pengaruh aromaterapi terhadap tingkat kecemasan …repository.unjaya.ac.id/911/1/wulan krisna...
TRANSCRIPT
i
PENGARUH AROMATERAPI TERHADAP TINGKAT KECEMASAN
PADA IBU PRE OPERASI SECTIO CAESAREA
DI RSUD PANEMBAHAN SENOPATI
BANTUL YOGYAKARTA
SKRIPSI
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Mencapai Gelar Sarjana Keperawatan
STIKES A.Yani Yogyakarta
Disusun oleh :
WULAN KRISNA SARI
3209059
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
JENDERAL ACHMAD YANI
YOGYAKARTA
2013
ii
iii
PENGARUH AROMATERAPI TERHADAP TINGKAT KECEMASAN
PADA IBU PRE OPERASI SECTIO CAESAREA
DI RSUD PANEMBAHAN SENOPATI
BANTUL YOGYAKARTA
Wulan Krisna Sari1, Wenny Savitri
2, Masta Hutasoit
3
INTISARI
Latar Belakang : Sectio caesarea (SC) adalah suatu persalinan buatan untuk
melahirkan bayi dengan membuka dinding rahim melalui sayatan pada dinding
perut dengan saraf rahim dalam keadaan utuh serta berat bayi di atas 500 gram.
Kecemasan pre operatif merupakan suatu respons antisipasi terhadap suatu
pengalaman yang dapat dianggap sebagai suatu ancaman perannya dalam hidup,
integritas tubuh, atau bahkan kehidupan itu sendiri. Tehnik relaksasi adalah
kebalikan respon alarm dan mengembalikan tubuh dalam keadaan seimbang.
Tehnik relaksasi ini bisa dilakukan berbagai cara, salah satunya adalah dengan
aromaterapi.
Tujuan Penelitian : Mengetahui apakah ada pengaruh aromaterapi terhadap
penurunan tingkat kecemasan ibu pre operasi sectio caesare.
Metode Penelitian: Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen semu atau
quasi eksperimen design. Pengambilan sampel menggunakan teknik accidental
sampling dengan jumlah responden 20 orang yang dibagi menjadi dua kelompok
yaitu kelompok intervensi (n=10) dan kelompok kontrol (n=10). Intervensi
dilakukan sebanyak 1 kali sesi pertemuan 15 menit. Uji statistik yang digunakan
adalah Wilcoxon Signed Ranks Test dan Mann Whitney dengan tingkat kemaknaan
α=0,05.
Hasil: Hasil pengujian data menggunakan Mann whitney pada kelompok tidak
berpasangan didapatkan hasil tingkat kecemasan pada ibu pre operasi sectio
caesarea yang mendapatkan intervensi Aromaterapi tidak memiliki penurunan
tingkat kecemasan dengan nilai Z -1,883 (p = 0,060). Dapat diambil kesimpulan
tidak ada pengaruh yang signifikan antara penurunan tingkat kecemasan
kelompok intervensi aromaterapi dan kelompok kontrol.
Kesimpulan: Aromaterapi tidak memiliki pengaruh dalam menurunkan tingkat
kecemasan ibu pre operasi sectio caesarea
Kata Kunci: Aromaterapi, Kecemasan, Sectio Caesarea.
1. Mahasiswa PSIK STIKES Jenderal Achmad Yani Yogyakarta
2. Dosen PSIK STIKES Jenderal Achmad Yani Yogyakarta
3. Dosen PSIK STIKES Jenderal Achmad Yani Yogyakarta
iv
THE INFLUENCE OF AROMATHERAPY TO THE LEVEL OF
ANXIETY ON PRE SECTIO CAESAREAN MOTHER
AT RSUD PANEMBAHAN SENOPATI HOSPITAL
BANTUL YOGYAKARTA
Wulan Krisna Sari1, Wenny Savitri
2, Masta Hutasoit
3
ABSTRACT
Background: Sectio Caesarea (SC) is an artificial childbirth by open the uterus
through an incision in the abdominal with undamaged uterus nerves and baby
weighing over 500 grams. Preoperative anxiety is a response to the anticipation of
an experience which can be regarded as a threat to his role in life, body integrity,
or even life itself. A relaxation technique is the reverse alarm response and
restores the body in balance. This relaxation technique can be done in various
ways, one of them is with aromatherapy.
Objective: To know is there any effect of aromatherapy to decrease maternal
anxiety levels pre sectio caesare operation.
Methods: This study is a quasi-experimental or quasi-experimental design. The
sampling technique is using accidental sampling with 20 respondents divided into
two groups: an intervention group (n = 10) and control group (n = 10).
Intervention is done once in 15-minute-session. The statistical test used was the
Wilcoxon Signed Ranks Test and Mann Whitney with significance level α = 0.05.
Results: The results of the data test using the Mann Whitney test showed the
anxiety levels of pre- sectio Caesarea - mothers who received the intervention
Aromatherapy has not significantly decreased more than in the control group with
a score Z -1,883 (p = 0,060). Can be concluded there is a significant difference in
the decreased level of anxiety between the aromatherapy intervention group and
the control group.
Conclusion: Aromatherapy has significant effect to can’t influence decrease the
level of maternal anxiety in preoperative sectio Caesarea
Keywords: Aromatherapy, Anxiety, Sectio Caesarea.
____________________________________________________
1. Students PSIK STIKES General Achmad Yani Yogyakarta
2. Lecturer PSIK STIKES General Achmad Yani Yogyakarta
3. Lecturer PSIK STIKES General Achmad Yani Yogyakarta
v
HALAMAN PERNYATAAN
Dengan ini saya mengatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya
tulis yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu
Perguruan Tinggi dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau
pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan orang lain kecuali yang secara
tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.
Yogyakarta, Agustus 2013
Wulan Krisna Sari
vi
KATA PENGANTAR
Bismillahhirrahmannirrahim
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas rahmat dan
karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul
“Pengaruh Aromaterapi Terhadap Tingkat Kecemasan pada Ibu Pre Operasi
Sectio Caesarea di RSUD Panembahan Senopati Bantul Yogyakarta”.
Terselesaikannya skripsi ini, tidak lepas dari bantuan dan bimbingan dari
berbagai pihak. Maka dari itu, penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-
besarnya antara lain kepada:
1. dr. I. Edy Purwoko,Sp.B. Selaku ketua Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan
Jendral Achmad yani Yogyakarta.
2. Dwi Susanti, S.Kep.,Ns. Selaku Ka. Prodi S1 Keperawatan Sekolah Tinggi
Ilmu Kesehatan Jendral Achmad yani Yogyakarta.
3. Paulus Subiyanto, S.Kep.,Ns.,M.Kep.,Sp.KMB, Selaku penguji skripsi
yang telah memberikan arahan dan saran
4. Wenny Savitri, S.Kep.,Ns.,MNS. Selaku Pembimbing I skripsi yang telah
memberikan arahan, bimbingan dan motivasi.
5. Masta Hutasoit, S.Kep.,Ns. Selaku Pembimbing II skripsi yang telah
memberikan arahan, bimbingan dan motivasi
6. Direktur RSUD Panembahan Senopati Bantul yang telah memberikan izin
untuk melakukan studi pendahuluan.
7. Petugas Kesehatan RSUD Panembahan Senopati Bantul yang telah
membantu dan memberikan arahan dalam penelitian.
8. Pasien RSUD Panembahan Senopati Bantul yang bersedia menjadi sampel
penelitian.
Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih jauh dari sempurna.
Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun
untuk kesempurnaan diwaktu yang akan datang. Besar harapan penulis semoga
dengan hadirnya skripsi ini dapat menjadi sumber ilmu untuk memperluas
cakrawala berfikir bagi seluruh pembaca semua.
Yogyakarta, Agustus 2013
Penulis
vii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ................................................................................................ i
HALAMAN PENGESAHAN ................................ Error! Bookmark not defined.
INTISARI ............................................................................................................... iii
ABSTRACT .......................................................................................................... iv
HALAMAN PERNYATAAN ................................................................................. v
KATA PENGANTAR ........................................................................................... vi
DAFTAR ISI ......................................................................................................... vii
DAFTAR TABEL .................................................................................................. ix
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................... x
DAFTAR LAMPIRAN .......................................................................................... xi
BAB I PENDAHULUAN ........................................................................................ 1
A. Latar Belakang ..................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ................................................................................ 5
C. Tujuan Penelitian.................................................................................. 5
D. Manfaat Penelitian................................................................................ 5
E. Keaslian Penelitian ............................................................................... 6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................ 10
A. Sectio Caesarea .................................................................................. 10
B. Kecemasan ......................................................................................... 12
C. Aromaterapi ........................................................................................ 22
D. Landasan Teori ................................................................................... 30
E. Kerangka Teori ................................................................................... 33
F. Kerangka Konsep ............................................................................... 34
G. Hipotesis ............................................................................................. 34
BAB III METODE PENELITIAN......................................................................... 35
A. Rancangan Penelitian ......................................................................... 35
B. Lokasi dan Waktu Penelitian.............................................................. 35
C. Populasi dan Sampel Penelitian ......................................................... 36
D. Variabel Penelitian ............................................................................. 38
E. Definisi Operasional ........................................................................... 39
F. Alat dan Metode Pengumpulan Data ................................................. 40
G. Validitas dan Reliabilitas ................................................................... 41
H. Analisis Data dan Model Statistik ...................................................... 41
I. Etika Penelitian .................................................................................. 43
J. Jalannya Penelitian ............................................................................. 44
BAB IV 47
BAB 1V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ...................................... 47
A. Hasil Penelitian .................................................................................. 47
B. Pembahasan ........................................................................................ 52
C. Kelemahan Penelitian ......................................................................... 56
viii
BAB V PENUTUP ................................................................................................. 57
A. Kesimpulan......................................................................................... 57
B. Saran ................................................................................................... 57
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
ix
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Definisi Operasional………………………………………………
39
Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden di RSUD
Panembahan Senopati Bantul Yogyakarta 27 Juni - 27Juli 2013…
48
Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Tingkat Kecemasan Ibu Pre Operasi SC pre-
test dan post-test pada Kelompok Kontrol…………………….......
49
Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Rentang Kecemasan Pre-test dan Post-test
pada Kelompok Kontrol……………………………………….......
49
Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi Tingkat Kecemasan Ibu Pre Operasi SC pre-
test dan post-test pada Kelompok Intervensi………………………
50
Tabel 4.5 Distribusi Frekuensi Rentang Kecemasan Pre-test dan Post-test
pada Kelompok Intervensi………………………………………...
50
Tabel 4.6 Hasil Uji Wilcoxon Signed Rank Test Tingkat Kecemasan Pre-
test dan Post-test pada kelompok kontrol dan intervensi…………
51
Tabel 4.7 Uji Mann Whitney Tingkat Kecemasan Pre-test dan Post-tes pada
Kelompok Kontrol dan Intervensi………………………………
51
x
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Pengaruh Aromaterapi Terhadap Tingkat Kecemasan Pada Ibu
Pre operasi sectio caesarea ................................................................ 33
Gambar 2.2 Kerangka Konsep .............................................................................. 34
Gambar 3.1 Prosedur Intervensi ............................................................................ 46
xi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Permohonan Menjadi Responden Kelompok Kontrol
Lampiran 2 Persetujuan Menjadi Responden kelompok Intervensi
Lampiran 3 Kuesioner Penelitian
Lampiran 4 Cara Skoring
Lampiran 5 Protap Pelaksanaan Aromaterapi
Lampiran 6 Jadwal Penyusunan Skripsi
Lampiran 7 Surat-surat penelitian
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Secara alamiah tubuh seorang ibu telah dipersiapkan menghadapi proses
persalinan secara normal. Proses persalinan berjalan dengan baik karena dibantu
oleh kelenturan mulut rahim dan kelenturan otot vagina. Namun tidak selamanya
persalinan secara normal dapat dilakukan oleh seorang ibu, terkadang ditemukan
indikasi medis yang mengharuskan seorang ibu tidak bisa melakukan persalinan
secara normal. Beberapa indikasi medis tersebut seperti perjalanan persalinan
yang semakin melemah, kesempitan panggul ibu, kelainan posisi kepala janin di
jalan lahir, ancaman gawat janin, dan baby giant. Tindakan operasi adalah salah
satu jalan untuk menolong persalinan sehingga mencapai “well born baby dan
well health mother”. Tindakan operasi ini sekarang lebih dikenal dengan sebutan
“sectio caesarea” (Manuaba, Manuaba, & Manuaba, 2009). Selanjutnya Mitayani
(2009) mengatakan sectio caesarea (SC) adalah suatu persalinan buatan untuk
melahirkan bayi dengan membuka dinding rahim melalui sayatan pada dinding
perut dengan saraf rahim dalam keadaan utuh serta berat bayi di atas 500 gram.
Kini persalinan melalui caesar sudah banyak diterima dikalangan
masyarakat, bahkan mulai dekade 90an sampai dengan saat ini melahirkan dengan
cara caesar seakan-akan menjadi trend dan mode. Para calon ibu berbondong-
bondong memesan rumah sakit untuk melakukan proses kelahiran dengan cara
tersebut. Tindakan caesar ini pun banyak dilakukan tanpa indikasi medis sama
sekali, alasan yang diberikan umumnya agar bisa memilih tanggal lahir seperti
yang diinginkan, juga untuk alasan praktis sang ibu tidak perlu mengejan, dan rasa
nyeri yang ditimbulkan saat proses kelahiran tidak separah kelahiran normal,
karena ibu mengalami bius baik lokal maupun total. Padahal proses pemulihan
setelah persalinan secara normal jauh lebih cepat dibandingkan persalinan dengan
operasi (Maulana, 2008).
Menjalani persalinan dengan prosedur pembedahan atau operatif akan
memberikan suatu reaksi emosional bagi seorang ibu maupun keluarganya.
2
Kecemasan pre operatif merupakan suatu respons antisipasi terhadap suatu
pengalaman yang dapat dianggap sebagai suatu ancaman perannya dalam hidup,
integritas tubuh, atau bahkan kehidupan itu sendiri. Sudah diketahui bahwa
pikiran yang bermasalah secara langsung akan mempengaruhi fungsi tubuh,
sehingga dapat membuat pascapartum lebih sulit, menyebabkan ketegangan
tambahan pada perkembangan hubungan ibu dan bayi yang baru lahir, serta
menimbulkan pengalaman melahirkan yang buruk bagi ibu (Muttaqin & Sari,
2009).
Ansietas atau kecemasan adalah respon individu terhadap suatu keadaan
yang tidak menyenangkan dan dialami oleh semua makhluk hidup. Sebenarnya
rasa cemas adalah hal yang normal bagi setiap manusia, akan tetapi kecemasan
menjadi tidak normal apabila ditanggapi secara unrealistic, berlebihan, dan
megakibatkan gangguan fisik, psikis, dan sosial. Ansietas merupakan pengalaman
emosi dan subjektif tanpa ada objek yang spesifik sehingga seseorang merasakan
suatu perasaan yang was-was (khawatir) seolah-olah ada sesuatu yang buruk akan
terjadi dan pada umumnya disertai gejala-gejala otonomik yang berlangsung
beberapa waktu (Pieter, Janiwarti, & Saragih, 2011).
Gejala psikologis utama dari kecemasan yaitu perasaan takut atau khawatir
dalam situasi dimana seseorang merasa terancam. Kecemasan tidak hanya sekedar
menyerang perasaan, namun juga berdampak pada fisik. Sebagai manifestasi dari
tubuh memerangi atau menjaga keseimbangan (homeostasis), kegelisahan
melibatkan berbagai gejala fisik. Adapun gejala fisik secara umum jantung
berdebar, berkeringat, mual–mual atau pusing, peningkatan frekuensi BAB atau
diare, sesak nafas, tremors, kejang (twitches), ketegangan otot, sakit kepala,
kelelahan dan insomnia (Nasir & Muhith, 2011).
Perubahan psikologis ibu akibat kecemasan akan memengaruhi
pengambilan keputusan pasien dan keluarga. Sehingga tidak jarang ibu menolak
operasi yang sebelumnya telah disetujui dan biasanya pasien pulang tanpa operasi.
Sedangkan perubahan fisiologis akibat kecemasan yang dapat mengakibatkan
pasien sulit tidur dan tekanan darah akan meningkat sehingga operasi bisa
dibatalkan. Adanya penundaan operasi dapat membahayakan ibu dan janin yang
3
dilahirkan (Majid, Judha, & Istinah, 2011).
Pieter, Janiwarti, dan Saragih (2011) mengatakan ada beberapa cara
mengatasi ansietas yaitu dengan menggunakan terapi individual, terapi kelompok,
terapi keluarga, dan terapi obat-obatan. Terapi individual merupakan suatu proses
ketika seorang klien dan terapis bekerja sama dan bertemu untuk tujuan
memperbaiki masalah atau gangguan emosional serta kesulitan-kesulitan
psikologis yang dihadapi oleh klien, penatalaksanaan terapi ini salah satunya
dengan cara mengajarkan klien untuk menghambat respons ansietas melalui
penyelesaian dan analisis logis serta mengajarkan klien tentang relaksasi untuk
mengurangi segala ketegangan fisik. Terapi individu menjadi pilihan utama
manajemen ansietas karena perawat akan lebih berfokus pada klien dibandingkan
dengan penatalaksanaan terapi kelompok ataupun keluarga. Terapi obat sebagai
pilihan terahir karena menurut Karch (2010) obat yang digunakan untuk
mengatasi ansietas adalah obat-obatan golongan benzodiazepin yang pada
penggunaannya sangat dikontra indikasikan pada ibu hamil dan menyusui karena
efek merugikan potensial pada janin dan kemungkinan sedasi pada bayi.
Relaksasi dapat membantu individu membangun keterampilan kognitif
untuk mengurangi cara yang negatif dalam merespon situasi dalam lingkungan
mereka. Proses relaksasi memperpanjang serat otot, mengurangi pengiriman
implus neural ke otak, dan selanjutnya mengurangi aktivitas otak juga sistem
tubuh lainnya. Karakteristik dari respons relaksasi dapat menurunkan denyut
jantung dan frekuensi pernafasan, tekanan darah, dan konsumsi oksigen serta
peningkatan aktivitas gelombang otak alpha dan suhu kulit perifer. Jika diterapkan
dalam jangka panjang terapi relaksasi ini dapat membuat seseorang dapat
memonitor dirinya secara terus-menerus terhadap indikator ketegangan, serta
untuk membiarkan dan melepaskan dengan sadar ketegangan yang terdapat di
berbagai bagian tubuh (Potter & Perry, 2010).
Teknik relaksasi bisa dilakukan dengan berbagai cara, salah satunya adalah
dengan aromaterapi. Aromaterapi memiliki efek menenangkan untuk mengurangi
kecemasan dan ketegangan. Penggunaan aromaterapi bisa dengan cara di hirup,
diminum, kompres, pijat, dan dicampur dengan air kemudian digunakan untuk
4
mandi (Koensoemardiyah, 2009). Menurut Kozier, Erb, Berman, dan Snyder
(2010) ketika minyak esensial dihirup aroma dideteksi oleh sel reseptor
olfaktorius dilubang hidung, stimulus tersebut berjalan di sepanjang saraf
olfaktorius (saraf kranial I) ke bulbus olfaktorius dan kemudian menuju ke otak
tempat stimulus tersebut dianggap berperan pada emosi, ingatan, dan berbagai
fungsi tubuh termasuk frekuensi jantung, tekanan darah, pernafasan, dan sistem
imun.
Peneliti memilih RSUD Panembahan Senopati Bantul Yogyakarta sebagai
tempat penelitian karena dari hasil studi pendahuluan yang telah dilakukan pada
tanggal 26 Desember 2012 sampai tanggal 2 Januari 2013 di ruang instalasi bedah
sentaral (IBS) Rumah Sakit Umum Daerah Panembahan Senopati Bantul, kepala
ruang IBS menyampaikan bahwa jumlah pasien sectio caesarea terus meningkat
dengan indikasi bayi kembar, panggul sempit pada ibu, plasenta previa dll,
ditambah lagi dengan adanya program Jampersal, dimana pada tahun 2011 total
pasien sectio caesarea sebanyak 781 pasien dan pada tahun 2012 meningkat
menjadi 863 pasien, sehingga rata-rata pasien setiap bulannya adalah 72 orang.
Hasil wawancara yang dilakukan pada ibu-ibu yang akan menjalani tindakan
opersi caesar yaitu 5 dari 7 ibu mengatakan cemas dan khawatir akan tindakan
operasi dan pembiusan yang akan dilakukan, meskipun ada juga ibu yang sudah
mempunyai riwayat caesar sebelumnya. Dari data yang diperoleh pasien yang
akan menjalani operasi menunjukkan bahwa sebagian besar pasien terdiagnosa
keperawatan cemas yang berhubungan dengan prosedur operasi. Tindakan
keperawatan yang diberikan untuk mengatasi kecemasan pasien pre operasi sectio
caesarea di rumah sakit tersebut yaitu dengan teknik relaksasi nafas dalam.
Implementasi relaksasi nafas dalam yang diajarkan pada pasien dirasakan masih
belum efektif karena terkait kecemasan yang dirasakan sebelum operasi, sehingga
pasien kurang berkonsentrasi untuk mengatasi kecemasannya secara adaptif.
Penelitian yang meneliti tentang pengaruh relaksasi aromaterapi untuk
mereduksi kecemasan ibu yang akan menjalani operasi sectio caesarea masih
jarang dilakukan. Berdasarkan latar belakang di atas, peneliti tertarik untuk
melakukan penelitian mengenai pengaruh relaksasi aromaterapi terhadap tingkat
5
kecemasan pada ibu pre operasi sectio caesarea di RSUD Panembahan Senopati
Bantul Yogyakarta.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, rumusan masalah dalam
penelitian ini adalah “Bagaimanakah pengaruh aromaterapi terhadap tingkat
kecemasan pada ibu pre operasi sectio caesarea di RSUD Panembahan Senopati
Bantul, Yogyakarta?”.
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Diketahuinya pengaruh aromaterapi terhadap tingkat kecemasan ibu pre
operasi sectio caesarea di RSUD Pambahan Senopati Bantul, Yogyakarta.
2. Tujuan Khusus
a. Diketahuinya tingkat kecemasan ibu pre operasi sectio caesarea pada
kelompok kontrol .
b. Diketahuinya tingkat kecemasan ibu pre operasi sectio caesarea pada
kelompok intervensi sebelum diberikan aromaterapi.
c. Diketahuinya tingkat kecemasan ibu pre operasi sectio caesarea pada
kelompok intervensi sesudah diberikan intervensi aromaterapi.
D. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi semua pihak meliputi :
1. Manfaat secara teori
Penelitian ini dapat memberikan informasi tentang salah satu metode
nonfarmakologi untuk mereduksi kecemasan yang dapat digunakan sebagai
masukan pada ilmu pengetahuan dan acuan pengembangan penelitian dalam
6
ilmu pengetahuan dan acuan pengembangan penelitian dalam ilmu praktek
keperawatan.
2. Manfaat secara praktis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi :
a. Institusi STIKES A. Yani Yogyakarta
Sebagai bahan referensi penatalaksanaan cemas pada pasien terutama
tindakan keperawatan mengenai kecemasan pasien menghadapi operasi.
b. Institusi RSUD Panembahan Senopati Bantul Yogyakarta
Sebagai bahan masukan bagi rumah sakit untuk meningkatkan kualitas
pelayanan kesehatan dalam mempersiapkan pasien yang akan menjalani
operasi baik psikologis maupun fisiologis, dan sebagai salah satu metode
nonfarmakologi untuk reduksi kecemasan khususnya bangsal Alamanda
RSUD Panembahan Senopati Bantul.
c. Peneliti Selanjutnya
Sebagai bahan masukan atau acuan bagi peneliti selanjutnya khususnya
dalam bidang kesehatan.
E. Keaslian Penelitian
Beberapa penelitian berkaitan dengan penelitian ini adalah :
1. Rahil (2008) melakukan penelitian dengan judul “Pengaruh Relaksasi
Aromaterapi Terhadap Tingkat Nyeri Kala I Fase Aktif Pada Ibu Melahirkan
Di RSIA Sakina Idaman Sleman Yogyakarta”. Metode penelitian ini
menggunakan metode penelitian Quasi Eksperimen (penelitian eksperimen
semu) dengan pendekatan non-equivalent control groub, yaitu salah satu jenis
penelitian eksperimen yang pengambilan sampelnya dengan purposive
sampling. Sampel yang diambil berdasarkan pertimbangan tertentu yang
dibuat oleh peneliti sendiri, berdasarkan ciri atau sifat-sifat populasi yang
sudah diketahui peneliti. Instrumen penelitiannya adalah dengan skala
deskriptif yaitu menggunakan VDS (Verbal Descriptor Scale) dan hasil
penelitian analisis dengan uji statistik Wilcoxon dan Kolmogorov-Smirnov.
7
Hasil pengujian terhadap pengaruh relaksasi aromaterapi terhadap tingkat
nyeri kala I fase aktif pada ibu melahirkan; Hasil uji Wilcoxon menunjukkan
nilai signifikasi sebesar 0,087 lebih besar dari nilai α = 5% (0,05), memiliki
makna tidak ada perbedaan tingkat nyeri sebelum pemberian aromaterapi
maupun setelah pemberian aromaterapi. Hasil uji statistik Kolmogorov-
Smirnov, untuk membandingkan tingkat nyeri kelompok kontrol dengan
kelompok eksperimen, menunjukkan nilai pre-test α = 0,196, nilai post-test α
= 0,196. Cara pemberian aromaterapi ini dalam penelitian Rahil dengan cara
memberikan minyak aromaterapi dengan menyemprotkan ketisu/kasa
steril/sapu tangan kemudian meminta responden menghirup aroma dari
aromaterapi tersebut dan membiarkan klien untuk rileks selama 30 menit
sambil tetap mencium aromaterapi. Persamaan penelitian ini dengan
penelitian Rahil pada variabel relaksasi aromaterapi, metode penelitian,
teknik pengambilan sampel dan uji statistik. Perbedaan yang akan diteliti
adalah variabel terikatnya, waktu dan tempat penelitian, tehnik pemberian
aomaterapi dan sampel penelitian yang akan di gunakan.
2. Kristanti (2010) melakukan penelitian dengan judul “Pengaruh Aromaterapi
Lavender Terhadap Penurunan Derajat Kecemasan Pada Lansia di Panti
Wredha St. Yoseph Kediri”. Metode penelitian ini menggunakan desain Pra-
eksperimen dengan rancangan One-Group Pra-test-Post-Test Design.
Sampling dalam penelitian ini menggunakan “Purposive sampling” di mana
peneliti memilih sampel diantara populasi sesuai dengan yang di kehendaki
peneliti yaitu lansia yang mengalami kecemasan. Uji statistik penelitian ini
menggunakan uji “T-Test” Hasil Pengujian Pengaruh aromaterapi lavender
terhadap penurunan derajat kecemasan pada lansia; dari uji statistik “T-Test”
yang berdasarkan tingkat kemaknaan α ≤ 0,05 didapatkan hasil p=.000
dengan tingkat hubungan .003 antara pre-post atau sebelum dan sesudah
diberikan aromaterapi lavender yang berarti ada signifikasi atau adanya
pengaruh aromaterapi lavender terhadap penurunan derajat kecemasan pada
lansia di Panti Wherdha St. Yoseph Kediri. Persamaan penelitian ini dengan
8
penelitian Kristanti pada variabel aromaterapi dan tehnik pengambilan
sampling. Perbedaan yang akan diteliti adalah variabel terikat, waktu dan
tempat penelitian, metode penelitian, uji statistik, dan sampel yang akan
digunakan.
3. Herman (2011) melakukan penelitian dengan judul “Faktor-faktor yang
berhubungan dengan Tingkat Kecemasan Pasien menghadapi Anastesi di
bangsal Melati RSUD Panembahan Senopati Bantul”. Metode penelitian ini
menggunakan metode penelitian descriptive analytic dengan pendekatan
waktu cross sectional. Sampel diambil dengan tehnik accidental sampling
yaitu semua pasien yang akan menjalani tindakan regional anastesi di bangsal
melati RSUD Panembahan Senopati Bantul. Instrumen penelitiannya adalah
lembar observasi kecemasan HRS-A dan hasil penelitian analisis dengan
rumus spearman Rank dan Uji Chi Square. Hasil pengujian terhadap faktor-
faktor yang berhubungan dengan kecemasan pasien menghadapi anastesi;
faktor umur diperoleh p-value sebesar 0,084, jenis kelamin diperoleh p-value
0,003, tingkat pendidikan diperoleh p-value sebesar 0,004, status ekonomi
diperoleh p-value sebesar 0,031, tingkat pengetahuan diperoleh p-value
sebesar 0,000 dan dukungan keluarga diperoleh p-value sebesar 0,007.
Persamaan penelitian ini dengan penelitian Herman pada variabel kecemasan,
rumah sakit tempat penelitian, instrumen penelitiannya yaitu menggunakan
HRS-A (Hamilton Rating Scale for Axiety). Perbedaan yang akan diteliti
adalah variabel terikat, desain penelitian, waktu, teknik pengambilan sampel
dan sampel penelitian dan statistik uji yang akan digunakan.
4. Sanjaya (2012) melakukan penelitian dengan judul “Pengaruh Tapas
Acupressure Technique (TAT) Terhadap Tingkat Kecemasan Pasien Pre
Operasi Di bangsal Anggrek RSUD Wates Kulon Progo Yogyakarta ”.
Metode penelitian ini menggunakan metode penelitian quasi eksperimen
dengan desain Pre Test and Post Test Nonequivalen Control Group. Sampel
diambil dengan menggunakan teknik convenien sampling atau accidental
9
sampling yaitu mengambil sampel atau responden yang kebetulan ada atau
tersedia pada saat penelitian dilakukan, serta memenuhi kriteria inklusi dan
eklusi. Instrumen penelitian menggunakan instrumen kuesioner lembar
observasi Halmilton Anxiety Rating Scale (HARS) dan hasil penelitian ini
dengan menggunakan rumus Wilcoxon dan Mann Whithney. Hasil uji
Wilcoxon Signed Rank Test pada kelompok kontrol di peroleh p-value
sebersar 0,314 > α (0,05) berarti tidak ada perbedaan yang bermakna terhadap
tingkat kecemasan pasien pre operasi pada kelompok kontrol, sedangkan
pengujian pada kelompok intervensi diperoleh p-value sebersar 0,025 > α
(0,05) berati ada perbedaan bermakna terhadap penurunan tingkat kecemasan
pasien pre operasi pada kelompok intervensi. Hasil uji tingkat kecemasan
tidak berpasangan pada pre-test menggunakan Uji Mann Whitney pada
kelompok kontrol intervensi diperoleh p-value sebesar 0,723 > 0,05 berarti
tidak ada perbedaan yang bermakna terhadap tingkat kecemasan pasien pre
operasi sebelum dilakukan intervensi TAT. Perhitungan post-test pada
kelompok kontrol dan intervensi diperoleh p-value sebesar 0,037 < 0,05
berati ada perbedaan yang bermakna terhadap tingkat kecemasan pasien pre
operasi setelah dilakukan TAT. Persamaan penelitian ini dengan penelitian
Sanjaya pada variabel tingkat kecemasan, teknik pengambilan sampel,
instrumen penelitian yaitu menggunakan HARS (Halmilton Anxiety Rating
Scale), dan uji statistik yang digunakan. Perbedaan yang akan diteliti adalah
variabel terikatnya, waktu dan tempat penelitian, dan sampel penelitian yang
akan digunakan.
47
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
1. Gambaran Lokasi penelitian
Rumah sakit umum daerah Panembahan Senopati Bantul terletak di
Jalan Wahidin Sudiro Husodo Bantul. Sebelah Timur berbatasan dengan
kecamatan Jetis, Sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan
Bambanglipuro, sebelah barat berbatasan dengan Kecamatan Pandak dan
sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Sewon. RSUD Panembahan
Senopati menjadi RS tipe B non pendidik berdasarkan SK MenKes RI Nomor:
147/Menkes/SK/I/2007 pada tanggal 31 Januari 2007. Selanjutnya, pada tahun
2009 menjadi Badan Layanan Umum Daerah (BLUD) dan pada tahun 2010
telah lulus akreditasi penuh tingkat lanjut (12 layanan).
RSUD Panembahan Senopati mempunyai visi “Meningkatkan
terwujudnya rumah sakit yang unggul dan menjadi pilihan utama masyarakat
Bantul dan sekitarnya”. Pelayanan spesialis yang diselenggarakan di RSUD
Panembahan Senopati meliputi penyakit dalam, bedah, anak, obsgyn, saraf,
jiwa, THT, mata, kulit dan kelamin, umim, IGD 24jam, rehabilitasi medik,
tumbuh kembang bayi balita, KB dan pelayanan baru berupa operasional unit
hemodialisa, elekromedik, plasma parasis, laser dan kulit kecantikan dengan
pelayanan rawat jalan.
Ruang Alamanda merupakan ruang rawat inap obstetri dan gynekologi
di RSUD Panembahan Senopati Bantul. Ruang Alamanda dibagi menjadi dua
ruang, yaitu Alamanda 1 dan Alamanda 3. Jumlah kapasitas tempat tidur (TT)
di Ruang Alamanda 1 sebanyak 47 tempat tidur dan Ruang Alamnda 3
memiliki kapasitas tempat tidur (TT) sebanyak 27 TT.
48
2. Analisis Hasil Penelitian
a. Analisis Univariat
Karakteristik responden pada penelitian ini disajikan dalam bentuk tabel
sebagai berikut:
1) Karakteristik responden
Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden di RSUD Panembahan
Senopati Bantul Yogyakarta 27 Juni - 27Juli 2013
No Karakteristik
Responden
Kelompok Intervensi Kelompok Kontrol Jumlah
1 Umur Jumlah (n) % Jumlah (n) %
22-35
36-45
9
1
90
10
9
1
90
10
18
2
2 Agama
Islam
10
100
10
100
20
3 Pendidikan
DASAR
SMA
Akademi/ PT
3
3
4
30
30
40
4
5
1
40
50
10
7
8
5
Sumber: Data primer 2013
Tabel 4.1 menunjukkan bahwa terdapat 9 orang (90%) pada kelompok
intervensi dan 9 orang (90%) pada pada kelompok kontrol berusia antara 22-35
tahun, merupakan usia yang dominan. Respoden pada kelompok kontrol dan
kelompok intervensi semua beragama islam yaitu sebanyak 10 orang (100%) pada
kelompok intervensi dan 10 orang (100%) pada kelompok kontrol, karena
kebetulan saat dilakukan penelitian pasien mayoritas beragama Islam. Tingkat
pendidikan yang dominan pada kelompok intervensi adalah Akademi/PT
sebanyak 4 orang (30%), dan pada kelompok kontrol didominasi dengan tingkat
pendidikan SMA sebanyak 5 orang (50%).
49
2) Gambaran tingkat kecemasan kelompok kontrol
Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Tingkat Kecemasan Ibu Pre Operasi SC pre-
test dan post-test pada Kelompok Kontrol.
Tingkat
Kecemasan
Pre-test Post-test
Frekuensi Presentase (%) Frekuensi Presentase (%)
Ringan
Sedang
5
5
50
50
4
6
40
60
Jumlah 10 100 10 100
Sumber: Data primer 2013
Tabel 4.2 Menunjukkan bahwa tingkat kecemasan pada kelompok
kontrol (pre-test) paling banyak di kategori ringan dan sedang dengan masing-
masing responden yaitu 5 orang (50%) pada katagori ringan dan 5 orang (50%)
pada kategori sedang. Sedangkan tingkat kecemasan (post-test) paling banyak
dalam kategori tingkat kecemasan sedang yaitu 6 orang (60%). Artinya ada
peningkatan kecemasan pada kelompok kontrol.
3) Perbedaan rentang kecemasan pre-test dan post-test pada kelompok kontrol
Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Rentang Kecemasan Pre-test dan Post-test pada
Kelompok Kontrol
Tingkat Kecemasan Frekuensi Persentase (%)
Ringan-Ringan
Ringan-Sedang
Sedang-Ringan
Sedang-Sedang
3
2
1
4
30
20
10
40
Jumlah 10 100
Sumber: Data primer 2013.
Tabel 4.3 Menunjukkan bahwa rentang kecemasan pre-test dan post-test pada
kelompok kontrol adalah ringan-ringan sebanyak 3 orang (30%), ringan-sedang
sebanyak 2 orang (20%) sedang-ringan sebanyak 1 orang (10%), sedang-sedang
sebanyak 4 orang (40%). Hal ini bisa dikatakan bahwa pada kelompok kontrol
pre-test dan post-tes terjadi peningkatan kecemasan yaitu dari ringan-sedang.
50
4) Gambaran tingkat kecemasan kelompok intervensi
Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi Tingkat Kecemasan Ibu Pre Operasi SC pre-test
dan post-test pada Kelompok Intervensi.
Tingkat
Kecemasan
Pre-test Post-test
Frekuensi Presentase (%) Frekuensi Presentase (%)
Ringan
Sedang
4
6
40
60
8
2
80
20
Jumlah 10 100 10 100
Sumber: Data primer 2013
Tabel 4.4 menunjukkan bahwa tingkat kecemasan pada kelompok intervensi
(pre-test) paling banyak di kategori sedang yaitu 6 orang (60%). Sedangkan
Tingkat kecemasan (post-test) paling banyak dalam kategori ringan yaitu 8 orang
(80%). Artinya ada penurunan tingkat kecemasan pada kelompok intervensi
setelah diberikan Aromaterapi.
5) Perbedaan rentang kecemasan pre-test dan post-test pada kelompok intervensi
Tabel 4.5 Distribusi Frekuensi Rentang Kecemasan Pre-test dan Post-test pada
Kelompok Intervensi
Tingkat Kecemasan Frekuensi Persentase (%)
Ringan-Ringan
Sedang-Ringan
Sedang-Sedang
4
4
2
40
40
20
Jumlah 10 100
Sumber: Data primer 2013
Tabel 4.5 Menunjukkan bahwa rentang kecemasan pre-test dan post-test
pada kelompok intervensi adalah ringan-ringan sebanyak 4 orang (40%),
sedang-ringan sebanyak 4 orang (40%), sedang-sedang sebanyak 2 orang
(20%). Artinya bahwa setelah diberikan intervensi Aromaterapi tingkat
kecemasan ibu yang akan menjalani menjalani operasi sectio caesarea
mengalami penurunan kecemasan yaitu dari sedang-ringan.
51
b. Analisa bivariat
1. Hasil uji komperatif berpasangan kelompok kontrol dan kelompok
intervensi:
Tabel 4.6 Hasil Uji Wilcoxon Signed Rank Test Tingkat Kecemasan Pre-test
dan Post-test pada kelompok kontrol dan intervensi.
Kelompok Keterangan p-value Makna
Intervensi Pre-test 0,046 Bermakna
Post-test
Kontrol Pre-test 0,0564 Tidak
Bermakna Post-test
Sumber: Data primer 2013
Tabel 4.6 Menunjukkan hasil perhitungan statistik menggunakan uji
Wilcoxon Signed Rank Test pada kelompok intervensi di peroleh p-value
sebesar 0,046 < α (0,05) berarti ada perbedaan yang bermakna terhadap
tingkat kecemasan ibu pre operasi caesar pada kelompok intervensi.
Pengujian pada kelompok kontrol diperoleh p-value sebesar 0,0564 < α
(0,05) berarti tidak ada perbedaan yang bermakna terhadap tingkat
kecemasan pre operasi caesar pada kelompok kontrol.
2. Hasil uji komperatif tidak berpasangan kelompok kontrol dan kelompok
intervensi:
Tabel 4.7 Uji Mann Whitney Tingkat Kecemasan Pre-test dan Post-tes
pada Kelompok Kontrol dan Intervensi
Keterangan Kelompok Z p-value Perubahan Intervensi -1,883 0,060
Kontrol
Sumber: Data primer 2013
Tabel 4.7 Menunjukkan hasil uji tingkat kecemasan tidak
berpasangan pada perubahan tingkat kecemasan kelompok intervensi
dan kelompok kontrol menggunakan uji Mann Whitney di peroleh p-
value sebesar 0,060 > 0,05 berarti tidak ada perbedaan
52
yang bermakna terhadap tingkat kecemasan ibu pre operasi sectio
caesarea setelah dilakukan intervensi Aromaterapi. Artinya bahwa
intervensi aromaterapi yang dilakukan tidak dapat berpengaruh pada
tingkat kecemasan ibu pre operasi sectio caesarea.
B. Pembahasan
Penelitian ini mencoba untuk melihat pengaruh pemberian aromaterapi
terhadap penurunan tingkat kecemasan ibu pre operasi sectio caesarea.
Pengukuran tingkat kecemasan dilakukan sebanyak 2 kali, pengukuran pertama
sebagai data pre intervensi atau pre test yaitu dilakukan sebelum responden
diberikan aromaterapi pada kelompok intervensi. Pengukuran kedua sebagai hasil
intervensi atau data post-test dilakukan setelah responden diberikan aromaterapi.
Aromaterapi merupakan suatu metode yang menggunakan minyak atsiri
untuk meningkatkan kesehatan fisik dan juga memengaruhi kesehatan emosi
seseorang. Minyak atsiri merupakan minyak alami yang diambil dari tanaman
aromatik atau bahan alam yang menghasilkan senyawa yang beraroma tanaman
(Koensoemardiyah, 2009). Aromaterapi dapat masuk kedalam tubuh melalui 3
jalan utama yaitu ingesti, olfaksi (inhalasi), dan absorbsi melalui kulit. Dalam
penelitian ini peneliti menggunakan cara olfaksi (inhalasi) karena akses minyak
atsiri melalui hidung merupakan rute yang jauh lebih cepat dibanding cara lain
dalam penanggulangan problem emosional seperti cemas, stress dan depresi.
Proses inhalasi ini menghirup telapak tangan yang telah di gosokkan satu sama
lain sebanyak 3 kali, kemudian responden diminta rileks, selanjutnya responden
kembali mengulang menghirup minyak atsiri yang ditelapak tangan dengan cara
yang sebelumnya, dan kemudian rilek, pemberian intervensi ini dilakukan selama
15 menit.
Berdasarkan hasil penelitian usia responden di dominasi pada kisaran usia
22-35 tahun yaitu pada kelompok kontrol 9 responden (90%) dan pada kelompok
intervensi 9 responden (90%). Didapatkan juga yang pendidikan terakhir yaitu
akademi/PT sebanyak 4 responden (40%) sedangkan pada kelompok kontrol
pendidikan terahir terbanyak yaitu pada tingkat SMA sebanyak 5 responden
53
(50%). Mayoritas agama responden pada penelitian ini adalah islam 10 (100%)
kelompok intervensi dan 10 orang (100%) kelompok kontrol.
Tingkat kecemasan ibu pada saat pre-test pada kelompok kontrol paling
banyak berkategori sedang dan ringan dengan masing-masing responden, 5 orang
(50%) pada kategori sedang dan 5 orang (50%) pada kategori ringan, sedangkan
tingkat kecemasan (post-test) paling banyak dalam kategori tingkat kecemasan
sedang yaitu 6 orang (60%). Kemudian jika dilihat dari perubahan rentang
kecemasannya dari ringan-ringan sebanyak 3 orang (30%), ringan-sedang 2 orang
(20%), sedang-ringan 1 orang (10%) dan sedang-sedang 4 orang (40%). Hal ini
bisa dikatakan bahwa pada kelompok kontrol pre-test dan post-tes terjadi
peningkatan kecemasan yaitu dari ringan-sedang dan juga penurunan tingkat
kecemasan sedang-ringan dalam jumlah yang paling kecil.
Tingkat kecemasan ibu pada saat pre-test pada kelompok intervensi (pre-
test) paling banyak di kategori sedang yaitu 6 orang (60%). Sedangkan tingkat
kecemasan (post-test) paling banyak dalam kategori ringan yaitu 8 orang (80%).
Kemudian jika dilihat dari perubahan rentang kecemasannya rentang kecemasan
pre-test dan post-test pada kelompok intervensi adalah ringan-ringan sebanyak 4
orang (40%), sedang-ringan sebanyak 4 orang (40%), sedang-sedang sebanyak 2
orang (20%). Artinya bahwa setelah diberikan intervensi Aromaterapi tingkat
kecemasan ibu yang akan menjalani operasi sectio caesarea mengalami
penurunan kecemasan yaitu dari sedang-ringan.
Ketika minyak astiri dihirup, molekul yang mudah menguap (volatile) dari
minyak tersebut dibawa oleh arus udara ke “atap” hidung dimana silia-silia yang
lembut muncul dari sel-sel reseptor. Ketika molekul-molekul itu menempel pada
rambut-rambut tersebut, suatu pesan elektrokimia akan ditransmisikan melalui
saluran olfactory ke dalam sisitem limbic. Hal ini akan merangsang memori dan
respon emosional. Hipotalamus berperan sebagai relay dan regulator,
memunculkan pesan-pesan yang harus disampaikan ke bagian lain otak serta
bagian tubuh yang lain. Pesan yang diterima itu kemudian diubah menjadi
tindakan yang berupa pelepasan senyawa elektrokimia yang menyebabkan dalam
ekspresi emosi.
54
Hasil analisa bivariat yaitu dari uji statistik Wilcoxon Signed Rank Test
menunjukkan p-value 0,046 < α (0,05) pada kelompok intervensi berarti ada
perbedaan yang bermakna terhadap tingkat kecemasan ibu pre operasi caesar pada
kelompok intervensi. Pengujian pada kelompok kontrol diperoleh p-value sebesar
0,0564 < α (0,05) berarti tidak ada perbedaan yang bermakna terhadap tingkat
kecemasan pre operasi caesar pada kelompok kontrol.
Kristanti (2010) yang meneliti tentang “Pengaruh aromaterapi lavender
terhadap penurunan derajat kecemasan pada lansia di panti Wredha ST. Yoseph
Kediri” menunjukkan hasil yang signifikan bahwa adanya pengaruh aromaterapi
lavender terhadap penurunan derajat kecemasan pada lansia di panti Wredha St.
Yoseph Kediri, dengan uji t-test menunjukkan p-value 0,00 yang berarti ada
signifikan atau pengaruh aromaterapi lavender terhadap penurunan derajat
kecemasan pada lansia. Penurunan ini dikarenakan setelah lansia menghirup
aromaterapi lavender, molekul serta partikel lavender akan masuk melalui hidung
kemudian oleh reseptor saraf di terima sebagai signal yang baik kemudian di
presentasikan sebagai bau yang menyenangkan dan akhirnya sensori bau tersebut
masuk dan mempengaruhi sistem limbik sebagai pusat emosi seseorang sehingga
perasaan menjadi lebih rileks. Dengan perasaan yang tenang akan membuat lansia
dapat berpikir dengan tenang untuk mengatasi stresor, sehingga akan tercipta
koping yang adaptif. Koping yang adaptif membuat lansia dapat menerima
kondisinya dengan baik dan tidak menjadikan proses penuaan sebagai beban
hidupnya. Dari pemikiran tersebut maka lansia akan mengalami kecemasan
dengan tingkat ringan saja atau bahkan tidak ada kecemasan sama sekali.
Namun sayangnya pada penelitiannya Kristanti (2011) yang menggunakan
rancangan One-groub Pra-test-Post-test Design yaitu hanya menggunakan
kelompok intervensi saja, sehingga pada penelitiannya tidak dapat
membandingkan perubahan tingkat kecemasan sesudah diberikan aromaterapi
antara kelompok kontrol dan intervensi.
Selain uji Wilcoxon Signed Ranks Test penelitian ini juga diuji dengan
menggunakan uji analisa bivariat tidak berpasangan 2 kelompok yaitu uji Mann
Whitney didapatkan hasil p-value 0,060 > α (0,05) yang berarti tidak ada pengaruh
55
aromaterapi terhadap tingkat kecemasan pre operasi sectio caesarea. Namun jika
dilihat dari tabel 4.4 distribusi frekuensi tingkat kecemasan ibu pre operasi SC
pre-tes dan post-test terdapat penurunan tingkat kecemasan yang semula (pre-test)
tingkat kecemasan sedang yang paling banyak, setelah intervensi (post-test)
tingkat kecemasan ringan lah yang paling banyak, sehingga dapat diartikan
adanya penurunan tingkat kecemasan sebelum dan sesudah di berikan intervensi.
Rahil (2008) yang meneliti tentang “Pengaruh relaksasi aromaterapi
terhadap tingkat nyeri kala 1 fase aktif pada ibu melahirkan di RSIA Sakina
Idaman Sleman Yogyakarta”. didapatkan hasil dengan p-value 0,196 yang berarti
tidak ada pengaruh relaksasi aromaterapi terhadap tingkat nyeri kala I fase aktif
pada ibu melahirkan. Dalam pembahasannya Rahil (2008) mengatakan
penelitiannya tidak bisa menunjukkan adanya pengaruh aromaterapi terhadap
perubahan tingkat nyeri, hanya bisa membuat ibu merasakan rasa nyaman dan
mengurangi kecemasan. Aromaterapi tidak mengalami pengaruh karena berbagai
hal. Ketidak percayaan responden terhadap manfaat aromaterapi bisa menjadi
masalah utama. Pemikiran yang negatif terlebih dahulu menyebabkan tidak
efektifnya bahkan tidak akan ada pengaruhnya sama sekali bagi responden.
Dalam penelitian ini ada beberapa penyebab yang tidak bisa menunjukkan
adanya pengaruh aromaterapi terhadap penurunan tingkat kecemasan diantaranya;
jumlah sampel yang kurang dari perkiraan perhitungan sebelum dilakukan
penelitian sebanyak 27 responden tidak sama saat penelitian itu berlangsung,
sehingga sempel yang digunakan tidak mewakili jumlah populasi. Kemudian
Status pendidikan antara kelompok kontrol dan intervensi berbeda, pada
kelompok intervensi pendidikan terahir yang mendominasi adalah akademi/PT
sebanyak 4 orang (40%) sedangkan pada kelompok kontrol pendidikan yang
mendominasi adalah SMA sebanyak 5 orang (50%). Hal ini didukung oleh
penelitian yang dilakukan oleh Herman (2011) tentang “Faktor-faktor yang
berhubungan dengan tingkat kecemasan pasien menghadapi anastesi di RSUD
Panembahan Senopati Bantul” di dapatkan bahwa faktor-faktor yang
mempengaruhi tingkat kecemasan dengan hasil yang signifikan yaitu jenis
kelamin, pendidikan, status ekonomi, tingkat pengetahuan dan dukungan
56
keluarga. Menurut Herman (2011) status pendidikan yang cukup akan lebih
mudah dalam mengidentifikasi stresor dalam diri maupun dari luar dirinya,
sehingga semakin tinggi pendidikan seseorang kecemasan dalam menghadapi
operasi semakin rendah.
Selain itu peneliti tidak memonitor keadaan ibu pada saat setelah pemberian
pre-intervensi/pre-kontrol sampai keesokan harinya peneliti melakukan post-
intervensi/pre-kontrol, karena menurut Stuart (2007) ada beberapa faktor-faktor
yang mempengaruhi kecemasan diantaranya : Umur, jenis kelamin, status
pendidikan dan status ekonomi, maturitas, keadaan fisik, tipe kepribadian, tingkat
pengetahuan, sosial, budaya dan dukungan keluarga.
C. Kelemahan Penelitian
Penelitian ini memiliki berbagai kelemahan yang mengakibatkan hasilnya
belum sesuai yang diharapkan. Keterbatasan itu meliputi :
1. Peneliti belum mengendalikan faktor-faktor lain yang mempengaruhi
tingkat kecemasan yaitu riwayat SC sebelumnya, umur, status pendidikan,
status ekonomi, maturitas, keadaan fisik, sosial budaya dan dukungan
keluarga.
2. Sempel yang digunakan pada penelitian ini jumlahnya kecil, karena
jumlah sampel yang di perkirakan tidak sesuai yang diharapkan.
3. Pada penelitian ini, peneliti tidak memonitor keadaan ibu pada saat setelah
pemberian pre-intervensi/pre-kontrol sampai keesokan harinya peneliti
melakukan post-intervensi/pre-kontrol
57
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang dilakukan dapat ditarik
kesimpulan bahwa:
1. Pada uji komperatif tidak berpasangan kelompok kontrol dan kelompok
intervensi (uji Mann Whitney) disebutkan tidak adanya pengaruh
Aromaerapi terhadap tingkat kecemasan ibu pre operasi sectio caesarea.
Sedangkan pada uji komperatif berpasangan Wilcoxon adanya pengaruh
aromaterapi terhadap tingkat kecemasan ibu pre operasi sectio caesarea
pada kelompok intervensi dan tidak adanyanya pengaruh aromaterapi
terhadap tingkat kecemasan ibu pre operasi ibu sectio caesarea pada
kelompok kontrol.
2. Tingkat kecemasan ibu pre operasi sectio caesarea pada kelompok kontrol
sebagian besar berada pada tingkat kecemasan sedang dan ringan
3. Tingkat kecemasan ibu pre operasi sectio caesarea pada kelompok
intervensi sebelum diberikan aromaterapi sebagian besar berada pada
tingkat kecemasan sedang
4. Tingkat kecemasan ibu pre operasi sectio caesarea pada kelompok
intervensi setelah diberikan aromaterapi sebagian besar berada pada
tingkat kecemasan ringan
B. Saran
Berdasarkan hasil, pembahasan dan kesimpulan penelitian tentang pengaruh
Aromaterapi terhadap penurunan tingkat kecemasan pre operasi sectio caesarea,
beberapa saran yang diajukan sebagai bahan pertimbangan adalah:
1. Bagi Ilmu Keperawatan
Sebagai masukan untuk ilmu keperawatan, penelitian ini dapat
memberikan informasi tentang salah satu metode nonfarmakologi untuk
58
mereduksi kecemasan yang dapat digunakan sebagai masukan pada ilmu
pengetahuan dan acuan pengembangan penelitian dalam ilmu praktek
keperawatan.
2. Bagi Institusi STIKES A. Yani
Untuk institusi pendidikan di bidang keperawatan, dapat memasukkan
atau mengajarkan mahasiswa tehnik Aromaterapi ini sebagai salah satu
terapi komplementer sebagai manajemen cemas terutama kecemasan ibu
yang akan menghadapi operasi.
3. Bagi RSUD Panembahan Senopati Bantul
Sebagai masukan untuk menggunakan terapi non farmakologi dengan
menggunakan tehnik aromaterapi dalam menurunkan tingkat kecemasan ibu
yang akan menjalani operasi sectio caesarea.
4. Bagi peneliti selanjutnya
Peneliti yang akan datang hendaknya dapat menjadikan penelitian ini
sebagai acuan dan mengembangkannya, namun lebih di spesifikan lagi dan
dapat mengontrol faktor-faktor kecemasan yang dapat mempengaruhi
tingkat kecemasan seseorang, untuk sesi pemberian aromaterapinya bisa
lebih dari satu sesi sehingga hasilnya bisa lebih efektif dan maksimal dalam
mempengaruhi tingkat kecemasan ibu pre operasi sectio caesarea, serta
jumlah sampel yang digunakan agar lebih banyak lagi agar hasil sesuai yang
diharapkan.
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto. (2010). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Edisi Revisi.
Jakarta: Rineka Cipta.
Ermawati, D. (2009). Asuhan Keperawatan Jiwa dengan Masalah Psikososial.
Jakarta: Trans Info Media.
Friedman, M. M., Bowden, V. R., & Jones, E. G. (2010). Buku Ajar Keperawatan
Keluarga Riset, Teori, & Praktik , Edisi 5. Jakarta: EGC.
Hawari, D. (2001). Manejemen Stres, Cemas dan Depresi. Jakarta: Balai Penerbit
FKUI.
Herman. (2011). Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Tingkat Kecemasan
Pasien Menghadapi Anastesi di Bangsal Melati RSUD Panembahan
Senopati Bantul. PSIK 2011. STIKES A. Yani Yogyakarta: Tidak
dipubikasikan.
Indiarti, M. T. (2007). Cesar, Kenapa tidak? Cara Aman Menyambut Buah Hati
Anda. Yogyakarta: Elmatera.
Karch, A. M. (2010). Farmakologi Keperawatan. Jakarta: ECG.
Kasdu, D. (2003). Operasi Caesar Masalah dan Solusinya. Jakarta: Puspa Swara.
Koensoemardiyah. (2009). A-Z aromaterapi untuk Kesehatan, Kebugaran, dan
Kecantikan. Yogyakarta: ANDI.
Kozier, B., Erb, G., Berman, A., & Snyder, S. J. (2010). Fundamental
Keperawatan Konsep, Proses, & Praktik (7 ed., Vol. 1). Jakarta: Jakarta.
Kristanti, E. E. (2010). Pengaruh Aromaterapi Terhadap Lavender Ter hadap
Penurunan Derajat Kecemasan Pada Lansia Di Panti Wredha. Jurnal
STIKES RS. Baptis Kediri , Volume 3, No.2.
Majid, A., Judha, M., & Istinah, U. (2011). Keperawatan Perioperatif.
Yogyakarta: Gosyen.
Manuaba, I. A., Manuaba, I. B., & Manuaba, I. B. (2009). Memahami Kesehatan
Reproduksi Wanita. Jakarta: ECG.
Maulana, M. (2008). Penyakit Kehamilan & Pengobatannya. Jogjakarta: Katahati.
McDowell, I. (2006). Measuring Health : A Guide to Rating SCales and
Questionnaires, Third Edition. United States of America: Oxford
University Press.
Melmed, S. (2001). The Immmuno-Neuroendocrine Interface. J Clin Invest, 108:
1563-1566
Mitayani. (2009). Asuhan Keperawatan Maternitas. Jakarta: Salemba Medika.
Muttaqin, A., & Sari, K. (2009). Asuhan Keperawatan Perioperatif konsep,
Proses, dan Aplikasi. Jakarta: Salemba Medika.
Nasir, A., & Muhith, A. (2011). Dasar-Dasar keperawatan Jiwa Pengantar dan
Teori. Jakarta: Salemba Medika.
Noor, J. (2012). Metodelogi Penelitian. Jakarta: Kencana.
Notoatmodjo, S. (2010). Pengantar Metodelogi Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta.
Nursalam. (2011). Manejemen Keperawatan, Edisi 3. Jakarta: Salemba Medika.
Pieter, H. Z., Janiwarti, B., & Saragih, M. (2011). Pengantar Psikopatologi Untuk
Keperawatan. Jakarta: Kencana.
Poerwadi, R. (2006). Aromaterapi Sahabat Calon Ibu. Jakarta: Dian Rakyat
Potter, P. A., & Perry, A. G. (2010). Fundamental Keperawatan (7 ed., Vol. 2).
Jakarta: Salemba Medika.
Primadiati, R. (2002). Aromaterapi Perawatan Alami untuk Sehat dan Cantik.
Jakarta: Gramedia Pustaka Utama
Psychol, B. J. (1959). Hamilton M. The assessment of anxiety states by rating.
Hamilton Anxiety Rating Scale (HAM-A) , 32: 50-5.
Rahil, N. H. (2008). Pengaruh Relaksasi Aromaterapi Terhadap Tingkat Nyeri
Kala I Fase Aktif Pada Ibu Melahirkan di RSIA Sakina Idaman Sleman
Yogyakarta. PSIK 2008. Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah
Yogyakarta: Tidak Dipublikasikan.
Sanjaya, L. R. (2012). Pengaruh Tapas Acupressure Technique (TAT) Terhadap
Tingkat Kecemasan Pasien Pre OPerasi Di Bangsal Anggrek RSUD Wates
Kulon Progo Yogyakarta. PSIK 2012. STIKES A. Yani Yogyakarta: Tidak
Dipublikasikan.
Saryono. (2011). Kumpulan Instrumen Penelitian Kesehatan. Yogyakarta: Nuha
Medika.
Stuart, G. W. (2007). Buku Saku Keperawatan Jiwa (5 ed.). Jakarta: ECG.
Suliswati. (2005). Konsep Dasar Keperawatan Kesehatan Jiwa. Jakarta: ECG.
Susana, S. A., & Hendarsih, S. (2011). Terapi Modalitas Keperawatan Kesehatan
Jiwa. Jakarta: ECG.
Tiran, D. (2007). Mengatasi Mual-mual & Gangguan Lain Selama Kehamilan.
Yogyakarta: Diglossia.