pengaruh corporate social ... -...
TRANSCRIPT
PENGARUH CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY
TEHADAP NILAI PERUSAHAAN DENGAN CORPORATE
GOVERNANCE SEBAGAI VARIABEL MODERATING: STUDI
PADA PERUSAHAAN PUBLIK NON FINANSIAL YANG
TERCATAT DI BURSA EFEK INDONESIA
Dyah Ardana Riswari, Nur Cahyonowati1
Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Diponegoro
Jl. Prof. Soedharto SH Tembalang, Semarang 50239, Phone : +622476486851
ABSTRACT This study aimed to analyze whether corporate social responsibility and
corporate governance affect corporate value and whether corporate governance becomes
the moderating variable of corporate social responsibility and corporate value. The
measurement of the corporate social responsibility is conducted based on corporate
social reporting category to calculate the Corporate Social Responsibility Index (CSRI)
which is reviewed from the company's annual report. The sample of the study was non-financial companies in 2008-2009 and it was
collected using purposive sampling method. The total sample was 35 companies with two
years of observation. So, the total sample was 70. The data analysis process was started
with confirmatory factor analysis, classical assumption test, and continued with
hypothesis test. The data used in this study are the financial statements of each sample
company published online at www.idx.co.id.
The results of the study indicate that the variables of corporate social
responsibility and corporate governance effect positively on corporate value and the
corporate governance is the moderating variable of corporate social responsibility and
corporate value. Meanwhile, the company size, as the control variable, has no significant
effect on corporate value.
Keywords : corporate social responsibility, corporate governance. Corporate
social responsibility, corporate value and company size.
PENDAHULUAN Di Indonesia wacana mengenai kesadaran akan perlunya menjaga lingkungan dan
tanggung jawab sosial telah diatur dalam UU Perseroan Terbatas No 40 pasal 74 tahun
2007 yang menjelaskan bahwa perusahaan dalam menjalankan kegiatan usaha yang
berhubungan dengan sumber daya alam wajib melakukan tanggung jawab sosial dan
lingkungan. CSR yang semula bersifat voluntary perlu ditingkatkan menjadi CSR yang
lebih bersifat mandatory.
Menurut Daniri (dalam Novita dan Djakman, 2008), CSR sebagai sebuah
gagasan, perusahaan tidak lagi dihadapkan pada tanggung jawab yang berpijak pada
single bottom line, yaitu nilai perusahaan (corporate value) yang direfleksikan dalam
kondisi keuangannya (financial) saja. Tapi tanggung jawab perusahaan harus berpijak
pada triple bottom lines. Di sini bottom lines lainnya selain finansial juga ada sosial dan
lingkungan. Karena kondisi keuangan saja tidak cukup menjamin nilai perusahaan
tumbuh secara berkelanjutan (sustainable). Keberlanjutan perusahaan hanya akan
terjamin apabila, perusahaan memperhatikan dimensi sosial dan lingkungan hidup.
Volume1, Nomor 1, Tahun 2012, Halaman 1-12 DIPONEGORO JOURNAL OF ACCOUNTING
http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/accounting
Dyah Ardana Riswari, Nur Cahyonowati
Pedoman Umum Good Corporate Governance Indonesia menyatakan bahwa
salah satu tujuan pelaksanaan corporate governance adalah mendorong timbulnya
kesadaran dan tanggung jawab sosial perusahaan terhadap masyarakat dan kelestarian
lingkungan di sekitar perusahaan sehingga dapat terpelihara kesinambungan usaha dalam
jangka panjang. Implementasi CSR merupakan salah satu wujud pelaksanaan prinsip
corporate governance. Perusahaan yang telah melaksanakan corporate governance
dengan baik sudah seharusnya melaksanakan aktivitas CSR sebagai wujud kepedulian
perusahaan pada lingkungan sosial (Rustiarini, 2010).
Banyak perusahaan semakin menyadari pentingnya menerapkan program CSR
sebagai bagian dari strategi bisnisnya.
Tujuan utama perusahaan adalah meningkatkan nilai perusahaan. Nilai
perusahaan akan tumbuh jika perusahaan tidak hanya memperhatikan dimensi ekonomi
tetapi juga dimensi sosial dan lingkungan hidup. Keselarasan antara dimensi – dimensi
tersebut dapat terwujud apabila didukung dengan baiknya pengawasan terhadap kinerja
perusahaan melalui mekanisme corporate governance. Salah satu wujud pelaksanaan
prinsip corporate governance adalah implementasi CSR. Perusahaan dapat menggunakan
informasi tanggung jawab sosial sebagai keunggulan kompetitif perusahaan. Perusahaan
yang memiliki kinerja lingkungan dan sosial yang baik akan direspon positif oleh investor
melalui peningkatan harga saham (Rustriarini, 2010).
Keselarasan antara tindakan organisasi dan nilai nilai masyarakat ini tidak
selamanya berjalan seperti yang diharapkan. Tidak jarang akan terjadi perbedaan
potensial antara organisasi dan nilai-nilai sosial yang dapat mengancam kelangsungan
hidup perusahaan. Apabila perusahaan memiliki kinerja lingkungan dan sosial yang buruk maka
akan muncul keraguan dari investor sehingga direspon negatif melalui penurunan harga
saham (Almilia dan Wijayanto, 2007).
TELAAH TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS Nilai Perusahaan
Menurut Rika dan Ishlahuddin (2008), nilai perusahaan didefinisikan sebagai
nilai pasar. Alasannya karena nilai perusahaan dapat memberikan kemakmuran atau
keuntungan bagi pemegang saham secara maksimum. Semakin tinggi harga saham, maka
makin tinggi keuntungan pemegang saham sehingga keadaan ini akan diminati oleh
investor karena dengan permintaan saham yang meningkatkan menyebabkan nilai
perusahaan juga akan meningkat.
Ada beberapa rasio untuk mengukur nilai pasar perusahaan, salah satunya
Tobin’s Q. Rasio ini dinilai bisa memberikan informasi paling baik, karena dalam
Tobin’s Q memasukkan semua unsur hutang dan modal saham perusahaan, tidak hanya
saham biasa saja dan tidak hanya ekuitas perusahaan yang dimasukkan namun seluruh
asset perusahaan. Dengan memasukkan seluruh asset perusahaan berarti perusahaan tidak
hanya terfokus pada satu tipe investor saja yaitu investor dalam bentuk saham namun juga
untuk kreditur karena sumber pembiayaan operasional perusahaan bukan hanya dari
ekuitasnya saja tetapi juga dari pinjaman yang diberikan oleh kreditur (Sukamulja, 2004).
Jadi semakin besar nilai Tobin’s Q menunjukkan bahwa perusahaan memiliki prospek
pertumbuhan yang baik. (Sukamulja, 2004).
Pengungkapan Corporate Social Responsibility (CSR)
Kewajiban perusahaan atas CSR diatur dalam Undang-Undang No. 25 Tahun
2007 tentang Penanaman Modal dan Undang-Undang No. 40 Tahun 2007 tentang
Perseroan Terbatas. Ketentuan ini dimaksudkan untuk mendukung terjalinnya hubungan
Volume I, Nomor 1, Tahun 2012, Halaman 2 DIPONEGORO JOURNAL OF ACCOUNTING
perusahaan yang serasi, seimbang, dan sesuai dengan lingkungan, nilai, norma,
dan budaya masyarakat setempat. Pengaturan CSR juga bertujuan untuk mewujudkan
pembangunan ekonomi yang berkelanjutan guna meningkatkan kualitas kehidupan dan
lingkungannya.
Menurut Haniffa et al (dikutip dari Sayekti dan Wondabio, 2007), jika terjadi
ketidakselarasan antara sistem nilai perusahaan dan sistem nilai masyarakat, maka
perusahaan akan kehilangan legitimasinya dan selanjutnya akan mengancam
kelangsungan hidup perusahaan. Legitimasi dapat dianggap sebagai menyamakan
persepsi atau asumsi bahwa tindakan yang dilakukan oleh suatu entitas adalah merupakan
tindakan yang diinginkan, pantas ataupun sesuai dengan sistem norma, nilai, kepercayaan
dan definisi yang dikembangkan secara sosial (Suchman, 1995).. Apabila perusahaan
memiliki kinerja lingkungan dan sosial yang buruk maka akan muncul keraguan dari
investor sehingga direspon negatif melalui penurunan harga saham (Almilia dan
Wijayanto, 2007).
Penelitian Dahlia dan Siregar (2008) menunjukkan bahwa aktivitas CSR terbukti
berpengaruh signifikan terhadap kinerja keuangan. Konsisten dengan hal itu, pelitian
yang dilakukan Rustiarini (2010) menemukan bahwa pengungkapan CSR berpengaruh
pada nilai perusahaan. Dari hasil kajian empiris tersebut, maka hipotesis yang dapat
dikemukakan adalah:
H1: Pengungkapan CSR berpengaruh positif terhadap nilai perusahaan.
Corporate Governance Teori stakeholder mengatakan bahwa perusahaan bukanlah entitas yang hanya
beroperasi untuk kepentingan sendiri namun harus mampu memberikan manfaat bagi
stakeholdernya. Pengungkapan informasi tentang perusahaan ini penting karena para
stakeholder perlu mengevaluasi dan mengetahui sejauh mana perusahaan melaksanakan
peranannya sesuai dengan keinginan stakeholder.
Kepercayaan stakeholder terhadap iklim usaha dan kinerja perusahaan tentunya
tidak terlepas dari peran corporate governance. Forum for Corporate Governance in
Indonesia (FCGI, 2001) merumuskan corporate governance sebagai suatu sistem tata
kelola perusahaan yang menjelaskan hubungan berbagai partisipan dalam menentukan
arah dan kinerja perusahaan. Tujuan corporate governance adalah menciptakan nilai
tambah bagi stakeholders.
Hasil penelitian Klapper dan Love (2002) menemukan adanya hubungan positif
CG dan kinerja perusahaan. Hasil penelitian Silveira dan Barros (2006) menemukan
adanya pengaruh signifikan CG terhadap nilai pasar perusahaan. Apabila dilihat dari
aspek kepemilikan manajerial, beberapa penelitian menunjukkan bahwa kepemilikan
manajerial berpengaruh pada nilai perusahaan (Rachmawati dan Triatmoko, 2007;
Nurlela dan Islahuddin, 2008). Dengan demikian, maka hipotesis yang dikemukakan
adalah:
H2: Corporate governance berpengaruh positif terhadap nilai perusahaan.
Corporate Social Responsibility, Corporate Governance, dan Nilai Perusahaan
Pedoman Umum Good Corporate Governance Indonesia menyatakan bahwa
salah satu tujuan pelaksanaan corporate governance adalah mendorong timbulnya
kesadaran dan tanggung jawab sosial perusahaan terhadap masyarakat dan kelestarian
lingkungan di sekitar perusahaan sehingga dapat terpelihara kesinambungan usaha dalam
jangka panjang. Implementasi CSR merupakan salah satu wujud pelaksanaan prinsip
corporate governance.
Corporate governance menyangkut tanggung jawab perusahaan kepada pihak-
pihak lain yang berkepentingan terutama atas kegiatan ekonomi dan segala dampaknya,
sedangkan CSR adalah kegiatan yang diselenggarakan perusahaan untuk menaikkan
Volume I, Nomor 1, Tahun 2012, Halaman 3 DIPONEGORO JOURNAL OF ACCOUNTING
tingkat kesejahteraan di luar kegiatan utama perusahaan. Kedua kegiatan tersebut
sama-sama bertujuan untuk mengoptimalkan nilai perusahaan bagi pemegang saham
namun tetap memperhatikan pemangku kepentingan lainnya (Zarkasyi, 2008). Dengan
demikian, maka hipotesis yang dikemukakan adalah:
H3: Corporate governance berpengaruh positif pada hubungan pengungkapan CSR
dengan nilai perusahaan.
METODE PENELITIAN
Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan non finansial yang tercatat dalam
Bursa Efek Indonesia tahun 2008 dan 2009. Penggunaan perusahaan ini digunakan untuk
menilai konsistensi dari pengungkapan CSR pada perusahaan non finansial setelah
dikeluarkannya UU No. 40 tahun 2012 mengenai kesadaran akan perlunya menjaga
lingkungan dan tanggung jawab social.
Dari 652 perusahaan non finansial yang terdaftar dalam BEI tahun 2008 dan
2009, sebanyak 70 perusahaan yang terpilih sebagai sampel penelitian menggunakan
metode purposive sampling.
Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Variabel
Variabel terikat dalam penelitian ini adalah nilai perusahaan adalah nilai
perusahaan dapat dilihat dari segi analisis laporan keuangan berupa rasio keuangan dan
dari segi perubahan harga saham. Pada penelitian ini, nilai perusahaan diukur
menggunakan Tobin’s Q. Variabel ini telah digunakan oleh Rika dan Islahudin (2008)
dan Rustiarini (2010).
Berdasar penelitian yang dilakukan Rika dan Islahuddin (2008) dan Rustiarini
(2010), variabel independennya adalah tingkat pengungkapan Corporate Social
Responsibility (CSR) pada laporan tahunan perusahaan yang yang akan dinilai dengan
membandingkan jumlah pengungkapan yang dilakukan perusahaan dengan jumlah
pengungkapan. Indikator yang digunakan dalam checklist mengacu pada indikator GRI
(Global Reporting Initiatives) dengan 79 indikator sebagai dasar sustainability reporting
yang diukur dengan menggunakan variabel dummy yaitu :
Score 0 : Jika perusahaan tidak mengungkapkan item pada daftar pertanyaan.
Score 1: Jika perusahaan mengungkapkan item pada daftar pertanyaan.
Corporate governance ini digunakan sebagai variabel independen dan juga
variabel pemoderasi diproksikan menggunakan kepemilikan manajerial yang diukur
dengan persentase kepemilikan saham dewan direksi dan dewan komisaris dibagi dengan
jumlah saham yang beredar (Rustiarini, 2010). Kepemilikan institusional yang diukur
dengan persentase kepemilikan saham institusi dibagi dengan total jumlah saham beredar
(Rustiarini, 2010). Proporsi dewan komisaris independen dihitung dengan membagi
jumlah dewan komisaris independen dengan total anggota dewan komisaris (Veronica,
2005). Jumlah anggota komite audit yang diukur dengan menghitung jumlah anggota
komite audit dari setiap perusahaan yang digunakan sebagai sampel dalam penelitian ini
(Rustiarini, 2010).
Variabel pemoderasi dalam penelitian ini adalah corporate governance. Selain
sebagai variabel independen, corporate governance dalam penelitian ini juga digunakan
sebagai variabel pemoderasi dengan menggunakan proksi yang sama yaitu kepemilikan
manajerial, kepemilikan institusional, proporsi dewan komisaris independen dan jumlah
komite audit. Kemudian keempat variabel tersebut dianalisis menggunakan confirmatory
factor analisis hingga terbentuk satu variabel baru yaitu corporate governance.
Variabel kontrol adalah variabel yang dikendalikan atau dibuat konstan
sehingga pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat tidak dipengaruhi oleh faktor
diluar yang tidak diteliti. Penelitian ini menggunakan satu variabel kontrol yaitu ukuran
Volume I, Nomor 1, Tahun 2012, Halaman 4 DIPONEGORO JOURNAL OF ACCOUNTING
perusahaan (SIZE). Ukuran perusahaan dalam penelitian ini diukur dengan logaritma
natural dari total asset perusahaan (Kusumastuti, 2005).
Analisis regresi berganda dalam penelitian ini menggunakan 2 model.
Penggunaan 2 model regresi dimaksudkan untuk membandingkan hasil pengujian dari
kedua model regresi. Model Regresi I digunakan untuk menguji pengaruh kedua variabel
independen terhadap variabel dependen tanpa memasukkan variabel pemoderasi dan
variabel kontrol. Sedangkan untuk Model Regresi II seluruh variabel dimasukkan dalam
uji penelitian. Untuk menguji pengaruh variabel pemoderasi digunakan uji interaksi.
Persamaan Regresi Model I :
Y = α + β1CSR + β2CG + e
Persamaan regresi model II :
Y = α + β1CSR + β2CG + β3SIZE + β4CSRxCG + e
Keterangan:
Y = Tobin’s Q
α = konstanta
β1- β3 = koefisien regresi
CSR = corporate social responsibility
CG = corporate governance
SIZE = ukuran perusahaan
CSRxCG = Interaksi antara CSR dan CG
e = error term, yaitu tingkat kesalahan penduga dalam penelitian
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Analisis Data dan Pengujian Hipotesis
Analisis Faktor
Hasil uji KMO (Keiser-Meyer-Olkin) penelitian ini sebesar 0,672 dan Bartlett's
Test of Sphericity sebesar 0,011. Hasil KMO tersebut sudah memenuhi syarat yaitu di
atas 0,05, begitu juga dengan Bartlett's Test of Sphericity yang signifikansinya di bawah
0,05.
Uji Normalitas
Hasil uji Kolmogorov-Smirnov pada Model Regresi I menunjukkan nilai
Kolmogorov-Smirnov sebesar 1,144 dengan tingkat probabilitas signifikansi sebesar 0,
146. Karena nilai p lebih dari 0,05, maka dapat disimpulkan bahwa data residual
terdistribusi secara normal. Dengan kata lain, Model Regresi I memenuhi asumsi
normalitas.
Hasil uji Kolmogorov-Smirnov pada Model Regresi II juga menunjukkan nilai
Kolmogorov-Smirnov sebesar 1,161 dengan tingkat probabilitas signifikansi sebesar
0,135. Karena nilai p lebih dari 0,05, maka dapat disimpulkan bahwa data residual
terdistribusi secara normal. Dengan kata lain, Model Regresi II memenuhi asumsi
normalitas.
Uji Multikolonieritas
Hasil uji multikolonieritas pada pada Model Regresi I dan II menunjukkan bahwa
tidak ada satupun variabel bebas yang memiliki nilai tolerance dibawah 0,10 dan nilai
Variance Inflation Factor (VIF) di atas 10. Jadi dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi
multikolonieritas antar variabel bebas dalam Model Regresi I dan II.
Volume I, Nomor 1, Tahun 2012, Halaman 5 DIPONEGORO JOURNAL OF ACCOUNTING
Uji Heteroskedastisitas Bahwa tidak terdapat heteroskedastisitas pada persamaan regresi I dan II. Hal
tersebut terlihat dari tidak adanya variabel yang memiliki signifikansi di bawah 0,05.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa persamaan Model Regresi I dan II dengan
menggunakan Uji Glejser tidak mempunyai permasalahan heteroskedastisitas.
Uji Autokorelasi
Berdasarkan hasil analisis Regresi I diperoleh nilai D-W sebesar 1,702. Hasil
tersebut melebihi batas du 1,672 dan kurang dari 4 - 1, 672 (du) yaitu 2,328 Hasil analisis
Regresi II diperoleh nilai D-W sebesar 1,749. Hasil tersebut melebihi batas du 1,703 dan
kurang dari 4 - 1, 703 (du) yaitu 2,297 Dengan demikian menunjukkan bahwa kedua
model regresi tersebut sudah bebas dari masalah autokorelasi.
Hasil Uji Hipotesis
Atas dasar hasil analisis regresi, dapat dilihat pada tabel 1 dan diperoleh
pesamaan sebagai berikut:
Model Regresi I :
Y = 0, 618 + 3,653CSR + 0,168CG + e
Model Regresi II :
Y = 1,358 + 0,130 CSR + 0,163 CG – 0,015 LnTA + 0,106 CSRxCG + e
Tabel 1
Hasil Uji Regresi
Independen Variabel :
Nilai Perusahaan
Regresi I
Regresi II
Constant
CSR
Corporate Governance (CG)
CSRxCG (Pemoderasi)
Ukuran Perusahaan
Std. Error
F Value
R2
Adjusted R2
0, 618
(3,443)***
3,653
(3,293)***
0,168
(2,842)***
-
-
-
-
0,467
13,603***
0,289
0,268
1,358
(2,731)**
0,130
(1,948)*
0,163
(2,807)***
0,106
(2,272)**
-0,015
(-0,422)
0,456
8,415***
0,341
0,301
Keterangan: Angka di dalam kurung adalah nilai t-statistik
*** signifikan pada level 1%
** signifikan pada level 5%
* signifikan pada level 10%
Sumber : Data sekunder yang diolah, 2011
Diketahui bahwa nilai adjusted R square pada Model Regresi I sebesar 0,268.
Hal ini berarti bahwa 26,8% nilai perusahaan dapat dijelaskan oleh variasi variabel
independen yaitu corporate social responsibility dan corporate governance, sisanya
sebesar 73,2% (100% - 26,8%) dijelaskan oleh sebab-sebab lain diluar model.
Adjusted R-square pada Model Regresi II sebesar 0,301. Hal ini berarti bahwa
30,1% nilai perusahaan dapat dijelaskan oleh variasi variabel independen yaitu corporate
Volume I, Nomor 1, Tahun 2012, Halaman 6 DIPONEGORO JOURNAL OF ACCOUNTING
social responsibility, corporate governance dan ukuran perusahaan, sisanya sebesar
69,9% (100% - 30,1%) dijelaskan oleh sebab-sebab lain diluar model.
Dari uji Anova, nilai F hitung pada Model Regresi I sebesar 13,608 dengan
probabilitas signifikansi yang menunjukkan signifikansi pada level 1% yaitu sebesar
0,000. Hal ini menunjukkan bahwa secara bersama-sama (simultan) nilai perusahaan
dipengaruhi oleh corporate social responsibility dan corporate governance.
Nilai F hitung pada Model Regresi II sebesar 8,415 dengan probabilitas
signifikansi yang menunjukkan signifikansi pada level 1% yaitu sebesar 0,000. Hal ini
menunjukkan bahwa secara bersama-sama (simultan) nilai perusahaan dipengaruhi oleh
corporate social repsonsibility, corporate governance, dan ukuran perusahaan.
Uji F dari kedua model regresi tersebut menunjukkan hasil yang signifikan. Hal
ini berarti bahwa kedua model tersebut baik Model Regresi I atau II menunjukkan bahwa
semua variabel independen secara simultan merupakan penjelas yang signifikansi
terhadap variabel dependen dengan signifikansi pada level 1%.
Uji statistik t digunakan untuk menunjukkan seberapa jauh sebuah variabel
independen secara individual dalam menerangkan variasi variabel dependen (Ghozali,
2006). Berdasarkan hasil penelitian ini maka dapat disimpulkan bahwa variabel corporate
social responsibility, corporate goverannce dan interaksi antara corporate social
responsibility dan corporate governance berpengaruh positif terhadap nilai perusahaan.
Pembahasan Berdasarkan hasil analisis, diketahui bahwa variabel corporate social
resposibility pada Model Regresi I mempunyai t hitung sebesar 3,293 dengan probabilitas
signifikansi adalah 0,002. Hal tersebut menunjukkan bahwa probabilitas siginfikansi pada
level 1% dan t hitung juga lebih besar dari t tabel.
Variabel corporate social resposibility pada Model Regresi II mempunyai t
hitung sebesar 1,948 dengan probabilitas signifikansi adalah 0,056. Hal tersebut
menunjukkan bahwa probabilitas siginfikansi pada level 10% dan t hitung juga lebih
besar dari t tabel.
Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa variabel corporate social
responsibility pada pada kedua model tersebut mempunyai pengaruh positif signifikan
terhadap nilai perusahaan. Hal ini berarti hipotesis 1 diterima.
Beberapa hal yang dapat menyebabkan CSR berpengaruh pada nilai perusahaan
yaitu: (1) manajemen menyadari arti penting CSR sebagai investasi sosial jangka
panjang, (2) manajemen memahami bahwa tanggung jawab perusahaan tidak hanya untuk
pemegang saham tetapi juga pihak-pihak lain yang berkepentingan, (3) pengungkapan
CSR merupakan sinyal positif bahwa perusahaan telah menerapkan good corporate
governance, (4) informasi tanggung jawab sosial perusahaan telah direspon baik oleh
investor, (5) perusahaan telah melakukan pengkomunikasian pesan CSR secara tepat
sehingga makna CSR dapat diterima dengan baik oleh pihak-pihak lain yang
berkepentingan (Rustiarini, 2010)
Penelitian ini didukung oleh Etty Murwaningsari (2009) yang menemukan bahwa
pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan (CSR) berpengaruh terhadap nilai
perusahaan. Semakin tinggi tingkat pengungkapan tanggung jawab sosial (CSR)
mengakibatkan peningkatan nilai perusahaan. Begitu juga dengan penelitian Zuhroh dan
Putu (2003) yang menyatakan bahwa pengungkapan sosial dalam laporan tahunan
perusahaan yang go public berpengaruh terhadap volume perdagangan saham. Artinya
investor sudah mulai merespon dengan baik informasi-informasi sosial yang disampaikan
perusahaan dalam laporan tahunan sehingga dengan semakin luasnya pengungkapan
sosial dalam laporan tahunan perusahaan memberikan pengaruh terhadap meningkatnya
nilai perusahaan.
Volume I, Nomor 1, Tahun 2012, Halaman 7 DIPONEGORO JOURNAL OF ACCOUNTING
Dari hasil analisis, dapat diketahui bahwa variabel corporate governance pada
Model Regresi I mempunyai t hitung sebesar 2,842 dengan probabilitas signifikansi 0,006
. Sedangkan pada Model Regresi II mempunyai mempunyai t hitung sebesar 2,807
dengan probabilitas signifikansi 0,007. Hal tersebut menunjukkan bahwa kedua model
menunjukkan hasil yang signifikan dan t hitung kedua model mempunyai nilai yang lebih
besar dari t tabel. Signifikansi untuk model I dan model II terletak pada level 1%. Oleh
karena itu dapat disimpulkan bahwa corporate governance mempengaruhi nilai
perusahaan. Hal ini berarti hipotesis 2 diterima.
Penelitian ini mendukung penelitian Klapper dan Love (2002) yang menemukan
adanya hubungan positif CG dan kinerja perusahaan. Penelitian menunjukkan bahwa
kepemilikan manajerial berpengaruh pada nilai perusahaan (Rachmawati dan Triatmoko,
2007; Nurlela dan Islahuddin, 2008). Begitu juga dengan penelitian Rustiarini (2010)
yang menunjukkan bahwa pengungkapan corporate governance berpengaruh pada nilai
perusahaan.
Beberapa hal yang dapat menyebabkan corporate governance berpengaruh pada
nilai perusahaan yaitu: (1) tingginya kesadaran perusahaan untuk menerapkan good
corporate governance sebagai suatu kebutuhan, bukan sekedar kepatuhan terhadap
regulasi yang ada, (2) manajemen perusahaan tertarik dengan manfaat jangka panjang
dari penerapan good corporate governance, (3) meningkatnya kepemilikan saham oleh
manajemen dan investor institusi menyebabkan tekanan kepada perusahaan untuk
menerapkan good corporate governance pun semakin besar, (4) keberadaan dewan
komisaris dan komite audit dalam perusahaan dapat memantau perusahaan dalam
melaksanakan good corporate governance, (5) unsur budaya yang berkembang di
lingkungan usaha nasional sangat menunjang perkembangan penerapan good corporate
governance (Rustiarini, 2010)
Dari hasil penelitian dapat diketahui bahwa interaksi corporate social
responsibility (CSR) dan corporate governance dapat diihat bahwa t hitungnya sebesar
2,272 dengan probabilitas signifikansi 0,026. Hal ini menunjukan bahwa pengungkapan
tanggung jawab sosial perusahaan mempengaruhi nilai perusahaan karena t hitung lebih
besar dari t tabel dan probabilitas signifikansinya berada pada level 5%. Hal ini dapat
disimpulkan bahwa hipotesis 3 diterima.
CSR merupakan bentuk implementasi dari penerapan mekanisme corporate
governance, sehingga CG mendorong timbulnya tanggung jawab perusahaan pada
masyarakat dan lingkungan. Kegiatan ini bertujuan untuk mengoptimalkan nilai
perusahaan dengan tetap memperhatikan pemangku kepentingan lainnya. Penerapan
corporate governance yang baik mendorong perusahaan melaksanakan aktivitas CSR
sehingga dapat meningkatkan reputasi perusahaan.
Penelitian ini memperkuat penelitian sebelumnya yang dilakukan Ni Wayan
Rustiarini (2009). Hasil pengujian hipotesis ketiga menunjukkan bahwa corporate
governance merupakan variabel pemoderasi pada hubungan pengungkapan CSR dengan
nilai perusahaan. Hal ini berarti penerapan good corporate governance telah menuntun
perusahaan untuk melaksanakan CSR sehingga meningkatkan nilai perusahaan.
Variabel ukuran perusahaan yang diproksi dengan logaritma natural dari total
aset sebagai variabel kontrol menunjukan pengaruh yang tidak signifikan terhadap nilai
perusahaan . Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang telah dilakukan oleh
Darmawati et al (2004), Kusumaastuti (2005) dan Suryana Asba (2009).
Ukuran perusahaan yang besar belum tentu mengindikasikan bahwa perusahaan
tersebut memiliki komitmen kinerja yang baik. Hal ini dikarenakan pengaruh ukuran
perusahaan masih belum jelas arahnya. Perusahaan besar dapat memiliki masalah
keagenan yang lebih besar karena lebih sulit untuk dimonitor. (Surya Asba, 2009).
Volume I, Nomor 1, Tahun 2012, Halaman 8 DIPONEGORO JOURNAL OF ACCOUNTING
KESIMPULAN, KETERBATASAN DAN SARAN
Penelitian ini menguji pengaruh luas pengungkapan CSR terhadap nilai
perusahaan dengan corporate governance sebagai variabel moderating. Dari tiga
hipotesis yang diajukan, dua hipotesis diterima dan satu hipotesis ditolak.Variabel luas
pengungkapan CSR memiliki berpengaruh positif terhadap nilai perusahaan. Hasil dari
penelitian ini menunjukkan bahwa pengungkapan CSR di Indonesia khususnya untuk
perusahaan non keuangan sudah cukup baik mengingat pentingnya pengungkapan CSR.
Investor sudah mulai merespon dengan baik informasi-informasi sosial yang disampaikan
perusahaan dalam laporan tahunan. Sehingga dengan semakin luasnya pengungkapan
sosial dalam laporan tahunan perusahaan memberikan pengaruh terhadap meningkatnya
nilai perusahaan
Variabel corporate governance berpengaruh positif terhadap nilai perusahaan.
Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa dengan adanya mekanisme corporate
governance, monitoring terhadap kegiatan perusahaan dapat lebih efektif sehingga dapat
meningkatkan nilai perusahaan. Jadi perusahaan yang menerapkan sistem good corporate
governance, kinerja perusahaan tersebut akan meningkat menjadi lebih baik, dengan
meningkatnya kinerja perusahaan akan dapat meningkatkan harga saham perusahaan
sebagai indikator dari nilai perusahaan sehingga nilai perusahaan dapat tercapai.
Interaksi antara corporate social responsibility dan corporate governance
mempengaruhi nilai perusahaan. Corporate governance merupakan variabel pemoderasi
pada hubungan pengungkapan CSR dengan nilai perusahaan. Hasil penelitian ini
menunjukkan bahwa salah satu tujuan pelaksanaan corporate governance adalah
mendorong timbulnya tanggung jawab perusahaan pada masyarakat dan lingkungan.
Kegiatan ini bertujuan untuk mengoptimalkan nilai perusahaan dengan tetap
memperhatikan pemangku kepentingan lainnya. Penerapan corporate governance yang
baik mendorong perusahaan melaksanakan aktivitas CSR sehingga dapat meningkatkan
reputasi perusahaan.
Terdapat keterbatasan sampel penelitian yang hanya terdapat 35 perusahaan
untuk tiap tahunnya. Keterbatasan ini terjadi karena sulitnya peneliti dalam memperoleh
data annual report yang dipublikasikan dalam situs internet. Terdapat unsur subjektifitas
dalam menentukan indeks pengungkapan, karena tidak ada suatu ketentuan baku yang
dijadikan standar dan acuan, sehingga penentuan indeks untuk indikator dalam kategori
yang sama dapat berbeda antar setiap peneliti.
Dengan adanya keterebatasan peneliatan seperti yang telah disebutkan diatas,
sehingga penelitian selanjutnya diharapkan dapat menggunakan variabel yang lebih
spesifik untuk menggambarkan corporate governance. Masing-masing variabel yang
membentuk konstruk corporate governance dianalisis secara terpisah sebagai variabel
moderating. Sehingga dapat diketahui variabel pembentuk konstruk corporate
governance mana yang berpengaruh dan tidak.Disarankan untuk melakukan penelitian
dengan menggunakan periode yang lebih lama dan mempertimbangkan sampel yang
lebih luas. Hal ini bertujuan agar kesimpulan yang dihasilkan tersebut memiliki cakupan
yang lebih luas pula.Penelitian selanjutnya diharapkan melibatkan pihak lain sebagai
verifikator untuk melakukan pemeriksaan kembali terhadap penentuan luas
pengungkapan CSR.
Volume I, Nomor 1, Tahun 2012, Halaman 9 DIPONEGORO JOURNAL OF ACCOUNTING
REFERENSI
Achda B Tamam. 2009. “Konteks Sosiologi Perkembangan Corporate Social
Responsibility dan Implementasinya di Indonesia”,
http://www.menhl.go.id/serbaserbi/csr/sosiologi.pdf, diakses 21 Juni
2011.
Boediono, Gideon SB. 2005. “Kualitas laba: Studi Pengaruh Mekanisme
Corporate Governance dan Dampak Manajemen Laba dengan
Menggunakan Analisis Jalur”. Simposium Nasional Akuntansi VIII, Solo
Chariri, Anis dan Imam Ghozali. 2007. “Teori Akuntansi. Semarang. Badan
Penerbit UNDIP.
Diyah, Pujiati dan Widanar, Erman. 2009. “Pengaruh Struktur Kepemilikan
Terhadap Nilai Perusahaan: Keputusan Keuangan sebagai Variabel
Intervening.” Jurnal Ekonomi Bisnis dan Akuntansi Ventura, Vol. 12.
No.1, h. 71-86 68
Darmawati, Deni dkk. 2004. Hubungan Corporate Governance Dan Kinerja
perusahaan. Simposium Nasional Akuntansi VII, Denpasar, 2-3
Desember 2004
Ghozali, Imam. 2009. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS..
Edisi 4. Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro.
Hackston, D. and Milne, M. (1996), ‘‘Some determinants of social and
environmental disclosures in New Zealand companies’’, Accounting,
Auditing & Accountability Journal, Vol. 9, pp. 77-108.
Harmoni, Ati dan Andriyani, Ade. 2008. “Pengungkapan Corporate Social
Responsiblity (CSR) pada Official Website Perusahaan studi pada PT.
Unilever Indonesia Tbk.” Seminar Ilmiah Nasional Komputer dan Sistem
Intelijen. Depok, 20-21 Agustus 2008.
Haruman, Tendi. 2008. “Pengaruh Struktur Kepemilikan Terhadap Keputusan
Keuangan dan Nilai Perusahaan”. Simposium Nasional Akuntansi XI,
Pontianak Hassan, M. Che Haat, et al. 2008. “Corporate governance,
transparency and performance of Malaysian companies.” Managerial
Auditing Journal, Vol. 23, No. 8, pp. 744-778
Herawati, Vinola. 2008. “Peran Praktik Corporate Governance sebagai
Moderating Variabel dari Pengaruh Earnings Management Terhadap
Nilai Perusahaan”. Symposium Nasional Akuntansi XI, Pontianak
Volume I, Nomor 1, Tahun 2012, Halaman 10 DIPONEGORO JOURNAL OF ACCOUNTING
Hendriksen, Eldon S dan M. Brenda. 2000. “Teori Akunting.” Edisi 5. Batam:
Interaksara.
Jensen, M. and Meckling, W. 1976. ‘‘Theory of the firm: managerial behavior,
agency costs and ownership structure’’, Journal of Financial Economics,
Vol. 3, pp. 305-60.
Klapper, Leora. F. & I. Love. 2002. “Corporate Governance, Investor Protection
and Performance in Emerging Market”. World Bank Working Paper.
http:// ssrn. com. Diakses 25 Juni 2011
Komite Nasional Kebijakan Governance. 2006. “Pedoman Umum Good
Corporate Governance Indonesia”. Jakarta
Machmud, Novita dan D. Djakman Chaerul. 2008. “Pengaruh Struktur Tahunan
Perusahaan”. Simposium Nasional Akuntansi XI, Pontianak.
Nurlela, Rika dan Ishlahuddin. 2008. Pengaruh Corporate Social Responsibility
Terhadap Nilai Perusahaan dengan Prosentase Kepemilikan Manajemen
sebagai Variabel Moderating”. Simposium Nasioanal Akuntansi XI
Pontianak.
Rachmawati, Andri dan Hanung Triatmoko. 2007. “Analisis Faktor-Faktor yang
Mempengaruhi Kualitas Laba dan Nilai Perusahaan.” Simposium
Nasional Akuntansi X. Makasar, 26-28 Juli
Retno, Reni Anggraini Fr (2006) “Pengungkapan Informasi Sosial dan Faktor
faktor yang Mempengaruhi Pengungkapan Informasi Sosial dalam
Laporan Keuangan Tahunan”. Simposium Nasional Akuntansi IX.
Padang, 23-26 Agustus 2006
Rustiarini, Ni Wayan.2009.”Pengaruh Corporate Governance pada Hubungan
Corporate Social Responsibility dan Nilai Perusahaan” Simposium
Nasional Akuntansi XII. Purwokerto 2010
Sayekti, Yosefa dan Wondabio, Ludovicus Sensi. 2007. ”Pengaruh CSR
Disclosure Terhadap Earning Response Coefficient”. Simposium
Nasional Akuntansi X. Makasar, 26-28 Juli
Siallagan, Hamonangan dan Machfoedz, Mas’ud. 2006.”Mekanisme Corporate
Governance, Kualitas Laba dan Nilai Perusahaan”. Simposium Nasional
Akuntansi IX. Padang, 23-26 Agustus 2006
Volume I, Nomor 1, Tahun 2012, Halaman 11 DIPONEGORO JOURNAL OF ACCOUNTING
Siregar, Sylvia Veronica N.P dan Bachtiar, Yanivi S. 2004. “Good Corporate
Governance, Information Asymmetry, and Earnings Management”.
Simposium Nasional Akuntansi VII. Denpasar
Siregar,.Sylvia. Veronica N.P dan Utama, Siddharta. 2006. “Pengaruh Struktur
Kepemilikan, Ukuran Perusahaan, dan Praktek Corporate Governance
terhadap Pengelolaan Laba (Earnings Management)”. Journal Riset
Akuntansi Indonesia, Vol. 9, No.3, hal 307-326
Sukamuja, Sukmawati. 2004. ”Good Corporate Governance di Sektor Keuangan:
Dampak GCG Terhadap Kinerja Perusahaan (Kasus di Bursa Efek
Jakarta).” BENEFIT, Vol.8, No. 1, h. 1-25.
Suripto, Bambang. 1999. “Pengaruh Karakteristik Perusahaan Terhadap
Pengungkapan Sukarela dalam Laporan Tahunan”. Simposium Nasioanal
Akuntansi, Malang
Susiloadi, Priyanto. 2008. ”Implementasi Corporate Social Responsiblity Untuk
Mendukung Pembangunan Berkelanjutan.” Spirit Publik, Vol. 4, No. 2,
h. . 123 130. Diakses tanggal 21 Juni 2011.
Wahyudi, Untung dan Prasetyaning, Hartini Pawestri. 2005. “Implikasi Struktur
Kepemilikan Terhadap Nilai Perusahaan : Dengan Keputusan Keuangan
Sebagai Variabel Intervening”. Simposium Nasional Akuntansi IX.
Padang 23-26 Agustus.
Zuhron, Diana dan Heri, I Putu Pande Sukmawati. 2003. “Analisis Pengaruh Luas
Pengungkapan Sosial dalam Laporan Tahunan Perusahaan Terhadap
Reaksi Investor.” Simposium Nasional Akuntansi VI. Surabaya, 16-17
Agustus.
Volume I, Nomor 1, Tahun 2012, Halaman 12 DIPONEGORO JOURNAL OF ACCOUNTING