pengaruh ekspor pertanian dan migas terhadap an nasional (studi kasus indonesia 2003-2009)

90
PENGARUH EKSPOR PERTANIAN DAN MIGAS TERHADAP PENDAPATAN NASIONAL (STUDI KASUS INDONESIA TAHUN 2003-2009) Oleh : TAUFIK ADI SAPUTRO C1A004048 UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN FAKULTAS EKONOMI IESP PURWOKERTO 2011

Upload: taufik-adi-saputra

Post on 28-Jul-2015

2.244 views

Category:

Documents


3 download

TRANSCRIPT

Page 1: Pengaruh Ekspor Pertanian Dan Migas Terhadap an Nasional (Studi Kasus Indonesia 2003-2009)

i

PENGARUH EKSPOR PERTANIAN DAN MIGAS TERHADAP PENDAPATAN NASIONAL

(STUDI KASUS INDONESIA TAHUN 2003-2009)

Oleh :

TAUFIK ADI SAPUTRO C1A004048

UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN FAKULTAS EKONOMI

IESP PURWOKERTO

2011

Page 2: Pengaruh Ekspor Pertanian Dan Migas Terhadap an Nasional (Studi Kasus Indonesia 2003-2009)

ii

PENGARUH EKSPOR PERTANIAN DAN MIGAS TERHADAP PENDAPATAN NASIONAL

(STUDI KASUS INDONESIA TAHUN 2003-2009)

Oleh :

TAUFIK ADI SAPUTRO C1A004048

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi Pada Fakultas Ekonomi

Universitas Jenderal Soedirman

UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN FAKULTAS EKONOMI

IESP PURWOKERTO

2011

Page 3: Pengaruh Ekspor Pertanian Dan Migas Terhadap an Nasional (Studi Kasus Indonesia 2003-2009)

iii

LEMBAR PENGESAHAN

SKRIPSI

PENGARUH EKSPOR PERTANIAN DAN MIGAS TERHADAP PENDAPATAN NASIONAL

(STUDI KASUS INDONESIA TAHUN 2003-2009)

Disusun Oleh:

TAUFIK ADI SAPUTRO C1A004048

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan

Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi Pada Fakultas Ekonomi

Universitas Jenderal Soedirman

Diterima dan disahkan

Pembimbing I

Dra. Hj. Sukarsih NIP. 1948080 197603 2 001

Pembimbing II

Dra. Asteria Pudyantini NIP. 19570823 198601 2 001

Mengetahui

Ketua Jurusan Ilmu Ekonomi dan Studi Pembangunan

Harry Pudjianfo, M.M

NIP. 195901101986011001

Page 4: Pengaruh Ekspor Pertanian Dan Migas Terhadap an Nasional (Studi Kasus Indonesia 2003-2009)

iv

LEMBAR PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya

yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi

dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya/pendapat yang pernah

ditulis atau diterbitkan oleh orang Iain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam

naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Jika dalam perjalanan waktu terbukti skripsi saya tidak sesuai dengan

pernyataan ini, saya bersedia menanggung segala resiko termasuk pencabutan gelar

kesarjanaan yang saya sandang.

Purwokerto, April 2011

Taufik Adi Saputro

Page 5: Pengaruh Ekspor Pertanian Dan Migas Terhadap an Nasional (Studi Kasus Indonesia 2003-2009)

v

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah S.W.T., yang dengan rahmat

dan ridho-Nya telah memberi petunjuk dan kemudahan jalan kepada penulis untuk

menyelesaikan penulisan skripsi ini. Penulis menyadari bahwa selama dalam

penyelesaian penulisan skripsi ini, tidak terlepas dari bantuan dan dukungan berbagai

pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada semua

pihak yang telah tulus dan ikhlas membantu proses penyelesaian penulisan skripsi

ini. Untuk itu, penulis banyak berterima kasih kepada:

1. Dr. Haryadi, M.Sc selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Jenderal

Soedirman.

2. Drs. H. Harry Pudjianto, M.M selaku Ketua Jurusan Ilmu Ekonomi dan Studi

Pembangunan Fakultas Ekonomi Universitas Jenderal Soedirman.

3. Dra. Hj. Sukarsih dan Dra. Asteria Pudyantini selaku pembimbing skripsi yang

telah berkenan membimbing dan mengarahkan penulis dalam menyelesaikan

penulisan skripsi ini dengan penuh kesabaran dan tanggung jawab.

4. Dra. Dijan Rahayuni, M.Si selaku dosen penguji skripsi yang telah berkenan

memberikan saran dan kritik untuk menyempurnakan skripsi ini.

5. Bapak/Ibu dosen Jurusan Ilmu Ekonomi dan Studi Pembangunan (1ESP) yang

tidak mungkin kami sebutkan satu per satu, terima kasih atas kerelaan dan

keikhlasannya dalam «menularkan ilmu yang dimiliki kepada penulis semasa

menempuh studi di Fakultas Ekonomi.

6. Biro Pusat Statistik dan Bank Indonesia yang telah berkenan membantu

menyediakan data yang dibutuhkan penulis sehingga penulis dapat

menyelesaikan penelitian ini dengan baik.

Page 6: Pengaruh Ekspor Pertanian Dan Migas Terhadap an Nasional (Studi Kasus Indonesia 2003-2009)

vi

7. Alm. Ayah (dedicated for you), Ibu (mom I’ll do my best), kakak “Rahardyan

Prasetyo”, dan adik-adikku tercinta “Lutfi Edi Hartoyo dan Annisa Rahmasyifa”

serta keluarga tanpa dukungan dan do'a mereka tidak mungkin penulis dapat

menyelesaikan studi sampai sejauh ini.

8. Bocil, Yol, Valent, Yy dan Si merahku sayang yang selalu setia menemani dan

mendukung penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian ini dengan

baik.

9. Teman dan sahabatku DimsJoss, Andunk, Liks, Bagong, Linting Emo, Agusta

Petong, Tya, Charles, Murnie, Iwi, Egha, Euis, Denny, Deddy Bolot dan semua

yang telah membantu, terima kasih.

10. Teman-teman seperjuangan IESP angkatan 2004 yang tidak mungkin saya

sebutkan satu persatu, terima kasih atas kebersamaannya.

Penulis menyadari bahwa dalam analisis maupun dalam penyajian skripsi ini

masih jauh dari sempurna. Segala komentar, kritik, maupun saran mengenai skripsi

ini akan diterima dengan senang hati.

Akhirnya, apabila terdapat segala kesalahan dan kekurangan dalam penulisan

skripsi ini adalah murni tanggung jawab penulis pribadi. Namun, apabila terdapat

kebenaran dalam penulisan skripsi ini semata-mata hanya karena ridho, petunjuk dan

tuntunan Allah S.W.T. Semoga sebuah karya kecil skripsi ini dapat memberi manfaat

dan berguna bagi kita semua, Amien.

Purwokerto, Mei 2011

Penulis

Page 7: Pengaruh Ekspor Pertanian Dan Migas Terhadap an Nasional (Studi Kasus Indonesia 2003-2009)

vii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ....................................................................................... i

LEMBAR PENGESAHAN ............................................................................ iii

LEMBAR PERNYATAAN ............................................................................ iv

KATA PENGANTAR .................................................................................... v

DAFTAR ISI ................................................................................................... vii

DAFTAR TABEL ........................................................................................... ix

DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... x

DAFTAR LAMPIRAN.................................................................................... xi

RINGKASAN ................................................................................................. xii

SUMMARY .................................................................................................... xiv

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang......................................................................... 1

B. Perumusan Masalah................................................................. 8

C. Pembatasan Masalah................................................................ 9

D. Tujuan dan Manfaat Penelitian................................................ 9

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Landasan Teori ........................................................................ 11

1. Ekspor ............................................................................... 11

2. Pertanian............................................................................ 20

3. Migas ................................................................................ 22

4. Ekspor Pertanian ............................................................... 22

5. Ekspor Migas ................................................................... 23

6. Pendapatan Nasional ......................................................... 23

Page 8: Pengaruh Ekspor Pertanian Dan Migas Terhadap an Nasional (Studi Kasus Indonesia 2003-2009)

viii

B. Perumusan Model Penelitian dan Hipotesis ............................ 29

1. Perumusan Model Penelitian............................................. 29

2. Hasil Penelitian Terdahulu................................................ 30

3. Hipotesis Penelitian........................................................... 32

BAB III METODE PENELITIAN DAN ANALISIS

A. Metode Penelitian .................................................................... 33

B. Metode Analisis Data .............................................................. 35

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Variabel Penelitian..................................... 40

1. Ekspor ............................................................................... 40

2. Produk Domestik Bruto (PDB) ......................................... 44

B. Hasil Analisis dan Pembahasan............................................... 50

1. Analisis Pengaruh Ekspor Pertanian dan Migas

Pendapatan Nasional ......................................................... 50

2. Analisis Pengaruh Dominan Variabel Pertanian dan

Migas Terhadap Variabel Pendapatan Nasional .............. 55

3. Analisis Pengaruh Pertumbuhan Ekspor Pertanian dan

Pertumbuhan Migas Terhadap Pertumbuhan Pendapatan

Nasional............................................................................. 56

BAB V KESIMPULAN DAN IMPLIKASI

A. Kesimpulan.............................................................................. 62

B. Implikasi .................................................................................. 63

DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 65

LAMPIRAN

Page 9: Pengaruh Ekspor Pertanian Dan Migas Terhadap an Nasional (Studi Kasus Indonesia 2003-2009)

ix

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Laju Pertumbuhan Kumulatif Produk Domestik Bruto Menurut

Lapangan Usaha, 2008-2009 ........................................................... 6

Table 2. Penduduk 15 Tahun Ke Atas Menurut Status Pekerjaan Utama

2004-2009........................................................................................... 29

Tabel 3. Ekspor Indonesia Atas Dasar Harga Konstan 2000 Tahun 2003-

2009 Per 31 Desember 2009............................................................... 41

Tabel 4. Ekspor Berdasarkan Sektor Pertanian Tahun 2003-2009................... 42

Tabel 5. Pertumbuhan Ekspor Indonesia Tahun 2003-2009 ................ 43

Tabel 6. Ekspor Indonesia Sektor Migas Tahun 2003-2009 ........................... 44

Tabel 7. Produk Domestik Bruto Atas Dasar Harga Konstan Menurut

Lapangan Usaha tahun 2003-2009 ............................................ 46

Tabel 8. Pertumbuhan Produk Domestik Bruto Indonesia Atas Dasar Harga

Konstan 2000 Tahun 2002-2009 Per 31 Desember 2009................... 49

Tabel 9 Ringkasan Hasil Analisis Regresi Linier untuk Pengaruh

Ekspor Pertanian dan Ekspor Migas Terhadap

Pendapatan Nasional .......................................................................... 52

Tabel 10. Koefisien Elastisitas Variabel Ekspor Pertanian dan Migas .............. 56

Tabel 11.Ringkasan Hasil Analisis Regresi Log Linier untuk Pengaruh

Pertumbuhan Ekspor Pertanian dan Ekspor Migas Terhadap

Pertumbuhan Pendapatan Nasional .................................................... 58

Page 10: Pengaruh Ekspor Pertanian Dan Migas Terhadap an Nasional (Studi Kasus Indonesia 2003-2009)

x

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. struktur nilai ekspor Indonesia tahun 2008 ...................................... 4

Gambar 2. Kerangka Pemikiran........................................................................ 30

Gambar 3. Kurva Uji Statistik d Durbin-Watson............................................... 51

Gambar 4. Kurva Pengujian Pengaruh Keseluruhan dengan Uji F................... 54

Gambar 5. Kurva Pengujian Pengaruh Parsial dengan Uji t .............................. 55

Gambar 6. Kurva Uji Statistik d Durbin-Watson............................................... 57

Gambar 7. Kurva Pengujian Pengaruh Keseluruhan dengan Uji F.................... 60

Gambar 8. Kurva Pengujian Pengaruh Parsial dengan Uji t .............................. 61

Page 11: Pengaruh Ekspor Pertanian Dan Migas Terhadap an Nasional (Studi Kasus Indonesia 2003-2009)

xi

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Data Ekspor Pertanian, Ekspor Non Pertanian dan Produk

Nasional Bruto

Lampiran 2. Uji Asumsi Klasik Regresi Linear

Lampiran 3. Output Regresi Linear

Lampiran 4. Uji Asumsi Klasik Regresi Log Linear

Lampiran 5. Output Regresi Log Linear

Lampiran 6. Tabel Distribusi F

Lampiran 7. Tabel Distribusi t

Page 12: Pengaruh Ekspor Pertanian Dan Migas Terhadap an Nasional (Studi Kasus Indonesia 2003-2009)

xii

RINGKASAN

Penelitian ini berjudul “Pengaruh Ekspor Pertanian dan Migas Terhadap Pendapatan Nasional (studi kasus Indonesia tahun 2003-2009). Permasalahan yang dibahas dalam penelitian ini adalah berkaitan dengan seberapa besar pengaruh ekspor pertanian dan migas terhadap perekonomian dan serta mana yang lebih besar pengaruhnya terhadap pendapatan nasional.

Tujuan penelitian ini untuk mengetahui : Mengetahui pengaruh ekspor pertanian dan migas terhadap pendapatan nasional tahun 2003-2009, Membandingkan besarnya pengaruh ekspor pertanian dan migas terhadap pendapatan nasional tahun 2003-2009, dan Mengetahui pengaruh pertumbuhan ekspor pertanian dan migas terhadap pertumbuhan pendapatan nasional Indonesia tahun 2003-2009.

Metode pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan untuk membantu pembahasan dan penyusunan secara teoritis, dan penulis mengadakan riset melalui penelitian kepustakaan (library research). Berkaitan dengan permasalahan yang diteliti maka alat analisis yang digunakan adalah dengan menggunakan persamaan parsial dalam bentuk model persamaan linier, yang hanya menggambarkan pengaruh ekspor (pertanian dan migas) terhadap pendapatan nasional saja, tanpa memasukkan unsur lain. Penulis akan melakukan analisis dalam dua model: model persamaan regresi linier dan model persamaan regresi log-linier.

Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah Ekspor pertanian dan ekspor migas sama-sama memiliki pengaruh yang positif terhadap pendapatan nasional, yang secara statistik sangat signifikan, Ekspor migas memberikan dampak yang lebih baik terhadap pendapatan nasional bila dibandingkan dengan ekspor pertanian, dan Dari sisi pertumbuhan, ekspor pertanian memberi dampak yang lebih kecil terhadap pertumbuhan pendapatan nasional.

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan maka dapat ditarik kesimpulan Ekspor pertanian dan ekspor migas mempunyai pengaruh yang positif terhadap pendapatan nasional, Ekspor pertanian mempunyai pengaruh yang lebih besar terhadap pendapatan nasional dibandingkan dengan ekspor migas, dan Dari sisi pertumbuhan, ekspor pertanian memberi sumbangsih yang lebih kecil terhadap pertumbuhan pendapatan nasional dibandingkan dengan pertumbuhan ekspor migas.

Setelah melakukan penelitian tentang pengaruh ekspor pertanian dan migas terhadap pendapatan nasional (studi kasus Indonesia tahun 2003-2009) maka penulis ingin memberikan saran-saran sebagai sumbangan pemikiran sebagai berikut : Pemerintah Indonesia perlu memperhatikan peranan ekspor pertanian maupun ekspor migas, yang terbukti berpengaruh positif signifikan terhadap pendapatan nasional. Upaya yang dapat dilakukan diantaranya adalah dengan melakukan pembangunan di sektor pertanian yang berorientasi ekspor, dan selanjutnya diharapkan dapat

Page 13: Pengaruh Ekspor Pertanian Dan Migas Terhadap an Nasional (Studi Kasus Indonesia 2003-2009)

xiii

meningkatkan ekspor sebagai penghasil devisa negara guna memperkokoh pertumbuhan pendapatan nasional, Untuk menciptakan kekuatan yang dapat mendorong pertumbuhan ekspor pertanian maupun migas dapat dilakukan melalui peningkatan jumlah investasi baik lokal maupun asing, Mengingat pentingnya ekspor dalam pembangunan ekonomi, maka diharapkan bagi semua pihak untuk memberikan dukungan, diantaranya dengan menyediakan sarana dan prasarana, perbaikan birokrasi dan perizinan usaha secara memadai, dengan prosedur perijinan yang mudah, cepat dan transparan.

Page 14: Pengaruh Ekspor Pertanian Dan Migas Terhadap an Nasional (Studi Kasus Indonesia 2003-2009)

xiv

SUMMARY

This study entitled "The Effect of Agriculture, Oil and Gas Export Against National Income (case study of Indonesia in 2003-2009). The problems discussed in this research is related to how much influence agriculture and oil and gas exports to the national economy and also to find out which one of those exports has greater impact on national income.

The purpose of this study are: Finding out the influence of agriculture and oil and gas exports to national income in 2003-2009, Comparing the influence of agriculture and oil and gas exports to national income in 2003-2009, Knowing the influence of agriculture and oil and gas export growth on the growth of national income of Indonesia in 2003-2009.

This research uses the methods of collecting data to help the discussion and formulation of the theory. The authors conducted research through library research. In order to relate to the problem under study, the research uses the partial equation in the form of linear equation model which only describes the effect of exports agriculture and oil and gas) to national income without inserting another element. The author conducts the analysis in two models: linear regression equation model and the model log-linear regression equation.

The hypothesis proposed in this study are as follows: Exports of agricultural and oil and gas exports have the same positive effect on national income, which is statistically highly significant, Oil and gas exports provide better impact on national income compared with agricultural exports, In terms of growth, agricultural export has smaller impact on the growth of national income.

Based on research, it can be deduced as follows: Agricultural and oil and gas exports have a positive impact on national income, Agricultural exports have a greater effect on national income compared to oil and gas exports, and In terms of growth, agricultural exports contribute less on the national income growth compared to oil and gas exports growth.

After research on the effects of agriculture and oil and gas exports againts national income (case study of Indonesia in 2003-2009) the author wants to give suggestions as follows: The Indonesian government needs to consider the role of agricultural, oil and gas exports, which have proved a significant positive effect on national income. The efforts can be on developing export-oriented agricultural sector, Another effort can be on industrialization process based on the agricultural sector, Considering the importance of exports in economic development, it is suggested to all parties to provide support by providing facilities and infrastructure, bureaucracy and easy, quick and transparent business licensing, especially those oriented to the agriculture.

Page 15: Pengaruh Ekspor Pertanian Dan Migas Terhadap an Nasional (Studi Kasus Indonesia 2003-2009)

1

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sejak awal tahun 1965-an, yaitu masa stabilisasi ekonomi dengan program

repelita yang diunggulkan oleh pemerintahan orde baru, Indonesia telah

mencanangkan pembangunan dengan urutan sebagaimana yang telah

dikemukakan oleh Rostow. Tahap-tahap pembangunan ekonomi tersebut dibagi

menjadi lima bagian, yaitu: tahap masyarakat tradisional; tahap prasyarat untuk

lepas landas; tahap lepas landas, tahap gerakan kedewasaan dan tahap konsumsi

tinggi. Urutan pembangunan tersebut pada hakekatnya adalah mempersiapkan

negara yang lebih maju dengan proses industrialisasi.

Setelah melewati masa sulit tahun 1960-an, beruntung Indonesia di tahun

1970-1980 mendapatkan berkah atas hasil migas negeri ini. Sektor migas menjadi

tumpuan utama sumber pembiayaan pembangunan bagi Indonesia dalam kurun

waktu 1970-1980, dengan harga minyak tinggi, sehingga kontribusi terhadap

pendapatan nasional sektor migas jelas besar (Sritua Arief, 1993).

Dengan hanya mengandalkan sektor migas saja adalah suatu yang riskan,

karena disamping harga migas yang fluktuatif, sumber daya migas merupakan

kekayaan alam - karunia Tuhan - yang tidak dapat diperbaharui. Untuk tetap

menjaga proses kesinambungan pembangunan dan pertumbuhan ekonomi perlu

dipertimbangkan dan diperhatikan faktor-faktor lain di luar sektor migas.

Berbagai pendapat ekonom pun demikian, bahwa pembangunan tidak semestinya

hanya semata-mata mengandalkan sumber daya alam terutama migas.

1

Page 16: Pengaruh Ekspor Pertanian Dan Migas Terhadap an Nasional (Studi Kasus Indonesia 2003-2009)

2

Chenery dan Skquin, dalam teori perubahan struktural, sebagai hasil studi

empiris yang dilakukan terhadap beberapa negara pada tahun 1950-1970,

mengemukakan bahwa semakin maju suatu negara semakin dominan sumbangan

sektor industri (dan sektor jasa) terhadap pendapatan nasional dibandingkan

dengan sumbangan sektor pertanian (Todaro, 1997). Lebih lanjut Chenery dan

Skquin menyatakan bahwa titik yang membagi negara miskin dan negara maju

adalah titik dimana sumbangan sektor industri dan sektor pertanian berimpit.

Dengan kata lain, bahwa keberhasilan proses industrialisasi merupakan prasyarat

menuju negara maju.

Pembangunan ekonomi nasional telah menunjukkan adanya transformasi

struktur perekonomian dari sektor pertanian ke sektor industri. Indikator ekonomi

yang menunjukkan menurunnya pangsa sektor pertanian serta meningkatnya

pangsa sektor industri dalam Produk Domestik Bruto (PDB) dapat menjadi bukti.

Pangsa relatif sektor pertanian dalam PDB sebesar 49,3 persen pada 1969 menjadi

18,5 persen pada 1993, sedangkan sektor industri meningkat dari 9,2 persen

menjadi 22,4 persen untuk periode yang sama (Wiwoho, 1994). Inilah yang sering

kali disebut-sebut sebagai "keberhasilan" transformasi.

Namun demikian, pangsa tenaga kerja sektor pertanian belum menurun

secara berarti, yaitu sebesar 56 persen pada tahun 1980 dan hanya turun menjadi

48 persen pada tahun 1995. Ketidakseimbangan penurunan pangsa sektor

pertanian terhadap PDB dibandingkan dengan penurunannya terhadap total tenaga

kerja menunjukkan bahwa sektor pertanian semakin tidak produktif dan tidak

efisien. Dari data tersebut bisa terlihat semakin menurunnya pendapatan per kapita

Page 17: Pengaruh Ekspor Pertanian Dan Migas Terhadap an Nasional (Studi Kasus Indonesia 2003-2009)

3

tenaga kerja di sektor pertanian.

Proses industrialisasi yang terjadi pada masa orde baru yang dilakukan

dengan gencar, cepat dan berhasil melakukan transformasi struktural

perekonomian Indonesia, ternyata belum mengait ke belakang (backward linkage)

ke sektor pertanian. Dengan kata lain, sektor pertanian tidak mendapatkan

perhatian yang cukup seimbang dibandingkan dengan sektor industri. Ini

berakibat pada tertinggalnya sektor pertanian dari sektor industri. Tidak saja

dalam struktur PDB, tetapi juga dalam struktur masyarakat, dimana sampai saat

ini masyarakat yang hidup di sektor pertanian tak kunjung sejahtera dibandingkan

masyarakat yang hidup di sektor industri. Nilai tukar juga belum membaik.

Produktivitas dan efisiensi yang rendah, serta sikap mental dan budaya yang

masih tradisional membawa kelompok masyarakat ini dalam ketertinggalan (Arif

Satria, 1997).

Transformasi struktural bukan berarti meninggalkan sektor pertanian

menuju sektor industri, tetapi menjadikan pangsa sektor industri terhadap PDB

yang lebih besar dari sektor pertanian, yang disebabkan oleh pertumbuhan sektor

industri yang lebih tinggi akibat faktor eksternalitas industrialisasi yang lebih

besar. Transformasi struktural yang telah dicapai di atas, akan kurang berarti

apabila masih menyisakan adanya ketimpangan antar sektor atau

ketertinggalannya suatu sektor dalam pembangunan.

Proses pembangunan adalah proses yang saling mengkait antara satu

sektor dengan sektor yang lain. Ketertinggalan suatu sektor dalam pembangunan

akan mengakibatkan pertumbuhan pembangunan yang tidak seimbang dan tidak

Page 18: Pengaruh Ekspor Pertanian Dan Migas Terhadap an Nasional (Studi Kasus Indonesia 2003-2009)

4

kokoh. Hal ini terbukti ketika terjadi krisis ekonomi yang melanda pada tahun

1998. Sektor industri mengalami keterpurukan yang dahsyat, sementara sektor

pertanian “ sektor yang tertinggal itu “ sebagian besar masih mampu bertahan.

Permintaan dunia akan bahan baku diperkirakan menjadi penyebab

meningkatnya ekspor pertanian dan non pertanian dibandingkan dengan

pertumbuhan industri, namun demikian ekspor Indonesia masih tetap bertumpu

pada barang-barang hasil industri yang mencapai 65,3 persen dari nilai ekspor

total pada tahun 2008. sementara hasil ekspor dari barang pertambangan dan

pertanian masing-masing 8,8 persen dan 3,6 persen. Peningkatan nilai ekspor

pertanian dan non pertanian pada periode tahun 2008 terutama diakibatkan oleh

kecenderungan naiknya harga minyak dunia termasuk harga minyak bumi dari

Indonesia (Indonesian Crude Oil price/ICP)

4%

65%

9%

22%

Pertanian Industri Tambang Migas

Gambar 1. struktur nilai ekspor Indonesia tahun 2008

Page 19: Pengaruh Ekspor Pertanian Dan Migas Terhadap an Nasional (Studi Kasus Indonesia 2003-2009)

5

Kenaikan yang sangat besar dari ekspor migas terutama minyak

mentah dan gas tersebut diakibatkan oleh kenaikan harga minyak mentah

tahun 2008 yang sangat tinggi. Meskipun demikian kenaikan harga minyak

mentah dan gas Indonesia masih menunjukkan kecenderungan yang lebih

rendah dibandingkan kenaikan harga minyak mentah dunia (ICP), Sedangkan

pertumbuhan nilai ekspor nonmigas yang fantastis terutama terjadi pada

barang tambang seperti tembaga dan batu bara. Kenaikan nilai ekspor kedua

hasil tambang ini pada tahun 2008 selain akibat meningkatnya volume yang

diekspor, juga terutama sebagai akibat naiknya harga kedua komoditi

tersebut baik di pasar domestik maupun internasional.

Pertumbuhan nilai ekspor pada tahun 2005 diakibatkan oleh kenaikan

baik ekspor pertanian (18,11 persen) maupun migas (25,22 persen). Pada

tahun 2004 pertumbuhan nilai ekspor pertanian dan migas Indonesia masih

sebesar 11,64 persen dan 1,82 persen. (http://www.bps.go.id)

gambaran umum pertumbuhan kumulatif produk domestik bruto

Indonesia dapat dilihat pada tabel 1.

Page 20: Pengaruh Ekspor Pertanian Dan Migas Terhadap an Nasional (Studi Kasus Indonesia 2003-2009)

6

Tabel 1. Laju Pertumbuhan Kumulatif Produk Domestik Bruto Menurut Lapangan Usaha, 2008-2009 (Persen)

2008* 2009** LAPANGAN USAHA

I I sd II I sd III I sd IV I I sd II I sd III I sd IV 1. Pertanian, Peternakan, Kehutanan dan Perikanan

6,44 5,60 4,75 4,83 5,91 4,38 3,99 4,13

2. Pertambangan dan Penggalian (1,62) (1,00) 0,10 0,68 2,61 2,99 4,08 4,37

3. Industri Pengolahan 4,28 4,26 4,27 3,66 1,50 1,51 1,43 2,11 4. Listrik, Gas & Air Bersih 12,34 12,05 11,48 10,92 11,25 13,31 13,71 13,78

5. Konstruksi 8,20 8,26 8,09 7,51 6,25 6,17 6,71 7,05 6. Perdagangan, Hotel & Restoran 6,75 7,22 7,35 6,87 0,63 0,30 0,11 1,14

7. Pengangkutan dan Komunikasi 18,12 17,33 16,73 16,57 16,78 16,91 16,75 15,53

8. Keuangan, Real Estate & Jasa Perusahaan

8,34 8,50 8,53 8,24 6,26 5,79 5,49 5,05

9. Jasa-jasa 5,52 6,02 6,33 6,23 6,70 6,95 6,64 6,40 Produk Domestik Bruto 6,21 6,26 6,25 6,01 4,53 4,30 4,25 4,55

Sumber: Bank Indonesia, BPS tahun 2009

* Angka Sementara

** Angka sangat sementara

Setidaknya ada beberapa faktor yang bisa diungkapkan bahwa sektor

pertanian menjadi penting dalam proses pembangunan, yaitu:

Page 21: Pengaruh Ekspor Pertanian Dan Migas Terhadap an Nasional (Studi Kasus Indonesia 2003-2009)

7

1. Sektor pertanian menghasilkan produk-produk yang diperlukan sebagai input

sektor lain, terutama sektor industri, seperti: industri tekstil, industri makanan

dan minuman;

2. Sebagai negara agraris (kondisi historis) maka sektor pertanian menjadi sektor

yang sangat kuat dalam perekonomian dalam tahap awal proses pembangunan.

Populasi di sektor pertanian (pedesaan) membentuk suatu proporsi yang

sangat besar. Hal ini menjadi pasar yang sangat besar bagi produk-produk

dalam negeri baik untuk barang produksi maupun barang konsumsi, terutama

produk pangan. Sejalan dengan itu, ketahanan pangan yang terjamin

merupakan prasyarat kestabilan sosial dan politik;

3. Karena terjadi transformasi struktural dari sektor pertanian ke sektor industri

maka sektor pertanian menjadi sektor penyedia faktor produksi (terutama

tenaga kerja) yang besar bagi sektor non-pertanian (industri).

4. Sektor pertanian merupakan sumber daya alam yang memiliki keunggulan

komparatif dibanding bangsa lain. Proses pembangunan yang ideal mampu

menghasilkan produk-produk pertanian yang memiliki keunggulan kompetitif

terhadap bangsa lain, baik untuk kepentingan ekspor maupun substitusi impor

(Tambunan, 2001).

Nilai ekspor diambil karena memiliki kelebihan setidaknya produk yang

diekspor adalah produk-produk yang memang dibutuhkan pasaran dunia dan

mampu bersaing secara kualitas dan harga. Nilai ekspor pertanian adalah yang

sesuai dengan klasifikasi yang dilakukan oleh BPS. Dalam studi ini, penulis

mencoba mendekati dengan sisi yang agak berbeda. Penulis memfokuskan kepada

Page 22: Pengaruh Ekspor Pertanian Dan Migas Terhadap an Nasional (Studi Kasus Indonesia 2003-2009)

8

besaran ekspor pertanian dan non-pertanian serta pengaruhnya terhadap

perekonomian yang diukur dengan produk nasional bruto dengan judul:

“PENGARUH EKSPOR PERTANIAN DAN MIGAS TERHADAP

PENDAPATAN NASIONAL (STUDI KASUS INDONESIA TAHUN 2003-

2009)”.

B. Perumusan Masalah

Ekspor sering kali disebut sebagai mesin pendorong pertumbuhan,

penyebutan ini timbul karena beberapa alasan yang mendasarinya. Pertama,

melalui perdagangan internasional suatu negara dapat memperluas pasar sehingga

permintaan akan ekspor dari negara tersebut akan meningkat. Hal ini akan

menyebabkan Produk Domestik Bruto (PDB) negara yang bersangkutan akan

meningkat. Adapun permasalahan yang diteliti adalah seberapa besar pengaruh

ekspor pertanian dan migas terhadap perekonomian dan serta mana yang lebih

besar pengaruhnya terhadap pendapatan nasional. Tujuan akhir pembangunan

pertanian adalah terwujudnya kesejahteraan masyarakat melalui sistem pertanian

industrial. Secara operasional pencapaian tujuan tersebut ditempuh melalui tahapan-

tahapan pembangunan jangka panjang, jangka menengah dan jangka pendek.

Kebijakan dan program pembangunan pertanian jangka panjang dijabarkan dalam

rencana pembangunan jangka menengah (lima tahunan) dan selanjutnya dijabarkan

lebih lanjut ke dalam rencana pembangunan pertanian tahunan.

Dari uraian diatas dapat dirumuskan suatu permasalahan penelitian sebagai

berikut :

Page 23: Pengaruh Ekspor Pertanian Dan Migas Terhadap an Nasional (Studi Kasus Indonesia 2003-2009)

9

1. Bagaimanakah pengaruh ekspor Sektor pertanian dan migas terhadap

pendapatan nasional Indonesia tahun 2003-2009?

2. Bagaimana perbandingan besarnya pengaruh sektor pertanian dan migas

terhadap pendapatan nasional Indonesia tahun 2003-2009?

3. Bagaimanakah pengaruh pertumbuhan ekspor pertanian dan migas

terhadap pertumbuhan pendapatan nasional Indonesia tahun 2003-2009?

C. Pembatasan Masalah

Penelitian ini mengenai Pengaruh Ekspor Pertanian dan Migas Indonesia

Terhadap Pendapatan Nasional Indonesia tahun 2003-2009. Potensi Sektor

Pertanian dan Migas memberikan pengaruh yang berarti pada Pendapatan

Nasional Indonesia. Lingkup permasalahan di dalam penelitian ini di batasi pada

Pengaruh Ekspor Pertanian yaitu subsektor tanaman pangan, subsektor

perkebunan, subsektor kehutanan, subsektor peternakan, subsektor perikanan, dan

sektor migas terhadap Pendapatan Nasional Indonesia tahun 2003-2009.

D. Tujuan Dan Manfaat Penelitian

Tujuan penelitian :

1. Mengetahui pengaruh ekspor pertanian dan migas terhadap pendapatan

nasional tahun 2003-2009.

2. Membandingkan besarnya pengaruh ekspor pertanian dan migas terhadap

pendapatan nasional tahun 2003-2009.

Page 24: Pengaruh Ekspor Pertanian Dan Migas Terhadap an Nasional (Studi Kasus Indonesia 2003-2009)

10

3. Mengetahui pengaruh pertumbuhan ekspor pertanian dan migas terhadap

pertumbuhan pendapatan nasional Indonesia tahun 2003-2009.

Manfaat Penelitian :

1. Berguna bagi penulis dalam rangka menyelesaikan tugas akhir sebagai syarat

untuk mencapai gelar kesarjanaan.

2. Bagi akademis Penelitian ini diharapkan menambah pengetahuan dan

memberikan sumbangan bagi perkembangan ilmu pengetahuan pada

umumnya dan Ilmu Ekonomi Studi Pembangunan pada khususnya dalam hal

pengaruh ekspor pertanian dan non pertanian terhadap pendapatan nasional.

3. Bagi pemerintah dapat digunakan sebagai wacana mencapai tujuan

pembangunan yang lebih terarah, efisien dan tercipta pertumbuhan ekonomi

yang tinggi serta distribusi pendapatan yang lebih merata.

Page 25: Pengaruh Ekspor Pertanian Dan Migas Terhadap an Nasional (Studi Kasus Indonesia 2003-2009)

11

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Landasan Teori

1. Ekspor

Ekspor dapat diartikan sebagai kegiatan yang menyangkut produksi

barang dan jasa yang diproduksi di suatu negara untuk dikonsumsikan di luar

batas negara tersebut (Triyoso,1994:210). Lebih jelas lagi, Delairnov

(1995,202-203) menambahkan bahwa ekspor merupakan kelebihan produksi

dalam negeri yang kemudian kelebihan produksi tersebut dipasarkan di luar

negeri.

Pengertian ekspor menurut keputusan menteri perdagangan dan

perindustrian Nomor 182/MPP/KEP/4/1998 tentang ketentuan umum di

bidang ekspor, menyatakan bahwa ekspor adalah kegiatan mengeluarkan

barang dan jasa dari daerah kepabeanan suatu negara. Adapun daerah

kepabeanan sendiri diartikan sebagai wilayah Republik Indonesia yang

meliputi wilayah darat, perairan dan ruang udara di atasnya serta tempat-

tempat tertentu di zona ekonomi exlusif dan landas kontinen yang di dalamnya

berlaku Undang-Undang No.10 tahun 1995 tentang Kepabeanan. Definisi

ekspor adalah seluruh pengiriman barang dagangan keluar negeri melalui

pelabuhan di seluruh wilayah Republik Indonesia baik yang bersifat komersial

maupun bukan komersial. Nilai ekspor adalah nilai transaksi barang ekspor

sampai atas kapal pelabuhan muat dalam keadaan free on board (f.o.b),

komoditas ekspor pertanian meliputi barang-barang primer dari hasil sektor

Page 26: Pengaruh Ekspor Pertanian Dan Migas Terhadap an Nasional (Studi Kasus Indonesia 2003-2009)

12

pertanian dan perkebunan.

Kegiatan ekspor adalah sistem perdagangan dengan cara mengeluarkan

barang dari dalam keluar wilayah pabean Indonesia dengan memenuhi

ketentuan yang berlaku. Ekspor merupakan nilai semua barang dan jasa yang

dijual oleh sebuah negara ke negara lain, termasuk diantara barang-barang,

ongkos pengapalan, asuransi, dan jasa-jasa pada suatu tahun tertentu.

(Bambang Triyoso, 1984).

Fungsi penting adalah mengatasi masalah terbatasnya pasar di dalam

negeri. perkembangan ekspor akan menggalakan perkembangan sektor dalam

negeri karena :

a. Beberapa fasilitas yang digunakan untuk memperlancar kegiatan ekspor,

seperti pengembangan sistem komunikasi, jaringan pengangkutan dan

fasilitas latihan atau pendidikan, dapat digunakan oleh sektor dalam negeri.

b. Dengan menarik tenaga kerja dari sektor dalam negeri, sektor ekspor akan

mendorong sektor dalam negeri untuk menciptakan inovasi yang bertujuan

untuk meningkatkan produktivitas. (Sadono Sukirno,1985 : 310)

Menurut Sadono Sukirno (1985 : 224-225) Peranan ekspor dalam

pembangunan ekonomi menurut ahli ekonomi klasik, terutama David Ricardo,

mengemukakan pendapatnya bahwa perdagangan luar negeri melalui ekspor

memberikan sumbangan yang pada akhirnya dapat mempercepat

perkembangan ekonomi suatu negara.

Adapun sumbangan penting dari kegiatan luar negeri melalui ekspor

dalam pembangunan ekonomi meliputi :

Page 27: Pengaruh Ekspor Pertanian Dan Migas Terhadap an Nasional (Studi Kasus Indonesia 2003-2009)

13

a. Pada suatu negara yang sudah mencapai tingkat kesempatan kerja penuh,

maka perdagangan luar negeri memungkinkan negara untuk mencapai

tingkat konsumsi yang lebih tinggi daripada yang mungkin dicapai tanpa

adanya kegiatan ekspor.

b. Suatu negara dapat memperluas pasar dan hasil-hasil produksi nasional.

c. Suatu negara dapat menggunakan teknologi yang berasal dari luar negeri.

Para ahli ekonomi sesudah mazhab klasik berpendapat, bahwa salah

satu fungsi dari ekspor adalah untuk mengatasi terbatasnya permintaan pasar

dalam negeri. Perkembangan ekspor akan menggalakkan perkembangan

sektor pendukung lainnya di dalam negeri karena akan menciptakan

permintaan atas barang yang dihasilkan di dalam negeri, yang akhirnya ekspor

dapat memperlancar perkembangan ekonomi. Dengan perdagangan luar

negeri melalui ekspor, maka pendapatan masyarakat khususnya produsen dan

orang-orang yang kegiatannya di sektor lain akan bertambah. Makin cepat

perkembangan perdagangan luar negeri makin cepat pula pendapatan

masyarakat bertambah.

Pengaruh secara tidak langsung dari adanya perdagangan luar negeri

adalah penghasilan devisa. Semakin ekspor berkembang, semakin besar

penghasilan devisa yang diterima oleh negara. Ini berarti terjadi arus modal

(capital flow) dari luar negeri ke dalam negeri yang tentu saja menguntungkan

bagi suatu negara yang memerlukan tambahan modal untuk pembangunan

yang pada gilirannya dapat mendorong pertumbuhan ekonomi.

Page 28: Pengaruh Ekspor Pertanian Dan Migas Terhadap an Nasional (Studi Kasus Indonesia 2003-2009)

14

Ketika prosentase ekspor terhadap PDB semakin meningkat, maka

harus dibuat strategi ekspor yang dapat memberikan peluang untuk lestarinya

status komoditi ekspor sebagai market leader. Empat alternatif strategi ekspor

lazim dikenal dengan Four Generic Internasional Strategies, yaitu :

a. Dynamic High Technology Strategy (DHTS). Yaitu strategi yang dapat

memberikan peluang kepada perusahaan untuk menjadi market leader

melalui inovasi teknologi yang tepat dan dilakukan secara terus-menerus.

b. Low of Stable Technology Strategy (LSTS). Strategi ini memberikan

peluang kepada perubahan untuk menjadi market leadaer karena

kemampuan memelihara brand identity economic of scale, manufacturing

know how, standar produksi, dan penyediaan suku cadang yang terdapat

secara global. Kalau dilihat persyaratan strateginya, sebenarnya yang

diperlukan oleh perusahaan adalah bagaimana dapat memelihara citra

perusahaan dan reputasi bisnisnya.

c. Advanced Management Skill Strategy (AMSS), yaitu strategi yang dapat

memberikan peluang kepada perusahaan untuk menjadi market leader

karena kemampuannya menerapkan manajemen yang tepat, khususnya

dalam hal pemasaran dan koordinasi. Untuk itu, perusahaan harus

memiliki perencanaan yang baik dalam bidang manajemen pemasaran,

keuangan, dan organisasi.

d. Production Market Rationalization Strategy (PMRS), yaitu strategi yang

dapat memberikan peluang kepada perusahaan untuk menjadi market lader

karena kemampuannya menekan biaya produksi melalui pendekatan lokasi.

Page 29: Pengaruh Ekspor Pertanian Dan Migas Terhadap an Nasional (Studi Kasus Indonesia 2003-2009)

15

Artinya adalah bahwa lokasi perusahaan relatif “dekat” dengan pasar

modal sehingga mampu menekan handling cost, seperti biaya

pengangkutan penyimpanan. Untuk melakukan strategi itu, komoditinya

harus memiliki karakteristik, antara lain bernilai tinggi dan tidak memakan

tempat yang luas, sehingga dapat menekan biaya penyimpanan dan

pengangkutan. Kebijaksanaan perdagangan internasional di bidang ekspor

harus terus dilaksanakan oleh pemerintah. Kebijakan ini diartikan sebagai

tindakan dan peraturan yang dikeluarkan pemerintah, baik secara langsung

maupun tidak langsung, yang akan mempengaruhi struktur, komposisi dan

arah transaksi serta kelancaran usaha untuk peningkatan devisa ekspor

suatu negara (H. Halwani dan P, :64-65 ; Tjiptoherijanto, 1993 : 64-65).

Kebijaksanaan perdagangan internasional di bidang ekspor

dikelompokkan menjadi dua macam kebijakan, yaitu :

a. Kebijakan ekspor dalam negeri

1) Kebijakan perpajakan dalam bentuk pembebasan, keringanan,

pengembalian pajak ataupun pengenaan pajak ekspor untuk barang-

barang ekspor tertentu.

2) Fasilitas kredit perbankan yang murah untuk mendorong peningkatan

ekspor barang-barang tertentu.

3) Penetapan prosedur / tata laksana ekspor yang relatif mudah.

4) Pemberian subsidi ekspor, seperti pemberian sertifikat ekspor.

5) Pembentukan organisasi eksportir.

Page 30: Pengaruh Ekspor Pertanian Dan Migas Terhadap an Nasional (Studi Kasus Indonesia 2003-2009)

16

6) Pembentukan kelembagaan seperti bounded warehouse, bounded

island Batam, axport processing zone, dan lain-lain.

b. Kebijaksanaan ekspor luar negeri

1) Pembentukan International Trade Promotion Centre(ITPC) di

berbagai negara, seperti Jepang, Eropa, Amerika Serikat, dan lain-lain.

2) Pemanfaatan General System of Preferency (GSP), yaitu fasilitas

keringanan bea masuk yang diberikan negara-negara industri untuk

barang manufaktur yang berasal dari negara yang sedang berkembang.

3) Menjadi anggota Commodity Association of Producer(GSP), seperti

OPEC.

4) Menjadi anggota Commodity Agreement between Producer and

Consumer, seperti ICO (International Coffe Organization), MFA

(Multifibre Agreement), dan lain-lain (Hady Hamdi, 2000 : 63-64).

Pemerintah mempunyai peranan penting dalam kegiatan perekonomian

suatu negara. Dalam sistem perekonomian terbuka kebijaksanaan pemerintah

dalam sektor perdagangan luar negeri haruslah ditekankan pada usaha

menciptakan keseimbangan pada neraca pembayaran. Tindakan pemerintah

untuk menstabilkan sektor luar negeri adalah dengan mendorong, masyarakat

untuk mengurangi ketergantungan terhadap barang impor, melakukan

konsumsi yang lebih banyak atas barang produksi dalam negeri dan

meningkatkan ekspor barang keluar negeri sehingga dengan kebijakan

memindahkan pengeluaran (Sukirno,1985).

Page 31: Pengaruh Ekspor Pertanian Dan Migas Terhadap an Nasional (Studi Kasus Indonesia 2003-2009)

17

Khusus untuk meningkatkan ekspor maka beberapa kebijakan yang

dapat diambil diantaranya adalah :

a. Menciptakan perangsang-perangsang ekspor

Tindakan ini dapat dilaksanakan dengan cara mengambil kebijakan

langkah-langkah yang dapat menyebabkan kegiatan ekspor menjadi lebih

meningkat dan menguntungkan dari pada tahun sebelumnya.

b. Menciptakan kestabilan uang dan harga

Kesuksesan kegiatan ekspor tergantung pada kemampuan barang-barang

dalam negeri untuk bersaing di pasaran luar negeri. Salah satu faktor yang

menentukan daya saing tersebut adalah ongkos produksi yang rendah

dengan harga jual yang stabil.

c. Melakukan devaluasi

Kebijakan devaluasi dilakukan dengan cara menurunkan nilai kurs mata

uang suatu negara terhadap mata uang negara lain. Dengan devaluasi

diharapkan mampu mengatasi defisit dalam neraca pembayaran karena

ekspor negara tersebut cenderung meningkat, hal ini disebabkan

komoditas yang dihasilkan oleh suatu negara memiliki daya saing

ekonomi dalam hal harga barangnya menjadi lebih murah di pasar

internasional setelah adanya kebijakan devaluasi tersebut.

Ekspor suatu negara akan dipengaruhi oleh pendapatan nasional negara

lainnya, perubahan tingkat harga barang yang sama di dalam dan luar negeri,

sistem tarif dan kuota, serta berdasarkan dana atau valuta asing dari negara

lain. Ekspor suatu negara merupakan impor negara lain, oleh karena itu faktor

Page 32: Pengaruh Ekspor Pertanian Dan Migas Terhadap an Nasional (Studi Kasus Indonesia 2003-2009)

18

permintaan dari negara lain sangat berpengaruh dalam menentukan volume

ekspor komoditi dari Indonesia. Permintaan merupakan keinginan konsumen

membeli suatu barang pada berbagai tingkat harga selama periode tertentu.

Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi permintaan ekspor suatu barang

yaitu : harga barang itu sendiri ; harga barang lain yang terkait; tingkat

pendapatan perkapita, distribusi pendapatan, selera atau kebiasaan, jumlah

penduduk, perkiraan harga dimasa datang, dan usaha-usaha produsen untuk

meningkatkan penjualan.

Selain fakta tersebut masih ada beberapa faktor yang mempengaruhi

permintaan ekspor, menurut Halwani (2002) faktor-faktor tersebut adalah

harga internasional komoditas tersebut, nilai tukar uang (exchange rate),

besarnya kuota ekspor dan impor.

a. Harga Internasional

Makin besar selisih antara harga pasar internasional dengan harga

domestik akan menyebabkan jumlah komoditi yang diekspor menjadi

bertambah banyak, naik-turunnya disebabkan oleh :

1) Keadaan perekonomian negara pengekspor, dengan tingginya inflasi

maka terjadi kenaikan biaya produksi untuk memproduksi barang

sehingga harga produk di pasaran domestik menjadi naik, sehingga

secara riil harga komoditi tersebut jika ditinjau dari pasaran

internasional akan terlihat semakin mahal. Mahalnya produk tersebut

akan menurunkan jumlah permintaannya di pasaran internasional.

2) Harga pasar di pasaran internasional semakin meningkat, dimana harga

Page 33: Pengaruh Ekspor Pertanian Dan Migas Terhadap an Nasional (Studi Kasus Indonesia 2003-2009)

19

internasional merupakan keseimbangan antara penawaran ekspor dan

permintaan impor dunia suatu komoditas di pasaran dunia meningkat

sehingga jika komoditas di pasaran domestik tersebut stabil, maka

selisih harga internasional dan harga domestik semakin besar. Akibat

dari kedua hal tersebut akan mendorong ekspor komoditi tersebut.

b. Nilai Tukar Uang (exchange rate)

Kebijakan nilai tukar uang dimaksudkan untuk memperbaiki neraca

pembayaran yang defisit melalui peningkatan ekspor. Efek dari kebijakan

nilai tukar uang adalah berkaitan dengan kebijakan devaluasi (yaitu

penurunan nilai mata uang domestik terhadap mata uang luar negeri)

terhadap ekspor-impor suatu negara dipengaruhi oleh beberapa faktor,

diantaranya adalah elastisitas harga untuk ekspor, elastisitas harga untuk

impor, dan daya saing komoditas tersebut di pasaran internasional.

Apabila elastisitas harga untuk ekspor lebih tinggi dari pada elastisitas

harga untuk impor maka devaluasi cenderung menguntungkan dan

sebaliknya jika elastisitas harga untuk impor lebih tinggi dari pada

elastisitas harga untuk ekspor maka kebijakan devaluasi tidak

menguntungkan.

c. Kuota Ekspor-Impor

Dengan adanya kuota ekspor bagi produsen komoditi tertentu maka ekspor

komoditi tersebut akan mengalami hambatan terutama bagi negara-negara

penghasil komoditi yang jumlahnya relatif sedikit.

Page 34: Pengaruh Ekspor Pertanian Dan Migas Terhadap an Nasional (Studi Kasus Indonesia 2003-2009)

20

2. Pertanian

Pertanian merupakan bisnis perekonomian Indonesia. Walaupun

sumbangsih (relative contribution) sektor pertanian dalam perekonomian

diukur berdasarkan proporsi tahun demi tahun kian mengecil, hal itu bukanlah

berarti nilai dan peran nya semakin tidak bermakna. Nilai tambah sektor

pertanian dari waktu ke waktu tetap selalu meningkat. Kecuali itu peranan

sektor ini dalam menyerap tenaga kerja kerap terpenting. Mayoritas penduduk

Indonesia, yang sebagian tinggal di daerah pedesaan, hingga saat ini masih

menyandarkan mata pencaharian pada sektor pertanian.

Transformasi struktural perekonomian Indonesia menuju ke corak

yang industrial tidak dengan sendirinya melenyapkan nuansa agrarisnya.

Berbagai teori pertumbuhan ekonomi klasik dan studi empiris Bank Dunia

menunjukkan, bahwa sukses pengembangan sektor industri di suatu negara

selalu diiringi dengan perbaikan produktivitas dan pertumbuhan berkelanjutan

di sektor pertanian. Selain menyediakan kebutuhan pangan bagi penduduk

serta menyerap tenaga kerja, sektor pertanian juga merupakan pemasok bahan

baku bagi sektor industri dan menjadi sumber penghasil devisa

(Dumairy,1999).

Ruang lingkup sektor pertanian

Di Indonesia, sektor pertanian dalam arti luas ini dipilah-pilah menjadi

lima sektor diantaranya adalah :

a. Subsektor tanaman pangan sering juga disebut subsektor pertanian rakyat.

Disebut demikian karena tanaman pangan biasanya diusahakan oleh

Page 35: Pengaruh Ekspor Pertanian Dan Migas Terhadap an Nasional (Studi Kasus Indonesia 2003-2009)

21

rakyat, maksudnya bukan oleh perusahaan atau pemerintah. Subsektor ini

mencakup komoditas-komoditas bahan makanan seperti padi, jagung,

kedelai, ketela rambat, serta sayur dan buah buahan.

b. Subsektor perkebunan dibedakan atas perkebunan rakyat dan perkebunan

besar. Yang dimaksud dengan perkebunan rakyat ialah perkebunan yang

diusahakan sendiri oleh rakyat atau masyarakat, biasanya dalam skala

kecil dan dengan teknologi sederhana. Sedangkan perkebunan besar

adalah semua kegiatan perkebunan yang dijalankan oleh perusahaan-

perusahaan perkebunan berbadan hukum.

c. Subsektor kehutanan terdiri atas tiga kegiatan yaitu penebangan kayu,

pengambilan hasil hutan lain dan perburuan. Kegiatan penebangan kayu

menghasilkan kayu glonggongan, kayu bakar, arang dan bamboo. Hasil

hutan lain meliputi : damar, rotan, getah kayu, kulit kayu, serta berbagai

macam akar-akaran dan umbi kayu. Sedangkan kegiatan pemburuan

menghasilkan binatang-binatang liar seperti rusa, penyu, ular, buaya, dan

juga madu.

d. Subsektor peternakan mencakup kegiatan peternakan itu sendiri dan

pengusahaan hasil-hasilnya. Subsektor ini meliputi produksi ternak-ternak

besar dan kecil, telur,susu segar, wool, dan hasil pemotongan hewan.

e. Subsektor perikanan meliputi semua hasil kegiatan perikanan laut,

perairan umum, kolam, tambak, sawah, dan keramba, serta pengolahan

sederhana atas produk-produk perikanan (pengeringan dan pengasinan).

Dari segi teknis kegiatannya, subsektor ini dibedakan atas tiga macam

Page 36: Pengaruh Ekspor Pertanian Dan Migas Terhadap an Nasional (Studi Kasus Indonesia 2003-2009)

22

sektor yaitu perikanan laut, perikanan darat, dan penggaraman. Komoditas

yang tergolong subsektor ini tidak terbatas pada ikan tetapi juga udang,

kepiting, ubur-ubur dan semacamnya

3. Migas

Komoditas-komoditas migas diantaranya barang-barang hasil produksi

dari sektor industri olahan, minyak, dan gas. Sektor industri merupakan sektor

yang paling besar peranannya dalam menyumbang nilai ekspor migas

dibandingkan sektor pertambangan dan pertanian. Kecilnya sumbangan sektor

pertanian tersebut sangat disayangkan mengingat sektor pertanian sampai

sekarang menyerap tenaga kerja terbesar dibandingkan sektor lainnya. Di sektor

industri, komoditi yang nilai ekspornya menonjol adalah pakaian jadi, minyak

kelapa sawit, alat listrik, crumb-rubber dan industri lainnya memiliki pangsa

berkisar 5 sampai 8 persen dari total ekspor sektor industri.

4. Ekspor Pertanian

Ekspor pertanian adalah proses transportasi barang atau komoditas

pertanian dari suatu negara ke negara lain secara legal, umumnya dalam

proses perdagangan. Proses ekspor pertanian pada umumnya adalah tindakan

untuk mengeluarkan barang atau komoditas dari dalam negeri untuk

memasukannya ke negara lain. Ekspor barang hasil pertanian secara besar

umumnya membutuhkan campur tangan dari bea cukai di negara pengirim

maupun penerima. Ekspor pertanian adalah bagian penting dari perdagangan

internasional.

Ekspor komoditas pertanian antara lain meliputi subsektor pertanian

pangan, subsektor perkebunan, subsektor kehutanan, subsektor peternakan,

Page 37: Pengaruh Ekspor Pertanian Dan Migas Terhadap an Nasional (Studi Kasus Indonesia 2003-2009)

23

serta subsektor perikanan.

5. Ekspor Migas

Ekspor migas diantaranya ekspor minyak mentah dan gas, kenaikan

ekspor minyak dan gas memberikan pengaruh yang baik bagi Indonesia

mengingat Indonesia cukup banyak memproduksi komoditas-komoditas

tersebut. Di samping itu, kenaikan pertumbuhan ekspor dapat memberi

kontribusi yang penting bagi peningkatan pendapatan pemerintah baik pusat

maupun daerah seiring dengan dilakukannya otonomi daerah.

6. Pendapatan Nasional

Dalam analisis makro ekonomi selalu digunakan istilah “pendapatan

nasional” atau “national income” dan biasanya nilai ini dimaksudkan untuk

menyatakan nilai barang dan jasa yang dihasilkan dalam suatu negara. Dengan

demikian dalam konsep tersebut istilah pendapatan nasional mewakili arti

Produk Domestik Bruto atau produk Nasional Bruto.

Produk Domestik Bruto (PDB) dapat diartikan sebagai nilai barang

dan jasa dalam suatu negara yang di produksi oleh faktor-faktor produksi

milik negara tersebut dan milik warga negara asing. Sedang Produk Nasional

Bruto (PNB) dapat diartikan sebagai nilai barang dan jasa yang di produksi

oleh faktor-faktor produksi yang dimiliki oleh warga negara yang dari negara

yang pendapatan nasionalnya dihitung (Sadono Sukirno,1994). Di negara-

negara berkembang konsep Produk Domestik Bruto adalah konsep yang

paling penting dalam pendapatan nasional. Dalam perekonomian suatu negara,

baik negara maju maupun negara sedang berkembang, barang dan jasa

Page 38: Pengaruh Ekspor Pertanian Dan Migas Terhadap an Nasional (Studi Kasus Indonesia 2003-2009)

24

diproduksi tidak hanya oleh perusahaan milik penduduk negara tersebut tetapi

oleh penduduk negara lain.

Dalam konsep ekonomi makro, menurut metode produksi, nilai

produksi digunakan untuk mengukur pendapatan nasional, yaitu dengan cara

menjumlahkan nilai produksi barang dan jasa yang dihasilkan oleh setiap

sektor produksi dalam suatu negara selama periode tertentu (Sadono Sukirno

1996). Di Indonesia periode waktu tersebut adalah satu tahun kalender dan

sektor-sektor Produksi dibagi menjadi ( sektor Yaitu : pertanian;

pertambangan; dan penggalian; industri pengolahan; listrik; air minum dan

gas; bangunan; pengangkutan dan komunikasi; perdagangan; hotel dan

restoran; keuangan persewaan dan jasa perusahaan dan jasa-jasa lainya.

Jumlah nilai produksi barang-barang dan jasa yang dihasilkan sektor tersebut

selama tahun fiskal disebut Gross Domestik Bruto (GDP) yang dalam bahasa

Indonesia disebut Produk Domestik Bruto (PDB) (Lincolin Arsyad, 1999).

PDB sektor pertanian tidak lain merupakan hasil penjumlahan nilai

produksi dari subsektor-subsektor pertanian. Di Indonesia sektor pertanian

dalam arti luas ini dipilah-pilah menjadi lima bagian subsektor yaitu :

subsektor tanaman pangan, subsektor peternakan, subsektor perkebunan,

subsektor kehutanan dan subsektor perikanan. Perhitungan dilakukan olah

Badan Pusat Statistik. Sumber data sebagian lagi berasal dari instansi teknis

seperti Departemen Pertanian, departemen Kehutanan, Departemen

Perindustrian dan Perdagangan. (Dumairy, 1996)

Pendapatan Nasional dapat dihitung berdasarkan harga berlaku dan

Page 39: Pengaruh Ekspor Pertanian Dan Migas Terhadap an Nasional (Studi Kasus Indonesia 2003-2009)

25

harga tetap. Pendapatan Nasional pada harga berlaku adalah nilai nilai barang-

barang dan jasa-jasa yang dihasilkan oleh suatu negara dalam tahun dan

menurut harga-harga yang berlaku pada tahun tersebut. Pendapatan Nasional

berdasarkan harga tetap yaitu nilai barang dan jasa yang dihasilkan suatu

negara dalam satu tahun yang dinilai berdasarkan harga tetap yaitu harga yang

berlaku pada tahun tertentu dan seterusnya digunakan untuk menilai barang

dan jasa yang dihasilkan pada tahun-tahun lain. Untuk mengukur pertumbuhan

dalam suatu perekonomian seringkali digunakan konsep pendapatan nasional

berdasarkan harga tetap bukan harga berlaku karena jika menggunakan

pendapatan nasional pada harga berlaku terdapat kecenderungan yang selalu

meningkat dari tahun ke tahun akibat dari pertambahan fiskal barang dan jasa

yang dihasilkan dalam perekonomian dan kenaikan harga –harga yang berlaku

dari suatu periode ke periode lainnya karena pendapatan nasional pada harga

berlaku memasukan faktor inflasi.

Terdapat beberapa istilah dan pengertian tentang konsep pendapatan

nasional yang biasa digunakan dalam perhitungan, hal ini dijelaskan sebagai

berikut :

a. Produk Domestik Bruto (PDB) atau Gross Domestic Product (GDP)

PDB atau GDP adalah semua barang dan jasa yang di produksikan

dalam suatu negara dalam jangka waktu tertentu, biasanya 1 tahun.

Dinamakan produk domestic bruto karena dijumlahkan dengan nilai

tambah produk yang berbentuk barang dan jasa. Nilai tambah barang dan

jasa ini dikelompokkan dalam 9 golongan berdasarkan lapangan usaha.

Page 40: Pengaruh Ekspor Pertanian Dan Migas Terhadap an Nasional (Studi Kasus Indonesia 2003-2009)

26

Dinamakan domestik karena produk yang dihasilkan berbeda

dalam batas wilayah negara tanpa memperhatikan apakah produk itu

dihasilkan oleh faktor produksi dalam negeri atau luar negeri. Dinamakan

bruto karena didalamnya termasuk sejumlah penyusutan barang dan modal

untuk produksi.

b. Produk Nasional Bruto (PNB) atau Gross National Product (GNP)

PNB atau GNP adalah barang dan jasa akhir yang diproduksikan

oleh faktor faktor produksi yang dimiliki warga negara dari negara yang

pendapatan nasionalnya dihitung. Dalam GNP tidak dihitung produksi

yang diwujudkan oleh faktor-faktor produksi milik penduduk negara lain.

Cara penghitungan GNP adalah sebagai berikut : GNP = GDP –

pendapatan netto terhadap luar negeri

c. Produk Nasional netto (PNN) atau Net National Product (NNP)

NNP adalah nilai seluruh barang dan jasa yang dihasilkan dalam

waktu tertentu oleh suatu negara sesudah dikurangi penyusutan. NNP

dihitung dengan rumus sebagai berikut :

NNP = GNP – Penyusutan

d. Pendapatan National Neto (PNN) atau Net National Income (NNI)

NNI adakah NNP yang dikurangi pajak tidak langsung, yang dapat

dirumuskan sebagai berikut :

NNI = NNP – Pajak Tidak Langsung

e. Pendapatan pribadi (PP) atau Personal Income (PI)

PI dapat diartikan sebagai semua jenis pendapatan, termasuk

Page 41: Pengaruh Ekspor Pertanian Dan Migas Terhadap an Nasional (Studi Kasus Indonesia 2003-2009)

27

pendapatan yang diperoleh tanpa memberikan sesuatu kegiatan apapun

yang diterima oleh penduduk suatu negara. PI dapat dirumuskan sebagai

berikut :

PI = NNI – (Pajak Perusahaan + Laba ditahan)

f. Pendapatan Disposabel (PD) atau Disposable Income(DI)

DI adalah pendapatan yang digunakan oleh para penerimanya yaitu

semua rumah tangga yang ada dalam perekonomian. Untuk membeli

barang dan jasa yang diinginkan. DI juga dapat diartikan sebagai berikut :

DI = PI – (Pajak Langsung Konsumen + Iuran Jaminan

Sosial) + (transfer)

Perhitungan pendapatan nasional dapat dilakukan dengan 3 metode,

yaitu :

a. Metode Produksi (Production Approach)

Metode ini dilakukan dengan menjumlahkan nilai seluruh barang

dan jasa yang dihasilkan oleh beberapa lapangan usaha dalam

perekonomian. Di Indonesia terdapat 9 lapangan usaha meliputi :

pertanian, peternakan, kehutanan dan perikanan; pertambangan dan

penggalian; hotel dan restoran; pengangkutan dan komunikasi; keuangan,

persewaan dan jasa perusahaan; serta jasa-jasa.

b. Metode Pengeluaran (expenditure Approach)

Metode ini dilakukan dengan menjumlahkan pengeluaran-

pengeluaran yang dilakukan oleh rumah tangga, perusahaan, pemerintah

dan luar negeri atas barang dan jasa yang dihasilkan dalam suatu negara.

Page 42: Pengaruh Ekspor Pertanian Dan Migas Terhadap an Nasional (Studi Kasus Indonesia 2003-2009)

28

Secara sistematis dapat dirumuskan sebagai berikut :

Y = C + I + G +(X-M)

Keterangan :

Y = Pendapatan Nasional

C = Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga

I = Pengeluaran Investasi

G = Pengeluaran Pemerintah

X-M = Ekspor Netto (ekspor-impor)

c. Metode Pendapatan (Income Approach)

Metode ini dilakukan dengan menjumlahkan pendapatan seluruh

faktor produksi yang dilakukan dalam proses, yaitu pendapatan dari tenaga

kerja, modal, tanah dan skill pengusaha. Secara sistematis dapat dituliskan

sebagai berikut :

Y = wage + interest + rent + profit

Keterangan :

Y = Pendapatan Nasional

Wage = Upah Tenaga Kerja

Interest = Bunga Modal

Rent = Sewa Tanah

Profit = keuntungan perusahaan

Page 43: Pengaruh Ekspor Pertanian Dan Migas Terhadap an Nasional (Studi Kasus Indonesia 2003-2009)

29

B. Perumusan Model Penelitian dan Hipotesis

1. Perumusan Model Penelitian

Ekspor merupakan seluruh permintaan atas barang-barang yang kita

produksi yaitu permintaan orang-orang asing atas barang dan jasa dalam

negeri. (Maurice D Levi, 1996). Pengertian Ekspor Pertanian (padi, kacang,

jagung, kentang, kedelai dan Ketela ) dan Ekspor migas dalam penelitian ini

adalah perdagangan hasil pertanian dan migas yang menembus batas

territorial dua Negara dan sering kali melewati batas Negara ketiga sebagai

pelabuhan persinggahan.

Kepercayaan yang diberikan pada sektor pertanian secara umum telah

terbukti. Dari awal mula krisis sampai kuartal ketiga tahun 1998, sektor

pertanian menunjukkan pertumbuhan melebihi sektor-sektor lainnya. Selain

itu, dari tahun 2005 sampai 2007, sumbangan pertanian terhadap total jumlah

tenaga kerja meningkat dari 4.950.562 menjadi 6.278.470, satu-satunya sektor

dimana tenaga kerja mengalami peningkatan.

Table 2. Penduduk 15 Tahun Ke Atas Menurut Status Pekerjaan Utama 2004-2009

No. Status Pekerjaan Utama

2004 2005 (Feb)

2005 (Nov)

2006 (Feb)

2006 (Agst)

2007 (Feb)

2007 (Agst)

2008 (Feb)

2008 (Agst)

2009 (Feb)

1 Pekerja Bebas di Pertanian

4 449 921

4 950 562

5 534 842

5 886 366

5 541 158

6 278 470

5 917 400

6 130 481

5 991 493

6 346 122

2 Pekerja Bebas di Non Pertanian

3 732 838

4 090 075

4 325 365

4 244 130

4 618 280

4 267 064

4 458 772

4 798 856

5 292 262

5 151 536

Sumber: Bank Indonesia, BPS tahun 2009

Melihat kenyataan yang ada, tampaknya pemikiran pembangunan

ekonomi itulah yang mungkin harus diperbaharui. Kenyataan menunjukkan,

Page 44: Pengaruh Ekspor Pertanian Dan Migas Terhadap an Nasional (Studi Kasus Indonesia 2003-2009)

30

pertanian penting dan akan tetap penting, dan tidak bisa "ditinggalkan",

bahkan setelah ekonomi berada pada tahap industrialisasi. Telah dipahami,

pertanian berperan besar dalam penciptaan kesempatan kerja dalam memberi

sumbangan terhadap pendapatan nasional, sumbangan terhadap ekspor bersih,

dan memberi pengaruh terhadap inflasi

Gambar 2. Kerangka Pemikiran

2. Hasil Penelitian Terdahulu

a. Kualitas Antara Ekspor dan PDB Di Indonesia Tahun (19971-1997)

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Masjidin Siregar dengan

menggunakan Granger Causality test ternyata tidak berhasil

memperlihatkan bahwa ekspor mempengaruhi pertumbuhan PDB pada

periode 1971-1997. Hal ini mungkin terjadi karena ekspor pada periode

1981-1985 mengalami penurunan sementara PDB meningkat terus sampai

krisis ekonomi mulai melanda negeri ini pada tahun 1997.

Ekspor Pertanian

Ekspor Migas

Pendapatan Nasional

Page 45: Pengaruh Ekspor Pertanian Dan Migas Terhadap an Nasional (Studi Kasus Indonesia 2003-2009)

31

b. Dampak Penetapan Nilai Tukar Rupiah terhadap Ekspor dan Impor

Indonesia.

Made Suardini dan Miranda S.Goeltom (1997) melakukan

penelitian tentang dampak intervensi Bank Central dalam penetapan nilai

tukar rupiah terhadap ekspor dan impor Indonesia, dengan rentang waktu

observasi 1979 sampai dengan 1991. melalui penelitian tersebut Suardini

dan Goeltom menyimpulkan bahwa dengan menggunakan sistem

generalized floating bautista dengan model autoregresif menunjukkan

bahwa pengaruh yang dimiliki nilai tukar yang ditunjang dengan

intervensi Bank Sentral dalam pertubuhan ekspor nonmigas cukup besar.

Sementara itu dampak intervensi Bank Sentral terhadap impor berdasarkan

model Generalized Floating Rana menunjukkan adanya pengaruh yang

erat antara nilai tukar dengan impor.

c. Industri Minyak Bumi dan Ekonomi Indonesia : Suatu studi Dampak

Penelitian tersebut menganalisis data perekonomian untuk kurun

waktu 1967-1976. Dalam penelitiannya, Sritua Arief melakukan dua

model pendekatan, yaitu : pendekatan input output dan pendekatan

ekonomi makro. Dalam pendekatan ekonomi makro digunakan persamaan

simultan yang memodelkan pendapatan nasional dari pendekatan

pengeluaran. Unsur-unsur pendapatan nasional diuraikan dalam tujuh

persamaan struktural dan dua persamaan identitas, antara lain persamaan

konsumsi (pemerintah dan swasta), Investasi (pemerintah dan swasta),

impor, pajak, dan pembayaran neto ke luar negeri. Hasil penelitian yang

Page 46: Pengaruh Ekspor Pertanian Dan Migas Terhadap an Nasional (Studi Kasus Indonesia 2003-2009)

32

menonjol menunjukkan bahwa pengganda dampak yang ditimbulkan oleh

ekspor sektor minyak bumi terhadap produk nasional bruto selama periode

yang diteliti adalah 1,2876, jauh lebih kecil kalau dibandingkan dengan

yang ditimbulkan oleh ekspor non minyak bumi sebesar 3,0930. sebab

utama dari hal ini ialah bahwa ekspor sektor non minyak bumi mempunyai

efek yang lebih tinggi terhadap konsumsi, investasi, dan pajak.

3. Hipotesis Penelitian

a. Ekspor pertanian dan ekspor migas sama-sama memiliki pengaruh yang

positif terhadap pendapatan nasional, yang secara statistik sangat

signifikan.

b. Ekspor migas memberikan dampak yang lebih baik terhadap pendapatan

nasional bila dibandingkan dengan ekspor pertanian.

c. Dari sisi pertumbuhan, ekspor pertanian memberi dampak yang lebih kecil

terhadap pertumbuhan pendapatan nasional.

Page 47: Pengaruh Ekspor Pertanian Dan Migas Terhadap an Nasional (Studi Kasus Indonesia 2003-2009)

33

III. METODE PENELITIAN DAN ANALISIS

A. Metode Penelitian

Penelitian ini menganalisis mengenai pengaruh ekspor pertanian dan non

pertanian terhadap Pendapatan Nasional Indonesia.

1. Ruang Lingkup

Penelitian ini termasuk dalam bidang Ilmu Ekonomi Studi pembangunan yang

terfokus pada Ekonomi Makro yaitu menganalisis tentang Pengaruh ekspor

pertanian dan migas terhadap pendapatan nasional.

2. Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode studi pustaka dan analisis data sekunder.

3. Sumber Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini di ambil dari RAPBN dan Nota

Keuangan tahun 2003-2009 - publikasi Departemen Keuangan; Statistik

Ekonomi dan Keuangan Indonesia tahun 2003-2009 Publikasi Bank Indonesia;

Pendapatan Nasional Indonesia tahun 2003-2009 -publikasi Badan Pusat

Statistik; Laporan Tahunan Bank Indonesia; dan Indikator Ekonomi dalam

berbagai tahun - publikasi Badan Pusat Statistik tahun 2003-2009.

4. Teknik Pengambilan Data

Semua data yang diambil oleh penulis dalam penelitian ini dilakukan

Page 48: Pengaruh Ekspor Pertanian Dan Migas Terhadap an Nasional (Studi Kasus Indonesia 2003-2009)

34

untuk membantu pembahasan dan penyusunan secara teoritis, dan penulis

mengadakan riset melalui penelitian kepustakaan (library research). Hal ini

dilakukan dengan mempelajari dan membaca buku-buku yang berkaitan dalam

penelitian ini seperti buku wajib dan buku-buku anjuran, ataupun buku pelengkap

lainnya serta bahan-bahan referensi yang berhubungan dengan pengaruh ekspor

pertanian dan migas terhadap pendapatan nasional

5. Jenis Data

Adapun data-data yang diperlukan untuk digunakan dalam penelitian ini,

terkait dengan analisis yang akan dilakukan penulis adalah Sumber data dalam

penelitian ini adalah data sekunder dengan runtut waktu (time series) dari periode

tahun 2003-2009.

6. Definisi Operasional

Konsep dan definisi yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah

sebagai berikut:

a. PDB (Produk Domestik Bruto) adalah jumlah nilai barang dan jasa akhir

yang dihasilkan oleh berbagai unit produksi di dalam satu Negara dalam

jangka waktu tertentu (satu tahun).

b. Ekspor adalah seluruh permintaan atas barang – barang yang kita produksi

yaitu permintaan orang-orang asing atas barang dan jasa dalam

negeri.(Maurice D Levi, 1996). Pengertian Ekspor dalam penelitian ini adalah

perdagangan hasil pertanian dan non pertanian yaitu migas yang menembus

Page 49: Pengaruh Ekspor Pertanian Dan Migas Terhadap an Nasional (Studi Kasus Indonesia 2003-2009)

35

batas territorial dua Negara dan sering kali melewati batas Negara ketiga

sebagai pelabuhan persinggahan.

c. PDB atas dasar harga konstan suatu tahun tertentu adalah nilai produk atau

pengeluaran atau pendapatan yang dinilai atas dasar harga tetap untuk suatu

tahun tertentu.

d. PDB per kapita yaitu besarnya pendapatan per kapita rata-rata yang diterima

suatu penduduk suatu Negara pada tahun tertentu, dihitung dengan membagi

nilai PDB total dengan jumlah penduduk pada tahun yang bersangkutan.

e. Pertumbuhan ekonomi adalah kenaikan PDB riil pada suatu Negara.

B. Metode Analisis Data

Untuk melakukan analisis data penulis menggunakan persamaan parsial

dalam bentuk model persamaan linier, yang hanya menggambarkan pengaruh ekspor

(pertanian dan migas) terhadap pendapatan nasional saja, tanpa memasukkan unsur

lain.

1. Untuk mengetahui pengaruh ekspor pertanian dan migas terhadap pendapatan

nasional dilakukan analisis data mengunakan persamaan regresi linear, namun

data harus di uji terlebih dahulu menggunakan uji asumsi klasik diantaranya

heteros kedasitisitas, autokorelasi,dan multikolinearitas.

Yt = tnagrt

agrt EE 1111 εγβα +++

2. Untuk membandingkan besarnya pengaruh ekspor pertanian dan migas terhadap

pendapatan nasional dilakukan perbandingan nilai koefisien elastisitas yang

diperoleh dari nilai koefisien masing-masing variabel ekspor pertanian dan migas

Page 50: Pengaruh Ekspor Pertanian Dan Migas Terhadap an Nasional (Studi Kasus Indonesia 2003-2009)

36

yang lebih berpengaruh terhadap variabel pendapatan nasional ditunjukkan

dengan nilai koefisien regresi yang lebih tinggi

. Yt = tnagrt

agrt EE 1111 εγβα +++

3. Untuk mengetahui pengaruh pertumbuhan ekspor pertanian dan migas terhadap

pertumbuhan pendapatan nasional dilakukan analisis data mengunakan

persamaan regresi log linear, namun data harus di uji terlebih dahulu

menggunakan uji asumsi klasik diantaranya heteros kedasitisitas,

autokorelasi,dan multikolinearitas.

Ln Yt = tnagrt

agrt LnELnE 2222 εγβα +++

Dalam spesifikasi ini, simbol-simbol didefinisikan sebagai berikut:

Y = Produk Nasional Bruto

agrE = Ekspor Pertanian

nagrE = Ekspor Migas

γβα ,, = Koefisien Regresi

ε = Variabel Pengganggu

t = Mengindikasikan time series

Sebelum data dianalisis, data tersebut harus diuji apakah melanggar asumsi

dasar seperti heteroskedastisitas, autokorelasi dan multikolinearitas. Parameter yang

telah diestimasi dengan salah satu metode di atas kemudian akan diuji secara

Statistik untuk melihat apakah suatu hipotesis bisa diterima atau ditolak. Cara

pengujian yang dapat dilakukan adalah dengan uji nilai t, uji nilai F dan Adjusted R.-

squared. Seperti yang telah dijelaskan di atas, bahwa setiap estimasi ekonometri

Page 51: Pengaruh Ekspor Pertanian Dan Migas Terhadap an Nasional (Studi Kasus Indonesia 2003-2009)

37

harus dibersihkan dari penyimpangan terhadap asumsi dasar dan dalam studi ini,

ketiga masalah tersebut akan dideteksi untuk setiap persamaan. Asumsi-asumsi

dasar klasik OLS (Ordinary Least Square) yang harus dipenuhi agar model regresi

yang diajukan menunjukkan persamaan hubungan yang valid atas BLUE (Best

Linear Unbiased Estimator) adalah sebagai berikut (Gujarati, 1993) :

1. Uji Heteroskedastisitas

Gejala heteroskedastisitas muncul apabila variabel pengganggu setiap

pengamatan tidak lagi konsisten, tetapi bervariasi. Apabila hal ini terjadi maka

estimator OLS masih tidak bias dan masih tetap konsisten, tetapi tidak konsisten

lagi dalam sampel kecil. Untuk mendeteksi ada tidaknya heteroskedastisitas

digunakan Glesjer Test (Gujarati, 1993) :

ei = bo + b1X1 + b2X2 + vi

Kriteria pengujian :

thitung ≥ ttabel = ada gejala heteroskedastisitas

thitung < ttabel = tidak ada gejala heteroskedastisitas

2. Uji Autokorelasi

Salah satu asumsi dasar dari metode regresi dengan kuadrat terkecil

adalah tidak adanya korelasi antar gangguan. Adanya masalah autokorelasi ini

akan menghasilkan hasil estimasi koefisien yang konsisten dan tidak bias tetapi

dengan varian yang besar, atau dengan kata lain hasil penafsiran tidak efisien.

Varians estimasi parameter yang tidak efisien ini menyebabkan nilai t hitung

Page 52: Pengaruh Ekspor Pertanian Dan Migas Terhadap an Nasional (Studi Kasus Indonesia 2003-2009)

38

cenderung kecil dan hasil pengujian cenderung menerima hipotesis nol (H0).

Cara yang paling sering digunakan untuk mendeteksi adanya autokorelasi

adalah dengan uji Durbin-Watson. Uji ini dilakukan dengan membandingkan

nilai Statistik DW yang dihitung dengan nilai batas atas (DWJ dan nilai batas

bawah.

(DW,) dari tabel Durbin Watson, dengan memperhatikan jumlah

observasi dan jumlah variabel bebas ditambah satu. Selang kepercayaan yang

didapat dari hasil pengujian mencakup 5 daerah, yaitu: (1) kurang dari DWt; (2)

antara DWt dan DWU; (3) antara DWU dan 4 - DWU; (4) antara 4 - DWU dan 4 -

DW dan (5) lebih dari 4 - DWt.

Jika DW hitung terletak pada interval (1) atau (5) maka model

menunjukkan adanya masalah autokorelasi. Sedangkan apabila nilai DW hasil

perhitungan terletak pada interval (3) maka dalam model tidak terdapat masalah

autokorelasi. Bila hasil perhitungan statistik DW terletak pada interval (2) atau

(4) maka hasil pengujian tidak dapat disimpulkan. Disamping itu, autokorelasi

dapat pula dideteksi dengan correlogram oj 'residual 'yang dihasilkan

berdasarkan residual-tests. Jika dalam correlogram of residual itu terdapat

batang-batang yang melewati batas garis putus kiri dan kanan, maka persamaan

itu sudah dapat dipastikan mengandung korelasi serial.

3. Uji Multikolinearitas

Multikolinearitas adalah suatu situasi adanya korelasi antara variabel-

variabel bebas. Adanya multikolinearitas mengakibatkan penaksiran-penaksiran

OLS menjadi tidak efisien. Untuk mendeteksi adanya multikolinearitas

Page 53: Pengaruh Ekspor Pertanian Dan Migas Terhadap an Nasional (Studi Kasus Indonesia 2003-2009)

39

dilakukan dengan uji Variance Inflation Factor (VIF) dengan kriteria pengujian

sebagai berikut :

Nilai VIF ≥ 10 ada gejala multikolinearitas

Nilai VIF < 10 tidak ada gejala multikolinearitas

Page 54: Pengaruh Ekspor Pertanian Dan Migas Terhadap an Nasional (Studi Kasus Indonesia 2003-2009)

40

IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Variabel Penelitian

1. Ekspor

Perubahan arah kebijakan industrialisasi Indonesia dari strategi substitusi

impor menjadi strategi berorientasi ekspor pada pertengahan tahun 1980-an telah

memberikan pengaruh penting terhadap perkembangan ekspor Indonesia selama

dua dasawarsa terakhir. Pergeseran arah kebijakan ini telah menggeser komposisi

ekspor dari berbasis sektor primer (natural based export) ke ekspor berbasis

sektor sekunder (mamifakture based export). Keberhasilan strategi ini pula yang

telah pernah mengantarkan Indonesia, bersama dua negara ASEAN lainnya

(Malaysia dan Thailand) menjadi kandidat NICs pada akhir tahun 1996.

Perubahan kebijakan ini diambil oleh pemerintah Indonesia karena sektor

migas yang semula menjadi penopang pendapatan ekspor terbesar sudah tidak

menarik lagi. Penerimaan ekspor dari sektor migas semakin kecil akibat dari stok

eksternal penurunan harga minyak dunia. Akibat dari kebijakan ini, rasio ekspor

sektoral yang semula didominasi oleh sektor migas dan pertanian, pada akhir

1980-an digantikan oleh ekspor sektor industri.

Berbeda dengan pertumbuhan PDB yang cenderung stabil, pertumbuhan

ekspor Indonesia cenderung bersifat fluktuatif. Bila dilihat dari nilainya,

pertumbuhan ekspor memiliki trend yang meningkat pada periode sebelum krisis.

Hal ini terjadi karena ekspor merupakan komponen pertumbuhan yang sangat

dipengaruhi oleh kondisi perekonomian dunia. Namun di tahun-tahun selanjutnya,

Page 55: Pengaruh Ekspor Pertanian Dan Migas Terhadap an Nasional (Studi Kasus Indonesia 2003-2009)

41

nilai ekspor terus meningkat walaupun pertumbuhannya tidak stabil.

Tabel 3. Ekspor Indonesia Atas Dasar Harga Konstan 2000 Tahun 2003-2009 Per 31 Desember 2009

Tahun Ekspor (Milyar Rupiah)

2003 612.559,4 2004 680.465,7 2005 793.613,0 2006 868.256,5 2007 942.431,0 2008 1.032.278,0 2009 932.124,0

Sumber: Bank Indonesia, BPS tahun 2009

Adanya krisis ekonomi yang terjadi pada pertengahan tahun 2003 yang

berdampak dengan penurunan nilai tukar rupiah terhadap US$, sesungguhnya

memiliki dampak peningkatan daya saing, yang pada gilirannya membuka

peluang bagi peningkatan ekspor bersih. Tahun 2004 nilai total ekspor meningkat

menjadi Rp 680.465,7 (dalam milyar) dari tahun sebelumnya, kemudian di tahun

2005 mengalami kenaikan kembali menjadi Rp 793.613,0 (dalam milyar). Hal ini

disebabkan oleh banyaknya sektor-sektor seperti sektor industri yang

menghasilkan produk ekspor, mengalami kesulitan dalam memperoleh bahan

baku yang sebagian besar merupakan bahan barang impor. Pada tahun 2006

ekspor meningkat kembali. Ini didukung oleh menguatnya nilai tukar rupiah dan

harga barang-barang baik ini bahan baku maupun barang modal mulai menurun,

sehingga banyak produsen meningkatkan produksinya untuk memenuhi

kebutuhan masyarakat.

Produk Domestik Bruto (PDB) sektor pertanian tahun 2007 s/d 2008

Page 56: Pengaruh Ekspor Pertanian Dan Migas Terhadap an Nasional (Studi Kasus Indonesia 2003-2009)

42

mengalami pertumbuhan yang mengesankan yaitu sekitar 4.41 persen. Selain itu

berdasarkan data kemiskinan tahun 2005-2008, kesejahteraan penduduk

perdesaan dan perkotaan membaik secara berkelanjutan. Berbagai hasil

penelitian, menyimpulkan bahwa yang paling besar kontribusinya dalam

penurunan jumlah penduduk miskin adalah pertumbuhan sektor pertanian.

Tabel 4. Ekspor Berdasarkan Sektor Pertanian Tahun 2003-2009 (juta US$) Pertanian

Tahun Nilai Pangsa pasar % 2003 2.750 5,6 2004 2.430 4,5 2005 2.870 4,3 2006 3.326 4,1 2007 3.744 4,0 2008 4.667 4,3 2009 4.358 4,4

Sumber: Bank Indonesia, BPS tahun 2009

Seiring dengan pertumbuhan ekonomi nasional, Nilai tukar pertanian dan

migas sebagai salah satu indikator kesejahteraan secara konsisten mengalami

peningkatan selama periode tahun 2008 dengan pertumbuhan pangsa pasar

sebesar 4,3 persen per tahun. Dengan kinerja yang meningkat seperti itu, neraca

perdagangan komoditas pertanian mengalami peningkatan secara konsisten

selama periode 2005-2008. Selain itu, pertumbuhan tenaga kerja sektor

pertanian 1,56 persen/tahun, lebih tinggi dari rata-rata pertumbuhan total

angkatan kerja (1,24 persen/tahun) dan tenaga kerja non pertanian yang hanya

sekitar 0,98 persen/tahun. Melihat kondisi tersebut mengakibatkan. Rata-rata

pertumbuhan nilai investasi sektor pertanian tahun 2005 dan 2007 mencapai

172,8 persen/tahun, lebih tinggi dibanding sektor lain. (http://www.bps.go.id)

Page 57: Pengaruh Ekspor Pertanian Dan Migas Terhadap an Nasional (Studi Kasus Indonesia 2003-2009)

43

Tabel 5. Pertumbuhan Ekspor Indonesia Tahun 2003-2009 (dalam milyar rupiah)

Perubahan Perubahan Tahun

Ekspor Pertanian

(Rp) (Rp) (%) Ekspor Migas

(Rp) (Rp) (%)

2002 2.640,00 - - 6.548,00 - - 2003 2.750,00 110,00 4,17 7.469,00 921,00 14,07 2004 2.430,00 -320,00 -11,64 7.605,00 136,00 1,82 2005 2.870,00 440,00 18,11 9.523,00 1.918,00 25,22 2006 3.326,00 456,00 15,89 10.911,00 1.388,00 14,58 2007 3.744,00 418,00 12,57 12.496,00 1.585,00 14,53 2008 4.667,00 923,00 24,65 15.387,00 2.891,00 23,14 2009 4.358,00 -309,00 -6,62 10.624,00 -4.763,00 -30,95

(Data sekunder yang diolah)

Dilihat dari perkembangan nilai ekspornya, prospek ekspor Indonesia

relatif terus membaik. Hal yang cukup menggembirakan ialah bahwa kenaikan

nilai ekspor terutama terjadi di sektor pertanian dan non pertanian kenaikan yang

dominan terjadi di sub sektor migas. Dari tahun 2003 sampai 2009, peningkatan

ekspor hasil industri terus 'mengalami percepatan. Golongan barang yang

mendominasi struktur ekspor non migas adalah mesin dan peralatan listrik, bahan

bakar mineral, mesin dan pesawat mekanik, lemak dan minyak hewan/nabati,

kayu dan barang dari kayu, pakaian jadi bukan (rajutan, bijih, kerak dan abu

logam, perabot dan penerangan rumah, barang-barang rajutan, serta tembaga.

Kesepuluh golongan barang ini merupakan 54 persen dari total ekspor migas.

Page 58: Pengaruh Ekspor Pertanian Dan Migas Terhadap an Nasional (Studi Kasus Indonesia 2003-2009)

44

Table 6. Ekspor Indonesia Sektor Migas Tahun 2003-2009 (juta US$) Negara 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009*

Nilai Ekspor Nilai Ekspor Minyak Bumi dan hasilnya 7.469 7.605 9.523 10.911 12.496 15.387 10.624 Gas: - LNG 6.744 7.304 8.734 9.953 9.723 12.785 7.189 - LPG 326 366 477 175 210 79 48 - Natural Gas 695 1.010 1.509 1.910 2.443 3.469 2.589

Total 15.234 16.285 20.243 22.950 24.872 31.721 20.451

Volume Ekspor Volume Ekspor Minyak Bumi dan hasilnya (juta barel) 261 212 186 177 178 162 169

Gas: - LNG (juta MMBTU) 1.387 1.323 1.215 1.172 1.080 1.068 1.030

- LPG (ribu Ton) 1.170 1.101 1.076 364 337 101 88 - Natural Gas (juta MMBTU) 170 223 250 265 293 303 309

Sumber: Bank Indonesia, BPS tahun 2009

MMBTU = Million British Thermal Unit

* Angka sementara

Sumber: BPMigas (diolah)

Pertumbuhan ekspor tahun 2005 dan 2006 terus mengalami peningkatan.

Pertumbuhan ekspor tahun 2006, lebih tinggi dari pada tahun 2005. Pada periode

tahun ini, sektor migas masih tetap menjadi penyumbang utama ekspor Indonesia.

2. Produk Domestik Bruto (PDB)

Tambunan (2001) memaparkan bahwa berdasarkan kondisi

pembangunan ekonomi Indonesia sejak Pelita I pada tahun 1969 hingga krisis,

ekonomi terjadi, akhir tahun 1997 atau awal tahun 1998, dapat dikatakan

bahwa Indonesia telah mengalami suatu proses pembangunan ekonomi yang

spektakuler, paling tidak pada tingkat makro (agregat). Keberhasilan ini dapat

diukur dengan sejumlah indikator ekonomi makro. Dua di antaranya yang umum

digunakan ialah tingkat Pendapatan Nasional (PN) per kapita dan laju

pertumbuhan PDB pertahun. Sejak Pelita I dimulai, pendapatan nasional

Page 59: Pengaruh Ekspor Pertanian Dan Migas Terhadap an Nasional (Studi Kasus Indonesia 2003-2009)

45

Indonesia per kapita mengalami peningkatan yang relatif tinggi setiap tahun,

namun kemudian selama dekade 1970-an dan 1980-an proses pembangunan

ekonomi Indonesia mengalami banyak shocks yang cukup serius, terutama

disebabkan oleh faktor-faktor eksternal seperti merosotnya harga minyak

mentah di pasar internasional menjelang pertengahan dekade 1980-an dan resesi

ekonomi dunia pada dekade yang sama. Indonesia sejak pemerintahan orde baru

menganut sistem ekonomi terbuka, sehingga goncangan-goncangan eksternal

seperti itu sangat terasa dampaknya terhadap laju pertumbuhan ekonomi nasional.

Resesi ekonomi dunia yang terutama disebabkan oleh rendahnya laju

pertumbuhan PDB/ PN di negara-negara industri maju yang mendominasi

peroagangan dunia mengakibatkan lemahnya permintaan dunia terhadap barang-

barang ekspor dari Indonesia dan berdampak negatif pada laju pertumbuhan

ekonomi Indonesia.

Selama pertengahan pertama dekade 1990-an, rata-rata pertumbuhan

ekonomi Indonesia per tahun sekitar 7,3 persen. Hal ini membuat Indonesia

termasuk negara di ASEAN dengan pertumbuhan ekonomi yang tinggi, rata-rata

pendapatan nasional per kapita di Indonesia naik pesat setiap tahun dimana pada

tahun 1993 dalam dolar AS sudah melewati angka 800. Akan tetapi, pendapatan

nasional per kapita Indonesia menurun drastis ke 640 dolar AS pada tahun 1998

dan 580 dolar AS pada tahun 1999 akibat terjadinya krisis.

Page 60: Pengaruh Ekspor Pertanian Dan Migas Terhadap an Nasional (Studi Kasus Indonesia 2003-2009)

46

Tabel 7. Produk Domestik Bruto Atas Dasar Harga Konstan Menurut Lapangan Usaha tahun 2003-2009 (miliar rupiah)

Tahun Subsektor

2003 2004 2005 2006 2007 2008* 2009**Tanaman bahan makanan 120.139,3 122.612 125.802 129.549 133.889 142.000 148.692

Tanaman perkebunan 38.191,6 38.849 39.811 41.318 43.199 44.786 45.887 Peternakan 30.726,9 31.673 32.347 33.430 34.221 35.425 36.744 Kehutanan 18.118,2 17.434 17.177 16.687 16.548 16.543 16.794 Perikanan 35.900,1 36.596 38.746 41.419 43.653 45.866 48.253 Pertanian, peternakan, kehutanan, dan perikanan 243.076,0 247.164 253.882 262.403 271.509 284.621 296.369

Sumber: Bank Indonesia, BPS tahun 2009

Krisis ekonomi yang melanda Indonesia membuat Indonesian

miracle selama pemerintahan Soeharto menjadi tidak berarti. Sektor

keuangan/ perbankan yang pada masa orde baru berkembang sangat (bahkan

terlalu) pesat menjadi hancur sama sekali, terutama karena kredit macet antar

bank. Praktis hampir semua sektor ekonomi mengalami pertumbuhan negatif.

Industri manufaktur yang merupakan andalan ekonomi Indonesia sebagai

sumber nilai tambah juga sangat terpukul oleh krisis ekonomi. Penyebab

hancurnya sektor ini adalah akibat turunnya kemampuan belanja (purchasing

power) masyarakat dan lesunya kegiatan-kegiatan ekonomi domestik yang

mengakibatkan menurunnya jumlah permintaan agregat yang terdiri atas final

demand dari masyarakat dan intermediate demand dari sektor-sektor ekonomi

(termasuk industri itu sendiri) terhadap produk-produk manufaktur.

Pada tahun 1999 beberapa sektor mengalami perbaikan, terutama listrik,

gas dan air minum yang pertumbuhannya mencapai 8 persen lebih. Pada tahun

2000, dua tahun setelah krisis ekonomi mencapai klimaksnya, semua sektor dapat

dikatakan mengalami perbaikan.

Page 61: Pengaruh Ekspor Pertanian Dan Migas Terhadap an Nasional (Studi Kasus Indonesia 2003-2009)

47

Dalam tahun 2001 proses pemulihan ekonomi mengalami perlambatan.

Dari sisi produksi, semua sektor mengalami perlambatan. Sektor pertanian,

industri pengolahan, dan lainnya tumbuh berturut-turut sekitar 0,6 persen, 4,3

persen, dan 3.6 persen, lebih rendah dari yang dicapai tahun 2000 masing-masing

sekitar 1,7 persen, 6,1 persen, dan 5,3 persen. Sedangkan dari sisi pengeluaran,

pembentukan modal tetap bruto (PMTB) serta ekspor barang dan jasa hanya

tumbuh berturut-turut sekitar 4,0 persen dan 1,9 persen, jauh di bawah yang

dicapai tahun 2000 masing-masing sekitar 21,9 persen dan 26,5 persen.

Perekonomian tahun 2001 lebih banyak didukung oleh konsumsi masyarakat dan

pemerintah yang tumbuh masing-masing sekitar 5,9 persen dan 8,2 persen.

Pertumbuhan ekonomi tahun 2001 sekitar 3,8 persen tersebut tidak cukup untuk

menciptakan lapangan kerja bagi tambahan angkatan kerja baru. Pada tahun 2001,

pengangguran terbuka diperkirakan mencapai 8 juta jiwa atau sekitar 8,1 persen

dari total angkatan kerja. Secara singkat kinerja ekonomi tahun 2001 dipengaruhi

oleh tiga faktor utama. Pertama, berkurangnya ketidakpastian politik berkaitan

dengan perubahan kepemimpinan nasional pada Sidang Istimewa MPR bulan

Juli 2001. Kedua, meningkatnya ketidakpastian global sebagai akibat dari

melambatnya pertumbuhan ekonomi dunia yang kemudian diperburuk oleh

tragedi WTC di New York tanggal 11 September 2001. Ketiga, belum pulihnya

kepercayaan masyarakat terhadap proses pemulihan ekonomi yang sedang

berlangsung (www.bappenas.go.id, 2002).

Perekonomian Indonesia sepanjang tahun 2002 secara umum masih

mengindikasikan proses pemulihan ekonomi. Meskipun pertumbuhan PDB riil

Page 62: Pengaruh Ekspor Pertanian Dan Migas Terhadap an Nasional (Studi Kasus Indonesia 2003-2009)

48

tahun 2002 mencapai 4,3 persen, meningkat dari tahun 2001 yang mencapai 3,8

persen, tetapi nilai dari PDB riil tahun 2002 hanya mampu mencapai Rp

1.504.380,6 miliar. perkembangan ini menandakan bahwa perekonomian

Indonesia belum sepenuhnya pulih dari krisis yang berlangsung sejak lima tahun

silam, seperti halnya pada kondisi ketenagakerjaan. Jumlah pengangguran

terbuka meningkat karena jumlah angkatan kerja semakin tidak sebanding

dengan lapangan kerja yang tersedia. Di samping itu, pengurangan atau

penghentian aktivitas produksi mendorong meningkatnya pemutusan hubungan

kerja. Kondisi ketenagakerjaan bertambah suram menyusul kasus pemulangan

besar-besaran tenaga kerja Indonesia yang ilegal di Malaysia, penurunan drastis

jumlah wisatawan mancanegara pasca tragedi bom Bali, serta masih maraknya

aksi unjuk rasa dan pemogokan buruh (Laporan Bank Indonesia Tahun 2002).

Sementara itu, kinerja perekonomian pada tahun 2003 mengalami

perbaikan. Perekonomian tumbuh 4,8 persen, lebih tinggi sedikit bila

dibandingkan pertumbuhan tahun sebelumnya tetapi pertumbuhan tersebut

belum diikuti oleh perbaikan kesejahteraan masyarakat yang di antaranya

tercermin dari tingkat pendapatan perkapita pada tahun 2003 sebesar Rp

2.000.000 yang masih lebih rendah daripada pendapatan perkapita sebelum krisis

ekonomi (tahun 1997) yang rata-rata mencapai Rp 2.200.000. Selain itu, apabila

dilihat dari sisi angka pengangguran pada tahun 2003 mencapai 10,1 juta orang

yang meningkat 11,3 persen dibandingkan tahun sebelumnya (Laporan Bank

Indonesia Tahun 2003).

Page 63: Pengaruh Ekspor Pertanian Dan Migas Terhadap an Nasional (Studi Kasus Indonesia 2003-2009)

49

Tabel 8. Pertumbuhan Produk Domestik Bruto Indonesia Atas Dasar Harga Konstan 2000 Tahun 2002-2009 Per 31 Desember 2009

Tahun PDB (milyar rupiah)

Pertumbuhan (%)

PNB (milyar rupiah)

Pertumbuhan (%)

2002 1.506.124,40 4.38 1.449.767,40 3,35 2003 1.579.558,90 4.88 1.498.328,10 5,19 2004 1 656.517,70 5.13 1.576.049,00 4,28 2005 1.745.815,90 5.36 1.643.434,00 5,47

2006 1.847.127,90 5.55 1.733.269,00 6,37

2007 1.964.327,00 6.30 1.843.764,00 7,70

2008 2.082.316,32 6.12 1.985.720,00 4,10

2009 2.176.975,20 4.55 2.067.156,00 3,35 Sumber: Bank Indonesia, BPS tahun 2009

Pada tahun 2004 kinerja perekonomian tumbuh cukup tinggi yaitu sebesar

5,1 person, dengan PDB sebesar Rp 1 656.517,70 miliar. Sejak tahun 2000

hingga tahun 2004, pertumbuhan perekonomian terjadi hampir di seluruh sektor

kecuali sektor pertambangan dan penggalian yang mengalami penurunan dari Rp

167,7 triliun pada tahun 2000 menjadi Rp 160,7 triliun pada tahun 2004.

Pertumbuhan tertinggi pada tahun 2004 terjadi pada sektor pengangkutan dan

komunikasi sebesar 12,70 persen, disusul sektor bangunan yang tumbuh sebesar

8,17 persen dan diikuti sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan sebesar

7,72 persen (Laporan Perekonomian Indonesia, 2004).

Perekonomian Indonesia pada tahun 2005 dan 2006 mengalami

pertumbuhan. Pertumbuhan tahun 2006 sebesar 5,5 persen, lebih tinggi

daripada tahun 2005 yang mencapai 5,3 persen. Selama periode tahun ini hampir

semua sektor ekonomi yang membentuk PDB mengalami pertumbuhan.

Page 64: Pengaruh Ekspor Pertanian Dan Migas Terhadap an Nasional (Studi Kasus Indonesia 2003-2009)

50

B. Hasil Analisis dan Pembahasan

Pengaruh ekspor pertanian dan migas terhadap pendapatan nasional (studi

kasus Indonesia tahun 2003-2009) yaitu :

1. Pengaruh Ekspor Pertanian dan Ekspor Migas Terhadap Pendapatan

Nasional

a. Uji Asumsi Klasik

1) Uji Heteroskedastisitas

Gejala heteroskedastisitas muncul apabila variabel pengganggu setiap

pengamatan tidak lagi konsisten, tetapi bervariasi. Dengan menggunakan

uji Park pada Lampiran 2, yaitu membuat model regresi yang

menunjukkan hubungan antara nilai absolut residual (e) sebagai variabel

dependent dengan variabel independent-nya, diperoleh nilai signifikansi

uji t variabel X1 sebesar 0,832 dan nilai signifikansi uji t variabel X2

sebesar 0,967 masing-masing lebih besar dari nilai α sebesar 0,05.

Berdasarkan bukti tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat

heteroskedastisitas dalam model regresi.

2) Uji Autokorelasi

Salah satu asumsi dasar dari metode regresi dengan kuadrat

terkecil adalah tidak adanya korelasi antar gangguan. Berdasarkan hasil uji

Durbin-Watson dengan bantuan software SPSS for Windows pada

Lampiran 2, diperoleh nilai Durbin-Watson sebesar 2,127. Nilai tersebut

dibandingkan dengan nilai Durbin Watson tabel untuk n = 7 dan k = 3

Page 65: Pengaruh Ekspor Pertanian Dan Migas Terhadap an Nasional (Studi Kasus Indonesia 2003-2009)

51

dengan (α) 0,05 atau 5 %, maka nilai dU = 2,287 dan nilai dL = 0,368. Jadi

nilai uji Durbin Watson berada di antara dU dan 4 - dU. Hal ini merupakan

bukti tidak adanya autokorelasi positif maupun negatif. Adapun gambar

kurva uji statistik d Durbin-Watson dapat dilihat pada Gambar 3.

Gambar 3. Kurva Uji Statistik d Durbin-Watson

3) Uji Multikolinearitas

Multikolinearitas adalah suatu situasi adanya korelasi antara

variabel-variabel bebas. Dari hasil uji Variance Inflation Factor dengan

bantuan software SPSS for Windows pada Lampiran 2, diketahui nilai VIF

variabel X1 dan nilai VIF variabel X2 masing-masing sebesar 1,806 lebih

kecil dari 10, sehingga dapat disimpulkan tidak ada multikolinearitas

dalam model regresi

Daerah Keragu-raguan

Bukti auto korelasi negatif

Daerah Keragu-raguan

Bukti auto korelasi positif

dL=0,368 dU=2,287 4-dU=1,713 4-dL=3,632 4 0

Tidak ada auto korelasi positif dan negatif

d

f (d)

Page 66: Pengaruh Ekspor Pertanian Dan Migas Terhadap an Nasional (Studi Kasus Indonesia 2003-2009)

52

b. Analisis Regresi Linear

1) Persamaan Regresi

Untuk mengetahui pengaruh ekspor pertanian dan migas terhadap

pendapatan nasional digunakan analisis regresi linear. Berdasarkan

perhitungan statistik dengan bantuan software SPSS for Windows pada

Lampiran 3, selanjutnya diperoleh hasil perhitungan yang dapat diringkas

seperti tertera pada Tabel 9.

Tabel 9. Ringkasan Hasil Analisis Regresi Linier untuk Pengaruh Ekspor Pertanian dan Ekspor migas Terhadap Pendapatan Nasional

No. Variabel Koefisien Regresi t hitung t tabel

1 Eagr (X1) 115,79 4,156 2,776 2 Emigas (X2) 40,83 6,518 2,776

Konstanta = 93279,30

Adjusted R2 = 0,966

Fhitung = 86,617

Berdasarkan Tabel 9, dapat dibuat persamaan regresi linear sebagai

berikut :

Y = 93279,30 + 115,79X1 + 40,83X2

Dari persamaan tersebut dapat dijelaskan beberapa hal :

a) Konstanta sebesar 93279,30 yang berarti bila ekspor pertanian dan

ekspor migas konstan atau tidak ada perubahan selama kurun waktu

tahun 2003 sampai dengan 2009, maka pendapatan nasional sebesar

93.279,30 miliar rupiah.

b) Koefisien regresi sebesar 115,79 yang berarti variabel ekspor pertanian

mempunyai pengaruh positif terhadap pendapatan nasional, atau secara

Page 67: Pengaruh Ekspor Pertanian Dan Migas Terhadap an Nasional (Studi Kasus Indonesia 2003-2009)

53

fungsional dapat dinyatakan jika ekspor pertanian selama kurun waktu

tahun 2003 sampai dengan 2009 meningkat sebesar satu rupiah, maka

akan dapat meningkatkan pendapatan nasional sebesar 115,79 rupiah

dengan menganggap variabel lain tetap (ceteris paribus).

c) Koefisien regresi sebesar 40,83 yang berarti variabel ekspor migas

mempunyai pengaruh positif terhadap pendapatan nasional, atau secara

fungsional dapat dinyatakan jika ekspor non pertanian selama kurun

waktu tahun 2003 sampai dengan 2009 meningkat sebesar satu rupiah,

maka akan dapat meningkatkan pendapatan nasional sebesar 40,83

rupiah dengan menganggap variabel lain tetap (ceteris paribus).

2) Adjusted R2

Melalui perhitungan statistik diperoleh adjusted R2 sebesar 0,966

(Lampiran 3), artinya 96,60 persen variasi perubahan pendapatan nasional

selama kurun waktu tahun 2003 sampai dengan 2009 dapat dijelaskan oleh

variasi perubahan variabel ekspor pertanian dan ekspor non pertanian.

3) Analisis Pengaruh Secara Keseluruhan (Simultan) dengan Uji F

Untuk mengetahui pengaruh ekspor pertanian dan ekspor migas

secara keseluruhan terhadap pendapatan nasional digunakan uji F. Dari

hasil analisis dengan menggunakan tingkat kesalahan (α) = 0,05 dan

degree of freedom (k - 1) dan (n – k) diketahui nilai F tabel sebesar 6,94,

sedangkan dari hasil perhitungan diperoleh nilai F hitung sebesar 86,617

(Lampiran 3). Secara grafik dapat digambarkan sebagai berikut :

Page 68: Pengaruh Ekspor Pertanian Dan Migas Terhadap an Nasional (Studi Kasus Indonesia 2003-2009)

54

Gambar 4. Kurva Pengujian Pengaruh Keseluruhan dengan Uji F

4) Analisis Pengaruh Secara Parsial dengan Uji t

Untuk mengetahui pengaruh ekspor pertanian dan ekspor migas

terhadap pendapatan nasional secara parsial, digunakan uji t. Dari hasil

analisis dengan menggunakan tingkat kesalahan (α) = 0,05 dan degree of

freedom (n – k) diketahui nilai t tabel sebesar 2,776, dari hasil perhitungan

diperoleh :

a) Nilai t hitung variabel ekspor pertanian sebesar 4,156 (t hitung > t tabel).

b) Nilai t hitung variabel ekspor migas sebesar 6,518 (t hitung > t tabel)

Oleh karena nilai t hitung variabel ekspor pertanian maupun ekspor

migas masing-masing lebih besar dari nilai t tabel, maka secara parsial

variabel ekspor pertanian maupun non pertanian mempunyai pengaruh

yang signifikan terhadap pendapatan nasional. Secara grafik dapat

dijelaskan dalam gambar sebagai berikut :

F tabel = 6,94 F hitung = 86,617

Daerah Penolakan H0 Daerah Penerimaan H0

Page 69: Pengaruh Ekspor Pertanian Dan Migas Terhadap an Nasional (Studi Kasus Indonesia 2003-2009)

55

Berdasarkan hasil pengujian pengaruh secara keseluruhan

(simultan) dengan uji F dan pengujian pengaruh secara parsial dengan uji t

diketahui bahwa nilai F hitung lebih besar dari nilai F tabel dan nilai t hitung

variabel ekspor pertanian maupun migas masing-masing lebih besar dari

nilai t tabel. Dengan demikian, maka hipotesis pertama yang menyatakan

bahwa ekspor pertanian dan ekspor migas sama-sama memiliki pengaruh

yang positif terhadap pendapatan nasional, yang secara statistik sangat

signifikan, diterima.

2. Pengaruh Dominan Variabel Ekpor Pertanian dan Migas Terhadap

Variabel Pendapatan Nasional

Untuk menguji variabel ekpor pertanian dan migas yang memberikan

pengaruh (dampak) lebih besar terhadap variabel pendapatan nasional dalam

penelitian ini dilakukan analisis perbandingan nilai koefisien elastisitas. Nilai

koefisien elastisitas tidak lain merupakan nilai koefisien regresi dari masing-

masing variabel ekpor pertanian dan migas. Variabel ekpor pertanian dan migas

yang lebih berpengaruh terhadap variabel pendapatan nasional ditunjukkan

dengan nilai koefisien regresi yang lebih tinggi. Berdasarkan hasil analisis

Penerimaan Ho

0 t tabel = 2,776

Gambar 5. Kurva Pengujian Pengaruh Parsial dengan Uji t

Penolakan Ho

-t tabel = -2,776

Penolakan Ho

tX1 = 4,156

tX2 = 6,518

Page 70: Pengaruh Ekspor Pertanian Dan Migas Terhadap an Nasional (Studi Kasus Indonesia 2003-2009)

56

regresi linear dengan bantuan software SPSS for Windows pada Lampiran 3

diperoleh nilai elastisitas untuk masing-masing variabel ekpor pertanian dan

migas seperti tertera pada Tabel 10.

Tabel 10. Koefisien Elastisitas Variabel ekpor pertanian dan migas Variabel Bebas Koefisien Elastisitas

Ekspor pertanian (E1) 115,79 Ekspor migas (E2) 40,83

Berdasarkan nilai koefisien elastisitas dari masing-masing variabel ekpor

pertanian dan migas tersebut, dapat diketahui bahwa nilai elastisitas variabel

ekspor pertanian lebih besar dari nilai elastisitas variabel ekspor migas. Dengan

demikian, maka hipotesis kedua yang menyatakan bahwa migas memberikan

dampak yang lebih baik terhadap pendapatan nasional bila dibandingkan dengan

ekspor pertanian, ditolak. Dari hasil analisis yang dilakukan menunjukan bahwa

ekspor pertanian memberikan kontribusi lebih besar dibandingkan dengan ekspor

migas.

3. Pengaruh Pertumbuhan Ekspor Pertanian dan Pertumbuhan Ekspor Migas

Terhadap Pertumbuhan Pendapatan Nasional

a. Uji Asumsi Klasik

1) Uji Heteroskedastisitas

Dengan menggunakan uji Park pada Lampiran 4, yaitu membuat

model regresi yang menunjukkan hubungan antara nilai absolut residual

(e) sebagai variabel dependent dengan variabel independent-nya,

diperoleh nilai signifikansi uji t variabel X1 sebesar 0,589 dan nilai

signifikansi uji t variabel X2 sebesar 0,999 masing-masing lebih besar dari

Page 71: Pengaruh Ekspor Pertanian Dan Migas Terhadap an Nasional (Studi Kasus Indonesia 2003-2009)

57

nilai α sebesar 0,05. Berdasarkan bukti tersebut, maka dapat disimpulkan

bahwa tidak terdapat heteroskedastisitas dalam model regresi.

2) Uji Autokorelasi

Berdasarkan hasil uji Durbin-Watson dengan bantuan software

SPSS for Windows pada Lampiran 4, diperoleh nilai Durbin-Watson

sebesar 2,197. Nilai tersebut dibandingkan dengan nilai Durbin Watson

tabel untuk n = 7 dan k = 3 dengan (α) 0,05 atau 5 %, maka nilai dU =

2,287 dan nilai dL = 0,368. Jadi nilai uji Durbin Watson berada di antara

dU dan 4 - dU. Hal ini merupakan bukti tidak adanya autokorelasi positif

maupun negatif. Adapun gambar kurva uji statistik d Durbin-Watson

dapat dilihat pada Gambar 6.

Gambar 6. Kurva Uji Statistik d Durbin-Watson

3) Uji Multikolinearitas

Dari hasil uji Variance Inflation Factor dengan bantuan software

SPSS for Windows pada Lampiran 4, diketahui nilai VIF variabel X1 dan

Daerah Keragu-raguan

Bukti auto korelasi negatif

Daerah Keragu-raguan

Bukti auto korelasi positif

dL=0,368 dU=2,287 4-dU=1,713 4-dL=3,632 4 0

Tidak ada auto korelasi positif dan negatif

d

f (d)

Page 72: Pengaruh Ekspor Pertanian Dan Migas Terhadap an Nasional (Studi Kasus Indonesia 2003-2009)

58

nilai VIF variabel X2 masing-masing sebesar 1,643 lebih kecil dari 10,

sehingga dapat disimpulkan tidak ada multikolinearitas dalam model

regresi

b. Persamaan Regresi

Untuk mengetahui pengaruh pertumbuhan ekspor pertanian dan

ekspor migas terhadap pertumbuhan pendapatan nasional digunakan analisis

regresi log linear. Berdasarkan perhitungan statistik dengan bantuan software

SPSS for Windows pada Lampiran 5, selanjutnya diperoleh hasil perhitungan

yang dapat diringkas seperti tertera pada Tabel 11.

Tabel 11. Ringkasan Hasil Analisis Regresi Log Linier untuk Pengaruh Pertumbuhan Ekspor Pertanian dan migas Terhadap Pertumbuhan Pendapatan Nasional

No. Variabel Koefisien Regresi t hitung t tabel

1 Ln Eagr (X1) 0,071 2,838 2,776 2 Ln Emigas (X2) 0,104 4,248 2,776

Konstanta = 0,038

Adjusted R2 = 0,729

Fhitung = 9,050

Berdasarkan Tabel 11, dapat dibuat persamaan regresi linear

sederhana sebagai berikut :

Ln Y = 0,038 + 0,071LnX1 + 0,104LnX2

Dari persamaan tersebut dapat dijelaskan beberapa hal :

1) Konstanta sebesar 0,038 yang berarti bila pertumbuhan ekspor pertanian

dan pertumbuhan ekspor migas konstan atau tidak ada perubahan selama

Page 73: Pengaruh Ekspor Pertanian Dan Migas Terhadap an Nasional (Studi Kasus Indonesia 2003-2009)

59

kurun waktu tahun 2003 sampai dengan 2009, maka pertumbuhan

pendapatan nasional sebesar 0,038 persen.

2) Koefisien regresi sebesar 0,071 yang berarti variabel pertumbuhan ekspor

pertanian mempunyai pengaruh positif terhadap pertumbuhan pendapatan

nasional, atau secara fungsional dapat dinyatakan jika pertumbuhan

ekspor pertanian selama kurun waktu tahun 2003 sampai dengan 2009

meningkat sebesar satu persen, maka akan dapat meningkatkan

pertumbuhan pendapatan nasional sebesar 0,071 persen dengan

menganggap variabel lain tetap (ceteris paribus).

3) Koefisien regresi sebesar 0,104 yang berarti variabel pertumbuhan ekspor

migas mempunyai pengaruh positif terhadap pertumbuhan pendapatan

nasional, atau secara fungsional dapat dinyatakan jika pertumbuhan

ekspor migas selama kurun waktu tahun 2003 sampai dengan 2009

meningkat sebesar satu persen, maka akan dapat meningkatkan

pertumbuhan pendapatan nasional sebesar 0,104 persen dengan

menganggap variabel lain tetap (ceteris paribus).

c. Adjusted R2

Melalui perhitungan statistik diperoleh adjusted R2 sebesar 0,729,

artinya 72,90 persen variasi perubahan pertumbuhan pendapatan nasional

selama kurun waktu tahun 2003 sampai dengan 2009 dapat dijelaskan oleh

variasi perubahan variabel pertumbuhan ekspor pertanian dan pertumbuhan

ekspor migas.

Page 74: Pengaruh Ekspor Pertanian Dan Migas Terhadap an Nasional (Studi Kasus Indonesia 2003-2009)

60

d. Analisis Pengaruh Secara Keseluruhan (Simultan) dengan Uji F

Untuk mengetahui pengaruh pertumbuhan ekspor pertanian dan

pertumbuhan ekspor migas secara keseluruhan terhadap pertumbuhan

pendapatan nasional digunakan uji F. Dari hasil analisis dengan

menggunakan tingkat kesalahan (α) = 0,05 dan degree of freedom (k - 1) dan

(n – k) diketahui nilai F tabel sebesar 6,94, sedangkan dari hasil perhitungan

diperoleh nilai F hitung sebesar 9,050. Secara grafik dapat digambarkan sebagai

berikut :

Gambar 7. Kurva Pengujian Pengaruh Keseluruhan dengan Uji F

e. Analisis Pengaruh Secara Parsial dengan Uji t

Untuk mengetahui pengaruh pertumbuhan ekspor pertanian dan

pertumbuhan ekspor migas terhadap pertumbuhan pendapatan nasional secara

parsial, digunakan uji t. Dari hasil analisis dengan menggunakan tingkat

kesalahan (α) = 0,05 dan degree of freedom (n – k) diketahui nilai t tabel

sebesar 2,776, dari hasil perhitungan diperoleh :

F tabel = 6,94 F hitung = 9,050

Daerah Penolakan H0 Daerah Penerimaan H0

Page 75: Pengaruh Ekspor Pertanian Dan Migas Terhadap an Nasional (Studi Kasus Indonesia 2003-2009)

61

1) Nilai t hitung variabel pertumbuhan ekspor pertanian sebesar 2,838 (t hitung

> t tabel).

2) Nilai t hitung variabel pertumbuhan ekspor migas sebesar 4,248 (t hitung > t

tabel)

Oleh karena nilai t hitung variabel pertumbuhan ekspor pertanian

maupun pertumbuhan ekspor migas lebih besar dari nilai t tabel, maka secara

parsial variabel pertumbuhan ekspor pertanian maupun pertumbuhan ekspor

migas mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap pertumbuhan

pendapatan nasional. Secara grafik dapat dijelaskan dalam gambar sebagai

berikut :

Berdasarkan nilai koefisien elastisitas dari masing-masing variabel

independent pada Tabel 11, diketahui bahwa nilai elastisitas variabel

pertumbuhan ekspor migas lebih besar dari nilai elastisitas variabel ekspor

pertanian. Dengan demikian, maka hipotesis-hipotesis ketiga yang

menyatakan bahwa dari sisi pertumbuhan, ekspor pertanian memberi dampak

yang lebih kecil terhadap pertumbuhan ekonomi, diterima.

Penerimaan Ho

0 t tabel = 2,776

Gambar 8. Kurva Pengujian Pengaruh Parsial dengan Uji t

Penolakan Ho

-t tabel = -2,776

Penolakan Ho

tX1 = 2,838

tX2 = 4,248

Page 76: Pengaruh Ekspor Pertanian Dan Migas Terhadap an Nasional (Studi Kasus Indonesia 2003-2009)

62

V. KESIMPULAN DAN IMPLIKASI

A. Kesimpulan

1. Ekspor pertanian dan ekspor migas mempunyai pengaruh yang positif

terhadap pendapatan nasional. Hal tersebut dibuktikan melalui hasil analisis

regresi linear, dimana diperoleh nilai F hitung sebesar 86,617 lebih besar dari

nilai F tabel sebesar 6,94 dan nilai t hitung variabel ekspor pertanian sebesar 4,156

maupun ekspor migas sebesar 6,518 masing-masing lebih besar dari nilai t tabel

sebesar 2,776.

2. Ekspor pertanian mempunyai pengaruh yang lebih besar terhadap pendapatan

nasional dibandingkan dengan ekspor migas. Hal tersebut dibuktikan melalui

hasil perbandingan koefisien elastisitas, dimana diperoleh nilai elastisitas

koefisien regresi variabel ekspor migas 40,83 (E2) lebih kecil dibandingkan

dengan elastisitas koefisien variabel ekspor pertanian 115,79 (E1).

3. Dari sisi pertumbuhan, ekspor pertanian memberi kontribusi yang lebih kecil

terhadap pertumbuhan pendapatan nasional dibandingkan dengan

pertumbuhan ekspor migas. Hal tersebut dibuktikan melalui hasil

perbandingan koefisien elastisitas, dimana diperoleh nilai regresi variabel

pertumbuhan ekspor migas (X2) lebih besar dibandingkan dengan regresi

variabel pertumbuhan ekspor pertanian (E1). Ini menyatakan bahwa

pertumbuhan ekspor pertanian dan migas selama kurun waktu 2003-2009

meningkat satu persen, maka akan dapat meningkatkan pendapatan nasional

sebesar 0,071 persen dan 0,104 persen

62

Page 77: Pengaruh Ekspor Pertanian Dan Migas Terhadap an Nasional (Studi Kasus Indonesia 2003-2009)

63

B. Implikasi

1. Pemerintah Indonesia perlu memperhatikan peranan ekspor pertanian maupun

ekspor migas, yang terbukti berpengaruh positif signifikan terhadap

pendapatan nasional. Upaya yang dapat dilakukan diantaranya adalah dengan

melakukan pembangunan di sektor pertanian yang berorientasi ekspor,

sehingga diharapkan kesejahteraan hidup para petani dapat ditingkatkan dan

selanjutnya diharapkan dapat meningkatkan ekspor sebagai penghasil devisa

negara guna memperkokoh pertumbuhan pendapatan nasional atau melakukan

proses industrialisasi yang berbasis pada sektor pertanian.

2. Untuk menciptakan kekuatan yang dapat mendorong pertumbuhan ekspor

pertanian maupun migas dapat dilakukan melalui peningkatan jumlah

investasi baik lokal maupun asing. Dalam investasi, sebaiknya pemerintah

menciptakan iklim investasi yang kondusif, maka diusahakan memberikan

prosedur yang sederhana dan terkendali, memberikan sarana dan prasarana

yang menunjang, serta peraturan dalam berinvestasi yang konsisten, sehingga

terjamin kepastian berusaha dan keamanan untuk berinvestasi, Melalui

kebijakan-kebijakan tersebut, diharapkan nilai investasi semakin dapat

meningkat, karena bertambahnya investor-investor baru untuk menanamkan

modalnya di masing-masing sektor sehingga terjadi peningkatan komoditas

ekspor, hal ini akan menyebabkan menigkatnya pertumbuhan pendapatan

nasional. Dan untuk investasi asing, pemerintah sebaiknya mengadakan

kualifikasi kembali terhadap modal asing yang masuk agar tidak menghambat

perkembangan investasi domestik. Pemerintah juga harus berhati-hati dalam

Page 78: Pengaruh Ekspor Pertanian Dan Migas Terhadap an Nasional (Studi Kasus Indonesia 2003-2009)

64

memutuskan tipe dari modal asing yang akan ditanam. Oleh karena itu,

pembangunan di sektor pertanian, baik penyediaan infrastruktur yang terkait

maupun peningkatan produktivitas akan menghasilkan produk pertanian yang

kompetitif baik di pasar dalam negeri maupun pasar ekspor. Dengan

berhasilnya pembangunan sektor pertanian, berarti dapat mengatasi setidaknya

dua permasalahan sekaligus: kemiskinan yang mayoritas di pedesaan (petani)

dan pengangguran.

3. Mengingat pentingnya ekspor dalam pembangunan ekonomi, maka

diharapkan bagi semua pihak untuk memberikan dukungan, diantaranya

dengan menyediakan sarana dan prasarana, perbaikkan birokrasi dan perizinan

usaha secara memadai, dengan prosedur perijinan yang mudah, cepat dan

transparan, khususnya yang berorientasi pada para petani. Pemerintah perlu

meningkatkan ekspor, terutama ekspor pertanian, guna mengurangi

ketergantungan terhadap ekspor migas yang semakin menipis. Cara untuk

meningkatkan ekspor diantaranya adalah melalui diversifikasi komoditi

ekspor, yakni melakukan ekspor yang bertumpu pada kekuatan sumber daya

sendiri dan mengurangi kandungan impor agar peranan dan nilai ekspor tidak

berkurang terhadap pertumbuhan pendapatan nasional. Proses produksi ekspor

tersebut harus dapat pula dikuasai oleh penduduk di dalam negeri, serta

menaikkan nilai tambah komoditi ekspor, terutama untuk komoditi primer,

sehingga menaikkan nilai tukar terhadap komoditi ekspor lainnya.

Page 79: Pengaruh Ekspor Pertanian Dan Migas Terhadap an Nasional (Studi Kasus Indonesia 2003-2009)

65

DAFTAR PUSTAKA

Adirinekso, G. 2000. Dampak Ekspor Sektor Migas dan Nonmigas Terhadap Produk National Bruto dan Komponennya [Kasus Indonesia Tahun 1970-1996]. paper Ekonomettika I, Program Pascasarjana FEUI, Depok.

Arief, Sritua.1993. Metodologi Penelitian Ekonomi. Jakarta: Penerbit Universitas Indonesia (Ul-Press).

Badan Pusat Statistik. Indikator Ekonomi. beberapa terbitan. Departemen Keuangan. Nota Keuangan dan RAPBN. beberapa terbitan.

Bank Indonesia. Laporan Tahunan Bank Indonesia, beberapa terbitan. Badan Pusat Statistik, Pendapatan Nasional Indonesia, beberapa terbitan.

Chenery. Dan Skquin, 1987, Ekonomi Pembangunan dan Perekonomian Indonesia, Armico, Edisi Revisi, Bandung

Damodar, Gujarati. 1993. Ekonometrika Dasar. Erlangga. Jakarta.

( . 1999. Essentials of Econometric — 2nd ed. The McGraw-Hill Companies, Inc., Singapore.

Dumairy. 1996. Matematika Terapan Untuk Bisnis Dan Ekonomi. paper Ekonometrika I, Program Pascasarjana FEUI, Depok.

( . 1999. Matematika Ekonomi. Program Pascasarjana FEUI, Depok.

Gaspersz, Vincent. 2000. Ekonomi Manajerial. Gramedia. Jakarta

Gujarati, D. 1993. Ekonometrika Dasar. Terjemahan oleh Samarno Zein. Erlangga. Jakarta.

Hady, Hamdy. 2000. Teori dan Kebijakan Perdagangan Internasional, Ghalia. PT Raja Grafindo Persada, Jakarta.

Halwani. 2002. Perdagangan Internasional. Ghalia Indonesia, Jakarta.

Hartono, Djoni. 2001. Dampak Ekspor Nonmigas dan Investasi Swasta Terhadap Pertumbuhan Ekonomi dan Tabungan Domestik (Kasus Indonesia: 1980-1996). paper Ekonometrika I, Program Pascasarjana FEUI, Depok,

http://www.bps.go.id. Ekspor Indonesia Menurut Komoditas. Diakses 13 April 2009.

Page 80: Pengaruh Ekspor Pertanian Dan Migas Terhadap an Nasional (Studi Kasus Indonesia 2003-2009)

66

http://www.bi.go.id. Produk Domestik Bruto (harga konstan). Diakses 5 April 2009

http://www.bappenas.go.id. Pertumbuhan ekonomi Indonesia. Diakses 10 April 2009

IMF. International Financial Statistic Year Book, beberapa terbitan.

http://lipi.go.id/kajian iptek/index. php.

Kadarusman, Y.B., et.al. 2004. Makro Ekonomi Indonesia. PT Gramedia Pustaka Utama bekerja sama dengan Lembaga Penelitian Ekonomi IBII, Jakarta.

Lincolin, Arsyad. 1999. Pembangunan Ekonomi. PT Raja Grafindo Persada, Jakarta.

M. Suparmoko. 1990. Pengantar Ekonomi Makro. Penerbit : BPFE. Yogyakarta.

Mahyudi, Ahmad. 2004. Ekonomi Pembangunan dan Analisis Data Empiris. Ghalia Indonesia, Bogor.

Levi, Maurice D. 1996. Keuangan internasional. Edisi pertama. Yogyakarta: BPFE UGM.

Massjidin, Siregar.1997. Analisis Usaha Tani. Edisi ketiga. Jakarta.

Mubyarto. 1994. Pengantar Ekonomi Pertanian. LP3ES. Jakarta.

Miranda S.Goeltom. 1997. Analisis Dampak Intervensi Bank. Grafindo Persada, Jakarta.

Rana, PB. Dan J. Malcolm Dowling Jr. 1988. "The Impact of Foreign Capital on Growth: Evidence from Asian Developing Countries". The DevelopingEconomies, Vol. XXVI, NO. \ March.

Satria, Arif. 1997 "Transformasi ke Arah Pertanian Berbudaya Industri: Suatu Tinjauan Teoretik". Analisis CSIS: Vol. 26No.5 haL 464477.

Sigit, Hananto, 2001. "Appendix C: Procedure of Data Estimation — Measurement of Total Factor Productivity (TFP)". INFOMET: Vol. 1 Nomor 1 Februari, Jakarta, CESTAR- EPS.

Sukirno, Sadono. 1985. Ekonomi Pembangunan: Proses, Masalah dan Dasar Kebijakan. Jakarta;Lembaga Penerbit, FEUI. Jakarta.

( . 1994. Pengantar Ekonomi Makro. Ghalia Indonesia, Jakarta.

Page 81: Pengaruh Ekspor Pertanian Dan Migas Terhadap an Nasional (Studi Kasus Indonesia 2003-2009)

67

( .1996. Pengantar Teori Mikro Ekonomi, Edisi Kedua. Ghalia Indonesia, Jakarta.

Suparmoko,1998.Pengantar Ekonomi Makro. BPFE, Yogyakarta

Tambunan, Tulus T.H., 2001. Industrialisasi di Negara Sedang Berkembang: Kasus Indonesia. Ghalia Indonesia, Jakarta.

Todaro, M.P. 1997. Economic Development in the Third World.: Longman, 6th edition, London.

Wiwoho & Tribuana Said. 1994. Indonesia Source Book . National Development Information Office, Jakarta.

Page 82: Pengaruh Ekspor Pertanian Dan Migas Terhadap an Nasional (Studi Kasus Indonesia 2003-2009)

Lampiran 1. Data Ekspor Pertanian, Ekspor Migas dan Produk Nasional Bruto

(Rp) (%) (Rp) (%) (Rp) (%)

2002 2.640,00 - - 6.548,00 - - 1.449.767,40 - -

2003 2.750,00 110,00 4,17% 7.469,00 921,00 14,07% 1.498.328,10 48.560,70 3,35%

2004 2.430,00 -320,00 -11,64% 7.605,00 136,00 1,82% 1.576.049,00 77.720,90 5,19%

2005 2.870,00 440,00 18,11% 9.523,00 1.918,00 25,22% 1.643.434,00 67.385,00 4,28%

2006 3.326,00 456,00 15,89% 10.911,00 1.388,00 14,58% 1.733.269,00 89.835,00 5,47%

2007 3.744,00 418,00 12,57% 12.496,00 1.585,00 14,53% 1.843.764,00 110.495,00 6,37%

2008 4.667,00 923,00 24,65% 15.387,00 2.891,00 23,14% 1.985.720,00 141.956,00 7,70%

2009 4.358,00 -309,00 -6,62% 10.624,00 -4.763,00 -30,95% 2.067.156,00 81.436,00 4,10%

(dalam milyar Rp)

PerubahanPNB (Rp)

PerubahanTahun

Ekspor Pertanian

(Rp)

PerubahanEkspor migas

(Rp)

Page 83: Pengaruh Ekspor Pertanian Dan Migas Terhadap an Nasional (Studi Kasus Indonesia 2003-2009)

Lampiran 2. Uji Asumsi Klasik Regresi Linear

Uji Heteroskedastisitas Regression

Variables Entered/Removed b

Ekspor Migas (X2), Ekspor Pertanian (X1)

a . Enter

Model 1

Variables EnteredVariablesRemoved Method

All requested variables entered.a.

Dependent Variable: ABRESIDb.

Model Summary

.171 a .029 -.456 27713.3912Model 1

R R SquareAdjustedR Square

Std. Error ofthe Estimate

Predictors: (Constant), Ekspor Migas(X2),Ekspor Pertanian (X1)

a.

ANOVAb

91997593 2 45998796.70 .060 .943a

3.07E+09 4 768032050.83.16E+09 6

Regression Residual Total

Model 1

Sum ofSquares df Mean Square F Sig.

Predictors: (Constant), Ekspor Migas (X2), Ekspor Pertanian (X1)a.

Dependent Variable: ABRESIDb.

Coefficients a

41054.116 46987.043 .874 .432-4.000 17.680 -.150 -.226 .832-.174 3.975 -.029 -.044 .967

(Constant) Ekspor Pertanian (X1)Ekspor Migas (X2)

Model 1

B Std. Error

UnstandardizedCoefficients

Beta

Standardized Coefficients

t Sig.

Dependent Variable: ABRESIDa.

Page 84: Pengaruh Ekspor Pertanian Dan Migas Terhadap an Nasional (Studi Kasus Indonesia 2003-2009)
Page 85: Pengaruh Ekspor Pertanian Dan Migas Terhadap an Nasional (Studi Kasus Indonesia 2003-2009)
Page 86: Pengaruh Ekspor Pertanian Dan Migas Terhadap an Nasional (Studi Kasus Indonesia 2003-2009)

Lampiran 4. Uji Asumsi Klasik Regresi Log Linear

Uji Heteroskedastisitas Regression

Variables Entered/Removed b

Ln X2, LnX1

a . Enter

Model1

VariablesEntered

VariablesRemoved Method

All requested variables entered.a.

Dependent Variable: ABRESIDb.

Model Summary

.352a .124 -.315 7.012E-03Model1

R R SquareAdjustedR Square

Std. Error ofthe Estimate

Predictors: (Constant), Ln X2, Ln X1a.

ANOVAb

2.774E-05 2 1.387E-05 .282 .768a

1.967E-04 4 4.916E-052.244E-04 6

RegressionResidualTotal

Model1

Sum ofSquares df Mean Square F Sig.

Predictors: (Constant), Ln X2, Ln X1a.

Dependent Variable: ABRESIDb.

Coefficientsa

.006 .004 1.423 .228-.010 .017 -.352 -.587 .589.000 .017 -.001 -.001 .999

(Constant)Ln X1Ln X2

Model1

B Std. Error

UnstandardizedCoefficients

Beta

StandardizedCoefficients

t Sig.

Dependent Variable: ABRESIDa.

Page 87: Pengaruh Ekspor Pertanian Dan Migas Terhadap an Nasional (Studi Kasus Indonesia 2003-2009)

Lampiran 5. Output Regresi Log Linear Regression

Variables Entered/Removedb

Ln X2, LnX1

a . Enter

Model1

VariablesEntered

VariablesRemoved Method

All requested variables entered.a.

Dependent Variable: Ln Yb.

Model Summary

.905a .819 .729 1.037E-02Model1

R R SquareAdjustedR Square

Std. Error ofthe Estimate

Predictors: (Constant), Ln X2, Ln X1a.

ANOVAb

1.947E-03 2 9.733E-04 9.050 .033a

4.302E-04 4 1.076E-042.377E-03 6

RegressionResidualTotal

Model1

Sum ofSquares df Mean Square F Sig.

Predictors: (Constant), Ln X2, Ln X1a.

Dependent Variable: Ln Yb.

Coefficientsa

.038 .007 5.789 .004

.071 .025 .774 2.838 .047

.104 .024 1.158 4.248 .013

(Constant)Ln X1Ln X2

Model1

B Std. Error

UnstandardizedCoefficients

Beta

StandardizedCoefficients

t Sig.

Dependent Variable: Ln Ya.

Page 88: Pengaruh Ekspor Pertanian Dan Migas Terhadap an Nasional (Studi Kasus Indonesia 2003-2009)

Uji Autokorelasi

Model Summaryb

.905a .819 .729 1.037E-02 2.197Model1

R R SquareAdjustedR Square

Std. Error ofthe Estimate

Durbin-Watson

Predictors: (Constant), Ln X2, Ln X1a.

Dependent Variable: Ln Yb.

Uji Multikolinearitas

Coefficientsa

.038 .007

.071 .025 .774 .609 1.643

.104 .024 1.158 .609 1.643

(Constant)Ln X1Ln X2

Model1

B Std. Error

UnstandardizedCoefficients

Beta

StandardizedCoefficients

Tolerance VIFCollinearity Statistics

Dependent Variable: Ln Ya.

Page 89: Pengaruh Ekspor Pertanian Dan Migas Terhadap an Nasional (Studi Kasus Indonesia 2003-2009)
Page 90: Pengaruh Ekspor Pertanian Dan Migas Terhadap an Nasional (Studi Kasus Indonesia 2003-2009)

Lampiran 7. Tabel Distribusi t

df α = 0,05 Α = 0,025 Df α = 0,05 α = 0,025

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50

6.3138 2.9200 2.3534 2.1318 2.0150 1.9432 1.8946 1.8595 1.8331 1.8125 1.7959 1.7823 1.7709 1.7613 1.7531 1.7459 1.7396 1.7341 1.7291 1.7247 1.7207 1.7171 1.7139 1.7109 1.7081 1.7056 1.7033 1.7011 1.6991 1.6973 1.6955 1.6939 1.6924 1.6909 1.6896 1.6833 1.6871 1.6860 1.6849 1.6939 1.6829 1.6820 1.6811 1.6802 1.6794 1.6887 1.6779 1.6772 1.6766 1.6590

12.709 4.3027 3.1824 2.7764 2.5706 2.4469 2.3646 2.3060 2.2622 2.2281 2.2010 2.1788 2.1604 2.1448 2.1314 2.1199 2.1098 2.1009 2.0930 2.0860 2.0796 2.0739 2.0687 2.0639 2.0595 2.0555 2.0518 2.0484 2.0452 2.0423 2.0395 2.0369 2.0345 2.0322 2.0301 2.0281 2.0262 2.0244 2.0227 2.0211 2.0195 2.0181 2.0167 2.0154 2.0141 2.0129 2.0117 2.0106 2.0096 2.0086

51 52 53 54 55 56 57 58 59 60 61 62 63 64 65 66 67 68 69 70 71 72 73 74 75 76 77 78 79 80 81 82 83 84 85 86 87 88 89 90 91 92 93 94 95 96 97 98 99 100

1.6753 1.6747 1.6410 1.6736 1.6730 1.6725 1.6720 1.6716 1.6711 1.6706 1.6702 1.6698 1.6694 1.6690 1.6686 1.6683 1.6679 1.6676 1.6672 1.6669 1.6666 1.6663 1.6660 1.6657 1.6654 1.6652 1.6649 1.6646 1.6644 1.6641 1.6639 1.6636 1.6634 1.6632 1.6630 1.6628 1.6626 1.6624 1.6622 1.6620 1.6618 1.6616 1.6614 1.6612 1.6611 1.6609 1.6607 1.6606 1.6604 1.6602

2.0076 2.0066 2,0057 2,0049 2,0040 2,0032 2,0025 2,0017 2,0010 2,0003 1,9996 1,9990 1,9983 1,9977 1,9971 1,9966 1,9960 1,9955 1,9949 1,9944 1,9939 1,9935 1.9930 1.9925 1.9921 1.9917 1.9913 1.9908 1.9905 1.9901 1.9897 1.9893 1.9889 1.9886 1.9883 1.9879 1.9876 1.9873 1.9870 1.9867 1.9864 1.9861 1.9858 1.9855 1.9853 1.9850 1.9847 1.9845 1.9842 1.9840