sarana utama dalam
melaksanakan ibadah dimasjid/aula. Pondok Pesantren dalam proses sikap
sosialnya mempunyai karakteristik, pendidikan yang melahirkan kegotong-
royongan, semangat tolong-menolong, jiwa kesatuan dalam berjama‟ah, dan
semangat mematuhi ketentuan peraturan yang ada di pondok.
Masalah yang berkembang saat ini adalah banyaknya santri yang
melanggar aturan tersebut padahal dalam peraturan dan tata tertib sudah
tercantum kewajiban santri untuk melaksanakan shalat berjama‟ah dan
mengikuti pengajian kitab yang sudah ada. Pondok Pesantren sebagai lembaga
pendidikan islam seharusnya menjadi pelepor dan penggerak umat islam.
Santri yang melanggar peraturan dan tidak melaksanakan shalat berjama‟ah
memeperlihatkan sikap dan perilaku yang kurang baik dalam kehidupan
sehari-hari.
Setiap ibadah yang diperintahkan atau dianjurkan di dalam ajaran Islam
pasti memiliki kegunaan dan manfaat bukan hanya terhadap diri sendiri
melainkan juga terhadap lingkungan sosialnya. Lalu dari prilaku ibadah yang
benar muncul apa yang disebut “rahmat” bagi seluruh alam. Karenanya
seorang muslim yang benar-benar mengamalkan ajaran agamanya akan
muncul sebagai pelita dalam kegelapan, penyejuk dalam kepenatan iklim
sosial yang menggerahkan, dan sebagai juru damai dalam hiruk pikuknya
perbagai perebutan kepentingan.
Berdasarkan latar belakang diatas penulis mencoba untuk
melakukan penelitian yang berjudul “Pengaruh Inensitas Mengikuti
Pengajian Tafsir Jalalain Dan Sholat Berjama’ah Terhadap Sikap Sosial
Santri Di Pondok Pesantren Edi Mancoro Gedangan Kec. Tuntang Kab.
Semarang tahun 2015”
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka rumusan permasalahan
penelitiaan ini adalah sebagai berikut :
1. Bagaimana variasi tingkat intensitas santri dalam mengikuti kajian Tafsir
Jalalain di Pondok Pesantren Edi Mancoro Desa. Gedangan Kec. Tuntang
Kab. Semarang.
2. Baga imana variasi tingkat intensitas santri dalam melaksanakan shalat
berjama‟ah di Pondok Pesantren Edi Mandoro Desa. Gedangan Kec.
Tuntang Kab. Semarang.
3. Bagaimana variasi sikap sosial santri di Pondok Pesantren Edi Mancoro
Desa. Gedangan Kec. Tuntang Kab. Semarang.
4. Adakah pengaruh intensitas mengikuti kajian tarsir jalalain terhadap sikap
sosial santri di Pondok Pesantren Edi Mancoro Desa. Gedangan Kec.
Tuntang Kab. Semarang.
5. Adakah pengaruh intensitas santri dalam melaksanakan shalat berjama‟ah
terhadap sikap sosial di Pondok Pesantren Edi Mancoro Desa. Tuntang
Kec. Tuntang Kab. Semarang.
6. Adakah pengaruh intensitas mengikuti pengkajian Tafsir Jalalain dan
shalat berjama‟ah terhadap sikap sosial santri di Pondok Pesantren Edi
Mancoro Desa. Gedangan Kec. Tuntang Kab. Semarang.
C. Tujuan Penelitian
Sebagai konsekuensi logis dari permasalahan pokok maka tujuan
penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut :
a. Untuk mengetahui variasi tingkat intensitas santri dalam mengikuti
pengajian Tafsir Jalalain di Pondok Pesantren Edi Mancoro Desa
gedangan Kec. Tuntang Kab. Semarang.
b. Untuk mengetahui variasi tingkat intensitas santri dalam melaksanakan
shalat berjama‟ah di Pondok Pesantren Edi Mancoro Desa gedangan Kec.
Tuntang Kab. Semarang.
c. Untuk mengetahui variasi tingkat sikap sosial santri di Pondok Pesantren
Edi Mancoro Desa gedangan Kec. Tuntang Kab. Semarang.
d. Untuk mengetahui pengaruh intensitas mengikuti kajian Tafsir Jalalain
terhadap sikap sosial santri di Pondok Pesantren Edi Mancoro Desa
gedangan Kec. Tuntang Kab. Semarang.
e. Untuk mengetahui pengaruh intensitas melaksanakan shalat berjama‟ah
terhadap sikap sosial santri di Pondok Pesantren Edi Mancoro Desa
gedangan Kec. Tuntang Kab. Semarang.
f. Untuk mengetahui pengaruh intensitas mengikuti pengkajian Tafsir
Jalalain dan shalat berjama‟ah terhadap sikap sosial santri di Pondok
Pesantren Edi Mancoro Desa Gedangan Kec. Tuntang Kab. Semarang.
D. Hipotesis Penelitian
Hipotesis adalah “jawaban sementara terhadap permasalahan
penelitian yang kebenarannya harus diuji secara empiris” ( Suryabrata
2003:21 ).
Dari pengertian hipotesis diatas maka hipotesis dalam penelitian ini
adalah “Ada pengaruh yang singnifikan antara intensitas mengikuti kajian
Tafsir Jalalain dan shalat berjama‟ah terhadap sikap sosial santri di Pondok
Pesantren Edi Mancoro Desa Gedangan Kec. Tuntang Kab. Semarang”.
Dengan kata lain semakin tinggi intensitas santri dalam mengikuti pengkajian
dan shalat berjama‟ah semakin tinggi pula tingkat sikap sosial santri di
pondok tersebut.
E. Kegunaan Penelitian
Adapun manfaat dari hasil penelitian ini adalah :
a. Manfaat secara teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan memberikan informasi yang jelas
kepada masyarakat umum mengenai pengaruh intensitas mengikuti
pengkaijan Tafsir Jalalain dan shalat berjama‟ah dengan sikap sosial
santri di Pondok Pesantren Edi Mancoro Desa Gedangan Kec. Tuntang
Kab. Semarang.
b. Manfaat secara praktik
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan contoh-contoh
atau teladan dan pelajaran yang berharga bagi masyarakat dan khususnya
terhadap para penuntut ilmu tentang bagaimana tata, aturan dan etika
dalam menuntut ilmu dengan baik dan benar.
F. Definisi operasional
Untuk menghindari kemungkinan terjadi penafsiran yang berbeda
dengan maksud utama penulis dalam mengunakan kata dalam judul penelitian
ini perlu ada penjelasan beberapa istilah pokok maupun kata yang menjadi
variabel penelitian.
a. Intensitas mengikuti kajian kitab Tafsir Jalalain
Intensitas menurut kamus besar bahasa Indonesia berarti “keadaan,
tingkatan), intensinya (kuatnya, hebatnya, bergeloranya dan sebagainya”
(Depdiknas 2002 : 438). Kajian berasal dari kata kaji yang berarti
melakukan sesuatu untuk mendapatkan khasanah ilmu, pengajian adalah
melakukan sesuatu untuk mengkaji dan mendapatkan pendidikan imu
agama islam melalui tokoh agama. Kitab Tafsir Jalalain adalah kitab
klasik yang dikarang oleh jalaluddin Al-Mahalli dan jalaluddin As-
Suyuti.
Jadi yang dimaksud intensitas mengikuti kajian kitab Tafsir
Jalalain adalah seberapa seringnya santri mengikuti kajian kitab Tafsir
Jalalain.
Untuk mengukur intensitas santri mengikuti kajian kitab Tafsir
Jalalain maka ditentukan indikator sebagai berikut :
a. Selalu mengikuti kajian Tafsir Jalalain
b. Selalu datang tepat waktu saat mengikuti kajian
c. Selalu inten dalam mendengarkan dan memahami apa yang
disampaikan kiai
d. Selalu membuat catatan (memaknani kitab)
e. Selalu membaca ulang apa yang telah ditulis saat kajian ketika
waktu luang(Umar Faruq, 2007: 197)
b. Intensitas Sholat Berjama‟ah
Intensitas menurut kamus besar bahasa Indonesia berarti keadaan,
tingkatan, kuatnya, hebatnya, bergeloranya dan sebagainya (Depdiknas,
2002: 438).
Secara lughowi atau arti kata shalat adalah do‟a, sedangkan
menurut terminologi adalah serangkaian perkataan dan perbuatan tertentu
yang dimulai dengan takbirotul ikhrom dan diakhiri dengan salam.
(Syarifudin, 2003: 20). Shalat diwajibkan Allah SWT atas setiap umat
islam yang sudah akil baligh sebanyak lima kali dalam sehari semalam,
yaitu shalat subuh, zhuhur, ashar, mahrib dan shalat iysa‟. Shalat wajib
yang lima tersebut dianjurkan untuk dilakukan dengan secara berjama‟ah.
Shalat jama‟ah terdiri dari dua kata yaitu shalat dan jama‟ah.
Shalat menurut bahasa do‟a menurut syara‟ adalah beberapa ucapan dan
beberapa perbuatan yang diawali dengan takbirotul ikhrom dan diakhiri
dengan salam.
Berdasarkan pengertian di atas maka ketaatan menjalankan shalat
berjama‟ah dapat diartikan keadaan dimana seseorang selalu melakukan
shalat wajib dengan berjama‟ah sesuai syarat dan rukun yang telah
ditentukan. „ibadah yang wajib dilaksanakan sehari lima waktu
berjama‟ah artinya, berkumpul atau ramai-ramai dan bersama-sama.(As-
sawaf, 2007:41,303). Pengertian shalat berjama‟ah suatu perbuatan shalat
yang dilakukan bersama-sama apabila dua orang bersama-sama
melakukan shalat diantaranya seorang diantara mereka mengikuti yang
lainnya maka keduanya dinamakan shalat berjama‟ah. Orang yang diikuti
didepan disebut imam dan yang mengikuuti di belakang disebut
makmum. (Abdullah, 2003:39).
Banyak manfaat yang diambil ketika melaksanakan shalat
berjama‟ah. Baik manfaat dunia maupun manfaat akhirat. Betapa
indahnya jika shalat berjama‟ah ditegakkan.
Berdasarkan pengertian di atas maka intensitas melaksanakan
shalat berjama‟ah dapat diartikan keadaan dimana sesorang selalu
melaksanakan shalat wajib dengan berjama‟ah.
Adapun indikator-indikator intensitas shalat berjama‟ah adalah:
a. Melakukan shalat tepat waktu
b. Bila adzan dikumandangkan bergeges mengambil air wudlu
c. Melaksanakan shalat sunah rawatib
d. Meluruskan shaf ketika melaksanakan shalat berjama‟ah
e. Selalu melaksanakan shalat berjama‟ah dalam keadaan dan situasi
apapun
f. Aktif melaksanakan shalat berjama‟ah
g. Berdzikir dan berdo‟a setelah selesai shalat berjama‟ah
c. Sikap Sosial
Dalam kamus bahasa Indonesia, sikap mempunyai arti perbuatan
dan sebagainya yang berdasarkan pada pendirian. Sedangkan sosial yaitu
berkenaan dengan masyarakat, suka memperhatikan kepentingan umum
(Depdiknas, 2007: 1063 ).
Menurut ilmu psikologi sikap adalah suatu hal yang menentukan
sikap sifat, hakikat, baik perbuatan sekarang maupun perbuatan yang akan
mendatang. Menurut Zimbardo dan Ebbesen, sikap adaah suatu
predisposisi (keadaan mudah terpengaruh) terhadap seseorang, ide atau
obyek yang berisi komponen-komponen cognitive, affective, dan
behavior. Sedangkan menurut LL Thurstone orang dikatakan memiiki
sikap positif terhadap suatu obyek psikologi bila ia suka atau memiliki
sikap yang favorable, sebaliknya orang yang dikatakan memiliki sikap
yang negatif terhadap obyek psikologi bila ia tidak suka atau sikapnya
unfavorable terhadap obyek psikologi. Sikap sosial adalah kesadaran
individu yang menentukan perbuatan yang nyata, yang berulang-ulang
terhdap obyek yang berkaitan dengan sosial (Ahmadi, 1999: 162).
Sedangkan yang dimaksud dengan sikap sosial dalam penelitian ini adalah
kesadaran santri yang tercermin dalam perbuatan terhadap masyarakat
sekitar.
Sedangkan untuk mengukur sikap sosial seseorang terhadap
sesama digunakan indikator sebagai berikut:
a. Ketika bertemu selalu mengucapkan salam atau menjawabnya
b. Berusaha menjenguk jika ada orang sakit
c. Menyayangi sesama
d. Rendah hati
e. Selalu berprasangka baik
f. Menghormati yang lebih tua dan menyayangi yang lebih muda
g. Berusaha memaafkan kesalahan sesama (Salamulloh, 2008: 106-130).
G. Metode Peneitian
Metode penelitian adalah ajaran mengenai metode metode yang
digunakan dalam proses penelitian (Kartono, 1990: 20). Dalam penulisan ini,
penulis akan mengunakan metodologi yang akan penulis jabarkan dibawah
ini :
1. Pendekatan dan rancangan penelitian
Penelitian ini termasuk penelitian kuantitatif yang bersifat
korelasional, untuk mengetahui setiap variabel penelitian menggunakan
analisis statistic prosentase dan teknik analisis regresi untuk mnegetahui
besarnya pengaruh antar variabel.
2. Lokasi dan Waktu Penelitian
Adapun lokasi penelitian ini bertempat di Pondok Pesantren Edi
Mancoro Desa. Gedangan Kec. Tuntang Kab. Semarang. Pelaksanaan
penelitian ini berlangsung 05 April 2015 Sampai 08 Juni 2015.
3. Populasi dan Sampel
a. Populasi
Populasi adalah keseluruhan subyek penelitian ( Arikunto,
2010: 173). Maksud dari populasi dalam penelitian ini adalah
keseluruh santri Pondok Pesantren Edi Mancoro Desa Gedangan
Kecamatan Tuntang Kabupaten Semarang, dalam wilayah penelitian
yang nantinya akan menjadi subjek peneliti. Adapun jumlah seluruh
santri adalah 105 santri.
b. Sampel
Sampel adalah bagian dari populasi. (Hadi, 1994: 221).
Pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan random
sampling dimana semua populasi memiliki kesempatan yang sama
untuk menjadi sampel. Arikunto (1998: 117) menyatakan apabila
jumlah populasi lebih dari 100, maka sampel dapat diambilantara 10-
15% atau 20-25% atau lebih. Adapun sampel yang akan diambil
dalam penelitian ini adalah 30 santri
4. Metode Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini, penulis memilih metode penelitian sebagai
berikut :
a. Angket atau Kuesioner
Angket adalah “sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan
untuk memperoleh informasi dari responden dalam arti laporan
tentang pribadinya, atau hal-hal yang ketahui” (Arikunto, 1998: 128)
Dalam penelitian ini penulis menggunakan angket tertutup,
sehingga responden tinggal menjawab pertanyaan yang telah
disediakan. Metode angket dalam penelitian ini digunakan untuk
mendapatkan data tentang pengaruh intensitas mengikuti pengajian
Tafsir Jalalain dan shalat berjama‟ah terhadap sikap sosial santri di
Pondok Pesantren Edi Mancoro Desa gedangan Kecamatan tuntang
Kabupaten Semarang tahun 2015
b. Dokumentasi
Dokumentasi adalah mencari data mengenai hal-hal atau
variabel yang berupa catatan, transkip, buku, surat kabar, majalah,
prasasti, notulen rapat, ledger, agenda dan sebagainya (Arikunto,
1998: 236).
Dokumentasi dalam penelitian ini digunakan untuk
mengumpulkan data berupa foto-foto kegiatan, keadaan pondok
dengan mengambil yang telah ada di Pondok Pesantren serta
gambaran, keadaan, lokasi, dan sarana pra-sarana yang ada di Pondok
Pesantren Edi Mancoro, Desa Gedangan, Kecamatan Tuntang,
Kabupaten Semarang tahun 2014.
5. Instrument Penelitian
Instrument penelitian digunakan untuk mengukur nilai variabel
yang akan diteliti. Instrument yang diperlakukan dalam peneitian ini
adalah lembaran angket yang digunakan untuk mengetahui seberapa besar
pengaruh intensitas menikuti pengkaijian Tafsir Jalalain dan shalat
berjama‟ah terhadap sikap sosial santri. Angket dirancang dalam 30
pertanyaan ditunjukan untuk para santri Pondok Pesantren.
Setiap item ditentukan dengan skor 1-3 dengan pengkatagorian
bobot yang peneliti tetapkan adalah :
- Untuk pilihan (a) bobot nilai 3
- Untuk pilihan (b) bobot nilai 2
- Untuk pilihan (c) bobot nilai 1
Skor 3 berarti baik, skor 2 berarti cukup, skor 1 berarti kurang.
Angket yang dijawab dilakukan pengkatagorian pengaruh intensitas
mengikuti pengkajian Tafsir Jalalain dan shalat berjama‟ah terhadap sikap
sosial santri.
6. Analisis Data
Dalam skripsi ini penulis menggunakan analisis data, yaitu data
yang terkumpul selama penilaian berjalan, dianalisis guna menjawab
permasalah-permasalahan yang telah diajukan sebelumnya. Adapun cara
menganalisis data yang penulis gunakan dalam penelitian ini adalah :
a. Analisis Pendahuluan
Setelah semua data yang dibutuhkan terkumpul, langkah
berikut yang dilakukan adalah mengadakan analisis terhadap semua
data yang telah terkumpul. Cara yang ditempuh peneliti adalah
memberikan skor untuk setiap jawaban peritem soal dari angket yang
telah disebarkan kepada para responden. Kemudian seluruh skor
dijumlahkan secara keseluruhan, dan dianalisis secara statistic. Dari
hasil penelitian kemudiian dibuat tiga katagori, yaitu tinggi (baik),
sedang (cukup baik), rendah (kurang baik).
b. Analisis Uji Hipotesis
Pengujian hipotesis dalam penelitian ini menggunakan teknis
analisis korelasi berganda (multiple regression analisis) dengan
bantuan SPSS 16.0 for windows. Dalam penelitian ini analisis korelasi
untuk mengetahui pengaruh intensitas mengikuti pengkajian Tafsir
Jalalain (X1) dan shalat berjama‟ah (X2) terhadap sikap sosial santri
(Y).
Analisis regresi ganda bertujuan untuk meramalkan nilai
pengaruh dua atau lebih variabel bebas terhadap satu variabel terikat.
Angket probabilitas hasil analisa ≤ 0,05 maka hipotesis nol (Ho)
ditolak dan hipotesis kerja (Hk) diterima.
Langkah-langkah menganalisis menggunakan SPSS 16 for
windows adalah sebagai berikut :
a. buka lembar kerja SPSS
b. buat semua keterangan variabel dari variabel view
c. klik data view dan masukan data
d. lakukan analisis dengan cara : klik analize-regression-lincer.
Kemudian akan muncul dialog. Selanjutnya isilah kotak menu
dependent dengan variabel terikat, yaitu variabel Y dan kotak
menu independent dengan variabel bebas, yaitu X1, X2.
e. selanjutnya ketik kotak menu statistics. Pilih Estimates,
Descriptives, dan model fit lalu ketik continue.
f. kotak menu plost, berfungsi untuk menampikan grafik pada
analisis regresi. Klik kotak menu plots, kemudian klik normal
probability plot yang terletak pada kotak menu standardized
residuel plost. Selanjutnya klik continue.
g. setelah klik continue klik ok, beberapa saat kemudian akan keluar
outputnya.
H. Sistematika Penulisan
Bab I PENDAHULUAN
Pada bab ini berisi tentang latar belakang, rumusan
masalah, tujuan penelitian, hipotesis penelitian, manfaat penelitian,
definisi operasional, metode penelitian, dan sistematika penulisan.
Bab II KAJIAN PUSTAKA
Dalam bab ini diuraikan berbagai pembahasan teori yang
menjadi landasan teoritik penelitian, khususnya berkaitan dengan
variabel penelitian, yaitu pengaruh hubungan intensitas mengikuti
kajian Tafsir Jalalain dan shalat berjama‟ah dengan sikap sosial
santri Pondok Pesantren Edi Mancoro Desa Gedangan Kecamatan
Tuntang Kabupaten Semarang tahun 2014.
Bab III HASIL PENELITIAN
Secara garis besar, bab ini terdiri dari dua bagian, yaitu
bagian gambaran umum lokasi penelitian dan penyajian data.
1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian
Pada bagian ini berisi tentang gambaran umum tempat
penelitian meiputi sejarah singkat, letak geografis, profil, visi,
misi, motto, jadwal keseharian pondok dan lain-lain.
2. Penyajian Data
Bagian ini berisi urain tentang karakteristik tiap-tiap variabel,
berupa skor atau nilai yang diperoleh melalui instrument
penelitian.
Bab VI ANALISIS DATA
Isi dari bab ini meliputi analisis terhadap tiap-tiap variabel,
pengujian hipotesis, dan pembahasan hasil uji hipotesis.
Bab V PENUTUP
Dalam bab ini berisi kesimpulan hasil penelitian dan saran-saran.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Kajian Tafsir Jalalain
1. Pengertian Kitab Tafsir Jalalain
Kitab adalah buku yang berisi segala sesuatu yang bertalian dengan
agama (Poerwadarminta, 2006: 602). Sedangkan Tafsir ditinjau dari bahasa
nerupakan bentuk isim masdar (kata benda abstrak) dari fassara-yufassiru-tafsiran
yang berarti pemahaman, penjelasan, dan perincian. Dan menurut istilah dapat
diartikan sebagai suatu hasil pemahaman manusia(baca : mufassir)terhadap al-
Qur‟an yang dilakukan dengan mengunakan metode atau pendekatan tertentu yang
dipilih oleh mufassir, dan dimaksudkan untuk memperjelas suatu makna teks ayat-
ayat al-Qur‟an. (Abdul Mustaqim, 2003: 02). Disebut kitab Tafsir Jalalain karena
kitab itu dikarang oleh dua ulama besar yang memiliki kesamaan nama yaitu imam
jalaludin al-mahalli dan imam jalaludin as-suyuthi.
Kitab Tafsir Jalalain membahas tentang bagaimana penafsiran dalam
ayat-ayat al-Qur‟an yang baik dan benar sesuai dengan metode dan pendekatan
tertentu, misalnya pendekatan filsafat, maka akan melahirkan produk penafsiran
yang bercorak filosofis. Jika al-qur‟an ditafsirkan mengunakan pendekatan sufistik,
maka akan menghasilkan tafsir yang kental dengan aroma sufistiknya. Adapun
biografi kedua pengarang tersebut sebagai berikut. (Abdul Mustaqim, 2003: 02-
03).
Kitab tafsir jalalain merupakan kitab klasik yang dikarang oleh dua ulama
besar ahli tafsir dan mempunyai kesamaan nama yaitu jalaludin yang dimulai oleh
imam jalaludin al-mahalli. Pada saat itu beliau menulis dari awal surat sampai surat
al-Isra‟. Pada saat itu beliau meninggal dunia dan tidak bisa melanjutkan karyanya,
dan kemudian dilanjutkan beliau imam jalaludi as-Shuyuthi yaitu dari surat al-
Kahfi sampai selesai. Adapun biografi kedua beliau akan dijelaskan dibawah ini.
Nama lengkap beliau adalah Muhammad bin Ahmad bin Ibrahim bin
Ahmad bin Hashim al-Jalal, Abu Abdillah bin al-Syihab, Abi al-Abbas bin al-
Kamal al-Ansari, al-Mahalli, al-Qahiri, al-Syafii. Gelar al-Mahalli merupakan
nisbatnya kepada sebuah Bandar mesir terkenal yang disebut al-Mahallah al-Kubra
al-Gharbiyah. Beliau dilahirkan di mesir pada bulan syawal tahun 791 H dan wafat
pada tahun 864 H di mesir, dan dimakamkan di sana juga.
Jalaluddin Al-Mahalli adalah seorang mufasir (ahli tafsir) berkebangsaan
Mesir. Ia lebih dikenal dengan julukan Jalaluddin Al-Mahalli yang berarti orang
yang mempunyai keagungan dalam masalah agama. Sedangkan sebutan Al-Mahalli
dinisbahkan pada kampung kelahirannya, Mahalla al-Kubra, yang terletak di
sebelah barat Kairo, tak jauh dari Sungai Nil.
Sejak kecil tanda-tanda kecerdasan sudah menonjol pada diri Mahalli.
Beliau ulet menyerap berbagai ilmu, mulai dari tafsir, ushul fikih, teologi, fikih,
matematika, nahwu dan logika. Mayoritas ilmu tersebut dipelajarinya secara
otodidak, hanya sebagian kecil yang diserap dari ulama-ulama salaf pada masanya,
seperti al-Badri Muhammad bin al-Aqsari, Burhan al-Baijuri, A‟la al-Bukhari dan
Syamsuddin bin al-Bisati.
Selain menulis kitab Tafsir Jalalain, beliau juga menulis berbagai macam
kitab, diantara karya-karya beliau yaitu sebagai berikut :
a. Kanzur Roghibin
b. Syarh al Minhaj
c. Al badrut tholi‟ fi hilli jam‟il jawami‟
d. Syarh Waroqot
e. Al anwar al mudli‟ah
f. Al qoulul mufid fi an Nailis sa‟id
g. At Thib an-nabawi
Sedangkan nama lengkap imam jalaludin as-Suyuthi yaitu Jalaluddin
Abdur Rahman bin Abu Bakar bin Muhammad bin sabiq ad-Din al Khudlairy as-
Suyuthi. Beliau dilahirhan pada bulan rojab tahun 849 H. Dan meninggal pada
malam jum‟at, tanggal 19 Jumadil Ula tahun 911 H.
Ketika As-Suyuthi masih berumur 5 tahun, ayahnya meninggal dunia.
Walaupun begitu beliau tetap memiliki semangat tinggi dan kecerdasan yang luar
biasa dalam menuntut ilmu. Maka tidaklah mengherankan jika beliau mampu
menhafal Al-Qur‟an ketika usianya belum genap 8 tahun, kemudian beliau juga
mampu menghafal kitab Al-Umdah, Minhaj Al-Fiqih, dan Alfiyah Ibnu Malik.
Selain tekun belajar, beliau juga rajin beribadah dan berdo‟a. Tak
sekalipun As-Suyuthi membuang waktu ketika menuntut ilmu. Suatu ketika, beliau
menunaikan ibadah haji dan meminum air zam-zam, lalu berdo‟a agar ilmunya
dalam bidang fiqih setingkat Al-Baqillani dan dalam bidang hadits selebar dengan
Ibnu Hajar Al-Asqalani.
Dalam pengembaraannya mencari ilmu, As-Suyuthi singgah ke beberapa
negeri seperti Syam, Hijaz, Yaman, India dan Maroko.
Beliau termasuk ulama yang sangat produktif dalam berkarya, beliau
memiliki ratusan kitab dalam berbagai bidang keilmuan. Adapun di antara karya-
karya beliau yaitu :
a. Al-Itqan fi Ulum Al-Qur’an
b. Ad-Durr Al-Manshur fi At-Tafsir bil-Ma’tsur
c. Tarjuman Al-Qur’an fi At-Tafsir Al-Musnad
d. Asrar At-Tanzil
e. Lubab An-Nuqul fi Asbab An-Nuzul
f. Mufhamat Al-Qur’an fi Mubhamat Al-Qur’an
g. Al-Hasyisyah fi Tafsir Al-Baidhawi
2. Metode dan Pendekatan Al-Qur’an
Menurut Said Agil(1999: 71-78) metode dan corak pendekatan penafsiran
al-Qur‟an ada lima macam yaitu sebagai berikut ini :
a. Metode tafsir tahlili
Ialah mengkaji ayat-ayat al-Qur‟an dari segala segi dan maknanya, ayat
demi ayat dan surat demi surat, sesuai dengan urutan dalam mushaf Utsmani.
Untuk itu, pengkajian metode ini kosa kata dan lafazh, menjelaskan arti yang
dikehendaki, sasaran yang dituju dan kandungan ayat, menjelaskan apa yang
dapat diistinbathkan dari ayat serta mengemukakan kaitan antara ayat-ayat dan
relevensinya dengan surat sebelumnya dan sesudahnya. Untuk itu, ia merujuk
kepada sebab-sebab turun ayat, hadist Rasulullah saw. Dan riwayat dari para
sahabat dan tabi‟in.
Metode tahlili adalah metode yang dipergunakan kebanyakan ulama pada
masa-masa dahulu. Akan tetapi, di antara mereka ada yang mengemukakan
kesemua hal tersebut di atas dengan panjang lebar (ithnab), ada yang dengan
singkat (I‟jaz), dan ada pula yang mengambil langkah pertengahan (musawah).
Mereka sama-sama menafsirkan al-Qur‟an dengan mengunakan metode tahlili,
tetapi dengan corak yang berbeda.
Para ulama membagi wujud tafsir al-Qur‟an dengan metode tahlili
kepada tujuh macam, yaitu: Tafsir bi al-Ma‟tsur, tafsir bi al-Ra‟yi, tafsir shufi,
tafsir fikih, tafsir falsafi, tafsir ilmi, tafsir adabi.
b. Metode tafsir ijmali
Tafsir ijmali yaitu, penafsiran al-Qur‟an dengan uraian singkat dan
global, tanpa uraian panjang lebar. Mufassir menjelaskan arti dan makna ayat
dengan uraian singkat yang dapat menjelaskan sebatas artinya tanpa
menyinggung hal-hal selain arti yang dikehendaki. Hal ini dilakukan terhadap
ayat-ayat al-Qur‟an, ayat demi ayat dan surat demi surat, sesuai urutannya dalam
mushaf dalam kerangka uraian yang mudah dengan bahasa dan cara yang dapat
dipahami orang yang pintar dan orang yang bodoh dan orang pertengahan antara
keduanya.
Kadangkala mufassir dengan metode ini menafsirkan al-Qur‟an dengan
lafazh al-Qur‟an, sehingga pembaca merasa bahwa uraian tafsirannya tidak jauh
dari konteks al-Qur‟an. Kadangkala pada ayat-ayat tertentu ia menunjukkan
sebab turunnya ayat, peristiwa yang dapat menjelaskan arti ayat. Mengemukakan
hadist rasulullah atau pendapat ulama yang saleh. Dengan cara demikian,
dapatlah diperoleh pengetahuan yang sempurna dan sampailah ia pada tujuannya
dengan cara mudah serta uraian yang singkat dan bagus.
c. Metode tafsir muqaran
Yaitu metode yang ditempuh seorang mufassir dengan cara mengambil
sejumlah ayat al-Qur‟an, kemudian mengemukakan penafsiran para ulama tafsir
terhadap ayat-ayat itu, dan mengungkapkan pendapat mereka serta
membandingkan segi-segi dan kecenderungan masing-masing yang berbeda
dalam penafsiran al-Qur‟an. Kemudian ia menjelaskan bahwa diantara mereka
ada yang corak penafsirannya ditentukan oleh disiplin ilmu yang dikuasinya.
Ada diantara mereka yang menitikberatkan pada bidang nahwau, yakni segi-segi
I‟rab, seperti imam al-Zarkasyi. Ada yang corak penafsirannya ditentukan oleh
kecenderungan kepada bidang balaghah, seperti Abd al-Qahhar al-Jurjany dalam
kitab tafsirnya I‟jal al-Qur‟an dan Abu Ubaidah Ma‟mar ibn al-Mutsanna dalam
kitab tafsirnya al-Majaz di mana ia memberikan perhatian pada penjelasan ilmu
ma‟any, bayan, badi‟, haqiqat, dan majaz.
Seorang mufassir dengan metode muqaran dituntut harus mampu
menganalisis pendapat-pendapat para ulama tafsir yang ia kemukakan, lalu ia
harus mengambil sikap menerima penafsiran yang dinilai benar dan menolak
penafsiran yang tidak dapat diterima rasionya, sehingga pembaca merasa puas.
Selain rumusan sebagaimana dikemukakan di atas, metode tafsir
muqaran mempunyai pengertian an lapangan yang luas, yaitu membandingkan
antara ayat-ayat al-Qur‟an yang berbicara tentang satu masalah (kasus) atau
membandingkan antara ayat-ayat al-Qur‟an dengan hadist-hadits nabi yang
tampaknya (lahiriyahnya) berbeda serta mengkompromikan dan menghilangkan
dugaan adanya pertentangan antara hadist-hadits Rasulullah Saw. Dan kajian-
kajian lainnya yang sangat berharga, yang dengan itu akan tampak jelas
kelebihan dan profesionalisme seorang mufassir pada bidangnya dengan
kemampuan menggali makna-makna al-Qur‟an yang belum berhasil
diungkapkan penafsir(mufassir) lainnya.
d. Metode tafsir maudhu‟i
Metode tafsir maudhu‟i (tematik) yaitu metode yang ditempuh seorang
mufassir dengan cara menghimpun seluruh ayat-ayat alQur‟an yang berbicara
tentang satu masalah/ tema (maudlu) serta mengarah kepada satu pengertian dan
satu tujuan, sekalipun ayat-ayat itu turunnya berbeda, tersebar pada berbagai
surat dalam al-Qur‟an dan berbeda pula waktu dan tempat turunnya.
Kemudian ia menentukan ayat-ayat itu sesuai dengan masa turunnya,
mengemukakan sebab turunnya sepamjang hal itu dimungkinkan( jika ayat-ayat
itu turun karena sebab tertentu), menguraikannya dengan sempurna menjelaskan
makna dan tujuannya, mengkaji terhadap seluruh segi dan apa yang dapat
diistinbatbkan darinya, segi I‟rabnya, unsur-unsur balaqhahnya, segi-segi
I‟jaznya, (kemu‟jizatannya) dan lain-lain, sehingga satu tema dapat dipecahkan
secara tuntas berdasarkan seluruh ayat al-Qur‟an itu dan oleh karenanya, tidak
diperlukan ayat-ayat lain.
Selain itu, ada cara lain dari tafsir maudhu‟i dan cara ini kurang penting
dibandingkan cara pertama di atas, yaitu penafsiran yang dilakukan seorang
mufassir dengan cara keseluruhan, dan awal sampai akhir surat. Kemudian ia
menjelaskan tujuan-tujuannya yang khusus dan umum dari surat itu, sehingga
jelas surat itu merupakan satu rantai persatuan.
e. Metode tafsir bi al-Ma‟tsur
Yaitu penafsiran al-Qur‟an terhadap sebagian ayat sebagai penjelasan,
dan yang diriwayatkan dari rasul Saw, dari sahabat-sahabat, dari tabi‟in, yang
kesemuanya sebagai keterangan dan penjelasan bagi maksud allah dari nash-nash
kitab al-Qur‟an.
Ada perselisihan diantara mufassir : apakah riwayat dari tabi‟in mendekati tafsir
bi al-Ma‟tsur atau tafsir penalaran. Bebagai pendapat mayoritas menyatkan:
bahwa tafsir dari riwayat tabi‟in adalah juga dalam kategori tafsir bi al-Ma‟tsur,
karena mereka hidup dan bergaul dengan para sahabat nabi. Di samping itu, para
tabi‟in adalah orang-orang dahulu yang baik-baik yang dapat julukan dari nabi
sebagai generasi yang terbaik, sehingga dalam kitab tafsir ibnu jarir tidak saja
dicantumkan riwayat Rasul Saw, sahabat, tetapi juga riwayat dari tabi‟in.
Dari urain diatas dapat di simpulkan menurut penulis, Tafsir Jalalain
memilih mengunakan pendekatan teori dengan menggunakan pendekatan teori
tahlili yaitu penafsirannya dari kata demi kata dan ayat demi ayat.
3. Sistematika Penulisan Kitab Tafsir Jalalain
Kitab Tafsir Jalalain dibagi atas dua juz atau jilid, dimana jilid pertama
ditulis oleh imam jalaludin Al-Mahali, dan jilid kedua ditulis oleh imam jalaludin
As-Shuyuthi. Adapun sistematika kitab Tafsir Jalalain yaitu dimulai dengan
pendahuluan, dan dilanjutkan penafsiran surat Al-Baqarah sampai surat Al-Isra‟
kemudian dilanjutkan oleh imam jalaludin As-Shuyuthi sampai selesai yaitu dari
surat Al-Kahfi sampai surat Al-Fatikah.
B. Shalat Berjama’ah
1. Definisi Shalat
Shalat menurut bahasa berarti berdo‟a memohon kebaikan. Kebaikan
segala perihal kehidupan, Adapun menurut ahli fiqih berarti “perkataan dan
perbuatan-perbuatan tertentu yang dimulai dengan takbirotul ihrom dan diakhiri
salam” (Sunarto, 2002: 148)
Shalat merupakan rukun islam yang kedua dan sangat ditekankan
(utamakan) sesudah dua kalimat syahadat. “shalat adalah penghubung antara
hamba dengan robbnya.”(shalihut saimin, 2003: 13). Hamba membutuhkan
sarana untuk dapat memanjatkan rasa pengabdian dan ketaatan yang berarti
tunduk kepada Allah Swt melalui shalat.
Shalat merupakan salah satu kewajiban bagi kaum muslimin yang harus
dikerjakan baik bagi mukminin maupun dalam perjalanan. Islam didirikan atas
lima sandi (tiang) salah satunya adalah sahlat, sehingga barang siapa yang
mendirikan shalat, maka ia mendirikan agama (islam), dan barang siapa
menginggalkan shalat, maka ia meruntuhkan agama (islam), shalat harus
didirikan dalam satu hari satu malam sebanyak lima kali, berjumlah 17 rakaat.
Shalat tersebut merupakan wajib yang harus dilaksanakan tanpa kecuali bagi
muslim sehat maupun sakit.
Shalat dalam pengertian bahasa arab adalah “doa memohon kebaikan dan
pujian” (Aliy dan Hidayat, 1996: 37). Arti ini terdapat dalam surat At-Taubah
ayat 103
Artinya: “ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu
membersihkan[658] dan mensucikan[659] mereka dan mendoalah
untuk mereka. Sesungguhnya doa kamu itu (menjadi) ketenteraman jiwa
bagi mereka. dan Allah Maha mendengar lagi Maha mengetahui”.
Pengertian shalat secara syar‟i adalah beberapa ucapan dan beberapa
perbuatan yang dimulai dengan takbir, disudahi dengan salam, dalam rangka
beribadah kepada Allah Swt. Menurut syarat-syarat dan rukun yang telah
ditentukan.” (Aly dan hidayat, 1996: 37).
Shalat merupakan salah satu aktifitas jiwa (soul) yang termasuk dalam
kajian ilmu psikologi transpersonal, karena shalat dalam proses perjalanan
spirituan yang penuh makna yang dilakukan setiap manusia untuk menemui tuhan
semesta alam. “shalat dapat menjernihkan jiwa untuk mencapai taraf kesadaran
yang lebih tinggi (altered states of continous) dan pengalaman puncak (peak
experience)” sangkan, 2006: 7).
Shalat adalah anugrah terbesar dari Allah Swt kepada umat manusia,
kepada siapa saja yang dengan rendah hati memiliki keinginan untuk
melakukannya. Umat islam melaksanakan shalat wajib lima waktu karena
hukumnya adalah fardu ain, diwajibkan bagi semua muslim yang balik dan
berakal, baik laki-laki maupun perempuan, suci dari hadats dan najis. Shalat lima
waktu dalam sehari diwajibkan oleh Allah Swt kepada orang-orang guna
mensucikan jiwa, membersihkan hati dan menjadikan mereka selalu bersama
Allah Swt yang maha tinggi lagi maha besar dalam keterikatan dan ingatan yang
abadi.
2. Dasar hukum Tentang Shalat
Mengenai dalil kewajiban melaksanakan shalat, Allah Swt, berfirman:
Artinya: “Sesungguhnya shalat itu adalah fardhu yang ditentukan waktunya atas
orang-orang yang beriman.”(Q.S an-Nisa’: 103) (depag, 2007: 95)
Allah Swt juga berfirman
Artinya: “dan dirikanlah shalat. Sesungguhnya shalat itu mencegah dari
(perbuatan- perbuatan) keji dan mungkar. dan Sesungguhnya
mengingat Allah (shalat) adalah lebih besar (keutamaannya dari
ibadat-ibadat yang lain). dan Allah mengetahui apa yang kamu
kerjakan.” (Q.S al-Ankabut: 45) (depag, 2007: 401)
3. Syarat Sah Shalat
Syarat sah sholat adalah suatu perkara yang harus dipenuhi sebelum
melakukan sholat. Ada delapan syarat yang harus dipenuhi oleh orang yang akan
melaksanakan shalat agar shalatnya sah, adapun syarat syah shalat adalah sebagai
berikut:
a. Beragama islam
b. Tamyis (berakal dan balgh)
c. Menutup aurat
d. Menghadap kiblat
e. Mengetahui waktunya masuk shalat
f. Suci dari hadas, baik kecil maupun besar
g. Suci dari najis, baik badan, pakaian maupun tempat shalat
h. Mengetahui tatacara shalat. Maksudnya mengerti dan bisa membedakan
mana yang rukun dan sunah shalat
Shalat seseorang akan menjadi sah apabila sudah memenuhi delapan
syarat sah tersebut.
4. Rukun Shalat
Rukun adalah sesuatu yang tidak boleh ditinggal dan apabila
ditinggalkan, maka ibadahnya tidah sah. Rukun sholat ada lima belas. Hitungan
ini menggunakan thoma‟ninah (tenang) yang dalam empat kondisi (pada waktu
ruku, iktidal, sujud dan duduk diantara dua sujud) menjadi satu rukun, karena satu
jenis. Jadi jika keempat thoma‟ninah itu tidak dijadikan satu, maka jumlah rukun
shalat ada delapan belas. Berikut adalah rukun shalat itu:
a. Niat
b. Takbiratul ikhram
c. Membarengkan niat dengan takbiratul ihram
d. Berdiri bagi orang yang mampu
e. Membaca surat al-Fatikah
f. Ruku‟
g. Iktidal
h. Sujud
i. Duduk diantara dua sujud
j. Thuma‟ninah
k. Tasyahud akhir
l. Membaca shalawat kepada nabi
m. Salam yang pertama
n. Duduk untuk tiga rukun yang terakhir
o. Tertib
Dalam bukunya Abdurrahman, 2006:72 rukun tersebut adalah untuk
menyempurnakan shalat, sehingga wajib hukumnya untuk melakukannya dalam
shalat.
Orang yang tidak melaksanakan salah satu rukun tersebut maka
shalatnya tidak syah atau batal.
5. Pengertian Shalat Berjama’ah
Shalat berjama‟ah merupakan perintah Allah Swt. Umat islam yang
mengerjakan termasuk manusia ciptaan Allah Swt yang bertaqwa, yaitu
melaksanakan perintah Allah Swt. Allah Swt memerintahkan kaum muslimin
untuk mendirikan shalat yang dilakukan bersama-sama berdasarkan firman Allah
yang terdapat dalam Al-Qur‟an. Al-Qur‟an menjadi dasar utama dan pertama
pengambilan hukum dalam islam.
Dalam surat Al baqoroh ayat 43 memberikan landasan hukum yang
jelas untuk melaksanakan shalat berjama‟ah (bersama-sama).
Menurut hamka dalam buku Al-Azhar “ruku‟lah beserta orang-orang
yang ruku‟. Bawalah diri ketengah masyarakat pergilah berjama‟ah.” (Amrullah,
1982: 190). Dalam tafsir yang lain “ruku‟lah beserta orang-orang yang ruku‟ dan
kerjakanlah shalat dengan berjama‟ah. Tuhan mendorong kita untuk menegakkan
shalat dengan berjama‟ah, karena dengan shalat berjama‟ah terhimpun jiwa
(orang) untuk bersama-sama memunajat (berkomunikasi) kepada Allah, sekaligus
untuk mewujudkan kerukunan dan sikap saling tolong menolong antara mukmin.
Akan terbuka kesempatan untuk melakukan musyawarah untuk memecahkan
permasalahan bersama demi demi kemaslahatan dan kemajuan (Shidieqy, 2002:
98).
6. Tujuan Shalat Berjama’ah
Menurut Al-Qathani, 2006: 15, tujuan shalat berjama‟ah yaitu
melaksanakan perintah Allah, makna agama dari syiar islam, amalan yang paling
utama adalah shalat yang dikerjakan pada tepat waktunya membiasakan
kedisplinan dan memperbaiki penampilan. Adapun penjelasannya sebagai
berikut:
a. Melaksanakan Perintah Allah Swt
Pelaksanaan shalat berjama‟ah mengandung makna pelaksanaan
perintah Allah, sebagai bentuk ibadah yang dilaksanakan oleh orang yang
beriman.
b. Makna Agama Demi Syiar Islam
Shalat berjama‟ah merupakan makna dari pelaksanaan agama, syiar
islam, serta bukti terbesar bagi manusia yang menunjukan dia muslim.
c. Amalan yang Paling Utama Adalah Shalat yang Dikerjakan Tepat Waktu Dan
Selalu Menjaganya
Faedah shalat berjama‟ah yang lain adalah menjadikan terlaksananya
shalat tepat pada awal waktu, atau paling tidak pada waktu yang semestinya.
Ini merupakan bagian dari amal yang paling utama di sisi Allah Swt.
d. Membiasakan Kedisiplinan
Faedah shalat berjama‟ah yang lainnya adalah menjaga kedisiplinan
dan hidup teratur. Pelajaran ini diambil dari sikap megikuti imam dalam
takbir dan perpindahan dari satu gerakan shalat kegerakan yang berikutnya.
Tidak mendahuluinya atau melambatkan diri darinya, atau bersamaan
dengannya. Jadi seorang makmum tidak boleh mendahului imamnya.
e. Memperbaiki Penampilan
Pelaksanaan shalat berjama‟ah biasanya juga menjadikan seorang
muslim memperhatikan penampilannya, sehingga berusaha untuk tampil
sebaik mungkin dengan pakaian yang bersih dan aroma yang harum, sebab
ia bertemu dan berkumpul dengan saudara-saudaranya, baik di waktu siang,
atau malam disetiap kali melakukan kewajiban shalat menghadap sang
khaliq.
f. Dakwah Nyata Kepada Kebaikan Dan Saling Berlomba Dalam Melaksanakan
Ketaatan Kepada Allah Swt.
Keluar rumah atau berangkat kemasjid untuk menghadiri shalat
berjama‟ah merupakan dakwah alamiah yang nyata, untuk menunaikan
ibadah ini dan menjaganya, demikian juga, “pelaksanaan shalat berjama‟ah
akan mendorong para jama‟ah untuk saling berlomba dalam melaksanakan
ketaatan kepada Allah dengan penuh kesungguhan dan keikhlasan, ketika
diantara sesama berjama‟ah saling memperhatikan ibadah yang dilaksanakan
orang lain (Al-Qothani, 2006: 16-19).
Maka setiap mukmin wajib mendirikan shalat berjama‟ah tepat pada
waktunya sebagaiman yang disyariatkan Allah Swt kepada rosul SAW.
7. Aturan Dalam Melaksanakan Shalat Berjama’ah
Imam dan makmum adalah sebutan bagi orang mukmin yang
megerjakan shalat secara berjama‟ah. Shalat yang dilakukan secara bersama-sama
membutuhkan tata aturan, supaya pelaksanaan sesuai dengan ajaran islam. Umat
islam wajib mengambil hukum ibadah sesuai dengan Al-Qur‟an dan Hadist yang
shahih. Sabda rasullah Saw “shalatlah kalian sebagaimana kalian melihat aku
shalat.” (Jamil zainu, 1998: 66).
Amal ibadah menjadi sah dan tertib jika didasarkan pada perintah
ajaran dalam islam dan sesuai tata tertib. Sehingga diharapkan tujuan dan makna
ibadah tersebut dapat dicapai, maka tata tertib mendirikan jama‟ah harus
diketahui, baik tata tertib sebagai imam maupun sebagai makmum. Tata tertib
shalat berjama‟ah menyangkut sifat imam dan sikap makmum.
Syarat untuk menjadi imam hendaknya mempunyai sifat-sifat sebagai
berikut ini :
a. Imam berjama‟ah menunaikan amalan-amalan Allah Swt, yakni memelihara
diri dari fusuq (kefasikan).
b. Imam fasih, keras dalam pembacaan Al-Qur‟an (Al-Fatikah, surah dan dzikir)
dalam dalam menunaikan shalat berjama‟ah.
c. Islam, baliq, berakal, laki-lakitulen, sehat, suci dari hadast dan nifas (Qhotani,
2006: 327-329).
Adapun aturan atau adab imam dalam shalat berjama‟ah adalah sebagai
berikut:
a. Imam (laki-laki) “hendaklah berdiri ditengah shaf dan dibelakangnya orang-
orang dewasa” (Rahbawi, 2001: 322-326).
b. Berniat menjadi imam dan tidak ada dinding yang menghalangi imam dan
makmum.
c. Mengetahui hukum-hukum shalat antara lain mengetahui yang mengesahkan
shalat dalam segala sudut karena itu tidak sah diikuti orang-orang tidak
sedikit juga mengetahui ilmu fiqih di sini ialah mengetahui hukum-hukum
bersuci dan hukum shalat.
8. Keutamaan Dalam Shalat Berjama’ah
Setiap ibadah mempunyai nilai keutamaan bagi mukmin yang
mendirikannya. Bentuk pahala dan sanjungan dari Allah Swt. Shalat berjama‟ah
mempunyai beberapa keutamaan adalah sebagai berikut :
a. Shalat berjama‟ah akan mendapatkan pahala ibadah haji, berada dalam
jaminan Allah Swt, mendapatkan jamuan surga setiap kali ia pergi pada pagi
dan petang hari.
b. Shaf yang pertama dan sebelah kanan shaf pertama seperti shaf para
malaikat, makmun yang mengucapkan amin bersama imam maka akan
diampuni dosanya dan dikabulkan do‟anya oleh Allah Swt.
c. Allah Swt akan meninggikan derajat bagi orang yang menjalankan shalat
berjama‟ah yaitu 27 derajat, daripada shalat sendirian. Melaksanakan shalat
isya‟ berjama‟ah sama nilainya dengan shalat setengah malam dan shalat
subuh berjama‟ah sama halnya seperti shalat semalam suntuk, dan malaikat
yang berkumpul diwaktu asar beristihfar untuk orang yang berjama‟ah asar
(Ilahi, 2004: 8-9).
9. Kewajiban Shalat Berjama’ah
Kewajiban shalat berjama‟ah berdasarkan pada hukum Al-Qur‟an dan
hadits. Sehingga perlu diketahui dan dikaji secara mendalam, supaya lebih jelas
dan tepat. Fadla Ilahi dalam buku “Menggugat kesunatan shalat berjama‟ah”
menyusun beberapa dasar hukum kewajiban yang berdasarkan dari Al-Qur‟an
dan As-Sunnah. Beberapa kewajiban tersebut yaitu :
a. Ancaman Allah Swt sebab meninggalkan shalat berjama‟ah
b. Tidak adanya keringanan yang diberi nabi untuk meninggalkan shalat
berjama‟ah
c. Keinginan nabi SAW membakar rumah-rumah yang enggan menunaikan
shalat berjama‟ah
d. Akibat buruk bagi orang “yang tidak bertanggung jawab seruan untuk sujud”
(Ilahi, 2004: 10).
10. Manfaat Shalat Berjama’ah
Shalat sebagai mekanisme untuk mengingat sifat-sifat mulia yang
dimiliki oleh sang pencipta jiwa manusia. Shalat sebagai ritual, lembaga dan
komitmen besar bagi pribadi dan bersama pada ketertiban, ketetapan waktu,
perubahan dan kesatuan. Shalat berjama‟ah mempunyai pengaruh positif. Orang
muslim yang mendirikan shalat berjama‟ah akan menemukan makna kehidupan.
Adapun pengaruh mendirikan shalat berjama‟ah adalah sebagai berikut:
a. Pengaruh Dalam Aspek Spiritual
Aspek spirituan adalah hubungan antara hamba dengan Allah Swt. Sehingga
mempunyai nilai tinggi berdasarkan firman Allah.
1) Allah Swt telah mensyariatkan pertemuan bagi umat ini pada waktu-
waktu tertentu diantaranya adalah yang berlangsung dalam satu hari satu
malam. Misalnya shalat lima waktu. Sebagai sarana untuk menjalin
hubungan, yaitu kebaikan, kasih sayang, dan penjagaan, juga dalam
rangka membersihkan diri sekaligus dakwah kejalan Allah Swt, baik
dalam bentuk ucapan maupun perbuatan.
2) Shalat berjama‟ah akan mendapatkan pahala 27 derajat dari pada shalat
sendirian, orang yang menjalankan shalat berjama‟ah akan mendapatkan
pahala 27 derajat.
3) Dengan shalat berjama‟ah akan memberikan pelindung kepada
pelakunya dari syaitan.
4) Berjalan ketempat shalat berjama‟ah setelah menyempurnakan wudhlu
akan menghapus dosa.
5) Berkumpulnya kaum muslimin dimasjid dengan mengharapkan berbagai
hal yang ada disisi allah yang dapat menjadi sarana turunnya berbagai
macam berkah.
b. Manfaat Dalam Aspek Dakwah Islam dan Pendidikan
1) Memperhatikan salah satu syiar islam terbesar. Seandainya umat
manusia ini secara keseluruhan shalat dirumah masing-masing, niscahya
tidak akan diketahui.
2) Memperhatikan kemulyaan kaum muslimin yaitu jika mereka masuk
kemasjid kemudian keluar secara bersama-sama, pada yang demikian itu
membuat murka (marah) orang-orang munafik dan orang-orang kafir.
3) Memberi motivasi kepada orang yang tidak ikut shalat berjama‟ah
sekaligus mengarahkan dan membimbingnya seraya saling
mengingatkan untuk berpihak pada kebenaran dan senantiasa bersabar
dalam menjalankannya.
c. Manfaat Dalam Aspek Kehidupan Sosial Beragama
Tujuan khusus aspek religius dari dimensi shalat berjama‟ah menurut
haryoto, 2003: 117-121, yaitu :
1) Aspek demokratis
Aspek demokratis dalam shalat berjama‟ah terdapat pada aktivitas
sebagai berikut :
a) Memukul Kentongan atau Bedug
Dimasjid, dimushola terutama diperdesaan dan sebagian diperkotaan
ada kentongan atau bedug sebagai tanda memasuki shalat. Dalam hal
ini siapa saja boleh memukul kentongan atau bedug tersebut,
tentunya harus mengerti aturan atau kesepakatan didaerah tersebut.
Ini berarti islam sudah menerapkan bahwa kedudukan manusia
sama, tidak dibedakan berdasarkan berbagai atribut manusia.
b) Mengumandakan Adzan
Adzan merupakan tanda tiba waktu shalat dan harus dikumandakan
oleh muadzin. Siapa yang menumandangkan adzan tidak
dipersoalkan oleh islam karena pada prinsipnya siapa saja boleh,
namun perlu diingat bahwa adzan adalah bagian dari syiar islam
sehingga memang benar-benar orang yang mengerti dan diharapkan
mempunyai suara yang bagus (lafal ucapanya baik dan benar).
c) Melantunkan Iqomah
Iqomah merupakan tanda bahwa shalat berjama‟ah akan segera
dimulai. Diharapkan jarak antara iqomah tidak terlalu lama, hal ini
sekaligus menggambarkan masalah kedisiplinan dan penghargaan
terhadap waktu.
d) Pemilihan atau Pengisisan atau Shaf
Pada saat seseorang masuk kemasjid maka siapa saja tidak pandang
bulu, apakah ia seorang mahasiswa, dosen, guru besar atau
kariyawan, siapapun memperoleh hak didepan atau shaf pertama
atau dengan kata lain siapa saja yang datang lebih dahulu maka
boleh menempati shaf pertama atau dengan kata lain siapa yang
lebih dahulu maka boleh menempati shaf paling depan.
e) Proses Pemilihan Imam
f) Imam adalah pemimpin dalam shalat berjama‟ah, yang sudah
memiliki kriteria atau syarat-syarat yang telah ditentukan.
2) Rasa Diperhatikan dan Berarti
Pada saat shalat berjama‟ah ada unsure-unsur rasa diperhatikan
dan rasa berarti bagi diri sendiri, hal ini terlihat pada beberapa aspek
yakni :
a) Memilih dan menempati shaf. Dalam shalat berjama‟ah, siapa sajaj
yang datang lebih dahulu berhak untuk menempati barisan atau shaf
pertama atau terdepan.
b) Imam akan memerintahkan makmumnya untuk mengisi shaf yang
kosong dan meluruskan. (Haryoto, 2003: 128-132)
c) Pada saat membaca surat Al-Fatikah makmum mengucapkan amin
(kabulkanlah do‟a kami), secara serempak, juga dalam mengikuti
gereakan imam, tidak boleh saling mendahului. Hal ini menunjukan
adanya unsure ketaatan kepada pemimpin.
d) Demikian pula saat mengakhiri shalat, jama‟ah mengucapkan salam
ke kanan dan ke kiri. Ini menunjukan bahwa sesama manusia untuk
saling mendo‟akan, sehingga mensejahterakan lingkungan sekitar.
e) Shalat berjama‟ah mempunyai nilai terapeotik, dapat menghindarkan
seseorang dari rasa terisolir, terpencil tidak dapat bergabung dengan
kelompok, tidak diterima atau dilupakan.
3) Terapi Lingkungan
Sebagai contoh dimasjid sering diselenggarakan pembinaan setelah
selesai shalat berjama‟ah, kegiatan inilah yang ikut memberikan andil
dan terapi lingkungan.
C. Sikap Sosial
1. Definisi Sikap
Sikap dalam bahasa inggris disebut “attitiuda” menurut ilmu psikologi
sikap adalah suatu hal yang membentuk sikap sifat, hakikat, baik perbuatan
sekarang maupun perbuatan yang akan mendatang (Ahmadi, 1999: 161-162).
Menurut Zimbardo dan Embbesen dalam bukunya Ahmadi, sikap adalah suatu
predisposisi (keadaan mudah terpengaruh) terhadap seseorang, ide atau yang
berisi komponen-komponen cognitive, affective dan behavior. Sedangkan
menurut L.L Thurstone orang dikatakan memiliki sikap positif terhadap suatu
obyek psikologi apabila ia suka(like) atau memiliki sifat favorabele, sebaliknya
orang yang dikatakan memiliki sikap yang negatif terhadap obyek psikologi bila
ia tidak suka (dislike) atau sikapnya unfavorable terhadap subyek psikolgi. Sikap
sosial adalah kesadaran individu yang menentukan perbuatan yang nyata, yang
berulang-ulang terhadap obyek yang berkaitan dengan sosial (Ahmadi, 1999:
163). Sedangkan menurut Walgito(1990: 109), disebutkan bahwa sikap
merupakan organisasi pendapat, keyakinan sesorang mengenai obyek atau
situasi yang relatif ajeg, yang disertai adanya perasaan tertentu, dan memberikan
dasar kepada orang tersebut untuk membuat respon atau berperilaku dalam cara
tertentu yang dipilihnya.
Dari pengertian diatas agar tidak terjadi kerancauan dalam penafsiran,
penulis menyimpulkan bahwa yang dimaksud sikap sosial dalam penelitian
adalah kesadaran yang tercermin dalam perbuatan terhadap sesama muslim.
2. Aspek Sikap
Menurut Ahmadi (Ahmadi, 1999: 162) aspek sikap ada tiga macam,
yaitu sebagai berikut :
a. Aspek Kognitif, yaitu yang berhubungan dengan gejala mengenal fikiran, ini
berarti berwujud pengolahan, pengalaman dan keyakinan serta harapan-
harapan individu tentang obyek atau kelompok obyek tertentu.
b. Aspek afektif, yaitu berwujud proses yang menyangkut perasaan-perasaan
tertentu seperti ketakutan, simpati, dan sebagainya yang ditunjukan kepada
obyek-obyek tertentu.
c. Aspek konatif, yaitu berwujud proses tendensi atau kecenderungan untuk
berbuat sesuatu obyek, misalnya: kecenderungan memberi pertolongan,
menjauhkan diri dan sebagainya
Dari ketiga aspek diatas, seseorang dapat melakukan suatu perbuatan baik
ataupun buruk. Aspek sikap mempengaruhi perilaku seorang terhadap sesama
manusia.
3. Ciri-ciri Sikap
Sikap menentukan jenis atau tingkah laku dalam hubungannya dengan
perangsang yang relevan, orang-orang atau kejadian-kejadian. Dapatlah bahwa
sikap merupakan faktor internal, tetapi tidak semua faktor internal adalah sikap.
Adapun ciri-ciri sikap menurut Ahmadi, 1999: 178-179 adalah sebagai berikut :
a. Sikap itu dipelajari (learnability) sikap merupakan hasil belajar ini perlu
dibedakan dari motif-motif psikologi lainnya. Beberapa sikap dipelajari tidak
sengaja dan tanpa kesadaran kepala sebagian individu. Barangkali yang
terjadi adalah mempelajari sikap dengan sengaja bila individu mengerti
bahwa hal itu akan membawa lebih baik (untuk dirinya sendiri), membantu
tujuan kelompok, atau memperoleh suatu nilai yang sifatnya perseorangan.
b. Memiliki kestabilan (stability) sikap bermula dan dipelajari, kemudian
menjadi lebih kuat, tetap, dan stabil, melalu pengalaman.
c. Personal-societal significance. Sikap melibatkan antara seseorang dengan
orang lain dan juga antara orang dengan barang atau situasi. Jika seseorang
merasa bahwa orang lain menyenangkan, terbuka serta hangat, maka ini
akan sangat berarti bagi dirinya, ia merasa bebas, dan favorable.
d. Berisi cognisi dan affeksi. Komponen cognisi daripada sikap adalah berisi
informasi yang faktual, misalnya: obyek itu dirasakan menyenangkan atau
tidak menyenangka.
e. Approach-avoidance directionality. Bila sesorang memiliki sikap yang
favorable terhadap suatu obyek, mereka akan mendekati dan membantunya,
sebaliknya bila seseorang memiliki sikap yang unfavorable, meraka akan
menghindarinya.
Sedangkan dalam bukunya, Walgito (1991- 113-115) menyatakan
cirri-ciri sikap sebagai berikut :
a. Sikap tidak dibawa sejak lahir
Ini berarti sikap terbentuk dalam perkembangan individu yang bersangkutan.
Sehingga sikap itu dapat dipelajari dan dapat pula berubah-ubah. Walapun
demikian sikap itu mempunyai kecenderungan yang agak tetap.
b. Sikap itu selalu berhubungan dengan obyek sikap
Sikap terbentuk atau dipelajari melalui preoses persepsi terhadap obyek
tersebut. Hubungan yang positif atau negatif antara individu dengan obyek
tertentu akan menimbulkan sikap tertentu pula dari individu terhadap obyek
tersebut.
c. Sikap dapat tertuju pada suatu obyek saja, tetapi dapat tertuju pada
sekumpulan obyek-obyek.
Bila seseorang mempunyai sikap yang negatif pada seseorang, orang
tersebut akan mempunyai kecenderungan untuk menunjukan sikap yang
negatif pula kepada kelompok dimana sesorang tersebut tergabung di
dalamnya. Disini terlihat adanya kecenderungan untuk menggeneralisasikan
obyek sikap.
d. Sikap itu dapat berlangsung lama ataupun sebentar
Jika suatu sikap telah terbentuk dan menjadi nilai dalam kehidupan
seseorang, dan kalaupun dapat berubah akan memakan waktu yang relatif
lama, tetapi sebaliknya, jika sikap tersebut belum mendalam ada dalam diri
seseorang, maka sikap tersebut akan mudah berubah.
e. Sikap itu mengandung faktor perasaan dan motivasi
Itu berarti bahwa suatu obyek tertentu akan diikuti oleh perasaan tertentu
baik yang bersifat positif maupun yang bersifat negatif terhadap obyek
tersebut. Disamping itu sikap juga mengandung motivasi yaitu berupa daya
dorang bagi individu untuk berperilaku secara tertentu terhadap obyek yang
dihadapinya.
4. Fungsi Sikap
Menurut Ahmadi, 1999: 179-181 fungsi sikap dapat dibagi menjadi
empat golongan yaitu :
a. Sikap berfungsi sebagai alat untuk menyesuaikan diri. Bahwa sikap adalah
suatu yang bersikap communicable, artinya sesuatu yang mudah menjalar,
sehingga mudah juga menjadi milik bersama. Justru karena itu suatu
golongan yang dasarnya atas kepentingan bersama dan pengalaman bersama.
Biasanya ditandai adanya sikap anggotanya yang sama terhadap sesuatu
obyek. Sehingga dengan demikian sikap bisa menjadi rantai penghubung
antara orang dengan kelompoknya atau dengan anggota kelompoknya yang
lain.
b. Sikap berfungsi sebagai alat pengatur tingakh laku. Kita tau bahwa tingkah
laku anak kecil dan binatang pada umumnya merupakan aksi-aksi yang
spontan terhadap sekitarnya.
c. Sikap berfungsi sebagai alat pengatur pengalaman-pengalaman. Dalam hal
ini perlu dikemukakan bahwa manusia didalam menerima pengalaman-
pengalaman dari dunia luar sikapnya tidak pasif, tetapi diterima secara aktif,
artinya semua pengalaman yang berasal dari dunia luar tidak semuanya
dilayani oleh manusia, tetapi manusia memilih mana yang perlu dan mana
yang tidak perlu dilayani. Jadi semua pengalaman ini diberi penilaian, lalu
dipilih.
d. Sikap berfungsi sebagai pernyataan kepribadian. Sikap sering mencerminkan
pribadi seseorang. Ini sebabnya karena sikap tidak pernah terpisah dari
pribadi yang mendukungnya. Oleh karena itu dengan melihat sikap-sikap
pada obyek tertentu, sedikit banyak orang bisa mengetahui pribadi orang
tersebut.
5. Pembentukan dan Perubahan Sikap
Sikap timbul karena adanya stimulus. Terbentuknya suatu sikap itu
banyak dipengaruhi perangsang oleh lingkungan sosial dan kebudayaan
misalnya : keluarga, norma, golongan agama, dan adat istiadat. Dalam hal ini
keluarga mempunyai peranan yang besar dalam membentuk sikap putra-
putrinya. Sebab keluargalah sebagai kelompok primer bagi anak merupakan
pengaruh yang paling dominan. Sikap seseorang tidak selamanya tetap. Ini
berarti orang tidak bersikap. Ia dapat berkembang manakala mendapat
pengaruh, baik dari dalam maupun dari luar yang bersifat positif dan
mengesanka. Antara perbuatan dan sikap ada hubungan yang timbale balik.
Tetapi sikap tidak selalu menjelma dalam bentuk perbuatan atau tingkah laku.
Orang kadang-kadang menampakan diri dalam keadaan “daim” saja. (Ahmadi,
1999: 170)
Sikap tumbuh dan berkembang dalam basis sosial yang tertentu,
misalnya: ekonomi, politik, agama dan sebagainya. Didalam perkembangnya
sikap banyak dipengaruhi oleh lingkungan, norma-norma atau group. Hal ini
akan mengakibatkan perbedaan sikap antar individu yang sama dengan yang
lain karena perbedaan pengaruh atau lingkungan yang diterima. Sikap tidak
akan terbentuk tanpa interaksi manusia, terhadap obyek tertentu atau suatu
obyek.
Menurut Ahmadi (1999: 171-172) bahwa faktor-faktor yang
menyebabkan perubahan sikap ada dua yaitu :
a. Faktor intern : yaitu faktor yang terdapat dalam diri manusia itu sendiri.
Faktor ini berupa selectivity atau daya pilih seseorang untuk menerima dan
mengolah pengaruh-pengaruh yang datang dari luar.
b. Faktor ekstern : yaitu faktor yang terdapat di luar pribadi manusia. Faktor
ini berupa interaksi sosial diluar kelompok.
Penbentukan dan perubahan sikap tidak terjadi dengan sendirinya.
Sikap terbentuk dalam hubungannya dengan suatu obyek, orang, kelompok,
lembaga, nilai, melalui hubungan antar individu, hubungan didalam kelompok,
komunikasi surat kabar, buku, poster, radio, televisi dan sebagainya.
Lingkungan yang terdekat dengan kehidupan sehari-hari banyak memiliki
peranan. Keluarga yang terdiri dari orang tua, saudara di rumah memiliki
peranan yang sangat penting.
Sementara orang berpendapat bahwa mengajarkan sikap adalah
merupakan tanggung jawab orang tua atau lembaga-lembaga keagamaan. Tetapi
tidaklah demikian halnya. Lembaga-lembaga sekolah pun memiliki tugas pula
dalam membina sikap ini. Bukanlah tujuan pendidikan baik disekolah maupun
diluar sekolah adalah mempengaruhi, membawa, membimbing anak didik agar
memiliki sikap seperti yang diharapkan oleh masing-masing tujuan pendidikan.
Dengan demikian lembaga formal dalam hal ini sekolah memiliki
tugas untuk membina dan mengembangkan sikap anak didik menuju kepada
sikap yang kita harapkan. Pada hakikatnya tujuan pendidikan adalah mengubah
sikap anak didik ke arah tujuan pendidikan (Ahmadi, 1999: 172-173).
Sedangkan sikap sosial dalam islam disebut sikap kepada sesama
manusia, dalam penelitian ini di fokuskan sikap kepada sesama muslim.
Berbagai macam penjelasan dan pendapat para ulama tentang sikap kepada
sesama muslim. Dalam riwayat imam muslim rasulullah saw bersabda :
صلى الله عن أبي ىسيسة زضي الله عنو قال: قال زسول الله
: إذا لقيخــو فسلن عليو، “عليو وسلن: حق الوسلن على الوسلن سج
وإذا عطس فحود فانصحو، اسخنصحلوإذا دعاك فأجبو، وإذا
خو، و إذا فسو )زواه هسلن، ”.هاث فاحـبعو فعده، وإذا هسض الله
(.2612باب هن حق الوسلن للوسلن زد السهلام بسقن
Artinya : “dari abu hurairah r.a.w berkata : bersabda rasulullah SAW “hak
seorang muslim terhadap sesama muslim ada enam, jika kamu
bertemu dengannya maka ucapkanlah salam, jika ia mengundangmu
maka penuhilah undangannya, jika ia meminta nasehat kepadamu
maka berilah ia nasehat, jika ia bersin dan mengucapkan
Alhamdulillah maka do’akanlah ia, jika ia sakit maka jenguklah
dan jika ia menginggal dunia maka iriningilah jenazahnya (H.R
Muslim, no 2162)
Dalam hadist ini, Rasulullah saw menerangkan beberapa hal yang
terkait dengan sikap seorang muslim dengan muslim lainnya. Enam hal ini
adalah akhlak pokok yang harus dijalankan setiap muslim dalam kehidupan
sehari-hari ketika berinteraksi dengan muslim lainnya. Tujuan digariskannya
interaksi antar muslim ini tiada lain supaya hubungan mereka semakin terjalin
dengan baik. Dengan begitu, kasih sayang, kedekatan dan keakraban merekan,
akan semakin terpancar sebagaimana tertuang dalam hadits Rasulullah saw
Jika tiap-tiap butir sikap didepan dipenuhi, maka itu sudah merupakan
wujud penunaian terhadap hak-hak muslim lainnya. Apabila tidak menghormati
muslim lainnya, berarti tidak mempunyai kepedulian terhadap urusan mereka. Ia
kehilangan sensitivitas terhadap mereka dan akhirnya menjadi acuh terhadap
persoalan mereka. Tentu saja, musibah ini tidak diinginkan oleh Rasulullah
SAW. Karena, sejak awal beliau mewanti-wanti mengenai pentingnya sikap
sesama muslim (Salamullah,2008 : 105-106).
6. Sikap Kepada Sesama
Dalam bukunya Salamullah (2008: 105-130) disebutkan bahwa sikap
terhadap sesama muslim antara lain adalah sebaga berikut :
a. Apabila bertemu mengucapkan salam, dan apabila mendapat salam
membalasnya.
Allah Swt berfirman dalam surat An-Nisa‟ ayat 86 yang berbunyi:
Artinya: “apabila kamu diberi penghormatan dengan sesuatu
penghormatan, Maka balaslah penghormatan itu dengan yang
lebih baik dari padanya, atau balaslah penghormatan itu (dengan
yang serupa)[327]. Sesungguhnya Allah memperhitungankan
segala sesuatu.”(Depag, 2007: )
Begitu agung kedudukan salam dalam islam, sehingga salam tidak
bisa tergantikan oleh isyarat apapun. Berbeda halnya jika seseorang dalam
keadaan uzur, maka ia boleh mngunakan isyarat, seperti sedang shalat, atau
yang bersangkutan bisu.
b. Menjenguk orang sakit
Ada beberapa faedah yang terkandung dalam amalan mulia
menjenguk orang sakit. Salah satu faedah yang bisa dipetik adalah
menumbuhkan rasa syukur dalam jiwa penjenguk. Tentu maksudnya bukan
bersyukur terhadap saudaranya terkena musibah, akan tetapi bersyukur
karena Allah telah menumpahkan karunia kesehatan yang tiada tertara
kepada dirinya.
Menjenguk orang sakit ternyata mengandung banyak hikmh,
termasuk bagi si sakit. Pembesukan mempunyai daya terapi yang sangat
manjur untuk kesembuhan si sakit. Dengan menjenguk orang sakit, secara
tidak langsung kita telah memberi sugesti kepadanya supaya cepat sembuh.
Desakan psikologi ini akan memeompa kondisi fisiknya sehingga dapat
mempercepat kepulihannya seperti sedia kala.
c. Mencintai untuk sesama muslim apa yang ia cintai untuk dirinya sendiri, dan
membenci untuk mereka apa yang ia benci untuk dirinya sendiri.
Hal ini mengambarkan kemesrahan hubungan antara muslim yang
satu dengan yang lainnya.
d. Menolong sesama muslim yang saling membutuhkan pertolongan.
e. Rendah hati dan tidak sombong
Rasulullah Saw. Adalah potret manusia yang selalu bersikap tawadu‟
kepada umatnya. Beliau tidak pernah bersikap kasar, tidak malu berteman
dengan orang-orang miskin, dan selalu berusaha memenuhi kebutuhan
mereka.
f. Tidak bersikap dengki, berprasangka buruk, mencari-cari kesalahan sesama
muslim.
g. Menghormati jika ia dewasa (tua), dan menyayanginya jika ia masih kecil.
h. Memaafkan kesalahan muslim dan menutupi aibnya.
7. Sikap Sosial
Sebagaimana telah disebutkan sebelumnya, bahwa sikap
sosial berasal dari dua kata, yaitu sikap dan sosial. Sikap adalah
kesiapan pada seseorang untuk bertindak secara tertentu terhadap hal-
hal tertentu. (Sarlito Wirawan, 1976: 94). Sedangkan menurut kamus
besar Bahasa Indonesia, Sikap adalah perbuatan yang berdasarkan pada
pendirian. (Tim Readaksi, 2007: 438). Sedangkan sosial mempunyai
arti segala sesuatu yang berhubungan dengan pergaulan manusia dalam
msyarakat. (Abdulsyani, 2007: 115).
Jadi sikap sosial mempunyai arti suatu sikap kepedulian, sikap
menghargai, dan menghormati terhadap sesamanya tanpa membedakan
setatus apapun serta dapat menempatkan diri pada situasi yang dialami
orang lain sehingga dapat ikut merasakanya dengan sebuah tindakan
perwujudanya. Sikap sosial itu sendiri memeliki banyak indikator yang
antara lain Tolong-menolong, Menghargai pendapat orang lain,
Menghormati yang lebih tua, Menyayangi sesama.
D. Pengaruh Intensitas Mengikuti Pengajian Tafsir Jalalain Dan Shalat
Berjama’ah Terhadap Sikap Sosial Santri
1. Pengaruh Intensitas Mengikuti Pengajian Tafsir Jalalain Terhadap Sikap
Sosial Santri
Akhlak merupakan fondasi yang kokoh bagi terciptanya hubungan baik
antara hamba dengan Tuhannya (hablum minaAllah) dan antar sesama manusia
(hablum minannass). Akhlak yang mulia (akhlakuk karimah) tidak lahir begitu
saja sebagai kodrat manusia, atau terjadi secara tiba–tiba. Akan tetapi
membutuhkan proses yang panjang serta manifestasi seumur hidup melalui
pembelajarn, pendidikan, akhlak yang sistematis. (Musbikin, 2004: 65)
Jadi, selain bertujuan untuk menumbuhkan atau membentuk akhlak
mulia dalam pandangan Allah dan Masyarakat, juga bertujuan untuk dialog
kepada masyarakat agar mereka tetap menjaga hubungan dan persaudaraan yang
baik. Potensi demikian memunculkan pola “persaudaraan sejati” yang amat
mahal harganya dalam kehidupan modern yang di jejali oleh semangat
individualitas.
Salah satu diantara kitab yang dikaji dalam pondok pesantren yaitu
kitab Tafsir Jalalain dimana kitab ini merupakan kitab yang unik karena
didalamnya membahas tafsir al-Qur‟an dengan terperinci, mulai dari makna kata
demi kata yang ada dalam ayat al-Qur‟an, dengan menggunakan metode tahlili
Tafsir Jalalain dapat di pelajari oleh santri dengan mudah, yaitu mengkaji detail
dari surat yang ada dalam al-Qur‟an.
Dalam kitab akhlaq ta‟limul muta‟alim yaitu yang dikarang oleh Syeh
Azzarnuji ada beberapa pernyataan bahwa dalam menuntut ilmu harus
mempunyai kesungguhan hati, kontinuitas, faham,membuat catatan dan diulang-
ulang agar ilmu itu benar-benar dapat diambil manfaatnya. (As‟ad, 2007 : 52).
Maka dapat dijabarkan bagaimana intensitas santri dalam mengikuti
kajian Tafsir Jalalain :
a. Selalu mengikuti kajian Tafsir Jalalain
b. Selalu datang tepat waktu saat mengikuti kajian
c. Selalu inten dalam mendengarkan dan memahami apa yang disampaikan kiai
atau ustadz
d. Selalu membuat catatan (maknani kitab)
e. Salalu membaca ulang apa yang telah ditulis saat kajian ketika waktu luang
Perilaku santri dalam hal ini diharapkan menjadi contoh yang baik bagi
masyarakat sekitar. Santri mukim yang tinggal dipesantren biasanya merupakan
satu kelompok tersendiri yang memegang tanggung jawab dan mengurusi
kepentingan pesantren sehari-hari, mereka juga memikul tanggung jawab dalam
hal mengajar santri muda tentang kitab-kitab dasar menengah. (Dipekapontren,
2003: 22-23)
2. Pengaruh Intensitas Shalat Berjama’ah Terhadap Sikap Sosial Santri
Salah satu hikmah dan faedah shalat berjama‟ah adalah tumbuhnya jiwa
sosial diantara sesama mukmin yang melaksanakan shalat berjama‟ah, jika dia
mempunyai kepeduluan sosial ia akan merasakan bahwa dirinnya betul-betul
makhluk sosial yang tidak mungkin dapat melepaskan rasa komitmen terhadap
orang lain dan tidak melepaskan hak orang lain begitu saja. “ bukanlah setiap
muslim mempunyai kewajiban untuk melaksanakan kewajiban ta‟awun (saling
tolong-menolong dalam kebaikan) dan ketaqwaan amar ma‟ruf nahi mungkar dan
memerhatikan nasib orang lain, dan itu baru akan terlaksana dan tercapai dengan
baik jika mereka saling bertemu paling sedikit lima kali semalam di suatu tempat
khusus yaitu baitullah, yang dimaksud masjid. “ (Al basyuni, 1994: 81).
Menurut sa‟id bin Ali bin Wahf Al-Qathani, 2006: 559-562 Pengaruh
shalat berjama‟ah yaitu :
a. Menanamkan rasa saling mencintai. Dalam rangka mengetahui keadaan
sebagai atas sebagian lainnya, merekan akan menjenguk orang sakit,
mengantarkan jenazah dan membantu orang yang membutuhkan. Selain itu
karena pertemuan sebagai orang dengan sebagian lainnya akan melahirkan
cinta dan kasih sayang.
b. Ta‟aruf (mengenal). Jika sebagian orang melaksanakan shalat dengan
sebagai lainnya, akan terwujud ta‟aruf. Dengan ta‟aruf ini dapat diketahui
beberapa kerabat sehingga terjalin hubungan yang lebih erat sebatas
kekerabatan. Darinya akan diketahui orang yang asing yang jauh dari
negerinya sehingga orang lain akan memberikan haknya.
c. Membiasakan umat Islam senantiasa bersatu dan tidak pecah belah. Sehingga
umat itu bersatu dalam ketaatan kepada ulil amri. Shalat berjama‟ah ini
merupakan kekuasaan kecil karena jama‟ah ikut pada imam dan mengikuti
secara persis. Hal ini membentuk pandangan umum terhadap Islam.
Dengan demikian shalat berjama‟ah santri akan saling mengenal
(ta‟aruf) akan timbul tali persaudaraan antar sesama santri. Dengan mengenal
yang lain maka diharapkan santri dapat mengenali dan mampu menjadi diri
sendiri. Sikap-sikap kerohanian semakin luntur dan kesucian pola fikir atau pola
tingkah laku sesuai dengan keseimbagan hidup.
BAB III
HASIL PENELITIAN
A. Gambaran Umum Lokasi dan Subjek Penelitian
1. Letak Geografis Pondok pesantren Edi Mancoro
Pondok Pesantren Edi Mancoro Rt 02/01, terletak di wilayah
Kabupaten Semarang, tepatnya di Dusun Bandungan Desa Gedangan
Kecamatan Tuntang Kabupaten Semarang. Walaupun dari luar daerah,
pesantren ini lebih akrab dengan Salatiga, karena memang secara geografis
lebih dekat dengan pusat pemerintahan kota madya Salatiga.
Gedangan ini termasuk wilayah yang cukup potensial secara ekonomis
karena penghasilan warganya disamping bersumber dari pertanian padi, juga
bersumber dari pertanian kering, cukup terkenal sebagai penghasil buah-
buahan misalnya salak, duku, rambutan dan lain-lain.
Pesantren ini berada di wilayah pinggiran kota Salatiga yaitu berada
di sebelah baratnya sekitar 4 kilometer. Keadaannya memang tidak terlalu
ramai tetapi dekat dengan kota Salatiga. Sehingga merupakan tempat
strategis untuk pendidikan termasuk pendidikan keagamaan pesantren. Jarak
yang tidak jauh dari pusat kota Salatiga yang merupakan sentral pendidikan
formal, maka banyak santri yang berminat untuk mendalami ilmu agama di
pesantren ini, sebab kebanyakan santri yang menetap adalah para pelajar di
pendidikan formal, baik dari kalangan mahasiswa ataupun pelajar bahkan
banyak juga dari masyarakat sekitar yang ikut menuntut ilmu di pesantren ini.
Kondisi yang demikian sudah barang tentu mempengaruhi proses belajar di
pesantren ini, lebih jelasnya bisa dilihat dalam pendidikan dan pengajaran
pesantren.
2. Profil Pondok Pesantren Edi Mancoro
Pondok Pesantren Edi Mancoro merupakan sebuah institusi
pendidikan keagamaan, yang juga berusaha membekali santri-santrinya
dengan keterampilan-keterampilan. Sehingga Pondok Pesantren Edi Mancoro
terdapat beberapa UPT (Unit Pelaksana Teknis) guna peningkatan sumber
daya santrinya. Adapun secara statistik profil Edi Mancoro adalah sebagai
berikut :
a. Nama : Pondok Pesantren Edi Mancoro
b. Alamat : Dsn. Bandungan 02/01 Ds. Gedangan,
Kec. Tuntang, Kab. Semarang Jawa
Tengah 50773
c. Telepon : (0298) 313329/08139239383
d. Email : [email protected]
e. Pimpinan : KH. Mahfudz Ridwan, Lc
f. Ketua Yayasan : Muhamad Hanif SS, M. Hum
g. Pengasuh Santri Tahfidz : Rosyidah Lc
h. Tahun Berdiri : 1989 M/1410 H
i. Status Tanah : Wakaf
j. Surat Kepemilikan Tanah : Wakaf Pondok Pesantren Edi Mancoro
k. Luas Tanah : 2448 m
l. Status Bangunan : Milik Pondok Pesantren
1) Luas Bangunan : 1365 m
2) Luas Halaman : 550 m
3) Kebun : 108 m
4) Dipakai lainnya : 535 m
Lembaga-lembaga Pondok Pesantren Edi Mancoro
1) Organisasi Santri Pondok Pesantren Edi Mancoro
2) Koperasi Pondok Pesantren Edi Mancoro
3) Kulliyyatud Dirosah al-Islamiyyah wal Ijtima‟iyyah (KDII)
4) Madrasah Tahfidz
5) Kelompok Bimbingan Ibadah Haji (KBIH) Al Qiro
SUSUNAN PENGURUS ORGANISASI SANTRI
PONDOK PESANTREN EDI MANCORO
BADAN PEMBINA
Pengasuh : KH.Mahfudz Ridwan,Lc
Penasehat : Muhamad Hanif, SS., M. Hum
BADAN PENGURUS HARIAN
Ketua Umum : Taufiq Ashari
Sekretaris : Nurul Innayah
Bendahara : Iis Sholihah
Rayon Putra : Akrom Musabbihin
Rayon Putri : Stri Ana Farhana
BIRO-BIRO
Biro Pendidikan : Umi Arifah
Biro Litbang : Alfiatur Rahmah
Biro PU : Putri R. A & M.Sulkhan
UNIT PENGELOLA TEKNIK (UPT)
TBB : Chusnul Wardati
Perpustakaan : Siti Mu‟asyaroh
Komputer : Tyas Kristiana
Pers : Ajeng Virga
Bahasa : Indah Safitri
3. Visi, Misi, Tujuan, dan Garis Perjuangan Pondok Pesantren Edi
Mancoro
a. Visi, dan Misi
Adapun visi menyiapkan santri sebagai pendamping umat yang
sesungguhnya. Dan misi Pondok Pesantren Edi Mancoro ini adalah
dengan membentuk santri yang mempunyai wawasan keagamaan
mendalam, berwawasan kebangsaan, dan kemasyarakatan dalam konteks
ke-Indonesiaan yang plural. Serta membentuk santri yang peduli dan
berkemampuan melakukan pendampingan masyarakat secara luas.
Dengan sifat terbuka, non-profit, independen, serta mandiri dalam
menentukan kebijakan dan garis perjuangan sampai saat ini pesantren Edi
Mancoro tetap kukuh berdiri mengayomi masyarakat.
b. Tujuan
Tujuan Pondok Pesantren Edi Mancoro adalah untuk membina
santri memiliki keilmuan baik keagamaan maupun keilmuan kebangsaan
dan kemasyarakatan. KH. Mahfudz Ridwan, Lc saat acara Hari Lahir
Pondok Pesantren Edi Mancoro ke-20 memberikan pengarahan kepada
santri agar santri dapat hidup mandiri dalam segala hal dalam arti secara
keorganisasian di berikan secara penuh kepada santri, santri dituntut
untuk sadar dalam segala kebutuhan dan kewajiban yang seharusnya di
lakukan. Para santri diberitahu bahwa “orang yang pintar adalah orang
yang tahu dan mengerti dengan bahasa isyarat” hal ini menjadi hal yang
sangat di tekankan oleh pengasuh terhadap pesantren, sehingga pesantren
di tuntut untuk mandiri dalam segala hal, baik itu dalam kehidupannya,
pengelolaannya dan sebagainya itu diserahkan oleh santri secara
menyeluruh.
Hal ini dipeluk sepenuhnya oleh para santri dalam hidupnya
sendiri dan juga dalam hidupnya sebagai anggota masyarakat pondok
pesantren. Mereka harus sanggup menyelenggarakan sendiri kegiatan-
kegiatannya dengan meminta pendapat dari pengasuh. Contohnya dengan
Organisasi Santri Pondok Pesantren Edi Mancoro (PPEM), santri
menyelenggarakan sendiri aktivitas seperti kebersihan lingkungan,
pengembangan minat dan bakat santri. Selain itu Pondok Pesantren Edi
Mancoro bertujuan membina manusia yang beriman, berilmu dan
bertaqwa kepada Allah Swt. Pesantren ini juga membentuk santri sebagai
pendamping masyarakat.
c. Garis Perjuangan
Dan untuk melihat sejauh mana kiprah Pesantren Edi Mancoro
baik tingkat lokal maupun nasional, kita dapat melihat dari sejumlah
program yang telah disusun dan menjadi misi bersama antara kyai dan
para santrinya.
Secara umum untuk meningkatkan pemahaman terhadap
keislaman, Pondok Pesantren Edi Mancoro berusaha melakukan program
secara intensif dan berkesinambungan seperti diskusi-diskusi ilmiah,
dialog lintas agama, seminar, diklat, kursus-kursus dan lain sebagainya.
Sedangkan untuk kontak jaringan, Pesantren Edi Mancoro telah banyak
melakukan kerja sama baik antara pesantren, Perguruan Tinggi, maupun
dengan institusi pemerintah atau institusi kemasyarakatan lainnya, seperti
depnaker, BI, PERCIK dan lain-lain.
d. Sejarah berdirinya pondok pesantren Edi Mancoro
Pondok Pesantren Edi Mancoro termasuk pesantren salaf, bila
mengacu pada pendapat Dhofier (1984 : 80) tentang elemen dasar
pesantren salaf. Elemen–elemen itu adalah asrama tempat pemondokan
santri, kiai guru yang mengajar para santri, kitab kuning sebagai
kurikulum pendidikanya. Masjid sebagai sarana pengajian dan
peribadatan santri (Depag RI, 2003 : 40), disamping santri sendiri sebagai
peserta didik. Munculnya pesantren sendiri tidak terlepas dari kondisi
obyektif masyarakat pada waktu itu, dimana masyarakat setempat pada
waktu itu masih alergi dengan beragam aktifitas religius, sebaliknya
mereka sangat akrab dengan kebiasaan-kebiasaan buruk yang
berkembang di masyarakat. Hal inilah yang mendorong tokoh setempat
untuk mendirikan pondok pesantren sebagai lembaga pendidikan
keagamaan (Tafaquh fi Al Din) sebagai peredam yang bisa
mengendalikan kebiasaan-kebiasaan buruk masyarakat setempat.
Di bawah prakarsa bapak KH. Sholeh tokoh pendatang dari
Desa Pulutan telah berhasil mendirikan sebuah masjid yang diberi nama
Darussalam dengan sebuah bangunan kecil sebagai tempat pemondokan
bagi para santri yang akan belajar kepadanya. Masjid ini didirikan di
pinggiran desa, seakan terpisah dari pemukiman warga pada waktu itu,
walaupun sekarang sudah menyatu dengan masyarakatnya, dan
pendidikan yang diselenggarakannyapun masih sederhana, belum sampai
terbentuk semacam lembaga pendidikan tetapi terkesan natural.
Pendidikan keagamaan yang berpusat di Darussalam dan ditangani oleh
bapak kiai Sholeh hanya berlangsung hingga tahun 70-an, sebab setelah
beliau meninggal tidak ada keturunannya langsung yang mau meneruskan
perjuangannya dan tidak ada tokoh lokal yang meneruskan misi dan
perjuangannya.
Setelah itu maka proses pendidikan di Darussalam agak
tersendat, dalam masa kevakuman ini selang beberapa waktu, munculah
kiai Sukemi yang merupakan tokoh lokal yang diminta oleh masyarakat
setempat dan diharapkan mampu untuk meneruskan misi dan perjuangan
pendidikan ini, dan pendidikan pesantren ini dapat berjalan kembali
seperti kepemimpinan kiai Sholeh. Bermacam itu pula, muncullah KH.
Mahfudz Ridwan, Lc, tokoh dari Pulutan yang merupakan alumni dari
beberapa pesantren ternama sekaligus alumni dari universitas di Baghdad.
Setelah kiai Sukemi meninggal, maka pendidikan Darussalam diteruskan
oleh KH. Mahfudz Ridwan, Lc.
Pada tahun 1984 KH. Mahfudz Ridwan, Lc, bersama beberapa
tokoh lokal lainnya seperti Matori Abdul Jalil mendirikan yayasan yang
bernama Yayasan Desaku Maju dengan catatan notaris nomor 14/1984.
Yayasan ini merupakan yayasan yang bergerak di bidang sosial yang
mengemban misi dan tujuan membantu pemerintah untuk meningkatkan
tingkat kesejahteraan masyarakat pedesaan dan mengembangkan
swadaya serta sumber daya manusia khususnya masyarakat pedesaan.
Dan yayasan ini cukup familiar bagi warga Salatiga, karena merupakan
satu-satunya yayasan Islam yang bergerak di bidang kemasyarakatan.
Pada awal tahun 1989 KH. Mahfud Ridwan, Lc, mendirikan
diklat yang lebih akrab disebut Wisma Santri Edi Mancoro sebagai pusat
pendidikan masyarakat khususnya bagi masyarakat setempat sekaligus
sebagai basecamp berbagai kegiatan yayasan, hanya saja lokasinya
berbeda dari lokasinya yang terdahulu. Ini dikarenakan agar terhindar
dari anggapan bahwa masjid dimonopoli oleh pesantren sehingga
masyarakat enggan untuk aktif dalam berbagai kegiatan yang berpusat di
masjid.
Sejak saat itu keadaan pesantren terus berkembang. Karena
yayasan ini dikenal sangat luas karena program-programnya yang telah
berhasil membuat perubahan yang sangat signifikan di Salatiga dan
kabupaten Semarang khususnya memecahkan permasalahan antar umat
beragama, kemudian karakter pesantren yang pluralis dan terbuka untuk
siapa saja termasuk untuk orang non Islam oleh karena itu nama
pesantren ini sangat terkenal hingga luar negeri hingga banyak kunjungan
dari luar negeri dari berbagai negara hingga saat ini. Pada akhir tahun
2007 nama Pondok Pesantren Edi Mancoro telah resmi menggantikan
nama Wisma Santri Edi Mancoro karena aktifitas kemasyarakatan yang
sudah mulai melemah dan menjadi pesantren yang normatif tetapi masih
tetap menjaga prinsip pluralisme dan keterbukaan dengan orang non
Islam sebagai bentuk terciptanya konsep islam adalah rohmatan
lil’alamin.
4. Sarana dan Fasilitas Pesantren
Pondok Pesantren Edi Mancoro termasuk pesantren yang baru bila
ditinjau dari usia kelahirannya yaitu pada tahun 1989, sehingga fasilitas dan
prasarananya yang tersediapun masih sederhana dan terbatas, tetapi
keterbatasan ini tidak menghambat proses pendidikan dan pengajaran sebagai
nadi dan misi pesantren. Adapun sarana dan prasarana yang tersedia di
pesantren ini antara lain:
a. Tiga gedung Utama (Putra, Putri dan Yayasan)
b. Dua aula pertemuan putra putri
c. Masjid sebagai tempat peribadatan
d. Kantor Yayasan
e. Lab. Komputer
f. Perpustakaan
g. Hotspot Area
h. Ruang untuk kelas
5. Keadaan Ustadz dan Santri
a. Keadaan Ustadz
Selain KH. Mahfudz Ridwan para ustadz pondok pesanren Edi
Mancoro berasal dari masyarakat sekitar dan alumni yang mempunyai
kepedulian terhadap perkembangan pesantren serta para santri sendiri
yang telah dianggap mampu untuk mengajar dan berkompeten pada
disiplin ilmu yang telah dikuasai.
Tabel 3.1
Daftar Nama Ustadz dan Ustadzah
Pondok Pesantren Edi Mancoro
No Nama Jenis kelamin
1 KH. Mahfud Ridwan, Lc Lk
2 Muhammad Hanif, SS., M. Hum Lk
3 Muh. Zuhdi Lk
4 Budi Santoso, S. Ag Lk
5 Ali Nugroho, S. Ag Lk
6 Syaikhudin Lk
7 Makhasin Lk
8 Abdul Manaf, BA Lk
9 Tanwir Lk
10 Sumarno, S. Ag Lk
11 Slamet Lk
12 Sukardi, M. Ag Lk
13 Shofari Lk
14 Mulyadi Lk
15 Ahmad Adnan, S. Pd. I Lk
16 TajudinUmroni, S. Pd. I Lk
17 Rosyidah, Lc Pr
18 Imma Dahiyani Munir, S. Pd. I Pr
19 Khoirul Afifah, S. Pd. I Pr
20 Siti Mu‟asyaroh Pr
21 Nurul Arofah, S. Pd. I Pr
22 Umi Arifah Pr
23 Roro Risalatul M, S. Pd,I Pr
24 Munirotul Azizah, S. Pd.I Pr
25 Nur Wulan Maslikhah, S. Pd.I Pr
26 Striana Farhana, S. Pd.I Pr
b. Keadaan Santri
Sedangkan para santri berasal dari banyak daerah diantaranya:
Demak, Magelang, Porwodadi, Kendal, Temanggung, Pati, hingga Palu.
Mayoritas mereka sekolah di STAIN Salatiga dan berbagai sekolah
menengah seperti: SMP Nusantara Gedangan, SMK Diponegoro
Salatiga, SMA Negeri 3 Salatiga, SMA Negeri 2 Salatiga dan lain-lain.
Jumlah santri saat ini adalah 102 santri, dengan perincian 77 santri putri
dan 25 santri putra.
Tabel 3.2
Daftar Nama Kamar dan Jumlah Santri Putra Pondok Pesantren
Edi Mancoro Tahun 2015
No Nama Kamar Jumlah
1 Sunan Giri 4
2 Sunan Kalijaga 5
3 Sunan Bonang 4
4 Sunan Muria 5
5 Sunan Drajat 7
Jumlah 25
Tabel 3.3
Daftar Nama Kamar dan Jumlah Santri Putri Pondok Pesantren Edi
Mancoro Tahun 2015
No Nama kamar Jumlah
1 Kamar 1 6
2 Kamar 2 6
3 Kamar 3 6
4 Kamar 4 6
5 Kamar 5 6
6 Kamar 6 6
7 Kamar 7 5
8 Kamar 8 6
9 Kamar 9 6
10 Kamar 10 6
11 Kamar 11 6
12 Kamar 12 6
13 Kamar 13 6
Jumlah 77
6. Pelaksanaan Pendidikan di Pesantren
a. Kurikulum Pesantren
Sebagai lembaga pendidikan keagamaan, Pondok Pesantren Edi
Mancoro menyelenggarakan pendidikan dan pengajaran keagamaan
disamping mata kajian yang bersifat umum. Pesantren ini mempunyai
spesifikasi khusus untuk mendalami ilmu- ilmu agama dengan dititik
beratkan pada kemampuan membaca dan menulis bahasa Arab dengan
baik dan benar, maka pelajaran nahwu, shorof dan halaqhoh mendapat
perhatian prioritas. Disamping itu mata pelajaran umum, ketrampilan
menjadi kegiatan ektra yang terjadwal oleh pengurus dengan
menyesuaikan bakat dan minat santri. Dan juga ada kegiatan yang
bersifat insidental antara lain : bahasa arab, bahasa inggris, mengetik,
administrasi baik keuangan maupun manajemen organisasi.
Tabel 3.4
Kurikulum Pondok Pesantren Edi Mancoro
No Pelajaran wajib Extra kurikuler
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
Bahasa Arab
Nahwu
Fiqh
Tadwid
Hadist
Fasholatan
Tarikh Nabi
Tauhid
Akhlak
Shorof
Khitobiyah
Dhiba‟an
Diskusi
Rebana
Kaligrafi
Kampung Bahasa
Tikroran
Tahfidz Al-qu‟an
Istiqosah
b. Sistem Pendidikan
Sistem pendidikan di pesantren ini mengalami banyak
perubahan dalam rangka menuju kesampurnaannya. Sistem pendidikan
yang diterapkan adalah sistem klasikal (Bandongan) dimana seorang kiai
atau ustadz membacakan dan menjelaskan isi ajaran atau kitab kuning
sementara santri atau murid mendengarkan memaknai dan menerima
(Depag RI 2003 : 44 ). Santri diwajibkan mengikuti setiap mata pelajaran
yang dikaji sebagaimana tertera dalam jadwal, dengan batas waktu yang
telah ditetapkan untuk menjembatani problem santri baru agar dapat
menyesuaikan diri dengan kelas yang ada, maka dilaksanakan tes
penempatan kelas sehingga diharapkan mereka dapat segera mengikuti
pelajaran yang diselenggarakan. Dalam penyajian mata pelajaran yang
berbasik kitab-kitab kuning digunakan sistem bandongan atau
berkelompok, dan ada mata pelajaran tertentu yang harus disajikan
dengan sistem individual (Sorogan). Akan tetapi sistem bandongan lebih
dominan dipergunakan. Hal ini dilatarbelakangi , bahwa mayoritas santri
yang belajar adalah mahasiswa dan pelajar tingkat SLTA. Sehingga
kemandirian belajar lebih teruji, disamping itu efektifitas waktu yang
tersedia bagi dewan asatidz. Adapun mata pelajaran yang menjadi kajian
wajib bagi santri adalah :
1) Kelas I’daad
a) Fiqih : Fiqh Wadhk
b) Tajwid : Sifaul Jinan
c) Akhlaq : Akhlaqul Banin I
d) Fasolatan : Fasholatan
2) Kelas Khos
a) Fasholatan : Fasholatan
b) Bahasa Arab : Dammul Iqlab
c) Fiqh : Safinah
d) Imla‟ : Bahasa Arab
e) Akhlaq : Akhlaqul Banin II
f) Tarikh : Khulashoh I
g) Tauhid : Aqidatul Awam
h) Tajwid : Sifaul Jinan
i) Hadits : Arbain Nawawi
3) Kelas Awaliyah
a) Bahasa Arab : Qiroatur Rosyidah I
b) Hadits : Arbain Nawawi
c) Sorof : Amtsilatut Tasrifiyah
d) Nahwu : Imrithi
e) Tauhid : Jawahirul Kalamiyah
f) Fiqh : Fathul Qorib
g) Tarikh : Khuloshoh II
h) Akhlaq : Akhlaqul banin III
i) Tajwid : Tuhfatul Athfal
4) Kelas Wustho
a) Nahwu : Alfiyah
b) Akhlaq : Ta‟limul Muta‟alim
c) Ulumul Hadits : Mustholahatul Hadits
d) Bahasa Arab : Qiroatur Rosyidah II
e) Hadits : Bulughul Maram
f) Fiqh : Fathul Qarib
g) Tauhid : Kifayatul Awam
5) Kelas Ulya’
a) Akhlaq : Bidayatul Hidayah
b) Nahwu : Nahwu amsilatti
c) Ulumul Hadits : Mustholahatul Hadits
d) Bahasa Arab : Qiroatur Rosyidah III
e) Hadits : Bulughul Maram
f) Ushul Fiqh : Mabadiul Awaliyah
B. Penyajian Data
1. Intensitas Mengikuti Pengajian Tafsir Jalalain
Intensitas mengikuti pengajian tafsir jalalain diperoleh lewat
persepsi santri tentang intensitas dalam mengikuti di Pondok Pesantrennya.
Berdasarkan angket yang diberikan kepada 30 responden dapat memberikan
gambaran tentang kondisi intensitas dalam mengikuti pengajian yang ada di
Pondok Pesantren Edi Mancoro Gedangan, Kecamatan Tuntang Kabupaten
Semarang. Sebagaimana terlihat dari hasil angket dibawah in
Tabel 3.5
Daftar Nilai Hasil Angket Tentang Intensitas Mengikuti Pengajian
Tafsir Jalalain PPEM
No Nama
Responden
Jawaban Angket Tentang Intensitas Mengikuti
Pengajian Tafsir Jalalain Pada PPEM Gedangan
Skor
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
1 AA 2 2 3 2 3 2 3 3 3 3 26
No Nama
Responden
Jawaban Angket Tentang Intensitas Mengikuti
Pengajian Tafsir Jalalain Pada PPEM Gedangan
Skor
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
2 T A 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 30
3 M K A 2 3 2 2 3 2 3 3 3 3 26
4 H Y 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 30
5 M M M 3 3 2 2 3 2 3 3 3 3 27
6 M K 2 3 2 3 3 2 3 3 3 3 27
7 A S 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 30
8 M S 3 3 2 3 3 2 3 3 3 3 28
9 A A 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 29
10 M 3 2 3 2 3 3 2 2 3 3 26
11 C W 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 30
12 R R M 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 29
13 N R 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 30
14 A R 3 2 3 3 3 2 3 3 3 3 28
15 A U P 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 30
16 N T 2 2 2 2 3 3 3 3 3 3 26
17 P R A 2 2 3 2 3 3 3 3 3 3 27
18 N I 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 30
19 N W M 2 3 2 2 3 2 3 3 3 3 26
20 I D M 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 30
21 N I M 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 30
22 S 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 30
No Nama
Responden
Jawaban Angket Tentang Intensitas Mengikuti
Pengajian Tafsir Jalalain Pada PPEM Gedangan
Skor
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
23 I S 2 3 3 3 2 2 3 2 3 3 26
24 M A 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 30
25 A V S M 2 2 3 2 3 3 3 3 3 3 27
26 N A 2 2 3 3 3 3 3 3 3 3 28
27 I N 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 29
28 S M 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 29
29 K I 2 2 3 2 3 3 3 2 3 3 26
30 E M 2 2 2 2 3 3 3 2 3 3 25
Tabel 3.6
Daftar Tentang Distribusi Frekwensi Jawaban Tentang Intensitas
Mengikuti Pengajian Tafsir Jalalain PPEM
No.
Res
Alternatif Jawaban TOTAL NOMINASI
A B C
1 18 8 0 26 C
2 30 0 0 30 A
3 18 8 0 26 C
4 30 0 0 30 A
5 21 6 0 27 C
6 21 6 0 27 C
7 30 0 0 30 A
8 24 4 0 28 B
9 27 2 0 29 B
No.
Res
Alternatif Jawaban TOTAL NOMINASI
A B C
10 18 8 0 26 C
11 30 0 0 30 A
12 27 2 0 29 B
13 30 0 0 30 A
14 24 4 0 28 B
15 30 0 0 30 A
16 18 8 0 26 C
17 21 6 0 27 C
18 30 0 0 30 A
19 18 8 0 26 C
20 30 0 0 30 A
21 30 0 0 30 A
22 30 0 0 30 A
23 18 8 0 26 C
24 30 0 0 30 A
25 21 6 0 27 C
26 24 4 0 28 B
27 27 2 0 29 B
28 27 2 0 29 B
29 18 8 0 26 C
30 15 10 0 25 C
Dari data diatas dapat dicari skor tertinggi dan terendah, kemudian
dicari intervalnya dengan mengunakan rumus :
i= ( )
keterangan :
i = interval
xt = nilai tertinggi
xr = nilai terendah
ki = kelas interval (tinggi, sedang, rendah)
Maka berdasarkan tabel diatas tersebut dapat diketahui pada variabel
intensitas mengikuti pengajian tafsir jalalain, nilai tertinggi adalah 30, dan
nilai terendah adalah 25. Dalam hal ini dapat dihitung dengan rumus :
i= ( )
i= ( )
i=
= 1,67 = 2
Jadi jelas pada variabel ini dapat dikatagorikan variasi tinggi,
sedang, rendah, sebagai berikut ini :
a. Untuk kategori tinggi dengan jawaban A mendapat nilai 30
b. Untuk kategori sedang dengan jawaban B mendapat nilai 28-29
c. Untuk kategori rendah dengan jawaban C mendapat nilai 25-27
Kemudian dicari prosentasinya frekwensi intensitas mengikuti
pengajian tafsir jalalain dengan rumus :
1) Untuk intensitas mengikuti pengajian tafsir jalalain yang tinggi, antara
skor 30 yaitu sebanyak 11 santri :
= 36,7
2) Untuk intensitas mengikuti pengajian tafsir yang sedang, antara skor 28-
29 yaitu sebanyak 7 santri :
= 23,3
3) Untuk intensitas mengikuti pengajian tafsir yang rendah, antara skor 25-
27 yaitu sebanyak 12 santri :
= 40
Untuk lebih jelasnya penulis sampaikan dalam bentuk tabel
distribusi frekwensi intensitas mengikuji pengajian tafsir jalalain.
Tabel 3.7
Tabel Distribusi frekwensi intensitas mengikuti pengajian tafsir
jalalain PPEM tahun 2014
NO Intensitas
pengajian
tafsir
Interval Frekwensi Prosentase
1 Tinggi 30 11 36,7
2 Sedang 28-29 7 23,3 3 Rendah 25-27 12 40
Jumlah 30 100 Sumber: hasil pengolahan jawaban angket
Distribusi frekwensi di atas menunjukan bahwa frekwensi data
intensitas mengikuti pengajian tafsir jalalain tertinggi pada kategori rendah,
yaitu sebanyak 12 jawaban reponden terhadap variabel sikap sosial santri dari
30 santri sebagai responden. Karena nilai rata-rata jawaban responden berada
apa interval 25-27, hal ini menunjkan bahwa intensitas mengikuti pengajian
tafsir jalalain di pondok pesantren Edi Mancoro Gedangan, kecamatan
Tuntang, Kabupaten Semarang pada kategori rendah, yakni sebanyak 40%.
2. Intensitas Shalat Berjama’ah
Intensitas shalat berjama‟ah diperoleh lewat persepsi santri tentang
intensitas dalam shalat berjama‟ah di Pondok Pesantrennya. Berdasarkan
angket yang diberikan kepada 30 responden dapat memberikan gambaran
tentang kondisi intensitas dalam melaksanakan shalat berjama‟ah yang ada di
Pondok Pesantren Edi Mancoro Gedangan, Kecamatan Tuntang Kabupaten
Semarang. Sebagaimana terlihat dari hasil angket dibawah ini :
Tabel 3.8
Daftar tentang distribusi frekwensi jawaban tentang intensitas
melaksanakan shalat jama’ah PPEM
No Nama
Responden
Jawaban Angket Tentang Intensitas Shalat
Berjama’ah Pada PPEM Gedangan
Skor
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
1 A A 2 2 2 2 2 2 2 3 3 3 23
2 T A 2 2 3 2 2 2 3 3 3 3 25
3 M K A 2 2 2 2 2 2 2 2 3 3 22
4 H Y 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 29
5 M M M 3 3 3 2 3 2 3 3 3 3 28
6 M K 2 3 2 2 2 2 3 3 3 3 25
7 A S 2 2 2 3 2 3 3 2 3 3 25
8 M S 2 2 2 3 3 2 2 2 3 3 24
9 A A 3 2 2 2 3 3 3 3 2 3 26
10 M 3 2 2 2 2 3 2 2 3 3 24
11 C W 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 30
12 R R M 3 3 3 2 2 3 2 3 2 3 26
13 N R 2 3 2 2 2 3 3 3 3 3 26
14 A R 2 2 2 3 2 2 3 3 3 3 25
15 A U P 2 2 2 2 2 2 3 2 2 3 22
16 N T 2 1 2 2 3 2 2 2 3 3 22
17 P R A 1 2 2 2 2 3 2 2 3 3 22
18 N I 3 2 3 3 2 3 2 3 3 3 27
19 N W M 2 3 2 2 3 3 3 3 3 3 27
20 I D M 2 2 2 2 3 2 3 2 3 3 24
21 N I M 2 2 2 2 3 2 3 3 3 3 25
22 S 2 2 2 3 2 2 3 2 3 3 24
23 I S 1 2 2 2 3 2 2 3 2 3 22
24 M A 2 2 2 2 3 2 2 3 3 3 24
25 A V S N 2 2 2 3 3 3 3 2 3 3 26
26 N A 2 2 2 2 2 3 2 2 3 3 23
27 I N 2 2 3 2 3 3 3 3 3 3 27
28 S M 2 2 2 2 2 2 2 3 3 3 23
29 K I 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 20
30 E M 2 2 2 2 3 2 3 2 3 3 24
Tabel 3.9
Daftar tentang distribusi frekwensi jawaban tentang intensitas
melaksanakan shalat berjama’ah PPEM
No.
Res
Alternanif Jawaban TOTAL NOMINASI
A B C
1 9 14 0 23 C
2 15 10 0 25 B
3 6 16 0 22 C
4 27 2 0 29 A
5 24 4 0 28 A
6 15 10 0 25 B
7 15 10 0 25 B
8 12 12 0 24 B
9 18 8 0 26 B
10 12 12 0 24 B
11 30 0 0 30 A
12 18 8 0 26 B
13 18 8 0 26 B
14 15 10 0 25 B
15 6 16 0 22 C
16 9 12 1 22 C
17 9 12 1 22 C
18 21 6 0 27 B
19 21 6 0 27 B
20 12 12 0 24 B
21 15 10 0 25 B
22 12 12 0 24 B
23 9 12 1 22 C
24 12 12 0 24 B
25 18 8 0 26 B
26 9 15 0 24 B
27 21 6 0 27 B
28 9 14 0 23 C
29 0 20 0 20 C
30 12 12 0 24 B
Dari data diatas dapat dicari skor tertinggi dan skor terendah,
kemudian dicari intervalnya dengan mengunakan rumus :
i= ( )
keterangan :
i = interval
xt = nilai tertinggi
xr = nilai terendah
ki = kelas interval (tinggi, sedang, rendah)
Maka berdasarkan tabel diatas tersebut dapat diketahui pada variabel
intensitas shalat berjama‟ah, nilai tertinggi adalah 30, dan nilai terendah
adalah 20. Dalam hal ini dapat dihitung dengan rumus :
i= ( )
i= ( )
i=
= 4
Jadi jelas pada variabel ini dapat dikatagorikan variasi tinggi, sedang,
rendah, sebagai berikut ini :
1. Untuk kategori tinggi dengan jawaban A mendapat nilai 28-30
2. Untuk kategori sedang dengan jawaban B mendapat nilai 24-27
3. Untuk kategori rendah dengan jawaban C mendapat nilai 20-23
Kemudian dicari prosentasinya frekwensi intensitas melaksanakan shalat
berjama‟ah dengan rumus :
1. Untuk intensitas melaksanakan shalat berjama‟ah yang tinggi, antara skor
28-30 yaitu sebanyak 3 santri :
= 10
2. Untuk intensitas melaksanakan shalat berjama‟ah yang sedang, antara
skor 24-27 sebanyak 19 santri :
= 63,3
3. Untuk intensitas melaksanakan shalat berjama‟ah yang rendah, antara
skor 20-23 sebanyak 8 santri
= 26,7
Untuk lebih jelasnya penulis sampaikan dalam bentuk tabel distribusi
frekwensi intensitas melaksanakan shalat berjama‟ah
Tabel 3.10
Tabel distribusi frekwensi intensitas melaksanakan shalat
berjama’ah PPEM Gedangan
No Intensitas Shalat
Jama’ah
Interval Frekwensi Prosentase
1 Tinggi 28-30 3 10%
2 Sedang 24-27 19 63,3%
3 Rendah 20-23 8 26,7%
Jumlah 30 100% Sumber: hasil pengolahan jawaban angket
Distribusi frekwensi di atas menunjukan bahwa frekwensi data
intensitas shalat berjama‟ah tertinggi pada kategori sedang, yaitu sebanyak
19 jawaban reponden terhadap variabel sikap sosial santri dari 30 santri
sebagai responden. Karena nilai rata-rata jawaban responden berada apa
interval 24-27, hal ini menunjkan bahwa intensitas shalat berjama‟ah di
pondok pesantren Edi Mancoro Gedangan, kecamatan Tuntang, Kabupaten
Semarang pada kategori sedang, yakni sebanyak 63,3%.
3. Sikap Sosial Santri
Sikap sosial santri dalam penelitian ini diungkap lewat persepsi santri
tentang sikap sosialnya yang berada di pondok pesantrennya. Berdasarkan
jawaban angket yang diberikan kepada 30 responden dapat memberikan
gambaran tentang kondisi sikap sosial santri yang ada di pondok pesantren
Edi Mancoro Gedangan, Kecamatan Tuntang, Kabupaten semarang,
sebagaimana terlihat dari hasil angket dibawah ini :
Tabel 3.11
Daftar Nilai Hasil Angket Sikap Sosial Santri PPEM
No Nama
Responden
Jawaban Angket Sikap Sosial Skor
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
1 AA 2 3 3 2 3 2 3 2 3 3 26
2 TA 2 3 2 3 3 3 3 3 3 3 28
3 MKA 2 3 2 2 2 2 2 3 3 3 24
4 HY 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 30
5 MMM 2 3 2 3 2 2 3 3 3 3 26
6 MK 2 3 2 2 2 2 3 3 2 3 24
7 AS 3 3 2 3 2 3 3 2 3 3 27
8 MS 2 3 2 2 3 2 3 2 3 3 25
9 AA 2 3 2 3 3 3 3 3 3 3 28
No Nama
Responden
Jawaban Angket Sikap Sosial Skor
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
10 M 2 3 2 3 2 2 3 3 3 3 26
11 CW 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 29
12 RRM 2 3 2 3 3 3 3 3 3 3 28
13 NR 3 3 2 3 3 3 2 3 3 3 28
14 AR 2 3 2 2 2 2 3 3 3 3 25
15 AUP 3 3 3 3 2 3 3 2 3 3 28
16 NT 2 3 2 2 3 2 2 3 3 3 25
17 PRA 2 3 2 3 3 2 2 2 3 3 25
18 NI 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 30
19 NWM 2 3 2 2 3 3 2 2 3 3 25
20 IDM 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 29
21 NIM 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 29
22 S 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 30
23 IS 2 2 2 3 3 3 2 3 2 3 25
24 MA 3 3 2 3 3 3 3 2 3 3 28
25 AVSN 2 3 2 3 3 3 2 3 2 3 26
26 NA 2 2 2 3 3 3 3 3 2 3 26
27 IN 2 3 3 3 3 2 3 3 2 3 28
28 SM 3 3 3 3 2 3 3 3 3 2 28
29 KI 3 2 2 3 2 3 3 3 2 3 26
30 EM 2 3 2 2 2 2 3 3 2 3 24
Tabel 3.12
Daftar Tentang Distribusi Frekwensi Jawaban Sikap Sosial Santri
PPEM Gedangan
No.
Respon
Alternatif Jawaban Total Nominasi
A B C
1 18 8 0 26 C
2 24 4 0 28 B
3 12 12 0 24 C
4 30 0 0 30 A
5 18 8 0 26 C
6 12 12 0 24 C
7 21 6 0 27 B
8 15 10 0 25 C
9 24 4 0 28 B
10 18 8 0 26 C
11 27 2 0 29 A
12 24 4 0 28 B
13 24 4 0 28 B
14 15 10 0 25 C
15 24 4 0 28 B
16 15 10 0 25 C
17 15 10 0 25 C
18 30 0 0 30 A
19 15 10 0 25 C
20 27 2 0 29 A
21 27 2 0 29 A
No.
Respon
Alternatif Jawaban Total Nominasi
A B C
22 30 0 0 30 A
23 15 10 0 25 C
24 24 2 0 26 C
25 18 8 0 26 C
26 18 8 0 26 C
27 24 4 0 28 B
28 24 4 0 28 B
29 18 8 0 26 C
30 12 12 0 24 C
Dari data diatas dapat dicari skor tertinggi dan skor terendah,
kemudian dicari intervalnya dengan mengunakan rumus :
( )
keterangan :
i = interval
xt = nilai tertinggi
xr = nilai terendah
ki = kelas interval (tinggi, sedang, rendah)
Maka berdasarkan tabel diatas tersebut dapat diketahui pada variabel sikap
sosial santri, nilai tertinggi adalah 30, dan nilai terendah adalah 24. Dalam
hal ini dapat dihitung dengan rumus :
( )
i= ( )
i=
=3
Jadi jelas bahwa pada variabel ini dapat di kategorikan variasi tinggi,
sedang, rendah sebagai berikut :
a. Untuk kategori tinggi dengan jawaban A mendapat nilai 29-30
b. Untuk kategori sedang dengan jawaban B mendapat nilai 26-28
c. Untuk kategori rendah dengan jawaban C mendapat nilai 24-25
Kemudian dicari prosentase Y dengan rumus :
1) Untuk sikap sosial santri yang tinggi, antara skor 29-30 sebanyak 6
santri :
= 20
2) Untuk sikap sosial santri yang sedang, antara skor 26-28 sebanyak 15
santri :
P =
= 50%
3) Untuk sikap sosial santri yang rendah, antara skor 24-25 sebanyak 9
santri :
P =
= 30%
Untuk lebih jelasnya penulis sampaikan dalam bentuk tabel distribusi
frekwensi sikap sosial santri :
Tabel 3.13
Distribusi Frekwensi Sikap Sosial PPEM
No Sikap Sosial
Santri Interval Frekwensi Prosentase
1 Tinggi 29-30 6 20%
2 Sedang 26-28 15 50%
3 Rendah 24-25 9 30%
Jumlah 30 100%
Sumber: hasil pengolahan jawaban angket
Berdasarkan deskripsi sikap sosial santri diatas bahwa distribusi
frekwensi diatas menunjukan bahwa jumlah responden terbanyak yaitu
frekwensi 15 pada kategori sedang berada pada interval 26-28 hal ini
menunjukan bahwa sikap sosial santri di pondok pesantren Edi Mancoro
Gedangan berada pada kategori sedang yakni dengan nilai prosentase sebesar
50%
BAB IV
ANALISIS DATA
Pengolahan data tentang intensitas mengikuti pengajian tafsir jalalain
(X1) dan shalat berjmama‟ah (X2) terhadap sikap sosial santri (Y) di Pon-Pes Edi
Mancoro Gedangan, Kecamatan Tuntang, Kabupaten Semarang dalam penelitian
ini menggunakan bantuan program SPSS 16.0 for windows.
Hal ini ditampilkan dalam bentuk skor, rata-rata/mean, median, modus,
standar deviasi/simpangan baku, nilai terendah, nilai maksimum. Hasil yang
diperoleh adalah sebagai berikut.
A. Analisis Pengaruh Intensitas Mengikuti Pengkajian Tafsir Jalalain
Terhadap Sikap Sosial Santri
1. Persiapan Analisis Statistik X1 terhadap Y
Tabel 4.1
Persiapan Analisis Statistik X1 Terhadap Y
No.
Res.
Nama
Res. X1 Y X1y X1
2 Y
2
1. AA 26 26 676 676 676
2. T A 30 28 840 900 784
3. M K A 26 24 624 676 576
4. H Y 30 30 900 900 900
5. M M M 27 26 702 729 676
6. M K 27 24 648 729 576
7. A S 30 27 810 900 729
8. M S 28 25 700 784 625
9. A A 29 28 812 841 784
10. M 26 26 676 676 676
11. C W 30 29 870 900 841
12. R R M 29 28 812 841 784
13. N R 30 28 840 900 784
14. A R 28 25 700 784 625
15. A U P 30 28 840 900 784
No.
Res.
Nama
Res. X1 Y X1y X1
2 Y
2
16. N T 26 25 650 676 625
17. P R A 27 25 675 729 625
18. N I 30 30 900 900 900
19. N W M 26 25 650 676 625
20. I D M 30 29 870 900 841
21. N I M 30 29 870 900 841
22. S 30 30 900 900 900
23. I S 26 25 650 676 625
24. M A 30 28 840 900 784
25. A V S M 27 26 702 729 676
26. N A 28 26 728 784 676
27. I N 29 28 812 841 784
28. S M 29 28 812 841 784
29. K I 26 26 676 676 676
30 E M 25 24 600 625 576
2. Analisis Uji Hipotesis
Hasil analisis intensitas mengikuti pengkajian tafsir jalalain
dengan menggunakan analisis regresi disajikan dalam tabel berikut.
Tabel 4.2
Hasil Analisis Data Intensitas Mengikuti Pengkajian Tafsir Jalalain
Uraian X1 Kesimpulan
b (koefisien regresi) 0,894
Berpengaruh signifikan thitung 7,921
Signifikansi (P) 0,000
Keterangan :
* = tarafsignifikan 5%
P= probabilitas /signifikansi
Pada uji t diperoleh nilai thitung sebesar 7,921 dan probabilitas
sebesar 7,921 > 0,361 maka Ho ditolak yang berarti ada kontribusi yang
positif dan signifikan variabel intensitas mengikuti tafsir jalalain terhadap
sikap sosial santri Pondok Pesantren Edi Mancoro Gedangan
3. Analisis Lanjutan
Hasil uji hipotesis membuktikan bahwa terdapat kontribusi
positif dan signifikan intensitas mengikuti tafsir jalalain terhadap sikap
sosial santri. Hal ini ditunjukkan dengan perolehan hasil uji t dengan nilai
probabilitas sebesar 7,921 > 0,361. Artinya, intensitas mengikuti tafsir
jalalain mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap sikap sosial
santri.
Dengan mengikuti pengajian tafsir jalalain maka santri akan
mempunyai rasa peduli terhadap lingkungan pondok pesantren. Sebagai
salah satu lembaga pendidikan pondok-pesantren ternyata mempunyai
peranan dalam membentuk sikap sosial para santri, salah satu nya yaitu
dengan mengikuti kajian-kajian kitab yang ada dipondok tersebut.
B. Analisis Pengaruh Intensitas Shalat Berjama’ah Terhadap Sikap Sosial
Sntri
1. Persiapan Analisis Statistik X2 terhadap Y
Tabel 4.3
Persiapan Analisis Statistik X2 terhadap Y
No. Res. Nama Res. X2 Y X2Y X22
Y2
1. AA 23 26 598 1089 676
2. T A 25 28 700 1024 784
3. M K A 22 24 528 900 576
4. H Y 29 30 870 1089 900
5. M M M 28 26 728 1089 676
6. M K 25 24 600 1156 576
7. A S 25 27 675 576 729
8. M S 24 25 600 1024 625
9. A A 26 28 728 576 784
10. M 24 26 624 784 676
11. C W 30 29 870 1089 841
12. R R M 26 28 728 1296 784
13. N R 26 28 728 900 784
14. A R 25 25 625 900 625
15. A U P 22 28 616 1089 784
16. N T 22 25 550 1296 625
No. Res. Nama Res. X2 Y X2Y X22
Y2
17. P R A 22 25 550 1156 625
18. N I 27 30 810 1089 900
19. N W M 27 25 675 1089 625
20. I D M 24 29 696 900 841
21. N I M 25 29 725 1089 841
22. S 24 30 720 900 900
23. I S 22 25 550 900 625
24. M A 24 28 672 1024 784
25. A V S M 26 26 676 961 676
26. N A 23 26 598 900 676
27. I N 27 28 756 1024 784
28. S M 23 28 644 900 784
29. K I 20 26 520 1156 676
30 E M 24 24 576 576
2. Analisis Uji Hipotesis
Berikut ini adalah hasil analisis uji hipotesis nasehat kiai dengan
menggunakan analasis regresi.
Tabel 4.4
Hasil Analsis Uji Hipotesis Shalat Berjama’ah
Uraian X2 Kesimpulan
b (koefisien regresi) 0,080
Berpengaruh signifikan thitung 0,924
Signifikansi (P) 0,363
Keterangan :
* = taraf signifikan 5%
P= probabilitas /signifikansi
Uji t yang diperoleh dari perhitungan menggunakan program
SPSS 16.0 for windows yaitu nilai thitung sebesar 0,924 dan probabilitas
sebesar 0,924 > 0,361 maka Ho ditolak yang berarti ada pengaruh yang
positif dan signifikan Intensitas Shalat berjama‟ah terhadap sikap sosial
santri di Ponpes Edi Mancoro Gedangan, Kec. Tuntang, Kab. Semarang.
3. Analisis Lanjutan
Shalat berjama‟ah mempunyai pengaruh yang signifikan
terhadap sikap sosial santri. Hal ini dibuktikan dengan perolehan hasil uji
t dengan nilai probabilitas sebesar 0,924 > 0,361
Artinya semakin tinggi shalat berjama‟ah yang lakukan santri
maka akan semakin tinggi sikap sosial santri. Shalat berjama‟ah tersebut
akan mewujudkan sikap sosial yang baik bagi santri di pondok. Oleh
sebab itu shalat berjama‟ah di pondok pesantren harus terus ditingkatkan
oleh semua santri di pondok tersebut
C. Analisis Intensitas Mengikuti Pengkajian Tafsir Jalalain dan Shalat
Berjama’ah terhadap Sikap Sosial Santri di Pondok Pesantren
Berikut disajikan hasil analisis uji pengaruh intensitas mengikuti
pengkajian tafsir jalalain dan shalat berjama‟ah terhadap sikap social santri di
pondok pesantren Edi Mancoro Gedangan, Kec. Tuntang, Kab. Semarang.
Tabel 4.5
Hasil Analisis Data Intensitas Mengikuti Pengajian Tafsir dan Shalat
Berjama’ah terhadap Sikap Sosial santri
Uraian Y Kesimpulan
b (koefisien regresi) -0,098
Berpengaruh signifikan Signifikansi (P) 0,000
F 42,016*
R2 0,757
Keterangan : * = taraf signifikan 5%
P= probabilitas /signifikansi
Untuk membuktikan ada tidaknya pengaruh Intensitas Mengikuti
Pengajian Tafsir dan Shalat Berjama‟ah secara bersama-sama terhadap sikap
sosial santri menggunakan program SPSS 16.0 for windows yaitu dengan
hasil pada tabel uji F, hasil uji Anova atau F test. Pada penelitian ini di dapat
nilai Fhitung adalah 42,016 dengan tingkat signifikansi 0,000. Nilai probabilitas
-0,098 < 0,361 maka hipotesis H0 ditolak yang berarti intensitas mengikuti
pengkajian tafsir jalalain dan shalat berjama‟ah secara simultan memiliki
kontribusi signifikan dan negatif terhadap sikap sosial santri.
Untuk mengetahui besarnya pengaruh intensitas mengikuti
pengkajian tafsir jalalain dan shalat berjama‟ah terhadap sikap sosial santri
dapat diukur dengan nilai koefisien determinasi (R2) yang bermakna besarnya
sumbangan variabel bebas (X) terhadap variabel terikat (Y). Berdasarkan
hasil pengujian regresi linear berganda diperoleh nilai R2 (R Square) sebesar
0,757 yang berarti besarnya kontribusi variabel X (independent) terhadap Y
(dependent) sebesar 75,7% sedangkan sisanya sebesar 24,3% disumbangkan
oleh faktor-faktor lain yang tidak dijelaskan dalam penelitian ini.
Hal tersebut ditunjukkan dengan perolehan hasil uji F dengan nilai
probabilitas sebesar -0,098 < 0,361. Apabila intensitas mengikuti pengkajian
tafsir tinggi maka sikap sosial santri akan semakin meningkat. Demikian pula
dengan shalat berjama‟ah apabila santri mampu melaksanakan shalat
berjama‟ah maka para santri akan mempunyai sikap sosial yang tinggi pula.
Berdasarkan hasil analisis hasil uji hipotesis di atas membuktikan
bahwa terdapat kontribusi negatif dan signifikan antara intensitas mengikuti
pengkajian tafsir dan shalat berjama‟ah terhadap sikap sosial.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian maka dapat ditarik kesimpulan sebagai
berikut.
1. Variasi tingkat intensitas mengikuti pengajian tafsir jalalain santri pada
pondok pesantren Edi Mancoro, Desa Gedangan, Kecamatan Tuntang,
Kabupaten Semarang tahun 2015 adalah sebagai berikut: kategori tinggi
36,7%, sedang 23,3% dan rendah 40%.
2. Variasi tingkat intensitas shalat berjama‟ah santri pada pondok pesantren
Edi Mancoro, Desa Gedangan, Kecamatan Tuntang, Kabubaten Semarang
tahun 2015 adalah sebagai berikut: kategori tinggi 10%, sedang 63,3%,
dan rendah 26,7%.
3. Variasi sikap sosial santri pada pondok pesantren Edi Mancoro, Desa
Gedangan, Kecamatan Tuntang, Kabubaten Semarang tahun 2015 adalah
sebagai berikut: kategori tinggi 20%, sedang 50%, dan rendah 30%.
4. Ada pengaruh positif antara intensitas mengikuti pengajian tafsir jalalain
terhadap sikap sosial santri di Pondok Pesantren Edi Mancoro, Desa
Gedangan, Kecamatan tuntang, Kabupaten Semarang, ditunjukkan dengan
nilai probabilitas sebesar 7,921 > 0,361.
5. Ada pengaruh positif antara intensitas shalat berjama‟ah terhadap sikap
sosial santri di Pondok Pesantren Edi Mancoro, Desa Gedangan,
Kecamatan tuntang, Kabupaten Semarang, ditunjukkan dengan nilai
probabilitas sebesar 0,924 > 0361.
6. Tidak ada pengaruh positif intensitas mengikuti pengajian tafsir jalalain
dan shalat berjama‟ah secara bersama-sama terhadap sikap sosial santri di
Pondok Pesantren Edi Mancoro Desa Gedangan, Kecamatan Tuntang,
Kabupaten Semarang, ditunjukkan dengan nilai probabilitas sebesar -0,098
< 0,361.
B. Saran
1. Bagi Pembuat Kebijakan
a. Dapat lebih memperhatikan faktor lainnya yang dapat
mempengaruhi sikap sosial santri, sebab dengan sikap sosial yang
baiklah akan tercipta bibit-bibit unggul yang dapat memajukan
pendidikan Islam. Santri merupakan pewaris para Ulama dan para
Kiai yang kelak akan menggantikan posisi mereka.
b. Dari beberapa faktor yang mempengaruhi sikap sosial, shalat
berjama‟ah dan intensitas mengikuti pengajian tafsir jalalain di
pondok pesantren sebaiknya menjadi salah satu hal yang harus
mendapatkan prioritas utama untuk meningkatkan kualitas sikap
sosial para santri di pondok pesantren.
2. Bagi Peneliti
Penelitian ini masih banyak kekurangan dan perlu diadakan
penyempurnaan untuk penelitian selanjutnya.
a. Bagi peneliti selanjutnya diharapkan penelitian ini menjadi acuan
dan dapat melengkapi bahan penelitian selanjutnya. Dimana
sebaiknya sampel yang dipakai hendaklah lebih diperluas lagi tidak
sebatas hanya di Pondok Pesantren Edi Mancoro saja.
b. Menambah variabel baru selain dari kedua variabel bebas di atas,
sehingga hasil yang dicapai dapat lebih akurat serta maksimal dari
penelitian ini.
DAFTAR PUSTAKA
Abdul Mustaqim, 2003. Madzahibut Tafsir. Yogyakarta: Nun Pustaka.
Abdurrahman, Maskuri. 2006. Kupas Tuntas Sholat. Bandung: Erlangga.
Abdullah,Taufik. 2003. Ensiklopedi Tematis Dunia Islam. Jakarta: PT Ictiar
Baru Van Haoeve.
Ahmadi, Abu. 1999. Psikologi Sosial. Jakarta: PT Rineka Cipta.
Amrullah, Abdul Malik. 1982. Tafsir Al-Azhar juz 1. Jakarta: Pustaka
Panjimas.
Al-Muqoddim, Muhammad bin Ahmad bin Ismail.2005. Mengapa Kita Harus
Shalat. Yogyakarta: Media Hidayah.
Arikunto, S. 2005. Manajement Penelitian, Cetakan Ke Tujuh. Jakarta Rineka Cipta.
2006. Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik. Edisi revisi. Jakarta: Rineka Cipta.
As-Sawwaf,Muhammad Mahmud. 2007. Menaggapai kesempurnaan shalat,Panduan lengkap Menggapai Fadhilah shalat kusu‟.Yogykarta: Diva Press.
Al-Qathani, Said bin Ali, Bin Wahf. 2006.Ensiklopedi Menurut Al-Qur’an
dan As-sunah.Jakarta: Pustaka Imam safi‟i.
Aly, Abdullah dan Samsul Hidayat. 1996. Al,ubudiyah. Surakarta : Pusat
Studi Islam dan Kemuhammadiyahan UMS
Daradjat, Zakiah. 1995. Remaja Harapan Dan Tantangan. Bandung: Remaja Rosda Karya.
Departemen Pendidikan Nasional. 2007. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta:
Balai Pustaka.
Dirjen Depag Ri. 2003. Pola Pengembangan Pondok Pesantren. Jakarta : Depag RI
Ditpekapontren Ditjen Kelembagaan Agama Islam Departemen Agama. 2003. Pola Pemberdayaan Masyarakat Melalui Pondok Pesantren, Jakarta: Direktorat Jendral Kelembagaan Agama Islam.
Hadi, sutrisno. 1981. Metodologi Research. Yogyakarta: Yayasan Penerbit Fakultas Psikologi Universitas Gajah Mada.
Haryoto, Sentot. 2003. psikologi shalat. Yogyakarta: Andi Offset
Ilahi, Fadhla. 2004a. Menggugat Kesunatan Shalat Berjamaah. Yogyakarta.
Pustaka Fahima
___________. 2004b Shalat Jamaah Dalam Tinjauan Nash dan Sirah Salafush
Shalih. Jakarta: Najla Press.
Jamil zainu Bin Muhammad. 1998. Jalan Golongan Yang Selamat. Jakarta:
Darul Haq
Poewardarminta, 2006. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.
Salamulloh, M. Alaika. 2008. Akhlak Hubungan Horizontal. Yogyakarta: Insan
Madani.
Sangkan, Abu. 2006. Pelatihan Shalat Khusu. Cetakan ke 8 Jakarta Selatan:
Shalat Center dan Baitul Ihsan.
Syarifuddin, Amir. 2003. Garis-Garis besar Fiqih. Cet. Bogor: Kencana.
Syani, Abdul. 2007. Sosiologi Skematika, Teori, dan Terapan. Jakarta: Bumi Angkasa
Sunarto, Ahmad. 2002. Pengajar Shalat. Surabaya: CV Adis.
Suryabrata, Sumadi. 2003. Metodologi Penelitian. PT Raja Grafindo Persada.
Walgito, Bimo. 1990. Psikologi Sosial. Yogyakarta: Andi Offset.
Wirawan, Sarlito. 1976. Pengantar umum psikologo. Jakarta: Bulan Bintang.
NO VARIABEL INDIKATOR BUTIR SOAL ANGKET
1 V 1
(intensitas
mengikuti
pengkajian
tafsir jalalain)
1. Mengikuti kajian tafsir jalalain
2. Datang tepat waktu saat
mengikuti kajian tafsir jalalain
3. Berkonstrasi dalam
mendengarkan dan apa yang
disampaikan kiai
4. Membuat catatan pada kitab
5. Membaca ulang apa yang
ditulis saat kajian ketika ada
waktu luang
1, 2,
3, 4,
5, 6,
7, 8,
9, 10
2 V 2
(intensitas
shalat
berjama‟ah)
1. Sigap dalam mempersiapkan
shalat jama‟ah
2. Melaksanakan shalat sunah
rawatib sebelum shalat jama‟ah
3. Meluruskan shaf ketika
melaksanakan shalat
berjama‟ah sesuai ketentuan
4. Aktif melaksanakan shalat
berjama‟ah
5. Berdzikir dan berdo‟a setelah
selesai shalat berjama‟ah
11, 12,
13,
14, 15,
16, 17, 18,
19, 20,
3 V 3 (sikap
sosial)
1. Ketika bertemu selalu
mengucapkan salam atau
menjawabnya.
2. Berusaha menjenguk jika ada
orang sakit.
3. Menyayangi sesama.
4. Rendah hati.
5. Selalu berprasangka baik.
21, 22,
23,
24,
25, 26, 27,
28,
30,
6. Menghormati yang lebih tua
dan menyayangi yang lebih
muda.
7. Berusaha memaafkan
kesalahan sesama.
29,
ANGKET PENELITIAN
Biodata responden
Nama :
Tampat tanggal lahir :
Jenis kelamin :
Petunjuk pengisian
1. Sebelum mengisi angket ini isi biodata saudara terlebih dahulu
2. Jawablah pertanyaan yang tersedia dengan cara memberi tanda silang (X) pada
jawaban yang tepat menurut saudara.
3. Telitilah dahulu jawaban saudara sebelum dikumpulkan.
4. Pahamilah dahulu pertanyaan sebelum anda menjawab.
5. Jawaban yang anda berikan akan kami rahasiakan. Oleh karena itu jawaban yang
baik obyektif sangat kami harapkan dan sumbangan yang sangat berharga demi
keberhasilan penelitian
Variabel Tentang Intensitas Mengikuti Kajian Tafsir Jalalain
1. Bagaimana keaktifan saudara dalam mengikuti kajian tafsir jalalain yang di
laksanakan dipondok ?
a. Selalu
b. Kadang-kadang
c. Tidak pernah
2. Apakah saudara mengikuti kajian tafsir jalalain hingga selesai ?
a. Selalu
b. Kadang-kadang
c. Tidak pernah
3. Jika pada suatu ketika saudara berhalangan ikut kajian tafsir jalalain, apakah
saudara berusaha belajar dari teman yang datang ?
a. Selalu
b. Kadang-kadang
c. Tidak pernah
4. Saat kajian tafsir jalalain akan dimulai, apakah saudara datang tepat waktu ?
a. Selalu
b. Kadang-kadang
c. Tidak pernah
5. Jika ada yang belum tentang tafsir jalalain apakah saudara menyempatkan
waktu untuk bertanya?
a. Selalu
b. Kadang-kadang
c. Tidak pernah
6. Saat kajian tafsir jalalain berlangsung, apakah saudara berkonsentrasi dalam
memahami apa yang disampaikan oleh kiai ?
a. Selalu
b. Kadang-kadang
c. Tidak pernah
7. Ketika pengajian berlangsung dan pada saat itu pak kiai memberikan sebuah
penekanan, apakah saudara mencatatnya ?
a. Selalu
b. Kadang-kadang
c. Tidak pernah
8. Pada saat kajian apakah saudara menyediakan catatan khusus ?
a. Selalu
b. Kadang-kadang
c. Tidak pernah
9. Adakah anda selalu menyempatkan membaca ulang apa yang anda tulis dari
kajian tafsir jalalain?
a. Selalu
b. Kadang-kadang
c. Tidak pernah
10. Suatu ketika saudara tidak bisa ikut kajian karena ada kegiatan kampus/sekolah,
apakah saudara ingin melengkapi catatan kitab dari teman saudara ?
a. Selalu
b. Kadang-kadang
c. Tidak pernah
Variabel Tentang Intensitas Melaksanakan Shalat Berjama’ah
11. Ketika mendengar suara adzan, apakah saudara bersigap untuk mengambil air
wudlu ?
a. Selalu
b. Kadang-kadang
c. Tidak pernah
12. Saat waktu shalat tiba, apakah saudara bersigap dalam mempersiapkan shalat
berjama’ah?
a. Selalu
b. Kadang-kadang
c. Tidak pernah
13. Sebelum melakukan shalat berjama’ah, apakah saudara melaksanakan shalat
sunah rawatib ?
a. Selalu
b. Kadang-kadang
c. Tidak pernah
14. Apakah saudara memilih shaf depan ketika melaksanakan shalat berjama’ah ?
a. Selalu
b. Kadang-kadang
c. Tidak pernah
15. Ketika melihat shaf depan kosong, apakah saudara mengisi shaf yang kosong
tersebut ?
a. Selalu
b. Kadang-kadang
c. Tidak pernah
16. Apakah saudara aktif dalam melaksanakan shalat berjama’ah di pondok ?
a. Selalu
b. Kadang-kadang
c. Tidak pernah
17. Saat liburan dirumah apakah saudara tetap melaksanakan shalat berjama’ah ?
a. Selalu
b. Kadang-kadang
c. Tidak pernah
18. Ketika hujan tiba, apakah saudara tetap juga melaksanakan shalat berjama’ah ?
a. Selalu
b. Kadang-kadang
c. Tidak pernah
19. Setelah selesai melaksanakan shalat jama’ah, apakah saudara berdo’a ?
a. Selalu
b. Kadang-kadang
c. Tidak pernah
20. Apakah saudara membaca dzikir/“wiridan”, setelah selesai melaksanakan shalat
jama’ah ?
a. Selalu
b. kadang-kadang
c. Tidak pernah
Variabel Tentang Sikap Sosial
21. Jika bertemu teman atau kerabat, apakah saudara mengucapkan salam ?
a. Selalu
b. Kadang-kadang
c. Tidak pernah
22. Jika ada teman atau kerabat yang menucapkan salam apakah saudara
menjawabnya ?
a. Selalu
b. Kadang-kadang
c. Tidak pernah
23. Apabila ada teman atau kerabat yang sedang sakit, apakah saudara
menjenguknya ?
a. Selalu
b. Kadang-kadang
c. Tidak pernah
24. Jika ada teman meminta pertolongan kepada saudara, apakah saudara
menolongnya ?
a. Selalu
b. Tidak pernah
c. Tidak pernah
25. Ketika ada santri yang berselisih, apakah saudara mendamaikannya?
a. Selalu
b. Kadang-kadang
c. Tidak pernah
26. Ketika dalam sebuah rapat di pondok, pada saat itu saudara ingin keluar, apakah
saudara meminta ijin keluar pada teman-teman yang sedang rapat ?
a. Selalu
b. Kadang-kadang
c. Tidak pernah
27. Ketika ada teman-teman santri sedang menjelek-jelekan saudara, apakah
saudara selalu berprasangka baik terhadapnya ?
a. Selalu
b. Kadang-kadang
c. Tidak pernah
28. Jika mendapatkan cobaan dari Allah SWT, apakah saudara selalu bersabar ?
a. Selalu
b. Kadang-kadang
c. Tidak pernah
29. Ketika ada santri yang berbuat salah terhadap saudara, apakah saudara
memaafkan ?
a. Selalu
b. Kadang-kadang
c. Tidak pernah
30. Ketika ada anak kecil yang minta sesuatu kepada saudara, apakah saudara
memberikan jika memungkinkan ?
a. Selalu
b. Kadang-kadang
c. Tidak pernah
OUTPUT DATA HASIL OLAH DATA PENELITIAN REGRESSION /MISSING LISTWISE /STATISTICS COEFF OUTS R ANOVA CHANGE /CRITERIA=PIN(.05) POUT(.10) /NOORIGIN /DEPENDENT sosial /METHOD=ENTER tafsir shalat /SCATTERPLOT=(sosial ,*ADJPRED)
/RESIDUALS DURBIN HIST(ZRESID).
Regression
Notes
Output Created 11-Apr-2015 15:11:14
Comments
Input Active Dataset DataSet0
Filter <none>
Weight <none>
Split File <none>
N of Rows in Working Data File 30
Missing Value Handling Definition of Missing User-defined missing values are treated
as missing.
Cases Used Statistics are based on cases with no
missing values for any variable used.
Syntax REGRESSION
/MISSING LISTWISE
/STATISTICS COEFF OUTS R ANOVA
CHANGE
/CRITERIA=PIN(.05) POUT(.10)
/NOORIGIN
/DEPENDENT sosial
/METHOD=ENTER tafsir shalat
/SCATTERPLOT=(sosial ,*ADJPRED)
/RESIDUALS DURBIN HIST(ZRESID).
Resources Processor Time 00:00:00.827
Elapsed Time 00:00:00.761
Memory Required 1636 bytes
Notes
Output Created 11-Apr-2015 15:11:14
Comments
Input Active Dataset DataSet0
Filter <none>
Weight <none>
Split File <none>
N of Rows in Working Data File 30
Missing Value Handling Definition of Missing User-defined missing values are treated
as missing.
Cases Used Statistics are based on cases with no
missing values for any variable used.
Syntax REGRESSION
/MISSING LISTWISE
/STATISTICS COEFF OUTS R ANOVA
CHANGE
/CRITERIA=PIN(.05) POUT(.10)
/NOORIGIN
/DEPENDENT sosial
/METHOD=ENTER tafsir shalat
/SCATTERPLOT=(sosial ,*ADJPRED)
/RESIDUALS DURBIN HIST(ZRESID).
Resources Processor Time 00:00:00.827
Elapsed Time 00:00:00.761
Memory Required 1636 bytes
Additional Memory Required
for Residual Plots 576 bytes
[DataSet0]
Variables Entered/Removedb
Model Variables Entered
Variables
Removed Method
1 shalat, tafsira . Enter
a. All requested variables entered.
Variables Entered/Removedb
Model Variables Entered
Variables
Removed Method
1 shalat, tafsira . Enter
b. Dependent Variable: sosial
Model Summaryb
Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate
Change Statistics Durbin-
Watson R Square Change F Change df1 df2 Sig. F Change
1 .868a .754 .736 .88507 .754 41.393 2 27 .000 1.586
a. Predictors: (Constant), shalat, tafsir
b. Dependent Variable: sosial
ANOVAb
Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.
1 Regression 64.850 2 32.425 41.393 .000a
Residual 21.150 27 .783
Total 86.000 29
a. Predictors: (Constant), shalat, tafsir
b. Dependent Variable: sosial
Coefficientsa
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized
Coefficients
t Sig. B Std. Error Beta
1 (Constant) 2.174 2.763 .787 .438
tafsir .801 .104 .811 7.738 .000
shalat .092 .079 .121 1.158 .257
a. Dependent Variable: sosial
Residuals Statisticsa
Minimum Maximum Mean Std. Deviation N
Predicted Value 24.4021 28.9577 27.0000 1.49539 30
Std. Predicted Value -1.737 1.309 .000 1.000 30
Standard Error of Predicted
Value .166 .417 .272 .066 30
Adjusted Predicted Value 24.2917 28.9456 26.9846 1.50202 30
Residual -1.89705 1.59246 .00000 .85400 30
Std. Residual -2.143 1.799 .000 .965 30
Stud. Residual -2.182 1.890 .008 1.008 30
Deleted Residual -1.96602 1.75664 .01538 .93384 30
Stud. Deleted Residual -2.359 1.991 .002 1.047 30
Mahal. Distance .051 5.483 1.933 1.437 30
Cook's Distance .000 .160 .031 .042 30
Centered Leverage Value .002 .189 .067 .050 30
a. Dependent Variable: sosial
Charts