pengaruh inflasi, tingkat suku bunga · pdf filepengalaman bekerja x magang/kkn selama 1 bulan...
TRANSCRIPT
PENGARUH INFLASI, TINGKAT SUKU BUNGA DEPOSITO,
DAN JUMLAH BAGI HASIL DEPOSITO TERHADAP
JUMLAH DEPOSITO MUDHARABAH (STUDI KASUS PT BANK SYARIAH MANDIRI TAHUN 2008-2012)
Oleh
Bayu Ayom Gumelar
NIM: 109081000016
JURUSAN MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1434 H/2013 M
i
ii
iii
iv
v
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
(Curriculum Vitae)
Data Pribadi
Nama lengkap : Bayu Ayom Gumelar
Panggilan : Bayu
Tempat&tanggal lahir : Jakarta, 15 Juni 1991
Jenis Kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Alamat : Jalan Pulau Irian Jaya Raya RT.009 RW.018
Koperpu 7 No. 65 Kelurahan Aren Jaya Kecamatan
Bekasi Timur, Kota Bekasi 17111
Telepon : 085691784791
Email : [email protected]
Pendidikan Formal
2009 – 2013 : Program Sarjana (S-1) Jurusan Manajemen Fakultas
Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta
2006 – 2009 : SMA PGRI 1 Bekasi
2003 – 2006 : SMP Negeri 11 Bekasi
1997 – 2003 : SD Negeri Aren Jaya 10 Bekasi
1996 – 1997 : TK Insan Permata Al-Falah Bekasi
Pendidikan Informal
Seminar-seminar
Kursus Bahasa Inggris di Intensive English Course (IEC) Bekasi
Pengalaman Organisasi
1. Anggota Panitia Acara Seminar CAFTA BEMJ Manajemen Fakultas
Ekonomi dan Bisnis UIN Jakarta tahun 2011
2. Anggota OSIS Sek.Bid. Ketuhanan Yang Maha Esa SMA PGRI 1 Bekasi
3. Anggota Pramuka SD Negeri Aren Jaya 10 Bekasi
vi
Pengalaman Bekerja
Magang/KKN selama 1 bulan di UMKM Family Company Pabrik Tahu
Pondok Cabe, Tangerang Selatan tahun 2012
Keahlian
Komputer : Microsoft Office (Word, Excel, Power Point),
Internet
Olahraga : Futsal, Badminton
vii
ABSTRACT
The purpose of this study was to analyze the effect of inflation, the deposit
interest rate, and the amount of profit sharing mudaraba deposits to total deposits
at Bank Syariah Mandiri (BSM). The data used in this study are monthly data
from January 2008 to December 2012 taken from various sources. This study uses
multiple linear regression analysis using the computer program SPSS version
19.0 and Microsoft Excel 2007.
The results showed that together (simultaneously) the independent
variables (inflation, interest rates of deposits, and the amount for the deposit)
would significantly affect the number of mudaraba deposits. Sig. < α (0,000 <
0,05) and Fcount > Ftable (43,313 > 2,758). Individual (partial) variable inflation
has a negative impact to the amount of mudaraba deposits as indicated by the sig.
< α (0,003 < 0,05) and t count < t table (-3,163 < -1,671). The deposit interest
rate variables have a negative impact to the number of mudaraba deposits, as
indicated by the sig. < α (0,000 < 0,05) and t count < t table (-6,522 < -1,671)
this is because the customers of Islamic banks also saw interest rates on bank
deposits that are considered to be more profitable if the conventional of the
results given the Islamic bank customers switch to save their money. While the
number of variables for the deposits has a positive impact to the number of
mudaraba deposits, as indicated by the sig. < α (0,000 < 0,05) and t count > t
table (4,802 > 1,671) this is because if the raised fund is bigger, then the result
will also be advantageous.
Keywords: Inflation, Interest Rate Deposit, Deposit Total Revenue, and Total
Deposits Mudaraba
viii
ABSTRAK
Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis pengaruh inflasi, tingkat
suku bunga deposito, dan jumlah bagi hasil deposito terhadap jumlah deposito
mudharabah pada Bank Syariah Mandiri (BSM). Data yang digunakan pada
penelitian ini adalah data bulanan dari Januari 2008 sampai Desember 2012 yang
diambil dari berbagai sumber. Penelitian ini menggunakan metode analisis regresi
linier berganda dengan menggunakan program komputer SPSS versi 19.0 dan
Microsoft Excel 2007.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara bersama-sama (simultan)
variabel independen (inflasi, tingkat suku bunga deposito, dan jumlah bagi hasil
deposito) signifikan berpengaruh terhadap jumlah deposito mudharabah. Nilai
sig. < α (0,000 < 0,05) dan Fhitung > Ftabel (43,313 > 2,758). Secara individu
(parsial) variabel inflasi mempunyai pengaruh yang negatif terhadap jumlah
deposito mudharabah yang ditunjukkan dengan nilai sig. < α (0,003 < 0,05) dan t
hitung < t tabel (-3,163 < -1,671). Variabel tingkat suku bunga deposito
mempunyai pengaruh yang negatif terhadap jumlah deposito mudharabah, yang
ditunjukkan dengan nilai sig. < α (0,000 < 0,05 dan t hitung < t tabel (-6,522 < -
1,671) ini disebabkan karena nasabah bank syariah juga melihat suku bunga
deposito yang terdapat di bank konvensional jika diasumsikan lebih
menguntungkan dari bagi hasil yang diberikan bank syariah maka nasabah beralih
untuk menyimpan dananya. Sedangkan variabel jumlah bagi hasil deposito
mempunyai pengaruh yang positif terhadap jumlah deposito mudharabah, yang
ditunjukkan dengan nilai sig. < α (0,000 < 0,05) dan t hitung > t tabel (4,802 >
1,671) hal ini disebabkan karena jika dana yang dihimpun semakin besar maka
bagi hasil juga akan lebih menguntungkan.
Kata kunci : Inflasi, Tingkat Suku Bunga Deposito, Jumlah Bagi Hasil
Deposito, dan Jumlah Deposito Mudharabah
ix
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT sang maha
pencipta, sang maha agung, sumber segala kebenaran, dan sang maha segala-
gala-Nya diatas segalanya yang memberikan rahmat dan hidayah-Nya kepada
semua makhluk ciptaan-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
Solawat serta salam selalu tercurah kepada junjungan Nabi Muhammad
SAW sebagai nabi terakhir yang telah membawa kita sebagai umatnya dari
zaman yang penuh dengan kebodohan kepada zaman yang terang benderang
ini. Tidak lupa salam juga tertuju untuk keluarganya dan para pengikutnya
hingga akhir zaman nanti.
Tujuan penulisan skripsi ini yang berjudul “Pengaruh Inflasi, Tingkat
Suku Bunga Deposito, dan Jumlah Bagi Hasil Deposito Terhadap Jumlah
Deposito Mudharabah (Studi Kasus PT Bank Syariah Mandiri Tahun 2008-
2012)” dengan tujuan sebagai syarat meraih gelar Sarjana Ekonomi pada
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah
Jakarta. Selama proses penyelesaian skripsi ini, penulis menemukan banyak
kendala. Namun, berkat izin-Nya lah skripsi ini dapat selesai sesuai dengan
harapan penulis.
Pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada
pihak-pihak yang telah membantu dan memberikan dukungan hingga skripsi
ini selesai dengan baik, antara lain:
1. Kedua Orang Tua Saya Ayah Purwoyo S.Sos dan Mami Sarwati yang
selalu memberikan dukungan baik moril dan materil, memberikan kasih
sayang dan bimbingan untuk anaknya, selalu mendoakan anaknya dengan
penuh rasa ikhlas. Bayu akan menjadi anak yang dapat membanggakan
Ayah dan Mami, seperti apa yang Ayah dan Mami cita-citakan Amin..
2. Seluruh keluarga ku tercinta, kakakku Anggraeni Puspitasari, dan adikku
Adera Sembodo Titis, dan Lek Ambari terima kasih atas perhatian, kasih
x
sayang, motivasi dan dukungannya baik doa, moril maupun materil.
Semoga kebaikan semuanya mendapat balasan dari Allah SWT.
3. Bapak Prof. Dr. Abdul Hamid, MS selaku dosen pembimbing I dan Bapak
M. Arief Mufraini, Lc., M.Si selaku dosen pembimbing II, yang telah
meluangkan waktunya dengan penuh kesabaran untuk memberikan
bimbingan dan pengarahan dalam menyelesaikan skripsi ini.
4. Bapak Prof. Dr. Abdul Hamid, MS selaku Dekan FEB, Ibu Leis
Suzanawaty, SE., M.Si selaku Pudek I FEB, Ibu Yulianti, SE., M.Si selaku
Pudek II FEB, dan Bapak Herni Ali HT, SE., MM selaku Pudek III FEB,
yang telah memberikan jalan bagi penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
5. Bapak Herni Ali HT, SE., MM, selaku Pembimbing Akademik.
6. Bapak Dr. Ahmad Dumyathi B, MA selaku Ketua Jurusan Manajemen dan
Ibu Titi Dewi Warninda, SE., M.Si selaku Sekretaris Jurusan Manajemen.
7. Seluruh Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis, terima kasih atas curahan
ilmu yang Bapak dan Ibu berikan kepada kami.
8. Seluruh jajaran karyawan Fakultas Ekonomi dan Bisnis, atas kerja
kerasnya melayani mahasiswa dengan baik dan meningkatkan citra
Fakultas Ekonomi dan Bisnis khususnya Pak Heri, Pak Ismet, Bu Siska,
Bu Ani, Bu Umi, Pak Rahmat, Pak Bambang, dan Pak Sofyan.
9. Terima Kasih kepada Fitria Saraswati yang selalu memberikan kasih
sayang dan perhatian serta dukungannya untukku agar dapat
menyelesaikan skripsi ini.
10. Teman-teman kostan “Istana 52”.
11. Teman-teman Manajemen A Angkatan 2009 FEB UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta.
12. Teman-teman Manajemen Perbankan yang selalu memberi dukungan satu
sama lain agar dapat menyelesaikan skripsi tepat pada waktunya.
13. Teman-teman seperjuangan dalam menyusun skripsi, Risky Indrawan dan
Reza Gandana Putra.
Penulis menyadari bahwa hasil penelitian ini memiliki banyak
kekurangan. Dengan segenap kerendahan hati penulis mengharapkan saran,
xi
arahan maupun kritikan yang konstruktif demi penyempurnaan hasil penelitian
ini. Akhirnya hanya kepada Allah SWT semua ini penulis serahkan, karena
hanya dengan ridha-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Semoga
penulisan skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak khususnya bagi
penulis sendiri.
Jakarta, Juni 2013
Penulis
(Bayu Ayom Gumelar)
xii
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI .............................................................i
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF ...............................ii
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI ................................................iii
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH ........................iv
DAFTAR RIWAYAT HIDUP .........................................................................v
ABSTRACT ........................................................................................................vii
ABSTRAK .........................................................................................................viii
KATA PENGANTAR .......................................................................................ix
DAFTAR ISI ......................................................................................................xii
DAFTAR TABEL .............................................................................................xiv
DAFTAR GAMBAR .........................................................................................xv
DAFTAR LAMPIRAN .....................................................................................xvi
BAB. I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Penelitian ..................................................................... 1
B. Perumusan Masalah ..............................................................................14
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian .............................................................14
1. Tujuan Penelitian ..............................................................................14
2. Manfaat Penelitian ............................................................................15
BAB. II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Landasan Teori .....................................................................................17
1. Permodalan Bank ..............................................................................17
2. Permodalan Bank Syariah .................................................................20
a. Rukun Mudharabah ......................................................................23
b. Bentuk-bentuk Mudharabah ........................................................25
c. Penerapan Mudharabah dalam Perbankan Syariah ......................27
d. Manfaat Mudharabah ...................................................................28
e. Risiko Mudharabah ......................................................................29
f. Kontrak Berlakunya Mudharabah ................................................31
3. Inflasi ................................................................................................32
4. Suku Bunga .......................................................................................37
5. Bagi Hasil..........................................................................................38
6. Deposito Mudharabah ......................................................................39
B. Keterkaitan antar Variabel Bebas dengan Variabel Terikat..................42
C. Penelitian Sebelumnya ..........................................................................44
D. Kerangka Berpikir.................................................................................47
E. Hipotesis ................................................................................................48
BAB. III. METODOLOGI PENELITIAN
A. Ruang Lingkup Penelitian ....................................................................51
B. Metode Penentuan Sampel ....................................................................51
C. Metode Pengumpulan Data ...................................................................52
1. Data Sekunder ...................................................................................52
2. Studi Kepustakaan ............................................................................53
xiii
3. Pengamatan Langsung ......................................................................53
D. Metode Analisis Data............................................................................53
1. Statistik Deskriptif ............................................................................54
2. Analisis Regresi Berganda ................................................................54
3. Pengujian Asumsi Klasik ..................................................................56
a. Uji Normalitas ..............................................................................57
b. Uji Multikolinieritas .....................................................................58
c. Uji Heteroskedastisitas .................................................................59
d. Uji Otokorelasi .............................................................................60
4. Pengujian Hipotesis ..........................................................................61
a. Uji F ..............................................................................................61
b. Uji t ...............................................................................................62
c. Uji Koefisien Determinasi ............................................................63
E. Operasional Variabel Penelitian ............................................................64
BAB. IV. ANALISIS DAN PEMBAHASAN
A. Sekilas Gambaran Umum Objek Penelitian .........................................67
1. Visi dan Misi Bank Syariah Mandiri ................................................69
2. Struktur Organisasi ...........................................................................70
3. Produk-produk Bank Syariah Mandiri ..............................................70
a. Produk-produk Pembiayaan ..........................................................70
b. Produk-produk Pendanaan ............................................................73
c. Produk-produk Jasa ......................................................................75
B. Analisis dan Pembahasan ......................................................................77
1. Analisis Deskriptif ............................................................................77
2. Pengujian Asumsi Klasik ..................................................................84
a. Uji Normalitas ..............................................................................84
b. Uji Multikolinieritas .....................................................................87
c. Uji Heteroskedastisitas .................................................................88
d. Uji Otokorelasi .............................................................................90
3. Pengujian Hipotesis dan Analisis......................................................91
a. Uji F ..............................................................................................91
b. Uji t ...............................................................................................92
c. Uji Koefisien Determinasi ............................................................98
BAB. V. KESIMPULAN DAN IMPLIKASI
A. Kesimpulan ...........................................................................................100
B. Implikasi................................................................................................101
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................103
LAMPIRAN .......................................................................................................108
xiv
DAFTAR TABEL
No. Keterangan Halaman
1.1 Urutan Negara Berdasarkan Aset Syariah .............................................. 5
1.2 Perkembangan Kelembagaan dan Kinerja Perbankan Syariah ............... 7
1.3 Perkembangan Deposito Mudharabah Pada BSM ................................. 9
2.1 Perbedaan Antara Bagi Hasil dan Bunga ............................................... 38
2.2 Perhitungan Bagi Hasil ........................................................................... 39
2.3 Penelitian Sebelumnya............................................................................ 44
4.1 Jumlah Deposito Mudharabah ............................................................... 77
4.2 Tingkat Inflasi di Indonesia .................................................................... 79
4.3 Tingkat Suku Bunga Deposito ............................................................... 81
4.4 Jumlah Bagi Hasil Deposito ................................................................... 83
4.5 Uji Kolmogorov-Smirnov ....................................................................... 86
4.6 Uji Multikolinieritas dengan Nilai Tol dan Vif ...................................... 87
4.7 Uji Heteroskedastisitas Metode Rank Spearman .................................... 89
4.8 Uji D & W .............................................................................................. 91
4.9 Uji F ........................................................................................................ 92
4.10 Uji t ......................................................................................................... 93
4.11 Uji Adjusted R Square ............................................................................ 99
xv
DAFTAR GAMBAR
No. Keterangan Halaman
1.1 Perkembangan DPK Perbankan Syariah 2012 ....................................... 6
2.1 Kerangka Berpikir .................................................................................. 48
3.1 Model Piktografis Regresi Berganda ...................................................... 55
4.1 Bagan Struktur Organisasi Pada Bank Syariah Mandiri......................... 70
4.2 Jumlah Deposito Mudharabah ............................................................... 78
4.3 Tingkat Inflasi di Indonesia .................................................................... 80
4.4 Tingkat Suku Bunga Deposito ................................................................ 82
4.5 Jumlah Bagi Hasil Deposito ................................................................... 84
4.6 Histogram ............................................................................................... 85
4.7 Grafik P-P Plot ........................................................................................ 86
4.8 Scatterplot ............................................................................................... 88
xvi
DAFTAR LAMPIRAN
No. Keterangan Halaman
1 Data-data Variabel Penelitian dari Tahun 2008-2012 ............................ 108
2 Tabel Model Summary, Anova, dan Coefficients .................................. 110
3 Uji Normalitas ........................................................................................ 111
4 Uji Multikolinieritas dan Otokorelasi ..................................................... 112
5 Uji Heteroskedastisitas ........................................................................... 113
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Penelitian
Peran bank sangat besar dalam mendorong pertumbuhan ekonomi suatu
negara. Semua sektor usaha baik sektor industri, perdagangan, pertanian,
perkebunan, jasa, perumahan, dan lainnya sangat membutuhkan bank sebagai
mitra dalam mengembangkan usahanya (Ismail, 2011:12).
Tidaklah mengherankan apabila pemerintah dalam suatu negara terus
menerus melakukan upaya peningkatan pertumbuhan ekonomi melalui
perbaikan dan peningkatan kinerja bank sebagai lembaga keuangan dan
lokomotif pembangunan ekonomi. Lembaga keuangan bank yang mempunyai
peranan yang strategis dalam membangun suatu perekonomian negara
(Muhammad, 2005:1).
Pengertian bank itu sendiri menurut Undang-Undang Nomor 10 Tahun
1998 adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam
bentuk simpanan dan menyalurkannya ke masyarakat dalam bentuk kredit dan
atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat
banyak (Direktorat Hukum Bank Indonesia :2009).
Islam memandang bahwa bumi dan segala isinya merupakan amanah
dari Allah SWT kepada manusia sebagai khalifah di muka bumi ini, untuk
dipergunakan sebesar-besarnya bagi kesejahteraan umat manusia. Untuk
mencapai tujuan yang suci ini Allah SWT tidak meninggalkan manusia
2
sendirian tetapi diberikan-Nyalah petunjuk melalui Rasul-Nya. Dalam petunjuk
ini, Allah SWT memberikan segala sesuatu yang dibutuhkan manusia, baik
akidah, akhlak, maupun syariah. Dua komponen yang pertama akidah dan
akhlak sifatnya konstan dan tidak mengalami perubahan dengan berbedanya
waktu dan tempat. Adapun komponen yang terakhir “syariah” senantiasa
berubah sesuai kebutuhan dan taraf peradaban umat, dimana seorang rasul
diutus. Kenyataan ini diungkapkan oleh Rasulullah SAW dalam suatu hadis
yang artinya: “Saya dan Rasul-rasul yang lain tak ubahnya bagaikan saudara
sepupu, syariat mereka banyak tetapi agama (akidah) nya satu (yaitu
mentauhidkan Allah).”
Melihat kenyataan ini, Syariah Islam sebagai suatu syariat yang dibawa
oleh Rasul terakhir mempunyai keunikan tersendiri, ia bukan saja
komprehensif, tetapi juga universal. Sifat-sifat istimewa ini mutlak diperlukan
sebab tidak akan ada syariat lain yang datang untuk menyempurnakannya
(Veithzal Rivai dkk, 2007:732).
Adanya perubahan regulasi tentang perbankan merupakan momen
strategis bagi umat Islam Indonesia untuk mendirikan lembaga keuangan yang
berbasis nilai-nilai syariah (Islam) selanjutnya dikenal dengan sebutan bank
syariah. Melalui kelompok cendikiawan muslim yang memiliki komitmen
untuk mengembangkan lembaga-lembaga keuangan Islam.
Dalam Undang-Undang No.7 Tahun 1992, bank syariah diposisikan
sebagai bank umum (commercial bank) atau Bank Perkreditan Rakyat (BPRS)
(rural bank). Dalam pasal 6 Undang-Undang No. 10 Tahun 1998 yang
3
merupakan perubahan dari Undang-Undang No. 7 Tahun 1992 dipertegas
bahwa: pertama, bank umum adalah bank yang melaksanakan kegiatan usaha
secara konvensional dan atau berdasarkan prinsip syariah yang dalam kegiatan
usahanya memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran. Kedua, bank
perkreditan rakyat adalah bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara
konvensional atau berdasarkan prinsip syariah yang dalam kegiatannya tidak
memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran (UU No. 10/1998, 9-10).
Dengan adanya landasan yuridis, maka keberadaan bank syariah
mendapat pijakan yang kokoh untuk beroperasi sekaligus menandai adanya
fenomena baru di dunia perbankan di tanah air. Pemberlakuan UU No. 10
Tahun 1998 tentang perubahan UU No. 7 Tahun 1992 tentang perbankan telah
memberikan kesempatan luas untuk pengembangan jaringan perbankan
syariah. Selain itu, UU No. 23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia telah
menugaskan kepada (BI) mempersiapkan perangkat aturan dan fasilitas-
fasilitas penunjang lainnya yang mendukung kelancaran operasionalisasi bank
berbasis syariah serta penerapan dual banking system (Muhammad, 2005:3).
Sejak tahun 1992, Indonesia memperkenalkan dual banking system
(sistem perbankan ganda), yaitu suatu sistem ketika bank konvensional dan
bank syariah diizinkan beroperasi berdampingan. Pada tahun yang sama,
berdiri bank syariah pertama, yaitu Bank Muamalat Indonesia (BMI). Namun
demikian, sistem perbankan ganda baru benar-benar diterapkan sejak 1998
pada saat dikeluarkannya perubahan Undang-Undang Perbankan dengan UU
No. 10/1998. Undang-Undang ini selain memberikan kesempatan bagi investor
4
untuk mendirikan bank syariah baru maupun membuka unit usaha syariah bagi
bank konvensional. Pemerintah dan Bank Indonesia memberikan komitmen
besar dan menempuh berbagai kebijakan untuk mengembangkan bank syariah.
Bank syariah adalah bank yang melaksanakan kegiatan usaha
berdasarkan prinsip syariah, yaitu aturan perjanjian berdasarkan hukum Islam
antara bank dan pihak lain untuk penyimpanan dana atau pembiayaan kegiatan
usaha, atau kegiatan lainnya yang dinyatakan sesuai dengan syariah. Bank
Syariah, atau yang biasa disebut Islamic Banking di Negara lain, berbeda
dengan bank konvensional. Perbedaan utamanya terletak pada landasan operasi
yang digunakan. Bank konvensional beroperasi berlandaskan bunga, bank
syariah beroperasi berlandaskan bagi hasil, ditambah dengan jual beli dan sewa
(Veithzal Rivai dkk, 2007:733).
Peningkatan peranan industri keuangan syariah Indonesia menuju
global player juga terlihat meningkatnya ranking total aset keuangan syariah
dari urutan ke-17 pada tahun 2009 menjadi urutan ke-13 pada tahun 2010
dengan nilai aset sebesar US$ 7,2 miliar (Tabel 1.1). Dengan melihat
perkembangan pesat keuangan syariah, terutama perbankan syariah dan
penerbitan sukuk, total aset keuangan syariah Indonesia pada tahun 2011
diyakini telah melebihi US$ 20 miliar sehingga rankingnya akan meningkat
signifikan (www.bi.go.id).
5
Tabel 1.1
Urutan Negara Berdasarkan Aset Syariah (dalam US$)
Sumber: Maris Strategies & the Banker,2010
Sejalan dengan perkiraan pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun 2012
dan kinerja perbankan nasional yang masih cukup kuat untuk menahan
pengaruh tekanan krisis keuangan global, perbankan syariah tahun 2012 juga
diperkirakan masih tumbuh (Gambar 1.1). Sementara pertumbuhan tahunan
dana pihak ketiga di akhir tahun 2011 diperkirakan antara 40%-50%,
sedangkan untuk tahun 2012 pertumbuhan optimis dana pihak ketiga
diperkirakan mencapai Rp 182 triliun, pertumbuhan pesimis hanya Rp 157
triliun dan pertumbuhan moderat diperkirakan tercapai sebesar Rp 165 triliun
(outlook Perbankan Syariah 2012).
Ranking
(2009) Negara
Aset Syariah
Miliar US$
Ranking
(2010) Negara
Aset Syariah
Miliar US$
1 Iran 293.165.8 1 Iran 314.897.4
2 Saudi Arabia 127.896.1 2 Saudi Arabia 138.238.5
3 Malaysia 86.288.2 3 Malaysia 102.639.4
4 UEA 84.036.5 4 UEA 85.622.6
5 Kuwait 67.630.2 5 Kuwait 69.088.8
6 Bahrain 46.159.4 6 Bahrain 44.858.3
7 Qatar 27.515.4 7 Qatar 34.676.0
8 UK 19.410.5 8 Turkey 22.561.3
9 Turkey 17.827.5 9 UK 18.949.0
10 Bangladesh 7.453.3 10 Bangladesh 9.365.5
11 Sudan 7.151.1 11 Sudan 9.259.8
12 Egypt 6.299.7 12 Egypt 7.227.7
13 Pakistan 5.126.1 13 Indonesia 7.222.2
14 Jordan 4.621.6 14 Pakistan 6.203.1
15 Syria 3.838.8 15 Syria 5.527.7
16 Iraq 3.815 16 Jordan 5.042.4
17 Indonesia 3.388.2 17 Brunei 3.314.7
6
Gambar 1.1
Perkembangan DPK Perbankan Syariah 2012 (dalam triliun rupiah)
Sumber: Outlook Perbankan Syariah 2012, data diolah
Sampai dengan bulan Februari 2012, industri perbankan syariah telah
mempunyai jaringan sebanyak 11 Bank Umum Syariah (BUS), 24 Unit Usaha
Syariah (UUS), dan 155 BPRS, dengan total jaringan kantor mencapai 2.380
kantor yang tersebar di hampir seluruh penjuru nusantara (Tabel 1.2). Total
aset perbankan syariah mencapai Rp 149,3 triliun (BUS & UUS Rp 145,6
triliun dan BPRS Rp 3,7 triliun) atau tumbuh sebesar 51,1% (yoy) dari posisi
tahun sebelumnya. Industri perbankan syariah mampu menunjukkan akselerasi
pertumbuhan yang tinggi dengan rata-rata sebesar 40,2% pertahun dalam lima
tahun terakhir (2007-2011), sementara rata-rata pertumbuhan perbankan
nasional hanya sebesar 16,7% pertahun. Oleh karena itu, industri perbankan
syariah dijuluki sebagai ‘the fastest growing industry’ (www.bi.go.id).
Akselerasi pertumbuhan perbankan syariah yang jauh lebih tinggi dari
pertumbuhan perbankan nasional berhasil meningkatkan porsi perbankan
140,000,000,000,000
150,000,000,000,000
160,000,000,000,000
170,000,000,000,000
180,000,000,000,000
190,000,000,000,000
pesimismoderat
optimis
Perkembangan DPK Perbankan Syariah 2012
7
syariah dalam perbankan nasional menjadi 4,0%. Jika tren pertumbuhan yang
tinggi industri perbankan syariah tersebut dapat dipertahankan, maka porsi
perbankan syariah diperkirakan dapat mencapai 15%-20% dalam kurun waktu
10 tahun ke depan (www.bi.go.id).
Tabel 1.2
Perkembangan Kelembagaan dan Kinerja Perbankan Syariah Indonesia
Indikator 2008 2009 2010 2011 2012
BUS 5 6 11 11 11
UUS 27 25 23 24 24
BPRS 131 138 150 155 155
Jaringan Kantor 1.069 1.258 1.763 2.101 2.380
Asset (miliar Rp) 51.249 68.212 100.258 148.987 149.321
DPK (miliar Rp) 37.828 53.522 77.640 117.510 116.871
PYD (miliar Rp) 39.455 48.473 70.190 105.331 106.532
* posisi bulan Februari 2012
Sumber: website Bank Indonesia
Sampai tahun 2012 Perbankan Syariah memiliki Bank Umum Syariah
(BUS) sebanyak 11 Bank. Bank-bank tersebut antara lain: Bank BNI Syariah,
Bank Muamalat Indonesia, Bank Syariah Mandiri, Bank Syariah Mega
Indonesia, Bank BCA Syariah, Bank Panin Syariah, Bank Victoria Syariah,
Bank Syariah Bukopin, Bank Jabar Banten Syariah, Bank BRI Syariah, Bank
Maybank Syariah Indonesia.
Salah satu Bank Umum Syariah (BUS) yang memiliki peran penting
dalam perkembangan Perbankan Syariah di Indonesia adalah Bank Syariah
Mandiri (BSM). Bank Syariah Mandiri terbentuk karena adanya konversi
kegiatan usaha Bank Susila Bakti (BSB) menjadi bank umum syariah yang
dikukuhkan oleh Gubernur Bank Indonesia melalui SK Gubernur BI No. 1/24/
8
KEP.BI/1999, 25 Oktober 1999. Selanjutnya, melalui Surat Keputusan Deputi
Gubernur Senior Bank Indonesia No. 1/1/KEP.DGS/ 1999, BI menyetujui
perubahan nama menjadi PT Bank Syariah Mandiri. Menyusul pengukuhan
dan pengakuan legal tersebut, PT Bank Syariah Mandiri secara resmi mulai
beroperasi sejak Senin tanggal 25 Rajab 1420 H atau tanggal 1 November 1999
(www.syariahmandiri.co.id).
Bank Syariah Mandiri (BSM) mencatatkan laba bersih Rp 806 miliar
per 31 Desember 2012. Laba tersebut naik 46,28% dibanding laba BSM per 31
Desember 2011 sebesar Rp 551 miliar. Penyumbang terbesar terhadap
kenaikan laba bersih adalah pendapatan margin dan bagi hasil sebesar Rp 4,68
triliun, atau naik 24,14% dibanding posisi Desember 2011 sebesar Rp 3,77
triliun. Pendapatan margin dan bagi hasil tersebut bersumber dari pembiayaan
BSM yang sepanjang tahun 2012 mencapai Rp 44,76 triliun.
Aset BSM per Desember 2012 Rp 54,23 triliun atau tumbuh 11,42%
dibanding posisi semula pada Desember 2011 sebesar Rp 48,67 triliun.
Sementara Dana Pihak Ketiga (DPK) BSM per Desember 2012 mencapai Rp
47,41 triliun, naik 11,24%, dibanding posisi Desember 2011 sebesar Rp 42,62
triliun (www.syariahmandiri.co.id).
Fatwa DSN Nomor 3 Tahun 2000 menyatakan bahwa deposito yang
dibenarkan dalam syariah adalah deposito yang berdasarkan prinsip
mudharabah. Dalam transaksi deposito mudharabah, nasabah bertindak
sebagai pemilik dana (shahibul maal) dan bank bertindak sebagai pengelola
dana (mudharib).
9
Mudharabah adalah kerjasama antara pemilik dana atau penanam
modal dan pengelola modal untuk melakukan usaha tertentu dengan pembagian
keuntungan berdasarkan nisbah (Purnamasari dan Suswinarno, 2011:31).
Perkembangan deposito mudharabah pada Bank Syariah Mandiri
dari tahun 2008 sampai tahun 2012 dapat dilihat pada Tabel 1.3.
Tabel 1.3
Perkembangan Deposito Mudharabah Pada Bank Syariah Mandiri
(dalam jutaan rupiah)
Tahun Deposito Mudharabah
2008 80.252.713
2009 95.706.343
2010 139.511.937
2011 229.676.747
2012 264.826.020
Sumber: Laporan Keuangan Publikasi BSM pada Bank Indonesia
Hasibuan dalam bukunya Dasar-Dasar Perbankan menyebutkan bahwa
selain dipengaruhi oleh faktor-faktor internal bank itu sendiri, perbankan
syariah juga dipengaruhi oleh indikator-indikator moneter dan finansial lainnya
(2006:71).
Meskipun secara teoritis, bank syariah dan bank konvensional dalam
sistem dual banking diatur oleh yayasan filsafat yang berbeda, namun tidak
bisa dihindari bahwa kedua sistem dapat berinteraksi mengingat bahwa mereka
beroperasi dalam lingkungan ekonomi makro yang umum. Meskipun bank-
bank syariah beroperasi dalam kerangka bebas bunga, lingkungan makro
ekonomi dalam dual banking menghadapkan mereka untuk masalah yang
terkait dengan risiko suku bunga yang dihadapi oleh bank konvensional
(Rosylin Mohd Yusof dkk, 2008:3).
10
Transaksi muamalah syariah seperti Ba’i Al-Murabahah, Ba’i As-
Salam, Musyarakah dan Mudharabah terdapat keuntungan. Tidak jarang
keuntungan yang dihasilkan dari transaksi-transaksi tersebut memiliki return
yang melebihi tingkat inflasi. Lebih lanjut, Islam memberikan dorongan untuk
melakukan investasi dengan jumlah yang lebih besar dan lebih banyak dari
motivasi konvensional. Kalau secara konvensional terdapat motif profit taking
dan inflasi, dalam syariah Islam di samping dua hal tersebut ditambah lagi
dengan adanya kewajiban zakat dan larangan mendiamkan asset (Antonio,
2001:76).
Dilihat dari penjelasan tersebut bahwa perkembangan dana pihak ketiga
pada bank syariah tidak terlepas dari berbagai macam faktor yang
mendasarinya. Salah satu bentuk dana pihak ketiga pada bank syariah adalah
deposito mudharabah, perubahan yang terjadi pada faktor-faktor tersebut dapat
mempengaruhi deposito mudharabah baik secara positif dan negatif. Terdapat
beberapa faktor yang diduga berpengaruh terhadap deposito mudharabah, yaitu
inflasi, tingkat suku bunga deposito, dan jumlah bagi hasil deposito.
Indonesia merupakan salah satu negara yang menerapkan Inflation
Targeting Framework (ITF) dengan asumsi inflasi year on year terakhir yang
ditetapkan oleh Pemerintah di dalam APBN-P 2008 sebesar 6,5% sedangkan
perkiraan realisasi sebesar 11,4%. Sementara itu, Badan Pusat Statistik (BPS)
mencatat inflasi dari Januari 2008 sampai dengan Juli 2008 sebesar 8,85 persen
dan inflasi year on year periode Juli (2007-2008) sebesar 11,9 persen. Hal ini
11
menunjukkan bahwa realisasi inflasi sampai dengan bulan Juli 2008 telah
melebihi target yang ditetapkan Pemerintah.
Industri perbankan syariah Indonesia, diharapkan terus bertumbuh
untuk mendorong aktifitas perekonomian produktif masyarakat. Dengan
karakteristik perbankan syariah yang memiliki hubungan sangat erat dengan
sektor ekonomi riil produktif, secara konseptual perkembangan perbankan
syariah akan sangat dipengaruhi oleh perkembangan kondisi perekonomian
nasional, yang pada gilirannya akan berpengaruh pada perbankan syariah.
Kecenderungan penurunan inflasi mendorong peningkatan aset perbankan
syariah begitu pula sebaliknya kenaikan inflasi dapat menurunkan aset
perbankan syariah (www.bi.go.id).
Pergerakan tingkat suku bunga berkorelasi negatif dengan tingkat
pertumbuhan DPK perbankan syariah dimana kenaikan tingkat suku bunga
dapat menjelaskan penurunan tingkat pertumbuhan DPK perbankan syariah
dan sebaliknya (www.bi.go.id).
Beberapa penelitian yang meneliti tentang Deposito Mudharabah antara
lain:
Inflasi merupakan kecenderungan dari harga-harga untuk naik secara
umum dan terus menerus selama peride tertentu. Apabila tingkat inflasi
mengalami kenaikan maka deposito perbankan syariah akan mengalami
penurunan. Menurut Haron dan Nursofiza (2005), inflasi berhubungan negatif
dengan deposito yang dihimpun bank. Hal ini disebabkan ketika inflasi
mengalami kenaikan, maka para nasabah akan mencairkan dananya untuk
12
mempertahankan tingkat konsumsinya. Muhamad Abduh, Azmi dan Duasa
(2011) dalam penelitiannya mendapat hasil bahwa inflasi memiliki dampak
negatif terhadap Deposito Mudharabah. Sebagaimana yang dihasilkan oleh
Ani dan Wasilah (2010) tingkat inflasi memiliki pengaruh yang signifikan
terhadap pertumbuhan deposito mudharabah berjangka 1 bulan. Menurut para
ekonom Islam, inflasi berakibat sangat buruk bagi perekonomian karena dapat
melemahkan semangat menabung dan sikap terhadap menabung dari
masyarakat serta menimbulkan gangguan terhadap fungsi uang, terutama
terhadap fungsi tabungan (nilai simpan), fungsi dari pembayaran di muka, dan
fungsi dari unit perhitungan (Adiwarman Karim, 2008:139).
Eko (2010) dalam penelitiannya mendapat hasil bahwa tingkat suku
bunga tidak berpengaruh signifikan terhadap jumlah deposito mudharabah.
Haron dan Norafifah (2000) ada hubungan negatif antara suku bunga bank
konvensional dengan jumlah deposito pada bank Islam. Tren meningkatnya
suku bunga konvensional menyebabkan adanya peningkatan risiko
displacement fund (pengalihan dana dari bank syariah ke bank konvensional)
yang dihadapi oleh bank syariah. Hal ini menyebabkan pertumbuhan dana
pihak ketiga (DPK) perbankan syariah mengalami sedikit kemunduran (Citra
Octaviana, 2007).
Margin bagi hasil memberikan keuntungan yang relatif lebih tinggi
dibandingkan dengan bunga yang ditawarkan bank konvensional. Hal ini
terjadi karena sistem bagi hasil yang diberikan berdasarkan nisbah keuntungan
yang disepakati saat nasabah membuka rekening. Selain itu, selama periode
13
krisis moneter, bank syariah masih dapat menunjukkan kinerja yang lebih baik
dibandingkan dengan lembaga perbankan konvensional (Banowo dan
Hermana, 2005:134). Ani dan Wasilah (2010) dalam penelitiannya mendapat
hasil bahwa bagi hasil berpengaruh signifikan terhadap deposito mudharabah.
Delvin (2010) mendapat hasil bahwa tingkat bagi hasil berpengaruh secara
signifikan terhadap deposito mudharabah. Haron dan Norafifah (2000) dalam
penelitiannya mendapat hasil bahwa ada hubungan positif antara bagi hasil
deposito mudharabah dengan jumlah deposito mudharabah.
Penelitian ini menggunakan variabel inflasi, tingkat suku bunga
deposito, dan jumlah bagi hasil deposito untuk melihat pengaruhnya terhadap
jumlah deposito mudharabah dan data yang diambil dalam kurun waktu yang
berbeda. Dengan menggunakan data yang terbaru 2008-2012 hasil yang
didapat akan lebih menggambarkan situasi perbankan syariah pada saat ini.
Disamping itu, Penelitian ini juga memberikan manfaat yang paling
dominan terhadap Bank Syariah Mandiri, diharapkan dengan hasil yang
didapat dari penelitian ini manajemen Bank Syariah Mandiri mampu
menjalankan fungsinya sebagai lembaga intermediasi dan mampu
mengevaluasi hasil operasi perusahaan dalam mengambil keputusan
sehubungan dengan intermediasi bank.
Berdasarkan uraian latar belakang masalah diatas maka penulis
bermaksud untuk melakukan penelitian dengan judul “PENGARUH
INFLASI, TINGKAT SUKU BUNGA DEPOSITO, DAN JUMLAH BAGI
HASIL DEPOSITO TERHADAP JUMLAH DEPOSITO
14
MUDHARABAH (STUDI KASUS PT BANK SYARIAH MANDIRI
TAHUN 2008-2012).”
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang masalah diatas maka dapat
dirumuskan permasalahan sebagai berikut:
a. Bagaimana pengaruh variabel inflasi secara parsial terhadap jumlah deposito
mudharabah pada Bank Syariah Mandiri.
b. Bagaimana pengaruh variabel tingkat suku bunga deposito secara parsial
terhadap jumlah deposito mudharabah pada Bank Syariah Mandiri.
c. Bagaimana pengaruh variabel jumlah bagi hasil deposito secara parsial
terhadap jumlah deposito mudharabah pada Bank Syariah Mandiri.
d. Bagaimana pengaruh variabel inflasi, tingkat suku bunga deposito, dan
jumlah bagi hasil deposito secara simultan terhadap jumlah deposito
mudharabah pada Bank Syariah Mandiri.
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Berdasarkan pada perumusan masalah diatas maka tujuan dari
penelitian ini adalah sebagai berikut:
a. Untuk menganalisis pengaruh variabel inflasi secara parsial terhadap
jumlah deposito mudharabah pada Bank Syariah Mandiri.
15
b. Untuk menganalisis pengaruh variabel tingkat suku bunga deposito
secara parsial terhadap jumlah deposito mudharabah pada Bank Syariah
Mandiri.
c. Untuk menganalisis pengaruh variabel jumlah bagi hasil deposito secara
parsial terhadap jumlah deposito mudharabah pada Bank Syariah
Mandiri.
d. Untuk menganalisis pengaruh variabel inflasi, tingkat suku bunga
deposito, dan jumlah bagi hasil deposito secara simultan terhadap jumlah
deposito mudharabah pada Bank Syariah Mandiri.
2. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
a. Bagi Penulis
Penelitian ini merupakan kesempatan bagi penulis untuk
mengimplementasikan ilmu dan pengetahuan yang penulis peroleh dari
bangku kuliah pada program S1 Jurusan Manajemen Konsentrasi
Perbankan. Penelitian ini juga memberikan pengetahuan dan pemahaman
bagi penulis tentang pengaruh inflasi, tingkat suku bunga deposito, dan
jumlah bagi hasil deposito terhadap jumlah deposito mudharabah
khususnya pada Bank Syariah Mandiri.
b. Bagi Akademisi
Penelitian ini akan menambah kepustakaan di bidang manajemen
perbankan dan dapat dijadikan sebagai bahan bacaan untuk menambah
wawasan pengetahuan tentang perbankan syariah. Penelitian ini
16
diharapkan dapat menjadi salah satu bahan referensi bagi peneliti sendiri
maupun bagi peneliti selanjutnya yang tertarik untuk meneliti tentang
perbankan syariah.
c. Bagi Perbankan Syariah
Pengaruh inflasi, tingkat suku bunga deposito, dan jumlah bagi hasil
deposito terhadap jumlah deposito mudharabah menjadi topik yang dapat
dibahas lebih lanjut. Kajian penelitian ini dapat bermanfaat untuk
evaluasi perkembangan sistem perbankan syariah mengenai Dana Pihak
Ketiga (DPK) yaitu deposito mudharabah.
d. Bagi Nasabah
Penelitian ini diharapkan menjadi informasi yang penting dan dapat
menambah wawasan dan pengetahuan bagi nasabah bank syariah
terutama terkait dengan produk deposito mudharabah.
e. Bagi Mahasiswa
Dengan adanya penelitian yang penulis lakukan terkait dengan bidang
manajemen perbankan. Diharapkan penelitian ini dapat di jadikan
sebagai bahan referensi untuk penelitian lebih lanjut (bagi yang berminat)
di masa yang akan datang.
17
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Landasan Teori
1. Permodalan Bank
Modal adalah dana yang berasal dari pemilik bank atau pemegang
saham ditambah dengan agio saham dan hasil usaha yang berasal dari
kegiatan usaha bank. Modal terdiri dari modal inti dan modal pelengkap
(Selamet Riyadi, 2006:67).
Sumber dana bank dapat diperoleh baik melalui penghimpunan dana
pihak ketiga (masyarakat), dana pihak kedua yang dapat dihimpun melalui
pasar uang dan pasar modal maupun yang berasal dari pihak pertama
(pemilik) melalui pasar modal (Selamet Riyadi, 2006:65).
Sumber-sumber dana bank adalah usaha bank dalam memperoleh
dana dalam rangka membiayai kegiatan operasinya. Sesuai dengan fungsi
bank sebagai lembaga keuangan di mana kegiatan sehari-harinya adalah
bergerak di bidang keuangan, maka sumber-sumber dana juga tidak terlepas
dari bidang keuangan. Untuk menopang kegiatan bank sebagai penjual uang
(memberikan pinjaman), bank harus lebih dulu membeli uang (menghimpun
dana) sehingga dari selisih bunga tersebutlah bank memperoleh keuntungan.
Dana untuk membiayai operasi suatu bank, dapat diperoleh dari
berbagai sumber. Perolehan dana ini tergantung bank itu sendiri apakah
secara pinjaman (titipan) dari masyarakat atau dari lembaga lainnya. Di
18
samping itu, untuk membiayai operasinya, dana dapat pula diperoleh dengan
modal sendiri, yaitu setoran modal dari para pemilik atau bank
mengeluarkan atau menjual saham baru kepada pemilik baru. Perolehan
dana disesuaikan pula dengan tujuan dari penggunaan dana (Kasmir,
2005:35).
Menurut Kuncoro dalam bukunya Manajemen Perbankan, Teori dan
Aplikasi (2002:68), lembaga keuangan yang usaha pokoknya adalah
menghimpun dana dan menyalurkan kembali dana tersebut ke masyarakat
dalam bentuk kredit serta memberikan jasa-jasa dalam lalu lintas
pembayaran dan peredaran uang. Oleh karena itu, dalam melakukan
kegiatan usahanya sehari-hari bank harus mempunyai dana agar dapat
memberikan kredit kepada masyarakat. Dana tersebut dapat diperoleh dari
pemilik bank (pemegang saham), pemerintah, bank Indonesia, pihak-pihak
di luar negeri, maupun masyarakat dalam negeri. Dana dari pemilik bank
berupa setoran modal yang dilakukan pada saat pendirian bank.
Setiap manajemen bank harus memenuhi sepenuhnya bahwa
terdapat beberapa faktor yang dapat memengaruhi jumlah sumber dana yang
dapat dihimpun atau dipertahankan oleh banknya, hal ini penting mengingat
persaingan antarbank yang semakin tajam dari hari ke hari, sehingga faktor-
faktor yang dapat memengaruhi sumber dana bank juga dapat berubah
sejalan dengan perubahan teknologi dan informasi yang dapat ditawarkan
oleh suatu bank (Selamet Riyadi, 2006:82).
19
Pengelolaan modal bank merupakan aktivitas yang dilakukan
pemegang saham untuk mewujudkan keinginannya mendapat keuntungan
dari bisnis perbankan. Posisi modal bank menjadi jaminan bagi masyarakat
yang berniat menyimpan dananya di perbankan, sehingga dengan adanya
setoran modal dari pemegang saham maka masyarakat akan percaya untuk
menyetorkan dananya. Pada saat ini di hampir semua perbankan nasional,
posisi dana masyarakat jauh lebih besar dibandingkan dengan setoran modal
yang berasal dari pemegang saham. Hal ini menunjukkan sudah besarnya
kepercayaan masyarakat terhadap perbankan nasional (Arthesa dan
Handiman, 2006:143-144).
Sumber dana yang dapat diperoleh dipilih disesuaikan dengan
penggunaan dana. Sumber-sumber dana yang ada dapat diperoleh dari
sumber modal sendiri atau modal pinjaman dari masyarakat luas atau
lembaga keuangan lainnya (Kasmir, 2005:36).
Bank menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan.
Masyarakat mempercayai bank sebagai tempat yang aman untuk
menyimpan uang. Bank akan membayar sejumlah tertentu atas
penghimpunan dana masyarakat yang besarnya tergantung pada jenis
simpanan. Jenis simpanan masyarakat antara lain, simpanan giro, tabungan
dan deposito. Masing-masing jenis simpanan ini memiliki karakteristik yang
berbeda. Giro dan tabungan merupakan simpanan yang penarikannya dapat
dilakukan setiap saat. Deposito merupakan jenis simpanan berjangka yang
penarikannya hanya dapat dilakukan sesuai dengan jangka waktu yang telah
20
diperjanjikan antara bank dan nasabah penyimpan. Dalam
perkembangannya penghimpunan dana tidak hanya dengan menawarkan
produk giro, tabungan dan deposito, akan tetapi produk penghimpunan dana
lainnya, misalnya surat berharga, pasar uang antarbank, dan obligasi.
Penghimpunan dana pihak ketiga dalam bentuk simpanan
merupakan sumber dana bank yang terbesar. Sesuai dengan fungsi bank
sebagai lembaga intermediasi, bank dapat menghimpun dana secara
langsung dari masyarakat. Masyarakat dapat menempatkan dananya
kapanpun dan juga dapat menarik dananya kapan pun, sesuai dengan jenis
simpanan yang dimilikinya (Ismail, 2011:12-13).
2. Permodalan Bank Syariah
Modal bank yang ada di Bank Syariah salah satunya di dapat dari
dana masyarakat, menurut Adiwarman A. Karim dalam bukunya Bank
Islam Analisis Fikih dan Keuangan (2009:107) penghimpunan dana di Bank
Syariah dapat berbentuk giro, tabungan, dan deposito. Prinsip operasional
syariah yang diterapkan dalam penghimpunan dana masyarakat adalah
prinsip Wadi’ah dan Mudharabah.
Prinsip Wadi’ah yang diterapkan adalah wadi’ah yad dhamanah
yang diterapkan pada produk rekening giro. Wadi’ah dhamanah berbeda
dengan wadi’ah amanah. Dalam wadi’ah amanah, pada prinsipnya harta
titipan tidak boleh dimanfaatkan oleh yang dititipi. Sementara itu, dalam hal
wadi’ah dhamanah, pihak yang dititipi (bank) bertanggung jawab atas
21
keutuhan harta titipan sehingga ia boleh memanfaatkan harta titipan
tersebut.
Sedangkan Mudharabah, penyimpan atau deposan bertindak sebagai
shahibul maal (pemilik modal) dan bank sebagai mudharib (pengelola).
Prinsip mudharabah ini diaplikasikan pada produk tabungan berjangka dan
deposito berjangka. (Adiwarman Karim, 2009:108-109).
Mudharabah adalah sistem kerja sama usaha antara dua pihak atau
lebih di mana pihak pertama (shahib al-mâl) menyediakan seluruh (100%)
kebutuhan modal (sebagai penyuntik sejumlah dana sesuai kebutuhan
pembiayaan suatu proyek), sedangkan nasabah sebagai pengelola
(mudharib) mengajukan permohonan pembiayaan dan untuk ini nasabah
sebagai pengelola (mudharib) menyediakan keahliannya (Veithzal Rivai,
2007:471).
Mudharabah adalah bentuk kerja sama antara dua atau lebih pihak di
mana pemilik modal (shahibul maal) mempercayakan sejumlah modal
kepada pengelola (mudharib) dengan suatu perjanjian pembagian
keuntungan (Rodoni dan Hamid, 2008:27-28).
Istilah mudharabah merupakan istilah yang paling banyak digunakan
oleh bank-bank Islam. Prinsip ini juga dikenal sebagai “qiradh” atau
“muqaradah”.
Mudharabah adalah perjanjian atau suatu jenis perkongsian, dimana
pihak pertama (shahibul maal) menyediakan dana dan pihak kedua
(mudharib) bertanggung jawab atas pengelolaan usaha. Keuntungan hasil
22
usaha dibagikan sesuai dengan nisbah porsi bagi hasil yang telah disepakati
bersama sejak awal maka kalau rugi shahibul maal akan kehilangan
sebagian imbalan dari hasil kerja keras dan managerial skill selama proyek
berlangsung (Wiroso, 2005:33).
Landasan syariah mudharabah ini lebih mencerminkan agar setiap
umat dianjurkan untuk melakukan usaha, seperti tertera dalam Al-Qur’an
dan Al-Hadis berikut (Veithzal Rivai dkk, 2007:471).
Surat Al-Muzzammil [73]:20), yang artinya:”…dan dari orang-
orang yang berjalan di muka bumi mencari sebagian karunia Allah
SWT…..”
Surat Al-Jumu’ah [2]:10, yang artinya:”Apabila telah ditunaikan
shalat maka bertebaran engkau di muka bumi dan carilah karunia Allah
SWT…”
HR Thabrani, yang artinya: ”Diriwayatkan dari Ibnu Abbas bahwa
Sayyidina Abbas bin Abdul Muthalib jika memberikan dana ke mitra
usahanya secara mudharabah ia mensyaratkan agar dananya tidak dibawa
mengarungi lautan menuruni lembah yang berbahaya, atau membeli ternak.
Jika menyalahi peraturan tersebut, yang bersangkutan bertanggung jawab
atas dana tersebut. Disampaikanlah syarat-syarat tersebut kepada
Rasulullah SAW. Dan Rasulullah pun membolehkannya”.
HR Ibnu Majah No. 2280, kitab at-Tijarah, yang artinya: “dari
Shalih bin Shuhaib r.a. bahwa Rasulullah SAW bersabda, “Tiga hal yang
didalamnya terdapat keberkatan: jual beli secara tangguh, muqaradhah
23
(mudharabah), dan mencampur gandum dengan tepung untuk keperluan
rumah, bukan untuk dijual”.
a. Rukun Mudharabah
Adapun rukun mudharabah adalah sebagai berikut (Adiwarman
Karim, 2009):
1) Pelaku
Akad mudharabah harus ada minimal dua pelaku. Pihak pertama
bertindak sebagai pemilik modal (shahibul maal) sedangkan pihak
kedua bertindak sebagai pelaksana usaha.
2) Objek mudharabah
Pemilik modal menyerahkan modalnya sebagai objek mudharabah,
sedangkan pelaksana usaha menyerahkan kerjanya sebagai objek
mudharabah. Modal yang diserahkan bisa berbentuk uang atau barang
yang dirinci berapa nilai uangnya. Sedangkan kerja yang diserahkan
bisa berbentuk keahlian, keterampilan, selling skill, management skill,
dll.
3) Persetujuan kedua belah pihak
Disini kedua belah pihak harus secara rela bersepakat untuk
mengikatkan diri dalam akad mudharabah.
4) Nisbah keuntungan
Nisbah ini merupakan rukun yang khas dalam akad mudharabah, yang
tidak ada dalam akad jual beli. Nisbah ini mencerminkan imbalan
yang berhak diterima oleh kedua belah pihak yang ber-mudharabah.
24
Mudharib mendapatkan imbalan atas kerjanya, sedangkan shahibul
maal mendapat imbalan atas penyertaan modalnya. Nisbah
keuntungan inilah yang akan mencegah terjadinya perselisihan antara
kedua belah pihak mengenai cara pembagian keuntungan. Nisbah
keuntungan ini harus dinyatakan dalam bentuk persentase bukan
dalam bentuk nominal Rupiah tertentu. Nisbah keuntungan ditentukan
berdasarkan kesepakatan, bukan berdasarkan porsi setoran modal.
Keuntungan usaha secara mudharabah dibagi menurut
kesepakatan yang telah dituangkan dalam kontrak. Apabila mengalami
kerugian akan ditanggung oleh pemilik modal selama kerugian tersebut
bukan dikarenakan kelalaian si pengelola. Seandainya kerugian tersebut
disebabkan oleh kecurangan atau kelalaian si pengelola maka si
pengelola harus bertanggung jawab atas kerugian tersebut (Antonio,
2009:95).
Sebenarnya pihak mudharib pun menanggung kerugian. Kerugian
tersebut antara lain hilangnya pekerjaan, usaha dan waktu yang telah ia
curahkan untuk menjalankan bisnis tersebut (Adiwarman Karim,
2009:208). Namun ketentuan tersebut di atas hanya berlaku apabila
kerugian yang terjadi murni diakibatkan oleh risiko bisnis, bukan karena
kelalaian ataupun kecurangan dari pihak mudharib. Jika terjadi kerugian,
cara menyelesaikannya adalah (Adiwarman Karim, 2009:210) :
a) Diambil dulu dari keuntungan, karena keuntungan merupakan
pelindung modal.
25
b) Bila kerugian melebihi keuntungan, baru diambil dari pokok modal.
Besarnya nisbah ditentukan berdasarkan kesepakatan masing-masing
pihak yang berkontrak. Jadi, angka besarnya nisbah muncul dari hasil
tawar-menawar antara shahibul maal dan mudharib (Adiwarman,
2009:209).
b. Bentuk-bentuk Mudharabah
Mudharib mulai mengelola kontrak mudharabah semenjak
menerima modal untuk aktivitas usahanya. Mudharib memiliki
kebebasan dalam mengelola usahanya dan semua keputusan yang
berkaitan dengan kontrak tersebut. Mazhab Hanafi, yang mungkin
merupakan salah satu mazhab yang memberikan kebebasan yang luas
kepada mudharib dalam mengelola kontrak tersebut, membagi kontrak
mudharabah ke dalam dua bentuk, yaitu: kontrak mudharabah yang
tidak dilarang dan kontrak mudharabah yang terlarang.
Kontrak mudharabah yang tidak terlarang adalah kontrak dimana
pihak mudharib diberi kebebasan yang luas dalam mengelola usahanya
serta menentukan keputusan yang menurutnya dianggap paling tepat.
Adapun mengenai kontrak mudharabah yang terlarang adalah bahwa
mudharib bebas menjalankan usahanya sebatas sesuai dengan praktek
yang umumnya berlaku dalam perdagangan (Abdullah Saeed, 2008:94-
95).
Berdasarkan kewenangan yang diberikan oleh pihak penyimpan
dana, mudharabah terbagi dua yaitu (Adiwarman Karim, 2009:109-111):
26
1. Mudharabah mutlaqah (URIA), tidak ada pembatasan bagi bank
dalam menggunakan dana yang dihimpun. Nasabah tidak
memberikan persyaratan apapun kepada bank, ke bisnis apa dana
yang disimpannya itu hendak disalurkan, atau menetapkan
penggunaan akad-akad tertentu, ataupun mensyaratkan dananya
diperuntukkan bagi nasabah tertentu. Jadi bank memiliki kebebasan
penuh untuk menyalurkan dana ini ke bisnis manapun yang
diperkirakan menguntungkan.
2. Mudharabah muqayyadah (RIA) ada dua jenis, yaitu: Mudharabah
muqayyadah on balance sheet dan Mudharabah muqayyadah of
balance sheet.
Mudharabah muqayyadah on balance sheet merupakan simpanan
khusus dimana pihak pemilik dana dapat menetapkan syarat-syarat
tertentu yang harus dipatuhi oleh bank. Misalnya disyaratkan
digunakan untuk bisnis tertentu, atau disyaratkan digunakan dengan
akad tertentu, atau disyaratkan digunakan untuk nasabah tertentu.
Mudharabah muqayyadah of balance sheet merupakan penyaluran
dana mudharabah langsung kepada pelaksana usahanya, di mana
bank bertindak sebagai perantara yang mempertemukan antara
pemilik dana dengan pelaksana usaha. Pemilik dana dapat
menetapkan syarat-syarat tertentu yang harus dipatuhi oleh bank
dalam mencari bisnis (pelaksana usaha).
27
c. Penerapan Mudharabah dalam Perbankan Syariah
Sejauh ini, skema mudharabah yang telah dibahas adalah skema
yang berlaku antara dua pihak secara langsung. Skema ini adalah skema
standar yang dipraktekkan oleh nabi dan para sahabat serta umat muslim
sesudahnya. Modus mudharabah seperti itu tidak efisien lagi dan kecil
kemungkinan untuk dapat diterapkan oleh bank, karena beberapa hal
(Adiwarman Karim, 2009:210) :
1) Sistem kerja pada bank adalah investasi berkelompok, di mana
mereka tidak saling mengenal. Jadi kecil sekali kemungkinannya
terjadi hubungan yang langsung dan personal.
2) Banyak investasi sekarang ini membutuhkan dana dalam jumlah
besar, sehingga diperlukan puluhan bahkan ratus ribuan shahibul
maal untuk sama-sama menjadi penyandang dana suatu proyek
tertentu.
3) Lemahnya disiplin terhadap ajaran islam menyebabkan sulitnya bank
memperoleh jaminan keamanan atas modal yang disalurkannya.
Penerapan mudharabah dalam perbankan antara lain (Antonio,
2009:97) :
1) Tabungan berjangka yaitu tabungan yang dimaksudkan untuk tujuan
khusus seperti tabungan haji, tabungan qurban dsb.
2) Deposito biasa.
28
3) Deposito spesial (special investment) dimana dana yang dititipkan
nasabah khusus untuk bisnis tertentu, misalnya murabahah saja atau
ijarah saja.
Sedangkan pada sisi pembiayaan, mudharabah diterapkan untuk:
a) Pembiayaan modal kerja, seperti modal kerja perdagangan dan jasa.
b) Investasi khusus disebut juga mudharabah muqayyadah di mana
sumber dana khusus dengan penyaluran yang khusus dengan syarat-
syarat yang telah ditetapkan oleh shahibul maal.
d. Manfaat Mudharabah
Mudharabah memiliki manfaat sebagai berikut (Antonio,
2009:97-98):
1) Bank akan menikmati peningkatan bagi hasil pada saat keuntungan
usaha nasabah meningkat.
2) Bank tidak berkewajiban membayar bagi hasil kepada nasabah
pendanaan secara tetap, tetapi disesuaikan dengan pendapatan atau
hasil usaha bank, sehingga bank tidak akan pernah mengalami
negatif spread. Pengembalian pokok pembiayaan disesuaikan
dengan cash flow atau arus kas usaha nasabah, sehingga tidak
memberatkan nasabah.
3) Bank akan lebih selektif dan hati-hati (prudent) mencari usaha yang
benar-benar halal, aman, dan menguntungkan karena keuntungan
yang kongkrit dan benar-benar terjadi itulah yang akan dibagikan.
29
4) Prinsip bagi hasil dalam mudharabah atau musyarakah ini berbeda
dengan prinsip bunga tetap di mana bank akan menagih penerima
pembiayaan (nasabah) satu jumlah bunga tetap berapa pun
keuntungan yang dihasilkan nasabah, sekalipun merugi dan tidak
terjadi krisis ekonomi.
e. Risiko Mudharabah
Adapun risiko yang terdapat dalam mudharabah, terutama pada
penerapan dalam pembiayaan relatif tinggi. Di antaranya (Antonio,
2009:98):
1) Side streaming yaitu nasabah menggunakan dana itu bukan seperti
yang disebut dalam kontrak
2) Lalai dan kesalahan yang disengaja
3) Penyembunyian keuntungan oleh nasabah bila nasabahnya tidak
jujur
Perbankan syariah memiliki kelembagaan yang agak berbeda
dengan perbankan konvensional. Dalam perbankan syariah, bank terbagi
menjadi: (Veithzal Rivai dkk, 2007:753-757).
a. Bank Syariah
Secara kelembagaan, bank syariah di Indonesia dapat dibagi kedalam
tiga kelompok, yaitu Bank Umum Syariah (BUS), Unit Usaha
Syariah (UUS), dan Bank Perkreditan Rakyat Syariah (BPRS).
30
b. Dewan Syariah Nasional
Dewan Syariah Nasional dibentuk oleh Majelis Ulama Indonesia
(MUI) yang bertugas dan memiliki kewenangan untuk memastikan
kesesuaian antara produk, jasa, dan kegiatan usaha lembaga
keuangan syariah (bank, asuransi, reksadana, modal ventura, dan
sebagainya) dengan prinsip syariah.
c. Dewan Pengawas Syariah
Dewan Pengawas Syariah setingkat dewan komisaris yang bersifat
independen, yang dibentuk oleh Dewan Syariah Nasional dan
ditempatkan pada lembaga keuangan syariah yang melakukan
kegiatan usaha berdasarkan prinsip syariah, dengan tugas yang diatur
oleh Dewan Syariah Nasional.
d. Badan Arbitrase Syariah Nasional
Badan Arbitrase Syariah Nasional (BASYARNAS) adalah lembaga
yang menengani perselisihan antara bank dan nasabahnya sesuai
dengan tata cara dan hukum syariah.
e. Bank Indonesia
Peran Bank Indonesia tidak dapat dipisahkan dari perkembangan
perbankan syariah nasional saat ini. Bank Indonesia telah melakukan
langkah-langkah kebijakan untuk menciptakan lingkungan yang
kondusif, kompetitif, efisien, dan hati-hati bagi industri perbankan
syariah.
31
f. Kontrak Berlakunya Mudharabah
Kontrak mudharabah tidak memuat aturan khusus mengenai
batas berlakunya kontrak. Pengikut mazhab Maliki dan Syafi’I
berpendapat, adanya batasan masa berlakunya kontrak akan membuat
kontrak batal. Namun pengikut mazhab Hanafi dan Hanbali tetap
memperkenankan klausa tersebut. Para ulama yang berpegang pada
pendapat yang pertama beranggapan bahwa batasan waktu yang terdapat
pada kontrak mudharabah kemungkinan akan menyebabkan lepasnya
kesempatan emas bagi pihak mudharib untuk dapat mengembangkan
usahanya atau merusak rencana-rencananya, sebagai akibatnya mudharib
tidak dapat merealisasikan tujuan utama dari kontrak tersebut, yaitu
mendapatkan keuntungan (profit) dari usaha yang dijalankannya.
Kontrak mudharabah dapat diakhiri oleh salah satu pihak dengan
jalan memberitahu pihak lain atas keputusan tersebut. Hal ini mungkin
terjadi karena mayoritas ulama menyatakan bahwa mudharabah
bukanlah bentuk kontrak yang mengikat. Disini tidak terdapat perbedaan
mengenai kapan berlangsungnya mengakhiri kontrak mudharabah,
sekalipun mudharib belum mulai menjalankan aktivitas usaha yang
berdasarkan pada kontrak tersebut. Imam Syafi’I dan Abu Hanifah
berpendapat bahwa kontrak mudharabah dapat diakhiri kapan saja,
sekalipun mudharib sudah mulai menjalankan usahanya. Meskipun
demikian, Imam Malik tidak memperkenankan mengakhiri kontrak
sebagaimana kasus di atas. Menurutnya, kalau itu dilakukan, maka
32
mudharabah tidak sah. Apapun alasannya itu, menjadikan pihak
mudharib akan mendapatkan keuntungan dari hasil kerjanya sendiri,
tidak dari yang lain. Jika demikian, maka namanya tidak kontrak
mudharabah tetapi kontrak kerja (ijarah). Apabila berdasarkan kontak
kerja, maka semua keuntungan yang diperoleh akan menjadi miliknya
sebagai kompensasi hasil dari pekerjaannya (Abdullah Saeed, 2008:96-
97).
3. Inflasi
Inflasi adalah kenaikan tingkat harga yang terjadi secara terus
menerus, mempengaruhi individu, pengusaha dan pemerintah (Mishkin,
2008:13).
Milton Friedman dalam proposisinya yang terkenal mengatakan
“inflasi selalu dan dimana pun merupakan menomena moneter”. Ia
menganggap bahwa sumber semua episode inflasi adalah tingkat
pertumbuhan uang beredar yang tinggi: Hanya dengan mengurangi tingkat
pertumbuhan uang beredar hingga tingkat yang rendah, inflasi dapat
dihindari (Mishkin, 2009:339).
Inflasi merupakan suatu keadaan perekonomian di mana tingkat
harga dan biaya-biaya umum naik; misal naiknya harga beras, harga bahan
bakar, harga mobil, upah tenaga kerja, harga tanah, sewa barang-barang
modal (Zakaria, 2009:61).
Inflasi merupakan suatu kejadian yang menggambarkan situasi dan
kondisi dimana harga barang mengalami kenaikan dan nilai mata uang
33
mengalami pelemahan, dan jika ini terjadi secara terus-menerus akan
mengakibatkan memburuknya kondisi ekonomi secara menyeluruh serta
mampu mengguncang tatanan politik suatu negara (Fahmi dan Yovi
Lavianti, 2010:165).
Inflasi yang tinggi merupakan masalah ekonomi. Tenaga beli uang
(pendapatan) turun. Masyarakat yang pendapatannya tetap akan dirugikan
sedangkan yang berpenghasilan tidak tetap kadangkala diuntungkan.
Dengan demikian inflasi dapat mempengaruhi distribusi pendapatan
(Nopirin, 2000:14).
Yang dimaksud inflasi adalah proses kenaikan harga-harga umum
barang-barang secara terus-menerus. Ini tidak berarti bahwa harga-harga
berbagai macam barang itu naik dengan presentase yang sama. Mungkin
dapat terjadi kenaikan tersebut tidaklah bersamaan. Yang penting terdapat
kenaikan harga umum barang secara terus-menerus selama satu periode
tertentu. Kenaikan yang terjadi hanya sekali saja (meskipun dengan
presentase yang cukup besar) bukanlah merupakan inflasi (Nopirin,
2000:174).
Menurut Bank Indonesia inflasi adalah meningkatnya harga-harga
secara umum dan terus menerus. Kenaikan harga dari satu atau dua barang
saja tidak dapat disebut inflasi kecuali bila kenaikan itu meluas (atau
mengakibatkan kenaikan harga) pada barang lainnya.
34
Dapat diambil kesimpulan secara umum inflasi adalah
kecenderungan naiknya harga-harga barang dan jasa secara umum yang
menyebabkan terjadinya penurunan nilai uang dalam suatu periode tertentu.
Inflasi merupakan variabel penghubung antara tingkat bunga dan
nilai tukar efektif, di mana dua variabel ini merupakan variabel penting
dalam menentukan pertumbuhan dalam sektor produksi.
Menurut Paul A. Samuelson, inflasi dapat digolongkan menurut
tingkat keparahannya, yaitu sebagai berikut (Adiwarman Karim, 2008:137):
a. Moderate inflation
Karakteristiknya adalah kenaikan tingkat harga yang lambat. Umumnya
disebut sebagai inflasi satu digit. Pada tingkat inflasi seperti ini orang-
orang masih mau memegang uang dan menyimpan kekayaannya dalam
bentuk uang daripada dalam bentuk aset riil.
b. Galopping inflation
Inflasi tingkat ini terjadi pada tingkatan 20% sampai dengan 200% per
tahun. Pada tingkatan inflasi seperti ini orang hanya mau memegang
uang seperlunya saja, sedangkan kekayaan disimpan dalam bentuk aset-
aset riil. Orang akan menumpuk barang-barang, membeli rumah dan
tanah. Pasar uang akan mengalami penyusutan dan pendanaan akan
dialokasikan melalui cara-cara selain dari tingkat bunga serta orang tidak
akan memberikan pinjaman kecuali dengan tingkat bunga yang amat
tinggi. Banyak perekonomian yang mengalami inflasi seperti ini tetap
berhasil walaupun sistem harga yang berlaku sangat buruk.
35
Perekonomian seperti ini cenderung mengakibatkan terjadinya gangguan-
gangguan besar pada perekonomian karena orang-orang akan cenderung
mengirimkan dananya untuk berinvestasi di luar negeri dari pada di
dalam negeri (Capital Outflow).
c. Hyper inflation
Inflasi jenis ini terjadi pada tingkatan yang sangat tinggi yaitu sampai
triliunan persen per tahun. Walaupun sepertinya banyak pemerintahan
yang perekonomiannya dapat bertahan menghadapi galopping inflation,
akan tetapi tidak pernah ada pemerintahan yang dapat bertahan
menghadapi jenis inflasi ini. Contohnya adalah Weimar Republic di
Jerman pada tahun 1920-an.
Selain itu, inflasi dapat digolongkan karena penyebab-penyebabnya
yaitu sebagai berikut ( Adiwarman Karim, 2008:138):
a. Natural inflation dan Human error inflation
Sesuai dengan namanya natural inflation adalah inflasi yang terjadi
karena sebab-sebab alamiah yang manusia tidak mempunyai kekuasaan
dalam mencegahnya. Human error inflation adalah inflasi yang terjadi
karena kesalahan-kesalahan yang dilakukan oleh manusia sendiri.
b. Actual/ anticipated/ expected inflation dan unanticipated/ unexpected
inflation
Pada expected inflation tingkat suku bunga pinjaman riil akan sama
dengan tingkat suku bunga pinjaman nominal dikurangi inflasi
sedangkan pada unexpected inflation tingkat suku bunga pinjaman
36
nominal belum atau tidak merefleksikan kompensasi terhadap efek
inflasi.
c. Demand pull dan cost push inflation
Inflasi ini diakibatkan oleh perubahan-perubahan yang terjadi pada sisi
permintaan agregatif (AD) dari barang dan jasa pada suatu
perekonomian. Cost push inflation adalah inflasi yang terjadi karena
adanya perubahan-perubahan pada sisi penawaran agregatif (AS) dari
barang dan jasa pada suatu perekonomian.
d. Spiralling inflation
Inflasi ini diakibatkan oleh inflasi yang terjadi sebelumnya yang mana
inflasi yang sebelumnya itu terjadi sebagai akibat dari inflasi yang terjadi
sebelumnya lagi dan begitu seterusnya.
e. Imported inflation dan domestic inflation
Imported inflation adalah inflasi di negara lain yang ikut dialami oleh
suatu negara karena harus menjadi price taker dalam pasar perdagangan
internasional. Domestic inflation adalah inflasi yang hanya terjadi di
dalam negeri suatu negara yang tidak begitu mempengaruhi negara-
negara lainnya.
Di bidang moneter, laju inflasi yang tinggi dan tidak terkendali dapat
mengganggu upaya perbankan dalam pengerahan dana masyarakat. Karena
tingkat inflasi yang tinggi menyebabkan tingkat suku bunga riil menjadi
menurun. Fakta demikian akan mengurangi hasrat masyarakat untuk
37
menabung sehingga pertumbuhan dana perbankan yang bersumber dari
masyarakat akan menurun (Aulia Pohan, 2008:52).
4. Suku Bunga
Suku bunga merupakan salah satu variabel yang paling banyak
diamati dalam perekonomian. Hampir setiap hari pergerakannya dilaporkan
di surat kabar. Suku bunga adalah biaya pinjaman atau harga yang
dibayarkan untuk dana pinjaman tersebut (biasanya dinyatakan sebagai
persentase per tahun) (Mishkin, 2008:4).
Suku bunga adalah penghasilan yang diperoleh oleh orang-orang
yang memberikan kelebihan uangnya atau surplus spending unit untuk
digunakan sementara waktu oleh orang-orang yang membutuhkan dan
menggunakan uang tersebut untuk menutupi kekurangannya atau defisit
spending units (Rimsky K. Judisseno, 2005:80-81).
Suku bunga merupakan salah satu variabel dalam perekonomian
yang senantiasa diamati secara cermat karena dampaknya yang luas. Ia
mempengaruhi secara langsung kehidupan masyarakat keseharian dan
mempunyai dampak penting terhadap kesehatan perekonomian. Ia
mempengaruhi keputusan seseorang/ rumah tangga dalam hal
mengkonsumsi, membeli rumah, membeli obligasi, atau menaruhnya dalam
rekening tabungan. Suku bunga juga mempengaruhi keputusan ekonomis
bagi pengusaha atau pimpinan perusahaan apakah akan melakukan investasi
pada proyek baru atau perluasan kapasitas (Sawaldjo Puspopranoto,
2004:69).
38
Suku bunga dan bagi hasil memiliki perbedaan yang jelas terlihat,
walau keduanya memberi keuntungan bagi pemilik dana. Perbedaan itu
dapat dijelaskan dalam tabel berikut:
Tabel 2.1
Perbedaan antara Bagi Hasil dan Bunga
Sumber: Syafi’I Antonio, 2009
5. Bagi Hasil (Profit Sharing)
Prinsip perhitungan bagi hasil pendapatan sangat penting untuk
ditentukan di awal dan untuk diketahui oleh kedua belah pihak yang akan
melakukan kesepakatan kerja sama bisnis karena apabila hal ini tidak
dilakukan, maka berarti telah menjadi gharar, sehingga transaksi menjadi
tidak sesuai dengan prinsip syariah (Rizal Yaya dkk, 2009:370).
Bunga Bagi Hasil
Penentuan bunga dibuat pada waktu
akad dengan asumsi harus selalu
untung.
Penentuan besarnya rasio/nisbah
bagi hasil dibuat pada waktu akad
dengan berpedoman pada
kemungkinan untung rugi.
Besarnya persentase berdasarkan
pada jumlah uang (modal) yang
dipinjamkan.
Besarnya rasio bagi hasil
berdasarkan pada jumlah keuntungan
yang diperoleh.
Pembayaran bunga tetap seperti
yang dijanjikan tanpa pertimbangan
apakah proyek yang dijalankan oleh
pihak nasabah untung atau rugi.
Bagi hasil bergantung pada
keuntungan proyek yang dijalankan.
Bila usaha merugi, kerugian akan
ditanggung bersama oleh kedua
belah pihak.
Jumlah pembayaran bunga tidak
meningkat sekalipun jumlah
keuntungan berlipat atau keadaan
ekonomi sedang “booming”.
Jumlah pembagian laba meningkat
sesuai dengan peningkatan jumlah
pendapatan.
Eksistensi bunga diragukan (kalau
tidak dikecam) oleh semua agama,
termasuk Islam.
Tidak ada yang meragukan
keabsahan bagi hasil.
39
Dalam praktek di lapangan terdapat istilah revenue sharing dan
profit sharing. Adapun revenue yang dimaksud dalam dasar bagi hasil bank
syariah dan yang di praktekkan selama ini adalah pendapatan dikurangi
harga pokok yang dijual. Dalam akuntansi, konsep ini biasa dinamakan
dengan gross profit (Rizal Yaya dkk, 2009:371). Prinsip perhitungan bagi
hasil dapat di lihat pada tabel di bawah ini:
Tabel 2.2
Perhitungan Bagi Hasil
Uraian Jumlah Metode Bagi Hasil
Penjualan Xx
Harga Pokok Penjualan (xx)
Laba Kotor Xx Gross Profit Sharing
Beban (xx)
Laba/Rugi bersih Xx Profit sharing
Sumber : Rizal Yaya dkk, 2009:371
Rumus gross profit sharing:
Bagi Hasil = Persentase Nisbah x Laba Kotor
Rumus profit sharing:
Bagi Hasil = Persentase Nisbah x Laba Rugi Bersih
6. Deposito Mudharabah
Deposito berjangka adalah simpanan pihak ketiga (rupiah dan valuta
asing) yang diterbitkan atas nama nasabah pada bank yang penarikannya
hanya dapat dilakukan pada waktu tertentu menurut perjanjian antar
penyimpan dengan bank yang bersangkutan (Veithzal Rivai, 2007:417).
Menurut UU No.10 tahun 1998 pasal 1 ayat 7, deposito adalah
simpanan yang penarikannya hanya dapat dilakukan pada waktu tertentu
berdasarkan perjanjian nasabah penyimpan dengan bank. Sedangkan
40
menurut UU No. 21 tahun 2008 pasal 1 tentang perbankan syariah, Deposito
adalah Investasi dana berdasarkan Akad mudharabah atau Akad lain yang
tidak bertentangan dengan Prinsip Syariah yang penarikannya hanya dapat
dilakukan pada waktu tertentu berdasarkan Akad antara Nasabah Penyimpan
dan Bank Syariah dan/atau UUS. Sedangkan Investasi adalah dana yang
dipercayakan oleh Nasabah kepada Bank Syariah dan/atau UUS berdasarkan
Akad mudharabah atau Akad lain yang tidak bertentangan dengan Prinsip
Syariah dalam bentuk Deposito, Tabungan, atau bentuk lainnya yang
dipersamakan dengan itu.
Berdasarkan Fatwa DSN-MUI Nomor 3 Tahun 2000 menyatakan
bahwa deposito yang dibenarkan dalam syariah adalah deposito yang
berdasarkan prinsip mudharabah. Dalam transaksi deposito mudharabah,
nasabah bertindak sebagai pemilik dana (shahibul maal) dan bank bertindak
sebagai pengelola dana (mudharib). Adapun ketentuannya adalah sebagai
berikut:
a. Dalam transaksi ini nasabah bertindak sebagai shahibul maal atau
pemilik dana, dan bank bertindak sebagai mudharib atau pengelola dana.
b. Dalam kapasitasnya sebagai mudharib, bank dapat melakukan berbagai
macam usaha yang tidak bertentangan dengan prinsip syariah dan
mengembannya, termasuk didalamnya mudharabah dengan pihak lain.
c. Modal harus dinyatakan dengan jumlahnya, dalam bentuk tunai dan
bukan piutang.
41
d. Pembagian keuntungan dinyatakan dalam bentuk nisbah dan dituangkan
dalam akad pembukaan rekening.
e. Bank sebagai mudharib menutup biaya operasional deposito dengan
menggunakan nisbah keuntungan yang menjadi haknya.
f. Bank tidak diperkenankan untuk mengurangi nisbah keuntungan.
Dari beberapa pendapat di atas, maka pengertian deposito
mudharabah adalah simpanan masyarakat yang disimpan kepada bank
syariah, dapat berupa rupiah ataupun valuta asing dimana penarikannya
hanya dapat dilakukan berdasarkan jangka waktu yang telah ditetapkan dan
disepakati antara nasabah dengan pihak bank syariah yang menggunakan
prinsip syariah (bagi hasil) dengan akad mudharabah. Biasanya memiliki
jangka waktu 1, 3, 6 dan 12 bulan.
Deposito sebagai salah satu produk perbankan dalam perbankan
syariah menggunakan skema mudharabah. Hal ini sejalan dengan tujuan
dari nasabah menggunakan instrument deposito yakni sebagai sarana
investasi dalam memperoleh keuntungan (Anshori, 2007:95).
Menurut Karnaen Perwataatmadja dan Muhammad Syafi’i Antonio
dalam bukunya berjudul Apa dan Bagaimana Bank Islam, ada tiga sifat dari
deposito mudharabah:
1. Deposito mudharabah atau lebih tepatnya deposito investasi mudharabah
merupakan investasi melalui simpanan pihak ketiga (perseorangan atau
badan hukum) yang penarikannya hanya dapat dilakukan dalam jangka
waktu tertentu jatuh tempo, dengan mendapatkan imbalan bagi hasil.
42
2. Imbalan dibagi dalam bentuk berbagi pendapatan (revenue sharing) atas
penggunaan dana tersebut secara syariah dengan proporsi pembagian
katakanlah 70:30, 70% untuk deposan dan 30% untuk bank.
3. Jangka waktu deposito mudharabah berkisar antara 1 bulan, 3 bulan, 6
bulan, dan 12 bulan.
B. Keterkaitan antar Variabel Bebas dengan Variabel Terikat
1. Inflasi dengan Jumlah Deposito Mudharabah
Penelitian yang dilakukan oleh Haron dan Nursofiza (2005), inflasi
berhubungan negatif dengan deposito yang dihimpun bank. Hal ini
disebabkan ketika inflasi mengalami kenaikan, maka para nasabah akan
mencairkan dananya untuk mempertahankan tingkat konsumsinya.
Muhamad Abduh, Azmi dan Duasa (2011) dalam penelitiannya mendapat
hasil bahwa inflasi memiliki dampak negatif terhadap Deposito
Mudharabah. Sebagaimana yang dihasilkan oleh Ani dan Wasilah (2010)
tingkat inflasi memiliki pengaruh yang signifikan terhadap pertumbuhan
deposito Mudharabah berjangka 1 bulan. Menurut para ekonom Islam,
inflasi berakibat sangat buruk bagi perekonomian karena dapat melemahkan
semangat menabung dan sikap terhadap menabung dari masyarakat serta
menimbulkan gangguan terhadap fungsi uang, terutama terhadap fungsi
tabungan (nilai simpan), fungsi dari pembayaran di muka, dan fungsi dari
unit perhitungan (Adiwarman Karim, 2008 : 139).
43
2. Suku Bunga Deposito dengan Jumlah Deposito Mudharabah
Penelitian yang dilakukan oleh Rangga (2011), Permana (2012),
Delvin (2010), Rosylin (2008), Ani dan Wasilah (2010), Imam (2009),
Raditiya (2007), Haron dan Norafifah (2000) menyimpulkan bahwa suku
bunga deposito mempunyai pengaruh negatif dan signifikan terhadap
deposito mudharabah. Hal ini menunjukkan bahwa nasabah
mendepositokan dananya di bank adalah karena keuntungan semata. Jika
tingkat suku bunga deposito bank konvensional lebih tinggi dari bagi hasil,
maka nasabah memilih untuk menyimpan dananya di bank konvensional
atau risiko displacement fund (pengalihan dana dari bank syariah ke bank
konvensional). Terlihat dari penelitian ini dimana terbukti suku bunga
deposito berpengaruh negatif pada jumlah deposito mudharabah Bank
Syariah.
3. Jumlah Bagi Hasil Deposito dengan Jumlah Deposito Mudharabah
Penelitian yang dilakukan oleh Rangga (2011), Permana (2012), Ani
dan Wasilah (2010), Andika (2010), Erwin (2010), Erna dan Ekki (2004)
menyimpulkan bagi hasil deposito mempunyai pengaruh positif dan
signifikan terhadap deposito mudharabah dikarenakan jika dana deposito
mudharabah semakin besar yang dihimpun oleh bank syariah, maka bagi
hasil yang diberikan kepada nasabah juga semakin besar.
44
C. Penelitian Sebelumnya
Penelitian-penelitian sebelumnya yang relevan dan menjadi rujukan
bagi landasan penelitian ini, antara lain:
Tabel 2.3
Penelitian Sebelumya
No Penulis Judul
Penelitian
Data dan
Variabel
Model
Analisis
Kesimpulan
1. Muhamad
Abduh,
Azmi dan
Duasa
(2011)
The Impact
of Crisis and
Macroecono
mic Variables
towards
Islamic
Banking
Deposit
Tingkat
Bunga (X1),
Tingkat
Keuntungan
(X2),
Pertumbuhan
Produksi
(X3), Inflasi
(X4), Krisis
(X5), dan
Deposito
Mudharabah
(Y)
VECM Tingkat bunga,
tingkat
keuntungan, dan
pertumbuhan
tidak memiliki
efek yang
signifikan, inflasi
memiliki dampak
negatif terhadap
deposito
mudharabah, dan
krisis memiliki
dampak positif
terhadap deposito
mudharabah.
2. Ani dan
Wasilah
(2010)
Faktor-faktor
yang
mempengaru
hi jumlah
penghimpuna
n dana pihak
ketiga
(deposito
mudharabah
1 bulan)
Bank
Muammalat
Indonesia
Suku bunga
deposito
berjangka 1
bulan pada
bank umum
konvensional
(X1), Bagi
hasil (X2),
FDR (X3),
Inflasi (X4),
Ukuran (X5),
dan Deposito
mudharabah
(Y)
Analisis
regresi
berganda
denga
metode
kuadrat
terkecil
(least
square)
Bahwa variabel
tingkat suku
bunga deposito
berjangka 1
bulan, tingkat
bagi hasil, inflasi
dan ukuran bank
berpengaruh
signifikan
terhadap deposito
mudharabah,
sedangkan FDR
tidak mempunyai
pengaruh yang
signifikan
3. Delvin
(2010)
Pengaruh
Tingkat Suku
Bunga dan
Tingkat Suku
Bunga (X1),
Bagi Hasil
PAM
(Partial
Adjustmen
Tingkat suku
bunga dan tingkat
bagi hasil
45
Bagi Hasil
Terhadap
Deposito
Mudharabah
(X2), dan
Deposito
Mudharabah
(Y)
t Model) berpengaruh
secara signifikan
terhadap deposito
mudharabah
4. Kasri dan
Kasim
(2009)
Empirical
Determinants
of Saving in
the Islamic
Banks:
Evidence
From
Indonesia
Bagi Hasil
Deposito
(X1), Tingkat
Suku Bunga
Deposito
Konvensional
(X2),
Pendapatan
Nasional
(X3), Kantor
Cabang (X4),
dan Deposito
Mudharabah
(Y)
VAR
(Vector
Auto
Regressive
)
Bagi hasil
deposito
berpengaruh
signifikan positif
terhadap deposito
mudharabah,
tingkat suku
bunga deposito
memiliki dampak
negatif terhadap
deposito
mudharabah,
sedangkan
pendapatan
nasional dan
kantor cabang
ternyata tidak
signifikan dalam
jangka panjang
terhadap deposito
mudharabah.
5. Assriwijay
a Raditiya
(2007)
Pengaruh
tingkat suku
bunga dan
bagi hasil
terhadap
deposito
mudharabah
pada Bank
Syariah
Mandiri
Suku bunga
(X1), bagi
hasil (X2),
dan deposito
mudharabah
(Y).
Ordinary
Least
Square
(OLS)
atau
metode
kuadrat
terkecil
dengan
model
regresi
Partial
Adjusment
Model
(PAM)
Bahwa tingkat
suku bunga
berpengaruh
negatif terhadap
volume deposito
mudharabah dan
bagi hasil
mempunyai
hubungan yang
positif tetapi tidak
berpengaruh
terhadap volume
deposito
mudharabah
6. Erna
Rachmaw
ati dan
Ekki
(2004)
Factors
Affecting
Mudharaba
Deposits in
Indonesia
Tingkat bagi
hasil (X1),
tingkat suku
bunga (X2),
pendapatan
Econometr
ic’s
Cointergr
ation
Methode
GDP berpengaruh
negatif dan
signifikan
terhadap deposito
mudharabah
46
nasional (X3),
jumlah kantor
cabang
pembantu
(X4), dan
deposito
mudharabah
(Y).
hanya dalam
jangka waktu
pendek, KCP
berpengaruh
positif dan
signifikan dalam
jangka panjang
dan pendek,
tingkat bagi hasil
berpengaruh
positif dan
signifikan dalam
jangka waktu
panjang dan
pendek, dan
tingkat suku
bunga
mempunyai
hubungan yang
positif dan tidak
signifikan dalam
jangka waktu
pendek dan
panjang
7. Haron dan
Norafifah
(2000)
The effects of
conventional
interest Rate
of Profit On
funds
deposited
with Islamic
banking
system in
Malaysia
(periode1984
-1998)
Deposito
mudharabah,
tingkat
keuntungan
deposito
mudharabah
yang di
ekspektasi,
suku bunga
deposito bank
konvensional,
jumlah
tabungan
mudharabah
pada bank
Islam, tingkat
keuntungan
tabungan
mudharabah
yang di
ekspektasi
Adaptive
expectation
model
Bahwa terdapat
hubungan yang
positif antara
tingkat
keuntungan
deposito
mudharabah dan
suku bunga
deposito masing-
masing bank,
adanya hubungan
negatif antara
suku bank
konvensional
dengan jumlah
deposito pada
bank Islam,
terdapat
hubungan yang
positif antara
tingkat
47
dan suku
bunga
tabungan
bank
konvensional
keuntungan
tabungan
mudharabah
dengan jumlah
tabungan pada
bank Islam
Sumber: Penelitian Terdahulu
D. Kerangka Berpikir
Kerangka pemikiran merupakan sintesa dari serangkaian teori yang
tertuang dalam tinjauan pustaka, yang pada dasarnya merupakan gambaran
sistematis dari kinerja teori dalam memberikan solusi atau alternatif solusi dari
serangkaian masalah yang ditetapkan. Kerangka pemikiran dapat disajikan
dalam bentuk bagan, deskripsi kualitatif, dan atau gabungan keduanya (Abdul
Hamid, 2010:15).
Kerangka pemikiran dalam penelitian ini dapat digambarkan sebagai
berikut:
48
Gambar 2.1
Kerangka Berpikir
E. Hipotesis
Hipotesis merupakan dugaan sementara atas suatu hubungan, sebab
akibat dari kinerja variabel yang perlu dibuktikan kebenarannya. Hipotesis
dapat dibedakan dalam hipotesis deskriptif, hipotesis argumentatif, hipotesis
Pengaruh Inflasi, Tingkat Suku Bunga Deposito, dan Jumlah Bagi Hasil Deposito
Terhadap Jumlah Deposito Mudharabah
Bank Indonesia
Variabel Bebas atau
Independent (X):
1. Inflasi (X1)
2. Tingkat Suku Bunga
Deposito (X2)
3. Jumlah Bagi Hasil (X3)
Variabel Terikat atau
Dependent (Y):
Jumlah Deposito
Mudharabah
Uji Model Regresi
Pengujian asumsi Klasik :
1. Uji Normalitas
2. Uji Multikolinieritas
3. Uji Heteroskedastisitas
4. Uji Otokorelasi
Uji Regresi Berganda
Pengujian Hipotesis :
1. Uji F
2. Uji t
3. Uji Adjust (R2)
Interpretasi dan
Kesimpulan
49
kerja, dan hipotesis statistik atau hipotesis nol. Hipotesis yang digunakan
dalam penelitian ini adalah hipotesis statistik atau hipotesis nol yang bertujuan
untuk memeriksa ketidakbenaran sebuah dalil atau teori yang selanjutnya akan
ditolak melalui bukti-bukti yang sah (Abdul Hamid, 2010:16). Adapun alasan
dalam menggunakan hipotesis ini karena penelitian ini merupakan penelitian
kuantitatif yang menggunakan alat-alat statistik, karakteristik ini sama dengan
yang dimiliki hipotesis statistik yang juga menggunakan alat-alat analisis
dalam membuktikan dugaan objek-objek yang diteliti.
Berdasarkan teori dan kerangka pemikiran tersebut, maka hipotesis di
bawah ini pada dasarnya merupakan jawaban sementara terhadap suatu
masalah yang harus dibuktikan kebenarannya, adapun hipotesis yang
dirumuskan dalam penulisan ini adalah sebagai berikut:
1. Ho 1 : tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara inflasi secara parsial
terhadap jumlah deposito mudharabah.
H1 1 : terdapat pengaruh yang signifikan antara inflasi secara parsial
terhadap jumlah deposito mudharabah.
2. Ho 2 : tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara tingkat suku bunga
deposito secara parsial terhadap jumlah deposito mudharabah.
H1 2 : terdapat pengaruh yang signifikan antara tingkat suku bunga deposito
secara parsial terhadap jumlah deposito mudharabah.
3. Ho 3 : tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara jumlah bagi hasil
deposito secara parsial terhadap jumlah deposito mudharabah.
50
H1 3 : terdapat pengaruh yang signifikan antara jumlah bagi hasil deposito
secara parsial terhadap jumlah deposito mudharabah.
4. Ho 4 : tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara inflasi, tingkat
suku bunga deposito, dan jumlah bagi hasil deposito secara simultan
terhadap jumlah deposito mudharabah.
H1 4 : terdapat pengaruh yang signifikan antara inflasi, tingkat suku
bunga deposito, dan jumlah bagi hasil deposito secara simultan terhadap
jumlah deposito mudharabah.
51
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Ruang Lingkup Penelitian
Ruang lingkup penelitian ini terfokus pada inflasi, tingkat suku bunga
deposito, dan jumlah bagi hasil deposito terhadap jumlah deposito mudharabah
pada Bank Syariah Mandiri (BSM). Periode yang diteliti dari tahun 2008
sampai tahun 2012. Data yang diambil merupakan data bulanan. Sedangkan
jenis data yang penulis gunakan pada penelitian ini adalah data sekunder
runtun waktu (time series).
B. Metode Penentuan Sampel
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek/subyek
yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh
peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono,
2009:115). Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki
oleh populasi tersebut (Sugiyono, 2009:116). Objek dalam penelitian ini adalah
Bank Syariah Mandiri (BSM). Bank Syariah Mandiri (BSM) dipilih karena
merupakan Bank Syariah dengan banyak kelebihan. Bank Syariah Mandiri
mencatatkan laba bersih Rp 806 miliar per 31 Desember 2012. Laba tersebut
naik 46,28% dibanding laba BSM per 31 Desember 2011 sebesar Rp 551
miliar. Aset BSM per Desember 2012 Rp54,23 triliun atau tumbuh 11,42%
dibanding posisi semula pada Desember 2011 sebesar Rp 48,67 triliun.
52
Sementara Dana Pihak Ketiga (DPK) BSM per Desember 2012 mencapai Rp
47,41 triliun, naik 11,24%, dibanding posisi Desember 2011 sebesar Rp 42,62
triliun (www.syariahmandiri.co.id).
Adapun teknik/metode pengambilan sampel yang digunakan dalam
penelitian ini adalah sampel berdasarkan kemudahan (Convenience Sampling).
Convenience Sampling berarti unit sampel yang ditarik mudah dihubungi, tidak
menyusahkan, mudah untuk mengukur, dan bersifat kooperatif (Abdul Hamid,
2010:18). Metode ini dipilih karena peneliti mengambil data dari Bank Syariah
Mandiri yang sudah memiliki laporan keuangan pada publikasi Bank Indonesia
dan website-nya.
C. Metode Pengumpulan Data
Metode yang digunakan dalam pengumpulan informasi dan data pada
penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang diperoleh dalam bentuk data yang
sudah jadi, sudah dikumpulkan dan diolah oleh pihak lain, biasanya sudah
dalam bentuk publikasi (Muhamad, 2008:102). Peneliti menggunakan data
sekunder berupa data runtun waktu (time series) dengan skala bulanan
(monthly) yang diambil dari data bulanan historis jumlah deposito
mudharabah yang dihimpun oleh Bank Syariah Mandiri pada laporan
keuangan publikasi bank pada Bank Indonesia dengan melihat laporan
neraca dan laba rugi dari tahun 2008-2012 yang diperoleh dari situs
53
www.bi.go.id. Disamping itu diperoleh data bulanan historis inflasi pada
website www.bps.go.id tingkat suku bunga deposito yang diperoleh dari
website www.bi.go.id dengan rentan waktu yang sama dan jumlah bagi hasil
deposito yang diperoleh dari laporan publikasi Bank Syariah Mandiri
(BSM) yang ada di website Bank Indonesia.
2. Studi Kepustakaan (Library Research)
Penulis mengadakan penelitian kepustakaan untuk mendapatkan
teori dan konsep yang kuat agar dapat memecahkan permasalahan. Studi
kepustakaan dilakukan dengan mengumpulkan literatur-literatur ilmiah,
buku-buku, jurnal-jurnal, artikel, dan majalah yang berkaitan dengan
penelitian ini.
3. Pengamatan Langsung (Field Research)
Pengumpulan data dan keterangan seperti laporan keuangan dan data
lain yang berhubungan dengan penelitian ini. Diperoleh dari Bank
Indonesia. Pencarian data dilakukan dengan dua cara, yaitu:
a. Pencarian secara manual untuk data yang berbentuk kertas hasil cetakan.
b. Pencarian dengan membuka website resmi Bank Indonesia yang
mempublikasikan laporan keuangan dan penelitian pendukung yang
diperlukan untuk penelitian ini.
D. Metode Analisis Data
Dalam penelitian ini analisis hubungan dilakukan dengan analisis
regresi linier berganda. Digunakan regresi linier berganda karena regresi
54
sederhana tidak mencerminkan perilaku variabel ekonomi yang sebenarnya.
Sebuah variabel dependen biasanya tidak dipengaruhi satu variabel tapi
dipengaruhi banyak variabel (Widarjono, 2010:14). Hubungan tersebut di
ekspresikan dengan bentuk persamaan yang menghubungkan variabel
independen (X1, X2, X3, X4,….Xn) dengan variabel dependen (Y).
Penelitian ini menganalisis bagaimana pengaruh antara inflasi, tingkat
suku bunga deposito, dan jumlah bagi hasil deposito terhadap jumlah deposito
mudharabah Bank Syariah Mandiri (BSM). Penelitian ini menggunakan
metode analisis regresi linier berganda dengan menggunakan program
komputer (software) SPSS versi 19.0 dan Microsoft Excel 2007. Berikut adalah
metode yang digunakan dalam menganalisis data pada penelitian ini:
1. Statistik Deskriptif
Penggunaan statistik deskriptif variabel penelitian dimaksudkan
untuk memberikan penjelasan yang memudahkan peneliti dalam
menginterpretasikan hasil analisis data dan pembahasannya.
Statistik deskriptif berhubungan dengan pengumpulan dan
peringkasan data serta penyajiannya yang biasanya disajikan dalam bentuk
tabulasi baik secara grafik dan atau numerik (Ghozali, 2011:19).
2. Analisis Regresi Berganda
Pada analisis regresi berganda bahwa regresi berganda variabel
tergantung (terikat) dipengaruhi oleh dua atau lebih variabel bebas sehingga
hubungan fungsional antara variabel terikat (Y) dengan variabel bebas (X1,
X2, Xn). Kemudian dapat ditulis sebagai berikut (Suliyanto, 2011:53) :
55
Y = f (X1, X2, ….., Xn)
Keterangan:
Y = Variabel tergantung atau terikat (dependent)
X1, X2, ..., Xn = Variabel bebas (independent)
Secara piktografik model fungsional di atas dapat digambarkan
sebagai berikut:
Gambar 3.1
Model Piktografis Regresi berganda
Dalam model di atas terlihat bahwa variabel tergantung (terikat)
dipengaruhi dua atau lebih variabel bebas, disamping itu juga terdapat
pengaruh regresi linier berganda dapat dituliskan sebagai berikut:
Y = a + b1X1 + b2X2 + …… + bnXn + e
Keterangan:
Y = Variabel tergantung atau terikat (nilai yang diproyeksikan)
a = Intercept (konstanta) X2 = Variabel bebas kedua
b1 = Koefisien regresi untuk X1 Xn = Variabel bebas ke n
X1
Xn
Y X2
e
56
b2 = Koefisien regresi untuk X2 e = Nilai residu
bn = Koefisien regresi untuk Xn
X1 = Variabel bebas pertama
Berdasarkan pemaparan di atas maka model persamaan analisis
regresi linier berganda pada penelitian ini adalah sebagai berikut:
DPM = a + b1INF + b2SBD + b3JBH + e
Keterangan:
DPM = Jumlah Deposito Mudharabah, Variabel terikat (Y)
a = Intercept (konstanta)
b1 = Koefisien regresi untuk X1
b2 = Koefisien regresi untuk X2
b3 = Koefisien regresi untuk X3
INF = Inflasi, variabel bebas pertama (X1)
SBD = Tingkat Suku Bunga Deposito, variabel bebas kedua (X2)
JBH = Jumlah Bagi Hasil Deposito, variabel bebas ketiga (X3)
e = Nilai residu
3. Pengujian Asumsi Klasik
Menurut Nachrowi dan Usman (2006:7) model regresi linear adalah
salah satu teknik analisis kuantitatif yang dapat digunakan untuk
memberikan informasi besarnya hubungan sebab akibat (kausatif) antara
suatu faktor dengan faktor lainnya. Setelah dilakukan analisis regresi, maka
dilakukan pengujian asumsi klasik untuk mengetahui apakah model tersebut
bersifat Best Linear Unbiased Estimator (BLUE) dengan beberapa
57
pengujian, yaitu pengujian normalitas, pengujian multikolinieritas,
pengujian heteroskedastisitas dan pengujian otokorelasi.
a. Uji Normalitas
Uji normalitas dilakukan untuk melihat apakah variabel bebas dan
variabel terikat mempunyai distribusi normal. Maksud data distribusi
normal adalah data akan mengikuti arah garis diagonal dan menyebar
disekitar garis diagonal. Menurut Suliyanto (2011:69), uji normalitas
dimaksudkan untuk menguji apakah nilai residual yang telah
distandarisasi pada model regresi berditribusi normal atau tidak. Nilai
residual dikatakan berdistribusi normal jika nilai residual terstandarisasi
tersebut sebagian besar mendekati nilai rata-ratanya.
Nilai residual terstandarisasi yang berdistribusi normal jika
digambarkan dalam bentuk kurva akan membentuk gambar lonceng
(bell-shaped curve) yang kedua sisinya melebar hingga sampai tidak
terhingga. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan uji normalitas
dengan analisis grafik. Adapun dasar pengambilan keputusan dalam uji
ini adalah sebagai berikut:
1) Histogram
Jika Histogram Standardized Regression Residual membentuk kurva
seperti lonceng maka nilai residual tersebut dinyatakan normal.
2) Normal Probability Plot (Normal P-P Plot)
Membandingkan distribusi kumulatif dari data sesungguhnya dengan
distribusi kumulatif dari distribusi normal. Distribusi normal
58
digambarkan dengan sebuah garis diagonal lurus dari kiri bawah ke
kanan atas. Jika data normal maka garis yang menggambarkan data
sesungguhnya akan mengikuti atau merapat ke garis diagonalnya.
Disamping itu, uji normalitas dengan analisis grafik dapat
memberikan hasil yang subyektif. Artinya, antara orang yang satu dengan
yang lain dapat berbeda dalam menginterpretasikannya, maka peneliti
menggunakan uji normalitas dengan Kolmogorov-Smirnov. Nilai residual
terstandarisasi berdistribusi normal jika nilai Signifikansi (Sig) > alpha
(α) atau K hitung < K tabel (Suliyanto, 2011:75).
b. Uji Multikolinieritas
Multikolinearitas adalah hubungan liniear antar variabel
independen di dalam regresi berganda. Model regresi yang baik
seharusnya tidak terjadi korelasi diantara variabel independen
(Widarjono, 2010:75).
Yaitu munculnya peluang diantara beberapa variabel bebas untuk
saling berkorelasi, pada praktiknya multikolinieritas tidak dapat
dihindari. Imam Ghozali (2011) mengukur multikolinieritas dapat dilihat
dari nilai Tolerance dan Variance Inflation Factor (VIF). Tolerance
mengukur variabilitas variabel independen lainnya. Jadi nilai tolerance
yang rendah sama dengan nilai VIF tinggi karena VIF = 1/tolerance.
Nilai cut off yang umum dipakai untuk menunjukkan adanya
multikolinieritas adalah nilai tolerance < 0.10 atau sama dengan VIF >
10. Hipotesis yang digunakan dalam pengujian multikolinieritas adalah:
59
1) H0: VIF > 10, terdapat multikolinieritas
2) H1: VIF < 10, tidak terdapat multikolinieritas
c. Uji Heteroskedastisitas
Heteroskedastisitas yaitu kondisi dimana semua residual atau
error mempunyai varian yang tidak konstan atau berubah-ubah. Untuk
mengetahui apakah suatu data bersifat heteroskedastisitas atau tidak,
maka perlu pengujian. Pengujian heteroskedastisitas pada penelitian ini
menggunakan metode Analisis Grafik dan metode Rank Spearman.
Metode analisis grafik dilakukan dengan mengamati scatterplot
di mana sumbu horizontal menggambarkan Predicted Standardized
sedangkan sumbu vertikal menggambarkan nilai Residual Studentized.
Jika scatterplot membentuk pola tertentu, hal itu menunjukkan adanya
masalah heteroskedastisitas pada model regresi yang dibentuk (Suliyanto,
2011:97). Model analisis grafik ini memiliki kelemahan, yaitu bersifat
subyektif. Artinya, dengan scatterplot yang sama, antara orang satu
dengan orang yang lain dapat memberikan kesimpulan yang berbeda
mengenai pola scatterplot itu. Maka dari itu, penulis melakukan
pengujian heteroskedastisitas dengan metode Rank Spearman untuk
mendukung bahwa dalam model regresi ini tidak terdapat gejala
heteroskedastisitas.
Metode Rank Spearman dengan mengkorelasikan semua variabel
bebas terhadap nilai mutlak residualnya menggunakan korelasi Rank
Spearman. Jika terdapat korelasi variabel bebas yang signifikan positif
60
dengan nilai mutlak residualnya maka dalam model regresi yang
dibentuk terdapat masalah heteroskedastisitas. Dalam hal ini jika nilai
signifikasi lebih besar dari nilai alpha (Sig. > α) atau dikatakan tidak
terjadi heteroskedastisitas apabila t hitung < t tabel (Suliyanto, 2011:112).
Untuk menghitung t hitung digunakan rumus berikut:
ρxy = Koefisien Korelasi Rank Spearman
N = Jumlah Pengamatan
d. Uji Otokorelasi
Uji otokorelasi bertujuan menguji apakah dalam model regresi
linear ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan
kesalahan pengganggu pada periode t-1. Uji otokorelasi bertujuan untuk
mengetahui apakah ada korelasi antara anggota serangkaian data
observasi yang diuraikan menurut waktu (time-series) atau ruang (cross
section). Salah satu penyebab munculnya masalah otokorelasi adalah
adanya kelembaman (inertia) artinya kemungkinan besar akan
mengandung saling ketergantungan (interdependence) pada data
observasi periode sebelumnya dan periode sekarang (Suliyanto,
2011:125).
Salah satu ukuran dalam menentukan ada tidaknya masalah
otokorelasi adalah dengan uji Durbin-Watson (DW) dengan ketentuan
sebagai berikut (Danang Sunyoto, 2011:134) :
61
1) Terjadi otokorelasi positif, jika nilai DW dibawah -2 (DW < -2)
2) Tidak terjadi otokorelasi, jika nilai DW berada diantara -2 dan +2 atau
-2 < DW < +2
3) Terjadi otokorelasi negatif jika nilai DW diatas +2 atau DW > +2
Menentukan ada tidaknya masalah otokorelasi adalah dengan uji
Durbin-Watson (DW) dengan ketentuan sebagai berikut: (Singgih,
2012:243):
(a) Angka D-W dibawah -2, berarti ada autokorelasi positif
(b) Angka D-W diantara -2 sampai +2, berarti tidak ada autokorelasi
(c) Angka D-W diatas +2, berarti ada autokorelasi negatif
4. Pengujian Hipotesis
Dalam melakukan pengujian hipotesis, penulis memakai α = 5%
(0,05) atau tingkat kepercayaan 95%. Metode pengujian hipotesis dalam
penelitian ini adalah sebagai berikut:
a. Uji F
Menurut Nachrowi & Usman (2006:17), Uji-F digunakan untuk
menguji koefisien bersama-sama, sehingga nilai dari koefisien regresi
tersebut dapat diketahui secara bersama. Menurut Suliyanto (2011:55),
Uji F hitung digunakan untuk menguji pengaruh secara simultan variabel
bebas terhadap variabel terikatnya atau untuk menguji ketepatan model
(goodness of fit). Jika variabel bebas memiliki pengaruh secara simultan
terhadap variabel terikat maka model persamaan regresi masuk dalam
62
kriteria cocok atau fit. Sebaliknya, jika tidak terdapat pengaruh secara
simultan maka masuk dalam kategori tidak cocok atau not fit.
Adapun cara pengujian dalam uji F ini, yaitu dengan
menggunakan suatu tabel yang disebut dengan Tabel ANOVA (Analysis
of Variance) dengan melihat nilai signifikasi (Sig < 0,05 atau 5 %). Jika
nilai signifikasi > 0.05 maka H1 ditolak, sebaliknya jika nilai signifikasi
< 0.05 maka H1 diterima.
Selain itu, dapat juga dilihat dari nilai F hitung dan F tabel. Jika
Fhitung > Ftabel maka variabel bebas secara simultan berpengaruh terhadap
variabel terikatnya di mana Ftabel dengan derajat bebas, df: α, (k-1), (n-k).
Dimana n = jumlah pengamatan, k = jumlah variabel (Suliyanto,
2011:62).
b. Uji t
Menurut Nachrowi & Usman (2006:18) setelah melakukan uji
koefisien regresi secara keseluruhan, maka langkah selanjutnya adalah
menghitung koefisien regresi secara individu, dengan menggunakan
suatu uji yang dikenal dengan sebutan Uji-t. Menurut Suliyanto
(2011:55), nilai t hitung digunakan untuk menguji pengaruh secara
parsial (per variabel) terhadap terikatnya. Apakah variabel tersebut
memiliki pengaruh yang berarti terhadap variabel terikatnya atau tidak.
Uji t digunakan untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh masing-
masing variabel independen secara individual (parsial) terhadap variabel
63
dependen yang diuji pada tingkat signifikasi 0.05 maka variabel
independen berpengaruh terhadap variabel dependen (Ghozali, 2011).
c. Uji Koefisien Determinasi (R2)
Koefesiensi determinasi (R2) digunakan untuk mengukur
seberapa baik garis regresi sesuai dengan data aktualnya (goodness of fit).
Koefisiensi determinasi ini mengukur prosentase total varian variabel
dependen Y yang dijelaskan oleh variabel independen di dalam garis
regresi. Menurut Sulaiman (2004:86) nilai R2
mempunyai interval antara
0 sampai 1 (0< R2 < 1). Semakin besar R
2 (mendekati 1), semakin baik
hasil untuk model regresi tersebut dan semakin mendekati 0, maka
variabel independen secara keseluruhan tidak dapat menjelaskan variabel
dependen.
Koefisien Determinasi (R2) bertujuan untuk mengetahui seberapa
besar kemampuan variabel independen menjelaskan variabel dependen.
Nilai R square berada diantara 0 – 1, semakin dekat nilai R square
dengan 1 maka garis regresi yang digambarkan menjelaskan 100%
variasi dalam Y. Sebaliknya, jika nilai R square sama dengan 0 atau
mendekatinya maka garis regresi tidak menjelaskan variasi dalam Y.
Menurut Suliyanto (2011:55), koefisien determinasi merupakan
besarnya kontribusi variabel bebas terhadap variabel terikatnya. Semakin
tinggi koefisien determinasi, semakin tinggi kemampuan variabel bebas
dalam menjelaskan variasi perubahan pada variabel terikatnya. Koefisien
determinasi memiliki kelemahan, yaitu bias terhadap jumlah variabel
64
bebas yang dimasukkan dalam model regresi di mana setiap penambahan
satu variabel bebas dan jumlah pengamatan dalam model akan
meningkatkan nilai R2 meskipun variabel yang dimasukkan tersebut tidak
memiliki pengaruh yang signifikan terhadap variabel terikatnya. Untuk
mengurangi kelemahan tersebut maka digunakan koefisien determinasi
yang telah disesuaikan, Adjusted R Square (R2
adj).
Koefisien determinasi yang telah disesuaikan (R2
adj) berarti
bahwa koefisien tersebut telah dikoreksi dengan memasukkan jumlah
variabel dan ukuran sampel yang digunakan. Dengan menggunakan
koefisien determinasi yang disesuaikan maka nilai koefisien determinasi
yang disesuaikan itu dapat naik atau turun oleh adanya penambahan
variabel baru dalam model.
E. Operasional Variabel Penelitian
Operasional variabel merupakan definisi dari serangkaian variabel yang
digunakan dalam penulisan (Abdul Hamid, 2010:20). Pengertian operasional
variabel adalah definisi yang didasarkan atas sifat-sifat yang dapat diamati (di
observasi) dari definisi operasional tersebut dapat ditentukan alat pengambilan
data yang cocok dipergunakan. Definisi dari variabel-variabel dalam penelitian
ini adalah sebagai berikut:
1. Inflasi
Inflasi merupakan variabel bebas pertama (X1). Maksud dari variabel
ini adalah merupakan perubahan kenaikan harga-harga umum secara terus
65
menerus, yang dihitung dari tingkat inflasi di Indonesia dan dinyatakan
dalam persen. Periode tahun 2008 sampai dengan 2012. Data didapat dari
website Badan Pusat Statistik. Data dalam bentuk persentase (%).
2. Tingkat Suku Bunga Deposito
Tingkat suku bunga deposito pada bank umum konvensional (BUK)
merupakan variabel bebas kedua (X2). Maksud dari variabel ini adalah
tingkat bunga yang ditetapkan Bank Indonesia memiliki pengaruh terhadap
nasabah rasional yang melihat keuntungan. Ketika suku bunga naik maka
lebih baik deposito di bank konvensional jika suku bunga turun maka
deposito mudharabah pada bank syariah memiliki keuntungan yang lebih
besar. Dalam penelitian ini data mengenai tingkat suku bunga deposito
didapat dari website Bank Indonesia www.bi.go.id periode tahun 2008
sampai 2012 berupa persentase (%).
3. Jumlah Bagi Hasil Deposito
Jumlah bagi hasil deposito merupakan variabel bebas ketiga (X3).
Maksud dari variabel ini adalah total jumlah bagi hasil deposito
mudharabah yang diterima oleh hak pihak ketiga bukan bank (nasabah)
simpanan deposito mudharabah selama tahun 2008 sampai dengan 2012.
Data diperoleh dari laporan laba rugi Bank Syariah Mandiri (BSM) pada
laporan keuangan publikasi bank di Bank Indonesia. Data dalam bentuk
satuan jutaan Rupiah (Rp).
66
4. Jumlah Deposito Mudharabah
Jumlah deposito mudharabah merupakan variabel terikat atau
dependent (Y). Mudharabah adalah akad kerja sama antara pemilik modal
dengan pengelola di mana keuntungan di bagi berdasarkan akad. Deposito
Mudharabah adalah simpanan berdasarkan prinsip bagi hasil yang
penarikannya hanya dapat dilakukan pada waktu tertentu berdasarkan
perjanjian nasabah penyimpan dengan bank. Dalam penelitian ini penulis
menggunakan jumlah keseluruhan deposito mudharabah dengan jangka
waktu deposito 1 bulan baik berupa deposito mudharabah rupiah atau valas
periode 2008 sampai dengan 2012 yang diperoleh dari laporan neraca Bank
Syariah Mandiri (BSM) pada laporan keuangan publikasi bank di Bank
Indonesia. Data dalam bentuk satuan jutaan Rupiah (Rp).
67
BAB IV
ANALISIS DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Objek Penelitian
Nilai-nilai perusahaan yang menjunjung tinggi kemanusiaan dan
integritas telah tertanam kuat pada segenap insan Bank Syariah Mandiri (BSM)
sejak awal pendiriannya. Kehadiran BSM sejak tahun 1999, sesungguhnya
merupakan hikmah sekaligus berkah pasca krisis ekonomi dan moneter 1997-
1998. Sebagaimana diketahui, krisis ekonomi dan moneter sejak Juli 1997,
yang disusul dengan krisis multi-dimensi termasuk di panggung politik
nasional, telah menimbulkan beragam dampak negatif yang sangat hebat
terhadap seluruh sendi kehidupan masyarakat, tidak terkecuali dunia usaha.
Dalam kondisi tersebut, industri perbankan nasional yang didominasi oleh
bank-bank konvensional mengalami krisis luar biasa. Pemerintah akhirnya
mengambil tindakan dengan merestrukturisasi dan merekapitalisasi sebagian
bank-bank di Indonesia.
Salah satu bank konvensional, PT Bank Susila Bakti (BSB) yang
dimiliki oleh Yayasan Kesejahteraan Pegawai (YKP) PT Bank Dagang Negara
dan PT Mahkota Prestasi juga terkena dampak krisis. BSB berusaha keluar dari
situasi tersebut dengan melakukan upaya merger dengan beberapa bank lain
serta mengundang investor asing.
Pada saat bersamaan, pemerintah melakukan penggabungan (merger)
empat bank (Bank Dagang Negara, Bank Bumi Daya, Bank Exim, dan
68
Bapindo) menjadi satu bank baru bernama PT Bank Mandiri (Persero) pada
tanggal 31 Juli 1999. Kebijakan penggabungan tersebut juga menempatkan dan
menetapkan PT Bank Mandiri (Persero) Tbk. sebagai pemilik mayoritas baru
BSB.
Sebagai tindak lanjut dari keputusan merger, Bank Mandiri melakukan
konsolidasi serta membentuk Tim Pengembangan Perbankan Syariah.
Pembentukan tim ini bertujuan untuk mengembangkan layanan perbankan
syariah di kelompok perusahaan Bank Mandiri, sebagai respon atas
diberlakukannya UU No. 10 tahun 1998, yang memberi peluang bank umum
untuk melayani transaksi syariah (dual banking system).
Tim Pengembangan Perbankan Syariah memandang bahwa
pemberlakuan UU tersebut merupakan momentum yang tepat untuk melakukan
konversi PT Bank Susila Bakti dari bank konvensional menjadi bank syariah.
Oleh karenanya, Tim Pengembangan Perbankan Syariah segera
mempersiapkan sistem dan infrastrukturnya, sehingga kegiatan usaha BSB
berubah dari bank konvensional menjadi bank yang beroperasi berdasarkan
prinsip syariah dengan nama PT Bank Syariah Mandiri sebagaimana tercantum
dalam Akta Notaris: Sutjipto, SH, No. 23 tanggal 8 September 1999.
Perubahan kegiatan usaha BSB menjadi bank umum syariah
dikukuhkan oleh Gubernur Bank Indonesia melalui SK Gubernur BI No. 1/24/
KEP.BI/1999, 25 Oktober 1999. Selanjutnya, melalui Surat Keputusan Deputi
Gubernur Senior Bank Indonesia No. 1/1/KEP.DGS/ 1999, BI menyetujui
perubahan nama menjadi PT Bank Syariah Mandiri. Menyusul pengukuhan
69
dan pengakuan legal tersebut, PT Bank Syariah Mandiri secara resmi mulai
beroperasi sejak Senin tanggal 25 Rajab 1420 H atau tanggal 1 November
1999.
PT Bank Syariah Mandiri hadir, tampil dan tumbuh sebagai bank yang
mampu memadukan idealisme usaha dengan nilai-nilai rohani, yang melandasi
kegiatan operasionalnya. Harmoni antara idealisme usaha dan nilai-nilai rohani
inilah yang menjadi salah satu keunggulan Bank Syariah Mandiri dalam
kiprahnya di perbankan Indonesia. BSM hadir untuk bersama membangun
Indonesia menuju Indonesia yang lebih baik (www.syariahmandiri.co.id).
1. Visi dan Misi PT Bank Syariah Mandiri
Visi
Menjadi Bank Syariah Terpercaya Pilihan Mitra Usaha
Misi
Mewujudkan pertumbuhan dan keuntungan yang berkesinambungan
Mengutamakan penghimpunan dana konsumer dan penyaluran
pembiayaan pada segmen UMKM
Merekrut dan mengembangkan pegawai profesional dalam lingkungan
kerja yang sehat
Mengembangkan nilai-nilai syariah universal
Menyelenggarakan operasional bank sesuai standar perbankan yang
sehat
70
2. Struktur Organisasi PT Bank Syariah Mandiri
Gambar 4.1
Bagan Struktur Organisasi pada Bank Syariah Mandiri
Sumber: www.syariahmandiri.co.id
3. Produk-Produk Bank Syariah Mandiri
a. Produk-Produk Pembiayaan
Bank Syariah Mandiri (BSM) memiliki banyak produk-produk
pembiayaan antara lain:
71
BSM Implan adalah pembiayaan konsumer dalam valuta rupiah
yang diberikan oleh bank kepada karyawan tetap Perusahaan yang
pengajuannya dilakukan secara massal (kelompok).
Pembiayaan Peralatan Kedokteran adalah pemberian fasilitas
pembiayaan kepada para profesional di bidang kedokteran/kesehatan
untuk pembelian peralatan kedokteran.
Pembiayaan Edukasi BSM adalah pembiayaan jangka pendek
dan menengah yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan uang masuk
sekolah/perguruan tinggi/lembaga pendidikan lainnya atau uang
pendidikan pada saat pendaftaran tahun ajaran/semester baru berikutnya
dengan akad ijarah.
Pembiayaan Dana Berputar adalah fasilitas pembiayaan modal
kerja dengan prinsip musyarakah yang penarikan dananya dapat
dilakukan sewaktu-waktu berdasarkan kebutuhan riil nasabah.
Pembiayaan kepada Pensiunan merupakan penyaluran fasilitas
pembiayaan konsumer (termasuk untuk pembiayaan multiguna) kepada
para pensuinan, dengan pembayaran angsuran dilakukan melalui
pemotongan uang pensiun langsung yang diterima oleh bank setiap
bulan (pensiun bulanan). Akad yang digunakan adalah akad murabahah
atau ijarah.
Pembiayaan Umrah adalah pembiayaan jangka pendek yang
digunakan untuk memfasilitasi kebutuhan biaya perjalanan umrah
72
seperti namun tidak terbatas untuk tiket, akomodasi dan persiapan biaya
umrah lainnya dengan akad ijarah.
Penyaluran pembiayaan kepada/melalui koperasi karyawan
untuk pemenuhan kebutuhan para anggotanya (kolektif) yang
mengajukan pembiayaan melalui koperasi karyawan.
Pembiayaan Griya BSM adalah pembiayaan jangka pendek,
menengah, atau panjang untuk membiayai pembelian rumah tinggal
(konsumer), baik baru maupun bekas, di lingkungan developer maupun
non developer, dengan sistem murabahah.
Pembiayaan talangan haji merupakan pinjaman dana talangan
dari bank kepada nasabah khusus untuk menutupi kekurangan dana
untuk memperoleh kursi/seat haji dan pada saat pelunasan BPIH.
BSM Customer Network Financing selanjutnya disebut BSM-
CNF adalah fasilitas pembiayaan modal kerja yang diberikan kepada
Nasabah (agen, dealer, dan sebagainya) untuk pembelian
persediaan/inventory barang dari Rekanan (ATPM,
produsen/distributor, dan sebagainya) yang menjalin kerjasama dengan
bank.
Pembiayaan Griya BSM Optima merupakan pemilikan rumah
dengan tambahan benefit berupa adanya fasilitas pembiayaan tambahan
yang dapat diambil nasabah pada waktu tertentu sepanjang coverage
atas agunannya masih dapat meng-cover total pembiayaannya dan
dengan memperhitungkan kecukupan debt to service ratio nasabah.
73
Pembiayaan Griya BSM Bersubsidi adalah pembiayaan untuk
pemilikan atau pembelian rumah sederhana sehat (RS Sehat/RSH) yang
dibangun oleh pengembang dengan dukungan fasilitas subsidi uang
muka dari pemerintah.
BSM Pembiayaan Kendaraan Bermotor (PKB) merupakan
pembiayaan untuk pembelian kendaraan bermotor dengan sistem
murabahah (www.syariahmandiri.co.id).
b. Produk-Produk Pendanaan
BSM Giro Valas sarana penyimpanan dana dalam mata uang US
Dollar untuk kemudahan transaksi dengan pengelolaan berdasarkan
prinsip wadiah yad dhamanah untuk perorangan atau non-perorangan.
BSM Giro Singapore Dollar sarana penyimpanan dana dalam
mata uang Singapore Dollar untuk kemudahan transaksi dengan
pengelolaan berdasarkan prinsip wadiah yad dhamanah untuk
perorangan atau non-perorangan.
BSM Giro Euro sarana penyimpanan dana dalam mata uang
Singapore Dollar untuk kemudahan transaksi dengan pengelolaan
berdasarkan prinsip wadiah yad dhamanah untuk perorangan atau non-
perorangan.
BSM Deposito investasi berjangka waktu tertentu dalam mata
uang rupiah yang dikelola berdasarkan prinsip mudharabah muthlaqah
untuk perorangan dan non-perorangan.
74
BSM Deposito Valas investasi berjangka waktu tertentu dalam
mata uang dollar yang dikelola berdasarkan prinsip mudharabah
muthlaqah untuk perorangan dan non-perorangan.
Tabungan dalam mata uang rupiah yang penarikan dan
setorannya dapat dilakukan setiap saat selama jam kas dibuka di konter
BSM atau melalui ATM.
BSM Tabungan Berencana tabungan berjangka yang
memberikan nisbah bagi hasil berjenjang serta kepastian pencapaian
target dana yang telah ditetapkan.
BSM Tabungan Simpatik tabungan berdasarkan prinsip wadiah
yang penarikannya dapat dilakukan setiap saat berdasarkan syarat-
syarat yang disepakati.
BSM Tabungan Investa Cendekia tabungan berjangka untuk
keperluan uang pendidikan dengan jumlah setoran bulanan tetap
(installment) dan dilengkapi dengan perlindungan asuransi.
BSM Tabungan Mabrur tabungan dalam mata uang rupiah untuk
membantu pelaksanaan ibadah haji & umrah.
BSM Tabungan Dollar tabungan dalam mata uang dollar (USD)
yang penarikan dan setorannya dapat dilakukan setiap saat atau sesuai
ketentuan BSM.
BSM Tabungan Korban tabungan dalam mata uang rupiah untuk
membantu nasabah dalam merencanakan ibadah kurban dan aqiqah.
75
Tabungan Pensiun BSM adalah simpanan dalam mata uang
rupiah berdasarkan prinsip mudharabah mutlaqah, yang penarikannya
dapat dilakukan setiap saat berdasarkan syarat-syarat dan ketentuan
yang disepakati. Produk ini merupakan hasil kerjasama BSM dengan
PT Taspen yang diperuntukkan bagi pensiunan pegawai negeri
Indonesia.
BSM Giro sarana penyimpanan dana dalam mata uang Rupiah
untuk kemudahan transaksi dengan pengelolaan berdasarkan prinsip
wadiah yad dhamanah (www.syariahmandiri.co.id).
c. Produk-Produk Jasa
BSM Mobile Banking GPRS (MBG) memudahkan Anda dalam
melakukan transaksi perbankan dengan teknologi GPRS di ponsel
Anda. Kini, dilengkapi fitur untuk melakukan transfer real time antar
bank dengan biaya pulsa paling murah.
BSM Net Banking merupakan produk layanan perbankan
berbasis teknologi internet yang memberikan kemudahan melakukan
berbagai transaksi perbankan.
BSM Jual Beli Valas pertukaran mata uang rupiah dengan mata
uang asing atau mata uang asing dengan mata uang asing lainnya yang
dilakukan oleh Bank Syariah Mandiri dengan nasabah.
BSM Electronic Payroll pembayaran gaji karyawan institusi
melalui teknologi terkini Bank Syariah Mandiri secara mudah, aman
dan fleksibel.
76
Manfaatkan layanan BSM Transfer Uang Tunai untuk
mengirim uang tunai kepada sanak saudara atau rekan bisnis Anda di
seluruh pelosok negeri tercinta dengan mudah dan aman. Uang tetap
dapat dikirim meskipun di lokasi tersebut belum tersedia layanan
perbankan.
BSM Kliring penagihan warkat bank lain di mana lokasi bank
tertariknya berada dalam satu wilayah kliring.
BSM Inkaso Penagihan warkat bank lain di mana bank
tertariknya berbeda wilayah kliring atau berada di luar negeri, hasilnya
penagihan akan dikredit ke rekening nasabah.
BSM Card merupakan sarana untuk melakukan transaksi
penarikan, pembayaran, dan pemindahbukuan dana pada ATM BSM,
ATM Mandiri, jaringan ATM Prima-BCA dan ATM Bersama, serta
ATM Bankcard. BSM Card juga berfungsi sebagai kartu Debit yang
dapat digunakan untuk transaksi belanja di seluruh merchant yang
menggunakan EDC Prima-BCA.
BSM Sentra Bayar merupakan layanan bank dalam menerima
pembayaran tagihan pelanggan.
BSM SMS Banking merupakan produk layanan perbankan
berbasis teknologi seluler yang memberikan kemudahan melakukan
berbagai transaksi perbankan. Dan masih banyak lagi produk jasa yang
diberikan oleh Bank Syariah Mandiri yang diberikan pada nasabahnya
(www.syariahmandiri.co.id).
77
B. Hasil Analisis dan Pembahasan
1. Analisis Deskriptif
Pengolahan data pada penelitian ini dilakukan dengan menggunakan
bantuan Program SPSS 19.0 dan Microsoft Excel 2007, untuk mengolah
data dan memperoleh hasil dari variabel-variabel yang diteliti, yaitu terdiri
dari variabel inflasi, tingkat suku bunga deposito, jumlah bagi hasil deposito
dan jumlah deposito mudharabah.
Berikut dapat dilihat perkembangan dari penghimpunan dana pihak
ketiga yaitu deposito mudharabah Bank Syariah Mandiri (BSM) yang
dipublikasikan pada laporan keuangan Bank Indonesia.
Tabel 4.1
Jumlah Deposito Mudharabah (dalam jutaan rupiah)
Bulan 2008 2009 2010 2011 2012
Januari 5.232.654 7.765.849 9.957.412 14.956.511 22.934.744
Februari 5.723.895 7.937.765 10.222.510 15.341.027 24.119.830
Maret 6.134.602 7.952.787 10.902.750 17.449.883 22.779.096
April 6.696.483 6.090.330 11.502.232 16.623.765 21.344.383
Mei 6.298.423 8.012.166 11.541.841 17.270.458 21.879.096
Juni 6.681.816 7.991.910 9.142.094 18.687.254 22.098.719
Juli 6.756.192 7.452.907 9.603.320 19.463.013 20.812.114
Agustus 6.968.853 7.824.576 12.322.805 20.165.632 21.438.434
September 7.098.350 8.036.013 12.817.417 21.393.987 21.300.901
Oktober 7.275.193 8.437.882 12.999.616 21.778.450 21.380.364
November 7.583.930 8.620.397 13.389.538 23.022.056 22.911.695
Desember 7.802.322 9.583.761 15.110.402 23.524.711 21.826.644
Rata-rata 6.687.726 7.975.529 11.625.995 19.139.729 22.068.835
Sumber: Data diolah
Berdasarkan Tabel 4.1 di atas, rata-rata nilai deposito mudharabah
tertinggi terjadi pada tahun 2012, yaitu sebesar 22.068.835 (jutaan) dan rata-
78
rata nilai deposito mudharabah terendah terjadi pada tahun 2008, yaitu
sebesar 6.687.726 (jutaan). Sedangkan nilai deposito mudharabah terbesar
selama periode penelitian terjadi pada bulan Februari 2012, yaitu sebesar
24.119.830 (jutaan) dan nilai terendah terjadi pada bulan Januari 2008, yaitu
sebesar 5.232.654 (jutaan).
Grafik mengenai perubahan deposito mudharabah pada tahun
penelitian 2008-2012 pada PT Bank Syariah Mandiri dapat dilihat dari
gambar grafik 4.2 di bawah ini.
Gambar 4.2
Jumlah Deposito Mudharabah (dalam jutaan rupiah)
Sumber: Data diolah
Dilihat dari grafik 4.2 di atas mengenai perubahan deposito
mudharabah dapat diketahui bahwa perkembangan deposito pada tahun
penelitian naik dari tahun ke tahun, meski pada waktu tertentu deposito
0
5,000,000
10,000,000
15,000,000
20,000,000
25,000,000
30,000,000
2008
2009
2010
2011
2012
DPM
DPM
79
mudharabah sempat turun tetapi naik kembali pada bulan berikutnya.
Deposito mudharabah paling rendah berada pada tahun 2008 dikarenakan
terjadinya krisis yang mengakibatkan banyak nasabah yang mengurangi
tingkat investasinya untuk keperluan konsumsi. Pada tahun berikutnya
produk deposito mudharabah mengalami peningkatan yang cukup pesat.
Berikut dapat dilihat perkembangan dari inflasi yang dipublikasikan
pada laporan Badan Pusat Statistik (BPS) pada tahun penelitian.
Tabel 4.2
Tingkat Inflasi di Indonesia (dalam persen %)
Bulan 2008 2009 2010 2011 2012
Januari 1,77 -0,07 0,84 0,89 0,76
Februari 0,65 0,21 0,30 0,13 0,05
Maret 0,95 0,22 -0,14 -0,32 0,07
April 0,57 -0,31 0,15 -0,31 0,21
Mei 1,41 0,04 0,29 0,12 0,07
Juni 2,46 0,11 0,97 0,55 0,62
Juli 1,37 0,45 1,57 0,67 0,70
Agustus 0,51 0,56 0,76 0,93 0,95
September 0,97 1,05 0,44 0,27 0,01
Oktober 0,45 0,19 0,06 -0,12 0,16
November 0,12 -0,03 0,60 0,34 0,07
Desember -0,04 -0,33 0,92 0,57 0,54
Rata-rata 0,93 0,17 0,56 0,31 0,35
Sumber: Data diolah
Berdasarkan Tabel 4.2 di atas, rata-rata nilai inflasi tertinggi terjadi
pada tahun 2008, yaitu sebesar 0,93 (persen) dan rata-rata nilai inflasi
terendah terjadi pada tahun 2009, yaitu sebesar 0,17 (persen). Sedangkan
nilai inflasi terbesar selama periode penelitian terjadi pada bulan Juni 2008,
80
yaitu sebesar 2,46 (persen) dan nilai terendah terjadi pada bulan Desember
2009, yaitu sebesar -0,33 (persen).
Grafik mengenai perubahan tingkat inflasi di Indonesia pada tahun
penelitian 2008-2012 dapat dilihat dari gambar grafik 4.3 di bawah ini.
Gambar 4.3
Tingkat Inflasi di Indonesia (dalam persen %)
Sumber: Data diolah
Dilihat dari grafik 4.3 diatas mengenai perubahan tingkat inflasi di
Indonesia selama periode penelitian 2008-2012 bahwa inflasi terjadi cukup
tinggi melebihi target yang ditetapkan pemerintah tahun 2008. Ini
disebabkan karena bergejolaknya ekonomi dunia yang berdampak pada
negara berkembang termasuk Indonesia. Penyumbang inflasi terbesar pada
tahun 2008 ini lebih banyak dari sisi cost push inflation. Meningkatnya
harga minyak dunia yang akhirnya memaksa pemerintah untuk menaikkan
harga BBM pada bulan Mei 2008 memberikan kontribusi yang sangat
-0.5
0
0.5
1
1.5
2
2.5
3
2008 2009 2010 2011 2012
INF
INF
81
signifikan terhadap tingkat inflasi. Selain itu, meningkatnya harga
komoditas pangan dunia (kebutuhan bahan pangan impor seperti kedelai,
jagung dan terigu), sejak akhir tahun 2007 yang otomatis meningkatkan
biaya pokok produksi perusahaan juga memberikan kontribusi angka inflasi
yang sangat besar.
Berikut dapat dilihat perkembangan dari tingkat suku bunga deposito
yang dipublikasikan pada laporan keuangan Bank Indonesia pada tahun
penelitian.
Tabel 4.3
Tingkat Suku Bunga Deposito (dalam persen %)
Bulan 2008 2009 2010 2011 2012
Januari 0,589 0,877 0,591 0,560 0,522
Februari 0,579 0,824 0,578 0,560 0,498
Maret 0,573 0,785 0,564 0,569 0,472
April 0,572 0,753 0,574 0,567 0,452
Mei 0,582 0,731 0,563 0,571 0,446
Juni 0,599 0,710 0,566 0,568 0,449
Juli 0,626 0,693 0,566 0,572 0,449
Agustus 0,670 0,662 0,563 0,567 0,452
September 0,772 0,619 0,560 0,569 0,450
Oktober 0,845 0,615 0,568 0,563 0,458
November 0,867 0,597 0,565 0,547 0,452
Desember 0,896 0,573 0,569 0,529 0,465
Rata-rata 0,681 0,703 0,569 0,562 0,466
Sumber: Data diolah
Berdasarkan Tabel 4.3 di atas, rata-rata nilai tingkat suku bunga
deposito tertinggi terjadi pada tahun 2009, yaitu sebesar 0,703 (persen) dan
rata-rata nilai tingkat suku bunga deposito terendah terjadi pada tahun 2012,
yaitu sebesar 0,466 (persen). Sedangkan nilai tingkat suku bunga deposito
terbesar selama periode penelitian terjadi pada bulan Desember 2008, yaitu
82
sebesar 0,896 (persen) dan nilai terendah terjadi pada bulan Mei 2012, yaitu
sebesar 0,446 (persen).
Grafik mengenai perubahan tingkat suku bunga deposito pada tahun
penelitian 2008-2012 dapat dilihat dari gambar grafik 4.4 di bawah ini.
Gambar 4.4
Tingkat Suku Bunga Deposito (dalam persen %)
Sumber: Data diolah
Dilihat dari grafik 4.4 mengenai perubahan tingkat suku bunga
deposito pada tahun penelitian 2008-2012 menunjukkan tren yang
meningkat pada tahun 2008 awal hingga akhir dikarenakan kondisi ekonomi
makro yang tidak stabil dan inflasi yang naik. Tingkat suku bunga deposito
meningkat untuk menarik nasabah agar tetap menginvestasikan dananya
pada bank konvensional. Kemudian tahun berikutnya tingkat suku bunga
deposito kembali menurun hingga periode akhir tahun penelitian.
0
0.1
0.2
0.3
0.4
0.5
0.6
0.7
0.8
0.9
1
2008 2009 2010 2011 2012
SBD
SBD
83
Berikut dapat dilihat perkembangan dari jumlah bagi hasil deposito
Bank Syariah Mandiri (BSM) yang dipublikasikan pada laporan keuangan
Bank Indonesia.
Tabel 4.4
Jumlah Bagi Hasil Deposito (dalam jutaan rupiah)
Bulan 2008 2009 2010 2011 2012
Januari 35.490 58.503 57.308 81.025 135.132
Februari 68.075 115.933 111.387 180.985 235.758
Maret 105.244 169.731 173.817 274.195 366.372
April 140.169 220.989 242.765 391.076 483.924
Mei 178.388 263.184 315.339 499.409 608.414
Juni 216.065 322.033 381.454 602.640 722.847
Juli 256.553 364.971 446.599 714.607 836.073
Agustus 295.935 417.836 516.339 849.098 941.222
September 340.167 476.326 597.914 959.858 1.043.945
Oktober 392.070 524.005 680.261 1.095.498 1.149.972
November 446.705 576.305 760.655 1.232.269 1.257.164
Desember 509.073 629.271 848.727 1.367.853 1.364.852
Rata-rata 248.661 344.924 427.714 687.376 762.140
Sumber: Data diolah
Berdasarkan Tabel 4.4 di atas, rata-rata nilai jumlah bagi hasil
deposito tertinggi terjadi pada tahun 2012, yaitu sebesar 762.140 (jutaan)
dan rata-rata nilai jumlah bagi hasil deposito terendah terjadi pada tahun
2008, yaitu sebesar 248.661 (jutaan). Sedangkan nilai jumlah bagi hasil
deposito terbesar selama periode penelitian terjadi pada bulan Desember
2011, yaitu sebesar 1.367.853 (jutaan) dan nilai terendah terjadi pada bulan
Januari 2008, yaitu sebesar 35.490 (jutaan).
Grafik mengenai perubahan jumlah bagi hasil deposito pada tahun
penelitian 2008-2012 dapat dilihat dari gambar grafik 4.5 di bawah ini.
84
Gambar 4.5
Jumlah Bagi Hasil Deposito (dalam jutaan rupiah)
Sumber: Data diolah
Dilihat dari grafik 4.5 mengenai perubahan jumlah bagi hasil
deposito pada periode penelitian 2008-2012 pada Bank Syariah Mandiri
(BSM) menunjukkan tren yang meningkat setiap tahunnya. Ini dikarenakan
jumlah deposito mudharabah yang dihimpun bank tersebut juga mengalami
peningkatan yang akhirnya meningkatkan jumlah bagi hasil yang diberikan
bank tersebut pada nasabahnya.
2. Pengujian Asumsi Klasik
a. Uji Normalitas
Uji normalitas dilakukan untuk melihat apakah variabel bebas dan
variabel terikat mempunyai distribusi normal. Maksud data distribusi
normal adalah data akan mengikuti arah garis diagonal dan menyebar
disekitar garis diagonal. Uji normalitas dimaksudkan untuk menguji
0
200,000
400,000
600,000
800,000
1,000,000
1,200,000
1,400,000
1,600,000
2008
2009
2010
2011
2012
JBH
JBH
85
apakah nilai residual yang telah distandarisasi pada model regresi
berditribusi normal atau tidak. Nilai residual dikatakan berdistribusi
normal jika residual nilai residual terstandarisasi tersebut sebagian besar
mendekati nilai rata-ratanya. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan
uji normalitas dengan analisis grafik dan uji Kolmogorov-Smirnov.
Berikut adalah hasil dari uji ini:
1) Analisa Grafik Histogram
Gambar 4.6
Histogram
Sumber: Data diolah
Berdasarkan gambar diatas histogram Regression Residual
membentuk kurva seperti lonceng maka nilai residual tersebut
dinyatakan normal atau data berdistribusi normal.
2) Analisa Grafik dengan Normal Probability Plot (Normal P-P Plot)
86
Gambar 4.7
Grafik P-P Plot
Sumber: Data diolah
Berdasarkan grafik diatas, titik-titik mengikuti atau merapat
ke garis diagonal maka data dalam penelitian ini normal atau
berdistribusi normal.
3) Uji Kolmogorov-Smirnov
Tabel 4.5
Uji Kolmogorov-Smirnov
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Standardized Residual
N 60
Normal Parametersa,b
Mean .0000000
Std. Deviation .97424460
Most Extreme Differences Absolute .137
Positive .137
Negative -.074
Kolmogorov-Smirnov Z 1.058
Asymp. Sig. (2-tailed) .213
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.
Sumber: Data diolah
87
Berdasarkan tabel 4.5 di atas, maka dapat disimpulkan data
dalam penelitian ini berdistribusi normal dilihat dari nilai Sig. > α
atau 0,213 > 0,05.
b. Uji Multikolilinieritas
Yaitu munculnya peluang diantara beberapa variabel bebas untuk
saling berkorelasi, pada praktiknya multikolinieritas tidak dapat
dihindari. Mengukur multikolinieritas dapat dilihat dari nilai Tolerance
dan Variance Inflation Factor (VIF). Tolerance mengukur variabilitas
variabel independen lainnya. Jadi nilai tolerance yang rendah sama
dengan nilai VIF tinggi karena VIF = 1/tolerance. Nilai cut off yang
umum dipakai untuk menunjukkan adanya multikolinieritas adalah nilai
tolerance < 0.10 atau sama dengan VIF > 10. Berikut adalah hasil dari uji
Multikolinieritas pada tabel 4.6:
Tabel 4.6
Uji Multikolinieritas dengan Nilai Tolerance dan VIF
Coefficientsa
Model
Collinearity Statistics
Tolerance VIF
1 (Constant)
INF .944 1.059
SBD .780 1.282
JBH .773 1.293
a. Dependent Variable: DPM
Sumber: Data diolah
Berdasarkan tabel 4.6 diatas, nilai Tolerance variabel bebas inflasi
= 0,944, tingkat suku bunga deposito = 0,780 dan jumlah bagi hasil
deposito = 0,773. Sedangkan nilai VIF variabel bebas inflasi = 1,059,
88
tingkat suku bunga deposito = 1,282 dan jumlah bagi hasil deposito =
1,293. Dapat disimpulkan bahwa model regresi dinyatakan bebas dari
multikolinearitas karena nilai tolerance > 0,10 dan nilai VIF < 10.
c. Uji Heteroskedastisitas
Heteroskedastisitas yaitu kondisi dimana semua residual atau
error mempunyai varian yang tidak konstan atau berubah-ubah. Untuk
mengetahui apakah suatu data bersifat heteroskedastisitas atau tidak,
maka perlu pengujian. Pengujian heteroskedastisitas pada penelitian ini
menggunakan metode analisis grafik Scatterplot dan metode Rank
Spearman. Berikut adalah hasil dari metode yang dilakukan:
1) Metode Analisis Grafik Scatterplot
Berikut adalah tampilan scatterplot pada gambar 4.8 di bawah ini:
Gambar 4.8
Scatterplot
Sumber: Data diolah
89
Berdasarkan tampilan Scatterplot pada gambar 4.8 di atas
maka dapat disimpulkan bahwa plot menyebar secara acak diatas
maupun dibawah angka nol pada sumbu Regression Studentized
Residual. Oleh karena itu pada model regresi yang dibentuk
dinyatakan tidak terjadi gejala heteroskedastisitas.
2) Metode Rank Spearman
Berikut adalah hasil dari pengujian heteroskedastisitas
dengan metode Rank Spearman pada tabel 4.7 dibawah ini:
Tabel 4.7
Uji Heteroskedastisitas Metode Rank Spearman
Correlations
ABRES INF SBD JBH
Spearman's rho ABRES Correlation Coefficient 1.000 -.128 .004 -.137
Sig. (1-tailed) . .165 .489 .149
N 60 60 60 60
INF Correlation Coefficient -.128 1.000 -.012 -.114
Sig. (1-tailed) .165 . .465 .194
N 60 60 60 60
SBD Correlation Coefficient .004 -.012 1.000 -.487**
Sig. (1-tailed) .489 .465 . .000
N 60 60 60 60
JBH Correlation Coefficient -.137 -.114 -.487** 1.000
Sig. (1-tailed) .149 .194 .000 .
N 60 60 60 60
**. Correlation is significant at the 0.01 level (1-tailed).
Sumber: Data diolah
Berdasarkan tabel 4.7 di atas, nilai Sig. inflasi 0,165, tingkat
suku bunga deposito 0,489 dan jumlah bagi hasil deposito 0,149,
karena nilai Sig. > α (Sig > 0,05) maka pada model regresi ini tidak
90
terdapat gejala heteroskedastisitas. Selain itu, dikatakan tidak terjadi
gejala heteroskedastisitas apabila nilai t hitung < t tabel. Untuk
menghitung t hitung digunakan rumus berikut:
dengan ρxy adalah koefisien korelasi Rank Spearman dan N
adalah jumlah pengamatan (N-2). Dengan menggunakan rumus t
hitung di atas nilai t hitung variabel inflasi -0,983, tingkat suku bunga
deposito 0,030 dan jumlah bagi hasil deposito -1,053 dengan nilai t
tabel 1,671. Dapat disimpulkan tidak terdapat gejala
heteroskedastisitas karena nilai thitung < ttabel.
d. Uji Otokorelasi
Uji otokorelasi bertujuan untuk mengetahui apakah ada korelasi
antara anggota serangkaian data observasi yang diuraikan menurut waktu
(time-series) atau ruang (cross section). Salah satu penyebab munculnya
masalah otokorelasi adalah adanya kelembaman (inertia) artinya
kemungkinan besar akan mengandung saling ketergantungan
(interdependence) pada data observasi periode sebelumnya dan periode
sekarang.
Salah satu ukuran dalam menentukan ada tidaknya masalah
otokorelasi adalah dengan uji Durbin-Watson (DW). Berikut adalah hasil
uji otokorelasi dengan metode Durbin Watson (DW) pada tabel 4.8 di
bawah ini:
91
Tabel 4.8
Uji Durbin Watson (DW)
Model Summaryb
Model R R Square
Adjusted R
Square
Std. Error of the
Estimate Durbin-Watson
1 .836a .699 .683 3576221.7241514 .483
a. Predictors: (Constant), JBH, INF, SBD
b. Dependent Variable: DPM
Sumber: Data diolah
Berdasarkan pada tabel 4.8 diatas nilai Durbin-Watson (DW)
sebesar 0,483. Maka dapat disimpulkan pada model regresi ini tidak
terdapat gejala otokorelasi karena nilai DW diantara -2 dan +2 atau -2 <
0,483 < +2.
3. Pengujian Hipotesis dan Analisis
a. Uji F
Uji Fhitung digunakan untuk menguji pengaruh secara simultan
variabel bebas terhadap variabel terikatnya atau untuk menguji ketepatan
model (goodness of fit). Jika variabel bebas memiliki pengaruh secara
simultan (bersama-sama) terhadap variabel terikat maka model
persamaan regresi masuk dalam kriteria cocok atau fit. Sebaliknya, jika
tidak terdapat pengaruh secara simultan maka masuk dalam kategori
tidak cocok atau not fit.
Adapun cara pengujian dalam uji F ini, yaitu dengan
menggunakan suatu tabel yang disebut dengan Tabel ANOVA (Analysis
of Variance) dengan melihat nilai signifikasi (Sig < 0,05 atau 5 %). Jika
nilai signifikasi > 0.05 maka H1 ditolak, sebaliknya jika nilai signifikasi
92
< 0.05 maka H1 diterima. Berikut adalah tabel ANOVA pada tabel 4.9 di
bawah ini:
Tabel 4.9
Uji F
ANOVAb
Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.
1 Regression 1.662E15 3 5.540E14 43.313 .000a
Residual 7.162E14 56 1.279E13
Total 2.378E15 59
a. Predictors: (Constant), JBH, INF, SBD
b. Dependent Variable: DPM
Sumber: Data diolah
Berdasarkan tabel 4.9 di atas nilai Fhitung diperoleh 43,313 dengan
tingkat 0,000, karena tingkat signifikasi lebih kecil dari 0,05 maka H0
ditolak atau H1 diterima dan nilai Fhitung > Ftabel (43,313 > 2,758) dengan
nilai F tabel df:α, (k-1), (n-k) atau 0,05, (4-1), (60-4) = 2,758. Dapat
disimpulkan bahwa inflasi, tingkat suku bunga deposito, dan jumlah bagi
hasil deposito berpengaruh siginifikan terhadap jumlah deposito
mudharabah.
b. Uji t
Setelah melakukan uji koefisien regresi secara keseluruhan, maka
langkah selanjutnya adalah menghitung koefisien regresi secara individu
atau uji t. Uji t digunakan untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh
masing-masing variabel independen secara individual (parsial) terhadap
variabel dependen yang diuji pada tingkat signifikasi 0.05 maka variabel
independen berpengaruh terhadap variabel dependen.
93
Berikut adalah hasil pengujian hipotesis dengan uji t pada tabel
4.10 di bawah ini:
Tabel 4.10
Uji t
Coefficientsa
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized
Coefficients
t Sig. B Std. Error Beta
1 (Constant) 29528096.567 3348315.271 8.819 .000
INF -2802542.680 886008.170 -.239 -3.163 .003
SBD -30635241.545 4696944.439 -.542 -6.522 .000
JBH 7.139 1.487 .400 4.802 .000
a. Dependent Variable: DPM
Sumber: Data diolah
1) Uji t terhadap variabel inflasi
Hasil yang didapat pada tabel 4.10 variabel inflasi secara statistik
menunjukkan hasil yang signifikan pada nilai lebih kecil dari α
(0,003 < 0,05). Sedangkan nilai t hitung X1 = -3,163 dan t tabel
sebesar -1,671 (df (n-k) 60-4 =56, α = 0,05), sehingga t hitung < t
tabel (-3,163 < -1,671). Maka H0 ditolak sehingga dapat disimpulkan
bahwa variabel inflasi berpengaruh negatif terhadap jumlah deposito
mudharabah.
2) Uji t terhadap variabel tingkat suku bunga deposito
Hasil yang didapat pada tabel 4.10 variabel tingkat suku bunga
deposito secara statistik menunjukkan hasil yang signifikan pada
nilai lebih kecil dari α (0,000 < 0,05). Sedangkan nilai t hitung X2 =
94
-6,522 dan t tabel sebesar -1,671 (df (n-k) 60-4 =56, α = 0,05),
sehingga t hitung < t tabel (-6,522 < -1,671). Maka H0 ditolak
sehingga dapat disimpulkan bahwa variabel tingkat suku bunga
deposito berpengaruh negatif terhadap jumlah deposito mudharabah.
3) Uji t terhadap variabel jumlah bagi hasil deposito
Hasil yang didapat pada tabel 4.10 variabel jumlah bagi hasil
deposito secara statistik menunjukkan hasil yang signifikan pada
nilai lebih kecil dari α (0,000 < 0,05). Sedangkan nilai t hitung X3 =
4,802 dan t tabel sebesar 1,671 (df (n-k) 60-4 =56, α = 0,05),
sehingga t hitung > t tabel (4,802 > 1,671). Maka H0 ditolak sehingga
dapat disimpulkan bahwa variabel jumlah bagi hasil deposito
berpengaruh positif terhadap jumlah deposito mudharabah.
Berdasarkan tabel 4.10 di atas, maka diperoleh model persamaan
regresi sebagai berikut:
Y = 29528096.567 - 2802542.680X1 - 30635241.545X2 + 7.139X3
Dimana :
Y = Jumlah Deposito Mudharabah (dalam jutaan rupiah)
X1 = Inflasi (dalam persentase)
X2 = Tingkat Suku Bunga Deposito (dalam persentase)
X3 = Jumlah Bagi Hasil Deposito (dalam jutaan rupiah)
Adapun interpretasi statistik penulis pada model persamaan
regresi dan hasil uji t di atas adalah sebagai berikut:
95
1) Konstanta Y
Apabila X1, X2 dan X3 bernilai 0, maka nilai Y adalah 29,5 triliun
maksudnya adalah jika PT Bank Syariah Mandiri (sampel yang
diambil) tidak melakukan operasional perbankan selama tahun
penelitian dapat dikatakan bahwa dalam periode 2008-2012 jumlah
deposito mudharabah berjumlah sebesar Rp 29,5 triliun.
2) Pengaruh Inflasi Terhadap Jumlah Deposito Mudharabah
Berdasarkan persamaan regresi di atas, inflasi (X1) = -2802542.680
maksudnya adalah jika setiap kenaikan 1% inflasi (X1) akan
menyebabkan berkurangnya jumlah deposito mudharabah (Y)
sebesar 2,80 juta. Berdasarkan pada tabel 4.10 di atas, variabel
inflasi mempunyai nilai signifikansi 0,003 kurang dari 0,05.
Sedangkan nilai t hitung X1 = -3,163 dan t tabel sebesar -1,671 (df
(n-k) 60-4 =56, α = 0,05), sehingga t hitung < t tabel (-3,163 < -
1,671). Maka H0 ditolak sehingga dapat disimpulkan bahwa variabel
inflasi berpengaruh negatif terhadap jumlah deposito mudharabah.
Hubungan antara inflasi dan jumlah deposito mudharabah bersifat
negatif. Hasil penelitian ini mendukung hasil penelitian yang
dilakukan oleh Haron dan Nursofiza (2005), Muhamad Abduh, Azmi
dan Duasa (2011), Ariana (2012), Mubasyiroh (2009). Menurut para
ekonom Islam, inflasi berakibat sangat buruk bagi perekonomian
karena dapat melemahkan semangat menabung dan sikap terhadap
menabung dari masyarakat serta menimbulkan gangguan terhadap
96
fungsi uang, terutama terhadap fungsi tabungan (nilai simpan),
fungsi dari pembayaran di muka, dan fungsi dari unit perhitungan
(Adiwarman Karim, 2008 : 139).
3) Pengaruh Tingkat Suku Bunga Deposito Terhadap Jumlah Deposito
Mudharabah
Berdasarkan persamaan regresi di atas, tingkat suku bunga deposito
(X2) = -30635241.545 maksudnya adalah jika setiap kenaikan 1%
tingkat suku bunga deposito (X2) akan menyebabkan berkurangnya
jumlah deposito mudharabah (Y) sebesar 30,64 juta. Berdasarkan
pada tabel 4.10 di atas, variabel tingkat suku bunga deposito
mempunyai nilai signifikasi 0,000 < 0,05. Sedangkan nilai t hitung
X2 = -6,522 dan t tabel sebesar -1,671 (df (n-k) 60-4 =56, α = 0,05),
sehingga t hitung < t tabel (-6,522 < -1,671). Maka H0 ditolak
sehingga dapat disimpulkan bahwa variabel tingkat suku bunga
deposito berpengaruh negatif terhadap jumlah deposito mudharabah.
Hasil penelitian ini mendukung hasil penelitian yang dilakukan oleh
Haron dan Norafifah (2000), Raditya (2007), Erik (2006), Delvin
(2010), Ani dan Wasilah (2010), Permana (2012) dan Widiastama
(2006) menyimpulkan bahwa suku bunga deposito mempunyai
pengaruh negatif dan signifikan terhadap deposito mudharabah. Hal
ini menunjukkan bahwa sifat nasabah untuk mendepositokan
dananya di bank adalah karena keuntungan semata.
97
Dilihat dari keuntungan yang menjanjikan oleh setiap bank, kalau
pada bank konvensional sendiri dilihat dari tingkat suku bunga
tersebut, jika tingkat suku bunga bank konvensional lebih tinggi dari
bagi hasil, maka nasabah memilih untuk menyimpan dananya di
bank konvensional atau risiko displacement fund (pengalihan dana
dari bank syariah ke bank konvensional). Terlihat dari penelitian ini
dimana terbukti suku bunga berpengaruh negatif pada jumlah
deposito mudharabah Bank Syariah Mandiri.
4) Pengaruh Jumlah Bagi Hasil Deposito Terhadap Jumlah Deposito
Mudharabah
Berdasarkan persamaan regresi di atas, jumlah bagi hasil deposito
(X3) = 7.139 maksudnya adalah jika setiap kenaikan 1 juta jumlah
bagi hasil deposito (X3) akan menyebabkan meningkatnya jumlah
deposito mudharabah (Y) sebesar Rp 7,13 juta. Berdasarkan pada
tabel 4.10 di atas, variabel bagi hasil mempunyai nilai signifikasi
0,000 kurang dari 0,05. Sedangkan nilai t hitung X3 = 4,802 dan t
tabel sebesar 1,671 (df (n-k) 60-4 =56, α = 0,05), sehingga t hitung >
t tabel (4,802 > 1,671). Maka H0 ditolak sehingga dapat disimpulkan
bahwa variabel jumlah bagi hasil deposito berpengaruh positif
terhadap jumlah deposito mudharabah.
Hasil penelitian ini mendukung hasil penelitian yang dilakukan oleh
Haron dan Norafifah (2000), Rachmawati dan Ekki (2004), Ani dan
Wasilah (2010), Andika (2010), Yuliana (2009), Ogi (2008),
98
Permana (2012) dan Erwin (2010) menyimpulkan bagi hasil deposito
mempunyai pengaruh positif dan signifikan terhadap deposito
mudharabah dikarenakan para nasabah dalam menempatkan
dananya di bank syariah masih dipengaruhi oleh motif untuk mencari
profit sehingga jika tingkat bagi hasil bank semakin besar maka akan
semakin besar pula dana pihak ketiga khususnya deposito yang
disimpan bank.
c. Uji Adjusted R Square (R2
adj)
Koefisien determinasi atau R square (R2) merupakan besarnya
kontribusi variabel bebas terhadap variabel terikatnya. Semakin tinggi
koefisien determinasi, semakin tinggi kemampuan variabel bebas dalam
menjelaskan variasi perubahan pada variabel terikatnya. Koefisien
determinasi memiliki kelemahan, yaitu bias terhadap jumlah variabel
bebas yang dimasukkan dalam model regresi di mana setiap penambahan
satu variabel bebas dan jumlah pengamatan dalam model akan
meningkatkan nilai R2 meskipun variabel yang dimasukkan tersebut tidak
memiliki pengaruh yang signifikan terhadap variabel terikatnya. Untuk
mengurangi kelemahan tersebut maka digunakan koefisien determinasi
yang telah disesuaikan, Adjusted R Square (R2
adj).
Koefisien determinasi yang telah disesuaikan berarti bahwa
koefisien tersebut telah dikoreksi dengan memasukkan jumlah variabel
dan ukuran sampel yang digunakan. Dengan menggunakan koefisien
determinasi yang disesuaikan maka nilai koefisien determinasi yang
99
disesuaikan itu dapat naik atau turun oleh adanya penambahan variabel
baru dalam model.
Selengkapnya mengenai hasil uji Adj R2 dapat dilihat pada tabel
4.11 di bawah ini:
Tabel 4.11
Uji Adjusted R Square (R2
adj)
Model Summaryb
Model R R Square
Adjusted R
Square
Std. Error of the
Estimate
1 .836a .699 .683 3576221.7241514
a. Predictors: (Constant), JBH, INF, SBD
b. Dependent Variable: DPM
Sumber: Data diolah
Besarnya angka Adjusted R Square adalah 0,683 atau sebesar
68,3%. Dapat disimpulkan bahwa pengaruh inflasi, tingkat suku bunga
deposito, dan jumlah bagi hasil deposito terhadap jumlah deposito
mudharabah pada Bank Syariah Mandiri adalah sebesar 68,3%,
sedangkan sisanya sebesar 31,7% (100% - 68,3%) dipengaruhi oleh
variabel-variabel lain yang tidak dimasukkan ke dalam penelitian ini
misalnya seperti SBIS, PDB, M2, Ukuran Bank, dan lain-lain. Adapun
angka koefisien korelasi (R) menunjukkan nilai sebesar 0,836 yang
menandakan bahwa hubungan antara variabel bebas dan variabel terikat
adalah kuat dan positif karena memiliki nilai lebih dari 0,5 (R > 0,5) atau
0,836 > 0,5. Dan hubungan ini menunjukkan bahwa apabila variabel
bebas naik maka variabel terikat akan naik, dan sebaliknya apabila
variabel bebas turun maka variabel terikatnya akan turun.
100
BAB V
KESIMPULAN DAN IMPLIKASI
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan yang telah dipaparkan pada
bab sebelumnya, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:
1. Hasil Uji F menunjukkan bahwa variabel bebas yang diteliti yaitu inflasi,
tingkat suku bunga deposito dan jumlah bagi hasil deposito secara simultan
berpengaruh signifikan terhadap jumlah deposito mudharabah pada PT
Bank Syariah Mandiri periode 2008-2012 dengan hasil nilai Fhitung > Ftabel
(43,313 > 2,758).
2. Hasil Uji t menunjukkan bahwa variabel bebas inflasi, tingkat suku bunga
deposito, dan jumlah bagi hasil deposito secara parsial atau individu
memiliki pengaruh signifikan terhadap jumlah deposito mudharabah pada
PT Bank Syariah Mandiri tahun 2008-2012 dengan hasil yang berbeda-
beda. Dari hasil analisis tersebut diketahui bahwa terdapat pengaruh yang
negatif antara inflasi terhadap jumlah deposito mudharabah, adanya
pengaruh yang negatif pula antara tingkat suku bunga deposito terhadap
jumlah deposito mudharabah, serta pengaruh yang positif antara jumlah
bagi hasil deposito terhadap jumlah deposito mudharabah.
101
B. Implikasi
Berdasarkan kesimpulan dari hasil penelitian yang telah diuraikan,
maka penulis mencoba mengemukakan implikasi yang mungkin bermanfaat
untuk masa mendatang di antaranya:
1. Perbankan Syariah
Perbankan syariah sebagai salah satu pilar pendukung perekonomian
Indonesia selain perbankan konvensional. Peran tersebut dapat dilakukan
dengan baik jika industri perbankan syariah memiliki volume usaha yang
cukup ekonomis dalam menggerakkan sistem perekonomian Indonesia.
Dengan adanya temuan bahwa inflasi, tingkat suku bunga deposito, dan
jumlah bagi hasil deposito berpengaruh signifikan terhadap jumlah deposito
mudharabah dengan tingkat kontribusi yang berbeda-beda. Hal ini
menunjukkan bahwa perbankan syariah masih sulit untuk lepas dari dampak
ekonomi makro yang terjadi.
Hasil penelitian ini dapat bermanfaat untuk evaluasi perkembangan
sistem perbankan syariah agar tahan terhadap goncangan krisis dan dampak
makroekonomi yang dapat terjadi kapanpun di Negara Indonesia khususnya
pada produk deposito mudharabah dan sistem bagi hasilnya. Hal yang dapat
dilakukan antara lain penguatan modal, memiliki langkah antisipasi
menghadapi dampak krisis dan makroekonomi, adanya sumber daya insani
dan manajemen yang handal, serta sosialisasi mengenai perbankan syariah
kepada masyarakat luas.
102
2. Bagi Nasabah
Hasil penelitian bahwa inflasi, tingkat suku bunga deposito, dan
jumlah bagi hasil deposito berpengaruh terhadap jumlah deposito
mudharabah dengan tingkat kontribusi yang berbeda-beda. Maka, penelitian
ini diharapkan menjadi informasi yang penting dan akan menambah
wawasan serta pengetahuan bagi nasabah bank syariah terutama terkait
dengan produk deposito mudharabah. Sehingga dapat dijadikan landasan
dalam pengambilan keputusan terkait dengan investasi dalam bentuk
deposito mudharabah.
3. Akademisi
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi salah satu tambahan
referensi mengenai perbankan syariah bagi peneliti maupun bagi peneliti
selanjutnya yang tertarik untuk meneliti tentang topik sejenis yaitu dana
pihak ketiga (DPK) deposito mudharabah pada perbankan syariah. Selain
itu juga dapat dijadikan bahan referensi tambahan bagi kepustakaan pihak
kampus. Untuk peneliti selanjutnya sebaiknya memperbanyak jumlah
variabel seperti: PDB, M2, FDR, ROA, ROE, Ukuran Bank dan lainnya.
Periode penelitian dapat diperbaharui atau lebih lama agar hasil yang
didapat lebih dapat menjelaskan berbagai fenomena yang terjadi berkaitan
dengan penelitian ini.
103
DAFTAR PUSTAKA
Al-Qur’an
Al-Hadits
Abduh, Muhamad.dkk. “The Impact of Crisis and Macroeconomic Variables
towards Islamic Banking Deposit”. American Journal of Applied Sciences
8, Malaysia, 2011.
Andriyanti, Ani dan Wasilah. “Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Jumlah
Penghimpunan Dana Pihak Ketiga (Deposito Mudharabah 1 Bulan) Bank
Muamalat Indonesia (BMI)”. Jurnal, Simposium Nasional Akuntansi XIII
Purwokerto 2010, Universitas Jendral Soedirman Purwokerto, 2010.
Antonio, M. Syafi’i . “Bank Syariah Dari Teori ke Praktik”. Gema Insani Press,
Jakarta, 2001.
Antonio, Muhammad Syafi’i. “Bank Syariah dari Teori Ke Praktik”. 1st edition.
Gema Insani Press , Jakarta, 2009.
Anshori, Abdul Ghofur. “Perbankan Syariah di Indonesia”. Gajah Mada
University Press, Yogyakarta, 2007.
Arthesa, Ade dan Edia Handiman. “Bank dan Lembaga Keuangan Bukan Bank”.
Indeks, Jakarta, 2006.
Banowo, Emilianshah dan Hermana, Budi. “Hubungan Equivalent Rate Simpanan
Mudharabah dengan Sertifikat Wadiah dan Sertifikat Bank Indonesia”.
Proceeding Seminar Nasional PESAT, Auditorium Universitas Gunadarma
Jakarta ISSN : 18582559: h. 134-144, 2005.
Devita Purnamasari, Irma dan Suswinarno. “Akad Syariah”. Cetakan 1, Kaifa,
Bandung, 2011.
Fahmi, Irham dan Yovi Lavianti Hadi. “Pengantar Manajemen Perkreditan”.
Penerbit Alfabeta, Bandung, 2010.
Ghozali, Imam. “Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program IBM SPSS 19”.
5th
edition, Badan Penerbit Universitas Diponegoro, Semarang, 2011.
Hamid, Abdul. “Buku Pedoman Penulisan Skripsi”. FEB UIN Jakarta, Jakarta,
2010.
104
Hamongan Pasaribu, Delvin. “Pengaruh Tingkat Suku Bunga dan Bagi Hasil
Terhadap Deposito Mudharabah”. Jurnal, 2010.
Haron, Sudin dan Norafifah Ahmad. “The Effects of Conventional Interest Rates
and Rate of Profit on Funds Deposited with Islamic Banking System in
Malaysia”. Jurnal, International Journal of Islamic Financial Services
Vol.1 104, 2000.
Haron, Sudin dan Wan Nursofiza Wan. “Measuring Depositors’ of Malaysian
Islamic Banking System: A Co-integration Approach.” Proceeding 6th
International Conference On Islamic Economic and Finance Vol.2.
(2005).
Haryanto, Eko Agus. “Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Deposito Mudharabah
pada Bank Umum Syariah”. Skripsi, Fakultas Ekonomi Program Studi
Akuntansi Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, 2010.
Hasibuan, Malayu S.P. “Dasar-Dasar Perbankan, Cetakan Kelima”. Bumi
Aksara, Jakarta, 2006.
Herlanika, Rangga. “Pengaruh Suku Bunga Deposito, Tingkat Bagi Hasil, Inflasi,
Pendapatan Domestik Bruto, dan Ukuran Perusahaan Terhadap Deposito
Mudharabah Berjangka 1 Bulan Pada Bank Umum Syariah dan Unit
Usaha Syariah di Indonesia”. 2011.
Ismail.” Akuntansi Bank: Teori dan Aplikasi dalam Rupiah”. Edisi pertama,
cetakan ke-2, Kencana Prenada Media Group, Jakarta, 2011.
Judisseno, Rimsky. “Sistem Moneter dan Perbankan di Indonesia”. 2nd
edition,
Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 2005.
Karim, Adiwarman. “Bank Islam Analisis Fiqih dan Keuangan”. 3rd
edition, Raja
Grafindo Persada, Jakarta, 2009.
Karim, Adiwarman. “Ekonomi Makro Islami”. Raja Grafindo Persada, Jakarta,
2008.
Kasmir. “Pemasaran Bank”. Edisi 1, Kencana, Jakarta, 2005.
Kasri, Rahmatina dan Salina Hj. Kassim. “Empirical Determinants of Saving in
the Islamic Banks: Evidence from Indonesia”. Journal. 2009.
Kuncoro, Mudrajad. “Manajemen Perbankan:Teori dan Aplikasi”. BPFE,
Yogyakarta, 2002.
105
Marsenal Ipando, Ogi. “Pengaruh Bagi Hasil Deposito Syariah Mandiri dan Suku
Bunga Deposito Bank Umum Terhadap Jumlah Simpanan Deposito
Syariah Mandiri di Bank Syariah Mandiri”. Skripsi thesis, UIN Sunan
Kalijaga Yogyakarta, 2008.
Mishkin, Frederic. “Ekonomi Uang, Perbankan dan Pasar Keuangan”. 8th
edition,
Salemba Empat, Jakarta, 2008.
Mishkin, Frederic. “Ekonomi Uang, Perbankan dan Pasar Keuangan”. 8th
edition,
Salemba Empat, Jakarta, 2009.
Mubasyiroh. “Pengaruh Tingkat Suku Bunga dan Inflasi Terhadap Total
Simpanan Mudharabah (Studi Pada Bank Muamalat Indonesia)”. 2009.
Muhamad. “Metodologi Penelitian Ekonomi Islam”. Rajawali pers, Jakarta, 2008.
Muhammad. “Bank Syariah Problem dan Prospek Perkembangan di Indonesia”.
Graha Ilmu, Yogyakarta, 2005.
Nachrowi dan Hardius Usman. “Pendekatan Populer dan Praktis Ekonometrika
untuk Analisis Ekonomi dan Keuangan”. Universitas Indonesia, 2006.
Nopirin. “ Pengantar Ilmu Ekonomi Makro dan Mikro”. BPFE, Yogyakarta,
2000.
Novta Budiati, Andika. “Pengaruh Tingkat Suku Bunga dan Tingkat Bagi Hasil
Terhadap Pendanaan Pada Bank Muamalat Indonesia”. 2010.
Nurus Shalihati, Ariana. “Pengaruh Tingkat Suku Bunga Deposito Umum, Tingkat
Bagi Hasil, Likuiditas Bank Umum Syariah, Inflasi, dan Ukuran Bank
Umum Syariah Terhadap Depositor Mudharabah Pada Bank Umum
Syariah di Indonesia”. Thesis. 2012.
Oktaviana, Citra. Potret Perbankan Syariah di Indonesia. Laboratorium Ekonomi
dan Bisnis Islam (LEBI) UGM, Buletin Ekonomika dan Bisnis Islam Edisi
IV/VII (Juli 2007).
Perwataatmadja, Karnaen dan M. Syafi’I Antonio.”Apa dan Bagaimana Bank
Islam”.Amanah Bunda Sejahtera, Solo, 1999.
Pohan, Aulia. ”Kerangka Kebijakan Moneter dan Implementasinya di
Indonesia”. PT Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2008.
Puspopranoto, Sawaldjo.” Keuangan perbankan dan pasar keuangan
(konsep,teori dan realita)”. Pustaka LP3ES Indonesia, Jakarta, 2004.
106
Rachmawati, Erna dan Ekki Syamsulhakim. “Factors Affecting Mudaraba
Deposits in Indonesia”. Jurnal, 2nd
International Islamic Banking and
Finance Conference 2004 (Refereed Paper), 2004.
Raditiya, Assriwijaya. “Pengaruh Tingkat Suku Bunga dan Bagi Hasil Terhadap
Deposito Mudharabah Studi Kasus Bank Syariah Mandiri”. Skripsi,
dipublikasikan, ekonomi pembangunan, Universitas Islam Indonesia,
Yogyakarta. 2007.
Rivai, Veithzal. dkk. “Bank and Financial Instituation Management Conventional
And Sharia System”. 1st edition, PT Raja Gafindo Persada, Jakarta, 2007.
Riyadi, Selamet. “Banking Assets and Liability Management”. Lembaga Penerbit
Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, Jakarta, 2006.
Rodoni, Ahmad dan Abdul Hamid. “Lembaga Keuangan Syariah”. Zikrul Hakim,
Jakarta, 2008.
Saeed, Abdullah. “Bank Islam dan Bunga (Studi Kritis Larangan Riba dan
Interpretasi Kontemporer)”. Pustaka Pelajar, Yogyakarta, 2008.
Santoso, Singgih. “Buku Latihan SPSS Parametrik”. Elex Media Komputindo,
Jakarta, 2012.
Sudarsono, Heri. “Bank dan Lembaga Keuangan Syariah (deskripsi dan
ilustrasi)”. Ekonisia, Yogyakarta, 2003.
Sugiyono. “Metode Penelitian Bisnis”. Alfabeta, Bandung, 2009.
Sukma, Permana. “Pengaruh Jumlah Bagi Hasil Deposito, Suku Bunga Simpanan
Berjangka 1Bulan, dan Tingkat Imbalan SBIS Terhadap Jumlah Deposito
Mudharabah”. Skripsi, Jakarta, 2012.
Sulaiman, Wahid. “Analisis Regresi Menggunakan SPSS Contoh Kasus Dan
Pemecahannya”. Penerbit Andi, 2004.
Suliyanto. “Ekonometrika Terapan: Teori & Aplikasi dengan SPSS”. Andi,
Yogyakarta, 2011.
Sunyoto, Danang. “Praktik SPSS untuk Kasus”. Nuha Medika, Yogyakarta, 2011.
Widarjono, Agus. “Analisis Multivariat Terapan”. Unit Penerbit dan Percetakan
STIM YKPN, 2010.
107
Widiastama, Siffa. “Pengaruh Total Bagi Hasil, Suku Bunga dan Fatwa MUI
Terhadap Simpanan Mudharabah pada Bank Muamalat Indonesia
Periode 2001-2005”. Skripsi. 2006.
Wiroso.”Penghimpunan Dana dan Distribusi Hasil Usaha Bank
Syariah”.Gramedia, Jakarta, 2005.
Yaya, Rizal. dkk. “Akuntansi Perbankan Syariah”. Salemba Empat, Jakarta,
2009.
Yuliana. “Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Dana Pihak Ketiga Pada
Perbankan Syariah Tahun 2006-2008”. Skripsi. 2009.
Yusof, Rosylin Mohd. Dkk. 2008. “Monetary Policy Shocks and Islamic Banks’
Deposits in a Dual Banking System: a Comparative Analysis Between
Malaysia and Bahrain.” 8th Global Conference on Business & Economics:
h. 1-19, 2008.
Zakaria, Junaiddin.” Pengantar Teori Ekonomi Makro”. GP Press, Jakarta, 2009.
Undang- Undang RI Nomor 10 Tahun 1998, Direktorat Hukum Bank Indonesia,
Jakarta, 2009.
---------.”Outlook Perbankan Syariah Indonesia 2012”. Direktorat Perbankan
Syariah Bank Indonesia, Jakarta, 2011.
www.bi.go.id
www.syariahmandiri.co.id
www.bps.go.id
108
Lampiran 1: Data-data Variabel Penelitian dari Tahun 2008-2012
KODE
BULAN
TAHUN DPM
(jutaan)
INF (persen)
SBD (persen)
JBH (jutaan)
BSM January-08 5.232.654 1,77 0,589 35.490
BSM February-08 5.723.895 0,65 0,579 68.075
BSM March-08 6.134.602 0,95 0,573 105.244
BSM April-08 6.696.483 0,57 0,572 140.169
BSM May-08 6.298.423 1,41 0,582 178.388
BSM June-08 6.681.816 2,46 0,599 216.065
BSM July-08 6.756.192 1,37 0,626 256.553
BSM August-08 6.968.853 0,51 0,670 295.935
BSM September-08 7.098.350 0,97 0,772 340.167
BSM October-08 7.275.193 0,45 0,845 392.070
BSM November-08 7.583.930 0,12 0,867 446.705
BSM December-08 7.802.322 -0,04 0,896 509.073
BSM January-09 7.765.849 -0,07 0,877 58.503
BSM February-09 7.937.765 0,21 0,824 115.933
BSM March-09 7.952.787 0,22 0,785 169.731
BSM April-09 6.090.330 -0,31 0,753 220.989
BSM May-09 8.012.166 0,04 0,731 263.184
BSM June-09 7.991.910 0,11 0,710 322.033
BSM July-09 7.452.907 0,45 0,693 364.971
BSM August-09 7.824.576 0,56 0,662 417.836
BSM September-09 8.036.013 1,05 0,619 476.326
BSM October-09 8.437.882 0,19 0,615 524.005
BSM November-09 8.620.397 -0,03 0,597 576.305
BSM December-09 9.583.761 -0,33 0,573 629.271
BSM January-10 9.957.412 0,84 0,591 57.308
BSM February-10 10.222.510 0,30 0,578 111.387
BSM March-10 10.902.750 -0,14 0,564 173.817
BSM April-10 11.502.232 0,15 0,574 242.765
BSM May-10 11.541.841 0,29 0,563 315.339
BSM June-10 9.142.094 0,97 0,566 381.454
BSM July-10 9.603.320 1,57 0,566 446.599
BSM August-10 12.322.805 0,76 0,563 516.339
BSM September-10 12.817.417 0,44 0,560 597.914
BSM October-10 12.999.616 0,06 0,568 680.261
109
BSM November-10 13.389.538 0,60 0,565 760.655
BSM December-10 15.110.402 0,92 0,569 848.727
BSM January-11 14.956.511 0,89 0,560 81.025
BSM February-11 15.341.027 0,13 0,560 180.985
BSM March-11 17.449.883 -0,32 0,569 274.195
BSM April-11 16.623.765 -0,31 0,567 391.076
BSM May-11 17.270.458 0,12 0,571 499.409
BSM June-11 18.687.254 0,55 0,568 602.640
BSM July-11 19.463.013 0,67 0,572 714.607
BSM August-11 20.165.632 0,93 0,567 849.098
BSM September-11 21.393.987 0,27 0,569 959.858
BSM October-11 21.778.450 -0,12 0,563 1.095.498
BSM November-11 23.022.056 0,34 0,547 1.232.269
BSM December-11 23.524.711 0,57 0,529 1.367.853
BSM January-12 22.934.744 0,76 0,522 135.132
BSM February-12 24.119.830 0,05 0,498 235.758
BSM March-12 22.779.096 0,07 0,472 366.372
BSM April-12 21.344.383 0,21 0,452 483.924
BSM May-12 21.879.096 0,07 0,446 608.414
BSM June-12 22.098.719 0,62 0,449 722.847
BSM July-12 20.812.114 0,70 0,449 836.073
BSM August-12 21.438.434 0,95 0,452 941.222
BSM September-12 21.300.901 0,01 0,450 1.043.945
BSM October-12 21.380.364 0,16 0,458 1.149.972
BSM November-12 22.911.695 0,07 0,452 1.257.164
BSM December-12 21.826.644 0,54 0,465 1.364.852
110
Lampiran 2: Tabel Model Summary, Anova, dan Coefficients
Uji Adj. R Square
Model Summaryb
Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate
1 .836a .699 .683 3576221.7241514
a. Predictors: (Constant), JBH, INF, SBD
b. Dependent Variable: DPM
Uji F
ANOVAb
Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.
1 Regression 1.662E15 3 5.540E14 43.313 .000a
Residual 7.162E14 56 1.279E13
Total 2.378E15 59
a. Predictors: (Constant), JBH, INF, SBD
b. Dependent Variable: DPM
Uji t
Coefficientsa
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized
Coefficients
t Sig. B Std. Error Beta
1 (Constant) 29528096.567 3348315.271 8.819 .000
INF -2802542.680 886008.170 -.239 -3.163 .003
SBD -30635241.545 4696944.439 -.542 -6.522 .000
JBH 7.139 1.487 .400 4.802 .000
a. Dependent Variable: DPM
111
Lampiran 3: Uji Normalitas
Uji Kolmogorov-Smirnov
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Standardized Residual
N 60
Normal Parametersa,b
Mean .0000000
Std. Deviation .97424460
Most Extreme Differences Absolute .137
Positive .137
Negative -.074
Kolmogorov-Smirnov Z 1.058
Asymp. Sig. (2-tailed) .213
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.
112
Lampiran 4: Uji Multikolinieritas dan Uji Otokorelasi
Uji Multikolinieritas dengan Tolerance dan VIF
Coefficientsa
Model
Collinearity Statistics
Tolerance VIF
1 (Constant)
INF .944 1.059
SBD .780 1.282
JBH .773 1.293
a. Dependent Variable: DPM
Uji Durbin-Watson
Model Summaryb
Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate Durbin-Watson
1 .836a .699 .683 3576221.7241514 .483
a. Predictors: (Constant), JBH, INF, SBD
b. Dependent Variable: DPM
113
Lampiran 5: Uji Heteroskedastisitas
Uji Rank Spearman
Correlations
ABRES INF SBD JBH
Spearman's rho ABRES Correlation Coefficient 1.000 -.128 .004 -.137
Sig. (1-tailed) . .165 .489 .149
N 60 60 60 60
INF Correlation Coefficient -.128 1.000 -.012 -.114
Sig. (1-tailed) .165 . .465 .194
N 60 60 60 60
SBD Correlation Coefficient .004 -.012 1.000 -.487**
Sig. (1-tailed) .489 .465 . .000
N 60 60 60 60
JBH Correlation Coefficient -.137 -.114 -.487** 1.000
Sig. (1-tailed) .149 .194 .000 .
N 60 60 60 60
**. Correlation is significant at the 0.01 level (1-tailed).