pengaruh bina keluarga mandiri (bkm) …thesis.umy.ac.id/datapublik/t34354.pdf · tampak dalam...

23
1 PENGARUH BINA KELUARGA MANDIRI (BKM) TERHADAP KEMANDIRIAN KELUARGA DALAM MENCEGAH TERJADINYA POSTPARTUM BLUES Naskah Publikasi Untuk Memenuhi SyaratMemperoleh Derajat Sarjana Keperawatan Pada Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran Dan Ilmu Kesehatan Universitas MuhammadiyahYogyakarta Disusun oleh : Meilani Indriyanti 20100320050 PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA 2014

Upload: ngominh

Post on 10-May-2018

226 views

Category:

Documents


3 download

TRANSCRIPT

Page 1: PENGARUH BINA KELUARGA MANDIRI (BKM) …thesis.umy.ac.id/datapublik/t34354.pdf · tampak dalam minggu pertama setelah persalinan dan memuncak pada hari ke tiga ... (HPL) pada bulan

1

PENGARUH BINA KELUARGA MANDIRI (BKM)

TERHADAP KEMANDIRIAN KELUARGA DALAM MENCEGAH

TERJADINYA POSTPARTUM BLUES

Naskah Publikasi

Untuk Memenuhi SyaratMemperoleh Derajat Sarjana Keperawatan Pada Program

Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran Dan Ilmu Kesehatan Universitas

MuhammadiyahYogyakarta

Disusun oleh :

Meilani Indriyanti

20100320050

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA

2014

Page 2: PENGARUH BINA KELUARGA MANDIRI (BKM) …thesis.umy.ac.id/datapublik/t34354.pdf · tampak dalam minggu pertama setelah persalinan dan memuncak pada hari ke tiga ... (HPL) pada bulan

2

NASKAH PUBLIKASI

Page 3: PENGARUH BINA KELUARGA MANDIRI (BKM) …thesis.umy.ac.id/datapublik/t34354.pdf · tampak dalam minggu pertama setelah persalinan dan memuncak pada hari ke tiga ... (HPL) pada bulan

3

KATA PENGANTAR

Assalammu’alaikum Wr. Wb.

Puji dan syukur penulis panjatkan atas kehadirat Allah SWT yang telah

memberikan limpahan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat

menyelesaikan karya tulis ini.

Semua proses penyusunan KTI ini tidak lepas dari bimbingan dan bantuan

dari semua pihak.untuk itu pada kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih

kepada:

1. Allah SWT, atas limpahan rahmat, hidayah dan ridha-Nya

2. Kedua orang tua dan kakakku dan adik penulis tercinta beserta keluarga

yang senantiasa memberikan doa dan dukungan padaku.

3. dr. Ardi Pramono, Sp.An, selaku Dekan Fakultas Kedokteran dan Ilmu

Kesehatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

4. Ibunda Sri Sumaryani, S.Kep.,Ns.,M.Kep., Sp.Mat., HNC, selaku

pembimbing yang telah memberikan waktu, nasehat dan arahannya kepada

penulis

5. Dosen penguji Ibunda dr.Supriyatiningsih,.Sp.OG, M.Kes yang telah

meluangkan waktu untuk menguji penulis dan memberikan kritik

sarannya.

6. Tenaga kesehatan di Puskesmas Wonosari I Gunung kidul yang telah

membantu memberikan data-data dalam penyelesaian proposal ini.

Page 4: PENGARUH BINA KELUARGA MANDIRI (BKM) …thesis.umy.ac.id/datapublik/t34354.pdf · tampak dalam minggu pertama setelah persalinan dan memuncak pada hari ke tiga ... (HPL) pada bulan

4

7. Responden penelitian ini yaitu Angota Keluarga dan Ibu hamil di Wilayah

Kerja Puskesmas Wonosari 1.

8. Semua keluarga PSIK 2010, sahabat-sahabat penulis Eni Wulandari,

Nurmalita Sari, Pradani Laniawati, Arum Puspitasari, Evi Yunitasari dan

temen-temeku satu bimbingan Ayu Paneo, Gisa Grapella, Eni wulandari,

Mbak Era, Fitri, Maya terimakasih atas motivasi dan surportnya sehingga

Karya Tulis Ini dapat berjalan dengan baik.

Wassalammu’alaikum Wr. Wb.

Yogyakarta, Juli 2014

Penulis

Page 5: PENGARUH BINA KELUARGA MANDIRI (BKM) …thesis.umy.ac.id/datapublik/t34354.pdf · tampak dalam minggu pertama setelah persalinan dan memuncak pada hari ke tiga ... (HPL) pada bulan

5

EFFECT OF BINA KELUARGA MANDIRI (BKM) TO PREVENT THE

FAMILY INDEPENDENCE POSTPARTUM BLUES IN HEATH CENTERE

WONOSARI REGENCY GUNUNG KIDUL

Meilani Indriyanti 1, Sri Sumaryani

2, dr Supriyatiningsih

3

ABSTRACK

Background:

The incidence of postpartum blues in Asia is quite high between 26-85%, while in

Indonesia between 50-70% (Iskandar,2007). The cause of the lack of support high

postpartum blues husband and family of the mother during pregnancy and

childbirth. Incidence of postpartum blues if not handled properly, there will be

postpartum depression that develops into psychosis after copy.

Purpose:

Know how much influence the Bina Keluarga Mandiri (BKM) to the independence

of the family in preventing postrpartuym blues.

Research Methodology :

Experimental desighn and desighn Quasy “Post-test with control group”

andusing a purposive approach. How sampling use purposive sampling, data

analysis using test Manwhitney U-Test

Research results :

The level of the independence of the family in the prevention of postpartum blues

as much as intervention group (53.3%) families in the family category III and

group self- control level by 7 (46.7%) families in the family category II level

independent evidenced by the Mann Whitney test significance value of 0,005

(p<5%).

1 Nursing Student, School of Nursing Faculty of Medicine, Muhammadiyah

University of Yogyakarta 2 Lecturer at Nursing, School of Nursing Faculty of Medicine, Muhammadiyah University of Yogyakarta 3 Lecturer, Faculty of Medicine, Muhammadiyah University of Yogyakarta

Page 6: PENGARUH BINA KELUARGA MANDIRI (BKM) …thesis.umy.ac.id/datapublik/t34354.pdf · tampak dalam minggu pertama setelah persalinan dan memuncak pada hari ke tiga ... (HPL) pada bulan

6

PENGARUH BINA KELUARGA MANDIRI (BKM) TERHADAP

KEMANDIRIAN KELUARGA DALAM MENCEGAH TERJADINYA

POSTPARTUM BLUES DI PUSKESMAS WONOSARI I

KABUPATEN GUNUNG KIDUL

Meilani Indriyanti 4, Sri Sumaryani

5, dr Supriyatiningsih

6

INTISARI

Latar Belakang : Angka kejadian postpartum blues di Asia cukup tinggi antara

26-85%, sedangkan di Indonesia antara 50-70% (Iskandar, 2007). Penyebab

tingginya postpartum blues kurangnya dukungan suami dan keluarga terhadap ibu

selama kehamilan dan proses persalinan. Kejadian postpartum blues apabila tidak

dapat ditangani dengan baik maka akan terjadi depresi postpartum yang

berkembang menjadi psikosis pasca salin.

Tujuan Penelitian : mengetahui seberapa besar pengaruh Metode Bina Keluarga

Mandiri (BKM) terhadap kemandirian keluarga dalam mencegah terjadina

postpartum blues.

Metode Penelitian : Experimental, dengan desain Quasy Eksperimental dan

rancangan “post test with control group” dan menggunakan pendekatan

prospektif. Cara pengambilan sampel menggunakan Purposive Sampling, analisis

data menggunakan uji Manwhitney U-Test.

Hasil Penelitian : Tingkat kemandirian keluarga dalam pencegahan postpartum

blues kelompok intervensi sebanyak 8 (53,3%) keluarga pada kategori keluarga

mandiri tingkat III dan kelompok kontrol sebanyak 7 (46,7%) keluarga pada

kategori keluarga mandiri tingkat II. Dibuktikan dengan uji Mann Whitney nilai

signifikasi 0,005 (p<5%).

Kesimpulan : Ada perbedaan tingkat kemandirian keluarga dalam pencegahan

terjadinya postpartum blues pada kelompok kontrol dan kelompok intervensi.

Kata Kunci : Bina Keluarga Mandiri, Kemandirian, Postpartum Blues.

4 Mahasiswa Universitas Muhammadiyah Yogyakarta 5 Dosen Pengajar PSIK FKIK UMY

6 Dosen Pengajar FKIK UMY

Page 7: PENGARUH BINA KELUARGA MANDIRI (BKM) …thesis.umy.ac.id/datapublik/t34354.pdf · tampak dalam minggu pertama setelah persalinan dan memuncak pada hari ke tiga ... (HPL) pada bulan

7

Pendahuluan

Angka Kematian Ibu dan bayi merupakan salah satu indikator untuk

mengukur kualitas program kesehatan dan derajat kesehatan masyarakat di suatu

negara. Menurut hasil Survei Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) 2012,

Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki angka kematian ibu yang

tinggi dengan jumlah sekitar 395/100.000 kelahiran hidup. Sebagian besar kematian

maternal terjadi pada trimester ketiga kehamilan, persalinan dan minggu pertama

setelah melahirkan (Adriansz, 2007). Angka Kematian Ibu di Provinsi D.I.

Yogyakarta menjadi sebanyak 40 kasus per tahun 2012 (Dinas Kesehatan

D.I.Yogyakarta, 2013). Menurut World health Organization(2007) penyebab

Kematian Ibu yang paling umum di Indonesia adalah perdarahan 28%,

preeklamsi/eklamsi 24%, infeksi 11%, sedangkan penyebab tidak langsungnya adalah

trauma obstetri 5% dan lain-lain.

Menurut Leifer (2005),postpartum atau masa nifas adalah keadaan yang

dimulai setelah dua jam setelah persalinan sampai enam minggu setelah bayi lahir.

Pospartum dibagi menjadi tiga periode yaitu immediete postpartum (24 jam pertama)

early pospartum (minggu pertama) dan late postpartum ( dua-enam minggu). Secara

psikologis, periode postpartum adalah periode untuk penyesuaian diri dan adaptasi

dari semua anggota keluarga untuk menjalani suatu peran yang baru terutama untuk

ibu. Wanita memiliki banyak respon sebagai penyesuaian terhadap anggota keluarga

Page 8: PENGARUH BINA KELUARGA MANDIRI (BKM) …thesis.umy.ac.id/datapublik/t34354.pdf · tampak dalam minggu pertama setelah persalinan dan memuncak pada hari ke tiga ... (HPL) pada bulan

8

yang baru, ketidaknyamanan setelah persalinan, perubahan yang terjadi pada

tubuhnya, dan kenyataan bahwa wanita tersebut tidak lagi hamil (Pillitteri, 1999).

Postpartum blues merupakan suatu syndrome gangguan ringan yang sering

tampak dalam minggu pertama setelah persalinan dan memuncak pada hari ke tiga

sampai hari kelima dan terjadi dalam rentang waktu sampai 14 hari terhitung setelah

masa persalinan (Alfian,2012).Angka kejadian postpartum blues di Asia cukup tinggi

dan sangat bervariasi antara 26-85%, sedangkan angka kejadian postpartum blues di

Indonesia antara 50-70% (Iskandar,2007).Penyebabnya tingginya angka postpartum

blues disebabkan oleh kurangnya dukungan suami dan keluarga terhadap ibu selama

kehamilan dan saat proses persalinan (Robert, 2003).

Selama masa nifas, 10% wanita mengalami postpartum blues, apabila tidak

dapat ditangani dengan baik maka akan terjadi depresi postpartum yang selanjutnya

dapat berkembang menjadi psikosis pasca salin. Hal ini dapat berdampak pada ibu

dan bayi. Dampak pada ibu adalah ibu mengalami kesulitan untuk penyesuaian diri

karena mengalami ketidakseimbangaan dalam diri ibu, sementara dampak pada bayi

adalah cenderung mudah rewel, dan mudah sakit karena sang ibu enggan untuk

menyusui dan merawat bayinya dengan baik. Ibu postpartum blues juga tidak

bersemangat untuk menyusui bayinya sehingga pertumbuhan dan perkembangan

bayinya tidak seperti bayi-bayi yang ibunya dalam kondisi sehat (Elvira,2006).

Faktor-faktor yang berperan dalam postpartum blues adalah faktor hormonal,

demografi, pengalaman kehamilan dan proses persalinan, usia dan latar belakang

psikososial. Faktor hormonal merupakan suatu enzime otak yang bekerja

Page 9: PENGARUH BINA KELUARGA MANDIRI (BKM) …thesis.umy.ac.id/datapublik/t34354.pdf · tampak dalam minggu pertama setelah persalinan dan memuncak pada hari ke tiga ... (HPL) pada bulan

9

menginaktifasi nonadrenalin maupun serotonin yang berperan dalam suasana hati dan

kejadian depresi (Ambarwati,2008). Faktor demografi yang mempengaruhi

postpartum blues meliputi umur dan paritas dan faktor fisik yang disebabkan oleh

kelelahan fisik karena aktifitas mengasuh bayi menyusui dan mengganti popok sang

bayi (Nirwana,2011).

Bina Keluarga Mandiri merupakan suatu metode baru dengan keluarga

sehingga pusat keperawatan dalam menangani kasus selama kehamilan khususnya

postpartum blues. Bina keluarga Mandiri ini bertujuan untuk memandirikan klien,

khususnya keluarga dalam menangani masalah postpartum blues. Keuntungan

keluarga yang melakukan Bina keluarga Mandiri adalah dapat mengetahui adanya

masalah yang terjadi pada keluarga, sehingga diharapkan masalahnya dapat diatasi

dengan sedini mngkin.

Tujuan penelitian ini untuk mengetahui seberapa besar pengaruh Metode Bina

Keluarga Mandiri (BKM) terhadap kemandirian keluarga dalam mencegah terjadinya

postpartum blues.

Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan desain penelitian Experimental, dengan desain

Quasy Eksperimental dan rancangan “post test with control group” dan

menggunakan pendekatan prospektif. Peneliti mengukur pengaruh bina keluarga

mandiri dalam mencegah terjadinya postpartum blues dengan memberikan

pembinaan terhadap keluarga sebagai kelompok eksperiment. Peneliti mengukur

Page 10: PENGARUH BINA KELUARGA MANDIRI (BKM) …thesis.umy.ac.id/datapublik/t34354.pdf · tampak dalam minggu pertama setelah persalinan dan memuncak pada hari ke tiga ... (HPL) pada bulan

10

pengaruh bina keluarga mandiri dalam mencegah terjadinya postpartum blues dengan

tidak memberikan pembinaan dengan kelompok kontrol.

Penelitian ini dilakukan di area kerja Puskesmas Wonosari 1 Kabupaten

Gunung Kidul, karena di Kabupaten Gunung Kidul memiliki Angka Kematian Ibu

(AKI) tertinggiuntuk provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta disamping itu pemilihan

kecamatan wonosari untuk meningkatkan potensial kesehatan ibu.

Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah anggota keluarga terdekat

dengan ibu hamil trimester 3.Cara pengambilan sampel dalam penelitian ini

menggunakan teknik Purposive Samplin adalah cara memilih sampel di antara

populasi sesuai dengan yang dikehendaki peneliti,sehingga sampel tersebut dapat

mewakili karakteristik populasi yang telah dikehendaki oleh peneliti yaitu berjumlah

34 orang. Kriteria inklusi pada penelitian ini yaitu anggota keluarga terdekat yang

memiliki ibu hamil pada Hari Perkiraan Lahir (HPL) pada bulan februari – maret

dengan usia lebih dari 20 tahun dengan pendidikan minimal SD, dan mampu

berkomunikasi dengan baik. Sedangkan kriteria eksklusinya adalah anggota keluarga

terdekat yang tidak mengikuti jalannya penelitian dan anggota keluarga terdekat

dengan ibu hamil yang meningal dunia.

Instrumen yang digunakan oleh peneliti dalam penelitian ini berupa lembar

observasi terstruktur dan media boklet tentang pencegahan postpartum blues sebagai

media untuk menyampaikan pendidikan kesehatan kepada keluarga dan ibu hamil.

Page 11: PENGARUH BINA KELUARGA MANDIRI (BKM) …thesis.umy.ac.id/datapublik/t34354.pdf · tampak dalam minggu pertama setelah persalinan dan memuncak pada hari ke tiga ... (HPL) pada bulan

11

Penelitian ini menggunakan uji validitas isi yakni uji yang dilakukan dengan

membandingkan isi instrument sesuai dengan materi yang sudah ada. Salah satu uji

validitas isi yang dilakukan menggunakan uji ahli (Expert-test) lembar observasi

dengan

Uji Expert yang dilakukan oleh para ahli bidang maternitas di Universitas

Muhammadiyah Yogyakarta.

Analisa data yang digunakan berupa analisis univariat yang dilakukan untuk

mengetahui distribusi frekuensi dari tiap variabel independent dan variabel dependen

seperti jumlah usia, jumlah pendidikan, jumlah pekerjaan, dan jumlah penghasilan

dari sampel (Notoatmodjo, 2005). Peneliti jjuga menggunakan uji Manwitney U-Test

untuk mengetahui perbedaan Bina Keluarga Mandiri pada kelompok intervensi dan

kelompok kontrol menggunakan adalah kelompok intervensi dan kontrol

.

Hasil dan Pembahasan

Karakteristik responden dalam penelitian ini berdasarkan usia bapak, usia ibu,

pendidikan dan pekerjaan, penghasilan, umur kehamilan dan jumlah kunjungan.

Distribusi frekuensi karakteristik responden dapat dilihat pada tabel berikut:

Page 12: PENGARUH BINA KELUARGA MANDIRI (BKM) …thesis.umy.ac.id/datapublik/t34354.pdf · tampak dalam minggu pertama setelah persalinan dan memuncak pada hari ke tiga ... (HPL) pada bulan

12

Tabel 1. Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden di area Kerja Puskesmas

Wonosari 1 Kabupaten Gunung Kidul

Karakteristik N %

Usia Bapak

< 30 tahun

30-35 tahun

> 35 tahun

12

14

4

40,0

46,7

13,3

Usia Ibu

< 30 tahun

30-35 tahun

> 35 tahun

19

9

2

63,3

30,0

6,7

Pendidikan

SD

SMP

SMA/SMK

S1

1

7

21

1

3,3

23,3

70,0

3,3 Pekerjaan Ibu Rumah Tangga

Petani

Buruh

Swasta

Wiraswasta

6

1

11

4

8

20,0

3,3

36,7

13,3

26,7 Penghasilan

< Rp. 500.000

Rp. 500.000–Rp. 1.000.000

> Rp. 1.000.000

8

13

9

26,7

43,3

30,0

Umur Kehamilan < 30 minggu

30-35 minggu

> 35 minggu

2

14

14

6,7

46,7

46,7

Jumlah Kunjungan < 5 kali

5-10 kali

> 10 kali

2

17

11

6,7

56,7

36,7

Jumlah 15 100

Sumber: Data primer 2014

Tabel 1 menunjukan karakteristik responden berdasarkan usia bapak sebagian

besar berusia 30-35 tahun sebanyak 14 (46,7%). Karakteristik berdasarkan usia ibu

Page 13: PENGARUH BINA KELUARGA MANDIRI (BKM) …thesis.umy.ac.id/datapublik/t34354.pdf · tampak dalam minggu pertama setelah persalinan dan memuncak pada hari ke tiga ... (HPL) pada bulan

13

diketahui sebagian besar berusia < 30 tahun sebanyak 19 (63,3%). Pendidikan

terakhir responden sebagian besar SMA/SMK sebanyak 21 (70,0%). Sebagian besar

respoden bekerja sebagai buruh sebanyak 11 (36,7%). Penghasilan responden

sebagian besar Rp. 500.000-Rp.1.000.000 perbulan sebanyak 13 (43,3%).

Berdasarkan umur kehamilan sebagian besar 30-35 dan >35 minggu masing-masing

sebanyak 14 (46,7%). Jumlah kunjungan mayoritas melakukan kunjungan 5-10 kali

sebanyak 17 (56,7%).

2. Gambaran Tingkat Kemandirian Keluarga dan Hasil Pengujian Hipotesis

pada Responden

Variabel terikat yang terdapat dalam penelitian ini adalah variable tingkat

kemandirian keluarga terhadap pencegahan terjadinya postpartum blues di area Kerja

Puskesmas Wonosari 1 Kabupaten Gunung Kidul. Deskripsi data kemandirian

keluarga pada kelompok kontrol dan intervensi disajikan dalam tabel berikut:

a. Tingkat Kemandirian Keluarga pada Kelompok Intervensi dan Kelompok

Kontrol.

Tabel 2. Kemandirian Keluarga di Area Kerja Puskesmas Wonosari 1 Kabupaten

Gunung Kidul

No Kriteria

Kelompok

Kontrol

Kelompok

Eksperimen

N % N %

1.

2.

3.

4.

Keluarga mandiri tingkat I

Keluarga mandiri tingkat II

Keluarga mandiri tingkat III

Keluarga mandiri tingkat IV

3

7

5

0

20,0

46,7

33,3

0

0

6

8

1

0

40,0

53,3

6,7

Jumlah 33 100,0 33 100,0

Sumber: Data primer 2014

Page 14: PENGARUH BINA KELUARGA MANDIRI (BKM) …thesis.umy.ac.id/datapublik/t34354.pdf · tampak dalam minggu pertama setelah persalinan dan memuncak pada hari ke tiga ... (HPL) pada bulan

14

Tabel 2. menunjukkan variabel kemandirian keluarga kelompok kontrol dan

kelompok eksperimen. Sebanyak 7 (46,7%) keluarga pada kelompok kontrol berada

pada kategori keluarga mandiri tingkat II dan tidak ada keluarga pada kategori

keluarga mandiri tingkat IV. Sebanyak 8 (53,3%) keluarga pada kelompok

eksperimen berada pada kategori keluarga mandiri tingkat III dan tidak ada yang

berada pada kategori keluarga mandiri tingkat I.

b. Hasil Analisis Selisih Tingkat Kemandirian Keluarga pada Kelompok

Intervensi dan Kelompok Kontrol

Analisis data dalam penelitian ini bertujuan mengetahui pengaruh pemberian

bina keluarga mandiri terhadap tingkat kemandirian keluarga dalam pencegahan

terjadinya postpartum blues di Area Kerja Puskesmas Wonosari 1 Kabupaten Gunung

Kidul. Analisis yang digunakan adalah Uji Mann Whitney. Hasil penelitian kelompok

kontrol dan eksperimen di Area Kerja Puskesmas Wonosari 1 Kabupaten Gunung

Kidul disajikan pada tabel berikut:

Tabel 4.3. Hasil Uji Mann Whitney Kelompok Kontrol dan Eksperimen pada keluarga

di Area Kerja Puskesmas Wonosari 1 Kabupaten Gunung Kidul

Kelompok

Posttest

N Mean Z Std

deviation

Std Error

of Mean

Asymp.

Sig. (2-

tailed)

Intervensi 15 19,70 2.836

3,561 0,919 0,005

Kontrol 15 11,30 6,839 1,765

Page 15: PENGARUH BINA KELUARGA MANDIRI (BKM) …thesis.umy.ac.id/datapublik/t34354.pdf · tampak dalam minggu pertama setelah persalinan dan memuncak pada hari ke tiga ... (HPL) pada bulan

15

Sumber: Data primer 2014

Kelompok kontrol dan eksperimen diketahui nilai mean KK sebesar 13,26 dan

nilai mean data KE sebesar 18,40. Standar deviation KE sebesar 3,561 dan KK 6,839,

standar Error of Mean KE 0,919 dan KK 1,765. Hasil uji Mann-Whitney untuk KK

dan KE z hitung sebesar 2,836, nilai signifikasi 0,005 (p<5%). Hasil tersebut

membuktikan nilai rata-rata tingkat kemandirian keluarga kelompok eksperimen lebih

besar dari kelompok kontrol. Artinya, dengan pemberian intervensi, hipotesis Ho

ditolak dan Ha diterima. Ada pengaruh pemberian bina keluarga mandiri terhadap

tingkat kemandirian keluarga di Area Kerja Puskesmas Wonosari 1 Kabupaten

Gunung Kidul.

Pembahasan

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh pemberian bina keluarga

mandiri terhadap tingkat kemandirian keluarga di Area Kerja Puskesmas Wonosari 1

Kabupaten Gunung Kidul.

1. Hasil Tingkat Kemandirian Keluarga dalam Pencegahan Terjadinya Postpartum

Blues pada Responden

Hasil penelitian bahwa sebanyak 8 (53,3%) keluarga pada kelompok

eksperimen berada pada kategori keluarga mandiri tingkat III dan tidak ada yang

berada pada kategori keluarga mandiri tingkat I. Artinya tingkat kemandirian

keluarga dalam pencegahan terjadinya postpartum blues pada kelompok eksperimen

Page 16: PENGARUH BINA KELUARGA MANDIRI (BKM) …thesis.umy.ac.id/datapublik/t34354.pdf · tampak dalam minggu pertama setelah persalinan dan memuncak pada hari ke tiga ... (HPL) pada bulan

16

dinilai sudah cukup baik. Kemandirian keluarga tingkat III ditandai dengan keluarga

yang dapat menerima pelayanan dengan baik, dapat mengungkapkan masalah terkait

pencegahan postpartum blues, melakukan tindakan pencegahan postpartum blues dan

mengunjungi fasilitas kesehatan terkait postpartum blues (Depkes RI, 2006).

Sebagian besar wanita dengan postpartum blues mengalami gejala-gejala

seperti mudah menangis, mudah tersinggung,sedih, dan adanya ketidakstabilan

emosi, dan biasanya bersifat sementara dan relatif ringan (Horowitz & Godman,

2005). Jika gejala-gejala diatas tidak ditangani dengan baik, maka akan berlanjut

menjadi depresi postpartum. Gejala postpartum mulai terjadi beberapa hari, biasanya

terjadi antara hari pertama dan durasinya mulai dari beberapa jam bahkan sampai

beberapa hari (Robertson, E, Calasun, N & Stewart, D, 2003).

Gejala postpartum blues dipengaruhi oleh faktor hormonal. Faktor hormonal

berupa perubahan kadar esterogen, progesteron, prolaktin dan ersitol yang terlalu

rendah atau terlalu tinggi. Kadar esterogen turun secara perlahan setelah melahirkan

dan memiliki efek supresi aktifitas enzime monamine oksidase. Monamine oksidase

merupakan suatu enzime otak yang bekerja menginaktifasi maupun berperan dalam

suasana hati dan kejadian depresi. Dengan demikian dibutuhkan dukungan dan

perawatan dari berbagai pihak. Adanya dukungan dan perawatan yang dilakukan

suaminpada ibu post partum akan membuat ibu merasa nyaman dan aman serta dapat

menghindari kejadian postpartum blues pada ibu. Hasil penelitian yang dilakukan

oleh Retty Ratnawati (2009) membuktikan bahwa dukungan sosial suami pada

kejadian postpartum blues yang disajikan dalam bentuk distribusi usia, paritas, jenis

Page 17: PENGARUH BINA KELUARGA MANDIRI (BKM) …thesis.umy.ac.id/datapublik/t34354.pdf · tampak dalam minggu pertama setelah persalinan dan memuncak pada hari ke tiga ... (HPL) pada bulan

17

persalinan, kondisi bayi, lama rawat inap bayi, kejadian Postpartum Blues dan

dukungan sosial suami.

Hasil penelitian diketahui bahwa sebanyak 7 (46,7%) keluarga pada kelompok

kontrol berada pada kategori keluarga mandiri tingkat II dan tidak ada keluarga pada

kategori keluarga mandiri tingkat IV. Hal ini menunjukkan bahwa tingkat

kemandirian dalam pencegahan postpartum blues pada kelompok kontrol tergolong

rendah. Artinya keluarga belum dapat melaksanakan tindakan promotif secara aktif.

Keluarga mandiri tingkat II telah mampu menerima pelayanan kesehatan dan

memanfatkannya dengan baik.

Depkes RI (2006) menjelaskan bahwa keluarga mandiri tingkat dua adalah

keluarga mandiri yang menerima petugas perawatan kesehatan komunitas, menerima

pelayanan keperawatan yang diberikan sesuai dengan rencana keperawatan sehingga

tau dan dapat mengungkapkan masalah kesehatannya secara benar, manfaatkan

fasilitas pelayanan kesehatan secara aktif, melakukan perawatan sederhana yang

sesuai dengan yang dianjurkan, melaksanakan tindakan pencegahan secara aktif.

Keluarga yang secara aktif melakukan pencegahan terjadinya postpartum blues

akan memberikan manfaat terhadap ibu postpartum. Keluarga memiliki peran

masing-masing dalam melakukan pencegahan postpartum blues. Peran yang dimiliki

oleh setiap anggota keluarga merupakan hal yang diharapkan oleh anggota keluarga

yang lain sesuai dengan kedudukannya masing-masing. Pencegahan Keluarga

memiliki peranan yang sangat kuat dalam masyarakat khususnya masyarakat

indonesia.

Page 18: PENGARUH BINA KELUARGA MANDIRI (BKM) …thesis.umy.ac.id/datapublik/t34354.pdf · tampak dalam minggu pertama setelah persalinan dan memuncak pada hari ke tiga ... (HPL) pada bulan

18

Tingginya hubungan kekeluargaan pada masyarakat indonesia membuat mereka

menggunakan kepercayaan turun temurun dan selalu diwariskan pada setiap

keturunan anggota keluarganya termasuk dalam hal merawat anggota keluarganya

(Revida, 2009). Bagi Ibu postpartum, perawatan dan perhatian anggota keluarga

dinilai sangat penting. Keluarga yang berada pada kemandirian tingkat II yang telah

menerima pelayanan diharapkan dapat memanfaatkannya dengan baik dan

menerapkannya dalam perawatan dan pencegahan post partum blues pada ibu.

2. Perbedaan Tingkat Kemandirian Keluarga dalam Pencegahan Terjadinya

Postpartum Blues pada Kelompok Kontrol dan Kelompok Intervensi

Hasil Penelitian kelompok kontrol dan eksperimen diketahui nilai signifikasi

0,005 (p<5%) yang diinterpretasikan bahwa dengan pemberian intervensi, hipotesis

Ho ditolak dan Ha diterima. Ada pengaruh pemberian bina keluarga mandiri terhadap

tingkat kemandirian keluarga di Area Kerja Puskesmas Wonosari 1 Kabupaten

Gunung Kidul.

Hasil tersebut menunjukkan nilai rata-rata tingkat kemandirian keluarga

kelompok eksperimen lebih besar dari kelompok kontrol. Artinya kelompok yang

diberikan intervensi berupa bina keluarga mandiri menunjukan kemandirian keluarga

yang lebih baik dalam pencegahan terjadinya postpartum blues dari pada kelompok

yang tidak diberikan intervensi. Hal ini dikarenakan responden mendengar secara

langsung dari pembinaan yang diberikan oleh peneliti sehingga mudah dipahami dan

bisa komunikasi langsung ketika ada penjelasan yang belum dipahami mengenai

postpartum blues. Postpartum Blues adalah gejala yang biasanya dialami oleh ibu

Page 19: PENGARUH BINA KELUARGA MANDIRI (BKM) …thesis.umy.ac.id/datapublik/t34354.pdf · tampak dalam minggu pertama setelah persalinan dan memuncak pada hari ke tiga ... (HPL) pada bulan

19

postpartum yang terjadi antara hari ketujuh hingga hari keempatbelas,yang terjadi

untuk sementara waktu. Blues ditandai dengan gejala-gejala yang mirip dengan gejala

depresi antara lain menangis, mudah tersinggung, sedih, dan adanya ketidakstabilan

emosi (Elvira, 2006).

Hal ini menunjukan pentingnya program bina keluarga mandiri bagi keluarga

ibu postpartum. Program Bina Keluarga Mandiri merupakan suatu metode baru

dengan keluarga sehingga pusat keperawatan dalam menangani kasus selama

kehamilan khususnya postpartum blues. Bina keluarga Mandiri ini bertujuan untuk

memandirikan klien, khususnya keluarga dalam menangani masalah postpartum

blues. Keuntungan keluarga yang melakukan Bina keluarga Mandiri adalah dapat

mengetahui adanya masalah yang terjadi pada keluarga, sehingga diharapkan

masalahnya dapat diatasi dengan sedini mungkin.

Faktor yang mempengaruhi postpartum blues antara lain faktor usia, usia

identik dengan pengalaman dalam menghadapi kehidupan. Ibu nifas yang mengalami

masa adaptasi pada usia dibawah 20 tahun diduga dapat mengalami hambatan di

dalam penyesuaian baik fisik dan mental. Sementara ibu dengan usia diatas 35 tahun

menjadi lebih beresiko dalam kondisi kehamilan, persalinan, dan juga masa nifas,

untuk itu diperlukan upaya untuk mengatasi kejadian postpartum blues pada ibu

(Nirwana, 2011).

Cara untuk mengatasi ataupun meminimalisir terjadinya postpartum blues,

keluarga perlu mengetahui dengan baik tentang gejala, aspek dan factor yang

mempengaruhi terjadinya postpartum blues. Menurut Horowitz & Goodman (2005)

Page 20: PENGARUH BINA KELUARGA MANDIRI (BKM) …thesis.umy.ac.id/datapublik/t34354.pdf · tampak dalam minggu pertama setelah persalinan dan memuncak pada hari ke tiga ... (HPL) pada bulan

20

gejala postpartum blues yaitu bila didapatkan minimal empat diantaranya tujuh gejala

yang mungkin muncul yaitu : reaksi depresi, sedih, disforia, labilitas perasaan,

menangis tanpa sebab, cemas, gangguan tidur atau susah tidur, kehilangan nafsu

makan, iritabilitas atau mudah tersinggung.

Upaya yang dapat dilakukan keluarga dan petugas kesehatan untuk mencegah

terjadinya post partum blues pada ibu antara lain dengan memberikan asuhan

keperawatan yang memfasilitasi potensi ibu untuk beradaptasi terhadap perubahan-

perubahan yang terjadi. Ibu yang telah mengalami postpartum blues membutuhkan

dukungan psikologis seperti juga kebutuhan fisik lainnya yang harus dipenuhi.

Menurut Logsdon et al, (2006) ibu postpartum mungkin perlu untuk mengatur atau

menata kembali kegiatan rutin sehari-hari, atau mungkin menghilangkan beberapa

kegiatan, disesuaikan dengan konsep mereka tentang keibuan dan perawatan bayi,

bila diperlukan dapat diberikan pertolongan dari para ahli.

Kesimpulan

Tingkat kemandirian keluarga dalam pencegahan terjadinya postpartum blues

pada kelompok intervensi sebanyak 8 (53,3%) keluarga berada pada kategori

keluarga mandiri tingkat III. Tingkat kemandirian keluarga dalam pencegahan

terjadinya postpartum blues pada kelompok kontrol sebanyak 7 (46,7%) keluarga

berada pada kategori keluarga mandiri tingkat II. Ada perbedaan tingkat kemandirian

keluarga dalam pencegahan terjadinya postpartum blues pada kelompok kontrol dan

kelompok intervensi. Dibuktikan dengan uji Mann Whitney nilai signifikasi 0,005

(p<5%).

Page 21: PENGARUH BINA KELUARGA MANDIRI (BKM) …thesis.umy.ac.id/datapublik/t34354.pdf · tampak dalam minggu pertama setelah persalinan dan memuncak pada hari ke tiga ... (HPL) pada bulan

21

Saran

Penelitian ini dapat dijadikan sebagai masukan dalam rangka meningkatkan

mutu pelayanan kesehatan dengan cara mengajarkan program bina keluarga mandiri

untuk mencegah terjadinya postpartum blues. Hasil penelitian dapat menambah

pengetahuan mengenai keefektifan bina keluarga mandiri terhadap kejadian

postpartum blues, sehingga petugas kesehatan dan perawat dapat menerapkan sistem

bina keluarga mandiri bagi keluarga terdekat dengan ibu hamil. Hasil penelitian dapat

menambah pengetahuan ibu tentang postpartum blues, gejala yang ditimbulkan post

partum blues dan cara menangani postpartum blues sehingga apabila terjadi masalah

tersebut dapat segera diatasi dengan baik. Penelitian ini dapat digunakan sebagai

bahan masukan untuk penelitian selanjutnya yang berhubungan dengan postpartum

blues.

Daftar Pustaka

Adele, Piliteri (2003) Buku Sapau Perawatan Kesehatan Ibu dan Anak. Jakarta : EGC

Adrianz,Goorge.(2007). Periode kritis dalam rentang kehamilan, persalinan dan

nifas dan penyediaan berbagai jenjang pelayanan bagi upaya penurunan

kematian ibu : Health Service Program, USAID. From: http//www.pkmi-

online.com//articel2.him diperoleh:14 Desember 2008

Asmadi. (2013). Konsep Dasar Keperawatan. Jakarta: EGC.

Badan Pusat Statistik 2012. Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia,Diaskes 30

Oktober 2013 dari www.datastatistik-indonesia com.

Efendi, Ferry dan Makhfudli. 2009. Keperawatan Kesehatan Komunitas Teori dan

Praktik dalam Keperawatan. Jakarta:Salemba Medika

Elvira, D.Silva. (2006). Depresi paska persalinan, Jakarta: FK UI

Page 22: PENGARUH BINA KELUARGA MANDIRI (BKM) …thesis.umy.ac.id/datapublik/t34354.pdf · tampak dalam minggu pertama setelah persalinan dan memuncak pada hari ke tiga ... (HPL) pada bulan

22

Friedman, M. Marilyn.(1998).Keperawatan Keluarga : Teori dan Praktik. Jakarta :

EGC.

http://emedicine.medscape.com/article/271662-overview. Doperoleh :17 November

2013

Indriyani, D. (2013). Aplikasi Konsep & Teori Keperawatan Maternitas “Postpartum

Dengan Kematian Janin”. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media.

Marmi, 2012, Asuhan Kebidanan Pada Masa Nifas “Puerperium Care”,Pustaka

Pelajar: Yogyakarta.

Muhlisin, A. (2012). Keperawatan Keluarga. Yogyakarta: Gosyen Publishing.

Musbikin.(2005).Panduan Ibu Hamil dan Melahirkan. Cetakan I. Jakarta Mitra

pustaka.

Nirwana, Ade Benih. 2011. Psikologi Ibu, Bayi, dan Anak. Yogyakarta: Nuha

Madika.

Nirwana, Ade Benih. 2011. Psikologi Ibu, Bayi, dan Anak. Yogyakarta: Nuha

Madika.

Nonacs, Ruta M (2008). Postpartum Depresion.

Nursalam. (2013). Metode Penelitian Ilmu Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika

Pallitteri, Adelle. (1999) . Maternal and child health nursing : care of childbearing

and childbearing family. Philadelpia : Lippincott

Petranto, Ira. (2006). Rasa Percaya Diri Anak Adalah Pantulan Pola Asuh Orang

Tuanya. Diakses pada 27 November 2006 dari www:

http://dwpptrijenewa.isuisse.com

Pillitteri A., 2003.Maternal and Child Health Nursing: Care of The Childbearing

Family.(4th

ed). Philadelpia: Lippincott Salemba Medika.

Saryono. 2010.Metodologi Penelitian Kualitatif Dalam Bidang Kesehatan. Nuha Medika.

Yogya

Sulistyawati, Ari.2011.Asuhan Kebidanan pada Masa Kehamilan.Jakarta: Salemba

Medika

Ujiningtyas, B. S. (2009). Asuhan Keperawatan Persalinan Normal. jakarta:

Page 23: PENGARUH BINA KELUARGA MANDIRI (BKM) …thesis.umy.ac.id/datapublik/t34354.pdf · tampak dalam minggu pertama setelah persalinan dan memuncak pada hari ke tiga ... (HPL) pada bulan

23

Yoga, B.H.et.al (2008). Prevalensi depresi pada wanita postpartum kebidanan RSUP

dr.Sardjito Yogyakarta.

Ambarwati, Eni Retna, Wulandari,diah (2008). Asuhan kebidanan nifas.Jogjakarta:

Mitra Cendika