pengaruh curahan jam kerja,lama pemakaian kendaraan,pengalaman kerja dan pendidikan terhadap...

Upload: fendika-damar-pangestu

Post on 10-Mar-2016

53 views

Category:

Documents


36 download

DESCRIPTION

tugas ESDM

TRANSCRIPT

Pengaruh Curahan Jam Kerja, Lama Pemakaian Kendaraan Kendaraan, Lama Pengalaman Bekerja dan Tingkat Pendidikan Terhadap Pendapatan Sopir Angkutan Kota di Kota SemarangDosen Pengampu :Dra. Herniwati Retno Handayani, MS Nenik Woyanti, S.E.,M.Si

Disusun Oleh :Kelompok 1Fendika Damar Pangestu12020113120018Nanda Pratama Octarisza12020113120027Gading Nugroho12020113120004Avendri Sutrisno12020113120020 Fauzi RamadhanC2B009109

Jurusan Ilmu Ekonomi dan Studi PembangunanFakultas Ekonomika dan BisnisUniversitas Diponegoro2015

ABSTRAKSektor Informal dalam Bagian Sektor angkutan diyakini mampu mendongkrak PDRB Jawa Tengah ,hal ini dapat ditunjukan dengan data BPS yang menyebutkan sebesar 29,172,039.07 pada tahun 2012,32,951,087.21 pada tahun 2013 dan 37,611,878.39 pada tahun 2013 yang terus meningkat tiap tahunnya .penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh Curahan Jam Kerja, Lama Pemakaian Kendaraan Kendaraan, Lama Pengalaman Bekerja dan Tingkat Pendidikan Terhadap Pendapatan Sopir Angkutan Kota di Kota Semarang.Penelitian ini dilakukan di Kota Semarang dengan 30 responden dari 3049 total Sopir Angkutan Kota .Penentuan Sampel dengan metode Simple Random Sampling.Metode Analisis yang digunakan adalah Metode analisis Linear Berganda dengan Pendapatan sebagai dependen variable dan Empat Independen variabel yaitu menganalisis pengaruh Curahan Jam Kerja, Lama Pemakaian Kendaraan Kendaraan, Lama Pengalaman Bekerja dan Tingkat Pendidikan . Teknik pengumpulan data menggunakan metode interview yang dibantu dengan kuesioner (wawancara langsung).Hasil dari analisis menunjukan variabel curahan jam kerja berpengaruh positif dan signifikan terhadap pendapatan sopir angkutan kota.Variabel Lama pemakaian Kendaraan berpengaruh negative dan signifikan terhadap pendapatan sopir angkutan kota.variabel Lama Pengalaman bekerja berpengaruh positif dan signifikan terhadap pendapatan sopir angkutan kota .Variabel Lama Pendidikan berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap pendapatan sopir angkutan kota di Kota Semarang Kata Kunci : pendapatan ,Sektor Informal ,Sektor Angkutan,Curahan jam kerja ,Lama Pemakaian kendaraan,Pengalaman Kerja,Lama Pendidikan

BAB IPENDAHULUAN1.1 Latar Belakang Pembangunan ekonomi merupakan salah satu bagian penting dari pembangunan nasional dengan tujuan akhir untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat, maka pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu target utama yang perlu dicapai. Pembangunan ekonomi itu pada dasarnya meliputi usaha masyarakat secara keseluruhan untuk mengembangkan kegiatan ekonomi dan mempertinggi tingkat kesejahteraan masyarakatnya. Oleh karena itu, pengertian pembangunan ekonomi dapat didefinisikan sebagai suatu proses yang menyebabkan pendapatan perkapita penduduk suatu masyarakat meningkat dalam jangka panjang. Dalam mencapai tujuan yang diharapkan dalam pembangunan tersebut, maka pembangunan perlu didukung oleh berbagi faktor baik ekonomi maupun faktor non ekonomi agar proses pembangunan dapat berjalan dengan lancar. Salah satu faktor yang sangat mendukung dan mempengaruhi jalannya roda pembangunan tersebut adalah sector transportasi .Sektor transportasi merupakan salah satu sektor yang sangat penting dan strategis dalam konteks pembangunan di daerah. Dalam fungsinya sebagai promoting sector dan servicing sector, transportasi telah memegang peranan yang besar sebagai urat nadi perekonomian. Pembangunan sektor ini dimaksudkan untuk menggerakkan berbagai potensi daerah, pembangunan sarana dan prasarana transportasi yang lebih baik dan menjangkau berbagai wilayah terutama di daerah pedesaan. Penyelenggaraan sistem transportasi harus diwujudkan sesuai dengan tujuan dari Sistem Transportasi Nasional (Sistranas), yakni untuk mewujudkan suatu system transportasi yang selamat, aman, cepat, lancar, tertib dan teratur, nyaman, efisien serta ramah lingkungan. Sasaran utama pembangunan sektor transportasi di suatu wilayah adalah untuk terwujudnya pemerataan pembangunan wilayah, terutama wilayah-wilayah yang merupakan kantong-kantong produksi dengan daerah pemasarannya salah satu nya Kota Semarang.Kota Semarang mempunyai peran yang strategis. Selain secara administratif kota Semarang merupakan ibukota Propinsi Jawa Tengah, dilihat dari sisi transportasi, kota Semarang merupakan titik tengah jalur Pantura dari Jakarta menuju Surabaya. Kota Semarang juga terletak pada simpul jalur penghubung utama antara jalur jalan sepanjang Pantai Utara dan jalur jalan sepanjang Pantai Selatan yaitu jalur Semarang Yogyakarta. Keuntungan lokasi ini menjadikan Semarang akan terus berkembang sebagai simpul jasa dan distribusi serta pintu gerbang menuju wilayah-wilayah lainnya. Hal ini juga didukung oleh angkutan kereta api (Stasiun Kereta Api Tawang dan Stasiun Kereta Api Poncol), transportasi laut (Pelabuhan Tanjung Emas) dan transportasi udara (Bandara Ahmad Yani). Jika di tinjau dari sisi produksi dan perdagangan, jasa angkutan dan transportasi merupakan salah satu faktor input. Keperluan akan jasa angkutan tergantung pada kegiatan yang terjadi di sektor produksi dan perdagangan. Begitu juga bagi sektor ekonomi lain, jasa angkutan merupakan faktor input. Dalam hubungan inilah jasa angkutan digunakan sebagai derived demand, karena keperluan jasa angkutan mengikuti perkembangan kegiatan produksi dan ekonomi yang akan memanfaatkannya. Ketersediaan jasa transportasi berkolerasi positif dengan kegiatan ekonomi dan pembangunan dalam masyarakat. Jasa trasportasi mempunyai peranan yang sangat penting bukan hanya memperlancar arus barang dan mobilitas manusia, tetapi transportasi juga membantu tercapainya alokasi sumber daya ekonomi secara optimal.Dari tahun ke tahun perkembangan kegiatan ekonomi atau produksi sering meningkat, jumlah penduduk pun semakin meningkat dan pembangunan jalan raya semakin meningkat. Sehingga mobilitas penduduk akan mengalami sebuah peningkatan sejalan dengan kebutuhan masyarakat akan perkembangan ekonomi. Tetapi hal tersebut tidak ditunjang dengan peningkatan jumlah penggunaan angkutan umum, sehingga penumpang angkutan umum semakin menurun. Diketahui persentase pengguna angkutan penumpang umum perkotaan di Indonesia terus mengalami penurunan persentasi, rata-rata sebesar 1% per tahun (MTI, 2005). Kondisi yang sama terjadi di Kota Semarang dimana kegiatan 9 lapangan usaha selalu meningkat tiap tahunnya ditandai dengan pendapatan domestik bruto daerah (PDRB) selalu meningkat tiap tahun, tapi disisi yang lainnya jumlah angkutan terus mengalami naik turun dalam tiap tahunnya, diketahui dari tabel berikut :Tabel 1.1 PDRB Provinsi Jawa Tengah(dalam juta rupiah)

NoLapangan UsahaTahun 2011Tahun 2012Tahun 2013

1Pertaniana. Tanaman Bahan Makananb. Tanaman Perkebunanc. Peternakand. Kehutanane. Perikanan95,078,348.9966,411,802.797,648,558.9414,190,532.332,643,961.514,183,493.42104,311,416.8373,352,597.988,200,808.9315,461,345.102,754,602.044,542,062.77114,142,758.6079,828,871.829,153,645.2617,104,609.603,167,103.604,888,528.37

2Pertambangan dan Galian4,726,493.185,243,452.925,980,687.98

3Industri Pengolahan165,850,520.22182,715,245.06203,104,060.25

4Listrik, Gas dan Air Bersih5,110,058.365,648,692.006,599,849.53

5Bangunan29,851,905.7533,352,512.0437,196,092.85

6Perdagangan, Hotel dan Restoran98,462,085.40112,908,719.28129,303,763.70

7Pengangkutan dan Komunikasi29,172,039.0732,951,087.2137,611,878.39

8Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan17,684,047.7419,993,405.9523,280,361.13

9JasaJasa52,828,325.4659,359,199.4466,530,164.90

10Produk Domestik Regional Bruto498,763,824.16556,483,730.73623,749,617.33

Sumber : BPS ProvinsiJawa TengahDilihat dari tabel 1.1 dimana Sektor Pengangkutan dan komunikasi terus mengalami kenaikan pendapatan tiap tahunnya yang bisa mendongkrak PDRB Jawa Tengah.Tabel 1.2 Jumlah Angkutan dan Tenaga kerja Angkutan kota

NoJenis Angkutan Tahun 2012Tahun 2013

1Angkutan Umum Dalam Trayeka. Jumlah TrayekUtamaCabangRantingb. Jumlah ArmadaUtamaCabangRanting

331233

7371488877

331331

7311458860

Sumber : Dinas Perhubungan Komunikasi dan Informatika Kota SemarangDilihat dari table 1.2 dimana Jumlah Angkutan umum di Semarang dari tahun 2012 -2013 tidak banyak mengalami penurunan jumlah angkutan dan tenaga kerja hanya sedikit saja di tiap jumlah trayek maupun armada,berbeda dengan PDRB yang terus meningkat di sektor angkutan..Dengan menurunnya Jumlah armada angkutan kota memberikan dampak terhadap pendapatan sopir angkutan kota , tidak terkecuali sopir angkutan kota di wilayah Semarang .Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi pendapatan sopir angkutan di kota semarang adalah curahan jam kerja yang digunakan para sopir untuk bekerja, karena dengan bertambahnya jam kerja maka pendapatan sopir juga akan bertambah dengan asumsi bahwa permintaan akan jasa transportasi angkutan kota adalah tetap. Faktor lama pemakaian kendaraan juga berpengaruh terhadap pendapatan sopir angkutan karena hal itu berpengaruh terhadap kondisi kendaraan. Jika kondisi kendaraan yang dioperasikan sudah tidak layak lagi maka hal itu bisa menyebabkan berkurangnya minat calon penumpang untuk menggunakan jasa angkutan sehingga secara otomatis itu mengakibatkan pendapatan sopir menurun. Faktor lain yang juga berpengaruh terhadap pendapatan sopir angkutan kota adalah pengalaman kerja sopir angkuta kota yang bersangkutan karena semakin lama seseorang bekerja sebagai sopir angkutan kota maka pengalaman yang dimiliki semakin banyak dan mengerti tentang karakter penumpang. Faktor Tingkat Pendidikan juga berpengaruh terhadap pendapatan supir angkutan kota ,karena semakin tinggi tingkat pendidikan maka semakin banyak pengetahuan yang diterima dan semakin tinggi kecerdasan otak dan emosional Para sopir dalam mengemudi .Berdasarkan latar belakang di atas penelitian ini bertujuan untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi pendapatan sopir angkutan kota di kota semarang.

1.2 Rumusan MasalahDengan Melihat Sektor transportasi merupakan salah satu sektor yang sangat penting dan strategis dalam konteks pembangunan di daerah.Dimana transportasi sebagai promoting sector dan servicing sector, transportasi telah memegang peranan yang besar sebagai urat nadi perekonomian salah satu nya kota Semarang .berdasarkan data yang telah disajikan dilatar belakang permasalahan dimana pendapatan dari sector angkutan dan komunikasi terus mengalami naik namun disisi lain jumlah angkutan kota dan jumlah tenaga kerja angkutan kota di Kota semarang terus mengalami penurunan di setiap tahunnya .Sehingga Berdampak terhadap pendapatan sopir angkutan kota di Kota Semarang .Sadar akan potensi pendapatan dari jasa angkutan salah satunya angkutan kota terhadap PDRB kota Semarang maka penulis tertarik untuk menganalisis lebih lanjut lagi factor faktor apa saja yang mempengaruhi pendapatan sopir angkutan kota di kota Semarang . Sehingga dapat dirumuskan pertanyan permasalahan penelitian sebagai berikut 1. Berapa besar pengaruh curahan jam kerja terhadap pendapatan para sopir angkutan kota di kota Semarang2. Beberapa besar pengaruh lama pemakaian kendaraan terhadap pendapatan para sopir angkutan kota di kota Semarang 3. Beberapa besar pengaruh pengalaman kerja terhadap pendapatan para sopir angkutan kota di kota Semarang4. Beberapa besar pengaruh pendidikan terhadap pendapatan para sopir angkutan kota di kota Semarang

1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian 1.3.1 Tujuan penelitianTujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Untuk mengetahui pengaruh curahan jam kerja terhadap pendapatan para sopir angkutan kota di kota Semarang; 2.Untuk mengetahui pengaruh lama pemakaian kendaraan terhadap pendapatan para sopir angkutan kota di kota Semarang; 3.Untuk mengetahui pengaruh pengalaman kerja terhadap pendapatan para sopir angkutan kota di kota Semarang. 4.Untuk Mengetahui Pengaruh Pendidikan terhadap Pendapatan Para sopir angkutan kota di Kota Semarang1.3.2 Manfaat PenelitianManfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1.Penelitian ini dapat memberikan sumbangan pemikiran bagi pihak yang berkepentingan dalam masalah tersebut; 2.Dapat berguna sebagai sumbangan pemikiran dan bahan pertimbangan bagi pemerintah daerah dalam menyusun kerangka kebijakan di sektor transportasi; 3.Sebagai bahan informasi bagi peneliti lain yang akan mengadakan penelitian dalam bidang atau masalah yang sama.

BAB IITinjauan Pustaka2.1 Grand Theory 2.1.1 Teori Ekonomi Sumber daya Manusia Ekonomi sumber daya manusia (human Resources economic) berkaitan dengan perencanaan sumber daya manusia (human resources planning), ekonomi ketenagakerjaan (labor economic), dan ekonomi kependudukan (population ekonomic). Mulyadi. S (2003) menyatakan bahwa ekonomi sumber daya manusia adalah ilmu ekonomi yan diterapkan untuk menganalisis pemebentukan dan pemanfaatan sumber daya manusia yang berkaitan dengan pembangunan ekonomi. dengan kata lain ekonomi sumber daya manusia merupakan penerapan teori ekonomi analisis sumber daya manusia. Berikut adalah teori - teori yang mendasari tentang ekonomi sumber daya manusia.1. Teori Klasik Adam SmithAdam Smith (1729 - 1790) merupakan tokoh utama dari aliran ekonomi yang kemudian dikenal sebagai aliran klasik. Smith menganggap bahwa manusia sebagai faktor produksi utama yang menentukan kemakmuran bangsa-bangsa. Alasannya, alam (tanah) tidak ada artinya kalau tidak ada sumber daya manusia yang mengelolahnya sehingga bermanfaat bagi kehidupan.2. Teori Klasik J.B SayKontribusi Jean Baptise Say (1767 - 1832) terhadap aliran klasik adalah pandangannya yang mengatakan bahwa setiap penawaran akan menciptakan permintaannya sendiri ( supply creates its own demand). Pendapat Say ini disebut dengan hukum Say ( Say`s Law). pandangan tersebut didasari oleh asumsi : bahwa peningkatan produksi akan selalu diiringi oleh peningkatan pendapatan, yang kahirnya akan diiringi pula oleh peningkatan permintaan.3. Teori MalthusThomas Robert Malthus (1766 - 1834 ) dianggap sebagai pemikir klasik dalam bukunya " Principle of population". Menurut Malthus, manusia berkembang jauh lebih cepat dibandingkan dengan produksi hasil - hasil pertanian untuk memenuhi kebutuhan manusia. karena perkembangan jumlah manusia jauh lebih cepat dibandingkan dengan pertumbuhan produksi hasil-2 pertanian.4. Teori KeynesMenurut Keynes (1883-1946) mengatakan bahwa tidak ada mekanisme penyesuaian otomatis yang menjamin perekonomian akan mencapai keseimbangan (equilibrium) pada tingkat penggunaan kerja penuh.karena kaum klasik percaya bahwa dalam keseimbangan sumber daya, termasuk tenaga kerja akan digunakan secara penuh (full employed)

2.1.2. Konsep Tenaga Kerja a. KetenagakerjaanKetenagakerjaan adalah segala hal yang berhubungan dengan tenaga kerja pada waktu sebelum, selama dan sesudah masa kerja. Sedangkan tenaga kerja adalah setiap orang yang mampu melakukan pekerjaan guna menghasilkan barang dan/atau jasa baik untuk memenuhi kebutuhan sendiri maupun untuk masyarakat (Undang-undang No.13 Tahun 2003: Tentang Ketenagakerjaan).

Tenaga kerja merupakan salah satu faktor produksi yang sangat penting disamping sumber alam, modal dan teknologi. Apabila ditinjau secara umum pengertian tenaga kerja adalah menyangkut manusia yang mampu bekerja untuk menghasilkan barang atau jasa dan mempunyai nilai ekonomis yang dapat berguna bagi kebutuhan masyarakat. Secara fisik kemampuan bekerja diukur dengan usia. Dengan kata lain orang dalam usia kerja dianggap mampu bekerja.Tenaga kerja adalah seluruh penduduk dalam usia kerja (berusia 15 tahun atau lebih) yang potensial dapat memproduksi barang dan jasa. Sebelum tahun 2000 Indonesia menggunakan patokan seluruh penduduk berusia 10 tahun ke atas. Namun sejak Sensus Penduduk 2000 dan sesuai dengan ketentuan internasional, tenaga kerja adalah penduduk yang berusia 15 tahun atau lebih.Batas usia tersebut bisa saja berubah sesuai dengan kondisi yang ada. Tujuan dari pemilihan batas umur tersebut adalah agar definisi yang diberikan sedapat mungkin menggambarkan keadaan yang sebenarnya. Didalam pengertian tenaga kerja itu juga dimaksudkan kelompok yang sedang mencari pekerjaan, bersekolah dan mengurus rumah tangga. Meskipun mereka tidak bekerja tetapi secara fisik mereka mampu bekerja dan sewaktu-waktu dapat ikut bekerja. Inilah alasannya mengapa kelompok ini juga dimaksudkan ke dalam kelompok tenaga kerja. Dua golongan pertama yaitu penduduk yang sudah bekerja dan yang sedang mencari pekerjaan disebut angkatan kerja. Sedangkan kelompok yang terakhir yaitu penduduk yang bersekolah, mengurus rumah tangga dan kelompok lain-lain yang menerima pendapatan disebut angkatan kerja (Potential Labor Force).

Berdasarkan uraian diatas dapat kita simpulkan bahwa tenaga kerja meliputi angkatan kerja dan bukan angkatan kerja, atau dapat disimpulkan sebagai berikut :

Tenaga Kerja = Angkatan Kerja + Bukan Angkatan Kerja

b. Angkatan Kerja dan Bukan Angkatan Kerja

Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, tenaga kerja atau manpower terdiri atas angkatan kerja dan bukan angkatan kerja. Besarnya penyediaan tenaga kerja dalam masyarakat adalah jumlah orang yang menawarkan jasanya untuk proses produksi. Diantara mereka, sebagian sudah aktif dalam kegiatannya yang menghasilkan barang dan jasa, mereka adalah golongan yang bekerja atau employed persons. Sebagian lain merupakan golongan yang siap bekerja dan sedang berusaha mencari pekerjaan, mereka disebut penganggur. Jumlah orang yang bekerja dan pencari kerja dinamakan angkatan kerja atau labor force, atau dengan kata lain angkatan kerja terdiri dari golongan yang bekerja dan golongan yang menganggur atau mencari pekerjaan (Simanjuntak, 1998).Hal yang tidak berbeda mengenai definisi angkatan kerja dan bukan angkatan kerja dinyatakan oleh Dumairy (1996) yang menjelaskan behwa angkatan kerja merupakan tenaga kerja atau penduduk dalam usia kerja yang bekerja, atau mempunyai pekerjaan namun untuk sementara tidak bekerja, dan yang sedang mencari pekerjaan. Sedangkan yang dimaksud dengan bukan angkatan kerja adalah tenaga kerja atau penduduk dalam usia kerja yang tidak bekerja, tidak mempunyai pekerjaan dan sedang tidak mencari pekerjaan, seperti orang-orang yang kegiatannya bersekolah, mengurus rumah tangga serta yang menerima pendapatan tapi bukan merupakan imbalan langsung atas jasa kerjanya.Menurut Sumarsono (2003), angkatan kerja termasuk golongan yang aktif secara ekonomis, golongan yang terdiri dari penduduk yang menawarkan tenaga kerjanya dan berhasil memperoleh pekerjaan (employed) dan penduduk yang menawarkan tenaga kerjanya di pasar tenaga kerja tetapi belum berhasil memperolehnya (unemployed). Sedangkan menurut Simanjuntak (1998) yang dimaksudkan dengan bukan angkatan kerja adalah mereka yang terdiri dari tiga golongan, yang pertama golongan yang msih bersekolah, golongan yang mengurus rumah tangga yaitu mereka yang mengurus rumah tangga tanpa memperoleh upah, daan golongan lain-lain seperti penerima pendapatan, mereka yang tidak melakukan kegiatan ekonomi tetapi memperoleh pendapatan seperti tunjangan pensiun, bunga atas simpanan atau sewa milik dan mereka yang hidupnya tergantung dari orang ain misalnyya karena cacat, lanjut usia, dalam penjara atau sakit kronis.Namun pada dasarnya, bukan angkatan kerja tersebut dapat sewaktu- waktu turun dalam pasar tenaga kerja kecuali golongan yang hidupnya bergantung kepada orang lain, sehingga dapat pula disebut sebagai angkatan kerja potensial. Angkatan kerja potensial ini juga mencakup tenaga kerja yang menarik diri dari pasar tenaga kerja atau yang disebut discouraged workers, yang sementara keluar dari pasar tenaga kerja. Demikian juga dengan tenaga kerja yang mengurus rumah tangga, akan masuk pasar tenaga kerja bila upah tinggi atau penghasilan keluarga yang relatif rendah untuk mencukupi kebutuhan hidupnya, golongan ini disebut angkatan kerja sekunder.Angkatan kerja yang mengalami pertumbuhan yang cepat akan membawa beban dalam perekonomian seperti adanya penciptaan atau perluasan lapangan kerja. Apabila besarnya lapangan kerja tidak mampu menampung semua angkatan kerja, atau dengan kata lain tambahan penawaran tenaga kerja lebih besar dibandingkan dengan tambahan permintaan tenaga kerja, maka hal tersebut akan menambah besar tingkat pengangguran yang sudah ada.c. Kesempatan Kerja

Kesempatan kerja dapat diartikan sebagai kondisi yang tersedia bagi masyarakat yang sedang mencari pekerjaan untuk mendapatkan penghasilan agar mampu memenuhi kebutuhan hidupnya (BPS, 2009). Kesempatan untuk berusaha atau kesempatan untuk turut berpartisipasi dalam pembangunan, jelas akan memberikan hak bagi manusia untuk menikmati hasil pembangunan. Tanpa diberi kesempatan untuk berperan serta dalam pembangunan, baik melalui kesempatan kerja ataupun kesempatan berusaha berarti manusia merasa diri diperlakukan tidak adil.Kesempatan kerja itu timbul oleh karena adanya usaha untuk memperluas kesempatan kerja yang ditentukan oleh laju pertumbuhan investasi, laju pertumbuhan penduduk serta angkatan kerja. Disamping kedua faktor di atas maka masalah strategi pembangunan yang diterapkan juga ikut mempengaruhi usaha perluasan kesempatan kerja.

2.1.3 Pasar Tenaga Kerja a. Pasar Kerja dan EkonomiPerangkat analitik pusat yang ekonom gunakan untuk menjawab pertanyaan ini adalah konsep pasar tenaga kerja. Sebuah pasar yang ada setiap kali ada barang atau jasa yang ada pembeli (demander) dan penjual (pemasok) yang terlibat saling tukar suami atau perdagangan barang ini. Ini pertukaran atau perdagangan biasanya terwujud ketika ada perjanjian comman untuk harga per unit yang pembeli harus membayar penjual.Hanya pasar yang ada mudah diamati untuk gandum, baja, dan ponsel otomatis, demikian pula engkau yang mudah diamati pasar untuk tenaga kerja, atau lebih corectly, layanan tenaga kerja (perbudakan adalah ilegal). Gandum, baja, dan lain barang perdagangan commadity atau pasar produk. Buruh di sisi lain, merupakan faktor produksi yang dimiliki oleh individu dan pada dasarnya, disewakan kepada perusahaan bisnis untuk jangka waktu tertentu (misalnya, sebuah jam atau satu tahun) yang akan dilanjutkan dengan input faktor lain seperti tanah dan modal untuk menghasilkan barang atau jasa. Buruh diperdagangkan dalam apa yang disebut ekonom pasar faktor, seperti faktor-faktor produksi lainnya adalah tanah dan modal.b. Fitur yang unik dari Pasar Tenaga KerjaMungkin fitur yang paling penting dari pasar tenaga kerja yang berbeda dari semua pasar lainnya adalah bahwa item tersebut yang diwujudkan dalam pertukaran manusia, Kepemilikan dan prosession dari commadity seperti gandum sepenuhnya dipindahtangankan antara pembeli dan penjual. Namun, Kondisi yang sama tidak berlaku dalam pasar tenaga kerja. Buruh sebagai layanan tidak terlepas dari orang yang memberikan itu, pekerja memasok labourand pembelian perusahaan itu harusc. Tingkat Perubahan dan Komposisi dari Penawaran Tenaga KerjaKuantitas penawaran tenaga kerja tergantung pada: 1. Jumlah Populasi2. Proporsi populasi yang memiliki keinginan untuk bekerja3. Jam kerja per tahunKualitas penawaran tenaga kerja tergantung pada: 1.Tingkat Pendidikan2. Keterampilan3. Kesehatan sehingga memiliki tenaga untuk bekerjad. Tingkat Perubahan dan Komposisi Permintaan Tenaga KerjaSama seperti jumlah dan karakteristik masyarakat yang ingin bekerja telah berubah secara signifikan selama 50 tahun terakhir, sehingga memiliki jumlah dan karakteristik pekerjaan yang majikan tawarkan. Salah satu fitur penting dari permintaan pengusaha untuk tenaga kerja adalah pertumbuhan dari waktu ke waktu dalam jumlah pekerjaan tersedia. Sebuah fitur yang sama penting kedua dari permintaan tenaga kerja adalah jenis pekerjaan yang tersedia dalam perekonomian. Permintaan untuk barang dan jasa yang menghasilkan di pasar produk dari pergeseran ekonomi dari waktu ke waktu. Dalam reaksi ini, permintaan tenaga kerja di beberapa pekerjaan dan industri memperluas sementara itu kontrak di lain, menyebabkan perubahan besar dalam keterampilan, pendidikan, dan lokasi geografis yang dibutuhkan pekerja.e.Keseimbangan Antara Permintaan Dengan PenawaranKurve permintaan dan kurve penawaran adalah model (gambar yang disederhanakan) tentang bagaimana pembeli dan penjual bertindak dalam suatu pasar. Untuk menunjukkan bagaimana mereka berinteraksi menentukan harga dan jumlah yang diproduksi dan diperjualbelikan, para ekonom menggambarkan kedua kurve itu dalam sebuah grafik yang sama. Titik potong kedua kurve tersebut disebut titik keseimbangan pasar. Ekonom menggunakan istilah keseimbangan untuk menggambarkan suatu keadaan di mana semua variabel atau kekuatan internal berada dalam keadaan seimbang tanpa adanya kecenderungan untuk berubah.Pada titik keseimbangan pasar, intensitas pembeli tepat berhubungan dengan intensitas penjual, yaitu jumlah yang akan dibayar pembeli (jumlah yang diminta) persis sama dengan jumlah yang akan dijual oleh para pemasok (jumlah yang ditawarkan). Jumlah ini disebut jumlah keseimbangan, dan harga yang berhubungan dengannya disebut harga keseimbangan.

f. Penyesuaian Keseimbangan PasarJika hubungan antara harga dengan jumlah tidak terpengaruh oleh variabel-variabel lain, titik keseimbangan pasar akan berupa titik tetap, Namun, kurve penawaran dan permintaan secara tetap akan bergeser kekanan atau kekiri sebagai tanggapan atas perubahan-perubahan variabel-variabel ceteris paribus. Bila kurve-kurve itu bergeser, keseimbangan harga dan jumlah juga bergeser, membuat titik keseimbangan harga dan jumlah juga bergeser, membuat titik keseimbangan baru diantara kekuatan-kekuatan pasar yang berlawanan. Keluwesan dalam sistem pasar ini memungkinkan harga jumlah saling menyesuaikan diri secara alami dengan keadaan-keadaan permintaan dan penawaran

2.1.4 Penawaran Tenaga Kerja Penawaran Tenaga Kerja ialah Dorongan dari permintaan indivudu atau rumah tangga dalam memperoleh pendapatan untuk membelanjakan barang atau jasa yang diproduksi oleh perusahaan (Kauffmann ). Penawaran tenaga kerja merupakan hubungan antara tingkat upah dan jumlah satuan pekerja yang disetujui oleh pensupply untuk di tawarkan. Jumlah satuan pekerja yang ditawarkan tergantung pada (1) besarnya penduduk, (2) persentase penduduk yang memilih berada dalam angkatan kerja, (3) jam kerja yang ditawarkan oleh peserta angkatan kerja, di mana ketiga komponen tersebut tergantung pada tingkat upah (Simanjuntak).Besarnya penyediaan tenaga kerja dalam masyarakat adalah jumlah orang yang menawarkan jasanya untuk proses produksi. Diantara mereka yang sudah aktif dalam kegiatannya menghasilkan barang atau jasa. Mereka dinamakan golongan yang bekerja. Sebagian lain tergolong yang siap bekerja atau sedang berusaha mencari pekerjaan. Mereka dinamakan pencari kerja atau penganggur. Jumlah yang bekerja dan pencari kerja dinamakan angkatan kerjaPenawaran tenaga kerja merupakan fungsi yang menggambarkan hubungan antara tingkat upah dengan jumlah tenaga kerja yang ditawarkan. Banyaknya tenaga kerja dapat berubah dari waktu ke waktu tergantung dari variabel-variabel yang berpengaruh pada penawaran tenaga kerja (Sudarsono), yaitu :1. Tingkat UpahUpah merupakan motivasi dasar orang bekerja. Semakin tinggi tingkat upah maka semakin banyak waktu yang ditawarkan untuk bekerja. Teori Klasik mengemukakan bahwa dalam rangka memaksimumkan keuntungan tiap-tiap pengusaha menggunakan faktor-faktor produksi sedemikian rupa sehingga tiap faktor produksi yang dipergunakan menerima atau diberi imbalan sebesar nilai pertambahan nilai marjinal dari faktor produksi tersebut. Ini berarti bahwa pengusaha mempekerjakan sejumlah karyawan sedemikian rupa sehingga nilai pertambahan hasil marjinal seseorang sama dengan upah yang diterima orang tersebut (Payaman, 1996).2. PreferensiPreferensi seseorang terhadap pendapatan adalah makin curam kurva indeferen maka makin lemah peranan pendapatan untuk mengkompensasikan berkurangnya waktu senggang karena keharusan memperoleh pendapatan disebut leisure preferer dan sebaliknya disebut income preferer. Hal ini dipengaruhi oleh kondisi pasar kerja atau tingkat upah.3. PendudukBanyaknya orang bekerja tergantung jumlah penduduk.4. Partisipasi Angkatan KerjaSemakin tinggi partisipasi angkatan kerja semakin besar penawaran tenaga kerja.5. Tingkat PengangguranPerekonomian semakin memburuk sehingga pengangguran bertambah karena orang putus asa mencari pekerjaan sehingga keluar dari pasar tenaga kerja. Selain itu orang bila mencari pekerjaan bertambah sulit maka dapat memaksa anggota keluarga lain mencari pekerjaan.6. Kekayaan FisikKekayaan fisik dapat berdampak positif dan negatif, jika kekayaan fisik membutuhkan pemeliharaan akan memaksa orang bekerja berarti berdampak positif, tetapi jika bersifat income generating akan berdampak negatif.7. Struktur PerekonomianPergeseran struktural dari sektor pertanian ke manufaktur dan jasa akan membawa pengaruh perubahan pendapatan dan kesempatan kerja sehingga struktur ekonomi akan berkaitan dengan tingkat partisipasi angkatan kerja.Menurut Kaufman (2000) penawaran tenaga keja dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor antara lain :1.Jam KerjaSetiap individu memiliki 24 jam dalam sehari, maka tenaga kerja juga mempunyai 24 jam sehari yang dapat digunakan untuk bekerja atau beristirsahat. Setiap individu memiliki preferensi sendiri dan membuat kombinasi yang paling memuaskan. Hal ini disebut sebagai Theory of the Labor/Leisure Choice, dalam teori ini dijelaskan untuk mengukur kombinasi yang paling memuaskan adalah jam kerja. Semakin tinggi jam kerjanya maka semakin tinggi pendapatan yang didapat. Maka individu akan merelakan waktu untuk beristirahat untuk bekerja. Semakin tinggi upah yang ditawarkan maka individu akan mengurangi waktu bersantai utuk bekerja. MRS (Marginal Rate Subtitution) menunjukan persentase seberapa besar waktu bersantai yang berkurang untuk bekerja terhadap persentase perubahan upah. Keinginan individu untuk mendapatkan upah yang tinggi menyebabkan individu merelakan waktu beristirahatnya tetapi pada kenyataanya setiap individu hanya memilki 24 jam dalam sehari dan tidak mungkin individu memberikan waktunya untuk bekerja tanpa beristirahat walaupun upah meningkat. Hal ini yang menyebabkan Kurva Penawaran tenaga kerja disebut backward bending labor supply curve. Maka setiap individu akan mengkombinasikan antara jam kerja dan waktu istirahat yang paling memuaskan untuk mendapatkan upah yang diinginkan.2.Partisipasi Angkatan KerjaMenurut Kaufman (2000) partisipasi angkatan kerja juga berpengaruh terhadap penawaran tenaga kerja. Individu tidak hanya membuat keputusan tentang jam kerja tetapi juga keputusan simultan yang akan bekerja. Ada beberapa hubungan positif antara tahun belajar terhadap kemungkinan partisipasi angkatan kerja. Pertama, pendidikan yang lebih tinggi dianggap sebagai investasi yang rela dilakukan individu dengan biaya langsung dan biaya oportunitas yang tinggi dengan harapan bahwa akan mendapat pengembalian dengan bentuk pendapatan yang lebih tinggi dan pencapaian setelah lulus. Alasan kedua mengapa pendidikan mempengaruhi partisipasi angkatan kerja adalah pendapatan yang semakin tinggi jika pendidikan yang dicapai lebih tinggi.a. Teori Labor Leissure ChoiceSetiap individu mempunyai pilihan untuk menggunakan waktunya selama 168 jam/minggu dengan berbagai macam pilihan yang berbeda apakah untuk bekerja atau untuk istirahat, yang pasti setiap individu membutuhkan waktu biologis yang tetap untuk istirahat, makan, dan sebagainya. Dengan asumsi bahwa untuk kebutuhan yang tetap tersebut adalah 68 jam/minggu atau paling sedikit 10 jam/hari, maka waktu yang tersisa sebanyak 100 jam/minggu dapat dilakukan pilihan yang berbeda (Kaufman dan Hotchkiss)b. Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK)TPAK nerupakan persentase penduduk yang berusia layak kerja yang memilih untuk ikut dalam angkatan kerja (Kaufman dan Hotchkiss, :159). Faktor-faktor yang mempengaruhi TPAK :1.Jumlah penduduk masih sekolah2. Jumlah penduduk yang mengurus rumah tangga3. Suatu keluarga akan menentukan siapa yang bekerja, bersekolah, dan mengurus rumah tangga4. Umur5. Tingkat Upah6.Pendidikan7.Non Labor Income2.1.6 Sektor InformalSektor informal adalah unit-unit usaha yang tidak atau sama sekali menerima proteksi ekonomi secara resmi dari pemerintah. Sektor informal yang ada di kota maupun di desa tidak mendapatkan perlindungan yang cukup besar dari pemerintah sehingga apabila dilakukan penggusuran sektor informal tidak bisa berbuat banyak. Selain itu, perlindungan terhadap sektor informal ini dapat berupa tarif proteksi, kredit dengan bunga yang relatif rendah, pembimbingan, penyuluhan, perlindungan dan perawatan tenaga kerja, terjaminnya arus teknologi import, hak paten dan sebagainya. (Mulyadi, 2003: 95)Sedangkan definisi ILO (Organisasi Buruh Internasional) tentang sektor informal adalah cara melakukan pekerjaan apapun dengan karakteristik mudah dimasuki, bersandar pada daya lokal, usaha milik sendiri, beroperasi dalam skala kecil, padat karya dan dengan teknologi yang adaptif, memiliki keahlian di luar sistem pendidikan formal, tidak terkena langsung regulasi, dan pasar yang kompetitif. Untuk mempermudahnya akan dipakai definisi atau pengertian sektor informal dari ILO karena sifatnya yang bisa mencakup semua aspek yang ada dalam sektor informal. Selain itu definisi ini mempermudah bagian-bagian mana yang ada dalam sektor informal dari segi mendirikan, menjalankan, teknologi, modal dan lain sebagainya yang berkaitan dengan sektor informal.Menurut Todaro (1998) karakteristik sektor informal adalah sangat bervariasi dalam bidang kegiatan produksi barang dan jasa berskala kecil, unit produksi yang dimiliki secara perorangan atau kelompok, banyak menggunakan tenaga kerja (padat karya), dan teknologi yang dipakai relatif sederhana, para pekerjanya sendiri biasanya tidak memiliki pendidikan formal, umumnya tidak memiliki keterampilan dan modal kerja. Oleh sebab itu produktivitas dan pendapatan mereka cenderung rendah dibandingkan dengan kegiatan bisnis yang dilakukan di sektor formal. Pendapatan tenaga kerja informal bukan berupa upah yang diterima tetap setiap bulannya, seperti halnya tenaga kerja formal. Upah pada sektor formal diintervensi pemerintah melalui peraturan Upah Minimum Propinsi (UMP). Tetapi penghasilan pekerja informal lepas dari campur tangan pemerintah..Kementrian Tenaga Kerja dan Transmigrasi, sektor informal adalah semua bisnis komersial dan non komersial yang tidak terdaftar, tidak memiliki struktur organisasi formal dan memiliki ciri-ciri : dimiliki oleh keluarga, kegiatannya berskala kecil, padat karya, menggunakan teknologi yang diadaptasi dan bergantung pada sumber daya lokal. Menurut Undang-Undang (UU) Ketenagakerjaan No. 13/2003, pekerja informal mengacu pada orang yang bekerja tahap relasi kerja, yang berarti tidak ada perjanjian yang mengatur elemen-elemen kerja, upah dan kekuasaan. Sektor informal menurut BPS adalah kegiatan ekonomi yang umumnya dilakukan secara tradisional oleh organisasi bertingkat rendah ataupun yang tidak memiliki struktur, tidak ada akun transaksi (transaction accounts) dan ketika terdapat relasi kerja biasanya bersifat musiman, pertemanan atau relasi personal, tanpa perjanjian kontrak.Berdasarkan berbagai pendapat seperti telah diuraikan di atas, maka ciri-ciri kegiatan sektor informal dapat disimpulkan sebagai berikut :1. Manajemennya sederhana,2. Tidak memerlukan izin usaha,3. Modal rendah,4. Padat karya,5. Tingkat produktivitas rendah,6. Tingkat pendidikan formal biasanya rendah,7. Penggunaan teknologi sederhana,8. Sebagian besar pekerja adalah keluarga dan pemilikan usaha oleh keluarga,Mudahnya keluar masuk usaha,9. Kurangnya dukungan dan pengakuan pemerintah.2.1.7 Ekonomi TransportasiEkonomi transportasi adalah salah satu cabang ilmu ekonomi tentang kegiatan-kegiatan yang berhubungan dengan transportasi untuk kebutuhan produksi, distribusi dan konsumsi masyarakat( Lyod).Dewasa ini, ekonomi transportasi mengandung arti yang baru sebagai suatu studi tentang fungsi transportasi didalam struktur dan berbagai aktivitas dari system ekonomi dan dari organisasi sosial sebagai keseluruhan di negara yang bersangkutan.Sejalan dengan itu, ekonomi transportsai bertujuan untuk dapat mengerti dan memahami fungsi transportasi. (Kamaludin, 2003). Ekonomi transportasi berbeda dengan cabang ilmu ekonomi lainnya dalam hal asumsi-asumsi ruang atau tempat. Aliran orang dan barang bergerak antarjaringan dengan kecepatan tertentu. Seiring dengan semakin banyak dan cepatnya pergerakan orang dan barang, maka permintaan pun mengalami peningkatan.

2.1.8 TransportasiTransportasi diartikan sebagai pemindahan barang dan manusia dari tempat asal ke tempat tujuan. Proses pengangkutan merupakan gerakan dari tempat asal, dari mana kegiatan angkutan dimulai, ke tempat tujuan, kemana kegiatan pengangkutan diakhiri. Peranan transportasi sangat penting untuk saling menghubungkan daerah sumber bahan baku, daerah produksi, daerah pemasaran dan daerah pemukiman sebagai tempat tinggal konsumen.Unsur-unsur transportasi meliputi:1. Ada muatan yang diangkut2. Tersedia kendaraan sebagai pengangkutnya3. Ada jalanan yang dapat dilalui4. Ada terminal asal dan terminal tujuan5. Sumber daya manusia dan organisasi atau manajemen yang menggerakkankegiatan transportasi tersebut. Sistem transportasi dari suatu wilayah dapat didefinisikan sebagai suatu sistem yang terdiri dari prasarana/sarana dan sistem pelayanan yang memungkinkan adanya pergerakan ke seluruh wilayah, sehingga terakomodasinya mobilitas penduduk, dimungkinkan adanya pergerakan barang, dimungkinkan akses ke semua wilayah Pengangkutan memberikan jasa kepada masyarakat, yang disebut jasa angkutan. Jasa angkutan merupakan keluaran (output) perusahaan angkutan yang bermacammacam jenisnya sesuai banyaknya jenis alat angkutan (seperti jasa pelayaran, jasa kereta api, jasa penerbangan, jasa angkutan bus dan lain-lain). Sebaliknya, jasa angkutan merupakan salah satu faktor masukan (input) dari kegiatan produksi, perdagangan, pertanian dan kegunaan lainnya (Nasution, 2003:16)2.1.9 Angkutan UmumAngkutan umum adalah angkutan penumpang yang dilakukan dengan sistem sewa atau bayar. Termasuk dalam pengertian angkutan umum penumpang adalah angkutan kota (bus, mini bus, kereta api), angkutan air, angkutan udara ( Warpani, 1990). Berdasarkan peraturan pemerintah No 41 tahun 1993 tentang angkutan jalan dijelaskan bahwa angkutan umum adalah pemindahan orang atau barang dari satu tempat ke tempat lain dengan menggunkan kendaraan. Pengangkutan orang dengan kendaraan umum dilakukan dengna menggunakan mobil bus atau mobil penumpang dilayani dengan trayek tetap atau teratur dan tidak dalam trayek.Menurut keputusan menteri perhubungan No KM 35 tahun 2003 tentang penyelenggaraan angkutan orang di jalan dengan kendaraan umum, ada beberapa kriteria yang berkenan dengan angkutan umum.Kendaraan umum adalah setiap kendaraan bermotor yang disediakan untuk dipergunakan oleh umum dengan dipungut biaya baik secara langsung maupun tidak langsung. Trayek adalah lintasan kendaraan untuk pelayanan jasa angkutan orang dengan mobil bus, yang mempunyai asal dan tujuan perjalanan tetap, lintasan tetap, dan jadwal tetap maupun jadwal tidak terjadwal. Di kota-kota besar angkutan umum sangat diperlukan untuk sarana transportasi masyarakatnya.

2.1.10 PendapatanPendapatan dalam ilmu ekonomi didefinisikan sebagai hasil berupa uang atau hal materi lainnya yang dicapai dari penggunaan kekayaan atau jasa manusia bebas. Sedangkan pendapatan rumah tangga adalah total pendapatan dari setiap anggota rumah tangga dalam bentuk uang atau natura yang diperoleh baik sebagai gaji atau upah usaha rumah tangga atau sumber lain. Kondisi seseorang dapat diukur dengan menggunakan konsep pendapatan yang menunjukkan jumlah seluruh uang yangditerima oleh seseorang atau rumah tangga selama jangka waktu tertentu. (Samuelson dan Nordhaus, 2002).Pendapatan adalah penerimaan bersih seseorang, baik berupa uang kontan maupun natura. Pendapatan atau juga disebut juga income dari seorang warga masyarakat adalah hasil penjualannya dari faktor-faktor produksi yang dimilikinya pada sektor produksi. Dan sektor produksi ini membeli faktor-faktor produksitersebut untuk digunakan sebagai input proses produksi dengan harga yang berlaku dipasar faktor produksi. Harga faktor produksi dipasar faktor produksi (seperti halnya juga untuk barang-barang dipasar barang) ditentukan oleh tarik menarik, antara penawaran dan permintaan.faktor faktor yang mempengaruhi pendapatan menurut Kaufmann antara lain :1. Human Capital 2. Perbedaan upah kerja3. Umur4. Jenis kelamin5. Pengalaman kerja

2.1.11 Pengaruh Curahan Jam Kerja terhadap Pendapatan Curahan jam kerja adalah jumlah jam kerja yang dicurahkan oleh setiap tenaga kerja selama proses produksi. Penyediaan tenaga kerja juga dipengaruhi oleh lamanya orang bekerja selama satu minggu. Lama bekerja dalam setiap minggu masing-masing orang tidak sama. Ada orang yang bekerja penuh, tetapi banyak juga orang yang bekerja hanya beberapa jam setiap minggunya atas keinginan sendiri atau terpaksa. Terbatasnya kesempatan untuk bekerja penuh atau karena hal lain, oleh karena itu dalam menyediakan waktu untuk bekerja tidak cukup hanya mempertimbangkan jumlah jam kerja orang yang bekerja tiap harinya. Akan tetapi perlu juga diperhatikan berapa jam orang tersebut bekerja dalam setiap minggunya (Simanjuntak, ). Tingkat pencurahan jam kerja adalah persentase banyaknya jam kerja yang dicurahkan terhadap jumlah kerja yang tersedia (Mubyarto). Jam kerja dan pendapatan merupakan variabel yang sulit untuk dipisahkan. Pendapatan dan upah diperoleh seeorang dari suatu pekerjaan melalui pencurahan jam kerja untuk bekerja yang menghasilkan barang dan jasa. Tingkat upah pada sektor ini, umumnya dipengaruhi oleh curahan jam kerja, karena tingkat upah yang ditentukan dalam sektor ini bukan tingkat upah target melainkan oleh unit barang dan jasa yang dihasilkan. Jumlah orang yang bekerja dipengaruhi oleh tingkat produktivitas kerja. Banyak yang bekerja keras tetapi banyak juga yang bekerja dengan sedikit usaha atau curahan jam kerja tetapi hasil yang diperoleh dari kedua cara itu tidak sama.

Gambar 2.1 : Kurva penyediaan waktu kerja oleh suatu keluarga Besarnya waktu yang disediakan atau dialokasikan oleh satu keluarga untuk keperluan bekerja merupakan fungsi dari upah. Hingga tingkat upah tertentu penyediaan waktu kerja dari keluarga bertambah bila tingkat upah bertambah (S1 dan S2). Setelah mencapai tingkat upah tertentu, Wb pertambahan upah lebih lanjut justru mengurangi waktu yang disediakan keluarga untuk keperluan bekerja (penggal garis S2 S3). Hal ini disebut backward bending supply curve, atau kurva penawaran yang membelok (mundur). Titik S disebut titik belok dan tingkat upah Wb, dimana kurva penawaran keluarga membelok, dinamakan tingkat upah kritis. Tiap-tiap keluarga mempunyai titik belok, tingkat upah kritis dan bentuk kurva yang berbeda, sesuai dengan jumlah tenaga kerja yang ada dalam masing-masing keluarga, tingkat pendapatan, serta jumlah tanggungan dari keluarga tersebut. Hubungan curahan jam kerja dan pendapatan sangat erat atau (linear). Hal ini dapat dijelaskan bahwa tenaga kerja yang jam kerjanya lebih sedikit per minggu cenderung memperoleh penghasilan lebih rendah dibandingkan dengan mereka yang jam kerjanya 35 jam atau lebih per minggu. Jumlah jam kerja yang kurang atau sedikit tidak selalu berhubungan dengan pendapatan, karena hal ini berkaitan dengan produktivitas dari tenaga kerja itu sendiri.2.1.12 Pengaruh Lama Pemakaian Kendaraan terhadap Pendapatan Lama pemakaian kendaraan dapat berpengaruh terhadap pendapatan sopir angkutan kota ,hal ini berkaitan dengan kondisi kendaraan maupun efisiensi pemakaian kendaraan. Semakin lama kendaraan itu dipakai maka kondisi dan efisiensi dari kendaraan itu mengalami penurunan karena kendaraan akan mengalami banyak kerusakan yang akan menurunkan pelayanan kepada konsumen. Teori pilihan konsumen (preferences of the consumer) menjelaskan bahwa konsumen akan memilih barang dan jasa sesuai dengan selera dan tingkat kepuasan (satisfaction) yang akan diperoleh konsumen dan konsumen akan mendapatkan guna (utility) karena mengkonsumsi sejumlah komoditi selama periode waktu tertentu (Sudarman, 1992). Dalam hal ini lama pemakaian kendaraan sangat mempengaruhi pendapatan sopir angkutan kota karena seperti telah dijelaskan sebelumnya bahwa semakin lama usia kendaraan maka kendaraan tersebut sudah tidak efisien lagi dalam operasionalnya dan pelayanan yang diberikan kepada konsumen juga semakin berkurang, oleh karena itu konsumen atau penumpang angkutan kotaa akan memilih angkutan kota yang dapat memberikan pelayanan yang lebih baik sehingga konsumen atau penumpang angkutan kota memperoleh kepuasan.

2.1.13 Pengaruh Pengalaman Kerja terhadap Pendapatan Teori tentang lama bekerja seseorang telah dikemukakan oleh Moenir (1998) bahwa semakin lama seseorang dalam pekerjaan maka ia semakin berpengalaman, matang dan mahir dalam pekerjaan yang dipertanggungjawabkan kepadanya. Pengalaman kerja seseorang tidak mudah dicatat melalui survei, oleh sebab itu tingkat umur sering dianggap sebagai indikator masa kerja dengan asumsi bahwa masa kerja adalah umur pada tahun yang berlaku dikurangi umur pada saat mulai kerja. Lama bekerja merupakan suatu ukuran dalam praktek latihan yang ditujukan untuk meningkatkan ketrampilan pekerjaan baik secara horisontal maupun secara vertikal. Secara horisontal berarti memperluas aspek-aspek atau jenis pekerjaan yang diketahui. Peningkatan secara vertikal berarti memperdalam mengenai mutu di bidang tertentu. Pertumbuhan ekonomi itu akan dapat menguntungkan bagi masyarakat bukan karena kesejahteraan ekonomi itu diperlukan untuk meningkatkan kebahagiaan dalam hidup tetapi kesejahteraan itu akan menambah jajaran pilihan yang lebih manusiawi(lewis). Kesejahteraan itu akan memberikan padanya kemerdekaan untuk memilih peluang-peluang yang lebih besar memiliki barang dan jasa yang lebih banyak atau menolak keinginan-keinginan mementingkan makna material dalam hidup untuk mencapai tujuan hidup yang lebih damai (Todaro). Dengan adanya pilihan itu berarti seseorang yang bekerja dalam kurun waktu yang lebih lama pada bidang yang sama atau sejenis menunjukkan bahwa pekerjaannya merupakan pilihan yang paling baik atau lebih cocok dari berbagai jenis pekerjaan yang ada. Semakin lama masa kerjanya maka ia akan semakin terampil dalam bidangnya yang berarti pekerjaannya sesuai dengan pilihannya. Lamanya bekerja seseorang akan memperluas wawasannya, dan dengan demikian juga akan dapat meningkatkan daya serapnya terhadap hal-hal yang baru. Pengalaman kerja dengan sendirinya juga akan dapat meningkatkan pengetahuan dan kecerdasan serta ketrampilan seseorang. Semakin lama dan semakin intensif pengalaman kerja akan semakin besarlah peningkatan tersebut. Inilah yang memungkinkan orang bisa menghasilkan barang dan jasa yang makin lama makin banyak, beragam dan bermutu (Suroto). Tingkat pendapatan sopir angkutan kota pada umumnya berbeda menurut lama mereka bekerja sebagai sopir. Hal ini disebabkan oleh banyaknya pengalaman yang dimiliki, terutama berkaitan dengan karakter penumpang. Dengan mengetahui berbagai karakter penumpang inilah maka sopir dapat memberikan pelayanan yang baik sehingga memuaskan penumpang yang pada akhirnya akan menarik mereka untuk menjadi pelanggan.

2.1.14 Pengaruh Pendidikan terhadap pendapatan Pengaruh dari pendidikan formal dan informal terhadap pendapatan adalah adanya korelasi positif antara pendidikan seseorang dengan penghasilan yang akan diperolehnya(Todaro).Orang yang memiliki jenjang pendidikan yang lebih tinggi juga lebih mudah memahami sikap orang lain karena semakin banyak pengetahuan yang diterima dan semakin tinggi kecerdasan otak dan emosional(Tarigan) .Sehingga tingkat pendapatan sopir angkutan kota pada umumnya berbeda menurut pengaruh pendidikan terakhirnya.Dengan lebih mudah memahami sikap orang lain karena pengetahuan nya maka sopir dapat memberikan pelayanan yang maksimal sehingga para penumpang merasa nyaman dan puas.2.2 Tinjauan Hasil Penelitian Sebelumnya Tabel 2.1 Perbandingan penelitian dengan penelitian sebelumnya:NoPenulisJudul PeneltianMetodeHasil Penelitian

1Rhamadhany AKPAnalisis Pendapatan Pengemudi Angkutan Umum Di Kota Malang (Studi Kasus Trayek Ramai, Menengah dan Sepi)Metode Logistic Regression Model (LRM) 1. Jam kerja, lama menjadi pengemudi, kepemilikan angkutan umum dan pendidikan yang berpengaruh positif untuk pendapatan pengemudi angkutan.2. Dari 4 variabel yang memiliki kecenderungan positif yang dapat mempengaruhi pendapatan yang paling besar adalah variabel Kepemilikan angkutan.3. Umur dan trayek menjadi variabel yang berpengaruh negatif untuk pengemudi angkutan.

2Sudirman dan Wiwin AlawiyahPengaruh Jumlah Penumpang dan Jam Kerja Terhadap Pendapatan Tukang Ojek di Kecamatan Jambi TimurMetode Analisi deskriptif kualitatif dan kuantitatifJumlah penumpang dan jam kerja sangat berpengaruh signifikan terhadap pendapatan tukang ojek di Kecamatan Jambi Timur kota Jambi

3Aidil AkbarFaktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pendapatan Sopir Angkutan Kota (Pete Pete) Di Kota MakasarMetode Ordinary Least Square (OLS)1. Pengalaman kerja , jam kerja dan kepemilikan kendaraan berpengaruh signifikan terhadap peningkatan pendapatan sopir Pete Pete di kota Makasar.2. Jam kerja merupakan variabel yang paling berpengaruh signifikan terhadap pendaptan sopir Pete Pete.3. Penetapan tarif dan jarak tempuh tidak berpengaruh signifikan terhadap peningkatan pendapatan sopir Pete Pete di kota Makasar .

4Dwi SiswantoFAKTOR - FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENDAPATAN SOPIRANGKUTAN PEDESAAN TERMINAL ARJASA KABUPATEN JEMBER

Analisis regresilinear berganda(OLS). Hasil pengujian serantak curahan jam kerja, lama pemakaiankendaraan dan pengalaman mempunyai pengaruh signifikan terhadap pendapatansopir angkutan pedesaan. Secara parsial variabel curahan jam kerja mempunyaipengaruh yang positif dan signifikan terhadap pendapatan sopir, variabel lamapemakaian kendaraan mempunyai pengaruh yang negatif dan tidak signifikanterhadap pendapatan sopir pedesaan, dan variabel pengalaman kerja mempunyaipengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap pendapatan sopir pedesaan.

5Haris novaleffendiFaktorfaktor yangmempengaruhipendapatan sopirangkutan pedesaanterminal pakusarikabupaten jemberAnalisis regresilinier berganda(OLS).bahwa perubahan variabelpendapatan (Y) yangdisebabkan oleh pengaruhvariabel curahan jam kerja,lama pemakaian kendaraan,pengalaman kerja, sertawaktu kerja adalah sebesar92,2% sedangkan sisanyasebesar 7,8% dipengaruhioleh faktor-faktor lain yangtidak dianalisis dalam modelpenelitian ini.

2.3 Kerangka KonseptualPembangunan ekonomi merupakan salah satu bagian penting dari pembangunan nasional dengan tujuan akhir untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat, maka pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu target utama yang perlu dicapai. Sektor transportasi merupakan salah satu sektor yang sangat penting dan strategis dalam konteks pembangunan di daerah. Dalam fungsinya sebagai promoting sector dan servicing sector, transportasi telah memegang peranan yang besar sebagai urat nadi perekonomian. Dalam mencapai tujuan yang diharapkan dalam pembangunan tersebut, maka pembangunan perlu didukung oleh berbagi faktor baik ekonomi maupun faktor non ekonomi agar proses pembangunan dapat berjalan dengan lancar. Salah satu faktor yang sangat mendukung dan mempengaruhi jalannya roda pembangunan tersebut adalah sektor transportasi .Kota Semarang mempunyai peran yang strategis. Selain secara administratif kota Semarang merupakan ibukota Propinsi Jawa Tengah, dilihat dari sisi transportasi, kota Semarang merupakan titik tengah jalur Pantura dari Jakarta menuju Surabaya. Kota Semarang juga terletak pada simpul jalur penghubung utama antara jalur jalan sepanjang Pantai Utara dan jalur jalan sepanjang Pantai Selatan yaitu jalur Semarang Yogyakarta. Keuntungan lokasi ini menjadikan Semarang akan terus berkembang sebagai simpul jasa dan distribusi serta pintu gerbang menuju wilayah-wilayah lainnya..Disisi lain pendapatan sopir angkutan kota di kota semarang dipengaruhi oleh Curahan Jam Kerja, Lama Pemakaian Kendaraan Kendaraan, Lama Pengalaman Bekerja dan Tingkat Pendidikan.Dalam Penelitian ini diambil empat variabel yaitu Curahan Jam Kerja, Lama Pemakaian Kendaraan Kendaraan, Lama Pengalaman Bekerja dan Tingkat Pendidikan.secara teoritis, Jam kerja, lama menjadi pengemudi, yang berpengaruh positif dan signifikan untuk pendapatan pengemudi angkutan.( Rhamadhany AKP 2015)sehingga semakin besar jam kerja yang dilakukan maka semakin tinggi pendapatan yang didapat .Variabel Dependen dalam penelitian ini adalah pendapatan,pendapatan adalah jumlah uang yang didapatkan oleh sopir angkutan kota setelah melakukan pekerjaannya. Pendapatan tersebut diperoleh dari tarif yang mereka kenakan kepada para penumpang yang menggunakan jasa mereka. Pendapatan bersih adalah total pendapatan yang dikurangi total biaya. Dalam penelitian ini pendapatan Bersih yang diperoleh oleh responden dinyatakan dalam satuan rupiah per bulanPengalaman kerja , jam kerja berpengaruh signifikan terhadap peningkatan pendapatan sopir.sehingga semakin lama para sopir mengemudi angkutan umum ,maka semakin besar kemungkinan pendapatan yang diterima sopir angkutan kota perbulan ,begitu juga dengan jam kerja semakin lama waktu jam kerja para sopir angkutan maka semakin besar kemungkin pendapatan yang diterima (Aidil akbar).Lama kondisi kendaraan dapat berpengaruh terhadap pendapatan sopir angkutan kota ,hal ini berkaitan dengan kondisi kendaraan maupun efisiensi pemakaian kendaraan. Semakin lama kendaraan itu dipakai maka kondisi dan efisiensi dari kendaraan itu mengalami penurunan karena kendaraan akan mengalami banyak kerusakan yang akan menurunkan pelayanan kepada konsumen. Teori pilihan konsumen (preferences of the consumer) menjelaskan bahwa konsumen akan memilih barang dan jasa sesuai dengan selera dan tingkat kepuasan (satisfaction) yang akan diperoleh konsumen dan konsumen akan mendapatkan guna (utility) karena mengkonsumsi sejumlah komoditi selama periode waktu tertentu (Sudarman, 1992).yang kemudian menentukan apakah akan melakukan servis kendaraan secara rutin atau membeli kendaraan baru.Curahan jam kerja ,pengalaman bekerja ,Lama kondisi Kendaraan ,dan tingkat pendidikan dapat mempengaruhi pendapatan sopir angkutan kota di kota Semarang ,untuk itu kerangka pemikiran dalam penelitian ini digambarkan secara grafik 2.1 dibawah ini:

TRANSPORTASI

PENGALAMAN KERJALAMA PEMAKAIAN KENDARAANCURAHAN JAM KERJAPENDIDIKAN

PENDAPATAN SOPIR ANGKUTAN KOTA

Grafik 2.1 : Kerangka Konsep Hubungan Antara Pengalaman Kerja, Lama Pemakaian Kendaraan, Curahan Jam Kerja dan Pendidikan2.4 Hipotesis Penelitian

Berdasarkan landasan teori dan hasil penelitian yang telah dilakukan sebelumnya, maka hipotesis yang disampaikan dalam penelitian ini adalah: 1. curahan jam kerja mempunyai pengaruh positif terhadap pendapatan sopir angkutan kota;2. lama pemakaian kendaraan mempunyai pengaruh positif terhadap pendapatan sopir angkutan kota;3. pengalaman kerja mempunyai pengaruh positif terhadap pendapatan sopir angkutan kota; 4. pendidikan mempunyai pengaruh negatif terhadap pendapatan sopir angkutan kota.

BAB 3. METODE PENELITIAN3.1 Rancangan Penelitian3.1.1 Jenis Penelitian Penelitian ini menggunakan metode eksplanatori. Metode Eksplanatori yaitu suatu penelitian untuk mengetahui sifat daripada hubungan antara dua perubah atau lebih, karena itu jenis penelitian ini dapat digunakan untuk menguji teori bahkan untuk menemukan teori (Effendi, 1989 : 5). 3.1.2 Variabel Penelitian dan Defenisi Operasional VariabelDalam penelitian ini digunakan variabel dependen dan variabel independen sekaligus definisi operasional yang mendukung penelitian.3.1.2.1 Variabel PenelitianDalam penelitian ini, pendapatan sopir angkutan kota sebagai variabel dependen, sedangkan variabel independen terdiri menganalisis pengaruh Curahan Jam Kerja, Lama Pemakaian Kendaraan Kendaraan, Lama Pengalaman Bekerja dan Tingkat Pendidikan3.1.2.2 Definisi Operasional Variabel Definisi operasional yang digunakan dalam penelitian ini adalah :1. Pendapatan Pendapatan adalah jumlah. penghasilan bersih per bulan yang diterima oleh (responden), diukur dalam satuan rupiah2. Curahan jam kerja Curahan jam kerja adalah jumlah jam kerja per hari yang dicurahkan oleh sopir angkutan kota di Kota Semarang dengan menggunakan satuan jam per hari 3. Lama Pemakain KendaraanLama pemakain kendaraan adalah lamanya pemakaian kendaraaan yang digunakan oleh sopir angkutan kota untuk bekerja. Lama pemakaian kendaraan dihitung sejak tahun pembuatan kendaraan sampai sekarang4. Pengalaman Tenaga Kerja Pengalaman kerja adalah lamanya responden bekerja sebagai seorang sopir angkutan kota yang dihitung sejak pertama kali bekerja sebagai sopir angkutan kota sampai sekarang yang dinyatakan dalam satuan tahun5. Tingkat Pendidikan Tingkat pendidikan adalah lama tahun sukses sekolah yang diukur dalam satuan tahun.3.1.3 Unit Analisis Unit analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah perilaku sopir angkutan kota di kota semarang, yang berhubungan dengan pendapatan sopir angkutan kota 3.1.4 Pengambilan SampelMenurut Sugiyono (2008:116) sampel adalah sebagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. Sampel dalam penelitian ini adalah beberapa sopir angkutan kota yang ada di kota semarang. Angkutan kota adalah salah satu jenis alat transportasi jalan raya dengan menggunakan kendaraan roda empat. Jumlah sampel yang diambil menurut data dari Dinas Perhubungan Komunikasi dan Informatika Kota Semarang adalah sebanyak 30 orang. Kemudian metode pengambilan sampel penelitian menggunakan Sampling Acak Sederhana (Simple Random Sampling).Random sampling adalah metode paling dekat dengan definisi probability sampling. Pengambilan sampel dari populiasi secara acak berdasarkan frekuensi probabilitas semua anggota populasi. 3.1.5 Metode Pengumpulan Data Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer yang diperoleh langsung dari sampel yaitu 30 sopir angkutan kota di kota semarang. Sedangkan data yang digunakan untuk mendukung data primer adalah data sekunder yang diperoleh dari Dinas Perhubungan Komunikasi dan Informatika Kota Semarang. Metode yang digunakan untuk memperoleh data dalam penelitian ini adalah: 1. data primer diperoleh melalui metode wawancara langsung dengan 30 sopir yang yang telah dipilih sebagai sampel dengan menggunakan daftar pertanyaan yang sesuai dengan tujuan penelitian; 2. data sekunder diperoleh dengan cara mengumpulkan informasi dari Dinas Perhubungan Kota Semarang. 3.1.6 Metode Analisis Data Untuk mengetahui pengaruh curahan jam kerja, lama pemakaian kendaraan, dan pengalaman kerja terhadap pendapatan sopir angkutan pedesaan di terminal Arjasa digunakan analisa Regresi Linier Berganda (Soelistyo,1995:192). Y = b0 + b1 X1 + b2 X2 + b3 X3 + e .........................................................................(3.1) Yang diaplikasikan dalam rencana penelitian ini, dimana: Y = pendapatan bersih sopir angkutan kota; b0 = besarnya pendapatan minimal pada saat X1, X2, X3, dan X4 sama dengan 0; b1 = besarnya pengaruh curahan jam kerja terhadap pendapatan sopir; b2 = besarnya pengaruh lama pemakaian kendaraan terhadap pendapatan sopir;b3 = besarnya pengaruh lama pengalaman bekerja menjadi sopir terhadap pendapatan sopir;b4 = besarnya pengaruh tingkat pendidikan terhadap pendapatan sopir;X1 = curahan jam kerja (jam per hari); X2 = lama pemakaian kendaraan (tahun);X3 = pengalaman kerja sopir angkutan kota (tahun);X4 = tingkat pendidikan (tahun);e = variabel pengganggu (error).3.2 Uji Statistik3.2.1 Uji Simultan (Uji - F)Untuk menguji pengaruh variabel bebas secara serentak terhadap variabel terikat maka digunakan uji F (Gujarati, 2000:120) perumusan hipotesis :df1 = k-1df2 = n-kketerangan:k = jumlah variable (bebas+terikat)n = jumlah sampel pembentuk regresiH0 : b1 = b2 = b3 = 0 : artinya secara serentak variabel bebas tidak mempunyaipengaruh yang signifikan terhadap variabel terikat,H1 : b1 b2 b3 0 : artinya secara serentak variabel bebas mempunyaipengaruh yang signifikan terhadap variabel terikat,Kriteria pengujian dengan tingkat signifikan ( ) 5% Jika probabilitas Fhitung , maka H0 ditolak dan H1 diterima, berarti ada pengaruh nyata antara variabel bebas dengan variabel terikat. Jika probabilitas F hitung > , maka H0 ditolak dan H1 diterima, berarti tidak ada pengaruh nyata antara variabel bebas dengan variabel terikat.3.2.2 Uji Parsial (Uji - T)Untuk menguji adanya pengaruh masing masing variabel bebas (curahan jam kerja, lama pemakaian kendaraan, dan pengalaman kerja) terdapat variable terikat (pendapatan) secara parsial maka digunakan uji t dengan rumus (Gujarati, 2000:114):Df = n-kKeterangan:n = jumlah observasik = jumlah variable (bebas dan terikat)H0 : bi = 0: artinya secara parsial variabel bebas tidak mempunyai pengaruh yangsignifikan terhadap variabel terikat,H1 : bi 0: artinya secara parsial variabel bebas mempunyai pengaruh yang signifikan terthadap variabel terikat,Kriteria pengujian dengan tingkat signifikan ( ) 5%: Jika probabilitas t hitung , maka H0 ditolak dan H1 diterima, berarti ada pengaruh nyata antara variabel bebas dengan variabel terikat. Jika probabilitas t hitung > , maka H0 ditolak dan Hi diterima, berarti tidak ada pengaruh nyata antara variabel bebas dengan variabel terikat.

Bab 4 Hasil dan Pembahasan

4.1Gambaran Umum Kota Semarang

Gambar 4.1 Peta kota Semarang

4.1.1 Keadaan Geografis

KotaSemarangterletak antara garis 650 - 710 Lintang Selatan dan garis 10935 - 11050 Bujur Timur. Dibatasi sebelah Barat dengan Kabupaten Kendal, sebelah Timur dengan Kabupaten Demak, sebelah Selatan dengan Kabupaten Semarang, dan sebelah Utara dibatasi oleh Laut Jawa dengan panjang garis pantai meliputi13,6 Km. Ketinggian Kota Semarang terletak antara 0,75 sampai dengan 348,00 di atas garis pantai.

4.1.2 Luas Wilayah

Dengan luas wilayah sebesar 373,70 km2, dan merupakan 1,15% dari total luas daratan Provinsi Jawa Tengah. KotaSemarangterbagi dalam 16 kecamatan dan 177 kelurahan. Dari 16 kecamatan yang ada, kecamatan Mijen (57,55 km2) dan Kecamatan Gunungpati (54,11 km2), dimana sebagian besar wilayahnya berupa persawahan dan perkebunan. Sedangkan kecamatan dengan luas terkecil adalah Semarang Selatan (5,93 km2) dan kecamatan Semarang Tengah (6,14 km2), sebagian besar wilayahnya berupa pusat perekonomian dan bisnis Kota Semarang, seperti bangunan toko/mall, pasar, perkantoran dan sebagainya.4.1.3 PendudukTabel 4.1 Jumlah Penduduk Kota Semarang Tahun 2013

NoKecamatan2013

Kepadatan Penduduk (Jiwa/km2)

Luas WilayahPendudukKepadatan Penduduk

1.Mijen57.5557887.001005.00

2.Gunungpati54.1175885.001402.00

3.Banyumanik25.69130494.005079.00

4.Gajahmungkur9.0763599.007012.00

5.Semarang Selatan5.9382293.0013882.00

6.Candisari6.5479706.0012187.00

7.Tembalang44.20147564.003338.00

8.Pedurungan20.72177143.008549.00

9.Genuk27.3993439.003411.00

10.Gayamsari6.1873745.0011938.00

11.Semarang Timur7.7078622.0010210.00

12.Semarang Selatan10.97128026.0011670.00

13.Semarang Tengah6.1471200.0011596.00

14.Semarang Barat21.74158668.007298.00

15.Tugu31.7831279.00984.00

16.Ngaliyan37.99122555.003226.00

17.Kota Semarang373.701572105.004206.00

Sumber : BPS Kota Semarang

Jumlah penduduk KotaSemarangmenurut Profil Kependudukan Kota Semarangoleh BPS sampai dengan akhir Desember tahun 2013 sebesar : 1.572.105 jiwa. Dengan jumlah sebesar itu KotaSemarangmasih termasuk dalam 5 besar Kabupaten/Kota yang mempunyai jumlah penduduk terbesar di Jawa Tengah.Penyebaran penduduk yang tidak merata perlu mendapat perhatian karena berkaitan dengan daya dukung lingkungan yang tidak seimbang. Secara geografis wilayah KotaSemarangterbagi menjadi dua yaitu daerah dataran rendah ( Kota Bawah ) dan daerah perbukitan (Kota Atas). Kota Bawah merupakan pusat kegiatan pemerintahan, perdagangan dan industri, sedangkan Kota Atas lebih banyak dimanfaatkan untuk perkebunan, persawahan, dan hutan. Sedangkan ciri masyarakat KotaSemarangterbagi dua yaitu masyarakat dengan karakteristik perkotaan dan masyarakat dengan karakteristik pedesaan. Sebagai salah satu kota metropolitan,Semarangboleh dikatakan belum terlalu padat. Bila dilihat menurut Kecamatan yang mempunyai jumlah penduduk paling kecil adalah Kecamatan Tugu dengan penduduk sebesar 31.279 jiwa, diikuti dengan Kecamatan Mijen dengan 57.887 jiwa Kecamatan tersebut merupakan daerah pertanian dan perkebunan, sehingga sebagian wilayahnya masih banyak terdapat areal persawahan dan perkebunan,Yang paling tinggi kepadatan penduduknya adalah Kecamatan Pedurungan dengan jumlah penduduk 177.143 jiwa.

4.1.4 Penduduk Yang Bekerja

Tabel 4.2 Distribusi Persentase Penduduk Berumur Diatas 15 Tahun yang Bekerja Menurut Lapangan Kerja Utama di Kota Semarang Tahun 2007-2011

Sumber : BPS Jawa Tengah, diolah (2007-2011)Dari tabel diatas menunjukan bahwa persentase penduduk yang bekerja di sektor Angkutan dan Komunikasi kota Semarang sebesar 9,62% tahun 2007, kemudian naik menjadi 9,66% tahun 2008 dan 9,67% tahun 2009 dan 2010, tetapi pada tahun 2011 mengalami penurunan menjadi sebesar 9,64%.

4.2 Latar Belakang Responden4.2.1 Latar Belakang Responden menurut Curahan Jam KerjaTingkat pencurahan jam kerja adalah persentase banyaknya jam kerja yang dicurahkan terhadap jumlah kerja yang tersedia (Mubyarto, 1990:36). Dalam penelitian ini, curahan jam kerja adalah jumlah jam kerja yang digunakan oleh para sopir angkutan kota untuk bekerja dan mencurahkan semua kemampuan dan tenaganya untuk mendapatkan penghasilan demi mencukupi kebutuhan hidupnya. Curahan jam kerja responden di sini dinyatakan dalam satuan jam per hari. Curahan jam kerja yang digunakan oleh para sopir angkutan kota di kota Semarang dapat dilihat pada Tabel 4.2 :Tabel 4.3 Curahan Jam Kerja (Jam per Hari)

Curahan Jam Kerja FrequencyPercentValid PercentCumulative Percent

Valid1113.33.33.3

12310.010.013.3

13413.313.326.7

141240.040.066.7

15723.323.390.0

16310.010.0100.0

Total30100.0100.0

Sumber: Lampiran ,diolah menggunakan SPSSTabel 4.3 menunjukkan bahwa curahan jam kerja yang paling sedikit yang digunakan oleh responden adalah 11 jam per hari yaitu sebanyak 1 orang atau 3,3%, dan yang terbanyak curahan jam kerjanya yaitu sebesar 16 jam per hari yang dilakukan oleh sebanyak 3 orang responden atau 10%, sedangkan curahan jam kerja yang paling banyak dilakukan oleh responden adalah sebesar 14 jam per hari oleh 12 orang responden atau 40%. Sisanya dilakukan oleh 3 orang responden sebanyak 12 jam per hari (10%), 4 orang responden bekerja selama 13 jam per hari (13,3%) dan 7 orang responden bekerja selama 15 jam per hari (23,3%)

4.2.2 Latar Belakang Responden menurut Tingkat PendidikanPendidikan adalah pembentukan hati nurani. Pendidikan adalah proses pembentukan diri dan penetuan-diri secara etis, sesuai denga hati nurani (Kohnstamm dan Gunning:1995). Lama Pendidikan adalah lamanya pendidikan yang ditempuh oleh para sopir angkutan kota di Kota Semarang. Dalam penelitian ini lama pendidikan dinyatakan dalam satuan tahun (SMP=9tahun, SMA=12tahun). Lamanya pendidikan dapat dilihat pada Tabel 4.3 dibawah ini:Tabel 4.4 Tingkat PendidikanTingkat PendidikanFrequencyPercentValid PercentCumulative Percent

ValidSMP (9)1446.746.746.7

SMA (12)1653.353.3100.0

Total30100.0100.0

Sumber: Lampiran ,diolah menggunakan SPSSTabel 4.4 menunjukan bahwa sebanyak 53,3% yang bekerja sebagai sopir angkutan kota di kota semarang berpendidikan tertinggi adalah lulusan SMA (16 orang) dan sebesar 46,7% adalah lulusan SMP (14 orang)4.2.2 Latar Belakang Responden menurut Pengalaman Bekerja Sebagai Sopir Angkutan KotaPengalaman kerja sangat berpengaruh terhadap pendapatan sopir angkutan kota karena semakin lama dia bekerja maka pengalaman dan keterampilan yang dimiliki akan semakin meningkat serta kemampuan dalam mencari pelanggan akan semakin bertambah. Pengalaman kerja adalah lamanya responden bekerja sebagai seorang sopir angkutan kota yang dihitung sejak pertama kali bekerja sebagai sopir angkutan kota sampai sekarang yang dinyatakan dalam satuan tahun. Lamanya bekerja sebagai sopir angkutan kota di kota semarang dapat dilihat pada Tabel 4.5:Tabel 4.5 Pengalaman Bekerja Sebagai Sopir Angkutan KotaPengalaman bekerjaFrequencyPercentValid PercentCumulative Percent

Valid1126.76.76.7

1226.76.713.3

1313.33.316.7

16310.010.026.7

1913.33.330.0

20516.716.746.7

21310.010.056.7

22310.010.066.7

23516.716.783.3

24413.313.396.7

2513.33.3100.0

Total30100.0100.0

Sumber : Lampiran B, diolah. Tabel 4.5 menunjukan bahwa responden yang terlama pengalamannya bekerja sebagai sopir angkutan kota di kota semarang adalah selama 25 tahun yaitu sebanyak 1 orang atau 3,3% dan reponden yang terkecil lama bekerjanya yaitu selama 11 tahun sebanyak 2 orang atau 6,7%. Responden paling banyak sudah bekerja selama 20 dan 23 tahun yaitu ada 5 orang responden (16,7%), sisanya bekerja selama 12 tahun sebanyak 2 orang (6,7%), 13 tahun sebanyak 1 orang (3,3%), 16 tahun sebanyak 3 orang (10%), 19 tahun sebanyak 1 orang (3,3%), 21 tahun sebanyak 3 orang (10%), 22 tahun sebanyak 3 orang (10%), dan 24 tahun sebanyak 4 orang (13,3%)4.2.3 Latar belakang Responden menurut Lama Pemakaian KendaraanLama pemakaian kendaraan adalah lamanya pemakaian kendaraaan yang digunakan oleh sopir angkutan kota untuk bekerja. Lama pemakaian kendaraan dihitung sejak tahun pembuatan kendaraan sampai sekarang. Dengan kata lain lama pemakaian kendaraan adalah usia dari kendaraan yang digunakan oleh sopir angkutan pedesaan. Lama pemakaian kendaraan untuk mengetahui seberapa besar tingkat kepuasan calon penumpang yang berdasarkan tahun pembuatan kendaraan. Lama pemakaian kendaraan di sini dinyatakan dalam satuan tahun. Lama pemakaian kendaraan yang digunalan oleh sopir angkutan kota dapat dilihat pada Tabel 4.5 dibawah ini :Tabel 4.6 Lama Pemakaian Kendaraan (Tahun)

Lama Pemakaian KendaraanFrequencyPercentValid PercentCumulative Percent

Valid1013.33.33.3

1126.76.710.0

12826.726.736.7

13826.726.763.3

14310.010.073.3

15413.313.386.7

16413.313.3100.0

Total30100.0100.0

Sumber : Lampiran B, diolah.Tabel 4.6 menunjukan lamanya pemakaian kendaraan angkutan kota, dan diketahui bahwa umur kendaraan yang termuda adalah 10 tahun yang dipakai oleh 1 orang responden atau 3,3%, dan yang tertua adalah berumur 16 tahun dan dipakai oleh 4 orang responden atau 13,3%. Kendaraan paling banyak berumur 12 dipakai oleh 8 orang responden atau 26,7% dan 13 tahun yang dipakai oleh 8 orang responden juga atau 26,7%. Sisanya yaitu berumur 11 tahun dipakai oleh 2 orang responden (6,7%), umur 14 tahun dipakai oleh 3 orang responden (10%) dan umur 15 tahun dipakai oleh 4 orang responden (13,3%).4.2.4 Latar Belakang Responden menurut Pendapatan BersihPendapatan adalah jumlah uang yang didapatkan oleh sopir angkutan kota setelah melakukan pekerjaannya. Pendapatan tersebut diperoleh dari tarif yang mereka kenakan kepada para penumpang yang menggunakan jasa mereka. Pendapatan bersih adalah total pendapatan yang dikurangi total biaya. Dalam penelitian ini pendapatan Bersih yang diperoleh oleh responden dinyatakan dalam satuan rupiah per bulan. Besarnya pendapatan bersih yang diterima oleh sopir angkutan kota dalam satu bulan dapat dilihat pada Tabel 4.6 dibawah ini :Tabel 4.7 Pendapatan Bersih (Rupiah per Bulan)

Pendapatan BersihFrequencyPercentValid PercentCumulative Percent

Valid135000013.33.33.3

150000013.33.36.7

1800000516.716.723.3

2100000413.313.336.7

2400000930.030.066.7

255000026.76.773.3

2700000826.726.7100.0

Total30100.0100.0

Sumber: Lampiran B, diolah.Tabel 4.7 menunjukan bahwa pendapatan bersih yang diperoleh para sopir angkutan kota di kota semarang yang terkecil adalah Rp. 1.350.000,- yang didapat oleh 1 orang responden atau 3,3%, dan yang tertinggi adalah Rp. 2.700.000,- yang didapat oleh 8 orang responden atau 26,7%. Pendapatan sopir angkutan kota mayoritas mendapatkan pendapatan bersih sebesar Rp. 2.400.000,- yang didapat oleh 9 orang responden atau 30%. Sisanya berpendapatan sebesar Rp. 1.500.000,- oleh 1 orang responden (3,3%), berpendapatan sebesar Rp. 1.800.000,- oleh 5 orang responden (16,7%), pendapatan sebesar Rp. 2.100.000,- oleh 4 orang responden (13,3%) dan pendapatan sebesar Rp. 2.550.000,- oleh 2 orang responden (6,7%).4.3 Hasil analisis Data4.3.1 Analisis DeskriptifTabel 4.8 Analisis Deskriptif

Pendapatan Bersih per BulanYCurahan Jam Kerja (Jam)X1Lama Pemakaian Kendaraan (Tahun)X2Lama Bekerja Sebagai Sopir Angkot (Tahun)X3Lama Pendidikan (Tahun)X4

NValid3030303030

Missing00000

Mean2285000.0014.0013.2719.7010.60

Median2400000.0014.0013.0021.0012.00

Mode24000001412a20a12

Minimum13500001110119

Maximum270000016162512

Sumber : Lampiran B, diolah. Tabel 4.8 Menunjukan nilai rata- rata sebesar Y (pendapatan Bersih perbulan sopir) sebesar Rp. 2.285.000,- dengan nilai terendah sebesar Rp. 1.350.000 dan nilai tertinggi sebesar Rp. 2700000. Sejalan dengan besarnya tingkat pendapatan (Y), maka curahan jam kerja (X1) mempunyai potensi untuk mempengaruhi besarnya pendapatan. Dengan nilai rata - rata curahan jam kerja (X1)sebesar 14jam / per hari, sedangkan nilai terendah sebesar 11 jam/per hari dan untuk curahan jam kerja sopir angkutan desa tertinggi sebesar 16 jam/per hari. Selain curahan jam kerja yang mempengaruhi besarnya pendapatan sopir angkutan desa, lama pemakaian kendaraan dan pengalaman kerja juga mempengaruhi besarnya pendapatan sopir angkutan desa. Lama pemakaian kendaraan (X3) nilai rata - rata sebesar 13.27 tahun, dengan nilai tertinggi sebesar 16 tahun dan nilai terendah sebesar 10 tahun. Pengalaman kerja (X4) yang dihitung dalam satuan tahun mempunyai nilai rata - rata sebesar 19.70tahun, dengan nilai tertinggi sebesar 25 tahun, dan nilai terendah pengalaman kerja sebesar 11 tahun. Ada juga factor lain yaitu lamanya pendidikan (X2), rata-rata lamanya pendidikan sopir angkutan adalah 10,6 tahun atau dapat dikatakan kurang lebihnya menempuh pendidikan Sekolah Menengah Atas (SMA) karena lebih dari 9 tahun/ Sekolah Menengah Pertama (SMP), lulusan tertinggi adalah 12 tahun atau SMA dan terendah adalah 9 tahun atau SMP.

4.3.2 Analisis Linier BergandaTabel 4.9 Regresi Linier Berganda

ModelUnstandardized CoefficientsStandardized CoefficientstSig.

BStd. ErrorBeta

1(Constant)1689663.036675253.6742.5020.019

Curahan Jam Kerja (Jam) X175732.28329992.9110.2382.5250.018

Lama Pemakaian Kendaraan (Tahun) X2-97284.86625102.433-0.407-3.8760.001

Lama Pengalaman Kerja Sebagai Sopir Angkot (Tahun) X337948.6519299.1230.4164.0810.000

Lama Pendidikan (Tahun) X47371.93217706.3660.0290.4160.681

a. Dependent Variable: Pendapatan Bersih per BulanSumber: Lampiran B ,diolah.

Berdasarkan pada tabel 4.8 hasil perhitungan regresi diperoleh persamaan regresi sebagai berikut:Y= (1689663.036) + 75732,283X1 97284,866X2 + 37948,651X3 +7371,932X4Keterangan:Y = PendapatanX1 = Curahan Jam KerjaX2 = Lama Pemakaian KendaraanX3 = Lama Pengalaman Kerja Sebagai Sopir AngkotX4 = Lama PendidikanKeterangan hasil estimasi regresi linear berganda :1. Nilai konstanta (C) sebesar 1689663.036 artinya apabila variabel curahan jam kerja, lama pemakaian kendaraan, pengalaman kerja dan tingkat pendidikan diasumsikan konstan atau sama dengan nol, maka pendapatan sebesar 1689663.036 rupiah per bulan. 2. Variabel curahan jam kerja (X1) berpengaruh positif terhadap pendapatan dengan nilai koefisien regresi sebesar 75732.283. artinya bahwa apabila jumlah jam kerja dinaikkan satu jam, maka hal tersebut akan menyebabkan peningkatan pendapatan sopir angkutan kota di kota Semarang sebesar Rp. 75.732,- per bulan dengan asumsi variabel lama pemakaian kendaraan, pengalaman kerja dan lama pendidikan adalah konstan. Nilai signifikan dari variable X1 sebesar 0,018, artinya variable curahan jam kerja signifikan dengan variable pendapaatan bersih karena kurang dari (0,05), 0,018