73439619 pengaruh ekspor pertanian dan migas terhadap an nasional studi kasus indonesia 2003 2009(2)
TRANSCRIPT
i
PENGARUH EKSPOR PERTANIAN DAN MIGAS TERHADAP PENDAPATAN NASIONAL
(STUDI KASUS INDONESIA TAHUN 2003-2009)
Oleh :
TAUFIK ADI SAPUTRO C1A004048
UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN FAKULTAS EKONOMI
IESP PURWOKERTO
2011
ii
PENGARUH EKSPOR PERTANIAN DAN MIGAS TERHADAP PENDAPATAN NASIONAL
(STUDI KASUS INDONESIA TAHUN 2003-2009)
Oleh :
TAUFIK ADI SAPUTRO C1A004048
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi Pada Fakultas Ekonomi
Universitas Jenderal Soedirman
UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN FAKULTAS EKONOMI
IESP PURWOKERTO
2011
iii
LEMBAR PENGESAHAN
SKRIPSI
PENGARUH EKSPOR PERTANIAN DAN MIGAS TERHADAP PENDAPATAN NASIONAL
(STUDI KASUS INDONESIA TAHUN 2003-2009)
Disusun Oleh:
TAUFIK ADI SAPUTRO C1A004048
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan
Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi Pada Fakultas Ekonomi
Universitas Jenderal Soedirman
Diterima dan disahkan
Pembimbing I
Dra. Hj. Sukarsih NIP. 1948080 197603 2 001
Pembimbing II
Dra. Asteria Pudyantini NIP. 19570823 198601 2 001
Mengetahui
Ketua Jurusan Ilmu Ekonomi dan Studi Pembangunan
Harry Pudjianfo, M.M
NIP. 195901101986011001
iv
LEMBAR PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya
yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi
dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya/pendapat yang pernah
ditulis atau diterbitkan oleh orang Iain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam
naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.
Jika dalam perjalanan waktu terbukti skripsi saya tidak sesuai dengan
pernyataan ini, saya bersedia menanggung segala resiko termasuk pencabutan gelar
kesarjanaan yang saya sandang.
Purwokerto, April 2011
Taufik Adi Saputro
v
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah S.W.T., yang dengan rahmat
dan ridho-Nya telah memberi petunjuk dan kemudahan jalan kepada penulis untuk
menyelesaikan penulisan skripsi ini. Penulis menyadari bahwa selama dalam
penyelesaian penulisan skripsi ini, tidak terlepas dari bantuan dan dukungan berbagai
pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada semua
pihak yang telah tulus dan ikhlas membantu proses penyelesaian penulisan skripsi
ini. Untuk itu, penulis banyak berterima kasih kepada:
1. Dr. Haryadi, M.Sc selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Jenderal
Soedirman.
2. Drs. H. Harry Pudjianto, M.M selaku Ketua Jurusan Ilmu Ekonomi dan Studi
Pembangunan Fakultas Ekonomi Universitas Jenderal Soedirman.
3. Dra. Hj. Sukarsih dan Dra. Asteria Pudyantini selaku pembimbing skripsi yang
telah berkenan membimbing dan mengarahkan penulis dalam menyelesaikan
penulisan skripsi ini dengan penuh kesabaran dan tanggung jawab.
4. Dra. Dijan Rahayuni, M.Si selaku dosen penguji skripsi yang telah berkenan
memberikan saran dan kritik untuk menyempurnakan skripsi ini.
5. Bapak/Ibu dosen Jurusan Ilmu Ekonomi dan Studi Pembangunan (1ESP) yang
tidak mungkin kami sebutkan satu per satu, terima kasih atas kerelaan dan
keikhlasannya dalam «menularkan ilmu yang dimiliki kepada penulis semasa
menempuh studi di Fakultas Ekonomi.
6. Biro Pusat Statistik dan Bank Indonesia yang telah berkenan membantu
menyediakan data yang dibutuhkan penulis sehingga penulis dapat
menyelesaikan penelitian ini dengan baik.
vi
7. Alm. Ayah (dedicated for you), Ibu (mom I’ll do my best), kakak “Rahardyan
Prasetyo”, dan adik-adikku tercinta “Lutfi Edi Hartoyo dan Annisa Rahmasyifa”
serta keluarga tanpa dukungan dan do'a mereka tidak mungkin penulis dapat
menyelesaikan studi sampai sejauh ini.
8. Bocil, Yol, Valent, Yy dan Si merahku sayang yang selalu setia menemani dan
mendukung penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian ini dengan
baik.
9. Teman dan sahabatku DimsJoss, Andunk, Liks, Bagong, Linting Emo, Agusta
Petong, Tya, Charles, Murnie, Iwi, Egha, Euis, Denny, Deddy Bolot dan semua
yang telah membantu, terima kasih.
10. Teman-teman seperjuangan IESP angkatan 2004 yang tidak mungkin saya
sebutkan satu persatu, terima kasih atas kebersamaannya.
Penulis menyadari bahwa dalam analisis maupun dalam penyajian skripsi ini
masih jauh dari sempurna. Segala komentar, kritik, maupun saran mengenai skripsi
ini akan diterima dengan senang hati.
Akhirnya, apabila terdapat segala kesalahan dan kekurangan dalam penulisan
skripsi ini adalah murni tanggung jawab penulis pribadi. Namun, apabila terdapat
kebenaran dalam penulisan skripsi ini semata-mata hanya karena ridho, petunjuk dan
tuntunan Allah S.W.T. Semoga sebuah karya kecil skripsi ini dapat memberi manfaat
dan berguna bagi kita semua, Amien.
Purwokerto, Mei 2011
Penulis
vii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ....................................................................................... i
LEMBAR PENGESAHAN ............................................................................ iii
LEMBAR PERNYATAAN ............................................................................ iv
KATA PENGANTAR .................................................................................... v
DAFTAR ISI ................................................................................................... vii
DAFTAR TABEL ........................................................................................... ix
DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... x
DAFTAR LAMPIRAN.................................................................................... xi
RINGKASAN ................................................................................................. xii
SUMMARY .................................................................................................... xiv
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang......................................................................... 1
B. Perumusan Masalah................................................................. 8
C. Pembatasan Masalah................................................................ 9
D. Tujuan dan Manfaat Penelitian................................................ 9
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Landasan Teori ........................................................................ 11
1. Ekspor ............................................................................... 11
2. Pertanian............................................................................ 20
3. Migas ................................................................................ 22
4. Ekspor Pertanian ............................................................... 22
5. Ekspor Migas ................................................................... 23
6. Pendapatan Nasional ......................................................... 23
viii
B. Perumusan Model Penelitian dan Hipotesis ............................ 29
1. Perumusan Model Penelitian............................................. 29
2. Hasil Penelitian Terdahulu................................................ 30
3. Hipotesis Penelitian........................................................... 32
BAB III METODE PENELITIAN DAN ANALISIS
A. Metode Penelitian .................................................................... 33
B. Metode Analisis Data .............................................................. 35
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Variabel Penelitian..................................... 40
1. Ekspor ............................................................................... 40
2. Produk Domestik Bruto (PDB) ......................................... 44
B. Hasil Analisis dan Pembahasan............................................... 50
1. Analisis Pengaruh Ekspor Pertanian dan Migas
Pendapatan Nasional ......................................................... 50
2. Analisis Pengaruh Dominan Variabel Pertanian dan
Migas Terhadap Variabel Pendapatan Nasional .............. 55
3. Analisis Pengaruh Pertumbuhan Ekspor Pertanian dan
Pertumbuhan Migas Terhadap Pertumbuhan Pendapatan
Nasional............................................................................. 56
BAB V KESIMPULAN DAN IMPLIKASI
A. Kesimpulan.............................................................................. 62
B. Implikasi .................................................................................. 63
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 65
LAMPIRAN
ix
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Laju Pertumbuhan Kumulatif Produk Domestik Bruto Menurut
Lapangan Usaha, 2008-2009 ........................................................... 6
Table 2. Penduduk 15 Tahun Ke Atas Menurut Status Pekerjaan Utama
2004-2009........................................................................................... 29
Tabel 3. Ekspor Indonesia Atas Dasar Harga Konstan 2000 Tahun 2003-
2009 Per 31 Desember 2009............................................................... 41
Tabel 4. Ekspor Berdasarkan Sektor Pertanian Tahun 2003-2009................... 42
Tabel 5. Pertumbuhan Ekspor Indonesia Tahun 2003-2009 ................ 43
Tabel 6. Ekspor Indonesia Sektor Migas Tahun 2003-2009 ........................... 44
Tabel 7. Produk Domestik Bruto Atas Dasar Harga Konstan Menurut
Lapangan Usaha tahun 2003-2009 ............................................ 46
Tabel 8. Pertumbuhan Produk Domestik Bruto Indonesia Atas Dasar Harga
Konstan 2000 Tahun 2002-2009 Per 31 Desember 2009................... 49
Tabel 9 Ringkasan Hasil Analisis Regresi Linier untuk Pengaruh
Ekspor Pertanian dan Ekspor Migas Terhadap
Pendapatan Nasional .......................................................................... 52
Tabel 10. Koefisien Elastisitas Variabel Ekspor Pertanian dan Migas .............. 56
Tabel 11.Ringkasan Hasil Analisis Regresi Log Linier untuk Pengaruh
Pertumbuhan Ekspor Pertanian dan Ekspor Migas Terhadap
Pertumbuhan Pendapatan Nasional .................................................... 58
x
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. struktur nilai ekspor Indonesia tahun 2008 ...................................... 4
Gambar 2. Kerangka Pemikiran........................................................................ 30
Gambar 3. Kurva Uji Statistik d Durbin-Watson............................................... 51
Gambar 4. Kurva Pengujian Pengaruh Keseluruhan dengan Uji F................... 54
Gambar 5. Kurva Pengujian Pengaruh Parsial dengan Uji t .............................. 55
Gambar 6. Kurva Uji Statistik d Durbin-Watson............................................... 57
Gambar 7. Kurva Pengujian Pengaruh Keseluruhan dengan Uji F.................... 60
Gambar 8. Kurva Pengujian Pengaruh Parsial dengan Uji t .............................. 61
xi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Data Ekspor Pertanian, Ekspor Non Pertanian dan Produk
Nasional Bruto
Lampiran 2. Uji Asumsi Klasik Regresi Linear
Lampiran 3. Output Regresi Linear
Lampiran 4. Uji Asumsi Klasik Regresi Log Linear
Lampiran 5. Output Regresi Log Linear
Lampiran 6. Tabel Distribusi F
Lampiran 7. Tabel Distribusi t
xii
RINGKASAN
Penelitian ini berjudul “Pengaruh Ekspor Pertanian dan Migas Terhadap Pendapatan Nasional (studi kasus Indonesia tahun 2003-2009). Permasalahan yang dibahas dalam penelitian ini adalah berkaitan dengan seberapa besar pengaruh ekspor pertanian dan migas terhadap perekonomian dan serta mana yang lebih besar pengaruhnya terhadap pendapatan nasional.
Tujuan penelitian ini untuk mengetahui : Mengetahui pengaruh ekspor pertanian dan migas terhadap pendapatan nasional tahun 2003-2009, Membandingkan besarnya pengaruh ekspor pertanian dan migas terhadap pendapatan nasional tahun 2003-2009, dan Mengetahui pengaruh pertumbuhan ekspor pertanian dan migas terhadap pertumbuhan pendapatan nasional Indonesia tahun 2003-2009.
Metode pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan untuk membantu pembahasan dan penyusunan secara teoritis, dan penulis mengadakan riset melalui penelitian kepustakaan (library research). Berkaitan dengan permasalahan yang diteliti maka alat analisis yang digunakan adalah dengan menggunakan persamaan parsial dalam bentuk model persamaan linier, yang hanya menggambarkan pengaruh ekspor (pertanian dan migas) terhadap pendapatan nasional saja, tanpa memasukkan unsur lain. Penulis akan melakukan analisis dalam dua model: model persamaan regresi linier dan model persamaan regresi log-linier.
Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah Ekspor pertanian dan ekspor migas sama-sama memiliki pengaruh yang positif terhadap pendapatan nasional, yang secara statistik sangat signifikan, Ekspor migas memberikan dampak yang lebih baik terhadap pendapatan nasional bila dibandingkan dengan ekspor pertanian, dan Dari sisi pertumbuhan, ekspor pertanian memberi dampak yang lebih kecil terhadap pertumbuhan pendapatan nasional.
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan maka dapat ditarik kesimpulan Ekspor pertanian dan ekspor migas mempunyai pengaruh yang positif terhadap pendapatan nasional, Ekspor pertanian mempunyai pengaruh yang lebih besar terhadap pendapatan nasional dibandingkan dengan ekspor migas, dan Dari sisi pertumbuhan, ekspor pertanian memberi sumbangsih yang lebih kecil terhadap pertumbuhan pendapatan nasional dibandingkan dengan pertumbuhan ekspor migas.
Setelah melakukan penelitian tentang pengaruh ekspor pertanian dan migas terhadap pendapatan nasional (studi kasus Indonesia tahun 2003-2009) maka penulis ingin memberikan saran-saran sebagai sumbangan pemikiran sebagai berikut : Pemerintah Indonesia perlu memperhatikan peranan ekspor pertanian maupun ekspor migas, yang terbukti berpengaruh positif signifikan terhadap pendapatan nasional. Upaya yang dapat dilakukan diantaranya adalah dengan melakukan pembangunan di sektor pertanian yang berorientasi ekspor, dan selanjutnya diharapkan dapat
xiii
meningkatkan ekspor sebagai penghasil devisa negara guna memperkokoh pertumbuhan pendapatan nasional, Untuk menciptakan kekuatan yang dapat mendorong pertumbuhan ekspor pertanian maupun migas dapat dilakukan melalui peningkatan jumlah investasi baik lokal maupun asing, Mengingat pentingnya ekspor dalam pembangunan ekonomi, maka diharapkan bagi semua pihak untuk memberikan dukungan, diantaranya dengan menyediakan sarana dan prasarana, perbaikan birokrasi dan perizinan usaha secara memadai, dengan prosedur perijinan yang mudah, cepat dan transparan.
xiv
SUMMARY
This study entitled "The Effect of Agriculture, Oil and Gas Export Against National Income (case study of Indonesia in 2003-2009). The problems discussed in this research is related to how much influence agriculture and oil and gas exports to the national economy and also to find out which one of those exports has greater impact on national income.
The purpose of this study are: Finding out the influence of agriculture and oil and gas exports to national income in 2003-2009, Comparing the influence of agriculture and oil and gas exports to national income in 2003-2009, Knowing the influence of agriculture and oil and gas export growth on the growth of national income of Indonesia in 2003-2009.
This research uses the methods of collecting data to help the discussion and formulation of the theory. The authors conducted research through library research. In order to relate to the problem under study, the research uses the partial equation in the form of linear equation model which only describes the effect of exports agriculture and oil and gas) to national income without inserting another element. The author conducts the analysis in two models: linear regression equation model and the model log-linear regression equation.
The hypothesis proposed in this study are as follows: Exports of agricultural and oil and gas exports have the same positive effect on national income, which is statistically highly significant, Oil and gas exports provide better impact on national income compared with agricultural exports, In terms of growth, agricultural export has smaller impact on the growth of national income.
Based on research, it can be deduced as follows: Agricultural and oil and gas exports have a positive impact on national income, Agricultural exports have a greater effect on national income compared to oil and gas exports, and In terms of growth, agricultural exports contribute less on the national income growth compared to oil and gas exports growth.
After research on the effects of agriculture and oil and gas exports againts national income (case study of Indonesia in 2003-2009) the author wants to give suggestions as follows: The Indonesian government needs to consider the role of agricultural, oil and gas exports, which have proved a significant positive effect on national income. The efforts can be on developing export-oriented agricultural sector, Another effort can be on industrialization process based on the agricultural sector, Considering the importance of exports in economic development, it is suggested to all parties to provide support by providing facilities and infrastructure, bureaucracy and easy, quick and transparent business licensing, especially those oriented to the agriculture.
1
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sejak awal tahun 1965-an, yaitu masa stabilisasi ekonomi dengan program
repelita yang diunggulkan oleh pemerintahan orde baru, Indonesia telah
mencanangkan pembangunan dengan urutan sebagaimana yang telah
dikemukakan oleh Rostow. Tahap-tahap pembangunan ekonomi tersebut dibagi
menjadi lima bagian, yaitu: tahap masyarakat tradisional; tahap prasyarat untuk
lepas landas; tahap lepas landas, tahap gerakan kedewasaan dan tahap konsumsi
tinggi. Urutan pembangunan tersebut pada hakekatnya adalah mempersiapkan
negara yang lebih maju dengan proses industrialisasi.
Setelah melewati masa sulit tahun 1960-an, beruntung Indonesia di tahun
1970-1980 mendapatkan berkah atas hasil migas negeri ini. Sektor migas menjadi
tumpuan utama sumber pembiayaan pembangunan bagi Indonesia dalam kurun
waktu 1970-1980, dengan harga minyak tinggi, sehingga kontribusi terhadap
pendapatan nasional sektor migas jelas besar (Sritua Arief, 1993).
Dengan hanya mengandalkan sektor migas saja adalah suatu yang riskan,
karena disamping harga migas yang fluktuatif, sumber daya migas merupakan
kekayaan alam - karunia Tuhan - yang tidak dapat diperbaharui. Untuk tetap
menjaga proses kesinambungan pembangunan dan pertumbuhan ekonomi perlu
dipertimbangkan dan diperhatikan faktor-faktor lain di luar sektor migas.
Berbagai pendapat ekonom pun demikian, bahwa pembangunan tidak semestinya
hanya semata-mata mengandalkan sumber daya alam terutama migas.
1
2
Chenery dan Skquin, dalam teori perubahan struktural, sebagai hasil studi
empiris yang dilakukan terhadap beberapa negara pada tahun 1950-1970,
mengemukakan bahwa semakin maju suatu negara semakin dominan sumbangan
sektor industri (dan sektor jasa) terhadap pendapatan nasional dibandingkan
dengan sumbangan sektor pertanian (Todaro, 1997). Lebih lanjut Chenery dan
Skquin menyatakan bahwa titik yang membagi negara miskin dan negara maju
adalah titik dimana sumbangan sektor industri dan sektor pertanian berimpit.
Dengan kata lain, bahwa keberhasilan proses industrialisasi merupakan prasyarat
menuju negara maju.
Pembangunan ekonomi nasional telah menunjukkan adanya transformasi
struktur perekonomian dari sektor pertanian ke sektor industri. Indikator ekonomi
yang menunjukkan menurunnya pangsa sektor pertanian serta meningkatnya
pangsa sektor industri dalam Produk Domestik Bruto (PDB) dapat menjadi bukti.
Pangsa relatif sektor pertanian dalam PDB sebesar 49,3 persen pada 1969 menjadi
18,5 persen pada 1993, sedangkan sektor industri meningkat dari 9,2 persen
menjadi 22,4 persen untuk periode yang sama (Wiwoho, 1994). Inilah yang sering
kali disebut-sebut sebagai "keberhasilan" transformasi.
Namun demikian, pangsa tenaga kerja sektor pertanian belum menurun
secara berarti, yaitu sebesar 56 persen pada tahun 1980 dan hanya turun menjadi
48 persen pada tahun 1995. Ketidakseimbangan penurunan pangsa sektor
pertanian terhadap PDB dibandingkan dengan penurunannya terhadap total tenaga
kerja menunjukkan bahwa sektor pertanian semakin tidak produktif dan tidak
efisien. Dari data tersebut bisa terlihat semakin menurunnya pendapatan per kapita
3
tenaga kerja di sektor pertanian.
Proses industrialisasi yang terjadi pada masa orde baru yang dilakukan
dengan gencar, cepat dan berhasil melakukan transformasi struktural
perekonomian Indonesia, ternyata belum mengait ke belakang (backward linkage)
ke sektor pertanian. Dengan kata lain, sektor pertanian tidak mendapatkan
perhatian yang cukup seimbang dibandingkan dengan sektor industri. Ini
berakibat pada tertinggalnya sektor pertanian dari sektor industri. Tidak saja
dalam struktur PDB, tetapi juga dalam struktur masyarakat, dimana sampai saat
ini masyarakat yang hidup di sektor pertanian tak kunjung sejahtera dibandingkan
masyarakat yang hidup di sektor industri. Nilai tukar juga belum membaik.
Produktivitas dan efisiensi yang rendah, serta sikap mental dan budaya yang
masih tradisional membawa kelompok masyarakat ini dalam ketertinggalan (Arif
Satria, 1997).
Transformasi struktural bukan berarti meninggalkan sektor pertanian
menuju sektor industri, tetapi menjadikan pangsa sektor industri terhadap PDB
yang lebih besar dari sektor pertanian, yang disebabkan oleh pertumbuhan sektor
industri yang lebih tinggi akibat faktor eksternalitas industrialisasi yang lebih
besar. Transformasi struktural yang telah dicapai di atas, akan kurang berarti
apabila masih menyisakan adanya ketimpangan antar sektor atau
ketertinggalannya suatu sektor dalam pembangunan.
Proses pembangunan adalah proses yang saling mengkait antara satu
sektor dengan sektor yang lain. Ketertinggalan suatu sektor dalam pembangunan
akan mengakibatkan pertumbuhan pembangunan yang tidak seimbang dan tidak
4
kokoh. Hal ini terbukti ketika terjadi krisis ekonomi yang melanda pada tahun
1998. Sektor industri mengalami keterpurukan yang dahsyat, sementara sektor
pertanian “ sektor yang tertinggal itu “ sebagian besar masih mampu bertahan.
Permintaan dunia akan bahan baku diperkirakan menjadi penyebab
meningkatnya ekspor pertanian dan non pertanian dibandingkan dengan
pertumbuhan industri, namun demikian ekspor Indonesia masih tetap bertumpu
pada barang-barang hasil industri yang mencapai 65,3 persen dari nilai ekspor
total pada tahun 2008. sementara hasil ekspor dari barang pertambangan dan
pertanian masing-masing 8,8 persen dan 3,6 persen. Peningkatan nilai ekspor
pertanian dan non pertanian pada periode tahun 2008 terutama diakibatkan oleh
kecenderungan naiknya harga minyak dunia termasuk harga minyak bumi dari
Indonesia (Indonesian Crude Oil price/ICP)
4%
65%
9%
22%
Pertanian Industri Tambang Migas
Gambar 1. struktur nilai ekspor Indonesia tahun 2008
5
Kenaikan yang sangat besar dari ekspor migas terutama minyak
mentah dan gas tersebut diakibatkan oleh kenaikan harga minyak mentah
tahun 2008 yang sangat tinggi. Meskipun demikian kenaikan harga minyak
mentah dan gas Indonesia masih menunjukkan kecenderungan yang lebih
rendah dibandingkan kenaikan harga minyak mentah dunia (ICP), Sedangkan
pertumbuhan nilai ekspor nonmigas yang fantastis terutama terjadi pada
barang tambang seperti tembaga dan batu bara. Kenaikan nilai ekspor kedua
hasil tambang ini pada tahun 2008 selain akibat meningkatnya volume yang
diekspor, juga terutama sebagai akibat naiknya harga kedua komoditi
tersebut baik di pasar domestik maupun internasional.
Pertumbuhan nilai ekspor pada tahun 2005 diakibatkan oleh kenaikan
baik ekspor pertanian (18,11 persen) maupun migas (25,22 persen). Pada
tahun 2004 pertumbuhan nilai ekspor pertanian dan migas Indonesia masih
sebesar 11,64 persen dan 1,82 persen. (http://www.bps.go.id)
gambaran umum pertumbuhan kumulatif produk domestik bruto
Indonesia dapat dilihat pada tabel 1.
6
Tabel 1. Laju Pertumbuhan Kumulatif Produk Domestik Bruto Menurut Lapangan Usaha, 2008-2009 (Persen)
2008* 2009** LAPANGAN USAHA
I I sd II I sd III I sd IV I I sd II I sd III I sd IV 1. Pertanian, Peternakan, Kehutanan dan Perikanan
6,44 5,60 4,75 4,83 5,91 4,38 3,99 4,13
2. Pertambangan dan Penggalian (1,62) (1,00) 0,10 0,68 2,61 2,99 4,08 4,37
3. Industri Pengolahan 4,28 4,26 4,27 3,66 1,50 1,51 1,43 2,11 4. Listrik, Gas & Air Bersih 12,34 12,05 11,48 10,92 11,25 13,31 13,71 13,78
5. Konstruksi 8,20 8,26 8,09 7,51 6,25 6,17 6,71 7,05 6. Perdagangan, Hotel & Restoran 6,75 7,22 7,35 6,87 0,63 0,30 0,11 1,14
7. Pengangkutan dan Komunikasi 18,12 17,33 16,73 16,57 16,78 16,91 16,75 15,53
8. Keuangan, Real Estate & Jasa Perusahaan
8,34 8,50 8,53 8,24 6,26 5,79 5,49 5,05
9. Jasa-jasa 5,52 6,02 6,33 6,23 6,70 6,95 6,64 6,40 Produk Domestik Bruto 6,21 6,26 6,25 6,01 4,53 4,30 4,25 4,55
Sumber: Bank Indonesia, BPS tahun 2009
* Angka Sementara
** Angka sangat sementara
Setidaknya ada beberapa faktor yang bisa diungkapkan bahwa sektor
pertanian menjadi penting dalam proses pembangunan, yaitu:
7
1. Sektor pertanian menghasilkan produk-produk yang diperlukan sebagai input
sektor lain, terutama sektor industri, seperti: industri tekstil, industri makanan
dan minuman;
2. Sebagai negara agraris (kondisi historis) maka sektor pertanian menjadi sektor
yang sangat kuat dalam perekonomian dalam tahap awal proses pembangunan.
Populasi di sektor pertanian (pedesaan) membentuk suatu proporsi yang
sangat besar. Hal ini menjadi pasar yang sangat besar bagi produk-produk
dalam negeri baik untuk barang produksi maupun barang konsumsi, terutama
produk pangan. Sejalan dengan itu, ketahanan pangan yang terjamin
merupakan prasyarat kestabilan sosial dan politik;
3. Karena terjadi transformasi struktural dari sektor pertanian ke sektor industri
maka sektor pertanian menjadi sektor penyedia faktor produksi (terutama
tenaga kerja) yang besar bagi sektor non-pertanian (industri).
4. Sektor pertanian merupakan sumber daya alam yang memiliki keunggulan
komparatif dibanding bangsa lain. Proses pembangunan yang ideal mampu
menghasilkan produk-produk pertanian yang memiliki keunggulan kompetitif
terhadap bangsa lain, baik untuk kepentingan ekspor maupun substitusi impor
(Tambunan, 2001).
Nilai ekspor diambil karena memiliki kelebihan setidaknya produk yang
diekspor adalah produk-produk yang memang dibutuhkan pasaran dunia dan
mampu bersaing secara kualitas dan harga. Nilai ekspor pertanian adalah yang
sesuai dengan klasifikasi yang dilakukan oleh BPS. Dalam studi ini, penulis
mencoba mendekati dengan sisi yang agak berbeda. Penulis memfokuskan kepada
8
besaran ekspor pertanian dan non-pertanian serta pengaruhnya terhadap
perekonomian yang diukur dengan produk nasional bruto dengan judul:
“PENGARUH EKSPOR PERTANIAN DAN MIGAS TERHADAP
PENDAPATAN NASIONAL (STUDI KASUS INDONESIA TAHUN 2003-
2009)”.
B. Perumusan Masalah
Ekspor sering kali disebut sebagai mesin pendorong pertumbuhan,
penyebutan ini timbul karena beberapa alasan yang mendasarinya. Pertama,
melalui perdagangan internasional suatu negara dapat memperluas pasar sehingga
permintaan akan ekspor dari negara tersebut akan meningkat. Hal ini akan
menyebabkan Produk Domestik Bruto (PDB) negara yang bersangkutan akan
meningkat. Adapun permasalahan yang diteliti adalah seberapa besar pengaruh
ekspor pertanian dan migas terhadap perekonomian dan serta mana yang lebih
besar pengaruhnya terhadap pendapatan nasional. Tujuan akhir pembangunan
pertanian adalah terwujudnya kesejahteraan masyarakat melalui sistem pertanian
industrial. Secara operasional pencapaian tujuan tersebut ditempuh melalui tahapan-
tahapan pembangunan jangka panjang, jangka menengah dan jangka pendek.
Kebijakan dan program pembangunan pertanian jangka panjang dijabarkan dalam
rencana pembangunan jangka menengah (lima tahunan) dan selanjutnya dijabarkan
lebih lanjut ke dalam rencana pembangunan pertanian tahunan.
Dari uraian diatas dapat dirumuskan suatu permasalahan penelitian sebagai
berikut :
9
1. Bagaimanakah pengaruh ekspor Sektor pertanian dan migas terhadap
pendapatan nasional Indonesia tahun 2003-2009?
2. Bagaimana perbandingan besarnya pengaruh sektor pertanian dan migas
terhadap pendapatan nasional Indonesia tahun 2003-2009?
3. Bagaimanakah pengaruh pertumbuhan ekspor pertanian dan migas
terhadap pertumbuhan pendapatan nasional Indonesia tahun 2003-2009?
C. Pembatasan Masalah
Penelitian ini mengenai Pengaruh Ekspor Pertanian dan Migas Indonesia
Terhadap Pendapatan Nasional Indonesia tahun 2003-2009. Potensi Sektor
Pertanian dan Migas memberikan pengaruh yang berarti pada Pendapatan
Nasional Indonesia. Lingkup permasalahan di dalam penelitian ini di batasi pada
Pengaruh Ekspor Pertanian yaitu subsektor tanaman pangan, subsektor
perkebunan, subsektor kehutanan, subsektor peternakan, subsektor perikanan, dan
sektor migas terhadap Pendapatan Nasional Indonesia tahun 2003-2009.
D. Tujuan Dan Manfaat Penelitian
Tujuan penelitian :
1. Mengetahui pengaruh ekspor pertanian dan migas terhadap pendapatan
nasional tahun 2003-2009.
2. Membandingkan besarnya pengaruh ekspor pertanian dan migas terhadap
pendapatan nasional tahun 2003-2009.
10
3. Mengetahui pengaruh pertumbuhan ekspor pertanian dan migas terhadap
pertumbuhan pendapatan nasional Indonesia tahun 2003-2009.
Manfaat Penelitian :
1. Berguna bagi penulis dalam rangka menyelesaikan tugas akhir sebagai syarat
untuk mencapai gelar kesarjanaan.
2. Bagi akademis Penelitian ini diharapkan menambah pengetahuan dan
memberikan sumbangan bagi perkembangan ilmu pengetahuan pada
umumnya dan Ilmu Ekonomi Studi Pembangunan pada khususnya dalam hal
pengaruh ekspor pertanian dan non pertanian terhadap pendapatan nasional.
3. Bagi pemerintah dapat digunakan sebagai wacana mencapai tujuan
pembangunan yang lebih terarah, efisien dan tercipta pertumbuhan ekonomi
yang tinggi serta distribusi pendapatan yang lebih merata.
11
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Landasan Teori
1. Ekspor
Ekspor dapat diartikan sebagai kegiatan yang menyangkut produksi
barang dan jasa yang diproduksi di suatu negara untuk dikonsumsikan di luar
batas negara tersebut (Triyoso,1994:210). Lebih jelas lagi, Delairnov
(1995,202-203) menambahkan bahwa ekspor merupakan kelebihan produksi
dalam negeri yang kemudian kelebihan produksi tersebut dipasarkan di luar
negeri.
Pengertian ekspor menurut keputusan menteri perdagangan dan
perindustrian Nomor 182/MPP/KEP/4/1998 tentang ketentuan umum di
bidang ekspor, menyatakan bahwa ekspor adalah kegiatan mengeluarkan
barang dan jasa dari daerah kepabeanan suatu negara. Adapun daerah
kepabeanan sendiri diartikan sebagai wilayah Republik Indonesia yang
meliputi wilayah darat, perairan dan ruang udara di atasnya serta tempat-
tempat tertentu di zona ekonomi exlusif dan landas kontinen yang di dalamnya
berlaku Undang-Undang No.10 tahun 1995 tentang Kepabeanan. Definisi
ekspor adalah seluruh pengiriman barang dagangan keluar negeri melalui
pelabuhan di seluruh wilayah Republik Indonesia baik yang bersifat komersial
maupun bukan komersial. Nilai ekspor adalah nilai transaksi barang ekspor
sampai atas kapal pelabuhan muat dalam keadaan free on board (f.o.b),
komoditas ekspor pertanian meliputi barang-barang primer dari hasil sektor
12
pertanian dan perkebunan.
Kegiatan ekspor adalah sistem perdagangan dengan cara mengeluarkan
barang dari dalam keluar wilayah pabean Indonesia dengan memenuhi
ketentuan yang berlaku. Ekspor merupakan nilai semua barang dan jasa yang
dijual oleh sebuah negara ke negara lain, termasuk diantara barang-barang,
ongkos pengapalan, asuransi, dan jasa-jasa pada suatu tahun tertentu.
(Bambang Triyoso, 1984).
Fungsi penting adalah mengatasi masalah terbatasnya pasar di dalam
negeri. perkembangan ekspor akan menggalakan perkembangan sektor dalam
negeri karena :
a. Beberapa fasilitas yang digunakan untuk memperlancar kegiatan ekspor,
seperti pengembangan sistem komunikasi, jaringan pengangkutan dan
fasilitas latihan atau pendidikan, dapat digunakan oleh sektor dalam negeri.
b. Dengan menarik tenaga kerja dari sektor dalam negeri, sektor ekspor akan
mendorong sektor dalam negeri untuk menciptakan inovasi yang bertujuan
untuk meningkatkan produktivitas. (Sadono Sukirno,1985 : 310)
Menurut Sadono Sukirno (1985 : 224-225) Peranan ekspor dalam
pembangunan ekonomi menurut ahli ekonomi klasik, terutama David Ricardo,
mengemukakan pendapatnya bahwa perdagangan luar negeri melalui ekspor
memberikan sumbangan yang pada akhirnya dapat mempercepat
perkembangan ekonomi suatu negara.
Adapun sumbangan penting dari kegiatan luar negeri melalui ekspor
dalam pembangunan ekonomi meliputi :
13
a. Pada suatu negara yang sudah mencapai tingkat kesempatan kerja penuh,
maka perdagangan luar negeri memungkinkan negara untuk mencapai
tingkat konsumsi yang lebih tinggi daripada yang mungkin dicapai tanpa
adanya kegiatan ekspor.
b. Suatu negara dapat memperluas pasar dan hasil-hasil produksi nasional.
c. Suatu negara dapat menggunakan teknologi yang berasal dari luar negeri.
Para ahli ekonomi sesudah mazhab klasik berpendapat, bahwa salah
satu fungsi dari ekspor adalah untuk mengatasi terbatasnya permintaan pasar
dalam negeri. Perkembangan ekspor akan menggalakkan perkembangan
sektor pendukung lainnya di dalam negeri karena akan menciptakan
permintaan atas barang yang dihasilkan di dalam negeri, yang akhirnya ekspor
dapat memperlancar perkembangan ekonomi. Dengan perdagangan luar
negeri melalui ekspor, maka pendapatan masyarakat khususnya produsen dan
orang-orang yang kegiatannya di sektor lain akan bertambah. Makin cepat
perkembangan perdagangan luar negeri makin cepat pula pendapatan
masyarakat bertambah.
Pengaruh secara tidak langsung dari adanya perdagangan luar negeri
adalah penghasilan devisa. Semakin ekspor berkembang, semakin besar
penghasilan devisa yang diterima oleh negara. Ini berarti terjadi arus modal
(capital flow) dari luar negeri ke dalam negeri yang tentu saja menguntungkan
bagi suatu negara yang memerlukan tambahan modal untuk pembangunan
yang pada gilirannya dapat mendorong pertumbuhan ekonomi.
14
Ketika prosentase ekspor terhadap PDB semakin meningkat, maka
harus dibuat strategi ekspor yang dapat memberikan peluang untuk lestarinya
status komoditi ekspor sebagai market leader. Empat alternatif strategi ekspor
lazim dikenal dengan Four Generic Internasional Strategies, yaitu :
a. Dynamic High Technology Strategy (DHTS). Yaitu strategi yang dapat
memberikan peluang kepada perusahaan untuk menjadi market leader
melalui inovasi teknologi yang tepat dan dilakukan secara terus-menerus.
b. Low of Stable Technology Strategy (LSTS). Strategi ini memberikan
peluang kepada perubahan untuk menjadi market leadaer karena
kemampuan memelihara brand identity economic of scale, manufacturing
know how, standar produksi, dan penyediaan suku cadang yang terdapat
secara global. Kalau dilihat persyaratan strateginya, sebenarnya yang
diperlukan oleh perusahaan adalah bagaimana dapat memelihara citra
perusahaan dan reputasi bisnisnya.
c. Advanced Management Skill Strategy (AMSS), yaitu strategi yang dapat
memberikan peluang kepada perusahaan untuk menjadi market leader
karena kemampuannya menerapkan manajemen yang tepat, khususnya
dalam hal pemasaran dan koordinasi. Untuk itu, perusahaan harus
memiliki perencanaan yang baik dalam bidang manajemen pemasaran,
keuangan, dan organisasi.
d. Production Market Rationalization Strategy (PMRS), yaitu strategi yang
dapat memberikan peluang kepada perusahaan untuk menjadi market lader
karena kemampuannya menekan biaya produksi melalui pendekatan lokasi.
15
Artinya adalah bahwa lokasi perusahaan relatif “dekat” dengan pasar
modal sehingga mampu menekan handling cost, seperti biaya
pengangkutan penyimpanan. Untuk melakukan strategi itu, komoditinya
harus memiliki karakteristik, antara lain bernilai tinggi dan tidak memakan
tempat yang luas, sehingga dapat menekan biaya penyimpanan dan
pengangkutan. Kebijaksanaan perdagangan internasional di bidang ekspor
harus terus dilaksanakan oleh pemerintah. Kebijakan ini diartikan sebagai
tindakan dan peraturan yang dikeluarkan pemerintah, baik secara langsung
maupun tidak langsung, yang akan mempengaruhi struktur, komposisi dan
arah transaksi serta kelancaran usaha untuk peningkatan devisa ekspor
suatu negara (H. Halwani dan P, :64-65 ; Tjiptoherijanto, 1993 : 64-65).
Kebijaksanaan perdagangan internasional di bidang ekspor
dikelompokkan menjadi dua macam kebijakan, yaitu :
a. Kebijakan ekspor dalam negeri
1) Kebijakan perpajakan dalam bentuk pembebasan, keringanan,
pengembalian pajak ataupun pengenaan pajak ekspor untuk barang-
barang ekspor tertentu.
2) Fasilitas kredit perbankan yang murah untuk mendorong peningkatan
ekspor barang-barang tertentu.
3) Penetapan prosedur / tata laksana ekspor yang relatif mudah.
4) Pemberian subsidi ekspor, seperti pemberian sertifikat ekspor.
5) Pembentukan organisasi eksportir.
16
6) Pembentukan kelembagaan seperti bounded warehouse, bounded
island Batam, axport processing zone, dan lain-lain.
b. Kebijaksanaan ekspor luar negeri
1) Pembentukan International Trade Promotion Centre(ITPC) di
berbagai negara, seperti Jepang, Eropa, Amerika Serikat, dan lain-lain.
2) Pemanfaatan General System of Preferency (GSP), yaitu fasilitas
keringanan bea masuk yang diberikan negara-negara industri untuk
barang manufaktur yang berasal dari negara yang sedang berkembang.
3) Menjadi anggota Commodity Association of Producer(GSP), seperti
OPEC.
4) Menjadi anggota Commodity Agreement between Producer and
Consumer, seperti ICO (International Coffe Organization), MFA
(Multifibre Agreement), dan lain-lain (Hady Hamdi, 2000 : 63-64).
Pemerintah mempunyai peranan penting dalam kegiatan perekonomian
suatu negara. Dalam sistem perekonomian terbuka kebijaksanaan pemerintah
dalam sektor perdagangan luar negeri haruslah ditekankan pada usaha
menciptakan keseimbangan pada neraca pembayaran. Tindakan pemerintah
untuk menstabilkan sektor luar negeri adalah dengan mendorong, masyarakat
untuk mengurangi ketergantungan terhadap barang impor, melakukan
konsumsi yang lebih banyak atas barang produksi dalam negeri dan
meningkatkan ekspor barang keluar negeri sehingga dengan kebijakan
memindahkan pengeluaran (Sukirno,1985).
17
Khusus untuk meningkatkan ekspor maka beberapa kebijakan yang
dapat diambil diantaranya adalah :
a. Menciptakan perangsang-perangsang ekspor
Tindakan ini dapat dilaksanakan dengan cara mengambil kebijakan
langkah-langkah yang dapat menyebabkan kegiatan ekspor menjadi lebih
meningkat dan menguntungkan dari pada tahun sebelumnya.
b. Menciptakan kestabilan uang dan harga
Kesuksesan kegiatan ekspor tergantung pada kemampuan barang-barang
dalam negeri untuk bersaing di pasaran luar negeri. Salah satu faktor yang
menentukan daya saing tersebut adalah ongkos produksi yang rendah
dengan harga jual yang stabil.
c. Melakukan devaluasi
Kebijakan devaluasi dilakukan dengan cara menurunkan nilai kurs mata
uang suatu negara terhadap mata uang negara lain. Dengan devaluasi
diharapkan mampu mengatasi defisit dalam neraca pembayaran karena
ekspor negara tersebut cenderung meningkat, hal ini disebabkan
komoditas yang dihasilkan oleh suatu negara memiliki daya saing
ekonomi dalam hal harga barangnya menjadi lebih murah di pasar
internasional setelah adanya kebijakan devaluasi tersebut.
Ekspor suatu negara akan dipengaruhi oleh pendapatan nasional negara
lainnya, perubahan tingkat harga barang yang sama di dalam dan luar negeri,
sistem tarif dan kuota, serta berdasarkan dana atau valuta asing dari negara
lain. Ekspor suatu negara merupakan impor negara lain, oleh karena itu faktor
18
permintaan dari negara lain sangat berpengaruh dalam menentukan volume
ekspor komoditi dari Indonesia. Permintaan merupakan keinginan konsumen
membeli suatu barang pada berbagai tingkat harga selama periode tertentu.
Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi permintaan ekspor suatu barang
yaitu : harga barang itu sendiri ; harga barang lain yang terkait; tingkat
pendapatan perkapita, distribusi pendapatan, selera atau kebiasaan, jumlah
penduduk, perkiraan harga dimasa datang, dan usaha-usaha produsen untuk
meningkatkan penjualan.
Selain fakta tersebut masih ada beberapa faktor yang mempengaruhi
permintaan ekspor, menurut Halwani (2002) faktor-faktor tersebut adalah
harga internasional komoditas tersebut, nilai tukar uang (exchange rate),
besarnya kuota ekspor dan impor.
a. Harga Internasional
Makin besar selisih antara harga pasar internasional dengan harga
domestik akan menyebabkan jumlah komoditi yang diekspor menjadi
bertambah banyak, naik-turunnya disebabkan oleh :
1) Keadaan perekonomian negara pengekspor, dengan tingginya inflasi
maka terjadi kenaikan biaya produksi untuk memproduksi barang
sehingga harga produk di pasaran domestik menjadi naik, sehingga
secara riil harga komoditi tersebut jika ditinjau dari pasaran
internasional akan terlihat semakin mahal. Mahalnya produk tersebut
akan menurunkan jumlah permintaannya di pasaran internasional.
2) Harga pasar di pasaran internasional semakin meningkat, dimana harga
19
internasional merupakan keseimbangan antara penawaran ekspor dan
permintaan impor dunia suatu komoditas di pasaran dunia meningkat
sehingga jika komoditas di pasaran domestik tersebut stabil, maka
selisih harga internasional dan harga domestik semakin besar. Akibat
dari kedua hal tersebut akan mendorong ekspor komoditi tersebut.
b. Nilai Tukar Uang (exchange rate)
Kebijakan nilai tukar uang dimaksudkan untuk memperbaiki neraca
pembayaran yang defisit melalui peningkatan ekspor. Efek dari kebijakan
nilai tukar uang adalah berkaitan dengan kebijakan devaluasi (yaitu
penurunan nilai mata uang domestik terhadap mata uang luar negeri)
terhadap ekspor-impor suatu negara dipengaruhi oleh beberapa faktor,
diantaranya adalah elastisitas harga untuk ekspor, elastisitas harga untuk
impor, dan daya saing komoditas tersebut di pasaran internasional.
Apabila elastisitas harga untuk ekspor lebih tinggi dari pada elastisitas
harga untuk impor maka devaluasi cenderung menguntungkan dan
sebaliknya jika elastisitas harga untuk impor lebih tinggi dari pada
elastisitas harga untuk ekspor maka kebijakan devaluasi tidak
menguntungkan.
c. Kuota Ekspor-Impor
Dengan adanya kuota ekspor bagi produsen komoditi tertentu maka ekspor
komoditi tersebut akan mengalami hambatan terutama bagi negara-negara
penghasil komoditi yang jumlahnya relatif sedikit.
20
2. Pertanian
Pertanian merupakan bisnis perekonomian Indonesia. Walaupun
sumbangsih (relative contribution) sektor pertanian dalam perekonomian
diukur berdasarkan proporsi tahun demi tahun kian mengecil, hal itu bukanlah
berarti nilai dan peran nya semakin tidak bermakna. Nilai tambah sektor
pertanian dari waktu ke waktu tetap selalu meningkat. Kecuali itu peranan
sektor ini dalam menyerap tenaga kerja kerap terpenting. Mayoritas penduduk
Indonesia, yang sebagian tinggal di daerah pedesaan, hingga saat ini masih
menyandarkan mata pencaharian pada sektor pertanian.
Transformasi struktural perekonomian Indonesia menuju ke corak
yang industrial tidak dengan sendirinya melenyapkan nuansa agrarisnya.
Berbagai teori pertumbuhan ekonomi klasik dan studi empiris Bank Dunia
menunjukkan, bahwa sukses pengembangan sektor industri di suatu negara
selalu diiringi dengan perbaikan produktivitas dan pertumbuhan berkelanjutan
di sektor pertanian. Selain menyediakan kebutuhan pangan bagi penduduk
serta menyerap tenaga kerja, sektor pertanian juga merupakan pemasok bahan
baku bagi sektor industri dan menjadi sumber penghasil devisa
(Dumairy,1999).
Ruang lingkup sektor pertanian
Di Indonesia, sektor pertanian dalam arti luas ini dipilah-pilah menjadi
lima sektor diantaranya adalah :
a. Subsektor tanaman pangan sering juga disebut subsektor pertanian rakyat.
Disebut demikian karena tanaman pangan biasanya diusahakan oleh
21
rakyat, maksudnya bukan oleh perusahaan atau pemerintah. Subsektor ini
mencakup komoditas-komoditas bahan makanan seperti padi, jagung,
kedelai, ketela rambat, serta sayur dan buah buahan.
b. Subsektor perkebunan dibedakan atas perkebunan rakyat dan perkebunan
besar. Yang dimaksud dengan perkebunan rakyat ialah perkebunan yang
diusahakan sendiri oleh rakyat atau masyarakat, biasanya dalam skala
kecil dan dengan teknologi sederhana. Sedangkan perkebunan besar
adalah semua kegiatan perkebunan yang dijalankan oleh perusahaan-
perusahaan perkebunan berbadan hukum.
c. Subsektor kehutanan terdiri atas tiga kegiatan yaitu penebangan kayu,
pengambilan hasil hutan lain dan perburuan. Kegiatan penebangan kayu
menghasilkan kayu glonggongan, kayu bakar, arang dan bamboo. Hasil
hutan lain meliputi : damar, rotan, getah kayu, kulit kayu, serta berbagai
macam akar-akaran dan umbi kayu. Sedangkan kegiatan pemburuan
menghasilkan binatang-binatang liar seperti rusa, penyu, ular, buaya, dan
juga madu.
d. Subsektor peternakan mencakup kegiatan peternakan itu sendiri dan
pengusahaan hasil-hasilnya. Subsektor ini meliputi produksi ternak-ternak
besar dan kecil, telur,susu segar, wool, dan hasil pemotongan hewan.
e. Subsektor perikanan meliputi semua hasil kegiatan perikanan laut,
perairan umum, kolam, tambak, sawah, dan keramba, serta pengolahan
sederhana atas produk-produk perikanan (pengeringan dan pengasinan).
Dari segi teknis kegiatannya, subsektor ini dibedakan atas tiga macam
22
sektor yaitu perikanan laut, perikanan darat, dan penggaraman. Komoditas
yang tergolong subsektor ini tidak terbatas pada ikan tetapi juga udang,
kepiting, ubur-ubur dan semacamnya
3. Migas
Komoditas-komoditas migas diantaranya barang-barang hasil produksi
dari sektor industri olahan, minyak, dan gas. Sektor industri merupakan sektor
yang paling besar peranannya dalam menyumbang nilai ekspor migas
dibandingkan sektor pertambangan dan pertanian. Kecilnya sumbangan sektor
pertanian tersebut sangat disayangkan mengingat sektor pertanian sampai
sekarang menyerap tenaga kerja terbesar dibandingkan sektor lainnya. Di sektor
industri, komoditi yang nilai ekspornya menonjol adalah pakaian jadi, minyak
kelapa sawit, alat listrik, crumb-rubber dan industri lainnya memiliki pangsa
berkisar 5 sampai 8 persen dari total ekspor sektor industri.
4. Ekspor Pertanian
Ekspor pertanian adalah proses transportasi barang atau komoditas
pertanian dari suatu negara ke negara lain secara legal, umumnya dalam
proses perdagangan. Proses ekspor pertanian pada umumnya adalah tindakan
untuk mengeluarkan barang atau komoditas dari dalam negeri untuk
memasukannya ke negara lain. Ekspor barang hasil pertanian secara besar
umumnya membutuhkan campur tangan dari bea cukai di negara pengirim
maupun penerima. Ekspor pertanian adalah bagian penting dari perdagangan
internasional.
Ekspor komoditas pertanian antara lain meliputi subsektor pertanian
pangan, subsektor perkebunan, subsektor kehutanan, subsektor peternakan,
23
serta subsektor perikanan.
5. Ekspor Migas
Ekspor migas diantaranya ekspor minyak mentah dan gas, kenaikan
ekspor minyak dan gas memberikan pengaruh yang baik bagi Indonesia
mengingat Indonesia cukup banyak memproduksi komoditas-komoditas
tersebut. Di samping itu, kenaikan pertumbuhan ekspor dapat memberi
kontribusi yang penting bagi peningkatan pendapatan pemerintah baik pusat
maupun daerah seiring dengan dilakukannya otonomi daerah.
6. Pendapatan Nasional
Dalam analisis makro ekonomi selalu digunakan istilah “pendapatan
nasional” atau “national income” dan biasanya nilai ini dimaksudkan untuk
menyatakan nilai barang dan jasa yang dihasilkan dalam suatu negara. Dengan
demikian dalam konsep tersebut istilah pendapatan nasional mewakili arti
Produk Domestik Bruto atau produk Nasional Bruto.
Produk Domestik Bruto (PDB) dapat diartikan sebagai nilai barang
dan jasa dalam suatu negara yang di produksi oleh faktor-faktor produksi
milik negara tersebut dan milik warga negara asing. Sedang Produk Nasional
Bruto (PNB) dapat diartikan sebagai nilai barang dan jasa yang di produksi
oleh faktor-faktor produksi yang dimiliki oleh warga negara yang dari negara
yang pendapatan nasionalnya dihitung (Sadono Sukirno,1994). Di negara-
negara berkembang konsep Produk Domestik Bruto adalah konsep yang
paling penting dalam pendapatan nasional. Dalam perekonomian suatu negara,
baik negara maju maupun negara sedang berkembang, barang dan jasa
24
diproduksi tidak hanya oleh perusahaan milik penduduk negara tersebut tetapi
oleh penduduk negara lain.
Dalam konsep ekonomi makro, menurut metode produksi, nilai
produksi digunakan untuk mengukur pendapatan nasional, yaitu dengan cara
menjumlahkan nilai produksi barang dan jasa yang dihasilkan oleh setiap
sektor produksi dalam suatu negara selama periode tertentu (Sadono Sukirno
1996). Di Indonesia periode waktu tersebut adalah satu tahun kalender dan
sektor-sektor Produksi dibagi menjadi ( sektor Yaitu : pertanian;
pertambangan; dan penggalian; industri pengolahan; listrik; air minum dan
gas; bangunan; pengangkutan dan komunikasi; perdagangan; hotel dan
restoran; keuangan persewaan dan jasa perusahaan dan jasa-jasa lainya.
Jumlah nilai produksi barang-barang dan jasa yang dihasilkan sektor tersebut
selama tahun fiskal disebut Gross Domestik Bruto (GDP) yang dalam bahasa
Indonesia disebut Produk Domestik Bruto (PDB) (Lincolin Arsyad, 1999).
PDB sektor pertanian tidak lain merupakan hasil penjumlahan nilai
produksi dari subsektor-subsektor pertanian. Di Indonesia sektor pertanian
dalam arti luas ini dipilah-pilah menjadi lima bagian subsektor yaitu :
subsektor tanaman pangan, subsektor peternakan, subsektor perkebunan,
subsektor kehutanan dan subsektor perikanan. Perhitungan dilakukan olah
Badan Pusat Statistik. Sumber data sebagian lagi berasal dari instansi teknis
seperti Departemen Pertanian, departemen Kehutanan, Departemen
Perindustrian dan Perdagangan. (Dumairy, 1996)
Pendapatan Nasional dapat dihitung berdasarkan harga berlaku dan
25
harga tetap. Pendapatan Nasional pada harga berlaku adalah nilai nilai barang-
barang dan jasa-jasa yang dihasilkan oleh suatu negara dalam tahun dan
menurut harga-harga yang berlaku pada tahun tersebut. Pendapatan Nasional
berdasarkan harga tetap yaitu nilai barang dan jasa yang dihasilkan suatu
negara dalam satu tahun yang dinilai berdasarkan harga tetap yaitu harga yang
berlaku pada tahun tertentu dan seterusnya digunakan untuk menilai barang
dan jasa yang dihasilkan pada tahun-tahun lain. Untuk mengukur pertumbuhan
dalam suatu perekonomian seringkali digunakan konsep pendapatan nasional
berdasarkan harga tetap bukan harga berlaku karena jika menggunakan
pendapatan nasional pada harga berlaku terdapat kecenderungan yang selalu
meningkat dari tahun ke tahun akibat dari pertambahan fiskal barang dan jasa
yang dihasilkan dalam perekonomian dan kenaikan harga –harga yang berlaku
dari suatu periode ke periode lainnya karena pendapatan nasional pada harga
berlaku memasukan faktor inflasi.
Terdapat beberapa istilah dan pengertian tentang konsep pendapatan
nasional yang biasa digunakan dalam perhitungan, hal ini dijelaskan sebagai
berikut :
a. Produk Domestik Bruto (PDB) atau Gross Domestic Product (GDP)
PDB atau GDP adalah semua barang dan jasa yang di produksikan
dalam suatu negara dalam jangka waktu tertentu, biasanya 1 tahun.
Dinamakan produk domestic bruto karena dijumlahkan dengan nilai
tambah produk yang berbentuk barang dan jasa. Nilai tambah barang dan
jasa ini dikelompokkan dalam 9 golongan berdasarkan lapangan usaha.
26
Dinamakan domestik karena produk yang dihasilkan berbeda
dalam batas wilayah negara tanpa memperhatikan apakah produk itu
dihasilkan oleh faktor produksi dalam negeri atau luar negeri. Dinamakan
bruto karena didalamnya termasuk sejumlah penyusutan barang dan modal
untuk produksi.
b. Produk Nasional Bruto (PNB) atau Gross National Product (GNP)
PNB atau GNP adalah barang dan jasa akhir yang diproduksikan
oleh faktor faktor produksi yang dimiliki warga negara dari negara yang
pendapatan nasionalnya dihitung. Dalam GNP tidak dihitung produksi
yang diwujudkan oleh faktor-faktor produksi milik penduduk negara lain.
Cara penghitungan GNP adalah sebagai berikut : GNP = GDP –
pendapatan netto terhadap luar negeri
c. Produk Nasional netto (PNN) atau Net National Product (NNP)
NNP adalah nilai seluruh barang dan jasa yang dihasilkan dalam
waktu tertentu oleh suatu negara sesudah dikurangi penyusutan. NNP
dihitung dengan rumus sebagai berikut :
NNP = GNP – Penyusutan
d. Pendapatan National Neto (PNN) atau Net National Income (NNI)
NNI adakah NNP yang dikurangi pajak tidak langsung, yang dapat
dirumuskan sebagai berikut :
NNI = NNP – Pajak Tidak Langsung
e. Pendapatan pribadi (PP) atau Personal Income (PI)
PI dapat diartikan sebagai semua jenis pendapatan, termasuk
27
pendapatan yang diperoleh tanpa memberikan sesuatu kegiatan apapun
yang diterima oleh penduduk suatu negara. PI dapat dirumuskan sebagai
berikut :
PI = NNI – (Pajak Perusahaan + Laba ditahan)
f. Pendapatan Disposabel (PD) atau Disposable Income(DI)
DI adalah pendapatan yang digunakan oleh para penerimanya yaitu
semua rumah tangga yang ada dalam perekonomian. Untuk membeli
barang dan jasa yang diinginkan. DI juga dapat diartikan sebagai berikut :
DI = PI – (Pajak Langsung Konsumen + Iuran Jaminan
Sosial) + (transfer)
Perhitungan pendapatan nasional dapat dilakukan dengan 3 metode,
yaitu :
a. Metode Produksi (Production Approach)
Metode ini dilakukan dengan menjumlahkan nilai seluruh barang
dan jasa yang dihasilkan oleh beberapa lapangan usaha dalam
perekonomian. Di Indonesia terdapat 9 lapangan usaha meliputi :
pertanian, peternakan, kehutanan dan perikanan; pertambangan dan
penggalian; hotel dan restoran; pengangkutan dan komunikasi; keuangan,
persewaan dan jasa perusahaan; serta jasa-jasa.
b. Metode Pengeluaran (expenditure Approach)
Metode ini dilakukan dengan menjumlahkan pengeluaran-
pengeluaran yang dilakukan oleh rumah tangga, perusahaan, pemerintah
dan luar negeri atas barang dan jasa yang dihasilkan dalam suatu negara.
28
Secara sistematis dapat dirumuskan sebagai berikut :
Y = C + I + G +(X-M)
Keterangan :
Y = Pendapatan Nasional
C = Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga
I = Pengeluaran Investasi
G = Pengeluaran Pemerintah
X-M = Ekspor Netto (ekspor-impor)
c. Metode Pendapatan (Income Approach)
Metode ini dilakukan dengan menjumlahkan pendapatan seluruh
faktor produksi yang dilakukan dalam proses, yaitu pendapatan dari tenaga
kerja, modal, tanah dan skill pengusaha. Secara sistematis dapat dituliskan
sebagai berikut :
Y = wage + interest + rent + profit
Keterangan :
Y = Pendapatan Nasional
Wage = Upah Tenaga Kerja
Interest = Bunga Modal
Rent = Sewa Tanah
Profit = keuntungan perusahaan
29
B. Perumusan Model Penelitian dan Hipotesis
1. Perumusan Model Penelitian
Ekspor merupakan seluruh permintaan atas barang-barang yang kita
produksi yaitu permintaan orang-orang asing atas barang dan jasa dalam
negeri. (Maurice D Levi, 1996). Pengertian Ekspor Pertanian (padi, kacang,
jagung, kentang, kedelai dan Ketela ) dan Ekspor migas dalam penelitian ini
adalah perdagangan hasil pertanian dan migas yang menembus batas
territorial dua Negara dan sering kali melewati batas Negara ketiga sebagai
pelabuhan persinggahan.
Kepercayaan yang diberikan pada sektor pertanian secara umum telah
terbukti. Dari awal mula krisis sampai kuartal ketiga tahun 1998, sektor
pertanian menunjukkan pertumbuhan melebihi sektor-sektor lainnya. Selain
itu, dari tahun 2005 sampai 2007, sumbangan pertanian terhadap total jumlah
tenaga kerja meningkat dari 4.950.562 menjadi 6.278.470, satu-satunya sektor
dimana tenaga kerja mengalami peningkatan.
Table 2. Penduduk 15 Tahun Ke Atas Menurut Status Pekerjaan Utama 2004-2009
No. Status Pekerjaan Utama
2004 2005 (Feb)
2005 (Nov)
2006 (Feb)
2006 (Agst)
2007 (Feb)
2007 (Agst)
2008 (Feb)
2008 (Agst)
2009 (Feb)
1 Pekerja Bebas di Pertanian
4 449 921
4 950 562
5 534 842
5 886 366
5 541 158
6 278 470
5 917 400
6 130 481
5 991 493
6 346 122
2 Pekerja Bebas di Non Pertanian
3 732 838
4 090 075
4 325 365
4 244 130
4 618 280
4 267 064
4 458 772
4 798 856
5 292 262
5 151 536
Sumber: Bank Indonesia, BPS tahun 2009
Melihat kenyataan yang ada, tampaknya pemikiran pembangunan
ekonomi itulah yang mungkin harus diperbaharui. Kenyataan menunjukkan,
30
pertanian penting dan akan tetap penting, dan tidak bisa "ditinggalkan",
bahkan setelah ekonomi berada pada tahap industrialisasi. Telah dipahami,
pertanian berperan besar dalam penciptaan kesempatan kerja dalam memberi
sumbangan terhadap pendapatan nasional, sumbangan terhadap ekspor bersih,
dan memberi pengaruh terhadap inflasi
Gambar 2. Kerangka Pemikiran
2. Hasil Penelitian Terdahulu
a. Kualitas Antara Ekspor dan PDB Di Indonesia Tahun (19971-1997)
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Masjidin Siregar dengan
menggunakan Granger Causality test ternyata tidak berhasil
memperlihatkan bahwa ekspor mempengaruhi pertumbuhan PDB pada
periode 1971-1997. Hal ini mungkin terjadi karena ekspor pada periode
1981-1985 mengalami penurunan sementara PDB meningkat terus sampai
krisis ekonomi mulai melanda negeri ini pada tahun 1997.
Ekspor Pertanian
Ekspor Migas
Pendapatan Nasional
31
b. Dampak Penetapan Nilai Tukar Rupiah terhadap Ekspor dan Impor
Indonesia.
Made Suardini dan Miranda S.Goeltom (1997) melakukan
penelitian tentang dampak intervensi Bank Central dalam penetapan nilai
tukar rupiah terhadap ekspor dan impor Indonesia, dengan rentang waktu
observasi 1979 sampai dengan 1991. melalui penelitian tersebut Suardini
dan Goeltom menyimpulkan bahwa dengan menggunakan sistem
generalized floating bautista dengan model autoregresif menunjukkan
bahwa pengaruh yang dimiliki nilai tukar yang ditunjang dengan
intervensi Bank Sentral dalam pertubuhan ekspor nonmigas cukup besar.
Sementara itu dampak intervensi Bank Sentral terhadap impor berdasarkan
model Generalized Floating Rana menunjukkan adanya pengaruh yang
erat antara nilai tukar dengan impor.
c. Industri Minyak Bumi dan Ekonomi Indonesia : Suatu studi Dampak
Penelitian tersebut menganalisis data perekonomian untuk kurun
waktu 1967-1976. Dalam penelitiannya, Sritua Arief melakukan dua
model pendekatan, yaitu : pendekatan input output dan pendekatan
ekonomi makro. Dalam pendekatan ekonomi makro digunakan persamaan
simultan yang memodelkan pendapatan nasional dari pendekatan
pengeluaran. Unsur-unsur pendapatan nasional diuraikan dalam tujuh
persamaan struktural dan dua persamaan identitas, antara lain persamaan
konsumsi (pemerintah dan swasta), Investasi (pemerintah dan swasta),
impor, pajak, dan pembayaran neto ke luar negeri. Hasil penelitian yang
32
menonjol menunjukkan bahwa pengganda dampak yang ditimbulkan oleh
ekspor sektor minyak bumi terhadap produk nasional bruto selama periode
yang diteliti adalah 1,2876, jauh lebih kecil kalau dibandingkan dengan
yang ditimbulkan oleh ekspor non minyak bumi sebesar 3,0930. sebab
utama dari hal ini ialah bahwa ekspor sektor non minyak bumi mempunyai
efek yang lebih tinggi terhadap konsumsi, investasi, dan pajak.
3. Hipotesis Penelitian
a. Ekspor pertanian dan ekspor migas sama-sama memiliki pengaruh yang
positif terhadap pendapatan nasional, yang secara statistik sangat
signifikan.
b. Ekspor migas memberikan dampak yang lebih baik terhadap pendapatan
nasional bila dibandingkan dengan ekspor pertanian.
c. Dari sisi pertumbuhan, ekspor pertanian memberi dampak yang lebih kecil
terhadap pertumbuhan pendapatan nasional.
33
III. METODE PENELITIAN DAN ANALISIS
A. Metode Penelitian
Penelitian ini menganalisis mengenai pengaruh ekspor pertanian dan non
pertanian terhadap Pendapatan Nasional Indonesia.
1. Ruang Lingkup
Penelitian ini termasuk dalam bidang Ilmu Ekonomi Studi pembangunan yang
terfokus pada Ekonomi Makro yaitu menganalisis tentang Pengaruh ekspor
pertanian dan migas terhadap pendapatan nasional.
2. Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode studi pustaka dan analisis data sekunder.
3. Sumber Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini di ambil dari RAPBN dan Nota
Keuangan tahun 2003-2009 - publikasi Departemen Keuangan; Statistik
Ekonomi dan Keuangan Indonesia tahun 2003-2009 Publikasi Bank Indonesia;
Pendapatan Nasional Indonesia tahun 2003-2009 -publikasi Badan Pusat
Statistik; Laporan Tahunan Bank Indonesia; dan Indikator Ekonomi dalam
berbagai tahun - publikasi Badan Pusat Statistik tahun 2003-2009.
4. Teknik Pengambilan Data
Semua data yang diambil oleh penulis dalam penelitian ini dilakukan
34
untuk membantu pembahasan dan penyusunan secara teoritis, dan penulis
mengadakan riset melalui penelitian kepustakaan (library research). Hal ini
dilakukan dengan mempelajari dan membaca buku-buku yang berkaitan dalam
penelitian ini seperti buku wajib dan buku-buku anjuran, ataupun buku pelengkap
lainnya serta bahan-bahan referensi yang berhubungan dengan pengaruh ekspor
pertanian dan migas terhadap pendapatan nasional
5. Jenis Data
Adapun data-data yang diperlukan untuk digunakan dalam penelitian ini,
terkait dengan analisis yang akan dilakukan penulis adalah Sumber data dalam
penelitian ini adalah data sekunder dengan runtut waktu (time series) dari periode
tahun 2003-2009.
6. Definisi Operasional
Konsep dan definisi yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut:
a. PDB (Produk Domestik Bruto) adalah jumlah nilai barang dan jasa akhir
yang dihasilkan oleh berbagai unit produksi di dalam satu Negara dalam
jangka waktu tertentu (satu tahun).
b. Ekspor adalah seluruh permintaan atas barang – barang yang kita produksi
yaitu permintaan orang-orang asing atas barang dan jasa dalam
negeri.(Maurice D Levi, 1996). Pengertian Ekspor dalam penelitian ini adalah
perdagangan hasil pertanian dan non pertanian yaitu migas yang menembus
35
batas territorial dua Negara dan sering kali melewati batas Negara ketiga
sebagai pelabuhan persinggahan.
c. PDB atas dasar harga konstan suatu tahun tertentu adalah nilai produk atau
pengeluaran atau pendapatan yang dinilai atas dasar harga tetap untuk suatu
tahun tertentu.
d. PDB per kapita yaitu besarnya pendapatan per kapita rata-rata yang diterima
suatu penduduk suatu Negara pada tahun tertentu, dihitung dengan membagi
nilai PDB total dengan jumlah penduduk pada tahun yang bersangkutan.
e. Pertumbuhan ekonomi adalah kenaikan PDB riil pada suatu Negara.
B. Metode Analisis Data
Untuk melakukan analisis data penulis menggunakan persamaan parsial
dalam bentuk model persamaan linier, yang hanya menggambarkan pengaruh ekspor
(pertanian dan migas) terhadap pendapatan nasional saja, tanpa memasukkan unsur
lain.
1. Untuk mengetahui pengaruh ekspor pertanian dan migas terhadap pendapatan
nasional dilakukan analisis data mengunakan persamaan regresi linear, namun
data harus di uji terlebih dahulu menggunakan uji asumsi klasik diantaranya
heteros kedasitisitas, autokorelasi,dan multikolinearitas.
Yt = tnagrt
agrt EE 1111 εγβα +++
2. Untuk membandingkan besarnya pengaruh ekspor pertanian dan migas terhadap
pendapatan nasional dilakukan perbandingan nilai koefisien elastisitas yang
diperoleh dari nilai koefisien masing-masing variabel ekspor pertanian dan migas
36
yang lebih berpengaruh terhadap variabel pendapatan nasional ditunjukkan
dengan nilai koefisien regresi yang lebih tinggi
. Yt = tnagrt
agrt EE 1111 εγβα +++
3. Untuk mengetahui pengaruh pertumbuhan ekspor pertanian dan migas terhadap
pertumbuhan pendapatan nasional dilakukan analisis data mengunakan
persamaan regresi log linear, namun data harus di uji terlebih dahulu
menggunakan uji asumsi klasik diantaranya heteros kedasitisitas,
autokorelasi,dan multikolinearitas.
Ln Yt = tnagrt
agrt LnELnE 2222 εγβα +++
Dalam spesifikasi ini, simbol-simbol didefinisikan sebagai berikut:
Y = Produk Nasional Bruto
agrE = Ekspor Pertanian
nagrE = Ekspor Migas
γβα ,, = Koefisien Regresi
ε = Variabel Pengganggu
t = Mengindikasikan time series
Sebelum data dianalisis, data tersebut harus diuji apakah melanggar asumsi
dasar seperti heteroskedastisitas, autokorelasi dan multikolinearitas. Parameter yang
telah diestimasi dengan salah satu metode di atas kemudian akan diuji secara
Statistik untuk melihat apakah suatu hipotesis bisa diterima atau ditolak. Cara
pengujian yang dapat dilakukan adalah dengan uji nilai t, uji nilai F dan Adjusted R.-
squared. Seperti yang telah dijelaskan di atas, bahwa setiap estimasi ekonometri
37
harus dibersihkan dari penyimpangan terhadap asumsi dasar dan dalam studi ini,
ketiga masalah tersebut akan dideteksi untuk setiap persamaan. Asumsi-asumsi
dasar klasik OLS (Ordinary Least Square) yang harus dipenuhi agar model regresi
yang diajukan menunjukkan persamaan hubungan yang valid atas BLUE (Best
Linear Unbiased Estimator) adalah sebagai berikut (Gujarati, 1993) :
1. Uji Heteroskedastisitas
Gejala heteroskedastisitas muncul apabila variabel pengganggu setiap
pengamatan tidak lagi konsisten, tetapi bervariasi. Apabila hal ini terjadi maka
estimator OLS masih tidak bias dan masih tetap konsisten, tetapi tidak konsisten
lagi dalam sampel kecil. Untuk mendeteksi ada tidaknya heteroskedastisitas
digunakan Glesjer Test (Gujarati, 1993) :
ei = bo + b1X1 + b2X2 + vi
Kriteria pengujian :
thitung ≥ ttabel = ada gejala heteroskedastisitas
thitung < ttabel = tidak ada gejala heteroskedastisitas
2. Uji Autokorelasi
Salah satu asumsi dasar dari metode regresi dengan kuadrat terkecil
adalah tidak adanya korelasi antar gangguan. Adanya masalah autokorelasi ini
akan menghasilkan hasil estimasi koefisien yang konsisten dan tidak bias tetapi
dengan varian yang besar, atau dengan kata lain hasil penafsiran tidak efisien.
Varians estimasi parameter yang tidak efisien ini menyebabkan nilai t hitung
38
cenderung kecil dan hasil pengujian cenderung menerima hipotesis nol (H0).
Cara yang paling sering digunakan untuk mendeteksi adanya autokorelasi
adalah dengan uji Durbin-Watson. Uji ini dilakukan dengan membandingkan
nilai Statistik DW yang dihitung dengan nilai batas atas (DWJ dan nilai batas
bawah.
(DW,) dari tabel Durbin Watson, dengan memperhatikan jumlah
observasi dan jumlah variabel bebas ditambah satu. Selang kepercayaan yang
didapat dari hasil pengujian mencakup 5 daerah, yaitu: (1) kurang dari DWt; (2)
antara DWt dan DWU; (3) antara DWU dan 4 - DWU; (4) antara 4 - DWU dan 4 -
DW dan (5) lebih dari 4 - DWt.
Jika DW hitung terletak pada interval (1) atau (5) maka model
menunjukkan adanya masalah autokorelasi. Sedangkan apabila nilai DW hasil
perhitungan terletak pada interval (3) maka dalam model tidak terdapat masalah
autokorelasi. Bila hasil perhitungan statistik DW terletak pada interval (2) atau
(4) maka hasil pengujian tidak dapat disimpulkan. Disamping itu, autokorelasi
dapat pula dideteksi dengan correlogram oj 'residual 'yang dihasilkan
berdasarkan residual-tests. Jika dalam correlogram of residual itu terdapat
batang-batang yang melewati batas garis putus kiri dan kanan, maka persamaan
itu sudah dapat dipastikan mengandung korelasi serial.
3. Uji Multikolinearitas
Multikolinearitas adalah suatu situasi adanya korelasi antara variabel-
variabel bebas. Adanya multikolinearitas mengakibatkan penaksiran-penaksiran
OLS menjadi tidak efisien. Untuk mendeteksi adanya multikolinearitas
39
dilakukan dengan uji Variance Inflation Factor (VIF) dengan kriteria pengujian
sebagai berikut :
Nilai VIF ≥ 10 ada gejala multikolinearitas
Nilai VIF < 10 tidak ada gejala multikolinearitas
40
IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Variabel Penelitian
1. Ekspor
Perubahan arah kebijakan industrialisasi Indonesia dari strategi substitusi
impor menjadi strategi berorientasi ekspor pada pertengahan tahun 1980-an telah
memberikan pengaruh penting terhadap perkembangan ekspor Indonesia selama
dua dasawarsa terakhir. Pergeseran arah kebijakan ini telah menggeser komposisi
ekspor dari berbasis sektor primer (natural based export) ke ekspor berbasis
sektor sekunder (mamifakture based export). Keberhasilan strategi ini pula yang
telah pernah mengantarkan Indonesia, bersama dua negara ASEAN lainnya
(Malaysia dan Thailand) menjadi kandidat NICs pada akhir tahun 1996.
Perubahan kebijakan ini diambil oleh pemerintah Indonesia karena sektor
migas yang semula menjadi penopang pendapatan ekspor terbesar sudah tidak
menarik lagi. Penerimaan ekspor dari sektor migas semakin kecil akibat dari stok
eksternal penurunan harga minyak dunia. Akibat dari kebijakan ini, rasio ekspor
sektoral yang semula didominasi oleh sektor migas dan pertanian, pada akhir
1980-an digantikan oleh ekspor sektor industri.
Berbeda dengan pertumbuhan PDB yang cenderung stabil, pertumbuhan
ekspor Indonesia cenderung bersifat fluktuatif. Bila dilihat dari nilainya,
pertumbuhan ekspor memiliki trend yang meningkat pada periode sebelum krisis.
Hal ini terjadi karena ekspor merupakan komponen pertumbuhan yang sangat
dipengaruhi oleh kondisi perekonomian dunia. Namun di tahun-tahun selanjutnya,
41
nilai ekspor terus meningkat walaupun pertumbuhannya tidak stabil.
Tabel 3. Ekspor Indonesia Atas Dasar Harga Konstan 2000 Tahun 2003-2009 Per 31 Desember 2009
Tahun Ekspor (Milyar Rupiah)
2003 612.559,4 2004 680.465,7 2005 793.613,0 2006 868.256,5 2007 942.431,0 2008 1.032.278,0 2009 932.124,0
Sumber: Bank Indonesia, BPS tahun 2009
Adanya krisis ekonomi yang terjadi pada pertengahan tahun 2003 yang
berdampak dengan penurunan nilai tukar rupiah terhadap US$, sesungguhnya
memiliki dampak peningkatan daya saing, yang pada gilirannya membuka
peluang bagi peningkatan ekspor bersih. Tahun 2004 nilai total ekspor meningkat
menjadi Rp 680.465,7 (dalam milyar) dari tahun sebelumnya, kemudian di tahun
2005 mengalami kenaikan kembali menjadi Rp 793.613,0 (dalam milyar). Hal ini
disebabkan oleh banyaknya sektor-sektor seperti sektor industri yang
menghasilkan produk ekspor, mengalami kesulitan dalam memperoleh bahan
baku yang sebagian besar merupakan bahan barang impor. Pada tahun 2006
ekspor meningkat kembali. Ini didukung oleh menguatnya nilai tukar rupiah dan
harga barang-barang baik ini bahan baku maupun barang modal mulai menurun,
sehingga banyak produsen meningkatkan produksinya untuk memenuhi
kebutuhan masyarakat.
Produk Domestik Bruto (PDB) sektor pertanian tahun 2007 s/d 2008
42
mengalami pertumbuhan yang mengesankan yaitu sekitar 4.41 persen. Selain itu
berdasarkan data kemiskinan tahun 2005-2008, kesejahteraan penduduk
perdesaan dan perkotaan membaik secara berkelanjutan. Berbagai hasil
penelitian, menyimpulkan bahwa yang paling besar kontribusinya dalam
penurunan jumlah penduduk miskin adalah pertumbuhan sektor pertanian.
Tabel 4. Ekspor Berdasarkan Sektor Pertanian Tahun 2003-2009 (juta US$) Pertanian
Tahun Nilai Pangsa pasar % 2003 2.750 5,6 2004 2.430 4,5 2005 2.870 4,3 2006 3.326 4,1 2007 3.744 4,0 2008 4.667 4,3 2009 4.358 4,4
Sumber: Bank Indonesia, BPS tahun 2009
Seiring dengan pertumbuhan ekonomi nasional, Nilai tukar pertanian dan
migas sebagai salah satu indikator kesejahteraan secara konsisten mengalami
peningkatan selama periode tahun 2008 dengan pertumbuhan pangsa pasar
sebesar 4,3 persen per tahun. Dengan kinerja yang meningkat seperti itu, neraca
perdagangan komoditas pertanian mengalami peningkatan secara konsisten
selama periode 2005-2008. Selain itu, pertumbuhan tenaga kerja sektor
pertanian 1,56 persen/tahun, lebih tinggi dari rata-rata pertumbuhan total
angkatan kerja (1,24 persen/tahun) dan tenaga kerja non pertanian yang hanya
sekitar 0,98 persen/tahun. Melihat kondisi tersebut mengakibatkan. Rata-rata
pertumbuhan nilai investasi sektor pertanian tahun 2005 dan 2007 mencapai
172,8 persen/tahun, lebih tinggi dibanding sektor lain. (http://www.bps.go.id)
43
Tabel 5. Pertumbuhan Ekspor Indonesia Tahun 2003-2009 (dalam milyar rupiah)
Perubahan Perubahan Tahun
Ekspor Pertanian
(Rp) (Rp) (%) Ekspor Migas
(Rp) (Rp) (%)
2002 2.640,00 - - 6.548,00 - - 2003 2.750,00 110,00 4,17 7.469,00 921,00 14,07 2004 2.430,00 -320,00 -11,64 7.605,00 136,00 1,82 2005 2.870,00 440,00 18,11 9.523,00 1.918,00 25,22 2006 3.326,00 456,00 15,89 10.911,00 1.388,00 14,58 2007 3.744,00 418,00 12,57 12.496,00 1.585,00 14,53 2008 4.667,00 923,00 24,65 15.387,00 2.891,00 23,14 2009 4.358,00 -309,00 -6,62 10.624,00 -4.763,00 -30,95
(Data sekunder yang diolah)
Dilihat dari perkembangan nilai ekspornya, prospek ekspor Indonesia
relatif terus membaik. Hal yang cukup menggembirakan ialah bahwa kenaikan
nilai ekspor terutama terjadi di sektor pertanian dan non pertanian kenaikan yang
dominan terjadi di sub sektor migas. Dari tahun 2003 sampai 2009, peningkatan
ekspor hasil industri terus 'mengalami percepatan. Golongan barang yang
mendominasi struktur ekspor non migas adalah mesin dan peralatan listrik, bahan
bakar mineral, mesin dan pesawat mekanik, lemak dan minyak hewan/nabati,
kayu dan barang dari kayu, pakaian jadi bukan (rajutan, bijih, kerak dan abu
logam, perabot dan penerangan rumah, barang-barang rajutan, serta tembaga.
Kesepuluh golongan barang ini merupakan 54 persen dari total ekspor migas.
44
Table 6. Ekspor Indonesia Sektor Migas Tahun 2003-2009 (juta US$) Negara 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009*
Nilai Ekspor Nilai Ekspor Minyak Bumi dan hasilnya 7.469 7.605 9.523 10.911 12.496 15.387 10.624 Gas: - LNG 6.744 7.304 8.734 9.953 9.723 12.785 7.189 - LPG 326 366 477 175 210 79 48 - Natural Gas 695 1.010 1.509 1.910 2.443 3.469 2.589
Total 15.234 16.285 20.243 22.950 24.872 31.721 20.451
Volume Ekspor Volume Ekspor Minyak Bumi dan hasilnya (juta barel) 261 212 186 177 178 162 169
Gas: - LNG (juta MMBTU) 1.387 1.323 1.215 1.172 1.080 1.068 1.030
- LPG (ribu Ton) 1.170 1.101 1.076 364 337 101 88 - Natural Gas (juta MMBTU) 170 223 250 265 293 303 309
Sumber: Bank Indonesia, BPS tahun 2009
MMBTU = Million British Thermal Unit
* Angka sementara
Sumber: BPMigas (diolah)
Pertumbuhan ekspor tahun 2005 dan 2006 terus mengalami peningkatan.
Pertumbuhan ekspor tahun 2006, lebih tinggi dari pada tahun 2005. Pada periode
tahun ini, sektor migas masih tetap menjadi penyumbang utama ekspor Indonesia.
2. Produk Domestik Bruto (PDB)
Tambunan (2001) memaparkan bahwa berdasarkan kondisi
pembangunan ekonomi Indonesia sejak Pelita I pada tahun 1969 hingga krisis,
ekonomi terjadi, akhir tahun 1997 atau awal tahun 1998, dapat dikatakan
bahwa Indonesia telah mengalami suatu proses pembangunan ekonomi yang
spektakuler, paling tidak pada tingkat makro (agregat). Keberhasilan ini dapat
diukur dengan sejumlah indikator ekonomi makro. Dua di antaranya yang umum
digunakan ialah tingkat Pendapatan Nasional (PN) per kapita dan laju
pertumbuhan PDB pertahun. Sejak Pelita I dimulai, pendapatan nasional
45
Indonesia per kapita mengalami peningkatan yang relatif tinggi setiap tahun,
namun kemudian selama dekade 1970-an dan 1980-an proses pembangunan
ekonomi Indonesia mengalami banyak shocks yang cukup serius, terutama
disebabkan oleh faktor-faktor eksternal seperti merosotnya harga minyak
mentah di pasar internasional menjelang pertengahan dekade 1980-an dan resesi
ekonomi dunia pada dekade yang sama. Indonesia sejak pemerintahan orde baru
menganut sistem ekonomi terbuka, sehingga goncangan-goncangan eksternal
seperti itu sangat terasa dampaknya terhadap laju pertumbuhan ekonomi nasional.
Resesi ekonomi dunia yang terutama disebabkan oleh rendahnya laju
pertumbuhan PDB/ PN di negara-negara industri maju yang mendominasi
peroagangan dunia mengakibatkan lemahnya permintaan dunia terhadap barang-
barang ekspor dari Indonesia dan berdampak negatif pada laju pertumbuhan
ekonomi Indonesia.
Selama pertengahan pertama dekade 1990-an, rata-rata pertumbuhan
ekonomi Indonesia per tahun sekitar 7,3 persen. Hal ini membuat Indonesia
termasuk negara di ASEAN dengan pertumbuhan ekonomi yang tinggi, rata-rata
pendapatan nasional per kapita di Indonesia naik pesat setiap tahun dimana pada
tahun 1993 dalam dolar AS sudah melewati angka 800. Akan tetapi, pendapatan
nasional per kapita Indonesia menurun drastis ke 640 dolar AS pada tahun 1998
dan 580 dolar AS pada tahun 1999 akibat terjadinya krisis.
46
Tabel 7. Produk Domestik Bruto Atas Dasar Harga Konstan Menurut Lapangan Usaha tahun 2003-2009 (miliar rupiah)
Tahun Subsektor
2003 2004 2005 2006 2007 2008* 2009**Tanaman bahan makanan 120.139,3 122.612 125.802 129.549 133.889 142.000 148.692
Tanaman perkebunan 38.191,6 38.849 39.811 41.318 43.199 44.786 45.887 Peternakan 30.726,9 31.673 32.347 33.430 34.221 35.425 36.744 Kehutanan 18.118,2 17.434 17.177 16.687 16.548 16.543 16.794 Perikanan 35.900,1 36.596 38.746 41.419 43.653 45.866 48.253 Pertanian, peternakan, kehutanan, dan perikanan 243.076,0 247.164 253.882 262.403 271.509 284.621 296.369
Sumber: Bank Indonesia, BPS tahun 2009
Krisis ekonomi yang melanda Indonesia membuat Indonesian
miracle selama pemerintahan Soeharto menjadi tidak berarti. Sektor
keuangan/ perbankan yang pada masa orde baru berkembang sangat (bahkan
terlalu) pesat menjadi hancur sama sekali, terutama karena kredit macet antar
bank. Praktis hampir semua sektor ekonomi mengalami pertumbuhan negatif.
Industri manufaktur yang merupakan andalan ekonomi Indonesia sebagai
sumber nilai tambah juga sangat terpukul oleh krisis ekonomi. Penyebab
hancurnya sektor ini adalah akibat turunnya kemampuan belanja (purchasing
power) masyarakat dan lesunya kegiatan-kegiatan ekonomi domestik yang
mengakibatkan menurunnya jumlah permintaan agregat yang terdiri atas final
demand dari masyarakat dan intermediate demand dari sektor-sektor ekonomi
(termasuk industri itu sendiri) terhadap produk-produk manufaktur.
Pada tahun 1999 beberapa sektor mengalami perbaikan, terutama listrik,
gas dan air minum yang pertumbuhannya mencapai 8 persen lebih. Pada tahun
2000, dua tahun setelah krisis ekonomi mencapai klimaksnya, semua sektor dapat
dikatakan mengalami perbaikan.
47
Dalam tahun 2001 proses pemulihan ekonomi mengalami perlambatan.
Dari sisi produksi, semua sektor mengalami perlambatan. Sektor pertanian,
industri pengolahan, dan lainnya tumbuh berturut-turut sekitar 0,6 persen, 4,3
persen, dan 3.6 persen, lebih rendah dari yang dicapai tahun 2000 masing-masing
sekitar 1,7 persen, 6,1 persen, dan 5,3 persen. Sedangkan dari sisi pengeluaran,
pembentukan modal tetap bruto (PMTB) serta ekspor barang dan jasa hanya
tumbuh berturut-turut sekitar 4,0 persen dan 1,9 persen, jauh di bawah yang
dicapai tahun 2000 masing-masing sekitar 21,9 persen dan 26,5 persen.
Perekonomian tahun 2001 lebih banyak didukung oleh konsumsi masyarakat dan
pemerintah yang tumbuh masing-masing sekitar 5,9 persen dan 8,2 persen.
Pertumbuhan ekonomi tahun 2001 sekitar 3,8 persen tersebut tidak cukup untuk
menciptakan lapangan kerja bagi tambahan angkatan kerja baru. Pada tahun 2001,
pengangguran terbuka diperkirakan mencapai 8 juta jiwa atau sekitar 8,1 persen
dari total angkatan kerja. Secara singkat kinerja ekonomi tahun 2001 dipengaruhi
oleh tiga faktor utama. Pertama, berkurangnya ketidakpastian politik berkaitan
dengan perubahan kepemimpinan nasional pada Sidang Istimewa MPR bulan
Juli 2001. Kedua, meningkatnya ketidakpastian global sebagai akibat dari
melambatnya pertumbuhan ekonomi dunia yang kemudian diperburuk oleh
tragedi WTC di New York tanggal 11 September 2001. Ketiga, belum pulihnya
kepercayaan masyarakat terhadap proses pemulihan ekonomi yang sedang
berlangsung (www.bappenas.go.id, 2002).
Perekonomian Indonesia sepanjang tahun 2002 secara umum masih
mengindikasikan proses pemulihan ekonomi. Meskipun pertumbuhan PDB riil
48
tahun 2002 mencapai 4,3 persen, meningkat dari tahun 2001 yang mencapai 3,8
persen, tetapi nilai dari PDB riil tahun 2002 hanya mampu mencapai Rp
1.504.380,6 miliar. perkembangan ini menandakan bahwa perekonomian
Indonesia belum sepenuhnya pulih dari krisis yang berlangsung sejak lima tahun
silam, seperti halnya pada kondisi ketenagakerjaan. Jumlah pengangguran
terbuka meningkat karena jumlah angkatan kerja semakin tidak sebanding
dengan lapangan kerja yang tersedia. Di samping itu, pengurangan atau
penghentian aktivitas produksi mendorong meningkatnya pemutusan hubungan
kerja. Kondisi ketenagakerjaan bertambah suram menyusul kasus pemulangan
besar-besaran tenaga kerja Indonesia yang ilegal di Malaysia, penurunan drastis
jumlah wisatawan mancanegara pasca tragedi bom Bali, serta masih maraknya
aksi unjuk rasa dan pemogokan buruh (Laporan Bank Indonesia Tahun 2002).
Sementara itu, kinerja perekonomian pada tahun 2003 mengalami
perbaikan. Perekonomian tumbuh 4,8 persen, lebih tinggi sedikit bila
dibandingkan pertumbuhan tahun sebelumnya tetapi pertumbuhan tersebut
belum diikuti oleh perbaikan kesejahteraan masyarakat yang di antaranya
tercermin dari tingkat pendapatan perkapita pada tahun 2003 sebesar Rp
2.000.000 yang masih lebih rendah daripada pendapatan perkapita sebelum krisis
ekonomi (tahun 1997) yang rata-rata mencapai Rp 2.200.000. Selain itu, apabila
dilihat dari sisi angka pengangguran pada tahun 2003 mencapai 10,1 juta orang
yang meningkat 11,3 persen dibandingkan tahun sebelumnya (Laporan Bank
Indonesia Tahun 2003).
49
Tabel 8. Pertumbuhan Produk Domestik Bruto Indonesia Atas Dasar Harga Konstan 2000 Tahun 2002-2009 Per 31 Desember 2009
Tahun PDB (milyar rupiah)
Pertumbuhan (%)
PNB (milyar rupiah)
Pertumbuhan (%)
2002 1.506.124,40 4.38 1.449.767,40 3,35 2003 1.579.558,90 4.88 1.498.328,10 5,19 2004 1 656.517,70 5.13 1.576.049,00 4,28 2005 1.745.815,90 5.36 1.643.434,00 5,47
2006 1.847.127,90 5.55 1.733.269,00 6,37
2007 1.964.327,00 6.30 1.843.764,00 7,70
2008 2.082.316,32 6.12 1.985.720,00 4,10
2009 2.176.975,20 4.55 2.067.156,00 3,35 Sumber: Bank Indonesia, BPS tahun 2009
Pada tahun 2004 kinerja perekonomian tumbuh cukup tinggi yaitu sebesar
5,1 person, dengan PDB sebesar Rp 1 656.517,70 miliar. Sejak tahun 2000
hingga tahun 2004, pertumbuhan perekonomian terjadi hampir di seluruh sektor
kecuali sektor pertambangan dan penggalian yang mengalami penurunan dari Rp
167,7 triliun pada tahun 2000 menjadi Rp 160,7 triliun pada tahun 2004.
Pertumbuhan tertinggi pada tahun 2004 terjadi pada sektor pengangkutan dan
komunikasi sebesar 12,70 persen, disusul sektor bangunan yang tumbuh sebesar
8,17 persen dan diikuti sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan sebesar
7,72 persen (Laporan Perekonomian Indonesia, 2004).
Perekonomian Indonesia pada tahun 2005 dan 2006 mengalami
pertumbuhan. Pertumbuhan tahun 2006 sebesar 5,5 persen, lebih tinggi
daripada tahun 2005 yang mencapai 5,3 persen. Selama periode tahun ini hampir
semua sektor ekonomi yang membentuk PDB mengalami pertumbuhan.
50
B. Hasil Analisis dan Pembahasan
Pengaruh ekspor pertanian dan migas terhadap pendapatan nasional (studi
kasus Indonesia tahun 2003-2009) yaitu :
1. Pengaruh Ekspor Pertanian dan Ekspor Migas Terhadap Pendapatan
Nasional
a. Uji Asumsi Klasik
1) Uji Heteroskedastisitas
Gejala heteroskedastisitas muncul apabila variabel pengganggu setiap
pengamatan tidak lagi konsisten, tetapi bervariasi. Dengan menggunakan
uji Park pada Lampiran 2, yaitu membuat model regresi yang
menunjukkan hubungan antara nilai absolut residual (e) sebagai variabel
dependent dengan variabel independent-nya, diperoleh nilai signifikansi
uji t variabel X1 sebesar 0,832 dan nilai signifikansi uji t variabel X2
sebesar 0,967 masing-masing lebih besar dari nilai α sebesar 0,05.
Berdasarkan bukti tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat
heteroskedastisitas dalam model regresi.
2) Uji Autokorelasi
Salah satu asumsi dasar dari metode regresi dengan kuadrat
terkecil adalah tidak adanya korelasi antar gangguan. Berdasarkan hasil uji
Durbin-Watson dengan bantuan software SPSS for Windows pada
Lampiran 2, diperoleh nilai Durbin-Watson sebesar 2,127. Nilai tersebut
dibandingkan dengan nilai Durbin Watson tabel untuk n = 7 dan k = 3
51
dengan (α) 0,05 atau 5 %, maka nilai dU = 2,287 dan nilai dL = 0,368. Jadi
nilai uji Durbin Watson berada di antara dU dan 4 - dU. Hal ini merupakan
bukti tidak adanya autokorelasi positif maupun negatif. Adapun gambar
kurva uji statistik d Durbin-Watson dapat dilihat pada Gambar 3.
Gambar 3. Kurva Uji Statistik d Durbin-Watson
3) Uji Multikolinearitas
Multikolinearitas adalah suatu situasi adanya korelasi antara
variabel-variabel bebas. Dari hasil uji Variance Inflation Factor dengan
bantuan software SPSS for Windows pada Lampiran 2, diketahui nilai VIF
variabel X1 dan nilai VIF variabel X2 masing-masing sebesar 1,806 lebih
kecil dari 10, sehingga dapat disimpulkan tidak ada multikolinearitas
dalam model regresi
Daerah Keragu-raguan
Bukti auto korelasi negatif
Daerah Keragu-raguan
Bukti auto korelasi positif
dL=0,368 dU=2,287 4-dU=1,713 4-dL=3,632 4 0
Tidak ada auto korelasi positif dan negatif
d
f (d)
52
b. Analisis Regresi Linear
1) Persamaan Regresi
Untuk mengetahui pengaruh ekspor pertanian dan migas terhadap
pendapatan nasional digunakan analisis regresi linear. Berdasarkan
perhitungan statistik dengan bantuan software SPSS for Windows pada
Lampiran 3, selanjutnya diperoleh hasil perhitungan yang dapat diringkas
seperti tertera pada Tabel 9.
Tabel 9. Ringkasan Hasil Analisis Regresi Linier untuk Pengaruh Ekspor Pertanian dan Ekspor migas Terhadap Pendapatan Nasional
No. Variabel Koefisien Regresi t hitung t tabel
1 Eagr (X1) 115,79 4,156 2,776 2 Emigas (X2) 40,83 6,518 2,776
Konstanta = 93279,30
Adjusted R2 = 0,966
Fhitung = 86,617
Berdasarkan Tabel 9, dapat dibuat persamaan regresi linear sebagai
berikut :
Y = 93279,30 + 115,79X1 + 40,83X2
Dari persamaan tersebut dapat dijelaskan beberapa hal :
a) Konstanta sebesar 93279,30 yang berarti bila ekspor pertanian dan
ekspor migas konstan atau tidak ada perubahan selama kurun waktu
tahun 2003 sampai dengan 2009, maka pendapatan nasional sebesar
93.279,30 miliar rupiah.
b) Koefisien regresi sebesar 115,79 yang berarti variabel ekspor pertanian
mempunyai pengaruh positif terhadap pendapatan nasional, atau secara
53
fungsional dapat dinyatakan jika ekspor pertanian selama kurun waktu
tahun 2003 sampai dengan 2009 meningkat sebesar satu rupiah, maka
akan dapat meningkatkan pendapatan nasional sebesar 115,79 rupiah
dengan menganggap variabel lain tetap (ceteris paribus).
c) Koefisien regresi sebesar 40,83 yang berarti variabel ekspor migas
mempunyai pengaruh positif terhadap pendapatan nasional, atau secara
fungsional dapat dinyatakan jika ekspor non pertanian selama kurun
waktu tahun 2003 sampai dengan 2009 meningkat sebesar satu rupiah,
maka akan dapat meningkatkan pendapatan nasional sebesar 40,83
rupiah dengan menganggap variabel lain tetap (ceteris paribus).
2) Adjusted R2
Melalui perhitungan statistik diperoleh adjusted R2 sebesar 0,966
(Lampiran 3), artinya 96,60 persen variasi perubahan pendapatan nasional
selama kurun waktu tahun 2003 sampai dengan 2009 dapat dijelaskan oleh
variasi perubahan variabel ekspor pertanian dan ekspor non pertanian.
3) Analisis Pengaruh Secara Keseluruhan (Simultan) dengan Uji F
Untuk mengetahui pengaruh ekspor pertanian dan ekspor migas
secara keseluruhan terhadap pendapatan nasional digunakan uji F. Dari
hasil analisis dengan menggunakan tingkat kesalahan (α) = 0,05 dan
degree of freedom (k - 1) dan (n – k) diketahui nilai F tabel sebesar 6,94,
sedangkan dari hasil perhitungan diperoleh nilai F hitung sebesar 86,617
(Lampiran 3). Secara grafik dapat digambarkan sebagai berikut :
54
Gambar 4. Kurva Pengujian Pengaruh Keseluruhan dengan Uji F
4) Analisis Pengaruh Secara Parsial dengan Uji t
Untuk mengetahui pengaruh ekspor pertanian dan ekspor migas
terhadap pendapatan nasional secara parsial, digunakan uji t. Dari hasil
analisis dengan menggunakan tingkat kesalahan (α) = 0,05 dan degree of
freedom (n – k) diketahui nilai t tabel sebesar 2,776, dari hasil perhitungan
diperoleh :
a) Nilai t hitung variabel ekspor pertanian sebesar 4,156 (t hitung > t tabel).
b) Nilai t hitung variabel ekspor migas sebesar 6,518 (t hitung > t tabel)
Oleh karena nilai t hitung variabel ekspor pertanian maupun ekspor
migas masing-masing lebih besar dari nilai t tabel, maka secara parsial
variabel ekspor pertanian maupun non pertanian mempunyai pengaruh
yang signifikan terhadap pendapatan nasional. Secara grafik dapat
dijelaskan dalam gambar sebagai berikut :
F tabel = 6,94 F hitung = 86,617
Daerah Penolakan H0 Daerah Penerimaan H0
55
Berdasarkan hasil pengujian pengaruh secara keseluruhan
(simultan) dengan uji F dan pengujian pengaruh secara parsial dengan uji t
diketahui bahwa nilai F hitung lebih besar dari nilai F tabel dan nilai t hitung
variabel ekspor pertanian maupun migas masing-masing lebih besar dari
nilai t tabel. Dengan demikian, maka hipotesis pertama yang menyatakan
bahwa ekspor pertanian dan ekspor migas sama-sama memiliki pengaruh
yang positif terhadap pendapatan nasional, yang secara statistik sangat
signifikan, diterima.
2. Pengaruh Dominan Variabel Ekpor Pertanian dan Migas Terhadap
Variabel Pendapatan Nasional
Untuk menguji variabel ekpor pertanian dan migas yang memberikan
pengaruh (dampak) lebih besar terhadap variabel pendapatan nasional dalam
penelitian ini dilakukan analisis perbandingan nilai koefisien elastisitas. Nilai
koefisien elastisitas tidak lain merupakan nilai koefisien regresi dari masing-
masing variabel ekpor pertanian dan migas. Variabel ekpor pertanian dan migas
yang lebih berpengaruh terhadap variabel pendapatan nasional ditunjukkan
dengan nilai koefisien regresi yang lebih tinggi. Berdasarkan hasil analisis
Penerimaan Ho
0 t tabel = 2,776
Gambar 5. Kurva Pengujian Pengaruh Parsial dengan Uji t
Penolakan Ho
-t tabel = -2,776
Penolakan Ho
tX1 = 4,156
tX2 = 6,518
56
regresi linear dengan bantuan software SPSS for Windows pada Lampiran 3
diperoleh nilai elastisitas untuk masing-masing variabel ekpor pertanian dan
migas seperti tertera pada Tabel 10.
Tabel 10. Koefisien Elastisitas Variabel ekpor pertanian dan migas Variabel Bebas Koefisien Elastisitas
Ekspor pertanian (E1) 115,79 Ekspor migas (E2) 40,83
Berdasarkan nilai koefisien elastisitas dari masing-masing variabel ekpor
pertanian dan migas tersebut, dapat diketahui bahwa nilai elastisitas variabel
ekspor pertanian lebih besar dari nilai elastisitas variabel ekspor migas. Dengan
demikian, maka hipotesis kedua yang menyatakan bahwa migas memberikan
dampak yang lebih baik terhadap pendapatan nasional bila dibandingkan dengan
ekspor pertanian, ditolak. Dari hasil analisis yang dilakukan menunjukan bahwa
ekspor pertanian memberikan kontribusi lebih besar dibandingkan dengan ekspor
migas.
3. Pengaruh Pertumbuhan Ekspor Pertanian dan Pertumbuhan Ekspor Migas
Terhadap Pertumbuhan Pendapatan Nasional
a. Uji Asumsi Klasik
1) Uji Heteroskedastisitas
Dengan menggunakan uji Park pada Lampiran 4, yaitu membuat
model regresi yang menunjukkan hubungan antara nilai absolut residual
(e) sebagai variabel dependent dengan variabel independent-nya,
diperoleh nilai signifikansi uji t variabel X1 sebesar 0,589 dan nilai
signifikansi uji t variabel X2 sebesar 0,999 masing-masing lebih besar dari
57
nilai α sebesar 0,05. Berdasarkan bukti tersebut, maka dapat disimpulkan
bahwa tidak terdapat heteroskedastisitas dalam model regresi.
2) Uji Autokorelasi
Berdasarkan hasil uji Durbin-Watson dengan bantuan software
SPSS for Windows pada Lampiran 4, diperoleh nilai Durbin-Watson
sebesar 2,197. Nilai tersebut dibandingkan dengan nilai Durbin Watson
tabel untuk n = 7 dan k = 3 dengan (α) 0,05 atau 5 %, maka nilai dU =
2,287 dan nilai dL = 0,368. Jadi nilai uji Durbin Watson berada di antara
dU dan 4 - dU. Hal ini merupakan bukti tidak adanya autokorelasi positif
maupun negatif. Adapun gambar kurva uji statistik d Durbin-Watson
dapat dilihat pada Gambar 6.
Gambar 6. Kurva Uji Statistik d Durbin-Watson
3) Uji Multikolinearitas
Dari hasil uji Variance Inflation Factor dengan bantuan software
SPSS for Windows pada Lampiran 4, diketahui nilai VIF variabel X1 dan
Daerah Keragu-raguan
Bukti auto korelasi negatif
Daerah Keragu-raguan
Bukti auto korelasi positif
dL=0,368 dU=2,287 4-dU=1,713 4-dL=3,632 4 0
Tidak ada auto korelasi positif dan negatif
d
f (d)
58
nilai VIF variabel X2 masing-masing sebesar 1,643 lebih kecil dari 10,
sehingga dapat disimpulkan tidak ada multikolinearitas dalam model
regresi
b. Persamaan Regresi
Untuk mengetahui pengaruh pertumbuhan ekspor pertanian dan
ekspor migas terhadap pertumbuhan pendapatan nasional digunakan analisis
regresi log linear. Berdasarkan perhitungan statistik dengan bantuan software
SPSS for Windows pada Lampiran 5, selanjutnya diperoleh hasil perhitungan
yang dapat diringkas seperti tertera pada Tabel 11.
Tabel 11. Ringkasan Hasil Analisis Regresi Log Linier untuk Pengaruh Pertumbuhan Ekspor Pertanian dan migas Terhadap Pertumbuhan Pendapatan Nasional
No. Variabel Koefisien Regresi t hitung t tabel
1 Ln Eagr (X1) 0,071 2,838 2,776 2 Ln Emigas (X2) 0,104 4,248 2,776
Konstanta = 0,038
Adjusted R2 = 0,729
Fhitung = 9,050
Berdasarkan Tabel 11, dapat dibuat persamaan regresi linear
sederhana sebagai berikut :
Ln Y = 0,038 + 0,071LnX1 + 0,104LnX2
Dari persamaan tersebut dapat dijelaskan beberapa hal :
1) Konstanta sebesar 0,038 yang berarti bila pertumbuhan ekspor pertanian
dan pertumbuhan ekspor migas konstan atau tidak ada perubahan selama
59
kurun waktu tahun 2003 sampai dengan 2009, maka pertumbuhan
pendapatan nasional sebesar 0,038 persen.
2) Koefisien regresi sebesar 0,071 yang berarti variabel pertumbuhan ekspor
pertanian mempunyai pengaruh positif terhadap pertumbuhan pendapatan
nasional, atau secara fungsional dapat dinyatakan jika pertumbuhan
ekspor pertanian selama kurun waktu tahun 2003 sampai dengan 2009
meningkat sebesar satu persen, maka akan dapat meningkatkan
pertumbuhan pendapatan nasional sebesar 0,071 persen dengan
menganggap variabel lain tetap (ceteris paribus).
3) Koefisien regresi sebesar 0,104 yang berarti variabel pertumbuhan ekspor
migas mempunyai pengaruh positif terhadap pertumbuhan pendapatan
nasional, atau secara fungsional dapat dinyatakan jika pertumbuhan
ekspor migas selama kurun waktu tahun 2003 sampai dengan 2009
meningkat sebesar satu persen, maka akan dapat meningkatkan
pertumbuhan pendapatan nasional sebesar 0,104 persen dengan
menganggap variabel lain tetap (ceteris paribus).
c. Adjusted R2
Melalui perhitungan statistik diperoleh adjusted R2 sebesar 0,729,
artinya 72,90 persen variasi perubahan pertumbuhan pendapatan nasional
selama kurun waktu tahun 2003 sampai dengan 2009 dapat dijelaskan oleh
variasi perubahan variabel pertumbuhan ekspor pertanian dan pertumbuhan
ekspor migas.
60
d. Analisis Pengaruh Secara Keseluruhan (Simultan) dengan Uji F
Untuk mengetahui pengaruh pertumbuhan ekspor pertanian dan
pertumbuhan ekspor migas secara keseluruhan terhadap pertumbuhan
pendapatan nasional digunakan uji F. Dari hasil analisis dengan
menggunakan tingkat kesalahan (α) = 0,05 dan degree of freedom (k - 1) dan
(n – k) diketahui nilai F tabel sebesar 6,94, sedangkan dari hasil perhitungan
diperoleh nilai F hitung sebesar 9,050. Secara grafik dapat digambarkan sebagai
berikut :
Gambar 7. Kurva Pengujian Pengaruh Keseluruhan dengan Uji F
e. Analisis Pengaruh Secara Parsial dengan Uji t
Untuk mengetahui pengaruh pertumbuhan ekspor pertanian dan
pertumbuhan ekspor migas terhadap pertumbuhan pendapatan nasional secara
parsial, digunakan uji t. Dari hasil analisis dengan menggunakan tingkat
kesalahan (α) = 0,05 dan degree of freedom (n – k) diketahui nilai t tabel
sebesar 2,776, dari hasil perhitungan diperoleh :
F tabel = 6,94 F hitung = 9,050
Daerah Penolakan H0 Daerah Penerimaan H0
61
1) Nilai t hitung variabel pertumbuhan ekspor pertanian sebesar 2,838 (t hitung
> t tabel).
2) Nilai t hitung variabel pertumbuhan ekspor migas sebesar 4,248 (t hitung > t
tabel)
Oleh karena nilai t hitung variabel pertumbuhan ekspor pertanian
maupun pertumbuhan ekspor migas lebih besar dari nilai t tabel, maka secara
parsial variabel pertumbuhan ekspor pertanian maupun pertumbuhan ekspor
migas mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap pertumbuhan
pendapatan nasional. Secara grafik dapat dijelaskan dalam gambar sebagai
berikut :
Berdasarkan nilai koefisien elastisitas dari masing-masing variabel
independent pada Tabel 11, diketahui bahwa nilai elastisitas variabel
pertumbuhan ekspor migas lebih besar dari nilai elastisitas variabel ekspor
pertanian. Dengan demikian, maka hipotesis-hipotesis ketiga yang
menyatakan bahwa dari sisi pertumbuhan, ekspor pertanian memberi dampak
yang lebih kecil terhadap pertumbuhan ekonomi, diterima.
Penerimaan Ho
0 t tabel = 2,776
Gambar 8. Kurva Pengujian Pengaruh Parsial dengan Uji t
Penolakan Ho
-t tabel = -2,776
Penolakan Ho
tX1 = 2,838
tX2 = 4,248
62
V. KESIMPULAN DAN IMPLIKASI
A. Kesimpulan
1. Ekspor pertanian dan ekspor migas mempunyai pengaruh yang positif
terhadap pendapatan nasional. Hal tersebut dibuktikan melalui hasil analisis
regresi linear, dimana diperoleh nilai F hitung sebesar 86,617 lebih besar dari
nilai F tabel sebesar 6,94 dan nilai t hitung variabel ekspor pertanian sebesar 4,156
maupun ekspor migas sebesar 6,518 masing-masing lebih besar dari nilai t tabel
sebesar 2,776.
2. Ekspor pertanian mempunyai pengaruh yang lebih besar terhadap pendapatan
nasional dibandingkan dengan ekspor migas. Hal tersebut dibuktikan melalui
hasil perbandingan koefisien elastisitas, dimana diperoleh nilai elastisitas
koefisien regresi variabel ekspor migas 40,83 (E2) lebih kecil dibandingkan
dengan elastisitas koefisien variabel ekspor pertanian 115,79 (E1).
3. Dari sisi pertumbuhan, ekspor pertanian memberi kontribusi yang lebih kecil
terhadap pertumbuhan pendapatan nasional dibandingkan dengan
pertumbuhan ekspor migas. Hal tersebut dibuktikan melalui hasil
perbandingan koefisien elastisitas, dimana diperoleh nilai regresi variabel
pertumbuhan ekspor migas (X2) lebih besar dibandingkan dengan regresi
variabel pertumbuhan ekspor pertanian (E1). Ini menyatakan bahwa
pertumbuhan ekspor pertanian dan migas selama kurun waktu 2003-2009
meningkat satu persen, maka akan dapat meningkatkan pendapatan nasional
sebesar 0,071 persen dan 0,104 persen
62
63
B. Implikasi
1. Pemerintah Indonesia perlu memperhatikan peranan ekspor pertanian maupun
ekspor migas, yang terbukti berpengaruh positif signifikan terhadap
pendapatan nasional. Upaya yang dapat dilakukan diantaranya adalah dengan
melakukan pembangunan di sektor pertanian yang berorientasi ekspor,
sehingga diharapkan kesejahteraan hidup para petani dapat ditingkatkan dan
selanjutnya diharapkan dapat meningkatkan ekspor sebagai penghasil devisa
negara guna memperkokoh pertumbuhan pendapatan nasional atau melakukan
proses industrialisasi yang berbasis pada sektor pertanian.
2. Untuk menciptakan kekuatan yang dapat mendorong pertumbuhan ekspor
pertanian maupun migas dapat dilakukan melalui peningkatan jumlah
investasi baik lokal maupun asing. Dalam investasi, sebaiknya pemerintah
menciptakan iklim investasi yang kondusif, maka diusahakan memberikan
prosedur yang sederhana dan terkendali, memberikan sarana dan prasarana
yang menunjang, serta peraturan dalam berinvestasi yang konsisten, sehingga
terjamin kepastian berusaha dan keamanan untuk berinvestasi, Melalui
kebijakan-kebijakan tersebut, diharapkan nilai investasi semakin dapat
meningkat, karena bertambahnya investor-investor baru untuk menanamkan
modalnya di masing-masing sektor sehingga terjadi peningkatan komoditas
ekspor, hal ini akan menyebabkan menigkatnya pertumbuhan pendapatan
nasional. Dan untuk investasi asing, pemerintah sebaiknya mengadakan
kualifikasi kembali terhadap modal asing yang masuk agar tidak menghambat
perkembangan investasi domestik. Pemerintah juga harus berhati-hati dalam
64
memutuskan tipe dari modal asing yang akan ditanam. Oleh karena itu,
pembangunan di sektor pertanian, baik penyediaan infrastruktur yang terkait
maupun peningkatan produktivitas akan menghasilkan produk pertanian yang
kompetitif baik di pasar dalam negeri maupun pasar ekspor. Dengan
berhasilnya pembangunan sektor pertanian, berarti dapat mengatasi setidaknya
dua permasalahan sekaligus: kemiskinan yang mayoritas di pedesaan (petani)
dan pengangguran.
3. Mengingat pentingnya ekspor dalam pembangunan ekonomi, maka
diharapkan bagi semua pihak untuk memberikan dukungan, diantaranya
dengan menyediakan sarana dan prasarana, perbaikkan birokrasi dan perizinan
usaha secara memadai, dengan prosedur perijinan yang mudah, cepat dan
transparan, khususnya yang berorientasi pada para petani. Pemerintah perlu
meningkatkan ekspor, terutama ekspor pertanian, guna mengurangi
ketergantungan terhadap ekspor migas yang semakin menipis. Cara untuk
meningkatkan ekspor diantaranya adalah melalui diversifikasi komoditi
ekspor, yakni melakukan ekspor yang bertumpu pada kekuatan sumber daya
sendiri dan mengurangi kandungan impor agar peranan dan nilai ekspor tidak
berkurang terhadap pertumbuhan pendapatan nasional. Proses produksi ekspor
tersebut harus dapat pula dikuasai oleh penduduk di dalam negeri, serta
menaikkan nilai tambah komoditi ekspor, terutama untuk komoditi primer,
sehingga menaikkan nilai tukar terhadap komoditi ekspor lainnya.
65
DAFTAR PUSTAKA
Adirinekso, G. 2000. Dampak Ekspor Sektor Migas dan Nonmigas Terhadap Produk National Bruto dan Komponennya [Kasus Indonesia Tahun 1970-1996]. paper Ekonomettika I, Program Pascasarjana FEUI, Depok.
Arief, Sritua.1993. Metodologi Penelitian Ekonomi. Jakarta: Penerbit Universitas Indonesia (Ul-Press).
Badan Pusat Statistik. Indikator Ekonomi. beberapa terbitan. Departemen Keuangan. Nota Keuangan dan RAPBN. beberapa terbitan.
Bank Indonesia. Laporan Tahunan Bank Indonesia, beberapa terbitan. Badan Pusat Statistik, Pendapatan Nasional Indonesia, beberapa terbitan.
Chenery. Dan Skquin, 1987, Ekonomi Pembangunan dan Perekonomian Indonesia, Armico, Edisi Revisi, Bandung
Damodar, Gujarati. 1993. Ekonometrika Dasar. Erlangga. Jakarta.
( . 1999. Essentials of Econometric — 2nd ed. The McGraw-Hill Companies, Inc., Singapore.
Dumairy. 1996. Matematika Terapan Untuk Bisnis Dan Ekonomi. paper Ekonometrika I, Program Pascasarjana FEUI, Depok.
( . 1999. Matematika Ekonomi. Program Pascasarjana FEUI, Depok.
Gaspersz, Vincent. 2000. Ekonomi Manajerial. Gramedia. Jakarta
Gujarati, D. 1993. Ekonometrika Dasar. Terjemahan oleh Samarno Zein. Erlangga. Jakarta.
Hady, Hamdy. 2000. Teori dan Kebijakan Perdagangan Internasional, Ghalia. PT Raja Grafindo Persada, Jakarta.
Halwani. 2002. Perdagangan Internasional. Ghalia Indonesia, Jakarta.
Hartono, Djoni. 2001. Dampak Ekspor Nonmigas dan Investasi Swasta Terhadap Pertumbuhan Ekonomi dan Tabungan Domestik (Kasus Indonesia: 1980-1996). paper Ekonometrika I, Program Pascasarjana FEUI, Depok,
http://www.bps.go.id. Ekspor Indonesia Menurut Komoditas. Diakses 13 April 2009.
66
http://www.bi.go.id. Produk Domestik Bruto (harga konstan). Diakses 5 April 2009
http://www.bappenas.go.id. Pertumbuhan ekonomi Indonesia. Diakses 10 April 2009
IMF. International Financial Statistic Year Book, beberapa terbitan.
http://lipi.go.id/kajian iptek/index. php.
Kadarusman, Y.B., et.al. 2004. Makro Ekonomi Indonesia. PT Gramedia Pustaka Utama bekerja sama dengan Lembaga Penelitian Ekonomi IBII, Jakarta.
Lincolin, Arsyad. 1999. Pembangunan Ekonomi. PT Raja Grafindo Persada, Jakarta.
M. Suparmoko. 1990. Pengantar Ekonomi Makro. Penerbit : BPFE. Yogyakarta.
Mahyudi, Ahmad. 2004. Ekonomi Pembangunan dan Analisis Data Empiris. Ghalia Indonesia, Bogor.
Levi, Maurice D. 1996. Keuangan internasional. Edisi pertama. Yogyakarta: BPFE UGM.
Massjidin, Siregar.1997. Analisis Usaha Tani. Edisi ketiga. Jakarta.
Mubyarto. 1994. Pengantar Ekonomi Pertanian. LP3ES. Jakarta.
Miranda S.Goeltom. 1997. Analisis Dampak Intervensi Bank. Grafindo Persada, Jakarta.
Rana, PB. Dan J. Malcolm Dowling Jr. 1988. "The Impact of Foreign Capital on Growth: Evidence from Asian Developing Countries". The DevelopingEconomies, Vol. XXVI, NO. \ March.
Satria, Arif. 1997 "Transformasi ke Arah Pertanian Berbudaya Industri: Suatu Tinjauan Teoretik". Analisis CSIS: Vol. 26No.5 haL 464477.
Sigit, Hananto, 2001. "Appendix C: Procedure of Data Estimation — Measurement of Total Factor Productivity (TFP)". INFOMET: Vol. 1 Nomor 1 Februari, Jakarta, CESTAR- EPS.
Sukirno, Sadono. 1985. Ekonomi Pembangunan: Proses, Masalah dan Dasar Kebijakan. Jakarta;Lembaga Penerbit, FEUI. Jakarta.
( . 1994. Pengantar Ekonomi Makro. Ghalia Indonesia, Jakarta.
67
( .1996. Pengantar Teori Mikro Ekonomi, Edisi Kedua. Ghalia Indonesia, Jakarta.
Suparmoko,1998.Pengantar Ekonomi Makro. BPFE, Yogyakarta
Tambunan, Tulus T.H., 2001. Industrialisasi di Negara Sedang Berkembang: Kasus Indonesia. Ghalia Indonesia, Jakarta.
Todaro, M.P. 1997. Economic Development in the Third World.: Longman, 6th edition, London.
Wiwoho & Tribuana Said. 1994. Indonesia Source Book . National Development Information Office, Jakarta.
Lampiran 1. Data Ekspor Pertanian, Ekspor Migas dan Produk Nasional Bruto
(Rp) (%) (Rp) (%) (Rp) (%)
2002 2.640,00 - - 6.548,00 - - 1.449.767,40 - -
2003 2.750,00 110,00 4,17% 7.469,00 921,00 14,07% 1.498.328,10 48.560,70 3,35%
2004 2.430,00 -320,00 -11,64% 7.605,00 136,00 1,82% 1.576.049,00 77.720,90 5,19%
2005 2.870,00 440,00 18,11% 9.523,00 1.918,00 25,22% 1.643.434,00 67.385,00 4,28%
2006 3.326,00 456,00 15,89% 10.911,00 1.388,00 14,58% 1.733.269,00 89.835,00 5,47%
2007 3.744,00 418,00 12,57% 12.496,00 1.585,00 14,53% 1.843.764,00 110.495,00 6,37%
2008 4.667,00 923,00 24,65% 15.387,00 2.891,00 23,14% 1.985.720,00 141.956,00 7,70%
2009 4.358,00 -309,00 -6,62% 10.624,00 -4.763,00 -30,95% 2.067.156,00 81.436,00 4,10%
(dalam milyar Rp)
PerubahanPNB (Rp)
PerubahanTahun
Ekspor Pertanian
(Rp)
PerubahanEkspor migas
(Rp)
Lampiran 2. Uji Asumsi Klasik Regresi Linear
Uji Heteroskedastisitas Regression
Variables Entered/Removed b
Ekspor Migas (X2), Ekspor Pertanian (X1)
a . Enter
Model 1
Variables EnteredVariablesRemoved Method
All requested variables entered.a.
Dependent Variable: ABRESIDb.
Model Summary
.171 a .029 -.456 27713.3912Model 1
R R SquareAdjustedR Square
Std. Error ofthe Estimate
Predictors: (Constant), Ekspor Migas(X2),Ekspor Pertanian (X1)
a.
ANOVAb
91997593 2 45998796.70 .060 .943a
3.07E+09 4 768032050.83.16E+09 6
Regression Residual Total
Model 1
Sum ofSquares df Mean Square F Sig.
Predictors: (Constant), Ekspor Migas (X2), Ekspor Pertanian (X1)a.
Dependent Variable: ABRESIDb.
Coefficients a
41054.116 46987.043 .874 .432-4.000 17.680 -.150 -.226 .832-.174 3.975 -.029 -.044 .967
(Constant) Ekspor Pertanian (X1)Ekspor Migas (X2)
Model 1
B Std. Error
UnstandardizedCoefficients
Beta
Standardized Coefficients
t Sig.
Dependent Variable: ABRESIDa.
Lampiran 4. Uji Asumsi Klasik Regresi Log Linear
Uji Heteroskedastisitas Regression
Variables Entered/Removed b
Ln X2, LnX1
a . Enter
Model1
VariablesEntered
VariablesRemoved Method
All requested variables entered.a.
Dependent Variable: ABRESIDb.
Model Summary
.352a .124 -.315 7.012E-03Model1
R R SquareAdjustedR Square
Std. Error ofthe Estimate
Predictors: (Constant), Ln X2, Ln X1a.
ANOVAb
2.774E-05 2 1.387E-05 .282 .768a
1.967E-04 4 4.916E-052.244E-04 6
RegressionResidualTotal
Model1
Sum ofSquares df Mean Square F Sig.
Predictors: (Constant), Ln X2, Ln X1a.
Dependent Variable: ABRESIDb.
Coefficientsa
.006 .004 1.423 .228-.010 .017 -.352 -.587 .589.000 .017 -.001 -.001 .999
(Constant)Ln X1Ln X2
Model1
B Std. Error
UnstandardizedCoefficients
Beta
StandardizedCoefficients
t Sig.
Dependent Variable: ABRESIDa.
Lampiran 5. Output Regresi Log Linear Regression
Variables Entered/Removedb
Ln X2, LnX1
a . Enter
Model1
VariablesEntered
VariablesRemoved Method
All requested variables entered.a.
Dependent Variable: Ln Yb.
Model Summary
.905a .819 .729 1.037E-02Model1
R R SquareAdjustedR Square
Std. Error ofthe Estimate
Predictors: (Constant), Ln X2, Ln X1a.
ANOVAb
1.947E-03 2 9.733E-04 9.050 .033a
4.302E-04 4 1.076E-042.377E-03 6
RegressionResidualTotal
Model1
Sum ofSquares df Mean Square F Sig.
Predictors: (Constant), Ln X2, Ln X1a.
Dependent Variable: Ln Yb.
Coefficientsa
.038 .007 5.789 .004
.071 .025 .774 2.838 .047
.104 .024 1.158 4.248 .013
(Constant)Ln X1Ln X2
Model1
B Std. Error
UnstandardizedCoefficients
Beta
StandardizedCoefficients
t Sig.
Dependent Variable: Ln Ya.
Uji Autokorelasi
Model Summaryb
.905a .819 .729 1.037E-02 2.197Model1
R R SquareAdjustedR Square
Std. Error ofthe Estimate
Durbin-Watson
Predictors: (Constant), Ln X2, Ln X1a.
Dependent Variable: Ln Yb.
Uji Multikolinearitas
Coefficientsa
.038 .007
.071 .025 .774 .609 1.643
.104 .024 1.158 .609 1.643
(Constant)Ln X1Ln X2
Model1
B Std. Error
UnstandardizedCoefficients
Beta
StandardizedCoefficients
Tolerance VIFCollinearity Statistics
Dependent Variable: Ln Ya.
Lampiran 7. Tabel Distribusi t
df α = 0,05 Α = 0,025 Df α = 0,05 α = 0,025
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50
6.3138 2.9200 2.3534 2.1318 2.0150 1.9432 1.8946 1.8595 1.8331 1.8125 1.7959 1.7823 1.7709 1.7613 1.7531 1.7459 1.7396 1.7341 1.7291 1.7247 1.7207 1.7171 1.7139 1.7109 1.7081 1.7056 1.7033 1.7011 1.6991 1.6973 1.6955 1.6939 1.6924 1.6909 1.6896 1.6833 1.6871 1.6860 1.6849 1.6939 1.6829 1.6820 1.6811 1.6802 1.6794 1.6887 1.6779 1.6772 1.6766 1.6590
12.709 4.3027 3.1824 2.7764 2.5706 2.4469 2.3646 2.3060 2.2622 2.2281 2.2010 2.1788 2.1604 2.1448 2.1314 2.1199 2.1098 2.1009 2.0930 2.0860 2.0796 2.0739 2.0687 2.0639 2.0595 2.0555 2.0518 2.0484 2.0452 2.0423 2.0395 2.0369 2.0345 2.0322 2.0301 2.0281 2.0262 2.0244 2.0227 2.0211 2.0195 2.0181 2.0167 2.0154 2.0141 2.0129 2.0117 2.0106 2.0096 2.0086
51 52 53 54 55 56 57 58 59 60 61 62 63 64 65 66 67 68 69 70 71 72 73 74 75 76 77 78 79 80 81 82 83 84 85 86 87 88 89 90 91 92 93 94 95 96 97 98 99 100
1.6753 1.6747 1.6410 1.6736 1.6730 1.6725 1.6720 1.6716 1.6711 1.6706 1.6702 1.6698 1.6694 1.6690 1.6686 1.6683 1.6679 1.6676 1.6672 1.6669 1.6666 1.6663 1.6660 1.6657 1.6654 1.6652 1.6649 1.6646 1.6644 1.6641 1.6639 1.6636 1.6634 1.6632 1.6630 1.6628 1.6626 1.6624 1.6622 1.6620 1.6618 1.6616 1.6614 1.6612 1.6611 1.6609 1.6607 1.6606 1.6604 1.6602
2.0076 2.0066 2,0057 2,0049 2,0040 2,0032 2,0025 2,0017 2,0010 2,0003 1,9996 1,9990 1,9983 1,9977 1,9971 1,9966 1,9960 1,9955 1,9949 1,9944 1,9939 1,9935 1.9930 1.9925 1.9921 1.9917 1.9913 1.9908 1.9905 1.9901 1.9897 1.9893 1.9889 1.9886 1.9883 1.9879 1.9876 1.9873 1.9870 1.9867 1.9864 1.9861 1.9858 1.9855 1.9853 1.9850 1.9847 1.9845 1.9842 1.9840