pengaruh ekstrak daun mengkudu (morinda...

80
PENGARUH EKSTRAK DAUN MENGKUDU (Morinda citrifolia L.) TERHADAP PERTUMBUHAN Staphylococcus aureus SEBAGAI PENYEBAB ABSES PERIODONTAL SECARA IN VITRO I Gusti Ayu Istri Praminingrat Aryadi NPM : 10.8.03.81.41.1.5.067 FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI UNIVERSITAS MAHASARASWATI DENPASAR DENPASAR 2014

Upload: nguyendat

Post on 01-Feb-2018

271 views

Category:

Documents


4 download

TRANSCRIPT

Page 1: PENGARUH EKSTRAK DAUN MENGKUDU (Morinda …unmas-library.ac.id/wp-content/uploads/2014/10/skripsi.pdf · Universitas Mahasaraswati Denpasar telah meneliti dan mengetahui cara

i

PENGARUH EKSTRAK DAUN MENGKUDU (Morinda citrifolia L.)

TERHADAP PERTUMBUHAN Staphylococcus aureus SEBAGAI

PENYEBAB ABSES PERIODONTAL SECARA IN VITRO

I Gusti Ayu Istri Praminingrat Aryadi

NPM : 10.8.03.81.41.1.5.067

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI

UNIVERSITAS MAHASARASWATI DENPASAR

DENPASAR

2014

Page 2: PENGARUH EKSTRAK DAUN MENGKUDU (Morinda …unmas-library.ac.id/wp-content/uploads/2014/10/skripsi.pdf · Universitas Mahasaraswati Denpasar telah meneliti dan mengetahui cara

ii

PENGARUH EKSTRAK DAUN MENGKUDU (Morinda citrifolia L.)

TERHADAP PERTUMBUHAN Staphylococcus aureus SEBAGAI

PENYEBAB ABSES PERIODONTAL SECARA IN VITRO

Skripsi ini dibuat sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan

gelar Sarjana Kedokteran Gigi pada Fakultas Kedokteran Gigi

Universitas Mahasaraswati Denpasar

Oleh :

I Gusti Ayu Istri Praminingrat Aryadi

NPM : 10.8.03.81.41.1.5.067

Menyetujui

Dosen Pembimbing

Pembimbing I

Ni Luh Putu Sri Maryuni A.,drg.,M.Biomed.

NPK. 827 203 220

Pembimbing II

Dwis Syahriel, drg.,M.Kes., Sp.Perio., FISID

NIP. 19600413 199203 1 001

Page 3: PENGARUH EKSTRAK DAUN MENGKUDU (Morinda …unmas-library.ac.id/wp-content/uploads/2014/10/skripsi.pdf · Universitas Mahasaraswati Denpasar telah meneliti dan mengetahui cara

iii

Tim Penguji skripsi Sarjana Kedokteran Gigi Fakultas Kedokteran Gigi

Universitas Mahasaraswati Denpasar telah meneliti dan mengetahui cara

pembuatan skripsi dengan judul : ”Pengaruh Ekstrak Daun Mengkudu

(Morinda citrifolia L.) terhadap Pertumbuhan Staphylococcus aureus sebagai

Penyebab Abses Periodontal secara In Vitro” yang telah

dipertanggungjawabkan oleh calon sarjana yang bersangkutan pada tanggal 25

Februari 2014.

Atas nama Tim Penguji Skripsi Sarjana Kedokteran Gigi Fakultas

Kedokteran Gigi Universitas Mahasaraswati Denpasar dapat mengesahkan.

Denpasar, 25 Februari 2014

Tim Penguji Skripsi

Fakultas Kedokteran Gigi

Universitas Mahasaraswati Denpasar

Ketua,

Ni Luh Putu Sri Maryuni A.,drg.,M.Biomed.

NPK. 827 203 220

Anggota : Tanda tangan

1. Dwis Syahriel, drg.,M.Kes., Sp.Perio., FISID 1………………..

NIP. 19600413 199203 1 001

2. I Putu Yudhi Astaguna Wibawa, drg.,M.Biomed 2………………

NPK. 826 794 201

Mengesahkan,

Dekan Fakultas Kedokteran Gigi

Universitas Mahasaraswati Denpasar

Putu Ayu Mahendri Kusumawati, drg., M.Kes, FISID

NIP. 19590512 198903 2001

Page 4: PENGARUH EKSTRAK DAUN MENGKUDU (Morinda …unmas-library.ac.id/wp-content/uploads/2014/10/skripsi.pdf · Universitas Mahasaraswati Denpasar telah meneliti dan mengetahui cara

iv

KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, Ida Sang

Hyang Widhi Wasa, karena berkat karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan

skripsi yang berjudul “Pengaruh Ekstrak Daun Mengkudu (Morinda citrifolia L.)

terhadap Pertumbuhan Staphylococcus aureus sebagai Penyebab Abses

Periodontal secara In Vitro” ini tepat pada waktunya.

Penulisan skripsi ini merupakan salah satu persyaratan penulis untuk

memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Gigi (S.KG) di Fakultas Kedokteran Gigi

Universitas Mahasaraswati Denpasar. Skripsi ini juga merupakan kesempatan

berharga untuk dapat menghasilkan sebuah karya ilmiah yang diharapkan penulis

sehingga bermanfaat di bidang kedokteran gigi.

Keberhasilan penyusunan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan yang

begitu besar dari banyak pihak. Untuk itu penulis menyampaikan rasa terima

kasih yang tulus kepada keluarga tercinta, kepada Ayahanda Drs. I Gusti Ngurah

Oka S. Aryadi, Ibunda I Gusti Ayu Alit, dan adik I Gusti Ayu Dewi

Pradnyaningrat Aryadi yang telah memberikan doa, semangat dan dukungan

materi kepada penulis sehingga skripsi ini dapat terselesaikan tepat waktu.

Penulis juga menyadari skripsi ini dapat terselesaikan tentu tidak terlepas

dari bimbingan, pengarahan, saran, dan bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena

itu dalam kesempatan ini penulis ingin menyampaikan rasa terima kasih yang

sebesar-besarnya kepada,

1. Yth. Ni Luh Putu Sri Maryuni Adnyasari, drg., M.Biomed., selaku dosen

pembimbing I yang senantiasa meluangkan waktunya untuk memberikan

Page 5: PENGARUH EKSTRAK DAUN MENGKUDU (Morinda …unmas-library.ac.id/wp-content/uploads/2014/10/skripsi.pdf · Universitas Mahasaraswati Denpasar telah meneliti dan mengetahui cara

v

bimbingan dan pengarahan yang sangat bermanfaat bagi penulis dalam

menyelesaikan skripsi ini.

2. Yth. Dwis Syahriel, drg., M.Kes., Sp. Perio., FISID selaku dosen pembimbing

II atas segala bimbingan dan petunjuk yang diberikan sehingga skripsi ini

dapat terselesaikan dengan baik.

3. Yth. I Putu Yudhi Astaguna Wibawa, drg., M.Biomed, selaku dosen penguji

yang bersedia untuk menguji dan memberikan pengarahan dalam penulisan

skripsi ini.

4. Kak Anggi dan Bu Ami yang telah membantu dalam memberikan arahan dan

masukan mengenai penelitian ini.

5. Sahabat-sahabat yang selalu memberikan dukungan dan semangat dalam

menulis skripsi ini, serta seluruh pihak yang tidak bisa penulis sebutkan satu

persatu.

Penulis menyadari masih terdapat kekurangan dalam penulisan skripsi ini,

untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun. Semoga

skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak, khususnya bagi mahasiswa

Fakultas Kedokteran Gigi.

Denpasar, 25 Februari 2014

Penulis

Page 6: PENGARUH EKSTRAK DAUN MENGKUDU (Morinda …unmas-library.ac.id/wp-content/uploads/2014/10/skripsi.pdf · Universitas Mahasaraswati Denpasar telah meneliti dan mengetahui cara

vi

PENGARUH EKSTRAK DAUN MENGKUDU (Morinda citrifolia L.)

TERHADAP PERTUMBUHAN Staphylococcus aureus SEBAGAI

PENYEBAB ABSES PERIODONTAL SECARA IN VITRO

Abstrak

Kelainan periodontal yang umum diderita yaitu periodontitis dan abses.

Staphylococcus aureus adalah bakteri penyebab abses periodontal. Terkait dengan

tingginya kejadian infeksi, penanganan yang tidak adekuat menghasilkan suatu

masalah baru yaitu resistensi terhadap antibiotik. Mengkudu sering digunakan

masyarakat sebagai salah satu terapi herbal. Pada daun mengkudu (Morinda

citrifolia L.) terdapat senyawa aktif yang berfungsi sebagai zat antibakteri, yaitu

saponin, flavonoid, polifenol, tanin, dan triterpen. Tujuan dari penelitian ini

adalah untuk mengetahui apakah terdapat efek antibakteri ekstrak daun mengkudu

(Morinda citrifolia L.) terhadap pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus

sebagai penyebab abses periodontal. Penelitian ini merupakan penelitian

eksperimental laboratorium dengan post-test design group secara in vitro. Metode

yang digunakan sebagai uji antibakteri adalah metode difusi Kirby Bauer dengan

konsentrasi ekstrak daun mengkudu yang digunakan dalam penelitian ini yaitu

5%, 10%, 20%, 40%, 80%, dan kontrol negatif etanol serta kontrol positif

Ceftazidime 30µg (BBL 231632). Media biakan yang digunakan adalah Mueller

Hinton Agar (MHA). Sampel bakteri berasal dari Laboratorium Mikrobiologi

Fakultas Kedokteran Universitas Udayana. Hasil penelitian menunjukkan adanya

penurunan jumlah koloni Staphylococcus aureus yang signifikan (p<0,05).

Kesimpulan yang bisa diperoleh dari penelitian ini adalah ekstrak daun mengkudu

(Morinda citrifolia L.) dapat menghambat pertumbuhan Staphylococcus aureus

sebagai penyebab abses periodontal.

Kata kunci : Ekstrak daun mengkudu, Staphylococcus aureus, antibakteri.

Page 7: PENGARUH EKSTRAK DAUN MENGKUDU (Morinda …unmas-library.ac.id/wp-content/uploads/2014/10/skripsi.pdf · Universitas Mahasaraswati Denpasar telah meneliti dan mengetahui cara

vii

DAFTAR ISI

Halaman

Halaman Judul…………… .............................................................................. i

Halaman Persetujuan Pembimbing……. ....................................................... ii

Halaman Persetujuan Penguji dan Pengesahan Dekan. ................................ iii

KATA PENGANTAR……… ...................................................................... iv

ABSTRAK .................................................................................................... vi

DAFTAR ISI ................................................................................................ vii

DAFTAR TABEL ......................................................................................... ix

DAFTAR GAMBAR ..................................................................................... x

DAFTAR ISTILAH ..................................................................................... xi

DAFTAR SINGKATAN DAN LAMBANG .............................................. xii

BAB I PENDAHULUAN .............................................................................. 1

A. Latar Belakang ................................................................................... 1

B. Rumusan Masalah .............................................................................. 3

C. Tujuan Penelitian ............................................................................... 3

D. Hipotesis ............................................................................................. 3

E. Manfaat Penelitian .............................................................................. 3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA .................................................................... 5

A. Daun Mengkudu (Morinda citrifolia L.) ............................................. 5

1. Sejarah .......................................................................................... 4

2. Klasiifikasi dan Morfologi............................................................ 7

3. Kandungan Senyawa Kimia ......................................................... 8

B. Staphylococcus aureus ........................................................................ 8

1. Sejarah ....................................................................................... 10

2. Klasifikasi Ilmiah ...................................................................... 10

3. Morfologi dan Identifikasi ......................................................... 11

4. Faktor Virulensi ......................................................................... 12

5. Mekanisme Infeksi .................................................................... 15

C. Abses Periodontal .............................................................................. 16

1. Definisi ...................................................................................... 16

2. Klasifikasi .................................................................................. 16

3. Prevalensi ................................................................................... 21

4. Etiologi ...................................................................................... 21

5. Patogenesis dan Histopatologi ................................................... 22

Page 8: PENGARUH EKSTRAK DAUN MENGKUDU (Morinda …unmas-library.ac.id/wp-content/uploads/2014/10/skripsi.pdf · Universitas Mahasaraswati Denpasar telah meneliti dan mengetahui cara

viii

6. Komplikasi ................................................................................. 23

BAB III METODE PENELITIAN............................................................... 25

A. Rancangan Penelitian ....................................................................... 25

B. Populasi dan Sampel ............................................................................

25

C. Identifikasi Variabel ......................................................................... 26

D. Definisi Operasional ......................................................................... 26

E. Alat dan Bahan ................................................................................ 28

F. Tempat dan Waktu ............................................................................ 30

G. Jalannya Penelitian ........................................................................... 30

1. Persiapan Sampel ........................................................................ 30

2. Pembuatan Ekstrak Etanol Daun Mengkudu .............................. 31

3. Proses Ekstraksi Serbuk Daun Mengkudu .................................. 31

4. Skrining Fitokimia Ekstrak Daun Mengkudu ............................. 32

5. Pembuatan Larutan Uji ............................................................... 35

6. Pembuatan Media Blood Agar .................................................... 35

7. Pembuatan Standar Kekeruhan Larutan (Larutan Mc. Farland) .. 36

8. Pembuatan Media Mueller Hinton Agar ..................................... 36

9. Uji Aktivitas Antibakteri secara In Vitro .................................... 37

10. Pengamatan dan Pengukuran .................................................... 38

H. Analisis Data ..................................................................................... 39

BAB IV HASIL PENELITIAN ................................................................... 41

A. Uji Daya Hambat Bakteri Staphylococcus aureus .......................... 41

B. Analisis Data Statistik ..................................................................... 41

BAB V PEMBAHASAN ............................................................................. 45

BAB VI SIMPULAN DAN SARAN ........................................................... 50

A. Simpulan ......................................................................................... 50

B. Saran ................................................................................................ 50

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................. 52

LAMPIRAN

Page 9: PENGARUH EKSTRAK DAUN MENGKUDU (Morinda …unmas-library.ac.id/wp-content/uploads/2014/10/skripsi.pdf · Universitas Mahasaraswati Denpasar telah meneliti dan mengetahui cara

ix

DAFTAR TABEL

Tabel 4.1 Hasil pengukuran diameter zona hambat ........................................ 39

Tabel 4.2 Hasil uji normalitas ......................................................................... 40

Tabel 4.3 Hasil uji homogenitas ...................................................................... 40

Tabel 4.4 Hasil uji one way anova .................................................................. 41

Tabel 4.5 Hasil uji post hoc (Games-Howell) ................................................. 41

Page 10: PENGARUH EKSTRAK DAUN MENGKUDU (Morinda …unmas-library.ac.id/wp-content/uploads/2014/10/skripsi.pdf · Universitas Mahasaraswati Denpasar telah meneliti dan mengetahui cara

x

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Mengkudu (Morinda citrifolia L.) ............................................ 7

Gambar 2.2 Staphylococcus aureus ............................................................. 11

Gambar 2.3 Abses gingiva pada gigi P1 kanan bawah .............................. 17

Gambar 2.4 Abses periodontal .................................................................... 18

Gambar 2.5 Abses perikoronal .................................................................... 19

Gambar 2.6 Abses periodontal akut ............................................................ 19

Gambar 2.7 Abses periodontal kronis ......................................................... 20

Gambar 3.1 Rancangan penelitian ............................................................... 25

Page 11: PENGARUH EKSTRAK DAUN MENGKUDU (Morinda …unmas-library.ac.id/wp-content/uploads/2014/10/skripsi.pdf · Universitas Mahasaraswati Denpasar telah meneliti dan mengetahui cara

xi

DAFTAR ISTILAH

1. Adhesin : gaya tarik menarik antara molekul yang tidak

sejenis.

2. Bakterisidal : sifat destruktif atau membunuh bakteri

3. fw : masa total dari satuan rumus dalam satuan massa

atom yang dinyatakan dengan satuan gram per

mol

4. Hexanal : zat yang memengaruhi gula dalam darah yang

jumlahnya paling besar. Salah satu senyawa hasil

oksidasi lemak dengan oksigen dari udara

5. Immunokompromise : suatu keadaan dimana sistem imun dalam tubuh

menurun, biasanya pada penderita HIV atau lupus

6. Mesh : jumlah lubang dalam 1 inci linear

7. µm : mikrometer, satuan ukuran partikel atau molekul

Page 12: PENGARUH EKSTRAK DAUN MENGKUDU (Morinda …unmas-library.ac.id/wp-content/uploads/2014/10/skripsi.pdf · Universitas Mahasaraswati Denpasar telah meneliti dan mengetahui cara

xii

DAFTAR SINGKATAN DAN LAMBANG

α : alfa

ATCC : American Type Culture Collection

atm : atmosphere

ATP : Adenosine Triphosphate

bar : barometer

0C : celcius

cc : centimeter cubic

CFU : Colony Forming Units

ChKM : Chlorphenol kamfer menthol

cm : centimeter

CO2 : carbon dioxide

Cu : cuprum

Cu2+

: atom cuprum

F : fluorin

Fe : ferrum

FeCl3 : ferri clorite

FMIPA : Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

HCl : hydrochlorida

H0 : hipotesis nol

m : meter

McF : Mac-Farland

Page 13: PENGARUH EKSTRAK DAUN MENGKUDU (Morinda …unmas-library.ac.id/wp-content/uploads/2014/10/skripsi.pdf · Universitas Mahasaraswati Denpasar telah meneliti dan mengetahui cara

xiii

mg : miligram

MHB : Mueller-Hinton Blood

ml : mililiter

NaCl : natrium chloride

NaF : natrium fluorida

OH : hydroxide

P : psidium

Pb : timbal

pH : Potential of Hydrogen

ppm : part per milion

rpm : revolution per minute

sig. : signifikan

Sn2+

: atom sianida

SPSS : Statistical Product and Service Solution

UV : ultra violet

Zn2+

: atom zinc

Zn : zinc

µg : microgram

Page 14: PENGARUH EKSTRAK DAUN MENGKUDU (Morinda …unmas-library.ac.id/wp-content/uploads/2014/10/skripsi.pdf · Universitas Mahasaraswati Denpasar telah meneliti dan mengetahui cara

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kesehatan gigi dan mulut merupakan suatu masalah yang saat ini

memerlukan penanganan secara komprehensif, karena masalah kesehatan gigi

mempunyai dampak luas yang meliputi: faktor fisik, mental, maupun sosial bagi

penderita. Menjaga kebersihan gigi dan mulut adalah upaya pencegahan

terjadinya penyakit dalam rongga mulut.

Hasil Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 2010 Departemen

Kesehatan RI menunjukkan bahwa 63% penduduk Indonesia menderita penyakit gigi

dan mulut meliputi karies gigi dan penyakit jaringan penyangga (Sasea dkk. 2013).

Profil kesehatan gigi dan mulut di Indonesia menggambarkan bahwa dari 12 jenis

penyakit gigi dan mulut yang diderita masyarakat yang berobat di rumah sakit

Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah, penyakit periodontal menduduki urutan

kedua yaitu 24,82%. Di Puskesmas, dari empat jenis penyakit gigi dan mulut yang

diderita masyarakat, kelainan periodontal menduduki urutan pertama yaitu

36,05% (Widagdo dkk. 2007).

Penelitian mengenai kesehatan gigi dan mulut menghasilkan bahwa

kelainan periodontal yang umum diderita yaitu periodontitis dan abses. Abses bisa

terjadi pada semua struktur atau jaringan rongga mulut. Abses rongga mulut yang

paling sering terjadi adalah abses periodontal dan abses periapikal (Wilson 2003

cit Siregar dan Fitriani 2013). Abses periodontal merupakan lesi yang dapat

Page 15: PENGARUH EKSTRAK DAUN MENGKUDU (Morinda …unmas-library.ac.id/wp-content/uploads/2014/10/skripsi.pdf · Universitas Mahasaraswati Denpasar telah meneliti dan mengetahui cara

2

dengan cepat merusak jaringan periodonsium dan bisa terjadi dalam bentuk akut

dan kronis (Siregar dan Fitriani 2013).

Salah satu bakteri penyebab abses periodontal adalah Staphylococcus

aureus (Baga dkk. 2011). Staphylococcus aureus dapat menimbulkan penyakit

melalui kemampuannya tersebar luas dalam jaringan dan melalui pembentukan

berbagai zat ekstraseluler. Berbagai zat yang berperan sebagai faktor virulensi

dapat berupa protein, termasuk enzim dan toksin (Ryan et al. 2000 cit. Kusuma

2009).

Terkait dengan tingginya kejadian infeksi, penanganan yang tidak adekuat

menghasilkan suatu masalah baru yaitu resistensi terhadap antibiotik. Pada

penelitian di beberapa negara menemukan bahwa Staphylococcus aureus resisten

terhadap obat golongan penisilin dan juga turunanannya seperti methicillin

(Michael 2012). Mencegah resistensi adalah dengan memanfaatkan kembali bahan

alami bagi kesehatan, terutama obat-obatan yang berasal dari tumbuhan, karena

pengobatan tradisional dengan menggunakan bahan alam harganya lebih

terjangkau, mudah didapat dan efek samping yang rendah. Salah satu terapi herbal

yang memiliki nilai terapi adalah menggunakan daun mengkudu (Abbas 2004 cit.

Kameswari 2013).

Hasil penelitian Djauharia (2003 cit. Sukandar dkk. 2010), telah

membuktikan bahwa pada daun mengkudu terdapat senyawa aktif yang berfungsi

sebagai zat antibakteri. Bakteri yang telah diketahui Bacillus subtilis, Bacillus

cereus, Pseudomonas airugenosa, dan Staphylococcus aureus. Berdasarkan

penelitian Purba (2007 cit. Diassanti 2011) bahwa daun mengkudu memiliki

kandungan saponin, flavonoid, polifenol, tanin, dan triterpen. Zat aktif tersebut

Page 16: PENGARUH EKSTRAK DAUN MENGKUDU (Morinda …unmas-library.ac.id/wp-content/uploads/2014/10/skripsi.pdf · Universitas Mahasaraswati Denpasar telah meneliti dan mengetahui cara

3

bersifat bakterisidal dan memiliki metode tersendiri dalam menghambat

pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus.

Berdasarkan uraian diatas, penulis ingin melihat daya hambat ekstrak daun

mengkudu (Morinda citrifolia L.) terhadap pertumbuhan Staphylococcus aureus

sebagai penyebab abses periodontal secara in vitro.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang maka dibuat permasalahan apakah ekstrak

daun mengkudu (Morinda citrifolia L.) dapat menghambat pertumbuhan

Staphylococcus aureus sebagai penyebab abses periodontal secara in vitro?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui adanya daya hambat ekstrak

daun mengkudu (Morinda citrifolia L.) terhadap pertumbuhan Staphylococcus

aureus sebagai penyebab abses periodontal secara in vitro.

D. Hipotesis

Ekstrak daun mengkudu (Morinda citrifolia L.) dapat menghambat

pertumbuhan Staphylococcus aureus sebagai penyebab abses periodontal secara in

vitro.

E. Manfaat Penelitian

Memberikan informasi yang bermanfaat dan dapat menambah

pengetahuan bagi masyarakat tentang manfaat daun mengkudu (Morinda citrifolia

Page 17: PENGARUH EKSTRAK DAUN MENGKUDU (Morinda …unmas-library.ac.id/wp-content/uploads/2014/10/skripsi.pdf · Universitas Mahasaraswati Denpasar telah meneliti dan mengetahui cara

4

L.) yang dapat menghambat pertumbuhan Staphylococcus aureus. Selain itu

masyarakat mampu mengobati abses periodontal dengan bahan alami yang

terjangkau dan rendah efek samping.

Page 18: PENGARUH EKSTRAK DAUN MENGKUDU (Morinda …unmas-library.ac.id/wp-content/uploads/2014/10/skripsi.pdf · Universitas Mahasaraswati Denpasar telah meneliti dan mengetahui cara

5

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

F. Mengkudu (Morinda citrifolia L.)

1. Sejarah

Mengkudu termasuk tumbuhan keluarga kopi-kopian (Rubiaceae), yang

pada mulanya berasal dari wilayah daratan Asia Tenggara dan kemudian

menyebar sampai ke Cina, India, Filipina, Hawaii, Tahiti, Afrika, Australia,

Karibia, Haiti, Fiji, Florida dan Kuba (Sjabana 2002 cit. Sitepu dan Josua 2012).

Tahun 100 SM, penduduk Asia Tenggara bermigrasi dan mendarat di

kepulauan Polinesia, mereka hanya membawa tanaman dan hewan yang dianggap

penting untuk hidup di tempat baru. Tanaman-tanaman tersebut memiliki banyak

kegunaan, antara lain untuk bahan pakaian, bangunan, makanan dan obat-obatan.

Mengkudu yang dalam bahasa setempat disebut "Noni" adalah salah satu jenis

tanaman obat penting yang turut dibawa. Bangsa Polinesia memanfaatkan "Noni"

untuk mengobati berbagai jenis penyakit, diantaranya: tumor, luka, penyakit kulit,

gangguan pernapasan (termasuk asma), demam dan penyakit usia lanjut (Bangun

et al. 2002).

Pengetahuan tentang pengobatan menggunakan mengkudu diwariskan dari

generasi ke generasi melalui nyanyian dan cerita rakyat. Tabib Polinesia, yang

disebut Kahuna adalah orang memegang peranan panting dalam dunia pengobatan

tradisional bangsa Polinesia dan selalu menggunakan mengkudu dalam resep

pengobatannya (Bangun et al. 2002).

Page 19: PENGARUH EKSTRAK DAUN MENGKUDU (Morinda …unmas-library.ac.id/wp-content/uploads/2014/10/skripsi.pdf · Universitas Mahasaraswati Denpasar telah meneliti dan mengetahui cara

6

Laporan-laporan tentang khasiat tanaman Mengkudu juga terdapat pada

tulisan-tulisan kuno yang dibuat kira-kira 2000 tahun yang lalu, yaitu pada masa

pemerintahan Dinasti Han di Cina. Bahkan juga dimuat dalam cerita-cerita

pewayangan yang ditulis pada masa pemerintahan raja-raja di pulau Jawa ratusan

tahun yang lalu (Goreti 2008).

Perkembangan industri tekstil di Eropa mendorong pencarian bahan-bahan

pewarna alami sampai kewilayah-wilayah kolonisasi, karena pada masa itu

pewarna sintetis belum ditemukan. Pada tahun 1849, para peneliti Eropa

menemukan zat pewarna alami yang berasal dari akar mengkudu, dan kemudian

diberi nama "Morindone" dan "Morindin” (Goreti 2008).

Tabel 2.1 Sejarah perkembangan Morinda citrifolia L.

Tahun Keterangan

100 M Imigran dari Asia Tenggara tiba di Kep.Polinesia dengan

membawa bibit mengkudu.

1849 Orang-orang Eropa menemukan zat pewarna dari akar mengkudu,

yaitu Morindon dan Morindin.

1860 Penggunaan mengkudu untuk pengobatan mulai ditulis dalam

literatur Barat.

1950 Penemuan zat antibakteri pada buah mengkudu

1960-1980 Riset-riset ilmiah dilakukan untuk membuktikan bahwa

mengkudu dapat menurunkan tekanan darah tinggi

1972 Ahli biokimia, Dr. Ralph Heinicke mulai melakukan penelitian

tentang xeronine dan mengkudu.

1993 Penemuan zat anti kanker (damnacanthal) di dalam buah

mengkudu

Sumber (Goreti 2008)

Page 20: PENGARUH EKSTRAK DAUN MENGKUDU (Morinda …unmas-library.ac.id/wp-content/uploads/2014/10/skripsi.pdf · Universitas Mahasaraswati Denpasar telah meneliti dan mengetahui cara

7

2. Klasifikasi dan Morfologi

Gambar 2.1 Mengkudu (Dalimartha 2006).

Tanaman mengkudu diklasifikasikan sebagai berikut (Sjabana 2002 cit.

Sitepu dan Josua 2012),

Kingdom : Plantae

Divisi : Spermatophyta

Subdivisi : Angiospermae

Kelas : Dicotyledone

Anak kelas : Sympetalae

Bangsa : Rubiales

Suku : Rubiaceae

Genus : Morinda

Spesies : Morinda citrifolia

Page 21: PENGARUH EKSTRAK DAUN MENGKUDU (Morinda …unmas-library.ac.id/wp-content/uploads/2014/10/skripsi.pdf · Universitas Mahasaraswati Denpasar telah meneliti dan mengetahui cara

8

Produksi tanaman mengkudu yang dimanfaatkan sebagai tanaman obat

yaitu sekitar 6,04 kg/m2 (2006) dan pada tahun 2007 mencapai produksi sebesar

8,31 kg/m2 (Dalimartha 2006).

Rukmana (2002) memaparkan bahwa mengkudu termasuk jenis tanaman

yang umumnya memiliki batang pendek dan banyak cabang dengan ketinggian

pohon sekitar 3-8m di atas permukaan tanah serta tumbuh secara liar di hutan-

hutan, tegalan, pinggiran sungai, dan pekarangan. Mengkudu dapat tumbuh di

berbagai tipe lahan dan iklim pada ketinggian tempat dataran rendah sampai

1.500m diatas permukaan laut dengan curah hujan 1500– 3500mm/tahun, pH

tanah 5-7, suhu 22-300C dan kelembaban 50-70% (Rukmana 2002).

Buah mengkudu memiliki bentuk bulat sampai lonjong, panjang 10cm,

berwarna kehijauan tetapi menjelang masak menjadi putih kekuningan. Setelah

lunak, daging buah mengkudu banyak mengandung air yang aromanya seperti

keju busuk. Bau itu timbul karena pencampuran antar asam kaprik dan asam

kaproat. Kedua senyawa tersebut bersifat aktif sebagai antibiotik. Permukaan buah

seperti terbagi dalam sel-sel polygonal (bersegi banyak) yang berbintik-bintik dan

berkutil (Santoso 2008).

Daun tersusun berhadapan dan bertangkai pendek. Daunnya tebal, lebar

dan mengkilap. Bentuk daun lonjong menyempit kearah pangkal (Ribka dan Dewi

2011). Daun mengkudu merupakan daun tunggal berwarna hijau kekuningan,

bersilang hadapan, ujung meruncing dan bertepi rata dengan ukuran panjang 10-

40cm dan lebar 15-17cm. Bunga mengkudu berwarna putih, berbau harum dan

mempunyai mahkota berbentuk terompet (Bangun et al. 2002).

Page 22: PENGARUH EKSTRAK DAUN MENGKUDU (Morinda …unmas-library.ac.id/wp-content/uploads/2014/10/skripsi.pdf · Universitas Mahasaraswati Denpasar telah meneliti dan mengetahui cara

9

3. Kandungan Senyawa Kimia

Zat aktif utama dalam daun mengkudu meliputi: terpenoid, antibakteri,

ascorbic acid, beta karoten, I-arginine, xeronine, dan proxeronine. Selain itu,

mengkudu juga mengandung antraquinon dan scolopetin yang aktif sebagai

antimikroba, terutama bakteri dan jamur yang penting dalam mengatasi

peradangan dan alergi (Sitepu dan Josua 2012).

Menurut para ahli kesehatan, bagian-bagian tanaman mengkudu

mengandung zat-zat kimia sebagai berikut (Rukmana 2002) :

a. Akar tanaman mengkudu mengandung zat damnacanthal, sterol, resin,

asperulosida, morindadiol, morindon, soranjidol, antraquinon, dan glikosida.

b. Kulit akar tanaman mengkudu mengandung zat kimia yang terdiri atas

morindin, khlororubin, rubiadin, morindon, morindanigrin, aligarind-methyl-

ether, soranjidol, antraquinon, monometil, eter, dan lain-lain.

c. Bunga tanaman mengkudu mengandung glikosida, antraquinon, dan acasetin-

7-0-beta-b(+)-glukopiransoida.

d. Buah mengkudu mengandung alkaloid triterpenoid, skopoletin, acubin, alizarin,

antraquinon, asam benzoat, asam oleat, asam palmitat, glukosa, eugenol, dan

hexanal. Unsur antibakteri yang terdapat dalam buah mengkudu ini juga

berfungsi untuk pengobatan infeksi kulit, pilek, demam, dan masalah kesehatan

lainnya yang disebabkan oleh infeksi bakteri.

e. Daun tanaman mengkudu mengandung zat kapur, protein, zat besi, karoten,

arginin, asam glutamat, tirosin, asam askorbat, asam ursolat, thiamin, dan

antraquinon. Kandungan flavonoid total dalam daun mengkudu adalah

254mg/100gram fw. Angka ini termasuk tertinggi dibandingkan 90 tanaman

Page 23: PENGARUH EKSTRAK DAUN MENGKUDU (Morinda …unmas-library.ac.id/wp-content/uploads/2014/10/skripsi.pdf · Universitas Mahasaraswati Denpasar telah meneliti dan mengetahui cara

10

lain yang juga diteliti oleh Yang et al. Daun mengkudu juga mengandung

spektrum luas antrakuinon seperti iridoid, glikosida flavonol, dan triterpen.

Senyawa ini berfungsi sebagai antibakteri seperti: Staphylococcus aureus yang

menyebabkan peradangan dan infeksi, Shigela yang menyebabkan disentri,

Pseudomonas aeruginosa, Proteus morgaii, Baciillis subtilis, Salmonella, dan

Escherichia coli.

B. Staphylococcus aureus

1. Sejarah

Staphylococcus aureus merupakan nama spesies yang merupakan bagian

dari genus Staphylococcus. Bakteri ini pertama kali diamati dan dibiakkan oleh

Pasteur dan Koch, kemudian diteliti secara lebih terinci oleh Ogston dan

Rosenbach pada era tahun 1880-an (Lowy 2003).

Nama genus Staphylococcus diberikan oleh Ogston karena bakteri ini,

pada pengamatan mikroskopis berbentuk seperti setangkai buah anggur,

sedangkan nama spesies aureus diberikan oleh Rosenbach karena pada biakan

murni, koloni bakteri ini terlihat berwarna kuning-keemasan. Rosenbach juga

mengungkapkan bahwa Staphylococcus aureus merupakan penyebab infeksi pada

luka dan furunkel. Sejak itu Staphylococcus aureus dikenal secara luas sebagai

penyebab infeksi pada pasien pasca bedah dan pneumonia terutama pada musim

dingin atau hujan (Radji 2011).

Page 24: PENGARUH EKSTRAK DAUN MENGKUDU (Morinda …unmas-library.ac.id/wp-content/uploads/2014/10/skripsi.pdf · Universitas Mahasaraswati Denpasar telah meneliti dan mengetahui cara

11

2. Klasifikasi Ilmiah

Staphylococcus aureus adalah bakteri gram positif dan jika diamati di

bawah mikroskop akan tampak dalam bentuk bulat tunggal atau berpasangan, atau

berkelompok seperti buah anggur (Radji 2011).

Gambar 2.2 Staphylococcus aureus (Kusuma 2009)

Klasifikasi Staphylococcus aureus adalah (Brooks et al. 2005):

Domain : Bacteria

Kingdom : Eubacteria

Divisi : Firmicutes

Class : Cocci

Ordo : Bacillales

Family : Staphylococcaceae

Genus : Staphylococcus

Spesies : Staphylococcus aureus

Page 25: PENGARUH EKSTRAK DAUN MENGKUDU (Morinda …unmas-library.ac.id/wp-content/uploads/2014/10/skripsi.pdf · Universitas Mahasaraswati Denpasar telah meneliti dan mengetahui cara

12

3. Morfologi dan Identifikasi

Staphylococcus aureus merupakan bakteri gram positif berbentuk bulat

berdiameter 0,7-1,2μm, tersusun dalam kelompok-kelompok yang tidak teratur

seperti buah anggur, fakultatif anaerob, tidak membentuk spora, dan tidak

bergerak. Bakteri ini tumbuh pada suhu optimum 37ºC, tetapi membentuk pigmen

paling baik pada suhu kamar (20-25ºC). Koloni pada perbenihan padat berwarna

abu-abu sampai kuning keemasan, berbentuk bundar, halus, menonjol, dan

berkilau (Fischetti et al. 2000).

Ciri khas infeksi yang disebabkan oleh Staphylococcus aureus adalah

radang supuratif (bernanah) pada jaringan lokal dan cenderung menjadi abses.

Manifestasi klinis yang paling sering ditemukan adalah furunkel pada kulit dan

impetigo pada anakanak. Infeksi superfisial ini dapat menyebar (metastatik) ke

jaringan yang lebih dalam menimbulkan osteomielitis, artritis, endokarditis dan

abses pada otak, paru-paru, ginjal serta kelenjar mammae. Pneumonia yang

disebabkan Staphylococcus aureus sering merupakan suatu infeksi sekunder

setelah infeksi virus influenza. Staphylococcus aureus dikenal sebagai bakteri

yang paling sering mengkontaminasi luka pasca bedah sehingga menimbulkan

komplikasi. Bila terjadi bakteriemia, infeksi dapat bermetastasis ke berbagai organ

(DeLeo et al. 2009).

Patogenesis infeksi Staphylococcus aureus merupakan hasil interaksi

berbagai protein permukaan bakteri dengan berbagai reseptor pada permukaan sel

inang. Penentuan faktor virulen mana yang paling berperan sulit dilakukan karena

demikian banyak dan beragam faktor virulen yang dimiliki Staphylococcus aureus

(DeLeo et al. 2009).

Page 26: PENGARUH EKSTRAK DAUN MENGKUDU (Morinda …unmas-library.ac.id/wp-content/uploads/2014/10/skripsi.pdf · Universitas Mahasaraswati Denpasar telah meneliti dan mengetahui cara

13

4. Faktor Virulensi

Staphylococcus aureus dapat menimbulkan penyakit melalui

kemampuannya tersebar luas dalam jaringan dan melalui pembentukan berbagai

zat ekstraseluler.

Berbagai zat yang berperan sebagai faktor virulensi dapat berupa protein,

termasuk enzim dan toksin, contohnya :

a. Katalase

Katalase adalah enzim yang berperan pada daya tahan bakteri terhadap

proses fagositosis. Tes adanya aktivtias katalase menjadi pembeda genus

Staphylococcus dari Streptococcus (Ryan et al. 2000 cit. Kusuma 2009).

b. Koagulase

Enzim ini dapat menggumpalkan plasma oksalat atau plasma sitrat, karena

adanya faktor koagulase reaktif dalam serum yang bereaksi dengan enzim

tersebut. Esterase yang dihasilkan dapat meningkatkan aktivitas penggumpalan,

sehingga terbentuk deposit fibrin pada permukaan sel bakteri yang dapat

menghambat fagositosis (Warsa 2000).

c. Hemolisin

Hemolisin merupakan toksin yang dapat membentuk suatu zona hemolisis

di sekitar koloni bakteri. Hemolisin pada Staphylococcus aureus terdiri dari alfa

hemolisin, beta hemolisisn, dan delta hemolisisn. Alfa hemolisin adalah toksin

yang bertanggung jawab terhadap pembentukan zona hemolisis di sekitar koloni

Staphylococcus aureus pada medium agar darah. Toksin ini dapat menyebabkan

nekrosis pada kulit hewan dan manusia. Beta hemolisin adalah toksin yang

terutama dihasilkan Stafilokokus yang diisolasi dari hewan, yang menyebabkan

Page 27: PENGARUH EKSTRAK DAUN MENGKUDU (Morinda …unmas-library.ac.id/wp-content/uploads/2014/10/skripsi.pdf · Universitas Mahasaraswati Denpasar telah meneliti dan mengetahui cara

14

lisis pada sel darah merah domba dan sapi. Sedangkan delta hemolisin adalah

toksin yang dapat melisiskan sel darah merah manusia dan kelinci, tetapi efek

lisisnya kurang terhadap sel darah merah domba (Warsa 2000).

d. Leukosidin

Toksin ini dapat mematikan sel darah putih pada beberapa hewan. Tetapi

perannya dalam patogenesis pada manusia tidak jelas, karena Stafilokokus

patogen tidak dapat mematikan sel-sel darah putih manusia dan dapat

difagositosis (Jawetz et al. 2000).

e. Toksin eksfoliatif

Toksin ini mempunyai aktivitas proteolitik dan dapat melarutkan matriks

mukopolisakarida epidermis, sehingga menyebabkan pemisahan intraepithelial

pada ikatan sel di stratum granulosum. Toksin eksfoliatif merupakan penyebab

Staphylococcal Scalded Skin Syndrome, yang ditandai dengan melepuhnya kulit

(Warsa 1994).

f. Toksin Sindrom Syok Toksik (TSST)

Sebagian besar galur Staphylococcus aureus yang diisolasi dari penderita

sindrom syok toksik menghasilkan eksotoksin pirogenik. Pada manusia, toksin ini

menyebabkan demam, syok, ruam kulit, dan gangguan multisistem organ dalam

tubuh (Ryan et al. 2000 cit. Kusuma 2009, Jawetz et al. 2000).

g. Enterotoksin

Enterotoksin adalah enzim yang tahan panas dan tahan terhadap suasana

basa di dalam usus. Enzim ini merupakan penyebab utama dalam keracunan

makanan, terutama pada makanan yang mengandung karbohidrat dan protein

(Jawetz et al. 2000).

Page 28: PENGARUH EKSTRAK DAUN MENGKUDU (Morinda …unmas-library.ac.id/wp-content/uploads/2014/10/skripsi.pdf · Universitas Mahasaraswati Denpasar telah meneliti dan mengetahui cara

15

5. Mekanisme Infeksi

Menurut Jawetz et al. (2007) mekanisme infeksi dari Staphylococcus

aureus yaitu:

a. Perlekatan pada protein sel inang

Struktur sel Staphylococcus aureus memiliki protein permukaan yang

membantu penempelan bakteri pada sel inang. Protein tersebut adalah laminin dan

fibronektin yang membentuk matriks ekstraseluler pada permukaan epitel dan

endotel. Selain itu, beberapa galur mempunyai ikatan protein fibrin atau

fibrinogen yang mampu meningkatkan penempelan bakteri pada darah dan

jaringan.

b. Invasi

Invasi Staphylococcus aureus terhadap jaringan inang melibatkan

sejumlah besar kelompok protein ekstraseluler. Beberapa protein yang berperan

penting dalam proses invasi Staphylococcus aureus adalah α-toksin, β-toksin, δ-

toksin, γ-toksin, leukosidin, koagulase, stafilokinase, dan beberapa enzim

(protease, lipase, DNAse, dan enzim pemodifikasi asam lemak).

c. Perlawanan terhadap ketahanan inang

Staphylococcus aureus memiliki kemampuan mempertahankan diri

terhadap mekanisme pertahanan inang. Beberapa faktor pertahanan diri yang

dimiliki Staphylococcus aureus yaitu : simpai polisakarida, protein A, dan

leukosidin.

d. Pelepasan beberapa jenis toksin

Pelepasan beberapa jenis toksin diantaranya yaitu eksotoksin,

superantigen, dan toksin eksfoliatin.

Page 29: PENGARUH EKSTRAK DAUN MENGKUDU (Morinda …unmas-library.ac.id/wp-content/uploads/2014/10/skripsi.pdf · Universitas Mahasaraswati Denpasar telah meneliti dan mengetahui cara

16

C. Abses Periodontal

Abses periodontal merupakan salah satu kondisi klinik dalam periodontik

dimana pasien diharapkan untuk segera mendapatkan perawatan. Hal ini penting

dilakukan, tidak hanya untuk prognosis periodontitis pada gigi yang dipengaruhi,

tetapi juga kemungkinan adanya penyebaran infeksi (Herrera et al. 2000, Radmila

et al. 2008).

1. Definisi

Abses periodontal adalah suatu inflamasi purulen yang terlokalisir pada

jaringan periodonsium. Lesi ini disebut juga dengan abses periodontal lateral atau

abses parietal. Abses periodontal diketahui sebagai lesi yang dapat dengan cepat

merusak jaringan periodonsium terjadi selama periode waktu yang terbatas serta

mudah diketahui gejala klinis dan tanda-tandanya seperti akumulasi lokal pus dan

terletak di dalam saku periodontal (Newman et al. 2006).

2. Klasifikasi

Abses periodontal dapat di klasifikasikan atas 3 kriteria, yaitu:

a. Berdasarkan lokasi abses

1). Abses gingiva

Abses gingiva merupakan infeksi lokal purulen yang terletak pada

marginal gingiva atau papila interdental dan merupakan lesi inflamasi akut yang

mungkin timbul dari berbagai faktor, termasuk infeksi plak mikroba, trauma, dan

impaksi benda asing. Gambaran klinisnya merah, licin, kadang-kadang sangat

sakit dan pembengkakan sering berfluktuasi (Martinez et al. 2005).

Page 30: PENGARUH EKSTRAK DAUN MENGKUDU (Morinda …unmas-library.ac.id/wp-content/uploads/2014/10/skripsi.pdf · Universitas Mahasaraswati Denpasar telah meneliti dan mengetahui cara

17

Gambar 2.3 Abses gingiva pada gigi P1 kanan bawah (Newman et al. 2006).

2). Abses periodontal

Abses periodontal merupakan infeksi lokal purulen di dalam dinding

gingiva pada saku periodontal yang dapat menyebabkan destruksi ligamen

periodontal dan tulang alveolar (Dahlen 2000). Abses periodontal secara khusus

ditemukan pada pasien dengan periodontitis yang tidak dirawat dan berhubungan

dengan saku periodontal yang sedang dan dalam, biasanya terletak diluar daerah

mukogingiva (Herrera et al. 2000, Newman et al. 2006).

Gambaran klinisnya terlihat licin, pembengkakan gingiva mengkilat

disertai rasa sakit, daerah pembengkakan gingivanya lunak karena adanya eksudat

purulen dan meningkatnya kedalaman probing, gigi menjadi sensitif bila diperkusi

dan mungkin menjadi mobiliti serta kehilangan perlekatan periodontal dengan

cepat (Newman et al. 2006).

Abses periodontal sering muncul sebagai eksaserbasi akut dari saku

periodontal yang ada sebelumnya terutama terkait pada ketidaksempurnaan dalam

menghilangkan kalkulus dan tindakan medis seperti pada pasien setelah perawatan

Page 31: PENGARUH EKSTRAK DAUN MENGKUDU (Morinda …unmas-library.ac.id/wp-content/uploads/2014/10/skripsi.pdf · Universitas Mahasaraswati Denpasar telah meneliti dan mengetahui cara

18

bedah periodontal, setelah pemeliharaan preventif, setelah terapi antibiotik

sistemik dan akibat dari penyakit rekuren. Kurangnya kontrol terhadap diabetes

mellitus merupakan faktor predisposisi dari pembentukan abses periodontal.

Pembentukan abses periodontal merupakan penyebab utama kehilangan gigi.

Namun, dengan perawatan yang tepat dan perawatan preventif yang konsisten,

gigi dengan kehilangan tulang yang signifikan dapat dipertahankan selama

bertahun-tahun (Newman et al. 2006).

Gambar 2.4 Abses Periodontal (Newman et al. 2006).

3). Abses perikoronal

Abses perikoronal adalah abses yang terjadi karena adanya inflamasi

jaringan lunak operkulum, yang menutupi sebagian gigi yang sedang erupsi.

Abses perikoronal ditemukan pada gigi yang mengalami perikoronitis. Keadaan

ini paling sering terjadi pada gigi molar tiga rahang atas dan rahang bawah

(Newman et al. 2006, Martinez et al. 2005). Sama halnya dengan abses gingiva,

abses perikoronal dapat disebabkan oleh retensi dari plak mikroba dan impaksi

makanan atau trauma. Gambaran klinis berupa gingiva berwarna merah

terlokalisir, bengkak, lesi yang sakit jika disentuh dan memungkinkan

Page 32: PENGARUH EKSTRAK DAUN MENGKUDU (Morinda …unmas-library.ac.id/wp-content/uploads/2014/10/skripsi.pdf · Universitas Mahasaraswati Denpasar telah meneliti dan mengetahui cara

19

terbentuknya eksudat purulen, trismus, limfadenopati, demam dan malaise

(Newman et al. 2006).

Gambar 2.5 Abses perikoronal (Newman et al. 2006).

b. Berdasarkan jalannya lesi

1). Abses periodontal akut

Abses periodontal akut biasanya menunjukkan gejala seperti sakit,

edematous, lunak, pembengkakan, dengan penekanan yang lembut di jumpai

adanya pus, peka terhadap perkusi gigi dan terasa nyeri pada saku, sensitifitas

terhadap palpasi dan kadang disertai demam dan limfadenopati (Herrera et al.

2000. Newman et al. 2006).

Gambar 2.6 Abses Periodontal Akut (Herrera et al. 2000)

Page 33: PENGARUH EKSTRAK DAUN MENGKUDU (Morinda …unmas-library.ac.id/wp-content/uploads/2014/10/skripsi.pdf · Universitas Mahasaraswati Denpasar telah meneliti dan mengetahui cara

20

2) Abses periodontal kronis

Abses periodontal kronis biasanya asimtomatik, walaupun pada pasien

didapatkan gejala-gejala ringan. Abses ini terbentuk setelah penyebaran infeksi

yang disebabkan oleh drainase spontan, respon host atau terapi. Setelah

hemeostatis antara host dan infeksi tercapai, pada pasien hanya sedikit atau tidak

terlihat gejalanya. Namun rasa nyeri akan timbul bila adanya saku periodontal,

inflamasi dan saluran fistula (Newman et al. 2006).

Gambar 2.7 Abses Periodontal Kronis (Newman et al. 2006)

c. Berdasarkan jumlah abses

1). Abses periodontal tunggal

Abses periodontal tunggal biasanya berkaitan dengan faktor-faktor lokal

mengakibatkan tertutupnya drainase saku periodontal yang ada (Herrera 2000).

2). Abses periodontal multipel

Abses ini bisa terjadi pada pasien diabetes mellitus yang tidak terkontrol,

pasien dengan penyakit sistemik dan pasien dengan periodontitis tidak terawat

setelah terapi antibiotik sistemik untuk masalah non oral. Abses ini juga

Page 34: PENGARUH EKSTRAK DAUN MENGKUDU (Morinda …unmas-library.ac.id/wp-content/uploads/2014/10/skripsi.pdf · Universitas Mahasaraswati Denpasar telah meneliti dan mengetahui cara

21

ditemukan pada pasien multipel eksternal resopsi akar, dimana faktor lokal

ditemukan pada beberapa gigi (Herrera 2000, Eley 2004).

3. Prevalensi

Abses periodontal merupakan kasus darurat penyakit periodontal ketiga

yang paling sering terjadi mencapai 7-14%, setelah abses dentoalveolar akut (14-

25%) dan perikoronitis (10-11%) di klinik gigi (Wilson 2003). Prevalensi kasus

abses periodontal relatif tinggi dan mempengaruhi prognosis dari gigi terutama

pada pasien periodontitis. Pada pasien ini abses periodontal lebih mungkin terjadi

dalam saku periodontal yang sudah ada sebelumnya. Dahulu, gigi dengan abses

tidak berhubungan karena terjadinya abses dapat menjadi salah satu alasan utama

ekstraksi gigi selama perawatan periodontal (Radmila et al. 2008).

4. Etiologi

Etiologi abses periodontal dibagi atas 2, yaitu:

a. Abses periodontal berhubungan dengan periodontitis

Hal- hal yang menyebabkan abses periodontal yang berhubungan dengan

periodontitis adalah (Herrera et al. 2000, Radmila et al. 2008):

1). Adanya saku periodontal yang dalam dan berliku.

2). Penutupan marginal saku periodontal yang dapat mengakibatkan perluasan

infeksi ke jaringan periodontal sekitarnya karena tekanan pus di dalam saku

tertutup.

3). Perubahan dalam komposisi mikroflora, virulensi bakteri, atau dalam

pertahanan host bisa juga membuat lumen saku tidak efisien dalam

meningkatkan pengeluaran supurasi.

Page 35: PENGARUH EKSTRAK DAUN MENGKUDU (Morinda …unmas-library.ac.id/wp-content/uploads/2014/10/skripsi.pdf · Universitas Mahasaraswati Denpasar telah meneliti dan mengetahui cara

22

4). Pengobatan dengan antibiotik sistemik tanpa debridemen subgingiva pada

pasien dengan periodontitis lanjut juga dapat menyebabkan pembentukan

abses.

b. Abses periodontal tidak berhubungan dengan periodontitis

Hal-hal yang menyebabkan abses periodontal yang tidak berhubungan

dengan periodontitis adalah (Herrera et al. 2000, Radmila et al. 2008):

1). Impaksi dari benda asing seperti potongan dental floss, biji popcorn, potongan

tusuk gigi, tulang ikan, atau objek yang tidak diketahui.

2). Perforasi dari dinding gigi oleh instrumen endodontik.

3). Infeksi lateral kista.

4). Faktor-faktor lokal yang mempengaruhi morfologi akar dapat menjadi

predisposisi pembentukan abses periodontal. Adanya cervical cemental tears

dapat memicu pekembangan yang cepat dari periodontitis dan perkembangan

abses.

5. Patogenesis dan Histopatologi

Masuknya bakteri ke dalam dinding saku jaringan lunak merupakan awal

terjadinya abses periodontal. Sel-sel inflamatori kemudian ditarik oleh faktor

kemotaksis yang dilepaskan oleh bakteri dan bersama dengan reaksi inflamatori

akan menyebabkan destruksi jaringan ikat, enkapsulasi dari infeksi bakteri dan

memproduksi pus (Herrera et al. 2000, Linde et al. 2006).

Secara histologis, akan ditemukan neutrofil-neutrofil yang utuh

mengelilingi bagian tengah debris jaringan lunak dan destruksi leukosit. Pada

tahap berikutnya, membran piogenik yang terdiri dari makrofag dan neutrofil telah

terbentuk. Laju destruksi abses tergantung pada pertumbuhan bakteri di dalamnya,

Page 36: PENGARUH EKSTRAK DAUN MENGKUDU (Morinda …unmas-library.ac.id/wp-content/uploads/2014/10/skripsi.pdf · Universitas Mahasaraswati Denpasar telah meneliti dan mengetahui cara

23

virulensinya dan pH lokal. Adanya pH asam akan memberi keuntungan terhadap

enzim lisosom (Herrera et al. 2000, Linde et al. 2006).

6. Komplikasi

a. Kehilangan gigi

Abses periodontal yang dikaitkan dengan kehilangan gigi biasanya

dijumpai pada kasus-kasus periodontitis sedang sampai parah dan selama fase

pemeliharaan. Abses periodontal merupakan penyebab utama dilakukan ekstraksi

gigi pada fase pemeliharaan dimana terjadi pembentukan abses yang berulang dan

gigi mempunyai prognosis buruk (Herreraet al. 2000, Linde ett al. 2006).

b. Penyebaran infeksi

Sejumlah tulisan menyatakan bahwa diduga infeksi sistemik dapat berasal

dari abses periodontal. Ada dua kemungkinan yang terjadi yaitu: penyebaran

bakteri dalam jaringan selama perawatan atau penyebaran bakteri melalui aliran

darah karena bakteremia dari abses yang tidak dirawat (Herreraet al. 2000, Linde

et al. 2006).

Abses dentoalveolar yang berasal dari endodontik lebih sering

menyebabkan komplikasi penyebaran infeksi daripada abses periodontal.

cellulitis, infeksi subkutaneus, phlegmone dan mediastinitis dapat berasal dari

infeksi odontogenik tetapi jarang berasal dari abses periodontal. Namun, abses

periodontal dapat berperan sebagai pusat infeksi non oral. Abses periodontal bisa

menjadi pusat dari penyebaran bakteri dan produk bakteri dari rongga mulut ke

bagian tubuh lainnya dan menyebabkan keadaan infeksi yang berbeda. Pada

perawatan mekanikal abses periodontal bisa menyebabkan bakteremia seperti

Page 37: PENGARUH EKSTRAK DAUN MENGKUDU (Morinda …unmas-library.ac.id/wp-content/uploads/2014/10/skripsi.pdf · Universitas Mahasaraswati Denpasar telah meneliti dan mengetahui cara

24

pasien dengan endoprotesa atau imunokompromise dapat menyebabkan infeksi

non oral (Linde et al. 2006).

Paru-paru bisa bertindak sebagai barier makanikal dimana bakteri

periodontal dapat terjebak dan dapat menyebabkan penyakit. Adakalanya

penyebaran bakteri periodontal dapat berakibat menjadi abses otak. Sejumlah

laporan kasus dari periodontal patogen bahwa pada abses otak tersebut didapatkan

adanya bakteri P.micros, F. nucleatum, pigmen hitam pada bakteri batang anaerob

dan Actinomyces spp, diantaranya merupakan spesies bakteri periodontal anaerob

yang diisolasi dari abses intra cranial. Infeksi lain yang berhubungan dengan abses

periodontal adalah cervical nekrotizing fascitis dan cellulites pada pasien kanker

payudara (Newman et al. 2006, Linde et al. 2006).

Page 38: PENGARUH EKSTRAK DAUN MENGKUDU (Morinda …unmas-library.ac.id/wp-content/uploads/2014/10/skripsi.pdf · Universitas Mahasaraswati Denpasar telah meneliti dan mengetahui cara

25

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Rancangan Penelitian

Rancangan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah

eksperimental laboratorium dengan post-test design group (Notoatmodjo 2012).

P0 O0

P1 O1

P2 O2

R RA P3 O3

P4 O4

P5 O5

P6 O6

Gambar 3.1 Rancangan Penelitian

Keterangan :

P = Populasi

S = Sampel

R = Random

RA = Randomisasi alokasi

P0 = Perlakuan dengan etanol pada kelompok kontrol negatif

P1 = Perlakuan dengan Ceftazidime 30µg (BBL 231632) pada kelompok kontrol

positif

P S

Page 39: PENGARUH EKSTRAK DAUN MENGKUDU (Morinda …unmas-library.ac.id/wp-content/uploads/2014/10/skripsi.pdf · Universitas Mahasaraswati Denpasar telah meneliti dan mengetahui cara

26

P2 = Perlakuan dengan ektrak daun mengkudu dengan konsentrasi 5%

P3 = Perlakuan dengan ektrak daun mengkudu dengan konsentrasi 10%

P4 = Perlakuan dengan ektrak daun mengkudu dengan konsentrasi 20%

P5 = Perlakuan dengan ektrak daun mengkudu dengan konsentrasi 40%

P6 = Perlakuan dengan ektrak daun mengkudu dengan konsentrasi 80%

O0 = Pengamatan hasil pada kelompok P0

O1 = Pengamatan hasil pada kelompok P1

O2 = Pengamatan hasil pada kelompok P2

O3 = Pengamatan hasil pada kelompok P3

O4 = Pengamatan hasil pada kelompok P4

O5 = Pengamatan hasil pada kelompok P5

O6 = Pengamatan hasil pada kelompok P6

B. Populasi dan Sampel

1. Populasi dalam penelitian ini adalah koloni bakteri Staphylococcus aureus

ATCC 25922 yang didapatkan dari Laboratorium Mikrobiologi Fakultas

Kedokteran Universitas Udayana.

2. Besar sampel pada percobaan ini menggunakan rumus umum (Federer

1977) :

Keterangan :

n = banyak pengulangan

t = perlakuan

(n-1) (t-1) > 15

Page 40: PENGARUH EKSTRAK DAUN MENGKUDU (Morinda …unmas-library.ac.id/wp-content/uploads/2014/10/skripsi.pdf · Universitas Mahasaraswati Denpasar telah meneliti dan mengetahui cara

27

Dalam penelitian ini konsentrasi bahan coba dibagi menjadi 7 kelompok yaitu:

a. Kelompok I : larutan kontrol negatif (etanol 96%)

b. Kelompok II : larutan ekstrak daun mengkudu 5%

c. Kelompok III : larutan ekstrak daun mengkudu 10%

d. Kelompok IV : larutan ekstrak daun mengkudu 20%

e. Kelompok V : larutan ekstrak daun mengkudu 40%

f. Kelompok VI : larutan ekstrak daun mengkudu 80%

g. Kelompok VII : larutan kontrol positif Ceftazidime 30µg (BBL 231632)

Jadi perlakuannya (t) adalah 7

(n-1).(7-1) > 15

6 (n-1) > 15

6n – 6 > 15

n > 21/6

n > 4

Jumlah sampel (n) yang dipakai adalah 5, artinya pada kelompok I-VII

dilakukan masing-masing 5 kali pengulangan.

C. Identifikasi Variabel

Pada penelitian ini penulis menggunakan 3 variabel yaitu:

1. Variabel pengaruh : ekstrak daun mengkudu dengan konsentrasi 5%,

10%, 20%, 40%, dan 80%.

2. Variabel terpengaruh : pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus pada

uji sensitivitas diukur dengan metode pengukuran

Page 41: PENGARUH EKSTRAK DAUN MENGKUDU (Morinda …unmas-library.ac.id/wp-content/uploads/2014/10/skripsi.pdf · Universitas Mahasaraswati Denpasar telah meneliti dan mengetahui cara

28

diameter zona hambat menggunakan jangka

sorong.

3. Variabel terkendali : media pertumbuhan bakteri, suhu inkubasi, jumlah

koloni bakteri, dan waktu untuk membiakkan

bakteri.

D. Definisi Operasional

1. Ekstrak daun mengkudu adalah ekstrak yang diperoleh dengan melakukan

ekstaksi daun mengkudu kering yang telah dihaluskan dengan pelarut

etanol 96% kemudian diuapkan dengan evaporator sehingga diperoleh

ekstrak daun mengkudu. Pada penelitian ini menggunakan ekstrak daun

mengkudu dengan konsentrasi 5%, 10%, 20%, 40%, dan 80%.

2. Koloni Staphylococcus aureus adalah bakteri gram positif berbentuk

kokus dengan susunan seperti buah anggur, tidak mempunyai spora dan

tidak bergerak bersifat aerob dan anaerob fakultatif yang dapat

menyebabkan abses. Penelitian ini menggunakan Staphylococcus aureus

ATCC 25922 karena merupakan bakteri biakan terbaru dan cara kerja lebih

mudah dibandingkan dengan mengambil langsung dari pasien yang

mengalami abses periodontal.

3. Diameter zona hambat adalah diameter zona dimana bakteri tidak tumbuh,

ditandai dengan zona bening yang diukur dengan jangka sorong dengan

satuan millimeter (mm).

4. Media pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus adalah Mueller Hinton

Agar (MHA).

Page 42: PENGARUH EKSTRAK DAUN MENGKUDU (Morinda …unmas-library.ac.id/wp-content/uploads/2014/10/skripsi.pdf · Universitas Mahasaraswati Denpasar telah meneliti dan mengetahui cara

29

5. Suhu inkubasi adalah suhu pada inkubator yang digunakan dalam

penelitian sebesar 37oC.

6. Waktu untuk membiakkan bakteri adalah waktu yang bakteri tersebut

dibiakkan pada media selama 18-24 jam.

7. Etanol 96% (kontrol negatif) digunakan karena dalam pembuatan ekstrak

daun mengkudu menggunakan teknik ekstraksi dengan etanol 96%.

Harapan dari kontrol negatif ini dapat membuktikan bahwa zat

penghambat pertumbuhan Staphylococcus aureus bukan etanol, melainkan

zat aktif yang terkandung dalam daun mengkudu.

8. Ceftazidime 30µg (BBL 231632) sebagai kontrol positif bertujuan untuk

membandingkan daya hambat pertumbuhan Staphylococcus aureus,

dengan ekstrak daun mengkudu dan antibiotik yang sering digunakan

untuk mengobati abses periodontal yang dapat membunuh bakteri gram

positif dan negatif.

E. Alat dan Bahan

1. Alat yang digunakan dalam pembuatan ekstrak daun mengkudu

a. Timbangan

b. Blender

c. Erlenmeyer

d. Corong buchner

e. Rotary evaporator

f. Pisau

Page 43: PENGARUH EKSTRAK DAUN MENGKUDU (Morinda …unmas-library.ac.id/wp-content/uploads/2014/10/skripsi.pdf · Universitas Mahasaraswati Denpasar telah meneliti dan mengetahui cara

30

2. Bahan yang digunakan dalam pembuatan ekstak daun mengkudu

a. Daun mengkudu

b. Etanol 96%

c. Kertas saring

d. Akuades

e. Handscoon

f. Aluminium foil

g. Kertas label

3. Alat yang digunakan dalam uji fitokimia

a. Tabung reaksi

b. Rak tabung reaksi

c. Penjepit tabung

d. Pipet tetes

e. Gelas ukur

f. Tabung spritus

4. Bahan yang digunakan dalam uji fitokimia

a. Akuades

5. Alat yang digunakan dalam uji daya hambat ekstrak daun mengkudu

terhadap Staphylococcus aureus

a. Cawan petri

b. Paper disk blank

c. Mikropipet

d. Pinset

e. Lidi kapas steril

Page 44: PENGARUH EKSTRAK DAUN MENGKUDU (Morinda …unmas-library.ac.id/wp-content/uploads/2014/10/skripsi.pdf · Universitas Mahasaraswati Denpasar telah meneliti dan mengetahui cara

31

f. Lampu Bunsen

g. Inkubator

h. Jangka sorong

i. Timer

j. Tabung glass

k. Ose

l. Waterbath

6. Bahan yang digunakan dalam uji daya hambat ekstrak daun mengkudu

terhadap Staphylococcus aureus

a. Blood agar VM458486 (Merck)

b. Mueller Hinton Agar VM371937 (Merck)

c. NaCl 0,9%

d. Staphylococcus aureus ATCC 25922

e. Ekstrak daun mengkudu konsentrasi 5%, 10%, 20%, 40%, 80%

f. Etanol 96%

g. Ceftazidime 30µg (BBL 231632)

h. Handscoon

i. Masker

F. Tempat dan Waktu

1. Pengeringan daun mengkudu sehingga menghasilkan serbuk dilakukan di

rumah peneliti selama 14 hari.

Page 45: PENGARUH EKSTRAK DAUN MENGKUDU (Morinda …unmas-library.ac.id/wp-content/uploads/2014/10/skripsi.pdf · Universitas Mahasaraswati Denpasar telah meneliti dan mengetahui cara

32

2. Pembuatan ekstrak daun mengkudu dan uji identifikasi fitokimia di

Laboratorium Farmakognosi dan Fitokimia Farmasi FMIPA Universitas

Udayana selama 10 hari.

3. Pengujian daya hambat ekstrak mengkudu terhadap bakteri

Staphylococcus aureus di Laboratorium Mikrobiologi Fakultas

Kedokteran Universitas Udayana selama 5 hari.

G. Jalannya Penelitian

1. Persiapan Sampel

Mencari daun mengkudu yang dewasa, lalu dibersihkan dengan

mencuci di bawah air mengalir sampai bersih, ditiriskan, diiris tipis-tipis,

lalu dikeringkan dengan cara diangin-anginkan. Sampel yang telah kering

diserbukkan dengan menggunakan blender. Kemudian disimpan di dalam

wadah tertutup.

2. Pembuatan Ekstrak Etanol Daun Mengkudu

a. Penetapan Kadar Air Simplisia

Botol timbang disiapkan 3 buah , dikeringkan dan ditimbang. Botol

timbang dikeringkan dalam oven pada suhu 105oC selama 30 menit.

Dinginkan dalam desikator, kemudian botol timbang dan tutup ditara.

Ditimbang 1 gram simplisia dan dimasukkan kedalam oven dengan suhu

105oC selama 30 menit dengan tutup terbuka. Setelah 30 menit, botol

timbang dikeluarkan dan ditutup, selanjutnya didinginkan dalam desikator

kemudian ditimbang. Jika selisih antara 2 penimbangan lebih dari 0,25%

Page 46: PENGARUH EKSTRAK DAUN MENGKUDU (Morinda …unmas-library.ac.id/wp-content/uploads/2014/10/skripsi.pdf · Universitas Mahasaraswati Denpasar telah meneliti dan mengetahui cara

33

maka simplisia dikeringkan kembali dalam oven pada suhu 105oC hingga

bobot konstan. Kadar air simplisia yang diperbolehkan pada proses

ekstraksi yaitu ≤ 15 %.

Kadar air simplisia 1 = 18,85%

Kadar air simplisia 2 = 18,67%

Kadar air simplisia 3 = 18,63%

Rerata = 18,71%

Kadar air simplisia yang diperoleh sebesar 18,71% sehingga dapat

disimpulkan proses ekstraksi harus segera dilakukan untuk mengurangi

terjadinya kerusakan pada simplisia.

3. Proses Ekstraksi Serbuk Daun Mengkudu

Serbuk daun mengkudu, dihaluskan hingga diperoleh serbuk

berukuran 100 mesh. Sebanyak 230 gram dimaserasi menggunakan 2,5liter

etanol 80% pada suhu kamar selama 1 hari disertai dengan pengadukan

setiap 10 jam sekali. Disaring (diperoleh ekstrak cair pertama) kemudian

ampas diremaserasi kembali dengan 2,5 liter etanol 80% pada suhu kamar

selama 1 hari disertai dengan pengadukan setiap 10 jam sekali. Disaring

(diperoleh ekstrak cair kedua) kemudian ekstrak cair pertama dan kedua

disatukan, didiamkan 1 hari dan dilanjutkan ketahap pengentalan ekstrak

menggunakan rotary evaporator (80 rpm, 450C, 0,62bar).

4. Skrining Fitokimia Ekstrak Daun Mengkudu

Skrining fitokimia terhadap ekstrak daun mengkudu meliputi

pemeriksaan minyak atsiri, tannin, alkaloid, sterol, terpenoid, saponin,

fenol, glikosida dan flavonoid.

Page 47: PENGARUH EKSTRAK DAUN MENGKUDU (Morinda …unmas-library.ac.id/wp-content/uploads/2014/10/skripsi.pdf · Universitas Mahasaraswati Denpasar telah meneliti dan mengetahui cara

34

a. Pembuatan larutan untuk skrining fitokimia

Pembuatan larutan uji untuk skrining fitokimia dilakukan

dengan melarutkan 500mg ekstrak dalam 10ml etanol 80%.

b. Pemeriksaan flavonoid

1) Cara 1 (Reaksi Pew) : Sebanyak 1ml larutan ekstrak uji diuapkan,

dibasahkan sisanya dengan aseton P, ditambahkan sedikit serbuk

halus asam borat P dan serbuk halus asam oksalat P, dipanaskan

hati - hati di atas tangas air dan dihindari pemanasan berlebihan.

Sisa yang diperoleh dicampur dengan 10ml eter P. Diamati dengan

sinar UV366, larutan berfluoresensi kuning intensif, menunjukkan

adanya flavonoid (Depkes RI 1989). Hasil pengamatan di bawah

UV 366nm, larutan tidak berfluoresensi kuning intensif (larutan

berfluoresensi merah muda), sehingga negatif mengandung

flavonoid.

2) Cara 2 (Reaksi WilsonTaubock) : Sebanyak 1ml larutan ekstrak uji

diuapkan, sisa dilarutkan dalam 1 - 2ml etanol 80% P, ditambahkan

0,5g serbuk Zn dan 2ml HCl 2N, diamkan selama 1 menit.

Tambahkan 10 tetes HCl pekat, jika dalam waktu 2-5 menit terjadi

warna merah intensif, menunjukkan adanya flavonoid (glikosida-3-

flavonol). Hasil pengamatan tidak terjadi warna merah intensif

(negatif mengandung flavonoid).

c. Pemeriksaan minyak atsiri

Ekstrak yang diperoleh ditambah dengan etanol, bila berbau

enak/aromatik larutan alkoholik tersebut diuapkan kembali hingga

Page 48: PENGARUH EKSTRAK DAUN MENGKUDU (Morinda …unmas-library.ac.id/wp-content/uploads/2014/10/skripsi.pdf · Universitas Mahasaraswati Denpasar telah meneliti dan mengetahui cara

35

kering. Bila residu tetap berbau enak, menunjukkan ekstrak positif

mengandung minyak atsiri (Evans 2009). Hasil pengamatan terjadi bau

aromatis (positif mengandung minyak atsiri).

d. Pemeriksaan alkaloid

Sebanyak 2ml larutan ekstrak uji diuapkan di atas cawan

porselin hingga didapat residu. Residu kemudian dilarutkan dengan

5ml HCl 2N. Larutan yang didapat kemudian di bagi ke dalam 5

tabung reaksi. Tabung pertama ditambahkan dengan asam encer yang

berfungsi sebagai blanko. Tabung kedua ditambahkan pereaksi

Dragendorff sebanyak 3 tetes dan tabung ketiga ditambahkan pereaksi

Mayer sebanyak 3 tetes. Tabung keempat ditambahkan pereaksi

wagner sebanyak 3 tetes. Tabung kelima ditambahkan pereaksi

Bouchardat sebanyak 3 tetes. Terbentuknya endapan jingga pada

tabung kedua dan endapan kuning pada tabung ketiga menunjukkan

adanya alkaloid. Hasil pengamatan tidak terbentuk endapan (negatif

alkaloid).

e. Pemeriksaan saponin

Sebanyak 2ml larutan ekstrak uji dalam tabung reaksi

ditambahkan dengan 10ml akuades kemudian dikocok vertikal selama

10 detik. Pembentukan busa setinggi 1-10cm yang stabil selama tidak

kurang dari 10 menit, menunjukkan adanya saponin. Pada penambahan

1 tetes HCL 2N, busa tidak hilang. Hasil pengamatan terbentuk busa

setinggi 5cm yang stabil (positif mengandung saponin).

Page 49: PENGARUH EKSTRAK DAUN MENGKUDU (Morinda …unmas-library.ac.id/wp-content/uploads/2014/10/skripsi.pdf · Universitas Mahasaraswati Denpasar telah meneliti dan mengetahui cara

36

f. Pemeriksaan steroid dan triterpenoid

Pemeriksaan steroid dan triterpenoid dilakukan dengan reaksi

Liebermann-Burchard. Sebanyak 2ml larutan uji diuapkan dalam

cawan penguap. Residu dilarutkan dengan 0,5ml kloroform, kemudian

ditambahkan 0,5ml asam asetat anhidrat. Selanjutnya ditambahkan 2ml

asam sulfat pekat melalui dinding tabung. Terbentuknya cincin

kecoklatan atau violet pada perbatasan larutan menunjukkan adanya

triterpenoid, sedangkan bila muncul cincin biru kehijauan

menunjukkan adanya steroid. Hasil pengamatan tidak terbentuk cincin

berwarna biru kehijauan (negatif mengandung steroid), dan terbentuk

cincin coklat (positif mengandung triterpenoid).

g. Pemeriksaan Fenol

Sebanyak 2ml larutan uji ditambahkan 3 tetes FeCl3 10%.

Terbentuk warna hitam pekat menunjukkan adanya fenol. Hasil

pengamatan terbentuk warna hitam pekat (positif mengandung fenol).

h. Pemeriksaan tannin

Sebanyak 2ml larutan uji ditambahkan 2 tetes larutan Pb

asetat 10%. Terbentuk endapan berwarna putih menunjukkan adanya

tannin. Hasil pengamatan terbentuk endapan putih (positif

mengandung tannin).

i. Pemeriksaan glikosida

Sebanyak 2ml larutan uji 2ml asam asetat anhidrat,

dilanjutkan dengan penambahan asam sulfat pekat. Terbentuk lartutan

berwarna hijau kebiruan menunjukkan adanya glikosida. Hasil

Page 50: PENGARUH EKSTRAK DAUN MENGKUDU (Morinda …unmas-library.ac.id/wp-content/uploads/2014/10/skripsi.pdf · Universitas Mahasaraswati Denpasar telah meneliti dan mengetahui cara

37

pengamatan terbentuk warna hijau kebiruan (positif mengandung

glikosida)

5. Pembuatan larutan uji

Dibuat larutan uji dengan konsentrasi 5%, 10%, 20%, 40%, dan

80%. Larutan 5% berarti larutan tersebut terdiri dari 5% ekstrak mengkudu

dan 95% akuades. Begitu pula dengan konsentrasi 10%, 20%, 40%, dan

80%. Pembuatan larutan kontrol negatif yaitu dengan menggunakan etanol

96% dan kontrol positif yaitu dengan menggunakan disk yang

mengandung antibiotik ceftazidime 30µg (BBL 231632) buatan dari pabrik

Becton, Dickinson and Company Spark, MD 21152 USA.

6. Pembuatan Media Blood Agar

Blood agar 3,4gram dilarutkan dalam 100ml akuades

menggunakan erlenmeyer. Setelah itu dihomogenkan dengan strirer di

atas penangas air sampai mendidih. Media tersebut disterilkan dalam

autoklaf pada tekanan 121atm selama 15 menit. Kemudian ditaruh dalam

waterbath pada suhu 50°C selama ±30 menit dan ditambahkan 5% darah

kambing kemudian dihomogenkan. Dituangkan ke dalam cawan petri steril

volume @20-25ml, dibiarkan pada suhu ruang sampai memadat. Inkubasi

dari total jumlah media (5%) pada suhu 37°C selama 18-24 jam. Setelah

steril, media tersebut bisa langsung digunakan untuk menanam

Staphylococcus aureus ATCC 25922.

7. Pembuatan Standar Kekeruhan Larutan (Larutan Mc. Farland)

Larutan H2SO4 0,36N sebanyak 99,5ml dicampurkan dengan

larutan BaCl2.2H2O 1,175% dengan kekeruhan 0,5 Mc. Farland yang

Page 51: PENGARUH EKSTRAK DAUN MENGKUDU (Morinda …unmas-library.ac.id/wp-content/uploads/2014/10/skripsi.pdf · Universitas Mahasaraswati Denpasar telah meneliti dan mengetahui cara

38

setara dengan 108 CFU/ml dalam erlenmeyer. Kemudian dikocok sampai

terbentuk larutan yang keruh. Kekeruhan ini dipakai sebagai standar

kekeruhan suspensi bakteri uji.

8. Pembuatan Media Mueller Hinton Agar

Mueller Hinton agar 4gram dilarutkan dalam 100ml akuades

menggunakan erlenmeyer. Setelah itu dihomogenkan dengan strirer di

atas penangas air sampai mendidih. Media tersebut disterilkan dalam

autoklaf pada tekanan 121atm selama 15 menit. Kemudian diletakkan

dalam waterbath pada suhu 50°C selama ±30 menit. Dituangkan ke dalam

cawan petri steril volume @20-25ml, dibiarkan pada suhu ruang sampai

memadat. Inkubasi dari total jumlah media (5%) pada suhu 37°C selama

18-24 jam. Setelah steril, media tersebut bisa langsung digunakan untuk

menguji ekstrak daun mengkudu terhadap pertumbuhan Staphylococcus

aureus ATCC 25922.

9. Uji Aktivitas Antibakteri secara In Vitro

Suspensi kekeruhan Staphylococcus aureus ATCC 25922 yang

setara dengan 108 CFU/ml, diambil dengan menggunakan lidi kapas steril.

Kemudian dioleskan secara merata di atas media Mueller Hinton Agar

steril.

Ekstrak daun mengkudu dengan berbagai konsentrasi (5%, 10%,

20%, 40%, 80%), kontrol negatif dan kontrol positif ditambahkan disk

blank sebanyak 6 biji. Kemudian disk yang telah mengandung ekstrak

daun mengkudu dengan berbagai konsentrasi, kontol negatif, dan kontrol

positif diletakkan di atas media Mueller Hinton Agar yang telah berisi

Page 52: PENGARUH EKSTRAK DAUN MENGKUDU (Morinda …unmas-library.ac.id/wp-content/uploads/2014/10/skripsi.pdf · Universitas Mahasaraswati Denpasar telah meneliti dan mengetahui cara

39

suspensi Staphylococcus aureus ATCC 25922, dan diinkubasi dalam

inkubator pada suhu 37°C selama 24 jam.

10. Pengamatan dan Pengukuran

Pengamatan dilakukan setelah 24 jam masa inkubasi. Daerah

bening merupakan petunjuk kepekaan bakteri terhadap antibiotik atau

bahan antibakteri lainnya yang digunakan sebagai bahan uji yang

dinyatakan dengan lebar diameter zona hambat. Diameter zona hambat

dihitung dalam satuan millimeter (mm) menggunakan jangka sorong.

Kemudian diameter zona hambat tersebut dikategorikan kekuatan daya

antibakterinya berdasarkan penggolongan Davis and Stout, yaitu sebagai

berikut:

a. Diameter zona bening 20 mm atau lebih artinya daya hambat sangat

kuat.

b. Diameter zona bening 10 – 20 mm artinya daya hambat kuat.

c. Diameter zona bening 5 – 10 mm artinya daya hambat sedang.

d. Diameter zona bening 2 – 5 mm artinya daya hambat lemah.

H. Analisis Data

1. Analisis deskriptif adalah analisis untuk memberikan gambaran tentang

data penelitian yang diuraikan secara deskriptif kualitatif dan disajikan

dalam bentuk tabel.

2. Uji Normalitas dan Homogenitas

a. Uji Normalitas dengan Saphiro-Wilk oleh karena besar sampel

penelitian <30.

b. Uji Homogenitas dengan Levene’s Test.

Page 53: PENGARUH EKSTRAK DAUN MENGKUDU (Morinda …unmas-library.ac.id/wp-content/uploads/2014/10/skripsi.pdf · Universitas Mahasaraswati Denpasar telah meneliti dan mengetahui cara

40

3. Uji one way anova (analisa varian satu arah) untuk mengetahui adanya

perbedaan antara ekstrak daun mengkudu pada masing-masing konsentrasi

dalam menghambat pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus.

4. Uji Post Hoc (Games-Howell) untuk menentukan perbedaan pada masing-

masing konsentrasi ekstrak daun mengkudu.

Page 54: PENGARUH EKSTRAK DAUN MENGKUDU (Morinda …unmas-library.ac.id/wp-content/uploads/2014/10/skripsi.pdf · Universitas Mahasaraswati Denpasar telah meneliti dan mengetahui cara

41

BAB IV

HASIL PENELITIAN

A. Hasil Uji Daya Hambat Bakteri Staphylococcus aureus

Tabel 4.1 Hasil pengukuran diameter zona hambat bakteri

Staphylococcus aureus (mm)

Pengulangan

Kontrol

Negatif

Kontrol

Positif 5% 10% 20% 40% 80%

1 0 21 0 29 12 10 0

2 0 21 0 14 10 0 0

3 0 21 0 14 10 9 0

4 0 21 0 12 11 0 0

5 0 21 0 11 11 0 0

Jumlah 0 105 0 80 54 19 0

Rerata 0 21 0 16 10.8 3.8 0

Penggolongan

(Davis and

Stout)

- Sangat

Kuat - Kuat Kuat Lemah -

Tabel 4.1 menunjukkan hasil bahwa rerata diameter zona hambat bakteri

Staphylococcus aureus tertinggi yaitu dengan kontrol positif antibiotik

Ceftazidime 30µg (BBL 231632). Konsentrasi hambat optimal ekstrak daun

mengkudu terhadap pertumbuhan Staphylococcus aureus adalah 10%.

B. Analisis Data Statistik

Uji analisis menggunakan metode one way anova dengan tingkat

kemaknaan 95% atau α=0,05. Sebelum dilakukan uji one way anova, dilakukan

uji normalitas dan homogenitas.

Page 55: PENGARUH EKSTRAK DAUN MENGKUDU (Morinda …unmas-library.ac.id/wp-content/uploads/2014/10/skripsi.pdf · Universitas Mahasaraswati Denpasar telah meneliti dan mengetahui cara

42

Tabel 4.2 Hasil uji normalitas diameter zona hambat bakteri

Staphylococcus aureus

Konsentrasi Shapiro-Wilk

Statistic df Sig.

10% 0,795 5 0,074

20% 0,881 5 0,314

40% 0,851 5 0,198

a. diameter is constant when jenis = kontrol negatif. It has been omitted.

b. diameter is constant when jenis = kontrol positif. It has been omitted.

c. diameter is constant when jenis = 5%. It has been omitted.

d. diameter is constant when jenis = 80%. It has been omitted.

Hasil tabel 4.2 didapatkan nilai signifikan untuk ekstrak daun

mengkudu konsentrasi 10% adalah 0,074. Nilai signifikan untuk ekstrak daun

mengkudu konsentrasi 20% adalah 0,314. Nilai signifikan untuk ekstrak daun

mengkudu 40% adalah 0,198. Dapat disimpulkan diameter zona hambat bakteri

Staphylococcus aureus terdistribusi normal (p>0,05). Tidak didapatkan hasil

untuk ekstrak dengan kosentrasi 5% dan 80% serta kontrol negatif dan kontrol

positif.

Tabel 4.3 Hasil uji homogenitas diameter zona bening bakteri

Staphylococcus aureus

Levence statistic df1 df2 Sig.

4,138 2 12 0,043

Hasil tabel 4.3 menunjukkan bahwa 0,043<0,05 sehingga dapat

disimpulkan diameter zona hambat bakteri Staphylococcus aureus mempunyai

varian yang berbeda (p<0,05). Selanjutnya dilakukan uji one way anova untuk

mengetahui perbedaan rerata tujuh kelompok tersebut (kontrol positif, kontrol

negatif, dan ekstrak daun mengkudu).

Page 56: PENGARUH EKSTRAK DAUN MENGKUDU (Morinda …unmas-library.ac.id/wp-content/uploads/2014/10/skripsi.pdf · Universitas Mahasaraswati Denpasar telah meneliti dan mengetahui cara

43

Tabel 4.4 Hasil uji one way anova diameter zona hambat bakteri Staphylococcus

aureus

No. Kelompok N Rerata Simpang Baku Sig.

1

2

3

4

5

6

7

Kontrol negatif 5 0 0

0,00

Kontrol positif 5 21,0 0

5% 5 0 0

10% 5 16 3,30151

20% 5 10,8 0,37417

40% 5 3,8 2,33238

80% 5 0 0

Hasil tabel 4.4 menunjukkan bahwa zona hambat terluas yaitu kontrol

positif berupa antibiotik Ceftazidime 30µg (BBL 231632). Ekstrak daun

mengkudu dengan konsentrasi 10% memiliki zona hambat yang lebih luas

dibandingkan kelompok lainnya. Uji one way anova dengan tingkat kemaknaan

a=0,05 menunjukkan perbedaan rerata yang signifikan p=0,00 (p<0,05).

Selanjutnya untuk mengetahui kelompok mana saja yang berbeda, dilakukan uji

post hoc Games-Howell.

Tabel 4.5 Hasil Uji post hoc (Games-Howell) diameter zona hambat bakteri

Staphylococcus aureus

Konsentrasi Beda Rerata P

Etanol kontrol (-) Ceftazidime kontrol (+)

Ekstrak daun mengkudu 5%

Ekstrak daun mengkudu 10%

Ekstrak daun mengkudu 20%

Ekstrak daun mengkudu 40%

Ekstrak daun mengkudu 80%

-21,00000

0,00000

-16,00000

-10,80000

-3,80000

0,00000

-

-

0,055

0,000

0,681

-

Ceftazidime

kontrol (+)

Etanol kontrol (-)

Ekstrak daun mengkudu 5%

Ekstrak daun mengkudu 10%

Ekstrak daun mengkudu 20%

Ekstrak daun mengkudu 40%

Ekstrak daun mengkudu 80%

21,00000

21,00000

5,00000

10,20000*

17,20000*

21,00000

-

-

0,733

0,000

0,013

-

Page 57: PENGARUH EKSTRAK DAUN MENGKUDU (Morinda …unmas-library.ac.id/wp-content/uploads/2014/10/skripsi.pdf · Universitas Mahasaraswati Denpasar telah meneliti dan mengetahui cara

44

Ekstrak daun

mengkudu 5%

Etanol kontrol (-)

Ceftazidime kontrol (+)

Ekstrak daun mengkudu 10%

Ekstrak daun mengkudu 20%

Ekstrak daun mengkudu 40%

Ekstrak daun mengkudu 80%

0,00000

-21,00000

-16,00000

-10,80000*

-3,80000

0,00000

-

-

0,055

0,000

0,681

-

Ekstrak daun

mengkudu 10%

Etanol kontrol (-)

Ceftazidime kontrol (+)

Ekstrak daun mengkudu 5%

Ekstrak daun mengkudu 20%

Ekstrak daun mengkudu 40%

Ekstrak daun mengkudu 80%

16,00000

-5,00000

16,00000

5,20000

12,20000

16,00000

0,055

0,733

0,055

0,710

0,152

0,055

Ekstrak daun

mengkudu 20%

Etanol kontrol (-)

Ceftazidime kontrol (+)

Ekstrak daun mengkudu 5%

Ekstrak daun mengkudu 10%

Ekstrak daun mengkudu 40%

Ekstrak daun mengkudu 80%

10,80000*

-10,20000*

10,80000*

-5,20000

7,00000

10,80000*

0,000

0,000

0,000

0,710

0,226

0,000

Ekstrak daun

mengkudu 40%

Etanol kontrol (-)

Ceftazidime kontrol (+)

Ekstrak daun mengkudu 5%

Ekstrak daun mengkudu 10%

Ekstrak daun mengkudu 20%

Ekstrak daun mengkudu 80%

3,80000

-17,20000*

3,80000

-12,20000

-7,00000

3,80000

0,681

0,013

0,681

0,152

0,226

0,681

Ekstrak daun

mengkudu 80%

Etanol kontrol (-)

Ceftazidime kontrol (+)

Ekstrak daun mengkudu 5%

Ekstrak daun mengkudu 10%

Ekstrak daun mengkudu 20%

Ekstrak daun mengkudu 40%

0,00000

-21,00000

0,00000

-

-

-

-16,0000

-10,80000*

-3,80000

0,055

0,000

0,681

*tingkat kemaknaan p<0,05

Berdasarkan hasil yang diperoleh dapat diketahui perbedaan antara

kelompok yang satu dengan kelompok yang lainnya dengan melihat nilai sig. (p).

perbedaan kelompok yang signifikan diperoleh nilai sig<0,05. Hasil menunjukkan

bahwa ekstrak daun mengkudu dengan konsentrasi 10%, 20% dan 40% mampu

menghambat pertumbuhan Staphylococcus aureus, dengan 10% sebagai

konsentrasi optimal.

Page 58: PENGARUH EKSTRAK DAUN MENGKUDU (Morinda …unmas-library.ac.id/wp-content/uploads/2014/10/skripsi.pdf · Universitas Mahasaraswati Denpasar telah meneliti dan mengetahui cara

45

BAB V

PEMBAHASAN

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, data menunjukkan bahwa

ekstrak daun mengkudu (Morinda citrifolia L.) 10%, 20%, dan 40% mempunyai

daya hambat antibakteri Staphylococcus aureus. Ekstrak daun mengkudu

(Morinda citrifolia L.) konsentrasi 10% merupakan konsentrasi optimal,

ditunjukkan dengan memiliki diameter zona hambat paling besar dibanding

dengan konsentrasi ekstrak lainnya.

Bakteri gram positif memiliki kandungan lipid yang rendah yaitu hanya

sebesar 1- 4% apabila dibandingkan dengan bakteri gram negatif. Bakteri gram

positif hanya memiliki satu lapis membran peptidoglikan yang tebal (Lingga dan

Rustama 2010). Hal tersebut yang menyebabkan pertumbuhan bakteri

Staphylococcus aureus dapat dihambat oleh ekstrak daun mengkudu yang

mengandung zat antibakteri.

Zat aktif yang terkandung dalam ekstrak daun mengkudu (Morinda

citrifolia L.) berdasarkan hasil uji skrining fitokimia yaitu minyak atsiri, saponin,

triterpenoid, fenol, tannin, dan glikosida berfungsi sebagai antibakteri. Masing-

masing zat aktif tersebut menghambat pertumbuhan Staphylococcus aureus

dengan mekanisme yang berbeda-beda.

Komponen kimia yang dapat digunakan sebagai sumber obat antibakteri

salah satunya adalah minyak atsiri. Minyak atsiri mengandung senyawa-senyawa

volatil seperti golongan monoterpen dan sesquiterpen. Berdasarkan penelitian

senyawa golongan tersebut bersifat antibakteri (Emamghoreishi 2005 cit. Dewi

Page 59: PENGARUH EKSTRAK DAUN MENGKUDU (Morinda …unmas-library.ac.id/wp-content/uploads/2014/10/skripsi.pdf · Universitas Mahasaraswati Denpasar telah meneliti dan mengetahui cara

46

dkk. 2013). Minyak atsiri pada umumnya dibagi menjadi dua komponen yaitu

golongan hidrokarbon dan golongan hidrokarbon teroksigenasi (Parwata dan

Dewi 2008). Menurut Heyne (1987 cit. Parwata dan Dewi 2008), senyawa-

senyawa turunan hidrokarbon teroksigenasi (fenol) memiliki daya antibakteri

yang kuat.

Glikosida merupakan salah satu kandungan aktif tanaman yang termasuk

dalam kelompok metabolit sekunder. Penggolongan glikosida berdasarkan

aglikonnya adalah glikosida saponin, glikosida fenol, glikosida flavonol, dll.

Mekanisme fenol sebagai agen antibakteri adalah meracuni protoplasma,

merusak dan menembus dinding serta mengendapkan protein sel bakteri. Senyawa

fenolik bermolekul besar mampu menginaktifkan enzim esensial di dalam sel

bakteri meskipun dalam konsentrasi yang sangat rendah. Fenol dapat

menyebabkan kerusakan pada sel bakteri, denaturasi protein, menginaktifkan

enzim dan menyebabkan kebocoran sel (Moeljantoro 2004).

Saponin merupakan glukosida yang larut dalam air dan etanol, tetapi tidak

larut dalam eter. Saponin bekerja sebagai antibakteri dengan mengganggu

stabilitas membran sel bakteri sehingga menyebabkan sel bakteri lisis, jadi

mekanisme kerja saponin termasuk dalam kelompok antibakteri yang

mengganggu permeabilitas membran sel bakteri, yang mengakibatkan kerusakan

membran sel dan menyebabkan keluarnya berbagai komponen penting dari dalam

sel bakteri yaitu protein, asam nukleat dan nukleotida (Ganiswarna 1995).

Senyawa terpena atau triterpenoid memiliki aktivitas antibakteri dengan

mekanisme pengerusakan membran oleh senyawa lipofilik (Cowan 1999).

Kerusakan membran sel dapat terjadi ketika senyawa aktif antibakteri bereaksi

Page 60: PENGARUH EKSTRAK DAUN MENGKUDU (Morinda …unmas-library.ac.id/wp-content/uploads/2014/10/skripsi.pdf · Universitas Mahasaraswati Denpasar telah meneliti dan mengetahui cara

47

dengan sisi aktif dari membran atau dengan melarutkan konsituen lipid dan

meningkatkan permeabilitasnya. Membran sel bakteri terdiri dari fosfolipid dan

molekul protein. Akibat peningkatan permeabilitas, senyawa antibakteri dapat

masuk ke dalam sel. Ketika di dalam sel, senyawa tersebut dapat melisis membran

sel atau mengkoagulasi sitoplasma dari sel bakteri tersebut (Banwart 1981).

Tannin biasa terdapat pada tumbuhan berpembuluh. Zat ini mampu

bereaksi dengan protein membentuk kopolimer yang tidak larut dalam air.

Keberadaan tannin dalam sel mengganggu penyerapan protein oleh cairan tubuh

karena menghambat proteolitik menguraikan protein menjadi asam amino

(Harborne 1996 cit. Lingga dkk. 2010). Tannin bekerja sebagai zat antibakteri

dengan tiga mekanisme. Mekanisme pertama yaitu berperan sebagai astrigen

yaitu zat yang dapat menciutkan. Hal ini dikarenakan tannin mampu berikatan

membentuk kompleks dengan enzim bakteri ataupun substrat. Mekanisme kedua

yaitu dengan memasuki sel bakteri. Tannin mampu masuk kedalam sel bakteri

melalui dinding sel bakteri. Dinding sel bakteri terbuat dari peptidoglikan

(murein) dan teichoic acids yang memungkinkan tannin masuk ke dalamnya.

Mekanisme ketiga yaitu dengan membentuk kompleks dengan ion metal.

Mayoritas tannin memiliki lebih dari dua grup o-difenol pada molekulnya yang

mampu membuat ikatan ion – ion metal seperti Cu dan Fe. Tannin mereduksi

ketersediaan ion metal esensial untuk mikroorganisme (Scalbert 1991 cit.

Sumarno 2010).

Tidak diketahui secara pasti bahan manakah yang memiliki peran paling

besar dalam menghambat pertumbuhan Staphylococcus aureus, bahan aktif

Page 61: PENGARUH EKSTRAK DAUN MENGKUDU (Morinda …unmas-library.ac.id/wp-content/uploads/2014/10/skripsi.pdf · Universitas Mahasaraswati Denpasar telah meneliti dan mengetahui cara

48

tersebut dapat bekerja sendiri-sendiri atau bersama-sama dalam menghambat

bakteri Staphylococcus aureus.

Berdasarkan penelitian Purba (2007 cit. Diassanti 2011) bahwa daun

mengkudu (Morinda citrifolia L.) memiliki kandungan saponin, flavonoid,

polifenol, tannin, dan triterpen. Zat aktif tersebut bersifat bakterisidal dan

memiliki metode tersendiri dalam menghambat pertumbuhan bakteri

Staphylococcus aureus. Sedangkan berdasarkan penelitian ini, zat aktif yang

terkandung dalam ekstrak daun mengkudu berdasarkan hasil uji skrining fitokimia

yaitu minyak atsiri, saponin, triterpenoid, fenol, tannin, dan glikosida

Hasil dapat berbeda karena tidak ada standarisasi pembuatan ekstrak bahan

alam sehingga apabila dilakukan pembuatan ekstrak di laboratorium yang

berbeda, terjadi hasil yang berbeda pula. Selain itu, adanya variasi biologis,

misalnya darimana asal daun mengkudu yang digunakan, juga bisa mempengaruhi

jumlah kandungan bahan aktif yang ada. Faktor lain yang bisa mempengaruhi

penelitian ini adalah lamanya penyimpanan ekstrak. Semakin lama ekstrak

tersebut disimpan, maka sensitifitas ekstrak biasanya akan menurun. Untuk

aplikasi secara klinis dari penelitian ini masih memerlukan penelitian lebih lanjut

mengenai standarisasi bahan aktif apa saja yang dapat digunakan dan berapa

konsentrasi yang efektif sebagai antibakteri (Diassanti 2011).

Pada umumnya, diameter zona hambat cenderung meningkat sebanding

dengan meningkatnya konsentrasi ekstrak. Tetapi ada penurunan luas zona

hambat pada konsentrasi yang lebih besar yaitu pada konsentrasi 80%. Hal ini

dapat terjadi karena perbedaan kecepatan difusi ekstrak daun mengkudu pada

media agar.

Page 62: PENGARUH EKSTRAK DAUN MENGKUDU (Morinda …unmas-library.ac.id/wp-content/uploads/2014/10/skripsi.pdf · Universitas Mahasaraswati Denpasar telah meneliti dan mengetahui cara

49

Menurut Jawetz perbedaan struktur dinding sel menentukan penetrasi,

ikatan dan aktivitas senyawa antibakteri. Staphylococcus aureus memiliki struktur

dinding sel dengan lebih banyak peptidoglikan, lipid sejumlah 2%, dan dinding

sel mengandung polisakarida (asam teikoat). Asam teikoat merupakan polimer

yang larut dalam air, yang berfungsi sebagai transport ion positif untuk keluar atau

masuk. Sifat larut air inilah yang menunjukkan bahwa dinding sel bakteri Gram

positif bersifat polar sedangkan senyawa pada ekstrak daun mengkudu

merupakan bagian yang bersifat polar sehingga lebih mudah menembus lapisan

peptidoglikan yang bersifat polar sehingga menyebabkan aktivitas penghambatan

bakteri.

Dengan melihat fakta hasil penelitian yakni penurunan jumlah koloni

Staphylococcus aureus adanya bukti – bukti penelitian terkait serta analisis one

way anova bahwa ekstrak daun mengkudu (Morinda citrifolia L.) mengandung

bahan aktif yang mempunyai efek sebagai antibakteri terhadap Staphylococcus

aureus. Maka dapat disimpulkan bahwa ekstrak daun mengkudu (Morinda

citrifolia L.) terbukti memiliki efek antibakteri yang dapat menghambat

pertumbuhan dan membunuh bakteri Staphylococcus aureus. Hal ini

membuktikan bahwa hipotesis yang telah disusun sebelumnya terbukti.

Page 63: PENGARUH EKSTRAK DAUN MENGKUDU (Morinda …unmas-library.ac.id/wp-content/uploads/2014/10/skripsi.pdf · Universitas Mahasaraswati Denpasar telah meneliti dan mengetahui cara

50

BAB VI

SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan

bahwa ekstrak daun mengkudu (Morinda citrifolia L.) dapat menghambat

pertumbuhan Staphylococcus aureus sebagai penyebab abses periodontal

secara in vitro dengan konsentrasi optimal sebesar 10%.

B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh, peneliti dapat

memberikan saran sebagai berikut :

1. Perlu dilakukan penyebaran informasi mengenai manfaat dari bahan alami,

khususnya daun mengkudu (Morinda citrifolia L.) sebagai salah satu obat

antibakteri yang dapat menghambat pertumbuhan Staphylococcus aureus

sebagai penyebab terjadinya abses periodontal.

2. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai pengaruh variasi biologis

tumbuhnya tanaman mengkudu dengan kandungan konsentrasi zat

aktifnya serta penelitian mengenai lamanya penyimpanan ekstrak dengan

dengan keefektifan ekstrak.

3. Perlu dibuatkan standarisasi pembuatan ekstrak bahan alam sehingga tidak

terjadi perbedaan apabila dilakukan pembuatan ekstrak di laboratorium

yang berbeda.

Page 64: PENGARUH EKSTRAK DAUN MENGKUDU (Morinda …unmas-library.ac.id/wp-content/uploads/2014/10/skripsi.pdf · Universitas Mahasaraswati Denpasar telah meneliti dan mengetahui cara

51

4. Perlu studi lebih lanjut tentang farmakokinetik, farmakodinamik, toksisitas

dan efek ekstrak ini pada hewan coba lain dan tahap-tahap penemuan obat.

5. Perlu dilakukan penelitian mengenai cara ekstraksi lain yang lebih baik

dalam mengambil zat aktif dalam daun mengkudu (Morinda citrifolia L.).

Page 65: PENGARUH EKSTRAK DAUN MENGKUDU (Morinda …unmas-library.ac.id/wp-content/uploads/2014/10/skripsi.pdf · Universitas Mahasaraswati Denpasar telah meneliti dan mengetahui cara

52

DAFTAR PUSTAKA

Baga, I., Sanarto, Gunawan T.A. 2011, Uji Efektivitas Antibakteri Ekstrak Kulit

Mangga (Mangifera indica L) terhadap Staphylococcus aureus secara In

Vitro, Skripsi, Universitas Sumatera Utara, Medan.

Bangun, A.P., Sarwono, B. 2002, Mengenal Mengkudu, Agro Media Pustaka,

Jakarta.

Banwart, G. J. 1981, Basic Food Microbiology, Mikrobiologi Kedokteran,

Salemba Media, hlm. 318-326, Jakarta.

Brooks, G.F., Butel, J.S., Morse, S.A. 2005, Mikrobiologi Kedokteran,

Penerjemah: Mudihardi, E., Kuntaman, Wasito, E.B., Salemba Medika,

Jakarta.

Cowan M.M., 1999, Plant Product as Antimicrobial Agents, Clinical

Microbiology Reviews, hlm. 564-582. 13.

Dahlen, G. 2000, „Microbiology and treatment of dental abscesses and

periodontalendodontics lesion‟, J.Periodontology, Ed. ke-28, hlm. 206-

239.

Dalimartha, S. 2006, Atlas Tumbuhan Obat Indonesia, Puspa Swara, Jakarta.

DeLeo, F.R., Diep, B.A., Otto, M. 2009, „Host defense and pathogenesis in

Staphylococcus aureus infections‟, J Dent, vol. 23, no. 1, hlm. 17-34.

Dewi, S.M., Handayani, N., Ngaisah, S., Setyowati, E.N. 2013, „Aktivitas

Antibakteri Minyak Atsiri Daun Sirih Merah (Piper Crocatumruiz &

Pav.)‟, ALCHEMY Jurnal Penelitian Kimia, vol. 9, no. 2, hlm. 33-40.

Diassanti, A. 2011, Uji Ekstrak Etanol Daun Mengkudu (Morinda citrifolia)

sebagai Antimikroba terhadap Methicillin Resistant Staphylococcus

aureus (MRSA) Secara In Vitro, Skripsi, Universitas Brawiijaya, Malang.

Eley, B.M., Manson, J.D. 2004, Periodontics, Ed. ke-5, Elsivier, Philadelphia.

Fischetti, A.V., Novick, R.P., Ferreti, J.J., Portnoy, D.A., and Rood, J.I. 2000.

Gram Positif, ASM Press. Washington DC.

Ganiswarna, S. 1995, Farmakologi dan Terapi, Ed. Ke-4. Penerbit UI, Jakarta.

Goreti, M. 2008, Sehat dengan Mengkudu, STP, Jakarta.

Page 66: PENGARUH EKSTRAK DAUN MENGKUDU (Morinda …unmas-library.ac.id/wp-content/uploads/2014/10/skripsi.pdf · Universitas Mahasaraswati Denpasar telah meneliti dan mengetahui cara

53

Harborne. 1996, Metode Fitokimia : Penuntun Cara Modern Menganalisis

Tumbuhan, Penerjemah: K. Padmawinata dan I. Soediro, Penerbit ITB,

Bandung.

Hayati, K., 2009, Efek Anti Bakteri Ekstrak Lidah Buaya (Aloe vera) Terhadap

Staphylococcus aureus yang Diisolasi dari Denture Stomatitis (Penelitian

In Vitro), Skripsi, Universitas Sumatera Utara, Medan.

Herrera, D., Roldan, S., Sanz, M. 2000, „The Periodontal Abscess: a review’.

Journal of Clinical Peridontology, vol. 27, hlm. 377-386.

Jawetz, E., Melnick, J.L., Adelberg, E.A., Brooks, G.F., Butel, J.S. dan Ornston,

L.N. 2000. Mikrobiologi Kedokteran. Ed. ke-21, Penerjemah : Nugroho &

R.F.Maulany, EGC, Jakarta.

Kameswai M.S., Mahatmi, H., Besung, N.K. 2013, „Perasan daun mengkudu

(Morinda citrifolia) menghambat pertumbuhan bakteri Escherichia coli

secara In Vitro’, Indonesia Medicus Veterinus, vol. 2, no. 2, hlm. 216-224.

Kusuma, S.A.F. 2009, Staphylococcus aureus, Tesis, Universitas Padjajaran,

Bandung.

Linde, J, Karring, T, Lang, N.P. 2006, Clininical periodontology and implant

dentistry, Ed. ke-4, Blackwell Publishing Company, USA.

Lingga, M.E., Rustama, M.M. 2010, Uji Aktivitas Antibakteri dari Ekstrak Air

dan Etanol Bawang Putih (Allium sativum L) terhadap Bakteri Gram

Negatif dan Gram Positif yang Diisolasi dari Udang Dogol (Matapenaeus

monoceros), Udang Lobster (Panulirus sp), dan Udang Rebon (Mysis dan

Acetes), Skripsi, Universitas Padjajaran, Bandung.

Lowy, F.D. 2003. Staphylococcus aureus Infection, J Med, England.

Martinez, B., Ruiz, F. 2005, „Peridontal disease as bacterial infection‟.

Periodontal Implant, vol. 17 no. 3, hlm. 111-118.

Michael. 2013, Efek Antibakteri Ekstrak Etanol Daun Teh Hijau (Camellia

sinensis) yang Diperoleh dengan Metode Soxhletasi terhadap Bakteri

Staphylococcus aureus dan Escherichia coli secara In Vitro, Skripsi,

Universitas Sumatera Utara, Medan.

Moeljantoro. 2004, Khasiat dan Manfaat Daun Sirih, Agromedia Pustaka, Jakarta.

Mpila, D.A., Fatimawali, Wiyono, W.I. 2012, „Uji Aktivitas Antibakteri Ekstrak

Etanol Daun Mayana (Coleus atropurpureus [L] Benth)‟, hlm. 13-21.

Newman, M.G., Takei, H.H., Kiokkevold, P.R. 2006, Clinical Periodontology,

Ed. ke-10, Saunders Elsevier, China.

Page 67: PENGARUH EKSTRAK DAUN MENGKUDU (Morinda …unmas-library.ac.id/wp-content/uploads/2014/10/skripsi.pdf · Universitas Mahasaraswati Denpasar telah meneliti dan mengetahui cara

54

Notoatmodjo, S. 2012, Metodologi Penelitian Kesehatan, Ed. 2, PT. Rineka Cipta,

Jakarta.

Nugroho, B.A. 2005, Strategi Jitu Memilih Metode Statistik Penelitian dengan

SPSS, Penerbit Andi, Yogykarta.

Parwata, O.A. dan Dewi, F.S. 2008, „Isolasi dan uji aktivitas antibakteri minyak

atsiri dari rimpang lengkuas (Alpinia galanga L)‟, Jurnal Kimia 2, vol. 2,

hlm. 100-104.

Radji, Maksum. 2011, Buku Ajar Mikrobiologi: Panduan Mahasiswa Farmasi &

Kedokteran, EGC, Jakarta.

Radmila, O.R., Draginja, K.B., Vesna, B.R. 2008, „The therapy of periodontal

abscess‟. Acta Stomatologica Naissi, vol. 24, no.5, hlm. 775-780.

Ribka, Dewi. 2011, Pengaruh Pemberian Daun Mengkudu dan Daun Nimba

terhadap Rayap (Coptotermes curvignathus) (Isoptera; Rhinotermi) Di

Laboratorium, Skripsi, Universitas Sumatera Utara, Medan.

Robinson, T. 1995, Kandungan organik tumbuhan tinggi, Ed. Ke-6. Penerjemah:

Padmawinata K. Penerbit ITB, Bandung.

Rukmana, R. 2002, Mengkudu Budi Daya dan Prospek Agribisnis, Kanisius,

Yogyakarta.

Santoso B.H. 2008, Ragam dan Khasiat Tanaman Obat, Agro Media Pustaka,

Jakarta.

Sarwono, Jonathan. 2006, Analisis Data Penelitian Menggunakan SPSS, Penerbit

Andi, Yogyakarta.

Sasea, A., Lampus, B.S., Supit, A. 2013, „Gambaran status kebersihan rongga

mulut dan status gingival pada mahasiswa dengan gigi berjejal‟, Jurnal e-

GiGi (eG), vol. 1, no. 1, hlm. 52-58.

Siregar, Fitriani, D. 2011, Abses Periodontal, Skripsi, Universitas Sumatera Utara,

Medan.

Sitepu dan Josua. 2012. Perbandingan Efektifitas Daya Hambat terhadap

Staphylococcus Aureus dari Berbagai Jenis Ekstrak Buah Mengkudu

(Morinda Citrofolia Liin) ( In vitro), Skripsi, Universitas Sumatera Utara,

Medan.

Sukandar, D., Radiastuti, N., Utami, S. 2010, Aktivitas Antibakteri Ekstrak

Butanol Daun Mengkudu (Morinda citrifolia L), Skripsi, UIN Syarif

Hidayatullah, Jakarta.

Page 68: PENGARUH EKSTRAK DAUN MENGKUDU (Morinda …unmas-library.ac.id/wp-content/uploads/2014/10/skripsi.pdf · Universitas Mahasaraswati Denpasar telah meneliti dan mengetahui cara

55

Sumarno, Soemantri, B., Wahyu, J. 2010, Efek Antibakteri Ekstrak Daun Jambu

Biji (Psidium guajava Lamk.) terhadap Staphylococcus aureus Secara In

Vitro, Skripsi, Universitas Brawijaya, Malang.

Trihendradi, Cornelius. 2006, Langkah Mudah Menguasai Analisis Statistik

Menggunakan SPSS, Penerbit Andi, Yogyakarta.

Warsa, U.C. 2000. Staphylococcus dalam Buku Ajar Mikrobiologi Kedokteran.

Edisi Revisi, Binarupa Aksara, Jakarta.

Widagdo, Y., Sulistiawati, N., Laksmi, D., „Kondisi pH saliva penderita gingivitis

anak usia gigi bercampur‟, Interdental Jurnal Kedokteran Gigi, vol. 5, no.

2, hlm. 107-112.

Page 69: PENGARUH EKSTRAK DAUN MENGKUDU (Morinda …unmas-library.ac.id/wp-content/uploads/2014/10/skripsi.pdf · Universitas Mahasaraswati Denpasar telah meneliti dan mengetahui cara

53

LAMPIRAN

Dokumentasi Penelitian

1. Persiapan Sampel

Daun Mengkudu Daun Mengkudu diiris kecil-kecil

Serbuk Daun Mengkudu setelah diblender Daun Mengkudu dikeringkan

Page 70: PENGARUH EKSTRAK DAUN MENGKUDU (Morinda …unmas-library.ac.id/wp-content/uploads/2014/10/skripsi.pdf · Universitas Mahasaraswati Denpasar telah meneliti dan mengetahui cara

54

2. Proses Ekstraksi Daun Mengkudu

Penyaringan Ekstrak Penguapan Ekstrak

Ekstrak Daun Mengkudu

3. Skrining Fitokimia Ekstrak Daun Mengkudu

Larutan Uji M Wagner Alkaloid (-) Bouchardat Alkaloid (-)

Meyer Alkaloid (-) Dragendorff Alkaloid (-) Forth Saponin (-)

Page 71: PENGARUH EKSTRAK DAUN MENGKUDU (Morinda …unmas-library.ac.id/wp-content/uploads/2014/10/skripsi.pdf · Universitas Mahasaraswati Denpasar telah meneliti dan mengetahui cara

55

Foam Saponin (+) Steroid (-) Fenol (+)

Tannin (+) Glikosida (+) Flavonoid (-)

4. Uji Aktivitas Antibakteri

Persiapan Alat dan Bahan Larutan uji Kirby Bauer

Pembuatan Larutan Uji (5%, 10%, 20%, 40%, dan 80%)

Page 72: PENGARUH EKSTRAK DAUN MENGKUDU (Morinda …unmas-library.ac.id/wp-content/uploads/2014/10/skripsi.pdf · Universitas Mahasaraswati Denpasar telah meneliti dan mengetahui cara

56

Pengolesan bakteri pada media Penempelan disc blank pada media

Media yang sudah terisi disc blank Media di dalam inkubator

Page 73: PENGARUH EKSTRAK DAUN MENGKUDU (Morinda …unmas-library.ac.id/wp-content/uploads/2014/10/skripsi.pdf · Universitas Mahasaraswati Denpasar telah meneliti dan mengetahui cara

57

Hasil Uji Kirby Bauer

Pengukuran diameter zona hambat dengan jangka sorong

Page 74: PENGARUH EKSTRAK DAUN MENGKUDU (Morinda …unmas-library.ac.id/wp-content/uploads/2014/10/skripsi.pdf · Universitas Mahasaraswati Denpasar telah meneliti dan mengetahui cara

58

Hasil uji SPSS

Tests of Normality

b,c,d,e

jenis

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk

Statistic df Sig. Statistic df Sig.

diameter 10% ,407 5 ,007 ,711 5 ,012

20% ,231 5 ,200* ,881 5 ,314

40% ,367 5 ,027 ,715 5 ,014

a. Lilliefors Significance Correction *. This is a lower bound of the true significance. b. diameter is constant when jenis = kontrolnegatif. It has been omitted. c. diameter is constant when jenis = kontrolpositif. It has been omitted. d. diameter is constant when jenis = 5%. It has been omitted. e. diameter is constant when jenis = 80%. It has been omitted.

Test of Homogeneity of Variance

a,b,c,d

Levene Statistic df1 df2 Sig.

diameter Based on Mean 4,138 2 12 ,043

Based on Median ,815 2 12 ,466

Based on Median and with adjusted df

,815 2 7,806 ,477

Based on trimmed mean 3,233 2 12 ,075

a. diameter is constant when jenis = kontrolnegatif. It has been omitted. b. diameter is constant when jenis = kontrolpositif. It has been omitted. c. diameter is constant when jenis = 5%. It has been omitted. d. diameter is constant when jenis = 80%. It has been omitted.

Page 75: PENGARUH EKSTRAK DAUN MENGKUDU (Morinda …unmas-library.ac.id/wp-content/uploads/2014/10/skripsi.pdf · Universitas Mahasaraswati Denpasar telah meneliti dan mengetahui cara

59

Descriptives

diameter

N Mean Std. Deviation Std. Error

95% Confidence Interval for Mean

Minimum Maximum Lower Bound Upper Bound

kontrol negatif 5 ,0000 ,00000 ,00000 ,0000 ,0000 ,00 ,00

kontrol positif 5 21,0000 ,00000 ,00000 21,0000 21,0000 21,00 21,00

5% 5 ,0000 ,00000 ,00000 ,0000 ,0000 ,00 ,00

10% 5 16,0000 7,38241 3,30151 6,8335 25,1665 11,00 29,00

20% 5 10,8000 ,83666 ,37417 9,7611 11,8389 10,00 12,00

40% 5 3,8000 5,21536 2,33238 -2,6757 10,2757 ,00 10,00

80% 5 ,0000 ,00000 ,00000 ,0000 ,0000 ,00 ,00

Total 35 7,3714 8,69106 1,46906 4,3859 10,3569 ,00 29,00

Test of Homogeneity of Variances

diameter

Levene Statistic df1 df2 Sig.

8,657 6 28 ,000

Multiple Comparisons

Dependent Variable:diameter

(I) jenis (J) jenis Mean

Difference (I-J) Std. Error Sig.

95% Confidence Interval

Lower Bound Upper Bound

LSD kontrol negatif kontrol positif -21,00000* 2,16992 ,000 -25,4449 -16,5551

5% ,00000 2,16992 1,000 -4,4449 4,4449

10% -16,00000* 2,16992 ,000 -20,4449 -11,5551

20% -10,80000* 2,16992 ,000 -15,2449 -6,3551

40% -3,80000 2,16992 ,091 -8,2449 ,6449

80% ,00000 2,16992 1,000 -4,4449 4,4449

kontrol positif kontrol negatif 21,00000* 2,16992 ,000 16,5551 25,4449

5% 21,00000* 2,16992 ,000 16,5551 25,4449

10% 5,00000* 2,16992 ,029 ,5551 9,4449

20% 10,20000* 2,16992 ,000 5,7551 14,6449

40% 17,20000* 2,16992 ,000 12,7551 21,6449

80% 21,00000* 2,16992 ,000 16,5551 25,4449

5% kontrol negatif ,00000 2,16992 1,000 -4,4449 4,4449

kontrol positif -21,00000* 2,16992 ,000 -25,4449 -16,5551

10% -16,00000* 2,16992 ,000 -20,4449 -11,5551

20% -10,80000* 2,16992 ,000 -15,2449 -6,3551

40% -3,80000 2,16992 ,091 -8,2449 ,6449

80% ,00000 2,16992 1,000 -4,4449 4,4449

10% kontrol negatif 16,00000* 2,16992 ,000 11,5551 20,4449

kontrol positif -5,00000* 2,16992 ,029 -9,4449 -,5551

5% 16,00000* 2,16992 ,000 11,5551 20,4449

20% 5,20000* 2,16992 ,023 ,7551 9,6449

Page 76: PENGARUH EKSTRAK DAUN MENGKUDU (Morinda …unmas-library.ac.id/wp-content/uploads/2014/10/skripsi.pdf · Universitas Mahasaraswati Denpasar telah meneliti dan mengetahui cara

60

40% 12,20000* 2,16992 ,000 7,7551 16,6449

80% 16,00000* 2,16992 ,000 11,5551 20,4449

20% kontrol negatif 10,80000* 2,16992 ,000 6,3551 15,2449

kontrol positif -10,20000* 2,16992 ,000 -14,6449 -5,7551

5% 10,80000* 2,16992 ,000 6,3551 15,2449

10% -5,20000* 2,16992 ,023 -9,6449 -,7551

40% 7,00000* 2,16992 ,003 2,5551 11,4449

80% 10,80000* 2,16992 ,000 6,3551 15,2449

40% kontrol negatif 3,80000 2,16992 ,091 -,6449 8,2449

kontrol positif -17,20000* 2,16992 ,000 -21,6449 -12,7551

5% 3,80000 2,16992 ,091 -,6449 8,2449

10% -12,20000* 2,16992 ,000 -16,6449 -7,7551

20% -7,00000* 2,16992 ,003 -11,4449 -2,5551

80% 3,80000 2,16992 ,091 -,6449 8,2449

80% kontrol negatif ,00000 2,16992 1,000 -4,4449 4,4449

kontrol positif -21,00000* 2,16992 ,000 -25,4449 -16,5551

5% ,00000 2,16992 1,000 -4,4449 4,4449

10% -16,00000* 2,16992 ,000 -20,4449 -11,5551

20% -10,80000* 2,16992 ,000 -15,2449 -6,3551

40% -3,80000 2,16992 ,091 -8,2449 ,6449

Games-Howell kontrol negatif kontrol positif -21,00000 ,00000 . -21,0000 -21,0000

5% ,00000 ,00000 . ,0000 ,0000

10% -16,00000 3,30151 ,055 -32,4644 ,4644

20% -10,80000* ,37417 ,000 -12,6659 -8,9341

40% -3,80000 2,33238 ,681 -15,4314 7,8314

80% ,00000 ,00000 . ,0000 ,0000

kontrol positif kontrol negatif 21,00000 ,00000 . 21,0000 21,0000

5% 21,00000 ,00000 . 21,0000 21,0000

10% 5,00000 3,30151 ,733 -11,4644 21,4644

20% 10,20000* ,37417 ,000 8,3341 12,0659

40% 17,20000* 2,33238 ,013 5,5686 28,8314

80% 21,00000 ,00000 . 21,0000 21,0000

5% kontrol negatif ,00000 ,00000 . ,0000 ,0000

kontrol positif -21,00000 ,00000 . -21,0000 -21,0000

10% -16,00000 3,30151 ,055 -32,4644 ,4644

20% -10,80000* ,37417 ,000 -12,6659 -8,9341

40% -3,80000 2,33238 ,681 -15,4314 7,8314

80% ,00000 ,00000 . ,0000 ,0000

10% kontrol negatif 16,00000 3,30151 ,055 -,4644 32,4644

kontrol positif -5,00000 3,30151 ,733 -21,4644 11,4644

5% 16,00000 3,30151 ,055 -,4644 32,4644

20% 5,20000 3,32265 ,710 -11,1454 21,5454

40% 12,20000 4,04228 ,152 -3,6918 28,0918

80% 16,00000 3,30151 ,055 -,4644 32,4644

20% kontrol negatif 10,80000* ,37417 ,000 8,9341 12,6659

kontrol positif -10,20000* ,37417 ,000 -12,0659 -8,3341

5% 10,80000* ,37417 ,000 8,9341 12,6659

10% -5,20000 3,32265 ,710 -21,5454 11,1454

40% 7,00000 2,36220 ,226 -4,4708 18,4708

80% 10,80000* ,37417 ,000 8,9341 12,6659

40% kontrol negatif 3,80000 2,33238 ,681 -7,8314 15,4314

Page 77: PENGARUH EKSTRAK DAUN MENGKUDU (Morinda …unmas-library.ac.id/wp-content/uploads/2014/10/skripsi.pdf · Universitas Mahasaraswati Denpasar telah meneliti dan mengetahui cara

61

kontrol positif -17,20000* 2,33238 ,013 -28,8314 -5,5686

5% 3,80000 2,33238 ,681 -7,8314 15,4314

10% -12,20000 4,04228 ,152 -28,0918 3,6918

20% -7,00000 2,36220 ,226 -18,4708 4,4708

80% 3,80000 2,33238 ,681 -7,8314 15,4314

80% kontrol negatif ,00000 ,00000 . ,0000 ,0000

kontrol positif -21,00000 ,00000 . -21,0000 -21,0000

5% ,00000 ,00000 . ,0000 ,0000

10% -16,00000 3,30151 ,055 -32,4644 ,4644

20% -10,80000* ,37417 ,000 -12,6659 -8,9341

40% -3,80000 2,33238 ,681 -15,4314 7,8314

*. The mean difference is significant at the 0.05 level.

Page 78: PENGARUH EKSTRAK DAUN MENGKUDU (Morinda …unmas-library.ac.id/wp-content/uploads/2014/10/skripsi.pdf · Universitas Mahasaraswati Denpasar telah meneliti dan mengetahui cara

62

Page 79: PENGARUH EKSTRAK DAUN MENGKUDU (Morinda …unmas-library.ac.id/wp-content/uploads/2014/10/skripsi.pdf · Universitas Mahasaraswati Denpasar telah meneliti dan mengetahui cara

63

Page 80: PENGARUH EKSTRAK DAUN MENGKUDU (Morinda …unmas-library.ac.id/wp-content/uploads/2014/10/skripsi.pdf · Universitas Mahasaraswati Denpasar telah meneliti dan mengetahui cara

64