pengaruh inflasi terhadap pengangguran di ...repository.utu.ac.id/19/1/bab i-v.pdfpengaruh inflasi...
TRANSCRIPT
-
PENGARUH INFLASI TERHADAP PENGANGGURAN
DI KABUPATEN NAGAN RAYA
SKRIPSI
OLEH
YURNALIS
06C20101025
PROGRAM STUDI EKONOMI PEMBANGUNAN
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS TEUKU UMAR
MEULABOH, ACEH BARAT
2014
-
1
I.PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah
Kabupaten Nagan Raya merupakan salah satu Kabupaten yang sedang
tumbuh dan berkembang di Provinsi Aceh, Kabupaten yang terletak dipesisir
Pantai Barat Selatan ini merupakan hasil pemekaran wilayah dari Kabupaten Aceh
Barat dan berbentuk secara definitive berdasarkan UU Nomor 4 tahun 2002 dan
telah ditetapkan pula Suka Makmue sebagai ibu kota Kabupaten Nagan Raya.
Inflasi dapat membantu atau menghambat pertumbuhan ekonomi sudah
dilakukan dari dulu sampai sekarang terutama di negara–negara sedang
berkembang termasuk Indonesia. Komitmen pemerintah Indonesia
mempertahankan tingkat inflasi yang kurang dari dua digit ( kurang 10 persen )
rata – rata per tahun semenjak dari Orde Baru masih dipegang sampai sekarang.
Hal ini mengisyaratkan bahwa inflasi dapat menghambat laju pertumbuhan
ekonomi.
Inflasi dihitung secara statistik dengan mengambil sampel harga – harga di
pasaran. Karena itu bisa saja perhitungan inflasi dari dua buah pihak berbeda
antara satu dan yang lainnya. Perbedaan ini disebabkan oleh faktor perbedaan cara
pengambilan data, metodologi yang berbeda, fokus perhitungan, serta waktu
pengambilan sampel yang berbeda.
Pengangguran yang tinggi termasuk kedalam masalah ekonomi dan sosial.
Pengangguran merupakan masalah ekonomi karena ketika angka pengangguran
meningkat sebagai dampaknya suatu negara membuang barang dan jasa yang
sebenarnya dapat diproduksi oleh pengangguran. Pengangguran merupakan
-
2
masalah sosial yang besar karena mengakibatkan pederitaan besar untuk pekerja
yang menganggur yang harus berjuang dengan pendapatan yang berkurang. Biaya
ekonomi dari pengangguran jelas, namun tidak ada jumlah mata uang yang dapat
mengurangkan secara tepat tentang korban psikologi dan manusia pada saat
mereka menganggur.
Peningkatan angkatan kerja baru yang lebih besar dibandingkan dengan
lapangan kerja yang tersedia terus menunjukkan jurang ( gap ) yang terus
membesar.Kondisi tersebut semangkin membesar setelah krisis ekonomi. Dengan
adanya krisis ekonomi tidak saja jurang antara peningkatan angkatan kerja baru
dengan penyediaan lapangan kerja yang rendah tetapi juga terjadi pemutusan
hubungan kerja (PHK ).
Seperti yang kita ketahui bahwa salah satu penyebab pengangguran adalah
kurangnya keahlian serta minimnya lapangan pekerjaan, selain itu kurangnya
sumber daya manusia (SDM) juga dapat memicu meningkatnya pengangguran,
sehingga tidak mampu untuk mendongkrak pertumbuhan ekonomi khususnya di
Kabupaten Nagan Raya dimasa yang akan datang.
Masalah pengangguran di Kabupaten Nagan Raya masih tetap merupakan
masalah cukup rawan. Pengangguran terjadi karena faktor jumlah kesempatan
kerja yang tersedia umumnya lebih kecil dari angka yang ada, padahal jumlah
penganggur yang ada selama ini sudah cukup besar, kondisi ini berjalan bertahun
– tahun sehingga terjadi akumulasi pengangguran karena pertumbuhan penduduk
yang tinggi dan juga karena kelangkaan modal berinvestasi sehingga tidak mampu
menyerap pertambahan tenaga kerja.
-
3
Untuk mengetahui tingkat pengangguran di Kabupaten Nagan Raya dapat
dilihat pada tabel 1.
Tabel 1
Jumlah Pengangguran di Kabupaten Nagan Raya
Tahun 2003-2012
Tahun Jumlah Pengangguran
( Jiwa )
Persentase (%)
2003
2004
2005
2006
2007
2008
2009
2010
2011
2012
8.756
8.061
5.234
4.371
7.251
8.163
7.686
7.651
7.434
7.231
-
7.93
35.07
16.48
-65.88
-12.57
5.84
0.45
2.83
2.73
Sumber: Badan Pusat Statistik (diolah) 2014
Jumlah pengangguran di Kabupaten Nagan Raya pada tahun 2003 adalah
sebesar 8.756 jiwa. Pada tahun 2004 mengalami penurunan menjadi 8.061 jiwa,
dari tahun 2003 – 2012 jumlah pengangguran terus mengalami penurunan. Jumlah
angkatan kerja dan pencari kerja yang semakin bertambah ikut menjadi masalah
bagi pemerintahan Nagan Raya dalam menanggulangi tingkat pengangguran
(BPS, 2006.h.47).
Pemerintah Kabupaten Nagan Raya telah berupaya dalam
melaksanakan berbagai kebijakan dan program-program penanggulangan
pengangguran namun masih jauh dari induk permasalahan. Kebijakan dan
program yang dilaksanakan belum menampakkan hasil yang optimal. Masih
terjadi kesenjangan antara rencana dengan pencapaian tujuan karena
-
4
kebijakan dan program penanggulan pengangguran yang terpadu, terintegrasi
dan sinergis sehingga dapat menyelesaikan masalah secara tuntas. Proses
pembangunan memerlukan pendapatan nasional yang tinggi dan pertumbuhan
ekonomi yang cepat. Dibanyak negara syarat utama bagi terciptanya penurunan
pengangguran yang tetap adalah pertumbuhan ekonomi. Pertumbuhan ekonomi
memang tidak cukup untuk mengentaskan pengangguran tapi biasanya
pertumbuhan ekonomi merupakan suatu yang dibutuhkan, walaupun begitu
pertumbuhan ekonomi yang baikpun menjadi tidak akan berarti bagi penurunan
pengangguran jika tidak diiringi dengan pemerataan pendapatan. Permasalahan
strategis di Pemerintah Kabupaten Nagan Raya tidak jauh berbeda dengan di
pemerintah pusat (Poblem Nasional). Oleh karena itu, pengangguran menjadi
tanggung jawab bersama, terutama pemerintah sebagai penyangga proses
perbaikan kehidupan masyarakat dalam sebuah pemerintahan, untuk segera
mencari jalan keluar dengan merumuskan langkah- langkah yang sistematis
dan stategis sebagai upaya pengentasan pengangguran.
Pemerintah Kabupaten Nagan Raya melakukan berbagai upaya dalam
menanggulangi masalah pengangguran, dalam bidang pendidikan pemerintah
sudah mengupayakan agar mata pelajaran kewirausahaan masuk ke t ingkat
sekolah menengah, terlebih untuk perguruan tinggi menjadi mata kuliah wajib,
dengan harapan output dari pendidikan nantinya dapat menciptakan lapangan
kerja sendiri. Kemudian dalam pengembangan UKM atau dana yang digulirkan
baik itu dari pihak pemerintah atau dana sosial perusahaan di Kabupaten Nagan
Raya, sedangkan untuk peningkatan skill masyarakat pemerintah melakukan
pelatihan – pelatihan kewirausahaan. Namun hal tersebut masih belum bisa
-
5
dipandang sukses, karena jumlah pengangguran terbuka di Kabupaten Nagan
Raya ternyata masih tinggi jika dibandingkan dengan Kabupaten lain.
Perubahan tingkat pengangguran dari sisi ekonomi baik secara langsung
ataupun tidak langsung dapat mencerminkan stabil tidaknya kondisi ekonomi
penduduk di suatu wilayah. Besarnya angka pengangguran mempunyai implikasi
sosial yang luas, karena mereka tidak bekerja berarti tidak mempunyai
penghasilan. Hilangnya sumber penghasilan membuka peluang penduduk untuk
mengalami kesulitan memenuhi kebutuhan pokok, yang pada akhirnya mampu
membawa mereka ke jurang kemiskinan. Persoalan semakin rumit, karena
semakin tinggi angka pengangguran.
Dari uraian di atas maka penulis tertarik untuk membuat suatu karya
ilmiah yang dituangkan dalam bentuk proposal skripsi dengan judul ” Pengaruh
Inflasi Terhadap Pengangguran di Kabupaten Nagan Raya ”.
1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian diatas, maka yang menjadi rumusan masalah dalam
penelitian ini adalah bagaimana pengaruh inflasi terhadap pengangguran di
Kabupaten Nagan Raya.
1.3. Tujuan Penelitian
Adapun yang menjadi tujuan dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui
bagaimana pengaruh inflasi terhadap pengangguran di Kabupaten Nagan Raya.
-
6
1.4. Manfaat Penelitian
Berdasarkan perumusan masalah di atas, manfaat yang diperoleh dengan
diadakannya penelitian ini adalah :
1.4.1. Manfaat Teoritis
a. Untuk memberikan masukkan berupa informasi pada kalangan akademi
sebagai dasar penelitian selanjutnya serta memperoleh pemahaman yang
mendalam mengenai pengaruh inflasi terhadap tingkat pengangguran di
Kabupaten Nagan Raya.
b. Untuk menerapkan teori-teori yang didapat penulis selama mengikuti
perkuliahan ke dalam praktek sehari-hari sehingga dapat menambah
pengetahuan dan wawasan penulis mengenai masalah yang akan dibahas
dalam penulisan ini.
1.4.2. Manfaat Praktis
Bagi pemerintah daerah atau pihak yang lain yakni sebagai bahan
informasi dan arahan yang baik untuk ke depan dari pemeritnah Kabupaten
Nagan Raya dan pihak lain yang ada kaitannya dengan penelitian ini, sehingga
dapat dijadikan bahan pertimbangan dalam pengambilan keputusan.
1.5. Sistematika Pembahasan
Adapun sistematika pembahasan dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut:
Bagian pertama pendahuluan yang berisi tentang pokok-pokok pembahasan
mengenai latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat
penelitian terdiri atas manfaat teoritis dan manfaat praktis, dan sistematika
pembahasan.
-
7
Bagian kedua tinjauan pustaka yang meliputi teori inflasi, jenis – jenis
inflasi, pengukuran laju inflasi, teori pengangguran, dampak terjadinya
pengangguran dan kebijakan pemerintah dalm mengatasi pengangguran.
Bagian ketiga metode penelitian yang terdiri dari populasi dan sampel, data
penelitian diantaranya jenis dan sumber data, teknik pengumpulan data, model
analisis data, definisi operasional variabel, dan pengujian hipotesa.
Bagian keempat hasil dan pembahasan yang terdiri dari perkembangan
inflasi di Kabupaten Nagan Raya, perkembangan tingkat pengangguran, statistik
deskriptif variabel penelitian, hasil penelitian, analisis koefisien korelasi dan
koefisien determinasi ,uji regresi linear sederhana dan uji signifikan parsial
( uji t ).
Bagian kelima simpulan dan saran yang menguraikan kesimpulan dan
keterbatasan dari penelitian dan saran – saran.
-
8
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Pengertian Inflasi
Pengertian inflasi menurut Lenher adalah keadaan dimana terjadi
kelebihan permintaan (excess demand) terhadap barang – barang dalam
perekonomian secara keseluruhan (Gunawan, 2003.h.1). Kelebihan permintaan ini
dapat diartikan sebagai berlebihnya tingkat pengeluaran (Level of spending),
untuk komoditi akhir dibanding dengan tingkat output maksimal yang dapat
dicapai dalam jangka panjang, dengan sumber – sumber produksi tertentu.
Sedangkan menurt Nopirin mengemukakan bahwa inflasi merupakan
proses kenaikan harga barang – barang secara umum yang berlaku terus –
menerus. Ini tidak berarti bahwa harga berbagai macam barang itu naik dengan
persentase yang sama. Mungkin dapat terjadi kenaikan harga umum barang secara
terus – menerus selama periode tertentu. Kenaikan yang hanya sekali saja
(meskipun dengan persentase yang cukup besar) bukan merupakan inflasi
(Nopirin, 2003.h.25).
Beberapa definisi di atas yang perlu digaris bawahi adalah :
a. Tendency yaitu kecenderungan harga – harga untuk meningkat, artinya
dalam suatu waktu dimungkinkan terjadinya penurunan harga tetap
meunjukkan kecenderungan untuk meningkat.
b. Sustained yaitu peningkatan harga tersebutt tidak hanya terjadi pada waktu
tertentu atau sekali waktu saja, melainkan secara terus – menerus dalam
jangka waktu yang lama.
-
9
c. General level of prices yaitu tingkat harga yang dimaksud adalah tingkat
harga barang secara umum sehingga tidak hanya harga dari satu macam
barang saja (Nopirin, 2003. h. 27).
2.1.1. Jenis – Jenis Inflasi
Menurut sukirno (2006, h.333-337) inflasi dapat digolongkan menjadi
beberapa jenis yaitu :
a. Berdasarkan kepada sumber atau penyebab kenaikan harga – harga berlaku,
inflasi biasanya dibedakan kepada tiga bentuk berikut :
1. Inflasi Tarikan Permintaan
Inflasi ini biasanya terjadi pada masa perekonomian berkembang dengan
pesat. Kesempatan kerja yang tinggi menciptakan tingkat pendapatan yang
tinggi dan selanjutnya menimbulkan pengeluaran yang melebihi kemampuan
ekonomi mengeluarkan barang dan jasa. Pengeluaran yang berlebihan ini
akan menimbulkan inflasi. Gambar 1 dapat digunakan untuk menerangkan
wujudnya inflasi tarikan permintaan. Kurva AS adalah penawaran agregat
dalam ekonomi, sedangkan AD1, AD2, dan AD3 adalah permintaan agregat.
Misalkan pada mulanya permintaan agregat adalah AD1 maka pendapatan
nasional adalah Y1 dan tingkat harga adalah P1. Perekonomian yang
berkembang pesat mendorong kepada kenaikan permintaan agregat, yaitu
menjadi AD2, akibatnya pendapatan nasional mencapai tingkat kesempatan
kerja penuh, yaitu YF dan tingkat harga naik dari P1 ke PF, ini berarti inflasi
telah wujud. Apabila masyarakat masih tetap menambah pengeluarannya
maka permintaan agregat menjadi AD3. Untuk memenuhi permintaan yang
semakin bertambah tersebut, perusahaan – perusahaan akan menambah
-
10
produksinya dan menyebabkan pendapatan nasional rill meningkat dari YF
menjadi Y2. Kenaikan produksi nasional melebihi kesempatan kerja penuh
akan menyebabkan kenaikan harga yang lebih cepat, yaitu dari PF ke P2.
Disamping dalam masa perekonomian berkembang pesat, infasi tarikan
permintaan juga dapat berlaku pada masa perang atau ketidakstabilan politik yang
terus-menurus. Dalam masa seperti ini pemerintah berlanja jauh melebihi pajak
yang dipungutnya. Untuk membiayai kelebihan pengeluaran tersebut pemerintah
yang berlebihan tersebut menyebabkan permintaan agregat akan melebihi
kemampuan ekonomi tersebut menyediakan barang dan jasa. Maka keadaan ini
akan mewujudkan inflasi.
Gambar 1
Inflasi Tarikan Permintaan
Gambar 1 Inflasi Tarikan Permintaan
2. Inflasi Desakan Biaya
Inflasi ini terutama berlaku dalam masa perekonomian dengan pesat ketika
tingkat pengangguran adalah sangat rendah. Apabila perusahaan – perusahaan
permintaan yang bertambah, mereka akan berusaha menaikkan produksi dengan
cara memberikan gaji dan upah yang lebih tinggi kepada pekerjanya dan mencari
pekerja baru dengan tawaran pembayaran yang lebih tinggi ini. Langkah ini
mengakibatkan biaya produksi meningkat, yang akhirnya akan menyebabkan
kenaikan harga – harga berbagai barang.
-
11
Inflasi desakan biaya dapat diterangkan dengan menggunakan gambar 2.
Kurva AS1, AS2, dan AS3 adalah kurva penawaran agregat, sedangkan kurva AD
adalah permintaan agregat, andaikan pada mulanya kurva penawaran agregat
adalah AS1, dengan demikian pada mulanya keseimbangan ekonomi Negara
tercapai pada pendapatan nasional Y1, yaitu pendapatan nasional pada kesempatan
kerja penuh dan tingkat harga adalah pada P1. Pada tingkat kesempatan kerja yang
tinggi perusahaan – perusahaan sangat memerlukan tenaga kerja, keadaan ini
cenderung akan menyebabkan kenaikan upah dan gaji karena :
a. Perusahaan – perusahaan akan berusaha mencengah perpindahan tenaga kerja
dengan menaikkan upah dan gaji.
b. Usaha untuk memperoleh pekerja tambahan hanya akan berhasil apabila
perusahaan – perusahaan menawarkan upah dan gaji yang lebih tinggi.
Kenaikkan upah akan menaikkan biaya dan kenaikkan biaya akan
memindahkan fungsi penawaran agregat ke atas, yaitu dari AS1 menjadi AS2.
Sebagai akibatnya tingkat harga naik dari P1 menjadi P2. Harga barang yang tinggi
ini mendorong para pekerja menuntut kenaikkan upah lagi, maka biaya produksi
akan semakin tinggi. Pada akhirnya ini akan menyebabkan kurva penawaran
agregat bergeser dari AS2 menjadi AS3. Perpindahan ini menaikan harga dari P1
ke P2. Dalam proses kenaikan harga yang disebabkan oleh kenaikan upah dan
kenaikan penawaran agregat ini pendapatan nasional rill terus mengalami
penurunan, yaitu dari YF (Y1) menjadi Y2 dan Y3. Berarti akibat dari kenaikan
upah tersebut kegiatan ekonomi akan menurun dibawah tingkat kesempatan kerja
penuh.
-
12
Dalam analisis diatas diandaikan kenaikan upah tidak menyebabkan
kenaikan dalam permintaan agregat. Dalam prakteknya, kenaikan upah mungkin
juga diikuti oleh kenaikan dalam permintaan riil.Apabila keadaan ini berlaku,
kenaikan harga akan menjadi semakin cepat dan kesempatan kerja tidak
mengalami penurunan. Andaikan setelah AS1 menjadi AS2 permintaan agregat
AD beruba menjadi AS2 permintaan agregat AD berubah menjadi AD1. Akibat
dari perubahan ini kesempatan kerja penuh tetap tercapai, tetapi tingkat harga
lebih tinggi dari P2. Apabila proses kenaikan upah baru berlaku, penawaran
agregat akan bergerak dari AS2 ke AS3 . sekiranya ini diikuti pula oleh kenaikan
permintaan agregat menjadi AD2 maka tingkat kesempatan kerja penuh masih
tetap tercapai, tetapi harga-harga akan mencapai tingkat yang lebih tinggi dari P3
yaitu menjadi P4.
Gambar 2 Inflasi Desakan Biaya
-
13
3. Inflasi diimpor
Inflasi dapat juga bersumber dari kenaikan harga – harga barang yang
diimpor, inflasi ini akan terwujud apabila barang – barang impor yang mengalami
kenaikan harga mempunyai peranan yang penting dalam kegiatan pengeluaran
perusahaan – perusahaan. Wujud stagflasi sebagai akibat inflasi diimpor dan
penurunan nilai mata uang seperti yang diterangkan diatas dapat digambarkan
secara grafik, yaitu seperti ditunjukkan dalam Gambar 3, permintaan agregat
dalam ekonomi adalah AD sedangkan pada mulanya penawaran agregat adalah
AS1. Dengan demikian pada mulanya pendapatan nasional adalah Y1. Gambar 3
menunjukkan pendapatan ini dicapai dibawah pendapatan pada kesempatan kerja
penuh (YF) maka jumlah pengangguran adalah tinggi. Kenaikan harga barang
impor yang penting artinya diberbagai industri menyebabkan biaya produksi naik
dan ini seterusnya akan mengakibatkan perpindahan kurva penawaran agregat dari
AS1 menjadi AS2 pendapatan menurun dari Y1 kepada Y2 sedangkan tingkat harga
naik dari P1 menjadi P2 ini berarti secara serentak perekonomian menghadapi
masalah inflasi dan pengangguran yang lebih buruk. Ahli – ahli ekonomi
menanamkan masalah seperti ini dengan istilah stagflasi yaitu istilah yang
bersumber dari kata “inflation”. Dengan demikian stagflasi menggambarkan
keadaan dimana kegiatan ekonomi semakin menurun, pengangguran semakin
tinggi dan pada waktu yang sama proses kenaikan harga – harga semakin
bertambah cepat.
-
14
Gambar 3 Inflasi Diimpor dan Stagflasi
Berdasarkan kepada tingkat kelajuan kenaikan harga-harga yang berlaku,
inflasi dapat dibedakan kepada tiga golongan yaitu inflasi merayab, hiperinflasi
dan inflasi sederhana.
a. Inflasi merayap adalah proses kenaikan harga-harga yang lambat jalannya.
Yang digolongkan kepada inflasi ini adalah kenaikan harga-harga yang
tingkatnya tidak melebihi dua atau tiga persen setahun.
b. Hiperinflasi adalah proses kenaikan harga – harga yang sangat cepat, yang
menyebabkan tingkat harga menjadi duaatau beberapa kali lipat dalam
masa yang singkat.
c. Inflasi sederhana adalah proses kenaikan harga – harga yang mencapai
diantara 5 hingga 10 persen (Nopirin, 2003. h.37).
2.1.2. Pengukuran Laju Tingkat Inflasi
Menurut Mantra (2009. h. 35) tinggi rendahnya inflasi pada suatu Negara
pada waktu tertentu tergantung pada indikator dan tahun dasar yang digunakan.
Ada beberapa indikator yang biasa digunakan untuk mengukur besarnya laju
perubahan kenaikan inflasi yaitu :
-
15
a. Indeks Harga Konsumen (IHK) atau Indeks Biaya Hidup (IBH)
Indeks harga konsumen (IHK) merupakan indikator yang umum
digunakan untuk menggambarkan pergerakan harga. Perubahan IHK dari
waktu ke waktu menunjukkan pergerakkan dari paket barang dan jasa
yang di konsumsi masyarakat.
b. Indeks Harga Perdagangan Besar (IHPB)
Indeks harga perdagangan besar menitik beratkan pada sejumlah barang
pada tingkat perdagangan besar, ini berarti harga bahan mentah, bahan
baku atau setengah jadi termasuk dalam perhitungan indeks harga.
Biasanya perubahan indeks harga ini sejalan atau searah dengan indeks
biaya hidup.
c. Deflator Pendapatan Nasional (GNP Deflator atau GDP Deflator)
GNP Deflator mencakup jumlah barang dan jasa yang masuk dalam
perhitungan GNP, jadi lebih banyak jumlahnya bila dibandingkan dengan
dua indeks diatas. GNP Deflator diperoleh dengan membagi GNP nominal
(atas dasar harga berlaku) dengan GNP rill (atas dasar harga konstan).
2.1.3. Pengaruh Inflasi
Menurut Nanga (2005, h. 241) inflasi yang terjadi di dalam suatu
perekonomian memiliki pengaruh sebagai berikut :
a. Inflasi dapat mendorong terjadinya redistribusi pendapatan diantara
masyarakat. Hal ini akan mempengaruhi kesejahteraan ekonomi dari
anggota masyarakat, sebab distribusi pendapatan yang terjadi akan
menyebabkan pendapatan rill satu orang meningkat, tetapi pendapatan rill
orang lainnya jatuh.
-
16
b. Inflasi dapat menyebabkan penurunan dalam efisiensi ekonomi, hal ini
dapat terjadi karena inflasi dapat mengalahkan sumber daya investasi yang
produktif ke investasi yang tidak produktif sehingga mengurangi kapasitas
ekonomi produktif, ini disebut efisiensi effect of inflations.
c. Inflasi dapat menyebabkan perubahan – perubahan di dalam output dan
kesempatan kerja, dengan cara lebih langsung dengan memotivasi
perusahaan untuk memproduksi lebih atau kurang dari yang telah
dilakukan dan juga memotivasi orang bekerja lebih atau kurang dari yang
telah dilakukan selama ini. Ini disebut output and employment effect of
inflation.
2.1.4. Faktor – faktor Penyebab Inflasi
a. Penawaran Uang ( Jumlah Uang Beredar )
Pengertian uang yang paling sempit adalah uang kertas dan uang logam
yang ada di tangan masyarakat. Uang tunai ini disebut uang kartal atau dalam
bahasa inggris dinamakan currency. Para ekonom klasik cenderung untuk
mengartikan uang beredar sebagai currency,karena uang inilah yang benar – benar
merupakan daya beli yang langsung bisa digunakan dan langsung mempengaruhi
harga barang – barang.
Ketidakseimbangan antara permintaan dan penawaran uang akan
menyebabkan inflasi. Jika penawaran uang ( jumlah uang yang beredar ) terlalu
banyak inflasi akan meningkat, dan sebaliknya jika penawaran uang terlalu sedikit
terjadilah deflasi. Keseimbangan antara permintaan dan penawaran terhadap uang
dijelaskan dalam teori kuantitas dari Irving Fisher ( Nopirin, 2009.h.205).
-
17
MV = PT
Dimana :
M (Money) = Jumlah uang yang beredar di masyarakat terdiri dari uang
karta dan uang giral.
V (Velocity) = Kecepatan peredaran ( perputaran uang )
P (Price) = Harga dari output
T (Trade) = Jumlah output yang diperdagangkan
b. Pendapatan Nasional
Pendapatan nasional adalah total nilai barang akhir dan jasa yang
dihasilkan oleh suatu negara dalam kurun waktu tertentu (1 tahun). Indonesia
menggunakan GDP untuk mengukur tingkat pertumbuhan ekonominya
(pendapatan nasional).
GDP menunjukkan nilai seluruh output atau produk dalam perekonomian
suatu negara. Dengan kata lain GDP dapat didefinisikan sebagai nilai uang
berdasarkan harga pasar dari semua barang – barang dan jasa – jasa yang
diproduksi oleh suatu perekonomian selama suatu periode tertentu.
c. Tingkat Suku Bunga SBI
Sertifikat Bank Indonesia (BI) adalah salah satu instrumen yang digunakan
untuk kebijakan open market operation dari Bank Sentral (BI). Kebijakan open
market operation (politik pasar terbuka) meliputi tindakan menjual dan membeli
surat – surat berharga oleh Bank Sentral. Tindakan pembelian atau penjualan surat
berharga akan akan mempengaruhi harga surat berharga. Akibatnya tingkat bunga
umum juga akan terpengaruh (Nopirin, 2009. h.45).
-
18
Tingkat suku bunga SBI ditetapkan oleh pemerintah melalui Bank Sentral.
Kenaikan tingkat suku bunga SBI akan menyebabkan kenaikan tingkat suku
bunga surat berharga pasar uang (SBPU). Selain itu tingkat suku bunga bank
umum juga mengalami kenaikan. Hal ini mengakibatkan konsumen khususnya
investor tidak tertarik untuk meminjam modal dari Bank Umum. Kondisi yang
demikian ini menyebabkan bahan – bahan kebutuhan umum banyak yang diimpor
sementara jumlah ekspor relative lebih kecil.
2.2. Pengertian Pengangguran
Pengangguran merupakan suatu keadaan dimana seseorang yang tergolong
dalam kategori angkatan kerja ( labor force ) tidak memiliki pekerjaan dan secara
aktif tidak sedang mencari pekerjaan (Nanga, 2005. h. 249 ). Pengangguran (
unemployment ) merupakan kenyataan yang dihadapi tidak saja oleh negara-
negara sedang berkembang (Develoved Contries ), akan tetapi juga dialami oleh
negara-negara yang sudah maju (Developing Countries).
Menurut Sukirno (2004, h. 13) menyebutkan pengertian pengangguran
adalah suatu keadaan dimana seseorang yang tergolong dalam angkatan kerja
ingin mendapatkan pekerjaan tetapi belum dapat memperolehnya. Selanjutnya
International Labor Organization memberikan definisi pengangguran yaitu :
Penganguran terbuka adalah seseorang yang termasuk kolompok
penduduk usia kerja yang selama periode tertentu secara terpaksa kurang
dari jam kerja normal yang masih mencari pekerjaan lain atau masih
bersedia mencari pekerjaan lain/tambahan.
-
19
Setengah pengangguran terpaksa adalah orang yang bekerja kurang dari 35
jam perminggu yang masih mencari pekerjaan atau yang masih bersedia
menerima pekerjaan yang lain.
Setengah pengangguran sukarela yaitu orang yang bekerja kurang dari 35
jam perminggu namun tidak mencari pekerjaan dan tidak bersedia
menerima pekerjaan lainnya.
2.2.1. Jenis – Jenis Pengangguran
Menurut Sukirno (2004, h. 328) sebab terjadinya pengangguran dapat
digolongkan kepada empat jenis yaitu :
a. Pengangguran friksional adalah pengangguran yang wujud apabila
ekonomi telah mencapi kesempatan kerja penuh.
b. Pengangaguran siklikal adalah pengangguran yang disebabkan
perkembangan ekonomi yang sangat lambat atau kemorosotan kegiatan
ekonomi.
c. Pengangguran struktural, terjadi karena adanya perubahan dalam struktur
atau komposisi perekonomian.
d. Pangangguran teknologi, ditimbulkan oleh adanya pengantian tenaga
manusia oleh mesin-mesin dan bahan kimia yang disebabkan
perkembangan teknologi.
Teori Pendekatan penggunaan tenaga kerja (Labor Utilitization approach)
pendekatan ini menitik beratkan pada seseorang apakah cukup dimanfaatkan
dalam kerja di lihat dari segi jumlah jam kerja, produktivitas kerja dan pendapatan
yang diperoleh. Dengan pendekatan ini dibedakan angkatan kerja dalam tiga
golongan yaitu :
-
20
a. Menganggur, yaitu orang yang sama sekali tidak bekerja dan berusaha
mencari pekerjaan.
b. Setengah menganggur, yaitu mereka yang kurang dimanfaatkan dalam
bekerja dilihat dari segi jam kerja, produktivitas kerja dan pendapatan.
c. Bekerja penuh atau cukup dimanfaatkan.
Untuk mengelompokkan masing-masing pengangguran tersebut perlu
diperhatikan dimensi-dimensi yang berkaitan dengan pengangguran itu sendiri
yaitu :
Intensitas pekerjaan (yang berkaitan dengan kesehatan dan gizi makanan).
Waktu (banyak di antara mereka yang bekerja ingin bekerja lebih lama).
Produktivitas (kurangnya produktivitas sering kali disebabkan oleh
kurangnya sumber daya komplementer untuk melakukan pekerjaan).
Berdasarkan dimensi di atas pengangguran dapat dibedakan atas :
Pengangguran terbuka, baik terbuka maupun terpaksa secara sukarela,
mereka tidak mau bekerja karena mengharapkan pekerjaan yang lebih baik
sedangkan pengangguran terpaksa, mereka mau bekerja tetapi tidak
memperoleh pekerjaan.
Setengah pengangguran (Under Unemployment) yaitu mereka yang
bekerja dimana waktu yang mereka pergunakan kurang dari yang biasa
mereka kerjakan.
Tampaknya mereka bekerja, tetapi tidak bekerja, secara penuh. Mereka
digolongkan sebagai pengangguran terbuka dan setengah penganggurn.
Yang termasuk dalam katagori ini adalah :
-
21
Pengangguran tak kentara
Pengangguran tersembunyi
Pensiunan awal ( BPS, 2004. h. 8)
Menurut Sukirno (2007, h. 472) Pengangguran adalah seseorang yang
sudah di golongkan dalam angkatan kerja yang secara aktif sedang mencari
pekerjaan pada suatu tingkat upah tertentu, tetapi tidak dapat memperoleh
pekerjaan yang di inginkannya. Pengangguran pada prinsipnya mengandung arti
hilangnya output (Lost Output) dan kesengsaraan bagi orang yang tidak bekerja
(Human Misery), dan merupakan suatu bentuk pemborosan sumber daya ekonomi
di samping memperkecil output, pengangguran juga memacu pengeluaran
pemerintah lebih tinggi untuk keperluan kompensasi pengangguran dan
kesejahteraan.
Menurut Mantra (2009, h.10) pengangguran adalah bagian dari angkatan
kerja yang sekarang ini tidak bekerja dan sedang aktif mencari pekerjaan. Konsep
ini sering diartikan sebagai keadaan pengangguran terbuka.
Pengangguran adalah orang yang tidak mempunyai pekerjaan, lengkapnya
orang yang tidak bekerja dan (masih atau sedang) mencari pekerjaan. Masalah
yang sering dihadapi adalah masalah setengah menganggur atau pengangguran
tidak kentara, yang pengertiannya adalah sebagai berikut :
-
22
1. Setengah menganggur
Keadaan setengah menganggur (underemployment) terletak antara full
employment dan sama sekali menganggur. Underemployment yaitu
perbedaan antara jumlah pekerjaan yang betul dikerjakan seseorang dalam
pekerjaannya dengan jumlah pekerjaan yang secara normal mampu dan
ingin dikerjakannya.
Konsep ini dibagi dalam:
a. Setengah menganggur yang kentara
Setengah menganggur yang kentara (visible underemployment) adalah jika
seseorang bekerja tidak tetap (part time) di luar keinginannya sendiri, atau
bekerja dalam waktu yang lebih pendek dari biasanya.
b. Setengah menganggur yang tidak kentara
Setengah menganggur yang tidak kentara (invisible underemployment)
adalah jika seseorang bekerja secara penuh (full time) tetapi pekerjaannya
itu dianggap tidak mencukupi karena pendapatannya terlalu rendah atau
pekerjaan tersebut tidak memungkinkan ia untuk mengembangkan seluruh
keahliannya.
2. Pengangguran tidak kentara
Pengangguran tidak kentara (disguised unemployment), dalam angkatan
kerja mereka dimasukkan dalam kegiatan bekerja, tetapi sebetulnya mereka
menganggur jika dilihat dari segi produktivitasnya. Jadi di sini mereka sebenarnya
tidak mempunyai produktivitas dalam pekerjaannya.(http://suara pembaharuan.
com / news / 2004 / 09/ 0 // editoz. html. diakses 19 Oktober 2013).
-
23
Berdasarkan pengertian diatas, penulis menyimpulkan bahwa
pengangguran adalah suatu kondisi dimana seseorang atau kelompok orang tidak
mempunyai pekerjaan dan belum bisa menghasilkan barang dan jasa.
2.2.2. Cara – Cara Mengatasi Pengangguran
Menurut Nanga (2005, h.259) ada beberapa upaya yang dapat dilakukan
dalam rangka mengatasi pengangguran di Indonesia sebagai berikut :
a. Bagi penganggur sendiri, dapat mengembangkan kreativitas nya melalui
berwirausaha mandiri
b. Pengembangan sekolah-sekolah yang mengarah kepada pemanfaatan
kecakapan hidup, seperti SMK.
c. Pengembangan program kerjasama dengan luar negeri dalam pemanfaatan
tenga kerja indonesia (TKI).
d. Pengembangan sektor informal seperti home industry.
e. Pengembangan program transmigrasi, untuk menyerap tenaga kerja di
sektor agraris dan sektor informal lainnya.
f. Perluasan kesempatan kerja, misalnya melalui pembukaan industri padat
karya diwilayah yang banyak mengalami pengangguran.
g. Peningkatan Investasi, baik yang bersifat pengembangan maupun investasi
melalui pendirian usaha-usaha baru yang dapat menyerap tenaga kerja.
h. Pembukaan proyek-proyek umum, hal ini bisa dilakukan oleh pemerintah
seperti pembangunan jalan raya, jembatan dan lain- lain.
-
24
i. Mengadakan pendidikan dan pelatihan yang bersifat praktis sehingga
seorang tidak harus menunggu kesempatan kerja yang tidak sebanding
dengan para pencari kerja, melainkan ia sendiri mengembangkan usaha
sendiri yang menjadikanya bisa memperoleh pekerjaan dan pendapatan
sendiri.
2.3. Dampak Pengangguran
2.3.1. Dampak Pengangguran Terhadap Perekonomian
Setiap negara selalu berusaha agar tingakat kemakmuran masyarakatnya
dimaksimumkan dan perekonomian selalu mencapai pertumbuhan yang mantap
dan berkelanjutan. Tingkat pengangguran yang relatif tinggi tidak memungkinkan
masyarakat mencapai tingkat pengguna tenaga kerja penuh, hal ini dapat dilihat
dengan jelas dari berbagai akibat buruk sifat ekonomi yang ditimbulkan oleh
masalah pengangguran. Akibat buruk pengangguran terhadap perekonomian
adalah :
a. Pengangguran menyebabkan masyarakat tidak dapat meminimumkan
tingkat kesejahteraan yang mungkin dicapainya. Pengangguran
menyebabkan output aktual yang dicapai lebih rendah dari atau dibawah
output potensial. Keadaan ini berarti tingkat kemakmuaran masyarakat
yang di capai adalah lebih rendah dari tingkat yang akan dicapainya.
b. Pengangguran menyebabkan pendapatan pajak pemerintah berkurang,
pengangguran yang disebabkan oleh rendahnya tingkat kegiatan ekonomi,
pada gilirannya akan menyebabkan pendapatan pajak yang diperoleh
pemerintah akan menjadi sedikit. Dengan demikian tingkat pengangguran
-
25
yang tinggi akan mengurangi kemampuan pemerintah dalam menjalankan
berbagai kegiatan pembangunan.
c. Pengangguran yang tinggi akan menghambat, dalam arti tidak
menggalakkan pertumbuhan ekonomi. Keadaan ini jelas bahwa
penganggurantidak akan mendorong perusahaan untuk melakukan
investasi di masa yang akan datang (Samuelson, 2004. H.326).
Dari ketiga penjelasan diatas, penulis menyimpulkan bahwa dampak dari
pengangguran tidak mampu untuk menggalakkan pertumbuhan ekonomi baik
dalam jangka waktu panjang maupun dalam jangka waktu pendek.
2.3.2. Dampak Pengangguran Terhadap Individu dan Masyarakat
Selain membawa akibat buruk terhadap perekonomian secara keseluruhan,
pengangguran yang terjadi juga akan membawa beberapa akibat buruk terhadap
individu dan masyarakat, dampaknya adalah sebagai berikut :
a. Pengangguran menyebabkan kehilangan mata pencaharian dan
pendapatan. Di negara-negara maju, para pengangguranmemperoleh
tunjangan (bantuan keuangan) dari badan asuransi pengangguran dan oleh
sebab itu, mereka masih mempunyai pendapatan untuk membiayai
kehidupanya dan keluarganya, sedangkan di negara-negara berkembang
tidak terdapat program asuransi berkembang.
b. Pengangguran dapat menyebabkan kehilangan atau berkurangya
ketrampilandalam mengerjakan sesuatu pekerjaan hanya dapat
dipertahankan apabila ketrampilan tersebut digunakan dalam praktek.
-
26
c. Pengangguran dapat pula menimbulkan ketidakstabilan sosial dan politik.
Kegiatan ekonomi yang lesu dan pengangguran yang tinggi dapat
menimbulkan rasa tidak puas masyarakat kepada pemerintah yang
berkuasa.
Dari penjelasan di atas, penulis menyimpulkan bahwa dampak
pengangguran terhadap individu dan masyarakat dapat meningkatkan kriminalitas
serta kurangnya keamanan.
2.3.3. Kebijakan Pemerintah Dalam Mengatasi Masalah Pengangguran
1. Kebijakan Bersifat Ekonomi
a. Menyediakan lowongan kerja
b. Meningkatkan taraf kemakmuran masyarakat
c. Memperbaiki pembagian pendapatan
2. Kebijakan Bersifat Sosial dan Politik
a. Meningkat kan kemakmuaran keluarga dan kestabilan keluarga
b. Menghindari masalah kejahatan
c. Mewujudkan kestabilan politik
Selain itu solusi masalah pengangguran di Indonesi dilihat dari 2 (dua)
kebijakan diantaranya kebijakan mikro (khusus) dan kebijakan makro. Berikut
merupakan kebijakan mikro ada 10 (sepuluh) solusi yaitu:
-
27
1. Pengembangan Mindset dan wawasan penganggur
Berangkat dari kesadaran bahwa setiap manusia sesungguhnya memiliki
potensi dalam dirinya namun sering tidak menyadari dan mengembangkan
secara optimal.Dengan demikian, diharapkan setiap pribadi sanggup
mengaktualisasikan potensi terbaiknya dan dapat mencip takan kehidupan
yang lebih baik, bernilai dan berkualitas bagi dirinya sndiri maupun
masyarakat luas.
2. Segera melakukan pengembangan kawasan-kawasan khususnya yang
tertinggal dan terpencil sebagai prioritas dengan membangun fasilitas
transfortasi dan komunikasi. Ini akan membuka lapangan kerja bagi para
penganggur di berbagai jenis maupun tingkatan. Harapan akan
berkembangnya potensi wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia
(NKRI) baik potensi Sumber Daya Alam,Sumber Daya Manusia maupun
keuangan (financial).
3. Segera membangun lembaga sosial yang dapat menjamin kehidupan
penganggur. Hal itu dapat dilakukan serentak dengan pendirian Badan
Jaminan Sosial Nasional dengan mengubah PT Jaminan Sosial Tenaga
Kerja (PT Jamsostek) menjadi Badan Jaminan Sosial Nasional yang
terdiri dari berbagai devisi menurut sasarannya. Dengan membangun
lembaga itu,setiap penganggur di Indonesia akan tercatat dengan baik dan
mendapat perhatian khusus. Secara teknis dan rinci, keberadaan lembaga
itu dapat di susun dengan baik.
-
28
4. Segera menyederhanakan perizinan karena dewasa ini terlalu banyak jenis
perizinan yang menghambat investasi baik Penanaman Modal Asing
(PMA). Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) dan investasi
masyarakat secara perorangan maupun berkelompok. Itu semua perlu
segera dibahas dan disederhanakan sehingga merangsang pertumbuhan
investasi untuk menciptakan lapangan kerja baru.
5. Mengaitkan secara erat (sinergi) masalah pengangguran dengan masalah
diwilayah perkotaan lainnya seperti sampah, pengendalian banjir dan
lingkungan yang tidak sehat.
6. Mengembangkan suatu lembaga antar kerja secara professional. Lembaga
itu dapat disebutkan sebagai job senter yang dibangun dan dikembangkan
secara professional sehingga dapat membimbing dan menyalurkan para
pencari kerja. Pengembangan lembaga itu mencakup, antara lain sumber
daya manusianya (brainware), perangkat keras (hardware), perangkat
lunak (software), manajemen dan keuangan. Lembaga itu dapat dibawah
lembaga jaminan sosial penganggur atau bekerjasama tergantung
kondisinya.
7. Menyeleksi Tenaga kerja Indonesia (TKI) yang akan dikirim keluar
negeri. Perlu seleksi lebih ketat terhadap pengiriman TKI keluar negeri.
Sebaiknya diupayakan tenaga-tenaga terampil (skilled). Hal itu dapat
dilakukan dan diprakarsai oleh pemerintah pusat dan daerah. Bagi
pemerintah daerah yang memiliki lahan yang cukup, gedung, perbankan,
keuangan dan asset lainnya yang memadai dapat membangun Badan
Usaha Milik Daerah Pengerahan Jasa Tenaga Kerja Indonesia keluar
-
29
negeri (BUMD-PJTKI). Tentunya badan itu dilengkapi dengan lembaga
pelatihan (training senter) yang kompeten untuk jenis-jenis ketrampilan
tertentu yang sangat banyak peluang di Negara lain. Disamping itu, perlu
dibuat peraturan tersendiri tentang pengiriman TKI keluar negeri seperti di
Filipina.
8. Segera harus disempurnakan kurikulum dan system pendidikan nasional
(Sisdiknas). System pendidikan dan kurikulum sangat menentukan kualitas
pendidikan. Karena itu, sisdiknas perlu reoriantasi supaya dapat mencapai
tujuan pendidikan secara optimal.
9. Upayakan untuk mencegah perselisihan hubungan industrial (PHI) dan
pemutusan hubungan kerja (PHK). PHI dewasa ini sangat banyak berperan
terhadap penutupan perusahaan, penurunan produktifitas, penurunan
permintaan produksi industri tertentu dan seterusnya. Akibatnya, bukan
hanya tidak mampu menciptakan lapangan kerja baru, justru sebaliknya
bermuara pada PHK yang berarti menambah jumlah penganggur.
10. Mengembangkan potensi kelautan Negara Kesatuan Republik Indonesia
(NKRI) mempunyai letak geografis yang strategis dimana sebagian besar
berupa lautan dan pulau-pulau yang sangat potensial sebagai Negara
maritim. Potensi kelautan Indonesia perlu dikelola lebih baik supaya dapat
menciptakan lapangan kerja yang produktif dan remunerative
(http://jurnal.sdm.blogspot.com.diakses.10 juni 2013).
http://jurnal.sdm.blogspot.com.diakses/
-
30
Sedangkan kebijakan makro tentang solusi masalah pengangguran
mengenai moneter seperti jumlah uang beredar, tingkat suku bunga, inflasi dan
nilai tukar yang melibatkan Bank Indonesia (Bank Sentral), fiscal (Departemen
Keuangan) dan lainnya.
2.4. Hubungan Inflasi dan Pengangguran
Menurut Phillips (1929) dalam Mankiw (2003, h. 56) menjelaskan bahwa
teori Phillips muncul karena pada saat tahun 1929, terjadi depresi ekonomi
Amerika Serikat, hal ini berdampak pada kenaikan inflasi yang tinggi dan diikuti
dengan pengangguran yang tinggi pula. berdasarkan pada fakta itulah Phillips
mengamati hubungan antara 40 tingkat inflasi dengan tingkat pengangguran. Dari
hasil pengamatannya, ternyata ada hubungan yang erat antara Inflasi dengan
tingkat pengangguran, jika inflasi tinggi, pengangguran pun akan rendah. Hasil
pengamatan Phillips ini dikenal dengan kurva Phillip.
Tingginya harga (inflasi) maka untuk memenuhi permintaan tersebut
produsen meningkatkan kapasitas produksinya dengan menambah tenaga kerja
(tenaga kerja merupakan satu-satunya input yang dapat meningkatkan output).
Akibat dari peningkatan permintaan tenaga kerja maka dengan naiknya harga-
harga (inflasi) maka pengangguran berkurang.
Tiga komponen pembentuk kurva Phillips adalah:
a. Ekspektasi inflasi (𝜋e)
b. Pengangguran siklis (U-Un)
c. Guncangan penawaran (v)
Persamaan kurva Phillips adalah:
𝜋 = 𝜋e - β (U-Un) + v ………………………………………………(2.1)
-
31
Di mana 𝜋 adalah inflasi, 𝜋 e adalah ekspektasi inflasi, U adalah tingkat
pengangguran dan Un adalah tingkat pengangguran alamiah (NAIRU – Non-
Accelerating Inflation Rate of Unemployment). β menunjukkan besarnya respon
tingkat inflasi terhadap perubahan tingkat pengangguran siklis. dapat menunjukkan
besarnya rasio pengorbanan (sacrifice ratio) yang terjadi. Tanda negatif sebelum
parameter β menunjukkan hubungan negatif antara inflasi dengan tingkat
pengangguran.
2.4.1. Inflation Targeting Framework
Inflation Targeting Framework (ITF) merupakan kerangka kerja kebijakan
moneter Bank Indonesia yang tercermin pada penetapan dan pengumuman sasaran
inflasi sebagai tujuan utama kebijakan moneter, penjelasan periodik kepada
masyarakat mengenai pelaksanaan kebijkan moneter yang ditempuh, maupun
pemberian independensi kepada Bank Indonesia dalam merumuskan dan
melaksanakan kebijakan moneter. Secara umum, kerangka kerja ini diyakini dapat
membantu bank sentral untuk mencapai dan memelihara kestabilan harga dengan
berdasarkan pada proyeksi dan target inflasi tertentu ke depan.
Inflation Targeting Framework (ITF) merupakan sebuah kerangka
kebijakan moneter yang ditandai dengan pengumuman kepada publik mengenai
target inflasi yang hendak dicapai dalam beberapa periode ke depan. Secara
eksplisit dinyatakan bahwa inflasi yang rendah dan stabil merupakan tujuan utama
dari kebijakan moneter. Sesuai definisi di atas, sejak berlakunya UU No. 23/1999
Indonesia sebenarnya dapat dikategorikan sebagai "Inflation Targeting Lite
Countries". Kebijakan ini dipilih dengan beberapa alasan yaitu :
-
32
1. Pemilihan kerangka kerja kebijakan moneter Inflation Targeting
didasarkan atas beberapa pertimbangan sebagai berikut :
a. Memenuhi prinsip-prinsip kebijakan moneter yang sehat.
b. Sesuai dengan amanat UU No. 23/1999 tentang Bank Indonesia
sebagaimana telah diubah dengan UU No. 3/2004.
c. Hasil riset menunjukkan semakin sulit pengendalian besaran moneter.
d. Pengalaman empiris negara lain menunjukkan bahwa negara yang
menerapkan ITF berhasil menurunkan inflasi tanpa meningkatkan
volatilitas output.
e. Dapat meningkatkan kredibilitas BI sebagai pengendali inflasi melalui
komitmen pencapaian target.
2. Penerapan ITF bukan berarti bahwa bank sentral hanya menaruh perhatian
pada inflasi saja dan tidak lagi memperhatikan pertumbuhan ekonomi
maupun kebijakan dan perkembangan ekonomi secara keseluruhan. ITF
bukanlah suatu kaidah yang kaku (rule) tetapi sebagai kerangka kerja
menyeluruh (framework) untuk perumusan dan pelaksanaan kebijakan
moneter. Fokus terhadap inflasi tidak berarti membawa perekonomian
kepada kondisi yang sama sekali tanpa inflasi (zero inflation).
3. Inflasi rendah dan stabil dalam jangka panjang justru akan mendukung
pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan (suistanable growth).
Penyebabnya karena tingkat inflasi berkorelasi positif dengan
fluktuasinya. Manakala inflasi tinggi, fluktuasinya juga meningkat,
sehingga masyarakat merasa tidak pasti dengan laju inflasi yang akan
terjadi di masa mendatang. Akibatnya suku bunga jangka panjang akan
-
33
meningkat karena tingginya premi resiko akibat inflasi. Perencanaan usaha
menjadi lebih sulit dan minat investasi pun menurun. Ketidakpastian
inflasi ini cenderung membuat investor lebih memilih investasi aset
keuangan jangka pendek ketimbang investasi riil jangka panjang. Itulah
sebabnya otoritas moneter seringkali berargumentasi bahwa kebijakan
yang anti inflasi sebenarnya adalah justru kebijakan yang pro growth
(http://WWW.bi.go.id.diakses.10 juli 2013).
Setiap negara mengharapkan untuk mencapai tahap kegiatan ekonomi
pada tingkat penggunaan tenaga kerja penuh tanpa inflasi. Ahli – ahli ekonomi
telah menyadari bahwa apabila tingkat pengangguran rendah, masalah inflasi akan
dihadapi, maka tingkat inflasi akan semakin tinggi. Sebaliknya apabila terdapat
masalah pengangguran yang serius, tingkat harga – harga adalah relative stabil.
Berarti tidak mudah untuk menciptakan penggunaan tenaga kerja penuh dan
kestabilan harga secara serentak. Semakin tinggi tingkat pengangguran semakin
rendah laju kenaikan tingkat upah, dengan kata lain terdapat “trade off” antara
tingkat inflasi dengan tingkat pengangguran yang ditunjukkan seperti gambar 4.
0
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
0 2 4 6 8 10
Gambar 4
Kurva Philips
http://www.bi.go.id.diakses/
-
34
Dari Gambar diatas menunjukkan melalui Labor Market Theory yaitu
bahwa tingkat upah rill dipengaruhi oleh demand dan supply for labor di pasar
tenaga kerja. Jadi naik turunnya tingkat upah akan dipengaruhi oleh excess
demand dan supply tenaga kerja yang berhubungan dengan unemployment.
Dengan demikian dapat dikatakan bahwa jika demand for labor naik maka
unemployment akan mengalami penurunan, excess demand for labor akan
mengalami peningkatan maka tingkat upah rill akan meningkat dan unemployment
turun jika tingkat upah rill meningkat. Tingkat upah ini berkaitan dengan variabel
harga, yaitu jika tingkat upah mengalami kenaikan maka akan berpengaruh
terhadap tingkat harga. Kurva philips merupakan fungsi hubungan unemployment
dengan inflasi. Kurva philips ini berselop negatif yang berarti bahwa jika laju
inflasi tinggi maka tingkat pengangguran akan mengalami penurunan. Inflasi yang
tinggi akan berdampak pada sektor ekonomi yang lain, misalnya tingkat suku
bunga, investasi dan konsumsi masyarakat. Sedangkan rendahnya tingkat
pengangguran dapat mencerminkan tingkat distribusi pendapatan yang lebih
merata, meningkatkan konsumsi total, meningkatkan produksi nasional dan pada
akhirnya akan meningkatkan pertumbuhan ekonomi.
Untuk melihat bagaimana persamaan tingkat upah dimana jika W adalah
upah dalam periode ini, dan W-1 adalah upah periode terakhir, maka tingkat
inflasi sebesar harga (gW ) dapat didefinisikan sebagai berikut :
ℊ𝑊 =W−W_ı
W− ı .............................................................(1)
Kemudian jika U menunjukkan tingkat pengangguran aktual dan Uo
menunjukkan tingkat pengangguran alamiah, maka kurva Philips dapat dituliskan
sebagai berikut :
-
35
ℊ𝑊 = −ℰ(𝑈 − 𝑈𝑜) ..............................................................(2)
ℰ adalah suatu nilai yang mengindikasikan bagaimana berubahnya inflasi pada
nilai ( U – Uo ).
Kurva Philips menggambarkan penawaran aggregate karena kurva Philips
mengindetifikasikan kenaikan output aggregate pada tingkat pengangguran yang
lebih rendah akan menaikkan inflasi. Kurva Philips secara tidak langsung
menyatakan bahwa tingkat upah dan harga menyesuaikandiri (adjusted for self)
secara lambat dibandingkan dengan perubahan permintaan aggregate. Misalnya
perekonomian dalam keadaan stabil dan berada pada tingkat pengangguran
natural, kemudian misalnya ada kenaikkan stok uang sebanyak 10 persen sehingga
harga – harga dan tingkat upah akan naik 10 persen juga, agar terjadi
keseimbangan baru. Tapi kurva Philips menunjukkan agar terjadi kenaikkan
tingkat upah 10 persen tersebut tingkat pengangguran harus diturunkan. Hal ini
menyebabkan kenaikkan tingkat upah dan harga – harga akan mengalami
kenaikkan juga dan akhirnya perekonomian akan berada pada posisi kesempatan
kerja penuh pada suatu tingkat utput dan pengangguran, sehingga persamaannya
menjadi :
Wt + 1 = Wt [1-E (U – Uo) ] .........................................................(3)
Supaya tingkat upah naik seperti pada tingkat sebelumnya, maka pengangguran
harus turun sampai pada tingkat pengangguran alamiah.
-
36
Kurva Philips menggambarkan hubungan tingkat kenaikan harga – harga
(tingkat inflasi) dengan pengangguran. Maka para pengambil kebijakan
dihadapkan pada dua pilihan yaitui berusaha menekan rendahnya pengangguran
namun dengan resiko tingkat inflasi yang tinggi atau sebaliknya.
2.5. Perumusan Hipotesis
Berdasarkan uraian diatas, maka rumusan hipotesis dalam penelitian ini
adalah inflasi berpengaruh negatif terhadap tingkat pengangguran di Kabupaten
Nagan Raya.
-
37
III. METODE PENELITIAN
3.1 Ruang Lingkup Penelitian
Dalam penelitian ini ruang lingkup penelitian mencangkup seluruh
jumlah tingkat inflasi dan pengangguran di Kabupaten Nagan Raya.
Mengingat luasnya populasi yang diteliti dan terbatas data yang
tersedia maka sampel yang diambil peneliti adalah jumlah inflasi dan tingkat
pengangguran di Kabupaten Nagan Raya selama kurun waktu 2003-2012.
3.2 Data Penelitian
3.2.1. Jenis dan Sumber Data
Adapun jenis data yang digunakan penulis yaitu data sekunder yang
diperoleh dari intansi terkait seperti Badan Pusat Statistik (BPS), dan
instansi- instansi pemerintah, serta dari berbagai sumber dan literatur lain
yang ada kaitannya dengan penelitian ini.
3.2.2. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data digunakan penulis dalam penelitian ini
antara lain :
a. Studi pustaka (library Research)
Metode ini digunakan untuk mengumpulkan data yang diperlukan
dengan cara membaca-buku-buku dan Literatur lainnya baik yang
diwajibkan maupun yang dianjurkan yang berhubungan dan ada
kaitanya dengan masalah yang akan dibahas dalam penelitian ini.
-
38
b. Penelitian Lapangan (Field Research)
Metode ini dilakukan dengan cara mengadakan tanya jawab secara
langsung kepada pihak-pihak yang dapat memberikan keterangan
yang berhubungan dengan masalah yang akan dibahas.
3.3. Model Analisis Data
Untuk membahas bagaimana pengaruh inflasi terhadap tingkat
pengangguran di Kabupaten Nagan Raya dengan menggunakan alat ukur
Regresi Linear Sederhana. Menurut Ruslan ( 2006 , h. 115 ) rumus regresi
sederhana adalah :
Y= a+b x + e
Dimana :
Y = Variabel terikat ( pengangguran )
X = Variabel bebas ( inflasi )
a = Nilai konstanta ( intercept )
b = Koefisiensi Regresi
e = Kesalahan Penganggu
Analisis Korelasi (r2)
koefisien korelasi adalah suatu analisa untuk mengetahui seberapa
besar hubungan dengan variabel bebas terhadap variabel terikatnya. koefisien
korelasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah :
Rumus koefisien korelasi sederhana menurut Ruslan ( 2006, h. 200 )
r =
2222
yynxxn
yxxy
-
39
Keterangan :
r = Koefesien korelasi
n = Jumlah tahun
y = Jumlah pengangguran
x = Inflasi
Uji t
uji t digunakan untuk menguji hipotesis suatu parameter bila
sampel berukuran kecil (n
-
40
3.5. Pengujian Hipotesis
Hipotesa statistik yang digunakan dalam penelitian ini adalah :
a. H0 ; ß = 0, Faktor-faktor yang diteliti secara bersama-sama tidak
berpengaruh secara signifikan dalam inflasi terhadap tingkat
pengangguran di Kabupaten Nagan Raya.
b. H1 ; ß ≠ 0, faktor- faktor yang diteliti secara bersama-sama berpengaruh
secara signifisikan dalam inflasi terhadap tingkat pengangguran di
Kabupaten Nagan Raya.
Kriteria uji hipotesa yang ditetapkan dalam penelitian ini adalah :
a. Apabila th > tt maka H0 ditolak H1 diterima, artinya terdapat pengaruh
yang signifikan antara inflasi terhadap tingkat pengangguran di
Kabupaten Nagan Raya.
b. Apabila th < tt maka H0 diterima H1 ditolak, artinya tidak terdapat
pengaruh yang signifikan antara inflasi terhadap tingkat
pengangguran di Kabupaten Nagan Raya.
-
41
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Perkembangan Inflasi di Kabupaten Nagan Raya
Inflasi dihitung secara statistic dengan mengambil sampel harga – harga di
pasaran. Karena itu bisa saja perhitungan inflasi dari kedua belah pihak berbeda
antara satu dan yang lainnya. Perbedaan ini disebabkan oleh faktor perbedaan cara
pengambilan data, metodelogi yang berbeda, fokus perhitungan, serta waktu
pengambilan sampel yang berbeda.
Perkembangan inflasi di Kabupaten Nagan Raya dari tahun 2003-2012
sangat berfluktuatif, di mana dari tahun ke tahun inflasi mengalami perubahan.
Pada tahun 2003 inflasi mencapai 3,50 persen. Kenaikan inflasi yang sangat tinggi
terjadi pada tahun 2008 sebesar 11,92 persen, di mana pada tahun ini terjadi krisis
ekonomi yang menyebabkan naiknya harga – harga. Pada tahun 2011 inflasi
relative masih tinggi mencapai 5,22 persen. Pada tahun 2012 inflasi mengalami
penurunan sebesar 1,67 persen.
Untuk melihat perkembangan inflasi di Kabupaten Nagan Raya dari tahun
2003 – 2012 dapat dilihat pada tabel 2.
-
42
Tabel 2
Perkembangan Inflasi di Kabupaten Nagan Raya
Tahun 2003 – 2012
Tahun Tingkat Inflasi Pertumbuhan (%)
2003 3,50 -65,48
2004 6,97 -99,14
2005 41,11 489,8
2006 9,98 75,72
2007 9,41 5,71
2008 11,92 -26,67
2009 3,72 68,79
2010 5,86 -57,52
2011 5,22 10,92
2012 1,67 212,5
Sumber : Badan Pusat Statistik (dioalah), 2014
Tabel di atas memperlihatkan bahwa tingkat inflasi di Kabupaten Nagan
Raya dari tahun 2003 – 2012 sangat berfluktuatif, pada tahun 2003 inflasi
mencapai 3,50 persen, pada tahun 2004 mengalami kenaikan sebesar 41,11
persen. Tingkat inflasi pada tahun 2005 mengalami penurunan yaitu sebesar 9,98
persen, tahun 2007 juga mengalami penurunan lagi sebesar 9,41 persen. Inflasi
paling tinggi terjadi pada tahun 2005 yaitu sebesar 41,11 persen, hal ini di
karenakan saat itu terjadinya krisis ekonomi yang menyebabkan naiknya harga –
harga di Kabupaten Nagan Raya khususnya di Indonesia umumnya. Seiring
dengan pulihnya perekonomian maka inflasi mengalami penurunan hingga tahun
2012 inflasi mencapai 1,67 persen.
-
43
4.2. Perkembangan Tingkat Pengangguran
Pertumbuhan penduduk dan tenaga kerja dianggap sebagai faktor positif
dalam merangsang pertumbuhan ekonomi. Jumlah tenaga kerja yang lebih besar
berarti akan menambah jumlah tenaga produktif, sedangkan pertumbuhan
penduduk yang lebih besar akan meningkatkan luasnya pasar domestik. Namun
demikian, patut dipertanyakan apakah cepatnya pertumbuhan penawaran tenaga
kerja akan memberikan efek positif atau negatif terhadap perkembangan
ekonomi. Sebenarnya, hal tersebut tergantung pada kemampuan sistem
perekonomian untuk menyerap dan secara produktif mempekerjakan tambahan
tenaga kerja tersebut.
Angkatan kerja yang tumbuh sangat cepat tentu saja akan menimbulkan
masalah bagi perekonomian, terutama tidak tersedianya lapangan kerja. Jika
lapangan kerja baru tidak mampu menampung semua angkatan kerja baru
( dengan kata lain, tambahan permintaan akan tenaga kerja lebih sedikit dari pada
tambahan penawaran angkatan kerja ), maka sebagian angkatan kerja baru itu
akan memperpanjang barisan penganggur yang sudah ada. Lapangan kerja salah
satu masalah dalam pembangunan ekonomi di Indonesia.Hal ini bukan terlihat
terhadap masalah jumlah tetapi bagaimana meningkatkan jumlah yang
ditawarkan. Permasalahan lain terletak pada kualitas tenaga kerja, sebagaimana
terlihat dari produkvitas pekerja yang ada masih relatif rendah.
Tingkat pengangguran akan menjadi masalah terhadap sosial ekonomi
masyarakat, hal ini akan menimbulkan kecemburuan sosial antara masyarakat
yang belum memiliki pekerjaan, untuk mengetahui tingkat pengangguran di
Kabupaten Nagan Raya dapat dilihat pada tabel 3.
-
44
Tabel 3
Jumlah Pengangguran di Kabupaten Nagan Raya
Tahun 2003-2012
Tahun Jumlah Pengangguran ( Jiwa )
Persentase (%)
2003
2004
2005
2006
2007
2008
2009
2010
2011
2012
8.756
8.061
5.234
4.371
7.251
8.163
7.686
7.651
7.434
7.231
-
7.93
35.07
16.48
-65.88
-12.57
5.84
0.45
2.83
2.73
Sumber: Badan Pusat Statistik (diolah) 2014
Pada Tabel 2 dapat dilihat jumlah pengangguran di Kabupaten Nagan
Raya dari tahun 2003-2012 sebagai berikut, pada tahun 2003 jumlah
pengangguran di Kabupaten Nagan Raya sebanyak 8.756 jiwa dan pada tahun
2004 mengalami penurunan sebesar 8.061 jiwa dari tahun sebelumnya dan pada
tahun 2005 jumlah pengangguran di Kabupaten Nagan Raya mengalami
penurunan sebanyak 5.234 jiwa, hal ini disebabkan karena bencana gempa dan
tsunami yang terjadi pada akhir tahun 2004. Jumlah pengangguran yang terjadi
hingga tahun 2006 mencapai 4.371 jiwa, penyerapan tenaga kerja terutama
dikarenakan banyak peluang dan lapangan pekerjaan yang mampu menyerap
tenaga kerja seperti banyaknya lembaga swadaya masyarakat asing (NGO) yang
mampu menampung tenaga kerja.Dan pada tahun 2007 tingkat pengangguran
mengalami kenaikan sebesar 7.251 jiwa, hal ini di akibatkan krisis moneter
sehingga banyak tenaga kerja yang di berhentikan.
-
45
Seiring dengan pulihnya krisis ekonomi maka jumlah pengangguran pun
mulai mengalami penurunan, jumlah pengangguran yang terjadi hingga tahun
2012 mencapai 7.231 jiwa. Permasalahan kependudukan di Kabupaten Nagan
Raya adalah dilihat dari tingginya jumlah pengangguran, namun demikian jumlah
pengangguran di Kabupaten Nagan Raya saat ini relative mulai berkurang.
4.3. Statistik Deskriptif Variabel Penelitian
Hasil statistik deskriptif terhadap variabel penelitian disajikan pada
tabel berikut ini.
Tabel 4
Statistik Deskriptif
Rata - rata Std. Deviasi N
pengangguran 7.1838 1.35210 10
inflasi 9.9360 11.41185 10
Sumber : Hasil Pengolahan Data (2014)
Pada Tabel diatas terlihat bahwa rata-rata pengangguran selama kurun
waktu 2003 - 2013 adalah 7,18 % dengan standar deviasi 1,35 %, sementara rata-
rata inflasi pada tahun yang sama sebesar 9.93 % dengan standar deviasi 11.41 %.
Sedangkan N menyatakan jumlah observasi yang masing-masing berjumlah 10
tahun.
4.4. Hasil Penelitian
4.4.1. Analisis Koefisien Korelasi dan Koefisien Determinasi
Hal ini dipergunakan dengan tujuan untuk mengetahui tingkat
keeratan serta arah hubungan antara inflasi terhadap pengangguran di
Kabupaten Nagan Raya.
-
46
Tabel 5
Hasil Koefisien Korelasi dan Koefisien Determinasi
No Variabel Pengangguran Inflasi
1 Pearson Correlation
a. Pengangguran
b. Inflasi
1.000
0.564
0.564
1.000
2 Model
a. Koefisien Korelasi (R )
b. Koefisien Determinasi (R2)
c. Koefisien Determinasi Adjusted
0.564
0.318
0.233
Sumber : Hasil Pengolahan Data ( 2014)
Pada tabel 5 terlihat koefisien korelasi (R) antara inflasi (X) dengan
pengangguran (Y) sebesar 0.564 menggambarkan bahwa variabel inflasi sangat
erat hubungannya terhadap variabel pengangguran di Kabupaten Nagan Raya.
Persentase pengaruh variabel terikat terhadap variabel bebas
ditunjukkan oleh besarnya koefisien determinasi (R2). Koefisien determinasi
(R2) ini menunjukkan seberapa besar pengaruh variabel bebas terhadap
variabel terikat yang dinyatakan dalam persen (%). Koefisien determinasi dapat
dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut :
KP = r2 x 100 %
= ( 0.564 )2 x 100 %
= 0.318
-
47
Dari rumus diatas nilai R square (R2) sebesar 0.318 yang berarti
bahwa pengangguran di Kabupaten Nagan Raya diperoleh sebesar 31.8 % di
sebabkan oleh variabel inflasi, sedangkan sisanya sebesar 68.2 %
dipengaruhi oleh variabel lainnya diluar model penelitian ini.
4.4.2. Uji Regresi Linear Sederhana dan Uji Signifikan Parsial ( Uji t )
Untuk mengetahui pengaruh inflasi terhadap pengangguran di
Kabupaten Nagan Raya akan dianalisis dengan menggunakan model regresi
linear sederhana. Dari hasil penelitian diperoleh hasil akhirnya sebagai
berikut :
Tabel 6
Uji Signifikan Parsial ( Uji t )
Model
Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients
t Sig. B Std. Error Beta
1 (Constant) 7.848 0.508 15.438 0.000
inflasi 0.067 0.035 0.564 1.932 0.090
Sumber : Hasil Pengolahan Data ( 2014)
Dari hasil perhitungan regresi linear sederhana maka persamaannya adalah :
Y = 7.848 + 0.067 + e
-
48
Dari persamaan tersebut mengandung pengertian bahwa :
1. Konstanta
Dari persamaan diatas dapat dilihat bahwa nilai konstanta sebesar 7.848.
Nilai konstanta ini menyatakan bahwa apabila variabel inflasi sama
dengan nol maka jumlah pengangguran di Nagan Raya meningkat
sebesar 7.848 jiwa.
2. Koefisien Regresi X (inflasi)
Dari persamaan diatas dapat dilihat bahwa nilai X sebesar 0.067. Hal
ini menyatakan bahwa apabila inflasi mengalami perubahan sebesar 1
persen maka akan terjadi penurunan pengangguran sebesar 0.067
persen.
Koefisien regresi inflasi memperlihatkan hubungan yang positif terhadap
tingkat pengangguran di Kabupaten Nagan Raya. Hal ini memberikan
pengertian bahwa kenaikan inflasi akan mengakibatkan penurunan tingkat
pengangguran, sebaliknya apabila terjadi penurunan inflasi akan
mengakibatkan terjadinya peningkatan tingkat pengangguran.
Pembuktian bahwa variabel inflasi berpengaruh terhadap
pengangguran di Kabupaten Nagan Raya dilakukan pengujian tersendiri
secara partial dengan uji t pada jumlah kepercayaan ( level of confidence 95 %)
yaitu :
Variabel inflasi diperoleh t hitung sebesar 1.932 lebih besar dari t tabel sebesar
1.860, artinya secara partial inflasi berpengaruh signifikan terhadap
pengangguran di Kabupaten Nagan Raya.
-
49
V. SIMPULAN DAN SARAN
5.1. Simpulan
Dari hasil penelitian yang telah dilakukan di Kabupaten Nagan Raya maka
dapat diambil kesimpulan yaitu :
a. Pengangguran di Kabupaten Nagan Raya tahun 2003 – 2012 rata – rata
mengalami penurunan sebesar 7,18 persen. Dan rata – rata perkembangan
inflasi sebesar 9.93 persen.
b. Persamaan regresi diperoleh Y = 7.848 + 0.067 + e. Konstanta sebesar
7.848 yaitu menyatakan apabila variabel inflasi sama dengan nol maka
jumlah pengangguran sebesar 40.298 jiwa.
c. Apabila inflasi mengalami perubahan sebesar 1 persen maka akan
terjadi perubahan jumlah pengangguran di Kabupaten Nagan Raya
sebesar 0.067 jiwa.
d. Koefisien determinasi (R2) 0.318 menunjukkan bahwa variabel inflasi
berpengaruh terhadap jumlah pengangguran di Kabupaten Nagan Raya
sebesar 31.8 % sedangkan sisanya 68.2 % dipengaruhi oleh variabel
lainnya diluar model penelitian ini.
e. Koefisien korelasi (R) sebesar 0,564 memberikan pengertian bahwa
56 % jumlah pengangguran di Kabupaten Nagan Raya sangat erat
hubungannya dengan inflasi di Kabupaten Nagan Raya.
f. Pembuktian yang dilakukan dengan menggunakan uji t diperoleh bahwa
inflasi berpengaruh secara partial terhadap jumlah pengangguran di
Kabupaten Nagan Raya.
-
50
5.2. Saran – saran
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, maka disarankan
kepada Pemerintah supaya mampu mengendalikan inflasi di mana nilai inflasinya
terukur sehingga dengan demikian tingkat pengangguran akan berkurang.
Pengendalian inflasi dapat dilakukan oleh Pemerintah dengan mengeluarkan
ketentuan harga terhadap peraturan harga jual berbagai barang.
-
DAFTAR PUSTAKA
Badan Pusat Statistik, 2004. Indikator Kesejahteraan Rakyat (Hasil Survei Sosial
Ekonomi Nasional). Provinsi Aceh.
2006. Aceh Dalam Angka.Katalog Badan Pusat Statistik 1403.1.1
Gunawan, 2003. Anggaran Pemerintah dan Inflasi di Indonesia. Gramedia,
Jakarta.
Gregory, Mankiw N.2003.Teori Makro Ekonomi.Erlangga Jakarta.
Mantra,IdaBagoes.2009.DefinisiPengangguran:http//jurnal.sdm.blogspot.com.dia
kses 10 juni 2013
Nanga, Muana. 2005. Makroekonomi. Teori, Masalah dan Kebijakan. Edisi Kedua. Jakarta. PT. Raja Grafika Persada.
Nopirin. 2003. Ekonomi Moneter Buku 1. Badan Penelitian Fakultas Ekonomi, Yogyakarta.
________2009. Ekonomi Moneter. Badan Penelitian Fakultas Ekonomi. Yogyakarta.
Ruslan, Rosady.2006.Metodologi Penelitian Public Relayion dan Komunikasi.PT.Raja Grafindo Persada, Jakarta.
Samuelson dan Nordhaus W. 2004. Ilmu Makro Ekonomi. PT. Media Global
Edukasi, Jakarta.
Sukirno, Sadono. 2004. Makro Ekonomi Teori Pengantar. PT. Raja Grafindo
Persada, Jakarta.
2006. Makro Ekonomi Teori Pengantar. PT. Raja Grafindo Persada,
Jakarta.
2007.Teori Makro Ekonomi Modern ”Perkembangan Pemikiran dari
Klasik hingga Keynesian baru. PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta.
http://www.bi.go.id.//diakses tanggal 10 juli 2013 http://jurnal.sdm.blogspot.com.//diakses tanggal 10 juni 2013
http://suarapembaharuan.com/newa/2004/09/0//editoz.html//diakses tanggal 19
Oktober 2013
http://www.bi.go.id./diakseshttp://jurnal.sdm.blogspot.com./diakseshttp://suarapembaharuan.com/newa/2004/09/0/editoz.html/diakses
-Unlicensed-COVER BARU-Unlicensed-bab 1 baru-Unlicensed-bab 2-Unlicensed-bab 3-Unlicensed-bab 4-Unlicensed-bab 5-Unlicensed-DAFTAR PUSTAKA