pengaruh gaya kepemimpinan demokratik terhadap disiplin kerja pegawai

85
PENGARUH GAYA KEPEMIMPINAN DEMOKRATIK TERHADAP DISIPLIN KERJA PEGAWAI DI KANTOR KECAMATAN KILIMANTAKA KABUPATEN KARANG TUMARITIS SKRIPSI Disusun Sebagai Salah Satu Persyaratan untuk Menyelesaikan Program Strata Satu (S-1) Program Studi Administrasi Pemerintahan oleh PRABU RAHWANA NPM. 0000000000214687964564 PROGRAM STUDI ADMINISTRASI PEMERINTAHAN SEKOLAH TINGGIILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK (STISIP) BENTANG BARANANG KARANG TUMARITIS 2014

Upload: harry-d-fauzi

Post on 22-Nov-2015

630 views

Category:

Documents


12 download

DESCRIPTION

Skripsi Ilmu Pemerintahan, Manajemen, SDM tentang pengaruh kepemimpinan demokratik terhadap disiplin kerja pegawai

TRANSCRIPT

  • PENGARUH GAYA KEPEMIMPINAN DEMOKRATIK TERHADAP DISIPLIN KERJA PEGAWAI DI KANTOR

    KECAMATAN KILIMANTAKA KABUPATEN KARANG TUMARITIS

    SKRIPSI

    Disusun Sebagai Salah Satu Persyaratan untuk Menyelesaikan Program Strata Satu (S-1) Program Studi Administrasi Pemerintahan

    oleh

    PRABU RAHWANA NPM. 0000000000214687964564

    PROGRAM STUDI ADMINISTRASI PEMERINTAHAN SEKOLAH TINGGIILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK (STISIP) BENTANG BARANANG KARANG TUMARITIS

    2014

  • 2

    ABSTRAK PRABU RAHWANA (0000000000214687964564) Pengaruh Gaya Kepemimpinan Demokratik Terhadap Disiplin Kerja Pegawai Di Kantor Kecamatan Kilimantaka Kabupaten Karang Tumaritis Sekolah Tinggi Imu Sosial dan Ilmu Pedmerintahan (STISIP) Bentang Baranang Karang Tumaritis Pembimbing:

    Penelitian ini dilaksanakan pada Kantor Kecamatan Kilimantaka Kabupaten Karang Tumaritis. Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan (1) disiplin kerja pegawai di Kantor Kecamatan Kilimantaka Kabupaten Karang Tumaritis, (2) Pengaruh gaya kepemimpinan demokratik terhadap disiplin kerja pegawai di Kantor Kecamatan Kilimantaka Kabupaten Karang Tumaritis, dan (3) Besarnya pengaruh gaya kepemimpinan demokratik terhadap disiplin kerja pegawai di Kantor Kecamatan Kilimantaka Kabupaten Karang Tumaritis.

    Metode penelitian yang digunakan adalah metode survey, dengan pegawai di Kantor Kecamatan Kilimantaka Kabupaten Karang Tumaritis yang seluruhnya berjumlah 37 orang. Teknik pengumpulan data untuk kedua variabel Gaya Kepemimpinan Demokratik dan Disiplin Kerja Pegawai menggunakan instrumen angket dengan skala ordinal serta menggunakan skala Likert.

    Hasil penelitian menunjukkan: (1) Disiplin Kerja Pegawai pada Kantor Kecamatan Kilimantaka Kabupaten Karang Tumaritis berada pada tingkat yang sedang atau kualitasnya cukup baik dengan persentasi sebesar 74,24%. (2) Disiplin Kerja Pegawai pada Kantor Kecamatan Kilimantaka tergambar dalam keadaan cukup baik yang ditunjukkan dengan tanggapan responden sebesar 74,20%. (3) Gaya Kepemimpinan Demokratik berpengaruh positif terhadap Disiplin Kerja Pegawai pada Kantor Kecamatan Kilimantaka Kabupaten Karang Tumaritis. Pengaruh tersebut ditunjukkan dengan nilai thitung (2,613) yang lebih besar daripada nilai ttabel (1,671) pada tingkat kekeliruan 5% dan db = 37-2=35. (4) Gaya Kepemimpinan Demokratik berpengaruh sebesar 63,20 % terhadap Disiplin Kerja Pegawai pada Kantor Kecamatan Kilimantaka. Sedangkan sisanya sebesar 36,80 % merupakan pengaruh faktor lain yang tidak diteliti dalam penelitian ini.

  • 3

    BAB I

    PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang Penelitian

    Bagi setiap organisasi peranan anggota organisasi yang bersangkutan

    sangatlah membantu terhadap terselenggaranya proses pencapaian tujuan.

    Dalam usaha tersebut organisasi harus memiliki orang-orang yang mempunyai

    kemampuan serta dapat bekerjasama guna mencapai tujuan yang ditetapkan

    organisasi. Hal ini berarti bahwa keberlangsungan suatu organisasi sangat

    ditentukan oleh faktor manusia sebagai suatu sumberdaya yang potensial.

    Dalam era global saat ini sumberdaya manusia akan semakin penting

    peranannya, mengingat bahwa tantangan kompetisi semakin meluas, tidak

    hanya merambah pada sektor-sektor swasta, melainkan juga pada organisasi-

    organisasi publik yang memiliki peranan penting dalam menyediakan

    pelayanan publik. Tuntutan akan kualitas pelayanan tentunya harus diimbangi

    dengan kemampuan sumberdaya manusia yang baik. Dengan demikian setiap

    organisasi sebaiknya mengembangkan sumberdaya manusia apabila tidak

    ingin tertinggal oleh perkembangan baru.

    Sehubungan dengan itu, peranan sumberdaya manusia sangatlah

    penting dikarenakan sumberdaya manusia merupakan unsur yang paling

    menentukan dalam proses pembangunan khsusnya sumberdaya aparatur yang

    merupakan mesin penggerak berjalannya roda pemerintahan, pembangunan

  • 4

    dan pelayan masyarakat, karena itulah manajemen organisasi dituntut untuk

    selalu proaktif dan dinamis dalam segala hal hal khususnya yang berkaitan

    dengan pengelolaan sumberdaya manusia agar mereka selalu kondisi prima

    dan berdaya guna didalam melaksanakan suatu pekerjaan untuk mencapai

    tujuan organisasi.

    Sumber daya manusia berperan dalam mengolah dan memanfaatkan

    sumber daya dan material sehingga menjadi produk. Oleh karena itu untuk

    meningkatkan kinerja, perlu diperhatikan agar sumber daya manusia dapat

    bekerja secara efisien dan menampilkan kinerja yang bisa memberi

    sumbangan terhadap produktivitas merupakan masalah mendasar dari berbagai

    konsep manajemen dan kepemimpinan. Kinerja mengacu pada prestasi kerja

    pegawai diukur berdasarkan standard atau kriteria yang telah ditetapkan

    organisasi.

    Kantor Kecamatan Kilimantaka Kabupaten Karang Tumaritis adalah

    salah satu instansi pemerintah yang bertugas dalam memberikan pelayanan

    kepada masyarakat diarahkan untuk menumbuhkan peningkatan pengetahuan

    dan ketrampilan Sumber Daya Manusia dengan perkembangan Ilmu

    Pengetahuan dan Teknologi ( IPTEK ). Namun demikian, dalam upaya

    menciptakan kinerja pegawai Kantor Kecamatan Kilimantaka Kabupaten

    Karang Tumaritis, nampaknya masih terdapat banyak kendala yang dihadapi

    sehingga sulit untuk mencapai tujuan organisasi dengan baik. Kondisi yang

    belum ideal masih ada di Kantor Kecamatan Kilimantaka Kabupaten Karang

    Tumaritis. Di mana masih ada kendala lain di Kantor Kecamatan Kilimantaka

  • 5

    Kabupaten Karang Tumaritis antara lain pegawai datang kerja terlambat,

    istirahat lebih awal dan terlambat masuk bekerja, kurangnya sarana dan

    prasarana, pulang kerja lebih awal. Sehingga mengakibatkan kinerja pegawai

    menurun yang disebabkan motivasi pegawai yang rendah dalam mengerjakan

    pekerjaan dan didukung dengan lingkungan kerja yang kurang nyaman

    sehingga pekerjaan pegawai tidak dapat terselesaikan sesuai dengan yang

    direncanakan.

    Motivasi kerja yang rendah dapat berpengaruh pada kinerja pegawai

    yang tidak maksimal.1 Kondisi nyata yang terjadi di Kantor Kecamatan

    Kilimantaka Kabupaten Karang Tumaritis, utamanya kinerja aparatur

    pelaksanaannya belum seluruhnya menunjukkan kinerja yang optimal

    Kebijakan pembinaan pegawai secara keseluruhan dan upaya menciptakan

    sumberdaya manusia adalah merupakan suatu upaya dalam memberikan nilai

    tambah berbagai potensi dalam diri pegawai secara keseluruhan dan upaya

    menciptakan sumberdaya manusia yang berkualitas, seperti kita ketahui bahwa

    sekarang ini sangat diperlukan sumberdaya manusia yang berkualitas dan

    profesional, menguasai teknologi dan informasi dan mempunyai daya

    intelegensi serta semangat yang tinggi.

    Dalam mewujudkan hal tersebut peran Camat adalah sangat penting.

    Camat (pemimpin) sebagai penyelenggara pemerintahan di wilayah

    Kecamatan, berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Bupati. Untuk

    memastikan proses pencapaian tujuan tersebut, maka terlebih dahulu perlu

    1 Siagian, S.P. Manajemen Sumber Daya Manusia. (Jakarta: Bumi Aksara. 2002) p. 44.

  • 6

    dipikirkan, diperhitungkan dan dipertimbangkan, dengan kata lain segala

    sesuatunya perlu direncanakan dengan baik dan dibutuhkan seorang pemimpin

    yang bertanggung jawab atas pelaksanaan kegiatan organisasi dan dapat

    memotivasi serta menjaga kualitas hubungan dengan para pegawainya yang

    salah satunya dapat meningkatkan disiplin kerja pegawainya.

    Demikian halnya dengan Pemerintahan Kecamatan Kilimantaka

    Kabupaten Karang Tumaritis yang mempunyai tujuan utama memberikan

    pelayanan yang efektif dan efisien kepada masyarakat secara maksimal dan

    salah-satu indikator dalam mewujudkannya dengan cara meningkatkan

    disiplin kerja pegawai. Salah satu unsur penting kepemimpinan yang kaitanya

    dengan disiplin kerja tidak lepas kaitannya dengan gaya kepemimpinan (cara

    pemimpin untuk mempengaruhi bawahannya) yang berorientasi pada tugas

    dan berorientasi pada bawahan.

    Gaya kepemimpinan dinilai memegang peranan yang penting dan

    strategis terhadap disiplin kerja pegawai sesuai dengan tugas pokok dan

    fungsinya. Salah satu indikator dari keberhasilan tujuan organisasi dapat

    dilihat dari tinggi rendahnya tingkat kedisiplinan para pegawai dari organisasi

    tersebut. Jika pimpinan mampu menerapkan gaya kepemimpinan yang baik,

    maka tingkat disiplin pegawai akan meningkat sesuai dengan harapan. Namun

    faktanya, tingkat disiplin kerja pegawai di Kantor Kecamatan Kilimantaka

    Kabupaten Karang Tumaritis dinilai kurang cukup efektif, seperti halnya

    masuk dan pulang kantor tidak sesuai jam kerja dan terkadang pada saat jam

  • 7

    kerja sering keluar kantor untuk melakukan aktifitas lainnya di luar prosedur

    kerja.

    Dalam kaitannya dengan prestasi kerja pegawai, hal tersebut tentunya

    harus segera dibenahi agar para pimpinan dan bawahan pada Kantor

    Kecamatan Kilimantaka, agar dapat memberikan pelayanan yang prima

    kepada masyarakat secara lebih profesional. Penelitian ini dilakukan untuk

    mengetahui apakah motivasi dan lingkungan kerja mempunyai pengaruh

    signifikan terhadap kinerja pegawai dalam suatu organisasi pemerintah.

    Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi organisasi dalam

    memberikan motivasi kepada pegawai sehingga tujuan organisasi dapat

    tercapai.

    Berdasarkan hal tersebut maka dirasakan perlu dilakukan penelitian

    yang menyangkut persoalan prestasi kerja pegawai, dengan melakukan

    pengujian variabel Gaya Kepemimpinan Demokratik yang mempengaruhi

    Disipilin Kerja Pegawai di Kecamatan Kilimantaka Kabupaten Karang

    Tumaritis.

    B. Identifikasi dan Rumusan Masalah

    Berdasarkan latar belakang yang diuraikan di atas, dapat teridentifikasi

    beberapa masalah yang perlu dirumuskan. Oleh karena itu, rumusan masalah

    yang tepat digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.

  • 8

    1. Apakah gaya kepemimpinan demokratik berpengaruh terhadap disiplin

    kerja pegawai di Kantor Kecamatan Kilimantaka Kabupaten Karang

    Tumaritis?

    2. Seberapa besar gaya kepemimpinan demokratik berpengaruh terhadap

    disiplin kerja pegawai di Kantor Kecamatan Kilimantaka Kabupaten

    Karang Tumaritis?

    C. Maksud dan Tujuan Penelitian

    Sesuai dengan rumusan masalah di atas, penelitian ini bertujuan untuk

    memberikan gambaran tentang hal-hal berikut.

    1. Pengaruh gaya kepemimpinan demokratik terhadap disiplin kerja pegawai

    di Kantor Kecamatan Kilimantaka Kabupaten Karang Tumaritis.

    2. Besarnya pengaruh gaya kepemimpinan demokratik terhadap disiplin kerja

    pegawai di Kantor Kecamatan Kilimantaka Kabupaten Karang Tumaritis.

    D. Kegunaan Penelitian

    1. Kegunaan Praktis

    a. Manfaat untuk Pegawai

    Hasil penelitian akan bermanfaat bagi para pegawai di tingkat

    kecamatan yang bersangkutan karena gaya kepemimpinan demokratik

    camat akan sangat berpengaruh terhadap disiplin kerja pegawai.

    b. Manfaat untuk Camat

  • 9

    Manfaat lain adalah untuk Camat sebagai pimpinan daerah, gaya

    kepemimpinan demokratik sangat berpengaruh terhadap disiplin kerja

    pegawai terutama dalam meningkatkan kualitas pegawai baik secara

    individu maupun kelompok.

    2. Kegunaan Teoretis

    Hasil penelitian ini diharapkan akan dapat menambah khasanah ilmu

    pengetahuan khususnya ilmu manajemen pemerintahan yang berkaitan

    dengan gaya kepemimpinan dan disiplin kerja pegawai. Di samping itu,

    hasil penelitian ini juga dapat dijadikan referensi atau masukan untuk

    penelitian selanjutnya.

    E. Kerangka Pemikiran dan Hipotesis

    1. Kerangka Pemikiran

    Kinerja pada dasarnya merupakan hasil kerja seseorang yang

    menggambarkan kualitas dan kuantitas atas kerja yang telah dicapai oleh

    seseorang dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggung

    jawabnya. Kinerja antara satu orang dengan yang lainnnya dapat saja

    berbeda, karena faktorfaktor pendorong yang berbeda. Kinerja seseorang

    dalam sebuah organisasi akan menentukan efektif tidaknya kinerja

    organisasi tersebut.

  • 10

    Secara etimologi, kinerja berasal dari kata prestasi kerja

    (performance). Istilah kinerja berasal dari kata job performance atau

    actual performance (prestasi kerja atau prestasi sesungguhnya yang

    dicapai seseorang) yaitu hasil kerja secara kualitas dan kuantitas yang

    dicapai oleh seorang pegawai dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan

    tanggung jawab yang diberikan kepadanya.2

    Menurut Mangkunegara, kinerja menunjukkan hasil kerja yang

    dicapai seseorang setelah melaksanakan tugas pekerjaan yang dibebankan

    oleh organisasi. Kinerja dapat dibedakan menjadi dua, yaitu kinerja

    individu dan kinerja organisasi. Kinerja individu adalah hasil kerja

    pegawai baik dari segi kualitas maupun kuantitas berdasarkan standar

    kerja yang telah ditentukan, sedangkan kinerja organisasi adalah gabungan

    dari kinerja individu dengan kinerja kelompok.3

    Kinerja pegawai diharapkan selalu meningkat untuk mencapai

    tujuan organisasi. Maka untuk meningkatkan kinerja tersebut perlu adanya

    kerja sama yang ada diorganisasi baik kerja sama antar atasan dan

    bawahan maupun kerjasama antar bawahan. Dalam era kompetitif

    sekarang ini dituntut adanya kinerja bawahan/pegawai yang bagus yaitu

    berupa perilaku atau tindakan yang relevan dengan tujuan organisasi.

    Kinerja pegawai dapat dilihat dari tingkat pencapaian hasil secara

    kuantitas dan kualitas, efisien dan criteria efektifitas kerja seseorang

    2 Imam, Ghozali, Manajemen Sumber Daya Manusia. (Jakarta: Gunung Agung, 2000) p. 27 3 Mangkunegara, AA. Anwar Prabu. Manajemen Sumber Daya Manusia. (Bandung: Remaja

    Rosdakarya. 2009) p. 47

  • 11

    pegawai yang terkait dengan tujuan organisasi meliputi kerjasama, kreatif,

    dan inovatif.

    Kepemimpinan yang menghormati ide dan pendapat para pegawai

    akan memberikan kebebasan untuk memunculkan daya kreativitas, dan

    inisiatif dalam usaha penyelesaian pekerjaan yang diberikan. Pemimpin

    yang baik akan mampu menumbuhkan kepercayaan dari para pegawai

    sehingga akan dapat melaksanakan tugas dengan baik. Dorongan dari

    atasan diharapkan mampu menimbulkan dorongan bawahan sehingga

    dapat meningkatkan prestasi pegawai.

    Menurut Draft, gaya kepemimpinan merupakan pola tindakan

    pemimpin secara keseluruhan seperti yang dipersepsikan para pegawai-

    nya.4 Gaya kepemimpinan mewakili filsafat, keterampilan, dan sikap

    pemimpin. Gaya tersebut berbeda-beda atas dasar motivasi, kuasa, atau

    orientasi terhadap tugas dan orang. Meskipun gaya itu secara khas

    digunakan dalam kombinasi tertentu atau bahkan diterapkan secara

    berbeda-beda terhadap berbagai pegawai, masing-masing gaya dibahas

    secara terpisah untuk menyoroti perbedaannya.

    Gaya kepemimpinan demokratik merupakan suatu kepemimpinan

    yang pemimpinnya menganggap dirinya sebagai bagian dari kelompok dan

    bersama-sama dengan kelompoknya sebagai suatu kesatuan yang padu,

    sehingga setiap anggota kelompok dianggap oleh pemimpin sebagi sumber

    kekuatan yang bernilai baik bagi dirinya maupun dalam hubungannya

    dengan tujuan organisasi. Para pegawai memperoleh informasi dari

    4 Daft, Richard L. Manajemen. Edisi Kelima. Jilid 1. (Jakarta: Erlangga. 2002) p. 55

  • 12

    pimpinan tentang kondisi yang mempengaruhi pekerjaan mereka dan

    didorong untuk mengungkapkan gagasan dan mengajukan saran.

    Berdasarkan uraian di atas, dapat disusun indikator-indikator setiap

    variabel penelitian sebagai berikut.

    a. Gaya Kepemimpinan (X)

    1) Pengarahan

    Camat memberikan pengarahan yang jelas dan dapat dimengerti

    oleh pegawai dalam melakukan pekerjaan.

    2) Komunikasi

    Komunikasi sebagai cara yang dilakukan Camat dalam proses

    pekerjaan sehingga pegawai mau bekerjasama.

    3) Pengambilan keputusan

    Camat memberikan wewenang dan tanggung jawab dalam

    pengambilan keputusan kepada pegawainya dalam menyelesaikan

    pekerjaan.

    4) Motivasi

    Camat memberikan bimbingan, dorongan dan pengawasan kepada

    bawahan dalam pelaksanaan pekerjaan.

    b. Disiplin Kerja Pegawai (Y) 1) Kuantitas kerja.

    Dilihat dari penyelesaian semua tugas dengan baik dan tanpa

    banyak kesalahan.

    2) Kualitas kerja.

    Berupa kerapian, ketelitian dan mematuhi semua peraturan dalam

    melaksanakan tugas sesuai dengan pekerjaannya.

    3) Pemanfaatan waktu.

  • 13

    Dalam menyelesaikan pekerjaan tepat waktu sesuai dengan

    peraturan yang berlaku.

    4) Kerjasama.

    Kemampuan pegawai dalam membina hubungan dengan pegawai

    lain dan pimpinan

    Paradigma penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut.

    Gambar 1.1 Kerangka Pemikiran Penelitian

    Masalah: 1. Apakah gaya kepemimpinan demokratik berpengaruh terhadap

    disiplin kerja pegawai di Kantor Kecamatan Kilimantaka Kabupaten Karang Tumaritis?

    2. Seberapa besar gaya kepemimpinan demokratik berpengaruh terhadap disiplin kerja pegawai di Kantor Kecamatan Kilimantaka Kabupaten Karang Tumaritis?

    Gaya Kepemimpinan Demokratik Disiplin Kerja Pegawai

    1. Pengarahan 2. Komunikasi 3. Pengambilan

    Keputusan 4. Motivasi

    1. Kuantitas Kerja 2. Kualitas Kerja 3. Disiplin Waktu 4. Kerja sama

    Hipotesis:

    Terdapat pengaruh gaya kepemimpinan demokratik terhadap disiplin kerja pegawai di Kantor Kecamatan

    Kilimantaka Kabupaten Karang Tumaritis.

  • 14

    2. Hipotesis Penelitian

    Hipotesis merupakan jawaban sementara dari penelitian yang akan

    dilakukan, yang mana kebenarannya perlu untuk diuji serta dibuktikan

    melalui penelitian. Dikatakan sementara, karena jawaban yang diberikan

    baru didasarkan pada teori yang relevan, belum didasarkan pada fakta-

    fakta empiris yang diperoleh melalui pengumpulan data. Dengan kata lain,

    hipotesis dapat juga dinyatakan sebagai jawaban teoritis terhadap rumusan

    masalah penelitian, belum jawaban yang empirik. (Sugiyono, 2005:70)

    Hubungan masalah dalam penelitian ini adalah:

    Oleh sebab itu, penulis membuat asumsi mengenai permasalahan yang

    sedang dibahas dalam penelitian ini dengan hipotesis penelitian sebagai

    berikut.

    HO = O Tidak terdapat pengaruh gaya kepemimpinan demokratik terhadap

    disiplin kerja pegawai di Kantor Kecamatan Kilimantaka

    Kabupaten Karang Tumaritis.

    X Y

    Gaya Kepemimpinan

    Demokratik

    Disiplin Kerja Pegawai

  • 15

    HA O Terdapat pengaruh gaya kepemimpinan demokratik terhadap

    disiplin kerja pegawai di Kantor Kecamatan Kilimantaka

    Kabupaten Karang Tumaritis.

    F. Metode Penelitian dan Teknik Pengumpulan Data

    1. Metode Penelitian

    Penelitian tentang Pengaruh Gaya Kepemimpinan Demokratik

    terhadap Disiplin Kerja Pegawai di Kantor Kecamatan Kilimantaka

    Kabupaten Karang Tumaritis ini menggunakan pendekatan kuantitatif.

    Pendekatan kuantitatif merupakan salah satu pendekatan yang ada dalam

    penelitian. Pendekatan ini menekankan pada prosedur yang ketat dalam

    menentukan variabel-variabel penelitiannya. Keketatan pendekatan ini

    sudah terlihat dari asumsi dasar penelitian kuantitatif.

    Pendekatan kuantitatif mementingkan adanya variabel-variabel

    sebagai objek penelitian dan variabel-variabel tersebut harus didefenisikan

    dalam bentuk operasionalisasi variabel masing-masing. Reliabilitas dan

    validitas merupakan syarat mutlak yang harus dipenuhi dalam

    menggunakan pendekatan ini karena kedua elemen tersebut akan

    menentukan kualitas hasil penelitian dan kemampuan replikasi serta

    generalisasi penggunaan model penelitian sejenis. Selanjutnya, penelitian

    kuantitatif memerlukan adanya hipotesis dan pengujiannya yang kemudian

    akan menentukan tahapan-tahapan berikutnya, seperti penentuan teknik

    analisa dan formula statistik yang akan digunakan. Juga, pendekatan ini

  • 16

    lebih memberikan makna dalam hubungan-nya dengan penafsiran angka

    statistik bukan makna secara kebahasaan dan kulturalnya.

    Metode penelitian memandu peneliti tentang urut-urutan

    bagaimana penelitian akan dilakukan, dengan alat apa dan prosedur yang

    bagaimana. Dalam penelitian tentang Pengaruh Gaya Kepemimpinan

    Demokratik terhadap Disiplin Kerja Pegawai di Kantor Kecamatan

    Kilimantaka Kabupaten Karang Tumaritis ini digunakan metode

    deskriptif verifikasi dengan menggunakan teknik survei. Singarimbun

    mengemukakan bahwa penelitian survei adalah penelitian yang mengambil

    sampel dari suatu populasi dan menggunakan kuesioner sebagai alat

    pengumpul data yang pokok.5 Sementara itu, Sugiyono mengemukakan

    bahwa menurut tingkat eksplanasinya, penelitian ini termasuk ke dalam

    penelitian asosiatif.6 Penelitian asosiatif adalah penelitian yang mencari

    pengaruh antara satu variabel dengan variabel lainnya. Variabel yang

    dimaksud dalam penelitian ini adalah (1) Gaya Kepemimpinan

    Demokratik dan (2) Disiplin Kerja Pegawai.

    2. Teknik Pengumpulan Data

    Menurut Sugiyono, teknik pengumpulan data merupakan instrumen

    ukur yang diperlukan dalam melaksanakan suatu penelitian. Data yang akan

    dikumpulkan dapat berupa angka-angka, keterangan tertulis, informasi lisan,

    serta beragam fakta yang berpengaruh terhadap fokus penelitian yang sedang

    5 Masri Singarimbun & Sofian Effendi. Metode Penelitian Survai. (Jakarta: LP3ES. 2003) p. 3 6 Sugiyono. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. (Bandung: Alfabeta. 2012) p. 11

  • 17

    diteliti. Sesuai dengan pengertian teknik penelitian di atas, teknik

    pengumpulan data yang digunakan pada penelitian ini terutama ada dua

    macam, yakni studi dokumentasi dan teknik angket.7

    a. Studi Dokumentasi

    Studi dokumentasi dalam pengumpulan data penelitian ini

    dimaksudkan sebagai cara pengumpulkan data dengan mempelajari dan

    mencatat bagian-bagian yang dianggap penting dari berbagai risalah resmi

    yang terdapat baik di lokasi penelitian maupun di instansi lain yang ada

    pengaruhnya dengan lokasi penelitian. Studi dokumentasi ditujukan untuk

    memperoleh data langsung dari instansi/lembaga meliputi buku-buku,

    laporan kegiatan dan keuangan, serta dokumen lain yang relevan dengan

    fokus penelitian.

    b. Teknik Angket

    Angket yang disusun dan dipersiapkan disebar kepada responden

    sebagaimana ditetapkan sebagai sampel penelitian. Jumlah angket yang

    disebarkan seluruhnya adalah sebanyak sampel yang ditentukan untuk

    penelitian. Pemilihan dengan model angket ini didasarkan atas alasan

    bahwa (a) responden memiliki waktu untuk menjawab pertanyaan-

    pertanyaan atau pernyataan-pernyataan yang diajukan, (b) setiap

    responden menghadapi susunan dan cara pengisian yang sama atas

    pertanyaan yang diajukan, (c) responden mempunyai kebebasan dalam

    7 Ibid

  • 18

    memilih jawaban, dan (d) dapat digunakan untuk mengumpulkan data atau

    keterangan dari banyak responden dalam waktu yang cepat dan tepat.

    Untuk mengungkap data ini digunakan angket yang berbentuk skala

    Likert. Adapun alasan menggunakan skala Likert ini untuk mengukur sikap,

    pendapat dan profesi seseorang atau sekelompok orang tentang suatu

    fenomena sosial. Permasalahan strategi pemasaran dan keputusan pembelian

    produk dapat dikategorikan sebagai fenomena sosial. Oleh karena itu,

    penggunaan skala Likert pada penelitian ini dapat diterima.

    Skala Likert yang digunakan pada penelitian ini adalah sebagai berikut.

    Tabel 1.1 Penskoran Skala Likert

    Pernyataan Bobot Penilaian Pernyataan Bobot

    Penilaian

    Sangat setuju Skor : 5 Sangat baik Skor : 5

    Setuju Skor : 4 Baik Skor : 4

    Netral Skor : 3 Netral Skor : 3

    Tidak setuju Skor : 2 Tidak baik Skor : 2

    Sangat tidak setuju Skor : 1 Sangat tidak baik Skor : 1

    G. Lokasi dan Waktu Penelitian

    Penelitian ini dilakukan di Kantor Kecamatan Kilimantaka Kabupaten

    Karang Tumaritis, yang berlokasi di Jl. Raya Kilimantaka, Tapal Kuda,

    Karang Tumaritis. Penelitian ini dilaksanakan selama 6 bulan, yakni dari

  • 19

    bulan Februari 2014 sampai dengan bulan Juli 2014. Rincian pelaksanaan

    penelitian dapat dijelaskan melalui tabel berikut.

    Tabel 1.2 Jadwal Pelaksanaan Penelitian

    No Kegiatan Februari 2014 Maret 2014

    April 2014

    Mei 2014

    Juni 2014

    Juli 2014

    1 Kegiatan Prapenelitian X X X

    2 Pengumpulan Data X X X

    3 Analisis Data X X X X X

    4 Penyusunan Laporan X X X X

    5 Bimbingan dan Perbaikan X X X X

    6 Sidang Skripsi X

    H. Sistematika Penulisan

    Secara sistematis, karya tulis ini dikembangkan dalam lima bagian

    sebagai berikut.

    1. Bagian pertama merupakan pendahuluan yang membahas latar belakang

    masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, kerangka

    pemikiran dan hipotesis, waktu dan lokasi penelitian, serta sistematika

    pengembangan skripsi.

    2. Bagian kedua merupakan tinjauan teoretis yang berisi tentang pembahasan

    gaya kepemimpinan dan disiplin kerja pegawai.

  • 20

    3. Bagian ketiga merupakan pembatasan mengenai metode penelitian yang

    membahas tentang latar penelitian, metode dan teknik penelitian, metode

    dan teknik pengumpulan data, serta teknik pengolahan data.

    4. Pembahasan hasil penelitian yang berisi deskripsi, analisis, serta pem-

    bahasan hasil penelitian serta pembuktian hipotesis.

    5. Bagian kelima merupakan kesimpulan atas seluruh hasil analisis data yang

    diperoleh dalam penelitian serta saran yang dapat dikemukakan

    berdasarkan temuan-temuan pada saat penelitian.

  • 21

    BAB II

    KAJIAN TEORETIS

    A. Definisi Kepemimpinan

    Kepemimpinan berasal dari kata pemimpin. Istilah pemimpin

    digunakan dalam konteks hasil penggunaan peran seseorang berkaitan dengan

    kemampuannya mempengaruhi orang lain dengan berbagai cara. Dalam

    bahasa Indonesia "pemimpin" sering disebut penghulu, pemuka, pelpor,

    pembina, panutan, pembimbing, pengurus, penggerak, ketua, kepala,

    penuntun, raja, tua-tua, dan sebagainya. Pemimpin adalah suatu lakon/peran

    dalam sistem tertentu; karenanya seseorang dalam peran formal belum tentu

    memiliki ketrampilan kepemimpinan dan belum tentu mampu memimpin.

    Kepemimpinan merupakan tulang punggung pengembangan organisasi

    karena tanpa kepemimpinan yang baik akan sulit mencapai tujuan organisasi.

    Jika seorang pemimpin berusaha untuk mempengaruhi perilaku orang lain,

    maka orang tersebut perlu memikirkan gaya kepemimpinannya. Gaya

    kepemimpinan adalah bagaimana seorang pemimpin melaksanakan fungsi

    kepemimpinannya dan bagaimana ia dilihat oleh mereka yang berusaha

    dipimpinnya atau mereka yang mungkin sedang mengamati dari luar (Robert,

    1992).8 James et. al. (1996) mengatakan bahwa gaya kepemimpinan adalah

    berbagai pola tingkah laku yang disukai oleh pemimpin dalam proses

    8 Sutrisno, Edy. Manajemen Sumber Daya Manusia. Ed.1. Jakarta: Kencana Prenada Media Group. 2009. hal. 54

  • 22

    mengarahkan dan mempengaruhi pekerja. Gaya kepemimpinan adalah

    perilaku dan strategi, sebagai hasil kombinasi dari falsafah, ketrampilan, sifat,

    sikap, yang sering diterapkan seorang pemimpin ketika ia mencoba

    mempengaruhi kinerja bawahannya.9

    Menurut Kartono10, kepemimpinan merupakan kekuatan aspirasional,

    kekuatan semangat, dan kekuatan moral yang kreatif, yang mampu

    mempengaruhi para anggota untuk mengubah sikap, sehingga mereka menjadi

    conform dengan keinginan pemimpin.. Sedangkan menurut Robbin,

    kepemimpinan merupakan kemampuan mempengaruhi suatu kelompok kearah

    pencapaian tujuan.11 Kepemimpinan merupakan proses mempengaruhi dalam

    menentukan organisasi, memotivasi perilaku pengikut untuk mencapai tujuan,

    mempengaruhi untuk memperbaiki kelompok dan budayanya.12

    Kepemimpinan telah didefinisikan sebagai proses mempengaruhi aktivitas

    seseorang atau kelompok untuk mencapai tujuan dalam situasi tertentu. Dalam

    esensinya, kepemimpinan merupakan upaya pencapaian tujuan dengan dan

    melalui orang-orang. Berdasarkan pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa

    kepemimpinan adalah kemampuan mempengaruhi bawahan atau kelompok

    untuk bekerja sama mencapai tujuan organisasi atau kelompok.

    9 Tampubolon, Biatna Dulbert. Analisis Faktor Gaya Kepemimpinan dan Faktor Etos Kerja terhadap Kinerja Pegawai pada Organisasi yang telah Menetapkan SNI 19-9001-2001, Jurnal Standarisasi Vol. 9 No 3, 2007. 10 Kartono, Kartini, Essentials of Management, McGraw Hill Book Co, New York. 2006. hal. 10 11 Robbins, Stephen. P. Perilaku organisasi. Edisi Bahasa Indonesia. PT Indeks Kelompok GRAMEDIA. Jakarta. 2006. hal. 163 12 Rivai, Harif, A. 2001. Pengaruh Kepuasan Gaji, Kepuasan Kerja, dan Komitmen Organisasional Terhadap Intensi Keluar. Tesis, Universitas Gajah Mada Yogyakarta. 2001. hal. 2.

  • 23

    Pemimpin dalam suatu organisasi atau perusahaan memiliki gaya atau

    tipe kepemimpinan yang berbeda-beda. Masing-masing gaya atau tipe

    kepemimpinan dapat dipastikan akan mengakibatkan dampak yang berbeda

    kepada para pegawai atau bawahannya. Namun, yang patut diperhatikan oleh

    setiap pemimpin adalah gaya atau tipe kepemimpinannya harus dapat

    memajukan organisasi atau perusahaan yang dipimpinnya, bukan sebaliknya.

    B. Gaya Kepemimpinan

    Menurut Thoha, gaya kepemimpinan merupakan norma perilaku yang

    digunakan seseorang pada saat orang tersebut mencoba mempengaruhi orang

    lain seperti yang ia lihat.13 Menurut Winardi, gaya kepemimpinan adalah suatu

    pendekatan yang digunakan untuk memahami suksesnya kepemimpinan dalam

    hubungan mana kita memusatkan perhatian pada apa yang dilakukan oleh

    pemimpin tersebut.14

    Menurut Rivai15 ada tiga macam gaya kepemimpinan yang mem-

    pengaruhi bawahan agar sasaran organisasi tercapai, yaitu :

    1. Gaya Kepemimpinan Otoriter

    Kepemimpinan otoriter disebut juga kepemimpinan direktif atau diktator.

    Pemimpin memberikan instruksi kepada bawahan, menjelaskan apa yang

    harus dikerjakan, selanjutnya pegawai menjalankan tugasnya sesuai

    dengan yang diperintahkan oleh atasan. Gaya kepemimpinan ini

    13 Thoha, Miftah. Kepemimpinan Dalam Manajemen, Jakarta, PT. Rajagrafindo Persada, 2010. hal. 121 14 Winardi. Motivasi & permotivasian dalam manajemen. Jakarta: PT. Rajawali Press. 2008. hal. 78 15 Op.Cit. hal. 122

  • 24

    menggunakan metode pendekatan kekuasaan dalam mencapai keputusan

    dan pengembangan strukturnya, sehingga kekuasaanlah yang paling

    diuntungkan dalam organisasi.

    2. Gaya Kepemimpinan Demokratis

    Gaya kepemimpinan ini ditandai oleh adanya suatu struktur yang

    pengembangannya menggunakan pendekatan pengambilan keputusan yang

    kooperatif. Dalam gaya kepemimpinan ini, ada kerjasama antara atasan

    dengan bawahan. Dibawah kepemimpinan demokratis bawahan cenderung

    bermoral tinggi, dapat bekerja sama, mengutamakan mutu kerja dan dapat

    mengarahkan diri sendiri.

    3. Gaya Kepemimpinan Bebas

    Gaya kepemimpinan ini memberikan kekuasaan penuh pada bawahan,

    struktur organisasi bersifat longgar, pemimpin bersifat pasif. Peran utama

    pimpinan adalah menyediakan materi pendukung dan berpartisipasi jika

    diminta bawahan.

    Ralph White dan Ronald Lippitt16 mengemukakan skema tiga macam

    gaya kepemimpinan sebagai berikut.

    16 Winardi. Op.Cit. hal. 79

  • 25

    Tabel 2.1

    Tiga Macam Gaya Kepemimpinan

    OTORITER DEMOKRATIS LAISSEZ-FAIRE (BEBAS)

    1. Semua determinasi policy

    1. Semua policies merupakan bahan pembahasan kelom-pok dan keputusan kelompok yang dirangsang dan dibantu oleh pemimpin.

    1. Kebebasan lengkap untuk keputusan kelompok atau individual dengan minimum partisipasi pemimpin.

    2. Teknik-teknik dan langkan-langkah aktivitas ditentukan oleh pejabat satu persatu, hingga langkah-langkan mendatang senantiasa tidak pasti.

    2. Perspektif aktivitas dicapai selama diskusi berlangsung. Dilukiskan langkah-langkah umum kea rah tujuan kelompok dan apabila diperlu-kan nasihat teknis, maka pemimpin menyarankan dua atau lebih banyak prosedur-prosedur alternatif yang dapat dipilih.

    2. Macam-macam bahan disediakan oleh pemimpin, yang dengan jelas mengatakan bahwa bahwa ia akan menyediakan keterangan apabila ada permintaan. Ia tidak turut mengambil bagian dalam diskusi kelompok.

    3. Pemimpin biasanya mendikte tugas pekerjaan khusus dan teman sekerja setiap anggota.

    3. Para anggota bebas untuk bekerja dengan siapa yang mereka kehendaki dan pembagian tugas terserah pada kelompok.

    3. Pemimpin tidak berpartisipasi sama sekali.

    4. Dominator cenderung bersikap pribadi dalam pujian dan kritik pekerjaan setiap anggota; ia tidak turut serta dalam partisipasi kelompok secara aktif kecuali apabila ia memberikan demonstrasi.

    4. Pemimpin bersifat objektif dalam pujian dan kritiknya dan ia berusaha untuk menjadi anggota kelompok secara mental, tanpa terlampau banyak melakukan pekerjaan tersebut.

    4. Komentar spontan yang tidak frekuen atas aktivitas-aktivitas anggota dan ia tidak berusaha sama sekali untuk menilai atau mengatur kejadian-kejadian.

  • 26

    Terdapat lima gaya kepemimpinan yang disesuaikan dengan situasi

    menurut Siagian17, yaitu:

    1. Tipe pemimpin yang otokratik

    Seorang pemimpin yang otokratik ialah seorang pemimpin yang:

    - Menganggap organisasi sebagai milik pribadi

    - Mengidentikan tujuan pribadi dengan tujuan organisasi

    - Menganggap bahwa sebagai alat semata-mata

    - Tidak mau menerima kritik, saran dan pendapat

    - Terlalu tergantung pada kekuasaan formalnya

    - Dalam tindaknya penggeraknya sering mempergunakan approach

    yang mengandung unsur paksaan dan puntif (bersifat menghukum)

    2. Tipe pemimpin yang militeristik

    Perlu diperhatikan terlebih dahulu bahwa yang dimaksud seorang

    pemimpin tipe militeristik berbeda dengan seorang pemimpin modern.

    Seorang pemimpin yang bertipe militeristik ialah seorang pemimpin yang

    memiliki sifat-sifat:

    - Dalam menggerakan bawahannya sistem perintah yang sering

    dipergunakan

    - Dalam menggerakan bawahannya senang bergantung pada pangkat

    dan jabatan

    - Senang kepada formalitas yang berlebih-lebihan

    17 Siagian, Sondang. Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta : PT. Bumi Askara.2007. hal. 114

  • 27

    - Menuntut disiplin yang tinggi dan kaku dari bawahannya

    3. Tipe pemimpin yang paternalistik

    - Menganggap bahwa sebagai manusia yang tidak dewasa

    - Bersikap terlalu melindungi

    - Jarang memberikan kesempatan kepada bawahannya untuk

    mengambil keputusan

    - Jarang memberikan kesempatan kepada bawahan untuk mengambil

    inisiatif

    - Jarang memberikan kesempatan kepada bawahan untuk

    mengembangkan daya kreasi dan fantasi

    - Sering bersikap mau tahu

    4. Tipe pemimpin yang kharismatik

    Harus diakui bahwa untuk keadaan tentang seorang pemimpin yang

    demikian sangat diperlukan, akn tetapi sifatnya yang negatif

    mengalahkan sifatnya yang positif.

    5. Tipe pemimpin yang demokratik

    Pengetahuan tentang kepemimpinan telah membuktikan bahwa tipe

    pemimpin yang demokratislah yang paling tepat untuk organisasi modern

    karena:

    - Ia senang menerima saran, pendapat dan bahkan kritikan dari

    bawahan

    - Selalu berusaha mengutamakan kerjasama teamwork dalam usaha

    mencapai tujuan

  • 28

    - Selalu berusaha menjadikan lebih sukses dari padanya

    - Selalu berusaha mengembangkan kapasitas diri pribadinya sebagai

    pemimpin

    Kepemimpinan memegang peran yang signifikan terhadap

    kesuksesan dan kegagalan sebuah organisasi. Sedangkan Robinss18

    mengidentifikasi empat jenis gaya kepemimpinan antara lain:

    1. Gaya kepemimpinan kharismatik

    Para pengikut terpacu kemampuan kepemimpinan yang heroik atau yang

    luar biasa ketika mereka mengamati perilaku-perilaku tertentu pemimpin

    mereka.

    Terdapat lima karakteristik pokok pemimpin kharismatik:

    a. Visi dan artikulasi. Dia memiliki visi ditujukan dengan sasaran ideal

    yang berharap masa depan lebih baik daripada status quo, dan mampu

    mengklarifikasi pentingnya visi yang dapat dipahami orang lain.

    b. Rasio personal. Pemimpin kharismatik bersedia menempuh risiko

    personal tinggi, menanggung biaya besar, dan terlibat ke dalam

    pengorbanan diri untuk meraih visi.

    c. Peka terhadap lingkungan. Mereka mampu menilai secara realistis

    kendala lingkungan dan sumber daya yang dibutuhkan untuk membuat

    perubahan.

    18 Robbins, S.P. Op.Cit. hal. 124

  • 29

    d. Kepekaan terhadap kebutuhan pengikut. Pemimpin kharismatik

    perseptif (sangat pengertian) terhadap kemampuan orang lain dan

    responsive terhadap kebutuhan dan perasaan mereka.

    e. Perilaku tidak konvensional. Pemimpin kharismatik terlibat dalam

    perilaku yang dianggap baru dan berlawanan dengan norma.

    2. Gaya kepemimpinan transaksional

    Pemimpin transaksional merupakan pemimpin yang memandu atau

    memotivasi para pengikut mereka menuju sasaran yang ditetapkan dengan

    memperjelas persyaratan peran dan tugas. Gaya kepemimpinan

    transaksional lebih berfokus pada hubungan pemimpin-bawahan tanpa

    adanya usaha untuk menciptakan perubahan bagi bawahannya. Terdapat

    empat karakteristik pemimpin transaksional:

    a. Imbalan kontingen: kontrak pertukaran imbalan atas upaya yang

    dilakukan, menjanjikan imbalan atas kinerja baik, mengakui

    pencapaian.

    b. Manajemen berdasar pengecualian (aktif): melihat dean mencari

    penyimpangan dari aturan dan standar, menempuh tindakan perbaikan.

    c. Manajemen berdasar pengecualian (pasif): mengintervensi hanya jika

    standar tidak dipenuhi.

    d. Laissez-Faire: melepas tanggung jawab, menghindari pembuatan

    keputusan.

  • 30

    3. Gaya kepemimpinan transformasional

    Pemimpin transformasional mencurahkan perhatian pada hal-hal

    dan kebutuhan pengembangan dari masing-masing pengikut, Pemimpin

    transformasional mengubah kesadaran para pengikut akan persoalan-

    persoalan dengan membantu mereka memandang masalah lama dengan

    cara-cara baru, dan mereka mampu menggairahkan, membangkitkan, dan

    mengilhami para pengikut untuk mengeluarkan upaya ekstra demi

    mencapai sasaran kelompok.

    Terdapat empat karakteristik pemimpin transformasional:

    a. Kharisma: memberikan visi dan rasa atas misi, menanamkan

    kebanggaan, meraih penghormatan dan kepercayaan.

    b. Inspirasi: mengkomunikasikan harapan tinggi, menggunakan symbol

    untuk memfokuskan pada usaha, menggambarkan maksud penting

    secara sederhana.

    c. Stimulasi intelektual: mendorong intelegensia, rasionalitas, dan

    pemecahan masalah secara hati-hati.

    d. Pertimbangan individual: memberikan perhatian pribadi, melayani

    pegawai secara pribadi, melatih dan menasehati.

    4. Gaya kepemimpinan visioner

    Kemamuan menciptakan dan mengartikulasikan visi yang realistis,

    kredibel, dan menarik mengenai masa depan organisasi atau unit

    organisasi yang tengah tumbuh dan membaik dibanding saat ini. Visi ini

  • 31

    jika diseleksi dan diimplementasikan secara tepat, mempunyai kekuatan

    besar sehingga bias mengakibatkan terjadinya lompatan awal ke masa

    depan dengan membangkitkan keterampilan, bakat, dan sumber daya

    untuk mewujudkannya.

    C. Kinerja Pegawai

    Menurut Suryadi Prawirosentono19 kinerja adalah hasil kerja yang

    dapat dicapai oleh seseorang atau sekelompok orang dalam suatu organisasi,

    sesuai dengan wewenang dan tanggung jawab masing-masing, dalam rangka

    mencapai tujuan organisasi bersangkutan secara legal, tidak melanggar hukum

    dan sesuai dengan moral dan etika.

    Gomes mengemukakan definisi kinerja pegawai sebagai ungkapan

    seperti output, efisiensi serta efektivitas sering dihubungkan dengan

    produktivitas.20 Selanjutnya, Mangkunegara mengemukakan bahwa kinerja

    pegawai adalah hasil kerja secara kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh

    seseorang pegawai dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggung

    jawab yang diberikan kepadanya.21

    Berdasarkan pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa kinerja pegawai

    adalah hasil kerja yang dicapai seseorang pegawai sesuai dengan wewenang

    atau tanggung jawab masing-masing pegawai selama periode waktu tertentu.

    19 Handoko, T.H. Manajemen Personalia dan Sumber Daya Manusia. Yogyakarta, BPFE. 2005. hal. 78 20 Mangkunegara, Anwar Prabu. Evaluasi Kinerja SDM, Cetakan Kedua Bandung: Rafika Aditama, 2006. hal. 9 21 Ibid. hal. 67

  • 32

    Kinerja individu perorangan (individual performance) dan organisasi

    (organizational performance) memiliki keterkaitan yang sangat erat.

    Tercapainya tujuan organisasi tidak bisa dilepaskan dari sumber daya yang

    dimiliki oleh organisasi yang digerakkan atau dijalankan oleh sekelompok

    orang yang berperan aktif sebagai pelaku dalam upaya mencapai tujuan

    organisasi.

    Menurut Mangkunegara22, kinerja (performance) dipengaruhi oleh tiga

    faktor:

    a. Faktor individual yang terdiri dari kemampuan dan keahlian, latar

    belakang, dan demografi.

    b. Faktor psikologis yang terdiri dari persepsi, attitude (sikap), personality

    (kepribadian), pembelajaran, dan motivasi.

    c. Faktor organisasi yang terdiri dari sumber daya, kepemimpinan,

    penghargaan, struktur, dan job design

    D. Disiplin Kerja

    Menurut Simamora23 disiplin adalah prosedur yang mengoreksi atau

    menghukum bawahan karena melanggar peraturan atau prosedur. Disiplin

    kerja adalah suatu alat yang digunakan para manajer untuk berkomunikasi

    dengan pegawai agar mereka bersedia untuk mengubah suatu perilaku serta

    22 Ibid. hal. 14 23 Simamora, Henry. Manajemen Sumber Daya Manusia, Yogyakarta: STIE YKPN, 2004. hal. 44

  • 33

    sebagai suatu upaya untuk meningkatkan kesadaran dan kesediaan seseorang

    menaati semua peraturan perusahaan dan norma-norma sosial yang berlaku.24

    Disiplin adalah suatu bentuk ketaatan terhadap aturan, baik tertulis

    maupun tidak tertulis yang telah ditetapkan. Disiplin kerja pada dasarnya

    selalu diharapkan menjadi ciri setiap sumber daya manusia dalam organisasi,

    karena dengan kedisplinan organisasi akan berjalan dengan baik dan bias

    mencapai tujuannya dengan baik pula.25

    Disiplin kerja adalah suatu alat yang digunakan para manajer untuk

    berkomunikasi dengan pegawai agar mereka bersedia untuk mengubah suatu

    perilaku serta sebagai suatu upaya untuk meningkatkan kesadaran dan

    kesediaan seseorang mentaati semua peraturan perusahaan dan norma-norma

    yang berlaku.26

    Siagian27 mengemukakan bahwa disiplin pegawai dalam manajemen

    sumber daya manusia berangkat dari pandangan bahwa tidak ada manusia

    yang sempurna, lepas dari kesalahan dan kekhilafan. Jadi disiplin pegawai

    adalah suatu bentuk pelatihan pegawai yang berusaha memperbaiki dan

    membentuk pengetahuan, sikap dan perilaku pegawai sehingga perilaku

    pegawai tersebut secara sukarelaberusaha bekerja secara koperatif dengan para

    pegawai lain serta meningkatkan prestasi kerja.

    24 Rivai. Op.Cit. hal. 65 25 Setiyawan, Budi dan Waridin. 2006. Pengaruh Disiplin Kerja Pegawai Dan Budaya Organisasi Terhadap Kinerja Di Divisi Radiologi RSUP Dokter Kariadi Semarang. JRBI. Vol 2. No 2. Hal: 181-198. 26 Veithzal Rivai dan Ella Jauvani Sagala. Manajemen Sumber Daya Manusia Untuk Perusahaan. Cet ke 3. Jakarta: Rajawali Pers. 2010. hal. 825 27 Siagian. Op.Cit. hal. 305

  • 34

    Berdasarkan pengertian diatas disimpulkan bahwa disiplin kerja

    merupakan suatu sikap, tingkah laku, dan perbuatan yang sesuai dengan

    peraturan baik tertulis maupun tidak tertulis, dan bila melanggar akan ada

    sanksi atas pelanggarannya.

    Terdapat empat perspektif daftar yang menyangkut disiplin kerja

    menurut Siagian28 yaitu Disiplin retributive (retributive discipline) yaitu

    berusaha menghukum orang yang berbuat salah.Disiplin korektif (corrective

    discipline) yaitu berusaha membantu pegawai mengkoreksi perilakunya yang

    tidak tepat.Perspektif hak-hak individu (individual right perspective) yaitu

    berusaha melindungi hak-hak dasar individu selama tindakan-tindakan

    disipliner.Perspektif utilitarian (utilitarian perspective) yaitu berfokus kepada

    penggunaan disiplin hanya pada saat konsekuensi-konsekuensi tindakan

    disiplin melebihi dampak-dampak negatifnya.

    Ada beberapa tingkat dan jenis sanksi pelanggaran kerja yang

    umumnya berlaku dalam suatu organisasi yaitu sanksi pelanggaran ringan,

    sedang dan berat.sanksi pelanggaran ringan meliputi teguran lisan, teguran

    tertulis dan pernyataan tidak puas secara tertulis. Sanksi pelanggaran sedang

    meliputi penundaan kenaikan gaji, penurunan gaji, dan penundaan kenaikan

    jabatan. Sanksi pelanggaran berat meliputi penurunan pangkat, pembebasan

    dari jabatan, pemberhentian dan pemecatan.29

    28 Ibid, hal. 306 29 Rivai, Harif, A. 2001. Pengaruh Kepuasan Gaji, Kepuasan Kerja, dan Komitmen Organisasional Terhadap Intensi Keluar. Tesis, Universitas Gajah Mada Yogyakarta. 2001. hal. 67

  • 35

    Indikator yang mempengaruhi tingkat kedisiplinan seseorang dalam

    suatu organisasi, diantaranya tujan dan kemampuan adalah tujuan (pekerjaan)

    yang dibebankan kepada pegawai yang harus sesuai dengan pegawai yang

    bersangkutan. Kemudian, teladan pemimpin yaitu pimpinan yang dijadikan

    teladan dan panutan oleh bawahannya. Balas jasa adalah pemberian balas jasa

    yang dibayarkan oleh pegawai berdasarkan pekerjaan yang telah diselesaikan.

    Selanjutnya adalah keadilan yaitu tidak membedakan pegawai yang satu

    dengan yang lain karena instansi melakukan keadilan terhadap semua

    pegawai. Sanksi hukuman hendaknya bersifat mendidik dan menjadi alat

    motivasi untuk memeilhara kedisiplinan dalam perusahaan. Kemudian

    ketegasan adalah pimpinan menegur dan menghukum setiap pegawai setiap

    pegawai dapat mewujudkan kedisiplinan yang baik dalam perusahaan.

    Hubungan kemanusiaan adalah hubungan yang harmonis diantara

    sesame pegawai, ikut menciptakan kedisiplinan yang baik pada suatu

    perusahaan.30

    Disiplin perlu untuk mengatur tindakan kelompok, dimana setiap

    anggotanya harus mengendalikan dorongan hatinya dan bekerja sama demi

    kebaikan bersama. Dengan kata lain, mereka harus secara sadar tunduk pada

    aturan perilaku yang diadakan oleh kepemimpinan organisasional, yang

    ditujukan pada tujuan yang hendak dicapai. Disiplin yang baik mencerminkan

    besarnya tanggung jawab seseorang terhadap tugas-tugas yang diberikan

    30 Hasibuan, Malayu. Manajemen Sumber Daya Manusia. PT Bumi Aksara. Jakarta. 2006. hal. 194-198

  • 36

    kepadanya.Hal ini mendorong gairah kerja, semangat kerja, dan terwujudnya

    tujuan perusahaan.Guna mewujudkan tujuan perusahaan, yang pertama harus

    segera dibangun dan ditegakkan diperusahaan adalah kedisiplinan pegawai.

    Jadi, kedisiplinan merupakan kunci keberhasilan suatu perusahaan dalam

    mencapai tujuan.

    Hasibuan31 berpendapat bahwa kedisiplinan adalah kesadaran dan

    kesediaan seseorang menaati semua peraturan perusahaan dan norma-norma

    social yang berlaku.

    Berdasarkan pengertian diatas disimpulkan bahwa disiplin kerja

    merupakan suatu sikap, tingkah laku, dan perbuatan yang sesuai dengan

    peraturan baik tertulis maupun tidak tertulis, dan bila melanggar akan ada

    sanksi atas pelanggarannya.

    Budi Setiyawan dan Waridin32, ada 5 faktor dalam penilaian disiplin

    kerja terhadap pemberian layanan pada masyarakat, yaitu:

    a. Kualitas kedisiplinan kerja, meliputi datang dan pulang yang tepat waktu,

    pemanfaatan waktu untuk pelaksanaan tugas dan kemampuan

    mengembangkan potensi diri berdasarkan motivasi yang positif.

    b. Kuantitas pekerjaan meliputi volume keluaran dan kontribusi.

    c. Kompensasi yang diperlukan meliputi : saran, arahan atau perbaikan.

    d. Lokasi tempat kerja atau tempat tinggal.

    31 Ibid 32 Setiyawan, Budi dan Waridin. Op.Cit.

  • 37

    e. Konservasi meliputi penghormatan terhadapaturan dengan keberanian

    untuk selalu melakukan pencegahan terjadinya tindakan yang bertentangan

    dengan aturan.

    Terdapat empat perspektif daftar yang menyangkut disiplin kerja

    menurut Rivai33:

    1. Disiplin retributive (retributive discipline) yaitu berusaha menghukum

    orang yang berbuat salah.

    2. Disiplin korektif (corrective discipline) yaitu berusaha membantu pegawai

    mengkoreksi perilakunya yang tidak tepat.

    3. Perspektif hak-hak individu (individual right perspective) yaitu berusaha

    melindungi hak-hak dasar individu selama tindakan-tindakan disipliner.

    4. Perspektif utilitarian (utilitarian perspective) yaitu berfokus kepada

    penggunaan disiplin hanya pada saat konsekuensi-konsekuensi tindakan

    disiplin melebihi dampak-dampak negatifnya.

    Rivai34 juga menyebutkan ada tiga konsep dalam pelaksanaan tindakan

    disipliner, yaitu:

    1. Aturan tungku panas yaitu pendekatan untuk melaksanakan tindakan

    disipliner.

    2. Tindakan disiplin progresif yaitu untuk memastikan bahwa terdapat

    hokum minimal yang tepat terhadap setiap pelanggaran.

    33 Rivai, Op.Cit. hal. 144 34 Ibid

  • 38

    3. Tindakan disiplin positif yaitu dalam banyak situasi, hukuman tindakan

    memotivasi pegawai mengubah suatu perilaku.

  • 39

    BAB III

    OBJEK PENELITIAN

    A. Deskripsi Latar Penelitian

    Kecamatan Kilimantaka merupakan perangkat daerah sebagai

    pelaksana teknis kewilayahan yang mempunyai wilayah kerja tertentu dan

    dipimpin oleh Camat. Camat berkedudukan di bawah dan bertanggungjawab

    kepada Bupati melalui Sekretaris Daerah.

    Kecamatan Kilimantaka memiliki luas daerah 65,37 km2 dengan

    jumlah penduduk 94.325 jiwa. Kecamatan Kilimantaka memiliki 16 desa, 106

    Rukun Warga (RW), serta 402 Rukun Tetangga (RT).

    Camat mempunyai tugas melaksanakan kewenangan pemerintahan

    yang dilimpahkan oleh Bupati untuk menangani sebagian urusan otonomi

    daerah dan menyelenggarakan tugas umum pemerintahan, meliputi

    pemberdayaan masyarakat, ketentraman dan ketertiban umum, penerapan dan

    penegakan peraturan perundangan-undangan, pemeliharaan prasarana dan

    fasilitas pelayanan umum pemerintahan di tingkat kecamatan, pemerintahan

    desa dan atau kelurahan, dan pelayanan masyarakat sesuai dengan ketentuan

    dan atau peraturan perundang-undangan yang berlaku.

    Dalam melaksanakan tugas, Kecamatan menyelenggarakan fungsi :

  • 40

    1. Pengkoordinasian kegiatan pemberdayaan masyarakat;

    2. Pengkoordinasian upaya penyelenggaraan ketentraman dan ketertiban

    umum;

    3. Pengkoordinasian penerapan dan penegakan peraturan perundang-

    undangan;

    4. Pengkoordinasian pemeliharaan prasarana dan fasilitas pelayanan umum;

    5. Pengkoordinasian penyelenggaraan kegiatan pemerintahan di tingkat

    kecamatan;

    6. Pembinaan penyelenggaraan pemerintahan desa dan/atau kelurahan;

    7. Pelaksanaan pelayanan masyarakat yang menjadi ruang lingkup tugasnya

    dan/atau yang belum dapat dilaksanakan pemerintahan desa atau

    kelurahan.

    Adapun struktur organisasi Kecamatan Mande adalah sebagai berikut.

  • 41

    B. Definisi Operasional Variabel Penelitian

    Definisi operasional variabel bertujuan untuk menjelaskan makna variabel

    yang sedang diteliti. Singarimbun (2003:46-47) memberikan pengertian

    tentang definisi operasional sebagai unsur penelitian yang memberitahukan

    bagaimana cara mengukur suatu variabel. Definisi operasional dapat juga

    dikatakan sebagai informasi ilmiah yang sangat membantu peneliti lain yang

    akan menggunakan variabel yang sama. Dengan demikian, definisi

    operasional dalam sebuah penelitian harus dapat diukur dan spesifik serta

    dapat dipahami oleh orang lain.

    Berdasarkan pendekatan penelitian yang digunakan, variabel penelitian

    ini dapat didefinisikan sebagaimana terlihat pada tabel berikut.

    Tabel 3.1 Operasionalisasi Variabel Penelitian

    Variabel Dimensi Indikator Item Skala

    Pengarahan 1. Camat memberikan pengarahan yang jelas dan dapat dimengerti oleh pegawai dalam melakukan pekerjaan.

    1, 2 Ordinal

    Komunikasi 2. Komunikasi sebagai cara yang dilakukan Camat dalam proses pekerjaan sehingga pegawai mau bekerjasama.

    3, 4 Ordinal

    Gaya Kepemimpinan Demokratik

    Pengambilan Keputusan

    3. Camat memberikan wewenang dan tanggungjawab dalam pengambilan keputusan kepada pegawainya dalam menyelesaikan

    5, 6 Ordinal

  • 42

    Variabel Dimensi Indikator Item Skala

    pekerjaan.

    Motivasi 4. Camat memberikan bimbingan, dorongan dan pengawasan kepada bawahan dalam pelaksanaan pekerjaan.

    7, 8 Ordinal

    Kuantitas Kerja 5. Dilihat dari penyelesaian semua tugas dengan baik dan tanpa banyak kesalahan.

    9, 10 Ordinal

    Kualitas Kerja 6. Berupa kerapian, ketelitian dan mematuhi semua peraturan dalam melaksanakan tugas sesuai dengan pekerjaannya.

    11, 12 Ordinal

    Disiplin Waktu 7. Dalam menyelesaikan pekerjaan tepat waktu sesuai dengan peraturan yang berlaku.

    13, 14 Ordinal

    Disiplin Kerja Pegawai

    Kerja Sama 8. Kemampuan pegawai dalam membina hubungan dengan pegawai lain dan pimpinan

    15, 16 Ordinal

    C. Populasi dan Sampel Penelitian

    1. Populasi Penelitian

    Sumber data mengacu kepada populasi penelitian serta penentuan

    sampel yang digunakan dalam penelitian. Populasi menurut Husaeni35

    adalah semua nilai baik melalui perhitungan kuantitatif maupun kualitatif,

    35 Winarno, Surakhmad. Pengantar Penelitian Ilmiah Dasar Metode Teknik, (Bandung: Tarsito.

    2005), hal. 8

  • 43

    dari karak-teristik tertentu mengenai objek yang lengkap dan jelas.

    Ditinjau dari banyaknya anggota populasi, maka populasi terdiri dari

    populasi terbatas (terhingga) dan populasi tak terbatas (tak terhingga), dan

    dilihat dari sifatnya populasi dapat bersifat homogen dan heterogen.

    Menurut Sugiyono36 populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas

    objek/subjek yang mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang

    ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulan.

    Populasi penelitian tentang Pengaruh Gaya Kepemimpinan

    Demokratik terhadap Disiplin Kerja Pegawai di Kantor Kecamatan

    Kilimantaka Kabupaten Karang Tumaritis ini adalah seluruh pegawai

    Kantor Camat Mande, Kabupaten Karang Tumaritis yang seluruhnya

    berjumlah 37 orang. Jumlah ini meliputi camat hingga pegawai pada seksi-

    seksi yang ada.

    2. Sampel Penelitian

    Pada penelitian ini digunakan teknik sampling berupa probability

    sampling, yaitu teknik sampling yang memberikan peluang yang sama

    bagi semua anggota populasi untuk dipilih menjadi anggota sampel.37

    Metode pengambilan sampel yang digunakan adalah stratified random

    sampling di mana populasi mempunyai anggota yang tidak homogen dan

    berstrata secara proporsional.

    36 Sugiyono. Metode Penelitian Administrasi. (Bandung: Alfabeta. 2004) hal. 4 37 Ibid, hal. 92

  • 44

    Sampel yang diambil pada penelitian ini didasarkan kepada

    pendapat Arikunto38 yang menyatakan bahwa untuk sekedar ancer-ancer,

    maka apabila subjeknya kurang dari 100, lebih baik diambil semuanya.

    Selanjutnya jika jumlah subjeknya lebih besar, dapat diambil antara 10 % -

    15 % atau 20 % - 25 %.

    Mengingat jumlah populasi di atas sedikit (37 orang), maka seluruh

    populasi dijadikan sebagai sampel atau sensus penelitian. Seluruh

    responden akan menjawab seluruh item yang terdapat pada angket yang

    diajukan tanpa pemilahan dan pengklasifikasian.

    D. Langkah-langkah Pengumpulan Data

    Menurut Neuman, W. Lawrence39 terdapat tujuh langkah dasar dalam

    melakukan sebuah penelitian survey sebagai berikut.

    1) Perencanaan

    Perencanaan meliputi penentuan tujuan yang ingin dicapai oleh suatu

    penelitian dan merencanakan strategi umum untuk memperoleh dang

    menganalisa data bagi penelitian itu.

    2) Pengkajian secara teliti terhadap rencana penelitian

    38 Arikunto, Suharsimi. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. (Jakarta: Rineka Cipta.

    2002), hal. 94 39 Neuman, Lawrence W.. Social Research Methods: Qualitative and Quantitative Research. (USA: University of Wisconsin. 2006). Hal. 209-219

  • 45

    Tahap ini merupakan pengembangan dari tahap perencanaan. Disini

    disajikan lagi latar belakang penelitian, permasalahan, tujuan penelitian,

    hipotesis serta metode.

    3) Pengambilan contoh (sampling)

    Proses pemilihan sejumlah unsur dari suatu populasi guna mewakili

    seluruh populasi itu.

    4) Penyusunan daftar pertanyaan

    Proses penerjemahan tujuan-tujuan studi kedalam bentuk pertanyaan

    untuk mendapatkan jawaban yang berupa informasi yang dibutuhkan.

    5) Kerja lapangan

    Tahap ini meliputi pemilihan dan latihan para pewawancara, bimbingan

    dalam wawancara serta pelaksanaan wawancara.

    6) Editing dan Coding

    Coding adalah proses memindahkan jawaban yang tertera dalam daftar

    pertanyaan ke dalam berbagai kelompok jawaban yang disusun dalam

    angka dan ditabulasi.

    7) Analisis dan Laporan

    Meliputi berbagai tugas yang saling berhubungan dan terpenting pula

    dalam suatu proses penelitian.

  • 46

    E. Metode Pengumpulan Data

    Menurut Nasir40, teknik pengumpulan data merupakan instrumen ukur

    yang diperlukan dalam melaksanakan suatu penelitian. Data yang akan

    dikumpulkan dapat berupa angka-angka, keterangan tertulis, informasi lisan,

    serta beragam fakta yang berpengaruh terhadap fokus penelitian yang sedang

    diteliti. Sesuai dengan pengertian teknik penelitian di atas, teknik

    pengumpulan data yang digunakan pada penelitian ini terutama ada dua

    macam, yakni studi dokumentasi dan teknik angket.

    1. Studi Dokumentasi

    Studi dokumentasi dalam pengumpulan data penelitian ini

    dimaksudkan sebagai cara pengumpulkan data dengan mempelajari dan

    mencatat bagian-bagian yang dianggap penting dari berbagai risalah resmi

    yang terdapat baik di lokasi penelitian maupun di instansi lain yang ada

    pengaruhnya dengan lokasi penelitian. Studi dokumentasi ditujukan untuk

    memperoleh data langsung dari instansi/lembaga meliputi buku-buku,

    laporan kegiatan dan keuangan, serta dokumen lain yang relevan dengan

    fokus penelitian.

    2. Teknik Angket

    Angket yang disusun dan dipersiapkan disebar kepada responden

    sebagaimana ditetapkan sebagai sampel penelitian. Jumlah angket yang

    disebarkan seluruhnya adalah 37 perangkat angket. Pemilihan dengan

    40 Nasir, Muhammad. Metode Penelitian. (Jakarta: Ghalia Indonesia. 2005), hal. 328

  • 47

    model angket ini didasarkan atas alasan bahwa (a) responden memiliki

    waktu untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan atau pernyataan-pernyataan

    yang diajukan, (b) setiap responden menghadapi susunan dan cara

    pengisian yang sama atas pertanyaan yang diajukan, (c) responden

    mempunyai kebebasan dalam memilih jawaban, dan (d) dapat digunakan

    untuk mengumpulkan data atau keterangan dari banyak responden dalam

    waktu yang cepat dan tepat.

    Untuk mengungkap data ini digunakan angket yang berbentuk

    skala Likert. Adapun alasan menggunakan skala Likert ini untuk

    mengukur sikap, pendapat dan profesi seseorang atau sekelompok orang

    tentang suatu fenomena sosial. Permasalahan strategi pemasaran dan

    keputusan pembelian produk dapat dikategorikan sebagai fenomena sosial.

    Oleh karena itu, penggunaan skala Likert pada penelitian ini dapat

    diterima.

    Skala Likert yang digunakan pada penelitian ini adalah sebagai berikut.

    Tabel 3.1 Penskoran Skala Likert

    Pernyataan Bobot Penilaian Pernyataan Bobot

    Penilaian

    Sangat setuju Skor : 5 Sangat baik Skor : 5

    Setuju Skor : 4 Baik Skor : 4

    Netral Skor : 3 Netral Skor : 3

    Tidak setuju Skor : 2 Tidak baik Skor : 2

    Sangat tidak setuju Skor : 1 Sangat tidak baik Skor : 1

  • 48

    F. Langkah-langkah Pengolahan Data

    1. Analisis Deskriptif Hasil Penelitian

    Skala Likert adalah skala yang digunakan untuk mengukur

    persepsi, sikap atau pendapat seseorang atau kelompok mengenai sebuah

    peristiwa atau fenomena sosial, berdasarkan definisi operasional yang

    telah ditetapkan oleh peneliti. Pengolahan data secara deskriptif adalah

    dengan cara memperoleh hasil perkalian dari jumlah responden dengan

    skor pilihan jawaban yang diberikan. Seluruh hasil perkalian dari jumlah

    responden pada masing-masing pilihan jawaban ini (pada masing-masing

    item) dijadikan dasar penafsiran data hasil penelitian secara deskriptif.

    Untuk menentukan tingkat tanggapan responden, dilakukan

    perhitungan persentase dengan mengacu kepada teori yang dikemukakan

    oleh Harun Al-Rasyid dalam Ating Somantri41 dalam menyusun

    penskalaan dengan metode Likerts Summated Rating yang ditentukan

    oleh skor maksimum dan skor minimum yang mungkin dicapai oleh setiap

    responden.

    z z z z z

    41 Ating Somantri dan Sambas A. Muhidin. Aplikasi Statistik dalam Penelitian. (Bandung:

    Pustaka Setia. 2006), hal. 122.

    Sangat rendah Rendah Sedang Tinggi

    20 40 60 80 100

  • 49

    2. Uji Validitas dan Reliabilitas Instrumen

    Uji validitas instrumen penelitian bertujuan untuk mengukur valid

    tidaknya instrumen itu. Teknik analisis yang dipergunakan adalah teknik r

    Product Moment, yaitu hasil perhitungan dibandingkan dengan kriteria

    validitas yaitu suatu butir pernyataan dinyatakan valid jika koefesien rhitung

    lebih besar dari rtabel pada taraf signifikansi = 0,05.

    Uji validitas menunjukkan sejauh mana skor atau nilai ataupun

    ukuran yang diperoleh benar-benar menyatakan hasil pengukuran atau

    pengamatan yang ingin diukur. Uji validitas dilakukan dengan mengukur

    korelasi antara masing-masing item pertanyaan dengan skor total variabel

    dengan nilai item correted correlation pada analisis reability statistics

    dengan menggunakan aplikasi SPSS 18.0 for Windows. Jika nilai item

    correted correlation > rtabel, maka item instrumen dinyatakan valid.

    Uji reliabilitas instrumen digunakan dengan menggunakan

    koefesien reliabilitas dari Alpha Cornbach. Uji reliabilitas merupakan

    indeks yang menunjukkan sejauh mana suatu alat pengukur dapat

    dipercaya atau dapat diandalkan. Dalam penelitian ini teknik untuk

    menghitung indeks reliabilitas yaitu menggunakan metode Cronbachs

    Alpha, yaitu menganalisis reliabilitas alat ukur dari satu kali pengukuran

    dengan ketentuan jika nilai r Cronbachs Alpha > rtabel, maka instrumen

    dinyatakan reliabel atau dapat dipercaya.

  • 50

    3. Uji Asumsi Klasik

    a. Uji Normalitas Distribusi Data

    Karena statistik parametrik berlandaskan pada asumsi bahwa

    data yang akan dianalisis harus berdistribusi normal, maka dilakukan

    pengujian normalitas untuk mengetahui apakah data yang dihasilkan

    berdistribusi normal atau tidak. Asumsi normalitas merupakan syarat

    penting pada pengujian kebermaknaan koefisien regresi. Apabila data

    residual dari mode regresi tidak mengikuti distribusi normal, maka

    kesimpulan dari uji F dan uji t perlu dipertanyakan karena statistik uji

    dalam analisis regresi diturunkan dari data yang berdistribusi normal

    (Sugiono, 2004: 74).

    Uji normalitas distribusi data yang digunakan pada penelitian

    ini adalah Kolmogorov-Smirnov Test. Dasar pengambilan

    keputusannya jika thitung < ttabel maka data telah berasal dari data yang

    berdistribusi normal.

    b. Uji Asumsi Heteroskedastisitas

    Persyaratan kedua dalam analisis regresi linier klasik adalah

    harus tidak terjadi gejala heteroskedastisitas. Artinya, varian residu

    pada data harus bersifat homogen atau sama. Uji heteroskedastitas

    dilakukan dengan menggunakan uji korelasi Rank Spearman antara

    variabel bebas dengan nilai residu regresi parsialnya. Jika probabiltias

  • 51

    kesalahan statistik atau p-value > ( = 0,05) atau nonsignifikan, maka

    diputuskan tidak terjadi situasi heteroskedastitas.

    c. Uji Asumsi Autokorelasi

    Menurut Maurice G. Kendall (1971:8), autokorelasi akan

    menjelaskan bahwa varian residual (e) tidak saling berpengaruh. Hal

    ini dapat dilihat dengan menggunakan tes dari Durbin-Watson.

    Mekanisme tes Durbin-Watson (dalam Gujarati, 1993:217) ini

    adalah sebagai berikut.

    (1) Menentukan regresi OLS dan menentukan residual ei.

    (2) Menghitung nilai d (dengan menggunakan aplikasi

    komputer).

    (3) Untuk ukuran sampel tertentu, menghitung nilai kritis dL

    dan dU.

    (4) Menghitung nilai d-dL dan 4-dU dan kemudian mem-

    bandingkannya dengan nilai d pada daerah berikut.

    1 dL dU 4-dL 4-dU 4

    4 1,660 1,660 2,340 2,340 4

    Autokorelasi (+)

    Tidak meyakinkan Tidak ada Autokorelasi

    Tidak meyakinkan

    Autokorelasi (-)

    Jika nilai d terletak di antara dU dan 4-dU, maka dapat

    disimpulkan tidak ada autokofrelasi dalam data. Sedangkan jika nilai d

    berada pada daerah lainnya maka kesimpulan diberikan oleh gambar di

    atas. Untuk mengatasi masalah autokorelasi dilakukan transformasi

  • 52

    melalui transformasi p = 1 d/2 (d= nilai Durbin-Watson). Untuk

    menghindari data pertama yang hilang, maka data pertama

    ditransformasikan melalui perkalian dengan (1-p2).

    4. Uji Regresi

    Analisis data diarahkan pada pengujian hipotesis yang diawali

    dengan deskripsi data penelitian dari ketiga variabel dalam bentuk

    distribusi frekuensi dan histogramnya serta menentukan persamaan

    regresinya. Analisis regresei linier sederhana diawali dengan pengujian

    asumsi klasik dengan persamaan regresi sebagai berikut.

    = a + bX + e

    Keterangan:

    Y : Disiplin Kerja Pegawai

    X : Gaya Kepemimpinan Demokratik

    a : konstanta

    b : koefisien regresi atau slope garis regresi Y atas X

    e : epsilon, galat presiksi yang terjadi secara acak.42

    5. Pengujian Hipotesis

    Sebelum digunakan sebagai dasar kesimpulan, persamaan regresi

    yang diperoleh dan telah memenuhi asumsi regresi melalui pengujian di

    atas, perlu diuji koefisien regresinya. Pengujian regresi ini dilakukan untuk

    melihat apakah model yang diperoleh dan koefisien regresinya dapat

    42 Sugiyono. Op.Cit. hal. 124

  • 53

    dikatakan bermakna secara statistik sehingga dapat diambil kesimpulan

    secara umum untuk populasi penelitian.

    Untuk mengetahui apakah variabel independen (X) memiliki

    pengaruh terhadap variabel Y dengan tingkat keyakinan 1 , maka

    digunakan uji t. Bentuk hipotesis statistik yang diuji adalah sebagai

    berikut.

    Hipotesis statistik yang diajukan pada penelitian ini adalah sebagai

    berikut.

    HO : i = 0 Tidak terdapat pengaruh gaya kepemimpinan demokratik

    terhadap disiplin kerja pegawai di Kantor Kecamatan

    Kilimantaka Kabupaten Karang Tumaritis.

    HA : i 0 Terdapat pengaruh gaya kepemimpinan demokratik terhadap

    disiplin kerja pegawai di Kantor Kecamatan Kilimantaka

    Kabupaten Karang Tumaritis.

    Statistik Uji-t yang digunakan menggunakan rumus sebagai

    berikut.

    thitung = SE

    atau thitung = r 2r - 12 -n

    Keterangan:

    = koefisien regresi SE = standar error dari koefisien regresi r = koefisien korelasi

    n = ukuran sampel

  • 54

    Terdapat 2 (dua) cara pengambilan keputusan atas hasil pengujian

    di atas, yakni dengan cara sebagai berikut.

    (1) Membandingkan nilai thitung dengan ttabel.

    (a) Jika thitung > ttabel, maka HO ditolak dan HA diterima.

    (b) Jika thitung ttabel, maka HA ditolak dan HO diterima.

    (2) Membandingkan nilai signifikansi dengan nilai alpha.

    (a) Jika nilai signifikansi (p-value) < , maka HO ditolak dan HA

    diterima.

    (b) Jika nilai signifikansi (p-value) , maka HA ditolak dan HO

    diterima.

    Jika HO ditolak, berarti variabel independen berpengaruh secara

    nyata (signifikan) terhadap variabel dependen. Sebaliknya, jika HO ditolak,

    maka variabel independen tidak bepengaruh secara nyata (signifikan)

    terhadap variabel dependen.

    6. Koefisien Determinasi

    Koefisien determinasi dihitung untuk menentukan variabel

    independen terhadap variabel dependen. Koefisien determinasi multiple

    diperoleh dari jumlah kuadrat regresi dan jumlah kuadrat total dengan

    menggunakan rumus sebagai berikut.

    KD = R2 x 100%

  • 55

    Untuk mempermudah pengolahan dan analisis, maka dalam

    penelitian ini digunakan aplikasi SPSS (Statistical Product and Service

    Solutions) for Windows Release 18. Langkah ini ditempuh mengingat

    pengolahan data pada paket program tersebut lebih cepat dan mempunyai

    tingkat ketelitian yang lebih tinggi dibandingkan dengan perhitungan

    secara manual.

  • 56

    BAB IV

    HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

    A. Profil Responden

    Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April 2014 dengan responden

    seluruh pegawai pada Kantor Kecamatan Kilimantaka, Kabupaten Karang

    Tumaritis, yang seluruhnya berjumlah 37 orang. Berdasarkan hasil angket

    yang disebarkan ke seluruh responden penelitian, diperoleh profil

    responden sebagai berikut.

    Tabel 4.1

    Penggolongan Responden Berdasarkan Kelompok Umur

    No. Kelompok Usia Responden (Tahun) Jumlah Persentase

    1 < 30 3 8,11

    2 31 35 15 40,54

    3 36 40 9 24,32

    4 41 45 7 8,92

    5 46 50 3 8,11

    6 > 51 0 0

    Jumlah Seluruh 37 100 Sumber: Data hasil pengolahan penulis (2014)

    Tabel 4.1 di atas menunjukkan bahwa usia responden terbanyak

    adalah berusia 31-35 tahun serta 36-40 tahun, yang masing-masing

  • 57

    berjumlah 15 orang atau 40,54% dan 9 orang atau 24,32%, sedangkan yang

    berusia 41-45 tahun sebanyak 7 orang, atau 8,92%. Data ini menunjukkan

    bahwa responden penelitian ini, yakni para pegawai Kantor Kecamatan

    Kilimantaka masih tergolong muda.

    Tabel 4.2

    Penggolongan Responden berdasarkan Gender

    No. Jenis Kelamin Jumlah Persentase

    1 Laki-laki 22 59,46

    2 Perempuan 15 40,54

    Jumlah Seluruh 37 100 Sumber: Data hasil pengolahan penulis (2014)

    Tabel 4.2 di atas menunjukkan bahwa responden wanita ternyata

    lebih banyak daripada responden laki-laki, yakni sebanyak 59,46%. Hal ini

    menunjukkan bahwa pegawai Kantor Kecamatan Kilimantaka lebih banyak

    laki-laki daripada wanita.

    Tabel 4.3

    Penggolongan Responden Berdasarkan Jenjang Pendidikan

    No. Tingkat Pendidikan Responden Jumlah Persentase

    1 Pascasarjana 1 2.70

    2 Sarjana 14 37.84

    3 Diploma II dan III 9 24.32

    4 SLTA 12 32.43

  • 58

    5 SMP dan di bawahnya 1 2.70

    Jumlah Seluruh 37 100

    Data pada tabel 4.3 di atas menunjukkan bahwa tingkat pendidikan

    responden yang terbanyak adalah tingkat sarjana, yakni 14 orang atau

    sebanyak 37,84%. Kemudian responden yang berpendidikan Diploma II

    dan Diploma III sebanyak 9 orang atau 24,32% dan pendidikan SLTA

    sebanyak 12 orang atau 32,43%. Dengan demikian dapat disimpulkan

    bahwa responden pegawai Kantor Kecamatan Kilimantaka Karang

    Tumaritis rata-rata berpendidikan tinggi.

    B. Uji Instrumen

    1. Uji Validitas Instrumen

    Uji validitas dimaksudkan untuk mengukur sejauh mana tingkat

    kesahihan atau ketepatan suatu instrumen penelitian sehingga tidak

    menyimpang dari operasional variabel yang telah ditetapkan. Uji validitas

    dilakukan dengan menggunakan teknik korelasi item total melalui

    koefisien korelasi r Product Moment dari Pearson dengan pengujian dua

    arah (two tailed test). Data diolah dengan bantuan program SPSS for

    Windows Release 18.0 dengan hasil sebagai berikut.

  • 59

    Tabel 4.4

    Hasil Uji Validitas Instrumen Gaya Kepemimpinan Demokratik (X)

    Item Scale Mean if

    Item Deleted

    Scale Variance

    if Item Deleted

    Corrected Item-

    Total Correlation

    Squared Multiple

    Correlation

    Cronbach's Alpha

    if Item Deleted

    Item 1 53,0364 46,258 ,513 ,627 ,795

    Item 2 53,8545 41,756 ,437 ,559 ,785

    Item 3 53,9636 42,221 ,445 ,484 ,785

    Item 4 53,2909 45,729 ,258 ,647 ,797

    Item 5 53,8364 42,732 ,438 ,608 ,785

    Item 6 53,6000 42,467 ,530 ,564 ,779

    Item 7 53,2909 43,951 ,534 ,743 ,793

    Item 8 54,0000 40,593 ,520 ,674 ,778

    Item 9 54,1455 42,090 ,618 ,637 ,799

    Item 10 54,1818 42,892 ,613 ,668 ,795

    Validitas item kuesioner didasarkan kepada nilai pada table r

    product moment sebesar 0,325 pada taraf signifikansi 5% dan N=37. Hasil

    pada tabel di atas dapat ditafsirkan sebagai berikut.

    1) Skor Item 1. Besarnya Koefisien korelasi skor item terhadap Skor

    Total = 0,513 > r kritis = 0,325. Dengan demikian instrumen Item 1

    dinyatakan Valid.

    2) Skor Item 2. Besarnya Koefisien korelasi skor item terhadap Skor

    Total = 0,437 > r kritis = 0,325. Dengan demikian instrumen Item 2

    dinyatakan Valid.

    3) Skor Item 3. Besarnya Koefisien korelasi skor item terhadap Skor

    Total = 0,445 > r kritis = 0,325. Dengan demikian instrumen Item 3

    dinyatakan Valid.

    4) Skor Item 4. Besarnya Koefisien korelasi skor item terhadap Skor

    Total = 0,258 < r kritis = 0,325. Dengan demikian instrumen Item 4

    dinyatakan Valid.

  • 60

    5) Skor Item 5. Besarnya Koefisien korelasi skor item terhadap Skor

    Total = 0,438 > r kritis = 0,325. Dengan demikian instrumen Item 5

    dinyatakan Valid.

    6) Skor Item 6. Besarnya Koefisien korelasi skor item terhadap Skor

    Total = 0,530 > r kritis = 0,325. Dengan demikian instrumen Item 6

    dinyatakan Valid.

    7) Skor Item 7. Besarnya Koefisien korelasi skor item terhadap Skor

    Total = 0,534 > r kritis = 0,325. Dengan demikian instrumen Item 7

    dinyatakan Valid.

    8) Skor Item 8. Besarnya Koefisien korelasi skor item terhadap Skor

    Total = 0,520 > r kritis = 0,325. Dengan demikian instrumen Item 8

    dinyatakan Valid.

    9) Skor Item 9. Besarnya Koefisien korelasi skor item terhadap Skor

    Total = 0,618 > r kritis = 0,325. Dengan demikian instrumen Item 9

    dinyatakan Valid.

    10) Skor Item 10. Besarnya Koefisien korelasi skor item terhadap Skor

    Total = 0,613 > r kritis = 0,325. Dengan demikian instrumen Item 10

    dinyatakan Valid.

    Dasar penentuan validitas item kuesioner didasarkan kepada nilai

    kritis pada tabel r Product Moment pada taraf signifikansi 5% dan N=37,

    yakni sebesar 0,325. Pada tabel di atas pun tampak pula bahwa seluruh

    item memiliki validitas cukup tinggi sebagaimana ditunjukkan oleh nilai

    koefisien korelasi item yang terletak antara 0,400 0,699 (Sugiyono,

    2001:149).

  • 61

    Tabel 4.5

    Hasil Uji Validitas Instrumen Disiplin Kerja Pegawai (Y)

    Scale Mean if Item Deleted

    Scale Variance

    if Item Deleted

    Corrected Item-

    Total Correlation

    Squared Multiple

    Correlation

    Cronbach's Alpha

    if Item Deleted

    Item 1 52,7091 47,877 ,535 ,622 ,783

    Item 2 53,2364 45,851 ,612 ,540 ,776

    Item 3 53,2909 46,655 ,581 ,542 ,779

    Item 4 52,7091 46,543 ,654 ,638 ,774

    Item 5 53,4545 46,215 ,550 ,670 ,781

    Item 6 53,2545 49,823 ,318 ,408 ,799

    Item 7 52,8000 49,459 ,421 ,407 ,791

    Item 8 53,2182 46,766 ,522 ,576 ,783

    Item 9 53,3818 47,722 ,378 ,517 ,798

    Item 10 53,0000 49,407 ,358 ,437 ,796

    Validitas item kuesioner didasarkan kepada nilai pada table r

    product moment sebesar 0,325 pada taraf signifikansi 5% dan N=37. Hasil

    pada tabel di atas dapat ditafsirkan sebagai berikut.

    1) Skor Item 1. Besarnya Koefisien korelasi skor item terhadap Skor

    Total = 0,535 > r kritis = 0,325. Dengan demikian instrumen Item 1

    dinyatakan Valid.

    2) Skor Item 2. Besarnya Koefisien korelasi skor item terhadap Skor

    Total = 0,612 > r kritis = 0,325. Dengan demikian instrumen Item 2

    dinyatakan Valid.

    3) Skor Item 3. Besarnya Koefisien korelasi skor item terhadap Skor

    Total = 0,581 > r kritis = 0,325. Dengan demikian instrumen Item 3

    dinyatakan Valid.

    4) Skor Item 4. Besarnya Koefisien korelasi skor item terhadap Skor

    Total = 0,654 > r kritis = 0,325. Dengan demikian instrumen Item 4

    dinyatakan Valid.

  • 62

    5) Skor Item 5. Besarnya Koefisien korelasi skor item terhadap Skor

    Total = 0,550 > r kritis = 0,325. Dengan demikian instrumen Item 5

    dinyatakan Valid.

    6) Skor Item 6. Besarnya Koefisien korelasi skor item terhadap Skor

    Total = 0,318 > r kritis = 0,325. Dengan demikian instrumen Item 6

    dinyatakan Valid.

    7) Skor Item 7. Besarnya Koefisien korelasi skor item terhadap Skor

    Total = 0,421 > r kritis = 0,325. Dengan demikian instrumen Item 7

    dinyatakan Valid.

    8) Skor Item 8. Besarnya Koefisien korelasi skor item terhadap Skor

    Total = 0,522 > r kritis = 0,325. Dengan demikian instrumen Item 8

    dinyatakan Valid.

    9) Skor Item 9. Besarnya Koefisien korelasi skor item terhadap Skor

    Total = 0,378 > r kritis = 0,325. Dengan demikian instrumen Item 9

    dinyatakan Valid.

    10) Skor Item 10. Besarnya Koefisien korelasi skor item terhadap Skor

    Total = 0,358 > r kritis = 0,325. Dengan demikian instrumen Item 10

    dinyatakan Valid.

    Dasar penentuan validitas item kuesioner didasarkan kepada nilai

    kritis pada tabel r Product Moment pada taraf signifikansi 5% dan N=37,

    yakni sebesar 0,325. Pada tabel di atas pun tampak pula bahwa hampir

    seluruh item memiliki validitas cukup tinggi sebagaimana ditunjukkan

    oleh nilai koefisien korelasi item yang terletak antara 0,400 0,699

    (Sugiyono, 2001:149).

  • 63

    2. Uji Reliabilitas Instrumen

    Uji reliabilitas dimaksudkan untuk mengukur sejauh mana tingkat

    konsistensi atau kehandalan penelitian. Uji reliabilitas dilakukan dengan

    menggunakan teknik belah dua (split-half) melalui formulasi Spearman-

    Brown.

    Hasil uji reliabilitas untuk masing-masing variabel disajikan pada tabel

    berikut ini.

    Tabel 4.6

    Hasil Pengujian Reliabilitas Instrumen Variabel Gaya Kepemimpinan Demokratik (X)

    Reliability Statistics

    Value ,644Part 1

    N of Items 5a

    Value ,596Part 2

    N of Items 5b

    Cronbach's Alpha

    Total N of Items 10

    Correlation Between Forms ,817

    Equal Length ,899Spearman-Brown Coefficient

    Unequal Length ,900

    Guttman Split-Half Coefficient ,899

    a. The items are: Item 1, Item 2, Item 3, Item 4, Item 5.

    b. The items are: Item 6, Item 7, Item 8, Item 9, Item 10.

    Koefsien Reliabilitas 10 item instrumen budaya organisasi dengan

    metode Split-half pada tabel 4.6 di atas menunjukkan korelasi belahan I

    terhadap belahan II sebesar 0,817. Besarnya reliabilitas Guttman Split-half

    = 0,899. Belahan pertama terdiri 5 item dengan Alpha = 0,644 dan belahan

    ke dua terdiri 5 item dengan koefisien Alpha = 0,596. Karena Rhitung = 0,899

    > Rkitis (0,700), maka kesepuluh instrumen yang digunakan pada penelitian

  • 64

    dinyatakan reliabel, sehingga dapat digunakan untuk mengukur variabel

    Gaya Kepemimpinan Demokratik.

    Selanjutnya, hasil analisis reliabilitas instrumen dengan

    menggunakan SPSS 18 for Windows Release atas data hasil penelitian

    variabel Disiplin Kerja Pegawai dapat dijelaskan melalui tabel berikut.

    Tabel 4.7

    Hasil Pengujian Reliabilitas Instrumen Variabel Disiplin Kerja Pegawai (Y)

    Reliability Statistics

    Value ,716Part 1

    N of Items 5a

    Value ,642Part 2

    N of Items 5b

    Cronbach's Alpha

    Total N of Items 10

    Correlation Between Forms ,587

    Equal Length ,740Spearman-Brown Coefficient

    Unequal Length ,740

    Guttman Split-Half Coefficient ,734

    a. The items are: Item 1, Item 2, Item 3, Item 4, Item 5.

    b. The items are: Item 6, Item 7, Item 8, Item 9, Item 10.

    Koefsien Reliabilitas 10 item instrumen Disiplin Kerja Pegawai

    dengan metode Split-half pada tabel 4.7 di atas menunjukkan korelasi

    belahan I terhadap belahan II sebesar 0,587. Besarnya reliabilitas Guttman

    Split-half = 0,734. Belahan pertama terdiri 5 item dengan Alpha = 0,716

    dan belahan ke dua terdiri 5 item dengan koefisien Alpha = 0,642. Karena

    Rhitung = 0,734 > Rkitis (0,700), maka kesepuluh item instrumen yang

    digunakan pada penelitian dinyatakan reliabel, sehingga dapat digunakan

    untuk mengukur variabel Disiplin Kerja Pegawai.

  • 65

    Berdasarkan hasil analisis di atas dapat disimpulkan bahwa kedua

    instrumen penelitian reliabel dan dapat digunakan dalam penelitian tentang

    Pengaruh Gaya Kepemimpinan Demokratik Terhadap Disiplin Kerja

    Pegawai pada Kantor Kecamatan Kilimantaka, Kabupaten Karang

    Tumaritis.

    C. Analisis Deskriptif Variabel Gaya Kepemimpinan Demokratik dan

    Disiplin Kerja Pegawai

    Untuk memperoleh gambaran tentang pengaruh Gaya Kepemimpinan

    Demokratik terhadap Disiplin Kerja Pegawai pada Kantor Kecamatan

    Kilimantaka Karang Tumaritis, pada bagian ini diuraikan hasil tanggapan

    responden mengenai variabel-variabel tersebut dalam bentuk analisis

    deskriptif untuk setiap indikator atas variabel berdasarkan frekuensi jawaban

    responden.

    Data yang digunakan pada analisis deskriptif ini adalah data primer

    hasil penelitian yang diolah. Hasil analisis deskriptif ini disajikan sebagai

    berikut.

    1. Analisis Deskriptif Variabel Gaya Kepemimpinan Demokratik (X)

    Berdasarkan kuesioner yang disampaikan kepada responden, diperoleh

    data hasil penelitian secara keseluruhan. Berikut ini adalah rekapitulasi

    tanggapan responden atas pernyataan yang dituangkan pada tabel 4.8

    berikut untuk setiap dimensi. Data hasil perhitungan selengkapnya dapat

    dilihat pada Lampiran 3 skripsi ini.

  • 66

    Tabel 4.8

    Rekapitulasi Hasil Pengolahan Data Variabel Gaya Kepemimpinan Demokratik (X)

    No. Dimensi Jumlah %

    1 Pengarahan 80.18

    2 Komunikasi 78.18

    3 Pengambilan Keputusan 72.73

    4 Motivasi 80.55

    Jumlah 311.64

    Rata-rata = 445,46 : 6 74.24333

    Rata-rata persentase Gaya Kepemimpinan Demokratik 74,24 %

    Tabel 4.8 di atas memperlihatkan rata-rata persentase dari keenam

    dimensi Gaya Kepemimpinan Demokratik yang mencapai 74,24 %. Rata-

    rata tersebut diperoleh dari persentase kategori masing-masing jawaban

    responden dengan berorientasi pada dimensi dan indikator yang ada.

    Menurut Harun Al-Rasyid dalam Ating Somantri (2006) dalam

    menyusun penskalaan dengan metode Likerts Summated Rating, untuk

    mengetahui posisi setiap responden tentang suatu variabel, ditentukan skor

    maksimal dan skor minimal yang mungkin dicapai oleh setiap responden.

    z z z z z Sangat rendah Rendah Sedang Tinggi

    20 40 60 80 100 74,24

  • 67

    Dengan perolehan nilai sebagaimana terlihat pada tabel di atas,

    rata-rata persentase pelaksanaan Gaya Kepemimpinan Demokratik

    menunjukkan pada skala yang sedang dan cenderung tinggi. Hal tersebut

    menandakan bahwa sekalipun belum sempurna dan sesuai dengan kaidah

    yang berlaku, penerapan Gaya Kepemimpinan Demokratik di lingkungan

    Kantor Kecamatan Kilimantaka Karang Tumaritis telah relatif cukup baik

    serta ada kecenderungan sesuai dengan keenam dimensi yang

    dikemukakan.

    Dengan perolehan skor rata-rata sebesar itu mencerminkan bahwa

    penerapan Gaya Kepemimpinan Demokratik di lingkungan Kantor

    Kecamatan Kilimantaka Karang Tumaritis rel